III. METODOLOGI PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · III. METODOLOGI PENELITIAN . 3.1 Metode...
Transcript of III. METODOLOGI PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · III. METODOLOGI PENELITIAN . 3.1 Metode...
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Pemilihan Lokasi dan Waktu Pelaksanaan Penelitian
3.1.1 Metode Pemilihan Lokasi
Penelitian ini dilaksanakan di Universitas Terbuka dengan alamat Jalan
Cabe Raya Pondok Cabe Tangerang Selatan 15418. Pertimbangan memilih lokasi
ini adalah UT merupakan universitas yang menerapkan sistem pembelajaran jarak
jauh satu-satunya di Indonesia, yang diakui secara Internasional dengan
banyaknya penghargaan yang telah diraih. Sehingga sangat penting untuk
mengetahui faktor-faktor yang melatarbelakangi motivasi kerja karyawan
sehingga memiliki prestasi kerja yang baik dalam rangka faktor pemeliharaan
SDM di UT.
3.1.2. Waktu Pelaksanaan Penelitian
Tabel 2 Waktu pelaksanaan penelitian
No. Jenis Kegiatan Waktu Pelaksanaan (Bulan)
2 3 4 5 6 7 8 9
1 Penyusunan Proposal X X
2 Persetujuan proposal X X
3 Sidang Komisi 1 X
3 Kolokium X
4 Pengumpulan Data X X
5 Pengolahan Data X
6 Analisis Data X
7 Penyusunan Laporan X X
8 Sidang Komisi 2 X
9 Seminar Hasil Penelitian X
10 Sidang Hasil Penelitian X
11 Laporan Penelitian X X
3.2 Jenis dan Sumber Data
Data penelitian meliputi data primer dan data sekunder. Data primer
diperoleh dari objek penelitian dengan menggunakan daftar pertanyaan
(kuesioner), yang meliputi motivator factors dan hygiene factors. Data sekunder
diperoleh dari bagian Kepegawaian yang meliputi karakteristik demografi
pegawai UT-Pusat, yang meliputi jenis kelamin, usia, karakteristik staf (staf
administrasi dan staf edukatif), golongan, dan pendidikan. Selain itu, Data
sekunder diperoleh dari tinjauan kepustakaan maupun literatur-literatur terkait
yang diperlukan untuk menunjang penelitian ini.
3.3 Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional
3.3.1 Identifikasi Variabel
Variabel penelitian yang akan dioperasionalisasikan dikelompokkan
menjadi dua bagian, antara lain variabel bebas dan tidak bebas. Variabel bebas
yaitu variabel motivasi pegawai yang terdiri dari motivator factors (X1) dan
hygiene factors (X2). Variabel tidak bebas (Y) yaitu kepuasan kerja pegawai di
Universitas Terbuka (UT)
3.3.2 Definisi Operasional
Berikut ini adalah definisi variabel-variabel operasional yang akan diteliti.
Tabel 3 Definisi operasional variabel
No Variabel Definisi Operasional Indikator Skala
1 Motivator
Factors
(X1)
Motivasi yang timbul
sebagai akibat adanya
rangsangan dari
dalam diri pegawai
1. Prestasi
2. Penghargaan
3. Pekerjaan itu
sendiri
4. Tanggung
jawab
5. Pengembangan
6. Keterlibatan
7. Kesempatan
untuk maju
Ordinal
2 Hygiene
Factors
Motivasi yang timbul
sebagai akibat adanya
rangsangan dari luar
diri pegawai
1. Gaji
2. Kebijakan dan
Administrasi
Perusahaan
3. Supervisi
4. Hubungan
Interpersonal
5. Kondisi Kerja
Ordinal
3 Kepuasan
Pegawai
(Y)
Kinerja Aktual yang
dirasakan pegawai
secara umum
1 kepuasan
pegawai
2 Ketidakpuasan
pegawai
Ordinal
3.4 Populasi dan Sampel Penelitian
3.4.1 Populasi Penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono 2008). Dalam
penelitian ini populasi adalah semua pegawai di Universitas Terbuka pada Kantor
UT-Pusat, dengan jumlah populasi sebanyak 865 pegawai.
3.4.2 Teknik Pengambilan Sampel
Dalam penelitian ini, kuesioner yang disebarkan kepada pegawai UT
sebesar 300 kuesioner. Yang bersedia mengisi sebanyak 192 pegawai.
Gay menyatakan bahwa penelitian yang bersifat deskriptif, maka ukuran
sampel minimal sebanyak 10% dari populasi dan untuk populasi yang relatif kecil
minimal sebesar 20% dari populasi, sedangkan penelitian yang bersifat deskriptif
korelasional maka ukuran sampel minimal sebanyak 30 subyek (Umar 2008).
Oleh sebab itu jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 192 responden
( 22.20%) sudah memenuhi syarat.
3.4.3 Metode Penarikan Sampel
Metode penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dengan menggunakan prosedur Probability Sampling, dimana dalam metode ini
pemilihan anggota populasi dilakukan secara random, sehingga setiap anggota
populasi memiliki peluang untuk terpilih sebagai sampel. Sedangkan metode yang
digunakan adalah Stratified Sampling, yaitu cara pemilihan sampel dimana
populasi dibagi terlebih dahulu menjadi tingkatan atau kelompok yang berbeda,
selanjutnya sampel ditarik secara random dari setiap kelompok, sehingga bisa
meliputi setiap strata yang berbeda untuk mewakili populasi secara keseluruhan
(Istijanto 2005). Dalam penelitian ini sampel dibagi ke dalam dua kelompok
berdasarkan status pegawai, yaitu staf edukatif dan staf administratif.
3.5 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah metode survei
dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner) yang dibagikan kepada
responden. Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data primer guna menguji
fakta, persepsi, sikap, dan perilaku responden terhadap motivasi dalam
mempengaruhi kepuasan kerja pegawai di UT. Kuesioner ini berisi pertanyaan-
pertanyaan tertutup yang jawabannya sudah ditentukan terlebih dahulu sehingga
responden hanya memilih alternatif jawaban yang tersedia. Penentuan skor
menggunakan skala Likert.
3.5.1 Uji Validitas Instrumen
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkatan-tingkatan
kevalidan atau kesahihan suatu kuesioner. Sebuah kuesioner dikatakan valid
apabila mampu mengukur apa yang diinginkan.Untuk mengetahui validitas
instrumen, penelitian ini menggunakan korelasi Product Moment. (Purwanto
2007).
Keterangan
r : koefisien korelasi product momen
X : skor tiap pertanyaan/ item
Y : skor total
N : jumlah responden
Dalam Nisfiannoor (2009), menyatakan bahwa valid atau tidaknya butir
adalah sama dengan fungsi yang dinyatakan oleh daya butir. Penggunaan patokan
0.2 untuk menyatakan bahwa butir telah valid dapat dilihat pada beberapa rujukan
kriteria empirik berikut :
Penulis :
Crocker and Algina (1986) : piA = 0.2
Nunnally (1970) : piA = 0.2
Aiken (1994) : piA = 0.2
Mehrens and Lehmans (1991) : piA = 0.2
Henning (1987) : piA = 0.25
3.5.2 Uji Reliabilitas Instrumen
Uji reliabilitas adalah pernyataan sejauh mana suatu hasil pengukuran relatif
konsisten bila alat ukur tersebut digunakan berulang kali, atau suatu uji yang
menunjukkan sejauh mana pengukuran ini dapat memberikan hasil yang relatif
tidak beda bila dilakukan pengulangan pengukuran terhadap subyek yang sama.
Pengujian reliabilitas dilakukan dengan menggunakan rumus Alpha atau
Cronbach’s Alpha. dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Arikunto 2006)
Keterangan:
r11 : reliabilitas kuesioner
k : banyaknya butir pertanyaan
Σ σb2 : jumlah variansi butir
σt2 : variansi total
Kriteria yang digunakan dalam reliabilitas ini adalah semakin besar nilai
dari r11 maka reliabilitas suatu tes makin tinggi (Arikunto 2006). Untuk
menginterpretasikan reliabilitas suatu tes digunakan kriteria sebagai berikut.
1. Bila r11 antara 0.8 – 1.0 berarti reliabilitas tersebut baik
2. Bila r11 antara 0.6 – 0.8 berarti reliabilitas tersebut diterima
3. Bila r11 antara 0.4 – 0.6 berarti reliabilitas tersebut cukup
4. Bila r11 antara 0.2 – 0.4 berarti reliabilitas tersebut rendah
5. Bila r11 antara 0.0 – 0.2 berarti reliabilitas tersebut agak rendah
3.6 Metode Pengolahan Data dan Analisis Data
3.6.1 Metode Pengolahan Data
Perolehan data primer yang bersumber dari kuesioner yang sudah diisi oleh
responden tergolong ke dalam data kualitatif yang tidak memiliki nilai nominal,
sehingga dibutuhkan proses pengkuantitatifan data yang berasal dari data
kualitatif. Hal ini dilakukan dengan menggunakan Skala Likert. Skala Likert
dikembangkan oleh Rensis Likert serta banyak digunakan dalam riset-riset
Sumber Daya Manusia (SDM) yang menggunakan metode survei untuk mengukur
persepsi karyawan (Istijanto 2005).
Skala Likert yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas lima pilihan sikap
alternatif, yaitu :
Tabel 4 Skala Likert dan bobot nilai jawaban responden
No Jawaban Bobot
1 SS = Sangat Setuju 2
2 S = Setuju 1
3 TT = Tidak Tahu 0
4 TS = Tidak Setuju -1
5 STS = Sangat Tidak Setuju -2
Skala ini mengukur tingkat persetujuan atau ketidaksetujuan responden
terhadap serangkaian pernyataan yang mengukur suatu objek. Skala Likert banyak
digunakan dalam riset-riset SDM untuk mengukur sikap karyawan, persepsi
karyawan, tingkat kepuasan karyawan, atau mengukur perasaan karyawan yang
lain. Skala Likert yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan lima
kategori, sebab dipandang bisa mewakili tingkat intensitas penilaian responden
dengan baik, penggunaan kategori yang terlalu banyak seringkali justru
membingungkan responden (Zikmund disitasi Istijanto, 2005).
Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan program komputer
SPSS (Statistical Program for Social Science) versi 20 dan Excel.
3.6.2 Metode Analisis Data
3.6.2.1 Analisis Crosstabs ( Tabel Silang)
Crosstabs disebut juga sebagai tabel ketergantungan atau Contingency
Tables. Menurut Santoso (2003) Crosstabs adalah sekedar menampilkan kaitan
antara dua atau lebih variabel, sampai dengan menghitung apakah ada hubungan
antara baris dan kolom. Analisis Crosstabs merupakan analisis yang menyajikan
data dalam bentuk tabulasi silang, yang meliputi baris serta kolom. Crosstabs
menghasilkan tabel-tabel yang mencerminkan distribusi gabungan dua atau lebih
variabel dengan jumlah kategori atau nilai pembeda yang terbatas. Adapun data
untuk penyajian Crosstabs adalah data kuantitatif. Pada penelitian ini penggunaan
analisis Crosstabs untuk mengetahui kaitan antara karakteristik responden (faktor
demografi), motivator factors (faktor intrinsik) dan hygiene factors ( faktor
ekstrinsik) dengan kepuasan pegawai.
Analisis Crosstabs dalam penelitian ini menggunakan korelasi gamma.
Korelasi Gamma digunakan jika data pasangan pengamatan banyak mengandung
angka sama atau ada situasi dimana data pengamatan ditampilkan dalam bentuk
tabel kontingensi (Santoso 2012). Dengan demikian untuk data pasangan
pengamatan yang keduanya bertipe ordinal dan ditampilkan dalam bentuk tabel
kontingensi, koefisien korelasi yang dapat digunakan adalah koefisien korelasi
Gamma. Koefisien korelasi Gamma yang dinotasikan dengan G ini dikenalkan
oleh Goodman dan Kruskal (1954). Koefisien korelasi ini didasarkan pada
banyaknya pasangan konkordan (C) dan pasangan diskordan (D).Maka statistik G
didefinisikan sebagai berikut (Santoso 2012) :
dimana : C = dengani = 1, 2,…, r-1 danj= 1, 2,…,k-1
D = dengani= 1,2,…,r-1 danj=1,2,…,k
dan didefinisikansebagaiberikut :
dan
Uji signifikasi gamma (G) dilakukan dengan hipotesis sebagai berikut :
H0 :Kedua variabel adalah independen satu dengan yang lain (tidak ada
hubungan)
H1 :Kedua variabel mempunyai hubungan yang nyata.
Dasa pengambilan keputuasan terhadap uji signifikasi Gamma (G) adalah dengan
melihat probabilitas dengan ketentuan sebagai berikut :
Probabilitas (G)> 0,05 maka H0 diterima yang artinya bahwa kedua variabel
independen dan tidak ada hubungan yang nyata.
Probabilitas (G) < 0,05maka H0 ditolak yang artinya bahwa kedua variabel
memiliki hunbungan yang nyata.
3.6.2.2 Analisis Regresi Berganda
Analisis regresi berganda adalah alat untuk meramalkan nilai pengaruh
dua variabel bebas atau lebih terhadap satu variabel terikat (untuk membuktikan
ada tidaknya hubungan fungsional atau hubungan kausal antara dua atau lebih
variabel bebas X1, X2,...... Xi, terhadap suatu variabel terikat Y.(Muhidin dan
Abdurahman 2009)
Persamaan regresi berganda dapat dirumuskan sebagai berikut :
Y = b1 X1 + b2 X2
Keterangan :
Y = Kepuasan Kerja Pegawai
X1 = Motivator Factors
X2 = Hygiene Factors
b1, b2 = koefisien tiap-tiap variabel
Pada penelitian ini tidak disertakan nilai konstanta (b0), karena
menggunakan ”Standardized Coefficient Beta”. Hal tersebut disebabkan adanya
perbedaan unit ukuran variabel ( dengan menggunakan skala Likert dengan
rentang nilai 1-5). Keuntungan penggunaan Standardized Coefficient Beta adalah
mampu mengeliminasi perbedaan unit ukuran dari masing-masing variabel
(Ghozali 2005).
Hasil persamaan Regresi Berganda tersebut kemudian dianalisis dengan langkah-
langkah sebagai berikut.
1. Pengolahan Data Ordinal menjadi Interval
Dikarenakan Skala Likert merupakan data ordinal, maka dilakukan konversi
data Ordinal (Non parametrik) menjadi bentuk Interval/parametrik (Al Rasyid
2003). Metode yang digunakan adalah metode interval berurutan (Method of
Successive Interval/MSI), dengan rumus sebagai berikut (Al Rasyid 2003).
Keterangan :
• Scale Value (nilai skala)
• Density at Lower Limit ( densitas batas bawah)
• Density at Upper Limit (densitas batas atas)
• Area Under Upper Limit (daerah dibawah batas atas)
• Area Under Lower Limit (daerah dibawah batas bawah)
Menentukan nilai transformasi (nilai untuk skala interval) dengan menggunakan
rumus :
2. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik terhadap model regresi yang digunakan, dilakukan agar
dapat diketahui apakah model regresi tersebut merupakan model regresi yang
baik atau tidak (Ghozali 2005). Dalam penelitian ini uji asumsi klasik yang
digunakan adalah uji multikolinieritas, uji heteroskedastisitas dan uji normalitas.
Uji Normalitas
Tujuan uji normalitas adalah untuk menguji apakah dalam sebuah model
regresi, variabel terikat dan variabel bebas atau keduanya mempunyai distribusi
normal atau kah tidak. Model regresi yang baik adalah distribusi data normal atau
mendekati normal.
Uji Normalitas data dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov
Test. Apabila P-value > alfa maka menyebar normal. Apabila residual tidak
menyebar normal, maka langkah pertama yang dilakukan adalah menghilangkan
outlier, lalu periksa lagi apakah normal ataukah tidak. Apabila masih tidak normal
juga maka kita dapat mentransformasi data (Ghozali 2005).
Uji Outlier (Pencilan Data)
Apabila dalam pengamatan terdapat pencilan atau outlier, dengan sendirinya
akan menyebabkan data tidak menyebar normal dan menurunkan nilai koefisien
regresi atau korelasinya. Hal ini diakibatkan karena ragam yang mengukur
bervariasinya data akan membesar atau kisaran data menjadi lebih lebar. Dengan
rendahnya nilai koefisien regresi dan korelasi dengan sendirinya dapat
menurunkan kualitas dari model regresi ang dihasilkan yang ditandakan dengan
koefisien determinasi (R2) yang kecil. koefisien determinasi (R2) pada intinya
mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel
independen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang
kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi
variabel dependen sangat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-
variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk
memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali 2005).
Metode yang digunakan adalah Standard Error of Estimation (Se). Kriteria yang
digunakan adalah :
Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas dilakukan untuk menguji apakah pada model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. model regresi yang baik
seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independent. Pengujian ada
tidaknya gejala multikolinieritas dilakukan dengan memperhatikan nilai matriks
Data disebut Outlier apabila terletak < -2Se atau > 2Se,
Jika Jumlah Outlier > 5% dari data maka outlier tersebut dapat dibuang.
korelasi yang dihasilkan pada saat pengolahan data serta nilai VIF (Variance
Inflation Factor) dan Toleransinya. Apabila nilai matrik korelasi tidak ada yang
lebih besar dari 0,5 maka dapat dikatakan data yang akan dianalisis bebas dari
multikolinieritas. Kemudian apabila nilai VIF berada dibawah 10 dan nilai
toleransi mendekati 1, maka diambil kesimpulan bahwa model regresi tersebut
tidak terdapat multikolinieritas (Santoso 2000).
VIF merupakan suatu cara mendeteksi multicollinearity dengan melihat
sejauh mana sebuah variabel independen dapat diterangkan oleh semua variabel
independen lainnya di dalam model regresi. VIF yang tinggi menunjukkan bahwa
multicollinearity telah menaikan sedikit variance pada koefisien estimasi (β),
yang dapat menurunkan nilai t.
Kriteria Uji Multicollinearity :
Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji apakah dalam sebuah
model Regresi terjadi ketidaksamaan varians residual dari satu pengamatan ke
pengamatan yang lain tetap, maka disebut Heteroskedastisitas (Santoso 2000).
Salah satu cara untuk mendeteksi heteroskedastisitas adalah uji glesjser, secara
umum dinotasikan sebagai berikut :
| e | = b +biXi + V
|e| = Nilai Absolut dari residual yang dihasilkan dari regresi model
Xi = Variabel Penjelas
Uji hipotesis yang digunakan dalam Uji Glesjer adalah sebagai berikut :
H0 : |e| = 0, artinya model memiliki varian residual yang homogen
H1 : |e| ≠ 0, artinya model memiliki varian residual yang heterogen.
kriteria yang digunakan dalam uji Glesjer adalah sebagai berikut :
VIF < 5 Low multicollinearity
5 ≤ VIF < 10 Moderate multicollinearity
VIF > 10 High multicollinearity
Jika Prob ≥ 5% terima H0, model mengalami Homoscedasticity
Jika Prob < 5% terima H0 atau terima H1, model mengalami Heteroscedasticity
3. Uji Koefisien Regresi Linier Berganda
Apabila syarat untuk ditelitinya model regresi telah terpenuhi semua, maka
langkah selanjutnya untuk mengetahui diterima atau tidaknya hipotesis yang
diajukan dalam penelitian ini, dilakukan analisis seperti berikut ini.
1. Uji t
Digunakan untuk menguji berarti atau tidaknya hubungan variabel-variabel
motivator factors (X1) dan hygiene factors (X2) dengan variabel dependen
kepuasan pegawai (Y).
Langkah-langkah pengujiannya adalah sebagai berikut (Ghozali 2005)
a. Menentukan Formulasi Hipotesis
- H0 : β = 0, artinya variabel X1dan X2 tidak mempunyai pengaruh yang
signifikan secara parsial terhadap variabel Y.
- H1 : β ≠ 0, artinya variabel X1dan X2 mempunyai pengaruh yang signifikan
secara parsial terhadap variabel Y.
b. Menentukan derajat kepercayaan 95% (α =0,05)
c. Menentukan signifikansi
- Nilai signifikansi (P Value) < 0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima.
- Nilai signifikansi (P Value) > 0,05 maka H0 diterima dan Ha ditolak.
d. Membuat kesimpulan
- Bila (P Value) < 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima. Artinya variabel
independent secara parsial mempengaruhi variabel dependent.
- Bila (P Value) > 0,05 maka H0 diterima dan ditolak. Artinya variabel
independent secara parsial tidak mempengaruhi variabel dependent.
2. Uji F
Uji F Digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel independent
dan variabel dependent, apakah variabel Motivation Factors (X1) dan hygiene
factors (X2) benar-benar berpengaruh secara simultan (bersama-sama) terhadap
variabel dependen Y (Kepuasan Pegawai). Langkah-langkah pengujiannya adalah
sebagai berikut. (Ghozali 2005)
a. Menentukan Formulasi Hipotesis
- H0 : β1 = β2=0, artinya variabel X1, dan X2 tidak mempunyai pengaruh yang
signifikan secara simultan terhadap variabel Y.
- H1 : β1 ≠ β2 ≠ 0, artinya variabel X1 dan X2 mempunyai pengaruh yang
signifikan secara simultan terhadap variabel Y.
b. Menentukan derajat kepercayaan 95% (α =0,05)
c. Menentukan signifikansi
- Nilai signifikasi (P Value) < 0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima.
- Nilai signifikasi (P Value) > 0,05 maka H0 diterima dan Ha ditolak.
d. Membuat kesimpulan
- Bila (P Value) < 0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima. Artinya variabel
independent secara simultan (bersama-sama) mempengaruhi variabel
dependent.
- Bila (P Value) > 0,05 maka H0 diterima dan Ha ditolak. Artinya variabel
independent secara simultan (bersama-sama) tidak mempengaruhi variabel
dependent.