Ijtihad Ayuk

13
IJTIHAD KELOMPOK 7 : Ayuk Winda Vivit Aristiya Afrilliana Aulia Firda Idris Afandi

Transcript of Ijtihad Ayuk

Slide 1

IJTIHADKELOMPOK 7 :Ayuk Winda Vivit AristiyaAfrilliana Aulia FirdaIdris Afandi

1. Pengertian Ijtihad Kata Ijtihad dan jihad mempunyai akar kata yang sama, yaitu jahada yang berarti mengarahkan kemampuan. Dalam pemikiran islam kedua kata tersebut telah memiliki arah yang berbeda. Jihad diartikan sebagai pengarahan kemampuan secara maksimal yang lebih cenderung pada segi fisik, sementara ijtihad lebih cenderung pada segi ilmiah.Secara terminologis ijtihad berarti mengerahkan segala kemampuan secara maksimal dalam mengungkapkan kejelasan hukum islam atau maksudnya untuk menjawab dan menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang muncul.

Landasan dasar ijtihad adalah a. Al-Quran Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan Rasul-Nya, dan orang-orang yang memegang kekuasaan (Ulil Amri) diantara kamu, kemudian bila kamu berlainan pendapat tentang sesuatu maka kembalikanlah ia kepada Allah (jiwa Al-Quran) dan Rasul-Nya (Jiwa As-Shunnah). (Q.S. An-Nisa : 59).

b.As-ShunnahAs-Shunnah merupakan proses pengambilan hukum setelah Al-Quran, c.Dalil Aqly (Rasio)Sebagaimana yang diketahui bahwa Al-quran yang diturunkan itu hanya sebatas kepada Nabi, sehingga setelah beliau wafat, nabi mengisyaratkan bahwa peranan rasio dalam ijtihad sangat urgen. Dengan catatan tetap berpegang teguh pada Al-quran dan as-shunnah.2. Unsur-Unsur IjtihadI. Syarat Menjadi MujtahidMenguasai bahasa Arab dan ilmu bantu yang berhubungan dengannya (Ilmu alat ; nahwu, sharaf, bayan, ma'ani, badi') Pengetahuan tentang Al-qur'anMengetahui Hadits-Hadits Nabi Pengatahuan tentang Ijma' Ulama Menguasai Ilmu Ushul Fiqh.Mengetahui seluk beluk QiyasMampu menangkap tujuan Syari'at, Mengetahui tentang nasikh Mansukh.

II. Pembagian Ijtihad Ijtihad fardhli Menurut pendapat At-Thayyib Khudari As-Sayyid bahwa Ijtihad Fardhli adalah ijtihad yang dilakukan oleh perseorangan atau beberapa orang Mujtahid .1. Ijtihad Muthlaq2. Ijtihad Juz'i (Parsial)Muhammad Abu zahrah dalam bukunya, Ushul Fiqh membagi Ijtihad dari segi bentuk karya ijtihadnya kepada dua bagian :a. Ijtihad Istinbathib. Ijtihad TathbiqiMenurut Ibnu Subkhi Ijtihad Tathbiqi (menerapkan hukum hasil temuan Mujtahid terdahulu).III. Macam-macam Ijtihad1.Ijtihad Bayani yaitu Ijtihad yang digunakan untuk menemukan hukum yang terkandung dalam Nash Al-qur'an, namun sifatnya dhanni. 2.Ijtihad Qiyas, Qiyas menyamakan suatu kejiadian yang tidak ada nashnya dengan kejadian yang lain yang ada nash nya dengan melihat illatnya.3.Ijtihad istilahi Ijtihad dilihat dari aspek pelaksananya :a. Ijtihad Fardhi (individu)b. Ijtihad jama'i (Kolektif)

IV. Peringkat Mujtahid1.Beberapa tingkatan Mujtahid menurut Abu Zahrah dalam kitabnya Tarikh : Mujtahid dalam hukum syara' Mujtahid pada urutan pertama ini mampu menggali, menemukan dan mengeluarkan hukum langsung dari sumbernya (AL-qur'an dan As-Sunnah) dengan menggunakan beberapa metode ijtihad seperti : Istinbath,Qiyas,Maslahah Mursalah,dll.2.Mujtahid Muntasib adalah Ijtihadnya dihubungkan dengan ijtihad yang lain. dengan konsekuensi logis ada keterkaitan hubungan antara murid dam guru, ia hanya mengambil metode yang telah digunakan gurunya, meskipun nantinya akan terjadi kesamaan atau perbedaan yang prinsipil dalam segi hasil ijtihad.

3.Mujtahid Madzhab Mujtahid yang mengikuti madzhab tempat ia bernaung, 4.Mujtahid Fi At-TarjrihMujtahid yang hanya membandingkan pendapat beberapa madzhab. dengan menganalisis kelemahan dan keunggulan dalil yang digunakan.5.Mujtahid Mawazin Menurut Ibnu Abidin tingkatan ini identik dengan membandingkan antara pendapat-pendapat dengan riwayat-riwayat. mereka lebih mengkritisi pada wilayah qiyasnya.6.Mujtahid Muhafidz Mujtahid ini hanya bisa hujjah untuk membedakan pendapat mana yang terkuat dan terlemah (analisis)8.Mujtahid MuqallidUlama yang mampu memahami kitab-kitab tetapi tidak mempu menganalisis pendapat dan riwayat dengan keterbatasan kemampuan yang dimiliki.3. Macam-Macam IjtihadSecara umum jenis-jenis ijtihad yaitu antara lain:a. Ijma'Ijma' artinya kesepakatan yakni kesepakatan para ulama dalam menetapkan suatu hukum hukum dalam agama berdasarkan Al-Qur'an dan Hadits dalam suatu perkara yang terjadi untuk kemudian dirundingkan dan disepakati.b. QiysQiyas artinya menggabungkan atau menyamakan artinya menetapkan suatu hukum suatu perkara yang baru yang belum ada pada masa sebelumnya namun memiliki kesamaan dalah sebab, manfaat, bahaya dan berbagai aspek dengan perkara terdahulu sehingga dihukumi sama. c. IstihsnBeberapa definisi Istihsn:1) Fatwa yang dikeluarkan oleh seorang fqih (ahli fikih), hanya karena dia merasa hal itu adalah benar.2) Argumentasi dalam pikiran seorang fqih tanpa bisa diekspresikan secara lisan olehnya3) Mengganti argumen dengan fakta yang dapat diterima, untuk maslahat orang banyak.4) Tindakan memutuskan suatu perkara untuk mencegah kemudharatan.5) Tindakan menganalogikan suatu perkara di masyarakat terhadap perkara yang ada sebelumnyad. Maslahah murshalahAdalah tindakan memutuskan masalah yang tidak ada naskhnya dengan pertimbangan kepentingan hidup manusia berdasarkan prinsip menarik manfaat dan menghindari kemudharatan. e.Sududz DzariahAdalah tindakan memutuskan suatu yang mubah menjadi makruh atau haram demi kepentinagn umat.f.IstishabAdalah tindakan menetapkan berlakunya suatu ketetapan sampai ada alasan yang bisa mengubahnyag.UrfAdalah tindakan menentukan masih bolehnya suatu adat-istiadat dan kebiasaan masyarakat setempat selama kegiatan tersebut tidak bertentangan dengan aturan-aturan prinsipal dalam Alquran dan Hadis.

4. Metode Ijtihad ()Metode yang sudah dirumuskan dalam melakukan ijtihad, antara lain:1. IjmaDengan kata lain ijma artinya kesepakatan yakni kesepakatan para ulama dengan cara ijtihad dalam menetapkan suatu hukum dalam agama berdasarkan Al-Quran dan Hadits dalam suatu perkara yang terjadi. Hasil dari ijma adalah fatwa, yaitu keputusan bersama para ulama dan ahli agama yang berwenang untuk diikuti seluruh umat.2. QiysQiyas (reasoning by analogy), yaitu menetapkan sesuatu hukum terhadap sesuatu hal yang belum diterangkan oleh al-Quran dan as-Sunnah, dengan dianalogikan kepada hukum sesuatu yang sudah diterangkan hukumnya oleh al-Quran / as-Sunnah, karena ada sebab yang sama.TERIMA KASIH