PEREMPUAN PUNK: BUDAYA PERLAWANAN TERHADAP GENDER NORMATIF ...
MAKNA SYMBOL FASHION SEORANG PUNK · 2019. 1. 29. · gerombolan anak punk di keroyok oleh massa....
Transcript of MAKNA SYMBOL FASHION SEORANG PUNK · 2019. 1. 29. · gerombolan anak punk di keroyok oleh massa....
i
MAKNA SYMBOL FASHION SEORANG PUNK
SKRIPSI
OLEH :
PAMBUDI AGUS PRAKOSO
G. 311.12.0018
PROGRAM STUDI S1 – ILMU KOMUNIKASI
JURUSAN ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS SEMARANG
2016
ii
iii
iv
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto
“ Seluruh apa yang kita katakan menurut orang jawa itu
adalah sampah, yang bisa membuat itu tidak jadi sampah
adalah interpretasi pribadi masing-masing “
vi
PERSEMBAHAN
Alhamdulillah, atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini dengan baik. Karya sederhana ini penulis persembahkan untuk:
Bapak, Ibu, kakak-kakakku Febri Kushartati, Susiani Dwi Hartati, Kartini
Dyah Setyorini, dan Fitri Andono Warih, seluruh keluarga besar penulis
tercinta. Terimakasih untuk semua dukungan moril, materil, dan semua
doa terbaiknya selama ini
Ilmu Komunikasi angkatan 2012. Terimakasih untuk kebersamaannya
selama ini. Tetap solid dalam kesederhanaan.
Seluruh dosen Ilmu Komunikasi. Terimakasih untuk waktu, ilmu yang
bermanfaat dan bimbingannya selama ini kepada penulis.
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Yang telah
melimpahkan rahmat, taufik serta hidayahNya sehingga peneliti dapat
menyelesaikan laporannya tepat waktu dan tanpa adanya halangan yang berarti.
Dalam penyusunan skripsi ini peneliti banyak mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak, oleh sebab itu peneliti ingin mengungkapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof.Dr.H. Pahlawansyah Harahap, SE,ME selaku Rektor
Universitas Semarang.
2. Ibu Titin Winarti, S.Kom., MM. selaku dekan Fakultas Teknologi
Informasi dan Komunikasi Universitas Semarang dan Fajriannoor Fanani,
M.I.Kom selaku Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Teknologi
Informasi dan Komunikasi Universitas Semarang.
3 Ibu Gita Aprinta E.B, M.Si selaku dosen wali yang selalu bersedia
memberikan waktu dan masukkannya berkaitan dengan akademik peneliti.
4 Bapak M. Chairul Latief. M.Si selaku pembimbing utama dan Ibu Gita
Aprinta E.B, M.Si selaku dosen pembimbing kedua yang telah banyak
memberikan arahan dan meluangkan waktunya untuk bimbingan penulisan
Proposal Skripsi sampai selesai.
5. Seluruh dosen Ilmu Komunikasi yang telah banyak memberikan kritik dan
saran didalam penyelesaian skripsi ini Pak Fajriannoor Fanani,
S.Sos.,M.I.Kom, Bu Errika Dwi Setyowatie, S.Sos.,M.I.Kom, Pak
Mochamad Chaerul Latief,S.Sos., M.Si , Mbak Gita Aprinta E.B,
S.Sos.,M.Si, Edi Nurwahyu Julianto, S.Sos., M.I.Kom, Pak Yuliyanto
Budi Setiawan, S.Sos., M.Si.
6. Seluruh karyawan Tata Usaha FTIK terutama Pak Wahyu, terimakasih
banyak untuk semua bantuan birokrasinya.
7. Kedua orang tua dan saudara di rumah yang telah memberikan dukungan
moril maupun spiritual, serta doa-doanya sehingga peneliti bisa
menyelesaikan penelitian ini.
viii
8. Seluruh sahabat dan teman-teman terdekat terlebih dari ilmu komunikasi
angkatan 2012 dan seluruh angkatan baik kelas pagi maupun sore, teman-
teman dari Local Magazine dan semua sahabat terdekat tanpa terkecuali
yang selalu memberikan banyak masukan, penyemangat dan menjadi
teman terhebat selama saya menempuh kuliah.
9. Subjek dari penelitian ini Antoni Pahlawan dan Obbie terimakasih telah
meluangkan waktu serta kesanggupannya untuk menjadi subjek penelitian.
10. Serta pihak – pihak yang telah banyak memberikan bantuan selama dalam
menyelesaikan skripsi.
Peneliti menyadari bahwa dalam menyusun skripsi ini masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu semua kritik dan saran dari seluruh pihak akan
bermanfaat demi menyempurnakan kesempurnaan skripsi ini.Akhir kata semoga
skripsi ini dapat memberikan banyak manfaat bagi kita semua.
Semarang, Agustus 2016
Peneliti
Pambudi Agus Prakoso
ix
ABSTRAK
Pambudi Agus Prakoso, G.311.12.0018. “Makna Simbol Fashion Seorang Punk”.
Program Studi S-1 Ilmu Komunikasi Universitas Semarang.
Penelitian ini bertujuan untuk menjawab permasalahan guna memperoleh
deskripsi mengenai makna atau pesan dari fashion seorang punk. Dalam penelitian ini,
landasan teori yang dipergunakan yaitu teori semiotika dari Charles Sanders Peirce yang
menerangkan teori segitiga makna atau triangle meaning yang terdiri dari tiga elemen
utama, yakni tanda (sign), objek, dan interpretan. Untuk klasifikasi tanda sendiri dibagi
menjadi tiga yaitu icon, index, dan symbol. Untuk klasifikasi berdasarkan objek yaitu
Qualisign, Sinsign, dan Legisign. Sedangkan untuk klasifikasi tanda berdasarkan
interpretan yaitu rheme, dicent sign atau dicisign dan argument. Artinya makna dari
simbol fashion punk akan dianalisis berdasarkan klasifikasi tanda berdasarkan segitiga
makna.
Metode peneleitian yang digunakan adalah teknik analisis teks dengan
menggunakan analisis deskriptif kualitatif. Penelitian ini dilakukan di Kota Semarang.
Dengan analisis teks menggunakan simbol atau teks yang ada dalam fashion anak punk
untuk kemudian simbol-simbol tersebut diolah dan dianalisis.
Disimpulkan bahwa penelitian ini merupakan studi analisis semiotika untuk
mengetahui bagaimana makna atau pesan yang ada dalam simbol fashion seorang punk
dengan menerangkan adanya teori segitiga makna yang terdiri dari tiga elemen utama
yakni tanda (sign), objek, dan interpretan
x
ABSTRACT
Agus pambudi Prakoso, G.311.12.0018. "Meaning of Symbols Fashion A Punk".
S-1 Study Program Communication Studies University of Semarang.
This study aims to answer the question in order to obtain a description of the
meaning or message of a punk fashion. In this study, the theoretical foundation used the
theory of semiotics of Charles Sanders Peirce triangular theory that explains the
significance or meaning triangle which consists of three main elements, namely the sign
(sign), objects, and interpretan. To mark the classification itself is divided into three:
icon, index, and symbol. For classification based on the object that is Qualisign, Sinsign,
and Legisign. As for the classification of marks based interpretan namely Rheme, dicent
sign or dicisign and argument. That is the meaning of punk fashion symbol will be
analyzed based on the classification of the mark based on the triangle of meaning.
The method used is text analysis techniques using qualitative descriptive
analysis. This research was conducted in the city of Semarang. By the analysis of text
using symbols or text that is in fashion punk for later symbols is processed and analyzed.
It was concluded that this study is a study semiotics analysis to determine how the
meaning or message in a punk fashion symbol to explain their theory of meaning
triangle which consists of three main elements which mark (sign), objects, and
interpretan.
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PROPOSAL SKRIPSI ................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii
SURAT PERNYATAAN............................................................................... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................. v
KATA PENGANTAR ................................................................................... vii
ABSTRAK ..................................................................................................... ix
DAFTAR ISI .................................................................................................. xi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah ................................................................................. 6
1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................................... 6
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Semiotika ................................................................................................. 8
2.2 Semiotika Charles Sander Peirce ............................................................. 8
2.3 Simbol Status dan Gaya Hidup ................................................................ 11
2.4 Representasi ............................................................................................. 12
2.5 Pengertian Fashion ................................................................................... 16
2.6 Kerangka Berpikir .................................................................................... 19
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Bentuk dan Strategi Penelitian ................................................................. 20
xii
3.2 Data dan Sumber Data ............................................................................. 22
3.3 Teknik Sampling ...................................................................................... 22
3.4 Teknik Pengumpulan Data ....................................................................... 23
3.5 Validasi Data ............................................................................................ 24
3.6 Teknik Analisis Data ................................................................................ 25
BAB 1V HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Makna Fashion Dan Aksesories Punk Berdasarkan Trikotomi Pertama . 26
4.2 Makna Fashion Dan Aksesories Punk Berdasarkan Trikotomi Kedua .... 35
4.3 Makna Fashion Dan Aksesories Punk Berdasarkan Trikotomi Ketigaa .. 43
4.4 Representasi ............................................................................................. 50
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan .................................................................................................. 55
5.2 Implikasi ................................................................................................... 56
5.3 Saran ......................................................................................................... 57
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………. 58
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………….. 61
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dari tahun ke tahun, punk terus mengalami perubahan bentuk baik dari
music maupun fashion. Yang tidak berubah adalah semangat pemberontakannya.
Maka disebutlah semboyan “punk not dead”.Punk muncul pertama kali pada
tahun 1960an, pada waktu itu punk hanya sebatas pemberontakan dibidang musik,
meskipun akhirnya justru merambah sampai menjadi
subkultur.(http://juliyadipunk.blogspot.co.id/) diakses tanggal 2 Maret 2016 pukul
20.40 WIB
Musik punk, awal mula terjadi pada tahun 1964 di Amerika Serikat ketika
music rock mulai terlihat monoton kala itu.Pada tahun sebelumnya, jarang terlihat
artis atau grup yang memainkan alat musik sendiri.Dari penulisan lagu dan
memainkan instrument, biasanya dipercayakan kepada para ahlinya.Sebagian
besar grup vocal pada masa itu praktis menurut pada kemauan perusahaan
rekaman yang dinaunginya.Remaja Amerika pun beranggapan, sebuah grup
sanggup saja mengerjakan apa-apanya sendiri, tanpa bantuan dari pihak
luar.Lantas mulai muncul kesadaran dan dorongan untuk membuat jenis musik
baru yang ekstrim sebagai reaksi melawan kejenuhan tersebut.Lalu lahirlah
Garage Rock (rock garasi), aksi anak-anak sekolah yang membentuk band dan
latihan di garasi rumah.Musik mereka mempunyai satu ciri khas yaitu sederhana
tapi kencang, identik dengan pelampiasan energy dan perasaan daripada aspek
2
teknik bermain musik. Dan dari sini lahirlah sound selanjutnya berkembang
menjadi punk rock. Musik punk mulai berkembang dan membuktikan
kemandiriannya secara bersamaan di dominasi oleh dua Negara yaitu Inggris dan
Amerika Serikat hingga akhir tahun 1980-an. (HAI-KLIP/FEBRUARI 1996)
Budaya punk mulai tumbuh dan berkembang di Indonesia, terutama
Bandung dan Jakarta, sekitar awal tahun 1990. Namun ketika itu punk masih
relatif kecil dan baru sebatas mengenal musiknya lewat band punk legendaris, Sex
Pistols dan The Clash. Namun sebelumnya, benih-benih kehadiran Punk di
Indonesia sudah terbentuk sejak tahun 1980-an. Dandanan punk dengan
menggunakan jaket ala The Ramones sudah terlihat. Kehadiran punk di era tahun
1980-an juga terlihat pada film ”Menggapa Matahari” dengan pemeran utama
Rhoma Irama. Dalam film itu punk digambarkan sebagai kelompok yang
berperilaku deviatif. Pada salah satu bagian film, yaitu ketika Rhoma Irama
manggung, terdapat figuran sekumpulan anak punk yang menghancurkan tempat
pertunjukkan sebagai perusuh.Namun, tampaknya tidak banyak yang tahu, bahwa
Indonesia merupakan salah satu negara dengan banyak punker yang bergerak
sembunyi-sembunyi.Dunia kaum punker di Indonesia diwarnai kehidupan yang
chaos, teriakan, dan kegiatan kolektif di bidang seni dan musik dengan mengajar
anak-anak jalanan cara mengamen untuk bertahan hidup.
(http://www.kompasiana.com/joniwr/komunitas-punk-indonesia-terbesar-di-
dunia_55180911813311a2689de75e) diakses tanggal 11 Agustus 2016 pukul
11.21 WIB
3
Berbagai kesan dan stigma negatif masyarakat ditujukan terhadap
kelompok anak muda ini.Mereka dianggap kriminal, preman, brandal, perusuh,
pemabuk, pengobat, urakan, dan orang-orang yang dianggap berbahaya. Hampir
di setiap kota, keberadaan kelompok anak punk dipandang sebagai masalah yang
meresahkan, Salah satunya, sebagaimana yang pernah terjadi di Kota Semarang
gerombolan anak punk di keroyok oleh massa. Mereka yang dikeroyok puluhan
warga diduga salah sasaran.Namun, ada pula kabar para pelaku geram dengan
keberadaan anak punk tersebut.Pengeroyokan bermula saat 12 anak punk tersebut
pulang setelah menyaksikan konser di daerah Semarang Selatan.
(http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/news/2011/04/26/84039) diakses
tanggal 8 Maret 2016 pukul 4.28 WIB
Meski berawal dari musik, punk berkembang tidak hanya sebagai aliran
musik, tetapi telah menjadi sebuah kelompok sosial. Walaupun demikian, musik
tetap menjadi media kritik terhadap politik yang terartikulasi dan penolakan dari
budaya yang dominan. Media lain yang digunakan punkers untuk melakukan
kritik adalah zine dan fashion.
Fashion sendiri dapat diartikan sebagai komunikasi non-verbal karena
tidak menggunakan kata-kata lisan maupun tertulis (Davis,1992:7). Tidak sulit
untuk memahami fashion sebagai komunikasi non-verbal, meskipun garmen
diungkapkan dalam kata-kata seperti merk maupun slogan, disana tetap saja ada
level komunikasi non verbal yang memperkuat makna harfiah slogan atau merek
tersebut. Pertanyaaan pasti muncul setelah sebuah pernyataan fashion dan pakaian
4
diartikan sebagai bentuk komunikasi non verbal . Umberto Eco menyatakan,
“Berbicara melalui pakaianya”, yang dimaksud disini adalah menggunakan
pakaian untuk melakukan apa yang dilakukan dengan kata-kata maupun lisan
dalam konteks lain. (Eco, 1973:59)
Punk mendandani diri mereka sendiri secara urakan sebagai bentuk
penolakan terhadap budaya berpakaian yang dominan. Selain itu, cara berpakaian
juga menegaskan kritik kepada pemerintah dan bentuk simpati kepada rakyat kecil
lewat simbol-simbol yang terdapat pada atribut maupun aksesories yang
digunakan punkers.Penampilan mereka mulai tampak berbeda dengan orang
kebanyakan. Penampilan seorang punkers menjadi identitas untuk menunjukan
kepada masyarakat umum bahwa mereka ada. Aksesoris yang mereka buat
bermacam-macam. Setiap aksesories memiliki maknanya masing-masing. Punkers
pun memakai aksesories yang berbeda-beda satu sama lain. tetapi tidak jarang
pula punkers yang tampil tanpa aksesories, hanya memakai kaos dan celana jeans
biasa. Identitas punkers tersebut biasanya dapat dilihat pada kaos yang digunakan.
Jumlah aksesories yang digunakan beragam. Ada yang hanya menggunakan satu
aksesories, ada pula yang menggunakan sampai belasan aksesories. Sebagian
besar aksesories yang dipakai adalah spike.
5
Penampilan atau fashion yang dikenakan punkers memiliki simbol-simbol
pemaknaan. Mary Douglas dalam bukunya Purity and Danger (1996) mengatakan,
“Sebagaimana sesuatu melambangkan tubuh, demikian tubuh juga adalah simbol
bagi segala sesuatu”. Secara umum, fashion yang dikenakan punkers berusaha
menjungkirbalikan nilai-nilai dominan yang ada. Masyarakat memiliki pandangan
umum mengenai fashion yang baik dan buruk. Serta, fashion yang sedang
ngetrend saat ini dan tidak. Masyarakat melabelkan itu semua dan menganggap
buruk semua bentuk fashion yang tidak sesuai dengan pandangan mereka. Punkers
menjungkirbalikan nilai-nilai itu melalui fashion yang disengaja untuk tidak
sesuai dengan pandangan masyarakat. Biasanya pakaian yang digunakan punkers
dibuat atau dimodifikasi sendiri oleh mereka.
Penelitian ini diajukan oleh penulis berdasarkan rujukan dari penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Ridwan Hardiansyah, mahasiswa Jurusan Ilmu
Komunikasi FISIP Universitas Lampung dengan judul IDENTITAS PUNK (Studi
Etnografi ideology melalui Kebudayaan pada Band Travel 44.000) yang
Gambar 1.1 Model gaya rambut spike
6
kemudian dibukukan oleh penulisnya sendiri dengan judul buku “Sedikit Cerita
Punk Dari Bandar Lampung”.
Penelitian yang akan dilakukan oleh penulis memiliki tema sejenis dengan
penelitian sebelumnya, namun pada penelitian yang dilakukan Ridwan
Hardiansyah lebih mengarah kepada scena kebudayaan punk pada Band Travel
44.000 dan komunitas punk Kolektif Cerah Kalbu. Sedangkan penelitian yang
ditulis sekarang ini adalah tentang makna pesan yang terdapat dalam fashion anak
punk. Studi ini ingin memberikan manfaat terhadap pengaplikasihan teori
semiotika. Aplikasi teori semiotik dalam penelitian ini akan memperkaya contoh-
contoh penerapannya. Penerapan teori semiotik Charles Sanders Peirce terutama
untuk hubungan objek dengan tanda akan semakin nampak sebagai aplikasi teori
tersebut dalam mengupas suatu objek (fashion).
Dari latar belakang diatas dapat ditunjukkan keunikan fashion dan
berbagai macam aksesories yang dikenakan oleh anak punk yang berpotensi untuk
menghasilkan tanda-tanda yang bisa dicari maknanya dengan semiotik. Oleh
karena itu fashion tersebut layak untuk dijadikan sebagai objek penelitian
semiotik. Mengamati potensi yang terdapat dalam fashion anak punk di atas,
peneliti memutuskan untuk meneliti lebih dalam pesan yang terkandung dalam
simbol fashion seorang punk dengan kajian semiotik. Kajian semiotik dalam
penelitian yang berjudul MAKNA SYMBOL FASHION SEORANG PUNK
diharapkan memberikan kejelasan makna fashion dan pesan-pesan yang terdapat
dalam penampilan yang dikenakan anak punk.
7
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka identifikasi masalah
padapenelitian ini adalahfenomena yang muncul tentang cara pandang masyarakat
menjadi bahasanruang lingkup untuk diteliti. Penelitian ini diarahkan pada
pengkajian dalam penampilan (fashion) seorang punk. Hal ini dilakukan untuk
mengetahui :
Mengetahui makna atau pesan apa yang terdapat dalam fashion anak punk?
1.3 Tujuan Penelitian
Berkaitan dengan masalah yang diteliti maka tujuan dilakukannya
penelitianini adalah :
Untuk menjawab permasalahan guna memperoleh deskripsi mengenai
makna atau pesan dari fashion seorang punk.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
Untuk memperdalam kajian semiotika Charles Sanders Peircedalam
sebuah media komunikasi berbentuk simboldalam hal ini berupa fashion mampu
memberikan referensi bagi pembelajar semiotika dalam memahamikajian-kajian
semiotika. Bagi mahasiswa dapat memetik manfaat dalam kasanah teori semiotika
Charles Sanders Peirce dan mengetahui carapenerapannya dalam karya sastra dan
8
bisa digunakan sebagai acuan penelitian selanjutnya dalam sudut pandang yang
lain. Selain itu manfaat teoritis yang lain yaitu untuk memberikan penjelasan
teoritik dan memperluas wawasan khususnya kajian semiotika. Dengan demikian
dapat menambah kajian teori bagi penelitian serupa di massa mendatang
1.4.2 Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan yang
bermanfaat bagi khalayak mengenai penampilan yang dikenakan seorang punker,
sehingga khalayak dapat mengerti makna dari penampilan tersebut.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Semiotika
Tanda-tanda (signs) adalah basis dari seluruh komunikasi (Littlejohn,
1996:64). Manusia dengan perantaraan tanda-tanda, dapat melakukan komunikasi
dengan sesamanya.Banyak hal bisa dikomunikasikan di dunia ini.
Semiotika adalah ilmu yang mempelajari tentang suatu tanda (sign).
Dalam ilmu komunikasi “tanda” merupakan sebuah interaksi makna yang
disampaikan kepada orang lain melalui tanda-tanda. Dalam berkomunikasi tidak
hanya dengan bahasa lisan saja namun dengan tanda tersebut juga dapat
berkomunikasi.Ada atau tidaknya peristiwa, struktur yang ditemukan dalam
sesuatu, suatu kebiasaan semua itu dapat disebut tanda.Sebuah bendera, sebuah
isyarat tangan, sebuah kata, suatu keheningan, gerak syaraf, peristiwa
memerahnya wajah, rambut urban, lirikan mata dan banyak lainnya, semua itu
dianggap suatu tanda (Zoest, 1993:18).
Semiotika menurut Berger memiliki dua tokoh, yakni Ferdnand De
Sausure (1857-1913) dan Charles Sander Peirce (1839-1990). Kedua tokoh
tersebut mengembangkan ilmu semiotika secara terpisah dan tidak mengenal satu
sama lain. Sausure di Eropa dan Peirce di Amerika Serikat. Latar belakang
keilmuan adalah linguistic, sedangkan peirce filsafat. Saussure menyebut ilmu
yang dikembangkannya semiologi (Semiology).
10
2.2 Semiotka Charles Sanders Peirce
Peirce terkenal karena teori tandanya. Didalam teori semiotika, Peirce,
sebagaimana dipaparkan Lechte (2001:227) , seringkali mengulang-ulang bahwa
secara umum tanda adalah yang mewakili sesuatu bagi seseorang. Perumusan
yang terlalu sederhana ini menyalahi kenyataan tentang adanya suatu fungsi tanda
: tanda A menunjukan suatu fakta (atau objek B), kepada penafsirnya yaitu C. oleh
karena itu, suatu tanda itu tidak pernah berupa suatu entitas yang sendirian, tetapi
yang memiliki ketiga aspek tersebut. Peirce mengatakan bahwa tanda itu sendiri
merupakan contoh dari kepertamaan, objeknya adalah kekeduaan, dan penafsirnya
–unsur pengantara- adalah contoh dari keketigaan.Peirce memang berusaha untuk
menemukan struktur terner dimana pun mereka bisa terjadi. Keketigaan yang ada
dalam konteks pembentukan tanda juga membangkitkan semiotika yang tak
terbatas, selama suatu penafsir (gagasan) yang membaca tanda sebagai tanda bagi
yang lain (yaitu sebagai wakil dari suatu makna atau penanda) bisa ditangkap oleh
penafsir lainnya. Penafsir ini adalah unsure yang harus ada untuk mengaitkan
tanda dengan objeknya (induksi, deduksi, dan penangkapan [hipotesis]
membentuk tiga jenis penafsir yang penting).Agar bisa ada sebagai suatu tanda,
maka tanda tersebut harus ditafsirkan (dan berarti harus memiliki penafsir)
Bagi Peirce (Pateda, 2001:44), tanda “issomething which stands to
somebody for something in some respect or capacity”.Sesuatu yang digunakan
agar tanda bisa berfngsi, oleh Peirce disebut ground.Konsekuensinya, tanda (sign
atau representamen) selalu terdapat dalam hubungan triadic, yakni ground, object,
dan interpretant.Atas dasar hubungan ini, Peirce (lihat Patenda, 2001:44)
11
mengadakan klasifikasi tanda. Tanda yang dikaitkan dengan ground dibaginya
menjadi qualisign,sinsign, dan lesisign. Qualisign adalah kualitas yang ada pada
tanda, misalnya kata-kata kasar, keras, lemah, lembut, merdu. Sinsign adalah
eksistensi actual benda atau peristiwa yang ada pada tanda ; misalnya kata kabur
atau keruh yang ada pada urutan kata air sungai. Legisign adalah norma yang
dikandung oleh tanda, misalnya rambu-rambu lalu lintas yang menandakan hal-
hal yang boleh atau tidak boleh dilakukan manusia.
Berdasarkan objeknya, Peirce membagi tanda atas icon (ikon), index (indeks), dan
symbol (simbol).Ikon adalah tanda yang hubungan antara penanda atau
petandanya bersifat bersamaan bentuk alamiah. Atau dengan kata lain ikon adalah
hubungan antara tanda dan objek acuan yang bersifat kemiripan; misalnya, potret
dan peta.Dari sistem triadik semiotika ini, pierce membuat tigasubklasifikasi ikon,
yaitu ikon tipologis, ikon diagramatik dan ikon metafora. Ikon tipologis adalah
hubungan yang berdasarkan kemiripan bentuk, seperti peta dan lukisan realis
(Zaimar, 2008:5).Ikon diagramatik adalah hubungan yang berdasarkan kemiripan
tahapan, seperti diagram (Zaimar, 2008:5). Sejalan dengan Sudjiman dan Zoest
(1996, 14-16) memaparkan bahwa ikon diagramatik adalah adanya gejala
structural yang ditunjukkan dengan kemiripan relasional dan berurutan. Ikon
Metafora adalah hubungan yang berdasarkan kemiripan meskipun hanya sebagian
yang mirip, seperti bunga mawar dan gadis dianggap mempunyai (kecantikan,
kesegaran). Namun, kemiripan itu tidak total sifatnya (Zaimar, 2008:5). Indeks
adalah tanda yang menunjukan adanya hubungan alamiah antara tanda dan
petanda yang bersifat kausal atau hubungan sebab akibat. Contoh yang paling
12
jelas adalah asap sebagai tanda adanya api. Tanda dapat mengacu pada denotatum
melalui konvensi.Tanda seperti itu adalah tanda konvensional yang biasa disebut
simbol.Jadi, simbol adalah tanda yang menunjukan hubungan alamiah antara
penanda dengan petandanya.Hubungan diantaranya bersifat arbitrer atau semena,
hubungan berdasarkan konvensi (perjanjian) masyarakat.
Berdasarkan interpretant, tanda (sign, representamen,interpretant) dibagi
atas rheme, dicent sign atau dicisign dan argument.Rheme adalah tanda yang
memungkinkan orang menafsirkan berdasarkan pilihan.Misalnya, orang yang
merah matanya dapat saja menandakan bahwa orang itu baru menangis, atau
menderita penyakit mata, atau mata dimasuki insekta, atau baru bangun, atau
ingin tidur.Dicent sign ataudicisign adalah tanda sesuai kenyataan.Misalnya, jika
pada suatu jalan sering terjadi kecelakaan, maka ditepi jalan dipasang rambu lalu
lintas yang menyatakan bahwa disitu sering terjadi kecelakaan.Argument adalah
tanda yang langsung memberikan alasan tentang sesuatu.
2.3 Simbol Status dan Gaya Hidup
Symbol status memang kadang tidak bisa dielakkan dalam pola
pergaulan.apalagi bagi orang-orang penting yang selalu disorot oleh masyarakat.
Kelas social dan status social akan bermain bersamaan. Mobil BMW, baju Ralph
Laurent, sepatu bally dan penaMont Blanc merupakan barang-barang yang
menunjukan status social. Antara kelas social dan status social seolah saling
melengkapi.Maka kemudian beberapa merk pun muncul menjadi “bahasa” untuk
mengatakan status social yang meningkat. Misalnya Rolex untuk jam tangan, jas
13
hujan Burberry dan busana Giorgio Armani. Tujuan pemakaian simbol-simbol
status ini adalah memproyeksikan citra diri seseorang.Namun sebenarnya citra diri
bukan hanya ditentukan oleh symbol status.Symbol status hanyalah pernak-pernik
dari pembentukan citra diri. Etiket, cara berkomunikasi secara verbal maupun non
verbal, sangat menentukan citra diri.
Menurut Baudrillard (Lury, 1996), saat ini kita hidup dalam masyarakat
yang tidak lagi mendewakan logika produksi; sebab logika signifikasi, itulah yang
terpenting.kita, kata Baudrillard, telah bergeser dari fase perkembangan
kapitalisme dimana bentuk komoditas bersifat dominan ke fase kelaziman-
kelaziman bentuk tanda.Dengan demikian, konsumsi harus dipahami tidak dalam
hubungannya dengan nilai-guna, sebagai kegunaan materi, namun terutama
kaitannya dengan nilai-tanda, sebagai signifikasi.
Symbol-simbol, kata Eickelman & Piscatori (1998:20) merupakan tanda
yang merujuk pada nilai-nilai, dan seringkali – meskipun tidak selalu – symbol ini
diungkapkan melalui bahasa. Kadang-kadang juga diungkapkan melalui citra
disamping bahasa.Kesalingkaitan antara nilai, symbol, dan bahasa, menurut
mereka memiliki pengaruh yang sangat kuat. Ini sejalan dengan pendapat Pekonen
(1989:132), “Ungkapan simbolik yang saling terjalin dan diartikulasikan melalui
bahasa, merupakan sarana sosialisasi yang sekaligus dapat menciptakan suatu
ikatan social antara individu dan kelompok, sebab peran-peran dan relasisosial
yang ada di masyarakat disampaikan melalui bahasa”
14
2.4 Representasi
Representasi menurut Stuart Hall (1997: 15), “representasi
menghubungkanmakna, dan bahasa dengan budaya. Yang berarti menggunakan
bahasa untukmengatakan tentang sesuatu, atau untuk mewakili dunia yang penuh
arti, kepadaorang lain. Representasi merupakan bagian penting dari proses di
mana maknadiproduksi, dan dipertukarkan antara anggota suatu budaya. Ini
melibatkanpenggunaan bahasa, tanda-tanda, dan gambar yang berdiri untuk atau
mewakilisesuatu”.Representasi ini penting untuk kehidupan sehari-hari.
Bagaimana kitamemahami lingkungan kita dan satu sama lain. Pemahaman
dihasilkan melaluicampuran kompleks latar belakang, selera, kekhawatiran,
pelatihan, kecenderungan,dan pengalaman, semua dibuat nyata bagi kita melalui
prinsip-prinsip, dan prosesrepresentasi bahwa frame, dan mengatur pengalaman
kami berada di dunia. Salahsatu makna yang terkandung dalam kata representasi
adalah to represent ataumenghadirkan kembali sesuatu dan to stand in atau untuk
mewakili sesuatu. (Hall.2003:15).
Representasi merekatkan semua tanda-tanda menjadi makna dan makna
sendiri bersifat subjektif, tidak pernah tetap, selalu berubah dan selalu bergerak.
Ada bermacam macam pendekatan untuk melihat bagaimana makna dapat
tersampaikan. Dari beragam teori mengenai makna dan bahasa ada tiga
pendekatan yang disimpulkan oleh Stuart Hall (2003: 24-25) yaitu :
1. Pendekatan Reflektif (reflective approach) Pendekatan reflektif
memandang bahasa hanya sebagai refleksi atas makna yang telah terkandung
15
dalam tanda. Makna terkandung dalam objek dan tidak terpisahkan dari dunia
nyata. Dalam pendekatan inilah muncul istilah mimesis yaitu bahwa bahasa
merefleksikan atau menirukan kenyataan. Dalam pengertian reflektif ini, simbol
fashion menjadi refleksi atas kehidupan anak punk.
2. Pendekatan Intensional (intensional approach) Pendekatan intensional
memandang makna sebagai bagian dari penulis (author). Makna terletak pada
intense penulis karena itu kata-kata bermakna sesuai dengan kehendak penulis.
Dalam pendekatan ini, simbol fashion anak punk memiliki makna tunggal.
3. Pendekatan konstruksionis (constructionist approach) Pendekatan
ketiga, yaitu pendekatan konstruktivis mengatakan bahwa makna terkonstruksi
dalam bahasa dan lewat bahasa. Makna tidak didapatkan hanya dari intensi
pengarang namun didapatkan melalui sistem representasi. Pendekatan yang ketiga
inilah yang lebih dekat dengan Cultural Studies yang mengatakan bahwa meaning
is constructed. Makna tidak terkandung begitu saja dalam sebuah tanda melainkan
terbangun ketika makna tersebut ditafsirkan oleh penafsir yang juga telah
memiliki serangkaian konsep sesuai dengan budaya yang ia miliki. Meaning does
not inhere in thing. It is constructed, produced. It is the result of a signifying
practice-a practice that producess meaning,that make things mean. (Hall.2003:
28). Dalam pendekatan ketiga ini, simbol fashion anak punk dapat dimaknai oleh
siapapun dalam kaitannya untuk memahami kehidupan anak- anak punk di
lingkungan masyarakat.
16
Namun demikian, representasi bukanlah sebuah kebenaran tunggal dan
akan terus menjadi representasi berikutnya tanpa batas akhir. Representasi simbol
fashion anak punk akan memperlihatkan konsep mereka terhadap diri dan
lingkungannya. Bagaimana mereka menyikapi stereotip-stereotip yang ada
mengenai nilai berkonteks negatif.
Stuart Hall memberikan refleksi mengenai identitas budaya, yaitu bahwa
identitas sebagai konstruksi yang tidak pernah selesai sangat erat berhubungan
dengan masa depan. Identitas budaya punk, termasuk fashion dan segala
aksesorisnya berada dalam sebuah proses “becoming”. Ekspresi mereka sebagai
bagian dari representasi membawa menuju sebuah identitas baru yang di
kemudian hari akan kembali berubah menuju identitas yang baru lagi. Dalam
melihat cultural identity, Stuart Hall membaginya menjadi tiga cara
konseptualisasi yaitu :
1. The enlightement subject
Dalam konsep enlightment, identitas dipandang sebagai sesuatu yang inheren
dalam diri seseorang: “the essential centre of the self was a person‟s identity.”
2. The sociological subject
Dalam konsep ini, identitas dilihat dalam hubungannya dengan konteks social
tempat ia berada: “ the inner core of the subject was not autonomous and self
sufficient, but was formed in relation to „significant others‟, who mediated to the
subject the values, meaning and symbols-the culture- of the world he/she
17
inhabited.” Subjek dipandang sebagai bagian dari lingkungan, tidak dilihat dari
sudut pandang individual.
3. The postmodern subject
Dalam konsep posmodernis, identitas subjek dianggap selalu berbeda: “the
subject assumes different identities at different times, identities which are not
unified around coherent „self‟.” Selalu ada kutub yang tarik menarik dan selalu
ada pertentangan dalam konsep posmodernis mengenai identitas. Bahkan jika
subjek merasa memiliki identitas yang selalu sama sejak lahir sampai mati, itu
dikarenakan subjek sendirilah yang mengkonstruksi identitasnya menjadi
demikian. Dalam pembagian konsep yang erat kaitannya dengan zaman ini, Hall
menjelaskan posisi identitas dalam pengertian esensialis dan non-esensialis.
Pandangan non-esensialis melihat identitas sebagai sesuatu yang dikonstruksi dan
terkonstruksi (constructed and being constructed). Subjek dan lingkungan
memiliki peranan yang sama penting dalam konsep identitas.
Dan dalam penelitian ini, symbol penampilan/fashion dapat menjadi
“kendaraan” untukmenyampaikan apa yang ada dalam isi kepala setiap manusia.
Penampilan itulah yangmerepresentasikan isi pikiran setiap orang dan melalui
penampilan, isi pikirandisampaikan. Sementara itu Stuart Hall juga mengatakan
bahwa “Representation is the production of the meaning of the concepts in our
minds trough language.” (Hall.2003 : 17) Representasi berkaitan erat dengan
produksi makna dari konsep-konsepyang ada dalam pikiran seseorang.Dalam
kaitannya dengan sibol dalam penampilan/fashion seorang punker.Dengan
18
demikian representasi tidak pernah terlepas dari realita sosial yangmelingkupi
subjek dan objek.Representasi merekatkan semua tanda-tanda menjadimakna dan
makna sendiri bersifat subjektif, tidak pernah tetap, selalu berubah danselalu
bergerak.
2.5 Pengertian Fashion
Berbicara tentang fashion atau pakaian sesungguhnya berbicara tentang
sesuatu yang sangat erat dengan diri kita. Tak heran, kalau dalam kata-kata
Thomas Carlyle, pakaian menjadi “perlambang jiwa” (emblems of the soul).
Pakaian bisa menunjukkan siapa pemakainya. Dalam kata-kata tersohor dari
Umberto Eco, “I speak through my cloth”. (Aku berbicara lewat pakaianku).
Pakaian yang kita kenakan membuat pernyataan tentang busana kita. Bahkan jika
kita bukan tipe orang yang terlalu peduli soal busana, orang yang bersua dan
berinteraksi dengan kita tetap akan menafsirkan penampilan kita seolah-olah kita
sengaja membuat suatu pesan. Pernyataan ini membawa kita pada fungsi
komunikasi dari pakaian yang kita kenakan dalam kehidupan sehari-hari, baik
dalam suasana formal maupun informal (Malcolm Barnard, 2011:6).
Komunikasi artifaktual didefinisikan sebagai komunikasi yang
berlangsung melalui pakaian, dan penataan pelbagai artefak, misalnya, pakaian,
dandanan, barang perhiasan, kancing baju, atau furnitur di rumah dan
penataannya, ataupun dekorasi ruangan. Karena fashion atau pakaian
menyampaikan pesan-pesan nonverbal, ia termasuk komunikasi nonverbal (Ibid,
2007:7).
19
Pakaian yang kita pakai bisa menampilkan pelbagai fungsi. Sebagai
bentuk komunikasi, pakaian bisa menyampaikan pesan artifaktual yang bersifat
nonverbal. Pakaian bisa melindungi kita dari cuaca buruk atau dalam olahraga
tertentu dari kemungkinan cedera. Pakaian juga mambantu kita mnyembunyikan
bagain-bagian tertentu dari tubuh kita dan karenanya pakaian memiliki suatu
fungsi kesopanan (modesty function). Menurut Desmond Morris, dalam
Manwatching: A Field Guide to Human Behavior (1977), pakaian juga
menampilkan peran sebagai pajangan budaya (cultural display) karena ia
mengomunikasikan afiliasi budaya kita. Mengenali negara atau daerah asal-usul
seseorang dari pakaian yang mereka kenakan. Pakaian bisa menunjukkan identitas
nasional dan kultural pemakainya (Ibid, 2007:243).
Orang membuat kesimpulan tentang siapa anda sebagian juga lewat apa
yang anda pakai. Apakah kesimpulan tersebut terbukti akurat atau tidak, tak ayal
ia akan memengaruhi pikiran orang tentang anda dan bagaimana mereka bersikap
pada anda. Kelas sosial anda, keseriusan atau kesantaian anda, sikap anda, afiliasi
politik anda, keglamoran atau keeleganan anda, sense of style anda dan bahkan
mungkin kreatifitas anda akan dinilai sebagaian dari cara anda berbusana.
2.5.1 Makna Fashion Sebagai Citra
Untuk memahami Fashion dan pakaian sebagai komunikasi tidak cukup
hanya dengan memahami komunikasi sebagai sekedar pengiriman pesan. Dalam
hal ini garmen, yang merupakan bagian dari Fashion atau pakaian, menjadi
medium atau saluran yang dipergunakan seseorang untuk menyatakan sesuatu
20
kepada orang lain dengan maksud mendorong terjadi perubahan pada orang itu.
Garmen merupakan medium untuk mengirimkan pesan pada orang lain.
Seseorang mengirimkan pesan tentang dirinya sendiri melalui Fashion dan
pakaian yang dipakainya. Berdasarkan pengalaman sehari-hari, pakaian dipilih
sesuai dengan apa yang akan dilakukan pada hari itu, bagaimana suasana hati
seseorang, siapa yang akan ditemuinya dan seterusnya.
Pakaian sering dianggap sebagai sebuah topeng untuk memanipulasi
tubuh, sebagai cara untuk membangun dan menciptakan citra diri. Pakaian
membangun habitus pribadi, sebagai sebuah perangkat penting untuk
berkomunikasi dengan lingkungannya; pakaian dibentuk dan disesuaikan dengan
kondisi tertentu. Peran penting seseorang pencipta atau desainer pakaian,
mempengaruhi identitas pakaian, sekaligus citra tubuh penggunanya (Jenniver
Claik, 1993:1).
Fashion dan pakaian pada tataran dasarnya adalah berfungsi sebagai
penutup, perlindungan, kesopanan, dan daya tarik. Kini fashion sudah merupakan
bagian dari lifestyle atau gaya hidup, karena dengan fashion terkini seseorang bisa
menunjukkan kualitas gaya hidupnya. Pamor seseorang pun bisa ikut terdongkrak
ketika ia menggunakan Fashion yang sedang tren, atau istilahnya sering disebut
dengan fashionable. Istilah untuk orang-orang yang amat sangat menyukai fashion
sebagai gaya hidup biasa disebut dengan fashionister atau fashionista.
Secara semiologis tanda denotatif dianggap sebuah penanda dan tanda
konotatif dianggap sebagai sebuah petanda.Pada tataran makna denotasi atau
21
makna secara harfiah, fashion dipahami melalui apa yang ditampilkan oleh citra
yang secara faktual tampak, bahan apa yang digunakan, waktu dan tempat
pembuatannya, pemakaiannya, dan sebagainya. Mereka dapat berbeda dari jenis
kelamin, gender, usia, kelas sosial, pekerjaan, dan ras. Perbedaan itu dapat
menghasilkan dan mendorong perbedaan konotasi bagi kata atau citra.
Di dalam sebuah fashion, selain ada nilai-nilai yang ingin dipromosikan
atau dikomunikasikan melalui apa yang ditampilkan. Fashion merupakan sebuah
bentuk dari ekspresi individualistik. Fashion dan pakaian adalah cara yang
digunakan individu untuk membedakan dirinya sendiri sebagai individu dan
menyatakan beberapa keunikannya. Penggunaan warna merupakan salah satu cara
berekspresi.
Kini tren fashion menyusup ke dalam ideologi konsumen, menanamkan
cara pandang untuk melihat fashion sebagai gaya hidup dan merk adalah salah
satu bagian dari fashion, maka
merk dianggap adalah gaya hidup masa kini. Fashion adalah sebuah
fenomena komunikatif dan kultural yang digunakan oleh suatu kelompok untuk
mengonstruksi dan mengomunikasikan identitasnya, karena fashion mempunyai
cara nonverbal untuk memproduksi serta mempertukarkan makna dan nilai-nilai.
Fashion sebagai aspek komunikatif dan fungsional tidak hanya sekedar sebagai
22
sebuah karya seni akan tetapi fashion juga dipergunakan sebagai simbol untuk
membaca status seseorang dan cerminan budaya yang dibawa.
2.6 Kerangka Berpikir
Simbol/atribut
fashion)anak punk
Persepsi masyarakat
terhadap anak punk
Analisis semiotika
Charles Sanders Peirce Representasi
Pemaknaan
icon
indeks
simbol
23
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Bentuk dan Strategi Penelitian
Bentuk dan strategi penelitian yang berjudul “Makna Symbol fashion
Seorang Punker” merupakan penelitian dengan menggunakan metode penelitian
deskriptif kualitatifdengan menggunakan pendekatan semiotik. Alasan
digunakannya metode deskriptifkualitatif terdapat beberapa faktor pertimbangan,
yaitu pertama metode deskriptifkualitatif akan lebih mudah menyesuaikan bila
dalam penelitian ini kenyataannyaganda, kedua metode deskriptif kualitatif
menyajikan secara langsung hubunganantara peneliti dengan objek peneliti, ketiga
metode deskriptif kualitatif lebih pekaserta dapat menyesuaikan diri dengan
banyak pengaruh terhadap pola-pola nilai yangdihadapi (Moleong, 2002 : 33).
Selain itu pada dasarnya semiotik bersifat kualitatif-interpretatif, yaitu
suatumetode yang memfokuskan dirinya pada tanda dan simbol sebagai objek
kajian, sertabagaimana menafsirkan dan memahami kode dibalik tanda dan simbol
tersebut(Christomy dan Yuwono dalam Marliani, 2004: 48).
Oleh karena itu peneliti harus memperhatikan beberapa hal dalam
penelitianini, pertama adalah konteks atau situasi sosial di seputar dokumen atau
simbol yang diteliti.Disini peneliti diharapkan dapat memahami makna dari
simbol yang diteliti.Kedua adalah proses atau bagaimana suatu produksi media
atau isi pesannya dikemassecara aktual dan diorganisasikan secara bersama.
24
Ketiga adalah pembentukan secara bertahap dari makna sebuah pesan
melaluipemahaman dan interpretasi.Dalam penelitian ini menggunakan metode
semiotik.Semiotik adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda
(Sobur, 2004 :15). Dengan menggunakan metode semiotik, peneliti berusaha
menggali realitas yangdidapatkan melalui interpretasi simbol-simbol dan tanda-
tanda yang ditampilkan dalam “Makna Symbol Fashion Seorang Punker”.
Analisis teks merupakan sebuah metode penelitian yang tidak
menggunakanmanusia sebagai objek penelitian.Analisis teks menggunakan
simbol atau teks yangada dalam media tertentu, untuk kemudian simbol-simbol
atau teks tersebut diolahdan dianalisis.Secara umum, analisis isi berupaya
mengungkap berbagai informasi dibalik data yang disajikan di media atau
teks.Analisis isi dapat didefinisikan sebagaiteknik mengumpulkan dan
menganalisis isi dari suatu teks. “isi” dalam hal ini dapatberupa kata, arti (makna),
gambar, simbol, ide, tema, atau beberapa pesan yang dapat dikomunikasikan
(Neuman, 2003).
Dalam penelitian kualitatif analisis datanya dilakukan sejak awal turun
kelokasi melakukan pengumpulan data, dengan cara mengangsur atau
menabunginformasi, mereduksi, mengelompokkan dan seterusnya sampai terakhir
memberi interpretasi.Interpretif melihat fakta sebagai sesuatu yang unik dan
memiliki konteks danmakna yang khusus sebagai esensi dalam memahami makna
sosial.
25
Interpretifmelihat fakta sebagai hal yang cair (tidak kaku) yang melekat
pada sistem maknadalam pendekatan interpretatif.Fakta-fakta tidaklah imparsial,
objektif dan netral.Fakta merupakan tindakan yang spesifik dan kontekstual yang
bergantung padapemaknaan sebagian orang dalam situasi sosial.Interpretatif
menyatakan situasisosial mengandung ambiguisitas yang besar. Perilaku dan
pernyataan dapat memilikimakna yang banyak dan dapat di interpretasikan
dengan berbagai cara (Neuman, 2003:72).
Penelitian ini di tujukan untuk Mengetahui makna atau pesan apa yang
terdapat dalam fashion anak punk?
3.2 Data dan Sumber Data
Menurut Bungins (2007: 107) data terdiri dari dua jenis yaitu:
3.2.1Data Primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung dari
objekpenelitian yang ada dilapangan. Dalam penelitian ini simbol-simbol dari
aksesoris dan fashion anak punk sebagai sumber data primer yang akan menjadi
objekpenelitian.
3.2.2.Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh selain dari data primer
datayang diperoleh secara tidak langsung dari sumbernya. Data sekunderdiperoleh
dari catatan-catatan, dokumen, studi pustaka dan situs-situs yangberhubungan
dengan penelitian ini.Data sekunder ini berfungsi sebagaipelengkap atau
pendukung data primer.Selain kata-kata dan tindakan sebagaisumber data utama
26
diperlukan juga data-data tambahan seperti dokumen danlain-lain sebagai sumber
data sekunder (Moleong, 2002: 112).
3.3 Teknik Sampling
Pada penelitian kualitatif ini, sampel yang digunakan adalah purposive
sampling, yaitu teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan
tertentu (Sugiyono, 2008: 60). Maka informan yang dipilih sebagai sampel
ditentukan dengan kriteria sebagai berikut:
Gaya rambut
Gaya berpakaian (jaket dan celana)
Model sepatu
Aksesories (pierching dan emblem/border)
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melakukan
pengamatansecara langsung dari seorang punk yang berada di sudut-sudut Kota
Semarang. Pengumpulan data dalampenelitian ini, melalui penggunaan bahan
dokumenter seperti majalah, studikepustakaan, bahan-bahan yang dapat dijadikan
referensi serta penggunaan internet.Selanjutnya data-data akan dianalisis
berdasarkan landasan teori semiotik Pierce dandata dari penelitian ini kemudian
akan digunakan untuk mengetahui pemaknaan”Makna Symbol Fahion Seorang
Punker”.Teknik pengumpulan data adalah strategi dalam penelitian yang diharap
dapatdigunakan untuk memperoleh data yang sistematis.
27
3.4.1 Observasi
Observasi merupakan metode yang paling banyak digunakan
dalamkehidupan terutama di bidang penelitian. Observasi adalah suatu carauntuk
melakukan penelitian dengan jalan pengamatan dan pencatatansecara sistematis,
logis, dan rasional mengenai fenomena-fenomena yangdiselidiki (Nanawi &
Hadari, 1992: 67). Dengan observasi, penelitiandapat dilakukan secara mendalam.
Dalam penelitian ini penelitimelakukan studi kasus secara langsung untuk
observasi yaitu Makna Symbol Fahion Seorang Punker.Dalam penelitian ini
disamping observasi juga dilakukan studi kepustakaan yaitu pengumpulan data
dan informasi yang berasal dari sumber tertulis seperti surat kabar, buku-buku,
majalah dan sebagainya (Sutopo, 2002: 35)
3.4.2 Wawancara
Wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua orang,
melibatkanseseorang yang ingin memperoleh informasi dari seseorang lainnya
denganmengajukan pertanyaan-pertanyaan, berdasarkan tujuan tertentu
(Mulyana,2004: 180).Wawancara bersifat terbuka dan luwes yang dilakukan
dalamsuasana yang informal dan akrab (Nasution, 1992: 69-81). Pertanyaan
yangdiajukan tidak kaku dan terstruktur, sehingga dapat dilakukan wawancara
ulangdengan sumber yang sama jika diperlukan. Melalui cara tersebut,
diharapkansumber dapat memberikan jawaban jujur dan terbuka. Tujuan dari
wawancaraditegaskan oleh Guba dan Lincoln (dalam Moleong, 2007: 186) antara
lainuntuk mengkontruksi, merekontruksi, memproyeksi, dan memverifikasi objek
28
penelitian. Wawancara dilakukan untuk mendapatkan hasil objek yang akan
diteliti. Objek tersebut didapatkan melalui 2 informan yaitu pelaku yang dianggap
punk tersebut.
3.4.3 Studi Pustaka
Studi pustaka merupakan metode pengumpulan data dengan caramembaca
atau memanfaatkan buku untuk memeroleh kesimpulan-kesimpulanatau pendapat
ahli dengan menempatkankesimpulan tersebut sebagai metodetersendiri untuk
menemukan sesuatu pendapat baru yang lebih menekankanpengutipan-pengutipan
untuk memperkuat uraian (Gorrys Keraf, 2001: 163).Untuk memperlancar
penyelesaian laporan ini, penulis mengumpulkaninformasi dari berbagai sumber
baik buku maupun literatur yang mendukunglaporan ini.
3.5 Validitas Data.
Penelitian ini menggunakan pengembangan validitas trianggulasi seperti
yangdikatakan Patton (Sutopo, 2002:78-79). Patton dalam hal ini menuturkan
adanyaempat macam trianggulasi yaitu: triangulasi metode, triangulasi antar-
peneliti (jikapenelitian dilakukan dengan kelompok), triangulasi sumber data, dan
triangulasi teori.Menurutnya trianggulasi ini merupakan teknik yang didasari pola
pikir fenomenologiyang bersifat multiperspektif. Penelitian yang dilakukan ini
menggunakantrianggulasi sumber, yaitu melihat sesuatu yang sama (persepsi
terhadap objektivitasdata), dari berbagai perspektif yang berbeda, maksutnya
adalah peneliti dalammencari sumber informasi dengan menggunakan teknik
observasi data danwawancara terhadap sumber yang terlibat yaitu anak punk itu
29
sendiri, serta dokumentasi sumber data yang sama guna memperkuat validitas
hasilanalisis yang digunakan dalam penelitian ini.
3.6 Teknik Analisis Data.
Moleong, mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah suatu
penelitianilmiah, yang bertujuan untuk memahami suatu fenomena dalam konteks
sosial secaraalamiah dengan mengedepankan proses interaksi komunikasi yang
mendalam antarapeneliti dengan fenomena yang diteliti (Herdiansyah, 2010:
9).Dalam penelitian ini penelitiakan melakukan penelitian denganmengedepankan
Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalahmetode deskriptif.
Data yang dikumpulkan yaitu berupa kata-kata dan gambarandeskripsi.Hal ini
disebabkan adanya penerapan metode kualitatif, selain itu semuayang
dikumpulkan kemungkinan menjadi jawaban terhadap objek yang diteliti.Analisis
data dilakukan dalam penelitian ini berdasarkan model semiotik dari
CharlesSanders Pierce, yaitu sistem tanda (sign) yang dijadikan (sample) dalam
penelitian, (sign) tersebut berupa tatanan rambut, model pakaian, sepatu dan
berbagai aksesories yang kemudiandikategorikan kedalam tanda dengan acuannya
yang dibuat oleh Charles Sanders Peirce terbagi kedalam tiga kategori yaitu icon,
index dan symbol.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam bab pembahasan ini, akan dibahas mengenai data-data hasil temuan
dari objek penelitian yaitu Makna simbol fashion seorang punk. Objek didapatkan
melalui observasi peneliti disebuah event musik punk di kota Semarang dan
dirumah seorang punker yang mengoleksi aksesories punk. Selain observasi
peneliti mengajukan wawancara singkat untuk mendapatkan objek yang akan di
dapat. Hasil temuan yang didapat peneliti berupa dokumen gambar diantaranya
adalah gaya rambut, pakaian yang terdiri dari jaket dan celana, sepatu dan
aksesories seperti pierching dan emblem. Dalam observasinya, peneliti
mendapatkan dua informan yaitu Obbie (pelaku punk/musisi) dan Antoni
Pahlawan (kolektor aksesories punk). Berikut peneliti akan menganalisis temuan
objek dengan menggunakan metode analisis semiotika Charles Sanders Peirce
4.1 Makna fashion dan aksesories punk berdasarkan trikotomi
pertama Charles Sanders Peirce yang diuraikan melalui Ikon, Indeks dan
Simbol.
Trikotomi pertama ditinjau dari sudut pandang hubungan antara
representamendan objek. Ditunjukkan dengan pembagian tanda secara sederhana
antara lain ikon,kemudian indeks dan yang paling canggih adalah simbol (Zaimar,
2008:5).
No Gambar Icon Index Simbol
1
3
31
1
(Gambar 4.1.1)
Sosok punk
dengan
rambut yang
berdiri tegak
Bentuk
rambut tegak
menggambark
an sebuah
sikap
ketegasan diri
Rambut
berdiri tegak
yang
menyerupai
duri
Pada tabel diatas gambar 4.1.1akan dijelaskan makna dari icon, index dan
simbol sebagai berikut
Icon
Icon dari gambar 4.1.1 kita menemukan bentuk gaya rambut yang berdiri
tegak merupakan bentuk gaya rambut yang mencirikan seorang punk. Gaya
rambut tersebut adalah sebuah wujud ekspresi eksistensi punk yang berbeda di
kalangan masyarakat yang selalu seragam.
Index
Index dari gambar 4.1.1merupakan bentuk sikap ketegasan diri. Yang
dimaksudkan disini adalah “kalau rambut bisa berdiri tegak, kenapa hati dan
pikiran mau diperintah untuk ditindas”. Semacam sebuah seruan perlawanan punk
yang mereka aplikasikan melalui gaya rambutnya. Hal tersebut didasari sebagai
simbol perlawanan yang ingin hidup bebas dan tidak ingin ditindas
32
Simbol
Simbol dari gambar 4.1.1 adalah bentuk rambut yang menyerupai duri.
Duri merupakan segala macam bagian tumbuhan atau hewan yang berujung tajam
dan cukup keras. Gaya rambut yang menyerupai duri mendeskripsikan pesan yang
disampaikan bahwa kerasnya kehidupan harus diimbangi dengan tajamnya sebuah
pemikiran.
No Gambar Icon Index Simbol
2
(Gambar 4.1.2)
Seorang punk
dengan
jaketnya yang
beraksesories
dan gambar
yang terkesan
seram
Bentuk jaket
yang menentang
tren fashion
dengan cara
modifikasinya
baik dengan cara
sablon,
menambahkan
aksesoris
maupun
menyobek-
nyobek.
Bentuk jaket
yang
bermodifikas
i yang
identik
berwarna
gelap
33
Pada tabel diatas gambar nomor 4.1.2akan dijelaskan makna dari icon,
index dan simbol sebagai berikut
Icon
Icon dari gambar 4.1.2 kita menemukan bentuk jaket yang terkesan
menyeramkan sehingga kebanyakan masyarakat menganggap mereka adalah
sampah masyarakat yang membuat resah. Namun dibalik gaya berpakaian tersebut
punk berharap sebenarnya bukan seperti yang masyarakat lihat dari permukaannya
saja tetapi muncul suatu harapan dari punk agar masyarakat memahami lebih
dalam lagi tentang gaya berpakaian itu dan semacam seruan pengharapan
mengajak khalayak berpikir panjang sehingga, tidak mudah untukmenghujat
sesuatu.
Index
Index dari gambar 4.1.2 merupakan bentuk sikap melawan budaya
dominan. Yang dimaksudkan disini adalah punk berusaha menjngkirbalikkan
nilai-nilai masyarakat yang melabelkan pandangan bahwa semua bentuk fashion
yang tidak sesuai dengan pandangan mereka adalah hal buruk. Biasanya pakaian
yang digunakan punk dibuat atau dimodifikasi sendiri oleh punkers tersebut.
Semacam sebuah seruan perlawanan punk yang mereka aplikasikan melalui
pakaiannya.
Simbol
34
Simbol dari gambar 4.1.2 adalah bentuk jaket yang bermodifikasi yang
identik berwarna gelap. Warna gelap tidak selamanya memiliki arti negative.
Punk membuktikan sikap positifnya melalui kemandirian dalam berpakaian
dengan cara memodifikasinya sendiri.
No Gambar Icon Index Simbol
3
(Gambar 4.1.3)
Seorang punk
yang
mengenakan
celana ketat
Celana ketat
yang
bermotif
army dan
dimodifikasi
mengerucut
ke bagian
bawah
Celana army
Pada tabel diatas gambar nomor 4.1.3 akan dijelaskan makna dari icon,
index dan simbol sebagai berikut
Icon
Icon dari gambar 4.1.3 kita menemukan bentuk celana yang ketat. Punk
identik dengan celana ketatnya yang mendeskripsikan makna tentang himpitan
35
hidup yang artinya hal tersebut dibuktikan bahawa kehidupan sehari-hari punk
banyak mengalami kehidupan keras seperti bertahan hidup dijalan dengan cara
mengamen.
Index
Index dari gambar 4.1.3 merupakan bentuk Celana ketat yang bermotif
army dan dimodifikasi mengerucut ke bagian bawah mendefinisikan tentang sikap
melawan budaya dominan. Celana army yang sering dikenakan oleh aparat
dibentuk sedemikian rupa oleh punk sebagai bentuk kekecewaan punk terhadap
aparat yang sering melakukan bentuk kekerasan yang berdasarkan punk yang
dianggap meresahkan masyarakat.
Simbol
Simbol dari gambar 4.1.3 adalah bentuk celana army yang memiliki
makna sebagai bentuk kampanye kekecewaan punk terhadap barisan aparat yang
dianggap menindas.
No Gambar Icon Index Simbol
4
(Gambar 4.1.4)
Sepatu boot
berwarna
hitam yang
biasa
Sepatu tradisi
kelas pekerja
yang
menggambarkan
Sepatu
kelas
pekerja
yang
36
digunakan
kelas pekerja
kerasnya hidup.
dipakai
oleh
punkers
Pada tabel diatas gambar 4.1.4akan dijelaskan makna dari icon, index dan
simbol sebagai berikut
Icon
Icon dari gambar 4.1.4 kita menemukan bentuk sepatu boots berwarna
hitam yang biasa dikenakan oleh kelas pekerja. Maksudnya adalah suatu bentuk
empati yang diaplikasikan punk melalui bentuk ekspresinya dalam berpenampilan.
Index
Index dari gambar 4.1.4 merupakan bentuk sepatu tradisi kelas pekerja
yang menggambarkan kerasnya hidup. Semacam sebuah seruan kepedulian punk
yang mereka aplikasikan melalui pakaiannya. Hal tersebut dapat dibuktikan
dengan kedekatan punk dengan kelas pekerja ketika saat diperingatinya hari
buruh, punk selalu ikut terlibat dalam aksi demonya.
Simbol
37
Simbol dari gambar 4.1.4 adalah bentuk kepedulian punk dengan
mengenakan sepatu boots sebagai gaya berpenampilannya atas dasar empati
terhadap kesamaan rasa yang dialami oleh buruh pekerja keras.
No Gambar Icon Index Simbol
5
(Gambar 4.1.5)
Lubang tindik
yang
berbentuk
barbell pada
bagian telinga
Bentuk
motivasi hidup
Bentuk
motivasi
dengan
cara
melukai
diri
Pada tabel diatas gambar 4.1.5akan dijelaskan makna dari icon, index dan
simbol sebagai berikut
Icon
Icon dari gambar 4.1.5 kita menemukan bentuk telinga yang ditindik
dengan aksesories berupa anting berbentuk barbell. Maksudnya adalah suatu
bentuk ekspresi dengan cara melukai dirinya sendiri
Index
38
Index dari gambar 4.1.5 merupakan bentuk motivasi diri, hal ini didasari
atas komitmen plihan hidup bahwa dengan cara melukai diri (tindik & tattoo)
menjadikan seorang punk mandiri bekerja sendiri tanpa adanya suatu aturan yang
mengatur sebab dalam kasus di Indonesia orang yang bertatto dan bertindik susah
mendapatkan pekerjaan yang layak,
Simbol
Simbol dari gambar 4.1.5 adalah bentuk motivasi yang sengaja dibuat
punk agar mereka terus melangkah maju tidak ada waktu untuk bermalas-malasan.
Semacam sebuah seruan perjuangan punk yang mereka aplikasikan melalui
bentuk ekspresi diri.
No Gambar Icon Index Simbol
39
6.
(Gambar 4.1.6)
Kain bekas
berukuran
kecil yang
didominasi
oleh warna
hitam dan
putih.
Bentuk aspirasi
yang dituangkan
dalam sisa kain
berupa tulisan dan
gambar
Tanda
pengenal
(emblem)
Pada tabel diatas gambar 4.1.6akan dijelaskan makna dari icon, index dan
simbol sebagai berikut
Icon
Icon dari gambar 4.1.6 kita menemukan bentuk aksesories dari punk
berbahan kain bekas berukuran kecil didominasi warna hitam putih sebagai tanda
ikonis yang memliki arti sebagai wadah atau media penyampaian aspirasi
Index
Index dari gambar 4.1.6 merupakan bentuk aspirasi yang dituangkan punk
sebagai medianya adalah kain bekas. Bentuk aspirasi biasanya berupa gambar dan
tulisan yang bertemakan social.
40
Simbol
Simbol dari gambar 4.1.6 adalah bentuk tanda pengenal atau punk
menamainya dengan sebutan emblem. Emblem ini biasanya menempel di pakaian
baik di jaket maupun celana. Selain sebagai media untuk beraspirasi, emblem
juga berfungsi sebagai penutup pakaian jika pakaian tersebut sobek (bolong).
4.2 Makna fashion dan aksesories punk berdasarkan trikotomi kedua
Charles Sanders Peirce yang diuraikan melalui Qualisign, Sinsign dan
Legisign.
Trikotomi kedua Peirce membuat klasifikasi dengan sudut pandang yakni
hubungan representamen dengan tanda. Tahapan yang dikemukakan yakni
(firstness, secondness, thirdness), sebagaimana dikemukakan sebagai berikut ini.
No Gambar Qualisign Sinsign Legisign
1
(Gambar 4.2.1)
Bentuk rambut
yang
menyerupai
duri
dapat berdiri
tegak kaku
disebabkan
karena
dilumuri lem
kayu.
Model rambut
jabrik
Pada tabel diatas gambar 4.2.1 akan dijelaskan makna dari Qualisign,
Sinsign dan Legisign sebagai berikut
41
Qualisign
Qualisign pada gambar 4.2.1adalah bentuk rambut yang berdiri tegak
menyerupai duri karena berdasarkan sifatnya rambut tersebut seolah-olah berasa
tajam mendeskripsikan tentang tajamnya rambut mengisyaratkan bahwa mereka
tidak akan pernah tumpul untuk terus bergerak maju seperti halnya yang
dilakukan oleh suku Indian yang ditindas oleh imigran kulit putih. Hal ini sangat
berkaitan karena gaya rambt tersebut diambil dari gaya rambut suku Indian yang
bernama Mohican. semacamtribute dari punk untuk suku mohican
Sinsign
Sinsign pada gambar 4.2.1 berupa rambut dapat berdiri karena lem kayu
karena pada kenyataannya lem kayu sangat kuat dan dengan cara tersebut sebagai
bentuk kebebasan berekpresi yang ditunjukan oleh punk. Hal tersebut
menandakan bahwa punk tetap melawan budaya berpenampilan yang dominan
dengan caranya sendiri.
Legisign
Legisign dari rambut jabrik adalah ungkapan dari masyarakat awam pada
gaya rambut yang sudah menjadi identitas punk ini. Gaya rambut ini diadopsi dari
gaya rambut suku Indian perang bernama Mohican. Mereka menamainya dengan
sebutan Mohawk. Pun menjadi simbol akan perlawanan.
42
No Gambar Qualisign Sinsign Legisign
2
(Gambar 4.2.2)
Jaket yang
dominan
bernuansa
gelap
Jaket yang
lusuh, kasar
dan jauh dari
kata rapi
Jaket
bermodifikasi
Pada tabel diatas gambar 4.2.2 akan dijelaskan makna dari Qualisign,
Sinsign dan Legisign sebagai berikut
Qualisign
Qualisign pada gambar 4.2.2 adalah jaket yang dominan bernuansa gelap.
Diambil dari sifatnya warna gelap dapat dipakai tanda yang melambangkan
perlindungan. Perlindungan disini yang dimaksud adalah berlindung dari panas
terik dan hujan sebagaimana fungsinya.
Sinsign
Sinsign menunjukan jaket lusuh kasar dan jauh dari kata rapi menunjukan
bentuk kenyataan yang dimana orang awam ketika melihat punk selalu di pandang
sebelah mata. Hal tersebut disebabkan punk masih tetap konsisten menunjukan
cara punk melawan budaya berpakaian dominan dengan memodifikasinya dengan
caranya sendiri.
Legisign
43
Legisign dari gambar 4.2.2 adalah jaket bermodifikasi dimana menjadi
sebutan bagi orang awam yang melihat punk secara sekilas. Padahal jika dilihat
lebih dalam lagi, dibalik memodifikasi dengan caranya sendiri adalah simbol dari
kemandirian. Karena kemandirian adalah sesuatu yang dilakukan dengan caranya
sendiri.
No Gambar Qualisign Sinsign Legisign
3
(Gambar 4.2.3)
Celana yang
bermotif
loreng
Celana army
yang
mengerucut di
bagian bawah
Celana ketat
Pada tabel diatas gambar 4.2.3 akan dijelaskan makna dari Qualisign,
Sinsign dan Legisign sebagai berikut
Qualisign
Qualisign pada gambar 4.2.3adalah celana bermotif loreng, warna loreng
menunjukan sifat penyamaran yang berarti sembunyi-sembunyi karena kelompok
ini bergerak secara sembunyi-sembunyi alias underground.
Sinsign
44
Sinsign yang kita temukan pada gambar diatas terdapat bentuk celana
army yang mengerucut di bagian bawah adalah kenyataan yang di tangkap pada
gambar tersebut menandakan bahwa punk selalu memodifikasi berbagai bentuk
yang mereka kenakan, segala bentuk kekecewaan atau yang dianggap resah selalu
dituangkan di dirinya dengan cara seperti memodifikasi celana army seperti
gambar diatas. Ekstreamnya, celana army tersebut kadang ditutup dengan
berbagai emblem yang berisi gambar dan tulisan yang bertemakan social. Hal
tersebut menandakan kekecwaan punk terhadap aparat
Legisign
Legisign pada gambar 4.2.3 terdapat celana ketat adalah punk selalu
identik dengan celana ketat yang memiliki arti, ketat adalah suatu himpitan.
Himpitan disini yang dimaksud adalah himpitan hidup karena punk bertahan
hidup dengan caranya sendiri alias DIY (do it yourself)
No Gambar Qualisign Sinsign Legisign
4
(Gambar 4.2.4)
Sepatu hitam Sepatu awet
dan tahan lama
Sepatu boots
45
Pada tabel diatas gambar 4.2.4 akan dijelaskan makna dari Qualisign,
Sinsign dan Legisign sebagai berikut
Qualisign
Qualisign pada gambar 4.2.4 adalah sepatu hitam. Berdasarkan sifatnya,
warna hitam dapat dipakai tanda untuk menunjukan sesuatu yang kelam, gelap,
kotor dan berbau hal negatif. Namun semua yang berawal dari negatiflah yang
akan menuju ke hal yang positif dengan kata lain jika ingin benar harus berani
salah, begitu makna yang ada pada bentuk qualisign dari sepatu hitam.
Sinsign
Sinsign pada gambar 4.2.4 terdapat sepatu awet dan tahan lama karena
berdasarkan kenyataannya sepatu tersebut identik dengan sepatu yang dikenakan
oleh buruh pekerja keras yang sudah pasti sepatu tersebut memiliki bahan yang
kuat dan tahan lama. Punk menggunakan sepatu tersebut sebagai bentuk empati
kepada buruh yang identik dengan kehidupan keras.
Legsign
Legisign dalam gambar 4.2.4 adalah sepatu boots. Sepatu boots adalah
sepatu yang biasanya digunakan oleh buruh pekerja keras dan punk ikut
mengenakan sepatu tersebut sebagai bentuk empati mereka kepada buruh pekerja
keras artinya keberpihakan punk sama dengan apa yang dirasakan oleh buruh
yang sama-sama memiliki kehidupan keras.
46
No Gambar Qualisign Sinsign Legisign
5
(Gambar 4.2.5)
Telinga
tertancap
benda
Bentuk
ekspresi diri
Tindik
Pada tabel diatas gambar 4.2.5 akan dijelaskan makna dari Qualisign,
Sinsign dan Legisign sebagai berikut
Qualisign
Qualisign pada gambar 4.2.5 adalah telinga tertancap benda. Berdasarkan
sifatnya kata tertancap menunjukan suatu bentuk destruktif, dalam hal ini dapat
dideskripsikan bentuk destruktif yang sengaja dilakukan oleh seseorang untuk
tujuan tertentu.
Sinsign
Sinsign pada gambar 4.2.5 terdapat bentuk ekspresi diri. Berdasarkan
kenyataannya, hal tersebut dilakukan oleh anak punk sebagai bentuk
ketidakpuasan terhadap hidup dengan cara melukai dirinya sendiri.
Legisign
47
Legisignyang terdapat pada gambar 4.2.5 adalah tindik. Tindik adalah
membuat lubang di beberapa bagian tubuh seperti telinga, pelipis mata, hidung,
bibir bahkan di lidah. Dalam punk, bahasa lain dari tindik adalah pierching. Bagi
punk, pierching adalah sebuah media perlawanan melawan aturan yang
dianggapnya mengekang.
No Gambar Qualisign Sinsign Legisign
6
(Gambar 4.2.6)
Kain kecil
berbentuk
persegi yang
dominan
berwarna
hitam putih
Aksesories
yang biasanya
melekat di
pakaian
Tanda pengenal
Pada tabel diatas gambar 4.2.6akan dijelaskan makna dari Qualisign,
Sinsign dan Legisign sebagai berikut
Qualisign
Qualisign pada gambar 4.2.6 adalah kain kecil berbentuk persegi yang
dominan berwarna hitam putih berdasarkan sifatnya dapat diambil dari warna
hitam putih yang melambangkan keseimbangan seperti simbol Yin dan Yang.
Keseimbangan disini yang dimaksud adalah tentang kesetaraan bahwasanya punk
identik dengan semangat satu jiwa satu rasa.
48
Sinsign
Sinsign dari gambar 4.2.6adalah aksesories yang biasanya melekat di
pakaian karena berdasarkan kenyataannya aksesories yang berwujud kain
berbentuk persegi ini sering dipakai atau berfungsi sebagai penutup dari pakaian
yang berlubang atau sobek. Selain itu kain yang berisi gambar dan tulisan ini
biasanya juga dijadikan media untuk menyampaikan pesan yang ada pada gambar
dan tulisannya.
Legisign
Legisign pada gambar 4.2.6adalah tanda pengenal. Bisa disebut tanda
pengenal karena kebanyakan orang menyebut suatu kain tambahan yang
menempel pada pakaian adalah tanda pengenal dari suatu kelompok. Tetapi
didalam punk, mereka menamainya dengan sebutan emblem. Emblem adalah
suatu bentuk karya berupa lukisan yang dituangkan kedalam kain yang memiliki
makna tertentu.
4.3 Makna fashion dan aksesories punk berdasarkan trikotomi ketiga
Charles Sanders Peirce yang diuraikan melalui Rheme, Decisign dan
Argument.
Berdasarkan interpretan maka Peirce menjelaskan bahwa tanda
dapatdiklasifikasikan menjadi tiga tahapan. Berikut ini adalah tahapan yang
berdasarkanhubungan antara interpretan dengan tanda.
49
No Gambar Rheme Decisign Argument
1
(Gambar 4.3.1)
Pembuktian
identitas
Bentuk pesan
perlawanan
Gaya rambut
Mohawk adalah
bentuk penolakan
atas penindasan
Pada tabel diatas gambar 4.3.1 akan dijelaskan makna dari Rheme,
Decisign dan Argument sebagai berikut
Rheme
Pada gambar 4.3.1 memiliki potensi sebagai rheme, gambar terserbut
menunjukan sesuatu yang berdasarkan pilihan. Jadi ketika gaya rambut tersebut
memiliki arti perlawanan, disamping itu punk juga menginterpretasikan kalau dia
sedang pamer. Pamer yang dimaksud disini adalah bukan sesuatu yang sombong
akan tetapi suatu pembuktian identitas bahwa mereka ada. Dapat dilihat bahwa
gambar 4.3.1 memiliki potensi sebagai bentuk rheme karena makna tanda masih
dapat dikembangkan.
Decisign
50
Gambar 4.3.1 juga merupakan decisign. Hal tersebut dapat dilihat dari
bentuk rambut yang seperti duri seolah-olah menyimbolkan sesuatu yang tajam.
Hal ini mendeskripsikan tentang tajamnya rambut mengisyaratkan bahwa mereka
tidak akan pernah tumpul untuk terus bergerak maju melawan segala bentuk yang
dianggap mengekang.
Argument
Dalam gambar 4.3.1 pula terkandung pernyataan dan konsep yang
mencapai kesimpulan kebenaran. makna yang terdapat dari gaya rambut tersebut
adalah perlawanan atas penindasan yang dilakukan orang kulit putih kepada suku
Indian yang bernama Mohican. Gaya rambut tersebut mereka menamainya dengan
sebutan rambut Mohawk yang di ambil dari gaya rambut suku Mohican.
No Gambar Rheme Decisign Argument
2
(Gambar 4.3.2)
Menjadi
pembeda
Memiliki
pesan moral
Cara berpakaian yang
tidak dominan
51
(Gambar 4.3.3)
Pada tabel diatas gambar 4.3.2 akan dijelaskan makna dari Rheme,
Decisign dan Argument sebagai berikut
Rheme
Pada gambar 4.3.2 dan 4.3.3 memiliki potensi sebagai rheme, gambar
terserbut menunjukan sesuatu yang berdasarkan pilihan. Selain memiliki makna
perlawanan atas dominan cara berpakaian, makna dari rheme pada gambar
tersebut menginterpretasikan bahwa dia sedang menunjukan sesuatu yang baru
dan berbeda.
Decisign
Dapat dilihat bahwa gambar 4.3.2 dan 4.3.3 memiliki potensi sebagai
bentuk rheme karena makna tanda masih dapat dikembangkan. Gambar 4.3.2 dan
4.3.3 juga merupakan decisign. Hal tersebut dapat dilihat dari diungkapkan
saranatau usul yang menyatakan seruan untuk meyakinkan pada suatu hal. Hal
tersebut adalah pesan moral yang berarti “jangan melihat sesuatu hanya dari
luarnya saja” Hal ini mendeskripsikan tentang punk yang sering dianggap buruk
di kalangan masyarakat sehingga banyak orang yang memandang hanya sebelah
mata.
52
Argument
Dalam gambar 4.3.2 dan 4.3.3 pula terkandung pernyataan dan konsep
yang mencapai kesimpulan kebenaran. makna yang terdapat dari cara berpakaian
yang tidak dominan tersebut adalah suatu bentuk perlawanan punk terhadap tren
fashion. Punk membuktikan konsistensi kemandiriannya dengan cara
memodifikasi pakaiannya sendiri.
No Gambar Rheme Decisign Argument
3
(Gambar 4.3.4)
Bersifat
ekonomis
Memiliki
pesan moral
Simbol sikap
ketegasan diri
Pada tabel diatas gambar 4.3.4 akan dijelaskan makna dari Rheme,
Decisign dan Argument sebagai berikut
53
Rheme
Pada gambar 4.3.4 memiliki potensi sebagai rheme, gambar terserbut
menunjukan sesuatu yang berdasarkan pilihan. Selain memiliki makna empati
keberpihakannya kepada kaum buruh pekerja makna dari rheme pada gambar
tersebut menginterpretasikan bahwa dia sedang menunjukan sesuatu yang bersifat
ekonomis. Yang dimaksud ekonomis disini adalah daya tahan sepatu yang tahan
lama alias awet. Dapat dilihat bahwa gambar 4.3.4 memiliki potensi sebagai
bentuk rheme karena makna tanda masih dapat dikembangkan.
Decisign
Gambar 4.3.4 juga merupakan decisign. Hal tersebut dapat dilihat dari
diungkapkan saranatau usul yang menyatakan seruan untuk meyakinkan pada
suatu hal. Hal tersebut adalah pesan moral yang mengajak orang untuk menyukai
sesuatu bukan karna tren musiman tetapi di lihat dari filosofi dan sejarahnya. Hal
ini mendeskripsikan tentang kepedulian punk terhadap buruh pekerja yang
dijadikan filosofi dalam berpenampilan.
Argument
Dalam gambar 4.3.4 pula terkandung pernyataan dan konsep yang
mencapai kesimpulan kebenaran. makna yang terdapat dari gambar 4.3.4 adalah
mendeskripsikan tentang sikap bertanggung jawab. Punk bisa mempertanggung
jawabkan sesuatu yang memang sudah diyakininya seperti memilih sepatu boot
dalam berpenampilan atas dasar dari bentuk empati kepada buruh pekerja.
54
No Gambar Rheme Decisign Argument
4
(Gambar 4.3.5)
Bentuk
motivasi
Sikap diri Simbol pertanggung
jawaban
Pada tabel diatas gambar 4.3.5 akan dijelaskan makna dari Rheme,
Decisign dan Argument sebagai berikut
Rheme
Pada gambar 4.3.5 memiliki potensi sebagai rheme, gambar terserbut
menunjukan sesuatu yang berdasarkan pilihan. Selain memiliki makna destruktif
atau ketidakpuasan terhadap diri, makna dari rheme pada gambar tersebut
menginterpretasikan suatu bentuk motivasi diri. Yang dimaksud disini adalah
dengan cara melukai diri (tindik dan tattoo) membuat punk merasakan kerasnya
hidup dan membuat mereka tidak untuk bermalas-malasan karena orang yang
bertato susah mendapatkan pekerjaan yang layak khususnya di Indonesia. Dapat
dilihat bahwa gambar 4.3.5 memiliki potensi sebagai bentuk rheme karena makna
tanda masih dapat dikembangkan.
Decisign
55
Gambar 4.3.5 juga merupakan decisign. Hal tersebut dapat dilihat dari
diungkapkan saranatau usul yang menyatakan seruan untuk meyakinkan pada
suatu hal. Hal tersebut adalah sikap diri tentang pertanggung jawaban atas
konsekuensi yang sudah mereka pilih. Hal ini mendeskripsikan tentang punk tidak
semata-mata tentang fashion, tetapi tentang komitmen atas apa yang sudah
menjadi pilihan.
Argument
Dalam gambar 4.3.5 pula terkandung pernyataan dan konsep yang
mencapai kesimpulan kebenaran. makna yang terdapat dari gambar 4.3.5 adalah
mendeskripsikan tentang sikap bertanggung jawab. Punk bisa mempertanggung
jawabkan sesuatu yang memang sudah diyakininya dan menjadi pilihan seperti
me-nindik dan me-tatto tubuhnya atas dasar dari komitmen.
No Gambar Rheme Decisign Argument
5
(Gambar 4.3,6)
Bentuk
pergerakan
Bersifat
mengajak
Suatu pencapaian
Pada tabel diatas gambar 4.3.6akan dijelaskan makna dari Rheme,
Decisign dan Argument sebagai berikut
56
Rheme
Pada gambar 4.3.6 memiliki potensi sebagai rheme, gambar terserbut
menunjukan sesuatu yang berdasarkan pilihan. Selain memiliki makna sebagai
media menyampaikan pesan, makna dari rheme pada gambar tersebut
menginterpretasikan suatu bentuk pergerakan. Yang dimaksud disini adalah suatu
kegiatan yang mengajak untuk berkarya melalui kain emblem yang bertujuan
menjadi wadah kreatif anak muda. Dapat dilihat bahwa gambar 4.3.6 memiliki
potensi sebagai bentuk rheme karena makna tanda masih dapat dikembangkan.
Decisign
Gambar 4.3.6 juga merupakan decisign. Hal tersebut dapat dilihat dari
diungkapkan saranatau usul yang menyatakan seruan untuk meyakinkan pada
suatu hal. Hal tersebut adalah suatu ajakan untuk berkarya demi mengasah
kreatifitas karena merupakan suatu kegiatan positif agar stigma buruk punk di
masyarakat dipandang menjadi lebih baik.
Argument
Dalam gambar 4.3.6 pula terkandung pernyataan dan konsep yang
mencapai kesimpulan kebenaran. makna yang terdapat dari gambar 4.3.6 adalah
mendeskripsikan bentuk pencapaian. Pencapaian disini yang dimaksud adalah
pencapaian hasil karya berupa kain emblem yang dibuat anak punk sebagai bentuk
ekspresi dalam berpenampilan.
4.4 Representasi
57
Representasi menurut Stuart Hall (1997: 15), “representasi
menghubungkan makna, dan bahasa dengan budaya. Yang berarti menggunakan
bahasa untuk mengatakan tentang sesuatu, atau untuk mewakili dunia yang penuh
arti, kepada orang lain. Dalam melihat cultural identity, Stuart Hall membaginya
menjadi tiga cara konseptualisasi yaitu :
1. The enlightement subject
Dalam konsep enlightment, identitas dipandang sebagai sesuatu yang
inheren dalam diri seseorang: “the essential centre of the self was a person‟s
identity.”
2. The sociological subject
Dalam konsep ini, identitas dilihat dalam hubungannya dengan konteks
social tempat ia berada: “ the inner core of the subject was not autonomous and
self sufficient, but was formed in relation to „significant others‟, who mediated to
the subject the values, meaning and symbols-the culture- of the world he/she
inhabited.” Subjek dipandang sebagai bagian dari lingkungan, tidak dilihat dari
sudut pandang individual.
3. The postmodern subject
Dalam konsep posmodernis, identitas subjek dianggap selalu berbeda: “the
subject assumes different identities at different times, identities which are not
unified around coherent „self‟.” Selalu ada kutub yang tarik menarik dan selalu
ada pertentangan dalam konsep posmodernis mengenai identitas. Bahkan jika
58
subjek merasa memiliki identitas yang selalu sama sejak lahir sampai mati, itu
dikarenakan subjek sendirilah yang mengkonstruksi identitasnya menjadi
demikian. Dalam pembagian konsep yang erat kaitannya dengan zaman ini, Hall
menjelaskan posisi identitas dalam pengertian esensialis dan non-esensialis.
Pandangan non-esensialis melihat identitas sebagai sesuatu yang dikonstruksi dan
terkonstruksi (constructed and being constructed). Subjek dan lingkungan
memiliki peranan yang sama penting dalam konsep identitas.
Dalam penelitian ini simbol fashion dan aksesories punk dapat digunakan
untuk membaca representasi dalam konsep enlightment, Sehingga simbol fashion
dan aksesoriens tersebut dapat mengubah interpretasi masyarakat terhadap
identitas punk yang cenderung negatif.
Bagaimana simbol fashion aksesories punk berfungsi sebagai suatu
pencerahan “enlightment” terhadap interpretasi masyarakat tentang kemlompok
bawah tanah tersebut yang menjadikan sebuah pembeda yang memiliki
pemahaman ideologi yang dikaitkan dengan mulai dari cara pandang, cara
berpakaian sampai cara bertingkah laku yang semuanya bernuansa Jahat dan
kejam diwarnai kehidupan yang chaos penuh teriakan
fashion sebagai media komunikasi untuk menyampaikan suatu pesan atau
maksud tertentu kepada orang lain. Dengan fashion, punkers bisa mengeluarkan
aspirasi yang ada pada dirinya yang ingin ia suarakan. Namun bentuk indentitas
tidak terlepas dari proses interpretasi masyarakat terhadap punkers itu sendiri,
sehingga terjadi perbedaan dalan memandang punk dikalangan masyarakat dapat
59
dikatakan wajar namun usaha-usaha yang dilakukan oleh pengikut (musisi,
penikmat dan penggemar) punk untuk memberikan suatu bentuk baik yang ada
dalam konsepsi masyarakat pada umumnya, seperti pesan pesan yang terkandung
dalam fashion.
Dalam fashion dan aksesories penampilan punk representasi yang dalam
konteks ini dipahami sebagai produksi makna dari konsep-konsep yang terdapat
dalam pikiran manusia melalui simbol. Secara keseluruhan, simbol fashion ini
mengandung makna dan tujuan tertentu dimana tidak banyak dari masyarakat
yang tahu karena belum meneliti lebih dalam lagi tentang punk dan hanya melihat
secara permukaan saja.
Dalam penampilan fashionnya, seorang punk memposisikan dirinya
sebagai seorang yang terlihat buruk penampilannya dan dibalik keburukan itu
mereka membawa tumpukan prinsip-prinsip hidup melalui berbagai fashion yang
mereka kenakan. Prinsip tersebut antara lain adalah prinsip kemandiriian,
solidaritas dan perlawanan. Prinsip kemandiriian dapat dilihat dalam bentuk
pakaian yang mereka kenakan. Kemandirian diartikan tidak bergantung kepada
orang lain dan merupakan sifat dasar dari etika do it youself. Punker melalui sikap
kemandiriannya berusaha untuk bebas dalam mengembangkan kreatifitas salah
satunya adalah melalui seni. Memodifikasi pakaian adalah sebuah bentuk seni
dalam berbusana yang dikenakan punkers atas dasar perlawanan terhadap sikap
pasif dari konsumerisme masyarakat terhadap produk-produk kapitalis.
Kemandirian juga terlihat dari punkers yang melukai dirinya dengan cara tindik
dan tattoo. Jika diteliti lebih dalam lagi, alasan mereka melukai diri bukan hanya
60
sebagai bentuk ekspresi dan bentuk ketidakpuasan diri atas ketidakadilan sajaakan
tetapi mereka melakukan tersebut dijadikan sebagai motivasi dalam hidup.
Motivasi ini berlandaskan cara melukai diri (tindik dan tattoo) membuat punk
merasakan kerasnya hidup dan membuat mereka tidak untuk bermalas-malasan
karena orang yang bertatoo dan bertindik susah mendapatkan pekerjaan yang
layak khususnya di Indonesia.
Prinsip selanjutnya adalah prinsip solidaritas. Hal ini terlihat pada bentuk
fashion yang dikenakan punk seperti gaya rambut mohawk, sepatu boots dan
rantai ikat pinggang. Mereka memaknainya karena gaya rambut mohawk dan
sepatu boots memiliki nilai sejarah yang kemudian menjadi idiologi yang mereka
tuangkan dalam berpakaian. Rambut mohawk yang mengartikan sebuah bentuk
empati terhadap suku Mohican di india dan sepatu boots mengartikan sebuah rasa
kesetaraan mereka terhadap buruh pekerja. Sedangkan dari rantai ikat pinggang
mengandung nilai solidaritas sebagaimana punk memiliki banyak relasi di
berbagai daerah dan sering berkunjung dari daerah ke daerah lain demi menjalin
tali persaudaraan yang erat.
Prinsip yang terakhir adalah prinsip perlawanan. Hal ini mencakup semua
yang dikenakan anak punk dari ujung rambut sampai ujung kaki. Secara garis
besar, mereka berpenampilan seperti itu bukan atas dasar bentuk ekspresi saja
melainkan perlawanan terhadap budaya dominan tren yang terus berkembang di
tiap zamannya. Fashion punk adalah sebuah bentuk komunikasi non verbal
dimana disetiap bagiannya memiliki makna tertentu. hal tersebut terlihat dalam
bentuk emblem yang menempel di pakaian punker. Emblem menjadi media
61
alternative untuk menyuarakan aspirasinya melalui gambar dan tulisan, dan di
bagian lain seperti rambut mohawk sampai sepatu boot memiliki makna
perlawanannya masing-masing.
Bentuk fashion dan aksesories yang dikenakan seorang punker yang
berdasarkan pemaknaan dengan menggunakan teori semiotika Charles Sanders
Pierce dapat digunakan untuk membaca tanda tanda representasi dalam konsep
“enlightment” atau pencerahan bagi khalayak bahwa punk tidak selamanya buruk.
Mereka sering dianggap kriminal, preman, brandal, perusuh, pemabuk, pengobat,
urakan, dan orang-orang yang dianggap berbahaya. Namun lewat fashion yang
sedemikian mereka rancang seakan menyampaikan sebuah pesan atau makna
tertentuMencoba membuang paradigma masyarakat yang beranggapan kalau punk
identik dengan hal berbau negatif. Mereka mengkombinasikan sedemikian rupa
bentuk fashion yang mereka kenakan yang mengisyaratkan bentuk seruan “don‟t
judge book by a cover” kepada masyarakat yang selalu menganggap punk itu
buruk.
63
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Fashion dari punkdalam makna secara semiotik Kajian Charles Sanders
Peirce memiliki makna yang terdiri dari tiga trikotomi. Trikotomi pertama ditinjau
dari sudut pandang hubungan antara representamen dan objek. Trikotomi kedua
Peirce membuat klasifikasi dengan sudut pandang yakni hubungan representamen
dengan tanda. Sedangkan untuk trikotomi ketiga mengambil sudut pandang
hubungan tanda dengan Berdasarkan interpretan. Berikut ini secara ringkas
dipaparkan kesimpulan dari hasil penelitian ini:
Pemaknaan fashion punk yang ditinjau dari tiga trikotomi peirce secara
keseluruhan memiliki makna dan tujuan tertentu di setiap simbolnya seperti
bentuk kemandirian, kepedulian, motivasi dan perlawanan.Hal tersebut dapat
dijelaskan sebagaimana di setiap penjabaran maknanya. Punk dengan segala
bentuk fashionnya adalah cara mereka berkomunikasi secara non verbal yang
memiliki makna tertentu yang kebanyakan dari masyarakat belum mengetahui
lebih dalam lagi dan hanya melihat secara permukaan saja.
Dengan mengaplikasikan teori semiotika Charles Sanders Pierce dapat
digunakan untuk membaca pemaknaan tanda yang terdapat pada simbol fashion
punk sehingga menghasilkan representasi dalam konsep “enlightment” atau
pencerahan bagi khalayak atas stigma yang didasarkan pada identitas budaya
negatif yang sering dilihat oleh masyarakat.
64
5.2 Implikasi
5.2.1 Implikasi Teoritis
Hasil dari penelitian ini dapat berimplikasi pada pengembangan pemikiran
dalam kajian semiotika. Penelitian ini menggunakan teori Semiotika dari Charles
Sanders Pierce untuk memahami makna yang terkandung dalam simbol fashion
punk. Sebelumnya telah dijelaskan bahwa penelitian ini bertujuan untuk
memperoleh deskripsi makna dari fashion punk melalui kajian semiotika Charles
Sanders Pierce. Fokus penelitian adalah pada pemaknaan fashion punkmelalui
kajian semiotika Charles Sanders Pierce sehinga diperoleh deskripsi makna pesan
dari fashion punk. Pada hasil penelitian digambarkan dalam pada fashion punk
menghasilkan representasi yang dalam konteks ini dipahami sebagai produksi
makna dari konsep-konsep yang terdapat dalam pikiran manusia melalui bentuk
visual non verbal.
5.2.2 Implikasi Metodelogis
Penelitian ini dengan menggunakan metode penelitian deskriptif
kualitatifdengan menggunakan pendekatan semiotik. Alasan digunakannya
metode deskriptifkualitatif terdapat beberapa faktor pertimbangan, yaitu pertama
metode deskriptifkualitatif akan lebih mudah menyesuaikan bila dalam penelitian
ini kenyataannyaganda, kedua metode deskriptif kualitatif menyajikan secara
langsung hubunganantara peneliti dengan objek peneliti, ketiga metode deskriptif
65
kualitatif lebih pekaserta dapat menyesuaikan diri dengan banyak pengaruh
terhadap pola-pola nilai yangdihadapi (Moleong, 2002 : 33).
5.2.3 Implikasi Praktis
Hasil penelitian tentang pemaknaan pada fashion punk memberikan beberapa
implikasi yaitu memberikan gambaran dan pemahaman tentang proses terjadinya
pengaplikasian konsep konsep semiotika, alasan yang mendasari bentuk fashion
yang terlihat menyimpang. Diharapkan dapat menyadarkan masyarakat awam atas
stigma yang diberikan kepada para punkers bahkan yang di identikan dengan isu
isu negatif.
5.3 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka penelitian merancang
berbagai saranbagi masyarakat secara konvensional dan bagi peneliti selanjutnya.
Peneliti selanjutnya dapat mengembangkan lebih lengkap lagi tentang keseluruhan
yang ada dalam punk.Peneliti selanjutnya dengan unit penelitian yang sama dapat
menggunakan teori yang berbeda mungkin lebih dalam lagi penelitiannya dengan
menggunakan teori dari tokoh yang berbeda. Bagi khalayak, supaya lebih teliti
dalam melihat sesuatu yang berbeda dari pada umumnya. Mengajak khalayak
berpikir panjang sehingga, tidak mudah untukmenghakimi sesuatu.
66
Daftar Pustaka
Buku :
Burhan H.M Bungin. 2007. Penelitian Kualitatif : Komunikasi, Ekonomi,
Kebijakan Publik, dan Ilmu sosial, Jakarta : Kencana Prenama Media
Group.
Eickelman, D.F. & J. Piscatori. 1998. Ekspresi Politik Muslim. Penerjemah Rofik
Suhud. Bandung; Mizan.
Haris Herdiansyah. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif Untuk Ilmu-Ilmu
Sosial. Jakarta. Salemba Humanika.
Lechte, John. 2001. 50 Filsuf Kontemporer; Dari Strukturalisme Sampai
Posmodernitas. Penerjemah A. Gunawan Admiranto. Yogyakarta:
Kanisius.
Littlejohn, Stephen W. 1996. Theories of Human Communication, Fifth Edition.
New York: Wadsworth Publishing Company.
Lury, Celia. 1996. Consumer Culture. Polity Press.
Marliani, 2004, Pemaknaan Karikatur KOM PAS di harian Kompas edisi 19 April
2008, Surabaya : Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Moleong, Lexy J. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosda Karya.
67
Nawawi, Hadari dan Martini Hadari. 1992. Instrumen Penelitian Bidang Sosial.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Neuman, W. Lawrence. 2003. Social Research Methods: Qualitative and
Quantitative Approach. London: Sage.
Pateda, Mansoer. 1987. Sosiolinguistik. Bandung: Angkasa. _____________.
2001. Semantik Leksikal. Edisi Kedua. Jakarta: Rineka Cipta.
Pekonen, Kyosti. 1989. “ Symbols And Politics As Culture In The Modern
Situation: The Problem And Prospect Of The „New” Dalam Contemporary
Political Culture: Politics In A Postmodern World. Disunting oleh John R.
Gibbin. London: Sage Publications, hlm. 123-143.
Sobur, Alex. 2006. Semiotika Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.
Stuart Hall. 2003. The Work of Representation. Representation: Cultural
Representation and Signifying Practices. Ed. Stuart Hall. London: Sage
Publication
Sutopo H.B. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif Dasar Teori dan Terapannya
Dalam Penelitian. Surakarta : Universitas SebelasMaret.
Zoest, Aart van. 1993. Semiotika; Tentang Tanda, Cara Kerjanya dan Apa Yang
Kita Lakukan Dengannya. Jakarta: Yayasan Sumber Agung
_____________. 1996. Serba-serbi Semiotika. Jakarta:Gramedia Pustaka
Utama.
68
Internet :
.(http://juliyadipunk.blogspot.co.id/) diakses tanggal 2 Maret 2016 pukul 20.40
WIB
(www.republika.co.id/berita/internasional/abc-australia-network/14/12/02/nfvrj3-
kelompok-punk-bawah-tanah-indonesia-terbesar-di-dunia) diakses tanggal 8
Maret 2016 pukul 02.49 WIB
(http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/news/2011/04/26/84039) diakses
tanggal 8 Maret 2016 pukul 4.28 WIB
69
70
71
72