Referat Formalin Edit 1400

71
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Formaldehid merupakan aldehida berbentuk gas dengan rumus kimia H 2 CO. Senyawa ini dapat dihasilkan dari pembakaran bahan yang mengandung karbon dan biasa terkandung dalam asap pada kebakaran hutan, knalpot mobil dan asap tembakau. Meskipun dalam udara bebas formaldehid berada dalam wujud gas, tetapi zat ini dapat larut dalam air dan biasa disebut formalin. Dalam kehidupan sehari-hari formalin mempunyai beberapa fungsi diantaranya untuk industri sintesis, kosmetik, fungisida, tekstil, dan cairan pengawet. Walaupun terdapat berbagai macam kegunaan yang bermanfaat dalam berbagai bidang, apabila tidak digunakan dengan tepat dan sesuai aturan yang berlaku zat ini dapat mempengaruhi kesehatan tubuh manusia. Seseorang dapat terpapar formalin dengan berbagai cara antara lain dengan terhirup, peroral, dan melalui kulit yang nantinya akan berdampak kepada gangguan fungsi organ dalam tubuh manusia. Gejala yang ditimbulkan beragam, mulai dari yang bersifat akut serta ringan seperti sesak dan pusing sampai dengan menimbulkan respon syok dan meningkatkan resiko terjadinya kanker yang keduanya dapat mengakibatkan kematian (1)

description

TY

Transcript of Referat Formalin Edit 1400

Page 1: Referat Formalin Edit 1400

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Formaldehid merupakan aldehida berbentuk gas dengan rumus kimia

H2CO. Senyawa ini dapat dihasilkan dari pembakaran bahan yang mengandung

karbon dan biasa terkandung dalam asap pada kebakaran hutan, knalpot mobil dan

asap tembakau. Meskipun dalam udara bebas formaldehid berada dalam wujud

gas, tetapi zat ini dapat larut dalam air dan biasa disebut formalin. Dalam

kehidupan sehari-hari formalin mempunyai beberapa fungsi diantaranya untuk

industri sintesis, kosmetik, fungisida, tekstil, dan cairan pengawet. Walaupun

terdapat berbagai macam kegunaan yang bermanfaat dalam berbagai bidang,

apabila tidak digunakan dengan tepat dan sesuai aturan yang berlaku zat ini dapat

mempengaruhi kesehatan tubuh manusia. Seseorang dapat terpapar formalin

dengan berbagai cara antara lain dengan terhirup, peroral, dan melalui kulit yang

nantinya akan berdampak kepada gangguan fungsi organ dalam tubuh manusia.

Gejala yang ditimbulkan beragam, mulai dari yang bersifat akut serta ringan

seperti sesak dan pusing sampai dengan menimbulkan respon syok dan

meningkatkan resiko terjadinya kanker yang keduanya dapat mengakibatkan

kematian (1)

Ambang batas yang ditentukan oleh American Conference of Govermental

and Industrial Hygienist (ACGIH) yaitu 0,4 ppm, National Institute for

Occupational Safety and Health (NIOSH) yaitu 0,016 ppm selama periode 8 jam

dan 0,1 ppm selama periode 15 menit, international Programme on Chemical

Safety (IPCS) yaitu 0,1 ml/L atau 0,2 mg perhari dalam air minum dan 1,5 mg-14

mg perhari dalam makanan. Penelitian WHO menyebutkan kadar formalin baru

akan menimbulkan toksifikasi atau pengaruh negatif jika mencapai 6 gram.

Meskipun terdapat batas ambang penggunaan yang aman, pemakaian formalin

tetap tidak dibenarkan dan dilarang untuk digunakan pada bahan konsumsi

manusia.

Page 2: Referat Formalin Edit 1400

Meskipun sudah jelas bahwa penggunaan formalin dilarang untuk

konsumsi manusia, fakta yang ada membuktikan bahwa akhir-akhir ini marak

diberitakan bahwa formalin sering kali digunakan untuk mengawetkan makanan.

Hal ini tentunya membuat keresahan pada masyarakat, karena masyarakat

beranggapan bahwa formalin hanya digunakan untuk mengawetkan jenazah,

walaupun sebenarnya formalin cukup luas untuk digunakan dalam berbagai

keperluan di berbagai bidang. Badan Pengawasan Obat dan Makan (BPOM) telah

melakukan penelitian dari berbagai propinsi di Indonesia yaitu pada jajanan anak

sekolah dasar seperti bakso tusuk, es, dan sosis panggang. Setelah sampel jajanan

diambil dan diteliti ternyata kandungan dalam jajanan tersebut tidak layak untuk

dikonsumsi karena mengandung formalin. Tidak hanya itu saja, petugas gabungan

dari Dinas Kelautan, Perikanan, dan Peternakan menemukan produk makanan

berformalin di tiga pasar tradisional di berbagai daerah yaitu ikan asin kering dan

cumi-cumi. Saat diteliti, terlihat warna ungu pekat yang menandakan kadar

formalin yang sangat tinggi dan melebihi batas yang diperbolehkan. Fakta-fakta di

atas sangat bertentangan dengan PERMENKES RI No

1168/MENKES/PER/X/1999 yang menyatakan bahwa formalin termasuk salah

satu bahan tambahan yang dilarang dipergunakan dalam makanan karena bersifat

karsinogenik dan membahayakan kesehatan, PP NO 28 tahun 2004 tentang

keamanan, mutu dan gizi pangan UU NO 7 tahun 1996 tentang pangan dan UU

NO 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen (1)

Berdasarkan uraian diatas maka, penyusun tertarik membahas lebih dalam

mengenai formalin, efek samping yang dapat ditimbulkan pada tubuh manusia,

serta aspek medikolegal penyalahgunaan nya terutama dalam bidang industri

konsumsi yang ada di indonesia.

I. 2. Rumusan Masalah.

Mengetahui pengetahuan dasar tentang formalin dan akibat keracunan

formalin baik peroral maupun perinhalasi pada tubuh manusia serta aspek

medikolegal pada penyalahgunaanya dalam pangan.

Page 3: Referat Formalin Edit 1400

I.3. Tujuan penulisan

1.3.1 Tujuan Umum

Meningkatkan pengetahuan dasar tentang formalin.

1.3.2 Tujuan Khusus

Mengetahui ilmu dasar tentang formalin

Mengetahui cara kerja dan efek formalin pada tubuh manusia

Mengetahui aspek medikolegal pada penyalahgunaan formalin

1.4. Manfaat penulisan.

Melalui penulisan makalah ini diharapkan akan bermanfaat dalam

memberikan informasi mengenai pengetahuan dasar tentang formalin, manfaat

dan efeknya terhadap tubuh manusia serta aspek medikolegal pada

penyalahgunaan di bidang pangan.

Page 4: Referat Formalin Edit 1400

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Toksik

Kata racun ”toxic” adalah bersaral dari bahasa Yunani, yaitu dari kata tox,

dimana dalam bahasa Yunani berarti panah. Dimana panah pada saat itu

digunakan sebagai senjata dalam peperangan, yang selalu pada anak panahnya

terdapat racun (2)

Toksik atau racun adalah zat yang bekerja pada tubuh secara kimiawi dan

fisiologik yang dalam dosis toksik akan menyebabkan gangguan kesehatan atau

mengakibatkan kematian. Racun adalah suatu zat yang apabila kontak atau masuk

kedalam tubuh dalam jumlah tertentu (dosis toksik) merusak faal tubuh baik

secara kimia maupun fisiologis sehingga menyebabkan sakit atau pun kematian (2)

II.1.1. Toksikologi

Toksikologi adalah ilmu yang mempelajari sumber, sifat serta khasiat

racun, gejala-gejala dan pengobatan pada keracunan, serta kelainan yang

didapatkan pada korban yang meninggal . Toksikologi modern merupakan bidang

yang didasari oleh multidisplin ilmu, ia dapat dengan bebas meminjam bebarapa

ilmu dasar, guna mempelajari interaksi antara zat tokson dan mekanisme biologi

yang ditimbulkan.

II.1.2. Toksikologi Forensik

Toksikologi forensik adalah ilmu yang mempelajari tentang racun dan

pengidentifikasian bahan racun yang diduga ada dalam organ atau jaringan tubuh

dan cairan korban. Tosikologi forensik menekunkan diri pada aplikasi atau

pemanfaatan ilmu toksikologi untuk kepentingan peradilan. Kerja utama dari

toksikologi forensik adalah melakukan analisis kualitatif maupun kuantitatif dari

racun dari bukti fisik dan menerjemahkan temuan analisisnya ke dalam ungkapan

apakah ada atau tidaknya racun yang terlibat dalam tindak kriminal, yang

dituduhkan, sebagai bukti dalam tindak kriminal (forensik) di pengadilan(2)

Page 5: Referat Formalin Edit 1400

Tujuan pemeriksaan toksikologi forensik ini adalah untuk mengetahui latar

belakang toksikologi digunakan dalam proses pembuktian pembunuhan serta

manfaat toksikologi sebagai media pengungkap dalam proses penyidikan tindak

pidana pembunuhan yang menggunakan racun. Toksikologi Forensik sangat

penting diberikan kepada penyidik dalam rangka membantu penyidik polisi dalam

pengusutan perkara yaitu : mencari, menghimpun, menyusun dan menilai barang

bukti di Tempat Kejadian Perkara (TKP) dengan tujuan agar dapat membuat

terang suatu kasus pembunuhan yang ada indikasi korbannya meninggal akibat

racun. Aspek–aspek utama yang menjadi perhatian khusus dalam toksikologi

forensik bukanlah keluaran aspek hukum dari investigasi secara toksikologi,

melainkan mengenai teknologi dan teknik dalam meperoleh serta menginterpretasi

hasil seperti: pemahaman perilaku zat, sumber penyebab keracunan atau

pencemaran, metode pengambilan sampel dan metode analisa, interpretasi data

terkait dengan gejala atau efek atau dampak yang timbul serta bukti lain yang

tersedia (2)

II.1.3. Faktor Yang Mempengaruhi Kerentanan dan Keparahan Pada

Formalin

1. Cara masuk

Keracunan paling cepat terjadi jika masuknya racun secara inhalasi. Cara

masuk lain berturut-turut ialah intravena, intramuskular, intraperitoneal, subkutan,

peroral dan paling lambat ialah bila melalui kulit yang sehat.

2. Umur

Kecuali untuk beberapa jenis tertentu, orang tua dan anak-anak lebih

sensitif misalnya pada barbiturat. Bayi prematur lebih rentan terhadap obat karena

ekskresi melalui ginjal belum sempurna dan aktifitas mikrosom dalam hati belum

cukup.

3. Kondisi tubuh

Page 6: Referat Formalin Edit 1400

Penderita penyakit ginjal umumnya lebih mudah mengalami keracunan.

Pada penderita demam dan penyakit lambung, absorpis dapat terjadi dengan

lambat. Bentuk fisik dan kondisi fisik, misalnya lambung berisi atau kosong.

4. Kebiasaan

Kebiasaan sangat berpengaruh pada racun golongan alkohol dan morfin,

sebab dapat terjadi toleransi, tetapi toleransi tidak dapat menetap, jika pada suatu

ketika dihentikan, maka toleransi akan menurun lagi.

5. Waktu pemberian

Untuk racun yang ditelan, jika ditelan sebelum makan, absorpsi terjadi

lebih baik, sehingga efek akan timbul lebih cepat. Jangka pemberian waktu lama

(kronik) atau waktu singkat/sesaat (2)

II.2.1. Formaldehid

Senyawa kimia formalin (juga disebut metanal), merupakan aldehida

berbentuk gas dengan rumus kimia H2CO. Formaldehida awalnya disintesis oleh

kimiawan Rusia Aleksandr Butlerov tahun 1859, tapi diidentifikasi oleh Hoffman

tahun 1867

Formaldehida bisa dihasilkan dari pembakaran bahan yang mengandung

karbon. Terkandung dalam asap pada kebakaran hutan, knalpot mobil, dan asap

tembakau. Dalam atmosfer bumi, formaldehida dihasilkan dari aksi cahaya

matahari dan oksigen terhadap metana dan hidrokarbon lain yang ada di atmosfer.

Formaldehida dalam kadar kecil sekali juga dihasilkan sebagai metabolit

kebanyakan organisme, termasuk manusia.(2)

II.2.2 Sifat dan Struktur Kimia

Meskipun dalam udara bebas formaldehida berada dalam wujud gas, tetapi

bisa larut dalam air (biasanya dijual dalam kadar larutan 37% menggunakan merk

dagang 'formalin' atau 'formol' ). Dalam air, formaldehida mengalami polimerisasi

dan sedikit sekali yang ada dalam bentuk monomer H2CO. Umumnya, larutan ini

mengandung beberapa persen metanol untuk membatasi polimerisasinya.

Formalin adalah larutan formaldehida dalam air, dengan kadar antara 10%-40%.

Page 7: Referat Formalin Edit 1400

Meskipun formaldehida menampilkan sifat kimiawi seperti pada

umumnya aldehida, senyawa ini lebih reaktif daripada aldehida lainnya.

Formaldehida merupakan elektrofil, bisa dipakai dalam reaksi substitusi aromatik

elektrofilik dan sanyawa aromatik serta bisa mengalami reaksi adisi elektrofilik

dan alkena. Dalam keberadaan katalis basa , formaldehida bisa mengalami reaksi

Cannizzaro, menghasilkan asam format dan metanol.

Formaldehida bisa membentuk trimer siklik, 1,3,5-trioksana atau polimer

linier polioksimetilena. Formasi zat ini menjadikan sifat-sifat gas formaldehida

berbeda dari sifat gas ideal, terutama pada tekanan tinggi atau udara dingin.

Formaldehida bisa dioksidasi oleh oksigen atmosfer menjadi asam format,

karena itu larutan formaldehida harus ditutup serta diisolasi supaya tidak

kemasukan udara.

Struktur formaldehid berupa gas dalam suhu ruangan, tetapi gas tersebut

dengan cepat akan berubah menjadi berbagai derivat. Salah satu derivat yang

penting dari formaldehid adalah trioxane, merupakan trimer dari formladehid

dengan rumus bangun (CH20)3. Ketika larut dalam air, formaldehid akan

berubah menjadi H2C(OH)2 bentuk cair dari formaldehid disebut formalin 100% .

Formalin mengandung larutan yang tersaturasi oleh formaldehid (30-50 %

metanol sebagai stabilizer) (2)

II.2.3. Sumber

Secara industri, formaldehida dibuat dari oksidasi katalitik metanol. Katalis

yang paling sering dipakai adalah logam perak atau campuran oksida besi dan

molibdenum serta vanadium. Dalam sistem oksida besi yang lebih sering dipakai

(proses Formox), reaksi metanol dan oksigen terjadi pada 250 °C dan

menghasilkan formaldehida, berdasarkan persamaan kimia

2 CH3OH + O2 → 2 H2CO + 2 H2O.

Katalis yang menggunakan perak biasanya dijalankan dalam temperatur

yang lebih tinggi, kira-kira 650 °C. dalam keadaan ini, akan ada dua reaksi kimia

sekaligus yang menghasilkan formaldehida: satu seperti yang di atas, sedangkan

satu lagi adalah reaksi dehidrogenasi

CH3OH → H2CO + H2.

Page 8: Referat Formalin Edit 1400

Bila formaldehida ini dioksidasi kembali, akan menghasilkan asam format

yang sering ada dalam larutan formaldehida dalam kadar ppm.Di dalam skala

yang lebih kecil, formaldehid bisa juga dihasilkan dari konversi etanol, yang

secara komersial tidak menguntungkan (3)

II.2.4. Fungsi

Formaldehida dapat digunakan untuk membasmi sebagian besar bakteri,

sehingga sering digunakan sebagai disinfektan dan juga sebagai bahan pengawet.

Sebagai disinfektan, Formaldehida dikenal juga dengan nama formalin dan

dimanfaatkan sebagai pembersih; lantai, kapal, gudang dan pakaian.

Formaldehida juga dipakai sebagai pengawet dalam vaksinasi. Dalam

bidang medis, larutan formaldehida dipakai untuk mengeringkan kulit, misalnya

mengangkat kutil. Larutan dari formaldehida sering dipakai dalam membalsem

untuk mematikan bakteri serta untuk sementara mengawetkan bangkai.

Dalam industri, formaldehida kebanyakan dipakai dalam produksi polimer

dan rupa-rupa bahan kimia. Jika digabungkan dengan fenol, urea, atau melamina,

formaldehida menghasilkan resin termoset yang keras. Resin ini dipakai untuk lem

permanen, misalnya yang dipakai untuk kayu lapis/tripleks atau karpet. Juga

dalam bentuk busa-nya sebagai insulasi. Lebih dari 50% produksi formaldehida

dihabiskan untuk produksi resin formaldehida.

Untuk mensintesis bahan-bahan kimia, formaldehida dipakai untuk

produksi alkohol polifungsional seperti pentaeritritol, yang dipakai untuk

membuat cat bahan peledak . Turunan formaldehida yang lain adalah metilena

difenil diisosianat, komponen penting dalam cat dan busa poliuretana, serta

heksametilena tetramina, yang dipakai dalam resin fenol-formaldehida untuk

membuat RDX (bahan peledak).

Sebagai formaldehid, larutan senyawa kimia ini sering digunakan sebagai

insektisida serta bahan baku pabrik-pabrik resin plastik dan bahan peledak (3)

II.2.5. Farmakokinetik

Dalam tubuh manusia formaldehid dimetabolisme menjadi asam format

oleh beberapa sistem enzim termasuk komplek formaldehid dehydrogenase (FDH)

pada beberapa jaringan atau oleh hidrogen peroksida sistem katalase. FDH

Page 9: Referat Formalin Edit 1400

berperan pada pelepasan format dengan memecah thio ester dengan glutation.

Efisiensi dari metabolisme format oleh katalase sangat berhubungan dengan

konsentrasi tetrahidrofolat pada hepar. Dalam tubuh manusia,asam format secara

lambat dimetabolisme jadi karbondioksida dan air oleh reaksi enzimatik yang

bergantung folat. Folat adalah vitamin esensial yang ditemukan pada buah segar

dan sayuran. Metabolisme yang lambat pada tubuh manusia seringkali

menyebabkan akumulasi asam format yang dapat menyebabkan asidosis

metabolik. Formaldehid dapat dibedakan menjadi endogen dan eksogen.

Formaldehid endogen berada dalam tubuh sebagai bentuk intermediete dari

metabolisme sel dan jaringan. Normalnya diproduksi selama metabolisme dari

serin, glisin, metionin dan kolin (4)

Absorbsi

Formaldehid adalah unsur yang reaktif dan mudah larut dalam air sehingga

dengan cepat diabsorbsi jaringan gastrointestinal, bila masuk dengan mekanisme

peroral. Terdapat dua mekanisme absorbsi formaldehid. Yang pertama

formaldehid secara cepat dimetabolisme menjadi asam format disistem

pencernaan yaitu dihepar dan kemudian secara cepat langsung diabsorbsi. Yang

kedua formaldehid diabsorbsi secara cepat baru kemudian dimetabolisme menjadi

asam format dalam darah (4)

Distribusi

Formaldehid tidak secara langsung diadsorbsi dalam bentuk molekul utuh

ke dalam aliran darah, kecuali berada dalam dosis yang sangat tinggi sehingga

melampaui kapasitas jaringan. Formaldehid didistribusikan ke berbagai organ

seperti ginjal, limpa, hepar, dan sebagainya untuk mengalami metabolisme lebih

lanjut. Toksisitas tidak terletak pada distribusi ke organ melainkan pada tempat

kontak dengan formaldehid yang terpapar pada jaringan (4)

Metabolisme

Formaldehid yang merupakan zat asing (xenobiotik) akan mengalami

proses detoksifikasi di hepar melalui beberapa tahapan yaitu hidroksilasi dan

konjugasi. Fase hidroksilasi bertujuan mengubah xenobiotik aktif menjadi inaktif

Page 10: Referat Formalin Edit 1400

sedangkan fase konjugasi berfungsi mereaksikan xenobiotik inaktif dengan zat

kimia tertentu dalam tubuh menjadi zat yang larut sehingga mudah dieskresi baik

lewat empedu maupun urin (4)

Eskresi

Karena adanya perubahan yang cepat dari formaldehid menjadi asam

format, proses eskresi melalui ginjal tidak dipengaruihi toksisitas formaldehid.

Metabolisme dari asam format juga dapat berlanjut dengan proses oksidasi pada

atom karbon sehingga dihasilkan karbondioksida yang dapat dikeluarkan lewat

jalan napas (4).

II.2.6. Farmakodinamik

Daya kerja formaldehid adalah menekan terhadap fungsi sel-sel dan

mengakibatkan nekrosis jaringan-jaringan. Pada keracunan formaldehid, akan

menyebabkan kerusakan sel dalam berbagai jaringan. Konsentrasi asam format

yang tinggi dalam tubuh akan secara cepat menyebabkan nekrosis sel-sel hepar,

ginjal, jantung, dan otak. Penumpukan asam format akan menyebabkan nekrosis

metabolik. Asam format juga merupakan inhibitor dari mitokondria sitokrom

oksidase yang menghasilkan histotoksik. Selain itu formaldehid bersifat korosif

jika tertelan dalam keadaan aktif, akan menyebabkan kerusakan pada saluran yang

dilaluinya seperti kerusakan pada mulut dan tenggorokan, teriritasinya lambung,

perdarahan saluran pencernaan, menimbulkan gejala sulit menelan, mual, muntah

dan diare hebat, nyeri kepala sampai dengan koma. Gejala akut lainnya dapat

mengenai organ hepar jantung otak limpa pankreas dan sisitem saraf (5).

2.2.7. Pengaruh terhadap badan

Formaldehida merupakan salah satu polutan dalam ruangan yang sering

ditemukan. Apabila kadar di udara lebih dari 0,1 mg/kg, formaldehida yang

terhisap bisa menyebabkan iritasi kepala dan membran mukosa, yang

menyebabkan keluarnya air mata, pusing, teggorokan serasa terbakar, serta

kegerahan.

Jika terpapar formaldehida dalam jumlah banyak, misalnya terminum, bisa

menyebabkan kematian. Dalam tubuh manusia, formaldehida dikonversi menjadi

Page 11: Referat Formalin Edit 1400

asam format yang meningkatkan keasaman darah, tarikan nafas menjadi pendek

dan sering, hipotermia, juga koma, atau kematiannya.

Di dalam tubuh, formaldehid bisa menimbulkan terikatnya DNA oleh

protein, sehingga mengganggu ekspresi genetik yang normal. Binatang percobaan

yang menghisap formaldehida terus-terusan terserang kanker dalam hidung dan

tenggorokannya, sama juga dengan yang dialami oleh para pegawai pemotongan

papan artikel. Tapi, ada studi yang menunjukkan apabila formaldehida dalam

kadar yang lebih sedikit, seperti yang digunakan dalam bangunan, tidak

menimbulkan pengaruh karsinogenik terhadap makhluk hidup yang terpapar zat

tersebut (5).

II.3. Keracunan Formaldehid

II.3.1. Penggunaan Formalin yang salah

Akhir – akhir ini begitu banyak makanan tidak sehat yang beredar di

kalangan masyarakat. Balai Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) Banten

menemukan tahu mengandung formalin yang berbahaya bagi kesehatan dalam

inspeksi mendadak di pasar. BPOM juga bergerak melakukan penelitian pada

jajanan anak sekolah dasar seperti bakso tusuk, es, dan sosis panggang. Setelah

sampel jajanan diambil dan diteliti ternyata kandungan dalam jajanan tersebut

tidak layak untuk dikonsumsi karena mengandung formalin. Fakta-fakta di atas

sangat bertentangan dengan PERMENKES RI No 1168/MENKES/PER/X/1999

yang menyatakan bahwa formalin termasuk salah satu bahan tambahan yang

dilarang dipergunakan dalam makanan karena bersifat karsinogenik dan

membahayakan kesehatan (5)

II.3.1.1. Cara Mengenali Pangan yang Mengandung Formalin

Untuk mengetahui kandungan formalin dalam bahan makanan secara

akurat dapat dilakukan uji laboratorium dengan menggunakan pereaksi kimia.

Akan tetapi kita juga dapat mengetahui ada tidaknya formalin dalam makanan

tanpa uji laboratorium. Berikut ciri-ciri beberapa contoh bahan makanan yang

menggunakan formalin sebagai bahan pengawet.

a. Bakmi basah

Page 12: Referat Formalin Edit 1400

1. Tidak rusak sampai 2 hari pada suhu kamar (25° C) dan bertahan

lebih dari 15 hari dalam lemari es (suhu 10° C).

2. Bau formalin agak menyengat.

3. Mi tampak mengkilap dibandingkan dengan mi normal dan tidak

lengket.

4. Tidak dikerubungi lalat.

5. Tekstur mi lebih kenyal.

b. Ayam potong

1. Tidak dikerubungi lalat.

2. Daging sedikit tegang (kaku).

3. Jika dosis formalin yang diberikan tinggi maka akan tercium bau

formalin.

4. Dalam uji klinis, jika daging ayam dimasukkan dalam reagen maka

akan muncul gelembung gas.

c. Tahu, dengan kandungan formalin 0,5–1 ppm

1. Tidak rusak sampai 3 hari pada suhu kamar (25° C) dan bertahan

lebih dari 15 hari dalam lemari es (suhu 10° C).

2. Tekstur lebih keras tetapi tidak padat.

3. Terasa kenyal jika ditekan, sedangkan tahu tanpa formalin biasanya

mudah hancur.

4. Bau formalin agak menyengat.

5. Tidak dikerubungi lalat.

d. Bakso

1. Tidak rusak sampai 5 hari pada suhu kamar (25° C).

2. Tekstur sangat kenyal dan tidak dikerubungi lalat.

e. Ikan asin

1. Tidak rusak sampai lebih dari satu bulan pada suhu kamar (25° C).

2. Tampak bersih dan cerah.

3. Tidak berbau khas ikan asin.

4. Tekstur ikan keras, bagian yang luar kering tetapi bagian dalamnya

basah.

Page 13: Referat Formalin Edit 1400

5. Tidak dikerubungi lalat dan baunya hampir netral (hampir tidak

lagi berbau amis).

f. Ikan segar

1. Tidak rusak sampai 3 hari pada suhu kamar (25° C).

2. Mata ikan merah, tetapi warna insang merah tua, bukan merah

segar, dan tidak cemerlang.

3. Warna daging putih bersih, dengan tekstur kaku/ kenyal.

4. Bau amis (spesifik ikan) berkurang, lendir pada kulit ikan hanya

sedikit, dan tercium bau seperti bau kaporit.

5. Tidak dikerubungi lalat (6).

II.3.2. Keracunan Formalin

II.3.2.1 Per Oral

Menelan sedikitnya 30 mL (1 oz) dair larutan yang mengandung

formaldehid telah dilaporkan dapat menyebabkan kematian pada orang dewasa.

Konsumsi dari formaldehid dapat menyebabkan kerusakan korosif dari mukosa

saluran pencernaan, mual, muntah, nyeri, pendarahan dan perforasi. Cedera

korosif juga paling menonjol di mukosa faring dan kerongkongan. Efek sistemik

termasuk asidosis metabolik, depresi SSP, koma, distress pernafasan dan gagal

ginjal (7)

Studi epidemiologi dari potensial bahaya karsinogenik dari formaldehid

secara ingesti belum diidentifikasi. Belum ada penelitian yang mengidikasikan

bahwa formaldehid menimbulkan karsinogenik ketika diberikan secara oral pada

binatang percobaan. Bagaimanapun, diketahui bahwa reactivitas dari biologikal

makromolekul dari zat tersebut di jaringan atau organ pada kontak pertama,

mengakibatkan secara histologi dan sitogenetik berubah pada traktus aerodigestif,

termasuk oral dan mukosa gastrointestinal, yang sudah diobservasi pada tikus

yang mendapatkan formaldehid secara oral. Observasi dan pertimbangan

tambahan dari formaldehid dapat mencetuskan timbulnya tumor dengan

Page 14: Referat Formalin Edit 1400

kesimpulan bahwa paparan yang rendah dari formaldehid tidak dapat

mengeliminasi potensial bahaya karsinogenik dari formaldehid secara oral (8)

II.3.2.2 Per Inhalasi

Formaldehid adalah senyawa karbon organik yang sering digunakan pada

lingkungan pekerjaan (rumah sakit, tekstil, kertas, komponen resin dan kayu).

Formaldehid adalah gas tidak berwarna yang memiliki bau yang tajam dan

mengiritasi membran mukosa dari hidung, tenggorokan dan mata. Efek toksik dari

formaldehid umumnya terjadi pada semua yang bekerja dan memiliki kontak yang

dekat dengan formaldehid seperti petugas pengawetan jenazah, anatomis, teknisi

histologi dan mahasiswa kedokteran adalah orang-orang yang memliki paparan

yang tinggi terhadap formaldehid. Sistem respirasi adalah target utama dari

formaldehid. Dilaporkan bahwa setelah tikus menghirup formaldehid, volume

formaldehid lebih besar pada paru-paru dibandingkan di dalam darah, otak, hati

dan ginjal. Cedera paru akut disebabkan karena sel epitel saluran pernapasan

mengalami kerusakan dan kehilangan fungsinya. Cedera awal dari jaringan

mencetuskan untuk diproduksinya faktor pertumbuhan dan sitokin yang

menstimulasi respon inflamasi dari sel epitel pulmonal dengan mengaktifkan seri

dari jalur signal intracelular. Formaldehid secara langsung merupakan karsinogen

dan menimbulkan resiko kanker pada manusia yang diklasifikasikan oleh The

International Agency for Research on Cancer (IARC) sebagai group 2A

karsinogen (9).

Uap formaldehid secara cepat diabsorpsi di paru. Pada kasus paparan

akut, formaldehid kebanyakan dapat dideteksi melalui bau, orang yang

tersensitisasi oleh formaldehid mungkin memiliki pengalaman seperti sakit

kepala, iritasi mata ringan ataupun iritasi saluran pernapasan pada ambang bau

( 0,5 sampai 1,0 ppm; OSHA PEL adalah 0,75 ppm). Untuk orang yang

tersensitisasi, bau tidak menjadi indikator yang kuat untuk adanya formaldehid

dan mungkin tidak menjadi peringatan terhadap kadar yang membahayakan.

Adaptasi terhadap bau dapat terjadi. Dosis rendah dari paparan akut dapat

menyebabkan timbulnya sakit kepala, rhinitis dan dyspnea; dosis tinggi mungkin

dapat menyebabkan iritasi membran mukosa, rasa terbakar dan lakriminasi dan

Page 15: Referat Formalin Edit 1400

pada sistem respirasi bawah dapat menyebabkan bronkitis, edema pulmonal, atau

pneumonia. Individu yang sensitif mungkin akan mengalami asma dan dermatitis,

meski pada dosis yang sangat rendah. Uap formaldehid sangat ringan

dibandingkan udara dan dapat menyebabkan asfiksia pada ventilasi yang rendah,

tertutup atau dataran yang rendah.

Anak-anak yang terpapar formaldehid dengan dosis yang sama dengan

orang dewasa mungkin akan menghasilkan dosis yang lebih besar disebabkan

mereka memiliki area permukaan paru-paru yang lebih besar; rasio berat badan

dan volume menit yang meningkat. Selain itu, mereka mungkin terkena dosis

yang lebih tinggi daripada orang dewasa di lokasi yang sama karena bertubuh

pendek dan dosis tinggi dari formaldehid dapat ditemukan di tanah (10).

II.3.3. Keracunan Formaldehid pada Otak

Bagian otak yang sering terkena dampak pada keracunan formaldehid

adalah putamen dan nervus optikus. Di putamen sering terjadi nekrosis karena

kebutuhan metabolismenya yang tinggi dan terletak pada daerah yang memiliki

perfusi vaskular yang tinggi. Sedangkan pada nervus optikus terpengaruh karena

ditempat ini terjadi penumpukan dari asam format, dengan adanya paparan zat

toksik yang terus menerus ataupun dengan kadar tinggi dapat juga mengakibatkan

nekrosis di sel.

Setelah masuk ke dalam tubuh, formaldehid dengan cepat akan berdifusi

ke banyak jaringan termasuk otak. Pemaparan jangka panjang formaldehid akan

menyebabkan neurotoksisitas yang irreversibel dan berhubungan dengan

gangguan neurodegeneratif dan kanker otak (astrositoma). Selain pada otak,

formaldehid dapat ditemukan pada cairan serebrospinal, hal ini dikarenakan zat

tersebut mudah melewati sawar otak dan berefek pada neuroglia dan sel saraf.

II.3.3.1. Gejala Klinis Yang Berhubungan Dengan Sistem Saraf Pusat

Efek neuropsikologis yang dapat terjadi meliputi depresis sitem saraf pusat

seperti sakit kepala, pusing, gangguan koordinasi, cepat marah, gangguan emosi,

Page 16: Referat Formalin Edit 1400

gangguan keseimbangan, kehilangan konsentrasi, daya ingat yang berkurang dan

gangguan perilaku lainnya namun penjelasan secara alamiah masih belum jelas.

Penumpukan asam format di nervus optikus dapat menyebabkan penglihatan kabur yang

dijelasakan sebagai “badai salju”. Namun kesadaran secara relatif baik. Hilangnya

penglihatan secara total dapat disebabkan oleh berhentinya fungsi mitokondria pada saraf

optik dimana terjadi hiperemi, edema dan atrofi saraf tepi. (2) (11) (12) .

II.3.4. Keracunan Formaldehid Pada Hati

Paparan formaldehid dalam makanan dapat menimbulkan stress oksidatif

dan menyebabkan terjadinya reaksi peroksidasi senyawa biologis yang terdapat

pada sel dan jaringan hepar, terutama lemak membrane sel hepar. Makin tinggi

dosis paparan formaldehid, akan semakin tinggi potensi kerusakan lemak

membran sel, bahkan bisa menimbulkan kerusakan serius, sampai dengan

kematian sel, yang ditandai dengan semakin tinggi produksi malondialdehid

(MDA). Senyawa radikal bebas, terutama radikal hidroksil (OH) dapat

menyebabkan terjadinya reaksi peroksidasi asam lemak tidak jenuh pada

membrane sel. Reaksi peroksidasi lebih lanjut pada asam-asam lemak tidak jenuh,

menghasilkan produk senyawa malondialdehid (MDA).

Berdasarkan penelitian menggunakan binatang percobaan, pemberian

formaldehid dengan dosis inisial 10 mmol/l sudah dapat menyebabkan

peningkatan GPT, penumpukan kalsium, dan penurunan kadar glutation di hepar.

Selain itu akan terjadi pelepasan senyawa malondialdehid (MDA) dari sel-sel

hepar yang mengindikasikan telah terjadinya proses peroksidatif, pada tahap ini

konsumsi oksigen di hepar akan diikuti oleh metabolisme anaerobic yang akan

menghasilkan asam laktat. Jika keadaan ini berlangsung terus, akan menyebabkan

penumpukan laktat yang bisa menurunkan pH darah dan menyebabkan asidosis.

Selain itu hipoksia jaringan hepar juga dapat secara langsung menyebabkan

kerusakan hepatoseluler yang pada akhirnya dapat menjadi nekrosis sel hepar.

Nekrosis hepar dapat menimbulkan gejala yang sama seperti hepatitis yang

disebabkan oleh hepatitis virus.

II.3.5. Keracunan Formaldehid Pada Ginjal

Page 17: Referat Formalin Edit 1400

Hasil metabolisme akhir formaldehid adalah asam format yang

diekskresikan melalui urin sebagai garam sodium atau dioksidasi lebih lanjut

menjadi H2O dan CO2. Proses detoksifikasi ini akan efektif bila pemaparan

formaldehid dalam jumlah sedikit. Tetapi, bila pemaparan formaldehid dalam

jumlah yang tinggi akan menyebabkan asidosis dan lesi pada ginjal, sehingga

dapat menyebabkan dysuria, anuria, piuria, hematuria dan meningkatnya kadar

format pada urine. Selain itu pemaparan formaldehid dalam jumlah besar akan

menyebabkan pengerasan pada organ ginjal. Pada ginjal, formaldehid

menyebabkan organ ini kaku dan mengalami kebocoran. Glomerulus dapat

mengalami kebocoran dan akhirnya mengalami kerusakan secara permanen dalam

sistem filtrasinya. Tak hanya itu, bila paparan itu terjadi terus menerus, tubuli

menjadi keruh dan ginjal tidak mampu menjalankan fungsinya.

Terdapat bukti yang terbatas bahwa formaldehid dapat menyebabkan efek

terhadap sistem reproduksi. Menurut database TERIS (Teratogen Information

System) menyatakan bahwa terdapat risiko terjadinya kelainan pada fetus yang

terpapar formaldehid. Terdapat beberapa laporan terjadinya kelainan siklus

menstruasi pada wanita pekerja yang terpapar. Penelitian pada hewan percobaan

melaporkan bahwa ada kelainan pada proses spermatogenesis hewan tersebut.

Formaldehid belum dapat dibuktikan sebagai faktor teratogen pada hewan dan

mungkin bukan merupakan faktor teratogen pada manusia jika kadarnya berada

dalam batas standar untuk pekerjaan. Formaldehid telah diketahui bersifat toksis

terhadap gen manusia dan pada penelitian hewan percobaan menunjukkan adanya

abrasi kromosom. Oleh karena itu, dibutuhkan perhatian khusus pada wanita

hamil sehingga konseling medis dibutuhkan pada wanita hamil yang terpapar

formaldehid secara akut.

II.3.6. Keracunan Formaldehid Pada Lambung

Paparan akut akibat formaldehid yang tertelan dapat menyebabkan luka

korosif pada mukosa saluran cerna, mual, muntah, nyeri abdomen, hematemesis

dan perforasi. Gastritis korosif, hematemesis, edema dan ulserasi esophagus juga

Page 18: Referat Formalin Edit 1400

dapat terjadi. Adapun komplikasi lebih lanjut yang dapat terjadi yaitu striktur dan

perforasi.

II.3.7. Temuan Post Mortem Pada Keracunan Formaldehid

II.3.7.1. Otak

Pada pemeriksaan postmortem secara makroskopis kita dapat menemukan

tanda asfiksia seperti bintik-bintik perdarahan (tardieu spot). Tanda edema otak

yang tampak dengan gambaran otak menjadi lebih berat, gyrus melebar, sulcus

menyempit, batas substansia grisea dan alba mengabur. Pada jaringan otak juga

terjadi hipoksia yang mengakibatkan sel-sel otak menjadi nekrosis sehingga dapat

dijumpai jaringan otak yang nekrotik mencair meninggalkan rongga yang berisi

cairan. Perdarahan juga dapat timbul dimana sering terjadi pada khiasma optikum,

thalamus, putamen yang akan terlihat sebagai jendalan darah.

Melalui pemeriksaan dengan CT scan, dapat terlihat lesi pada substansia

alba, hipodensitas pada putamen yang mencerminkan terjadinya nekrosis,

sedangkan hiperdensitas mencerminkan adanya. Sedangkan pada pemeriksaan

MRI dapat ditemukan hipointense pada daerah yang nekrosis dan hiperintense

pada daerah perdarahan.

Pada pemeriksaan mikroskopis yaitu dengan pemeriksaan Hematoxylin

Eosin (HE) maka akan terlihat nekrosis sel-sel otak, perdarahan, kavitas, infiltrasi

makrofag yang luas. Formaldehid dan metabolitnya dapat ditemukan

konsentrasinya di otak maupun dalam cairan serebrospinal.

II.3.7.2. Hepar

Pada penelitian dengan sampel tikus, otopsi hepar dapt ditemukan terjadi

penambahan berat dan ukuran. Pada pemeriksaan mikroskopis, akan

memperlihatkan hiperplasia sel, hiperkeratosis, metaplasia skuamosa dan

penambahan jaringan adipose yang menggantikan sel hepar normal. Selain itu

juga terjadi penurunan level trigliserida hepar.

II.3.7.3. Ginjal

Page 19: Referat Formalin Edit 1400

Pada penelitian dengan kelompok kontrol tikus, otopsi di ginjal akan

ditemukan degenerasi tubulus renal dengan derajat yang bervariasi. Pada hampir

semua kasus didapatkan bercak nekrosis pada parenkim ginjal, selain itu juga

didapatkan bendungan pada kapiler peritubular, pelebaran dan bendungan pada

kapiler-kapiler glomerulus, pembengkakan pada lapisan endotel pembuluh darah

ginjal dan proliferasi sel-sel mesangial. Penelitian pada tikus yang mendapatkan

inhalasi formaldehid didapatkan peningkatan sel adiposa pada jaringan ginjal.

II.3.7.4. Lambung

Berdasarkan hasil penelitian yag dilakukan pada tikus menunjukkan

adanya hubungan antara paparan formaldehid per oral dengan jumlah sel gaster

yang mengalami erosi dan ulserasi, hal ini sesuai dengan teori bahwa formaldehid

dengan dosis tinggi mempunyai sifat iritatif kuat. Sifat iritatif kuat ini

menyebabkan kerusakan pada mukosa lambung.

II.3.8. Penanganan Keracunan Formaldehid

Pertolongan tergantung pada konsentrasi cairan dan gejala yang dialami

korban. Bila terkena hirupan atau secara inhalasi dengan formaldehid, tindakan

awal yang harus dilakukan adalah memastikan safety untuk diri sendiri sebelum

menolong dengan cara menggunakan alat pelindung diri, kemudian pindahkan

korban dari daerah paparan ke tempat yang aman atau di lingkungan terbuka

dengan udara yang baik. Posisikan korban dengan nyaman untuk memudahkan

bernapas. Bila korban kesulitan dalam bernapas, berikan oksigen masker sebagai

alat bantu pernapasan. Selanjutnya, segera bawa korban ke Rumah Sakit untuk

penanganan lebih lanjut.

Bila terkena kulit, penolong memakai alat pelindung diri untuk

menghindari kontak langsung dengan korban. Lepaskan pakaian, perhiasan dan

sepatu korban yang terkontaminasi formaldehid kemudian siram kulit dengan air

mengalir selama selama minimal 30 menit. Segera bawa korban ke Rumah Sakit,

dan jika memungkinkan dengan terus menyiram kulit dengan air mengalir selama

perjalanan.

Page 20: Referat Formalin Edit 1400

Apabila terkena mata, penolong dengan menggunakan alat pelindung diri

berupa sarung tangan segera membuka mata korban dan membilasnya dengan air

selama minimal 30 menit. Selama dibilas, mata korban dipertahankan untuk

terbuka. Apabila korban menggunakan contact lens, tidak perlu untuk melepas

contact lens terlebih dahulu karena mata harus segera dibilas dengan air. Apabila

tersedia, dapat menggunakan cairan NaCl 0,9% untuk membilas. Segera bawa

korban ke Rumah Sakit, dan jika memungkinkan terus bilas mata dengan air atau

NaCl 0,9% selama perjalanan. Hati-hati supaya tidak mengenai mata korban yang

tidak terkontaminasi ataupun wajah korban.

Apabila tertelan, segera cuci mulut korban dengan air. Sebelum ke Rumah

Sakit, berikan arang aktif (norit) bila tersedia. Jangan lakukan rangsangan agar

korban muntah, karena akan menimbulkan resiko trauma korosif pada saluran

cerna atas. Di Rumah Sakit, tim medis akan melakukan bilas lambung pada

korban.

Pencegahan paparan langsung terhadap formalin harus dilakukan,

khususnya bagi pekerja industri yang memakai bahan formalin. Agar tidak

terhirup gunakan alat pelindung pernapasan, seperti masker, kain, dan alat lainnya

yang dapat mencegah kemungkinan masuknya formaldehid ke dalam hidung dan

mulut. Lengkapi system ventilasi dengan penghisap udara (exhaust fan) yang

tahan ledakan. Gunakan pelindung mata atau kacamata pengaman yang tahan

terhadap percikan. Sediakan kran air untuk mencuci mata ditempat kerja yang

berguna apabila terjadi kecelakaan kerja. Pencegahan pada kulit sebaiknya

menggunakan sarung tangan dan pakaian pelindung yang tahan terhadap bahan

kimia. Hindari makan, minum dan merokok selama bekerja serta cuci tangan

sebelum makan.

II.4. Penggunaan Formaldehid Pada Pengawetan Jenazah

II.4.1. Dasar – dasar Pengawetan Jenazah

II.4.1.1. Definisi dan Tujuan Pengawetan Jenazah

Embalming atau pengawetan jenazah menurut The American Board of

Funeral Service Education didefinisikan sebagai proses pengawetan tubuh mayat

Page 21: Referat Formalin Edit 1400

secara kimiawi untuk mengurangi keberadaan dan pertumbuhan mikroorganisme,

menghambat dekomposisi organik dan mempertahankan pernampilan fisik yang

layak. Orang yang melakukan tindakan pengawetan jenazah disebut "embalmer".

Adapun tujuan dilakukannya pengawetan jenazah adalah sebagai berikut (13) :

a. Desinfeksi

Saat seseorang meninggal, beberapa patogen akan ikut mati, namun

sebagian besar masih dapat bertahan hidup karena memiliki kemampuan

untuk bertahan hidup karena memiliki kemammpaun untuk bertahan hidup

dalam jangka waktu lama dalam jaringan mati. Seseorang yang datang dan

berkontak langsung dengan tubuh jenazah yang tidak mengalami proses

embalming dapat terinfeksi serta ada kemungkinan menjadikan lalat atau

agen lain dalam mentransfer patogen untuk manusia dan menginfeksi

mereka.

b. Preservatif

Merupakan suatu upaya pencegahan pembusukan dan dekomposisi

jenazah, sehinga jenazah dikuburkan, dikremasikan tanpa bau, atau hal-hal

yang tidak menyenangkan lainnya.

c. Restorasi

Merupakan upaya untuk mengembalikan keadaan tubuh jenazah kembali

seperti masih hidup.

II.4.1.2. Indikasi dan Kontraindikasi Pengawetan Jenazah

Beberapa keadaan yang membutuhkan pengawetan jenazah antara lain

adalah sebagai berikut

a. Penundaan penguburan atau kremasi lebih dari 24 jam

Hal ini penting karena di Indonesia yang beriklim tropis, dalam 24

jam mayat sudah mulai mebusuk, mengeluarkan bau, dan cairan

pembusukan yang dapat mencemari lingkungan sekitarnya.

b. Jenazah perlu dibawa ke tempat lain

Untuk dapat mengangkut jenazah dari suatu tempat ke tempat lain,

harus dijamin bahwa jenazah tersebut aman, artinya tidak berbau, tidak

Page 22: Referat Formalin Edit 1400

menularkan bibit penyakit ke sekitarnya selama proses pengangkutan.

Dalam hal ini perusahaan pengakutan, demi reputasinya dan untuk

mencegah adanya gugatan di belakang hari, harus mensyaratkan bahwa

jenazah yang akan diangkut, telah diawetkan secara baik, yang dibuktikn

oleh suatu sertifikat pengawetan.

c. Jenzazah meninggal akibat penyakit menular

Jenazah yang meninggal akibat penyakit menular akan lebih cepat

membusuk dan berpotensi menulari petugas kamar jenzazah, keluarga

serta orang-orang sekitarnya. Pada kasus seperti ini, walaupun penguburan

atau kremasinya akan segera dilakukan, tetap dianjurkan dilakukan

embalming untuk mencegah penularan kuman / bibit penyakit ke

sekitarnya.

Pengawetan jenazah di Indonesia tidak dapat dilakukan pada

kematian tidak wajar, sebelum dilakukan autopsi. Hal ini dapat

menyebabkan terjadinya kesulitan penyelidikan karena adanya bukti-bukti

tindak pidana yang hilang atau berubah dan karenannya dapat dikenakan

sanksi pidana penghilangan barang bukti berdasarkan pasal 233 KUHP :

"Barang siapa dengan sengaja menghacurkan, merusak, membikin tak

dapat dipakai, menghilangkan, barang-barang yang digunakan untuk

meyakinkan atau membuktikan sesuatu di muka penguasa yang

berwenang, akta-akta, surat-surat atau daftar-daftar yang atas pertintah

penguasa umum, terus-menerus atau untuk sementara waktu disimpan,

atau diserahkan kepada seorang pejabat, ataupun kepada orang lain

untuk kepentingan umum, diancam dengan pidana penjara paling lama

empat tahun."

Pasal 222 KUHAP : "Barangsiapa dengan sengaja mencegah,

menghalang-halangi atau menggagalkan pemeriksaan forensik, diancam

dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan, atau pidana denda

paling banyak empat ribu lima ratus rupiah."

Setiap kematian yang terjadi, akibat kekerasan atau keracunan

termasuk kematian yang tidak wajar. Cara kematian pada kematian tidak

Page 23: Referat Formalin Edit 1400

wajar, antara lin pembunuhan, bunuh diri dan kecelakaan. Pada kasus

kematian tidak wajar, kasusnya hendaknya dilaporkan kepada penyidik,

sesuai dengan pasal 108 KUHAP. (14) (15).

II.4.1.3. Jenis – jenis Pengawetan Jenazah

Beberapa jenis pengawetan jenazah yang ada, yaitu :

a. Vascular Embalming

Cara ini menggunakan vaskular tubuh untuk mencapai preservasi dan

sanitasi sementara dan restorasi tubuh mayat, yang didapatkan dengan cara injeksi

larutan pengawet ke dalam arteri dan drainase dari vena. Metode ini dapat

digunakan untuk seluruh tubuh, area luas, atau area terlokalisir. Dalam

pelaksanaannya, cairan kimia preservatif diinjeksikan ke dalam arteri besar,

sehingga darah tergantikan oleh cairan preservatif dan didrainase dari vena.

b. Cavity Embalming

Cairan di dalam rongga tubuh mayat (thoraks, abdomen, pelvis) diaspirasi

dan bahan kimia diinjeksikan ke dalam rongga tubuh dengan menggunakan

aspirator dan trocar. Trocar yang berbentuk panjangm runcing, dan adanya tabung

logam yang melekat pada selang pengaspirasi disisipkan dekat dengan pusar. Gas

dan cairan tubuh diaspirasi yang kemudian rongga tubuh diisi dengan bahan kimia

yang mengansung formaldehid terkonsentrasi.

Page 24: Referat Formalin Edit 1400

c. Hypodermic Embalming

Injeksi bahan kimia embalming langsung secara subkutikular, ke dalam

jaringan tubuh mayat menggunakan syringe dan jarum untuk area kecil atau trocar

untuk area luas. Metode ini biasanya digunakan sebagai prosedur tambahan ketika

jaringan tubuh mayat dewasa tidak dapat dirawat dengan injeksi vaskular.

d. Surface Embalming

Preservasi jaringan tubuh secara kontak langsung dengan bahan kimia

embalming, menggunakan spray aerosol, atau cairan / gel pada permukaan klit

dan area superfisial lainnya. Metode ini juga bersifat prosedur tambahan pada

kondisi metode injeksi vaskuler yang gagal atau tidak mungkin dilakukan.

II.4.1.4. Cairan Pengawet Jenazah

Cairan pengawet jenazah yang baik harus menjamin tidak membawa risiko

infeksi apabila terjadi kontak dengan jenazah, serta mampu mengurangi dampak

potensi biohazzard dan bahaya kimia terhadap lingkungan. Proses pengawetan

jenazah yang baik akan menghasilakn kadaver dalam kondisi berikut (16) :

Organ dan jaringan yang baik dengan perubahan struktur yang mninimal

Pertumbuhan jamur dan bakteri yang terbatas

Memiliki efek toksik rendah pada staf, murid dan lainnya pada saat

persiapan kadaver

Warna yang natural pada organ dan jaringan

Page 25: Referat Formalin Edit 1400

Cairan pengawet sendiri terdiri dari beberapa komposisi utama,

berdasarkan fungsinya : (13) (17)

a. Preservatif / Fixative

Golongan Aldehid dan turunannya

Formaldehid

Pemakaian formaldehid pada kadaver ditemukan pada tahun1899,

dan pada tahun 2003, Bedino mengemukakakn bahwa formaldehid

menjadi pilihan bahan kimia untuk pengawetan kadaver. Larutan formalin

yang selalu digunakan memiliki konsentrasi 37%. Larutan ini memiliki

sifat bakterisidal, fungasidal, dan insectisidal kuat, namun penggunaan

formaldehid dapat menyebabkan kekakuan jaringan. Selain itu, kerugian

formaldehid lainnya, yaitu koagulasi darah, mengubah jaringan menjadi

bewarna keabuan apabila bercampur dengan darah, discoloration,

dehidrasi jaringan, konstriksi papiler, bertambah ruska dengan

bertambahnya umur, dan memiliki bau. Formaldehid juga memiliki sifat

karsionogenik (menyebabkan mutasi), terutama pada sistem hemopoietik

dan sistem limfoid pada manusia yang terpapar dalam jangka waktu lama.

Larutan formaldehid juga digunakan untuk desinfektan ruangan,

alat-alat dan baju dengan kadar 1 ; 5000. Larutan formaldehid dalam air,

atau alkohol digunakan untuk mendesinfeksi tangan dengan konsentrasi

maksimum 0,5 mg/L3. Formaldehid 10% - 40% menyebabkan iritasi dan

inflamasi mulut, tenggorokan, dan lambung, serta kehilangan kesadaran,

gangguan penglihatan, iritasi kulit, sesak nafas, dan kematian.

Paraformaldehid diperoleh dengan menguapan larutan

formaldehid. Senyawa ini serupa dengan formaldehid. Paraformaldehid

mempunyai bau kurang menyenangkan. Paraformaldehid bekerja pada

konsentrasi maksimum 0,1 mg/L.

Glutaraldehid

Dibanding formaldehid, difusi glutaraldehida ke jaringan lambat,

namum memberikan pengawetan lebih baik dibanding dengan

formaldehid. Glutaraldehid digunakan untuk mensterilkan bahan cair, dan

Page 26: Referat Formalin Edit 1400

peralatan bedah yang tidak dapat disterilkan dengan pemanasan. Senyawa

ini mempunyai keuntungan karena tidak berbau dan efek iritasi terhadap

kulit dan mata lebih rendah dibanding formaldehid. Larutan glutaraldehida

2% efektif sebagai antibakteri dan spora pada pH 7,5 - 8,5. Glutaraldehida

lebih efektif daripada formaldehid dan tidak berpotensi karsinogenik

sehingga lebih banyak dipilih dalam bidan virologi.

Pada prinsipnya, turunan aldehida ini dapat digunakan dengan

spekstrum luas. Misalnya formaldehida dpat membunuh jasad renik dalam

ruangan, peralatan, dan lantai. Sedangkan glutaraldehid digunakan untuk

membunuh virus. Keunggulan turunan aldehid adalah sifatnya stabil,

persisten, dapat dibiodegradasi dan cocok dengan beberapa material

peralatan. Namun senyawa tersebut dapat mengakibatkan resistensi jasad

renik, berpotensi sebagai karsinogen dan mengakibatkan iritasi pada

sistem mukosa.

Alkohol

Alkohol dikenal memiliki sifat bakterisidal dan bakteriostatik. Efek

alkohol ini berdasarkan konsentrasi dan kondisi. Selain itu, alkohol

memiliki range yang luas terhadap antiviral, antifungal, dan antimikosal.

Metanol

Metanol atau methyl alcohol merupakan zat kimia yang dapat

mencegah polimerisasi formaldehid pada cairan embalming, dan berperan

sebagai antirefrigerant. Merupakan senyawa alkohol dengan rumus kimia

CH3OH, dengan berat molekul 32, dengan berat jenis 0,7920 - 0,7930.

Metanol merupakan bentuk alkohol paling sederhana. Pada keadaan

atmosfer berbentuk cairan yang mudah menguap, tidak bewarna, mudah

terbakar, dan beracun dengan bau khas. Metanol digunakan sebagai bahan

pendingin anti beku, pelarut, bahan bakar, dan sebagai bahan aditif bagi

industri etanol.

Etanol

Pada pengawetan, digunakan sebagai pelarut alkoholik dan agen

anti infeksi.

Page 27: Referat Formalin Edit 1400

Isopropanol

Dibanding etanol, isopropanol merupakan germicidal dan agen

antiseptik yang lebih baik.

Phenoxyethanol

Phenoxyethanol tidak digunakan sebagai larutan pengawet pada

kebanyakan kasus, namun digunakan sebagai pembersih kelebihan

formaldehid dari kadaver. Pada tahun 2005, Nicholson et al

mendeskripsikan penggunaan campuran phenoxyethanol untuk

embalming, dimana didapatkan bagian histologi dengan kualitas bagus.

Sodium nitrat

Dikenal sebagai pengawet dan digunakan sebagai tambahan untuk

mencegah pertubuhan bakteri, terutama Clotridium botulinum, untuk

mencegah botulisme dan menjaga warna.

Boric acid / sodium borat

Boric acid telah lama digunakan sebagai embalming pada firaun

Mesir. Benk Hadra et al tahun 2011 menyebutkan penggunaannya pad

apengawean berperan dalam modifikasi integritas serat otot.

b. Germicide (desinfektan)

Fenol

Fenol atau asam karnolik, berbentuk kristal bewarna putih. Fenol

memiliki sifat bakteriostatik pada konsentrasi 0,2% dan menjadi

bakterisidal / fungsidal pada konsentrasi 1 - 1,5%. Bedino pada tahun 1994

menyebutkan penggunaan fenol sebagai desinfektan superior. Senyawa

turunan fenol yang dikenal sebagais enyawa fenolik mengandung molekul

fenol yang secara kimiawi dapat diubah. Perubahan struktur kimia tersebut

bertujuan untuk mengurangi efek iritasi kulit dan meningkatkan aktivitas

antibakteri. Aktivitas antimikroba senyawa fenolik disebabkan

kemampuannya merusak lipid pada membran plasma mikroorganusme

sehingga menyebabkan isi sel keluar. Peningkatan sifat lipofil turunan

fenol akan meningkatkan aktivitas desinfektannya. Derivat fenol

Asam salisilat

Page 28: Referat Formalin Edit 1400

Tujuan utama penambahan asam salisilat digunakan sebagai

antioksidan dan pengawet. Secara farmakologi, asam salisilat berperan

sebagai anti infeksi, antifungal, dan agen keratolitik pada konsentrasi

tinggi (misalnya 200%).

Sodium pentachlorophenate

Penggunaan zat kimia ini efektif sebagai baterisidal dan fungisidal.

Selain itu, penampakan visual dari orgam dan jaringan lebih baik

dibanding fenol.

Thymol

Memiliki efek baterisidal dan fungisidal,

Chinosol / Oxyquinoline

Merupakan antiseptik yang kuat.

Modifying agentst, magnesium karbonat.

Humectants and weiting agent

Gliserin

Gliserin merupakan suatu trihidroksi alkohol yang terdiri atas 3

atom karbon, jadi tiap atom karbon mempunyai gugus -OH. Satu molekul

gliserol dapat mengikat satu, dua tiga molekul asam lemak dalam bentuk

ester, yang disebut monogliserida, digliserida, dan trigliserida.

Sifat fisik dari gliserol tidak bewarna, tidak berbau, merupakan

cairan kental dengan rasa manis, densitas 1,261, titik lebih 18,2 derajat

celcius, titik didih 290 derajat celcius. Gliserol dapat diperoleh dengan

jalan penguapan, kemudian dimurnikan dengan distilasi pada tekanan

rendah. Gliserol larut baik dalam air dan tidak larut dalam eter. Gliserol

digunakan dalam industri farmasi dan kosmetika sebagai bahan dalam

preparat yang dihasilkan. Di samping itu, gliserol berguna bagi kita untuk

sintesis lemak di dalam tubuh. Gliserin meningkatkan efisiensi

formaldehid, berperan sebagai desinfekatan (13)

Ethylene glycol / (Mono - ethylene glycol)

Page 29: Referat Formalin Edit 1400

Bahan ini digunakan untuk pelembab mayat yang telah diawetkan,

dan anti-refrigerant. Polyethylene glycol digunakan sebagai solubilizer dan

inhibitior pertumbuhan lender.

Sorbitol

Bahan ini dapat digunakan sebagai pengganti glycerine. Sorbitol

merupakan humektan yang baik dan memberi efek penghitaman jaringan

yang minimal.

Garam Inorganik

Menentukan tekanan osmotik larutan yang mempengaruhi daya

difusi cairan.

c. Vehicles

Berperan sebagai karier, dimana campuran dengan karier ini

membantu menjaga zat-zat kimia pada saat transpor melalui sistem

sirkulasi. Terdapat dua macam, yaitu air dan alkohol.

d. Perfuming agents (Pewangi)

Berperan dalam negubah bau yang tidak enak. Contoh bahan yang

biasa digunakan adalah benaldehid, cloves, sassafras, lavender, rosemary.

e. Antikoagulan

Contohnya sodium sitrat, dan sodium oksalat.

f. Dyes (Pewarna)

g. Surfaktan

II.4.2. Pengawetan Jenazah dengan Formalin Dosis Rendah

II.4.2.1. Penggunaan Formaldehid dalam Pengawetan Jenazah

Formaldehid digunakan karena sifat bakterisidal, fungasidal, dan

insektisidal yang dimilikinya, serta kemampuan nya dalam memfiksasi jaringan

dengan baik. Kemampuan desinfetan dari formaldehid berbanding lurus dengan

konsentrasi yang digunakan dalam suatu proses pengawetan. Semakin banyak

formaldehid yang terpapar pada suatu daerah jaringan, semakin besar efek yang

timbul. Hal ini menyebabkan kebutuhan dari penggunaan formaldehid semakin

meningkat akibat distribusinya yang tidak merata. Hal tersebut menyebabkan

Page 30: Referat Formalin Edit 1400

kecukupan dari jumlah formaldehid yang akan digunakan sangat penting untuk

mencapai pelestarian karingan tubuh yang menyeluruh. Formaldehid memiliki

kemampuan desinfektan dalam spektrum luas dalam membunuh mikroorganisme.

Formaldehid dapat membunuh organisme pembusukan jika dibawa dengan

metode yang tepat seihngga zat ini dapat menembus membran dari organisme-

organisme pembusukan tersebut. Formaldehid juga dapat menjaga kelangsungan

hidup dari suatu jaringan dengan membentuk suatu senyawa kimia dengan

jaringan tersebut. Senyawa kimia ini membentuk suatu ikatan yang stabil dan

merupakan sumber makanan yang tidak adekuat bagi setiap organisme

pembusukan. Berikut adalah beberapa keuntungan penggunaan formaldehid

lainnya.

Formaldehid tidak mahal

Bersifat bakterisidal, fungisidal, insektisidal kuat sesuai konsentrasi

Cepat menghacurkan enzim autolisis

Cepat dalam mengubah protein dalam tubuh menjadi resin yang tidak larut

yang menyebabkan inhibisi dari pembusukan

Menfiksasi tubuh dengan cepat sehingga kadaver dapat diposisikan

Walaupun demikian, formaldehid juga dapat menyebabkan kekakuan

jaringan yang sangat kuat pada kadaver. Atas dasar itu, pengguaan formaldehid

pada umumnya disertai penambahan 0.025 M sodium pirofosfat, dengan ataupun

tanpa penambahan 0.001 M magnesium klorida. Dengan penambahan zat-zat ini,

otot dapat tetap lembut dan sendi lebih mudah digerakan. Selain itu, kerugian

formaldehid lainnya, yaitu, koagulasi darah, mengubah jaringan menjadi bewarna

keabuan apabila bercampur dengan darah, discoloration, dehidrasi jaringan

konstriksi kapiler, bertambah rusak dengan bertambahnya umur, dan memiliki

bau. Di samping itu, formaldehid 37% juga memiliki beberapa kerugian dalam

pengawetan mayat yang antara lain adalah :

Koagulasi darah yang sangat cepat

Mengubah warna menjadi abu-abu

Memfiksasi perubahan warna yang abnormal

Menyebabkan terjadi dehidrasi jaringan

Page 31: Referat Formalin Edit 1400

Konstriksi dari pembuluh darah

Dapat teroksidasi menjadi asam formiat

Dapat dipecah menjadi alkohol dan garam organik pada pH basa yang kuat

Sehingga saat ini untuk mengurangi kerugian dan melindungi operator

dalam melakukan tindakan pengawetan jenazah, digunakanlah pengawetan

dengan formalin dosis rendah yaitu larutan formalin 10% dengan buffer yang

dibentuk dengan:

Formalin 37-40% 100 ml

Akuadestilata 900 ml

Sodium Fosfat Monobasik 4 gram

Sodium Fosfat dibasic (anhidrus) 6.5 gram

II.4.2.2. Penggunaan Formaldehid dalam Pembuatan Kadaver

Pengawetan mayat yang baik untuk tujuan pembelajaran anatomi terlihat

dari beberapa indikator sebagai berikut (18) :

Bertahan untuk jangka panjang dan mempertahankan struktural organ dan

jaringan dengan penyusutan atau distrorsi yang minimal.

Mencegah terjadinya overhardening, dengan mempertahankan fleksibilitas

dan kelentuan organ dalam.

Mencegah pengeringan.

Mencegah pertumbuhan jamur atau bakteri dan menyebar dalam sebuah

kadaver dan kadaver lain di ruang diseksi.

Mengurangi potensial bahaya zat ke lingkungan (penyebaran infeksi ke

embalmer dan siswa)

Retensi warna jaringan dan organ sementara dengan meminimalkan efek

oksidasi yang menghasilkan 'browning' atau warna kecoklatan.

Semua kadaver berasal dari tubuh berusia 85 ± 94 tahun pada saat

kematian. Setelah 12 - 15 bulan postmortem kadaver dilakukan disekasi, blok

jaringan dan organ diambil untuk pemeriksaan histologi. Jaringan ditempatkan di

Page 32: Referat Formalin Edit 1400

70% etanol, dehidrasi 95% dan etanol absolut dan tertanam untuk histologi rutin

di lilin parafin dan diperiksa menggunakan mikroskop polarisasi.

Sifat pengawet dari cairan embalming terbukti sangat baik. Anatomi

jaringan dan organ menunjukkan distrorsi struktural minimal dan jaringan tetap

elstis dan mudah untuk dibedah. Hanya terjadi sedikit pengeringan dan tidak perlu

menambahkan tambahan cairan. Warna alami jaringan dipertahankan, dan dalam

jangka panjang, tidak ada tanda 'browning; efek oksidasi. Jaringan yang biasanya

cukup sensitif terhadapat embalming, seperti otak, dapat mempertahankan warna

terang jaringan. Dan tidak ditemukan pertumbuhan jamur apapun. Histologi

jaringan tersebut mennjukkan minimal penyusutan dan tidak ada artefak

penyusutan sering terlohat di necropsies.

Dalam rangka untuk mengurangi tingkat paparan dari formaldehid lebih

jauh, telah dilakukan berupa eksperimen dengan komposisi cairan embalming dan

telah menunjukkan bahwa 0,5% formalin per tubuh masih adekuat (ini adalah

pengurangan 50% pada cairan formalin klasik). Tingkat formaldehid pada hari

dimana mayat dibuka, ketika mencapai jumlah yang terbesar, ternyata memiliki

tingkat yang sangat rendah. Kedua sampel pribadi (detektor pada jas

laboratorium) dan sampel daerah yang biasanya kurang dari 10% dari nilai yang

diijinkan 0,37 ppm. Di sana sangat sedikit bau formalin di ruang diseksi. Tingkat

formaldehid yang sangat rendah di laboratorium, memungkinkan diseksi

berkepanjangan oleh staf dan mahasiswa tanpa keluhan umum yang terkait

dengan paparan formaldehid seperti mata berair atau gangguan pada saluran

pernapasan.

Hasil percobaan di atas menunjukkan bahwa cairan embalming yang

ditambahkan dengan garam konsentrasi Dimana garam memberikan hasil jangka

panjang yang sangat baik dari kadaver dan hal ini telah dikonfirmasi secara

histologi untuk melihat di berbagai jaringan dan organ. Garam telah digunakan

selama berabad-abad karena mudah tersedia, harganya yang murah dan berguna

sebagai pengawet yang baik, dalam teknologi pangan. Kandungan garam yang

tinggi dari bahan makanan, biasanya menyediakan lingkungan yang

meminimalkan bakteri dan pembusukan jamur. Ide untuk menggunakan garam

Page 33: Referat Formalin Edit 1400

sebagai komponen utama dalah embalming berasal dari penggunaannya sebagai

pengawet makanan berabad-abad yang lalu. Jaringan otot dapat mempertahankan

elastisitasnya dan memiliki ketahanan yang cukup baik dari pertumbuhan bakteri

dan jamur.

Mekanisme dari proses pengawetan oleh garam konsentrasi tinggi ini

masih belum diketahui, tapi dipercaya bahwa kerja garam dalam cairan pengawet

mirip dengan sifat mereka pada makanan yang diolah dengan garam. Berdasarkan

gambaran histologi yang sangat baik dari necropsies, diduga bahwa garam dapat

meningkatkan sifat fiksasi dari formaldehid. Modifikasi sederhama ini menjadi

metode yang sangat baik untuk embalming untuk mengajar anatomi. Dengan

tingkat formaldehid dari laboratorium anatomi yang begitu rendah, metode ini

telah meningkatkan keselamatan dan lingkungan kerja di laboratorium pengajaran

anatomi.

II.4.2.3. Prosedur Pengawetan Jenazah dengan Formalin Dosis Rendah

Terdapat dua merode perfusi larutan ke dalam jenazah : (1) Metode aliran

gravitas dan (2) Metode pompa peristaltik. Pada metode aliran gravitasi, tekanan

positif digunakan untuk memasukkan larutan pengawet ke dalam pembuluh darah.

Alat-alat yang dibutuhkan untuk proses oengawetan adalah skalpel, gunting,

forseps, syringe pump 50 ml dengan jarum 18 G, dan kapas, pipa silikon berkaret,

2 kanul arteri dan galon plastik 15 liter.

Galon plastik dihubungan dengan katrol, sehingga galon dapat dinaik-

turunkan (sekitar 2-3 meter di atas lantai). Mulut dalon dipasang pipa silikon

berkaret, satu sisinya dihubungnakn dengan konektor Y atau T. Pipa 1 meter

dihubungkan dengan masing-masing konektor dan dipasang kanul pada kedua

ujung pipa. Metode yang lebih disukai adalah pompa peristaltik karena tekanan

dan jumlah cairan dapat diatur sesuai keinginan. Pompa dapat diletakkan di lantai

atau setinggi meja dan metode ini lebih cepat prosesnya (1-2 jam per kadaver).

Jasad diletakkan pada posisi supinasi pada meja dengan abduksi lengan

dan tungkai. Kapas yang telah direndam cairan pengawet dimasukkan ke seluruh

lubang pada tubuh kecuali anus untuk mencegah kebocoran. Kontainer diisi

Page 34: Referat Formalin Edit 1400

dengan larutan pengawet 15 liter. Pada metode aliran gravitasi, galon plastik

diletakkan 2 meter di atas meja dan diikat tali. Untuk menghilangkan gelembung,

satu pipa diklem sehingga cairan keluar dari pipa satunya. Lalu prosedur yang

sama dilakukan untuk mengeluarkan pada gelembung pipa lainnya.

Larutan perngawet dialirkan ke tubuh via arteri karotis komunis. Pertama

kulit diinsisi didepan otot sternokleidomastoid sepanjang 3 inci lalu didiseksi dari

fasia menggunakan skalpel. Hindari memotong pembuluh darah selama diseksi.

Berikutnya, karotis diinsisi sepanjang 3 inci ke bawah, angkat arteri dan

masukkan skalpel atau forceps di bawahnya untuk memisahkan arteri dari struktur

lainnya. Penelitian menggunakan arteri femoralis untuk mengalirkan cairan

pengawet ke abdomen, toraks, anggota gerak, bagian otot, dan lubang-lubang di

tubuh dan melalui fisura orbita superior untuk mengawetkan otak dan bagian-

bagiannya.

Selanjutnya, masukkan ujung kanul dan ikat kuat dengan benang sehingga

kanul tidak lepas. Lepas klem, lalu cairan akan mengalir dengan perlahan

mengikuti gravitasi. Laju aliran dapat dilihat dari level cairan dalam kontainer.

Laju akan meningkat bertahap hingga 400 ml per menit jika ada obstruksi. Setelah

8-10 liter cairan pengawet dipompa ke dalam tubuh, perembesan cairan dari

hidung dan mulut akan terlihat. Hal ini adalah indikasi bahwa tubuh telah terisi

dengan cairan pengawet. Pemompaan lebih lanjut akan menyebabkan cairan

perfusi ke orak dan tungkai. Waktu total yang dibutuhkan untuk infus 15 liter

cairan pengawet seiktar 40 menit. Setelah proses ini, tubuh akan berubah warna

menjadi keabu-abuan dan di permukaan kulit tampak lepuhan, ini berarti perfusi

baik. Jika ada bagian tubuh yang tampak kemerahan dan terasa lunak, cairan

pengawet 50 ml dapat disuntkikkan secara manual pada tempat tersebut. Terakhir,

telapak tangan dan telapak kaki juga diinjeksi (19).

Setelah selesai, pompa dimatikan, kanul dicabut dan arteri diligasi. Kapas

yang menutupi lubang-lubang dibiarkan. Sebelum penyimpanan, kadaver

ditinggalkan selama semalam, dan hari berikutnya diobservasi apakah ada bau

atau warna yang berubah. Jika masih kemerahan, diinjeksi lagi secara manual.

Hari berikutnya, jika tubuh tidak menampakkan tanda kerusakan lagi, maka siap

Page 35: Referat Formalin Edit 1400

untuk disimpan. Penyimpanan selama 6 bulan, dalam ruangan bersuhu 4 derajat

celcius dalam tangki penyimpanan berisi solusi formalin 5% dan gliserin 5% (19)

II.4.2.5. Kelebihan Penggunaan Formalin Dosis Rendah

Penggunaan formalin dosis rendah pada pembuatan kadaver untuk studi

kedokteran menunjukkan beberapa kelebihan, yaitu tampak warna yang lebih

terang sehingga detil morfologi dan struktur seperti otot, neurovaskular dan organ

internal lebih mudah diobservasi, dan dipelajari jika dibandingkan dengan teknik

formalin konsentrasi tinggi. Konsistensi otot dan organ dalam kadaver yang

diproses dengan teknik formalin dosis rendah yang tampak lebih gelap, basah

dalam larutan formalin, dan sturuktur-strukturnya sering sulit dibedakan satu sama

lain (20).

Secara umum, penampakan dan detil kadaver yang diawetkan dengan

formalin dosis rendah lebih baik untuk proses belajar anatomi. Dalam hal struktur

seperti pembuluh darah, otot dan saraf tampak lebih jelas dengan warna yang

lebih pucat dan tidak tampak pertumbuhan jamur. Risiko ruptur pembuluh darah

lebih kecil jika menggunakan formalin dosis rendah (5-7,5%) dibanding formalin

37% karena larutan yang lebih encer. Efek samping formaldehid pada staf, teknisi,

dan mahasiswa lebih rendah pada formalin dosis rendah. Keuntungan lainnya

formalin dosis rendah adalah harga yang lebih murah. Waktu yang dibutuhkan

untuk formalin dosis rendah juga lebih sedikit karena larutan yang masuk ke

pembuluh darah kadaver lebih encer (kurang lebih 30 menit lebih cepat dibanding

formalin 37%) (20).

II.4.2.6 Pengawetan Jenazah Mengguanakn Formaldehid dan Aromaterapi

Kita mengetahui bahwa setiap pengawetan jenazah, pastinya akan

dibalurkan juga dengan aroma terapi. Dimana aroma terapi ini bertujuan untuk

menutupi bau yang ditimbulkan setelah pengawetan jenazah dengan formaldehid.

Bau formalin yang tidak nyaman ini, tentunya menimbulkan rasa tidak nyaman

bagi siapapun yang mencium bau dari larutan formalin tersebut. Tentunya bau

dari formalin tersebut dapat dihilangkan dengan menggunakan aroma terapi.

Page 36: Referat Formalin Edit 1400

Perlu diketahui, bahwa aroma terapi ini memainkan peranan penting dalam

praktek medikasi bagi bangsa Yahudi, Yunani, Arab, Cina, dan India, namun

berdasarkan banyak opini, aroma terapi justru berasal dari jaman Mesir kuno. Jika

melihat kebelakang, kira-kira 4500 sebelum masehi, mereka menggunakan

substansi balsam, minyak-minyak parfum, potongan rempah-rempah, dan resin,

sama seperti aroma cuka, wine, dan bir dalam pengobatan, liturgi, dan astrologi,

dan juga pengawetan (21)

Pengawetan merupakan salah satu fungsi utama dari aroma-aromatik yang

ada. Dimana badan diisi dengan parfum, resin, dan beberapa aroma-aroma lainnya

setelah pengeluaran dari organ dalam tubuhnya. Pemberian minyak esensial juga

menjadi kekuatan antiseptik yang amat kuat, dimana hal ini dibuktikan dari

jaringan-jaringan yang masih bertahan meskipun sudah berumur ribuan tahun lalu.

Pada abad ke 17, mumi-mumi di jual ke Eropa, dan dokter-dokter melalukan

distilasi terhadap mumi tersebut, dan menggunakan mumi tersebut untuk

mengetahui resep atau bahan dari pengawetan tersebut.

Berikut bahan yang biasanya dapat digunakan sebagai aroma terapi(22)

Ketone

Kelompok karboksil yang ditambahkan rantai oksigen, diantara

rantai karboniknya akan menciptakan molekul yang disebut dengan keton.

Aplikasi dari minyak-minyak keton tersebut lebih banyak digunakan

sebagai aromaterapi yang mempermudah atau meningkatkan aliran mukus

dan efek sitofilaktik. Namun demikian, banyak beberapa diantara ketone-

ketone tersebut merupakan bahan yang bersifat neurotoksik.

Aldehid

Serupa seperti ketone, aldehid merupakan kelompok karboksil,

namun tidak sama seperti ketone, oksigen mereka di tambahhkan pada

sebuah karbon yang juga terikat dengan sebuah hidrogen.

Ester

Kelompok ester terdiri dari ikatan rangkap antara karbon dan

oksigen. Ester sendiri memiliki efek langsung terhadap sistem saraf pusat

dan dapat menjadi agen spasmolitik yang kuat.

Page 37: Referat Formalin Edit 1400

Terpene Alcohol

Oksigen biasanya ditambahkan pada molekul terpene melalui

ikatan tunggal pada kelompok hidroksil, dimana kemudian sebuah

hidrogen mengambil ikatan oksigen. Molekul dengan kelompok hidroksil

disebut alkohol. Molekul ini sangatlah cair. Terpene alcohol biasanya

digunakan sebagai antiseptik.

Cineol

Jika oksigen dihubungkan dengan dua karbon dan pada saat yang

sama oksida. Cineol disebut juga dengan aucalyptole.

Phenols

Ketika hidroksi-alkohol ditambahkan sebuah cincin benzen, maka

hasil yang akan didapatkan adalah fenol. Dimana struktur fenol terdiri dari

struktur elektropositif yang kuat dan sangat aktif.

Derivat Phenylpropane

Cinnamin dan clove sama seperti phenolic merupakan agen

antiseptik yang kuat. Kedua bahan `Eugenol merupakan bahan dasar dari

minyak clove, fungsinya yang dapat menjadi antiseptik, dan fungisidal,

serta sebagai anestesi lokal, ternyata dilaporkan memiliki hubungan

dengan proses karsinogenik. Efek yang sama juga ditunjukkan oleh

caryophellen (22)

II.5. Aspek Medikolegal

II.5.1 UNDANG UNDANG NO. 7 TAHUN 1996 TENTANG: PANGAN

Pasal 1

Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan:

(1) Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik

yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau

minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku

pangan, dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan

atau pembuatan makanan atau minuman.

Page 38: Referat Formalin Edit 1400

Pasal 6

Setiap orang yang bertanggung jawab dalam penyelenggaraan kegiatan atau

proses produksi, penyimpanan, pengangkutan, dan atau peredaran pangan wajib:

a. memenuhi persyaratan sanitasi, keamanan, dan atau keselamatan manusia;

b. menyelenggarakan program pemantauan sanitasi secara berkala; dan

c. menyelenggarakan pengawasan atas pemenuhan persyaratan sanitasi.

Pasal 55

Barangsiapa dengan sengaja:

a. menyelenggarakan kegiatan atau proses produksi, penyimpanan,

pengangkutan, dan atau peredaran pangan dalam keadaan yang tidak

memenuhi persyaratan sanitasi, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8;

b. menggunakan bahan yang dilarang digunakan sebagai bahan tambahan

pangan atau menggunakan bahan tambahan pangan secara melampaui

ambang batas maksimal yang ditetapkan, se-bagaimana dimaksud dalam

Pasal 10 ayat (1);

c. menggunakan bahan yang dilarang digunakan sebagai kemasan pangan

dan atau bahan apa pun yang dapat melepaskan cemaran yang merugikan

atau membahayakan kesehatan manusia, sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 16 ayat (1);

d. mengedarkan pangan yang dilarang untuk diedarkan, sebagai-mana

dimaksud dalam Pasal 21 huruf a, huruf b, huruf c, huruf d, atau huruf e;

e. memperdagangkan pangan yang tidak memenuhi standar mutu yang

diwajibkan, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 huruf a;

f. memperdagangkan pangan yang mutunya berbeda atau tidak sama dengan

mutu pangan yang dijanjikan, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26

huruf b;

g. memperdagangkan pangan yang tidak memenuhi persyaratan sertifikasi

mutu pangan, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 huruf c;

Page 39: Referat Formalin Edit 1400

h. mengganti, melabel kembali, atau menukar tanggal, bulan, dan tahun

kedaluwarsa pangan yang diedarkan, sebagaimana di-maksud dalam Pasal

32;

dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan atau denda paling

banyak Rp600.000.000,00 (enam ratus juta rupiah).

2.5.2 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN

1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

Pasal 1

Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan:

1. Perlindungan konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian

hukum untuk memberi perlindungan kepala konsumen.

2. Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia

dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain,

maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.

Pasal 3

Perlindungan konsumen bertujuan:

a. meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemandirian konsumen untuk

melindungi diri;

b. mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara menghindarkannya

dari akses negatif pemakaian barang dan/atau jasa;

c. meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, menentukan, dan

menuntut hak-haknya sebagai konsumen;

d. menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur

kepastian hukum dan keterbukaan informasi serta akses untuk mendapatkan

informasi;

e. menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya perlindungan

konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur dan bertanggung jawab dalam

berusaha;

Page 40: Referat Formalin Edit 1400

f. meningkatkan kualitas barang dan/atau jasa yang menjamin kelangsungan

usaha produksi barang dan/atau jasa, kesehatan, kenyamanan, keamanan, dan

keselamatan konsumen.

2.5.3. PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI

NOMOR PER.13/MEN/X/2011 TAHUN 2011 TENTANG NILAI AMBANG

BATAS FAKTOR FISIKA DAN FAKTOR KIMIA DI TEMPAT KERJA

Pasal 12

NAB Faktor Kimia di udara tempat kerja tercantum dalam Lampiran II Peraturan

Menteri ini.

Pasal 13

(1) Pengukuran dan penilaian faktor fisika dan faktor kimia di tempat kerja

dilaksanakan oleh Pusat Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Balai Keselamatan

dan Kesehatan Kerja, serta Balai Hiperkes dan Keselamatan Kerja atau pihak-

pihak lain yang ditunjuk Menteri.

(2) Persyaratan pihak lain untuk dapat ditunjuk sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) ditetapkan lebih lanjut oleh Menteri atau Pejabat yang ditunjuk.

Pasal 14

Untuk kepentingan hukum dan pengendalian risiko bahaya di tempat kerja,

Pegawai Pengawas ketenagakerjaan dapat meminta pengurus dan/atau pengusaha

untuk memutahirkan data pengukuran faktor fisika dan faktor kimia di tempat

kerja.

Pasal 15

Pengurus dan/atau pengusaha berkewajiban melakukan pengukuran faktor fisika

dan faktor kimia di tempat kerja sesuai dengan Peraturan Menteri ini dilakukan

berdasarkan penilaian risiko dan peraturan perundangundangan yang berlaku.

Page 41: Referat Formalin Edit 1400

Pasal 16

Pengurus dan/atau pengusaha harus melaksanakan ketentuan-ketentuan dalam

Peraturan Menteri ini dan menyampaikan hasil pengukuran pada kantor yang

bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan.

www.hukumonline.com

Pasal 17

NAB faktor fisika dan faktor kimia di tempat kerja dalam Peraturan Menteri ini

dapat ditinjau kembali sekurangkurangnya 3 (tiga) tahun sekali sesuai dengan

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

NAB FAKTOR KIMIA DI UDARA TEMPAT KERJA

Penjelasan NAB Faktor Kimia

1. Definisi NAB

Nilai Ambang Batas yang selanjutnya disingkat NAB adalah standar

faktor bahaya di tempat kerja sebagai kadar/intensitas rata-rata tertimbang waktu

(time weighted average) yang dapat diterima tenaga kerja tanpa mengakibatkan

penyakit atau gangguan kesehatan, dalam pekerjaan sehari-hari untuk waktu tidak

melebihi 8 jam sehari atau 40 jam seminggu. Kadar Tertinggi Diperkenankan

yang selanjutnya disingkat KTD adalah kadar bahan kimia di udara tempat kerja

yang tidak boleh dilampaui meskipun dalam waktu sekejap selama tenaga kerja

melakukan pekerjaan.

2. Kegunaan NAB

NAB ini akan digunakan sebagai (pedoman) rekomendasi pada praktek

higene perusahaan dalam melakukan penatalaksanaan lingkungan kerja sebagai

upaya untuk mencegah dampaknya terhadap kesehatan. Dengan demikian NAB

antara lain dapat pula digunakan:

a. Sebagai kadar standar untuk perbandingan.

b. Sebagai pedoman untuk perencanaan proses produksi dan perencanaan

teknologi pengendalian bahaya-bahaya di lingkungan kerja.

Page 42: Referat Formalin Edit 1400

c. Menentukan pengendalian bahan proses produksi terhadap bahan yang

lebih beracun dengan bahan yang sangat beracun.

d. Membantu menentukan diagnosis gangguan kesehatan, timbulnya

penyakit penyakit dan hambatan-hambatan efisiensi kerja akibat faktor kimiawi

dengan bantuan pemeriksaan biologik

2.5.3. BAHAN TAMBAHAN PANGAN YANG TIDAK DIIZINKAN

UNTUK DIGUNAKAN PADA MAKANAN BERDASARKAN

PERMENKES NO. 722/MENKES/PER/IX/1988

1. Natrium tetraborat (boraks)

2. Formalin (formaldehyd)

3. Minyak nabati yang dibrominasi (brominated vegetable oils)

4. Kloramfenikol (chloramphenicol)

5. Kalium klorat (potassium chlorate)

6. Dietilpirokarbonat (diethylepirokarbonate DEPC)

7. Nitrofurazon (nitrofurazone)

8. P-Phenetilkarbamida (p-phenethycarbamide, dulcin, 4-ethoxyphenyl urea)

9. Asam salisilat dan garamnya (salicylic acid andm its salt)

10. Rhodamin B (pewarna merah)

11. Methanil yellow (pewarna kuning)

12. Dulsin (pemanis sintesis)

13. Potasium bromat (pengeras).

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Page 43: Referat Formalin Edit 1400

1. Formalin mempunyai beberapa fungsi diantaranya untuk industri sintesis,

kosmetik, fungisida, tekstil, dan cairan pengawet

2. Keracunan formalin dapat terjadi melalui 4 cara : inhalasi, ingesti, kontak

kulit dan melalui kontak mata

3. Efek akut keracunan formalin pada manusia dapat mengiritasi saluran

nafas atas (inhalasi), memproduksi iritasi pada mata dengan gejala

terbakar , gatal kemerahan dan mata berair (mata), iritasi pada kulit dan

dermatitis kontak alergi (kulit), gangguan berat pada saluran cerna

(ingesti),

4. Efek kronik keracunan formalin dapat meningkatkan resiko kanker

hidung, sinus, nasofaringeal, orofaringeal dan paru. Pada pemeriksaan

postmortem pada otak yang paling sering terkena adalah putamen dan

nervus optikus.

5. Ambang batas yang ditentukan oleh American Conference of Govermental

and Industrial Hygienist (ACGIH) yaitu 0,4 ppm, National Institute for

Occupational Safety and Health (NIOSH) yaitu 0,016 ppm selama periode

8 jam dan 0,1 ppm selama periode 15 menit, international Programme on

Chemical Safety (IPCS) yaitu 0,1 ml/L atau 0,2 mg perhari dalam air

minum dan 1,5 mg-14 mg perhari dalam makanan. Penelitian WHO

menyebutkan kadar formalin baru akan menimbulkan toksifikasi atau

pengaruh negatif jika mencapai 6 gram.

4.2 Saran

1. Kurangnya informasi mengenai formalin dan menurt data yang ada

insidensi keracunan formalin di masyarakat luas masih seperti gunung es,

tidak semua kasus keracunan ofrmalin dilaporkan sehingga total kasus

Page 44: Referat Formalin Edit 1400

keracunan formalin sangat sedikit diketahui. Sehingga perlu lebih banyak lagi

penelitian epidemiologi mengenai keracunan formalin tersebut

Daftar Pustaka

1. James H. Bedino, Embalming Chemistry: Glutaraldehyde Versus Formaldehyde. Expanding Encyclopedia In Mortuary Practice. 2003

2. Toxicity of Ingested Formalin. Pandey, C.K, et.al, 360-66, India. Nature America, 2000. Vol, 19.

Page 45: Referat Formalin Edit 1400

3. Fc, Lu Toksikologi, Dasep Aas, Organ Sasaran dan Penentuan Resiko, Jakarta:Universitas Indonesia, 2006 hal 380-1. Vol 2.

4. Toxicological Profile for Formaldehid, Atlanta, USA : U.S Department of Health and Human Services Agency for Toxycity Substances, 1999.

5. J. Sudiono, et al. Ilmu Patologi. Jakarta: Buku kedokteran EGC, 2003. Hal 4-5.

6. Siregar Y. Formalin. Universitas Sumatera Utara. 2012 http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31027/3/Chapter%20II.pdf.

7. Medical Management Guidelines for Formaldehyde (HCHO). Agency for toxic substance and disease registry. http://www.atsdr.cdc.gov/MHMI/mmg111.pdf

8. Word Health organization. Formaldehyde. Geneva. Word Health Organization; 2002.p.38

9. Mohamed El-Ashtokhy M, Ahmed HM and Ibrahim OY. Anatomical and histological effects of formaldehyde inhalation on the lung of albino rat. Journal of America Science;2012;8(9). Diunduh dari : http://www.jofamericanscience.org/journals/am-sci/am0809/057_10494am0809_395_404.pdf

10. Medical Management Guidelines for Formaldehyde (HCHO). Agency for toxic substance and disease registry. http://www.atsdr.cdc.gov/MHMI/mmg111.pdf

11. Lian CB and Ngeow W. The adverse effect of formalin: a warning against mishandling. Volume 7. Malaya: Annal dent univ malaya.2000. p56-58

12. Songur A et al. The toxic effect of formaldehyde on the nervous system anatomi. Diunduh dari: http://www. Anatomidernegi.org/belge/the%20toxic%20effect%20formaldehyde.pdf

13. Mayer, RG. Embalming history, theory, and practice. 4th edition. McGraw-Hill : New York, 2006; 25-8.

14. Atmadja DS. Pengawetan jenazah dan aspek medikolegalnya. Majalah Kedokteran Indonesia. 2002; 52 (8) : 293-7. Diunduh dari http://isjd.pdii.lipi.go.id. 31 Oktober 2015.

15. Tim Permata Press. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana dan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana. Permata Press : Jakarta, 2008.

16. Brenner E. Human body preservation-old and new techniques. J.Anat. 2014; 224, pp 316-44.

17. Larson, E. Monitoring hand hygiene. American Journal of Infection Control. 2013. 41(2) : 43-5.

18. Coleman R, Kogan I. An improved low-formaldehid embalming fluid to preserve kadavers for anatomy teaching. J.Anat.1998 : 192; 443-6.

19. Kalanjati VP, et al. The use of lower formalin-containing embalming solution for anatomy kadaver preparation. Med J Indones. 2012: 21(4); 204-7.

20. Brenner E. Human body preservation-old and new techniques. J.Anat. 2014; 224, pp 316-44.

Page 46: Referat Formalin Edit 1400

21. Ryman D. The aromatheraphy handbook; Chapter two : aromatic in history. C.W. Daniel Company Limited : London, 1989.

22. Lavabre M. Aromatheraphy workbook. Healing Art Press : Rochester, 1990.p.3-9,32-7.

23.24. Budiyanto, Arif. Dkk. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: Bagian

Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia25. Fitriana, Alvionita. 2015. Forensic Toxicology. J Majority. Volume 4

Nomor 426. Budiawan. 2008. Peran Toksikologi Forensik Dalam Mengungkap Kasus

Keracunan dan Pencemaran Lingkungan. Indonesian Journal of Legal Forensic Scienc. I (I) : 35-39

27. Wirasuta, I Made Agus. 2008. Analisis Toksikologi Forensik. Bukit Jimbaran: Jurusan Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana

28. Dharma, Mohan. dkk. 2008. Investigasi Kematian dengan Toksikologi Forensik. Pekan baru: Fakultas Kedokteran Universitas Riau