Ibnu Taimiyah

91

Transcript of Ibnu Taimiyah

  • KATA PENGANTARDalam edisi bahasa Indonesia, buku ini diberi judul Ibnu Taimiyah, Hasan Al-Banna dan

    Ikhwanul Mislimin. Sekilas terasa profokatif. Namun sebenarnya bukan itu tujuan daripenetapan judul ini. Yang diinginkan adalah memberi gambaran yang mudah difahami kepadasidang pembaca mengenai isi buku ini.

    Mengenai hubungan antara Ikhwanul Muslimin dengan Hasan Al-Banna, tidak ada yangperlu dipertanyakan lagi. Semua orang memahami bahwa Ikhwan adalah sebuah gerakandakwah abad 14 H yang mempunyai pengaruh luas ke seluruh penjuru dunia dan Al-Bannaadalah pendirinya. Lantas apa hubungan keduanya dengan Ibnu Taimiyah yang lahir dan hiduppada abad ke 6 Hijriyah? yang berarti terpaut delapan abad dari Hasan Al-Banna.

    Baiklah kita jelaskan,dengan menengok judul aslinya. Kalau diterjemahkan secara harfiyahjudul buku ini adalah "Di jalan dakwah bersama Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dan Imam Asy-Syahid Hasan Al-Banna." Apa yang tertuang dalam buku ini adalah beberapa permasalahankelslaman porsi terbesar adalah masalah dakwah untuk kemudian masing-masingmasalah tersebut kemudian dikonfirmasikan kepada dua imam. Karena pada saat penulisanbuku ini kedua Imam telah wafat, maka yang dilalaikan oleh penulis buku adalah merujukkepada karya-karya tulis monumental kedua beliau (lebih jelas baca: Muqadimah). [0]

    Yang sangat menarik di sini, bahwa dari setiap permasalahan yang diangkat ternyata hampirtidak ada satu pun perselisihan di antara keduanya. Inilah satu keistimewaan yang berhasilditampilkan oleh buku ini. Padahal kurun waktu yang memisahkan kehidupan kedua beliau demikianjauhnya.

    Penulis mengambil pendapat Hasan Al-Banna dengan menggunakan rujukan utama kitabMajmu'ah Rasail yang merupakan kumpulan makalah dan ceramah beliau sepanjang geraklangkahnya di medan dakwah. Notabene buku inilah yang menjadi rujukan utama gerakan Ikhwan.Ketika kemudian dikonfrontasikan dengan pandangan imam Ibnu Taimiyah, maka seakan-akanbeliau tengah menanggapi Ikhwanul Muslimin.

    Inilah penemuan paling berharga yang tersaji dalam buku ini. Sekarang mari kita temukankeajaiban tersebut. Siapkanlah kitab-kitab rujukan kedua imam, dan bukalah halaman demihalaman buku ini untuk dicocokkan. Maka anda akan temukan keajaiban tersebut.

    Selamat membaca. [0]

    MUQADIMAHSegala puji bagi Allah atas kenikmatan iman yang bersemayam dalam kalbu dan

    kemuliaan ibadah serta penghambaan kepada-Nya. Shalawat dan salam semoga senantiasaterlimpahkan kepada penutup para rasul dan penghulu segenap makhluq, Muhammad saw,beserta keluarga dan shahabat-shahabatnya serta semua orangyang mengikuti petunjuknya.

    Amma ba'du:Ilmu adalah rahmat bagi pemiliknya. Maka dari itu ilmu bersifat menghimpun dan

    menyatukan. Ia anti terhadap perpecahan dan perselisihan.Ahli ilmu dan taqwa serta para da'i senantiasa bersatu meskipun jarak dan masa hidup

    mereka berjauhan. Mereka senantiasa bertemu meskipun jalan yang dilalui berkelok-kelok, turun

  • naik dan bercabang-cabang, sementara lontaran syubhat terdengar dari segala penjuru.Mereka senantiasa bersatukarena pengetahuan mereka diambil dari mata air dan sumber

    yang satu. Yaitu kitab Allah dan sunnah Rasul-Nya. Maka dari itu langkah-langkah merekasatu arah, dan pandangan-pandangan mereka bersesuaian karena lahir dari sesuatu yang satudan tidak berbilang.

    Ini semua dalam hal yang sifatnya ushuliyah (pokok dan mendasar) serta i'tiqadiyah(keyakinan) yang tsabitah. Hakikat ini telah penulis rasakan ketika penulis [11] 'hidupbersama" dua imam besar di tengah-tengah penulis mempersiapkan Risalah Magister yangmenganalisa hal-hal negatif dalam shahwah lslamiyah (kebangkitan Islam) masa kini,dengan menguraikan faktor-faktor penyebabnya serta menawarkan solusi dalam perspektifpandangan ulama Islam terpercaya, yang telah menduduki posisi terhormat di mata generasishahwah terutama dari kalangan ulama salaf.

    Di tengah penulis menelaah dan membahas risalah tersebut, tertangkap oleh perhatianpenulis adanya pertemuan visi dan persepsi antara dua imam besar dalam banyak hal,termasuk topik-topik yang sedang hangat dibicarakan oleh generasi shahwah hari-hari ini.Maka berikutnya, mulailah penulis mencatat dan mengumpulkan serta menelaahnya. Danuntuk keperluan ini penulis mengumpulkan serta menelaahnya. Dan untuk keperluan inipenulis membutuhkan waktu berhari-hari. Bahkan konsentrasi dan perhatian penulis lebihtercurah ke sini sementara risalah magister penulis belum lagi rampung.

    Narnun penulis bersyukur karena disela-sela kesibukan menelaah masalah ini masih tersisabeberapa waktu luang. Sehingga akhirnya, berkat pertolongan Allah SWT penulis dapat segeramenyelesaikan risalah, untuk kemudian kembali menekuni pembahasan ini, menyusun, danmengeditnya hingga siap dipersembahkan kepada abnaush shahwah Islamiyah.

    Kedua Imam besar tersebut adalah Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dan Imam Syahid HasanAl-Banna, yang melalui sepak terjangnya Allah SWT berkenan menghidupkan kembaliummat setelah kematiannya, membangunkan mereka setelah tidur panjangnya sertamenggerakkan kembali mereka setelah kelunglaiannya. [12]

    Kedua Imam telah meninggalkan pusaka yang tiada ternilai harganya. Pusaka yangberhubungan dengan berbagai hal, dengan aqidah ushul, akhlaq dan dakwah, tarikh danghazwul fikri.

    Setelah penulis memungut beberapa genggam dari padanya, penulis mencobamembicarakan beberapa sikap kedua imam yang berhubungan dengan :

    - Menjaga Ukhuwah dan jama'ah.- Tashawwuf.- Khilaf dalam furu' fiqhiyyah.- Hukum taqlid.- Aqidah.- Terakhir, sebagai penutup dikemukakan beberapa ucapan dan sikap kedua imam dalam

    masalah dakwah secara khusus dan problem ummat Islam pada umumnya.Perlu juga diketahui oleh pembaca, bahwa penulis memfokuskan pada pembahasan aqidah

    karena urgennya masalah ini. Dirnana hal ini tidak boleh dilewatkan khususnya bagi merekayang pernah menekuninya dan terutama juga bagi mereka yang bergelut dalam kancah da'wahAlhamdulillah malalui penjelasan ini banyak sekali masalah aqidah yang dapat dijawab.

    Diantaranya penulis menguraikan sikap kedua Imam dalam hal-hal berikut :- Beberapa penyelewengan yang merusak aqidah kaum muslimin- Tawasshul

  • - Tentang sifat Allah, dalam pandangan ulama salaf maupun khalatPenulis memilih tema-tema di atas dan sikap kedua Imam dalam menghadapinya, disebabkan

    karena alasan-alasan berikut: [13]1. Qadhaya (problem-problem) ini telah melahirkan pengaruh yang cukup besar di medan

    dakwah hari ini.2. Qadhaya ini masih banyak diperselisihkan oleh banyak orang. Penulis ingin menjelaskan

    sikap kedua imam dengan rinci dan jelas sehingga terlihat mana yang benar dan manayang salah.

    3. Pendapat-pendapat kedua imam begitu besar pengaruhnya bagi para pemuda generasishahwah, oleh karenanya penulis memilih menukilkan pendapat mereka secara langsungsebagaimana adanya.

    4. Tentang Syaikhul Islam penulis merujuk pada karangannya yang monumental: Majmu'Fatawa. Penulis mengandalkan buku ini kecuali beberapa hal penulis nukilkan darirujukan yang lain.

    5. Tentang Imam Syahid, penulis merujuk pada mutiara fikrahnya: Majmu'atur Rasail danMudzakkirat Ad-Da'wah wad Da'iyah. Kecuali beberapa diantaranya penulis nukilkandari sumber lain.

    Demikian, akhirnya penulis bermohon kepada Allah kiranya upaya ini menjadi amal shalih.[14]

    SEKILAS TENTANG BIOGRAFI DUA IMAMSYAIKHUL ISLAM IBNU TAIMIYAH

    Beliau dilahirkan di kota Hiran, bulan Rabi'ul awwal tahun 661 H. Sang ayah memberinyanama Ahmad Taqiyudin. Beliau dijuluki Abul Abbas namun yang kemudian terkenal adalahjulukan Ibnu Taimiyah.

    Beliau dididik dalam keluarga yang terkenal dengan ilmu dan agamanya. Beliau tumbuh danberkembang dalam iklim keilmuan yang kental. Dimana kakek beliau adalah pengarang kitabMuntaqal Akhyar yang disyarah oleh imam Syaukani dalam Nailul Authar.

    Keluarga Syaikhul Islam akhirnya berpindah dari Hiran ke Damaskus karena menghindariserangan Tar-Tar yang demikian ganas.

    Syaikhul Islam hafal Al-Quran semenjak kecil. Beliau telah aktif menghadiri majlistaklim orang tuanya meski umurnya masih belia. Sehingga beliau berhasil menyerap berbagaiilmu pengetahuan seperti fiqh, hadits dan bahasa.

    Beliau terkenal dengan kegeniusannya. Kemampuan menghafalnya telah membuat ta'jubpara ulama. Sedari kecil beliau telah jauh dari permainan dan hidup santai sebagaimana duniaanak-anak pada umumnya. Sebaliknya perhatiannya lebih banyak tercurah kepada ilmu.

    Beliau mulai mengajar sementara umurnya belum genap dua puluh dua tahun, yaitu padabulan Muharram 683 H.[15]

    Beliau adalah pemanggul panji dakwah salafiyyah. Diambilnya aqidah dari para ulamasalaf dengan memberi kritik tajam kepada Ahli ilmu kalam. Beliau berjuang menghadap orang-orang yang mengotori aqidahnya dengan filsafat serta menyeru mereka untuk beraqidahsecara murni sebagaimana dipahami oleh generasi awal umat ini. Beliau juga amat tegassikapnya menghadapi bid'ah kemunkaran yang ketika itu merajalela.

    Dengan ungkapan ringkas, langkah beliau bertujuan mengembalikan umat Islam kepada

  • sumbemya yang murni yaitu Kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya serta sirah salafus shalih.Pada masanya beliau juga sangat gigih menegakkan jihad. Beliau mempelopori jihad

    menghadapi kekejaman Tar-tar yang mulai beraksi di Mustahal tahun 699 H, sampai akhirnyadapat menghancurkan pasukan Tar-tar tersebut dalam suatu pertempuran hebat padaRamadhan tahun 702 H.

    Kehidupan beliau dipenuhi jihad dalam rangka memenangkan agama ini. Beliau secara tegasmenghadapi kelompok-kelompok ilhad (ingkar Allah) yang sesat dan menyesatkan. Beliau jugatelah memerangi kelompok Rafidhah yang berkhianat, Nushairi, Kebathinan, Isma'iliyah danHakimiyah. Disamping itu beliau juga gigih menghadapi pemalsuan dan penyesatan aqidahseperti Wihdatul Wujud, hulul dan sebagainya.

    Sebagai konsekuensinya, beliau banyak menerima tekanan, fitnah dan siksaan namun itusemua dihadapi dengan tsabat dan sabar.

    Cobaan terakhir beliau terima pada bulan Sya'ban tahun 726 H dimana beliau ditawan dipenjara Beteng di Damaskus. [16]

    Beliau kembali ke pangkuan Rabbnya pada bulan Dzul Qa'dah tahun 728 H dan penguburanjenazahnya diiringi oleh puluhan ribu orang terdiri dari para ulama dan pemimpin, serta kaummuslimin laki-laki dan perempuan.

    Beliau banyak meninggalkan pusaka ilmiah yang tiada terhitung jumlahnya, yang masihsegar dipetik hikmahnya hingga hari ini.

    Beliau diterima dan dihormati oleh ummat dan hingga hari ini beliau merupakan salahsatu dari sekian motor penggerak Shahwah Islamiyyah Mu'asyirah.

    Semoga Allah melimpahkan rahmat-Nya kepada beliau.

    IMAM SYAHID HASAN AL-BANNAImam syahid dilahirkan di kota Al-Mahmudiyah di propinsi Buhairah, Mesir tahun 1906 M.Beliau terdidik dalam keluarga yang masyur dengan ilmu dan agamanya. Ayah beliau

    hernama Ahmad Abdur Rahman Al-Banna, salah seorang ulama terkenal dengan ilmusunnahnya. Diantaranya tertuang dalam salah satu kitab karangannya yang berjudul Al-FathurRabbani Litartibi Musnadil Imam Ahmad bin Hambal As Syaibani.

    Disamping itu ayah beliau juga menekuni profesinya sebagai pengusaha penjilidan bukudan reparasi jam sehingga terkenal dengan ahli jam.

    Beliau menempuh jenjang pendidikan dasarnya di Madrasah Al-I'dadiyah Rasyad Ad-Diniyyah kemudian melanjutkan di madrasah Al-I'dadiyah di Al-Mahmudiyah.

    Beliau mulai menaruh perhatian terhadap da'wah semenjak kecil. Dicanangkan amal Islamisecara terstruktur untuk beramar ma'ruf nahi munkar. [17] Beliau bersama teman-temannyamembentuk organisasi bernama Jam'iyyah Al-Akhlaq Al-Adabiyyah (Organisasi yangbergerak di bidang peningkatan etika dan akhlaq), setelah itu mendirikan Jam'iyyah Man'ilMuharramat (Organisasi anti barang haram).

    Imam Syahid begitu gemar menghafal teks semenjak kecil dan terkenal memiliki hafalanyang sangat kuat.

    Selanjutnya Imam Syahid pindah ke Darul Mu'alimin di Damanhur tahun 1920 M, dimanadi sinilah beliau dapat menyelesaikan hafalan Qur'annya sebelum usianya genap empat belastahun.

    Kemudian pada tahun 1923 M beliau pindah lagi ke Kairo untuk melanjutkan studi di DarulUlum. Di sanalah wawasan imam Syahid mulai terbuka lebar-lebar. Beliau banyak menjalinhubungan dengan ulama-ulama ternama.

  • Beliau secara disiplin mengunjungi Perpustakaan Salafiyyah dan secara rutin menghadirimajlisnya Ustadz Muhibbuddin Al-Khatib, dimana di tempat inilah beliau banyak bertatapmuka dengan para ulama.

    Disamping itu beliau juga menjadi salah satu hadirin aktif di majlis ta'limnya Ustadz RasyidRidha. Dan di sana beliau banyak berjumpa dengan para ulama Al-Azhar.

    Beliau selalu menekankan perlunya amal Islami dengan segala cara untuk menghadapigelombang ilhad (atheis) dan Ibahiyah (permissifisme/serba boleh) yang sudah demikianderas menyelusup di negara-negara Islam ketika itu.

    Ketika jiwa da'wah telah demikian merasuk mendarah-daging dalam pribadinya, mulailahbeliau bangkit meningkatkan manuver da'wah bersama teman-temannya, dari majlis-majlista'lim, kedai-kedai kopi hingga forum ilmiyah. Tahun 1927 M beliau selesai menempuhpendidikan di Darul Ulum dengan menggondol predikat juara Pertama. [18]

    Kemudian beliau mengajar di kota Ismailiyah di wilayah terusan Zues.Dari sana mulailah beliau berkhidmah dalam dakwah secara manhajiy. Dirancanglah

    program dakwah dengan keliling kampung, masuk keluar Masjid, serta menda'wahi orang-orang yang biasa duduk-duduk santai di kedai kopi. Mereka semua ditarbiyah dengan Islamsecara serius hingga menghasilkan jiwa yang dinamis.

    Pada bulan Dzulqa'dah tahun 1347 atau bertepatan dengan Maret 1928 terbentuklah selawal jamaah Ikhwanul Muslimin dengan anggota 6 (enam) orang.

    Sejak hari pertamanya, jama'ah ini terkenal dengan prinsip kembali kepada sumber asasiIslam: Kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya serta kehidupan para salafus shalih. Imam Syahidsejak semula telah memberikan perhatiannya kepada pemahaman Syumuliyyatul Islam(keutuhan dan kelengkapan Al-Islam) dalam jiwa anggotanya. Bahwa Islam meliputi aqidah,syari'ah dan manhajul hayah (sistem kehidupan) yang lengkap dan sempurna.

    Beliau berjihad memberantan bid'ah, khurafat dan kemunkaran yang melanda umat ketika itu.Mulailah beliau membangun yayasan-yayasan jama'ah, masjid masjid, gedung-gedungpertemuan, mendirikan Ma'had Harra' Al-Islami dan Madrasah Ummahatul Mu'minin dikota Isma'iliyah. Mulailah da'wahnya menyebar di seantero kota maupun desa-desa sekitarnya.

    Pada tahun 1923 M Imam Syahid pindah ke Kairo, dengan demikian berpindah pulamarkas umum Al-Ikhwan ke sana. Mulailah beliau dengan program tarbiyah bagi para pemudadengan tarbiyah Islamiyah yang kokoh menghunjam sebagai persiapan nantinya memikulbeban-beban dakwah yang berat. [19]

    Beliau ketika itu menjadi obor bagi harakah dan da'wah. Beliau melakukan perjalanan darisatu wilayah ke wilayah lainnya bersama kawan-kawannya untuk memberikan ta'limat(pengajaran-pengajaran) sambil memberikan contoh kepada sesama aktitis da'wah,bagaimana bentuk ideal sebuah amal da'wah itu.

    Beliau sangat serius menjaga harakah da'wahnya agar jangan sampai menjadi haraqahiqlimiyah (gerakan lokal) di wilayah Mesir saja. Namun sebaliknya beliau ingin agarda'wahnya itu bersifat 'alamiyah (internasional) sebagaimana 'alamiyahnya Islam.

    Imam Syahid aktif mengirim utusannya ke berbagai wilayah dunia Islam untukmelakukan observasi tentang kondisi kaum muslimin setempat, untuk kemudian hasilnyadikirim ke Kairo. Markas umum Ikhwanul Muslimin ketika itu mejadi tempat bertemunya paramujahiddin dari seluruh dunia, di saat mana negeri-negeri Islam tengah berada pada masakegelapannya karena hidup dibawah penjajah asing. Markas umum Ikhwanul Musliminsempat pula dihadiri tokoh-tokoh harakah tahrir (gerakan pembebasan) dari Afrika, Yaman,India, Pakistan, Indonesia dan Afganistan Juga dari Sudan, Somalia, Suria, Irak, Palestina dan

  • lain sebagainya.Imam Syahid mengibarkan panji jihad untuk menghadapi penjajahan asing seperti Inggris,

    Prancis dan Yahudi. Beliau juga secara khusus memobilisir jihad untuk pembebasan Palestina.Tercatat dalam sejarah dan masyur bagaimana pasukan Ikhwan memberi pelajaran yang takterlupakan kepada Yahudi dan antek-anteknya.

    Pada tahun 1948 M kaum penjajah dan konco-konconya bersekongkol menghancurkanIkhwanul Muslimin. Negara-negara Barat lantas menekan pemerintah Mesir untuk [20]menghancurkan jamaah Ikhwanul Muslimin serta menangkap para mujahiddin sekembalinyamereka dari perang di Palestina.

    Jadilah Imam Syahid seorang diri di luar penjara setelah dirinya dipisahkan dari murid-muridnya, agar musuh-musuh Islam lebih leluasa mewujudkan impiannya.

    Puncaknya, pada tanggal 12 Pebruari tahun 1949 H Imam Syahid mencapaikesyahidannya setelah ditembak oleh antek-antek raja Faruq secara pengecut di salah satujalan di kota Kairo.

    Imam Syahid meninggalkan beberapa karangan buku. Diantaranya yang palingfundamental adalah buku Majmu'atur Rasail (kumpulan-kumpulan surat), yang dihimpundalam satu buku, kemudian Mudzakkiratut Da'wah wad Da'iyah dan lain-lain tulisannya.Tulisan-tulisan beliau meskipun sedikit dan ringkas namun mengandung kebaikan dan berkahyang melimpah-ruah. Di dalamnya mengandung banyak sekali nilai meski diungkap denganbahasa yang ringkas dan sederhana. Orang dengan mudah memahami isinya hanya dalamtempo yang singkat.

    Imam Syahid telah menghabiskan waktunya untuk menekuni dakwah dan tarbiyyah. Beliaubangun Jama'ahnya itu dengan bertumpu pada proses tarbiyah untuk mencetak kader dakwahserta membangun kesadaran ummat yang selama ini tertidur pulas dan telah beku.

    Beliau telah memfokuskan perhatiannya pada pembentukan rijal dakwah yang tangguh.Dipenuhinya perpustakaan dengan karya-karyanya yang menyuarakan kebangkitan dandinamika umat. Dengan amal Islami yang dirintisnya beliau telah menegakkan bendera jihad fisabilillah di lima benua. Beliau dengan semangat menggelora maju menghadang kebatilan,membongkar dengan jemarinya akar-akar [21] penjajah di setiap tempat, serta memberantaskemunkaran, atheisme dan kesesatan. Beliau tampil menyuguhkan Islam kepadaummat manusia dengan segenap karakternya yang lengkap, sempurna, sertauniversal. jauh dari penafsiran para juhala dan pemalsu. Ala kulli hal, dengangayanya yang khas beliau telah berhasil menunjukkan sekaligusmendemonstrasikan di hadapan umat bahwa Islam itu mudah dan jelas, tidak adasesuatupun yang samar dan membingungkan.

    Semoga Allah memberi balasan pahala yang setimpal dan memasukkannya ke dalamgolongan orang yang shalih.

    Amin. [22]

    SUMBER RUJUKANMenetapkan rujukan nilai dalam sebuah amal dakwah apapun bentuk dan

    warna dakwahya adalah hal yang pokok. Karena dialah yang akan menentukan arahperjalanan selanjutnya. Dengan kata lain, bahwa sebuah dakwah akan lurus ataubengkok, baik atau rusak, terbimbing atau sesat, sangat ditentukan oleh sumber

  • nilai yang menjadi acuannya.Adalah sesuatu yang telah menjadi kesepakatan semenjak generasi pertama bahwa

    sumber pertama hukum bagi setiap muslim adalah kitab Allah dan Sunnah-Nya.Keduanya merupakan sumber dari nilai-nilai Islam yang orisinil dan jernih, yang layakdijadikan acuan bagi penyelesaian setiap problem kehidupan dalam segala aspeknya.

    Akan tetapi, tercatat semenjak abad ketiga, sadar atau tidak sadar kaum muslimin telahmemulai mencampuri sumber nilai yang murni itu dengan filsafat dan nilai-nilai lainnya. MakaIslam yang keliru dan menyimpang, dimana hal ini kemudian mempengaruhi pola hidup dantingkah lakunya yang selanjutnya menjerumuskan mereka menuju arah yang sesat dankehancuran.

    Namun demikian berkat anugerah Allah SWT, dibangkitkanlah seorang mujahid pada setiapabad untuk memperbaharui agamanya serta menghancurkan setiap penyelewengan, kebatilandan kesesatan. Sehingga kembalilah ummat manusia kepada sumber nilainya yang murni danhiduplah [23] mereka dengan kehidupan yang baik.

    Tatkala Syaikhul Islam rahimahullah dilahirkan, manusia tengah berada pada kehidupandengan sumber nilai yang beraneka ragam. Mereka mencampuradukkan berbagai sumberdan rujukan tersebut, sehingga menyeretnya ke dalam banyak fitnah dan kekacauan.Tercampurlah antara haq dan bathil, antara petunjuk dan kesesatan, antara benar dan salah.Maka berjihadlah Syaikhul Islam untuk mengembalikan ummat manusia kepada kondisi yangtelah tercipta pada generasi pertama atau mengembalikan mereka kepada sumbernya yangasasi, yang bersih dari segala kotoran.

    Demikian juga kondisi ummat manusia ketika datangnya Imam Syahid Al-Banna. Merekamencampuradukkan kesesatan dengan kebenaran. Bangkitlah Imam Syahid untukmengembalikan mereka kepada suasana kehidupan sebagaimana pernah diwujudkan olehgenerasi pertama Ummat ini.

    Maka "bertemulah" kedua Imam dalam menentukan sumber rujukan manhaj dakwah dankehidupan ummat Islam. Yakni Kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya serta kehidupan salafusshalih. Dengan membuang jauh-jauh segala hal yang lain kecuali yang masih sinkrondengannya.

    Demikianlah srhagai penjelasan global, dan kini kita masuk pada penjelasan secara rincitentang hal itu.

    KITAB DAN SUNAHSalah satu hal yang telah jelas dan tidak membutuhkan banyak pembicaraan adalah bahwa

    kedua imam sepakat menganggap perlunya kembali kepada kitab Allah dan Sunah rasul-Nyadan apa-apa yang sesuai dengannya, dan slrbaliknya menolak tegas-tegas apapun yangbertentangan dengan keduanya. [24]

    Allah SWT berfirman :"... Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah dan Kitab yang menerangkan.

    Dengan kitab itulah Allah menunjuki dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itudari gelap-gulita kepada cahaya yang terang-benderang dengan seizin-Nya dan menunjuki mereka kejalan yang lurus". (Al-Maidah 15,16).

    Dan Firman-Nya pula :"Taatilah Allah dan taatidah rasul-Nya ... (An-Nisa 59)Firman-Nya yang lain :"Kami tidak mengutus rasul kecuali untuk ditaati dengan izin Allah. " (Al-Hasyr 7)

  • "Maka apabila kamu berselisih pendapat dalam satu urusan, kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Qur'an) dan Rasul (Sunnah)". (An-Nisa 59)

    Barangsiapa yang membaca buku-buku karangan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah makahampir selalu mendapatkan ajakannya untukkembali kepada kitab Allah dan SunnahRasul-Nya serta taat kepada keduanya.

    "Ketaatan yang mutlak hanya kepada Rasul, baik untuk menunaikan atau meninggalkansesuatu." (Lihat Al-Fatawa: 19/66, 71).

    Berkata Imam Syahid:"Dakwah kami adalah dakwah islamiyah dengan segala makna yang terkandung di dalam

    kalimat itu. Setelah Itu pahamilah ia sesuka hati, maka pemahaman anda akan terikat dengankitab Allah din Sunnah Rasul-Nya serta perilaku para ulama shalafus shalih semoga Allahmeridhai mereka [25] adalah para pelaksana perintah-perintah Allah, mereka mengambildengan konsekuen nilai-nilai-Nya. Oleh karena itu merekalah teladan utama dan gambaran idealbagi pelaksana nilai-nilai ini." (Majmu'ah Rasail (Da'watuna: hal 16).

    Kemudian beliau menjelaskan rujukan dan sumber nilai yang didakwahkannya serayaberkata :

    'Adapun pilar kami dalam hal ini adalah kitab Allah yang tidak mendatangkan kebathilanbaik dari depan maupun dari belakangnya. Kemudian Sunnah yang shahih dari Rasulullah saw.Dan salafus shalih ummat ini." (Majmu'ah Rasail (Ilassy Syabab: hal 84)

    Dalam rukun fahm, salah satu rukun bai'ah sepuluh, beliau berkata :'Al-Qur'anul Karim dan Sunnah Mutaharah (yang suci) adalah rujukan setiap muslim dalam

    mengenal hukum-hukum Islam. Al-Qur'an dipahami dengan mengikuti kaidah bahasa Arabdengan tanpa mempersulit atau mempermudahnya. Sedangkan dalam memahami SunnahRasul hendaklah merujuk kepada rijalul hadits yang terpercaya (Risalah Ta'lim hal. 268).

    Di bawah sebuah judul: Kami dan Politik, beliau menguraikan:'Ada orang lain mengatakan bahwa Ikhwanul Muslimin adalah kelompok politik sehingga

    dakwahnya bertendensi politis dimana ada kemauan-kemauan tertentu di balik seruandakwahnya. Kami tidak tahu sampai kapan saudara-saudara kami dituduh dengan tuduhannegatif itu. Realita juga nantinya akan membongkar tuduhan itu.

    Wahai kaumku, kami menyeru kalian dengan Al-Qur'an ada di tangan kanan kami danSunnah ada di tangan kiri, sedangkan ulama salafus shalih senantiasa menjadi [26]teladan kami. Kami menyeru kalian kepada Islam, nilai Islam, hukum Islam dan petunjuk Islam.

    Dan apabila yang demikian itu menurut kalian adalah politik, maka itulah politik kami.Demikian juga bila setiap yang berpolitik, maka Alhamdulillah, kami adalah orang yangpaling komit dengan politik. Bila kalian akan menamai itu dengan nama politik, namailahsekehendak kalian, karena nama-nama itu sama sekali tidak berpengaruh sepanjang apayang ada di balik nama serta langkah dan tujuannya yang jelas." (Majmu' Ar-Risalah (IlaAsy-Syai'in Nad'un Nas: hal. 35)

    TIADA YANGMASHUM SELAIN RASUL SAW,Imam Syahid telah menegaskan hal ini dan menjadikannya asas bagi da'wahnya. Dalam

    rukun fahm, salah satu rukun bai'ah yang sepuluh, beliau berkata :"Setiap orang kata-katanya bebas diambil atau ditinggalkan, kecuali Al-Ma'shum saw. Dan

    segala sesuatu yang datang dari kaum salaf semoga Allah meridhai mereka dan sesuai dengankitab Allah dan sunnah Rasul-Nya, kita terima.

    Apabila tidak demikian maka kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya lebih utama untuk diikuti.

  • Namun demikian kita tidak melemparkan tuduhan keji atau melukai perasaannya. Kita serahkankepada niat mereka, mereka telah memperoleh dari apa yang mereka persembahkan". Majmu'Ar-Rasail (Risalah Ta'alim: 269)

    Dengan demikian maka Imam Syahid hakikatnya telah melepaskan keterikatan danfanatisme orang terhadap personil tertentu, siapapun mereka. Beliau mengarahkan da'wah dandisertai dengan sikap sumber asasnya yaitu kitab dan sunnah, disertai dengan sikap ihtiram(penghormatan) yang tulus kepada para ulama salaf. [27]

    HUKUM ILHAM DANMIMPISalah satu masalah pokok yang berkaitan dengan sumber hukum adalah masalah kasyf

    (ketersingkapan), mimpi dan ilham.Orang banyak yang tergelincir dalam masalah ini. Sebagian ada yang begitu fanatik

    sementara sebagian yang lain menolak secara membabi-buta tanpa disertai hujjah yang jelas.Adapun kedua imam telah menjelaskan masalah ini dengan penuh keadilan dan arif

    bijaksana. Mereka mengakui adanya ilham, mimpi dan kasyf serta kemungkinan sementaraorang mendapatkannya. Namun selanjutnya mereka menjelaskan bahwa ilham, mimpi dankasyf ini tidak memiliki kekuatan hujjah dengan sendirinya. Ia mesti diukur dengan timbangansyar'i. Bila sesuai kita terima dan bila tidak kita tegas menolaknya.

    Syaikhul Islam berkata:"Untuk menjawab secara ilmiah, harus merujuk kepada apa yang dinyatakan dalam kitab

    dan Sunnah. Setiap orang wajib membenarkan adanya kasyf pada seseorang atau berita yangdatang dari orang yang terpercaya baginya. Ia dapat mengambil manfaat ilmunya dan hal itudapat menambah kadar iman dan tashdiqnya terhadap apa yang tertuang dalam nash-nashkitab Allah dan Sunnah rasul-Nya. Namun sebaliknya, setiap orang tidak diwajibkan untukpercaya kepada selain yang dibawa oleh para Nabi saw. Allah SWT hanya mewajibkan tashdiqkepada apa yang datang dari para Nabi. Sebagaimana hrman-Nya :

    "Katakanlah oleh kamu, "Kami beriman kepada Allah". (Al-Baqarah 136) [28]Dan firman-Nya yang lain:"Akan tetapi yang namanya kebajikan itu adalah barangsiapa yang beriman kepada

    Allah dan hari akhir, kepada malaikat, kitab dan para Nabi". (Al-Baqarah 177)Dalam hadits shahih, Nabi saw bersabda:"Setiap ummat sebelum memiliki muhaddatsun, dan bila pada umatku ada, maka Umarlah

    orangnya". (HR. Bukhari dan Muslim)Muhaddats adalah orang yang diberi ilham dan kasyf Dia harus menimbangnya dengan

    tolok ukur syar'i. Bila cocok dengannya kita terima dan bila tidak janganlah dihiraukan. olehkarena itu maka para ulama tidak ada yang menjadikan rujukan kecuali nash-nash kitab danSunnah serta Ijma'ul ummah. Hujjah Allah pada ummat ini hanyalah Nabi saw.

    Seandainya ada orang yang memiliki nikmat ini dan ia telah mengukurnya dengan syarisebagai haq, itupun tidak dibenarkan mengharuskan orang percaya kepadanya. Sebaliknyawajib mengharuskan tashdiq kepada orang yang mashum, dalam hal ini kata-kata para nabias. Namun demikian orang yang mendapatkannya itu dan memiliki bukti kebenaran adalahmerupakan cahaya hidayah.

    Berkata sebagian orang salaf: "Bashirah (ketajaman penglihatan) orang mu'min dapatmelahirkan hikmah meskipun ia tidak mendengar nash. Dan hila ternyaia nash punmendukungnya maka Itu adalah cahaya di atas cahaya". (Al-Fatawa, juz 24/376, 378)

    Allah SWT berfirman:

  • "barangsiapa yang tidak diberi cahaya oleh Allah maka ia tidak memiliki cahaya". (An-Nur:40) [29]

    Tentang mimpi, Syaikhul Islam berkata :"Mimpi biasa tidak ada dalil membenarkannya tidak boleh ditetapkan sebagai hukum

    sama sekali, demikian yang telah disepakati. Dalam riwayat dari Nabi saw, beliau berkata:"Mimpi itu ada tiga " mimpi dari Allah, mimpi dari bisikan diri sendiri dan mimpi dari syaitan".

    (HR. Bukhari dan Muslim).Maka dari itu bila ada mimpi, kita mesti mengelompokkannya terlebih dahulu sesuai

    dengan pembagian itu." (Majmu' Al-Fatawa, juz 27, hal 458)Ini pendapat Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah. Adapun Imam Syahid, beliau menjelaskan

    masalah ini dengan keterangan yang ringkas namun cukup memberi pelajaran dan faedahyang banyak.

    Dalam rukun fahm, salah satu rukun bai'ah yang sepuluh, beliau berkata:"Dalam iman yang tulus dan ibadah yang benar serta mujahadah ada cahaya dan

    kenikmatan yang ditanamkan oleh Allah dalam hati siapa saja yang dikehendaki-Nya. Akantetapi ilham, khawatir (semacam firasat), Kasyf dan mimpi bukan termasuk dalil hukum syar'i.Hal itu tidaklah berarti sesuatu kecuali memang tidak bertentangan dengan hukum agama dannash-nashnya". (Majmu'ah Rasail (Risalah Ta'alim) hal. 268)

    Itulah pendapat dua imam dalam masalah ini. Dan ini merupakan pendapat yang benar,mengandung keadilan dan didukung dengan dalil-dalil syar'i. Dengan demikian maka beliauberdua hakikatnya telah menjaga keaslian dan kemurnian sumber rujukan sertamembentenginya dari segala hal yang berbau khurafat, dongeng-dongeng, hayalan [30] dansangkaan-sangkaan dusta yang dihembus-hembuskan oleh para dajjal diantara ummat ini.

    Namun ternyata, bagi sebagian orang ada yang menjadikannya pokok segala sesuatusedangkan syara' mesti disesuaikan dengannya. Sementara sebagian yang lain secaraekstrim mengabaikan serta menafikan keberadaannya.

    Sejarah ummat Islam telah ikut bersedih menyaksikan munculnya dua kelompok manusiatersebut. Keduanya sama-sama salah dan tersesat jalan.

    Kemudian tampillah dua imam dengan perpaduan pendapatnya yang wasathiyyah(tengah-tengah) dengan meletakkan kedudukan akal pada tempat yang semestinya. Merekamenjelaskan bagaimana Islam telah mengangkat kedudukan akal dan memuliakannya.

    Kedua imam menjelaskan bahwa akal memiliki ruang yang tidak tersentuh syara'sebagaimana syara' memiliki ruang yang tidak terjangkau oleh pikiran.

    Pendapat inl telah berpengaruh positif di kalangan ummat. Banyak permasalahan yang bisadipecahkan dan berbagai perasaan yang mengganjal telah dapat ditenangkan.

    Kini marilah kita menyimak pendapat mereka itu :Berkata Syaikhul Islam:"Akal pikiran merupakan syarat untuk mengenal ilmu, ia penyempurna bagi amal

    perbuatan. Dengan akal, sempurnalah ilmu dan amal. Namun demikian akal tidak berdiri sendiri.Ia merupakan kekuatan bagi jiwa sebagaimana kekuatan penglihatan bagi mata. Apabila iaberpadu dengan cahaya iman dan Qur'an maka Ibarat cahaya mata yang berpadu dengancahaya matahari dan api. Dan sebaliknya bila ia berdiri tidak dapat melihat apa-apa. Olehkarena itu [31] bila akal dilepas sama sekali maka ucapan dan tingkah laku seseorangsebagaimana ucapan dan tingkah laku binatang. Mungkin masih ada rasa cinta, selera danperasaan, namun itu sebatas sebagaimana apa yang dimiliki binatang.

    Perilaku yang dihasilkan tanpa pertimbangan akal adalah perilaku cacat, sedangkan kata-

  • kata yang berlawanan dengan akal adalah bathil. Para Rasul datang dengan sesuatu yangtidak terjangkau oleh akal, dan menyampaikan argumentasi yang tidak dapat dipatahkanoleh akal.

    Akan tetapi orang-orang yang melampaui batas dalam hal ini mewajibkan, membolehkandan melarang sesuatu hanya dengan pertimbangan logika. Mereka menyangka bahwa hal itumerupakan kebenaran, padahal sesungguhnya bathil dan bertentangan dengan wahyu yangdatang kepada nabi. Sementara kalangan ekstrim yang lain meyakini akan adanya sesuatuyang bathil pada setiap hat yang menyertakan peran akal. Dengan kata lain, mereka menafikansama sekali peranan akal, tanpa mampu membedakan antara anugerah yang diberikan olehAllah kepada manusia dengan apa yang diberikan-Nya kepada selainnya.

    Sebagaimana ahli hadits ada yang cenderung lepada salah satu dart kelompok ini. Padasuatu waktu dia mencabut akal dart tempat dan kewenangannya, di saat yang lain diamenggunakannya secara membabi-buta untuk menghantam sunnah." (Majmu' Al-Fatawa:3/338 - 339)

    PERHATIAN TERHADAP UKHUWAH DAN JAMAAHKedua imam telah sepakat akan urgensi ukhuwah serta kedudukannya dalam dien ini.Ia adalah puncak mahkota yang tiada teraih dan pondasi kokoh yang tidak dapat

    dihancurkan. [32]Kedua imam telah memberikan perhatiannya yang demikian besar bagi terbentuknya ikatan

    hati dan kesatuan jiwa di sepanjang kehidupan mereka berdua. Baik melalui interaksinyadengan masyarakat di kancah da'wah, maupun dalam tulisan dan pesan-pesannya.

    Perbedaan Masalah Fiqh Tidak Boleh Melahirkan PerpecahanKedua imam telah menekankan pembicaraan dalam masalah ini, bahwa tidak seyogyanya

    perbedaan dalam masalah fiqih itu berakibat adanya perpecahan, permusuhan serta salingmendengki. Pendapat Syaikhul Islam.

    Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata:'Adapun perbedaan dalam masalah hukum adalah sesuatu yang sulit dideteksi karena

    banyaknya. Hingga apabila setiap perbedaan yang terjadi pada dua orang muslim menjadikanmereka berselisih, niscaya tidak tersisa lagi di tengah kaum muslimin 'ishmah (perlindungan)dan ukhuwah". (Majmu' Al-Fatawa: 24/173)

    Pada masa lalu pernah terjadi perpecahan hebat dalam tubuh kaum muslimin oleh sebabperbedaan dalam masalah fiqih. Perpecahan itu sampai mengakibatkan lahirnya pertikaian danpermusuhan.

    Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah jelas mengingkari kenyataan pahit semacam ini yang tidaksenafas dengan jiwa Islam, jiwa keimanan yang penuh persaudaraan dan ikatan hati.

    Beliau banyak menjelaskan hal ini dalam beberapa karangannya ketika menguraikan masalahkhilaf dan fiqih. Antara lain beliau berkata:

    "Adapun tentang shalat, maka masalah yang banyak diperselisihkan antara lain seputarbasmalah. [33] Mereka mempermasalahkan apakah basmalah itu wajib dibaca atau tidak, iatermasuk salah satu ayat Qur'an atau bukan hingga perbedaan bagaimana membacanya.Masing-masing pihak menyusun banyak buku namun di sana terlihat adanya sikap berlebih-lebihan, bodoh dan zhalim, padahal masalah sebenarnya sungguh sederhana.

    Maka dari itu sikap ta'asub dengan pendapat serupa itu adalah bagian dari bentukperbedaan dan perpecahan yang kami ingkari. Karena orang yang menyeru kepada pendapat

  • tersebut merupakan biang bagi perpecahan. Dan kalau saja bukan karena syaithan yangberusaha menanamkan rasa hasud dan dendam maka masalah tersebut merupakanpermasalahan yang paling ringan." (Qawaid Nuraniyah Fiqhiyah, hal. 42)

    Pengingkaran Syaikhul Islam sangat jelas kepada mereka yang ta'ashshub terhadap masalahkhilafiyah. Hal ini disebabkan sikap ta'ashshub merupakan salah satu indikasi dari sikapmengiyakan kepada seruan syaithan, baik disadari maupun tidak.

    Meninggalkan Mustahabbat (Hal-Hal Yang Disukai Syara') Demi PersatuanSyaikhul Is lam telah menjelaskan bagaimana tingginya kedudukan taliful qulub

    (ikatan hati) dalam Islam. Dan beliau begitu sungguh-sungguh memeliharanya meskipunsebagai konsekuensinya harus meninggalkan mustahabbat. Kenapa sampai demikian, karenadalam ta'liful qulub ada maslahat yang lebih agung bagi Islam dan kaum muslimin. Dengannyabangunan Islam menjadi kuat dan kokoh.

    Dan pemeliharaan ta'liful qulub ini merupakan manhaj Rasul saw dalam dakwahnya.Demikian juga dalam beliau berinteraksi dengan masyarakat sekitarnya. Para shahabat [34] ridwanullahi 'alaihim juga telah memegang teguh prinsip ini sebagai bukti iqtida' (mengambilketeladanan) mereka kepada Rasulullah Saw.

    Ibnu Taimiyah menukilkan beberapa pendapat ulama seraya berkata:"Seseorang dianjurkan untuk mewujudkan ta'liful qulub meskipun terkadang dengan

    meniggalkan beberapa amal mustahahbat. Hal ini karena ta'liful qulub dalam timbangan Islamlebih membawa mashlahat (kebaikan) daripada mengamalkan mustahabbat. Sebagaimana NabiSaw menunda perbaikan Baitullah karena dengan dibiarkannya akan ada mashlahatyang lebih besar. Sebagimana juga Ibnu Mas'ud yang menolak shalat itmam (sempurnaraka'atnya) dalam safar sebagaimana pendapat Utsman ra, akan tetapi ia shalat denganitmam di belakang Utsman. selanjuutya berkata: "Khilaf itu jelek".

    Khilaf dalam Furu' Aqidah Bukan Faktor Pemecah-BelahTelah sepakat kedua imam bahwa perbedaan pendapat dalam masalah cabang aqidah tidak

    seyogyanya melahirkan perpecahan. Tidak boleh perbedaan ini dijadikan alat untuk memfitnahorang lain, akan tetapi hendaklah mulutnya ditahan, hatinya dihimpun dan jiwanyadibersihkan.

    Syaikhul Islam telah menegaskan hal ini dalam "Risalah Ila Ahli Bahrain" ketika merekaberbeda pendapat dalam masalah furu aqidah: tentang apakah orang kafir melihat Allah(di akhirat). Telah terjadi perbedaan yang sangat tajam dalam masalah ini hinggamemporak-porandakan shaf dan kesatuan umat serta menyuburkan benih-benih hasud didada mereka. Perbedaan pendapat ini sampai membuat mereka tidak mau shalat berjamaahbila yang menjadi imam bukan dari pihaknya. Fitnah ketika itu begitu serius hinggabangkitlah syaikhul Islam hendak meluruskan [35] kekeliruan mereka. Beliau segera menulisbuku-buku untuk dikirimkan kepada mereka yang berisi seruan agar mereka bersatu danmenjalin ukhuwwah kembali. Selanjutnya beliau menyebutkan bahwa masalah sebenarnyasangat ringan dan bahwa para shahabat dan tabi'in dahulu juga berbeda pendapat dalambeberapa hal yang jauh lebih serius dari ini semua. Namun demikian tidak sampaimengorbankan ukhuwwah, ta'liful qulub, kesucian jiwa, kasih sayang dan saling menghormatiantar sesama.

    Berkata Syaikhul Islam:"Yang mengharuskan saya berbuat ini (menulis risalah di atas) adalah karena rombongan

  • orang dari kalian bercerita tentang terjadinya perselisihan di antara kalian dan menyebutnyahahwa pertikaian ini hampir mendekati peperangan. Dan mereka menyebutnya bahwa penyebabini semua adalah perbedaan tentang apakah orang kafir di akhirat dapat melihat Allah atautidak. Saya tidak membayangkan sama sekali bahwa urusannya akan sampai seperti ini.Masalah ini sebenarnya sederhana, karena yang paling pokok bagi seorang muslim adalahkeyakinan bahwa orang-orang mukmin dapat melihat Rabb mereka pada hari akhirat setelahmereka masuk ke dalam sorga." (Majmu' Al-fatawa, juz 6, hal. 485)

    Selanjutnya beliau menjelaskan pendapatnya yang rajih seraya berkata:"Ringkasnya, dengan risalah ini saya tidak bermaksud menganggap masalah ini cukup

    karena ilmu yang berhubungan dengan hal di atas cukup banyak. Namun yang saya ingintegaskan adalah bahwa masalah ini bukan sesuatu yang menuntut banyak pembicaraan, baikdi kalangan orang-orang tertentu apalagi di kalangan umum, sehingga melahirkan sesuatuyang tidak kita inginkan berupa [36] perpecahan dan saling mendengki antar sesama".(Majmu' Al-Fatawa, juz 6, hal. 502)

    Perbedaan Pendapat di Kalangan Para Sahabat Tidak MenimbulkanPermusuhan

    Beliau Syaikhul Islam selanjutnya menyebut contoh dari kalangan orang-orang salafusshalih, bahwa perbedaan dalam masalah furu' aqidah tidak memecah-belah shaf mereka

    Berkata Ibnu Taimiyah:"Masalah semisal ini bukanlah masalah yang harus melahirkan perpecahan karena orang-

    orang sebelum kita dari kalangan ahlus sunnah telah banyak membicarakannya. Mereka telahberheda pendapat namun tanpa harus berselisih dan putus hubungan. Para sahabat dan orang-orang sesudahnya telah berbeda pendapat tentang apakah nabi saw melihat Rabbnya di duniaatau tidak. Sampai-sampai telah melahirkan ungkapan pedas sebagaimana kata-kata UmmulMukminin Aisyah ra:

    "Barangsiapa yang mengatakan bahwa Muhammad melihat Tuhannya maka iatelah berdusta besar atas nama Al lah". (HR. Bukhar i 3234. HR. Muslim 177)

    Meskipun demikian perbedaan ini tidak sampai menyebabkan adanya perpecahan danpermusuhan di kalangan mereka" (Majmu Al-Fatawa: 6/502-503)

    Kemudian beliau mengakhiri tulisannya dengan menyebutkan beberapa etika yang harus dimilikioleh para dai yang senantiasa berurusan dengan ummatnya

    "Ada beberapa etika yang harus dijaga, antara lain: barangsiapa yang tidak ikutberbicara masalah ini (tentang orang kafir melihat Yuhan) dan tidak menyeru kepada salahsatu pendapat, maka ia tidak boleh [37] dijauhi, meskipun yang lebih berkeyakinantertentu. Karena sesungguhnya bid'ah yang lebih besar dari itupun tidak membuatnyaharus dijauhi, kecuali apabila ia menjadi penyerunya.

    Demikian juga: Janganlah mengungkapkan masalah-masalah seperti ini di kalanganorang-orang awam yang selama ini hidup aman dan jauh dari fitnah berbagai macamperbedaan pendapat.

    Akan tetapi apabila seseorang ditanya tentang itu dan ia memiliki pengetahuantentang itu, jelaskanlah dengan penjelasan yang membawa manfaat baginya. Berbedahalnya dengan keyakinan bahwa orang-orang mu'min dapat melihat Tuhannya diakhirat, maka iman kepadanya adalah wajib karena telah disebutkan riwayatnya secaramutawatir dari Nabi Saw, shahabat dan salafus shalih." (Majmu' Al-Fatawa, 6/503,504)

  • Inilah beberapa contoh yang dengan jelas menunjukkan kepada kita bagaimanaperhatian Syaikhul Islam kepada ta'liful qulub dan betapa bencinya kepadaperpecahan yang hanya diakibatkan oleh perbedaan masalah furu' dalam aqidah.

    Dengan demikian beliau telah meletakkan salah satu prinsip dakwah yang harusdipegang teguh oleh para da'i. hendaklah para dai melangkah di atas pijakan merekadan mengaplikasikan petunjuknya secara benar, jauh dari sikap berlebih-lebihan.

    Dalam akhir pembahasan ini insya Allah akan secara lebih jelas diuraikan.

    Perhatian Imam Syahid Hasan Al-Banna Terhadap UkhuwwahKini kita telah beralih kepada Imam Syahid dan bagaimana beliau memberikan

    perhatiannya kepada masalah [38] ukhuwah dan taliful qulub untuk memperjelasbagaimana persesuaian pandang antara kedua Imam dalam menempuh jalan dawah.

    Bagaimana perhatian beliau terhadap ukhuwah bisa kita simak ungkapan-ungkapanberikut ini:

    Nama jamaah yang beliau pimpin adalah Ikhwanul Muslimin. Dan beliau menjadikanukhuwwah sebagai salah satu dari sepuluh rukun bai'ah yang disebutkan dalam RisalatutTa'lim. Arkanul Bai'ah yang sepuluh itu adalah: al-fahm (paham), al-ikhlash, al-amal, al-jihad,at-tadhiyyah (pengorbanan), at-tha'ah (taat), ats-tsabat (teguh), at-tajarrud (murni dalamkomitmen) al-ukhuwwah dan ats-tsiqah (percaya penuh).

    Itulah pondasi sistem usrah yang menjadi sel pertama bangunan jamaah IkhwanulMuslimin. Sedangkan rukun usrah yang diupayakan untuk menegakkannya ada tiga: at-ta'aruf (perkenalan), at-tafahum (saling memahami) dan at-takaful (saling menanggung). Setiaprisalah yang ditulis oleh Imam Syahid tidak pernah lepas dari ungkapan tentang ukhuwwah.

    Khilaf Fiqih itu Bukan Pemecah-BelahImam Syahid sepakat dengan Syaikhul Islam tentang bahwa khilaf dalam masalah fiqih

    tidak boleh melahirkan adanya perpecahan di kalangan kaum muslimin.Imam Syahid berkata dalam rukun al-fahm:"Khilaf fiqih dalam masalah furu' seyogyanya tidak menjadi sebab perpecahan dalam agama,

    tidak menimbulkan adanya perpecahan dan saling membenci. Setiap mujtahid mendapatkanpahalanya. Meskipun demikian tidaklah niengapa membahasnya secara 'ilmiyah dan di bawahnaungan cinta karena Allah serta bekerja sama mencapai kebenaran tanpa harus menyeretnya kejurang ta'asshub." (Majmu'ah. Rasail, hal. 269) [39]

    Shahabat Berbeda Pendapat Tapi Tidak Berseteru.Imam Syahid menjelaskan bahwa para shahabat pernah berbeda pendapat dalam beberapa

    hal, namum tidak menjadikan shaf mereka terpecah-belah dan ukhuwwah mereka retak. Makakenapa kita merobek ikatan ukhuwwah kita lantaran masalah serupa?

    Beliau berkata:"Kita selalu berusaha toleran kepada semua orang yang berbeda dengan kita dalam

    masalah-masalah furu'. Kita melihat bahwa hal itu tidak selayaknya menjadi penyebabadanya dinding yang menghalangi terjalinnya ribatul qulub, saling mencinta dan bekerja samadalam kebaikan. Hendaklah kita pahami makna Islam dengan batas-batasnya yang luas dansyamil (menyeluruh). Bukankah kita ini dituntut mencintai saudara-saudara kita sebagaimanakita mencintai diri kita? Bila demikian halnya kenapa kita berselisih?.

    Bukankah akan lebih baik bila pendapat kita menjadi bahan kajian bagi mereka dan

  • pendapat mereka menjadi kajian bagi kita. Kenapa kita tidak saling memahami dalam suasanabersih penuh ukhuwwah, bila di sana banyak faktor yang dapat menyatukan kita?

    Mereka, para shahabat rasul Saw, dahulu pernah berselisih pendapat di antara sesamanya,namun apakah perbedaan pendapat ini membuat hati mereka berselisih? Apakah shaf dan kesatuanmereka terperah-belah? Sekali-kali tidak. Kisah Bani Quraidhah masih jelas terpampang dihadapan kita.

    Para shahabat telah berbeda pendapat, padahal mereka adalah orang-orang yang palingdekat masanya dengan [40] Rasulullah Saw dan paling tahu terhadap hukum, kenapa kitaberseteru hanya lantaran perbedaan pendapat dalam hal yang tidak seberapa.

    Dan apabila para imam yang mereka adalah orang-orang yang paling tahu akankandungan Kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya telah pula berselisih pendapat di antarasesamanya, mereka saling mengcounter pendapat satuu sama lain, kenapa kita tidakmelapangkan dada kita sebagaimana mereka berlapang dada terhadap sesamanya?" (Majmu`ahRasail, Da'watuna, hal, 24, 25)

    Iman dan Ukhuwwah, Bukan Harta dan Kekuatan.Dalam kesempatan lain Imam Syahid menjelaskan bahwa satu-satunya upaya efektif untuk

    merealisasikan tujuan-tujuan jamaah Ikhwanul Muslimin adalah dimulai dengan pribadimuslim dan diakhiri dengan tegaknya Daulah Islamiyah 'alamiyah. Dan sarananya bukanberujud harta dan kekayaan, akan tetapi iman dan ukhuwwah. Selanjutnya beliau berkata:

    "Adapun sarana untuk mewujudkan itu semua bukanlah dengan harta. Sejarah, semenjakdahulu hingga kini, mengajari kita bahwa dakwah, sejak langkah pertamanya, tidak tegakdengan harta dan tidak pula berkembang dengannya sama sekali. Benar, harta dibutuhkan olehdakwah pada tahapan-tahapan tertentu. Namun ia tidak menjadi pilar dan penyangga utamanya.Para tokoh dan pendukung dakwah selalu terdiri dari orang-orang yang miskin harta.Tanyakan kepada sejarah ia akan menjelaskan itu padamu.

    Kekuatan Juga Bukan Sarana UtamaDakwah yang sebenarnya itu obyek utamanya adalah ruh. Setelah ruh memberi respon ia

    membisiki hati, dan selanjutnya hati mengetuk pintu-pintu jiwa. Maka dari itu [41] adalahsuatu yang tidak masuk akal apabila ia dapat sampai dan menjadi kokoh dengan perantaratongkat dan tombak.

    Akan tetapi sarana yang dipakai untuk memfokuskan keberhasilan bangunan dakwah dankekokohannya adalah dengan membaca tulisan sejarah perjalanan jamaah. Hal itu dapatdisimpulkan dengan dua kata: iman dan amal, serta ukhuwwah dan kasih sayang.

    Apa ada yang lebih banyak yang dikerjakan Rasulullah Saw dalam menegakkan bangunandakwahnya pada generasi pertama dari kalangan shahabat kecuali menyeru mereka untukberiman dan beramal, setelah itu hati-hati mereka beliau satukan dalam ikatan kasih sayangdan persaudaraan." (Da'watuna, fi Thaurin jadid hal. 123)

    "Mereka telah beriman dengan keimanan yang paling dalam, paling kuat, paling suci danpaling abadi kepada Allah Swt dengan pertolongan dan dukungan-Nya.

    "Apabila kalian menolong Allah niscaya tiada yang mengalahkan kalian". (Ali Imran : 160)Mereka juga orang-orang yang paling tsiqah (percaya) dengan kesungguhan dan

    kepemimpinan Rasulullah Saw:"Telah ada untuk kalian dalam diri Rasulullah teladan yang baik". (Al Ahzab : 21)Dan mereka demikian yakin dengan keistimewaan dan fungsi manhaj ilahi:

  • "Telah datang kepada kalian dari sisi Allah cahaya dan Kitab yang jelas, yang dengan itu Allahmemberi petunjuk jalan keselamatan kepada orang yang mengikuti keridhaan-Nya". (Al- Maidah :15, 16)

    Mereka juga begitu yakin dengan keagungan ukhuwah dan kesuciannya: [42]"Sesungguhnya orang-orang mu'min itu bersaudara". (Al-Hujurat: 10)". (Majmu'ah Rasail, al-

    Ikhwan Al-Muslimin tahta rayatil Qur'an, hal. 100, 101)Demikianlah dengan jelas Imam Syahid telah menunjukkan dan meyakini tingginya

    kedudukan ukhuwwah dan beliau mengingatkan adanya hati-hati yang ]alai dan tidak pedulidengan konsep dasar dalam agama ini.

    Ukhuwwah Adalah Bagian Dari Bekal Kami"Imam Syahid menjelaskan bahwa tujuan jamaah Ikhwanul Muslimin adalah mewujudkan

    pribadi muslim, rumah tangga muslim, masyarakat muslim dan pemerintah muslim, yaitupemerintah yang akan memimpin negeri-negeri Islam dan menghimpun seluruh komunitaskaum muslimin, menegakkan kembali menara keagungan mereka, mengembalikan kembalitanah air, bumi, dan negeri mereka yang selama ini terampas kemudian memanggul benderajihad dan panji dawah kepada Allah sehingga dunia ini tunduk di bawah naungan Islam.

    Setelah menjelaskan tujuan-tujuan ini beiiau menjelaskan bekal yang harus dimiliki untukmewujudkannya seraya berkata:

    "Bekal kami adalah para salaf (pendahulu) kami. Dan senjata yang pernah dipakaipimpinan dan teladan kami, Muhammad Rasulullah Saw dan para shahabatnya untukbertempur dengan sedikit bilangan dan sederhananya perlengkapan serta besarnyakesungguhan, itulah senjata yang akan kami pakai dalam rangka memperjuangkan dunia inidari mula." (Tahta Rayatil Islam, hal. 100, 101)

    "Maka terhimpunlah kekuatan aqidah dengan kekuatan persatuan. jadikanlah jamaah merekajamaah teladan yang [43] kalimatnya senantiasa muncul di permukaan dan seruannya selalumenang meskipun seluruh penghuni bumi menjegalnya.

    Adakah yang dilakukan para da'i dahulu hingga kini lebih banyak dari itu?Mereka menyeru dengan fikrah, menjelaskan kepada orang dan mendakwahkannya. Mereka

    meyakininya, mereka bekerja dalam rangka mewujudkannya dan mereka berhimpun disekelilingnya. Makin bertambahlah bilangan pendukungnya dan makin menggema pula gaungFikrahnya hingga batas yang amat jauh menembus batas-batas ruang dan waktu.

    "itulah sunnatullah dan tiada bagi sunnatullah itu pengganti." (Majmu'ah Rasail, Da'watulIkhwan fi Thaurin jadid, hal. 123, 124).

    Kekuatan Aqidah, Ukhuwwah, Kemudian Senjata.Beliau menjelaskan bahwa Ikhwanul Muslimin bekerja dalam rangka memperkuat aqidah dan

    iman, persatuan dan ukhuwwah kemudian senjata.Dengan berpadunya tiga kekuatan inilah mereka akan bertempur menghadang durjana yang

    melampaui batas. Beliau selanjutnya berkata tentang Ikhwan:"Mereka semua tahu bahwa tingkatan pertama kekuatan adalah kekuatan aqidah dan iman.

    Kernudian persatuan dan ukhuwwah, setelah itu kckuatan tangan dan senjata. Sebuah jamaahtidak dapat dikatakan kuat sebelum terpenuhinya tiga kekuatan tersebut. Maka apabila kekuatantangan dan senjata dipergunakan padahal shafnya cerai-berai, nizham (struktur)nya berantakandan iman serta aqidahnya lemah, niscaya akhir perjalanannya adalah [44] kehancuran dankebinasaan." (Majmu'ah Rasail, Al-Mu'tamarul Khamis, hal. 169)

  • Akhirnya, itulah nukilan singkat yang menjelaskan kepada kita titik temu kedua imam, IbnuTaimiyah dan Imam Syahid, dalam menjaga keutuhan ukhuwwah dan jamaah, ta'liful qulub dankesatuannya.

    Mereka berdua sepakat dalam hal bahwa:- Ukhuwwah memiliki kedudukan yang sangat tinggi dalam Islam.- Ukhuwah merupakan kekuatan yang tidak teruntuhkan dengan senjata apapun, apalagi

    hanya lantaran perbedaan dalam masalah furu', baik menyangkut fiqih maupun aqidah.- Kita diutamakan untuk meninggalkan hal-hal yang mustahabbat yang sekiranya dapat

    menyebabkan adanya perpecahan dan membangkitkan kedengkian.Itulah beberapa prinsip yang lahir dari pandangan yang tajam dan akal yang bijak, yang ia

    dianjurkan Al-Qur'an dan ditegaskan oleh Rasul sayyidul anam.Simaklah, bagaimana Al-Qur'an menerangkan kepada kita bahwa membunuh dengan senjata,

    yang itu merupakan salah satu dosa besar, ternyata tidak serta-merta dapat melepaskan taliukhuwwah pelakunya secara total.

    Allah SWT berfirman:"Wahai orang-orang yang beriman telah ditetapkcan atasmu qishash berkenaan dengan orang

    yang dibunuh. Dan merdeka dengan orang merdeka, hamba dengan hamba, wanita denganwanita. Maka barang siapa mendapat pemaafan dari saudaranya hendaklah (yang diberimaaf) membayar (diat) kepada yang memberi maaf dengan cara yang baik pula. Yang demikianitu adalah suatu keringanan dari Tuhan kamu dan [45] suatu rahmat. Barangsiapa yangmelampaui batas setelah itu maka baginya siksa yang sangat pedih". (Al-Baqarah :178)

    Ketika Rasulullah Saw hijrah dari Mekkah ke Madinah maka yang pertama beliaulakukan adalah membangun masjid dan mengikatkan tali ukhuwwah. Karena di dalammasjid itulah hati ummat terhimpun dalam ketaatan kepada Allah dan terikat kepada-Nya. Sehingga masjid juga merupakan unsur perekat ikatan tali ukhuwwah denganseringnya pertemuan di dalamnya. Dalam masjid itulah dibangun ta'liful qulub,kesucian jiwa, jalinan ruh, tautan kasih sayang dan cinta kasih karena Allah.

    Kepada para pemuda pemandu dakwah ilallah, perlu saya ingatkan sekali lagi,jagalah ukhuwwah dan jamaah. Dengan menjaganya kalian telah menjaga bangunanagama. Dengan kuatnya ukhuwwah Islam akan tegak, dan lantaran rapuhnya Islamakan hancur.

    Ukhuwwah itu ciri khas iman dan tafarruq itu ciri khas kekufuran."Dan berpegang teguhlah dengan tali (agama) Allah semuanya dan jangan bercerai-berai.

    Ingatlah nikmat Allah yang telah diberikan kepada kalian tatkala kalian saling bermusuhanlantas Allah menyatukan hati-hati kalian maka dengan nikmat itulah kalian jadi bersaudara ... ".(Ali `Imran: 102) [46]

    TASHAWWUFTelah sering kita dengar pembicaraan mengenai tashawwuf. Ada sebagian mereka yang

    memujinya secara berlebihan namun ada pula yang secara habis-habisan mencelanya.Hingga akhirnya pemahaman menjadi kabur dan kebenaran menjadi sulit ditangkap.Namun demikian Allah Swt telah membangkitkan para ulama yang dapat menjelaskansecara benar hakikat ini dengan timbangan syara'. Sebagian ulama tersebut adalahSyaikhul Islam Ibnu Taimiyah dan Imam Syahid Hasan Al-Banna. Kedua beliau telah

  • memaparkan pendapatnya tentang tashawwuf dan sekali lagi, mereka memiliki titik temudalam pandangannya itu. Sebuah pandangan yang arif dan ada di jalan tengah:

    Dan itulah pendapat dan pandangan yang menegaskan kebenaran dan mengingkarikebathilan tanpa sikap berlebihan.

    Kini, mari kita simak nukilan dari pendapat-pendapat beliau berdua.

    TUMBUHNYA TASHAWWUFTashawwuf pertama kali muncul di Bashrah.Syaikhul Islam berkata:Pertama kali muncul tashawwuf itu dari Bahsrah. Sedang orang yang pertama kali

    membangun tashawuf adalah shahabat-shahabat Abdul Wahid bin Zaid. [47]Sedangkan Abdul Wahid adalah salah satu dari sahabat Hasan. Ketika itu di Bashrah adafenomena ekstrim dalam zuhud, ibadah, khauf (rasa takut) dan sebagainya yang tidakpernah ada bandingannya selama ini." (Al-Fatawa juz. 11, hal. 6,7)

    Syaikhul Islam telah mengambil pendapat yang kuat mengenai penamaan tashawwuf,yaitu dari pakaian yang berwarna shuf.

    SEPUTAR KERANCUANMASALAH TASHAWWUFPada awalnya adalah orang-orang yang menjalani kehidupan zuhud. mereka begitu

    gigih dan tegar dalam menjalani gaya hidupnya itu sehingga melahirkan perilaku yang tidakpernah dikenal pada masa generasi pertama Islam, baik pada masa shahabat maupun tabi'in.Seperti teriak-teriak bila mendengar Qur'an dan lain sebagainya. Ada diantara mereka yangalim dan taqwa tetapi ada pula yang jahil. Ada diantaranya yang ikhlas dan jujur namun adapula yang dusta. Oleh karena itu orangpun simpang-siur antara yang memuji danmencelanya.

    Syaikhul Islam berkata:"Orang-orang berselisih pendapat mengenai tashawwuf. Satu kelompok mencela tashawwuf

    seraya berkata: Mereka adalah para ahli bid'ah dan telah keluar dari sunnah. Dari kelompokdan para imam mereka banyak kita dapatkan nukilan pendapatnya yang cukup dikenal yangkemudian diikuti oleh beberapa kelompok yang lain terutama dari kalangan ahli fiqih dan ilmukalam. Sementara kelompok yang lain memujinya secara berlebihan dan mereka mengatakanbahwa ahli tashawwuf adalah makhluq yang paling mulia dan paling sempurna setelah paraNabi." (Al-Fatawa, juz. 11, hal. 18) [48]

    Pendapat Syaikhul Islam:Setelah beliau mengungkap pendapat orang tentang tashawwuf beliau kini mengungkapkan

    pendapatnya sendiri, yang menempuh jalan tengah dengan berpatokan kepada timbangan syara'.Beliau berkata: "Pendapat kedua kelompok di atas sama-sama tercelanya, yang benar

    adalah: Mereka itu orang-orang yang taat kepada Allah sebagaimana usaha orang-orang yangahli taat lainnya. Ada sebagian mereka yang ada di depan karena kesungguhan usahanya,ada di antara mereka cukupan. Di antara keduanya ada orang-orang yang berusaha namunjatuh dalam kekeliruan, sementara yang lain ada yang ahli berbuat dosa kemudian bertobatatau tidak bertobat sama sekali. Sedangkan di antara orang-orang yang menisbatkan dirinyakepada golongan mereka ada pula yang menganiaya diri sendiri dan suka berbuat maksiatkepada Tuhannya". (Al-fatawa, juz 11, hal. 16,17).

  • TASHAWWUF ITU HAKIKATNYA BAIKSyaikhul Islam menjelaskan bahwa tashawwuf itu asalnya baik. Ia berakar pada sikap

    zuhud, ibadah, tazkiyatun nafs, shidiq dan ikhlash.Syaikhul Islam berkata:"Tashawwuf bagi mereka memiliki beberapa prinsip dan perilaku yang telah ma'ruf

    (dikenal), yang telah mereka bicarakan batas-batas dan asal-usulnya. Seperti apa yangmereka katakan bahwa Shufi (ahli tashawwuf) adalah orang-orang yang bersih dari kotorandan sarat dengan muatan pikir. Baginya sama saja antara emas dan batu.

    Tashawwuf demikian lanjutnya adalah menyembunyikan makna dan menghindaripengakuan dan semisalnya. Mereka menghendaki dari makna tashawwuf itu makna shidiq".(Al-Fatawa, juz. 11, hal. 16, 17) [49]

    KOTORNYA TASHAWWUFKita telah tahu bahwa tashawwuf pada dasarnya baik karena ia tegak di atas hal-hal yang

    ditetapkan Islam sebagai aplikasi kandungan Kitab Allah dan Sunnah-Nya. Namun padaakhirnya banyak orang yang menisbatkan dirinya pada kelompok tashawwuf ini yangmemiliki aqidah dan tujuan yang menyeleweng dari semestinya. Mulailah praktek khurafatdan kebathilan merasuk ke dalamnya, yang bahkan diingkari oleh tokoh-tokoh yang lurusdari kalangan tashawwuf sendiri.

    Syaikhul Islam berkata:"Beberapa kalangan dari ahli bid'ah dan zindiq telah menisbatkan dirinya pada tashawwuf,

    namun di kalangan tokohnya yang lurus mereka tidak dianggapnya. Seperti Al-Hallajmisalnya. Banyak diantara tokoh tashawwuf yang mengingkarinya dan mengeluarkannya darishaf mereka. juga misalnya Junaid bin Muhammad Sayyiduth Thaifah dan sebagainya,sebagaimana dalam Thabaqat Suffhiyyah dan disebutkan pula oleh Al-Khatib Abu Bakr Al-Khatib dalam Tarikh Baghdad." (Al Fatawa juz. 11, hal 18)

    Ketika itulah dalam tashawwuf bercampur-aduk antara hal-hal yang haq dan yang bathil,yang lurus dan yang sesat, sunnah dan bid'ah, kebodohan dan ilmu. Merasuklah ke dalamnyaracun filsafat yang aneh-aneh. Tashawwuf gaya filsafat yang aneh ini telah mendapatkankritik dan pengingkaran yang tajam dari kalangan para ahli tashawwuf yang lurus.

    Dalam pada itu tashawwuf dapat dibagi menjadi dua:1. Tashawwuf Ahli Ilmu dan Istiqamah

    "Seperti Fudhail bin 'Iyadh, Ibrahim bin Adham, Abi Sulaiman ad-Darani, [50] Ma'ruf al-Karkhi, junaid bin Muhammad, Sahl bin Abdullah al-Tastari dan lain sebagainya,Semoga Allah memberikan ridha-Nya kepada mereka." (Al-fatawa, juz 11, hal. 233)

    2. Tashawwuf Filsafat, Bid'ah dan Zindiqah.Tashawwuf serupa ini yang memunculkan ajaran-ajaran aneh semisal wihdatul

    wujud (menyatukan alam wujud), hulul dan ittihad (kesendirian total), du'a al-amwat(doanya orang mati) dibarengi dengan nadzar, mendakwakan dirinya tahu hal ghaib dansemisal ini yang terang-terang bertentangan dengan syari'at Islam yang bersih dan suci.

    Kedua model tashawwuf ini masih ada hingga sekarang di beberapa negeri di dunia.Namun kelihatannya justru tashawwuf model yang kedua yang paling banyak tersebar.

    SIKAP IMAM SYAHIDImam Syahid telah mengambil sikap yang adil dan jalan tengah berhadapan dengan

  • tashawwuf ini, beliau puji hal-hal yang baik di dalamnya dan beliau cela penyelewengan-penyelewengannya. Sedangkan tolok ukur yang beliau pakai adalah Kitab Allah dan SunnahRasul-Nya. ttulah timbangan yang adil yang menempatkan sesuatu pada tempatnya.

    Imam Syahid menyadari sepenuhnya sejauhmana penyelewengan dan penyimpangan yangterjadi dalam dunia tashawwuf. Hal mana telah berdampak negatif pada kehidupan ummatIslam, sehingga melapangkan jalan bagi masuknya kerusakan, kelemahan, kefakiran,keterbelakangan, kehinaan dan kebodohan hingga ummat ini mengalami penderitaan baikdunia maupun agamanya dalam bentuknya yang paling parah. [51]

    Beliau menyadari sepenuhnya akan kondisi buruk ini sehingga beliau menawarkan konseppengobatannya dengan menggunakan dua sarana:

    Pertama: Beliau menyebut kebaikan-kebaikan tashawwuf pada asal mulanya, semisalakhlaqul karimah, zuhud dan jihad.

    Kedua: Beliau menuturkan pula kejelekan-kejelekannya yang berupa bid'ah agama telahkeluar jauh dari rel Islam.

    Ibrah itu dalam kandungan bukan nama, dalam makna bukan kerangka, serta dalamhakikatnya bukan kata-kata. Kini kita beralih kepada apa penjelasan beliau tentang itu semua.

    ISLAM ITU MENYELURUH BUKAN RUHANIAH SEMATASalah satu hal negatif yang didapati dalam tashawwuf adalah mereka membatasi Islam

    hanya sebatas peribadatan sempit dan kerohanian. Adapun yang bernama Syumuliyatul Islam,mereka tidak mengenalnya sama sekali, Berkatalah Imam Syahid:

    "Dengarlah wahai akhi, dakwah kami adalah dakwah yang menghimpun segala sesuatuyang disebut Islam. Kata (Islam) ini mengandung makna yang sangat luas bukansebagaimana yang dipahami oleh banyak orang.

    Kami berkeyakinan bahwa Islam memiliki makna yang universal, menyangkut seluruhaspek kehidupan. Artinya, Islam memberi bimbingan dam aturan yang rinci untuk seluruhmasalah kehidupan. Ia tidak bisu menghadapi problema kehidupan, namun sebaliknya ta selalusiap memberi solusi yang membawa maslahat hagi ummat manusia.

    Sebagian orang memahaml Islam secara keliru. Mereka menganggap bahwa syari'at Islamhanyalah seperangkat [52] aturan ibadat dan petunjuk rohani. Mereka beramal hanya dalambatas yang sempit ini sesuai dengan pemahamannya. Akan tetapi kita memahami Islam tidaksebatas apa yang mereka pahami, yaitu pemahaman yang luas dan menyeluruh sebagai aturankehidupan yang berdimensi dunia dan akhirat. Pemahaman ini bukanlah sikap latah danmencari-cari, akan tetapi itulah yang kita fahami dari kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya sertasalafus shalih.

    Kalau pembaca ingin memahami dakwah Ikhwan lebih jauh dari sekedar kata "Islamiyah"maka ambillah mushhaf dan pahamilah isinya dengan melepaskan seluruh subyektifitas danhawa nafsunya. Dengan demikian ia akan mengetahui hakikat dakwah Ikhwan." (Mqjmu'ahRasail, Da'watuna, hal. 16)

    KAMI BUKAN KELOMPOK DARWISYPada kesempatan lain imam Syahid menjelaskan aliran tashawwuf yang tercela dan

    mungkar, dimana aliran ini hanya melihat Islam dari sudut pandang yang sempit dan tidakmenyeluruh sebagaimana seruan Allah Swt dalam firman-Nya:

    "Wahai orang-orang yang beriman masuklah kalian ke dalam Islam secara keseluruhannya danjanganlah mengikuti langkah-langkah syaithan. Sesungguhnya syaithan itu adalah musuh yang

  • nyata bagimu". (Al-Baqarah : 208)Dan firman-Nya pula:"Katakanlah bahwa shalatku, ibadahku, hidup dan matiku adalah bagi Allah, Tuhan semesta

    alam. Tidak ada sekutu bagi-Nya, dengan itulah saya diperintahkan dan saya adalah awal dariorang-orang muslim". (Al-An'aam: 162, 163)

    Berkata Imam Syahid : [53]"Wahai para pemuda, telah keliru orang yang mengatakan bahwa jamaah Ikhwanul

    Muslimin adalah jamaah Darwisy. Yaitu jamaah yang wawasan Ibadahnya dibatasi dalamlingkup yang sempit. Agama bagi mereka sekedar shalat, puasa, dzikir dan membaca tasbih.

    Generasi pertama Islam tidak mengenal dan meyakini Islam dalam wujud seperti itu. Namunmereka meyakini sepenuhnya bahwa Islam adalah aqidah dan ibadah, tanah air dankebangsaan, akhlaq dan materi, wawasan dan perundang-undangan, toleransi dan kekuatan.Mereka meyakini bahwa Islam adalah aturan bagi seluruh aspek kehidupan. Islam mengaturkehidupan dunia sebagaimana ia juga mengatur alam akhirat.

    Mereka mengimani Islam sebagai aturan operasional fisik dan rohani sekaligus. Oleh karenaitu maka Islam dalam pandangan mereka adalah agama dan negara, mushaf dan senjata.Meski demikian mereka tidak mengabaikan aspek-aspek ubudiyah dan ketaatan kepadaperintah Tuhannya. Mereka selalu berusaha memperbaiki shalatnya, tilawah Qur'an danberdzikir sebagaimana diperintahkan Allah dalam batas-batas yang telah ditetapkan syara'tanpa berlebihan. Mereka memahami apa yang Rasulullah Saw sabdakan:

    "Sesungguhnya agama ini kokoh, maka pergaulilah ia dengan kelembutan ..."Mereka mengambil bagian dunia dalam batas yang tidak sampai menyia-nyiakan

    akhiratnya, sesuai dengan firman Allah:"Katakanlah, siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah

    dikeluarkan untuk hamba-hamba-Nya dan rizqi yang baik". (Al-A'raf: 32) [54]Mereka mengetahui bahwa gambaran yang terbaik bagi jamaah adalah sebagaimana

    sebutan bagi para shahabat: Mereka seperti rahib di waktu malam dan pasukan perang disiang hari. Gelar itulah yang ingin dicapai oleh jamaah, kepada Allah saja kita mohonpertolongan." (Majmu`ah Rasail (Ilasy Syabab), hal. 7,88)

    TIDAK ADA PERMOHONAN KEPADA AHLI KUBURimam Syahid memberi kritik kepada tashawwuf yang tercela, yang tidak mengambil Islam

    secara utuh. Kemudian menunjukkan hal-hal yang negatif itu dengan tegas namun lembut."Jimat, mantera, ramalan, perdukunan dan sejenisnya adalah kemungkaran yang wajib

    diberantas kecuali bila ada petunjuk dari Qur'an atau mantera yang ma'tsur dariRasulullah Saw." (Majmu'ah Rasail, Risalatut Ta'lim, hal. 268, 270)

    Dan katanya pula: "Ziarah qubur adalah ramalan yang masyru' (disyari'atkan) biladilakukan dengan etika yang dicontohkan Nabi. Akan tetapi memohon kepada ahli kubur,minta hajat kepada mereka dari jauh maupun dekat, bernadzar untuk mereka, membangunmakam, membuat dinding dan penerangan, mengusapnya dengan maksud tabarruk dan lainsebagainya adalah merupakan perilaku bid'ah besar yang wajib diperangi. janganlah hal iniditolerir demi menutup kemungkinan yang lebih sesat." (Majmu'ah Rasail, Risalatut Ta'lim, hal.268, 270)

    Itulah beberapa ucapan Imam Syahid yang menjelaskan sikap beliau menghadapi tashawwufyang tercela beserta pemeluknya. Kita rnendapati di sini hal-hal yang berhuhungan senganfiqhud dakwah, yaitu beliau menyebut aliran tashawwuf yang tercela namun tanpa menyebut

  • namanya secara langsung. [55] Ini adalah akhlak Nabi Saw dalam mensikapi perilaku tercela:"Kenapa orang-orang adayang mengatakan begini dan begitu ..." (HR. Bukhari dan Muslim)dengan hanya menyebut kejelekan dan perbaikannya tanpa menyebut pelakunya, dengantujuan merang-sang dirinya untuk menerima nasehat serta merubahnya dengan mudah.

    Adapun ketika menyebut kebaikan, beliau menyebutkan pelakunya sebagai perangsang untuklebih meningkatkannya.

    Dari penjelasan sebelumnya kita tahu tashawwuf pernah melalui tahapan-tahapansejarahnya, sebagaimana disebutkan oleh Ibnu Taimiyah. Pada mulanya adalah perilaku zuhud,hidup sederhana dan ketinggian jiwa serta jauh dari cinta dunia. Kemudian tercampur denganfilsafat, bid`ah, khurafat, dan kebodohan. Maka jadilah tashawwuf itu dua bentuk:

    Pertama, tashawwuf yang sesuai dengan Kitab dan Sunnah dan itu pantas dipuji. Kedua,tashawwuf yang bertentangan dengan Kitab dan Sunnah, dan ia laik mendapatkan celaan. Makadari itu menggeneralisir pujian tidaklah benar sebagaimana tidak benarnya memutlakkancelaan. Kita telah menyimak bagaimana Imam Syahid mensikapi tashawwuf yang tercela danpara penganutnya. Kini kita simak bagaimana sikap beliau menghadapi tashawwuf yangashalah (orisinil), yang sesuai dengan Kitab dan Sunnah.

    HAKIKAT TASHAWWUFImam Syahid memuji tashawwuf dalam kerangka makna yang shahih, yang sesuai

    dengan jiwa Kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya. Bila sesuai dengan kitab Allah dan [56]Sunnah Rasul kita terima tanpa melihat namanya apa. Akan tetapi bila bertentangandengankeduanya, kita tegas menolaknya meskipun dikemas dengan nama yang indah seperti apapun.Atas dasar inilah pujian dilontarkan. Imam Syahid menjelaskan bahwa fikrah IkhwanulMuslimin mengandung segala hal yang berorientasi perbaikan, sebagai kesimpulan ataspemahaman menyeluruh terhadap ajaran Islam. Berkatalah Imam Syahid :

    "Kalian dapat pula mengatakan bahwa Ikhwanul Muslimin adalah:1. Da'wah Salafiyah, karena mereka menyeru ummat untuk mengembalikan Islam kepada

    sumbernya yang jernih, yakni Kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya.2. Thariqah Sunniyah, karena mereka membawa dirinya untuk beramal sesuai dengan

    bimbingan Sunnah dalam segala hal. Khususnya dalam aqidah dan ibadah yang denganitulah jalannya yang dilalui menjadi jelas.

    3. Hakikat Shufiyah, karena mereka mengetahui bahwa asas kebajikan adalah kesucianjiwa, kebersihan hati, melatih amal, cinta kepada Allah dan mengikatkan diri padakebaikan.

    4. Hai'ah Siyasiyah ...5. Jama'ah Riyadhiyah ...6. Rabithah Ilmiyah Tsaqafiyah ...7. Syirkah Iqtishadiyah.8. Fikrah Ijtima'iyah ... (Majmu'ah Rasail, (Mu'tammar Khamis), hal. 156, 157)Demikianlah Imam Syahid memuji kebaikan-kebaikan yang ada dalam tashawwuf, seperti

    kesucian jiwa, kebersihan hati, ikhlash, 'iffah dan semisalnya. Dan ia menegaskan bahwa halini merupakan inti dan hakikat dari fikrah da'wahnya lantaran bersesuaian dengan KitabAllah dan Sunnah Rasul-Nya. [57]

    PARA AHLI TASHAWWUF ADALAH PARAMUJAHIDPada kesempatan lain Imam Syahid memuji tashawwuf dengan menyebutkan beberapa

  • tokohnya yang terlibat dalam jihad fi sabilillah. Ini merupakan fenomena agung yang telahdisaksikan sejarah pada masanya dan tidak seorang pun yang dapat mengingkarinyakecuali mereka yang takabbur dan congkak.

    Berkata Imam Syahid:"Untuk melengkapi pembicaraan kita ini, barangkali ada baiknya penulis ingatkan bahwa

    kaum muslimin sepanjang masa tentu sebelum masa gelap yang jiwa patriotisme telahlenyap dari dada kaum muslimin sebagaimana sekarang ini tidak pernah meninggalkan jihad.Baik para ulama, para shufi maupun cendikiawannya. Mereka semua senantiasa siap siagauntuk itu. Sebutlah umpamanya Abdullah bin Mubarak, sang faqih yang zuhud dan ahliibadah. Dia menggunakan sebagian besar waktunya untuk jihad. Sebagaimana pula AbdulWahid bin Zaid, seorang shufi yang zuhud. Adalah pula Syaqiq al-Bakhla, seorang syaikhsufi yang pada masanya melibatkan diri beserta murid-muridnya memikul senjata untukberjihad. Ada lagi Al-Badrul Aini, pensyarah Bukhari yang faqih dan ahli hadits. Ia mengajarsetahun, berperang setahun dan berhaji setahun. Al-Qadhi Asad bin Al-Farat Al-Maliki, terkenalsebagai komandan angkatan laut pada masanya. Dan adalah Imam Syafi'i yang masyhuritu, ternyata ia adalah ahli melempar. Beliau melempar sepuluh kali tidak pernah melesetsekali pun. Nah demikianlah para ulama salaf kita. Di mana posisi kita dari keagungan sejarahini?" (Majmuah Rasail, Risalatul Jihad, hal. 260.) [58]

    Salah seorang yang memperkenalkan dakwah semisal ini adalah Imam yang mulia, HasanAl Bashri. Kemudian diikuti oleh banyak kalangan para da'i yang shalih. Hingga banyakkelompok yang dikenal sebagai penyeru kepada dzikrullah, zuhud, dzikrul maut dantazkiyatun nufus untuk taat dan taqwa kepada Allah. Dan banyak lagi nilai-nilai Islam selainini. Mereka mengambil amaliyah ini dalam format yang baru dan dijadikanlah ia sebagaijalan hidup yang khas dengan tahapan-tahapan: dzikir, ibadah dam ma'rifah. Kemudianberakhir dengan masuk dalam sorga dan ridha-Nya.

    Inilah satu bentuk aliran tashawwuf yang saya namai: Ilmu tarbiyah was suluk (Ilmupengetahuan dan tingkah laku). Tidak disanksikan lagi bahwa hal itu merupakan bagian dariinti ajaran Islam. Dan tidak diragukan bahwa tashawwuf telah berhasil mengobati kejiwaanyang dalam batas-batas tertentu tidak dapat dicapai oleh cara-cara lain.

    Dengan pola seperti ini mereka telah membimbing manusia untuk menunaikan kewajiban-kewajiban dari Allah, mengarahkan orientasi hidup hanya kepada-Nya, serta menjauhilarangan-larangan-Nya. Namun demikian kita mengakui bahwa sering kita dapati adanyasikap mubalaghah (berlebih-lebihan) dalam banyak hal karena pengaruh tradisi masyarakatpada masanya. Seperti berlebihan dalam berdiam diri, dalam berlapar-lapar, tidak tidur, 'uzlah(mengasingkan diri), meskipun itu semua ada akarnya dalam agama. Berdiam diri asalnyaadalah berpaling dari laghwun (tindakan sia-sia), berlapar-lapar asalnya adalah puasasunnah, tidak tidur asalnya adalah qiyamul lail dan uzlah asalnya adalah menghindaripenyakit hati dari dalam dirinya. Kalau saja semua ini dipraktekkan dengan batas-batas yangtelah ditentukan syara' maka alangkah baik dan mulianya. [59]

    Sangat disayangkan bahwa dakwah tashawwuf tidak berhenti sampai di sini saja. Iatercemar oleh ilmu-ilmu filsafat, manthiq (logika) dan warisan-warisan tradisi serta pemikiranummat masa lalu. Bercampurlah antara nilai-nilai agama dengan hal-hal yang tidak adakaitan apapun dengannya. Terbukalah pintu bagi merasuknya aliran zindiq, atheis, pemikiranyang rancu dan berbagai keyakinan aneh, yang kesemuanya mengatas namakan tashawwuf.Oleh karena itu semua pemikiran yang mengarah kepada zuhud dan hidup menderita sertapencapaian tingkat rohani tertentu lainnya harus disikapi dengan teliti dan hati-hati. Ia harus

  • ditimbang secara ketat dengan ukuran syara'.Sampai saatnya, datanglah nilai-nilai ini dalam bentuk aliran sehingga memunculkan

    kelompok-kelompok pengikutnya. Semua dengan ciri khas yang mereka pergunakan.Kepentingan politik pun akhirnya ikut mewarnainya sehinggga terbentuklah kelompok-kelompok itu dalam lembaga militer atau lembaga-lembaga khas lain sebagai buah dariperjalanan sejarahnya yang panjang . Tidak disangsikan bahwa tashawwuf merupakan salahsatu sarana paling efektif dalam ikut menyebarkan dienul Islam di banyak wilayah dari kotahingga pedalaman dimana wilayah itu tidak pernah terjangkau kecuali melalui tangan-tanganmereka. Sebagaimana terjadi di Afrika dengan padang pasir tanpa tepinya, juga di sebagianwilayah Asia.

    Tidak pula diragukan bahwa kaidah-kaidah tashawwuf dalam aspek tarbiyah wa suluk(pembinaan dan perilaku) memiliki pengaruh yang demikian kuat dalam hati dan jiwa.Ungkapan-Ungkapan para sufi sungguh memiliki bobot yang tidak pernah dijumpai padaungkapan-ungkapan selainnya. Namun sangat disayangkan bahwa unsur asing yangmengotorinya telah merusak itu semua. [60]

    Adalah kewajiban para da'i untuk memikirkan bagaimana meluruskan kelompok-kelompok seperti ini. Usaha perbaikan itu sesungguhnya mudah karena mereka telahmemiliki kesiapan yang total untuk itu. Bahkan boleh jadi mereka adalah orang-orang yangterdekat dengan kebenaran bila diarahkan dengan cara yang benar. Maka yang dibutuhkanadalah mengerahkan sekelompok ularna yang shalih dan `alim, pembimbing yang jitu, jujurserta ikhlash untuk mengkaji masyarakat model seperti ini, memanfaatkan kekayaan ilmiahini dan melepaskan mereka dari hal-hal asing yang mengotorinya kemudian mengarahkanmereka menuju qiyadah shalihah (kepemimpinan yang lurus)." (Mudzakkiratud Da'wah waDa'iyah, hal. 16, 18)

    CATATANSatu hal yang perlu saya jelaskan di sini bahwa imam Syahid pernah terdidik pada

    sebagian masa hidupnya dalarn salah satu aliran tashawwuf yang terkenal masa Thariqahal-Hashafiyyah. Alangkah baiknya kita sedikit mengenal apa itu thariqah Al-Hashafiyah dansejauh mana iltizam (komitment)nya kepada manhaj Allah. 'Ibrah (nilal pelajaran) itu padakandungan bukan pada nama.

    Imam Syahid bercerita tentang thariqah ini:"Saya secara rutin mengamalkan wadzifah (semacam wirid) ar-ruzuqiyyah pagi dan sore.

    Dan saya semakin heran karena ayah membuat catatan kecil dengan menunjuk dalil-dalilnyayang keseluruhannya ternyata memiliki riwayat hadits yang shahih. Beliau menamai risalahkecilnya itu dengan: Tanwirul Af-idah az-Zakiyyah Biadillati Adzkar ar-Ruzuqiyyah. Danwadzifah tersebut sesungguhnya tidak [61] lebih dari sekumpulan ayat-ayat suci Al-Qur'andan hadits do'a-do'a pagi dan sore yang termaktub dalam Kitab dan Sunnah. Tidak ada satupun kalimat yang aneh-aneh, ungkapan filsafat atau lainnya yang tidak mengandung do'a."(Mudzakkiratud Da'wah Wad-Da'iyah, hal 11)

    Kemudian beliau bercerita sedikit tentang Syaikh Hasnain al-Hashaf, beliau adalahsyaikh Tariqah yang pertama, dan bagaimana pola da'wahnya.

    "Da'wah beliau dibangun di atas ilmu dan pengajaran, fiqih, ibadah, taat, dzikir,memerangi bid'ah dan khurafat yang meracuni ummat dan menegakkan kitab dan Sunnahsebagaimana yang dipegang teguh oleh para syaikhnya yang lain. Satu hal yang palingberkesan dalam hati dan tertanam dalam jiwaku dari perjalanan hidup beliau adalah

  • kegigihannya dalam ber-amar ma'ruf nahi mungkar, ketika itu beliau sungguh tidak gentarmenghadapi celaan orang. Beliau tidak pernah surut dengan amar ma'ruf nahi mungkar inimeskipun menghadapi tantangan yang begitu berat.

    Sebagai contoh bisa saya sebutkan:"Suatu saat beliau mengunjugi orang yang bernama Basya, dia adalah seorang Perdana

    Menteri. Masuklah kemudian salah seorang ulama, beruluk salam dan membungkukkanbadannya hingga mendekati ruku'. Maka bangkitlah syaikh dengan marah dan dipukullahkedua pipi orang itu dengan keras menggunakan kedua tangannya sambil berkata: "Haiberdirilah. Ruku' itu tidak boleh dilakukan kecuali hanya kepada Allah. Janganlah engkaumenghinakan agama dan ilmu supaya engkau tidak dihinakan Allah." Tidak sepatah katapun terucap ketika itu, baik dari orang 'alim tadi maupun dari Basya sendiri.

    Pada kesempatan lain, beliau mengunjungi masjid Husain ra, dengan sebagian muridnya. Iaberdiri di atas qubur [62] dan membacakan do'a ma'tsur: Assalaamu 'alaikum ahlad diyarminal mu'minin. Pada saat itu berkatalah salah seorang muridnya: "Wahai syaikh,mintalah kepada sayyidina Husain agar meridhai saya". Mendengar ini dengan serta-merta iaberpaling dan marah sambil berkata: "Yang meridhai saya, kamu dan dia hanyalah Allah."

    Setelah usai ziarah syaikh menerangkan hukum ziarah dan adab-adabnya dan dijelaskan didalamnya hal-hal yang masyru' maupun bid'ah.

    Hal-hal inilah yang telah memberikan pengaruh dan melahirkan ketakjuban serta rasahormat saya padanya. Teman-teman ketika itu memang banyak yang bercerita tentangkekeramatan syaikh namun itu semua tidak berpengaruh dalam jiwaku sebagaimana ketikasaya melihat sikap 'amaliyah yang tegas ini. Sejak dahulu saya berkeyakinan bahwa karamahpaling besar yang dianugerahkan Allah kepadanya adalah taufiq dan hidayah-Nya hinggabeliau dapat menyebarkan da'wah Islam di atas pondasi yang lurus, yakni kecemburuan yangbesar atas kema'siyatan, amar ma'ruf dan nahi mungkar." (Mudzakkirah Da'wah wadDa'iyah, hal 11, 13)

    Inilah beberapa hal yang disebutkan beliau tentang Thariqah al-Hashafiyah. Dan ternyata,sebagaimana yang anda baca, ia merupakan thariqah yang lurus, jauh dari hal-hal yangmenyeleweng dari syara'.

    KOMENTARAllah SWT telah memberi anugerah kepada imam Syahid berupa hikmah dalam da'wah

    kepada Allah SWT Beliau menggunakannya untuk memperbaiki banyak celah dan kekurangan,membimbing banyak orang dengan penuh [63] sikap bijak. Hal ini begitu nampak padasikapnya terhadap tashawwuf.

    Imam Syahid telah memberi rangsangan kepada mereka dengan sesuatu yang dicintainya.Yaitu sebuah kesucian jiwa, keakraban serta bimbingan ruhiyyah sehingga ketika mereka dibawah naungan syumuliatul Islam. Daya rangsang dari depan ini telah pula diikuti dengandorongan dari belakang berupa penjelasan hal-hal yang bertentangan dengan Islam yang sucidan bersih agar mereka meninggalkan dan mengingkarinya.

    IBRAH ITU PADA KANDUNGAN BUKAN PADA NAMAIstilah tashawwuf kini menjadi istilah yang didalamnya terkandung pengertian yang

    semrawut. Ada yang benar dan ada yang salah, ada yang haq ada pula yang bathil. Maka dariitu kita wajib memberi rincian sebelum menentukan hukumnya. Kita harus menolaknya bilayang dimaksud adalah pengertian tashawwuf yang salah, begitu pula sebaliknya kita harus

  • secara jujur membenarkannya bila yang dimaksud adalah tashawwuf dalam pengertiannyayang positif. Sedang tolok ukurnya tentu saja kitab Allah dan Sunnah rasul-Nya, sebagaimanafirman-Nya:

    "Maka apabila kalian berselisih dalam suatu urusan kembalikanlah hal itu kepada Allah danrasul, apabila kalian beriman kepada Allah dan hari Akhir. Itulah sebaik-baik ta'wil". (An-Nisa':59).

    Tidaklah layak bagi seorang yang berakal sehat berbicara suatu masalah hanya denganpatokan istilah sebelum dipahami betul apa maksudnya. Kedua Imam telah memberi batasandan kaidah yang baik dalam masalah ini. [64]

    Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah:"Kata faqr (kefakiran) dan tashawwuf telah masuk dalam lingkaran masalah yang dicintai

    Allah dan Rasul-Nya. Hal ini diperintahkan dalam agama meskipun menggunakan istilah faqratau tashawwuf. Hal itu karena Al-Qur'an dan Sunnah bila telah memberi petunjuk dan isyaratakan dicintainya sesuatu, maka sesuatu itu tidak menjadi berubah dan keluar dari lingkarcintanya hanya karena diberi nama yang lain. Sebagaimana masuknya a'malul qulub(aktivitas hati) semisal taubah, sabar, syukur, ridha, khauf, raja', mahabbah serta akhlaqulkarimah yang lain. Namun di sana masuk juga a'mal sayyi'ah yang dibenci Allah dan Rasul-Nya, seperti jenis hulul dan ittihad (bersatunya dzat Kkoliq dengan makhluk-Nya), juga perilakurahbaniyah (kependetaan) yang jelas merupakan bid'ah dalam Islam, ado pula perilaku menentangsyara' dan bentuk bid'ah lainnya. Hal ini semua merupakan larangan Islam meskipun dikemasdengan nama yang indah.

    Seorang mukmin yang cerdas akan sepakat dengan sekelompok orang sepanjang mereka sepakatdengan kitab dan sunnah atau taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Sebaliknya ia akan menentangmereka, siapapun saja orangnya, bila ternyata bertentangan dengan Kitab dan Sunnah ataubermaksiat kepada Allah dan Rasul-Nya." (Majmu'. Al-Fatawa, juz. 11, hal. 28, 29).

    Sedangkan Imam Syahid berkata:"'Urf (istilah yang telah mentradisi) yang salah tidak dapat merubah hakikat ungkapan

    syar'i. Ia harus ditegaskan sesuai dengan batas-batas yang dimaksudkannya dan ambillahkesimpulan itu. Begitu juga, hati-hatilah terhadap istilah yang menipu dalam urusan agama dandunia. Ibrah (pengamhilan pelajaran) Itu melalui kandungan bukan istilahnya." (Majmu'ahRasail, Risalatut ta'lim, hal. 270). [65]

    Itulah pandangan kedua imam, semoga Allah memberi rahmat kepada mereka berdua.Apabila kita perhatikan, maka demi Allah keduanya memancar dari lentera yang satu, yaknilentera hikmah dan i'tidal (jalan tengah).

    Wahai para generasi shahwah, hendaklah kalian mengikuti jejak mereka berdua, berjalanlahdengan cahaya hikmahnya. Karena kita sekarang banyak sekali mendapatkan orang berselisihdan bertengkar hanya demi mempertahankan istilah dan nama. Yang satu melihat dengankerangka pandang negatif maka dicelanya habis-habisan, sementara yang lain bertahandengan pandangannya yang positif kemudian memujinya mati-matian. Muncullah dari sanaperbedaan dan perselisihan yang mengotori hati dan merenggangkan hubungan. Bila saja keduabelah pihak berakal dan berpikir sehat niscaya mereka akan meninggalkan semua istilah itu dankembali kepada makna yang dikandungnya. Dengan begitu Insya Allah segala perbedaan akanmudah diatasi.

    KHILAFMASALAH FIQIH

  • SEBAB-SEBAB KEMESTIAN DAN SIKAP KITA MENGHADAPINYAKedua Imam telah banyak berbicara masalah yang satu ini. Sebuah masalah yang telah

    menjadikan kaki tergelincir, mata hati tertutup, pemahaman sesat dan centang-perenang.Masalah ini adalah perbedaan pendapat dalam masalah hukum. Atau dengan kata lain khilaf

    fiqih dalam masalah-masalah furu' (cabang). Setelah kedua Imam telah mengutarakanpandangan-pandangannya dalam masalah ini, nampak sekali adanya kesatuan pandang diantara keduanya. Seolah-olah pelajaran yang disampaikan kepada Syaikhul Islam kemudianbeliau menyampaikannya kembali dengan redaksi yang berbeda kepada kita.

    Dan nampak dengan jelas bahwa pendapat mereka itu bersesuaian dengan langkah parashahabat, tabi'in dan orang-orang yang mengikuti mereka.

    SEBAB-SEBAB KHILAF MENURUT SYAIKHUL ISLAMSyaikhul Islam menyebutkan sebab-sebab khilaf dalam sepuluh poin. Kesepuluh poin

    tersebut adalah:1. Barangkali karena haditsnya belum sampai kepadanya [67]2. Hadits mungkin telah sampai akan tetapi tidak tsabat (kuat) baginya. Mungkin

    menyangkut orang yang menyampaikannya atau orang yang menyampaikansebelumnya atau tokoh-tokoh sanadnya yang mungkin tidak ia kenal, tertuduh, ataujelek hafalannya. Atau boleh jadi karena tidak sampai kepadanya dengan sanadyang bersambung atau ia tidak yakin dengan matan (redaksi) hadits meskipun iatelah diriwayatkan oleh banyak perawi lain yang terpercaya bahkan dengan sanad yangbersambung. lni banyak sekali terjadi, dari kalangan tabi'in dan tabi'ihim sampaiulama-ulama terkenal setelahnya.

    3. Ia meyakini haditsnya dha'if dan ikut berbeda dengan keyakinan yang lain lantaranpenalaran yang dilakukan berbeda dengan yang lain. Hal itu bisa terjadi karena beberapasebab:

    Antara lain: Yang memberi hadits berbeda pendapat, yang satu mengatakan dha'ifyang lain mengatakannya shahih. Padahal pengetahuan tentang rijal (tokoh hadits)sangat luas.

    Atau: Yang memberi hadits tidak yakin betul bahwa dirinya mendengarkan daripenyampai sebelumnya sementara pemberi hadits yang lain yakin betul bahwadirinya mendengarkannya.

    Dan lain sebagainya.4. Ia mensyaratkan dalam khabar wahid (riwayat dari satu orang) itu harus adil dan

    penghafal kuat, sementara yang lain tidak mensyaratkannya demikian. Misalnya yanglain mensyaratkan ditimbangnya hadits dengan tolok ukur Kitab dan Sunnah.Sementara yang lain lagi mensyaratkan bahwa penyampai hadits harus faqih bila isinyaberbeda dengan qiyasnya ushul. [68] Dan yang lain lagi mensyaratkan dimanahaditsnya harus sudah dikenal dan tersebar ... dan sebagainya.

    5. Barangkali haditsnya telah sampai kepadanya dan ia mengakui kekuatannya, akantetapi ia lupa. Di sini beliau menyebut kisah Ammar bin Yasir dan Umar bin Khattabtentang hukum seorang musafir yang junub dan tidak mendapatkan air. Ketika itu Umarbin Khattab lupa haditsnya. Demikian juga kisah Umar yang lain ketika ia menentukanbatas mahar.

  • 6. Tidak tahu akan dalalah haditsnya. Mungkin kata-katanya asing baginya, atau maknayang diketahui sesuai dengan bahasa masyarakatnya berbeda dengan yangdikehendaki oleh Nabi saw. Atau terkadang kata-katanya ada yang memiliki maknaganda, makna global atau ia ragu menentukan apakah pengertiannya hakiki ataumajazi. Atau bisa jadi dalalah nashnya tersembunyi. Padahal pengertian sebuah kalimatitu sangat beragam dan masing-masing orang bisa berbeda satu sama lain. Hal itu jugaberkaitan dengan anugerah Allah Swt. Maka dari itu ia tidak bisa dijangkau kecuali olehAllah Swt.

    7. Ia berkeyakinan bahwa tidak ada dalalah dalam hadits itu. Perbedaan antara yang inidengan yang pertama adalah bahwa, yang pertama tidak mengetahui arah dalalah.Sementara yang kedua mengetahuinya, akan tetapi ia meyakini bahwa itu tidak benar.Ia beranggapan bahwa ada kaidah ushul yang menolak dalalah tadi, baik masalah itubenar atau salah. Umpama, keyakinan bahwa umum yang dikhususkan bukanlahhujjah, atau sesuatu yang umum tetapi memiliki sebab yang khusus maka ia hanyaterbatas pada sebabnya saja atau bila semata-mata perintah ia tidak mengandungsesuatu yang wajib atau sebaliknya larangan pada perintah sebaliknya ....

    Perbedaan masalah fiqih banyak disebabkan oleh perbedaan-perbedaan kaidahushul seperti ini.

    8. Ia meyakini bahwa dalalah yang ada pada hadits telah dimentahkan oleh keteranganyang lain. Umpama, dimentahkannya am oleh khash, mutlaq oleh muqayyad,perintah mutlak oleh penafian wajib, hakikat oleh majaz atau lain-lainnya. Ini jugamasalah yang luas pembicaraannya.

    Juga keyakinannya bahwa hadits itu telah didha'ifkan, dinasakh atau dita'wil bilamungkin, oleh keterangan yang setingkat sesuai kesepakatan ulama. Seperti oleh ayat,oleh hadits yang lain atau ijma' ulama.

    9. Ia meyakini bahwa hadits ini telah didha'ifkan, dita'wil atau dinasakh, sementara yanglain tidak meyakini demikian .... (Raf