Identifikasi Simplisia Jamu

13
PERCOBAAN IV IDENTIFIKASI KOMPONEN SIMPLISIA PENYUSUN JAMU I. Tujuan Percobaan : Mengidentifikasi komponen-komponen simplisia yang ada dalam jamu yang ada di pasaran, utamanya berupa jamu godok. II. Dasar teori : Penggunaan tanaman obat sebagai bahan baku obat dalam dunia kesehatan semakin berkembang, hal ini didukung oleh perubahan cara pikir masyarakat yang cenderung back to nature. Dewasa ini berbagai produk obat-obatan untuk berbagai jenis penyakit telah diciptakan dan dikembangkan dengan menggunakan tumbuhan obat sekitar. Beberapa produk tumbuhan obat yang beredar dan menjadi primadona dipasaran yaitu tumbuhan obat dalam bentuk simplisia dan jamu. Simplisia merupakan bentuk kering dari tumbuhan obat, dimana bentuk, aroma, rasa masih tampak seperti aslinya, karena simplisia merupakan usaha pengawetan tumbuhan obat dengan cara menurunkan kadar airnya sehingga komponen kimia yang dikandung tanaman obat tersebut tidak berubah selama waktu penyimpanan sebelum obat tersebut dikonsumsi. Sedangkan tumbuhan obat dalam bentuk jamu biasanaya sediaan obat dalam bentuk serbuk, dimana bentuk, aroma, rasa pada tumbuhan obat sulit dikenali karena selain bentuknya yang seperti serbuk biasanya sediaan obat dalam bentuk jamu terdiri dari beberapa jenis tumbuhan obat yang diracik dengan tujuan penggunaan untuk beberapa jenis penyakit (Pramono,2002). Obat tradisional merupakan obat yang didapat dari bahan alam (mineral, tumbuhan, atau hewan ) diolah secara sederhana berdasarkan pengalaman dan digunakan dalam pengobatan tradisional. Obat tradisional umumnya menggunakan bahan-bahan alam yang lebih dikenal sebagai simplisia (Syamsuni, 2005). Bahan alam merupakan zat kimia murni yang sering digunakan dalam bentuk obat berizin. Senyawa-senyawa ini terkadang di produksi secara sintetis dan di kenal sebagai “senyawa identik alami” (jika itu kasusnya), tetapi pada awalnya ditemukan dari obat -obat tanaman. Obat tradisional telah dikenal secara turun menurun dan digunakan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan akan kesehatan. Pemanfaatan obat tradisional pada umumnya lebih diutamakan sebagai upaya menjaga kesehatan atau preventif meskipun ada pula upaya

description

farmakognosi farmasi

Transcript of Identifikasi Simplisia Jamu

Page 1: Identifikasi Simplisia Jamu

PERCOBAAN IV

IDENTIFIKASI KOMPONEN SIMPLISIA PENYUSUN JAMU

I. Tujuan Percobaan :

Mengidentifikasi komponen-komponen simplisia yang ada dalam jamu yang ada di

pasaran, utamanya berupa jamu godok.

II. Dasar teori :

Penggunaan tanaman obat sebagai bahan baku obat dalam dunia kesehatan semakin

berkembang, hal ini didukung oleh perubahan cara pikir masyarakat yang cenderung back to

nature. Dewasa ini berbagai produk obat-obatan untuk berbagai jenis penyakit telah

diciptakan dan dikembangkan dengan menggunakan tumbuhan obat sekitar. Beberapa produk

tumbuhan obat yang beredar dan menjadi primadona dipasaran yaitu tumbuhan obat dalam

bentuk simplisia dan jamu. Simplisia merupakan bentuk kering dari tumbuhan obat, dimana

bentuk, aroma, rasa masih tampak seperti aslinya, karena simplisia merupakan usaha

pengawetan tumbuhan obat dengan cara menurunkan kadar airnya sehingga komponen kimia

yang dikandung tanaman obat tersebut tidak berubah selama waktu penyimpanan sebelum

obat tersebut dikonsumsi. Sedangkan tumbuhan obat dalam bentuk jamu biasanaya sediaan

obat dalam bentuk serbuk, dimana bentuk, aroma, rasa pada tumbuhan obat sulit dikenali

karena selain bentuknya yang seperti serbuk biasanya sediaan obat dalam bentuk jamu terdiri

dari beberapa jenis tumbuhan obat yang diracik dengan tujuan penggunaan untuk beberapa

jenis penyakit (Pramono,2002).

Obat tradisional merupakan obat yang didapat dari bahan alam (mineral, tumbuhan,

atau hewan ) diolah secara sederhana berdasarkan pengalaman dan digunakan dalam

pengobatan tradisional. Obat tradisional umumnya menggunakan bahan-bahan alam yang

lebih dikenal sebagai simplisia (Syamsuni, 2005).

Bahan alam merupakan zat kimia murni yang sering digunakan dalam bentuk obat

berizin. Senyawa-senyawa ini terkadang di produksi secara sintetis dan di kenal sebagai

“senyawa identik alami” (jika itu kasusnya), tetapi pada awalnya ditemukan dari obat-obat

tanaman. Obat tradisional telah dikenal secara turun menurun dan digunakan oleh masyarakat

untuk memenuhi kebutuhan akan kesehatan. Pemanfaatan obat tradisional pada umumnya

lebih diutamakan sebagai upaya menjaga kesehatan atau preventif meskipun ada pula upaya

Page 2: Identifikasi Simplisia Jamu

sebagai pengobatan suatu penyakit. Dengan semakin berkembangnya obat tradisional,

ditambah dengan gema kembali ke alam, telah meningkatkan popularitas obat tradisional. Hal

ini terbukti dari semakin banyaknya industri jamu dan industri farmasi yang memproduksi

obat tradisional untuk memenuhi kebutuhan masyarakat (Heinrich,M.2009).

Dibanding obat-obat sintetis, obat alami tersebut memiliki kelebihan yaitu, tidak

memiliki efek samping negatif pada tubuh kita .Namun, teknik pengkonsumsian oabat alami

tersebut kurang praktis. Berbagai penelitian tentang tanaman obat kerap dilakukan sebagai

usaha pengembangan dalam menambah nilai tanaman obat baik dari segi sosial maupun

ekonomi. Salah satu hasil penelitian tersebut yaitu pembuatan obat alami dalam bentuk

kapsul yaitu sengan cara mengekstrak senyawa kimia aktif tanaman obat, hal ini

meningkatkan minat masyarakat untuk mengkonsumsi obat alami secara praktis, selain itu hal

ini dapat meningkatkan nilai ekonomi tumbuhan obat, ini terbukti dengan berkembangnya

usaha budidaya tumbuhan obat sebagai bahan baku obat alami (Pramono,2002).

III. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah campuran jamu berupa

rajanagn dan bentuk serbuk, dan larutan kloral hidrat 70 % LP.

Alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah kaca pembesar, mikroskop, gelas

obyek, kaca penutup, dan lampu spiritus.

IV. Prosedur Kerja

1. Jamu yang berupa rajangan dipisahkan dan dikelompokkan berdasarkan simplisia

penyusunnya.

2. Dilakukan uji makroskopik dan organoleptis pada setiap simplisia penyusun jamu.

3. Ditentukan nama masing-masing simplisia penyusun jamu tersebut.

4. Jamu yang berupa campuran serbuk, dilakukan pemeriksaan secara mikroskopik

5. Ditentukan fragmen khas pada serbuk jamu tersebut.

6. Ditentukan simplisia penyusun serbuk jamu tersebut.

Page 3: Identifikasi Simplisia Jamu

1. Uji Makroskopik Simplisia Jamu

- Diamati bentuk simplisia

- Diamati ukuran simplisia

- Diamati keadaan fisik simplisia

- Diamati bau simplisia

- Diamati warna simplisia

- Diamati rasa simplisia

- Ditentukan nama simplisia penyusun jamu

2. Uji Mikroskopik Simplisia Jamu

- Diletakkan diatas kaca objek

- Ditetesi dengan larutan kloralhidrat

70% LP

- Dipanaskan di atas lampu bunsen

- Dijaga jangan sampai kering

- Ditutup dengan gelas penutup

- Ditambah larutan kloralhidrat bila

perlu

- Dilihat dibawah mikroskop dengan

perbesaran lemah (12,5x10) dan perbesaran kuat

(12,5x40)

- Diamati warna dan fragmennya

- Digambar fragmen-fragmennya

Serbuk Simplisia Jamu

Data

Simplisia Jamu

Data

Page 4: Identifikasi Simplisia Jamu

V. Hasil Percobaan

1. Jamu M

Keterangan :

Perbesaran : 10 x 10

2. Jamu 6

Keterangan :

Perbesaran : 10 x 10

Page 5: Identifikasi Simplisia Jamu

VI. Pembahasan

Secara umum analisis obat tradisional jamu dikelompokkan menjadi 2 macam

analisis, yaitu analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis kuantitatif berfungsi untuk

mengidentifikasi jenis dari suatu zat atau simplisia yang terdapat pada bahan bakunya,

sedangkan analisis kuantitatif yaitu penetapan kadar atau kemurnian dari zat atau simplisia

yang akan dianalisis. Pengujian secara kualitatif obat tradisional jamu biasanya digunakan

untuk mengidentifikasi atau menganalisis jenis bahan baku dari suatu simplisia baik dari jenis

tumbuhan maupun jenis hewan. Didalam pemeriksaan kualitatif ini, meliputi analisis sebagai

berikut :

1. Pengujian organoleptis, yaitu pengujian untuk mengetahui kekhususan bau dan rasa

dari simplisia yang diuji.

2. Pengujian makroskopis, yaitu pengujian yang dilakukan dengan menggunakan kaca

pembesar atau dengan indera. Fungsinya untuk mencari kekhususan morfologi ukuran

dan warna dari simplisia yang diuji.

3. Pengujian mikroskopis, yaitu pengujian yang dilakukan dengan menggunakan

mikroskop dengan pembesaran tertentu yang disesuaikan dengan keperluan simplisia

yang diuji dapat berupa sayatan melintang, membujur atau berupa serbuk. Fungsinya

untuk mengetahui unsur-unsur anatomi jaringan yang khas dari simplisia.

4. Pengujian histokimia.

5. Identifikasi kimia terhadap senyawa yang tersari.

Pengujian mikroskopis dan makroskopis dilakukan untuk menentukan jenis simplisia.

Pengujian histokimia dan identifikasi kimia dilakukan untuk mengetahui kelompok utama zat

aktifnya. Dari pengujian tersebut diatas dapat diketahui jenis simplisia berdasarkan fragmen

pengenal yang spesifik untuk masing-masing simplisia.

Penetapan secara kuantitatif meliputi :

1. Penentuan kadar kandungan, yaitu untuk mengetahui jumlah kandungan yang terdapat

pada simplisia yang diuji atau pada produk jamu setengah jadi. Misalnya penentuan

kadar tannin, alkaloida, minyak atsiri, glukosida, flavonoida.

2. Penentuan kadar air, yaitu untuk mengetahui besarnya kandungan air yang terdapat

pada simplisia yang diuji.

Page 6: Identifikasi Simplisia Jamu

3. Penentuan kadar abu.

4. Penentuan bahan organik asing.

Pada praktikum kali ini hanya dilakukan uji mikroskopik , tujuan dari uji mikroskopik

ini adalah mengidentifikasi suatu simplisia jamu yang tersusun dari beberapa komponen-

komponen. Komponen tersebut dapat terdiri dari dua atau tiga komponen penyusun simplisia

jamu. Kelompok kami mendapatkan dua simplisia jamu yang harus diidentifikasi yaitu Jamu

M dan Jamu 6. Pertama, uji mikroskopik dilakukan pada jamu M dengan cara menyiapan alat

dan bahan yaitu serbuk simplisia dan mikroskop terlebih dahulu lalu meletakkan serbuk

simplisia Jamu M di atas kaca objek . Setelah itu serbuk simplisia ditetsi larutan kloral hidrat

70 % yang berfungsi untuk menghilangkan kandungan sel seperti protein. Kemudian kaca

objek di fiksasi di atas bunsen karena proses ini dapat mempertahankan elemen-elemen sel

atau jaringan agar tetap berada pada tempatnya dan tidak mengalami perubahan bentuk

maupun ukuran. Preparat dijaga jangan sampai kering lau preparat ditutup dengan gelas

penutup. Stelah itu pengamatan dilakukan dengan mikroskop untuk mengetahui fragmen-

fragmen penyusun dari Jamu M. Dengan perbesaran 10x10 diketahui penyusun dari simplisia

jamu ini adalah Foeniculli fructus dan Cardamomi fructus . Penentuan komponen-komponen

penyusun ini dilakukan dengan mencocokkan fragmen penyusun dari beberapa simplisia

yang telah diujikan pada praktikum sebelumnya dan juga dicocokkan dengan gambar

referensi pada buku. Berikut ini klasifikasi dari komponen-komponen jamu tersebut :

1. Cardamomi fructus

Buah kapulaga adalah buah tumbuhan Amomun cardomomun Auct. non L. (Amomum

compactum Soland. ex Maton), suku Zingiberaceae, bau khas aromatic, rasa agak pedas.

Serbuk berwarna kelabu kekuningan, secara mikroskopik mempunya fragmen-fragmen

pengenal yaitu :

1) Fragmen epidermis kulit biji berdinding tebal bebentuk memanjang.

2) Fragmen lapisan sel yang mengandung minyak atsiri.

3) Fragmen sklerenkim palisade yang terlihat tangansial berbentuk polygonal.

4) Fragmen farisperm yang penuh dengan butir pati kecil.

5) Fragmen serabut sklerenkim dari berkas pembuluh pada mesokarp.

6) Fragmen sel batu pada masokarp.

7) Fragmen selaput biji.

8) Sel endoderm dengan hablur kalsium oksalat berbentuk prisma (Heyney,1997).

Page 7: Identifikasi Simplisia Jamu

2. Foeniculli fructus

Uji Mikroskopik :

Epikarp terdiri dari 1 lapis sel tetrahedral atau polyhedral, kutikula tidak bergaris, stomata

bertipe anomositik (Ranucunlaceae). Mesokarp umumnya parenkimatik, di mesokarp daerah

rusuk terdapat berkas pembuluh fibrovasal dengan serabut sklerenkim bernoktah sempit dan

berlignin. Di sekitar berkas pembuluh terdapat parenkim berwarna kecoklatan dengan diding

sel berpenebalan jala dan berlignin. Saluran minyak atau vitae dengan satu lapis epithelium

berwarna coklat endocarp terdiri dari 1 lapis sel pipih. Pada penampanag tagensial tampak

sebagai sel-sel berbentuk tersusun dalma kelompok-kelompok sel yang berlawana arah. Kulit

terdiri dari ilapis sel terentang tagensial. Endosperm terdiri dari sel-sel parenkim bentuk

polyhedral, dinding tebal tidak berlignin , berisi minyak lemak dan butir-butir aleueron yang

berisi hablur kalsium oksalat berbentuk roset.

Serbuk berwarna coklat kekuningan. Fragmen pengenal adalah jaringa endosperm

berdinding tebal, berisi minyak lemak dan butir-butir aleuron yang berisi hablur kalsium

oksalat berbentuk roset kecil; saluran minyak berwarna kuningan atau kecoklatan parenkim

berpenebalan jala berwarna kecoklatan, serabut bernoktah sempit; endocarp dengan

kelompok sel-sel berbentuk hampir tetrahedral tersusun berlainan arah. Tidak terdapat rambut

atau pati

Perlakuan yang sama dilakukan pada jamu 6 dengan perbesaran 10x10 didapatkan

komponen-komponen penyusunnya adalah Guzumae folium,Kaempferiae rhizoma ,dan

Caryophylli flos. Berikut ini adalah komponen-komponen penyusun jamu tersebut ,

1. Caryophylli floss (Bunga Cengkeh)

Bunga cengkeh adalah kuncup bungaSyzygium aromaticum (L.) Merr. 7 Perry.

Sinonim Eugenia caryophyllus (Spreng.) Bullock et Harison, Eugenia caryophyllata Thunb.,

Eugenia aromatica (L.) Labill., suku Myrtaceae.

Mikroskopik:

Pada penampang melintang bunga di bawah bakal buah tampak sel epidermis bentuk empat

persegi panjang terdiri dari 1 lapis sel dengan kutikula tebal; pada pengamatan paradermal

tampak sel epidermis bentuk poligonal atau hamper bundar ; stomata bundar tipe anomositik.

Page 8: Identifikasi Simplisia Jamu

Pada bagaian korteks terdapat beberapa lais sel parenkim bentuk polygonal atau hampir

bundar, kelenjar minyak skizolisigen bentuk bundar atau bundar telur terbalik. Pada bagian

dalam terdapat berkas pembuluh tipe bikolateral, serabut sklerenkim dan sel batu. Kristal

kalsium oksalat bentuk roset terdapat di semua bagian. Parenkim pusat terdiri dari beberapa

lapis sel kecil membentuk cincin dengan ruang antar sel yang besar. Pada daun mahkota dan

daun kelopaktammpak sel epidermis atas dan bawah bentuk empat persegi panjangbila

tampak paradermal berbentuk polygonal, diantaranya terdapat parenkim bentuk polygonal,

kelenjar minyak skizolisigen, Kristal kalsium oksalat bentuk roset dan berkas pembuluh.

2. Kaempferiae rhizome (Rimpang Kencur)

Mikroskopik:

Periderm: terdiri dari 5 sampai 7 lapis sel, sel berbentuk segi panjang berdinding tipis.

Jaringan parenkim korteks : terdapat di bawah periderm, sel parenkim isodiametrik,

berdinding tipis, berisi butir-butir pati, sel idioblas minyak berbentuk hamper bulat dan

bergaris tengah 50 µm sampai 100 µm, dalam idioblas minyak terdapat minyak yang

tidak berwarna sampai berwarna putih semu kekuningan. Butr pati: umumnya tunggal,

besar, bentuk bulat, bulat telur atau bulat telur tidak beraturan dengan salah satu ujungnya

mempinyai putting, lamella, dan hilus tidak jelas; panjang butir pati 10 µm sampai 40

µm, umumnya 25 µm, lebar butir pati 6 µm sampai 25 µm, umumnya 23 µm. Berkas

pembuluh : tersebar dalam korteks dan silinder pusat; pembuluh kayu terdiri dari

pembuluh spiral, pembuluh tangga dan pembulh jala, tidak berlignin. Endodermis:

mempunyai dinding radial yang agak menebal, tidak berisi butir pati. Silinder pusat:

lebar, parenkimatik, berisi butir pati dan idioblas minyak seperti pada koteks, berkas

pembuluh dibawah endodermis tersusun teratur dalam suatu lingkaran dan berdekatan

satu sama lainnya.

3. Guazumae folium (Daun jati blanda)

Daun jati blanda adalahdaun Guazuma ulmifolia Lamk. var . tomanosa. K. Schum.

Mikroskopik:

Epidermis atas terdiri dari 1 lapis sel, berambut penutup dan berambut kelenjar. Sel

epidermis besar, pada penampang tangensial tampak berbentuk poligonal; kutikula agak

tebal, tidak berstomata. Epdermis baawah terdiri dari 1 lapis sel, berstomata, berambut

penutup dan berambut kelenjar. Sel epidermis bawah lebih kecil dari pada epidermis atas,

pada penampang tangensial tampak dinding samping bergelombang. Stomata tipe

anisositik, bentuk jorong, panjang 20 µm sampai 40 µm. Rambut penutup bentuk

Page 9: Identifikasi Simplisia Jamu

menyerupai bintang, terdiri dari beberapa rambut bersel tunggal yang berimpit pada

bagian pangkalnya, dinding tebal tidak berwarna, panjang berbeda-beda, ruang rambut

berwarna coklat. Rambut kelenjar terdiri dari 2 sampai 3 sel tangkai dan 3 sel kepala, 1

sel kepala lebih besar dari 2 sel lainnya. Mesofil terdiri dari jaringan palisade dan jaringan

bunga karang. Dalam mesofil terdapat hablur kalsium oksalat berbentuk prisma. Jaringan

palisade terdiri dari 1 lapis sel. Jaringan bunga karang tersusun rapat terdiri dari 2 sampai

4 sel lapis. Berkas pembuluh tipe kolateral, disertai serabut sklerenkim dan serabut hablur

yang berisi hablur kalsium oksalat berbentuk prisma. Hablur kalsium oksalat terdapat

lebih banyak pada tulang daun daripada di mesofil. Pada parenkim tulang daun terdapat

sel lendir atau saluran lendir.

Berdasarkan undang-undang kesehatan bidang farmasi dan kesehatan, yang dimaksud

dengan Obat Bahan Alam Indonesia adalah Obat bahan Alam yang diproduksi di Indonesia.

Berdasarkan cara pembuatan serta jenis klaim penggunaan dan tingkat pembuktian khasiat,

Obat bahan Alam Indonesia dikelompokkan menjadi : Jamu, Obat Herbal Terstandar, dan

Fitofarmaka (Frans,2007).

Obat Herbal Terstandar

Obat Herbal Terstandar (OHT) adalah obat tradisional yang disajikan dari ekstrak atau

penyarian bahan alam yang dapat berupa tanaman obat, binatang, maupun mineral. Pada

melaksanakan proses ini membutuhkan peralatan yang lebih kompleks dan berharga

mahal, ditambah dengan tenaga kerja yang mendukung dengan pengetahuan maupun

ketrampilan pembuatan ekstrak. Selain proses produksi dengan tehnologi tinggi, jenis

herbal ini pada umumnya telah ditunjang dengan pembuktian ilmiah berupa penelitian-

penelitian pre-klinik seperti standart kandungan bahan berkhasiat, standart pembuatan

ekstrak tanaman obat, standart pembuatan obat tradisional yang higienis, dan uji

toksisitas akut maupun kronis. Contoh OHT (Diapet, Hi-Stimono, Irex-Max, Kiranti

Pegel Linu, Kiranti Sehat Datang Bulan).

Page 10: Identifikasi Simplisia Jamu

Fitofarmaka

Fitofarmaka adalah obat tradisional dari bahan alam yang dapat disetarakan dengan obat

modern karena proses pembuatannya yang telah terstandar, ditunjang dengan bukti

ilmiah sampai dengan uji klinik pada manusia dengan kriteria memenuhi syarat ilmiah,

protokol uji yang telah disetujui, pelaksana yang kompeten, memenuhi prinsip etika,

tempat pelaksanaan uji memenuhi syarat. Produk Fitofarmaka yang sudah disetujui

BPOM adalah nodiar/tablet , x-gra,tensigard, dan agromed/kapsul. Fitofarmaka dapat

dikatakan sebagai obat herbal tertinggi dari Jamu dan Herbal Terstandar karena proses

pembuatannya sudah mengadopsi CPOB dan sampai uji klinik pada manusia.

Jamu

Jamu adalah obat tradisional yang disediakan secara tradisional, yang berisi seluruh

bahan tanaman yang menjadi penyusun jamu tersebut, higienis (bebas cemaran)

serta digunakan secara tradisional. Jamu telah digunakan secara turun-temurun

selama berpuluh-puluh tahun bahkan mungkin ratusan tahun.

Pada umumnya , jenis ini dibuat dengan mengacu pada resep peninggalan leluhur.

Bentuk jamu tidak memerlukan pembuktian ilmiah sampai dengan klinis, tetapi cukup

dengan bukti empiris turun temurun. Jamu adalah tingkat terendah dari strata obat herbal

lainnya tingkatan selanjutnya adalah Herbal Terstandar.

(Wibowo,2011).

Page 11: Identifikasi Simplisia Jamu

Jamu harus memenuhi kriteria aman sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan,

klaim khasiat dibuktikan berdasarkan data empiris dan memenuhi persyaratan mutu yang

berlaku. Obat tradisional tidak boleh mengandung bahan kimia obat (BKO) (Frans,2007).

Seperti halnya pemeriksaan makroskopik sediaan jamu, pemeriksaan mikroskopik

juga digunakan untuk menjamin kebenaran dari simplisia penyusun sediaan jamu dengan

mengamati bentuk fragmen spepisifik penyusun pada sediaan jamu. Uji mikroskopik

dilakukan dengan mikroskopik yang derajat perbesarannya disesuaikan denga keperluan. Uji

mikroskopik serbuk jamu tidak hanya dapt dilakukan melihat bentuk anatomi jaringan yang

khas, tetapi dapat pula menggunakan uji histokimia dengan penambahan pereaksi tertentu

pada serbuk sediaan jamu uji, dan zat kandungan simplisia uji akan memebrikan warna

spesifik, sehingga mudah di deteksi. ( Anonim,2010)

Berbeda dengan obat-obatan modern, standar mutu untuk jamu didasarkan pada bahan

baku dan produk akhir yang pada umumnya belum memiliki baku standar yang sesuai dengan

persyaratan. Simplisia nabati, hewani dan pelican yang dipergunakan sebagai bahan untuk

memperoleh minyak atsiri, alkaloid, glikosida atau zat berkhasiat lainnya, tidak perlu

memenuhi persyaratan yang tertera pada monografi yang bersangkutan. Identifikasi simplisia

dapat dilakukan berdasarkan uraian mikroskopik serta identifikasi kimia berdasarkan

kandungan senyawa yang terdapat didalamnya (MMI,1995)

Pemeriksaan anatomi serbuk dari suatu simplisia memiliki karakteristik tersendiri, dan

merupakan pemeriksaan spesifik suatu simplisia atau penyusun jamu. sebelum melakukan

pemeriksaan mikroskopik harus di pahami bahwa masing-masing jaringan tanaman berbeda

bentuknya.Ciri khas dari masing-masing organ batang, akar dan rimpang umumnya memiliki

jaringan penyusun primer yang hampir sama yaitu epidermis,korteks dan endodermis, jari-jari

empulur dan bentuk berkas pengangkutannya. Tipe berkas pengangkut umumnya mengacu

pada kelas tanaman seperti monokotil memiliki tipe berkas pengankutan terpusat

(konsentris), dan pada dikotil tersebar (kolateral).Sedangkan jaringan sekunder pada organ

batang , akar dan rimpang berupa periderm , dan ritidorm. Rambut penutup dan stomata

merupakan ciri spesifik dari bagian daun serta tipe sel idoblas seringkalai menunjukkan ciri

spesifik suatu bahan nabati.(Egon,1985)

Page 12: Identifikasi Simplisia Jamu

VII. Kesimpulan

Obat tradisional umumnya menggunakan bahan-bahan alam yang lebih dikenal

sebagai simplisia.

Uji mikroskopis dilakukan dengan menggunakan mikroskop yang derajad

pembesarannya disesuaikan dengan keperluan. Pada uji mikroskopis dicari unsur-

unsur anatomi yang khas.

Komponen-komponen Jamu M adalah Foeniculli fructus dan Cardamomi fructus.

Komponen-kompone Jamu 6 adalah Guazumae folium, Kaempferiae Rhizoma, dan

Caryophilli flos.

Uji mikroskopik serbuk jamu tidak hanya dapat dilakukan melihat bentuk anatomi

jaringan yang khas, tetapi dapat pula menggunakan uji histokimia dengan

penambahan pereaksi tertentu pada serbuk sediaan jamu uji, dan zat kandungan

simplisia uji akan memebrikan warna spesifik, sehingga mudah di deteksi.

Uji makroskopik yaitu pemeriksaan awal dengan mengamati bentuk organoleptik

simplisia menggunakan panca indra dengan mendiskripsikan bentuk, warna, bau,

dan rasa kemudian dikelompokkan berdasarkan jenisnya (spesies).

VIII. Daftar Pustaka

Anonim. 2010. Penuntun PraktikumFarmakognosi II. Makassar : Fakultas farmasi.

Universitas Muslim indonesia.

Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan., 2000, Parameter Standar Umum

Ekstrak Tumbuhan Obat, Jakarta : DEPKES RI.

Frans A. Rumate. A.Ilham Makhmud. 2007. Peraturan Perundang-undangan Bidang

Farmasi dan Kesehatan.Makasar : Fakultas Farmasi – Universitas Hasanuddin.

Heyney, K., 1987, Tumbuhan Berguna Indonesia II, Badan Penelitian dan Pengembangan

Departemen Kesehatan RI, Jakarta.

Heinrich,Michael,etc. 2009. Farmakognosi dan Fitoterapi. Jakarta : EGC.

Lincoln, Yvona S dan Egon G. Guba, 1985. Naturalistic Inquiry, Texas: Sage Publication.

Baverly Hills.

Pramono E. 2002. The Comercial use of traditional knowledge and medicinal plants in

Indonesia. Paper Submitted for Multistakeholder Dialogue on Trade, Intelectual Property

Page 13: Identifikasi Simplisia Jamu

and Biological resources in Asia, BRAC Centre for Development Management,

Ranjendrapur, Bangladesh April 19 – 21, 2002.

Agustin , Sera Nur. 2011. Buah Adas. http://rashekimfar.blogspot.com/2011/08/buah-adas-

foeniculi-vulgaris-fructus.html diakses pada tanggal 11 Desember 2012.

Syamsuni.2005. Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi. Jakarta : EGC.

Tim Penyusun Materia Medika Indonesia. 1995. Materia Medika Indonesia Edisi VI. Jakarta:

Departemen Kesehatan RI.

Wibowo,Aji.2011.HerbalTerstandar. http://farmatika.blogspot.com/p/herbalterstandar.html

diakses pada tanggal 10 Desember 2012