Ideologi Punk

5
MEREKA TAK BEROTAK Asal Usul dan Ideologi Subkultur Punk Punk sebagai subkultur diawali dengan resistensi terhadap ketertiban.. Diakhiri dengan pembentukan gaya yang menyimpang dan terkesan nyeleneh sebagai makna penolakan terhadap sistem sosial yang kaku. Subkultur* dan Gaya Punk disebagian besar benak khalayak masih terpatenkan dengan imej pengganggu ketertiban. Komunitas marginal perkotaan ini sepertinya tak luput dari celaan dan cemoohan. Dalam kehidupan sosial kaum punk diperlakukan sebagai sebuah ancaman karena dinilai menebar rasa tidak aman dan tidak nyaman. Tampilan luar yang terlihat ekstrim dengan rambut jambul tegak, pierching di sekitar bibir, hidung, kuping dan pelipis mata. Kemudian mengenakan kaos ketat berlapis jaket kumal, sepatu lancip dan berbagai pernak-pernik lainnya, oleh kelompok mayoritas masih belum bisa dilazimkan. Namun sekilas ini hanyalah tampakan luar dari kaum punk itu sendiri. Dilain pihak, mereka [kaum punk] mencoba memperingatkan dunia dengan hal-hal beda semacam

description

makalah

Transcript of Ideologi Punk

Page 1: Ideologi Punk

MEREKA TAK BEROTAK

Asal Usul dan Ideologi Subkultur Punk

Punk sebagai subkultur diawali dengan resistensi terhadap ketertiban..

Diakhiri dengan pembentukan gaya yang menyimpang dan terkesan

nyeleneh sebagai makna penolakan terhadap sistem sosial yang kaku.

Subkultur* dan Gaya Punk disebagian besar benak khalayak masih

terpatenkan dengan imej pengganggu ketertiban. Komunitas marginal

perkotaan ini sepertinya tak luput dari celaan dan cemoohan. Dalam

kehidupan sosial kaum punk diperlakukan sebagai sebuah ancaman karena

dinilai menebar rasa tidak aman dan tidak nyaman. Tampilan luar yang

terlihat ekstrim dengan rambut jambul tegak, pierching di sekitar bibir,

hidung, kuping dan pelipis mata. Kemudian mengenakan kaos ketat berlapis

jaket kumal, sepatu lancip dan berbagai pernak-pernik lainnya, oleh

kelompok mayoritas masih belum bisa dilazimkan. Namun sekilas ini

hanyalah tampakan luar dari kaum punk itu sendiri.

Dilain pihak, mereka [kaum punk] mencoba memperingatkan dunia

dengan hal-hal beda semacam itu. Mereka mencoba memperlihatkan kepada

publik ihwal keberadaannya lewat kebedaan yang bersumber dari diri

mereka sendiri. Status dan makna pemberontakan yang mereka bawa dan

gaya sebagai bentuk penolakan mereka coba angkat ke permukaan. Dick

Hebdige, penulis, mengambil Jean Genet sebagai salah satu fokus kajian

dalam buku ini. Dijelaskan bahwa proses pengeksistensian diri kaum punk

diawali dengan kejahatanân melawan tertib alami. Dengan mereka

memelihara rambut berjambul dengan tipe setelan tertentu dan bergaya urak-

urakan, mencari skuter atau album rekaman adalah salah satu bentuk sinyal

penolakan yang menurut mereka layak dilakukan.

Page 2: Ideologi Punk

Gaya dalam hal ini sarat dengan arti “melawan segala sesuatu yang

alamia, pakem yang mengikat yang menyanggah prinsip kesatuan dan

keterpaduan. Jika ditelaah dengan makna lain, dapat dikatakan sebagai

bentuk resistensi terhadap sistem yang kaku. Genet menekankan praktik

resistensi ini melalui gaya tersebut. Dan hal-hal seperti ini secara tidak

langsung menunjukkan bentuk keterasingan kaum minoritas ini. Makna

keterasingan ini dikuatkan lewat ungkapan Genet [hal.39]. Di luar itu bentuk

pengasingan seperti ini kemudian memotivasi mereka untuk terus

mengekspresikan diri melalui peyelewengan simbolik atas tertib sosial.

Kaum punk membawa gerakan ini dengan terus menarik perhatian

masyarakat, memprovokasi dan bertindak untuk tidak hanya “diam†�. Tidak ada subkultur yang lebih gigih daripada kaum punk untu memisahkan

diri dari format-format yang telah diwajarkan. Dan tidak ada pula yang

mengungkapkan ketidaksetujuan layaknya kaum punk. Oleh karenanya

subkultur punk merupakan budaya perlawanan yang harus diberi tempat

dalam tatanan sosial masyarakat yang mengikat. Kultur & Hegemoni

Sejak akhir abad ke-18, kultur telah dipakai oleh para intelektual dan tokoh

sastra untuk mengangkat secara kritis kisaran luas isu-isu kontroversif,

seperti mutu kehidupan, dampak mekanisasi terhadap manusia, pembagian

kelas kerja dan penciptaan massa. Dalam kecenderungan masyarakat yang

amat kompleks yang bekerja dengan sistem pembagian kerja yang dipilah

[terspesialisasi] perlu dipertanyakan kelompok kerja dan kelas kerja mana

yang menentukan pengaturan dan penggolongan ranah sosial. Contoh

lainnya adalah penyebarluasan gagasan dalam kehidupan sosial. Kelompok-

kelompok tertentu yang mendominasi justru lebih menentukan, sementara

yang lainnya disudutkan hanya karena lebih kecil kekuasaannya untuk

menyampaikan gagasan/argumentasi mereka kepada publik. Ini

Page 3: Ideologi Punk

menggambarkan bagaimana pola penindasan terhadap kaum minoritas

bergerak. Yang besar mencapai dominasi, sementara yang lain tetap

marjinal.

Dick Hebdige sebagai seorang kritisi budaya, dalam bukunya ini berusaha

memberikan gambaran mengenai subkultur punk melalui beberapa kajian

kasus. Tidak hanya memberi pengaruh besar untuk membuka mata

pembacanya, namun juga memberikan banyak inspirasi yang mengantarkan

kita memahami lebih jauh asal-usul dan ideologi kelompok anti kemapanan

ini. Namun, sangat disayangkan buku yang berjudul asli Subculture: The

Meaning of Style ini sangat sulit untuk dicerna [menurut saya]. Entah

karena ini diterjemahkan secara kurang baik atau memang sayanya yang

nggak ngerti [hehe]. Yang jelas buku ini layak baca untuk menambah

khasanah pengetahuan kita tentang sub-budaya yang satu ini dan akarnya.

*Subkultur merupakan gejala budaya dalam masyarakat industri maju dan

umumnya terbentuk berdasarkan usia dan kelas. Secara simbolik

terekspresikan lewat gaya dan menjadi ruang untuk membentuk identitas diri

dalam tatanan sosial yang mengalienasi.

Untuk cover buku yang saya tampilkan adalah buku versi aslinya.

Sedangkan cover buku terjemahan dalam bahasa Indonesianya adalah

dokumentasi dari film "Berlari Untuk Entah" produksi Titik Tiga.

Buku ini diterbitkan pertama kali tahun 1979 oleh Meuthen & Co.

Sedangkan di Indonesia diterbitkan oleh penerbit Buku Baik, Yogyakarta

Page 4: Ideologi Punk

pada tahun 1999 [cetakan ke XIII]. Ini adalah resensi saya tahun 2006 untuk

salah satu forum diskusi kecil-kecilan. Perlu banyak belajar!!!!! :]