Identivikasi variasi genetik kerbau lokal jembrana-provinsi Bali

download Identivikasi variasi genetik kerbau lokal jembrana-provinsi Bali

of 7

Transcript of Identivikasi variasi genetik kerbau lokal jembrana-provinsi Bali

  • 8/17/2019 Identivikasi variasi genetik kerbau lokal jembrana-provinsi Bali

    1/7

    IDENTIFIKASI VARIASI GENETIK BERBASIS MIKROSATELIT KERBAULOKAL (BUBALUS BUBALIS) KABUPATEN JEMBRANA DALAM

    PENGEMBANGAN KOMIK PEMBELAJARAN BIOLOGI MOLEKULERBERBASIS PENELITIAN.

    Khairul Umam A.D, Moh. Amin, dan Abdul Gofur.Universitas Negeri Malang

    Email: [email protected]

    ABSTRAC: The useful of this study, is a) provide initial informations related phenotypeand genotype variation in the local buffalo of Jembrana especially in east and west

    Kaliakah villages as a reference in conservation efforts, b) obtaining genetic mapping oflocal buffalo in the district of Jembrana, especially in village-based Kaliakahmicrosatellites, which will provide better information on the pattern of breeding andconservation of local buffaloes of Jembrana, c) produce comic molecular biologyresearch based as a medium of learning for teaching materials in Analysis Techniques in

    Molecular Biology, in State University of Malang. Based on the calculation of allele frequencies, it is known that the locus HEL09 has

    the greatest frequency in the range 0:00 to 0.44. Followed by the range of 0.05 to 0.33 INRA32 and INRA 023 with a range from 0.05 to 0.27. Heterozygosity values wereobserved at all three loci in the eastern region of the HEL09 sample of 5.5%, INRA 23was 7.7%, and 8.9% INRA032. Average scores PIC (Polymorphism InformationContent) highest to lowest in two sample areas are the locus INRA023 by 0.79% while

    for INRA032 locus was 0.60% and 0.54% HEL09. From these results, the mostinformative loci to describe genetic diversity in both populations of Jembrana localbuffalo is locus INRA023. The conclusion that can be drawn from the results anddiscussion, namely: 1) there are differences in the phenotypic characteristics of the two

    groups of local buffalo Jembrana on sample areas of the east and west Kaliakah villagecovering chest circumference, height, body length, head size, neck length, and tail lengthvaries. at the phenotypic traits that include body shape, body color, eye color, directionof the horn, and the horn shape has the same pattern on both sample groups of buffalo inthe region, 2) there are differences in genetic variation in both populations of buffalo,

    judging from the frequency of alleles, heterozygosity, and Polymorphism InformationContent (PIC); and 3) the results of identification process microsatellite-based geneticvariation, starting from the stage of DNA isolation, agarose electrophoresis, PolymeraseChain Reaction (PCR), and polyacrylamide electrophoresis can be developed in a comic

    form of learning molecular biology.Keywords : buffalo, microsatellite, comics, analysis technic of molecular biology.

    ABSTRAK: Tujuan dari penelitian ini, adalah a) memberikan informasi awal terkaitvariasi fenotip dan genotif kerbau lokal di Kabupaten Jembrana khususnya di desaKaliakah timur dan barat sebagai acuan dalam upaya konservasi, b) diperolehnya

    pemetaan genetik kerbau lokal yang ada di Kabupaten Jembrana khususnya di DesaKaliakah berbasis mikrosatelit, sehingga akan memberikan informasi yang lebih baikterhadap pola pembibitan dan upaya konservasi ternak kerbau lokal Kabupaten

    Jembrana, c) menghasilkan komik pembelajaran biologi molekuler berbasis penelitiansebagai media pembelajaran maupun bahan ajar dalam perkuliahan Teknik Analisis

    mailto:[email protected]:[email protected]:[email protected]

  • 8/17/2019 Identivikasi variasi genetik kerbau lokal jembrana-provinsi Bali

    2/7

    Biologi Molekular di Universitas Negeri Malang. Hasil penelitian menunjukkan,terdapat perbedaan ciri fenotip pada kedua kelompok kerbau lokal Jembrana padasampel wilayah bagian timur dan barat desa kaliakah. Terdapat perbedaan variasi genetik

    pada kedua populasi kerbau, dilihat dari frekuensi alel, heterozigositas, dan

    Polymorphism Information Content (PIC). Hasil penelitian proses identifikasi variasigenetik berbasis mikrosatelit, dimulai dari tahap isolasi DNA, elektroforesis agarose, Polymerase Chain Reaction (PCR), dan elektroforesis poliakrilamid dapatdikembangkan dalam bentuk komik pembelajaran biologi molekuler.Kata kunci: kerbau, mikrosatelit, komik, teknik analisis biologi molekuler.

    Ternak kerbau merupakan salah satu komoditas peternakan di Indonesia yang berpotensiuntuk dikembangkan. Hewan kerbau memiliki keistimewaan dibandingkan sapi, baik dalam

    pemfaatkan serat kasar, daya adaptasinya yang tinggi, serta berat badan yang relatif besar.

    Saat ini populasi kerbau nasional mengalami penurunan jumlah pada kurun waktu lima tahunterakhir. Populasi kerbau yang berjumlah 2.403.298 ekor di tahun 2004 turun menjadi sekitar1.932.927 ekor di tahun 2010 dengan laju penurunan sekitar sekitar 3,97% per tahun. DiProvinsi Bali populasi kerbau saat ini dominan hanya ditemukan di kabupaten Jembrana,dengan jumlah sebanyak 1.232 ekor dan mengalami penurunan jumlah secara fluktuatif padasetiap tahunnya. Penurunan populasi kerbau di sejumlah wilayah di Indonesia disebabkankarena tingkat pemotongan yang lebih tinggi dibandingkan laju kinerja reproduksi dan

    produktivitas, pengurangan habitat, cara berternak yang masih tradisional, dan penyebaran populasi yang tidak merata (Anggraeni.2007).

    Variasi genetik merupakan salah satu kunci pengelolaan yang optimal terhadap sumberdaya genetik (Rahayu dkk , 2006). Variasi genetik ini dapat dipelajari dengan melihat variasialel DNA pada populasi kerbau. Salah satu penanda yang digunakan untuk melihat variasigenetik adalah dengan menggunakan penanda mikrosatelit. Adanya mikrosatelit yang

    berlimpah dalam genom, dan tingkat polimorfisme yang tinggi dan mudah untuk dianalisis,menjadikan mikrosatelit menjadi pilihan marka atau penanda untuk pemetaan genetik dananalisis keterpautan pada hampir sebagian besar spesies. Variasi genetik sangat diperlukandalam usaha pemuliaan ternak, dengan adanya variasi genetik dimungkinkan untukmembentuk kelompok ternak baru melalui seleksi dan sistem perkawinan. Hal ini pentingkarena dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan untuk melakukan outbreeding

    dengan menggunakan kerbau jantan dari wilayah lain dalam satu propinsi.Dalam perkuliahan TABM (Teknik Analisis Biologi Molekuler) di Universitas negeri

    malang memiliki kompetensi dasar yang mengupayakan mahasiswa untuk memahamihakikat, prinsip-prinsip biologi molekular, serta prosedur dasar teknik molekular dalam

    bidang biologi serta prinsip analisis data dengan menggunakan teknologi informasi untuk pengembangan teknologi dalam rangka meningkatkan kesejahteraan manusia. Dengandemikian pengembangan media pembelajaran berbasis penelitian penting dikembangkanuntuk mendukung tercapainya kompetensi yang diharapkan.

    Materi yang disajikan secara kontekstual akan menghasilkan pembelajaran yang lebih bermakna dan menyenangkan (Nurhadi dkk, 2004). Biologi molekuler masih terkesan sangatabstrak dan memerlukan pemahaman konsep yang kuat, sehingga diperlukan pembelajaran

  • 8/17/2019 Identivikasi variasi genetik kerbau lokal jembrana-provinsi Bali

    3/7

    yang kontekstual sehingga diperlukan media pembelajaran maupun bahan ajar yangdiharapkan membantu memfasilitasi serta memberi kemudahan bagi mahasiswa dan dosendalam mengelaborasikan beberapa konsep materi dasar, aplikasi, serta hasil dari penelitianyang dimuat sebagai bahan refleksi bagi pengguna yakni mahasiswa.

    Komik merupakan bentuk komunikasi visual yang memiliki kekuatan dalam penyampaian maksud dan informasi secara popular dan mudah dimengerti melaui gambardan bahas tulis yang dimilikinya. (Bonnef. 1998). Beberapa penelitian memberikan informasi

    bahwa komik dapat digunakan sebagai media pembelajaran yang efektif dan berdampak positif terhadap peningkatan minat belajar, motivasi, dan aspek kognitif siswa. Berdasarkanhasil observasi di bebrapa perguruan tinggi terutama di Universitas Negeri Malang pada mataTABM, maupun matakuliah lainnya belum digunakan atau dikembangkan komik sebagaimedia pembelajaran. Melalui penggunaan komik media pembelajaran, mahasiswa tidakhanya diharapkan mampu mengelaborasikan konsep materi, namun juga diharapkan mampumeningkatkan minat serta motivasi dalam mengikuti kegiatan perkuliahan.

    METODERancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif

    eksploratif (Arikunto, 2010). Penelitian deskriptif dengan pendekatan observasi laboratorikadalah melakukan identifikasi variasi genetik kerbau lokal Kabupaten Jembrana melaluianalisis DNA dengan mikrosatelit, dan mengkaji hubungan variasi fenotip dan variasigenotipnya pada kerbau di Desa Kaliakah kabupaten Jembrana. Hasil penelitian ini akanditindaklanjuti dengan pengembangan ( developmental ) bahan ajar dalam bentuk Komikuntuk menunjang proses pembelajaran matakuliah TABM di Jurusan Biologi FMIPA

    Universitas Negeri Malang. Penelitian lapang dimulai pada bulan September dan penelitianobservasi laboratorium dilakukan dari bulan September hingga selesai. Populasi dalam

    penelitian ini adalah kerbau yang ada di Desa Kaliakah. Sedangkan sampel dalam penelitianini sebanyak 18 ekor kerbau lokal Kabupaten Jembrana dari Desa Kaliakah wilayah barat dantimur. Proses pengembangan media pembelajaran komik mengadopsi model 4D ( Define,

    Design, Develop, Disseminate ) oleh Thiagarajan et al (1974). Tahapan Disseminate tidakdilakukan karena produk komik yang dihasilkan tidak didistribusikan secara massal.

    HASIL DAN PEMBAHASANDari pengamatan yang dilakukan diketahui terdapat variasi pada ciri morfologi yang

    meliputi lingkar dada, panjang kaki, panjang tubuh, panjang kepala, panjang leher, dan panjang ekor. Ukuran lingkar dada pada populasi kerbau lokal Jembrana di desa Kaliakahmemiliki rentang anatara 148 cm hingga 185 cm. Ukuran panjang kaki memiliki rentanganatara 51 cm hingga 66 cm. Ukuran panjang tubuh berkisar antara 112 cm hingga 128 cm.Ukuran panjang kepala pada kisaran 26 cm hingga 38 cm. Ukuran panjang ekor berkisarantara 55 cm hingga 70 cm. Terdapat variasi pada penampakan warna tubuh sampel kerbauyakni warna kehitaman sebanyak 12 ekor dan 8 ekor albino yang tersebar secara acak padadua wilayah pengamatan. Ciri morfologi merupakan tampilan eksternal tubuh mahkluk hidupyang merupakan ekspresi dari bentuk keseimbangan biologis, sehingga dapat dipakai untuk

    menentukan asal-usul dan hubungan filogenetik antara spesies, bangsa, dan tipe ternak yang berbeda (Anggraeni, dkk, 2011:201). Dalam menentukan keragaman kerbau lokal di

  • 8/17/2019 Identivikasi variasi genetik kerbau lokal jembrana-provinsi Bali

    4/7

    Kabupaten Jembrana penampakan fenotif bukanlah merupakan satu-satunya indikator yangdapat diamati, maka dilakukan kajian informasi genetik.

    Penggunaan alel-alel DNA mikrosatelit telah banyak digunakan, dalam menentukankekerabatan baik pada tumbuhan, hewan, maupun bakteri. Untuk sampel hewan ruminasia

    dalam hal ini kerbau, penanda mikrosatelit yang digunakan yakni tiga lokus HEL 09, INRA023 dan INRA 032 dengan pertimbangan bahwa lokus tersebut telah umum digunakan dalam beberapa penelitian terkait variasi genetik kerbau. Untuk mengetahui keadaan variasi genetiksuatu populasi maka penting untk mengukur parameter genetik yang meliputi heterozigositas,frekuensi alel, dan polimorpisme.

    Heterozigositas merupakan jumlah individu dalam sebuah populasi yang memilikialel yang berbeda dalam satu lokus (Ellegren, 2004). Heterozigositas merupakan parameteryang bagus untuk menggambarkan variabilitas genetik pada individu kerbau. Perhitungannilai heterozigositas pada sampel wilayah pertama dan kedua memiliki nilai yang berbeda-

    beda pada masing masing lokus. Pada perhitungan nilai observed heterozygosity untuksampel wilayah pertama (timur) pada lokus INRA 032 sebesar 0,5 yang terendah, dan HEL09yakni sebesar 0,55 serta lokus INRA 23 sebesar 0,88. Hal ini menunjukkan heterozigositas

    pada kedua sampel wilayah kerbau kabupaten Jembrana, dimana individu-individu padasampel wilayah kedua lebih heterozigot dibandingkan dengan wilayah pertama.

    Frekuensi alel adalah frekuensi individual yang mempunyai alel bersifat homozigot plus setengah dari frekuensi heterozigot dari alel tersebut. Berdasarkan hasil perhitungan jumlah alel pada setiap lokus mikrosatelit serta dan ukuran alel pada dua wilayah KabupatenJembrana diketahui nilai frekuensi alel lokus HEL 009 pada sampel wilayah pertama (timur)memiliki kisaran antara 0,22 – 0,44 dan pada sampel wilayah dua (barat) berkisar berkisar

    antara 0,06 – 0,33. Nilai frekuensi alel untuk lokus INRA 023 pada sampel wilayah pertama(timur) berkisar antara 0,05 – 0,27 dan pada sampel wilayah dedua (barat) berkisar antara0,11 – 0,33. Nilai frekuensi alel untuk lokus INRA 032 pada sampel wilayah pertama (timur)

    berkisar antara 0,05 – 0,33 dan pada sampel wilayah kedua (barat) berkisar antara 0,17 – 0,33. Nilai frekuensi alel tiap lokus mikrosatelit yang diperoleh kemudian digunakan untukmendapatkan nilai expected heterozygosity sedangkan nilai observed heterozygosity diperolehdari hasil pengamatan individu heterozigot

    Pada perhitungan nilai observed heterozygosity untuk sampel wilayah pertama (timur) pada lokus INRA 032 sebesar 0,5 yang terendah, dan HEL09 yakni sebesar 0,55 serta lokusINRA 23 sebesar 0,88. Nilai observed heterozygosity pada sampel wilayah kedua yangterendah dimulai dari lokus HEL 09 yakni 0,51, INRA 032 yakni 0,82, dan yang tertinggiyakni lokus INRA 023 dengan nilai 0,87. Dari nilai rata-rata heterozigositas, diperoleh nilairata-rata tertinggi pada sampel wilayah pertama yakni 33,8% sedangkan pada sampel wilayah

    pertama diperoleh nilai sebesar 0,73%. Hal ini menunjukkan heterozigositas pada keduasampel wilayah kerbau kabupaten Jembrana, dimana individu-individu pada sampel wilayahkedua lebih heterozigot dibandingkan dengan wilayah pertama. Heterozigositas genetik yangtinggi memperkirakan adanya generasi campuran yaitu populasi campuran dari area-areayang berbeda, aliran gen, dan seleksi alami.

    PIC ( Polimorphism Information Content ) merupakan sebuah parameter yang

    mengindikasikan derajat keinformatifan dari sebuah penanda (Aminafshar et al , 2008).Perbedaan nilai informasi polimorfik lokus diantara individu kerbau menunjukkan adanya

  • 8/17/2019 Identivikasi variasi genetik kerbau lokal jembrana-provinsi Bali

    5/7

    perbedaan pada keragaman genetik antar individu. Lokus yang polimorfik menggambarkanadanya heterozigositas dalam suatu individu. Setiap individu heterozigot masing-masingmembawa dua macam alel atau lebih. Hasil perhitungan dari hasil analisis frekuensi alel yangdiperoleh dengan menggunakan software Gene pop. Nilai PIC tertinggi secara keseluruhan

    sampel kerbau di kedua wilayah adalah pada lokus INRA023 yaitu sebesar 0,77, sehinggalokus ini dianggap paling informatif untuk menggambarkan keanekaragaman genetik padaindividu kerbau pada kedua populasi lokasi wilayah di Kabupaten Jembrana.Komik yangdikembangkan terdiri atas dua bagian, yaitu bagian dasar teori dan teknik serta aplikasi.Proses penyusunan media pembelajaran komik mengadopsi model pengembangan 4D( Define, Design, Develop, Disseminate ) oleh Thiagarajan et al (1974). Dari angket yangdisebar diketahui bahwa pada umumnya masih merasa kesulitan dalam memahami beberapakonsep penting dalam perkuliahan. Sebagian besar mahasiswa sudah memiliki motivasi,minat belajar, dan semangat kerja sama yang tinggi.

    Pada tahap define dilakukan analisis kebutuhan yang meliputi analisis kebutuhan akanmedia pembelajaran terkait kurikulum, materi, dan karakteristik mahasiswa. Kompetensiyang ingin dicapai oleh jurusan biologi FMIPA yakni menghasilkan lulusan yang memilikiketerampilan dalam mengembangkan kurikulum dan bahan ajar biologi dan IPA (FMIPAUM:52). Dari hasil analisis kebutuhan diketahui bahwa penggunaan media dalam menunjang

    pembelajaran TABM masih menggunakan buku teks, beberapa mahasiswa masih mengalamikesulitan dalam mengaitkan konsep teori pada materi dan aplikasinya secara kontekstual,serta kesulitan dalam memperoleh media maupun sumber belajar yang relatif terjangkau. Dariuraian tersebut penyusunan komik sebagai media dan bahan ajar dirasakan perlu untukmewujudkan iklim belajar yang optimal dan mencapai kompetensi lulusan program s-1 yang

    ingin dicapai.Tahap design dilakukan berdasarkan hasil observasi tahap define sebelumnya. Tahap

    design dilakukan perumusan komik sesuai dengan sinopsis cerita yang telah dibuat melalui persetujuan dari ahli materi dan pembuatan storyline yang dikoreksi oleh media. perumusankomik dilakukan pada tahap develop meliputi plot cerita, naskah, dan karakter. Tahapdevelop yang dilakukan meliputi pembuatan fisik komik dan validasi dari ahli materi, ahlimedia pembelajaran, dan respon mahasiswa. Pembuatan fisik komik dimulai dari pembuatan

    panel, layout , sketsa kartun, yang dilakukan secara manual dengan tangan sedangkan untuk scaning, dan colouring dilakukan dengan menggunakan software Adobe Photoshop CS 4 padakomputer.

    Aspek yang diukur pada media komik oleh ahli materi, media pembelajaran, danresponden mahasiswa meliputi materi (kesesuaian dengan kurikulum), komunikaai visual(kemenarikan, kontekstualisasi, penyajian materi, alur cerita,) serta motivasi yangditimbulkan dan keefektifannya dalam penggunaan. Validasi oleh ahli media, ahli materi, danmahasiswa dianalisis dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

    P = %

    Keterangan :

    P = Skor yang dihitungX = Jumlah jawaban responden dalam satu item

  • 8/17/2019 Identivikasi variasi genetik kerbau lokal jembrana-provinsi Bali

    6/7

    Xi = Jumlah keseluruhan nilai ideal dalam satu item100 = Bilangan konstan

    Pedoman untuk menginterpretasikan hasil analisis data tersebut, maka ditetapkankriteria kualifikasi hasil validasi yang dapat dilihat pada Tabel berikut.

    Tabel Kriteria Kualifikasi Hasil Validasi

    Skor Kualifikasi Keputusan100-80 Valid Produk baru siap dimanfaatkan di lapangan untuk kegiatan

    pembelajaran79-60 Cukup

    ValidProduk dapat dilanjutkan dengan menambahkan sesuatuyang kurang dengan pertimbangan-pertimbangan tertentu

    59-50 KurangValid

    Merevisi dengan meneliti kembali secara seksama danmencari kelemahan-kelemahan produk untukdisempurnakan

    49-0 Tidak Valid Merevisi secara besar-besaran dan mendasar tentang isi produk

    Sumber: Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar (Sudjana, 1990:45)

    Hasil analisis data validasi media komik oleh ahli media pembelajaran diperoleh persentase nilai sebesar 89,5%, yang termasuk pada kategori valid dan tidak perlu direvisi.Hasil analisis data validasi dari ahli bidang studi, diperoleh persentase sebesar 92,8% yangtermasuk pada kategori valid dan sangat layak dan tidak perlu direvisi. Dari hasil analisis dataangket validasi komik oleh mahasiswa, diperoleh persentase nilai sebesar 83,2% yang

    termasuk pada kategori valid, sehingga komik yang dikembangkan tidak perlu direvisi ulang,namun dilakukan beberapa perbaikan sesuai saran dan masukan dari masing-masingvalidator.

    PENUTUPBerdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan beberapa aspek

    meliputi perbedaan ciri fenotif, variasi genetik, dan hasil pengembangan komik sebagaimedia pembelajaran.Terdapat perbedaan ciri fenotip pada kedua kelompok kerbau lokalJembrana pada sampel wilayah bagian timur dan barat desa kaliakah yang meliputi lingkardada, tinggi badan, panjang badan, ukuran kepala, panjang leher, panjang ekor, warna tubuhdan warna mata yang bervariasi. Pada ciri fenotip yang meliputi bentuk tubuh, arah tanduk,dan bentuk tanduk memiliki pola yang sama pada kelompok kerbau di kedua sampel wilayah.

    Terdapat perbedaan variasi genetik pada kelompok kerbau lokal Jembrana padasampel wilayah bagian timur dan barat desa kaliakah. Hal ini dapat dilihat dari perhitungan,yang meliputi frekuensi alel, heterozigositas, dan Polymorphism Information Content (PIC).

    Nilai frekuensi alel dari ketiga lokus, yaitu HEL09, INRA023 dan INRA032 sangat bervariasi pada kedua sampel daerah. Nilai frequensi alel dari yang terkecil hingga terbesar yaitu INRA032 dengan kisaran 0,05- 0,27, INRA 23 dengan kisaran 0,05-0,33, dan HEL09 yakni dengankisaran 0.00 hingga 0,44. Nilai heterozigositas teramati pada ketiga lokus pada sampel

    wilayah timur, HEL09 sebesar 5,5%, INRA 23 sebesar 7,7 %, dan INRA032 sebesar 8,9 %.

  • 8/17/2019 Identivikasi variasi genetik kerbau lokal jembrana-provinsi Bali

    7/7

    Rata-rata heterozigositas yang diharapakan pada populasi kerbau lokal Jembrana padasampel wilayah timur sebesar 7,3%, sedangkan untuk sampel wilayah barat sebesar 7,1%.

    Nilai rata rata PIC ( Polymorphism Information Content ) paling tinggi pada kedua sampelwilayah diperoleh dari lokus INRA023 sebesar 0,79% sedangkan untuk lokus INRA032

    adalah 0,60% dan HEL09 sebesar 0,54%. Dari hasil ini, lokus yang paling informatif untukmenggambarkan keanekaragaman genetik pada kedua populasi kerbau Sumatera Selatanadalah lokus INRA023.Hasil penelitian proses identifikasi variasi genetik berbasismikrosatelit, dimulai dari tahap isolasi DNA, elektroforesis agarose, Polymerase Chain

    Reaction (PCR), dan elektroforesis poliakrilamid dapat dikembangkan dalam bentuk komik pembelajaran biologi molekuler.

    SARANBerdasarkan simpulan di atas maka saran atau rekomendasi yang diajukan untuk

    dirumuskan adalah sebagai berikut. Setelah diperoleh nilai variasi genetik kerbau lokal

    Jembrana yang menunjukkan nilai yang bervariasi, maka diperlukan partisipasi dari pemerintah daerah setempat untuk mensosialisasikannya kepada masyarakat. Sosialisai ini bertujuan dengan maksud sebagai upaya awal dalam konservasi kerbau lokal Jembrana, dariancaman kepunahan akibat perkawinan sekerabat serta habitat yang berkurang. Mengenai

    pengembangan media pembelajaran komik terkait esensi materi, hendaknya meliputi semuasub materi TABM, serta mengelaborasikannya dengan materi genetika dasar dan genetika

    populasi, sehingga diharapkan dapat dihasilkan produk yang memvisualisasikan materi secarautuh dan menyeluruh.

    DAFTAR RUJUKANAminafshar, M., Amirinia, C., & Torshizi, R. 2008. Genetic diversity in Buffalo population ofGuilan using microsatellite markers . Journal of Animal and Veterinary Advances , Vol7 (11) : 1499-1502.

    Anggraeni, A. dan E. Triwulaningsih. 2007. Keragaan bobot badan dan morfometrik tubuhkerbau Sumbawa terpilih untuk penggemukan. Pros. Seminar Nasional Lokakarya

    Nasional Usaha Ternak Kerbau. Jambi, 22¬23 Juni 2007. hlm; 124-131.Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta.Bonnef, Marcel. 1998. Les bandess dessinees Indonesianess , Terjemahan Rahayu hidayat.

    KPG. Jakarta .Ellegren, H. 2004. Microsatellites: Simple sequences with complex evolution. Genetics , Vol

    5: 435-445. Nurhadi. 2004. Kurikulum 2004 Pertanyaan dan Jawaba n. Jakarta: PT. Gramedia

    Widiasarana Indonesia.Rahayu S, Sumitro SB, Susilawati T, dan Soemarno, 2006. Analisis Isoenzim untuk

    Mempelajari Variasi Genetik Sapi Bali di Provinsi Bali . Berkas Penelitian Hayati.Sudjana, Nana dan Rivai Ahmad. 2002. Media Pengajaran. Bandung : Sinar Baru

    Algensindo.Thiagarajan 1974. Instructional development for training teacher of exceptional children .

    Indiana: Morana University.