PARTISIPASI, TANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS DALAM ... · 2. Tujuan dan Pertanyaan Penelitian 5 3....

70
PARTISIPASI, TANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS DALAM PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG DESA Temuan Lini Dasar dari Studi “Sentinel Villages

Transcript of PARTISIPASI, TANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS DALAM ... · 2. Tujuan dan Pertanyaan Penelitian 5 3....

Page 1: PARTISIPASI, TANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS DALAM ... · 2. Tujuan dan Pertanyaan Penelitian 5 3. Metodologi dan Lokasi 7 3.1. Metodologi 7 3.2. Pemiilhan lokasi dan pendekatan sampling

PARTISIPASI, TANSPARANSIDAN AKUNTABILITASDALAM PELAKSANAANUNDANG-UNDANG DESA

Temuan Lini Dasar dari Studi “Sentinel Villages”

Page 2: PARTISIPASI, TANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS DALAM ... · 2. Tujuan dan Pertanyaan Penelitian 5 3. Metodologi dan Lokasi 7 3.1. Metodologi 7 3.2. Pemiilhan lokasi dan pendekatan sampling

2018 Bank Dunia – Local Solutions to Poverty, Jakarta, Indonesia

Karya ini merupakan produk staf Bank Dunia, melalui Dana Amanah Local Solutions to Poverty, dengan kontribusi eksternal. Temuan, interpretasi, dan kesimpulan yang diungkapkan dalam karya ini belum tentu mencerminkan pandangan Bank Dunia, Dewan Direktur Eksekutif Bank Dunia, atau berbagai pemerintah yang diwakilinya. Bank Dunia tidak menjamin keakuratan data yang masuk dalam karya ini. Batas-batas, warna, denominasi, dan informasi lainnya yang ditampilkan pada peta mana pun dalam karya ini tidak menyiratkan posisi Bank Dunia mengenai status hukum suatu wilayah atau dukungan atau penerimaan atas batas-batas tersebut.

Hak dan ijin

Materi dalam karya ini tunduk pada hak cipta. Karena Bank Dunia mendorong penyebaran pengetahuannya, karya ini dapat direproduksi, seluruhnya atau sebagian, untuk tujuan non-komersial selama pertalian penuh terhadap karya ini diberikan. Tidak ada sesuatu pun di sini yang merupakan atau dianggap sebagai pembatasan atau pengabaian atas hak istimewa dan kekebalan Bank Dunia, yang semuanya dilindungi secara khusus.

Tata Letak: Ardhi Yudho

Page 3: PARTISIPASI, TANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS DALAM ... · 2. Tujuan dan Pertanyaan Penelitian 5 3. Metodologi dan Lokasi 7 3.1. Metodologi 7 3.2. Pemiilhan lokasi dan pendekatan sampling

PARTISIPASI, TRANSPARANSIDAN AKUNTABILITAS

DALAM PELAKSANAANUNDANG-UNDANG DESA

Temuan Lini Dasar dari Studi “Sentinel Villages”

Penulis

Leni Dharmawan

Gregorius D.V. Pattinasarany

Lily Hoo

Penyunting Bahasa

Peter Milne

Oktober 2015 – Februari 2016

Page 4: PARTISIPASI, TANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS DALAM ... · 2. Tujuan dan Pertanyaan Penelitian 5 3. Metodologi dan Lokasi 7 3.1. Metodologi 7 3.2. Pemiilhan lokasi dan pendekatan sampling

iv

Page 5: PARTISIPASI, TANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS DALAM ... · 2. Tujuan dan Pertanyaan Penelitian 5 3. Metodologi dan Lokasi 7 3.1. Metodologi 7 3.2. Pemiilhan lokasi dan pendekatan sampling

Daftar Isi

Daftar Isi v

Tabel vi

Gambar vii

Kotak viii

Daftar Istilah dan Singkatan ix

Abstrak xi

1. Latar Belakang 1

2. Tujuan dan Pertanyaan Penelitian 5

3. Metodologi dan Lokasi 7

3.1. Metodologi 7

3.2. Pemiilhan lokasi dan pendekatan sampling 8

4. Kerangka Koseptual 11

4.1. Partisipasi 11

4.2. Transparansi dan akuntabilitas 13

5. Temuan Utama pada Studi Lini Dasar 15

5.1. Partisipasi dalam perencanaan desa dan implementasi proyek 15

5.2. Transparansi 21

5.3. Daya tanggap dan akuntabilitas 26

5.4. Peran aktivis desa dan BPD 30

6. Poin Utama 33

7. Rekomendasi 37

Referensi 40

Lampiran

Lampiran 1 : Karakteristik para undangan dan non-undangan, dan kehadiran mereka

pada pertemuan desa 42

Lampiran 2 : Peserta dan non-peserta pertemuan desa dan dusun 43

Lampiran 3 : Alasan yang diberikan atas ketidakhadiran dan kemungkinan syarat kehadiran

di masa depan 44

Lampiran 4 : Perkiraan probit kehadiran pada pertemuan desa (efek marginal) 45

Lampiran 5 : Karakteristik responden berdasarkan kesadaran mereka tentang program desa

dan penggunaan dana tahun sebelumnya 46

Lampiran 6 : Keinginan untuk mengetahui informasi desa 47

Lampiran 7 : Pendekatan Bobot Sampling 48

v

Page 6: PARTISIPASI, TANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS DALAM ... · 2. Tujuan dan Pertanyaan Penelitian 5 3. Metodologi dan Lokasi 7 3.1. Metodologi 7 3.2. Pemiilhan lokasi dan pendekatan sampling

Tabel

Tabel 1. Karakteristik yang dipilih dari lokasi-lokasi studi kualitatif 8

Table 2. Pratisipasi dalam kegiatan pembangunan infrastruktur 16

Tabel 3. Persepsi terhadap kepala desa dan kepala dusun (%) 18

Tabel 4. Pengalaman kepala desa dan partisipasi warga desa 20

Tabel 5. Profil BPD dan partisipasi warga desa 21

Tabel 6. Penyebaran informasi pemerintah desa: yang diakui dan yang sesungguhnya 22

Tabel 7. Pilihan metode dalam diseminasi informasi 22

Tabel 8. Persepsi tentang informasi yang dibutuhkan kepala desa dan jenis informasi

yang paling sering diminta oleh warga desa 23

Tabel 9. Minat dan karakteristik penduduk desa 24

Tabel 10. Pengalaman anggota BPD dan pemilihan langsung mereka, dan kesadaran

warga desa 25

Tabel 11. Diseminasi dari kepala desa dan kesadaran warga desa 25

Tabel 12. Tiga masalah teratas dan solusi menurut pandangan warga desa 27

Tabel 13. Penanganan pengaduan oleh pemerintah desa 27

Tabel 14. Partisipasi aktivis dalam pertemuan musyawarah 31

Tabel 15. Korelasi atas masalah yang disebutkan oleh warga desa, aktivis desa dan

kepala dusun 31

vi

PARTISIPASI, TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS DALAM PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG DESA

Page 7: PARTISIPASI, TANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS DALAM ... · 2. Tujuan dan Pertanyaan Penelitian 5 3. Metodologi dan Lokasi 7 3.1. Metodologi 7 3.2. Pemiilhan lokasi dan pendekatan sampling

Gambar

Gambar 1. Tingkat partisipasi dalam pertemuan tingkat desa dan dusun per kabupaten 16

Gambar 2. Jenis keterlibatan pada pertemuan desa (%) 20

Gambar 3. Jenis keterlibatan pada pertemuan dusun (%) 20

Gambar 4. Kesadaran warga desa tentang program desa dan penggunaan dana desa 21

Gambar 5. Persepsi tentang pentingnya program desa 26

vii

PARTISIPASI, TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS DALAM PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG DESA

Page 8: PARTISIPASI, TANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS DALAM ... · 2. Tujuan dan Pertanyaan Penelitian 5 3. Metodologi dan Lokasi 7 3.1. Metodologi 7 3.2. Pemiilhan lokasi dan pendekatan sampling

Kotak

Kotak 1. Jumlah responden 9

Kotak 2. Pertemuan akuntabilitas di Desa Village, Ngada 29

viii

PARTISIPASI, TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS DALAM PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG DESA

Page 9: PARTISIPASI, TANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS DALAM ... · 2. Tujuan dan Pertanyaan Penelitian 5 3. Metodologi dan Lokasi 7 3.1. Metodologi 7 3.2. Pemiilhan lokasi dan pendekatan sampling

Daftar Istilah dan Singkatan

APB Desa : Anggaran Pendapatan Belanja Desa

BPD : Badan Permusyawaratan Desa

CDD : Community-Driven Development (Pembangunan berbasis masyarakat)

FGD : Focus Group Discussion (Diskusi kelompok terarah)

LLI : Local Level Institutions

Musdes : Musyawarah Desa

Musdus : Musyawarah Dusun

Musrenbangdes : Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa

PNPM : Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat

PPK : Program Pengembangan Kecamatan

PSF : PNPM Support Facility

RPJM Desa : Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa

RT : Rukun Tetangga

RKP Desa : Rencana Kerja Pemerintahan Desa

RW : Rukun Warga

SV : Sentinel Villages (Studi Pemerintahan Desa dan Pemberdayaan Masyarakat)

ix

PARTISIPASI, TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS DALAM PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG DESA

Page 10: PARTISIPASI, TANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS DALAM ... · 2. Tujuan dan Pertanyaan Penelitian 5 3. Metodologi dan Lokasi 7 3.1. Metodologi 7 3.2. Pemiilhan lokasi dan pendekatan sampling

Abstrak

Page 11: PARTISIPASI, TANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS DALAM ... · 2. Tujuan dan Pertanyaan Penelitian 5 3. Metodologi dan Lokasi 7 3.1. Metodologi 7 3.2. Pemiilhan lokasi dan pendekatan sampling

Abstrak

Dapatkah UU Desa meningkatkan kondisi sosial dan ekonomi di desa-desa di Indonesia melalui partisipasi dan penyelenggaraan pemerintahan yang lebih baik? Ini adalah pertanyaan utama yang akan dijawab melalui studi Sentinel Villages. Studi ini mengamati dua tahun pertama penyelenggaraan UU Desa untuk menilai tingkat partisipasi masyarakat desa, transparansi dan akuntabilitas pemerintah desa, serta pengaruh prinsip-prinsip tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) dalam proses pengambilan keputusan di tingkat desa untuk pembangunan. Pada awal pelaksanaan UU Desa, partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan di tingkat desa masih didominasi oleh kalangan elit dan laki-laki, terutama pada pertemuan tingkat desa, sementara pertemuan tingkat sub-desa atau bahkan tingkat RT lebih mudah diakses oleh perempuan dan orang miskin desa dari kalangan 40 persen terbawah. Warga desa cenderung tidak berpartisipasi terutama karena tingginya biaya peluang dan karena persepsi bahwa diskusi merupakan urusan pemerintah desa dan tokoh masyarakat saja. Perihal undangan tidak terlalu menjadi persoalan

karena, bahkan ketika mereka diundang, lebih dari setengah warga desa tidak hadir. Para kepala desa juga secara selektif mengundang anggota dari kalangan elit, tokoh masyarakat dan aktivis, dan orang-orang yang menurut mereka akan bersedia untuk berbicara dan mampu memberikan masukan. Badan Permusyawaratan Desa (BPD), yang belum terbentuk sesuai UU Desa, belum memenuhi potensi mereka untuk meningkatkan keterlibatan warga desa dalam pengambilan keputusan dan kendali atas pemerintah desa. Namun, kekhawatiran para aktivis desa tentang isu-isu lokal lebih selaras dengan rumah tangga desa, dan aktivis perempuan hampir sama vokal dan aktifnya seperti aktivis laki-laki. Mendorong partisipasi dalam pertemuan-pertemuan sub-desa dan mendukung aktivis desa untuk menyuarakan keprihatinan warga desa dalam pertemuan desa mungkin merupakan cara efektif untuk mengimbangi dominasi pemerintah desa dan kalangan elit desa.

Kata kunci: undang-undang desa, pemerintahan desa

xi

PARTISIPASI, TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS DALAM PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG DESA

Page 12: PARTISIPASI, TANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS DALAM ... · 2. Tujuan dan Pertanyaan Penelitian 5 3. Metodologi dan Lokasi 7 3.1. Metodologi 7 3.2. Pemiilhan lokasi dan pendekatan sampling

Latar Belakang1.

Page 13: PARTISIPASI, TANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS DALAM ... · 2. Tujuan dan Pertanyaan Penelitian 5 3. Metodologi dan Lokasi 7 3.1. Metodologi 7 3.2. Pemiilhan lokasi dan pendekatan sampling

Latar Belakang

UU No. 6 tahun 2014 tentang Desa (“UU Desa”) membuka peluang untuk meningkatkan tata kelola pemerintahan desa di Indonesia dengan mengikutsertakan prinsip-prinsip tata kelola pemerintahan yang baik seperti partisipasi masyarakat, transparansi dan akuntabilitas ke bawah, dan memberikan sumber daya tambahan dan otonomi bagi desa. Prinsip-prinsip ini telah dipraktikkan melalui proyek-proyek pembangunan berbasis masyarakat (community-driven development – CDD) selama lebih dari 15 tahun di desa-desa di seluruh Indonesia. Prinsip-prinsip ini didasarkan pada premis bahwa memberdayakan warga untuk memilih atau menuntut barang/jasa yang mereka butuhkan akan meningkatkan kesejahteraan mereka.

Proyek-proyek CDD pertama kali dimulai di Indonesia setelah akhir era Orde Baru. Di bawah rezim Orde Baru, desa-desa dikendalikan secara ketat oleh pemerintah pada tingkat yang lebih tinggi dimana merekalah yang memutuskan proyek pembangunan mana yang patut desa

dapatkan. Pendekatan yang sangat top-down ini sering menghasilkan ketidaksinkronan antara apa yang dibutuhkan oleh masyarakat dan apa yang disediakan oleh pemerintah, dan desa-desa nyaris tidak memiliki kendali atas pembangunan mereka sendiri karena sedikitnya sumber daya untuk mengelola sendiri pembangunan tersebut. Dalam suasana yang baru setelah akhir era Orde Baru, proyek-proyek CDD yang dirintis melalui Program Pengembangan Kecamatan (PPK) bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk mendapatkan kebutuhan pembangunan mereka sendiri. Hal ini dicapai dengan menyediakan ruang bagi masyarakat untuk bertemu dan mengajukan sendiri prioritas mereka, dan dengan menyediakan dana yang diperlukan dan dukungan teknis untuk melaksanakan proposal tersebut. Untuk memastikan bahwa dana diterima oleh masyarakat secara penuh dan dalam waktu yang tepat, proyek-proyek tersebut memiliki mekanisme pengelolaan dan akuntabilitas mereka sendiri, dan tidak bergantung pada sistem pemerintahan desa yang ada.

1

PARTISIPASI, TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS DALAM PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG DESA

Page 14: PARTISIPASI, TANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS DALAM ... · 2. Tujuan dan Pertanyaan Penelitian 5 3. Metodologi dan Lokasi 7 3.1. Metodologi 7 3.2. Pemiilhan lokasi dan pendekatan sampling

Setelah berakhirnya era Orde Baru, walaupun untuk waktu yang relatif singkat, UU No. 22/1999 tentang Pemerintahan Daerah mengampu warga desa untuk meminta pertanggungjawaban dari pemerintah desa, sehingga lebih tanggap akan kebutuhan masyarakat dengan membentuk BPD yang dipilih untuk mewakili masyarakat. Namun, UU No. 22/1999 berumur pendek dan penggantinya, UU No. 32/ 2004, sangat mengurangi mekanisme akuntabilitas ke bawah yang mana memperbolehkan kepala desa untuk menunjuk sendiri anggota BPD. Hal ini memperbesar kekuasaan kepala desa sehingga nyaris tanpa kendali lain dari kelembagaan desa. Hal diatas adalah konteks di mana proyek-proyek CDD—yang disatukan di bawah sebuah program payung yang disebut Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) sejak tahun 2007—berjalan selama hampir seluruh masa proyek. Karena memiliki sistem manajemen dan akuntabilitas yang terpisah, proyek-proyek semacam itu terbatas pengaruhnya terhadap cara pemerintah desa bekerja, meskipun sudah ada selama lebih dari satu dekade di tingkat desa (Dharmawan, Dewayanti, & Nugraheni, 2014), (Syukri, Mawardi, & Akhmadi, 2013), (Woodhouse, 2012). Meski demikian, PNPM berhasil dalam menyediakan infrastruktur desa yang berkualitas baik dan hemat biaya, mengurangi kemiskinan dan meningkatkan akses atas layanan, dengan tingkat kebocoran (dana) yang minimal (Voss, Impact Evaluation of the Second Phase of the Kecamatan Development Program in Indonesia, 2008), (Voss, 2013), (Syukri et al., 2013), (Syukri, Akhmadi, Hastuti, Kartawijaya, & Kurniawan, 2014), (PSF, 2014a). Beberapa pendapat memandang PNPM sebagai alat CDD yang hemat biaya yang membantu menyalurkan lebih banyak dana kepada penerima manfaat, alih-alih sebagai sarana transformasi sosial (Mansuri & Rao, 2013). Harapannya sekarang adalah bahwa dengan disahkannya UU Desa, tersedianya

2

PARTISIPASI, TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS DALAM PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG DESA

Page 15: PARTISIPASI, TANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS DALAM ... · 2. Tujuan dan Pertanyaan Penelitian 5 3. Metodologi dan Lokasi 7 3.1. Metodologi 7 3.2. Pemiilhan lokasi dan pendekatan sampling

dana yang lebih besar, serta ketentuan mengenai praktik tata kelola pemerintahan yang baik, akan ada peningkatan signifikan dalam kualitas dan hasil pembangunan desa.

Mekanisme berlapis dari akuntabilitas UU Desa mencakup mengembalikan kekuasaan ke Badan Permusyawaratan Desa (BPD) yang direvitalisasi sebagai perwakilan masyarakat, melembagakan forum Musyawarah Desa (MusDes) untuk meningkatkan partisipasi masyarakat secara umum, serta memberikan transparansi atas kerja pemerintah dan melaporkannya kepada pemerintah kabupaten. Namun, mengingat bahwa banyak pemerintah desa kini mengelola sumber daya keuangan yang semakin signifikan sementara kapasitas mereka dalam prinsip-prinsip tata kelola pemerintahan yang baik masih terbatas, muncul kekhawatiran akan adanya potensi penyalahgunaan dana, ketidakcocokan dalam prioritas pembangunan antara pemerintah desa dan masyarakat yang mereka layani, serta meningkatnya eksklusi kelompok-kelompok yang terpinggirkan dari proses pembangunan. Oleh karena itu, penting untuk mengamati bagaimana prinsip-prinsip tata kelola pemerintahan yang baik ini dipraktikkan, terutama di tahun-tahun awal pelaksanaan UU Desa.Studi Sentinel Villages (SV) ini diawali dengan proses pengumpulan data lini dasar (baseline fieldwork) pada komponen kualitatif di 10 desa pada bulan September hingga Oktober 2015, dan komponen kuantitatif di 112 desa lain di kabupaten-kabupaten yang sama pada bulan Maret hingga April 2016 (uraian tentang metodologi yang digunakan tersedia di bawah ini). Laporan ini memberikan ikhtisar temuan dari studi lini dasar tentang partisipasi, transparansi informasi, dan mekanisme akuntabilitas. Untuk laporan yang lebih ekstensif tentang kualitatif kualitatif, lihat Kurniawan dkk. (2017).

3

PARTISIPASI, TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS DALAM PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG DESA

Page 16: PARTISIPASI, TANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS DALAM ... · 2. Tujuan dan Pertanyaan Penelitian 5 3. Metodologi dan Lokasi 7 3.1. Metodologi 7 3.2. Pemiilhan lokasi dan pendekatan sampling

Tujuan danPertanyaan Penelitian

2.

Page 17: PARTISIPASI, TANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS DALAM ... · 2. Tujuan dan Pertanyaan Penelitian 5 3. Metodologi dan Lokasi 7 3.1. Metodologi 7 3.2. Pemiilhan lokasi dan pendekatan sampling

Tujuan dan

Pertanyaan Penelitian

1 Studi ini sekarang telah diperpanjang hingga tahun 2018, satu tahun lebih lama dari rencana semula.2 Pada saat kerja lapangan, peraturan tentang desa adat belum ditetapkan dan tidak ada desa sampel yang secara resmi dinyatakan sebagai desa adat. Dalam studi kualitatif, adat masih kuat dalam kehidupan masyarakat tetapi tidak berperan penting dalam pemerintahan desa. Kelompok adat diperlakukan sama dengan kelompok masyarakat lainnya. Ada satu desa yang diketahui memiliki organisasi adat yang terpisah untuk mengelola hutan adatnya, yang terpisah dari pemerintah desa. Hal ini menciptakan potensi konflik antara kedua organisasi. Hasil lebih lanjut dari studi ini akan dilaporkan dalam studi lini akhir pada tahun 2018.

Studi ini melacak perkembangan pelaksanaan UU Desa dalam tiga tahun pertama pelaksanaan undang-undang ini (2015-18) dengan tujuan-tujuan sebagai berikut:1

1) Untuk menguji apakah pelaksanaan UU Desa mengikuti prinsip partisipasi, transparansi dan akuntabilitas yang dibutuhkan/ditetapkan dalam proses pemerintahan desa;

2) Untuk mengamati apakah pelaksanaan UU Desa mengarah ke pemerintahan desa yang lebih responsif, sebagaimana tercermin dalam keputusan yang sesuai dengan prioritas masyarakat; dan

3) Untuk menguji apakah keberadaan lembaga lokal (seperti BPD dan/atau dewan adat) dan aktivis desa (seperti para mantan pelaku PNPM) memengaruhi pelaksanaan UU Desa.2

Untuk menguji pelaksanaan UU Desa, studi ini akan mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut:

1) Sejauh mana desa-desa menerapkan prinsip partisipasi, transparansi, dan akuntabilitas yang sudah ditentukan?a. Apakah proses perencanaan dan pelaksanaan

terbuka untuk kalangan non-elit, termasuk perempuan, warga desa miskin dan kelompok terpinggirkan? Mengapa atau mengapa tidak?

b. Apakah anggota masyarakat, termasuk kalangan non-elit, perempuan, warga desa miskin dan kelompok terpinggirkan, mengetahui tentang:

(i) proses perencanaan pemerintah desa; (ii) keputusan pemerintah desa; dan (iii) pelaksanaan proyek yang didukung melalui dana desa? Mengapa atau mengapa tidak?

c. Apakah masyarakat dapat meminta pemerintah desa untuk mempertanggungjawabkan penggunaan dana desa melalui mekanisme yang diatur dalam UU Desa, seperti BPD dan MusDes? Mengapa atau mengapa tidak?

2) Apakah penerapan prinsip partisipasi, transparansi, dan akuntabilitas menghasilkan pengalokasian dana desa yang sesuai dengan prioritas masyarakat?a. Apakah dana desa dialokasikan berdasarkan

prioritas yang mencerminkan kebutuhan kalangan non-elit, termasuk perempuan, penduduk miskin dan kelompok terpinggirkan? Mengapa atau mengapa tidak?

b. Apakah warga masyarakat, termasuk kalangan non-elit, perempuan, masyarakat miskin dan kelompok terpinggirkan merasakan perubahan dalam interaksi mereka dengan pemerintah desa setelah implementasi UU Desa? Mengapa atau mengapa tidak?

3) Apakah lembaga lokal yang ada (seperti BPD dan/atau dewan adat) dan aktivis desa (seperti para mantan pelaku PNPM) memengaruhi pelaksanaan UU Desa? Peran apa yang mereka mainkan, jika ada?

5

PARTISIPASI, TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS DALAM PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG DESA

Page 18: PARTISIPASI, TANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS DALAM ... · 2. Tujuan dan Pertanyaan Penelitian 5 3. Metodologi dan Lokasi 7 3.1. Metodologi 7 3.2. Pemiilhan lokasi dan pendekatan sampling

Metodologidan Lokasi

3.

Page 19: PARTISIPASI, TANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS DALAM ... · 2. Tujuan dan Pertanyaan Penelitian 5 3. Metodologi dan Lokasi 7 3.1. Metodologi 7 3.2. Pemiilhan lokasi dan pendekatan sampling

Metodologi

dan Lokasi

3.1. Metodologi

Studi ini menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif untuk memeriksa perubahan dalam bagaimana prinsip partisipasi, transparansi dan akuntabilitas dijalankan, faktor-faktor apa yang memengaruhi praktik-praktik tersebut, dan bagaimana warga dan pemerintah desa merasakan perubahan ini dari sudut pandang mereka sendiri. Metode kualitatif digunakan untuk memperoleh pemahaman mendalam tentang hubungan antara berbagai faktor, sedangkan metode kuantitatif digunakan untuk menggambarkan pola praktik-praktik ini, bersama dengan asal-usulnya dan persepsi tentang mereka dalam masyarakat. Kedua komponen ini melibatkan pekerjaan lapangan lini dasar (baseline) dan lini akhir (endline). Selama kerja lapangan, komponen kualitatif melibatkan beberapa pemantau lapangan yang ditempatkan di setiap kabupaten untuk mengumpulkan informasi tentang isu-isu terkait pelaksanaan UU Desa.

Bagian kualitatif studi ini dilakukan dengan menggunakan berbagai teknik pengumpulan data, seperti observasi langsung, diskusi kelompok terarah (Focus Group Discussion/FGD) dan wawancara mendalam. Observasi langsung digunakan untuk mendapatkan pemahaman tentang karakteristik spesifik desa-desa, termasuk kondisi geografis dan sumber daya alam mereka,

serta untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana warga desa berinteraksi satu sama lain dan dengan pemerintah desa dalam kehidupan sehari-hari. Tiga jenis FGD juga dilakukan selama kerja lapangan lini dasar: (i) tentang tata kelola pemerintahan desa; (ii) tentang kelembagaan desa dan para pelaku utama; dan (iii) tentang ketanggapan pemerintah desa. Dua FGD pertama dilakukan secara terpisah untuk peserta laki-laki dan perempuan, sedangkan FGD ketiga dicampur. Seluruhnya, lebih dari 400 penduduk berpartisipasi dalam FGD di semua lokasi studi. Selain itu, berbagai wawancara dilakukan dengan informan utama dari tingkat kabupaten, kecamatan dan desa, termasuk wawancara dengan kelompok-kelompok terpinggirkan, untuk memperoleh informasi dari berbagai pemangku kepentingan yang terlibat dalam pelaksanaan UU Desa tentang pengalaman, tantangan, dan harapan mereka.

Bagian kuantitatif dari studi ini melakukan survei terhadap lebih dari 4.000 responden laki-laki dan perempuan, termasuk kepala desa, kepala BPD dan aktivis desa di 112 desa (lihat Kotak 1 untuk rinciannya). Responden adalah campuran dari kepala dan anggota rumah tangga, kepala desa, kepala dusun, anggota/ketua BPD, aktivis desa, dan petugas kesehatan dan pendidikan. Survei mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk mendapatkan pemahaman tentang keterlibatan

7

PARTISIPASI, TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS DALAM PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG DESA

Page 20: PARTISIPASI, TANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS DALAM ... · 2. Tujuan dan Pertanyaan Penelitian 5 3. Metodologi dan Lokasi 7 3.1. Metodologi 7 3.2. Pemiilhan lokasi dan pendekatan sampling

responden dalam penerapan UU Desa, pengalaman dan pemahaman mereka tentang penerapan UU Desa, kepuasan mereka terhadap layanan dan informasi, dan persepsi mereka tentang kebutuhan prioritas desa mereka.

3.2. Pemilihan lokasi dan pendekatan sampling

Studi ini dilakukan di lokasi-lokasi yang memberikan variasi karakteristik perdesaan di Indonesia yang dapat mempengaruhi tata kelola pemerintahan desa untuk mendapatkan kumpulan studi kasus yang lebih rinci. Namun, lokasi-lokasi ini tidak dimaksudkan untuk mewakili Indonesia secara keseluruhan. Sebaliknya, lokasi-lokasi ini dipilih agar mencakup provinsi-provinsi yang kaya sumber daya dan miskin sumber daya, Jawa dan luar Jawa, dan kelembagaan lokal (formal/negara, masyarakat/adat/agama) yang kuat dan yang lemah.

Terdapat sedikit set data yang dapat diakses dari mana studi ini dapat mengambil sampel yang mencakup data mikro, seperti tingkat partisipasi dalam kegiatan-kegiatan di tingkat desa, dan persepsi mengenai transparansi dan akuntabilitas pemerintah desa. Set data PNPM hanya sebatas tingkat kecamatan. Mengingat batasan-batasan tersebut, studi ini menggunakan lokasi-lokasi dari studi Local Level Institutions (LLI), studi-studi longitudinal lainnya yang dilakukan pada tahun 1996 (LLI1), 2000/01 (LLI2) dan 2012 (LLI3). Studi-studi ini berusaha mengidentifikasi prasyarat bagi, dan kendala bagi kapasitas lokal (didefinisikan sebagai kemampuan untuk menyelesaikan masalah umum secara kolektif) dan sejauh mana struktur negara melengkapi atau menghambat upaya pemecahan masalah masyarakat yang sesuai dengan kriteria seperti yang dijelaskan dalam metodologi (miskin dan kaya sumber daya, Jawa dan luar Jawa, kelembagaan lokal yang kuat dan yang lemah). Provinsi-provinsi tersebut adalah Jambi, Jawa

Kabupaten Desaa Jarak keKecamatan

PopulasiAngka

kemiskinanbAPB Desa 2015

(Rp)

Ngada Ndona 15 km 1.378 24,27 579.177.912

Lekosoro 16 km 913 20,41 576.132.552

Wonogiri Kalikromo 2 km 2.785 27,13 803.827.000

Beral 8 km 3.366 8,48 1.104.514.000

Banyumas Deling 3 km 4.836 18,73 939.912.188

Karya Mukti 3 km 13.038 24,02 1.802.637.497

Batanghari Tiang Barajo 15 km 1.965 9,23 856.953.280

Kelok Sungai Besar 16 km 2.087 13,58 843.110.280

Merangin Jembatan Rajo 3 km 1.261 3,21 383.213.333

Seberang Sungai 4 km 755 42,54 375.451.431

Tabel 1. Karakteristik yang dipilih dari lokasi-lokasi studi kualitatif

Sumber: Profil Desa dan APB Desa. a) Semuanya adalah nama samaran;b) Untuk konsistensi pada seluruh situs, data diperoleh dari peta data kemiskinan dan penghidupan SMERU tahun 2010di http://www.indonesiapovertymap.org

8

PARTISIPASI, TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS DALAM PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG DESA

Page 21: PARTISIPASI, TANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS DALAM ... · 2. Tujuan dan Pertanyaan Penelitian 5 3. Metodologi dan Lokasi 7 3.1. Metodologi 7 3.2. Pemiilhan lokasi dan pendekatan sampling

Tengah dan Nusa Tenggara Timur (NTT). Set data LLI memberikan keunggulan tambahan bagi pemilihan lokasi studi karena: (i) set data ini memiliki data pada tiga titik waktu berbeda sepanjang dua dekade terakhir (LLI1 pada tahun 1996, LLI2 pada tahun 2001, dan LLI3 pada tahun 2012) yang memperkuat sifat longitudinal dari studi yang diusulkan ini; dan (ii) set data ini merupakan satu-satunya yang tersedia yang memberikan informasi tentang indikator-indikator utama yang diteliti oleh studi ini, yakni partisipasi, transparansi dan akuntabilitas di tingkat desa.

Oleh karena itu, studi ini mengunjungi kembali lima kabupaten LLI: dua di Jambi (Batanghari dan Merangin), dua di Jawa Tengah (Banyumas dan Wonogiri) dan satu di NTT (Ngada). Untuk komponent kualitatif, studi ini memilih 10 desa dari 20 desa yang dikunjungi selama putaran ketiga studi LLI pada tahun 2012, menggunakan kriteria berikut:

• Variasi tingkat partisipasi dalam kegiatan pembangunan desa dan persepsi transparansi dan akuntabilitas (dari dataset LLI);

• Variasi kapasitas desa untuk tindakan kolektif (dari dataset LLI); dan

• Variasi potensi desa, seperti sumber daya, akses ke infrastruktur dan akses ke pasar (dari Potensi Desa, atau PODES).

Untuk komponen kuantitatif, rencana awalnya adalah untuk memilih 100 desa di luar lokasi studi kualitatif. Jumlah desa di setiap kabupaten ditentukan oleh proporsi total desa di setiap kabupaten. Namun, untuk menjaga proporsinya, 12 desa ditambahkan di Merangin dan Ngada. Untuk alasan logistik, empat desa dikunjungi di masing-masing kecamatan. Penyesuaian dilakukan untuk memastikan bahwa jumlah desa per kabupaten adalah kelipatan empat. Kecamatan, desa dan dusun—satu di setiap desa—dipilih secara acak. Berdasarkan daftar rumah tangga terkini yang disediakan oleh kepala dusun, 20 rumah tangga dipilih secara acak dan di setiap rumah tangga, dua responden dewasa (seorang laki-laki dan seorang perempuan) diwawancarai.

Kotak 1. Jumlah responden:

• 2.240 rumah tangga, terdiri dari 1.841 rumah tangga yang diwakili oleh dua responden dan 399 rumah tangga oleh satu responden.

• 4.081 responden anggota rumah tangga dewasa, terdiri dari 2.125 perempuan dan 1.956 laki-laki.

• 112 kepala desa.• 112 ketua BPD.• 112 kepala dusun.• 222 aktivis masyarakat, 224 pekerja sektor

kesehatan dan 192 pekerja sektor pendidikan.

9

PARTISIPASI, TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS DALAM PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG DESA

Page 22: PARTISIPASI, TANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS DALAM ... · 2. Tujuan dan Pertanyaan Penelitian 5 3. Metodologi dan Lokasi 7 3.1. Metodologi 7 3.2. Pemiilhan lokasi dan pendekatan sampling

KerangkaKonseptual

4.

Page 23: PARTISIPASI, TANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS DALAM ... · 2. Tujuan dan Pertanyaan Penelitian 5 3. Metodologi dan Lokasi 7 3.1. Metodologi 7 3.2. Pemiilhan lokasi dan pendekatan sampling

Kerangka

Konseptual

4.1. Partisipasi

Partisipasi adalah salah satu prinsip utama dalam UU Desa. Pasal 3 UU Desa menyebutkan 13 prinsip sebagai dasar pengaturan desa, yang salah satunya adalah partisipasi. Partisipasi dalam pengambilan keputusan telah diakui menjadi aspek penting dalam program pembangunan di Indonesia, khususnya setelah pengalaman bertahun-tahun melaksanakan program pembangunan berbasis masyarakat seperti Program Pengembangan Kecamatan (PPK) dan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) (Wetterberg, 2014). Asumsi dasarnya adalah bahwa dengan membuka proses pengambilan keputusan untuk melibatkan kalangan pelaku yang lebih luas akan memberikan hasil pembangunan yang dinikmati lebih luas dan berkelanjutan. Khususnya dalam konteks di mana sebelumnya kalangan non-elit dikecualikan, penyertaan suara masyarakat diharapkan dapat meningkatkan kinerja pemerintah desa (Narayan, 2002), (Clearly, 2007).

Namun, tinjauan terbaru tentang pendekatan partisipatif menunjukkan bahwa partisipasi tidak selalu memberikan hasil yang lebih baik dan lebih adil. Walau ada beberapa keberhasilan yang sudah sangat sering dikutip [seperti penganggaran partisipatif di Porto Alegre, Brasil (Baiocchi, 2003), tetapi untuk pujian yang lebih ... , lihat Boulder & Wampler, 2010], proyek-proyek partisipatif sering

terus menguntungkan kalangan elit yang “lebih kaya, lebih terdidik, dari status sosial yang lebih tinggi, laki-laki dan lebih terhubung secara politik daripada non-peserta” [(Mansuri dan Rao 2013: 5), lihat juga (Dasgupta & Beard, 2007), (Bandiera & Levy, 2011)]. Partisipasi juga dapat menimbulkan biaya finansial dan sosial pada kelompok miskin dan terpinggirkan, juga pada perempuan.3 Dampak positif untuk kelompok-kelompok ini seringkali terbatas atau sangat tergantung pada konteksnya (O'Meally, 2013), (Joshi, 2014), (Mansuri dan Rao, 2013).

Bahkan dalam proyek-proyek yang mewajibkan partisipasi dan melindungi prosesnya dari intervensi pemerintah desa (dan kalangan elit setempat), seperti PNPM, kualitas partisipasi bervariasi dan menegaskan beberapa kekhawatiran yang dikemukakan sebelumnya. Data dari PNPM Perdesaan menunjukkan bahwa perempuan dan orang miskin memiliki keterlibatan yang cukup besar dalam program ini, di mana perempuan mencapai 45 persen dari seluruh peserta, dan 50 persennya dikategorikan sebagai orang miskin. Masyarakat miskin juga sangat terlibat dalam pelaksanaan sub proyek (terutama pekerjaan konstruksi), di mana lebih dari 70 persen pekerja untuk infrastruktur PNPM Perdesaan diambil dari segmen termiskin di desa (Pokja Pengendali PNPM, 2012). Namun, ada juga laporan bahwa perempuan

3 Lihat Sambodho (a, makalah yang akan datang, sebagai bagian dari studi ini) 11

PARTISIPASI, TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS DALAM PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG DESA

Page 24: PARTISIPASI, TANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS DALAM ... · 2. Tujuan dan Pertanyaan Penelitian 5 3. Metodologi dan Lokasi 7 3.1. Metodologi 7 3.2. Pemiilhan lokasi dan pendekatan sampling

dan masyarakat miskin jarang berpartisipasi dalam pengambilan keputusan, yang tetap didominasi oleh kalangan elit lokal (Neil, 2013). Sementara itu, kelompok terpinggirkan biasanya tetap dikecualikan dari partisipasi (Syukri et al., 2013), (AKATIGA, 2010), (AKATIGA, 2012), dan pemberdayaan dan kepemilikan warga tetap terbatas di daerah terpencil dan terpinggirkan di wilayah termiskin (Neil, 2013), (PSF, 2015). Meski demikian, dalam hal hasil dari proses partisipasi, mayoritas penerima manfaat PNPM (sekitar 90 persen)—terlepas dari gender atau tingkat kemiskinan—setuju bahwa mereka telah mendapatkan manfaat dari investasi dalam hibah PNPM (survei penerima manfaat PNPM, tahun 2012 dan 2015).

Penguasaan oleh kalangan elit memang ada tetapi terbatas, terutama di antara para pemimpin informal (dibandingkan dengan orang-orang dalam posisi kepemimpinan formal di desa), begitu pula kerugian kesejahteraan yang ditimbulkannya. (Alatas, et al., 2013). Studi lain membedakan lebih lanjut antara kendali kalangan elit (atas pengambilan keputusan) dan penguasaan oleh kalangan elit (atas manfaat), dan menemukan bahwa kalangan elit berperilaku berbeda dalam konteks yang berbeda—“tidak semua kalangan elit yang berkuasa korup” dan, dalam kasus di mana mereka mengendalikan keputusan, manfaat tetap sampai kepada kelompok yang paling layak (Dasgupta dan Beard, 2007: 244; lihat juga World Bank, 2017).

Ada kebutuhan untuk memanfaatkan pemimpin informal dan para aktivis desa, yang umumnya (tetapi bukan berarti selalu) merupakan kalangan yang lebih makmur di desa tersebut.4 Sebuah proyek tata pemerintahan desa di Zimbabwe bereksperimen dalam memanfaatkan para pemimpin informal ini untuk menciptakan tekanan horizontal, dengan berargumen bahwa mereka, antara lain, menciptakan persaingan kepemimpinan dan meningkatkan pemantauan (Baldwin, Muyengwa, & Mvukiyehe, 2017). Tekanan horizontal

ini diperlukan mengingat bahwa tekanan dari atas tidak selalu efektif atau tersedia, pun tekanan dari bawah, seperti yang ditemukan juga di desa-desa di Indonesia. (Wetterberg, Jellema, & Dharmawan, 2014).

Dengan menggunakan pengetahuan partisipasi ini, studi lini dasar ini melihat siapa saja yang berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan dan pelaksanaan proyek-proyek desa yang didanai dari anggaran desa yang meningkat signifikan, bagaimana mereka berpartisipasi, dan persepsi mereka tentang manfaatnya. Secara khusus, studi ini membahas bidang-bidang berikut:

• Musyawarah Desa (Musdes): Forum musyawarah desa (MusDes) menonjol dalam UU Desa sebagai sarana melibatkan masyarakat dalam membahas hal-hal strategis dalam pemerintahan desa (Pasal 54). Hasil dari pembahasan ini harus dirujuk oleh pemerintah desa dalam pelaksanaan tugasnya (penjelasan Pasal 54), sehingga MusDes menjadi badan pengambil keputusan yang penting.

• Musyawarah Dusun (Musdus): Forum musyawarah dusun biasanya mendahului dan memberi masukan ke forum desa. Ini merupakan forum yang secara fisik paling dekat dengan warga desa dan dihadiri oleh tetangga dekat, dan kami membandingkan MusDus dengan MusDes

• Fasilitator: Banyak proyek CDD masa lalu sangat bergantung pada fasilitator untuk memastikan bahwa prinsip partisipatif diikuti, melibatkan kelompok-kelompok yang berbeda dan menjembatani mereka ke sumber daya dari luar. UU Desa juga memberikan dukungan yang kuat untuk fasilitasi, baik dari masyarakat, maupun dari luar.5

• Partisipasi dalam pelaksanaan proyek: UU Desa menetapkan bahwa masyarakat desa harus dilibatkan dalam melaksanakan proyek-proyek pembangunan yang termasuk dalam rencana kerja tahunan desa (Pasal 81).

4 Menyusul studi tentang kelompok terpinggirkan PNPM, kami mendefinisikan aktivis desa sebagai mereka yang memiliki pengetahuan tentang proyek-proyek pemerintah dan yang menggunakan pengetahuan tersebut untuk terlibat dalam proyek-proyek selanjutnya. Mereka bukan pejabat pemerintah desa tetapi memiliki hubungan dekat dengan pejabat pemerintah dan mereka tidak selalu merupakan kalangan kaya desa. Aktivis ini mencakup kader pusat kesehatan, kelompok perempuan yang dipimpin pemerintah, dan kelompok tani (AKATIGA, 2010).5 Pada saat pengumpulan data, sebagian besar fasilitator tidak tersedia karena berbagai alasan. Kami akan mengumpulkan data tentang mereka pada survei lini akhir dan antara (secara kualitatif ).12

PARTISIPASI, TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS DALAM PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG DESA

Page 25: PARTISIPASI, TANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS DALAM ... · 2. Tujuan dan Pertanyaan Penelitian 5 3. Metodologi dan Lokasi 7 3.1. Metodologi 7 3.2. Pemiilhan lokasi dan pendekatan sampling

4.2. Transparansi dan akuntabilitas

Transparansi dimaksudkan untuk mendorong akuntabilitas, karena warga dapat menggunakan informasi yang diungkapkan untuk menyuarakan ketidakpuasan mereka tentang anggaran yang tidak sesuai atau rencana pembangunan yang tidak terpenuhi. Meskipun menyebarkan informasi saja (tentang keputusan pemerintah, anggaran, atau standar layanan, misalnya) tidak cukup untuk memastikan bahwa negara sudah memenuhi prioritas yang ditetapkan, namun tetap memberikan sarana bagi warga untuk meminta pertanggungjawaban para pelaku negara (Grindle, 2007). Fox (2007) mengkonseptualkan suatu spektrum yang mulai dari transparansi hingga akuntabilitas. Dengan berpartisipasi dalam pengambilan keputusan, warga dapat memperoleh hak untuk mempertanyakan kinerja negara di masa lalu, yang menghasilkan suatu akuntabilitas versi lunak. Namun, “kewajiban menjawab tanpa konsekuensi belum lah akuntabilitas” (Fox, 2007, hal. 668). Hanya ketika para pejabat dan penyedia menghadapi “sanksi bergigi” (Joshi 2014: 26) atas kekurangan dalam pemenuhan tanggung jawab mereka, baru lah akuntabilitas keras menjadi nyata. Singkatnya, pengungkapan informasi merupakan elemen penting untuk mendorong akuntabilitas, tetapi akuntabilitas hanya efektif ketik didukung oleh “sanksi bergigi”, jika diperlukan.

Akuntabilitas keras seperti itu telah terbukti efektif di Indonesia, sekali lagi mengacu pada proyek CDD utama negara, PNPM, melalui pemantauan keuangan internal dan eksternal yang menghasilkan tingkat korupsi rendah di bawah satu persen dalam keseluruhan pengeluarannya (PSF, 2014b), (Woodhouse, 2012), (McLaughlin, Satu, & Hoppe, 2007). UU Desa hendak meniru pengawasan akuntabilitas ini melalui “struktur akuntabilitas lipat tiga: secara horizontal, ke BPD yang diberdayakan; ke bawah, ke publik, melalui BPD yang baru diperkenalkan; dan ke atas, ke pemerintah kabupaten” (Antlov, Wetterberg, & Dharmawan, 2016). Masyarakat dapat meminta dan menerima informasi dari pemerintah desa untuk memantau kegiatannya. Namun, untuk dapat menjalankan

tuntutan akuntabilitas, warga desa membutuhkan sistem pendukung melalui fasilitasi, sebagaimana diakui dalam UU Desa. Terlepas dari pemberdayaan BPD yang tertunda, fasilitasi belum tersedia di banyak desa.

UU Desa didasarkan pada mekanisme transparansi dan akuntabilitas PNPM. Secara khusus, UU Desa menetapkan pemantauan masyarakat dengan memastikan bahwa masyarakat dapat meminta dan menerima informasi dari pemerintah desa, serta mengawasi kegiatan yang terkait dengan tata pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, bimbingan dan pemberdayaan masyarakat (Pasal 68). Selain itu, ada pasal khusus mengenai hak untuk memantau rencana dan kegiatan pembangunan (Pasal 82). Pasal yang sama juga mewajibkan pemerintah desa untuk melaporkan perencanaan dan pelaksanaan RPJM Desa dan APB Desa, setidaknya sekali dalam setahun melalui MusDes.

Selain itu, UU Desa juga melampaui mekanisme akuntabilitas PNPM dengan memperkuat BPD. UU Desa dan perundang-undangan terkait secara konsisten menyatakan bahwa BPD harus dipilih secara demokratis, yang merupakan perubahan penting untuk menegakkan kembali kemandirian BPD dari kepala desa (sesuai UU No. 32 tahun 2004). Kemudian, fungsi BPD termasuk mengawasi dan meminta informasi dari pemerintah desa, mengusulkan rancangan peraturan desa, menyalurkan aspirasi masyarakat, dan mengikuti prinsip-prinsip demokratis dan kesetaraan gender (Pasal 55, 61-63). BPD juga harus memainkan peran penting dalam perencanaan desa, sebagai penyelenggara MusDes.

Dengan memasukkan prinsip-prinsip tata pemerintahan yang baik seperti itu (meskipun terbatas, karena akuntabilitasnya sebagian besar masih ke atas), yang sebelumnya tidak ada, akan menarik untuk dilihat apakah pemerintah desa akan menerapkan persyaratan hukum ini (dan bagaimana mereka melakukannya), dan mengukur dampaknya terhadap tingkat kepuasan dan kesejahteraan warga desa.

13

PARTISIPASI, TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS DALAM PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG DESA

Page 26: PARTISIPASI, TANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS DALAM ... · 2. Tujuan dan Pertanyaan Penelitian 5 3. Metodologi dan Lokasi 7 3.1. Metodologi 7 3.2. Pemiilhan lokasi dan pendekatan sampling

Temuan Utama pada Studi Lini Dasar

5.

Page 27: PARTISIPASI, TANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS DALAM ... · 2. Tujuan dan Pertanyaan Penelitian 5 3. Metodologi dan Lokasi 7 3.1. Metodologi 7 3.2. Pemiilhan lokasi dan pendekatan sampling

Temuan Utama

pada Studi Lini Dasar

6 See Kurniawan et al. (2016) on the qualitative baseline report for more wide-ranging discussions.

Dalam studi ini, kami membuat hipotesis bahwa tata keola pemerintahan desa—termasuk partisipasi, transparansi dan akuntabilitas—akan meningkat setelah BPD dan fasilitator aktif dalam memberikan pengawasan dan keberimbangan (checks and balances), dan mendorong tata kelola pemerintahan yang baik, mengacu pada temuan studi Local Level Institutions (Wetterberg et al., 2014). Data lini dasar untuk laporan ini dikumpulkan pada awal pelaksanaan UU Desa, yaitu ketika beberapa peraturan dan mekanisme utama masih belum tersedia, seperti tentang pemilihan BPD serta peran dan tanggung jawab BPD. Ketika survei dilakukan, model BPD seperti yang tercantum dalam UU Desa belum ada. Sama halnya dengan para pendamping desa. Dalam konteks ini, studi lini dasar mampu menangkap kondisi sebelum pelaksanaan UU Desa secara penuh. Kami berharap bahwa ketika implementasi UU Desa berlanjut, kita akan melihat perbedaan dalam studi lini akhir (yang akan dijalankan pada awal tahun 2018) untuk menjawab ketiga pertanyaan penelitian dari studi ini. Dalam laporan dasar ini, kami terutama menjawab pertanyaan studi pertama dan sebagian

pertanyaan ketiga, untuk mengambarkan tata kelola pemerintahan dalam kegiatan pembangunan desa.6

5.1. Partisipasi dalam perencanaan desa dan implementasi proyek

Secara garis besar, survei lini dasar mengkategorikan dua jenis partisipasi, yaitu: partisipasi dalam melaksanakan kegiatan/proyek pembangunan (biasanya dalam bentuk kontribusi tenaga) dan partisipasi dalam proses perencanaan dan penganggaran (atau pengambilan keputusan) pada pertemuan desa dan dusun. Partisipasi dalam pertemuan pengambilan keputusan umumnya lebih rendah dan kurang inklusif daripada partisipasi dalam melaksanakan kegiatan (terutama kontribusi tenaga kerja), yang lebih inklusif—menurut gender, kelompok kesejahteraan dan kabupaten. Ada 84,7 persen responden7 yang mengetahui kegiatan pembangunan infrastruktur, terutama di lingkungan tempat tinggal atau di dusun mereka sendiri, Sekitar dua pertiganya (66,4 persen) mengatakan bahwa mereka telah terlibat

6 Lihat Kurniawan dkk. (2016) pada laporan lini dasar kualitatif untuk diskusi yang lebih luas7 All figures in this report are weighted (see technical notes in Annex 7).

15

PARTISIPASI, TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS DALAM PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG DESA

Page 28: PARTISIPASI, TANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS DALAM ... · 2. Tujuan dan Pertanyaan Penelitian 5 3. Metodologi dan Lokasi 7 3.1. Metodologi 7 3.2. Pemiilhan lokasi dan pendekatan sampling

dalam kegiatan ini selama dua tahun terakhir (Tabel 2). Hasil temuan di Kabupaten Ngada dan Wonogiri menempati posisi tertinggi pada Tabel 2. Bentuk keterlibatan yang paling umum adalah dalam hal penyediaan tenaga kerja, baik secara sukarela maupun yang dibayar (85,7 persen), di mana warga desa, yang kebanyakan laki-laki (97,4 persen laki-laki vs 70,4 persen perempuan), bekerja untuk membangun, memperbaiki dan memelihara infrastruktur setempat, seperti jalan desa, parit dan saluran irigasi. Dengan kesepakatan bersama sebelumnya, mereka juga dapat menyerahkan sebagian atau seluruh upah mereka sebagai kontribusi untuk memperluas cakupan proyek. Sumbangan uang, bentuk partisipasi kedua yang paling umum, jauh lebih rendah (33,3 persen). Begitu pula bentuk partisipasi lainnya, seperti menyumbang bahan bangunan (3,1 persen) dan menyediakan lahan (2,5 persen). Tenaga kerja tampaknya merupakan bentuk kontribusi yang paling tersedia.

Studi ini melihat adanya partisipasi dalam pengambilan keputusan untuk rencana pembangunan, namun pada tingkatan yang lebih rendah daripada partisipasi dalam hal bekerja. Seperti yang ditemukan pada studi kualitatif, partisipasi terjadi terutama dalam penyusunan

rencana pembangunan jangka menengah desa (RPJM Desa), yang dikembangkan selama tahun terakhir PNPM (2014) dan karenanya difasilitasi oleh fasilitator PNPM. Prosesnya dimulai pada diskusi ditingkat RT atau tingkat dusun dan kehadiran warga pada pertemuan ini cukup baik. Setelah RPJM Desa dihasilkan, partisipasi warga menurun, karena diskusi mengenai rencana tahunan lebih terbatas pada pimpinan desa (termasuk ketua RT) dan tokoh masyarakat. Dari lima kabupaten kami, survei menunjukkan bahwa tingkat partisipasi tertinggi ada di Ngada, dua kali lipat lebih tinggi daripada di Batanghari, yang berada pada urutan kedua (Gambar 1).

VariabelSemua

observasiKabupaten

Merangin Batanghari Banyumas Wonogiri Ngada F-test

Partisipasi dalam kegiatan infrastruktur setempat

66,43.365

28,7602

18,4377

65,71.005

79,6852

84,4529

121,2 **

Bentuk partisipasimasyarakat:

- Tenaga kerja 85,7 84,8 96,6 80,6 91,1 96,5 3,9 **

- Uang 33,3 17,6 0,0 36,2 31,8 32,5 66,9 **

- Bahan Bangunan 3,1 7,9 0,9 3,2 2,4 6,8 1,1

- Tanah 2,5 8,4 3,4 3,7 0,5 1,4 1,9

2.065 166 67 683 700 449

Tabel 2. Partisipasi dalam kegiatan pembangunan infrastruktur

Gambar 1. Tingkat partisipasi dalam pertemuan tingkat desa dan dusun per kabupaten

Catatan: **, * F-test kesamaan rata-rata di kelima kabupaten signifikan secara statistik pada tingkat 5 persen dan 10 persen.

Desa Dusun

0.0 20.0 40.0 60.0 80.0

Ngada

Batanghari

Merangin

Banyumas

Wonogiri

16

PARTISIPASI, TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS DALAM PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG DESA

Page 29: PARTISIPASI, TANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS DALAM ... · 2. Tujuan dan Pertanyaan Penelitian 5 3. Metodologi dan Lokasi 7 3.1. Metodologi 7 3.2. Pemiilhan lokasi dan pendekatan sampling

Kinerja di Ngada dan Batanghari The performances of Ngada and Batanghari, Kinerja di Ngada dan di Batanghari, khususnya, didorong oleh kebijakan/program khusus dari pemerintah kabupaten setempat. Kabupaten Ngada mampu mempertahankan tingkat partisipasi yang tinggi melalui program kabupaten yang serupa dengan PNPM, bernama Pelangi Desa, yang dimulai sebelum berakhirnya PNPM dan terus berjalan hingga saat ini. Dalam pengertian ini, model PNPM tidak pernah benar-benar hilang di kabupaten ini. Batanghari mengikuti jalur yang berbeda untuk mendorong partisipasi. Di sana pemerintah kabupaten menyediakan dana dalam Alokasi Dana Desa (transfer dari pemerintah kabupaten) untuk tunjangan transportasi bagi desa untuk menyelenggarakan pertemuan perencanaan tingkat desa (Musrenbangdes, atau MusDes) untuk dapat mengundang hingga 70 peserta.

Secara umum, pertemuan di tingkat dusun lebih populer daripada pertemuan di tingkat desa, karena dusun berada paling dekat dengan tempat tinggal warga desa. Ada sekitar 27 persen responden yang menghadiri pertemuan di tingkat dusun, sementara hanya 16 persen yang menghadiri pertemuan di tingkat desa pada tahun lalu. Wonogiri menonjol sebagai kabupaten tertinggi kedua (setelah Ngada), dengan 44,4 persen warga desa ikut berpartisipasi dalam rapat dusun—empat kali lebih tinggi daripada tingkat kehadiran di pertemuan tingkat desa. Kabupaten ini memiliki tradisi lama pertemuan masyarakat yang diadakan setiap 35 hari sekali, yang dikenal dengan selapanan, untuk membahas berbagai masalah dusun—sering kali diawali dengan pembacaan Al-Quran/doa dan arisan dusun. Laki-laki dan perempuan mengadakan selapanan secara terpisah pada waktu yang berbeda pula. Jika mengecualikan Ngada dan Wonogiri, yang menaikkan angka partisipasi secara umum, partisipasi pada pertemuan dusun menurun menjadi hanya 15,9 persen. Demikian pula, mengecualikan Ngada menurunkan tingkat partisipasi pertemuan desa menjadi 14,2 persen. Hanya 7,9 persen responden menyatakan bahwa mereka menghadiri kedua pertemuan tersebut. Di Banyumas, di mana desa memiliki ukuran populasi

yang jauh lebih besar (Tabel 1), pertemuan di tingkat sub-dusun atau lingkungan (RT/RW) menarik lebih banyak peserta (seperti yang diamati kemudian), yang mungkin dapat menjelaskan tingkat kehadiran yang rendah di tingkat desa dan dusun.

Pada awalnya, untuk diundang rapat tampaknya adalah faktor penting yang membuat warga desa menghadiri pertemuan desa, karena 81,7 persen dari peserta mengatakan bahwa mereka telah diundang. Namun, hanya 44 persen kepala desa yang mengirim undangan kepada warga desa untuk mendiskusikan rencana kerja tahunan desa (RKP Desa). Lebih rendah lagi proporsi kepala desa (36 persen) yang mengundang warganya ke pembahasan APB Desa, yang dianggap lebih teknis dan rumit. Undangan ternyata diberikan secara selektif, yang menunjukkan bahwa rapat desa tidak terbuka setara bagi semua warga desa. Pemerintah desa membatasi tidak hanya jumlah undangan, namun juga siapa yang mereka undang, dan membenarkan tindakan mereka berdasarkan: (i) apakah warga desa sudah diwakili dengan tepat oleh kepala dusun mereka, tokoh masyarakat dan/atau pemuka agama dalam pertemuan tersebut; (ii) apakah ada tempat pertemuan yang cukup besar untuk menampung semua atau sejumlah besar warga desa; dan (iii) apakah warga desa terlalu sibuk untuk berpartisipasi. Tidak ada upaya khusus yang dilakukan untuk mendorong warga miskin atau terpinggirkan untuk berpartisipasi dalam pertemuan tersebut.

Hanya di beberapa desa undangan diberikan kepada semua warga desa melalui pengumuman publik. Di Ngada, misalnya, sebagian besar pertemuan terbuka untuk umum: semua kepala desa menyatakan bahwa mereka mengundang semua orang ke rapat perencanaan dan anggaran desa tahunan. Biasanya, undangan diumumkan setelah misa Minggu di gereja. Proses serupa terjadi di Merangin, seperti yang diamati di satu desa (Seberang Sungai) dalam studi kualitatif ini. Di sini, tidak ada undangan resmi yang diedarkan karena pertemuan yang akan datang diumumkan melalui pengeras suara masjid, yang berfungsi sebagai undangan terbuka bagi semua. Namun tidak seperti

17

PARTISIPASI, TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS DALAM PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG DESA

Page 30: PARTISIPASI, TANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS DALAM ... · 2. Tujuan dan Pertanyaan Penelitian 5 3. Metodologi dan Lokasi 7 3.1. Metodologi 7 3.2. Pemiilhan lokasi dan pendekatan sampling

Ngada, hanya beberapa orang yang datang ke pertemuan, dan yang datang pun kebanyakan adalah laki-laki. Pada umumnya warga mengatakan bahwa mereka terlalu sibuk bekerja dan tidak mau menanggung biaya peluang untuk hadir. Informasi terbuka saja tidak cukup untuk membuat warga mau datang ke pertemuan.

Dicermati lebih saksama, data menunjukkan bahwa mereka yang diundang ke pertemuan desa, dibandingkan dengan mereka yang tidak diundang, adalah orang-orang yang lebih berada dalam masyarakat tersebut, mereka yang aktif dalam organisasi, dan mereka yang berpendapat positif tentang pemerintah desa. Mereka adalah 38 persen dari warga desa. Para peserta ini lebih cenderung adalah laki-laki, punya pekerjaan, dari kelompok etnis mayoritas, aktif di organisasi lokal dan/atau partai politik, dan memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi (lihat Lampiran 1). Selain itu, para peserta memandang kepemimpinan desa secara positif—bahwa kepala desa, kepala dusun dan kepala BPD andal dalam merencanakan pembangunan desa dan mampu melaksanakan rencana tersebut. Yang menarik, mereka yang menyampaikan keluhan atau melaporkan masalah (9 persen responden)—tidak semuanya bersikap

kritis terhadap pemerintah desa—juga lebih mungkin diundang ke pertemuan. Para kepala desa mengonfirmasi bahwa mereka mengundang warga desa yang mereka anggap aktif menyuarakan keprihatinan mereka atau memberikan masukan kepada pemerintah desa, secara aktif berpartisipasi dalam kegiatan desa dan memberikan bantuan untuk acara-acara semacam itu. Pertambangan kepala desa untuk melakukan hal tersebut, menunjukkan bahwa mereka menghargai masukan dari orang-orang yang memiliki perhatian terhadap urusan desa atau lebih bersedia berpartisipasi dalam kegiatan desa. Alasan yang sama dikonfirmasi oleh studi kualitatif. Para kepala desa tidak hanya mencari masukan, tetapi juga berusaha mengurangi oposisi dan menghindari konflik.

Sebaliknya, masyarakat miskin, perempuan, dan mereka yang kurang aktif, lebih kecil kemungkinannya untuk diundang dan menghadiri pertemuan desa.8 Temuan ini konsisten dengan hasil survei LLI3 pada tahun 2012, yang menunjukkan bahwa hampir tidak ada perubahan antara dua survei (Wetterberg et al., 2014). Data survei kami saat ini menunjukkan (Lampiran 2) bahwa kehadiran juga jauh lebih kecil kemungkinannya di antara perempuan.

Semuaobservasi

Kabupaten

Merangin Batanghari Banyumas Wonogiri Ngada F-test

Merasa bahwa […] dapat diandalkan untuk merencanakan pembangunan

- Kepala Desa 74,9 50,8 45,2 75,8 83,8 74,5 18,4 **

- Kepala Dusun 78,5 62,9 61,8 76,0 89,0 75,3 14,7 **

- BPD 58,3 58,3 60,0 60,2 53,8 72,3 2,2

- Fasilitator PNPM Kecamatan 49,0 30,6 23,1 54,9 47,9 50,7 25,2 **

Merasa bahwa […] dapat diandalkan untuk melaksanakan pembangunan

- Kepala Desa 77,5 56,5 52,3 78,0 85,9 76,2 17,0 **

- Hamlet Head 80,8 67,0 65,5 79,1 89,6 76,9 13,1 **

- BPD 59,0 58,2 61,8 61,1 54,2 72,3 2,1

- PNPM Kecamatan facilitators 48,8 30,9 22,2 54,7 47,6 50,2 25,3 **

Observasi 4.081 891 456 1.155 989 590

Tabel 3. Persepsi terhadap kepala desa dan kepala dusun (%)

8 Sebagian kecil warga desa (158 responden) datang ke pertemuan desa tanpa undangan. Mereka mewakili 7 persen dari yang tidak diundang(2.390 responden).

Catatan: seluruh angka dalam persentase; ** signifikan secara statistik pada tingkat 5 persen; * signifikan secara statistik pada tingkat 10 persen

18

PARTISIPASI, TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS DALAM PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG DESA

Page 31: PARTISIPASI, TANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS DALAM ... · 2. Tujuan dan Pertanyaan Penelitian 5 3. Metodologi dan Lokasi 7 3.1. Metodologi 7 3.2. Pemiilhan lokasi dan pendekatan sampling

Membandingkan kehadiran di pertemuan desa dan dusun, karakteristiknya serupa, kecuali dalam hal ukurannya, yang menunjukkan bahwa pertemuan dusun tampaknya lebih “ramah” bagi orang-orang tanpa pendidikan formal. Anggota rumah tangga dari 40 persen penduduk termiskin pada distribusi kelompok pendapatan (welfare groups) juga lebih kecil kemungkinannya untuk datang ke pertemuan desa. Sementara, kehadiran pada pertemuan dusun tampaknya tidak membeda-bedakan rumah tangga berdasarkan distribusi kesejahteraannya (lihat di bawah). Selain itu, temuan studi menunjukkan bahwa dibandingkan responden yang berpartisipasi, kelompok yang tidak berpartisipasi biasanya memiliki pendapat yang lebih rendah tentang pemerintah desa di tiga bidang: (i) keandalan pemerintah desa dalam membuat dan melaksanakan rencana pembangunan; (ii) keandalan pemerintah desa dalam menyediakan akses ke informasi; dan (iii) persepsi upaya pemerintah desa dalam menyelesaikan masalah sehari-hari warga desa dan persepsi mengenai penanganan keluhan mereka.9 Masyarakat desa tidak akan terdorong untuk berpartisipasi jika mereka berpendapat bahwa pemerintah desa tidak dapat diandalkan atau tidak tanggap atas kebutuhan mereka (Sambodho, a yang akan datang). Ketika daya tanggap ini kurang, warga desa menganggap partisipasi sebagai buang-buang waktu.

Tidak seperti pertemuan desa, pertemuan dusun tampaknya dihadiri oleh kalangan yang lebih luas, termasuk mereka yang lebih berada dan orang-orang dari 40 persen penduduk termiskin dari kelompok distribusi pendapatan. Tidak ada perbedaan yang signifikan dalam kecenderungan untuk berpartisipasi pada pertemuan dusun antar kelompok distribusi pendapatan. Mengingat kedekatan dusun dengan tempat tinggal warga desa, lebih mudah bagi warga desa untuk berpartisipasi dalam kegiatan tingkat dusun, termasuk pertemuan pada malam hari. Ini merupakan indikasi bahwa dusun dapat menjadi tempat di mana sebagian besar partisipasi warga

desa dapat diharapkan. Selain itu, lebih banyak warga desa menganggap kepala dusun lebih dapat diandalkan dibandingkan kepala desa di empat dari lima kabupaten (Tabel 3). Perbedaan ini signifikan secara statistik.

Dari perspektif warga desa, mereka menghadapi hambatan eksternal dan internal yang mencegah mereka untuk berpartisipasi dalam pertemuan. Tidak diundang (hambatan eksternal) adalah alasan yang paling sering disebutkan (70,1 persen), diikuti oleh hambatan internal: warga desa merasa pertemuan tersebut tidak relevan bagi mereka (17,1 persen),10 atau mereka terlalu sibuk untuk dapat hadir (17,1 persen) (lihat Lampiran 3 untuk rinciannya). Perempuan menghadapi lebih banyak hambatan internal. Alih-alih menyatakan bahwa mereka tidak diundang, mereka lebih cenderung mengatakan bahwa mereka terlalu sibuk, atau bahwa pertemuan itu tidak relevan bagi mereka. Hal ini sebaliknya di antara orang miskin (40 persen masyarakat termiskin), yang menghadapi lebih banyak rintangan eksternal. Mereka lebih mungkin mengatakan bahwa mereka tidak datang ke pertemuan karena tidak diundang daripada bahwa mereka terlalu sibuk.

Namun, rupanya perihal tidak diundang ini umumnya bukan hambatan yang terlalu besar untuk hadir pada pertemuan. Ketika ditanyakan tentang motivasi untuk menghadiri pertemuan desa di masa yang akan datang, sebagian besar warga desa mengatakan bahwa mereka akan menghadiri pertemuan seperti itu jika diundang (76 persen) tetapi, seperti yang ditunjukkan di Seberang Sungai dan sebagaimana disebutkan sebelumnya, undangan terbuka belum tentu dapat menarik orang-orang untuk datang ke pertemuan. Kenyataannya, lebih dari setengah orang yang diundang pun tidak menghadiri pertemuan (Lampiran 1), yang menunjukkan betapa tidak populernya pertemuan seperti ini. Dan 11,5 persen menyatakan bahwa mereka akan hadir jika pemerintah desa mewajibkan kehadiran mereka.

9 Untuk diskusi lebih lanjut tentang warga desa yang tidak berpartisipasi, lihat Sambodho (a, akan datang).10 Beberapa alasan yang diberikan responden dalam mempertimbangkan pertemuan yang tidak relevan bagi mereka termasuk: (i) pertemuan adalah urusan pemerintah desa, (ii) pertemuan adalah untuk laki-laki, dan (iii) pertemuan tidak bermanfaat bagi mereka.

19

PARTISIPASI, TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS DALAM PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG DESA

Page 32: PARTISIPASI, TANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS DALAM ... · 2. Tujuan dan Pertanyaan Penelitian 5 3. Metodologi dan Lokasi 7 3.1. Metodologi 7 3.2. Pemiilhan lokasi dan pendekatan sampling

Penelusuran lebih jauh terhadap berbagai faktor lain yang mungkin telah memengaruhi kehadiran warga desa menunjukkan ada beberapa perbedaan yang signifikan antara laki-laki dan perempuan. Untuk laki-laki, kesejahteraan tampaknya memiliki pengaruh positif terhadap kehadiran mereka—semakin kaya mereka, semakin tinggi kemungkinan mereka menghadiri pertemuan desa (Lampiran 4). Bagi perempuan, peran domestik mereka dalam merawat balita (usia 0-4) memengaruhi keputusan mereka untuk menghadiri atau tidak menghadiri pertemuan desa. Hal ini tidak berlaku untuk laki-laki.

Baik dalam pertemuan desa dan dusun, laki-laki lebih terlibat daripada perempuan dalam diskusi, tetapi secara umum, tingkat kesenjangannya semakin kecil pada pertemuan dusun (kecuali dalam pemungutan suara) sekalipun laki-laki masih mendominasi kehadiran. Jenis keterlibatan

masyarakat yang menempati posisi tiga teratas yang disebut peserta adalah: (i) memberikan suara pada pengambilan keputusan (39,9 persen); (ii) memberikan saran (39,1 persen); dan (iii) mengungkapkan pendapat atau memberikan penilaian (38,3 persen) (Gambar 2 dan 3). Laki-laki (sebagai kepala rumah tangga) biasanya menghadiri pertemuan untuk mewakili rumah tangga mereka. Ketika perempuan hadir, mereka sering berkecil hati sehingga enggan untuk berbicara atau, jika berbicarapun, mereka sering diejek sebagai “pemberontak” atau “merepotkan”, seperti yang ditunjukkan dalam studi kualitatif di Wonogiri. Paling sering perempuan menghadiri pertemuan RT atau dusun khusus perempuan untuk membahas topik sehari-hari, seperti pada arisan dan yasinan mingguan/pengajian Al-Quran.

Tingkat pengalaman pimpinan desa membantu mendorong partisipasi warga desa.11 Secara

11 Kami menggabungkan partisipasi warga desa pada tingkat desa dan menghubungkannya dengan karakteristik kepala desa, perangkat desa, dan BPD. Karakateristik ini antara lain gender, usia, pendidikan, penguasaan dan pengalaman dengan PNPM dari pelaku pemerintahan desa masing-masing, serta apakah BPD dipilih secara langsung dan aktif dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya..

Table 4. Pengalaman kepala desa dan partisipasi warga desa

Catatan: seluruh angka dalam persentase; ** signifikan secara statistik pada tingkat 5 persen; * signifikan secara statistik pada tingkat 10 persen

Masyarakat berpartisipasi dalam

Semuaobservasi

Kepala desa menjabat selama 3 tahun atau lebih

Kepala desa dan sedikitnya setengah dari jumlah apart desa adalah mantan pelaku

PNPM

Kepala desa adalah mantan pelaku PNPM

Kepala desa pernah mengikuti pelatihan terkait UUDesa

Ya Tidak Selisih Ya Tidak Selisih Ya Tidak Selisih Ya Tidak Selisih

Pertemuan desa 23,7 27,6 21,9 5,7 38,2 22,3 15,9 ** 31,7 21,3 10,4 ** 24,5 17,2 7,3*

Pertemuan dusun 30,6 40,1 26,1 13,9 ** 43,7 29,3 14,3 34,9 29,3 5,6 31,2 25,8 5.3

Pembangunan infrastruktur

60,3 67,6 56,8 10,8 ** 71,6 59,2 12,4 ** 61,8 59,8 1,9 60,8 55,8 4,9

Observasi 112 36 76 10 102 27 85 100 12

Gambar 2. Jenis keterlibatanpada pertemuan desa (%)

Laki-laki Perempuan

0 10 20 30 40 50

Memberikan usulan

Menyampaikan pendapat

Ikut mengambil suara untuk memutuskan

Bertanya tentang program

Bertanya tentang target program

Bertanya tentang dana/anggaran

Gambar 3. Jenis keterlibatanpada pertemuan dusun (%)

0 10 20 30 40 50

Memberikan usulan

Menyampaikan pendapat

Ikut mengambil suara untuk memutuskan

Bertanya tentang program

Bertanya tentang target program

Bertanya tentang dana/anggaran

Laki-laki Perempuan

20

PARTISIPASI, TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS DALAM PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG DESA

Page 33: PARTISIPASI, TANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS DALAM ... · 2. Tujuan dan Pertanyaan Penelitian 5 3. Metodologi dan Lokasi 7 3.1. Metodologi 7 3.2. Pemiilhan lokasi dan pendekatan sampling

statistik, partisipasi jauh lebih tinggi di desa-desa di mana kepala desa dan setidaknya separuh dari staf desa adalah mantan pelaku PNPM (Tabel 4). Bahkan bahwa kepala desa pernah memiliki pengalaman PNPM sebelumnya saja sudah membantu meningkatkan partisipasi pada pertemuan desa. Selain itu, jika kepala desa pernah berpartisipasi dalam pelatihan terkait UU Desa, warga desanya akan 7,3 persen lebih tinggi kemungkinannya untuk berpartisipasi pada pertemuan desa. Masa jabatan, setidaknya tiga tahun, juga berkorelasi positif terhadap partisipasi pada pertemuan dusun, begitu pula keterlibatan dalam pekerjaan infrastruktur lokal.

Selain itu, pengalaman BPD—sebagai bagian lain dari kepemimpinan desa—tampaknya mendorong partisipasi, terutama dalam pekerjaan infrastruktur. Memiliki kepala BPD yang berusia 50 tahun ke atas atau yang sudah tinggal di desa selama lebih dari 40 tahun mengarah pada

keterlibatan warga desa yang lebih tinggi dalam pekerjaan infrastruktur lokal (masing-masing sebesar 19 persen dan 11,3 persen) seperti yang ditunjukkan dalam Tabel 5.

5.2. Transparansi

Secara keseluruhan, kurang dari separuh warga desa mengetahui tentang program-program desa, sementara proporsi yang jauh lebih rendah (10 persen) mengaku mengetahui tentang penggunaan dana desa, yang sejalan dengan keterlibatan warga desa dalam perencanaan dan diskusi anggaran. Ngada, khususnya, tetap berada di posisi teratas dalam kedua hal tersebut (Gambar 4). Warga desa di Ngada mengaku memiliki pengetahuan tertinggi, sementara responden di Batanghari memiliki pengetahuan paling rendah, meskipun Batanghari (dengan Merangin) memiliki tingkat partisipasi tertinggi kedua pada pertemuan desa, di mana informasi kemungkinan diagih (Gambar 1).12 Arah partisipasi yang berbeda ini dalam musyawarah dan pengetahuan tentang program dan dana desa, terutama di Batanghari, dapat menunjukkan tingkat minat yang berbeda dan keterbatasan pengagihan informasi, seperti yang akan dibahas di bagian ini.

Sebaliknya, walau sesuai dugaan, warga desa tahu lebih banyak tentang kegiatan dusun mereka daripada kegiatan di luar dusun mereka (kegiatan desa). Lebih dari 80 persen responden survei menyatakan bahwa mereka mengetahui dan berpartisipasi dalam kegiatan infrastruktur

Tabel 5. Profil BPD dan partisipasi warga desa

Catatan: seluruh angka dalam persentase; ** signifikan secara statistik pada tingkat 5 persen; * signifikan secara statistik pada tingkat 10 persen

Masyarakat berpartisipasidalam

Semua observasi

Kepala BPD berusialebih dari 50 tahun

Kepala BPD: sudah tinggal di desa selama lebih dari 40 tahun

Ya Tidak Selisih Ya Tidak Selisih

Pertemuan desa 23,7 23,1 24,3 -1,2 20,0 26,4 -6,3

Pertemuan dusun 30,6 34,3 27,2 7,1 33,5 28,6 4,9

Pembangunan infrastruktur 60,3 70,1 51,1 19,0 ** 66,9 55,6 11,3 **

Observasi 112 53 59 47 65

12 Dalam survei kami, tingkat yang sangat rendah kebanyakan terdapat di Batanghari dan Merangin. Ada empat desa (semuanya di Merangin) di mana kurang dari 10 persen responden tahu tentang program desa mereka. Di 14 desa, responden tidak memiliki pengetahuan tentang penggunaan dana desa. Tujuh dari desa-desa ini berada di Merangin, lima di Batanghari, dan satu desa masing-masing di Banyumas dan Wonogiri.

Program desa Penggunaan dana desa

0 20 40 60 80 100

Ngada

Banyumas

Wonogiri

Merangin

Batanghari

Gambar 4. Kesadaran warga desa tentang program desa dan penggunaan dana desa

21

PARTISIPASI, TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS DALAM PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG DESA

Page 34: PARTISIPASI, TANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS DALAM ... · 2. Tujuan dan Pertanyaan Penelitian 5 3. Metodologi dan Lokasi 7 3.1. Metodologi 7 3.2. Pemiilhan lokasi dan pendekatan sampling

lokal yang didanai oleh pemerintah desa di dusun masing-masing selama dua tahun terakhir. Namun, hanya 47,8 persen responden mengaku mengetahui program/kegiatan desa yang dilaksanakan di luar dusun mereka (Gambar 4). Tingkat pengetahuan yang lebih tinggi mengenai dusun mereka sendiri merupakan indikasi lain dari minat warga desa, seperti terlihat dari partisipasi mereka yang lebih besar dalam pertemuan tingkat dusun.

Karakteristik warga desa yang cenderung akan lebih mengetahui program dan keuangan desa mirip dengan mereka yang cenderung akan lebih

berpartisipasi dalam pertemuan. Warga desa yang menghadiri pertemuan cenderung memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi, bekerja, berasal dari kelompok etnis mayoritas, dan aktif di organisasi lokal dan partai politik (Lampiran 5). Mereka juga cenderung akan menghadiri pertemuan desa dan/atau dusun, mengungkapkan keprihatinan kepada pemerintah desa, dan memiliki opini yang lebih baik tentang keandalan pemerintah desa dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan pembangunan desa. Demikian pula, yang cenderung kurang menyadari soal program desa dan penggunaan dana desa adalah perempuan,

Media penyebaran informasi: Semua observasi Merangin Batanghari Banyumas Wonogiri Ngada

Warga vs kepala desa:

Kebu-tuhan warga

Pan-dangan Kepala Desa

Kebu-tuhan warga

Pan-dangan Kepala Desa

Kebu-tuhan warga

Pan-dangan Kepala Desa

Kebu-tuhan warga

Pan-dangan Kepala Desa

Kebu-tuhan warga

Pan-dangan Kepala Desa

Kebu-tuhan warga

Pan-dangan Kepala Desa

Pertemuan khusus (rapat desa/dusun/RW/RT)

69,7 87,2 57,6 56,3 72,2 84,7 70,9 96,1 70,6 100 76,6 93,4

Pertemuan khusus (pengajian/kelompok doa)

20,8 34,6 30,3 56,3 55,2 70,8 17,7 31,4 19,6 7,9 6,9 30,6

Papan informasi di kantor desa 3,7 9,8 6,5 8,5 7,0 15,3 3,1 2,1 3,6 18,9 2,6 11,2

Media elektronik/website desa 1,6 2,6 0,2 5,8 0,0 0,0 1,3 4,1 3,4 0,0 1,0 0,0

Selebaran/undangan/pamflet 4,4 12,0 6,6 8,0 1,5 0,0 4,5 11,6 3,4 17,1 5,2 18,4

Radio komunitas 0,0 0,7 0,1 0,0 0,0 0,0 0,0 2,1 0,0 0,0 0,4 0,0

Pengumuman/pengeras suara dari kantor desa/ tempat ibadah

4,2 17,5 21,6 74,6 6,7 4,9 2,4 0,0 0,7 0,0 2,8 10,2

Lisan dari perangkat desa/dusun/RW/RT

24,9 32,8 24,0 26,8 28 75 21,5 27,9 30,8 19,3 38,2 49,0

Lisan dari tokoh masyarakat/tokoh agama/kader

1,0 5,4 0,8 5,8 0,2 25,7 1,2 0,0 0,6 7,9 0,7 0,0

Observasi 2.757 112 644 24 350 12 845 32 468 28 450 16

Tabel 7. Pilihan metode dalam diseminasi informasi

Tabel 6. Penyebaran informasi pemerintah desa: yang diakui dan yang sesungguhnya

Semuaobservasi

Kabupaten

Merangin Batanghari Banyumas Wonogiri Ngada F-test

Kepala Desa yang mengaku telah mengumumkan Program Desa

99,4 97,3 100,0 100,0 100,0 100,0 1,0

Observasi 112 24 12 32 28 16

Kepala desa yang pada kenyataannya mengumumkan kepada masyarakat luas

75,0 51,8 100,0 85,1 64,3 87,2 10,8 **

Observasi 111 23 12 32 28 16

Kepala Desa yang mengaku telah mengumumkan penggunaan dana desa

96,0 90,2 90,3 100,0 95,4 100,0 1,3

Observasi 112 24 12 32 28 16

Kepala desa yang pada kenyataannya mengumumkan kepada masyarakat luas

68,2 49,5 83,9 82,4 46,1 86,7 4,9 **

Observasi 107 21 11 32 27 16

Catatan: seluruh angka dalam persentase; ** signifikan secara statistik pada tingkat 5 persen; * signifikan secara statistik pada tingkat 10 persen

Catatan: seluruh angka dalam persentase; ** signifikan secara statistik pada tingkat 5 persen; * signifikan secara statistik pada tingkat 10 persen

22

PARTISIPASI, TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS DALAM PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG DESA

Page 35: PARTISIPASI, TANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS DALAM ... · 2. Tujuan dan Pertanyaan Penelitian 5 3. Metodologi dan Lokasi 7 3.1. Metodologi 7 3.2. Pemiilhan lokasi dan pendekatan sampling

anggota rumah tangga yang dikepalai perempuan, dan mereka yang berada di 40 persen masyarakat termiskin dalam kelompok distribusi pendapatan.

Namun, hampir semua kepala desa mengklaim telah menyosialisasikan rencana dan penggunaan dana, tetapi hanya untuk kelompok-kelompok tertentu (misalnya, kepala BPD, kepala dusun dan RT/RW, dan tokoh masyarakat lainnya). Informasi yang disebarluaskan kepada masyarakat jauh lebih sedikit daripada yang diklaim oleh kepala desa (99,4 vs 75 persen mengenai rencana desa, dan 96 vs 68,2 persen mengenai penggunaan dana desa), seperti yang ditunjukkan pada Tabel 6. Batanghari dan Ngada bergantian ada di puncak urutan diseminasi aktual, sementara Merangin dan Wonogiri berada di bawah dalam hal informasi tentang rencana desa dan penggunaan dana desa. Yang pada akhirnya diterima oleh warga desa bahkan lebih sedikit lagi, seperti yang ditunjukkan sebelumnya di Gambar 4, meskipun tiga media teratas yang disukai warga desa dan kepala desa adalah sama (Tabel 7). Preferensi lain para kepala desa dalam berbagi informasi secara tertulis (melalui brosur dan, pada tingkat yang jauh lebih rendah, papan informasi) ternyata kurang populer di kalangan warga desa, yang mungkin memengaruhi efektivitas diseminasi.

Warga desa ternyata ingin mendengar berbagai jenis informasi. Program desa hanya menempati peringkat ketiga dalam hal jenis informasi yang ingin didengar oleh warga desa (33,7 persen), seperti yang ditunjukkan di Tabel 8. Jenis informasi pertama dan kedua yang paling dicari adalah program bantuan (63,4 persen) dan kegiatan pelaksanaan program desa (45,3 persen). Jenis-jenis informasi ini sejalan dengan informasi yang ingin dibagikan kepada masyarakat desa, dengan urutan yang sedikit berbeda. Lebih dari 75 persen kepala desa menyatakan bahwa mereka ingin warga desa mendapatkan informasi lebih banyak tentang pelaksanaan kegiatan (84 persen), program desa (78,1 persen), dan program bantuan (76,9 persen). Kepala desa ingin warga desa mengetahui tentang pelaksanaan kegiatan terutama karena saat itulah warga desa diharapkan kontribusinya atau memberikan tenaga mereka. Informasi keuangan desa menduduki peringkat keempat sebagai informasi yang dibagikan oleh kepala desa (58,6 persen) serta sebagai informasi yang ingin diketahui warga desa (26 persen). Kepala desa dan warga sama-sama ingin membagi dan mendengar tentang persoalan yang sama, tetapi minat pada keuangan desa jauh lebih rendah, baik dalam hal keinginan kepala desa untuk membagikan informasi, namun khususnya dalam hal warga

Kebutuhan informasi: warga vs kepala desa

Semua observasi Merangin Batanghari Banyumas Wonogiri Ngada

Kebu-tuhan warga

Pan-dangan Kepala Desa

Kebu-tuhan warga

Pan-dangan Kepala Desa

Kebu-tuhan warga

Pan-dangan Kepala Desa

Kebu-tuhan warga

Pan-dangan Kepala Desa

Kebu-tuhan warga

Pan-dangan Kepala Desa

Kebu-tuhan warga

Pan-dangan Kepala Desa

Jenis informasi:

- Program desa 33,7 78,1 34,5 80,4 44,8 80,6 26,7 74,0 43,8 71,8 62,3 93,4

- Penggunaan dana desa/kondisi keuangan desa

26,0 58,6 31,5 77,7 33,9 41,0 25,1 62,8 21,6 33,2 43,7 74,0

- Implementasi program desa 45,3 84,0 45,3 87,1 42,4 79,9 48,2 84,3 36,0 72,9 61,6 100,0

- Program bantuan 63,4 76,9 77,3 82,1 90,3 70,1 63,8 81,8 49,0 58,2 74,6 93,4

- Acara nasional/kegiatan keagamaan

6,3 30,2 12,0 47,8 2,2 19,4 8,0 39,3 0,7 12,9 6,6 18,4

- Lainnya 8,8 19,5 4,7 0 0,2 4,9 9,4 23,1 11,2 46,1 5,8 5,1

Tabel 8. Persepsi tentang informasi yang dibutuhkan kepala desa dan jenis informasi yang paling sering diminta oleh warga desa

Catatan: seluruh angka dalam persentase; ** signifikan secara statistik pada tingkat 5 persen; * signifikan secara statistik pada tingkat 10 persen

23

PARTISIPASI, TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS DALAM PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG DESA

Page 36: PARTISIPASI, TANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS DALAM ... · 2. Tujuan dan Pertanyaan Penelitian 5 3. Metodologi dan Lokasi 7 3.1. Metodologi 7 3.2. Pemiilhan lokasi dan pendekatan sampling

desa yang ingin mengetahui tentang informasi tersebut. Karena itu kesadaran warga desa tentang keuangan desa rendah (Gambar 4).

Studi kualitatif kami memberikan beberapa gambaran tentang persoalan utama mengenai informasi. Kepala desa tidak secara proaktif menyebarkan informasi kepada penduduk desa, walau mereka juga tidak mencegah warga desa untuk mendapatkannya. Para kepala desa menyatakan bahwa mereka senang membagikan informasi jika warga desa memintanya. Namun, tidak ada upaya yang dilakukan untuk membangun suatu mekanisme sistematis untuk menyalurkan informasi kepada warga desa. Kepala desa sering menyebutkan bahwa mereka mengandalkan, atau lebih mungkin berasumsi, bahwa kepala dusun atau ketua RT/RW yang menyebarkan informasi tentang pembangunan desa kepada penduduk desa. Namun, kepala dusun atau ketua RT/RW tidak diwajibkan untuk melaporkan informasi kembali kepada warga desa. Hanya di satu desa di Ngada kepala desa diharuskan untuk melaporkan rencana konstruksi dan rincian anggaran kepada masyarakat sebelum proyek infrastruktur dimulai, dan ini lebih untuk tujuan menghitung jumlah tenaga kerja harian yang dibutuhkan masyarakat untuk berpartisipasi dalam pembangunan, alih-alih sekadar memberi informasi kepada warga desa.

Data survei juga menunjukkan bahwa penduduk desa sendiri tidak tertarik untuk memperoleh informasi tentang urusan desa. Lebih dari sepertiga responden—dengan Wonogiri di posisi teratas (54,6 persen)—menyatakan bahwa mereka tidak tertarik untuk mempelajari informasi terkait desa (Tabel 9). Para responden ini termasuk dalam kelompok yang sama dengan mereka yang tidak berpartisipasi dalam pertemuan dan yang memiliki sedikit kesadaran tentang program/keuangan desa, yakni kelompok perempuan, mereka yang tingkat pendidikannya rendah, anggota rumah tangga yang dikepalai perempuan, dan penduduk desa yang kurang berada. Mereka yang lebih tua dan telah lebih lama tinggal di desa kemungkinan besar juga tidak tertarik untuk mengetahui informasi terkait desa. Temuan kualitatif juga menunjukkan bahwa warga desa sering tidak tertarik untuk mengetahui informasi tentang pembangunan desa. Selama warga desa tahu apa yang sedang dibangun di lingkungan atau dusun mereka, mereka merasa puas. Warga desa juga mengindikasikan bahwa mereka tidak ingin terlalu banyak tahu rincian tentang anggaran desa, dengan alasan bahwa ini adalah “urusan pemerintah desa”.

Seperti halnya dalam partisipasi dan kesadaran tentang program desa dan keuangan, laki-laki

Jenis informasi yang sering diminta oleh warga

Semua observasi

Jenis Kelamin Kabupaten

Perempuan Laki-laki Selisih Merangin Batanghari Banyumas Wonogiri Ngada

Warga tidak menginginkan informasi apapun

36,4 42,1 30,3 11,8 ** 28,9 22,3 28,0 54,6 54,6

Observasi 4.081 2.125 1.956 891 456 1.155 989 989

Dari mereka yang mencari informasi, mereka mencari informasi tentang:

- Program desa 33,7 29,6 37,3 -7,6 ** 34,5 44,8 26,7 43,8 62,3

- Penggunaan dana desa/kondisi keuangan desa

26,0 18,5 32,8 -14,4 ** 31,5 33,9 25,1 21,6 43,7

- Implementasi program desa 45,3 36,4 53,3 -16,9 ** 45,3 42,4 48,2 36,0 61,6

- Program bantuan 63,4 68,3 59,1 9,2 ** 77,3 90,3 63,8 49,0 74,6

- Acara nasional/kegiatan keagamaan

6,3 6,4 6,3 0,0 12,0 2,2 8,0 0,7 6,6

- Lainnya 8,8 8,9 8,6 0,3 4,7 0,2 9,4 11,2 5,8

Observasi 2.757 1.310 1.447 644 350 845 468 450

Tabel 9. Minat dan karakteristik warga desa

Catatan: seluruh angka dalam persentase; ** signifikan secara statistik pada tingkat 5 persen; * signifikan secara statistik pada tingkat 10 persen

24

PARTISIPASI, TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS DALAM PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG DESA

Page 37: PARTISIPASI, TANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS DALAM ... · 2. Tujuan dan Pertanyaan Penelitian 5 3. Metodologi dan Lokasi 7 3.1. Metodologi 7 3.2. Pemiilhan lokasi dan pendekatan sampling

dan orang yang lebih berada cenderung lebih berminat mencari informasi daripada mereka yang perempuan dan miskin, dan hal ini semakin melemahkan posisi perempuan dan orang miskin (Lampiran 5). Namun, tidak seperti halnya dalam partisipasi, mereka yang sudah memiliki pandangan positif tentang kepala desa dan kepala dusun mereka (yakni dianggap andal dalam membuat rencana dan melaksanakannya) cenderung memiliki sedikit minat untuk mengetahui lebih banyak informasi tentang desa mereka. (Lampiran 6). Mereka mungkin sudah merasa puas dengan kinerja pemimpin desa mereka dan tidak bersedia bertanya lebih lanjut. Sementara itu, kecenderungan tersebut berbeda ketika mereka berpikir bahwa kepala BPD mereka dapat diandalkan. Kelompok ini ingin tahu lebih banyak tentang urusan desa. Korelasi yang berbeda antara pandangan positif terhadap kepala desa dan kepala dusun dan rendahnya minat mengenai informasi desa di satu sisi, dan pandangan positif terhadap kepala BPD dan minat

yang tinggi mengenai informasi desa di sisi lain, perlu digali lebih lanjut dalam studi lini akhir.

Serupa dengan partisipasi, pengalaman pimpinan desa berkorelasi positif dengan kesadaran warga desa tentang program desa dan penggunaan dana desa. Penduduk desa yang tinggal di desa-desa dengan kepala desa yang sudah menjabat tiga tahun atau lebih melaporkan kesadarannya 4 persen lebih tinggi tentang penggunaan dana desa dibandingkan mereka yang tinggal di desa-desa yang kepala desanya baru menjabat kurang dari tiga tahun. Selain itu, adanya kepala BPD yang lebih tua juga mendorong kesadaran warga yang lebih tinggi mengenai penggunaan dana (hampir 5 persen) dan kepuasan atas penyediaan informasi (hampir 7 persen). Kepala desa dan staf dengan pengalaman PNPM sebelumnya juga berkorelasi dengan tingkat kepuasan yang lebih tinggi antara warga desa atas informasi yang diberikan oleh pemerintah desa (Tabel 10).

Tabel 11. Diseminasi dari kepala desa dan kesadaran warga desaKepala Desa mengumumkan program desa kepada

masyarakat umumKepala desa mengumumkan penggunaan

dana desa kepada masy umum

Semua observasi

Ya Tidak Selisih Semua observasi

Ya Tidak Selisih

Masyarakat:

Mengetahui tentang program desa 49,2 50,8 44,5 6,3

Mengetahui tentang penggunaan dana desa

11,6 12,1 10,7 1,4

Puas terhadap informasi dari pemdes

43,7 44,4 41,8 2,5 44,9 47,2 40 7,2

Observasi 111 83 28 107 73 34

Catatan: seluruh angka dalam persentase; ** signifikan secara statistik pada tingkat 5 persen; * signifikan secara statistik pada tingkat 10 persen

Tabel 10. Pengalaman anggota BPD dan pemilihan langsung mereka, dan kesadaran warga desa

Notes: all figures are in percentage; ** statistically significant at 5 percent; * statistically significant at 10 percent

Semuaobservasi

Kepala BPD: usia lebih dari 50 tahun

Kepala desa adalah mantan actor PNPM

Kepala desa dan paling tidak setengah dari aparat desa

adalah mantan actor PNPM

Kepala desa: menjabat lebih dari 3 tahun

Ya Tidak Selisih Ya Tidak Selisih Ya Tidak Selisih Ya Tidak Selisih

Masyarakat:

Mengetahui tentang program desa

49,0 54,1 44,2 9,9 ** 59,2 48,0 11,2 * 59,2 48,0 11,2 * 51,4 47,8 3,6

Mengetahui tentang penggunaan dana desa

11,3 13,7 9,0 4,6 * 14,4 11,0 3,5 11,0 3,5 3,5 14,0 10,0 4,0 *

Puas terhadap informasi dari pemerintah desa

43,6 47,1 40,3 6,8 * 53,5 42,6 10,9 ** 42,6 10,9 10,9 ** 45,3 42,8 2,5

Observasi 112 53 59 10 102 10 102 36 76

25

PARTISIPASI, TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS DALAM PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG DESA

Page 38: PARTISIPASI, TANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS DALAM ... · 2. Tujuan dan Pertanyaan Penelitian 5 3. Metodologi dan Lokasi 7 3.1. Metodologi 7 3.2. Pemiilhan lokasi dan pendekatan sampling

Sikap proaktif dari kepala desa dalam menyebarkan informasi tampaknya tidak berdampak pada pengetahuan atau kesadaran warga desa. Sekitar 75 persen kepala desa sudah mengumumkan program desa kepada masyarakat, sementara 68 persen mengumumkan penggunaan dana desa (Tabel 6). Namun, upaya ini tidak memengaruhi kesadaran warga tentang program desa atau penggunaan dana desa. Selanjutnya, tingkat kepuasan penduduk desa atas penyediaan informasi secara umum (yaitu, tidak hanya informasi yang spesifik untuk program desa dan/atau penggunaan dana desa) tidak terpengaruh oleh upaya diseminasi kepala desa (Tabel 11).

Singkatnya, ada sejumlah faktor yang memengaruhi kesadaran penduduk desa akan informasi. Pertama, karakteristik kepala desa dan warga desa—kepala desa dengan pengalaman yang spesifik cenderung lebih proaktif dalam memberikan informasi, sementara warga desa dengan status sosial ekonomi yang lebih tinggi lebih cenderung untuk menerima informasi. Kedua, pemimpin desa yang lebih dihormati (yaitu, pemimpin yang lebih tua) mendorong partisipasi dan kesadaran warga desa yang lebih tinggi. Dalam hal minat atas informasi, warga desa menunjukkan minat yang jauh lebih rendah tentang keuangan desa daripada yang diakui telah disebarkan oleh kepala desa.

5.3. Daya tanggap dan akuntabilitas

Selain merencanakan dan melaksanakan program desa, pemerintah desa juga diharapkan tanggap terhadap isu prioritas lain yang diakui dihadapi warga desa. Masalah-masalah yang disebut oleh responden mencakup jalan/infrastruktur yang tidak memadai, kegagalan panen dan tingkat pengangguran yang tinggi (Tabel 12). Dalam hampir semua hal, lebih banyak responden di Ngada daripada di kabupaten lain yang menganggap bahwa pemerintah desa sangat membantu dalam upaya menyelesaikan masalah. Responden juga merasa bahwa program yang disiapkan oleh pemerintah desa memang dibutuhkan, terutama di bidang infrastruktur. Hampir tidak ada pertentangan bahwa program-program yang disiapkan oleh pemerintah desa sangat diperlukan (Gambar 5).

Ngada juga menerima banyak keluhan dari warga desa, yang mungkin merupakan indikasi mengenai aksesibilitas pemerintah desa, selain masalah yang dialami warga desa. Secara keseluruhan, sekitar 9 persen responden mengajukan keluhan, sebagian besar secara lisan (Tabel 13). Lebih banyak laki-laki daripada perempuan yang mengeluh dan lebih dari seperempat keluhan tidak mendapat tanggapan, di

Gambar 5. Persepsi tentang pentingnya program desa

Responden yang menjawab “sangat membutuhkan” terkait program desa (%)

Laki-laki Perempuan

80%

70%

60%

50%

40%

30%

20%

10%

0

Merangin Batanghari Banyumas Wonogiri Ngada

26

PARTISIPASI, TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS DALAM PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG DESA

Page 39: PARTISIPASI, TANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS DALAM ... · 2. Tujuan dan Pertanyaan Penelitian 5 3. Metodologi dan Lokasi 7 3.1. Metodologi 7 3.2. Pemiilhan lokasi dan pendekatan sampling

Tabel 12. Tiga masalah teratas dan solusinya menurut pandangan warga desa

Semua observasi

Kabupaten

Merangin Batanghari Banyumas Wonogiri Ngada F-test

Permasalahan/tantangan yang dihadapi oleh warga

Jalan 43,7 39,2 62,6 47,2 35,8 57,3 5,2 **

- usaha warga untuk mengatasi masalah 78,3 56,8 55,6 80,9 83,5 82,3 4,5 **

- usaha pemerintah desa untuk mengatasi masalah

73,8 56,4 59,9 74,5 80,5 75,3 2,4 *

- semua/hampir semua masalah teratasi 37,8 28,7 13,2 42,4 39,6 16,0 6,8 **

Gagal Panen 40,7 41,1 65,4 37,1 39,5 78,0 11,6 **

- usaha warga untuk mengatasi masalah 56,5 29,1 39,9 59,7 60,4 70,3 10,1 **

- usaha pemerintah desa untuk mengatasi masalah

29,5 15,4 14,6 31,0 28,6 58,1 11,7 **

- semua/hampir semua masalah teratasi 28,4 21,7 5,9 30,9 32,5 21,4 10,9 **

Pengangguran tinggi 32,0 39,5 25,7 37,6 21,5 34,6 2,6 *

- usaha warga untuk mengatasi masalah 33,7 20,6 31,2 32,7 43,4 36,1 2,9 **

- usaha pemerintah desa untuk mengatasi masalah

18,1 6,0 3,5 18,5 22,9 32,5 25,6 **

- semua/hampir semua masalah teratasi 10,0 3,5 5,7 11,6 9,2 12,9 3,0 **

Catatan: seluruh angka dalam persentase; ** signifikan secara statistik pada tingkat 5 persen; * signifikan secara statistik pada tingkat 10 persen

Tabel 13. Penanganan pengaduan oleh pemerintah desa

Semua observasi

Kabupaten

Merangin Batanghari Banyumas Wonogiri Ngada F-test

Pengaduan dan lainnya

Mengajukan pengaduan/melapor kepada desa/dusun melalui: 9,0 9,3 4,4 9,9 6,6 23,9 6,5 **

- rapat yang dilaksanakan oleh pemerintah desa 17,2 22,8 11,4 13,2 23,0 23,7 1,3

- rapat yang dilaksanakan oleh kepala dusun/RT 30,8 7,8 2,6 30,7 48,9 13,7 8,8 **

- rapat warga (rutin/khusus) 2,2 1,3 0,0 1,5 4,3 2,5 2,7 *

- secara verbal kepada staff desa/dusun 56,7 82,7 98,1 54,9 40,7 74,6 22,3 **

- protes/demonstrasi 0,1 0,0 0,0 0,0 0,0 0,9 0,9

Respon dari kepala desa/dusun:

- memfasilitasi dengan pejabat yang berwewenang 7,3 13,1 9,5 3,6 10,8 14,9 1,6

- verfikasi dan menilai kasusnya 3,6 11,5 0,0 1,5 4,9 5,8 5,1 **

- musyawarah dengan masyarakat 12,3 12,5 23,1 3,4 31,9 15,1 5,3 **

- dialog dengan pihak-pihak terkait untuk mencari penyelesaian 6,1 4,8 6,1 5,3 3,4 20,5 0,8

- mengajukan penambahan fasilitas publik kepada peerintah desa 5,8 7,6 6,4 5,6 5,0 7,7 0,1

- mengajukan perbaikan jalan/jembatan untuk memfasilitasi akses warga

16,9 7,0 17,9 17,5 23,5 5,8 3,0 **

- mengajukan pengaduan warga kepada pemerintah desa 19,2 13,7 26,6 13,3 21,9 55,2 2,9 **

- menjembatani warga dan pemerintah desa untuk dialog langsung

2,2 9,5 0,0 0,4 3,7 2,7 2,2

- tidak ada respon dari desa/dusun 28,6 28,5 30,7 36,3 14,7 14,9 3,6 **

Persepsi warga tentang apakah permasalahan teratasi:

- semua/hampir semua teratasi 24,5 19,8 5,2 22,8 30,5 28,6 9,4 **

- hanya sedikit yang teratasi 21,5 31,6 42,7 21,3 19,1 13,8 3,0 **

- tidak teratasi 25,4 20,2 21,4 19,6 35,6 42,8 4,9 **

- tidak teratasi karena permasalahan tidak disampaikan 28,6 28,5 30,7 36,3 14,7 14,9 3,6 **

Catatan: seluruh angka dalam persentase; ** signifikan secara statistik pada tingkat 5 persen; * signifikan secara statistik pada tingkat 10 persen

27

PARTISIPASI, TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS DALAM PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG DESA

Page 40: PARTISIPASI, TANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS DALAM ... · 2. Tujuan dan Pertanyaan Penelitian 5 3. Metodologi dan Lokasi 7 3.1. Metodologi 7 3.2. Pemiilhan lokasi dan pendekatan sampling

13 Lihat Sambodho (a, akan datang) untuk diskusi lebih lanjut tentang kesenjangan kapasitas antara pemerintah desa (terutama kepala desa) dan BPD.

mana Wonogiri dan Ngada memiliki tingkat “tidak ada tanggapan” yang paling rendah. Tanggapan tersebut termasuk menyampaikan keluhan ke tingkat pemerintahan yang lebih tinggi, memperbaiki jalan (biasanya) menggunakan anggaran desa, dan bermusyawarah dengan warga desa terkait.

Secara umum, mekanisme akuntabilitas ke bawah sebagaimana diatur dalam UU Desa belum dipraktikkan pada saat pengumpulan data lini dasar. Pemerintah desa hanya memberikan laporan kepada pemerintah kabupaten (akuntabilitas ke atas) sebagai bagian dari persyaratan administratif yang diperlukan untuk mendapatkan Dana Desa (dari pemerintah nasional) dan Alokasi Dana Desa (dari pemerintah kabupaten). Seperti yang ditunjukkan dalam studi kualitatif, hanya di Ngada, desa-desa masih diharuskan untuk mengadakan pertemuan akuntabilitas di mana kepala desa memaparkan laporan pertanggungjawaban desa mereka (LPJ) kepada BPD (akuntabilitas horizontal). Rincian mekanisme akuntabilitas bervariasi antar desa. Beberapa pertemuan memungkinkan warga desa untuk memberikan komentar atas laporan tersebut, sementara di pertemuan lain mereka diundang hanya untuk mendengarkan, seperti di salah satu tempat studi kualitatif (Kotak 1). Hasil survei menunjukkan bahwa 39,8 persen kepala desa menyatakan bahwa mereka telah melakukan pertemuan tersebut (dibandingkan dengan 97,2 persen untuk rapat perencanaan desa).

28

PARTISIPASI, TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS DALAM PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG DESA

Page 41: PARTISIPASI, TANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS DALAM ... · 2. Tujuan dan Pertanyaan Penelitian 5 3. Metodologi dan Lokasi 7 3.1. Metodologi 7 3.2. Pemiilhan lokasi dan pendekatan sampling

14 Lihat Sambodho (b, yang akan datang) untuk pembahasan yang lebih rinci tentang aktivis desa: potensi mereka dan risiko dalam mewakili warga desa.

Kotak 2. Pertemuan akuntabilitas di Desa Ndona, Ngada

Di Ngada, semua desa diharuskan memiliki forum satu hari setiap tahun untuk membahas Laporan Pertanggjungjawaban (LPJ, laporan pertanggungjawaban akhir tahun), juga pada akhir masa jabatan kepala desa. BPD menyelenggarakan forum ini setiap hari antara bulan Desember dan Maret. Kepala desa menyerahkan laporannya ke BPD setidaknya dua minggu sebelum diskusi. BPD mengundang semua warga desa dan pemerintah kecamatan untuk mendengarkan kepala desa melaporkan semua kegiatan pembangunan pada tahun yang bersangkutan, dan mendengar komentar/kritik BPD. Warga desa tidak diperbolehkan berbicara (berkomentar), karena ini adalah forum bagi BPD untuk mencermati kinerja kepala desa.

Forum ini menyediakan peluang bagi warga desa untuk mengamati keadaan hubungan antara kepala desa dan BPD. Kepala desa Ndona mengatakan, “BPD dapat mengomentari LPJ tetapi mereka tidak dapat menolaknya, karena laporan sudah diserahkan sebelumnya kepada Inspektorat [dan tidak ditolak]. Jadi tidak ada cara bagi BPD untuk menolaknya. Pada tahun 2015, BPD mengkritik bahwa pendapatan kami sendiri terlalu kecil, dan banyak warga desa yang tidak membayar iuran mereka ke desa, dan bahwa saya jarang berbicara dengan warga.”

29

PARTISIPASI, TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS DALAM PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG DESA

Page 42: PARTISIPASI, TANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS DALAM ... · 2. Tujuan dan Pertanyaan Penelitian 5 3. Metodologi dan Lokasi 7 3.1. Metodologi 7 3.2. Pemiilhan lokasi dan pendekatan sampling

Pemerintah desa dan BPD kemudian menyebarluaskan laporan kepala desa kepada warga desa, tetapi lebih sebagai kegiatan “supaya diketahui” saja. Diseminasi biasanya terjadi di berbagai pertemuan masyarakat, seperti di pesta-pesta atau setelah kegiatan ibadah (pengajian atau persekutuan doa). Beberapa pertanyaan dan diskusi memang terjadi, tetapi tindak lanjut apa pun merupakan diskresi pemerintah desa.

5.4. Peran aktivis desa dan BPD

Seperti yang telah dibahas sebelumnya, mengingat tantangan atau hambatan untuk meningkatkan jumlah dan ragam kelompok warga desa yang berpartisipasi secara langsung dalam pertemuan musyawarah, kami terdorong untuk melihat potensi memanfaatkan “perwakilan lain”. Perwakilan resmi, yakni dewan desa atau BPD, dianggap kurang andal dalam perencanaan dan pelaksanaan dibandingkan dengan pemimpin lain, seperti kepala desa dan kepala dusun. Warga desa menganggap anggota BPD kurang andal dalam mengembangkan dan melaksanakan rencana desa (Tabel 3). Hal ini memang bukan tugas BPD sebagai “badan legislatif”, namun keterlibatannya dalam kerja pemerintah desa masih belum diakui atau dipahami oleh warga desa.

Hasil studi kualitatif mengkonfirmasi bahwa anggota BPD dianggap kurang efektif dibandingkan pemerintah desa dalam membantu warga desa dalam menyelesaikan masalah desa. Beberapa warga desa menganggap BPD sangat penting atau cukup dekat dengan konstituen mereka.13

Hasil kualitatif juga menunjukkan bahwa BPD belum aktif dalam memberikan pengawasan dan menuntut akuntabilitas dari pemerintah desa.

Karena peraturan untuk mengoperasionalkan UU Desa tidak dikeluarkan hingga akhir tahun 2016, kami menemukan bahwa BPD masih berpedoman pada undang-undang sebelumnya yang menampilkannya sebagai bagian dari cabang eksekutif dan mengizinkan kepala desa untuk menunjuk Anggota BPD. Anggota BPD tidak tahu banyak tentang peran dan tanggung jawab mereka, termasuk sebagai penyeimbang dan mengecek (checks and balances) pemerintah desa.

Namun, ketika kepala BPD dianggap andal, warga desa cenderung lebih berpartisipasi dalam pertemuan desa dan dusun (Lampiran 1). Selain itu, kepala BPD yang dihormati (sesepuh) meningkatkan kesadaran warga tentang penggunaan dana desa (Tabel 8). Temuan-temuan ini menunjukkan bahwa dengan memperkuat peran dan kapasitas BPD akan memiliki dampak positif pada tata pemerintahan, terutama dalam mendorong partisipasi “sisi permintaan” (demand) dan dorongan akuntabilitas.

Aktivis desa juga menunjukkan potensi sebagai perwakilan warga desa. Sebagian besar aktivis desa ini (sekitar 76 persen) diundang dan menghadiri pertemuan desa dan dusun (Tabel 14). Persepsi status sosial dan ekonomi mereka mendekati status seperti pimpinan desa, sehingg mereka relatif setara dengan pimpinan desa, meski status ini juga menimbulkan risiko dalam mempertahankan dominasi kalangan elit. Dari segi gender, perbedaan tingkat partisipasi antara aktivis desa laki-laki dan perempuan tidak signifikan secara statistik. Aktivis desa yang perempuan hampir sama terlibat seperti rekan mereka yang laki-laki dalam pertemuan. Tetapi, tidak seperti perempuan non-aktivis, mereka tidak terlalu sungkan untuk berbicara di forum publik sehingga lebih mampu

13 Lihat Sambodho (a, akan datang) untuk diskusi lebih lanjut tentang kesenjangan kapasitas antara pemerintah desa (terutama kepala desa) dan BPD.

30

PARTISIPASI, TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS DALAM PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG DESA

Page 43: PARTISIPASI, TANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS DALAM ... · 2. Tujuan dan Pertanyaan Penelitian 5 3. Metodologi dan Lokasi 7 3.1. Metodologi 7 3.2. Pemiilhan lokasi dan pendekatan sampling

Warga desa - Aaktivis Warga Desa -Rumah TanggaSemua observasi Perempuan Laki-laki

Jalan 0,5024* 0,4374* 0,3494* 0,3074*

Gagal panen 0,5592* 0,3504* 0,5235* 0,437*

Tingkat pengangguran yang tinggi 0,1688 0,1222 0,1586 0,3046*

Tabel 15. Korelasi atas masalah yang disebutkan oleh warga desa, aktivis desa dan kepala dusun

Catatan: seluruh angka dalam persentase; ** signifikan secara statistik pada tingkat 5 persen; * signifikan secara statistik pada tingkat 10 persen

Tabel 14. Partisipasi aktivis dalam pertemuan musyawarah

Catatan: Aktivis laki-laki terdiri dari: tokoh agama (48 persen), kelompok pemuda (16 persen), sektor usaha (10 pesen); sementara aktivis desa perempuan terdiri dari: PKK/Dasa Wisma (47 persen), tokoh agama (29 persen), wirausaha (5 persen).

Semuaobservasi

Gender

Perempuan Laki-laki Selisih

Yang menghadiri rapat desa 75,6 81,8 73,6 8,2

Observasi 222 110 112

Dari yang menghadiri rapat:

- memberikan usulan 90,8 87,1 92,1 -4,9

- memberikan pendapat 80,3 63,8 86,3 -22,5 **

- bertanya tentang program 66,0 55,1 70,0 -14,9 **

- bertanya tentang target program 52,8 37,2 58,5 -21,3 **

- bertanya tentang anggaran 53,6 43,0 57,4 -14,3 *

- ikut mengambil suara untuk memutuskan 62,7 63,2 62,5 0,8

Observasi 178 91 87

Catatan: seluruh angka dalam persentase; ** signifikan secara statistik pada tingkat 5 persen; * signifikan secara statistik pada tingkat 10 persen

membantu menyuarakan rekan-rekan perempuan desa mereka.14

Yang paling penting, para aktivis desa ini tampaknya memiliki perhatian seperti masyarakat pada umumnya mengenai persoalan/kebutuhan prioritas desa. Survei kami menanyakan tentang 25 persoalan untuk dipilih sebagai prioritas oleh warga desa, kepala desa dan kepala dusun, BPD dan aktivis desa. Persoalan yang paling banyak disebut oleh warga desa adalah: akses ke jalan,

gagal panen dan pengangguran tinggi (Tabel 12). Tanggapan dari warga desa, kepala dusun dan aktivis desa menunjukkan korelasi positif yang signifikan untuk masalah jalan dan panen (Tabel 15). Aktivis desa tidak memiliki tingkat keprihatinan yang sama dengan warga desa dengan tingkat pengangguran yang tinggi. Namun selain itu, mereka memiliki kemiripan pandangan tentang apa yang mereka anggap sebagai masalah desa yang paling mendesak.

14 Lihat Sambodho (b, yang akan datang) untuk pembahasan yang lebih rinci tentang aktivis desa: potensi mereka dan risiko dalam mewakili warga desa.

31

PARTISIPASI, TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS DALAM PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG DESA

Page 44: PARTISIPASI, TANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS DALAM ... · 2. Tujuan dan Pertanyaan Penelitian 5 3. Metodologi dan Lokasi 7 3.1. Metodologi 7 3.2. Pemiilhan lokasi dan pendekatan sampling

Poin Utama 6.

Page 45: PARTISIPASI, TANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS DALAM ... · 2. Tujuan dan Pertanyaan Penelitian 5 3. Metodologi dan Lokasi 7 3.1. Metodologi 7 3.2. Pemiilhan lokasi dan pendekatan sampling

Poin Utama

Musyawarah (misalnya, untuk membahas rencana tahunan, atau anggaran dan laporan akuntabilitas) pada tingkat desa bukanlah sebuah proses yang inklusif. Kurang dari setengah kepala desa melakukan upaya apa pun untuk mengundang warga desa menghadiri musyawarah. Tapi, ketika mereka melakukannya, pemerintah desa pulalah yang memutuskan siapa yang akan diundang. Dari sudut pandang warga desa, kemungkinan menerima undangan ke pertemuan ini tergantung pada karakteristik individu dan anggota keluarganya. Perempuan dan mereka yang berada di kelompok 40 persen penduduk termiskin cenderung tidak akan menerima undangan. Sebaliknya, mereka yang memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi, aktif terlibat dalam organisasi lokal dan/atau partai politik, warga desa yang peduli (yaitu mereka yang pernah mengangkat suatu persoalan atau keluhan sebelumnya) dan yang memandang kepala desa secara positif lebih mungkin diundang.

Namun, tidak diundang bukanlah alasan utama warga desa tidak datang ke pertemuan. Lebih dari separuh warga desa tidak menghadiri pertemuan walaupun diundang, yang menunjukkan bahwa pertemuan semacam ini tidak populer. Warga desa menganggap pertemuan tersebut bukan urusan mereka dan bahwa pertemuan tersebut adalah urusan para pemimpin desa, sementara warga desa juga berasumsi bahwa mereka sudah terwakili oleh kepala dusun/RT/RW dan pemimpin masyarakat mereka. Selain itu, menghadiri pertemuan menimbulkan biaya sosial dan keuangan bagi warga desa, menyita waktu mereka dari pekerjaan dan pekerjaan rumah tangga, terutama bagi perempuan.

Pandangan warga desa tentang pimpinan desa (pemerintah desa dan BPD) dan pengalaman mereka sebelumnya juga memengaruhi partisipasi warga desa dalam pertemuan dan kesadaran akan informasi. Kepala desa yang sudah menjabat selama tiga tahun atau lebih memiliki pengaruh positif, seperti halnya kepala desa dan staf mereka yang memiliki pengalaman proyek CDD (yaitu, PNPM). Selain itu, kepala BPD yang dianggap andal dan dihormati oleh warga desa juga memiliki dampak positif.

33

PARTISIPASI, TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS DALAM PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG DESA

Page 46: PARTISIPASI, TANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS DALAM ... · 2. Tujuan dan Pertanyaan Penelitian 5 3. Metodologi dan Lokasi 7 3.1. Metodologi 7 3.2. Pemiilhan lokasi dan pendekatan sampling

Serupa dengan partisipasi dalam pertemuan desa, warga desa tampaknya tidak tertarik pada informasi tentang penggunaan dana atau rencana pembangunan di desa mereka. Sekitar sepertiga warga desa menyatakan dengan jelas bahwa mereka tidak tertarik pada informasi terkait desa. Mereka tertarik pada informasi yang secara langsung dan segera berdampak pada mereka, seperti informasi tentang program bantuan dan pelaksanaan proyek di mana mereka mungkin diharapkan untuk menyumbangkan tenaganya. Para kepala desa sependapat dan memiliki minat yang sama dalam menyebarkan informasi tersebut.

Berbeda dengan pertemuan tingkat desa, pertemuan dusun lebih populer. Kehadiran pada pertemuan-pertemuan ini lebih tinggi dan juga lebih inklusif. Peserta berasal dari kelompok sosial yang berbeda. Tingkat kesejahteraan peserta tampaknya tidak memengaruhi kehadiran mereka, begitu juga jarak. Sebagian besar warga desa menilai kepala dusun secara positif dan warga desa juga mengetahui lebih banyak informasi tentang kegiatan proyek di dusun mereka sendiri. Di beberapa daerah di Jawa, pertemuan bahkan mungkin dimulai di tingkat RT/RW karena besarnya jumlah penduduk desa.

Page 47: PARTISIPASI, TANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS DALAM ... · 2. Tujuan dan Pertanyaan Penelitian 5 3. Metodologi dan Lokasi 7 3.1. Metodologi 7 3.2. Pemiilhan lokasi dan pendekatan sampling

Meskipun warga desa tampaknya tidak tertarik pada pertemuan desa, sebagian besar aktivis desa (lebih dari 75 persen) menghadiri pertemuan-pertemuan ini. Para aktivis desa ini pada umumnya memiliki status sosial dan ekonomi yang sama dengan pimpinan desa lainnya, membuat interaksi mereka relatif mudah. Kepedulian aktivis desa umumnya serupa dengan kebanyakan warga desa. Selain itu, hanya ada sedikit perbedaan dalam tingkat keterlibatan dalam diskusi desa antara aktivis perempuan dan laki-laki dibandingkan dengan non-aktivis, menengarai potensi mereka dalam mewakili warga desa, baik laki-laki maupun perempuan.

Terakhir, kebijakan kabupaten tampaknya memengaruhi tingkat partisipasi warga desa. Ngada secara konsisten menunjukkan tingkat partisipasi dan kesadaran yang lebih tinggi tentang urusan dan informasi desa. Kabupaten ini memiliki jenis proyek CDD-nya sendiri, yang serupa dengan PNPM. Demikian pula, di Wonogiri di tingkat sub-desa terdapat tradisi lama pertemuan masyarakat reguler, yang meningkatkan partisipasi dalam pertemuan dusun. Hal ini menempatkan Wonogiri di peringkat kedua setelah Ngada. Kegiatan ibadah rutin (pengajian atau kelompok doa) sering berfungsi sebagai forum untuk diskusi tingkat sub-desa. Akan menarik untuk mengamati ke mana praktik-praktik yang baik ini akan membawa kita dalam sisa studi ini.

35

PARTISIPASI, TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS DALAM PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG DESA

Page 48: PARTISIPASI, TANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS DALAM ... · 2. Tujuan dan Pertanyaan Penelitian 5 3. Metodologi dan Lokasi 7 3.1. Metodologi 7 3.2. Pemiilhan lokasi dan pendekatan sampling

Rekomendasi7.

Page 49: PARTISIPASI, TANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS DALAM ... · 2. Tujuan dan Pertanyaan Penelitian 5 3. Metodologi dan Lokasi 7 3.1. Metodologi 7 3.2. Pemiilhan lokasi dan pendekatan sampling

Rekomendasi

Meningkatkan perwakilan merupakan langkah yang amat dibutuhkan, mengingat tingkat partisipasi publik yang melemah. Partisipasi publik langsung di semua kelompok, termasuk kelompok miskin dan terpinggirkan, mungkin tidak realistis, mengingat kendala yang dihadapi kelompok-kelompok ini, seperti biaya peluang yang sangat tinggi, akses terbatas ke informasi dan pengetahuan terkait, serta bias gender seperti yang sering terjadi di komunitas patrimonial. Oleh karena itu, partisipasi tidak langsung atau partisipasi oleh perwakilan harus diperkuat seiring dengan partisipasi langsung, terutama oleh perempuan dan warga miskin. Karena alasan ini, BPD, yang awalnya diabaikan dalam implementasi UU Desa, harus diperkuat sesuai semangat UU Desa. Namun, seperti yang ditunjukkan oleh laporan ini, para aktivis desa juga merupakan sumber alternatif, dan berpotensi lebih efektif, untuk memperkuat perwakilan masyarakat. Ada kekhawatiran bahwa tokoh-tokoh seperti aktivis desa mungkin memiliki kepentingan yang lebih berpihak pada pemerintah desa dan tidak selaras dengan warga desa pada umumnya. Terlepas dari risiko ini, sebuah studi baru-baru ini di Zimbabwe menunjukkan bahwa sosok seperti petugas kesehatan, anggota

komite sekolah dan pemimpin/ketua kelompok tani ternyata mampu memberikan tekanan horisontal terhadap pemerintah desa, ketika kapasitas mereka meningkat, (Baldwin, Muyengwa & Mvukiyehe, 2017). Studi ini mengutip beberapa alasan mengapa pendekatan ini berhasil: tradisi lama kalangan elit yang bertindak berlawanan dengan tokoh masyarakat, dan pemimpin masyarakat yang umumnya muda dan tidak begitu partisan, dan yang juga mungkin akan mendapatkan keuntungan dari reformasi.

Memperkuat lebih banyak tokoh masyarakat juga akan memperluas fungsi checks and balances di luar lembaga formal. Dewan desa dan aktivis dapat berfungsi sebagai kekuatan pengimbang bagi pemerintah desa. Studi Local Level Institutions putaran terakhir di Indonesia menunjukkan bahwa pemilihan demokratis meningkatkan tata pemerintahan desa—bahwa kepala desa akan lebih mungkin bekerja untuk kepentingan warga desa, dan memelihara norma-norma partisipatif dan transparansi. Namun, studi yang sama juga menunjukkan bahwa saat kekuasaan pengimbang yang mencermati pemerintah desa tidak ada (dewan desa dan pemimpin adat yang lemah) antara pemilihan, penyalahgunaan lebih mungkin terjadi (Wetterberg et al., 2014).

37

PARTISIPASI, TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS DALAM PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG DESA

Page 50: PARTISIPASI, TANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS DALAM ... · 2. Tujuan dan Pertanyaan Penelitian 5 3. Metodologi dan Lokasi 7 3.1. Metodologi 7 3.2. Pemiilhan lokasi dan pendekatan sampling

Pertemuan musyawarah dusun perlu diperkuat sebagai tempat utama partisipasi publik. Warga desa lebih terlibat dalam diskusi perencanaan di tingkat dusun. Status sosial dan ekonomi tidak begitu menjadi penghambat di sini dan pengetahuan mereka tentang pembangunan di dusun mereka sendiri juga lebih tinggi daripada tentang desa mereka. Jika aktivis desa dan BPD mewakili warga atau konstituen mereka pada diskusi tingkat desa, warga desa kemudian dapat fokus pada diskusi dusun, khususnya selama pengembangan rencana jangka menengah (RPJM Desa). Rencana tahunan, yang diturunkan dari RPJM Desa, tidak perlu dibahas terlalu mendalam, kecuali ada proposal baru dengan urgensi yang tak terduga. Sementara itu, para perwakilan harus lebih terlibat dalam diskusi tingkat desa ini. Akan tetapi, tetap penting bagi para wakil ini untuk melapor kembali kepada warga desa pada pertemuan dusun mereka.

Meningkatkan cara untuk mengkomunikasikan kegiatan pembangunan dan keuangan desa adalah kunci dalam memastikan bahwa warga

Page 51: PARTISIPASI, TANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS DALAM ... · 2. Tujuan dan Pertanyaan Penelitian 5 3. Metodologi dan Lokasi 7 3.1. Metodologi 7 3.2. Pemiilhan lokasi dan pendekatan sampling

desa diberikan kesempatan/saluran untuk mencari informasi tersebut dan, pada saat yang sama, meningkatkan kesadaran masyarakat tentang “sifat publik” dana yang dikelola oleh pemerintah desa. Warga desa menunjukkan sedikit minat akan pengelolaan dana desa, dan cenderung menganggap bahwa ini adalah urusan pemerintah desa dan tidak melibatkan mereka. Baik BPD maupun aktivis desa, khususnya, dapat memainkan peran yang lebih aktif dalam mencari saluran terbaik untuk menyampaikan informasi dan memastikan informasi dapat diakses saat diperlukan. Dengan peraturan baru tentang BPD (Permendagri No. 110/2016), akan penting untuk memulai upaya bersama dalam meningkatkan kapasitas BPD untuk mengawasi pemerintah desa dan memastikan adanya akuntabilitas ke bawah. Pada saat yang sama, peningkatan kapasitas juga harus diberikan kepada para aktivis desa, memperkuat mereka tanpa melemahkan atau mengabaikan pembangunan kapasitas di lembaga-lembaga pemerintah desa.

39

PARTISIPASI, TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS DALAM PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG DESA

Page 52: PARTISIPASI, TANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS DALAM ... · 2. Tujuan dan Pertanyaan Penelitian 5 3. Metodologi dan Lokasi 7 3.1. Metodologi 7 3.2. Pemiilhan lokasi dan pendekatan sampling

Referensi

AKATIGA. (2010). Marginalized Groups in PNPM Rural. Jakarta: PNPM Support Facility.

AKATIGA. (2012). Evaluation of PNPM RESPEK: Village Infrastructure and Institutional Capacity. Jakarta: PNPM Support Facility.

Alatas, V., Banerjee, A., Hanna, R., Olken, B., Purnamasari, R., & Wai-Poi, M. (2013). Does Elite Capture Matter? Local Elites and Targeted Welfare Programs in Indonesia. Cambridge, MA: NBER.

Antlov, H., Wetterberg, A., & Dharmawan, L. (2016). Village Governance, Community Life, and the 2014 Village Law in Indonesia. Bulletin of Indonesian Economic Studies, 161-183.

Baiocchi, G. (2003). Participation, Activism, and Politics: The Porto Alegre Experiment. In A. Fung, & E. O. Wright, Deepening Democracy: Institutional Innovations in Empowered Participatory Governance. London: Verso.

Baldwin, K., Muyengwa, S., & Mvukiyehe, E. (2017). Reforming Village-Level Governance via Horizontal Pressure: Evidence from an Experiment in Zimbabwe. Washington, DC: The World Bank.

Bandiera, O., & Levy, G. (2011). Diversity and the Power of the Elites in Democratic Societies: Evidence from Indonesia. Journal of Public Economics, 1322-1330.

Boulding, C., & Wampler, B. (2010). Voice, Votes, and Resources: Evaluaating the Effect of Participatory Democracy on Well-being. World Development, 125-135.

Clearly, M. R. (2007). Electoral Competition, Participation, and Government Responsiveness in Mexico. American Journal of Political Science, 283-299.

Dasgupta, A., & Beard, V. A. (2007). Community Driven Development, Collective Action and Elite Capture in Indonesia. Development and Change, 229-249.

Dharmawan, L. R. (2014). Studi Kelompok Masayarakat PNPM. Jakarta: TNP2K.

Dharmawan, L., Dewayanti, R., & Nugraheni, I. (2014). Studi Keompok Masyarakat PNPM. Jakarta: TNP2K.

Fox, J. (2007). The Uncertain Relationship between Transparency and Accountability. Development in Practice, 663-671.

Grindle, M. S. (2007). Going Local: Decentralization, Democratization, and the Promise of Good Governance. Princeton: Princeton University Press.

Joshi, A. (2014). Reading the Local Context: A Causal Chain Approach to Social Accountability. IDS Bulletin, 23-35.

Kurniawan, A., Sedyadi, G. S., Kartawijaya, Syukri, M., Bachtiar, P., Diningrat, R. A., & Alifia, U. (2017). Studi Implementaasi Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 tentang Desa. Jakarta: SMERU.

Mansuri, G., & Rao, V. (2013). Localizing Development: Does Participation Work? Washington, DC: The World Bank.

McLaughlin, K., Satu, A., & Hoppe, M. (2007). Kecamatan Development Program Qualitative Impact Evaluation. Jakarta: The World Bank.

40

PARTISIPASI, TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS DALAM PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG DESA

Page 53: PARTISIPASI, TANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS DALAM ... · 2. Tujuan dan Pertanyaan Penelitian 5 3. Metodologi dan Lokasi 7 3.1. Metodologi 7 3.2. Pemiilhan lokasi dan pendekatan sampling

Narayan, D. (. (2002). Empowerment and Poverty Reduction: A Sourcebook. Washington, DC: The World Bank.

Neil, N. (2013). PNPM Mandiri Rural Infrastructure Technical Evaluation Report (Summary). Jakarta: PNPM Support Facility.

O'Meally, S. (2013). Mapping Context for Social Accountability: A Resource Paper. Washington, DC: Social Development Department, The World Bank.

Pokja Pengendali PNPM. (2012). PNPM Mandiri Information Kit 2012-2013. Jakarta: Sekretariat Pokja Pengendali PNPM Mandiri.

PNPM Support Faility (PSF). (2012). PNPM Incident of Benefit Study: Overview findings from the Household Social Economic Survey 2012 (SUSETI). Jakarta: PNPM Support Facility

PSF. (2014a). PNPM Governance Six-Monthly Update: February 2014. Jakarta: PNPM Support Facility.

PSF. (2014b). Progress Report 2013. Jakarta: PNPM Support Facility.

PSF. 2015. Beneficiary Assessment of PNPM/RESPEK. Jakarta: PNPM Support Facility.

Sambhodo, P. (a, forthcoming). Understanding villagers' non-participation in village deliberative forums.

Sambhodo, P. (b, forthcoming). Friend or foe? Village activists as a horizontal accountability and representation mechanism.

Syukri, M., Mawardi, S., & Akhmadi. (2013). A Qualitative Study on the Impact of the PNPM-Rural in East Java, West Sumatra, and Southeast Sulawesi. Jakarta: SMERU.

Syukri, M., Akhmadi, Hastuti, Kartawijaya, & Kurniawan, A. (2014). Qualitative Study of the Proliferation and Integration of Community Empowerment Programs in Central Java, West Nusa Tenggara and South Sulawesi. Jakarta: PNPM Support Facility.

Voss, J. (2008). Impact Evaluation of the Second Phase of the Kecamatan Development Program in Indonesia. Jakarta: The World Bank and Decentralization Support Facility.

Voss, J. (2013). PNPM rural Impact Evaluation. Jakarta: PNPM Support Facility.

Wetterberg, A. (2014). Transitioning Community Driven Development Projects into Policy: From PNPM Mandiri to the Village Law.

Wetterberg, A., Jellema, J. R., & Dharmawan, L. (2014). The Local Level Institutions Study 3: Overview Report. Jakarta: Coordinating Ministry for People's Welfare, TNP2K, and PNPM Support Facility.

Woodhouse, A. (2012). Governance Review of PNPM Rural. Jakarta: PNPM Support Facility.

World Bank. (2017). World Development Report 2017: Governance and the Law. Washington, DC: The World Bank.

41

PARTISIPASI, TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS DALAM PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG DESA

Page 54: PARTISIPASI, TANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS DALAM ... · 2. Tujuan dan Pertanyaan Penelitian 5 3. Metodologi dan Lokasi 7 3.1. Metodologi 7 3.2. Pemiilhan lokasi dan pendekatan sampling

Kar

akte

rist

ikS

elur

uh

resp

onde

n

Sel

uruh

Res

pond

enS

elur

uh

resp

onde

n

Sel

uruh

res

pond

en y

ang

diun

dang

Sel

uruh

re

spon

den

Sel

uruh

res

pond

en y

ang

tidak

diu

ndan

g

Diu

ndan

gTi

dak

diun

dang

Sel

isih

Had

irTi

dak

hadi

rS

elis

ihH

adir

Tida

k ha

dir

Sel

isih

Indi

vidu

Pere

mpu

an5

1,85

2,2

51,6

0,5

52,

237

,55

9,6

-22,

2**

51,6

52,

75

1,61,1

Um

ur (t

ahun

)47

,047

,846

,61,2

47,8

46,1

48,6

-2,5

**46

,646

,446

,6-0

,2

Tida

k m

emili

ki p

endi

dika

n fo

rmal

24,5

20,3

27,1

-6,8

**20

,312

,024

,5-1

2,5

**27

,121

,827

,4-5

,6

Lulu

s Se

kola

h D

asar

38,9

37,3

39,9

-2,6

37,3

36,8

37,6

-0,8

39,9

3640

,1-4

,1

Lulu

s Se

kola

h M

enen

gah

Pert

ama

17,4

18,7

16,6

2,1

18,7

18,4

18,9

-0,5

16,6

23,8

16,2

7,5

Lulu

s Se

kola

h M

enen

gah

Ata

s da

n pe

ndid

ikan

tin

ggi

19,2

23,7

16,4

7,3

**23

,732

,919

,013

,8**

16,4

18,4

16,3

2,1

Seda

ng b

eker

ja76

,176

,675

,80,

876

,682

,573

,69

**75

,879

,875

,64,

2

Bag

ian

dari

kelo

mpo

k et

nis

may

orita

s9

2,5

94,

29

1,42,

8**

94,

289

,99

6,4

-6,4

**9

1,49

49

1,32,

7

Bag

ian

dari

kelo

mpo

k ag

ama

may

orita

s9

8,7

99,

09

8,5

0,5

99,

09

9,3

98,

90,

39

8,5

100

98,

51,5

**

# ta

hun

tingg

al d

i des

a (ta

hun)

36,5

37,4

36,0

1,437

,435

,838

,2-2

,536

34,7

36-1

,3

Akt

if di

org

anis

asi s

etem

pat

87,0

89,0

85,8

3,2

*89

,09

6,1

85,4

10,7

**85

,89

1,485

,55

,9

Akt

if di

par

tai p

oliti

k5

,16

,14,

61,5

*6

,111

,03,

57,

5**

4,6

10,4

4,3

6,1

Rum

ah T

angg

a

Pere

mpu

an s

ebag

ai k

epal

a ru

mah

tang

ga9,

810

,19,

70,

510

,15

,812

,3-6

,5**

9,7

3,8

10-6

,2**

Kelo

mpo

k te

rmis

kin

di b

awah

40

%38

,936

,140

,6-4

,5*

36,1

31,5

38,4

-7*

40,6

32,3

41-8

,7

Jara

k ke

Kan

tor K

epal

a D

esa

(km

)0,

80,

80,

9-0

,10,

80,

70,

9-0

,20,

91

0,9

0,2

Kepa

la d

esa

tingg

al d

i dus

un27

,129

,225

,83,

429

,231

,328

,13,

125

,826

,825

,71,1

Apa

ratu

r des

a tin

ggal

di d

usun

78,7

75,6

80,5

-4,9

*75

,684

,071

,412

,6**

80,5

70,5

81-1

0,5

*

Opi

ni d

an p

erse

psi

Men

yam

paik

an k

eluh

an d

an m

elap

orka

n m

asal

ah9

11,9

7,2

4,6

**11

,923

,95

,818

,1**

7,2

19,8

6,6

13,2

**

Kepa

la D

esa

dapa

t dia

ndal

kan

dala

m

pere

ncan

aan

pem

bang

unan

74,9

79,3

72,2

7,1**

79,3

76,8

80,5

-3,6

72,2

86,8

71,5

15,4

**

Kepa

la D

usun

dap

at d

iand

alka

n da

lam

pe

renc

anaa

n pe

mba

ngun

an78

,581

,076

,94,

2**

81,0

75,6

83,8

-8,1

**76

,981

,276

,64,

5

Ketu

a B

PD d

apat

dia

ndal

kan

dala

m

pere

ncan

aan

pem

bang

unan

58,

36

5,2

54,

111

,0**

65

,274

,06

0,7

13,4

**5

4,1

67,

45

3,5

13,9

**

Kepa

la D

esa

dapa

t dia

ndal

kan

dala

m

pela

ksan

aan

pem

bang

unan

77,5

80,5

75,7

4,9

**80

,579

,481

,1-1

,775

,787

,275

,112

,1**

Kepa

la D

usun

dap

at d

iand

alka

n da

lam

pe

laks

anaa

n pe

mba

ngun

an80

,883

,479

,24,

3**

83,4

79,3

85,5

-6,2

**79

,285

,978

,87

*

Ketu

a B

PD d

apat

dia

ndal

kan

dala

m

pela

ksan

aan

pem

bang

unan

59

65

,15

5,2

9,9

**6

5,1

74,7

60,

214

,5**

55

,26

5,2

54,

710

,4

Obs

erva

si4.

08

11.6

91

2.3

90

1.69

18

358

56

2.3

90

158

2.2

32

Cat

atan

: sel

uruh

ang

ka d

alam

per

sent

asi k

ecua

li di

nyat

akan

dal

am ta

nda

kuru

ng; *

* si

gnifi

kan

seca

ra s

tatis

tik p

ada

tingk

at 5

per

sen;

* s

igni

fikan

sec

ara

stat

istik

pad

a tin

gkat

10

per

sen

Lam

pir

an

1. K

ara

kter

isti

k p

ara

un

da

ng

an

da

n n

on

-un

da

ng

an

, da

n k

eha

dir

an

mer

eka

pa

da

per

tem

ua

n d

esa

42

PARTISIPASI, TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS DALAM PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG DESA

Page 55: PARTISIPASI, TANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS DALAM ... · 2. Tujuan dan Pertanyaan Penelitian 5 3. Metodologi dan Lokasi 7 3.1. Metodologi 7 3.2. Pemiilhan lokasi dan pendekatan sampling

Kar

akte

rist

ikS

emua

re

spon

den

Per

tem

uan

Des

aS

emua

re

spon

den

Per

tem

uan

dusu

n

Had

irTi

dak

hadi

rS

elis

ihH

adir

Tida

k ha

dir

Sel

isih

Indi

vidu

Pere

mpu

an5

1,840

,35

4,0

-13,

7**

51,8

40,4

56

,0-1

5.,

**

Um

ur (t

ahun

)47

,046

,247

,2-1

,047

,048

,646

,42,

2**

Tida

k m

emili

ki p

endi

dika

n fo

rmal

24,5

13,8

26,5

-12,

7**

24,5

23,9

24,7

-0,8

Lulu

s Se

kola

h D

asar

38,9

36,7

39,4

-2,7

38,9

37,0

39,6

-2,7

Lulu

s Se

kola

h M

enen

gah

Pert

ama

17,4

19,3

17,0

2,3

17,4

17,6

17,3

0,3

Lulu

s Se

kola

h M

enen

gah

Ata

s da

n pe

ndid

ikan

ting

gi19

,230

,217

,113

,1**

19,2

21,5

18,3

3,2

Seda

ng b

eker

ja76

,182

,075

,07,

0**

76,1

86,0

72,5

13,6

**

Bag

ian

dari

kelo

mpo

k et

nis

may

orita

s9

2,5

90,

79

2,8

-2,1

92,

59

5,9

91,2

4,7

**

Bag

iand

ari k

elom

pok

agam

a m

ayor

itas

98,

79

9,4

98,

60,

8*

98,

79

8,4

98,

9-0

,5

# ta

hun

tingg

al d

i des

a (ta

hun)

36,5

35,6

36,7

-1,1

36,5

38,3

35,9

2,4

**

Akt

if di

org

anis

asi s

etem

pat

87,0

95

,385

,59,

8**

87,0

96

,583

,612

,9**

Akt

if di

par

tai p

oliti

k5

,110

,94,

16

,9**

5,1

4,7

5,3

-0,7

Rum

ah T

angg

a

Pere

mpu

an s

ebag

ai k

epal

a ru

mah

tang

ga9,

85

,510

,7-5

,2**

9,8

6,3

11,1

-4,9

**

Kelo

mpo

k te

rmis

kin

di b

awah

40

%38

,931

,640

,2-8

,6**

38,9

36,1

39,9

-3,8

Jara

k ke

Kan

tor K

epal

a D

esa

(km

)0,

80,

80,

9-0

,10,

81,1

0,8

0,3

**

Kepa

la d

esa

tingg

al d

i dus

un27

,130

,526

,44,

027

,116

,930

,8-1

3,9

**

Apa

ratu

r des

a tin

ggal

di d

usun

78,7

81,5

78,1

3,4

78,7

67,

382

,8-1

5,5

**

Opi

ni d

an p

erse

psi

Men

yam

paik

an k

eluh

an d

an m

elap

orka

n m

asal

ah9,

023

,16

,416

,7**

9,0

13,6

7,3

6,3

**

Kepa

la D

esa

dapa

t dia

ndal

kan

dala

m p

eren

cana

an p

emba

ngun

an74

,978

,774

,24,

5**

74,9

80,5

72,8

7,7**

Kepa

la D

usun

dap

at d

iand

alka

n da

lan

pere

ncan

aan

pem

bang

unan

78,5

76,7

78,8

-2,1

78,5

83,5

76,6

6,9

**

Ketu

a B

PD d

apat

dia

ndal

kan

dala

m p

eren

cana

an p

emba

ngun

an5

8,3

72,8

55

,617

,2**

58,

36

6,5

55

,411

,1**

Kepa

la D

esa

dapa

t dia

ndal

kan

dala

m p

elak

sana

an p

emba

ngun

an77

,580

,876

,93,

9*

77,5

83,1

75,5

7,6

**

Kepa

la D

usun

dap

at d

iand

alka

n da

lam

pel

aksa

naan

pem

bang

unan

80,8

80,5

80,8

-0,3

80,8

85,6

79,0

6,6

**

Ketu

a B

PD d

apat

dia

ndal

kan

dala

m p

elak

sana

an p

emba

ngun

an5

9,0

72,9

56

,416

,6**

59,

06

8,2

55

,612

,6**

Obs

erva

si4.

08

19

93

3.0

88

4.0

81

1.274

2.8

07

Cat

atan

: sel

uruh

ang

ka d

alam

per

sent

asi k

ecua

li di

nyat

akan

dal

am ta

nda

kuru

ng; *

* si

gnifi

kan

seca

ra s

tatis

tik p

ada

tingk

at 5

per

sen;

* s

igni

fikan

sec

ara

stat

istik

pad

a tin

gkat

10

per

sen

Lam

pir

an

2. P

eser

ta d

an

no

n-p

eser

ta p

erte

mu

an

des

a d

an

du

sun

43

PARTISIPASI, TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS DALAM PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG DESA

Page 56: PARTISIPASI, TANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS DALAM ... · 2. Tujuan dan Pertanyaan Penelitian 5 3. Metodologi dan Lokasi 7 3.1. Metodologi 7 3.2. Pemiilhan lokasi dan pendekatan sampling

Kar

akte

rist

ikS

emua

re

pond

en

Ala

san

tidak

men

ghad

iri p

erte

mua

n de

saA

kan

hadi

r di

per

tem

uan

desa

bila

Tida

k di

unda

ngS

ibuk

Tida

k be

rhub

unga

n/su

dah

diw

akilk

anD

iund

ang

Har

us m

engh

adir

i per

tem

uan

Dis

ebut

Tida

k di

sebu

tS

elis

ihD

iseb

utTi

dak

dise

but

Sel

isih

Dis

ebut

Tida

k di

sebu

tS

elis

ihD

iseb

utTi

dak

dise

but

Sel

isih

Dis

ebut

Tida

k di

sebu

tS

elis

ih

Indi

vidu

Pere

mpu

an5

4,0

51,6

59,

6-8

,1**

58,

35

3,1

5,2

*5

9,9

52,

87,1

**5

1,36

2,6

-11,4

**6

0,1

53,

26

,9**

Um

ur (t

ahun

)47

,246

,648

,6-2

,0**

45,4

47,6

-2,2

**47

,447

,10,

346

,848

,6-1

,8*

50,

346

,83,

5**

Tida

k m

emili

ki p

endi

dika

n fo

rmal

26,5

27,4

24,5

2,8

21,8

27,5

-5,8

**22

,927

,3-4

,426

,128

,0-2

,029

,326

,23,

2

Lulu

s Se

kola

h D

asar

39,4

40,1

37,6

2,6

33,6

40,5

-6,9

**45

,338

,17,

2**

40,5

35,8

4,7

*35

,739

,8-4

,1

Lulu

s Se

kola

h M

enen

gah

Pert

ama

17,0

16,2

18,9

-2,7

19,6

16,5

3,1

17,6

16,9

0,7

16,6

18,4

-1,8

17,4

17,0

0,4

Lulu

s Se

kola

h M

enen

gah

Ata

s da

n pe

ndid

ikan

ting

gi17

,116

,319

,0-2

,725

,015

,59,

6**

14,3

17,7

-3,4

16,9

17,8

-1,0

17,6

17,1

0,5

Seda

ng b

eker

ja75

,075

,673

,62,

181

,473

,77,7

**73

,675

,3-1

,776

,86

9,4

7,3

**6

3,9

76,4

-12,

5**

Bag

ian

dari

kelo

mpo

k et

nis

may

orita

s9

2,8

91,3

96

,4-5

,0**

94,

09

2,6

1,49

2,2

93,

0-0

,89

1,49

7,4

-6,0

**9

4,5

92,

61,9

Bag

ian

dari

kelo

mpo

k ag

ama

may

orita

s 9

8,6

98,

59

8,9

-0,5

98,

39

8,7

-0,4

99,

69

8,4

1,2**

98,

69

8,7

-0,1

98,

69

8,6

-0,1

# ta

hun

tingg

al d

i des

a (ta

hun)

36,7

36,0

38,2

-2,2

*33

,537

,4-3

,8**

37,3

36,6

0,8

36,1

38,4

-2,3

40,9

36,1

4,8

**

Akt

if di

org

anis

asi s

etem

pat

85,5

85,5

85,4

0,1

81,0

86,4

-5,4

**89

,284

,74,

5**

86,3

83,1

3,1

*82

,985

,8-3

,0

Akt

if di

par

tai p

oliti

k4,

14,

33,

50,

83,

84,

1-0

,42,

74,

4-1

,74,

23,

70,

56

,43,

82,

6

Rum

ah T

angg

a

Pere

mpu

an s

ebag

ai k

epal

a ru

mah

tang

ga10

,710

,012

,3-2

,39,

111

,0-1

,912

,610

,32,

410

,411

,6-1

,311

,010

,60,

4

Kelo

mpo

k te

rmis

kin

di b

awah

40

%40

,241

,038

,42,

633

,741

,6-7

,9**

42,4

39,8

2,6

39,2

43,3

-4,1

41,4

40,1

1,3

Jara

k ke

Kan

tor K

epal

a D

esa

(km

)0,

90,

90,

90,

00,

70,

9-0

,2*

0,9

0,8

0,1

0,8

1,0-0

,20,

80,

90,

0

Kepa

la d

esa

tingg

al d

i dus

un26

,425

,728

,1-2

,431

,625

,46

,326

,926

,30,

625

,529

,5-4

,126

,226

,5-0

,2

Apa

ratu

r des

a tin

ggal

di d

usun

78,1

81,0

71,4

9,6

**78

,878

,00,

874

,179

,0-4

,9*

80,2

71,6

8,6

**78

,878

,00,

8

Opi

ni d

an p

erse

psi

Men

yam

paik

an k

eluh

an d

an m

elap

orka

n m

asal

ah6

,46

,65

,80,

86

,46

,40,

16

,66

,30,

36

,65

,80,

88,

36

,12,

2

Kepa

la D

esa

dapa

t dia

ndal

kan

dala

m

pere

ncan

aan

pem

bang

unan

74,2

71,5

80,5

-9,0

**79

,873

,06

,8**

76,0

73,8

2,2

73,0

77,9

-5,0

**71

,874

,5-2

,7

Kepa

la D

usun

dap

at d

iand

alka

n da

lam

pe

renc

anaa

n pe

mba

ngun

an78

,876

,683

,8-7

,1**

81,1

78,3

2,8

83,6

77,8

5,8

**78

,779

,0-0

,376

,779

,1-2

,4

Ketu

a B

PD d

apat

dia

ndal

kan

dala

m

pere

ncan

aan

pem

bang

unan

55

,65

3,5

60,

7-7

,2*

61,0

54,

56

,5*

59,

45

4,8

4,6

*5

5,5

55

,9-0

,45

3,6

55

,9-2

,3

Kepa

la D

esa

dapa

t dia

ndal

kan

dala

m

pela

ksan

aan

pem

bang

unan

76,9

75,1

81,1

-6,0

**79

,876

,33,

579

,076

,52,

676

,478

,5-2

,173

,877

,3-3

,5

Kepa

la D

usun

dap

at d

iand

alka

n da

lam

pe

laks

anaa

n pe

mba

ngun

an80

,878

,885

,5-6

,7**

84,1

80,1

4,0

**84

,580

,14,

5**

80,5

82,0

-1,5

81,7

80,7

1,0

Ketu

a B

PD d

apat

dia

ndal

kan

dala

m

pela

ksan

aan

pem

bang

unan

56

,45

4,7

60,

2-5

,56

0,4

55

,54,

95

9,2

55

,83,

45

6,4

56

,10,

45

6,7

56

,30,

4

Obs

erva

si3.

08

82

.232

85

649

62

,59

26

51

2.4

372

.418

670

379

2.7

09

Cat

atan

: sel

uruh

ang

ka d

alam

per

sent

asi k

ecua

li di

nyat

akan

dal

am ta

nda

kuru

ng; *

* si

gnifi

kan

seca

ra s

tatis

tik p

ada

tingk

at 5

per

sen;

* s

igni

fikan

sec

ara

stat

istik

pad

a tin

gkat

10

per

sen

Lam

pir

an

3. A

lasa

n y

an

g d

iber

ika

n a

tas

keti

da

kha

dir

an

da

n k

emu

ng

kin

an

sya

rat

keh

ad

ira

n d

i ma

sa d

epa

n

44

PARTISIPASI, TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS DALAM PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG DESA

Page 57: PARTISIPASI, TANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS DALAM ... · 2. Tujuan dan Pertanyaan Penelitian 5 3. Metodologi dan Lokasi 7 3.1. Metodologi 7 3.2. Pemiilhan lokasi dan pendekatan sampling

Sem

ua o

bser

vasi

Per

empu

anLa

ki-la

ki

Koe

fS

EK

oef

SE

Koe

fS

E

Indi

vidu

Pere

mpu

an-0

,05

1 (0

,014

)**

Um

ur0,

00

7 (0

,00

4)*

0,0

08

(0,0

04)

*0,

011

(0,0

06

)*

Um

ur^2

0,0

00

(0,0

00

)**

0,0

00

(0,0

00

)**

0,0

00

(0,0

00

)*

Lulu

s Se

kola

h D

asar

0,0

44 (0

,021

)*

0,0

13(0

,027

)0,

06

6(0

,029

)**

Lulu

s Se

kola

h M

enen

gah

Pert

ama

0,0

99

(0,0

29)

**0,

06

5(0

,037

)*

0.,15

(0,0

44)

**

Lulu

s Se

kola

h M

enen

gah

Ata

s da

n pe

ndid

ikan

tin

ggi

0,12

7 (0

,028

)**

0,0

43(0

,037

)0,

193

(0,0

39)

**

Seda

ng b

eker

ja0,

00

7 (0

,017

)0,

014

(0,0

15)

-0,0

11(0

,044

)

Bag

ian

dari

kelo

mpo

k et

nis

may

orita

s0,

017

(0,0

24)

0,0

27(0

,026

)0,

00

4(0

,037

)

Bag

iand

ari k

elom

pok

agam

a m

ayor

itas

0,11

1 (0

,072

)0,

111

(0,0

72)

0,11

2(0

,118)

# ta

hun

tingg

al d

i des

a (ta

hun)

0,0

01

(0,0

01)

0,0

00

(0,0

01)

0,0

01

(0,0

01)

Akt

if di

org

anis

asi s

etem

pat

0,12

6 (0

,028

)**

0,11

3(0

,045

)**

0,14

2(0

,039

)**

Akt

if di

par

tai p

oliti

k0,

081

(0,0

22)

**0,

09

0(0

,05

4)0,

09

0(0

,025

)**

Rum

ah T

angg

a

Pere

mpu

an s

ebag

ai k

epal

a ru

mah

tang

ga-0

,05

8 (0

,020

)**

-0,0

38(0

,025

)-0

,09

0(0

,071

)

Ang

gota

kel

uarg

a be

rusi

a 0

-4 ta

hun

-0,0

26 (0

,015

)*

-0,0

50

(0,0

19)

**0,

00

0(0

,020

)

Ang

gota

kel

uarg

a be

rusi

a 5

-14

tahu

n-0

,013

(0,0

09

)-0

,014

(0,0

12)

-0,0

18(0

,013

)

Ang

gora

kel

uarg

a be

rusi

a di

ata

s 6

0+

-0,0

02

(0,0

12)

-0,0

02

(0,0

16)

0,0

03

(0,0

15)

Kese

jaht

eraa

n0,

012

(0,0

05

)**

0,0

10(0

,00

6)

0,0

16(0

,00

8)*

Kese

jaht

araa

n^2

0,0

01

(0,0

03)

0,0

00

(0,0

02)

0,0

02

(0,0

04)

Jara

k ke

Kan

tor K

epal

a D

esa

0,0

02

(0,0

07)

0,0

01

(0,0

11)

0,0

02

(0,0

08)

Ling

kung

an y

ang

men

duku

ng

Kepa

la D

esa

adal

ah m

anta

n PN

PM a

ktor

0,0

09

(0,0

25)

-0,0

07

(0,0

25)

0,0

28(0

,035

)

Ketu

a B

PD a

dala

h m

anta

n PN

PM a

ktor

0,0

07

(0,0

18)

0,0

07

(0,0

21)

0,0

10(0

,023

)

Akt

ifis

Loka

l ada

lah

man

tan

PNPM

akt

or0,

00

4 (0

,032

)-0

,027

(0,0

36)

0,0

38(0

,05

0)

Keha

dira

n PD

/PLD

0,0

29 (0

,028

)0,

019

(0,0

28)

0,0

38(0

,036

)

Obs

erva

si4.

08

12

.125

1.95

6

Lam

pir

an

4.

Per

kira

an

pro

bit

keh

ad

ira

n p

ad

a p

erte

mu

an

des

a (

efek

ma

rgin

al)

Cat

atan

: Mod

el p

ersa

maa

n pr

obit

term

asuk

var

iabl

e ka

bupa

ten,

nam

un ti

dak

dita

mpi

lkan

dal

am ta

bel;

** s

igni

fikan

sec

ara

stat

istik

pad

a tin

gkat

5

pers

en; *

sig

nifik

an s

ecar

a st

atis

tik p

ada

tingk

at 1

0 p

erse

n

45

PARTISIPASI, TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS DALAM PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG DESA

Page 58: PARTISIPASI, TANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS DALAM ... · 2. Tujuan dan Pertanyaan Penelitian 5 3. Metodologi dan Lokasi 7 3.1. Metodologi 7 3.2. Pemiilhan lokasi dan pendekatan sampling

KarakteristikSemua

responden

Program Desa Penggunaan dana desa

Tahu Tidak Tahu

Selisih Tahu Tidak Tahu

Selisih

Individu

Perempuan 51,8 42,2 60,6 -18,4 ** 36,2 53,6 -17,5 **

Umur (tahun) 47,0 46,6 47,4 -0,9 46,6 47,1 -0,5

Tidak memiliki pendidikan formal 24,5 19,0 29,6 -10,6 ** 11,3 26,0 -14,7 **

Lulus Sekolah Dasar 38,9 40,5 37,5 3,0 35,1 39,4 -4,2

Lulus Sekolah Menengah Pertama 17,4 18,4 16,5 2,0 23,9 16,6 7,2 **

Lulus Sekolah Menengah Atas dan pendidikan tinggi 19,2 22,2 16,4 5,7 ** 29,7 18,0 11,7 **

Sedang bekerja 76,1 79,1 73,4 5,7 ** 81,9 75,4 6,4 *

Bagian dari kelompok etnis mayoritas 92,5 94,4 90,7 3,7 ** 97,5 91,9 5,6 **

Bagiandari kelompok agama mayoritas 98,7 98,7 98,8 -0,1 97,2 98,9 -1,8

# tahun tinggal di desa (tahun) 36,5 36,4 36,6 -0,2 35,4 36,6 -1,2

Aktif di organisasi setempat 87,0 93,0 81,6 11,4 ** 96,1 86,0 10,1 **

Aktif di partai politik 5,1 7,6 2,9 4,8 ** 12,0 4,4 7,6 **

Rumah Tangga

Perempuan sebagai kepala rumah tangga 9,8 9,2 10,4 -1,2 9,5 9,9 -0,4

Kelompok termiskin di bawah 40% 38,9 35,1 42,3 -7.3 ** 26,2 40,3 -14,1 **

Jarak ke Kantor Kepala Desa (km) 0,8 0,8 0,9 -0,1 ** 0,9 0,8 0,0

Kepala desa tinggal di dusun 27,1 27,7 26,5 1,2 27,2 27,1 0,2

Aparatur desa tinggal di dusun 78,7 78,9 78,4 0,5 75,1 79,1 -4,0

Opini dan persepsi

Menyampaikan keluhan dan melaporkan masalah 9,0 13,7 4,8 8,9 ** 25,5 7,1 18,4 **

Kepala Desa dapat diandalkan dalam perencanaan pembangunan

74,9 79,3 70,8 8,5 ** 81,7 74,1 7,6 **

Kepala Dusun dapat diandalkan dalam perencanaan pembangunan

78,5 80,1 77,0 3,1 83,4 77,9 5,5

Ketua BPD dapat diandalkan dalam perencanaan pembangunan

58,3 65,7 51,6 14,1 ** 77,2 56,2 21,0 **

Kepala Desa dapat diandalkan dalam implementasi pembangunan

77,5 81,4 73,9 7,5 ** 82,0 77,0 5,0 *

Kepala Dusun dapat diandalkan dalam implementasi pembangunan

80,8 83,3 78,5 4,8 ** 83,4 80,5 2,9

Ketua BPD dapat diandalkan dalam implementasi pembangunan

59,0 66,6 51,9 14,7 ** 77,5 56,8 20,7 **

Observasi 4.081 1.919 2.162 446 3.635

Catatan: seluruh angka dalam persentasi kecuali dinyatakan dalam tanda kurung; ** signifikan secara statistik pada tingkat 5 persen; * signifikan secara statistik pada tingkat 10 persen

Lampiran 5. Karakteristik responden berdasarkan kesadaran mereka tentang program desa dan penggunaan dana tahun sebelumnya

46

PARTISIPASI, TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS DALAM PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG DESA

46

Page 59: PARTISIPASI, TANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS DALAM ... · 2. Tujuan dan Pertanyaan Penelitian 5 3. Metodologi dan Lokasi 7 3.1. Metodologi 7 3.2. Pemiilhan lokasi dan pendekatan sampling

KarakteristikSemua

respondenIngin tahu

Tidak ingin tahu

Selisih

Individu

Perempuan 51,8 47,2 60,0 -12,77 **

Umur (tahun) 47,0 45,1 50,4 -5,36 **

Tidak memiliki pendidikan formal 24,5 20,5 31,5 -10,98 **

Lulus Sekolah Dasar 38,9 37,9 40,7 -2,84

Lulus Sekolah Menengah Pertama 17,4 18,7 15,1 3,62

Lulus Sekolah Menengah Atas dan pendidikan tinggi 19,2 22,9 12,7 10,19 **

Sedang bekerja 76,1 76,6 75,3 1,24

Bagian dari kelompok etnis mayoritas 92,5 92,0 93,4 -1,42

Bagian dari kelompok agama mayoritas 98,7 99,1 98,1 1,07 **

# tahun tinggal di desa (tahun) 36,5 34,5 40,0 -5,45 **

Aktif di organisasi setempat 87,0 88,8 84,0 4,81 **

Aktif di partai politik 5,1 6,5 2,7 3,78 **

Rumah Tangga

Perempuan sebagai kepala rumah tangga 9,8 8,7 11,9 -3,21 **

Kelompok termiskin di bawah 40% 38,9 39,3 38,1 1,19

Jarak ke Kantor Kepala Desa (km) 0,1 0,2 0,1 0,09

Kepala desa tinggal di dusun 27,1 30,1 21,8 8,34 **

Aparatur desa tinggal di dusun 78,7 81,5 73,6 7,91 **

Opini dan persepsi

Menghadiri pertemuan desa 15,7 20,3 7,7 12,60 **

Menghadiri pertemuan dusun 26,7 28,0 24,4 3,65

Menyampaikan keluhan dan melaporkan masalah 9,0 12,9 2,3 10,61 **

Kepala Desa dapat diandalkan dalam perencanaan pembangunan

74,9 72,7 78,6 -5,86 **

Kepala Dusun dapat diandalkan dalam perencanaan pembangunan

78,5 76,9 81,1 -4,21 **

Ketua BPD dapat diandalkan dalam implementasi pembangunan

58,3 61,6 52,6 9,02 **

Kepala Desa dapat diandalkan dalam implementasi pembangunan

80,8 79,5 83,0 -3,45 *

Kepala Dusun dapat diandalkan dalam implementasi pembangunan

77,5 75,4 81,2 -5,82 **

Ketua BPD dapat diandalkan dalam implementasi pembangunan

59,0 62,3 53,1 9,27 **

Observasi 4.081 2.757 1.324

Lampiran 6. Keinginan untuk mengetahui informasi desa

Catatan: seluruh angka dalam persentasi kecuali dinyatakan dalam tanda kurung; ** signifikan secara statistik pada tingkat 5 persen; * signifikan secara statistik pada tingkat 10 persen

47

PARTISIPASI, TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS DALAM PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG DESA

47

Page 60: PARTISIPASI, TANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS DALAM ... · 2. Tujuan dan Pertanyaan Penelitian 5 3. Metodologi dan Lokasi 7 3.1. Metodologi 7 3.2. Pemiilhan lokasi dan pendekatan sampling

Lampiran 7. Pendekatan Bobot Sampling

Berdasarkan metodologi pengambilan sampel yang dijelaskan dalam Bagian 3.2, kita dapat membangun tabel rencana pengambilan sampel dan bobot desain sampling untuk setiap unit sampling.

1. Bobot sampling untuk data individuTabel rencana pengambilan sampel untuk seleksi orang dan bobot sampling untuk data orang dijelaskan di bawah ini.

Berdasarkan tabel rencana pengambilan sampel di atas, bobot sampling spesifik jenis kelamin dapat dihitung.

Bobot untuk responden laki-laki:

Lampiran Tabel 7.1. Tabel skema sampling untuk pemilihan orang di setiap kabupaten ke-i terpilih

Tahap Unit sampling Stratum Semesta Sampel Sampling Bobot

1 Kecamatan (A, j)

- Rambang

2 Desa(B, k)

- Rambang

3 Dusun(C, l)

- Rambang

4 Rumah tangga (D, m)

- Rambang

Jenis Kelamin

Rambang Berlapis

Laki-laki (1)

Perempuan (2)

39    

Annex 7. Sampling Weight Approach

Based on the sampling methodology described in Section 3.2, we can then construct sampling plan tables and sampling design weight for each sampling units.

1. Sampling weight for an individual data Sampling plan table for person selection and sampling weight for person data are described below. Annex Table 7.1. Sampling scheme table for persons selection in each selected district-ith

Stage Sampling unit

Stratum Universe Sample Sampling Weight

1 Sub-district (A, j)

- 𝐴𝐴! 𝑎𝑎! Random 𝐴𝐴!𝑎𝑎!

2 Village (B, k)

- 𝐵𝐵!" 𝑏𝑏!" = 4 Random 𝐵𝐵!"𝑏𝑏!"

=𝐵𝐵!"4

3 Hamlet (C, l)

- 𝐶𝐶!"# 𝑐𝑐!"# = 1 Random 𝐶𝐶!"#𝑐𝑐!"#

=𝐶𝐶!"#1

4 Household (D, m)

- 𝐷𝐷!"#$ 𝑑𝑑!"#$ = 20 Random 𝐷𝐷!"#$𝑑𝑑!"#$

=𝐷𝐷!"#$20

5 Person (E, n)

Gender:

Male (1) 𝐸𝐸!"#$%(!) 𝑒𝑒!"#$%

(!) = 1 Stratified Random

𝐸𝐸!"#$%(!)

𝑒𝑒!"#$%(!) =

𝐸𝐸!"#$%(!)

1

Female (2)

𝐸𝐸!"#$%(!) 𝑒𝑒!"#$%

(!) = 1 𝐸𝐸!"#$%(!)

𝑒𝑒!"#$%(!) =

𝐸𝐸!"#$%(!)

1

Based on the sampling plan table above, the sex-specific sampling weight can be calculated. Weight for male respondents:

𝑤𝑤!"#$%(!) = 𝑤𝑤!"#$%

!;!!

!!!=𝐴𝐴!𝑎𝑎!×𝐵𝐵!"4×𝐶𝐶!"#×

𝐷𝐷!"#$20

×𝐸𝐸!"#$%(!) =

𝐴𝐴!𝐵𝐵!"𝐶𝐶!"#𝐷𝐷!"#$𝐸𝐸!"#$%(!)

80𝑎𝑎!

where,

𝑤𝑤!"#$%(!) is male weight in selected household-m, selected hamlet-l, selected village-k,

selected sub-district-j, and selected district-i, 𝐴𝐴! is number of sub-districts in selected district-i, 𝑎𝑎! is number of selected sub-districts in selected district-i, 𝐵𝐵!" is number of villages in selected sub-district-j and selected district-i, 𝑏𝑏!" is number of selected villages in selected sub-district-j and selected district-i, 𝑏𝑏!" = 4 𝐶𝐶!"# is number of hamlets in selected village-k, selected sub-district-j, and selected

district-i, 𝑐𝑐!"# is number of selected hamlets in selected village-k, selected sub-district-j, and

selected district-i, 𝑐𝑐!"# = 1

39    

Annex 7. Sampling Weight Approach

Based on the sampling methodology described in Section 3.2, we can then construct sampling plan tables and sampling design weight for each sampling units.

1. Sampling weight for an individual data Sampling plan table for person selection and sampling weight for person data are described below. Annex Table 7.1. Sampling scheme table for persons selection in each selected district-ith

Stage Sampling unit

Stratum Universe Sample Sampling Weight

1 Sub-district (A, j)

- 𝐴𝐴! 𝑎𝑎! Random 𝐴𝐴!𝑎𝑎!

2 Village (B, k)

- 𝐵𝐵!" 𝑏𝑏!" = 4 Random 𝐵𝐵!"𝑏𝑏!"

=𝐵𝐵!"4

3 Hamlet (C, l)

- 𝐶𝐶!"# 𝑐𝑐!"# = 1 Random 𝐶𝐶!"#𝑐𝑐!"#

=𝐶𝐶!"#1

4 Household (D, m)

- 𝐷𝐷!"#$ 𝑑𝑑!"#$ = 20 Random 𝐷𝐷!"#$𝑑𝑑!"#$

=𝐷𝐷!"#$20

5 Person (E, n)

Gender:

Male (1) 𝐸𝐸!"#$%(!) 𝑒𝑒!"#$%

(!) = 1 Stratified Random

𝐸𝐸!"#$%(!)

𝑒𝑒!"#$%(!) =

𝐸𝐸!"#$%(!)

1

Female (2)

𝐸𝐸!"#$%(!) 𝑒𝑒!"#$%

(!) = 1 𝐸𝐸!"#$%(!)

𝑒𝑒!"#$%(!) =

𝐸𝐸!"#$%(!)

1

Based on the sampling plan table above, the sex-specific sampling weight can be calculated. Weight for male respondents:

𝑤𝑤!"#$%(!) = 𝑤𝑤!"#$%

!;!!

!!!=𝐴𝐴!𝑎𝑎!×𝐵𝐵!"4×𝐶𝐶!"#×

𝐷𝐷!"#$20

×𝐸𝐸!"#$%(!) =

𝐴𝐴!𝐵𝐵!"𝐶𝐶!"#𝐷𝐷!"#$𝐸𝐸!"#$%(!)

80𝑎𝑎!

where,

𝑤𝑤!"#$%(!) is male weight in selected household-m, selected hamlet-l, selected village-k,

selected sub-district-j, and selected district-i, 𝐴𝐴! is number of sub-districts in selected district-i, 𝑎𝑎! is number of selected sub-districts in selected district-i, 𝐵𝐵!" is number of villages in selected sub-district-j and selected district-i, 𝑏𝑏!" is number of selected villages in selected sub-district-j and selected district-i, 𝑏𝑏!" = 4 𝐶𝐶!"# is number of hamlets in selected village-k, selected sub-district-j, and selected

district-i, 𝑐𝑐!"# is number of selected hamlets in selected village-k, selected sub-district-j, and

selected district-i, 𝑐𝑐!"# = 1

dimana,adalah bobot laki-laki di rumah tangga-m terpilih, dusun-l terpilih, desa-k terpilih kecamatan-j,dan kabupaten-i terpilih,adalah jumlah kecamatan di kabupaten-i terpilih,adalah jumlah kecamatan terpilih di kabupaten-i terpilih,adalah jumlah desa di kecamatan terpilih-j dan kabupaten-i terpilih,adalah jumlah desa terpilih di kecamatan terpilih-j dan kabupaten-i terpilihadalah jumlah dusun di desa-k terpilih, kecamatan-j terpilih, dan kabupaten-i terpilih,adalah jumlah dusun di desa-k terpilih, kecamatan-j terpilih,dan kabupaten-i terpilih,

39    

Annex 7. Sampling Weight Approach

Based on the sampling methodology described in Section 3.2, we can then construct sampling plan tables and sampling design weight for each sampling units.

1. Sampling weight for an individual data Sampling plan table for person selection and sampling weight for person data are described below. Annex Table 7.1. Sampling scheme table for persons selection in each selected district-ith

Stage Sampling unit

Stratum Universe Sample Sampling Weight

1 Sub-district (A, j)

- 𝐴𝐴! 𝑎𝑎! Random 𝐴𝐴!𝑎𝑎!

2 Village (B, k)

- 𝐵𝐵!" 𝑏𝑏!" = 4 Random 𝐵𝐵!"𝑏𝑏!"

=𝐵𝐵!"4

3 Hamlet (C, l)

- 𝐶𝐶!"# 𝑐𝑐!"# = 1 Random 𝐶𝐶!"#𝑐𝑐!"#

=𝐶𝐶!"#1

4 Household (D, m)

- 𝐷𝐷!"#$ 𝑑𝑑!"#$ = 20 Random 𝐷𝐷!"#$𝑑𝑑!"#$

=𝐷𝐷!"#$20

5 Person (E, n)

Gender:

Male (1) 𝐸𝐸!"#$%(!) 𝑒𝑒!"#$%

(!) = 1 Stratified Random

𝐸𝐸!"#$%(!)

𝑒𝑒!"#$%(!) =

𝐸𝐸!"#$%(!)

1

Female (2)

𝐸𝐸!"#$%(!) 𝑒𝑒!"#$%

(!) = 1 𝐸𝐸!"#$%(!)

𝑒𝑒!"#$%(!) =

𝐸𝐸!"#$%(!)

1

Based on the sampling plan table above, the sex-specific sampling weight can be calculated. Weight for male respondents:

𝑤𝑤!"#$%(!) = 𝑤𝑤!"#$%

!;!!

!!!=𝐴𝐴!𝑎𝑎!×𝐵𝐵!"4×𝐶𝐶!"#×

𝐷𝐷!"#$20

×𝐸𝐸!"#$%(!) =

𝐴𝐴!𝐵𝐵!"𝐶𝐶!"#𝐷𝐷!"#$𝐸𝐸!"#$%(!)

80𝑎𝑎!

where,

𝑤𝑤!"#$%(!) is male weight in selected household-m, selected hamlet-l, selected village-k,

selected sub-district-j, and selected district-i, 𝐴𝐴! is number of sub-districts in selected district-i, 𝑎𝑎! is number of selected sub-districts in selected district-i, 𝐵𝐵!" is number of villages in selected sub-district-j and selected district-i, 𝑏𝑏!" is number of selected villages in selected sub-district-j and selected district-i, 𝑏𝑏!" = 4 𝐶𝐶!"# is number of hamlets in selected village-k, selected sub-district-j, and selected

district-i, 𝑐𝑐!"# is number of selected hamlets in selected village-k, selected sub-district-j, and

selected district-i, 𝑐𝑐!"# = 1

39    

Annex 7. Sampling Weight Approach

Based on the sampling methodology described in Section 3.2, we can then construct sampling plan tables and sampling design weight for each sampling units.

1. Sampling weight for an individual data Sampling plan table for person selection and sampling weight for person data are described below. Annex Table 7.1. Sampling scheme table for persons selection in each selected district-ith

Stage Sampling unit

Stratum Universe Sample Sampling Weight

1 Sub-district (A, j)

- 𝐴𝐴! 𝑎𝑎! Random 𝐴𝐴!𝑎𝑎!

2 Village (B, k)

- 𝐵𝐵!" 𝑏𝑏!" = 4 Random 𝐵𝐵!"𝑏𝑏!"

=𝐵𝐵!"4

3 Hamlet (C, l)

- 𝐶𝐶!"# 𝑐𝑐!"# = 1 Random 𝐶𝐶!"#𝑐𝑐!"#

=𝐶𝐶!"#1

4 Household (D, m)

- 𝐷𝐷!"#$ 𝑑𝑑!"#$ = 20 Random 𝐷𝐷!"#$𝑑𝑑!"#$

=𝐷𝐷!"#$20

5 Person (E, n)

Gender:

Male (1) 𝐸𝐸!"#$%(!) 𝑒𝑒!"#$%

(!) = 1 Stratified Random

𝐸𝐸!"#$%(!)

𝑒𝑒!"#$%(!) =

𝐸𝐸!"#$%(!)

1

Female (2)

𝐸𝐸!"#$%(!) 𝑒𝑒!"#$%

(!) = 1 𝐸𝐸!"#$%(!)

𝑒𝑒!"#$%(!) =

𝐸𝐸!"#$%(!)

1

Based on the sampling plan table above, the sex-specific sampling weight can be calculated. Weight for male respondents:

𝑤𝑤!"#$%(!) = 𝑤𝑤!"#$%

!;!!

!!!=𝐴𝐴!𝑎𝑎!×𝐵𝐵!"4×𝐶𝐶!"#×

𝐷𝐷!"#$20

×𝐸𝐸!"#$%(!) =

𝐴𝐴!𝐵𝐵!"𝐶𝐶!"#𝐷𝐷!"#$𝐸𝐸!"#$%(!)

80𝑎𝑎!

where,

𝑤𝑤!"#$%(!) is male weight in selected household-m, selected hamlet-l, selected village-k,

selected sub-district-j, and selected district-i, 𝐴𝐴! is number of sub-districts in selected district-i, 𝑎𝑎! is number of selected sub-districts in selected district-i, 𝐵𝐵!" is number of villages in selected sub-district-j and selected district-i, 𝑏𝑏!" is number of selected villages in selected sub-district-j and selected district-i, 𝑏𝑏!" = 4 𝐶𝐶!"# is number of hamlets in selected village-k, selected sub-district-j, and selected

district-i, 𝑐𝑐!"# is number of selected hamlets in selected village-k, selected sub-district-j, and

selected district-i, 𝑐𝑐!"# = 1

39    

Annex 7. Sampling Weight Approach

Based on the sampling methodology described in Section 3.2, we can then construct sampling plan tables and sampling design weight for each sampling units.

1. Sampling weight for an individual data Sampling plan table for person selection and sampling weight for person data are described below. Annex Table 7.1. Sampling scheme table for persons selection in each selected district-ith

Stage Sampling unit

Stratum Universe Sample Sampling Weight

1 Sub-district (A, j)

- 𝐴𝐴! 𝑎𝑎! Random 𝐴𝐴!𝑎𝑎!

2 Village (B, k)

- 𝐵𝐵!" 𝑏𝑏!" = 4 Random 𝐵𝐵!"𝑏𝑏!"

=𝐵𝐵!"4

3 Hamlet (C, l)

- 𝐶𝐶!"# 𝑐𝑐!"# = 1 Random 𝐶𝐶!"#𝑐𝑐!"#

=𝐶𝐶!"#1

4 Household (D, m)

- 𝐷𝐷!"#$ 𝑑𝑑!"#$ = 20 Random 𝐷𝐷!"#$𝑑𝑑!"#$

=𝐷𝐷!"#$20

5 Person (E, n)

Gender:

Male (1) 𝐸𝐸!"#$%(!) 𝑒𝑒!"#$%

(!) = 1 Stratified Random

𝐸𝐸!"#$%(!)

𝑒𝑒!"#$%(!) =

𝐸𝐸!"#$%(!)

1

Female (2)

𝐸𝐸!"#$%(!) 𝑒𝑒!"#$%

(!) = 1 𝐸𝐸!"#$%(!)

𝑒𝑒!"#$%(!) =

𝐸𝐸!"#$%(!)

1

Based on the sampling plan table above, the sex-specific sampling weight can be calculated. Weight for male respondents:

𝑤𝑤!"#$%(!) = 𝑤𝑤!"#$%

!;!!

!!!=𝐴𝐴!𝑎𝑎!×𝐵𝐵!"4×𝐶𝐶!"#×

𝐷𝐷!"#$20

×𝐸𝐸!"#$%(!) =

𝐴𝐴!𝐵𝐵!"𝐶𝐶!"#𝐷𝐷!"#$𝐸𝐸!"#$%(!)

80𝑎𝑎!

where,

𝑤𝑤!"#$%(!) is male weight in selected household-m, selected hamlet-l, selected village-k,

selected sub-district-j, and selected district-i, 𝐴𝐴! is number of sub-districts in selected district-i, 𝑎𝑎! is number of selected sub-districts in selected district-i, 𝐵𝐵!" is number of villages in selected sub-district-j and selected district-i, 𝑏𝑏!" is number of selected villages in selected sub-district-j and selected district-i, 𝑏𝑏!" = 4 𝐶𝐶!"# is number of hamlets in selected village-k, selected sub-district-j, and selected

district-i, 𝑐𝑐!"# is number of selected hamlets in selected village-k, selected sub-district-j, and

selected district-i, 𝑐𝑐!"# = 1

48

PARTISIPASI, TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS DALAM PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG DESA

Page 61: PARTISIPASI, TANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS DALAM ... · 2. Tujuan dan Pertanyaan Penelitian 5 3. Metodologi dan Lokasi 7 3.1. Metodologi 7 3.2. Pemiilhan lokasi dan pendekatan sampling

dimana,adalah bobot perempuan di rumah tangga-m terpilih, dusun-l terpilih, desa-k terpilih kecamatan-j,dan kabupaten-i terpilih,adalah jumlah perempuan di rumah tangga-m terpilih, dusun-l terpilih, desa-k terpilih, kecamatan-j terpilih, dan kabupaten-i terpilih,adalah jumlah perempuan terpilih di rumah tangga-m terpilih, dusun-l terpilih, desa-k terpilih, kecamatan-j terpilih, dan kabupaten-i terpilih,

adalah jumlah rumah tangga di dusun-l terpilih, desa-k terpilih, kecamatan-j terpilih,dan kabupaten-i terpilih,adalah jumlah rumah tangga terpilih di dusun-l terpilih, desa-k terpilih, kecamatan-j terpilih,dan kabupaten-i terpilih, iadalah jumlah laki-laki di rumah tangga-m terpilih, dusun-l terpilih, desa-k terpilih, kecamatan-j terpilih, dan kabupaten-i terpilih,adalah jumlah laki-laki terpilih di rumah tangga-m terpilih, dusun-l terpilih, desa-k terpilih, kecamatan-j terpilih, dan kabupaten-i terpilih,

Bobot untuk responden perempuan:

Bobot desain sampling pada tingkat enumerasi (ea) digambarkan pada Lampiran Gambar 7.1.

Design and Trimmed Weight - tingkat enumerasi

Lampiran Gambar 7.1

40    

𝐷𝐷!"#$ is number of households in selected hamlet-l, selected village-k, selected sub-district-j, and selected district-i,

𝑑𝑑!"#$ is number of selected households in selected hamlet-l, selected village-k, selected sub-district-j, and selected district-i, 𝑑𝑑!"#$ = 20

𝐸𝐸!"#$%(!) is number of males in selected household-m, selected hamlet-l, selected village-k,

selected sub-district-j, and selected district-i, 𝑒𝑒!"#$%(!) is number of selected s in selected household-m, selected hamlet-l, selected village-

k, selected sub-district-j, and selected district-i,  𝑒𝑒!"#$%(!) = 1

Weight for female respondents:

𝑤𝑤!"#$%(!) = 𝑤𝑤!"!"#

!;!!

!!!=𝐴𝐴!𝑎𝑎!×𝐵𝐵!"4×𝐶𝐶!"#×

𝐷𝐷!"#$20

×𝐸𝐸!"#$%(!) =

𝐴𝐴!𝐵𝐵!"𝐶𝐶!"#𝐷𝐷!"#$𝐸𝐸!"#$%(!)

80𝑎𝑎!

where,

𝑤𝑤!"#$%(!) is female weight in selected household-m, selected hamlet-l, selected village-k,

selected sub-district-j, and selected district-i, 𝐸𝐸!"#$%(!) is number of females in selected household-m, selected hamlet-l, selected village-k,

selected sub-district-j, and selected district-i, 𝑒𝑒!"#$%(!) is number of selected females in selected household-m, selected hamlet-l, selected

village-k, selected sub-district-j, and selected district-i, 𝑒𝑒!"#$%(!) = 1

The sampling design weight at enumeration area (ea) level are depicted in Error! Reference source not found.. Annex Figure 7.1.

0

1,000

2,000

3,000

1 20 40 60 80 100 112Enumeration area

A. Cut-off weight: Mean+1*SD

0

1,000

2,000

3,000

1 20 40 60 80 100 112Enumeration area

B. Cut-off weight: Mean+1.5*SD

0

1,000

2,000

3,000

1 20 40 60 80 100 112Enumeration area

C. Cut-off weight: Mean+1.8*SD

0

1,000

2,000

3,000

1 20 40 60 80 100 112Enumeration area

D. Cut-off weight: Mean+2*SD

Design and Trimmed Weight - EA level

Cut-off value Design weight Trimmed weight

40    

𝐷𝐷!"#$ is number of households in selected hamlet-l, selected village-k, selected sub-district-j, and selected district-i,

𝑑𝑑!"#$ is number of selected households in selected hamlet-l, selected village-k, selected sub-district-j, and selected district-i, 𝑑𝑑!"#$ = 20

𝐸𝐸!"#$%(!) is number of males in selected household-m, selected hamlet-l, selected village-k,

selected sub-district-j, and selected district-i, 𝑒𝑒!"#$%(!) is number of selected s in selected household-m, selected hamlet-l, selected village-

k, selected sub-district-j, and selected district-i,  𝑒𝑒!"#$%(!) = 1

Weight for female respondents:

𝑤𝑤!"#$%(!) = 𝑤𝑤!"!"#

!;!!

!!!=𝐴𝐴!𝑎𝑎!×𝐵𝐵!"4×𝐶𝐶!"#×

𝐷𝐷!"#$20

×𝐸𝐸!"#$%(!) =

𝐴𝐴!𝐵𝐵!"𝐶𝐶!"#𝐷𝐷!"#$𝐸𝐸!"#$%(!)

80𝑎𝑎!

where,

𝑤𝑤!"#$%(!) is female weight in selected household-m, selected hamlet-l, selected village-k,

selected sub-district-j, and selected district-i, 𝐸𝐸!"#$%(!) is number of females in selected household-m, selected hamlet-l, selected village-k,

selected sub-district-j, and selected district-i, 𝑒𝑒!"#$%(!) is number of selected females in selected household-m, selected hamlet-l, selected

village-k, selected sub-district-j, and selected district-i, 𝑒𝑒!"#$%(!) = 1

The sampling design weight at enumeration area (ea) level are depicted in Error! Reference source not found.. Annex Figure 7.1.

0

1,000

2,000

3,000

1 20 40 60 80 100 112Enumeration area

A. Cut-off weight: Mean+1*SD

0

1,000

2,000

3,000

1 20 40 60 80 100 112Enumeration area

B. Cut-off weight: Mean+1.5*SD

0

1,000

2,000

3,000

1 20 40 60 80 100 112Enumeration area

C. Cut-off weight: Mean+1.8*SD

0

1,000

2,000

3,000

1 20 40 60 80 100 112Enumeration area

D. Cut-off weight: Mean+2*SD

Design and Trimmed Weight - EA level

Cut-off value Design weight Trimmed weight

40    

𝐷𝐷!"#$ is number of households in selected hamlet-l, selected village-k, selected sub-district-j, and selected district-i,

𝑑𝑑!"#$ is number of selected households in selected hamlet-l, selected village-k, selected sub-district-j, and selected district-i, 𝑑𝑑!"#$ = 20

𝐸𝐸!"#$%(!) is number of males in selected household-m, selected hamlet-l, selected village-k,

selected sub-district-j, and selected district-i, 𝑒𝑒!"#$%(!) is number of selected s in selected household-m, selected hamlet-l, selected village-

k, selected sub-district-j, and selected district-i,  𝑒𝑒!"#$%(!) = 1

Weight for female respondents:

𝑤𝑤!"#$%(!) = 𝑤𝑤!"!"#

!;!!

!!!=𝐴𝐴!𝑎𝑎!×𝐵𝐵!"4×𝐶𝐶!"#×

𝐷𝐷!"#$20

×𝐸𝐸!"#$%(!) =

𝐴𝐴!𝐵𝐵!"𝐶𝐶!"#𝐷𝐷!"#$𝐸𝐸!"#$%(!)

80𝑎𝑎!

where,

𝑤𝑤!"#$%(!) is female weight in selected household-m, selected hamlet-l, selected village-k,

selected sub-district-j, and selected district-i, 𝐸𝐸!"#$%(!) is number of females in selected household-m, selected hamlet-l, selected village-k,

selected sub-district-j, and selected district-i, 𝑒𝑒!"#$%(!) is number of selected females in selected household-m, selected hamlet-l, selected

village-k, selected sub-district-j, and selected district-i, 𝑒𝑒!"#$%(!) = 1

The sampling design weight at enumeration area (ea) level are depicted in Error! Reference source not found.. Annex Figure 7.1.

0

1,000

2,000

3,000

1 20 40 60 80 100 112Enumeration area

A. Cut-off weight: Mean+1*SD

0

1,000

2,000

3,000

1 20 40 60 80 100 112Enumeration area

B. Cut-off weight: Mean+1.5*SD

0

1,000

2,000

3,000

1 20 40 60 80 100 112Enumeration area

C. Cut-off weight: Mean+1.8*SD

0

1,000

2,000

3,000

1 20 40 60 80 100 112Enumeration area

D. Cut-off weight: Mean+2*SD

Design and Trimmed Weight - EA level

Cut-off value Design weight Trimmed weight

40    

𝐷𝐷!"#$ is number of households in selected hamlet-l, selected village-k, selected sub-district-j, and selected district-i,

𝑑𝑑!"#$ is number of selected households in selected hamlet-l, selected village-k, selected sub-district-j, and selected district-i, 𝑑𝑑!"#$ = 20

𝐸𝐸!"#$%(!) is number of males in selected household-m, selected hamlet-l, selected village-k,

selected sub-district-j, and selected district-i, 𝑒𝑒!"#$%(!) is number of selected s in selected household-m, selected hamlet-l, selected village-

k, selected sub-district-j, and selected district-i,  𝑒𝑒!"#$%(!) = 1

Weight for female respondents:

𝑤𝑤!"#$%(!) = 𝑤𝑤!"!"#

!;!!

!!!=𝐴𝐴!𝑎𝑎!×𝐵𝐵!"4×𝐶𝐶!"#×

𝐷𝐷!"#$20

×𝐸𝐸!"#$%(!) =

𝐴𝐴!𝐵𝐵!"𝐶𝐶!"#𝐷𝐷!"#$𝐸𝐸!"#$%(!)

80𝑎𝑎!

where,

𝑤𝑤!"#$%(!) is female weight in selected household-m, selected hamlet-l, selected village-k,

selected sub-district-j, and selected district-i, 𝐸𝐸!"#$%(!) is number of females in selected household-m, selected hamlet-l, selected village-k,

selected sub-district-j, and selected district-i, 𝑒𝑒!"#$%(!) is number of selected females in selected household-m, selected hamlet-l, selected

village-k, selected sub-district-j, and selected district-i, 𝑒𝑒!"#$%(!) = 1

The sampling design weight at enumeration area (ea) level are depicted in Error! Reference source not found.. Annex Figure 7.1.

0

1,000

2,000

3,000

1 20 40 60 80 100 112Enumeration area

A. Cut-off weight: Mean+1*SD

0

1,000

2,000

3,000

1 20 40 60 80 100 112Enumeration area

B. Cut-off weight: Mean+1.5*SD

0

1,000

2,000

3,000

1 20 40 60 80 100 112Enumeration area

C. Cut-off weight: Mean+1.8*SD

0

1,000

2,000

3,000

1 20 40 60 80 100 112Enumeration area

D. Cut-off weight: Mean+2*SD

Design and Trimmed Weight - EA level

Cut-off value Design weight Trimmed weight

40    

𝐷𝐷!"#$ is number of households in selected hamlet-l, selected village-k, selected sub-district-j, and selected district-i,

𝑑𝑑!"#$ is number of selected households in selected hamlet-l, selected village-k, selected sub-district-j, and selected district-i, 𝑑𝑑!"#$ = 20

𝐸𝐸!"#$%(!) is number of males in selected household-m, selected hamlet-l, selected village-k,

selected sub-district-j, and selected district-i, 𝑒𝑒!"#$%(!) is number of selected s in selected household-m, selected hamlet-l, selected village-

k, selected sub-district-j, and selected district-i,  𝑒𝑒!"#$%(!) = 1

Weight for female respondents:

𝑤𝑤!"#$%(!) = 𝑤𝑤!"!"#

!;!!

!!!=𝐴𝐴!𝑎𝑎!×𝐵𝐵!"4×𝐶𝐶!"#×

𝐷𝐷!"#$20

×𝐸𝐸!"#$%(!) =

𝐴𝐴!𝐵𝐵!"𝐶𝐶!"#𝐷𝐷!"#$𝐸𝐸!"#$%(!)

80𝑎𝑎!

where,

𝑤𝑤!"#$%(!) is female weight in selected household-m, selected hamlet-l, selected village-k,

selected sub-district-j, and selected district-i, 𝐸𝐸!"#$%(!) is number of females in selected household-m, selected hamlet-l, selected village-k,

selected sub-district-j, and selected district-i, 𝑒𝑒!"#$%(!) is number of selected females in selected household-m, selected hamlet-l, selected

village-k, selected sub-district-j, and selected district-i, 𝑒𝑒!"#$%(!) = 1

The sampling design weight at enumeration area (ea) level are depicted in Error! Reference source not found.. Annex Figure 7.1.

0

1,000

2,000

3,000

1 20 40 60 80 100 112Enumeration area

A. Cut-off weight: Mean+1*SD

0

1,000

2,000

3,000

1 20 40 60 80 100 112Enumeration area

B. Cut-off weight: Mean+1.5*SD

0

1,000

2,000

3,000

1 20 40 60 80 100 112Enumeration area

C. Cut-off weight: Mean+1.8*SD

0

1,000

2,000

3,000

1 20 40 60 80 100 112Enumeration area

D. Cut-off weight: Mean+2*SD

Design and Trimmed Weight - EA level

Cut-off value Design weight Trimmed weight

40    

𝐷𝐷!"#$ is number of households in selected hamlet-l, selected village-k, selected sub-district-j, and selected district-i,

𝑑𝑑!"#$ is number of selected households in selected hamlet-l, selected village-k, selected sub-district-j, and selected district-i, 𝑑𝑑!"#$ = 20

𝐸𝐸!"#$%(!) is number of males in selected household-m, selected hamlet-l, selected village-k,

selected sub-district-j, and selected district-i, 𝑒𝑒!"#$%(!) is number of selected s in selected household-m, selected hamlet-l, selected village-

k, selected sub-district-j, and selected district-i,  𝑒𝑒!"#$%(!) = 1

Weight for female respondents:

𝑤𝑤!"#$%(!) = 𝑤𝑤!"!"#

!;!!

!!!=𝐴𝐴!𝑎𝑎!×𝐵𝐵!"4×𝐶𝐶!"#×

𝐷𝐷!"#$20

×𝐸𝐸!"#$%(!) =

𝐴𝐴!𝐵𝐵!"𝐶𝐶!"#𝐷𝐷!"#$𝐸𝐸!"#$%(!)

80𝑎𝑎!

where,

𝑤𝑤!"#$%(!) is female weight in selected household-m, selected hamlet-l, selected village-k,

selected sub-district-j, and selected district-i, 𝐸𝐸!"#$%(!) is number of females in selected household-m, selected hamlet-l, selected village-k,

selected sub-district-j, and selected district-i, 𝑒𝑒!"#$%(!) is number of selected females in selected household-m, selected hamlet-l, selected

village-k, selected sub-district-j, and selected district-i, 𝑒𝑒!"#$%(!) = 1

The sampling design weight at enumeration area (ea) level are depicted in Error! Reference source not found.. Annex Figure 7.1.

0

1,000

2,000

3,000

1 20 40 60 80 100 112Enumeration area

A. Cut-off weight: Mean+1*SD

0

1,000

2,000

3,000

1 20 40 60 80 100 112Enumeration area

B. Cut-off weight: Mean+1.5*SD

0

1,000

2,000

3,000

1 20 40 60 80 100 112Enumeration area

C. Cut-off weight: Mean+1.8*SD

0

1,000

2,000

3,000

1 20 40 60 80 100 112Enumeration area

D. Cut-off weight: Mean+2*SD

Design and Trimmed Weight - EA level

Cut-off value Design weight Trimmed weight

FG""

! !"#$ is number of households in selected hamlet-l, selected village-k, selected sub-district-j, and selected district-i,

! !"#$ is number of selected households in selected hamlet-l, selected village-k, selected sub-district-j, and selected district-i, ! !"#$ ! !"

! !"#$%! ! ! is number of males in selected household-m, selected hamlet-l, selected village-k,

selected sub-district-j, and selected district-i, ! !"#$%

! ! ! is number of selected s in selected household-m, selected hamlet-l, selected village-

k, selected sub-district-j, and selected district-i,!! !"#$%! ! ! ! !

Weight for female respondents:

! !"#$%! ! ! ! ! !" !"#

! !!!

! ! !!

! !

! !!

! !"

!! ! !"# !

! !"#$

!"! ! !"#$%

! ! ! !! ! ! !" ! !"# ! !"#$! !"#$%

! ! !

!" ! !

where,

! !"#$%! ! ! is female weight in selected household-m, selected hamlet-l, selected village-k,

selected sub-district-j, and selected district-i, ! !"#$%

! ! ! is number of females in selected household-m, selected hamlet-l, selected village-k, selected sub-district-j, and selected district-i,

! !"#$%! ! ! is number of selected females in selected household-m, selected hamlet-l, selected

village-k, selected sub-district-j, and selected district-i, ! !"#$%! ! ! ! !

The sampling design weight at enumeration area (ea) level are depicted in Error! Reference source not found.. Annex Figure 7.1.

0

1,000

2,000

3,000

1 20 40 60 80 100 112Enumeration area

A. Cut-o� weight: Mean+1*SD

0

1,000

2,000

3,000

1 20 40 60 80 100 112Enumeration area

B. Cut-o� weight: Mean+1.5*SD

0

1,000

2,000

3,000

1 20 40 60 80 100 112Enumeration area

C. Cut-o� weight: Mean+1.8*SD

0

1,000

2,000

3,000

1 20 40 60 80 100 112Enumeration area

D. Cut-o� weight: Mean+2*SD

Design and Trimmed Weight - EA level

Cut-o� value Design weight Trimmed weight

49

PARTISIPASI, TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS DALAM PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG DESA

Page 62: PARTISIPASI, TANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS DALAM ... · 2. Tujuan dan Pertanyaan Penelitian 5 3. Metodologi dan Lokasi 7 3.1. Metodologi 7 3.2. Pemiilhan lokasi dan pendekatan sampling

Variasi bobot desain relatif tinggi dan ini dapat menyebabkan standar error yang lebih tinggi dan estimasi interval yang lebih luas. Pemangkasan bobot akan mengurangi kesalahan standar tetapi dapat menyebabkan bias tergantung jumlah bobot yang terpotong. Nilai cut-off didasarkan pada deviasi rata-rata (mean) dan standar bobot sampling. Grafik di atas menggambarkan plot bobot desain sampling dan bobot yang dipangkas untuk setiap ea dengan 4 nilai cut-off yang berbeda. Panel A menggambarkan berat plot dengan nilai cut-off dari Mean+SD, sedangkan Panel B adalah Mean+1.5xSD, Panel C adalah Mean+1.8xSD, dan Panel D adalah Mean+2xSD. Panel A menunjukkan bahwa beberapa bobot yang dipangkas masih lebih tinggi daripada nilai cut-off dan proporsi berat yang dipangkas lebih tinggi dibandingkan dengan nilai cut-off lainnya, begitu juga Panel B dan C. Berdasarkan plot-plot ini, pilihan terbaik adalah nilai cut-off Mean+2xSD (Panel D) karena semua bobot yang dipangkas berada di bawah nilai cut-off dan proporsi berat terkecil yang dipangkas.

Evaluasi yang sama dilakukan saat menghitung bobot seseorang. Untuk bobot laki-laki, kami memilih nilai cut-off Mean+2.7xSD dan untuk bobot perempuan Mean+2.0xSD untuk memberikan bobot yang spesifik jenis kelamin singkat untuk data orang. Lihat Lampiran Gambar 7.2.

Design and Trimmed Weight - Data individu

Lampiran Gambar 7.2

F! ""

The variation of design weight is relatively high and this can cause the higher standard error and wider interval estimates. Trimming weight will reduce the standard error but may cause the bias depends upon the number of weights are truncated. The cut-off value is based on the mean and the standard deviation of sampling weights. The graph above depicts the plot of sampling design weights and trimmed weights for each ea with 4 different value of cut-off. Panel A depicts the weight plot with the cut-off value of Mean+SD, while Panel B is Mean+1.5xSD, Panel C is Mean+1.8xSD, and Panel D is Mean+2xSD. The Panel A shows that some trimmed weights are still higher than the cut-off value and the proportion of weight that are trimmed is higher compared to the other cut-off value, as well as Panels B and C. Based on these plots, the best option is the cut-off value of Mean+2xSD (Panel D) because all trimmed weights are below the cut-off value and the smallest proportion of weight that are trimmed. The same evaluation is done when we calculate the person weights. For male weight, we pick the cut-off value of Mean+2.7xSD and for female weight is Mean+2.0xSD to give the best truncated sex-specific weights for person data. See Error! Reference source not found.. Annex Figure 7.2.

0

2,000

4,000

6,000

Wei

ght

1 500 1,000 1,500 2,000i-th Household

A. Cut-o� weight: Mean+2.7*SD (Male)

0

2,000

4,000

6,000

Wei

ght

1 500 1,000 1,500 2,000i-th Household

B. Cut-o� weight: Mean+2.0*SD (Female)

10

100

1,000

10,000

Mal

e sa

mpl

es

10 100 1,000 10,000Female samples

C. Design and trimmed weight

0

1

2

3

4

5

Wei

ght r

atio

1 500 1,000 1,500 2,000i-th Household

D. Male to female weight ratio

Design and Trimmed Weight - Person data

Design W2 Trimmed W2

50

PARTISIPASI, TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS DALAM PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG DESA

Page 63: PARTISIPASI, TANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS DALAM ... · 2. Tujuan dan Pertanyaan Penelitian 5 3. Metodologi dan Lokasi 7 3.1. Metodologi 7 3.2. Pemiilhan lokasi dan pendekatan sampling

2. Bobot Sampling untuk data rumah tangga

Tabel rencana pengambilan sampel untuk pemilihan rumah tangga dan bobot sampling untuk data rumah tangga dijelaskan di bawah ini.

Lampiran Tabel 7.2. Tabel skema sampling untuk pemilihan rumah tangga di setiap kabupatenke-i terpilih

Tahap Unit sampling Stratum Semesta Sampel Sampling Bobot

1 Kecamatan(A, j)

- Rambang

2 Desa(B, k)

- Rambang

3 Dusun(C, l)

- Rambang

4 Rumah tangga(D, m)

- Rambang

Bobot untuk responden rumah tangga:

42    

2. Sampling weight for household data Sampling plan table for household selection and sampling weight for household data are described below. Annex Table 7.2. Sampling scheme table for household selection in each selected district-ith

Stage Sampling unit

Stratum Universe Sample Sampling Weight

1 Sub-district (A, j)

- 𝐴𝐴! 𝑎𝑎! Random 𝐴𝐴!𝑎𝑎!

2 Village (B, k)

- 𝐵𝐵!" 𝑏𝑏!" = 4 Random 𝐵𝐵!"𝑏𝑏!"

=𝐵𝐵!"4

3 Hamlet (C, l)

- 𝐶𝐶!"# 𝑐𝑐!"# = 1 Random 𝐶𝐶!"#𝑐𝑐!"#

=𝐶𝐶!"#1

4 Household (D, m)

- 𝐷𝐷!"#$ 𝑑𝑑!"#$ = 20 Random 𝐷𝐷!"#$𝑑𝑑!"#$

=𝐷𝐷!"#$20

Weight for household respondents:

𝑤𝑤!"#$ = 𝑤𝑤!"#$!

!

!!!=𝐴𝐴!𝑎𝑎!×𝐵𝐵!"4×𝐶𝐶!"#×

𝐷𝐷!"#$20

=𝐴𝐴!𝐵𝐵!"𝐶𝐶!"#𝐷𝐷!"#$

80𝑎𝑎!

where,

𝑤𝑤!"#$ is household weight in selected hamlet-l, selected village-k, selected sub-district-j, and selected district-i.

Annex Error! Reference source not found. depicts the plot of sampling design weights and trimmed weights of selected household in each selected ea with 4 different value of cut-off. Panel A depicts the weight plot with the cut-off value of Mean+SD, while Panel B is Mean+1.5xSD, Panel C is Mean+1.8xSD, and Panel D is Mean+2xSD. The Panel A, B, and C show that some trimmed weights are still higher than the cut-off value and the proportion of weight that are trimmed is higher compared to the other cut-off value. Based on these plots, the best option is the cut-off value of Mean+2xSD (Panel D).

42    

2. Sampling weight for household data Sampling plan table for household selection and sampling weight for household data are described below. Annex Table 7.2. Sampling scheme table for household selection in each selected district-ith

Stage Sampling unit

Stratum Universe Sample Sampling Weight

1 Sub-district (A, j)

- 𝐴𝐴! 𝑎𝑎! Random 𝐴𝐴!𝑎𝑎!

2 Village (B, k)

- 𝐵𝐵!" 𝑏𝑏!" = 4 Random 𝐵𝐵!"𝑏𝑏!"

=𝐵𝐵!"4

3 Hamlet (C, l)

- 𝐶𝐶!"# 𝑐𝑐!"# = 1 Random 𝐶𝐶!"#𝑐𝑐!"#

=𝐶𝐶!"#1

4 Household (D, m)

- 𝐷𝐷!"#$ 𝑑𝑑!"#$ = 20 Random 𝐷𝐷!"#$𝑑𝑑!"#$

=𝐷𝐷!"#$20

Weight for household respondents:

𝑤𝑤!"#$ = 𝑤𝑤!"#$!

!

!!!=𝐴𝐴!𝑎𝑎!×𝐵𝐵!"4×𝐶𝐶!"#×

𝐷𝐷!"#$20

=𝐴𝐴!𝐵𝐵!"𝐶𝐶!"#𝐷𝐷!"#$

80𝑎𝑎!

where,

𝑤𝑤!"#$ is household weight in selected hamlet-l, selected village-k, selected sub-district-j, and selected district-i.

Annex Error! Reference source not found. depicts the plot of sampling design weights and trimmed weights of selected household in each selected ea with 4 different value of cut-off. Panel A depicts the weight plot with the cut-off value of Mean+SD, while Panel B is Mean+1.5xSD, Panel C is Mean+1.8xSD, and Panel D is Mean+2xSD. The Panel A, B, and C show that some trimmed weights are still higher than the cut-off value and the proportion of weight that are trimmed is higher compared to the other cut-off value. Based on these plots, the best option is the cut-off value of Mean+2xSD (Panel D).

dimanaadalah bobot rumah tangga di dusun-l terpilih, desa-k terpilih, kecamatan-j terpilih, dan kabupaten-i terpilih.

42    

2. Sampling weight for household data Sampling plan table for household selection and sampling weight for household data are described below. Annex Table 7.2. Sampling scheme table for household selection in each selected district-ith

Stage Sampling unit

Stratum Universe Sample Sampling Weight

1 Sub-district (A, j)

- 𝐴𝐴! 𝑎𝑎! Random 𝐴𝐴!𝑎𝑎!

2 Village (B, k)

- 𝐵𝐵!" 𝑏𝑏!" = 4 Random 𝐵𝐵!"𝑏𝑏!"

=𝐵𝐵!"4

3 Hamlet (C, l)

- 𝐶𝐶!"# 𝑐𝑐!"# = 1 Random 𝐶𝐶!"#𝑐𝑐!"#

=𝐶𝐶!"#1

4 Household (D, m)

- 𝐷𝐷!"#$ 𝑑𝑑!"#$ = 20 Random 𝐷𝐷!"#$𝑑𝑑!"#$

=𝐷𝐷!"#$20

Weight for household respondents:

𝑤𝑤!"#$ = 𝑤𝑤!"#$!

!

!!!=𝐴𝐴!𝑎𝑎!×𝐵𝐵!"4×𝐶𝐶!"#×

𝐷𝐷!"#$20

=𝐴𝐴!𝐵𝐵!"𝐶𝐶!"#𝐷𝐷!"#$

80𝑎𝑎!

where,

𝑤𝑤!"#$ is household weight in selected hamlet-l, selected village-k, selected sub-district-j, and selected district-i.

Annex Error! Reference source not found. depicts the plot of sampling design weights and trimmed weights of selected household in each selected ea with 4 different value of cut-off. Panel A depicts the weight plot with the cut-off value of Mean+SD, while Panel B is Mean+1.5xSD, Panel C is Mean+1.8xSD, and Panel D is Mean+2xSD. The Panel A, B, and C show that some trimmed weights are still higher than the cut-off value and the proportion of weight that are trimmed is higher compared to the other cut-off value. Based on these plots, the best option is the cut-off value of Mean+2xSD (Panel D).

51

PARTISIPASI, TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS DALAM PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG DESA

Page 64: PARTISIPASI, TANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS DALAM ... · 2. Tujuan dan Pertanyaan Penelitian 5 3. Metodologi dan Lokasi 7 3.1. Metodologi 7 3.2. Pemiilhan lokasi dan pendekatan sampling

Design and Trimmed Weight - Data rumah tangga

Lampiran Gambar 7.3.

FN""

Annex Figure 7.3.

"

3. Sampling weight for hamlet leader data "

Sampling plan table for hamlet leader selection and sampling weight for hamlet leader data are described below. Annex Table 7.3. Sampling scheme table for hamlet leader selection in each selected district-ith

Stage Sampling unit

Stratum Universe Sample Sampling Weight

1 Sub-district (A, j)

- ! ! ! ! Random ! !

! !

2 Village (B, k)

- ! !" ! !" ! ! Random ! !"

! !"!

! !"

!

3 Hamlet (C, l)

- ! !"# ! !"# ! ! Random ! !"#

! !"#!

! !"#

!

0

1,000

2,000

3,000

1 20 40 60 80 100 112Enumeration area

A. Cut-o� weight: Mean+1*SD

0

1,000

2,000

3,000

1 20 40 60 80 100 112Enumeration area

B. Cut-o� weight: Mean+1.5*SD

0

1,000

2,000

3,000

1 20 40 60 80 100 112Enumeration area

C. Cut-o� weight: Mean+1.8*SD

0

1,000

2,000

3,000

1 20 40 60 80 100 112Enumeration area

D. Cut-o� weight: Mean+2*SD

Design and Trimmed Weight - Household data

Cut-o� value Design weight Trimmed weight

3. Bobot sampling untuk data kepala dusunTabel rencana pengambilan sampel untuk pemilihan kepala dusun dan bobot sampling untuk data kepala dusun dijelaskan di bawah ini.

Lampiran Tabel 7.3. Tabel skema sampling untuk pemilihan kepala dusun di masing-masing kabupaten ke-i terpilih

Tahap Unit sampling Stratum Semesta Sampel Sampling Bobot

1 Kecamatan (A, j)

- Rambang

2 Desa(B, k)

- Rambang

3 Dusun(C, l)

- Rambang

43    

Annex Figure 7.3.

 

3. Sampling weight for hamlet leader data  

Sampling plan table for hamlet leader selection and sampling weight for hamlet leader data are described below. Annex Table 7.3. Sampling scheme table for hamlet leader selection in each selected district-ith

Stage Sampling unit

Stratum Universe Sample Sampling Weight

1 Sub-district (A, j)

- 𝐴𝐴! 𝑎𝑎! Random 𝐴𝐴!𝑎𝑎!

2 Village (B, k)

- 𝐵𝐵!" 𝑏𝑏!" = 4 Random 𝐵𝐵!"𝑏𝑏!"

=𝐵𝐵!"4

3 Hamlet (C, l)

- 𝐶𝐶!"# 𝑐𝑐!"# = 1 Random 𝐶𝐶!"#𝑐𝑐!"#

=𝐶𝐶!"#1

0

1,000

2,000

3,000

1 20 40 60 80 100 112Enumeration area

A. Cut-off weight: Mean+1*SD

0

1,000

2,000

3,000

1 20 40 60 80 100 112Enumeration area

B. Cut-off weight: Mean+1.5*SD

0

1,000

2,000

3,000

1 20 40 60 80 100 112Enumeration area

C. Cut-off weight: Mean+1.8*SD

0

1,000

2,000

3,000

1 20 40 60 80 100 112Enumeration area

D. Cut-off weight: Mean+2*SD

Design and Trimmed Weight - Household data

Cut-off value Design weight Trimmed weight

Lampiran Gambar 7.3 menggambarkan plot bobot desain sampling dan bobot yang dipangkas dari rumah tangga terpilih di setiap ea terpilih dengan 4 nilai cut-off yang berbeda. Panel A menggambarkan plot bobot dengan nilai cut-off dari Mean+SD, sedangkan Panel B adalah Mean+1.5xSD, Panel C adalah Mean+1.8xSD, dan Panel D adalah Mean+2xSD. Panel A, B, dan C menunjukkan bahwa beberapa bobot yang dipangkas masih lebih tinggi daripada nilai cut-off dan proporsi berat yang dipangkas lebih tinggi dibandingkan dengan nilai cut-off lainnya. Berdasarkan plot ini, opsi terbaik adalah nilai cut-off Mean+2xSD (Panel D).

52

PARTISIPASI, TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS DALAM PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG DESA

Page 65: PARTISIPASI, TANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS DALAM ... · 2. Tujuan dan Pertanyaan Penelitian 5 3. Metodologi dan Lokasi 7 3.1. Metodologi 7 3.2. Pemiilhan lokasi dan pendekatan sampling

Design and Trimmed Weight - Data kepala dusun

Lampiran Gambar 7.4

Bobot untuk responden kepala dusun:

dimana,adalah bobot kepala dusun di desa-k terpilih, kecamatan-j terpilih,dan kabupaten-i terpilih.

Lampiran Gambar 7.4 menggambarkan plot bobot desain sampling dan bobot yang dipangkas dari kepala dusun terpilih di setiap ea terpilih dengan 4 nilai cut-off yang berbeda. Panel A menggambarkan berat plot dengan nilai cut-off dari Mean+0.8xSD, sedangkan Panel B adalah Mean+SD, Panel C adalah Mean+1.25xSD, dan Panel D adalah Mean+1.5xSD. Panel A, B, C menunjukkan bahwa beberapa bobot yang dipangkas masih lebih tinggi daripada nilai cut-off dan proporsi bobot yang dipangkas lebih tinggi dibandingkan dengan nilai cut-off lainnya. Berdasarkan plot ini, opsi terbaik adalah nilai cut-off Mean+1.5xSD (Panel D).

FF""

Weight for hamlet leader respondents:

! !"# ! ! !"#!

!

! ! !!

! !

! !!

! !"

!! ! !"# !

! ! ! !" ! !"#

! ! !

where,

! !"# is hamlet leader weight in selected village-k, selected sub-district-j, and selected district-i.

Annex Error! Reference source not found. depicts the plot of sampling design weights and trimmed weights of selected hamlet leader in each selected ea with 4 different value of cut-off. Panel A depicts the weight plot with the cut-off value of Mean+0.8xSD, while Panel B is Mean+SD, Panel C is Mean+1.25xSD, and Panel D is Mean+1.5xSD. The Panels A, B, C show that some trimmed weights are still higher than the cut-off value and the proportion of weight that are trimmed is higher compared to the other cut-off value. Based on these plots, the best option is the cut-off value of Mean+1.5xSD (Panel D). Annex Figure 7.4.

"

"

"

"

"

0

50

100

150

200

1 20 40 60 80 100 112Enumeration area

A. Cut-o weight: Mean+.8*SD

0

50

100

150

200

1 20 40 60 80 100 112Enumeration area

B. Cut-o weight: Mean+1*SD

0

50

100

150

200

1 20 40 60 80 100 112Enumeration area

C. Cut-o weight: Mean+1.25*SD

0

50

100

150

200

1 20 40 60 80 100 112Enumeration area

D. Cut-o weight: Mean+1.5*SD

Design and Trimmed Weight - Hamlet leader data

Cut-o value Design weight Trimmed weight

44    

Weight for hamlet leader respondents:

𝑤𝑤!"# = 𝑤𝑤!"#!

!

!!!=𝐴𝐴!𝑎𝑎!×𝐵𝐵!"4×𝐶𝐶!"# =

𝐴𝐴!𝐵𝐵!"𝐶𝐶!"#4𝑎𝑎!

where,

𝑤𝑤!"# is hamlet leader weight in selected village-k, selected sub-district-j, and selected district-i.

Annex Error! Reference source not found. depicts the plot of sampling design weights and trimmed weights of selected hamlet leader in each selected ea with 4 different value of cut-off. Panel A depicts the weight plot with the cut-off value of Mean+0.8xSD, while Panel B is Mean+SD, Panel C is Mean+1.25xSD, and Panel D is Mean+1.5xSD. The Panels A, B, C show that some trimmed weights are still higher than the cut-off value and the proportion of weight that are trimmed is higher compared to the other cut-off value. Based on these plots, the best option is the cut-off value of Mean+1.5xSD (Panel D). Annex Figure 7.4.

 

 

 

 

 

0

50

100

150

200

1 20 40 60 80 100 112Enumeration area

A. Cut-off weight: Mean+.8*SD

0

50

100

150

200

1 20 40 60 80 100 112Enumeration area

B. Cut-off weight: Mean+1*SD

0

50

100

150

200

1 20 40 60 80 100 112Enumeration area

C. Cut-off weight: Mean+1.25*SD

0

50

100

150

200

1 20 40 60 80 100 112Enumeration area

D. Cut-off weight: Mean+1.5*SD

Design and Trimmed Weight - Hamlet leader data

Cut-off value Design weight Trimmed weight

44    

Weight for hamlet leader respondents:

𝑤𝑤!"# = 𝑤𝑤!"#!

!

!!!=𝐴𝐴!𝑎𝑎!×𝐵𝐵!"4×𝐶𝐶!"# =

𝐴𝐴!𝐵𝐵!"𝐶𝐶!"#4𝑎𝑎!

where,

𝑤𝑤!"# is hamlet leader weight in selected village-k, selected sub-district-j, and selected district-i.

Annex Error! Reference source not found. depicts the plot of sampling design weights and trimmed weights of selected hamlet leader in each selected ea with 4 different value of cut-off. Panel A depicts the weight plot with the cut-off value of Mean+0.8xSD, while Panel B is Mean+SD, Panel C is Mean+1.25xSD, and Panel D is Mean+1.5xSD. The Panels A, B, C show that some trimmed weights are still higher than the cut-off value and the proportion of weight that are trimmed is higher compared to the other cut-off value. Based on these plots, the best option is the cut-off value of Mean+1.5xSD (Panel D). Annex Figure 7.4.

 

 

 

 

 

0

50

100

150

200

1 20 40 60 80 100 112Enumeration area

A. Cut-off weight: Mean+.8*SD

0

50

100

150

200

1 20 40 60 80 100 112Enumeration area

B. Cut-off weight: Mean+1*SD

0

50

100

150

200

1 20 40 60 80 100 112Enumeration area

C. Cut-off weight: Mean+1.25*SD

0

50

100

150

200

1 20 40 60 80 100 112Enumeration area

D. Cut-off weight: Mean+1.5*SD

Design and Trimmed Weight - Hamlet leader data

Cut-off value Design weight Trimmed weight

53

PARTISIPASI, TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS DALAM PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG DESA

Page 66: PARTISIPASI, TANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS DALAM ... · 2. Tujuan dan Pertanyaan Penelitian 5 3. Metodologi dan Lokasi 7 3.1. Metodologi 7 3.2. Pemiilhan lokasi dan pendekatan sampling

dimana,adalah bobot untuk aktivis laki-laki-l di desa-k terpilih, kecamatan-j terpilih,dan kabupaten-i terpilih,adalah jumlah aktivis laki-laki di desa-k terpilih, kecamatan-j terpilih,dan kabupaten-i terpilih,adalah jumlah aktivis laki-laki terpilih di desa-k terpilih, kecamatan-j terpilih,dan kabupaten-i terpilih, = 1 adalah jumlah pemilih untuk aktivis laki-laki-l terpilih di desa-k terpilih, kecamatan-j terpilih,dan kabupaten-i terpilih,adalah jumlah total pemilih aktivis laki-laki di desa-k terpilih, kecamatan-j terpilih,dan kabupaten-i terpilih,

4. Bobot sampling untuk data aktivisTabel rencana pengambilan sampel untuk seleksi aktivis laki-laki dan perempuan dan bobot sampling untuk data aktivis laki-laki dan perempuan dijelaskan di bawah ini.

Lampiran Tabel 7.4. Tabel skema sampling untuk seleksi aktivis di setiap kabupaten ke-i terpilih

45    

4. Sampling weight for activist data Sampling plan table for male and female activist selection and sampling weight for male and female activist data are described below. Annex Table 7.4. Sampling scheme table for activist selection in each selected district-ith

Stage Sampling unit

Stratum Universe Sample Sampling Weight

1 Sub-district (A, j)

- 𝐴𝐴! 𝑎𝑎! Random 𝐴𝐴!𝑎𝑎!

2 Village (B, k)

- 𝐵𝐵!" 𝑏𝑏!" = 4 Random 𝐵𝐵!"𝑏𝑏!"

=𝐵𝐵!"4

3 Activist (F, l) Gender:

Male (m) 𝐹𝐹!"#(!) 𝑓𝑓!"#

(!) = 1 Stratified PPS,

size=# voters

𝑉𝑉!"#(!)

𝑓𝑓!"#(!)𝑉𝑉!"#$

(!) =𝑉𝑉!"#(!)

𝑉𝑉!"#$(!)

Female (f) 𝐹𝐹!"#(!) 𝑓𝑓!"#

(!) = 1 𝑉𝑉!"#(!)

𝑓𝑓!"#(!)𝑉𝑉!"#$

(!) =𝑉𝑉!"#(!)

𝑉𝑉!"#$(!)

Weight for male activist:

𝑤𝑤!"#$(!) = 𝑤𝑤!"#$

!;!!

!!!=𝐴𝐴!𝑎𝑎!×𝐵𝐵!"4×𝑉𝑉!"#(!)

𝑉𝑉!"#$(!) =

𝐴𝐴!𝐵𝐵!"𝑉𝑉!"#(!)

4𝑎𝑎!𝑉𝑉!"#$(!)

where, 𝑤𝑤!"#$(!) is weight for male activist-l in selected village-k, selected sub-district-j, and selected

district-i, 𝐹𝐹!"#(!) is number of male activists in selected village-k, selected sub-district-j, and selected

district-i, 𝑓𝑓!"#(!) is number of selected male activists in selected village-k, selected sub-district-j, and

selected district-i, 𝑓𝑓!"#(!) = 1

𝑉𝑉!"#$(!) is number of voters for selected male activist-l in selected village-k, selected sub-

district-j, and selected district-i, 𝑉𝑉!!"(!) is total number of voters of male activists in selected village-k, selected sub-district-j,

and selected district-i, 𝑉𝑉!"#(!) = 𝑉𝑉!"#$

(!)∀! .

45    

4. Sampling weight for activist data Sampling plan table for male and female activist selection and sampling weight for male and female activist data are described below. Annex Table 7.4. Sampling scheme table for activist selection in each selected district-ith

Stage Sampling unit

Stratum Universe Sample Sampling Weight

1 Sub-district (A, j)

- 𝐴𝐴! 𝑎𝑎! Random 𝐴𝐴!𝑎𝑎!

2 Village (B, k)

- 𝐵𝐵!" 𝑏𝑏!" = 4 Random 𝐵𝐵!"𝑏𝑏!"

=𝐵𝐵!"4

3 Activist (F, l) Gender:

Male (m) 𝐹𝐹!"#(!) 𝑓𝑓!"#

(!) = 1 Stratified PPS,

size=# voters

𝑉𝑉!"#(!)

𝑓𝑓!"#(!)𝑉𝑉!"#$

(!) =𝑉𝑉!"#(!)

𝑉𝑉!"#$(!)

Female (f) 𝐹𝐹!"#(!) 𝑓𝑓!"#

(!) = 1 𝑉𝑉!"#(!)

𝑓𝑓!"#(!)𝑉𝑉!"#$

(!) =𝑉𝑉!"#(!)

𝑉𝑉!"#$(!)

Weight for male activist:

𝑤𝑤!"#$(!) = 𝑤𝑤!"#$

!;!!

!!!=𝐴𝐴!𝑎𝑎!×𝐵𝐵!"4×𝑉𝑉!"#(!)

𝑉𝑉!"#$(!) =

𝐴𝐴!𝐵𝐵!"𝑉𝑉!"#(!)

4𝑎𝑎!𝑉𝑉!"#$(!)

where, 𝑤𝑤!"#$(!) is weight for male activist-l in selected village-k, selected sub-district-j, and selected

district-i, 𝐹𝐹!"#(!) is number of male activists in selected village-k, selected sub-district-j, and selected

district-i, 𝑓𝑓!"#(!) is number of selected male activists in selected village-k, selected sub-district-j, and

selected district-i, 𝑓𝑓!"#(!) = 1

𝑉𝑉!"#$(!) is number of voters for selected male activist-l in selected village-k, selected sub-

district-j, and selected district-i, 𝑉𝑉!!"(!) is total number of voters of male activists in selected village-k, selected sub-district-j,

and selected district-i, 𝑉𝑉!"#(!) = 𝑉𝑉!"#$

(!)∀! .

45    

4. Sampling weight for activist data Sampling plan table for male and female activist selection and sampling weight for male and female activist data are described below. Annex Table 7.4. Sampling scheme table for activist selection in each selected district-ith

Stage Sampling unit

Stratum Universe Sample Sampling Weight

1 Sub-district (A, j)

- 𝐴𝐴! 𝑎𝑎! Random 𝐴𝐴!𝑎𝑎!

2 Village (B, k)

- 𝐵𝐵!" 𝑏𝑏!" = 4 Random 𝐵𝐵!"𝑏𝑏!"

=𝐵𝐵!"4

3 Activist (F, l) Gender:

Male (m) 𝐹𝐹!"#(!) 𝑓𝑓!"#

(!) = 1 Stratified PPS,

size=# voters

𝑉𝑉!"#(!)

𝑓𝑓!"#(!)𝑉𝑉!"#$

(!) =𝑉𝑉!"#(!)

𝑉𝑉!"#$(!)

Female (f) 𝐹𝐹!"#(!) 𝑓𝑓!"#

(!) = 1 𝑉𝑉!"#(!)

𝑓𝑓!"#(!)𝑉𝑉!"#$

(!) =𝑉𝑉!"#(!)

𝑉𝑉!"#$(!)

Weight for male activist:

𝑤𝑤!"#$(!) = 𝑤𝑤!"#$

!;!!

!!!=𝐴𝐴!𝑎𝑎!×𝐵𝐵!"4×𝑉𝑉!"#(!)

𝑉𝑉!"#$(!) =

𝐴𝐴!𝐵𝐵!"𝑉𝑉!"#(!)

4𝑎𝑎!𝑉𝑉!"#$(!)

where, 𝑤𝑤!"#$(!) is weight for male activist-l in selected village-k, selected sub-district-j, and selected

district-i, 𝐹𝐹!"#(!) is number of male activists in selected village-k, selected sub-district-j, and selected

district-i, 𝑓𝑓!"#(!) is number of selected male activists in selected village-k, selected sub-district-j, and

selected district-i, 𝑓𝑓!"#(!) = 1

𝑉𝑉!"#$(!) is number of voters for selected male activist-l in selected village-k, selected sub-

district-j, and selected district-i, 𝑉𝑉!!"(!) is total number of voters of male activists in selected village-k, selected sub-district-j,

and selected district-i, 𝑉𝑉!"#(!) = 𝑉𝑉!"#$

(!)∀! .

Bobot untuk aktivis laki-laki:

Tahap Unit sampling Stratum Semesta Sampel Sampling Bobot

1 Kecamatan(A, j)

- Rambang

2 Desa(B, k)

- Rambag

Jenis kelamin

PPS berlapis, ukuran=# pemilih

Laki-laki (m)

Perempuan (f)

45    

4. Sampling weight for activist data Sampling plan table for male and female activist selection and sampling weight for male and female activist data are described below. Annex Table 7.4. Sampling scheme table for activist selection in each selected district-ith

Stage Sampling unit

Stratum Universe Sample Sampling Weight

1 Sub-district (A, j)

- 𝐴𝐴! 𝑎𝑎! Random 𝐴𝐴!𝑎𝑎!

2 Village (B, k)

- 𝐵𝐵!" 𝑏𝑏!" = 4 Random 𝐵𝐵!"𝑏𝑏!"

=𝐵𝐵!"4

3 Activist (F, l) Gender:

Male (m) 𝐹𝐹!"#(!) 𝑓𝑓!"#

(!) = 1 Stratified PPS,

size=# voters

𝑉𝑉!"#(!)

𝑓𝑓!"#(!)𝑉𝑉!"#$

(!) =𝑉𝑉!"#(!)

𝑉𝑉!"#$(!)

Female (f) 𝐹𝐹!"#(!) 𝑓𝑓!"#

(!) = 1 𝑉𝑉!"#(!)

𝑓𝑓!"#(!)𝑉𝑉!"#$

(!) =𝑉𝑉!"#(!)

𝑉𝑉!"#$(!)

Weight for male activist:

𝑤𝑤!"#$(!) = 𝑤𝑤!"#$

!;!!

!!!=𝐴𝐴!𝑎𝑎!×𝐵𝐵!"4×𝑉𝑉!"#(!)

𝑉𝑉!"#$(!) =

𝐴𝐴!𝐵𝐵!"𝑉𝑉!"#(!)

4𝑎𝑎!𝑉𝑉!"#$(!)

where, 𝑤𝑤!"#$(!) is weight for male activist-l in selected village-k, selected sub-district-j, and selected

district-i, 𝐹𝐹!"#(!) is number of male activists in selected village-k, selected sub-district-j, and selected

district-i, 𝑓𝑓!"#(!) is number of selected male activists in selected village-k, selected sub-district-j, and

selected district-i, 𝑓𝑓!"#(!) = 1

𝑉𝑉!"#$(!) is number of voters for selected male activist-l in selected village-k, selected sub-

district-j, and selected district-i, 𝑉𝑉!!"(!) is total number of voters of male activists in selected village-k, selected sub-district-j,

and selected district-i, 𝑉𝑉!"#(!) = 𝑉𝑉!"#$

(!)∀! .

45    

4. Sampling weight for activist data Sampling plan table for male and female activist selection and sampling weight for male and female activist data are described below. Annex Table 7.4. Sampling scheme table for activist selection in each selected district-ith

Stage Sampling unit

Stratum Universe Sample Sampling Weight

1 Sub-district (A, j)

- 𝐴𝐴! 𝑎𝑎! Random 𝐴𝐴!𝑎𝑎!

2 Village (B, k)

- 𝐵𝐵!" 𝑏𝑏!" = 4 Random 𝐵𝐵!"𝑏𝑏!"

=𝐵𝐵!"4

3 Activist (F, l) Gender:

Male (m) 𝐹𝐹!"#(!) 𝑓𝑓!"#

(!) = 1 Stratified PPS,

size=# voters

𝑉𝑉!"#(!)

𝑓𝑓!"#(!)𝑉𝑉!"#$

(!) =𝑉𝑉!"#(!)

𝑉𝑉!"#$(!)

Female (f) 𝐹𝐹!"#(!) 𝑓𝑓!"#

(!) = 1 𝑉𝑉!"#(!)

𝑓𝑓!"#(!)𝑉𝑉!"#$

(!) =𝑉𝑉!"#(!)

𝑉𝑉!"#$(!)

Weight for male activist:

𝑤𝑤!"#$(!) = 𝑤𝑤!"#$

!;!!

!!!=𝐴𝐴!𝑎𝑎!×𝐵𝐵!"4×𝑉𝑉!"#(!)

𝑉𝑉!"#$(!) =

𝐴𝐴!𝐵𝐵!"𝑉𝑉!"#(!)

4𝑎𝑎!𝑉𝑉!"#$(!)

where, 𝑤𝑤!"#$(!) is weight for male activist-l in selected village-k, selected sub-district-j, and selected

district-i, 𝐹𝐹!"#(!) is number of male activists in selected village-k, selected sub-district-j, and selected

district-i, 𝑓𝑓!"#(!) is number of selected male activists in selected village-k, selected sub-district-j, and

selected district-i, 𝑓𝑓!"#(!) = 1

𝑉𝑉!"#$(!) is number of voters for selected male activist-l in selected village-k, selected sub-

district-j, and selected district-i, 𝑉𝑉!!"(!) is total number of voters of male activists in selected village-k, selected sub-district-j,

and selected district-i, 𝑉𝑉!"#(!) = 𝑉𝑉!"#$

(!)∀! .

45    

4. Sampling weight for activist data Sampling plan table for male and female activist selection and sampling weight for male and female activist data are described below. Annex Table 7.4. Sampling scheme table for activist selection in each selected district-ith

Stage Sampling unit

Stratum Universe Sample Sampling Weight

1 Sub-district (A, j)

- 𝐴𝐴! 𝑎𝑎! Random 𝐴𝐴!𝑎𝑎!

2 Village (B, k)

- 𝐵𝐵!" 𝑏𝑏!" = 4 Random 𝐵𝐵!"𝑏𝑏!"

=𝐵𝐵!"4

3 Activist (F, l) Gender:

Male (m) 𝐹𝐹!"#(!) 𝑓𝑓!"#

(!) = 1 Stratified PPS,

size=# voters

𝑉𝑉!"#(!)

𝑓𝑓!"#(!)𝑉𝑉!"#$

(!) =𝑉𝑉!"#(!)

𝑉𝑉!"#$(!)

Female (f) 𝐹𝐹!"#(!) 𝑓𝑓!"#

(!) = 1 𝑉𝑉!"#(!)

𝑓𝑓!"#(!)𝑉𝑉!"#$

(!) =𝑉𝑉!"#(!)

𝑉𝑉!"#$(!)

Weight for male activist:

𝑤𝑤!"#$(!) = 𝑤𝑤!"#$

!;!!

!!!=𝐴𝐴!𝑎𝑎!×𝐵𝐵!"4×𝑉𝑉!"#(!)

𝑉𝑉!"#$(!) =

𝐴𝐴!𝐵𝐵!"𝑉𝑉!"#(!)

4𝑎𝑎!𝑉𝑉!"#$(!)

where, 𝑤𝑤!"#$(!) is weight for male activist-l in selected village-k, selected sub-district-j, and selected

district-i, 𝐹𝐹!"#(!) is number of male activists in selected village-k, selected sub-district-j, and selected

district-i, 𝑓𝑓!"#(!) is number of selected male activists in selected village-k, selected sub-district-j, and

selected district-i, 𝑓𝑓!"#(!) = 1

𝑉𝑉!"#$(!) is number of voters for selected male activist-l in selected village-k, selected sub-

district-j, and selected district-i, 𝑉𝑉!!"(!) is total number of voters of male activists in selected village-k, selected sub-district-j,

and selected district-i, 𝑉𝑉!"#(!) = 𝑉𝑉!"#$

(!)∀! .

45    

4. Sampling weight for activist data Sampling plan table for male and female activist selection and sampling weight for male and female activist data are described below. Annex Table 7.4. Sampling scheme table for activist selection in each selected district-ith

Stage Sampling unit

Stratum Universe Sample Sampling Weight

1 Sub-district (A, j)

- 𝐴𝐴! 𝑎𝑎! Random 𝐴𝐴!𝑎𝑎!

2 Village (B, k)

- 𝐵𝐵!" 𝑏𝑏!" = 4 Random 𝐵𝐵!"𝑏𝑏!"

=𝐵𝐵!"4

3 Activist (F, l) Gender:

Male (m) 𝐹𝐹!"#(!) 𝑓𝑓!"#

(!) = 1 Stratified PPS,

size=# voters

𝑉𝑉!"#(!)

𝑓𝑓!"#(!)𝑉𝑉!"#$

(!) =𝑉𝑉!"#(!)

𝑉𝑉!"#$(!)

Female (f) 𝐹𝐹!"#(!) 𝑓𝑓!"#

(!) = 1 𝑉𝑉!"#(!)

𝑓𝑓!"#(!)𝑉𝑉!"#$

(!) =𝑉𝑉!"#(!)

𝑉𝑉!"#$(!)

Weight for male activist:

𝑤𝑤!"#$(!) = 𝑤𝑤!"#$

!;!!

!!!=𝐴𝐴!𝑎𝑎!×𝐵𝐵!"4×𝑉𝑉!"#(!)

𝑉𝑉!"#$(!) =

𝐴𝐴!𝐵𝐵!"𝑉𝑉!"#(!)

4𝑎𝑎!𝑉𝑉!"#$(!)

where, 𝑤𝑤!"#$(!) is weight for male activist-l in selected village-k, selected sub-district-j, and selected

district-i, 𝐹𝐹!"#(!) is number of male activists in selected village-k, selected sub-district-j, and selected

district-i, 𝑓𝑓!"#(!) is number of selected male activists in selected village-k, selected sub-district-j, and

selected district-i, 𝑓𝑓!"#(!) = 1

𝑉𝑉!"#$(!) is number of voters for selected male activist-l in selected village-k, selected sub-

district-j, and selected district-i, 𝑉𝑉!!"(!) is total number of voters of male activists in selected village-k, selected sub-district-j,

and selected district-i, 𝑉𝑉!"#(!) = 𝑉𝑉!"#$

(!)∀! .

54

PARTISIPASI, TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS DALAM PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG DESA

Page 67: PARTISIPASI, TANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS DALAM ... · 2. Tujuan dan Pertanyaan Penelitian 5 3. Metodologi dan Lokasi 7 3.1. Metodologi 7 3.2. Pemiilhan lokasi dan pendekatan sampling

Bobot untuk aktivis perempuan:

dimana,adalah bobot untuk aktivis perempuan-l di desa-k terpilih, kecamatan-j terpilih,dan kabupaten-i terpilih,adalah jumlah aktivis perempuan di desa-k terpilih, kecamatan-j terpilih,dan kabupaten-i terpilih,adalah jumlah aktivis perempuan terpilih di desa-k terpilih, kecamatan-j terpilih,dan kabupaten-i terpilih, = 1adalah jumlah pemilih untuk aktivis perempuan-l terpilih di desa-k terpilih,kecamatan-j terpilih, dan kabupaten-i terpilih,adalah jumlah total pemilih aktivis perempuan di desa-k terpilih, kecamatan-j terpilih,dan kabupaten-i terpilih,

FV""

Weight for female activist:

! !"#$! ! ! ! ! !"#$

! !!!

! ! !!

! !

! !!

! !"

!!

! !"#! ! !

! !"#$! ! ! !

! ! ! !" ! !"#! ! !

! ! ! ! !"#$! ! !

where, ! !"#$

! ! ! is weight for female activist-l in selected village-k, selected sub-district-j, and selected district-i,

! !"#! ! ! is number of female activists in selected village-k, selected sub-district-j, and

selected district-i, ! !"#

! ! ! is number of selected female activists in selected village-k, selected sub-district-j,

and selected district-i, ! !"#! ! ! ! !

! !"#$! ! ! is number of voters for selected female activist-l in selected village-k, selected sub-

district-j, and selected district-i, ! !"#

! ! ! is total number of voters of female activists in selected village-k, selected sub-district-

j, and selected district-i, ! !"#! ! ! ! ! !"#$

! ! !! ! .

Annex Error! Reference source not found. depicts the plot of sampling design weights and trimmed weights of selected activist in each selected ea with the best option of cut-off value for male and female activists. The cut-off value for male activist weight is Mean+1.7xSD, while for female activist weight is Mean+1.6xSD. Panel C shows the plot of design and trimmed weight of male and female activist samples and Panel D shows the male to female activist weight ratio. The ratios are very similar comparing design and trimmed weight. Annex Figure 7.5.

0

30

60

90

120

150

Wei

ght

1 20 40 60 80 100 112Enumeration area

A. Cut-o� weight: Mean+1.7*SD (Male)

0

10

20

30

40

50

Wei

ght

1 20 40 60 80 100 112Enumeration area

B. Cut-o� weight: Mean+1.6*SD (Female)

0

10

20

30

40

50

Fem

ale

activ

ist s

ampl

es

0 30 60 90 120 150Male activist samples

C. Design and trimmed weight

0

2

4

6

8

Wei

ght r

atio

1 20 40 60 80 100 112Enumeration area

D. Male to female activist weight ratio

Design and Trimmed Weight - Activist data

Design weight Trimmed weight

46    

Weight for female activist:

𝑤𝑤!"#$(!) = 𝑤𝑤!"#$

!;!!

!!!=𝐴𝐴!𝑎𝑎!×𝐵𝐵!"4×𝑉𝑉!"#(!)

𝑉𝑉!"#$(!) =

𝐴𝐴!𝐵𝐵!"𝑉𝑉!"#(!)

4𝑎𝑎!𝑉𝑉!"#$(!)

where, 𝑤𝑤!"#$(!) is weight for female activist-l in selected village-k, selected sub-district-j, and

selected district-i, 𝐹𝐹!"#(!) is number of female activists in selected village-k, selected sub-district-j, and

selected district-i, 𝑓𝑓!"#(!) is number of selected female activists in selected village-k, selected sub-district-j,

and selected district-i, 𝑓𝑓!"#(!) = 1

𝑉𝑉!"#$(!) is number of voters for selected female activist-l in selected village-k, selected sub-

district-j, and selected district-i, 𝑉𝑉!"#(!) is total number of voters of female activists in selected village-k, selected sub-district-

j, and selected district-i, 𝑉𝑉!"#(!) = 𝑉𝑉!"#$

(!)∀! .

Annex Error! Reference source not found. depicts the plot of sampling design weights and trimmed weights of selected activist in each selected ea with the best option of cut-off value for male and female activists. The cut-off value for male activist weight is Mean+1.7xSD, while for female activist weight is Mean+1.6xSD. Panel C shows the plot of design and trimmed weight of male and female activist samples and Panel D shows the male to female activist weight ratio. The ratios are very similar comparing design and trimmed weight. Annex Figure 7.5.

0306090

120150

Wei

ght

1 20 40 60 80 100 112Enumeration area

A. Cut-off weight: Mean+1.7*SD (Male)

01020304050

Wei

ght

1 20 40 60 80 100 112Enumeration area

B. Cut-off weight: Mean+1.6*SD (Female)

01020304050

Fem

ale

activ

ist s

ampl

es

0 30 60 90 120 150Male activist samples

C. Design and trimmed weight

0

2

4

6

8

Wei

ght r

atio

1 20 40 60 80 100 112Enumeration area

D. Male to female activist weight ratio

Design and Trimmed Weight - Activist data

Design weight Trimmed weight

46    

Weight for female activist:

𝑤𝑤!"#$(!) = 𝑤𝑤!"#$

!;!!

!!!=𝐴𝐴!𝑎𝑎!×𝐵𝐵!"4×𝑉𝑉!"#(!)

𝑉𝑉!"#$(!) =

𝐴𝐴!𝐵𝐵!"𝑉𝑉!"#(!)

4𝑎𝑎!𝑉𝑉!"#$(!)

where, 𝑤𝑤!"#$(!) is weight for female activist-l in selected village-k, selected sub-district-j, and

selected district-i, 𝐹𝐹!"#(!) is number of female activists in selected village-k, selected sub-district-j, and

selected district-i, 𝑓𝑓!"#(!) is number of selected female activists in selected village-k, selected sub-district-j,

and selected district-i, 𝑓𝑓!"#(!) = 1

𝑉𝑉!"#$(!) is number of voters for selected female activist-l in selected village-k, selected sub-

district-j, and selected district-i, 𝑉𝑉!"#(!) is total number of voters of female activists in selected village-k, selected sub-district-

j, and selected district-i, 𝑉𝑉!"#(!) = 𝑉𝑉!"#$

(!)∀! .

Annex Error! Reference source not found. depicts the plot of sampling design weights and trimmed weights of selected activist in each selected ea with the best option of cut-off value for male and female activists. The cut-off value for male activist weight is Mean+1.7xSD, while for female activist weight is Mean+1.6xSD. Panel C shows the plot of design and trimmed weight of male and female activist samples and Panel D shows the male to female activist weight ratio. The ratios are very similar comparing design and trimmed weight. Annex Figure 7.5.

0306090

120150

Wei

ght

1 20 40 60 80 100 112Enumeration area

A. Cut-off weight: Mean+1.7*SD (Male)

01020304050

Wei

ght

1 20 40 60 80 100 112Enumeration area

B. Cut-off weight: Mean+1.6*SD (Female)

01020304050

Fem

ale

activ

ist s

ampl

es

0 30 60 90 120 150Male activist samples

C. Design and trimmed weight

0

2

4

6

8

Wei

ght r

atio

1 20 40 60 80 100 112Enumeration area

D. Male to female activist weight ratio

Design and Trimmed Weight - Activist data

Design weight Trimmed weight

46    

Weight for female activist:

𝑤𝑤!"#$(!) = 𝑤𝑤!"#$

!;!!

!!!=𝐴𝐴!𝑎𝑎!×𝐵𝐵!"4×𝑉𝑉!"#(!)

𝑉𝑉!"#$(!) =

𝐴𝐴!𝐵𝐵!"𝑉𝑉!"#(!)

4𝑎𝑎!𝑉𝑉!"#$(!)

where, 𝑤𝑤!"#$(!) is weight for female activist-l in selected village-k, selected sub-district-j, and

selected district-i, 𝐹𝐹!"#(!) is number of female activists in selected village-k, selected sub-district-j, and

selected district-i, 𝑓𝑓!"#(!) is number of selected female activists in selected village-k, selected sub-district-j,

and selected district-i, 𝑓𝑓!"#(!) = 1

𝑉𝑉!"#$(!) is number of voters for selected female activist-l in selected village-k, selected sub-

district-j, and selected district-i, 𝑉𝑉!"#(!) is total number of voters of female activists in selected village-k, selected sub-district-

j, and selected district-i, 𝑉𝑉!"#(!) = 𝑉𝑉!"#$

(!)∀! .

Annex Error! Reference source not found. depicts the plot of sampling design weights and trimmed weights of selected activist in each selected ea with the best option of cut-off value for male and female activists. The cut-off value for male activist weight is Mean+1.7xSD, while for female activist weight is Mean+1.6xSD. Panel C shows the plot of design and trimmed weight of male and female activist samples and Panel D shows the male to female activist weight ratio. The ratios are very similar comparing design and trimmed weight. Annex Figure 7.5.

0306090

120150

Wei

ght

1 20 40 60 80 100 112Enumeration area

A. Cut-off weight: Mean+1.7*SD (Male)

01020304050

Wei

ght

1 20 40 60 80 100 112Enumeration area

B. Cut-off weight: Mean+1.6*SD (Female)

01020304050

Fem

ale

activ

ist s

ampl

es

0 30 60 90 120 150Male activist samples

C. Design and trimmed weight

0

2

4

6

8

Wei

ght r

atio

1 20 40 60 80 100 112Enumeration area

D. Male to female activist weight ratio

Design and Trimmed Weight - Activist data

Design weight Trimmed weight

Design and Trimmed Weight - Data aktivis

Lampiran Gambar 7.5.

Lampiran Gambar 7.5 menggambarkan plot bobot desain sampling dan bobot yang dipangkas dari aktivis terpilih di setiap ea terpilih dengan opsi terbaik nilai cut-off untuk aktivis laki-laki dan perempuan. Nilai cut-off untuk berat aktivis laki-laki adalah Mean+1.7xSD, sedangkan untuk bobot aktivis perempuan adalah Mean+1.6xSD. Panel C menunjukkan plot desain dan bobot yang dipangkas dari sampel aktivis laki-laki dan perempuan dan Panel D menunjukkan rasio bobot aktivis laki-laki terhadap perempuan. Rasio ini sangat mirip dengan desain perbandingan dan bobot yang dipangkas.

46    

Weight for female activist:

𝑤𝑤!"#$(!) = 𝑤𝑤!"#$

!;!!

!!!=𝐴𝐴!𝑎𝑎!×𝐵𝐵!"4×𝑉𝑉!"#(!)

𝑉𝑉!"#$(!) =

𝐴𝐴!𝐵𝐵!"𝑉𝑉!"#(!)

4𝑎𝑎!𝑉𝑉!"#$(!)

where, 𝑤𝑤!"#$(!) is weight for female activist-l in selected village-k, selected sub-district-j, and

selected district-i, 𝐹𝐹!"#(!) is number of female activists in selected village-k, selected sub-district-j, and

selected district-i, 𝑓𝑓!"#(!) is number of selected female activists in selected village-k, selected sub-district-j,

and selected district-i, 𝑓𝑓!"#(!) = 1

𝑉𝑉!"#$(!) is number of voters for selected female activist-l in selected village-k, selected sub-

district-j, and selected district-i, 𝑉𝑉!"#(!) is total number of voters of female activists in selected village-k, selected sub-district-

j, and selected district-i, 𝑉𝑉!"#(!) = 𝑉𝑉!"#$

(!)∀! .

Annex Error! Reference source not found. depicts the plot of sampling design weights and trimmed weights of selected activist in each selected ea with the best option of cut-off value for male and female activists. The cut-off value for male activist weight is Mean+1.7xSD, while for female activist weight is Mean+1.6xSD. Panel C shows the plot of design and trimmed weight of male and female activist samples and Panel D shows the male to female activist weight ratio. The ratios are very similar comparing design and trimmed weight. Annex Figure 7.5.

0306090

120150

Wei

ght

1 20 40 60 80 100 112Enumeration area

A. Cut-off weight: Mean+1.7*SD (Male)

01020304050

Wei

ght

1 20 40 60 80 100 112Enumeration area

B. Cut-off weight: Mean+1.6*SD (Female)

01020304050

Fem

ale

activ

ist s

ampl

es

0 30 60 90 120 150Male activist samples

C. Design and trimmed weight

0

2

4

6

8

Wei

ght r

atio

1 20 40 60 80 100 112Enumeration area

D. Male to female activist weight ratio

Design and Trimmed Weight - Activist data

Design weight Trimmed weight

46    

Weight for female activist:

𝑤𝑤!"#$(!) = 𝑤𝑤!"#$

!;!!

!!!=𝐴𝐴!𝑎𝑎!×𝐵𝐵!"4×𝑉𝑉!"#(!)

𝑉𝑉!"#$(!) =

𝐴𝐴!𝐵𝐵!"𝑉𝑉!"#(!)

4𝑎𝑎!𝑉𝑉!"#$(!)

where, 𝑤𝑤!"#$(!) is weight for female activist-l in selected village-k, selected sub-district-j, and

selected district-i, 𝐹𝐹!"#(!) is number of female activists in selected village-k, selected sub-district-j, and

selected district-i, 𝑓𝑓!"#(!) is number of selected female activists in selected village-k, selected sub-district-j,

and selected district-i, 𝑓𝑓!"#(!) = 1

𝑉𝑉!"#$(!) is number of voters for selected female activist-l in selected village-k, selected sub-

district-j, and selected district-i, 𝑉𝑉!"#(!) is total number of voters of female activists in selected village-k, selected sub-district-

j, and selected district-i, 𝑉𝑉!"#(!) = 𝑉𝑉!"#$

(!)∀! .

Annex Error! Reference source not found. depicts the plot of sampling design weights and trimmed weights of selected activist in each selected ea with the best option of cut-off value for male and female activists. The cut-off value for male activist weight is Mean+1.7xSD, while for female activist weight is Mean+1.6xSD. Panel C shows the plot of design and trimmed weight of male and female activist samples and Panel D shows the male to female activist weight ratio. The ratios are very similar comparing design and trimmed weight. Annex Figure 7.5.

0306090

120150

Wei

ght

1 20 40 60 80 100 112Enumeration area

A. Cut-off weight: Mean+1.7*SD (Male)

01020304050

Wei

ght

1 20 40 60 80 100 112Enumeration area

B. Cut-off weight: Mean+1.6*SD (Female)

01020304050

Fem

ale

activ

ist s

ampl

es

0 30 60 90 120 150Male activist samples

C. Design and trimmed weight

0

2

4

6

8

Wei

ght r

atio

1 20 40 60 80 100 112Enumeration area

D. Male to female activist weight ratio

Design and Trimmed Weight - Activist data

Design weight Trimmed weight

46    

Weight for female activist:

𝑤𝑤!"#$(!) = 𝑤𝑤!"#$

!;!!

!!!=𝐴𝐴!𝑎𝑎!×𝐵𝐵!"4×𝑉𝑉!"#(!)

𝑉𝑉!"#$(!) =

𝐴𝐴!𝐵𝐵!"𝑉𝑉!"#(!)

4𝑎𝑎!𝑉𝑉!"#$(!)

where, 𝑤𝑤!"#$(!) is weight for female activist-l in selected village-k, selected sub-district-j, and

selected district-i, 𝐹𝐹!"#(!) is number of female activists in selected village-k, selected sub-district-j, and

selected district-i, 𝑓𝑓!"#(!) is number of selected female activists in selected village-k, selected sub-district-j,

and selected district-i, 𝑓𝑓!"#(!) = 1

𝑉𝑉!"#$(!) is number of voters for selected female activist-l in selected village-k, selected sub-

district-j, and selected district-i, 𝑉𝑉!"#(!) is total number of voters of female activists in selected village-k, selected sub-district-

j, and selected district-i, 𝑉𝑉!"#(!) = 𝑉𝑉!"#$

(!)∀! .

Annex Error! Reference source not found. depicts the plot of sampling design weights and trimmed weights of selected activist in each selected ea with the best option of cut-off value for male and female activists. The cut-off value for male activist weight is Mean+1.7xSD, while for female activist weight is Mean+1.6xSD. Panel C shows the plot of design and trimmed weight of male and female activist samples and Panel D shows the male to female activist weight ratio. The ratios are very similar comparing design and trimmed weight. Annex Figure 7.5.

0306090

120150

Wei

ght

1 20 40 60 80 100 112Enumeration area

A. Cut-off weight: Mean+1.7*SD (Male)

01020304050

Wei

ght

1 20 40 60 80 100 112Enumeration area

B. Cut-off weight: Mean+1.6*SD (Female)

01020304050

Fem

ale

activ

ist s

ampl

es

0 30 60 90 120 150Male activist samples

C. Design and trimmed weight

0

2

4

6

8

Wei

ght r

atio

1 20 40 60 80 100 112Enumeration area

D. Male to female activist weight ratio

Design and Trimmed Weight - Activist data

Design weight Trimmed weight

55

PARTISIPASI, TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS DALAM PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG DESA

Page 68: PARTISIPASI, TANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS DALAM ... · 2. Tujuan dan Pertanyaan Penelitian 5 3. Metodologi dan Lokasi 7 3.1. Metodologi 7 3.2. Pemiilhan lokasi dan pendekatan sampling

5. Bobot sampling untuk kepala desa dan ketua BPDTabel rencana pengambilan sampel untuk pemilihan kepala desa dan BPD dan bobot sampling untuk data kepala desa dan BPD dijelaskan di bawah ini.

Lampiran Tabel 7.5. Tabel skema sampling untuk pemilihan kepala desa dan BPD di setiap kabupaten ke-i terpilih

Tahap Unit sampling Stratum Semesta Sampel Sampling Bobot

1 Kecamatan(A, j)

- Rambang

2 Desa(B, k)

- Rambang

47    

5. Sampling weight for village and BPD leader data Sampling plan table for village and BPD leader selection and sampling weight for village and BPD leader data are described below. Annex Table 7.5. Sampling scheme table for village and BPD leader selection in each selected district-ith

Stage Sampling unit

Stratum Universe Sample Sampling Weight

1 Sub-district (A, j)

- 𝐴𝐴! 𝑎𝑎! Random 𝐴𝐴!𝑎𝑎!

2 Village (B, k)

- 𝐵𝐵!" 𝑏𝑏!" = 4 Random 𝐵𝐵!"𝑏𝑏!"

=𝐵𝐵!"4

Weight for village and BPD leader respondents:

𝑤𝑤!" = 𝑤𝑤!"!

!

!!!=𝐴𝐴!𝑎𝑎!×𝐵𝐵!"4=𝐴𝐴!𝐵𝐵!"4𝑎𝑎!

where,

𝑤𝑤!" is weight for village or BPD leader of selected village-k in selected sub-district-j, and selected district-i,

Error! Reference source not found. shows the weight for village and BPD leader data. There is no extremely high weight that may increase the standard error of estimates, therefore the design weight does not to be trimmed.

47    

5. Sampling weight for village and BPD leader data Sampling plan table for village and BPD leader selection and sampling weight for village and BPD leader data are described below. Annex Table 7.5. Sampling scheme table for village and BPD leader selection in each selected district-ith

Stage Sampling unit

Stratum Universe Sample Sampling Weight

1 Sub-district (A, j)

- 𝐴𝐴! 𝑎𝑎! Random 𝐴𝐴!𝑎𝑎!

2 Village (B, k)

- 𝐵𝐵!" 𝑏𝑏!" = 4 Random 𝐵𝐵!"𝑏𝑏!"

=𝐵𝐵!"4

Weight for village and BPD leader respondents:

𝑤𝑤!" = 𝑤𝑤!"!

!

!!!=𝐴𝐴!𝑎𝑎!×𝐵𝐵!"4=𝐴𝐴!𝐵𝐵!"4𝑎𝑎!

where,

𝑤𝑤!" is weight for village or BPD leader of selected village-k in selected sub-district-j, and selected district-i,

Error! Reference source not found. shows the weight for village and BPD leader data. There is no extremely high weight that may increase the standard error of estimates, therefore the design weight does not to be trimmed.

Bobot untuk responden kepala desa dan BPD:

dimana,adalah bobot untuk kepala desa atau BPD desa-k terpilih di kecamatan-j terpilih, dan kabupaten-i terpilih,

Lampiran Gambar 7.6 menunjukkan bobot untuk data kepala desa dan BPD. Tidak ada bobot yang sangat tinggi yang dapat meningkatkan kesalahan perkiraan standar, oleh karena itu bobot desain tidak harus dipangkas.

47    

5. Sampling weight for village and BPD leader data Sampling plan table for village and BPD leader selection and sampling weight for village and BPD leader data are described below. Annex Table 7.5. Sampling scheme table for village and BPD leader selection in each selected district-ith

Stage Sampling unit

Stratum Universe Sample Sampling Weight

1 Sub-district (A, j)

- 𝐴𝐴! 𝑎𝑎! Random 𝐴𝐴!𝑎𝑎!

2 Village (B, k)

- 𝐵𝐵!" 𝑏𝑏!" = 4 Random 𝐵𝐵!"𝑏𝑏!"

=𝐵𝐵!"4

Weight for village and BPD leader respondents:

𝑤𝑤!" = 𝑤𝑤!"!

!

!!!=𝐴𝐴!𝑎𝑎!×𝐵𝐵!"4=𝐴𝐴!𝐵𝐵!"4𝑎𝑎!

where,

𝑤𝑤!" is weight for village or BPD leader of selected village-k in selected sub-district-j, and selected district-i,

Error! Reference source not found. shows the weight for village and BPD leader data. There is no extremely high weight that may increase the standard error of estimates, therefore the design weight does not to be trimmed.

FQ""

Annex Figure 7.6.

0

5

10

15

Wei

ght

1 20 40 60 80 100 112Enumeration area

Design weight - Village and BPD leader data

Lampiran Gambar 7.6

Design weight - Data kepala desa dan BPD

56

PARTISIPASI, TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS DALAM PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG DESA

Page 69: PARTISIPASI, TANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS DALAM ... · 2. Tujuan dan Pertanyaan Penelitian 5 3. Metodologi dan Lokasi 7 3.1. Metodologi 7 3.2. Pemiilhan lokasi dan pendekatan sampling
Page 70: PARTISIPASI, TANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS DALAM ... · 2. Tujuan dan Pertanyaan Penelitian 5 3. Metodologi dan Lokasi 7 3.1. Metodologi 7 3.2. Pemiilhan lokasi dan pendekatan sampling

58

PARTISIPASI, TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS DALAM PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG DESA