BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar...

22
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keanekaragaman budaya (culture) melahirkan subkultur (sub- culture) yang merupakan cabang dari budaya induk atau budaya yang banyak dianut oleh mayoritas masyarakat Indonesia, salah satunya adalah Punk. Punk pertama kali muncul di Inggris akibat gejolak perekenomian, sosial dan politik ataupun kelompok buruh. Sebagian dari mereka menganut Punk sebagai gaya hidup (life style), dan ada yang memaknainya sebagai jalan hidup (way of life). 1 Semangat D.I.Y (Do It Yourself) yang mereka usung yaitu menolak segala macam bentuk ketidakadilan atau penindasan yang dialami dengan cara mereka sendiri. Seperti yang dikemukakan oleh Lefebvre dalam Hebdige, mengenai subkultur kaum muda, bahwa mereka menggunakan style sebagai simbol perlawanan terhadap hegemoni budaya 2 . Budaya punk yang lahir akibat gejolak perekonomian dan politik di Inggris dan Amerika menyebar hingga ke berbagai Negara, termasuk di Indonesia. Punk di Indonesia tidak hadir karena gejolak yang terjadi, namun berkat pemberitaan media mainstream melalui musik dan fashion. 3 Kemudian permasalahan yang terjadi adalah copy- paste budaya kekerasan dan kerusuhan yang dilakukan beberapa individu punk tanpa memperhatikan dampak buruknya, serta pemberitaan media massa yang cenderung negatif dan menimbulkan 1 Widya. G. 2010. Punk: Ideologi yang Disalahpahami. Yogyakarta: Garasi House of Book. Hal: 12. 2 Dick Hebdige. Subculture: The Meaning of Style. London: Routledge. Halaman 17. 3 Widya. loc.cit. Hal: 117.

Transcript of BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar...

Page 1: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/81509/potongan/S2-2015... · kelompok punk yang terbesar di dunia.5 Salah satu komunitas Punk yang yang terdapat

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keanekaragaman budaya (culture) melahirkan subkultur (sub-

culture) yang merupakan cabang dari budaya induk atau budaya yang

banyak dianut oleh mayoritas masyarakat Indonesia, salah satunya

adalah Punk. Punk pertama kali muncul di Inggris akibat gejolak

perekenomian, sosial dan politik ataupun kelompok buruh. Sebagian

dari mereka menganut Punk sebagai gaya hidup (life style), dan ada

yang memaknainya sebagai jalan hidup (way of life).1

Semangat D.I.Y (Do It Yourself) yang mereka usung yaitu

menolak segala macam bentuk ketidakadilan atau penindasan yang

dialami dengan cara mereka sendiri. Seperti yang dikemukakan oleh

Lefebvre dalam Hebdige, mengenai subkultur kaum muda, bahwa

mereka menggunakan style sebagai simbol perlawanan terhadap

hegemoni budaya2.

Budaya punk yang lahir akibat gejolak perekonomian dan

politik di Inggris dan Amerika menyebar hingga ke berbagai Negara,

termasuk di Indonesia. Punk di Indonesia tidak hadir karena gejolak

yang terjadi, namun berkat pemberitaan media mainstream melalui

musik dan fashion.3 Kemudian permasalahan yang terjadi adalah copy-

paste budaya kekerasan dan kerusuhan yang dilakukan beberapa

individu punk tanpa memperhatikan dampak buruknya, serta

pemberitaan media massa yang cenderung negatif dan menimbulkan

1 Widya. G. 2010. Punk: Ideologi yang Disalahpahami. Yogyakarta: Garasi House of Book. Hal: 12. 2 Dick Hebdige. Subculture: The Meaning of Style. London: Routledge. Halaman 17.

3 Widya. loc.cit. Hal: 117.

Page 2: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/81509/potongan/S2-2015... · kelompok punk yang terbesar di dunia.5 Salah satu komunitas Punk yang yang terdapat

stereotype tentang punk di kalangan masyarakat, menyebabkan

kelompok-kelompok punk semakin terpinggirkan.

Beberapa kasus yang melibatkan kelompok-kelompok punk di

Indonesia seperti kasus penangkapan 64 punkers Aceh pada akhir tahun

2011 dan punkers di Bali pada Februari 20144, pelarangan dan

pembubaran konser-konser punk, penutupan usaha yang dijalankan oleh

punkers, diusir oleh warga, serta keterlibatan punkers dengan narkotika

dan kekerasan. Meskipun banyak ketidakadilan dan kasus yang dialami

oleh inidividu-individu punk, namun tidak cukup untuk menghentikan

perkembangan punk di Indonesia. Bahkan menurut investigasi ABC

Australia pada tahun 2014 mengatakan bahwa Indonesia memiliki

kelompok punk yang terbesar di dunia.5

Salah satu komunitas Punk yang yang terdapat di wilayah

Jakarta Selatan dan memiliki massa yang cukup banyak dan tersebar di

beberapa wilayah Indonesia adalah Taringbabi. Pada mulanya

kelompok ini memiliki nama AFRA (Anti Facist Racist Action), yaitu

suatu wadah diskusi yang terbentuk oleh beberapa kelompok aktivis

pemuda yang merasa tidak puas dengan kebijakan-kebijakan otoriter

yang diterapkan pada era Orde Baru. Kemudian individu-individu

dalam AFRA tersebut membentuk sebuah komunitas yang mereka

jadikan sebagai wadah untuk berkumpul, berdiskusi, berkreatifitas dan

berbagi pengetahuan, yang diberi nama Taringbabi

Komunitas ini tidak memiliki struktur keanggotaan, siapa saja

dapat menjadi bagian komunitas ini selama memiliki kreatifitas,

pemikiran yang kritis, rasa kepedulian terhadap masyarakat atau

lingkungan sekitar dan dapat menjaga kesadaran diri masing-masing

untuk keberlangsungan komunitas ini kedepannya. Kebanyakan

4 (2 Desember 2014). Kelompok Punk Bawah Tanah Indonesia Terbesar di Dunia. Republika Online. 5 Kirsti Melville. (30 November 2014). Indonesian Punk: Punk’s Not Dead!. ABC Australia.

Page 3: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/81509/potongan/S2-2015... · kelompok punk yang terbesar di dunia.5 Salah satu komunitas Punk yang yang terdapat

anggotanya meliputi anak-anak jalanan, masyarakat miskin dan kelas

menengah, hingga kelompok intelektual, dan lain-lain. Anggotanya

tidak hanya berada disekitaran Jakarta atau kota-kota besar saja, namun

hingga ke pelosok-pelosok Indonesia.

Pada akhir tahun 1997 mereka memutuskan untuk mengontrak

sebuah rumah di wilayah Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa,

Jakarta Selatan dengan tujuan ingin membentuk sebuah ruang agar

dapat saling berdiskusi dengan siapapun, memiliki tempat singgah,

serta menjadi pusat kegiatan perekonomian mereka yang menjual

beberapa alat-alat kerajinan seperti cukil kayu, emblem, pin, zine, baju,

membuat tatto, dan lain-lain.

Srengseng Sawah yang menjadi tempat tinggal komunitas

Taringbabi berjarak tidak jauh dengan Setu Babakan yang merupakan

daerah alternatif perkampungan Betawi yang masih kental dengan adat

dan budaya mereka. Berbagai macam kegiatan adat, kesenian, serta

makanan khas Betawi masih terdapat di wilayah Setu Babakan.

Kedekatan budaya Betawi dengan agama Islam memberikan

pengaruh kepada masyarakat Srengseng Sawah. Meskipun masyarakat

Srengseng Sawah banyak dihuni oleh pendatang dari luar Jakarta,

namun peranan pemuka agama terutama Kyai juga masih dirasakan

penting dalam mengambil keputusan. Perbedaan kebudayaan dan gaya

hidup antara masyarakat Srengseng Sawah dengan komunitas Punk

dapat menimbulkan stereotype negatif.

Perbedaan budaya, minimnya pengetahuan masyarakat dan

stereotype negatif yang melekat dengan komunitas Punk menjadi faktor

utama kesulitan mereka untuk beradaptasi dengan masyarakat sekitar.

Pada saat awal kedatangan komunitas Taringbabi di rumah tersebut

mendapatkan banyak protes dari masyarakat sekitar tempat mereka

tinggal. Ketua RT (Rukun Tetangga) pada saat itu banyak mendapatkan

Page 4: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/81509/potongan/S2-2015... · kelompok punk yang terbesar di dunia.5 Salah satu komunitas Punk yang yang terdapat

keluhan dan protes dari warga karena dikhawatirkan komunitas tersebut

dapat menimbulkan masalah dan memberikan efek negatif bagi remaja

dan masyarakat lainnya di wilayah tersebut.

Tidak adanya struktur keanggotaan yang jelas dalam komunitas

ini menyebabkan banyak keluar masuknya anggota-anggota baru dalam

komunitas Taringbabi. Kurangnya pengetahuan anggota baru tersebut

akan gaya hidup komunitas Taringbabi serta perbedaan pemikiran dan

tingkah laku dalam diri tiap individu-individu tersebut, terkadang

menimbulkan masalah baru bagi komunitas Taringbabi.

Predikat buruk tersebut juga kian melekat ketika terdapat

perilaku kekerasan atau pemaksaan yang dilakukan oleh beberapa

pengamen atau anak jalanan kepada masyarakat, yang menilai Punk

hanya dari sisi fashion saja tanpa memahami ideologi dibalik budaya

Punk tersebut. Hal-hal tersebut menjadi faktor utama yang

menyebabkan sulitnya suatu komunitas Punk untuk dapat bertahan

lama, tidak jarang dari mereka berpindah-pindah tempat atau bahkan

memilih untuk kembali mencari penghasilan dijalan.

Berangkat dari fenomena tersebut, pada mulanya timbul

masalah bagi komunitas Taringbabi untuk beradaptasi dengan

masyarakat sekitar tempat mereka tinggal. Samovar (1998),

mengkategorikan stereotype dan ketidakpastian (uncertainty) sebagai

faktor yang berpotensi menimbulkan permasalahan dalam komunikasi

antarbudaya.6

Melalui stereotype yang dikaitkan dengan komunitas punk pada

umumnya, menyebabkan komunitas ini mendapatkan pandangan yang

berbeda dengan masyarakat pada umumnya. Persepsi yang dimiliki

oleh masyarakat tersebut mengakibatkan komunitas ini menggunakan

6 Larry A. Samovar. (1998). Communication Between Cultures: 3

rd Edition. Wadsworth Publishing

Company. Hal: 246.

Page 5: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/81509/potongan/S2-2015... · kelompok punk yang terbesar di dunia.5 Salah satu komunitas Punk yang yang terdapat

strategi-strategi khusus untuk beradaptasi dengan masyarakat

Srengseng Sawah. Konsep co-cultural nantinya akan menjelaskan

strategi-strategi komunikasi yang dilakukan oleh komunitas Taringbabi.

Keberhasilan pendekatan yang dilakukan oleh komunitas Taringbabi

tidaklah cukup ditandai dengan lamanya jangka waktu keberadaan

mereka di wilayah tersebut, namun juga akan dinilai melalui respon

atau reaksi masyarakat setelah kehadiran mereka menggunakan konsep

pengurangan ketidakpastian (uncertainty reduction), yang nantinya

akan melihat persepsi dan strategi-strategi pendekatan yang digunakan

oleh masyarakat untuk mengurangi ketidakpastian mereka mengenai

kehadiran komunitas Taringbabi ditengah-tengah lingkungan tempat

mereka tinggal.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana strategi komunikasi antara komunitas Punk

Taringbabi dan masyarakat di Srengseng Sawah, Jakarta Selatan?

C. Tujuan Penelitian

Mengetahui pendekatan-pendekatan komunikasi antarbudaya

yang dilakukan oleh komunitas Punk Taringbabi dengan masyarakat

Srengseng Sawah.

Mengetahui strategi-strategi komunikasi yang dilakukan oleh

masyarakat Srengseng Sawah dalam mengurangi ketidakpastian

terhadap komunitas Punk Taringbabi.

Page 6: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/81509/potongan/S2-2015... · kelompok punk yang terbesar di dunia.5 Salah satu komunitas Punk yang yang terdapat

D. Manfaat Penelitian

D.1 Manfaat Akademis

Menambah kajian dalam komunikasi antarbudaya, khususnya

yang berkaitan dengan kelompok-kelompok yang terpinggirkan.

D.2 Manfaat Praktis

Mengetahui strategi komunikasi dan hubungan kelompok yang

terpinggirkan dengan kelompok masyarakat yang dominan.

Memahami dan menyediakan faktor-faktor yang membuat suara

kelompok terpinggirkan dapat didengar oleh masyarakat dominan.

D.3 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang peneliti temukan, terdapat diantaranya

mempunyai benang merah dengan penelitian ini, diantaranya:

1. Dari Subkultur ke budaya perlawanan: Aspirasi dan pemikiran

sebagian dari kaum punk/hardcore dan skinhead di Yogyakarta dan

Bandung, oleh Joanna Pickles (Universitas Muhammadiyah Malang).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kelompok punk

menyampaikan suara atau aspirasi mereka kepada publik. Selain itu

bertujuan untuk mengetahui representasi masyarakat umum,

pemerintah dan gambaran media massa mengenai kelompok punk.

2. Queering the Doctor’s Office: A Co-cultural Examination of Doctor-

Patient Communication oleh Katy Ross (Texas Tech University).

Dalam penelitian ini, Dokter digambarkan sebagai sosok dominan

yang menentukan keputusan bagi pasien. Sedangkan transgender

sebagai pasien digambarkan sebagai kelompok co-cultures. Penelitian

Page 7: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/81509/potongan/S2-2015... · kelompok punk yang terbesar di dunia.5 Salah satu komunitas Punk yang yang terdapat

ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana transgender

menegosiasikan perbedaan kebudayaan yang mereka miliki, ketika

melakukan konsultasi kepada Dokter.

3. Living the punk lifestyle in Jakarta, oleh Jeremy Wallach (Bowling

Green State University).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana komunitas punk

di Jakarta dapat bertahan hidup ditengah-tengah keanekaragaman

budaya masyarakat, dan kondisi politik di Indonesia.

E. Objek Penelitian

Dalam melihat fenomena sebagaimana yang ada dalam rumusan

masalah, maka objek penelitian ditetapkan menjadi dua sampling,

pertama komunitas punk Taringbabi. Kedua, masyarakat Srengseng

Sawah akan diambil sebagai sampling untuk mengetahui strategi-

strategi komunikasi yang berlangsung dalam proses beradaptasi antara

kebudayaan yang berbeda.

Komunitas punk Taringbabi diambil sebagai objek utama dalam

tulisan ini untuk mengetahui praktek-praktek yang digunakan dalam

negosiasi identitas dan ideologi, kelompok co-cultures dengan tujuan

agar suara mereka dapat didengar oleh kelompok dominan. Pemilihan

komunitas Taringbabi didasari oleh faktor, merupakan salah satu

komunitas punk di Jakarta yang memiliki kedekatan anggota komunitas

dengan masyarakat dan eksistensi mereka di dalam wilayah tersebut

yang sudah berjalan selama 17 tahun.

Objek kedua dalam tulisan ini meliputi masyarakat Srengseng

Sawah yang terdiri dari berbagai macam budaya dan keyakinan,

terutama adat Betawi dan Islam. Perbedaan kebudayaan yang dimiliki

diharapkan dapat mengetahui praktek-praktek pendekatan yang

Page 8: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/81509/potongan/S2-2015... · kelompok punk yang terbesar di dunia.5 Salah satu komunitas Punk yang yang terdapat

dilakukan dalam memahami respon terhadap hadirnya kebudayaan

asing (strangers) di dalam wilayah mereka.

F. Kerangka Pemikiran

F.1 Komunikasi Antarbudaya

Komunikasi antarbudaya memiliki dua konsep utama yaitu,

konsep komunikasi dengan konsep budaya. Keduanya memiliki kaitan

yang sangat kompleks. Gudykunst mengatakan bahwa komunikasi

antarbudaya merupakan komunikasi antar kelompok (komunikasi

diantara anggota yang memiliki perbedaan kelompok sosial).7

Kebudayaan diciptakan dan dipertahankan melalui aktifitas komunikasi

individu para anggotanya.

Antara komunikasi dan kebudayaan mempunyai hubungan yang

sangat erat. Cara-cara berkomunikasi, keadaan-keadaan komunikasi,

bahasa dan gaya bahasa yang digunakan, dan perilaku-perilaku

nonverbal, semua itu merupakan respons terhadap fungsi budaya yang

individu tersebut miliki.8

Setiap kebudayaan menjadikan bahasa sebagai media untuk

menyatakan prinsip-prinsip ajaran, nilai dan norma budaya kepada para

pendukungnya. Bahasa merupakan mediasi pikiran, perkataan, dan

perbuatan. Seperti kebudayaan secara umum, bahasa dipelajari untuk

melayani setiap pikiran manusia. Bahasa menerjemahkan nilai dan

norma, menerjemahkan skema kognitif manusia, menerjemahkan

7 William B Gudykunst dan Bella Moddy. (2002). Handbook of International and Intercultural Communication 2nd edition. London: Sage. Hal: 179. 8 Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat (ed). 2009. Komunikasi Antarbudaya. Bandung:

Rosdakarya. Hal: 25.

Page 9: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/81509/potongan/S2-2015... · kelompok punk yang terbesar di dunia.5 Salah satu komunitas Punk yang yang terdapat

persepsi, sikap, dan kepercayaan manusia tentang dunia para

pendukungnya9.

Pada akhirnya, isi kebudayaan itu diadaptasi ke dalam suatu

proses yang disebut adaptasi budaya, yang terjadi tatkala para individu

atau kelompok menggunakan peta persepsi yang mereka miliki lalu

membangun suatu gambaran atau struktur kognisi tentang dunia

lingkungan mereka.10

Kebudayaan yang berbeda akan menghasilkan praktek-praktek

komunikasi yang berbeda. Praktek-praktek atau interaksi yang dapat

menghargai budaya satu dengan yang lainnya dapat menciptakan

masyarakat yang beragam. Namun, tidak jarang latar belakang budaya

yang berbeda-beda dan keanekaragaman yang dimiliki juga sering

menimbulkan masalah di dalam komunikasi antarbudaya itu sendiri.

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, bahwa stereotype mengenai

suatu budaya dan ketidakpastian (uncertainty) terhadap budaya lain

atau stranger termasuk beberapa faktor yang berpotensi menimbulkan

permasalahan dalam komunikasi antarbudaya.11

F.1.1 Stereotype Dalam Komunikasi Antarbudaya

Dalam komunikasi yang berasal dari latar belakang budaya

yang berbeda, ada kecenderungan mencerminkan suatu perilaku atau

sikap yang menjadi ciri khusus suatu budaya. Ciri-ciri khusus tersebut

tidak jarang menjadi acuan ketika salah satu budaya berinteraksi

dengan budaya lainnya. Jika komunikasi di antara mereka yang berbeda

budaya didahului oleh stereotype yang negatif antarbudaya akan

mempengaruhi efektivitas komunikasi.12

9 Alo Liliweri. (2001). Gatra-gatra Komunikasi.Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hal: 129.

10 ibid. Hal: 5. 11

Larry A. Samovar. op, cit. Hal: 246. 12 Alo Liliweri. op, cit. Hal: 177.

Page 10: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/81509/potongan/S2-2015... · kelompok punk yang terbesar di dunia.5 Salah satu komunitas Punk yang yang terdapat

Richard Schaefer (sebagaimana dikutip dalam Neuliep, 2012)

mendefinisikan stereotype sebagai penggambaran yang berlebihan

mengenai karakteristik kelompok tertentu yang didasari oleh prasangka

individu-individu yang memiliki perasaan buruk terhadap kelompok

tersebut. Sedangkan, Gudykunst dan Kim mendefinisikan stereotype

sebagai representasi kognitif dari kelompok lain yang mempengaruhi

perasaan seseorang mengenai kelompok tersebut.13

Stereotype negatif dapat menimbulkan suatu kecemasan yang

berpotensi menjadi prasangka terhadap suatu kebudayaan. Stereotype

tersebut yang terkadang menjadi penghambat di dalam proses

komunikasi antarbudaya, tidak jarang menjadi pemicu suatu konflik.14

Dalam hal ini, komunitas Punk yang kebanyakkan dari mereka terdiri

dari kelompok remaja dan pemuda seringkali mendapatkan stereotype

yang menyebabkan mereka kesulitan untuk berkomunikasi dengan

masyarakat sekitar.

Menurut Samovar (1998), terdapat beberapa alasan stereotype

dapat menjadi penghambat dalam melakukan komunikasi. Pertama,

stereotype gagal untuk menentukan karakteristik individu. Mereka

menganggap bahwa semua anggota kelompok memiliki sifat yang

sama. Kedua, stereotype menjauhkan kesuksesan sebagai seorang

komunikator, karena mereka disederhanakan, disamaratakan, dan

berlebihan. Didasarkan oleh setengah kebenaran dan sering tidak benar.

Ketiga, stereotype cenderung menghambat komunikasi antarbudaya,

apabila mereka terus berulang dan memperkuat keyakinan, hingga

dianggap menjadi suatu kebenaran. Beliau juga mengatakan bahwa

stereotype terbentuk karena dipelajari melalui berbagai cara:

13

James W. Neuliep. (2012). Intercultural Communication: A Contextual Approach. Sage. Hal: 182 14 Ibid. Hal: 182.

Page 11: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/81509/potongan/S2-2015... · kelompok punk yang terbesar di dunia.5 Salah satu komunitas Punk yang yang terdapat

1. Masyarakat mempelajari stereotype dari keluarga, kerabat, dan

teman.

2. Stereotype dipelajari melalui hubungan pribadi dan informasi yang

terbatas.

3. Stereotype diperoleh melalui media massa.15

Kebanyakan komunitas-komunitas Punk di Jakarta tidak dapat

bertahan lama tinggal di suatu wilayah, mereka cenderung tinggal

berpindah-pindah tempat atau bahkan ada yang memilih untuk tinggal

dijalan. Hal tersebut dikarenakan banyaknya protes atau kekhawatiran

dari masyarakat sekitar dengan komunitas atau individu Punk tersebut.

Pada awal komunitas Taringbabi menempati kontrakan di wilayah

Srengseng Sawah juga tidak luput dari stereotype negatif yang banyak

didapat oleh masyarakat baik dari pengamatan, pengalaman masa

lampau ataupun informasi yang mereka dapat melalui kerabat dan

media massa.

Meskipun belum sampai tindakan konfrontasi fisik, tetapi diakui

oleh beberapa anggota komunitas Taringbabi, belajar dari pengalaman

sebelumnya, stereotype negatif yang tidak dapat dikomunikasikan

dengan baik akan sangat berpengaruh terhadap proses mereka

melakukan kegiatan sehari-hari, interaksi mereka dengan masyarakat

dan kekhawatiran terhadap kelangsungan komunitas mereka nanti di

masa yang akan datang.

F.1.2 Pengurangan Ketidakpastian (Uncertainty Reduction)

Ketika orang asing bertemu untuk pertama kalinya, perasaan

utama mereka adalah ketidakpastian. Ketika perasaan ketidakpastian

tinggi, kekhawatiran yang dialami juga cenderung tinggi, dan

komunikasi akan berjalan terhambat. Hal tersebut juga yang mendasari

seseorang menghindari interaksi dengan orang lain yang berbeda

15 Larry A. Samovar. op, cit. Hal: 246.

Page 12: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/81509/potongan/S2-2015... · kelompok punk yang terbesar di dunia.5 Salah satu komunitas Punk yang yang terdapat

budaya.16

Charles Berger (sebagaimana dikutip dalam Griffin, 2006),

mendefinisikan teori pengurangan ketidakpastian sebagai:

Central to the present theory is the assumption that when

strangers meet, their primary concern is one of uncertainty

reduction or increasing predictability about the behavior of

both themselves and other in interaction.17

Tujuan dari teori ini adalah untuk memahami tindakan dan

reaksi dari percakapan setiap orang, dalam rangka untuk mengurangi

ketidakpastian. Setiap individu berusaha untuk memprediksi dan

mendapatkan penjelasan mengenai apa yang terjadi di dalam

pertemuan awal. Strategi-strategi komunikasi yang digunakan untuk

mengurangi ketidakpastian pada setiap individu atau budaya berbeda-

beda. Individu dengan konteks budaya tinggi misalnya, dengan

mengamati situasi lingkungan sekitar, hubungan sosial,

(sociorelational), dan mempersepsikan informasi yang didapat.

Sedangkan individu dengan konteks budaya rendah cenderung

mengandalkan strategi komunikasi verbal untuk mendapatkan

informasi, biasanya dengan mengajukan pertanyaan.18

Masyarakat melakukan pengurangan ketidakpastian ini biasanya

disebabkan oleh beberapa faktor seperti: antisipasi interaksi di masa

yang akan datang, nilai insentif (mereka memiliki sesuatu yang mereka

inginkan), dan penyimpangan atau perilaku yang berbeda. Dalam teori

ini memiliki serangkaian aksioma untuk menjelaskan hubungan antara

konsep ketidakpastian dan delapan variable utama dalam

pembentukkan suatu hubungan, yaitu19

:

16 James W. Neuliep. op, cit. Hal: 83-84. 17EM Griffin. 2006. A First Look at Communication Theory, 6th edition. New York: McGraw-Hill. Hal: 130.

18 James. W Neuliep. loc, cit. Hal: 84.

19 EM Griffin, op.cit. hal: 132-134.

Page 13: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/81509/potongan/S2-2015... · kelompok punk yang terbesar di dunia.5 Salah satu komunitas Punk yang yang terdapat

1. Aksioma 1, komunikasi verbal: Tingkat ketidakpastian yang tinggi pada

fase awal, dan jumlah komunikasi verbal antara orang asing meningkat,

tingkat ketidakpastian dalam setiap interaksi akan menurun, dan jumlah

komunikasi verbal akan meningkat.

2. Aksioma 2, kedekatan nonverbal: Ketika ekspresi afiliatif meningkat,

tingkat ketidakpastian menurun dalam situasi awal. Penurunan tingkat

ketidakpastian akan menyebabkan peningkatan ekspresif afiliatif

nonverbal.

3. Aksioma 3, mencari informasi: Ketidakpastian yang tinggi

menyebabkan peningkatan perilaku dalam mencari informasi. Ketika

ketidakpastian menurun, perilaku pencari informasi juga menurun

4. Aksioma 4, pengungkapan diri: Tingkat ketidakpastian yang tinggi

dalam sebuah hubungan menyebabkan penurunan tingkat keintiman

dari isi komunikasi. Tingkat ketidakpastian yang rendah menghasilkan

tingkat keintiman yang tinggi.

5. Aksioma 5, timbal-balik: Ketidakpastian yang tinggi menghasilkan

resiprositas (timbal-balik) yang tinggi. Tingkat ketidakpastian yang

rendah, menghasilkan resiprositas yang rendah juga.

6. Aksioma 6, kesamaan: Kesamaan akan mengurangi ketidakpastian,

sementara ketidaksamaan akan meningkatkan ketidakpastian.

7. Aksioma 7, kesukaan: Peningkatan ketidakpastian akan menghasilkan

penurunan dalam kesukaan, penurunan dalam ketidakpastian

menghasilkan peningkatan dalam kesukaan.

8. Aksioma 8, berbagi jaringan: Berbagi jaringan komunikasi secara

bersama mengurangi ketidakpastian, sedangkan kurangnya jaringan

meningkatkan ketidakpastian.

Pada awal kedatangannya, hubungan komunitas Taringbabi

dengan warga Srengseng Sawah merupakan dua kebudayaan asing

yang belum mengenal satu sama lainnya. Keadaan canggung, tidak

nyaman dan ketidakpastian terjadi pada awal pertemuan keduanya,

Page 14: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/81509/potongan/S2-2015... · kelompok punk yang terbesar di dunia.5 Salah satu komunitas Punk yang yang terdapat

terlebih lagi bagi warga yang belum pernah terlibat dengan sosok

individu Punk.

Perasaan canggung, tidak nyaman, dan ketidakpastian dapat

diwujudkan melalui sikap seperti, mengajukan pertanyaan, menghindari

perjumpaan, gerak tubuh yang terkesan menolak, memilih untuk tidak

terlibat komunikasi, keraguan dalam memulai perbincangan dan

ketidaktahuan untuk bersikap.

Kasus ini dirasa tepat apabila menggunakan teori pengurangan

ketidakpastian. Hal ini didasarkan pada kondisi ketidakpastian warga

yang cenderung minim akan informasi mengenai kelompok Punk yang

ada di wilayah mereka. Tentunya warga memiliki strategi-strategi

tertentu agar dapat mengurangi ketidakpastian diantara mereka agar

komunikasi keduanya dapat terjalin dengan baik.

F.2 Punk sebagai co-cultures di Indonesia

Co-culture atau yang biasa lebih dikenal dengan minoritas atau

sub-kultur merupakan bagian kecil dari induk budaya atau budaya yang

dominan. Co-culture dapat terdiri dari komunitas rasial, etnik, regional,

ekonomi, atau sosial yang memperlihatkan pola budaya atau perilaku

dari budaya masyarakat yang melingkupinya20

. Co-culture lahir bukan

hanya sebagai fenomena reaksi individual saja, melainkan reaksi

kelompok terhadap masalah-masalah yang sudah ada, terutama

problematika sistem dan kelas.

Di Indonesia sendiri banyak terdapat kelompok-kelompok co-

culture, salah satunya adalah komunitas Punk. Sama seperti kelompok

sub-kultur lainnya, Punk yang terlahir pada 1970an di Inggris ini

memiliki perilaku atau budaya yang bertentangan dengan budaya

20 Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat. op, cit. Hal: 19.

Page 15: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/81509/potongan/S2-2015... · kelompok punk yang terbesar di dunia.5 Salah satu komunitas Punk yang yang terdapat

mayoritas. Mereka hadir biasanya dikarenakan ketidakpuasan dan tidak

sepaham akan kondisi sosial dan politik yang sedang terjadi, serta

memiliki kesulitan untuk berinteraksi dengan budaya dominan. Punk

sendiri hadir sebagai salah satu budaya yang lahir dari sifat melawan,

tidak puas hati, marah, dan benci pada sesuatu yang tidak pada

tempatnya, terutama tindakan yang menindas. Para Punker

mewujudkan perasaan tersebut melalui musik, gaya hidup, komunitas,

dan kebudayaan sendiri sebagai bentuk perlawanan.21

Hal ini menyebabkan kesulitan para anggotanya untuk berbaur

dengan masyarakat sekitar, sehingga tidak jarang sebagian dari mereka

merasa terkucilkan, menjadi ancaman, atau bahkan pelampiasan

kekerasan oleh kelompok-kelompok mayoritas yang tidak senang

dengan kehadiran mereka. Oleh karena itu diperlukan strategi-strategi

dan pendekatan khusus, supaya suara kelompok punk tersebut dapat

didengar oleh kelompok dominan.

F.2.1 Konsep co-cultural

Konsep co-cultural yang dikemukakan oleh Orbe (sebagaimana

dikutip dalam Gudykunst, 2002), mendefinisikan kelompok yang

termasuk co-cultures seperti masyarakat selain kulit putih, orang yang

memiliki ketidakmampuan fisik, gay, lesbians, dan masyarakat dari

tingkat sosial yang rendah. Ia juga menjelaskan bahwa terdapat dua

pedoman untuk memahami co-cultural yaitu, anggota co-cultural yang

terpinggirkan dalam struktur sosial yang dominan dan anggota co-

cultural yang menggunakan gaya komunikasi khusus untuk mencapai

21 Widya. op, cit. Hal: 12.

Page 16: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/81509/potongan/S2-2015... · kelompok punk yang terbesar di dunia.5 Salah satu komunitas Punk yang yang terdapat

kesuksesan saat berhadapan dengan struktur dominan yang cenderung

menindas.22

Konsep ini juga menjelaskan beberapa faktor yang dapat

mempengaruhi komunikasi di dalam anggota kelompok co-cultural

yaitu, pengalaman masa lampau, kemampuan individu dalam

memainkan peran yang berbeda, konteks situasional, perasaan pro dan

kontra terhadap praktek tertentu dan pendekatan komunikasi yang

dilakukan. Kombinasi dari tujuan, interaksi, praktek-praktek dan

pendekatan komunikasi yang dilakukan oleh kelompok co-cultural

menghasilkan sembilan orientasi komunikasi yang dilakukan, dan

praktek-praktek berbeda yang cenderung digunakan, yaitu seperti

dalam tabel berikut:23

Tabel 1.1: Pendekatan dalam Teori co-cultural

Sumber: http://rru515.wikispaces.com/co-

cultural+communication+orientations+%28table%29

Co-culture atau microculture digunakan untuk merujuk kepada

kelompok-kelompok yang dapat diidentifikasi melalui orang yang

22

William Gudykunst, Op.cit, Hal: 190. 23 ibid, Hal: 191.

Page 17: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/81509/potongan/S2-2015... · kelompok punk yang terbesar di dunia.5 Salah satu komunitas Punk yang yang terdapat

memiliki berbagai nilai, keyakinan, dan perilaku dari budaya dominan

(macroculture), sejarah, penggunaan verbal dan non-verbal.24

Dalam

tulisan ini akan membahas strategi komunikasi komunitas Taringbabi

menggunakan verbal dan non-verbal kepada masyarakat Srengseng

Sawah. Samovar (2013), memasukan penggunaan bahasa dalam kategori

komunikasi verbal.25

Sedangkan komunikasi non-verbal diklasifikasikan

menjadi dua kategori meliputi: bahasa tubuh (penampilan, ekspresi wajah,

dan paralanguage) dan setting atau proxemics26

.

G. Kerangka Konsep

Tabel 1.2 Konsep dan Indikator Penelitian

Konsep Makna Indikator

Stereotype Sudut pandang atau

pedoman dalam

memahami kebudayaan

yang berbeda

berdasarkan pendapat,

sikap, dan pengalaman

yang sudah ada

sebelumnya.

Judul berita, nilai

kultural, makna

identitas dan makna

ideologi

Co-cultural Proses adaptasi yang

dilakukan oleh kelompok

minoritas melalui

strategi-strategi

komunikasi khusus yang

mereka lakukan.

Interaksi sosial,

pendekatan kultural,

perilaku, negosiasi

identitas dan

ideologi, verbal

(bahasa), dan non-

verbal (penampilan,

ekspresi wajah,

paralanguage, dan

proxemics)

Pengurangan

Ketidakpastian

Strategi-strategi

pengurangan

ketidakpastian untuk

memprediksi tindakan

yang dilakukan ketika

berhadapan dengan

kebudayaan pendatang

Perilaku masyarakat

mengurangi

ketidakpastian,

gesture, dan

negosiasi nilai-nilai

kultural.

24 James W. Neuliep. op, cit. Hal: 94. 25

Larry A. Samovar op, cit. Hal: 234. 26 ibid. Hal: 262.

Page 18: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/81509/potongan/S2-2015... · kelompok punk yang terbesar di dunia.5 Salah satu komunitas Punk yang yang terdapat

H. Metodologi Penelitian

H.1 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah studi etnografi.

Metode ini dipandang paling tepat untuk mengetahui proses-proses

komunikasi antarbudaya yang digunakan oleh komunitas Punk

Taringbabi dan masyarakat yang terdapat di wilayah Srengseng Sawah,

Jakarta Selatan. Studi etnografi digunakan untuk melihat proses

interaksi antarindividu atau antar kelompok dalam kehidupan sehari-

harinya. Pada etnografi ini yang menjadi fokus perhatian adalah melihat

perilaku komunikasi, tindakan atau kegiatan kelompok, atau persepsi

khalayak ketika terlibat langsung dalam interaksi tersebut.

Etnografi merupakan suatu bangunan pengetahuan yang

meliputi teknik penelitian, teori etnografis, dan berbagai macam

deskripsi kebudayaan. Etnografi bermakna untuk membangun suatu

pengertian yang sistemik mengenai semua kebudayaan manusia dari

perspektif orang yang telah mempelajari kebudayaan itu.27

Pengumpulan data dengan jenis pendekatan etnografi dilakukan

dengan membangun relasi antara peneliti dengan objek atau informan

yang akan diteliti. Beberapa kelebihan dalam menggunakan metode

etnografi adalah memperoleh tingkat kedalaman penelitian, karena

peneliti berada di lapangan dalam jangka waktu yang cukup lama dan

intensif sehingga peneliti memperoleh pengalaman dan pemahaman

yang mendalam tentang individu, kelompok dan masyarakat yang

diteliti. Kemudian data yang diperoleh berasal dari sumber utama yang

memiliki tingkat validitas tinggi.

Munculnya perbedaan pandangan terhadap komunitas

Taringbabi di wilayah tersebut dikarenakan oleh beberapa hal seperti

27 James P. Spradley. (2006). Metode Etnografi. Yogyakarta: Tiara Wacana. Hal: 13.

Page 19: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/81509/potongan/S2-2015... · kelompok punk yang terbesar di dunia.5 Salah satu komunitas Punk yang yang terdapat

persepsi negatif, ketidaktahuan masyarakat, ketakutan akan hilangnya

budaya lokal, informasi yang kurang akurat oleh media massa, dan

faktor-faktor lainnya yang dapat menimbulkan sikap kecurigaan

terhadap kelompok subkultur tersebut. Hal tersebut akan dijelaskan

menggunakan konsep stereotype yang akan menilai komunitas

Taringbabi melalui sudut pandang masyarakat Srengseng Sawah.

Kemudian, dengan konsep co-cultural akan melihat strategi-strategi

adaptasi yang dilakukan oleh komunitas Taringbabi terhadap

masyarakat. Perasaan kekhawatiran yang dimiliki masyarakat

Srengseng Sawah dapat dilihat dari proses pengurangan ketidakpastian

yang mereka lakukan, sehingga nantinya dapat diketahui adanya

perilaku saling menghargai serta perasaan saling menjaga yang

dilakukan oleh masyarakat, sehingga dapat mencegah terjadinya

konflik.

Berdasarkan objek penelitian yang melibatkan komunitas co-

cultures, maka penelitian ini menggunakan paradigma kritis.

Pendekatan kritis mampu menganalisa alternatif budaya atau budaya

perlawanan yang ada ditengah-tengah budaya dominan. Selain itu juga

dapat menjelaskan proses-proses bagaimana budaya terpinggirkan

memberikan alternatif budaya lain atau menyampaikan

ketidakpuasannya kepada budaya yang sudah ada.

H.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan ditempat komunitas Taringbabi

tersebut melakukan kegiatan sehari-hari, yaitu di Srengseng Sawah,

Jagakarsa, Jakarta Selatan. Periode waktu penelitian ini dilakukan

mulai 10 Februari hingga 15 September 2014.

Page 20: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/81509/potongan/S2-2015... · kelompok punk yang terbesar di dunia.5 Salah satu komunitas Punk yang yang terdapat

H.3 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini akan menggunakan tiga cara pengumpulan

data diharapkan cukup memadai untuk memperoleh data-data yang

dibutuhkan di lapangan. Ketiga cara pengumpulan data tersebut, yaitu :

Wawancara

Dalam memperoleh data, peneliti akan mewawancarai secara

mendalam informan yang dianggap berkompeten sesuai dengan objek

penelitian, dan pertanyaan yang diajukan bersifat tidak berstruktur.

Informan primer akan didapat melalui pihak-pihak terkait dengan objek

penelitian. Hal ini meliputi mereka yang berperan aktif sebagai kaum

punk di dalam komunitas Taringbabi dan mereka yang mempunyai

andil dalam menjalankan aktivitas di dalam komunitas tersebut.

Informan sekunder merupakan kelompok dominan atau

kelompok yang memiliki perbedaan budaya dengan komunitas punk

Taringbabi. Kelompok ini merupakan masyarakat sekitar wilayah

Srengseng Sawah, yang meliputi tokoh adat Betawi dan tokoh agama.

Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui persepsi masyarakat, serta

respon masyarakat mengenai komunitas tersebut dalam wujud strategi-

strategi pengurangan ketidakpastian.

Berikut adalah pihak-pihak yang akan diwawancarai:

1. Bobby: Pendiri sekaligus anggota yang paling lama dalam komunitas

Taringbabi, diharapkan dapat memberikan informasi mengenai proses-

proses komunikasi yang dilakukan untuk dapat berinteraksi dengan

masyarakat Srengseng Sawah.

2. Mike: Salah satu anggota yang sudah cukup lama hidup di dalam

komunitas Taringbabi, sekaligus sering menjadi pembicara atau juru

bicara di beberapa kesempatan diskusi. Sehingga dapat menjelaskan

Page 21: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/81509/potongan/S2-2015... · kelompok punk yang terbesar di dunia.5 Salah satu komunitas Punk yang yang terdapat

proses komunikasi dan perilaku yang diterima oleh komunitas

Taringbabi.

3. Bule: Salah satu anggota dari komunitas Taringbabi.

4. Indra Sutisna: Tokoh Betawi dan Pengelola Perkampungan Betawi di

Setu Babakan, Jakarta Selatan.

5. Bang Roni: Tokoh Betawi dan Pengelola Perkampungan Betawi di Setu

Babakan, Jakarta Selatan.

6. Wamil Bagya: Ketua Rukun Tetangga.

7. Irma: Warga Srengseng Sawah. anggota Majlis Talim.

8. Ibu Dwi: Warga Srengseng Sawah. Ibu rumah tangga.

9. Ibu Sumiati: Warga Srengseng Sawah. Ibu rumah tangga.

10. Pak Yamin: Warga Srengseng Sawah. Wiraswasta.

Observasi

Observasi atau pengamatan akan peneliti lakukan dengan objek yang

sedang diteliti, yaitu komunitas Taringbabi di Srengseng Sawah,

Jagakarsa, Jakarta Selatan. Hal ini sangat diperlukan agar peneliti lebih

dekat dengan objek dan memperoleh data yang lebih akurat, agar dapat

mengetahui strategi-strategi komunikasi dan perilaku yang digunakan

oleh komunitas tersebut untuk berinteraksi terhadap masyarakat. Selain

itu dengan observasi juga dapat mengetahui tanggapan dan reaksi

masyarakat sekitar mengenai keberadaan komunitas tersebut.

Kajian Pustaka atau literature

Sebagai pelengkap dalam menganalisa data yang diperoleh, peneliti

akan memasukkan sumber-sumber tulisan ataupun dokumen yang

terkait dengan penelitian ini. Dokumen tersebut dapat berupa foto, zine,

video, penelitian sebelumnya, berita dari media massa, ataupun

dokumentasi aktifitas komunitas Punk tersebut.

Page 22: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/81509/potongan/S2-2015... · kelompok punk yang terbesar di dunia.5 Salah satu komunitas Punk yang yang terdapat

H.4 Teknik Analisis Data

Penelitian ini menempatkan proses komunikasi antarbudaya

dalam komunitas Taringbabi dan masyarakat Srengseng Sawah.

Penelitian ini diharapkan dapat mengetahui strategi-strategi komunikasi

yang digunakan oleh komunitas Taringbabi sebagai objek penelitian

dan bagaimana seharusnya komunikasi antarbudaya yang diterapkan

sehingga dapat mencegah konflik dan pandangan negatif terhadap

kelompok co-cultures.

Mengingat keduanya memiliki latar belakang budaya yang

berbeda, baik dari perspektif agama mayoritas penduduk yaitu Islam,

dan pengaruh budaya adat Betawi yang masih sangat kuat, maka

penelitian ini juga akan menggunakan teori-teori yang berkaitan dengan

komunikasi antarbudaya, seperti : stereotype, co-cultural theory, dan

uncertainty reduction theory. Teori-teori tersebut menjelaskan tentang

persepsi masyarakat, strategi-strategi yang digunakan komunitas

tersebut untuk melakukan negosiasi budaya agar “suara” mereka dapat

didengar oleh masyarakat, dan strategi pengurangan ketidakpastian

yang dilakukan masyarakat Srengseng Sawah. Sehingga komunitas

tersebut dapat terus bertahan dan dapat memberikan contoh kepada

kelompok co-cultures yang lain agar dapat bertahan ditengah

masyarakat dominan.

Data-data yang diperoleh dari informan primer dan informan

sekunder, dideskripsikan secara kualitatif kemudian dianalisis untuk

mengetahui bagaimana perbedaan kebudayaan mempengaruhi dalam

menjalankan strategi-strategi pendekatan yang dilakukan oleh kedua

komunitas Taringbabi dan masyarakat Srengseng Sawah ditengah

stereotype yang berkembang.