Laporan Praktikum Pteridologi Keankeragaman Tumbuhan Paku

68
LAPORAN PRAKTIKUM PTERIDOLOGI Acara Divisi Pterophyta, Arthrophyta, Phsilophyta dan Lycophyta Disusun oleh: Nia Rakhmayanti Nurdin M0411045

description

Membahas berbagai macam tumbuhan paku yang telah dibahas bagian-bagian dan daur hidupnya pada praktikum Pteridologi

Transcript of Laporan Praktikum Pteridologi Keankeragaman Tumbuhan Paku

Page 1: Laporan Praktikum Pteridologi Keankeragaman Tumbuhan Paku

LAPORAN PRAKTIKUM PTERIDOLOGI

Acara Divisi Pterophyta, Arthrophyta, Phsilophyta dan Lycophyta

Disusun oleh:

Nia Rakhmayanti Nurdin

M0411045

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2014

Page 2: Laporan Praktikum Pteridologi Keankeragaman Tumbuhan Paku

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tumbuhan paku (Pteridophyta) merupakan salah satu golongan

tumbuhan yang hampir dapat dijumpai pada setiap wilayah di Indonesia.

Tumbuhan paku dikelompokkan dalam satu divisi yang jenis-jenisnya telah jelas

mempunyai kormus dan dapat dibedakan dalam tiga bagian pokok yaitu akar,

batang, dan daun. Bagi manusia, tumbuhan paku telah banyak dimanfaatkan

antara lain sebagai tanaman hias, sayuran dan bahan obat-obatan. Namun secara

tidak langsung, kehadiran tumbuhan paku turut memberikan manfaat dalam

memelihara ekosistem hutan antara lain dalam pembentukan tanah, pengamanan

tanah terhadap erosi, serta membantu proses pelapukan serasah hutan.

Tumbuhan paku merupakan salah satu tanaman yang tidak lepas dari

usaha penyederhanaan obyek studi. Hal ini berkaitan dengan jumlah dan

keanekaragaman tumbuhan paku yang sangat besar di alam, yaitu mecapai kurang

lebih 9000 spesies. (Wilson dan Loomis, 1966).

Tumbuhan paku dapat tumbuh pada habitat yang berbeda. Berdasarkan

tempat hidupnya, tumbuhan paku ditemukan tersebar luas mulai daerah tropis

hingga dekat kutub utara dan selatan. Mulai dari hutan primer, hutan sekunder,

alam terbuka, dataran rendah hingga dataran tinggi, lingkungan yang lembab,

basah, rindang, kebun tanaman, pinggir jalan paku dapat dijumpai (Loveless,

1989).

Di sisi lain, tumbuhan paku juga memiliki nilai ekonomi yang cukup

tinggi,terutama pada keindahannya dan sebagai tanaman holtikultura, sebagai

tanaman hias (Polunin, 1994). Dan tumbuhan paku juga dapat dimanfaatkan untuk

sayuran dan obat-obatan tradisional.

Tumbuhan yang ada di alam ini mempunyai jumlah yang beraneka-

ragam sehingga menimbulkan kesadaran manusia untuk menyederhanakan obyek

studi melalui klasifikasi, identifikasi dan pemberian nama yang tepat untuk setiap

kelompok tumbuhan dengan memanfaatkan karakter yang terdapat pada setiap

Page 3: Laporan Praktikum Pteridologi Keankeragaman Tumbuhan Paku

tumbuhan, dan menggolongkannya ke dalam kelompok-kelompok tertentu

(Tjitrosoepomo, 1993).

Penyebaran dan keanekaragaman tumbuhan paku memang sangat besar,

begitu pula dengan potensi dan manfaatnya yang cukup penting baik untuk

tanaman hias, sayuran,obat-obatan hingga peranannya sebagai keseimbangan

ekosistem. Namun, data dasar tumbuhan paku berkenaan dengan komposisi,

keanekaragaman dan distribusi belum banyak terungkap. Oleh karena itu, pada

laporan ini dibahas tentang klasifikasi dan deskripsi dari berbagai tumbuhan paku.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana karakter-karakter umum Divisi Pterophyta, Arthrophyta,

Lycophyta dan Psilophyta?

2. Bagimana mengidentifikasi anggota Divisi Pterophyta, Arthrophyta,

Lycophyta dan Psilophyta?

3. Bagaimana membedakan anggota-anggota Divisi Pterophyta, Arthrophyta,

Lycophyta dan Psilophyta?

C. Tujuan Penulisan

1. Mahasiswa dapat mengetahui karakter-karakter umum Divisi Pterophyta,

Arthrophyta, Lycophyta dan Psilophyta.

2. Mahasiswa dapat mengidentifikasi anggota Divisi Pterophyta,

Arthrophyta, Lycophyta dan Psilophyta.

1. Mahasiswa dapat membedakan anggota-anggota Divisi Pterophyta,

Arthrophyta, Lycophyta dan Psilophyta.

D. Manfaat Penulisan

Pembuatan laporan praktikum Pteridophyta ini diharapkan dapat

menambah dan memberikan informasi serta wawasan tentang tumbuhan paku

baik ciri-cirinya maupun identifikasi anggota tiap divisi kepada pembaca,

lebih khususnya bagi para praktikan sendiri.

Page 4: Laporan Praktikum Pteridologi Keankeragaman Tumbuhan Paku

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Tumbuhan Paku (Pteridophyta)

Indonesia dikenal sebagai salah satu pusat keanekaragaman hayati yang

utama di dunia. Walaupun luasnya hanya meliputi 1,3% permukaan bumi namun

kawasan ini mengandung berbagai jenis makhluk hidup. Ditinjau dari

keanekaragaman tumbuhan ditemukan 225-300 jenis bakteri dan alga biru, 4.280-

12.000 jenis jamur (Fungi), 1.000-18.000 jenis ganggang (Alga), 1500 jenis lumut

(Bryophyta), 1.250- 1.500 jenis paku-pakuan (Pteridophyta), 100 jenis

Gymnospermae dan 2500-30.000 jenis tumbuhan berbunga (Angiospermae)

dengan 100-150 suku tumbuhan (Hasairin et al, 1997).

Menurut Tjittrosoepomo (1988), tumbuhan paku merupakan divisi yang

warganya telah jelas mempunyai kormus, artinya tumbuhan dengan nyata dapat

dibedakan dengan tiga bagian pokok, yaitu akar, batang dan daun namun belum

menghasilkan biji.

Kebanyakan tumbuhan paku memiliki perawakan yang khas, yaitu

adanya daun muda yang bergulung yang akan membuka jika dewasa, ciri yang

hampir unik ini disebut vernasi bergelung sebagai akibat lambatnya pertumbuhan

permukaan daun sebelah atas daripada sebelah bawah pada perkembangan

awalnya (Loveless, 1989).

Dunia tumbuhan secara umum dibagi mejadi 5 kelompok besar dalam

divisi. Kelima divisi tersebut dari yang paling sederhana ke yang paling komplek

yaitu Divisi Schyzophyta yaitu tumbuhan belah; yang menjadi anggota

Schizophyta adalah semua tumbuhan yang cara reproduksinya dengan membelah

diri, inti sel belum berdinding dan secara umum bersifat uniseluler. Contoh dari

Divisi Schizophyta adalah bakteri dan alga biru. Divisi berikutnya adalah Divisi

Thallophyta, yaitu kelompok tumbuhan yang dapat multiseluler ataupun

uniseluler namun sudah memiliki inti yang sesungguhnya. Contoh dari Divisi

Thallophyta adalah alga dan jamur. Meningkat pada kelompok tumbuhan lain

Page 5: Laporan Praktikum Pteridologi Keankeragaman Tumbuhan Paku

yang struktur akar dan batangnya belum ada, namun sel telah mengalami

diferensiasi dan spesialisasi adalah kelompok Bryophyta. Pteridophyta adalah

divisi yang semua anggotanya telah memiliki akar, batang dan daun yang sudah

jelas. Perkembangbiakan secara generatif dilakukan dengan menggunakan spora

(Tjitrosoepomo, 1988).

Pada beberapa jenis paku yang hidup di tanah, batang tumbuhan paku

sejajar dengan tanah. Karena tumbuhnya menyerupai akar maka batang tersebut

dinamakan rizoma. Batang ini sering tertutup oleh rambut atau sisik berfungsi

sebagai pelindungnya. Dari rizoma ini pula tumbuh akar – akar yang lembut.

Daun paku ada yang berbentuk tunggal, majemuk ataupun menyirip ganda.

Helaian daun secara menyeluruh disebut ental, terkadang tumbuh dua macam

ental, yaitu yang subur dan mandul. Pada ental yang subur tumbuh sporangia pada

permukaan daun bagian bawah. Kumpulan dari sporangia disebut sorus sedangkan

sekumpulan sorus itu sendiri disebut dengan sori. Spora terletak pada kotak spora

(sporangium) dan tidak jarang sorus tersebut dilindungi oleh suatu lapisan

penutup yang disebut indusium yang umumnya berbentuk ginjal. (Sastrapradja,

1979).

2. Karakteristik Tumbuhan Paku

Organ paku-pakuan terdiri atas dua bagian, yaitu:

1) Organ vegetatif, yang terdiri dari akar, batang dan daun (organum

nutritivum).

a. Akar

Akar paku adalah serabut. Pada bagian ujungnya tudung akar atau

kaliptra.

Di belakang tudung akar terdapat titik tumbuh akar berbentuk

bidang

empat, yang aktifitasnya adalah :

Ke luar menghasilkan kaliptra, dan

Ke dalam membentuk sel-sel akar

b. Batang.

Page 6: Laporan Praktikum Pteridologi Keankeragaman Tumbuhan Paku

Umumnya batang tumbuhan paku berupa akar tongkat atau

rhizoma, ada

juga yang berupa batang sesungguhnya, misalnya batang paku

tiang. Bila

dibuat sayatan melintang, maka akan tampak jaringan batang urut

dari luar

ke dalam adalah sebagai berikut:

Epidermis atau kulit luar. Umumnya keras karena

mempunyai jaringan penguat yang terdiri atas sel-sel batu

atau skelerenkim.

Korteks atau kulit pertama. Bagian ini banyak mengandung

ruangruang sel yang berbentuk lubang-lubang besar.

Stele atau silinder pusat. Terdiri atas jaringan parenkim dan

mengandung berkas pembuluh pengangkut, yaitu xilem

dan floem dan bertipe kosentris.

c. Daun

Menurut Smith (1991) berdasarkan bentuk dan sifat daunnya dapat

dibedakan atas dua golongan, yaitu:

Megaphyllus, yaitu paku yang mempunyai daun besar

sehingga mudah dibedakan atas batang dan daun , misalnya

pada Asplenium.

Macrophyllus, yaitu paku yang memiliki daun kecil dan

umumnya berupa sisik sehingga sukar dibedakan bagian-

bagannya, misalnya pada Lycopodium.

2) Organ generatif (organum reproduktivum)

Paku berkembang biak dengan spora. Setiap kotak spora dikelilingi oleh

sederetan sel yang melingkar membentuk bangunan seperti cincin dan

disebut annulus. Annulus ini berfungsi untuk mengatur pengeluaran

spora.Aktivitas annulusdipengaruhi oleh suhu dan kelembaban udara. Di

dalam sel-sel annulus penuh berisi air. Bila dalam keadaan basah sel-sel

annulus akan mengembang, namun bila dalam keadaan kering sel-sel

Page 7: Laporan Praktikum Pteridologi Keankeragaman Tumbuhan Paku

annulus akan mengisut, maka sel-sel annulus mengerut dan memendek

menyebabkan dinding kotak spora menjadi retak. Kotak spora pecah, spora

dihembuskan keluar melalui celah yang terjadi pada waktu sel annulus

mengerut. Perkembangbiakan pada tumbuhan paku secara “gametofit”

bersifat seksual dengan menghasilkan sel-sel gamet (gamet ♂ dan gamet

♀) “sporofit” bersifat aseksual dengan menghasilkan spora (Hasairin,

2003).

3. Ekologi Tumbuhan Paku

Kondisi lingkungan di hutan tertutup ditandai dengan sedikitnya jumlah

sinar yang menembus kanopi hingga mencapai permukaan tanah dan kelembaban

udaranya sangat tinggi. Dengan demikian paku hutan memiliki kondisi hidup

yang seragam dan lebih terlindung dari panas. Kondisi ini dapat terlihat dari

jumlah paku yang dapat beradaptasi dengan cahaya matahari penuh tidak pernah

dijumpai di hutan yang benar-benar tertutup. Beberapa paku hutan tidak dapat

tumbuh di tempat yang dikenai cahaya matahari (Holtum, 1986).

4. Daur Hidup Tumbuhan Paku

Tumbuhan paku menghasilkan spora yang sangat lembut. Spora-spora

dihasilkan oleh kotak spora dan tersimpan rapat-rapat di dalamnya. Bila kotak

spora telah masak, dinding pecah dan berhamburlah sporanya (Sastrapraja, 1979).

Spora paku cukup ringan sehingga mudah dibawa angin, karena itu

mudah tersebar luas. Dalam udara kering spora mampu mempertahankan

viabilitasnya selama beberapa bulan, tetapi jika dibasahi pada suhu yang cocok,

spora akan berkecambah (Loveless, 1989).

Page 8: Laporan Praktikum Pteridologi Keankeragaman Tumbuhan Paku

BAB III

METODE PENELITIAN

1. Waktu dan Tempat Praktikum

Laporan ini dibuat berdasarkan praktikum yang dilakukan pada setiap

hari Selasa yaitu tanggal 6, 15 dan 21 Mei 2014. Praktikum ini dilakukan di

Laboratorium II Biologi FMIPA UNS.

2. Alat dan Bahan

1. Alat yang digunakan

Alat tulis secukupnya

Mikroskop cahaya 2 buah

Pinset secukupnya

Kamera 1 buah

Cawan Petri secukupnya

2. Bahan yang digunakan

a. Divisi Pterophyta

1. Preparat Awetan Asplenium sp.

2. Preparat Awetan Adiantum sp.

3. Preparat Awetan Blechnum sp.

4. Preparat Awetan Davalia sp.

5. Preparat Awetan Platycerium sp.

6. Preparat Awetan Polypodium sp.

7. Preparat Awetan Pteris ensiformis

8. Preparat Awetan Marsilea sp.

9. Preparat Awetan Salvinia sp.

10. Preparat Awetan Azolla sp.

11. Preparat Awetan Drynaria sp.

12. Preparat Awetan Ophioglossum sp.

13. Preparat Awetan Lygodium sp.

14. Preparat Awetan Gleichenia sp.

Page 9: Laporan Praktikum Pteridologi Keankeragaman Tumbuhan Paku

15. Preparat Awetan Hymenophylum sp.

b. Divisi Athrophyta

1. Preparat Awetan Equisetum sp.

2. P.B. Strobilus Equisetum sp.

3. P.M. Batang Equisetum sp.

c. Divisi Lycopytha

1. Preparat Awetan Lycopodium sp.

2. P.B. Strobilus Lycopodium sp.

3. P.L. Batang Lycopodium sp.

4. Preparat Awetan Sellaginela sp.

5. P.B. Strobilus Selaginella sp.

6. P.B. Batang Selaginella sp.

d. Divisi Psilophyta

1. Preparat Awetan Psilotum sp.

3. Cara Kerja

a. Mengamati herbarium kering tiap spesies. Sedangkan untuk preparat

mikroskopis pengamatan dilakukan dibawah mikroskop cahaya dengan

perbesaran kuat.

b. Menuliskan klasifikasi dan deskripsi serta menggambar morfologi tiap

sepesies dari anggota tiap divisi.

Page 10: Laporan Praktikum Pteridologi Keankeragaman Tumbuhan Paku

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

No. Preparat Awetan Keterangan

Divisi Pterophyta

1. Asplenium sp.

1. Daun sporofil

2. Daun tropofil

3. Sorus

4. Rhizome

2. Adiantum sp. 1. Sorus

2. Daun sporofil

3. Daun tropofil

4. Rhizome

3

1

2

1

Page 11: Laporan Praktikum Pteridologi Keankeragaman Tumbuhan Paku

3. Blechnum sp. 1. Sorus

2. Daun tropofil

3. Daun sporofil

4. Rhizome

3

12

13

Page 12: Laporan Praktikum Pteridologi Keankeragaman Tumbuhan Paku

4. Davalia sp. 1. Daun sporofil

2. Daun tropofil

3. Sorus

4. Rhizome

4

2

4

3

1

Page 13: Laporan Praktikum Pteridologi Keankeragaman Tumbuhan Paku

5. Platycerium sp. 1. Daun sporofil

2. Daun tropofil

3. Sorus

4. Rhizome

6. Polypodium sp. 1. Sorus

2. Daun tropofil

3. Daun sporofil

4. Rhizome

5. Rambut-rambut

rhizoma

7. Pteris ensiformis 1. Sorus

2

12

3

12

4

Page 14: Laporan Praktikum Pteridologi Keankeragaman Tumbuhan Paku

2. Daun sporofil

3. Daun tropofil

4. Rhizome

8. Marsilea sp. 1. Sporokarpium

2. Spora

3. Daun

9. Salvinia sp. 1. Daun

mengapung

2. Daun tenggelam

3. Sporokarpium

1

2

3

3

1

Page 15: Laporan Praktikum Pteridologi Keankeragaman Tumbuhan Paku

10. Azolla sp. 1. Daun terapung

2. Daun tenggelam

3. Sporokarpium

11. Drynaria sp. 1. Daun tropofil

2. Daun sporofil

3. Sorus

4. Rhizome

2

3

1

1

2 1

Page 16: Laporan Praktikum Pteridologi Keankeragaman Tumbuhan Paku

12. Ophioglossum sp. 1. Sorus

2. Daun tropofil

3. Daun sporofil

13. Lygodium sp. 1. Daun tropofil

2. Daun sporofil

3. Sorus

4. Batang

4

1

2

4

Page 17: Laporan Praktikum Pteridologi Keankeragaman Tumbuhan Paku

14. Gleichenia sp. 1. Daun bercacang

pseudodikotom

2. Sorus

3. Rhizome

4. Batang

2

3

1

1

Page 18: Laporan Praktikum Pteridologi Keankeragaman Tumbuhan Paku

15. Hymenophylum sp. 1. Daun tropofil

2. Daun sporofil

3. Indusium

4. Sorus

5. Rhizome

Divisi Athrophyta

16. Equisetum sp. 1. Strobilus

2. Rigi

3. Daun mikrofil

4. Nodus

2

4

42

1

3

Page 19: Laporan Praktikum Pteridologi Keankeragaman Tumbuhan Paku

5. Internodus

6. Rhizome

7. Tunas fertile

8. Tunas steril

9. Akar adventif

17. P.B. Strobilus Equisetum sp.

(Dokumentasi Pribadi, 2014).

1. Aksis sentral

2. Sporofil

3. Sporangium

4. Spora

5. Sporangiofor

18. P.M. Batang Equisetum sp.

(Dokumentasi Pribadi, 2014).

1. Epidermis

2. Korteks

a. Sklerenkim

b. Parenkim

3. Endodermis

4. Floem

5. Xylem

6. Saluran karinal

7. Saluran

valekuler

8. Saluran pusat

Divisi Psilophyta

1

3

5

4

1

2

2b2a 7

8

61

Page 20: Laporan Praktikum Pteridologi Keankeragaman Tumbuhan Paku

19. Psilotum sp. 1. Sisik / daun

mikrofil

2. Batang aerial

3. Rhizome

4. Sinangium

Divisi Lycophyta

20. Lycopodium sp. 1. Sporangium

2. Batang

3. Strobilus

4. Daun fertil

5. Daun steril

21. P.B. Strobilus Lycopodium sp. 1. Aksis sentral

2. Spora

3. Sporangium

4

2

54 2

Page 21: Laporan Praktikum Pteridologi Keankeragaman Tumbuhan Paku

(Dokumentasi Pribadi, 2014).

4. Sporofil

5. Sporangiofor

22. Selaginella sp. 1. Strobilus

2. Daun ventral

3. Daun dorsal

23. P.L. Batang Lycopodium sp. 1. Epidermis

4

5

2

1

3

1

2

3

Page 22: Laporan Praktikum Pteridologi Keankeragaman Tumbuhan Paku

(Dokumentasi Pribadi, 2014).

2. Korteks

3. Stele

4. Xylem

5. Floem

24. P.B. Strobilus Selaginella sp.

(Dokumentasi Pribadi, 2014).

1. Makrosporofil

2. Makrosporangi

um

3. Makrospora

4. Mikrosporofil

5. Mikrosporangiu

m

6. Mikrospora

7. Sporangiofor

8. Ligula

9. Aksis sentral

25. P.B. Batang Sellaginela sp. 1. Epidermis

2. Korteks

3. Rongga udara

4. Trabekula

41

326

5

9

3

2

6

5

8

7

1

4

Page 23: Laporan Praktikum Pteridologi Keankeragaman Tumbuhan Paku

(Dokumentasi Pribadi, 2014).

5. Stele

6. Xylem

7. Floem

B. Pembahasan

1) Divisi Pterophyta

1. Preparat Awetan Asplenium sp.

a. Klasifikasi

Kingdom : Plantae

Divisi : Pteridophyta

Kelas : Polypodiopsida

Ordo : Polypodiales

Famili : Aspleniaceae

Genus : Asplenium

Species : Asplenium sp.

b. Deskripsi

Enthal tunggal, tersusun menyirip, warna hijau; tepi bergerigi.

Sori terdapat pada percabangan urat enthal yang pertama dekat anak

tulang enthal; indusia tipis seperti selaput. Terestrial, paku epifit pada

pohon tinggi, Tumbuh tersebar di seluruh kawasan yang diamati mulai

1.060-1.240 m dpl. Tumbuh epifit di batang pohon yang telah

ditebang sampai di ranting pohon besar. Secara umum tumbuhan ini

banyak ditemukan baik di dataran rendah maupun daerah pegunungan

sampai ketinggian 2.500 m dpl., sering menumpang di batang pohon

2

4 1

7

6

3

5

Page 24: Laporan Praktikum Pteridologi Keankeragaman Tumbuhan Paku

tinggi, dan menyukai daerah yang agak lembab dan tahan terhadap

sinar matahari langsung. Tanaman ini tersebar di seluruh daerah

tropis.Paku Sarang Burung atau nama saintifiknya (Sastrapraja, dkk.

1979).

Daun tunggal tersusun pada batang sangat pendek melingkar

membentuk keranjang. Daun yang kecil berukuran panjang 7 -150 cm,

lebar 3 – 30 cm. Ujung meruncing atau membulat, tepi rata dengan

permukaan yang berombak dan mengkilat. Daun bagian bawah

warnanya lebih pucat dengan garis-garis coklat sepanjang anak tulang,

daun bentuk lanset, tersusun melingkar, ujung meruncing, warna daun

bagian atas hijau terang, bagian bawah hijau pucat. Rhizome yang

pendek ditutupi oleh sisik yang halus dan lebat, sisik berwarna coklat.

Paku epifit dengan akar rimpang kokoh, tegak, bagian ujung

mendukung daun-daun yang tersusun roset, di bagian bawahnya

terdapat kumpulan akar yang besar dan rambut berwarna coklat,

bagian ujung ditutupi sisik-sisik sepanjang sampai 2 cm, berwarna

coklat hitam.

c. Manfaat:

Asplenium sp. di Bali sering digunakan sebagai tanaman hias

untuk menata taman, merangkai bunga dan akarnya dicincang alus

dapat digunakan untuk media mencangkok tanaman. Dapat juga

dijadikan sebagai obat penyubur rambut, demam, sakit kepala,

kontrasepsi, gigitan atau sengatan hewan berbisa. Daunnya ditumbuk

dan dicampur dengan parutan kelapa kemudian dioleskan pada rambut

(Darma, 2006).

2. Preparat Awetan Adiantum sp.

a. Klasifikasi

Kingdom : Plantae

Divisi : Pteridophyta

Kelas : Pteridopsida

Ordo : Polypodiales

Page 25: Laporan Praktikum Pteridologi Keankeragaman Tumbuhan Paku

Famili : Adiantaceae

Genus : Adiantum

Spesies : Adiantum sp.

b. Deskripsi

Dari hasil pengamatan terhadap Adiantum sp. dapat ditemukan

ditempat yang lembab diantara batu-batuan. Habitus dari paku ini

adalah perdu. Akar berupa rimpang pendek mengelompok  berwarna

gelap. Percabangan dikotomis terbagi.Daun berbentuk bulat panjang

yang sempit, yang masing-masing terbagi lagi menjadi lebih kecil.

Daun berwarna hiaju tua dengan tepi berombak. Pada masing-masing

ental memiliki 1 hingga 20 sori yang berada dibawah permukaan

bawah daun sebalah pinggir. Sori berwana coklat tua. Sori kecil, 1-20

per segmen, berdekatan dengan bagian luar dan bagian atas. Spora

terbagi menjadi 32 per sporangium, berwarna coklat (Large, 1993).

Adiantum sp. hidup di tanah, hampir  semua paku-pakuan adalah

herba atau agak berkayu. Letak akar tumbuhan paku bermacam-

macam, pada Adiantum Sp akarnya serabut, tumbuh dari rizoma yang

pakalnya rimpang, tegak dan berwarna coklat. Semua batang paku-

pakuan kerap berupa rimpang karena umumnya arah tumbuhnya

menjalau atau memanjat, bentuk batangnya bulat panjang, permukaan

batangnya halus, warna coklat dan percabangan monopodial. Jenis

daun pada Adiantum sp. adalah majemuk, tulang daunnya menyirip

atau sporofil (daun fertil) yang fungsi utamanya adalah menghasilkan

sporangium. Biasanya hampir semua sporofil juga berfungsi sebagai

organ untuk fotosintesis. Suplir memiliki penampilan yang jelas

berbeda dari jenis paku-pakuan lain. daunnya tidak berbentuk

memanjang, tetapi cenderung membulat. Sorus merupakan kluster-

kluster di sisi bawah daun pada bagian tepi. Spora. terlindungi oleh

sporangium yang dilindungi oleh indusium. Pada daun Adiantum sp.

bentuk indisiumnya memanjang (Puspitasari, 2010).

c. Manfaat

Page 26: Laporan Praktikum Pteridologi Keankeragaman Tumbuhan Paku

Adiantum sp. biasanya digunakan sebagai tanaman hias. Selain itu

paku ini juga mengandung bhan organi yang baik untuk menjaga

kelembaban tanah. Dapat juga mencegah kekeringan (Latifah, 2004).

3. Preparat Awetan Blechnum sp.

a. Klasifikasi

Kingdom : Plantae

Divisi : Pterydophyta

Kelas : Filiopsida

Ordo : Polypodiales

Famili : Blechnaceae

Genus : Blechnum

Spesies : Blechnum sp. (Tjitrosoepomo, 1989).

b. Deskripsi                         

Termasuk  Famili Blechnaceae. Jenis paku ini termasuk golongan

paku tanah yang dapat dikumpulkan dari daerah yang berketinggian

800 meter sampai dengan 2.000 meter di atas permukaan laut. Paku

ini biasanya terdapat di tempat-tempat yang terbuka atau di jalan-jalan

setapak atau hutan yang tidak terlalu lebat. Di atas disebutkan bahwa

paku ini memiliki dua macam daun yaitu daun subur dan daun

mandul. Kedua daun tersebut tersusun oleh anak-anak daun yang

letaknya menyirip. Ukuran daun tanpa tangkainya adalah antara 15 –

45 cm. Daun suburnya memiliki anak-anak daun yang lebih sempit.

Sporanya membentuk barisan yang memanjang, tersebar, kecuali di

sepanjang tulang anak daunnya. Rimpangnya pendek, tetapi tebal.

Rimpang tersebut tertutup oleh bulu-bulu yang kasar. Akarnya

berjumlah banyak, karena paku ini termasuk jenis paku tanah, maka

dapat diketemukan di antara tumbuhan lainnya (Steenis,2005).

Memiliki daun yang agak lebar dengan sorus yang berbentuk

garis pada bagian sisi bawah daun. Ada indusium dari tepi daun. Daun

menyirip. Habitatnya epifit pada batang pohon besar atau bebatuan

yang lembab. Alat reproduksinya berupa aseksual dan seksual,

Page 27: Laporan Praktikum Pteridologi Keankeragaman Tumbuhan Paku

dimnana aseksualnya dengan pembentukan spora dan seksualnya

dengan cara oogami (Steenis,2005).

c. Manfaat

Jenis paku ini mempunyai fungsi sebagai penutup tanah atau

ground cover pada areal taman karena bentuk pohonnya yang sangat

kecil dan daunnya saling menutup antara satu pohon dengan  pohon

yang lainnya.

4. Preparat Awetan Davallia sp.

a. Klasifikasi

Kingdom : Plantae

Divisi : Pteridophyta

Kelas : Pteridopsida

Ordo : Polypodiales

Famili : Polypodiaceae

Genus : Davallia

Spesies : Davallia sp.

b. Deskripsi

Davallia sp. merupakan salah satu genus dari 40 jenis pakis.

Dallavia sp. merupakan tumbuhan epifit. bila dilihat secara langsung,

maka tumbuhan ini mempunyai cirri-ciri antara lain rimpangnya

kuat,dan ketika masih muda tertutupi oleh sisik, serta daunnya

berbentuk segitiga dan kaku, tepinya bergerigi, dan permukaanya

mengkilat sehingga mudah dilihat. Daunnya berwarna hijau muda

sampai hijau tua, menyirip ganda dua atau lebih dengan urat-urat yang

bebas. Rimpang merayap dengan ruaas-ruas yang panjang, bersisik

rapat. Sisik berwarna pirang (Tjitrosoepomo, 2009).

Davallia sp. mempunyai Rimpang yang kuat, berdaging kuat,

berdaging dan agak menjalar. Bila tumbuhan ini masih muda,

rimpang-rimpangnya ditutupi oleh sisik-sisik yang padat, warnanya

coklat terang. Entalnya berumbai, panjangnya sampai 1 m. Bentuk

Page 28: Laporan Praktikum Pteridologi Keankeragaman Tumbuhan Paku

ental tersebut segitiga, menyirip ganda tiga atau empat. Tangkainya

bewarna coklat gelap, mengkilat. Helaian daunnya berbentuk segitiga

dengan tepi yang berringgit. Daun-daun ini kaku dan kuat. Permukaan

daunnya licin mengkilat, sehingga mudah sekali terlihat dengan jelas

(Mustofa, 2009).

Davallia sp. memiliki sorus yang bulat atau memanjang, dimana

sorus ini terletak pada sisi bawah daun, atau disepanjang tepi daun,

dan terpisah-pisah. Indisium dari Davallia ini terdapat pada pangkal

dan kanan kiri spesies ini. Dimana indusium berlekatan pada

permukaan daun sehingga bentuknya kurang lebih seperti piala dan

terbuka pada arah ketepi daun. (Sunarmi, 2004).

c. Manfaat

Davallia sp. Memiliki bentuknya cukup menarik sebagai tanaman

hias. Dapat ditanam ditempat-tempat yang terlindung maupun tempat-

tempat yang terbuka. Pernah dilaporkan bahwa paku tertutup

mengandung asam hidrosianik (Perwati, 2009).

5. Preparat Awetan Platycerium sp.

a. Klasifikasi

Kingdom : Plantae

Divisi : Pteridophyta

Kelas : Pteridopsida

Famili : Polypodiaceae

Ordo : Polypodiales

Genus : Platycerium

Spesies : Platycerium sp.

b. Deskripsi

Perawakan parenial, Daun terdiri atas dua macam yaitu daun

penyangga atau daun steril dan dedaunan atau daun fertil. Daun

penyangga terletak di bagian pangkal daun fertil, tumbuh saling

menutupi dan persisten, menyerupai keranjang, bagian ujung

bercuping, berwarna hijau dan berubah kecoklatan bila tua dan tidak

Page 29: Laporan Praktikum Pteridologi Keankeragaman Tumbuhan Paku

berspora. Daun fertil luruh, tumbuh menggantung, umumnya

bercabang menggarpu pada ujungnya menyerupai tanduk rusa,

berwarna hijau keputihan, berbulu bintang dan berspora

(Rismunandar, 1991).

Tergolong daun tunggal, bertoreh dalam. berdaging, tepi rata,

permukaan berbulu halus, panjang 40-100 cm, ujung tumpul, daun

tambahan satu sarnpai tujuh, menggarpu, bentuk baji, coklat hijau.

Batang tidak jelas ada yang mengatakan tidak berbatang, karena daun

langsung tumbuh dari akar tanpa perantara dari batang. Akar berbulu

dan berwarna coklat. kekuningan dan biasanya langsung mengakar

pada batang tanaman yang di tumbuhinya. Akar berupa akar serabut.

Spongarium, terdapat pada ujung, tertutup rambut, bentuk bintang,

bercabang dua sampai empat, panjang 10-12 cm, lebar 2-3 cm,

berwarna hijau muda dan hijau kebiruan (Rismunandar, 1991).

c. Manfaat

Pemanfaatan Platycerium sebagai tanaman hias digunakan dalam

bentuk segar baik berupa daun potong atau tanaman dalam pot. Selain

itu, Platycerium juga digunakan untuk obat tradisional oleh

masyarakat Jawa. Tumbukan halus daunnya digunakan sebagai

kompres demam dan luka bengkak seperti bisul, radang rahim luar,

dan campurannya dengan bawang merah digunakan juga untuk obat

gondok dan kudis (Kreier dan Scheider, 2006).

6. Preparat Awetan Polypodium sp.

a. Klasifikasi

Kingdom : Plantae

Divisi : Pteridophyta

Kelas : Filicinae

Ordo : Superfisiales

Famili : Polypodiaceae

Genus : Polypodium

Spesies : Polypodium sp.(Haufler, Christopher H, 1993).

Page 30: Laporan Praktikum Pteridologi Keankeragaman Tumbuhan Paku

b. Deskripsi

Habitat di alam, paku ini tumbuh ditempat terbuka dan kadang-

kadang juga tumbuh di tempat terlindung dari sinar matahari. Di

dataran rendah yang tidak terlalu kering. Tumbuhan paku ini hidup

epifit (tumbuh di bagian batang atau ranting pohon). Tumbuhan ini

ada yang tumbuh di tanah (terestris), namun ada juga yang tumbuh

sebagai epifit (tumbuh di bagian batang atau ranting pohon).

Polypodium sp adalah beberapa contoh paku yang epifit di hutan yang

memiliki tajuk cukup rapat (Gembong,1983).

Akarnya serabut keluar dari rimpang,memiliki bentuk daun

berbagi menyirip tepi daun rata,dengan ujung yang meruncing, lebar

biasa mencapai 4 cm dan panjang bisa mencapai 17 cm. Tulang daun

menyirip. Batangnya berwarna hijau kecoklatan panjang, berbentuk

bulat lonjong. Warna biasanya hijau daun (Kimbal,1999).

Tumbuhan paku ini bersifat homospora atau isospora (hanya

menghasilkan satu macam spora), terletak pada sorus di bawah daun

terletak didekat dengan tulang daun.berbentuntuk lonjong berwarna

coklat (Ali. 2008).

c. Manfaat

Manfaat Polypodium sp. , tumbuhan paku ini dapat dimanfaatkan

sebagai tanaman hias, dan dapat juga dkonsumsi debagai sayuran pada

zaman dahulu tanaman ini djadikan sebagai bahan makan oleh

masyarakat yang bertemapat tinggal di daerah pegunungan. Dan dapat

di jadikan sebagai obat penyembuh sakit kepala yaitu dengan

merebusnya dengan air yang mendidih (Soeratman. 1999).

7. Preparat Awetan Pteris ensiformis

a. Klasifikasi

Kingdom : Plantae

Divisi : Pteridophyta

Kelas : Filicopsida

Ordo : Polypodiales

Page 31: Laporan Praktikum Pteridologi Keankeragaman Tumbuhan Paku

Famili : Pteridaceae

Genus : Pteris

Spesies : Pteris ensiformis (Moertolo, 2004).

b. Deskripsi

Termasuk paku tanah dengan ketinggian 0,15m-0,70m, akar

rimpang tegak dan merayap pendek dan daun gunduk tegak menyirip

rangkap kuat tidak beruas. Daun steril panjang 5-20 cm diatas tangkai.

Daun fertil berbeda dengan daun steril. Anak daun atau taju daun

berbentuk garis, lebar 24mm, tepi daun rata tetapi bagian ujungnya

bergerigi (Moertolo, 2004).

Warna daun pada Pteris sp. adalah hijau tua, peruratan (vernasi)

menyirip, ujung-ujungnya bergabung dengan urat lain sehingga

memperlihatkan garis yang dekat dengan tepi. Tekstur daun adalah

helaian atau seperti selaput (tekstur daun tumbuhan paku bervariasi

seperti selaput atau helaian atau seperti selaput tebal atau

kulit).Permukaan daunnya halus atau gundul. Tangkai daun berukuran

±28cm (Moertolo, 2004).

Pteris merupakan pakis homospor yang mempunyai tipe

gametofit yaitu tipe jantung, tipe gametofit ini yang paling

umum.Protaliumnya berbentuk pipih, alat kelamin (gametangium)

terletak pada permukaan ventral (bawah), arkegonium biasanya

terletak didekat takik, anteridium umumnya terletak di antara rizoid.

c. Manfaat

Pteris ensiformis dimanfaatkan sebagai kemampuan

”hyperaccumulate” (menyerap sejumlah arsenic) yang besar dari

lahan. Selain itu spesies ini digunakan sebagai bioremediation

potensial. Pada umumnya tumbuhan paku tersebut digunakan sebagai

tanaman hias yang ditanam dalam pot, yang biasanya  orang

menanam sebagai tanaman pembatas.

8. Preparat Awetan Marsilea sp.

a. Klasifikasi

Page 32: Laporan Praktikum Pteridologi Keankeragaman Tumbuhan Paku

Kingdom : Plantae

Divisi : Pteridophyta

Kelas : Pteridopsida

Ordo : Marsileales

Famili : Marsileaceae

Genus : Marsilea

Spesies : Marsilea sp. (Afriastini,2003)

b. Deskripsi

Famili Marcileaceae hidup di paya-paya atau air yang dangkal,

berakar dalam tanah, jarang berupa tanaman darat sejati. Batangnya

menyerupai rimpang yang merayap, ke atas membentuk daun-daun,

ke bawah akar-akar. Genus Marsilea mempunyai batang yang

merayap, daun bertangkai panjang dengan helaian yang biasanya

berbelah 4. Sedikit di atas pangkal tangkai daun keluar sepasang atau

sejumlah sporokarpium berbentuk ginjal atau jorong. Dalam

sporokarpium terdapat banyak sorus yang mempunyai indusium dan

di dalamnya terdapat mikro dan makrosporangium (Tjitrosoepomo

1988).

Tumbuhan semanggi tumbuh merambat di lingkungan perairan

dengan tangkai mencapai sepanjang 20 cm dan bagian yang muncul

ke permukaan air setinggi 3-4 cm. Di tempat yang airnya lebih dalam,

panjang tangkai dan jarak antar buku jauh lebih panjang daripada di

perairan yang dangkal. Daun semanggi memiliki 4 helai anak daun

dengan ukuran rata-rata panjang 2,5 cm dan lebar 2,3 cm. Daun

tersebut tipis dan lembut berwarna hijau gelap. Akar pada tanaman

semanggi tertanam dalam substrat di dasar perairan. Sporocarp yang

merupakan struktur reproduksi berbentuk panjang dan bulat pada

bagian akhir, terdapat sebanyak 1 sampai 6 buah dengan ukuran 3-4

mm, dan panjang tangkai sporocarp5 mm (Holttum 1930).

c. Manfaat

Page 33: Laporan Praktikum Pteridologi Keankeragaman Tumbuhan Paku

Semanggi air sudah dimanfaatkan oleh masyarakat di beberapa

negara. Di Indonesia khususnya Jawa, Filipina, dan Thailand daun

semanggi air yang masih muda digunakan sebagai sayuran untuk

makanan. Di Thailand tanaman ini dimakan segar dengan sambal

lokal. Di Filipina daun semanggi air digunakan sebagai bahan obat

untuk neurasthenia dan oedema. Sedangkan di India daun semanggi

air digunakan melawan kusta, demam, dan keracunan pada darah. Di

Australia tanaman ini banyak digunakan sebagai tepung dan dimakan.

Selain untuk dikonsumsi dan digunakan sebagai obat, di New Zealand

semanggi air juga dapat digunakan sebagai tanaman hias pada

akuarium (Champion dan Clayton , 2001).

9. Preparat Awetan Salvinia sp.

a. Klasifikasi

Kingdom : Plantae

Divisi : Pteridophyta

Kelas : Pteridopsida

Ordo : Salviniales

Famili : Salviniaceae

Genus : Salvinia

Spesies : Salvinia sp.

b. Deskripsi

Rhizoma berambut pendek,berbulu, menunjang daun dalama tiga

baris. Dua sederhana dan seluruhnya berwarna hijau,mengapung,daun

ketiga dibawah permukaan air,bercabang dan tumbuh kebawah. Sori

pada daun yang mengambang menghasilkan makro dan mikro

sporangia pada sori yang berbeda (Geesink dkk, 1989).

Tanaman dewasa menghasilkan sporocarp dalam jumlah besar

yang terletak diantara daun yang terendam. Sporocarps berupa

kantung-kantung, kantung sporocarp mengandung banyak sporangia

yang berisi spora reproduksi. Macrosporocarps mengandung

Page 34: Laporan Praktikum Pteridologi Keankeragaman Tumbuhan Paku

arkegonium, dan microsporocarps mengandung anteridium yang

jumlahnya lebih banyak. Spora membutuhkan air untuk penyebaran

dan pemupukan, sementara itu pada spesies ini belum diteliti, dapt

terjadinya reproduksi seksual (Harley, 1981).

Salvinia merupakan pakis air. Rhizoma horizontal agak berkelok-

kelok yang mengambang tepat dibawah permukaan air. Tumbuhan ini

juga tidak memiliki akar,hanya saja daun yang mengapung terlihat

seperti akar. Daun yang mengapung tiga kali lebih panjang dari

luasnya, berukuran sekitar 2,7-4,2 cm panjang dan 1,0-1,8 cm lebar.

Pada permukaannya terdapat jaringan aerenkim spons yang membantu

daun tersebut mengapung. Melipat atu tidaknya daun tersebut

tergantung kepadatan spesies.Daun berbentuk persegi panjang dengan

daging daun kenyal. Hampir semua bagian tanama ini kecuali

permukaan daun bagian atasdiselimuti oleh rambut berwarna kastanye

(Mitchell, 1972).

c. Manfaat

Contohnya pada Salvinia molesta yang biasa disebut dengan

Kayambang, dapat digunakan sebagai bahan organik dan sistem

penyiangan terhadap pertumbuhan gulma, pertumbuhan dan hasil

tanaman padi sawah (Jumadi, 1986).

10. Preparat Awetan Azolla sp.

a. Klasifikasi

Kingdom : Plantae

Divisi : Pteridophyta

Kelas : Pteridopsida

Ordo : Salviniales

Famili : Azollaceae

Genus : Azolla

Spesies : Azolla sp.

b. Deskripsi

Page 35: Laporan Praktikum Pteridologi Keankeragaman Tumbuhan Paku

Istilah Azolla berasal dari bahasa latin, yaitu azo yang berarti

kering dan ollyo

yang berarti mati. Tumbuhan ini akan mati apabila dalam keadaan

kering. Azola merupakan tumbuhan jenis paku-pakuan air yang

hidupnya mengambang diatas permukaan air. Berukuran kecil, lunak,

bercabang cabangtidak beraturan. Helaian daunnya tumpang tindih,

tersusun saling menutup.Setiap daun terdiri dari dua helaian, yaitu :

helaian atas dan helaian bawah.Helaian atas berupa daun tebal, dan

berada di atas air. Berwarna hijau karenamengandung klorofil yang

berguna dalam asimilasi. Di dalamnya terdapat ruangan-ruangan yang

berisi koloni Annabaena azollae. Helaian bawah, tipis danpucat,

karena tidak secara langsung mendapat sinar matahari. Azola

tidakmempunyai batang, karena batangnya berupa rimpang (rhizome),

dan rimpangtersebut tumbuh daun. Azola yang tua bercabang-cabang

terdapat akar yangmenempel tersusun rapih seperti rambut yang lebat,

dan tumbuh lurus, sertatidak bercabang, masuk ke dalam air (Lumpkin

dan Plucknett, 1980).

c. Manfaat

Pemanfatan azolla sebagai pupuk pengganti urea telah banyak

dilaporkan oleh karena dapat mengikat nitrogen yang cukup besar.

Spesies yang banyak terdapat di Indonesia terutama di pulau Jawa

adalah Azolla.pinnata, dan biasa tumbuh bersama-sama padi di sawah.

(Lumpkin dan Plucknett. 1982).

11. Preparat Awetan Drynaria sp.

a. Klasifikasi

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Divisi : Pteridophyta (paku-pakuan)

Kelas : Pteridopsida

Ordo : Polypodiales

Famili : Polypodiaceae

Genus : Drynaria

Page 36: Laporan Praktikum Pteridologi Keankeragaman Tumbuhan Paku

Spesies : Drynaria sp.

b. Deskripsi

Tumbuhan paku epifit yang melindungi akarnya dan perangkap

humus berupa daun khusus yang mempunyai sisik kecil diatasnya,

yaitu Drynaria sp. Jenis ini mempunyai dua macam daun, yaitu daun

fertil dan daun steril. Tumbuh panjang seperti daun biasa, dan yang

lainnya pendek kaku bentuknya seperti daun oak, berwarna coklat.

Daun yang terakhir ini melindungi akar dan berfungsi untuk

menengkap serasah sebagai sumber makanan dan sebagai material

penyerap air bagi akar (Lugrayasa, 2004).

Mempunyai rimpang keras yang kecil dan ditutupi oleh serabut

yang pendek berwarna hitam. Bagian adaksial daun tumbuhan paku

ini berwarna hijau tua, sedangkan bagian abaksialnya berwarna hijau

muda. Sporangium terdapat pada bagian abaksial daun fertil dan

tersebar tidak teratur (Purnamawati et al., 2014).

c. Manfaat

Akar Drynaria sparsisora berkhasiat sebagai obat sakit mata dam

untuk obat mencret. Jenis ini biasanya ditanam sebagai tanaman hias,

selain itu juga untuk obat tradisional seperti sebagai obat maag, sakit

kepala, demam, dan obat bengkak.

12. Preparat Awetan Ophioglossum sp.

a. Klasifikasi

Kingdom : Plantae

Divisi : Pteridophyta

Kelas : Filicopsida

Ordo : Ophioglossales

Family : Ophioglossaceae

Genus : Ophioglossum

Spesies : Ophioglossum sp.

b. Deskripsi

Page 37: Laporan Praktikum Pteridologi Keankeragaman Tumbuhan Paku

Penyebarannya Madagascar, Asia, Polynesia, New Guenia,

Australia. Juga disebut simbar gadang oleh masyarakat Jawa barat,

orang Sunda menyebutnya kumpai lubang atau kumpai lemah,

pendulum artinya menggantung, bentuknya hampir menyerupai paku

tanduk rusa namun lebih tipis dan lemah. Pangkal daunnya menyempit

dan membentuk tangkai yang berdaging, daun tunggal seperti pita,

menggantung lemah, ujung daun tumpul, panjang ental 40 cm dan

lebar 1 - 4 cm. Spora terletak diantara lekukan-lekukan bulir yang

terdapat pada pangkal ental (Jones, 1987).

Akarnya sedikit dan rimpangnya berdaging, berbentuk seperti pita

dan ujungnya tumpul, pada bagian pangkalnya menyempit. Daun

berbentuk hamper menpunyai paku tanduk uncal, daun-daunnya

lemah. Sporanya terletak antara lekukan-lekukan bulir, dan warnanya

hijau. Rhizoma tuberosus, untuk 1 m diameter, 7 mm tinggi, bantalan

akar berdaging banyak.

c. Manfaat

Sebagai tanaman hias simbar gedang yang menarik, daun simbar

gedang yang dihaluskan dan dicampur dengan minyak kelapa dapat

dipakai untuk obat luar. Keasaman: 5,5, kebasaan: 6,5.

13. Preparat Awetan Lygodium sp.

a. Klasifikasi

Kingdom : Plantae

Divisi : Pteridophyta

Kelas : Pteridopsida

Ordo : Schizaeales

Famili : schizaeaceae

Genus : Lygodium

Spesies : Lygodium sp.

b. Deskripsi

Secara umum Lygodium mempunyai akar yang merayap,

berambut tapi tidak bersisik. Daun-daunnya monostichous, melilit dan

Page 38: Laporan Praktikum Pteridologi Keankeragaman Tumbuhan Paku

pertumbuhannya tidak dapat didefinisikan. Rantingnya biasanya tidak

panjang, ranting primernya pendek, ujungnya tterhenti dan ditutupi

oleh rambut dan setiap ujungnya terdapat sepasang ranting sekunder.

Ranting sekunder mengandung daun dengan bentuk menyirip, atau

cabang dikotom mengandung daun yang becuping. Terdapatpula daun

yang steril berbentuk gerigi maupun berlobus, sedangkan daun yang

fertile berjumbai sepanjang tepinya dengan cuping sempit yang

pendek dan setiap cuping mengandung dua baris sporangia yang

ditutupi dengan indusium kecil.

Lygodium mempunyai rhizome horizontal di bawah tanah dengan

terbagi dalam dua cabang dan cabang ini meninggalkan daun-daunnya

secara berurutan pada saat permukaan atas bidangnya. Porosnya tegak

lurus atau miring pada daun-daun dan ditempatkan pada satu pilinan

tebal. Batangnya membelit. Daun seringkali amat panjang, dengan

taju daun-daun yang tersusun menyirip. Sporangium terdapat pada

bagian daun-daun yang tersusun menyirip. Sporangium terdapat di

pada bagian-bagian dan yang tersendiri atau seringkali hanya taju-

tajunya saja yang bersifat fertil.

c. Manfaat

Lygodium circinatum, paku ini dapat dimanfaatkan sebagai obat

luka dari sengatan binatang melata seperti ular, lipan dan laba-laba

yaitu dengan menggunakan getah yang terdapat pada paku ini. Juga

sebagai obat luka dari sengatan binatang air yaitu dengan cara

menumbuk halus daunnya, ditambah sedikit air dan kemudian setelah

halus ditempelkan pada bekas luka gigitan (Bower, 2010).

14. Preparat Awetan Gleichenia sp.

a. Klasifikasi

Kingdom : Plantae

Divisi : Pteridophyta

Kelas : Gleicheniopsida

Ordo : Gleicheniales

Page 39: Laporan Praktikum Pteridologi Keankeragaman Tumbuhan Paku

Famili : Gleicheniaceae

Genus : Gleichenia

Spesies : Gleichenia sp. (Smith A.R, 2006).

b. Deskripsi

Daun panjang dengan bagian-bagian yang menyirip. Ujungnya

sering sampai lama dalam kedaan kuncup. Beberapa di antaranya

bersifat sebagai xerofit atau kremnofit misalnya G. linearis, G.

leavigata (paku andam, paku resam)sering dipakai untuk pelindung

sementara pada persemaian-persemaian. (Tjitrosoepomo, 2009).

Daun berjauhan satu dengan yang lain, tidak beruas, bercabang

menggarpu dua kali sampai banyak kali. Pada tiap cabang kecuali

yang teratas, terdapat dua segment daun yang melintang dan

membengkok, panjangnya 5 – 25 cm. Dekat langsung di bawah garpu

yang termuda terdapat tangkai yang tidak berdaun, juga semua tangkai

yang lebih bawah tidak berdaun .Tajuk daun berbentuk pita

memanjang, panjangnya 18-75 mm, licin, tepinya rata, ujungnya

tumpul dan sedikit menggulung, pada tiap taju daun umumnya

terdapat sori lebih dari satu (Nasution, 1986).

c. Manfaat

Genus Glichenia telah dimanfaatkan di tanah air kita ini. Kulit

batangnya misalnya dipergunakan untuk bahan baku kerajinan tangan.

Bagian dalam batangnya dianyam untuk memperkuat kopyah. Di

beberapa daerah, batangnya dimanfaatkan untuk mata pisau. Dan

sebagaimana biasanya, jenis paku inipun dimanfaatkan untuk obat

(LIPI, 1980).

15. Preparat Awetan Hymenophylum sp.

a. Klasifikasi

Kingdom : Plantae

Divisi : Pteridophyta

Kelas : Filicopsida

Ordo : Polypodiales

Page 40: Laporan Praktikum Pteridologi Keankeragaman Tumbuhan Paku

Family :Hymenophyllaceae

Genus : Hymenophyllum

Spesies : Hymenophyllum sp.

b. Deskripsi

Batang berupa rizoma merayap. Daun biasanya majemuk, amat

kecil dan tipis, sering hanya berupa selapis sel atau 2 lapis sel, pada

tulang daun tebalnya beberapa lapis sel. Bentuk daun fertil dan steril

umumnya sama. Sorus terletak pada tepi daun, memiliki indusium

berbentuk piala atau bibir. Sporangium biasanya berbentuk gada,

pendek; cincin melintang atau serong. Sporangium bertipe gradate

(sporangium tumbuh dan masak dari ujung ke pangkal). Gametofit

berbentuk pita atau filamen. Tersebar luas di daerah tropis.

Bermanfaat sebagai tanaman hias.

2) Divisi Athrophyta

1. Preparat Awetan Equisetum sp.

a. Klasifikasi

Kingdom : Plantae

Divisi : Arthophyta

Kelas : Equisetopsida

Ordo : Equisetales

Famili : Equisetaceae

Genus : Equisetum

Spesies : Equisetum sp.

b. Deskripsi

Equisetum adalah yang paling umum ditemukan di Bumi Belahan

Utara. Kata Equisetum berasal dari kata equus yang berarti kuda dan saeta

yang berarti rambut tebal dalam bahasa Latin. Sehingga tumbuhan yang

termasuk genus ini disebut juga paku ekor kuda. Spesies dari genus ini

umumnya tumbuh di lingkungan yang basah seperti kolam dangkal, daerah

pinggiran sungai, atau daerah rawa (Campbell, 2003).

Page 41: Laporan Praktikum Pteridologi Keankeragaman Tumbuhan Paku

Daunnya meruncing pada bagian ujungnya dengan satu berkas

pengangkut yang kecil. Karangan daun kebawah berlekatan dengan suatu

sarung yang menyelubungi batang. Banyaknya daun tergantung dari pada

besarnya batang, tetapi karena daun-daun tersebut amat kecil maka yang

berfungsi sebagai tempat berlangsungnya fotosintesis adalah batangnya

yang berwarna hijau. Cabang-cabang batang tidak keluar dari ketiak daun

melainkan keluar dari antara dun-daun. Ada jenis yang batangnya tidak

bercabang dan baru bercabang apabila ujungnya dihilangkan. Jenis yang

mempunyai percabangan banyak adalah jenis yang paling primitif,

misalnya E. arvense, sebaliknya jenis yang tidak bercabang dianggap jenis

yang sudah agak maju (Dasuki, 1991).

Sistem reproduksi pada Equisetum ialah sporangiumnya terdapat

pada sporangiosfor yang tidak lain adalah sporofil. Karena pendeknya

ruas-ruas pendukung sporofil maka rangkaian tersebut menyerupai suatu

kerucut di ujung batang. Sporofil atau sporangiosfor berbentuk perisai

dengan satu kaki di tengah dan beberapa sporangium (5-10) berbentuk

kantung pada sisi bawah. Sporangium berasal dari sebuah sel pada

permukaan, karena pertumbuhan dari jaringan tengah sporangia terdesak

ke bawah sehingga akhirnya terdapat pada sisi bawah dan mengelilingi

tangkai (Mader, 2001).

2. P.B. Strobilus Equisetum sp.

a. Deskripsi

Sporofil berbentuk perisai atau gada dengan biasanya 5-10

sporangium. Sporangium terdapat pada sporangiofor yang sangat pendek

serta kerucut di ujung batang. Sporangium bertipe leptoporangiate yaitu

berasal dari 1 sel saja. Dibagian tengah terdapat aksis sentral. Sporangiofor

adalah pendukung tegaknya bagian spora.

Pada preparat penampang bujur strobilus Equisetum sp. terdapat

beberapa bagian seperti dibawah ini:

Page 42: Laporan Praktikum Pteridologi Keankeragaman Tumbuhan Paku

Gambar 17. P.B. Strobilus Equisetum sp.

(Dokumentasi Pribadi, 2014).

1. Aksis sentral

2. Sporofil

3. Sporangium

4. Spora

5. Sporangiofor

3. P.M. Batang Equisetum sp.

a. Deskripsi

Gambar 18. P.M. Batang Equisetum sp.

(Dokumentasi Pribadi, 2014).

1. Epidermis

2. Korteks

a. Sklerenkim

b. Parenkim

3. Endodermis

4. Floem

5. Xylem

6. Saluran karinal

7. Saluran valekuler

8. Saluran pusat

Pada preparat penampang melintang batang Equisetum sp. terdapat

beberapa bagian seperti dibawah ini:

Saluran karnial, terletak di sebelah dalam dari ikatan pembuluh. Saluran

ini merupakan lingkaran dan pada tiap-tiap saluran letaknya bertepatan

denagn rigi-rigi pada permukaan batang. Saluran valekular, saluran ini

letaknya di dalam korteks yaitu di sebelah luar dan berseling dengan saluran

karnial. Saluran pusat dan karnial berfungsi untuk penyimpanan air, sedang

7

2a

16

8

2b

3

2

1

4

5

Page 43: Laporan Praktikum Pteridologi Keankeragaman Tumbuhan Paku

saluran valekuler berfungsi untuk menyimpan udara. Saluran pusat adalah

saluran yang berada di tengah-tengah. Korteks terdiri dari jaringan

sklerenkim dan parenkim. Epidermis lapisan yang terletak bagian paling

luar.

3) Divisi Psilophyta

1. Preparat Awetan Psilotum sp.

a. Klasifikasi

Kingdom : Plantae

Divisi : Psilophyta

Kelas : Psilopsida

Ordo : Psilotales

Family : Psilotaceae

Genus : Psilotum

Spesies : Psilotum sp.

b. Deskripsi

Berbentuk cabang dan menggarpu, tidak berakar. Mempunyai

tunas di tanah dengan bentuk rhizoid. Batangnya terdapat mikrofil (daun

kecil) yang berbentuk sisik. Mikrofil berbentuk sisik, tidak bertulang dan

tersusun jarang-jarangdalamgaris spiral.Habitat di tanah. Cara hidup

bersimbiosis dengan cendawan mikoriza. Permukaannya terdapat

anteridium dan mengeluarkan spermatozoid dan banyak bulu cambuk.

Arkegonium kecil dan agak tenggelam. Protalium besar dan mempunyai

bekas pengangkut dengan trakeida cincin yang berkayu dan mempunyai

endodermis. Embrio tidak mempunyai suspensor dan letalnya eksoskopik

(ujungnya kearah leher arkegonium). Kantong sporanya berupa benjolan-

benjolan yang bundar, bersegitiga, dan berwarna kuning cerah serta

tumbuh tidak bertangkai, bergaris tengah 2-3 mm. Daunnya berukuran

kecil sekali yang tersusun 2-3 baris.

Pada waktu spora masak spora akan keluar. Setelah itu spora akan

jatuh ke tanah dan akan membentuk protalium. Protalium ini akan

menghasilkan anteridium dan arkegonium. Anteridium akan menghasilkan

Page 44: Laporan Praktikum Pteridologi Keankeragaman Tumbuhan Paku

sperma. Sperma ini akan menuju ke arkegonium yang akan melakukan

perleburan yang menghasilkan zigot. Zigot ini akan melakukan meiosis

yang kemudian akan membentuk tumbuhan baru.

Dari contoh herbariumnya dapat disimpulkan bahwa ketinggian

tempat untuk tumbuh paku tersebut berkisar antara 0-1830 m di atas

permukaan laut. Jenis paku ini selain tumbuh menempel pada batang atau

sela-sela dahan, tumbuh pula di atas tanah yang berhumus, di batuan kapur

atau tanah berbatu di sekitar pantai. Tumbuhnya tidak hanya di hutan-

hutan primer dan sekunder saja, tetapi jenis paku ini banyak tumbuh di

sekitar perkampungan, lading dan kebun. Apabila di perhatikan,

tumbuhnya sering berasosiasi dengan jenis tumbuhan lain yang memang

tumbuh epifit seperti paku-pakuan lain.

A. Divisi Lycopytha

1. Preparat Awetan Lycopodium sp.

a. Klasifikasi

Kingdom : Plantae

Divisi : Pterydophyta

Class : Lycopodinae

Ordo :Lycopodiales

Famili : Licopodiaceae

Genus : Lycopodium

Spesies : Lycopodium sp. (Mader, 2001).

b. Deskripsi

Kelas Lycopodinae terbagi atas 4 bangsa, yakni bangsa

Lycopodiales, bangsa Selaginellales, bangsa Lepidodendrales, dan

bangsa Isoetales. Namun disini hanya akan dibahas 2 bangsa dari

kelas Lycopodinae, yakni bangsa Lycopodiales (paku kawat) dan

bangsa Selaginellales (paku rane). Hal tersebut dikarenakan hanya

spesies dari kedua bangsa itulah yang masih aa hingga saat ini. Bangsa

ini terdiri lebih atas 200 jenis tumbuhan yang hampir semua tergolong

dalam suku Lycopodiaceae dari marga Lycoodium (Graham, 1993).

Page 45: Laporan Praktikum Pteridologi Keankeragaman Tumbuhan Paku

Lycopodium sp.  adalah spesies yang paling luas dalam genus

Lycopodium. Ini adalah tanaman spora-bantalan pembuluh darah,

terutama prostat tumbuh di tanah dengan batang hingga 1 m panjang;

batang yang banyak bercabang, dan padat berpakaian dengan daun-

spiral diatur kecil. Daunnya 3-5 mm dan 0,7-1 mm lebar, meruncing

denda rambut seperti titik putih. Cabang-cabang bantalan kerucut

spora berubah tegak, mencapai 5-15 cm di atas tanah, dan memiliki

daun kurang dari cabang-cabang horizontal. Kerucut spora berwarna

kuning-hijau, 2-3 cm dan 5 mm luas. Batang horisontal menghasilkan

akar pada interval yang sering panjangnya mereka, yang

memungkinkan batang tumbuh tanpa batas waktu sepanjang

tanah. Batang bibit secara dangkal menyerupai kecil pohon konifer,

meskipun tidak berhubungan dengan ini ( Tjitrosoepomo, 1988 ).

c. Manfaat

Lycopodium dalam kehidupan adalah sebagai salah satu ekosistem

yang menjaga keseimbangan alam ini. Sebagaimana tumbuhan lain,

Lycopodium mengandung kasiat tertentu terutama dalam hal

memberikan efek warna, sebagai bahan obat-obatan.

Page 46: Laporan Praktikum Pteridologi Keankeragaman Tumbuhan Paku

.

DAFTAR PUSTAKA

Afriastini JJ. 2003. Marsilea crenata C.Presl. Di dalam: de Winter WP, Amoroso

VB, editor. Cryptograms: Ferns and fern allies. Bogor : LIPI.

Bower, F. O. 2010. The Fern (Filicales). Cambridge: Cambridge University Press.

Campbell, at al. 2003. Biologi Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Champion PD, Clayton JS. 2001. Border control for potential aquatic weeds.

New Zealand : Departemen Conversation.

Page 47: Laporan Praktikum Pteridologi Keankeragaman Tumbuhan Paku

Dasuki, Undang Ahmad. 1991. Sistematik Tumbuhan Tinggi. Bandung: Pusat

Antar Universitas Bidang ilmu Hayati Institut Teknologi Bandung.

Geesink R, dkk. 1989. Pteridophytes. Flora of Thailand. 3, 4: 481-483.

Graham,l.e. 1993. Origin of land plants. New York: Willey.

Harley, K. L. S. and D. S. Mitchell, 1981. The biology of Australian weeds. 6.

Salvinia molesta D.S. Mitchell. Journal of the Australian Institute of

Agricultural Science, 47:67-76.

Hasairin, A; Harsono, T; Suryani, C. 1997. Analisis Keanekaragaman Morfologi

Akar, Batang, Daun, Bunga, & Buah Tumbuhan Tingkat Tinggi di Cagar

Alam Sibolangit dalam Menunjang Perkuliahan Botani pada Jurusan

Biologi FKIP Medan. Laporan Peneliti Muda BBI Dikti Jakarta. Jakarta.

Hasairin, A. 2003. Taksonomi Tumbuhan Rendah (Thalophyta dan Kormophyta

Besrpora). Bahan Ajar Biologi. Medan: FMIPA UNIMED.

Haufler, C. H., M. D. Windham, F. A. Lang, and S. Whitmore. 1993. "Treatment

of the genus Polypodium" Flora North America. 315-323.

Holttum RE. 1930. Fern of Malaya. Singapura : Government Printing Office.

Holtum. R.E. 1986. A Revised Flora of Malaya. Vol. II. Fern of Malayan.

Singapore: Govermen Printing Office.

Iqbal, Ali. 2008. Sistematika Tumbuhan Cryptogamae. Jakarta: Erlangga.

Jones, D. L. 1987. Encyclopaedia of Ferns, An Introduction to Ferns, Their

Structure, Bilogy, Economic, Importance, Cultivation and Propagation,

A Lothian Book.

Jumadi. 1986. Tumbuhan Tingkat Rendah. Bandung: ITB Press.

Kimball, J. W. 1999. Biologi. Jakarta: Erlangga.

Kreier, H.P. dan Scheider, H. 2006. Phylogeny and biogeography of staghom fern

genus Platycerium Polypodiaceae, Polypodiidae). Amer.J.of Bot 93:217-

225.

Large, M.F. 1993.A Morphological Assessment of Adiantum hispidulum

Swartzand A. pubescens Schkuhr (Adiantaceae: Filicales). New Zealand

Journal of Botany.Vol. 31: 40317.

Latifah, Eva. 2004. Biologi 2. Bandung: Remaja Ros Dakarya.

Page 48: Laporan Praktikum Pteridologi Keankeragaman Tumbuhan Paku

Loveless, A. R. 1989. Prinsip-Prinsip Biologi Tumbuhan untuk Daerah Tropik 2.

Jakarta: Percetakan PT Gramedia.

Lugrayasa, I N. 2004. Ekologi Tumbuhan Paku di Taman Nasional Bogani Nani

Wartabone, Sulawesi Utara. Laporan Teknik Kebun Raya “Eka Karya”

Bali. Bali: UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Eka Bali LIPI.

Lumpkin, T.A dan D.L. Plucknett. 1982. Azolla a Green Manure: Use and

Management in Crop Production. Westview Press Inc.,

Boulder,Colorado. pp. 89-95.

Lumpkin, T.A. dan D.L. Plucknett. 1980. Azolla: Botany, Physiology and useas a

Green Manure. Economic Botany 34 (2) : 111-153.

Mader, S.S.2001. Biology. New York: Mc Graw-Hill.

Mitchell, Wilson. 1972. Weed Management Guide. Australia: Commonwealth

Department of the Environment and Heritage.

Mustofa, Imam. 2009. Petunjuk praktikum Botani Phanerogamae. Bandung:

FPMIPA UPI.

Nasution, Ahmad. 1986. Morfologi Tumbuhan Paku Secara Umum. Yogyakarta:

Kanisius

Perwati, Lilih Khotim. 2009. Analisis Derajat Ploidi dan Pengaruhnya Terhadap

Variasi Ukuran Stomata dan Spora pada Adiantum raddianum. Jawa

Barat. BIOMA 11(2) : 39-44.

Polunin, N, 1994. Pengantar Geografi Tumbuhan dan Beberapa Ilmu

Serumpun.Yogyakarta, Gadjahmada University Press

Purnawati, U, dkk. 2014. Eksplorasi Paku-Pakuan (Pteridophyta) Di Kawasan

Cagar Alam Mandor Kabupaten Landak. Protobiont Vol 3 (2): 155 –

165.

Puspitasari, Deisy. 2010. Adiantum sp. (paku suplir). Yogyakarta: Universitas

Ahmad Dahlan

Rismunandar. 1991. Tanaman Hias Paku-Pakuan. Jakarta: Panebar Swadaya.

Sastrapradja, S. dan J. J. Afriastini. 1979. Kerabat Paku-pakuan. Bogor:

Herbarium Bogoriense LIPI.

Page 49: Laporan Praktikum Pteridologi Keankeragaman Tumbuhan Paku

Smith, R.L. 1992. Elements of Ecology, Third Edition. Harper Collins Publisher

Inc, New York.

Smith, A. R., K. M. Pryer, E. Schuettpelz, P. Korall, H. Schneider, dan P. G.

Wolf. 2006. A Classification for Extant Ferns. Taxon 55(3): 705–731.

Soeratman. 1999. Penggelompokan Tumbuhan Bryophyta. Jakarta: Erlangga.

Sunarmi. 2004. Inventarisasi Tumbuhan Paku di Daerah Malang. Malang. Vol: 10

No (70-74).

Tim LIPI. 1980. Jenis Paku Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka

Tjitrosoepomo, Gembong. 1985. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta : Gajah Mada

University Press.

Tjitrosoepomo, Gembong. 1988. Taksonomi Tumbuhan. Yogyakarta: Gajah Mada

Press.

Tjitrosoepomo, Gembong. 1989. Taksonomi Tumbuhan (Schizophyta,

Thallophyta, Bryophyta, Pteridophyta). Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press.

Tjitrosoepomo, Gembong. 2009. Taksonomi Tumbuhan. Yogyakarta : Gajah

Mada University Press

Van, Steenis C.G.G.J.. 2005. Flora. Jakarta: PT Pradnya Paramita.

Wilson, C. L and Loomis, E. 1966. Botany. Third Edition. With Line Drawing By

Hanah, T. Croasdale. Holt Rine Hart and Winston. Inc. New York.