iii - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah...

97

Transcript of iii - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah...

Page 1: iii - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32810/1/UMMI... · UIN Syarif Hidayatullah Jakarta HALAMAN PERNYATAAN
Page 2: iii - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32810/1/UMMI... · UIN Syarif Hidayatullah Jakarta HALAMAN PERNYATAAN

iii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri,

dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk

telah saya nyatakan dengan benar.

Nama : Ummi Habibah

NIM : 1112102000055

Tanda Tangan :

Tanggal : Juli 2016

Page 3: iii - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32810/1/UMMI... · UIN Syarif Hidayatullah Jakarta HALAMAN PERNYATAAN
Page 4: iii - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32810/1/UMMI... · UIN Syarif Hidayatullah Jakarta HALAMAN PERNYATAAN
Page 5: iii - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32810/1/UMMI... · UIN Syarif Hidayatullah Jakarta HALAMAN PERNYATAAN

vi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

ABSTRAK

Nama : Ummi Habibah

Program Studi : Farmasi

Judul : Analisis Cemaran Bakteri Coliform dan Identifikasi

Escherichia coli pada Air Minum Isi Ulang (AMIU) Depot di

Kelurahan Pondok Cabe Ilir Kota Tangerang Selatan Tahun

2016

Air minum merupakan kebutuhan pokok bagi manusia, akan tetapi

ketersediaan air bersih kini sulit didapatkan, oleh karena itu masyarakat beralih

mengonsumsi Air Minum Isi Ulang (AMIU). Tujuan dari penelitian ini yaitu

untuk mengetahui kualitas mikrobiologi Air Minum Isi Ulang (AMIU) yang

diperoleh dari depot di Kelurahan Pondok Cabe Ilir. Sampel tersebut dianalisis

kualitas mikrobiologinya berdasarkan Permenkes RI No.

492/Menkes/Per/IV/2010. Kualitas mikrobiologi ini terdiri dari total Coliform dan

Escherichia coli, Air Minum Isi Ulang tidak diperbolehkan mengandung aspek

tersebut lebih dari 0/100 mL. Metode yang digunakan untuk mengetahui total

Coliform pada sampel yaitu metode Angka Paling Mungkin (APM) yang

dilakukan berdasarkan SNI 01-2897-1992 dan identifikasi Escherichia coli

menggunakan uji IMViC, uji Triple Sugar Iron, uji produksi H2S, dan uji

motilitas. Satu dari 5 sampel mengandung bakteri Coliform dengan nilai 4

Coliform/mL sampel dan 1 dari 5 sampel mengandung bakteri Escherichia coli.

Kesimpulan dari penelitian ini yaitu 1 dari 5 sampel mengandung Colifrom dan

Escherichia coli melebihi batas yang dipersyaratkan Permenkes RI No.

492/Menkes/Per/IV/2010.

Kata Kunci : E.coli, Coliform, Air Minum Isi Ulang, Angka Paling Mungkin

(APM)

Page 6: iii - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32810/1/UMMI... · UIN Syarif Hidayatullah Jakarta HALAMAN PERNYATAAN

vii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

ABSTRACT

Name : Ummi Habibah

Program Study : Pharmacy

Title : Analysis of Coliform Bacteria Contamination and

Identification of Escherichia coli in Refilled Drinking Water

(AMIU) Stations in Pondok Cabe Ilir South Tangerang City

2016

Water is basic necessity for human life, but nowadays clean water is

getting hard to get, so people prefer to consume refilled drinking water. The aim

of this study is to investigate the microbial quality of refilled drinking water from

stations in Pondok Cabe Ilir based on Permenkes RI No.

492/Menkes/Per/IV/2010. The microbial quality consist of total Coliform and

Escherichia coli. Refilled drinking water is not allowed to contain both of these

aspects more than 0/100 mL. Method that use to determined total Coliform based

on SNI 01-2897-1992 is Most Probable Number (MPN) method and IMViC test,

Triple Sugar Iron test, H2S production test, and motility test for Escherichia coli

identification. One of 5 samples was contains Coliform bacteria (4 Coliform/mL)

and 1 of 5 samples contains Escherichia coli. The conclusion is one of five

samples of refilled drinking water contains Coliform bacteria above the limit

number according to Permenkes RI No. 492/Menkes/Per/IV/2010.

Keywords : E.coli, Coliform, refilled drinking water, Most Probable

Number (MPN)

Page 7: iii - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32810/1/UMMI... · UIN Syarif Hidayatullah Jakarta HALAMAN PERNYATAAN

viii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas

berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini

dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Farmasi pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Saya menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari

masa perkuliahan hingga pada penyusunan skripsi ini, sangatlah sulit bagi penulis

untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih

kepada:

1. Puteri Amelia M.Farm., Apt selaku pembimbing pertama dan Ofa Suzanti

Betha M.Si., Apt selaku pembimbing kedua yang telah memberikan ilmu,

waktu, tenaga, nasihat, serta arahan sejak proposal skripsi, penelitian

hingga penulisan skripsi. Semoga segala bantuan dan bimbingan ibu

mendapat imbalan dari Nya, Aamiin

2. Dr. H. Arif Sumantri, SKM., M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta

3. Dr. Nurmeilis M.Si., Apt selaku Ketua Program Studi Farmasi dan Ibu

Nelly Suryani, PhD., Apt selaku Sekretaris Program Studi Farmasi

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta

4. Supandi, M.Si., Apt selaku Dosen Penasihat Akademik

5. Bapak dan Ibu staf pengajar dan karyawan yang telah memberikan

bimbingan dan bantuan selama penulis menempuh pendidikan di Program

Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

6. Teman-teman program Studi Farmasi angkatan 2012 terutama kelas AC

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta

Page 8: iii - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32810/1/UMMI... · UIN Syarif Hidayatullah Jakarta HALAMAN PERNYATAAN

ix UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

7. Nur Aeni Hidayah, MMSI selaku kepala PLT UIN Jakarta yang telah

memberikan izin penelitian dan Chris Adhiyanto, M.Biomed., Ph.D selaku

kepala STP labotarorium Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

8. Laboran Laboratorium Mikrobiologi PLT UIN, mbak Puji, kak Amal,

mbak Festy yang bersedia dengan senang hati membantu penulis pada

masa penelitian

9. Kepada pemilik usaha dan karyawan Depot Air Minum Isi Ulang yang

telah memberikan izin penelitian dan membantu penulis dalam

menyelesaikan tugasnya

10. Kedua orang tua tercinta, Ayahanda Suroso, S.Pd, ibunda Tri Murdani

yang telah memberikan dukungan baik moril maupun materil

11. Adik tercinta, Ahmad Nurodin yang telah memberikan semangat

12. Thomas Alfa yang selalu menemani penulis sejak penulisan proposal

hingga skripsi

13. Sahabat tersayang Addina, Fika, dan Santi serta Laila partner Coliform

yang telah memberikan semangat dan selalu membantu penulis sejak

proposal hingga skripsi

14. Sahabat SMA yang berkuliah di berbagai Universitas namun tetap

memberikan semangatnya, Fitri, Nur, Mia, Dede, Rinta, Ratna, Sita, Ninis,

Anna.

15. Semua pihak yang telah membantu penulis selama proposal, penelitian,

hingga penulisan skripsi yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Semoga semua bantuan yang telah diberikan mendapatkan balasan dari Allah

SWT. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi

ini, oleh karenanya kritik dan saran sangat diharapkan demi perbaikan skripsi ini.

Semoga skripsi ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan.

Ciputat, Juli 2016

Penulis

Page 9: iii - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32810/1/UMMI... · UIN Syarif Hidayatullah Jakarta HALAMAN PERNYATAAN

x UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta, saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Ummi Habibah

NIM : 1112102000055

Program Studi : Farmasi

Fakultas : Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Jenis karya : Skripsi

demi perkembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui skripsi/karya ilmiah saya,

dengan judul :

Analisis Cemaran Bakteri Coliform dan Identifikasi Escherichia coli pada

Air Minum Isi Ulang (AMIU) Depot di Kelurahan Pondok Cabe Ilir Kota

Tangerang Selatan Tahun 2016

untuk dipublikasikan atau ditampilkan di internet atau media lain yaitu Digital

Library Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

untuk kepentingan akademik sebatas sesuai dengan Undang-Undang Hak Cipta.

Demikian pernyataan persetujuan publikasi karya ilmiah ini saya buat dengan

sebenarnya.

Dibuat di : Jakarta

Pada Tanggal : Juli 2016

Yang menyatakan,

(Ummi Habibah)

Page 10: iii - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32810/1/UMMI... · UIN Syarif Hidayatullah Jakarta HALAMAN PERNYATAAN

xi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS .............................................. III

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ERROR! BOOKMARK NOT

DEFINED.

HALAMAN PENGESAHAN...............................................................................V

ABSTRAK ............................................................................................................. V

ABSTRACT ........................................................................................................ VII

KATA PENGANTAR ...................................................................................... VIII

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI.......................... X

DAFTAR ISI........................................................................................................XI

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ................................................................................................. 1

1.2. Rumusan Masalah ............................................................................................ 2

1.3. Tujuan Penelitian ............................................................................................. 3

1.4. Manfaat Penelitian ........................................................................................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1.1.Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU) ............................................................. 4

1.1.1. Syarat Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU) .............................................. 4

1.1.2. Definisi Air Minum Isi Ulang (AMIU) ......................................................... 4

1.1.3. Syarat Air Minum Isi Ulang (AMIU) ............................................................ 5

1.2. Bakteri Coliform .............................................................................................. 5

1.3. Escherichia coli ............................................................................................... 7

1.4. Media Pertumbuhan ......................................................................................... 8

1.4.1. Media Lactose Broth (LB) ............................................................................. 9

1.4.2. Media Brilliant Green Lactose Bile Broth 2% (BGLB 2%) ......................... 9

1.4.3. Media Escherichia coli Broth (E.C Broth) .................................................... 9

1.4.4. Media Eosin Methylene Blue Agar (EMBA) ............................................... 10

1.4.5. Media Nutrient Agar (NA) .......................................................................... 10

1.4.6. Media Sulfide-Indole-Motility (SIM) ........................................................... 10

1.4.7. Media Methyl Red-Voges Proskauer (MR-VP) ........................................... 11

1.4.8. Media Simon Sitrat ...................................................................................... 11

1.4.9. Media Triple Sugar Iron Agar (TSIA) ........................................................ 11

1.5. Analisis Mikrobiologi Air .............................................................................. 12

1.5.1. Metode Angka Paling Mungkin (APM) ...................................................... 12

1.5.1.1.Uji Sangkaan ............................................................................................. 13

1.5.1.2.Uji Penegasan (Confirmed Test) ............................................................... 13

1.5.2. Identifikasi Bakteri Escherichia coli ........................................................... 14

BAB III METODE PENELITIAN

2.1.Waktu dan Tempat Penelitian ......................................................................... 20

Page 11: iii - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32810/1/UMMI... · UIN Syarif Hidayatullah Jakarta HALAMAN PERNYATAAN

xii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.2. Alat dan Bahan ............................................................................................... 20

2.2.1. Alat .............................................................................................................. 20

2.2.2. Bahan ........................................................................................................... 20

2.3. Prosedur Kerja ............................................................................................... 20

2.3.1. Pengambilan Sampel ................................................................................... 20

2.3.2. Metode Sangkaan (SNI 01-2897-1992) ....................................................... 21

2.3.3. Uji Penegesan (Confirmed Test) (SNI 01-2897-1992) ................................ 21

2.3.4. Identifikasi Bakteri Escherichia coli (SNI 01-2897-1992) ......................... 21

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengumpulan Sampel Dan Pengamatan Depot Air Minum Isi Ulang ........... 24

4.2. Hasil Uji Sangkaan ........................................................................................ 30

4.3. Hasil Uji Penegasan ....................................................................................... 32

4.4. Hasil Uji Identifikasi Escherichia coli ........................................................... 36

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan......................................................................................................51

5.2 Saran................................................................................................................51

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 52

LAMPIRAN ......................................................................................................... 59

Page 12: iii - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32810/1/UMMI... · UIN Syarif Hidayatullah Jakarta HALAMAN PERNYATAAN

xiii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Escherichia coli.............................................................................

Gambar 2.2 Metode MPN/ APM......................................................................

Gambar 2.3 Metode Streak plate......................................................................

Gambar 2.4 Koloni Escherichia coli pada media EMBA................................

Gambar 4.1 Peta lokasi sampling air minum isi ulang.....................................

Gambar 4.2 Hasil uji penegasan.......................................................................

Gambar 4.3 Hasil uji identifikasi pada media E.C broth.................................

Gambar 4.4 Hasil uji identifikasi pada media Eosin Methylene Blue Agar.....

Gambar 4.5 Hasil pewarnaan Gram ................................................................

Gambar 4.6 Hasil uji indol...............................................................................

Gambar 4.7 Reaksi oksidasi triptofan..............................................................

Gambar 4.8 Hasil uji merah metil.....................................................................

Gambar 4.9 Hasil uji voges proskauer............................................................

Gambar 4.10 Hasil uji sitrat..............................................................................

Gambar 4.11 Hasil uji TSI................................................................................

Gambar 4.12Hasil uji produksi H2S.................................................................

9

13

15

16

24

33

37

37

38

40

40

41

42

43

44

46

Page 13: iii - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32810/1/UMMI... · UIN Syarif Hidayatullah Jakarta HALAMAN PERNYATAAN

xiv UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Distribusi genus coliform..............................................................

Tabel 2.2 Hasil Uji Triple Sugar Iron dan Interpretasinya ...........................

Tabel 3.1 Hasil Uji Positif Escherichia coli ..................................................

Tabel 4.1 Pengamatan DAMIU......................................................................

Tabel 4.2 Hasil uji sangkaan masa inkubasi 24 jam......................................

Tabel 4.3 Hasil uji sangkaan masa inkubasi 48 jam......................................

Tabel 4.4 Nilai APM/mL setiap sampel air minum isi ulang ........................

Tabel 4.5 Hasil Uji IMViC Sampel D2..........................................................

Tabel 4.6 Uji keseluruhan sampel.................................................................

7

20

24

25

30

31

33

39

47

Page 14: iii - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32810/1/UMMI... · UIN Syarif Hidayatullah Jakarta HALAMAN PERNYATAAN

xv UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Sertifikat analisis.......................................................................

Lampiran 2 Bagan alur penelitian..................................................................

Lampiran 3 Pembuatan media pertumbuhan..................................................

Lampiran 4 Bagan prosedur kerja uji sangkaan............................................

Lampiran 5 Bagan prosedur kerja uji penegasan...........................................

Lampiran 6 Bagan prosedur kerja uji identifikasi..........................................

Lampiran 7 Bagan pewarnaan Gram.............................................................

Lampiran 8 Bagan uji IMViC........................................................................

Lampiran 9 Bagan prosedur kerja uji TSI.......................................................

Lampiran 10 Tabel APM menggunakan 3 tabung..........................................

Lampiran 11 Hasil uji sangkaan...................................................................

Lampiran 12 Persyaratan kualitas air minum..................................................

59

61

64

65

66

68

69

70

71

72

73

74

Page 15: iii - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32810/1/UMMI... · UIN Syarif Hidayatullah Jakarta HALAMAN PERNYATAAN

1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Air merupakan kebutuhan pokok bagi manusia. Permintaan air

dipengaruhi oleh pertumbuhan populasi, urbanisasi, peraturan jaminan makanan,

dan proses ekonomi seperti perdagangan global dan perubahan pola konsumsi

(UNESCO, 2015). Menurut Permendagri standar kebutuhan pokok air minum

Nomor 23 Tahun 2006 yaitu sebanyak 10 m3 per kepala keluarga per bulan atau

60 L per orang per hari. Hal ini menunjukkan bahwa semakin banyak jumlah

penduduk maka semakin besar permintaan terhadap air.

Air harus mampu tersedia dalam jumlah yang cukup dan aman untuk

semua penduduk. Akan tetapi pada kenyataannya, menurut WHO tahun 2000,

sebanyak 2,5 milyar penduduk dunia tidak memiliki akses untuk memperoleh

sanitasi. Sanitasi, perilaku kebersihan yang buruk dan air minum yang tidak aman

mengakibatkan 88% kematian pada anak-anak karena diare di seluruh dunia.

Lebih dari 1,5 juta anak-anak meninggal setiap tahunnya dikarenakan diare

Kematian yang disebabkan karena penyakit yang ditimbulkan karena air yaitu

lebih dari 5 juta orang per tahun dan 5%-nya merupakan infeksi mikroba saluran

pencernaan (WHO, 2000). Sedangkan di Indonesia, diare menjadi penyebab 31%

kematian anak usia 1 bulan hingga 1 tahun dan 25% kematian pada anak usia 1

hingga 4 tahun (Kemenkes RI, 2008) dan lima provinsi dengan angka insiden

diare tertinggi salah satunya yaitu Banten sebesar 8,0% (Kemenkes RI, 2013).

Menurut data 10 kasus penyakit terbanyak pasien rawat inap di RSU Kota

Tangerang Selatan, diare menempati peringkat 9 dengan jumlah kasus 92 (BPS

Kota Tangerang Selatan, 2015).

Pada umumnya, risiko terbesar mikroba yang berhubungan dengan

konsumsi air yaitu kontaminasi dengan feses manusia ataupun hewan. Mikroba

yang menyebabkan diare merupakan masalah kesehatan yang besar di negara

berkembang. Masalah ini biasa terjadi pada daerah dengan tingkat kepadatan

penduduk yang tinggi. Banyak rumah yang sumber air bersihnya hanya

Page 16: iii - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32810/1/UMMI... · UIN Syarif Hidayatullah Jakarta HALAMAN PERNYATAAN

2

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

memiliki jarak 10 m dari septik tank. Apabila septik tank jarang disedot maka

kotoran akan merembes ke tanah dan air tanah di sekitarnya.

Depot air minum isi ulang telah banyak beredar di Kota Tangerang Selatan

yaitu sebanyak 283 unit di tahun 2012 akan tetapi hadirnya depot kurang

diimbangi dengan perizinan, pembinaan, pengawasan, dan peredarannya yang

kemudian menyebabkan rendahnya jaminan kualitas air minum karena dapat

terjadi kontaminasi mikroba patogen akibat penanganan dan pengolahan yang

kurang baik (Dinkes Kota Tangerang Selatan, 2013; Mirza, 2014; Radji et al.,

2008). Hal ini terbukti pada bulan Juli 2013 telah dilaporkan bahwa sekitar 40%

dari depot air minum isi ulang yang berada di wilayah Jabodetabek tercemar

bakteri (Tempo.com, 2013). Kasus lain di tahun 2014 terjadi di Desa Durian,

Kabupaten Serdang dimana 4 orang tewas dan 100 warga lainnya mengalami

muntah dan diare akibat mengonsumsi air minum isi ulang yang diduga tercemar

Escherichia coli (Tempo.co.id, 2015).

Penelitian sebelumnya telah dilakukan dengan menganalisis cemaran

Coliform dan Escherichia coli pada air isi ulang depot di Manado dan hasilnya

menunjukkan bahwa air minum isi ulang tersebut tidak memenuhi syarat karena

positif mengandung Coliform dan beberapa sampel mengandung E.coli

(Bambang, Adrian G et al. 2014). Selain itu, penelitian serupa juga dilakukan

dengan menganalisis bakteri Coliform (fekal dan non fekal) sebagai indikator

sungai Gajah Wong di Daerah Istimewa Yogyakarta dan hasilnya ditemukan

bakteri Coliform salah satunya yaitu Escherichia coli yang terdapat di daerah

hulu, tengah, dan hilir sungai (Aqielatunnisa’, 2015).

Dari uraian diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan analisis cemaran

Coliform dan Escherichia coli pada Air Isi Ulang (AMIU) depot di Kelurahan

Pondok Cabe Ilir, Kecamatan Pamulang, Kota Tangerang Selatan.

1.2. Rumusan Masalah

Apakah Air Minum Isi Ulang (AMIU) depot yang dijual di Kelurahan

Pondok Cabe Ilir Kota Tangerang Selatan tahun 2016 tercemar bakteri Coliform

dan Escherichia coli?

Page 17: iii - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32810/1/UMMI... · UIN Syarif Hidayatullah Jakarta HALAMAN PERNYATAAN

3

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

1.3. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui cemaran bakteri Coliform dan Escherichia coli pada Air

Minum Isi Ulang Depot di Kelurahan Pondok Cabe Ilir Kota Tangerang Selatan

Tahun 2016.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan evaluasi bagi pengusaha depot Air Minum Isi Ulang

(AMIU) dan bagi Dinas Kesehatan setempat

2. Mendorong Dinas Kesehatan agar tegas mewajibkan sertifikasi pada

depot Air Minum Isi Ulang (AMIU) agar air minum yang dijual layak

untuk dikonsumsi

Page 18: iii - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32810/1/UMMI... · UIN Syarif Hidayatullah Jakarta HALAMAN PERNYATAAN

4 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.1. Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU)

Menurut Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik

Indonesia Nomor 651/MPP/Kep/10/2004, depot air minum merupakan suatu

usaha industri yang melakukan proses pengolahan air baku menjadi air minum

dan menjualnya secara langsung kepada masyarakat (Merindag, 2004).

1.1.1. Syarat Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU)

Menurut Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik

Indonesia Nomor 651/MPP/Kep/10/2004 tentang persyaratan teknis depot air

minum dan perdagangannya depot air minum isi ulang memiliki syarat sebagai

berikut (Indirawati, 2009):

1. Memiliki ruang proses pengolahan, ruang tempat penyimpanan, ruang tempat

pembagian/tempat penyediaan, dan ruang tunggu pengunjung;

2. Lantai dan dinding bangunan depot harus terbuat dari bahan kedap air,

permukaan rata, halus tapi tidak licin, tidak menyerap debu, mudah

dibersihkan, bersih dan tidak berdebu, dan untuk dinding bangunan harus

terang dan cerah serta tidak ada pakaian tergantung;

3. Atap bangunan menutup seluruh bangunan depot, bahan atap tahan terhadap air

dan tidak bocor, konstruksi atap dan langit-langit dibuat anti tikus, bahan atap

harus kuat, tahan lama dan mudah dibersihkan serta tidak menyerap debu;

4. Tinggi ruangan minimal 3 meter dari lantai, mempunyai ventilasi udara, dan

mengatur posisi ventilasi udara;

5. Proses pencucian dan desinfeksi botol disediakan oleh pengusaha DAMIU.

Setiap wadah yang telah diisi ditutup dengan penutup wadah yang steril.

1.1.2. Definisi Air Minum Isi Ulang (AMIU)

Air minum isi ulang adalah air baku yang telah mengalami proses

pengolahan dan pembersihan kandungan airnya dari mikroorganisme patogen

sehingga air minum yang dihasilkan tidak perlu dimasak dan dapat langsung

diminum (Deperindag dalam Prihatini, 2012). Sumber air baku yang dipakai depot

Page 19: iii - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32810/1/UMMI... · UIN Syarif Hidayatullah Jakarta HALAMAN PERNYATAAN

5

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

air minum isi ulang yaitu air permukaan, air sumur dalam, mata air, dan air dari

Perusahaan Daerah Air Minum/ PDAM (BPOM, 2003).

1.1.3. Syarat Air Minum Isi Ulang (AMIU)

Pengawasan kualitas air minum menurut Permenkes RI No.

736/Menkes/Per/IV/2010 yaitu:

a. Inspeksi sanitasi dilakukan dengan cara pengamatan dan penilaian kualitas

fisik air minum dan faktor risikonya;

b. Pengambilan sampel air minum dilakukan berdasarkan hasil inspeksi sanitasi;

c. Pengujian kualitas air minum dilakukan di laboratorium terakreditasi;

d. Analisis hasil pengujian laboratorium;

e. Rekomendasi untuk pelaksanaan tindak lanjut;

f. Pemantauan pelaksanaan tindak lanjut.

Syarat yang harus dipenuhi oleh air minum isi ulang harus sesuai dengan

Permenkes RI No.492/Menkes/Per/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air

Minum. Parameter yang dipersyaratkan terdiri dari 2 parameter, parameter wajib

dan tambahan. Pada parameter wajib tercantum parameter yang berhubungan

langsung dengan kesehatan yang didalamnya terdapat syarat parameter

mikrobiologi yaitu Escherichia coli dan total bakteri Coliform dengan kadar

maksimum yang diperbolehkan yaitu 0/100 mL sampel (Menkes, 2010). Menurut

Farmakope Indonesia IV, bakteri yang perlu dilakukan uji batas mikroba yaitu

Staphylococcus aureus, Pseudomonas aeruginosa, Salmonella sp, dan

Escherichia coli (Depkes RI, 2010).

1.2. Bakteri Coliform

Bakteri Coliform merupakan mikroorganisme yang bersifat patogen

terhadap manusia dan tumbuh pada saluran pencernaan. Bakteri Coliform

ditransmisi melalui air sebagai hasil dari polusi feses manusia atau pun hewan.

Total Coliform, fekal Coliform dan fekal streptococcus merupakan bakteri

indikator polusi (Lin, 1974; Pepper dan Gerba, 2004).

Page 20: iii - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32810/1/UMMI... · UIN Syarif Hidayatullah Jakarta HALAMAN PERNYATAAN

6

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Bakteri indikator polusi fekal harus memenuhi kriteria sebagai berikut

(Cabral, 2010):

1. Terdapat pada saluran pencernaan manusia dan feses dalam jumlah yang

banyak;

2. Tidak patogenik terhadap manusia;

3. Dapat dideteksi dengan mudah, murah, dan dapat dipercaya;

4. Bakteri indikator harus ada dalam jumlah yang besar daripada bakteri patogen;

5. Bakteri indikator sebaiknya memiliki perilaku die-off seperti bakteri patogen

Bakteri Coliform dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu Coliform fekal seperti

Escherichia coli dan Coliform non fekal seperti Enterobacter aerogenes

(Widyanti dan Ristiati, 2004). Coliform fekal terdapat pada feses manusia dan

hewan berdarah panas dalam jumlah yang besar (Stevens, 2003) sedangkan

Coliform non fekal ditemukan pada hewan atau tumbuhan yang telah mati

(Ferdiaz, 1993 dalam Widyanti dan Ristiati, 2004). Ketiadaan Coliform secara

umum dapat dikatakan bahwa air minum tersebut aman dari bakteri patogen,

seperti Vibrio cholerae, S.typhi, dan Salmonella. Oleh karena itu, Coliform

dijadikan sebagai bakteri indikator kualitas air (Lund, et al., 2000).

Kontaminasi Coliform dapat disebabkan karena pencemaran pada air baku,

jenis peralatan yang digunakan, sanitasi prosedur produksi (GMP) yang buruk,

kurangnya pengetahuan tentang higienitas dan sanitasi, hilangnya pelindung

wadah bersegel sehingga terjadi kontaminasi setelah air minum diproduksi,

lamanya waktu penyimpanan air dalam tempat penampungan, adanya kontaminasi

selama memasukkan air ke dalam tangki pengangkutan, tempat penampungan

kurang bersih, kontaminasi dari galon yang tidak disterilisasi, dan tidak

dilakukannya uji secara berkala untuk memeriksakan kelayakan produksi air

minum isi ulang (Indirawati, 2009; Lund, et al., 2000; Natalia et al., 2014).

Anggota kelompok Coliform memiliki ciri sebagai berikut:

1. Aerob dan anaerob fakultatif, Gram negatif, tidak membentuk spora, berbentuk

batang yang memfermentasi laktosa dengan pembentukan gas dan asam setelah

48 jam pada suhu 35ºC atau

Page 21: iii - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32810/1/UMMI... · UIN Syarif Hidayatullah Jakarta HALAMAN PERNYATAAN

7

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Aerob dan anaerob fakultatif, Gram negatif, tidak membentuk spora, berbentuk

batang yang berkembang membentuk koloni berwarna merah dengan kilap

seperti logam setelah 24 jam pada suhu 35ºC dalam medium yang mengandung

laktosa (Rompre, et al., 2002).

Tabel 2.1 Distribusi genus Coliform pada feses hewan dan manusia

Sampel

% Total Coliform

Referensi Escherichia

coli Klebsiella spp.

Enterobacter/

Citrobacter spp

Feses

manusia

96,8 1,5 1,7 Dofour (1977)

94,1 5,9 Allen and Edberg

(1995)

Feses

hewan

94 2 4 Dofour (1977)

92,6 7,4 Allen and Edberg

(1995)

Sumber: Review of Coliforms as Microbial Indicators of Drinking Water Quality

Genus yang paling umum menjadi perhatian di dalam kelompok Coliform

yaitu Enterobacter, Klebsiella, Citrobacter, dan Escherichia terutama Escherichia

coli, Hafnia alvei, Buttiauxella, Leclercia, Pantoea, Serratia, Yersinia (Stevens.

2003).

1.3. Escherichia coli

Taksonomi (Migula, 1985 dalam itis)

Kingdom : Bacteria

Subkingdom : Negibacteria

Divisi : Proteobacteria

Kelas : Gammaproteobacteria

Ordo : Enterobacteriales

Famili : Enterobacteriaceae

Genus : Escherichia

Spesies : Escherichia coli

Page 22: iii - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32810/1/UMMI... · UIN Syarif Hidayatullah Jakarta HALAMAN PERNYATAAN

8

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Escherichia coli merupakan bakteri Gram negatif, berbentuk batang,

berukuran 1 hingga 3 mikron namun umumnya berukuran 0,5 mikron, tidak

membentuk spora, kebanyakan bersifat motil dengan menggunakan flagela akan

tetapi ada pula yang tidak motil, ada yang mempunyai kapsul tetapi biasanya tidak

berkapsul, memfermentasi glukosa dan laktosa dengan memproduksi asam dan

gas dalam waktu 48 jam, tidak mampu memanfaatkan asam urat sebagai sumber

nitrogen, tidak memanfaatkan asam sitrat dan garam asam sitrat sebagai sumber

karbon, ada beberapa strain yang menghasilkan H2S, dan tidak memproduksi

asetilmetilkarbinol (Breed et al., 1957; Pelczar dan Chan, 2005)

Transmisi melalui rute fekal oral dimana makanan atau air terkontaminasi.

Escherichia coli adalah bakteri kolon manusia yang merupakan flora normal.

Akan tetapi, serotype patogen dapat menginduksi diare dengan berbagai cara,

seperti Enterotoxigenic Escherichia coli (ETEC) yang dapat menyebabkan

penyakit traveler’s diarrhea dan Enteropathogenic Escherichia coli (EPEC) yang

berperan dalam penyakit diare pada bayi. Escherichia coli merupakan bakteri

penyebab infeksi saluran kemih paling umum dan sekitar 90% infeksi saluran

kemih pertama pada wanita muda (Pommerville, 2010; Jawetz, 2013).

Gambar 2.1 Escherichia coli perbesaran 1000x

Sumber: Dokumen pribadi

1.4. Media Pertumbuhan

Media pertumbuhan adalah suatu campuran yang terdiri dari zat makanan

atau nutrisi yang dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk tumbuh dan

Page 23: iii - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32810/1/UMMI... · UIN Syarif Hidayatullah Jakarta HALAMAN PERNYATAAN

9

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

berkembangbiak (Hidayat dan Sutarma, 1999). Zat-zat makanan atau nutrisi yang

dibutuhkan untuk tumbuh dibedakan menjadi 2 macam, yaitu makroelemen dan

mikroelemen.

Makroelemen merupakan nutrisi yang dibutuhkan oleh mikroorganisme

dalam jumlah yang besar, seperti karbon (C), hidrogen (H), oksigen (O), nitrogen

(N), sulfur (S), fosfor (P) yang diperlukan untuk membentuk karbohidrat, lemak,

protein, dan asam nukleat, kalium (K), magnesium (Mg), kalsium (Ca) berperan

sebagai kation dalam sel dan besi (Fe). Mikroelemen merupakan nutrisi yang

dibutuhkan dalam jumlah kecil, seperti mangan (Mn), zinc (Zn), kobalt (Co),

molibdenum (Mo), nikel (Ni), dan tembaga (Cu) (Pratiwi, 2008).

1.4.1. Media Lactose Broth (LB)

Media Lactose Broth (LB) merupakan medium yang direkomendasikan

untuk digunakan dalam prosedur kualitatif dalam mendeteksi Coliform pada air,

makanan, dan produk susu. Komposisi media Lactose Broth yaitu bubuk Lab-

Lemco, pepton, dan laktosa dengan pH akhir 6,9 ± 0,2 pada suhu 25ºC (Oxoid,

2015).

1.4.2. Media Brilliant Green Lactose Bile Broth 2% (BGLB 2%)

Media Brilliant Green Lactose Bile Broth 2% (BGLB 2%) merupakan

media selektif untuk mendapatkan bakteri dari kelompok coli-aerogenes.

Komposisi media Brilliant Green Lactose Bile Broth 2% (BGLB 2%) yaitu

pepton, laktosa, empedu, dan brilliant green. Media ini mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Gram positif karena adanya empedu dan brilliant green.

Laktosa pada media ini akan difermentasi oleh bakeri kelompok coli-aerogenes

yang kemudian membentuk gas. Untuk mendeteksi adanya Escherichia coli,

media diinkubasi pada suhu 44±1ºC selama 48 jam (Oxoid, 2015).

1.4.3. Media Escherichia coli Broth (E.C Broth)

Media Escherichia coli Broth (E.C Broth) merupakan media yang

digunakan untuk mendeteksi bakteri Coliform ketika diinkubasi pada suhu 37ºC

dan Escherichia coli ketika diinkubasi pada suhu 44,5ºC-45,5ºC. Media ini terdiri

dari kaldu laktosa dengan penambahan 0,15% garam empedu. Laktosa dalam

Page 24: iii - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32810/1/UMMI... · UIN Syarif Hidayatullah Jakarta HALAMAN PERNYATAAN

10

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

media ini berfungsi sebagai sumber karbon, garam empedu berfungsi sebagai

agen selektif menghambat bakteri gram positif, terutama streptococcus fekal dan

basilus (Acumedia, 2015).

1.4.4. Media Eosin Methylene Blue Agar (EMBA)

Media Eosin Methylene Blue Agar (EMBA) merupakan media selektif

yang digunakan untuk mengisolasi bakteri Gram negatif yang berbentuk batang

pada beragam jenis spesimen. Komposisi media Eosin Methylene Blue Agar yaitu

pepton, laktosa, kalium hidrogen fosfat, eosin Y, methylene blue, dan agar dengan

pH akhir 6,8 ± 0,2 pada suhu 25ºC (Oxoid, 2015). Eosin Y dan methylene blue

menghambat pertumbuhan bakteri Gram positif dan dalam suasana asam juga

memproduksi kompleks ungu tua yang biasanya disertai dengan kilap logam

berawarna hijau. Kilap logam bewarna hijau merupakan indikator telah terjadinya

fermentasi laktosa dan/ atau sukrosa oleh Coliform fekal (Leboffe dan Pierce,

2010).

1.4.5. Media Nutrient Agar (NA)

Media Nutrient Agar merupakan media dasar yang digunakan untuk

memanen berbagai jenis bakteri dan untuk enumerasi organisme yang terdapat

pada sampel air, limbah, feses, dan bahan lain. Komposisi media Nutrient Agar

yaitu pepton, natrium klorida, ekstrak ragi, ekstrak daging sapi, dan agar dengan

pH akhir 7,4 ± 0,2 pada suhu 25ºC (Atlas, 2010).

1.4.6. Media Sulfide-Indole-Motility (SIM)

Media Sulfide-Indole-Motility (SIM) merupakan media yang digunakan

untuk membedakan anggota Enterobacteriaceae berdasarkan kemampuannya

dalam memproduksi H2S, indol, dan berdasarkan pergerakan atau motilitas. Media

SIM merupakan media semi solid yang terdiri dari kasein dan jaringan hewan

sebagai sumber asam amino, komponen yang mengandung besi, dan sulfur.

Komposisi media Sulfide-Indole-Motility (SIM) yaitu pepton, glukosa, dan dapar

fosfat. Pepton merupakan sumber protein, glukosa sebagai sumber karbohidarat

yang dapat difermentasi, dan dapar fosfat mencegah perubahan pH medium yaitu

7,3 ± 0,2 pada suhu 25ºC. (Acumedia, 2010; Leboffe dan Pierce, 2010).

Page 25: iii - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32810/1/UMMI... · UIN Syarif Hidayatullah Jakarta HALAMAN PERNYATAAN

11

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

1.4.7. Media Methyl Red-Voges Proskauer (MR-VP)

Media Methyl Red-Voges Proskauer (MR-VP) merupakan media yang

dikenal juga dengan nama Glucose Phophate Broth. Media ini digunakan untuk

membedakan bakteri yang didasarkan pada produksi asam pada uji metil merah

dan produksi asetoin pada uji Voges Proskauer (Atlas, 2010). Komposisi media

Metil Red-Voges Proskauer (MR-VP) yaitu glukosa, pepton, dan dapar fosfat

dengan pH akhir 6,9 ± 0,2 pada suhu 25ºC (Atlas, 2010; Leboffe dan Pierce,

2010).

1.4.8. Media Simon Sitrat

Media Simon Sitrat merupakan media yang digunakan untuk membedakan

bakteri Enterobacteriaceae. Komposisi media Simon Sitrat yaitu natrium sitrat

sebagai sumber karbon dan amonium fosfat sebagai sumber nitrogen, dengan pH

akhir 6,8 ± 0,2 pada suhu 25ºC (Atlas, 2010; Himedia, 2011).

1.4.9. Media Triple Sugar Iron Agar (TSIA)

Komposisi Media Triple Sugar Iron Agar (TSIA) yaitu bubuk Lab-Lemco,

ekstrak ragi, pepton, natrium klorida, laktosa, sukrosa, glukosa, besi sitrat,

natrium tiosulfat, fenol merah, dan agar (Oxoid, 2015). Ekstrak ragi dan pepton

merupakan sumber karbon dan nitrogen, natrium tiosulfat sebagai sumber untuk

reduksi sulfur, fenol red sebagai pH indikator, dan besi sitrat sebagai indikator

H2S (Leboffe dan Pierce, 2010). Media ini terdiri dari 3 karbohidrat yaitu laktosa,

sukrosa, dan glukosa yang bertujuan untuk meningkatkan sensitivitas medium

dengan memfasilitasi deteksi bakteri yang memfermentasi sukrosa sebaik

mendeteksi laktosa dan atau dekstrosa/ glukosa (Difco).

Media ini digunakan untuk membedakan bakteri Gram negatif berbentuk

batang berdasarkan kemampuannya memfermentasi karbohidrat seperti laktosa,

sukrosa, glukosa dan produksi H2S hasil dari reduksi sulfur. Bakteri yang

memfermentasi karbohidrat ditunjukkan dengan terjadinya perubahan warna

medium karena pH indikator yaitu fenol merah dari merah menjadi kuning dan

produksi H2S terlihat dengan terbentuknya endapan berwarna hitam pada dasar

tabung. Media yang berubah warna menjadi kuning menandakan bahwa suasana

Page 26: iii - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32810/1/UMMI... · UIN Syarif Hidayatullah Jakarta HALAMAN PERNYATAAN

12

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

dalam keadaan asam dan sebaliknya apabila media berwarna merah menandakan

bahwa suasana basa. Produksi gas mengindikasikan bahwa telah terjadi

pemecahan medium oleh bakteri.

1.5. Analisis Mikrobiologi Air

1.5.1. Metode Angka Paling Mungkin (APM)

Metode Angka Paling Mungkin (APM) atau Most Probable Number

(MPN) atau dalam Farmakope IV disebut sebagai metode tabung ganda

merupakan metode yang digunakan untuk memperkirakan mikroorganisme dalam

jumlah yang sedikit, konsentrasi kecil, atau untuk bakteri yang tidak mampu

tumbuh dengan baik pada media padat. Sampelnya dapat berupa susu, makanan,

air, dan tanah. Perhitungan APM ini tidak memperhatikan jenis bakteri di dalam

kelompok tersebut apakah termasuk ke dalam Coliform fekal atau pun Coliform

non fekal (Suriwawiria. 2003).

Kelebihan metode Angka Paling Mungkin (Jay, 2000):

1. Sederhana;

2. Kelompok organisme yang spesifik dapat ditentukan dengan menggunakan

media selektif dan diferensial yang cocok;

3. Metode ini merupakan pilihan untuk menentukan populasi Coliform fekal.

Kekurangan metode Angka Paling Mungkin (Suriawiria, 2003):

1. Hanya dapat menggunakan sedikit sampel air dalam satu kali analisis;

2. Untuk mendapatkan biakan yang baik dibutuhkan waktu beberapa hari;

3. Hanya didapatkan perkiraan jumlah Coliform secara kasar;

4. Membutuhkan banyak alat dan bahan;

5. Tidak dapat dilakukan di lokasi pengambilan sampel sehingga dibutuhkan

sistem pengangkutan tertentu agar tidak terjadi perubahan jumlah bakteri pada

sampel.

Page 27: iii - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32810/1/UMMI... · UIN Syarif Hidayatullah Jakarta HALAMAN PERNYATAAN

13

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Gambar 2.2 Metode APM

1.5.1.1. Uji Sangkaan

Uji sangkaan merupakan tes pandahuluan untuk melihat ada tidaknya

kehadiran bakteri Coliform pada suatu sampel berdasarkan terbentuknya asam dan

gas yang disebabkan karena fermentasi laktosa oleh bakteri kelompok Coliform.

Uji ini dilakukan dengan cara menumbuhkan bakteri dalam media Lactose Broth

(LB) dan diinkubasi selama hingga 48 jam. Hasil positif dan negatif didasarkan

pada kekeruhan media dan terbentuk atau tidaknya gelembung pada tabung

durham. Apabila media menjadi keruh dan terbentuk gelembung sebanyak paling

tidak 10% dari volume tabung durham maka hasil positif dan sebaliknya apabila

media tetap jernih dan tidak terbentuk gelembung maka hasilnya negatif (SNI,

1992; Widyanti dan Ristiati, 2014).

1.5.1.2. Uji Penegasan (Confirmed Test)

Konfirmasi hasil uji sangkaan perlu dilakukan karena pada uji sangkaan

mungkin terdeteksi bakteri non Coliform yang bukan merupakan bakteri indikator

polusi fekal (Kiiyukia, 2003). Tabung yang positif terbentuk asam dan gas pada

uji sangkaan diinokulasi pada media Brilliant Green Lactose Bile Broth 2%

Pengenceran

100

Pengenceran

10-1

Pengenceran

10-2

Pengenceran

10-3

Dilakukan

secara 3

replikasi atau

5 replikasi

atau 10

replikasi

Dilakukan

secara 3

replikasi atau

5 replikasi

atau 10

replikasi

Dilakukan

secara 3

replikasi atau

5 replikasi

atau 10

replikasi

Hasil dari 3 tabung atau 5 tabung atau 10 tabung

secara statistik dianalisis tabel APM

Page 28: iii - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32810/1/UMMI... · UIN Syarif Hidayatullah Jakarta HALAMAN PERNYATAAN

14

Page 29: iii - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32810/1/UMMI... · UIN Syarif Hidayatullah Jakarta HALAMAN PERNYATAAN

15

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

35ºC selama 18-24 jam kemudian lakukan pewarnaan Gram (Leboffe dan Pierce,

2011; SNI, 1992).

Gambar 2.4 Koloni Escherichia coli pada media EMBA berwarna

kilap logam kehijauan

Sumber: Dokumen pribadi

Pada suasana asam, Eosin Methylene Blue Agar (EMBA) akan

membentuk kompleks yang akan mengendapkan bakteri Coliform dan membentuk

koloni berwarna kehijauan dengan bintik hitam di tengah koloni dan kilap logam.

Reaksi ini merupakan karakteristik Escherichia coli (Kiiyukia, 2003). Kilap

logam kehijauan ini sebagai indikator bakteri Coliform fekal yang memfermentasi

laktosa dan/ atau sukrosa. Akan tetapi, pada beberapa strain Escherichia coli

menunjukkan koloni berwarna hitam (Leboffe dan Pierce, 2011).

1.5.2.1. Pewarnaan Gram

Pewarnaan Gram merupakan metode yang dilakukan untuk membedakan

spesies bakteri menjadi 2 kelompok besar yaitu bakteri Gram negatif dan Gram

positif. Pewarnaan Gram dilakukan berdasarkan pada sifat fisika kimia dinding

selnya.

Prosedur pewarnaan Gram yaitu diambil sebanyak 1 ose biakan bakteri

dalam media Nutrient Agar (NA) pada gelas objek kemudian difiksasi dengan

cara melewatkan sediaan di atas api bunsen. Sediaan ditetesi beberapa larutan

kristal violet dibiarkan selama 1 menit. Kemudian dicuci dengan air mengalir dan

dikering anginkan. Sediaan ditetesi beberapa tetes lugol lalu dibiarkan selama 1

Page 30: iii - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32810/1/UMMI... · UIN Syarif Hidayatullah Jakarta HALAMAN PERNYATAAN

16

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

menit. Dicuci kembali menggunakan air mengalir dan dikering anginkan. Sediaan

dicuci dengan alkohol 96% selama 30 detik. Dicuci dengan air mengalir dan

dikering anginkan. Sediaan diberi beberapa tetes safranin lalu biarkan selama 10-

30 detik. Dicuci menggunakan air mengalir setelah itu dikering anginkan dan

diserap dengan kertas saring kemudian diamati di bawah mikroskop (SNI, 1992).

Kemampuan untuk mencegah penghilangan warna bukan berdasarkan

pada konstruksi dinding sel antara bakteri Gram positif dan bakteri Gram negatif.

Dinding sel bakteri Gram negatif memiliki kandungan lipid yang lebih banyak

dan memiliki lapisan peptidoglikan yang lebih tipis daripada dinding sel bakteri

Gram positif (Leboffe dan Pierce, 2010).

Muatan positif kristal violet melewati dinding sel dan membran sel

kemudian berikatan dengan komponen di dalam sel yang bermuatan negatif.

Lugol ditambahkan untuk meningkatkan pewarnaan kristal violet dengan

membentuk kompleks kristal violet-lugol. Kemudian dilakukan penghilangan

warna dengan menggunakan alkohol. Pada bakteri Gram negatif, alkohol

melarutkan lipid yang terdapat pada membran terluar bakteri Gram negatif dan

meluruhkan kompleks kristal violet-lugol dari sel. Sedangkan pada bakteri Gram

positif terjadi dehidrasi karena penetesan alkohol dan menyebabkan tertutupnya

porus selama dehidrasi. Kompleks kristal violet-lugol akan terperangkap dalam

lapisan peptidoglikan dan tidak terjadi penghapusan warna. Bakteri Gram negatif

akan mengalami penghilangan warna sedangkan bakteri Gram positif tidak. Lalu

dilakukan penetesan safranin yang menyebabkan bakteri Gram negatif akan

menunjukkan warna merah sedangkan Gram positif akan berwarna ungu (Leboffe

dan Pierce, 2010).

1.5.2.2. Uji Lanjutan

Untuk mengetahui lebih jauh mengetahui jenis bakteri dari golongan yang

didapat, harus dilakukan uji lanjutan dengan IMViC (Indol, Merah metil, Voges

Proskauer, Sitrat) dan uji Triple Sugar Iron. Uji ini penting untuk membedakan

bakteri dalam kelompok Coliform.

Page 31: iii - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32810/1/UMMI... · UIN Syarif Hidayatullah Jakarta HALAMAN PERNYATAAN

17

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

a. Uji Indol

Uji indol dilakukan untuk membedakan bakteri dari famili

Enterobacteriaceae berdasarkan kemampuannya mendegradasi asam amino

triptofan dan produksi indol. Mikroorganisme uji diinokulasi pada Triptofan Broth

yang mengandung triptofan yang merupakan asam amino esensial. Oleh beberapa

bakteri, triptofan akan dioksidasi yang kemudian akan membentuk indol, asam

piruvat, dan ammonia. Indol ini akan dideteksi dengan penambahan reagen

KOVAC yang akan membentuk cincin merah (Hemraj et al., 2013).

Media yang digunakan selain Triptofan Broth yaitu Sulfide-Indole-Motility

(SIM) dan Motility-Indole-Ornithine (MIO). Reagen Ehrlich dapat digunakan

sebagai alternatif reagen KOVAC. Reagen ini juga mengandung

P-dimetilaminobenzaldehid (DMAB) yang akan bereaksi dengan indol dan

mengahasilkan cincin berwarna merah. Reagen Ehrlich ini lebih sensitif daripada

reagen KOVAC akan tetapi mengandung zat toksik atau pelarut yang mudah

terbakar. Reagen Ehrlich direkomendasikan untuk mendeteksi kelompok bakteri

yang memproduksi sedikit indol seperti basilus nonfermentative atau anaerob.

Sedangkan reagen KOVAC lebih stabil dan tidak mengandung ekstraksi organik

sehingga formulasi KOVAC lebih cocok digunakan oleh mahasiswa peneliti di

laboratorium (Hemraj et al., 2013).

b. Uji Merah Metil

Uji merah metil dilakukan bertujuan untuk membedakan bakteri Gram

negatif yang berbentuk batang dari famili Enterobacteriaceae. Prinsipnya yaitu

mengukur keasaman akhir dari kultur bakteri pada media Methyl Red-Voges

Proskauer (MR-VP) broth yang mengandung glukosa, pepton, dan dapar fosfat.

Pada tahap awal fermentasi glukosa Escherichia coli dan Klabsiella auragens

akan menghasilkan asam sehingga menyebabkan perubahan warna indikator

merah metil menjadi orange dan merah tapi ketika diinkubasi lebih lanjut

Klabsiella auragens akan memecah asam piruvat dan asam lain yang kemudian

akan merubah warna merah metil menjadi kuning (Hemraj et al., 2013).

Page 32: iii - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32810/1/UMMI... · UIN Syarif Hidayatullah Jakarta HALAMAN PERNYATAAN

18

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

c. Uji Voges Proskauer

Uji Voges Proskauer dilakukan berdasarkan pada pencernaan glukosa

menjadi asetilmetilkarbinol. Jika glukosa dipecah akan bereaksi dengan α-Naftol

dan KOH yang kemudian membentuk warna merah. Untuk Escherichia coli

hasilnya akan negatif, yaitu terbentuk warna kuning coklat (Hemraj et al., 2013).

d. Uji Sitrat

Uji sitrat dilakukan untuk membedakan bakteri enterik berdasarkan

kemampuannya untuk memanfaatkan sumber karbon. Pemanfaatan sitrat

bergantung pada enzim sitrat permease. Media yang digunakan dalam uji ini yaitu

Simon Sitrat. Media ini mengandung natrium sitrat yang merupakan satu-satunya

sumber karbon dan energi bagi bakteri. Indikator juga diperlukan dalam uji ini,

yaitu bromotimol blue. Ketika asam sitrat dimetabolisme dan menghasilkan

karbon dioksida, kombinasi natrium dan air membentuk natrium karbonat yang

merupakan produk yang bersifat alkali/ basa yang kemudian akan mengubah

warna dari hijau menjadi biru. Jika perubahan terjadi maka hasilnya positif.

Sedangkan untuk Escherichia coli akan menunjukkan hasil negatif.

e. Uji Triple Sugar Iron

Uji triple sugar iron dilakukan untuk membedakan bakteri dari famili

Enterobacteriaceae berdasarkan kemampuannya memfermentasi laktosa, sukrosa,

glukosa, dan produksi H2S (Raghavan, 2015). Fermentasi laktosa, sukosa, dan

glukosa dideteksi dengan perubahan warna pH indikator yaitu merah fenol dari

merah menjadi kuning sedangkan produksi H2S dideteksi dari perubahan warna

media menjadi hitam.

Prosedurnya yaitu diambil sebanyak 1 ose bakteri dari media Nutrient

Agar (NA) kemudian diinokulasi dalam media Triple Sugar Iron Agar (TSIA)

lalu diinkubasi pada suhu 37ºC selama 18-24 jam untuk melihat fermentasi

karbohidrat dan hingga 48 jam untuk melihat produksi H2S (Leboffe dan Pierce,

2010). Apabila bakteri yang diinokulasi merupakan bakteri yang hanya

memfermentasi glukosa maka akan terbentuk asam yang menurunkan pH dan

Page 33: iii - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32810/1/UMMI... · UIN Syarif Hidayatullah Jakarta HALAMAN PERNYATAAN

19

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

menyebabkan perubahan warna medium menjadi kuning dalam 24 jam sedangkan

bakteri yang memfermentasi glukosa dan laktosa akan menunjukkan perubahan

warna medium menjadi kuning dalam waktu lebih dari 24 jam dan jika laktosa

atau sukrosa difermentasi maka akan terbentuk asam dalam jumlah besar yang

mengakibatkan permukaan media dan bagian dasar media berubah menjadi

kuning (Atlas, 2010; Jawetz et al., 2013). Bakteri Escherichia coli akan

menunjukkan hasil A/A,G dimana permukaan kuning dan bagian dasar kuning

karena terjadi fermentasi glukosa dan laktosa dan/atau sukrosa dengan akumulasi

asam pada bagian permukaan dan dasar media dengan agar pecah atau terangkat

karena produksi gas (Leboffe dan Pierce, 2010).

Tabel 2.2 Hasil Uji Triple Sugar Iron dan Interpretasinya

Hasil Interpretasi Kode

Permukaan kuning/ bagian

dasar kuning

Fermentasi glukosa dan laktosa dan/atau sukrosa

dengan akumulasi asam pada bagian permukaan

dan dasar

A/A

Permukaan merah/ bagian

dasar kuning

Fermentasi glukosa dengan memproduksi asam.

Protein dikatabolisme secara aerob (pada bagian

permukaan) dengan memproduksi basa

K/A

Permukaan merah/ bagian

dasar merah

Tidak terjadi fermentasi. Pepton dikatabolisme

secara aerob dan anaerob dengan menghasilkan

basa. Bukan dari Enterobacteriaceae

K/K

Permukaan merah/ bagian

dasar tidak ada perubahan

Tidak terjadi fermentasi. Pepton dikatabolisme

secara aerob dan menghasilkan basa. Bukan dari

Enterobacteriaceae

K/NC

Permukaan tidak ada

perubahan/bagian dasar

tidak ada perubahan

Organisme tumbuh secara lambat atau tidak

tumbuh. Bukan dari Enterobacteriaceae

NC/NC

Endapan hitam Reduksi sulfur (pada kondisi asam yang dihasilkan

dari fermentasi glukosa atau laktosa dan/atau

sukrosa akan membentuk warna kuning pada

bagian dasar akan tetapi akan disamarkan dengan

oleh endapan hitam)

H2S

Agar pecah atau terangkat Produksi gas G

Sumber: A Photogpraphic Atlas for the Microbiology Laboratory 4th Edition

Page 34: iii - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32810/1/UMMI... · UIN Syarif Hidayatullah Jakarta HALAMAN PERNYATAAN

20 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB III

METODE PENELITIAN

2.1. Waktu dan Tempat Penelitian

Pengambilan sampel dan pengamatan dilakukan di depot isi ulang

Kelurahan Pondok Cabe Ilir Kota Tangerang Selatan pada bulan April-Mei 2016

dan penelitian dilakukan di Pusat Laboratorium Terpadu (PLT) UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta pada bulan April-Mei 2016.

2.2. Alat dan Bahan

2.2.1. Alat

Alat gelas (Iwaki), mikropipet, inkubator (Memmert), autoklaf (ALP,

TOMY), vorteks, hotplate (Heidolph), timbangan analitik (Explorer Pro)

2.2.2. Bahan

Sampel air minum isi ulang depot, Lactose Broth (Oxoid), Brilliant Green

Lactose Bile Broth 2% (Oxoid), Eosin Methylene Blue Agar (Oxoid), E.C Broth

(Oxoid), Nutrient Agar (Oxoid), MR-VP broth (Merck), Simon sitrat (Merck),

Triple Sugar Iron Agar (Oxoid), reagen KOVAC, Barritt A, Barritt B, merah

metil

2.3. Prosedur Kerja

2.3.1. Pengambilan Sampel

Sampel air minum isi ulang berasal dari 5 depot di Kelurahan Pondok

Cabe Ilir, Kecamatan Pamulang, Kota Tangerang Selatan. Sampel diambil

sebanyak 800 mL ditampung dalam botol steril kemudian disimpan pada suhu

25-30ºC, dan tidak lebih dari 24 jam dibawa ke laboratorium untuk diuji.

Page 35: iii - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32810/1/UMMI... · UIN Syarif Hidayatullah Jakarta HALAMAN PERNYATAAN

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.3.2. Metode Sangkaan (SNI 01-2897-1992)

Uji sangkaan dilakukan dengan metode Angka Paling Mungkin (APM)

seri tabung 3-3-3. Prosedurnya yaitu sampel dikocok sebanyak 25 kali kemudian

diencerkan dengan menggunakan larutan pengencer yaitu Peptone Water sesuai

dengan tingkat pengencerannya. Dipipet sebanyak 1 mL sampel dengan

pengenceran 10-1

pada 3 seri tabung pertama yang berisi Lactose Broth (LB)

sebanyak 5 mL yang telah terdapat tabung durham didalamnya. Untuk 3 seri

tabung berikutnya dipipet sebanyak 1 mL sampel dengan pengenceran 10-2

dan

untuk 3 seri tabung selanjutnya dipipet sebanyak 1 mL sampel dengan

pengenceran 10-3

. Setelah itu, tabung diinkubasi pada suhu 36±1ºC selama 24 dan

48 jam lalu dicatat jumlah tabung yang membentuk gas.

2.3.3. Uji Penegesan (Confirmed Test) (SNI 01-2897-1992)

Tabung yang positif pada uji sangkaan kemudian dilakukan uji penegasan.

Prosedurnya yaitu diambil sebanyak 1 ose biakan dan diinokulasi pada media

Brilliant Green Lactose Bile Broth 2% (BGLB 2%) sebanyak 10 mL yang

terdapat pada tabung reaksi yang telah berisi tabung durham. Setelah itu, tabung

diinkubasi pada suhu 36±1ºC selama 24-48 jam kemudian dihitung jumlah tabung

yang menghasilkan gas dan dihitung jumlah bakteri/mL.

2.3.4. Identifikasi Bakteri Escherichia coli (SNI 01-2897-1992)

Diambil sebanyak 1 ose dari tabung reaksi yang positif pada uji sangkaan

ke dalam tabung rekasi yang berisi Escherichia coli broth dan tabung durham.

Setelah itu, tabung diinkubasi pada suhu 44-45ºC selama 24-48 jam dan dicatat

tabung yang positif.

Tabung yang membentuk gas kemudian diinokulasi pada media Eosin

Methylene Blue Agar (EMBA) dan diinkubasi pada suhu 35ºC selama 18-24 jam.

Dipilih koloni berwarna kilap logam yang kemudian diinokulasi pada media agar

miring Nutrient Agar (NA) dan diinkubasi suhu 35°C selama 24 jam.

2.3.4.1. Pewarnaan Gram (SNI 01-2897-1992)

Prosedur pewarnaan Gram yaitu diambil sebanyak 1 ose biakan bakteri

dalam media Nutrient Agar (NA) pada gelas objek kemudian difiksasi dengan

Page 36: iii - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32810/1/UMMI... · UIN Syarif Hidayatullah Jakarta HALAMAN PERNYATAAN

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

cara melewatkan sediaan di atas api bunsen. Sediaan ditetesi beberapa tetes

larutan kristal violet dibiarkan selama 1 menit. Setelah itu, dicuci dengan air

mengalir dan dikering anginkan. Sediaan ditetesi beberapa tetes lugol lalu

dibiarkan selama 1 menit. Dicuci kembali menggunakan air mengalir dan dikering

anginkan. Sediaan dicuci dengan alkohol 96% selama 30 detik. Dicuci dengan air

mengalir dan dikering anginkan. Sediaan diberi beberapa tetes safranin lalu

biarkan selama 10-30 detik. Dicuci menggunakan air mengalir setelah itu dikering

anginkan dan diserap dengan kertas saring kemudian diamati di bawah

mikroskop.

2.3.4.2. Uji IMViC (SNI 01-2897-1992 dengan modifikasi)

a. Uji Indol

Biakan dari media Nutrient Agar (NA) diinokulasi pada media Sulfide-

Indole-Motility (SIM) dan diinkubasi pada suhu 37ºC selama 24 jam. Setelah

diinkubasi, ditambahkan reagen KOVAC sebanyak 0,5 mL lalu didiamkan selama

10 menit. Apabila positif Escherichia coli akan menunjukkan lapisan warna

merah pada permukaan biakan.

b. Uji Merah Metil

Biakan dari media Nutrient Agar (NA) diinokulasi pada Methyl Red-Voges

Proskauer (MR-VP) dan diinkubasi pada suhu 35ºC selama 48 jam. Setelah

diinkubasi, biakan diambil sebanyak 5 mL ke dalam tabung reaksi kemudian

ditambahkan merah metil sebagai indikator sebanyak 5 tetes dan dikocok. Apabila

positif Escherichia coli akan berwarna merah.

c. Uji Voges Proskauer

Biakan dari media Nutrient Agar (NA) diinokulasi pada pada media

Methyl Red-Voges Proskauer (MR-VP) dan diinkubasi pada suhu 36±1ºC selama

48 jam. Biakan bakteri kemudian diambil sebanyak 1 mL dan ditambahkan

0,6 mL α-Naftol serta 0,2 mL KOH kemudian dikocok dan didiamkan selama 2-4

jam. Apabila positif Escherichia coli akan terbentuk warna kuning coklat.

Page 37: iii - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32810/1/UMMI... · UIN Syarif Hidayatullah Jakarta HALAMAN PERNYATAAN

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

d. Uji Sitrat

Biakan dari media Nutrient Agar (NA) diinokulasi pada media agar miring

Simmon Sitrat dan diinkubasi pada suhu 35ºC selama 48-96 jam. Apabila positif

Escherichia coli tidak terjadi perubahan warna pada media.

2.3.4.3. Uji Triple Sugar Iron

Diambil sebanyak 1 ose bakteri dari media Nutrient Agar (NA) kemudian

diinokulasi dalam media Triple Sugar Iron Agar (TSIA) dengan cara menggores

bagian miringnya dan menusuk bagian tegaknya kemudian diinkubasi pada suhu

37ºC selama 20-48 jam. Apabila positif Escherichia coli terjadi perubahan warna

pada media uji yaitu permukaan agar berwarna kuning dan bagian dasar kuning,

agar pecah atau terangkat karena produksi gas.

Tabel 3.1 Hasil Uji Positif Escherichia coli

Uji Hasil positif Escherichia coli

Uji Indol Terbentuk lapisan warna merah pada permukaan biakan.

Uji Merah Metil Berwarna merah

Uji Voges Proskauer Kuning coklat

Uji Sitrat Media tidak berubah menjadi biru

Uji Triple Sugar Iron Permukaan agar berwarna kuning dan bagian dasar kuning, agar

pecah atau terangkat karena produksi gas

Sumber: Leboffe dan Pierce, 2010; SNI, 1992

Page 38: iii - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32810/1/UMMI... · UIN Syarif Hidayatullah Jakarta HALAMAN PERNYATAAN

24 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Pengumpulan Sampel dan Pengamatan Depot Air Minum Isi Ulang

Pengumpulan sampel dan pengamatan kondisi Depot Air Minum Isi

Ulang (DAMIU) dari depot di Kelurahan Pondok Cabe Ilir, Kota Tangerang

Selatan, Banten dilakukan pada bulan April hingga Mei 2016. Sampel yang

diperoleh yaitu sebanyak 5 sampel air minum isi ulang pada 5 lokasi yang berbeda

(Gambar 4.1) dan pengamatan kondisi depot disajikan pada Tabel 4.1.

Gambar 4.1 Peta Lokasi Sampling Air Minum Isi Ulang

Keterangan : Lokasi pengambilan sampel

Page 39: iii - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32810/1/UMMI... · UIN Syarif Hidayatullah Jakarta HALAMAN PERNYATAAN

25

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 4.1 Pengamatan Depot Air Minum Isi Ulang di Kelurahan Pondok Cabe Ilir

No Aspek D1 D2 D3 D4 D5

1 Lantai Keramik berwarna

putih dan bersih

Keramik berwarna

putih dan bersih

Keramik berwarna

putih dan bersih

Keramik berwarna putih

dan bersih

Keramik berwarna

putih dan bersih

2 Dinding Dari triplek Tembok berwarna putih Tembok berwarna

putih Tembok berwarna putih

Tembok berwarna

putih

3 Kondisi langit-

langit Plafon berlubang Tidak berplafon Berplafon Berplafon Berplafon

4 Penyimpanan

penutup galon Diletakan di ruang UV

Diletakan di ruang

pengisian air minum Diletakan di ruang UV Diletakan di ruang UV

Diletakan di ruang

UV

5 Asal air baku Bogor Bogor Bogor Bogor Bogor

6

Frekuensi

kedatangan air

baku

3 kali per minggu 1 kali per 2-3 minggu 2-3 kali per minggu 1 kali per minggu -

7 Kondisi sekitar

depot

Sungai dan

pemukiman penduduk Pemukiman penduduk

Pemukiman penduduk,

bengkel Pemukiman penduduk Pemukiman penduduk

8 Alat sterilisasi UV Tidak tahu UV UV UV

9

Frekuensi

pencucian bak

penampung air

baku

6 bulan sekali 1 bulan sekali 1 minggu sekali 3 bulan sekali Belum pernah

dibersihkan

Page 40: iii - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32810/1/UMMI... · UIN Syarif Hidayatullah Jakarta HALAMAN PERNYATAAN

26

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

(Lanjutan)

No Aspek D1 D2 D3 D4 D5

10 Cara pencucian

galon Air Air Air Air Air

11 Lokasi alat

pencucian galon Berada di luar depot Berada di luar depot Berada di luar depot Berada di dalam depot Berada di luar depot

Persyaratan teknis Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU) telah ditetapkan oleh mentri perindustrian dan perdagangan melalui

Keputusan Mentri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia Nomor: 651/MPP/Kep/10/2004. Sehingga kondisi depot di

Kelurahan Pondok Cabe Ilir dibandingkan kesesuaiannya dengan peraturan tersebut.

Berdasarkan tabel 4.1, kondisi bangunan depot D1 yaitu lantai terbuat dari keramik berwarna putih dan bersih, dinding terbuat dari

triplek, kondisi plafon atau langit-langit berlubang, penyimpanan penutup galon di ruang pengisian air yang ber-UV, asal air baku yaitu

dari Bogor dengan frekuensi kedatangan 3 kali dalam seminggu, di sekitar depot terdapat sungai dan pemukiman penduduk, alat

sterilisasinya yaitu UV, pencucian bak penampung air baku dilakukan 6 bulan sekali, pencucian galon menggunakan air tanpa deterjen, dan

alat pencucian galon berada di luar bangunan depot.

Berdasarkan tabel 4.1, kondisi bangunan depot D2 yaitu lantai terbuat dari keramik berwarna putih dan bersih, dinding terbuat dari

tembok dengan cat berwarna putih, tidak berplafon, penyimpanan penutup galon di ruang pengisian air, asal air baku yaitu dari Bogor

dengan frekuensi kedatangan 1 kali dalam 2 hingga 3 minggu, di sekitar depot terdapat pemukiman penduduk, alat sterilisasinya tidak

Page 41: iii - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32810/1/UMMI... · UIN Syarif Hidayatullah Jakarta HALAMAN PERNYATAAN

27

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

diketahui, pencucian bak penampung air baku dilakukan 1 bulan sekali, pencucian

galon menggunakan air tanpa deterjen, dan alat pencucian galon berada di luar

bangunan depot.

Berdasarkan tabel 4.1, kondisi bangunan depot D3 yaitu lantai terbuat dari

keramik berwarna putih dan bersih, dinding terbuat dari tembok dengan cat

berwarna putih, kondisi plafon atau langit-langit baik, penyimpanan penutup

galon di ruang pengisian air yang ber-UV, asal air baku yaitu dari Bogor dengan

frekuensi kedatangan 2 hingga 3 kali dalam seminggu, di sekitar depot terdapat

pemukiman penduduk dan bengkel, alat sterilisasinya yaitu UV, pencucian bak

penampung air baku dilakukan 1 minggu sekali, pencucian galon menggunakan

air tanpa deterjen, dan alat pencucian galon berada di luar bangunan depot.

Berdasarkan tabel 4.1, kondisi bangunan depot D4 yaitu lantai terbuat dari

keramik berwarna putih dan bersih, dinding terbuat dari tembok dengan cat

berwarna putih, kondisi plafon atau langit-langit baik, penyimpanan penutup

galon di ruang pengisian air yang ber-UV, asal air baku yaitu dari Bogor dengan

frekuensi kedatangan 1 kali dalam seminggu, di sekitar depot terdapat pemukiman

penduduk, alat sterilisasinya yaitu UV, pencucian bak penampung air baku

dilakukan 3 bulan sekali, pencucian galon menggunakan air tanpa deterjen, dan

alat pencucian galon berada di dalam bangunan depot.

Berdasarkan tabel 4.1, kondisi bangunan depot D5 yaitu lantai terbuat dari

keramik berwarna putih dan bersih, dinding terbuat dari tembok dengan cat

berwarna putih, kondisi plafon atau langit-langit baik, penyimpanan penutup

galon di ruang pengisian air yang ber-UV, asal air baku yaitu dari Bogor dengan

frekuensi kedatangan belum ditentukan karena depot D5 merupakan depot baru,

di sekitar depot terdapat pemukiman penduduk, alat sterilisasinya yaitu UV,

pencucian bak penampung air baku belum pernah dilakukan, pencucian galon

menggunakan air tanpa deterjen, dan alat pencucian galon berada di luar

bangunan depot.

Konstruksi lantai, dinding dan plafon area produksi harus baik dan selalu

bersih, begitupula dinding ruang pengisian harus dibuat dari bahan yang licin,

berwarna terang dan tidak menyerap sehingga mudah dibersihkan. Untuk syarat

Page 42: iii - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32810/1/UMMI... · UIN Syarif Hidayatullah Jakarta HALAMAN PERNYATAAN

28

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

kondisi lantai, semua depot memenuhi persyaratan sedangkan syarat dinding tidak

demikian. Dinding semua depot di Kelurahan Pondok Cabe Ilir tidak terbuat dari

bahan yang licin akan tetapi dinding berwarna terang dan bersih. Syarat kondisi

atap dan langit-langit bangunan depot yaitu harus sempurna tertutup, tidak ada

yang bocor, permukaan rata, berwarna terang, dan mudah dibersihkan (Suprihatin

dan Adriyani, 2008). Sebagian besar kondisi langit-langit depot sudah memenuhi

syarat kecuali pada depot D1 yang berlubang dan depot D2 yang tidak berplafon

sehingga sangat rawan binatang masuk ke area depot.

Mesin dan peralatan yang berhubungan langsung dengan air baku atau

produk akhir harus dibersihkan dan dilakukan sanitasi secara teratur. Pada depot

D2 pencucian bak penampung air baku dilakukan sebulan sekali, kegiatan ini

sudah baik karena seharusnya 6 bulan sekali akan tetapi air baku tersimpan cukup

lama dalam bak penampung karena air baku datang setiap 2-3 minggu sekali

sehingga meningkatkan risiko tercemarnya mikroba (Rahayu et al., 2013).

Sedangkan untuk depot D1, D3, D4, dan D5 perputaran air baku pada bak

penampung lebih cepat dibandingkan dengan depot D2 dan frekuensi

pembersihan bak penampung air juga memenuhi syarat.

Sanitasi lingkungan berpengaruh terhadap adanya cemaran bakteri

Coliform pada air minum isi ulang terlihat pada kondisi depot yang tidak

berplafon dan kotor, alat sterilisasi yang tidak diketahui oleh petugas dan hal ini

menunjukkan bahwa alat sterilisasi tidak pernah dirawat sehingga petugas tidak

tahu jenisnya, dan juga lamanya air baku tersimpan dalam bak penampung air

(Suprihatin et al., 2008). Pada depot air minum isi ulang biasanya terdapat lampu

indikator bahwa UV masih bekerja dengan baik sedangkan pada depot D2 tidak

adanya indikator tersebut sehingga kemungkinan lampu UV perlu diganti (Rahayu

et al., 2013).

Pencucian galon harus dilakukan dengan menggunakan deterjen tara

pangan dan air bersih dengan suhu 60-85°C, kemudian dibilas dengan air minum

atau air produk (Deperindag, 2004). Semua depot di Kelurahan Pondok Cabe Ilir

tidak menerapkan aturan tersebut, semua depot hanya mencuci wadah galon

konsumen dengan hanya menggunakan air kemudian disikat dan dibilas ditambah

Page 43: iii - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32810/1/UMMI... · UIN Syarif Hidayatullah Jakarta HALAMAN PERNYATAAN

29

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

lagi pada depot D1, D2, D3, dan D5 alat pembersih galon yang letaknya di luar

bangunan depot sehingga semakin tinggi risiko tercemar mikroba.

Empat dari 5 kondisi lokasi semua depot sudah memenuhi syarat yaitu

bangunan depot berada di lokasi yang bebas dari pencemaran, seperti tempat

pembuangan kotoran dan sampah, penumpukan barang bekas atau bahan

berbahaya yang beracun, bengkel, perusahaan cat, las, kapur (Deperindag, 2004).

Hanya depot D3 berada di lokasi yang berdekatan dengan bengkel.

Berdasarkan pengamatan pada kondisi depot air minum isi ulang yang

telah disajikan dalam tabel 4.1 terlihat bahwa depot D2 yang kurang menjaga

kondisi depotnya yang seharusnya bangunan dan bagian-bagiannya harus

dipelihara dan dilakukan sanitasi secara teratur dan berkala, hal ini dilakukan

untuk mencegah masuknya tikus, serangga, dan binatang kecil lainnya ke dalam

bangunan bangunan proses produksi atau pun tempat pengisian (Indirawati,

2009).

Kontaminasi pada air minum isi ulang dapat disebabkan karena tingginya

kandungan cemaran mikroba pada air baku, adanya kontaminasi selama

memasukkan air ke dalam tangki pengangkutan, bak penampungan kurang bersih,

lamanya waktu penyimpanan air dalam bak penampungan, pengusaha depot

belum mengetahui peralatan depot yang baik dan cara memeliharanya sehingga

kurang memperhatikan dan tidak rutin membersihkan peralatan depot, proses

filtrasi kurang memadai, peralatan depot air minum yang tidak dilengkapi alat

sterilisasi atau daya bunuhnya rendah terhadap bakteri, kurang memperhatikan

pentingnya sanitasi lingkungan, adanya kontaminasi dari galon yang tidak

disterilisasi, tidak dilakukannya uji rutin untuk memeriksakan kelayakan produksi

air minum isi ulang (Natalia et al, 2004; Radji, 2008; Walangitan et al, 2016).

Untuk menghindari kontaminasi produk air minum isi ulang, pemilik

DAMIU harus secara rutin dan berkala melakukan pemeliharaan sarana produksi

dan program sanitasi, mencegah masuknya tikus, serangga, binatang kecil lainnya

ke dalam bangunan dan tempat pengisian, hati-hati dalam menggunakan

desinfektan dan insektisida untuk membasmi mikroorganisme, serangga, dan

tikus. Selain itu, wadah yang dibawa konsumen harus disanitasi dan diperiksa

Page 44: iii - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32810/1/UMMI... · UIN Syarif Hidayatullah Jakarta HALAMAN PERNYATAAN

30

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

sebelum diisi dan proses pengisian air hingga penutupan wadah dilakukan di

ruang yang higienis (Purnawijayanti 2001; Purwaningsih, 2009).

4.2. Hasil Uji Sangkaan

Hasil uji sangkaan dari 5 sampel air minum isi ulang dari depot di

Kelurahan Pondok Cabe Ilir dibandingkan dengan kontrol negatif dapat dilihat

pada tabel 4.2. dan 4.3. Hanya sampel D2 pengenceran 10-1

replikasi tabung ke-2

yang menunjukkan hasil positif dimana terbentuk gelembung dan terjadi

kekeruhan media Lactose broth, sedangkan sampel D1, D3, D4, dan D5 hanya

menunjukkan produksi asam yang ditandai dengan kekeruhan pada media Lactose

broth dan pada blangko akuades steril pengenceran 10-1

, 10-2

, 10-3

, dan media

tidak menujukkan kekeruhan media atau pun gelembung pada tabung durham.

Tabel 4.2 Hasil uji sangkaan air minum isi ulang (AMIU) depot di Kelurahan Pondok Cabe Ilir

pada masa inkubasi 24 jam dengan metode Angka Paling Mungkin (APM) seri 3 tabung

Sampel

Tabung positif pada masa inkubasi 24 jam

Replikasi

Pengenceran 10-1

Replikasi

Pengenceran 10-2

Replikasi

Pengenceran 10-3

1 2 3 1 2 3 1 2 3

D1 - - - - - - - - -

D2 - + - - - - - - -

D3 - - - - - - - - -

D4 - - - - - - - - -

D5 - - - - - - - - -

BM - - - - - - - - -

B10-1

- - - - - - - - -

B10-2

- - - - - - - - -

B10-3

- - - - - - - - -

Keterangan:

1= Replikasi tabung 1; 2= Replikasi tabung 2; 3= Replikasi tabung 3; BM = Blangko media;

B10-1

= Blangko pengenceran 10-1

; B10-2

= Blangko pengenceran 10-2

; B10-3

= Blangko

pengenceran 10-3

; - Tidak terbentuk gelembung pada tabung durham; + Terbentuk gelembung

pada tabung durham.

Page 45: iii - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32810/1/UMMI... · UIN Syarif Hidayatullah Jakarta HALAMAN PERNYATAAN

31

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 4.3 Hasil uji sangkaan air minum isi ulang (AMIU) depot di Kelurahan Pondok Cabe Ilir

pada masa inkubasi 48 jam dengan metode Angka Paling Mungkin (APM) seri 3 tabung

Sampel

Tabung positif pada masa inkubasi 48 jam

Replikasi

Pengenceran 10-1

Replikasi

Pengenceran 10-2

Replikasi

Pengenceran 10-3

1 2 3 1 2 3 1 2 3

D1 - - - - - - - - -

D2 - + - - - - - - -

D3 - - - - - - - - -

D4 - - - - - - - - -

D5 - - - - - - - - -

BM - - - - - - - - -

B10-1

- - - - - - - - -

B10-2

- - - - - - - - -

B10-3

- - - - - - - - -

Keterangan:

1=Tabung 1; 2= Tabung 2; 3= Tabung 3; BM = Blangko media; B10-1

= Blangko pengenceran 10-1

; B10-2

= Blangko pengenceran 10-2

; B10-3

= Blangko pengenceran 10-3

; - Tidak terbentuk

gelembung pada tabung durham; + Terbentuk gelembung pada tabung durham.

Kelompok Coliform terdiri dari beberapa genus dari famili

Enterobacteriaceae, diantaranya Escherichia, Citrobacter, Enterobacter,

Klabsiella, Salmonella, Shigella (APHA, 1992; Baylis et al., 2011).

Enterobacteriaceae merupakan organisme indikator yang digunakan untuk melihat

apakah suatu makanan atau minuman memiliki higienitas yang buruk, proses

pengolahan yang kurang baik, atau pun kontaminasi setelah suatu makanan

diproses. Untuk mendeteksi Enterobacteriaceae, ada beberapa prinsip yang perlu

dilakukan yaitu membedakan suatu bakteri berdasarkan kemampuannya dalam

memfermentasikan laktosa, yaitu bakteri memfermentasi laktosa secara anaerob

dalam 48 jam dan bakteri jarang memfermentasi laktosa secara anaerob.

Pengelompokan bakteri Coliform didasarkan pada kemampuan fermentasinya.

Page 46: iii - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32810/1/UMMI... · UIN Syarif Hidayatullah Jakarta HALAMAN PERNYATAAN

32

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Ketika tabung menunjukkan terbentuknya gelembung gas pada tabung

durham dan asam yang ditandai dengan kekeruhan media Lactose broth,

kemungkinan besar bahwa bakteri yang terkandung di dalamnya merupakan

bakteri Enterobacteriaceae karena dapat memfermentasi gula melalui fermentasi

campuran asam dan butandiol (Müller, 2001). Perubahan gula menjadi piruvat

melalui proses glikolisis dan oleh beberapa bakteri akan diubah menjadi asam,

CO2, dan H2. Media yang digunakan pada uji sangkaan mengandung gula yaitu

laktosa dan akan menjadi sumber energi bagi bakteri. Secara sederhana, reaksi

yang terjadi dapat digambarkan sebagai berikut:

4.3. Hasil Uji Penegasan

Tahap selanjutnya yaitu uji penegasan yang dilakukan untuk menghitung

jumlah total Coliform serta untuk meyakinkan bakteri yang terkandung dalam

sampel merupakan bakteri kelompok Coliform karena pada uji sangkaan hasil

positif tidak selalu disebabkan oleh bakteri Coliform, seperti bakteri lain yang

mampu memfermentasi laktosa yang kemudian memproduksi gas dan asam

seperti bakteri asam laktat atau oleh bakteri yang bersifat sinergis sehingga dapat

menguraikan karbohidrat dan membentuk gas (APHA, 1992; Radji, 2008). Hanya

sampel D2 replikasi tabung ke-2 pengenceran 10-1

yang dilanjutkan ke uji

penegasan karena pada sampel D1, D3, D4, D5 menunjukkan hasil negatif pada

uji sangkaan. Sampel D2 yang menunjukkan hasil positif pada uji sangkaan

diinokulasi dalam media Brilliant Green Lactose Bile broth 2% (BGLB 2%)

kemudian diinkubasi pada suhu 36±1ºC selama 24-48 jam.

Pada uji penegasan sampel D2 replikasi tabung ke-2 pengenceran 10-1

masa inkubasi 24 jam terbentuk gelembung gas pada tabung durham namun

sangat kecil yaitu <10% sehingga diputuskan untuk dilanjutkan inkubasinya

hingga 48 jam (Gambar 4.2). Pada masa inkubasi 48 jam terlihat terbentuk

gelembung yang semakin besar dan >10%. Hasil yang diperoleh dari uji

penegasan ini kemudian dapat digunakan untuk menghitung nilai APM/mL

Gula → Piruvat → Asam + CO2 + H2

Page 47: iii - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32810/1/UMMI... · UIN Syarif Hidayatullah Jakarta HALAMAN PERNYATAAN

33

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

dengan menggunakan tabel Hopkins yang tercantum dalam SNI 01-2897-1992

(Tabel 4.4).

Gambar 4.2 Hasil uji penegasan pada masa inkubasi 24 jam terbentuk gelembung gas <10%

(A) dan pada masa inkubasi 48 jam gelembung yang terbentuk gelembung gas semakin

besar yaitu >10% (B)

Tabel 4.4 Nilai APM/mL setiap sampel air minum isi ulang

Sampel Kombinasi tabung yang positif Nilai APM/mL

D1 0-0-0 <3

D2 1-0-0 4

D3 0-0-0 <3

D4 0-0-0 <3

D5 0-0-0 <3

Berdasarkan tabel 4.4, nilai APM/mL pada sampel D1, D3, D4, dan D5

yaitu <3/mL yang berarti bahwa jumlah bakteri Coliform pada sampel tidak

terdeteksi dan dianggap negatif (El-Hadedy dan El-Nour, 2012) sedangkan sampel

D2 bernilai 4/mL. Semakin tinggi tingkat kontaminasi bakteri Coliform, semakin

tinggi risiko adanya bakteri patogen lain (Suprihatin, 2003) serta semakin sedikit

kandungan bakteri Coliform pada air minum, maka semakin baik kualitas air

minum tersebut, dan sebaliknya semakin banyak jumlah bakteri Coliform dalam

air minum, maka semakin buruk kualitas air minum tersebut (Pracoyo, 2006). Air

minum akan menyebabkan penyakit gastroenteritis jika pada 100 mL air minum

terdapat 500 bakteri Coliform sedangkan jumlah bakteri Coliform pada sampel D2

A B

Page 48: iii - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32810/1/UMMI... · UIN Syarif Hidayatullah Jakarta HALAMAN PERNYATAAN

34

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

tidak mencapai 500/100 mL jadi kemungkinan jika masyarakat mengonsumsi air

minum tersebut tidak menyebabkan penyakit gastroenteritis meskipun air minum

sampel D2 tidak layak konsumsi (Suriawiria, 2003).

Pada penelitian terdahulu mengenai analisis cemaran bakteri Coliform dan

Escherichia coli pada air minum isi ulang yang dilakukan di Sisingaraja, Bali

seluruh sampel yaitu sebanyak 3 air minum isi ulang memenuhi syarat kualitas

mikrobiologi (Widiyanti dan Ristanti, 2004). Penelitian lain, 7 dari 32 sampel

tercemar Coliform di kota Surabaya (Keman, 2005). Pemeriksaan air minum isi

ulang di Bogor dari 2 sampel yang tidak memenuhi syarat yaitu mengandung

bakteri Coliform sebanyak 7/100 mL (Pratiwi, 2007). Penelitian di daerah Lenteng

Agung dan Srengseng Sawah, Jakarta Selatan terdapat 13 dari 13 sampel

mengandung bakteri Coliform (Radji, 2008). Penelitian yang dilakukan di wilayah

Kabupaten Bogor, 3 dari 88 sampel air minum isi ulang tidak memenuhi syarat

mikrobiologi Kepmenkes RI No.492/Menkes/Per/IV2010 (Prihatini, 2012).

Kajian kualitas bakteriologis air minum isi ulang di kabupaten Blora

menunjukkan 1 sampel terkontaminasi bakteri Coliform dari total sampel 24

(Natalia et al., 2014). Penelitian lain yang dilakukan oleh Natalia et al (2014) di

Blora, Jawa Tengah, sebanyak 24 dari 25 air minum isi ulang depot tidak

terkontaminasi bakteri Coliform. Penelitian yang dilakukan di Kota Manado,

ditemukan 9 sampel air minum isi ulang yang tercemar bakteri Coliform

(Bambang et al., 2014). Penelitian yang dilakukan oleh Raharja (2015) di

Kelurahan Pisangan dan Cirendeu Kota Tangerang Selatan diperoleh hasil bahwa

8 dari 9 sampel tercemar bakteri Coliform. Pemeriksaan air minum di Kabupaten

Bandung Barat, terdapat 6 air minum isi ulang yang mengandung Coliform dari 8

sampel dengan nilai 3/100 mL untuk 5 sampel dan 4/100 mL untuk 1 sampel

(Anies, 2015). Penelitian yang dilakukan Walangitan et al (2016) 3 dari 8 sampel

air minum isi ulang mengandung bakteri Coliform dengan nilai 2 depot

mengandung 13/100 mL dan 1 depot >240/100 mL. Adanya perbedaan hasil ini

disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu kontaminasi air minum isi ulang saat

proses pengolahan, sanitasi, dan higien (Eulis et al., 2008; Raharja, 2015).

Page 49: iii - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32810/1/UMMI... · UIN Syarif Hidayatullah Jakarta HALAMAN PERNYATAAN

35

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Hasil penelitian menunjukkan 1 dari 5 sampel air minum isi ulang di

Kelurahan Pondok Cabe Ilir tercemar bakteri Coliform. Hasil tersebut hampir

sama dengan hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, yaitu ada

beberapa sampel air minum isi ulang yang tercemar bakteri Coliform.

Bakteri Coliform tidak menyebabkan penyakit akan tetapi dapat digunakan

sebagai salah satu indikator hadirnya bakteri patogen yang dapat mengakibatkan

berbagai macam penyakit (Khoeriyah dan Anies, 2015). Hadirnya bakteri

Coliform yang terdapat pada sampel D2 menunjukan kemungkinan adanya

mikroba yang bersifat enteropatogenik dan toksigenik yang berbahaya bagi

kesehatan seperti Salmonella, Shigella dan Staphylococcus (Bambang et al.,

2014), seperti yang terjadi di Charsadda, Pakistan penduduk menderita penyakit

gastoentritis, kolera, disentri, diare, dan hepatitis karena mengonsumsi air yang

tercemar bakteri Coliform (Shahnaz et al., 2012 dalam Khoeriyah dan Anies,

2015). Higienitas dan sanitasi berpengaruh terhadap ada tidaknya cemaran bakteri

Coliform dalam air minum isi ulang (Natalia, et al., 2014). Tercemarnya sampel

D2 oleh bakteri Coliform dapat disebabkan karena air baku tercemar, sistem

transportasi pengangkutan air baku ke depot, penanganan wadah air, pemeliharaan

bangunan dan peralatan, kondisi depot yang tidak memenuhi syarat (Walingitan et

al., 2016). Jumlah bakteri Coliform akan meningkat dengan meningkatnya waktu

penyimpanan, pada depot D2 air baku tersimpan cukup lama dalam bak

penampung karena air baku hanya datang setiap 2-3 minggu sekali sehingga

meningkatkan risiko tercemarnya mikroba (Rahayu et al., 2013; Violita et al.,

2010).

Media Brilliant Green Lactose Bile broth 2% (BGLB 2%) digunakan

untuk uji penegasan karena adanya brilliant green mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Gram positif dan bakteri Gram negatif selain Coliform dan

adanya garam empedu mampu menghambat pertumbuhan bakteri yang tidak

hidup dalam gastrointestinal manusia. Kandungan ini yang menjadi pembeda

dengan media Lactose Broth (LB). Media ini juga mengandung laktosa sehingga

indikatornya sama seperti uji sangkaan dimana jika positif Coliform maka akan

terbentuk gas (Bambang et al., 2014; Oxoid, 2015; Radji, 2008).

Page 50: iii - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32810/1/UMMI... · UIN Syarif Hidayatullah Jakarta HALAMAN PERNYATAAN

36

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4.4. Hasil Uji Identifikasi Escherichia coli

Uji identifikasi Escherichia coli merupakan uji lanjutan dari uji sangkaan

dan uji penegasan. Pada uji sangkaan dan uji penegasan didapatkan kesimpulan

bahwa bakteri yang terkandung dalam sampel merupakan bakteri kelompok

Coliform. Mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan

No.492/MENKES/Per/IV/2010, langkah selanjutnya yang perlu dilakukan yaitu

mengidentifikasi bakteri Coliform yang terkandung pada sampel D2 apakah

merupakan bakteri Escherichia coli atau bukan. Escherichia coli dianggap sebagai

indikator kontaminasi fekal terbaik pada air minum (Edberg, 2000). Pada uji

identifikasi terdapat beberapa langkah yang perlu dilakukan, yaitu inkubasi

sampel D2 pada media E.C Broth, media Eosin Methylene Blue Agar, pewarnaan

Gram, uji IMViC, uji Triple Sugar Iron, uji motilitas, dan uji produksi H2S.

4.4.1. Hasil Uji pada Media Escherichia coli Broth (E.C Broth)

Sampel D2 replikasi tabung ke-2 pengenceran 10-1

yang menunjukkan

hasil positif pada uji sangkaan dilanjutkan ke uji identifikasi. Hasil uji sangkaan

dibiakkan pada media Escherichia coli Broth (E.C broth). Pada masa inkubasi 24

jam, tabung hanya menunjukkan kekeruhan pada media sehingga diputuskan

untuk diinkubasi kembali hingga 48 jam. Pada masa inkubasi 48 jam, tabung

menunjukkan hasil positif karena terbentuk gelembung pada tabung durham dan

kekeruhan pada media. Hasil seperti yang ditunjukkan pada gambar 4.3. Hasil

positif pada uji ini dianggap positif Escherichia coli (APHA, 1992).

Media E.C Broth merupakan media yang digunakan untuk mendeteksi

bakteri Escherichia coli ketika diinkubasi pada suhu 44ºC-45,5ºC. Komposisi

yang membedakannya dengan media Brilliant Green Lactose Bile broth 2%

(BGLB 2%) dan Lactose Broth (LB) yaitu kandungan laktosa broth dengan

penambahan 0,15% garam empedu. Sama halnya dengan media BGLB dan LB,

laktosa akan digunakan oleh bakteri untuk mendapatkan energi yang kemudian

menghasilkan asam dan gas yang akan terlihat pada perubahan media. Garam

empedu berfungsi untuk menghambat bakteri Gram positif secara selektif,

terutama streptococcus fekal dan basilus (Acumedia, 2015).

Page 51: iii - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32810/1/UMMI... · UIN Syarif Hidayatullah Jakarta HALAMAN PERNYATAAN

37

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Gambar 4.3 Media E.C broth yang telah diinokulasi bakteri sebelum diinkubasi (A),

hasil uji identifikasi pada media E.C broth pada masa inkubasi 48 jam terlihat terbentuk

gelembung gas pada tabung durham dan terjadi kekeruhan media (B)

4.4.2. Hasil Uji pada Media Eosin Methylene Blue Agar (EMBA)

Sampel D2 replikasi tabung ke-2 pengenceran 10-1

yang telah

menunjukkan hasil positif pada media E.C broth kemudian diinokulasi pada

media Eosin Methylene Blue Agar. Hasilnya yaitu terdapat koloni kilap logam

berwarna hijau dan membentuk koloni tunggal yang merupakan spesifik

Escherichia coli (Gambar 4.4).

Gambar 4.4 Hasil uji identifikasi pada media Eosin Methylene Blue Agar masa inkubasi 24

jam terbentuk koloni berwarna hijau kilap logam

Uji identifikasi pada media Eosin Methylene Blue Agar dilakukan

bertujuan untuk memastikan bahwa benar bakteri tersebut adalah Escherichia coli.

Media ini secara selektif mengisolasi bakteri Gram negatif yang berbentuk batang.

Eosin Y dan methylene blue yang terkandung di dalamnya mampu menghambat

A B

Page 52: iii - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32810/1/UMMI... · UIN Syarif Hidayatullah Jakarta HALAMAN PERNYATAAN

38

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

pertumbuhan bakteri Gram positif dan dalam suasana asam akan memproduksi

kompleks ungu tua yang biasanya disertai dengan kilap logam berwarna hijau.

Kilap logam berwarna hijau merupakan indikator telah terjadinya fermentasi

laktosa dan/ atau sukrosa oleh fekal Coliform yakni Escherichia coli (Leboffe dan

Pierce, 2010).

4.4.3. Hasil Pewarnaan Gram

Bakteri yang telah diremajakan pada media Nutrient Agar (NA)

kemudian dilakukan pewarnaan Gram. Pewarnaan Gram pada penelitian ini

dilakukan untuk mengamati morfologi sel bakteri yang terkandung pada sampel

D2. Pada gambar 4.5 terlihat hasil pewarnaan Gram yang diamati di bawah

mikroskop dengan perbesaran 100x terlihat bakteri berwarna merah dan berbentuk

batang pendek.

Prinsip dari pewarnaan Gram yaitu berdasarkan struktur lapisan dinding

bakteri. Dinding sel bakteri Gram negatif memiliki kandungan lipid yang lebih

banyak dan memiliki lapisan peptidoglikan yang lebih tipis daripada dinding sel

bakteri Gram positif (Leboffe dan Pierce, 2010).

Gambar 4.5 Hasil pewarnaan Gram sampel D2 yang dilihat di bawah mikroskop perbesaran

100x (A dan B), dan hasil pewarnaan Gram Escherichia coli kontrol perbesaran 1000x (C).

Muatan positif kristal violet melewati dinding sel dan membran sel

kemudian berikatan dengan komponen di dalam sel yang bermuatan negatif. Iodin

ditambahkan untuk meningkatkan pewarnaan kristal violet dengan membentuk

kompleks kristal violet-lugol. Langkah berikutnya yaitu dilakukan penghilangan

warna dengan menggunakan alkohol. Pada bakteri Gram negatif, alkohol dapat

meningkatkan porositas dinding sel dengan melarutkan lipid pada lapisan

membran terluar dan meluluhkan kompleks kristal violet-lugol dari sel sehingga

A B C

Page 53: iii - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32810/1/UMMI... · UIN Syarif Hidayatullah Jakarta HALAMAN PERNYATAAN

39

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

akan terjadi penghilangan warna. Ketika diteteskan safranin, sel bakteri Gram

negatif menyerap pewarna tandingan yang menyebabkan bakteri Gram negatif

akan menunjukkan warna merah (Bambang et al, 2014; Leboffe dan Pierce,

2010).

4.4.4. Hasil Uji IMViC

Uji IMViC dilakukan untuk mengidentifikasi kelompok bakteri yang

meliputi Klebsiella, Enterobacter, dan Escherichia coli (Zahera et al., 2011). Uji

IMViC terdiri dari uji indol, uji metil merah, uji voges proskauer dan uji sitrat.

Pada uji indol, setelah masa inkubasi 24 jam pada suhu 37°C biakan bakteri

diteteskan reagen KOVAC dan menghasilkan cincin berwarna merah. Pada uji

merah metil, setelah masa inkubasi 48 jam pada suhu 37°C biakan bakteri

diteteskan merah metil dan mengubah warna biakan menjadi merah. Pada uji

voges proskauer, setelah masa inkubasi 48 jam pada suhu 35°C biakan bakteri

diteteskan reagen Barritt A dan Barritt B kemudian dikocok dan menghasilkan

warna coklat tua. Pada uji sitrat, pada masa inkubasi 48 hingga 96 jam pada suhu

35°C diamati setiap harinya dan hasilnya yaitu media tidak berubah warna

menjadi biru. Hasil Uji IMViC disajikan pada tabel 4.5.

Tabel 4.5 Hasil Uji IMViC Sampel D2 Pengenceran 10-1

Uji Indol Uji Merah Metil Uji Voges Proskauer Uji Sitrat

Positif memproduksi

indol

Positif menghasilkan

asam

Negatif

menghasilkan asetil

metilkarbinol

Negatif

membentuk

natrium karbonat

4.4.4.1. Hasil Uji Indol

Hasil uji sampel D2 menunjukkan bahwa bakteri tersebut memproduksi

indol dengan ditandai terbentuknya cincin warna merah ketika diteteskan reagen

KOVAC (Gambar 4.6).

Uji Indol dilakukan untuk membedakan bakteri dari famili

Enterobacteriaceae berdasarkan kemampuannya mendegradasi asam amino

triptofan dan produksi indol. Mikroorganisme uji diinokulasi pada media yang

Page 54: iii - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32810/1/UMMI... · UIN Syarif Hidayatullah Jakarta HALAMAN PERNYATAAN

40

Page 55: iii - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32810/1/UMMI... · UIN Syarif Hidayatullah Jakarta HALAMAN PERNYATAAN

41

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Warna merah menunjukkan bahwa media bersuasana asam karena produk

fermentasi glukosa yaitu asam campuran.

Gambar 4.8 Gambar A media MR-VP yang telah diinokulasi bakteri sebelum diinkubasi dan

gambar B media MR-VP yang telah diinokulasi bakteri setelah masa inkubasi 48 jam

dan ditetesi merah metil kemudian terjadi perubahan warna mediakultur menjadi merah.

Uji merah metil dilakukan membedakan bakteri Gram negatif yang

berbentuk batang dari famili Enterobacteriaceae. Prinsipnya yaitu mengukur

keasaman dari kultur bakteri pada medium MR-VP broth yang mengandung

glukosa, pepton, dan dapar fosfat (Hemraj et al., 2013). Escherichia coli mampu

memfermentasi glukosa dengan fermentasi asam campuran dimana glukosa

dikonversi melalui proses glikolisis. Genus Escherichia memfermentasi glukosa

menjadi campuran asam yaitu asetat, laktat, dan asam format; CO2 dan etanol tapi

bukan butadienol. Terbentuknya asam akan menurunkan pH hingga 5 atau lebih

rendah. Produk campuran asam akan dideteksi oleh indikator merah metil sebagai

warna merah. Merah metil akan memberikan warna merah pada pH 4,4 dan warna

kuning pada pH 6,2 (Bambang et al., 2014; Müller, 2011).

4.4.4.3. Hasil Uji Voges Proskauer

Pengujian pada sampel D2 menunjukkan hasil negatif karena ketika

biakan diteteskan reagen Barrit A yang mengandung α-Naftol dan Barritt B yang

mengandung 40% KOH, media berubah warna menjadi coklat tua (Gambar 4.9).

Hasil pada sampel D2 mengarah pada Escherichia coli.

A B

Page 56: iii - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32810/1/UMMI... · UIN Syarif Hidayatullah Jakarta HALAMAN PERNYATAAN

42

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Gambar 4.9 Gambar A media MR-VP yang telah diinokulasi sebelum diinkubasi dan

gambar B media MR-VP yang telah diinokulasi setelah masa inkubasi 48 jam dan ditetesi reagen

Barritt A dan Baritt B terjadi perubahan warna media biakan menjadi coklat.

Dasar dari uji Voges Proskauer yaitu fermentasi glukosa menjadi asetil

metilkarbinol atau asetoin. Bakteri Escherichia coli dapat memfermentasi glukosa

menjadi campuran asam, karbon dioksida, dan etanol sedangkan bakteri

Enterobacter aerogenes memfermentasi glukosa dan menghasilkan asam dengan

jumlah yang lebih sedikit dibandingkan dengan Escherichia coli dan

menghasilkan butandiol dan karbon dioksida dalam jumlah yang besar. Hal ini

yang menjadi dasar pembeda Escherichia coli dengan Enterobacter aerogenes

(Müller, 2001).

Asetilmetil karbinol atau asetoin terbentuk dari proses fermentasi glukosa

akan dioksidasi pada penambahan KOH dan karena adanya pepton yang

terkandung dalam media MR-VP yang kemudian mengubah warna media menjadi

seperti eosin yaitu merah. Untuk Escherichia coli hasilnya akan negatif, yaitu

terbentuk warna kuning coklat (Hemraj, et al., 2013; Werkman, 1930). Secara

sederhana, reaksi yang terjadi dapat digambarkan sebagai berikut:

C16H12O6 → CH3COCHOHCH3 + KOH → CH3COCOCH3 + pepton →

Perubahan warna media menjadi seperti eosin (Werkman, 1930)

4.4.4.4. Hasil Uji Sitrat

Pengujian pada sampel D2 dengan masa inkubasi 48-96 jam media

simmon sitrat tidak berubah warna (Gambar 4.10). Tidak adanya perubahan warna

A B

Page 57: iii - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32810/1/UMMI... · UIN Syarif Hidayatullah Jakarta HALAMAN PERNYATAAN

43

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

media menjadi biru menunjukkan bahwa bakteri yang dibiakan dalam media

tersebut bukan merupakan bakteri yang mampu menggunakan sitrat sebagai

sumber karbon dan energi. Hasil ini semakin menguatkan bahwa bakteri yang

terdapat dalam sampel D2 yaitu Escherichia coli.

Gambar 4.10 Gambar A mediaSimmon sitrat yang telah diinokulasi bakteri sebelum diinkubasi

dan gambar B media Simmon sitrat yang telah diinokulasi bakteri setelah masa inkubasi 96 jam

dan tidak terjadi perubahan warna media.

Uji sitrat dilakukan untuk membedakan bakteri enterik berdasarkan

kemampuannya untuk memanfaatkan sumber karbon. Bakteri enterik yang

dimaksud yaitu Enterobacter aerogenes dan Escherichia coli (MacWilliams,

2013). Media yang digunakan dalam uji ini yaitu simmon sitrat dimana natrium

sitrat merupakan satu-satunya sumber karbon dan energi bagi bakteri. Media ini

merupakan media yang baik bagi bakteri Enterobacter akan tetapi media yang

buruk bagi Escherichia coli karena bakteri ini tidak mampu menggunakan sitrat

sebagai sumber karbon dan energi. Pada media ini juga terdapat indikator yaitu

bromothymol blue dimana memiliki trayek pH 6 (kuning) -7,6 (biru). Oleh bakteri

Enterobacter, asam sitrat akan dimetabolisme dan menghasilkan oksaloasetat dan

asetat. Oksaloasetat kemudian akan terpecah menjadi piruvat dan karbon dioksida.

Karbon dioksida, air, dan ion Na akan bereaksi membentuk natrium karbonat

yang bersifat alkali/ basa yang kemudian akan mengubah warna media dari hijau

menjadi biru (Hemraj, 2013; MacWilliams, 2013).

A B

Page 58: iii - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32810/1/UMMI... · UIN Syarif Hidayatullah Jakarta HALAMAN PERNYATAAN

44

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4.4.5. Hasil Uji Triple Sugar Iron

Pada pengujian lanjut sampel D2 pengenceran 10-1

didapatkan hasil pada

permukaan media berwarna kuning, pada bagian dasar media terbentuk endapan

berwarna hitam, dan media terangkat (Gambar 4.11). Permukaan berwarna kuning

menunjukkan bahwa pH pada media bersifat asam. Asam ini dihasilkan dari

fermentasi gula yang terkandung dalam media, yaitu laktosa, sukrosa, dan

glukosa. Bakteri yang memfermentasi glukosa dan laktosa akan menunjukkan

perubahan warna medium menjadi kuning dalam waktu lebih dari 24 jam dan jika

laktosa atau sukrosa difermentasi maka akan terbentuk asam dalam jumlah besar

yang mengakibatkan permukaan media dan bagian dasar media berubah menjadi

kuning. Terangkatnya media menunjukkan bahwa telah terbentuk gas. Gas ini

merupakan hasil dari fermentasi gula selain asam. Bagian dasar yang berwarna

hitam menunjukkan bahwa bakteri tersebut memproduksi H2S yang merupakan

hasil dari reduksi tiosulfat (Atlas, 2010; Jawetz et al., 2013).

Gambar 4.11 Gambar A media TSIA yang telah diinokulasi bakteri sebelum diinkubasi dan

gambar B media TSIA yang telah diinokulasi bakteri setelah masa inkubasi 48 jam dan

terjadi perubahan warna media menjadi kuning pada permukaan agar, hitam pada dasar

agar, dan agar sedikit terangkat.

Uji Triple Sugar Iron dilakukan untuk membedakan bakteri dari famili

Enterobacteriaceae berdasarkan kemampuannya memfermentasi laktosa, sukrosa,

glukosa, dan produksi H2S (Raghavan, 2015). Fermentasi laktosa, sukosa, dan

B A

Page 59: iii - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32810/1/UMMI... · UIN Syarif Hidayatullah Jakarta HALAMAN PERNYATAAN

45

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

glukosa dideteksi dengan perubahan warna pH indikator yaitu fenol red dari

merah menjadi kuning sedangkan produksi H2S dideteksi dari perubahan warna

media menjadi hitam.

Bakteri Escherichia coli akan menunjukkan hasil A/A,G dimana

permukaan media kuning dan bagian dasar kuning, pecah atau terangkat karena

produksi gas akan tetapi pada beberapa strain bakteri Escherichia coli mampu

mereduksi sulfur yang kemudian menghasilkan H2S. Pada sebuah penelitian,

tedapat 12 strain Escherichia coli yang menunjukkan perubahan warna menjadi

kuning pada bagian permukaan media dan bagian dasar, 5 strain yang

menunjukkan warna merah pada permukaan media dan warna kuning pada bagian

dasar media, dan 17 strain positif menghasilkan H2S pada bagian dasar media.

Menurut Darland dan Davis (1973), lebih dari 200 isolat yang memproduksi H2S

merupakan Escherichia coli (Layne et al., 1971; Leboffe dan Pierce, 2010; Maker

dan Washington II, 1974; Park HE et al., 2015).

4.4.6. Hasil Uji Produksi H2S

Media yang digunakan pada uji indol yaitu media Sulfide-Indole-Motility

(SIM) yang merupakan media multi test. Pada pengujian sampel D2, media SIM

berubah warna menjadi hitam (Gambar 4.12), hal ini menunjukkan bahwa bakteri

menghasilkan H2S. Meskipun Escherichia coli tidak khas memproduksi H2S

namun strain Escherichia coli yang memproduksi H2S sudah banyak diteliti

secara luas. Salah satu strain yang memproduksi H2S yaitu diisolasi dari

seseorang yang mengalami infeksi saluran kemih, selain itu juga ditemukan pada

feses babi. Lebih dari 200 isolat yang memproduksi H2S telah diidentifikasi

sebagai Escherichia coli (Darland dan Davis, 1973; Jones et al., 1978; Layne et

al., 1971; Maker dan Washington II, 1974; Park HE et al., 2015).

Media SIM mengandung pepton dan tiosulfat yang merupakan sumber

sulfur dan garam logam berat yaitu besi amonium sulfat yang berfungsi sebagai

indikator H2S. H2S diproduksi melalui reduksi sulfur anorganik seperti tiosulfat

ataupun sulfur organik seperti sistein. Hasil reduksi tersebut kemudian akan

bereaksi dengan besi amonium sulfat membentuk endapan berwarna hitam yang

Page 60: iii - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32810/1/UMMI... · UIN Syarif Hidayatullah Jakarta HALAMAN PERNYATAAN

46

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

tidak larut yang akan terlihat secara makroskopis setelah 18-24 jam. Perubahan

media seluruhnya menjadi hitam juga menunjukkan bahwa bakteri tersebut

bergerak seperti sifat Escherichia coli (Haque dan Sao, 2013; Jones et al., 1978;

Layne et al., 1971; Maker dan Washington II, 1974; Park HE et al., 2015).

Gambar 4.12 Gambar A merupakan media SIM yang telah diinokulasi bakteri sebelum

diinkubasi dan Gambar B media SIM yang telah diinokulasi bakteri dan diinkubasi selama 24

jam yang kemudian terjadi perubahan warna media menjadi hitam, Gambar C merupakan media

TSIA yang telah diinokulasi bakteri sebelum diinkubasi dan Gambar D media TSIA yang telah

diinokulasi bakteri dan diinkubasi selama 48 jam yang kemudian terjadi perubahan warna media

menjadi hitam pada dasar tabung.

4.4.7. Hasil Uji Motilitas

Hasil uji motilitas yang dilakukan pada sampel D2 menunjukkan bahwa

bakteri tersebut bersifat motil karena pada masa inkubasi 24 jam media berubah

menjadi keruh. Media yang digunakan pada uji ini yaitu media SIM (Sulfide-

Indole-Motility). Media ini digunakan karena merupakan media semisolid yang

dirancang untuk mendeteksi motilitas bakteri. Media semi solid mengandung agar

dengan konsentrasi 1,5%-0,4% yang dianggap mampu menjaga bentuknya ketika

ada pergerakan bakteri. Apabila suatu bakteri bersifat motil atau dapat bergerak

ditunjukkan dengan adanya pertumbuhan pada area tusukan yang ditandai dengan

perubahan media menjadi lebih keruh (Leboffe dan Pierce, 2011).

A D C B

Page 61: iii - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32810/1/UMMI... · UIN Syarif Hidayatullah Jakarta HALAMAN PERNYATAAN

47

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Berikut ini merupakan hasil uji secara keseluruhan semua sampel air

minum isi ulang dan hasil uji IMViC Escherichia coli menurut SNI 01-2897-1992:

Tabel 4.6 Uji keseluruhan sampel air minum isi ulang depot di Kelurahan Pondok Cabe Ilir

dan hasil uji Escherichia coli menurut SNI 01-2897-1992

D1 D2 D3 D4 D5 Tipikal

E.Coli

Atipikal

E.Coli

Uji sangkaan 0-0-0 1-0-0 0-0-0 0-0-0 0-0-0

Uji

konfirmasi

Tidak

dilakukan

1-0-0 Tidak

dilakukan

Tidak

dilakukan

Tidak

dilakukan

APM/mL <3 4 <3 <3 <3

Uji pada

media

Escherichia

coli broth

Tidak

dilakukan

Terbentuk

gelembung

Tidak

dilakukan

Tidak

dilakukan

Tidak

dilakukan

Uji pada

media Eosin

Methylene

Blue Agar

Tidak

dilakukan

Koloni

berwarna

hijau kilap

logam

Tidak

dilakukan

Tidak

dilakukan

Tidak

dilakukan

Pewarnaan

Gram

Tidak

dilakukan

Berwarna

merah,

bentuk

batang

Tidak

dilakukan

Tidak

dilakukan

Tidak

dilakukan

Indol Tidak

dilakukan

+

Tidak

dilakukan

Tidak

dilakukan

Tidak

dilakukan + -

Merah metil Tidak

dilakukan

+ Tidak

dilakukan

Tidak

dilakukan

Tidak

dilakukan + +

Voges

Proskauer

Tidak

dilakukan

- Tidak

dilakukan

Tidak

dilakukan

Tidak

dilakukan - -

Sitrat Tidak

dilakukan

- Tidak

dilakukan

Tidak

dilakukan

Tidak

dilakukan - -

Triple Sugar

Iron

Tidak

dilakukan

A/A, G,

H2S

Tidak

dilakukan

Tidak

dilakukan

Tidak

dilakukan

Motilitas Tidak

dilakukan

+

Tidak

dilakukan

Tidak

dilakukan

Tidak

dilakukan

Page 62: iii - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32810/1/UMMI... · UIN Syarif Hidayatullah Jakarta HALAMAN PERNYATAAN

48

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

(Lanjutan)

D1 D2 D3 D4 D5 Tipikal

E.Coli

Atipikal

E.Coli

Produksi

H2S

Tidak

dilakukan

+

Tidak

dilakukan

Tidak

dilakukan

Tidak

dilakukan

Keterangan:

Indol (+) : Terbentuk cincin merah

Merah metil (+) : Media biakan berwarna merah

Voges proskauer (-) : Media biakan berwarna coklat

Sitrat (-) : Tidak terjadi perubahan warna media

A/A, G, H2S : Permukaan dan bagian dasar berwarna kuning, agar terangkat,

terbentuk endapan hitam

Motilitas (+) : Terjadi pertumbuhan di daerah tusukan

Produksi H2S (+) : Media SIM dan TSIA berubah menjadi hitam

Berdasarkan hasil uji IMViC sampel D2 dibandingkan dengan hasil uji

IMViC Escherichia coli menurut SNI 01-2897-1992, bakteri yang terdapat dalam

sampel D2 merupakan tipikal Escherichia coli dan diperkuat dengan uji lainnya

seperti uji Triple sugar iron, motilitas, produksi H2S yang memperkuat bahwa

bakteri yang terkandung dalam sampel D2 adalah Escherichia coli.

Escherichia coli digunakan sebagai indikator kontaminasi fekal pada

makanan maupun air (Zahera et al., 2011). Pemeriksaan terhadap 27 air minum isi

ulang di Kota Bogor terdapat 1 sampel yang mengandung Escherichia coli dengan

nilai 3/100 mL (Pratiwi, 2007). Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Radji et

al (2008) pada 13 sampel air minum isi ulang di daerah Lenteng Agung dan

Srengseng Sawah, Jakarta Selatan yang diuji tidak ada satu pun yang mengandung

bakteri Escherichia coli. Penelitian yang dilakukan di Kota Manado terhadap 9

sampel air minum isi ulang terdapat 7 sampel tercemar Escherichia coli

(Bambang et al., 2014). Pada tahun 2015 telah dilakukan penelitian serupa di

Kelurahan Pisangan dan Cirendeu kota Tangerang Selatan dan hasilnya yaitu 5

sampel mengandung Escherichia coli dari 9 sampel air minum isi ulang yang diuji

(Raharja, 2015). Pemeriksaan pada 8 air minum isi ulang di Kelurahan Ranotana-

Page 63: iii - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32810/1/UMMI... · UIN Syarif Hidayatullah Jakarta HALAMAN PERNYATAAN

49

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Weru dan Karombasan Selatan tercemar Escherichia coli dengan jumlah 240/200

mL (Walangitan et al., 2016).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti didapatkan satu sampel air

minum isi ulang di Kelurahan Pondok Cabe Ilir yang tercemar bakteri Escherichia

coli. Hasil yang didapat tidak jauh berbeda dengan hasil penelitian-penelitian

yang dilakukan sebelumnya, yaitu sebagian besar penelitian menemukan air

minum isi ulang yang tercemar bakteri Escherichia coli pada beberapa sampel.

Faktor lain yang memengaruh ada tidaknya cemaran bakteri Coliform

maupun Escherichia coli yaitu asal air baku. Air baku pada semua depot air

minum isi ulang berasal dari Bogor yaitu dari mata air pegunungan. Menurut

Rahayu et al (2013), air baku yang bersumber dari mata air mempunyai kualitas

baik (57,5%) dibandingkan dengan air baku yang bersumber dari PAM (25%) dan

sumur (20%). Hal ini seperti kondisi sebagian besar air minum isi ulang di

Kelurahan Pondok Cabe Ilir dimana 4 dari 5 depot memenuhi syarat mikrobiologi

dan hanya 1 yang tidak memenuhi syarat.

Diare adalah salah satu penyakit yang disebabkan karena minuman

(waterborne diseases). Diperkirakan 842.000 kematian terjadi tiap tahun di

seluruh dunia akibat diare (WHO, 2014). Serotype Escherichia coli yang dapat

menyebabkan diare pada manusia yaitu Enterotoxigenic Escherichia coli (ETEC).

Diare yang ditimbulkan dapat menyebabkan kematian pada bayi, terutama bayi

yang tidak terjaga kebersihannya atau pun bayi yang kekurangan gizi di negara

berkembang.

Patogenesis Enterotoxigenic Escherichia coli (ETEC) melibatkan 2

tahapan, yaitu:

1. Kolonisasi Escherichia coli pada saluran pencernaan yang diikuti pelepasan

enterotoksin yang bersifat diaregenik. Enterotoksin yang stabil panas (heat-

stable enterotoxin/ ST) dapat menstimulasi guanilat siklase intestinal yaitu

enzim yang mengkonversi guanosine 5′-triphosphate (GTP) menjadi cyclic

guanosine 5′-monophosphate (cGMP). Peningkatan cGMP intraselular

mengakibatkan sekresi cairan.

Page 64: iii - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32810/1/UMMI... · UIN Syarif Hidayatullah Jakarta HALAMAN PERNYATAAN

50

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Enterotoksin yang tidak stabil panas (Heat-labile enterotoxin/ LT

(enterotroksin labil pemanasan) terdiri dari 2 subunit, yaitu subunit A dan

subunit B. Subunit A akan diaktivasi dengan pembelahan ikatan peptida

kemudian mengkatalisasi ADP-ribosilasi dari subunit membran yang terikat

adenilat siklase yaitu enzim yang mengubah ATP menjadi cAMP. Setelah itu

akan teraktivasi adenilat siklas yang kemudian diproduksi cAMP intraseluler

yang berlebih yang akan menyebabkan hipersekresi air dan elektrolit pada usus

besar.

Apabila seseorang meminum air yang tercemar bakteri Escherichia coli,

tidak selalu akan menimbulkan diare karena tubuh memiliki pertahanan untuk

melawan Escherichia coli melalui asam lambung, motilitas usus halus, dan

populasi flora normal pada usus besar (Evans dan Evans, 1996).

Page 65: iii - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32810/1/UMMI... · UIN Syarif Hidayatullah Jakarta HALAMAN PERNYATAAN

51 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Satu dari 5 sampel Air Minum Isi Ulang (AMIU) dari depot di

Kelurahan Pondok Cabe Ilir yang telah diuji dengan menggunakan metode

Angka Paling Mungkin (APM) tercemar bakteri Coliform dengan nilai 4

Coliform/mL dan 4 sampel lainnya bernilai 3 Coliform/mL dan dianggap

negatif. Satu dari 5 sampel Air Minum Isi Ulang (AMIU) dari depot di

Kelurahan Pondok Cabe Ilir yang telah diuji tercemar Escherichia coli.

5.2 Saran

Masyarakat sebaiknya lebih selektif dalam mengonsumsi air minum isi

ulang depot

Diharapkan instansi terkait dapat mengawasi lebih ketat kualitas air

minum isi ulang depot

Diharapkan kepada pemilik usaha air minum isi ulang untuk mematuhi

peraturan yang berlaku

Untuk penelitian selanjutnya analisis cemaran mikroba dapat

menggunakan PCR

Page 66: iii - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32810/1/UMMI... · UIN Syarif Hidayatullah Jakarta HALAMAN PERNYATAAN

52

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR PUSTAKA

Anies dan Khoeriyah, Ari. 2015. Aspek Kualitas Bakteriologis Depot Air Minum

Isi Ulang (DAMIU) di Kabupaten Bandung Barat. eISSN: 2338-6223;

http://dx.doi.org/10.15395/mkb.v47n3.594 2015

Anonim. 2012. Manual of Methods of Analysis of Foods, Microbiological Testing.

New Delhi: Food safety and standards authority of India ministry of health

and family welfare government of India

Anonim. Microbiological Testing of Foods, Beverages, Drinking Water and

Pharmaceuticals. Sartorius

APHA. 1992. Methods for the Examination of Water and Wastewater, 18th

Edition. American Public Health Association: Washington DC

Aqielatunnisa’, Afifah. 2015. Analisis Coliform (Fekal dan Non Fekal) sebagai

Indikator Kualitas Perairan Sungai Gajah Wong, Daerah Istimewa

Yogyakarta. Skripsi. Program Studi Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi,

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga: Yogyakarta

Atlas, Ronald M. 2010. Handbook of Microbiological Media, 4th Edition. CRC

Press: Washington, DC

Badan Standardisasi Nasional. 1992. SNI 01-2897-1992. BSN: Jakarta

Bambang, Andrian G, Fatimawali, dan Kojong, Novel S. 2014. Analisis Cemaran

Bakteri Coliform dan Identifikasi Escherichia coli pada Air Isi Ulang dari

Depot di Kota Manado. Pharmacon Jurnal Ilmiah Farmasi–UNSRAT Vol.

3 No. 3 Agustus 2014 ISSN 2302 – 2493

Baylis, Chris et al. 2011. The Enterobacteriaceae and Their Significance to the

Food Industry. ILSI Europe: Belgia

BPOM RI. 2008. Info POM: Pengujian Mikrobiologi Pangan Vol. 9 ISSN 1829-

9334

Page 67: iii - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32810/1/UMMI... · UIN Syarif Hidayatullah Jakarta HALAMAN PERNYATAAN

53

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BPOM. 2003. Kemanan Pangan. Buletin POM 04/Tahun II/2003

Breed, Robert S., Murray, E G D., dan Smith, Nathan R. 1957. Bargey’s Manual

of Determinative Bacteriology Seventh Edition. Baltimore The Williams &

Wilkins Company: United States

Cabral, João P. S. 2010. Review: Water Microbiology Bacterial Pathogens and

Water. International Journal of Environmental Research and Public Health

ISSN 1660-4601

Clarke, Patricia H. 1955. Methods for Determining the Biochemical Activities of

Micro-organisms as applied to Classification. J. Gen, Microbiol Vol. 12,

halaman 337-343

Darland, Gary dan Davis, Betty R. 1973. Biochemical and Serological

Characterization of Hydrogen Sulfide-Positive Variants of Escherichia coli.

Applied Microbiology January, 1974 halaman 54-58

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2010. Farmakope Indonesia. Edisi

IV. Depkes RI: Jakarta

E, H Park et al. 2015. Virulence Factors, Antimicrobial Resistance Patterns, and

Genetic Characteristics of Hydrogen Sulfide-Producing Escherichia coli

Isolated from Swine. Korean Medical Citation Index

Edberg, S.C., Rice, E.W., Karlin, R.J., dan Allen, M.J. 2000. Escherichia coli: the

best biological drinking water indicator for public health protection. Journal

of Applied Microbiology, 88, 106S-116S

El-Hadedy, Doaa dan El-Nour, Salwa Abu. 2012. Identification of Staphylococcus

aureus and Escherichia coli Isolated from Egyptian Food by Conventional

and Molecular Methods. Journal of Genetic Engineering and Biotechnology

halaman 129-135

Evans, Doyle J. Jr. dan Evans, Dolores G. 1996. Medical Microbiology 4th

Edition, Chapter 25 Escherichia coli in Diarrheal Disease. University of

Texas Medical Branch at Galveston

Page 68: iii - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32810/1/UMMI... · UIN Syarif Hidayatullah Jakarta HALAMAN PERNYATAAN

54

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Febrianto, Vicki. “40 persen Depo Isi Ulang Air Mineral Terkontaminasi

Bakteri”. 8 Desember 2015. http://www.antaranews.com/berita/387369/40-

persen-depo-isi-ulang-air-mineral-terkontaminasi-bakteri

Goldman, Emanuel dan H.Green, Lorrence. 2009. Practical Handbook of

Microbiology second edition. CRC Press: London

Hemraj, Vashist et al,. 2013. A Review on Commonly Used Biochemical Test for

Bacteria. Innovare Journal of Life Science: India

Indirawati, Sri Malem. 2009. Analisis Higiene Sanitasi dan Kualitas Air Minum

Isi Ulang (AMIU) Berdasarkan Sumber Air Baku pada Depot Air Minum di

Kota Medan. Tesis. Sekolah Pascasarjanana Universitas Sumatera Utara:

Medan

Jawetz, Melnick, Adelberg’s. 2013. Medical Microbiology 26th Edition. Mc Graw

Hill Lange: United States

Keman, Soedjaja. 2005. Quality Refilled Drinking Water in Surabaya City. Folia

Medica Indonesiana Vol. 41 No. 1 January – March 2005

Kementrian Kesehatan RI. 2008. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2007.

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan,

Republik Indonesia: Jakarta

_________. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2013. Badan Penelitian dan

Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan, Republik Indonesia:

Jakarta

Kiiyukia, Ciira. 2003. Laboratory Manual of Food Microbiology for Ethiopian

Health and Nutririon Reseacrh Institute

Layne, Porter et al. 1971. Extrachromosomal Nature of Hydrogen Sulfide

Production in Escherichia coli. Journal of Bacteriology Vol. 106 No.3

halaman 1029-1030

Leboffe, Michael J., Pierce, Burton E. 2010. A Photographic Atlas for the

Microbiology Laboratory,4th Edition. Morton: Colorado Maker, Mayron D

Page 69: iii - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32810/1/UMMI... · UIN Syarif Hidayatullah Jakarta HALAMAN PERNYATAAN

55

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

dan Washington II, John A. 1974. Hydrogen Sulfide-Producing Variants of

Escherichia coli. Applied Microbiology Vol. 28 No.2, Aug 1974 halaman

303-306

Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia. 2003. Keputusan

Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia Nomor:

705/MPP/Kep/11/2003 Tentang Persyaratan Teknis Industri Air Minum

Dalam Kemasan dan Perdangannnya

Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia. 2004. Keputusan

Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia Nomor :

651/Mpp /Kep/10/2004 Tentang Persyaratan Teknis Depot Air Minum dan

Perdagangannya

Mirza, Muhammad Navis. 2014. Hygiene Sanitasi dan Jumlah Coliform Air

Minum. Jurnal Kesehatan Masyarakat, KEMAS (9) (2014) 167-173

Müller, Volker. 2001. Bacterial Fermentation. Encyclopedia of life sciences.

Nature publishing group: Jerman

Murray, EGD et al. 1957. Bergey’s Manual of Determinative Bacteriology, 7th

ed. The Williams & Wilkins Company: USA

Natalia, Lidya Ayu et al. 2014. Kajian Kualitas Bakteriologis Air Minum Isi

Ulang di Kabupaten Blora. Unnes Journal of Life Science ISSN 2252-6277

Natalia, Lidya Ayu. 2014. Kajian Kualitas Bakteriologis Air Minum Isi Ulang di

Kabupaten Blora Melalui Metode Most Probable Number. Skripsi. Jurusan

Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Negeri Semarang: Semarang

Pelczar MJJr dan Chan, ECS. 2005. Dasar-Dasar Mikrobiologi. UI Press: Jakarta

Pepper, I.L., Gerba, C.P. 2004. Environmental Microbiology A Laboratory

Manual, Second Edition. Elsevier Academic Press: USA

Pommerville, Jeffrey C. 2011. Alcamo’s Fundamentals of Microbiology Ninth

Edition. Jones and Bartlett Publishers, LLC: Sudburry

Page 70: iii - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32810/1/UMMI... · UIN Syarif Hidayatullah Jakarta HALAMAN PERNYATAAN

56

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Pratiwi, Astri Wulandari. 2007. Kualitas Bakteriologis Air Minum Isi Ulang di

Wilayah Kota Bogor. KESMAS, Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional

Vol. 2, No. 2, Oktober 2007

Pratiwi, Sylvia T. 2008. Mikrobiologi Farmasi. Penerbit Erlangga: Jakarta

Prihatini, Rohmania. 2012. Kualitas Air Minum Isi Ulang pada Depot Air Minum

di Wilayah Kabupaten Bogor Tahun 2008-2011. Skripsi. Fakultas

Kesehatan Masyarakat, Program Sudi Ilmu Kesehatan Masyarakat,

Universitas Indonesia

Radji M. 2006. Penuntun Praktikum Mikrobiologi Farmasi. Edisi 2. Departemen

Farmasi FMIPA UI: Depok

Radji, Maksum., Oktavia, Heria., Suryadi, Herman. 2008. Pemeriksaan

Bakteriologis Air Minum Isi Ulang di Beberapa Depo Air Minum Isi Ulang

di Daerah Lenteng Agung dan Srengseng Sawah Jakarta Selatan. Majalah

Ilmu Kefarmasian Vol V No.2 ISSN: 1693-9883

Raghavan, Remmia. 2015. Studies of Pathogens in Orthopedic Injuries in a

Tertiary Care Hospital and Parasitic Indec in School Children academy of

Medical Science, Pariyaram, Kannur, Kerala. ISSN 2231-5063 Volume 4

Issue 12

Rahayu, Cecilia Sri., Setiani, Onny., dan Nurjazuli. 2013. Faktor Risiko

Pencemaran Mikrobiologi pada Air Minum Isi Ulang di Kabupaten Tegal.

Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia (12)

Ramadhan, Bilal dan Sri Handayani, Lilis. “Waduh, Puluhan Depot Isi Ulang Air

Minum Mengandung Bakteri!”.

http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/14/03/20/n2qeij-waduh-

puluhan-depot-isi-ulang-air-minum-mengandung-bakteri 8 Desember 2015

Rompre, Annie et al. 2002. Detection and Enumeration of Coliforms in Drinking

Water: Current Methods and Emerging Aprroaches. Journal of

Microbiological Methods 49

Page 71: iii - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32810/1/UMMI... · UIN Syarif Hidayatullah Jakarta HALAMAN PERNYATAAN

57

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Seksi Penyehatan Lingkungan dan Makanan Minuman Dinas Kesehatan Kota

Tangerang Selatan. Sehatkah Air Minum Isi Ulang yang Anda Konsumsi?”.

http://dinkes.tangerangselatankota.go.id/informasi-dinas-kesehatan/2013-

03-12-07-48-58/info-kesehatan-lingkungan/item/169-sehatkah-air-minum-

isi-ulang-yang-anda-konsumsi 5 Desember 2015

Simatupang, Sahat. “4 Tewas Setelah Minum Air Isi Ulang di Deli Serdang”.

http://m/tempo.co/read/news/2015/03/28/173653578/4-tewas-setelah-

minum-isi-ulang-di-deli-serdang 17 Maret 2016

Stevens, Ashbolt Nicholas, dan Cunliffe David. 2003. Review of Coliforms: As

Microbial Indicators of Drinking Water Quality. National Health and

Medical Research Council: Canbera

Suprihatin, Bambang dan Andriyani, Retno. 2008. Higiene sanitasi Depot Air

Minum Isi Ulang di Kecmatan Tanjung redep Kabupaten Berau Kalimantan

Timur. Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol. 4 No.2, Januari 2008: 81-88

Suriawiria, Unus. 2003. Mikrobiologi Air dan Dasar-Dasar Pengelolaan

Buangan secara Biologis. Penerbit P.T Alumni: Bandung

Tendeken, Felix. “Ditemukan Air Minum Isi Ulang Mengandung Bakteri E.Coli

di Manado, 20 Depot Tutup”.

http://manado.tribunnews.com/2016/01/30/ditemukan-air-minum-isi-ulang-

mengandung-bakteri-e-coli-di-manado-20-depot-tutup 17 Maret 2016

UNESCO. 2015. Water for Sustainable World

Violita, Maria Asumpta Agustini., Hastuti, Susanti P., dan Dewi Lusiawati. 2010.

Kajian Kualitas air Minum Isi Ulang (AMIU) yang Ada di Daerah Salatiga

dan Sekitarnya. Prosiding Seminar Nasional Sains dan Pendidikan Sains

UKSW

Walangitan, Maria R et al. 2016. Gambaran Kualitas Air Minum dari Depot Air

Minum Isi Ulang di Kelurahan Ranotana-Weru dan Kelurahan Karombasan

Page 72: iii - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32810/1/UMMI... · UIN Syarif Hidayatullah Jakarta HALAMAN PERNYATAAN

58

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Selatan Menurut Parameter Mikrobiologi. Jurnal Kedokteran Komunitas

dan Tropik Vol IV No. 1 Februari 2016

Warner, Nathaniel R, et al. 2007. Drinking water quality in Nepal’s Kathmandu

Valley: a survey and assessment of selected controlling site characteristic.

Hydrogeology Journal (2008) 16: 321–334

Werkman, C.H. 1930. An Improved Technic for the Voges-Proskauer Test.

Bacteriology Section, Iowa Agricultural Experiment Station, Ames

WHO. http://www.who.int/water_sanitation_health/diseases/en/. Diakses tanggal

2 Juni 2016

Widiyanti, Ni Luh Putu Manik dan Ristiati, Ni Putu. 2004. Analisis Kualitatif

Bakteri Koliform pada Depo Air Minum Isi Ulang di Kota Singaraja Bali.

Jurnal Ekologi Kesehatan, Vol 3 No 1, April 2004: 64 – 73l

Zahera, Manaal et al., 2011. Isolation, Identification and Characterization of

Escherichia Coli from Urine Samples and their Antibiotic Sensitivity

Pattern. European Journal of Experimental Biology, 2011, 1 (2):118-124

ISSN: 2248 –9215

Page 73: iii - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32810/1/UMMI... · UIN Syarif Hidayatullah Jakarta HALAMAN PERNYATAAN

59

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

LAMPIRAN

Page 74: iii - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32810/1/UMMI... · UIN Syarif Hidayatullah Jakarta HALAMAN PERNYATAAN

60

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 1. Sertifikat Analisis

Page 75: iii - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32810/1/UMMI... · UIN Syarif Hidayatullah Jakarta HALAMAN PERNYATAAN

61

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

(Lanjutan)

Page 76: iii - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32810/1/UMMI... · UIN Syarif Hidayatullah Jakarta HALAMAN PERNYATAAN

62

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

(Lanjutan)

Page 77: iii - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32810/1/UMMI... · UIN Syarif Hidayatullah Jakarta HALAMAN PERNYATAAN

63

Page 78: iii - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32810/1/UMMI... · UIN Syarif Hidayatullah Jakarta HALAMAN PERNYATAAN

64

Page 79: iii - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32810/1/UMMI... · UIN Syarif Hidayatullah Jakarta HALAMAN PERNYATAAN

65

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 2. Bagan Alur Penelitian

Survey Depot Air Minum Isi

Ulang (DAMIU) di

Keluarahan Pondok Cabe Ilir

Perizinan pengambilan sampel

di seluruh depot

Uji triple

sugar iron

Pengambilan sampel,

wawancara, dan pengamatan

kondisi depot

Uji sangkaan

Sampel dibawa ke

laboratorium tidak lebih dari

24 jam untuk dianalisis

Uji IMViC

Uji Identifikasi

Escherichia coli

Uji Konfirmasi

Uji oges

proskauer

Uji merah

metil

Uji indol

Uji sitrat

Pewarnaan

Gram

Page 80: iii - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32810/1/UMMI... · UIN Syarif Hidayatullah Jakarta HALAMAN PERNYATAAN

66

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 3. Pembuatan Media Pertumbuhan

1. Media Lactose Broth (LB)

Sebanyak 13 gram agar dilarutkan dalam 1 liter akuades kemudian

dipanaskan dengan menggunakan hot plate dan dihomogenkan dengan magnetic

stirrer. Sebanyak 5 mL media dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang telah

berisi tabung durham dan ditutup dengan sumbat. Lalu media disterilisasi dengan

menggunakan autoklaf pada suhu 121ºC selama 15 menit.

2. Media Brilliant Green Lactose Bile Broth 2% (BGLB 2%)

Sebanyak 40 gram agar dilarutkan dalam 1 liter akuades kemudian

dipanaskan dengan menggunakan hot plate dan dihomogenkan dengan magnetic

stirrer. Sebanyak 10 mL media dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang telah

berisi tabung durham dan ditutup dengan sumbat. Lalu media disterilisasi dengan

menggunakan autoklaf pada suhu 121ºC selama 15 menit.

3. Media Escherichia coli Broth (EC Broth)

Sebanyak 37 gram agar dilarutkan dalam 1 liter akuades kemudian

dipanaskan dengan menggunakan hot plate dan dihomogenkan dengan magnetic

stirrer. Setelah itu dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang telah berisi tabung

durham dan ditutup dengan sumbat. Lalu media disterilisasi dengan menggunakan

autoklaf pada suhu 121ºC selama 15 menit.

4. Media Eosin Methylene Blue Agar (EMBA)

Sebanyak 37,5 gram agar dilarutkan dalam 1 liter akuades kemudian

dipanaskan dengan menggunakan hot plate dan dihomogenkan dengan magnetic

stirrer. Lalu media disterilisasi dengan menggunakan autoklaf pada suhu 121ºC

selama 15 menit.

5. Media Nutrient Agar (NA)

Sebanyak 20 gram agar dilarutkan dalam 1 liter akuades kemudian

didihkan menggunakan hot plate dan dihomogenkan menggunakan magnetic

stirrer lalu media dimasukkan ke dalam tabung reaksi masing-masing sebanyak 5

Page 81: iii - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32810/1/UMMI... · UIN Syarif Hidayatullah Jakarta HALAMAN PERNYATAAN

67

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

mL kemudian disterilisasi dengan autoklaf pada 121ºC selama 15 menit. Setelah

disterilisasi media segera dikeluarkan dan dimiringkan kemudian ditunggu hingga

membeku.

6. Media Sulfide-Indole-Motility (SIM)

Sebanayak 30 gram agar dilarutkan dalam 1 liter akuades kemudian

dipanaskan menggunakan hot plate dan dihomogenkan menggunakan magnetic

stirrer lalu disterilisasi dengan autoklaf pada 121ºC selama 15 menit.

7. Media Methyl Red-Voges Proskauer (MR-VP)

Sebanyak 17 gram agar dilarutkan dalam 1 liter akuades kemudian

dipanaskan menggunakan hot plate dan dihomogenkan menggunakan magnetic

stirrer lalu disterilisasi dengan autoklaf pada 121ºC selama 15 menit.

8. Media Simon sitrat

Sebanyak 24,2 gram agar dilarutkan dalam 1 liter akuades kemudian

dipanaskan menggunakan hot plate dan dihomogenkan menggunakan magnetic

stirrer lalu disterilisasi dengan autoklaf pada 121ºC selama 15 menit.

9. Media Triple Sugar Iron Agar (TSIA)

Sebanyak 65 gram agar dilarutkan dalam 1 liter akuades kemudian

dipanaskan menggunakan hot plate dan dihomogenkan menggunakan magnetic

stirrer lalu media dimasukkan ke dalam tabung reaksi masing-masing sebanyak

sekitar 5 ml kemudian disterilisasi dengan autoklaf pada 121ºC selama 15 menit.

Setelah disterilisasi media segera dikeluarkan dan dimiringkan dengan syarat

bagian bawah media harus dalam sehingga tercipta lingkungan yang aerob dan

anaerob, kemudian ditunggu hingga membeku.

Page 82: iii - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32810/1/UMMI... · UIN Syarif Hidayatullah Jakarta HALAMAN PERNYATAAN

68

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 4. Bagan Prosedur Kerja Uji Sangkaan

Diambil

1 mL

Sampel 10-1

10-2

10-3

Diambil 1 mL Diambil 1 mL

Inkubasi selama 24 -48 jam pada suhu 36ºC±1ºC dan dicatat jumlah

tabung yang menghasilkan gelembung pada tabung durham dan

kekeruhan pada media.

5 mL Lactose Broth

dan tabung durham

5 mL Lactose Broth

dan tabung durham 5 mL Lactose Broth

dan tabung durham

1 mL 1 mL 1 mL 1 mL 1 mL 1 mL 1 mL 1 mL 1 mL

Page 83: iii - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32810/1/UMMI... · UIN Syarif Hidayatullah Jakarta HALAMAN PERNYATAAN

69

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 5. Bagan Prosedur Kerja Uji Penegasan

Tabung

positif

Diambil 1 ose

10 mL media

Brilliant Green

Lactose Bile

Broth 2%

Inkubasi selama 24-48 jam

pada suhu 36ºC±1ºC dan

dicatat jumlah tabung yang

positif

Page 84: iii - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32810/1/UMMI... · UIN Syarif Hidayatullah Jakarta HALAMAN PERNYATAAN

70

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 6. Bagan Prosedur Kerja Uji Identifikasi Escherichia coli

Media miring Nutrient Agar (NA)

Tabung positif dari uji sangkaan

Diambil 1 ose

Media E.C Broth

Inkubasi pada waterbath suhu 44-45ºC selama

24-48 jam dan dicatat tabung yang positif

Tabung positif dalam media E.C Broth

Diambil 1 ose

Media Eosin Methylene Blue Agar (EMBA)

Inkubasi pada suhu 35ºC selama 24 jam dan

dipilih koloni kilap logam berwarna hijau

Inkubasi pada suhu 35ºC selama 18-24 jam dan dilanjutkan

pewarnaan Gram, uji IMViC, dan triple sugar iron

Diambil 1 ose

Page 85: iii - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32810/1/UMMI... · UIN Syarif Hidayatullah Jakarta HALAMAN PERNYATAAN

71

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 7. Bagan Pewarnaan Gram

Dibuat apusan bakteri pada kaca

objek

Ditetesi larutan kristal violet

dibiarkan selama 1 menit

Dicuci air mengalir dan dikering

anginkan

Ditetesi beberapa tetes Lugol lalu

dibiarkan selama 1 menit

Dicuci air mengalir dan dikering

anginkan

Dicuci dengan alkohol 96% selama

30 detik

Dicuci dengan air mengalir dan

dikering anginkan

Ditetesi beberapa tetes safranin lalu

biarkan selama 10-30 detik

Dicuci air mengalir dan dikering

anginkan

Diamati di bawah mikroskop

Page 86: iii - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32810/1/UMMI... · UIN Syarif Hidayatullah Jakarta HALAMAN PERNYATAAN

72

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 8. Bagan Uji IMViC

Uji Indol

Uji Merah Metil

Uji Voges Proskauer

Uji Sitrat

Agar

miring NA

Diambil

1 ose Inkubasi pada

suhu 37ºC

selama 24 jam

0,5 mL reagen

KOVAC

Media

SIM

Diambil

1 ose Inkubasi pada

suhu 35ºC

selama 48 jam

5 mL biakan

+

5 tetes metil

merah

Dikocok

Media

MR-VP

Agar

miring NA

Diambil

1 ose Inkubasi pada

suhu 36±1ºC

selama 48 jam

1 mL biakan

+

0,6 mL α-Naftol

+

0,2 mL KOH

Dikocok, didiamkan

2-4 jam Agar

miring NA Media

MR-VP

Diambil

1 ose

Inkubasi pada

suhu 35ºC

selama 48-96

jam Agar

miring NA

Media

Simmon

Sitrat

Page 87: iii - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32810/1/UMMI... · UIN Syarif Hidayatullah Jakarta HALAMAN PERNYATAAN

73

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 9. Bagan Prosedur Kerja Uji Triple Sugar Iron

Diambil

1 ose

Agar

miring NA

Media

TSIA

Agar

miring NA Media

TSIA

Inkubasi pada

suhu 37ºC

selama 20-48

jam

Diambil

1 ose

Page 88: iii - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32810/1/UMMI... · UIN Syarif Hidayatullah Jakarta HALAMAN PERNYATAAN

74

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 10. Tabel Angka Paling Mungkin (APM) Menggunakan 3 Tabung

Kombinasi Tabung yang Positif APM per gram atau

per mL 1:10 1:100 1:1000

0 0 0 <3

0 0 1 3

0 1 0 3

1 0 0 4

1 0 1 7

1 1 0 7

1 1 1 11

1 2 0 11

2 0 0 9

2 0 1 14

2 1 0 15

2 1 1 20

2 2 0 21

2 2 1 28

3 0 0 23

3 0 1 39

3 0 2 64

3 1 0 43

3 1 1 75

3 1 2 120

3 2 0 93

3 2 1 150

3 2 2 210

3 3 0 240

3 3 1 460

3 3 2 1100

3 3 3 >2400

Sumber: SNI 01-2897-1992

Page 89: iii - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32810/1/UMMI... · UIN Syarif Hidayatullah Jakarta HALAMAN PERNYATAAN

75

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 11. Hasil Uji Sangkaan

Sampel 10-1

10-2

10-3

D1 24 jam

48 jam

24 jam

48 jam

24 jam

48 jam

D2 24 jam

24 jam

24 jam

Page 90: iii - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32810/1/UMMI... · UIN Syarif Hidayatullah Jakarta HALAMAN PERNYATAAN

76

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

48 jam

48 jam

48 jam

D3 24 jam

48 jam

24 jam

48 jam

24 jam

48 jam

Page 91: iii - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32810/1/UMMI... · UIN Syarif Hidayatullah Jakarta HALAMAN PERNYATAAN

77

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

D4 24 jam

48 jam

24 jam

48 jam

24 jam

48 jam

Page 92: iii - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32810/1/UMMI... · UIN Syarif Hidayatullah Jakarta HALAMAN PERNYATAAN

78

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

D5 24 jam

48 jam

24 jam

48 jam

24 jam

48 jam

Page 93: iii - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32810/1/UMMI... · UIN Syarif Hidayatullah Jakarta HALAMAN PERNYATAAN

79

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Blangko

(D1 dan

D2)

24 jam

48 jam

Blangko

2

(D3,D4,

D5)

24 jam

48 jam

Page 94: iii - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32810/1/UMMI... · UIN Syarif Hidayatullah Jakarta HALAMAN PERNYATAAN

80

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 12. Persyaratan Kualitas Air Minum

Page 95: iii - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32810/1/UMMI... · UIN Syarif Hidayatullah Jakarta HALAMAN PERNYATAAN

81

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

(Lanjutan)

Page 96: iii - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32810/1/UMMI... · UIN Syarif Hidayatullah Jakarta HALAMAN PERNYATAAN

82

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

(Lanjutan )

Page 97: iii - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32810/1/UMMI... · UIN Syarif Hidayatullah Jakarta HALAMAN PERNYATAAN

83

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

(Lanjutan)