identiifkasi formalin

download identiifkasi formalin

of 19

Transcript of identiifkasi formalin

  • 7/23/2019 identiifkasi formalin

    1/19

    5

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Bahan Pengawet Makanan dan Minuman

    Bahan pengawet makanan adalah bahan (senyawa) yang ditambahkan ke

    dalam makanan dan minuman yang bertujuan untuk mencegah atau menghambat

    terjadinya kerusakan makanan oleh kehadiran organisme (Endrikat, dkk., 2010;

    Davletshina, dkk., 2003). Tujuan umum pemberian bahan pengawet ke dalammakanan dan minuman adalah untuk memelihara kesegaran dan mencegah

    kerusakan makanan atau bahan makanan (Abrams dan Atkinson, 2003;

    Rodriguez-Martin, dkk., 2010; Giatrakou, dkk., 2010; Srensen, dkk., 2010).

    Beberapa pengawet makanan dan minuman yang diijinkan berdasarkan

    Permenkes No.722/1988 adalah berupa senyawa kimia seperti asam benzoat, asam

    propionat, asam sorbat, belerang dioksida, etil p-hidroksi benzoat, kalium benzoat,

    kalium bisulfit, kalium meta bisulfit, kalium nitrat, kalium nitrit, kaliumpropionat, kalium sorbat, kalium sulfit, kalsium benzoit, kalsium propionat,

    kalsium sorbat, natrium benzoat, metil-p-hidroksi benzoit, natrium bisulfit,

    natrium metabisulfit, natrium nitrat, natrium nitrit, natrium propionat, natrium

    sulfit, nisin, dan propil-p-hidroksi-benzoat. Senyawa pengawet lain yang

    dipergunakan sebagai bahan pengawet makanan dan minuman dan diduga

    memiliki efek terhadap kesehatan apabila terdapat di dalam makanan dan

    minuman dalam jumlah diatas ambang batas diperlihatkan pada Tabel 2.1.

  • 7/23/2019 identiifkasi formalin

    2/19

    6

    Tabel 2.1. Beberapa senyawa pengawet makanan dan minuman serta pengaruh

    -nya terhadap kesehatan manusia

    Bahan

    Pengawet

    Produk Pangan Pengaruh Terhadap

    Kesehatan

    Ca-benzoat Sari buah, minuman ringan,minuman anggur manis,

    ikan asin

    Dapat menyebabkan reaksimerugikan pada asmatis danyang peka terhadap aspirin

    Sulfurdioksida

    (SO2)

    Sari buah, cider, buahkering, kacang kering, sirup,

    acar

    Dapat menyebabkan pelukaanlambung, mempercepat serangan

    asma, mutasi genetik, kankerdan alergi

    K-nitrit Daging kornet, dagingkering, daging asin, pikel

    daging

    Nitrit dapat mempengaruhikemampuan sel darah untuk

    membawa oksigen,menyebabkan kesulitan bernafasdan sakit kepala, anemia, radang

    ginjal, muntahCa- / Na-propionat

    Produk roti dan tepung Migrain, kelelahan, kesulitantidur

    Na-

    metasulfat

    Produk roti dan tepung Alergi kulit

    Asam sorbat Produk jeruk, keju, pikeldan salad

    Pelukaan kulit

    Natamysin Produk daging dan keju Dapat menyebabkan mual,muntah, tidak nafsu makan,

    diare dan pelukaan kulitK-asetat Makanan asam Merusak fungsi ginjal

    BHA Daging babi segar dansosisnya, minyak

    sayur, shortening, kripikkentang, pizza beku, instant

    teas

    Menyebabkan penyakit hati dankanker.

    Penambahan bahan pengawet pada produk pangan perlu menjadi perhatian karena

    informasi ilmiah yang diperoleh dari pengaruh senyawa pengawet makanan ini

    masih ada yang diragukan keamanannya (Giesova, dkk., 2004; Bevilacqua, dkk.,

    2010).

  • 7/23/2019 identiifkasi formalin

    3/19

    2.2. Formaldehida

    FormaldehidaFormaldehida bersifa

    dipolimerisasi pada s

    benzene, dietil eter,

    formaldehida mudah

    Formaldehida muda

    format, yang kemu

    (WHO, 2002). Kara2.2.

    Tabel 2.2. Karakteris

    Na

    Stru

    Rumus

    Berat

    Titik

    TitikTriple

    Dens

    Tekanan Ua

    Kelarutan (m

    Faktor K

    merupakan bentuk aldehida yang pat mudah terbakar, berbau tajam, tidak berw

    uhu ruang. Formaldehida bersifat larut di d

    kloroform, dan etanol (IARC, 1982). Pa

    terdekomposisi menjadi metanol dan kar

    h dioksidasi oleh oksigen di atmosfer m

    ian diubah menjadi karbondioksida oleh

    teristik fisika kimia formaldehida dapat d

    tik fisika kimia formaldehida

    a Formaldehida, Me

    Aldehida, Metile

    tur

    Kimia H2CO

    olekul 30,03

    eleh -118 to -92

    idih -21 to -19Point 155.1 K (-118

    itas 1.13 x 103 k

    (pa, 25C) 516000

    /liter, 25C) 400000-550

    onversi 1 ppm = 1,2

    7

    ling sederhana. rna, dan mudah

    alam air, aseton,

    da suhu 150C,

    bon monoksida.

    embentuk asam

    sinar matahari

    ilihat pada tabel

    anal, Metal

    n Oksida

    C

    C .0 C)

    /m3

    000

    g/m

  • 7/23/2019 identiifkasi formalin

    4/19

    8

    Formaldehida dipasaran sering dikenal dengan banyak nama yaitu

    Formol, Morbicid, Methanal, Formic aldehyde, Methyl oxide, Oxymethylene,

    Methyl aldehyde, Oxomethane, Formoform, Formalith, Oxomethane, Karsan,

    Methylene glycols, Paraforin, Polyoxymethylene glycols, Superlysoform,

    Tetraoxymethylene, dan Trioxane. Dalam udara bebas formaldehida berada dalam

    wujud gas, tapi bisa larut dalam air (biasanya dijual dalam kadar larutan 37%

    menggunakan merk dagang formalin atau formol). Formalin adalah larutan yang

    tidak berwarna dan baunya sangat menusuk. Di dalam larutan formalin

    terkandung 30-50% gas formaldehida dan ditambahkan metanol sebanyak 10-15%

    untuk mencegah terjadinya polimerisasi formaldehida (Achmadi, 1983).

    Formaldehida merupakan produk metabolisme normal yang penting bagi

    biosintesis beberapa asam amino di dalam tubuh. Level formaldehida pada

    jaringan endogenous yang secara metabolik membentuk formaldehida adalah 3-12

    mg/g jaringan. Formaldehida endogenous berasal dari proses inhalasi, asupan oral,

    dan melalui kulit. Formaldehida yang diasup secara oral akan diserap oleh saluran

    gastrointestinal. Formaldehida yang diinhalasi akan diserap oleh saluran

    pernafasan bagian atas tetapi tidak didistribusikan ke seluruh tubuh karena

    metabolismenya yang cepat (Heck, dkk., 1985).

    Hati manusia mampu mengubah 22 mg formaldehida menjadi CO2/menit,

    penyerapan formaldehida melalui darah tidak menyebabkan akumulasi

    formaldehida di dalam tubuh karena proses konversi menjadi asam format cepat

    terjadi. Namun kandungan asam format yang tinggi dapat meningkatkan

    keasaman darah (Owen, dkk. 1990). Metabolisme formaldehida di dalam tubuh

    terdiri dari 4 jalur yaitu :

    1. Formaldehida dimetabolisme menjadi asam format, kemudian diubah menjadi

    CO2 dan dikeluarkan melalui pernapasan.

    2. Formaldehida dimetabolisme menjadi asam format, kemudian diubah menjadi

    garam (garam natrium dan garam format) atau tetap sebagai asam format untuk

    dibuang sebagai urin.

  • 7/23/2019 identiifkasi formalin

    5/19

    9

    Jalur metabolisme formaldehida menjadi asam format tergantung konsentrasi

    glutation didalam tubuh. Mekanismenya dapat dilihat pada lampiran 1.

    3. Formaldehida dimetabolisme menjadi asam format, kemudian diinkorporasikan

    ke dalam one-carbon pool (metabolisme yang menggunakan karbon tunggal

    dalam biosintesis). Jalur metabolisme ini tergantung dari jumlah konsentrasi

    folat di dalam tubuh karena one-carbon pool memerlukan tetrahidrofolate yang

    disintesis dari folat.

    4. Formaldehida keluar dari jalur metabolisme dan bereaksi dengan makromolekul

    seperti DNA, RNA, dan protein (Bardana, dkk. 1991).

    2.2.1. Kegunaan Formaldehida

    Kelebihan yang dimiliki oleh formaldehida adalah kemampuannya dalam

    membunuh organisme, yaitu dipergunakan sebagai pembasmi lalat dan berbagai

    serangga lain; Untuk pembersih lantai kapal, gudang, dan pakaian; Bahan pada

    pembuatan sutra buatan, zat pewarna, cermin kaca dan bahan peledak; Dalam

    dunia fotografi biasanya digunakan untuk pengeras lapisan gelatin dan kertas;

    Bahan untuk pembuatan produk parfum; Bahan pembuatan pupuk dalam

    bentuk urea; Bahan pengawet poduk kosmetika dan pengeras kuku; Bahan untuk

    insulasi busa; Pencegah korosi untuk sumur minyak dan Bahan perekat untuk

    produk kayu lapis (Plywood). Formaldehida juga dipakai sebagai pengawet

    dalam vaksinasi; Dalam konsentrasi yang sangat kecil (kurang dari 1%), Formalin

    digunakan sebagai pengawet untuk berbagai barang konsumen seperti pembersih

    barang rumah tangga, cairan pencuci piring, pelembut kulit, perawatan sepatu,

    shampoo mobil, lilin, pasta gigi, dan pembersih karpet. Dalam bidang medis,

    larutan formaldehida dipakai untuk mengeringkan kulit, misalnya

    mengangkat kutil; Didunia kedokteran formalin digunakan dalam pengawetan

    mayat, yang biasanya digunakan formalin dengan konsentrasi 10% (Yuliarti,

    2007). Turunan formaldehida yang lain adalah metilen difenil diisosianat,

    komponen penting dalam cat dan busa poliuretan, serta heksametilen tetramina,

    yang dipakai dalam resin fenol-formaldehid untuk membuat RDX (bahan

    peledak).

  • 7/23/2019 identiifkasi formalin

    6/19

    10

    2.2.2. Pengawetan dengan Formaldehida

    Penggunaan formaldehida dimaksudkan untuk memperpanjang umursimpan, karena formaldehida adalah senyawa antimikroba yang efektif dalam

    membunuh bakteri, jamur, bahkan virus sekalipun. Pada umumnya formaldehida

    digunakan dalam bahan yang mengandung banyak air atau tinggi aktivitas air (a w)

    nya. Produk-produk dengan aw lebih dari 0,85 sangat disukai oleh mikroba

    termasuk mikroba pembusuk sehingga secara alami produk tersebut mudah rusak

    (perishable) dan tidak dapat disimpan pada suhu ruang dalam jangka waktu lama.

    Umur simpan tersebut menjadi semakin pendek apabila jumlah mikroba awalsangat tinggi karena proses pengolahannya yang tidak mengindahkan praktek-

    praktek yang baik (good practices) serta penerapan sanitasi yang baik. Larutan

    formaldehida adalah desinfektan yang efektif melawan bakteri vegetatif, jamur,

    atau virus, tetapi kurang efektif melawan spora bakteri. Formaldehida bereaksi

    dengan protein, dan hal tersebut mengurangi aktivitas mikroorganisme. Efek

    sporosidnya yang meningkat tajam dengan adanya kenaikan suhu. Larutan

    formaldehida 0,5% dalam waktu 6-12 jam dapat membunuh bakteri dan dalam

    waktu 2-4 hari dapat membunuh spora, sedangkan larutan formaldehida 8% dapat

    membunuh spora dalam waktu 18 jam (WHO, 2002).

    Sifat antimikrobial dari formaldehida merupakan hasil dari

    kemampuannya menginaktivasi protein dengan cara mengkondensasi dengan

    asam amino bebas dalam protein menjadi hidrokoloid. Kemampuan dari

    formaldehida meningkat seiring dengan peningkatan suhu (Cahyadi, 2006).

    Mekanisme formaldehida sebagai pengawet adalah jika formaldehida bereaksi

    dengan protein sehingga membentuk rangkaian-rangkaian antara protein yang

    berdekatan. Akibat dari reaksi tersebut, protein mengeras dan tidak dapat larut

    (Branen and Davidson, 1983).

    Formaldehida dapat merusak bakteri karena bakteri adalah protein.

    Formaldehida berkombinasi dengan asam amino bebas dari protein pada

    protoplasma sel, merusak nukleus, dan mengkoagulasi protein (Frazier dan

    Westhoff, 1988). Pada reaksi formaldehida dengan protein, yang pertama kali

  • 7/23/2019 identiifkasi formalin

    7/19

    11

    diserang adalah gugus amina pada posisi dari lisin di antara gugus-gugus polar

    dari peptidanya. Formaldehida menyerang gugus -NH2 dari lisin dan selain itu

    juga pada gugus -NH2 histidin dan tirosin. Pengikatan formaldehida pada gugus

    -NH2 dari lisin berjalan lambat dan merupakan reaksi yang searah, sedangkan

    ikatannya dengan gugus asam amino bebas berjalan cepat dan merupakan reaksi

    bolak-balik (Branen, dkk., 1983). Ikatan formaldehida dengan gugus amino dalam

    reaksi ini tidak dapat dihilangkan dengan dianalisis sehingga ikatan ini turut

    menyokong kestabilan struktur molekul (Marquie, dkk., 1997). Bentuk hasil

    ikatan silang antara formaldehida dengan asam amino lisin dari protein dapat

    digambarkan sebagai berikut:

    Protein Lys NHCH2NHLys Protein

    Gambar 2.1. Bentuk hasil ikatan silang antara formaldehida dengan asam aminolisin dari protein

    2.2.3. Penyalahgunaan Formaldehida

    Besarnya manfaat formaldehida di bidang industri ternyata disalahgunakan

    oleh produsen di bidang industri makanan. Biasanya hal ini sering ditemukan

    dalam industri rumahan karena mereka tidak terdaftar dan tidak terpantau oleh

    Depkes dan Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan (POM) setempat

    (Yuliarti, 2007). Penyalahgunaan formalin dalam makanan ditemukan oleh Badan

    POM pada tahun 2005 yang menguji makanan jajanan anak di 195 Sekolah Dasar

  • 7/23/2019 identiifkasi formalin

    8/19

    12

    di 18 Propinsi. Dari 66 sampel bakso yang dianalisis satu sampel bakso

    mengandung formalin, begitu juga dengan sepuluh sampel tahu yang dianalisis

    empat diantaranya mengandung formalin, selain jajanan tersebut dua dari delapan

    sampel mie yang dianalisis juga mengandung formalin (Rachmawati, 2006) Hasil

    serupa juga ditemukan oleh Badan POM pada Jajanan Anak Sekolah di sekolah

    dasar di seluruh ibukota provinsi di Indonesia pada tahun 2006. Hasilnya terdapat

    5,76% mie yang mengandung formalin 434 sampel per parameter) dan 2,53%

    bakso yang mengandung formalin (474 sampel per parameter). Penyalahgunaan

    formalin tidak hanya ditemukan pada makanan jajanan anak sekolah tapi juga

    pada makanan yang dijual di pasar. Pada tahun 2003 hingga 2005 Badan POM

    menemukan lebih dari separuh sampel mie (51%) dan lebih dari seperlima (22%)

    tahu yang dianalisis mengandung formalin.

    Alasan pedagang menambahkan formalin ke dalam makanan adalah

    karena kepentingan ekonomi. Alasan ekonomi di sini berarti agar pedagang tidak

    mengalami kerugian bila barang dagangan mereka tidak habis terjual dalam

    sehari. Selain itu, kurangnya informasi tentang formalin dan bahayanya, tingkat

    kesadaran kesehatan masyarakat yang masih rendah, harga formalin yang sangat

    murah, dan kemudahannya didapat merupakan faktor-faktor penyebab

    penyalahgunaan formalin sebagai pengawet dalam makanan (Saparinto &

    Hidayati, 2006). Menurut Peraturan Menteri Kesehatan (MenKes) Nomor

    1168/MenKes/PER/X/1999, formalin merupakan bahan kimia yang

    penggunaannya dilarang untuk produk makanan.

    2.2.4. Bahaya Penggunaan Formaldehida

    Formaldehida sebagai pengawet ini, menurut Kepala Pusat Penelitian

    Kimia LIPI, Dr. Leonardus Broto Kardono pada tahun 2006, merupakan suatu

    senyawa yang reaktif dan mudah mengikat air. Pengawet ini memiliki unsur

    aldehida yang bersifat mudah bereaksi dengan protein, karenanya ketika

    disiramkan ke makanan, formalin akan mengikat unsur protein mulai dari bagian

    permukaan makanan hingga terus meresap kebahagian dalamnya. Dengan matinya

    protein setelah terikat unsur kimia dari formalin maka bila ditekan makanan yang

  • 7/23/2019 identiifkasi formalin

    9/19

    13

    diberi formalin terasa lebih kenyal. Selain itu protein yang telah mati tidak akan

    diserang bakteri pembusuk yang menghasilkan senyawa asam, itulah makanan

    menjadi lebih awet. Formaldehida membunuh bakteri dengan membuat jaringan

    dalam bakteri dehidrasi (kekurangan air), sehingga sel bakteri akan kering dan

    membentuk lapisan baru di permukaan. Artinya, formalin tidak saja membunuh

    bakteri, tetapi juga membentuk lapisan baru yang melindungi lapisan di

    bawahnya, supaya tahan terhadap serangan bakteri lain. Bila desinfektan lainnya

    mendeaktifasikan serangan bakteri dengan cara membunuh dan tidak bereaksi

    dengan bahan yang dilindungi, maka formaldehida akan bereaksi secara kimiawi

    dan tetap ada di dalam materi tersebut untuk melindungi dari serangan berikutnya.

    Melihat sifatnya, formalin juga sudah tentu akan menyerang protein yang banyak

    terdapat di dalam tubuh manusia seperti pada lambung. Terlebih, bila formalin

    yang masuk ke tubuh itu memiliki dosis tinggi. Masalahnya, sebagai bahan yang

    digunakan hanya untuk mengawetkan makanan, dosis formalin yang digunakan

    pun akan rendah. Sehingga efek samping dari mengkonsumsi makanan

    berformalin tidak akan dirasakan langsung oleh konsumen.

    Formalin jika tertelan, dalam jangka pendek tidak menyebabkan

    keracunan, tetapi jika tertimbun di atas ambang batas dapat mengganggu

    kesehatan. Ambang batas yang aman adalah 1 miligram perliter (Broto, L., 2006).

    International Proggrame on Chemical Safety menetapkan bahwa batas toleransi

    yang dapat diterima dalam tubuh maksimum 0,1 mg perliter. Bahaya formalin

    dalam jangka pendek (akut) adalah apabila tertelan maka mulut, tenggorokan dan

    perut terasa terbakar, sakit jika menelan, mual, muntah dan diare, kemungkinan

    terjadi pendarahan, sakit perut yang hebat, sakit kepala, hipotensi (tekanan darah

    rendah), kejang, tidak sadar hingga koma. Selain itu juga dapat menyebabkan

    terjadinya kerusakan jantung, hati, otak, limpa, pankreas, sistem saraf pusat dan

    ginjal. Bahaya jangka panjang adalah iritasi saluran pernafasan, muntah-muntah

    dan kepala pusing, rasa terbakar pada tenggorokan, penurunan suhu badan dan

    rasa gatal di dada; Pada hewan percobaan dapat menyebabkan kanker sedangkan

    pada manusia diduga bersifat karsinogen (menyebabkan kanker) (Min dan Yoon,

    2010).

  • 7/23/2019 identiifkasi formalin

    10/19

    14

    Konsumsi formalin pada dosis sangat tinggi dapat mengakibatkan konvulsi

    (kejang-kejang), haematuri (kencing darah) dan haematomesis (muntah darah)

    yang berakhir dengan kematian. Injeksi formalin dengan dosis 100 gram dapat

    mengakibatkan kematian dalam jangka waktu 3 jam (Winarno dan Rahayu, 2001).

    2.2.5. Formaldehida dengan Asam Kromatropat

    Asam Kromatropat dengan rumus kimia C10H6Na2O8S2.2H2O adalah nama

    lain dari 1,8-Dihydroxynapthalene-3,6-disulfonic acid disodium salt, memiliki

    berat molekul 400,29 gr/mol. Formalin dengan adanya asam kromatropat dalam

    asam sulfat disertai pemanasan beberapa menit akan terjadi pewarnaan violet(Herlich, 1990). Bila senyawa tersebut dipanaskan dengan asam kromatropat

    dalam larutan asam sulfat pekat akan membentuk warna violet. Reaksi ini terjadi

    berdasarkan kondensasi formaldehida dengan sistem aromatik dari asam

    kromatropat, membentuk senyawa berwarna (3,4,5,6-dibenzoxanthylium).

    Pewarnaan disebabkan terbentuknya ion karbenium - oksonium yang stabil karena

    mesomeri. Warna violet yang terbentuk diukur dengan alat spektrofotometer

    cahaya tampak pada panjang gelombang 560-565 nm (MA PPOMN, 2006).Reaksi formalin dengan asam kromatropat dapat dilihat pada Gambar 2.2.

    3,4,5,6-dibenzoxanthylium

    (WarnaViolet)

    Gambar 2.2. Reaksi asam kromatropat dengan formaldehida

  • 7/23/2019 identiifkasi formalin

    11/19

    15

    2.3. Sensor Kimia dan Perkembangannya

    Yang penting untuk diketahui secara umum, sensor didefinisikan sebagaialat yang mampu menangkap fenomena fisika atau kimia kemudian mengubahnya

    menjadi sinyal elektrik baik arus listrik ataupun tegangan. Fenomena fisik yang

    mampu menstimulus sensor untuk menghasilkan sinyal elektrik meliputi

    temperatur, tekanan, gaya, medan magnet cahaya, pergerakan dan sebagainya.

    Sementara fenomena kimia dapat berupa konsentrasi dari bahan kimia baik cairan

    maupun gas. Dengan definisi seperti ini maka sensor merupakan alat elektronik

    yang begitu banyak dipakai dalam kehidupan manusia saat ini.Secara umum model sensor kimia meliputi bagian penerima yang memiliki

    sensitifitas terhadap zat yang akan dideteksi yang dikenal dengan hidungnya

    sensor (sensitive layer/nose parts/chemical interface). Bagian berikutnya adalah

    transduser, yaitu bagian yang mampu mengubah hasil deteksi tersebut menjadi

    sinyal elektrik. Sensor kimia terdiri dari bagian penerima, dan bagian tranduser.

    Bagian penerima berfungsi menyeleksi dan mengubah sifat kimia yang

    dideteksinya menjadi energi yang bisa diukur oleh bagian transduser. Sedangkanbagian transduser berfungsi mengubah energi yang membawa sifat kimia tersebut

    menjadi sinyal elektrik. Jika bagian penerima merupakan bagian yang mampu

    membedakan zat yang akan dikenalinya, maka bagian transduser ini bukanlah

    bagian yang mampu membedakan sifat kimia. Berdasarkan teknologi yang

    digunakan untuk mengubah zat kimia yang dideteksi menjadi sinyal elektrik,

    terdapat beberapa jenis sensor yaitu jenis sensor optik, sensor elektrokimia, sensor

    elektrik, dan sensor sensitif berat. Karakteristik sensor ditentukan dari sejauh

    mana sensor tersebut memiliki kemampuan yang baik dalam mengenali zat yang

    ingin dideteksinya. Kemampuan mendeteksi zat tersebut ini meliputi:

    1. Sensitifitas, yaitu ukuran seberapa sensitif sensor mengenali zat yang

    dideteksinya. Sensor yang baik akan mampu mendeteksi zat meskipun jumlah

    zat tersebut sangat sedikit dibandingkan zat yang berada disekelilingnya.

  • 7/23/2019 identiifkasi formalin

    12/19

    16

    2. Selektifitas, yaitu sejauh mana sensor memiliki kemampuan menyeleksi cairan

    atau gas yang ingin dideteksinya. Sifat ini tidak kalah penting dengan

    senitifitas mengingat gas atau cairan yang dideteksi tentunya akan bercampur

    dengan zat lain yang ada disekelilingnya.

    3. Waktu respon dan waktu recovery, yaitu waktu yang dibutuhkan sensor untuk

    mengenali zat yang dideteksinya. Semakin cepat waktu respon dan waktu

    recovery maka semakin baik sensor tersebut.

    4. Stabilitas dan daya tahan, yaitu sejauh mana sensor dapat secara konsisten

    memberikan besar sensitifitas yang sama untuk suatu zat, serta seberapa lamasensor tersebut dapat terus digunakan.

    Keempat sifat sensor ini merupakan sifat yang senantiasa diidentifikasi

    oleh para peneliti untuk mendapatkan sensor yang berkualitas baik. Di samping ke

    empat sifat di atas, terdapat dua sifat lain yang juga tidak kalah pentingnya

    terutama bagi sensor komersial yaitu konsumsi energi yang dibutuhkan untuk

    menjalankan sensor tersebut. Dan yang kedua adalah berapa harga yang

    dibutuhkan untuk memproduksi sensor ini. Sudah barang tentu tingkat konsumsienergi yang rendah serta harga yang murah menjadi harapan bagi industri sensor

    disamping sifat-sifat sensor yang baik.

    Sebagaimana telah dipaparkan di bagian atas bahwa terdapat beberapa tipe

    sensor berdasarkan jenis teknologi yang digunakannya. Teknologi eletrolit padat

    yang bekerja berdasarkan prinsip elektrokimia, merupakan prinsip sensor yang

    paling tua yang telah berkembang. Pengembangan yang cukup pesat tentang

    membran sensor dari elektrolit padat telah terjadi sejak tahun 1930 an. Sensor

    elektrolit padat adalah sensor yang menggunakan lempengan sel elektrolit yang

    disekat dengan dua elektroda dan biasanya ditambahkan dengan pengatur

    temperatur. Sensor komersial jenis ini yang sangat populer adalah sensor oksigen

    yang menggunakan lempengan Yttria-doped zirconia dengan disekat oleh

    elektroda berpori platinum. Sensor jenis ini sangat handal dan biasanya digunakan

    pada temperatur tinggi untuk mengontrol aliran zat buang pada suatu mesin.

    Pengembangan berikutnya juga terus terjadi pada sensor jenis ini yang pada

  • 7/23/2019 identiifkasi formalin

    13/19

    17

    dekade belakangan dikenal dengan sebuat NASICON sensor. Dengan usianya

    yang relatif lebih tua dibandingkan dengam motode sensor lainnya, elektrolit

    padat merupakan sensor kimia yang paling banyak diproduksi dalam dunia sensor

    komersial dibandingkan dengan jenis sensor lainnya. Metode sensor lainnya

    adalah dengan berdasarkan pada teknologi optik dimana penyerapan suatu gas

    atau cairan kimia tertentu pada suatu bahan akan mengakibatkan perubahan pada

    fenomena optik seperti daya pantul ataupun daya absorpsi suatu cahaya. Metode

    ini menjanjikan sistem sensor yang akurat.

    Beberapa penelitian pendahuluan yang telah dilakukan oleh tim penelitidalam pembuatan sensor kimia dan biosensor. Penelitian pengembangan biosensor

    elektrokimia telah berhasil dilakukan dengan menggunakan polimer politiramin

    sebagai matriks untuk immobilisasi enzim. Berbagai jenis biosensor dalam deteksi

    amperometri telah berhasil didesain dan dipergunakan untuk penentuan glukosa

    dalam sampel serum (Situmorang, dkk. 1998; Situmorang, dkk. 1999), maupun

    untuk penentuan sulfit (Situmorang, dkk. 1999) dan asam malat (Situmorang dan

    Goddig, 2000) di dalam sampel minuman anggur. Dari hasil penelitian diketahui

    bahwa politiramin yang disintesis secara elektropolimerisasi sangat baik sebagai

    matriks untuk immobilisasi beberapa enzim. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

    biosensor memberikan respon yang sensitif, selektif, dan cepat terhadap analit,

    linieritas pengukuran lebar dan limit deteksi rendah. Enzim yang diimobilisasi

    pada matriks politiramin menunjukkan stabilitas yang baik, yaitu aktifitas enzim

    tidak berubah walau telah disimpan selama enam bulan. Keuntungan lain dari

    politiramin pada desain biosensor yaitu polimer sekaligus dapat berfungsi sebagai

    membran menghambat senyawa penggangu (interference agents), menjadikan

    hasil pengukuran sangat selektif dan akurat (Situmorang, dkk. 2003). Hasil

    analisis menggunakan biosensor memberikan korelasi yang sangat baik dengan

    metode analisis standar. Biosensor telah diaplikasikan untuk penentuan beberapa

    jenis analit di dalam sampel kompleks seperti serum dan minuman keras anggur

    merah dan anggur putih.

  • 7/23/2019 identiifkasi formalin

    14/19

    18

    2.4. Analisis Menggunakan Sensor Kimia

    Pengembangan sensor kimia menggunakan senyawa kimia untukpenentuan analit sangat menarik dalam kimia analisis dan sangat tepat untuk

    penentuan sampel makanan. Sensor kimia merupakan instrumen analisis yang

    sangat penting karena mempunyai daya analisis selektif dan sensitif terhadap

    analit sehingga dapat menentukan kadar senyawa pada konsentrasi sangat rendah,

    Peralatan ini mempunyai kelebihan dalam kesederhanaan penganalisisan karena

    penentuan biasanya dilakukan tanpa perlakuan sampel sehingga mudah dilakukan

    oleh orang yang kurang terampil. Desain instrumen dengan deteksi elektrokimiasangat sederhana dan handal bila dirangkaikan dengan komponen kimia aktif pada

    transduser akan menjadikan penganalisisan menjadi sangat selektif, sensitif dan

    akurat (Vo-Dingh dan Cullum, 2000). Sensor kimia dapat diintegrasikan dengan

    deteksi elektrokimia karena mempunyai kelebihan dalam hal sensitifitas,

    selektifitas dan linearitas pengukuran. Penentuan secara amperometri didasarkan

    pada pengukuran arus (i) dalam sel elektokimia, sedangkan pengukuran

    potensiometri didasarkan pada pegukuran potensial (E) didalam reaksi redoks

    (Skoog dan Leary, 1992). Deteksi amperometri mempunyai kelebihan dalam

    sensitifitas dan selektifitas penganalisisan sehingga penentuan secara elektrokimia

    masih didominasi oleh metode amperometri (Albert, dkk. 2000).

    Metode potensiometri sangat menarik terutama dalam hal lebar skala

    linearitas pengukuran sehingga dapat menentukan senyawa konsentrasi rendah

    sampai tinggi, serta menggunakan peralatan sederhana dan murah, misalnya pH

    meter yang dapat dijangkau oleh hampir semua laboratorium (Situmorang, dkk.

    1998). Akan tetapi, penentuan potensiometri dapat menjadi lebih handal bila

    menggunakan elektroda ion selektif (ISE). Untuk meningatkan sensitifitas dan

    stabilitas sensor kimia diperlukan teknik immobilisasi akan komponen kimia aktif

    sangat dekat terhadap transduser. Beberapa metode yang dipergunakan untuk

    mengimmobilisasi komponen kimia aktif diantaranya adsorpsi, pengikatan fisik

    (Entrapment), pengikatan secara kimia (Crosslinking and Self-assembly) dan

    secara elektrokimia (Cosnier, 1999). Teknik immobilisasi diatas akan

  • 7/23/2019 identiifkasi formalin

    15/19

    19

    dipergunakan pada desain sensor kimia yang direncanakan dalam usulan

    penelitian ini. Pemilihan matriks dalam desain sensor kimia sangat penting

    karena berhubungan dengan stabilitas, dapat berupa polimer atau gel (Yao dan

    Takashima, 1998). Untuk menghasilkan lapisan matriks dengan keterulangan

    tinggi maka sangat baik bila menggunakan polimer yang dibuat melalui

    elektopolimerisasi, karena teknik polimerisasi elektrokimia dapat menghasilkan

    lapisan tipis yang homogen dengan ketebalan yang sama dan merata (Emr dan

    Yacynych, 1995).

    2.5. Metode Spektrofotometri

    Spektrofotometri adalah alat yang terdiri dari spektrometer dan fotometer.

    Spektrometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang

    tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan

    atau yang diabsorpsi. Jadi spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi

    berupa transmitans atau absorbans secara relatif jika energi tersebut

    ditransmisikan, direfleksikan atau diemisikan sebagai fungsi dari panjang

    gelombang dengan radiasi monokromatik. Radiasi monokromatik adalah radiasidari suatu panjang gelombang. Satuan panjang gelombang yang digunakan adalah

    mikro (), milimikro (m), dan angstrom () (Khopkar, 1990).

    Menurut Day (2002) dan Rohman (2007), hukum Lambert-Beer

    menyatakan bahwa intensitas yang diteruskan oleh larutan zat penyerap

    berbanding lurus dengan tebal sel dan konsentrasi larutan serta berbanding

    terbalik dengan transmitan. Menurut Day (2002), hukum tersebut dituliskan

    dengan :

    A = log (Io/It) = a b c

    Keterangan : A = Absorbansi

    Io = Intensitas sinar datang

    It = Intensitas sinar yang diteruskan

    a = Absorptivitas

  • 7/23/2019 identiifkasi formalin

    16/19

    20

    b = Tebal sel (cm)

    c = Konsentrasi analit (g/l)

    Cara kerja alat spektrofotometer UV-Visible ini adalah dimana sinar dari

    sumber radiasi diteruskan menuju monokromator kemudian cahaya dari

    monokromator diarahkan terpisah melalui blanko dan sampel dengan sebuah

    cermin berotasi. Kedua cahaya lalu bergantian berubah arah karena pemantulan

    dari cermin yang berotasi secara kontinyu. Detektor menerima cahaya dari blanko

    dan sampel secara bergantian secara berulang-ulang. Sinyal listrik dari detektor

    diproses, diubah ke digital dan dibandingkan antara sampel dengan blanko.

    Gambar 2.3. Skema spektrofotometer

    Komponen-komponen dari Spektrofotometer :

    1. Sumber Radiasi

    Sumber energi radiasi yang biasa untuk daerah ultraviolet dan daerah

    cahaya tampak adalah sebuah lampu wolfram ataupun lampu tabung discas

    hidrogen (atau deutrium). Kebaikan lampu Wolfram adalah energi radiasi yang

    dibebaskan tidak bervariasi pada berbagai panjang gelombang. Jika potensial

    tidak stabil, akan didapatkan energi yang bervariasi. Untuk mengkompensasi hal

    ini maka dilakukan pengukuran transmitan larutan sampel selalu disertai larutan

    panjang pembanding.

  • 7/23/2019 identiifkasi formalin

    17/19

    21

    2. Monokromator

    Monokromator berfungsi mengubah cahaya polikromatis menjadi cahayayang monokromatis. Alatnya dapat berupa prisma atau kisi difraksi. Untuk

    mengarahkan sinar monokromatis yang diinginkan dari hasil penguraian ini

    digunakan celah. Jika celah posisinya tetap, maka prisma atau gratingnya yang

    dirotasikan untuk menghasilkan panjang gelombang yang diinginkan, Ada dua

    tipe prisma yaitu susunan Cornu yang menggunakan sudut 60 dan susunan

    Littrow yang menggunakan prisma yang sisinya tegak lurus dengan arah sinar

    yang berlapis aluminium serta mempunyai sudut optik 30.3. Kuvet

    Pada pengukuran di darah tampak, kuvet kaca atau kuvet kaca korex dapat

    digunakan, tetapi untuk pengukuran pada daerah UV kita harus menggunakan sel

    karsa karena gelas tidak tembus cahaya pada daerah ini. Umumnya tebal kuvetnya

    adalah 10 mm, tetapi yang lebih kecil atau yang lebih besar dapat digunakan. Sel

    yang biasa digunakan berbentuk persegi atau berbentuk silinder. Sel yang baik

    adalah kuarsa atau gelas hasil leburan serta seragam keseluruhannya.

    4. Detektor

    Peranan detektor adalah memberikan respon terhadap cahaya pada

    berbagai panjang gelombang. Dalam detektor diharapkan kepekaan tinggi di

    dalam spektral yang penting, tanggap linier untuk tenaga radiasi, waktu tanggap

    yang cepat, dapat dipengaruhi oleh amplifikasi dan tingkat stabilitas yang tinggi.

    5. AmplifierRangkaian yang memperkuat pembacaan dari detektor. Dimana energi

    cahaya yang dihasilkan diubah menjadi energi listrik yang bisa dibaca dengan

    baik oleh rekorder.

  • 7/23/2019 identiifkasi formalin

    18/19

    22

    6. Rekorder

    Alat yang membaca energi yang diperkuat oleh amplifier berupa angka.Angka tersebut dapa berupa transmitan atau absorbansi (Khopkar, 1990; Day dan

    A. L. Underwood, 1981)

    2.5.1. Warna Komplementer

    Apabila radiasi atau cahaya putih dilewatkan melalui larutan yang

    berwarna maka radiasi dengan panjang gelombang tertentu akan diserap secara

    selektif dan radiasi sinar lainnya akan diteruskan. Absorbansi maksimum dari

    larutan berwarna terjadi pada daerah warna yang berlawanan dengan warna yang

    diamati, misalnya larutan berwarna merah akan menyerap radiasi maksimum pada

    daerah warna hijau. Dengan kata lain warna yang diserap adalah warna

    komplementer dari warna yang diamati ( Suharta, 2005).

    Tabel 2.3. Daftar panjang gelombang dan warna komplementer

    Panjang Gelombang

    (nm)

    Warna Yang Diserap Warna Yang Diamati

    410 Lembayung (Violet) Kuning kehijauan

    430 Biru Violet Kuning

    480 Biru Jingga

    500 Hijau Kebiruan Merah

    530 Hijau Merah Purple

    560 Kuning kehijauan Lembayung (Violet)580 Kuning Biru Violet

    610 Jingga Biru

    680 Merah Hijau Kebiruan

    720 Merah Purple Hijau

  • 7/23/2019 identiifkasi formalin

    19/19

    23

    2.6. Ikan Asin

    Ikan asin adalah ikan yang telah diawetkan dengan cara penggaraman.Pengawetan ini sebenarnya terdiri dari dua proses, yaitu proses penggaraman dan

    pengeringan. Adapun tujuan utama dari penggaraman sama dengan tujuan proses

    pengawetan atau pengolahan lainnya, yaitu untuk memperpanjang daya tahan dan

    daya simpan ikan.

    Ikan asin termasuk salah satu jenis makanan yang sangat digemari oleh

    masyarakat Indonesia dan merupakan salah satu unsur penting dalam peningkatan

    gizi yang relatif murah. Meskipun memiliki gizi yang cukup tinggi, ikan asinsering dianggap makanan masyarakat golongan lemah. Tetapi saat ini ikan asin

    telah diterima oleh masyarakat golongan ekonomi menengah keatas. Bahkan

    produk-produk ikan asin tertentu dapat dikategorikan sebagai makanan mewah.

    Ikan hasil pengolahan dan pengawetan umumnya sangat disukai oleh masyarakat

    karena produk akhirnya mempunyai ciri-ciri khusus yakni perubahan sifat-sifat

    daging seperti bau (odour), rasa (flavour), bentuk (appereance) dan tekstur.

    2.7. Tahu

    Produk tahu berasal dari sari kedelai yang digumpalkan dengan asam.

    Bahan dasar pembuatan tahu adalah kacang kedelai. Oleh karena itu, kandungan

    protein tahu sangat berkualitas namun jumlah protein dalam tahu hanya 7.8%.

    Protein tahu tidak terlalu tinggi karena kadar air dalam tahu sangat tinggi, yaitu

    mencapai 84.8%. Umumnya, makanan dengan kadar air tinggi mengandung

    protein yang agak rendah.

    Karena mengandung kadar air yang tinggi, tahu cepat mengalami

    penyimpangan bau maupun rasa. Selain itu, kualitas kedelai, sumber air

    pembuatannya, sanitasi alat-alat pembuatan tahu dan pekerjanya mempengaruhi

    cita rasa tahu dan kecepatannya dalam mengalami penyimpangan bau. Jika tidak

    diawetkan, tahu hanya tahan disimpan selama dua hari bila direndam dalam air

    sumur atau air keran yang bersih.