iddah

41
1 | muamalah BAB I PENDAHULUAN Menurut kaidah bahasa Indonesia, sakinah mempunyai arti kedamaian, ketentraman, ketenangan, kebahagiaan. Jadi keluarga sakinah mengandung makna keluarga yang diliputi rasa damai, tentram, juga. Jadi keluarga sakinah adalah kondisi yang sangat ideal dalam kehidupan keluarga. Kata sakinah itu sendiri menurut bahasa berarti tenang atau tenteram. Dengan demikian, keluarga sakinah berarti keluarga yang tenang atau keluarga yang tenteram. Sebuah keluarga bahagia, sejahtera lahir dan batin, hidup cinta-mencintai dan kasih-mengasihi, di mana suami bisa membahagiakan istri, sebaliknya, istri bisa membahagiakan suami, dan keduanya mampu mendidik anak- anaknya menjadi anak- anak yang shalih dan shalihah, yaitu anak-anak yang berbakti kepada orang tua, kepada agama, masyarakat, dan bangsanya. Selain itu, keluarga sakinah juga mampu menjalin persaudaraan yang harmonis dengan sanak famili dan hidup rukun dalam bertetangga, bermasyarakat dan bernegara. Sebagai laki-laki sejati, suami tentu tidak akan merasa tenteram jika istrinya telah berbuat sebaik- baiknya demi kebahagiaan suami, tetapi suami sendiri

description

iddah

Transcript of iddah

23 | muamalah

BAB IPENDAHULUAN

Menurut kaidah bahasa Indonesia, sakinah mempunyai arti kedamaian, ketentraman, ketenangan, kebahagiaan. Jadi keluarga sakinah mengandung makna keluarga yang diliputi rasa damai, tentram, juga. Jadi keluarga sakinah adalah kondisi yang sangat ideal dalam kehidupan keluarga. Kata sakinah itu sendiri menurut bahasa berarti tenangatau tenteram. Dengan demikian, keluarga sakinahberarti keluarga yang tenang atau keluarga yang tenteram. Sebuah keluarga bahagia, sejahtera lahir dan batin, hidup cinta-mencintai dan kasih-mengasihi, di mana suami bisa membahagiakan istri, sebaliknya, istri bisa membahagiakan suami, dan keduanya mampu mendidik anak-anaknya menjadi anak- anak yang shalih dan shalihah, yaitu anak-anak yang berbakti kepada orang tua, kepada agama, masyarakat, dan bangsanya. Selain itu, keluarga sakinah juga mampu menjalin persaudaraan yang harmonis dengan sanak famili dan hidup rukun dalam bertetangga, bermasyarakat dan bernegara.Sebagai laki-laki sejati, suami tentu tidak akan merasa tenteram jika istrinya telah berbuat sebaik-baiknya demi kebahagiaan suami, tetapi suami sendiri tidak mampu memberikan kebahagiaan terhadap istrinya, demikian pula sebaliknya. Kedua belah pihak bisa saling mengasihi dan menyayangi sesuai dengan kedudukannya masing-masing. Menurut ajaran Islam mencapai ketenangan hati dan kehidupan yang aman damai adalah hakekat perkawinan muslim yang disebut sakinah. Untuk hidup bahagia dan sejahtera manusia membutuhkan ketenangan hati dan jiwa yang aman damai. Tanpa ketenangan dan keamanan hati, banyak masalah tak terpecahkan. Apalagi kehidupan keluarga yang anggotanya adalah manusia-manusia hidup dengan segala cita dan citranya. Ada tiga macam kebutuhan manusia yang harus dipenuhi untuk dapat hidup bahagia dan tenang, yaitu:1. Kebutuhan vital biologis, seperti: makan, minum, dan hubungan suami istri.2. Kebutuhan sosial kultural, seperti: pergaulan sosial, kebudayaan, dan pendidikan.3. Kebutuhan metaphisis atau regilious, seperti: agama, moral, dan filsafat hidup.Dari sini jelas bahwa hubungan suami-istri dalam kehidupan rumah tangga bukan hanya menyangkut jasmaniah saja, tetapi meliputi segala macam keperluan hidup insani. Keakraban yang sempurna, saling membutuhkan dan saling mencintai, serta rela mengabdikan diri satu dengan lainnya merupakan bagian dan kesatuan yang tak terpisahkan. Keduanya harus memikul bersama tanggung jawab, saling mengisi dan tolong-menolong dalam melayarkan bahtera kehidupan rumah tangga. Oleh karena itu, ketiga kebutuhan tersebut saling kait-mengait, masing-masing saling mempengaruhi dan ketiganya harus terpenuhi untuk dapat disebut keluarga bahagia, aman, dan damai.Jadi, membentuk keluarga sakinah merupakan sebuah keniscayaan, khususnya bagi keluarga muslim. Sebab berumah tangga merupakan bagian dari nikmat Allah yang diberikan kepada umat manusia.Talak Pada zaman sebelum Islam datang ke tanah arab, masyarakat jahiliyah jika ingin melakukan talak dengan istri mereka dengan cara yang merugikan pihak perempuan. Mereka mentalak istrinya, kemudian rujuk kembali pada saat iddah istrinya hapir habis, kemudian mentalaknya kembali. Hal ini terjadi secara berulang-ulang, sehingga istrinya menjadi terkatung-katung statusnya. Dengan datangnya Islam, maka aturan seperti itu diubah dengan ketentuan bahwa talak yang boleh dirujuki itu hanya dua kali. Setelah itu boleh rujuk, tetapi dengan beberapa persyaratan yang berat.Ada lagi tentang poligami, ini bukan lagi merupakan pembicaraan yang baru dikenal dan hal yang baru ada dikehidupan manusia, bahkan poligami merupakan warisan yang membudaya dikehidupan manusia. Akan tetapi masalah poligami akhir-akhir ini masih saja menjadi permasalahan yang tak kunjung selesai baik dikalangan orang muslim sendiri ataupun non muslim, meski mereka sudah tahu bahwa hal itu merupakan suatu ajaran atau syari'ah yang harus diterima keberadaannya. Poligami bukan hanya gencar menjadi pembicaraan dikalangan muslim saja, orang non muslim juga tak habis-habisnya mempermasalahkan praktek poligami, bahkan mereka sampai melontarkan tuduhan pada Nabi kita bahwa beliau adalah orang hiperseksual. Tapi kalau menurut pada sejarah dan Al-kitab yang mereka miliki ternyata para pendahulu-pendahulu mereka bahkan para nabi-nabi mereka sudah terbiasa melakukan praktek poligami.

BAB IIPEMBAHASANKeluarga sakinah juga sering disebut sebagai keluarga yang bahagia. Menurut pandangan Barat, keluarga bahagia atau keluarga sejahtera ialah keluarga yang memiliki dan menikmati segala kemewahan material. Anggota-anggota keluarga tersebut memiliki kesehatan yang baik yang memungkinkan mereka menikmati limpahan kekayaan material. Bagi mencapai tujuan ini, seluruh perhatian, tenaga dan waktu ditumpukan kepada usaha merealisasikan kecapaian kemewahan kebendaan yang dianggap sebagai perkara pokok dan prasyarat kepada kesejahteraan. Hak Suami Terhadap Isteri .a. Ditaati dalam hal-hal yang tidak maksiatb. Istri menjaga dirinya sendiri dan harta suamic. Menjauhkan diri dari mencampuri sesuatu yang dapat menyusahkan suamid. Tidak bermuka masam di hadapan suamie. Tidak menunjukan keadaan yang tidak disenangi suami Dalam Al-Quran Allah Swt, menjelaskan bahwa istri harus bisa menjaga dirinya, baik ketika berada di depan maupun di belakang suaminya, dan ini merupakan salah satu ciri yang salehah. Suami merupakan ketua keluarga dan mempunyai tanggung jawab memastikan setiap ahli keluarganya untuk mematuhi peraturan dan memainkan peranan masing-masing dalam keluarga supaya sebuah keluarga sakinah dapat dibentuk. Firman Allah SWT dalam Surat An-Nisa 34 yang artinya :Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh Karena Allah Telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan Karena mereka (laki-laki) Telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. sebab itu Maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh Karena Allah Telah memelihara (mereka). Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, Maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, Maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha besarKewajiban Istri Terhadap SuamiDiantara beberapa kewajiban seorang istri terhadap suami adalah sebagai berikut;a. Patuh dan taat pada suami, menghormatinya dalam batas-batas tertentu sesuai dengan ajaran Islamb. Selalu menyenangkan hati dan perasaan suami, serta dapat menentramkan pikirannc. Menghargai usaha atau jerih payah suami dan bahkan membantu suami dalam menyelesaikan kesulitan yang dihadapinyad. Istri menyadari dan menerima dengan ikhlas bahwa kaum laki-laki adalah pemimpin kaum wanita. (An-Nisa: 34)e. Istri menyadari bahwa hak (kedudukan) suami setingkat lebih tinggi daripada istri. (Al-Baqarah: 228)f. Istri wajib mentaati suaminya selama bukan kemaksiatan. (An-Nisa: 39)g. Isteri menyerahkan dirinya, mentaati suami, tidak keluar rumah, kecuali dengan ijinnya, tinggal di tempat kediaman yang disediakan suami, menggauli suami dengan baik, dan bersifat jujur (Al-Ghazali).

Tanpa al-mawaddah dan al-Rahmah, masyarakat tidak akan dapat hidup dengan tenang dan aman terutamanya dalam institusi kekeluargaan. Dua perkara ini sangat-sangat diperlukan kerana sifat kasih sayang yang wujud dalam sebuah rumah tangga dapat melahirkan sebuah masyarakat yang bahagia, saling menghormati, saling mempercayai dan tolong-menolong. Tanpa kasih sayang, perkawinan akan hancur, kebahagiaan hanya akan menjadi angan-angan saja.

Talak Kata talak berasal dari bahasa Arab artinya menurut bahasa melepaskan ikatan. Adapun talak menurut istilah syariat Islam ialah melepaskan atau membatalkan ikatan pernikahan dengan lafadz tertentu yang mengandung arti menceraikan. Talak merupakan jalan keluar terakhir dalam suatu ikatan pernikahan antara suami isteri jika mereka tidak terdapat lagi kecocokan dalam membina rumah tangga. Diantaranya sebuah hadits yang diriwayatkan dari Ibnu Umar radhiyallahu anhuma bahwasannya dia menalak istrinya yang sedang haidh.Macam macam Talak Perceraian ada dua cara, yaitu :1. Talak RajiTalak raji adalah talak yang setelah dijatuhkan sang suami masih mempunyai hak untuk merujuk kembali istrinya selama dalam masa iddah, tanpa tergantung persetujuan istrinya dan tanpa akad yang baru. Yaitu talak pertama dan kedua yang sang suami mempunyai hak untuk rujuk pada masa iddah kapan saja dia mau walaupun istri tidak rela dirujuk.2. Talak BainTalak bain ada dua macam :-Talak bainunah shugra (perpisahan yang kecil) adalah talak yang setelah dijatuhkan oleh suami tidak memiliki peluang untuk rujuk kembali kepada istrinya. Jika ingin kembali dengan akad nikah yang baru dan tidak harus dinikahi dulu oleh laki-laki lain.Yaitu terjadi ketika masa iddah istri dalam talak raji (talak satu dan dua) telah selesai, dan sang suami belum merujuknya. Atau contoh yang lain yaitu talak yang dijatuhkan kepada istri yang belum pernah digauli (berhubungan suami istri) maka hukum perceraiannya adalah bainunah sughra. Tidak halal bagi suami untuk merujuknya, jika ingin kembali kepada istrinya itu atas persetujuan istri dan dengan akad nikah yang baru. Karena hak rujuk ada pada masa iddah sedangkan kondisi seperti ini tidak ada masa iddahnya.-Talak bainunah kubra (perpisahan yang besar) adalah talak yang setelah dijatuhkan oleh suami tidak ada kesempatan/peluang untuk rujuk (kembali) kepada istrinya. Jika ingin kembali atas persetujuan istri dan dengan akad nikah yang baru. setelah mantan istrinya menikah dengan laki-laki lain dan telah melakukan hubungan suami istri (jima), lalu mantan istrinya itu dicerai atau suaminya meninggal dan masa iddahnya telah selesai.HukumTalaka. MakruhTalak yang hukumnya makruh yaitu ketika suami menjatuhkan thalaq tanpa ada hajat (alasan) yang menuntut terjadinya perceraian. Padahal keadaan rumah tangganya berjalan dengan baik.b. HaramTalak yang hukumnya haram yaitu ketika di jatuhkan tidak sesuai petunjuk syari. Yaitu suami menjatuhkan thalaq dalam keadaan yang dilarang dalam agama kita. dan terjadi pada dua keadaan:Pertama : Suami menjatuhkan thalaq ketika istri sedang dalam keadaan haidKedua : Suami menjatuhkan thalaq kepada istri pada saat suci setelah digauli tanpa diketahui hamil/tidak.c. Mubah (boleh)

Talak yang hukumnya mubah yaitu ketika suami (berhajat) atau mempunyai alasan untuk menalak istrinya. Seperti karena suami tidak mencintai istrinya, atau karena perangai dan kelakuan yang buruk yang ada pada istri sementara suami tidak sanggup bershabar kemudian menceraikannya. Namun bershabar lebih baik.d. Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, Padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak. (Qs. An-Nisa : 19)e. SunnahTalak yang hukumnya sunnah ketika di jatuhkan oleh suami demi kemaslahatan istrinya serta mencegah kemudharatan jika tetap bersama dengan dirinya, meskipun sesungguhnya suaminya masih mencintainya. Seperti sang istri tidak mencintai suaminya, tidak bisa hidup dengannya dan merasa khawatir tidak bisa menjalankan tugasnya sebagai seorang istri. Talak yang dilakukan suami pada keadaan seperti ini terhitung sebagai kebaikan terhadap istri. Hal ini termasuk dalam keumuman firman Allah subhaanahu wataala :f. Dan berbuat baiklah, karena Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik. (Qs. Al Baqarah :195)g. WajibTalak yang hukumnya wajib yaitu bagi suami yang meng-ila istrinya (bersumpah tidak akan menggauli istrinya lebih dari 4 bulan ) setelah masa penangguhannya selama empat bulan telah habis, bilamana ia enggan kembali kepada istrinya. Hakim berwenang memaksanya untuk menalak istrinya pada keadaan ini atau hakim yang menjatuhkan thalak tersebut.Talak hanya jatuh jika di ucapkan. Adapun niat semata dalam hati tanpa di ucapkan, tidak terhitung talak. Berkata Asy-Syaikh Al-Allamah Shalih Al-Fauzan hafidzahullah : Tidak jatuh talak darinya dan tidak juga dari yang mewakilinya kecuali dengan di ucapkan dengannya, walaupun meniatkan dalam hatinya; tidak jatuh talak. Sampai lisannya bergerak mngucapkannya. Berdasarkan hadits Rasulullah shallallahu alihi wasallam:h. Sesunggunya Allah memaafkan dari ummatku apa yang dikatakan (terbesik) oleh jiwanya selama tidak di lakukan dan di ucapkan. (HR. al-Bukhari : 5269 dan Muslim : 127) (Mulakhos Al-Fiqhy : 414)Ada beberapa kalimat yang dapat menyebabkan terjadinya perceraian, yaitu :1. Zhihar atau zhuhrun yang berarti punggung dalam bahasa Arab. Dalam kaitannya dengan suami isteri, zihar adalah ucapan suami kepada isterinya yang berisi menyerupakan punggung isteri dengan punggung ibu dari suami. Dan ini menjadi sebab mengharamkan menyetubuhi isterinya. Hal ini juga sering kita alami lantaran sang isteri mirip dengan ibu kita. Tetapi kalau penyebutannya dalam hal yang ringan hal semacam itu tidak menjadi masalah.2. Illa artinya sumpah, yaitu sumpah suami yang menyebut asma Allah untuk tidak mendekati isterinya itu. Dan di sini Allah membeikan waktu selama empat bulan. Jika dalam waktu itu tidak ada perubahan antara keduanya maka suami boleh menjatuhkan talak. Setiap ada hubungan tidak selamanya akan baik,dan ini merupakan hal yang sering terjadi dalam ikatan perkawinan. Karena terlalu emosi kadang-kadang suami bertindak di luar batas sampai-sampai bersumpah demi Allah tidak akan menyentuk isterinya. Hal semacam ini harus kita hindari jauh-jauh karena bisa memecah ikatan perkawinan.3. Lian artinya jauh dan laknat, kutukan. Lian ialah sumpah yang diucapkan oleh suami ketika ia menuduh isterinya berbuat zina dengan empat kali kesaksian bahwa dia adalah orang yang benar dalam tuduhan, kemudian dia bersedia menerima laknat dari Allah dalam kesaksiannya yang kelima jika ia berdusta.4. Khulu adalah talak yang di jatuhkan suami karena mengabulkan permintaan isterinya dengan cara membayar tebusan dari pihak isteri kepada suami setelah terjadi khlu. KhuluKhuluyang terdiri dari lafazkha-la-ayang berasal dari bahasa Arab secara etimologi berarti menanggalkan atau membuka pakaian. Dihubungkannya katakhuludengan perkawinan karena dala Al-Quran disebutkan suami itu sebagai pakaian bagi istrinya dan istri itu merupakan pakaian bagi suaminya dalam surat al-baqarah (2) ayat 187:mereka adalah pakaian bagimu, dan kamupun adalah pakaian bagi mereka.

Penggunaan katakhuluuntuk putusnya perkawinan karena istri sebagai pakaian bagi suaminya berusaha menanggalkan pakaian itu dari suaminya. Dalam artinya istilah hukum dalam beberapa kitab fiqhkhuludiartikan dengan: Putus perkawinan dengan menggunakan uang tebusan, menggunakan ucapan thalaq atau khulu.

Menurut fuqaha,khulusecara umum, yakni perceraian dengan disertai sejumlah harta sebagaiiwadhyang diberikan oleh istri kepada suami untuk menembus diri agar terlepas dari ikatan perkawinan, baik dengan katakhulu,mubaraahmaupun talak. Secara khusus, yaitu talak atas dasariwadhsebagai tebusan dari istri dengan kata-katakhulu(pelepasan) atau yang semakna sepertimubaraah(pembebasan). Khulu ialah penyerahan harta yang dilakukan oleh istri untuk menebus dirinya dari (ikatan) suaminya.Menurut ulama fiqih, khulu adalah istri memisahkan diri dari suaminya dengan ganti rugi kepadanya. Dasar pengertian ini adalah hadits riwayat Bukhari dan NasaI dari Ibnu Abbas yang berkata: : : : ( )

Istri Tsabit bin Qais bin Syammas dating kepada Rasululloh SAW, sambil berkata Wahai Rasululloh, aku tidak mencela akhlaq dan agamanya, tapi aku tak inginmenjadi kafir dari ajaran Islam akibat terus hidup bersama dengannya. Rasululloh bersabda maukah kamu mengembalikan kebunnya (tsabit, suaminya)?, ia menjawab mau, Rasul bersabda Terimalah (Tsabit) kebun itu dan talaklah ia satu kali.

Ulama fiqih berbeda pendapat bahwa dalam khulu harus diucapkan kata khulu atau lafadz yang diambil dari kata dasar khulu atau kata lain yang memilik makna seperti itu. Imam Hanafi mengatakan : Khulu boleh dilakukan dengan menggunakan redaksi jual beli, misalnya si suami mengatakan kepada istrinya, saya jual dirimu kepadamu dengan harga sekian, lalu istri menjawab, saya beli itu.Atau si suami mengatakan kepada istri, Belilah talak (untukmu) dengan harga sekian. lalu si istri mengatakan, baik, saya terima tawaranmu. Imam SyafiI juga mempunyai pendapat yang sama tentang kebolehan khulu dengan menggunakan redaksi jual beli. Untuk maksud yang sama dengan katakhuluitu ulama menggunakan beberapa kata, yaitu:fidhyah, shulh, mubaraah. Walaupun dalam makna yang sama, namun dibedakan dari segi jumlah ganti rugi atauiwadhyang dugunakan. Bila ganti rugi untuk putusnya hubungan perkawinan itu adalah seluruh mahar yang diberikan waktu nikah disebutkhulu. Bila ganti rugi adalah separuh dari mahar, disebutshulh, bila ganti rugi itu lebih banyak dari mahar yang diterima desebutfidyahdan bila istri bebas dari ganti rugi disebutmubaraah. apabila hasrat bercerai dari istri karena tidak dapat menjalankan hukum-hukum Allah dinamakankhulu, sedangkan bila persetujuan itu oleh suami istri, keduanya hendak bercerai dinamakanmubaraah.

B.Dasar Hukum KhuluPara ulama Fiqh mengatakan bahwaKhulu'itu mempunyai dua hukum tergantung kondisi dan situasinya. Dua hukum dimaksud adalah:1.MubahHukumnya menurut Jumhur Ulama adalah boleh ataumubah.[9]Isteri boleh-boleh saja untuk mengajukanKhulu'manakala ia merasa tidak nyaman apabila tetap hidup bersama suaminya, baik karena sifat-sifat buruk suaminya, atau dikhawatirkan tidak memberikan hak-haknya kembali atau karena ia takut ketaatan kepada suaminya tidak menyebabkan berdiri dan terjaganya ketentuan ketentuan Allah. Dalam kondisi seperti ini,Khulu'bagi si isteri boleh dan sah-sah saja, Dasar dari kebolehannya terdapat dalam Al-Quran dan terdapat pula dalam hadist Nabi:

Artinya: "Jika kamu khawatir bahwa keduanya (suami istri) tidak dapat menjalankan hukum-hukum Allah, maka tidak ada dosa atas keduanya tentang bayaran yang diberikan oleh istri untuk menebus dirinya"

Demikian juga berdasarkan hadits berikut ini: : , , , : (( )), : , : (( )) [ ]Artinya: "Dari Ibnu Abbas, bahwasannya isteri Tsabit bin Qais datang kepada Nabi saw sambil berkata: "Ya Rasulullah, Saya tidak mendapati kekurangan dari Tsabit bin Qais, baik akhlak maupun agamanya. Hanya saja, saya takut saya sering kufur (maksudnya kufur, tidak melaksanakan kewajiban kepada suami dengan baik) dalam Islam. Rasulullah saw lalu bersabda: "Apakah kamu siap mengembalikan kebunnya?" Wanita itu menjawab: "Ya, sanggup. Saya akan mengembalikan kebun itu kepadanya". Rasulullah saw lalu bersabda (kepada Tsabit): "Terimalah kebunnya itu dan ceraikan dia satu kali cerai". (HR. Bukhari).

2.Haram.Khulu'bisa haram hukumnya apabila dilakukan dalam dua kondisi berikut ini:a)Apabila si isteri meminta Khulu' kepada suaminya tanpa ada alasan dan sebab yang jelas, padahal urusan rumah tangganya baik-baik saja, tidak ada alasan yang dapat dijadikan dasar oleh isteri untuk mengajukan Khulu'. Hal ini didasarkan kepada firman Allah berikut ini:

Artinya: "Tidak halal bagi kamu mengambil kembali sesuatu dari yang telah kamu berikan kepada mereka, kecuali kalau keduanya khawatir tidak akan dapat menjalankan hukum-hukum Allah. Jika kamu khawatir bahwa keduanya (suami istri) tidak dapat menjalankan hukum-hukum Allah, maka tidak ada dosa atas keduanya tentang bayaran yang diberikan oleh istri untuk menebus dirinya" (QS. Al-Baqarah: 229).

: (( , )) [ ]Artinya: "Tsauban berkata, Rasulullah saw bersabda: "Wanita yang mana saja yang meminta cerai kepada suaminya tanpa alasan yang jelas, maka haram baginya untuk mencium wangi surga" (HR. Abu Dawud, Ibn Majah dan Ahmad).

b)Apabila si suami sengaja menyakiti dan tidak memberikan hak-hak si isteri dengan maksud agar si isteri mengajukan Khulu', maka hal ini juga haram hukumnya. Apabila Khulu' terjadi, si suami tidak berhak mendapatkan dan mengambil 'iwadh, uang gantinya karena maksudnya saja sudah salah dan berdosa. Dalam hal ini Allah berfirman:

Artinya: "Dan janganlah kamu menyusahkan mereka karena hendak mengambil kembali sebagian dari apa yang telah kamu berikan kepadanya, terkecuali bila mereka melakukan pekerjaan keji yang nyata" (QS. An-Nisa: 19).

Namun, apabila si suami berbuat seperti di atas lantaran si isteri berbuat zina misalnya, maka apa yang dilakukan si suami boleh-boleh saja dan ia berhak mengambil'iwadhtersebut.

C.Akibat KhuluDalam hal akibatkhulu, terdapat persoalan apakah perempuan yang menerimakhulu dapat diikuti dengan talak atau tidak. Imam Malik berpendapat bahwakhuluitu tidak dapat diikuti dengan talak, kecuali jika pembicaranya bersambung. Sedangkan Imam Hanafi mengatakan bahwakhuludapat diikuti dengan talak tanpa memisahkan antara penentuan waktunya, yaitu dilakukan dengan segera atau tidak.

D.Rukun dan Syarat KhuluDi dalamkhuluterdapat beberaa unsur yang merupakan rukun yang menjadi karakteristik darikhuluitu dan di dalam setiap rukun terdapat beberapa syarat yang hampir keseluruhannya menjadi perbincangan di kalangan Ulama.Adapun yang menjadi rukun darikhuluitu adalah:a)Suami yang menceraikan istrinya dengan tebusan;b)Istri yang meminta cerai dari suaminya dengan uang tebusan;c)Uang tebusan atauiwadh; dan

E.Tujuan dan Hikmah KhuluTujuan dari kebolehankhuluitu adalah untuk menghindarkan si istri dari kesulitan dan kemudharatan yang dirasakannya bila perkawinan dilanjutkan tanpa merugikan pihak si suami karena ia sudah mendapatiwadhdari istrinya atas permintaan cerai dari istrinya itu. Hikmah yang terkandung di dalamnyasebagaiana telah disebutkan adalah untuk menolak bahaya, yaitu pabila perpecahan antara suami istri telah menumncak dan dikhawatirkan keduanya tidak dapat menjaga syarat-syarat dalam kehidupan suami-istri, maka khulu dengan cara-cara yang telah ditetapkan oleh Allah Yang Maha Bijaksana merupakan penolak terjadinya permusuhan dan unutk menegakkan hukum-hukum Allah.Oleh karena itu Allah berfirman:

Artinya:Jika kamu khawatir bahwa keduanya (suami isteri) tidak dapat menjalankan hukum-hukum Allah, Maka tidak ada dosa atas keduanya tentang bayaran yang diberikan oleh isteri untuk menebus dirinya. Itulah hukum-hukum Allah, Maka janganlah kamu melanggarnya.

Fasakh Fasakh menurut bahasa ialah seperti yang dikemukakan oleh Al-Abu Luwis Malufi:Fasakh adalah perusakan pekerjaan atau akadMenurut istilah syari Fasakh berarti:Fasakh akad (perkawinan ) adalah membatalkan akad perkawinan dan memutuskan tali perhubungan yang mengikat antara suami istri.Fasakh artinya putus atau batal. Yang dimaksud memfasakh akad nikah adalah memutuskan atau membatalkan ikatan hubungan antara suami dan istri. Fasakh bisa terjadi karena tidak terpenuhinya syarat-syarat ketika berlangsung akad nikah, atau karena hal-hal lain yang datang kemudian dan membatalkan kelangsungannya perkawinan.Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia fasakh adalah Hak pembatalan ikatan pernikahan oleh pengadilan agama berdasarkan dakwaan (tuntutan) istri atau suami yg dapat dibenarkan oleh pengadilan agama, atau karena pernikahan yang telah terlanjur menyalahi hukum pernikahan.Dalam pengertian lain Fasakh berarti mencabut atau menghapus. Maksudnya ialah perceraian yang disebabkan oleh timbulnya hal-hal yang dianggap berat oleh keduanya sehingga mereka tidak sanggup untuk melaksanakan kehidupan suami istri dalam mencapai tujuannya. Dalam pokok dari hukum fasakh adalah seorang atau kedua suami istri merasa dirugikan oleh pihak yang lain dalam perkawinannya karena ia tidak memperoleh hak-hak yang ditentukan oleh syara.Dari tinjauan syariat dan hikmahnya dapatlah kita cabut bahwa fasakh itu adalAh peluang atau jalan dan kesempatan bagi istri untuk memperoleh perceraian dari suaminya dengan jalan hukum. Dengan jalan demikian istri itu dapat memperoleh kebebasan untuk merubah penghidupannya dan memikirkan penderitaannya sendiri. Jadi fasakh itu bagi kaum wanita boleh dianggap sebagai imbalan yang ada ditangan laki-laki. Dan dengan demikian barulah syariat islam benar-benar menciptakan keadilan dan persamaan.Pelaksanaan FasakhApabila terdapat hal-hal atau kondisi penyebab fasakh itu jelas, dan dibenarkan syara, maka untuk menetapkan fasakh tidak diperlukan putusan pengadilan. Misalnya, terbukti bahwa suami istri masih saudara kandung, saudara susuan, dan sebagainya.Akan tetapi, bila terjadi hal-hal seperti berikut, maka pelaksanaannya adalah:-Jika suami tidak memberi nafkah bukan karena kemiskinannya sedang hakim telah pula memaksa dia untuk itu. Dalam hal ini hendaklah diadukan terlebih dahulu kepada pihak yang berwenang, seperti qadhi nikah di pengadilan agama supaya yang berwenang dapat menyelesaikannya sebagaimana mestinya, sebagaimana dijelaskan dalam suatu riwayat berikut:Dari Umar R.A. bahwa ia pernah mengirim surat kepada pembesar-pembesar tentara tentang laki-laki yang telah jauh dari istri-istri mereka supaya pemimpin-pemimpin itu menangkap mereka, agar mereka mengirimkan nafkah atau menceraikan istrinya. Jika mereka telah menceraikannya hendaklah mereka kirim semua nafkah yang telah mereka tahan.-Setelah hakim memberi janji kepada suami sekurang-kurangnya tiga hari mulai dari istri itu mengadu. Jika masa perjanjian itu telah habis, sedangkan sisuami tidak juga dapat menyelesaikannya, barulah si hakim memfasakhkan nikahnya. Atau dia sendiri yang memfasakhkan di muka hakim setelah diizinkan olehnya. Rasulullah SAW bersabda:Dari Abu Hurairah ra. Rasulullah Saw. Bersabda tentang laki-laki yang tidak memperoleh apa yang akan dinafkahkannya kepada istrinya, bolehlah keduanya bercerai. (HR. Darul Quthni dan Baihaqi ).Di Indonesia, masalah pembatalan perkawinan diatur dalam kompilasi hukum islam (KHI) sebagai berikut:Seorang suami dan istri dapat mengajukan permohonan pembatalan pernikahan apabila pernikahan dilangsungkan di bawah ancaman yang melanggarhukum.Seorang suami dan istri dapat mengajukan permohonan pembatalan pernikahan apabila pada waktu berlangsungnya pernikahan penipuan atau salah sangka mengenai diri suami atau istri.Apabila ancaman telah berhenti, atau bersalah sanka itu menyadari keadaannya, dan dalam jangka waktu enam bulan setelah itu masih tetap hidup sebagai suami isti, dan tidak mengajukan haknya untuk mengajukan permohonan pembatalan maka haknya gugur.Hikmah Fasakh-Mengelakkan isteri dianiayai dan disiksa oleh suami.-Menunjukkan keadilan Allah kepada hambanya. Jika suami diberikan talak, isteri diberikan fasakh.-Memberi peluang isteri berpisah dari suaminya dan memulai hidup baru.Masa Iddah bagi Wanita yang Ditalak

Bagi wanita yang telah ditalak, ia harus mengetahui perihal ini. Karena wanita yang ditalak baru bisa menikah lagi dengan pria setelah ia selesai dari masa iddahnya. Jika masih dalam masa iddah, suaminya masih bisa rujuk tanpa mesti dengan akad baru. Namun kalau sudah melewati masa iddah, lantas suami ingin kembali lagi pada istri, maka harus dengan akad yang baru.

Pengertian Iddah

Dalam Kifayatul Akhyar (hal. 391), yang dimaksud iddah adalah masa waktu terhitungdi mana wanita menunggu untuk mengetahui kosongnya rahim, di mana pengetahuan ini diperoleh dengan kelahiran, atau dengan hitungan bulan atau dengan perhitungan quru.

Pembagian Masa Iddah

Al Qodhi Abu Syuja dalam matannya membagi iddah pada wanita dilihat dari sisi wanita yang diceraikan menjadi: (1) wanita yang ditinggal mati suami, (2) wanita yang tidak ditinggal mati suami.

1- Wanita yang ditinggal mati suami

Wanita yang ditinggal mati suami ada dua macam: (a) ditinggalkan mati dalam keadaan hamil, (b) ditinggalkan mati dalam keadaan tidak hamil.

(a) Wanita yang ditinggal mati suami dalam keadaan hamil, masa iddahnya adalah dengan melahirkan, baik masa kelahiran dekat atau jauh. Dalilnya adalah firman Allah Taala,

Dan perempuan-perempuan yang hamil waktu iddah mereka itu ialah sampai mereka melahirkan kandungannya. (QS. Ath Tholaq: 4).

Begitu juga dalil mengenai Sabiah Al Aslamiyah, ia melahirkan sepeninggal suaminya wafat setelah setengah bulan, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pun bersabda,

Engkau telah halal, silakan menikah dengan siapa yang engkau suka (HR. An Nasai no. 3510. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)

(b) Wanita yang ditinggal mati suami dalam keadaan tidak hamil, masa iddahnya adalah 4 bulan 10 hari, baik sesudah disetubuhi ataukah tidak. Dalilnya adalah firman Allah Taala,

Orang-orang yang meninggal dunia di antaramu dengan meninggalkan isteri-isteri (hendaklah para isteri itu) menangguhkan dirinya (beriddah) empat bulan sepuluh hari. Kemudian apabila telah habis iddahnya, maka tiada dosa bagimu (para wali) membiarkan mereka berbuat terhadap diri mereka menurut yang patut. Allah mengetahui apa yang kamu perbuat. (QS. Al Baqarah: 234)

Ditambah dengan sabda Rasul shallallahu alaihi wa sallam,

Tidak dihalalkan bagi seorang wanita yang beriman kepada Allah dan hari akhir untuk berkabung atas kematian seseorang lebih dari tiga hari, kecuali atas kematian suaminya, yaitu (selama) empat bulan sepuluh hari. (HR. Bukhari no. 5334 dan Muslim no. 1491). Sedangkan wanita hamil yang ditinggal mati suami tidak termasuk dalam dua dalil ini karena dikhususkan dengan dalil yang disebutkan sebelumnya.

2- Wanita yang tidak ditinggal mati suami

Yang dimaksud wanita jenis adalah wanita yang diceraikan, wanita yang berpisah dengan lian atau faskh, atau setelah disetubuhi. Untuk wanita jenis ini ada tiga macam: (a) diceraikan dalam keadaan hamil, (b) diceraikan dengan iddah hitungan quru, (c) diceraikan dengan iddah hitungan bulan

(a) Wanita yang diceraikan dalam keadaan hamil, masa iddahnya adalah sampai ia melahirkan. Dalilnya adalah firman Allah Taala,

Dan perempuan-perempuan yang hamil, waktu iddah mereka itu ialah sampai mereka melahirkan kandungannya. (QS. Ath Tholaq: 4).

(b) Wanita yang memiliki quru bagi wanita yang masih mengalami haidh, yaitu ia menunggu sampai tiga kali quru. Dalilnya adalah firman Allah Taala,

Wanita-wanita yang ditalak handaklah menahan diri (menunggu) tiga kali quru. Tidak boleh mereka menyembunyikan apa yang diciptakan Allah dalam rahimnya, jika mereka beriman kepada Allah dan hari akhirat. (QS. Al Baqarah: 228).

Yang dimaksud quru di sini diperselisihkan oleh para ulama karena makna quru yang dapat dipahami dengan dua makna (makna musytarok). Ada yang berpendapat makna quru adalah suci, seperti pendapat dalam madzhab Syafii. Ada yang berpendapat, maknanya adalah haidhManakah di antara dua pendapat di atas yang lebih kuat? Tiga kali suci ataukah tiga kali haidh?

Pendapat yang lebih kuat setelah penelusuran dari dalil-dalil yang ada, yaitu makna tiga quru adalah tiga kali haidh. Pengertian quru dengan haidh telah disebutkan oleh lisan Nabi shallallahu alaihi wa sallam sendiri. Beliau berkata kepada wanita yang mengalami istihadhoh,

Sesungguhnya darah (istihadhoh) adalah urat (yang luka). Lihatlah, jika datang quru, janganlah shalat. Jika telah berlalu quru, bersucilah kemudian shalatlah di antara masa quru dan quru. (HR. Abu Daud no. 280, An Nasai no. 211, Ibnu Majah no. 620, dan Ahmad 6: 420. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih). Yang dimaksud dalam hadits ini, makna quru adalah haidh. Pendapat ini dianut oleh kebanyakan ulama salaf seperti empat khulafaur rosyidin, Ibnu Masud, sekelompok sahabat dan tabiin, para ulama hadits, ulama Hanafiyah dan Imam Ahmad dalam salah satu pendapatnya. Imam Ahmad berkata, Dahulu aku berpendapat bahwa quru bermakna suci. Saat ini aku berpendapat bahwa quru adalah haidh. (Al Mawsuah Al Fiqhiyyah, 29: 308).

HukumIddah itu wajib hukumnya bagi seorang perempuan yang dicerai oleh suaminya.Sebagaimana yang telah dijelaskan bahwa seorang perempuan sedang mengandung atau tidak.

Hikmah Memberikan kesempatan kepada suami istri untuk kembali kepada kehidupan rumah tangga, apabila keduanya masih melihat adanya kebaikan di dalam hal itu. Untuk mengetahui adanya kehamilan atau tidak pada istri yang diceraikan. Untuk selanjutnya memelihara jika terdapat bayi di dalam kandungannya, agar menjadi jelas siapa ayah dan bayi tersebut. Penghargaan terhadap hubungan suami-isteri, sehingga dia tidak langsung berpindah kecuali setelah menunggu dan diakhirkan.

Hak-hakSeorang perempuan yang sedang dalam masa iddah masih menjadi tanggungan suami.Maka sang suami wajib memenuhi hak-hak istrinya sampai masa iddahnya seleasai, danberikut adalah hak-hak nya :

Istri yang menjalani masa iddah karena ditalak raji (dapat dirujuk kembali) atau istrinyaterkena talak bain (tidak dapat rujuk kembali) yang sedang hamil, apabila terjadi salah satu hal tersebut maka ia berhak mendapatkan tempat tinggal, pakaian, dan nafkah dari suami yang menceraikannya selama masa iddahnya.Istri yang dalam masa iddah dikarenakan suaminya wafat, maka ia hanya mendapat hak waris, walaupun sedang hamil.Wanita yang dicerai dengan talak bain (tidak dapat rujuk kembali) atau talak tebus (khulu), maka baginya hanya mempunyai hak.

Tujuan Disyariatkan 'Iddah1. Tujuan islam mensyariatkan iddah ke atas kaum wanita ialah untuk memastikan rahim wanita tersebut suci dari air mani suaminya pada saai ia diceraikan dan juga memastikan ia tidak hamil dari pada lelaki yang menyetubuhinya sebagai langkah mencegah percampuran nasab dan keturunan.2. Bagi wanita yang diceraikan dengan talak yang boleh dirujuk, ini memberikan peluang kepada suaminya untuk memikirkan kembali saat-saat manis ketika mereka bersama dan kembali rujuk kepada isterinya setelah fikirannyakembali tenang.3. Masa menunggu yang agak panjang ini memberikan peluang kepada pasangan suami isteri untuk menginsafi kembali kesalahan masing-masing danmencari punca perselisihan antara mereka dan semoga itu mereka dapat bersatusemula.4. Tujuan iddah juga supaya ikatan sesuatu perkawinan itu dapatlahdipanjangkan waktunya dan pada tempoh itu adalah diharapkan kewarasan dankematangan fikiran pasangan suami isteri yang berselisih dapat dipulihkan danmenghubungkan kembali persefahaman dan kasih sayang mereka.5. Sewaktu melalui proses iddah banyak peluang yang boleh direbut oleh wakil dari kedua belah pihak suami isteri bagi mencari jalan keluar dan perdamaianantara mereka dari perselisihan dan semoga dengan cara ini diharapkan dapatlah mempersatukan.6. Agama islam meletakkan institusi kekeluargaan adalah sesuatu yang tinggi dan mulia terutama bagi pasangan suami isteri dimana hubungan kelaminbagi pasangan suami isteri tetap mendapat ganjaran pahala yang besar di sisi Tuhan.AgamaIslamamatbencikepadaperceraiandankeruntuhaninstitusikekeluargaan di mana ia boleh membawa kepada lebih banyak lagi permasalahan sosial merekasemulasertamenjauhidariberlakunya perceraian7. Bagi perceraian yang berlaku karena kematian suami, tujuan iddah ialah untuk isteri menjaga hak-hak suaminya, kaum kerabat, menzahirkan perasaansedih dan dukacita, membuktikan kesetiannya kepada bekas suami serta menjagaama baik dan maruah diri dan keluarga agar tidak diperkatakan oleh orang lain.8. iddah adalah anugerah dari Allah untuk hamba-hambanya yang membuktikan kasih saying dan kesungguhan bagi memelihara dan menjaga keutuhan institusikekeluargaan dalam Islam

Undang-undang perkawinan di Indonesia.

UU no. 1 tahun 1974 Tentang Perkawinan

PP no. 9 tahun 1975 tentang pelaksanaan UU no. 1 tahun 1974

PP no. 10 tahun 1983 tentang izin perkawinan dan perceraian bagi pegawai negeri sipil

PP no. 45 tahun 1990 tentang izin perkawinan dan perceraian bagi pegawai negeri sipil

Kompilasi Hukum Islam di Indonesia.

BAB IIIPENUTUP

Kesimpulan :Keluarga adalah satu institusi sosial karena keluarga menjadi penentuutama tentang apa jenis warga masyarakat. Apabila keluarga kukuh, maka masyarakat akan bersih dan kukuh. Namun apabila rapuh, maka rapuhlah masyarakat. Begitu pentingnya keluarga dalam menentukan kualitas masyarakat, sehingga dalam pembentukan sebuah keluarga harus benar-benar mengetahui pilar-pilar membangun sebuah keluarga.Mewujudkan keluarga sakinah adalah dambaan setiap manusia. keluarga sakinah ialah kondisi keluarga yang sangat ideal yang terbentuk berlandaskan Al-Quran dan Sunnah untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Kebendaan bukanlah sebagai ukuran untuk membentuk keluarga bahagia. Membangun keluarga sakinah tidaklah mudah, banyak yang mengalami kesulitan. Dasarnya, mereka harus mengetahui konsep-konsep membangun keluarga sakinah, yaitu :a. Memilih kriteria calon suami atau istri dengan tepatb. Dalam keluarga harus ada mawaddah dan rahmahc. Saling mengerti antara suami-istrid. Saling menerimae. Saling menghargaif. Saling mempercayaig. Suami-istri harus menjalankan kewajibanya masing-masingh. Suami istri harus menghindari pertikaiani. hubungan antara suami istri harus atas dasar saling membutuhkanj. Suami istri harus senantiasa menjaga makanan yang halalk. Suami istri harus menjaga aqidah yang benar

Khuluyang terdiri dari lafazkha-la-ayang berasal dari bahasa Arab secara etimologi berarti menanggalkan atau membuka pakaian. Menurut fuqaha, khulusecara umum, yakni perceraian dengan disertai sejumlah harta sebagaiiwadhyang diberikan oleh istri kepada suami untuk menembus diri agar terlepas dari ikatan perkawinan, baik dengan katakhulu,mubaraahmaupun talak.Para ulama Fiqh mengatakan bahwaKhulu'itu mempunyai dua hukum tergantung kondisi dan situasinya. Dua hukum dimaksud adalah:1.Mubah.Isteri boleh-boleh saja untuk mengajukanKhulu'manakala ia merasa tidak nyaman apabila tetap hidup bersama suaminya.2.Haram. Apabila si isteri memintaKhulu'kepada suaminya tanpa ada alasan dan sebab yang jelas dan apabila si suami sengaja menyakiti dan tidak memberikan hak-hak si isteri dengan maksud agar si isteri mengajukanKhulu'.

Daftar pustakaDr. H. Ibnu Mas'ud; Drs. H. Zainal Abiding S. (2000). Fiqih Mazhab Syafi'i. CV.Pustaka Setia.

http://albayyinatulilmiyyah.files.wordpress.com/2013/12/80-ensiklopedi-fiqih-islam_6-kitab-munakahat.pdfKitab Munakahat

Dr.Mustafa Dib Al-Bugha (2012). Ringkasan Fiqih Mazhab Syafi'i. Noura Books. ISBN 978-602-9498-44-8.

Ahmad Sarwad, Lc. Fiqih Nikah

Achmad Sunarto (1991). Terjemahan Fat-hul Qarib. Menara Kudus.

Noer Faqih Arsyi ys. PAI Kelas XII Bab Munakahah

Sincerely,