ian Sengketa Di Bidang Hak Cipta

27
Penyelesaian Sengketa di Bidang Hak Cipta Irene (205080046) Floretta Rosari (205080052) Fabio Octaviano (205080077) Nerissa Arviana (2050800 ) Jimmy (205 ) Fakultas Hukum

Transcript of ian Sengketa Di Bidang Hak Cipta

Page 1: ian Sengketa Di Bidang Hak Cipta

Penyelesaian Sengketa di Bidang Hak

Cipta

Irene (205080046)

Floretta Rosari (205080052)

Fabio Octaviano (205080077)

Nerissa Arviana (2050800 )

Jimmy (205 )

Fakultas Hukum

Universitas Tarumanagara

Jakarta 2010

Page 2: ian Sengketa Di Bidang Hak Cipta

Kata Pengantar

Setelah melalui berbagai tahap “perburuan” artikel, pembahasan

dan penyusunan, akhirnya kami dapat menyelesaikan karya tulis yang

berjudul “Penyelesaian Sengketa di Bidang Hak Cipta” ini.

Pertama-tama, kami ingin memanjatkan puji dan syukur yang

sebesar-besarnya kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan

rahmat-Nyalah kami dapat menyelesaikan karya tulis ini tepat pada

waktunya. Tanpa Dia, kami yakin kami takkan mampu menyelesaikan

karya tulis ini.

Terima kasih pula pada Suyud Margono selaku dosen mata kuliah

Hak Cita atas bimbingannya selama mata kuliah tersebut. Atas bimbingan

itulah maka karya tulis ini dapat terselesaikan dengan baik.

Terakhir, tak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada

para pihak yang tak dapat kami sebutkan satu persatu yang telah

membantu dalam penulisan karya tulis ini. Terima kasih atas segala

dukungan baik moril maupun materil.

Besar harapan kami bahwa karya tulis ini dapat bermanfaat bagi

para pembacanya dalam memahami perihal penyelesaian sengketa hak

cipta. Selain itu, semoga karya tulis ini telah memenuhi prasyarat yang

diharapkan untuk mengisi nilai tugas mata kuliah Hak Cipta.

Akhir kata, kami mengucapkan maaf yang sebesar-besarnya apabila

terdapat kesalahan-kesalahan baik kesalahan pengetikan maupun salah-

salah kata yang menyinggung pihak-pihak tertentu. Perlu diketahui bahwa

kesalahan-kesalahan tersebut bukanlah merupakan suatu kesengajaan.

Jakarta, Maret 2010

Tim Penulis

Page 3: ian Sengketa Di Bidang Hak Cipta

Pendahuluan

Manusia merupakan makhluk yang tak lepas dari kemampuan

intelektualitas yang kerap kali menghasilkan karya demi karya. Berbagai

karya tersebut merupakan salah satu bentuk investasi terhadap kemajuan

dan perkembangan ekonomi, sosial, dan budaya dunia. Hasil-hasil karya

intelektualitas manusia tersebut saat ini lebih dikenal dengan sebutan Hak

Kekayaan Intelektual (HAKI).

Hak kekayaan intelektual tersebut terbagi atas Hak Cipta dan Hak

Milik Industri (Paten, Merk, Desain Industri, Rahasia Dagang, Sirkuit

Terpadu, Varietas Tanaman). Berdasarkan Undang-Undang no. 19 tahun

2002, Hak Cipta adalah hak eksklusif bagi pencipta atau penerima hak

untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya atau memberikan

izin untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Mengumumkan menurut Undang-Undang no. 19 tahun 2002 yaitu

membacakan, menyiarkan, memamerkan, menjual, mengedarkan, atau

menyebarkan suatu ciptaan dengan menggunakan alat apapun, termasuk

media internet, atau melakukan dengan cara apapun sehingga suatu

ciptaan dapat dibaca, didengar, atau dilihat orang lain.

Sedangkan dalam Undang-Undang no. 19 tahun 2002,

memperbanyak adalah menambahkan jumlah sesuatu ciptaan, baik

secara keseluruhan maupun bagian yang sangat substansial dengan

menggunakan bahan-bahan yang sama ataupun tidak sama, termasuk

mengalihwujudkan secara permanen atau temporer.

Oleh karena hak cipta adalah hak eksklusif yang hanya diberikan

bagi pencipta atau penerima hak, maka perlu adanya perlindungan

terhadap hak tersebut. Hal ini juga didorong oleh adanya keinginan

manusia yang menginginkan bahwa hasil kekayaan intelektualnya diakui

dan dipandang bahwa hanya ialah yang memiliki karya tersebut.

Page 4: ian Sengketa Di Bidang Hak Cipta

Pada mulanya perlindungan hak cipta diperjuangkan oleh para

novelis dari Inggris, Perancis, dan Jerman. Pada waktu itu, perlindungan

hak cipta di setiap negara berbeda-beda baik pengertian hak eksklusifnya,

jangka waktu perlindungannya, maupun metode untuk mendapatkan

perlindungannya. Untuk mengatasi keadaan itu maka dilakukan

perjanjian-perjanjian bilateral, yang hanya berlaku bagi dua negara yang

melakukan perjanjian.

Selanjutnya mulai diupayakan perjanjian-perjanjian yang bersifat

multilateral internasional, akan berlaku untuk negara-negara yang

jumlahnya lebih besar daripada perjanjian bilateral.

Perjanjian-perjanjian Internasional tersebut antara lain :

Berne Convention (tahun 1886), mengatur tentang perlindungan

terhadap karya tulisan dan artistik.

Universal Copy Rights Convention (tahun 1959).

Rome Convention (tahun 1961), mengatur tentang perlindungan

terhadap pelaku pertunjukan, produser phonogram, dan organisasi

penyiaran.

Geneva Convention (tahun 1971), mengatur tentang perlindungan

terhadap produser phonogram dari penduplikasian phonogram tanpa

izin.

Brussel Convention (tahun 1974), mengatur tentang perlindungan

terhadap hal-hal yang berhubungan dengan pendistribusian program

yang dilakukan melalui sinyal transmisi satelit.

Vienna Agreement for the Protection of Typeface and Their

International Deposit 1973.

Washington Treaty on the Protection of Intellectual Property in Respect

of Integrated Circuits 1989.

Madrid Convention on the Avoidence of Double Taxation of Copy Right

Royalties 1979.

Melalui perjanjian-perjanjian internasional tersebut, negara-negara

yang berkepentingan mulai mengusahakan suatu perlindungan terhadap

hak cipta dan hak-hak kekayaan intelektual lainnya.

Page 5: ian Sengketa Di Bidang Hak Cipta

Usaha-usaha tersebut di atas dilanjutkan dengan dibentuknya WIPO

(World Intellectual Property Organisation) pada konferensi di Stockholm

tahun 1967, dan mulai berlaku serta diratifikasi oleh beberapa negara

pada tahun 1970.

Ternyata WIPO belum berlaku efektif, karena tidak memiliki aturan

tentang cara penyelesaian sengketa. Penyelesaian sengketa hanya

dilakukan melalui pendekatan-pendekatan diplomatik.

Indonesia sendiri sebenarnya telah memiliki Undang-Undang

tentang Hak Cipta yang sudah ada sejak Indonesia merdeka yang berasal

dari Undang-Undang Hak Cipta Pemerintah jajahan Belanda yaitu

Auterswet 1912 (Staadblad 1912-600).

Dilindunginya Hak Kekayaan Intelektual adalah karena HAKI

merupakan suatu kepemilikan yang merupakan hasil dari pemikiran

manusia, dimana pemilik kekayaan intelektuan tersebut mempunyai

pengakuan secara hukum dan penghargaan yang diterima atas usaha

yang kreatif, sehingga seseorang dapat mengekploitasi, memiliki,

menjual, melisensikan, atau mewariskan hak kepemilikan intelektualnya.

Menurut Robert M. Sherwood, perlindungan HAKI didasarkan pada

teori sebagai berikut :

Teori Reward, mengajarkan bahwa pencipta yang menghasilkan suatu

karya yang dilindungi, diberikan penghargaan atas jerih payahnya.

Teori Recovery, mengajarkan bahwa pencipta setelah mengeluarkan

biaya, waktu dan pikirannya, memperoleh kesempatan untuk meraih

kembali apa yang telah dikeluarkannya.

Teori incentive, mengajarkan bahwa dalam menarik upaya dan dana

bagi pelaksanaan dan pengembangan kreativitas, diperlukan suatu

insentif bagi pencipta tersebut.

Rasionalisasi dari pengaturan HAKI secara Internasional adalah

perlindungan HAKI yang berangkat dari 2 hal mendasar yaitu :

Upaya menciptakan keadilan atas inovasi dalam bidang HAKI.

Adanya interelasi perlindungan HAKI dengan peningkatan

kesejahteraan ekonomi domestik dan global.

Page 6: ian Sengketa Di Bidang Hak Cipta

Setelah Hak Cipta dilindungi maka harus diterapkan ke dalam

sistem hukum yang efektif. Menurut Lawrence M. Friedman, berjalannya

suatu sistem hukum tergantung pada 3 unsur yaitu :

Unsur substansi yaitu peraturan hukumnya.

Unsur struktur yaitu lembaga yang melaksanakan peraturan hukum

tersebut.

Unsur kebudayaan hukum yaitu kebiasaan-kebiasaan masyarakat

terhadap peraturan hukum tertulis tersebut, apakah peraturan hukum

tertulis yang dimaksud telah menjadi budaya hukum masyarakat

untuk menerapkannya.

Aspek-aspek hak cipta

Ide dan wujud suatu ciptaan

Suatu karya cipta sebelum terbentu merupakan suatu ide. Ide adalah

suatu gagasan yang ada dalam benak seseorang. Selama ide atau

gagasan tersebut belum mempunyai bentuk, maka ide atau gagasan

tersebut tidak dapat dilindungi oleh hak cipta. Ide atau gagasan baru

mendapat perlindungan apabila sudah terbentuk sebagai suatu karya.

Syarat mengenai originalitas atau keaslian

Originalitas mengandung pengertian keaslian dari suatu karya yang

diciptakan oleh pencipta. Dalam hal ini si pencipta dapat

menggunakan ide atau gagasannya sendiri atau ide atau gagasan

orang lain. Jadi yang dimaksud original disini bukan ide atau

gagasannya, tapi bentuk dari ide atau gagasan tersebut. Originalitas

tidah berhubungan dengan keindahan suatu karya atau ciptaan, tapi

dapat saja menurut orang lain merupakan suatu karya cipta yang

buruk, karena yang terpenting adalah karya tersebut memang berasal

dari kemampuan yang dimiliki oleh penciptanya.

Karya cipta yang dilindungi

Karya tulisan (Literary works)

Yang dimaksud karya tulisan adalah setiap karya yang dituangkan

ke dalam tulisan baik berupa ilmu pengetahuan maupun yang

bersifat seni, dalam bentuk buku atau bentuk tulisan lainnya

Page 7: ian Sengketa Di Bidang Hak Cipta

seperti pamflet, bahan kuliah, alamat-alamat, dan khotbah, peta

dan rencana-rencana.

Karya drama

Yang termasuk karya drama adalah pertunjukan koreografi dan

pertunjukan sandiwara atau drama dan skenario untuk film.

Karya Musik

Adalah komposisi musik dengan atau tanpa kata-kata.

Karya artistik

Terjemahan/saduran/perubahan dari karya tulisan, drama dan

musik.

Karya-karya tersebut di atas dilindungi sebagai bentuk ciptaan

tersendiri, terpisah dari perlindungan terhadap karya aslinya.

Rekaman suara (sound recording)

Yang dianggap sebagai pemilik pertama dari hak sound recording

adalah perusahaan rekaman yang bersangkutan sebagai pembuat.

Dalam hal ini, hak atas sound recording dibedakan dari karya

musik itu sendiri. Produsen rekaman musik mempunyai hak untuk

memberikan izin atau melarang memperbanyak secara langsung

maupun tidak langsung atas hasil rekamannya. Disamping itu

produsen rekaman musik juga mempunyai hak untuk memberikan

izin atau melarang penyewaan secara komersial atas karya

rekaman musik yang asli maupun salinannya.

Film sinematografi

Yang dimaksud film sinematografi yaitu dalam bentuk film,

permainan sega, dan playstation.

Penyiaran

Hak penyiaran meliputi radio dan televisi. Badan-badan penyiaran

tersebut memiliki hak untuk melarang dilakukannya tindakan-

tindakan yang dilakukan tanpa izin.

Pelaku pertunjukan

Yang dimaksud dengan pelaku pertunjukan adalah orang yang

membawakan suatu lagu atau pelaku pertunjukan drama atau apa

saja yang sifatnya ditonton oleh banyak orang secara langsung.

Page 8: ian Sengketa Di Bidang Hak Cipta

Jangka Waktu Perlindungan

Menurut konvensi Berne, perlindungan terhadap hak cipta diberikan

selama hidup si pencipta ditambah 50 tahun setelah kematiannya, kecuali

untuk :

Karya sinematografi, hanya dilindungi selama 50 tahun sejak karyanya

dikenal oleh umum atas kemauan si pencipta itu sendiri.

Karya fotografi dan karya seni terapan, dilindungi selama 25 tahun

sejak karya itu dibuat.

Karya yang penciptanya tidak dikenal, dilindungi selama 50 tahun

setelah karya tersebut dikenal masyarakat secara umum.

Menurut hukum nasional, perlindungan untuk setiap jenis ciptaan

tidak sama, lamanya dibagi atas beberapa kategori. Perlindungan yang

pertama adalah untuk jangka waktu selama hidup si pencipta ditambah

selama 50 tahun setelah si pencipta meninggal dunia, diberikan kepada

ciptaan sebagai berikut :

Buku, pamflet dari semua karya tulis lainnya.

Drama atau drama musikal, tari dan koreografi.

Segala bentuk seni rupa, seperti seni lukis, seni pahat, dan seni

patung.

Seni batik.

Lagu atau musik dengan atau tanpa teks.

Arsitektur.

Ceramah, kuliah, pidato, dan ciptaan sejenis lain.

Peta.

Terjemahan, tafsiran, saduran, bunga rampai.

Apabila penciptanya terdiri dari lebih dari satu orang, maka

perlindungan yang diberikan adalah selama hidup pencipta yang terlama

hidupnya ditambah 50 tahun setelah ia meninggal dunia. Perlindungan

selanjutnya adalah untuk jangka waktu selama 50 tahun sejak pertama

kali diumumkan.

Page 9: ian Sengketa Di Bidang Hak Cipta

Jangka waktu perlindungan seperti ini diberikan kepada jenis ciptaan

program komputer, data base, sinematografi, fotografi dan karya hasil

pengalih wujudan. Jangka waktu perlindungan ini berlaku juga untuk jenis

ciptaan yang telah di atas, apabila ciptaan tersebut dimiliki atau dipegang

oleh suatu badan hukum.

Jangka waktu di atas juga berlaku untuk jenis ciptaan yang tidak

diketahui penciptanya dan ciptaan tersebut belum diterbitkan dan suatu

ciptaan yang telah diterbitkan tapi baik pencipta maupun penerbitnya

tidak diketahui yang hak ciptanya berada pada negara serta jenis ciptaan

berupa perwajahan karya tulis yang telah diterbitkan yang hak ciptanya

berada pada badan hukum.

Perlindungan untuk jangka waktu selama 50 tahun sejak pertama

kali diterbitkan diberikan kepada jenis ciptaan yang telah diterbitkan tapi

tidak diketahui siapa penciptanya atau pada ciptaan itu hanya tertera

nama samaran. Penciptanya dan hak cipta atas karya tersebut berada

pada penerbit dan perwajahan karya tulis yang diterbitkan.

Jangka waktu perlindungan untuk ciptaan yang diumumkan bagian

demi bagian, dihitung mulai tanggal pengumuman bagian yang terakhir,

sedangkan untuk ciptaan yang terdiri dari dua jilid atau lebih, atau ciptaan

berupa ikhtisar dan berita yang diumumkan secara berkala tidak

bersamaan waktunya, maka setiap jilid atau ikhtisar berita, masing-

masing dilindungi sebagai ciptaan tersendiri.

Page 10: ian Sengketa Di Bidang Hak Cipta

PembahasanTRIPs (Trade Related on Aspect of Intellectual Property Rights)

mewajibkan negara anggota agar undang-undang nasionalnya menjamin

penegakan hukum terhadap pelanggaran hak cipta demi menangkal

terjadinya pelanggaran. Penegakan hukum tersebut harus wajar dan adil

serta tidak rumit dan tidak mahal, dan tidak memuat batasan jangka

waktu secara tidak wajar atau berlangsung lama. Dalam hal ini para pihak

harus diberi kesempatan yang sama untuk didengar pendapatnya.

Putusan pengadilan harus dibuat secara tertulis dan berdasarkan

proses pembuktian serta harus memuat alasannya. Namun demikian

TRIPs tidak mewajibkan negara-negara anggota menciptakan suatu

sistem peradilan khusus dalam rangka menegakkan hukum hak-hak atas

kepemilikan intelektual (HAKI) pada umumnya dan hak cipta pada

khususnya, yang berbeda dari sistem peradilan yang pada umumnya

berlaku.

Apabila terjadi sengketa mengenai perlindungan hak cipta, maka

TRIPs menyediakan sarana untuk penyelesaiannya, yaitu dengan cara

perdata, cara pidana, penyelesaian sengketa secara internasional.

Secara Perdata

Para pihak yang merasa hak ciptanya dilanggar atau dirugikan oleh

orang lain, dapat mengajukan gugatan perdata terhadap pelaku

pelanggaran ke Pengadilan. Namun demikian negara anggota tidak

dapat menetapkan suatu hukum acara yang mengatur syarat-syarat

tentang kewajiban untuk hadir sendiri ke persidangan. Atas

permintaan yang bersangkutan atau berkepentingan dalam tahap

pemeriksaan alat bukti, pengadilan berwenang untuk memerintahkan

hak cipta pihak lawan agar alat bukti yang dimaksud yang berada di

dalam penguasaannya dibawa dan dihadapkan di muka persidangan.

Disamping itu, pihak yang berkepentingan juga dapat mengajukan

permohonan kepada pengadilan agar barang-barang yang diduga

sebagai hasil pelanggaran hak cipta dilarang masuk wilayah Indonesia.

Page 11: ian Sengketa Di Bidang Hak Cipta

Dalam hal ini untuk melakukan tugas tersebut pengadilan

menggunakan wewenang bea dan cukai.

Pengadilan juga diberi kewenangan untuk mengeluarkan suatu

putusan yang bertujuan untuk mencegah masuknya barang-barang

yang mengandung unsur pelanggaran hak cipta kedalam arus

perdagangan wilayah hukum pengadilan tersebut, segera setelah

barang tersebut dilepas oleh pabean.

Badan peradilan diberi kewenangan untuk memerintahkan para

pelanggar untuk :

Membayar ganti rugi kepada pihak yang haknya dilanggar,

sehubungan dengan kerugian yang timbul akibat pelanggaran

tersebut.

Membayar biaya yang telah dikeluarkan oleh pihak yang dilanggar

hak ciptanya, juga termasuk biaya pengacara atau kuasa hukum.

Menarik dari peredaran atau perdagangan yang terbukti merupakan

hasil pelanggaran hak cipta tanpa kompensasi apapun.

Memusnahkan barang-barang tersebut sepanjang bertentangan

dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Menarik bahan atau alat yang digunakan untuk menghasilkan

barang yang dimaksud dari peredaran tanpa kompensasi, untuk

mengurangi resiko terjadinya pelanggaran lebih lanjut, dengan

mempertimbangkan resiko pelanggaran, bentuk penyelesaian, dan

kepentingan pihak ketiga.

Untuk mengungkapkan identitas pihak ketiga yang terlibat di dalam

proses produksi dan peredaran barang atau jasa, termasuk jaringan

distribusinya.

Barang yang dianggap merupakan hasil pelanggaran hak cipta telah

dihentikan peredarannya dan ternyata pemilik barang tersebut tidak

terbukti melakukan pelanggaran, maka pengadilan berwenang

memerintahkan pihak yang merasa dirugikan tersebut untuk

memberikan kompensasi yang memadai kepada pihak yang barang-

barangnya telah dihentikan peredarannya, atas kerugian akibat

penghentian tersebut.

Page 12: ian Sengketa Di Bidang Hak Cipta

Tujuan dari penghentian peredaran di atas adalah untuk :

Mencegah barang-barang yang merupakan hasil pelanggaran hak

cipta yang masuk peredaran atau perdagangan kedalam suatu

wilayah, setelah dilepas oleh pabean, dengan maksud untuk

mencegah atau mengurangi kerugian pemegang hak cipta.

Melindungi barang bukti yang berkaitan dengan pelanggaran hak

cipta agar tidak dimusnahkan. Jadi maksudnya adalah untuk

melindungi kepentingan pemilik hak cipta yang sah.

Guna melakukan tindakan tersebut, maka pemohon harus

memenuhi beberapa persyaratan yaitu :

Pemohon mengajukan permohonan kepada pengadilan.

Pemohon harus melengkapi permohonannya dengan alat-alat bukti

yang cukup agar dapat meyakinkan pengadilan.

Pemohon wajib menyediakan jaminan yang cukup untuk melindungi

kepentingan pemilik barang yang akan dihentikan peredarannya

atau ditangguhkan peredarannya, apabila di kemudian hari ternyata

permohonan pemohon tersebut terbukti mengandung hal yang tidak

benar.

Pemohon harus segera mengajukan gugatan dalam jangka waktu

yang ditentukan oleh negara yang bersangkutan. Apabila tidak ada

ketentuan mengenai jangka waktu tersebut, maka yang berlaku

adalah jangka waktu 21 hari kerja atau 31 hari kalender.

Tujuannya adalah untuk memperjelas status dari barang yang

dihentikan atau ditangguhkan peredarannya. Sebelum tindakan

tersebut di atas dilaksanakan, terlebih dahulu pemilik barang yang

bersangkutan harus diberitahu. Setelah itu apabila ternyata tindakan

yang dimohonkan pemohon tidak terbukti dan tidak beralasan, maka

tindakan sementara harus dicabut, dan pemohon diperintahkan untuk

memberikan kompensasi atas kerugian yang dialami pemilik barang

akibat tindakan sementara itu. Tindakan sementara yang dimaksud

akan dilakukan di perbatasan wilayah pabean, maka yang akan

melaksanakan tindakan tersebut adalah pejabat pabean.

Page 13: ian Sengketa Di Bidang Hak Cipta

Ketentuan TRIPs, dimungkinkan untuk mengajukan permohonan

tindakan sementara kepada pejabat pabean, dengan persyaratan

sama seperti di atas. Jangka waktu penangguhan adalah 10 hari kerja

sejak penangguhan dan dapat diperpanjang selama 10 hari. Negara

anggota juga dapat mewajibkan pihak yang berwenang untuk

bertindak atas inisiatif sendiri untuk melakukan penangguhan atas

peredaran barang yang berasal dari luar negeri yang diduga sebagai

hasil dari pelanggaran hak cipta, dengan ketentuan sebagai berikut :

Pihak yang berwenang dapat setiap saat meminta informasi dari

pemegang hak cipta yang diperlukan bagi pelaksanaan kewenangan

tersebut.

Importir dan pemegang hak wajib segera diberitahu tentang

penangguhan tersebut.

Sementara itu pemilik barang yang bersangkutan dapat

mengajukan keberatan terhadap pihak yang berwenang. Apabila

terbukti bahwa barang yang bersangkutan merupakan hasil

pelanggaran hak cipta, maka terhadap barang tersebut dapat

dilakukan penghancuran atau pemusnahan. Tapi terhadap barang-

barang tertentu, dapat diberikan pengecualian untuk tidak

dihancurkan atau dimusnahkan. Barang yang dimaksud adalah

barang-barang yang jumlahnya kecil dan tidak bersifat komersial,

serta merupakan barang bawaan pribadi atau dikirim dalam paket

kecil.

Secara Pidana

Menurut TRIPs, terhadap pelanggaran hak cipta yang dilakukan

dengan sengaja dalam skala komersial wajib diterapkan ketentuan

pidana. Oleh sebab itu, setiap negara anggota wajib mengatur tentang

ketentuan pidana tersebut, yang juga meliputi penyitaan,

perampasan, dan pemusnahan barang hasil pelanggaran hak cipta

serta alat-alat atau sarana yang digunakan untuk membuat barang

tersebut.

Page 14: ian Sengketa Di Bidang Hak Cipta

Penyelesaian secara Internasional

Sebagai perjanjian yang bersifat multilateral, persetujuan ini sangat

rentanterhadap kemungkinan terjadinya pelanggaran atas ketentuan-

ketentuan dan prinsip-prinsip umum yang terdapat di dalam

persetujuan TRIPs, yang akan mengakibatkan terjadinya sengketa

antar negara.

Atas dasar tersebut maka persetujuan TRIPs telah menetapkan

ketentuan antisipasi terhadap kemungkinan terjadinya sengketa antar

negara, dengan memberikan kewajiban kepada setiap negara anggota

sebagai berikut :

Mengungkapkan secara transparan hukum dan peraturan

perundang-undangannya, serta putusan-putusan badan peradilan

maupun penetapan-penetapan administrasi yang berlaku efektif

menyangkut masalah hak cipta pada negara-negara lainnya

ataupun council TRIPs. Tujuannya adalah untuk memudahkan

pengawasan terhadap ketentuan-ketentuan yang harus

dilaksanakan di dalam TRIPs.

Bersedia memberikan jawaban atau penjelasan terhadap tanggapan

atas permohonan tertulis yang diajukan oleh negara-negara

anggota lainnya, menyangkut hal-hal yang berkenaan dengan

permasalahan pada butir di atas.

Apabila sengketa tersebut tetap terjadi, maka akan diterapkan

ketentuan pasal XXII dan XXIII GATT 1994. Khusus untuk pasal XIII ayat

1 huruf b dan huruf C GATT 1994, pemberlakuannya tergantung pada

pertemuan tingkat menteri.

Di dalam Undang-Undang Hak Cipta Indonesia diatur mengenai cara

penanganan pelanggaran hak cipta. Caranya adapat melalui proses

Litigasi ataupun melalui alternatif penyelesaian sengketa. Penanganan

pelanggaran hak cipta khusus di bidang perdata akan ditangani oleh

peradilan niaga, artinya ditangani oleh suatu peradilan khusus. Sementara

itu untuk pelanggaran hak cipta secara pidana tetap ditangani oleh

peradilan umum.

Page 15: ian Sengketa Di Bidang Hak Cipta

Disamping itu, Undang-Undang Hak Cipta menyatakan penyelesaian

sengketa hak cipta juga dapat diselesaikan melalui Arbitrase dan

alternatif penyelesaian sengketa. Tujuan diadakannya alternatif

penyelesaian sengketa adalah agar di antara para pihak dapat dicapai

kesepakatan untuk mengakhiri sengketa di antara mereka. Apabila

kesepakatan dapat dicapai di antara para pihak yang bersengketa, berarti

sengketa di antara mereka sudah tidak ada lagi.

Melalui jalur Litigasi

Melalui Proses Perdata

Setiap orang atau pihak yang merasa dirugikan karena hak

cipta yang ia miliki dilanggar oleh pihak lain, dapat mengajukan

gugatan ke pengadilan. Maksud dari gugatan tersebut adalah

untuk menghentikan perbuatan pelanggaran yang dilakukan oleh

pihak yang bersangkutan dengan atau tanpa tuntutan ganti rugi.

Menurut undang-undang hak cipta, pengadilan yang

berwenang memeriksa perkara sengketa hak cipta adalah

pengadilan niaga. Di Indonesia pengadilan niaga ada di Medan,

Jakarta, Semarang, dan Ujung Pandang. Untuk menentukan

pengadilan mana yang berwenang tetap berpatokan kepada pasal

118 HIR. Ini berarti para pihak yang berada diluar wilayah tersebut

harus mendaftarkan perkaranya di pengadilan niaga yang

terdekat.

Surat Gugatan diajukan kepada Ketua Pengadilan Niaga

melalui sub bagian niaga. Lalu oleh panitera muda sub bagian

niaga gugatan tersebut didaftarkan pada tanggal gugatan diajukan

dan diberi nomor perkara. Sebagai tanda bukti pendaftaran,

penggugat atau kuasanya akan menerima tanda terima tertulis.

Dalam jangka waktu dua hari terhitung setelah surat gugatan

didaftarkan, surat gugatan tersebut harus disampaikan kepada

Ketua Pengadilan Niaga. Dalam jangka waktu tiga hari setelah

gugatan didaftarkan, Ketua Pengadilan Niaga harus menetapkan

Majelis Hakim yang akan memeriksa perkara tersebut dan segera

Page 16: ian Sengketa Di Bidang Hak Cipta

menyerahkan perkara itu ke majelis yang bersangkutan agar

mereka dapat mempelajari gugatan serta menetapkan hari sidang.

Kemudian para pihak harus dipanggil oleh juru sita paling

lama setelah tujuh hari setelah gugatan didaftarkan. Ini berarti dari

mulai penetapan hari sidang sampai dipanggilnya para pihak,

hanya tersedia waktu empat hari. Dengan kata lain, begitu Hakim

Ketua Majelis menerima berkas perkara dari ketua pengadilan,

pada hari itu juga ia harus menetapkan hari sidang, agar dapat

memenuhi ketentuan cara pemanggilan para pihak.

Menurut HR para pihak yang berperkara harus dipanggil

minimal dalam jangka waktu tiga hari jaraknya dari hari sidang

yang telah ditentukan. Bila tidak maka pemanggilan dianggap

tidak sah menurut hukum dan apabila para pihak tidak hadir tidak

akan mempunyai akibat hukum.

Pemeriksaan terhadap perkara di atas harus segera selesai

dan diputus dalam jangka waktu 90 hari sejak perkara ini

didaftarkan, dan dapat diperpanjang paling lama 30 hari atas

persetujuan ketua Mahkamah Agung RI. Putusan tersebut harus

memuat pertimbangan hukum secara lengkap dan harus

diucapkan dalam sidang yang terbuka untuk umum. Selanjutnya

wajib disampaikan oleh jurusita kepada para pihak paling lama 14

hari setelah putusan diucapkan.

Melalui Proses Pidana

Yang ditunjuk sebagai petugas penyidik dalam perkara pidana

pelanggaran hak cipta adalah polisi dan pejabat pegawai negeri

sipil tertentu di lingkungan departemen yang lingkup tugas dan

tanggung jawabnya meliputi pembinaan hak kekayaan intelektual

yang diberi wewenang khusus sebagai penyidik. Pejabat pegawai

negeri sipil tersebut harus menyampaikan hasil penyidikannya

kepada penyidik Pejabat Polisi Negara.

Hasil pemeriksaan tersebut di atas apabila dianggap telah

lengkap akan dikirim ke kejaksaan negeri dan oleh kejaksaan

negeri akan dikirim ke pengadilan negeri. Prosesnya mengikuti

Page 17: ian Sengketa Di Bidang Hak Cipta

hukium acara pidana yang berlaku (KUHAP). Untuk dapat

membuktikan pelanggaran hak cipta tersebut di atas, maka harus

terlebih dahulu dibuktikan unsur-unsur dari tindak pidana yang

dimaksud.

Melalui Alternatif Penyelesaian Sengketa

Melalui Arbitrase

Menurut undang-undang arbitrase, arbitrase adalah cara

penyelesaian suatu sengketa perdata di luar peradilan umum yang

didasarkan pada perjanjian arbitrase yang dibuat secara tertulis

oleh para pihak yang bersengketa.

Syarat untuk melakukan arbitrase adalah perjanjian antara

para pihak yang bersepakat untuk menyelesaikan sengketanya

melalui arbitrase. Perjanjian ini dapat dibuat baik sebelum

sengketa terjadi maupun setelah sengketa terjadi. Dengan adanya

kesepakatan ini, menghilangkan kewenangan pengadilan negeri

atau pengadilan niaga untuk memeriksa perkara sengketa hak

cipta yang bersangkutan.

Para pihak akan menunjuk arbiter yang akan memeriksa

perkara ini, dan arbiter tersebut akan memeriksa perkara yang

bersangkutan berdasarkan bukti-bukti yang diajukan oleh para

pihak.

Putusan dari badan arbitrase akan menentukan siapa di

antara para pihak yang menang dan kalah, tergantung dari alat-

alat bukti yang mereka ajukan. Terhadap putusan arbitrase tidak

dapat diajukan upaya hukum, artinya putusannya langsung

mempunyai kekuatan huk tetap terhadap para pihak. Tapi untuk

merealisasikan putusan tersebut, pihak yang dinyatakan menang

harus mengajukan fiat eksekusi kepada pengadilan negeri.

Untuk putusan arbitrase nasional, fiat eksekusi dapat

dimintakan di pengadilan negeri di wilayah hukum tergugat,

sedangkan untuk putusan arbitrase asing fiat eksekusinya diajukan

kepada pengadilan negeri jakarta pusat. Selanjutnya jurusita

Page 18: ian Sengketa Di Bidang Hak Cipta

pengadilan negeri tersebut akan melakukan pelaksanaan putusan

arbitrase yang bersangkutan.

Alternatif Penyelesaian Sengketa (ADR)

Yaitu suatu cara penyelesaian sengketa antara para pihak

tanpa melalui proses litigasi, tapi melalui perantara yang tugasnya

adalah mengarahkan para pihak kepada kesepakatan antara kedua

belah pihak. Proses ini terkenal dengan istilah win-win solution.

Ada berbagi macam bentuk dan jenis ADR, tapi yang dikenal

dan sedang dikembangkan di Indonesia adalah jenis “mediasi”.

Mediasi adalah suatu proses untuk membatasi permasalahan

yang dihadapi oleh para pihak yang bersengketa secara sistematik

dengan bantuan pihak yang netral dalam rangka untuk

mengembangkan pilihan-pilihan dan mempertimbangkan pilihan

serta mencapai suatu konsensus yang memenuhi kebutuhan para

pihak.

Proses mediasi melewati beberapa tahap:

Pada tahap awal mediator akan melakukan pendalaman

terhadap kasus yang akan dimediasi dengan cara mengontak

para pihak atau wakilnya melalui pertemuan pramediasi.

Mediator akan mengkonsultasikan dengan para pihak tentang

tempat dan waktu mediasi, pihak yang akan hadir, aturan

tempat duduk, fasilitas yang dibutuhkan untuk melakukan

mediasi dan sebagainya.

Tahap sambutan dari mediator

Ketika mediasi akan dimulai, maka sebagai pembukanya

mediator akan memberikan sambutan berupa menerangkan

urutan kejadian, meyakinkan para pihak yang masih ragu,

menerangkan peran mediator dan para pihak, menegaskan

bahwa para pihak mempunyai kewenangan untuk mengambil

keputusan, menyusun aturan-aturan dasar untuk langkah

berikutnya, memberi kesempatan kepada mediator untuk

membentuk kepercayaan dan menunjukkan kontrol,

Page 19: ian Sengketa Di Bidang Hak Cipta

mengklarifikasikan hal-hal yang belum jelas, dan mengajak

para pihak untuk tetap taat pada proses.

Tahap para pihak presentasi

Pada tahap ini masing-masing pihak baik langsung atau melalui

kuasa hukumnya diberi kesempatan untuk mempresentasikan

permasalahan yang dihadapi. Mediator akan membuat

ringkasan dari presentasi tersebut guna memastikan bahwa

pihak lain telah mendengar dan mengerti.

Tahap identifikasi masalah yang sudah disepakati

Mediator akan mengidentifikasikan masalah-masalah yang

telah disepakati oleh para pihak. Apabila identifikasi masalah

yang telah disepakati hanya pada tingkat yang sangat umum,

maka mediator dapat menentukan apakah tahap ini ada atau

tidak dalam rangka untuk menghindari suatu kesan mendukung

salah satu pihak.

Mendefinisikan dan mengurutkan masalah

Berdasarkan hal-hal tersebut di atas mediator akan menyusun

suatu daftar permasalahan yang akan dibahas dalam mediasi

ini oleh para pihak dengan perantara mediator.

Negosiasi

Tahap ini akan menghabiskan sebagian jangka waktu mediasi

yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam model ini mediator

berperan untuk menjaga urutan, struktur, mencatat

kesepahaman, mereframe, dan meringkas serta sekali-sekali

melakukan intervensi untuk membantu proses komunikasi.

Pertemuan terpisah

Pada pertemuan terpisah ini mediator dapat lebih

mengarahkan para pihak kepada kesepakatan yang lebih

konkrit, dan terus melakukan framing kata-kata yang

disampaikan oleh pihak. Disini mediator juga dapat

memberikan gambaran tentang untung rugi apabila

perdamaian tercapai atau gagal. Tapi tetap harus dijaga agar

mereka tidak mencurigai mediator atau berpihak.

Page 20: ian Sengketa Di Bidang Hak Cipta

Tahap pembuatan keputusan akhir

Mediator mencoba mengarahkan para pihak pada kata sepakat

berdasarkan hasil pertemuan terpisah.

Mencatat keputusan

Dengan dicapainya kata sepakat, maka kesepakatan tersebut

dituangkan dalam bentuk tertulis yang ditandatangani oleh

para pihak. Apabila diinginkan maka kesepakatan tersebut

dapat disempurnakan lagi oleh pihak pengacara hingga

menjadi suatu kesepakatan akhir.

Tahap penutupan

Sebelum mediasi diakhiri, mediator akan memberikan kata

penutup yang isinya antara lain komentar para pihak atas apa

yang telah mereka capai dan meyakinkan mereka bahwa hasil

tersebut merupakan keputusan mereka sendiri

Page 21: ian Sengketa Di Bidang Hak Cipta

KesimpulanUndang-undang hak cipta menentukan bahwa penyelesaian

sengketa hak cipta dapat diselesaikan melalui jalur perdata, pidana, dan

alternatif penyelesaian sengketa yaitu arbitrase dan mediasi. Walaupun

TRIPs tidak mengatur masalah ini, penyelesaian sengketa hak cipta

dengan cara tersebut tidak bertentangan dengan ketentuan yang ada

dalam persetujuan TRIPs.

Penyelesaian sengketa dengan cara di atas dimungkinkan

diterapkan terhadap sengketa hak cipta sepanjang masalah perdatanya.

Alternatif penyelesaian sengketa yang sekarang sedang menjadi fokus

perhatian Indonesia adalah mediasi. Mediasi dapat diselenggarakan oleh

swasta maupun pengadilan negeri.