II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Minuman Jeli (Jelly Drink)eprints.umm.ac.id/50663/2/BAB 2.pdf · (meq...
Transcript of II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Minuman Jeli (Jelly Drink)eprints.umm.ac.id/50663/2/BAB 2.pdf · (meq...
5
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Minuman Jeli (Jelly Drink)
Minuman jeli (jelly drink) merupakan produk minuman yang dibuat dengan
bahan utama berupa hidrokoloid yang akan menghasilkan struktur kenyal bila
dicampurkan dengan air. Hidrokoloid merupakan suatu polimer yang larut dalam
air, mampu membentuk koloid dan mampu mengentalkan larutan atau membentuk
gel dari larutan tersebut. Jenis hidrokoloid yang dapat digunakan adalah agar dan
karagenan. Jelly drinkyang terbuat dari agar bertekstur sangat rapuh dan mudah
hancur, tidak bertahan lama di mulut. Sedangkan minuman jeli yang terbuat dari
karagenan bertekstur lebih lembut dan empuk dibandingkan yang terbuat dari agar
(Ferizal, 2005).
Pembuatan jelly drink merupakan salah satu cara untuk mengurangi limbah
buah yang melimpah saat panen. Menghasilkan minuman jelly bermutu baik dari
buah yang melimpah saat panen merupakan tantangan yang sangat penting, karena
dapat mengurangi limbah buah dan menghasilkan keuntungan (Ingham, 2008).
Jelly drink dibuat dari sari buah khususnya buah yang mengandung pektin dengan
penambahan gula, asam dan air. Jelly drink merupakan minuman ringan berbentuk
gel, umumnya minuman jeli memiliki sifat elastis namun konsistensinya atau
kekuatan gelnya lebih lemah bila dibandingkan jelly agar. Keunggulan dari jelly
drink yaitu bukan hanya sekedar minuman, tapi sekaligus dapat dipakai untuk
menunda rasa lapar.
Jelly drink dapat mengurangi rasa lapar karena pada komposisi dasar
minuman ini terdapat gula pasir (gula pasir) yang dengan mudah dapat
dimetabolisme oleh tubuh untuk menghasilkan energi. Menurut Koswara (2009),
6
jelly merupakan makanan setengah padat yang dibuat dari buah-buahan dan gula
dengan kandungan total padatan minimal 65%. Komposisi bahan mentahnya ialah
45% bagian buah dan 55% bagian gula. Pembuatan jelly tidak menggunakan pulp
tetapi sari buah. Jelly yang baik memiliki tekstur yang kenyal, transparan, serta
memiliki aroma dan rasa buah yang asli.
Jelly drink dapat terbuat dari ekstrak buah-buahan maupun tidak. Buah yang
dapat digunakan untuk pembuatan jelly drink adalah buah dengan tingkat keasaman
yang cukup tinggi dan mengandung pectin. Hal ini dikarenakan tingkat keasaman
dan pektin akan mempengaruhi pembentukan gel. pH optimum untuk pembentukan
gel karagenan adalah 3,0-4,0. Keberadaan pektin dapat digantikan dengan
hidrokoloid lain, contohnya karagenan dan agar (Noer, 2007).
Prinsipnya semua jenis buah dapat digunakan untuk membuat jelly, terutama
buah yang mengandung pektin. Untuk menghasilkan pektin yang banyak, buah
yang digunakan sebaiknya matang fisiologis, namun untuk mendapatkan cita rasa
(aroma dan rasa) digunakan buah yang sudah matang morfologis. Sebaiknya dalam
pembuatan jelly digunakan buah matang fisiologis dan matang morfologis dengan
perbandingan yang sama untuk menghasilkan komposisi pektin yang tepat dan cita
rasa yang baik (Koswara, 2009).
2.2 Karakteristik Jelly drink
Minuman jelly merupakan minuman dengan viskositas tinggi yang dibuat dari
sari buah khususnya buah yang mengandung pektin dengan penambahan gula,
asam, dan air atau bahan-bahan lain yang diijinkan serta melalui proses
penyaringan, pemanasan, dan pendinginan (Rachman, 2005). Minuman jelly
mempunyai rasa khas manis dan asam. Jika komposisi gula dan sari buah tidak
7
seimbang maka gel yang terbentuk akan tidak sempurna sebab gula diperlukan
dalam membantu pembentukan gel. Gula yang digunakan dalam pembuatan
minuman jelly adalah gula pasir. Banyaknya gula yang ditambahkan sebanding
dengan keasaman buah yang digunakan (Kholiq, 2011).
Syarat minuman jeli yang baik adalah transparan, mempunyai aroma serta
rasa buah asli. Tekstur yang diinginkan adalah kental, saat dikonsumsi
menggunakan bantuan sedotan mudah hancur, namun bentuk gelnya masih terasa
dimulut. Gula yang ditambahkan pada minuman jeli memiliki pengaruh yaitu
semakin banyak gula yang ditambahkan makan tekstur minuman jeli semakin keras
dan dapat mengkristal pada suhu yang cukup tinggi. Sedangkan semakin sedikit
gula yang ditambahkan teksturnya menyerupai sirup (Wardhani, 2011).
Gel terbentuk melalui mekanisme pembentukan junction zone oleh
hidrokoloid (seperti karagenan) bersama dengan gula dan asam. Minuman ini
memiliki tingkat kekentalan diantara sari buah dan jelly, yang mantap namun
mudah hancur ketika masuk kedalam mulut. Minuman jelly dapat bermanfaat untuk
memperlancar pencernaan karena produk ini memiliki kandungan serat dan vitamin
yang berasal dari buah dan gelling agent nya, sehingga dapat juga dikategorikan
sebagai minuman fungsional. Produk ini memiliki karakteristik berupa cairan
kental berbentuk gel yang konsisten sehingga tidak mudah mengendap, mudah
disedot, dan dapat dikonsumsi sebagai minuman penunda rasa lapar karena
kandungan karbohidrat didalamnya (Zega, 2010).
8
Tabel 1. Syarat Mutu Jelly drink
No Keadaan Satuan Persyaratan
1. Keadaan
1.1 Bentuk Semi Padat
1.2 Bau Normal
1.3 Rasa Normal
1.4 Warna Normal
1.5 Tekstur Kenyal
2. Jumlah gula (dihitung
sebagai sakarosa) % b/b Min 20
3. Bahan Tambahan Makanan
3.1 Pewarna buatan Negatif
3.2 Pewarna tambahan Sesuai SNI No. 01-0222-1987
3.3 Pengawet Sesuai SNI No. 01-0222-1987
4. Cemaran logam
4.1 Timbal (Pb) mg/kg maxs 0.5
4.2 Tembaga mg/kg maks 5.0
4.3 Seng (Zn) mg/kg maks 20
4.4 Timah (Sn) mg/kg maks 40
5. Cemaran arsen mg/kg maks 0.1
6. Cemaran mikroba
6.1 Angka lempeng total maks 104
6.2 Bakteri caliform koloni/g maks 20
6.3 E. Coli APM/g < 3
6.4 Salmonella APM/g negatif / 25 g
6.5 Staphylococcus aureus koloni/g maks 102
6.6 Kapang dan khamir koloni/g maks 50
Sumber : SNI 01-3552-1994
2.3 Belimbing Wuluh
Belimbing wuluh merupakan salah satu spesies dalam genus Averrhoa yang
tumbuh di daerah ketinggian hingga 500 m di atas permukaan laut dan dapat
ditemui di tempat yang banyak terkena sinar matahari langsung tetapi cukup
lembab. Pada umumnya belimbing wuluh ditanam dalam bentuk tanaman
pekarangan yaitu diusahakan sebagai usaha sambilan atau tanaman peneduh di
halaman rumah (Parikesit, 2011)
Tanaman inimudah sekali tumbuh dan berkembang biak melalui cangkok
atau biji. Belimbing wuluh jika ditanam dengan bijinya pada usia 3-4 tahun sudah
9
berbuah mencapai 1.500 buah perpohon (Dewi, 2009 ). Buah belimbing wuluh
banyak mengandung air, bergerombol dan rasanya asam segar. Buah muda
berwarna hijau dengan sisa kelopak bunga menempel di ujungnya. Buah masak
berwarna kuning atau kuning pucat. Keasaman dari buah belimbing wuluh cukup
tinggi, yang membuat kehadirannya seakan terabaikan. Belimbing wuluh juga
terhitung jarang ditanam apalagi sampai dikebunkan seperti belimbing manis.
Sehingga buahnya yang sudah matang kebanyakan jatuh di bawah pohon dan
dibiarkan.
Klasifikasi Belimbing Wuluh
Regnum : Plantae
Diviso : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Oxalidales
Famili : Oxalidaceae
Genus : Averrhoa
Spesies : Averrhoa bilimbi L.
Belimbing wuluh memiliki batang yang tidak begitu besar, mempunyai
garis tengah sekitar 30 cm, dan tinggi mencapai 10 m. Belimbing wuluh memiliki
percabangan sedikit dan batangnya besar berbenjol-benjol. Warnanya cokelat muda
serta cabangnya berambut halus seperti beludru. Daunnya berupa daun majemuk
menyirip ganjil. Anak daunnya bertangkai pendek, bentuknya bulat telur, ujung
runcing, pangkal membundar, tepi rata, panjang 2 sampai 10 cm, lebar 1 sampai 3
cm, berwarna hijau, permukaan bawah hijau muda. Perbungaan belimbing wuluh
ini berkelompok, keluar dari batang atau percabangannya yang besar, bunganya
10
kecil - kecil berbentuk bintang, warnanya ungu kemerahan. Buah belimbing wuluh
berbentuk bulat lonjong bersegi, panjang 4 sampai 6,5 cm, warnanya hijau
kekuningan, bila masak berair banyak, rasanya asam (Fitriyah, 2008). Kandungan
asam dalam buah belimbing wuluh dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 2. Kandungan asam organik buah belimbing wuluh
Asam organik Jumlah
(meq asam/100 g total padatan)
Asam asetat 1,6-1,9
Asam sitrat 92,6-133,8
Asam format 0,4-0,9
Asam laktat 0,4-1,2
Asam oksalat 5,5-8,9
Sedikit asam malat
Sumber : Monica (2013)
Buah belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) mengandung banyak
vitamin C alami yang berguna sebagai penambah daya tahan tubuh dari bakteri,
virus, dan infeksi, serta perlindungan terhadap berbagai penyakit. Vitamin C
mempunyai banyak manfaat bagi tubuh, sebagai koenzim atau kofaktor dalam
beberapa reaksi kimia dalam tubuh. Vitamin C adalah bahan memiliki kemampuan
bertindak sebagai antioksidan dalam reaksi-reaksi hidroksilasi. Vitamin A
memiliki peran penting dalam kesehatan indera penglihatan. Vitamin ini membantu
menyalurkan objek yang diterima oleh retina mata ke otak sebagai sebuah gambar.
Senyawa yang berperan dalam hal ini adalah retinol. Salah satu bentuk Vitamin A
yang juga terkandung dalam buah belimbing wuluh, yang dikenal dengan beta
karoten, merupakan senyawa dengan aktifitas antioksidan yang mampu menangkal
radikal bebas. Baik radikal bebas yang berasal dari oksidasi tubuh mupun polusi
dari luar. Kandungan gizi buah belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L) per 100 gram
adalah sebagai berikut:
11
Tabel 3. Kandungan zat gizi belimbing wuluh tiap 100 gram
Kandungan Ektrak belimbing wuluh
Vitamin B1 (mg) 0,01
Vitamin C (mg) 15,6
Vitamin A (mg) 0,036
Air (g) 94,2-94,7
Protein (g) 0,61
Serat (g) 0,6
Abu (g) 0,31-0,4
Sumber : Kumar, dkk (2013).
Selain itu buah belimbing wuluh juga mengandung zat flavonoid, saponin
dan triterpenoid. Tanin, saponin dan triterpenoid termasuk metabolit sekunder yaitu
senyawa non nutrisi yang dihasilkan tanaman untuk melindungi tanaman dari
serangga, bakteri, jamur dan patogen lain. Senyawa tersebut dapat ditemukan pada
daun, buah, bunga, batang, akar dan biji (Kumar, 2013).
Tabel 4. Hasil analisis fitokimia ekstrak etanol buah belimbing wuluh
Golongan senyawa Ektrak belimbing wuluh
Alkaloid -
Flavonoid +
Tannin +
Saponin +
Kuinon +
Steroid / triterpenoid +
Sumber : Ellin, dkk (2014).
2.4 Jahe Merah (Zingiber Officinale Var Rubrum)
Jahe (Zingiber officinale rosc) pada awalnya berasal dari Asia Pasifik yang
kemudian tersebar dari India sampai Cina. Jahe merupakan rempah-rempah
dantermasuk tanaman obat yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari,
sering digunakan pada bahan minuman, bumbu masak, dan obat, bahkan bahan
pembuatan kosmetik. Jahe telah digunakan lama oleh masyarakat Indonesia
(Paimin, 2008).
12
Klasifikasi tanaman jahe (Zingiber officinale rosc) adalah sebagai berikut:
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Genus : Zingiber
Species : Zingiber officinale rosc
Jahe merah (Zingiber officinale var rubrum) memiliki rimpang dengan bobot
antara 0,5 - 0,7 kg/rumpun. Struktur rimpang jahe merah, kecil berlapis-lapis dan
daging rimpangnya berwarna kuning kemerahan, ukuran lebih besar dari jahe kecil.
Memiliki serat yang kasar. Rasanya pedas dan aromanya sangat tajam. Diameter
rimpang 4,2 -4,3 cm dan tingginya antara 5,2 - 10,40 cm. Panjang rimpang dapat
mencapai 12,39 cm (Setiawan, 2015).
Jahe memiliki beberapa kandungan kimia yang berbeda. Faktor yang dapat
mempengaruhi kandungan kimia jahe yaitu jenis jahe, unsur tanah, umur panen,
kondisi lingkungan, dan pengolahan rimpang jahe. Jahe memiliki kandungan
minyak menguap (volatile oil), minyak tidak menguap (non volatile oil), dan pati.
Minyak yang menguap disebut minyak atsiri. Minyak tersebut banyak
dimanfaatkan dibidang pangan. Minyak atsiri berwarna kuning, sedikit kental, dan
merupakan senyawa pemberi aroma khas pada jahe. Minyak tidak menguap disebut
oleoresin yang merupakan senyawa pemberi rasa pedas dan pahit (Setiawan, 2015).
Kandungan gizi jahe per 100 gram adalah sebagai berikut:
13
Tabel 5. Komposisi kimia jahe dalam 100 gram
Kandungan Ektrak belimbing wuluh
Kalori (kal) 51
Protein (g) 1,5
Lemak (g) 1,0
Karbohidrat (g) 10,1
Kalsium (mg) 21
Fosfor (mg) 39
Besi (mg) 4,3
Vitamin A (SI) 30
Thiamin (mg) 0,02
Niasin (mg) 0,8
Vitamin C (mg) 4
Serat kasar (g) 7,53
Total abu (g) 3,70
Kalium (mg) 57,0
Air (g) 86,2
Sumber : Departemen kesehatan RI (2000).
2.5 Senyawa Antioksidan dalam Jahe
Zingiber officinale mempunyai komponen aktif antidiabetes dan mampu
menurunkan kadar kolesterol (Akhani dkk, 2001). Menurut Tsai dkk (2005)
senyawa yang berperan sebagai antioksidan dalam jahe adalah substansi fenol.
Negri (2005) menyatakan bahwa komponen aktif hipoglisemik yang berasal dari
tumbuh-tumbuhan adalah terpenoid, alkaloid, cumarin, flavonoid, dan capsaicin.
Suhaj (2006) menyatakan bahwa antioksidan yang berasal dari jahe (Zingiber
officinale) adalah gingerol, shogaol, alanin, dan lain-lain. Berdasarkan hal-hal
tersebut maka diduga jahe yang mengandung senyawa fenol yang mempunyai
kemampuan mereduksi sehingga juga mempunyai antioksidatif dan aktivitas
hipoglisemik. Komponen antioksidan mempunyai peranan yang penting dalam
kesehatan tubuh. Antioksidan juga banyak digunakan sebagai bahan tambahan
dalam makanan untuk mencegah kerusakan makanan.
14
Jahe merupakan rempah kaya antioksidan. Jahe mengandung komponen
volatil dan non volatil yang memberikan bau yang khas dan rasa pedas. Komponen
non volatil disebut juga oleoresin, yang merupakan gambaran utuh dari kandungan
jahe yaitu minyak atsiri yang terdiri dari gingerol, shaogaol dan resin. Menurut
penelitian Hernani (2001), jahe merah mempunyai kandungan minyak atsiri dan
ekstrak yang dapat larut dalam alkohol sebesar (3,5% dan 7,29%). Komponen
oleoresin jahe menentukkan besarnya kandungan antioksidan dan total fenol pada
masing-masing jahe (Rehman, 2011).
Senyawa fenol merupakan suatu senyawa yang memiliki cincin aromatik
dengan satu atau lebih gugus hidroksil yang berfungsi sebagai antioksidan,
kemampuannya dalam menstabilkan radikal bebas, yaitu dengan memberikan atom
hidrogen secara cepat kepada radikal bebas, sedangkan radikal yang berasal dari
antioksidan senyawa fenol ini akan lebih stabil daripada radikal bebasnnya
(Hernani, 2001). Berdasarkan penelitian Rehman et al, (2011), senyawa fenol dapat
berfungsi sebagai antioksidan karena kemampuannya meniadakan radikal bebas
dan radikal perioksida sehingga efektif dalam menghambat oksidasi lipida. Jahe
banyak mengandung komponen fenolikaktif seperti gingerol dan shogaol yang
memiliki efek sebagai antioksidan dan antikanker. Kandungan total fenol jahe
emprit sebesar 61,89 mg/100 gr (Oboh, 2012).
Hasil penelitian Manju et al, (2005), menyatakan bahwa senyawa antioksidan
alami dalam jahe cukup tinggi dan sangat efisien dalam menghambat radikal bebas
superoksida dan hidroksil yang dihasilkan oleh sel-sel kanker, dan bersifat sebagai
antikarsinogenik dan non-toksik. Kemampuan antioksidan pada ekstrak jahe
berperan dalam peningkatan aktivitas antioksidan pada bahan makanan.
15
2.6 Senyawa Antioksidan
Antioksidan adalah zat yang mampu menetralisir senyawa radikal bebas
sehingga kematian sel dapat dihindari. Antioksidan adalah senyawa yang mampu
menghilangkan, membersihkan, menahan oksigen reaktif atau radikal bebas dalam
tubuh. Antioksidan ditujukan untuk mencegah dan mengobati penyakit seperti
stroke, diabetes, kanker, dan lain-lain (Aqil, et al., 2006).
Antioksidan terbagi menjadi dua yaitu antioksidan enzimatik seperti
superoxide dismutasse (SOD), catalase (CAT) dan glutathione peroxidase. Namun,
apabila di dalam tubuh mengalami stres oksidatif, antioksidan enzimatik tersebut
tidak mampu menangkal radikal bebas sehingga perlu mengasup makanan sumber
antioksidan (Winarsi, 2007). Stres oksidatif ini menyebabkan peningkatan radikal
bebas dan penekanan antioksidan enzimatik. Akibatnya tubuh perlu mengasup
antioksidan nonenzimatik yang diperoleh dari sumber pangan. Antioksidan yang
diasup dari luar ini fungsinya sebagai antioksidan sekunder, mekanisme kerjanya
yaitu memotong reaksi oksidasi berantai radikal bebas dan menangkap radikal
bebas (Bubhols, 2013).
Antioksidan merupakan senyawa yang melindungi senyawa atau jaringan dari
efek destruktif jaringan oksigen atau efek oksidasi. Penggunaan senyawa
antioksidan semakin meningkat seiring dengan besarnya pemahaman masyarakat
tentang manfaatnya. Antioksidan merupakan senyawa penting dalam menjaga
kesehatan tubuh karena berfungsi sebagai penangkap radikal bebas yang banyak
terbentuk dalam tubuh. Fungsi antioksidan digunakan sebagai upaya untuk
memperkecil terjadinya proses oksidasi dari lemak dan minyak, memperkecil
terjadinya proses kerusakan dalam makanan, serta memperpanjang masa
16
pemakaian bahan dalam industri makanan.Beberapa komponen bioaktif dalam
ekstrak jahe antara lain (6)-gingerol, (6)-shogaol, diarilheptanoid dan curcumin
mempunyai aktivitas antioksidan yang melebihi tokoferol (Raharjo, 2005).
2.7 Agar
Agar merupakan hasil ekstraksi rumput laut yang digunakan pada berbagai
macam produk pangan sebagai bahan pembentuk gel (gelling agent). Rumput laut
yang digunakan dalam pembuatan agar adalah jenis rumput laut Gracilaria sp.
Rumput laut ini kaya akan mineral yang diperlukan oleh tubuh. Kandungan gizi
yang ada dalam 100 g rumput laut adalah 54,3%-73,7% karbohidrat dan 0,3%-5,9%
protein. Selain itu juga terkandung beberapa mineral yaitu kalsium, natrium, larutan
ester, vitamin A, vitamin B, vitamin C, vitamin D, vitamin E, serta iodium (Ariyadi,
2004). Standar mutu agar menurut SNI dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 6.Standar mutu agar tepung menurut SNI 01-2808 (1995)
Syarat mutu Standar
Kandungan air 15-24%
Kadar abu < 4%
Kadar karbohidrat (gallaktosa) > 30%
Kandungan logam berat (Cu, Hg, dan Pb) -
Kandungan arsen -
Zat pewarna tambahan Diizinkan
Kekenyalan Baik
Sumber : BSN (1995)
Agar adalah polisakarida kompleks yang menyusun dinding sel beberapa
jenis rumput laut, khususnya rumput laut merah (red algae). Agar mempunyai sifat
mencair pada suhu 85°C (saat dimasak) dan dapat memadat dengan membentuk gel
pada suhu 32-40°C.Agar memiliki fungsi sebagai pengontrol, penstabil, pengental,
pengelmusi dan pensuspensi dalam berbagai industri makanan, minuman, farmasi,
biologi dan lain-lain (Pustaka Swallow Globe, 2009). Sifat gel yang dihasilkan
17
dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya suhu, konsentrasi agar, pH, gula, dan
ester sulfat. Gel akan bersifat reversible terhadap suhu, dan semakin meningkat
konsentrasi agar maka kekuatan dan kekerasan gel akan semakin meningkat.
Peningkatan kandungan gula menghasilkan gel yang lebih keras tetapi teksturnya
kurang kohesif. Pengaruh pH terhadap kekuatan gel, semakin turun pH hingga pH
2,5 akan meghasilkan kekuatan gel yang semakin lemah. Pengaruh ester sulfat yaitu
semakin tinggi kandungan ester sulfat akan dapat menurunkan kekuatan gel agar
(Romero, dkk., 2008). Karakteritik gel yng dihasilkan oleh agar memiliki kekuatan
gel yang rendah, kompak, rapuh, dan sineresis (Armisen dan Galatas, 2000).
2.8 Karagenan
Karagenan adalah senyawa yang diekstraksi dari rumput laut dari Famili
Rhodophyceae seperti Euchema spinosum dan Euchema cottonii, terdiri dari rantai
poliglikan bersulfat dengan massa molekuler kurang lebih100.000 kDa dan bersifat
hidrokoloid. Karagenan hasil ekstraksi dapat diperoleh melalui pengendapan
dengan alkohol. Jenis alkohol yang biasa digunakan untuk pemurnian hanya
terbatas pada methanol, etanol, isopropanol (Winarno 2002).Karagenan sangat
berguna untuk mengontrol kadar air dan berfungsi sebagai sistem yang
menstabilkan pada pangan. Selain itu, karagenan dapat berguna untuk memperbaiki
tekstur dan sistem fungsional dalam pati. Karagenan banyak digunakan di industri
pangan, salah satu contohnya adalah untuk membuat gel susu dan untuk penstabil
produk seperti pengemulsi susu coklat, lemak dan es krim (Langendorff et al.,
2000).
Karagenan mempunyai peran penting dalam bidang pangan yaitu untuk
meningkatkan bahan fungsional baru yang berfungsi mengontrol tekstur fisik
18
seperti kekentalan. Menurut Nugroho et al. (2014) Kappa-karagenan akan
mengalami pembentukan gel pada saat pendinginan dan kembali mencair saat
dipanaskan. Penambahan karagenan pada suatu produk olahan akan meningkatkan
stabilitas larutan. Sebaliknya, penambahan karagenan dengan jumlah yang lebih
besar akan menyebabkan pembentukan gel yang berlebihan.
Didasarkan pada stereotipe struktur molekul dan posisi ion sulfatnya,
karagenan dibedakan menjadi tiga macam, yaitu iota-karagenan kappa-karagenan,
dan lambda-karagenan. Ketiganya berbeda dalam sifat gel dan reaksinya terhadap
protein. Kappa-karagenan menghasilkan gel yang kuat (rigid), sedangkan iota
karagenan membentuk gel yang halus (flaccid) dan mudah dibentuk. Selain itu,
masing-masing karagenan juga dihasilkan oleh jenis rumput laut yang berbeda.
Kelarutan karagenan di dalam air dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya
temperatur, kehadiran senyawa organik lainnya, garam yang larut dalam air, serta
tipe karagenan itu sendiri. Hal yang paling penting dalam mengontrol daya larut
dalam air yaitu hydrophilicity dari molekul yang merupakan grup ester sulfat dan
unit galaktopiranusil dari karagenan (Yudhi, 2009).
Karagenan memiliki sifat larut dalam air panas dan akan membentuk gel
pada suhu 45ºC dan 65ºC, stabil terhadap pH netral dan asam, dan kuat dalam
pembentukan gel (Winarno, 1990). Karagenan akan stabil pada pH 7 atau lebih,
tetapi pada pH yang rendah stabilitasnya akan menurun bila terjadi peningkatan
suhu (Glicksman 1983, dalam Ulfah, 2009).
Karagenan erat kaitannya apabila dibandingkan dengan agar, keduanya
memiliki sifat sebagai pembentuk gel. Agar merupakan phykokoloid yang diekstrak
dari alga merah. Agar tersusun atas campuran 2 polysakarida yaitu agrose dan
19
agropektin. Sedangkan karagenan merupakan hidrokoloid yang diekstrak dari alga
merah. Karagenan merupakan polisakarida linear yang tersusun atas unit-unit
galaktosa dan 3,6-anhidrogalaktosa dengan ikatan glikosidik α-1,3 dan β-1,4.
Indonesia belum mempunyai standar mutu karagenan, tetapi secara
internasional telah dikeluarkan spesifikasi mutu karagenan sebagai persyaratan
minimum yang diperlukan bagi suatu industri pengolahan dari segi teknologi dan
ekonomi. Suhartono (2000), mengemukakan bahwa spesifikasi mutu karagenan
ditentukan oleh kandungan beberapa senyawa seperti senyawa mudah menguap,
sulfat, abu, abu tidak larut asam, beberapa logam berat dan kehilangan karena
pengeringan. Standar mutu karagenan ini dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Standar Mutu Karagenan
Spesifikasi FFC FDA FAO
Kadar air (%) Maks. 12 - Maks. 12
Sulfat (%) 18-40 20-40 15-40
Abu (%) Maks. 35 - 15-40
Abu tak larut asam (%) Maks. 1 - Maks. 1
Bahan tak larut asam (%) - - Maks. 1
Timbal (ppm) Maks. 4 - Maks. 10
Viskositas 1,5% sol (cP) Min. 5 Min. 5 Min. 5
(Sumber : Purnama, 2003)