)ijduhusdokf
Click here to load reader
-
Upload
imam-dermawan -
Category
Documents
-
view
8 -
download
2
Transcript of )ijduhusdokf
CEREBRAL BLOOD FLOW (CBF)
Otak menerima suplai darah kira kira 15% dari kardiac output (CO) (volume
semenit). Dalam keadaan istirahat dan kondisi sehat CBF orang dewasa kira kira 45-55
cc/100g otak permenit sedangkan pada anak anak sebesar 105 cc/100 gram otak/menit. Total
blood flow ke otak yang beratnya lebih kurang 1500 g kira kira 750 cc/menit. Semakin tua
semakin rendah CBF umpama pada usia 70 tahun, 58 cc/100g otak permenit sedangkan pada
usia 21 tahun CBF 62 cc/100 gram otak/menit.
Dalam keadaan fisiologis jumlah darah yang mengalir ke otak (CBF) adalah 50-60 ml
per 100 gram jaringan otak permenit. Jadi jumlah darah untuk seluruh otak, yang kira-kira
beratnya antara 1200-1400 gram adalah 700-800 ml permenit. Dari jumlah darah itu satu
pertiganya disalurkan melalui tiap arteri karotis interna dan satu pertiga tersisanya disalurkan
melalui susunan vertebrobasilar. Bila CBF menurun < 20 cc/100g otak permenit akan terjadi
ischemic EEG, bila diantara 18-23 maka otak tidak berfungsi namun sewaktu-waktu perfusi
meningkat akan aktif lagi disebut Penlucida tetapi bila CBF< 18 akan terjadi infarct apabila
perfusi tidak bisa ditingkatkan sampai batas waktunya maka disebut Penumbra,semakin
rendah CBF semakin singkat toleransi waktunya. Bila CBF <15 akan terlihat EEG
isoelektrik,absent evoke potensial, posfokreatinin menurun, laktat meningkat tetapi ATP
masih normal. Bila CBF antara 8-10 terjadi kegagalan metabolisme, Kalium ECF meningkat
dan ATP menurun. Bila diantara 6-9 maka Ca masuk intracelluler.
Otak yang berkedudukan didalam ruang tengkorak yang merupakan ruang tertutup
mempunyai sirkulasi yang sesuai dengan lokasinya. Konsekuensi dari kedudukan otak dalam
suatu ruang tertutup adalah volume otak ditambah volum liquor dan ditambah dengan volume
darus harus merupakan angka tetap (konstant) inilah yang dikenal sebagai hukum Monroe-
Kille. Hukum ini berimplikasi bahwa perubahan volume salah satu unsur tersebut akan
menyebabkan perubahan kompensatorik terhadap unsur-unsur lainnya. Oleh karena pada
umumnya volume otak dan volume likuor selalu berubah karena bermacam-macam
pengaruh, maka volume darah selalu akan menyesuaikan diri. Faktor-faktor penyesuaian
peredaran darah serebral dapat dibagi dalam faktor ekstrinsik dan instriksik.
a. Faktor Ekstrinsik
Berapa darah yang mengalir kedalam suatu organ tergantung pada tekanan darah yang
mensuplai organ tersebut dan tahanan yang dimiliki organ tersebut. Tekanan darah yang
menyiram organ dikenal sebagai tekanan perfusi, sedangkan tahanan organ yang
bersangkutan disebut sebagai resistensi jaringan.
Mengenai jumlah darah yang mengalir kedalam otak (CBF) maka tekanan perfusinya
adalah sama dengan selisih antara tekanan darah arterial sistemik dan tekanan vena cerebral.
Dalam keadaan normal tekanan vena serebral adalah 5 mm Hg. Apabila resistensi intrakranial
besar, maka CBF akan menurun. Sebaliknya CBF akan menjadi lebih besar jika resistensi
intrakranial menurun. Dalam bentuk rumus maka :
CBF = Tekanan Perfusi Resistensi intrakranial
Jika kita meninjau rumus tersebut, maka faktor-faktor ekstrinsik yang berpengaruh
terhadap sirkulasi serebral adalah terutama tekanan darah sistemik, kualitas pembuluh darah
karotikovertebral dan kualitas darah yang menentukan viskositasnya.
a. Tekanan Darah Sistemik
Dalam keadaan tanpa hipotensi tekanan darah arteriel pengaruhnya sedikit saja pada CBF,
malahan penurunan tekanan sampai 60-70 mmHg tak mempengaruhi CBF. Hal ini
disebabkan adanya autoregulasi cerebral yang mekanismenya hingga saat ini masih belum
jelas. Begitupun Bayliss(1902) mengemukakan bahwa adanya pengaruh langsung tekanan
pada otot-otot polos cerebrovaskular sedangkan Lassen (1959) berpendapat bahwa Pco2
dalam brain tissue sebagai faktor pengaturnya. yang dimaksud dengan autoregulasi cerebral
ialah kemampuan otak mempertahankan CBF dalam batas-batas normal dalam menghadapi
tekanan perfusi cerebral(CPP) yang berubah. Tekanan perfusi cerebral adalah selisih tekanan
arteri rata rata(saat masuk) dan tekanan vena rata-rata (saat keluar) pada sinus sagitalis
lymph/cerebral venous junction,secara praktis. CPP adalah selisih tekanan arteri rata rata
(mean arterial pressure (MAP) dan tekanan intracranial rata rata (Intracranial Pressure) (ICP)
yang diukur setinggi foramen monroe.
CBF = MAP - ICP
CVR
Dimana :
CBF : Cerebral Blood Flow
CPP : Cerebral Perfussion Pressure
MAP : Mean Arterial Preassure
ICP : Intra Cranial Pressure
CVR : Cerebro Vaskular Resistance
Karena CPP = MAP - ICP maka CPP akan menurun bila MAP turun atau ICP naik.
CPP normal antara 80-90 mmHg. Bila CPP turun50 mmHg terlihat EEG melambat, bila CPP
< 40 mmHg maka EEG mendatar terjadi iskemia yang reversibel atau irreversibel tetapi bila
CPP< 20 mmHg akan timbul iskemia cerebral yang irreversibel. Biasanya autoregulasi akan
dapat mempertahankan CBF selama MAP antara 50-150 mmHg. Artinya bila MAP turun
oleh kontraksi otot-otot polos dinding serebrovaskular sebagai respons adanya perubahan
tekanan intra mural akan terjadi vaso serebral dilatasi sebaliknya bila MAP naik akan terjadi
vasocerebral konstriksi selama MAP antara 50-150 mmHg.
Bila MAP turun dibawah 50 mmHg walau dilatasi maksimal CBF akan mengikuti
CPP secara pasif sehingga terjadi iskemia otak. Dan sebaliknya bila MAP diatas 150 mmHg
maka biarpun kontriksi maksimal akan dirusak sehingga CBF akan naik dengan tiba tiba
dapat merusak blood brain barrier (BBB) dan terjadi odema otak bahkan perdarahan otak.
Beberapa keadaan merubah atau menghilangkan autoregulasi ini misal hipertensi kronis dapat
merubah batas atas autoregulasi bergeser kekanan sehingga sudah terjadi iskemia pada
tekanan darah yang dianggap normal pada orang normal.
Iskemia serebral, infarc, trauma kepala, hipoksia, hiperkarbia berat,obat anestesia
inhalasibisa menghilangkan autoregulasi otak. Bila autoregulasi otak hilang maka CBF
tergantung pada tekanan darah sehingga penurunan CPP akan menurunkan CBF
b. Kemampuan jantung untuk memompa (Cardiac Output)
Pada penyakit jantung kongesti, output menurun. Tetapi CBF bisa tetap konstatberkat
autoregulasi serebral. Menurunnya CBF pada penderita-penderita penyakit jantung kongestif
disebabkan secara primer oleh hilangnya autoregulasi serebral, seperti hal nya pada orang –orang
yang sudah lanjut usia(aterosklerosis). Tetapi walaupun autoregulasi serebral masih berfungsi
baik, namun jika output kurang sehingga ambang kritis tekanan darah dilewati, maka manisfestasi
CVD akan bangkit pula.
c. Kualitas pembuluh darah karotikovertebral
CBF total tergantung terutama pada volume darah yang disampaikan ke otak melalui arteri
karotis internadan vertebralis kedua sisi. Pada tekanan perfusi yang konstat keadaan lumen
keempat arteri tersebut sangat menentukan.
Sebuah penelitian observasi mengungkapkan adanya kecenderungan pada plaque
atherosclerotique untuk berilserasi. Hal ini sering terjadi pada pangkal arteri karotisdan arteri
vertebralis. Tempat-tempat tersebut selalu bisa menjadi sumber embolus. Oleh karena itu bila
manifestasi CVD timbul maka penyakit yang mendasarinya bukannya stenosisyang
diperlihatkan oleh plaque atherosclerotique melainkan embolisasi dari plaque yang
berulserasi.
d. Kualitas darah yang menetukan viskositas
Jumlah darah yang disampaikan ke otak permenit tergantung juga terhadap pada
viskositasnya. Pada anemia CBF bertambah oleh karena viskositas darah menurun. Pada
polisitemia, viskositas darah meningkat sehingga dapat menurunkan CBF sampai 20 ml per
100 gram otak permenit. Juga pada leukemia dan dehidrasi berat(hemokonsentrasi) CBF
dapat menurun sehingga dapat mengakibatkan stoke.
Faktor–faktor Instrinsik
Didalam otak terdapat dua faktor yang mengatur perdarahan regional. Yang satu dimiliki oleh
pembuluh darah serebral dan yang lainnya merupakan sekumpulan proses biokimia yang
mempengaruhilumen arteri serebral.
a. Autoregulasi Arteri Serebral
Yang dimaksud autoregulasi adalah penyesuaian fisiologis organ tubuh terhadap kebutuhan
dan pasokan darah dengan mengadakan perubahan pada resistensi terhadap aliran darah dengan
berbagai tingkatan perubahan kontriksi / dilatasi pembuluh darah. Dengan pengetahuan
autoregulasi dalam menurunkan TD secara mendadak dimaksudkan untuk melindungi organ vital
dengan tidak terjadi iskemi.
Autoregulasi otak telah cukup luas diteliti dan diterangkan. Bila TD turun, terjadi
vasodilatasi, jika TD naik timbul vasokonstriksi. Pada individu normotensi, aliran darah otak
masih tetap pada fluktuasi Mean Arterial Pressure (MAP) 60–70 mmHg. Bila MAP turun
dibawah batas autoregulasi, maka otak akan mengeluarkan oksigen lebih banyak dari darah untuk
kompensasi dari aliran darah yang berkurang. Bila mekanisme ini gagal, maka dapat terjadi
iskemi otak dengan manifestasi klinik seperti mual, menguap, pingsan dan sinkope.
Autoregulasi otak ini kemungkinan disebabkan oleh mekanisme miogenic yang disebabkan oleh
stretch receptor pada otot polos arteriol otak, walaupun oleh Kontos dkk. Mengganggap bahwa
hipoksia mempunyai peranan dalam perubahan metabolisme di otak. Pada cerebrovaskuler yang
normal penurunan TD yang cepat sampai batas hipertensi, masih dapat ditolelir. Pada penderita
hipertensi kronis, penyakit cerebrovaskular dan usia tua, batas ambang autoregulasi ini akan
berubah dan bergeser ke kanan pada kurva, sehingga pengurangan aliran darah terjadi pada TD
yang lebih tinggi. Straagaard pada penelitiannya mendapatkan MAP rata-rata 113 mmHg pada 13
penderita hipertensi tanpa pengobatan dibandingkan dengan 73 mmHg pada orang normotensi.
Penderita hipertensi denga pengobatan mempunyai nilai diantar group normotensi dan hipertensi
tanpa pengobatan dan dianggap bahwa TD terkontrol cenderung menggeser autoregulasi kearah
normal. Dari penelitian didapatkan bahwa baik orang yang normotensi maupun hipertensi,
ditaksir bahwa batas terendah dari autoregulasi otak adalah kira-kira 25% dibawah resting MAP.
Oleh karena itu dalam pengobatan krisis hipertensi, pengurangan MAP sebanyak 20–25% dalam
beberapa menit/jam, tergantung dari apakah emergensi atau urgensi penurunan TD pada penderita
aorta diseksi akut ataupun oedema paru akibat payah jantung kiri dilakukan dalam tempo 15–30
menit dan bisa lebir rendah lagi dibandingkan hipertensi emergensi lainnya. Penderita hipertensi
ensefalopati, penurunan TD 25% dalam 2–3 jam. Untuk pasien dengan infark cerebri akut
ataupun pendarahan intrakranial, pengurangan TD dilakukan lebih lambat (6 – 12 jam) dan
harusdijaga agar TD tidak lebih rendah dari 170 – 180/100 mmHg.
Ada 2 teori mengenai autoregulasi ADO :
1. Teori metabolik regulation
Dalam keadaan normal, aliran darah otak sangat disesuaikan dengan tingkat kebutuhan otak
pada oksigen dan glukosa. Penyesuaian ini disebut sebagai flow metabolism coupling atau
metabolic regulation. Aktivitas tingkah laku seperti berbicara atau pergerakan anggota tubuh
menyebabkan penyesuaian kenaikan local kebutuhan glukosa dan aliran darah pada daerah otak
yang menangani fungsi ini. Pada saat kejang, kebutuhan glukosa dan aliran darah dapat
meningkat hingga 200-300%. Sebaliknya bila tingkat metabolisme otak berkurang seperti pada
saat koma atau anestesia barbiturat dapat dibuat suatu penurunan yang disesuaikan. Suhu tubuh
pun mempunyai efek yang penting, karena kebutuhan glukosa sebagaian besar daerah SSP
berubah lebih kurang 5-10% untuk setiap perubahan 1 derajat celcius.
2. Pressure Autoregulation
Cerebral autoregulation menunjukan dipertahankannya suatu aliran darah otak yang
relatif konstan walaupun terjadi variasi pada cerebral perfusion pressure (CPP). Respon
fisiologis ini berfungsi untuk melindungi otak dari efek yang merugikan (yaitu iskemi atau
hiperemi) karena perbedaan tekanan perfusi yang besar. Dalam pengertian yang sangat tegas
autoregulasi hanya digunakan untuk respon cerebrovasculer terhadap perubahan CPP dan
kadang-kadang secara khusus disebut sebagai pressure autoregulation.
Otak manusia mampu untuk mempertahankan aliran darah yang konstan walaupun
terdapat fluktuasi pada Mean Arterial Pressure (MAP) antara 60-160 mmHg. Letak anatomis
yang tepat yang memediasi pressure autoregulation belum diketahui tetapi beberapa bukti
menunjukan mikrosirkulasi. Diluar kedua nilai ambang batas, aliran darah otak sesuai dengan
perubahan MAP. Dibawah nilai ambang bawah, pembuluh darah otak berdilatasi maksimal
dan aliran secara pasif mengikuti MAP. Diatas nialai ambang atas, peningkatan percusion
pressure secara langsung direfleksikan oleh peningkatan aliran.
3. Faktor-faktor Biokimiawi
PaCO2 satu satunya faktor yang sangat penting mengontrol CBF. Ini disebut CO2
reactivity artinya perubahan PaCO2 akan merubah CBF dimana bila PaCO2 naik, CBF naik
& sebaliknya. Inhalasi 7% CO2 dapat menaikkan CBF sampai 100%. Sedangkan hyperven
tilasi sampai PaCO2 26 mmHg dapat menurunkan CBF sampai 35% (Ketty &Smith 1948).
Dalam keadaan dianestesi,anjing yang normotensi, perubahan CBF maksimum dicapai
oleh variasi PaCO2 antara 20-90 mmHg,diluar batas ini perubahan PaCO2 tak akan
menimbulkan perubahan CBF lebih lanjut. Harper dan Glass(1965) juga menunjukkan bahwa
respons terhadap CO2 berkurang dalam keadaan hipotensi dan menghilang bila tekanan darah
sistemik turun sampai 50 mmHg. Demikian juga Lennox dan Gibb (1932) membuktikan
bahwa respons terhadap CO2 menurun dalam keadaan hipoksemia.
Dalam range PaCO2 diantara 20 -80 mmHg kenaikan PaCO2 1 mmHg akan
menaikkan CBF 2cc/100gram jaringan otak. Dan laporan lain setiap kenaikan PaCO2 1 mmg
diantara PaCO2 25-80 mmHg menaikkan CBF kira kira 4% (0,95- 1,75)cc/100 gram otak
menit. Jika dibandingkan dengan keadaan normokapnia maka CBF 2xlipat pada PaCO2 80
mmHg dan setengahnya pada PaCO2 20 mmHg. Perubahan CBF hanya sedikit dibawah
PaCO2 25 mmHg maka hindari excessive hiperventilasi karena akan menyebabkan iskemia
cerebri. Beberapa peneliti mengemukakan bahwa kadar CO2 dalam darah merubah pH ECF
yang merubah tonus otot-otot polos arteriole cerebral.
Konsentrasi CO2 dan ion bikarbonat dalam cerebro spinal fluid (CSF) (LCS)
menentukan pH ECF. Konsentrasi CO2 di arteri terutama tergantung pada PACO2(respirasi)
sedangkan konsentrasi ion bikarbonat sehubungan proses metabolisme otak. Bila PaCO2
normal maka perubahan pH sedikit sekali pengaruhnya pada CBF. Walaupun perubahan CBF
bisa ditimbulkan oleh perubahan pH arteriel dimana alkalosis membuat vasocerebral
konstriksi dan asidosis membuat vasodilatasi namun Haper&Bell 1963 membuktikan tidak
ada perobahan CBF regional pada anjing-anjing bila PaCO2 dijaga konstant, selama infus
dengan bikarbonat dan asam laktat.
Dalam area otak yang terganggu oleh trauma, iskemia, bisa terjadi gangguan
autoregulasi dan CO2 reactivity sekaligus hingga CBF benar benar tergantung CPP disebut
cerebral vasoparalise. Bila tekanan perfusi cukup maka aliran darah akan meningkat kedaerah
yang hilang autoregulasi dan CO2 reactivity disebut Luxury perfussion. Tetapi sebaliknya
bila terjadi hipotensi akan terjadi iskemia berat dalam waktu yang singkat. Bila terjadi
vasodilatasi umum diotak maka terjadi pencurian CBF dari daerah vasoparalise masuk
kedaerah otak yang normal disebut intracerebral steal.Umpama dalam kondisi hiperkarbi.
Sebaliknya dalam kondisi hipokarbia (hiperventilasi) atau obat yang membuat vasocerebral
konstriksi seperti penthortal maka CBF akan memasuki daerah vasoparalise disebut Inverse
Intracerebral steal (fenomena Robinhood mencuri harta orang kaya diberikan ke si miskin).
Oksigen sendiri mempunyai effek vasokonstrisi cerebrovascular. Bila PaO2 menurun
sedangkan PaCO2 tetap, CBF tidak terpengaruh sampai PaO2 turun dibawah 50 mmHg atau
ada yang melaporkan dibawah 40 mmHg. Hipoksia menyebabkan penumpukan asam
metabolit dalam ECF yang mengelilingi arteriole cerebral dan bisa menyebabkan vasodilatasi
namun alkalosis pada ECF oleh karena hiperoksia tidak akan menyebabkan vasokonstriksi
cerebral. PaO2 diatas normal akan menurunkan CBF karena pada saat yang sama terjadi
penurunan PaCO2. Tetapi PaO2 disarankan tidak melebihi 200 mmhg pada operasi otak.