IAN (3). Merupakan tempat pengembangan kesenian dan unsur kebudayaan lainnya. (4). Sebagai tempat...

20
IAN lditor l"A"A- DeYi Girindra{ardad Slanat flisila

Transcript of IAN (3). Merupakan tempat pengembangan kesenian dan unsur kebudayaan lainnya. (4). Sebagai tempat...

Page 1: IAN (3). Merupakan tempat pengembangan kesenian dan unsur kebudayaan lainnya. (4). Sebagai tempat perlindungan / benteng bagi raja dan keluarganya. Memperhatikan beberapa fungsi tersebut

IAN

lditorl"A"A- DeYi Girindra{ardad

Slanat flisila

Page 2: IAN (3). Merupakan tempat pengembangan kesenian dan unsur kebudayaan lainnya. (4). Sebagai tempat perlindungan / benteng bagi raja dan keluarganya. Memperhatikan beberapa fungsi tersebut

rt docs not hapten so oiren that a pemon is sdive ,s a professoitea.hc.andauthorrorsu.h.lon8penodoatime.weareverylu.kythrt Professor Putu 4ung has given trs rn rnsisht rn the histort,blraau.ncy and politi.s or ihe klngdom ol Karansa:em and.tr o 'di.c. .a.r" o 'oarl, i.d"0"..tr.o.rt, prL,rtrq\.ill,

^d, rn"o /1' d rt, '"riou.oakandhooksinhon.urof Balineres.hoiarsandauthoBonthco.c.rsroo olthei'. retirement or aHouever therc are noi only serious sidcs olhk.haECte.I stitt renenberrheperioddu.inewhichhewasdoin8rescarchrnLciden Hex" hfygoir"'u

'b.r E r,!,." p. ro ollprd,G.o, .' 'l-,..We thiik P.ol. FutE Agun8 for hh .onhiburions to deepen our

knolvlpdBeaboutthesocElhisroryolBaliaDdexpresrhehopethathcwilLheshretogiveushor..

Iedi HinzlerA\. prole$at ALhaeatasy and An.ient btary olsD Asia

Leiden Unive'5t!

Page 3: IAN (3). Merupakan tempat pengembangan kesenian dan unsur kebudayaan lainnya. (4). Sebagai tempat perlindungan / benteng bagi raja dan keluarganya. Memperhatikan beberapa fungsi tersebut

dE

a

E$;EEIJ sfEF fgi;:T"Ei !f*c $*1e:EEIBE !Eg; EE3::=qEi! ei:t EE

EsEE;i: ;*E{ ;*Y{.33P.: -F:.=& ;g;8.!E:ii "i.85; $EE;ifE;H E::: EE: ji !.E.l 5- - &;i &!: *IEEse:SI-!:liitei!

uEEii:':iiE'i

G

z

;EF +r,"1 5!rs E

3;E ;g5ii$fgsi;, sf5 3t

iJE d - 5:<! j9<i

?

= q.

135

=< i:f a i

'gEExEg g

E

5S!dt3i .i 3g+3EEi 5 5'E !ii ! ;

Page 4: IAN (3). Merupakan tempat pengembangan kesenian dan unsur kebudayaan lainnya. (4). Sebagai tempat perlindungan / benteng bagi raja dan keluarganya. Memperhatikan beberapa fungsi tersebut

-Esi>iE = 4 i =t E Ei s i E xi : t! E_ E i is i ,8,E Et . i != 7, '.-; EE.:1iZ:ECieEEii ;+;itE?:; $

E=i ;Ei i; ri€ E:i iq iF,,EiEi :ii ii ziE ,iz 1i =iE ii=;a '!1= 2i >-= -=-

i;:=,d1l3 Z *! i66 ltt P *= o-

? 1 -, =i E r; = ; s{ 9 Ee ! rEs E= i q

fio ;E- Es=; E5 : l*iEE ;Ei E;;" ra. E,+ *r.

;;E€i:r;EEi;EEiE$E+EEE ic; xPiE Erg Elg €ig

Page 5: IAN (3). Merupakan tempat pengembangan kesenian dan unsur kebudayaan lainnya. (4). Sebagai tempat perlindungan / benteng bagi raja dan keluarganya. Memperhatikan beberapa fungsi tersebut

!3E -: F5!:E

22i-

! E? e

Ei:5

: e: iEEE4E!?;

SB:iEIEAEi;iE Ii;iEi

iiiiiigiiliEgEiigiii

:iiiiiiiiii:!i gffiiii

il;(

X('1b

t}

J:F

;)F E

=v r!

Yt, E

Page 6: IAN (3). Merupakan tempat pengembangan kesenian dan unsur kebudayaan lainnya. (4). Sebagai tempat perlindungan / benteng bagi raja dan keluarganya. Memperhatikan beberapa fungsi tersebut

f-:l

ItI

ritig;s!'i i-1 i;:9E,SEi,l:i:!,;€

ais;E€ti: !::sii:ic::, !8,:€i:H! i::c!!J j-RE

tc;*cE*ir; *iii:gEt$t;l i!ii: i:;i sil;:;;iii;': ;;;E;: il-- ;i^!l {gl ! E: *i

! iiiiiiiii iiiiiirii*i

I; E

n-

trTI

"!TN

IE F

.g

;iili i; iiri*iilii; *f Ei ij :r;ii ii;iiiii:ri:il i:i e€ i

iiiii i, i; i*isi;*i iiiiiiiii

Page 7: IAN (3). Merupakan tempat pengembangan kesenian dan unsur kebudayaan lainnya. (4). Sebagai tempat perlindungan / benteng bagi raja dan keluarganya. Memperhatikan beberapa fungsi tersebut

-;ml=E'EDi- ,l6*trim.od{

BOEe qgE ?:"4:;e iF5.5.:i ::: *i::lE,l:liii; :s; F{eitr:irii: t? Ei" ii;:$E"*:ii j.g;: Ei* q;iHEH-*Hiic

:ii*-;E IiiEEiEEi!!

iiiisE;,iiiEEEEiE6i6aa

m

!

iii!!*t: E

i:iiii:i s

ii: iijj ! i..: ii :

;!:jj ;ii:itiii;: s;cii i: tiri i

:lifs ii:l+5:3;ii i iEgi c; iE;i j

: !;,-;S i€€;:Ei[". ii 5 giFF E,* E:=::

i iirji;ilfgiF;r;if ir;Eii gissj;:

itiif jisfi; iiiii,iis ii iisff ii iiIiE--Ef'a:;:i:iS:5g= u u i .

Page 8: IAN (3). Merupakan tempat pengembangan kesenian dan unsur kebudayaan lainnya. (4). Sebagai tempat perlindungan / benteng bagi raja dan keluarganya. Memperhatikan beberapa fungsi tersebut

s

9

:ii i3;Eta+ g:-E!€3i:*! "I:,:EEE !5.S:;S

iii :Eit:Ei iiiF!a::g E:t;*tE "ul?EFE

iii =ii:;iE i*cE::iiE ;iiE:€c siE"EAE

i:i :EEEeEi seiEca

i:i: ,Ea;;EE iiEiIg

;r i;ii; #iiiiiiiffi:siii$eiEi: i;igt; a;;;ifii;iiiiEiiiEiEi iii:i ;iii f:;ijiijiEiii;i iisEiii,i ! rig.;=t

E'i *l: :::i i: iti= lii;i;g

ria

$

P

Y

*

Page 9: IAN (3). Merupakan tempat pengembangan kesenian dan unsur kebudayaan lainnya. (4). Sebagai tempat perlindungan / benteng bagi raja dan keluarganya. Memperhatikan beberapa fungsi tersebut

a

!

II

I

I;

B!:e E*FE6,*?,"H

::;i €; !: e; si a,i !Ei

=it € € € at ".?E

:iiE g{*€-p:*EE,E:

iiS+ : r!i s: Es€t

iiii Ei:Eii;ir tiir:E:E;:iii;;.:ii iE;l :!i;e P

{EiE;EIFAEfif.E sd :; I E i P 5; " a;€i<E::g€tIiEEci!qcE;iiEAE* 5 d-5.E l: ! :1r i g E

; i Yi. ! E E E } E E,q fEE

ga Es e":"* a E e"*rI . i P P - t -3 : :i E :

iiEEgE liS;lc;:5:F;EgEEfiEfS5FE$€;€EI;iE:

-i5

P =!

? EE

=:=-,

i tits !iE$=-Eiit{1!, idliidE:S!E! iisi

(i€:{igii-;s?EE is!

iiiiffEig*i;iis ssS

I

;

I

Page 10: IAN (3). Merupakan tempat pengembangan kesenian dan unsur kebudayaan lainnya. (4). Sebagai tempat perlindungan / benteng bagi raja dan keluarganya. Memperhatikan beberapa fungsi tersebut

iEgi: *EETEE _; Ft Ee i; H EsE

;eriiE;iiice:ses gq€ rs: E

EEEgEEiF;EEE

g;;EEgEEEicEi+i:"iE+ Ef.a+1, i?a=.ii= rEinE i

ti!*!t:s"{,.:s i!f,v*t;ii-rl-E+

:i=.:.

it

!

;

\

e

!?=3SE iq-sr.

rElgiP;: iiat-';s6I! F:dEE'EE!::-i

lTt

>t

('

f-sE'i:d!;-- Hr"

fiE3ifi 5 S ef S t-dPgS,3:;!E.E-$!39-* 5.==" 9ii,e.'ilf EF; s sE:- F

s *E oE.= 9l iqEAgEES

Fei;"iis'.t 5 E Eetf s'

I

It

Page 11: IAN (3). Merupakan tempat pengembangan kesenian dan unsur kebudayaan lainnya. (4). Sebagai tempat perlindungan / benteng bagi raja dan keluarganya. Memperhatikan beberapa fungsi tersebut

1

IE

,r ;:;iiiisi i;;iiili; iii;;Eiii;tiiitei:EEgii::E;r

; I ii:iii i!:,;:iiii;ii:;ii; :::!Ei

i iu ;iE;;iii:;lii;;:li:ii i:r;iii!, . it j :!i:: iii;:'i=! ;i;iii:iliiiii

g:!; E 4 E Ii! i ! E ; E

93: r.:!!i.; ; &I c;ir :; i r

i{.s :t *.r:i.i s i E E!:iri i[:Eir:i :i3ri=:"= ; E E :iliE € a i:'F:E! ! c!- sG ii: g i ! !

-si

fi

mdeq

nl'EIri$iZ

il

Page 12: IAN (3). Merupakan tempat pengembangan kesenian dan unsur kebudayaan lainnya. (4). Sebagai tempat perlindungan / benteng bagi raja dan keluarganya. Memperhatikan beberapa fungsi tersebut

:tl{tt€;Er.ixE:ir=ejtE;3Xli.Ei:!iS,I;t ff!EFFs?$8.*[r r:Hi:j3E EEE tEE;iEi3i iEq-!E E i::E;{ !EE! gi?sEEa!riEiyE

a:gii3EEEEiEi€:i

i*iEI=FEEii;;EEi91 a! ! 5 i: E E i E E; E

et i

zt.-<Ecl<dlrz<?E-64=!_==; i"

932EG=ea7,

I

{i; Ep i: i; I E *. j

;;i;:ji;;ilir:4:r; Ssir iPi j ii Fi i, !r iii,iB:*fiiiE i ti ii iiiE 3ii€i3;:ti;!E: s*!i !EE?af jj

;rji ;:iii Ef !s :i :i !i 'e::i+ i;: i; ;i j:S :i :: ii iij 5:E; i5;i

Page 13: IAN (3). Merupakan tempat pengembangan kesenian dan unsur kebudayaan lainnya. (4). Sebagai tempat perlindungan / benteng bagi raja dan keluarganya. Memperhatikan beberapa fungsi tersebut

1

Puri Agung Karangasem ; Karya Agung Asitektur Bali Timur *)

Oleh, Putu Rumawan Salain

Rumah seorang raja di Bali disebut sebagi puri. Dalam kesehariannya puri bukanlah sekedar rumah tinggal belaka akan tetapi juga merupakan pusat kesenian, pendidikan, pemerintahan dan sebagainya. Kini banyak puri hanya berfungsi sebagi rumah tinggal

belaka karena perubahan sistem pemerintahan, bahkan beberapa diantaranya telah berubah fungsi yaitu sebagai fungsi penunjang pariwisata ataupun rusak dimakan waktu

karena berbagai penyebab. Uniknya dari kajian arsitektur khususnya tentang pola, bentuk, ataupun tata ruangnya tidak mengacu pada paham universal akan tetapi.melalui upaya diversikasi dalam univikasi, seperti yang ditampilkan dari beberapa keunikan dari

Puri Agung Karangasem bagaikan mutiara di ufuk Timu–Bali.

Perkembangan Dan Pengertian Puri

Rumah tinggal bagi raja–raja di Bali sebelum abad XIV menurut lontar Usana Bali pada jaman Bali Kuno atau periode sebelum datangnya Mpu Kuturan ke Bali disebut sebagai Kedatuan, yang berasal dari kata datu yang berarti tempat. Perkembangan selanjutnya terhitung sejak abad XIV yaitu pada saat Raja Krsna Kepakisan membangun pusat pemerintahannya di Samprangan–Gianyar, untuk pertama kalinya tempat tinggal atau istananya disebut dengan Linggarsa Pura. Pewaris Kepakisan selanjutnya yaitu Dalem Ketut Ngelesir atas berbagai pertimbangan memindahkan pusat pemerintahannya ke Gelgel–Klungkung dengan menyebutkan istananya sebagai Sweca Pura. Dalem Jambe sebagai keturunan selanjutnya kembali berbuat sama dengan leluhurnya untuk memindahkan atau membangun baru pusat kekuasaan sekaligus sebagai tempat tinggalnya pada sekitar abad XVII ke Kota Klungkung sekarang , dimana istananya diberi nama Semara Pura. Sebutan tempat tinggal raja-raja di Bali dari pura menjadi puri diperkirakan setelah abad XVII, yaitu untuk membedakan pura sebagai tempat sembahyang “suci” dan puri sebagai rumah raja “istana”. Pura maupun puri ditinjau dari asal katanya sama–sama berasal dari kata pur yang berarti tempat yang dikelilingi oleh tembok, atau dengan nama lain dapat juga diartikan sebagai benteng. Dengan demikian puri adalah rumah raja sekaligus benteng yang berfungsi mengamankan dan melambangkan kekuasaannya. Runtuhnya benteng dalam kiasan berarti jatuhnya sang penguasa “raja”. Keberadaan puri dalam kesehariannya secara umum menyandang berbagai fungsi antara lain sebagai berikut : (1). Tempat tinggal “rumah” raja beserta keluarga dengan segala aktivitasnya. (2). Sebagai pusat, tempat, dan pelaksanaan pemerintahan.

Page 14: IAN (3). Merupakan tempat pengembangan kesenian dan unsur kebudayaan lainnya. (4). Sebagai tempat perlindungan / benteng bagi raja dan keluarganya. Memperhatikan beberapa fungsi tersebut

2

(3). Merupakan tempat pengembangan kesenian dan unsur kebudayaan lainnya. (4). Sebagai tempat perlindungan / benteng bagi raja dan keluarganya. Memperhatikan beberapa fungsi tersebut diatas, oleh karenanya suatu puri juga menjadi pusat wilayah , pusat kekuasaan, pusat permukiman, dan pusat orientasi yang bila dianalogikan dengan daerah perkotaan maka puri menjadi pusat kota sekaligus sebagai landmark. Sosok puri sebagai tempat tinggal raja dan berbagai fungsi lainnya menjadi penting dan utama baik dari segi lokasi, luas, bahan, struktur, dimensi, ornamentasi dan sebagainya dalam wacana, fungsional, kokoh, dan indah yang memburatkan nuansa kewibawaan seorang raja. Raja adalah segala–galanya pada saat itu dan tempat tinggalnya “puri” adalah juga tanda sekaligus simbul dari kekuasaannya. Tata Letak dan Pola Ruang Puri di Bali. Puri – puri di Bali yang dibangun setelah pengaruh Hindu–Majapahit pada abad XIV, umumnya memilih lokasi pada daerah dataran dengan pola ruang wilayahnya menyerupai papan catur “grid”. Pada pusat wilayah yang ditandai dengan persilangan jalan utama “perempatan agung”, dirancanglah tata letak puri dan fasilitas pendukung lain disekelilingnya. Konsep tata letak puri pada umumnya adalah pada zona Kaja Kangin “Timur Laut”. Penyimpangan dari konsep umum ini terdapat di beberapa puri lainnya di Bali seperti yang dijumpai di Puri Singaraja, Mengwi, Tabanan, dan Bangli. Rupa–rupanya nilai utama pada zona Kaja Kangin di paradigma oleh puri tersebut diatas, paling tidak oleh orientasi kosmologi dimana gunung adalah Utara “Kaja” dan laut adalah Selatan ”Kelod”, atau oleh nilai lainnya yang dipercaya memberikan keselamatan dalam bingkai Desa , Kala, dan Patra. Dengan kata lain lingkungan buatan dibangun dengan thema harmonisasi melalui transformasi Bhuana Agung atau alam semesta kedalam miniatur puri.

Pola ruang puri umumnya mengikuti pola wilayah permukimannya yaitu grid yang berkiblat pada konsep yang disebut Mandala. Pola tersebut membagi areal lahan puri menjadi sembilan petak dengan tata nilai ruang yang berbeda dikenal dengan sebutan Nawa Sanga. Perbedaan tata nilai ruang tersebut sekaligus menjadi pedoman dalam penempatan masing–masing fungsi yang terdapat dalam suatu puri dari yang sangat privat sampai dengan yang sifatnya publik. Kaja Kangin tetap merupakan nilai utama, suci,dan privat sebagai lokasi untuk bangunan suci “pura”. Adapun fungsi – fungsi yang ditampung dalam ke – sembilan areal puri umumnya adalah sebagai berikut :

Gambar disamping ini merupakan tata letak ideal puri pada umumnya yang berlaku di Bali. Daerah berwarna hitam yang terletak pada arah Timur Laut “Kaja Kangin” dari Perempatan Agung adalah lokasi puri.

Page 15: IAN (3). Merupakan tempat pengembangan kesenian dan unsur kebudayaan lainnya. (4). Sebagai tempat perlindungan / benteng bagi raja dan keluarganya. Memperhatikan beberapa fungsi tersebut

3

(1). Jeroan, adalah areal untuk kegiatan persembahyangan bagi raja dan keluarganya. (2). Jaba Tengah, sebagai wadah kegitan persiapan dan penyiapan upacara seperti membuat sesajen dan lainnya. (3). Jaba Sisi, berfungsi untuk menampung kegiatan yang sifatnya umum sampai dengan yang menunjang upacara ke- agama-an. (4). Saren Kauh, dimanfaatkan sebagai tempat tinggal saudara raja yang lebih muda, ataupun sebagai tempat tamu atau kerabat keluarga yang menginap. (5).Rangki dan Saren Agung, merupakan areal pusat dimana raja melakukan aktivitasnya. Untuk menerima tamu penting maupun kerabat dan keluarga raja dilakukan pada daearah Rangki, sedangkan Saren Agung adalah merupakan tempat tidur raja. Di beberapa puri lainnya antara Rangki dan Saren Agung dipisahkan secara tegas dengan tembok pembatas. (6). Saren Kangin, adalah daerah untuk tempat tinggal keluarga raja yang sudah tua. Atau ada pula yang menamakannya Keputren sebagai tempat tinggal putri raja ataupun selirnya. (7).Ancak Saji, merupakan daerah yang menampung segala kegiatan yang sifatnya publik seperti aneka kesenian, persiapan upacara adat, dan sewaktu –waktu juga sebagai tempat raja menikmati pemandangan berupa festival, latihan perang, kegiatan pasar, dan sebagainya yang terjadi di sepanjang jalan di depan puri. Bangunan untuk menikmati acara tersebut dikenal dengan Bale Tegeh “Tajuk”. (8).Semanggen, adalah daerah yang difungsikan sebagai temapt menampung kegiatan upacara yang berhubungan dengan manusia selama dan sesudah hidupnya yaitu Manusa dan Pitra Yadnya. Sehari – harinya daerah ini merupakan tempat para tamu menunggu atau ditemui raja dan dapat pula berfungsi sebagai tempat latihan kesenian bagi keluarga puri. (9). Pewaregan, berfungsi sebagai daerah yang mewadahi kegiatan masak – memasak hidangan para keluarga raja dan sekaligus sebagai tempat persediaan bahan makanan. Untuk itu disamping bangunan dapur juga dilengkapi dengan adanya beberapa lumbung padi “jineng”.

Gambar disamping ini merupakan Mandala Puri yang umum berlaku di Bali yang ditransformasikan kedalam sembilan zona “Nawa Sanga”, yang menggambarkan nilai ruang dan fungsi – fungsinya.

Page 16: IAN (3). Merupakan tempat pengembangan kesenian dan unsur kebudayaan lainnya. (4). Sebagai tempat perlindungan / benteng bagi raja dan keluarganya. Memperhatikan beberapa fungsi tersebut

4

Arsitektur Puri Karangasem. Puri di Karangasem yang merupakan kerajaan diujung Timur Pulau Bali pada masanya merupakan kerajaan besar dengan wilayah kekuasaan hingga ke Pulau Lombok. Luasnya wilayah kekuasaan, kekayaan yang dimiliki, hubungan dengan luar Bali, teknologi yang berkembang , serta didukung oleh cita rasa sang penguasa waktu itu telah mampu mengantarkan kerajaan Karangasem bagaikan sorga dibelahan Timur Pulau Bali. Paling tidak ada tiga karya agung sang raja dan keturunannya menjadi warisan budaya yang tidak ternilai harganya. Karya dimaksud adalah Puri Agung, Tirta Gangga, dan Taman Ujung. Ke- tiga karya ini berada dalam konsep perencanaan yang bertemakan air. Puri Agung Karangasem merupakan salah satu puri yang dibangun pada akhir abad XIX oleh raja ketika itu adalah Anak Agung Gede Jelantik. Ditinjau dari segi tata letak maupun pola ruang puri – puri yang ada di Bali, Puri Agung Karangasem tampaknya tidak menggunakan konsep umum yang berlaku. Tata letaknya tidak tepat pada zona Timur Laut dari Perempatan Agung, sedangkan pola ruangnya sudah menggunakan pengembangan Mandala yang memiliki areal lebih dari nawa sanga.Akibatnya bentuk areal puri menjadi persegi empat panjang membujur kearah Utara dan Selatan.

Kearifan tradisional “Timur” dengan modern “Barat” merupakan suatu model yang ditumbuh kembangkan dengan sangat bijaksana, yang dieksploitasi pada skala ruang, bahan struktur, ornamen, pewarnaan, dan lainnya. Pengaruh Barat “Belanda” dengan Timur “Cina” dalam bingkai Arsitektur Tradisional Bali dipadukan dalam sosok beberapa bangunan dalam komplek puri. Bangunan – bangunan dimaksud antara lain adalah : (1). Candi Kurung, berfungsi sebagai gerbang sekaligus sebagai peralihan fungsi dan niali ruang dari kawasan puri yang bentuknya menyerupai Pagoda dengan atap bersusun tiga. Candi ini merupakan penghubung antara areal bencingah baru dengan areal dimana bangunan Maskerdam berada. Wujudnya ditengarai merupakan hasil turunan dari pengembangan pengaruh bangunan candi yang ada di India, Cina, dan Jawa. Sepintas bahkan mirip dengan bentuk Pagoda . Dari beberapa sumber disebutkan bahwa bentuk candi kurung ini merupakan hasil cipta – karya raja karena kedekatannya dengan

Keunikan Puri Agung Karangasem ini antara lain letak puri tidak tepat pada titik persilangan jalan “Perempatan Agung”, melainkan pada arah Kaja Kangin dari pertigaan, disamping itu bentuk arealnya memanjang dalam bentuk persegi empat panjang.

Page 17: IAN (3). Merupakan tempat pengembangan kesenian dan unsur kebudayaan lainnya. (4). Sebagai tempat perlindungan / benteng bagi raja dan keluarganya. Memperhatikan beberapa fungsi tersebut

5

para pedagang Cina waktu itu. Tampaknya model candi kurung semacam ini hanya satu – satunya di Bali ; keunikannya dapat menjadi identitas dari Puri Agung Karangasem.

(2). Bale Telaga atau populer juga dengan sebutan Bale Kambang, merupakan suatu karya adiluhung berupa bangunan yang dikelilingi oleh air. Tampilannya diperkirakan memiliki kesamaan dengan bangunan Kertha Gosa yang ada Klungkung , atau yang ada pada Puri Agung Gianyar dalam dimensi yang lebih kecil. Air merupakan thema dasar dari pembangunan puri ini yang disalurkan dengan tingkat manjemen air dan sistem pengairan yang sangat cerdas sehingga sampai dengan saat ini masih mampu eksis walaupun telah ada perubahan peruntukkan disekitarnya. Keberadaan Bale Kambang ini sehari - hari menyandang fungsi untuk tempat raja dan keluarganya beristirahat, sedangkan pada saat saat khusus juga dipakai tempat para pendeta beristirahat, makan, dan hubungan hubungannya. Bangunannya yang disebut Bale Kambang berbentuk persegi empat dengan deretan tiang disekitarnya, tanpa dinding, berorientasi kesegala arah, oleh karenanya terjadi perembesan antara ruang luar dengan ruang dalam.

Photo disamping ini menunjukkan betapa indah dan asrinya Bale Telaga yang menjadi saksi bisu terhadap kejayaan Puri Agung Karangasem masa lalu. Air sebagai sumber kehidupan bukan hanya sebagai filosofi pemerintahannya akan tetapi juga menjadi thema untuk karya arsitekturnya. Sumber: Dokumentasi,Salain, 1999.

Pintu Gerbang “Candi Bentar”, yang menyerupai Pagoda ini merupakan penghubung antara ruang di luar puri ke dalam puri atau sebaliknya. Sumber : Dokumentasi Rumawan, 1999.

Page 18: IAN (3). Merupakan tempat pengembangan kesenian dan unsur kebudayaan lainnya. (4). Sebagai tempat perlindungan / benteng bagi raja dan keluarganya. Memperhatikan beberapa fungsi tersebut

6

(3). Maskerdam adalah nama lain untuk Saren Agung dimana raja tinggal, tidur, dan segala aktivitasnya sebagai kepala keluarga. Sebutan Maskerdam ini diperkirakan ada kaitannya dengan nama salah satu kota di Belanda yaitu Amsterdam. Bangunan ini memiliki bentuk dasar persegi empat, dimensinya lebih besar dengan bangunan dengan fungsi sejenis yang terdapat pada puri – puri lainnya di Bali. Pengaruh Belanda tampak pada skala, dimensi, proporsi, dan fungsi ruang , konstruksi kap, tampilan stuktur, bahan, dan model tiang depan bangunan yang menggunakan campuran bahan bata, kayu dan besi.

Sedangkan pengaruh Cina sangat kental pada penggunaan style ornamen, pewarnaan, dan lainnya yang tampak pada pintu masuk bangunannya, ataupun pada bangunan persegi empat panjang tanpa dinding mirip Bale Bengong di sebelah Barat kolam, dan atau pada relief tembus dari bahan kayu yang kaya akan pewarnaan pada bangunan di depan Maskerdam atau di Utara Bale Telaga seperti gambar dibawah ini.

(4). Hal lain yang menonjol dan kiranya dapat diajukan sebagai sesuatu kemajuan dalam pemikiran pengolahan bahan semen yang diolah menjadi ornamen dengan teknologi cetak serta pembuatan patung - patung seperti yang juga ditemui pada situs Taman Ujung dan Tirta Gangga di Karangasem dan atau Puri Buleleng di Singaraja.

Tampak bangunan Maskerdam sebagai latar belakang, sedangkan pada latar depan “natah” ketika itu dipasangi tenda untuk keperluan upacara. Maskerdam ini memiliki satu pintu utama dan dua pintu pengapit yang tidak lazim ketika itu. Paradigma baru Gunung Rata dalam pandangan Barat “Modern”di adaptasi dengan sangat arif. Sumber: Dokumentasi Salain, 1999

Relief tembus dari bahan kayu disamping kiri sangat indah ini sekaligus dimafaatkan sebagai pembatas ruang.

Disamping bentuk, struktur – konstruksi,warna, ornament gaya Cina juga melekat pada dinding bagian dalam bangunan “bale bengong” di tepi kolam.

Sumber:Dokumentasi Salain, 1999

Page 19: IAN (3). Merupakan tempat pengembangan kesenian dan unsur kebudayaan lainnya. (4). Sebagai tempat perlindungan / benteng bagi raja dan keluarganya. Memperhatikan beberapa fungsi tersebut

7

Kemegahan Puri Agung Karangasem sebagai karya agung arsitektur, kiranya tidak akan lengkap jikalau tidak dikaitkan dengan keberhasilan sang raja membangun karya arsitektur lainnya di wilayah sekitar. Dua karya agung lainnya adalah berupa taman air yang dibangun di Barat Laut puri yang dikenal dengan nama Tirta Gangga dan Taman Ujung yang terletak di sebelah Selatan puri. Kedua–duanya berfungsi sebagai tempat rekreasi taupun peristirahatan raja, keluarganya, dan para kerabat ataupun oleh masyarakat sekitarnya. Dari kedua taman tersebut rupanya Taman Ujung yang dibangun pada tahun 1901 mengalami kerusakan yang sangat parah oleh beberapa kali peristiwa gempa bumi. Keindahan dan kebesaran sekaligus mencerminkan kejayaan kerajaan yang mewakili jamannya sangat populer tidak hanya bagi masyarakat di Karangasem saja melainkan telah mampu mengangkat citra Bali khususnya dalam wacana pariwisata nusantara dan manca negara. Demikian pentingnya warisan budaya ini, pihak pemerintah daerah yang didanai Bank Dunia kini hampir merampungkan studi awal tentang pelestarian situs Taman Ujung. Puri Agung , Tirta Gangga, dan Taman Ujung merupakan suatu bukti nyata peran penguasa “raja” dalam karya arsitektur. Selain sebagai pengendali pemerintahan, pengayom masyarakat, rupanya raja juga berperan sebagai arsitek setidaknya bagi huniannya “puri”. Ide atau gagasan yang mengawali suatu perancangan ada di tangan raja ; Arsitektur Tradisonal Puri di Bali di - paradigma sebagi suatu upaya mengangkat identitas dan kebanggaan lokal dengan tampil beda dengan lainnya dilandasi dan dijiwai adat dan Agama Hindu yang diyakininya. Air merupakan thema utama dalam konsep arsitekturnya yang diterapkan secara konsisten dan berkelanjutan pada setiap karyanya.

Gambar situasi Puri Agung Karangasem disamping ini tidak menerapkan pakem Mandala yang umum berlaku sebelumnya di Bali yaitu Sanga Mandala.. Pengaruh budaya asing “Cina dan Belanda” tampak pada Candi Kurung,Bale Kambang,dan Maskerdam.

Page 20: IAN (3). Merupakan tempat pengembangan kesenian dan unsur kebudayaan lainnya. (4). Sebagai tempat perlindungan / benteng bagi raja dan keluarganya. Memperhatikan beberapa fungsi tersebut

8

Thema air hadir berawal dari simbol Kerajaan Karangasem yaitu Air Kehidupan “Amerta Jiwa” yang mengandung makna kesuburan, kemakmuran, dan hidup yang berkelanjutan. Kreativitas dan inovasi antara kekuatan tradisional dan pengaruh asing Belanda dan Cina mengalami transformasi dalam batas–batas keterpaduan. Arsitektur ketika itu telah mampu menjadi duta budaya global dan Kerajaan Karangasem, khususnya, Puri Agung, Tirta Gangga, dan Taman Ujung merupakan contoh konkrit karya anak bangsa yang perlu di konservasi dan revitalisasi sebagai suatu warisan sekaligus pusaka bangsa. Daftar Bacaan Ardana, I Gusti Gde. 2008. Kontribusi Budaya Tionghoa pada Budaya Bali (Perspektif

Sejarah). Dalam Integrasi Budaya Tionghoa ke Dalam Budaya Bali (Sebuah Bunga Rampai). Made Sulistyawati, editor. Universitas Udayana. Denpasar.

Budiharjo, Rachmat. 1995. Perubahan Fungsi dan Tata Ruang Puri-Puri di Bali. Program Studi Perancangan Arsitektur, Program Pasca Sarjana, Institut Teknologi Bandung. Bandung.

Budiharjo, Eko. 1989. Architecture in Bali. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. Gelebet. I Nyoman. 1984. Arsitektur Tradisional Daerah Bali. Departemen Pendidikan

dan Kebudayaaan. Denpasar. Heine Geldern, Robert. 1972. Konsepsi Tentang Negara dan Kedudukan Raja di Asia

Tenggara (penterjemah Deliar Noer). CV. Rajawali. Jakarta. Kagumi, Haraya. 1988. Balinese Traditional Architecture in Process. Litle Word

Museum of Man. Japan. Maryono, Irwan. Dkk. 1985. Pencerminan Milai Budaya Dalam Arsitektur Indonesia.

Djembatan. Jakarta. Salain, Putu Rumawan. 2003. Representasi Arsitektur Tradisional Bali. Buku Ajar. UPT

Penerbit Universitas Udayana. Denpasar. Soelarto, Robi. 1987. Traditional Architecture of Bali. Makalah Seminar Aga Khan

Award. Denpasar.