IDENTIFKASI MASALAH TERAPI OBAT PADA PASIEN DEMAM …

118
IDENTIFKASI MASALAH TERAPI OBAT PADA PASIEN DEMAM TIFOID DI INSTALASI RAWAT INAP RSUP H. ADAM MALIK SKRIPSI OLEH: ADINDA RISKI PUTRI NIM 141501113 PROGRAM SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2019 Universitas Sumatera Utara

Transcript of IDENTIFKASI MASALAH TERAPI OBAT PADA PASIEN DEMAM …

Page 1: IDENTIFKASI MASALAH TERAPI OBAT PADA PASIEN DEMAM …

IDENTIFKASI MASALAH TERAPI OBAT PADA PASIEN

DEMAM TIFOID DI INSTALASI RAWAT INAP RSUP H.

ADAM MALIK

SKRIPSI

OLEH:

ADINDA RISKI PUTRI

NIM 141501113

PROGRAM SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2019

Universitas Sumatera Utara

Page 2: IDENTIFKASI MASALAH TERAPI OBAT PADA PASIEN DEMAM …

IDENTIFKASI MASALAH TERAPI OBAT PADA PASIEN

DEMAM TIFOID DI INSTALASI RAWAT INAP RSUP H.

ADAM MALIK

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera

Utara

OLEH:

ADINDA RISKI PUTRI

NIM 141501113

PROGRAM SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2019

Universitas Sumatera Utara

Page 3: IDENTIFKASI MASALAH TERAPI OBAT PADA PASIEN DEMAM …

Universitas Sumatera Utara

Page 4: IDENTIFKASI MASALAH TERAPI OBAT PADA PASIEN DEMAM …

iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah

memberikan karunia yang berlimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi yang berjudul “Identifikasi Masalah Terapi Obat pada Pasien Demam

Tifoid di Instalasi Rawat Inap RSUP H. Adam Malik”. Skripsi ini diajukan

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi di Fakultas

Farmasi Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan

terima kasih kepada Bapak Prof Dr. Urip Harahap., Apt., selaku pembimbing

yang telah meluangkan waktu dan tenaga untuk membimbing penulis dengan

penuh kesabaran selama penelitian dan penulisan skripsi ini. Ucapan terima kasih

untuk Ibu Prof. Dr. Masfria, M.S., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi yang

menyediakan fasilitas selama masa pendidikan.

Penulis juga mempersembahkan rasa terima kasih yang tak terhingga

kepada kelurga tercinta Ayahanda H. Syahril Wahab dan Ibunda Hj. Zulfrida

Situmorang dan kepada Abangda tercinta Budi Frisyah Putra S.E., M.A.P., Fitra

Ananda dan Wimpi Adrian, S.E., atas doa dan dukungan baik moril maupun

materiil kepada penulis. Penulis ini juga mengucapkan terima kasih kepada

kesayanganku Kak Levi, Siti, Hartini, Duta, Azlya, dan teman-teman Farmasi

stambuk 2014 yang memberikan saran, arahan dan masukan kepada penulis dalam

penyelesaian skripsi ini.

Medan, 01 Maret 2019

Penulis,

Adinda Riski Putri

NIM 141501113

Universitas Sumatera Utara

Page 5: IDENTIFKASI MASALAH TERAPI OBAT PADA PASIEN DEMAM …

v

SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Adinda Riski Putri

Nomor Induk Mahasiswa : 141501113

Program Studi : Sarjana Farmasi

Judul Skripsi : Identifikasi masalah terapi obat pada pasien demam

tifoid di instalasi rawat inap RSUP H. Adam Malik

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat adalah asli karya sendiri

dan bukan plagiat. Apabila di kemudian hari diketahui skripsi saya tersebut

terbukti plagiat karena kesalahan sendiri, maka saya bersedia diberi sanksi apapun

oleh Program Studi Sarjana Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera

Utara. Saya tidak akan menuntut pihak manapun atas perbuatan saya tersebut.

Demikian surat pernyataan ini saya perbuat dengan sebenarnya dan dalam

keadaan sehat.

Medan, 1 Maret 2019

Adinda Riski Putri

NIM 141501113

Universitas Sumatera Utara

Page 6: IDENTIFKASI MASALAH TERAPI OBAT PADA PASIEN DEMAM …

vi

IDENTIFIKASI MASALAH TERAPI OBAT PADA PASIEN DEMAM

TIFOID DI INSTALASI RAWAT INAP RSUP H. ADAM MALIK

ABSTRAK

Latar Belakang: Penyakit demam tifoid (typhoid fever) yang biasa disebut tifus

merupakan suatu penyakit yang menyerang saluran pencernaan disebabkan oleh

bakteri Salmonella thypi, dan merupakan penyakit endemik di Indonesia,

penderita penyakit demam tifoid mencapai 64% per 100.000 penduduk.

Tujuan: Tujuan penelitian ini untuk mengetahui besarnya angka dan persentase

kejadian masalah terapi obat kategori indikasi yang tidak diobati, obat diberikan

tanpa indikasi, kejadian efek samping pada penggunaan obat dan interaksi obat

pada pasien Demam Tifoid rawat inap RSUP H. Adam Malik.

Metode: Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan

retrospektif. Data yang dikumpulkan adalah catatan rekam medis pasien rawat

inap demam tifoid di SIRS (sistem informasi rumah sakit) di instalasi rekam

medik RSUP H. Adam Malik pada periode Januari-Desember 2017. Kemudian

diolah berdasarkan metode Pharmaceutical Care Network Europe (PCNE) V8.02.

Hasil: Dari 51 sampel (79,68%) yang memenuhi kriteria inklusi ditemukan 18

pasien (35,29%) mengalami kejadian masalah terapi obat penyakit demam tifoid

di RSUP H. Adam Malik 2017 lebih banyak terjadi pada perempuan sejumlah 27

pasien (52,94%) dibanding laki-laki 24 pasien (47,05%), jumlah pasien demam

tifoid paling banyak terjadi diusia 1-55 tahun dengan total 48 pasien (94,12%),

pengunaan antibiotik tunggal sebanyak 36 pasien (70,59%), sedangkan antibiotik

kombinasi sebanyak 15 pasien (29,41%). Rerata lama rawatan pasien demam

tifoid yaitu <7 hari sebanyak 28 pasien (54,90%). Masalah terapi obat, berupa

kode PCNE V8.02 yaitu: P2.1 sebanyak 11 kasus (61,11%), P1.3 sebanyak 4

kasus (22,22%), dan P3.2 sebanyak 3 kasus (16,67%).

Kesimpulan: Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, masalah terapi obat

yang terjadi pada pasien demam tifoid yaitu: kode PCNE V8.02 P2.1 sebanyak 11

kasus (61,11%), P1.3 sebanyak 4 kasus (22,22%), dan P3.2 sebanyak 3 kasus

(16,67%).

Kata Kunci: Demam Tifoid, masalah terapi obat, PCNE

Universitas Sumatera Utara

Page 7: IDENTIFKASI MASALAH TERAPI OBAT PADA PASIEN DEMAM …

vii

IDENTIFICATION THE PROBLEMS OF DRUG THERAPY TYPHOID

FEVER PATIENTS IN INSTALLATION INPATIENT OF RSUP H. ADAM

MALIK

ABSTRACT

Background: Typhoid fever (typhoid fever) commonly called typhus is a disease

caused by Salmonella thypi bacteria, and is an endemic disease in Indonesia, with

typhoid fever sufferers reaching 64% per 100,000 population.

Objective: The study aimed to determine the value of numbers and percentage of

the incidence of drug therapy problems in the category of untreated indications,

drugs given without indication, the occurrence of side effects on drug use and the

presence of drug interactions in typhoid fever patients hospitalized at H. Adam

Malik Hospital.

Method: This study uses a descriptive method with a retrospective approach.

Data collected is a medical record of typhoid fever inpatients in SIRS (hospital

information system) in the medical record installation of H. Adam Malik Hospital

in the period January-December 2017 processed based on the method of

Pharmaceutical Care Network Europe (PCNE) V8.02.

Results: Out of the 51 samples (79.68%) that fulfil the inclusion criteria it was

found 18 patients (35.29%) overcoming the drug therapy problem incidence of

typhoid fever in RSUP H. Adam Malik 2017 was more common in male as many

as 27 patients (52.94%) compared to female 24 patients (47.05%), the number of

typhoid fever patients occurred at the age of 1-55 years with a total of 48 patients

(94.12%), single antibiotics were given to 36 patients (70.59%). And use of

combination antibiotics is 15 patients (29.41%). The average treatment time for

typhoid fever patients was <7 days as 28 patients (54.90%). There are causes of

drug therapy problems that occur in typhoid fever patients: code PCNE V8.02

P2.1 as 11 cases (61.11%), P1.3 as 4 cases (22.22%) and P3.2 as 3 cases

(16.67%).

Conclusion: Based on the researched, drug therapy problem that occur in typhoid

fever patients: code PCNE V8.02 P2.1 as 11 cases (61.11%), P1.3 as 4 cases

(22.22%) and P3.2 as 3 cases (16.67%).

Keywords: Typhoid Fever, drug therapy problem, PCNE

Universitas Sumatera Utara

Page 8: IDENTIFKASI MASALAH TERAPI OBAT PADA PASIEN DEMAM …

viii

DAFTAR ISI

SAMPUL ................................................................................................................. i

JUDUL .................................................................................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... iii

KATA PENGANTAR ........................................................................................... iv

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS .................................................... v

ABSTRAK ............................................................................................................. vi

ABSTRACT ............................................................................................................ vii

DAFTAR ISI ........................................................................................................ viii

DAFTAR TABEL ................................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xi

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................................... 1

1.2 Perumusan Masalah ........................................................................................... 5

1.3 Hipotesis ............................................................................................................. 5

1.4 Tujuan Penelitian ............................................................................................... 5

1.5 Manfaat Penelitian ............................................................................................. 5

1.6 Kerangka Pikir Penelitian .................................................................................. 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 8

2.1 Masalah Terkait Obat ........................................................................................ 8

2.1.1 Definisi masalah terkait obat ........................................................................... 8

2.1.2 Klasifikasi ...................................................................................................... 9

2.2 Demam Tifoid .................................................................................................. 13

2.2.1 Definisi demam tifoid .................................................................................. 13

2.2.2 Klasifikasi demam tifoid ............................................................................... 14

2.2.3 Etiologi demam tifoid ................................................................................... 15

2.2.4 Patofisiologi demam tifoid ........................................................................... 15

2.2.5 Gambaran klinis demam tifoid ..................................................................... 16

2.2.6 Diagnosis demam tifoid ............................................................................... 18

2.2.7 Rencana terapi demam tifoid ....................................................................... 19

2.2.8 Penggunaan antibiotik pada anak-anak ........................................................ 25

2.3 Efek Samping .................................................................................................. 25

2.4 Resistensi Antibiotik ....................................................................................... 26

2.5 Rekam Medis .................................................................................................. 28

BAB III METODE PENELITIAN......................................................................... 30

3.1 Jenis Penelitian ................................................................................................. 30

3.2 Populasi dan Sampel ....................................................................................... 30

3.2.1 Populasi ........................................................................................................ 30

3.2.2 Sampel .......................................................................................................... 30

3.3 Waktu dan Lokasi Penelitian .......................................................................... 31

3.4 Instrumen Penelitian ........................................................................................ 31

3.4.1 Sumber data .................................................................................................. 31

3.4.2 Teknik pengumpulan data ............................................................................ 31

3.4.3 Analisis data ................................................................................................. 32

3.5 Bagan Alur Penelitian ..................................................................................... 32

3.6 Langkah Penelitian .......................................................................................... 33

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................... 34

Universitas Sumatera Utara

Page 9: IDENTIFKASI MASALAH TERAPI OBAT PADA PASIEN DEMAM …

ix

4.1 Karakteristik Penderita Demam Tifoid ............................................................ 34

4.2 Identifikasi Masalah Terapi Obat .................................................................... 37

4.3 Klasifikasi Masalah Terapi Obat ..................................................................... 38

4.4 Klasifikasi DRPs menurut PCNE untuk Masalah Terkait Obat ...................... 39

4.5 Klasifikasi DRPs menurut PCNE untuk Penyebab Masalah Potensial ............ 42

4.6 Klasifikasi DRPs menurut PCNE untuk Intervensi yang Direncanakan ......... 51

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 54

5.1 Kesimpulan ..................................................................................................... 54

5.2 Saran ................................................................................................................ 54

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 55

LAMPIRAN ......................................................................................................... 58

Universitas Sumatera Utara

Page 10: IDENTIFKASI MASALAH TERAPI OBAT PADA PASIEN DEMAM …

x

DAFTAR TABEL

2.1.3 Klasifikasi dasar DRPs menurut PCNE V8.02 tahun 2017 .......................... 9

2.1.4 Klasifikasi dasar DRPs menurut PCNE V8.02 untuk masalah terkait

obat .............................................................................................................. 10

2.1.5 Klasifikasi dasar DRPs menurut PCNE V8.02 untuk penyebab masalah

potensial ....................................................................................................... 10

2.1.6 Klasifikasi dasar DRPs menurut PCNE V8.02 untuk intervensi yang

direncanakan ................................................................................................ 12

2.1.7 Klasifikasi dasar DRPs menurut PCNE V8.02 penerimaan dari

proposal intervensi ....................................................................................... 13

2.1.8 Klasifikasi menurut PCNE V8.02 status DRP ............................................. 13

2.2.7 Antibiotik dan dosis penggunaanya ............................................................ 24

4.1 Karateristik data demam tifoid RSUP H. Adam Malik Kota Medan .............. 34

4.2 Gambaran Masalah Terapi Obat pada Pasien Demam tifoid di RSUP

H. Adam Malik ................................................................................................ 38

4.3 Gambaran Masalah Terapi Obat pada Pasien Demam tifoid di RSUP

H. Adam Malik Kota Medan .......................................................................... 38

4.4 Klasifikasi DRPs menurut PCNE untuk Masalah Terkait Obat ..................... 39

4.5 Klasifikasi DRPs menurut PCNE untuk Penyebab Masalah Potensial ........... 43

4.6 Klasifikasi DRPs menurut PCNE untuk Intervensi yang Direncanakan ........ 51

Universitas Sumatera Utara

Page 11: IDENTIFKASI MASALAH TERAPI OBAT PADA PASIEN DEMAM …

xi

DAFTAR GAMBAR

1.6 Skema hubungan variabel bebas dan variabel terikat ............................. 7

3.5 Alur pelaksanaan penelitian ..................................................................... 32

Universitas Sumatera Utara

Page 12: IDENTIFKASI MASALAH TERAPI OBAT PADA PASIEN DEMAM …

xii

DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat judul dan pembimbing ............................................................................. 58

2. Surat permohonan izin penelitian ..................................................................... 59

3. Surat persetujuan komisi etik tentang pelaksanaan penelitian ........................ 60

4. Surat izin penelitian di RSUP H. Adam Malik ................................................ 61

5. Surat selesai penelitian di RSUP H. Adam Malik ............................................ 62

6. Rekam medik penggunaan obat ........................................................................ 63

Universitas Sumatera Utara

Page 13: IDENTIFKASI MASALAH TERAPI OBAT PADA PASIEN DEMAM …

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam pelayanan kesehatan, obat merupakan komponen yang penting

karena di perlukan dalam sebagian besar upaya kesehatan baik untuk

menghilangkan gejala/sympom dari suatu penyakit, obat juga dapat mencegah

penyakit bahkan obat juga dapat menyembuhkan penyakit. Tetapi di lain pihak

obat dapat menimbulkan efek yang tidak diinginkan apabila penggunaannya tidak

tepat. Oleh sebab itu, penyediaan informasi obat yang benar, objektif dan lengkap

akan sangat mendukung dalam pemberian pelayanan kesehatan yang terbaik

kepada masyarakat sehingga dapat meningkatkan kemanfaatan dan keamanan

penggunaan obat (Anonim, 2003).

Masalah terapi obat adalah suatu kejadian yang melibatkan terapi obat

yang menggangu atau potensial mengganggu pencapaian hasil terapi yang

diinginkan (PCNE, 2017), atau suatu permasalahan terapi obat adalah setiap

kejadian yang tidak diinginkan, dialami oleh seorang pasien yang melibatkan atau

diduga melibatkan terapi obat sehingga dapat menggangu tercapainya tujuan

terapi yang diinginkan (Cipolle dkk., 2007).

Menurut PCNE Drug Related Problems (DRPs) adalah suatu keadaan

yang tidak diinginkan, yang melibatkan terapi obat yang berpotesi menggangu

pencapaian outcome terapi. Pembagian kategori DRPs menurut PCNE adalah

kejadian efek samping, masalah pemilihan obat, masalah dosis, masalah

penggunaan obat, interaksi obat dan lainnya. Masalah terkait obat dapat

mempengaruhi morbiditas dan mortalitas kualitas hidup pasien serta berdampak

Universitas Sumatera Utara

Page 14: IDENTIFKASI MASALAH TERAPI OBAT PADA PASIEN DEMAM …

2

juga terhadap ekonomi dan sosial pasien. PCNE mendefinisikan masalah terkait

obat (DRPs) adalah kejadian suatu kondisi terkait dengan terapi obat yang secara

nyata atau potensial mengganggu hasil klinis kesehatan yang diinginkan (PCNE,

2017).

Demam tifoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik yang disebabkan

oleh salmonella typhi. Demam tifoid di jumpai secara luas di berbagi negara

berkembang terutama yang terletak di daerah tropis dan subtropis. Data World

Health Organization (WHO) tahun 2003 memperkirakan terdapat sekitar 17 juta

kasus demam tifoid di seluruh dunia dengan insiden 600.000 kasus kematian tiap

tahun (Riyanto, 2011).

Penyakit demam tifoid (typhoid fever) yang biasa disebut tifus merupakan

suatu penyakit yang menyerang saluran pencernaan disebabkan oleh bakteri

Salmonella thypi, dan merupakan penyakit endemik di Indonesia. Demam tifoid

merupakan suatu masalah kesehatan global, Indonesia termasuk negara endemik.

Meski demikian, tidak mudah mendiagnosis penyakit ini karena gambaran klinis

hampir sama dengan penyakit infeksi lain. Sementara laboratorium bakteriologi

belum tersedia secara merata di Indonesia. Diagnosa ditegakkan melalui tanda-

tanda klinis, terutama lima tanda utama (mual, nyeri abdominal, anoreksia,

muntah dan gangguan motilitas saluran cerna) dan kriteria lainnya (Kalbe, 2014).

Demam tifoid masih merupakan penyakit endemik di Indonesia. Penyakit

ini termasuk penyakit menular yang tercantum dalam Undang-Undang nomor 6

Tahun 1962 tentang wabah. Kelompok penyakit menular ini merupakan penyakit

yang mudah menular dan dapat menyerang banyak orang sehingga dapat

meninggalkan wabah (Widodo, 2007). Penularan Salmonella typhi sebagian besar

Universitas Sumatera Utara

Page 15: IDENTIFKASI MASALAH TERAPI OBAT PADA PASIEN DEMAM …

3

melalui minuman/makanan yang tercemar oleh kuman yang berasal dari penderita

atau pembawa kuman dan biasanya keluar bersama-sama tinja. (Soedarno, 2002).

Demam tifoid merupakan penyakit yang terdapat di seluruh dunia, di

Amerika Serikat diperkirakan terdapat 5700 kasus demam tifoid terjadi tiap tahun,

umumnya terjadi pada wisatawan. Diperkirakan 21 juta kasus demam tifoid

terjadi dan 200.000 kematian di seluruh dunia. Demam tifoid merupakan masalah

utama bagi negara-negara di Asia Tenggara termasuk Indonesia, Malaysia, dan

Thailand. Pada tahun 2007, Centers for disease control and prevention

melaporkan prevalensi kasus demam tifoid di Indonesia sekitar 358-810 per

100.000 penduduk dengan 64% terjadi pada usia 3 sampai 19 tahun. Di Jakarta,

demam tifoid adalah infeksi kedua tertinggi setelah gastroenteritis dan

menyebabkan angka kematian yang tinggi (Moehario, 2009).

Menurut laporan surveilans terpadu penyakit berbasis rumah sakit di

Sumatera Utara tahun 2008, jumlah kasus demam tifoid rawat inap yaitu 1.364

kasus. Berdasarkan Profil Kesehatan Propinsi Sumatera Utara tahun 2008, demam

tifoid yang rawat jalan di Rumah Sakit menempati urutan ke-5 dari 10 penyakit

terbesar yaitu 661 penderita dari 12.876 pasien rawat jalan (5,1%), sedangkan

rawat inap di Rumah Sakit menempati urutan ke-2 dari 10 penyakit terbesar yaitu

sebanyak 1.276 penderita dari 11.182 pasien rawat inap (11,4 %) (Dinkes Provsu,

2009).

Penyakit demam tifoid termasuk penyakit yang mengakibatkan angka

kematian pada semua umur, pada tahun 2007 menempati urutan ke 16 dari 22

(1,6%) dari penyakit yang tercatat (Anonim, 2003).

Universitas Sumatera Utara

Page 16: IDENTIFKASI MASALAH TERAPI OBAT PADA PASIEN DEMAM …

4

Angka kematian umumnya disebabkan oleh komplikasi tifoid antara lain

radang paru - paru, perdarahan usus, dan kebocoran usus. Dengan antibiotika yang

tepat, angka kematian dapat ditekan menjadi sekitar 1 sampai 2%. Dengan

pengobatan pas, lamanya penyakit pun dapat ditekan menjadi sekitar seminggu

(Supari, 2006).

Pilihan terapi pada sebagian besar kasus demam tifoid adalah antibiotika,

seperti siprofloksasin, levofloksasin, seftrikason, kloramfenikol, kotrimoksazol,

amoksisillin, ampisillin dan azitromisin. Penggunaan antibiotika secara tidak tepat

atau tidak rasional dapat menyebabkan terjadinya (DRPs). DRP atau masalah

terkait obat didefenisikan sebagai suatu peristiwa atau keadaan yang

memungkinkan atau berpotensi menimbulkan masalah pada hasil pengobatan

yang diberikan. Farmasi klinis memiliki peran aktif dalam penyelesaian masalah

terkait obat seperti resep yang tidak tepat secara klinis, interaksi obat-obat yang

relevan, ketidakpatuhan pasien dalam minum obat, dosis subterapi, dan overdosis

dengan memulai perubahan dalam terapi obat melalui pelayanan klinis

kefarmasian (Kumar, 2012).

Suatu penelitian menunjukkan bahwa kejadian DRPs pada pasien demam

tifoid di salah satu rumah sakit di Surabaya pada periode Mei 2014 - April 2015

terdapat 24 kasus DRPs dari 34 pasien yaitu untuk penggunaan antibiotika

ketidaktepatan pemilihan obat 60%, ketidaktepatan dosis obat 20%, dan

ketidaktepatan frekuensi pemberian obat sebanyak 20% (Priastiputri, 2015).

Sehubungan dengan besarnya kasus demam tifoid tersebut, peneliti tertarik

meneliti dan mengetahui besarnya angka dan persentase kejadian masalah terapi

obat diantaranya kategori pemilihan obat, bentuk obat, pemilihan dosis, lama

Universitas Sumatera Utara

Page 17: IDENTIFKASI MASALAH TERAPI OBAT PADA PASIEN DEMAM …

5

pengobatan, dispensing, penggunaan obat dan masalah lainnya pada pasien

Demam Tifoid rawat inap di RSUP H. Adam Malik.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah pada penelitian

ini adalah: apakah terjadi masalah terapi obat kode PCNE V8.02 yaitu P1.3 Gejala

atau indikasi tidak diterapi, P2.1 Kejadian efek buruk obat mungkin terjadi dan

P3.2 Penggunaan obat yang tidak perlu pada pasien demam tifoid rawat inap

RSUP H. Adam Malik.

1.3 Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah di atas maka hipotesis penelitian ini adalah

masalah terapi obat kode PCNE V8.02 yaitu P1.3 Gejala atau indikasi tidak

diterapi, P2.1 Kejadian efek buruk obat mungkin terjadi dan P3.2 Penggunaan

obat yang tidak perlu pada pasien demam tifoid rawat inap RSUP H. Adam Malik.

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan hipotesis penelitian di atas maka tujuan penelitian ini untuk

mengetahui besarnya angka dan persentase kejadian masalah terapi obat kode

PCNE V8.02 yaitu P1.3 Gejala atau indikasi tidak diterapi, P2.1 Kejadian efek

buruk obat mungkin terjadi dan P3.2 Penggunaan obat yang tidak perlu pada

pasien demam tifoid rawat inap RSUP H. Adam Malik.

1.5 Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian diatas maka manfaat penelitian ini adalah:

a. Untuk peneliti, diharapkan penelitian ini dapat menambah wawasan dan

pengetahuan penulis terkait penyakit dan terapi yang digunakan.

Universitas Sumatera Utara

Page 18: IDENTIFKASI MASALAH TERAPI OBAT PADA PASIEN DEMAM …

6

b. Untuk pasien, dapat meminimalkan efek masalah terapi obat sehingga

dapat meminimalkan terjadinya Medication Eror.

c. Untuk rumah sakit, diharapkan dari hasil penelitian ini dapat menjadi

suatu masukan dan evaluasi bagi RSUP H. Adam Malik mengenai

penatalaksanaan pengobatan Demam Tifoid kepada pasien kemudian hari.

d. Untuk masyarakat, diharapkan penelitian ini dapat menjadi gambaran

seputar masalah terapi obat yang terjadi dari penyakit demam tifoid.

1.6 Kerangka Pikir Penelitian

Penelitian ini mengkaji tentang identifikasi masalah terapi obat yang

terjadi pada pasien penyakit demam tifoid di ruang rawat inap di RSUP H. Adam

Malik. Dalam penelitian ini klasifikasi masalah terapi obat menjadi pada PCNE

V8.02 sebagai landasan evaluasi masalah terapi obat. Pemberian obat yang

tercatat dalam rekam medis pesien demam tifoid merupakan variabel bebas

(independent variable) dan masalah terapi obat atau (DRPs) meliputi P1.1 Tidak

ada efek terapi obat, P1.2 Efek obat tidak optimal, P1.3 Gejala atau indikasi tidak

diterapi, P2.1 Kejadian efek buruk obat mungkin terjadi, P3.1 Masalah dengan

efektifitas biaya pengobatan, P3.2 Penggunaan obat yang tidak perlu dan P3.3

Masalah/keluhan tidak jelas sebagai variabel terikat (dependent variable).

Universitas Sumatera Utara

Page 19: IDENTIFKASI MASALAH TERAPI OBAT PADA PASIEN DEMAM …

7

Hubungan kedua variabel tersebut digambarkan dalam kerangka pikir penelitian

seperti ditunjukan pada Gambar 1.6

Variabel Bebas Variabel Terikat

Gambar 1.6 Skema hubungan variabel bebas dan variabel terikat

Obat – obat

yang

tercatat

dalam

rekam

medis

pasien

demam

tifoid

Masalah

Terapi

Obat

Telaah dan

analisis

Permasalahan:

1. P1.1 Tidak ada

efek terapi obat

2. P1.2 Efek obat

tidak optimal

3. P1.3 Gejala atau

indikasi tidak

diterapi

4. P2.1 Kejadian

efek buruk obat

mungkin terjadi

5. P3.1 Masalah

dengan efektifitas

biaya pengobatan

6. P3.2 Penggunaan

obat yang tidak

perlu

7. P3.3

Masalah/keluhan

tidak jelas

Universitas Sumatera Utara

Page 20: IDENTIFKASI MASALAH TERAPI OBAT PADA PASIEN DEMAM …

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Masalah Terkait Obat (Drug Related Problems/DRPs)

2.1.1 Definisi masalah terkait obat

Menurut PCNE DRP adalah suatu keadaan yang tidak diinginkan, yang

melibatkan terapi obat yang berpotensi menggangu pencapaian outcome terapi.

Pembagian kategori DRPs menurut PCNE adalah kejadian efek samping, masalah

pemilihan obat, masalah dosis, masalah penggunaan obat, interaksi obat dan

lainnya. Masalah terkait obat dapat mempengaruhi morbiditas dan mortalitas

kualitas hidup pasien serta berdampak juga terhadap ekonomi dan sosial pasien.

PCNE mendefinisikan masalah terkait obat (DRPs) adalah kejadian suatu kondisi

terkait dengan terapi obat yang secara nyata atau potensial mengganggu hasil

klinis kesehatan yang diinginkan (PCNE, 2017).

DRP merupakan situasi tidak ingin dialami oleh pasien yang disebabkan

oleh terapi obat sehingga dapat berpotensi menimbulkan masalah bagi

keberhasilan penyembuhan yang dikehendaki. Suatu kejadian dapat disebut DRPs

bila memenuhi kriteria. Kriteria tersebut adalah kejadian tidak diinginkan yang

dialami pasien berupa keluhan medis, gejala, diagnosis, penyakit, dan

ketidakmampuan (disability) serta memiliki hubungan antara kejadian tersebut

dengan terapi obat dimana hubungan ini dapat berupa konsekuensi dari terapi obat

atau kejadian yang memerlukan terapi obat sebagai solusi maupun preventif

(Cipolle dkk., 2004).

Universitas Sumatera Utara

Page 21: IDENTIFKASI MASALAH TERAPI OBAT PADA PASIEN DEMAM …

9

2.1.2 Klasifikasi

Pharmaceutical Care Network Europe (The PCNE Classification V8.02)

mengelompokkan masalah terkait obat sebagai berikut (Pharmaceutical Care

Network Europe, 2017) dapat dilihat pada Tabel 2.1.3

Tabel 2.1.3 Klasifikasi dasar DRPs menurut PCNE V8.02 tahun 2017

Domain primer Kode

V8.02

Masalah

Masalah

(yang potensial)

P1

P2

P3

Efektivitas pengobatan

Ada (potensial) masalah yaitu

(kurangnya) efek farmakoterapi

Keamanan pengobatan

Pasien mengalami atau dapat

mengalami, akibat obat yang

merugikan

Lainnya

Penyebab

(termasuk kemungkinan

penyebab masalah yang

potensial)

C1

C2

C3

C4

C5

C6

C7

C8

Pemilihan obat

Penyebab DRP terkait dengan

pemilihan obat

Bentuk sediaan

Penyebab DRP terkait dengan

pemilihan bentuk sediaan obat

Pilihan dosis

Penyebab DRP terkait dengan

pemilihan jadwal dosis

Durasi pengobatan

Penyebab DRP terkait dengan durasi

pengobatan

Dispensing

Penyebab DRP dapat dikaitkan

dengan proses peresepan dan

pendistribusian obat

Pengunaan / proses obat

Penyebab DRP terkait dengan cara

pasien mendapatkan obat yang

diberikan oleh profesional kesehatan

atau perawat, meskipun instruksi

yang tepat (pada label)

Pasien

Penyebab DRP terkait dengan pasien

dan perilakunya (disengaja atau tidak

disengaja)

Lainnya

Universitas Sumatera Utara

Page 22: IDENTIFKASI MASALAH TERAPI OBAT PADA PASIEN DEMAM …

10

Intervensi yang

direncanakan

I0

I1

I2

I3

I4

Tidak ada intervensi

Pada tingkat prescriber

Tingkat pasien

Tingkat obat

Lainnya

Intervensi Penerimaan

A1

A2

A3

Intervensi diterima

Intervensi tidak diterima

Lainnya

Status DRP

O0

O1

O2

O3

Status masalah tidak diketahui

Masalah terpecahkan

Sebagian terpecahkan

Masalah tidak terpecahkan

(PCNE, 2017).

Tabel 2.1.4 Klasifikasi DRPs menurut PCNE V8.02 untuk masalah terkait obat

Domain Primer

Kode

V8.02

Masalah

1. Efektivitas Pengobatan

pengobatan ada (potensi)

masalah kurangnya efek

farmakoterapi

P1.1

P1.2

P1.3

Tidak ada efek terapi obat

Efek obat tidak optimal

Gejala atau indikasi tidak

diterapi

2. Keamanan Terapi

Pasien mengalami, atau

dapat mengalami obat yang

merugikan

P2.1

Kejadian efek buruk obat

mungkin terjadi

3. Lainnya

P3.1

P3.2

P3.3

Masalah dengan efektivitas biaya

pengobatan

Penggunaan obat yang tidak

perlu

Masalah / keluhan tidak jelas

Diperlukan klarifikasi lebih

lanjut (digunakan sebagai jalan

keluar saja)

(PCNE, 2017).

Tabel 2.1.5 Klasifikasi DRPs PCNE V8.02 untuk penyebab masalah potensial

Domain Primer Kode

V8.02

Masalah

1. Pemilihan obat

Penyebab (potensi) DRP

terkait dengan pemilihan

obat

C1.1

C1.2

C1.3

C1.4

C1.5

Obat yang tidak tepat menurut

pedoman / formularium

Obat yang tidak tepat (dalam

pedoman tetapi sebaliknya kontra

indikasi)

Obat tanpa indikasi

Kombinasi obat atau obat dengan

herbal yang tidak tepat

Kelompok terapeutik atau bahan aktif

tidak tepat

Universitas Sumatera Utara

Page 23: IDENTIFKASI MASALAH TERAPI OBAT PADA PASIEN DEMAM …

11

C1.6

C1.7

Pengobatan tidak diberikan

meskipun ada indikasi

Terlalu banyak obat yang

diresepkan untuk indikasi

2. Bentuk Sediaan

Penyebab DRP terkait

dengan pemilihan bentuk

obat

C2.1

Bentuk sediaan obat tidak tepat

(untuk pasien)

3. Pemilihan Dosis

Penyebab DRP terkait

dengan pemilihan dosis atau

bentuk sediaan

C3.1

C3.2

C3.3

C3.4

C3.5

Dosis obat terlalu rendah

Dosis obat terlalu tinggi

Frekuensi penggunaan dosis tidak

mencukupi

Frekuensi pengunaan dosis terlalu

sering

Instruksi waktu penggunaan dosis

salah, tidak jelas atau missing

4. Durasi Terapi

Penyebab DRP terkait

dengan durasi pengobatan

C4.1

C4.2

Lama pengobatan terlalu singkat

Lama pengobatan terlalu lama

5. Dispensing

Penyebab DRP terkait

dengan logistik proses

peresepan dan peracikan

C5.1

C5.2

C5.3

C5.4

Obat yang diresepkan tidak

tersedia

Informasi yang diperlukan tidak

tersedia

Obat, kekuatan atau dosis yang

disarankan salah

Obat atau kekuatan yang

diberikan salah

6. Proses Penggunaan Obat

Penyebab DRP terkait

dengan cara pasien

mendapatkan obat yang

diberikan oleh seorang

profesional kesehatan atau

perawat, meskipun instruksi

dosis tepat (pada label)

C6.1

C6.2

C6.3

C6.4

C6.5

Waktu pemberian dan / atau

interval pemberian dosis tidak

tepat

Obat yang diberikan kurang

Obat yang diberikan berlebihan

Obat tidak diberikan sama sekali

Obat yang diberikan salah

7. Pasien

Penyebab DRP terkait

dengan pasien dan

perilakunya (disengaja atau

tidak disengaja)

C7.1

C7.2

C7.3

C7.4

Pasien menggunakan / mengambil

lebih sedikit obat dari yang

ditentukan atau tidak

mengonsumsi obat sama sekali

Pasien menggunakan / mengambil

obat lebih banyak obat dari obat

yang diresepkan

Penyalahgunaan obat oleh pasien

(penggunaan berlebihan tidak

sesuai aturan)

Pasien menggunakan obat yang

tidak dibutuhkan

Universitas Sumatera Utara

Page 24: IDENTIFKASI MASALAH TERAPI OBAT PADA PASIEN DEMAM …

12

C7.5

C7.6

C7.7

C7.8

C7.9

Pasien mengonsumsi makanan

yang berinteraksi dengan obat

Pasien menyimpan obat tidak

tepat

Waktu dan interval dosis tidak

tepat

Penggunaan dan cara

penyimpanan obat yang salah

Pasien tidak dapat menggunakan

obat / bentuk sediaan sesuai

petunjuk

8. Lain-lain C8.1

C8.2

C8.3

Tidak ada atau pemantauan

outcome tidak sesuai (termasuk

TDM)

Penyebab lainnya; spesifik

Tidak ada penyebab yang jelas

(PCNE, 2017).

Tabel 2.1.6 Klasifikasi DRPs menurut PCNE V8.02 untuk intervensi yang

direncanakan

Domain Primer

Kode

V8.02

Interverensi

Tidak ada intervensi I0.1 Tidak ada tindakan

1. Pada level prescriber

I1.1

I1.2

I1.3

I1.4

Preskriber (pemberi resep)

menginformasi cepat

Preskriber meminta informasi

Intervensi diusulkan preskriber

Intervensi didiskusikan dengan

preskriber

2. Pada level pasien

I2.1

I2.2

I2.3

I2.4

Konseling terhadap obat pasien

Hanya disediakan informasi

tertulis

Pasien dirujuk ke preskriber

Disampaikan kepada anggota

keluarga / pengasuh

3. Pada level obat I3.1

I3.2

I3.3

I3.4

I3.5

I3.6

Obat diubah menjadi….

Dosis diubah menjadi….

Formulasi berubah menjadi ......

Instruksi penggunaan diubah

menjadi ..

Obat dihentikan ....

Diberikan obat baru ....

4. Intervensi atau aktivitas

lain

I4.1

I4.2

Intervensi lain (sebutkan)

Efek samping dilaporkan kepada

pihak berwenang

(PCNE, 2017).

Universitas Sumatera Utara

Page 25: IDENTIFKASI MASALAH TERAPI OBAT PADA PASIEN DEMAM …

13

Tabel 2.1.7 Klasifikasi menurut PCNE V8.02 penerimaan dari proposal intervensi

Domain Primer Kode

V8.02

Implementasi

1. Intervensi diterima

(oleh perskriber atau

pasien)

A1.1

A1.2

A1.3

A1.4

Intervensi diterima dan

diimplementasikan seluruhnya

Intervensi diterima dan sebagian

diimplementasikan

Intervensi diterima, tetapi tidak

diimplementasikan

Intervensi diterima, implementasi

tidak diketahui

2. Intervensi tidak

diterima (oleh perskriber

atau pasien)

A2.1

A2.2

A2.3

A2.4

Intervensi tidak diterima: tidak

layak

Intervensi tidak diterima: tidak ada

persetujuan

Intervensi tidak diterima: alasan

lain (spesifik)

Intervensi tidak diterima: alasan

tidak diketahui

3. Lain-lain

(tidak ada informasi pada

penerimaan)

A3.1

A3.2

Intervensi diusulkan, penerimaan

tidak diketahui

Intervensi tidak diusulkan

(PCNE, 2017)

Table 2.1.8 Klasifikasi menurut PCNE V8.02 status DRP

Domain Primer Kode

V8.02

Hasil dari Intervensi

0. Tidak diketahui O0.1 Status masalah tidak diketahui

1. Terpecahkan O1.1 Masalah terpecahkan seluruhnya

2. Sebagian terpecahkan O2.1 Masalah sebagian terpecahkan

3. Tidak terpecahkan O3.1

O3.2

O3.3

O3.4

Masalah tidak terpecahkan,

kurangnya kerjasama dengan pasien

Masalah tidak terpecahkan,

kurangnya kerjasama dengan

perskriber

Masalah tidak terpecahkan,

intervensi tidak efektif

Tidak diselesaikan

permasalahannya

(PCNE, 2017)

2.2 Demam Tifoid

2.2.1 Definisi demam tifoid

Demam tifoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai

saluran pencernaan dengan gelaja demam yang lebih dari satu minggu, gangguan

pada pencernaan, dan gangguan kesadaraan. Penyebab penyakit ini adalah

Universitas Sumatera Utara

Page 26: IDENTIFKASI MASALAH TERAPI OBAT PADA PASIEN DEMAM …

14

Salmonella typhi yang mempunyai ciri-ciri basil Gram negatif yang bergerak

dengan buluh getar dan tidak berspora, dan mempunyai sekurang – kurangnya 3

macam antigen, yaitu antigen O (somatik yang terdiri dari zat kompleks

lipopolisakarida), antigen H (flagella), dan antigen Vi. Dalam serum pasien

terdapat zat anti aglutinin terhadap tiga antigen tersebut (Nursalam dkk., 2005).

Masyarakat mengenal penyakit ini dengan nama Tipes atau thypus, tetapi

dalam dunia kedokteran disebut Typhoid fever atau Typus abdominalis karena

berhubungan dengan usus. Penyakit tifoid perut (Thypus abdomalis) merupakan

penyakit yang ditularkan melalui makanan dan minuman yang tercemar oleh

bakteri Salmonella typhi (food and water disease). Seseorang yang sering

menderita penyakit tifoid menandakan bahwa sering mengkonsumsi makanan atau

minuman yang terkontaminasi bakteri ini (Zulkhoni, 2011). Jika tidak diobati

dengan tepat, demam tifoid dapat bersifat fatal (Munaf, 2009).

2.2.2 Klasifikasi demam tifoid

Menurut WHO (2003), ada dua klasifikasi demam tifoid dengan perbedaan

gejala klinis:

a. Demam tifoid akut non komplikasi, demam berkepanjangan, gangguan

pencernaan, sakit kepala, malaise dan anoreksia. Batuk bronkhitis terjadi

pada fase awal penyakit selama periode demam, sampai 25% penyakit

menunjukkan adanya rose spot pada dada, abdomen dan punggung

(Anonim, 2003).

b. Demam tifoid dengan komplikasi, bergantung pada kualitas pengobatan

dan keadaan kliniknya, hingga 10% pasien dapat mengalami komplikasi,

Universitas Sumatera Utara

Page 27: IDENTIFKASI MASALAH TERAPI OBAT PADA PASIEN DEMAM …

15

mulai dari melena, perforasi dan ketidaknyamanan abdomen (Anonim,

2003).

2.2.3 Etiologi demam tifoid

Penyakit tipes Thypus abdominalis merupakan penyakit yang ditularkan

melalui makanan dan minuman yang tercemar oleh bakteri Salmonella typhosa,

(food and water borne disease). Seseorang yang sering menderita penyakit tifus

menandakan bahwa dia mengkonsumsi makanan atau minuman yang

terkontaminasi bakteri ini. Salmonella thyposa sebagai suatu spesies, termasuk

dalam kingdom Bakteria, Phylum Proteobakteria, Classis Gamma proteobakteria,

Ordo Enterobakteriales, Familia Enterobakteriakceae, Genus Salmonella.

Salmonella thyposa adalah bakteri Gram negatif yang bergerak dengan bulu getar,

tidak berspora mempunyai sekurang-kurangnya tiga macam antigen yaitu: antigen

0 (somatik, terdiri dari zat komplek lipopolisakarida), antigen H (flagella) dan

antigen V1 (hyalin, protein membrane). Dalam serum penderita terdapat zat anti

(glutanin) terhadap ketiga macam anigen tersebut (Zulkhoni, 2011).

2.2.4 Patofisiologi demam tifoid

Bakteri Salmonella typhi bersama makanan atau minuman masuk ke dalam

tubuh melalui mulut. Pada saat melewati lambung dengan suasana asam (pH <2)

banyak bakteri yang mati. Bakteri yang masih hidup akan menempel usus halus,

dan di usus halus tepatnya di ileum dan jejenum akan menembus dinding usus

halus. Bakteri mencapai folikel limfe usus halus, ikuti aliran ke kelenjar limfe

mesentrika bahkan melewati sirkulasi sistemik sampai ke jaringan

reticuloendothelial system (RES) diorgan hati dan limfa. Salmonella typhi

Universitas Sumatera Utara

Page 28: IDENTIFKASI MASALAH TERAPI OBAT PADA PASIEN DEMAM …

16

mengalami multipikasi di dalam sel fagosit mononuclear di dalam folikel limfe,

kelenjar limfe mesenterika, hati, dan limfe (Soedarno dkk., 2002).

Dalam hati, kuman masuk ke dalam kandung empedu, berkembang biak,

dan bersama cairan empedu diekskresikan secara “intermittent” ke dalam lumen

usus. Sebagian kuman dikeluarkan melalui feses dan sebagian lagi masuk ke

dalam sirkulasi setelah menembus usus. Proses yang sama terulang kembali,

berhubungan makrofag telah teraktifavasi dan hiperaktif maka saat fagositosis

kuman Salmonella terjadi pelepasan beberapa mediator inflamasi yang

selanjutnya menimbulkan gejala reaksi inflamasi sistemik seperti demam, malaise,

myalgia, sakit kepala, sakit perut, instabilitas vaskuler, gangguan mental dan

koagulasi (Widodo, 2007).

2.2.5 Gambaran klinis demam tifoid

Pada anak, periode inkubasi demam tifoid antara 5-40 hari dengan rata-

rata antara 10-14 hari. Gejala klinis demam tifoid sangat bervariasi, dari gejala

klinik ringan dan tidak memerlukan perawatan khusus sampai dengan berat

sehingga harus dirawat. Variasi gejala ini disebabkan factor strain Salmonella

status nutrisi dan imunologik pejamu serta lama sakit di rumahnya (Soedarno

dkk., 2002).

Demam thyphoid sering ditemukan pada anak berumur di atas satu tahun.

Keluhan utama berupa perasaan tidak enak, lesu, nyeri kepala, pusing dan kurang

bersemangat, serta nafsu makan berkurang (terutama selama masa inkubasi)

(Nursalam dkk., 2005). Beberapa gejala klinis yang sering pada demam tifoid

diantarannya adalah:

Universitas Sumatera Utara

Page 29: IDENTIFKASI MASALAH TERAPI OBAT PADA PASIEN DEMAM …

17

a. Demam

Demam atau panas adalah gejala utama tifoid. Pada awal sakit, demamnya

kebanyakan samar saja. Selanjutnya suhu tubuh sering naik turun. Pagi lebih

rendah atau normal, sore dan malam lebih tinggi (demam intermitten). Dari hari

ke hari itensitas demam makin tinggi yang disertai dengan banyak gejala lain

seperti sakit kepala (pusing-pusing), nyeri otot, pegal-pegal, anoreksia, mual dan

muntah. Pada minggu ke dua itensitas demam makin tinggi, kadang-kadang terus

menerus (demam kontinyu). Bila pasien membaik maka pada minggu ke tiga suhu

badan berangsur turun dan dapat normal kembali pada akhir minggu ketiga. Tipe

demam menjadi tidak beraturan. Hal ini mungkin karena interverensi pengobatan

atau komplikasi yang dapat terjadi lebih awal. Pada anak khususnya balita,

demam tinggi dapat menimbulkan kejang (Menkes, 2006).

b. Gangguan Saluran Pencernaan

Sering di temukan bau mulut yang tidak sedap karena demam yang lama.

Bibir kering dan kadang-kadang pecah-pecah. Lidah kelihatan kotor dan ditutupi

selaput putih. Ujung dan tepi lidah kemerahan dan tremor, dan penderita anak

jarang ditemukan. Pada umumnya penderita sering mengeluh nyeri perut,

terutama region epigastric (nyeri ulu hati), disertai mual dan muntah. Pada awal

sakit sering meteorismus dan konstipasi. Pada minggu selanjutnya muncul diare

(Menkes, 2006).

c. Gangguan Kesadaraan

Umumnya terdapat gangguan kesadaraan yang kebanyakan berupa

penurunan kesadaraan ringan. Sering ditemukan kesadaraan apatis dengan

Universitas Sumatera Utara

Page 30: IDENTIFKASI MASALAH TERAPI OBAT PADA PASIEN DEMAM …

18

kesadaraan seperti berkabut (tifoid). Bila klinis berat bias sampai koma (Menkes,

2006).

d. Hepatosplenomegali

Hati dan atau limpa, ditemukan sering membesar. Hal ini terasa kenyal

dan nyeri tekan (Menkes, 2006).

e. Bradikardia Relatif

Bradikari relatif sering tidak ditemukan, mungkin karna teknis

pemeriksaan yang sulit dilakukan. Bradikari relatif adalah peningkatan suhu tubuh

yang tidak diikuti oleh peningkatan frekuensi nadi. Patokan yang sering di pakai

adalah bahwa setiap peningkatan suhu 1 C tidak diikuti peningkatan frekuensi

nadi 8 denyut dalam 1 malam (Menkes, 2006).

2.2.6 Diagnosis demam tifoid

Untuk mengetahui seseorang terkena tipus atau tidak harus di lihat gejala-

gejala kliniknya dan harus dilakukan pemeriksaan laboratorium karena penderita

sering mengalami:

a. Penurunan sel darah putih

b. Anemia rendah karena pendarahan pada usus

c. Jumlah trombosit menurun dan keadaan normal

d. Menentukan bakteri Salmonella typhi pada kotoran, darah dan urin

(Zulkhoni, 2011).

Diagnosis demam tifoid ditegakkan melalui 3 metode, yaitu diagnosis

klinis, diagnosis mikrobiologis, dan diagnosis serologis. Gambaran klinis klasik

yang ditemui pada penderita demam tifoid adalah minggu pertama: demam dari

40C, nadi yang lemah bersifat dikrotik, dengan denyut nadi 80-100 per menit.

Universitas Sumatera Utara

Page 31: IDENTIFKASI MASALAH TERAPI OBAT PADA PASIEN DEMAM …

19

Minggu kedua: suhu tetap tinggi, penderita mengalami delirium, lidah tampak

kering mengkilat, denyut nadi cepat. Tekanan darah menurun dan limpa dapat

diraba. Minggu ketiga: bila keadaan membaik: suhu turun, gejala dan keluhan

berkurang, bila keadaan memburuk, penderita mengalami delirium, stupor, otot-

otot bergerak terus, terjadi inkontinesia alvi dan urine atau menahan BAB/BAK.

Selain itu terjadi meteorisme (perut kembung) dan limpani, dan tekanan darah

abnomen meningkat, disertai nyeri perut. Penderita kemudian kolaps, dan

akhirnya meninggal dunia akibat terjadinya degenerasi miokardial toksik. Minggu

keempat: bila keadaan membaik, penderita akan mengalami penyembuhan

(Soedarto, 2007).

Diagnosis mikrobiologi merupakan metode diagnosis yang paling spesifik.

Kultur darah dan sumsum tulang positif pada minggu pertama dan kedua,

sedangkan minggu ketiga dan keempat kultur tinja dan kultur urine positif kuat.

Pada diagnosis serologik untuk memantau antibodi terhadap antigen O dan

antigen H dideteksi dengan tes Widal (uji aglutinasi). Titer agglutinin 1/1200 atau

terjadi kenaikan titer lebih 4x menunjukan tes Widal positif, berarti demam tifoid

sedang berlangsung akut. Pemeriksaan darah menunujkan Hb yang lebih rendah

dan adanya leukositopenia (Soedarto, 2007).

2.2.7 Rencana terapi demam tifoid

Antibiotik adalah agen yang digunakan untuk mencegah dan mengobati

suatu infeksi karena bakteri. Akan tetapi istilah antibiotik sebenarnya mengacu

pada zat kimia yang dihasilkan oleh satu macam organisme, terutama fungi yang

menghambat pertumbuhan atau membunuh organisme lain (Setiabudi, 2007).

Universitas Sumatera Utara

Page 32: IDENTIFKASI MASALAH TERAPI OBAT PADA PASIEN DEMAM …

20

Penggunaan antibiotik merupakan terapi utama pada demam tifoid, karena

pada dasarnya fotogenis infeksi Salmonella typhi berhubungan dengan keadaan

bakteri. Pemberian terapi demam tifoid pada anak akan mengurangi komplikasi

dan angka kematian. Memperpendek perjalanan penyakit serta memperbaiki

gambaran klinis salah satu terjadi penurunan demam (Depkes RI, 2006).

Namun demikian pemberiaan antibiotik dapat menimbulkan drug induce

fever, yaitu demam yang timbul bersamaan dengan pemberian terapi antibiotik

dengan catatan tidak ada penyebab demam lain seperti adanya luka, rangsangan

infeksi, trauma dan lain-lain. Demam akan hilang ketika terapi antibiotik yang

digunakan tersebut dihentikan (Hammad, 2011).

Pengobatan penderita demam tifoid bervariasi tergantung gejala klinik,

status pasien dan sensitivitas antimikroba terhadap kuman. Menurut peranannya di

dalam penyembuhan penyakit, pengobatan tersebut dibagi menjadi pengobatan

simtomatik, suportif dan spesifik (Juwono, 2004).

a. Terapi simtomatik

i. Antiemetik adalah zat-zat yang berkhasiat menekan rasa mual dan muntah.

ii. Antipiretik, berkhasiat menurunkan demam tetapi tidak perlu diberikan

rutin pada setiap pasien demam tifoid, karena tidak banyak berguna

(Juwono, 2004).

iii. Kortikosteroid, pasien yang toksik dapat diberikan kortikosteroid dalam

dosis yang menurun secara bertahap selama 5 hari. Hasilnya biasanya

sangat memuaskan, kesadaran pasien menjadi jernih dan suhu badan

menjadi normal. Akan tetapi kortikosteroid tidak boleh diberikan tanpa

Universitas Sumatera Utara

Page 33: IDENTIFKASI MASALAH TERAPI OBAT PADA PASIEN DEMAM …

21

indikasi, karena dapat menyebabkan perdarahan intestinal dan relaps

(Juwono, 2004).

b. Terapi suportif

i. Vitamin, senyawa organik yang diperlukan tubuh dalam jumlah kecil

untuk mempertahankan kesehatan tubuh.

ii. Terapi cairan, kadang makanan diberikan melalui infus sampai penderita

dapat mencerna makanan.

iii. Jika terjadi perforasi usus mungkin perlu dilakukan pembedahan untuk

memperbaiki bagian usus yang mengalami perforasi (Anonim, 2003).

c. Terapi spesifik

Terapi spesifik untuk pengobatan demam tifoid adalah pemberian

antibiotik. Penggunaan antibiotik yang tepat, dapat menyembuhkan 99% penderita

dengan cara menghentikan dan memusnahkan penyebaran kuman. Beberapa

kriteria yang harus diperhatikan dalam penggunaan antibiotik adalah khasiat,

ketersediaan dan harga obat. Antibiotik yang dapat digunakan pada penderita

tifoid adalah:

i. Sefalosporin

Sefalosporin termasuk antibiotik betalaktam dengan struktur, khasiat dan

sifat yang mirip dengan penisilin. Mempunyai spektrum kerja yang luas dan aktif

terhadap kuman Gram positif dan negatif tetapi spektrum masing-masing derivat

bervariasi (Tjay, 2010).

Mekanisme kerja obat berdasarkan penghambatan sintesis peptidoglikan

yang diperlukan kuman untuk ketangguhan dindingnya. Contoh antibiotik

golongan sefalosporin adalah ceftriaxone, cefixime, cefotaxime (Tjay, 2007).

Universitas Sumatera Utara

Page 34: IDENTIFKASI MASALAH TERAPI OBAT PADA PASIEN DEMAM …

22

Ceftriakson adalah antibiotik golongan chepalosporin generasi ketiga yang

memiliki spectrum antibakteri yang lebih luas dibanding generasi sebelumnya dan

aktif terhadap bakteri Gram-negatif yang telah resisten, lebih tahan terhadap Beta-

laktamase, tetapi kurang aktif terhadap bakteri Gram-positif (Siswandono, 2008).

Cefotaxim merpakan antibiotik yang sangat aktif terhadap berbagai kuman

gram positif maupun Gram negatif aerobik. Obat ini termasuk dalam antibiotik

golongan sefalosporin, dimana memiliki mekanisme kerja menghambat sintesis

dinding sel mikroba. Mekanisme penghambatnya melalui reaksi transpeptidase

dalam rangkaian reaksi pembentukan dinding sel (Mangunatmaja, 2003).

ii. Kuinolon

Fluorokuinolon adalah antibiotik pilihan pertama untuk pengobatan

demam tifoid untuk orang dewasa, karena relatif murah, lebih toleran dan lebih

cepat menyembuhkan dari pada antibiotik lini pertama seperti kloramfenikol,

ampisilin, amoksisilin dan kombinasi trimethoprim-sulfametoksazol (Anonim,

2003). Mekanisme kerja obat dengan menghambat DNA gyrase sehingga sintesa

DNA kuman terganggu. Antibiotik golongan ini antara lain ialah ciprofloxacin,

levofloxacin, ofloksasin, pefloksasin, norfloksasin dan fleroksasin (Hadinegoro,

1999).

Siprofloksasin termasuk antibiotik golongan kuinolon generasi kedua,

Siprofloksasin memiliki daya anti-bakteri terhadap gram negatif lebih kuat

dibandingkan bakteri gram positif. Aktivitas siprofloksasin sangat efektif dalam

membunuh bakteri dengan mekanismenya yaitu menghambat replikasi DNA

bakteri (inti sel bakteri) dengan cara menempel molekunya pada DNA girase

(topoismerase II dan topoisomerase IV). Mekanisme yang langsung menuju intisel

Universitas Sumatera Utara

Page 35: IDENTIFKASI MASALAH TERAPI OBAT PADA PASIEN DEMAM …

23

inilah yang menyebabkan bakteri dengan cepat dapat dieliminasi. Efek samping

yang paling menonjol adalah mual, muntah dan diare. Efek yang paling berbahaya

adalah dapat merusak kartilago yang sedang tumbuh dan tidak diberikan pada

pasien dibawah umur 18 tahun (Setiabudi, 2007).

iii. Ampisilin

Ampisilin merupakan derivat penisilin spektrum luas yang digunakan pada

pengobatan demam tifoid, terutama pada kasus resistensi terhadap kloramfenikol.

Ampisilin memiliki mekanisme kerja menghambat pembentukan mukopeptida

yang diperlukan untuk sintesis dinding sel mikroba. Pada mikroba yang sensitif,

ampisilin akan menghasilkan efek bakterisid (Sidabutar, 2010).

Amoksisilin merupakan turunan ampisilin dan memiliki spektrum

antibakteri yang sama namun diabsorpsi lebih baik bila diberikan per oral dan

menghasilkan kadar yang lebih tinggi dalam plasma dan jaringan. Dalam hal ini

kemampuannya untuk menurunkan demam, efektivitas ampisilin dan amoksisilin

lebih kecil dibandingkan dengan kloramfenikol. Indikasi mutlak penggunaannya

adalah pasien demam tifoid dengan leukopenia (Juwono, 2004). Ampisillin dan

amoksisilin diberikan 50-100 mg/KgBB/hari dibagi dalam 3-4 dosis perhari baik

secara oral, intramuskular, intravena (Anonim, 2003).

Mekanisme kerja obat bergabung dengan penicillin binding protein (PBPs)

pada kuman. Terjadi hambatan sintesis dinding sel kuman karena proses

transpeptidasi antar rantai peptidoglikan terganggu. Kemudian terjadi aktivasi

enzim proteolitik pada dinding sel. Ampisilin efektif terhadap beberapa mikroba

gram-negatif dan tahan asam, sehingga dapat diberikan per oral (Istiantoro, 2005).

Universitas Sumatera Utara

Page 36: IDENTIFKASI MASALAH TERAPI OBAT PADA PASIEN DEMAM …

24

iv. Aminoglikosida

Aminoglikosisda dihasilkan oleh jenis−jenis fungi Streptomyces dan

Micromanospora semua senyawa dan turunan semi-sintesisnya mengandung dua

atau tiga gula amino di dalam molekulnya yang saling terikat secara glukosidis.

Dengan adanya gugusan-amino, zat-zat ini bersifat basa lemah dan garam

sulfatnya yang digunakan dalam terapi mudah larut dalam air (Tjay, 2010).

Spektrum aktivitas obat golongan ini menghambat bakteri aerob Gram

negatif. Obat ini mempunyai indeks terapi sempit, dengan toksisitas serius pada

ginjal dan pendengaran, khususnya pada pasien anak dan usia lanjut. Efek

samping yang ditumbulkan adalah toksisitas ginjal, ototoksisitas (auditorik

maupun vestibular), blokade neuromuskular lebih jarang. Gentamisin termasuk

golongan Aminoglikosida. Gentamisin bersifat bakterisid yang aktif terutama

terhadap gram negatif termasuk Pseudomonas aerogenosa, Proteus serratia.

Antibiotik ini diindikasikan pada pasien dengan pneumonia, kolesistisis,

peritonitis, infeksi kulit, inflamasi pada tulang panggul, endokarditis, meningitis,

pencegahan infeksi setelah pembedahan (Kemenkes. 2006).

Tabel 2.2.7 Antibiotik dan dosis penggunannya

Antibiotika Dosis Keterangan

Ceftriaxone Dewasa: 2-4g/hari selama

3-5 hari

Anak: 80 mg/kgBB/hari

dalam dosis tunggal selama

5 hari

Cepat menurunkan suhu,

lama pemberian pendek

dan dapat dosis tunggal

serta cukup aman untuk

anak.

Pemberian PO/IV

Cefixime

Anak: 1.5-2 mg/kgbb/hari

dibagi 2 dosis selama 10

hari

Aman untuk anak

Efektif

Pemberian per oral

Cefotaxime

Dewasa: 1-2g/6-12 jam

Anak: 50-200 mg/kg/hari

4-6 x sehari

Mengobati infeksi akibat

bakteri

Universitas Sumatera Utara

Page 37: IDENTIFKASI MASALAH TERAPI OBAT PADA PASIEN DEMAM …

25

Ampicillin

Dewasa: 0,25-0,5 g 3x

sehari selama 7-10 hari

Anak : 20-40 mg/kg/hari

3x sehari selama 7-10 hari

Aman untuk penderita

hamil

Sering dikombinasi

dengan kloramfenikol

pada pasien kritis

Tidak mahal

Pemberian PO/IV

Quinolone

Ciprofloxacin Dewasa &

Anak 2x250-500

mg/hari2x sehari selama 1

minggu (PO)

2x 200-400 mg (IV)

Levofloxacin Dewasa &

Anak 1x(250-500) mg

(PO) selama 1 minggu

1x500 mg IV tiap 24 jam

Ciprofloxacin dan

Levofloxacin lebih cepat

menurunkan suhu

Efektif mencegah relaps

dan kanker

Pemberian peroral

Pemberian pada anak

tidak dianjurkan karena

efek samping pada

pertumbuhan tulang

Aminoglikosida

Gentamisin Dewasa &

Anak 5-6 mg/kg/hari 1x

sehari (IV,IM)

Mengobati infeksi akibat

bakteri

2.2.8 Penggunaan antibiotik pada anak-anak

Penggunaan antibiotik yang tidak tepat baik dalam hal indikasi maupun

cara pemberian akan merugikan pita serta akan memudahkan terjadinya reistensi

terhadap antibiotik dan dapat menimbulkan efek samping. Hal-hal yang perlu

diperhatikan adalah dosis yang tepat bagi anak-anak, cara pemberian, indikasi,

kepatuhan, jangka waktu yang tepat dengan memperhatikan keadaan patofisiologi

pasien secara tepat, diharapkan dapat memperkecil efek samping yang terjadi

(Prest, 2003).

2.3 Efek Samping

Efek samping obat adalah efek yang tidak menjadi tujuan utama pengobatan

(efek sekunder), namun efek ini dapat bermanfaat ataupun mengganggu

(merugikan) tergantung dari kondisi dan situasi pasien. Pada kondisi tertentu, efek

samping obat ini dapat juga membahayakan jiwa pasien. Efek samping biasanya

Universitas Sumatera Utara

Page 38: IDENTIFKASI MASALAH TERAPI OBAT PADA PASIEN DEMAM …

26

terjadi pada dosis terapi. Tingkat kejadian efek samping ini sangat bervariasi

antara satu obat dengan obat lainnya. Efek samping ini juga tidak dialami oleh

semua orang karena masing-masing orang memiliki kepekaan dan kemampuan

untuk mengatasi efek ini secara berbeda-beda. Efek samping obat yang terjadi

dapat bermacam- macam, mulai dari efek yang ringan seperti mengantuk, mual,

alergi, pusing, dan lain-lain. Bahkan ada juga yang cukup berat seperti seperti

syok anafilaksis, gangguan pada saluran cerna (nyeri lambung), gangguan pada

darah, gangguan pada pernapasan, dan sebagainya (Nuryati, 2017).

2.4 Resistensi Antibiotik

Resistensi didefinisikan sebagai tidak terhambatnya pertumbuhan bakteri

dengan pemberian antibiotik secara sistemik dengan dosis normal yang

seharusnya atau kadar hambat minimalnya. Sedangkan multiple drugs resisten

didefinisikan sebagai resistensi terhadap dua atau lebih obat maupun klasifikasi

obat. Sedangkan cross resistance adalah resistensi suatu obat yang diikuti dengan

obat lain yang belum pernah dipaparkan (Tripathi, 2003).

Penyebab utama resistensi antibiotika adalah penggunaannya yang meluas

dan irasional. Lebih dari separuh pasien dalam perawatan rumah sakit menerima

antibiotik sebagai pengobatan ataupun profilaksis. Sekitar 80% konsumsi

antibiotik dipakai untuk kepentingan manusia dan sedikitnya 40% berdasar

indikasi yang kurang tepat, misalnya infeksi virus. Terdapat beberapa faktor yang

mendukung terjadinya resistensi, antara lain:

a. Penggunaannya yang kurang tepat (irrasional) terlalu singkat, dalam dosis

yang terlalu rendah, diagnosa awal yang salah, dalam potensi yang tidak

adekuat.

Universitas Sumatera Utara

Page 39: IDENTIFKASI MASALAH TERAPI OBAT PADA PASIEN DEMAM …

27

b. Faktor yang berhubungan dengan pasien. Pasien dengan pengetahuan yang

salah akan cenderung menganggap wajib diberikan antibiotik dalam

penanganan penyakit meskipun disebabkan oleh virus, misalnya flu,

batuk-pilek, demam yang banyak dijumpai di masyarakat. Pasien dengan

kemampuan finansial yang baik akan meminta diberikan terapi antibiotik

yang paling baru dan mahal meskipun tidak diperlukan, bahkan pasien

membeli antibiotika sendiri tanpa peresepan dari dokter (self medication).

sedangkan pasien dengan kemampuan finansial yang rendah seringkali

tidak mampu untuk menuntaskan regimen terapi.

c. Peresepan dalam jumlah besar, meningkatkan unnecessary health care

expenditure dan seleksi resistensi terhadap obat-obatan baru. Peresepan

meningkat ketika diagnosis awal belum pasti. Klinisi sering kesulitan

dalam menentukan antibiotik yang tepat karena kurangnya pelatihan dalam

hal penyakit infeksi dan tatalaksana antibiotiknya.

d. Penggunaan monoterapi dibandingkan dengan penggunaan terapi

kombinasi, penggunaan monoterapi lebih mudah menimbulkan resistensi.

e. Perilaku hidup sehat terutama bagi tenaga kesehatan, misalnya mencuci

tangan setelah memeriksa pasien atau desinfeksi alat-alat yang akan

dipakai untuk memeriksa pasien.

f. Penggunaan di rumah sakit adanya infeksi endemik atau epidemik memicu

penggunaan antibiotika yang lebih massif pada bangsal-bangsal rawat inap

terutama di intensive care unit. Kombinasi antara pemakaian antibiotik

yang lebih intensif dan lebih lama dengan adanya pasien yang sangat peka

terhadap infeksi, memudahkan terjadinya infeksi nosokomial.

Universitas Sumatera Utara

Page 40: IDENTIFKASI MASALAH TERAPI OBAT PADA PASIEN DEMAM …

28

g. Penggunaannya untuk hewan dan binatang ternak, antibiotik juga dipakai

untuk mencegah dan mengobati penyakit infeksi pada hewan ternak.

Dalam jumlah besar antibiotik digunakan sebagai suplemen rutin untuk

profilaksis atau merangsang pertumbuhan hewan ternak. Bila dipakai

dengan dosis subterapeutik, akan meningkatkan terjadinya resistensi.

h. Promosi komersial dan penjualan besar-besaran oleh perusahaan farmasi

serta didukung pengaruh globalisasi, memudahkan terjadinya pertukaran

barang sehingga jumlah antibiotika yang beredar semakin luas.

Memudahkan akses masyarakat luas terhadap antibiotika.

i. Kurangnya penelitian yang dilakukan para ahli untuk menemukan

antibiotika baru.

j. Lemahnya pengawasan yang dilakukan pemerintah dalam distribusi dan

pemakaian antibiotika, seperti pasien dapat dengan mudah mendapatkan

antibiotika meskipun tanpa peresepan dari dokter, selain itu juga

kurangnya komitmen dari instansi terkait baik untuk meningkatkan mutu

obat maupun mengendalikan penyebaran infeksi (Kemenkes RI, 2006).

2.5 Rekam medis

Rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan, dan dokumen tentang

identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain kepada

pasien pada sarana pelayanan kesehatan, untuk itu rekam medis harus dijaga dan

dipelihara dengan baik. Rekam medis untuk pasien rawat inap sekurang-

kurangnya harus membuat data mengenal:

a. Identitas pasien

b. Anamnesis

Universitas Sumatera Utara

Page 41: IDENTIFKASI MASALAH TERAPI OBAT PADA PASIEN DEMAM …

29

c. Riwayat penyakit

d. Hasil pemeriksaan laboratorium

e. Diagnosis

f. Persetujuaan tindakan medis (informed consent)

g. Tindakan/pengobatan

h. Catatan perawat

i. Catatan observasi klinis dan hasil pengobatan, dan

j. Resume akhir dan evaluasi pengobatan

(Iskandar,1998).

Universitas Sumatera Utara

Page 42: IDENTIFKASI MASALAH TERAPI OBAT PADA PASIEN DEMAM …

30

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif, yaitu penelitian yang

bertujuan untuk mendapatkan gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan

secara objektif. Pengambilan data dilakukan secara retrospektif yaitu penelitian

dengan mengkaji informasi atau mengambil data yang telah lalu di SIRS (sistem

informasi rumah sakit) diruang rekam medik RSUP H. Adam Malik

(Notoadmodjo, 2005).

3.2 Populasi dan Sampel

3.2.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh data rekam medis pasien

rawat inap RSUP H. Adam Malik pada bulan Januari 2017-Desember 2017.

3.2.2 Sampel

Sampel penelitian ini adalah pasien Demam Tifoid yang memenuhi

kriteria inklusi dan tidak memenuhi kriteria eksklusi. Kriteria inklusi adalah

kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh setiap anggota populasi yang

dapat dipilih sebagai sampel. Yang termasuk kriteria inklusi adalah:

a. Rekam medis pasien dengan diagnosis penyakit demam tifoid dan

penyakit penyerta lainnya di RSUP H. Adam Malik

b. Pasien demam tifoid yang mendapatkan terapi obat

c. Kategori semua gender

d. Kategori (usia ≥ 1 tahun)

Universitas Sumatera Utara

Page 43: IDENTIFKASI MASALAH TERAPI OBAT PADA PASIEN DEMAM …

31

Adapun yang termasuk kriteria eksklusi adalah:

a. Rekam medis pasien yang tidak memenuhi kriteria inklusi

b. Rekam medis pasien yang tidak lengkap (tidak memuat informasi dasar yang

dibutuhkan dalam penelitian).

3.3 Waktu dan Lokasi Penelitian

Data diambil dari SIRS (sistem informasi rumah sakit) diruang rekam medis

pasien demam tifoid di instalasi rawat inap RSUP H. Adam Malik pada bulan

Januari-Desember 2017.

3.4 Instrumen Penelitian

3.4.1 Sumber data

Sumber data dalam penelitian ini yaitu data sekunder berupa rekam medis

pasien yang dapat diambil melalui sistem informasi rumah sakit (SIRS) pada

pasien Demam Tifoid rawat inap RSUP H. Adam Malik pada bulan Januari –

Desember 2017.

3.4.2 Teknik pengumpulan data

Pengambilan data dilakukan dengan mengumpulkan rekam medis pasien

Demam Tifoid rawat inap RSUP H. Adam Malik pada bulan Januari – Desember

2017. Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini

adalah:

a. Pengelompokkan data rekam medis berdasarkan kriteria inklusi.

b. Identifikasi berdasarkan karakteristik yang sama dari pasien, seperti

jenis kelamin, usia, lama perawatan, kondisi pulang, dan terapi

antibiotik yang digunakan.

Universitas Sumatera Utara

Page 44: IDENTIFKASI MASALAH TERAPI OBAT PADA PASIEN DEMAM …

32

c. Identifikasi masalah terapi obat berdasarkan klasifikasi dari PCNE

V8.02, dengan domain utama masalah efektivitas pengobatan,

keamanan terapi dan penggunaan obat yang tidak perlu.

Data yang dikumpulkan kemudian diolah berdasarkan metode

Pharmaceutical Care Network of Europe (PCNE) V8.02.

3.4.3 Analisis data

Data yang diperoleh dari penelitian ini akan dianalisis secara deskriptif.

Data kuantitatif disajikan dalam bentuk tabel sedangkan data kualitatif disajikan

dalam bentuk uraian. Data interaksi obat dievaluasi secara teoritik dan berurutan

berdasarkan studi literatur Drug Interaction Fact (Tatro, 2007), Stockley’s Drug

Interaction (Stockley, 2010), A to Z Drugs Facts (Tatro, 2007), (Pedoman umum

penggunaan antibiotik (Kemenkes RI, 2006) serta digunakan juga situ internet

terpercaya (www.drugs.com, medscape.com).

3.5 Bagan Alur Penelitian

Adapun alur pelaksanaan penelitian seperti pada Gambar 3.5

Gambar 3.5 Alur pelaksanaan penelitian

Pengelompokan data

berdasarkan kriteria

inklusi

Identifikasi masalah

terapi obat

Masalah indikasi

yang tidak diobati

Masalah obat

diberikan tanpa

Masalah adanya

kejadian efek

samping pada

pemakaian obat

Masalah adanya

interaksi obat

Analisis

data

Penarikan

Kesimpulan

Rekam medis pasien

Universitas Sumatera Utara

Page 45: IDENTIFKASI MASALAH TERAPI OBAT PADA PASIEN DEMAM …

33

3.6 Langkah Penelitian

Langkah cara pengenggambilan data yang dilakukan untuk mengumpulkan

data rekam medik pasien adalah:

a. Meminta rekomendasi Dekan Fakultas Farmasi USU untuk dapat

melakukan penelitian di Rumah Sakit Umum Pusat H Adam Malik.

b. Menghubungi kepala bidang pendidikan dan penelitian Rumah Sakit

Umum Pusat H Adam Malik untuk mendapatkan izin melakukan

penelitian, dengan membawa surat rekomendasi dari Fakultas.

c. Mengakses data periode Januari 2017Desember 2017 di bagian

Instalasi Rekam Medik seperti identitas pasien, tanggal dan waktu

pasien di rumah sakit, anamnesis (keluhan, riwayat penyakit), hasil

pemeriksaan fisik dan penunjang medis, diagnosis, pengobatan dan

tindakan yang di berikan pada pasien demam tifoid rawat inap di

Rumah Sakit Umum Pusat H Adam Malik.

d. Mengumpulkan data periode Januari 2017Desember 2017 di bagian

Instalasi Farmasi seperti nama obat, dosis, jumlah obat disetiap resep

yang diberikan pada pasien demam tifoid rawat inap di Rumah Sakit

Umum Pusat H Adam Malik.

e. Menganalisis data dan informasi yang diperoleh sehingga didapatkan

kesimpulan dari penelitian.

Universitas Sumatera Utara

Page 46: IDENTIFKASI MASALAH TERAPI OBAT PADA PASIEN DEMAM …

34

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Karateristik Penderita Demam Tifoid

Berdasarkan hasil penelitian dari seluruh data rekam medis diperoleh 64

pasien yang didiagnosis demam tifoid di instalasi rawat inap RSUP H. Adam

Malik pada Januari-Desmber 2017. Rekam medis yang memenuhi kriteria inklusi

adalah sebanyak 51 pasien (79,68%).

Karakteristik data pasien demam tifoid berdasarkan jenis kelamin, umur,

terapi antibiotik, lama rawat inap, kondisi pulang dapat dilihat dari Tabel 4.1

Tabel 4.1 Karateristik data demam tifoid RSUP H. Adam Malik Kota Medan

No Karaterisktik Jumlah pasien Persentase

1 Jenis kelamin

Laki-laki 24 47,05%

Perempuan 27 52,94%

2. Umur

1thn-55thn 48 94,12%

>55thn 3 5,88%

3 Terapi antibiotik

Antibiotik tunggal 36 70,59%

Kombinasi > 2 antibiotik 15 29,41%

4 Lama rawat inap

<7 hari 28 54,90%

7 hari 23 45,09%

Kejadian demam tifoid di RSUP H. Adam Malik selama periode Januari

2017-Desember 2017 lebih banyak terjadi pada perempuan sejumlah 27 pasien

(52,94%) dibanding pasien laki-laki 24 pasien (47,05%). Hal ini berarti bahwa

demam tifoid tidak di pengaruhi oleh jenis kelamin, namun diduga ada faktor lain

yang mempengaruhinya.

Demam tifoid termasuk salah satu penyakit menular. Penyakit menular

adalah penyakit yang dapat ditularkan (berpindah dari orang yang satu ke orang

Universitas Sumatera Utara

Page 47: IDENTIFKASI MASALAH TERAPI OBAT PADA PASIEN DEMAM …

35

yang lain, baik secara langsung maupun perantara). Penyakit menular ini ditandai

dengan adanya agen atau penyakit yang hidup dan dapat berpindah. Suatu

penyakit dapat menular dari orang yang satu kepada yang lain, ditentukan oleh 3

faktor, yaitu: Agen (penyebab penyakit), Host (induk semang), Route of

transmission (jalannya penularan) (Notoatmodjo, 2005).

Dalam penelitian ini perempuan jauh lebih beresiko untuk mengalami

demam tifoid dibandingkan dengan jenis kelamin laki-laki. Hal ini berbeda

dengan penelitian sebelumnya menemukan bahwa laki-laki jauh lebih beresiko

dengan terjadinya demam tifoid dibandingkan perempuan, disebabkan karena

laki-laki memiliki aktivitas yang lebih tinggi dari perempuan. Adanya perbedaan

penelitian ini memang dimungkinkan karena dalam penelitian ini mayoritas data

yang di dapat dilapangan bahwa perempuan yang lebih banyak memeriksakan diri

di rumah sakit untuk mengobati penyakit demam tifoid, namun tidak menutup

kemungkinan bahwa penderita penyakit demam tifoid pada laki-laki juga

memiliki angka kejadiaan yang tinggi namun tidak memeriksakan diri kerumah

sakit. Namun secara umum menurut Kepmenkes tahun 2006 tidak terdapat

perbedaan nyata mengenai angka kejadian demam tifoid antara laki-laki dan

perempuan (Kemenkes, 2006).

Jumlah pasien demam tifoid banyak terjadi pada usia 1 tahun-55 tahun

dengan total pasien 48 (94,12%) dikarena ini merupakan usia produktif. Bila

dilihat kebanyakan kasus demam tifoid terjadi pada masa atau usia anak sekolah

dan usia produktif, dimana mobilitas dan pergerakan anak dan orang dewasa

untuk mengenal makan belum tentu terjamin kebersihannya melihat kebiasaan

jajanan makanan sembarangan (Herawati, 2009).

Universitas Sumatera Utara

Page 48: IDENTIFKASI MASALAH TERAPI OBAT PADA PASIEN DEMAM …

36

Hasil penelitian memperlihatkan bahwa penggunaan antibiotik dibedakan

menjadi antibiotik tunggal dan kombinasi. Pemberian antibiotik tunggal diberikan

kepada 36 pasien (70,59%). Penggunaan antibiotik kombinasi sebanyak 15 pasien

(29,41%). Antibiotik tunggal yang paling banyak digunakan dari golongan

sefalosporin generasi 3 yaitu seftriakson, sefiksim dan sefotaksim. Antibiotik

terbanyak kedua adalah dari golongan fluorokuinolon yaitu siprofloksasin dan

levofloksasin. Antibiotik terakhir dari golongan penicillin yaitu amoksisilin

(Widodo, 2007).

Antibiotik yang paling banyak digunakan di Instalasi Rawat Inap RSUP H.

Adam Malik dari golongan sefalosporin generasi ketiga adalah seftriakson,

Namun dari penelitian menunjukkan bahwa penggunaan seftriakson pada pasien

demam tifoid dapat menurunkan suhu badan penderita dalam waktu singkat

dibanding antibiotik kloramfenikol sehingga efektif bila dipakai. Selain itu tidak

ada laporan mengenai resistensi seftriakson dalam mengobati demam tifoid

(Hammad, et al., 2011). Sampai saat ini golongan sefalosporin generasi ketiga

yang terbukti efektif untuk mengobati demam tifoid adalah seftriakson (Widodo,

2007).

Golongan sefalosporin generasi ketiga lainnya yang digunakan untuk

pengobatan demam tifoid adalah sefotaksim, sefiksim, seftizoxim, sefodoxime

dan sefoperazon, seftriakson pada pasien demam tifoid digunakan jika ada

resistensi terhadap antibiotik quinolon. Sefotaksim digunakan pada pasien demam

tifoid berat yang resiten terhadap quinolon (WHO, 2003). Sefotaksim dan

seftriakson efektif untuk pengobatan bakteri Gram negatif seperti Salmonella

typhi (Gunawan, 2007).

Universitas Sumatera Utara

Page 49: IDENTIFKASI MASALAH TERAPI OBAT PADA PASIEN DEMAM …

37

Antibiotik kombinasi yang diberikan adalah siprofloksasin-levofloksasin

dan seftriakson-amoksisilin. Penggunaan kombinasi obat-obat antibiotik baik

yang berasal dari golongan yang sama maupun berbeda tidak memberikan

keuntungan dibandingkan pengobatan dengan antibiotik tunggal, baik dalam

kemampuan menurunkan demam maupun dalam hal menurunkan angka

kekambuhan yang disebabkan Salmonella typhi (Juwono, 2004).

Kombinasi 2 antimikroba atau lebih hanya diindikasikan pada keadaan

tertentu saja diantaranya toksik tifoid, peritonitis, syok septik serta adanya jika

ada penemuan 2 macam organisme dalam kultur darah selain bakteri Salmonella

(Widodo, 2007).

Lama rawatan rata-rata untuk pasien demam tifoid yaitu 7 hari – 15 hari

sebanyak 23 pasien (45,09%), sedangkan perawatan 1-7 hari sebanyak 28 pasien

(54,90%) ini disebabkan pasien lebih cepat sembuh dengan perwatan < 7 hari

karna lama perawatan demam tifoid sangat tergantung dari keparahan tingkat

penyakitnya, ketaaatan dan kedisiplinan pasien pada minum obat serta diet

makanan. Pada umumnya lama rawatan demam tifoid adalah 7 hari, pasien

dipulangkan setelah 10 hari bebas panas, lama perawatan yang terlalu cepat

dikhawatirkan dapat meningkatkan resiko terjadinya komplikasi dan kekambuhan

kembali (Halisapoetro, 1990).

4.2 Identifikasi Masalah Terapi Obat

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan penulis mendapatkan

gambaran masalah terapi obat secara umum yang terjadi pada pasien (Tabel 4.2).

Universitas Sumatera Utara

Page 50: IDENTIFKASI MASALAH TERAPI OBAT PADA PASIEN DEMAM …

38

Tabel 4.2 Gambaran masalah terapi obat pada pasien demam tifoid di RSUP H.

Adam Malik

Masalah Terapi Obat Jumlah Kasus Persentase

Terjadi masalah terapi obat 18 35,29%

Tidak terjadi masalah terapi obat 33 64,70%

Total 51 100

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di RSUP H. Adam Malik, terdapat

64 pasien yang menderita penyakit Demam Tifoid pada periode Januari-Desember

2017. Dan memenuhi kriteria inklusi sebanyak 51 pasien. Dari 51 pasien, yang

mengalami masalah terapi obat sebanyak 18 kasus (35,29%) dan yang tidak

terjadi masalah terapi sebanyak 33 kasus (64,70%). Dari jumlah masalah terapi

obat, membuktikan bahwa angka kejadian kasus masalah terapi obat pada pasien

demam tifoid masih di RSUP H. Adam Malik masih tinggi.

4.3 Klasifikasi Masalah Terapi Obat

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, penulis mendapatkan empat

kategori masalah terapi obat yang terjadi. Keempat kategori masalah terapi

tersebut adalah indikasi yang tidak diobati, obat diberikan tanpa indikasi, adanya

kejadiaan efek samping obat pada pemakaian obat, dan adanya interaksi obat.

Gambaran dari masalah terapi obat yang terjadi dapat dilihat dari (Tabel 4.3).

Tabel 4.3 Gambaran masalah terapi obat pada pasien demam tifoid di RSUP H.

Adam Malik Kota Medan

No Kode Masalah Terapi Obat Jumlah Persentase

1 P1.3 Gejala atau indikasi tidak diterapi 4 22,22%

2 P2.1 Kejadian efek buruk obat mungkin

terjadi

11 61,11%

3 P3.2 Penggunaan obat yang tidak perlu 3 16,67%

Berdasarkan Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa yang paling banyak terjadi

yaitu P2.1 Kejadian efek buruk obat mungkin terjadi 11 kasus (61,11%), P1.3

Gejala atau indikasi tidak diterapi 4 kasus (22,22%) dan P3.2 Penggunaan obat

yang tidak perlu 3 kasus (16,67%).

Universitas Sumatera Utara

Page 51: IDENTIFKASI MASALAH TERAPI OBAT PADA PASIEN DEMAM …

39

4.4 Klasifikasi DRPs menurut PCNE V8.02 untuk Masalah Terkait Obat

Tabel 4.4 Klasifikasi DRPs menurut PCNE V8.02 untuk masalah terkait obat

Domain

Primer

Kode

V8.02

Masalah

No.

RM

Keterangan Jlh %

1. Efektivitas

Pengobatan

pengobatan

ada (potensi)

masalah

kurangnya

efek

farmakoterapi

P1.1 Tidak ada

efek terapi

obat

- - - -

P1.2 Efek obat

tidak

optimal

- - - -

P1.3

Gejala atau

indikasi

tidak

diterapi

13.69

69.86

Demam 4 22,22%

28.61

78.20

Batuk

2. Keamanan

Terapi

Pasien

mengalami,

atau dapat

mengalami

obat yang

merugikan

P2.1

Kejadian

efek buruk

obat

mungkin

terjadi

81.09 Alergi 11

61,11%

42.40

07.39

Mual

Muntah

05.68

Hiperkalemia

77.56 Penurunan kadar

glukokortikoid

darah

55.18 Resiko irama

jantung tidak

teratur

42.40 Perubahan

mortilitas

gastrointestinal

43.81 Nefrotoksisitas

07.39 Menyebabkan

khelasi

71.09 Menghambat

penyerapan

gastrointestinal

81.09 Meningkatkan

resiko tendinitis

3. Lainnya P3.1

Masalah

dengan

efektivitas

biaya

pengobatan

- - - -

Universitas Sumatera Utara

Page 52: IDENTIFKASI MASALAH TERAPI OBAT PADA PASIEN DEMAM …

40

Domain

Primer

Kode

V8.02

Masalah

No.

RM

Keterangan Jlh %

P3.2

Penggunaan

obat yang

tidak perlu

76.42

54.79

77.56

Ibuprofen

CTM

Valsartan

3 16,67%

P3.3

Masalah /

keluhan

tidak jelas

Diperlukan

klarifikasi

lebih lanjut

(digunakan

sebagai jalan

keluar saja)

- - - -

Berdasarkan Tabel 4.4 diatas dapat dilihat P1.3 bahwa adanya indikasi

tanpa diberikan pengobatan sebanyak 4 kasus (22,22%), indikasi yang tidak

diobati, pasien yang mengalami demam tidak menerima terapi obat sesuai dengan

yang dibutuhkan. Hal ini tentu saja dikatakan indikasi tidak terobati karna

seharusnya pasien menerima obat (Kothe, 2008).

Permasalahan didapat pada P2.1 kejadian efek samping dari pengunaan

obat sebanyak 4 kasus (22,22%). Reaksi alergi merupakan efek samping yang

paling sering terjadi pada penggunaan antibiotik golongan beta laktam. Reaksi

anafiilaksis dengan spasme bronkus dan urtikaria dapat terjadi. Reaksi silang

biasanya terjadi pada pasien alergi penisilin berat, sedangkan pada alergi

penicillin yang ringan dan sedang kemungkinan kecil. Sefalosporin merupakan zat

nefrotoksik, walaupun jauh kurang toksik dibandingkan aminogliosida.

Kombinasi sefalosporin dengan aminoglikosida mempermudah terjadinya

nefrotoksisitas (Elin, 2008).

Sebagai contoh, penggunaan kortikosteroid (deksametason) dalam waktu

lama dapat menimbulkan efek moonface dan peningkatan nafsu makan. Dan

Universitas Sumatera Utara

Page 53: IDENTIFKASI MASALAH TERAPI OBAT PADA PASIEN DEMAM …

41

penggunaan nonsteroidal anti-inflammatory drug (NSAID) berkepanjangan, dapat

muncul efek samping berupa iritasi dan nyeri lambung. Ada beberapa obat ketika

dikonsumsi secara bersamaan, akan muncul efek yang tidak diinginkan.

Contohnya kombinasi antara obat hipertensi inhibitor ACE dengan diuretik

potasium-sparing (spironolakton) dapat menyebabkan hiperkalemia. Sebenarnya

tidak semua efek samping berakibat buruk, contohnya efek samping mengantuk

yang ditimbulkan bila kita mengonsumsi obat flu, obat batuk, atau obat alergi

seperti CTM. Efek kantuk yang ditimbulkan tidak perlu diatasi, karena efek ini

dibutuhkan pasien untuk bisa istirahat (Nuryati, 2017).

Misalnya Golongan quinolon (ciprofloxacin) ini tidak dianjurkan untuk

anak-anak, karena dapat menimbulkan efek samping pada tulang dan sendi, bila

diberikan pada anak akan menganggu pertumbuhan tulang pada masa anak

(Tandi, 2017).

Antibiotik golongan sefalosporin paling banyak diberikan pada pasien

demam tifoid. Penggunaan antibiotik golongan ini tidak dapat diberikan kepada

pasien yang hipersensitif terhadap obat-obat yang termasuk dalam golongan

sefalosporin, seperti sefadroksil, seftriakson, sefoperazone, sefotaksim, sefiksim,

seftazidime, siprofloksasin, dan sephradine. Akan tetapi, terdapat 32 pasien yang

menerima pengobatan antibiotik golongan sefalosporin dan tidak ada catatan

kontraindikasi pada pasien. Resistensi muncul karna penggunaan antibiotik yang

salah, penggunaan yang berlebihan (overuse), kesalahan penggunaan (misuse),

dan kurang digunakan (underuse) (Taketomo dkk., 2009).

Universitas Sumatera Utara

Page 54: IDENTIFKASI MASALAH TERAPI OBAT PADA PASIEN DEMAM …

42

4.5 Klasifikasi DRPs PCNE V8.02 untuk Penyebab Masalah Potensial

Terdapat masalah terapi obat pada pasien demam tifoid berdasarkan

penyebabnya diantaranya obat yang diberikan tanpa indikasi, efek samping obat,

indikasi yang tidak diobati dan adanya interaksi obat (Tabel 4.5).

Hal yang penting yang harus diperhatikan dalam interaksi obat adalah

tingkat keparahan interaksi, tingkat keparahan interaksi dapat memberikan

pengetahuan tentang proritas monitoring pasien. Keparahan interaksi diberi

tingkatan dan dapat diklasifiksikan ke dalam tiga tingkatan yaitu ringan (minor),

sedang (moderate) dan berat (mayor). Sebuah interaksi termasuk ke dalam

keparahan ringan (minor) jika interaksi mungkin terajdi tetapi dipertimbangkan

signifikan potensial berbahaya terhadap pasien jika terjadi kelalaian (Bailie,

2004), misalnya peningkatan efek hepatoksik Parasetamol oleh ranitidin,

manajemen untuk potensi interaksi ini adalah dilakukan pemantauan saat

penggunaan bersama obat ini (drugs.com, 2015).

Sebuah interaksi termasuk ke dalam keparahan sedang (moderate) jika

satu dari bahaya potensial mungkin terjadi pada pasien, dan beberapa tipe

intervensi sering diperlukan. Potensi interaksi obat dengan tingkat sedang pada

penelitian ini adalah Sukralfat-Ciprofloxacin. Mekanisme Sukralfat menurunkan

kerja dari Ciprofloxacin dengan menghambat absopsi di saluran gastrointestinal,

dalam golongan moderat ini, efek interaksi obat dapat muncul, sehingga harus

mendapat perhatian khusus (monitoring) dalam hal ini efek yang dapat muncul

akibat interaksi tersebut. Untuk membantu menghindari interaksi karena khelasi,

ciprofloxacin harus diminum 2 jam sebelum atau 6 jam setelah pemberian

sukralfat (Medscape, 2016).

Universitas Sumatera Utara

Page 55: IDENTIFKASI MASALAH TERAPI OBAT PADA PASIEN DEMAM …

43

Interaksi keparahan berat (mayor) terjadi jika terdapat probabilitas

kejadian yang tinggi, membahayakan pasien, menyangkut nyawa pasien dan dapat

menyebabkan kerusakan permanen (Bailie, 2004). Oleh karena itu sangat

dianjurkan untuk menghindari pengunaan obat-obat yang berinteraksi berat.

Kejadian potensi interaksi obat pada penelitian ini adalah kombinasi antara

deksametason dan levofloksasin dapat meningkatkan risiko tendon pecah,

meskipun resikonya lebih tinggi pada orang yang lebih tua, manajemen yang

dilakukan ialah seharusnya levofloksasin digunakan untuk mengobati kondisi

yang diduga kuat efektif untuk bakteri dan manfaat terapinya lebih besar daripada

risiko (drugs.com, 2015).

Berdasarkan penelitian skripsi yang dilakukan sebelumnya di rumah sakit

umum sari mutiara kota medan pada tahun 2014 didapat jenis interaksi

berdasarkan tingkat keparahan berat (mayor) 2 kasus (0,53%) tingkat sedang

(moderate) 151 kasus (40,05%) dan tingkat ringan (minor) 224 kasus (59,42%)

total jumlah kejadian 377 kasus (Seprida, 2015).

Tabel 4.5 Klasifikasi DRPs PCNE V8.02 untuk penyebab masalah potensial

Domain

Primer

Kode

V8.01

Masalah

No.

RM

Keterangan Jlh %

1. Pemilihan

obat

Penyebab

(potensi)

DRP terkait

dengan

pemilihan

obat

C1.1

Obat yang

tidak tepat

menurut

pedoman /

formularium

- - - -

C1.2 Obat yang

tidak tepat

(dalam

pedoman

tetapi

sebaliknya

kontra

indikasi)

81.09

Efek samping

obat

levofloxacin

4 22,22%

42.40

Efek samping

dari obat

Levofloxacin

07.39

Efek samping

dari obat

Ciprofloxacin

Universitas Sumatera Utara

Page 56: IDENTIFKASI MASALAH TERAPI OBAT PADA PASIEN DEMAM …

44

Domain

Primer

Kode

V8.01

Masalah

No.

RM

Keterangan Jlh %

05.68 Efek samping dari

kombinasi antara

obat hipertensi

inhibitor ACE

(Sprinolakton)dengan

diuretik potasium-

sparing (Furosemid)

C1.3

Obat tanpa

indikasi

76.42

Tidak perlu, karena

sudah diberikan obat

demam yaitu

Ibuprofen

3 16,67%

54.79

Tidak perlu, karena

sudah diberikan obat

alergi yaitu CTM

77.56

Tidak perlu, karena

sudah diberikan obat

antihipertensi yaitu

Valsartan

C1.4

Kombinasi

obat atau

obat

dengan

herbal yang

tidak tepat

77.56 Antasida

+

Deksametason

7 38,89%

55.18 Antasida

+

Ondansetron

42.40 Metoklorpramid

+

Parasetamol

43.81 Seftriakson

+

Furosemide

07.39 Sukralfat

+

Ciprofloxacin

71.09 Sukralfat

+

Levofloxacin

81.09 Deksametason

+

Levofloxacin

C1.5

Kelompok

terapeutik

atau bahan

aktif tidak

tepat

- - - -

Universitas Sumatera Utara

Page 57: IDENTIFKASI MASALAH TERAPI OBAT PADA PASIEN DEMAM …

45

Domain

Primer

Kode

V8.01

Masalah

No.

RM

Keterangan Jlh %

C1.6

Pengobatan

tidak

diberikan

meskipun ada

indikasi

13.69

69.86

Tidak diberikan

obat demam

4 22,

22%

28.61

78.20

Tidak diberikan

obat batuk

C1.7

Terlalu

banyak obat

yang

diresepkan

untuk indikasi

- - - -

2. Bentuk

Sediaan

Penyebab

DRP terkait

dengan

pemilihan

bentuk obat

C2.1

Bentuk

sediaan obat

tidak tepat

(untuk

pasien)

- - - -

3. Pemilihan

Dosis

Penyebab

DRP terkait

dengan

pemilihan

dosis atau

bentuk

sediaan

C3.1 Dosis obat

terlalu rendah

- - - -

C3.2 Dosis obat

terlalu tinggi

- - - -

C3.3

Frekuensi

penggunaan

dosis tidak

mencukupi

- - - -

C3.4

Frekuensi

pengunaan

dosis terlalu

sering

- - - -

C3.5 Instruksi

waktu

penggunaan

dosis salah,

tidak jelas

atau missing

- - - -

4. Durasi

Terapi

Penyebab

DRP terkait

dengan

durasi

pengobatan

C4.1 Lama

pengobatan

terlalu singkat

- - - -

C4.2

Lama

pengobatan

terlalu lama

- - - -

5.

Dispensing

Penyebab

C5.1

Obat yang

diresepkan

tidak tersedia

- - - -

Universitas Sumatera Utara

Page 58: IDENTIFKASI MASALAH TERAPI OBAT PADA PASIEN DEMAM …

46

Domain

Primer

Kode

V8.01

Masalah

No.

RM

Keterangan Jlh %

DRP terkait

dengan

logistik

proses

peresepan

dan peracikan

C5.2

Informasi

yang diperlukan

tidak tersedia

- - - -

C5.3

Obat, kekuatan

atau dosis

yang disarankan

salah

- - - -

C5.4 Obat atau

kekuatan

yang diberikan

salah

- - - -

6. Proses

Penggunaan

Obat

Penyebab

DRP terkait

dengan cara

pasien

mendapatkan

obat yang

diberikan

oleh seorang

profesional

kesehatan

atau perawat,

meskipun

instruksi

dosis tepat

(pada label)

C6.1

Waktu

pemberian dan

atau

interval

pemberian dosis

tidak tepat

- - - -

C6.2

Obat yang

diberikan

kurang

- - - -

C6.3

Obat yang

diberikan

berlebihan

- - - -

C6.4

Obat tidak

diberikan

sama sekali

- - - -

C6.5 Obat yang

diberikan

salah

- - - -

7. Pasien

Penyebab

DRP terkait

dengan

pasien dan

perilakunya

(disengaja

atau tidak

disengaja)

C7.1

Pasien

menggunakan /

mengambil

lebih sedikit

obat dari

yang

ditentukan

atau tidak

mengonsumsi

obat sama

sekali

- - - -

C7.2 Pasien

menggunakan /

mengambil obat

lebih banyak

- - - -

Universitas Sumatera Utara

Page 59: IDENTIFKASI MASALAH TERAPI OBAT PADA PASIEN DEMAM …

47

Domain

Primer

Kode

V8.01

Masalah

No.

RM

Keterangan Jlh %

obat dari

obat yang

diresepkan

- - - -

C7.3

Penyalahgunaan

obat oleh

pasien

(penggunaan

berlebihan

tidak sesuai

aturan)

- - - -

C7.4

Pasien

menggunakan

obat yang

tidak

dibutuhkan

- - - -

C7.5

Pasien

mengonsumsi

makanan yang

berinteraksi

dengan obat

- - - -

C7.6

Pasien

menyimpan

obat tidak tepat

- - - -

C7.7

Waktu dan

interval dosis

tidak tepat

- - - -

C7.8 Penggunaan

dan cara

penyimpanan

obat yang salah

- - - -

C7.9

Pasien tidak

dapat

menggunakan

obat / bentuk

sediaan sesuai

petunjuk

-

-

-

-

8. Lain-lain

C8.1

Tidak ada atau

pemantauan

outcome tidak

sesuai

(termasuk

TDM)

- - - -

Domain

Primer

Kode

V8.01

Masalah

No.

RM

Keterangan Jlh %

Universitas Sumatera Utara

Page 60: IDENTIFKASI MASALAH TERAPI OBAT PADA PASIEN DEMAM …

48

C8.2

Penyebab

lainnya;

spesifik

- - - -

C8.3 Tidak ada

penyebab yang

jelas

- - - -

Interaksi obat adalah sebagai modifikasi efek suatu obat akibat obat lain

yang diberikan pada awalnya atau diberikan bersamaan, atau bila dua atau lebih

obat berinteraksi sedemikian rupa sehingga keefektifan atau toksisitas satu obat

atau lebih berubah. Berdasarkan mekanismenya, interaksi dapat dibagi menjadi

interaksi yang melibatkan aspek farmakokinetika obat dan interaksi yang

mempengaruhi respon farmakodinamik obat. Beberapa interaksi obat yang

dikenal merupakan kombinasi lebih dari satu mekanisme (Fradgley, 2003).

Interaksi obat potensial seringkali terjadi pada pasien rawat inap yang

diresepkan banyak pengobatan. Prevalensi interaksi obat meningkat secara linear

seiring dengan peningkatan jumlah obat yang diresepkan, jumlah kelas obat dalam

terapi, jenis kelamin dan usia pasien (Mara, 2006).

Interaksi kategori minor yang terjadi adalah Seftriakson - Furosemide dan

jenis interaksi farmakodinamik, Kombinasi keduanya dapat menyebabkan

Nefrotoksisitas meningkat dan dapat menyebabkan kerusakan pada ginjal.

Seftriakson walaupun memiliki efek samping yang minimal terhadap ginjal,

manajemen penggunaannya harus dimonitoring jika fungsi ginjal dan hati tidak

normal ataupun diberikan bersama dengan obat-obat yang mengakibatkan efek

samping pada ginjal seperti furosemide (Setiabudi, 2007).

Interaksi kategori minor yang terjadi adalah Metoklopramid - Parasetamol

Perubahan mortilitas gastrointestinal karena kebanyakan obat sebagian besar

Universitas Sumatera Utara

Page 61: IDENTIFKASI MASALAH TERAPI OBAT PADA PASIEN DEMAM …

49

diserap di bagian atas usus kecil, obat-obatan yang mengubah laju pengosongan

lambung dapat mempengaruhi absorpsi. Propantelin misalnya, menghambat

pengosongan lambung dan mengurangi penyerapan parasetamol (asetaminofen),

sedangkan metoklopramid memiliki efek meningkatkan kadar acetaminophen

dengan meningkatkan penyerapan gastrointestinal. Manajemennya penggunaan

harus dimonitoring (Stockley, 2008).

Interaksi kategori moderate yang terjadi adalah Sukralfat - Ciprofloxacin

dan jenis interaksi farmakokinetik tempat interaksi absopsi. Mekanisme Sukralfat

menurunkan kerja dari Ciprofloxacin dengan menghambat absopsi di saluran

gastrointestinal, dalam golongan moderat ini, efek interaksi obat dapat muncul,

sehingga harus mendapat perhatian khusus (monitoring) dalam hal ini efek yang

dapat muncul akibat interaksi tersebut. Untuk membantu menghindari interaksi

karena khelasi, ciprofloxacin harus diminum 2 jam sebelum atau 6 jam setelah

pemberian sukralfat (Medscape, 2016).

Interaksi farmakokinetik pada fase absorbsi adalah antasida dan

dexamethasone, dexamethasone merupakan golongan kortikosteroid jika

digunakan bersamaan dengan antasida akan menyebabkan interaksi berupa

penurunan kadar glukokortikoid darah melalui efek glukokortikoid akan

menurunkan perlindungan selaput lendir lambung/ mucus barrier sehingga terjadi

peningkatan produksi asam lambung. Manajemen untuk menghindari terjadinya

interaksi tersebut yaitu antasida diberikan 2-3 jam setelah mengkonsumsi

deksamethasone. Interaksi ini merugikan karena dapat mengakibatkan mual,

pendarahan gastrointestinal (Tatro, 2006).

Universitas Sumatera Utara

Page 62: IDENTIFKASI MASALAH TERAPI OBAT PADA PASIEN DEMAM …

50

Pada interaksi farmakodinamik yang paling banyak terjadi interaksi

yaituobat antasida dan ondansetron. Ondansetron dapat meningkatkan resiko

irama jantung tidak teratur, gangguan elektrolit seperti hypokalemia dan

hipomagnesia. Jika obat tersebut digunakan bersamaan maka dosis dan durasi

tidak boleh melampaui anjuran yang diberikan. Apabila pasien mengalami gejala

seperti irama jantung tidak teratur, pusing, pingsan sesak nafas segera hubungi

tenaga medis (Drugs.com 2017).

Interaksi sukralfat dan levofloxacin adalah interaksi obat kategori moderate

dan jenis interaksi farmakokinetik tempat interaksi absopsi mekanisme sukralfat

menurunkan kadar levofloxacin dengan menghambat penyerapan gastrointestinal

manajemennya harus gunakan perhatian khusus (monitoring) (Medscape, 2016).

Interaksi deksametason dan levofloxacin adalah interaksi obat kategori

mayor dan jenis interaksi farmakokinetika efek menggunakan levofloxacin dan

deksametason dapat meningkatkan resiko tendinitis dan tendon pecah. Mekanisme

interaksi tidak diketahui tendinitis dan tendon pecah telah paling sering

melibatkan tencon Achilles, meskipun kasus yang melibatkan manset rotator

(bahu), tangan, bisep dan ibu jari telah dilaporkan. Beberapa telah diperlukan

perbaikan bedah atau mengakibatkan cacat berkepanjangan. Ruptur tendon dapat

terjadi selama atau sampai beberapa bulan setelah terapi fluorokuinolon.

Manajemen perhatian terutama pada pasien dengan factor resiko penyerta lainnya

(usia > 60 tahun, transplantasi ginjal, paru-paru). Pasien harus berhenti konsumsi

flourokuinolon dan hubungi dokter jika mengalami rasa sakit (Tatro, 2006).

Universitas Sumatera Utara

Page 63: IDENTIFKASI MASALAH TERAPI OBAT PADA PASIEN DEMAM …

51

4.6 Klasifikasi DRPs menurut PCNE V8.02 untuk Intervensi yang

direncanakan

Klasifikasi masalah terapi obat berdasarkan interverensi yang direncanakan

diberikan pada pasien demam tifoid dapat dilihat dari (tabel 4.6).

Tabel 4.6 Klasifikasi DRPs menurut PCNE V8.02 untuk intervensi yang

direncanakan

Domain Primer Kode

V8.02

Interverensi

No

RM

Keterangan

Tidak ada

intervensi

I0.1 Tidak ada

tindakan

13.69 Tidak ada

tindakan

69.86 Tidak ada

tindakan

28.61

Tidak ada

tindakan

78.20 Tidak ada

tindakan

1. Pada level

prescriber

I1.1 Preskriber

(pemberi resep)

menginformasi

cepat

- -

I1.2

Preskriber

meminta informasi

- -

I1.3

Intervensi diusulkan

preskriber

- -

I1.4 Intervensi

didiskusikan dengan

preskriber

- -

2. Pada level

pasien

I2.1

Konseling terhadap

obat pasien

- -

I2.2

Hanya disediakan

informasi tertulis

- -

I2.3

Pasien dirujuk ke

preskriber

- -

I2.4 Disampaikan kepada

anggota keluarga /

pengasuh

- -

3. Pada level obat I3.1 Obat diubah

menjadi….

- -

I3.2

Dosis diubah

menjadi….

- -

I3.3

Formulasi berubah

menjadi ......

- -

Universitas Sumatera Utara

Page 64: IDENTIFKASI MASALAH TERAPI OBAT PADA PASIEN DEMAM …

52

Domain Primer Kode

V8.02

Interverensi

No

RM

Keterangan

I3.4

Instruksi

penggunaan

diubah menjadi ..

- -

I3.5 Obat dihentikan 76.42

Diberikan obat

Ibuprofen saja

54.79 Diberikan obat

CTM saja

77.56 Diberikan obat

Valsartan saja

I3.6 Diberikan obat

baru

81.09 Diberikan

setirizine karna

mengalami alergi

42.40

07.39

Diberikan

domperidone

karna mengalami

mual dan muntah

05.68

Diberikan kalsium

glukonat karna

mengalami

hiperkalemia

4. Intervensi atau

aktivitas lain

I4.1

Intervensi lain

(sebutkan)

77.56

Antasida diberikan

2-3 jam setelah

mengkonsumsi

deksametason

55.18

Dosis dan durasi

tidak boleh

melampaui anjuran

yang diberikan

42.40 Penggunaan harus

dimonitoring

43.81 Monitor jika

fungsi ginjal dan

hati tidak normal

07.39 Ciprofloxacin

harus diminum 2

jam sebelum atau

6 jam setelah

pemberian

sukralfat

71.09

Penggunaan harus

dimonitoring

81.09

Hubungi dokter

jika mengalami

rasa sakit

Universitas Sumatera Utara

Page 65: IDENTIFKASI MASALAH TERAPI OBAT PADA PASIEN DEMAM …

53

Domain Primer Kode

V8.02

Interverensi

No

RM

Keterangan

I4.2 Efek samping

dilaporkan kepada

pihak berwenang

- -

Menurut PCNE V8.02 masalah terapi obat yang muncul dilakukan

pencegahan dari berbagai tingkatan baik dari presepan dari pasien itu sendiri,

masalah yang muncul pada pengobatan dan pecegahan atau penanganan lainnya

atau tidak ada tindakan yang diambil sama sekali. Berdasarkan Tabel 4.6 diatas

didapat hanya ada 4 kasus yang mendapatkan pencegahan dalam penanganan

MTO yang terjadi pada pasien demam tifoid.

Universitas Sumatera Utara

Page 66: IDENTIFKASI MASALAH TERAPI OBAT PADA PASIEN DEMAM …

54

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat masalah terapi obat yang

terjadi pada pasien demam tifoid yaitu P2.1 Kejadian efek buruk obat mungkin

terjadi 11 kasus (61,11%), P1.3 Gejala atau indikasi tidak diterapi 4 kasus

(22,22%) dan P3.2 Penggunaan obat yang tidak perlu 3 kasus (16,67%).

5.2 Saran

Bagi peneliti selanjutnya, perlu dilakukan penelitian pada pasien demam tifoid

dengan adanya komplikasi dengan penyakit infeksi lain serta menggambarkan

antibiotik yang digunakan dan selanjutnya dapat melakukan penelitian secara

prospektif ataupun gabungan antara retrospektif dan prospektif sehingga hasilnya

dapat dibandingkan.

Universitas Sumatera Utara

Page 67: IDENTIFKASI MASALAH TERAPI OBAT PADA PASIEN DEMAM …

55

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2003. Background Document: The Diagnosis, Treatment and Prevention

of Typhoid Fever, Communicable Disease Surveillance and Response

Vaccines and Biologicals, WHO 2003. (Diambil dari

http://whqlibdoc.who.int/hq/2003/WHO_V&B_03.07.pdf. diakses: 9

Januari 2011).

Anonim. 2015. Drugs.com. tanggal diakses 30 Mei 2015.

drug.com/drug_interactions.php.

Bailie, G.R., Johnson, C.A., Mason, N.A., Peter, W.L.St. 2004. Medfacts Pocket

Guide of Drug Interaction. Second Edition. Middleton: Bone Care

International, Nephrology Pharmacy Associated, Inc. Halaman 1-6.

Cipolle, RJ., Strand, LM, Morley, PC. 2004. Drug Therapy Problem, In

Pharmaceutical Care Practie The Clinician's Guide. second edition, New

York: The McGraw-Hill Companies. Pages 324-327.

Cipolle, R.J, Strand, L.M. & Morley, P.C. 2007. Pharmaceutical Care Practice.

New York: Mc Graw Hill Company. Halaman 75, 82-83, 96-101.

Departemen Kesehatan RI. 2006. Pedoman Penyelenggaraan dan Prosedur

Rekam Medis Rumah Sakit di Indonesia. Jakarta: Depkes RI.

Dinkes Propsu. 2009. Profil Kesehatan Sumatera Utara 2008. Medan: Dinas

Kesehatan Provinsi Sumatera Utara.

Elin Y.S. 2008. Iso Farmakoterapi. Jakarta: PT. ISFI. Halaman 349-353.

Fradgley, S. 2003. Interaksi Obat. Jakarta: PT Elex Media Komputindo

Kelompok Gramedia. Halaman 120 – 123.

Gunawan S.G. 2007. Farmakologi dan terapi. Jakarta: Departemen Farmakologi

dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Halaman 210-

212.

Hadinegoro, S.R. 1999. Masalah Multi Drug Resistance pada Demam Tifoid

Anak. Jakarta: Cermin Dunia Kedokteran. Halaman 5-8, 124.

Halisapoetro, Soeharyo. 1990. Beberapa Faktor yang Berpengaruh terhadap

Kejadian Perdarahan dan atau Perforasi Usus Pada Demam Tifoid.

Semarang: Universitas Diponegoro.

Hammad, O. M. 2011. Ceftriaxone versus Chloramphenicol for Treatment of

Acute Typhoid Fever. Life Science Journal. 8(2) :100-105.

Herawati, M.H., Ghani., L. 2009. Hubungan Faktor Determinan dengan Kejadian

Demam Tifoid di Indonesia tahun 2007. (http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin

/jurnal/19409165173.pdf Accessed 2 April 2012).

Iskandar D.1998. Rumah Sakit, Tenaga Kesehatan dan Pasien. Jakarta: Sinar

Grafika. Halaman 100.

Istiantoro, Y.H., dan Gan., V.H.S. 2005. Farmakologi dan Terapi: Penisilin,

Sefalosporin dan Antibiotik Betalaktam Lainnya. Edisi IV. Jakarta:

Departemen Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Halaman 622–625.

Juwono, R. 2004. Demam Tifoid dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I.

Edisi III. Jakarta: FKUI. Halaman 101-105.

Kalbe academia highlight. 2014. Terapi terkini demam tifoid. Cermnin Dunia

Kedokteran. 41(6) :475.

Universitas Sumatera Utara

Page 68: IDENTIFKASI MASALAH TERAPI OBAT PADA PASIEN DEMAM …

56

Kothe, H. 2008. Outcome of community-acquired demam tifoid: Influence of age,

residence status and antimicrobial treatment. European Respiratory

Journal. 32 (1) :139–146.

Kumar, Y.A, Ahmad, A Kumar., V.R Mohanta, G.P., Manna, P.K. 2012.

Pharmacists interventions and pharmaceutical care in an Indian Teaching

Hospital: A prospective study. International Journal of Advanced

Research in Pharmaceutical and Bio Sciences. 46 (1) :392-394

Mangunatmadja I, Munasir, Z., Gatot D. 2003. Pediatrics update. Jakarta: Ikatan

Dokter Anak Indonesia. Halaman 110-112.

Mara, J.C., dan Carlos, J.T. 2006. Prevalence of Potential Drug-Drug Interactions

and its Associated Factors In a Brazilian Teaching Hospital. Brazil Journal

of Pharmaceutical Science. 9(3): 427-433.

Moehario, L.h. 2009. Molecular Epidemiology Salmonella Thypi Across

Indonesia Reveals Bacterial Migration. Available from:

http://www.jidc.org/index.php/journal/article/viewFile /548/283.

Munaf, S. 2009. Kumpulan Kuliah Farmakologi. Edisi II. Jakarta: Buku

Kedokteran EGC. Halaman 400-451.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT.

Rineka Cipta. Halaman 105.

Nursalam. 2005. Asuhan keperawatan bayi dan anak. Edisi I. Jakarta: Salemba

Medika. Halaman 97-100.

Nuryati. 2017. Bahan Ajar Rekam Medis dan Informasi Kesehatan (RMIK).

Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Priastiputri. 2015. Analisis drug related problem (DRPs) pada pasien demam

tifoid rawat inap di Rumah Sakit “Y” Kota Surabaya. Skripsi. Universitas

Surabaya.

Prest, M. 2003. Penggunaan Obat Pada Lanjut Usia: Farmasi Klinik Menuju

pengobatan ynag Rasional dan Penghargaan Pilihan Pasien. Jakarta: PT

Elex Media Komputindo. Halaman 203- 213.

PCNE. 2017. Classification for Drug Related Problems, Pharmaceutical Care

European.(online).(https://www.pcne.org/upload/files/215_PCNE_classifi

cation_V8-01.pdf pada 15 Juni 2017).

Riyanto. 2011. Buku Ajar Metodologi Penelitian. Jakarta: EGC. Halaman 102-

105.

Setiabudi, R. 2007. Farmakologi dan Terapi: Golongan Kuinolon dan

Fluorokuinolon Farmakologi. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia. Halaman 720.

Seprida. 2015. Evaluasi interaksi obat pada pasien pediatrik demam tifoid di

rumah sakit umum sari mutiara medan periode januari-desember 2014.

Skripsi. Universitas Sumatera Utara.

Sidabutar R.P., dan Wiguno, P. 2009. Hipertensi Esensial, Ilmu Penyakit Dalam

Jilid 11. Jakarta: FK-UI. Halaman 98.

Siswandono, 2008. Kimia Medisinal. Edisi II. Surabaya: Airlangga University

Press. Halaman 134.

Universitas Sumatera Utara

Page 69: IDENTIFKASI MASALAH TERAPI OBAT PADA PASIEN DEMAM …

57

Soedarno, S.S.P., Garna, H., dan Hadinegoro, S.R. 2002. Buku Ajar Ilmu

Kesehatan Anak: Infeksi &Penyakit Tropis. Edisi I. Jakarta: IDAI.

Halaman 367-375.

Soedarto, 2007. Sinopsis Kedokteran Tropis. Surabaya: Airlangga University

Press. Halaman 221-223.

Supari, S.F. 2006. Pedoman Pengendalian Demam Tyfoid (online).

(http://125.160.76.194/peraturan/Himp.%20Cetak%2006/Cetak%Himp.%

20 Jilid%20V/DEMAM%20TIFOID/Lamp%20Tifoid.pdf.).

Stockley, Baxter., K. 2010. Stockley’s Drug Interaction. Nine Edition. London:

Pharmaceutical Press. Halaman 144, 698.

Taketomo, C.K., Hodding, J.H., Kraus, D.M. 2009. Pediatric Dosage Handbook.

American Pharmacists Association. (1) 34 :52-57.

Tandi, dan Joni. 2017. Kajian Kerasionalan Penggunaan Obat pada Kasus Demam

Tifoid di Instalasi Rawat Inap Anutapura Palu. Jurnal Ilmiah Pharmacon.

6 (4) :2302 – 2493.

Tatro D.S. 2006. Drug Interaction Fact. fifth Edition, facts and comparisons A.

California: Wolter Kluwer Company. Halaman 175, 348, 376.

Tjay, T.H., dan Rahardja, K. 2010. Obat-Obat Penting. Jakarta: Elex Media

Komputindo. Halaman 65-88.

Tripathi, K. D. 2003. Antimicrobial drugs: general consideration Essential of

medical pharmacology. Fifth edition. Jaypee: Brothers Medical

Publishers. 2(67) 78-81.

Widodo, J. 2007. Demam Tifoid, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV. Jilid

III. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKIU.

Halaman 1752-1754.

World Health Organization. 2003. Backgroud document: The Diagnosis,

treatment and prevention of typhoid fever. Geneva: World Health

Organization.

Zulkhoni, A. 2011. Parasitologi untuk Keperawatan, Kesehatan Masyarakat,

Teknik Lingkungan, Yogyakarta: Nuha Medika. Halaman 360-365.

Universitas Sumatera Utara

Page 70: IDENTIFKASI MASALAH TERAPI OBAT PADA PASIEN DEMAM …

58

Lampiran 1. Surat judul penelitian

Universitas Sumatera Utara

Page 71: IDENTIFKASI MASALAH TERAPI OBAT PADA PASIEN DEMAM …

59

Lampiran 2. Surat permohonan izin penelitian

Universitas Sumatera Utara

Page 72: IDENTIFKASI MASALAH TERAPI OBAT PADA PASIEN DEMAM …

60

Lampiran 3. Surat persetujuan komisi etik tentang pelaksanaan penelitian

Universitas Sumatera Utara

Page 73: IDENTIFKASI MASALAH TERAPI OBAT PADA PASIEN DEMAM …

61

Lampiran 4. Surat izin penelitian di RSUP H. Adam Malik

Universitas Sumatera Utara

Page 74: IDENTIFKASI MASALAH TERAPI OBAT PADA PASIEN DEMAM …

62

Lampiran 5. Surat selesai penelitian di RSUP H. Adam Malik

Universitas Sumatera Utara

Page 75: IDENTIFKASI MASALAH TERAPI OBAT PADA PASIEN DEMAM …

63

Lampiran 6. Rekam medik penggunaan obat

Data Pasien Data Pengobatan

20 Febuari 21 Febuari 22 Febuari

Nama : CP Omeprazole 2 x 20mg RL 500 btl /ml Seftriakson serb inj 1000mg/vial

No. RM : 00.44.38.48 Seftriakson serb inj1000mg/vial

PCT 3 x 500mg

Seftriakson serb inj 1000mg/vial

RL 500 btl /ml

PCT 3 x 500mg

Omeprazole 2 x 20mg Jenis Kelamin: LK

Umur : 21 Tahun

RL 500 btl /ml

PCT 3 x 500mg

Omeprazole 2 x 20mg

Laxadine Emulsi 3 x 60ml

Diagnosa : Demam typhoid

23 Febuari

Anamnesa Seftriakson serb inj1000mg/vial

RL 500 btl /ml

Demam Mencapai 40.5oC PCT 3 x 500mg

Sakit Kepala Omeprazole 2 x 20mg

Mual

Muntah

Sakit Perut

Konstipasi

Data Pasien Data Pengobatan

10 Oktober 11 Oktober 12 Oktober

Nama : IE Nacl 0,9% 500ml Ranitidin Inj 25mg/ml Nacl 0,9% 500ml

No. RM : 00.72.20.28 Ranitidin Inj 25mg/ml Sefiksim 2x 200mg Ranitidin Inj 25mg/ml

Umur : 12 Tahun Sefiksim 2x200mg

Jenis Kelamin: LK Ranitidine Tab 2x150 Mg

Universitas Sumatera Utara

Page 76: IDENTIFKASI MASALAH TERAPI OBAT PADA PASIEN DEMAM …

64

Diagnosa :

Demam

typhoid

Anamnesa

Demam Mencapai 40.5oC 13 Oktober

Sakit Perut Sefiksim 2 x 100mg Kap

Mual

Muntah

Data Pasien 23 Agustus 24 Agustus 25 Agustus

Nama : AP Ranitidine Inj 50 mg/2ml Ranitidin Inj 25mg/Ml Larutan Karbohidrat

No. RM : 00.71.76.18 Nacl 0,9% 500 ml Sefiksim 200mg Ranitidine Inj 50 mg/2ml

Umur : 5 Tahun

PCT 3x500mg

Larutan Karbohidrat

Larutan Karbohidrat

Ranitidine Inj 50 mg/2ml

Seftriakson serb inj 1000mg/vial

Jenis

Kelamin:

PR

Seftriakson serbinj1000mg/vial

Seftriakson serb inj 1000mg/vial

Diagnosa : Demam typhoid Paracetamol Syr 60 Ml

Anamnesa 26 Agustus 27 Agustus 28 Agustus

Demam Mencapai 40.5oC Larutan Karbohidrat Ranitidine Inj 50 mg/2ml Seftriakson serb inj 1000mg/vial

Sakit Kepala

Mual

Ranitidine Inj 50 mg/2ml Seftriakson serb inj 1000mg/vial Ranitidine Inj 50 mg/2ml

Paracetamol Syr 60 Ml

Muntah

Batuk Kering Seftriakson serb inj1000mg/vial

Konstipasi 29 Agustus 30 Agustus

Ranitidine Inj 50 mg/2ml Ranitidine Inj 50 mg/2ml

Universitas Sumatera Utara

Page 77: IDENTIFKASI MASALAH TERAPI OBAT PADA PASIEN DEMAM …

65

Seftriakson serb inj1000mg/vial

PCT 3x500mg

Seftriakson serb inj1000mg/vial

Laxadine Emulsi 3 x 60ml

Parasetamol Syr 60 Ml

Loratadine 10 Mg

Vitamin B- Complex (1x1)

Sefadroksil Sirup Kering 125

mg/5ml (2x1)

Data Pasien Data Pengobatan

15 Agustus 16 Agustus 17 Agustus

Nama : RM Larutan Karbohidrat Larutan Karbohidrat Larutan Karbohidrat

No. RM : 00.71.69.86 Racikan 01 Nacl 0,9% 100 ml

Umur : 9 tahun

Seftriakson serb inj 1000mg/vial

Jenis Kelamin: LK 18 Agustus 19 Agustus 20 Agustus

Diagnosa : Demam typhoid

Larutan Karbohidrat Nacl 0,9% 100 ml Seftriakson serb inj 1000mg/vial

Seftriakson serb inj1000mg/vial Racikan 01 Larutan Karbohidrat

Anamnesa Nacl 0,9% 100 ml Larutan Karbohidrat

Seftriakson serb inj 1000mg/vial

Demam Mencapai 40.5oC

Sakit Kepala 21 Agustus 22 Agustus 23 Agustus

Sakit Perut

Konstipasi Seftriakson serb inj1000mg/vial Larutan Karbohidrat Racikan 01 (2x1)

Mual

Muntah

Larutan Karbohidrat Seftriakson serb inj1000mg/vial

Laxadine Emulsi 4 x 60ml

Parasetamol Infus (1x1)

Universitas Sumatera Utara

Page 78: IDENTIFKASI MASALAH TERAPI OBAT PADA PASIEN DEMAM …

66

Data Pasien Data Pengobatan

01 Agustus 02 Agustus 03 Agustus

Nama : KZ Larutan Karbohidrat Parasetamol Infus Tidak ada Medikasi

No. RM : 00.71.55.18 Sefotaksim inj 1000mg/vial

Umur : 5 Tahun

Jenis Kelamin: PR 04 Agustus 05 Agustus 06 Agustus

Diagnosa : Demam typhoid

Ondansetron Inj 4mg/ml Racikan 01 Seftriakson serbinj1000mg/vial

Parasetamol Infus Nacl 0,9% 100 ml Nacl 0,9% 100 ml

Anamnesa Seftriakson serbinj1000mg/vial Seftriakson serbinj1000mg/vial Racikan 01

Demam Mencapai 40.5oC 07 Agustus

Mual Larutan Karbohidrat

Muntah Seftriakson inj 1000mg/vial

Nyeri Nacl 0,9% 100 ml

Deksametason Inj

Racikan 01 (3x1)

Racikan 02 (1x1)

Data Pasien Data Pengobatan

22 Juli 23 juli 26 Juli

Nama : NK Larutan Karbohidrat Larutan Karbohidrat Seftriakson inj 1000mg/vial

No. RM : 00.71.45.29 Racikan 01 Racikan 01

Umur : 3 Tahun

Jenis Kelamin: PR 27 juli 28 juli 29 Juli

Universitas Sumatera Utara

Page 79: IDENTIFKASI MASALAH TERAPI OBAT PADA PASIEN DEMAM …

67

Diagnosa :

Demam

Typhoid

Seftriakson inj 1000mg/vial Parasetamol Infus (1x1)

Racikan 01

Parasetamol Infus (1x1)

Anamnesa

30 juli 31 juli 01 Agustus

Demam Mencapai 40.5oC Parasetamol Infus (1x1) Sefotaksim inj 1000mg/vial Larutan Karbohidat

Mual Seftriakson inj 1000mg/vial Seftriakson inj 1000mg/vial

Muntah

02 Agustus 03 Agustus

RL 500 btl /ml Racikan 01 (2x1)

Seftriakson inj 1000mg/vial

Data Pasien Data Pengobatan

18 Juni 19 Juni 20 Juni

Nama : YK RL 500 btl /ml RL 500 btl /ml RL 500 btl /ml

No. RM : 00.71.11.85 PCT 3x500mg PCT 3x500mg PCT 3x500mg

Umur : 20 Tahun

Jenis

Kelamin:

LK 21 Juni 22 Juni 23 Juni

RL 500 btl /ml Nacl 0,9% 100 ml RL 500 btl /ml

Diagnosa : Demam typhoid

PCT 3x500mg Seftriakson inj 1000mg/vial Salbutamol-Ventolin Nebules 2,5

Mg

Anamnesa Nacl 0,9% 100 Ml RL 500 btl /ml PCT 3x500mg

Seftriakson inj

1000mg/vial

Salbutamol-Ventolin Nebules 2,5

Mg

Seftriakson inj 1000mg/vial

Nacl 0,9% 500 ml

Demam Mencapai 40.5oC Siprofloksasin Tab 2 x 500 Mg Siprofloksasin Tab 2 x 500 Mg

Sakit Kepala

Universitas Sumatera Utara

Page 80: IDENTIFKASI MASALAH TERAPI OBAT PADA PASIEN DEMAM …

68

Mual 24 Juni 25 Juni 26 Juni

Muntah Salbutamol-Ventolin PCT 3x500mg PCT 3x500mg

Batuk Nebules 2,5 Mg RL 500 btl /ml Levofloxacin 500 mg (1x1)

Asma PCT 3x500mg Ranitidine Inj 50 Mg/2ml Kodein Tab 10 mg (Fosfat) (3x1)

Siprofloksasin 2x500

Mg

Siprofloksasin 2 x 500 Mg

Seftriakson inj 1000mg/vial

Seftriakson inj

1000mg/vial

Salbutamol-Ventolin Nebules 2,5

Mg

RL 500 btl /ml

Ranitidine Inj 50

Mg/2ml

Data Pasien Data Pengobatan

06 Mei 07 Mei 08 Mei

Nama : R Ranitidine Inj 50mg/2ml Ranitidine Inj 50mg/2ml Ranitidine Inj 50mg/2ml

No. RM : 00.70.73.58 Nacl 0,9% 500 ml Nacl 0,9% 500 ml Nacl 0,9% 500 ml

Umur : 31 Tahun

Jenis

Kelamin:

PR 09 Mei 10 Mei

PCT 3x500mg Ranitidine Inj 50mg/2ml

Diagnosa :

Demam

typhoid

Ranitidine Inj 50mg/2ml

Nacl 0,9% 500 ml

Nacl 0,9% 500 ml

PCT 3x500mg

Anamnesa Kalium Klorida – Ksr 600 mg

(1x1)

Demam Mencapai 40.5oC Siprofloksasin 2 x 500 Mg

Mual Vitamin B- Complex

Gastric

Universitas Sumatera Utara

Page 81: IDENTIFKASI MASALAH TERAPI OBAT PADA PASIEN DEMAM …

69

Data Pasien Data Pengobatan

15 Apr 16 Apr 17 Apr

Nama : RA Nacl 0,9% 500 ml Metoklopramid – Sotatic

Inj5mg/ml

Metoklopramid – Sotatic Inj

5mg/ml No. RM : 00.70.13.41

Umur : 24 Tahun Ranitidine Inj 50mg/2ml PCT 3x500mg PCT 3x500mg

Jenis

Kelamin:

PR Parasetamol Infus

Ketorolac Inj 30 mg/ml

Nacl 0,9% 500 ml

Ranitidine Inj 50mg/2ml

Nacl 0,9% 500 ml

Ranitidine Inj 50mg/2ml

Diagnosa :

Demam

typhoid

Metoklopramid - Sotatic

Inj5mg/ml

Levofloxacin 500 mg/ 100 ml

Anamnesa PCT 3x500mg

Demam Mencapai 40.5oC 18 Apr 19 Apr 20 Apr

Mual

Muntah

Metoklopramid - Sotatic Inj

5mg/ml

Seftriakson Inj 1000mg/Vial

Metoklopramid – Sotatic Inj

5mg/ml

RL 500 btl /ml

Metoklopramid – Sotatic Inj

5mg/ml

Batuk Nacl 0,9% 500 ml PCT 3x500mg PCT 3x500mg

Sakit Kepala

Nyeri

Ranitidine Inj 50mg/2ml

Levofloxacin 500mg/ 100 ml

Betahistine 6 mg (3x1)

Nacl 0,9% 500 ml

Betahistine 6 mg (3x1)

Ranitidine Inj 50mg/2ml

PCT 3x500mg Ranitidine Inj 50mg/2ml Kodein Tab 20 Mg

Seftriakson Inj 1000mg/Vial Seftriakson Inj 1000mg/Vial

Betahistine 6 Mg (3x1)

21 Apr 22 Apr 23 Apr

Seftriakson Inj. 1000mg/Vial

PCT 3x500mg

Metoklopramid

PCT 3x500mg

Metoklopramid

PCT 3x500mg

Betahistine 6 mg (3x1) Betahistine 6 mg (3x1) Betahistine 6 mg (3x1)

Ranitidine Inj 50mg/2ml Ranitidine Inj 50mg/2ml Ranitidine Inj 50mg/2ml

Metoklopramid Sefiksim 100 mg Kap (2x1) Sefiksim 100 mg Kap (2x1)

Universitas Sumatera Utara

Page 82: IDENTIFKASI MASALAH TERAPI OBAT PADA PASIEN DEMAM …

70

Sefiksim 100 mg Kap (2x1) Ranitidine Tab 150 Mg (2x1)

Data Pasien Data Pengobatan

05 Maret 06 Maret 07 Maret

Nama : AS Omeprazole 20 Mg RL 500 btl /ml RL 500 btl /ml

No. RM : 00.49.20.41 RL 500 btl /ml Metronidazole Tab 500 mg (3x1) PCT 3x500mg

Umur : 49 Tahun PCT 3x500mg Omeprazole 20 mg Metronidazole Tab 500 mg (3x1)

Jenis

Kelamin :

PR Siprofloksasin Tab 500 mg (2x1) PCT 3x500mg Omeprazole 20 mg

Levofloxacin 500 mg (1x2)

Diagnosa :

Demam

typhoid

08 Maret 09 Maret 10 Maret

Anamnesa

RL 500 btl /ml Metronidazole Tab 500 mg (3x1) PCT 3x500mg

PCT 3x500mg Omeprazole 20 mg (2x1) Metronidazole Tab 500 mg (3x1)

Metronidazole Tab 500 mg (3x1)

Omeprazole 20 mg

Levofloxacin 500 mg (1x2)

PCT 3x500mg

Levofloxacin 500 mg (1x2)

Demam 39.7oC

Gastritis Levofloxacin 500 mg (1x2) RL 500 btl /ml

Mual

Muntah

Data Pasien Data Pengobatan

25 Oktober 26 Oktober 27 Oktober

Nama : RS Glucose 10 % 500 ml Racikan 01(3x1) Ambroxol Syrup (2x0,50)

No. RM : 00.72.38.78 Dex 5 + Nacl 0.225 Dex 5 + Nacl 0.225 Zinc Tab 20 mg (1x1)

Umur : 1 Tahun Zinc Tab 20 mg (1x1) Vitamin B- Complex (1x1)

Jenis

Kelamin :

LK

Dex 5 + Nacl 0.225

Asam Folat- Profolat 0,4mg

(1x1)

Universitas Sumatera Utara

Page 83: IDENTIFKASI MASALAH TERAPI OBAT PADA PASIEN DEMAM …

71

Diagnosa :

Demam

typhoid

Seftriakson Inj. 1000mg/Vial

28 Oktober 29 Oktober 30 Oktober

Anamnesa

Asam Folat- Profolat 0,4mg (1x1) PCT 3x500mg

Vitamin B- Complex (1x1)

Seftriakson Inj. 1000mg/Vial

Zinc Tab 20 mg (1x1)

PCT 3x500mg

Zinc Tab 20 mg (1x1)

Zinc Tab 20 mg (1x1)

Asam Folat- Profolat 0,4mg

(1x1)

Parasetamol Syr 60 ml

PCT 3x500mg

Asam Askorbat 50 mg (1x2) Demam 40.5

oC

Batuk Vitamin B- Complex (1x1) Zinc Tab 20 mg (1x1)

Anemia

Diare

Asam Folat- Profolat 0,4mg

(1x1)

Asma

31 Oktober 1 Nov 2 Nov

Seftriakson Inj. 1000mg/Vial

Parasetamol Infus (1x1)

Asam Folat- Profolat 0,4mg

(1x1)

Asam Askorbat 50 mg

Asam Folat- Profolat 0,4mg (1x1) Vitamin B- Complex (1x1)

Parasetamol Syr 120 mg/5ml Btl

60 Ml

Asam Askorbat 50 mg (1x1)

Asam Askorbat 50 mg (1x1)

Zinc Tab 20 mg (1x1)

PCT 3x500mg

PCT 3x500mg

Asam Folat- Profolat 0,4mg

(1x1)

Vitamin B- Complex (1x1)

Ambroxol Syrup (2x7,50)

Seftriakson Inj. 1000mg/Vial

Zinc Tab 20 mg (1x1)

Seftriakson Inj. 1000mg/Vial

Universitas Sumatera Utara

Page 84: IDENTIFKASI MASALAH TERAPI OBAT PADA PASIEN DEMAM …

72

Parasetamol Infus (1x1)

Racikan 01 (3x1)

Parasetamol Infus (1x1)

3 Nov 4 Nov 5 Nov

Seftriakson Inj. 1000mg/Vial

Asam Folat- Profolat 0,4mg(1x1)

Asam Folat- Profolat 0,4mg

(1x1)

Asam Askorbat 50 mg (1x1) Vitamin B- Complex (1x1) Vitamin B- Complex (1x1)

Zinc Tab 20 mg (1x1) Asam Askorbat 50 Mg (1x1) Racikan 01 (3x1)

PCT 3x500mg Zinc Tab 20 mg (1x1) Asam Askorbat 50 mg (1x2)

Asam Folat- Profolat 0,4mg

(1x1)

PCT 3x500mg

Vitamin B- Complex (1x1)

Racikan 01(2x1)

6 Nov

Racikan 01 (3x1)

Asam Askorbat 50 mg (1x2)

Asam Folat- Profolat 0,4mg (1x1)

Vitamin B- Complex (1x1)

Zinc Tab 20 mg (1x1)

Salbutamol Syr 100 ml

Data Pasien Data Pengobatan

23 Oktober 24 Oktober 25 Oktober

Nama : ED Larutan Karbohidrat Larutan Karbohidrat Seftriakson Inj.1000mg/Vial

No. RM : 00.72.34.78 Nacl 0,9% 500 ml Larutan Karbohidrat

Umur : 5 Tahun Nacl 0,9% 500 m

Universitas Sumatera Utara

Page 85: IDENTIFKASI MASALAH TERAPI OBAT PADA PASIEN DEMAM …

73

Jenis

Kelamin :

PR Ambroxol Syrup (3x1)

Diagnosa :

Demam

typhoid

26 Oktober 27 Oktober 28 Oktober

Nacl 0,9% 500 ml Larutan Karbohidrat Nacl 0,9% 500 ml

Anamnesa Parasetamol Infus Nacl 0,9% 500 ml Parasetamol Infus (1x1)

Seftriakson Inj1000mg/Vial Seftriakson inj 1000mg/Vial Ambroxol Syrup (3x1)

Demam 39oC

Nyeri

Batuk

Salbutamol- Ventolin Nebules 2,5

mg

Parasetamol Infus

Salbutamol- Ventolin Nebules

2,5 mg

Seftriakson Serb Inj.

1000mg/Vial

Larutan Karbohidrat

Asma

Batuk

Prednisone Tab 5 mg (3x1)

Salbutamol- Ventolin Nebules

2,5 mg

Ambroxol Syrup (3x0,5)

29 Oktober 30 Oktober

Seftriakson Serb Inj. 1000mg/Vial Salbutamol- Ventolin Nebules

2,5 mg

Larutan Karbohidrat

Nacl 0,9% 500 ml

Salbutamol- Ventolin Nebules 2,5

mg

Seftriakson Serb Inj.

1000mg/Vial

Larutan Karbohidrat

Nacl 0,9% 500 ml

Ambroxol Syrup (3x0,5)

Data Pasien Data Pengobatan

17 Oktober 18 Oktober 19 Oktober

Nama :

DS

Ringer Laktat Lar Infus Btl 500 ml Ringer Laktat Lar Infus Btl 500

ml

Loperamide 2 mg (3x1)

PCT 3x500mg

No. RM : 00.72.30.60 PCT 3x500mg Loperamid 2mg (3x1) Ringer Laktat Lar Infus Btl 500

Universitas Sumatera Utara

Page 86: IDENTIFKASI MASALAH TERAPI OBAT PADA PASIEN DEMAM …

74

Ranitidine Inj 50mg/2ml PCT 3x500mg ml

Umur :

59 Tahun

Loperamid 2mg (3x1)

Siprofloksasin Tab 500 mg (2x1)

PCT 3x500mg

Siprofloksasin Tab 500 mg (2x1)

Ranitidine Inj 25mg/ml

Siprofloksasin Tab 500 mg (2x1)

Jenis

Kelamin :

PR Ranitidine Inj 50 mg/2ml Ambroxol Syrup

Diagnosa :

Demam

typhoid

20 Oktober

Siprofloksasin Tab 500 Mg

Anamnesa Ambroxol Syrup

PCT 3x500mg

Demam 39oC

Diare

Batuk Dahak

Mual

Data Pasien Data Pengobatan

22 Agustus 23 Agustus 24 Agustus

Nama :

BP

Ringer Laktat Lar Infus Btl 500 ml Larutan Karbohidrat (3x1)

Parasetamol Infus (2x1)

Larutan Karbohidrat (3x1)

Sefriakson Serb Inj 1000 mg

(2x1)

No. RM :

00.71.74.74

Sefriakson Serb Inj 1000 mg/ Vial Seftriakson Serb Inj 1000

Mg/Vial

Parasetamol Infus (2x1)

Ringer Laktat Lar Infus Btl 500

ml

Umur :

10 Tahun

Ringer Laktat Lar Infus Btl 500

ml

Seftriakson Serb Inj 1000

mg/Vial

Jenis

Kelamin :

Diagnosa :

LK

Demam

25 Agustus

Ringer Laktat Lar Infus Btl 500 ml

26 Agustus

Gentamysin Inj 80 Mg/2ml (3x1)

27 Agustus

Ringer Laktat Lar Infus Btl 500

Universitas Sumatera Utara

Page 87: IDENTIFKASI MASALAH TERAPI OBAT PADA PASIEN DEMAM …

75

typhoid (1x1) ml

Seftriakson Serb Inj 1000 Mg/Vial

Gentamysin Inj 80 mg/2ml (3x1)

Ringer Laktat Lar Infus Btl 500

ml (1x1)

Nacl 0,9% 100 ml (3x1)

Gentamysin Inj 80 mg/2ml (3x1)

Seftriakson Serb Inj 1000

Mg/Vial

Seftriakson Serb Inj 1000

mg/Vial

Anamnesa

Demam 40.5oC

Sakit Kepala

Data Pasien Data Pengobatan

21 Mei 22 Mei 23 Mei

Nama :

MP

Ranitidine Inj 50 mg/2ml Seftriakson Serb Inj

1000mg/Vial

Ranitidine Inj 50 mg/2ml

No. RM : 00.70.87.93

Ringer Laktat Lar Infus Btl 500 ml

Metoklorpramid-Sotatic Inj 5mg/ml

Ringer Laktat Lar Infus Btl

500 ml

Metoklorpramid-Sotatic Inj

5mg/ml

Umur : 27 Tahun

PCT 3x500mg

Seftriakson Serb Inj. 1000mg/Vial

Metoklorpramid-Sotatic Inj

5mg/Ml

PCT 3x500mg

Ranitidine Inj 50 mg/2ml

Jenis Kelamin : LK

PCT 3x500mg

Ranitidine Inj 50 mg/2ml

Seftriakson Serb Inj.

1000mg/Vial

Diagnosa : Demam typhoid Larutan Karbohidrat

Anamnesa 24 Mei

Amlodipine 5 mg

Demam 39oC PCT 3x500mg

Hipertensi Vitamin B-Complex (2x1)

Mual Ranitidine 150 mg (2x1)

Universitas Sumatera Utara

Page 88: IDENTIFKASI MASALAH TERAPI OBAT PADA PASIEN DEMAM …

76

Muntah Loperamid 2 mg (3x1)

Data Pasien Data Pengobatan

28 Mei 29 Mei 30 Mei

Nama : NP

Ringer Laktat Lar Infus Btl 500 ml

Metoklorpramid-Sotatic Inj 5mg/ml

Metoklorpramid-Sotatic Inj

5mg/ml

Metoklorpramid-Sotatic Inj

5mg/ml

No. RM : 00.52.42.40 Ranitidine Inj 50 Mg/2ml

Umur : 23 tahun Sukralfat Susp 100 ml(2x1) PCT 3x500mg

Jenis Kelamin : LK Ringer Solution 500 ml Ranitidine Inj 50 mg/2ml

Diagnosa :

Demam

Typhoid

Metoklorpramid-Sotatic Inj

5mg/ml

Ringer Laktat Lar Infus Btl

500 ml

Ranitidine Inj 50 Mg/2ml Levofloxacin 500mg (1x1)

Anamnesa

31 Mei

Demam 39oC PCT 3x500mg

Pusing Domperidone 10 mg (3x1)

Mual Lansoprazole Kap 30 mg (1x1)

Muntah Levofloxacin 500mg (1x1)

Gastric Sukralfat Susp 100ml (3x1)

Data Pasien Data Pengobatan

15 Nov 16 Nov 17 Nov

Nama : AD Larutan Karbohidrat PCT 3x500mg PCT 3x500mg

No. RM : 00.72.58.48 Ranitidine Inj 50 mg/2ml Larutan Karbohidrat Larutan Karbohidrat

Umur : 11 Tahun Seftriakson Serb Inj. 1000mg/Vial Seftriakson Serb Inj. Seftriakson Serb Inj.

Universitas Sumatera Utara

Page 89: IDENTIFKASI MASALAH TERAPI OBAT PADA PASIEN DEMAM …

77

1000mg/Vial 1000mg/Vial

Jenis Kelamin : LK PCT 3x500mg

Diagnosa : Demam typhoid

Anamnesa

18 Nov 19 Nov 20 Nov

Larutan Karbohidrat Larutan Karbohidrat PCT 3x500mg

Seftriakson Serb Inj. 1000mg/Vial

PCT 3x500mg

Seftriakson Serb Inj.

1000mg/Vial

Seftriakson Serb Inj.

1000mg/Vial

Demam 40oC PCT 3x500mg

Mual

Data Pasien Data Pengobatan

16 Oktober 17 Oktober 18 Oktober

Nacl 0,9% 500 Ml Parasetamol Tab 500 Mg Seftriakson Serb Inj.

Nama : IT 1000mg/Vial

No. RM : 00.72.29.61

Ranitidine Inj 25 Mg/Ml

Metoklorpamid – Sotatic Inj 5ml

Ranitidine Inj 25 Mg/Ml

Larutan Karbohidrat

Umur : 9 Tahun Parasetamol Infus PCT 3x500mg Nacl 0,9% 500 Ml

Jenis

Kelamin :

PR

Seftriakson Serb Inj. 1000mg/Vial Larutan Karbohidrat

Ranitidine Inj 25 Mg/Ml

PCT 3x500mg

Diagnosa :

Demam

typhoid

Nacl 0,9% 500 Ml

Parasetamol Infus

Anamnesa 19 Oktober 20 Oktober

Demam 38oC PCT 3x500mg Sefiksim 100 Mg/Kap

Universitas Sumatera Utara

Page 90: IDENTIFKASI MASALAH TERAPI OBAT PADA PASIEN DEMAM …

78

Pusing Seftriakson Serb Inj. 1000mg/Vial

Mual Ranitidine Inj 25 Mg/Ml

Muntah Larutan Karbohidrat

Nacl 0,9% 500 Ml

Parasetamol Infus

Data Pasien Data Pengobatan

25 Desember 27 Desember 28 Desember

Nama : DY PCT 3x500mg Sukralfat Susp 100 Ml Ciprofloksasin Infus

No. RM : 00.72.07.39 Ranitidine Inj 50 Mg/2ml Ciprofloksasin Infus PCT 3x500mg

Umur : 18 tahun Sukralfat Susp 100 Ml PCT 3x500mg Nacl 0,9% 500 Ml

Jenis

Kelamin :

PR Ciprofloxacin Infus Nacl 0,9% 500 Ml Domperidone 10 Mg

Ringer Laktat Lar Infus Btl 500 Ml Ranitidine Inj 50 Mg/2ml Ranitidine Inj 50 Mg/2ml

Diagnosa :

Demam

typhoid

Anamnesa 29 Desember 30 Desember

Ranitidine Inj 50 Mg/2ml Amp@2ml Asetil Sistein 200 Mg

Demam 39oC Domperidone 10 Mg Domperidone 10 Mg

Mual Setirizine 10 Mg Siprofloksasin Tab 500 Mg

Muntah Ciprofloksasin Infus Ranitidine Tab 150 Mg

Batuk Asetil Sistein 200mg Amitriptilline 25 Mg

Sakit Kepala Vertigo PCT 3x500mg

Nyeri Nacl 0,9% 500 Ml

Alergi

Data Pasien Data Pengobatan

15 Agustus 16 Agustus 17 Agustus

Universitas Sumatera Utara

Page 91: IDENTIFKASI MASALAH TERAPI OBAT PADA PASIEN DEMAM …

79

Nama : NN Ringer Laktat Lar Infus Btl 500 Ml Larutan Karbohidrat Kalsium Glukonat-Ca

No. RM : 00.71.69.93 Seftriakson Serb. Inj 1000 Mg/Vial

Parasetamol Infus

Larutan Karbohidrat

Glucose 10% 500 Ml

Seftriakson Serb. Inj 1000

Mg/Vial

Larutan Elektrolit

Sefotaksim Inj 0,5 Gram

Parasetamol Infus

Gluconas 100 Mg

Ringer Laktat Lar Infus

Btl 500 Ml

Seftriakson Serb Inj.

1000 Mg/Vial

Umur : 5 Tahun

Jenis

Kelamin:

PR

Diagnosa :

Demam

typhoid

Larutan Karbohidrat

Kalsium Glukonat-Ca Gluconas

100 Mg

Otsu-Mgso4 40 Inj

40%Amp 20 Ml

Anamnesa Sefotaksim Serb Inj 1000

Mg/Vial

Demam 39oC Parasetamol Infus

Mual Larutan Karbohidrat

Gastric Larutan Asamino-

Amonofusin Pead 250

Nyeri 18 Agustus 19 Agustus

Pusing Larutan Karbohidrat Parasetamol Infus

Kalsium Glukonat-Ca Gluconas 100 Mg

Ringer Laktat Lar Infus Btl 500 Ml

Ringer Laktat Lar Infus Btl 500

Ml

Otsu-D40 Infus 40% Btl 25ml Omeprazole 40mg/10ml Inj

Larutan Elektrolit-Otsu-Kcl 7,46

Larutan Asamino-Amonofusin Pead 250

Sefotaksim Inj 0,5 G

Parasetamol Infus

Omeprazole 40mg/10ml Inj

Universitas Sumatera Utara

Page 92: IDENTIFKASI MASALAH TERAPI OBAT PADA PASIEN DEMAM …

80

Data Pasien Data Pengobatan

05 Agustus 07 Agustus 08 Agustus

Nama : JH Larutan Karbohidrat Stesolid 10 Mg Supp Larutan Karbohidrat

No. RM : 00.71.59.97 Larutan Karbohidrat Stesolid 10 Mg Supp

Umur : 8 Tahun

Chloralhdrat 1050 Mg/ 15 Cc

Jenis

Kelamin :

LK

09 Agustus

Diagnosa :

Demam

typhoid

Larutan Karbohidrat

Stesolid 10 Mg Supp

Anamnesa

Lidokain 2% (Hcl) + Eferin/Komposi

Asam Traneksamat Kaps 500 Mg

Demam 39.4oC Amoksisilin Sir. Kering 12mg/5 Ml Btl

Batuk

Nyeri

Pendarahan

Data Pasien Data Pengobatan

20 Juli 21 Juli 22 Juli

Nama :

EL

Larutan Karbohidrat Fitomenadion Inj 2mg/Ml Omeprazole 40 Mg/10 Ml

Inj

No. RM : 00.71.43.81 Parasetamol Infus

Lakulosa Sir 3,335 G/5ml

Umur : 11 tahun

Ringer Laktat Lar Infus Btl 500 Ml Seftriakson Serb Inj 1000

Mg/Vial

Jenis LK Cathejell With Lidocaine Ringer Laktat Lar Infus Btl 500

Universitas Sumatera Utara

Page 93: IDENTIFKASI MASALAH TERAPI OBAT PADA PASIEN DEMAM …

81

Kelamin : Furosemide Inj. 10 Mg/Ml Amp 2 Ml Ml

Diagnosa :

Demam

typhoid

Omeprazole 40 Mg/10ml Inj

Albumin – Biotest 20% 100 Ml

Anamnesa

23 Juli 24 Juli 25 Juli

Omeprazole 40 Mg/10 Ml Inj Ringer Laktat Lar Infus Btl 500

Ml

Ringer Laktat Lar Infus

Btl 500 Ml

Demam 38.9oC

Gastric

Ringer Laktat Lar Infus Btl 500 Ml

Seftriakson Serb Inj 1000

Mg/Vial

Seftriakson Serb Inj 1000

Mg/Vial

Mual

Muntah

Seftriakson Serb Inj 1000 Mg/Vial

Lakulosa Sir 3,335 G/5ml

Fitomenadion Inj 2mg/Ml

Furosemide Inj 10mg/Ml

Amp @2ml

Batuk 26 Juli 27 Juli 28 Juli

Furosemide Inj 10mg/Ml Amp @2ml

Ringer Laktat Lar Infus Btl 500 Ml

Larutan Karbohidrat

Furosemide Inj 10mg/Ml

Furosemide Inj 10mg/Ml

Amp @ 2ml

Seftriakson Serb Inj 1000 Mg/Vial

Seftriakson Serb Inj 1000

Mg/Vial

Larutan Karbohidrat

Sefotaksim Serb Inj 1000

Mg/Vial

29 Juli 30 Juli 31 Juli

Furosemide Inj 10 Mg/Ml Amp @2ml

Sefotaksim Serb Inj 1000 Mg/Vial

Sefotaksim Serb Inj 1000 Mg/

Vial

Furosemide Inj 10 Mg/Ml

Amp @2ml

Ringer Laktat Lar Infus Btl 500 Ml

Furosemide Inj 10 Mg/Ml Amp

@2ml

Sefotaksim Serb Inj 1000

Mg/ Vial

01 Agustus

Sefotaksim Serb Inj 1000 Mg/ Vial

Universitas Sumatera Utara

Page 94: IDENTIFKASI MASALAH TERAPI OBAT PADA PASIEN DEMAM …

82

Data Pasien Data Pengobatan

11 Juni 12 Juni 13 Juni

Nama : MH Larutan Karbohidrat Ranitidine Inj 50 Mg/2ml Furosemide 40 Mg

No. RM : 00.71.05.68

Albumin-Albuminar 25% 100 Ml

Ranitidine Inj 50 Mg/2ml Amp @2ml

Seftriakson Serb Inj 1000

Mg/Vial

Seftriakson Serb Inj 1000

Mg/Vial

Umur : 13 Tahun Seftriakson Serb Inj 1000 Mg/Vial Larutan Karbohidrat Larutan Karbohidrat

Jenis

Kelamin : LK PCT 3x500mg

PCT 3x500mg

Furosemide 40 Mg

Ranitidine Inj 50 Mg/2ml

PCT 3x500mg

Diagnosa :

Demam

typhoid Sprionolakton Tab 25 Mg Spironolakton Tab 25mg

Anamnesa

Demam 38.9oC

Edema

14 Juni 15 Juni 16 Juni

Mual PCT 3x500mg Furosemide 40 Mg Parasetamol Tab 500 Mg

Muntah Furosemide 40 Mg

Spironolakton Tab 25 Mg

Ranitidine Inj 50 Mg/2ml Amp @2ml

Seftriakson Serb Inj 1000

Mg/Vial

Spironolakton Tab 25 Mg

Furosemide 40 Mg

Seftriakson Serb Inj 1000

Mg/Vial Hipertensi

Seftriakson Serb Inj 1000 Mg/Vial Larutan Karbohidrat Spironolakton Tab 25Mg

PCT 3x500mg Larutan Karbohidrat

Nacl 0,9% 500 Ml Nacl 0,9% 500 Ml

Kalsium glukonat

17 Juni

PCT 3x500mg

Furosemide 40 Mg

Seftriakson Serb Inj 1000 Mg/Vial

Universitas Sumatera Utara

Page 95: IDENTIFKASI MASALAH TERAPI OBAT PADA PASIEN DEMAM …

83

Spironolakton Tab 25 Mg

Larutan Karbohidrat

Nacl 0,9% 500 Ml

Kalsium glukonat

Data Pasien Data Pengobatan

29 Mei 30 Mei 31 Mei

Nama :

HS

Ranitidine Inj 50 Mg/2ml Amp @2ml

Ketorolac Inj 30 Mg

PCT 3x500mg

Kalium Klorida –Ksr 600 Mg

Kalium Klorida – Ksr

600 Mg

No. RM : 00.70.94.90 Metoklopramid-Sotatic Inj 5mg/Ml Ketorolac Inj 30 Mg PCT 3x500mg

Umur : 25 Tahun PCT 3x500mg Ranitidine Inj 50mg/2ml Ranitidine Inj 50 Mg/2ml

Jenis

Kelamin :

PR

Kalium Klorida-Ksr 600mg

Metoklopramid – Sotatic Inj

5mg/Ml

Seftriakson Serb Inj 1000

Mg/Vial

Diagnosa :

Demam

typhoid

Levofloxacin 500 Mg

Metoklopramid – Sotatic

Inj 5mg/Ml

Anamnesa Setriakson Serb Inj 1000 Mg/Vial

Ciprifloksasin Infus

Demam 37.9oC

Diare

Setriakson Serb Inj 1000

Mg/Vial

Batuk 01 Agustus 02 Agustus 03 Agustus

Mual Setriakson Serb Inj 1000 Mg/Vial

PCT 3x500mg

Metoklopramid – Sotatic Inj

5mg/Ml

Kalium Klorida - Ksr 600

Mg Nyeri

Muntah Ranitidine Inj 50 Mg/2ml Amp @2ml

Ciprofloxacin Infus

PCT 3x500mg

Ranitidine Inj 50mg/2ml

Metoklopramid – Sotatic

Inj 5mg/Ml Gastric

Metoklopramid – Sotatic Inj 5mg/Ml Ciprofloxacin Infus PCT 3x500mg

Kalium Klorida – Ksr 600 Mg Seftriakson Serb Inj 1000

Mg/Vial

Ranitidine Inj 50mg/2ml

Ciprofloxacin Infus

Universitas Sumatera Utara

Page 96: IDENTIFKASI MASALAH TERAPI OBAT PADA PASIEN DEMAM …

84

Kalium Klorida - Ksr 600 Mg Seftriakson Serb Inj 1000

Mg/Vial

Loperamid 2 Mg

04 Agustus 05 Agustus 06 Agustus

Seftriakson Serb Inj 1000 Mg/Vial

Ranitidine Inj 50mg/2ml Amp @2ml

Metoklopramid – Sotatic Inj

5mg/Ml

PCT 3x500mg

SiprofloksasinTab500mg

Ciprifloksasin Infus PCT 3x500mg

Metoklopramid – Sotatic Inj 5mg/Ml Ciprofloxacin Infus

Kalium Klorida – Ksr 600 Mg Seftriakson Serb Inj 1000

Mg/Vial

Antasida Doen Komb Per 5 Ml

Sups Btl

Data Pasien Data Pengobatan

09 Mei 10 Mei 11 Mei

Nama : YI

Ringer Laktat Lar Infus Btl 500 Ml

PCT 3x500mg

PCT 3x500mg

Larutan Karbohidrat

Ranitidine Inj 50mg/2ml

Amp @2ml

No. RM : 00.70.76.42

Sefrtiakson Serb Inj 1000

Mg/Vial

Sefrtiakson Serb Inj 1000

Mg/Vial

Umur : 14 Tahun Nacl 0,9% 100 Ml Larutan Karbohidrat

Jenis

Kelamin : PR

Nacl 0,9% 100 Ml

Diagnosa :

Demam

Typhoid

12 Mei 13 Mei 14 Mei

Larutan Karbohidrat Ranitidine Inj 50 Mg/2ml Larutan Karbohidrat

Anamnesa

Seftriakson Serb Inj 1000 Mg/Vial Seftriakson Serb Inj 1000

Mg/Vial

Ranitidine Inj 50 Mg/2ml

Amp @2ml

Ranitidine Inj 50 Mg/2ml Ampl @2ml Parasetamol Infus

Larutan Karbohidrat

Seftriakson Serb Inj 1000

Mg/Vial

Universitas Sumatera Utara

Page 97: IDENTIFKASI MASALAH TERAPI OBAT PADA PASIEN DEMAM …

85

Demam 39oC

Mual 15 Mei 16 Mei 17 Mei

Nyeri Ranitidine Inj 50 Mg/2ml Amp @2ml Larutan Karbohidrat Ibuprofen Tab 400 Mg

Sefrtiakson Serb Inj 1000 Mg/Vial Ranitidine Inj 50 Mg/2ml Larutan Karbohidrat

Larutan Karbohidrat Larutan Karbohidrat Ranitidine Inj 50 Mg/2ml

Parasetamol Infus

Seftriakson Serb Inj 1000

Mg/Vial

Parasetamol Infus

Ibuprofen Tab 400 Mg

18 Mei

Ibu Profen Tab 400 Mg

Larutan Karbohidrat

Ranitidine Inj 50 Mg/2ml Amp @2ml

Data Pasien Data Pengobatan

19 Mei 20 Mei 21 Mei

Nama :

RP

Ringer Laktat Lar Infus Btl 500 Ml

Nacl 0,9% 500 Ml

Nacl 0,9% 500 Ml

PCT 3x500mg

Ringer Laktat Lar Infus

Btl 500 Ml

No. RM : 00.70.87.16 PCT 3x500mg

Ranitidine Inj 50 Mg/2ml Amp @2 Ml

Ringer Laktat Lar Infus Btl 500

Ml

PCT 3x500mg

Umur : 28 Tahun

Jenis

Kelamin :

PR

Ranitidine Inj 50 Mg/2ml Amp

@2 Ml

Ranitidine Inj 50 Mg/2ml

Amp @2 Ml

Diagnosa :

Demam

Typhoid

22 Mei 23 Mei

Ringer Laktat Lar Infus Btl 500 Ml Vitamin - B Complex

Anamnesa PCT 3x500mg Domeperidone 10 Mg

Ranitidine Inj 50 Mg/2ml Amp @ 2ml Ranitidine Tab 150 Mg

Universitas Sumatera Utara

Page 98: IDENTIFKASI MASALAH TERAPI OBAT PADA PASIEN DEMAM …

86

Demam 40oC Levofloxacin 500 Mg

Mual

Muntah

Data Pasien Data Pengobatan

16 Maret 17 Maret 18 Maret

Nama : MA

Ringer Laktat Lar Infus Btl 500 Ml

Nacl 0,9% 500 Ml

Ringer Laktat Lar Infus Btl 500

Ml

Ringer Laktat Lar Infus

Btl 500 Ml

No. RM : 00.70.25.23

Parasetamol Syr 120mg/5ml Btl 60ml

Seftriakson Serb Inj 1000 Mg/Vial

Seftriakson Serb Inj 1000

Mg/Vial

Seftriakson Serb Inj 1000

Mg/Vial

Umur : 7 Tahun Ranitidine Inj 50 Mg/2ml Amp @2ml Ranitidine Inj 50 Mg/2ml Nacl 0,9% 500 Ml

Jenis

Kelamin :

PR

Ranitidine Inj 50 Mg/2ml

Amp @2ml

Diagnosa :

Demam

Typhoid

Anamnesa

19 Maret 20 Maret 21 Maret

Nacl 0,9% 100 Ml

Ranitidine Inj 50 Mg/2ml Amp @2ml

Seftriakson Serb Inj 1000

Mg/Vial

Seftriakson Serb Inj 1000

Mg/Vial

Demam 38oC Ringer Laktat Lar Infus Btl 500 Ml Ringer Laktat Lar Infus Btl 500

Ml

Ranitidine Inj 50 Mg/2ml

Amp @ 2ml

Dispepsia Ranitidine Inj 50 Mg/2ml Amp

@ 2ml

Ringer Laktat Lar Infus

Btl 500 Ml

Muntah 22 Maret 23 Maret

Mual Ringer Laktat Lar Infus Btl 500 Ml

Ranitidine Inj 50 Mg/2ml Amp @2ml

Ringer Laktat Lar Infus Btl 500

Ml

Nyeri

Seftriakson Serb Inj 1000 Mg/Vial

Kalsium Glukonat Ca Gluconas 100mg

Ranitidine Inj 50 Mg/2ml Amp

@2ml

Konstipasi Bisakodil 5mg-Dulcolax Supp Seftriakson Serb Inj 1000

Universitas Sumatera Utara

Page 99: IDENTIFKASI MASALAH TERAPI OBAT PADA PASIEN DEMAM …

87

Mg/Vial

Racikan 01

Data Pasien Data Pengobatan

18 Maret 19 Maret 20 Maret

Nama : S Nacl 0,9% 500 Ml Nacl 0,9% 500 Ml Ranitidine Inj 50 Mg/2ml

No. RM :

00.62.71.09

Ranitidine Inj 50 Mg/2ml Amp @2ml

Metoklopramid – Sotatic Inj 5mg/Ml

Ranitidine Inj 50 Mg/2ml

Metoklopramid – Sotatic Inj

5mg/Ml

Seftriakson Serb Inj 1000

Mg/Vial

Umur :

65 Tahun

Seftriakson Serb Inj. 1000 Mg/Vial

Sukralfat – Ulsafate 100 Ml

Seftriakson Serb Inj. 1000

Mg/Vial

Kombinasi – Laxadine

Emulsi 60 Ml

Jenis

Kelamin :

PR

PCT 3x500mg

Nacl 0,9% 500 Ml

Metoklopramid – Sotatic

Inj 5mg/Ml

Diagnosa :

Demam

Typhoid

PCT 3x500mg

Nacl 0,9% 500 Ml

Anamnesa

21 Maret 22 Maret 23 Maret

Demam 38oC PCT 3x500mg PCT 3x500mg PCT 3x500mg

Mual Valsartan 80 Mg Valsartan 80 Mg Omeprazole 20 Mg

Muntah Metoklopramid – Sotatic Inj 5mg/Ml

Nacl 0,9% 500 Ml

Seftriakson Serb Inj. 1000

Mg/Vial

Levofloxacin 500 Mg

Gastric Ranitidine Inj 50 Mg/2ml Amp @2ml

Seftriakson Serb Inj. 1000 Mg/Vial

Nacl 0,9% 500 Ml

Sukralfat – Ulsafate 100

Ml

Konstipasi

Metoklopramid – Sotatic Inj

5mg/Ml

Hipertensi

Ranitidine Inj 50 Mg/2ml Amp

@2ml

Universitas Sumatera Utara

Page 100: IDENTIFKASI MASALAH TERAPI OBAT PADA PASIEN DEMAM …

88

Nyeri

Data Pasien Data Pengobatan

31 Mei 01 Juni 02 Juni

Nama :

RM

Ringer Laktat Lar Infus, Btl 500 Ml

PCT 3x500mg

Metoklorpramid – Sotataic Inj

5mg/Ml

Metoklorpramid –

Sotataic Inj 5mg/Ml

No. RM : 00.57.10.32 Seftriakson Serb Inj 1000 Mg/Vial PCT 3x500mg PCT 3x500mg

Umur :

45 Tahun

Ranitidine Inj 50 Mg/2ml Amp @2ml Ringer Laktat Lar Infus, Btl

500ml

Ringer Laktat Lar Infus

Btl 500ml

Jenis

Kelamin :

PR

Metoklorpramid – Sotataic Inj 5mg/Ml

Sukralfat Susp 100 Ml

PCT 3x500mg

PCT 3x500mg

Diagnosa :

Demam

Typhoid

Seftriakson Serb Inj 1000

Mg/Vial

Seftriakson Serb Inj 1000

Mg/Vial

Anamnesa

03 Juni 04 Juni 05 Juni

Demam 38oC Metoklorpramid – Sotataic Inj 5mg/Ml

PCT 3x500mg

Metoklorpramid – Sotataic Inj

5mg/Ml

PCT 3x500mg

Mual Ringer Laktat Lar Infus, Btl 500 Ml

Seftriakson Serb Inj 1000 Mg/Vial

PCT 3x500mg Siprofloksasin Tab 500

mg

Muntah

Ringer Laktat Lar Infus, Btl 500

Ml

Gastric

Seftriakson Serb Inj 1000

Mg/Vial

Nyeri

Data Pasien Data Pengobatan

25 Sept 26 Sept 27 Sept

Nama :

S

Ringer Laktat Lar Infus, Btl 500 Ml

Parasetamol Infus

Seftriakson Serb Inj 1000

Mg/Vial

PCT 3x500mg

Universitas Sumatera Utara

Page 101: IDENTIFKASI MASALAH TERAPI OBAT PADA PASIEN DEMAM …

89

No. RM :

00.39.54.79

Seftriakson Serb Inj 1000 Mg/Vial

Nacl 0,9% 500 Ml

Parasetamol Tab 500 Mg

Seftriakson Serb Inj

1000Mg/Vial

Umur : 46 Tahun Nacl 0,9% 500 Ml

Jenis

Kelamin : LK

28 Sept 29 Sept 30 Sept

Diagnosa :

Demam

Typhoid

Nacl 0,9% 500 Ml PCT 3x500mg PCT 3x500mg

Seftriakson Serb Inj 1000 Mg/Vial Ctm Tab 4 Mg Ctm Tab 4 Mg

Anamnesa

Demam 38oC

Setrizine 10 Mg

PCT 3x500mg

Seftriakson Serb Inj 1000

Mg/Vial

Nacl 0,9% 500 Ml

Seftriakson Serb Inj 1000

Mg/Vial

Nacl 0,9% 500 Ml

Konstipasi 01 Okt 02 Okt

Alergi PCT 3x500mg Ranitidine Tab 150 Mg

Ctm Tab 4 Mg

Seftriakson Serb Inj 1000 Mg/Vial

Kombinasi – Laxadine Emulsi 30

Ml

Nacl 0,9% 500 Ml

Data Pasien Data Pengobatan

27 Desember 28 Desember 29 Desember

Nama :

EU

Nacl 0,9% 500 Ml

Domperidone 10 Mg

Nacl 0,9% 500 Ml

Ranitidine Inj 50 Mg/2ml

Ranitidine Inj 50 Mg/2ml

Amp @2ml

No. RM : 00.72.96.70 Ranitidine Inj 50 Mg/2ml Amp @2ml Sukralfat Susp 100 Ml Nacl 0,9% 500 Ml

Umur : 23 Tahun PCT 3x500mg PCT 3x500mg Parasetamol Infus

Jenis

Kelamin :

PR

Sukralfat Susp 100 Ml

Domperidone 10 Mg

Ciprofloxasin Infus

PCT 3x500mg

Domperidone 10 Mg

Diagnosa:

Demam

Typhoid

Seftriakson Serb Inj 1000

Mg/Vial

Universitas Sumatera Utara

Page 102: IDENTIFKASI MASALAH TERAPI OBAT PADA PASIEN DEMAM …

90

Anamnesa 30 Desember 31 Desember

Nacl 0,9% 500 Ml PCT 3x500mg

Demam 38oC Seftriakson Serb Inj 1000 Mg/Vial Domperidone 10 Mg

Mual Sukralfat Susp 100 Ml Vitamin –B Complex

Muntah Ranitidine Inj 50 Mg/2ml Amp @2ml Omeprazole 20 Mg

Pusing PCT 3x500mg Levofloxacin 500 Mg

Gastric Domperidone 10 Mg

Data Pasien Data Pengobatan

08 Desember 09 Desember 10 Desember

Nama : HA Ringer Laktat Lar Infus, Btl 500 Ml Parasetamol Infus Setirizine 10 Mg

No. RM : 00.72.81.09

Parasetamol Infus

Ranitidine Inj 50 Mg/2ml Amp @2ml

Ranitidine Inj 50 Mg/2ml

Deksametason Inj 5mg/Ml

Deksametason Inj

5mg/Ml

Umur :

33 Tahun

Metoklopramid – Sotatic

Inj 5mg/Ml

Jenis

Kelamin :

LK

PCT 3x500mg

11 Desember 12 Desember 13 Desember

Diagnosa:

Demam

Typhoid

PCT 3x500mg

Ringer Laktat Lar Infus, Btl 500 Ml

Nacl 0,9% 500 Ml

PCT 3x500mg

Metoklopramid Tab

10mg

Anamnesa

Deksametason Inj 5mg/Ml

Setirizine 10 Mg

Ringer Laktat Lar Infus, Btl

500ml

Asam Tranexamat 50mg

PCT 3x500mg

Ranitidine Inj 50 Mg/2ml Amp @2ml Ranitidine Inj 50 Mg/2ml Amp

@2ml

Ringer Laktat Lar Infus,

Btl 500 Ml Demam 39.5C

Mual Sukralfat Susp 100 Ml

Setirizine 10 Mg

Ranitidine Inj 50 Mg/2ml

Amp @2ml

Muntah Levofloxacin 500 Mg Seftriakson Serb Inj 1000

Universitas Sumatera Utara

Page 103: IDENTIFKASI MASALAH TERAPI OBAT PADA PASIEN DEMAM …

91

Loperamid 2 Mg Mg/Vial

Pendarahan Asam Tranexamat 50mg Inj Sukralfat Susp 100 Ml

Nyeri

Seftriakson Serb Inj 1000

Mg/Vial

Loperamid 2 Mg

Diabetes Levofloxacin 500 Mg

Alergi (ruam-ruam) Setirizine 10 Mg

Gastric 14 Desember 15 Desember

Diare Ringer Laktat Lar Infus, Btl 500 Ml Metformin 500 Mg

Deksametason Inj 5mg/Ml Loperamid 2 Mg

Levofloxacin 500 Mg Asam Tranexamat 50mg Inj

Setirizine 10 Mg PCT 3x500mg

Loperamid 2 Mg Glimepiride 2mg

Asam Tranexamat 50mg Inj Levofloxacin 500 Mg

PCT 3x500mg Setirizine 10 Mg

Ranitidine Inj 50 Mg/2ml Amp @2ml Sukralfat Susp 100 Ml

Nacl 0,9% 500 Ml

Antihemoroid Komb. Bismut 150heksa

Data Pasien Data Pengobatan

18 Nov

Nama : DS Nacl 0,9% 500 Ml

No. RM : 00.62.01.51 Ranitidine Inj 50 Mg/2ml Amp @2ml

Umur : 36 Tahun Ketorolac Inj 30 Mg/Ml Amp 1 Ml

Jenis LK

Universitas Sumatera Utara

Page 104: IDENTIFKASI MASALAH TERAPI OBAT PADA PASIEN DEMAM …

92

Kelamin :

Diagnosa :

Demam

Typhoid

Anamnesa

Mual

Nyeri

Data Pasien Data Pengobatan

25 Apr 26 Apr 27 Apr

Nama : MA Dex 5 + Nacl 0,225 Sefotaksim Inj 0,5 G Larutan Karbohidrat

No. RM : 00.65.72.64 Racikan 01 Parasetamol Infus Sefotaksim Inj 0,5 G

Umur : 2 Tahun Sefotaksim Inj 0,5 G Parasetamol Infus

Jenis

Kelamin :

LK

28 Apr 29 Apr 30 Apr

Diagnosa :

Demam

Typhoid

Salbutamol – Ventolin Nebules 2,5 Mg

Sefotaksim Inj 0,5 G

Salbutamol – Ventolin Nebules

2,5 Mg

Salbutamol – Ventolin

Nebules 2,5 Mg

Larutan Karbohidrat Racikan 01 Sefotaksim Inj 0,5 G

Anamnesa Sefotaksim Inj 0,5 G Nacl 0,9% 500 Ml

Larutan Karbohidrat Parasetamol Infus

Demam 38oC Nacl 0,9% 500 Ml

Asma Parasetamol Infus

01 Mei

Racikan 01

Parasetamol Syr 120mg/5ml Btl 60 Ml

Universitas Sumatera Utara

Page 105: IDENTIFKASI MASALAH TERAPI OBAT PADA PASIEN DEMAM …

93

Data Pasien Data Pengobatan

19 Mei 20 Mei 21 Mei

Nama : RS Nacl 0,9% 500 Ml Parasetamol Infus Parasetamol Infus

No. RM : 00.70.87.12 Nacl 0,9% 500 Ml Larutan Karbohidrat

Umur : 10 Tahun

Seftriakson Serb Inj 1000

Mg/Vial

Seftriakson Serb Inj 1000

Mg/Vial

Jenis

Kelamin : LK

Prednisone Tab 5 Mg Laktulosa Sir 3,335g/5 Ml

Diagnosa :

Demam

Typhoid

Prednisone Tab 5 Mg

Nacl 0,9% 500 Ml

Anamnesa

22 Mei

23 Mei

24 Mei

Demam 38oC

Mual

Larutan Karbohidrat

Prednisone Tab 5 Mg

Nacl 0,9% 500 Ml

Larutan Karbohidrat

Prednisone Tab 5 Mg

Batuk Seftriakson Serb Inj 1000 Mg/Vial

Parasetamol Infus

Seftriakson Serb Inj 1000

Mg/Vial

Seftriakson Serb Inj 1000

Mg/Vial

Nyeri Nacl 0,9% 500 Ml Parasetamol Infus Parasetamol Infus

Pusing Prednisone Tab 5 Mg Nacl 0,9% 500 Ml

25 Mei 26 Mei

Larutan Karbohidrat Sefiksim 100 Mg Kap

Nacl 0,9% 500 Ml Parasetamol Tab 500 Mg

Prednisone Tab 5 Mg Prednisone Tab 5 Mg

Seftriakson Serb Inj 1000 Mg/Vial

Parasetamol Infus

Universitas Sumatera Utara

Page 106: IDENTIFKASI MASALAH TERAPI OBAT PADA PASIEN DEMAM …

94

Antasida Doen Kombper 5ml Sups btl

Data Pasien Data Pengobatan

Nama : TS Tidak ada Medikasi

No. RM : 00.72.13.69

Umur : 1 Tahun

Jenis

Kelamin : LK

Diagnosa :

Demam

Typhoid

Anamnesa

Demam 37.5oC

Data Pasien Data Pengobatan

16 Oktober 17 Oktober

Nama :

MF

Ringer Laktat Lar Infus, Btl 500 Ml

Parasetamol Syr 60 Ml

Ringer Laktat Lar Infus, Btl 500

Ml

No. RM :

00.72.28.61

Seftriakson Serb Inj 1000

Mg/Vial

Umur : 3 Tahun Racikan 01

Jenis

Kelamin :

LK

Universitas Sumatera Utara

Page 107: IDENTIFKASI MASALAH TERAPI OBAT PADA PASIEN DEMAM …

95

Diagnosa :

Demam

Typhoid

Anamnesa

Demam 38.5oC

Batuk

Data Pasien Data Pengobatan

Nama YG 17 Desember 18 Desember 19 Desember

No. RM : 00.72.88.01

Ringer Laktat Infus Btl 500 Ml

Ranitidine Inj 50 Mg/2ml Amp

@2ml

Ringer Laktat Infus Btl 500

Ml

Umur :

22 Tahun Parasetamol Infus Ringer Laktat Infus Btl 500 Ml Parasetamol Tab 500 Mg

Parasetamol Infus

Ranitidine Inj 50 Mg/2ml

Amp @2ml

Jenis

Kelamin :

PR

Seftriakson Serb Inj

1000mg/Vial

20 Desember 21 Desember

Diagnosa:

Demam

Typhoid

Ringer Laktat Infus Btl 500 Ml

Parasetamol Tab 500 Mg

Ranitidine Inj 50 Mg/2ml Amp

@2ml

Seftriakson Serb Inj 1000mg/Vial

Ranitidine Inj 50 Mg/2ml Amp @2ml Nacl 0,9% 100 Ml

Anamnesa

Seftriakson Serb Inj 1000mg/Vial Parasetamol Tab 500 Mg

Nacl 0,9% 100 Ml Ringer Laktat Infus Btl 500 Ml

Demam 38.5oC

Gastric

Data Pasien Data Pengobatan

27 Febuari 28 Febuari 1 Maret

Universitas Sumatera Utara

Page 108: IDENTIFKASI MASALAH TERAPI OBAT PADA PASIEN DEMAM …

96

Nama : S

Metoklopramid – Sotatic Inj 5mg/Ml Metoklopramid – Sotatic Inj

5mg/Ml

Ringer Laktat Lar Infus,

Btl 500 Ml

No. RM : 00.31.68.73 Ringer Laktat Lar Infus, Btl 500 Ml Ranitidine Inj 50 Mg/2ml Amlodipine 5 Mg

Umur :

68 Tahun

Ranitidine Inj 50 Mg/2ml Amp @2ml

Seftriakson Serb Inj 1000mg/Vial

Seftriakson Serb Inj 1000mg/Vial Telmisartan – Micardis 80

Mg

Jenis

Kelamin :

PR

Loperamid 2mg

Parasetamol Tab 500mg

Ringer Laktat Lar Infus, Btl 500

Ml

Diagnosa :

Demam

Typhoid

Parasetamol Tab 500mg

Loperamid 2mg

Anamnesa

2 Maret 3 Maret 4 Maret

Demam 37oC

Gastritis

Metoklopramid – Sotatic Inj 5mg/Ml

Ranitidine Inj 50 Mg/2ml Amp @2ml

Metoklopramid – Sotatic Inj

5mg/Ml

Metoklopramid – Sotatic

Inj 5mg/Ml

Mual Ringer Laktat Lar Infus, Btl 500 Ml

Muntah

Diare

Telmisartan – Micardis 80 Mg

Ranitidine Inj 50 Mg/2ml Amp

@2ml

Ranitidine Inj 50 Mg/2ml

Amp @2ml

Hipertensi Ringer Laktat Lar Infus, Btl 500

Ml

Ringer Laktat Lar Infus,

Btl 500 Ml

Amlodipine 5 Mg Amlodipine 5 Mg

Telmisartan – Micardis 80 Mg Telmisartan – Micardis

80Mg

5 Maret 6 Maret

Telmisartan – Micardis 80 Mg Amlodipine 5 Mg

Ranitidine Inj 50 Mg/2ml Amp @2ml

Ringer Laktat Lar Infus, Btl 500 Ml

Metoklopramid – Sotatic

Inj5mg/Ml

Amlodipine 5 Mg Parasetamol Tab 500mg

Universitas Sumatera Utara

Page 109: IDENTIFKASI MASALAH TERAPI OBAT PADA PASIEN DEMAM …

97

Levofloxacin 500 Mg

Telmisartan – Micardis 80 Mg

Data Pasien Data Pengobatan

18 Sept 19 Sept 20 Sept

Nama : KC Larutan Karbohidrat Parasetamol Infus Parasetamol Infus

No. RM : 00.40.89.88

Larutan Karbohidrat

Seftriakson Serb Inj 1000mg/Vial

Seftriakson Serb Inj

1000mg/Vial

Umur : 8 Tahun

Ringer Laktat Lar Infus,

Btl 500 Ml

Jenis

Kelamin : PR

21 Sep 22 Sep

Diagnosa :

Demam

Typhoid

Ringer Laktat Lar Infus, Btl 500 Ml

Seftriakson Serb Inj 1000mg/Vial

Ringer Laktat Lar Infus, Btl 500

Ml

Anamnesa Seftriakson Serb Inj 1000mg/Vial

Demam 38oC

Mual

Data Pasien Data Pengobatan

20 Oktober 21 Oktober 22 Oktober

Nama : LT Ranitidine Inj 50 Mg/2ml Amp @2ml Ranitidine Inj 25 Mg/Ml Ringer Laktat Infus Btl 500

No. RM :

00.21.77.56

Nacl 0,9% 500 Ml

Parasetamol Infus

Metoklopramid – Sotatic Inj

5mg/ml

Ml

Ranitidine Inj 25 Mg/Ml

Umur : 49 Tahun

Jenis

Kelamin :

LK

Metoklopramid – Sotatic

Inj 5mg/Ml

Universitas Sumatera Utara

Page 110: IDENTIFKASI MASALAH TERAPI OBAT PADA PASIEN DEMAM …

98

Diagnosa :

Demam

Typhoid

Parasetamol Tab 500mg

Anamnesa

23 Oktober 24 Oktober 25 Oktober

Demam 38oC Ranitidine Inj 25 Mg/Ml

Parasetamol Tab 500mg

Nacl 0,9% 500 Ml

Parasetamol Tab 500mg

Ringer Laktat Infus Btl 500

Ml

Mual Sukralfat Susp 100 Ml Domperidone 10 Mg Parasetamol Tab 500mg

Muntah Domperidone 10 Mg Seftriakson Serb Inj 1000mg/Vial

Ranitidine Inj 25 Mg/Ml

Seftriakson Serb Inj

1000mg/Vial

Hipertensi Amlodipine 10 Mg Amlodipine 10 Mg

Gastric Domperidone 10 Mg

Alergi Setirizin 10 Mg

Nyeri Ranitidine Inj 50 Mg/2ml

Amp @2ml

Valsartan 80 Mg – Diovan

80 Mg Tab

26 Oktober 27 Oktober 28 Oktober

Ranitidine Inj 25 Mg/Ml Ringer Laktat Infus Btl 500 Ml Parasetamol Tab 500mg

Amlodipine 10 Mg

Seftriakson Serb Inj 1000mg/Vial

Domperidone 10 Mg

Seftriakson Serb Inj 1000mg/Vial

Seftriakson Serb Inj

1000mg/Vial

Valsartan 80 Mg – Diovan 80 Mg Ranitidine Inj 25 Mg/Ml

Amlodipine 10 Mg

Setirizin 10 Mg Amlodipine 10 Mg Setirizine 10 Mg

Ringer Laktat Infus Btl 500 Ml Valsartan 80 Mg – Diovan 80 Mg Valsartan 80 Mg – Diovan

Universitas Sumatera Utara

Page 111: IDENTIFKASI MASALAH TERAPI OBAT PADA PASIEN DEMAM …

99

Parasetamol Tab 500mg Parasetamol Tab 500mg 80 Mg

Domperidone 10 Mg

Ciprofloxacin Infus

Setirizin 10 Mg

Ringer Laktat Infus Btl 500

Ml

29 Oktober 30 Oktober 31 Oktober

Ringer Laktat Infus Btl 500 Ml Parasetamol Tab 500mg Domperidone 10 Mg

Parasetamol Tab 500mg Domperidone 10 Mg Amlodipine 10 Mg

Domperidone 10 Mg Ringer Laktat Infus Btl 500 Ml Setirizin 10 Mg

Seftriakson Serb Inj 1000mg/Vial Seftriakson Serb Inj 1000mg/Vial Omeprazole 20 Mg

Amlodipine 10 Mg

Sukralfat Susp 100 Ml

Amlodipine 10 Mg

Setirizin 10 Mg

Valsartan 80 Mg – Diovan

80 Mg

Valsartan 80 Mg – Diovan 80 Mg Tab Omeprazole 20 Mg Parasetamol Tab 500mg

Valsartan 80 Mg – Diovan 80 Mg Levofloxacin 500 Mg

Levofloxacin 500 Mg Domperidone 10 Mg

Amlodipine 10 Mg

1 Nov 2 Nov 3 Nov

Domperidone 10 Mg

Ringer Laktat Infus Btl 500 Ml

Domperidone 10 Mg

Deksametason Inj 5mg/Ml

Lar Asam Amino -

Aminofusin Hepar 500

Deksametason Inj 5mg/Ml Amlodipine 10 Mg Amlodipine 5 Mg

Setirizin 10 Mg

Parasetamol Tab 500mg

Lar Asam Amino – Aminofusin

Hepar 500

Setirizin 10 Mg

Omeprazole 20 Mg

Omeprazole 20 Mg

Valsartan 80 Mg – Diovan 80 Mg Tab

Setirizin 10 Mg

Omeprazole 20 Mg

Valsartan 80 Mg – Diovan

80 Mg Tab

Lar Asam Amino - Aminofusin Hepar 500

Valsartan 80 Mg – Diovan 80 Mg

Ringer Laktat Infus Btl 500 Ml

Amlodipine 5 Mg

4 Nov

Universitas Sumatera Utara

Page 112: IDENTIFKASI MASALAH TERAPI OBAT PADA PASIEN DEMAM …

100

Amlodipine 5 Mg

Omeprazole 20 Mg

Desoksimetason 0,25% Krim

Sukralfat Susp 100 Ml

Valsartan 80 Mg – Diovan 80 Mg Tab

Amlodipine 10 Mg

Omeprazole 20 Mg

Setirizin 10 Mg

Data Pasien Data Pengobatan

23 Nov 24 Nov 25 Nov

Nama : CV Parasetamol Infus Kodein Tab 10 Mg (Fosfat) Kodein Tab 10 Mg (Fosfat)

No. RM : 00.43.23.13 Larutan Karbohidrat Parasetamol Tab 500mg Parasetamol Tab 500mg

Umur : 17 Tahun Siprofloksasin Tab 500 Mg Larutan Karbohidrat Nacl 0,9% 100 Ml

Jenis

Kelamin :

PR

Parasetamol Tab 500mg

Seftriakson Serb Inj 1000mg/Vial

Dex 5 + Nacl 0,225

Seftriakson Serb Inj

1000mg/Vial

Diagnosa :

Demam

Typhoid

26 Nov 27 Nov 28 Nov

Nacl 0,9% 100 Ml Kodein Tab 10 Mg (Fosfat) Sefiksim 200mg

Anamnesa

Seftriakson Serb Inj 1000mg/Vial

Kodein Tab 10 Mg (Fosfat)

Parasetamol Tab 500mg

Larutan Karbohidrat

Kodein Tab 10 Mg (Fosfat)

Parasetamol Tab 500mg Nacl 0,9% 100 Ml Parasetamol Tab 500mg

Demam 38oC Larutan Karbohidrat Seftriakson Serb Inj 1000mg/Vial

Batuk

Universitas Sumatera Utara

Page 113: IDENTIFKASI MASALAH TERAPI OBAT PADA PASIEN DEMAM …

101

Data Pasien Data Pengobatan

06 Juli 07 Juli 08 Juli

Nama : MH Ringer Laktat Infus Btl 500 Ml Parasetamol Tab 500mg Parasetamol Tab 500mg

No. RM : 00.49.78.20

Umur : 7 Tahun 09 Juli

Jenis

Kelamin :

LK Parasetamol Tab 500mg

Diagnosa :

Demam

Typhoid

Anamnesa

Demam 39oC

Batuk

Data Pasien Data Pengobatan

22 Nov 23 Nov 24 Nov

Nama : EE Ranitidine Tab 150 Mg Amoxicillin 500 Mg Parasetamol Tab 500mg

No. RM : 00.53.76.55

Parasetamol Tab 500mg

Amoxicillin 500 Mg

Larutan Karbohidrat Ringer Laktat Infus Btl

500ml

Umur : 8 Tahun Ringer Laktat Infus Btl 500 Ml

Antasida Doen Komb Per 5 Ml Sups Btl

Amoxicillin 500 Mg

Larutan Karbohidrat

Jenis

Kelamin :

LK

Larutan Karbohidrat

Dex + Nacl 0,225

Nacl 0,9% 100 Ml

Diagnosa :

Demam

Typhoid

25 Nov 26 Nov

Anamnesa Parasetamol Tab 500mg Amoxicillin 500 Mg

Larutan Karbohidrat

Universitas Sumatera Utara

Page 114: IDENTIFKASI MASALAH TERAPI OBAT PADA PASIEN DEMAM …

102

Demam 39oC

Mual

Gastric

Data Pasien Data Pengobatan

24 Sep 25 Sep 26 Sep

Nama : RS Ringer Laktat Infus Btl 500 Ml Larutan Karbohidrat Parasetamol Tab 500 Mg

No. RM :

00.57.97.78

Larutan Karbohidrat

Parasetamol Tab 500 Mg

Parasetamol Tab 500 Mg Seftriakson Serb Inj 1000

Mg/Vial

Umur : 17 Tahun

Seftriakson Serb Inj 1000

Mg/Vial

Larutan Karbohidrat

Jenis

Kelamin :

PR

27 Sep

Seftriakson Serb Inj 1000 Mg/Vial

Diagnosa:

Demam

Typhoid

Larutan Karbohidrat

Parasetamol Tab 500 Mg

Anamnesa Vitamin B- Complex

Demam 39oC

Data Pasien Data Pengobatan

28 Sept 29 Sept 30 Sept

Nama : KG Larutan Karbohidrat Larutan Karbohidrat Parasetamol Infus

No. RM : 00.58.35.68 Parasetamol Infus Seftriakson Serb Inj 1000mg/Vial Larutan Karbohidrat

Jenis

Kelamin : LK

Ringer Laktat Lar Infus Btl 500 Ml Parasetamol Infus

Nacl 0,9 100 Ml

Seftriakson Serb Inj

1000mg/Vial

Umur : 4 Tahun

Nacl 0,9 100 Ml

Universitas Sumatera Utara

Page 115: IDENTIFKASI MASALAH TERAPI OBAT PADA PASIEN DEMAM …

103

Diagnosa :

Demam

Typhoid

01 Oktober 02 Oktober

Anamnesa

Nacl 0,9 100 Ml Seftriakson Serb Inj 1000mg/Vial

Ringer Laktat Lar Infus Btl 500 Ml

Larutan Karbohidrat

Ringer Laktat Lar Infus Btl 500

Ml

Demam 39.5oC Seftriakson Serb Inj 1000mg/Vial Larutan Karbohidrat

Parasetamol Infus Nacl 0,9 100 Ml

Nacl 0,9 100 Ml

Data Pasien Data Pengobatan

13 Oktober 14 Oktober 15 Oktober

Nama : TK Ringer Laktat Lar Infus Btl 500 Ml Klobazam 10 Mg Parasetamol Tab 500 Mg

No. RM : 00.62.38.06 Seftriakson Serb Inj 1000mg/Vial Parasetamol Tab 500 Mg Betahistine 6 Mg

Umur : 19 Tahun Parasetamol Tab 500 Mg Betahistine 6 Mg Nacl 0,9 500 Ml

Jenis

Kelamin :

LK

Betahistine 6 Mg Ringer Laktat Lar Infus Btl

500 Ml

Seftriakson Serb

Inj1000mg/Vial

Diagnosa :

Demam

Typhoid

Seftriakson Serb Inj

1000mg/Vial

Klobazam 10 Mg

Anamnesa 16 Oktober

Betahistine 6 Mg

Demam 39oC Parasetamol Tab 500 Mg

Kejang

Vertigo

Data Pasien Data Pengobatan

13 Desember

Nama : WG Nacl 0,9 500 Ml

Universitas Sumatera Utara

Page 116: IDENTIFKASI MASALAH TERAPI OBAT PADA PASIEN DEMAM …

104

No. RM :

00.69.61.57

Ampisilin Serb Inj 1000mg/Vial

Parasetamol Syr 80 Ml

Umur :

5 Tahun

Ringer Laktat Lar Infus Btl 500 Ml

Larutan Karbohidrat

Jenis

Kelamin :

PR

Diagnosa :

Demam

Typhoid

Anamnesa

Demam 38oC

Data Pasien Data Pengobatan

17 Oktober 18 Oktober 19 Oktober

Nama : RM Nacl 0,9 500 Ml Ranitidine Inj 50 Mg/2ml Ranitidine Inj 50 Mg/2ml

No. RM : 00.69.72.62

Ringer Laktat Lar Infus Btl 500 Ml

Ranitidine Inj 50 Mg/2ml, Amp @2ml

Seftriakson Serb Inj

1000mg/Vial

Seftriakson Serb Inj

1000mg/Vial

Umur : 23 tahun Seftriakson Serb Inj 1000mg/Vial Nacl 0,9 500 Ml Nacl 0,9 500 Ml

Jenis

Kelamin :

PR

Parasetamol Tab 500 Mg Parasetamol Tab 500 Mg Parasetamol Tab 500 Mg

Domperidone 10 Mg Domperidone 10 Mg Domperidone 10 Mg

Diagnosa :

Demam

Typhoid

20 Oktober

Anamnesa Lidokain Hcl 2% (Hcl)

Nacl 0,9 100 Ml

Demam 38oC Setirizine 10 Mg

Universitas Sumatera Utara

Page 117: IDENTIFKASI MASALAH TERAPI OBAT PADA PASIEN DEMAM …

105

Alergi Domperidone 10 Mg

Gastric Ranitidine Tablet

Mual

Data Pasien Data Pengobatan

Nama : RM Tidak ada medikasi

No. RM : 00.71.69.86

Umur : 9 tahun

Jenis

Kelamin :

LK

Diagnosa :

Demam

Typhoid

Anamnesa

Demam 37oC

Data Pasien Data Pengobatan

30 Sep 01 Oktober 02 Oktober

Nama :

AB

Larutan Karbohidrat

Parasetamol Syr 60 Ml

Larutan Karbohidrat Seftriakson Serb Inj

1000mg/Vial

No. RM : 00.72.14.14

Seftriakson Serb Inj

1000mg/Vial

Larutan Karbohidrat

Parasetamol Syr 60 Ml

Umur : 5 Tahun 03 Oktober 04 Oktober 05 Oktober

Jenis

Kelamin :

PR

Seftriakson Serb Inj 1000mg/Vial

Larutan Karbohidrat

Seftriakson Serb Inj

1000mg/Vial

Racikan 01

Diagnosa : Demam Glucose 10% 500 Ml

Universitas Sumatera Utara

Page 118: IDENTIFKASI MASALAH TERAPI OBAT PADA PASIEN DEMAM …

106

Typhoid

Anamnesa

Demam 39oC

Universitas Sumatera Utara