IDENTIFIKASI JENIS DAN POTENSI TUMBUHAN PAKU DI …

75
IDENTIFIKASI JENIS DAN POTENSI TUMBUHAN PAKU DI SEKITAR CURUG LONTAR DESA KARYASARI KECAMATAN LEUWILIANG KABUPATEN BOGOR PUJA NURCAHYANI PROGRAM STUDI BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2021 M / 1442 H

Transcript of IDENTIFIKASI JENIS DAN POTENSI TUMBUHAN PAKU DI …

Page 1: IDENTIFIKASI JENIS DAN POTENSI TUMBUHAN PAKU DI …

IDENTIFIKASI JENIS DAN POTENSI TUMBUHAN PAKU

DI SEKITAR CURUG LONTAR DESA KARYASARI

KECAMATAN LEUWILIANG KABUPATEN BOGOR

PUJA NURCAHYANI

PROGRAM STUDI BIOLOGI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2021 M / 1442 H

Page 2: IDENTIFIKASI JENIS DAN POTENSI TUMBUHAN PAKU DI …

IDENTIFIKASI JENIS DAN POTENSI TUMBUHAN PAKU

DI SEKITAR CURUG LONTAR DESA KARYASARI

KECAMATAN LEUWILIANG KABUPATEN BOGOR

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains

Pada Program Studi Biologi Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

PUJA NURCAHYANI

11160950000012

PROGRAM STUDI BIOLOGI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2021 M / 1442 H

Page 3: IDENTIFIKASI JENIS DAN POTENSI TUMBUHAN PAKU DI …

ii

IDENTIFIKASI JENIS DAN POTENSI TUMBUHAN PAKU

DI SEKITAR CURUG LONTAR DESA KARYASARI

KECAMATAN LEUWILIANG KABUPATEN BOGOR

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains

Pada Program Studi Biologi Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

PUJA NURCAHYANI

11160950000012

Menyetujui:

Pembimbing I, Pembimbing II,

Dr. Priyanti, M.Si. Dr. Dasumiati, M.Si.

NIP. 19750526 200012 2 001 NIP. 19730923 199903 2 002

Mengetahui,

Ketua Program Studi Biologi

Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidyatullah Jakarta

Dr. Priyanti, M.Si.

NIP. 19750526 200012 2 001

Page 4: IDENTIFIKASI JENIS DAN POTENSI TUMBUHAN PAKU DI …
Page 5: IDENTIFIKASI JENIS DAN POTENSI TUMBUHAN PAKU DI …
Page 6: IDENTIFIKASI JENIS DAN POTENSI TUMBUHAN PAKU DI …

v

ABSTRAK

Puja Nurcahyani. Identifikasi Jenis dan Potensi Tumbuhan Paku di Sekitar

Curug Lontar Desa Karyasari Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor.

Skripsi. Program Studi Biologi. Fakultas Sains dan Teknologi. Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2021. Dibimbing oleh Priyanti dan

Dasumiati.

Tumbuhan paku merupakan tumbuhan kormus berspora, dan banyak tumbuh di

kawasan curug. Habitat tumbuhan paku akan terancam keberadaannya oleh

aktivitas pengembangan kawasan Curug Lontar sebagai geopark. Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis tumbuhan paku yang tumbuh di sekitar

Curug Lontar dan potensinya oleh masyarakat sekitar. Pengambilan sampel

dilakukan dengan metode jelajah. Informasi pemanfaatan tumbuhan paku diperoleh

melalui wawancara yang ditentukan dengan teknik purposive sampling, dan

snowball sampling. Identifikasi dilakukan dengan mengamati habitat, morfologi

vegetatif, dan generatif tumbuhan paku. Berdasarkan hasil identifikasi, ditemukan

18 jenis tumbuhan paku, yaitu Adiantum capillus-veneris, Asplenium nidus,

Christella dentata, Cibotium barometz, Deparia petersenii, Drynaria sparsisora,

Gleichenia linearis, Odontosoria chinensis, Phymatodes longissima,

Pityrogramma calomelanos, Platycerium bifurcatum, Pleocnemia irregularis,

Pteridium aquilinum, Pteris fauriei, P. vittata, Selaginella plana, S. willdenowi, dan

Tectaria vasta. Masyarakat sekitar Curug Lontar memanfaatkan P. irregularis

sebagai sayuran, S. willdenowi sebagai jamu paluluntur yang diminum pasca

persalinan, A. nidus, A. capillus-veneris, dan P. bifuractum sebagai tanaman hias.

Sebanyak 18 jenis tumbuhan paku yang tumbuh di sekitar Curug Lontar memiliki

potensi sebagai sayuran, tanaman hias, dan bahan obat tradisional.

Kata kunci: Curug Lontar; Identifikasi; Potensi; Tumbuhan Paku

Page 7: IDENTIFIKASI JENIS DAN POTENSI TUMBUHAN PAKU DI …

vi

ABSTRACT

Puja Nurcahyani. Identification of Types and Potential of Ferns Around

Curug Lontar Karyasari Village Leuwiliang District Bogor Regency.

Departement of Biology. Faculty of Science and Technology. State Islamic

University Syarif Hidayatullah Jakarta. 2021. Advised by Priyanti and

Dasumiati.

Ferns are corms with spores, and many grow in the curug area. The habitat of ferns

will be threatened by the development of the Curug Lontar area as a geopark. This

study aims to determine the types of ferns that grow around Curug Lontar and their

potential by the surrounding community. Sampling was done by roaming method.

Information about the use of ferns was done by roaming method. Information on

the use of ferns was obtained through interviews with purposive sampling and

snowball sampling techniques. Identification is done by observing the habitat,

vegetative morphology, and generative of ferns. Based on the identification results,

18 types of ferns were found, namely Adiantum capillus-veneris, Asplenium nidus,

Christella dentata, Cibotium barometz, Deparia petersenii, Drynaria sparsisora,

Gleichenia linearis, Odontosoria chinensis, Phymatodes longissima,

Pityrogramma calomelanos, Platycerium bifurcatum, Pleocnemia irregularis,

Pteridium aquilinum, Pteris fauriei, P. vittata, Selaginella plana, S. willdenowi, and

Tectaria vasta. People around Curug Lontar make use of P. irregularis as

vegetables, S. willdenowi as a paluluntur herbal medicine that is taken after

childbirth, A. nidus, A. capillus-veneris, and P. bifurcatum as an ornamental plant.

As many as 18 types of ferns that grow around Curug Lontar have potential as

vegetables, ornamental plants, and ingredients for traditional medicine.

Keywords: Curug Lontar; Identification; Potency; Ferns

Page 8: IDENTIFIKASI JENIS DAN POTENSI TUMBUHAN PAKU DI …

vii

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusunan skripsi yang berjudul

“Identifikasi Jenis dan Potensi Tumbuhan Paku di Sekitar Curug Lontar Desa

Karyasari Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor” dapat terselesaikan

dengan baik. Selawat serta salam selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW

yang membawa kebaikan bagi seluruh umat manusia.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan

banyak pihak. Penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Nashrul Hakiem, S.Si., M.T., Ph.D selaku Dekan Fakultas Sains dan

Teknologi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Priyanti, M.Si. selaku Ketua Program Studi Biologi serta dosen

pembimbing I yang selalu memberikan bimbingan dan saran bermanfaat.

3. Narti Fitriana, M.Si. selaku Sekretaris Program Studi Biologi yang telah

membantu dalam administrasi.

4. Dr. Dasumiati, M.Si. selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan

bimbingan dan arahan bermanfaat dalam penyusunan skripsi.

5. Ardian Khairiah, M.Si. selaku dosen penguji seminar proposal dan seminar

hasil yang telah memberikan kritik dan saran yang membangun.

6. Dr. Ir. Iwan Aminudin, M.Si. selaku dosen penguji seminar proposal dan

seminar hasil yang telah memberikan kritik dan saran yang membangun.

7. Kepala Desa dan staf yang telah membantu dalam penelitian ini.

8. Para pembantu lapangan dan responden yang telah membantu dalam

penelitian ini.

Penulis membuka diri terhadap kritik dan saran yang bersifat membangun.

Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Jakarta, April 2021

Penulis

Page 9: IDENTIFIKASI JENIS DAN POTENSI TUMBUHAN PAKU DI …

viii

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ............................................................................................................. v

KATA PENGANTAR ......................................................................................... vii

DAFTAR ISI ....................................................................................................... viii

DAFTAR TABEL .................................................................................................. x

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xi

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ........................................................................................ 1

1.2. Rumusan Masalah ................................................................................... 3

1.3. Tujuan Penelitian .................................................................................... 3

1.4. Manfaat Penelitian .................................................................................. 3

1.5. Kerangka Berpikir Penelitian .................................................................. 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Curug Lontar ........................................................................................... 5

2.2. Profil Desa Karyasari .............................................................................. 6

2.3. Morfologi Tumbuhan Paku ..................................................................... 6

2.4. Klasifikasi Tumbuhan Paku .................................................................... 7

2.4.1. Kelas Psilophytinae (Paku Purba) .................................................. 7

2.4.2. Kelas Lycopodiinae (Paku Kawat atau Paku Rambat) ................... 8

2.4.3. Kelas Equisetinae (Paku Ekor Kuda) ............................................. 9

2.4.4. Kelas Filicinae (Paku Sejati) ........................................................ 10

2.5. Penyebaran dan Habitat Tumbuhan Paku ............................................. 11

2.6. Manfaat Tumbuhan Paku ...................................................................... 12

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ............................................................... 14

3.2. Alat dan Bahan ...................................................................................... 14

3.3. Rancangan Penelitian ............................................................................ 14

3.4. Cara Kerja ............................................................................................. 15

3.4.1. Survei Awal dan Penentuan Lokasi Penelitian ............................. 15

3.4.2. Pengambilan Sampel .................................................................... 15

3.4.3. Pembuatan Herbarium .................................................................. 16

Page 10: IDENTIFIKASI JENIS DAN POTENSI TUMBUHAN PAKU DI …

ix

3.4.4. Wawancara ................................................................................... 16

3.4.5. Deskripsi Tumbuhan Paku ........................................................... 17

3.4.6. Identifikasi Tumbuhan Paku......................................................... 17

3.4.7. Analisis Data ................................................................................ 18

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Jenis Tumbuhan Paku yang ditemukan di Sekitar Curug Lontar ......... 19

4.2. Deskripsi Tumbuhan Paku yang ditemukan di Sekitar Curug Lontar .. 21

4.3. Pemanfaatan Tumbuhan Paku di Sekitar Kawasan Curug Lontar ........ 40

4.3.1. Karakteristik Responden di Desa Karyasari ................................. 40

4.3.2. Pemanfaatan Tumbuhan Paku Masyarakat Sekitar Curug Lontar 41

4.3.3. Pemanfaatan Tumbuhan Paku sebagai Sayuran ........................... 42

4.3.4. Pemanfaatan Tumbuhan Paku sebagai Bahan Obat ..................... 42

4.3.5. Pemanfaatan Tumbuhan Paku sebagai Tanaman Hias ................. 43

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan ........................................................................................... 46

5.2. Saran ..................................................................................................... 46

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 47

LAMPIRAN ......................................................................................................... 58

Page 11: IDENTIFIKASI JENIS DAN POTENSI TUMBUHAN PAKU DI …

x

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Jenis Tumbuhan Paku yang ditemukan di Sekitar Curug Lontar............ 19

Tabel 2. Data Responden Wawancara .................................................................. 40

Tabel 3. Pemanfaatan Tumbuhan Paku Masyarakat Sekitar Curug Lontar .......... 41

Page 12: IDENTIFIKASI JENIS DAN POTENSI TUMBUHAN PAKU DI …

xi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Kerangka Berpikir Penelitian Identifikasi Jenis dan Potensi Tumbuhan

Paku di Sekitar Curug Lontar Desa Karyasari Kecamatan Leuwiliang

Kabupaten Bogor.................................................................................. 4

Gambar 2. Curug Lontar ......................................................................................... 5

Gambar 3. Morfologi Tumbuhan Paku ................................................................... 6

Gambar 4. Psilotum complanatum .......................................................................... 8

Gambar 5. Selaginella plana ................................................................................... 9

Gambar 6. Equisetum giganteum .......................................................................... 10

Gambar 7. Dicksonia antarctica ........................................................................... 11

Gambar 8. Peta Lokasi Penelitian di Kawasan Curug Lontar ............................... 14

Gambar 9. Morfologi Asplenium nidus ................................................................. 21

Gambar 10. Morfologi Deparia petersenii ........................................................... 22

Gambar 11. Morfologi Pteridium aquilinum ........................................................ 23

Gambar 12. Morfologi Cibotium barometz ........................................................... 24

Gambar 13. Morfologi Pleocnemia irregularis .................................................... 26

Gambar 14. Morfologi Gleichenia linearis ........................................................... 27

Gambar 15. Morfologi Odontosoria chinensis ..................................................... 28

Gambar 16. Morfologi Phymatodes longissima.................................................... 29

Gambar 17. Morfologi Drynaria sparsisora ......................................................... 30

Gambar 18. Morfologi Platycerium bifurcatum ................................................... 31

Gambar 19. Morfologi Adiantum capillus-veneris ............................................... 32

Gambar 20. Morfologi Pityrogramma calomelanos ............................................. 33

Gambar 21. Morfologi Pteris fauriei .................................................................... 34

Gambar 22. Morfologi Pteris vittata ..................................................................... 35

Gambar 23. Morfologi Selaginella plana ............................................................. 36

Gambar 24. Morfologi Selaginella willdenowi ..................................................... 37

Gambar 25. Morfologi Tectaria vasta .................................................................. 38

Gambar 26. Morfologi Christella dentata ............................................................ 39

Gambar 27. Tumis Paku Andam ........................................................................... 42

Gambar 28. Jamu Paluluntur ................................................................................ 43

Gambar 29. Pemanfaatan Platycerium bifurcatum ............................................... 44

Gambar 30. Pemanfaatan Asplenium nidus ........................................................... 44

Gambar 31. Pemanfaatan Adiantum capillus-veneris ........................................... 45

Page 13: IDENTIFIKASI JENIS DAN POTENSI TUMBUHAN PAKU DI …

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Pertanyaan Wawancara Pemanfaatan Tumbuhan Paku .................... 58

Lampiran 2. Pemanfaatan Tumbuhan Paku Masyarakat Sekitar Curug Lontar.... 59

Lampiran 3. Potensi Tumbuhan Paku di Kawasan Curug Lontar ......................... 60

Lampiran 4. Proses Pembuatan Tumis Paku Andam dan Jamu Paluluntur ......... 62

Page 14: IDENTIFIKASI JENIS DAN POTENSI TUMBUHAN PAKU DI …

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tumbuhan paku merupakan tumbuhan kormus berspora yang memiliki

karakteristik berupa daun muda menggulung seperti gagang biola. Tumbuhan paku

memiliki manfaat yang dapat digunakan untuk kesejahteraan makhluk hidup, yaitu

bahan pangan, obat-obatan, maupun tanaman hias. Tumbuhan paku secara ekologis

berperan dalam keseimbangan ekosistem hutan, yaitu pencegah erosi, pencampur

serasah bagi pembentukan hara tanah, dan produsen dalam rantai makanan

(Suraida, Susanti, & Amriyanto, 2013). Salah satu tempat yang memiliki

keanekaragaman tumbuhan paku di sekitar kaki Gunung Salak adalah air terjun atau

curug. Kawasan ini memiliki beberapa curug, yaitu Curug Cigamea, Curug Seribu,

Curug Ngumpet, Curug Cihurang, Curug Pangeran, dan Curug Lontar (Jatmika,

2018).

Geopark merupakan sebuah wilayah geografi tunggal atau gabungan yang

memiliki situs warisan geologi (geosite) dan bentang alam yang bernilai, terkait aset

warisan geologi (geoheritage), keragaman (geodiversity), keanekaragaman hayati

(biodiversity) dan keragaman budaya (cultural diversity), serta dikelola untuk

keperluan konservasi, edukasi dan pembangunan perekonomian masyarakat secara

berkelanjutan dengan keterlibatan aktif dari masyarakat dan pemerintah daerah

(Riyady, Siregar, & Nurhayati, 2019). Melalui Surat Keputusan Bupati Nomor

556/177/kpts/perUU/2018 tentang Penetapan Kawasan Geopark Pongkor pada

tanggal 26 Maret 2018, dan pada tanggal 30 November 2018 Geopark Pongkor di

tetapkan sebagai Geopark Nasional yang mencakup 15 kecamatan di wilayah

Kabupaten Bogor, yaitu kecamatan Ciampea, Jasinga, Leuwiliang, Leuwisadeng,

Nanggung, Pamijahan, Tenjo, Tenjolaya, Tamansari, Sukajaya, Rumpin, Ciseeng,

Cigudeg, Cibungbulang dan Parung, dengan luas wilayah 130 ribu ha (Yasin,

Burhanudin, & Purnawan, 2019).

Curug Lontar merupakan bagian dari Geopark Nasional Pongkor, dengan luas

kawasan 3 ha yang berlokasi di Desa Karyasari, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten

Bogor, Provinsi Jawa Barat (Bappedalitbang Kabupaten Bogor, 2019). Untuk

Page 15: IDENTIFIKASI JENIS DAN POTENSI TUMBUHAN PAKU DI …

2

mewujudkan pembangunan dan pengembangan kawasan Curug Lontar tentunya

terdapat dukungan berupa infrastruktur dan fasilitas di kawasan tersebut. Masalah

yang dihadapi berkaitan dengan eksistensi tumbuhan paku di kawasan Curug

Lontar adalah akan adanya pengembangan kawasan tersebut yaitu berupa

pembukaan lahan untuk pembangunan sarana dan prasarana penunjang maka

dikhawatirkan akan terjadi gangguan terhadap ekosistem tumbuhan paku.

Masyarakat di sekitar Bogor masih mengandalkan pemenuhan kebutuhan

pangan dengan memanfaatkan potensi alam yang salah satunya adalah tumbuhan

paku yang dikonsumsi sebagai sayuran. Selain dikonsumsi pribadi, tumbuhan paku

juga diperjualbelikan untuk menambah pendapatan rumah tangga. Masyarakat di

sekitar Bogor juga memanfaatkan tumbuhan paku sebagai salah satu bahan dari

jamu yang biasanya diminum pasca persalinan. Dengan demikian tumbuhan paku

memiliki peran secara ekonomi (Turot, Polii, & Walangitan, 2016).

Penelitian tentang tumbuhan paku sudah dilakukan oleh Jamsuri (2007), yaitu

tumbuhan paku di sekitar Curug Cikaracak dapat dimanfaatkan sebagai tanaman

hias, kerajinan tangan, bahan obat tradisional, dan sayuran. Masyarakat sekitar

kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak memanfaatkan Selaginella

willdenowi untuk membersihkan darah kotor pasca persalinan dan S. plana sebagai

obat untuk menghentikan pendarahan (Wijayanto, 2009). Sedangkan pada

penelitian Syafrudin, Haryani, & Wiedarti (2016), masyarakat di sekitar Taman

Nasional Gunung Gede Pangrango memanfaatkan tumbuhan paku sebagai sayuran,

tanaman obat tradisional maupun tanaman hias yang dapat diperjualbelikan.

Berdasarkan survei awal yang telah dilakukan, kawasan Curug Lontar memiliki

keanekaragaman jenis tumbuhan paku yang belum dieksplorasi. Penelitian

mengenai potensi tumbuhan paku oleh masyarakat sekitar Curug Lontar juga belum

pernah dilakukan. Berdasarkan uraian di atas maka perlu diketahui jenis serta

potensi tumbuhan paku oleh masyarakat sekitar Curug Lontar agar informasi

pemanfaatan tumbuhan paku yang sudah turun-temurun tidak hilang.

Page 16: IDENTIFIKASI JENIS DAN POTENSI TUMBUHAN PAKU DI …

3

1.2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah:

a. Apa saja jenis-jenis tumbuhan paku yang tumbuh di sekitar kawasan Curug

Lontar Desa Karyasari Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor?

b. Apa saja potensi tumbuhan paku oleh masyarakat sekitar kawasan Curug

Lontar Desa Karyasari Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor?

1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

a. Mengetahui jenis-jenis tumbuhan paku yang tumbuh di kawasan Curug

Lontar Desa Karyasari Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor.

b. Mengetahui potensi tumbuhan paku oleh masyarakat sekitar kawasan Curug

Lontar Desa Karyasari Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah:

a. Informasi mengenai potensi tumbuhan paku masyarakat sekitar kawasan

Curug Lontar.

b. Panduan, dan acuan untuk pengembangan penelitian yang terkait.

Page 17: IDENTIFIKASI JENIS DAN POTENSI TUMBUHAN PAKU DI …

4

1.5. Kerangka Berpikir Penelitian

Kerangka berpikir penelitian ini ditampilkan dalam bagan (Gambar 1)

sebagai berikut:

Gambar 1. Kerangka Berpikir Penelitian Identifikasi Jenis dan Potensi Tumbuhan

Paku di Sekitar Curug Lontar Desa Karyasari Kecamatan Leuwiliang

Kabupaten Bogor

Tumbuhan paku memiliki manfaat untuk makhluk hidup maupun ekosistem

Penelitian mengenai identifikasi jenis dan potensi tumbuhan paku di sekitar

kawasan Curug Lontar belum pernah dilakukan

Masyarakat Kabupaten Bogor masih memanfaatkan tumbuhan paku untuk

dikonsumsi pribadi maupun diperjualbelikan

Perlu diadakan pendataan jenis dan potensi tumbuhan paku di sekitar

kawasan Curug Lontar

Kawasan Curug Lontar merupakan salah satu tempat vegetasi tumbuhan

paku

Metode yang digunakan yaitu metode jelajah, dan wawancara

menggunakan teknik purposive sampling, dan snowball sampling

Harapan penelitian adalah mengetahui jenis tumbuhan paku dan potensinya

agar informasi yang sudah turun-temurun tidak hilang

Page 18: IDENTIFIKASI JENIS DAN POTENSI TUMBUHAN PAKU DI …

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Curug Lontar

Salah satu warisan bumi yang masuk ke dalam kawasan Geopark Nasional

Pongkor adalah Curug Lontar yang terletak di Desa Karyasari, Kecamatan

Leuwiliang, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat (Gambar 2). Curug Lontar

merupakan bagian dari Sungai Cianten, yang berasal dari pegunungan Halimun

Salak. Sungai ini terhubung dengan aliran Sungai Cikaniki, dan bermuara ke aliran

Sungai Cisadane. Aliran sungai ini dijadikan sebagai sumber air untuk PLTA

(Pembangkit Listrik Tenaga Air) Cikaracak. Ketinggian Curug Lontar sekitar 35 m

dengan diameter kubangan 7000 m2, kedalaman 26 m, dan luas kawasan 3 ha

(Bappedalitbang Kabupaten Bogor, 2019).

Curug lontar merupakan situs geologi yang dibentuk oleh batuan gunung api

purba berumur antara Pliosen – Pleistosen (sekitar 4 – 2 juta tahun lalu). Di kawasan

ini terdapat batuan berbentuk seperti tiang (colonnade) yang ditutupi oleh batuan

dengan pola tidak beraturan (entablature). Kedua bentuk batuan tersebut bersumber

dari satu aliran lava yang membeku dengan cara berbeda. Entablature merupakan

bagian dari lava panas pijar, yang membeku secara cepat dengan bentuk tidak

beraturan akibat bersentuhan dengan udara dingin di permukaan bumi atau air. Pada

saat entablature sudah membeku, colonnade masih berupa cairan lava panas pijar.

Selanjutnya secara perlahan membeku membentuk pola seperti tiang

(Bappedalitbang Kabupaten Bogor, 2019).

Gambar 2. Curug Lontar (Dokumentasi Pribadi, 2020)

Page 19: IDENTIFIKASI JENIS DAN POTENSI TUMBUHAN PAKU DI …

6

2.2. Profil Desa Karyasari

Desa Karyasari adalah salah satu desa yang secara administrasi terdapat di

Kabupaten Bogor terletak di Kecamatan Leuwiliang dengan luas wilayah 6.58,20

ha, dan jumlah penduduk 8.765 jiwa. Desa Karyasari terbentuk sekitar tahun

1979/1980 sebagai desa pemekaran dari Desa Karacak (Desa Karyasari, 2013).

Secara geografis Desa Karyasari terletak pada titik koordinat 106.6347 BT / -

6.614502 LS, ketinggian tanah dari permukaan laut 600 - 700 mdpl, dan curah hujan

300 - 450 MM. Desa ini berbatasan dengan Desa Pabangbon di sebelah barat, Desa

Puraseda di sebelah selatan, Desa Pamijahan di sebelah timur, dan Desa Karacak di

sebelah utara (Desa Karyasari, 2013).

2.3. Morfologi Tumbuhan Paku

Tumbuhan paku atau pteridophyta berasal dari bahasa yunani yaitu pteron yang

berarti sayap atau bulu, dan phyta yang berarti tumbuhan (Tjitrosomo et al., 2010).

Tumbuhan paku merupakan tumbuhan kormus berspora atau tumbuhan yang sudah

dapat dibedakan akar, batang, dan daunnya (Gambar 3).

Gambar 3. Morfologi Tumbuhan Paku (Dokumentasi Pribadi, 2020)

Pada umumnya tumbuhan paku memiliki akar yang kecil dan kasar, tetapi

terdapat beberapa tumbuhan paku yang memiliki akar yang berdaging dan halus

seperti pada famili Ophioglossaceae, dan famili Marattiaceae (Mickel, Wagner,

Gifford Walker, & Yatskievych, 2010). Akarnya berupa rizoid yang sifatnya seperti

akar serabut dengan ujung dilindungi kaliptra (Priawarsana & Purnaningsasi, 2013).

Daun

Tangkai

Caudex (rizoma tegak)

Page 20: IDENTIFIKASI JENIS DAN POTENSI TUMBUHAN PAKU DI …

7

Tumbuhan paku memiliki batang yang terkadang tidak tampak. Tetapi pada

paku pohon, batangnya tumbuh menyerupai batang pinang. Beberapa jenis

tumbuhan paku yang hidup di tanah, batangnya tumbuh sejajar dengan tanah.

Batang ini sering tertutup rambut atau sisik yang berfungsi sebagai pelindung.

Karena tumbuhnya menyerupai akar, batang tersebut disebut rizoma atau rimpang.

(Sastrapradja, Afriastini, Darnaedi, & Widjaja, 1980).

Daun tumbuhan paku terdiri dari dua bagian, yaitu tangkai, dan helaian daun.

Susunan daun tumbuhan paku umumnya menyirip, dan pada bagian pucuk terdapat

bulu-bulu (Hasanuddin & Mulyadi, 2014). Tumbuhan ini memiliki jumlah helaian

daun tunggal maupun majemuk bersirip (Tjitrosomo et al., 2010). Ujung daun

tumbuhan paku yang masih muda selalu menggulung seperti gagang biola atau

dikenal dengan istilah fiddlehead dan menjadi ciri khas tumbuhan paku (Wibowo,

2019).

Pada permukaan bawah daun terdapat bintik-bintik yang terkadang tumbuh

teratur, menggerombol atau tersebar. Masing-masing bintik itu adalah kotak spora

yang dikenal dengan istilah sporangium. Kotak tersebut berisi spora yang

jumlahnya banyak, tetapi ukurannya sangat kecil. Dengan spora inilah tumbuhan

paku memperbanyak diri. Karena, jika kotak spora pecah, maka butir-butir spora

akan terbawa angin dan menyebar (Sastrapradja et al., 1980).

2.4. Klasifikasi Tumbuhan Paku

2.4.1. Kelas Psilophytinae (Paku Purba)

Paku purba merupakan jenis tumbuhan paku yang sebagian besar telah punah.

Jenis paku purba yang sampai saat ini masih ada hanya sebagian kecil dan

merupakan sisa dari jenis-jenis yang lebih banyak. Anggota dari paku purba

merupakan paku telanjang (tidak berdaun) atau mempunyai daun kecil (mikrofil)

(Tjitrosoepomo, 2011). Sebagian lagi belum memiliki akar, bercabang menggarpu

dengan sporangium pada ujung batang, dan bersifat homospora (Wibowo, 2019).

Paku ini terdiri atas 2 ordo yaitu: ordo Psilophytales dan ordo Psilotales. Ordo

Psilophytales merupakan tumbuhan paku yang paling rendah tingkat

perkembangannya, karena belum memiliki daun dan akar. Batangnya bercabang

menggarpu dengan sporangium diujung cabang. Ordo Psilophytales terdapat 3

Page 21: IDENTIFIKASI JENIS DAN POTENSI TUMBUHAN PAKU DI …

8

famili yaitu famili Rhyniaceae, Asteroxylaceae, dan Pseudosporochnaceae

(Tjitrosoepomo, 2011). Famili Rhyniaceae memiliki 6 genus yaitu Rhynia,

Horneophyta, Sporogonities, Cooksonia, Yarravia, dan Hicklingia. Famili

Asteroxylaceae dan Pseudosporochnaceae masing-masing memiliki 1 genus yaitu

Asteroxylon dan Pseudosporochnus (Vashista et al., 2006).

Ordo Psilotales hanya memiliki 1 famili yaitu Psilotaceae dan memiliki 1 genus

yaitu Psilotum (Wardani, Hidayat, & Darnaedi, 2012). Psilotum (Gambar 4) berupa

terna kecil yang tidak memiliki akar, hanya memiliki tunas tanah dengan rizoid,

pada batangnya terdapat daun kecil berbentuk sisik, dan tidak bertulang

(Tjitrosoepomo, 2011).

Gambar 4. Psilotum complanatum (Wikimedia, 2012)

2.4.2. Kelas Lycopodiinae (Paku Kawat atau Paku Rambat)

Kelas Lycopodiinae memiliki daun yang berukuran kecil (mikrofil), tidak

bertangkai, dan bertulang satu. Daunnya ada yang berbentuk seperti jarum dan

tersusun spiral (Wibowo, 2019). Pada beberapa ordo daun tersebut memiliki lidah-

lidah (ligula) (Tjitrosoepomo, 2011).

Kelas Lycopidiinae terdiri atas 4 ordo yaitu ordo Lycopodiales, Selaginellales,

Lepidodendrales, dan Isoetales. Ordo Lycopodiales memiliki 1 famili yaitu

Lycopodiaceae dan memiliki 3 genus yaitu Huperzia, Lycopodium serta

Lycopodiella. Genus Lycopodium berupa terna kecil, batangnya tumbuh tegak atau

berbaring dengan cabang yang menjulang ke atas. Daunnya berbentuk garis atau

jarum. Ordo Selaginellales memiliki 1 famili yaitu Selaginellaceae dan 1 genus

yaitu Sellaginella (Gambar 5). Sebagian ordo ini mempunyai batang berbaring,

sebagian berdiri tegak, dan bercabang menggarpu. Pada batang terdapat daun kecil

Page 22: IDENTIFIKASI JENIS DAN POTENSI TUMBUHAN PAKU DI …

9

yang berhadapan. Ordo Lepidodendrales memiliki 1 famili yaitu Lepidodendraceae

dan memiliki 4 genus yaitu Lepidodendron, Stigmaria, Sigillaria, dan

Lepidocarpon (Vashishta et al., 2006). Jenis-jenis tumbuhan yang tergolong dalam

ordo ini sekarang telah punah. Ordo Lepidodendrales berbentuk pohon dengan

tinggi mencapai 30 m. Ordo Isoetales memiliki 1 famili dan 1 genus yaitu

Isoetaceae dan Isoetes (Wardani et al., 2012). Tumbuhan dalam ordo ini berupa

terna, sebagian hidup tenggelam dalam air, sebagian lagi hidup pada tanah yang

basah, dan memiliki batang seperti umbi. Ordo ini mempunyai daun berujung lancip

yang panjangnya dapat mencapai 1 m (Tjitrosoepomo, 2011).

Gambar 5. Selaginella plana (Dokumentasi Pribadi, 2020)

2.4.3. Kelas Equisetinae (Paku Ekor Kuda)

Paku ekor kuda dapat ditemukan di tempat lembap. Batangnya bercabang,

berbuku-buku, beruas-ruas, memiliki daun yang berukuran kecil atau mikrofil

(Wibowo, 2019). Kelas Equisetinae dibagi dalam 3 ordo yaitu: ordo Equisetales,

Sphenophyllales, dan Protoarticulatales (Tjitrosoepomo, 2011). Ordo Equisetales

memiliki 1 famili dan 1 genus yaitu famili Equisetaceae dan genus Equisetum

(Gambar 6) (Wardani et al., 2012). Tumbuhan dalam ordo ini sebagian hidup di

darat dan sebagian hidup di rawa. Di dalam tanah tumbuhan ini mempunyai rizoma

yang merayap.

Ordo Sphenophyllales memiliki 1 famili yaitu Sphenophyllaceae dan memiliki

4 genus yaitu Sphenophyllum, Sphenophyllostachys, Bowmanites, dan Eviostachya.

Tumbuhan dari ordo ini hanya dikenal sebagai fosil dari zaman Paleozoikum

dengan daun menggarpu dan tulang daun bercabang menggarpu (Tjitrosoepomo,

Page 23: IDENTIFIKASI JENIS DAN POTENSI TUMBUHAN PAKU DI …

10

2011). Ordo Protoarticulatales memiliki 1 famili dan 1 genus yaitu

Protohyeniaceae dan Protohyenia (Vashista et al., 2006). Warga ordo ini pun telah

menjadi fosil berupa semak kecil, batang bercabang menggarpu, dan mempunyai

helaian daun yang sempit (Tjitrosoepomo, 2011).

Gambar 6. Equisetum giganteum (Pinterest, 2020)

2.4.4. Kelas Filicinae (Paku Sejati)

Kelas Filicinae memiliki daun yang berukuran besar (makrofil), lebar,

bertangkai, tulang daun banyak, daun muda tergulung, dan mempunyai banyak

sporangium. Secara ekologi tumbuhan ini termasuk higrofit, banyak tumbuh di

tempat yang teduh dan lembap. Sehingga jika berada di tempat yang terbuka akan

mengalami kerusakan akibat penyinaran yang terlalu lama. Kelas Filicinae yang

masih hidup sampai sekarang dibedakan menjadi 3 anak kelas yaitu:

Eusporangiatae, Leptosporangiate (Filices), dan Hydropterides (Tjitrosoepomo,

2011).

Anak kelas Eusporangiate terdiri dari 2 ordo, yaitu: Ordo Ophioglossales dan

Marattiales. Ordo Ophioglossales terdiri dari 1 famili yaitu Ophioglossaceae dan

3 genus yaitu Botrychium, Helminyostachys, dan Ophioglossum. Ordo Marattiales

memiliki 1 famili yaitu Marattiaceae dan 3 genus yaitu Angiopteris, Christensenia,

dan Ptisana (Wardani et al., 2012).

Anak kelas Leptosporangiate terdiri dari beberapa Ordo yaitu: Osmundales,

Schizacales, Gleicheniales, Matoniales, Loxsomales, Hymenophyllales,

Dicksoniales, Thrysopteridales, Cyathales, dan Polypodiales. Leptosporangiate

terdiri dari beberapa famili yaitu: Osmundaceae, Schizaeaceae, Gleicheniaceae,

Page 24: IDENTIFIKASI JENIS DAN POTENSI TUMBUHAN PAKU DI …

11

Matoniaceae, Hymenophyllaceae, Cyathaceae, dan Polypodiaceae. Famili

Osmundaceae, Schizaeceae, Gleichenaceae, Matoniaceae masing-masing

memiliki 2 genus yaitu famili Osmundaceae: Leptopteris dan Osmunda, famili

Schizaeaceae: Lygodium dan Schizea, famili Gleichenaceae: Dicranopteris dan

Gleichenia, famili Matoniaceae: Matonia dan Phanerosorus. Famili

Hymenphyllaceae terbagi menjadi 6 genus yaitu Callistopteris, Cephalomanes,

Didymoglossum, Hymenophyllum, Trichomanes, dan Vandenboschia. Famili

Cyathaceae terdiri dari 5 genus yaitu Cibotium, Culcita, Cyathea, Cystodium, dan

Dicksonia (Gambar 7). Famili Polypodiaceae terdiri beberapa genus yaitu

Acrosorus, Aglaomorpha, Arthremoris, Calymodon, Christiopteris,

Chrysogrammitis, Cochlidium, Ctenopterella, Dasygrammitis, Drynaria,

Ghoniophelibium, Grammitis, Lecanopteris, Lemmaphyllum, Lepisorus,

Leptochilus, Loxogrammae, Micropolypodium, dan lain sebagainya (Wardani et al.,

2012).

Anak kelas Hydropterides (paku air) memiliki 2 ordo yaitu ordo Salviniales dan

Marsileales. Ordo Salviniales memiliki 1 famili dan 1 genus yaitu Salviniaceae dan

Salvinia. Begitu juga dengan ordo Marsileales mempunyai 1 famili dan 1 genus

yaitu Marsileaceae dan Marsilea (Wardani et al., 2012).

Gambar 7. Dicksonia antarctica (Miguel, 2017)

2.5. Penyebaran dan Habitat Tumbuhan Paku

Pteridophyta tersebar di seluruh dunia, baik daerah tropis maupun daerah

beriklim sedang, kecuali daerah bersalju abadi dan daerah kering atau gurun

(Vashista et al., 2006). Jumlah jenis tumbuhan paku di dunia yang diketahui hampir

10.000 jenis dan diperkirakan yang tumbuh di Indonesia mencapai 3.000 jenis

Page 25: IDENTIFIKASI JENIS DAN POTENSI TUMBUHAN PAKU DI …

12

(Hasanuddin & Mulyadi, 2014). Mengingat jumlah jenis tumbuhan paku yang

banyak, tumbuhan ini dapat ditemukan di tepi pantai sampai pegunungan.

Umumnya jumlah jenis paku di pegunungan lebih banyak dari pada di dataran

rendah. Hal ini disebabkan oleh kelembapan yang tinggi, banyak aliran air, dan

curah hujan yang tinggi (Sastrapradja et al., 1980).

Tumbuhan paku juga dapat dijumpai di kawah gunung (Sastrapradja et al.,

1980), padang terbuka, bahkan di lingkungan xerofitik (Tjitrosomo et al., 2010).

Tumbuhan paku pada umumnya tumbuh di daratan, pada tanah (terestrial),

menumpang di tumbuhan lain (epifit), dan di batu (epipetrik) (Tjitrosomo et al.,

2010). Selain itu, beberapa jenis tumbuhan paku dapat hidup di air (Sastrapradja et

al., 1980).

2.6. Manfaat Tumbuhan Paku

Jenis tumbuhan paku di bumi sangat beraneka ragam, masyarakat biasanya

memanfaatkan tumbuhan ini sebagai tanaman hias, sayuran, obat-obatan

tradisional, dan dipergunakan untuk berbagai keperluan lainnya. Banyak

diantaranya yang mempunyai bentuk menarik sehingga bagus untuk dijadikan

sebagai tanaman hias di dalam rumah, halaman rumah, taman, ataupun tanaman

hias jalan (Sastrapradja et al., 1980). Misalnya Adiantum cuneatum, Platycerium

coronatium, Asplenium nidus (Wibowo, 2019), Asplenium pellucidum, dan Dipteris

conjugate (Arini & Kinho, 2012).

Beberapa jenis tumbuhan paku dapat pula dimanfaatkan sebagai sayuran.

Pemanfaatan seperti ini dijumpai di sekitar Bogor, dan Sumatra Barat. Selain

dimanfaatkan untuk konsumsi pribadi, pucuk paku sayur juga biasa

diperjualbelikan (Sastrapradja et al., 1980). Misalnya Pteris mertensioides (Arini &

Kinho, 2012), Pteridium aquilinum, dan Marsilea crenata (Hasanuddin & Mulyadi,

2014).

Dari segi obat-obatan tradisional pteridophyta tidak luput dari kehidupan

manusia, baik bagian daun atau rizoma yang digunakan untuk membuat ramuan

obat (Lubis, 2009), seperti Dryopteris expansa sebagai obat penurun panas.

Lycopodium cernuum untuk obat batuk, dan lelah. Blechnum orientale untuk obat

bisul maupun gangguan saluran kemih. Lygodium circinatum dan Drynaria

Page 26: IDENTIFIKASI JENIS DAN POTENSI TUMBUHAN PAKU DI …

13

sparsisora untuk obat luka (Suraida et al., 2013). Selain itu, dahulu masyarakat

sekitar kawasan Curug Lontar memanfaatkan Stenochlaena palustris sebagai obat

penambah darah bagi penderita anemia.

Batang tumbuhan paku yang sudah keras, dimanfaatkan untuk berbagai

keperluan. Tidak jarang dimanfaatkan sebagai tiang rumah sebagai pengganti kayu,

atau diukir untuk dijadikan patung seperti Cyathea contaminans (Lubis, 2009),

selain itu dapat juga dimanfaatkan sebagai bahan baku kerajinan tangan yaitu

Gleichenia linearis dan sebagai tali atau bahan pengikat yaitu Gleichenia hispida

(Arini & Kinho, 2012).

Page 27: IDENTIFIKASI JENIS DAN POTENSI TUMBUHAN PAKU DI …

14

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilakukan selama 6 bulan, yaitu bulan April – September 2020

meliputi pengambilan sampel, pembuatan herbarium, wawancara, identifikasi

sampel, dan analisis data. Penelitian ini dilakukan di kawasan Curug Lontar dan

sekitarnya yang berlokasi di Desa Karyasari, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten

Bogor (Gambar 8). Identifikasi sampel dilakukan di Jl. Subulussalam No.37,

Kampung Panggulan, Kelurahan Pengasinan, Kecamatan Sawangan, Kota Depok.

Gambar 8. Peta Lokasi Penelitian di Kawasan Curug Lontar

3.2. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat tulis, kamera handphone,

pisau potong, gunting, kantong plastik, dan botol semprot. Bahan yang digunakan

dalam penelitian ini adalah alkohol 70%, tisu, kertas manila, kertas koran, kardus,

selotip, lem fox, tali rafia, tali benang, dan sampel tumbuhan paku.

3.3. Rancangan Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode jelajah (cruise

methods) dan wawancara. Metode jelajah dilakukan dengan menjelajahi seluruh

Page 28: IDENTIFIKASI JENIS DAN POTENSI TUMBUHAN PAKU DI …

15

kawasan Curug Lontar yang luasnya 3 ha dan mengoleksi jenis tumbuhan paku

yang tumbuh di sepanjang jalur pengamatan.

Responden dipilih dari masyarakat sekitar Curug Lontar yang mengetahui

potensi tumbuhan paku menggunakan teknik purposive sampling dan snowball

sampling. Teknik purposive sampling merupakan teknik pengambilan sampel

dengan tujuan atau kriteria tertentu (Asnawi & Wijaya, 2005) sedangkan teknik

snowball sampling adalah teknik pemilihan responden yang dilakukan berdasarkan

rekomendasi dari responden sebelumnya (Nurdiani, 2015).

3.4. Cara Kerja

3.4.1. Survei Awal dan Penentuan Lokasi Penelitian

Survei awal dilakukan untuk mengetahui tumbuhan paku di sekitar kawasan

Curug Lontar dan menentukan jalur pengamatan. Jalur pengamatan mengikuti jalan

setapak atau track yang sudah ada di kawasan Curug Lontar. Lokasi sampling

dibagi menjadi tiga jalur pengamatan yang berbeda-beda jaraknya karena terdapat

jurang yang terjal dan arus sungai yang deras.

Jalur pengamatan 1 pada sisi kanan dan kiri jalan menuju kawasan Curug Lontar

berjarak 95 m, jalur pengamatan 2 adalah pada sisi kiri sungai berjarak 160 m (sisi

kanan sungai memiliki arus yang deras, dan kedalaman air yang tinggi ± 1,5 m).

Jalur pengamatan 3 adalah pada sisi kanan dan kiri jalan menuju kawasan Curug

Lontar berjarak 130 m. Ketiga jalur pengamatan tersebut merupakan akses menuju

kawasan Curug Lontar.

3.4.2. Pengambilan Sampel

Sebelum pengambilan sampel tumbuhan paku di habitat alami, sampel tersebut

akan didokumentasikan berupa gambar dengan menggunakan kamera handphone.

Sampel tumbuhan paku yang digunakan pada penelitian terdiri atas caudex (rizoma

tegak atau menjalar), batang, daun dengan atau tanpa spora yang diambil dengan

cara mencabut satu individu tumbuhan paku dan dimasukkan kedalam kantong

plastik. Individu tumbuhan paku yang sulit dicabut dicungkil tanahnya

menggunakan pisau potong hingga individu bisa terambil. Kemudian sampel

tumbuhan paku dicuci dengan air bersih dan diletakkan diatas kertas koran.

Page 29: IDENTIFIKASI JENIS DAN POTENSI TUMBUHAN PAKU DI …

16

Selanjutnya, semua sampel tumbuhan paku yang berbeda jenis akan diamati,

dikoleksi dan dibuat herbarium kering.

3.4.3. Pembuatan Herbarium

Pembuatan herbarium tumbuhan paku dilakukan dengan menggunakan teknik

herbarium kering (Tjitrosoepomo, 2011). Sampel tumbuhan paku yang akan dibuat

herbarium harus lengkap, terdiri dari caudex (rizoma tegak atau menjalar), batang,

daun yang disertai dengan spora jika ada. Hal ini untuk memberikan informasi yang

lengkap tentang tumbuhan paku yang dikoleksi.

Sampel tumbuhan paku dirapikan dan diletakkan pada kertas koran sambil

disemprot dengan alkohol 70%. Pemberian alkohol berfungsi untuk menjaga agar

tumbuhan paku yang diambil tidak rusak (membusuk atau berjamur) (Tamin,

Anggraini, & Ulfa, 2017). Sampel tumbuhan paku ditata rapi dalam kertas koran,

dan diapit dengan kardus. Selanjutnya, sampel tumbuhan paku dijemur di bawah

sinar matahari langsung sampai benar-benar kering. Sampel tumbuhan paku yang

telah kering ditempel pada kertas manila. Kemudian diberi label yang berisi

informasi mengenai tanggal, tempat tumbuh, nama kolektor, famili, genera, nama

ilmiah, nama lokal, dan deskripsi tumbuhan paku tersebut.

3.4.4. Wawancara

Responden dipilih dengan teknik purposive sampling dan snowball sampling.

Responden terdiri atas informan kunci yang banyak memiliki pengetahuan tentang

kondisi masyarakat sekitar kawasan Curug Lontar yaitu staf kesejahteraan rakyat

Desa Karyasari. Selanjutnya, peneliti menggunakan teknik snowball sampling yang

bertujuan untuk mengembangkan informasi dari informan kunci. Kriteria

responden yang ditunjuk oleh informan kunci, yaitu masyarakat sekitar Curug

Lontar yang memanfaatkan tumbuhan paku.

Wawancara dilakukan secara terstruktur dan dilakukan secara langsung atau

tatap muka dengan memberikan beberapa pertanyaan yang sudah disiapkan, seperti

jenis tumbuhan paku yang dimanfaatkan, cara pemanfaatan, bagian yang

dimanfaatkan, cara pengolahan, lokasi pengambilan, dan intensitas pemanfaatan

Page 30: IDENTIFIKASI JENIS DAN POTENSI TUMBUHAN PAKU DI …

17

tumbuhan paku (Lampiran 1). Kemudian, jawaban responden dicatat di lembar

pertanyaan atau direkam dengan menggunakan handphone.

Kategori jumlah responden yang diperlukan untuk metode snowball sampling

adalah 2 – 9 orang untuk kategori kecil, sedang 10 – 30 orang, dan besar >30 orang

(Nurdiani, 2015). Penelitian ini menggunakan ukuran sampel sedang, dimana

jumlah responden pada penelitian ini sebanyak 10 orang (3 laki-laki dan 7

perempuan). Pemilihan responden berdasarkan mata pencaharian, yaitu pegawai

negeri sipil, karyawan swasta, dan ibu rumah tangga. Usia responden yang

diwawancarai berkisar antara usia 33 – 60 tahun.

3.4.5. Deskripsi Tumbuhan Paku

Deskripsi tumbuhahan paku dilakukan dengan mengamati karakter morfologi

vegetatif, generatif dan habitat. Karakter morfologi vegetatif yang diamati adalah

caudex (rizoma tegak atau menjalar), batang, daun sedangkan karakter morfologi

generatif berupa spora. Deskripsi tumbuhan paku dilakukan dengan mengamati

bentuk rizoma, warna rizoma, arah tumbuh batang, warna batang, warna tangkai

daun, warna daun, bentuk daun, bentuk ujung daun, bentuk tepi daun, bentuk

pangkal daun, permukaan daun, letak spora, dan warna spora. Suatu jenis tumbuhan

paku yang tidak ditemukan spora maka akan diamati pada karakter morfologi

vegetatif dan habitatnya.

3.4.6. Identifikasi Tumbuhan Paku

Identifikasi dilakukan di Jl. Subulussalam No.37, Kampung Panggulan,

Kelurahan Pengasinan, Kecamatan Sawangan, Kota Depok. Karakter morfologi

yang sudah dibuat deskripsinya kemudian dicocokan dengan buku identifikasi

tumbuhan paku dan artikel-artikel yang sudah dipublikasi pada jurnal. Buku

identifikasi tumbuhan paku yang digunakan, yaitu Jenis Paku Indonesia

(Sastrapradja et al., 1980), Kerabat Paku (Sastrapradja & Afriastini, 1985), Plant

Resources of South-East Asia Cryptogams: Ferns and Fern Allies (De winter &

Amoroso,2003), dan Botany for Degree Students Pteridophyta (Vashista et al.,

2006). Artikel-artikel tentang tumbuhan paku yang dipublikasi antara lain hasil

Page 31: IDENTIFIKASI JENIS DAN POTENSI TUMBUHAN PAKU DI …

18

penelitian Kinho (2009), Adjie & Lestari (2011), Hartanto, Rosaline, & Baskoro

(2015), Dewi & Ayatusa’adah (2017), dan Riastuti & Ernawati (2018).

3.4.7. Analisis Data

Data hasil penelitian ditabulasikan berdasarkan famili, genera, nama ilmiah,

nama lokal, dan cara hidup. Data yang sudah diperoleh dianalisis secara deskriptif

berupa nama-nama jenis tumbuhan paku, deskripsi jenis, dan manfaatnya.

Page 32: IDENTIFIKASI JENIS DAN POTENSI TUMBUHAN PAKU DI …

19

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Jenis Tumbuhan Paku yang ditemukan di Sekitar Curug Lontar

Berdasarkan hasil identifikasi tumbuhan paku di sekitar kawasan Curug

Lontar, Desa Karyasari, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor ditemukan 18

jenis tumbuhan paku yang dikelompokkan dalam 16 genera dan 12 famili. Jenis

tumbuhan paku yang ditemukan disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Jenis tumbuhan paku yang ditemukan di Sekitar Curug Lontar

Famili Genera Nama ilmiah Nama lokal Cara hidup

Aspleniaceae Asplenium Asplenium

nidus

Kadaka Terestrial

Athyriaceae Deparia Deparia

petersenii

Paku wanita

jepang

Terestrial

Dennstaedtiaceae Pteridium Pteridium

aquilinum

Paku garuda Terestrial

Dicksoniaceae Cibotium Cibotium

barometz

Paku monyet Terestrial

Dryopterdiaceae Pleocnemia Pleocnemia

irregularis

Paku andam Terestrial

Gleicheniaceae Gleichenia Gleichenia

linearis

Paku rasam Terestrial

Lindsaeaceae Odontosoria Odontosoria

chinensis

Paku camara Terestrial

Polypodiaceae Drynarisa Drynaria

sparsisora

Paku

langlayangan

Epipetrik

Phymatodes Phymatodes

longissima

Paku leyat Epipetrik

Platycerium Platycerium

bifurcatum

Paku tanduk

rusa

Epifit

Pteridaceae Adiantum Adiantum

capillus-

veneris

Suplir Terestrial

Pityrogramma Pityrogramma

calomelanos

Paku perak Terestrial

Pteris Pteris fauriei Paku rem Epipetrik

P. vittata Paku pedang Epipetrik

Selaginellaceae Selaginella Selaginella

plana

Rane biru Epipetrik

S. willdenowi Rane halus Terestrial

Tectariaceae Tectaria Tectaria vasta Paku tombak Terestrial

Thelypteridaceae Christella Christella

dentata

Paku binung Terestrial

Page 33: IDENTIFIKASI JENIS DAN POTENSI TUMBUHAN PAKU DI …

20

Komposisi tumbuhan paku yang ditemukan di kawasan Curug Lontar memiliki

kesamaan jenis dengan tumbuhan paku yang ditemukan di kawasan Curug

Cikaracak Bogor yang diteliti oleh Jamsuri (2007). Tumbuhan Paku yang dijumpai

di kedua lokasi, yaitu Gleichenia linearis, Drynaria sparsisora, Phymatodes

longissima, dan Selaginella willdenowi. Hal tersebut dapat dipengaruhi oleh faktor

lingkungan seperti iklim, tanah maupun topografi (Kurniawan & Parikesit, 2008).

Sebanyak 18 jenis tumbuhan paku yang ditemukan termasuk ke dalam 12

famili, dimana Pteridaceae merupakan famili yang memiliki keanekaragaman jenis

yang paling tinggi sebanyak 4 jenis. Hal tersebut karena jenis-jenis tumbuhan paku

dari famili Pteridaceae merupakan tumbuhan paku yang mampu tumbuh pada

daerah yang terbuka dan kering. Hingga daerah yang lembap dan ternaungi (Astuti,

Murningsih, & Jumari, 2017), serta bersifat kosmopolitan atau dapat ditemukan di

berbagai habitat baik di darat maupun di air (Abotsi, Radji, Rouhan, Dubuisson, &

Kouami, 2015).

Jenis yang paling sedikit ditemukan dari famili Aspleniaceae, Athyriaceae,

Dennstaedtiaceae, Dicksoniaceae, Dryopteridaceae, Tectariaceae, Lindsaeaceae,

Gleicheniaceae, dan Thelypteridaceae yang masing-masing familinya terdiri atas

satu jenis. Hal tersebut dapat disebabkan oleh adanya tekanan ekologi baik yang

berasal dari faktor biotik yaitu persaingan antar individu tumbuhan untuk setiap

tingkatan (Hadi, Widyastuti, & Wahyuono, 2016), maupun faktor abiotik yaitu

iklim dan tanah (Katili, 2013).

Tumbuhan paku yang ditemukan di sekitar Curug Lontar tumbuh secara

terestrial (permukaan tanah), epifit (menumpang pada tumbuhan lain), dan epipetrik

(menumpang di bebatuan). Sebanyak 11 jenis tumbuhan paku yang hidup secara

terestrial diantaranya Adiantum capillus-veneris, Asplenium nidus, Deparia

petersenii, Pteridium aquilinum, Cibotium barometz, Pleocnemia irregularis,

Gleichenia linearis, Odontosoria chinensis, Pityrogramma calomelanos,

Selaginella willdenowi, Tectaria vasta, dan Christella dentata. Tumbuhan paku

yang ditemukan hidup secara epifit yaitu Platycerium bifurcatum, dan tumbuhan

paku yang ditemukan hidup secara epipetrik yaitu Phymatodes longissima,

Drynaria sparsisora, Pteris fauriei, P. vittata, dan Selaginella plana (Tabel 1).

Page 34: IDENTIFIKASI JENIS DAN POTENSI TUMBUHAN PAKU DI …

21

4.2. Deskripsi Tumbuhan Paku yang ditemukan di Sekitar Curug Lontar

1. Famili Aspleniaceae

Famili Aspleniaceae biasa dikenal dengan sebutan paku sarang atau

spleenworth. Famili ini merupakan tumbuhan paku terestrial, epipetrik atau epifit,

rizomanya pendek, menjalar maupun tegak, bersisik, berambut, dan memiliki

bentuk sorus yang menyerupai garis yang berada di sepanjang kanan dan kiri tulang

daun pada daun tunggal atau ibu tulang daun pada daun majemuk (Sofiyanti &

Harahap, 2019). Famili Aspleniaceae memiliki 2 genera dan 650 jenis yang

terdistribusi subkosmopolitan, tetapi paling banyak di wilayah tropis (De Winter &

Amoroso, 2003).

a. Asplenium nidus

Asplenium nidus atau kadaka merupakan jenis tumbuhan paku terestrial.

Rizoma menjalar, berwarna coklat tua, dan berambut. Tangkai daunnya pendek,

berwarna hitam, dan tertutup bulu halus. Daunnya tunggal berwarna hijau muda

dengan warna daun bagian bawah lebih pucat, permukaan daun licin, tekstur daun

seperti kertas, bentuk daunnya lanset, dengan ujung daun meruncing, tepi daun rata,

dan pangkal daun berlekuk. Spora terletak di bawah permukaan daun, melekat

sepanjang kanan dan kiri tulang daun, berwarna coklat muda, dan berbentuk bangun

garis (Gambar 9).

Gambar 9. Morfologi Asplenium nidus (Carolina, 2020)

Asplenium nidus berasal dari Malaya dan kini tersebar luas di seluruh daerah

tropis. Tumbuhan paku jenis ini dapat tumbuh di daerah pantai sampai daerah

pegunungan dengan ketinggian 2.500 mdpl. Di alam bebas sering ditemukan

tumbuh secara epifit pada batang pohon yang tinggi. A. nidus menyukai daerah yang

agak lembab dan tidak tahan sinar matahari langsung. Tumbuhan ini telah lama

dikenal sebagai tanaman hias yang biasa ditanam dalam pot atau menempel pada

Daun

Spora

Page 35: IDENTIFIKASI JENIS DAN POTENSI TUMBUHAN PAKU DI …

22

pohon pekarangan rumah (Sastrapradja et al., 1980). A. nidus memiliki kandungan

senyawa metabolit sekunder berupa fenol dan flavonoid yang dimanfaatkan untuk

pengobatan asma, kelelahan, dan obat malaria (Adawiyah, 2020). Manfaat lain

yang dimiliki oleh A. nidus adalah sebagai penyubur rambut, obat penenang,

demam, sakit kepala (A'tourrohman et al., 2020), kaki gajah, pembesaran limfa

(Tnunay & Hanas, 2020), kontrasepsi, bengkak, memar (Adriani & Tjandrawati,

2019), dan obat gigitan atau sengatan hewan berbisa (Ridianingsih et al., 2017).

2. Famili Athyriaceae

Famili Athyriaceae merupakan salah satu famili dalam ordo Polypodiales.

Famili ini merupakan tumbuhan paku terestrial atau epilitik, rizomanya panjang

atau pendek, menjalar maupun tegak, terdapat sisik, dan terkadang berbulu. Famili

Athyriaceae memiliki 5 genera dan 600 jenis yang tersebar di seluruh dunia dari

wilayah tropis hingga dingin (Wang, Zhaorong, & Kato, 2013).

a. Deparia petersenii

Deparia petersenii atau paku wanita jepang merupakan jenis tumbuhan paku

terestrial. Rizoma menjalar, berwarna coklat kehitaman. Tangkai daunnya tegak,

berwarna hijau muda, dan terdapat bulu halus berwarna putih. Daunnya majemuk

bersirip ganjil, berwarna hijau muda, permukaan daun berbulu halus berwarna

putih, bentuk daunnya lanset, dengan ujung daun runcing, tepi daun beringgit, dan

pangkal daun rata. Spora terletak di bawah permukaan daun, di dekat pertulangan

daun, berwarna putih, berbentuk bulat (Gambar 10).

Gambar 10. Morfologi Deparia petersenii. A. Habitat alami; B. Herbarium

(Dokumentasi Pribadi, 2020)

Deparia petersenii terdistribusi di Asia, Jepang, Korea, China, Kepulauan

Pasifik, dan Australia. Habitat D. petersenii yaitu di daerah lembap, di semak

Daun

Tangkai

Rizoma

A B

Page 36: IDENTIFIKASI JENIS DAN POTENSI TUMBUHAN PAKU DI …

23

belukar, dan daerah hutan (Gul, 2017). Tumbuhan ini mampu hidup pada kondisi

lingkungan yang memiliki naungan tidak terlalu rapat mulai dari dataran rendah

hingga dataran tinggi (Yudhoyono, 2013). Daun muda D. petersenii dimanfaatkan

untuk menyembuhkan batuk (Sathiyaraj, Muthukumar, & Ravindran, 2015), dan

flu (Nikmatullah, Renjana, Muhaimin, & Rahayu, 2020).

3. Famili Dennstaedtiaceae

Famili Dennstaedtiaceae merupakan salah satu dari lima belas famili dalam

ordo Polypodiales. Famili ini merupakan tumbuhan paku terestrial atau memanjat,

rizomanya menjalar panjang, biasanya ditutupi rambut atau bulu, dan tidak terdapat

sisik (Yuehong et al., 2013). Famili Dennstaedtiaceae memiliki 10 genera dan 250

jenis yang kebanyakan terdistribusi di daerah tropis, tetapi juga meluas ke daerah

beriklim sedang (Yatskievych, William, & Melissa, 2017).

a. Pteridium aquilinum

Pteridium aquilinum atau paku garuda merupakan tumbuhan paku terestrial

yang hidup ditempat ternaungi. Rizoma menjalar, ditutupi rambut halus berwarna

coklat. Tangkai daunnya tegak, berwarna hijau muda. Daun P. aquilinum termasuk

daun majemuk bersirip ganjil, berwarna hijau muda, permukaan daunnya licin atau

mengkilat, bentuk daunnya memanjang, dengan ujung daun runcing, tepi daun

beringgit, dan pangkal daun rata (Gambar 11).

Gambar 11. Morfologi Pteridium aquilinum. A. Habitat alami; B. Herbarium

(Dokumentasi Pribadi, 2020)

Pteridium aquilinum tersebar di Alaska, California, Meksiko, Texas, Florida,

Jepang, Hawai, Himalaya, Taiwan, Srilanka, Indonesia, dan Filipina. Tumbuhan ini

hidup di padang rumput, lereng, daerah pertanian yang ditinggalkan, kawah

vulkanik, dan semak belukar yang tingginya dapat mencapai 2 m. Tumbuhan ini

Daun

Tangkai

Rizoma

B A

Page 37: IDENTIFIKASI JENIS DAN POTENSI TUMBUHAN PAKU DI …

24

dapat tumbuh dari ketinggian 0 – 3300 mdpl (Marrs & Watt, 2006). P. aquilinum

memiliki kandungan anti-tiamin yang bermanfaat untuk membasmi serangga,

sebagai tanaman hias, dan penyubur lahan gambut (Donnelly, Robertson, &

Robinson, 2002). Di Bangka Belitung daun P. aquilinum dimanfaatkan sebagai obat

luka infeksi (Nurtjahya & Sari, 2013). Masyarakat Angola, Kamerun, Gabon,

Madagaskar, Nigeria, dan Afrika Selatan memanfaatkan P. aquilinum sebagai

bahan sayuran (Maroyi, 2014). Selain itu, abu P. aquilinum juga dapat

dimanfaatkan sebagai sumber kalium atau pupuk (Pamungkas, 2014).

4. Famili Dicksoniaceae

Famili Dicksoniaceae merupakan salah satu jenis paku pohon yang masuk ke

dalam ordo Cyatheales. Famili ini merupakan tumbuhan paku terestrial, rizomanya

tegak, daunnya dapat mencapai beberapa meter (Noben & Lehnert, 2013). Famili

Dicksoniaceae memiliki 6 genera dan 40 jenis yang terdistribusi di daerah tropis

hingga daerah selatan dunia (Kubitzki, 1990).

a. Cibotium barometz

Cibotium barometz atau paku monyet merupakan salah satu jenis paku pohon

terestrial. Batangnya tegak, berwarna coklat, dan ditumbuhi rambut mengkilap

berwarna kuning sampai coklat keemasan yang teksturnya lembut. Daunnya

majemuk bersirip ganjil, berwarna hijau tua, permukaan daun licin, bentuk daun

memanjang, ujung daun runcing, tepi daun bergerigi, dan pangkal daun rata

(Gambar 12).

Gambar 12. Morfologi Cibotium barometz (Dokumentasi Pribadi, 2020)

Paku monyet merupakan tumbuhan asli dari China yang tersebar dari Tiongkok

Selatan hingga Malaya termasuk Sumatera dan Jawa. Paku ini dapat dapat hidup

pada hutan tropika basah dari ketinggian 600 – 800 mdpl (Geiger et al., 2013). Di

Daun

Batang

Page 38: IDENTIFIKASI JENIS DAN POTENSI TUMBUHAN PAKU DI …

25

Asia Tenggara C. barometz dimanfaatkan untuk tujuan pengobatan, baik

pengobatan tradisional maupun pengobatan modern (Zhang, Jia, & Zhang, 2008).

Rizoma pada C. barometz memiliki kandungan antiinflamasi dan ekstrak

rambutnya memiliki kandungan antioksidan serta antibakteri (Hartati, Rugayah, &

Praptosuwiryo, 2016). Rizoma C. barometz memiliki potensi sebagai obat penyakit

pernafasan akut yang disebabkan oleh virus corona (SARS-CoV) (Wen et al.,

2011). Daun paku monyet berkhasiat untuk asam urat (Rumouw, 2017). Dahulu

masyarakat sekitar kawasan Curug Lontar memanfaatkan batang C. barometz

sebagai kerajinan tangan berupa pot bunga dan rambut-rambut C. barometz sebagai

bunga. Selain itu, batangnya juga dapat dimanfaatkan untuk obat sakit pinggang

(Tudjuka, Ningsih, & Toknok, 2014), dan media tumbuh anggrek (Oldfield, 1995),

serta rambut-rambut yang melapisi paku monyet bermanfaat untuk menghentikan

pendarahan pada bisul dan luka (Saeni, 2015). Paku monyet juga bermanfaat untuk

obat maag, pingsan, dan prostat (Nikmatullah et al., 2020). Sedangkan, Masyarakat

Mengkiang, Sanggau, Kalimantan Barat memanfaatkan C. barometz untuk

mengobati rematik dan keputihan (Haryono, Wardenaar, & Yusro, 2014).

5. Famili Dryopteridaceae

Famili Dryopteridaceae merupakan salah satu famili dalam ordo Polypodiales.

Famili ini merupakan tumbuhan paku terestrial atau epifit, rizomanya menjalar atau

tegak, dan terdapat sisik dibagian ujungnya. Famili Dryopteridaceae memiliki 25

genera dan 2.100 jenis yang tersebar hampir kosmopolitan, tetapi keanekaragaman

tertinggi terdapat di Asia Timur (Libing et al., 2013).

a. Pleocnemia irregularis

Pleocnemia irregularis atau paku andam merupakan tumbuhan terestrial yang

hidup ditempat yang ternaungi. Rizomanya tegak, berwarna coklat kehitaman,

bagian ujung ditutupi oleh sisik yang tipis dan rapat. Tangkai daunnya tegak,

berwarna hijau kemerahan. Daunnya majemuk bersirip ganjil, berwarna hijau

terang, permukaan daun licin, bentuk daun lanset, ujung daun runcing, tepi daun

beringgit, pangkal daun rata, dan anak daun paling bawah memanjang ke bawah

seperti pita (Gambar 13).

Page 39: IDENTIFIKASI JENIS DAN POTENSI TUMBUHAN PAKU DI …

26

Gambar 13. Morfologi Pleocnemia irregularis. A. Habitat alami; B. Herbarium

(Dokumentasi Pribadi, 2020)

Pleocnemia irregularis terdistribusi di wilayah Myanmar, Asia Tenggara,

Kepulauan Caroline, Kepulauan Solomon, dan Fiji. P. irregularis biasanya tumbuh

di permukaan hutan yang ternaungi, tepi hutan, bukit, sekitar perumahan, areal

pertamanan, dan dapat tumbuh hingga ketinggian 800 mdpl. Paku andam biasanya

tumbuh liar di alam dan sering dimanfaatkan sebagai sayuran. Di Asia Tenggara,

daun muda yang masih menggulung biasanya dikonsumsi mentah sebagai salad,

lalapan, atau dikukus sebagai sayur. Bagian akar, dan rizoma dapat dijadikan obat

untuk mengobati kulit kudis. Daun serta pucuk paku andam dapat menanggulangi

demam akibat malaria (De winter & Amoroso, 2003). Manfaat lain dari paku andam

yaitu sebagai obat untuk menyembuhkan diare (Eswani et al., 2010), dan obat luka

pendarahan (Nikmatullah et al., 2020). Masyarakat Dusun Kaliurang Barat, Sleman

Yogyakarta memanfaatkan P. irregularis sebagai tanaman hias (Wakhidah & Sari,

2019). Selain itu, di kawasan hutan Baduy, Kabupaten Lebak, Rangkasbitung-

Banten Selatan, P. irregularis merupakan jenis tumbuhan untuk pakan kukang

(Wirdateti, Setyorani, Suparno, & Handayani, 2005).

6. Famili Gleicheniaceae

Famili Gleicheniaceae merupakan pakis bercabang yang masuk ke dalam ordo

Gleicheniales. Famili ini merupakan tumbuhan paku terestrial atau epipetrik,

memiliki rizoma menjalar, dan terdapat sisik atau rambut (Lima & Salino, 2018).

Famili Gleicheniaceae memiliki 6 genera dan 140 jenis yang terdistribusi di daerah

tropis maupun subtropis (Brownsey & Perrie, 2018).

Daun

Tangkai

Rizoma

A B

Page 40: IDENTIFIKASI JENIS DAN POTENSI TUMBUHAN PAKU DI …

27

a. Gleichenia linearis

Gleichenia linearis atau paku rasam merupakan tumbuhan terestrial yang hidup

di tempat terbuka. Rizoma menjalar, berwarna coklat. Tangkai daun bercabang

menggarpu dimana setiap cabang akan bercabang dua, teksturnya licin, berwarna

kuning kecoklatan. Daunnya majemuk menyirip, berwarna hijau tua, permukaan

daun licin, bentuk daun lanset, ujung daun tumpul, tepi daun rata, dan pangkal daun

rata (Gambar 14).

Gambar 14. Morfologi Gleichenia linearis. A. Habitat alami; B. Herbarium

(Dokumentasi Pribadi, 2020)

Paku rasam dapat ditemukan di daerah tropis maupun subtropis di Asia dan

Pasifik. Panjang tumbuhan ini bisa mencapai 10 m atau lebih dan sering dijumpai

di tebing yang teduh, lembap, lereng, perkebunan karet atau sawit mulai dari

ketinggian 100 mdpl hingga 1500 mdpl. G. linearis mengandung senyawa

flavonoid, alkaloid, steroid, saponin, tanin, quinon (Komalasari et al., 2018), dan

triterpenoid (Susanti, Isda, & Fatonah, 2014). Masyarakat Desa Bakung Kecamatan

Indralaya Utara memanfaatkan daun G. linearis sebagai obat sakit kepala

(Komalasari et al., 2018). Dahulu tangkai daun paku rasam dimanfaatkan sebagai

pena. Di Bangka Belitung paku rasam dimanfaatkan sebagai bahan baku kerajinan

anyaman seperti kopiah atau songkok, kotak tisu, pot bunga, topi, tas, gelang, dan

hiasan dinding (Hartanto et al., 2015). Di beberapa daerah dimanfaatkan untuk mata

pisau (Sastrapradja et al., 1980), obat demam maupun sakit pinggang (Fitri,

Oktiarni, & Arso, 2018). Selain itu, G. linearis dapat juga dimanfaatkan sebagai

bioherbisida (Susanti et al., 2014), maupun sebagai media tanam organik (Setiadi,

Yolandari, & Mindawati, 2012).

Daun

Tangkai

Rizoma

A B

Page 41: IDENTIFIKASI JENIS DAN POTENSI TUMBUHAN PAKU DI …

28

7. Famili Lindsaeaceae

Famili Lindsaeaceae merupakan salah satu famili dalam ordo Polypodiales.

Famili ini merupakan tumbuhan paku terestrial, jarang memanjat atau epifit,

rizomanya menjalar, dan ditutupi sisik atau rambut (Shiyong, Sujuan, &

Christenhusz, 2013). Famili Lindsaeaceae memiliki 7 genera dan 220 jenis (Xu &

Deng, 2017) yang terdistribusi di daerah tropis, dan beberapa jenis meluas ke daerah

subtropis di Amerika Selatan, Asia Timur maupun Selandia Baru (Lehtonen et al.,

2010).

a. Odontosoria chinensis

Odontosoria chinensis atau paku camara merupakan tumbuhan terestrial.

Rizoma menjalar, berwarna coklat kemerahan. Tangkai daunnya tegak, berwarna

hijau kemerahan. Daun paku camara majemuk bersirip ganjil, berwarna hijau

zaitun, permukaan daun licin, bentuk daun segitiga terbalik, ujung daun berbentuk

rompang, tepi daun rata, dan pangkal daun rata. Spora terletak di bawah daun di

bagian ujung daun, berbentuk bulat, dan berwarna putih (Gambar 15).

Gambar 15. Morfologi Odontosoria chinensis. A. Habitat alami; B. Herbarium

(Dokumentasi Pribadi, 2020)

Odontosoria chinensis dapat tumbuh dari ketinggian 100 - 2500 mdpl, biasanya

tumbuh di tepi sungai, semak belukar, hutan terbuka, lereng, dan tebing curam.

Paku camara tersebar luas di daerah tropis maupun subtropis, dari Madagaskar

(tetapi tidak di benua Afrika), seluruh Asia Tenggara, Polinesia, Hawaii, Jepang,

dan Korea. Di Filipina O. chinensis dimanfaatkan sebagai obat dan tanaman hias.

Bagian tumbuhan yang masih segar atau kering dapat digunakan untuk melawan

disentri bakteri, enteritis, keracunan makanan, penangkal gigitan ular berbisa, luka

berdarah, bisul, luka bakar, serta infeksi saluran pernafasan. Di daerah pegunungan

Jawa O. chinensis ditanam sebagai hiasan (De winter & Amoroso, 2003). Daun

Daun

Tangkai

Rizoma

A B

Page 42: IDENTIFIKASI JENIS DAN POTENSI TUMBUHAN PAKU DI …

29

paku camara mengandung senyawa antimikroba yang dapat dimanfaatkan sebagai

obat sakit gigi (Rout, Panda, & Mishra, 2019), dan pewarna coklat alami (Efendi et

al., 2016). Selain itu, masyarakat sekitar Gunung Gandangdewata, Kabupaten

Mamasa memanfaatkan daun O. chinensis sebagai pakan ternak (Achmadi et al.,

2018). Manfaat lain dari paku camara adalah sebagai obat bengkak atau memar,

keseleo, radang usus, dan peluruh air seni (Nikmatullah et al., 2020).

8. Famili Polypodiaceae

Famili Polypodiaceae merupakan salah satu famili dalam ordo Polypodiales.

Famili ini merupakan tumbuhan paku epifit dan epilitik, beberapa terestrial,

rizomanya menjalar, dan terdapat sisik. Famili Polypodiaceae memiliki 50 genera

dan 1.200 jenis yang terdistribusi di wilayah tropis hingga daerah beriklim sedang

(Xianchun et al., 2013).

a. Phymatodes longissima

Phymatodes longissima atau paku leyat merupakan tumbuhan epipetrik yang

menempel pada batu. Rizomanya menjalar, berwarna hijau. Tangkai daunnya tegak,

berwarna hijau kekuningan. Tekstur daun tipis, berwarna hijau terang, tipe daun

majemuk bercangap menyirip, permukaan daun licin, bentuk daun lanset, ujung

daun meruncing, tepi daun rata, dan pangkal daun rata. Spora terletak dibawah

permukaan daun dekat ibu tulang daun, berwarna jingga, membentuk bulatan, dan

berjajar. Permukaan atas daun berbenjol-benjol sesuai dengan letak spora (Gambar

16).

Gambar 16. Morfologi Phymatodes longissima. A. Habitat alami; B. Herbarium

(Dokumentasi Pribadi, 2020)

Paku leyat biasanya tumbuh pada tempat terbuka seperti di perkebunan kopi,

padang alang-alang, padang rumput, dan ladang. Dapat hidup hingga ketinggian

Daun

Tangkai

Rizoma

A B

Page 43: IDENTIFIKASI JENIS DAN POTENSI TUMBUHAN PAKU DI …

30

900 mdpl. Jenis ini menyebar di kawasan Assam, Indocina, dan Malesia

(Sastrapradja et al., 1980). Tunas dan daun muda paku leyat dapat dimanfaatkan

sebagai bahan makanan baik dimakan langsung, disayur, ditumis atau dikukus

(Yunasfi, 2013). Selain itu, masyarakat di kawasan Gunung Tambora Sumbawa

memanfaatkan P. longissima sebagai tanaman hias (Wibawa & Peneng, 2013).

b. Drynaria sparsisora

Drynaria sparsisora atau paku langlayangan merupakan tumbuhan paku

epipetrik yang hidup menempel di bebatuan. Rizomanya menjalar, ditutupi sisik

berwarna coklat tua yang pendek dan keras. Tangkai daunnya tegak, berwarna hijau

muda. Daunnya majemuk bercangap menyirip, berwarna hijau tua, permukaan daun

licin, bentuk daun lanset, ujung daun runcing, tepi daun rata, dan pangkal daun rata

(Gambar 17).

Gambar 17. Morfologi Drynaria sparsisora. A. Habitat alami; B. Herbarium

(Dokumentasi Pribadi, 2020)

Paku langlayangan tersebar luas di daerah Srilanka, Malaysia hingga ke

Polinesia, dan Australia Tropika. Di alam tumbuhan ini seringkali ditemukan di

bebatuan, di daerah yang terbuka, disepanjang tepi sungai, dan di pepohonan yang

tinggi. Ental muda paku langlayangan sering digunakan sebagai sayuran

(Sastrapradja et al., 1980). Batang D. sparsisora dimanfaatkan oleh masyarakat

Suku Muna Kecamatan Wakarumba, Sulawesi Tenggara sebagai obat batu ginjal

(Windadri, Rahayu, Uji, & Rustiami, 2006). Daun D. sparsisora dimanfaatkan

untuk obat hipertensi (Suraida et al., 2013), dan usus turun (Idris, Ibrahim, &

Nurgahani, 2018). Masyarakat Desa Mengkiang Kecamatan Sanggau Kapuas

Kabupaten Sanggau memanfaatkan D. sparsisora sebagai obat tumor (Haryono et

al., 2014). Masyarakat di sekitar Hutan Pendidikan Wanagama Yogyakarta

Daun

Tangkai

Rizoma

A B

Page 44: IDENTIFIKASI JENIS DAN POTENSI TUMBUHAN PAKU DI …

31

memanfaatkan D. sparsisora sebagai obat spiritual (obat kerasukan dan obat

santet), pakan ternak, bahan kerajinan tangan, dan alat permainan anak (Romdhoni,

Reginald, Nurhadi, Octaviani, & Sedayu, 2015). Sedangkan, masyarakat di

kawasan Estuaria Takisung Kabupaten Tanah Laut memanfaatkan akar D.

sparsisora sebagai obat sakit mata dan diare (Lestari, 2016). Selain itu, D. sparsiora

juga dapat dimanfaatkan sebagai obat luka (Suraida et al., 2013) maupun tanaman

hias (Wibawa & Peneng, 2013).

c. Platycerium bifurcatum

Platycerium bifurcatum atau paku tanduk rusa merupakan tumbuhan epifit yang

hidup menempel di pohon. Rizoma menempel pada pohon inang, berwarna coklat,

dan tertutup oleh daun-daun penyangga sehingga tidak terlihat. Daunnya tunggal

bercabang menggarpu, berwarna hijau muda, permukaan daunnya kasar, ujung

daun runcing, tepi daun rata, pangkal daun runcing, dan pada permukaan daun

bagian bawah berbulu tipis. Spora terdapat di ujung daun bagian bawah yang

menutupi seluruh permukaan berwarna coklat (Gambar 18).

Gambar 18. Morfologi Platycerium bifurcatum (Dokumentasi Pribadi, 2020)

Platycerium bifurcatum berasal dari Australia dan Kaledonia Baru, kemudian

tersebar di daerah tropis. Di Indonesia P. bifurcatum ditemukan di Jawa, Papua,

Nusa Tenggara, Sumatera, dan Pulau Kangean yang dapat tumbuh menjuntai

hingga 1 m. Tumbuhan ini dapat tumbuh dengan baik pada tempat terbuka dari

dataran rendah hingga ketinggian 500 mdpl. Di alam biasanya P. bifurcatum

tumbuh menempel pada batang pohon yang besar, di kebun karet, dan hutan jati.

Tumbuhan ini umumnya dimanfaatkan sebagai tanaman hias (Sastrapradja et al.,

1980). Potensi lain yang dimiliki oleh P. bifurcatum adalah sebagai tanaman obat

tradisional. Masyarakat Desa Tanah Hitam Bengkulu Utara memanfaatkan daun

Daun

Page 45: IDENTIFIKASI JENIS DAN POTENSI TUMBUHAN PAKU DI …

32

dan rizoma P. bifurcatum sebagai obat sakit kepala dan penurun panas (Supriati,

Nurliana, & Malau, 2012). Sedangkan, masyarakat Suku Dayak Kanayatn Desa

Ambawang memanfaatkan P. bifurcatum sebagai perangkat ritual pengobatan

(Fadilah, Lovadi, & Linda, 2015). Selain itu, daun P. bifurcatum juga dapat

dimanfaatkan sebagai obat menyuburkan kandungan, obat bisul (Zuraida, Dalem,

& Joni, 2018), dan berpotensi sebagai adsorben atau zat penyerap timbal

(Fascavitri, Rachmadiarti, & Bashri, 2018).

9. Famili Pteridaceae

Famili Pteridaceae merupakan salah satu famili dalam ordo Polypodiales.

Famili ini merupakan tumbuhan paku terestrial atau epilitik, beberapa epifit,

rizomanya tegak atau menjalar, memiliki sisik berwarna coklat atau hitam. Famili

Pteridaceae memiliki 50 genera dan 950 jenis yang terdistribusi subkosmopolitan,

tetapi paling banyak di daerah tropis dan gersang (Gangmin et al., 2013).

a. Adiantum capillus-veneris

Adiantum capillus-veneris atau suplir merupakan tumbuhan terestrial. Rizoma

menjalar dengan sisik berwarna coklat. Tangkai daunnya melengkung, berwarna

hitam mengkilat, dan halus. Suplir memiliki tipe daun majemuk bersirip ganjil,

warna daun hijau tua pada bagian atas serta hijau muda pada permukaan bawah,

daun berbentuk membulat, permukaan daun licin, pangkal daun tumpul, tepi daun

rata, dan ujung daun berlekuk. Spora terletak pada bagian tepi sisi bawah daun,

berbentuk bulat, berwarna coklat (Gambar 19).

Gambar 19. Morfologi Adiantum capillus-veneris (Dokumentasi Pribadi, 2020)

Adiantum capillus-veneris berasal dari Amerika tetapi ditemukan di seluruh

dunia. Tumbuhan ini ditemukan di Himalaya Barat pada ketinggian 2.400 mdpl dan

meluas ke Manipur, Punjab, Bihar, Maharasthra, India Selatan, hingga Jepang dan

Daun

Page 46: IDENTIFIKASI JENIS DAN POTENSI TUMBUHAN PAKU DI …

33

Asia Tenggara (Khan, Kapoor, & Parveen, 2017). Tumbuhan ini menyukai daerah

yang ternaungi, lembap, dan tidak menyukai sinar matahari langsung. Di alam

tumbuhan ini biasa tumbuh di dinding kolam, pagar, sumur, selokan, tepi sungai,

dan air terjun. Suplir dapat tumbuh di dataran rendah maupun di dataran tinggi.

Tumbuhan ini umumnya dimanfaatkan sebagai tanaman hias dan berpotensi

dijadikan pemanis dalam rangkaian bunga potong (Lestari, 2011). Suplir

mengandung flavonoid, triterpenoid, steroid (Ibrahiem, Ahmed, & Gouda, 2011),

dan antimikroba untuk melawan Escherichia coli, Trichopyton rubrum, dan

Aspergillus tereus (Lestari, 2011). Selain itu, suplir juga berpotensi dijadikan

sebagai obat untuk menyembuhkan penyakit cacar (Trivedi, 2009).

b. Pityrogramma calomelanos

Pityrogramma calomelanos atau paku perak merupakan tumbuhan terestrial

yang hidup di tempat terbuka. Rizoma menjalar, berwarna coklat tua. Tangkai

daunnya tegak, berwarna merah kecoklatan. Paku perak memiliki tipe daun

majemuk bersirip ganjil, warna daun hijau tua, permukaan daun licin, bentuk daun

lanset, ujung daun runcing, tepi daun bergerigi, dan pangkal daun runcing. Spora

berupa serbuk berwarna putih yang tersebar diseluruh permukaan bawah daun

(Gambar 20).

Gambar 20. Morfologi P. calomelanos. A. Habitat alami; B. Herbarium

(Dokumentasi Pribadi, 2020)

Pityrogramma calomelanos berasal dari Amerika wilayah tropis dan kini

tersebar luas di Asia wilayah tropis. Di alam tumbuhan paku ini biasa tumbuh di

tepi sungai baik ditempat terbuka maupun ditempat yang agak terlindungi, di lereng

bukit, dan bekas tembok tua (Ridianingsih, Pujiastuti, & Hariani, 2017). Paku perak

dapat hidup di dataran rendah maupun dataran tinggi hingga ketinggian 1200 mdpl.

Daun

Tangkai

Rizoma

A B

Page 47: IDENTIFIKASI JENIS DAN POTENSI TUMBUHAN PAKU DI …

34

Di dalam P. calomelanos terkandung senyawa metabolit sekunder golongan

saponin, steroid (Yusna, Sofiyanti, & Fitmawati, 2016), dan flavonoid yang

berpotensi sebagai bahan antibakteri (Julita & Suyatno, 2012). Menurut Sukumaran

& Kuttan (1991) P. calomelanos memiliki potensi aktivitas sitotoksik dan

antitumor. Masyarakat sekitar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango

memanfaatkan paku perak sebagai tanaman hias yang dapat diperjualbelikan

(Syafrudin et al., 2016). Masyarakat di sekitar Taman Nasional Kayan Mentarang

memanfaatkan paku perak sebagai bahan makanan (Uluk, Sudana, & Wollenberg,

2001). P. calomelanos juga bermanfaat untuk fitoremediasi tanah yang tercemar

Arsenik (Muslimah, 2017), Timbal, dan Zink (Mustafa & Wahyuni, 2018). Selain

itu, paku perak juga bermanfaat sebagai obat malaria, sakit ginjal (Nikmatullah et

al., 2020), dan penyakit disentri (De Winter & Amoroso, 2003).

c. Pteris fauriei

Pteris fauriei atau paku rem merupakan tumbuhan paku epipetrik yang hidup

menempel dibebatuan. Tumbuhan ini hidup di tempat yang teduh. Rizomanya

tegak, berwarna coklat. Tangkai daunnya tegak, berwarna hijau, dan terdapat bulu

berwarna putih. Daun P. fauriei merupakan daun majemuk bersirip ganjil, berwarna

hijau muda, permukaan daun licin atau mengkilat, bentuk daun lanset, ujung daun

runcing, tepi daun bergerigi, dan pangkal daun rata (Gambar 18).

Gambar 21. Morfologi Pteris fauriei. A. Habitat alami; B. Herbarium

(Dokumentasi Pribadi, 2020)

Pteris fauriei terdistribusi di Jepang, Cina, Kepulauan Ryukyu, Taiwan, dan

Vietnam. Di Jawa, P. fauriei umumnya tumbuh di tempat yang teduh yaitu di bawah

pohon maupun di semak belukar. Tumbuhan ini dapat hidup di tanah humus atau

bebatuan (Praptosuwiryo, 2008). P. fauriei berpotensi dimanfaatkan sebagai

Daun

Rizoma

Tangkai

A B

Page 48: IDENTIFIKASI JENIS DAN POTENSI TUMBUHAN PAKU DI …

35

fitoremediasi lingkungan yang terkontaminasi logam berat Arsenik (Wang et al.,

2007).

d. Pteris vittata

Pteris vittata atau paku pedang merupakan tumbuhan paku epipetrik yang

tumbuh menempel pada bebatuan. Rizomanya menjalar, bersisik, berwarna coklat

tua. Tangkai daunnya tegak, kaku, berwarna hijau kemerahan. P. vittata memiliki

daun berwarna hijau muda, dengan tipe daun majemuk bersirip ganjil, permukaan

daun licin atau mengkilat, bentuk daun lanset, ujung daun runcing, tepi daun rata,

dan pangkal daun rata (Gambar 22).

Gambar 22. Morfologi Pteris vittata. A. Habitat alami; B. Herbarium

(Dokumentasi Pribadi, 2020)

Pteris vittata merupakan tumbuhan paku liar yang tersebar di daerah tropis

maupun subtropis. Jenis ini dapat hidup mulai dari daerah dataran rendah hingga

dataran tinggi (2000 mdpl). P. vittata hidup di daerah yang terbuka. Tumbuhan ini

hidup menempel pada bebatuan di pinggir jalan atau celah tembok bangunan

(Elsifa, Arisandy, & Harmoko, 2019). Di dalam P. vittata terkandung senyawa

metabolit sekunder yaitu flavonoid dan saponin (Yusna et al., 2016). P. vittata juga

dapat dimanfaatkan sebagai tanaman hias (Suharni, Titisari, & Elfis, 2019),

tanaman hiperakumulator terhadap logam berat merkuri (Akbar, 2017), dan sumber

antioksidan untuk mencegah penuaan serta penyakit kronis (Singh, Malhotra, &

Singh, 2015).

10. Famili Selaginellaceae

Famili Selaginellaceae biasa dikenal dengan sebutan tapak dara, cakar ayam,

dan rane yang masuk ke dalam ordo Selaginellales. Famili ini merupakan tumbuhan

Daun

Tangkai

Rizoma

A B

Page 49: IDENTIFIKASI JENIS DAN POTENSI TUMBUHAN PAKU DI …

36

paku terestrial, epilitik, atau terkadang epifit, rizomanya tegak atau menjalar, dan

bercabang. Famili Selaginellaceae memiliki 1 genus dan 750 jenis (Jermy, 1990),

yang terdistribusi kosmopolitan dengan keanekaragaman tertinggi di daerah tropis

(Xianchun et al., 2013).

a. Selaginella plana

Selaginella plana atau rane biru merupakan tumbuhan epipetrik yang hidup

menempel pada batu. Tumbuhan paku ini terdapat di daerah yang teduh dan lembap.

Rizomanya tegak, berwarna merah kehijauan, dan terdapat rambut pada

permukaanya. Daun tumbuhan ini berukuran kecil, berwarna biru mengkilat,

permukaan daun licin, bentuk daun memanjang, ujung daun runcing, tepi daun rata,

serta pangkal daun rata (Gambar 23).

Gambar 23. Morfologi Selaginella plana. A. Habitat alami; B. Herbarium

(Dokumentasi Pribadi, 2020)

Selaginella plana tersebar di Asia Tenggara, di Jawa tumbuhan ini dapat

tumbuh hingga ketinggian 750 mdpl. Di daerah yang cocok tumbuhan ini dapat

mencapai panjang 1 m. Pada umumnya S. plana ditemukan dipinggir sungai atau di

lereng-lereng jurang yang lembap dan ternaungi. Di dalam S. plana terkandung

senyawa metabolit sekunder yaitu saponin, tanin, dan flavonoid yang bermanfaat

sebagai antioksidan (Miftahudin, Steyaningsih, & Chikmawati, 2015). Di Indonesia

biasanya tumbuhan ini dimanfaatkan sebagai obat luka-luka ringan (Heyne, 1988).

Masyarakat Dayak dan masyarakat sekitar Taman Wisata Alam Gunung Pancar

memanfaatkan S. plana sebagai obat untuk menghentikan pendarahan (Wijayanto,

2009). Sedangkan, masyarakat Wonosobo memanfaatkannya sebagai obat penyakit

jantung dan stroke. Selain itu, masyarakat Banjarmasin juga memanfaatkan S. plana

sebagai obat malaria (Setyawan, 2009). Di Maluku Utara tumbuhan paku ini

dimanfaatkan sebagai penangkal roh halus dan ular berbisa (Kinho, 2009). Manfaat

Daun

Rizoma

A B

Page 50: IDENTIFIKASI JENIS DAN POTENSI TUMBUHAN PAKU DI …

37

lain dari S. plana yaitu untuk obat ulu hati maupun dijadikan tanaman hias

(Sastrapradja et al., 1980).

b. Selaginella willdenowi

Selaginella willdenowi atau rane halus hidup terestrial di daerah yang terpapar

cahaya matahari dan sedikit ternaungi. Rizomanya tegak, bersisik halus, berwarna

merah kecoklatan. Daun S. willdenowi berwarna hijau, jika terpapar cahaya daun

akan terlihat berwarna metallic, permukaan daun licin, bentuk daun memanjang,

ujung daun runcing, tepi daun rata, serta pangkal daun rata (Gambar 24).

Gambar 24. Morfologi Selaginella willdenowi. A. Habitat alami; B. Herbarium

(Dokumentasi Pribadi, 2020)

Selaginella willdenowi dapat ditemukan di hutan yang tidak begitu lebat,

semak belukar, pinggir hutan, pinggir jalan, serta pada tebing-tebing yang curam

(Heyne, 1988). Tinggi tumbuhan ini dapat mencapai 1 – 2 m, tersebar di Asia

Tenggara dan dapat hidup di dataran rendah maupun di dataran tinggi hingga

ketinggian 1200 m. Daun muda tumbuhan ini dimanfaatkan sebagai sayuran di

kawasan Pulau Jawa, sedangkan di Malaya dimanfaatkan sebagai obat sakit panas,

dan abu tumbuhan ini dimanfaatkan sebagai obat gosok pada penderita sakit

pinggang (Sastrapradja et al., 1980). Manfaat lain dari S. willdenowi yaitu sebagai

jamu yang biasanya diminum pasca persalinan, obat oles pada penyakit kulit, obat

luka-luka yang disebabkan oleh harimau, maupun obat luka-luka ringan (Heyne,

1988). Masyarakat di sekitar Gunung Bunder memanfaatkan S. willdenowi sebagai

lalapan yang berkhasiat untuk meningkatkan daya tahan tubuh (Wijayanto, 2009).

Selain itu, S. willdenowi juga dapat dimanfaatkan sebagai kerajinan tangan atau

ornamen (Bisay, Mofu, & Rahawarin, 2019).

Daun

Rizoma

A B

Page 51: IDENTIFIKASI JENIS DAN POTENSI TUMBUHAN PAKU DI …

38

11. Famili Tectariaceae

Famili Tectariaceae merupakan salah satu famili dalam ordo Polypodiales.

Famili ini merupakan tumbuhan paku terestrial, tinggi 10 - 300 cm, rizomanya tegak

atau menjalar, dan terdapat sisik berwarna coklat (Fuwu, Yuehong, & Chriztenhusz,

2013). Famili Tectariaceae memiliki 20 genera dan 400 jenis yang terdistribusi di

seluruh wilayah tropis (Wang & Wu, 1999), dan beberapa jenis meluas hingga utara

dan selatan daerah beriklim sedang (Brownsey & Perrie, 2018).

a. Tectaria vasta

Tectaria vasta atau paku tombak merupakan tumbuhan paku terestrial yang

hidup di tempat lembap. Tumbuhan ini memiliki rizoma tegak, berwarna hijau, dan

terdapat sisik berwarna coklat. Tangkai daunnya tegak, berwarna hijau kecoklatan,

dan terdapat bulu berwarna merah. Daunnya majemuk bercangap menyirip,

berwarna hijau muda, permukaan daunnya licin atau mengkilat, bentuk daun

memanjang, dengan ujung daun runcing, tepi daun rata, dan pangkal daun rata

(Gambar 25).

Gambar 25. Morfologi Tectaria vasta. A. Habitat alami; B. Herbarium

(Dokumentasi Pribadi, 2020)

Tectaria vasta umumnya tumbuh di dekat hutan yang lebat, di daerah berbukit,

dan di dekat sungai (Haque et al., 2017). Tingginya dapat mencapai 60 – 150 cm.

Tumbuhan ini dapat tumbuh dari ketinggian 600 - 800 mdpl dan terdistribusi di

Yunnan, India, Indonesia maupun Thailand (Fuwu et al., 2013). Akar T. vasta dapat

dimanfaatkan untuk mengobati tumor perut (Rahman, Uddin, & Wilcock, 2007).

12. Famili Thelypteridaceae

Famili Thelypteridaceae merupakan salah satu famili dalam ordo Polypodiales.

Famili ini merupakan tumbuhan paku terestrial atau epifit di atas bebatuan,

Rizoma

Daun

Tangkai

A B

Page 52: IDENTIFIKASI JENIS DAN POTENSI TUMBUHAN PAKU DI …

39

rizomanya tegak atau menjalar, dan terdapat sisik berwarna coklat. Famili

Thelypteridaceae memiliki 20 genera dan 1.000 jenis yang terdistribusi di wilayah

tropis maupun subtropis, keanekaragamannya lebih banyak di dataran rendah dan

lebih sedikit di wilayah beriklim sedang (Youxing, Zhongyang, Iwatsuki, & Smith,

2013).

a. Christella dentata

Christella dentata atau paku binung merupakan tumbuhan paku terestrial.

Rizomanya tegak dan terdapat ramenta atau sisik berwarna coklat dipermukaanya.

Tangkai daunnya tegak, berwarna hijau. Daun C. dentata termasuk daun majemuk

bersirip ganjil, berwarna hijau muda, permukaan daunnya licin atau mengkilat,

bentuk daun lanset, ujung daun runcing, tepi daun beringgit, dan pangkal daun rata.

Spora terletak di bawah permukaan daun, di dekat pertulangan daun, berwarna

krem, berbentuk bulat (Gambar 26).

Gambar 26. Morfologi Christella dentata. A. Habitat alami; B. Herbarium

(Dokumentasi Pribadi, 2020)

Christella dentata tersebar luas di daerah tropis maupun subtropis, dari Afrika,

India, Asia, Australia, dan sebagian besar pulau di Pasifik yang tingginya dapat

mencapai 50 – 70 cm. Tumbuhan ini hidup di padang rumput, di daerah rawa, di

pinggir sungai, dan di pinggir jalan (Brownsey & Perrie, 2018). C. dentata dapat

dimanfaatkan sebagai obat tradisional yaitu sebagai antimikroba yang berpotensi

melawan Bacillus subtilis, Escherichia coli, Salmonella typhi, dan Staphylococcus

aureus (Kumar & Kaushik, 2011). Daun C. dentata dapat dimanfaatkan untuk

meredakan nyeri tubuh (Alfred, Sheeja, Sukumaran, Jeeva, & Alfred, 2018). Selain

itu, C. dentata juga dapat dimanfaatkan sebagai tanaman hias (Yulianty, Ernawiati

& Lande, 2010).

Rizoma

Tangkai

Daun

A B

Page 53: IDENTIFIKASI JENIS DAN POTENSI TUMBUHAN PAKU DI …

40

4.3. Pemanfaatan Tumbuhan Paku di Sekitar Curug Lontar

4.3.1. Karakteristik Responden di Desa Karyasari

Perolehan data mengenai pemanfaatan tumbuhan paku di sekitar kawasan

Curug Lontar dilakukan dengan wawancara. Responden pada penelitian ini adalah

masyarakat sekitar kawasan Curug Lontar, Desa Karyasari, Kecamatan Leuwiliang,

Kabupaten Bogor. Data responden yang di wawancara disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Data Responden Wawancara

Responden Jenis Kelamin Usia Pekerjaan

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

Laki-laki

Laki-laki

Laki-laki

Perempuan

Perempuan

Perempuan

Perempuan

Perempuan

Perempuan

Perempuan

33 tahun

53 tahun

40 tahun

54 tahun

36 tahun

42 tahun

50 tahun

47 tahun

60 tahun

44 tahun

Pegawai negeri sipil

Karyawan swasta

Karyawan swasta

Ibu rumah tangga

Ibu tumah tangga

Ibu rumah tangga

Pegawai negeri sipil

Ibu rumah tangga

Ibu rumah tangga

Ibu rumah tangga

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa mayoritas responden berjenis

kelamin perempuan sebanyak 7 orang. Hal ini dikarenakan umumnya perempuan

di Desa Karyasari merupakan ibu rumah tangga yang lebih banyak memanfaatkan

tumbuhan paku, sedangkan laki-laki sebagai kepala rumah tangga memiliki

tanggung jawab untuk bekerja.

Berdasarkan pekerjaan, mayoritas pekerjaan responden adalah ibu rumah

tangga. Ibu-ibu atau wanita lebih banyak melakukan kegiatan dirumah dan lebih

sering bersosialisasi antar sesama di lingkungan sehingga setiap informasi dapat

diterima lebih mudah termasuk pemanfaatan tumbuhan paku. Hal ini membuat

pengetahuan dari ibu rumah tangga terus bertambah (Merdekawati, 2016).

Usia responden yang diwawancara pada penelitian ini berkisar antara 33 - 60

tahun. Hal ini menggambarkan bahwa masyarakat yang memanfaatkan tumbuhan

paku di sekitar kawasan Curug Lontar merupakan usia dewasa. Berdasarkan

pendapat Notoatmodjo (2007) semakin bertambahnya usia seseorang, maka

semakin banyak pengalaman maupun hal yang telah dijumpai atau dikerjakan.

Page 54: IDENTIFIKASI JENIS DAN POTENSI TUMBUHAN PAKU DI …

41

4.3.2. Pemanfaatan Tumbuhan Paku Masyarakat Sekitar Curug Lontar

Berdasarkan wawancara yang dilakukan di sekitar kawasan Curug Lontar

diketahui bahwa masyarakat mengenal dan memanfaatkan tumbuhan paku dengan

berbagai macam cara pemanfaatannya, ada satu jenis tumbuhan paku yang memiliki

beragam pemanfaatan atau hanya memiliki satu jenis pemanfaatan. Jenis tumbuhan

paku dan pemanfaatannya disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Pemanfaatan Tumbuhan Paku Masyarakat Sekitar Curug Lontar

Jenis tumbuhan paku Bagian Pemanfaatan

Nama ilmiah Nama lokal

Pleocnemia

irregularis

Paku andam Daun, batang

muda

Tumis, sayur bening,

sayur santan, urab,

lalapan, dan bakwan.

Selaginella

willdenowi

Rane atau paku

ceker ayam

Akar, batang,

daun

Jamu paluluntur

Asplenium nidus Kadaka Akar, batang,

daun

Tanaman hias

Adiantum capillus-

veneris

Suplir Akar, batang,

daun

Tanaman hias

Platycerium

bifurcatum

Paku tanduk

rusa

Akar, batang,

daun

Tanaman hias

Pada umumnya masyarakat sekitar Curug Lontar sudah turun-temurun

memanfaatkan tumbuhan paku sebagai bahan makanan (sayur bening, tumis, sayur

santan, lalapan, bakwan, urab), tanaman hias, dan bahan obat tradisional (Lampiran

2). Sedangkan, pada penelitian Jamsuri (2007) tumbuhan paku disekitar kawasan

Curug Cikaracak Bogor dapat dimanfaatkan sebagai tanaman hias, kerajinan

tangan, bahan obat tradisional, dan sayuran (tumis). Menurut Syafrudin et al.,

(2016), tumbuhan paku sudah dimanfaatkan sejak dulu terutama sebagai bahan

makanan (sayuran), pemanfaatannya semakin berkembang sebagai bahan baku

kerajinan tangan, tanaman hias maupun sebagai bahan obat tradisional.

Page 55: IDENTIFIKASI JENIS DAN POTENSI TUMBUHAN PAKU DI …

42

4.3.3. Pemanfaatan Tumbuhan Paku sebagai Sayuran

Masyarakat sekitar kawasan Curug Lontar memanfaatkan batang dan daun

muda P. irregularis sebagai bahan makanan seperti sayur bening, sayur santan,

lalapan, bakwan, urab, dan tumis (Gambar 27). Hal ini sesuai dengan pendapat De

winter & Amoroso (2003), bahwa P. irregularis merupakan salah satu sayuran

indigenous yang tumbuh liar di alam dan sering dimanfaatkan sebagai sayuran

(Lampiran 4).

Gambar 27. Tumis Paku Andam (Handoko, 2018)

Selain dikonsumsi untuk pemenuhan pangan rumah tangga maupun

mengurangi pengeluaran rumah tangga, masyarakat juga memanfaatkan pucuk P.

irregularis untuk menambah pendapatan rumah tangga yang dijual dengan harga

Rp.2,000,- untuk satu ikat. Hal ini sesuai dengan pendapat Tjitrosoepomo (1980),

bahwa di daerah sekitar Bogor pucuk paku sayur biasa diperjualbelikan.

4.3.4. Pemanfaatan Tumbuhan Paku sebagai Bahan Obat

a. Selaginella willdenowi

Jenis tumbuhan paku lain yang dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar kawasan

Curug Lontar adalah akar, batang, dan daun S. willdenowi atau rane halus. S.

willdenowi merupakan salah satu bahan untuk pembuatan jamu paluluntur yang

biasa diminum pasca persalinan sebagai pembersih darah kotor. Jamu paluluntur

biasa diolah dengan cara dikeringkan (bubuk) (Gambar 28). Hal ini sesuai dengan

pendapat Heyne (1988), bahwa S. willdenowi merupakan salah satu bahan dari jamu

yang biasanya diminum pasca persalinan.

Masyarakat Desa Citalahab dan Kasepuhan Adat Banten Kidul yang

merupakan masyarakat sekitar Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS)

juga memanfaatkan S. willdenowi sebagai pembersih darah kotor pasca persalinan

Page 56: IDENTIFIKASI JENIS DAN POTENSI TUMBUHAN PAKU DI …

43

(Wijayanto, 2009). Masyarakat sekitar kawasan Curug Lontar juga memanfaatkan

Jamu paluluntur sebagai obat maag, sesak nafas, asam urat, sakit pinggang, dan

insomnia. Hal tersebut karena S. willdenowi mengandung alkaloid, fenol

(flavonoid, tanin, saponin), terpenoid (triterpen, steroid) (Chikmawati &

Miftahudin, 2008; Chikmawati, Setyawan, & Miftahudin, 2012), biflavonoid

(amentoflavone, 2’,8’’-biapigenin, delicaflavone, ginkgetin, heveaflavone,

hinokiflavone, isocryptomerin, kayaflavone, ochnaflavone, podocarpusflavone A,

robustaflavone, sumaflavone, dan taiwaniaflavone) (Setyawan, 2011), 4,7-di-O-

metilamentoflavon, isokripto merin, dan 7-O-metilrobusta-flavon (Silva et al.,

1995). Senyawa tersebut bertindak sebagai antioksidan, antiinflamasi, antikanker,

antialergi, antimikroba, antijamur, antibakteri, antivirus, pelindung terhadap

iradiasi UV, vasorelaxant, penguat jantung, antihipertensi, dan mempengaruhi

metabolisme enzim (Setyawan & Darusman, 2008).

Gambar 28. Jamu Paluluntur (Uum, 2020)

Jamu paluluntur biasanya dibuat oleh paraji, sesepuh desa maupun ibu rumah

tangga, dan diperjualbelikan. Harga jamu paluluntur ukuran plastik berukuran kecil

Rp.2,000,- ukuran satu kaleng kecil Rp.100,000,- dan untuk ukuran satu kaleng

besar Rp.150,000,-. Dari aspek ekonomi jamu paluluntur memegang peranan

sebagai salah satu sumber pendapatan keluarga.

4.3.5. Pemanfaatan Tumbuhan Paku sebagai Tanaman Hias

a. Platycerium bifurcatum

Masyarakat sekitar kawasan Curug Lontar memanfaatkan P. bifurcatum atau

paku tanduk rusa sebagai tanaman hias di pekarangan rumah (Gambar 29). P.

bifurcatum telah lama dikenal masyarakat karena penampilannya yang indah dan

menarik. Hal ini sesuai dengan pendapat Darma & Peneng (2007) bahwa P.

Page 57: IDENTIFIKASI JENIS DAN POTENSI TUMBUHAN PAKU DI …

44

bifurcatum dapat dimanfaatkan sebagai tanaman hias, orang belanda menyebutnya

hertshoornvaren.

Gambar 29. Pemanfaatan Platycerium bifurcatum (Dokumentasi Pribadi, 2020)

Umumnya masyarakat memperbanyak tumbuhan ini dengan memisahkan atau

membagi P. bifurcatum menjadi dua atau lebih yang kemudian ditempelkan pada

pohon (Darma & Peneng, 2007). Selain itu, perbanyakan P. bifurcatum dapat

dilakukan dengan cara menyemai spora (Hartini, 1998).

b. Asplenium nidus

Masyarakat sekitar kawasan Curug Lontar memanfaatkan A. nidus atau kadaka

sebagai tanaman hias di pekarangan rumah yang biasanya ditanam dalam pot

(Gambar 30). Selain itu, masyarakat Desa Malasari yang terletak di dalam kawasan

Gunung Halimun Salak juga memanfaatkan A. nidus sebagai tanaman hias. Hal ini

sesuai dengan pendapat Kinho (2009) bahwa A. nidus memiliki potensi sebagai

tanaman hias.

Gambar 30. Pemanfaatan Asplenium nidus (Carolina, 2020)

Menurut kepercayaan orang Bugis, bila A. nidus tumbuh subur merupakan

pertanda bahwa keluarga yang memeliharanya akan makmur. Sedangkan, bila

Page 58: IDENTIFIKASI JENIS DAN POTENSI TUMBUHAN PAKU DI …

45

pertumbuhannya kurang baik maka kemungkinannya yang memiliki tanaman

tersebut akan mendapat kesulitan (Sastrapradja et al., 1980).

c. Adiantum capillus-veneris

Masyarakat sekitar kawasan Curug Lontar memanfaatkan A. capillus-veneris

atau suplir sebagai tanaman hias di pekarangan rumah yang biasanya di tanam

dalam pot (Gambar 31). Hal ini sesuai dengan pendapat Sukarsa, Apriliana &

Chasanah (2011) bahwa A. capillus-veneris berpotensi dijadikan sebagai tanaman

hias dan dapat hidup baik langsung ditanam ditanah maupun ditanam dalam pot.

Gambar 31. Pemanfaatan Adiantum capillus-veneris (Dokumentasi Pribadi, 2020)

Di Eropa dan Amerika sudah tercipta beberapa kultivar (varietas hasil kultur)

baru. Kebaruannya terletak pada bervariasinya warna dan bentuk daun, seperti daun

yang tepinya tidak rata, maupun daun yang saling tumpang tindih tetapi teratur

seperti susunan genting (Soesono, 1993).

Page 59: IDENTIFIKASI JENIS DAN POTENSI TUMBUHAN PAKU DI …

46

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Kesimpulan dari penelitian ini adalah:

1. Terdapat 18 jenis tumbuhan paku yang ditemukan di sekitar Curug Lontar, yaitu

Asplenium nidus, Adiantum capillus-veneris, Christella dentata, Cibotium

barometz, Deparia petersenii, Drynaria sparsisora, Gleichenia linearis,

Odontosoria chinensis, Phymatodes longissima, Pityrogramma calomelanos,

Platycerium bifurcatum, Pleocnemia irregularis, Pteridium aquilinum, Pteris

fauriei, P. vittata, Selaginella plana, S. willdenowi, dan Tectaria vasta.

2. Potensi tumbuhan paku oleh masyarakat sekitar kawasan Curug Lontar yaitu

sebagai sayuran, tanaman hias, dan bahan obat tradisional.

5.2. Saran

Saran dari penelitian ini adalah:

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai kandungan fitokimia rizoma

Cibotium barometz sebagai obat herbal untuk mengatasi penyakit Covid-19.

2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai ekologi kawasan Curug

Lontar.

Page 60: IDENTIFIKASI JENIS DAN POTENSI TUMBUHAN PAKU DI …

47

DAFTAR PUSTAKA

Abotsi E.K., Radji, A. R., Rouhan, G., Dubuisson, J. Y., & Kouami, K. (2015). The

pteridaceae family diversity in Togo. Biodiversity Data Journal 3: e5078.

Achmadi, A. S., Hamidy, A., Maryanto, I., Lupiyaningdyah, P., Sihotang, V, B, L.,

Kahono, S., Kartonegoro, A., Ardiyani, M., Mulyaningsih, E. S., & Kanti, A.

(2018). Ekspedisi Sulawesi Barat flora, fauna, dan mikroorganisme

Gandangdewata. Jakarta: LIPI Press.

Adawiyah, R. (2020). Kandungan fenol dan flavonoid pada tumbuhan paku sarang

burung (Asplenium nidus L.) di Garahan dan Gumitir Kabupaten Jember

(Skripsi sarjana). Program Studi Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam, Universitas Jember, Jember, Indonesia.

Adjie, B., & Lestari, W. S. (2011). Ferns of Bali. (2020, 28 February). Retrieved

from http://www.krbali.lipi.go.id.

Adriani, R. R., & Tjandrawati, O. S. (2019). Tumbuhan hutan sekolah berkhasiat

obat SDN 002 Malinau Selatan Hilir. Malinau: WWF Indonesia-ESD Unit.

Akbar, S. (2017). Fitoremediasi tanaman paku pakis (Pteris vittata) dengan

penambahan karbon aktif eceng gondok (Eichornia crassipes) terhadap

limbah merkuri (Skripsi sarjana). Program Studi Kimia, Fakultas Sains dan

Teknologi, Universitas Islam Negeri Alauddin, Makassar, Indonesia.

Alfred, V., Sheeja, B. D., Sukumaran, S., Jeeva, S., & Alfred, V. (2018). Diversity

and ethnobotanical significance of pteridophytes in Marunthuvazhmalai – The

Southern Tip of Western Ghats in Peninsular India. The Saudi Jurnal of Life

Sciences, 3(6), 454–458.

Arini, D, I, D., & Kinho, J. (2012). Keragaman jenis tumbuhan paku (pteridophyta)

di Cagar Alam Gunung Ambang Sulawesi Utara (The pteridophyta diversity

in Gunung Ambang Nature Reserve North Sulawesi). Info BPK Manado, 2(1),

17–39.

Asnawi, S. K., & Wijaya, C. (2005). Riset keuangan: pengujian-pengujian empiris.

Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Astuti, F. K., Murningsih., & Jumari. (2017). Keanekaragaman Jenis Tumbuhan

Paku (Pteridophyta) di Jalur Pendakian Selo Kawasan Taman Nasional

Gunung Merbabu, Jawa Tengah. Jurnal Biologi, 6(2), 1-6.

A'tourrohman, M., Surur, M. A., Nabilah, R. E., Rahmawati, S. E., Fatimah, S.,

Ma'rifah, D. N., & Lianah. (2020). Keanekaragaman jenis paku-pakuan

(pteridophhyta) dan kajian potensi pemanfaatannya di Cagar Alam Ulolanang

Kecubung. Bioeduscience, 4(1), 73-81.

Bappedalitbang Kabupaten Bogor. (2019). Pemasangan panel Geopark Pongkor

Page 61: IDENTIFIKASI JENIS DAN POTENSI TUMBUHAN PAKU DI …

48

Site Curug Lontar di Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor. (2020, 25

January). Retrieved from https://bappedalitbang.bogorkab.go.id/

topik/pemasangan-panel-geopark-pongkor-site-curug-lontar-di-kecamatan-le

uwiliang-kabupaten-bogor/.

Bisay, E. E., Mofu, W. Y., & Rahawarin, Y. Y. (2019). Identifikasi jenis-jenis bank

benih pada hutan pendidikan Anggori-Manokwari. Jurnal Kehutanan

Papuasia, 5(1), 1-14.

Brownsey, P.J., & Perrie, L. R. (2018). Flora of New Zealand ferns and lycophytes

(issue december). New Zealand: Manaaki Whenua Press.

Carolina, N. (2020). Asplenium nidus. (2021, 14 January). Retrieved from

https://images.app.goo.gl/Fi8dC1tyiZPo43HN6.

Chikmawati, T., & Miftahudin. (2008). Biodiversitas dan potensi marga

Selaginella sebagai anti oksidan dan anti kanker. Bogor: LPPM IPB.

Chikmawati, T., Setyawan, A. D., & Miftahudin. (2012). Phytocemical

composition of Selaginella spp. from Java Island Indonesia. Makara Journal

of Science, 16(2), 129-133.

Darma, I. D. P., & Peneng, I. N. (2007). Inventarisasi tumbuhan paku di kawasan

Taman Nasional Laiwangi-Wanggameti Sumba Timur, Waingapu, NTT.

Biodiversitas, 8(3), 242-248.

Desa Karyasari. (2013). Profil Desa Karyasari. Bogor.

De winter, W, P., & Amoroso, V, B. (2003). Prosea plant resources of South-East

Asia 15 (2) Cryptogams: Ferns and fern allies. Leiden: Backhuys Publishers.

Dewi, N., & Ayatusa’adah. (2017). Pembelajaran materi klasifikasi tumbuhan.

Jurnal Pendidikan Sains & Matematika, 5(2), 50–61.

Donnelly, E., Robertson, J., & Robinson, D. (2002). Potential and historical uses

for Bracken (Pteridium aquilinum (L.) Kuhn) in organic agriculture.

Proceedings of the COR Conference, March 26-28th2002, 255-256.

Efendi, M., Hapitasari, I. G., Rustandi, R., & Supriyatna, A. (2016). Inventarisasi

tumbuhan penghasil pewarna alami di Kebun Raya Cibodas. Bumi Lestari

Journal of Environment, 16(1), 50–58.

Elsifa, A., Arisandy, D. A., & Harmoko, H. (2019). Eksplorasi tumbuhan paku

(pteridophyta) di STL Ulu Terawas, Musi Rawas, Sumatera Selatan. Biosfer:

Jurnal Tadris Biologi, 10(1), 47–55.

Eswani, N., Kudus, K. A., Nazre, M., Noor, A. G, A., & Ali, M. (2010). Medicinal

plant diversity and vegetation analysis of logged over hill forest of Tekai

Tembeling forest reserve, Jerantut, Pahang. Journal of Agricultural Science,

2(3), 189–210.

Page 62: IDENTIFIKASI JENIS DAN POTENSI TUMBUHAN PAKU DI …

49

Fadilah., Lovadi, I., & Linda, R. (2015). Pemanfaatan tumbuhan dalam pengobatan

tradisional masyarakat Suku Dayak Kanayatn di Desa Ambawang Kecamatan

Kubu Kabupaten Kubu Raya. Protobiont, 4(3), 49-59.

Fascavitri, A., Rachamdiarti, F., & Bashri, A. (2018). Potensi tanaman lili paris

(Chlorophytum comosum), melati jepang (Pseuderanthemum reticulatum),

dan paku tanduk rusa (Platycerium bifurcatum) sebagai absorben timbal (Pb)

di udara. Lentera Bio, 7(3), 188-195.

Fitri, R., Oktiarni, D., & Arso, D. D. (2018). Eksplorasi pengetahuan obat

tradisional dalam prespektif hukum kekayaan intelektual di Bengkulu.

Mimbar Hukum, 30(2), 304–315.

Fuwu, X., Yuehong, Y., & Chriztenhusz, M, J, M. (2013). Tectariaceae. Flora of

China, 2(3), 730–746.

Gangmin, Z., Wenbo, L., Mingyan, D., Youxing, L., Zhaohong, W., Xainchun, Z.,

Shiyong, D., Prado, J., Gilbert, M. G., Yatskievych, G., Ranker, T. A., Hooper,

E.A., Slverson, E. R., Metzgar, J.S., Funzton, A. M., Masuyama, S., & Kato,

M. (2013). Pteridaceae. Flora of China, 2(3), 169-256.

Geiger, J. M. O., Korall, P., Ranker, T. A., Kleist, A. C., & Nelson, C. L. (2013).

Molecular phylogenetic relationships of Cibotium and origin of the endemics.

American Fern Journal, 103(3), 141–152.

Gul, A. (2017). Floristic and conservation studies of the pteridophytes of District

Mansehra (Thesis). Departemen of Botany, Hazara University Mansehra,

Pakistan.

Hadi, E. E. W., Widyastuti, S. M., & Wahyuono, S. (2016). Keanekaragaman dan

pemanfaatan tumbuhan bawah pada sistem agroforesti di Perbukitan Manoreh,

Kabupaten Kulonprogo. J. Manusia dan Lingkungan, 23(2), 206-215.

Haque, A. K., Khan, S. A., Uddin, S. N., & Rahim, M. A. (2017). Taxonomic

checklist of the pteridophytes of Rajkandi reserve forest, Moulvibazar,

Bangladesh. Jahangirnagar University Journal of Biological Sciences, 5(2),

27–40.

Handayani, P. (2018). Resep tumis pakis merah. (2021, 19 January). Retrieved from

https://cookpad.com/id/resep/4609344-tumis-pakis-merah.

Handoko, N. (2018). Tumis pakis simple. (2021, 25 February). Retrieved from

https://cookpad.com/id/resep/5839865-27-tumis-pakis-simple.

Hartanto, S., Rosaline, R., & Baskoro, A. (2015). Pemanfaatan serat alami resam

dalam perancangan aksesoris rumah. Jurnal Dimensi Seni Rupa dan Desain,

12(2), 147–160.

Hartati, S., Rugayah., & Praptosuwiryo, T. N. (2016). Isolasi kandungan senyawa

kimia dari pakis simpei (Cibotium barometz) serta uji bioaktivitas antioksidan,

Page 63: IDENTIFIKASI JENIS DAN POTENSI TUMBUHAN PAKU DI …

50

uji toksisitas (BSLT) dan antidiabetes. Jurnal Kimia Terapan Indonesia,

18(1), 1-10.

Hartini, S. (1998). Simbar menjangan (Platycerium bifurcatum (Cav.) C.Chr.).

Warta Kebun Raya, 2(2), 9-14.

Haryono, D., Wardenaar, E., & Yusro, F. (2014). Kajian etnobotani tumbuhan obat

di Desa Mengkiang Kecamatan Sanggau Kapuas Kabupaten Sanggau. Jurnal

Hutan Lestari, 2(3), 427-434.

Hasanuddin, & Mulyadi. (2014). Botani tumbuhan rendah. Banda Aceh: Syiah

Kuala University Press.

Heyne. (1988). Tumbuhan berguna Indonesia. Jakarta: Departemen Kehutanan.

Ibrahiem, Z. Z., Ahmed, A. S., & Gouda, Y. G. (2011). Phytocemical and biological

studies of Adiantum capillus-veneris L. Saudia Pharmaceutical Journal, 19,

65-74.

Idris., Ibrahim, N., & Nugrahani, A. W. (2018). Studi tanaman berkhasiat obat Suku

Mori di Kecamatan Petasia, Petasia Barat, dan Petasia Timur Kabupaten

Morowali Utara Sulawesi Tengah. Biocelebes, 12(1), 23-31.

Jamsuri. (2007). Keanekaragaman tumbuhan paku di sekitar Curug Cikaracak,

Bogor, Jawa Barat (Skripsi sarjana). Program Studi Biologi, Fakultas Sains

dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta,

Indonesia.

Jatmika, E. (2018). Laporan penelitian penyusunan strategi pemasaran pariwisata

Kabupaten Bogor tahun 2018. Bogor: Universitas Pakuan.

Jermy, A. C. (1990). Selaginellaceae, pterdiophytes and gymnospermae. Germany:

Springer.

Julita, N., & Suyatno. (2012). Aktivitas antibakteri senyawa flavonoid dari

tumbuhan paku perak (Pityrogramma calomelanos). UNESA Journal of

Chemistry, 1(1), 75-79.

Katili, A. S. (2013). Deskripsi pola penyebaran dan faktor bioekologis tumbuhan

paku (pteridophyta) di kawasan Cagar Alam Gunung Ambang Sub Kawasan

Kabupaten Bolaang Mongondow Timur. Sainstek, 7(2), 1 - 13.

Khan, A. A., Kapoor, P., & Parveen, S. (2017). Parisiyoshan (Adiantum capillus-

veneris)- a riview. International Journal of Institutional Pharmacy and Life

Science, 7(1), 37 - 45.

Kinho, J. (2009). Mengenal beberapa jenis tumbuhan paku di kawasan Hutan

Payahe Taman Nasional Aketajawe Lolobata Maluku Utara. Manado: Balai

Penelitian Kehutanan Manado.

Page 64: IDENTIFIKASI JENIS DAN POTENSI TUMBUHAN PAKU DI …

51

Komalasari, O., Maryani, S., Juairiyah, O., & Novriadhy, D. (2018). Kearifan lokal

masyarakat Desa Bakung dalam memanfaatkan resam (Gleichenia linearis),

seduduk (Melastoma malabathricum) dan tembesu (Fagaraea fragrans) yang

tumbuh di tanah bergambut sebagai obat herbal. Prosiding Seminar Nasional

Lahan Suboptimal, Oktober 18-19 2018, 354-359.

Kubitzki, K. (1990). The families and genera of vascular plants. Pteridophytes and

gymnosperms, vol 1. Germany: Springer-Verlag.

Kumar, A., & Kaushik, P. (2011). Antibacterial activity of Christella dentata frosk.

study in different seasons. Journal of Chemical and Pharmaceutical Research,

3(6), 153–158.

Kurniawan, A., & Parikesit. (2008). Persebaran jenis pohon di sepanjang faktor

lingkungan di Cagar Alam Panunjang Pangandaran, Jawa Barat. Biodiversitas,

9(4), 275-279.

Lehtonen, S., Tuomisto, H., Rouhan, G., & Christenhusz, M. J. M. (2010).

Phylogenetics and classification of the pantropical fern family Lindsaeaceae.

Botanical Journal of the Linnean Society, 163, 305-359.

Yasin, A., Burhanudin., & Purnawan, R. I. (2019). Lembaran Daerah Kabupaten

Bogor.

Lestari, E. (2016). Teknik konvensional penggunaan tumbuhan obat di kawasan

Estuaria Takisung. Jurnal Humaniora, II(1), 1-11.

Lestari, W. S. (2011). Suplir, tanaman paku dengan banyak potensi. Warta Kebun

Raya, 11(1), 3-7.

Libing, Z., Sugong, W., Jianying, X., Fuwu, X., Hai, H., Faguo, W., Shugang, L.,

Shiyong, D., Barrington, D., Iwatsuki, K., Christenhusz, M., Mickel, J., Kato,

M., & Gilbert, M. (2013). Dryopteridaceae. Flora of China, 2(3), 541-724.

Lima, L. V., & Salino, A. (2018). The fern family Gleicheniaceae (Polypodiopsida)

in Brazil. Phytotaxa, 358(3), 199-234.

Lubis, S. R. (2009). Keanekaragaman dan pola distribusi tumbuhan paku di Hutan

Wisata Alam Taman Eden Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatera Utara

(Tesis). Sekolah Pasca Sarjana, Universitas Sumatera Utara, Medan,

Indonesia.

Maroyi, A. (2014). Not just minor wild edible forest products: Consumption of

pteridophytes in Sub-Saharan Africa. Journal of Ethnobiology and

Ethnomedicine, 10(1), 1-78.

Marrs, R. H., & Watt, A. S. (2006). Biological flora of the British Isles: Pteridium

aquilinum (L.) Kuhn. Journal of Ecology, 94(6), 1272–1321.

Merdekawati, R. B. (2016). Gambaran dan tingkat pengetahuan penggunaan obat

Page 65: IDENTIFIKASI JENIS DAN POTENSI TUMBUHAN PAKU DI …

52

tradisional sebagai alternatif pengobatan pada masyarakat RW 005 Desa

Sindurjan, Kecamatan Purworejo, Kabupaten Purworejo (Karya Tulis Ilmiah).

Program Studi Farmasi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas

Muhammadiyah Yogyakarta, Yogyakarta, Indonesia.

Mickel, J. T., Wagner, W. H., Gifford, E. M., Walker, W. F., & Yatskievych, G.

(2010). Fern plant. (2020, 18 November). Retrieved from https://www.

britannica.com/plant/fern.

Miftahudin., Setyaningsih., & Chikmawati, T. (2015). Pertumbuhan dan kandungan

bioaktif Selaginella plana dan Selaginella willdenowii pada beberapa media

tanam. Jurnal Sumber Daya Hayati, 1(1), 1-6.

Miguel, S. (2017). Dicksonia antarctica. (2021, 23 February). Retrieved from

https://images.app.goo.gl/M2WQZtFqZaFGZTck7.

Muslimah. (2017). Dampak pencemaran tanah dan langkah pencegahan. Jurnal

Penelitian Agrisamudra, 2(1), 11–20.

Mustafa, A. B., & Wahyuni, S. (2018). Fitoremediasi sebagai alternatif pemulihan

lahan pasca tambang. Peneliti PPBBI, 6(1), 1-6.

Nikmatullah, M., Renjana, E., Muhaimin, M., & Rahayu, M. (2020). Potensi

tumbuhan paku (ferns & lycophytes) yang dikoleksi di Kebun Raya Cibodas

sebagai obat. Al-kauniyah : Jurnal Biologi, 13(2), 278-287.

Noben, S., & Lehnert, M. (2013).The genus Dicksonia (Dicksoniaceae) in the

Western Pasific. Phytotaxa, 155(1), 23-34.

Notoatmodjo. (2007). Pengantar pendidikan kesehatan dan ilmu perilaku

kesehatan. Yogyakarta: Andi offset.

Nurdiani, N. (2015). Teknik sampling snowball dalam penelitian lapangan.

Comtech, 6(4), 523–1204.

Nurtjahya, E., & Sari, E. (2013). Tumbuhan obat Suku Lom seri tumbuhan obat

Bangka Belitung. Pangkal Pinang: UBB Press.

Oldfield, S. (1995). Significant trade in CITES appendix II plants. Cambridge UK:

Prepared dor the CITES Secretariat by the World Conservation Monitoring

Centre.

Pamungkas, A. D. (2014). Jenis-jenis tumbuhan dari proses regenerasi alami di

lahan bekas tambang batu bara. Kalimantan Timur: Balai Penelitian

Teknologi Konservasi Sumber Daya Alam.

Paraptosuwiryo, T. N. (2008). Cytological obseravtion on fern genus Pteris in the

Bogor Botanic Garden. Buletin Kebun Raya Indonesia, 11(2), 15–23.

Pinterest. (2020). Equisetum giganteum. (2021, 23 February). Retrieved from https:

Page 66: IDENTIFIKASI JENIS DAN POTENSI TUMBUHAN PAKU DI …

53

//images.app.goo.gl/Ld9sGfiARvtYT6zr9.

Priawarsana, E., & Purnaningsasi, D. R. (2013). Identifikasi tumbuhan paku

(Pteridophyta) di kawasan "Hutan Penelitian Sumberwringin" Kecamatan

Sukosari Kabupaten Bondowoso sub pokok bahasan pteridophyta pokok

bahasan plantae SMA kelas X. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran Eksakta

Alam Hijau, 2(2), 77-89.

Ridianingsih, D, S., Pujiastuti, P., & Hariani, S. A. (2017). Inventarisasi tumbuhan

paku (pteridophyta) di Pos Rowobendo-Ngagelan Taman Nasional Alas

Purwo Kabupaten Banyuwangi. Bioeksperimen: Jurnal Penelitian Biologi,

3(2), 20–30.

Rahman, M., Uddin, S., & Wilcock, C. (2007). Medicinal plants used by Chakma

Tribe in Hill Tracts Districts of Bangladesh. Indian Journal of Traditional

Knowledge (IJTK), 6(3), 508–517.

Riastuti, R. D., & Ernawati, D. (2018). Identifikasi divisi pteridophyta di kawasan

Danau Aur Kabupaten Musi Rawas. Bioedusains: Jurnal Pendidikan Biologi

Dan Sains, 1(1), 52–70.

Riyady, S., Siregar, H. F., & Nurhayati. (2019). Aspek yuridis kewenangan

pemerintah daerah Kabupaten Sukabumi Provinsi Jawa Barat dalam

pengelolaan kawasan Geowisata Geopark Nasional Ciletuh-Palabuhan Ratu.

Jurnal Hukum, 2(1), 575-588.

Romdhoni, H., Reginald, Y., Nurhadi, M., Octaviani, R., & Sedayu, A. (2015).

Pengetahuan sosio-edukasi survei etnobotani tumbuhan paku pada masyarakat

di sekitar Hutan Pendidikan Wanagama, Yogyakarta. PROS SEM BAS MASY

BIODIV INDON, 1(8), 2044-2050.

Rout, S. D., Panda, T., & Mishra, N. (2019). Ethnomedicinal studies on some

pteridophytes of similipal biosphere reserve, Orissa, India. International

Journal of Medicine and Medical Scinces, 1(5), 192-197.

Rumouw, D. (2017). Identifikasi dan analisis kandungan fitokimia tumbuhan alam

berkhasiat obat yang dimanfaatkan masyarakat sekitar kawasan Hutan

Lindung Sahedaruman. LPPM Bidang Sains Dan Teknologi, 4(2), 53–66.

Saeni, F. (2015). Pola pemanfaatan tumbuhan berkhasiat obat oleh masyarakat di

sekitar kawasan Hutan Taman Wisata Alam Kota Sorong. Median, VII(1), 1–

8.

Sastrapradja, S, Afriastini, J, J., Darnaedi, D., & Widjaja, E, A. (1980). Jenis Paku

Indonesia. Bogor: Lembaga Biologi Nasional-LIPI.

Sastrapradja, S., & Afriastini, J, J. (1985). Kerabat paku. Bogor: Lembaga Biologi

Nasional-LIPI.

Sathiyaraj, G., Muthukumar, T., & Ravindran, K. (2015). Ethnomedicinal

Page 67: IDENTIFIKASI JENIS DAN POTENSI TUMBUHAN PAKU DI …

54

importance of fern and fern- allies traditionally used by tribal people of Palani

Hills (Kodaikanal), Western Ghats, South India. Journal of Medicinal Herbs

and Ethnomedicine, 1(1), 4–9.

Setiadi, Y., Yolandari., & Mindawati, N. (2012). Pemanfaatan bioorganik

campuran pakis Gleichenia linearis (Burm). Clarke dan serasah daun Pinus

merkusii Jungh et de Vriese sebagai media bibit jabon (Anthocephalus

cadamba Miq.). Jurnal Silvikultur Tropika, 3(2), 114-120.

Setyawan, A. D. (2009). Traditionally utilization of Selaginella; Field research and

literature riview. Nusantara Bioscience, 1(3), 146-158.

Setyawan, A. D. (2011). Riview: Natural products from genus Selaginella

(Selaginellaceae). Nusantara Bioscence, 3(1), 44-58.

Setyawan, A. D., & Darusman, L. K. (2008). Riview: Senyawa biflavonoid pada

Selaginella Pal. Beauv. dan pemanfaatannya. Biodiversitas, 9(1), 64-81.

Shiyong, D., Sujuan, L., Christenhusz, M. J. M., & Barcelona, J. (2013).

Lindsaeaceae. Flora of China, 2(3), 139-146.

Singh, M., Malhotra, K., & Singh, C. (2015). Phytochemical evaluation and

antioxidant activity of different samples of Pteris Vittata in Doon Valley,

Uttarakhand Region. Int. J. Pure App. Biosci, 3(4), 296–304.

Silva, G. L., Chai, H., Gupta, M. P., Farnsworth, N. R., Cordell, G. A., Pezzuto, J.

M., Beecher, C. W. W., & Kinghorn, A. D. (1995). Cytotoxic biflavonoids

from Selaginella willdenowii. Journal Phytochemistry, 40(1), 129-134.

Soesono, S. (1993). Suplir perawatan dan pembibitan paku hias. Jakarta: PT.

Gramedia Pustaka Utama.

Sofiyanti, N. & Harahap. P. H. (2019). Inventarisasi dan kajian planologi jenis-jenis

tumbuhan paku (pteridophyta) epifit di kawasan Universitas Riau, Provinsi

Riau. Jurnal Biologi Tropis, 19(2), 214-220.

Suharni, N., Titisari, P. W., & Elfis. (2019). Keanekaragaman jenis tumbuhan paku

(pteridophyta) di kawasan Tahura Sultan Syarif Hasim Provinsi Riau.

Prosiding Seminar Nasional Biologi 4, 25 April 2019, 53–59.

Sukarsa., Apriliana, H., & Chasanah, T. (2011). Diversitas spesies tumbuhan paku

hias dalam upaya melestarikan sumberdaya hayati Kebun Raya Baturraden.

Biosfera, 28(1), 23-31.

Sukumaran, K., & Kuttan, R. (1991). Screening of 11 ferns cytotoxic and antitumor

potential with special references to Pityrogramma Calomelanos. Journal of

Ethnopharmacology, 34, 93-96.

Supriati, R., Nurliana, S., & Malau, F. (2012). Keanekaragaman jenis tumbuhan

yang dimanfaatkan oleh masyarakat Desa Tanah Hitam Kecamatan Padang

Page 68: IDENTIFIKASI JENIS DAN POTENSI TUMBUHAN PAKU DI …

55

Jaya Kabupaten Bengkulu Utara. Konservasi Hayati, 8(1), 44-50.

Suraida., Susanti, T., & Amriyanto, R. (2013). Keanekaragaman tumbuhan paku

(pteridophyta) di Taman Hutan Kenali Kota Jambi. Prosiding SEMIRATA

FMIPA Universitas Lampung, 1(1), 387–392.

Susanti, A. T. A., Isda, M. N., & Fatonah, S. (2014). Potensi alelopati ekstrak daun

Gleichenia linearis (Burm.) Underw. terhadap perkecambahan dan

pertumbuhan anakan gulma Mikania micrantha (L). Kunth. JOM FMIPA,

1(2), 1-7.

Syafrudin, Y., Haryani, T. S., & Wiedarti, S. (2016). Keanekaragaman dan potensi

paku (pteridophyta) di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango Cianjur

(TNGGP). Ekologis, 16(2), 24–31.

Tamin, R. P., Anggraini, R., & Ulfa, M. (2017). Penyuluhan dan pelatihan

eksplorasi botani hutan dalam upaya konservasi hutan. Karya Abadi

Masyarakat, 1(2), 119-128.

Tjitrosoepomo, G. (2011). Taksonomi tumbuhan schizophyta, thallophyta,

bryophyta, pteridophyta. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Tjitrosomo, S., Harran, S., Sudiarto, A., Hadisunarso, Mondong, R.,

Koesoemaningrat, T., Tjondronegoro, P., Hadioetomo, R., Djaelani, M.,

Adiwikarta, T., Prawiranata, W., Suadarnadi, H., Zakaria, M., & Natasaputra,

M. (2010). Botani umum 3. Bandung: Angkasa.

Tnunay, M. I. Y., & Hanas, D. F. (2020). Keragaman tumbuhan paku sebagai

pendukung objek wisata di Hutan Wisata Alam Oeluan, Timur Tengah Utara.

Jurnal Saintek Lahan Kering, 3(1), 10-12.

Trivedi, P. C. (2009). Medicinal plants utilisation and conservation. India:

Aavishkar Publisher.

Tudjuka, K., Ningsih, S., & Toknok, B. (2014). Keanekaragaman jenis tumbuhan

obat pada kawasan hutan lindung di Desa Tindoli Kecamatan Pamona

Tenggara Kabupaten Poso. Warta Rimba, 2(1), 120–128.

Turot, M., Polii, B., & Walangitan, H. D. (2016). Potensi pemanfaatan tumbuhan

paku Diplazium esculentum Swartz (Studi Kasus) di Kampung Ayawasi ,

Distrik Aifat Utara, Kabupaten Maybarat, Provinsi Papua Barat. Agri-Sosio

Ekonomi Unsrat, 12(3A), 1–10.

Uluk, A., Sudana, M., & Wollenberg, E. (2001). Ketergantungan masyarakat

Dayak terhadap hutan di sekitar Taman Nasional Kayan Mentarang. Jakarta:

Centre For International Forestry Research (CIFOR).

Uum. (2020). Jamu paluluntur. Bogor.

Vashista, P, C., Sinha, A, K., & Kumar, A. (2006). Botany for degree students

Page 69: IDENTIFIKASI JENIS DAN POTENSI TUMBUHAN PAKU DI …

56

pteridophyta (vascular cryptogams). New Delhi: S. Chand & Comapany

Limited.

Wakhidah, A. Z., & Sari, I. A. (2019). Etnobotani pekarangan di Dusun Kaliurang

Barat, Kecamatan Pakem, Sleman-Yogyakarta. Jurnal EduMatSains, 4(1), 1-

28.

Wang, C. H., & Wu, S. H. (1999). Flora reipublicae popularis sinicae (in Chinese).

Science Press: Beijing.

Wang, H. B., Wong, M. H., Lan, C, Y., Baker, A. J. M., Qin, Y. R., Shu, W. S.,

Chen, G. Z., & Ye, Z. H. (2007). Arsenic uptake and accumulation in fern

species growing at arsenic-contaminated sites of Southern China: Field

surveys. Environmental Pollution, 145(1), 225–233.

Wang, Z., Zhaorong, H., & Kato, M. (2013). Athyriaceae. Flora of China, 2(3),

418-534.

Wardani, W., Hidayat, A., & Darnaedi, D. (2012). The new pteridophyte

classification and sequence employed in the Herbarium Bogoriense (BO) for

Malesian ferns. Reinwardtia, 13(4), 367–377.

Wen, C-C., Shyur, L-F., Jan, J-T., Liang, P-H., Kuo, C-J., Arulselvan, P., Wu, J-B.,

Kuo, S-C., Yang, N-S. (2011). Traditional chinese medicine herbal extracts of

Cibotium barometz, Gentiana scabra, Dioscorea batatas, Cassia tora, and

Taxillus chinensis inhibit SARS-Cov replication. Journal of Traditional and

Complementary Medicine, 1(1), 44-50.

Wibawa, I. P. A. H., & Peneng, I. N. (2013). Eksplorasi jenis-jenis tumbuhan paku

di kawasan Gunung Tambora Sumbawa. Prosiding Simposium, Workshop dan

Kongres IX PTTI, 31-35.

Wibowo, J. (2019). Buku pintar tumbuhan. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Wijayanto, A. (2009). Biodiversitas, etnobotani, dan kemampuan antioksidan

Selaginella spp. asal Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS)

(Skripsi sarjana). Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor, Bogor, Indonesia.

Wikimedia. (2012). Psilotum complanatum. (2021, 8 March). Retrieved from https:

//commons.m.wikimedia.org/wiki/File:Psilotum_complanatum_(Psilotum_fl

accidum)_-_Talcott_Greenhouse_-_Mount_Holyoke_College_ DSC04534.JP

G.

Windadri, F. I., Rahayu, M., Uji, T., & Rustiami, H. (2006). Pemanfaatan tumbuhan

sebagai obat oleh masyarakat lokal Suku Muna di Kecamatan Wakarumba,

Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara. Biodiversitas, 7(4), 333-339.

Wirdateti., Setyorini, L. E., Suparno., & Handayani, T. H. (2005). Pakan dan habitat

kukang (Nycticebus coucang) di Hutan Lindung Perkampungan Baduy,

Page 70: IDENTIFIKASI JENIS DAN POTENSI TUMBUHAN PAKU DI …

57

Rangkasbitung-Banten Selatan. Biodiversitas, 6(1), 45-49.

Xianchun, Z., Shugang, L., Youxing, L., Xinping, Q., Moore, S., Fuwu, X., Faguo,

W., Hovenkamp, P. H., Gilbert, M. G., Nooteboom, H. P., Parris, B. S.,

Haufler, C., Kato, M., & Smith, A. R. (2013a). Polypodiaceae. Flora of China,

2(3), 758-850.

Xianchun, Z., Nooteboom, H. P., Kato, M. (2013b). Selaginellaceae. Flora of

China, 2(3), 37-66.

Xu, Z., & Deng, M. (2017). Lindsaeaceae. In: Identification and control of common

weeds: Volume 2. Springer, Dordrecht. (2020, 3 November). Retrieved from

https://doi.org/10.1007/978-94-024-1157-7_7.

Yatskievych, G., William, L., & Melissa, P. (2017). Dennsataedtiaceae. (2020, 3

Desember). Retrieved from https://www.britannica.com/plant/Dennstae

dtiaceae.

Yuehong, Y., Xinping, Q., Wenbo, L., Fuwu, X., Mingyan, D., Faguo, W.,

Xianchun, Z., Zhaohong, W., Serizawa, S., Prado, J., Funzton, A. M., Gilbert,

M. G., & Nooteboom, H. P. (2013). Dennstaedtiaceae, Flora of China, 2(3),

147-168.

Youxing, L., Zhongyang, L., Iwatsuki, K., & Smith, A. R. (2013).

Thelypteridaceae. Flora of China, 2(3), 319-396.

Yudhoyono, A. (2013). 3500 plant species of the Botanic Gardens of Indonesia.

Jakarta: PT Sukarya Pandetama.

Yulianty., Ernawiati, W., & Lande, M. L. (2010). Keanekaragaman dan potensi

tumbuhan paku di Kampus Unila. Prosiding Seminar Nasional Sains dan

Teknologi III, 503-507.

Yunasfi. (2013). Jenis-jenis flora di ekosistem mangrove. Medan: Kehutanan USU.

Yusna, M., Sofiyanti, N., & Fitmawati. (2016). Keanekaragaman pteridaceae

berdasarkan karakter morfologi dan fitokimia di hutan PT. Chevron Pacific

Indonesia (PT.CPI) Rumbai. Jurnal Riau Biologia, 1(2), 165-172.

Zhang, X. C., Jia, J. S., & Zhang, G. M. (2008). Non-detriment finding for Cibotium

barometz in China. Beijing: NDF Workshop Case Studies.

Zuraida, A., Dalem, A. A. G. R., & Joni, M. (2018). Inventarisasi jenis-jenis

tanaman hias introduksi di Desa Penglipuran, Kabupaten Bangli, Bali. Jurnal

Simbiosis, VI(1), 25-29.

Page 71: IDENTIFIKASI JENIS DAN POTENSI TUMBUHAN PAKU DI …

58

LAMPIRAN

Lampiran 1. Pertanyaan Wawancara Pemanfaatan Tumbuhan Paku

1. Jenis tumbuhan paku apa yang dimanfaatkan?

2. Jenis tumbuhan paku tersebut dimanfaatkan sebagai?

3. Bagian tumbuhan paku apa saja yang dimanfaatkan?

4. Bagaimana cara pengolahan tumbuhan paku yang dimanfaatkan?

5. Dimana lokasi pengambilan jenis tumbuhan paku yang dimanfaatkan?

6. Sejak kapan memanfaatkan tumbuhan paku?

7. Tau dari mana informasi tentang pemanfaatan tumbuhan paku?

8. Mengapa anda masih memanfaatkan tumbuhan paku?

9. Seberapa sering anda memanfaatkan tumbuhan paku?

10. Berapa harga yang dipasarkan? (khusus bidang ekonomi)

Page 72: IDENTIFIKASI JENIS DAN POTENSI TUMBUHAN PAKU DI …

59

Lampiran 2. Pemanfaatan Tumbuhan Paku Masyarakat Sekitar Curug Lontar

Responden Jenis Bagian

Tumbuhan

Pemanfaatan

Nama Ilmiah Nama Lokal

1 P. irregularis

Paku andam

Daun,

batang muda

Lalapan, tumis,

urab, sayur,

bakwan

S. willdenowi Rane Akar,

batang, daun

Jamu paluluntur

A. nidus Kadaka Akar,

batang, daun

Tanaman hias

2 P. irregularis Paku andam Daun,

batang muda

Tumis, urab,

sayur

S. willdenowi Rane Akar,

batang, daun

Jamu paluluntur

3 P. irregularis Paku andam Daun,

batang muda

Urab, Sayur

bening

A. capillus-

veneris

Suplir Akar,

batang, daun

Tanaman hias

4 P. irregularis Paku andam Daun,

batang muda

Tumis, lalapan

5 P. irregularis Paku andam Daun,

batang muda

Sayur bening,

bakwan

6 P. irregularis Paku andam Daun,

batang muda

Sayur santan,

tumis, urab

7 P. irregularis Paku andam Daun,

batang muda

Sayur bening

8 S. willdenowi Rane Akar,

batang, daun

Jamu paluluntur

P. bifurcatum Paku tanduk

rusa

Akar, batang

daun

Tanaman hias

9

S. willdenowi Paku ceker

ayam

Akar,

batang, daun

Jamu paluluntur

10

P. irregularis

P. irregularis

Paku andam

Paku andam

Daun,

batang muda

Daun,

batang muda

Tumis

Tumis, sayur

santan

Page 73: IDENTIFIKASI JENIS DAN POTENSI TUMBUHAN PAKU DI …

60

Lampiran 3. Potensi Tumbuhan Paku di Kawasan Curug Lontar

Suku Jenis Potensi

Aspleniaceae Asplenium nidus Tanaman hias, obat asma, kelelahan,

malaria, penyubur rambut, penenang,

demam, sakit kepala, kaki gajah,

pembesaran limfa, kontrasepsi,

bengkak, memar, gigitan atau

sengatan hewan berbisa.

Athyriaceae Deparia petersenii Obat flu dan batuk.

Dennstaedtiaceae Pteridium aquilinum Membasmi serangga, tanaman hias,

penyubur lahan gambut, obat luka

infeksi, sayuran, dan pupuk.

Dicksoniaceae Cibotium barometz Obat asam urat, sakit pinggang,

rematik, keputihan, maag, pingsan,

prostat, obat penyakit pernafasan

akut yang disebabkan oleh

coronavirus (SARS-CoV),

menghentikan pendarahan bisul dan

luka, bunga, dan pot bunga.

Dryopteridaceae Pleocnemia

irregularis

Sayur, salad, lalapan, obat kulit

kudis, demam akibat malaria, diare,

luka pendarahan, tanaman hias, dan

pakan kukang.

Gleicheniaceae Gleichenia linearis Pena, kopiah, kotak tisu, pot bunga,

topi, tas, gelang, hiasan dinding,

mata pisau, bioherbisida, media

tanam organik, obat demam, sakit

pinggang, dan sakit kepala.

Lindsaeceae Odontosoria

chinensis

Tanaman hias, pakan ternak, obat

disentri bakteri, enteritis, keracunan

makanan, penangkal gigitan ular

berbisa, luka berdarah, bisul, luka

bakar, infeksi saluran pernafasan,

pewarna coklat alami, bengkak atau

memar, keseleo, radang usus,

peluruh air seni, dan sakit gigi.

Polypodiaceae Pyhmatodes

longissima

Bahan pangan, dan tanaman hias.

Drynaria sparsisora Sayuran, obat hipertensi, batu ginjal,

usus turun, tumor, sakit mata, diare,

luka, kerasukan, santet, pakan ternak,

kerajinan tangan, alat permainan

anak, dan tanaman hias.

Platycerium

bifurcatum

Tanaman hias, obat sakit kepala,

penurun panas, menyuburkan

kandungan, bisul, perangkat ritual

pengobatan, dan adsorben timbal.

Page 74: IDENTIFIKASI JENIS DAN POTENSI TUMBUHAN PAKU DI …

61

Lampiran 3. Lanjutan

Suku Jenis Potensi

Pteridaceae Adiantum capillus-

veneris

Tanaman hias, pemanis dalam

rangkaian bunga potong, obat

penyakit cacar, antimikroba untuk

melawan Escherichia coli,

Tricophyton rubrum, dan Aspergillus

tereus.

Pityrogramma

calomelanos

Tanaman hias, bahan pangan,

fitoremediasi tanah yang tercemar

Arsenik, Timbal, Zink, obat disentri,

malaria,dan sakit ginjal.

Pteris fauriei Fitoremediasi lingkungan yang

terkontaminasi logam berat Arsenik.

P. vittata Tanaman hias, hiperakumulator

terhadap logam berat merkuri,

mencegah penuaan dan penyakit

kronis.

Selaginellaceae Selaginella plana Obat luka ringan, menghentikan

pendarahan, jantung, stroke, malaria,

ulu hati, tanaman hias, penangkal roh

halus, dan ular berbisa.

S. willdenowi Sayuran, obat sakit panas, sakit

pinggang, penyakit kulit, luka yang

disebabkan oleh harimau, luka

ringan, jamu yang biasa diminum

pasca persalinan, kerajinan tangan

atau ornamen.

Tectariaceae Tectaria vasta Obat tumor perut.

Thelypteridaceae Christella dentata Antimikroba yang berpotensi

melawan Bacillus subtilis,

Escherichia coli, Salmonella typhi,

Staphylococcus aureus, meredakan

nyeri tubuh, dan tanaman hias.

Page 75: IDENTIFIKASI JENIS DAN POTENSI TUMBUHAN PAKU DI …

62

Lampiran 4. Proses Pembuatan Tumis Paku Andam dan Jamu Paluluntur

1. Proses Pembuatan Tumis Paku Andam

Bahan yang digunakan dalam proses pembuatan tumis paku andam atau P.

irregularis yaitu batang dan daun muda paku andam, bawang merah, bawang putih,

cabai rawit, garam, kaldu bubuk, saus tiram (selera), air, dan minyak goreng

secukupnya. Langkah pembuatannya yaitu batang dan daun muda paku andam

dicuci bersih, lalu direbus selama 1 menit, dan ditiriskan. Selanjutnya, bawang

merah, bawang putih, cabai merah di tumis hingga harum. Kemudian, masukkan

batang dan daun muda paku andam, tambahkan air, saus tiram, garam, dan kaldu

bubuk. Selanjutnya, tunggu hingga mendidih dan bisa disajikan.

2. Proses Pembuatan Jamu Paluluntur

Bahan yang digunakan dalam proses pembuatan jamu paluluntur yaitu daun

baluntas, daun sembung, daun dan akar ki urat, daun kiremak, daun kumis kucing,

daun singa depa, daun kuning (rumput bau), daun antanan beurit, daun ramu kuya,

daun tutul mata, daun kitajam, daun jonge item, daun kimules, daun kigenteng, daun

sirih, daun kahitutan, daun teh cina, daun binahong, daun kisepet, daun alpukat,

daun salam, daun mangandeuh (benalu), daun puspa, daun atau kulit manggis, daun

sirsak, daun harendong gula, daun tai landak, daun kibeling (pagar gedong), daun

kaluwis, daun suji, daun meniran, daun miana, akar dan daun pepaya, akar sirit

eurih, kunyit kuning, kunyit putih, kunyit hitam, banggle kuning, banggle hitam,

temu kunci, temulawak, lempuyang, buah laja goah, buah pala, cengkeh,

kayumanis, ketumbar, kencur, jahe hitam, jawer hayam, kacang tanah, serta akar,

batang, daun rane halus atau S.willdenowi, nasi aking, dan jagung.

Langkah pembuatan jamu paluluntur yaitu semua bahan dicuci bersih, lalu

dijemur. Selanjutnya bahan rimpang seperti kunyit dan sebagainya dipotong

terlebih dahulu, kemudian dijemur 1 - 3 hari hingga kering. Setelah kering, semua

bahan ditumbuk dan disangrai. Selanjutnya ditambah nasi aking dan jagung yang

telah digoreng.