I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.utu.ac.id/366/1/BAB I_V.pdfnegara. Hal ini dikarenakan...
Transcript of I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.utu.ac.id/366/1/BAB I_V.pdfnegara. Hal ini dikarenakan...
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pelaksanaan otonomi daerah memberikan kewenangan kepada daerah
untuk mengatur dan mengelola daerah masing-masing. Sebagai administrator
penuh, masing-masing daerah harus bertindak efektif dan efisien agar pengelolaan
daerahnya lebih terfokus dan mencapai sasaran yang telah ditentukan. Kesalahan
persepsi yang menjadikan sumber daya alam sebagai sandaran utama
sumberpendapatan daerah harus segera diubah karena suatu saat kekayaan alam
akan habis. Pemerintah daerah harus mulai mencari sumber lain yang ada di
wilayahnya untuk diandalkan sebagai tulang punggung Pendapatan Asli daerah
(PAD).
Dalam rangka menjalankan fungsi dan kewenangan pemerintah daerah
dalam bentuk pelaksanaan kewenangan fiskal, setiap daerah harus dapat
mengenali potensi dan mengidentifikasi sumber-sumber daya yang dimilikinya.
Pemerintah daerah diharapkan lebih mampu khususnya untuk memenuhi
kebutuhan pembiayaan pemerintahan dan pembangunan di daerahnya melalui
Pendapatan Asli Daerah (PAD). Tuntutan peningkatan Pendapatan Asli Daerah
(PAD) semakin besar seiring dengan semakin banyaknya kewenangan
pemerintahan yang dilimpahkan kepada daerah disertai pengalihan personil,
peralatan, pembiayaan dan dokumentasi (P3D) ke daerah.
Menurut Lazio (2012), jika dibandingkan dengan sektor bisnis, sumber
pendapatan pemerintah daerah relatif terprediksi dan lebih stabil, sebab
pendapatan tersebut diatur oleh peraturan perundang-undangan daerah yang
bersifat mengikat dan dapat dipaksakan. Sedangkan pada sektor bisnis sangat
2
dipengaruhi oleh pasar yang penuh ketidakpastian dan turbulensi, sehingga
pendapatan pada sektor bisnis bersifat fluktuatif.
Untuk meningkatkan akuntabilitas dan keleluasaan dalam pembelanjaan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), sumber-sumber penerimaan
daerah yang potensial harus digali secara maksimal di dalam koridor peraturan
perundang-undangan yang berlaku, termasuk diantaranya adalah pajak daerah dan
retribusi daerah yang sudah sejak lama menjadi salah satu unsur Pendapatan Asli
Daerah (PAD) yang utama. Semakin tinggi kewenangan keuangan yang dimiliki
daerah, maka semakin tinggi peranan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dalam
struktur keuangan daerah, begitu pula sebaliknya.
Salah satu pos Pendapatan Asli Daerah (PAD) dalam Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) adalah pajak daerah. Pajak daerah adalah
iuran wajib yang dibayarkan oleh orang pribadi atau suatu badan kepemerintah
daerah tanpa imbalan langsung yang nantinya iuran tersebut digunakan untuk
membiayai pelaksanaan pemerintah daerah.
Menurut Siahaan (2011), pajak daerah adalah pungutan wajib atas orang
pribadi atau badan yang dilakukan oleh pemerintah daerah tanpa imbalan
langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai
penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah. Pemungutan pajak
merupakan alternatif yang paling potensial dalam meningkatkan pendapatan
negara. Hal ini dikarenakan pajak memiliki jumlah yang relatif stabil. Selain itu
pajak daerah merupakan cerminan partisipasi aktif masyarakat dalam membiayai
pelaksanaan pemerintahan daearh. Jenis pemungutan pajak di Indonesia terdiri
dari pajak negara (pajak pusat), pajak daerah, retribusi daerah, bea dan cukai, dan
3
penerimaan negara bukan pajak. Salah satu usaha untuk meningkatkan
kemampuan dalam bidang pendanaan pelaksanaan pemerintah daerah untuk
pembangunan adalah meningkatkan dan menggali setiap potensi yang ada di
masing-masing daerah melalui pajak daerah.
Pendapatan Asli Daerah (PAD) terdiri dari jenis-jenis penerimaan pajak
daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang disahkan dan
lain- lain pendapatan asli daerah (PAD) yang sah. Mengingat pentingnya pajak
daerah dan retribusi daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) maka
Pemerintah Kabupaten Nagan Raya berusaha memungut pajak daerah dan
retribusi daerah secara profesional dan transparan berdasarkan peraturan
perundang- undangan yang telah ditetapkan serta dapat mencapai target realisasi
penerimaan pajak daerah yang telah ditetapkan dalam rangka optimalisasi dan
usaha meningkatkan kontribusinya terhadap Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (APBD).
Tingkat kontribusi pajak daerah terhadap Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD) dapat dihitung dengan cara menganalisis pendapatan
daerah melalui laporan realisasinya. Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset
Daerah(DPKAD) Kabupaten Nagan Raya berfungsi melaksanakan
penyelenggaraan pemerintah daerah di bidang pendapatan daerah. Oleh karena itu
DPKADmenjadi sentral informasi mengenai pajak daerah dan sumber-sumber
Pendapatan Asli Daerah lainnya.
Dari beberapa sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD), pajak merupakan
salah satu sumber pendapatan daerah yang paling penting karena setiap tahunnya
pajak daerah mampu memberikan sumbangan yang cukup besar bagi penerimaan
daerah. Namun demikian, hingga saat ini tingkat pencapaian pajak daerah atau
4
realisasi pencapaian pajak daerah jika dibandingkan dengan target realisasi pajak
daerah yang ditetapkan berdasarkan potensi riil daerah setiap tahunnya tidak
selalu tercapai 100%.
Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dan
penyusunan skripsi dengan judul “Faktor-faktor yang mempengaruhi
Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Nagan Raya”.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka penulis
berusaha untuk mengemukakan permasalahan secara tegas dan jelas agar
keseluruhan proses penelitian dapat terarah dan terfokus pada pokok masalah
yang sebenarnya, adapun permasalahan yang penulis ajukan adalah Faktor- faktor
apa saja yang mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Nagan Raya.
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian yang akan dicapai dalam penelitian ini yaitu untuk
mengetahui Faktor- faktor yang mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah di
Kabupaten Nagan Raya.
1.4. Manfaat Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah diatas, manfaat yang akan diperoleh
dengan diadakannya penelitian ini adalah sebagai berikut :
5
1.4.1. Manfaat Teoritis
1. Penulis
Menambah wawasan penulis sebagai bahan perbandingan antara teori
tang telah dipelajari dengan praktek yang di terapkan.
2. Lingkungan Akademik
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna dalam menambah bahan
bacaan bagi yang ingin mendalami kegiatan retribusi pendapatan
daerah dan peneliti yang ingin mendalami lebih lanjut tentang Faktor-
faktor yang mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten
Nagan Raya.
1.4.2. Manfaat Praktis
Pemerintah Daerah / Pihak – Pihak Terkait
Diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk perkembangan
dan peningkatan kontribusiPendapatan Asli Daerah (PAD) dalam peningkatan
pendapatan daerah
1.5. Sistematika Pembahasan
Secara garis besar sistematika pembahasan dalam karya skripsi ini terdiri
dari lima bagian yaitu:
Bagian pertama terdiri dari, pendahuluan tentang Latar Belakang,
Identifikasi dan Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, dan
Sistematika Pembahasan.
Bagian kedua berisi tentang Tinjauan Pustakaan yang digunakan sebagai
dasar pijakan dalam penulisan proposal dan Perumusan Hipotesis.
6
Bagian ketiga berisi tentang Metode Penelitian, Populasi, Data Penelitian,
Jenis dan Sumber Data, Teknik Pengumpulan Data, Metode Analisis Data,
Definisi Operasional Variabel.
Bagian keempat berisi tentang Statistik Deskriptif Variabel Penelitian,
Hasil Pengujian Hipotesis, Pembahasan Hasil Penelitian.
Bagian kelima berisi tentang Kesimpulan dan Saran.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pendapatan
2.1.1. Pendapatan Daerah
Pendapatan daerah meliputi semua penerimaan uang melalui rekening kas
umum daerah yang menambah ekuitas dana lancar yang merupakan hak
pemerintah daerah dalam 1 (satu) tahun anggaran yang tidak perlu dibayar
kembali oleh daerah. Sehubungan dengan hal tersebut, pendapatan daerah yang
dianggarkan dalam APBD merupakan perkiraan yang terukur secara rasional yang
dapat dicapai untuk setiap sumber pendapatan. Seluruh pendapatan daerah yang
dianggarkan dalam APBD dianggarkan secara bruto, yang mempunyai makna
bahwa jumlah pendapatan yang dianggarkan tidak boleh dikurangi dengan belanja
yang digunakan dalam rangka menghasilkan pendapatan tersebut dan/ atau
dikurangi dengan bagian pemerintah pusat/ daerah lain dalam rangka bagi hasil.
1. Pendapatan Asli Daerah
2. Dana perimbangan
a. Transfer pemerintah pusat – Dana perimbangan
b. Transfer pemerintah pusat – Lembaga
c. Transfer pemerintah provinsi
3. Lain- lain pendapatan daerah yang sah
2.1.2. Pendapatan Asli Daerah
Pendapatan Asli Daerah merupakan suatu pendapatan yang menunjukan
kemampuan suatu daerah dalam menghimpun sumber-sumber dana untuk
membiayai pengeluaran rutin. Jadi dapat dikatakan bahwa Pendapatan Asli
Daerah sebagai pendapatan rutin dari usaha-usaha Pemerintah Daerah dalam
8
memanfaatkan potensi-potensi sumber keuangan daerahnya sehingga dapat
mendukung pembiayaan penyelenggaraan Pemerintah dan pembangunan daerah.
(Rusyadi, 2005)
Pendapatan daerah adalah semua hak daerah yang diakui sebagai penambah
nilai kekayaan bersih dalam periode anggaran tertentu (UU.No 32 Tahun 2004
tentang pemerintahan daerah), pendapatan daerah berasal dari penerimaan dari
dana perimbangan pusat dan daerah, juga yang berasal daerah itu sendiri yaitu
pendapatan asli daerah serta lain- lain pendapatan yang sah.
Perimbangan keuangan pemerintah pusat dan daerah adalah sistem pembagian
keuangan yang adil, proporsional, demokratis, transparan, dan bertanggung jawab
dalam rangka pendanaan penyelenggaraan desentralisasi, dengan
mempertimbangkan potensi, kondisi, dan kebutuhan daerah serta besaran
penyelenggaraan dekonsentrasi dan tugas pembantuan. (UU No. 32 Tahun 2004).
Pengertian pendapatan asli daerah menurut Undang-Undang No. 28 Tahun
2009 yaitu sumber keuangan daerah yang digali dari wilayah daerah yang
bersangkutan yang terdiri dari hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil
pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain- lain pendapatan asli
daerah yang sah.
Menurut Nurcholis (2007), pendapatan asli daerah adalah pendapatan yang
diperoleh daerah dari penerimaan pajak daerah, retribusi daerah, laba perusahaan
daerah, dan lain- lain yang sah.
Pajak daerah dan retribusi daerah merupakan sumber pendapatan asli daerah
memiliki kontribusi yang sangat penting dalam membiayai pemerintahan dan
pembangunan daerah karena bermanfaat dalam meningkatkan kemampuan
9
penerimaan pendapatan asli daerah dan juga mendorong laju pertumbuhan
ekonomi daerah serta menentukan kemandirian daerah (Markus, 2005).
Dari beberapa pendapat di atas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa
pendapatan asli daerah adalah semua penerimaan keuangan suatu daerah, dimana
penerimaan keuangan itu bersumber dari potensi-potensi yang ada di daerah
tersebut misalnya pajak daerah, retribusi daerah dan lain- lain, serta penerimaan
keuangan tersebut diatur oleh peraturan daerah.
2.1.3. Sumber Pendapatan Asli Daerah
Pemerintah daerah supaya dapat mengurus rumah tangganya sendiri
dengan sebaik-baiknya, maka perlu diberikan sumber-sumber pembiayaan yang
cukup. Tetapi mengingat bahwa tidak semua sumber pembiayaan dapat diberikan
kepada daerah maka daerah diwajibkan untuk menggali segala sumber-sumber
keuanganya sendiri berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Undang-undang republik indonesia nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintahan
daerah.
Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 pasal 157 tentang Pemerintah
Daerah, menyebutkan sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah adalah meliputi :
1. Pajak Daerah
Adalah pungutan yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang ditetapkan melalui peraturan
daerah dan dikenakan pada semua objek pajak seperti orang atau badan, bergerak
atau tidak bergerak.
2. Retribusi Daerah
Adalah pungutan yang dilakukan sebagai pembayaran atas pemakaian jasa
yang diberikan oleh daerah secara langsung dan nyata. Retribusi daerah
10
mempunyai sifat-sifat yaitu pelaksanaannya bersifat ekonomis, ada imbalan
langsung walau harus memenuhi persyaratan-persyaratan formil dan
materil, tetapi ada alternatif untuk mau tidak membayar, merupakan pungutan
yang sifatnya budget lainnya tidak menonjol, dalam hal-hal tertentu retribusi
daerah adalah pengembalian biaya yang telah dikeluarkan oleh pemerintah daerah
untuk memenuhi permintaan anggota masyarakat.
3. Bagian Laba Badan Usaha Milik Daerah
Adalah penerimaan berupa bagian laba bersih Badan Usaha Milik Daerah
yang terdiri dari laba bersih Bank Pembangunan Daerah, bagian laba bersih
Perusahaan Daerah.Hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan
daerah yang dipisahkan. Hasil perusahaan milik daerah merupakan pendapatan
daerah dari keuntungan bersih perusahaan daerah yang berupa dana pembangunan
daerah dan bagian untuk anggaran belanja daerah yang disetor ke kas daerah, baik
perusahaan daerah yang dipisahkan,sesuai dengan motif pendirian dan
pengelolaan, maka sifat perusahaan dareah adalah suatu kesatuan produksi yang
bersifat menambah pendapatan daerah, memberi jasa, menyelenggarakan
kemanfaatan umum, dan memperkembangkan perekonomian daerah.
4. Penerimaan yang ada
Adalah penerimaan selain pajak daerah, retribusi daerah, bagian laba
badan usaha milik daerah, penjualan barang-barang bekas, cicilan kendaraan
bermotor roda empat dan roda dua, cicilan rumah yang dibangun oleh pemerintah
daerah, dan lain- lain.
2.2. Otonomi Daerah
Otonomi daerah sebagai bahan integral dari pembangunan nasional yang
tidak bisa dilepaskan dari prinsip otonomi daerah. Sebagai daerah otonom daerah
11
mempunyai kewenangan dan tanggung jawab menyelenggarakan kepentingan
masyarakat berdasarkan prinsip keterbukaan, partisipasi masyarakat dan
pertanggungjawaban kepada masyarakat. Untuk mendukung penyelenggaraan
otonomi daerah diperlukan kewenangan yang luas, nyata dan bertanggungj awab
di daerah secara proporsional dan berkeadailan, jauh dari praktek-praktek korupsi,
kolusi dannepotisme serta adanya perimbangan antara keuangan pemerintah pusat
dan daerah Widjaja, Utomo (2006)
Disamping itu otonomi daerah juga memberikan porsi yang besar bagi
daerah untuk mengelola keuangan daerahnya. Ini berarti tanggung jawab
menggali sumber-sumber keuangan daerah dan memanfaatkan penerimaan daerah
lebih banyak berada di daerah Sugiyanto, dalam Utomo (2006)
Berdasarkan UU No. 32 Tahun 2004, pemerintah pusat dan daerah
merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dalam upaya
penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan masyarakat. Misi utama dari
Undang-Undang tersebut bukan hanya keinginan untuk melimpahkan
kewenangan dan pembiayaan dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah, tetapi
yang lebih penting adalah keinginan untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas
pengelolaan sumber keuangan daerah dalam rangka peningkatan kesejahteraan
dan pelayanan pada masyarakat.
Secara khusus Undang-Undang No 11 Tahun 2006 tenteng pemerintah
Aceh Bab XXIV Keuangan dengan prinsip Otonomi seluas luasnya. Bagian
Kesatu Umum Pasal 178. Penyelenggaraan urusan pemerintah di Aceh dan
kabupaten/kota sebagaimana dimaksud dalampasal 7 diikuti dengan pemberian
sumber pendanaan kepada pemerintah Aceh dan pemerintah kabupaten/kota.
12
(1) Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Aceh
dan kabupaten/kota dalam rangka pelaksanaan desentralisasi didanai dari
dan atas beban APBA dan APBK.
(2) Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang dilimpahkan kepada Gubernur
Aceh selaku wakil pemerintah disertai dengan pendanaan dari APBN
dalam rangka pelaksanaan dekonsentrasi.
(3) Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang ditugaskan kepada
pemerintahan Aceh, pemerintahan kabupaten/kota, dan gampong disertai
dengan pendanaan dari APBN dalam rangka pelaksanaan tugas
pembantuan. Bagian Kedua Sumber Penerimaan dan Pengelolaan.
Pasal 179
(1) Penerimaan Aceh dan kabupaten/kota terdiri atas Pendapatan Daerah dan
Pembiayaan.
(2) Pendanaan Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bersumber dari :
a. Pendapatan Asli Daerah;
b. Dana Perimbangan;
c. Dana Otonomi Khusus; dan
d. Lain- lain pendapatan yang sah.
Pasal 180
(1) Sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) Aceh dan PAD kabupaten/kota
sebagaimana dimaksud Pasal 179 ayat (2) huruf a terdiri atas:
a. Pajak daerah;
b. Retribusi daerah;
13
c. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan milik
Aceh/kabupaten/kota dan hasil penyertaan modal
Aceh/kabupaten/kota;
d. Zakat; dan
e. Lain- lain pendapatan asli Aceh dan pendapatan asli kabupaten/kota
yang sah.
(2) Pengelolaan sumber PAD Aceh dan PAD kabupaten/kota sebagaimana
dimaksudpada ayat (1) huruf a dan huruf b, dilakukan denganberpedoman
pada peraturan perundang-undangan.
Pasal 181
(1) Dana perimbangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 179 ayat (2) huruf
b terdiri atas:
a. Dana Bagi Hasil Pajak, yaitu:
1) Bagian dari penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) sebesar
90% (sembilan puluh persen);
2) Bagian dari penerimaan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan
Bangunan (BPHTB) sebesar 80% (delapan puluh persen); dan
3) Bagian dari penerimaan Pajak Penghasilan (PPh Pasal 25 dan Pasal
29 wajib pajak orang pribadi dalam negeri dan PPh Pasal 21)
sebesar 20% (dua puluh persen).
b. Dana bagi hasil yang bersumber darihidrokarbon dan sumber daya
alam lain, yaitu:
1) Bagian dari kehutanan sebesar 80% (delapan puluh persen);
2) Bagian dari perikanan sebesar 80% (delapanpuluh persen);
14
3) Bagian dari pertambangan umum sebesar 80% (delapan puluh
persen);
4) Bagian dari pertambangan panas bumi sebesar 80% (delapan puluh
persen);
5) Bagian dari pertambangan minyak sebesar 15% (lima belas
persen); dan
6) Bagian dari pertambangan gas bumi sebesar 30% (tiga puluh
persen).
c. Dana Alokasi Umum.
d. Dana Alokasi Khusus.
(2) Bagian Dana Peribangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
(3) Selain Dana Bagi Hasil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b,
pemerintah Aceh mendapat tambahan Dana Bagi Hasil minyak dan gas
bumi yang merupakan bagian dari penerimaan Pemerintah Aceh, yaitu:
a. Bagian dari pertambangan minyak sebesar 55% 9lima puluh lima
persen); dan
b. Bagian dari pertambangan gas bumi sebesar 40% (empat puluh
persen).
Pasal 182
(1) Pemerintah Aceh berwenang mengelola tambahan Dana Bagi Hasil
minyak dan gas bumi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 181 ayat (3).
(2) Dana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan pendapatan dalam
APBA.
15
(3) Paling sedikit 30% (tiga puluh persen)dari pendapatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), dialokasikan untuk membiayai pendidikan di
Aceh.
(4) Paling banyak 70% (tujuh puluh persen) dari pendapatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), dialokasikan untuk membiayai program
pembangunan yang disepakati bersama antara pemerintah Aceh dengan
pemerintah kabupaten/kota.
(5) Program pembangunan yang sudah disepakati bersama sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4) dilaksanakan oleh Pemerintah Aceh.
(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengalokasian dana
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4) diatur dalam Qanun
Aceh.
(7) Pemerintah Aceh menyampaikan laporan secara periodik mengenai
pelaksanaan pengalokasian dan penggunaan tambahan Dana Bagi Hasil
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada pemerintah.
Pasal 183
(1) Dana otonomi Khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 179 ayat (2)
hurug c, merupakan penerimaan Pemerintah Aceh yang ditujukan untuk
membiayai pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur, pemberdayaan
ekonomi rakyat, pengentasan kemiskinan, serta pendanaan pendidikan,
sosial, dan kesehatan.
(2) Dana Otonomi Khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku untuk
jangka waktu 20 (dua puluh) tahun, dengan rincian untuk tahun pertama
sampai dengan tahun kelima belas yang besarnya setara dengan 2% (dua
persen) plafon Dana Alokasi Umum Nasional dan untuk tahun keenam
16
belas sampai dengan tahun kedua puluh yang besarnya setara dengan 1%
(satu persen) plafon Dana Alokasi Umum Nasional.
2.3. Pajak
2.3.1. Pengertian Pajak
Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang sangat penting dalam
menopang pembiayaan pembangunan yang bersumber dari negara. Besar kecilnya
pajak akan menentukan kapasitas anggaran negara dalam membiayai pengeluaran
negara baik untuk pembiayaan pembangunan maupun untuk pembiayaan
anggaran rutin.
Pajak menurut Deutsche Reichs Abgaben Ordnung (Erly Suandy, 2005)
adalah bantuan uang secara insidental atau secara periodik (dengan tidak ada
kontraprestasinya), yang dipungut oleh badan yang bersifat umum untuk
memperoleh pendapatan, dimana terjadi suatu Tatbestand (sasaran pemajakan),
yang karena undang-undang telah menimbulkan utang pajak.
2.3.2. Pajak Daerah
Menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak
Daerah dan Restribusi Daerah, yang dimaksud dengan pajak daerah adalah
kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang
bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan
imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-
besarnya kemakmuran rakyat.
Berdasarkan Pasal 2 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang pajak
daerahdan retribusi daerah, Pajak daerah digolongkan ke dalam dua kelompok,
yaitu:
17
1. Pajak Provinsi, terdiri dari:
a. Pajak Kendaraan Bermotor
b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor
c. Pajak Bahan Bakar Kendaaraan Bermotor
d. Pajak Air permukaan
e. Pajak Rokok
2. Pajak Kabupaten/Kota, terdiri dari:
a. Pajak Hotel
b. Pajak Restoran
c. Pajak Hiburan
d. Pajak Reklame
e. Pajak Penerangan Jalan
f. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan
g. Pajak Parkir
h. Pajak Air Tanah
i. Pajak Sarang Burung Walet
j. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan
k. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan
2.4. Dana Perimbangan
2.4.1. Pengertian Dana Perimbangan
Dana Perimbangan merupakan sumber pendapatan daerah yang berasal
dariAPBN untuk mendukung pelaksanaan kewenangan pemerintah daerah
dalammencapai tujuan pemberian otonomi kepada daerah, yaitu terutama
18
peningkatanpelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang semakin baik (Widjaja,
2002).
Menurut Elmi (2002), secara umum tujuan pemerintah pusat
melakukantransfer dana kepada pemerintah daerah adalah:
1. Sebagai tindakan nyata untuk mengurangi ketimpangan pembagian"kue
nasional", baik vertikal maupun horisontal.
2. Suatu upaya untuk meningkatkan efisiensi pengeluaran pemerintahdengan
menyerahkan sebagian kewenangan dibidang pengelolaankeuangan negara
dan agar manfaat yang dihasilkan dapat dinikmatioleh rakyat di daerah yang
bersangkutan.
Namun selama ini sumber dana pembangunan daerah di Indonesia
mencerminkan ketergantungan terhadap sumbangan dan bantuan dari pemerintah
pusat (Sumiyarti dan Imamy, 2005). Sejalan dengan itu, Elmi (2002)
jugamenyatakan bahwa ketidakseimbangan fiskal (fiscal inbalance) yang terjadi
antara pemerintah pusat dan daerah selama ini telah menyebabkan ketergantungan
keuangan pemerintah daerah kepada bantuan dari pemerintah pusat yang
mencapai lebih dari 70persen kecuali Propinsi DKI Jakarta.Padahal sebenarnya
bantuan dana dari pemerintah pusat tersebut hanyalahuntuk rangsangan bagi
daerah agar lebih meningkatkan sumber penerimaanpendapatan asli daerahnya,
yang merupakan bagian penting dari sumber penerimaandaerah, bukan
menjadikannya sebagai prioritas utama dalam penerimaan daerah.
19
2.4.2. Pembagian Dana Perimbangan
1. Bagian Daerah
yaitu Bagi Hasil Pajak dan Bagi Hasil Bukan Pajak (SDA)Sumber-sumber
penerimaan perpajakan yang dibagihasilkan meliputi PajakPenghasilan (PPh)
pasal 21 dan pasal 25/29 orang pribadi, Pajak Bumi dan Bangunan(PBB), serta
Bagian Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB). Sementaraitu,
sumber-sumber penerimaan SDA yang dibagihasilkan adalah minyak bumi,
gasalam, pertambangan umum, kehutanan, dan perikanan.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 115 Tahun 2000, bagian daerah
dari PPh, baik PPh pasal 21 maupun PPh pasal 25/29 orang pribadi, ditetap
kanmasing-masing sebesar 20 persen dari penerimaannya. Dua puluh persen
bagian daerah tersebut terdiri dari 8 persen bagian Propinsi dan 12 persen bagian
Kabupaten/Kota. Pengalokasian bagian penerimaan pemerintah daerah kepada
masing-masing daerah Kabupaten/Kota diatur berdasarkan usulan gubernur
dengan mempertimbangkan faktor-faktor seperti jumlah penduduk, luas wilayah,
serta faktor lainnya yang relevan dalam rangka pemerataan.
sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2000,bagian daerah
dari PBB ditetapkan 90 persen, sedangkan sisanya sebesar 10 persenyang
merupakan bagian pemerintah pusat, juga seluruhnya sudah dikembalikankepada
daerah. Dari bagian daerah sebesar 90 persen tersebut, 10 persennyamerupakan
upah pungut, yang sebagian merupakan bagian pemerintah pusat.Sementara itu,
bagian daerah dari penerimaan BPHTB berdasarkan UU No. 33 Tahun2004
ditetapkan sebesar 80 persen, sedangkan sisanya 20 persen merupakan
bagianpemerintah pusat.
20
Dalam UU tersebut juga diatur mengenai besarnya bagian daerahdari
penerimaan SDA minyak bumi dan gas alam (migas), yang masing-
masingditetapkan 15 persen dan 30 persen. Sementara itu, penerimaan SDA
pertambanganumum, kehutanan, dan perikanan, ditetapkan masing-masing
sebesar 80 persen.
2. Dana Alokasi Umum (DAU)
Menurut UU No. 33 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan
antarapemerintah pusat dan daerah, yang dimaksud dengan dana alokasi umum
yaitu danayang berasal dari APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan
kemampuankeuangan antar daerah untuk membiayai kebutuhan pengeluarannya
dalam rangkapelaksanaan desentralisasi.
Pada Pasal 7 UU No. 33 Tahun 2004, besarnya DAU ditetapkan
sekurangkurangnya 25 persen dari penerimaan dalam negeri yang ditetapkan
dalam APBN.DAU untuk daerah Propinsi dan untuk daerah kabupaten/kota
ditetapkan masing-masing 10 persen dan 90 persen dari DAU.
3. Dana Alokasi Khusus (DAK)
Pengertian dana alokasi khusus menurut UU No. 33 Tahun 2004 adalah
danayang berasal dari APBN yang dialokasikan kepada daerah untuk
membantumembiayai kebutuhan khusus, termasuklah yang berasal dari dana
reboisasi.kebutuhan khusus yang dimaksud yaitu:
1. Kebutuhan yang tidak dapat diperkirakan dengan menggunakan rumus
alokasi umum, dan/atau
21
2. Kebutuhan yang merupakan komitmen atau prioritas nasional. Penerimaan
negara yang berasal dari dana reboisasi sebesar 40 persen disediakan kepada
daerah penghasil sebagai DAK.
2.5. Hipotesis
Adapun perumusan hipotesis adalah di duga Pendapatan Asli Daerah (PAD)
belum berpengaruh secara signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan PDRB
di Kabupaten Nagan Raya.
III. METODE PENELITIAN
3.1. Pendekatan Penelitian
Pada penelitian ini, pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan
kuantitatif. Penelitian ini menggambarkan keadaan atau masalah yang dihadapi oleh
Dinas Pengelolaan dan Keuangan Aset Daerah (DPKAD). Prosesnya berupa
pengumpulan data, penyusunan data serta analisis dan penafsiran data. Penelitian ini
mengklasifikasikan perhitungan, pemungutan, pembayaran atau peyetoran Pajak
terhadap pendapatan asli daerah. Data penelitian ini di ambil dalam k urun waktu 5
tahun terakhir dan berlokasi di Dinas Pengelolaan dan Keuangan Aset Daerah
(DPKAD) Kabupaten Nagan Raya.
3.2. Objek/Subjek Penelitian
Objek penelitian adalah Faktor-faktor yang mempengaruhi Pendapatan Asli
Daerah di Kabupaten Nagan Raya.
3.3. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber data sekunder,
dimana subjeknya tidak berhubungan langsung dengan objek penelitian tetapi
membantu dan dapat memberikan informasi untuk bahan penelitian. Dalam penelitian
ini data sekunder adalah literatur, artikel, laporan pajak daerah serta berbagai sumber
lain yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan pada tahun 2008-2012.
23
3.4 Model Analisis Data
Teknik yang digunakan sebagai alat analisis dalam penelitian ini yaitu dengan
menggunakan analisa regresi berganda, analisa korelasi, dan uji t yang akan diolah
dengan menggunakan program komputer (SPSS) dengan Penjelasan sebagai berikut :
a. Analisa Regresi Berganda
Analisa ini digunakan sebagai alat analisis peramalan nilai dua variabel bebas
atau lebih terhadap satu variabel terikat. Rumus persamaan regresi berganda menurut
(Husaini et.al 2006, h. 242) yang di tranfusikan dalam bentuk doble log
Ln Y = β+b1 LnX1 + b2 LnX2 + e................................................(1)
Dimana :
Y : Variabel terikat (PAD di ukur dalam Rupiah)
b : Koefesien regresi (Slope)
β : Beta
Ln : Logaridma Natural
X1 : Variabel Pertumbuhan Ekonomi yang di ukur dengan satuan Rupiah
X2 : Variabel PDRB yang di ukur dengan satuan Rupiah
e : error term
Selanjutnya karena pendapatan tidak memiliki konstanta maka persamaan
tersebut menjadi :
Ln Y = b1 LnX1 + b2 LnX2 +e ……………………… (2)
b. Koefesien Determinasi (r2)
Analisa ini digunakan untuk menyatakan besar kecilnya sumbangan variabel
bebas (X) terhadap variabel terikat (Y). Koefesien determinasi (r2) merupakan
kuadrat dari nilai koefesien korelasi.
24
Rumus koefesien determinasi menurut Hasan (2001, h. 236) :
KP = r2 x 100%......................................................................(3)
Dimana :
KP = Besarnya Koefesien penentu (determinasi)
R = Koefesien Korelasi
3.5 Definisi Operasional Variabel
Agar penelitian ini lebih terarah, peneliti membatasi penelitian untuk melihat
identifikasi pendapatan Asli Daerah Kabupaten Nagan Raya, yaitu :
a. Pendapatan Asli Daerah (Y) merupakan suatu pendapatan yang menunjukkan
suatu kemampuan daerah dalam menghimpun sumber-sumber dana untuk
membiayai pengeluaran rutin, di Kabupaten Nagan Raya pada kurun waktu
2008-2013 yang diukur dalam miliar rupiah.
b. Pertumbuhan Ekonomi (X1), merupakan tingkat pendapatan daerah.
c. PDRB (X2) merupakan jumlah dana yang di dapatkat dari berbagai sumber
yang ada di kabupaten Nagan Raya.
3.6 Pengujian Hipotesis
Dalam pengujian hipotesis penulis menggunakan Uji t untuk menguji
hipotesis suatu parameter bila sampel berukuran kecil (n < 30) dan ragam populasi
tidak diketahui. Rumus Uji t menurut Ruslan (2006) dalam Susanti (2011,h.32) yaitu:
25
)1(
2
2r
nrt
..............................................(4)
Keterangan :
n : Jumlah Sampel
r : Koefesien korelasi
Hipotesa stastistik yang diguanakan dalam penelitian ini adalah :
a. H0 : β = 0, Variabel Independen (Pertumbuhan Ekonomi dan PDRB) secara
parsial tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen (PAD)
b. H1 : β ≠ 0, artinya variabel independen Pertumbuhan Ekonomi dan PDRB)
secara parsial tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen
(PAD)
c. Kriteria uji Hipotesis yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah
a. Apabila t hitung lebi besar dari pada t tabel maka dengan sendirinya H0 ditolak,
dan H1 diterima (tingkat signifikansi 5%).
b. Apabila t tabel lebih besar dari pada t hitung maka dengan sendirinya H1 -
ditolak, dan H0 diterima (tingkat signifikan 5%).
Disamping itu, pengaruh secara simultan (bersama-sama) maka digunakan uji
koefesien regresi uji F (f-test) pada tingkat signifikansi 0,05 (α = 5%) dengan derajat
kebebasan (df) n-k-1.
Pengujian hipotesis adalah jawaban sementara tentang rumusan penelitian yang
belum dibuktikan kebenarannya. Pengujian hipotesis yang dilakukan adalah untuk
mengetahui bahwa hasil penelitian yang diperoleh merupakan dengan tingkat
26
keyakinan 95 %. Untuk mencari nilai F hitung dapat dicari dengan rumus sebagai
berikut :
F =𝑅2/𝑘
(1−𝑅2) / (𝑛−𝑘−1)…………………………….. (5)
Keterangan :
R2 : Koefesien Determinasi
N : Jumlah Data atau kasus
K : Jumlah variabel independen
Dengan demikian, pengujian hipotesi dalam penelitian ini secara simulatan
dinyatakan dengan keputusan sebagai berikut :
a. Bila Fhitung < Ftabel maka H1 ditolak dan H0 diterima, yang menyatakan bahwa
pertumbuhan Ekonomi, dan PDRB berpengaruh secara signifikan terhadap
pendapatan PAD di Kabupaten Nagan Raya
b. Bila FHitung > FTabel maka H1 diterima dan H0 ditolak, yang menyatakan
bahwa pertumbuhan Ekonomi, dan PDRB tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap pendapatan PAD di Kabupaten Nagan Raya
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Statistik Deskriptif Variabel Penelitian
Analisis statistik deskriptif variabel penelitian ini digunakan untuk
mengetahui besarnya kontribusi Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap Pendapatan
Daerah di Kabupaten Nagan Raya, sehingga akan dapat memberikan gambaran yang
jelas mengenai kebijakan yang harus diambil dalam rangka meningkatkan
penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebagai usaha untuk meningkatkan
peranannya terhadap Pendapatan Daerah. Lebih lanjut lagi sumbangan jenis-jenis
Pendapatan yang termasuk kedalam Pendapatan Asli Daerah (PAD) d i Kabupaten
Nagan Raya Selama 6 (enam) tahun terakhir dapat dilihat pada lampiran 1.
Pada lampiran 1, Jumlah Sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Target
di Kabupaten Nagan Raya pada tahun 2008-2013 adalah pajak daerah, retribusi
daerah, lain- lain pendapatan asli daerah yang sah, penerimaan jasa giro, pendapatan
bunga deposito, pendapatan denda atas keterlambatan pelaksanaan pekerjaan, fasilitas
sosial dan fasilitas umum. Hasil Jumlah sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan
Target di Kabupaten Nagan Raya Tahun 2008-2013, yaitu pada tahun 2008 sebesar
Rp 23.055.377.700, tahun 2009 sebesar Rp 26.490.439.939, tahun 2010 sebesar Rp
25.334.812.939, tahun 2011 sebesar Rp 29.973.822.225, tahun 2012 sebesar Rp
34.782.935.050, dan pada tahun 2013 sebesar Rp 55.724.745.450.
Realisasi Penerimaan Jenis-jenis Pendapatan Asli Daerah (PAD) di
Kabupaten Nagan Raya Tahun 2008-2013 dapat dilihat pada lampiran 2, yang terdiri
dari pajak daerah, retribusi daerah, lain- lain pendapatan asli daerah yang sah,
28
penerimaan jasa giro, pendapatan bunga deposito, pendapatan denda atas
keterlambatan pelaksanaan pekerjaan, fasilitas sosial dan fasilitas umum. Hasil
Realisasi Penerimaan Jenis-jenis Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kabupaten Nagan
Raya Tahun 2008-2013, yaitu pada tahun 2008 sebesar Rp 4.422.113.194, tahun 2009
sebesar Rp 15.487.225.116, tahun 2010 sebesar Rp 13.963.530.311, tahun 2011
sebesar Rp 14.901.366.926, tahun 2012 sebesar Rp 44.059.215.557, dan pada tahun
2013 sebesar Rp 2.410.575.228.
Besarnya persentase penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan
persentase penerimaan Pendapatan Daerah dapat dilihat pada table 1 dan 2 berikut
ini:
Tabel 1
Persentase Realisasi Penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Di Kabupaten Nagan Raya
Tahun 2008-2013
No Tahun Target Realisasi Penerimaan
Pendapatan Asli
Daerah (PAD)
Persentase
(%)
1 2008 23.055.377.700 4.422.113.194 19.18
2 2009 26.490.439.939 15.487.225.116 58.46
3 2010 25.334.812.939 13.963.530.311 55.11
4 2011 29.973.822.225 14.901.366.926 49.71
5 2012 34.782.935.050 44.059.215.557 126.66
6 2013 55.724.745.450 2.410.575.228 4.32
Jumlah
Penerimaan
195.362.133.303 95.244.026.332 48.75
Sumber : DPPKAD Kabupaten Nagan Raya (Data Diolah Januari 2014)
Tabel 1 diatas menunjukkan bahwa persentase realisasi penerimaan
Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kabupaten Nagan Raya selama kurun waktu 6
(enam) tahun terakhir mengalami peningkatan dan penurunan. Pada tahun 2008
penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebesar 4.422.113.194 atau 19.18 persen,
29
selanjutnya pada tahun 2009 mengalami kenaikan sebesar 15.487.225.116 atau 58.46
persen, pada tahun 2010 mengalami penurunan sebesar 13.963.530.311 atau 55.11
persen, Pada tahun 2011 mengalami kenaikan sebesar 14.901.366.926 atau 49.71
persen, pada tahun 2012 mengalami kenaikan sebesar 44.059.215.557 atau 126.66
persen dan pada tahun 2013 mengalami penurunan kembali sebesar 2.410.575.228
atau 4.32 persen.
Jumlah Persentase Penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) di
Kabupaten Nagan Raya Tahun 2008-2013, yaitu Target sebesar Rp 195.362.133.303,
Realisasi Penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebesar Rp 95.244.026.332,
dan persentase (%) sebesar 48.75 persen.
Tabel 2
Persentase Penerimaan Pendapatan Daerah
Di Kabupaten Nagan Raya
Tahun 2008-2013
No Tahun Target Realisasi Penerimaan
Pendapatan Daerah
Persentase
(%)
1 2008 16.436.100.350 594.529.597 3.61
2 2009 16.791.026.589 9.507.147.987 56.62
3 2010 400.344.708.057 364.557.387.556 91.06
4 2011 458.364.280.613 448.015.801.574 97.74
5 2012 529.769.528.741 527.510.733.724 99.57
6 2013 660.777.575.769 191.195.655.137 28.93
Jumlah
Penerimaan
2.082.483.220.119 1.541.381.255.575 74.01
Sumber : DPKKAD Kabupaten Nagan Raya (Data dio lah Januari 2014)
Tabel 2 diatas menunjukkan bahwa persentase realisasi penerimaan
Pendapatan Daerah di Kabupaten Nagan Raya selama kurun waktu 6 (enam) tahun
terakhir (2008-2013) mengalami peningkatan dan penurunan. Pada tahun 2008
sebesar Rp 594.529.597 atau 3.61 persen, pada tahun 2009 mengalami peningkatan
30
sebesar Rp 9.507.147.987 atau 56.62 persen, pada tahun 2010 mengalami
peningkatan sebesar Rp 364.557.387.556 atau 91.06 persen, pada tahun 2011
mengalami peningkatan sebesar Rp 448.015.801.574 atau 97.74 persen, pada tahun
2012 mengalami penigkatan sebesar Rp 527.510.733.724 atau 99.57 persen, dan pada
tahun 2013 mengalami penurunan sebesar 191.195.655.137 atau 28.93 persen.
Jumlah Penerimaan Pendapatan Daerah di Kabupaten Nagan Raya selama kurun
waktu 6 (enam) tahun terakhir (2008-2013), yaitu Target sebesar Rp
2.082.483.220.119, Realisasi Penerimaan Pendapatan Daerah sebesar Rp
1.541.381.255.575, persentase (%) sebesar 74.01 persen.
Tabel 3
Pertumbuhan Ekonomi Di Kabupaten Nagan Raya
Tahun 2008-2013
No Tahun Pertumbuhan Ekonomi
(dalam Jutaan)
Persentase
(%)
1 2008 909.592,75 97.85
2 2009 929.592,05 98.04
3 2010 967.860,72 105.44
4 2011 917.871,19 94.89
5 2012 967.860,16 106.60
6 2013 907.860,01 93.80
Sumber : DPKKAD Kabupaten Nagan Raya (Data dio lah Januari 2014)
Tabel 3 diatas menunjukkan Pertumbuhan Ekonomi Di Kabupaten Nagan
Raya selama kurun waktu 6 (enam) tahun terakhir (2008-2013) mengalami
peningkatan dan penurunan. Pada tahun 2008 sebesar Rp 909.592,75 atau 97,85
persen, pada tahun 2009 mengalami peningkatan sebesar Rp 929.592,05 atau 98,04
persen, pada tahun 2010 mengalami peningkatan sebesar Rp 967.860,72 atau 105,44
persen, pada tahun 2011 mengalami penurunan sebesar Rp 917.871,19 atau 94,89
31
persen, pada tahun 2012 mengalami penigkatan sebesar Rp 967860,16 atau 106,60
persen, dan pada tahun 2013 mengalami penurunan sebesar 907.860,01 atau 93,80
persen.
Tabel 4
Perkembangan PDRB Di Kabupaten Nagan Raya
Tahun 2008-2013
No Tahun PDRB
(dalam Jutaan)
Persentase
(%)
1 2008 2.126.920,32 78,05
2 2009 2.724.920,22 96,39
3 2010 2.826.920,33 96,66
4 2011 2.924.320,11 103,44
5 2012 2.826.920,21 99,73
6 2013 2.834.420,17 100
Sumber : DPKKAD Kabupaten Nagan Raya (Data dio lah Januari 2014)
Tabel 4 diatas menunjukkan bahwa Perkembangan PDRB Di Kabupaten
Nagan Raya selama kurun waktu 6 (enam) tahun terakhir (2008-2013) mengalami
peningkatan dan penurunan. Pada tahun 2008 sebesar Rp 2.126.920,32 atau 78,05
persen, pada tahun 2009 mengalami peningkatan sebesar Rp 2.724.920,22 atau 96,39
persen, pada tahun 2010 mengalami peningkatan sebesar Rp 2.826.920 atau 96.66
persen, pada tahun 2011 mengalami peningkatan sebesar Rp 2.924.320,11 atau
103,44 persen, pada tahun 2012 mengalami penigkatan sebesar Rp 2.826.920,21 atau
99.73 persen, dan pada tahun 2013 mengalami penurunan sebesar 2.834.420,17atau
100 persen.
32
Tabel 5
Data input PAD, Pertumbuhan Ekonomi dan PDRB Kabupaten Nagan Raya
Pendapatan Asli
Daerah
Ln Y
Pertumbuhan Ekonomi
Ln X1
PDRB
Ln X2
20.20 13.72 14.57
22.97 13.74 14.81
26.62 13.78 14.85
26.83 13.72 14.88
26.99 13.78 14.85
25.97 13.71 14.86
Sumber : data penelitian lapangan (April 2014 diolah)
Selanjutnya peneliti melakukan analisis Statistik yang digunakan untuk
membuktikan hipotesis penelitian dalam hal ini digunakan analisis regresi liner
berganda, analisis korelasi, dan uji t yang diolah melalui program computer
Statistik atau Progaram SPSS 17, dengan variabel Dependen PAD (Y), dan
variabel Indenpenden (X) yang meliputi, Pertumbuhan Ekonomi dan PDRB
4.3 Pembahasan Penelitian
Bagian ini penulis akan membahas tentang Faktor- faktor yang
mempengaruhi mempengaruhi PAD di Kabupaten Nagan Raya yang akan
dianalisis dengan menggunakan model analisis regresi berganda yang akan diolah
melalui Program Statistik SPSS 17. Dari hasil penelitian diperoleh hasil akhirnya
sebagai berikut :
33
Tabel 6
Rata-rata Standar Deviasi
Rata-rata Std. Deviasi 0bservasi
PAD 24.9300 2.75702 6
P.E X2 13.7417 .03125 6
PDRB X1 14.8033 .11656 6
Sumber : Hasil Regresi (Januari 2014 diolah)
Pada tabel 6 diatas penulis dapat menjelaskan bahwa rata-rata variabel
Pertumbuhan Ekonomi terhadap pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Nagan
Raya adalah 13.7417, dengan standar deviasi . 03125, PDRB terhadap
pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Nagan Raya adalah mempunyai rata-rata
sebesar 14.8033 dengan standar Deviasi .11656.
Kemudian untuk pendapatan PAD Kabupaten Nagan Raya terhadap
variabel Pertumbuhan Ekonomi dan PDRB untuk rata-rata diperoleh 24.9300
dan untuk Standar Deviasi diperoleh 2.75702, ini berarti Perumbuhan Ekonomi
dan PDRB bersama-sama mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten
Nagan Raya.
4.3.1 Analisis Koefisien Korelasi dan Determinasi
Tabel 7
Hasil Koefisien Korelasi dan Determinasi
Variabel PAD P.E PDRB
Person Correltion
a. PAD
b. P.Ekonomi
c. PDRB
1.000
.407
.915
.407
1.000
.284
.915
.284
1.000
34
Model
a. Koefisien Korelasi (R)
b. Koefisien Determinasi
Adjusted
c. Koefisien Determinasi
(R²)
.928
.768
.861
Sumber : Hasil Regresi (Januari 2014 diolah)
Berdasarkan tabel 7 diatas peneliti dapat menjelaskan bahwa koefisien
korelasi Variabel Independen (Petumbuhan Ekonomi X1, dan PDRB ) diperoleh R =
0,928 secara positif menjelaskan terdapat hubungan yang cukup berarti antara
variabel independen (X) terhadap PAD (Y) dengan keeratan hubungan 92,8 persen.
Dikarenakan apabila Pertumbuhan Ekonomi daan PDRB Meningkat maka PAD
akan meningkat, begitu juga sebaliknya apabila Pertumbuhan Ekonomi dan PDRB
menurun maka PAD juga akan menurun, jadi pengaruh yang ditimbulkan juga
sangat berarti.
Adapun mengetahui kriteria pengujian hubungan atau koefisien korelasi (KK)
antar variabel menurut Hasan (2003, h.234) adalah sebagai berikut :
a. KK = 0, artinya tidak ada korelasi
b. 0 < KK ≤ 0,20 artinya korelasi sangat rendah atau lemah sekali
c. 0,20 < KK ≤ 0,40 artinya korelasi rendah atau lemah tapi pasti
d. 0,40 < KK ≤ 0,70 artinya korelasi yang cukup berarti
e. 0,70 < KK ≤ 0,90 artinya korelasi yang tinggi dan kuat
f. 0,90 < KK ≤ 1,00 korelasi yang sangat tinggi dan kuat
g. KK = 1, artinya korelasi yang sempurna.
35
Berdasarkan hasil pengujian ini maka dapat diketahui pertumbuhan ekonomi
X1, dan PDRB X2 terhadap Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Nagan Raya
Koefisien determinasi dalam penelitian ini dapat diketahui dengan menggunakan
rumus perhitungan sebagai berikut:
Koefisien determinasi = R2 x 100%
Koefisien determinasi = (0,861) x 100%
Koefisien determinasi = 86,1 %
Berdasarkan perhitungan Analisis Koefisien Korelasi dan Determinasi penulis
dapat menjelaskan bahwa nilai koefisien determinasi (R2) Adjusted bernilai 76,8
persen. Dan menghasilkan R2 (R square) sebesar 86,1 persen, yang dapat diartikan
bahwa 86,1 persen dapat dijelaskan oleh variabel pertumbuhan Ekonomi dan PDRB
(X). Sedangkan sisanya sebesar 23,2 persen dapat dijelaskan oleh variabel lain diluar
model penelitian.
4.3.2 Uji Regresi Linear Berganda
Tabel 8
Hasil Koefesien Korelasi dan Determinasi
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardi
zed
Coeffi
cients
t Sig.
95.0% Confidence
Interval for B
Collinearity
Statistics
B
Std.
Error Beta
Lower
Boun
d
Upper
Boun
d
Toleranc
e VIF
1 (Constant) 474.081 261.072 1.816 .167 -1304.928 356.766
P.E_X2 14.160 19.812 .161 .715 .526 -48.891 77.211 .920 1.088
PDRB_X1 20.565 5.312 .869 3.872 .030 3.660 37.470 .920 1.088
Sumber : Hasil Regresi (Januari 2014 diolah)
36
Berdasarkan hasil penelitian ini maka diperoleh persamaan regresi linear
Berganda akhir estimasi sebagai berikut :
Y = a + bx1 +bx2+bx3 + ɛ
Y = 474.081 + 14.160 X1 + 20.565 X2
Persamaan Regresi linear tersebut di atas dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Konstanta
Dari persamaan tersebut dapat dilihat bahwa nilai konstanta bernilai positif yaitu
sebesar 474.081 Nilai konstanta ini menggambarkan apabila Variabel Independen,
Pertumbuhan Ekonomi dan PDRB sama dengan nol maka Pendapatan Asli
Daerah akan meningkat sebesar 474.081.
b. Koefisien Regresi dari variabel Independen ( X)
Berdasarkan persamaan di atas dapat dilihat bahwa nilai koefisien untuk variabel
Independen :
1. Untuk Variabel pertumbuhan Ekonomi hasil yang didapatkan bernilai positif
yaitu sebesar 14.160 X1 . Dapat diartikan bahwa setiap kenaikan variabel PAD
1%, maka Variabel Pertumbuhan Ekonomi juga akan meningkat sebesar 14.160
persen dengan asumsi variabel PDRB dianggap tetap.
2. Untuk Variabel PDRB hasil yang didapatkan bernilai positif yaitu sebesar
20.565 X1 . Dapat diartikan bahwa setiap kenaikan variabel PAD 1%, maka
Variabel PDRB juga akan meningkat sebesar 14.160 persen dengan asumsi
variabel PDRB dianggap.
37
4.3.3 Uji Simultas (Uji F)
Untuk melihat hubungan antara variabel P. Ekonomi X1, dan PDRB
terhadap pendapatan Asli Daerha secara serempak dapat dilihat pada tabel berikut
ini :
Tabel.10 Uji Signifikan Simultas (Uji F)
ANOVA Df SS MS F Significance F
Regression 2 32.718 16.359 9.281 .052a
Residual 3 5.288 1.763
Total 5 38.006 Sumber : Hasil Regresi (Januari 2014 diolah)
Dari hasil uji F pada penelitian ini didapatkan nilai F hitung sebesar 9.281
dengan angka signifikansi (P value) sebesar 0,052. Dengan tingkat signifikansi 95%
(α =0,05). Angka signifikansi (P value) sebesar 0,059 < 0,05. Atas dasar
perbandingan tersebut, maka Ho ditolak dan Ha diterima, atau berarti variabel
Pertumbuhan Ekonomi dan PDRB mempunyai hubungan yang signifikan secara
bersama-sama terhadap variabel Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Nagan Raya.
Hasil pengujian secara simultan diperoleh nilai Fhitung = 9.281sedangkan
Ftabel pada F(=0,05) = 6.26. dengan demikian Fhitung > Ftabel, maka kaedah
keputusannya adalah hipotesis nol ditolak dan hipotesis alternatif diterima pada
taraf 95% artinya bahwa Variabel P.Ekonomi X1, dan PDRB X2 berpengaruh
nyata terhadap Pendapatan Asli Daerah di area penelitian.
38
4.3.4 Uji t (parsial atau individual)
Uji t digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh antar variabel
bebas Modal X1, tenaga kerja X2 dan harga jual X3, terhadap pendapatan (Y)
secara individual dengan tingkat kepercayaan (level of confidence 95%) yaitu :
Uji Parsial (Uji T)
No Uraian T hitung Ttabel
1 P. Ekonomi X1 0.715 2.131
2 PDRB X2 3.872 2.131
Sumber : Hasil Regresi (Januari 2014 diolah)
Berdasarkan tabel diatas nilai thitung dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Pertumbuhan Ekonomi X1 Berdasarkan Tabel diatas terlihat bahwa untuk variabel
P.Ekonomi nilai thitung < ttabel (0.715 < 2.131). maka H0 ditolak dan H1 diterima, sehingga
secara individual variabel P.Ekonomi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
Pendapatan Asli Daerah di kabupaten Nagan Raya,
b. PDRB untuk variabel PAD mempunyai nilai thitung < ttabel (3.872 > 2.131). maka H0
ditolak dan H1 diterima, sehingga secara individual variabel PDRB berpengaruh terhadap
Pendapatan Asli Daerah di kabupaten Nagan Raya,
4.4 Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil output dari penelitian diatas variabel pendapatan Asli
Daerah mempunyai hubungan secara positif terhadap Variabel P. Ekonomi dan
PDRB pada PAD di Kabupaten Nagan Raya. yaitu nilai nilai Fhitung > Ftabel (9.281>
6.26). dan thitung > ttabel (3.872> 2.131) Hasil ini mengidentifikasikan PDRB
mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah di kabupaten Nagan Raya.
39
Sedangkan jika dilihat dari nilai perhitungan Analisis Koefisien Korelasi
dan Determinasi nilai koefisien determinasi (R2) Adjusted bernilai 76,8 persen.
Dan menghasilkan R2 (R square) sebesar 86,1 persen, yang dapat diartikan bahwa
86,1 persen dapat dijelaskan oleh variabel pertumbuhan Ekonomi dan PDRB (X).
Sedangkan sisanya sebesar 23,2 persen dapat dijelaskan oleh variabel lain diluar
model penelitian.
V. PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut :
Dari hasil penelitian dapat dijelaskan bahwa koefisien korelasi Variabel
Independen (Petumbuhan Ekonomi X1, dan PDRB ) diperoleh R = 0,928 secara
positif menjelaskan terdapat hubungan yang cukup berarti antara variabel
independen (X) terhadap PAD (Y) dengan keeratan hubungan 92,8 persen.
Dikarenakan apabila Pertumbuhan Ekonomi daan PDRB Meningkat maka PAD
akan meningkat, begitu juga sebaliknya apabila Pertumbuhan Ekonomi dan
PDRB menurun maka PAD juga akan menurun, jadi pengaruh yang ditimbulkan
juga sangat berarti, Berdasarkan perhitungan Analisis Koefisien Korelasi dan
Determinasi penulis dapat menjelaskan bahwa nilai koefisien determinasi (R2)
Adjusted bernilai 76,8 persen. Dan menghasilkan R2 (R square) sebesar 86,1
persen, yang dapat diartikan bahwa 86,1 persen dapat dijelaskan oleh variabel
pertumbuhan Ekonomi dan PDRB (X). Sedangkan sisanya sebesar 23,2 persen
dapat dijelaskan oleh variabel lain diluar model penelitian, Hasil pengujian secara
simultan diperoleh nilai Fhitung = 9.281sedangkan Ftabel pada F(=0,05) = 6.26.
dengan demikian Fhitung > Ftabel, maka kaedah keputusannya adalah hipotesis nol
ditolak dan hipotesis alternatif diterima pada taraf 95% artinya bahwa Variabel
P.Ekonomi X1, dan PDRB X2 berpengaruh nyata terhadap Pendapatan Asli
Daerah di area penelitian, Berdasarkan hasil output dari penelitian variabel
Pertumbuhan Ekonomi X1 Berdasarkan Tabel diatas terlihat bahwa untuk variabel
P.Ekonomi nilai thitung < ttabel (0.715 < 2.131). maka H0 ditolak dan H1 diterima, sehingga
41
secara individual variabel P.Ekonomi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
Pendapatan Asli Daerah di kabupaten Nagan Raya, PDRB untuk variabel PAD
mempunyai nilai thitung < ttabel (3.872 > 2.131). maka H0 ditolak dan H1 diterima, sehingga
secara individual variabel PDRB berpengaruh terhadap Pendapatan Asli Daerah di
kabupaten Nagan Raya.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disampaikan saran-saran yang
diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pemerintahan antara lain:
1. Diharapkan kerjasama yang baik terjalin antara instansi- instansi yang
terkait di dalam pembangunan daerah. baik dari segi bangunan-bangunan,
maupun dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah yang lebih
baik.
2. Pemerintah harus melakukan pengawasan terhadap semua kegiatan yang
dilakukan dalam pembanguanan daerah, sehingga anggaran yang masuk
dan anggaran yang dikaeluarkan oleh pemerintah daerah jelas. Sehingga,
meminimalisir kerugian pemerintah.
3. Pemerintah hendaknya memperhatikan masyarakat didalam membangun
dan melakukan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan kesejahteraan
masyarakat.
42
DAFTAR PUSTAKA
Alsah, Sjarifudin 2003, Pemotongan/Pemungutan Pajak Penghasilan (witholding tax), Jakarta, Kharisma.
Bahrul, Elmi 2002. Keuangan Pemerintah Daerah dan Daerah Otonom di Indonesia, UI Press, Jakarta
Harnanto, (2003), Akuntansi Perpajakan, Yogyakarta, BPFE.
Lazio, Sonny. (2012). Pengertian dan Sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah. Diakses 03 september 2013. Dari
http://Sonnylazio.blogspot.com/2013/03/pengertian-sumber-sumber-pendapatan.html.
Markus Muda, 2005, Perpajakan Indonesia, Suatu Pengantar, Jakarta, Gramedia Pustaka Utama.
Marsahrul, Tony 2005, Pajak Penghasilan, Potongan dan Pungutan, Pasal 21,
22, 23, 26 UU No. 17 tahun 2000, Jakarta Grasindo.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Metodologi Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta
Nurcholis, Hanif 2007. Teori dan Praktik Pemerintahan dan Otonomi Daerah.
Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia
Rusyadi, Akhmad. 2005 “Peranan Pajak Reklame Dalam Meningkatkan
Pendapatan Asli Daerah” Universitas Islam Indonesia. Sanusi, sawar. 2011. Metodologi Penelitian Bisnis, Salemba empat, Jakarta.
Siahaan, Marihot P. 2010. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Rajawali pers,
Jakarta Suandy, Erly 2005, Hukum Pajak, Salemba Empat, Jakarta.
Sumiyarti dan Akhmad Fauzan Imamy 2005. Analisis Pengaruh Perimbangan Pusat Daerah Terhadap Perekonomian. Media Ekonomi, Vol 11, No. 2
Undang-Undang republik indonesia No 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan
Aceh
Utomo budi, p. 2006 “Peranan Pajak Dalam Menunjang Otonomi Daerah”
Skripsi. Universitas negeri semarang. Undang-Undang republik indonesia No 28 Tahun 2009 tentang pajak daerah dan
restribusi daerah
Widjaja, HAW 2002. Otonomi Daerah dan Daerah Otonom. PT Raja Grafindo Persada: Jakarta