STRATEGI PENGEMBANGAN TERNAK KERBAU DI KABUPATEN MANGGARAI ...
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang · E. Pengertian ... metabolisme, trauma, keracunan, infeksi...
Transcript of I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang · E. Pengertian ... metabolisme, trauma, keracunan, infeksi...
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Karakteristik usaha sektor pertanian, khususnya subsektor budidaya dan
pembibitan sapi, dianggap berisiko tinggi karena bersifat biologis yang rentan
terhadap serangan penyakit dan kematian, sehingga dapat menyebabkan
kerugian. Usaha peternakan memiliki berbagai risiko kematian diantaranya
diakibatkan oleh karena kecelakaan, bencana alam dan termasuk wabah
penyakit. Bedasarkan hal tersebut, maka sesuai dengan undang-undang no 19
tahun 2013 tentang Perlindungan dan Pemerdayaan Petani dan Peraturan
Menteri Pertanian No. 40 / Permentan / SR. 230 / 7 /2015 tentang Fasilitas
Asuransi Pertanian, diperlukan Asuransi Pertanian.
Asuransi Pertanian merupakan Pengalihan resiko yang dapat memberikan
ganti rugi akibat kerugian usaha tani atau ternak sehingga keberlangsungan
usaha dapat terjamin, oleh karena itu sangat penting bagi para petani atau
peternak untuk melindungi usaha ternaknya dengan mengikutsertakan dalam
asuransi. Kerugian yang akan di alami peternak akan berdampak pada
keberlangsungan usaha ternak itu sendiri, resiko yang paling sering dialami
adalah resiko kematian yang akan menyebabkan kerugian pada peternak. untuk
dapat mengatasi kemungkinan resiko yang akan di alami oleh usaha ternak
maka mengikut sertakan asuransi pada ternaknya merupakan cara yang paling
mudah dilakukan untuk menjamin dari kemungkinan resiko yang akan dialami
oleh ternak .
Untuk itu pada tahun 2018, Direktorat Jenderal Peternakan dan
Kesehatan Hewan mengalokasikan kegiatan fasilitas Asuransi Usaha Ternak
Sapi/Kerbau(AUTS/K) untuk Provinsi Bali dengan target 5000 ekor. Melalui dana
tugas pembantuan ( TP ) pada SKPD Provinsi.
2
B. Maksud dan Tujuan
1 Petunjuk pelaksanaan AUTS/K dimaksudkan untuk menjadi acuan
pelaksanaan bagi petugas maupun peternak dalam pelaksanaan kegiatan
fasilitasi akses AUTS/K. sedangkan maksud dari Asuransi Usaha Ternak
Sapi/Kerbau (AUTS/K) adalah untuk menjamin keberlangsungan usaha
peternakan petani.
2. Tujuan Tujuan pelaksanaan kegiatan ini adalah untuk :
(1) Meningkatkan pemahaman pelaku usaha terhadap AUTS/K;
(2) Memberikan kemudahan kepada pelaku usaha dalam mengakses
AUTS/K; dan
(3) Meningkatkan koordinasi AUTS/K dengan stakeholders terkait..
C. Sasaran
Sasaran dari AUTS/K adalah dapat terlindunginya peternak sapi atau
kerbau dari kerugian usaha yang di akibatkan oleh kematian dan/atau
kehilangan supaya peternak dapat melanjutkan usahanya.
D. Ruang lingkup
Ruang lingkup petunjuk pelaksanaan kegiatan Asuransi Usaha Ternak
Sapi/kerbau (AUTS/K): melakukan sosialisasi program asuransi kepada
peternak dan pemangku kepentingnlainya; menerima usulan dari Dinas
kabupaten/Kota dan mengusulkan penetapan peserta asuransi kepada Ditjen
PKH secara preodik; menerima pelaksanaan AUTS/K; monitoring dan
evaluasi pelaksanaan AUTS/K kepada Direktorat Jendral Prasarana dan
Sarana Pertanian, Direktorat Jendral Peternakan dan Kesehatan Hewan.
E. Pengertian
1. Asuransi adalah mekanisme pengalihan risiko dari tertanggung kepada
penanggung dengan pembayaran premi asuransi sehingga penanggung
berkewajiban membayar kerugian yang terjadi dan dijamin.
3
2. Asuransi Usaha Ternak Sapi/kerbau (AUTS/K) adalah perjanjian antara
perusahaan asuransi sebagai penanggung dengan peternak sebagai
tertanggung dimana dengan menerima premi asuransi, perusahaan
asuransi akan memberikan penggantian kerugian kepada peternak
karena sapi/kerbau mati akibat penyakit, kecelakaan dan beranak,
dan/atau kehilangan sesuai ketentuan dan persyaratan Polis asuransi.
3. Polis asuransi Pertanian adalah dokumen perikatan asuransi pertanian,
memuat antara lain hak dan kewajiban masing-masing pihak sebagai
bukti tertulis terjadinya perjanjian asuransi dan ditandatangani oleh
penanggung.
4. Ikhtisar Polis adalah dokumen yang dilampirkan dan merupakan bagian
tak terpisahkan dari polis asuransi yang memuat rincian pertanggungan
seperti jangka waktu asuransi, harga pertanggungan dan jumlah premi
yang harus dibayar, dan lain-lain.
5. Harga Pertanggungan adalah nilai sapi/kerbau yang ditetapkan
berdasarkan perkiraan harga perolehan atau perkiraan harga jual oleh
tertanggung dan disetujui oleh penanggung sebagai nilai maksimum
ganti-rugi, dan dasar perhitungan premi.
6. Premi adalah sejumlah nilai uang yang diperoleh dari perkalian Suku
premi terhadap Harga pertanggung, yang dibayar oleh tertanggung
sebagai syarat sahnya perjanjian asuransi dan memberikan hak
kepadanya untuk menuntut kerugian.
7. Penanggung adalah perusahaan asuransi umum secara sendiri-sendiri
atau bersama-sama dengan perusahaan asuransi umum yang lain,
menanggung risiko usaha peternakan sapi/kerbau, menerima
pembayaran premi dan menerbitkan polis asuransi sebagai dasar
perikatan untuk membayar tuntutan ganti-rugi jika terjadi kerugian sesuai
ketentuan dan persyaratan polis asuransi.
4
8. Tertanggung adalah pelaku usaha ternak sapi/kerbau baik peternak,
kelompok ternak, gabungan kelompok ternak, koperasi ternak, yang
mempertanggungkan ternak sapi/kerbau, yang dibuktikan dengan
mengisi Formulir permohonan asuransi dan membayar premi asuransi.
9. Obyek Pertanggungan adalah sapi/kerbau yang dipelihara oleh pelaku
usaha peternakan sapi pembibitan dan/atau pembiakan.
10. Potensi klaim adalah sapi/kerbau menderita sakit atau mengalami
kecelakaan walaupun belum sampai mengalami kematian.
11. Klaim adalah tuntutan ganti rugi karena terjadinya bencana yang
berakibat pada kerugian keuangan bagi tertanggung dan memberi hak
kepadanya untuk mengajukan tuntutan ganti rugi kepada penanggung.
12. Sapi/kerbau sakit adalah kondisi fisik sapi/kerbau yang ditandai dengan
penyimpangan patologis dari keadaan kesehatan yang normal,
disebabkan antara lain karena proses degeneratif, gangguan
metabolisme, trauma, keracunan, infeksi parasit, dan infeksi mikro-
organisme patogen seperti virus, bakteri, cendawan, dan ricketsia.
13. Sapi/kerbau mati adalah hilangnya nyawa yang diindikasikan dengan
tidak berfungsinya organ-organ yang menunjang kehidupan sapi/kerbau
akibat serangan penyakit hewan atau karena kecelakaan atau karena
beranak yang dibuktikan dengan pemeriksaan visum/keterangan oleh
dokter hewan atau pejabat teknis yang berwenang atau lurah setempat
jika kondisi tidak memungkinkan untuk dilakukan visum.
14. Sapi/kerbau hilang adalah raibnya sapi akibat kecurian tanpa
sepengetahuan pemilik yang mengakibatkan kerugian yang dibuktikan
dengan surat keterangan kehilangan dari kepolisian setempat diketahui
oleh dinas Kabupaten Kota.
15. Sapi /Kerbau kecelakaan adalah suatu kejadian yang dapat
menimbulkan cacat fisik yang berpotensi menyebabkan kematian atas
sapi/kerbau yang diasuransikan.
5
16. Wabah adalah kejadian luar biasa yang dapat berupa timbulnya suatu
penyakit hewan menular baru disuatu wilayah atau kenaikan kasus
penyakit hewan menular secara mendadak yang ditetapkan oleh
peraturan perundang undangan yang berlaku
17. Ganti rugi gagal usaha akibat kejadian luar biasa adalah ganti rugi yang
tidak ditanggung oleh asuransi pertanian yang diakibatkan antara lain oleh
terjadinya pemusnahan ternak yang disebabkan oleh area endemik,
bencana alam periodik dan/atau rusaknya infrastruktur pertanian
6
II DASAR HUKUM
1 Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2003.Nomor 47, Tambahan
Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 4286);
2 Undang-undang Nomor 1 tahun 2004 tentang perbendaharaan Negara
(lambaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);
3 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelola
dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4400);
4 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009 Tentang Peternakan dan
Kesehatan Hewan (Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 84, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 5015) sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-
Undang Nomor 18 Tahun 2009 Tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 338, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 5619);
5 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2013 tentang
Perlindungan dan Pemberdayaan Petani (Lembaran Negara Tahun 2013
Nomor 131, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5433);
6 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2014 tentang
Perasuransian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor
308, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5613);
7 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2017 tentang Anggaran dan Pendapatan
dan Belanja Negara Tahun 2018 (Lembaran Negara Tahun 2017 Nomor
233, Tambahan Lembaran Negara Nomor 6158);
8 Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2013 tentang Tata Cara
Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (Lembaran Negara
7
Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 103, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5423);
9 Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2013 tentang Pemberdayaan
Peternak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 6,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5391);
10 Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian
Negara (Lembaran Negara Tahun 2015 Nomor 8);
11 Peraturan Presiden Nomor 45 Tahun 2015 tentang Kementerian Pertanian
(Lembaran Negara Tahun 2015 Nomor 85);
12 Peraturan Menteri Pertanian Nomor 82/Permentan/OT.140/8/2013 tentang
Pedoman Pembinaan Kelompoktani dan Gabungan Kelompok tani;
13 Peraturan Menteri Pertanian Nomor 43/Permentan /OT.210/8/2015 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian (Berita Negara Tahun
2015 Nomor 1243);
14 Peraturan Menteri Pertanian Nomor 40/Permentan/SR.230/7/2015 tentang
Fasilitasi Asuransi Pertanian (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2015 Nomor 1063);
15 Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor /Kpts /PK.240 /B
/12 /2017 tentang Pedoman Bantuan Premi Asuransi Usaha Ternak Sapi /
Kerbau
16 Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Dinas Peternakan dan
Kesehatan Hewan Provinsi Bali (06) Tahun Anggaran 2018 Nomor SP
DIPA – 018.06.4.229102/2018 tanggal 5 Desember 2017
8
III . KRITERIA PERSYARATAN DAN PERTANGGUNGAN AUTS/K
a. Kriteria
1 Peternak sapi atau kerbau yang melakukan usaha pembibitan dan /
atau pembiakan.
2 sapi atau kerbau betina dalam kondisi sehat, minimal berumur 1
(satu tahun) dan masih produktif.
3 Peternak sapi atau kerbau seala usaha kecil, sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
b. Persyaratan
1 Sapi atau kerbau memiliki penanda atau identitas yang jelas(
eartag, necktag, micro-chip atau lainya)
2 Peternak sapi atau kerbau bersedia membayar premi swadaya
sebesar 20% dari nilai premi.
3 Peternak sapi atau kerbau bersedia memenuhi persyaratan dan
ketentuan polis asuransi.
c. Pertanggungan AUTS/K
1 Resiko yang Dijamin
a. Sapi atau kerbau mati karena penyakit
b. Sapi atau kerbau mati karena kecelakaan
c. Sapi atau kerbau mati karena beranak
d. Sapi atau kerbau hilang karena kecurian
2 Ganti rugi
Ganti rugi dapat diberikan oleh penanggung kepada tertanggung
dengan ketentuan sebagi berikut:
a. Terjadi kematian atas ternak sapi atau kerbau yang diasuransikan.
b. Terjadi kehilangan atas ternak sapi/kerbau yang diasuransikan
c. Kematian ternak sapi atau kerbau terjadi dalam jangka waktu
pertanggungan.
3 Harga Pertanggungan
Merupakan harga nominal perolehan sapi tanpa penambahan
biaya lain yang disepakati oleh tertanggung dan penanggung. Harga
pertanggunagn seluruhnya (total sums insured) merupakan
penjumlahan harga pertanggungan seluruh sapi. Harga
9
Pertanggungan menjadi dasar perhitungan premi,dan merupakan
jumlah maksimum ganti rugi.
4 Premi
Premi asuransi untuk sapi/kerbau sebesar 2% dari harga
pertanggungan sebesar Rp. 10.000.000.- per ekor, yaitu sebesar Rp.
200.000,- per ekor pertahun. Berdasarkan bantuan premi dari
pemerintah sebesar 80% atau sebesar 160.000,- per ekor pertahun
dan sisanya swadaya peternak sebesar 20% atau sebesar Rp.
40.000,- per ekor per tahun.
5 Jangka Waktu Pertanggungan
Jangka waktu pertanggungan asuransi untuk sapi atau kerbau selama
1 (satu) tahun dimulai seja melakukan pembayaran premi asuransi
yang menjadi kewajiban peternak.
10
IV. PELAKSANAAN AUTS/K
A. Target dan lokasi AUTS/K
Target AUTS/K untuk provinsi Bali sebanyak 5000 ekor yang dialokasikan
di 9 Kabupaten/Kota dengan rincian sebagai berikut :
No Kabupaten /Kota Jumlah ( ekor )
1 Denpasar 50
2 Badung 300
3 Gianyar 500
4 Bangli 650
5 Klungkung 400
6 Karangasem 1100
7 Buleleng 1250
8 Jembrana 300
9 Tabanan 450
B. Kegiatan
1 Sosialisasi
Sosialisasi AUTS/K dilaksanakan oleh Dinas yang
membidangi fungsi peternakan dan kesehatan hewan provinsi
bagi Kabupaten/Kota. Pelaksanaan sosialisasi dapat melibatkan
stakeholders terkait (Direktorat Jenderal PKH, Direktorat Jenderal
PSP, PT. Asuransi Jasindo, Otoritas Jasa Keuangan dan lainnya).
2 Koordinasi, pembinaan dan pendampingan oleh Provinsi dan
Kabupaten
Dinas provinsi dan kabupaten/kota melakukan koordinasi dengan
Kantor Cabang/Penjualan PT. Asuransi Jasindo di wilayahnya,
Petugas Lapangan (SMD WP, Manager SPR,Inseminator, Medik,
Para Medik) dan stakeholders lain yang berperan dalam rangka
perencanaan dan pelaksanaan sosialisasi dan fasilitasi bantuan
premi AUTS/K sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian tentang
11
Pedoman Bantuan Premi Asuransi Usaha Ternak
Sapi/Kerbau.Dinas yang membidangi fungsi peternakan dan
kesehatan hewan provinsi dan kabupaten/kota melakukan
pembinaan pada persiapan calon peserta penerima polis asuransi
dan pasca terbit polis. Persiapan calon peserta AUTS/K meliputi
penjelasan manfaat atau pentingnya asuransi ternak bagi
kelangsungan usaha peternakan, dan tata cara mengakses
asuransi ternak. Pembinaan pasca terbit polis dilakukan dengan
pendampingan kepada peternak selama masa
keikutsertaan asuransi agar apabila terjadi klaim dapat dipenuhi
oleh perusahaan asuransi.
3 Penilaian Kelayakan/Verifikasi Peserta
Dalam pelaksanaan fasilitasi bantuan premi AUTS/K, Dinas
kabupaten/kota mendampingi pelaksana asuransi dengan
melakukan penilaian kelayakan/verifikasi dalam proses
pendaftaran maupun apabila terjadi klaim sesuai mekanisme
pendaftaran dan klaim.
Mekanisme pendaftaran peserta AUTS/K adalah sebagai berikut:
1) Dinas yang membidangi fungsi peternakan dan
kesehatan hewan provinsi melakukan koordinasi dan sosialisasi
kepada dinas kabupaten/kota yang membidangi fungsi
peternakan dan kesehatan hewan melibatkan Perusahaan
Asuransi Pelaksana dan stakeholders terkait;
2) Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)/dinas kabupaten/kota
yang membidangi fungsi peternakan dankesehatan hewan
melakukan sosialisasi,pendataan/inventarisasi dan
pendampingan calon peserta AUTS/K yang melakukan usaha
pembibitan dan/atau pembiakan sapi/kerbau di wilayah
binaannya;
3) Dinas yang membidangi fungsi peternakan dan kesehatan
12
hewan kabupaten/kota menyusun rekapitulasi Pendataan
/inventarisasi calon peserta asuransi sapi kerbau (Daftar
Peserta Sementara /DPS) untuk selanjutnya diserahkan
kepada Perusahaan Asuransi Pelaksana (Format 1);
4) Perusahaan Asuransi Pelaksana bersama dengan Dinas yang
membidangi fungsi peternakan dan kesehatan hewan provinsi
/kabupaten /kota melakukan sosialisasi kepada calon peserta
AUTS/K untuk selanjutnya melakukan pendaftaran (Format 2)
yang ditindaklanjuti dengan asessment/verifikasi.
5) Apabila Perusahaan Asuransi Pelaksana menyetujui calon
peserta AUTS/K sebagai peserta AUTS/K (Format 3), maka
peserta AUTS/K wajib membayar premi swadaya sebesar 20%
dari tarif premi. Untuk selanjutnya Perusahaan Asuransi
Pelaksana sebagai bukti kepesertaan AUTS/K memberikan:
a) bukti asli pembayaran premi swadaya;
b) polis/sertifikat asuransi.
6) Perusahaan Asuransi Pelaksana menyampaikan rekapitulasi
Polis yang telah diterbitkan kepada SKPD kabupaten/kota yang
membidangi fungsi peternakan dan kesehatan hewan untuk
dijadikan dasar penerbitan Daftar Peserta Definitif (DPD).
7) Kepala SKPD kabupaten/kota yang membidangi fungsi
peternakan dan kesehatan hewan membuat rekapitulasi Daftar
Peserta Definitif (DPD) AUTS/K berdasarkan rekapan polis dari
Perusahaan Asuransi Pelaksana dan disampaikan kepada
kepala SKPD yang membidangi fungsi peternakan dan
kesehatan hewan provinsi. (Format 4);
8) Kepala SKPD provinsi yang melaksanakan fungsi peternakan
dan kesehatan hewan membuat rekapitulasi Daftar Peserta
Definitif (DPD) AUTS/K berdasarkan rekapitulasi Daftar Peserta
Definitif (DPD) AUTS/K dari masing-masing kabupaten/kota dan
disampaikan kepada Direktur Jenderal Peternakan dan
13
Kesehatan Hewan (Format 5).
9) Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan membuat
rekapitulasi Daftar Peserta Definitif (DPD) AUTS/K berdasarkan
rekapitulasi Daftar Peserta Definitif (DPD) AUTS/K dari masing-
masing provinsi untuk disampaikan kepada Direktur Jenderal
Prasarana dan Sarana Pertanian (Format 6).
10) Perusahaan asuransi pelaksana, berdasarkan polis yang
telah diterbitkan oleh masing-masing cabang asuransi
mengajukan penagihan bantuan premi kepada Direktur
jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian;
11) Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian selaku
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) melalui KPPN mencairkan
dana bantuan premi asuransi atas nama peternak sesuai
(Format 7) kepada perusahaan asuransi pelaksana.
4. Penilaian Kelayakan Klaim/Prosedur Penyelesaian Klaim
1 Mekanisme Pengajuan
Apabila ternak sapi yang diasuransikan mengalami kematian yang
disebabkan oleh penyakit, kecelakaan atau beranak dan/atau
kehilangan, maka Tertanggung dapat melakukan pengajuan klaim
kepada Penanggung.Pengajuan klaim dapat dilakukan oleh
tertanggung kepada penaggung dengan ketentuan sebagai berikut
Premi sudah dibayar kepada PT Jasindo sesuai ketentuan
Terjadi potensi kematian atau menjadi tidak produktif yang
disebabkan antara lain cacat, kecelakaan, penyakit atas
ternak sapi atau kerbau yang diasuransikan sehingga harus
dilakukan potong paksa
Terjadi potensi kematian atas ternak sapi/kerbau yang
diasuransikan.
Resiko terjadi dalam jangka waktu pertanggungan
14
Pemberitahuan Potensi Klaim (claim notification)
Jika terjadi potensi klaim atas ternak sapi/atau kerbau yang di
asuransikan, Tertanggung segera memberitahukan kepada
Penanggung.Pemberitahuan paling lambat 1 kali 24 jam dan dapat
dilakukan memalui media komunikasiantara laian telpon, email,
facsimile, atau sms kepada call center perusahaan asuransi
Penanggung
Pengendalian kerugian
Pengendalian kerugian dimagsudkan agar pihak Penanggung
segeramelakukan pemeriksaan dan mengambil langkah-langkah
mitigasi kerugian, misalnya dengan memerintahkan untuk menjual
atau memotong sapai/kerbau tersebut.Untuk kepentingan asuransi
keputusan mitigasi kerugian dalam bentuk menjual atau memotong
sapi/kerbau dengan ini disepakati sebagai ‘kematian sapi/kerbau’.
Hasil Perolehan/Penyelamatan (Salvage value)
Hasil perolehan/penyelamatan (Salvage value)merupakan sisa dari
objek pertanggungan yang masih memiliki nilai ekonomi. Hasil
penjualan sapi/kerbau sakit dalam bentuk sapi/kerbau utuh maupun
daging merupakan nilai salvage dan diperhitungkan sebagai
penguranagan terhadap jumlah kalim yang akan diterima
Tertanggung
Resiko Sendiri (DeducibleI)
Jika sapi/kerbau hilang karena kecurian, maka pengganti klaim
kepada Tertanggung dikurangi risiko sendiri (deduciblel) sebesar
30% dari Harga Pertanggungan.
2 Klaim
1) Dalam hal terjadi kematian sapi/kerbau. Tertanggung segera
menghubungi dokter hewan atau petugas teknis yang
berwenang yang ditetapkan oleh Dinas yang melaksanakan
fungsi peternakan dan kesehatan hewan setempat.
15
Selanjutnya tertanggung membuat laporan klaim dengan
format 8 dengan menyertakan Berita Acara kematian sesuai
Format 9.
2) Dalam hal terjadinya kehilangan sapi/kerbau, Tertanggung
segera menghubungi petugas teknis yang berwenang yang
ditetapkan oleh Dinas yang melaksanakan fungsi peternakan
dan kesehatan hewan setempat. Selanjutnya tertanggung
membuat laporan klaim sesuai format10
3 Persetujuan Klaim
Perusahaan Asuransi Pelaksana melakukan pemeriksaan terhadap
Berita Acara Hasil Pemeriksaan Kematian dan/atau kehilangan, dan
selanjutnya menerbitkan Surat Persetujuan Klaim dalam waktu
maksimal 14 hari kerja terhitung sejak tanggal diterimanya
4 Pembayaran Klaim
Perusahan Asuransi Pelaksana melakukan pembayaran klaim
dalam 14 (empat belas) hari kerja terhitung mulai tanggal
persetujuan klaim.Pembayaran klaim dilaksanakan dengan
pemindahan buku (transfer) ke rekening Tertanggung
C. Sumber Dana
Sumber dana untuk kegiatan Pengembangan Pemodalan Kelompok Tani
Ternak dialokasikan dalam DIPA Dinas Petrnakan dan Kesehatan Hewan
Provinsi Bali Nomor SP DIPA – 018.06.4.229102/2018 tanggal 5
Desember 2017 Rp. 50.000.000,-
D. Rincian Kegiatan
5891.402.001 Pengembangan Usaha dan Penguatan Kelembagaan
Petrenakan
100 Akses Pembiayaan dan Asuransi Ternak Rp. 50.000.000,-
521211 Belanja Bahan Rp. 3,050,000,-
- Rapat dalam rangka sosialisasi Rp. 2.400.000,-
16
Dana dipergunakan untuk biaya rapat dalam rangka sosialisasi dalam
pelaksanaan kegiatan AUTS/K sebanyak 40 orang diantaranya petugas
kabupaten, peternak, pihak Perusahan Asuransi Pelaksana yang akan
dilaksanakan pada bulan Maret 2018.
- Pelaporan Rp. 650.000,-
Dana dipergunakan untuk biaya laporan akhir kegiatan AUTS/K
sebanyak 1 paket laporan yang akan dibuat pada bulan Desember
2018.
524111 Belanja Perjalanan Biasa Rp. 42.450,000,-
- Dalam rangka koordinasi kepusat Rp. 6000.000,-
Dana dipergunakan untuk biaya perjalanan dinas luar daerah dalam
rangka koordinasi kepusat dalam pelaksanaan kegiatan AUTS/K
sebanyak 1 OP. waktu pelaksaannya disesuaikan dengan undangan
dari pusat.
- Pembinaan, Pendampingan, dan Koordinasi ke Kabupaten Rp.
14.400.000,-
Dana dipergunakan untuk perjalanan dinas tim provinsi dalam rangka
Pembinaan, Pendampingan, dan Koordinasi pelaksanaan kegiatan
AUTS/K di lapangan yang dilaksanakan 2 kali dalam satu tahun yaitu
pada bulan :
April, 16 OP x Rp. 450.000 = Rp. 7.200.000,-
Agustus, 16 OP x Rp. 450.000 = Rp. 7.200.000,-
- Pembinaan, Pendampingan, dan Koordinasi ke Kota Rp. 300.000,-
Dana dipergunakan untuk perjalanan dinas tim provinsi dalam rangka
Pembinaan, Pendampingan, dan Koordinasi pelaksanaan kegiatan
AUTS/K di lapangan yang dilaksanakan 1 kali dalam satu tahun yaitu
pada bulan :
April, 2 OP x Rp. 150 = Rp. 300.000,-
17
- Pembinaan, dan Pendampingan oleh Kabupaten/Kota Rp. 4,050.000,-
Dana dipergunakan untuk perjalanan dinas tim Kabupaten dalam
rangka Pembinaan, dan Pendampingan kegiatan AUTS/K di lapangan
yang akan dilaksanakan pada bulan :
April, 27 OP x Rp. 150.000 = Rp. 4,050.000,-
- Penilaian Kelayakan Calon Peserta Asuransi dan Klaim Rp.
17.700.000,-
Dana dipergunakan untuk perjalanan dinas tim Kabupaten dalam
rangka Penilaian Kelayakan Calon Peserta Asuransi dan Klaim dalam
kegiatan AUTS/K di lapangan yang akan dilaksanakan pada bulan :
Pebruari, 30 OH x Rp. 150.000 = Rp. 4,500.000,-
April, 30 OH x Rp. 150.000 = Rp. 4,500.000,-
Mei, 30 OH x Rp. 150.000 = Rp. 4,500.000,-
Juni, 28 OH x Rp. 150.000 = Rp. 4,200.000,-
524114 Belanja Perjalanan Dinas Peket Meeting Dalam Kota
- Transport peserta Transport peserta rapat-rapat di Provinsi
Dana dipergunakan untuk biaya transport peserta dalam rangka rapat-
rapat di Provinsidalam kegiatan AUTS/K yang akan dilaksanakan pda
bulan :
Maret, 30 OK x Rp. 150.000,- = Rp. 4,500.000,-
18
V. ORGANISASI PELAKSANA AUTS/K
Untuk mendukung kelancaran kegiatan dan proses Administrasi diperlukan
adanya pelaksana mulai dari Pusat sampai dengan Kabupaten sebagai berrkut :
1 Pelaksana AUTS/K provinsi : Kepala dinas yang membidangi fungsi
peternakan dan kesehatan hewan provinsi dan petugas yang ditunjuk untuk
melaksanakannya
a Melakukan sosialisasi program asuransi kepada peternak dan
pemangku kepentingan lainnya;
b Menerima usulan dari dinas kabupaten/kota dan
mengusulkan penetapan Daftar Peserta Definif (DPD) peserta
c Mendampingi pelaksanaan asesmen AUTS/K;
d Monitoring dan evaluasi pelaksanaan AUTS/K.
2 Pelaksana AUTS/K kabupaten/kota : Kepala dinas yang membidangi fungsi
peternakan dan kesehatan hewan kabupaten/kota dan petugas yang
ditunjuk untuk melaksanakannya.
a Melakukan sosialisasi program asuransi kepada peternak dan
pemangku kepentingan lainnya;
b Melakukan pendataan/inventarisasi calon peserta asuransi
c Mendampingi pelaksanaan asesmen AUTS/K;
d Mengusulkan peserta AUTS/K sebagai Daftar Peserta Definif (DPD)
kepada dinas yang membidangi fungsi peternakan dan kesehatan
hewan provinsi;
e Monitoring dan evaluasi pelaksanaan AUTS/K.
19
VI. MONITORING, EVALUASI, DAN PELAPORAN
Monitoring, evaluasi dan pelaporan dibutuhkan dalam rangka
pengendalian pelaksanaan AUTS/K. Kegiatan monev dilakukan untuk
mengantisipasi permasalahn dan resiko yang mungkin terjadi dalam
pelaksanaan AUTS/K ini dan sekaligus menyusun penyempurnaan
pelaksanaan program yang akan datang. Beberapa hal yang terkait
dengan kegiatan monitoring, evaluasi dan pelaporan diuraikan sebagai
berikut :
a. Pengendalian Resiko
Pengendalian resiko dilaksanakan secara berjenjang dari tim pusat, tim
provinsi dan tim kabupaten/kota, dengan periode pengendalian tri wulan.
Resiko dan mitigasi yang mungkin terjadi dalam pelaksanaan adalah :
1 Target realisasi penyaluran bantua premi tidak tercapai karena
antara lain kurangnya pemahaman pemangku kepentingan
terhadap asuransi dan keberatan peternak membayar premi
swadaya.
2 Sasaran penerima bantuan premi AUTS/K tidak tepat disebabkan
antara lain oleh kurangnya pemahaman pelaksanaan kegiatan
AUTS/K dan kurang tepatnya asesmen risiko.
3. Peternak yang berminat tidak terfasilitasi karena kurang responnya
petugas untuk memproses usulan asuransi ternak
Upaya penanganan dalam rangka mencegah terjadinya risiko diantaranya
1 Penyusunan pedoman yang rinci dan jelas
2 Soialisasi pelaksanaan AUTS/K yang lebih intensif
3 Pendampingan dan pengawasan pelaksanaan AUTS/K
b. Indikator Keberhasilan
Indicator yang digunakan untuk mengukur keberhasilan kegiatan ini
adalah :
20
1 Meningkatnya jumlah beserta AUTS/K
2 Terbayarnya premi AUTS/K peternak
3 Tersalurnya bantuan premi AUTS/K
4 Trebanyarnya klaim AUTS/K tepat waktu
c. Monitoring
Monitoring pelaksanaan AUTS/K dilaksanakan secara bersama-sama
oleh kementerian pertanian, perusahaan asuransi pelaksana, SKPD yang
melaksanakan fungsi peternakan dan kesehatan hewan Provinsi dan
kabupaten/kota. Monitoring yang dilakukan mencakup
1 Peserta AUTS/K
2 Pembayaran Premi Swadaya
3 Penerbitan Bantuan Premi
4 Pembayaran klaim
5 Infrastruktur pelaksanaan kegiatan AUTS/K
d. Evaluasi
Evaluasi kegiatan AUTS/K dilaksanakan oleh Tim Pokja Asuransi
Pertanian tingkat pusat, pelkasanaan pada Dinas yang melaksanakan
fungsi peternakan dan kesehatan hewan Provinsi dan Kabupaten/Kota
untuk kebutuhan pembinaan atau perbaikan pelaksaan berikutnya.
Evaluasi secara menyeluruh dilakukan oleh Tim Pokja Suransi
Peternakan Tingkat Pusat. Kegiatan evaluasi antara lain:
1 Pemahaman atas manfaat asuransi.
2 Realisasi pelaksanaan kegiatan AUTS/K
3 Proses penanganan dan penyelesaian klaim
4 Pemanfaatan klaim AUTS/K untuk pembelian sapi/kerbau
5 Pemanfaatan AUTS/K untuk keberlanjutan usaha peternak
Sapi/kerbau
e. Pelaporan
Hasil pelaksanaan kegiatan AUTS/K dilaporkan secara periodik
oleh Dinas yang melaksanakan fungi peternakan dan kesehatan hewan
kabupaten/kota kepada dinas yang melaksanakan fungsi peternakan dan
21
kesehatan hewan Provinsi untuk diteruskan kepada Direkturt Jenderal
Peternakan dan Kesehatan Hewan sesuai Form 11 .
Pelaporan meliputi :
1 Jumlah peternak sapi/kerbau yang mengikuti kegiatan asuransi dan
jumlah ternak sapi/kerbau yang diasuransikan.
2 Jumlah sapi/kerbau yang mati sehingga mengakibatkan kerugian
dan peternak mangajukan klami.
3 Jumlah sapi/kerbau yang dibeli setelah menerima pembayaran
klaim
4 Permasalahan dan saran yang dimungkinkan untuk mengatasi
permasalahan dalam pelaksanaan AUTS/K.
22
VII. PENUTUP
Demikian Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Asuransi Usaha Ternak
Sapi/Kerbau Tahun 2018 untuk dapat dipergunakan sebagai acuan
pelaksanaan dilapangan. Hal – hal lain yang belum disusun/diatur dalam juklak
ini secara rinci akan disampaikan dalam petunjuk teknis lainnya yang dibuat
oleh Kabupaten
Denpasar, Januari 2018
Kepala Bidang Prasarana Sarana Dan Penyuluhan Peternakan
Ir. A A Ngurah Darmawan, M.Si. NIP. 19600117 198603 1 012