I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.utu.ac.id/366/1/BAB I_V.pdfnegara. Hal ini dikarenakan...

42
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pelaksanaan otonomi daerah memberikan kewenangan kepada daerah untuk mengatur dan mengelola daerah masing-masing. Sebagai administrator penuh, masing-masing daerah harus bertindak efektif dan efisien agar pengelolaan daerahnya lebih terfokus dan mencapai sasaran yang telah ditentukan. Kesalahan persepsi yang menjadikan sumber daya alam sebagai sandaran utama sumberpendapatan daerah harus segera diubah karena suatu saat kekayaan alam akan habis. Pemerintah daerah harus mulai mencari sumber lain yang ada di wilayahnya untuk diandalkan sebagai tulang punggung Pendapatan Asli daerah (PAD). Dalam rangka menjalankan fungsi dan kewenangan pemerintah daerah dalam bentuk pelaksanaan kewenangan fiskal, setiap daerah harus dapat mengenali potensi dan mengidentifikasi sumber-sumber daya yang dimilikinya. Pemerintah daerah diharapkan lebih mampu khususnya untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan pemerintahan dan pembangunan di daerahnya melalui Pendapatan Asli Daerah (PAD). Tuntutan peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) semakin besar seiring dengan semakin banyaknya kewenangan pemerintahan yang dilimpahkan kepada daerah disertai pengalihan personil, peralatan, pembiayaan dan dokumentasi (P3D) ke daerah. Menurut Lazio (2012), jika dibandingkan dengan sektor bisnis, sumber pendapatan pemerintah daerah relatif terprediksi dan lebih stabil, sebab pendapatan tersebut diatur oleh peraturan perundang-undangan daerah yang bersifat mengikat dan dapat dipaksakan. Sedangkan pada sektor bisnis sangat

Transcript of I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.utu.ac.id/366/1/BAB I_V.pdfnegara. Hal ini dikarenakan...

Page 1: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.utu.ac.id/366/1/BAB I_V.pdfnegara. Hal ini dikarenakan pajak memiliki jumlah yang relatif stabil. Selain itu pajak daerah merupakan cerminan

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pelaksanaan otonomi daerah memberikan kewenangan kepada daerah

untuk mengatur dan mengelola daerah masing-masing. Sebagai administrator

penuh, masing-masing daerah harus bertindak efektif dan efisien agar pengelolaan

daerahnya lebih terfokus dan mencapai sasaran yang telah ditentukan. Kesalahan

persepsi yang menjadikan sumber daya alam sebagai sandaran utama

sumberpendapatan daerah harus segera diubah karena suatu saat kekayaan alam

akan habis. Pemerintah daerah harus mulai mencari sumber lain yang ada di

wilayahnya untuk diandalkan sebagai tulang punggung Pendapatan Asli daerah

(PAD).

Dalam rangka menjalankan fungsi dan kewenangan pemerintah daerah

dalam bentuk pelaksanaan kewenangan fiskal, setiap daerah harus dapat

mengenali potensi dan mengidentifikasi sumber-sumber daya yang dimilikinya.

Pemerintah daerah diharapkan lebih mampu khususnya untuk memenuhi

kebutuhan pembiayaan pemerintahan dan pembangunan di daerahnya melalui

Pendapatan Asli Daerah (PAD). Tuntutan peningkatan Pendapatan Asli Daerah

(PAD) semakin besar seiring dengan semakin banyaknya kewenangan

pemerintahan yang dilimpahkan kepada daerah disertai pengalihan personil,

peralatan, pembiayaan dan dokumentasi (P3D) ke daerah.

Menurut Lazio (2012), jika dibandingkan dengan sektor bisnis, sumber

pendapatan pemerintah daerah relatif terprediksi dan lebih stabil, sebab

pendapatan tersebut diatur oleh peraturan perundang-undangan daerah yang

bersifat mengikat dan dapat dipaksakan. Sedangkan pada sektor bisnis sangat

Page 2: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.utu.ac.id/366/1/BAB I_V.pdfnegara. Hal ini dikarenakan pajak memiliki jumlah yang relatif stabil. Selain itu pajak daerah merupakan cerminan

2

dipengaruhi oleh pasar yang penuh ketidakpastian dan turbulensi, sehingga

pendapatan pada sektor bisnis bersifat fluktuatif.

Untuk meningkatkan akuntabilitas dan keleluasaan dalam pembelanjaan

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), sumber-sumber penerimaan

daerah yang potensial harus digali secara maksimal di dalam koridor peraturan

perundang-undangan yang berlaku, termasuk diantaranya adalah pajak daerah dan

retribusi daerah yang sudah sejak lama menjadi salah satu unsur Pendapatan Asli

Daerah (PAD) yang utama. Semakin tinggi kewenangan keuangan yang dimiliki

daerah, maka semakin tinggi peranan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dalam

struktur keuangan daerah, begitu pula sebaliknya.

Salah satu pos Pendapatan Asli Daerah (PAD) dalam Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) adalah pajak daerah. Pajak daerah adalah

iuran wajib yang dibayarkan oleh orang pribadi atau suatu badan kepemerintah

daerah tanpa imbalan langsung yang nantinya iuran tersebut digunakan untuk

membiayai pelaksanaan pemerintah daerah.

Menurut Siahaan (2011), pajak daerah adalah pungutan wajib atas orang

pribadi atau badan yang dilakukan oleh pemerintah daerah tanpa imbalan

langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan

perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai

penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah. Pemungutan pajak

merupakan alternatif yang paling potensial dalam meningkatkan pendapatan

negara. Hal ini dikarenakan pajak memiliki jumlah yang relatif stabil. Selain itu

pajak daerah merupakan cerminan partisipasi aktif masyarakat dalam membiayai

pelaksanaan pemerintahan daearh. Jenis pemungutan pajak di Indonesia terdiri

dari pajak negara (pajak pusat), pajak daerah, retribusi daerah, bea dan cukai, dan

Page 3: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.utu.ac.id/366/1/BAB I_V.pdfnegara. Hal ini dikarenakan pajak memiliki jumlah yang relatif stabil. Selain itu pajak daerah merupakan cerminan

3

penerimaan negara bukan pajak. Salah satu usaha untuk meningkatkan

kemampuan dalam bidang pendanaan pelaksanaan pemerintah daerah untuk

pembangunan adalah meningkatkan dan menggali setiap potensi yang ada di

masing-masing daerah melalui pajak daerah.

Pendapatan Asli Daerah (PAD) terdiri dari jenis-jenis penerimaan pajak

daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang disahkan dan

lain- lain pendapatan asli daerah (PAD) yang sah. Mengingat pentingnya pajak

daerah dan retribusi daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) maka

Pemerintah Kabupaten Nagan Raya berusaha memungut pajak daerah dan

retribusi daerah secara profesional dan transparan berdasarkan peraturan

perundang- undangan yang telah ditetapkan serta dapat mencapai target realisasi

penerimaan pajak daerah yang telah ditetapkan dalam rangka optimalisasi dan

usaha meningkatkan kontribusinya terhadap Anggaran Pendapatan dan Belanja

Daerah (APBD).

Tingkat kontribusi pajak daerah terhadap Anggaran Pendapatan dan

Belanja Daerah (APBD) dapat dihitung dengan cara menganalisis pendapatan

daerah melalui laporan realisasinya. Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset

Daerah(DPKAD) Kabupaten Nagan Raya berfungsi melaksanakan

penyelenggaraan pemerintah daerah di bidang pendapatan daerah. Oleh karena itu

DPKADmenjadi sentral informasi mengenai pajak daerah dan sumber-sumber

Pendapatan Asli Daerah lainnya.

Dari beberapa sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD), pajak merupakan

salah satu sumber pendapatan daerah yang paling penting karena setiap tahunnya

pajak daerah mampu memberikan sumbangan yang cukup besar bagi penerimaan

daerah. Namun demikian, hingga saat ini tingkat pencapaian pajak daerah atau

Page 4: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.utu.ac.id/366/1/BAB I_V.pdfnegara. Hal ini dikarenakan pajak memiliki jumlah yang relatif stabil. Selain itu pajak daerah merupakan cerminan

4

realisasi pencapaian pajak daerah jika dibandingkan dengan target realisasi pajak

daerah yang ditetapkan berdasarkan potensi riil daerah setiap tahunnya tidak

selalu tercapai 100%.

Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dan

penyusunan skripsi dengan judul “Faktor-faktor yang mempengaruhi

Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Nagan Raya”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka penulis

berusaha untuk mengemukakan permasalahan secara tegas dan jelas agar

keseluruhan proses penelitian dapat terarah dan terfokus pada pokok masalah

yang sebenarnya, adapun permasalahan yang penulis ajukan adalah Faktor- faktor

apa saja yang mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Nagan Raya.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang akan dicapai dalam penelitian ini yaitu untuk

mengetahui Faktor- faktor yang mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah di

Kabupaten Nagan Raya.

1.4. Manfaat Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah diatas, manfaat yang akan diperoleh

dengan diadakannya penelitian ini adalah sebagai berikut :

Page 5: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.utu.ac.id/366/1/BAB I_V.pdfnegara. Hal ini dikarenakan pajak memiliki jumlah yang relatif stabil. Selain itu pajak daerah merupakan cerminan

5

1.4.1. Manfaat Teoritis

1. Penulis

Menambah wawasan penulis sebagai bahan perbandingan antara teori

tang telah dipelajari dengan praktek yang di terapkan.

2. Lingkungan Akademik

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna dalam menambah bahan

bacaan bagi yang ingin mendalami kegiatan retribusi pendapatan

daerah dan peneliti yang ingin mendalami lebih lanjut tentang Faktor-

faktor yang mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten

Nagan Raya.

1.4.2. Manfaat Praktis

Pemerintah Daerah / Pihak – Pihak Terkait

Diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk perkembangan

dan peningkatan kontribusiPendapatan Asli Daerah (PAD) dalam peningkatan

pendapatan daerah

1.5. Sistematika Pembahasan

Secara garis besar sistematika pembahasan dalam karya skripsi ini terdiri

dari lima bagian yaitu:

Bagian pertama terdiri dari, pendahuluan tentang Latar Belakang,

Identifikasi dan Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, dan

Sistematika Pembahasan.

Bagian kedua berisi tentang Tinjauan Pustakaan yang digunakan sebagai

dasar pijakan dalam penulisan proposal dan Perumusan Hipotesis.

Page 6: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.utu.ac.id/366/1/BAB I_V.pdfnegara. Hal ini dikarenakan pajak memiliki jumlah yang relatif stabil. Selain itu pajak daerah merupakan cerminan

6

Bagian ketiga berisi tentang Metode Penelitian, Populasi, Data Penelitian,

Jenis dan Sumber Data, Teknik Pengumpulan Data, Metode Analisis Data,

Definisi Operasional Variabel.

Bagian keempat berisi tentang Statistik Deskriptif Variabel Penelitian,

Hasil Pengujian Hipotesis, Pembahasan Hasil Penelitian.

Bagian kelima berisi tentang Kesimpulan dan Saran.

Page 7: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.utu.ac.id/366/1/BAB I_V.pdfnegara. Hal ini dikarenakan pajak memiliki jumlah yang relatif stabil. Selain itu pajak daerah merupakan cerminan

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pendapatan

2.1.1. Pendapatan Daerah

Pendapatan daerah meliputi semua penerimaan uang melalui rekening kas

umum daerah yang menambah ekuitas dana lancar yang merupakan hak

pemerintah daerah dalam 1 (satu) tahun anggaran yang tidak perlu dibayar

kembali oleh daerah. Sehubungan dengan hal tersebut, pendapatan daerah yang

dianggarkan dalam APBD merupakan perkiraan yang terukur secara rasional yang

dapat dicapai untuk setiap sumber pendapatan. Seluruh pendapatan daerah yang

dianggarkan dalam APBD dianggarkan secara bruto, yang mempunyai makna

bahwa jumlah pendapatan yang dianggarkan tidak boleh dikurangi dengan belanja

yang digunakan dalam rangka menghasilkan pendapatan tersebut dan/ atau

dikurangi dengan bagian pemerintah pusat/ daerah lain dalam rangka bagi hasil.

1. Pendapatan Asli Daerah

2. Dana perimbangan

a. Transfer pemerintah pusat – Dana perimbangan

b. Transfer pemerintah pusat – Lembaga

c. Transfer pemerintah provinsi

3. Lain- lain pendapatan daerah yang sah

2.1.2. Pendapatan Asli Daerah

Pendapatan Asli Daerah merupakan suatu pendapatan yang menunjukan

kemampuan suatu daerah dalam menghimpun sumber-sumber dana untuk

membiayai pengeluaran rutin. Jadi dapat dikatakan bahwa Pendapatan Asli

Daerah sebagai pendapatan rutin dari usaha-usaha Pemerintah Daerah dalam

Page 8: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.utu.ac.id/366/1/BAB I_V.pdfnegara. Hal ini dikarenakan pajak memiliki jumlah yang relatif stabil. Selain itu pajak daerah merupakan cerminan

8

memanfaatkan potensi-potensi sumber keuangan daerahnya sehingga dapat

mendukung pembiayaan penyelenggaraan Pemerintah dan pembangunan daerah.

(Rusyadi, 2005)

Pendapatan daerah adalah semua hak daerah yang diakui sebagai penambah

nilai kekayaan bersih dalam periode anggaran tertentu (UU.No 32 Tahun 2004

tentang pemerintahan daerah), pendapatan daerah berasal dari penerimaan dari

dana perimbangan pusat dan daerah, juga yang berasal daerah itu sendiri yaitu

pendapatan asli daerah serta lain- lain pendapatan yang sah.

Perimbangan keuangan pemerintah pusat dan daerah adalah sistem pembagian

keuangan yang adil, proporsional, demokratis, transparan, dan bertanggung jawab

dalam rangka pendanaan penyelenggaraan desentralisasi, dengan

mempertimbangkan potensi, kondisi, dan kebutuhan daerah serta besaran

penyelenggaraan dekonsentrasi dan tugas pembantuan. (UU No. 32 Tahun 2004).

Pengertian pendapatan asli daerah menurut Undang-Undang No. 28 Tahun

2009 yaitu sumber keuangan daerah yang digali dari wilayah daerah yang

bersangkutan yang terdiri dari hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil

pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain- lain pendapatan asli

daerah yang sah.

Menurut Nurcholis (2007), pendapatan asli daerah adalah pendapatan yang

diperoleh daerah dari penerimaan pajak daerah, retribusi daerah, laba perusahaan

daerah, dan lain- lain yang sah.

Pajak daerah dan retribusi daerah merupakan sumber pendapatan asli daerah

memiliki kontribusi yang sangat penting dalam membiayai pemerintahan dan

pembangunan daerah karena bermanfaat dalam meningkatkan kemampuan

Page 9: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.utu.ac.id/366/1/BAB I_V.pdfnegara. Hal ini dikarenakan pajak memiliki jumlah yang relatif stabil. Selain itu pajak daerah merupakan cerminan

9

penerimaan pendapatan asli daerah dan juga mendorong laju pertumbuhan

ekonomi daerah serta menentukan kemandirian daerah (Markus, 2005).

Dari beberapa pendapat di atas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa

pendapatan asli daerah adalah semua penerimaan keuangan suatu daerah, dimana

penerimaan keuangan itu bersumber dari potensi-potensi yang ada di daerah

tersebut misalnya pajak daerah, retribusi daerah dan lain- lain, serta penerimaan

keuangan tersebut diatur oleh peraturan daerah.

2.1.3. Sumber Pendapatan Asli Daerah

Pemerintah daerah supaya dapat mengurus rumah tangganya sendiri

dengan sebaik-baiknya, maka perlu diberikan sumber-sumber pembiayaan yang

cukup. Tetapi mengingat bahwa tidak semua sumber pembiayaan dapat diberikan

kepada daerah maka daerah diwajibkan untuk menggali segala sumber-sumber

keuanganya sendiri berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Undang-undang republik indonesia nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintahan

daerah.

Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 pasal 157 tentang Pemerintah

Daerah, menyebutkan sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah adalah meliputi :

1. Pajak Daerah

Adalah pungutan yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah berdasarkan

peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang ditetapkan melalui peraturan

daerah dan dikenakan pada semua objek pajak seperti orang atau badan, bergerak

atau tidak bergerak.

2. Retribusi Daerah

Adalah pungutan yang dilakukan sebagai pembayaran atas pemakaian jasa

yang diberikan oleh daerah secara langsung dan nyata. Retribusi daerah

Page 10: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.utu.ac.id/366/1/BAB I_V.pdfnegara. Hal ini dikarenakan pajak memiliki jumlah yang relatif stabil. Selain itu pajak daerah merupakan cerminan

10

mempunyai sifat-sifat yaitu pelaksanaannya bersifat ekonomis, ada imbalan

langsung walau harus memenuhi persyaratan-persyaratan formil dan

materil, tetapi ada alternatif untuk mau tidak membayar, merupakan pungutan

yang sifatnya budget lainnya tidak menonjol, dalam hal-hal tertentu retribusi

daerah adalah pengembalian biaya yang telah dikeluarkan oleh pemerintah daerah

untuk memenuhi permintaan anggota masyarakat.

3. Bagian Laba Badan Usaha Milik Daerah

Adalah penerimaan berupa bagian laba bersih Badan Usaha Milik Daerah

yang terdiri dari laba bersih Bank Pembangunan Daerah, bagian laba bersih

Perusahaan Daerah.Hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan

daerah yang dipisahkan. Hasil perusahaan milik daerah merupakan pendapatan

daerah dari keuntungan bersih perusahaan daerah yang berupa dana pembangunan

daerah dan bagian untuk anggaran belanja daerah yang disetor ke kas daerah, baik

perusahaan daerah yang dipisahkan,sesuai dengan motif pendirian dan

pengelolaan, maka sifat perusahaan dareah adalah suatu kesatuan produksi yang

bersifat menambah pendapatan daerah, memberi jasa, menyelenggarakan

kemanfaatan umum, dan memperkembangkan perekonomian daerah.

4. Penerimaan yang ada

Adalah penerimaan selain pajak daerah, retribusi daerah, bagian laba

badan usaha milik daerah, penjualan barang-barang bekas, cicilan kendaraan

bermotor roda empat dan roda dua, cicilan rumah yang dibangun oleh pemerintah

daerah, dan lain- lain.

2.2. Otonomi Daerah

Otonomi daerah sebagai bahan integral dari pembangunan nasional yang

tidak bisa dilepaskan dari prinsip otonomi daerah. Sebagai daerah otonom daerah

Page 11: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.utu.ac.id/366/1/BAB I_V.pdfnegara. Hal ini dikarenakan pajak memiliki jumlah yang relatif stabil. Selain itu pajak daerah merupakan cerminan

11

mempunyai kewenangan dan tanggung jawab menyelenggarakan kepentingan

masyarakat berdasarkan prinsip keterbukaan, partisipasi masyarakat dan

pertanggungjawaban kepada masyarakat. Untuk mendukung penyelenggaraan

otonomi daerah diperlukan kewenangan yang luas, nyata dan bertanggungj awab

di daerah secara proporsional dan berkeadailan, jauh dari praktek-praktek korupsi,

kolusi dannepotisme serta adanya perimbangan antara keuangan pemerintah pusat

dan daerah Widjaja, Utomo (2006)

Disamping itu otonomi daerah juga memberikan porsi yang besar bagi

daerah untuk mengelola keuangan daerahnya. Ini berarti tanggung jawab

menggali sumber-sumber keuangan daerah dan memanfaatkan penerimaan daerah

lebih banyak berada di daerah Sugiyanto, dalam Utomo (2006)

Berdasarkan UU No. 32 Tahun 2004, pemerintah pusat dan daerah

merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dalam upaya

penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan masyarakat. Misi utama dari

Undang-Undang tersebut bukan hanya keinginan untuk melimpahkan

kewenangan dan pembiayaan dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah, tetapi

yang lebih penting adalah keinginan untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas

pengelolaan sumber keuangan daerah dalam rangka peningkatan kesejahteraan

dan pelayanan pada masyarakat.

Secara khusus Undang-Undang No 11 Tahun 2006 tenteng pemerintah

Aceh Bab XXIV Keuangan dengan prinsip Otonomi seluas luasnya. Bagian

Kesatu Umum Pasal 178. Penyelenggaraan urusan pemerintah di Aceh dan

kabupaten/kota sebagaimana dimaksud dalampasal 7 diikuti dengan pemberian

sumber pendanaan kepada pemerintah Aceh dan pemerintah kabupaten/kota.

Page 12: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.utu.ac.id/366/1/BAB I_V.pdfnegara. Hal ini dikarenakan pajak memiliki jumlah yang relatif stabil. Selain itu pajak daerah merupakan cerminan

12

(1) Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Aceh

dan kabupaten/kota dalam rangka pelaksanaan desentralisasi didanai dari

dan atas beban APBA dan APBK.

(2) Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang dilimpahkan kepada Gubernur

Aceh selaku wakil pemerintah disertai dengan pendanaan dari APBN

dalam rangka pelaksanaan dekonsentrasi.

(3) Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang ditugaskan kepada

pemerintahan Aceh, pemerintahan kabupaten/kota, dan gampong disertai

dengan pendanaan dari APBN dalam rangka pelaksanaan tugas

pembantuan. Bagian Kedua Sumber Penerimaan dan Pengelolaan.

Pasal 179

(1) Penerimaan Aceh dan kabupaten/kota terdiri atas Pendapatan Daerah dan

Pembiayaan.

(2) Pendanaan Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bersumber dari :

a. Pendapatan Asli Daerah;

b. Dana Perimbangan;

c. Dana Otonomi Khusus; dan

d. Lain- lain pendapatan yang sah.

Pasal 180

(1) Sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) Aceh dan PAD kabupaten/kota

sebagaimana dimaksud Pasal 179 ayat (2) huruf a terdiri atas:

a. Pajak daerah;

b. Retribusi daerah;

Page 13: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.utu.ac.id/366/1/BAB I_V.pdfnegara. Hal ini dikarenakan pajak memiliki jumlah yang relatif stabil. Selain itu pajak daerah merupakan cerminan

13

c. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan milik

Aceh/kabupaten/kota dan hasil penyertaan modal

Aceh/kabupaten/kota;

d. Zakat; dan

e. Lain- lain pendapatan asli Aceh dan pendapatan asli kabupaten/kota

yang sah.

(2) Pengelolaan sumber PAD Aceh dan PAD kabupaten/kota sebagaimana

dimaksudpada ayat (1) huruf a dan huruf b, dilakukan denganberpedoman

pada peraturan perundang-undangan.

Pasal 181

(1) Dana perimbangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 179 ayat (2) huruf

b terdiri atas:

a. Dana Bagi Hasil Pajak, yaitu:

1) Bagian dari penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) sebesar

90% (sembilan puluh persen);

2) Bagian dari penerimaan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan

Bangunan (BPHTB) sebesar 80% (delapan puluh persen); dan

3) Bagian dari penerimaan Pajak Penghasilan (PPh Pasal 25 dan Pasal

29 wajib pajak orang pribadi dalam negeri dan PPh Pasal 21)

sebesar 20% (dua puluh persen).

b. Dana bagi hasil yang bersumber darihidrokarbon dan sumber daya

alam lain, yaitu:

1) Bagian dari kehutanan sebesar 80% (delapan puluh persen);

2) Bagian dari perikanan sebesar 80% (delapanpuluh persen);

Page 14: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.utu.ac.id/366/1/BAB I_V.pdfnegara. Hal ini dikarenakan pajak memiliki jumlah yang relatif stabil. Selain itu pajak daerah merupakan cerminan

14

3) Bagian dari pertambangan umum sebesar 80% (delapan puluh

persen);

4) Bagian dari pertambangan panas bumi sebesar 80% (delapan puluh

persen);

5) Bagian dari pertambangan minyak sebesar 15% (lima belas

persen); dan

6) Bagian dari pertambangan gas bumi sebesar 30% (tiga puluh

persen).

c. Dana Alokasi Umum.

d. Dana Alokasi Khusus.

(2) Bagian Dana Peribangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan

sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

(3) Selain Dana Bagi Hasil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b,

pemerintah Aceh mendapat tambahan Dana Bagi Hasil minyak dan gas

bumi yang merupakan bagian dari penerimaan Pemerintah Aceh, yaitu:

a. Bagian dari pertambangan minyak sebesar 55% 9lima puluh lima

persen); dan

b. Bagian dari pertambangan gas bumi sebesar 40% (empat puluh

persen).

Pasal 182

(1) Pemerintah Aceh berwenang mengelola tambahan Dana Bagi Hasil

minyak dan gas bumi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 181 ayat (3).

(2) Dana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan pendapatan dalam

APBA.

Page 15: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.utu.ac.id/366/1/BAB I_V.pdfnegara. Hal ini dikarenakan pajak memiliki jumlah yang relatif stabil. Selain itu pajak daerah merupakan cerminan

15

(3) Paling sedikit 30% (tiga puluh persen)dari pendapatan sebagaimana

dimaksud pada ayat (2), dialokasikan untuk membiayai pendidikan di

Aceh.

(4) Paling banyak 70% (tujuh puluh persen) dari pendapatan sebagaimana

dimaksud pada ayat (2), dialokasikan untuk membiayai program

pembangunan yang disepakati bersama antara pemerintah Aceh dengan

pemerintah kabupaten/kota.

(5) Program pembangunan yang sudah disepakati bersama sebagaimana

dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4) dilaksanakan oleh Pemerintah Aceh.

(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengalokasian dana

sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4) diatur dalam Qanun

Aceh.

(7) Pemerintah Aceh menyampaikan laporan secara periodik mengenai

pelaksanaan pengalokasian dan penggunaan tambahan Dana Bagi Hasil

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada pemerintah.

Pasal 183

(1) Dana otonomi Khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 179 ayat (2)

hurug c, merupakan penerimaan Pemerintah Aceh yang ditujukan untuk

membiayai pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur, pemberdayaan

ekonomi rakyat, pengentasan kemiskinan, serta pendanaan pendidikan,

sosial, dan kesehatan.

(2) Dana Otonomi Khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku untuk

jangka waktu 20 (dua puluh) tahun, dengan rincian untuk tahun pertama

sampai dengan tahun kelima belas yang besarnya setara dengan 2% (dua

persen) plafon Dana Alokasi Umum Nasional dan untuk tahun keenam

Page 16: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.utu.ac.id/366/1/BAB I_V.pdfnegara. Hal ini dikarenakan pajak memiliki jumlah yang relatif stabil. Selain itu pajak daerah merupakan cerminan

16

belas sampai dengan tahun kedua puluh yang besarnya setara dengan 1%

(satu persen) plafon Dana Alokasi Umum Nasional.

2.3. Pajak

2.3.1. Pengertian Pajak

Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang sangat penting dalam

menopang pembiayaan pembangunan yang bersumber dari negara. Besar kecilnya

pajak akan menentukan kapasitas anggaran negara dalam membiayai pengeluaran

negara baik untuk pembiayaan pembangunan maupun untuk pembiayaan

anggaran rutin.

Pajak menurut Deutsche Reichs Abgaben Ordnung (Erly Suandy, 2005)

adalah bantuan uang secara insidental atau secara periodik (dengan tidak ada

kontraprestasinya), yang dipungut oleh badan yang bersifat umum untuk

memperoleh pendapatan, dimana terjadi suatu Tatbestand (sasaran pemajakan),

yang karena undang-undang telah menimbulkan utang pajak.

2.3.2. Pajak Daerah

Menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak

Daerah dan Restribusi Daerah, yang dimaksud dengan pajak daerah adalah

kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang

bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan

imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-

besarnya kemakmuran rakyat.

Berdasarkan Pasal 2 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang pajak

daerahdan retribusi daerah, Pajak daerah digolongkan ke dalam dua kelompok,

yaitu:

Page 17: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.utu.ac.id/366/1/BAB I_V.pdfnegara. Hal ini dikarenakan pajak memiliki jumlah yang relatif stabil. Selain itu pajak daerah merupakan cerminan

17

1. Pajak Provinsi, terdiri dari:

a. Pajak Kendaraan Bermotor

b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor

c. Pajak Bahan Bakar Kendaaraan Bermotor

d. Pajak Air permukaan

e. Pajak Rokok

2. Pajak Kabupaten/Kota, terdiri dari:

a. Pajak Hotel

b. Pajak Restoran

c. Pajak Hiburan

d. Pajak Reklame

e. Pajak Penerangan Jalan

f. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan

g. Pajak Parkir

h. Pajak Air Tanah

i. Pajak Sarang Burung Walet

j. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan

k. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan

2.4. Dana Perimbangan

2.4.1. Pengertian Dana Perimbangan

Dana Perimbangan merupakan sumber pendapatan daerah yang berasal

dariAPBN untuk mendukung pelaksanaan kewenangan pemerintah daerah

dalammencapai tujuan pemberian otonomi kepada daerah, yaitu terutama

Page 18: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.utu.ac.id/366/1/BAB I_V.pdfnegara. Hal ini dikarenakan pajak memiliki jumlah yang relatif stabil. Selain itu pajak daerah merupakan cerminan

18

peningkatanpelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang semakin baik (Widjaja,

2002).

Menurut Elmi (2002), secara umum tujuan pemerintah pusat

melakukantransfer dana kepada pemerintah daerah adalah:

1. Sebagai tindakan nyata untuk mengurangi ketimpangan pembagian"kue

nasional", baik vertikal maupun horisontal.

2. Suatu upaya untuk meningkatkan efisiensi pengeluaran pemerintahdengan

menyerahkan sebagian kewenangan dibidang pengelolaankeuangan negara

dan agar manfaat yang dihasilkan dapat dinikmatioleh rakyat di daerah yang

bersangkutan.

Namun selama ini sumber dana pembangunan daerah di Indonesia

mencerminkan ketergantungan terhadap sumbangan dan bantuan dari pemerintah

pusat (Sumiyarti dan Imamy, 2005). Sejalan dengan itu, Elmi (2002)

jugamenyatakan bahwa ketidakseimbangan fiskal (fiscal inbalance) yang terjadi

antara pemerintah pusat dan daerah selama ini telah menyebabkan ketergantungan

keuangan pemerintah daerah kepada bantuan dari pemerintah pusat yang

mencapai lebih dari 70persen kecuali Propinsi DKI Jakarta.Padahal sebenarnya

bantuan dana dari pemerintah pusat tersebut hanyalahuntuk rangsangan bagi

daerah agar lebih meningkatkan sumber penerimaanpendapatan asli daerahnya,

yang merupakan bagian penting dari sumber penerimaandaerah, bukan

menjadikannya sebagai prioritas utama dalam penerimaan daerah.

Page 19: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.utu.ac.id/366/1/BAB I_V.pdfnegara. Hal ini dikarenakan pajak memiliki jumlah yang relatif stabil. Selain itu pajak daerah merupakan cerminan

19

2.4.2. Pembagian Dana Perimbangan

1. Bagian Daerah

yaitu Bagi Hasil Pajak dan Bagi Hasil Bukan Pajak (SDA)Sumber-sumber

penerimaan perpajakan yang dibagihasilkan meliputi PajakPenghasilan (PPh)

pasal 21 dan pasal 25/29 orang pribadi, Pajak Bumi dan Bangunan(PBB), serta

Bagian Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB). Sementaraitu,

sumber-sumber penerimaan SDA yang dibagihasilkan adalah minyak bumi,

gasalam, pertambangan umum, kehutanan, dan perikanan.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 115 Tahun 2000, bagian daerah

dari PPh, baik PPh pasal 21 maupun PPh pasal 25/29 orang pribadi, ditetap

kanmasing-masing sebesar 20 persen dari penerimaannya. Dua puluh persen

bagian daerah tersebut terdiri dari 8 persen bagian Propinsi dan 12 persen bagian

Kabupaten/Kota. Pengalokasian bagian penerimaan pemerintah daerah kepada

masing-masing daerah Kabupaten/Kota diatur berdasarkan usulan gubernur

dengan mempertimbangkan faktor-faktor seperti jumlah penduduk, luas wilayah,

serta faktor lainnya yang relevan dalam rangka pemerataan.

sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2000,bagian daerah

dari PBB ditetapkan 90 persen, sedangkan sisanya sebesar 10 persenyang

merupakan bagian pemerintah pusat, juga seluruhnya sudah dikembalikankepada

daerah. Dari bagian daerah sebesar 90 persen tersebut, 10 persennyamerupakan

upah pungut, yang sebagian merupakan bagian pemerintah pusat.Sementara itu,

bagian daerah dari penerimaan BPHTB berdasarkan UU No. 33 Tahun2004

ditetapkan sebesar 80 persen, sedangkan sisanya 20 persen merupakan

bagianpemerintah pusat.

Page 20: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.utu.ac.id/366/1/BAB I_V.pdfnegara. Hal ini dikarenakan pajak memiliki jumlah yang relatif stabil. Selain itu pajak daerah merupakan cerminan

20

Dalam UU tersebut juga diatur mengenai besarnya bagian daerahdari

penerimaan SDA minyak bumi dan gas alam (migas), yang masing-

masingditetapkan 15 persen dan 30 persen. Sementara itu, penerimaan SDA

pertambanganumum, kehutanan, dan perikanan, ditetapkan masing-masing

sebesar 80 persen.

2. Dana Alokasi Umum (DAU)

Menurut UU No. 33 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan

antarapemerintah pusat dan daerah, yang dimaksud dengan dana alokasi umum

yaitu danayang berasal dari APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan

kemampuankeuangan antar daerah untuk membiayai kebutuhan pengeluarannya

dalam rangkapelaksanaan desentralisasi.

Pada Pasal 7 UU No. 33 Tahun 2004, besarnya DAU ditetapkan

sekurangkurangnya 25 persen dari penerimaan dalam negeri yang ditetapkan

dalam APBN.DAU untuk daerah Propinsi dan untuk daerah kabupaten/kota

ditetapkan masing-masing 10 persen dan 90 persen dari DAU.

3. Dana Alokasi Khusus (DAK)

Pengertian dana alokasi khusus menurut UU No. 33 Tahun 2004 adalah

danayang berasal dari APBN yang dialokasikan kepada daerah untuk

membantumembiayai kebutuhan khusus, termasuklah yang berasal dari dana

reboisasi.kebutuhan khusus yang dimaksud yaitu:

1. Kebutuhan yang tidak dapat diperkirakan dengan menggunakan rumus

alokasi umum, dan/atau

Page 21: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.utu.ac.id/366/1/BAB I_V.pdfnegara. Hal ini dikarenakan pajak memiliki jumlah yang relatif stabil. Selain itu pajak daerah merupakan cerminan

21

2. Kebutuhan yang merupakan komitmen atau prioritas nasional. Penerimaan

negara yang berasal dari dana reboisasi sebesar 40 persen disediakan kepada

daerah penghasil sebagai DAK.

2.5. Hipotesis

Adapun perumusan hipotesis adalah di duga Pendapatan Asli Daerah (PAD)

belum berpengaruh secara signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan PDRB

di Kabupaten Nagan Raya.

Page 22: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.utu.ac.id/366/1/BAB I_V.pdfnegara. Hal ini dikarenakan pajak memiliki jumlah yang relatif stabil. Selain itu pajak daerah merupakan cerminan

III. METODE PENELITIAN

3.1. Pendekatan Penelitian

Pada penelitian ini, pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan

kuantitatif. Penelitian ini menggambarkan keadaan atau masalah yang dihadapi oleh

Dinas Pengelolaan dan Keuangan Aset Daerah (DPKAD). Prosesnya berupa

pengumpulan data, penyusunan data serta analisis dan penafsiran data. Penelitian ini

mengklasifikasikan perhitungan, pemungutan, pembayaran atau peyetoran Pajak

terhadap pendapatan asli daerah. Data penelitian ini di ambil dalam k urun waktu 5

tahun terakhir dan berlokasi di Dinas Pengelolaan dan Keuangan Aset Daerah

(DPKAD) Kabupaten Nagan Raya.

3.2. Objek/Subjek Penelitian

Objek penelitian adalah Faktor-faktor yang mempengaruhi Pendapatan Asli

Daerah di Kabupaten Nagan Raya.

3.3. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber data sekunder,

dimana subjeknya tidak berhubungan langsung dengan objek penelitian tetapi

membantu dan dapat memberikan informasi untuk bahan penelitian. Dalam penelitian

ini data sekunder adalah literatur, artikel, laporan pajak daerah serta berbagai sumber

lain yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan pada tahun 2008-2012.

Page 23: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.utu.ac.id/366/1/BAB I_V.pdfnegara. Hal ini dikarenakan pajak memiliki jumlah yang relatif stabil. Selain itu pajak daerah merupakan cerminan

23

3.4 Model Analisis Data

Teknik yang digunakan sebagai alat analisis dalam penelitian ini yaitu dengan

menggunakan analisa regresi berganda, analisa korelasi, dan uji t yang akan diolah

dengan menggunakan program komputer (SPSS) dengan Penjelasan sebagai berikut :

a. Analisa Regresi Berganda

Analisa ini digunakan sebagai alat analisis peramalan nilai dua variabel bebas

atau lebih terhadap satu variabel terikat. Rumus persamaan regresi berganda menurut

(Husaini et.al 2006, h. 242) yang di tranfusikan dalam bentuk doble log

Ln Y = β+b1 LnX1 + b2 LnX2 + e................................................(1)

Dimana :

Y : Variabel terikat (PAD di ukur dalam Rupiah)

b : Koefesien regresi (Slope)

β : Beta

Ln : Logaridma Natural

X1 : Variabel Pertumbuhan Ekonomi yang di ukur dengan satuan Rupiah

X2 : Variabel PDRB yang di ukur dengan satuan Rupiah

e : error term

Selanjutnya karena pendapatan tidak memiliki konstanta maka persamaan

tersebut menjadi :

Ln Y = b1 LnX1 + b2 LnX2 +e ……………………… (2)

b. Koefesien Determinasi (r2)

Analisa ini digunakan untuk menyatakan besar kecilnya sumbangan variabel

bebas (X) terhadap variabel terikat (Y). Koefesien determinasi (r2) merupakan

kuadrat dari nilai koefesien korelasi.

Page 24: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.utu.ac.id/366/1/BAB I_V.pdfnegara. Hal ini dikarenakan pajak memiliki jumlah yang relatif stabil. Selain itu pajak daerah merupakan cerminan

24

Rumus koefesien determinasi menurut Hasan (2001, h. 236) :

KP = r2 x 100%......................................................................(3)

Dimana :

KP = Besarnya Koefesien penentu (determinasi)

R = Koefesien Korelasi

3.5 Definisi Operasional Variabel

Agar penelitian ini lebih terarah, peneliti membatasi penelitian untuk melihat

identifikasi pendapatan Asli Daerah Kabupaten Nagan Raya, yaitu :

a. Pendapatan Asli Daerah (Y) merupakan suatu pendapatan yang menunjukkan

suatu kemampuan daerah dalam menghimpun sumber-sumber dana untuk

membiayai pengeluaran rutin, di Kabupaten Nagan Raya pada kurun waktu

2008-2013 yang diukur dalam miliar rupiah.

b. Pertumbuhan Ekonomi (X1), merupakan tingkat pendapatan daerah.

c. PDRB (X2) merupakan jumlah dana yang di dapatkat dari berbagai sumber

yang ada di kabupaten Nagan Raya.

3.6 Pengujian Hipotesis

Dalam pengujian hipotesis penulis menggunakan Uji t untuk menguji

hipotesis suatu parameter bila sampel berukuran kecil (n < 30) dan ragam populasi

tidak diketahui. Rumus Uji t menurut Ruslan (2006) dalam Susanti (2011,h.32) yaitu:

Page 25: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.utu.ac.id/366/1/BAB I_V.pdfnegara. Hal ini dikarenakan pajak memiliki jumlah yang relatif stabil. Selain itu pajak daerah merupakan cerminan

25

)1(

2

2r

nrt

..............................................(4)

Keterangan :

n : Jumlah Sampel

r : Koefesien korelasi

Hipotesa stastistik yang diguanakan dalam penelitian ini adalah :

a. H0 : β = 0, Variabel Independen (Pertumbuhan Ekonomi dan PDRB) secara

parsial tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen (PAD)

b. H1 : β ≠ 0, artinya variabel independen Pertumbuhan Ekonomi dan PDRB)

secara parsial tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen

(PAD)

c. Kriteria uji Hipotesis yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah

a. Apabila t hitung lebi besar dari pada t tabel maka dengan sendirinya H0 ditolak,

dan H1 diterima (tingkat signifikansi 5%).

b. Apabila t tabel lebih besar dari pada t hitung maka dengan sendirinya H1 -

ditolak, dan H0 diterima (tingkat signifikan 5%).

Disamping itu, pengaruh secara simultan (bersama-sama) maka digunakan uji

koefesien regresi uji F (f-test) pada tingkat signifikansi 0,05 (α = 5%) dengan derajat

kebebasan (df) n-k-1.

Pengujian hipotesis adalah jawaban sementara tentang rumusan penelitian yang

belum dibuktikan kebenarannya. Pengujian hipotesis yang dilakukan adalah untuk

mengetahui bahwa hasil penelitian yang diperoleh merupakan dengan tingkat

Page 26: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.utu.ac.id/366/1/BAB I_V.pdfnegara. Hal ini dikarenakan pajak memiliki jumlah yang relatif stabil. Selain itu pajak daerah merupakan cerminan

26

keyakinan 95 %. Untuk mencari nilai F hitung dapat dicari dengan rumus sebagai

berikut :

F =𝑅2/𝑘

(1−𝑅2) / (𝑛−𝑘−1)…………………………….. (5)

Keterangan :

R2 : Koefesien Determinasi

N : Jumlah Data atau kasus

K : Jumlah variabel independen

Dengan demikian, pengujian hipotesi dalam penelitian ini secara simulatan

dinyatakan dengan keputusan sebagai berikut :

a. Bila Fhitung < Ftabel maka H1 ditolak dan H0 diterima, yang menyatakan bahwa

pertumbuhan Ekonomi, dan PDRB berpengaruh secara signifikan terhadap

pendapatan PAD di Kabupaten Nagan Raya

b. Bila FHitung > FTabel maka H1 diterima dan H0 ditolak, yang menyatakan

bahwa pertumbuhan Ekonomi, dan PDRB tidak berpengaruh secara

signifikan terhadap pendapatan PAD di Kabupaten Nagan Raya

Page 27: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.utu.ac.id/366/1/BAB I_V.pdfnegara. Hal ini dikarenakan pajak memiliki jumlah yang relatif stabil. Selain itu pajak daerah merupakan cerminan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Statistik Deskriptif Variabel Penelitian

Analisis statistik deskriptif variabel penelitian ini digunakan untuk

mengetahui besarnya kontribusi Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap Pendapatan

Daerah di Kabupaten Nagan Raya, sehingga akan dapat memberikan gambaran yang

jelas mengenai kebijakan yang harus diambil dalam rangka meningkatkan

penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebagai usaha untuk meningkatkan

peranannya terhadap Pendapatan Daerah. Lebih lanjut lagi sumbangan jenis-jenis

Pendapatan yang termasuk kedalam Pendapatan Asli Daerah (PAD) d i Kabupaten

Nagan Raya Selama 6 (enam) tahun terakhir dapat dilihat pada lampiran 1.

Pada lampiran 1, Jumlah Sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Target

di Kabupaten Nagan Raya pada tahun 2008-2013 adalah pajak daerah, retribusi

daerah, lain- lain pendapatan asli daerah yang sah, penerimaan jasa giro, pendapatan

bunga deposito, pendapatan denda atas keterlambatan pelaksanaan pekerjaan, fasilitas

sosial dan fasilitas umum. Hasil Jumlah sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan

Target di Kabupaten Nagan Raya Tahun 2008-2013, yaitu pada tahun 2008 sebesar

Rp 23.055.377.700, tahun 2009 sebesar Rp 26.490.439.939, tahun 2010 sebesar Rp

25.334.812.939, tahun 2011 sebesar Rp 29.973.822.225, tahun 2012 sebesar Rp

34.782.935.050, dan pada tahun 2013 sebesar Rp 55.724.745.450.

Realisasi Penerimaan Jenis-jenis Pendapatan Asli Daerah (PAD) di

Kabupaten Nagan Raya Tahun 2008-2013 dapat dilihat pada lampiran 2, yang terdiri

dari pajak daerah, retribusi daerah, lain- lain pendapatan asli daerah yang sah,

Page 28: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.utu.ac.id/366/1/BAB I_V.pdfnegara. Hal ini dikarenakan pajak memiliki jumlah yang relatif stabil. Selain itu pajak daerah merupakan cerminan

28

penerimaan jasa giro, pendapatan bunga deposito, pendapatan denda atas

keterlambatan pelaksanaan pekerjaan, fasilitas sosial dan fasilitas umum. Hasil

Realisasi Penerimaan Jenis-jenis Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kabupaten Nagan

Raya Tahun 2008-2013, yaitu pada tahun 2008 sebesar Rp 4.422.113.194, tahun 2009

sebesar Rp 15.487.225.116, tahun 2010 sebesar Rp 13.963.530.311, tahun 2011

sebesar Rp 14.901.366.926, tahun 2012 sebesar Rp 44.059.215.557, dan pada tahun

2013 sebesar Rp 2.410.575.228.

Besarnya persentase penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan

persentase penerimaan Pendapatan Daerah dapat dilihat pada table 1 dan 2 berikut

ini:

Tabel 1

Persentase Realisasi Penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Di Kabupaten Nagan Raya

Tahun 2008-2013

No Tahun Target Realisasi Penerimaan

Pendapatan Asli

Daerah (PAD)

Persentase

(%)

1 2008 23.055.377.700 4.422.113.194 19.18

2 2009 26.490.439.939 15.487.225.116 58.46

3 2010 25.334.812.939 13.963.530.311 55.11

4 2011 29.973.822.225 14.901.366.926 49.71

5 2012 34.782.935.050 44.059.215.557 126.66

6 2013 55.724.745.450 2.410.575.228 4.32

Jumlah

Penerimaan

195.362.133.303 95.244.026.332 48.75

Sumber : DPPKAD Kabupaten Nagan Raya (Data Diolah Januari 2014)

Tabel 1 diatas menunjukkan bahwa persentase realisasi penerimaan

Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kabupaten Nagan Raya selama kurun waktu 6

(enam) tahun terakhir mengalami peningkatan dan penurunan. Pada tahun 2008

penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebesar 4.422.113.194 atau 19.18 persen,

Page 29: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.utu.ac.id/366/1/BAB I_V.pdfnegara. Hal ini dikarenakan pajak memiliki jumlah yang relatif stabil. Selain itu pajak daerah merupakan cerminan

29

selanjutnya pada tahun 2009 mengalami kenaikan sebesar 15.487.225.116 atau 58.46

persen, pada tahun 2010 mengalami penurunan sebesar 13.963.530.311 atau 55.11

persen, Pada tahun 2011 mengalami kenaikan sebesar 14.901.366.926 atau 49.71

persen, pada tahun 2012 mengalami kenaikan sebesar 44.059.215.557 atau 126.66

persen dan pada tahun 2013 mengalami penurunan kembali sebesar 2.410.575.228

atau 4.32 persen.

Jumlah Persentase Penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) di

Kabupaten Nagan Raya Tahun 2008-2013, yaitu Target sebesar Rp 195.362.133.303,

Realisasi Penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebesar Rp 95.244.026.332,

dan persentase (%) sebesar 48.75 persen.

Tabel 2

Persentase Penerimaan Pendapatan Daerah

Di Kabupaten Nagan Raya

Tahun 2008-2013

No Tahun Target Realisasi Penerimaan

Pendapatan Daerah

Persentase

(%)

1 2008 16.436.100.350 594.529.597 3.61

2 2009 16.791.026.589 9.507.147.987 56.62

3 2010 400.344.708.057 364.557.387.556 91.06

4 2011 458.364.280.613 448.015.801.574 97.74

5 2012 529.769.528.741 527.510.733.724 99.57

6 2013 660.777.575.769 191.195.655.137 28.93

Jumlah

Penerimaan

2.082.483.220.119 1.541.381.255.575 74.01

Sumber : DPKKAD Kabupaten Nagan Raya (Data dio lah Januari 2014)

Tabel 2 diatas menunjukkan bahwa persentase realisasi penerimaan

Pendapatan Daerah di Kabupaten Nagan Raya selama kurun waktu 6 (enam) tahun

terakhir (2008-2013) mengalami peningkatan dan penurunan. Pada tahun 2008

sebesar Rp 594.529.597 atau 3.61 persen, pada tahun 2009 mengalami peningkatan

Page 30: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.utu.ac.id/366/1/BAB I_V.pdfnegara. Hal ini dikarenakan pajak memiliki jumlah yang relatif stabil. Selain itu pajak daerah merupakan cerminan

30

sebesar Rp 9.507.147.987 atau 56.62 persen, pada tahun 2010 mengalami

peningkatan sebesar Rp 364.557.387.556 atau 91.06 persen, pada tahun 2011

mengalami peningkatan sebesar Rp 448.015.801.574 atau 97.74 persen, pada tahun

2012 mengalami penigkatan sebesar Rp 527.510.733.724 atau 99.57 persen, dan pada

tahun 2013 mengalami penurunan sebesar 191.195.655.137 atau 28.93 persen.

Jumlah Penerimaan Pendapatan Daerah di Kabupaten Nagan Raya selama kurun

waktu 6 (enam) tahun terakhir (2008-2013), yaitu Target sebesar Rp

2.082.483.220.119, Realisasi Penerimaan Pendapatan Daerah sebesar Rp

1.541.381.255.575, persentase (%) sebesar 74.01 persen.

Tabel 3

Pertumbuhan Ekonomi Di Kabupaten Nagan Raya

Tahun 2008-2013

No Tahun Pertumbuhan Ekonomi

(dalam Jutaan)

Persentase

(%)

1 2008 909.592,75 97.85

2 2009 929.592,05 98.04

3 2010 967.860,72 105.44

4 2011 917.871,19 94.89

5 2012 967.860,16 106.60

6 2013 907.860,01 93.80

Sumber : DPKKAD Kabupaten Nagan Raya (Data dio lah Januari 2014)

Tabel 3 diatas menunjukkan Pertumbuhan Ekonomi Di Kabupaten Nagan

Raya selama kurun waktu 6 (enam) tahun terakhir (2008-2013) mengalami

peningkatan dan penurunan. Pada tahun 2008 sebesar Rp 909.592,75 atau 97,85

persen, pada tahun 2009 mengalami peningkatan sebesar Rp 929.592,05 atau 98,04

persen, pada tahun 2010 mengalami peningkatan sebesar Rp 967.860,72 atau 105,44

persen, pada tahun 2011 mengalami penurunan sebesar Rp 917.871,19 atau 94,89

Page 31: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.utu.ac.id/366/1/BAB I_V.pdfnegara. Hal ini dikarenakan pajak memiliki jumlah yang relatif stabil. Selain itu pajak daerah merupakan cerminan

31

persen, pada tahun 2012 mengalami penigkatan sebesar Rp 967860,16 atau 106,60

persen, dan pada tahun 2013 mengalami penurunan sebesar 907.860,01 atau 93,80

persen.

Tabel 4

Perkembangan PDRB Di Kabupaten Nagan Raya

Tahun 2008-2013

No Tahun PDRB

(dalam Jutaan)

Persentase

(%)

1 2008 2.126.920,32 78,05

2 2009 2.724.920,22 96,39

3 2010 2.826.920,33 96,66

4 2011 2.924.320,11 103,44

5 2012 2.826.920,21 99,73

6 2013 2.834.420,17 100

Sumber : DPKKAD Kabupaten Nagan Raya (Data dio lah Januari 2014)

Tabel 4 diatas menunjukkan bahwa Perkembangan PDRB Di Kabupaten

Nagan Raya selama kurun waktu 6 (enam) tahun terakhir (2008-2013) mengalami

peningkatan dan penurunan. Pada tahun 2008 sebesar Rp 2.126.920,32 atau 78,05

persen, pada tahun 2009 mengalami peningkatan sebesar Rp 2.724.920,22 atau 96,39

persen, pada tahun 2010 mengalami peningkatan sebesar Rp 2.826.920 atau 96.66

persen, pada tahun 2011 mengalami peningkatan sebesar Rp 2.924.320,11 atau

103,44 persen, pada tahun 2012 mengalami penigkatan sebesar Rp 2.826.920,21 atau

99.73 persen, dan pada tahun 2013 mengalami penurunan sebesar 2.834.420,17atau

100 persen.

Page 32: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.utu.ac.id/366/1/BAB I_V.pdfnegara. Hal ini dikarenakan pajak memiliki jumlah yang relatif stabil. Selain itu pajak daerah merupakan cerminan

32

Tabel 5

Data input PAD, Pertumbuhan Ekonomi dan PDRB Kabupaten Nagan Raya

Pendapatan Asli

Daerah

Ln Y

Pertumbuhan Ekonomi

Ln X1

PDRB

Ln X2

20.20 13.72 14.57

22.97 13.74 14.81

26.62 13.78 14.85

26.83 13.72 14.88

26.99 13.78 14.85

25.97 13.71 14.86

Sumber : data penelitian lapangan (April 2014 diolah)

Selanjutnya peneliti melakukan analisis Statistik yang digunakan untuk

membuktikan hipotesis penelitian dalam hal ini digunakan analisis regresi liner

berganda, analisis korelasi, dan uji t yang diolah melalui program computer

Statistik atau Progaram SPSS 17, dengan variabel Dependen PAD (Y), dan

variabel Indenpenden (X) yang meliputi, Pertumbuhan Ekonomi dan PDRB

4.3 Pembahasan Penelitian

Bagian ini penulis akan membahas tentang Faktor- faktor yang

mempengaruhi mempengaruhi PAD di Kabupaten Nagan Raya yang akan

dianalisis dengan menggunakan model analisis regresi berganda yang akan diolah

melalui Program Statistik SPSS 17. Dari hasil penelitian diperoleh hasil akhirnya

sebagai berikut :

Page 33: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.utu.ac.id/366/1/BAB I_V.pdfnegara. Hal ini dikarenakan pajak memiliki jumlah yang relatif stabil. Selain itu pajak daerah merupakan cerminan

33

Tabel 6

Rata-rata Standar Deviasi

Rata-rata Std. Deviasi 0bservasi

PAD 24.9300 2.75702 6

P.E X2 13.7417 .03125 6

PDRB X1 14.8033 .11656 6

Sumber : Hasil Regresi (Januari 2014 diolah)

Pada tabel 6 diatas penulis dapat menjelaskan bahwa rata-rata variabel

Pertumbuhan Ekonomi terhadap pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Nagan

Raya adalah 13.7417, dengan standar deviasi . 03125, PDRB terhadap

pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Nagan Raya adalah mempunyai rata-rata

sebesar 14.8033 dengan standar Deviasi .11656.

Kemudian untuk pendapatan PAD Kabupaten Nagan Raya terhadap

variabel Pertumbuhan Ekonomi dan PDRB untuk rata-rata diperoleh 24.9300

dan untuk Standar Deviasi diperoleh 2.75702, ini berarti Perumbuhan Ekonomi

dan PDRB bersama-sama mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten

Nagan Raya.

4.3.1 Analisis Koefisien Korelasi dan Determinasi

Tabel 7

Hasil Koefisien Korelasi dan Determinasi

Variabel PAD P.E PDRB

Person Correltion

a. PAD

b. P.Ekonomi

c. PDRB

1.000

.407

.915

.407

1.000

.284

.915

.284

1.000

Page 34: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.utu.ac.id/366/1/BAB I_V.pdfnegara. Hal ini dikarenakan pajak memiliki jumlah yang relatif stabil. Selain itu pajak daerah merupakan cerminan

34

Model

a. Koefisien Korelasi (R)

b. Koefisien Determinasi

Adjusted

c. Koefisien Determinasi

(R²)

.928

.768

.861

Sumber : Hasil Regresi (Januari 2014 diolah)

Berdasarkan tabel 7 diatas peneliti dapat menjelaskan bahwa koefisien

korelasi Variabel Independen (Petumbuhan Ekonomi X1, dan PDRB ) diperoleh R =

0,928 secara positif menjelaskan terdapat hubungan yang cukup berarti antara

variabel independen (X) terhadap PAD (Y) dengan keeratan hubungan 92,8 persen.

Dikarenakan apabila Pertumbuhan Ekonomi daan PDRB Meningkat maka PAD

akan meningkat, begitu juga sebaliknya apabila Pertumbuhan Ekonomi dan PDRB

menurun maka PAD juga akan menurun, jadi pengaruh yang ditimbulkan juga

sangat berarti.

Adapun mengetahui kriteria pengujian hubungan atau koefisien korelasi (KK)

antar variabel menurut Hasan (2003, h.234) adalah sebagai berikut :

a. KK = 0, artinya tidak ada korelasi

b. 0 < KK ≤ 0,20 artinya korelasi sangat rendah atau lemah sekali

c. 0,20 < KK ≤ 0,40 artinya korelasi rendah atau lemah tapi pasti

d. 0,40 < KK ≤ 0,70 artinya korelasi yang cukup berarti

e. 0,70 < KK ≤ 0,90 artinya korelasi yang tinggi dan kuat

f. 0,90 < KK ≤ 1,00 korelasi yang sangat tinggi dan kuat

g. KK = 1, artinya korelasi yang sempurna.

Page 35: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.utu.ac.id/366/1/BAB I_V.pdfnegara. Hal ini dikarenakan pajak memiliki jumlah yang relatif stabil. Selain itu pajak daerah merupakan cerminan

35

Berdasarkan hasil pengujian ini maka dapat diketahui pertumbuhan ekonomi

X1, dan PDRB X2 terhadap Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Nagan Raya

Koefisien determinasi dalam penelitian ini dapat diketahui dengan menggunakan

rumus perhitungan sebagai berikut:

Koefisien determinasi = R2 x 100%

Koefisien determinasi = (0,861) x 100%

Koefisien determinasi = 86,1 %

Berdasarkan perhitungan Analisis Koefisien Korelasi dan Determinasi penulis

dapat menjelaskan bahwa nilai koefisien determinasi (R2) Adjusted bernilai 76,8

persen. Dan menghasilkan R2 (R square) sebesar 86,1 persen, yang dapat diartikan

bahwa 86,1 persen dapat dijelaskan oleh variabel pertumbuhan Ekonomi dan PDRB

(X). Sedangkan sisanya sebesar 23,2 persen dapat dijelaskan oleh variabel lain diluar

model penelitian.

4.3.2 Uji Regresi Linear Berganda

Tabel 8

Hasil Koefesien Korelasi dan Determinasi

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardi

zed

Coeffi

cients

t Sig.

95.0% Confidence

Interval for B

Collinearity

Statistics

B

Std.

Error Beta

Lower

Boun

d

Upper

Boun

d

Toleranc

e VIF

1 (Constant) 474.081 261.072 1.816 .167 -1304.928 356.766

P.E_X2 14.160 19.812 .161 .715 .526 -48.891 77.211 .920 1.088

PDRB_X1 20.565 5.312 .869 3.872 .030 3.660 37.470 .920 1.088

Sumber : Hasil Regresi (Januari 2014 diolah)

Page 36: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.utu.ac.id/366/1/BAB I_V.pdfnegara. Hal ini dikarenakan pajak memiliki jumlah yang relatif stabil. Selain itu pajak daerah merupakan cerminan

36

Berdasarkan hasil penelitian ini maka diperoleh persamaan regresi linear

Berganda akhir estimasi sebagai berikut :

Y = a + bx1 +bx2+bx3 + ɛ

Y = 474.081 + 14.160 X1 + 20.565 X2

Persamaan Regresi linear tersebut di atas dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Konstanta

Dari persamaan tersebut dapat dilihat bahwa nilai konstanta bernilai positif yaitu

sebesar 474.081 Nilai konstanta ini menggambarkan apabila Variabel Independen,

Pertumbuhan Ekonomi dan PDRB sama dengan nol maka Pendapatan Asli

Daerah akan meningkat sebesar 474.081.

b. Koefisien Regresi dari variabel Independen ( X)

Berdasarkan persamaan di atas dapat dilihat bahwa nilai koefisien untuk variabel

Independen :

1. Untuk Variabel pertumbuhan Ekonomi hasil yang didapatkan bernilai positif

yaitu sebesar 14.160 X1 . Dapat diartikan bahwa setiap kenaikan variabel PAD

1%, maka Variabel Pertumbuhan Ekonomi juga akan meningkat sebesar 14.160

persen dengan asumsi variabel PDRB dianggap tetap.

2. Untuk Variabel PDRB hasil yang didapatkan bernilai positif yaitu sebesar

20.565 X1 . Dapat diartikan bahwa setiap kenaikan variabel PAD 1%, maka

Variabel PDRB juga akan meningkat sebesar 14.160 persen dengan asumsi

variabel PDRB dianggap.

Page 37: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.utu.ac.id/366/1/BAB I_V.pdfnegara. Hal ini dikarenakan pajak memiliki jumlah yang relatif stabil. Selain itu pajak daerah merupakan cerminan

37

4.3.3 Uji Simultas (Uji F)

Untuk melihat hubungan antara variabel P. Ekonomi X1, dan PDRB

terhadap pendapatan Asli Daerha secara serempak dapat dilihat pada tabel berikut

ini :

Tabel.10 Uji Signifikan Simultas (Uji F)

ANOVA Df SS MS F Significance F

Regression 2 32.718 16.359 9.281 .052a

Residual 3 5.288 1.763

Total 5 38.006 Sumber : Hasil Regresi (Januari 2014 diolah)

Dari hasil uji F pada penelitian ini didapatkan nilai F hitung sebesar 9.281

dengan angka signifikansi (P value) sebesar 0,052. Dengan tingkat signifikansi 95%

(α =0,05). Angka signifikansi (P value) sebesar 0,059 < 0,05. Atas dasar

perbandingan tersebut, maka Ho ditolak dan Ha diterima, atau berarti variabel

Pertumbuhan Ekonomi dan PDRB mempunyai hubungan yang signifikan secara

bersama-sama terhadap variabel Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Nagan Raya.

Hasil pengujian secara simultan diperoleh nilai Fhitung = 9.281sedangkan

Ftabel pada F(=0,05) = 6.26. dengan demikian Fhitung > Ftabel, maka kaedah

keputusannya adalah hipotesis nol ditolak dan hipotesis alternatif diterima pada

taraf 95% artinya bahwa Variabel P.Ekonomi X1, dan PDRB X2 berpengaruh

nyata terhadap Pendapatan Asli Daerah di area penelitian.

Page 38: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.utu.ac.id/366/1/BAB I_V.pdfnegara. Hal ini dikarenakan pajak memiliki jumlah yang relatif stabil. Selain itu pajak daerah merupakan cerminan

38

4.3.4 Uji t (parsial atau individual)

Uji t digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh antar variabel

bebas Modal X1, tenaga kerja X2 dan harga jual X3, terhadap pendapatan (Y)

secara individual dengan tingkat kepercayaan (level of confidence 95%) yaitu :

Uji Parsial (Uji T)

No Uraian T hitung Ttabel

1 P. Ekonomi X1 0.715 2.131

2 PDRB X2 3.872 2.131

Sumber : Hasil Regresi (Januari 2014 diolah)

Berdasarkan tabel diatas nilai thitung dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Pertumbuhan Ekonomi X1 Berdasarkan Tabel diatas terlihat bahwa untuk variabel

P.Ekonomi nilai thitung < ttabel (0.715 < 2.131). maka H0 ditolak dan H1 diterima, sehingga

secara individual variabel P.Ekonomi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap

Pendapatan Asli Daerah di kabupaten Nagan Raya,

b. PDRB untuk variabel PAD mempunyai nilai thitung < ttabel (3.872 > 2.131). maka H0

ditolak dan H1 diterima, sehingga secara individual variabel PDRB berpengaruh terhadap

Pendapatan Asli Daerah di kabupaten Nagan Raya,

4.4 Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil output dari penelitian diatas variabel pendapatan Asli

Daerah mempunyai hubungan secara positif terhadap Variabel P. Ekonomi dan

PDRB pada PAD di Kabupaten Nagan Raya. yaitu nilai nilai Fhitung > Ftabel (9.281>

6.26). dan thitung > ttabel (3.872> 2.131) Hasil ini mengidentifikasikan PDRB

mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah di kabupaten Nagan Raya.

Page 39: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.utu.ac.id/366/1/BAB I_V.pdfnegara. Hal ini dikarenakan pajak memiliki jumlah yang relatif stabil. Selain itu pajak daerah merupakan cerminan

39

Sedangkan jika dilihat dari nilai perhitungan Analisis Koefisien Korelasi

dan Determinasi nilai koefisien determinasi (R2) Adjusted bernilai 76,8 persen.

Dan menghasilkan R2 (R square) sebesar 86,1 persen, yang dapat diartikan bahwa

86,1 persen dapat dijelaskan oleh variabel pertumbuhan Ekonomi dan PDRB (X).

Sedangkan sisanya sebesar 23,2 persen dapat dijelaskan oleh variabel lain diluar

model penelitian.

Page 40: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.utu.ac.id/366/1/BAB I_V.pdfnegara. Hal ini dikarenakan pajak memiliki jumlah yang relatif stabil. Selain itu pajak daerah merupakan cerminan

V. PENUTUP

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka dapat diambil

kesimpulan sebagai berikut :

Dari hasil penelitian dapat dijelaskan bahwa koefisien korelasi Variabel

Independen (Petumbuhan Ekonomi X1, dan PDRB ) diperoleh R = 0,928 secara

positif menjelaskan terdapat hubungan yang cukup berarti antara variabel

independen (X) terhadap PAD (Y) dengan keeratan hubungan 92,8 persen.

Dikarenakan apabila Pertumbuhan Ekonomi daan PDRB Meningkat maka PAD

akan meningkat, begitu juga sebaliknya apabila Pertumbuhan Ekonomi dan

PDRB menurun maka PAD juga akan menurun, jadi pengaruh yang ditimbulkan

juga sangat berarti, Berdasarkan perhitungan Analisis Koefisien Korelasi dan

Determinasi penulis dapat menjelaskan bahwa nilai koefisien determinasi (R2)

Adjusted bernilai 76,8 persen. Dan menghasilkan R2 (R square) sebesar 86,1

persen, yang dapat diartikan bahwa 86,1 persen dapat dijelaskan oleh variabel

pertumbuhan Ekonomi dan PDRB (X). Sedangkan sisanya sebesar 23,2 persen

dapat dijelaskan oleh variabel lain diluar model penelitian, Hasil pengujian secara

simultan diperoleh nilai Fhitung = 9.281sedangkan Ftabel pada F(=0,05) = 6.26.

dengan demikian Fhitung > Ftabel, maka kaedah keputusannya adalah hipotesis nol

ditolak dan hipotesis alternatif diterima pada taraf 95% artinya bahwa Variabel

P.Ekonomi X1, dan PDRB X2 berpengaruh nyata terhadap Pendapatan Asli

Daerah di area penelitian, Berdasarkan hasil output dari penelitian variabel

Pertumbuhan Ekonomi X1 Berdasarkan Tabel diatas terlihat bahwa untuk variabel

P.Ekonomi nilai thitung < ttabel (0.715 < 2.131). maka H0 ditolak dan H1 diterima, sehingga

Page 41: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.utu.ac.id/366/1/BAB I_V.pdfnegara. Hal ini dikarenakan pajak memiliki jumlah yang relatif stabil. Selain itu pajak daerah merupakan cerminan

41

secara individual variabel P.Ekonomi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap

Pendapatan Asli Daerah di kabupaten Nagan Raya, PDRB untuk variabel PAD

mempunyai nilai thitung < ttabel (3.872 > 2.131). maka H0 ditolak dan H1 diterima, sehingga

secara individual variabel PDRB berpengaruh terhadap Pendapatan Asli Daerah di

kabupaten Nagan Raya.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disampaikan saran-saran yang

diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pemerintahan antara lain:

1. Diharapkan kerjasama yang baik terjalin antara instansi- instansi yang

terkait di dalam pembangunan daerah. baik dari segi bangunan-bangunan,

maupun dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah yang lebih

baik.

2. Pemerintah harus melakukan pengawasan terhadap semua kegiatan yang

dilakukan dalam pembanguanan daerah, sehingga anggaran yang masuk

dan anggaran yang dikaeluarkan oleh pemerintah daerah jelas. Sehingga,

meminimalisir kerugian pemerintah.

3. Pemerintah hendaknya memperhatikan masyarakat didalam membangun

dan melakukan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan kesejahteraan

masyarakat.

Page 42: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.utu.ac.id/366/1/BAB I_V.pdfnegara. Hal ini dikarenakan pajak memiliki jumlah yang relatif stabil. Selain itu pajak daerah merupakan cerminan

42

DAFTAR PUSTAKA

Alsah, Sjarifudin 2003, Pemotongan/Pemungutan Pajak Penghasilan (witholding tax), Jakarta, Kharisma.

Bahrul, Elmi 2002. Keuangan Pemerintah Daerah dan Daerah Otonom di Indonesia, UI Press, Jakarta

Harnanto, (2003), Akuntansi Perpajakan, Yogyakarta, BPFE.

Lazio, Sonny. (2012). Pengertian dan Sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah. Diakses 03 september 2013. Dari

http://Sonnylazio.blogspot.com/2013/03/pengertian-sumber-sumber-pendapatan.html.

Markus Muda, 2005, Perpajakan Indonesia, Suatu Pengantar, Jakarta, Gramedia Pustaka Utama.

Marsahrul, Tony 2005, Pajak Penghasilan, Potongan dan Pungutan, Pasal 21,

22, 23, 26 UU No. 17 tahun 2000, Jakarta Grasindo.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Metodologi Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta

Nurcholis, Hanif 2007. Teori dan Praktik Pemerintahan dan Otonomi Daerah.

Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia

Rusyadi, Akhmad. 2005 “Peranan Pajak Reklame Dalam Meningkatkan

Pendapatan Asli Daerah” Universitas Islam Indonesia. Sanusi, sawar. 2011. Metodologi Penelitian Bisnis, Salemba empat, Jakarta.

Siahaan, Marihot P. 2010. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Rajawali pers,

Jakarta Suandy, Erly 2005, Hukum Pajak, Salemba Empat, Jakarta.

Sumiyarti dan Akhmad Fauzan Imamy 2005. Analisis Pengaruh Perimbangan Pusat Daerah Terhadap Perekonomian. Media Ekonomi, Vol 11, No. 2

Undang-Undang republik indonesia No 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan

Aceh

Utomo budi, p. 2006 “Peranan Pajak Dalam Menunjang Otonomi Daerah”

Skripsi. Universitas negeri semarang. Undang-Undang republik indonesia No 28 Tahun 2009 tentang pajak daerah dan

restribusi daerah

Widjaja, HAW 2002. Otonomi Daerah dan Daerah Otonom. PT Raja Grafindo Persada: Jakarta