eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5993/1/BAB I.docx · Web viewKegiatan pendidikan seiring dengan...

24

Click here to load reader

Transcript of eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5993/1/BAB I.docx · Web viewKegiatan pendidikan seiring dengan...

Page 1: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5993/1/BAB I.docx · Web viewKegiatan pendidikan seiring dengan perkembangan sejarah pendidikan. seperti halnya di Gowa mengalami pasang surut.

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah sesuatu yang universal dan berlangsung terus tak terputus

dari generasi ke generasi dimanapun di dunia ini. Upaya memanusiakan manusia

melalui pendidikan itu di selenggarakan sesuai dengan pandangan hidup dan

dalam latar sosial-kebudayaan setiap masyarakat tertentu. Oleh karena itu,

meskipun pendidikan itu universal, namun terjadi perbedaan-perbedaan tertentu

sesuai dengan pandangan hidup dan latar sosiokultural tersebut. Dengan kata lain,

pendidikan diselenggarakan berlandaskan filsafat hidup serta berlandaskan

sosiokultural setiap masyarakat, termasuk di Indonesia. Kajian ketiga landasan itu

(filosofis, sosiologis, dan kultural) akan membekali setiap tenaga kependidikan

dengan wawasan dan pengetahuan yang tepat tentang bidang tugasnya.

Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

semakin pesat, telah memberi dampak terhadap perubahan kehidupan

masyarakat., baik di daerah perkotaan maupun di daerah pedesaan, khususnya

menjelang abad ke 20. Sehubungan dengan hal tersebut, kegiatan pendidikan

formal juga terus mengalami perkembangan seperti halnya di Indonesia, mulai

dari masa kolonial Belanda, masa pendudukan Jepang dan masa kemerdekaan.

Perkembangan pendidikan yang ada saat ini tidak terlepas dari hasil

perkembangan pendidikan yang tumbuh dalam sejarah pengalaman bangsa kita

pada masa yang telah lewat.dalam realitasnya, “pendidikan tidak beridiri sendiri

1

Page 2: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5993/1/BAB I.docx · Web viewKegiatan pendidikan seiring dengan perkembangan sejarah pendidikan. seperti halnya di Gowa mengalami pasang surut.

2

sendiri akan tetapi senantiasa dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan politik, sosial,

ekonomi, dan kultural”.

Kegiatan pendidikan seiring dengan perkembangan sejarah pendidikan.

seperti halnya di Gowa mengalami pasang surut. Pada masa Kolonial Belanda,

pendidikan berlangsung secara diskriminatif, karena adanya pemisahan antara

golongan bangsa Belanda, Eropa dan Timur asing, untuk golongan atas yang

disetarakan dengan Belanda dan pendidikan untuk golongan bawah atau rakyat

jelata. Kegiatan pendidikan tersebut merupakan politik balas budi untuk

mendapatkan legitimasi birokrasi pemerintahan Belanda.

Saat pendudukan Jepang, kegiatan pendidikan berlangsung 6 tahun dalam

pada tingkat sekolah dasar, dengan maksud untuk memudahkan pengawasan

terhadap aktivitas sekolah. Namun kemudian, seiring dengan perubahan politik,

dimana setelah Jepang kalah dari sekutu dan Indonesia memasuki masa

kemerdekaan (1945), pendidikan sudah menjadi hak bagi setiap warga Negara dan

dalam penyelenggaraannya diatur dengan dalam suatu sistem pengajaran nasional.

Hal ini tertuang dalam Pasal 31 Undang-Undang Dasar 1945, yaitu: (1) tiap-tiap

warga Negara berhak mendapat pengajaran dan (2) pemerintahan mengusahakan

dan menyelenggarakan satu sistem pengajaran nasional yang diatur dengan

undang-undang.

Kemudian dalam UU RI No. 2 Tahun 1989 tentang sistem pendidikan

Nasional Pasal 1 telah ditetapkan antara lain bahwa “pendidikan adalah usaha

Page 3: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5993/1/BAB I.docx · Web viewKegiatan pendidikan seiring dengan perkembangan sejarah pendidikan. seperti halnya di Gowa mengalami pasang surut.

3

sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran,

dan/atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang”1.

Terjadinya perubahan dan perkembangan dalam sistem pendidikan,

khususnya di daerah Gowa tidak terlepas dari proses perubahan sistem

pemerintahan yang dianut, baik oleh pemerintah Hindia Belanda, masa

pendudukang Jepang dan masa kemerdekaan. Pada hakikatnya semua sistem

pendidikan yang diterapkan dalam tiga masa/periode tersebut tentunya memiliki

maksud dan tujuan tertentu, walaupun dalam pelaksanaannya pada masa

pemerintahan Hindia Belanda dan pendukung Jepang terdapat diskriminasi,

khususnya masalah kesempatan bagi rakyat biasa dalam memperoleh pendidikan.

Sebelum pendidikan formal masuk ke daerah Sulawesi Selatan , pewarisan

nilai ditransfer melalui nasehat, pesan, dan pemberian contoh-contoh praktis.

Lembaga Pendidikan Dasar, atau Sekolah Dasar mulai didirikan pada tahun 1906

di Gowa. Bangsa Indonesia mulai mengenal lembaga pendidikan formal dengan

adanya sekolah Melayu.

Metode pendidikan berlangsung secara Islamisasi dan dimulai sejak

masuknya Islam di Sulawesi Selatan pada Abad ke XVII. Sejak agama Islam

masuk ke Sulawesi Selatan, pemindahan nilai atau pengetahuan keagamaan

melalui nasihat sang pemimpin peribadatan, yang disebut imam. Sehabis

memimpin sembahyang, ia membalikkan dirinya mengahadapi pengikutnya

(jemaah) dan menyampaikan pesan-pesan atau pengajaran agama. Lama

kelamaan, murid-murid yang sesungguhnya anggota jemaah itu bertambah,

1Umar Tirtarahardja. Pengantar Pendidikan, (Jakarta : Rineka Cipta, 2005), hlm. 30

Page 4: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5993/1/BAB I.docx · Web viewKegiatan pendidikan seiring dengan perkembangan sejarah pendidikan. seperti halnya di Gowa mengalami pasang surut.

4

sehingga memerlukan tempat atau ruang khusus. Pendidikan yang dilangsungkan

didalam mesjid atau tempat sembahyang lainnya dinamakan pendidikan langgar.

Sistem pendidikan tersebut kemudian dikenal sebagai pendidikan non formal.

Dari pendidikan langgar dengan ini mata pelajaran membaca Al-Qur’an,

kitab suci ummat Islam, berkembang ke pendidikan madrasah. Pada madrasah

yang modern, memasukkan mata pelajaran umum bersama-sama pelajaran agama

guna dipelajari murid-murid. Ada pula sejenis pesantren, yang hanya mengajarkan

pendidikan agama Islam semata.

di Gowa sendiri sistem pendidikan yang dilakukan berupa (a) pendidikan

islam lewat dialog (b) tabligh atau pidato (c) pendidikan Islam lewat perbuatan,

(d) penagajian, sistem pendidikan pada saat itu masih bersifat non formal. Adapun

penjelasan dari sistem pendidikan tersebut yaitu :

1. Pendidikan Islam lewat dialog

Dengan dialog pemahaman akan ajaran lebih cepat dicapai, proses

pendidikan nilai keagamaan melalui dialog ini dilakukan oleh Datuk Sulaeman

dan Syech Yusuf yang di gelar Tuanta Salamaka,dialog ini dilkukan di tempat

terbuka sehingga disaksikan oleh banyak orang.

2. Pendidikan melalui tabligh atau pidato

Bentuk penyampaian ini disebut dengan system ceramah, murid-murid

mendengarkan materi pelajaran melalui ucapan sang guru agama atau imam. Sisti

pendidikan ini dilakukan di Mesjid atau Langgar, murid-murid membawa alat

tulis menulis untuk mencatat materi yang di tabghkan, pendidikan tabligh ini sama

Page 5: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5993/1/BAB I.docx · Web viewKegiatan pendidikan seiring dengan perkembangan sejarah pendidikan. seperti halnya di Gowa mengalami pasang surut.

5

halnya dengan kursus atau les, dengan demikian terbentuklah pendidikan surau

yang cukup banyak tersebar di sulawesi Selatan.

Metode penyampaian pengetahuan agama lewat tabligh atau pidato tidak

menggunakan bahasa arab, sebagai pengganti tabligh ialah sure’ pengngaja

dilakukan dengan suara merdu, sure’ pengngaja biasanya dilakukan oleh wanita

baik diacara perkawinan, sunatan (khitanan), maupun penamatan Al-Quran.

3. Pendidikan Islam lewat perbuatan

Pendidikan Islam lewat perbuatan mencakup tingkah laku sehari-hari,

misalnya cara bergaul sesama manusia,cara makan di meja makan, setiap ulama

menjadi pedoman dalam bertingkah laku, dengan demikian tugas para ulama

cukup berat, ia harus bebas dari perbuatan tercela.

4. Pengajian

Pengajian berpusat pada pembacaan kitab suci Al Quran, pokok pelajaran

ialah bagaimana bisa menghafal semua ayat-ayat suci Al Quran atau 30 juz,

pembacaan kitab suci Al Quran dianggap sebagai dasar pengenalan Agama Islam.

Karena itu sejak umur 5 Tahun, anak- anak dilatih menghafal bacaan singkat yang

disebut juz amma, tamatan dari bacaan juz amma dilanjutkan ke pembacaan

surah-surah yang panjang, tingkat kesulitanpun meningkat2.

Pada masa pemerintahan Jepang (1942-1945), sekolah-sekolah model

Belanda yang ditinggalkan juga tetap diteruskan oleh Jepang. Pada tanggal 1

Oktober 1945, para pembuka Islam pro-Republik mendirikan Perguruan Islam

Datumusseng dibawah pimpinan Haji Mansyur Daeng Tompo di Makassar.

2Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Sejarah Pendidikan Daerah Sulawesi Selatan, (Ujung Pandang : 1982), hlm 39-42

Page 6: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5993/1/BAB I.docx · Web viewKegiatan pendidikan seiring dengan perkembangan sejarah pendidikan. seperti halnya di Gowa mengalami pasang surut.

6

Pembukaan sekolah karena terdorong oleh reaksi terhadap penjajah yang tidak

memperhatikan pendidikan Islam dan mempersatukan umat Islam menentang

penjajahan serta menampung pemuda pejuang yang ingin melanjutkan

pendidikannya3.

Selama terusirnya Belanda di Sulawesi Selatan sampai kedatangan Jepang

tahun 1942 sistem pendidikan yang pernah hadir di Gowa adalah sistem

pendidikan yang diterapkan oleh pemerintah kolonial Belanda yaitu Sekolah

Rakyat. Perkembangan pendidikan/pengajaran tingkat Sekolah Rakyat pada masa

lampau sangat menyedihkan. Segala kesukaran ini bertalian dengan perbaikan

mutu pelajaran yang telah merosot akibat pendudukan Jepang dan pergolakan

revolusi nasional serta penyempurnaan Sekolah Rakyat 3 tahun menjadi Sekolah

Rakyat 6 tahun. Dengan adanya sistem pendidikan yang pernah hadir di Gowa

mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap kondisi masyarakat sekitarnya

terutama masyarakat Gowa sendiri dalam mningkatkan kualitas pribadi atau

sumber daya manusianya.

Pengkajian tentang perkembangan pendidikan daerah Gowa merupakan

suatu kajian sejarah yang akan menelusuri perkembangan pendidikan di Gowa.

Pengkajian Perkembangan pendidikan formal didaerah Gowa, khususnya periode

tahun 1945-1950 sangat penting artinya kerena pendidikan saat ini pada haikatnya

merupakan bagian dari perkembangan pendidikan masa sebelumnya yang terus

mengalami perubahan demi pengembangan sumber daya yang terdiri manusia,

khususnya daerah Gowa.

3Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Sejarah Kebudayaan Sulawesi, (Jakarta : 1995), hlm 134-135

Page 7: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5993/1/BAB I.docx · Web viewKegiatan pendidikan seiring dengan perkembangan sejarah pendidikan. seperti halnya di Gowa mengalami pasang surut.

7

Perhatian pemerintah Republik Indonesia terhadap pentingnya pendidikan

sejak masa kemerdekaan yang dituangkan dalam Undang-Undang Dasar 1945,

tercantum pada Bab XIII pasal 31 yang terdiri atas dua ayat, yaitu ayat 1 berbunyi

“semua warga Negara berhak mendapatkan pengajaran” sedangkan dalam ayat 2

berbunyi “pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu system

pengajaran nasional yang diatur dengan Undang-Undang.

Rumusan diatas menunjukkan salah satu perhatian pmerintah Indonesia

terhadap pendidikan di tanah air, walaupun mengalami pasang surut seiring

dengan terjadinya revolusi fisik di Indonesia pada umumnya dan di daerah Gowa

pada khususnya saat sekutu masuk di Indonesia dan berbagai perlawanan rakyat

yang muncul di tanah air dan khususnya di daerah Gowa.

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka menarik minat penulis

untuk mengkajinya secara mendalam dengan mengangkat judul “perkembangan

pendidikan formal di Gowa (1945-1950).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan judul dan latar belakang yang telah di uraikan diatas, maka

pokok permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini, yaitu :

1. Bagaimana latar belakang Pendidikan Formal di Gowa ?

2. Bagaimana perkembangan Pendidikan Formal di Gowa 1945-1950 ?

C. Batasan Masalah

Agar penelitian ini dapat saling terkait dari berkesinambungan maka peneliti

akan membatasi ruangnya dengan lingkup spasial, temporalnya, maupun tematik.

Adapun batasan waktu yang penulis gunakan dalam penelitian adalah 1945-1950.

Page 8: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5993/1/BAB I.docx · Web viewKegiatan pendidikan seiring dengan perkembangan sejarah pendidikan. seperti halnya di Gowa mengalami pasang surut.

8

Tentunya akan mengungkapkan latar belakang terbentuknya Pendidikan Formal di

Gowa, demikian pula pekembangan Pendidikan Formal di Gowa.

Batasan spasialnya, batasan ini merupakan batasan ruang atau tempat yang

digunakan dalam penulisan skripsi. Gowa sebagai wilayah yang memiliki letak

geografis yang strategis, yaitu daerah berbatasan dengan Kota Makassar yang

merupakan pusat pendidikan yang cukup lengkap di Sulawesi Selatan ini tentunya

memberikan pengaruh yang besar terhadap perkembangan pendidikan formal

yang ada di Gowa.

Batasan temporalnya, batasan ini merupakan batasan waktu yang di

gunakan dalam proses penulisan skripsi. Peneliti memulai tahun 1945 karna

merupakan awal kemerdekaan yang membawa perubahan dalam pendidikan,

sedangkan tahun 1950 dijadikan sebagai akhir pembahasan karena pada tahun

tersebut, telah lahir Undang-undang tentang Dasar-dasar Pendidikan dan

Pengajaran di sekolah yang akan mempengaruhi pelaksanaan pendidikan formal

termasuk di Gowa.

Adapun batasan tematiknya, batasan ini merupakan batasan tema yang akan

dibahas. Jadi dalam batasan ini penulis akan menentukan apa yang ingin dibahas

serta sampai dimana ingin membahasnya . Dalam skripsi ini batasan tematiknya

dimulai dari bagaimana latar belakang pendidikan formal di Gowa sampai dengan

perkembangan pendidikan formal di Gowa.

Page 9: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5993/1/BAB I.docx · Web viewKegiatan pendidikan seiring dengan perkembangan sejarah pendidikan. seperti halnya di Gowa mengalami pasang surut.

9

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dikemukakan

sebelumnya, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui latar belakang terbentuknya Pendidikan Formal di Gowa.

2. Untuk mengetahui perkembangan Pendidikan Formal di Gowa.

E. Manfaat penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan pada penelitian ini sebagai beikut :

1. Agar menambah wawasan informasi mengenai Pendidikan Formal di Gowa.

2. Agar menambah wawasan mengenai perkembangan Pendidikan Formal di

Gowa.

F. Tinjauan Penelitian Sebelumnya

Penelitian merupakan suatu proses untuk mencari teman-teman baru yang

tentu saja sesuai kaidah penelitian. Dalam penelitian peneliti membandingkan

hasil penelitian dengan berbagai sumber yang mendukung objek peneliti. Dalam

hal ini, mengenai keterkaitan sumber dan penyusunan skripsi ini, maka

dibutuhkan kemudian sumber menjadi hal yang penting dan mendasar dalam

sebuah tulisan. Sumber ini dapat berupa buku, arsip, artikel, jurnal, skripsi dan

lainnya. Oleh karena itu penulis melakukan kajian terhadap hasil penelitian

terdahulu yang mengangkat tentang pendidikan formal di Gowa.

Penelitian pendidikan formal di Gowa belum ada dilakukan. Dalam buku

karya Poesponegoro yang berjudul Sejarah Nasional Indonesia telah disebutkan

mengenai pendidikan. Penulisan dan penelitian lebih dekat mengenai pendidikan

formal di Gowa telah ada dalam buku karya Sarita Pawiloy yang berjudul “Arus

Page 10: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5993/1/BAB I.docx · Web viewKegiatan pendidikan seiring dengan perkembangan sejarah pendidikan. seperti halnya di Gowa mengalami pasang surut.

10

Revolusi 45 di Sulawesi Selatan yang mengkaji tentang sistem pendidikan formal

yang dikembangkan di Gowa.

Kabupaten Gowa mempunyai fungsi yang sangat strategis karena

berbatasan dengan Ibu Kota Propinsi Sulawesi Selatan yakni Makassar. Hal ini

menyebabkan Gowa dari waktu ke waktu kedudukan dan peranannya terhadap

perkembangan Sulawesi Selatan menjadi semakin penting dan besar.

Keberadaan berbagai tulisan dan penelitian sebagaimana yang disebutkan

diatas selanjutnya memberikan gambaran kepada kita perhatian untuk menulis

mengenai pendidikan formal di Gowa. Dengan masih sedikitnya buku, karya tulis,

laporan yang terkait masalah pendidikan, oleh karena itu diperlukan pembahasan

secara keseluruhan sistem pendidikan formal yang dikembangkan di Gowa.

G. Metode Penelitian

Pemikiran analitas lazimnya suatu gejala sejarah hendak didefenisikan

dalam suatu proses sejarah dan sekaligus melihat hubungan kualitasnya dengan

gejala sejarah yang lain, yakni yang terjadi sebelumnya atau sesudahnya atau ada

hubungan fungsionalnya dalam konteks suatu sistem.

Tumbuh dan berkembanganya kehidupan masyarakat modern menuntut

alat-alat intelektual yang dapat memahami lingkungan secara mendalam dan

penuh arti, sehingga tidak terikat atau terpaku pada rasa keinginan belaka dan

mampu mengamansipasikan diri dari gejolak musim-musiman, lebih-lebih dari

tekanan kekuatan sosial dan seperti apa yang telah diucapkan langlois, seignobos,

sejarah mempunyai pengaruh higenis terhadap jiwa kita karena membebaskan dari

sifat percaya belaka.

Page 11: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5993/1/BAB I.docx · Web viewKegiatan pendidikan seiring dengan perkembangan sejarah pendidikan. seperti halnya di Gowa mengalami pasang surut.

11

Metode penelitian sejarah berbeda dengan metode penelitian disiplin ilmu

lain, karena dalam disiplin ilmu sejarah berusaha merekontruksi peristiwa masa

lampau. Usaha mengungkapkan dan merekonstruksi objek permasalahan ini maka

diperlukan cara kerja yang mantap agar meringankan bebas dan mengurangi

kesulitan-kesulitan yang dihadapi penulis, cara kerja yang dimaksud adalah :

1. Heuristik

Penelitian mengenai pendidikan formal di Gowa (1945-1950) penulis

menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan metode penulisan sejarah yaitu

kajian pustaka, menurut M. Saleh Madjid (2007 :27). Mengingat sifatnya

sistematis, maka tahap-tahap dari metode sejarah tidak dapat ditukar-balik atau

mendahulukan kritik, interpretasi, ataupun historiografi. Semua jenis tulisan atau

penelitian tentang sejarah menempatkan sumber sejarah sebagai syarat mutlak

yang harus ada. tanpa sumber sejarah, kisah masa lalu tidak dapat direkonstruksi

oleh sejarawan.

Heuristik merupakan proses pencarian atau pengumpulan sumber-sumber

sebagai langkah pertama yang dilakukan dalam metode sejarah. Penentuan

sumber sejarah akan mempengaruhi tempat (dimana) atau siapa (sumber informasi

lisan) dan cara memperolehnya4. Dalam proses heuristiik, peneliti melakukan

pengumpulan sumber-sumber yang berkaitan dengan tema atau judul penelitian.

Adapun cara mendapatkan sumber-sumber tersebut, penulis menempuh dua cara

yaitu penelitian pustaka dan penelitian lapangan :

4Saleh Madjid. Pengantar Ilmu Sejarah, (Makassar : FIS UNM Pendidikan Sejarah, 2007) hlm. 30-36

Page 12: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5993/1/BAB I.docx · Web viewKegiatan pendidikan seiring dengan perkembangan sejarah pendidikan. seperti halnya di Gowa mengalami pasang surut.

12

a. Penelitian Pustaka

Merupakan langkah pengumpulan data dengan mencari dokumentasi,

membaca arsip, nasional yang relevan, buku-buku, website dan lain-lain yang

berkaitan dengan topik Pendidikan Formal di Gowa. Sumber tersebut dapat

diperoleh dari beberapa lembaga di Makassar seperti perpustakaan Universitas

Negeri Makassar, perpustakaan multimedia, perpustakaan wilayah, dan tempat-

tempat lainnya.

b. Penelitian Lapangan

Dalam penelitian lapangan adalah mengadakan pengumpulan data secara

langsung terhadap objek yang menjadi sasaran penelitian. Dalam hal ini penulis

menggunakan kegiatan dengan cara observasi dan wawancara dengan tujuan

melakukan pengamatan langsung untuk mendapatkan sumber primer.

Observasi ialah pengamatan secara langsung terhadap obyek yang akan

diteliti atau terhadap lokasi penelitian. Metode observasi yang penulis maksud

adalah mengadakan pengamatan dan penginderaan langsung terhadap masyarakat

atau obyek penelitian. Dalam hal ini peneliti akan melakukan observasi ketempat

penelitian untuk mendapatkan gambaran yang jelas dan nyata mengenai kondisi

realitas dari pendidikan formal di Gowa sebagai objek yang diteliti.

Kegitan wawancara yang dilakukan penulis kepada orang-orang mengetahui

banyak mengenai pendidikan formal di Gowa. Wawancara yang dilakukan oleh

peneliti pada dasarnya bertujuan menciptakan hubungan yang bebas dan wajar

dengan para informan. Dalam hal ini dimaksudkan agar para informan tidak

merasa terpaksa memberikan keterangan yang diperlukan oleh penulis.

Page 13: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5993/1/BAB I.docx · Web viewKegiatan pendidikan seiring dengan perkembangan sejarah pendidikan. seperti halnya di Gowa mengalami pasang surut.

13

Wawancara yang dilakukan tentu mendalam untuk menggali informasi yang lebih

dalam pula sehingga dari penelitian wawancara.Informasi mengenai pendidikan

formal di Gowa dapat diketahui. Hasil wawancara ini dapat direkam dan dicatat

untuk selanjutnya diperbaiki pada saat penyusunan laporan penelitian. Selain itu

peneliti juga menggunakan dokumentasi penelitian. Hal tersebut dilakukan agar

data yang diperoleh peneliti sifatnya objektif dan dapat dipertanggung jawabkan.

2. Verifikasi

Tahapan verifikasi (kritik sumber) ini sebagai bagian dari penafsiran dan

pengkajian sumber. Selanjutnya kritik sumber untuk menentukan otensitas dan

kredibilitas dari sumber sejarah yang telah dikumpulkan. Kemudian dilakukan

juga kritik terhadap sumber lisan yang diperoleh yakni orang-orang yang di

wawancarai di kritik kredibilitasnya dalam memberikan informasi. Kegiatan kritik

dilakukan dengan dua cara yaitu ektern dan intern.

a. Kritik ekstern

Kritik ekstern atau kritik luar dilakukan untuk meneliti keaslian sumber,

yaitu apakah sumber tersebut valid, asli atau tiruan, sumber tersebut utuh dalam

arti belum berubah. Dalam penelitian ini, sumber yang berkaitan dengan

pendidikan formal di Gowa (1945-1950). Kritik dilakukan terhadap latar belakang

penulis, asal daerah, waktu penulisan.

b. Kritik intern

Kritik intern atau kritik dalam dilakukan untuk meneliti sumber yang

berkaitan dengan masalah penelitian dan penulisan skripsi. Untuk mengetahui

keabsahan sumber, maka dapat dilakukan dengan membandingkan antara sumber

Page 14: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5993/1/BAB I.docx · Web viewKegiatan pendidikan seiring dengan perkembangan sejarah pendidikan. seperti halnya di Gowa mengalami pasang surut.

14

yang satu dengan sumber yang lainnya dengan masalah yang sama dan bahan

rujukan yang berbeda dengan orang yang pernah mengalami atau mengetahui

peristiwa sejarah. Hasil dari kritik sejarah, baik eksternal maupun internal

diharapkan mendapatkan data yang akurat, kredibel yang disebut dengan fakta

sejarah.

3. Interpretasi

Setelah dilakukan kritik sumber diketahui validitas dan akurasi data

penelitian untuk kemudian merekonstruksi peristiwa yang terjadi, maka dilakukan

interpretasi atau penafsiran terhadap fakta sejarah yang diperoleh dalam bentuk

penjelasan terhadap fakta tersebut subyektif mungkin fakta yang diperoleh dari

kritik sumber masih berdiri sendiri, maka diperlukan penafsiran berupa pemberian

keterangan tentang makna suatu fakta, sehingga terjalin adanya jalinan atau

hubungan antar fakta dan fakta-fakta tersebut akan menjadi suatu kesatuan.

4. Penulisan (Historiografi)

Tahap terakhir adalah historiografi atau penulisan yang merupakan puncak

segala-galanya. Seperti yang dikemukakan oleh Taufik Abdullah bahwa penulis

sejarah mencoba menangkap dan memahami history realite atau sejarah

sebagaimana yang terjadi.

Hsitoriografi merupakan puncak dari penelitian yang dilakukan. Dalam

metode ini, penulis mencoba menangkap dan memahami realita sejarah, dimana

penulis tidak hanya terpaku pada jawaban dari “apa”, “kapan”, “dimana”, dan

“bagaimana”. Suatu peristiwa itu terjadi tetapi melakukan suatu eksplanasi secara

kritis tentang “bagaimana” dan “mengapa” atau penyebab peristiwa tersebut

Page 15: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5993/1/BAB I.docx · Web viewKegiatan pendidikan seiring dengan perkembangan sejarah pendidikan. seperti halnya di Gowa mengalami pasang surut.

15

terjadi. Pada tahap ini fakta-fakta yang telah diperoleh dan diinterpretasikan

selanjutnya akan dirangkaikan untuk mengungkapkan peristiwa sejarah yang

menjadi permasalahan dalam karya ilmiah ini secara kronologis dan

mengungkapkan maknanya. Tujuan penulisan ini diorentasikan untuk

menciptakan totalitas daripada fakta sejarah dengan tidak mengubah keaslian dari

sejarah tersebut.

Sebagai tahap akhir dari prosedur kerja metodologi sejarah adalah

historiografi. Dalam hal ini fakta-fakta sejarah akan diungkapkan dalam kisah

sejarah, sehingga akan tergambar : (a) latar belakang pendidikan formal di Gowa,

(b) perkembangan pendidikan formal di Gowa 1945-1950.