I. PENDAHULUAN Latar Belakang -...
Transcript of I. PENDAHULUAN Latar Belakang -...
1
I. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Seorang auditor dalam mengerjakan tugas-tugasnya harus profesional dan
kompetitif agar dapat memberikan kepuasan kepada klien. Auditor seringkali
berada di situasi dilematis. Dalam persaingan yang semakin ketat, tentu sikap
skeptisme profesional harus diterapkan dan merupakan hal penting dalam
melakukan audit. Dengan adanya keterbatasan waktu yang tersedia dalam
mengaudit suatu laporan keuangan, mungkin saja auditor kurang mempertahankan
sikap skeptisme profesionalnya. Seorang auditor yang harus bersikap skeptisme
profesional dalam kondisi apapun tentu dapat dikatakan tidak mudah. Sebab pada
kenyataannya sering kali anggaran waktu yang diberikan tidak realistis
dibandingkan dengan pekerjaan yang harus dilakukannya, dan dapat berakibat
kualitas audit menjadi lebih rendah (Prasita dan Hari, 2007).
Dalam melakukan proses audit, auditor harus memeriksa apakah terdapat
kekeliruan maupun kecurangan dalam laporan keuangan yang disajikan oleh klien
dalam kondisi seperti apapun termasuk didalamnya tekanan waktu. Menurut
Koroy (2008) kompetensi, sikap skeptisme profesional, pengalaman yang relevan
dengan kecurangan, penilaian resiko, peranan tone at the top, standar audit
sebagai pedoman, serta lingkungan pekerjaan audit merupakan faktor yang dapat
mempengaruhi kemampuan seorang auditor dalam mendeteksi adanya
kecurangan.
Di era globalisasi sekarang ini, auditor dituntut untuk bekerja secara
profesional dan anggaran waktu yang terbatas tentu saja menjadi tekanan
tersendiri bagi auditor (Prasita dan Hari, 2008). Tidak hanya itu, audit pun harus
dilakukan dengan sebaik-baiknya agar dapat dihasilkan laporan auditor
independen dengan opini yang tepat dan akurat. Dalam melakukan proses audit,
auditor harus benar-benar teliti dalam memeriksa apakah terdapat kecurangan
ataupun kekeliruan dalam laporan yang disajikan oleh klien. Pendeteksian
kecurangan merupakan tujuan yang penting dalam melakukan audit (AICPA,
2
1978). Kualitas audit terkait dengan adanya jaminan auditor bahwa laporan
keuangan tidak menyajikan kesalahan yang material atau memuat kecurangan.
Terjadinya kecurangan harus diselidiki dan dicari kebenarannya. Maka dari itu,
seorang auditor harus menerapkan sikap skeptisme profesionalnya.
Azad (1994) menemukan bahwa auditor yang bekerja dengan tekanan
anggaran waktu cenderung disfungsionalis, terlalu percaya pada penjelasan klien,
serta gagal dalam menginvestigasi isu-isu relevan dalam mendeteksi kecurangan.
Penjelasan tersebut merupakan rendahnya sikap skeptisme profesional, yaitu yang
terlalu percaya pada informasi yang diberikan oleh klien karena adanya tekanan
waktu yang tersedia. Rendahnya sikap skeptisme profesional ini dapat
menyebabkan kegagalan dalam mendeteksi kecurangan maupun kekeliruan.
Kecurangan berbeda dengan kekeliruan. Kekeliruan merupakan tindakan yang
terjadi karena adanya ketidak sengajaan, sedangkan kecurangan merupakan
tindakan yang dilakukan karena faktor kesengajaan. Kecurangan lebih sulit untuk
dideteksi, karena disembunyikan. Penyembunyian itu terkait dengan catatan
akuntansi, dan dokumen yang berhubungan, serta pemberian informasi palsu atau
tidak lengkap (Loebbecke et al. ,1989).
Adanya anggaran waktu yang terbatas seorang auditor harus tetap
kompeten dalam mengaudit laporan keuangan yang disajikan, mempunyai sikap
skeptisme yang tinggi, mempertanyakan dan melakukan evaluasi secara kritis
terhadap bukti audit (SPAP 2001; SA seksi 230). Seorang auditor yang
mempunyai sikap skeptisme yang tinggi, tidak akan menerima begitu saja
penjelasan dan informasi yang diberikan oleh klien. Auditor akan mengajukan
pertanyaan untuk memperoleh alasan, bukti dan konfirmasi mengenai obyek yang
dipermasalahkan (Noviyanti, 2007). Dalam situasi apapun setiap auditor dituntut
untuk mempunyai sikap skeptisme profesional seperti yang tercantum dalam SAS
No.99 Tahun 2002. Meski adanya anggaran waktu yang sangat terbatas bagi
auditor untuk mengaudit laporan keuangan, auditor dituntut untuk menerapkan
dan mempunyai sikap skeptisme profesional yang tinggi, tidak mudah percaya
dengan informasi yang diberikan, auditor pun dituntut memberikan laporan yang
3
berkualitas. Faktor-faktor yang menyebabkan auditor gagal mendeteksi
kecurangan, menurut hasil penelitian Sugianto (2009) adalah kurangnya
kompetensi, kurangnya kecermatan dan kehati-hatian profesional termasuk
skeptisme profesional karakteristik kecurangan yang menyulitkan pendeteksian,
ukuran KAP, human error, kelemahan pada model dan prosedur audit, relasi
auditor, dan auditee, standar pengauditan yang kurang memadai, dan besarnya
audit fee.
Penelitian sebelumnya berjudul “ Pengaruh Kompleksitas Audit Dan
Tekanan Anggaran Waktu Terhadap Kualitas Audit Dengan Moderasi
Pemahaman Terhadap Sistem Informasi” (Prasita dan Hari, 2007) dan “Skeptisme
Profesional Auditor Dalam Mendeteksi Kecurangan” (Noviyanti, 2007). Dalam
penelitian Prasita dan Hari (2007) mengatakan bahwa tekanan anggaran waktu
memberikan hasil yang buruk bagi kinerja auditor. Auditor cenderung percaya
dengan informasi dan pernyataan klien, karena bekerja di bawah tekanan waktu
yang ketat dan kaku. Noviyanti (2007) menemukan penaksiran resiko kecurangan
yang tinggi akan menunjukan sikap skeptisme profesional yang lebih tinggi dalam
mendeteksi kecurangan.
Lebih lanjut lagi, dalam penelitian ini ingin mengetahui apakah seorang
auditor mampu dan dapat mengatasi tekanan anggaran waktu yang begitu terbatas
dengan sikap skeptisme profesionalnya dalam mendeteksi kecurangan laporan
keuangan yang disajikan wajar atau tidak wajar sesuai dengan Standar Akuntansi
Keuangan (SAK) yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Publik (IAI). Fakta
empirik dari berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa mempunyai pengaruh
negatif antara tekanan anggaran waktu dengan kualitas audit yang dapat
disebabkan oleh tidak adanya sikap skeptisme profesional auditor. Oleh karena itu
menarik untuk melakukan penelitian yang berjudul: “PENGARUH TEKANAN
ANGGARAN WAKTU DAN SIKAP SKEPTISME PROFESIONAL AUDITOR
TERHADAP KEBERHASILAN DALAM MENDETEKSI KECURANGAN”.
4
Persoalan penelitian
Berdasarkan latar belakang diatas, maka persoalan penelitian ini adalah:
1. Bagaimana pengaruh tekanan anggaran waktu terhadap keberhasilan
dalam mendeteksi kecurangan?
2. Bagaimana pengaruh sikap skeptisme profesional auditor terhadap
keberhasilan dalam mendeteksi kecurangan?
3. Bagaimana pengaruh tekanan anggaran waktu dan sikap skeptisme
profesional auditor terhadap keberhasilan dalam mendeteksi
kecurangan?
Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menginvestigasi pengaruh tekanan anggaran
waktu dan sikap skeptisme profesional auditor terhadap keberhasilan dalam
mendeteksi kecurangan. Sedangkan hasil dari penelitian ini diharapkan memberi
manfaat bagi masyarakat sebagai bahan bacaan untuk menambah pengetahuan dan
dapat juga dijadikan referensi di masa yang akan datang.
Selain itu, dari penelitian ini juga dapat memberi masukan bagi praktisi
dan regulator, sebagai berikut:
1. Bagi para akademis, penelitian, dan para pelatih program profesional
untuk akuntan publik, dari penelitian ini dapat memberikan masukan
mengenai perilaku skeptis auditor dalam kondisi seperti apapun yang
ditunjukkan melalui keberhasilan auditor dalam mendeteksi
kecurangan.
2. Bagi regulator, dapat memberikan masukan dalam penyusunan standar
dan aturan bagi auditor khususnya dalam tekanan waktu yang sempit
dapat tetap mempertahankan skeptisme seorang auditor yang
berhubungan dengan mendeteksi kecurangan.
5
3. Bagi auditor in-charge, penelitian ini dapat memberikan saran untuk
meningkatkan sikap skeptis dalam tekanan waktu yang berat sekalipun
untuk mendeteksi kecurangan.
II. TELAAH TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Tekanan Anggaran Waktu
Tekanan anggaran waktu merupakan bentuk tekanan yang muncul dari
keterbatasan sumber daya yang diberikan untuk melaksanakan tugas. Sumber
daya yang dimaksud adalah waktu yang diperlukan dan digunakan oleh auditor
dalam melaksanakan audit. Tekanan anggaran waktu adalah situasi yang
ditunjukkan untuk auditor dalam melakukan efisiensi terhadap waktu yang telah
disusun atau terdapat pembatasan waktu dan anggaran yang sangat ketat dan kaku
(Sososutikno, 2003). Tekanan waktu (time pressure) adalah ciri lingkungan yang
biasa di hadapi auditor. Adanya tenggat waktu penyelesaian audit membuat
auditor mempunyai masa sibuk yang menuntut agar dapat bekerja cepat (Koroy,
2008). Menurut Azad (1994) menemukan bahwa auditor yang bekerja dengan
tekanan anggaran waktu cenderung disfungsionalis, terlalu percaya pada
penjelasan klien, serta gagal dalam menginvestigasi isu-isu relevan dalam
mendeteksi kecurangan.
Anggaran waktu dipersiapkan selama tahap awal dari perencanaan audit
dan merupakan dasar kompeten untuk menetapkan syarat-syarat perjanjian kerja
dan perumusan rencana audit (Pratiwi, 2008). Oleh karena itu, total dari anggaran
waktu disusun berdasarkan perkiraan waktu yang dibutuhkan untuk setiap langkah
dari program audit pada setiap auditor yang ditugasi sesuai dengan posisi atau
jabatan untuk penugasan rutin, maka catatan yang terperinci atas kerja audit tahun
sebelumnya merupakan faktor yang penting dalam menetukan anggaran waktu
yang baru. Seorang auditor yang bekerja dalam tekanan anggaran waktu sangat
mempengaruhi kinerjanya. Bekerja dengan adanya tekanan waktu
mengilustrasikan salah satu efek dari tekanan waktu adalah kinerja auditor dalam
6
pendeteksian kecurangan (Koroy, 2008 pada penelitiam Braun, 2000). Jangka
waktu audit yang terlalu lama dapat menyebabkan cost audit yang semakin
membesar, akibatnya klien pun menanggung fee audit yang besar juga. Hal ini
dapat merugikan auditor atau KAP, karena kemungkinan klien dapat memilih
KAP lain yang lebih kompetitif.
Bagi KAP sendiri bekerja dalam tekanan anggaran waktu bukanlah hal
yang mudah dan tidak dapat di hindari, namun mereka menghadapi keadaan
seperti ini sebagai tantangan. Dengan keterbatasan waktu yang tersedia tidak
mudah bagi auditor melakukan audit. Auditor akan cenderung kurang cermat
dalam mengaudit, terlebih lagi dapat gagal dalam mendeteksi kecurangan. Auditor
harus pandai dalam mengestimasikan waktunya dalam melakukan audit, sehingga
dapat mengaudit tanpa merasa terbebankan. Membagi waktu dan bekerja dengan
cepat dalam mengaudit, mengumpulkan bukti audit yang mendukung dalam
laporan auditnya. Namun pada penelitian sebelumnya, bekerja dalam tekanan
waktu yang sangat ketat dapat menurunkan kinerja auditor. Dari uraian diatas
tampak bahwa tekanan anggaran waktu akan menghasilkan kualitas buruk bagi
auditor. Dalam menyusun anggaran waktu menurut Wallace (1999)
mempertimbangkan hal-hal seperti:
1. The client’s size, indicated by its gross assets, sales, number of
employess, etc.
2. The location of client facilities.
3. The anticipated accounting and auditing problems.
4. The competence and experience of staff available.
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka disusun hipotesis sebagai berikut :
H1: Auditor yang bekerja tanpa tekanan anggaran waktu mempunyai tingkat
keberhasilan yang lebih tinggi dalam mendeteksi kecurangan
Sikap Skeptisme Profesional Auditor
Sikap Skeptisme Profesional Auditor adalah sikap yang mencakup pikiran
yang mempertanyakan dan melakukan evaluasi secara kritis terhadap bukti audit
7
agar diperoleh bukti-bukti yang meyakinkan sebagai dasar dalam pemberian opini
akuntan (SPAP. SA seksi 230). Seperti profesional dalam mengumpulkan bukti-
bukti audit yang mendukung dan berguna untuk menyangkal asersi manajemen.
Sikap adalah respon seseorang terhadap subyek ataupun obyek tertentu, yang
dapat dikatakan menggambarkan perilaku seseorang.
Skeptisme profesional auditor merupakan sikap (attitude) auditor dalam
melakukan penugasan audit dimana sikap ini mencakup pikiran yang selalu
mempertanyakan dan melakukan evaluasi secara kritis terhadap bukti audit
(Noviyanti, 2007). American Institude of Certified Public (AICPA) memberi
definisi skeptisme profesional adalah : “ Profesional skepticism in auditing
implies an attitude that includes a questioning mind and a critical assessment of
audit evidence without being absessively suspicious or skeptical. The auditors are
expected to exercise profesional skepticism in conducting the audit, and in
gathering evidence sufficient to support or rufute management’s assertion “ (AU
316 AICPA).
Auditor harus dapat menemukan salah saji material dalam laporan
keuangan klien. Dalam penelitian Sugianto (2009) mengatakan salah saji material
itu sendiri dibagi menjadi dua, yaitu kekeliruan (error) dan kecurangan (fraud).
Sikap skeptisme profesional auditor diterapkan untuk mendeteksi terjadinya
kekeliruan, kecurangan, ataupun penyalahgunaan wewenang yang material dalam
perusahaan klien dengan cara menunjukkan sikap skeptis profesionalnya terhadap
bukti audit, tidak mudah percaya dengan informasi dan penjelasan dari pernyataan
klien dan memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada klien apa alasan atas
pernyataannya. Skeptisme tidak berarti bersikap sinis, terlalu banyak mengkritik,
atau melakukan penghinaan (Noviyanti, 2007).
Auditor dapat melakukan program pengujian audit yang terperinci guna
membantu dalam mengevaluasi terjadinya kecurangan secara material dalam
perusahaan klien. Selain itu, auditor menggunakan pengetahuan, ketrampilan, dan
kemampuan yang dituntut oleh profesi akuntan publik untuk melaksanakan
8
dengan cermat dan teliti dalam pengumpulan dan penilaian bukti secara obyektif.
Auditor dituntut mempunyai sikap skeptis yang tinggi dengan setiap
kemungkinan terjadinya kecurangan, walaupun kecurangan tersebut belum tentu
terjadi (Noviyanti, 2007). Skeptisme profesional auditor akan menanyakan setiap
isyarat yang menunjukkan kemungkinan dapat terjadinya kecurangan (Louwers et
al., 2005). Skeptisme profesional yang tinggi pada seorang auditor, maka
kegagalan dalam mendeteksi kecurangan akan rendah, auditor akan cenderung
teliti dan lebih berhati-hati dalam memeriksa laporan keuangan.
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka disusun hipotesis sebagai berikut :
H2: Auditor yang mempunyai sikap skeptisme profesional yang lebih tinggi
mempunyai tingkat keberhasilan yang lebih tinggi dalam mendeteksi kecurangan
Pengaruh Tekanan Anggaran Waktu dan Sikap Skeptisme Profesional
Auditor terhadap Keberhasilan Dalam Mendeteksi Kecurangan
Auditor dituntut untuk memberikan laporan yang berkualitas dengan
anggaran waktu yang terbatas merupakan tekanan tersendiri bagi auditor. Auditor
harus dapat menyikapi anggaran waktu yang diberikan dalam melakukan audit
untuk mendeteksi kecurangan. Kecurangan (fraud) adalah suatu tindakan
yang disengaja, yang tidak dapat terdeteksi oleh suatu pengauditan dapat
memberi efek yang merugikan dan cacat bagi proses pelaporan keuangan
(Koroy, 2008).
J.S.R. Venables dan KW Impley dalam buku “Internal Audit”
(1988, hal 424) mengemukakan kecurangan terjadi karena :
a. Penyembunyian (concealment)
Kesempatan tidak terdeteksi. Pelaku perlu menilai kemungkinan dari deteksi
dan hukuman sebagai akibatnya.
b. Kesempatan/Peluang (Opportunity)
Pelaku perlu berada pada tempat yang tepat, waktu yang tepat agar
mendapatkan keuntungan atas kelemahan khusus dalam system dan juga
menghindari deteksi.
9
c. Motivasi (Motivation)
Pelaku membutuhkan motivasi untuk melakukan aktivitas demikian, suatu
kebutuhan pribadi seperti ketamakan/kerakusan dan motivator yang lain.
d. Daya tarik (Attraction)
Sasaran dari kecurangan yang dipertimbangkan perlu menarik bagi pelaku.
e. Keberhasilan (Success)
Pelaku perlu menilai peluang berhasil, yang dapat di ukur baik menghindari
penuntutan atau deteksi.
Auditor yang merasa terbeban akan anggaran waktu yang tidak realistis
mungkin saja dapat langsung percaya dengan informasi dan pernyataan klien. Hal
tersebut merupakan sikap fatal bagi seorang auditor. Meskipun berada dibawah
tekanan anggaran waktu auditor tetap harus cermat dan mempunyai sikap
skeptisme yang tinggi dalam memeriksa laporan, informasi yang disajikan, dan
pernyataan oleh klien tidak diterima begitu saja, namun harus di selidiki
kebenarannya apakah terdapat kecurangan atau tidak. Sikap Skeptisme
Profesional Auditor adalah sebuah tindakan yang harus dilakukan dengan tidak
mudah percaya atas informasi yang sudah disajikan. Auditor yang bersikap
skeptis, belum tentu bersikap profesional pada saat di lapangan (Noviyanti, 2007).
Sikap profesional auditor dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor
tersebut adalah keahlian, pengetahuan, kecakapan, pengalaman, situasi audit yang
dihadapi dan etika (Gusti dan Ari, 2008). Tekanan anggaran waktu yang sangat
terbatas harus dapat memicu auditor untuk bersikap lebih skeptis di setiap sela-
sela waktunya dalam melakukan audit. Bagi seorang auditor tentu tekanan
anggaran waktu ini merupakan hal yang tidak dapat dihindari. McDaniel (1990)
mengatakan bahwa tekanan anggaran waktu dapat menyebabkan turunnya
efektifitas dan efisiensi kegiatan pengauditan.
Rendahnya tingkat skeptisme profesional auditor menyebabkan kegagalan
dalam mendeteksi kecurangan yang ada dalam perusahaan klien. Suraida (2005),
dalam penelitiannya mengatakan bahwa seorang auditor yang memiliki
kompetensi dan pengalaman maka mempunyai sikap skeptisme profesional yang
10
tinggi. Namun tidak hanya itu, jika merencanakan resiko audit dengan baik, maka
profesional auditor semakin tinggi. Tetapi pada kenyataannya banyak auditor
yang tidak mempunyai sikap skeptisme profesional yang memadai.
Adanya tekanan anggaran waktu yang sangat tidak realistis mungkin saja
dapat menyebabkan auditor mudah percaya dengan informasi dan penjelasan yang
disajikan oleh klien. Seharusnya jika auditor selalu mempunyai sikap skeptis, dan
tidak menerima begitu saja pernyataan klien, kegagalan mendeteksi kecurangan
pun rendah. Pada dasarnya auditor dituntut untuk mempunyai sikap skeptisme
dalam situasi dan keadaan apapun. Mengestimasi kecurangan yang mungkin akan
terjadi, cermat dalam setiap pekerjaannya, dan mengumpulkan bukti audit lebih
banyak untuk dapat mendeteksi kecurangan pada laporan yang disajikan klien.
Mayoritas masyarakat investor yang disurvei menginginkan agar audit dapat
memberikan keyakinan yang absolut (absolute assurance) agar laporan keuangan
bebas dari semua jenis salah saji material baik kekeliruan (unintentional
misstatements) maupun kecurangan (Koroy, 2008).
Berdasarkan hal di atas, disusun hipotesis sebagai berikut :
H3: Auditor yang bekerja dengan anggaran waktu dibatasi dan sikap skeptis yang
tinggi tetap dapat berhasil dalam mendeteksi kecurangan
MODEL PENELITIAN
Gambar 1
Gambar Model Penelitian
Tekanan anggaran
waktu
Skeptisme
profesional auditor
Keberhasilanmendeteksi kecurangan
11
III. METODE PENELITIAN
Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer, berupa
jawaban kuesioner dari responden dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan
penulis. Responden tersebut terdiri dari auditor yang berada di wilayah Jawa
Tengah dan Yogyakarta.
Populasi dan Pengumpulan Sampel
Menurut Sugiono, 2003 populasi adalah wilayah generelasi yang terdiri
atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Sedangkan sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. Populasi dari penelitian ini adalah staf auditor yunior, senior
sampai ke supervisor yang bekerja di KAP yang berlokasi di wilayah Jawa
Tengah dan Yogyakarta. Populasi ini dipilih berdasarkan pertimbangan bahwa
mereka umumnya mewakili pengalaman dalam profesinya yang berkaitan dengan
adanya pengaruh keterbatasan waktu dan sikap skeptisme profesional dalam
mendeteksi kecurangan.
Data yang diperlukan untuk penelitian ini melalui penyebaran kuesioner
pada beberapa KAP di wilayah Jawa Tengah dan Yogyakarta. Penulis mendatangi
KAP secara langsung untuk meminta bantuan mengisi kuesioner tersebut.
Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik pengumpulan data untuk
memperoleh data yang diinginkan dengan cara, yaitu:
1. Penelitian Lapangan (Field Research), yaitu pengumpulan data primer
dengan cara meninjau secara langsung ke KAP. Dalam hal ini penulis
berusaha mengumpulkan data yang akurat dengan :
12
Kuisioner, yang dilakukan dengan memberikan daftar pertanyaan
mengenai masalah yang berkaitan dengan objek yang diteliti, dan yang
diharapkan dijawab untuk mempermudah pengumpulan data dan
efisensi waktu.
2. Penelitian Kepustakaan (Library Research), yaitu merupakan cara
untuk mengolah data yang dapat mendukung data primer yang
diperoleh selama penelitian serta menunjang pembahasan identifikasi
masalah. Penulisan melakukan studi kepustakaan dengan mempelajari,
mengkaji dan menelaah literatur. Literatur yang ada kaitannya dengan
objek penelitian ini.
Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Penelitian ini merupakan penelitian eksplanasi yang berkaitan dengan
pengujian hipotesis dan dilakukan untuk mendapatkan pemahaman antara
pengaruh dari dua faktor atau lebih. Variabel dependen dalam penelitian ini
adalah keberhasilan mendeteksi kecurangan. Sedangkan variabel independen
dalam penelitian ini adalah tekanan anggaran waktu dan sikap skeptisme
profesional auditor. Konsep-konsep yang diukur dalam penelitian ini adalah
tekanan anggaran waktu, sikap skeptisme profesional auditor, dan keberhasilan
mendeteksi kecurangan.
1. Tekanan Anggaran Waktu
Tekanan waktu ini merupakan target waktu penyelesaian untuk setiap
tahapan program audit (Pratiwi, 2008). Tekanan anggaran waktu adalah variabel
independen, yaitu variabel yang keberadaannya tidak dipengaruhi oleh variabel
lain, sebaliknya variabel ini akan mempengaruhi variabel lainnya. Tekanan
anggaran waktu adalah keadaan yang menunjukkan auditor dituntut untuk
melakukan efisiensi waktu yang telah disusun (Josoprijonggo, 2005). Tekanan
anggaran waktu timbul karena adanya tekanan yang muncul dari keterbatasan
sumber yang tersedia dalam melaksanakan tugas. Tekanan anggaran waktu
13
merupakan bentuk tantangan bagi auditor yang tidak dapat dihindari. Dalam
penelitian ini tekanan anggaran waktu dimanipulasi dengan membuat kuesioner
pendeteksian kecurangan dalam 2 versi, yaitu waktu yang diberikan terbatas dan
waktu yang diberikan longgar dalam mendeteksi kecurangan.
2. Sikap Skeptisme Profesional Auditor
Sikap skeptisme profesional auditor adalah variabel independen, yaitu
variabel yang keberadaannya tidak dipengaruhi oleh variabel lain, sebaliknya
variabel ini akan mempengaruhi variabel lainnya. Variabel ini di ukur melalui 6
karakteristik indikatornya menurut HEP (Hurrt, Eining, Plumlee, 2003) adalah
yang terkait dengan pembuktian bukti audit: 1) a questioning mind, 2) the
suspension judgement, 3) a search for knowledge. Karakteristik yang keempat
terkait dengan pemahaman bukti audit yaitu 4) interpersonal understanding.
Karakteristik yang ke 5 dan 6 terkait dengan inisiatif auditor untuk bersikap
skeptis yaitu: 5) self-confidence, 6) self-determination. Indikator a questioning
mind mencakup pertanyaan no. 1-3, the suspension judgement pada pertanyaan
no. 4-8, a search for knowledge terdapat pada pertanyaan no. 9-14, interpersonal
understanding terdapat pada pertanyaan no. 15-19, sedangkan self-confidence
pada pertanyaan no. 20-24, dan yang terakhir self-determination pada pertanyaan
no. 25-30. Pengukuran variabel ini dengan kuisioner yang meliputi pernyataan
yang harus di jawab responden dengan memberikan tanda silang (X). Dari
indikator-indikator diatas di ukur dengan skala likert dengan kisaran nilai 1
sampai 5, yaitu dari 1) Sangat Tidak Setuju 2) Tidak Setuju 3) Netral 4) Setuju 5)
Sangat Setuju, kemudian dihitung scorenya dan dibuat manipulasi terhadap
variabel indepeden ini dengan menetapkan 2 tingkatan yaitu tinggi dan rendah.
Subyek yang dinilai mempunyai sikap skeptisme profesional tinggi jika scorenya
diatas rata-rata, dan dinilai rendah jika scorenya dibawah rata-rata.
3. Keberhasilan Mendeteksi Kecurangan
Keberhasilan mendeteksi kecurangan adalah variabel dependen, yaitu
variabel yang keberadaannya merupakan sesuatu yang dipengaruhi atau yang
14
dihasilkan oleh variabel independen. Pengukuran variabel keberhasilan
mendeteksi kecurangan yaitu dengan memberikan contoh kasus mengenai adanya
kecurangan. Berhasil atau tidaknya mendeteksi kecurangan yang dilakukan klien
ditunjukkan dari jawaban mereka mengenai contoh kasus perilaku pendeteksian
kecurangan yang menanyakan bagaimana tindakan responden saat menghadapi
adanya indikasi kecurangan. Jawaban dari setiap subjek diukur dengan pemberian
point, untuk jawaban benar akan diberikan point 2, sedangkan untuk jawaban
salah tidak diberikan point.
Tabel 1
Operasional Varibel
Variabel Definisi Indikator Empirik
Tekanan Anggaran Waktu
keadaan yang menunjukkan auditor dituntut untuk melakukan efisiensi waktu yang telah disusun (Josoprijonggo, 2005)
Pengelolaan waktu
Skeptisme Profesional Auditor
sikap (attitude) auditor dalam melakukan penugasan audit dimana sikap ini mencakup pikiran yang selalu mempertanyakan dan melakukan evaluasi secara kritis terhadap bukti audit (Noviyanti, 2007)
1) a questioning mind, 2) the suspension judgement, 3) a search for knowledge, 4) interpersonal understanding, 5) self-confidence, 6) self-determination
Keberhasilan Mendeteksi Kecurangan
suatu tindakan yang disengaja, yang tidak dapat terdeteksi oleh suatu pengauditan dapat memberi efek yang merugikan dan cacat bagi proses pelaporan keuangan (Koroy, 2008).
1) pikiran yang kritis, 2) penghakiman suspensi, 3) pencarian pengetahuan, 4) pemahaman terhadap bukti audit, 5) kepercayaan diri
15
Teknik Analisis Data
Penelitian ini menggunakan alat analisis ANOVA. Pengujian hipotesis ini
menggunakan ANOVA dengan program SPSS, yaitu pengujian hipotesis 1, 2 dan
3 dilakukan dengan menggunakan two way ANOVA karena menguji hubungan
variabel independen dengan dua kategorikal dengan satu dependen metrik
(Ghozali, 2005). Adapun pengujian yang akan dilakukan oleh peneliti adalah
sebagai berikut:
Uji Kualitas Data :
Uji Validitas
Hasil penelitian dapat dikatakan valid apabila terdapat kesamaan antara
data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada proyek yang
diteliti (Sugiyono, 2010). Uji validitas dilakukan dengan menggunakan pearson
correlation dengan membandingkan korelasi bivariate antara masing-masing skor
indikator dengan total konstruk (Ghozali, 2006).
Uji Reliabilitas
Reliabilitas mengacu pada konsistensi pengukuran, berdasarkan pada
hasil-hasilnya sama bagi bentuk-bentuk yang berbeda dari instrumen atau saat
penghimpunan data yang sama (Sutama, 2010). Tujuannya adalah untuk
meminimalisasi pengaruh peluang atau variabel lain yang tidak berkaitan dengan
tujuan pengukuran. Uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan nilai
Cronbach’s Alpha lebih dari 0,6.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Uji Validitas
Kuesioner skeptisme profesional yang digunakan pada penelitian ini diuji
validitasnya dengan program SPSS, dengan melakukan korelasi bivariate antara
masing-masing skor indikator dengan total skor konstruk. Hasil uji validitas
16
menunjukkan bahwa kuesioner skeptisme professional auditor adalah valid,
korelasi masing-masing skor indikator dan total skor konstruk menunjukkan hasil
yang signifikan.
Uji Reliabilitas
Kuesioner skeptisme profesional pada penelitian ini juga diuji
reliabilitasnya dengan program SPSS, dengan uji statistik Cronbach Alpha. Hasil
dari pengujian ini menunjukkan bahwa kuesioner yang digunakan dalam
penelitian adalah reliabel karena nilai Croncbach Alpha lebih besar dari 0,60.
Suatu variable dikatakan reliabel jika memberikan nilai Croncbach Alpha > 0,6
(Ghozali, 2005).
Karakteristik Subyek Penelitian
Berikut ini merupakan tabel yang menjelaskan deskripsi mengenai subyek penelitian.
Tabel 2
KARAKTERISTIK SUBYEK PENELITIAN
Keterangan Jumlah Prosentase (%)
Sikap Skeptis 1 Tinggi 32 53.3% 2 Rendah 28 46.7%
Total 60 100% Jabatan 1 Supervisor 11 18,3% 2 Senior 19 31,7% 3 Yunior 30 50%
Total 60 100% Lama Bekerja sebagai auditor 1 0‐5 tahun 37 61,70% 2 6‐10 tahun 11 18,30% 3 Lebih dari 10 tahun 12 20%
Total 60 100% Sumber : Data yang diolah, 2012
17
Auditor yang menjadi subyek penelitian terdiri dari supervisor, senior, dan
yunior. Dari total subyek 11 orang (18,3%) adalah supervisor, 19 orang (31,7%)
adalah senior, dan 30 orang (50%) adalah yunior. Sedangkan, dilihat dari lama
bekerja sebagai auditor, mayoritas subyek penelitian sudah bekerja dengan kisaran
antara 0-5 tahun yaitu sebanyak 37 orang (61,7%).
Hasil Pengujian Hipotesis
Hasil uji ANOVA pada tabel 3 merupakan hasil pengujian hipotesis yang
menunjukan hasil main effect dari variabel independen tekanan anggaran waktu
dan sikap skeptisme profesional.
Tabel 3
PENGARUH TEKANAN ANGGARAN WAKTU DAN SIKAP SKEPTISME PROFESIONAL AUDITOR TERHADAP KEBERHASILAN DALAM
MENDETEKSI KECURANGAN
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable:KEBERHASILAN DALAM MENDETEKSI KECURANGAN
Source
Type III Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Corrected Model 192.527a 3 64.176 26.066 .000
Intercept 5006.174 1 5006.174 2033.362 .000
Skeptis 137.423 1 137.423 55.817 .000
Waktu 70.989 1 70.989 28.834 .000
Skeptis * Waktu 11.430 1 11.430 4.643 .036
Error 137.873 56 2.462
Total 5632.000 60
Corrected Total 330.400 59
a. R Squared = ,583 (Adjusted R Squared = ,560)
Sumber: Output SPSS, 2012
Hasil pengujian tersebut menunjukan adanya perbedaan keberhasilan
auditor dalam mendeteksi kecurangan secara signifikan pada level sikap
skeptisme profesional dan tekanan anggaran waktu.
18
Variabel waktu (F=28.834, p=0.000) secara statistik menunjukan adanya
perbedaan keberhasilan mendeteksi kecurangan yang signifikan pada level 0.05
antara auditor yang mempunyai tekanan waktu terbatasi dibandingkan dengan
auditor yang mempunyai waktu longgar. Dalam penelitian ini, indikator yang
membedakan antara auditor yang bekerja dengan waktu terbatas dan waktu yang
longgar adalah jawaban mereka dalam mengisi kuesioner kasus pendeteksian
kecurangan, kemudian skor mereka antara waktu terbatas dan waktu longgar
dibandingkan.
Variabel sikap skeptisme profesional (F=55.817, p=0.000) secara statistik
menunjukkan bahwa ada perbedaan keberhasilan dalam mendeteksi kecurangan
yang signifikan pada level 0.05 antara auditor yang mempunyai sikap skeptisme
tinggi dan auditor yang mempunyai sikap skeptisme rendah. Dari hasil berikut
didukung oleh hipotesis 1 dan hipotesis 2, serta kombinasi dari berbagai level
variabel independen, berikut ini :
Hipotesis 1 dan Bahasan Analisis
Hipotesis 1 menyatakan bahwa auditor yang diberi waktu yang terbatas
kurang dapat berhasil dalam mendeteksi kecurangan. Tabel berikut menunjukkan
rata-rata tingkat keberhasilan auditor dalam mendeteksi kecurangan yang
diklasifikasikan berdasarkan tekanan waktu.
Tabel 4
RATA-RATA TINGKAT KEBERHASILAN AUDITOR BERDASARKAN VARIABEL WAKTU
Waktu Mean N Terbatas 8,5553 30 Longgar 10,2667 30
Sumber: Output SPSS, 2012
Dari hasil rata-rata auditor yang bekerja dengan waktu terbatas
menunjukan nilai yang lebih rendah dibandingkan auditor yang bekerja dengan
waktu longgar. Ini dapat disimpulkan bahwa auditor merasa tertekan bekerja
19
dengan waktu yang terbatas. Hasil ini mendukung penelitian sebelumnya (Prasita
dan Hari, 2007) bahwa auditor yang bekerja dengan tekanan anggaran waktu
berpengaruh negatif pada kualitas audit, sedangkan mendeteksi kecurangan
merupakan salah satunya kualitas audit.
Hipotesis 2 dan Bahasan Analisis
Dalam hipotesis 2 menyatakan bahwa auditor yang mempunyai sikap
skeptisme tinggi lebih dapat berhasil dalam mendeteksi kecurangan. Rata-rata
sikap skeptisme profesional auditor yang menjadi subyek penelitian adalah
sebagai berikut :
Tabel 5
RATA-RATA KEBERHASILAN AUDITOR BERDASARKAN VARIABEL SIKAP SKEPTISME PROFESIONAL AUDITOR
Skeptis Mean N Tinggi 10.6875 32 Rendah 7.9286 28
Sumber : Output SPSS, 2012
Dilihat dari rata-rata pada tabel 5 bahwa auditor yang mempunyai skeptis
tinggi mempunyai rata-rata lebih besar dibandingkan auditor yang mempunyai
skeptis rendah. Dapat disimpulkan bahwa auditor yang mempunyai skeptis tinggi
cenderung mempunyai tingkat keberhasilan yang lebih dalam mendeteksi
kecurangan. Hasil ini sesuai Theory of Planned behavior yang dikembangkan oleh
Ajzen (2005), auditor yang memiliki sikap skeptisme profesional yang tinggi
umumnya akan cenderung berkeinginan tinggi dalam mendeteksi kecurangan.
Keinginan itu dapat muncul walaupun bekerja dengan waktu terbatas.
20
Hipotesis 3 dan Bahasan Analisis
Hipotesis 3 menyatakan bahwa auditor yang bekerja dengan anggaran
waktu dibatasi dan sikap skeptis yang tinggi tetap dapat berhasil mendeteksi
kecurangan. Rata-rata keberhasilan auditor dalam mendeteksi kecurangan pada
berbagai level tekanan waktu dan sikap skeptisme adalah berikut:
Tabel 6
RATA-RATA KEBERHASILAN AUDITOR DALAM MENDETEKSI KECURANGAN PADA BERBAGAI LEVEL TEKANAN ANGGARAN
WAKTU DAN SIKAP SKEPTISME PROFESIONAL AUDITOR
Sumber: Output SPSS, 2012
Pada tabel 6 merupakan hasil rata-rata keberhasilan auditor dalam
mendeteksi kecurangan dari berbagai level variabel independen yaitu tekanan
anggaran waktu dan sikap skeptisme profesional auditor, hasil dari rata-rata
tersebut bahwa auditor yang bekerja dengan waktu dibatasi dan sikap skeptis
tinggi termasuk dalam rata-rata yang tinggi. Hasil pengujian pada tabel 3 telah
menunjukan adanya pengaruh interaksi yang signifikan dari variabel tekanan
anggaran waktu dan sikap skeptisme profesional auditor terhadap keberhasilan
dalam mendeteksi kecurangan dengan p=0.036. Untuk dilihat lebih lanjut
kombinasi tiap tekanan anggaran waktu dan sikap skeptisme profesional auditor
melalui two way ANOVA, yang ditunjukkan pada tabel 7.
Dependent Variable:KEBERHASILAN AUDITOR DALAM MENDETEKSI KECURANGAN
Kode Mean N
Waktu dibatasi & sikap skeptis tinggi 10.2222 18
Waktu dibatasi & sikap skeptis rendah 6.3333 12
Waktu longgar & sikap skeptis tinggi 11.4286 14
Waktu longgar & sikap skeptis rendah 9.2500 16
Total 9.4667 60
21
Tabel 7
RATA-RATA AUDITOR DALAM MENDETEKSI KECURANGAN DALAM BERBAGAI LEVEL KOMBINASI TEKANAN ANGGARAN
WAKTU DAN SIKAP SKEPTISME PROFESIONAL AUDITOR
Sumber : Output SPSS, 2012
Tabel 7 menunjukan bahwa yang pertama, tingkat keberhasilan auditor
auditor dengan waktu yang terbatas dan skeptis tinggi berbeda dengan auditor
yang mempunyai waktu terbatas dan skeptis rendah, namun mempunyai
persamaan dengan auditor yang mempunyai waktu longgar dan skeptis tinggi,
juga dengan auditor yang mempunyai waktu longgar dan skeptis rendah. Kedua,
tingkat keberhasilan auditor yang mempunyai waktu terbatas dan skeptis rendah
Multiple Comparisons
KEBERHASILAN DALAM MENDETEKSI KECURANGAN
Tukey HSD
(I) Kode (J) Kode Mean Difference (I-J) Sig.
Waktu dibatasi & sikap
skeptis tinggi
Waktu dibatasi & sikap skeptis rendah 4.1111* .000
Waktu longgar & sikap skeptis tinggi -1.3175 .106
Waktu longgar & sikap skeptis rendah .8611 .402
Waktu dibatasi & sikap
skeptis rendah
Waktu dibatasi & sikap skeptis tinggi -4.1111* .000
Waktu longgar & sikap skeptis tinggi -5.4286* .000
Waktu longgar & sikap skeptis rendah -3.2500* .000
Waktu longgar & sikao
skeptis tinggi
Waktu dibatasi & sikap skeptis tinggi 1.3175 .106
Waktu dibatasi & sikap skeptis rendah 5.4286* .000
Waktu longgar & sikap skeptis rendah 2.1786* .002
Waktu longgar & sikap
skeptis rendah
Waktu dibatasi & sikap skeptis tinggi -.8611 .402
Waktu dibatasi & sikap skeptis rendah 3.2500* .000
Waktu longgar & sikap skeptis tinggi -2.1786* .002
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = 2,539
*. The mean difference is significant at the ,05 level.
22
mempunyai perbedaan dengan auditor yang mempunyai waktu dibatasi dan
skeptis tinggi, auditor yang mempunyai waktu longgar dan skeptis tinggi, dan
auditor yang mempunyai waktu longgar dan skeptis rendah. Ketiga, tingkat
keberhasilan auditor yang mempunyai waktu longgar dan skeptis tinggi berbeda
dengan auditor yang mempunyai waktu terbatas dan skeptis rendah, dan auditor
yang mempunyai waktu longgar dan skeptis rendah, namum memiliki persamaan
dengan auditor yang mempunyai waktu terbatas dan skeptis tinggi. Keempat,
tingkat keberhasilan auditor yang mempunyai waktu longgar dan skeptis rendah
memiliki perbedaan dengan auditor yang mempunyai waktu dibatasi dan skeptis
rendah, juga dengan auditor yang mempunyai waktu longgar dan skeptis tinggi,
tetapi memiliki persamaan dengan auditor yang mempunyai waktu terbatas dan
skeptis tinggi. Oleh karena itu, sikap skeptis penting untuk dimiliki oleh seorang
auditor. Meskipun auditor mempunyai waktu yang terbatas tetapi mempunyai
sikap skeptis tinggi akan dapat berhasil dalam mendeteksi kecurangan. Sikap
skeptis merupakan sikap tidak menerima dengan mudah informasi yang
didapatkannya, walaupun bekerja dengan keterbatasan waktu yang tersedia.
Keberhasilan auditor dalam mendeteksi kecurangan dilihat dari skor-skor
mereka dalam menjawab kuesioner kasus pendeteksian kecurangan, kemudian
tiap level dikombinasikan menjadi 4 kelompok. Skor rata-rata paling rendah yaitu
auditor yang mempunyai waktu terbatas dan skeptis rendah tampak pada tabel 5.
Auditor yang mempunyai waktu longgar dan skeptis rendah memiliki
keberhasilan lebih tinggi dibandingkan auditor yang mempunyai waktu terbatas
dan skeptis rendah. Hal tersebut pun dapat dilihat waktu mempengaruhi hasil
kerja auditor. Namun rata-rata paling tinggi pada auditor yang mempunyai waktu
longgar dan skeptis tinggi. Waktu terbatas dan sikap skeptis tinggi terlihat adalah
skor rata-rata tertinggi setelah auditor yang mempunyai waktu longgar dan skeptis
tinggi. Hasil analisis tersebut mendukung hipotesis 3, yaitu auditor yang
mempunyai waktu terbatas dan sikap skeptis tinggi tetap dapat berhasil dalam
mendeteksi kecurangan. Jadi sikap konsisten dapat muncul karena sikap
skeptisme seseorang dikondisi yang dihadapi seperti apapun.
23
V. KESIMPULAN
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh tekanan anggaran
waktu dan sikap skeptisme profesional auditor terhadap keberhasilan dalam
mendeteksi kecurangan. Penelitian ini pun menguji interaksi antara tekanan
anggaran waktu dan sikap skeptisme profesional auditor terhadap keberhasilan
dalam mendeteksi kecurangan. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh
penulis terhadap 60 orang auditor yang berada diwilayah Jawa Tengah dan
Yogyakarta serta didukung oleh teori-teori yang melandasi serta hasil pembahasan
dari bab-bab sebelumnya, maka untuk menjawab indentifikasi masalah, penulis
menarik beberapa kesimpulan.
Pertama, tekanan anggaran waktu yang ditentukan untuk melakukan audit
mempengaruhi keberhasilan auditor dalam mendeteksi kecurangan. Auditor yang
diberikan waktu terbatas dalam melakukan penugasan audit memiliki tingkat
keberhasilan yang lebih rendah dibandingkan dengan auditor yang diberikan
waktu longgar dalam mendeteksi kecurangan.
Kedua, sikap skeptisme profesional auditor mempengaruhi keberhasilan
auditor dalam mendeteksi kecurangan. Auditor yang memiliki sikap skeptisme
tinggi memiliki skor rata-rata keberhasilan yang lebih tinggi dalam medeteksi
kecurangan dibandingkan dengan auditor yang memiliki sikap skeptisme rendah.
Ketiga, interaksi antara tekanan anggaran waktu dan sikap skeptisme
profesional auditor mempengaruhi keberhasilan dalam mendeteksi kecurangan.
Interaksi antara tekanan anggaran waktu yang longgar dan sikap skeptisme yang
tinggi akan lebih memperbesar peluang untuk berhasil dalam mendeteksi
kecurangan. Meskipun demikian hasil penelitian menunjukkan bahwa auditor
yang memiliki waktu bekerja yang dibatasi tetapi mempunyai sikap skeptisme
profesional yang tinggi tetap memiliki rata-rata score keberhasilan yang tinggi
dalam mendeteksi kecurangan. Oleh karena itu, auditor perlu menerapkan sikap
skeptisme saat bekerja dilapangan dalam situasi apapun.
24
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang dilakukan, dengan
menggunakan tekanan anggaran waktu dan sikap skeptisme profesional auditor
sebagai variabel independen, dan keberhasilan dalam mendeteksi kecurangan
sebagai variabel dependen, terdapat adanya pengaruh yang kuat antar variabel
independen dengan variabel dependen.
Implikasi Terapan
Tujuan utama auditor adalah menyajikan Laporan Auditor Independen,
dalam menyajikan laporan tersebut dengan banyak pertimbangan, informasi, dan
bukti-bukti audit yang harus diselidiki. Tekanan anggaran waktu yang biasa
dihadapi oleh auditor tidak harus menjadi hambatan untuk mendeteksi
kecurangan, maka perlu dikuatkan dengan memiliki sikap skeptisme profesional
yang tinggi, sehingga teraktivasi untuk lebih berhati-hati dalam betindak dan
menerima informasi yang tersedia terkait dengan bukti audit. Salah satu kualitas
auditor dalam pekerjaannya adalah dalam mendeteksi kecurangan. Dalam
melakukan proses audit, auditor harus benar-benar teliti dalam memeriksa apakah
terdapat kecurangan ataupun kekeliruan dalam laporan yang disajikan oleh klien.
Pendeteksian kecurangan merupakan tujuan yang penting dalam melakukan audit
(AICPA, 1978). Kualitas audit terkait dengan adanya jaminan auditor bahwa
laporan keuangan tidak menyajikan kesalahan yang material atau memuat
kecurangan. Terjadinya kecurangan harus diselidiki dan dicari kebenarannya.
Pekerjaan yang harus diselesaikan auditor cukup berat dengan tekanan waktu
yang sempit. Maka dari itu, seorang auditor harus menerapkan sikap skeptisme
profesional yang tinggi untuk mendeteksi kecurangan pada laporan yang disajikan
oleh klien. Dengan adanya sikap skeptisme profesional yang tinggi dapat
mengurangi kemungkinan terjadinya kegagalan dalam mendeteksi kecurangan,
dan mempunyai tingkat peluang untuk berhasil lebih tinggi.
Keterbatasan Penelitian dan Saran
Dalam penelitian ini masih terdapat keterbatasan yaitu pada kuisioner
kasus pendeteksian kecurangan perlakuan (treatment) yang diberikan dalam
25
mendeteksi kecurangan sama, karena penelitian dilakukan dengan pendekatan
survey, selain itu auditor yang diteliti hanya daerah sekitar Jawa Tengah dan
Yogyakarta, oleh karena itu hanya mewakili tingkat keberhasilan auditor dalam
mendeteksi kecurangan di Jawa tengah dan Yogyakarta. Selain itu, dari penelitian
ini yang dijadikan sampel pun terbatas, secara segi jumlah maupun lingkup area,
dan pembagian kuisioner juga terdapat adanya perbedaan ukuran kantor akuntan
publik, serta perbedaan pengalaman sehingga hal ini dapat menyebabkan
perbedaan sikap skeptisme profesionalnya pada setiap individu. Dengan adanya
keterbatasan ini, untuk penelitian mendatang dapat diharapkan untuk
memperhatikan variable pendeteksian kecurangan saat pembagian kuisioner agar
dilakukan perlakuan (treatment) yang berbeda sehingga jawaban responden lebih
akurat serta meneliti dilingkup area yang lebih luas dan memperluas subyek
penelitian. Selain itu, untuk diperhatikan tingkat pendidikan terhadap sikap
skeptisme profesional audior, pengalaman, dan ukuran kantor akuntan publik.
26
DAFTAR PUSTAKA
Ajzen, I.2005. Attitudes, Personality, and Behavior. Second Edition. Open
University Press. 1991. “The Theory of Planned Behavior”. Organization
and Human Decision Processes. Volume 50. Pp 179-211
American Institude of Certified Public Accountants (AICPA). 1978. The
Commission on Auditors Responbilities : Report, Conclusions, and
Recommendations. New York : AICPA.
Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS.
Edisi kedua, Semarang : Badan Penerbit UNDIP.
Houston, Richard Wallace, Vol. 18 No.12, Fall 1999. “The Effect of Fee Pressure
and Client Risk on Audit Senior’s Time Budget Decision, Auditing: A
Journal of Practice & Theory”.
Hurtt, K., Eining, M. & Plumlee, D. 2003. “Professional Scepticism: A Model
with Implication for reseacrh, Practise, and Education. Working Paper,
University of Wisconsin.
J.S.R. Venables dan KW Impley. 1988. “Internal Audit”. PT Prenhallindo.
Jakarta.
Josoprijonggo, Maya Damalia. 2005. Pengaruh Keterbatasan Waktu Audit
terhadap Kualitas Audit dan Kepuasan Kerja Audior (Studi Empiris
Auditor di Jawa Tengah). Skripsi Program S1 Fakultas Ekonomika dan
Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana (tidak dipublikasikan).
Loebbecke, J.K. , M.M. Eining dan J.J Willingham. 1989. Auditors Experience
with Irregularities : Frequency Nature and Detectability. Auduting : A
Journal of Practice & Theory, 9 (Fall) : 1-28.
Louwers, T.J. , Ramsay, Robert J. , Sinason, David H. , and Strawser, Jerry R.
2005. Auditing and Assurance Service. Mc Graw Hill, New York.
27
Koroy, Tri Kamaraya. 2008. Pendeteksian Kecurangan (fraud) Laporan
Keuangan oleh Auditor Eksternal. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Vol. 10
No.1 Mei 2008.
McDaniel, Linda S. 1990. The Effect of Time Pressure and Audit Program
Stucture on Audit Performance. Journal of Accounting Research 28 (2):
267-285.
Noviyanti, Suzy. 2007. Skeptisme Profesional Audior dalam Mendeteksi
Kecurangan. The 1st Accounting Conference Faculty of Economic
Universitas Indonesia. Depok 7-9 November 2007.
Payne, Elizabeth A., and Ramsay, Robert J. 2005. “Fraud Risk Assessment and
Auditors Professional Skepticism”. Managerial Auditing Journal. Volume
20. No. 3. Pp 321-330.
Prasita, Andin dan Adi, Priyo Hari. 2007. Pengaruh Kompleksitas Audit dan
Tekanan Anggaran Waktu terhadap Kualitas Audit dengan Moderasi
Pemahaman terhadap Sistem Informasi. Journal Ekonomi dan Bisnis. Vol.
XIII No.1. 54-73.
Pratiwi, Rini Andesfan. 2008. “Pengaruh Time Budget Pressure terhadap Kualitas
Audit yang Terjadi di Kantor Akuntan Publik (Survei Pada Beberapa KAP
di Bandung)”. Skripsi Program S1 Fakultas Ekonomi – Universitas
Widyatama. http://dspace.widyatama.ac.id/handle/10364/1031
Sososutikno, Christina. 2003. Hubungan Tekanan Anggaran waktu dengan
Perilaku Disfungsional serta Pengaruhnya terhadap Kualitas Audit.
Simposium Nasional Akuntansi VI (Oktober): 1116-1124.
Sugianto, Clarissa. C. 2009. “ Faktor-faktor yang menyebabkan kegagalan auditor
eksternal dalam mengungkapkan kecurangan (Studi Literatur)”. Skripsi
Program S1 Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya
Wacana (tidak dipublikasikan).
28
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Alfabeta,
Bandung.
Sugiono. 2004. Metlit Bisnis. Cetakan Keenam. Bandung: CV Alvabet.
Sutama. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Fairuz Media, Surakarta.
Wijaya, Ratna Sari. 2011. Pengaruh Tekanan Waktu Audit dan Kompleksitas
Tugas terhadap Kualitas Audit (Studi Empiris pada KAP di Jawa Tengah).
Skripsi Program S1 Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen
Satya Wacana (tidak dipublikasikan).