I. PENDAHULUAN Latar Belakang -...

28
1 I. PENDAHULUAN Latar Belakang Seorang auditor dalam mengerjakan tugas-tugasnya harus profesional dan kompetitif agar dapat memberikan kepuasan kepada klien. Auditor seringkali berada di situasi dilematis. Dalam persaingan yang semakin ketat, tentu sikap skeptisme profesional harus diterapkan dan merupakan hal penting dalam melakukan audit. Dengan adanya keterbatasan waktu yang tersedia dalam mengaudit suatu laporan keuangan, mungkin saja auditor kurang mempertahankan sikap skeptisme profesionalnya. Seorang auditor yang harus bersikap skeptisme profesional dalam kondisi apapun tentu dapat dikatakan tidak mudah. Sebab pada kenyataannya sering kali anggaran waktu yang diberikan tidak realistis dibandingkan dengan pekerjaan yang harus dilakukannya, dan dapat berakibat kualitas audit menjadi lebih rendah (Prasita dan Hari, 2007). Dalam melakukan proses audit, auditor harus memeriksa apakah terdapat kekeliruan maupun kecurangan dalam laporan keuangan yang disajikan oleh klien dalam kondisi seperti apapun termasuk didalamnya tekanan waktu. Menurut Koroy (2008) kompetensi, sikap skeptisme profesional, pengalaman yang relevan dengan kecurangan, penilaian resiko, peranan tone at the top, standar audit sebagai pedoman, serta lingkungan pekerjaan audit merupakan faktor yang dapat mempengaruhi kemampuan seorang auditor dalam mendeteksi adanya kecurangan. Di era globalisasi sekarang ini, auditor dituntut untuk bekerja secara profesional dan anggaran waktu yang terbatas tentu saja menjadi tekanan tersendiri bagi auditor (Prasita dan Hari, 2008). Tidak hanya itu, audit pun harus dilakukan dengan sebaik-baiknya agar dapat dihasilkan laporan auditor independen dengan opini yang tepat dan akurat. Dalam melakukan proses audit, auditor harus benar-benar teliti dalam memeriksa apakah terdapat kecurangan ataupun kekeliruan dalam laporan yang disajikan oleh klien. Pendeteksian kecurangan merupakan tujuan yang penting dalam melakukan audit (AICPA,

Transcript of I. PENDAHULUAN Latar Belakang -...

Page 1: I. PENDAHULUAN Latar Belakang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/752/2/T1_232008103_Full... · ditunjukkan melalui keberhasilan auditor dalam mendeteksi

 

I. PENDAHULUAN

Latar Belakang

Seorang auditor dalam mengerjakan tugas-tugasnya harus profesional dan

kompetitif agar dapat memberikan kepuasan kepada klien. Auditor seringkali

berada di situasi dilematis. Dalam persaingan yang semakin ketat, tentu sikap

skeptisme profesional harus diterapkan dan merupakan hal penting dalam

melakukan audit. Dengan adanya keterbatasan waktu yang tersedia dalam

mengaudit suatu laporan keuangan, mungkin saja auditor kurang mempertahankan

sikap skeptisme profesionalnya. Seorang auditor yang harus bersikap skeptisme

profesional dalam kondisi apapun tentu dapat dikatakan tidak mudah. Sebab pada

kenyataannya sering kali anggaran waktu yang diberikan tidak realistis

dibandingkan dengan pekerjaan yang harus dilakukannya, dan dapat berakibat

kualitas audit menjadi lebih rendah (Prasita dan Hari, 2007).

Dalam melakukan proses audit, auditor harus memeriksa apakah terdapat

kekeliruan maupun kecurangan dalam laporan keuangan yang disajikan oleh klien

dalam kondisi seperti apapun termasuk didalamnya tekanan waktu. Menurut

Koroy (2008) kompetensi, sikap skeptisme profesional, pengalaman yang relevan

dengan kecurangan, penilaian resiko, peranan tone at the top, standar audit

sebagai pedoman, serta lingkungan pekerjaan audit merupakan faktor yang dapat

mempengaruhi kemampuan seorang auditor dalam mendeteksi adanya

kecurangan.

Di era globalisasi sekarang ini, auditor dituntut untuk bekerja secara

profesional dan anggaran waktu yang terbatas tentu saja menjadi tekanan

tersendiri bagi auditor (Prasita dan Hari, 2008). Tidak hanya itu, audit pun harus

dilakukan dengan sebaik-baiknya agar dapat dihasilkan laporan auditor

independen dengan opini yang tepat dan akurat. Dalam melakukan proses audit,

auditor harus benar-benar teliti dalam memeriksa apakah terdapat kecurangan

ataupun kekeliruan dalam laporan yang disajikan oleh klien. Pendeteksian

kecurangan merupakan tujuan yang penting dalam melakukan audit (AICPA,

Page 2: I. PENDAHULUAN Latar Belakang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/752/2/T1_232008103_Full... · ditunjukkan melalui keberhasilan auditor dalam mendeteksi

 

1978). Kualitas audit terkait dengan adanya jaminan auditor bahwa laporan

keuangan tidak menyajikan kesalahan yang material atau memuat kecurangan.

Terjadinya kecurangan harus diselidiki dan dicari kebenarannya. Maka dari itu,

seorang auditor harus menerapkan sikap skeptisme profesionalnya.

Azad (1994) menemukan bahwa auditor yang bekerja dengan tekanan

anggaran waktu cenderung disfungsionalis, terlalu percaya pada penjelasan klien,

serta gagal dalam menginvestigasi isu-isu relevan dalam mendeteksi kecurangan.

Penjelasan tersebut merupakan rendahnya sikap skeptisme profesional, yaitu yang

terlalu percaya pada informasi yang diberikan oleh klien karena adanya tekanan

waktu yang tersedia. Rendahnya sikap skeptisme profesional ini dapat

menyebabkan kegagalan dalam mendeteksi kecurangan maupun kekeliruan.

Kecurangan berbeda dengan kekeliruan. Kekeliruan merupakan tindakan yang

terjadi karena adanya ketidak sengajaan, sedangkan kecurangan merupakan

tindakan yang dilakukan karena faktor kesengajaan. Kecurangan lebih sulit untuk

dideteksi, karena disembunyikan. Penyembunyian itu terkait dengan catatan

akuntansi, dan dokumen yang berhubungan, serta pemberian informasi palsu atau

tidak lengkap (Loebbecke et al. ,1989).

Adanya anggaran waktu yang terbatas seorang auditor harus tetap

kompeten dalam mengaudit laporan keuangan yang disajikan, mempunyai sikap

skeptisme yang tinggi, mempertanyakan dan melakukan evaluasi secara kritis

terhadap bukti audit (SPAP 2001; SA seksi 230). Seorang auditor yang

mempunyai sikap skeptisme yang tinggi, tidak akan menerima begitu saja

penjelasan dan informasi yang diberikan oleh klien. Auditor akan mengajukan

pertanyaan untuk memperoleh alasan, bukti dan konfirmasi mengenai obyek yang

dipermasalahkan (Noviyanti, 2007). Dalam situasi apapun setiap auditor dituntut

untuk mempunyai sikap skeptisme profesional seperti yang tercantum dalam SAS

No.99 Tahun 2002. Meski adanya anggaran waktu yang sangat terbatas bagi

auditor untuk mengaudit laporan keuangan, auditor dituntut untuk menerapkan

dan mempunyai sikap skeptisme profesional yang tinggi, tidak mudah percaya

dengan informasi yang diberikan, auditor pun dituntut memberikan laporan yang

Page 3: I. PENDAHULUAN Latar Belakang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/752/2/T1_232008103_Full... · ditunjukkan melalui keberhasilan auditor dalam mendeteksi

 

berkualitas. Faktor-faktor yang menyebabkan auditor gagal mendeteksi

kecurangan, menurut hasil penelitian Sugianto (2009) adalah kurangnya

kompetensi, kurangnya kecermatan dan kehati-hatian profesional termasuk

skeptisme profesional karakteristik kecurangan yang menyulitkan pendeteksian,

ukuran KAP, human error, kelemahan pada model dan prosedur audit, relasi

auditor, dan auditee, standar pengauditan yang kurang memadai, dan besarnya

audit fee.

Penelitian sebelumnya berjudul “ Pengaruh Kompleksitas Audit Dan

Tekanan Anggaran Waktu Terhadap Kualitas Audit Dengan Moderasi

Pemahaman Terhadap Sistem Informasi” (Prasita dan Hari, 2007) dan “Skeptisme

Profesional Auditor Dalam Mendeteksi Kecurangan” (Noviyanti, 2007). Dalam

penelitian Prasita dan Hari (2007) mengatakan bahwa tekanan anggaran waktu

memberikan hasil yang buruk bagi kinerja auditor. Auditor cenderung percaya

dengan informasi dan pernyataan klien, karena bekerja di bawah tekanan waktu

yang ketat dan kaku. Noviyanti (2007) menemukan penaksiran resiko kecurangan

yang tinggi akan menunjukan sikap skeptisme profesional yang lebih tinggi dalam

mendeteksi kecurangan.

Lebih lanjut lagi, dalam penelitian ini ingin mengetahui apakah seorang

auditor mampu dan dapat mengatasi tekanan anggaran waktu yang begitu terbatas

dengan sikap skeptisme profesionalnya dalam mendeteksi kecurangan laporan

keuangan yang disajikan wajar atau tidak wajar sesuai dengan Standar Akuntansi

Keuangan (SAK) yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Publik (IAI). Fakta

empirik dari berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa mempunyai pengaruh

negatif antara tekanan anggaran waktu dengan kualitas audit yang dapat

disebabkan oleh tidak adanya sikap skeptisme profesional auditor. Oleh karena itu

menarik untuk melakukan penelitian yang berjudul: “PENGARUH TEKANAN

ANGGARAN WAKTU DAN SIKAP SKEPTISME PROFESIONAL AUDITOR

TERHADAP KEBERHASILAN DALAM MENDETEKSI KECURANGAN”.

Page 4: I. PENDAHULUAN Latar Belakang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/752/2/T1_232008103_Full... · ditunjukkan melalui keberhasilan auditor dalam mendeteksi

 

Persoalan penelitian

Berdasarkan latar belakang diatas, maka persoalan penelitian ini adalah:

1. Bagaimana pengaruh tekanan anggaran waktu terhadap keberhasilan

dalam mendeteksi kecurangan?

2. Bagaimana pengaruh sikap skeptisme profesional auditor terhadap

keberhasilan dalam mendeteksi kecurangan?

3. Bagaimana pengaruh tekanan anggaran waktu dan sikap skeptisme

profesional auditor terhadap keberhasilan dalam mendeteksi

kecurangan?

Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menginvestigasi pengaruh tekanan anggaran

waktu dan sikap skeptisme profesional auditor terhadap keberhasilan dalam

mendeteksi kecurangan. Sedangkan hasil dari penelitian ini diharapkan memberi

manfaat bagi masyarakat sebagai bahan bacaan untuk menambah pengetahuan dan

dapat juga dijadikan referensi di masa yang akan datang.

Selain itu, dari penelitian ini juga dapat memberi masukan bagi praktisi

dan regulator, sebagai berikut:

1. Bagi para akademis, penelitian, dan para pelatih program profesional

untuk akuntan publik, dari penelitian ini dapat memberikan masukan

mengenai perilaku skeptis auditor dalam kondisi seperti apapun yang

ditunjukkan melalui keberhasilan auditor dalam mendeteksi

kecurangan.

2. Bagi regulator, dapat memberikan masukan dalam penyusunan standar

dan aturan bagi auditor khususnya dalam tekanan waktu yang sempit

dapat tetap mempertahankan skeptisme seorang auditor yang

berhubungan dengan mendeteksi kecurangan.

Page 5: I. PENDAHULUAN Latar Belakang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/752/2/T1_232008103_Full... · ditunjukkan melalui keberhasilan auditor dalam mendeteksi

 

3. Bagi auditor in-charge, penelitian ini dapat memberikan saran untuk

meningkatkan sikap skeptis dalam tekanan waktu yang berat sekalipun

untuk mendeteksi kecurangan.

II. TELAAH TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

Tekanan Anggaran Waktu

Tekanan anggaran waktu merupakan bentuk tekanan yang muncul dari

keterbatasan sumber daya yang diberikan untuk melaksanakan tugas. Sumber

daya yang dimaksud adalah waktu yang diperlukan dan digunakan oleh auditor

dalam melaksanakan audit. Tekanan anggaran waktu adalah situasi yang

ditunjukkan untuk auditor dalam melakukan efisiensi terhadap waktu yang telah

disusun atau terdapat pembatasan waktu dan anggaran yang sangat ketat dan kaku

(Sososutikno, 2003). Tekanan waktu (time pressure) adalah ciri lingkungan yang

biasa di hadapi auditor. Adanya tenggat waktu penyelesaian audit membuat

auditor mempunyai masa sibuk yang menuntut agar dapat bekerja cepat (Koroy,

2008). Menurut Azad (1994) menemukan bahwa auditor yang bekerja dengan

tekanan anggaran waktu cenderung disfungsionalis, terlalu percaya pada

penjelasan klien, serta gagal dalam menginvestigasi isu-isu relevan dalam

mendeteksi kecurangan.

Anggaran waktu dipersiapkan selama tahap awal dari perencanaan audit

dan merupakan dasar kompeten untuk menetapkan syarat-syarat perjanjian kerja

dan perumusan rencana audit (Pratiwi, 2008). Oleh karena itu, total dari anggaran

waktu disusun berdasarkan perkiraan waktu yang dibutuhkan untuk setiap langkah

dari program audit pada setiap auditor yang ditugasi sesuai dengan posisi atau

jabatan untuk penugasan rutin, maka catatan yang terperinci atas kerja audit tahun

sebelumnya merupakan faktor yang penting dalam menetukan anggaran waktu

yang baru. Seorang auditor yang bekerja dalam tekanan anggaran waktu sangat

mempengaruhi kinerjanya. Bekerja dengan adanya tekanan waktu

mengilustrasikan salah satu efek dari tekanan waktu adalah kinerja auditor dalam

Page 6: I. PENDAHULUAN Latar Belakang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/752/2/T1_232008103_Full... · ditunjukkan melalui keberhasilan auditor dalam mendeteksi

 

pendeteksian kecurangan (Koroy, 2008 pada penelitiam Braun, 2000). Jangka

waktu audit yang terlalu lama dapat menyebabkan cost audit yang semakin

membesar, akibatnya klien pun menanggung fee audit yang besar juga. Hal ini

dapat merugikan auditor atau KAP, karena kemungkinan klien dapat memilih

KAP lain yang lebih kompetitif.

Bagi KAP sendiri bekerja dalam tekanan anggaran waktu bukanlah hal

yang mudah dan tidak dapat di hindari, namun mereka menghadapi keadaan

seperti ini sebagai tantangan. Dengan keterbatasan waktu yang tersedia tidak

mudah bagi auditor melakukan audit. Auditor akan cenderung kurang cermat

dalam mengaudit, terlebih lagi dapat gagal dalam mendeteksi kecurangan. Auditor

harus pandai dalam mengestimasikan waktunya dalam melakukan audit, sehingga

dapat mengaudit tanpa merasa terbebankan. Membagi waktu dan bekerja dengan

cepat dalam mengaudit, mengumpulkan bukti audit yang mendukung dalam

laporan auditnya. Namun pada penelitian sebelumnya, bekerja dalam tekanan

waktu yang sangat ketat dapat menurunkan kinerja auditor. Dari uraian diatas

tampak bahwa tekanan anggaran waktu akan menghasilkan kualitas buruk bagi

auditor. Dalam menyusun anggaran waktu menurut Wallace (1999)

mempertimbangkan hal-hal seperti:

1. The client’s size, indicated by its gross assets, sales, number of

employess, etc.

2. The location of client facilities.

3. The anticipated accounting and auditing problems.

4. The competence and experience of staff available.

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka disusun hipotesis sebagai berikut :

H1: Auditor yang bekerja tanpa tekanan anggaran waktu mempunyai tingkat

keberhasilan yang lebih tinggi dalam mendeteksi kecurangan

Sikap Skeptisme Profesional Auditor

Sikap Skeptisme Profesional Auditor adalah sikap yang mencakup pikiran

yang mempertanyakan dan melakukan evaluasi secara kritis terhadap bukti audit

Page 7: I. PENDAHULUAN Latar Belakang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/752/2/T1_232008103_Full... · ditunjukkan melalui keberhasilan auditor dalam mendeteksi

 

agar diperoleh bukti-bukti yang meyakinkan sebagai dasar dalam pemberian opini

akuntan (SPAP. SA seksi 230). Seperti profesional dalam mengumpulkan bukti-

bukti audit yang mendukung dan berguna untuk menyangkal asersi manajemen.

Sikap adalah respon seseorang terhadap subyek ataupun obyek tertentu, yang

dapat dikatakan menggambarkan perilaku seseorang.

Skeptisme profesional auditor merupakan sikap (attitude) auditor dalam

melakukan penugasan audit dimana sikap ini mencakup pikiran yang selalu

mempertanyakan dan melakukan evaluasi secara kritis terhadap bukti audit

(Noviyanti, 2007). American Institude of Certified Public (AICPA) memberi

definisi skeptisme profesional adalah : “ Profesional skepticism in auditing

implies an attitude that includes a questioning mind and a critical assessment of

audit evidence without being absessively suspicious or skeptical. The auditors are

expected to exercise profesional skepticism in conducting the audit, and in

gathering evidence sufficient to support or rufute management’s assertion “ (AU

316 AICPA).

Auditor harus dapat menemukan salah saji material dalam laporan

keuangan klien. Dalam penelitian Sugianto (2009) mengatakan salah saji material

itu sendiri dibagi menjadi dua, yaitu kekeliruan (error) dan kecurangan (fraud).

Sikap skeptisme profesional auditor diterapkan untuk mendeteksi terjadinya

kekeliruan, kecurangan, ataupun penyalahgunaan wewenang yang material dalam

perusahaan klien dengan cara menunjukkan sikap skeptis profesionalnya terhadap

bukti audit, tidak mudah percaya dengan informasi dan penjelasan dari pernyataan

klien dan memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada klien apa alasan atas

pernyataannya. Skeptisme tidak berarti bersikap sinis, terlalu banyak mengkritik,

atau melakukan penghinaan (Noviyanti, 2007).

Auditor dapat melakukan program pengujian audit yang terperinci guna

membantu dalam mengevaluasi terjadinya kecurangan secara material dalam

perusahaan klien. Selain itu, auditor menggunakan pengetahuan, ketrampilan, dan

kemampuan yang dituntut oleh profesi akuntan publik untuk melaksanakan

Page 8: I. PENDAHULUAN Latar Belakang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/752/2/T1_232008103_Full... · ditunjukkan melalui keberhasilan auditor dalam mendeteksi

 

dengan cermat dan teliti dalam pengumpulan dan penilaian bukti secara obyektif.

Auditor dituntut mempunyai sikap skeptis yang tinggi dengan setiap

kemungkinan terjadinya kecurangan, walaupun kecurangan tersebut belum tentu

terjadi (Noviyanti, 2007). Skeptisme profesional auditor akan menanyakan setiap

isyarat yang menunjukkan kemungkinan dapat terjadinya kecurangan (Louwers et

al., 2005). Skeptisme profesional yang tinggi pada seorang auditor, maka

kegagalan dalam mendeteksi kecurangan akan rendah, auditor akan cenderung

teliti dan lebih berhati-hati dalam memeriksa laporan keuangan.

Berdasarkan hal tersebut diatas, maka disusun hipotesis sebagai berikut :

H2: Auditor yang mempunyai sikap skeptisme profesional yang lebih tinggi

mempunyai tingkat keberhasilan yang lebih tinggi dalam mendeteksi kecurangan

Pengaruh Tekanan Anggaran Waktu dan Sikap Skeptisme Profesional

Auditor terhadap Keberhasilan Dalam Mendeteksi Kecurangan

Auditor dituntut untuk memberikan laporan yang berkualitas dengan

anggaran waktu yang terbatas merupakan tekanan tersendiri bagi auditor. Auditor

harus dapat menyikapi anggaran waktu yang diberikan dalam melakukan audit

untuk mendeteksi kecurangan. Kecurangan (fraud) adalah suatu tindakan

yang disengaja, yang tidak dapat terdeteksi oleh suatu pengauditan dapat

memberi efek yang merugikan dan cacat bagi proses pelaporan keuangan

(Koroy, 2008).

J.S.R. Venables dan KW Impley dalam buku “Internal Audit”

(1988, hal 424)    mengemukakan kecurangan terjadi karena :

a. Penyembunyian (concealment)

Kesempatan tidak terdeteksi. Pelaku perlu menilai kemungkinan dari deteksi

dan hukuman sebagai akibatnya.

b. Kesempatan/Peluang (Opportunity)

Pelaku perlu berada pada tempat yang tepat, waktu yang tepat agar

mendapatkan keuntungan atas kelemahan khusus dalam system dan juga

menghindari deteksi.

Page 9: I. PENDAHULUAN Latar Belakang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/752/2/T1_232008103_Full... · ditunjukkan melalui keberhasilan auditor dalam mendeteksi

 

c. Motivasi (Motivation)

Pelaku membutuhkan motivasi untuk melakukan aktivitas demikian, suatu

kebutuhan pribadi seperti ketamakan/kerakusan dan motivator yang lain.

d. Daya tarik (Attraction)

Sasaran dari kecurangan yang dipertimbangkan perlu menarik bagi pelaku.

e. Keberhasilan (Success)

Pelaku perlu menilai peluang berhasil, yang dapat di ukur baik menghindari

penuntutan atau deteksi.

Auditor yang merasa terbeban akan anggaran waktu yang tidak realistis

mungkin saja dapat langsung percaya dengan informasi dan pernyataan klien. Hal

tersebut merupakan sikap fatal bagi seorang auditor. Meskipun berada dibawah

tekanan anggaran waktu auditor tetap harus cermat dan mempunyai sikap

skeptisme yang tinggi dalam memeriksa laporan, informasi yang disajikan, dan

pernyataan oleh klien tidak diterima begitu saja, namun harus di selidiki

kebenarannya apakah terdapat kecurangan atau tidak. Sikap Skeptisme

Profesional Auditor adalah sebuah tindakan yang harus dilakukan dengan tidak

mudah percaya atas informasi yang sudah disajikan. Auditor yang bersikap

skeptis, belum tentu bersikap profesional pada saat di lapangan (Noviyanti, 2007).

Sikap profesional auditor dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor

tersebut adalah keahlian, pengetahuan, kecakapan, pengalaman, situasi audit yang

dihadapi dan etika (Gusti dan Ari, 2008). Tekanan anggaran waktu yang sangat

terbatas harus dapat memicu auditor untuk bersikap lebih skeptis di setiap sela-

sela waktunya dalam melakukan audit. Bagi seorang auditor tentu tekanan

anggaran waktu ini merupakan hal yang tidak dapat dihindari. McDaniel (1990)

mengatakan bahwa tekanan anggaran waktu dapat menyebabkan turunnya

efektifitas dan efisiensi kegiatan pengauditan.

Rendahnya tingkat skeptisme profesional auditor menyebabkan kegagalan

dalam mendeteksi kecurangan yang ada dalam perusahaan klien. Suraida (2005),

dalam penelitiannya mengatakan bahwa seorang auditor yang memiliki

kompetensi dan pengalaman maka mempunyai sikap skeptisme profesional yang

Page 10: I. PENDAHULUAN Latar Belakang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/752/2/T1_232008103_Full... · ditunjukkan melalui keberhasilan auditor dalam mendeteksi

10 

 

tinggi. Namun tidak hanya itu, jika merencanakan resiko audit dengan baik, maka

profesional auditor semakin tinggi. Tetapi pada kenyataannya banyak auditor

yang tidak mempunyai sikap skeptisme profesional yang memadai.

Adanya tekanan anggaran waktu yang sangat tidak realistis mungkin saja

dapat menyebabkan auditor mudah percaya dengan informasi dan penjelasan yang

disajikan oleh klien. Seharusnya jika auditor selalu mempunyai sikap skeptis, dan

tidak menerima begitu saja pernyataan klien, kegagalan mendeteksi kecurangan

pun rendah. Pada dasarnya auditor dituntut untuk mempunyai sikap skeptisme

dalam situasi dan keadaan apapun. Mengestimasi kecurangan yang mungkin akan

terjadi, cermat dalam setiap pekerjaannya, dan mengumpulkan bukti audit lebih

banyak untuk dapat mendeteksi kecurangan pada laporan yang disajikan klien.

Mayoritas masyarakat investor yang disurvei menginginkan agar audit dapat

memberikan keyakinan yang absolut (absolute assurance) agar laporan keuangan

bebas dari semua jenis salah saji material baik kekeliruan (unintentional

misstatements) maupun kecurangan (Koroy, 2008).

Berdasarkan hal di atas, disusun hipotesis sebagai berikut :

H3: Auditor yang bekerja dengan anggaran waktu dibatasi dan sikap skeptis yang

tinggi tetap dapat berhasil dalam mendeteksi kecurangan

MODEL PENELITIAN

Gambar 1

Gambar Model Penelitian

Tekanan anggaran

waktu

Skeptisme

profesional auditor

Keberhasilanmendeteksi kecurangan

Page 11: I. PENDAHULUAN Latar Belakang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/752/2/T1_232008103_Full... · ditunjukkan melalui keberhasilan auditor dalam mendeteksi

11 

 

III. METODE PENELITIAN

Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer, berupa

jawaban kuesioner dari responden dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan

penulis. Responden tersebut terdiri dari auditor yang berada di wilayah Jawa

Tengah dan Yogyakarta.

Populasi dan Pengumpulan Sampel

Menurut Sugiono, 2003 populasi adalah wilayah generelasi yang terdiri

atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Sedangkan sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut. Populasi dari penelitian ini adalah staf auditor yunior, senior

sampai ke supervisor yang bekerja di KAP yang berlokasi di wilayah Jawa

Tengah dan Yogyakarta. Populasi ini dipilih berdasarkan pertimbangan bahwa

mereka umumnya mewakili pengalaman dalam profesinya yang berkaitan dengan

adanya pengaruh keterbatasan waktu dan sikap skeptisme profesional dalam

mendeteksi kecurangan.

Data yang diperlukan untuk penelitian ini melalui penyebaran kuesioner

pada beberapa KAP di wilayah Jawa Tengah dan Yogyakarta. Penulis mendatangi

KAP secara langsung untuk meminta bantuan mengisi kuesioner tersebut.

Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik pengumpulan data untuk

memperoleh data yang diinginkan dengan cara, yaitu:

1. Penelitian Lapangan (Field Research), yaitu pengumpulan data primer

dengan cara meninjau secara langsung ke KAP. Dalam hal ini penulis

berusaha mengumpulkan data yang akurat dengan :

Page 12: I. PENDAHULUAN Latar Belakang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/752/2/T1_232008103_Full... · ditunjukkan melalui keberhasilan auditor dalam mendeteksi

12 

 

Kuisioner, yang dilakukan dengan memberikan daftar pertanyaan

mengenai masalah yang berkaitan dengan objek yang diteliti, dan yang

diharapkan dijawab untuk mempermudah pengumpulan data dan

efisensi waktu.

2. Penelitian Kepustakaan (Library Research), yaitu merupakan cara

untuk mengolah data yang dapat mendukung data primer yang

diperoleh selama penelitian serta menunjang pembahasan identifikasi

masalah. Penulisan melakukan studi kepustakaan dengan mempelajari,

mengkaji dan menelaah literatur. Literatur yang ada kaitannya dengan

objek penelitian ini.

Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Penelitian ini merupakan penelitian eksplanasi yang berkaitan dengan

pengujian hipotesis dan dilakukan untuk mendapatkan pemahaman antara

pengaruh dari dua faktor atau lebih. Variabel dependen dalam penelitian ini

adalah keberhasilan mendeteksi kecurangan. Sedangkan variabel independen

dalam penelitian ini adalah tekanan anggaran waktu dan sikap skeptisme

profesional auditor. Konsep-konsep yang diukur dalam penelitian ini adalah

tekanan anggaran waktu, sikap skeptisme profesional auditor, dan keberhasilan

mendeteksi kecurangan.

1. Tekanan Anggaran Waktu

Tekanan waktu ini merupakan target waktu penyelesaian untuk setiap

tahapan program audit (Pratiwi, 2008). Tekanan anggaran waktu adalah variabel

independen, yaitu variabel yang keberadaannya tidak dipengaruhi oleh variabel

lain, sebaliknya variabel ini akan mempengaruhi variabel lainnya. Tekanan

anggaran waktu adalah keadaan yang menunjukkan auditor dituntut untuk

melakukan efisiensi waktu yang telah disusun (Josoprijonggo, 2005). Tekanan

anggaran waktu timbul karena adanya tekanan yang muncul dari keterbatasan

sumber yang tersedia dalam melaksanakan tugas. Tekanan anggaran waktu

Page 13: I. PENDAHULUAN Latar Belakang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/752/2/T1_232008103_Full... · ditunjukkan melalui keberhasilan auditor dalam mendeteksi

13 

 

merupakan bentuk tantangan bagi auditor yang tidak dapat dihindari. Dalam

penelitian ini tekanan anggaran waktu dimanipulasi dengan membuat kuesioner

pendeteksian kecurangan dalam 2 versi, yaitu waktu yang diberikan terbatas dan

waktu yang diberikan longgar dalam mendeteksi kecurangan.

2. Sikap Skeptisme Profesional Auditor

Sikap skeptisme profesional auditor adalah variabel independen, yaitu

variabel yang keberadaannya tidak dipengaruhi oleh variabel lain, sebaliknya

variabel ini akan mempengaruhi variabel lainnya. Variabel ini di ukur melalui 6

karakteristik indikatornya menurut HEP (Hurrt, Eining, Plumlee, 2003) adalah

yang terkait dengan pembuktian bukti audit: 1) a questioning mind, 2) the

suspension judgement, 3) a search for knowledge. Karakteristik yang keempat

terkait dengan pemahaman bukti audit yaitu 4) interpersonal understanding.

Karakteristik yang ke 5 dan 6 terkait dengan inisiatif auditor untuk bersikap

skeptis yaitu: 5) self-confidence, 6) self-determination. Indikator a questioning

mind mencakup pertanyaan no. 1-3, the suspension judgement pada pertanyaan

no. 4-8, a search for knowledge terdapat pada pertanyaan no. 9-14, interpersonal

understanding terdapat pada pertanyaan no. 15-19, sedangkan self-confidence

pada pertanyaan no. 20-24, dan yang terakhir self-determination pada pertanyaan

no. 25-30. Pengukuran variabel ini dengan kuisioner yang meliputi pernyataan

yang harus di jawab responden dengan memberikan tanda silang (X). Dari

indikator-indikator diatas di ukur dengan skala likert dengan kisaran nilai 1

sampai 5, yaitu dari 1) Sangat Tidak Setuju 2) Tidak Setuju 3) Netral 4) Setuju 5)

Sangat Setuju, kemudian dihitung scorenya dan dibuat manipulasi terhadap

variabel indepeden ini dengan menetapkan 2 tingkatan yaitu tinggi dan rendah.

Subyek yang dinilai mempunyai sikap skeptisme profesional tinggi jika scorenya

diatas rata-rata, dan dinilai rendah jika scorenya dibawah rata-rata.

3. Keberhasilan Mendeteksi Kecurangan

Keberhasilan mendeteksi kecurangan adalah variabel dependen, yaitu

variabel yang keberadaannya merupakan sesuatu yang dipengaruhi atau yang

Page 14: I. PENDAHULUAN Latar Belakang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/752/2/T1_232008103_Full... · ditunjukkan melalui keberhasilan auditor dalam mendeteksi

14 

 

dihasilkan oleh variabel independen. Pengukuran variabel keberhasilan

mendeteksi kecurangan yaitu dengan memberikan contoh kasus mengenai adanya

kecurangan. Berhasil atau tidaknya mendeteksi kecurangan yang dilakukan klien

ditunjukkan dari jawaban mereka mengenai contoh kasus perilaku pendeteksian

kecurangan yang menanyakan bagaimana tindakan responden saat menghadapi

adanya indikasi kecurangan. Jawaban dari setiap subjek diukur dengan pemberian

point, untuk jawaban benar akan diberikan point 2, sedangkan untuk jawaban

salah tidak diberikan point.

Tabel 1

Operasional Varibel

Variabel Definisi Indikator Empirik

Tekanan Anggaran Waktu

keadaan yang menunjukkan auditor dituntut untuk melakukan efisiensi waktu yang telah disusun (Josoprijonggo, 2005)

Pengelolaan waktu

Skeptisme Profesional Auditor

sikap (attitude) auditor dalam melakukan penugasan audit dimana sikap ini mencakup pikiran yang selalu mempertanyakan dan melakukan evaluasi secara kritis terhadap bukti audit (Noviyanti, 2007)

1) a questioning mind, 2) the suspension judgement, 3) a search for knowledge, 4) interpersonal understanding, 5) self-confidence, 6) self-determination

Keberhasilan Mendeteksi Kecurangan

suatu tindakan yang disengaja, yang tidak dapat terdeteksi oleh suatu pengauditan dapat memberi efek yang merugikan dan cacat bagi proses pelaporan keuangan (Koroy, 2008).

1) pikiran yang kritis, 2) penghakiman suspensi, 3) pencarian pengetahuan, 4) pemahaman terhadap bukti audit, 5) kepercayaan diri

Page 15: I. PENDAHULUAN Latar Belakang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/752/2/T1_232008103_Full... · ditunjukkan melalui keberhasilan auditor dalam mendeteksi

15 

 

Teknik Analisis Data

Penelitian ini menggunakan alat analisis ANOVA. Pengujian hipotesis ini

menggunakan ANOVA dengan program SPSS, yaitu pengujian hipotesis 1, 2 dan

3 dilakukan dengan menggunakan two way ANOVA karena menguji hubungan

variabel independen dengan dua kategorikal dengan satu dependen metrik

(Ghozali, 2005). Adapun pengujian yang akan dilakukan oleh peneliti adalah

sebagai berikut:

Uji Kualitas Data :

Uji Validitas

Hasil penelitian dapat dikatakan valid apabila terdapat kesamaan antara

data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada proyek yang

diteliti (Sugiyono, 2010). Uji validitas dilakukan dengan menggunakan pearson

correlation dengan membandingkan korelasi bivariate antara masing-masing skor

indikator dengan total konstruk (Ghozali, 2006).

Uji Reliabilitas

Reliabilitas mengacu pada konsistensi pengukuran, berdasarkan pada

hasil-hasilnya sama bagi bentuk-bentuk yang berbeda dari instrumen atau saat

penghimpunan data yang sama (Sutama, 2010). Tujuannya adalah untuk

meminimalisasi pengaruh peluang atau variabel lain yang tidak berkaitan dengan

tujuan pengukuran. Uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan nilai

Cronbach’s Alpha lebih dari 0,6.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Uji Validitas

Kuesioner skeptisme profesional yang digunakan pada penelitian ini diuji

validitasnya dengan program SPSS, dengan melakukan korelasi bivariate antara

masing-masing skor indikator dengan total skor konstruk. Hasil uji validitas

Page 16: I. PENDAHULUAN Latar Belakang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/752/2/T1_232008103_Full... · ditunjukkan melalui keberhasilan auditor dalam mendeteksi

16 

 

menunjukkan bahwa kuesioner skeptisme professional auditor adalah valid,

korelasi masing-masing skor indikator dan total skor konstruk menunjukkan hasil

yang signifikan.

Uji Reliabilitas

Kuesioner skeptisme profesional pada penelitian ini juga diuji

reliabilitasnya dengan program SPSS, dengan uji statistik Cronbach Alpha. Hasil

dari pengujian ini menunjukkan bahwa kuesioner yang digunakan dalam

penelitian adalah reliabel karena nilai Croncbach Alpha lebih besar dari 0,60.

Suatu variable dikatakan reliabel jika memberikan nilai Croncbach Alpha > 0,6

(Ghozali, 2005).

Karakteristik Subyek Penelitian

Berikut ini merupakan tabel yang menjelaskan deskripsi mengenai subyek penelitian.

Tabel 2

KARAKTERISTIK SUBYEK PENELITIAN

Keterangan  Jumlah     Prosentase (%) 

Sikap Skeptis          1  Tinggi  32    53.3% 2  Rendah  28    46.7% 

Total    60    100% Jabatan          1  Supervisor  11    18,3% 2  Senior  19    31,7% 3  Yunior  30    50% 

Total    60    100% Lama Bekerja sebagai auditor          1  0‐5 tahun  37    61,70% 2  6‐10 tahun  11    18,30% 3  Lebih dari 10 tahun  12    20% 

Total    60    100% Sumber : Data yang diolah, 2012

Page 17: I. PENDAHULUAN Latar Belakang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/752/2/T1_232008103_Full... · ditunjukkan melalui keberhasilan auditor dalam mendeteksi

17 

 

Auditor yang menjadi subyek penelitian terdiri dari supervisor, senior, dan

yunior. Dari total subyek 11 orang (18,3%) adalah supervisor, 19 orang (31,7%)

adalah senior, dan 30 orang (50%) adalah yunior. Sedangkan, dilihat dari lama

bekerja sebagai auditor, mayoritas subyek penelitian sudah bekerja dengan kisaran

antara 0-5 tahun yaitu sebanyak 37 orang (61,7%).

Hasil Pengujian Hipotesis

Hasil uji ANOVA pada tabel 3 merupakan hasil pengujian hipotesis yang

menunjukan hasil main effect dari variabel independen tekanan anggaran waktu

dan sikap skeptisme profesional.

Tabel 3

PENGARUH TEKANAN ANGGARAN WAKTU DAN SIKAP SKEPTISME PROFESIONAL AUDITOR TERHADAP KEBERHASILAN DALAM

MENDETEKSI KECURANGAN

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable:KEBERHASILAN DALAM MENDETEKSI KECURANGAN

Source

Type III Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Corrected Model 192.527a 3 64.176 26.066 .000

Intercept 5006.174 1 5006.174 2033.362 .000

Skeptis 137.423 1 137.423 55.817 .000

Waktu 70.989 1 70.989 28.834 .000

Skeptis * Waktu 11.430 1 11.430 4.643 .036

Error 137.873 56 2.462

Total 5632.000 60

Corrected Total 330.400 59

a. R Squared = ,583 (Adjusted R Squared = ,560)

Sumber: Output SPSS, 2012

Hasil pengujian tersebut menunjukan adanya perbedaan keberhasilan

auditor dalam mendeteksi kecurangan secara signifikan pada level sikap

skeptisme profesional dan tekanan anggaran waktu.

Page 18: I. PENDAHULUAN Latar Belakang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/752/2/T1_232008103_Full... · ditunjukkan melalui keberhasilan auditor dalam mendeteksi

18 

 

Variabel waktu (F=28.834, p=0.000) secara statistik menunjukan adanya

perbedaan keberhasilan mendeteksi kecurangan yang signifikan pada level 0.05

antara auditor yang mempunyai tekanan waktu terbatasi dibandingkan dengan

auditor yang mempunyai waktu longgar. Dalam penelitian ini, indikator yang

membedakan antara auditor yang bekerja dengan waktu terbatas dan waktu yang

longgar adalah jawaban mereka dalam mengisi kuesioner kasus pendeteksian

kecurangan, kemudian skor mereka antara waktu terbatas dan waktu longgar

dibandingkan.

Variabel sikap skeptisme profesional (F=55.817, p=0.000) secara statistik

menunjukkan bahwa ada perbedaan keberhasilan dalam mendeteksi kecurangan

yang signifikan pada level 0.05 antara auditor yang mempunyai sikap skeptisme

tinggi dan auditor yang mempunyai sikap skeptisme rendah. Dari hasil berikut

didukung oleh hipotesis 1 dan hipotesis 2, serta kombinasi dari berbagai level

variabel independen, berikut ini :

Hipotesis 1 dan Bahasan Analisis

Hipotesis 1 menyatakan bahwa auditor yang diberi waktu yang terbatas

kurang dapat berhasil dalam mendeteksi kecurangan. Tabel berikut menunjukkan

rata-rata tingkat keberhasilan auditor dalam mendeteksi kecurangan yang

diklasifikasikan berdasarkan tekanan waktu.

Tabel 4

RATA-RATA TINGKAT KEBERHASILAN AUDITOR BERDASARKAN VARIABEL WAKTU

Waktu  Mean  N Terbatas  8,5553 30 Longgar  10,2667 30 

Sumber: Output SPSS, 2012

Dari hasil rata-rata auditor yang bekerja dengan waktu terbatas

menunjukan nilai yang lebih rendah dibandingkan auditor yang bekerja dengan

waktu longgar. Ini dapat disimpulkan bahwa auditor merasa tertekan bekerja

Page 19: I. PENDAHULUAN Latar Belakang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/752/2/T1_232008103_Full... · ditunjukkan melalui keberhasilan auditor dalam mendeteksi

19 

 

dengan waktu yang terbatas. Hasil ini mendukung penelitian sebelumnya (Prasita

dan Hari, 2007) bahwa auditor yang bekerja dengan tekanan anggaran waktu

berpengaruh negatif pada kualitas audit, sedangkan mendeteksi kecurangan

merupakan salah satunya kualitas audit.

Hipotesis 2 dan Bahasan Analisis

Dalam hipotesis 2 menyatakan bahwa auditor yang mempunyai sikap

skeptisme tinggi lebih dapat berhasil dalam mendeteksi kecurangan. Rata-rata

sikap skeptisme profesional auditor yang menjadi subyek penelitian adalah

sebagai berikut :

Tabel 5

RATA-RATA KEBERHASILAN AUDITOR BERDASARKAN VARIABEL SIKAP SKEPTISME PROFESIONAL AUDITOR

Skeptis Mean  N Tinggi 10.6875 32 Rendah 7.9286 28 

Sumber : Output SPSS, 2012

Dilihat dari rata-rata pada tabel 5 bahwa auditor yang mempunyai skeptis

tinggi mempunyai rata-rata lebih besar dibandingkan auditor yang mempunyai

skeptis rendah. Dapat disimpulkan bahwa auditor yang mempunyai skeptis tinggi

cenderung mempunyai tingkat keberhasilan yang lebih dalam mendeteksi

kecurangan. Hasil ini sesuai Theory of Planned behavior yang dikembangkan oleh

Ajzen (2005), auditor yang memiliki sikap skeptisme profesional yang tinggi

umumnya akan cenderung berkeinginan tinggi dalam mendeteksi kecurangan.

Keinginan itu dapat muncul walaupun bekerja dengan waktu terbatas.

Page 20: I. PENDAHULUAN Latar Belakang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/752/2/T1_232008103_Full... · ditunjukkan melalui keberhasilan auditor dalam mendeteksi

20 

 

Hipotesis 3 dan Bahasan Analisis

Hipotesis 3 menyatakan bahwa auditor yang bekerja dengan anggaran

waktu dibatasi dan sikap skeptis yang tinggi tetap dapat berhasil mendeteksi

kecurangan. Rata-rata keberhasilan auditor dalam mendeteksi kecurangan pada

berbagai level tekanan waktu dan sikap skeptisme adalah berikut:

Tabel 6

RATA-RATA KEBERHASILAN AUDITOR DALAM MENDETEKSI KECURANGAN PADA BERBAGAI LEVEL TEKANAN ANGGARAN

WAKTU DAN SIKAP SKEPTISME PROFESIONAL AUDITOR

Sumber: Output SPSS, 2012

Pada tabel 6 merupakan hasil rata-rata keberhasilan auditor dalam

mendeteksi kecurangan dari berbagai level variabel independen yaitu tekanan

anggaran waktu dan sikap skeptisme profesional auditor, hasil dari rata-rata

tersebut bahwa auditor yang bekerja dengan waktu dibatasi dan sikap skeptis

tinggi termasuk dalam rata-rata yang tinggi. Hasil pengujian pada tabel 3 telah

menunjukan adanya pengaruh interaksi yang signifikan dari variabel tekanan

anggaran waktu dan sikap skeptisme profesional auditor terhadap keberhasilan

dalam mendeteksi kecurangan dengan p=0.036. Untuk dilihat lebih lanjut

kombinasi tiap tekanan anggaran waktu dan sikap skeptisme profesional auditor

melalui two way ANOVA, yang ditunjukkan pada tabel 7.

Dependent Variable:KEBERHASILAN AUDITOR DALAM MENDETEKSI KECURANGAN

Kode Mean N

Waktu dibatasi & sikap skeptis tinggi 10.2222 18

Waktu dibatasi & sikap skeptis rendah 6.3333 12

Waktu longgar & sikap skeptis tinggi 11.4286 14

Waktu longgar & sikap skeptis rendah 9.2500 16

Total 9.4667 60

Page 21: I. PENDAHULUAN Latar Belakang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/752/2/T1_232008103_Full... · ditunjukkan melalui keberhasilan auditor dalam mendeteksi

21 

 

Tabel 7

RATA-RATA AUDITOR DALAM MENDETEKSI KECURANGAN DALAM BERBAGAI LEVEL KOMBINASI TEKANAN ANGGARAN

WAKTU DAN SIKAP SKEPTISME PROFESIONAL AUDITOR

Sumber : Output SPSS, 2012

Tabel 7 menunjukan bahwa yang pertama, tingkat keberhasilan auditor

auditor dengan waktu yang terbatas dan skeptis tinggi berbeda dengan auditor

yang mempunyai waktu terbatas dan skeptis rendah, namun mempunyai

persamaan dengan auditor yang mempunyai waktu longgar dan skeptis tinggi,

juga dengan auditor yang mempunyai waktu longgar dan skeptis rendah. Kedua,

tingkat keberhasilan auditor yang mempunyai waktu terbatas dan skeptis rendah

Multiple Comparisons

KEBERHASILAN DALAM MENDETEKSI KECURANGAN

Tukey HSD

(I) Kode (J) Kode Mean Difference (I-J) Sig.

Waktu dibatasi & sikap

skeptis tinggi

Waktu dibatasi & sikap skeptis rendah 4.1111* .000

Waktu longgar & sikap skeptis tinggi -1.3175 .106

Waktu longgar & sikap skeptis rendah .8611 .402

Waktu dibatasi & sikap

skeptis rendah

Waktu dibatasi & sikap skeptis tinggi -4.1111* .000

Waktu longgar & sikap skeptis tinggi -5.4286* .000

Waktu longgar & sikap skeptis rendah -3.2500* .000

Waktu longgar & sikao

skeptis tinggi

Waktu dibatasi & sikap skeptis tinggi 1.3175 .106

Waktu dibatasi & sikap skeptis rendah 5.4286* .000

Waktu longgar & sikap skeptis rendah 2.1786* .002

Waktu longgar & sikap

skeptis rendah

Waktu dibatasi & sikap skeptis tinggi -.8611 .402

Waktu dibatasi & sikap skeptis rendah 3.2500* .000

Waktu longgar & sikap skeptis tinggi -2.1786* .002

Based on observed means.

The error term is Mean Square(Error) = 2,539

*. The mean difference is significant at the ,05 level.

Page 22: I. PENDAHULUAN Latar Belakang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/752/2/T1_232008103_Full... · ditunjukkan melalui keberhasilan auditor dalam mendeteksi

22 

 

mempunyai perbedaan dengan auditor yang mempunyai waktu dibatasi dan

skeptis tinggi, auditor yang mempunyai waktu longgar dan skeptis tinggi, dan

auditor yang mempunyai waktu longgar dan skeptis rendah. Ketiga, tingkat

keberhasilan auditor yang mempunyai waktu longgar dan skeptis tinggi berbeda

dengan auditor yang mempunyai waktu terbatas dan skeptis rendah, dan auditor

yang mempunyai waktu longgar dan skeptis rendah, namum memiliki persamaan

dengan auditor yang mempunyai waktu terbatas dan skeptis tinggi. Keempat,

tingkat keberhasilan auditor yang mempunyai waktu longgar dan skeptis rendah

memiliki perbedaan dengan auditor yang mempunyai waktu dibatasi dan skeptis

rendah, juga dengan auditor yang mempunyai waktu longgar dan skeptis tinggi,

tetapi memiliki persamaan dengan auditor yang mempunyai waktu terbatas dan

skeptis tinggi. Oleh karena itu, sikap skeptis penting untuk dimiliki oleh seorang

auditor. Meskipun auditor mempunyai waktu yang terbatas tetapi mempunyai

sikap skeptis tinggi akan dapat berhasil dalam mendeteksi kecurangan. Sikap

skeptis merupakan sikap tidak menerima dengan mudah informasi yang

didapatkannya, walaupun bekerja dengan keterbatasan waktu yang tersedia.

Keberhasilan auditor dalam mendeteksi kecurangan dilihat dari skor-skor

mereka dalam menjawab kuesioner kasus pendeteksian kecurangan, kemudian

tiap level dikombinasikan menjadi 4 kelompok. Skor rata-rata paling rendah yaitu

auditor yang mempunyai waktu terbatas dan skeptis rendah tampak pada tabel 5.

Auditor yang mempunyai waktu longgar dan skeptis rendah memiliki

keberhasilan lebih tinggi dibandingkan auditor yang mempunyai waktu terbatas

dan skeptis rendah. Hal tersebut pun dapat dilihat waktu mempengaruhi hasil

kerja auditor. Namun rata-rata paling tinggi pada auditor yang mempunyai waktu

longgar dan skeptis tinggi. Waktu terbatas dan sikap skeptis tinggi terlihat adalah

skor rata-rata tertinggi setelah auditor yang mempunyai waktu longgar dan skeptis

tinggi. Hasil analisis tersebut mendukung hipotesis 3, yaitu auditor yang

mempunyai waktu terbatas dan sikap skeptis tinggi tetap dapat berhasil dalam

mendeteksi kecurangan. Jadi sikap konsisten dapat muncul karena sikap

skeptisme seseorang dikondisi yang dihadapi seperti apapun.

Page 23: I. PENDAHULUAN Latar Belakang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/752/2/T1_232008103_Full... · ditunjukkan melalui keberhasilan auditor dalam mendeteksi

23 

 

V. KESIMPULAN

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh tekanan anggaran

waktu dan sikap skeptisme profesional auditor terhadap keberhasilan dalam

mendeteksi kecurangan. Penelitian ini pun menguji interaksi antara tekanan

anggaran waktu dan sikap skeptisme profesional auditor terhadap keberhasilan

dalam mendeteksi kecurangan. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh

penulis terhadap 60 orang auditor yang berada diwilayah Jawa Tengah dan

Yogyakarta serta didukung oleh teori-teori yang melandasi serta hasil pembahasan

dari bab-bab sebelumnya, maka untuk menjawab indentifikasi masalah, penulis

menarik beberapa kesimpulan.

Pertama, tekanan anggaran waktu yang ditentukan untuk melakukan audit

mempengaruhi keberhasilan auditor dalam mendeteksi kecurangan. Auditor yang

diberikan waktu terbatas dalam melakukan penugasan audit memiliki tingkat

keberhasilan yang lebih rendah dibandingkan dengan auditor yang diberikan

waktu longgar dalam mendeteksi kecurangan.

Kedua, sikap skeptisme profesional auditor mempengaruhi keberhasilan

auditor dalam mendeteksi kecurangan. Auditor yang memiliki sikap skeptisme

tinggi memiliki skor rata-rata keberhasilan yang lebih tinggi dalam medeteksi

kecurangan dibandingkan dengan auditor yang memiliki sikap skeptisme rendah.

Ketiga, interaksi antara tekanan anggaran waktu dan sikap skeptisme

profesional auditor mempengaruhi keberhasilan dalam mendeteksi kecurangan.

Interaksi antara tekanan anggaran waktu yang longgar dan sikap skeptisme yang

tinggi akan lebih memperbesar peluang untuk berhasil dalam mendeteksi

kecurangan. Meskipun demikian hasil penelitian menunjukkan bahwa auditor

yang memiliki waktu bekerja yang dibatasi tetapi mempunyai sikap skeptisme

profesional yang tinggi tetap memiliki rata-rata score keberhasilan yang tinggi

dalam mendeteksi kecurangan. Oleh karena itu, auditor perlu menerapkan sikap

skeptisme saat bekerja dilapangan dalam situasi apapun.

Page 24: I. PENDAHULUAN Latar Belakang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/752/2/T1_232008103_Full... · ditunjukkan melalui keberhasilan auditor dalam mendeteksi

24 

 

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang dilakukan, dengan

menggunakan tekanan anggaran waktu dan sikap skeptisme profesional auditor

sebagai variabel independen, dan keberhasilan dalam mendeteksi kecurangan

sebagai variabel dependen, terdapat adanya pengaruh yang kuat antar variabel

independen dengan variabel dependen.

Implikasi Terapan

Tujuan utama auditor adalah menyajikan Laporan Auditor Independen,

dalam menyajikan laporan tersebut dengan banyak pertimbangan, informasi, dan

bukti-bukti audit yang harus diselidiki. Tekanan anggaran waktu yang biasa

dihadapi oleh auditor tidak harus menjadi hambatan untuk mendeteksi

kecurangan, maka perlu dikuatkan dengan memiliki sikap skeptisme profesional

yang tinggi, sehingga teraktivasi untuk lebih berhati-hati dalam betindak dan

menerima informasi yang tersedia terkait dengan bukti audit. Salah satu kualitas

auditor dalam pekerjaannya adalah dalam mendeteksi kecurangan. Dalam

melakukan proses audit, auditor harus benar-benar teliti dalam memeriksa apakah

terdapat kecurangan ataupun kekeliruan dalam laporan yang disajikan oleh klien.

Pendeteksian kecurangan merupakan tujuan yang penting dalam melakukan audit

(AICPA, 1978). Kualitas audit terkait dengan adanya jaminan auditor bahwa

laporan keuangan tidak menyajikan kesalahan yang material atau memuat

kecurangan. Terjadinya kecurangan harus diselidiki dan dicari kebenarannya.

Pekerjaan yang harus diselesaikan auditor cukup berat dengan tekanan waktu

yang sempit. Maka dari itu, seorang auditor harus menerapkan sikap skeptisme

profesional yang tinggi untuk mendeteksi kecurangan pada laporan yang disajikan

oleh klien. Dengan adanya sikap skeptisme profesional yang tinggi dapat

mengurangi kemungkinan terjadinya kegagalan dalam mendeteksi kecurangan,

dan mempunyai tingkat peluang untuk berhasil lebih tinggi.

Keterbatasan Penelitian dan Saran

Dalam penelitian ini masih terdapat keterbatasan yaitu pada kuisioner

kasus pendeteksian kecurangan perlakuan (treatment) yang diberikan dalam

Page 25: I. PENDAHULUAN Latar Belakang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/752/2/T1_232008103_Full... · ditunjukkan melalui keberhasilan auditor dalam mendeteksi

25 

 

mendeteksi kecurangan sama, karena penelitian dilakukan dengan pendekatan

survey, selain itu auditor yang diteliti hanya daerah sekitar Jawa Tengah dan

Yogyakarta, oleh karena itu hanya mewakili tingkat keberhasilan auditor dalam

mendeteksi kecurangan di Jawa tengah dan Yogyakarta. Selain itu, dari penelitian

ini yang dijadikan sampel pun terbatas, secara segi jumlah maupun lingkup area,

dan pembagian kuisioner juga terdapat adanya perbedaan ukuran kantor akuntan

publik, serta perbedaan pengalaman sehingga hal ini dapat menyebabkan

perbedaan sikap skeptisme profesionalnya pada setiap individu. Dengan adanya

keterbatasan ini, untuk penelitian mendatang dapat diharapkan untuk

memperhatikan variable pendeteksian kecurangan saat pembagian kuisioner agar

dilakukan perlakuan (treatment) yang berbeda sehingga jawaban responden lebih

akurat serta meneliti dilingkup area yang lebih luas dan memperluas subyek

penelitian. Selain itu, untuk diperhatikan tingkat pendidikan terhadap sikap

skeptisme profesional audior, pengalaman, dan ukuran kantor akuntan publik.

Page 26: I. PENDAHULUAN Latar Belakang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/752/2/T1_232008103_Full... · ditunjukkan melalui keberhasilan auditor dalam mendeteksi

26 

 

DAFTAR PUSTAKA

Ajzen, I.2005. Attitudes, Personality, and Behavior. Second Edition. Open

University Press. 1991. “The Theory of Planned Behavior”. Organization

and Human Decision Processes. Volume 50. Pp 179-211

American Institude of Certified Public Accountants (AICPA). 1978. The

Commission on Auditors Responbilities : Report, Conclusions, and

Recommendations. New York : AICPA.

Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS.

Edisi kedua, Semarang : Badan Penerbit UNDIP.

Houston, Richard Wallace, Vol. 18 No.12, Fall 1999. “The Effect of Fee Pressure

and Client Risk on Audit Senior’s Time Budget Decision, Auditing: A

Journal of Practice & Theory”.

Hurtt, K., Eining, M. & Plumlee, D. 2003. “Professional Scepticism: A Model

with Implication for reseacrh, Practise, and Education. Working Paper,

University of Wisconsin.

J.S.R. Venables dan KW Impley. 1988. “Internal Audit”. PT Prenhallindo.

Jakarta.

Josoprijonggo, Maya Damalia. 2005. Pengaruh Keterbatasan Waktu Audit

terhadap Kualitas Audit dan Kepuasan Kerja Audior (Studi Empiris

Auditor di Jawa Tengah). Skripsi Program S1 Fakultas Ekonomika dan

Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana (tidak dipublikasikan).

Loebbecke, J.K. , M.M. Eining dan J.J Willingham. 1989. Auditors Experience

with Irregularities : Frequency Nature and Detectability. Auduting : A

Journal of Practice & Theory, 9 (Fall) : 1-28.

Louwers, T.J. , Ramsay, Robert J. , Sinason, David H. , and Strawser, Jerry R.

2005. Auditing and Assurance Service. Mc Graw Hill, New York.

Page 27: I. PENDAHULUAN Latar Belakang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/752/2/T1_232008103_Full... · ditunjukkan melalui keberhasilan auditor dalam mendeteksi

27 

 

Koroy, Tri Kamaraya. 2008. Pendeteksian Kecurangan (fraud) Laporan

Keuangan oleh Auditor Eksternal. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Vol. 10

No.1 Mei 2008.

McDaniel, Linda S. 1990. The Effect of Time Pressure and Audit Program

Stucture on Audit Performance. Journal of Accounting Research 28 (2):

267-285.

Noviyanti, Suzy. 2007. Skeptisme Profesional Audior dalam Mendeteksi

Kecurangan. The 1st Accounting Conference Faculty of Economic

Universitas Indonesia. Depok 7-9 November 2007.

Payne, Elizabeth A., and Ramsay, Robert J. 2005. “Fraud Risk Assessment and

Auditors Professional Skepticism”. Managerial Auditing Journal. Volume

20. No. 3. Pp 321-330.

Prasita, Andin dan Adi, Priyo Hari. 2007. Pengaruh Kompleksitas Audit dan

Tekanan Anggaran Waktu terhadap Kualitas Audit dengan Moderasi

Pemahaman terhadap Sistem Informasi. Journal Ekonomi dan Bisnis. Vol.

XIII No.1. 54-73.

Pratiwi, Rini Andesfan. 2008. “Pengaruh Time Budget Pressure terhadap Kualitas

Audit yang Terjadi di Kantor Akuntan Publik (Survei Pada Beberapa KAP

di Bandung)”. Skripsi Program S1 Fakultas Ekonomi – Universitas

Widyatama. http://dspace.widyatama.ac.id/handle/10364/1031

Sososutikno, Christina. 2003. Hubungan Tekanan Anggaran waktu dengan

Perilaku Disfungsional serta Pengaruhnya terhadap Kualitas Audit.

Simposium Nasional Akuntansi VI (Oktober): 1116-1124.

Sugianto, Clarissa. C. 2009. “ Faktor-faktor yang menyebabkan kegagalan auditor

eksternal dalam mengungkapkan kecurangan (Studi Literatur)”. Skripsi

Program S1 Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya

Wacana (tidak dipublikasikan).

Page 28: I. PENDAHULUAN Latar Belakang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/752/2/T1_232008103_Full... · ditunjukkan melalui keberhasilan auditor dalam mendeteksi

28 

 

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Alfabeta,

Bandung.

Sugiono. 2004. Metlit Bisnis. Cetakan Keenam. Bandung: CV Alvabet.

Sutama. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Fairuz Media, Surakarta.

Wijaya, Ratna Sari. 2011. Pengaruh Tekanan Waktu Audit dan Kompleksitas

Tugas terhadap Kualitas Audit (Studi Empiris pada KAP di Jawa Tengah).

Skripsi Program S1 Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen

Satya Wacana (tidak dipublikasikan).