BAB III METODOLOGI III.1 Waktu dan Lokasi Penelitian III.1
Transcript of BAB III METODOLOGI III.1 Waktu dan Lokasi Penelitian III.1
23
BAB III
METODOLOGI
III.1 Waktu dan Lokasi Penelitian
III.1.1 Waktu
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret – September 2020
III.1.2 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Gedung Meneng, Kecamatan
Gedung Meneng, Kabupaten Tulang Bawang, Lampung atau dapat dilihat
pada Gambar 3.1 dan lokasi sampling dapat dilihat pada Gambar 3.2
berikut.
Gambar 3.1 Peta Lokasi Penelitian
24
Gambar 3.2 Peta Lokasi sampling
III.2 Alat dan Bahan
III.2.1 Alat
1. Timbangan
2. Trash bag (volume 40 liter)
3. Alat tulis
4. Alat pengukur volume berukuran 20 cm x 20 cm x 100 cm
5. Sarung tangan latex
6. Masker
7. Kuesioner
III.2.2 Bahan
1. Sampah organik
2. Sampah plastik
3. Sampah kertas
25
III.3 Metode Pelaksanaan
Kerangka kerja dari penelitian ini disajikan dalam bentuk flow chart atau
diagram alir pada Gambar 3.3 berikut:
Gambar 3.3 Flow chart tahap pelaksanaan penelitian
Observasi awal penelitian
Studi Kepustakaan yang terkait:
1. Pengertian sampah
2. Jenis dan sumber sampah
3. Timbulan sampah
4. Karakteristik dan komposisi sampah
5. Pengelolaan sampah
6. TPS 3R
Pengumpulan Data primer:
1. Perhitungan laju timbulan sampah
2. Perhitungan komposisi dan karakteristik sampah
3. Analisis hasil kuesioner
Pengumpulan Data sekunder:
1. Data jumlah penduduk
2. Data fasilitas umum
Analisis pengolahan data
Perancangan desain TPS 3R
Penarikan kesimpulan
26
III.3.1 Observasi Awal Penelitian
Observasi awal penelitian bertujuan untuk mengetahui penentuan lokasi
yang akan menjadi tempat penelitian dilakukan. Setelah lokasi ditentukan
kemudian ditentukan latar belakang, tujuan, serta rumusan masalah penelitian.
III.3.2 Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan dilakukan untuk mendapatkan informasi yang
mendukung terkait dengan penelitian yang dilakukan. Pemilihan kepustakaan
disesuaikan dengan tema penelitian yang dikaji meliputi buku, jurnal ilmiah,
laporan penelitian, website resmi, dan peraturan yang berlaku di Indonesia.
Kepustakaan digunakan menjelaskan informasi mengenai pengertian sampah,
jenis dan sumber sampah, timbulan sampah, komposisi sampah, pengelolaan
sampah, dan perencanaan lokasi TPS 3R.
III.3.3 Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan metode kualitatif dan kuantitatif.
Kualitatif yaitu dengan mengumpulkan jawaban yang didapatkan dari hasil
kuisisoner sedangkan kuantitatif yaitu dengan menghitung timbulan sampah yang
ada. Data yang diperoleh dalam penelitian ini didapatkan dari dua sumber, yaitu:
1. Data Primer
Data primer yaitu data yang diperoleh dari hasil kuesioner, dan hasil
pengukuran langsung timbulan sampah dari penelitian yang dilakukan.
a. Kuesioner
Pembagian kuesioner dilakukan untuk mengetahui pemahaman dan
perilaku masyarakat dalam mengelola sampah. Penentuan jumlah
minimal responden dihitung menggunakan metode Slovin yaitu: (Siregar,
2012)
n =
( ( ))
Dimana:
n = jumlah sampel
N = Populasi
d = Toleransi error (5%)
Perhitungan jumlah minimal responden adalah sebagai berikut:
27
Diketahui N = 4.804 orang, sehingga
n =
( ( ))
n = 369,25 orang ≈ 370 orang
Berdasarkan perhitungan, didapatkan hasil jumlah minimal sampel
sebanyak 370 responden. Karakteristik kuesioner yang akan diketahui
yaitu profil responden, pengetahuan dan perilaku masyarakat tentang
pemilahan sampah. Kuesioner dibagikan dengan metode random
probability sampling dimana kuesioner dibagikan secara acak dan setiap
orang memiliki peluang yang sama untuk dipilih menjadi sampel.
b. Data Timbulan Sampah
Pengambilan sampel dan pengukuran sampel timbulan sampah ini
dilakukan sesuai dengan metode SNI 19-3964-1994 tentang Metode
Pengambilan dan Pengukuran Contoh Timbulan Dan Komposisi Sampah
Perkotaan. Berikut langkah-langkah pengambilan dan pengukuran contoh
timbulan dan komposisi sampah, yaitu:
1. Lokasi pengambilan sampel
Lokasi pengambilan contoh timbulan sampah dibagi menjadi 2
kelompok utama, yaitu:
Perumahan yang terdiri dari:
1) Permanen pendapatan tinggi
2) Semi permanen pendapatan sedang
3) Non permanen pendapatan rendah
Non perumahan yang terdiri dari:
1) Kantor
2) Sekolah
3) Pasar
4) Toko
5) Jalan
6) Rumah makan
2. Cara pengambilan
Pengambilan contoh sampah dilakukan di sumber masing-masing
perumahan dan non perumahan.
28
3. Jumlah contoh
Pengambilan contoh timbulan sampah perumahan di kawasan
perkotaan dilakukan secara acak strata dengan jumlah sebagai
berikut (Permen PU Nomor 3/PRT/M/2013):
a. Jumlah contoh jiwa dan kepala keluarga (KK) dapat dihitung
berdasarkan rumus 3.1 dan 3.2 di bawah ini
S = Cd√ (3.1)
Dimana:
S = jumlah contoh (jiwa)
Cd = Koefisien perumahan
Ps = populasi (jiwa)
K =
(3.2)
K = Jumlah contoh (KK)
N = Jumlah jiwa per keluarga = 5
Jumlah contoh timbulan sampah dari perumahan adalah sebagai
berikut:
Contoh dari perumahan permanen = (S1 x KK)
Contoh dari perumahan semi permanen = (S2 x KK)
Contoh dari perumahan non permanen = (S3 x KK)
Dimana:
S1 = Proporsi jumlah KK rumah permanen dalam (25%)
S2 = Proporsi jumlah KK rumah semi permanen dalam (30%)
S3 = Proporsi jumlah KK rumah non permanen dalam (45%)
S = jumlah contoh jiwa
N = jumlah jiwa per keluarga
K =
= jumlah KK
4. Kriteria
a. Kriteria Perumahan
Kategori perumahan yang ditentukan berdasarkan:
Keadaan fisik rumah dan atau
Pendapatan rata-rata kepala keluarga dan atau
29
Fasilitas rumah tangga yang ada
b. Kriteria non perumahan
Kriteria non perumahan untuk fasilitas umum berdasarkan
fungsinya.
5. Frekuensi
Pengambilan contoh dilakukan dalam 8 hari berturut-turut pada
lokasi yang sama.
6. Perhitungan jumlah sampel
Jumlah penduduk Kelurahan Gedung Meneng berdasarkan hasil
wawancara adalah sebagai berikut:
Jumlah KK = 1.996
Jumlah penduduk = 4.804 orang
Penduduk laki-laki = 2.254 orang
Penduduk perempuan = 2.280 orang
a. Jumlah contoh jiwa
Ps = 4.804 jiwa
S = Cd√
S = 0,5√
S = 34,65
Dimana :
S = Jumlah contoh (jiwa)
Ps = Populasi (jiwa)
Cd = Koefisien perumahan
Cd Kota metropolitan dan besar = 1
Cd Kota sedang dan kecil = 0,5
Proporsi jumlah KK rumah permanen (S1) = 25%
Proporsi jumlah KK rumah semi permanen (S2) = 30%
Proporsi jumlah KK rumah non permanen (S3) = 45%
K = S/N = 34,65/5 = 6,93 ≈ 7 KK
b. Jumlah contoh timbulan sampah dari perumahan
Rumah Permanen = S1 x KK = 25% x 7 = 1,75 ≈ 2 rumah
30
Rumah semi permanen = S2 x KK = 30% x 7 = 2,1 ≈ 2
rumah
Rumah non permanen = S3 x KK = 45% x 7 = 3,15 ≈ 3
rumah
Maka total rumah yang di-sampling ialah 2+2+3= 7 Rumah
(sesuai).
c. Jumlah contoh timbulan sampah dari non perumahan
S = Cd√
S = jumlah contoh masing-masing jenis bangunan non
perumahan
Cd = Koefisien bangunan non perumahan = 1
Ts = Jumlah bangunan
Kantor (Terdapat 2 bangunan)
S = √ = 1,4 ≈ 1 buah
Pasar (Terdapat 2 tempat)
S = √ = 1,4 ≈ 1 buah
Warung makan (terdapat 8 tempat)
S = √ = 2,82 ≈ 3 buah
7. Pengukuran sampah langsung
Cara pengambilan dan pengukuran contoh dari lokasi perumahan
dilakukan sesuai dengan SNI 19-3964-1994 yaitu:
1. Tentukan lokasi pengambilan contoh.
2. Tentukan jumlah tenaga pelaksana.
3. Siapkan peralatan.
4. Lakukan pengambilan dan pengukuran contoh timbulan dan
komposisi sampah sebagai berikut:
Bagikan kantong plastik yang sudah diberi tanda kepada
sumber sampah 1 hari sebelum dikumpulkan.
Catat jumlah unit masing-masing penghasil sampah.
Kumpulkan kantong plastik yang sudah terisi sampah.
Angkut seluruh kantong plastik ke tempat pengukuran.
31
Timbang kotak pengukur.
Tuang secara bergiliran contoh tersebut ke kotak pengukur
40 L.
Hentak 3 kali kotak contoh dengan mengangkat kotak
setinggi 20 cm. Lalu jatuhkan ke tanah.
Ukur dan catat volume sampah (Vs).
Timbang dan catat berat sampah (Bs).
Timbang bak pengukur 500 L.
Pilah contoh berdasarkan komponen komposisi sampah
Timbang dan catat berat sampah
Hitung komponen komposisi sampah.
5. Bila akan dibawa ke laboratorium uji (pengujian karakteristik
sampah) lakukan sub butir berikut ini:
Ambil dari tiap komponen contoh dengan rumus : (diambil
contoh komponen organik)
Organik =
(3.3)
Aduk merata contoh-contoh tersebut dan dimasukkan ke
dalam kantong plastik ditutup rapat dan diangkat ke
laboratorium.
8. Pengukuran kadar air sampah
Sampel sampah dari penetapan komposisi, dicampur kembali
Sampel tersebut dibagi dalam 4 bagian.
Pisahkan masing-masing satu sekop. Campurkan kembali
bagian terpisah tersebut, bagi 4, pisahkan dari tiap bagian
sejumlah sampel sampai kira-kira berat campurannya 100 gr.
Timbang cawan petri kosong (sudah dipanaskan dalam oven
105ºC selama 2 jam). Catat berat cawan.
Masukkan sampel sampah 100 gr dalam cawan petri tersebut.
Timbang dan catat (a gram).
Panaskan cawan tersebut dalam oven 105ºC selama 2 jam.
32
Setelah 2 jam keluarkan cawan. Biarkan agak dingin.
Masukkan ke dalam desikator. Timbang.
Masukkan kembali dalam oven 105ºC selama 1 jam.
Keluarkan cawan, biarkan agak dingin dan timbang kembali.
Jika berat cawan belum konstan, masukkan kembali dalam
oven 105ºC selama 1 jam. Lakukan seterusnya sampai berat
cawan konstan (b gr).
Hitung % kadar air menggunakan rumus:
= ( ) ( )
( )
Kadar kering = (100% - % kadar air)
9. Pengukuran kadar volatil sampah
Sampel sampah kering hasil penetapan kadar air, digerus
sampai halus.
Timbang cawan krus kosong yang sudah dipanaskan 1 jam
dalam oven 600ºC. Catat beratnya.
Timbang sampel kering dan halus ± 4 gr dalam cawan krus.
Catat beratnya (a gr).
Masukkan cawan krus dalam oven 600ºC selama 2 jam.
Lebikan ¼ jam untuk pencapaian temperature 600ºC.
Matikan oven, biarkan temperature oven turun, keluarkan
cawan, biarkan dingin, masukkan dalam desikator. Timbang
cawan (b gr).
Hitung kadar volatil menggunakan rumus:
= ( ) ( )
( )
Kadar abu = (100% - % kadar volatil)
10. Perhitungan jumlah timbulan
a. Proyeksi Jumlah Penduduk
Proyeksi jumlah penduduk dapat dilakukan dengan tiga metode,
yaitu:
Metode Aritmatik
Pn = Po + rn
33
Metode Geometri
Pn = Po (1+r)n
Metode Least Square
P = a + (bx)
b. Proyeksi Timbulan Sampah
Dari hasil proyeksi jumlah penduduk dengan kurun waktu 10
tahun atau umur teknis TPA paling sedikit 10 tahun (Permen PU
Nomor 3/PRT/M/2013). Sehingga diperoleh nilai besarnya
timbulan sampah, yang dapat ditulis dengan rumus matematis
sebagai berikut:
Qn = Qt (1+P)n (3.6)
Dimana :
Qn = timbulan sampah pada n tahun mendatang
Qt = timbulan sampah pada tahun awal perhitungan
P = laju pertumbuhan penduduk
n = periode waktu
2. Data Sekunder
Data sekunder meliputi kegiatan pengumpulan data yaitu berupa data jumlah
penduduk dan fasilitas umum. Diketahui data penduduk Kelurahan Gedung
Meneng berdasarkan Data Kelurahan Gedung Meneng adalah sebagai berikut:
Jumlah KK = 1996
Jumlah penduduk = 4.804 orang
Jumlah kantor
Jumlah TK = 1
Jumlah SD = 1
Jumlah SMP = 1
III.3.4 Analisis Pengolahan Data
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dan menjadi dasar usulan
desain pengelolaan persampahan. Untuk memperoleh data kuantitatif tersebut
perlu dilakukan studi timbulan dan komposisi sampah terlebih dahulu dengan cara
melakukan pengambilan dan pengukuran sampel (sampling) pada masing-masing
sumber sampah. Analisis data yang telah dikumpulkan dilakukan untuk
34
merencanakan dan menentukan jenis pengolahan yang akan diaplikasikan di
Kelurahan Gedung Meneng. Berikut ini adalah beberapa data yang akan di
analisis, yaitu seperti yang tertera pada Tabel 3.1 berikut:
Tabel 3.1 Kebutuhan dan Analisis Data
Jenis Data Kebutuhan Data
Teknik Pengumpulan Data Analisis
Data Perhitungan
Langsung Observasi Kuesioner
Data
Primer
Timbulan sampah
Analisis
deskriptif
Komposisi sampah
Kadar air
Kadar volatil
Kadar abu
Pengetahuan dan
perilaku
masyarakat
Data
Sekunder
Jumlah penduduk
Jumlah fasilitas
umum
1. Data timbulan sampah
Dari data timbulan sampah maka dapat menghasilkan beberapa analisis
seperti jenis dan komposisi sampah rata-rata yang dihasilkan di wilayah
perencanaan, serta dapat menganalisis jumlah rata-rata yang dihasilkan tiap
orang/hari.
2. Data kadar air, kadar volatil, dan kadar abu
Data tersebut digunakan untuk mengetahui apakah sampah di Kelurahan
Gedung Meneng baik untuk dijadikan kompos, serta untuk perencanaan luas
kolam lindi.
35
3. Data pengetahuan dan perilaku masyarakat
Data ini didapatkan dari hasil kuesioner yang telah diberikan dengan maksud
untuk mengetahui pengetahuan dan perilaku masyarakat tentang pengelolaan
sampah.
4. Data jumlah penduduk
Data ini dapat menganalisis proyeksi penduduk untuk menentukan besarnya
timbulan sampah dalam kurun waktu 10 tahun mendatang.
III.3.5 Perencanaan TPS 3R
Tahapan perencanaan TPS 3R dapat dilihat pada table 3.1 berikut:
Tabel 3.2 Perencanaan TPS 3R
No Langkah Perencanaan Hasil
1. Luas lahan yang diperlukan
untuk pembangunan TPS 3R
Dimensi TPS 3R berdasarkan lahan yang telah
disediakan
2. Hasil perhitungan jumlah
komposisi sampah
Jenis pengolahan sampah yang akan diterapkan
yaitu:
a. Sampah Organik
Diolah menjadi pupuk kompos
b. Sampah Anorganik
Plastik : digiling menjadi plastik dengan
ukuran yang lebih kecil.
3. Hasil perhitungan volume
timbulan sampah
Untuk menentukan dimensi TPS 3R yang akan
dibangun, meliputi:
a. Panjang, lebar, dan tinggi TPS
b. Dimensi bangunan penunjang
Setelah semua perhitungan didapatkan, langkah selanjutnya yaitu penggambaran
TPS 3R. Tahapan penggambaran dapat dilihat pada Tabel 3.3 berikut:
Tabel 3.3 Penggambaran TPS 3R
No Tahapan Penggambaran Hasil
1. Layout TPS 3R
Gambar kerja lokasi TPS 3R yang meliputi:
a. Area penerimaan sampah
b. Area pencacahan dan pengomposan
sampah
c. Area pengemasan
36
No. Tahapan Penggambaran Hasil
1. Layout TPS 3R
d. Wadah sampah residu
e. Area penyimpanan barang
f. Area pengolahan plastik
2. Denah TPS 3R Denah
3. Bangunan Tampak Gambar bangunan tampak depan
4. Sarana penunjang
Gambar sarana penunjang yang meliputi:
a. Kantor c. Pos Jaga
b. Kamar mandi d. Garasi container
III.3.6 Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan dilakukan untuk menjawab rumusan masalah yang
telah ditentukan di awal berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan.