PELAKSANAAN PRINSIP ITIKAD BAIK DALAM PERJANJIAN …eprints.ums.ac.id/67308/1/NASKAH PUBLIKASI...

21
PELAKSANAAN PRINSIP ITIKAD BAIK DALAM PERJANJIAN ASURANSI JIWA Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1 Pada Jurusan Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Oleh : DIANA NURI SAFITRI C100140072 PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2018

Transcript of PELAKSANAAN PRINSIP ITIKAD BAIK DALAM PERJANJIAN …eprints.ums.ac.id/67308/1/NASKAH PUBLIKASI...

Page 1: PELAKSANAAN PRINSIP ITIKAD BAIK DALAM PERJANJIAN …eprints.ums.ac.id/67308/1/NASKAH PUBLIKASI fixxxxx.pdf · Kehidupan serta kegiatan manusia, pada hakikatnya mengandung berbagai

PELAKSANAAN PRINSIP ITIKAD BAIK DALAM

PERJANJIAN ASURANSI JIWA

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1

Pada Jurusan Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum

Oleh :

DIANA NURI SAFITRI

C100140072

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2018

Page 2: PELAKSANAAN PRINSIP ITIKAD BAIK DALAM PERJANJIAN …eprints.ums.ac.id/67308/1/NASKAH PUBLIKASI fixxxxx.pdf · Kehidupan serta kegiatan manusia, pada hakikatnya mengandung berbagai

i

HALAMAN PERSETUJUAN

PELAKSANAAN PRINSIP ITIKAD BAIK DALAM PERJANJIAN

ASURANSI JIWA

PUBLIKASI ILMIAH

DIANA NURI SAFITRI

C100140072

Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh:

Pembimbing

(Inayah, S.H., M.H.)

Page 3: PELAKSANAAN PRINSIP ITIKAD BAIK DALAM PERJANJIAN …eprints.ums.ac.id/67308/1/NASKAH PUBLIKASI fixxxxx.pdf · Kehidupan serta kegiatan manusia, pada hakikatnya mengandung berbagai

ii

HALAMAN PENGESAHAN

PELAKSANAAN PRINSIP ITIKAD BAIK DALAM PERJANJIAN

ASURANSI JIWA

Oleh:

DIANA NURI SAFITRI

C100140072

Skripsi ini telah diterima dan disahkan oleh

Dewan Penguji Skripsi

Fakultas Hukum

Universitas Muhammadiyah Surakarta

Pada

Hari : Rabu

Tanggal : 05 September 2018

Dewan Penguji

1. Inayah, S.H., M.H. ( )

(Ketua Dewan Penguji)

2. Dr. Kelik Wardiono, S.H., M.H ( )

(Anggota I Dewan Penguji)

3. Septarina Budiwati, S.H., M.H ( )

(Anggota II Dewan Penguji)

Mengetahui

Dekan Fakultas Hukum

Universitas Muhammadiyah Surakarta

Prof. Dr. H. Khudzaifah Dimyati, S.H., M.Hum

Page 4: PELAKSANAAN PRINSIP ITIKAD BAIK DALAM PERJANJIAN …eprints.ums.ac.id/67308/1/NASKAH PUBLIKASI fixxxxx.pdf · Kehidupan serta kegiatan manusia, pada hakikatnya mengandung berbagai

iii

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam naskah publikasi ini tidak

terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu

perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau

pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis

diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya di atas,

maka akan saya pertanggungjawabkan sepenuhnya.

Surakarta, 06 September 2018

Penulis

DIANA NURI SAFITRI

C100140072

Page 5: PELAKSANAAN PRINSIP ITIKAD BAIK DALAM PERJANJIAN …eprints.ums.ac.id/67308/1/NASKAH PUBLIKASI fixxxxx.pdf · Kehidupan serta kegiatan manusia, pada hakikatnya mengandung berbagai

1

PELAKSANAAN PRINSIP ITIKAD BAIK DALAM PERJANJIAN

ASURANSI JIWA

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penjelasan mengenai pelaksanaan

prinsip itikad baik dalam perjanjian Asuransi Jiwa serta untuk mengetahui

bagaimana penyelesaian hukum apabila para pihak tidak melaksanakan prinsip

itikad baik dalam perjanjian asuransi jiwa.Penelitian ini menggunakan metode

pendekatan yuridis sosiologis.Sumber data dari data primer bersumber dari

wawancara serta data sekunder berupa data yang diperoleh dari

kepustakaan.Metode pengumpulan data dengan studi kepustakaan dan

lapangan.Kemudian dianalisis dengan metode kualitatif. Hasil penelitian

menunjukan bahwa dalam pelaksanaan prinsip itikad baik pada AJB Bumiputera

1912 dan PT Asuransi Jiwa Generali Indonesia telah sesuai dengan Pasal 251

Kitab Undang-Undang Hukum Dagang. Dan penyelesaian hukum apabila

tertanggung tidak melaksanakan prinsip itikad baik dalam perjanjian asuransi jiwa

maka perjanjian batal dan premi tidak terbayar, sedangkan penyelesaian hukum

apabila agen asuransi lapangan tidak melaksanakan prinsip itikad baik dalam

perjanjian asuransi jiwa pada AJB Bumiputera 1912 yaitu melalui tidakan

administrative, berupa teguran yang melalui pemanggilan, peringatan,

pemberhentian sepihak, dan ganti rugi. Pada PT Asuransi Jiwa Generali Indonesia

adalah melalui musyawarah untuk mufakat, dan apabila tidak mencapai mufakat

maka melalui BMAI (Badan Mediasi Asuransi Indonesia).

Kata Kunci: Perjanjian, Itikad Baik, Asuransi Jiwa

Abstract

This study aims to find out the explanation of the implementation of the principle

of good faith in the Life Insurance agreement and to find out how the legal

settlement if the parties do not implement the principle of good faith in the life

insurance agreement. This study uses a sociological juridical approach. Data

sources from primary data come from interviews and secondary data in the form

of data obtained from the literature. The collection methods with literature and

field studies.Then analyzed with qualitative methods. The results of the study

show that the implementation of the principle of good faith in AJB Bumiputera

1912 and PT Generali Life Insurance Indonesia is in accordance with Article 251

of the Commercial Law. And legal settlement if the insured does not implement

the principle of good faith in a life insurance agreement, the agreement is canceled

and the premium is not paid, while legal settlement if the field insurance agent

does not implement the principle of good faith in the life insurance agreement at

AJB Bumiputera 1912, namely through administrative action, in the form of

reprimand, warnings, unilateral terminations and compensation. At PT Generali

Indonesia Life Insurance, it is through deliberation to reach a consensus, and if it

does not reach consensus then through BMAI (Indonesian Insurance Mediation

Agency).

Keywords: Agreement, Goodwill, Life Insurance

Page 6: PELAKSANAAN PRINSIP ITIKAD BAIK DALAM PERJANJIAN …eprints.ums.ac.id/67308/1/NASKAH PUBLIKASI fixxxxx.pdf · Kehidupan serta kegiatan manusia, pada hakikatnya mengandung berbagai

2

1. PENDAHULUAN

Kehidupan serta kegiatan manusia, pada hakikatnya mengandung berbagai hal

yang menunjukkan sifat hakiki dari kehidupan itu sendiri.Sifat hakiki yang

termaksud adalah suatu sifat yang tidak kekal yang selalu menyertai

kehidupan dan kegiatan manusia pada umumnya.Keadaan yang tidak kekal

yang merupakan sifat alamiah tersebut mengakibatkan adanya suatu keadaan

yang tidak dapat diramalkan lebih dahulu secara tepat. Sehingga dengan

demikian keadaan termaksud tidak akan pernah memberikan rasa pasti.

Karena tidak adanya suatu kepastian, tentu saja akhirnya sampai pada suatu

keadaan yang tidak pasti pula.Keadaan tidak pasti terhadap setiap

kemungkinan yang dapat terjadi baik dalam bentuk peristiwa yang belum

tertentu menimbulkan rasa tidak aman yang lazim disebut sebagai risiko.1

Asuransi merupakan suatu pertanggungan risiko antara tertanggung

dan penanggung yang memiliki hubungan yang sangat erat dengan perjanjian.

Sebagaiman yang tercantum dalam Pasal 246 Kitab Undang-Undang Hukum

Dagang (KUHD) Asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian dimana

seorang penanggung mengikatkan dirinya kepada seseorang tertanggung

dengan menerima suatu premi, dimana disini penanggung adalah pihak yang

sanggup menjamin serta menanggung pihak lain yang akan mendapat suatu

penggantian kerugian yang mungkin akan dideritanya sebagai suatu peristiwa

yang belum tentu terjadi, sedangkan tertanggung adalah pihak yang akan

menerima ganti kerugian dari suatu peristiwa dan diwajibkan membayar

sejumlah uang kepada penanggung.2

Perjanjian asuransi diatur dalam 2 kodifikasi, yaitu dalam Kitab

Undang-undang Hukum Perdata (KUHPer) maupun dalam Kitab Undang-

undang Hukum Dagang (KUHD). Dan secara umum setiap perjanjian harus

dilandasi dengan itikad baik dari para pihak yang mengadakan perjanjian

tersebut, seperti yang telah diatur dalam pasal 1338 ayat (3) KUHPer dimana

suatu perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik. Maksud itikad baik

1 Sri Rejeki Hartono,1992,Hukum Asuransi dan Perusahaan Asuransi, Jakarta: Sinar Grafika,

hal.2 2Subekti, 2001, Pokok-Pokok Hukum Perdata, PT.Intermasa, Jakarta, hal. 217-218

Page 7: PELAKSANAAN PRINSIP ITIKAD BAIK DALAM PERJANJIAN …eprints.ums.ac.id/67308/1/NASKAH PUBLIKASI fixxxxx.pdf · Kehidupan serta kegiatan manusia, pada hakikatnya mengandung berbagai

3

dalam Pasal tersebut adalah keharusan untuk melaksanakan suatu perjanjian

secara pantas dan patut.Jadi hal ini lebih menitik beratkan pada pelaksanaan

suatu perjanjian, sesudah perjanjian itu dibuat secara sah. Dengan demikian,

berdasarkan Pasal 1338 Ayat (3) KUHPerdata tersebut, pelaksanaan dari isi

suatu perjanjian dibatasi oleh kepantasan dan kepatutan. Akan tetapi apabila

dalam pelaksanaan suatu perjanjian salah satu pihak tidak memenuhi

ketentuan dari Pasal tersebut dapat mengubah hak dan kewajiban pokok dari

para pihak yang telah disepakati dalam perjanjian.

Di dalam perjanjian asuransi harus dilandasi itikad baik juga tertera di

dalam Pasal 251 KUHD yang merupakan ketentuan khusus, yakni setiap

keterangan yang keliru atau tidak benar, ataupun setiap tidak memberitahukan

hal-hal yang diketahui oleh si teranggung, betapapun itikad baik ada padanya,

yang demikian sifatnya, sehingga seandainya si penanggung telah mengetahui

keadaan yang sebenarnya, perjanjian itu tidak akan ditutup atau tidak ditutup

dengan syarat-syarat yang sama, mengakibatkan batalnya pertangggungan.

Jadi, maksud dari Pasal 251 KUHD tersebut adalah bahwa pihaknya

mempunyai kewajiban untuk memberikan keterangan yang sebenar-benarnya,

sejujur-jujurnya dan selengkap-lengkapnya mengenai keadaan objek yang

diasuransikan.

Salah satu bentuk pelanggaran yang sering terjadi terhadap Prinsip

Itikad Baik adalah menyembunyikan fakta tentang kesehatan diri tertanggung

dengan cara menyampaikan informasi tidak benar atau palsu, maka

pelanggaran tersebut dapat menyebabkan persoalan hukum dikemudian hari

terhadap pelaksanaan perjanjian ini, maka penulis bermaksud untuk

mengadakan penelitian dalam bentuk skripsi yang berjudul “Pelaksanaan

Prinsip Itikad Baik Dalam Perjanjian Asuransi Jiwa”.

Berikut rumusan masalah yang akan dibahas oleh penulis adalah

Pertama, bagaimana pelaksanaan prinsip itikad baik dalam perjanjian asuransi

jiwa? Kedua, bagaimana penyelesaian hukum apabila para pihak tidak

melaksanakan prinsip itikad baik dalam perjanjian asuransi jiwa?

Page 8: PELAKSANAAN PRINSIP ITIKAD BAIK DALAM PERJANJIAN …eprints.ums.ac.id/67308/1/NASKAH PUBLIKASI fixxxxx.pdf · Kehidupan serta kegiatan manusia, pada hakikatnya mengandung berbagai

4

Adapun tujuan penelitian ini adalah pertama, Untuk mengetahui

penjelasan mengenai pelaksanaan prinsip itikad baik dalam perjanjian asuransi

jiwa.Kedua, untuk mengetahui penyelesaian hukum apabila para pihak tidak

melaksanakan prinsip itikad baik dalam perjanjian asuransi jiwa.

2. METODE

Penelitian ini menggunakan yuridis sosiologis yaitu didasarkan pada ketentuan

perundang-undangan yang berlaku dengan memperhatikan norma hukum yang

berlaku di masyarakat dengan dikaitkan fakta-fakta yang ada dari

permasalahan yang ditemukan dalam penelitian. Jenis penelitian yang

digunakan ini adalah secara deskriptif, yaitu suatu penelitian yang

dimaksudkan untuk memberikan data-data yang seteliti mungkin dan

menjelaskan data yang ditemukan dalam penelitian.3Teknik pengumpulan data

menggunakan metode studi kepustakaan dan studi lapangan.Metode analisa

data dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Pelaksanaan Prinsip Itikad Baik dalam Perjanjian Asuransi Jiwa

Asuransi Jiwa adalah perjanjian dimana penanggung mengikatkan diri

dengan menerima premi untuk membayar sejumlah uang tertentu

manakala terjadi peristiwa yang belum pasti berkaitan dengan hidup atau

kesehatan seseorang.4

Dalam melaksanakan perjanjian asuransi jiwa di AJB Bumiputera

1912 dan PT Asuransi Jiwa Generali Indonesia tidak jauh berbeda yaitu

dimulainya dari penjelasan dari agen kepada calon tertanggung yaitu,

menjelaskan risiko yang dijamin oleh pihak penanggung beserta

pengecualiannya mengenai produk asuransi yang akan diajukan oleh calon

tertanggung, memberitahukan besarnya premi sesuai dengan peraturan

3 Khudzaifah Dimyati dan Kelik Wardiono, 2004, Metode Penelitian Hukum, Surakarta: Fakultas

Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta, hal.3 4 Santoso Poedjosoebroto, 1969, Beberapa Aspek Tentang Pertanggungan Jiwa di Indonesia,

Bharata, Jakarta, hlm.69

Page 9: PELAKSANAAN PRINSIP ITIKAD BAIK DALAM PERJANJIAN …eprints.ums.ac.id/67308/1/NASKAH PUBLIKASI fixxxxx.pdf · Kehidupan serta kegiatan manusia, pada hakikatnya mengandung berbagai

5

yang berlaku. Terdapat beberapa kewajiban tertanggung yang berkaitan

dengan pelaksanaan itikad baik perjanjian asuransi jiwa yaitu :

3.1.1 Pengisian Identitas pada Surat Permintaan Asuransi Jiwa (SPAJ)

Dalam pelaksanaan perjanjian asuransi jiwa di AJB

Bumiputera 1912 untuk mendaftarkan diri sebagai calon tertanggung

biasanya calon tertanggung berhak memilih untuk datang langsung ke

perusahaan atau melalui agen yang datang kerumah (marketing) dan

mendaftarkan diri dengan meminta Surat Permintaan Asuransi Jiwa

(SPAJ) disertai dengan fotocopy KTP sebagai bukti diri atau untuk

yang berumur kurang dari 18 tahun maka menyerahkan akta kelahiran.

Seperti halnya yang ditentukan dalam Syarat Umum Polis

asuransi jiwa AJB Bumiputera 1912 Pasal 2 yaitu :

1) Mereka yang bermaksud mengadakan perjanjian asuransi jiwa

dengan Badan, wajib mengisi dan menandatangani formulir Surat

Permintaan Asuransi Jiwa yang disediakan untuk keperluan itu dan

kemudian mengirimkannya kepada Badan.

2) Surat Permintaan Asuransi Jiwa yang diisi dengan lengkap dan

benar menjadi dasar perjanjian asuransi jiwa antara Badan dengan

pemegang polis.

Sedangkan pada PT Asuransi Jiwa Generali Indonesia, untuk

mendaftarkan diri sebagai calon tertanggung yaitu dengan meminta

Surat Permohonan Asuransi Jiwa (SPAJ) disertai dengan identitas diri

yang masih berlaku sebagai bukti diri kepada penanggung. Dan calon

tertanggung wajib mengisi dan menandatangani SPAJ beserta

keterangan lain yang berkaitan dengan keperluan itu dan

menyampaikannya ke pihak penanggung dengan memberikan

keterangan yang benar dan jelas mengenai hal-hal yang diperlukan

dalam SPAJ.

Hal ini telah ditentukan dalam Ketentuan Umum Polis Asuransi

Jiwa PT Asuransi Jiwa Generali Indonesia Pasal 2 yaitu, Orang atau

badan yang bermaksud menutup asuransi jiwa wajib mengisi dan

Page 10: PELAKSANAAN PRINSIP ITIKAD BAIK DALAM PERJANJIAN …eprints.ums.ac.id/67308/1/NASKAH PUBLIKASI fixxxxx.pdf · Kehidupan serta kegiatan manusia, pada hakikatnya mengandung berbagai

6

menandatangani Surat Permohonan Asuransi Jiwa beserta keterangan

lain yang berkaitan dengan keperluan itu dan kemudian

menyampaikannya kepada penanggung.

Setelah proses pengisan formulir SPAJ selesai, kemudian

dilakukan seleksi risiko, hal ini dikarenakan pihak penanggung

sebelum menerima pengalihan risiko dari pihak tertanggung akan

dilakukan proses seleksi terhadap permintaan asuransi yang telah

diajukan oleh calon tertanggung. Proses seleksi risiko (underwriting)

berlangsung kira-kira selama 14 hingga 30 hari.

Kemudian setelah proses underwriting selesai dan diterima

untuk melakukan asuransi maka diterbitkannya Polis Asuransi, dimana

pengertian Polis sendiri adalah perjanjian asuransi antara penanggung

dengan pemegang polis serta dokumen lain yang merupakan satu

kesatuan yang tidak terpisahkan dengan perjanjian asuransi tersebut.

Isi dalam Polis asuransi AJB Bumiputera 1912 dan PT

Asuransi Jiwa Generali Indonesia tidak jauh berbeda yaitu, dalam AJB

Bumiputera 1912 dokumen polis mencakup: Rincian Polis, Syarat

Khusus Polis, Syarat Umum Polis, Anggaran Dasar, serta fotocopy

Surat Permintaan Asuransi Jiwa serta fotokopi formulir.

Sementara itu dalam PT Asuransi Jiwa Generali Indonesia

mencakup: Ringkasan Polis, Ketentuan Umum Pois, Ketentuan

Khusus Polis, SPAJ yang telah disetujui, table-tabel, rumus-rumus

perhitungan.

Munculnya Polis asuransi ini dapat menjadi pedoman mulai

berlakunya perjanjian asuransi yang mempunyai hak-hak dan

kewajiban yang tercantum didalamnya, dan polis juga berfungsi

sebagai alat bukti.

3.1.2 Pembayaran Premi atau Pertanggungan

Dalam perjanjian asuransi jiwa, untuk menentukan jumlah

pertanggungan tergantung pada kesepakatan antara penanggung dan

tertanggung.Pada AJB Bumiputera 1912 dan PT Asuransi Jiwa

Page 11: PELAKSANAAN PRINSIP ITIKAD BAIK DALAM PERJANJIAN …eprints.ums.ac.id/67308/1/NASKAH PUBLIKASI fixxxxx.pdf · Kehidupan serta kegiatan manusia, pada hakikatnya mengandung berbagai

7

Generali Indonesia penentuan besarnya uang pertanggungan

ditentukan sendiri oleh tertanggung. Menurut Pasal 246 KUHD, premi

merupakan kewajiban tertanggung, sebagai imbalan dari kewajiban si

penanggung untuk mengganti kerugian tertanggung. Premi biasanya

dinyatakan dalam prosentase dari jumlah pertanggungan, yang

menggambarkan penilaian penanggung terhadap risiko yang

ditanggungnya.Biasanya premi itu dibayar dimuka secara tunai. Tetapi

bila pertanggungan akan berlaku lama maka pembayaran premi dapat

diperjanjikan secara angsuran.5

Premi yang dibayarkan oleh tertanggung kepada penanggung,

di AJB Bumiputera 1912 dapat dilakukan secara sekaligus maupun

angsuran.Untuk pembayaran secara angsuran, tertanggung dapat

memilih pembayaran premi satu tahun sekali, setengah tahun sekali,

triwulan, atau bulanan. Proses pembayaran tertanggung dapat juga

langsung datang keperusahaan, perusahaan juga menerima

pembayaran melalui Bank atau dengan menggunakan kartu kredit, cek

maupun Giro. Dengan demikian tertanggung diberikan kebebasan

untuk memilih cara pembayaran yang sekiranya dapat mempermudah

tertanggung itu sendiri.

Sedangkan pembayaran premi pada PT Asuransi Jiwa Generali

Indonesia untuk pembayaran premi dasar berkala, premi Top-Up

berkala dan Premi Top-Up sekaligus dibayarkan dengan cara

pembayarannya ditentukan oleh penanggung yaitu dengan metode

melalui Auto Debet Kartu Kredit, Auto Debet Rekening BCA, Virtual

Account melalui ATM BCA, Virtual Account melalui Counter BCA,

Transfer dari Bank lain maupun langsung datang ke perusahaan

dengan jenis mata uang yang tidak dapat diubah yang dijelaskan dalam

rincian polis.

5 H.M.N. Purwosutjipto, 1996, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia:Hukum

Pertanggungan, Jakarta, Djambatan, hal 51

Page 12: PELAKSANAAN PRINSIP ITIKAD BAIK DALAM PERJANJIAN …eprints.ums.ac.id/67308/1/NASKAH PUBLIKASI fixxxxx.pdf · Kehidupan serta kegiatan manusia, pada hakikatnya mengandung berbagai

8

3.1.3 Permintaan klaim

Dalam hal permintaan klaim, yang dimana pengertian dari

klaim itu sendiri adalah permintaan atas tuntutan pembayaran manfaat

sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam polis asuransi.6

Pada AJB Bumiputera 1912 apabila tertanggung meninggal

dunia yang berhak menerima jaminan adalah yang ditunjuk oleh

pemegang polis sebagai tertanggung atau ahli warisnya. Untuk

meminta pembayaran klaim ahli waris dapat langsung menghubungi

perusahaan asuransi jiwa AJB Bumiputera 1912 dengan meminta surat

pengajuan klaim serta melengkapi syarat-syarat yang diperlukan.

Sedangkan pada PT Asuransi Jiwa Generali Indonesia dalam

permintaan klaim yaitu apabila pemegang Polis masih hidup sampai

tanggal berakhirnya pertanggungan maka akan dibayarkan kepada

pemegang polis itu sendiri, dan jika pemegang polis telah meninggal

dunia maka pihak yang ditunjuk atau ahli warisnya harus melampirkan

syarat-syarat yang diwajibkan oleh PT Asuransi Jiwa Generali

Indonesia maksimum 60 hari sejak tertanggung meninggal dunia.

3.1.4 Penutupan Polis

Kemudian dalam hal penutupan polis asuransi, syarat dalam

asuransi jiwa AJB Bumiputera 1912 dan PT Asuransi Jiwa Generali

Indonesia yaitu adalah menyerahkan Buku polis, hal ini dikarenakan

untuk menghindari penyalahgunaan dari buku polis, dan mengingat

polis itu adalah sebagai alat bukti dan sebagai tanda bahwa telah

berakhirnya perjanjian asuransi antara tertanggung dan penanggung

Dari semua proses yang sudah dijelaskan diatas mulai dari

pengisian identitas dalam SPAJ, pembayaran premi, permintaan klaim,

sampai penutupan polis, semua ini terkait pada pelaksanaan prinsip

itikad baik.

6 Nisrina Muthohari, 2012, Panduan Praktis Membeli & Menjual Asuransi, Yogyakarta: Buku

Pintar, hal 13

Page 13: PELAKSANAAN PRINSIP ITIKAD BAIK DALAM PERJANJIAN …eprints.ums.ac.id/67308/1/NASKAH PUBLIKASI fixxxxx.pdf · Kehidupan serta kegiatan manusia, pada hakikatnya mengandung berbagai

9

Mengenai prinsip itikad baik, hal ini semua telah dipertegas

sesuai ketentuan pada Pasal 251 KUHDagang, yaitu :

“setiap keterangan yang keliru atau tidak benar, ataupun

setiap tidak memberitahukan hal-hal yang diketahui oleh si

tertanggung, betapapun itikad baik ada padanya, yang demikian

sifatnya, sehingga seandainya si penanggung telah mengetahui

keadaan yang sebenarnya, perjanjian itu tidak akan ditutup atau tidak

ditutup dengan syarat-syarat yang sama, mengakibatkan batalnya

pertanggungan”.

Bahwa dalam Ketentuan Pasal 251 KUHD diatas telah

menjelaskan mengenai itikad baik dalam perjanjian asuransi dan dalam

Syarat Umum Polis AJB Bumiputera 1912 yaitu pada Polis AJB

Bumiputera Pasal 2 Ayat 1 dan 2 telah sesuai dengan Pasal 251

KUHD.

Sedangkan dalam Ketentuan umum Polis PT Asuransi Jiwa

Generali Indonesia telah sesuai dengan ketentuan Pasal 251 KUHD

yang salah satunya yaitu pada Pasal 2 ayat 1 ketentuan umum Polis.

Akan tetapi dalam pelaksanaan itikad baik pada PT Asuransi Jiwa

Generali Indonesia tidak secara mutlak dalam pelaksanaannya karena

ada pengecualiannya yang terdapat di dalam ketentuan Umum Polis

Pasal 2 ayat 4 yaitu mengenai terdapat kesalahan dalam menyatakan

usia, jenis kelamin, status merokok/tidak merokok, polis dapat

dilanjutkan dengan mengadakan pembetulan/penyesuaian menurut

keadaan sebenarnya sejak berlakunya polis.

Pada asuransi jiwa AJB Bumiputera 1912 dan PT Asuransi

Jiwa Generali Indonesia sebelum melakukan perjanjian adanya

negosiasi terlebih dahulu, dimana penanggung mempunyai kewajiban

untuk menjelaskan kepada tertanggung, begitupula dengan tertanggung

yang harus meneliti keterangan-keterangan yang diberikan oleh

penanggung

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan

prinsip itikad baik asuransi jiwa AJB Bumiputera 1912 dengan

Page 14: PELAKSANAAN PRINSIP ITIKAD BAIK DALAM PERJANJIAN …eprints.ums.ac.id/67308/1/NASKAH PUBLIKASI fixxxxx.pdf · Kehidupan serta kegiatan manusia, pada hakikatnya mengandung berbagai

10

asuransi jiwa PT. Generali Indonesia telah sesuai dengan seperti

halnya dalam Pasal 1338 KUHPerdata yang menyatakan bahwa

kontrak harus dilaksanakan dengan itikad baik, dan kewajibannya

tertera pada Pasal 1339 KUHPerdata yang menyatakan bahwa kontrak

tidak hanya mengikat terhadap apa yang secara tegas dinyatakan

didalamnya, tetapi juga kepada segala sesuatu yang menurut sifat

kontrak, diharuskan oleh kepatutan, kebiasaan atau Undang-Undang.7

Dengan demikian, dalam perjanjian asuransi tersebut

merupakan perjanjian yang mengikat antara pihak tertanggung dan

pihak penanggung yang didalamnya memuat kewajiban-kewajiban

para pihak yang mengharuskan untuk melaksanakannya sesuai itikad

baik.

3.2 Penyelesaian Hukum Apabila Para Pihak Tidak Melaksanakan

Prinsip Itikad Baik dalam Asuransi Jiwa.

3.2.1 Penyelesaian Hukum Apabila Pihak Tertanggung Tidak

Melaksanakan Prinsip Itikad Baik dalam Perjanjian Asuransi

Jiwa.

Penyelesaian hukum apabila tertanggung tidak melaksanakan

prinsip itikad baik dari asuransi jiwa di AJB Bumiputera 1912

salah satunya terdapat dalam Syarat Umum Polis Pasal 2 Ayat

(3) yaitu menerangkan bahwa yang menyebabkan batalnya

polis adalah apabila keterangan, pernyataan dan penjelasan

yang terdapat dalam Surat Permintaan Asuransi Jiwa atau

laporan pemeriksaan kesehatan tidak benar atau palsu, maka

akan batal demi hukum dan tidak pernah berlaku.

Kemudian yang menyebabkan berakhirnya Polis yaitu,

tidak melanjutkan pembayaran premi setelah Masa Leluasa

Polis (Grace Periode) selama 30 (tiga puluh hari) maka polis

tidak dapat dipulihkan, pemegang polis mengajukan

pembatalan polis, tertanggung meninggal dunia, polis tidak

7Ibid hal 134

Page 15: PELAKSANAAN PRINSIP ITIKAD BAIK DALAM PERJANJIAN …eprints.ums.ac.id/67308/1/NASKAH PUBLIKASI fixxxxx.pdf · Kehidupan serta kegiatan manusia, pada hakikatnya mengandung berbagai

11

diperpanjang saat berakhirnya masa asuransi. Hal ini telah

mengesampingkan berlakunya ketentuan Pasal 1266 dan Pasal

1267 KUHPerdata.Jadi, dalam Asuransi Jiwa AJB Bumiputera

1912 terdapat dua macam yang menyebabkan batalnya polis

dan berakhirnya polis. Perbedaan dari keduanya adalah dalam

batalnya polis tidak adanya itikad baik dari tertanggung, dan

perjanjian dianggap tidak ada, sehingga pihak asuransi AJB

Bumiputera tidak akan mengembalikan premi yang telah

dibayarkan oleh pemegang polis, sedangkan berakhirnya polis

adalah masa asuransi itu sendiri telah berakhir atau jatuh

tempo.

Sedangkan penyelesaian hukum apabila tertanggung

tidak melaksanakan prinsip itikad baik dalam perjanjian

asuransi jiwa pada PT Asuransi Jiwa Generali Indonesia

terdapat dalam ketentuan umum Polis asuransi Pasal 2 ayat (2)

yang menjelaskan bahwa apabila dikemudian hari terdapat

terdapat keterangan tidak benar atau kurang lengkap dalam

SPAJ yang dapat mempengaruhi pertimbangan seleksi risiko

maka, jika terkait dengan asuransi dasar seluruh manfaat yang

dinyatakan dalam polis batal sejak awal dengan cara pihak

penanggung membatalkan unit terakhir dengan menggunakan

harga unit pada tanggal perhitungan unit saat polis dibatalkan

dan penanggung tidak berkewajiban untuk membayar manfaat

asuransi apabila terjadi klaim. Jika terkait dengan asuransi

tambahan, maka asuransi tambahan yang terkait dengan

ketidakbenaran dan/atau kurang lengkapnya tersebut

penanggung dapat membatalkannya dan asuransi dasar serta

asuransi tambahan lainnya tetap berlaku.

Ketentuan mengenai penyelesaian hukum apabila

tertanggung tidak melaksanakan prinsip itikad baik pada

perjanjian asuransi diatur dalam Pasal 251 yang bahwasannya

Page 16: PELAKSANAAN PRINSIP ITIKAD BAIK DALAM PERJANJIAN …eprints.ums.ac.id/67308/1/NASKAH PUBLIKASI fixxxxx.pdf · Kehidupan serta kegiatan manusia, pada hakikatnya mengandung berbagai

12

apabila tidak adanya prinsip itikad baik, maka perjanjian

asuransi tersebut menjadi batal dengan sendirinya. Dan didalam

Pasal 276 KUHD menyatakan :

“Tiada kerugian atau kerusakan yang disebabkan

karena kesalahan si tertanggung sendiri harus ditanggung oleh

si penanggung.Bahkan berhaklah si penanggung itu memiliki

premi ataupun menuntutnya, apabila ia sudah mulai memikul

sesuatu bahaya”.

Ketentuan ini menjelaskan bahwa penanggung tidak

diwajibkan memberi ganti kerugian apabila kerugian tersebut

disebabkan karena perbuatan kesengajaan oleh tertanggung. Di

dalam Syarat Umum Polis AJB Bumiputera 1912 Pasal 8 telah

menjelaskan bahwa pemegang polis tidak berhak menerima

pengembalian pembayaran dalam bentuk apapun, demikian

juga dalam ketentuan umum Polis pada PT Asuransi Jiwa

Generali Indonesia pada Pasal 2 apabila adanya ketidakbenaran

atau kurang lengkapnya dokumen maka penanggung tidak

berkewajiban membayar manfaat asuransi apabila terjadi

klaim.

Dengan demikian, dalam Pelaksanaan Asuransi Jiwa

pada AJB Bumiputera 1912 dan PT Asuransi Jiwa Generali

Indonesia mengenai penyelesaian hukum apabila tertanggung

tidak melaksanakan prinsip itikad baik telah sesuai dengan

Pasal 251 KUHD dan Pasal 276 KUHD.

3.2.2 Penyelesaian Hukum Apabila Agen Asuransi Lapangan Tidak

Melaksanakan Prinsip Itikad Baik dalam Perjanjian Asuransi

Jiwa

Ada beberapa hal tentang agen asuransi lapangan yang telah

melanggar prinsip itikad baik dalam perjanjian asuransi

misalnya :

Page 17: PELAKSANAAN PRINSIP ITIKAD BAIK DALAM PERJANJIAN …eprints.ums.ac.id/67308/1/NASKAH PUBLIKASI fixxxxx.pdf · Kehidupan serta kegiatan manusia, pada hakikatnya mengandung berbagai

13

1) Tidak menjelaskan secara luas jaminan dan hak-hak

tertanggung, hal ini dikarenakan pihak penanggung

menganggap pihak tertanggung telah mengerti;

2) Tidak menjelaskan secara luas jaminan dan hak-hak

tertanggung, hal ini bertujuan untuk memperoleh premi

yang besar tetapi risiko yang dijamin kecil.

Dengan demikian, perusahaan asuransi menjelaskan

secara tegas mengenai hal tersebut didalam ketentuan Pasal 31

Ayat (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014, yang

menentukan bahwa :

“Agen Asuransi, Pialang Asuransi, Pialang Reasuransi,

dan Perusahaan Perasuransian wajib menerapkan segenap

keahlian, perhatian, dan kecermatan dalam melayani atau

bertransaksi dengan Pemegang Polis, Tertanggung, atau

Peserta terutama agen asuransi yang langsung berinteraksi

dengan calon tertanggung diwajibkan untuk memiliki informasi

yang cukup mengenai program asuransi yang akan

ditawarkan”.

Apabila terdapat pemegang polis telah melakukan

pembayaran premi kepada agen tetapi oleh agen yang

bersangkutan tidak disetorkan kepada perusahaan, maka agen

telah menyalahgunakan premi tersebut apabila terjadi klaim.

Dalam penyelesaian hukumnya apabila agen asuransi

melanggar prinsip itikad baik yaitu melakukan tindakan

administrative, yakni berupa teguran. Dalam hal ini dilakukan

dengan pemanggilan terhadap agen yang tidak jujur dengan

memberikan peringatan, pemberhentian secara sepihak, dan

mewajibkan agen untuk mengganti kerugian atas kesalahannya

tersebut.

Begitupula dengan Asuransi Jiwa PT. Generali

Indonesia, seringkali terjadi kasus ketika ada pihak tertanggung

ingin meminta pembayaran klaim tidak mendapatkan ganti rugi

yang diajukannya kepada pihak penanggung. Hal ini

Page 18: PELAKSANAAN PRINSIP ITIKAD BAIK DALAM PERJANJIAN …eprints.ums.ac.id/67308/1/NASKAH PUBLIKASI fixxxxx.pdf · Kehidupan serta kegiatan manusia, pada hakikatnya mengandung berbagai

14

dikarenakan ketika calon tertanggung masih ragu untuk

mengadakan perjanjian asuransi, agen asuransi mempengaruhi

untuk mau mengadakan perjanjian asuransi tersebut dengan

mengiming-imingi produk yang ditawarkan beserta luas

jaminan yang didapat secara tidak lengkap untuk memperoleh

nasabah yang banyak dan pemasukan premi yang banyak,

sehingga dapat memikat calon tertanggung untuk mengadakan

perjanjian asuransi. Sehingga mau tidak mau agen asuransi

lapangan harus membayar ganti rugi atas perilakunya tersebut.

Apabila dalam hal ini pihak tertanggung maupun pihak

penanggung terdapat perselisihan seperti yang disebutkan

diatas maka dapat menyelesaikan dengan cara musyawarah

untuk mencapai mufakat, dan jika tidak dapat tercapai

musyawarah tersebut maka penyelesaian itu melalui BMAI

(Badan Mediasi Asuransi Indonesia) atau Pengadilan Negeri

dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

4. PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Pertama, Pelaksanaan Prinsip Itikad Baik dalam Perjanjian Asuransi

Jiwa pada AJB Bumiputera 1912 dan PT Asuransi Jiwa Generali

Indonesia pelaksanaan prinsip itikad baik dimulainya dari Pengisian

Identitas dalam SPAJ, dimana pihak tertanggung harus mengisi

formulir SPAJ dengan memberi keterangan yang jujur dan benar

sesuai keadaaannya. Serta pihak penanggung harus juga

menyampaikan informasi secara jelas dan lengkap mengenai isi dalam

polis asuransi jiwa.Hal ini adalah termasuk dalam itikad baik

Prakontrak yaitu kewajiban kedua belah pihak untuk menyampaikan

fakta-fakta yang ada.Dan sedangkan dalam pelaksanaan itikad baik

pada pelaksanaan kontrak perjanjian asuransi yaitu adanya pembayaran

premi, permintaan klaim serta penutupan polis.

Page 19: PELAKSANAAN PRINSIP ITIKAD BAIK DALAM PERJANJIAN …eprints.ums.ac.id/67308/1/NASKAH PUBLIKASI fixxxxx.pdf · Kehidupan serta kegiatan manusia, pada hakikatnya mengandung berbagai

15

Pelaksanaan prinsip itikad baik dalam AJB Bumiputera 1912

dan PT Asuransi Jiwa Generali Indonesia telah sesuai dengan Pasal

1338 ayat (3) KUHPerdata dan Pasal 251 KUHD. Akan tetapi pada PT

Asuransi Jiwa pelaksanaanya tidak mutlak, karena terdapat

pengecualian yang terdapat dalam Ketentuan Umum Polis PT Asuransi

Jiwa Generali Indonesia Pasal 2 ayat (4) dimana apabila terdapat

kesalahan dalam menyatakan usia, jenis kelamin, status merokok/tidak

merokok, polis dapat dilanjutkan dengan mengadakan

pembetulan/penyesuaian menurut keadaan sebenarnya sejak

berlakunya polis.

Kedua, Penyelesaian Hukum Apabila Para Pihak Tidak

Melaksanakan Itikad Baik dalam Perjanjian Asuransi Jiwapada AJB

Bumiputera 1912 dan PT Asuransi Jiwa Generali Indonesia telah

sesuai dengan norma hukum, yaitu Kitab Undang-Undang Hukum

Dagang (KUHD) Pasal 251 yang bahwasannya apabila tidak adanya

prinsip itikad baik, maka perjanjian asuransi tersebut menjadi batal

dengan sendirinya, dan demikian pula Pasal 276 yang juga memuat

ketentuan prinsip itikad baik mengenai ganti kerugian, dimana apabila

kerugian disebabkan oleh tertanggung maka penanggung tidak

diwajibkan untuk memberikan ganti kerugian.

Sedangkan penyelesaian hukum apabila agen asuransi lapngan

tidak melaksanakan prinsip itikad baik dalam AJB Bumiputera 1912

yaitu penyelesaiannya melalui tindakan administrative, yaitu berupa

teguran. Dalam hal ini dilakukan dengan pemanggilan terhadap agen

yang tidak jujur dengan memberikan peringatan, pemberhentian secara

sepihak, dan mewajibkan agen untuk mengganti kerugian atas

kesalahannya tersebut.Sedangkan pada PT Asuransi Jiwa Generali

Indonesia penyelesaiannya melalui Musyawarah untuk mufakat dan

apabila tidak tercapainya musyawarah untuk mufakat maka melalui

BMAI (Badan Mediasi Asuransi Indonesia) atau Pengadilan Negeri

dalam wilayah Negara Republik Indonesia.

Page 20: PELAKSANAAN PRINSIP ITIKAD BAIK DALAM PERJANJIAN …eprints.ums.ac.id/67308/1/NASKAH PUBLIKASI fixxxxx.pdf · Kehidupan serta kegiatan manusia, pada hakikatnya mengandung berbagai

16

4.2 Saran

Pertama, untuk pihak penanggung, dalam penyampaian informasi

harus secara jelas mengenai pentingnya seorang calon tertanggung atau

pemegang polis untuk memberikan fakta atau informasi secara lengkap

dan jujur, terutama dalam hal informasi kesehatan calon

tertanggung.Karena hal tersebut menyangkut tentang adanya klaim

asuransi akibat peristiwa yang dipertanggungkan tiba-tiba terjadi

sebelum perjanjian asuransi dibuat.Dan dalam hal penyampaian

informasi dari penanggung kepada calon tertanggung harus secara jelas

mengenai isi polis terutama dalam hal pelaksanaan itikad baik dalam

perjanjian asuransi jiwa.

Kedua, untuk pihak tertanggung, dalam penyampaian suatu

fakta sebaiknya calon tertanggung atau pemegang polis

menyampaikannya secara jujur dan lengkap kepada penanggung,

karena hal ini penanggung kemungkinan dapat menerima pengalihan

risiko tertanggung dengan suatu syarat-syarat tertentu.Hal ini

dikarenakan untuk mengantisipasi terjadinya persoalan hukum

dikemudian hari.

DAFTAR PUSTAKA

Hartono, Sri Rejeki, 1992, Hukum Asuransi dan Perusahaan Asuransi, Jakarta:

Sinar Grafika

Muthohari, Nisrina, 2012, Panduan Praktis Membeli & Menjual Asuransi,

Yogyakarta: Buku Pintar

Poedjosoebroto, Santoso, 1969, Beberapa Aspek Tentang Pertanggungan Jiwa di

Indonesia, Jakarta, Bharata

Purwosutjipto, H.M.N, 1996, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia:

Hukum Pertanggungan, Jakarta, Djambatan

Subekti, 2001, Pokok-Pokok Hukum Perdata, Jakarta: PT.Intermasa

Page 21: PELAKSANAAN PRINSIP ITIKAD BAIK DALAM PERJANJIAN …eprints.ums.ac.id/67308/1/NASKAH PUBLIKASI fixxxxx.pdf · Kehidupan serta kegiatan manusia, pada hakikatnya mengandung berbagai

17

Peraturan Perundang-Undangan

Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD)

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata)

Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 Tentang Perasuransia