IDENTIFIKASI SPESIES DERMATOFITA PADA HELM TUKANG …

65
IDENTIFIKASI SPESIES DERMATOFITA PADA HELM TUKANG BECAK Oleh : JEMSLY MAJU JOEL SIMANJUNTAK NIM : 130100064 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2017

Transcript of IDENTIFIKASI SPESIES DERMATOFITA PADA HELM TUKANG …

Page 1: IDENTIFIKASI SPESIES DERMATOFITA PADA HELM TUKANG …

IDENTIFIKASI SPESIES DERMATOFITA PADA HELM

TUKANG BECAK

Oleh :

JEMSLY MAJU JOEL SIMANJUNTAK

NIM : 130100064

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2017

Page 2: IDENTIFIKASI SPESIES DERMATOFITA PADA HELM TUKANG …

IDENTIFIKASI SPESIES DERMATOFITA PADA HELM

TUKANG BECAK

SKRIPSI

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

kelulusan Sarjana Kedokteran

Oleh :

JEMSLY MAJU JOEL SIMANJUNTAK

NIM : 130100064

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2017

Page 3: IDENTIFIKASI SPESIES DERMATOFITA PADA HELM TUKANG …

i

Page 4: IDENTIFIKASI SPESIES DERMATOFITA PADA HELM TUKANG …

ii

ABSTRAK

Latar Belakang : Dermatofita dan nondermatofita adalah golongan jamur yang

menyebabkan mikosis superfisialis. Mikosis superfisialis adalah infeksi jamur

yang terutama mengenai lapisan keratin kulit, rambut, dan kuku . Dermatofita

dapat menyebabkan penyakit dermatofitosis.Helm tukang becak dapat menjadi

media yang baik dalam penularan dermatofitosis pada masyarakat awam.

Tujuan : Mengidentifikasi spesies dermatofita yang terdapat pada Helm yang

digunakan tukang becak yang berlokasi di salah satu pangkalan tukang becak di

kota Medan.

Metode : Jenis penelitian ini adalah deskriptif observasional dengan rancangan

potong lintang. Penelitian ini mendeskripsikan spesies dermatofita pada 30 helm

tukang becak yang didapatkan dari 30 subjek tukang becak yang berbeda.

Hasil : Penelitian ini menunjukkan bahwa 25 tukang becak (83,3%) tidak pernah

membersihkan helm yang digunakan dan 5 tukang becak (16,7%) pernah

membersihkan helm yang digunakan. Pada pemeriksaan jamur dengan media

Sabaroud dextrose agar (SDA) ditemukan pada kerokan helm didapatkan 100 %

hasil positif (+) koloni jamur. Pada pemeriksaan pewarnaan KOH didapatkan

beberapa spesies berbeda,yaitu sebanyak 16 (53,3%) jamur menyebabkan

dermatofitosis, dan 14 (46,7%) jamur lainnya dari golongan yang bukan

dermatofita.

Kesimpulan : Penelitian ini menunjukkan bahwa dalam helm tukang becak

terdapat Trichophyton mentagrophytes 7 (23,3%), T.scholenii 2 (6,7%),

T.violaceum 2 (6,7%), M.audonii 4 (13,3%), M,Gyepsum 1 (3,3%)

Kata kunci: dermatofita, helm tukang becak.

Page 5: IDENTIFIKASI SPESIES DERMATOFITA PADA HELM TUKANG …

iii

ABSTRACT

Backgrgound : Dermatophytes and nondermatophytes are groups of fungi that

cause superficial mycoses. Superficial mycoses is a fungal infection that primarily

infected the keratin layer of the skin, hair, and nails. Dermatophytes can cause

cause dermatofitosis. The pedicab driver’helm can be a good medium in the

transmission of Dermatofitosis to the people.

Objective : To identify the species of dermatophyte that found on a helm that used

by pedicab driver in one of pedicab place in Medan city .

Methods : This study is a descriptive observational approach cross-sectional

design. This study describes the species of dermatophyte on 30 helms of pedicab

driver’s helm from 30 different pedicab drivers .

Results : This study shows that 25 pedicab drivers ( 83,3 % ) never clean the

helms and 5 pedicab drivers (16,7%) ever clean the helms. On examination of

fungal culture with Sabaroud dextrose agar (SDA) medium of scraping helm,

found 100% positive (+) colonies of fungi. On direct examination of KOH found

some dermatophyte species, namely 16 (53,3%) fungi cause dermatofitosis and 14

(46,7%) other fungi cause nondermatophyte.

Conclusion : This study shows that the helm of pedicab driver cantained

Trichophyton mentagrophytes 7 (23,3%), T.scholenii 2 (6,7%), T.violaceum 2

(6,7%), M.audonii 4 (13,3%), M,Gyepsum 1 (3,3).

Keywords: dermatophyte, pedicab driver’s helm.

Page 6: IDENTIFIKASI SPESIES DERMATOFITA PADA HELM TUKANG …

iv

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, oleh

karena kasih-Nya telah memampukan penulis untuk menyelesaikan penelitian

skripsi dengan judul “Identifikasi Dermatofita pada Helm Tukang Becak”.

Laporan hasil penelitian ini disusun sebagai rangkaian tugas akhir dalam

menyelesaikan pendidikan di program studi Sarjana Kedokteran, Pendidikan

Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini penulis banyak menemukan

kesulitan. Namun, berkat bantuan dari banyak pihak penulis dapat menyelesaikan

penelitian karya tulis ilmiah. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih

dan penghargaan setingi-tinginya kepada:

1. 1.Dr. dr. Aldy S Rambe Sp.S (K) selaku dekan Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. Dr. Sutomo Kasiman, Sp. PD, Sp.JP (K), selaku komisi etik penelitian

bidang kesehatan Fakultas Kedokteran Sumatera Utara yang telah

memberikan izin penelitian

3. Dr. dr. Imam Budi Putra, MHA, Sp.KK dan Dr. dr. Dina Keumala Sari, MG,

Sp.GK selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan tenaga, pikiran, dan

waktu untuk memberikan bimbingan dan masukan-masukan dalam proses

penulisan proposal penelitian karya tulis ilmiah ini.

4. Dr.dr. Fidel G Siregar M.ked (OG) , Sp.OG (K) dan dr. Feby Harahap Sp.PA

selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan masukan yang

membangun untuk penelitian ini.

5. Ibu Raffidah, S. Si yang membantu penulis melaksanakan penelitian di

Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

6. Pemilik tukang becak pemilik helm yang bersedia menjadi partisipan dalam

penelitian ini.

7. Kedua orang tua penulis yakni, H.Simanjuntak dan E.Siahaan dan juga

saudara, Pretty, Yanty, Desy, Wansry dan Arby yang telah mendoakan,

Page 7: IDENTIFIKASI SPESIES DERMATOFITA PADA HELM TUKANG …

v

memberikan dukungan baik moril maupun materil dalam menyelesaikan

penelitian ini.

8. Sahabat-sahabat penulis, Asnat Sinaga, Febsar Tarigan ,Nehemia S. Hawan,

dan Daniel Situmorang yang telah memberikan dukungan, motivasi dan

bantuan kepada penulis.

9. Teman-teman kelompok bimbingan penelitian penulis, Mutiara Langit biru

damanik dan OK. Hafiz yang telah memberikan saran, kritikan dan motivasi

selama penelitian. Juga teman-teman stambuk 2013 lainnya yang telah

memberikan bantuan kepada penulis.

10. Semua pihak yang telah memberikan bantuan langsung maupun tidak

langsung.

Penulis menyadari bahwa penulisan penelitian skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis

mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan karya tulis

ilmiah ini di kemudian hari.

Medan, 19 Desember 2016

Jemsly M J Simanjuntak

Page 8: IDENTIFIKASI SPESIES DERMATOFITA PADA HELM TUKANG …

vi

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN .................................................................... i

ABSTRAK .............................................................................................. ii

ABSTRACT............................................................................................. iii

KATA PENGANTAR ............................................................................ iv

DAFTAR ISI .......................................................................................... vi

DAFTAR TABEL .................................................................................. viii

DAFTAR GAMBAR .............................................................................. ix

DAFTAR SINGKATAN ........................................................................ xi

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1

1.1. Latar Belakang ...................................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah ................................................................. 3

1.3. Tujuan Penelitian ................................................................... 3

1.4. Manfaat Penelitian ................................................................. 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................ 5

2.1. Dermatomikosis..................................................................... 5

2.2. Dermatomikosis Superfisialis ................................................ 5

2.3. Dermatofitosis ....................................................................... 6

2.3.1. Defenisi ....................................................................... 6

2.3.2. Etiologi ....................................................................... 6

2.3.3. Gambaran klinis ........................................................... 12

2.4. Nondermatofitosis ................................................................. 15

2.4.1. Defenisi ....................................................................... 15

2.4.2. Etiologi ........................................................................ 15

2.4.3. Gambaran klinis ........................................................... 17

2.5. Jamur Kontaminan ................................................................. 18

2.5.1. Aspergillus sp............................................................... 18

2.5.2. Penicillium ................................................................... 18

2.6. Penegakan Diagnosis ............................................................. 19

2.6.1. Pemeriksaan langsung .................................................. 19

2.6.2. Pembiakan atau kultur .................................................. 20

2.6.3. Reaksi imunologis (alergi) ........................................... 21

2.6.4. Biopsi atau pemeriksaan histopatologi .......................... 21

2.6.5. Pemeriksaan dengan sinar Wood .................................. 22

BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP ............... 23

3.1. Kerangka Teori Penelitian ..................................................... 23

3.2. Kerangka Konsep Penelitian .................................................. 24

Page 9: IDENTIFIKASI SPESIES DERMATOFITA PADA HELM TUKANG …

vii

BAB 4 METODE PENELITIAN.......................................................... 25

4.1. Jenis Penelitian ...................................................................... 25

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian ................................................ 25

4.2.1. Waktu penelitian .......................................................... 25

4.2.2. Tempat penelitian ......................................................... 25

4.3. Populasi dan Sampel .............................................................. 25

4.3.1. Populasi ....................................................................... 25

4.3.2. Sampel ......................................................................... 25

4.4. Teknik Pengumpulan Sampel ................................................ 26

4.5. Bahan dan Cara Kerja ............................................................ 26

4.5.1. Pengambilan bahan ...................................................... 26

4.5.2. Pemeriksaan laboratorium ............................................ 27

4.6. Pengolahan dan Analisa Data ................................................. 27

4.6.1. Pengolahan data ........................................................... 27

4.6.2. Analisa data ................................................................. 28

4.7. Defenisi Operasional ............................................................. 28

4.7.1. Dermatofita .................................................................. 28

4.7.2. Tukang becak ............................................................... 28

4.7.3. Helm tukang becak....................................................... 28

4.7.4. Pemeriksaan KOH........................................................ 29

4.7.5. Kultur jamur ................................................................ 29

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ......................... 30

5.1. Hasil Penelitian...................................................................... 30

5.1.1. Deskripsi tempat penelitian ........................................ 30

5.1.2. Deskripsi karakteristik subjek penelitian .................... 30

5.1.3. Deskripsi karakteristik sampel penelitian .................... 30

5.1.4. Distribusi sampel berdasarkan lama penggunaan helm 31

5.1.5. Distribusi sampel berdasarkan riwayat helm dibersihkan 31

5.1.6. Distribusi cara membersihkan helm ............................ 32

5.1.7. Distribusi hasil pemeriksaan KOH ............................. 32

5.1.8. Distribusi hasil kultur ................................................. 32

5.1.9. Distribusi hasil berdasarkan lama penggunaan helm ... 33

5.1.10. Distribusi hasil berdasarkan riwayat helm dibersihkan 34

5.2. Pembahasan ........................................................................... 35

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ................................................ 37

6.1. Kesimpulan ........................................................................... 37

6.2. Saran .................................................................................... 37

DAFTAR PUSTAKA ............................................................ 38

LAMPIRAN ............................................................................ 40

Page 10: IDENTIFIKASI SPESIES DERMATOFITA PADA HELM TUKANG …

viii

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 5.1. Distribusi sampel berdasarkan lama penggunaan .................... 31

Tabel 5.2. Distribusi sampel berdasarkan riwayat helm dibersihkan ........ 31

Tabel 5.3. Distribusi cara membersihkan helm ........................................ 32

Tabel 5.4 Distribusi hasil pemeriksaan KOH ........................................... 32

Tabel 5.5 Distribusi hasil kultur ............................................................. 33

Tabel 5.6 Distribusi hasil kultur berdasarkan lama penggunaan helm ...... 34

Tabel 5.7. Distribusi hasil kultur berdasarkan riwayat helm dibersihkan... 34

Page 11: IDENTIFIKASI SPESIES DERMATOFITA PADA HELM TUKANG …

ix

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 2.1. Makroskopis Epidermophyton floccosum ........................... 7

Gambar 2.2. Mikroskopis Epidermophyton floccosum .......................... 7

Gambar 2.3. Makroskopis Microsporum audouinii ............................. .... 7

Gambar 2.4. Mikroskopis Microsporum audouinii ................................. 7

Gambar 2.5. Makroskopis Microsporum canis ............................. .......... 8

Gambar 2.6. Mikroskopis Microsporum canis ....................................... 8

Gambar 2.7. Makroskopis Microsporum gypseum ................................. 8

Gambar 2.8. Mikroskopis Microsporum gypseum ... ............................... 8

Gambar 2.9. Makroskopis Trichophyton mentagrophytes ..................... 9

Gambar 2.10. Mikroskopis Trichophyton mentagrophytes ....................... 9

Gambar 2.11. Makroskopis Trichophyton rubrum ................................... 10

Gambar 2.12. Mikroskopis Trichophyton rubrum .................................... 10

Gambar 2.13. Makroskopis Trichophyton schoeleinii .............................. 10

Gambar 2.14. Mikroskopis Trichophyton schoenleinii ............................. 10

Gambar 2.15. Makroskopis Trichophyton tonsurans ............................... 11

Gambar 2.16. Mikroskopis Trichophyton tonsurans ................................ 11

Gambar 2.17. Makroskopis Trichophyton verrucosum ............................ 11

Gambar 2.18. Mikroskopis Trichophyton verrucom ................................ 11

Gambar 2.19. Makroskopis Trichophyton violaceum ............................... 12

Gambar 2.20. Mikroskopis Trichophyton violaceum ............................... 12

Gambar 2.21. Makroskopis Malasezia furfur .......................................... 15

Gambar 2.22. Mikroskopis Malasezia furfur ........................................... 15

Gambar 2.23. Makroskopis Piedra hortai ................................................ 16

Gambar 2.24. Mikroskopis Piedra hortai ................................................ 16

Gambar 2.25. Makroskopis Cladosporium werneckii .............................. 16

Gambar 2.26. Mikroskopis Cladosporium werneckii ............................... 16

Gambar 2.27. Makroskopis Trichosporon beigelii ................................... 17

Gambar 2.28. Mikroskopis Trichosporon beigelii .................................... 17

Page 12: IDENTIFIKASI SPESIES DERMATOFITA PADA HELM TUKANG …

x

Gambar 3.1. Kerangka Teori Penelitian .................................................. 23

Gambar 3.2. Kerangka Konsep Penelitian .............................................. 24

Page 13: IDENTIFIKASI SPESIES DERMATOFITA PADA HELM TUKANG …

xi

DAFTAR SINGKATAN

KOH : Kalium Hidroksida

SDA : Sabaroud Dextrose Agar

Page 14: IDENTIFIKASI SPESIES DERMATOFITA PADA HELM TUKANG …

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Judul Halaman

Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup .............................................................. 40

Lampiran 2 Lembar Penjelasan Menjadi Partisipan penelitian ..................... 41

Lampiran 3 Surat Persetujuan (Informed Consent) ...................................... 42

Lampiran 4 Status Penelitian ....................................................................... 43

Lampiran 5 Surat Ethical Clearence ........................................................... 44

Lampiran 6 Surat Pengantar Penelitian ke Departemen Mikrobiologi

FK USU ................................................................................... 45

Lampiran 7 Surat Selesai Melakukan Penelitian di Laboratorium

Mikrobiologi FK USU ............................................................. 46

Lampiran 8 Gambar Pengambilan Sampel Penelitian (helm) ....................... 47

Lampiran 9 Gambar Saat Melakukan Penelitian di Laboratorium FK USU . 48

Lampiran 10 Gambar Makroskopis .............................................................. 49

Lampiran 11 Gambar Mikroskopis ............................................................... 50

Page 15: IDENTIFIKASI SPESIES DERMATOFITA PADA HELM TUKANG …

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mikosis Superfisialis adalah infeksi jamur yang terutama mengenai lapisan

keratin kulit, rambut dan kuku.1

Data epidemiologis menunjukkan bahwa penyakit kulit karena jamur superfisial

(mikosis superfisialis) merupakan penyakit kulit paling banyak di masyarakat

,baik di pedesaan maupun perkotaan, tidak hanya di negara berkembang tetapi

juga negara maju.Meskipun penyakit ini tidak fatal, namun karena bersifat kronik

dan residif, serta tidak sedikit yang resisten terhadap obat anti jamur, maka

penyakit ini dapat menyebabkan gangguan kenyamanan dan menurunkan kualitas

hidup penderitanya.2

Di Indonesia,angka yang tepat untuk menunjukkan insidensi mikosis

superfisialis belum ada. Data insidensi dermatomikosis superfisialis tahun

1996,1997,dan 1998 di berbagai rumah sakit pendidikan dokter di Indonesia

menunjukkan angka persentase terhadap seluruh kasus dermatosis yang bervariasi

mulai dari 2,93% (Semarang) yang terendah hingga 27,6% (Padang) yang

tertinggi .3

Mikosis Superfisialis dikelompokkan secara umum menjadi 2 bagian

besar,yaitu : dermatofitosis dan non dermatofitosis. 1

Dermatofitosis adalah penyakit pada jaringan yang mengandung zat tanduk,

misalnya stratum korneum pada epidermis, rambut, dan kuku, yang disebabkan

oleh golongan jamur dermatofita. Dermatofita ialah jamur yang menjadi parasit

kulit, meliputi Microsporum, Epidermophyton, dan Trichophyton. Golongan

jamur ini mempunyai sifat mencernakan keratin.4

Berdasarkan data epidemiologi, kasus dermatofitosis masih banyak

ditemukan.Pada penelitian retrospektif pada tahun 2011 ,menunjukkan angka

kejadian dermatofitosis di Divisi Mikologi Unit Rawat Jalan (URJ) Kesehatan Kulit

dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya periode 2008-2010 sebesar 56,2% dari

keseluruhan kasus dermatomikosis superfisialis.5Angka kejadian dermatofitosis di

Page 16: IDENTIFIKASI SPESIES DERMATOFITA PADA HELM TUKANG …

2

Indonesia pada tahun 2009-2011 bervariasi yaitu antara 29,4-75%, RS dr. Pirngadi

Medan didapatkan sebesar 43,5%, RS dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta sebesar

39,3%, dan RS dr. Hasan Sadikin Bandung sebesar 64,9%.6

Pada penelitian retrospektif yang dilakukan oleh Divisi Mikologi Unit Rawat

Jalan Poli Kulit Kelamin RSU Dr. Soetomo Surabaya Periode 2006-2007, spesies

terbanyak penyebab dermatofitosis adalah M. audiouinii (14,6%), T. Rubrum

(12,2%), serta T. mentagrophytes (7,3%). Berdasarkan data tersebut, dapat dilihat

bahwa penyebab dermatofitosis terbanyak adalah Trichophyton sp. 7

Dermatofitosis dibagi atas beberapa bentuk. Pembagian yang lebih praktis dan

dianut oleh para spesialis kulit ialah yang berdasarkan lokasi, yaitu tinea kapitis, tinea

barbe, tinea kruris, tinea pedis et manum, tinea unguium, dan tinea korporis.8

Tinea kapitis merupakan salah satu mikosis superfisialis yang disebabkan

oleh spesies dermatofita.Tinea kapitis menyerang kulit dan rambut kepala.

Kelainan ini dapat ditandai dengan lesi bersisik,kemerah-merahan,alopesia dan

kadang-kadang terjadi gambaran klinis yang lebih berat,yang disebut kerion.4

Tinea kapitis merupakan salah satu infeksi yang sering terjadi pada anak anak

3-14 tahun.Pada penelitian di Surabaya,kasus tinea kapitis tahun 2001-2006 di RS

Dr.Soetomo didapatkan pasien terbanyak tinea kapitis pada anak anak <14 tahun

yaitu 93,3 % ( Laki laki 54,5% dan perempuan 37,5%). 10

Namun penelitian lain

di India , kasus penderita tinea kapitis juga terjadi pada orang dewasa, dengan

didapatkannya 4,9% dari total kasus tinea kapitis11.

Hal ini menunjukkan bahwa

pada orang dewasa,tinea kapitis juga bisa terjadi.

Seseorang dapat tertular jamur dermatofita melalui kontak langsung dengan

manusia dan hewan yang terinfeksi atau membawa jamur patogen, maupun secara

tidak langsung melalui tanaman, kayu yang di hinggapi jamur, barang-barang atau

pakaian, debu, atau air.9

Di samping cara penularan tersebut, untuk timbulnya kelainan-kelainan di

kulit tergantung dari beberapa faktor: Faktor virulensi dari dermatofita, Faktor

trauma, Faktor suhu dan kelembapan, keadaan sosial serta kurangnya kebersihan,

dan juga faktor umur dan jenis kelamin. Selain faktor di atas masih ada faktor

Page 17: IDENTIFIKASI SPESIES DERMATOFITA PADA HELM TUKANG …

3

faktor lain seperti faktor perlindungan tubuh (topi,sepatu dan sebagainya) juga

dapat mempermudah penyakit infeksi jamur ini.9

Pada penelitian tentang tinea kapitis yang dilakukan di Iraq , didapatkan 30

(25%) dari 120 kasus tinea kapitis pada pasien yang menggunakan pelindung

kepala yaitu sering tukar ganti topi dan 86 (71,7%) karena riwayat tidur

bersama.12

Pada penelitian kali ini, peneliti akan mencoba mengidentifikasi spesies

dermatofita pada helm tukang becak (sebagai faktor resiko pertumbuhan dan

infeksi) dermatofita.

1.2 Rumusan Masalah

Apakah pada helm yang digunakan tukang becak terdapat spesies dermatofita?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengidentifikasi spesies dermatofita pada helm yang digunakan tukang

becak di salah satu pangkalan becak yang bertempat di Jalan Parkiran Carrefour,

Pasar V Padang Bulan, Kecamatan Medan Baru, Kota Medan.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui apakah helm tukang becak bisa menjadi tempat

pertumbuhan spesies dermatofita.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk :

1. Manfaat keilmuan

Menambah wawasan ilmu pengetahuan tentang dermatofita yang mungkin

tumbuh pada helm.

2. Manfaat bagi masyarakat

a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang ada atau

tidaknya dermatofita yang mungkin tumbuh pada helm.

Page 18: IDENTIFIKASI SPESIES DERMATOFITA PADA HELM TUKANG …

4

b. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi terhadap

masyarakat tentang pentingnya menjaga kebersihan helm.

3. Manfaat bagi Tukang becak

Penelitian ini diharapkan memberikan informasi kepada tukang becak tentang

pentingnya menjaga kebersihan helmnya untuk menghindari kemungkinan

infeksi dermatofita pada kulit dan rambut kepala.

4. Manfaat Bagi peneliti

Sebagai data dalam melaksanakan penelitian-penelitian selanjutnya.

Page 19: IDENTIFIKASI SPESIES DERMATOFITA PADA HELM TUKANG …

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Dermatomikosis

Dermatomikosis mempunyai arti umum, yaitu semua penyakit jamur yang

menyerang kulit.4 Faktor-faktor yang memegang peranan untuk terjadinya

dermatomikosis adalah iklim yang panas, higiene yang kurang, adanya sumber

penularan disekitarnya, penggunaan antibiotik, steroid dan sitostatika yang

meningkat, adanya penyakit kronis dan penyakit sistemik lainnya.13

2.2. Dermatomikosis Superfisialis

Dermatomikosis superfisialis adalah infeksi jamur yang menyerang lapisan luar

kulit, kuku, dan rambut. Dermatomikosis superfisialis dibagi dalam dua bentuk, yaitu

dermatofitosis dan nondermatofitosis. Perbedaan keduanya terletak pada infeksi di

kulit. Golongan dermatofitosis menyerang atau menimbulkan kelainan di dalam

epidermis, mulai dari stratum korneum sampai stratum basalis , sedangkan golongan

nondermatofitosis hanya pada bagian superfisialis dari epidermis. Hal ini disebabkan

dermatofita mempunyai afinitas terhadap keratin yang terdapat pada epidermis,

rambut, dan kuku sehingga infeksinya lebih dalam.14

Berdasarkan habitat dan cara penularannya dermatomikosis superfisialis

dibagi atas:

1. Geofilik, terutama hidup di tanah sebagai habitatnya dan secara sporadis

menginfeksi manusia. Infeksi biasanya melalui kontak dengan tanah dan menyebar

melalui spora yang dapat hidup selama bertahun-tahun di mantel dan alat kosmetik.

Mikroorganisme patogen tersering adalah Microsporium gypseum.15

2. Zoofilik, spesies ini biasanya ditemukan pada hewan dan ditularkan melalui

kontak langsung maupun tidak langsung melalu bulu hewan yangterinfeksi

dan melekat di pakaian, atau sebagai kontaminan pada rumahatau tempat tidur

hewan, tempat makanan dan minuman hewan, misalnyaMicrosporum canis.15

Page 20: IDENTIFIKASI SPESIES DERMATOFITA PADA HELM TUKANG …

6

3. Antropofilik, terutama menyerang manusia sebagai hospesnya. Penularan

dapat terjadi melalui kontak langsung dengan manusia maupun tidak langsung

melalui lantai kolam renang dan udara sekitar rumah sakit/klinik, dengan atau

tanpa reaksi peradangan.15

2.3. Dermatofitosis

2.3.1. Defenisi

Dermatofitosis adalah penyakit pada jaringan yang mengandung zat tanduk,

misalnya stratum korneum pada epidermis, rambut dan kuku, yang disebabkan

jamur golongan dermatofita.4

2.3.2. Etiologi

Dermatofita termasuk kelas fungi imperfecti, yang terbagi dalam tiga genus,

yaitu Microsporum, Trichophyton, dan Epidermophyton. Selain sifat keratofilik

masih banyak sifat yang sama di antara dermatofita, misalnya sifat faali,

taksonomis, antigenik, kebutuhan zat makanan untuk pertumbuhannya, dan

penyebab penyakit. Hingga kini dikenal sekitar 41 spesies dermatofita, masing

masing 2 spesies Epidermophyton, 17 spesies Microsporum, dan 21 spesies

Trichophyton.4

1. Epidermophyton

Genus Epidermophyton memiliki karakteristik berdinding halus, memproduksi

2-4 sel makrokonidia. Tidak menghasilkan mikrokonidia.15,16,17

a. Epidermophyton floccosum

Epidermophyton floccosum memiliki gambaran makroskopis berbentuk

seperti bulu dengan warna kuning kehijauan pada permukaan dan kuning

kecoklatan pada bagian dasar sedangkan gambaran mikroskopis tidak ada

dijumpai mikrokonidia tetapi dijumpai banyak makrokonidia berbentuk

gada. Berdinding tipis dan halus.15,16,17

Page 21: IDENTIFIKASI SPESIES DERMATOFITA PADA HELM TUKANG …

7

Gambar 2.1. Makroskopis Gambar 2.2. Mikroskopis

Epidermophyton floccosum Epidermophyton floccosum

2. Microsporum

Genus Microsporum memproduksi banyak makrokonidia yang mempunyai

karakteristik multisepta, berdinding tebal, dinding sel echinulate atau

verrucose yang tebal dengan ukuran 7-20 x 30-160 µm dan sedikit atau tidak

ada mikrokonidia yang berbentuk seperti tetesan air atau elips, terikat

langsung ke sisi hipa dengan ukuran 2.5-3.5 x 4-7 μm.15,16,17

a. Microsporum audouinii

Makroskopis : Bentuk koloni datar dan berwarna putih keabuan pada

permukaan dan kecoklatan pada bagian dasar.

Mikroskopis : Dapat dijumpai terminal klamidokonidia dan hifa berbentuk

sepertisisir.15,16,17

Gambar 2.3. Makroskopis Gambar 2.4. Mikroskopis

Microsporum audouinii Microsporum audouinii

Page 22: IDENTIFIKASI SPESIES DERMATOFITA PADA HELM TUKANG …

8

b. Microsporum canis

Makroskopis: Bentuk koloni datar berwarna putih kekuningan, dengan

alur-alurradial yang rapat. Pada bagian dasar berwarna kekuningan

Mikroskopis: Terdapat beberapa mikrokonidia dan banyak makrokonidia

berdinding tebal dan bergerigi dengan knob pada ujungnya.15,16,17

Gambar 2.5. Makroskopis Gambar 2.6. Mikroskopis

Microsporum canis Microsporum canis

c. Microsporum gypseum

Makroskopis: Koloni berbentuk granuler dengan pigmen coklat

kekuningan.

Mikroskopis: Ditemukan beberapa mikrokonidia dan sejumlah

makrokonidia berdinding tipis tanpa knob.15,16,17

Gambar 2.7. Makroskopis Gambar 2.8. Mikroskopis

Microsporum gypseum Microsporum gypseum

Page 23: IDENTIFIKASI SPESIES DERMATOFITA PADA HELM TUKANG …

9

2. Trichophyton

Genus Trichophyton memproduksi banyak mikrokonidia dengan karakteristik

berbentuk piriform sampai clavate dengan ukuran 2-3 x 2-4mm dan sedikit

atau tidak ada makrokonidia yang memiliki karakteristik berdinding tipis dan

halus, berbentuk clavate sampai fusiform dengan ukuran 4-8 x 8-50 mm in

size.15,16,17

a. Trichophyton mentagrophytes

Makroskopis: Koloni berwarna putih krem dengan permukaan seperti

gundukan.Dasar tidak berwarna hingga coklat.

Mikroskopis: Dijumpai banyak mikrokonidia bulat yang bergerombol,

jarangyang berbentuk cerutu, terkadang dijumpai hifa spiral.15,16,17

Gambar 2.9. Makroskopis Gambar 2.10. Mikroskopis

Trichophyton mentagrophytes Trichophyton mentagrophytes

b. Trichophyton rubrum

Makroskopis: Koloni berwarna putih bertumpuk di tengah dan maroon

pada tepinya, berwarna maroon pada bagian dasar.

Mikroskopis: Beberapa mikrokonida berbentuk seperti tetesan air, dan

makrokonidia berbentuk pensil jarang di jumpai.15,16,17

Page 24: IDENTIFIKASI SPESIES DERMATOFITA PADA HELM TUKANG …

10

Gambar 2.11. Makroskopis Gambar 2.12. Mikroskopis

Trichophyton rubrum Trichophyton rubrum

c. Trichophyton schoenleinii

Makroskopis: Koloni berupa tumpukan tidak beraturan dengan warnaputih

kekuningan hingga coklat.

Mikroskopis: Dijumpai hifa dengan knob berbentuk tanduk rusa, dan

dijumpai banyak klamidokonidia.15,16,17

Gambar 2.13. Makroskopis Gambar 2.14. Mikroskopis

Trichophyton schoenleinii Trichophyton schoenleinii

d. Trichophyton tonsurans

Makroskopis: bentuk dan warna koloni bervariasi. Dapat berbentuk

sepertitepung sampai beludru. Dapat berwarna putih, krem, kuning,coklat

ataumaroon. Warna dasar biasanya merah.

Mikroskopis: Banyak mikrokonidia beraneka bentuk dan

kadangmakrokonidia berbentuk cerutu.15,16,17

Page 25: IDENTIFIKASI SPESIES DERMATOFITA PADA HELM TUKANG …

11

Gambar 2.15. Makroskopis Gambar 2.16. Mikroskopis

Trichophyton tonsurans Trichophyton tonsurans

e. Trichophyton verrucosum

Makroskopis: Koloni kecil dan bertumpuk, kadang datar, warna

putihhingga abu kekuningan.

Mikroskopis: Rantai klamikonidia pada SDA. Makrokonidia yang panjang

dan tipis seperti “ekor tikus”.15,16,17

Gambar 2.17. Makroskopis Gambar 2.18. Mikroskopis

Trichophyton verrucosum Trichophyton verrucosum

f. Trichophyton violaceum

Makroskopis: Seperti lilin dan bertumpuk, warna merah violet.

Denganwarna dasar violet.

Mikroskopis: hifa irreguler dengan klamikonidia di antaranya. Pada

SDAtidak ada mikro atau makrokonidia.15,16,17

Page 26: IDENTIFIKASI SPESIES DERMATOFITA PADA HELM TUKANG …

12

Gambar 2.19. Makroskopis Gambar 2.20. Mikroskopis

Trichophyton violaceum Trichophyton violaceum

2.3.3. Gambaran klinis

Manifestasi klinis dipengaruhi berbagai faktor antara lain spesies jamur,jumlah

inokulum, bagian organ yang terkena infeksi dan status kekebalansipenderita.

Gejala klasik dari dermatofitosis adalah “ringworm” kelainan berupalingkaran yang

disertai reaksi inflamasi dan sisik halus di tepi lesi.1

Berdasarkan pada bagian tubuh yang diserang dermatofitosis dibagi atas:

1. Tinea pedis (Athlete’s foot, ringworm of the foot, kutu air)

Tinea pedis ialah dermatofitosis pada kaki, terutama pada sela-sela jari dan

telapak kaki yang umumnya bersifat kronis. Jamur utama penyebab tinea pedis

ialah: Trichophyton rubrum, Trichophyton mentagrophytes.18

Bentuk-bentuk

tinea pedis adalah:

a. Bentuk interdigitalis yaitu adanya gambaran fisura yang dikelilingi

sisikhalus dan tipis di antara jari IV dan V yang dapat meluas ke bawah

jari (subdigital) dan juga kesela jari yang lain.4

b. Bentuk moccasinfoot memiliki gambaran kulit yang menebal dan bersisik

pada seluruh kaki, dari telapak, tepi sampai punggung kaki,

eritemabiasanya ringan dan terutama terlihat pada bagian tepi lesi.4

c. Bentuk subakut terlihat vesikel, vesiko-pustul dan kadang-kadang bula. Isi

vesikel berupa cairan jernih yang kental, yang setelah pecah,meninggalkan

sisik berbentuk lingkaran . Kelainan ini dapat mulai pada daerah sela jari,

kemudian meluas ke punggung kaki atau telapak kaki.4

Page 27: IDENTIFIKASI SPESIES DERMATOFITA PADA HELM TUKANG …

13

2. Tinea manum

Tinea manum adalah dermatofitosis pada tangan. Semua bentuk yang dilihat

dikaki dapat terjadi pula pada tangan.4Mikroorganisme penyebab tersering

adalah Trichophyton rubrum, Trichophyton mentagrophytes, Trichophyton

tosurans, Epidermophyton floccosum .15

3. Tinea unguium(dermatophytic onychomycosis, ringworm of the nail)

Tinea unguium adalah kelainan kuku yang sering disebabkan oleh jamur

Trichophyton rubrum, Trichophyton mentagrophytes dan Epidermophyton

floccosum.18

Gejala klinis dari penyakit ini adalah adanya lesi mengenai satu

kuku atau lebih pada jari tangan atau kaki. Permukaan kuku tidak rata,

berwarna kekuningan, tebal dan rapuh.Kelainan dimulai dari bagian distal.

Penyembuhan memerlukan waktu yang lama .4

4. Tinea kruris (eczema marginatum, dhobie itch, jockey itch, ringworm ofthe groin)

Tinea kruris adalah dermatofitosis pada lipat paha, daerah perinium, dan

sekitar anus.Penyebab yang terbanyak adalah Epidermophyton floccosum

Trichophyton mentagrophytes, dan Trichophyton rubrum.18

Lesi kulit dapat terbatas pada daerah genito-krural saja, atau meluas ke daerah

sekitar atau bagian tubuh yang lain. Peradangan pada tepi lebih nyata daripada

daerah tengahnya. Bila penyakit ini menjadi menahun, dapat berupa bercak

hitam disertai sedikit sisik. Erosi dan keluarnya cairan biasanya akibat

garukan.4

5. Tinea korporis (tinea sirsinata, tinea glabrosa,Scherende Flechte,

kurap,herpes sircine trichophytique)

Tinea korporis merupakan dermatofitosis pada kulit tubuh tidak berambut

(glabrous skin ) yang sering disebabkan oleh Microsporum spp dan

Trichophyton spp.18

Kelainan yang dilihat dalam klinik merupakan lesi bulat

atau lonjong, berbatas tegas terdiri atas eritema, skuama, kadang-kadang

dengan vesikel dan papul di tepi. Lesi-lesi pada umumnya merupakan bercak-

bercak terpisah satu dengan yang lain. Kelainan kulit dapat pula terlihat

sebagai lesi-lesi dengan pinggir yang polisiklik, karena beberapa lesi kulit

yang menjadi satu.4

Page 28: IDENTIFIKASI SPESIES DERMATOFITA PADA HELM TUKANG …

14

6. Tinea kapitis (ringworm of the scalp)

Tinea kapitis adalah kelainan pada kulit dan rambut kepala yang sering

disebabkan oleh spesies dermatofita dari genus Microsporum dan genus

Trichophyton kecuali T.concentricum. Tinea kapitis seringditemukan pada

anak berusia tiga sampai dua belas tahun Gejala klinis dari tinea kapitis

bergantung pada etiologinya.15

a. Tipe Inflamasi

Inflamasi pada tinea kapitis merupakan hasil dari reaksi hipersensitifitas

terhadap infeksi. Batas spektrum inflamasi mulai dari folikulitis berpustul

sampai kerion. Lesi tersebut biasanya terasa gatal dan mungkin

disertainyeri, limfadenopati servikal posterior, demam, dan lesi tambahan

pada kulit yang gundul.

b. Noninflamasi

Rambut di daerah yang terinfeksi berubah warna menjadi abu-abu dan

kurang bercahaya serta patah di level yg hanya sedikit di atas kulit

kepala.Kerontokan rambut yang nyata jarang terjadi. Hiperkeratin yang

melingkar dan area botak yang bersisik yang disebabkan patahnya rambut

merupakan tanda yang mudah dikenali. Lesi biasanya terjadi di daerah

oksiput.

c. Tipe “Black dot”

Kerontokan rambut bisa terjadi dan bisa juga tidak terjadi. Jika terjadi

kerontokan, kumpulan bintik hitam akan terlihat di kulit kepala yang

botak.

d. Tipe Favus

Tipe ini ditandai dengan krusta kuning yang tebal sampai folikel-folikel

rambut yang mengarahkan terjadinya kebotakan berparut.

Page 29: IDENTIFIKASI SPESIES DERMATOFITA PADA HELM TUKANG …

15

2.4. Nondermatofitosis

2.4.1. Defenisi

Nondermatofitosis adalah mikosis superfisial yang disebabkan jamur yang

tidak dapat mengeluarkan zat yang dapat mencerna keratin kulit, biasanya

menyerang kulit yang paling luar.19

2.4.2. Etiologi

1. Malasasezia furfur

Makroskopis: Koloni berwarna krem-kekuningan, halus atau kasar, bekilau

atau kusam

Mikroskopis: Ditemukan fragmen hifa bercabang dengan berbagai ukuran.17

Gambar 2.21. Makroskopis Gambar 2.22. Mikroskopis

Malasasezia furfur Malasasezia furfur

2. Piedra hortai

Makroskopis: Koloni berwarna coklat atau hitam dengan bagian tengah yang

lebih tinggi dan datar pada bagian tepi. Dengan tekstur lembut.

Mikroskopis: Ditemukan hifa bersepta dan bercabang dengan dinding

tebal,bersamaan dengan sejumlah pembesaran sel seperti klamidokonia

diantara sel.17

Page 30: IDENTIFIKASI SPESIES DERMATOFITA PADA HELM TUKANG …

16

Gambar 2.23. Makroskopis Gambar 2.24 . Mikroskopis

Piedra hortai Piedra hortai

3. Clasdoporium werneckii

Makroskopis: Koloni awalnya basah, berlumpur, seperti ragi, dan berwarna

hitam kemudian menjadi olive-black dan ditutupi oleh miselium

hitamkeabuan.

Mikroskopis: Koloni muda menunjukan spora yang bervariasi dari

warna,berbentuk oval atau elips, satu atau dua sel spora bersepta.17

Gambar 2.25. Makroskopis Gambar 2.26. Mikroskopis

Clasdoporium werneckii Clasdoporium werneckii

4. Trichosporon beigelii

Makroskopis: Koloni tumbuh dengan cepat, seperti ragi, dan berwarna kuning

pucat. Semakin lama permukaan menjadi keriput, bagian tengah

menumpuk,dan warna menjadi kuning gelap.

Page 31: IDENTIFIKASI SPESIES DERMATOFITA PADA HELM TUKANG …

17

Mikroskopis: Ditemukan hifa hialin bersepta yang dapat berfragmentasi

menjadi oval, atau persegi panjang, artrospore berukuran 3-9 μm x 2-4

µm.Blastospora terdapat pada satu atau lebih bagian pada artrospora. 17

Gambar 2.27. Makroskopis Gambar 2.28. Mikroskopis

Trichosporon beigelii Trichosporon beigelii

2.4.3. Gambaran klinis

1. Pitiriasis versikolor

Pitiriasis versikolor berhubungan dengan pertumbuhan yang berlebihan dari

flora normal Pityrosporum orbiculare yang identik dengan Malasasezia

furfur.18

2. Pitirosporum folikulitis

Pitirosporum folikulitis adalah penyakit kronis pada folikel polisebasea yang

disebabkan oleh spesies Pityrosporum yang identik dengan Malasasezia furfur4.

3. Piedra

Piedra adalah infeksi jamur pada rambut, ditandai dengan benjolan(nodus)

sepanjang rambut, dan disebabkan oleh Piedra hortai (black piedra) atau

Trichosporon beigelii (white piedra) .4

4. Tinea nigra palmaris

Tinea nigra memiliki tanda khas berupa makula tidak berskuama berwarna

coklat sampai hitam. Bagian yang paling sering terkena adalah palmar, tetapi

dapat juga mengenai plantar dan permukaan kulit lainnya.Penyebab penyakit

ini adalah Cladosporium wemeckii dan Cladosporium mansonii. Gejala klinis

berupa kelainan kulit telapak tangan berupa bercak-bercak tengguli hitam dan

Page 32: IDENTIFIKASI SPESIES DERMATOFITA PADA HELM TUKANG …

18

sekali-sekali bersisik. Penderita umumnya berusia di bawah 19 tahun dan

penyakitnya berlangsung kronik.4

5. Ketombe (Dandruff)

Ketombe adalah kelainan yang ditandai dengan sisik berwarna putih sampai

kekuningan pada kulit kepala. Malassezia spesies adalah spesies jamur yang

diduga berperan sebagai agen penyebab terjadinya ketombe. Kondisi stres,

kelelahan, cuaca ekstrim, produksi minyak pada kulit yang berlebihan,

penggunaan sampo, dan gangguan neurologi memudahkan seseorang

menderita ketombe .19

6. Otomikosis

Otomikosis adalah infeksi jamur kronik atau subakut pada liang telinga luar

dan lubang telinga luar, yang ditandai dengan inflamasi eksudatif dan gatal.

Penyebab utamanya adalah jamur-jamur kontaminan,misalnya Aspergilus,

Penisilium, dan Mukor .4

2.5. Jamur Kontaminan

2.5.1. Aspergillus sp.

Aspergillus sp. sangat umum dijumpai di dalam maupun di luar

ruangan,sehingga kebanyakan orang menghirup spora jamur setiap hari.

Menghirup spora Aspergillus sp. tidak berbahaya pada orang dengan sistem

kekebalan tubuh yangsehat. Namun, bagi orang yang sistem kekebalannya

melemah, menghirup sporaAspergillus sp. dapat menyebabkan infeksi di paru-

paru atau sinusitis. Ada sekitar 180 spesies Aspergillus, tetapi yang diketahui

dapat menyebabkan infeksi pada manusia kurang dari 40 spesies. Aspergillus

fumigatus adalah spesies yang paling sering menginfeksi manusia .20

2.5.2. Penicillium

Penicillium adalah salah satu jamur yang dapat dijumpai di beragam habitat

seperti tanah, udara, lingkungan dalam ruangan dan berbagai produk makanan.

Penicillium marneffei adalah satu-satunya spesies dari genus Penicillium yang dapat

menginfeksi manusia, dan sering menjadi infeksi penyerta pada pasien HIV.21

Page 33: IDENTIFIKASI SPESIES DERMATOFITA PADA HELM TUKANG …

19

2.6. Penegakan Diagnosis

Selain dari gejala-gejala khas setiap jamur, diagnosis suatu penyakit jamur

harus dibantu pemeriksaan laboratorium, yaitu:

2.6.1. Pemeriksaan langsung

Untuk melihat apakah ada infeksi jamur perlu dibuat preparat langsung dari

kerokan kulit, rambut, atau kuku. Sediaan dituangi larutan KOH 10-40%dengan

maksud melarutkan keratin kulit atau kuku sehingga akan tinggal kelompok hifa.

Sesudah 15 menit atau sesudah dipanasi di atas api kecil, jangan sampai menguap,

dilihat di bawah mikroskop, dimulai dengan pembesaran 10 kali.14

Adanya elemen jamur tampak berupa benang-benang bersifat kontur ganda.

Selain itu, tampak juga bintik spora berupa bola kecil sebesar 1-3 mikrometer.14

Bahan-bahan yang diperlukan untuk diperiksa didapat dari :

1. Kulit

Bahan diambil dan dipilih dari bagian lesi yang aktif, yaitu daerah pinggir.

Terlebih dahulu dibersihkan dengan alkohol 70% lalu dikerok dengan skalpel

sehingga memperoleh skuama yang cukup. Letakan di atas gelas objek, lalu

dituangi dengan KOH 10%.14

2. Rambut

Rambut yang dipilih adalah rambut yang terputus-putus atau rambut yang

warnanya tak mengilat lagi, tuangi KOH 20%, lihat adanya infeksi endotrik

atau ektotrik.14

3. Kuku

Bahan yang diambil adalah masa detritus dari bawah kuku yang sudah rusak

atau dari bahan kukunya sendiri, selanjutnya dituangi dengan KOH 20-40%

dan dilihat di bawah mikroskop, dicari hifa atau spora.Dengan preparat

langsung ini, sebenarnya diagnosis suatu dermatomikosis sudah dapat

ditegakkan. Penentuan etiologi spesies diperlukan untuk keperluan penentuan

prognosis, kemajuan terapi dan epidemiologis.14

Page 34: IDENTIFIKASI SPESIES DERMATOFITA PADA HELM TUKANG …

20

2.6.2. Pembiakan atau kultur

Pembiakan dilakukan dalam media agar saboroud pada suhu kamar (25-30ºC),

kemudian dalam satu minggu dilihat dan dinilai apakah ada perubahan atau

pertumbuhan jamur. Faktor pH juga berperan untuk pertumbuhan jamur, pH yang

optimal sekitar 5,6. Sedangkan bakteri tidak dapat tumbuh pada pembenihan agar

saboroud. Untuk mencegah tumbuhnya jamur kontaminan/saprofit dapat

ditambahkan antibiotik sikloheksimid pada agar saboroud .1

Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah :

1. Bentuk koloni

a. Koloni ragi

Makroskopis tampak bundar, lunak, atau lembek denganpermukaan halus

atau rata dan mengkilat, tidak berpigmen, warna kekuningan, seperti

koloni bakteri. Bila diperiksa secara mikroskopis hanya didapati sel-sel

ragi yang berupa sel yang bulat dan tampak seolah-olah mempunyai dua

dinding dan kadang-ada tunas (satu tunas besardengan tunas bola yang

kecil yang disebut "BUDDING"), misalnya pada kandida.14

b. Koloni menyerupai ragi

Secara makroskopis tampak lembek, permukaan halus, mengkilat,dan

warnanya putih kekuningan. Secara mikroskopis tampak sebagai sel

tunggal dan kadang-kadang tampak miselium semu (sel-sel panjang, tetapi

tidak khas dan tidak bersekat). Juga ada sel yang berbentuk bulat dan

kadang-kadang ada yang bertunas.14

c. Koloni filamen

Secara makroskopis tampak seperti kapas berupa benang halus,permukaan

dan pinggir tidak rata, dan menonjol di atas permukaan

media.Mikroskopis tampak sebagai hifa sejati, yaitu benang-benang yang

bersifat kontur ganda, berinti dan mempunyai sekat, misalnya:

trichophyton, microsporum dan epidermopiton. Kadang-kadang tampak

bentuk campuran, yaitu pembiakan pada temperatur 37ºC dapat

menghasilkan koloni ragi, tetapi pada temperatur kamar akan

menghasilkan koloni filamen, misalnya sporotrikosis.14

Page 35: IDENTIFIKASI SPESIES DERMATOFITA PADA HELM TUKANG …

21

2. Bentuk hifa

Bentuk hifa ini dapat dibedakan dalam beberapa jenis, yaitu:

a. Menurut fungsinya hifa dibagi menjadi hifa vegetatif yaitu hifa yang

berfungsi untuk perkembangan dan mengambil makanan dan hifa

reproduktif yaitu hifa dikhususkan untuk membentuk atau memperbanyak

diri dengan spora.14

b. Menurut jenisnya hifa bibagi menjadi hifa berseptum dan hifa tidak

berseptum (sunositik).14

3. Bentuk spora

Bentuk spora dapat dibagi menjadi:

a. Spora seksual yaitu spora yang dibentuk dalam suatu organ khusus yang

sebelumnya terjadi penggabungan dari dua hifa.14

b. Spora aseksual yaitu spora yang langsung dibentuk oleh hifa tanpa melalui

penggabungan dari hifa-hifa reproduktif.14

2.6.3. Reaksi imunologis (alergi)

Dengan menyuntikkan secara intrakutan semacam antigen yang dibuat dari

koloni jamur, reaksi (+) berarti infeksi oleh jamur (+), misalnya :

1. Reaksi trikofitin yaitu menyuntikkan anntigen yang dibuat dari pembiakan

trikofitosis. Kalau (+) berarti ada infeksi trikofiton.14

2. Reaksi histoplasmin yaitu menyuntikkan antigen yang dibuat dari pembiakan

histoplasma. Kalau (+) berarti infeksi oleh histoplasma (+).14

3. Reaksi sporotrikin yaitu menyuntikkan antigen yang dibuat dari koloni

Sporotricium schenkii. Kalau (+) berarti infeksi oleh spesies sporotikum.14

2.6.4. Biopsi atau pemeriksaan histopatologi

Khusus dilakukan untuk pemeriksaan penyakit jamur golongan mikosis dalam.

Dengan pewarnaan khusus dari suatu jaringan biopsi, dapat dicari elemen jamur dalam

jaringan tersebut. Pewarnaan khusus seperti pewarnaan gram dan He dapat mewarnai

elemen jamur dalam jaringan sehingga tampak lebih jelas. Selain itu, pemeriksaan

histopatologi sangat penting untuk melihat reaksi jaringan akibat infeksi jamur .14

Page 36: IDENTIFIKASI SPESIES DERMATOFITA PADA HELM TUKANG …

22

2.6.5. Pemeriksaan dengan sinar Wood

Sinar wood adalah sinar ultraviolet yang setelah melewati suatu "saringan

wood", sinar yang tadinya polikromatis menjadi monokromatis dengan panjang

gelombang 3600 A. Sinar ini tidak dapat dilihat.Bila sinar ini diarahkan ke kulit

atau rambut yang mengalami infeksi oleh jamur-jamur tertentu, sinar ini akan

berubah menjadi dapat dilihat, denganmemberi warna yang kehijauan atau

flouresensi. Apabila pemeriksaan dengan cara ini memberi flouresensi,

pemeriksaan sinar wood disebut positif, dan apabila tidak ada flouresensi disebut

negatif. Jamur-jamur yang memberikan flouresensi adalah Microsporum lanosum,

Microsporum audouinii, M. Canis dan Malassezia furfur (penyebab tinea

versikolor) .14

Page 37: IDENTIFIKASI SPESIES DERMATOFITA PADA HELM TUKANG …

23

BAB III

KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP

PENELITIAN

3.1. Kerangka Teori Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian diatas maka kerangka teori dalam penelitian ini

adalah:

Gambar 3.1. Kerangka teori

Faktor Resiko

A.Faktor Endogen

B.Faktor Eksogen

-Panas, Keringat

Pertumbuhan

Jamur Di Helm

Diagnosa

-Pemeriksaan KOH

- Kultur Jamur

Dermatofita

Dermatofitosis

Etiologi

1. Epidermophyton

2. Microsporum

3. Trichophyton

Gambaran Klinis

-Tinea Kapitis

-Tinea Manum

-Tinea Unguium

-Tinea Kruris

-Tinea Korporis

-Tinea Korporis

--

Page 38: IDENTIFIKASI SPESIES DERMATOFITA PADA HELM TUKANG …

24

3.2. Kerangka Konsep Penelitian

KOH

KULTUR

Gambar 3.2. Kerangka konsep.

Spesies

Dermatofita Helm Tukang

Becak

Page 39: IDENTIFIKASI SPESIES DERMATOFITA PADA HELM TUKANG …

25

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif observasional dengan rancangan

potong lintang (cross sectional).

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian

4.2.1. Lokasi penelitian

Lokasi pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan di salah satu

pangkalan tukang becak ,yang bertempat di Jalan Parkiran Carrefour, Pasar V

Padang Bulan, Kecamatan Medan Baru, Kota Medan, Provinsi . Pemeriksaan

dengan KOH dan kultur terhadap kerokan helm tukang becak yang dilakukan di

laboratorium Mikrobiologi FK USU.

4.2.2. Waktu penelitian

Dilakukan pada bulan Maret 2016 sampai dengan Desember 2016

4.3. Populasi dan Sampel

4.3.1. Populasi

Populasi adalah semua helm tukang becak di pangkalan becak Jalan Parkiran

Carrefour, Pasar V Padang bulan, Kecamatan Medan Baru, Kota medan.

4.3.2. Sampel

Sampel adalah helm pada tukang becak ,Medan yang memenuhi kriteria

inklusi dan eksklusi.

Kriteria inklusi dan eksklusi sampel penelitian ini adalah:

1. Kriteria Inklusi

a. Helm tukang becak yang berlokasi di salah satu pangkalan becak di kota

Medan.

Page 40: IDENTIFIKASI SPESIES DERMATOFITA PADA HELM TUKANG …

26

b. Tukang becak yang bersedia menandatangani lembar persetujuan.

c. Helm yang hanya digunakan oleh satu tukang becak saja dan tidak

digunakan tukang becak lain.

d. Helm yang telah digunakan dan masih digunakan oleh tukang becak.

2. Kriteria Eksklusi

a. Tukang becak yang tidak bersedia menandatangani lembar persetujuan.

b. Sampel yang rusak saat dibawa dari tempat penelitian ke Lab

Mikrobiologi FK USU

4.4. Teknik Pengumpulan Sampel

Pengambilan sampel pada penelitian ini adalah total sampling, di mana

pengambilan sampel dengan cara semua jumlah populasi menjadi sampel dalam

penelitian ini.

𝑛 =𝑍𝑎2 . 𝑃. 𝑄

𝑑2=

1,96 2 × 0,6 × 0,4

0,1 2= 92,19 = 95

n = Besar sampel

Zα = Tingkat kemaknaan, skor Z untuk α= 0,05 (tingkat kepercayaan 95%) dari

table Zα adalah 1,96

P = Proporsi/ persentase kepositifan Candida = 60 %

Q = (1-P) 40%

d = Tingkat kesalahan yang dikehendaki

Karena keterbatasan di laboratorium Mikrobiologi FK USU, jadi, jumlah

sampel hanya berjumlah 30 sampel

4.5. Bahan dan Cara Kerja

Pada penelitian ini helm diambil dari tukang becak di salah satu pangkalan

tukang becak yang berlokasi Jalan Parkiran Carrefour, Pasar V Padang bulan,

Kecamatan Medan Baru, Kota Medan.

4.5.1. Pengambilan bahan

Page 41: IDENTIFIKASI SPESIES DERMATOFITA PADA HELM TUKANG …

27

1. Tukang becak diberi penjelasan tentang manfaat dan tujuan penelitian.

2. Meminta persetujuan dan menandatangani lembar persetujuan.

3. Mewawancara tukang becak.

4. Mengambil sampel penelitian (helm).

5. Memberi label dan segera dibawa ke laboratorium untuk dilakukan pemeriksaan.

4.5.2. Pemeriksaan laboratorium

Setelah sampai di laboratorium Mikrobiologi FK USU dilakukan pemeriksaan

KOH dan dikultur pada media Sabouraud Dextrose Agar (SDA).

Cara pemeriksaan KOH adalah :

1. Sediaan dioleskan pada object glass.

2. Tetesi KOH 10-20 % .

3. Tutup dengan cover glass.

4. Diamkan 15-20 menit.

5. Periksa dibawah mikroskop dengan pembesaran 40x.

Cara kultur jamur adalah:

1. Sediaan diletakkan diatas permukaan media Sabouraud Dextrose Agar

2. Biarkan dalam suhu kamar selama 1-3 minggu sambil dilihat

pertumbuhannya.

3. Melakukan identifikasi spesies jamur dengan membuat sedian basah dengan

Lactophenol Cotton Blue sebagai mounting fluid dengan metode cellophane

tape mount dari hasil kultur.

4. Lihat sedian basah dibawah mokroskop.

Cara membuat sediaan basah:

1. Teteskan Lactophenol Cotton Blue sebanyak satu tetes diatas object glass.

2. Ambil sebagian kecil bagian jamur dari hasil kultur dengan menggunakan

selotip.

3. Tempelkan selotip tersebut diatas tetesan Lactophenol Cotton Blue.

4. Bersihkan object glass dengan dari sisa cairan Lactophenol Cotton Blue

dengan kertas tisu tanpa menekan sediaan.

Page 42: IDENTIFIKASI SPESIES DERMATOFITA PADA HELM TUKANG …

28

4.6. Pengolahan dan Analisa Data

4.6.1. Pengolahan data

Data primer dari hasil wawancara, dan data hasil pemeriksaan laboratorium

ditabulasi kemudian disajikan dalam bentuk deskriptif.

4.6.2. Analisa data

Analisa data untuk melihat distribusi dan frekuensi dari setiap variabel.

4.7. Defenisi Opersional

4.7.1. Dermatofita

1. Dermatofita adalah golongan jamur yang memiliki sifat keratinofilik dan

keratolitik dan dapat menyebabkan dermatofitosis.

2. Cara ukur : Pemeriksaan mikologi.

3. Alat ukur : Pemeriksaan KOH dan kultur jamur.

4. Kategori : Ditemukan spora atau hifa pada pemeriksaan KOH dan

ditemukan spesies jamur pada kultur spesimen.

5. Skala pengukuran : Nominal.

4.7.2. Tukang Becak

1. Tukang becak adalah orang yang bekerja membawa becak.

2. Cara ukur : Wawancara.

3. Alat ukur : Lembar karakteristik sampel.

4. Kategori : Tukang becak yang bekerja saat itu.

5. Skala pengukuran : Nominal.

4.7.3. Helm Tukang becak

1. Helm tukang becak adalah helm yang digunakan oleh tukang becak sampai

sekarang

2. Cara ukur : Wawancara.

3. Alat ukur : Lembar karakteristik sampel.

Page 43: IDENTIFIKASI SPESIES DERMATOFITA PADA HELM TUKANG …

29

4. Kategori : Karakteristik sisir.

5. Skala pengukuran : Nominal.

4.7.4. Pemeriksaan KOH

1. Pemeriksaan KOH adalah pemeriksaan dengan meneteskan larutan KOH

diatas bahan yang diambil dari helm yang ditaruh diatas gelas objek kemudian

sediaan ditutup dengan kaca penutup. Kemudian sediaan diperiksa dengan

menggunakan mikroskop.

2. Cara ukur : Pemeriksaan KOH.

3. Alat ukur : Larutan KOH dan kerokan bagian dalam helm.

4. Kategori : Ditemukan spora atau hifa (KOH positif).

5. Skala pengukuran : Nominal.

4.7.5. Kultur jamur

1. Kultur jamur adalah pembiakan menanam bahan klinis pada media buatan

yang terdiri dari medium Sabouraud Dextrose Agar (SDA) yang ditambahkan

antibiotik kemudian dilanjutkan pembuatan sediaan basah dengan

Lactophenol Cotton Blue kemudian sediaan dilihat dibawah mikroskop.

2. Cara ukur : Pemeriksaan kultur.

3. Alat ukur : Media buatan SDA dan spesimen.

4. Kategori : Ditemukan spesies jamur (kultur positif).

5. Skala pengukuran : Nominal.

Page 44: IDENTIFIKASI SPESIES DERMATOFITA PADA HELM TUKANG …

30

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di salah satu pangkalan tukang becak yang berlokasi di

Jalan Parkiran Carrefour, Pasar V Padang Bulan, Kecamatan Medan Baru, Kota

Medan. Kemudian Sampel penelitian dibawa ke Laboratorium Mikrobiologi

Fakultas Kedokteran USU, Jalan. Dr.Mansyur No.5 untuk dilakukan Identifikasi

Dermatofita.

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Subjek penelitian

Subjek dari penelitian ini adalah tukang becak yang berada di pangkalan tukang

becak yang berlokasi di Jalan Parkiran Carrefour, Pasar V Padang Bulan,

Kecamatan Medan Baru, Kota Medan. Tukang becak hanya menggunakan satu

helm saja untuk bekerja.Semua tukang becak pada penelitian ini berprofesi hanya

sebagai tukang becak dan tidak memiliki pekerjaan lain.

5.1.3. Deskripsi Karakteristik Sampel Penelitian

Sampel dari penelitian ini adalah helm yang diminta dari tukang becak di

salah satu pangkalan tukang becak. Bagian Helm yang diambil untuk

pemeriksaan adalah semua bagian dalam Helm yang bersentuhan dengan kepala

dengan cara mengeroknya dengan objek glass kemudian hasil kerokan disimpan

dan dibawa untuk pemeriksaan di Lab Mikrobiologi Fakultas Kedokteran USU.

Sebelumnya tukang becak diberikan surat penjelasan tentang penelitian ini dan

diberikan surat persetujuan penelitian untuk diisi dan ditandatangani.

Page 45: IDENTIFIKASI SPESIES DERMATOFITA PADA HELM TUKANG …

31

5.1.4. Distribusi sampel berdasarkan lama penggunaan

Dari lama penggunaan helm yang didapatkan pada penelitian ini bervariasi

yaitu mulai ½ tahun, 1 tahun, 2 tahun, 3 tahun, 4 tahun, 5 tahun, 6 tahun, 7 tahun

dan 8 tahun.

Tabel 5.1. Distribusi Lama penggunaan Helm

Lama Helm

Digunakan (Tahun)

n

%

1

2

3

4

5

7

8

5

13

4

2

2

1

3

16,7

43,3

13,3

6,7

6,7

3,3

10

Total 30 100,0

Dari Tabel 5.1 diketahui bahwa dari 30 helm yang digunakan proporsi lama

penggunaan helm terbesar adalah 2 Tahun (43,3%) dan yang terkecil yaitu ½

tahun (3,3%)

5.1.5. Distribusi sampel berdasarkan riwayat helm dibersihkan

Dari distribusi riwayat helm dibersihkan didapatkan jumlah helm yang pernah

dibersihkan dan yang tidak pernah.

Tabel 5.2. Distribusi Helm berdasarkan riwayat helm dibersihkan

Riwayat Helm

Dibersihkan

n

(%)

Pernah

Tidak Pernah

5

25

16,7

83,3

Total 30 100,0

Dari Tabel 5.2 diketahui bahwa dari 30 helm tukang becak yang diambil untuk

penelitian, yang paling banyak adalah helm yang tidak pernah dibersihkan

sebanyak yaitu 25 helm (83,3 %) sedangkan jumlah helm yang dibersihkan

sebanyak 5 helm (16,7%). Dan tidak ada jadwal yang tetap dalam hal

membersihkan helm pada tukang becak.

Page 46: IDENTIFIKASI SPESIES DERMATOFITA PADA HELM TUKANG …

32

5.1.6. Distribusi cara membersihkan helm

Dari distribusi cara membersihkan helm didapatkan helm didapatkan

keterangan helm dibersihkan dengan cara dicuci dengan sabun pembersih dan

dibersihkan dengan kain lap.

Tabel 5.3. Distribusi cara membersihkan helm

Cara Helm

Dibersihkan

n

(%)

Cuci dengan pembersih

Cuci dengan air

Dibersihkan dengan kain lap

0

0

5

0

0

100

Total 30 100,0

Dari Tabel 5.3 diketahui bahwa dari 5 (100%) helm yang pernah dibersihkan

tukang becak membersihkannya dengan cara dibersihkan dengan kain lap.

5.1.7. Distribusi Hasil pemeriksaan KOH

Dari hasil pemeriksaan langsung KOH pada kerokan helm didapatkan spora

dan hifa.

Tabel 5.4. Distribusi hasil pemeriksaan KOH 10%

Spora (+) (%) Spora(-) (%)

Hifa (+) 30 100 0 0

Hifa (-) 0 0 0 0

Total 30 100 0 0

Dari Tabel 5.4 Dapat diketahui bahwa dari pemeriksaan langsung KOH

didapatkan 30 (100%) helm positif (+) spora dan positif (+) hifa.

5.1.8. Distribusi hasil kultur

Dari distribusi hasil kultur didapatkan 9 spesies jamur yang teridentifikasi.

Page 47: IDENTIFIKASI SPESIES DERMATOFITA PADA HELM TUKANG …

33

Tabel 5.5 Distribusi hasil kultur

Nama

Jamur

Golongan n

%

T.scholenii

T.mentagrophytes

T.violaceum

M.audonii

M.gyepsum

Penicillium spp

Cladosporidium spp

Aspergillus spp

Mucor spp

Dermatofita

Dermatofita

Dermatofita

Dermatofita

Dermatofita

Jamur lain

Jamur lain

Jamur lain

Jamur lain

2

7

2

4

1

2

5

6

1

6,7

23,3

6,7

13,3

3,3

6,7

16,7

20

3,3

Total 30 100,0

Dari Tabel 5.5 didapatkan hasil bahwa, spesies jamur yang teridentifikasi pada

helm tukang becak didapatkan jamur dermatofita yang paling banyak yaitu

T.mentagrophytes sebanyak 7 sampel (23,3%), kemudian ditemukan spesies

dermatofita yang lain yaitu T.scholenii yaitu sebanyak 2 sampel (6,7%),

T.violaceum yaitu sebanyak 2 sampel (6,7%), M.audonii yaitu sebanyak 4 sampel

(13,3%), M.gyepsum yaitu sebanyak 1 sampel (3,3%) , selain itu ditemukan juga

jamur golongan lain (bukan dermatofita) yaitu Penicillium spp yaitu sebanyak 2

sampel (6,7%), Cladosporidium spp yaitu sebanyak 5 sampel ( 16,7%),

Aspergillus spp yaitu sebanyak 6 sampel (20%), mucor spp yaitu sebanyak 1

sampel (3,3%).

5.1.9. Distribusi Hasil Kultur Berdasarkan Lama Penggunaan Helm

Dari distribusi hasil kultur berdasarkan lama penggunaan helm didapatkan

jamur dermatofita, jamur negatif dan jamur lain.

Page 48: IDENTIFIKASI SPESIES DERMATOFITA PADA HELM TUKANG …

34

Tabel 5.6 Distribusi hasil kultur Berdasarkan Lama Penggunaan Helm

Lama Helm Digunakan

(Tahun)

Dermatofita

n (%)

Jamur Lain

n (%)

1

2

3

4

5

7

8

3 (10%)

7 (23,3)

1 (3,3%)

0 (0%)

2 (6,7%)

1 (3,3%)

2 (6,7%)

2 (6,7%)

6 (20%)

3 (10%)

2 (6,7%)

0 (0%)

0 (0%)

1 (3,3%)

Total 16 (53,3%) 14 ( 46,7%)

Dari tabel 5.6. dapat diketahui bahwa hasil kultur positif dermatofita

terbanyak terdapat pada helm dengan lama penggunaan 2 tahun yaitu sebanyak 7

helm (23.3%) dan yang terkecil pada helm penggunaan ½ tahun yaitu 1 helm

(3.3%).

5.1.10. Distribusi Hasil Kultur Berdasarkan Riwayat Helm Dibersihkan

Dari distribusi hasil kultur berdasarkan lama penggunaan helm didapatkan

jamur dari golongan dermatofita dan jamur lain didapatkan jumlah masing masing

spesies jamur dari riwayat helm dibersihkan.

Tabel 5.7 Distribusi hasil kultur Berdasarkan Riwayat Helm dibersihkan

Spesies jamur Golongan Dibersihkan

n (%)

Tidak

Dibersihkan

n (%)

T.Scholenii

T.Mentagrophytes

T.violaceum

M.Audonii

M.Gyepsum

Penicillium spp

Cladosporidium spp

Aspergillus spp

Mucor spp

Dermatofita

Dermatofita

Dermatofita

Dermatofita

Dermatofita

Jamur lain

Jamur lain

Jamur lain

Jamur lain

1 (3,3%)

2 (6,7%)

1 (3,3%)

0 (0%)

0 (0%)

0 (0%)

0 (0%)

0 (0%)

1 (3,3%)

1 (3,3%)

5 (16,7%)

1 (3,3%)

4 (13,3%)

1 (3,3%)

2 (6,7%)

5 (16,7%)

6 (20,0%)

0 (3,3%)

Total 5 (16,7%) 25 (83,3%)

Page 49: IDENTIFIKASI SPESIES DERMATOFITA PADA HELM TUKANG …

35

Dari tabel 5.7 didapatkan 25 helm tidak pernah dibersihkan dan 5 helm

dibersihkan. Dari hasil kultur 5 helm yang pernah dibersihkan didapatkan 4

(13,3%) helm positif (+) spesies dermatofita dan 1 (3,3%) positif (+) jamur lain,

Sedangkan dari 25 helm yang tidak pernah dibersihkan didapatkan 12 (40%) helm

positif dermatofita dan 13 (43,3%) helm positif (+) jamur lain.

5.2. Pembahasan

Dari hasil penelitian ini didapatkan 30 sampel helm dari masing masing orang

yang berbeda. Dari 30 sampel tersebut didapatkan 13 helm (43,3%) telah

digunakan selama 2 tahun, 4 helm (13,3)% selama 1 tahun, 4 helm (13,3)%

selama 3 tahun, 3 helm (10%) selama 8 tahun, 2 helm (6,7%) selama 4 tahun, 2

helm (6,7%) selama 5 tahun, 1 helm (3,3%) selama ½ tahun dan 1 helm (3,3%)

selama 7 tahun. Dari 30 sampe helm yang digunakan pada penelitian ini diketahui

juga 25 helm (83,3%) tidak pernah dibersihkan dan sisanya yaitu hanya 5 (6,7%)

helm yang pernah dibersihkan.

Penularan dermatofitosis (penyakit yang disebabkan dermatofita) dapat

terjadi melalui peralatan yang dipakai bersama maupun dari sumber lain seperti

fasilitas umum dan fasilitas olahraga.8Pada sebuah penelitian di Jakarta Selatan

mendapatkan bahwa dermatofitosis memiliki hubungan dengan demografi, gaya

hidup dan prilaku seorang pasien.3

Dari hasil pewarnaan KOH didapatkan 30 (100%) sediaan kerokan helm

teridentifikasi positif (+) spora dan hifa, dan dari hasil pemeriksaan kultur dengan

Media Saboraud Dextrose Agar (SDA) didapatkan Dermatofita sebesar 16

(53,3%) dan 14 (46,7%) jamur dari golongan lain.

Dari 16 dermatofita yang teridentifikasi pada kultur di Media Saboraud

Dextrose Agar (SDA), didapatkan 5 spesies dermatofita yaitu T.Mentagrophytes

sebanyak 7 (23,3)%, T.violaceum sebanyak 2 (6,7%), T.schlenii sebanyak 2

(6,7%), M.audonii sebanyak 4 (13,3%), dan M.gyepsum sebanyak 1(3,3%).

Kemudian 14 jamur yang bukan dermatofita lainnya terdiri dari Penicillium spp

sebanyak 2 (6,7%), Cladosporidium spp sebanyak 5 (16,7%), Aspergillus spp

sebanyak 6 (20%), dan Mucor Spp sebanyak 1 (3,3%).

Page 50: IDENTIFIKASI SPESIES DERMATOFITA PADA HELM TUKANG …

36

Dalam teori semua jenis jamur dermatofita dapat menyebabkan tinea kapitis

yaitu jamur dermatofita baik dari genus Trichophyton, Microsporum, dan

Epidermophyton yang mennginfeksi kulit superfisialis kepala manusia kecuali

Spesies Trichophyton concentricum.22

Trichophyton rubrum dilaporkan merupakan jenis dermatofita yang paling

sering menyebabkan gejala klinis di India diikuti Trichophyton mentagrophytes,

sedangkan Trichophyton violaceum adalah spesies yang paling sering

menyebabkan tinea kapitis diikuti Trichophyton rubrum, Trichophyton tonsurans,

dan Trichophyton schoenleinii.22

Dari hasil penelitian ini ditemukan spesies dermatofita pada helm tukang

becak sebanyak 16 (53,3%) dari total 30 sampel. Dimana spesies terbanyak

berasal dari genus Trichophyton yaitu Trichophyton Mentagrophytes yang

merupakan salah satu spesies yang bisa menginfeksi kepala manusia ,sedangkan

spesies lain yang teridentifikasi yaitu T.violaceum , T.schlenii, M.audonii , dan

M.gyepsum. Tidak ada jadwal yang teratur pada tukang becak dalam hal

membersihkan helmnya.

Dari penelitian didapatkan hasil bahwa beberapa spesies dermatofita dapat

tumbuh pada helm yang digunakan tukang becak.

Page 51: IDENTIFIKASI SPESIES DERMATOFITA PADA HELM TUKANG …

37

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1.Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian indentifikasi dermatofita pada helm tukang becak

didapatkan kesimpulan sebagai berikut :

1. Spesies dermatofita yang ditemukan pada helm tukang becak adalah

Trichopyton mentagrophytes 7(23,3%), Trichophyton scholenii 2

(6,7%),Trichophyton violaceum 2 (6,7%), Microsporum audonii 4 (13,3%),

Micriosporum gyepsum 1 (3,3%).

2. Helm tukang becak dapat merupakan tempat pertumbuhan jamur spesies

dermatofita.

6.2. Saran

Dari hasil penelitian yang dilakukan, peneliti ingin memberikan saran kepada :

Tukang becak

Bagi tukang becak disarankan untuk selalu menjaga kebersihan helm supaya

tidak menjadi tempat pertumbuhan jamur spesies dermatofita.

Page 52: IDENTIFIKASI SPESIES DERMATOFITA PADA HELM TUKANG …

38

DAFTAR PUSTAKA

1. Kumala, Widyasari, 2006. Mikologi Dasar Kedokteran. Jakarta: Penerbit

Universitas Trisakti.

2. Soebono, H., 2001. Dermatomikosis Superfisialis. Jakarta ; Balai Penerbit

FKUI.

3. Riani, Eva, 2014. Hubungan antara Karakteristik Demografi, Gaya Hidup dan

Perilaku Pasien Puskesmas di Jakarta Selatan dengan Dermatofitosis. Ejournal

Kedokteran Indonesia. pp. 353-357.

4. Budimulja, Unandar, 2011. „Mikosis‟, dalam: Djuanda, A., Hamzah, M.,

Aisah, S. (eds). Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.Edisi Ke-6. Jakarta: Badan

Penerbit FKUI.

5. Citrashanty I, Suyoso S. Mikosis superfisialis di divisi mikologi Unit Rawat

Jalan Penyakit Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya periode

2008-2010. BIKKK 2011; 23(3): 200-6.

6. Bramono K, SuyosoS, Indriatmi W, Ramali LM, Widaty S, Ervianti E, editors.

Dermatomikosis superfisialis. Edisi 2. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2013.

7. Hidayati, Afif Nurul., Suyoso, Sunarso., P,desy Hinda., Sandra, Emilian.

Mikosis Superfisialis di Divisi Mikologi Unit Rawat Jalan Penyakit Kulit dan

Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya Tahun 2003-2005

8. Nenoff, P., Krüger, C., Ginter-Hanselmayer, G., & Tietz, H.J., 2014.

Mycology - an update. Part 1: Dermatomycoses: causative agents,

epidemiology and pathogenesis. J Dtsch Dermatol Ges. pp. 188-209.

9. Budimulja U. Mikosis. In: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S, editors. Ilmu

Penyakit Kulit dan Kelamin (Edisi ke-6). Jakarta: Badan Penerbit FKUI, 2011;

p. 89-105.

10. SMF Kesehatan Kulit dan Kelamin FK Unair / RSU Dr. Soetomo. Atlas

Penyakit Kulit dan Kelamin. Surabaya : Airlangga University Press. 2007.

11. Kumarh L, Dugra d, Banerjee U, Khanna N. Kerion in n elderly woman 2003;

http://www.emedicine.com [ diakses 24 November 2007].

12. Ardestani MS, Shokravi FA, Rakhshani F, Shirvani ZG. Effective health

education program on reduction of tinea capitis; a quasi-experimental study on

primary school-age children. Iranian J of Clin Infect Dis 2010; 5(4):213-7

Page 53: IDENTIFIKASI SPESIES DERMATOFITA PADA HELM TUKANG …

39

13. Adiguna, M.S., 2001. „Epidemiologi Dermatomikosis di Indonesia‟, dalam:

Budimulja, Unandar et al (eds).Dermatomikosis Superfisialis Pedoman Untuk

Dokter danMahasiswa Kedokteran. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

14. Siregar, R.S., 2004. Penyakit Jamur Kulit.Edisi2. Jakarta: EGC.

15. Wolff, Klaus, Goldsmith, Lowell A., Katz, Stephen I., Gilchrest, Barbara A.,

Paller, Amy S., & Leffell, David J., 2008. Fitzpatrick‟s Dermatology in

General Medicine.7th ed. USA: The McGraw-Hill Companies, Inc.

16. Winn, Washington C. et al, 2006. Koneman‟s Color Atlas and Textbook of

Diagnostic Microbiology. 6th ed. USA: Lippincott Williams & Wilkins

17. Frey, D., Oldfield, & R.J., Bridger, R.C., 1985. A Colour Atlas of Phatogenic

Fungi. Holland: Smeets-Weert.

18. Havlickova, B., Czaika, Viktor A., & Friedrich, M., 2008. Epidemiological

Trends in Skin Mycoses Worldwide. Blackwell Publishing Ltd. pp.2-15.

19. Rudramurthy, S.M., Honnavar, P., Dogra S., Yegneswaran P.P., Handa, S, &

Chakrabarti, A., 2014. Association of Malassezia species with dandruff.

Indian J Med Res. pp. 431-437.

20. CDC, 2016. Available

from:http://www.cdc.gov/fungal/diseases/aspergillosis/causes.html [Accesed 8

January 2016]

21. Cao, C. et al, 2011. Common Reservoirs for Penicillium marneffei Infection in

Humans and Rodents, China. Emerging Infectious Deseases.

22. Poluri, L.V., Indugula, J.P, Kondapaneni, S.L., 2015. Clinicomycological

Study of Dermatophytosis in South India. J Lab Phsycians. pp. 84-89.

Page 54: IDENTIFIKASI SPESIES DERMATOFITA PADA HELM TUKANG …

40

Lampiran 1

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Jemsly Maju Joel Simanjuntak

Jenis Kelamin : Laki - Laki

Tempat / Tanggal Lahir : Sipahutar / 01 April 1996

Agama : Kristen Protestan

Alamat : Sipahutar, Kec.Sipahutar, Kab.Tapanuli Utara

Riwayat Pendidikan :

1. Sekolah Dasar Negeri 174581 Sipahutar (2001-

2007)

2. Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Sipahutar

(2007-2010)

3. Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Sipahutar (2010-

2013)

4. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(2013-sekarang)

Page 55: IDENTIFIKASI SPESIES DERMATOFITA PADA HELM TUKANG …

41

Lampiran 2

LEMBAR PENJELASAN MENJADI PARTISIPAN PENELITIAN

Saya yang bernama Jemsly Maju Joel Simanjuntak adalah mahasiswa

Program Studi Pendidikan Dokter Universitas Sumatera Utara. Saat ini saya

sedang melakukan penelitian tentang “Identifikasi Dermatofita Pada Helm

Tukang becak”. Penelitian ini merupakan salah satu kegiatan dalam

menyelesaikan tugas akhir di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Dalam penelitian ini saya akan melakukan pemeriksaan pada helm yaitu

Pewarnaan KOH dan penanaman spesimen di media SDA dari kerokan helm yang

saudara gunakan dalam bekerja untuk mengidentifikasi spesies jamur dermatofita

yang tumbuh pada helm saudara, untuk keperluan tersebut saya mengharapkan

partisipasi saudara untuk menjadi partisipan dalam penelitian.

Dengan menjadi partisipan penelitian, saya mengharapkan saudara dapat

menyerahkan helm yang saudara gunakan untuk menjadi bahan penelitian.

Hak saudara sebagai partisipan:

1. Identitas pribadi dan semua informasi yang saudara berikan akan

dirahasiakan dan hanya akan digunakan untuk keperluan penelitian ini

2. Mendapat souvenir berupa makanan dan minuman ringan sebagai bentuk

terima kasih.

Atas perhatian dan kesediaan saudara menjadi partisipan dalam penelitian

ini saya ucapkan terima kasih.

Medan, Desember 2016

Peneliti

Jemsly M J Simanjuntak

Page 56: IDENTIFIKASI SPESIES DERMATOFITA PADA HELM TUKANG …

42

Lampiran 3

SURAT PERSETUJUAN

(INFORMED CONSENT)

Yang bertandatangan di bawah ini :

Nama :

Umur :

Alamat :

Menyatakan bahwa:

1. Saya telah mendapat penjelasan segala sesuatu mengenai penelitian

“Identifikasi Dermatofita Pada Helm” .

2. Setelah saya memahami penjelasan tersebut, dengan penuh kesadaran dan

tanpa paksaan dari siapapun bersedia ikut serta dalam penelitian ini dengan

kondisi:

a. Data yang diperoleh dari penelitian ini akan dijaga kerahasiaannya dan

hanya dipergunakan untuk kepentingan ilmiah.

b. Apabila saya inginkan, saya boleh memutuskan untuk keluar / tidak

berpartisipasi lagi dalam penelitian ini tanpa harus menyampaikan alas an

apapun.

Medan, _______ 2016

Pemilik helm

(.....................................)

Page 57: IDENTIFIKASI SPESIES DERMATOFITA PADA HELM TUKANG …

43

Lampiran 4

STATUS PENELITIAN

NO

I.Identitas Partisipan

-Nama Pemilik Helm :

-Jenis Kelamin :

2.identitas Sampel

- Lama penggunaan helm :

- Riwayat Sisir dibersihkan :

*Ya :

*Tidak

3. Hasil Kultur :

4. Hasil Pewarnaan KOH :

Page 58: IDENTIFIKASI SPESIES DERMATOFITA PADA HELM TUKANG …

44

Lampiran 5

SURAT ETHICAL CLEARANCE

Page 59: IDENTIFIKASI SPESIES DERMATOFITA PADA HELM TUKANG …

45

Lampiran 6

Surat Pengantar Penelitian Ke Departemen Mikrobiologi FK USU

Page 60: IDENTIFIKASI SPESIES DERMATOFITA PADA HELM TUKANG …

46

Lampiran 7

SURAT SELESAI PENELITIAN DI LAB MIKROBIOLOGI FK USU

Page 61: IDENTIFIKASI SPESIES DERMATOFITA PADA HELM TUKANG …

47

Lampiran 8

Gambar Pengambilan Sampel ke Tukang becak

Page 62: IDENTIFIKASI SPESIES DERMATOFITA PADA HELM TUKANG …

48

Lampiran 9

Gambar Pemeriksaan Jamur Di Lab Mikrobiologi FK-USU

Page 63: IDENTIFIKASI SPESIES DERMATOFITA PADA HELM TUKANG …

49

Lampiran 10

Gambar Mikroskopis hasil penelitian

Page 64: IDENTIFIKASI SPESIES DERMATOFITA PADA HELM TUKANG …

50

Lampiran 11

GAMBAR MIKROSKOPIS HASIL PENELITIAN

Page 65: IDENTIFIKASI SPESIES DERMATOFITA PADA HELM TUKANG …

51