III. KINERJA PDB HTR - repository.ipb.ac.id · IUPHHK HTR yang dimilikinya luas areal koperasi...

12
III. KINERJA PDB HTR 3.1 Kinerja Penyaluran Sejak dicanangkan tahun 2007 sampai bulan November 2010 belum ada satupun pemohon yang memperoleh PDB HTR (Pinjaman Dana Bergulir untuk pengembangan Hutan Tanaman Rakyat). Baru pada Desember 2010 terdapat 2 koperasi penerima PDB HTR yaitu Koperasi X di Kab. Mandailing Natal Propinsi Sumatera Utara dan Koperasi Y di Kab. Tebo Propinsi Jambi. Pada Desember tahun 2011 penerima dana PDB HTR mengalami peningkatan, tercatat 4 koperasi dan 27 KTH (Kelompok Tani Hutan) melakukan akad kredit walaupun 9 KTH dari 27 KTH belum memperoleh penyaluran PDB HTR karena berkas akad kredit yang harus diperbaiki dengan bantuan notaris belum diperbaiki dan dikembalikan pada BLU Pusat P2H. Data target dan realisasi penyaluran selengkapnya pada Tabel 3. Tabel 3 Target dan realisasi penyaluran dana dari BLU Pusat P2H Thn KTH dan Koperasi Target Luas Target penyaluran (Rp) Realisasi luas (Ha atau %) Realisasi penyaluran (Rp atau %) 2008 - 98.004 836.160.000.000 0% 0% 2009 - 43.670 372.589.619.400 0% 0% 2010 2 koperasi 141.674 1.208.749.619.400 600:141.674 atau 0.0042% 151.551.360 atau 0.039% 2011 s.d September 2011 terdapat 365 pemegang izin perorangan (dalam 27 KTH) dan 2 koperasi yang sudah akad kredit 1.063.550.000.000 4370.1 37.285.256. 190 atau 0.035% Sumber: BLU Pusat P2H (Tahun 2008 sampai 2011, diolah) Lambatnya realisasi penyaluran dana PDB HTR menurut Kepala Pusat BLU Pusat P2H 1 adalah karena panjangnya proses perizinan untuk memperoleh Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu untuk HTR (IUPHHK HTR) di hutan produksi yang belum dibebani hak sebagai salah satu syarat petani untuk 1 Jakarta pada 22 Maret 2011

Transcript of III. KINERJA PDB HTR - repository.ipb.ac.id · IUPHHK HTR yang dimilikinya luas areal koperasi...

Page 1: III. KINERJA PDB HTR - repository.ipb.ac.id · IUPHHK HTR yang dimilikinya luas areal koperasi tersebut adalah 8.794 Ha. Disini diduga ada itikad tidak baik dari penerima pinjaman

III. KINERJA PDB HTR

3.1 Kinerja Penyaluran

Sejak dicanangkan tahun 2007 sampai bulan November 2010 belum ada

satupun pemohon yang memperoleh PDB HTR (Pinjaman Dana Bergulir untuk

pengembangan Hutan Tanaman Rakyat). Baru pada Desember 2010 terdapat 2

koperasi penerima PDB HTR yaitu Koperasi X di Kab. Mandailing Natal

Propinsi Sumatera Utara dan Koperasi Y di Kab. Tebo Propinsi Jambi. Pada

Desember tahun 2011 penerima dana PDB HTR mengalami peningkatan, tercatat

4 koperasi dan 27 KTH (Kelompok Tani Hutan) melakukan akad kredit walaupun

9 KTH dari 27 KTH belum memperoleh penyaluran PDB HTR karena berkas

akad kredit yang harus diperbaiki dengan bantuan notaris belum diperbaiki dan

dikembalikan pada BLU Pusat P2H. Data target dan realisasi penyaluran

selengkapnya pada Tabel 3.

Tabel 3 Target dan realisasi penyaluran dana dari BLU Pusat P2HThn KTH dan Koperasi Target

LuasTarget penyaluran

(Rp)Realisasi

luas(Ha atau %)

Realisasipenyaluran(Rp atau %)

2008 - 98.004 836.160.000.000 0% 0%2009 - 43.670 372.589.619.400 0% 0%2010 2 koperasi 141.674 1.208.749.619.400 600:141.674

atau0.0042%

151.551.360atau

0.039%2011 s.d September

2011 terdapat 365pemegang izinperorangan (dalam27 KTH) dan 2koperasi yangsudah akad kredit

1.063.550.000.000 4370.1 37.285.256.190 atau0.035%

Sumber: BLU Pusat P2H (Tahun 2008 sampai 2011, diolah)

Lambatnya realisasi penyaluran dana PDB HTR menurut Kepala Pusat

BLU Pusat P2H1 adalah karena panjangnya proses perizinan untuk memperoleh

Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu untuk HTR (IUPHHK HTR) di hutan

produksi yang belum dibebani hak sebagai salah satu syarat petani untuk

1Jakarta pada 22 Maret 2011

Page 2: III. KINERJA PDB HTR - repository.ipb.ac.id · IUPHHK HTR yang dimilikinya luas areal koperasi tersebut adalah 8.794 Ha. Disini diduga ada itikad tidak baik dari penerima pinjaman

20

mengajukan PDB HTR. IUPHHK HTR harus berada di areal yang sudah

dicadangkan oleh Menteri Kehutanan sebagai areal HTR, sementara pencadangan

dilakukan melalui deliniasi makro hutan produksi, hasil sosialisasi dan verifikasi

di kabupaten atau kota. IUPHHK HTR juga menghambat BLU Pusat P2H untuk

melakukan proyek percontohan (pilot project) dari PDB HTR karena lokasi yang

akan dijadikan sebagai lokasi proyek percontohan harus mempunyai IUPHHK

HTR.

Pada tahun 2009 terdapat beberapa pemohon PDB HTR, yaitu: 3

pemohon berbadan hukum koperasi, 3 pemohon berbadan hukum Perseroan

Terbatas (PT), dan 4 pemohon petani pemegang IUPHHK HTR. Pemohon PDB

HTR berbadan hukum koperasi (Lampiran 5). Koperasi tersebut mengajukan

proposal dengan nilai yang jauh dari ketetapan yang dibuat oleh Kementerian

Kehutanan yaitu masing-masing 300 Ha untuk koperasi dan KTH (Kelompok

Tani Hutan). Ketiga koperasi tersebut memohon pinjaman dengan kisaran luas

areal 3.107 Ha – 8.794 Ha, dan kisaran jumlah pinjaman yang diajukan adalah

26.6 milyar - 87.9 milyar. Walaupun demikian BLU Pusat P2H hanya

mencairkan maksimum 300 Ha untuk masing-masing koperasi jika memenuhi

syarat administrasi dan lolos verifikasi lapangan.

Dana PDB HTR baru dicairkan pada bulan Desember 2010 terhadap

Koperasi X2 di Kabupaten Mandailing Natal Provinsi Sumatera Utara, dan

Koperasi Y di Kabupaten Tebo Provinsi Jambi. Jangka waktu pengajuan sampai

pencairan menghabiskan waktu lebih dari satu tahun. Dana PDB HTR untuk

Koperasi X tahun ke-1 hanya untuk luas areal 24 Ha [hasil verifikasi BLU Pusat

P2H hanya 24 Ha yang lahannya dianggap bebas dari konflik dari luas 50 Ha per

tahun (300 Ha : 6 tahun = 50 Ha per tahun) untuk jenis karet (Hevea

braziliensis)], sedangkan dana PDB HTR tahun ke-1 yang cair untuk Koperasi Y

seluas 50 Ha.

BLU Pusat P2H mewajibkan Koperasi X untuk mencari lahan tambahan

seluas 36 Ha untuk memenuhi jumlah 50 Ha per tahun, sampai November 2011

Koperasi X belum memenuhi kekurangan lahannya, padahal berdasarkan

2 Lamanya waktu pencairan karena Koperasi X memerlukan waktu cukup lama untuk memenuhi persyaratan administrasi

seperti yang diminta oleh Kapus melalui surat no S 248/Pusat P2H-2/2009 tanggal 24 Juli 2009

Page 3: III. KINERJA PDB HTR - repository.ipb.ac.id · IUPHHK HTR yang dimilikinya luas areal koperasi tersebut adalah 8.794 Ha. Disini diduga ada itikad tidak baik dari penerima pinjaman

21

IUPHHK HTR yang dimilikinya luas areal koperasi tersebut adalah 8.794 Ha.

Disini diduga ada itikad tidak baik dari penerima pinjaman untuk memperoleh

PDB HTR atas areal yang tidak ada, selain proses pembuatan SK IUPHHK HTR

yang tidak dilakukan dengan benar.

Pemohon PDB HTR berbadan hukum PT sebagai developer ada 3 namun

ketiganya ditolak dengan beberapa alasan, yaitu: (1) PT pertama ditolak oleh BLU

Pusat P2H karena PT tersebut bukan sebagai pemegang IUPHHK HTR (Belum

mempunyai SK IUPHHK-HTI definitive (Surat Balasan Kapus no S.459/Pusat

P2H-2/2009 tanggal 8-4-2009), (2) PT kedua ditolak karena yang bersangkutan

bukan pemegang IUPHHK-HTR, KTH yang diajukan sebagai mitra developer

bukan sebagai pemegang izin sesuai surat Kapus no S.949/Pusat P2H-2/2009

tanggal 24-7-2009, dan (3) PT ketiga permohonannya belum dapat dilayani oleh

BLU Pusat P2H karena sedang dilakukan revisi peraturan berkaitan dengan

mekanisme penyaluran PDB HTR dan HTI. Selain PT diatas menurut Kepala

Pusat BLU Pusat P2H banyak yang mengajukan dana pinjaman secara lisan

menjelang Pemilu dan menurun sesudah Pemilu tetapi pada dasarnya mereka

tidak mempunyai IUPHHK HTR atau HTI.

Petani yang melakukan permohonan pada tahun 2009 ada 4 orang dengan

luas masing-masing 6 Ha, 10 Ha, 13 Ha, dan 15 Ha, semua anggota KTH berasal

dari Kabupaten Sorolangun Provinsi Jambi, namun semua pemohon ditolak

karena tidak sesuai dengan pasal 2 huruf a Permenhut P.09/Menhut-II/2008 yang

menyebutkan bahwa Kelompok Tani Hutan yang mengajukan permohonan paling

sedikit beranggotakan 5 orang pemegang IUPHHK HTR, dengan demikian

pemegang IUPHHK HTR di Kabupaten Sorolangun tersebut belum memenuhi

ketentuan untuk memperoleh dana bergulir.

Dari penjelasan diatas dapat diketahui bahwa PDB HTR telah menarik

minat para oportunis yang mempunyai itikad tidak baik terhadap penggunaan

dana PDB HTR, namun BLU Pusat P2H berusaha meminimalkan resiko tersebut

dengan berlaku selektif dan taat peraturan3 sesuai dengan azas kehati-hatian

(prudential), demi memenuhi 4 prinsip, yaitu: (1) tepat lokasi (lokasi sesuai

3 Walaupun telah memakan “korban” 4 orang petani, mengingat biaya yang sudah dikeluarkanuntuk memperoleh IUPHHK HTR, biaya penyusunan proposal dan pengajuan permohonan keJakarta cukup besar

Page 4: III. KINERJA PDB HTR - repository.ipb.ac.id · IUPHHK HTR yang dimilikinya luas areal koperasi tersebut adalah 8.794 Ha. Disini diduga ada itikad tidak baik dari penerima pinjaman

22

dengan areal pencadangan dan areal IUPHHK HTR), (2) tepat pelaku (pelaku

masyarakat atau koperasi sekitar hutan produksi pemegang IUPHHK HTR), (3)

tepat kegiatan (untuk kegiatan pembangunan HTR dan telah dinilai layak secara

ekonomi, sosial, dan lingkungan oleh BLU Pusat P2H), dan (4) tepat penyaluran

dan pengembalian (penyaluran dan pengembalian sesuai akad kredit). Di sisi lain

pada tahun 2009 tersebut BLU Pusat P2H pada dasarnya belum siap menyalurkan

dana PDB HTR karena terkendala revisi peraturan yang mengatur mekanisme

penyalurannya.

Program kerja BLU Pusat P2H pada tahun 2008 dan tahun 2009 lebih

banyak diisi oleh kegiatan pelatihan staf BLU Pusat P2H (inhouse training)

(Lampiran 7b dan 8), sosialisasi ke beberapa provinsi dan pemenuhan sarana dan

prasana kantor termasuk melengkapi administrasi kantor di Jakarta (Lampiran 9

dan 10). Pada tahun 2008 pelatihan yang dilakukan meliputi: sistem akutansi,

pelaporan keuangan pemerintah, penyegaran sistem akutansi dan manajemen

pengadaan barang atau jasa dimana peserta pelatihan rata-rata hanya 1 orang.

Tahun 2009 pelatihan diikuti oleh lebih banyak peserta dengan kisaran jumlah 2

sampai 25 orang dengan fokus pelatihan yang berbeda dengan tahun 2008.

Latihan yang dimaksud meliputi pemahaman peraturan-perundangan kehutanan,

pengenalan alat GPS, penyusunan laporan keuangan, penyusunan laporan barang

inventaris, pembinaan pegawai, administrasi kepegawaian, teknik penilaian

proposal PDB HTR, teknik penyusunan Rencana Bisnis Anggaran (RBA) dan

pengenalan skim kredit pola syariah.

Dari materi pelatihan terlihat bahwa pelatihan yang dilakukan adalah

untuk peningkatan kapasitas staf BLU Pusat P2H walaupun materinya lebih

banyak bersifat teknis administratif. Hal yang menjadi kendala untuk pelatihan

adalah keberadaan materi pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan BLU Pusat

P2H di Kementerian Kehutanan atau Kementerian lain. Biaya yang diperlukan

untuk melakukan pelatihan sendiri menurut Kepala Pusat BLU Pusat P2H cukup

tinggi. Sehingga ketersediaan dana untuk mengirimkan peserta pelatihan atau

menyelenggarakan pelatihan secara mandiri menjadi kendala.

Page 5: III. KINERJA PDB HTR - repository.ipb.ac.id · IUPHHK HTR yang dimilikinya luas areal koperasi tersebut adalah 8.794 Ha. Disini diduga ada itikad tidak baik dari penerima pinjaman

23

3.2 Kinerja Penilaian Proposal

Penilaian proposal merupakan salah satu prosedur yang harus dilalui

sebelum persetujuan prinsip penyaluran PDB HTR dikeluarkan, hal ini dilakukan

untuk mengurangi salah pilih penerima pinjaman. Evaluasi proposal

menunjukkan tahapan kegiatan yang dilakukan oleh BLU Pusat P2H dalam upaya

menentukan penerima pinjaman yang tepat. Adapun tahapan kegiatan dan jumlah

koperasi yang diterima, ditolak ataupun ditunda selengkapnya pada Tabel 4.

Tabel 4 Kinerja evaluasi proposal oleh BLU Pusat P2H (November 2011)

no Status Kegiatan Kop KTH Jml1 Cek Administrasi : pengecekan seluruh persyaratan

administrasi - - -2 Melengkapi Administrasi : calon debitur melengkapi

kekurangan syarat administrasi. 2 56 583 Tolak Administrasi : permohonan ditolak karena syarat

adm tidak terpenuhi. - 2 24 Penilaian Kelayakan : penilaian kelayakan berdasarkan

proposal yang diajukan - 2 25 Cek Lapangan : verifikasi & klarifikasi hasil penilaian adm

dan kelayakan proposal - - -6 Ditolak : proposal ditolak - 42 427 Persetujuan prinsip : pembuatan persetujuan prinsip - 6 68 Akad Kredit : pelaksanaan Akad Kredit - 9 99 Penyaluran : telah dilakukan penyaluran dana bergulir 4 18 2210 Jumlah 6 135 141Sumber: BLU Pusat P2H, 2011

Untuk calon penerima pinjaman yang aplikasinya ditunda, disetujui atau

ditolak, ada beberapa penjelasan yang diberikan oleh pemberi pinjaman. Calon

penerima pinjaman yang aplikasinya ditunda akibat ada kecurigaan dari pemberi

pinjaman bahwa penerima pinjaman akan melakukan ingkar janji, hal yang

menjadi pertimbangan pemberi pinjaman adalah: (a) anggota KTH tidak

mengetahui batas areal IUPHHK-HTR sebagaimana tercantum dalam SK

IUPHHK HTR, sehingga ada kecurigaan petani hanya dimanfaatkan namanya, (b)

anggota KTH belum memahami rincian perubahan HTR sebagaimana tercantum

dalam proposal pinjaman (ketentuan tanggung renteng, peraturan kelompok), ada

kecurigaan pihak yang membuat proposal adalah orang yang paling

berkepentingan, dan petani hanya digunakan sebagai pelengkap persyaratan (staf

BLU Pusat P2H, di Jakarta pada September 2011).

Page 6: III. KINERJA PDB HTR - repository.ipb.ac.id · IUPHHK HTR yang dimilikinya luas areal koperasi tersebut adalah 8.794 Ha. Disini diduga ada itikad tidak baik dari penerima pinjaman

24

Untuk calon penerima pinjaman yang disetujui, terdapat beberapa alasan

diantaranya: (a) anggota KTH yang hadir dalam pertemuan dominan, dan paham

apa yang mereka dan kelompoknya lakukan, dan (b) areal IUPHHK HTR yang

diterbitkan, seluruhnya berada dalam areal pencadangan. Dalam kondisi tersebut

pertimbangan yang dilakukan oleh pemberi pinjaman cukup sederhana yaitu

dominasi yang hadir dan pemahaman anggota kelompok terhadap pekerjaan HTR

serta verifikasi kebenaran anggota tersebut kepada kepala desa bahwa yang

bersangkutan adalah benar merupakan penduduk di wilayahnya sesuai yang

tercantum di KTP4, tanpa adanya pertimbangan karakter dan kapasitas dari calon

penerima pinjaman yang akan mempengaruhi pengelolaan areal HTR dan

pengembalian dana PDB HTR.

Sedangkan untuk calon penerima pinjaman yang ditolak5, adalah: (a)

anggota KTH atau lokasi KTH saling tertukar (tidak sama antara lokasi di peta

lampiran IUPHHK-HTR dengan lapangan, (b) anggota KTH berkeberatan dengan

lokasi HTR sesuai peta lampiran IUPHHK-HTR karena tidak sama dan berjauhan

dengan lokasi pemukiman dan lahan garapannya, (c) anggota KTH tidak

menunjukkan keinginan yang kuat untuk membangun HTR, tidak paham dengan

ketentuan pinjaman, aturan kelompok dan rencana HTR, serta tidak bersedia hadir

pada pertemuan dengan tim cek lapangan dari BLU Pusat P2H, (d) kondisi fisik

lapangan kurang mendukung (sebagian besar berbatu dan aksesibilitasnya rendah

sehingga diperkirakan akan menghambat proses pembangunan HTR dan

pemasaran hasil HTR, (e) areal IUPHHK HTR yang diterbitkan Bupati tidak

sesuai dengan lokasi yang dimohonkan, atau masuk ke desa lain, dan (f) kondisi

lokasi IUPHHK HTR yang diterbitkan oleh Bupati sebagian besar berada pada

areal dengan kelerengan curam dan sangat curam. Berdasarkan pertimbangan

tersebut para anggota KTH diminta BLU Pusat P2H untuk melakukan revisi

IUPHHK HTR. Biaya untuk menverifikasi dan mendata ulang calon penerima

pinjaman otomatis meningkat, demikian pula biaya yang harus dikeluarkan oleh

calon penerima PDB HTR untuk merevisi IUPHHK HTR dan revisi administrasi

permohonan PDB HTR juga ikut meningkat, dengan demikian upaya memperoleh

4 Kepala Sub Bidang Analisa Pinjaman di Jakarta pada November 20115 Nota Dinas Kepala Pusat BLU Pusat P2H No.27/P2H-2/2011 kepada Menteri Kehutanan,

tanggal 17 Maret 2011

Page 7: III. KINERJA PDB HTR - repository.ipb.ac.id · IUPHHK HTR yang dimilikinya luas areal koperasi tersebut adalah 8.794 Ha. Disini diduga ada itikad tidak baik dari penerima pinjaman

25

informasi yang sepadan antara pemberi pinjaman dan penerima pinjaman telah

menimbulkan biaya transaksi tinggi.

3.3 Evaluasi Kinerja

Terdapat beberapa indikator keberhasilan kinerja debitur BLU Pusat P2H

dalam membangun HTR yang dibiayai dengan pinjaman PDB HTR, yaitu: (1)

dapat mengembalikan PDB HTR secara tepat waktu dan jumlah, (2) dapat

membangun HTR rotasi berikutnya, (3) memenuhi kewajiban kewajiban

administratif (iuran kelompok maupun kewajiban terhadap negara), dan (4)

memperoleh keuntungan yang wajar (BLU Pusat P2H 2011).

Metode evaluasi penerima pinjaman sampai saat ini masih diperdebatkan.

BLU Pusat P2H telah mengupayakan beberapa cara untuk menemukan metode

evaluasi yang paling efektif (prosesnya akuntabel, transparan, hasilnya akurat

sebagai dasar pengambilan keputusan) dan efisien (prosesnya reatif mudah,

murah, cepat), termasuk melakukan lokakarya (workshop) tanggal 15 sampai 16

September di Yogyakarta) dengan beberapa narasumber, dan penggunaan

konsultan. Namun semua upaya tersebut belum menemukan titik temu6. Metode

evaluasi menggunakan sampel baik sampel KTH maupun areal evaluasi, banyak

ditentang oleh para pakar, hal ini mengingat kinerja penerima pinjaman tidak bisa

disamakan antara satu penerima pinjaman dengan penerima pinjaman yang lain

sehingga perlu sensus, sementara biaya untuk melakukan sensus sangat tinggi dan

waktu yang dibutuhkan sangat lama. Terdapat beberapa kelemahan metode

penarikan contoh (sampling) untuk metode evaluasi kinerja penerima pinjaman

menurut Nugroho (2011 b), yaitu: (1) informasi yang diperoleh adalah rata-rata

populasi, sementara akad kredit dilakukan individual, (2) kinerja rata-rata tidak

dapat digunakan sebagai bahan evaluasi kelanjutan pinjaman yang dilakukan

secara individual, (3) gagal bayar terkait dengan kemampuan, motivasi, kejujuran,

dan lain-lain tidak dapat dirata-ratakan

Metoda evaluasi yang tepat perlu ditemukan untuk mengurangi ketidak-

sepadanan informasi antara penerima dan pemberi pinjaman sehingga resiko

ingkar janji dapat dikurangi. Pada umumnya pihak penerima pinjaman menguasai

6 Kepala Sub Bidang Evalusi Pinjaman BLU Pusat P2H di Jakarta pada September 2011.

Page 8: III. KINERJA PDB HTR - repository.ipb.ac.id · IUPHHK HTR yang dimilikinya luas areal koperasi tersebut adalah 8.794 Ha. Disini diduga ada itikad tidak baik dari penerima pinjaman

26

informasi tentang keragaan (work effort), keinginan-keinginan (preferences) dan

motivasi (motives) yang ada pada dirinya, sedangkan informasi tentang keragaan,

keinginan dan motivasi penerima pinjaman yang dimiliki oleh pemberi pinjaman

umumnya sangat terbatas (Nugroho 2011a) sehingga diperlukan metode evaluasi

yang sesuai dengan karakteristik PDB HTR. BLU Pusat P2H (2011) menyatakan

bahwa metode evaluasi kinerja debitur terbentur dengan karakteristik lapangan

HTR, yaitu: (1) belum dilakukan pengukuran/pemetaan areal kerja IUPHHK HTR

(belum diketahui batas areal kerja dan petak, kondisi penutupan lahan (land

cover), penanaman dengan pola pengkayaan (tanaman tersebar tidak teratur), (3)

khusus KTH: (a) petak tanaman tersebar, (b) penanaman per debitur kecil (1

sampai 2 Ha), dan (c) jumlah debitur banyak, (4) tenaga evaluator BLU Pusat P2H

terbatas, tidak ada perwakilan di lapangan, dan (5) lokasi areal HTR tersebar dan

agak sulit dijangkau.

Rancangan metode evaluasi yang dibuat oleh BLU Pusat P2H dalam

lokakarya tersebut adalah sebagai berikut: (1) masalah kelembagaan meliputi: (a)

adanya pertemuan atau rapat anggota atau rapat pengurus, (b) adanya rencana

kerja KTH, (c) adanya surat kesepakatan antara penggarap lahan dengan

pemegang IUPHHK HTR dalam hal pengelolaan HTR, (d) kepemilikan fotocopy

struktur organisasi, dan (e) memiliki buku besar, neraca, neraca harian dan lain-

lain untuk pelaporan, (2) manajemen pembangunan HTR yang meliputi: (a)

adanya gubuk kerja permanen, (b) adanya kegiatan terkait pembangunan HTR

saat dilakukan evaluasi, (c) adanya persemaian tanaman HTR untuk KTH, (d)

pembangunan HTR dilakukan oleh sebagian besar anggota KTH, dan (e) adanya

pemetaan partisipatif areal kerja seperti adanya pal batas IUPHHK HTR masing-

masing anggota, (3) tingkat keberhasilan tanaman dibagi menjadi kategori baik,

cukup, sedang, dan sangat kurang. Angka yang menjadi tolok ukur tingkat

keberhasilan masih diperdebatkan. Bobot nilai antara masalah kelembagaan,

manajemen pembangunan HTR, dan tingkat keberhasilan tanaman adalah

10:10:80.

Menurut Nugroho (2011 b), evaluasi kinerja penerima pinjaman PDB HTR

harus mencakup beberapa hal sehingga resiko ingkar janji dan gagal bayar dapat

dikurangi, yaitu: (1) evaluasi penggunaan PDB HTR meliputi tanda terima

Page 9: III. KINERJA PDB HTR - repository.ipb.ac.id · IUPHHK HTR yang dimilikinya luas areal koperasi tersebut adalah 8.794 Ha. Disini diduga ada itikad tidak baik dari penerima pinjaman

27

pinjaman dan bukti fisik kegiatan (kecocokan antara komponen biaya dengan

aktifitas di lapangan), (2) prospek pengembalian dilihat dari sudut hutan tanaman

yang dibangun dengan dana PDB HTR, (3) tanaman lain yang dapat menunjang

pengembalian pinjaman, (4) pengelolaan dana PDB HTR secara hati-hati oleh

penerima pinjaman, (5) dukungan kelembagaan PDB HTR yang dibangun oleh

KTH dan koperasi dalam pengembalian pinjaman secara tepat waktu dan jumlah,

(6) kebijakan peraturan pemerintah pusat dan daerah yang memperkuat atau

melemahkan kemampuan pengembalian oleh penerima pinjaman, dan (7)

identifikasi faktor-faktor internal dan eksternal yang mendukung pengembalian

PDB HTR.

Namun metoda evaluasi menurut Nugroho (2011b) paling tidak harus

mencakup 2 hal yaitu evaluasi terhadap proses dan output, dengan maksud: (1)

penilaian terhadap proses dimaksudkan sebagai bahan untuk perbaikan dan

pembinaan, mengambil langkah langkah penjadwalan ulang, menjawab persoalan

pemberi dan penerima pinjaman, dan (2) penilaian terhadap output sebagai bahan

untuk penetapan bentuk sanksi (punishment).

Meskipun bentuk evaluasi kinerja penerima pinjaman masih

diperdebatkan, namun evaluasi tahun pertama untuk mengukur kinerja 2 koperasi

yaitu: Koperasi X dan Koperasi Y telah dilakukan dengan menggunakan metoda

penarikan contoh (sampling). Hasil evaluasi yang dilakukan oleh BLU Pusat P2H

menunjukkan bahwa Koperasi X belum melakukan penananam, dana PDB HTR

yang diterima untuk 24 Ha dipergunakan untuk mengurus masalah hukum pada

areal IUPHHK HTR miliknya sehingga Koperasi X tidak berhak untuk

memperoleh dana PDB HTR tahun ke-2 dan tahun pertama untuk blok berikutnya

karena adanya ingkar terhadap kewajiban yang harus dilaksanakan yaitu

penanaman. Sedangkan hasil evaluasi untuk Koperasi Y menunjukkan bahwa

pada bulan November 201I (hampir satu tahun setelah telah dilakukan akad

kredit) baru dilakukan penanaman untuk 30 Ha, sedangkan 20 Ha sisanya belum

ada aktivitas pembangunan HTR, sehingga Koperasi Y memperoleh dana PDB

HTR tahun ke-2 untuk 30 Ha, sedangkan 20 Ha sisanya tidak dibiayai. Dari

penjelasan diatas dapat diketahui bahwa telah terjadi ingkar janji dari penerima

PDB HTR terhadap ketentuan dalam kesepakatan pinjaman (offering letter) dan

Page 10: III. KINERJA PDB HTR - repository.ipb.ac.id · IUPHHK HTR yang dimilikinya luas areal koperasi tersebut adalah 8.794 Ha. Disini diduga ada itikad tidak baik dari penerima pinjaman

28

akad kredit, karena dana PDB HTR digunakan untuk kegiatan selain

pembangunan HTR7.

3.4 Kinerja Pengembalian

Kinerja pengembalian belum dapat dievaluasi karena PDB HTR baru

tersalur selama satu tahun dan belum jatuh tempo.

3.5 Sintesis Kinerja PDB HTR

Lambatnya penyaluran PDB HTR hakekatnya disebabkan karena

panjangnya prosedur yang harus dilalui untuk memperoleh IUPHHK HTR sebagai

salah satu syarat untuk memperoleh PDB HTR, dan lamanya waktu yang

diperlukan untuk melakukan verifikasi lapangan serta verifikasi calon penerima

PDB HTR. Selain itu rendahnya kinerja penyaluran PDB HTR akibat

ditemukannya: (1) ketidaksesuaian antara IUPHHK HTR dengan areal

pencadangan, (2) areal IUPHHK HTR yang tidak sesuai untuk pengembangan

HTR, (3) adanya kecurigaan dari pemberi pinjaman atas motivasi calon penerima

pinjaman, (4) administrasi pemohon yang tidak lengkap, dan (5) masih banyak

revisi peraturan-perundangan dari Kementerian Kehutanan yang berkaitan dengan

mekanisme penyaluran. Akibatnya banyak terjadi ketidaksesuaian antara

dokumen yang diajukan oleh calon penerima pinjaman dengan kondisi lapangan

menyebabkan terjadi penolakan atas penyaluran PDB HTR oleh BLU Pusat P2H.

Ketidaksesuaian dokumen dengan kondisi lapangan merupakan fenomena tidak

adanya koordinasi yang baik antar unit di bawah Kementerian Kehutanan,

maupun dengan Pemerintah Daerah. Dalam hal ini pemberi pinjaman berupaya

untuk memperkecil ketidaksepadanan informasi yang dimilikinya melalui

verifikasi administrasi, kondisi lapangan dan calon penerima pinjaman. Hal ini

dilakukan dalam upaya untuk mengurangi perilaku ingkar janji dan salah pilih

penerima pinjaman, namun upaya tersebut belum berhasil karena berdasarkan

hasil pemantauan dan evaluasi yang dilakukan oleh internal BLU Pusat P2H

ditemukan adanya perilaku ingkar janji dari penerima dana PDB HTR.

Munculnya perilaku ingkar janji merupakan wujud ketidaksepadanan

informasi yang dimiliki oleh pemberi dan penerima pinjaman. Hal ini sejalan

7 Wawancara dengan staf BLU Pusat P2H di Jakarta pada November 2011

Page 11: III. KINERJA PDB HTR - repository.ipb.ac.id · IUPHHK HTR yang dimilikinya luas areal koperasi tersebut adalah 8.794 Ha. Disini diduga ada itikad tidak baik dari penerima pinjaman

29

dengan pendapat Eisenhardt (1989); Gibbons (2005) bahwa dalam suatu

hubungan agensi, kedua pihak (pemberi dan penerima pinjaman) akan berupaya

memaksimumkan utilitasnya dengan asas saling menguntungkan. Namun karena

salah satu pihak (khususnya penerima pinjaman) menguasai informasi yang lebih

baik, sehingga terdapat resiko atau kemungkinan perilaku oportunis salah satu

pihak untuk tidak selalu bertindak guna kepentingan pihak lain. Situasi ini

menimbulkan munculnya godaan bagi satu atau lebih pelaku (khususnya penerima

pinjaman) untuk berperilaku menyimpang dalam rangka memaksimumkan

kesejahteraan-nya sendiri. Faktanya pemberi pinjaman tidak pernah tahu dengan

penerima pinjaman mana seharusnya hubungan agensi dilakukan8. Pemberi

pinjaman tidak dapat mengamati secara sempurna perilaku yang dilakukan oleh

penerima pinjaman serta bagaimana isi kontrak seharusnya dibuat (Maskin 2001).

Solusinya adalah memformulasikan suatu mekanisme insentif berdasarkan

ketersediaan dan keseimbangan informasi, manfaat dan nilai-nilai yang dimiliki

oleh pemberi pinjaman dan penerima pinjaman. Insentif dapat mempengaruhi

keputusan dan mengubah perilaku para pelaku ekonomi dengan menggunakan

pertimbangan finansial atau non-finansial (Prihadi 2010). Upaya menjamin

penerima pinjaman melakukan tindakan optimal guna kepentingan pemberi

pinjaman adalah tidak mungkin tanpa biaya, sedangkan konflik kepentingan

antara pemberi pinjaman dan penerima pinjaman selalu terjadi. Mekanisme

pemberian jasa dan pengawasan memerlukan biaya agensi atau agency costs

(Jensen dan Meckling 1986). Biaya agensi diartikan sebagai biaya yang

dikeluarkan para pelaku yang bekerjasama untuk mengawasi atau meyakinkan

pelaku lainnya.

BLU Pusat P2H didirikan untuk mendukung keberhasilan hutan tanaman

melalui fasilitasi pembiayaan pembangunan Hutan tanaman yang dilakukan oleh

masyarakat. Salah satu tujuan yang hendak dicapai oleh BLU Pusat P2H adalah

mempercepat terealisasinya pelaksanaan pembiayaan pembangunan hutan

tanaman yang tepat lokasi, tepat pelaku, tepat kegiatan, tepat penyaluran dan

8 Kesalahan memilih penerima pinjaman terindikasi sudah terjadi karena pemilihan Koperasi Xdan Koperasi Y keduanya terbukti memiliki IUPHHK HTR yang lahannya bermasalah atau terjadisengketa dengan penduduk yang sudah mengokupasi lahan, sehingga Kepala Bidang Analisa danEvaluasi BLU Pusat P2H di Jakarta pada 17 Oktober 2011 menyatakan bahwa “HTR bukannyamenjadi resoluasi konflik malah menambah konflik”.

Page 12: III. KINERJA PDB HTR - repository.ipb.ac.id · IUPHHK HTR yang dimilikinya luas areal koperasi tersebut adalah 8.794 Ha. Disini diduga ada itikad tidak baik dari penerima pinjaman

30

pengembalian PDB HTR. Tujuan BLU Pusat P2H tersebut belum tercapai.

Indikasi tidak tercapainya tujuan BLU Pusat P2H adalah:

1. Tepat lokasi. BLU Pusat P2H belum tepat dalam memastikan lokasi

penerima dana PDB HTR yang bebas dari konflik, hal ini dibuktikan

oleh fakta bahwa penerima dana PDB HTR tahun 2010 yaitu Koperasi X

dan Koperasi Y keduanya tidak bebas dari konflik penggunaan lahan

dengan masyarakat yang sudah melakukan okupasi lahan terlebih dahulu,

walaupun secara hukum koperasi tersebut pemegang hak yang sah

sebagaimana yang tercantum dalam IUPHHK HTR.

2. Tepat pelaku. BLU Pusat P2H belum tepat dalam memilih pelaku atau

penerima PDB HTR karena dari 2 koperasi yang sudah di pantau dan di

evaluasi semuanya tidak terbebas dari konflik9 sesuai dengan yang

tercantum dalam Ketentuan Pinjaman PDB HTR angka 3 huruf e yang

dikeluarkan oleh BLU Pusat P2H kepada calon peminjam sebelum akad

kredit dilakukan, namun secara prinsip sudah disetujui, dengan demikian

BLU Pusat P2H kurang tepat memilih penerima pinjaman PDB HTR

3. Tepat kegiatan. Dana PDB HTR yang disalurkan oleh BLU tidak

digunakan untuk melakukan penananam oleh penerima PDB HTR

melainkan digunakan untuk mengurus sengketa hukum dengan

masyarakat yang ada di lokasi PDB HTR (ketentuan pinjaman angka 8

huruf a), dengan demikian penerima pinjaman telah melakukan perilaku

ingkar janji, dan

4. Tepat penyaluran dan pengembalian. Walaupun belum terbukti tentang

kemampuan kedua koperasi atau penerima pinjaman dalam

mengembalikan dana PDB HTR yang sudah tersalur, namun sudah

terindikasi, paling tidak salah satu dari ke-2 penerima pinjaman tersebut

akan kesulitan mengembalikan dana PDB HTR karena uang yang

diterima pada tahap 1 tidak dipergunakan untuk melakukan penanaman

seperti yang diatur dalam akad kredit melainkan untuk penggunaan lain

seperti mengurus masalah hukum.

9 Surat dari Kepala Pusat BLU Pusat P2H untuk Inspektorat Jenderal Kementerian Kehutanan, NoS.489/P2H-2/2011 tanggal 12 Agustus 2010