Identifikasi jurnal

3
Identifikasi jurnal (titik dyah selvia 125070201111019) 1. Latar belakang Hipotermia selama proses operasi merupakan masalah yang um terjadi selama pembedahan laparoskopi. Hipotermia ini dapat menghambat metabolisme dan mencegah kerusakan jaringan. Namun hipotermia ya parah dan terjadi terus menerus akan menyebabkan beberapa komplikasi, seperti peningkatan resistensi perifer, disfungsi koagulasi, perdarahan operasi, dan menggigil selama setelah operasi. Menjaga kestabila tubuh selama prosedur pembedahan mungkin dapat meningkatkan kualitas perawatan pada pasien. 2. ujuan penelitian ini dilakukan untuk mencari tau kelayakan dan keefekti penghangatan kulit intraoperatif dengan sistem underbody warming pembedahan laparoskopi gastrointestinal. !. Metode "enelitian 11# pasien yang akan menjalani pembedahan laparoskopi kanker $% antara januari 2#11 sampai desember 2#11 di Affiliated First People’s Hospital, Shanghai Jiao Tong University secara acak dimasukkan kedalam grup kontrol grup inter&ensi. 'riteria eksklusinya adalah ( 1. emperatur saat datang ke ruang operasi adalah )!*.+ - kecuali pada pasien dengan petensial infeksi/ atau 0!+. - kecuali pa dengan hipotermia perioperatif/ 2. "asien emergency !. obesitas didefinisikan sebagai %M !+ kg3m2/ 4. status fisik diklasifikasikan %%%56 berdasarkan 7merican 8ocie 7nesthesiologists. 9edah laparoskopi dilakukan oleh tim bedah yang sama berpengalamannya. -:2 yang digunakan untuk mencegah pnemoperitoneum tidakdihangatkanlebihdahulu suhu ruang/ dan intakecairanselama prosedur adalah cairan kristaloid dengan suhu ruang. "asien pad kontrol dihangatkan dengan selimut selama intraoperatif, sedangka

description

vhhn v

Transcript of Identifikasi jurnal

Identifikasi jurnal (titik dyah selvia 125070201111019)1. Latar belakangHipotermia selama proses operasi merupakan masalah yang umum terjadi selama pembedahan laparoskopi. Hipotermia ini dapat menghambat metabolisme dan mencegah kerusakan jaringan. Namun hipotermia yang parah dan terjadi terus menerus akan menyebabkan beberapa komplikasi, seperti peningkatan resistensi perifer, disfungsi koagulasi, perdarahan selama operasi, dan menggigil selama setelah operasi. Menjaga kestabilan suhu tubuh selama prosedur pembedahan mungkin dapat meningkatkan kualitas perawatan pada pasien. 2. Tujuanpenelitian ini dilakukan untuk mencari tau kelayakan dan keefektifan of penghangatan kulit intraoperatif dengan sistem underbody warming selama pembedahan laparoskopi gastrointestinal.3. Metode Penelitian110 pasien yang akan menjalani pembedahan laparoskopi kanker GI antara januari 2011 sampai desember 2011 di Affiliated First Peoples Hospital, Shanghai Jiao Tong University secara acak dimasukkan kedalam grup kontrol grup intervensi.Kriteria eksklusinya adalah :1. Temperatur saat datang ke ruang operasi adalah 37.5C (kecuali pada pasien dengan petensial infeksi) atau 35.9C (kecuali pasien dengan hipotermia perioperatif)2. Pasien emergency3. obesitas (didefinisikan sebagai IMT > 35 kg/m2)4. status fisik diklasifikasikan IIIV berdasarkan American Society of Anesthesiologists. Bedah laparoskopi dilakukan oleh tim bedah yang sama berpengalamannya. CO2 yang digunakan untuk mencegah pnemoperitoneum tidak dihangatkan lebih dahulu (suhu ruang) dan intake cairan selama prosedur adalah cairan kristaloid dengan suhu ruang. Pasien pada grup kontrol dihangatkan dengan selimut selama intraoperatif, sedangkan grup intervensi menggunkan disposable underbody warming dengan sistem forced-air warming yang bisa digunakan kembali. Sebelum digunakan, penghangat tubuh didesinfeksi dengan cairan benzalkonium clorida. Temperatur maksimal untuk kontak kulit tidak boleh lebih daro 41C untuk mencegah terjadinya kulit terbakar. Pengukuran data intraoperatif dan evaluasi postoperatif :a. Temperatur nasofaringeal diukur menggunakan termometer nasofaring infrared saat sebelum anastesi, setelah anastesi, saat dimulai prosedur pembedahan, 10 menit selanjutnya, dan sampai anastesi habis.b. Temperatur dan kelembapan ruangan menggunakan termo hygometer saat pasien memasuki ruangan, awal induksi anastesi dan setiap 20 menit sampai selesai prosedur anastesi. Suhu ruang dijaga antara 22-24C dan 4060%.c. Prothrombine Time, waktu aktivasi tromboplastin, dan Thrombine Time diukur saat mulai ionduksi anastesi, awal prosedur pembedahan, 30-60 menit setelah pembedahan dimulai, dan akhir pembedahand. Kehilangan darah intraoperatif diobservasi dan dihitung dengan total volume cairan yang diaspirasi keluar melalui cavitas abdominal dikurangi volume intra-abdominal lavage.e. Setelah anastesi pasien dikaji apakah menggigilf. Visual analog scale (1-10) digunakan untuk mengkaji tingkat nyeri postoperatif (hari 1)g. Hb diukur preoperatif dan postoperatif (hari 1)Faktor resiko klinis yang mungkin juga menyebabkan hipotermia selama laparoskopi juga dianalisa menggunakan analisis korelasi.Seluruh analisis statistik dilakukan dengan SPSS untuk Windows.