repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51760/1/DWIKE... · i ....

148
KONSTRUKSI BERITA MODERASI BERAGAMA SEBAGAI UPAYA MENCEGAH RADIKALISME (Analisis Framing Rubrik Dialog Jumat Republika) Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Oleh: Dwike Nuraini 11150510000139 PROGRAM STUDI JURNALISTIK FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1441 H/2020

Transcript of repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51760/1/DWIKE... · i ....

Page 1: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51760/1/DWIKE... · i . LEMBAR PERNYATAAN . Yang bertandatangan di bawah ini: Nama : Dwike Nuraini . NIM

KONSTRUKSI BERITA MODERASI BERAGAMA

SEBAGAI UPAYA MENCEGAH RADIKALISME

(Analisis Framing Rubrik Dialog Jumat Republika)

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh:

Dwike Nuraini

11150510000139

PROGRAM STUDI JURNALISTIK

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1441 H/2020

Page 2: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51760/1/DWIKE... · i . LEMBAR PERNYATAAN . Yang bertandatangan di bawah ini: Nama : Dwike Nuraini . NIM

i

LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertandatangan di bawah ini:

Nama : Dwike Nuraini

NIM : 11150510000139

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi dengan judul

Konstruksi Berita Moderasi Beragama Sebagai Upaya

Mencegah Radikalisme (Analisis Framing Rubrik Dialog

Jumat Republika) adalah benar merupakan hasil karya saya

sendiri dan tidak melakukan tindakan plagiat dalam proses

pembuatannya. Adapun kutipan yang terdapat dalam penyusunan

karya ini telah saya cantumkan sumbernya di dalam skripsi. Saya

bersedia melakukan proses yang semestinya sesuai peraturan

perundangan yang berlaku jika ternyata skripsi ini sebagian atau

keseluruhannya merupakan bagian dari praktek plagiarisme dari

karya orang lain.

Demikian pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan

seperlunya.

Jakarta, 22 Mei 2020

Dwike Nuraini

NIM. 1150510000139

Page 3: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51760/1/DWIKE... · i . LEMBAR PERNYATAAN . Yang bertandatangan di bawah ini: Nama : Dwike Nuraini . NIM

ii

KONSTRUKSI BERITA MODERASI BERAGAMA

SEBAGAI UPAYA MENCEGAH RADIKALISME

(Analisis Framing Rubrik Dialog Jumat Republika)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial

(S.Sos)

Oleh

Dwike Nuraini

NIM. 11150510000139

Dosen Pembimbing

Drs. Helmi Hidayat M. A.

NIP. 196504262014111001

PROGRAM STUDI JURNALISTIK

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1441 H/2020

Page 4: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51760/1/DWIKE... · i . LEMBAR PERNYATAAN . Yang bertandatangan di bawah ini: Nama : Dwike Nuraini . NIM

iii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN

Skripsi karya Dwike Nuraini yang berjudul Konstruksi Berita

Moderasi Beragama Sebagai Upaya Mencegah Radikalisme

(Analisis Framing Rubrik Dialog Jumat Republika) telah diuji

dan dinyatakan LULUS dalam Sidang Munaqasyah Fakultas

Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negri

Syarif Hidayatullah Jakarta pada hari Senin tanggal 8 Juni 2020.

Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar program sarjana Strata Satu (S1) pada Jurusan

Jurnalistik.

Ciputat, 8 Juni 2020

Tim Sidang Munaqasyah

Ketua Sekretaris

Kholis Ridho, M.Si Dra. Hj. Musfirah Nurlaili, MA

NIP. 197801142009121002 NIP. 197104122000032001

Penguji I Penguji II

Ali Irfani, M.Hi Bintan Humeira M. Si

NIP.197711052001122002

Pembimbing

Drs. Helmi Hidayat, MA

NIP. 196504262014111001

Page 5: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51760/1/DWIKE... · i . LEMBAR PERNYATAAN . Yang bertandatangan di bawah ini: Nama : Dwike Nuraini . NIM

iv

ABSTRAK

Dwike Nuraini

11150510000139

KONSTRUKSI BERITA MODERASI BERAGAMA

SEBAGAI UPAYA MENCEGAH RADIKALISME (Analisis

Framing Rubrik Dialog Jumat Republika)

Keberagaman suku, budaya, dan agama di Indonesia

sangat terbuka bagi timbulnya polemik di antara masyarakat,

misalnya terjadi perbedaan pendapat di antara mereka lalu

sebagian tidak siap menerima perbedaan itu. Hal tersebut

dibuktikan dengan meningkatnya kasus intoleransi dari 2014

hingga 2019. Setara Institute merilis hasil survei mereka tentang

kasus intoleransi antarumat beragama selama periode pertama

pemerintahan Presiden Jowo Widodo terjadi sebanyak 846

peristiwa. Pada periode kedua, Presiden Joko Widodo

memberikan perhatian khusus terhadap kasus intoleransi, dengan

menugaskan Menteri Agama Fachrul Razi untuk berkonsentrasi

mencegah radikalisme di Indonesia. Mengapa harus radikalisme?

Karena salah satu ciri dan sikap dari paham radikal adalah

Intoleransi. Jika dibiarkan secara terus menerus, sikap itu akan

mengancam perdamaian dunia, termasuk Indonesia.

Salah satu media cetak yang membahas tentang moderasi

beragama adalah Harian Umum Republika lewat rubrik „‟Dialog

Jumat‟‟ yang mereka asuh. Sejumlah berita yang mengandung

unsur moderasi beragama diteliti dalam skripsi ini, untuk

mengetahui bagaimana rubrik itu mengonstruksi berita moderasi

beragama, di tengah maraknya kasus intoleransi yang

dikhawatirkan akan melahirkan kasus radikalisme. Penelitian ini

juga ingin mengetahui bagaimana upaya „‟Dialog Jumat‟‟

Republika membingkai beritanya untuk turut serta dalam

meminimalisasi radikalisme di Indonesia.

Penelitian ini menggunakan paradigma penelitian

konstruktivis dengan pendekatan penelitian kualitatif.

Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan

Page 6: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51760/1/DWIKE... · i . LEMBAR PERNYATAAN . Yang bertandatangan di bawah ini: Nama : Dwike Nuraini . NIM

v

dokumentasi. Penelitian ini menggunakan metode analisis

framing Robert N. Entman dengan empat elemen framingnya

yakni Problem Identification, Causal Interpretation, Moral

Evaluation, dan Treatment Recommendation.

Hasil analisis menunjukkan bahwa „‟Dialog Jumat‟‟

Republika mengonstruksi berita moderasi beragama sebagai

upaya untuk turut serta mencegah radikalisme. Hal ini dilihat

berdasarkan terpenuhinya indikator-indikator terori moderasi

beragama yang terdapat dalam berita, yaitu komitmen

kebangsaan, toleransi, antikekerasan, dan sikap akomodatif

terhadap kebudayaan lokal. Upaya „‟Dialog Jumat‟‟ Republika

untuk meminimalisasi paham radikal juga sesuai dengan visi dan

misinya, yaitu mempromosikan semangat toleransi antarumat

beragama.

Kata kunci : Konstruksi berita, Moderasi Beragama,

Radikalisme, Toleransi, Analisis Framing Robert N. Entman,

Dialog Jumat Republika.

Page 7: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51760/1/DWIKE... · i . LEMBAR PERNYATAAN . Yang bertandatangan di bawah ini: Nama : Dwike Nuraini . NIM

vi

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Segala puji bagi Allah SWT yang Maha Pemurah dan lagi

Maha Penyayang yang telah memberikan rahmat dan karunia-

Nya dalam kehidupan umat manusia. Atas rahmat dan karunia-

Nya jugalah peneliti dalam dapat menyelesaikan skripsi dengan

judul “Konstruksi Berita Moderasi Beragama Sebagai Upaya

Mencegah Radikalisme (Analisis Framing Rubrik Dialog

Jumat Republika)”. Tidak lupa juga Shalawat serta salam selalu

tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW.

Dalam penelitian ini, peneliti menyadari masih jauh dari

sempurna namun tidak menghilangkan rasa terima kasih kepada

semua pihak yang telah terlibat dalam penulisan skripsi ini, baik

secara moril maupun materil. Untuk itu peneliti mengucapkan

terima kasih kepada :

1. Suparto,M.Ed,Ph.D, Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan

Ilmu Komunikasi, Dr. Siti Napsiyah, S.Ag, Wakil Dekan I

Bidan Akademik, Dr. Sihabudin Noor, M.Ag, Wakil

Dekan II Bidang Administrasi Umum, serta Cecep

Castrawijaya, M.A Wakil Dekan III Bidang

Kemahasiswaan.

2. Ketua jurusan Jurnalistik, Kholis Ridho, M.Si dan

Sekretaris Jurusan, Dra. H. Musfirah Nurlaily, M.A.

Page 8: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51760/1/DWIKE... · i . LEMBAR PERNYATAAN . Yang bertandatangan di bawah ini: Nama : Dwike Nuraini . NIM

vii

3. Drs. Helmi Hidayat M.A., dosen pembimbing skripsi

yang senantiasa membimbing, mengarahkan, dan

memberikan dukungan penuh selama proses penelitian.

4. Seluruh jajaran dosen dan staf Fakultas Ilmu Dakwah dan

Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

5. Redaktur Dialog Jumat Republika, Syalaby Ichsan, dan

segenap pimpinan serta karyawan Republika yang telah

bersedia membantu peneliti dalam kegiatan wawancara

untuk memenuhi data yang dibutuhkan dalam penelitian.

6. Kedua orangtua yang peneliti cintai, Ayahanda Yana

Mulyana dan Ibunda Euis Nurnaningsih, atas doa yang tak

pernah lelah dipanjatkan dan selalu memberikan

dukungan moril dan materiil kepada peneliti. Terima

kasih atas kasih sayang dan cinta yang tak pernah usai.

7. Saudara kandung peneliti, Fitria Nurjanah, beserta seluruh

keluarga yang selalu menyemangati peneliti dalam

menyelesaikan studi.

8. Ghaitsa Harfi Adrina, keponakan yang tersayang, terima

kasih selalu menjadi pelipur lara ketika peneliti merasa

lelah.

9. Ikhwana, Anida, Nadya, Rissa, dan Sulis, sahabat yang

selalu menjadi tempat berkeluh kesah selama masa kuliah,

serta teman-teman Jurnalistik angkatan 2015 dan seluruh

mahasiswa Jurnalistik. Terima kasih karena telah

Page 9: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51760/1/DWIKE... · i . LEMBAR PERNYATAAN . Yang bertandatangan di bawah ini: Nama : Dwike Nuraini . NIM

viii

memberikan masukan dan semangat untuk menyelesaikan

penelitian ini.

10. Adhitya Fauzan, Suci Amalia, dan Rizal Asyari, sahabat

yang tidak berhenti untuk memberikan semangat dan

membantu menyelesaikan penelitian ini. Serta kepada

teman-teman KKN Semarak Delapan yang telah memberi

kesan baik dan support.

11. Guru-guru semasa sekolah dan teman-teman online,

terima kasih selalu memberi dukungan dan semangat

untuk menyelesaikan skripsi.

12. Teman-teman B3e.Production, terima kasih telah menjadi

wadah baru untuk terus mengajak kebaikan, dan

menyemangati peneliti.

13. Sahabat KARIB, yang saya cintai karena Allah. Terima

kasih selalu menjadi benteng dalam kebaikan dan selalu

memberi dukungan, serta bantuan.

14. Teman-teman RDK FM, terima kasih telah memberi

pengalaman dan kesan baik, serta support semasa kuliah.

15. Ananda Lisabellaila dan Helvina Prihartanti, tetangga

sekaligus sahabat yang tidak pernah lelah memberikan

dukungan dan saran. Terima kasih banyak, untuk

berusaha selalu ada.

Sekali lagi, peneliti mengucapkan banyak terima kasih

atas dukungan dan bantuannya. Mohon maaf tidak bisa

Page 10: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51760/1/DWIKE... · i . LEMBAR PERNYATAAN . Yang bertandatangan di bawah ini: Nama : Dwike Nuraini . NIM

ix

menyebutkan satu persatu. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat

memberikan manfaat bagi semua pihak.

Jakarta, 22 Mei 2020

Dwike Nuraini

Page 11: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51760/1/DWIKE... · i . LEMBAR PERNYATAAN . Yang bertandatangan di bawah ini: Nama : Dwike Nuraini . NIM

x

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ................................................................... i

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................. iii

ABSTRAK ............................................................................................ iv

KATA PENGANTAR .......................................................................... vi

DAFTAR ISI.......................................................................................... x

DAFTAR TABEL ............................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1

A. Latar Belakang .............................................................................. 1

B. Batasan dan Rumusan Masalah .................................................... 7

1. Batasan Masalah ..................................................................... 7

2. Rumusan Masalah ................................................................... 7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ..................................................... 7

1. Tujuan Penelitian .................................................................... 7

2. Manfaat Penelitian .................................................................. 7

D. Tinjauan Pustaka ........................................................................... 9

E. Metodologi Penelitian ................................................................. 13

1. Paradigma Penelitian ............................................................ 13

2. Pendekatan Penelitian ........................................................... 14

3. Metode Penelitian ................................................................. 15

4. Subjek dan Objek Penelitian ................................................. 16

Page 12: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51760/1/DWIKE... · i . LEMBAR PERNYATAAN . Yang bertandatangan di bawah ini: Nama : Dwike Nuraini . NIM

xi

5. Teknik Pengumpulan Data .................................................... 17

6. Teknik Analisis Data ............................................................. 17

F. Sistematika Penulisan ................................................................. 19

BAB II KAJIAN PUSTAKA .............................................................. 21

A. Landasan Teori ........................................................................... 21

1. Media dan Konstruksi Realitas ............................................. 21

2. Komunikasi Massa ................................................................ 31

3. Moderasi Beragama .............................................................. 37

4. Berita ..................................................................................... 48

5. Surat Kabar ........................................................................... 52

B. Kerangka Berpikir ...................................................................... 56

BAB III GAMBAR PENELITIAN .................................................... 57

A. Profil Republika .......................................................................... 57

B. Dialog Jumat ............................................................................... 62

BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITIAN .............................. 65

1. Analisis Framing Berita “Shalat di Dalam Gereja. Bolehkah?” 65

2. Analisis Framing Berita “Belajar dari Perang” ......................... 74

BAB V PEMBAHASAN ..................................................................... 82

BAB VI PENUTUP ............................................................................. 95

A. Kesimpulan ................................................................................. 95

B. Implikasi ..................................................................................... 96

C. Saran ........................................................................................... 96

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................... 98

Page 13: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51760/1/DWIKE... · i . LEMBAR PERNYATAAN . Yang bertandatangan di bawah ini: Nama : Dwike Nuraini . NIM

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 5.1 Analisis Framing Berita “Shalat di Dalam Gereja.

Bolehkah?” ................................................................................... 78

Tabel 5.2 Analisis Framing Berita “Belajar dari Perang” ....... 87

Page 14: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51760/1/DWIKE... · i . LEMBAR PERNYATAAN . Yang bertandatangan di bawah ini: Nama : Dwike Nuraini . NIM

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia terdiri atas 34 provinsi tersebar dari Sabang

hingga Merauke. Beragam suku, budaya dan bahasa ada di sana.

Selain itu, Indonesia juga disebut sebagai negara multiagama.

Ada tujuh agama yang diakui secara konstitusional, yakni Islam,

Kristen Protestan, Kristen Katolik, Budha, Hindu, dan Konghucu.

Dengan segala keberagamannya, Indonesia memiliki semboyan

Bineka Tunggal Ika yang berarti berbeda-beda tetapi tetap satu.

Alat pemersatu lainnya yang dianggap penting untuk dimiliki

suatu bangsa adalah ideologi. Pancasila sebagai ideologi negara

menjadi kewajiban setiap warga negara Indonesia mematuhinya.

Namun, pergesekan perbedaan-perbedaan kerap kali sulit untuk

dihindari. Berdasarkan pengaduan yang diterima Komnas HAM

pada 2016, tercatat ada 97 kasus intoleransi. Data ini meningkat

dari 76 kasus pada 2014 dan 87 kasus pada 2015.1 Kasus

intoleransi tersebut terus meningkat hingga 2018.

Adapun cacatan hitam kasus intoleransi terjadi pada 2015,

yakni adanya pembakaran masjid di Tolikara Papua dan

1Lihat “Intoleransi Meningkat Pada 2016” dalam 2016-intole

http://komnasham.go.id/ pada-ransimeningkat.html, diunduh pada 30 Oktober

2019 pukul 21:30 WIB

Page 15: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51760/1/DWIKE... · i . LEMBAR PERNYATAAN . Yang bertandatangan di bawah ini: Nama : Dwike Nuraini . NIM

2

pembakaran gereja di Aceh Singkil.2 Di ujung timur Indonesia,

tepatnya di Kabupaten Tolikara, umat Islam yang hendak

melaksanakan salat id diserang oleh sekelompok orang. Musala

Baitul Muttaqin hangus dibakar. Sekelompok orang tiba-tiba

menyerang jemaah yang sedang melaksanakan salat id di

lapangan Makoramil 1702-11/Karubaga, sekitar pukul 07.00

WIT. Massa meminta salat id yang digelar di ruang terbuka

dihentikan. Sebelum peristiwa pembakaran musala dan

penyerangan terhadap umat Islam yang hendak salat id, lebih

dahulu beredar surat larangan salat Idul Fitri pada 11 Juli 2015

mengatasnamakan Jemaat GIDI (Gereja Injil di Indonesia)

Wilayah Tolikara.

Beberapa bulan kemudian, tepatnya Oktober 2015 kasus

intoleransi kembali terjadi. Kali ini, warga membakar rumah

ibadah milik umat Kristiani di Aceh Singkil. Kepala Badan

Intelijen Negara (BIN) Sutiyoso menjelaskan, bentrok berdarah

antarwarga di Kecamatan Gunung Meriah Kabupaten Aceh

Singkil berawal dari tindakan warga mendirikan satu gereja dan

undung-undung (tempat ibadah kecil). Tetapi, pendirian tempat

ibadah tersebut tidak sesuai jumlah yang rencananya mau

dibangun.

Beberapa contoh kasus intoleransi di atas sangat bertolak

belakang dengan semboyan Bineka Tunggal Ika. Intoleransi

2 Lihat, https://www.merdeka.com/peristiwa/kasus-tolikara-dan-aceh-

singkil-catatan-hitam-toleransi-beragama-kaleidoskop-merdeka-2015.html,

diakses pada 26 Juni 2020, pukul 00.07 WIB

Page 16: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51760/1/DWIKE... · i . LEMBAR PERNYATAAN . Yang bertandatangan di bawah ini: Nama : Dwike Nuraini . NIM

3

merupakan lawan kata dari toleransi. Berdasarkan Kamus Besar

Bahasa Indonesia (KBBI), kata toleransi memiliki makna:

bersifat atau bersikap menenggang (menghargai, membiarkan,

membolehkan) pendirian (pendapat, pandangan, kepercayaan,

kebiasaan, kelakuan, dsb.) yang berbeda atau bertentang dengan

pendirian sendiri. Secara bahasa, toleransi adalah sikap

menghargai pendirian orang lain, namun menghargai bukan

berarti membenarkan apalagi mengikuti.

Jadi, secara singkat intoleransi memiliki arti sikap tidak

menghargai pendapat maupun pendirian orang lain.3 Hal ini

menjadikan intoleransi sebagai salah satu ciri dari sikap dan

paham radikal. 1) Intoleran, yakni tidak mau menghargai

pendapat dan keyakinan orang lain, 2) Fanatik, yakni selalu

merasa benar sendiri; menganggap orang lain salah, 3) Eksklusif,

yakni membedakan diri dari umat Islam umumnya dan 4)

Revolusioner, yakni cenderung menggunakan cara-cara

kekerasan untuk mencapai tujuan.4

Kepala Lajnah Pentashihan Mushaf Alquran (LPMQ)

Kementerian Agama, Kiai Muchlis M Hanafi, mengatakan bahwa

moderasi beragama menjadi salah satu solusi untuk mencegah

3Ahmad Syarif, Ngaji Toleransi, (Jakarta: PT Elex Media

Komputindo), 2017, h. 2 4Lihat “Strategi Menghadapi Paham Radikalisme Terorisme – Isis,

oleh Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT)” dalam

https://belmawa. ristekdikti.go.id/wpcontent/uploads/ 2016/12/Strategi-

Menghadapi-Paham-Radikalisme-Terorisme.pdf, diakses pada 27 Oktober

2019, pukul 19.30 WIB, h. 6.

Page 17: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51760/1/DWIKE... · i . LEMBAR PERNYATAAN . Yang bertandatangan di bawah ini: Nama : Dwike Nuraini . NIM

4

radikalisme dan ekstremisme.5 Kiai Muchlis mengatakan bahwa

moderasi beragama bertujuan untuk memberikan edukasi kepada

masyarakat agar saling menghargai sesama umat manusia,

khususnya bagi mereka yang tidak seagama.

Perbincangan tentang radikalisme dan upaya

pencegahannya bukanlah hal yang baru. Hal tersebut selaras

dengan perintah Presiden Jokowi saat pelantikan Menteri Agama

pada 23 Oktober 2019 kepada Fachrul Razi untuk mencegah

radikalisme, dan hal-hal yang berkaitan dengan ekonomi umat,

industri halal dan haji. Wakil Menteri Agama, Zainut Tauhid,

menyebut paham radikal dapat menyebar karena dua aspek, yakni

aspek keagamaan dan aspek ekonomi. Zainut mengatakan

radikalisme bukanlah istilah yang mengarah pada satu agama

tertentu, melainkan dapat melekat pada semua agama6. Ia

mencontohkan paham yang tidak menerima dan menggolongkan

'kafir' kepada kelompok lain yang ajarannya berbeda, itu

termasuk radikalisme dari aspek keagamaan.

Permasalahan-permasalahan ini harus segera diatasi

karena jika terus menerus dibiarkan akan mengancam perdamaian

dunia. Bukan hanya pihak pemerintahan yang bertanggungjawab

5Lihat “Pentingnya Penguatan Moderasi Beragama Untuk Hindari

Radikalisme” dalam https://muslim.okezone.com/read/2019/11/04/614/

2125412/pentingnya-penguatan-moderasi-beragama-untuk-hindari-

radikalisme, diakses pada 1 November 2019, pukul 21.22 WIB 6Lihat “Kemenag Akan Kerahkan 45 Ribu Penyuluh Cegah

Penyebaran Paham Radikal” dalam https://news.detik.com/berita/d-

4760222/kemenag-akan-kerahkan-45-ribu-penyuluh-cegah-penyebaran-

paham-radikal, diakses pada 2 November 2019, Pukul 21.00 WIB.

Page 18: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51760/1/DWIKE... · i . LEMBAR PERNYATAAN . Yang bertandatangan di bawah ini: Nama : Dwike Nuraini . NIM

5

melainkan seluruh lapisan masyarakat. Salah satu solusi yang

ditawarkan Kemenag adalah moderasi beragama, dimana

toleransi menjadi indikator utamanya.Secara umum, moderasi

berarti mengedepankan keseimbangan dalam hal keyakinan,

moral, dan watak, baik ketika memperlakukan orang lain sebagai

individu, maupun ketika berhadapan dengan institusi negara.

Dalam Undang-undang Pers No. 40 Tahun 1999;

dinyatakan bahwa pers merupakan lembaga sosial serta wahana

komunikasi massa. Pers melaksanakan kegiatan jurnalistik, dan

berperan sebagai media informasi yang memiliki fungsi

pendidikan, hiburan, serta kontrol sosial. Salah satu fungsi pers

adalah memberikan edukasi (to educate), pers bertanggung jawab

untuk menyampaikan fakta secara objektif dan selektif, sehingga

dapat menyeimbangkan arus informasi. Direktur Kemitraan

Komunikasi Kementerian Kominfo Dr. James Pardede MM.

menyatakan saat ini banyak tayangan dan konten media yang

telah menyimpang dari tujuan untuk memberikan edukasi

terhadap masyarakat.7

Berangkat dari pemaparan di atas, peneliti melihat bahwa

pers sangat berperan penting untuk mencegah radikalisme.

Peneliti melihat bahwa masih ada media yang menjalankan

fungsinya untuk memberikan edukasi. Republika merupakan

salah satu media cetak yang membingkai berita moderasi

7Lihat “Kominfo: Banyak Tayangan Media Menyimpang” dalam

https://www.kominfo.go.id/ content/detail/1612/kominfo-banyak-tayangan-

media-menyimpang/0/sorotan_media, diakses 3 November 2019, pukul 06.30

WIB

Page 19: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51760/1/DWIKE... · i . LEMBAR PERNYATAAN . Yang bertandatangan di bawah ini: Nama : Dwike Nuraini . NIM

6

beragama dengan mempromosikan semangat toleransi antarumat

beragama sebagai upaya mencegah radikalisme. Dapat dilihat

dari pembahasan yang kontroversial terkait isu toleransi

antarumat beragama yang dikemas secara sederhana dengan

melampirkan berbagai sumber terpercaya. Selain itu, Dialog

Jumat juga berani mengambil sikap yang berimbang dalam

mengemas berita, tidak menyalahkan juga tidak membenarkan.

Republika juga merupakan salah satu surat kabar yang ada

di Jakarta dan peredarannya merambah skala nasional. Surat

kabar Republika menjadi salah satu surat kabar nasional yang

telah meraih banyak penghargaan baik dari Dewan Pers, PWI,

atau penghargaan jurnalistik lainnya. Republika merupakan

media yang terkenal ideologinya berdasarkan para penggagas

media tersebut, yakni berasal dari kalangan muslim. Dalam surat

kabar Republika edisi September, peneliti menemukan dua judul

artikel tentang toleransi antarumat beragama yang menarik untuk

dijadikan sampel terkait isu radikalisme yang menyebabkan

perpecahbelahan antarumat, antara lain: Shalat di Dalam Gereja,

Bolehkah?, dan Belajar Dari Perang.

Berdasarkan permasalahan dan dugaan peneliti yang telah

dijelaskan, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan

judul KONSTRUKSI BERITA MODERASI BERAGAMA

SEBAGAI UPAYA MENCEGAH RADIKALISME (Analisis

Framing Rubrik Dialog Jumat Republika).

Page 20: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51760/1/DWIKE... · i . LEMBAR PERNYATAAN . Yang bertandatangan di bawah ini: Nama : Dwike Nuraini . NIM

7

B. Batasan dan Rumusan Masalah

1. Batasan Masalah

Agar penelitian lebih terfokus, peneliti membatasi

masalah pada rubrik Dialog Jumat yang membahas isu

toleransi antarumat beragama, edisi September. Penelitian ini

menggunakan metode analisis framing Robert N. Entman

yang merujuk pada pemberian definisi, penjelasan, evaluasi,

dan rekomendasi dalam suatu wacana untuk menekan

kerangka berpikir tertentu pada suatu peristiwa yang

diwacanakan. Analisis tersebut juga merujuk pada teori media

dan konstruksi realitas, serta konsep moderasi beragama

sebagai acuan pembahasan dalam menganalisis.

2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu,

bagaimana rubrik Dialog Jumat Republika mengonstruksi

berita moderasi beragama?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

bagaimana rubrik Dialog Jumat Republika mengonstruksi

berita moderasi beragama.

2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan

ilmiah pengembangan ilmu jurnalistik dalam menganalisis

Page 21: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51760/1/DWIKE... · i . LEMBAR PERNYATAAN . Yang bertandatangan di bawah ini: Nama : Dwike Nuraini . NIM

8

pembingkaian berita moderasi beragama pada rubrik surat

kabar dengan teknik analisis framing Robert N. Entman,

yakni menafsirkan sebuah berita melalui seleksi isu dan

penekanan aspek-aspek tertentu dari realitas atau isu.

Penulis juga berharap riset ini dapat dijadikan

sebagai bahan informasi, data, serta referensi bagi

mahasiswa di Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi

UIN Syarif Hidayatullah, khususnya bagi jurusan

Jurnalistik.

b. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat membentuk sikap

yang bijak bagi konsumen media massa, agar tidak

terjebak hoax dan konstruksi media yang buruk. Peneliti

berharap penelitian ini bisa memberikan informasi kepada

masyarakat, tentang bagaimana media membingkai makna

mengenai moderasi beragama melalui cara pandang yang

dibangun oleh media massa, serta fungsi media untuk

memberikan edukasi. Penelitian ini juga diharapkan

memberikan kontribusi pemikiran positif dan membangun

untuk media massa, khususnya rubrik Dialog Jumat, surat

kabar Republika.

Page 22: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51760/1/DWIKE... · i . LEMBAR PERNYATAAN . Yang bertandatangan di bawah ini: Nama : Dwike Nuraini . NIM

9

D. Tinjauan Pustaka

Penelitian ini dibuat dengan meninjau berbagai jurnal dan

skripsi dengan tema dan pembahasan serupa, yakni analisis

framing pada surat kabar. Tinjauan pustaka tersebut, antara lain :

1. Penelitian yang dilakukan oleh Putri Husnul Aprilia

(2019)Jurusan Jurnalistik UIN Jakarta, dengan judul:

KONTRUKSI ISU TOLERANSI AGAMA DALAM

MEDIA ONLINE.

Penelitian ini menggunakan paradigma penelitian

konstruktivis dengan pendekatan penelitian kualitatif.

Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan

dokumentasi. Penelitian ini menggunakan metode analisis

framing Robert N. Entman dengan empat elemen framing-

nya yakni Problem Identification, Causal Interpretation,

Moral Evaluation, dan Treatment Recommendation.

Berdasarkan hasil temuan yang telah peneliti

paparkan, terlihat perbedaan pembingkaian yang

dilakukan oleh keempat media online Republika Online,

Kompas.com, Detik.com dan Tribunnews.com dalam

memberitakan isu toleransi agama. Republika Online

sebagai media yang dipelopori komunitas Muslim dalam

konstruksinya memaknai toleransi agama berdasarkan

nilai-nilai. Lain halnya dengan Kompas.com,

Tribunnews.com dan Detik.com memandang toleransi

Page 23: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51760/1/DWIKE... · i . LEMBAR PERNYATAAN . Yang bertandatangan di bawah ini: Nama : Dwike Nuraini . NIM

10

agama dalam konteks universal yang merujuk ke arah

nilai-nilai keberagaman dan Hak asasi manusia (HAM).

Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang

dilakukan penulis terlihat tema yang dibahas, yakni

toleransi agama. Namun dalam penelitian ini hanya

melihat bagaimana toleransi antarumat agama dibingkai

oleh sebuah media online. Sedangkan dalam penelitian

yang dilakukan oleh penulis, toleransi antarumat agama

dilihat sebagai upaya mencegah radikalisme. Persamaan

lainnya dilihat dari teknik analisis dan teori yang

digunakan yakni, analisis framing Robert N. Entman.

Penelitian ini juga memiliki perbedaan dengan penelitian

yang dilakukan oleh penulis yaitu platform dan jumlah

media yang diteliti. Penelitian ini meneliti empat media

online, sedangkan yang penulis teliti hanya satu rubrik

dalam surat kabar.

2. Jurnal Ilmu Komunikasi Volume 3 Nomor 1 (2019)

oleh Irfan Sanusi dan Enjang Muhaemin UIN Sunan

Kalijaga dengan judul: INTOLERANSI KEAGAMAAN

DALAM FRAMING SURAT KABAR KOMPAS.

Metode penelitian ini menggunakan analisis

framing Robert N. Entman, yang memfokuskan kajian

pada penonjolan kerangka pemikiran, perspektif, konsep,

dan klaim penafsiran media dalam memaknai objek

wacana. Penelitian diharapkan mampu menstimulasi

Page 24: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51760/1/DWIKE... · i . LEMBAR PERNYATAAN . Yang bertandatangan di bawah ini: Nama : Dwike Nuraini . NIM

11

masyarakat untuk kian kritis dalam memahami beragam

berita yang dikonstruksi wartawan.

Hasil penelitian menunjukkan, Kompas

mendefinisikan masalah intoleransi keagamaan dan

keberagamaan di Indonesia sebagai masalah agama,

sosial, politik, pendidikan, dan nasionalisme. Namun

Kompas umumnya lebih mendefinisikan sebagai masalah

pemahaman agama dan melemahnya sikap nasionalisme.

Berita-berita Kompas menganggap sumber penyebabnya

lebih dominan karena pemahaman agama yang dangkal,

parsial, dan tidak mendalam. Kompas menyimpulkan

intoleransi merupakan ancaman serius yang bisa

membahayakan NKRI. Rekomendasi yang ditawarkan di

antaranya pemerintah dituntut tegas, cepat, dan tidak

berbau politis. Para tokoh agama direkomendasikan

membangun komunikasi dialogis secara intens dan

berkelanjutan, serta mendidik masyarakat untuk selalu

meningkatkan kesadaran keberagamaan yang mendalam,

moderat, dan tidak ekstrem.

Dalam penelitian ini hanya melihat bagaimana

intoleransi antarumat agama dibingkai oleh surat kabar.

Sedangkan dalam penelitian yang dilakukan oleh penulis,

intoleransi sebagai indikator radikalisme yang harus

dicegah dengan menumbuhkan toleransi antarumat

beragama. Persamaan penelitian yang dilakukan penulis

Page 25: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51760/1/DWIKE... · i . LEMBAR PERNYATAAN . Yang bertandatangan di bawah ini: Nama : Dwike Nuraini . NIM

12

dengan penelitian ini terletak pada teknik analisis dan

teori yang digunakan yakni, analisis framing Robert N.

Entman. Penelitian ini juga memiliki perbedaan, yaitu

media yang diteliti. Penelitian ini meneliti surat kabar

Kompas, sedangkan yang penulis teliti surat kabar

Republika.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Tarionaldo (2011),

Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Dakwah Dan Ilmu

Komunikasi UIN Sultan Syarif Kasim Riaudengan

judul: ANALISIS ISI BERITA LAPORAN UTAMA

TABLOID REPUBLIKA DIALOG JUMAT EDISI

JANUARI-JUNI 2010.

Teori dalam penelitian ini menggunakan

pendekatan teori Siregar yaitu pelaporan mendalam dalam

menyampaikan isi berita yang terdiri dari significance,

magnitude, timeliness, proximity, prominence dan human

interest. Metode penelitian yang digunakan adalah

sebagai subjek penelitiannya yaitu Tabloid Republika

Dialog Jumat dan objek penelitiannya adalah berita

laporan utama Tabloid Republika Dialog Jumat edisi

Januari sampai Juni 2010, populasi yang digunakan

sebanyak 6 edisi yaitu 8 Januari, 19 Februari, 26 Maret,

30 April, 7 Mei dan 11 Juni 2010. Hasil penelitian ini

berupa analisis isi dari tema laporan utama, pelaporan

Page 26: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51760/1/DWIKE... · i . LEMBAR PERNYATAAN . Yang bertandatangan di bawah ini: Nama : Dwike Nuraini . NIM

13

mendalam dan narasumber dari Tabloid Republika Dialog

Jumat edisi Januari-Juni 2010.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang

dilakukan penulis terlihat media yang diteliti adalah

Dialog Jumat Republika. Namun dalam penelitian ini,

Dialog Jumat masih dalam bentuk tabloid, sedangkan

Dialog Jumat yang penulis teliti sudah masuk ke dalam

rubrik surat kabar Republika. Penelitian ini menggunakan

teknik dan teori analisis isi, dimana peneliti hanya

menganalisis isi dari berita-berita Dialog Jumat.

Sedangkan dalam penelitian yang dilakukan oleh penulis,

menggunakan teknik analisis framing Robert N. Entman.

Peneliti menganalisis tulisan-tulisan dalam rubrik Dialog

Jumat dan aktor-aktor yang berperan dalam ke penulisan

rubrik tersebut, untuk mengetahui bagaimana isu toleransi

dikonstruk dan membingkai sebuah makna.

E. Metodologi Penelitian

1. Paradigma Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan

paradigma konstruktivis. Paradigma konstruktivis

menganggap kenyataan itu hanya bisa dipahami dalam bentuk

jamak, berupa konstruksi mental yang tak dapat diraba,

berbasis sosial dan pengalaman yang bersifat lokal.

Paradigma konstruktivis mempunyai penilaian sendiri,

bagaimana media, wartawan, dan berita dilihat. Paradigma

Page 27: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51760/1/DWIKE... · i . LEMBAR PERNYATAAN . Yang bertandatangan di bawah ini: Nama : Dwike Nuraini . NIM

14

konstruktivis melihat fakta atau peristiwa merupakan hasil

konstruksi dan realitasnya bersifat subjektif. Realitas bisa

berbeda-beda, tergantung pada konsepsi ketika realitas itu

dipahami oleh wartawan yang mempunyai pandangan

berbeda.8

Dalam buku Analisis Framing yang ditulis oleh

Eriyanto,disebutkan bahwa media merupakan agen

konstruksi. Media bukanlah sekadar saluran yang bebas, tapi

juga merupakan subjek yang mengonstruksi realitas, lengkap

dengan pandangan, bias, dan pemihakannya. Dalam hal ini,

peneliti melihat bahwa pemberitaan terkait toleransi beragama

dalam rubrik Dialog Jumat pada surat kabar Republika,

memiliki pandangan yang dikonstruksi secara subjektif. Baik

berdasarkan, wartawan, pemilik media, maupun ideologi

media itu sendiri.

2. Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode

kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan prosedur penelitian

yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis

atau lisan dari perilaku manusia yang dapat diamati dan

diarahkan pada individu secara utuh.9 Jenis penelitian ini

adalah penelitian deskriptif, yaitu mendeskripsikan fakta-

8Herbert J. Gans, Multiperspectival News, dalam Elliot D. Cohen

(ed.), Philosphical Issues in Journalism, (New York: Oxford University Press,

1992), h. 191 9 Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik,

(Jakarta: PT Bumi Aksara, 2013),h. 82.

Page 28: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51760/1/DWIKE... · i . LEMBAR PERNYATAAN . Yang bertandatangan di bawah ini: Nama : Dwike Nuraini . NIM

15

fakta yang berkaitan dengan tema, kemudian menganalisanya

untuk menjawab pertanyaan. Dengan menggunakan metode

penelitian kualitatif, peneliti berharap dapat mengkaji dan

meneliti tentang pembingkaian berita toleransi antarumat

beragama pada rubrik Dialog Jumat, surat kabar Republika.

3. Metode Penelitian

Metode dalam penelitian ini menggunakan teori

analisis framing. Sosiologis, Todd Giltin, memandang

framing sebagai sebuah strategi bagaimana realitas atau dunia

dibentuk dan disederhanakan sedemikian rupa untuk

ditampilkan kepada khalayak pembaca.

Penelitian ini menggunakan analisis framing model

Robert N. Entman yang memiliki empat perangkat. Pertama,

pemberian definisi (problem identification), yakni melihat

bagaimana wartawan memahami peristiwa, karna pada

dasarnya peristiwa yang sama dapat dipahami secara berbeda

dan dibingkai dengan cara yang berbeda oleh wartawan

sehingga membentuk pemahaman suatu realitas yang berbeda

pula.10

Perangkat yang kedua yakni memperkirakan penyebab

masalah (diagnose causes), melihat siapa yang dianggap

sebagai aktor dari sebuah peristiwa oleh wartawan. Aktor

dalam hal ini tidak hanya „orang‟ atau berarti siapa (who?),

10

Robert N. Entman and Andrew Rojecki, “Freezing Out the Public:

Elite and Media Framing of the US Anti Nuclear Movement”, dalam Political

Communication, Vol. 10, No. 1, 1993, h. 157

Page 29: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51760/1/DWIKE... · i . LEMBAR PERNYATAAN . Yang bertandatangan di bawah ini: Nama : Dwike Nuraini . NIM

16

aktor juga bisa berarti apa yang dianggap sebagai penyebab

atau sumber masalah (what?). Melalui elemen ini dapat

terlihat bagaimana wartawan memahami sebuah peristiwa dan

bagaimana ia menentukan apa dan siapa yang dianggap

sebagai sumber masalah dalam peristiwa.

Perangkat ketiga, membuat keputusan moral/evaluasi

(make moral judgment), yakni melihat argumentasi yang

digunakan wartawan untuk mendukung gagasan yang

ditampilkan dalam pemberitaan. Umumnya gagasan yang

dikutip berhubungan dengan sesuatu yang familiar dan

dikenal oleh khalayak.

Perangkat yang terakhir adalah menekankan

penyelesaian (Treatment recommendation), yakni untuk

menilai apa yang dikehendaki oleh wartawan dan jalan apa

yang dipilih untuk menyelesaikan masalah. Penyelesaian itu

tentu saja sangat tergantung pada bagaimana peristiwa itu

dilihat dan siapa yang dipandang sebagai penyebab masalah.

Dengan menggunakan analisis framing, peneliti

berusaha mengerti dan menafsirkan makna dari suatu teks

dengan cara menguraikan bagaimana media bercerita dan

membingkai peristiwa.

4. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah redaksi Republika. Dalam

penelitian ini, yang menjadi narasumber adalah Ichsan Salaby

sebagai redaktur rubrik Dialog Jumat Republika. Adapun

Page 30: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51760/1/DWIKE... · i . LEMBAR PERNYATAAN . Yang bertandatangan di bawah ini: Nama : Dwike Nuraini . NIM

17

objek penelitian ini adalah teks dalam rubrik Dialog Jumat

Republika.

5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini, antara

lain:

- Studi teks/dokumen: Peneliti mengamati teks berita pada

rubrik Dialog Jumat Republika. Peneliti juga mengamati

bahan bacaan sebagai referensi analisis subjek dan objek

penelitian.

- Wawancara: Peneliti melakukan wawancara dengan pihak

yang relevan atau key informan dengan substansi masalah

penelitian.

6. Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian kualitatif merupakan

proses pelacakan dan pengaturan secara sistematis transkrip

wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain yang

dikumpulkan untuk meningkatkan pemahaman agar

temuannya dapat diinterpretasikan. Dalam penelitian ini,

peneliti menggunakan analisis data seperti yang diberikan

Miles and Huberman dan Spradley. Miles and Huberman

(1984) mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data

kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara

terus menerus pada setiap tahapan penelitian sehingga sampai

tuntas, dan datanya sampai jenuh. Aktivitas dalam analisis

Page 31: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51760/1/DWIKE... · i . LEMBAR PERNYATAAN . Yang bertandatangan di bawah ini: Nama : Dwike Nuraini . NIM

18

data, yaitu data reduction, data display, dan conclusion

drawing/verification.

Data reduction (reduksi data).

Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya

cukup banyak, untuk itu maka perlu dicatat secara teliti

dan rinci. Seperti telah dikemukakan semakin lama

peneliti ke lapangan , maka jumlah data akan semakin

banyak, kompleks dan rumit. Untuk itu perlu segera

dilakukan analisis data melalui reduksi data.

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal

pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari

tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah

direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas,

dan mempermudah peneliti untuk melakukan

pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila

diperlukan.

Data display (penyajian data).

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya

adalah mendisplaykan data. Penyajian data dilakukan

dengan bentuk uraian singkat, grafik, bagan, hubungan

antar kategori, dan flowchart. Dalam hal ini Miles and

Huberman (1984) menyatakan “the most frequent form of

display data for qualitative research data in the past has

been narrative text”. Yang paling sering digunakan untuk

menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan

Page 32: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51760/1/DWIKE... · i . LEMBAR PERNYATAAN . Yang bertandatangan di bawah ini: Nama : Dwike Nuraini . NIM

19

teks yang bersifat naratif. Dengan mendisplaykan data,

maka akan memudahkan untuk memahami apa yang

terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa

yang telah dipahami tersebut.

Conclusion drawing/verification.

Langkah ketiga dalam analisis data menurut Miles

and Huberman adalah penarikan kesimpulan dan

verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih

bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan

bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap

pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan

yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh

buktibukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali

ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang

dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.

F. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah peneliti dalam menyusun skripsi,

peneliti membuat gambaran sistematika penulisan. Sistematika

penulisan skripsi ini dikelompokkan menjadi enam Bab, antara

lain:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini membahas tentang latar belakang, batasan dan

rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan

pustaka, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan.

Page 33: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51760/1/DWIKE... · i . LEMBAR PERNYATAAN . Yang bertandatangan di bawah ini: Nama : Dwike Nuraini . NIM

20

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Bab ini berisi landasan teori membahas tentang landasan

teori, teori konseptual, dan kerangka berpikir.

BAB III GAMBARAN UMUM

Bab ini memberikan gambaran umum penelitian, dan

profil media yang dijadikan sebagai subjek penelitian, yakni surat

kabar republika.

BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

Bab ini berisi data-data dan temuan penelitian.

BAB V PEMBAHASAN

Dalam Bab ini, berisi interpretasi hasil penelitian yang

diuraikan menggunakan teori-teori yang dijadikan sebagai

landasan penelitian.

BAB VI PENUTUP

Bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian dan

jawaban masalah yang telah dirumuskan secara singkat. Selain

itu, dalam Bab ini juga berisi implikasi, kritik dan saran untuk

berbagai pihak terkait hasil temuan dalam penelitian.

Page 34: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51760/1/DWIKE... · i . LEMBAR PERNYATAAN . Yang bertandatangan di bawah ini: Nama : Dwike Nuraini . NIM

21

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Media dan Konstruksi Realitas

Teori Konstruksi realitas dicetuskan pertama kali oleh

Peter L. Berger dan Thomas Luckmann yang merupakan

gambaran proses sosial melalui tindakan dan interaksi,

dimana individu menciptakan secara terus menerus suatu

realitas yang dimiliki dan dialami bersama secara subyektif.

Teori ini tidak memfokuskan pada hal-hal semacam tinjauan

tokoh, pengaruh dan sejenisnya. Tetapi lebih menekankan

pada tindakan manusia sebagai aktor yang kreatif dan realitas

sosialnya. Realitas bukanlah suatu yang alami melainkan hasil

dari suatu konstruksi, adanya realitas karena hasil konstruksi

dari manusia.

Teori konstruksi realitas pada prinsipnya berusaha

memberikan pemahaman tentang makna, norma, peran dan

aturan bekerja dalam komunikasi. Teori ini lebih menaruh

perhatian bagaimana orang menciptakan realitas secara

kolektif. Sebab itu, dalam teori konstruksi sosial, teori

interaksi simbolik (symbolic interaction) memberikan

pengaruh yang besar dalam memberikan arti tentang makna

simbol yang ada.

Realitas sosial tergantung pada bagaimana seorang

memahami dunia, dan bagaimana menafsirkannya. Penafsiran

Page 35: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51760/1/DWIKE... · i . LEMBAR PERNYATAAN . Yang bertandatangan di bawah ini: Nama : Dwike Nuraini . NIM

22

dan pemahaman itulah yang kemudian disebut suatu realitas.

Peristiwa dan realitas yang sama bisa menghasilkan

konstruksi realitas yang berbeda-beda dari seseorang yang

berbeda pula. Berger dan Luckmann mengatakan terjadi

dialektika antara individu yang menciptakan masyarakat serta

masyarakat yang menciptakan individu. Ia berpandangan

bahwa kenyataan itu dibangun secara sosial, dalam pengertian

individu dalam masyarakat itulah yang membangun

masyarakat. Maka pengalaman individu tidak dapat

dipisahkan dengan masyarakatnya.

Berger memandang manusia sebagai pencipta

kenyataan sosial yang objektif melalui tiga tahap dialektis

yaitu:11

1. Eksternalisasi Eksternalisasi adalah usaha pencurahan atau

ekspresi diri manusia ke dalam dunia, baik dalam kegiatan

mental maupun fisik. Proses ini merupakan bentuk

ekspresi diri untuk menguatkan eksistensi individu dalam

masyarakat. Pada tahap ini masyarakat dilihat sebagai

produk sosial. Proses ini dimaksud adalah ketika sebuah

produk sosial telah menjadi sebuah bagian penting dalam

masyarakat yang setiap saat dibutuhkan oleh individu,

maka produk sosial itu menjadi bagian penting dalam

kehidupan seorang untuk melihat dunia luar.

11

Bungin, Konstruksi Sosial Media Massa, h. 15

Page 36: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51760/1/DWIKE... · i . LEMBAR PERNYATAAN . Yang bertandatangan di bawah ini: Nama : Dwike Nuraini . NIM

23

2. Objektivasi Objektivasi merupakan hasil yang telah dicapai,

baik mental maupun fisik dari kegiatan eksternalisasi

manusia tersebut. Hasil itu berupa realitas objektif yang

bisa jadi akan menghadapi seorang penghasil itu sendiri.

Realitas objektif itu berbeda dengan kenyataan subjektif

perorangan. Ia menjadi kenyataan empiris yang bisa

dialami oleh setiap orang. Pada tahap ini masyarakat

dilihat sebagai realitas yang objektif atau proses interaksi

sosial dalam dunia intersubjektif yang dilembagakan serta

mengalami proses institusionalisasi.

3. Internalisasi

Internalisasi lebih kepada penyerapan kembali

dunia objektif ke dalam kesadaran sedemikian rupa

sehingga subjektif individu dipengaruhi oleh struktur

dunia sosial. Berbagai macam unsur dari dunia yang telah

terobjektifikasi tersebut akan ditangkap sebagai gejala

realitas di luar kesadarannya, sekaligus sebagai gejala

internal bagi kesadaran. Melalui internalisasi manusia

menjadi hasil dari masyarakat. Pada tahap ini adalah

proses di mana individu mengidentifikasikan dirinya

dengan lembaga-lembaga sosial atau organisasi sosial

tempat individu menjadi anggotanya.

Dalam teori konstruksi realitas sosial menurut

Peter L. Berger dan Thomas Luckman merujuk pada

Page 37: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51760/1/DWIKE... · i . LEMBAR PERNYATAAN . Yang bertandatangan di bawah ini: Nama : Dwike Nuraini . NIM

24

tindakan dan interaksi sehingga menggambarkan proses

sosial, yang mana individu menciptakan secara subyektif

atas realitas yang dimiliki dan diamini. Secara tidak

langsung pemahaman realitas tersebut dengan sendirinya

terbentuk oleh masing-masing individu.12

Sedangkan untuk konstruksi realitas pada bidang

media massa tertuju pada penyusunan realitas yang

diperoleh dari setiap peristiwa hingga menjadi cerita

ataupun wacana yang punya makna. Dengan kata lain,

gagasan konstruksi sosial dan realitas media massa akan

berpengarauh pada khalayak. Sehingga media massa

dianggap sebagai medium yang berpengaruh dalam

konstruksi realitas sosial seperti konstruksi realitas sosial

media massa.13

Dalam buku Konstruksi Sosial Media Massa;

Realitas Iklan Televisi dalam Masyarakat Kapitalistik,

teori dan pendekatan konstruksi sosial atas realitas Peter

L. Berger dan Thomas Luckman telah direvisi dengan

melihat variabel atau fenomena media massa menjadi hal

yang substansial dalam proses eksternalisasi, objektivasi,

dan internalisasi. Artinya, sifat dan kelebihan media

massa telah memperbaiki kelemahan proses konstruksi

sosial atas realitas yang berjalan lambat itu. Substansi

12

Burhan Bungin, Konstruksi Sosial Media Massa, (Jakarta: Kencana

Prenada Media Group, 2008), h.13 13

Burhan Bungin, Konstruksi Sosial Media Massa, h. 194

Page 38: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51760/1/DWIKE... · i . LEMBAR PERNYATAAN . Yang bertandatangan di bawah ini: Nama : Dwike Nuraini . NIM

25

konstruksi sosial media massa adalah pada sirkulasi

informasi yang cepat dan luas sehingga konstruksi sosial

yang berlangsung sangat cepat dan sebarannya merata.

Realitas yang terkonstruksi itu juga membentuk opini

massa, massa cenderung apriori, dan opini massa

cenderung sinis. Posisi konstruksi sosial media massa

pada dasarnya mengoreksi substansi kelemahan dan

melengkapi konstruksi sosial atas realitas dengan

menempatkan seluruh kelebihan media massa, serta efek

media pada keunggulan konstruksi sosial media massa

dan konstruksi sosial atas realitas. Namun, proses

simultan yang digambarkan di atas tidak bekerja secara

tiba-tiba, namun terbentuknya proses tersebut melalui

beberapa tahap penting.

Untuk memahami bagaimana proses kelahiran

konstruksi sosial media massa, terdapat beberapa tahapan

yang dilalui yakni14

;

1) Tahap menyiapkan materi konstruksi yang mencakup

kepada beberapa hal yaitu; Pertama keberpihakan

media massa kepada kapitalisme seperti yang terjadi

saat ini hampir semua media mainstream dimiliki

kelompok kapitalis tertentu untuk menjadikan media

massa sebagai mesin penciptaan uang dan

14

Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi, Teori, Paradigma dan

Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyaakat (Kencana Prenada Media

Group, Jakarta: 2008) h.189

Page 39: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51760/1/DWIKE... · i . LEMBAR PERNYATAAN . Yang bertandatangan di bawah ini: Nama : Dwike Nuraini . NIM

26

penggandaan modal. Tentunya hal itu memunculkan

ideologi yang lebih mengutamakan bagaimana agar

media massa mampu mendatangkan keuntungan

sebesar-besarnya pagi pemilik dan pemodal. Kedua

keberpihakan semu kepada masyarakat. Bentuk dari

keberpihakan ini adalah empati, simpati, dan berbagai

partisipasi kepada masyarakat, namun ujungujungnya

adalah untuk menjual berita dan menaikkan rating

untuk kepentingan kapitalis. Apalagi saat ini jelas

bahwa hampir seluruh media mainstream dimiliki

kelompok usaha tertentu dan berafiliasi kepada partai

politik tertentu. Ketiga adalah keberpihakan kepada

kepentingan umum. Bentuk keberpihakan kepada

kepentingan umum dalam arti sesungguhnya

sebenarnya adalah visi setiap media massa namun

fakta di lapangan hanyalah sebatas jargon dan slogan

saja.

2) Tahap sebaran konstruksi yakni dilakukan masing-

masing media massa dengan strategi yang berbeda

namun prinsip utamanya adalah real-time. Media

elektronik memiliki konsep real-time yang berbeda

dengan media cetak. Karena sifatnya yang langsung

(live), maka yang dimaksud dengan real-time oleh

media elektronik adalah seketika disiarkan, seketika

itu juga pemberitaan sampai ke pemirsa atau

Page 40: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51760/1/DWIKE... · i . LEMBAR PERNYATAAN . Yang bertandatangan di bawah ini: Nama : Dwike Nuraini . NIM

27

pendengar. Namun bagi varian-varian media cetak,

yang dimaksud dengan real-time terdiri dari beberapa

konsep hari, minggu, atau bulan, seperti harian,

mingguan, dan bulanan. Walaupun media cetak

memiliki konsep real-time yang tertunda, namun

konsep aktualitas menjadi pertimbangan utama

sehingga pembaca merasa tepat waktu memperoleh

berita tersebut.

3) Tahap pembentukan konstruksi yang terdiri dari dua

tahap, yakni pertama, pembentukan konstruksi realitas

pembenaran sebagai suatu bentuk konstruksi media

massa yang terbentuk di masyarakat yang cenderung

membenarkan apa saja yang ada (tersaji) di media

massa sebagai suatu realitas kebenaran. Selain itu,

kesediaan dikonstruksi oleh media massa, yaitu sikap

generik dari tahap pertama. Bahwa pilihan orang

untuk menjadi pembaca dan pemirsa media massa

adalah karena pilihannya untuk bersedia pikiran-

pikirannya dikonstruksi oleh media massa. Selain itu

menjadikan konsumsi media massa sebagai pilihan

konsumtif, di mana seseorang secara habit tergantung

pada media massa. Media massa adalah bagian

kebiasaan hidup yang tak bisa dilepaskan. Tahap

kedua yakni pembentukan konstruksi citra yakni

bagaimana konstruksi citra pada sebuah pemberitaan

Page 41: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51760/1/DWIKE... · i . LEMBAR PERNYATAAN . Yang bertandatangan di bawah ini: Nama : Dwike Nuraini . NIM

28

ataupun bagaimana konstruksi citra pada sebuah iklan.

Konstruksi citra pada sebuah pemberitaan biasanya

disiapkan oleh orang-orang yang bertugas di dalam

redaksi media massa, mulai dari wartawan, editor, dan

pimpinan redaksi. Sedangkan konstruksi citra pada

sebuah iklan biasanya disiapkan oleh para pembuat

iklan, misalnya copywriter. Pembentukan konstruksi

citra ialah bangunan yang diinginkan oleh tahap-tahap

konstruksi. Di mana bangunan konstruksi citra yang

dibangun oleh media massa ini terbentuk dalam dua

model, yakni model good news dan model bad news.

Model good news adalah sebuah konstruksi yang

cenderung mengkonstruksi suatu pemberitaan sebagai

pemberitaan yang baik. Sedangkan model bad news

adalah sebuah konstruksi yang cenderung

mengkonstruksi kejelekan atau memberi citra buruk

pada objek pemberitaan.

4) Tahap konfirmasi yakni tahapan dimana media massa

maupun pembaca dan pemirsa memberi argumentasi

dan akunbilitas terhadap pilihannya untuk terlibat

dalam tahap pembentukan konstruksi. Bagi media,

tahapan ini perlu sebagai bagian untuk memberi

argumentasi terhadap alasan-alasannya konstruksi

sosial. Sedangkan bagi pemirsa dan pembaca, tahapan

ini juga sebagai bagian untuk menjelaskan mengapa ia

Page 42: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51760/1/DWIKE... · i . LEMBAR PERNYATAAN . Yang bertandatangan di bawah ini: Nama : Dwike Nuraini . NIM

29

terlibat dan bersedia hadir dalam proses konstruksi

sosial.

Hasil konstruksi realitas dengan menafsirkan

makna dari suatu teks akan memperlihatkan bagaimana

media bercerita dan membingkai peristiwa.15

Maka, ketika

menyimak surat kabar atau TV, terkadang tanpa sadar

digiring oleh definisi yang ditanamkan media massa

tersebut, yang membuat kita mengubah definisi kita

mengenai realitas sosial atau memperteguh asumsi yang

kita miliki sebelumnya.

Menurut kaum konstruktivisme, berita merupakan

hasil konstruksi sosial yang selalu melibatkan pandangan,

ideologi, dan nilai-nilai dari wartawan atau media. Hal ini

karena opini wartawan tidak dapat dihilangkan ketika

mengemas berita, selalu ada perspektif dan pertimbangan

subjektif. Selain itu, kebijakan perusahaan juga

mempengaruhi pemberitaan. Para atasan seringkali punya

kekuasaan untuk memberi keputusan. Para eksekutif

terkadang membuat kepitusan tentang peliputan

berdasarkan kepentingan tertentu, atau ideolog media itu

sendiri. 16

Hal penting lainnya dalam produksi berita adalah

gatekeeping, yang berfungsi untuk menghilangkan,

15

Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi (Pranada Media Group,

2006), h. 10 16

Vivian John, Teori Komunikasi Massa, (Jakarta: Prenada Media

Kencana), 2008, h. 317

Page 43: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51760/1/DWIKE... · i . LEMBAR PERNYATAAN . Yang bertandatangan di bawah ini: Nama : Dwike Nuraini . NIM

30

meringkas, dan menambah berita agar pesan lebih baik

penyajiannya. Dalam proses ini terjadi konstruksi realitas

melalui penonjolan atau penghilangan isu-isu tertentu agar

diperhatikan ataupun dihiraukan publik.17

Media menjadi kekuatan dalam menggiring opini

publik karena perannya dalam memberitakan suatu

fenomena atau peristiwa. Sementara, masyarakat sebagai

audiens yang mengonsumsi apa adanya berita yang

disajikan. Padahal media tidak selalu menyajikan fakta

secara apa adanya. Ketergantungan yang tinggi terhadap

media inilah yang menjadikan media sebagai alat yang

dapat menentukan dan membentuk apa dan bagaimana

masyarakat. Pernyatan ini selaras dengan pandangan

bahwa media adalah agen konstruksi realitas.18

Melalui

berbagai strategi dan proses hingga berita sampai

dipublik, sebuah peristiwa yang sama dapat dikemas

secara berbeda dengan media yang berbeda pula.

17

Vivian John, Teori Komunikasi Massa, (Jakarta: Prenada Media

Kencana), 2008, h. 324 18

Eriyanto, Analisis Framing. Konstruksi, Ideologi, dan Politik

Media (Yogyakarta: LkiS Yogyakarta, 2011), h. 58

Page 44: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51760/1/DWIKE... · i . LEMBAR PERNYATAAN . Yang bertandatangan di bawah ini: Nama : Dwike Nuraini . NIM

31

2. Komunikasi Massa

a. Pengertian Komunikasi Massa

Komunikasi massa adalah komunikasi yang dilakukan

melalui media massa modern, yang meliputi surat kabar,

siaran radio dan televisi yang ditujukan kepada umum, dan

film yang dipertunjukkan di gedung-gedung bioskop.19

Menurut Berger, khalayak umum terdapat dua tipe, yaitu

heterogen dan anonim.

Sifat heterogen dalam komunikasi massa yaitu

khalayak terdiri dari orang-orang yang berasal dari jenis

pekerjaan, usia adat, kebiasaan dan kebudayaan yang berbeda

satu dengan lainnya. Sedangkan anonim yaitu khalayak terdiri

dari orang-orang yang tidak saling mengenal.

Dalam ilmu komunikasi massa, dijelaskan bahwa

dalam memahami simbol-simbol yang dibuat dan diproses

dalam sebuah sistem media akan menimbulkan efek dan diuji

dalam sebuah teori yang digeneralisasikan yang menjadi

fenomena terkait dengan proses komunikasi secara luas.

Artinya, komunikator dalam komunikasi massa menyebarkan

pesan-pesannya bermaksud mencoba berbagi “pengertian”

dengan jutaan orang yang tidak saling kenal atau mengetahui

satu sama lain.

19

Effendy, Onong Uchjana. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek,

(Bandung : PT. Remaja Rosdakarya), 2007, h. 79

Page 45: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51760/1/DWIKE... · i . LEMBAR PERNYATAAN . Yang bertandatangan di bawah ini: Nama : Dwike Nuraini . NIM

32

b. Karakteristik Komunikasi Massa

Setiap orang yang menggunakan komunikasi massa

sebagai alat untuk melakukan kegiatan komunikasi, haruslah

memahami karakteristik komunikasi massa itu 12 sendiri.

Adapun karakteristik komunikasi massa menurut Liliweri

adalah20

:

1. Sifat Komunikator

Sesuai dengan hakekatnya dalam sifat penggunaan

media atau saluran secara profesional dengan teknologi

tinggi melalui usaha-usaha industri maka kepemilikan

media massa bersifat lembaga, yayasan, organisasi usaha

yang mempunyai struktur, fungsi dan misi tertentu.

2. Sifat pesan

Pesan komunikasi massa bersifat umum, dan

universal tentang pelbagai hal dari berbagai tempat. Isi

dari media massa itu sendiri tentang berbagai peristiwa

apa saja yang patut diketahui oleh masyarakat umum.

3. Sifat media massa

Salah satu ciri yang khas dalam komunikasi massa

adalah sifat media massa. Komunikasi massa tampaknya

lebih bertumpu pada andalan teknologi pembagi pesan

dengan menggunakan jasa industri untuk memperbanyak

20

Alo liliweri, Komunikasi Serba Ada Serba Makna, (Jakarta :

Prenada Media Group), 2011, h. 37-39

Page 46: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51760/1/DWIKE... · i . LEMBAR PERNYATAAN . Yang bertandatangan di bawah ini: Nama : Dwike Nuraini . NIM

33

dan melipatgandakan. Dengan bantuan industri ini

mengakibatkan berbagai pesan dapat menjangkau

konsumen dengan cara yang tepat, cepat dan terus

menerus.

4. Sifat Komunikan

Komunikan dalam komunikasi massa adalah

konsumen. Konsumen merupakan masyarakat umum yang

sangat beragam, heterogen dalam segi demografis,

geografis, maupun psikografis. Jumlah komunikan itu

sangat besar dan diantara mereka ada yang tidak saling

kenal namun pada suatu 13 waktu dan tempat relatif sama

mereka memperoleh jenis pesan yang sama dari media

massa tertentu.

5. Sifat efek

Bagaimanapun juga komunikasi massa

mempunyai efek tertentu. Secara umum terdapat tiga efek

dari komunikasi massa, berdasarkan teori hierarki efek,

yaitu efek kognitif (pesan komunikasi massa

mengakibatkan konsumen berubah dalam hal

pengetahuan, pandangan dan pendapat terhadap suatu

yang diperolehnya), efek afektif (pesan komunikasi massa

mengakibatkan berubahnya perasaan tertentu dari

konsumen), dan efek konatif (pesan komunikasi massa

Page 47: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51760/1/DWIKE... · i . LEMBAR PERNYATAAN . Yang bertandatangan di bawah ini: Nama : Dwike Nuraini . NIM

34

mengakibatkan orang mengambil keputusan untuk

melakukan atau tidak melakukan sesuatu).

6. Sifat umpan balik

Umpan balik dari komunikasi massa biasanya

lebih bersifat tertunda. Pengembalian reaksi terhadap

suatu pesan kepada sumbernya tidak terjadi pada saat

yang sama melainkan setelah suatu media itu beredar atau

pesannya itu memasuki kehidupan suatu masyarakat

tertentu.

c. Efek Komunikasi Massa

Komunikasi mempunyai efek tertentu menurut

Liliweri, secara umum terdapat tiga efek komunikasi massa,

yaitu:21

1. Efek kognitif, pesan komunikasi massa

mengakibatkan konsumen berubah dalam hal

pengetahuan, pandangan, dan pendapat terhadap

sesuatu yang diperolehnya. Efek ini berkaitan dengan

transmisi pengetahuan, keterampilan, kepercayaan,

atau informasi.

2. Efek afektif, pesan komunikasi massa mengakibatkan

berubahnya perasaan tertentu dari konsumen. Orang

dapat menjadi lebih marah dan berkurang rasa tidak

senangnya terhadap suatu akibat membaca surat

21

Alo liliweri, Komunikasi Serba Ada Serba Makna, h. 39

Page 48: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51760/1/DWIKE... · i . LEMBAR PERNYATAAN . Yang bertandatangan di bawah ini: Nama : Dwike Nuraini . NIM

35

kabar, mendengarkan radio atau menonton televisi.

Efek ini ada hubungannya dengan emosi, sikap, atau

nilai.

3. Efek konatif, pesan komunikasi massa mengakibatkan

orang mengambil keputusan untuk melakukan atau

tidak melakukan sesuatu. Efek ini merujuk pada

prilaku nyata yang dapat diminati, yang meliputi pola-

pola tindakan, kegiatan, atau kebiasaan berprilaku.

d. Fungsi Komunikasi Massa

Fungsi dari komunikasi massa secara garis besar

adalah sebagai berikut22

:

1. Penafsiran (Interpretation). Fungsi penafsiran ini

berbentuk komentar dan opini yang ditujukan kepada

konsumen, serta dilengkapi perspektif (sudut pandang)

terhadap berita atau tayangan yang disajikan, sehingga

membentuk pertalian berdasarkan kepentingan dan

minat yang sama tentang sesuatu.

2. Penyebaran nilai-nilai (Transmission Of Values).

Dengan cara media massa itu ditonton, didengar, dan

dibaca, media massa itu memperlihatkan kepada kita

bagaimana mereka bertindak dan apa yang diharapkan

oleh mereka.

22

Effendy, Onong Uchjana, Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi,

(Bandung: PT. Citra Aditya Bakti), 2003, h. 39

Page 49: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51760/1/DWIKE... · i . LEMBAR PERNYATAAN . Yang bertandatangan di bawah ini: Nama : Dwike Nuraini . NIM

36

3. Hiburan (Entertainment). Media berfungsi sebagai

penghibur tiada lain tujuannya adalah untuk

mengurangi ketegangan pikiran konsumen.

4. Fungsi informasi, media massa berfungsi sebagai

penyebar informasi bagi pembaca, pendengar, atau

pemirsa.

5. Fungsi pendidikan. Salah satu cara media massa

dalam memberikan pendidikan adalah dengan melalui

pengajaran etika, nilai, serta aturanaturan yang berlaku

bagi pembaca atau pemirsa.

6. Fungsi mempengaruhi. Secara implisit terdapat pada

tajuk/editorial, features, iklan, artikel dan sebagainya.

7. Fungsi proses pengembangan mental. Media massa

erat kaitannya dengan prilaku dan pengalaman

kesadaran manusia.

8. Fungsi adaptasi lingkungan, yakni penyesuaian diri

terhadap lingkungan konsumen dapat beradaptasi

dengan lingkungannya dengan dibantu oleh media

massa,dengan begitu seseorang dapat lebih mengenal

lingkungannya.

9. Fungsi memanipulasi lingkungan, berusaha untuk

mempengaruhi. Komunikasi yang digunakan sebagai

alat kontrol utama dan pengaturan lingkungan.

10. Fungsi meyakinkan (To Persuade), yaitu

mengukuhkan atau memperkuat sikap, kepercayaan

Page 50: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51760/1/DWIKE... · i . LEMBAR PERNYATAAN . Yang bertandatangan di bawah ini: Nama : Dwike Nuraini . NIM

37

atau nilai seseorang. Mengubah sikap, kepercayaan,

atau nilai seseorang. Menggerakan seseorang untuk

melakukan sesuatu.

3. Moderasi Beragama

a. Pengertian Moderasi Beragama

Moderasi beragama terdiri dari dua kata, yakni

moderasi dan beragama. Kata moderasi berasal dari

Bahasa Latin, yaitu moderatio, yang berarti ke-sedang-an

(tidak kelebihan dan tidak kekurangan). Dalam Kamus

Besar Bahasa Indonesia (KBBI), terdapat dua pengertian

kata moderasi, yakni: 1. pengurangan kekerasan, dan 2.

penghindaran keekstreman. Dalam bahasa Arab, moderasi

dikenal dengan kata wasath atau wasathiyyah, yang

memiliki padanan makna dengan kata tawassuth (tengah-

tengah), I‟tidal (adil), dan tawazun (berimbang). Dalam

bahasa Arab pula, kata wasathiyyah diartikan sebagai

“pilihan terbaik”.23

Menurut Muchlis M. Hanafi, mengutip pendapat

pakar tafsir Abu Su‟ud, bahwa kata wasath pada mulanya

menunjuk pada sesuatu yang menjadi titik temu semua

sisi seperti pusat lingkaran (tengah). Kemudian

berkembang maknanya menjadi sifat-sifat terpuji yang

dimiliki manusia karena sifat-sifat tersebut berada di

tengah sifat tercela. Seperti sifat dermawan adalah

23

Kementerian Agama RI, Moderasi Beragama, h. 15

Page 51: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51760/1/DWIKE... · i . LEMBAR PERNYATAAN . Yang bertandatangan di bawah ini: Nama : Dwike Nuraini . NIM

38

pertengahan antara kikir dan boros, berani merupakan

pertengahan antara takut dan sembrono.24

Gagasan moderasi keagamaan menurut al-

Qaradhawi, berangkat dari adanya kecenderungan

radikalisme, baik kanan maupun kiri. Dua radikalisme

tersebut dijelaskan secara rinci oleh al-Qaradhawi dalam

bukunya Dirasah fi Fiqh Maqashid al-Syariah baina al-

Maqashid al-Kulliyyah wa al-Nushush al-Juz‟iyyah.25

Dalam istilah al-Qaradhawi keduanya disebut

sebagai al-mu‟aththilah al-judud (neo-liberalisme) dan al-

zhahiriyyah al-judud (neo-literalisme). Dua

kecenderungan radikalisme yang menutupi ruh Islam ini

menurut al-Qaradhawi berangkat dari pemahaman teks

keagamaan yang sama-sama radikal; yang satu terjebak

pada liberalisme, sementara yang lain terkungkung dalam

literalisme. Karena itulah untuk melakukan moderasi pada

dua kecenderungan radikal tersebut, al-Qaradhawi

menawarkan metode pemahaman teks keagamaan yang

moderat, dan kelompok yang mengimplementasikan

metode tersebut ia sebut sebagai al-madrasahal-

wasathiyyah (mazhab moderat).26

24

Muchlis M. Hanafi, Konsep Al-Wasathiyyah Dalam Islam,

Harmoni: Jurnal Multikultural dan Multireligius Vol VIII, No 32, 2009, h. 40. 25

Cairo: Dār al-Syurūq. 2008. al-Qaraḍāwi, Yūsuf. Fiqih Maqashid

Syariah: Moderasi Islam antara Aliran Tekstual dan Aliran Liberal, terj. oleh

A Sulaiman - ‎8102 26

Lihat https://ibtimes.id/moderasi-keagamaan-antara-haedar-

nashir-dan-yusuf-al-qaradhawi/ diakses 17 Juni 2020, pukul 17.59

Page 52: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51760/1/DWIKE... · i . LEMBAR PERNYATAAN . Yang bertandatangan di bawah ini: Nama : Dwike Nuraini . NIM

39

Adapun lawan kata moderasi adalah berlebihan.

Dalam bahasa Arab dikenal dengan kata tatharruf,

sedangkan dalam bahasa Inggris bermakna extreme,

radical, dan excessive.Makna extreme dan excessive

berarti “berbuat keterlaluan, pergi dari ujung ke ujung,

berbalik memutar, mengambil tindakan/ jalan yang

sebaliknya”.27

Sedangkan radical artinya doktrin atau

praktik penganut paham radikal atau paham ekstrem.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),

radikalisme merupakan paham atau aliran yang radikal

dalam politik. Paham ini menginginkan perubahan atau

pembaharuan sosial dan politik dengan cara kekerasan

atau drastis.28

Selanjutnya, kata beragama memiliki kata dasar

agama, yang berarti ajaran atau sistem yang mengatur tata

keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan

yang Maha Kuasa, serta tata kaidah yang berhubungan

dengan pergaulan antar manusia dan manusia dengan

lingkungannya. Kata “ber” dalam kata beragama

merupakan imbuhan yang menyatakan suatu tindakan,

keberadaan, pengalaman, atau pengertian dinamis lainnya.

Dalam KBBI, kata beragama berarti menganut (memeluk)

agama. Jadi, beragama adalah menganut suatu agama

27

Kementerian Agama RI, Moderasi Beragama, (Jakarta: Badan

Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI), 2019, h. 16 28

Pusat Bahasa Kementerian Pendidikan Nasional, Kamus Besar

Bahasa Indonesia, Versi 1.5.1 Luar Jaringan (Offline), 2010.

Page 53: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51760/1/DWIKE... · i . LEMBAR PERNYATAAN . Yang bertandatangan di bawah ini: Nama : Dwike Nuraini . NIM

40

yang berisi ajaran dan sistem yang mengatur tata

keimanan dan peribadatan kepada Tuhan, serta kaidah

atau tata cara berkehidupan sosial.

Jadi, moderasi beragama dapat dipahami sebagai

sikap dalam menganut suatu agama sesuai dengan ajaran

agama yang dianut dengan seimbang antara pengalaman

agama sendiri (eksklusif) dan penghormatan kepada

praktik beragama orang lain yang berbeda keyakinan

(inklusif). Keseimbangan inilah yang menjadi salah satu

prinsip moderasi untuk menghindari sikap ekstrem,

fanatik dan sikap revolusioner dalam beragama. Hal

tersebut menjadikan moderasi beragama sebagai kunci

terciptanya toleransi dan kerukunan, terpeliharanya

peradaban, dan terciptanya perdamaian.

Dalam menentukan sebuah cara pandang, sikap,

dan perilaku beragama tergolong moderat atau ekstrem,

perlu adanya batasan dan indikator tertentu, seperti teks-

teks agama, konstitusi negara, kearifan lokal, serta

konsensus dan kesepakatan bersama.29

Beberapa indikator

tersebut juga digunakan dalam moderasi sebagai strategi

nirkekerasan, seperti, menafsirkan teks-teks agama yang

menekankan pada sikap toleran dan inklusif yang berbasis

nilai-nilai kemanusiaan. Selain reinterpretasi teks agama,

mekanisme internal-agama juga bisa dilakukan dengan

29

Kementerian Agama RI, Moderasi Beragama, h. 87

Page 54: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51760/1/DWIKE... · i . LEMBAR PERNYATAAN . Yang bertandatangan di bawah ini: Nama : Dwike Nuraini . NIM

41

menggunakan otoritas tokoh atau pemimpin agama untuk

mengajak para pengikutnya agar mengedepankan

perdamaian.

Strategi yang kedua, yakni berkaitan dengan

Indonesia yang multikultural. Praktik ini dapat dilakukan

dengan melakukan dialog antar individu, kelompok dan

komunitas antaragama dengan menjalin hubungan yang

harmonis melalui kerja sama dalam kegiatan

kemasyarakatan, saling menghargai saat perayaan hari-

hari besar keagamaan, dan bergaul tanpa ada beban

perbedaan. Untuk strategi terakhir menggunakan

pendekatan ekstra-agama yang cakupannya cukup luas.

Dalam konteks global, dapat dilakukan dengan membuat

asosiasi transnasional yang diikat dengan satu misi

bersama yakni perdamaian dunia.

b. Prinsip Dasar Moderasi Beragama

Inti dari moderasi beragama adalah adil dan

berimbang.30

Berdasarkan KBBI, kata “adil” diartikan: 1)

tidak berat sebelah/tidak memihak; 2) berpihak kepada

kebenaran; dan 3) sepatutnya/ tidak sewenang-wenang.

Jika dianalogikan, wasit dalam setiap pertandingan harus

bersikap adil, yakni berpihak pada kebenaran. Prinsip

kedua, keseimbangan. Prinsip ini sesuai dengan makna

dari kata moderasi sendiri yakni keseimbangan,

30

Kementerian Agama RI, Moderasi Beragama, h. 19

Page 55: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51760/1/DWIKE... · i . LEMBAR PERNYATAAN . Yang bertandatangan di bawah ini: Nama : Dwike Nuraini . NIM

42

menggambarkan cara pandang, sikap, dan komitmen

untuk selalu berpihak pada keadilan, kemanusiaan, dan

persamaan.

Tarmizi Taher menyebutkan moderasi beragama

dalam Islam memiliki dua ciri yang mandiri. Pertama,

adanya hak kebebasan yang harus selalu diimbangi

dengan kewajiban. Kedua, adanya keseimbangan antara

kehidupan dunawi dan ukhrawi, serta material dan

spiritual. Sehingga peradaban dan kemajuan yang dicapai

oleh umat Islam tidak semu dan fatamor gana, tapi hakiki

dan benar-benar sesuai dengan yang diharapkan, yakni

mewujudkan kebaikan di dunia dan di akhirat serta

dijauhkan dari malapetaka dan siksaan neraka.31

Mohammad Hashim Kamali menjelaskan bahwa

prinsip keseimbangan (balance) dan adil (justice) dalam

konsep moderasi berarti, seseorang tidak boleh ekstrem

pada pandangannya, melainkan harus selalu mencari titik

temu. Beliau juga mengatakan bahwa moderasi

merupakan aspek penting dalam Islam, namun hal

tersebut juga berlaku untuk agama lain. Mohammad

Hashim Kamali menjelaskan lebih jauh tentang moderasi

merupakan kebajikan yang mendorong terciptanya

harmoni sosial dan keseimbangan dalam kehidupan secara

31

Hery Sucipto, “Tarmizi Taher dan Islam Madzhab Tengah”,

pengantar editor dalam Hery Sucipto (ed.), Islam Madzhab Tengah:

Persembahan 70 Tahun Tarmizi Taher (Cet. I; Jakarta: Grafindo Khazanah

Ilmu, 2007), hlm.17.

Page 56: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51760/1/DWIKE... · i . LEMBAR PERNYATAAN . Yang bertandatangan di bawah ini: Nama : Dwike Nuraini . NIM

43

personal, keluarga, dan masyarakat hingga hubungan

antarmanusia.

c. Indikator Moderasi Beragama

Sikap moderat pada dasarnya bersifat dinamis,

selalu bergerak, karena moderasi merupakan proses

pergumulan terus-menerus yang dilakukan dalam

kehidupan bermasyarakat. Seorang yang moderat akan

berusaha untuk menyeimbangkan antara sisi kanan dan

kiri. Dalam buku Moderasi Beragam yang diterbitkan oleh

Kemenag, disebutkan bahwa ada empat indikator yang

menjadi fokus pembahasan moderasi beragama, antara

lain: 1) komitmen kebangsaan; 2) toleransi; 3) anti-

kekerasan; dan 4) akomodatif terhadap kebudayaan lokal.

Keempat indikator ini sangat penting untuk mengetahui

bagaimana implementasi moderasi beragama di Indonesia.

Komitmen kebangsaan berkaitan dengan kesetiaan

pada prinsip-prinsip berbangsa, seperti penerimaan dan

pengamalan butir Pancasila sebagai ideologi negara, dan

prinsip-prinsip berbangsa lainnya yang tertuang dalam

Konstitusi UUD 1945 dan regulasi di bawahnya.

Jika komitmen kebangsaan berbicara tentang sikap

diri terhadap negara, berbeda halnya dengan toleransi.

Toleransi merupakan sikap untuk memberi ruang tanpa

mengganggu hak orang lain untuk berkeyakinan,

mengekspresikan keyakinannya, dan menyampaikan

Page 57: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51760/1/DWIKE... · i . LEMBAR PERNYATAAN . Yang bertandatangan di bawah ini: Nama : Dwike Nuraini . NIM

44

pendapat, meskipun hal tersebut berbeda dengan apa yang

kita yakini. Berbicara toleransi berarti berbicara sikap

terbuka, lapang dada, sukarela, dan lembut dalam

menerima perbedaan.32

Dalam toleransi juga harus

disertai rasa menghormati dan menghargai perbedaan,

serta selalu berpikir positif.

Indikator ketiga yakni anti-kekerasan. Kekerasan

yang dimaksud adalah radikalisme, paham yang ingin

melakukan perubahan pada sistem sosial dan politik

dengan menggunakan cara-cara kekerasan/ ekstrem atas

nama agama, baik secara verbal, fisik, dan pikiran.

Radikalisme sering dikaitkan dengan terorisme, karena

kelompok radikal dapat melakukan cara apa pun agar

keinginannya tercapai, termasuk meneror pihak yang

tidak sepaham dengan mereka. Radikalisme bisa muncul

karena adanya rasa ketidakadilan dan keterancaman.

Namun kedua hal tersebut bukan serta merta melahirkan

radikalisme, melainkan adanya rasa benci terhadap

kelompok yang dianggap sebagai pembuat ketidakadilan

dan pihak-pihak yang mengancam identitasnya.33

Indikator terakhir yakni akomodatif terhadap

budaya lokal, digunakan untuk melihat sejauh mana

kesediaan untuk menerima praktik amaliah keagamaan

yang mengakomodasi kebudayaan lokal dan tradisi.

32

Kementerian Agama RI, Moderasi Beragama, h. 43 33

Kementerian Agama RI, Moderasi Beragama, h. 45

Page 58: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51760/1/DWIKE... · i . LEMBAR PERNYATAAN . Yang bertandatangan di bawah ini: Nama : Dwike Nuraini . NIM

45

Sejauh tidak bertentangan dengan ajaran pokok agama

yang dianut, orang-orang moderat cenderung lebih ramah

dalam menerima tradisi dan budaya lokal.34

Sebaliknya,

ada juga kelompok yang tidak akomodatif terhadap

budaya lokal, karena menganggap tradisi budaya dalam

beragama sebagai tindakan yang mengotori kemurnian

agama.

Contoh peran moderasi beragama dalam

mengakomodasi budaya lokal, yaitu kalau kita ke Kudus,

sampai sekarang ada makanan khas yaitu sate kerbau.

Kenapa bukan sate sapi? Itu karena Wali Songo di sana,

terbiasa menghormati keyakinan leluhur agama Hindu,

dimana agama itu sangat menghormati sapi, karena

dianggap sebagai dewa yang disucikan. Salah satu bentuk

penghomatan binatang sapi, Wali Songo saat itu

mengganti sate sapi menjadi sate kerbau. Penghormataan

antaragama inilah yang diterapkan oleh Wali Songo

dalam bermoderasi.35

Keempat indikator yang terdapat dalam buku

Moderasi Beragama yang tulis oleh Kementerian Agama

dipilih oleh peneliti karena telah mewakili indikator-

indikator moderasi beragama secara umum. Lukman

Hakim Syaifuddin mengatakan bahwa empat indikator ini

34

Kementerian Agama RI, Moderasi Beragama, h. 46 35

Wawancara bersama Lukman Hakim Saifuddin, Menteri Agama RI

periode 2014 - 2019, 13 Mei 2020

Page 59: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51760/1/DWIKE... · i . LEMBAR PERNYATAAN . Yang bertandatangan di bawah ini: Nama : Dwike Nuraini . NIM

46

merupakan faktor yang paling terlihat sebagai ancaman

keutuhan kehidupan beragama.

d. Moderasi Beragama dalam Media

Prinsip adil dan berimbang dalam moderasi

beragama, dapat dijadikan sebagai nilai (value) yang

bermanfaat untuk mengelola informasi serta

meminimalisasi berita bohong (hoax); moderasi beragama

memberi pelajaran untuk berpikir dan bertindak bijaksana,

tidak fanatik atau terobsesi buta oleh satu pandangan

keagamaan seseorang atau kelompok saja, tanpa

mempertimbangkan pandangan keagamaan orang atau

kelompok lain. Moderasi lebih kepada sikap mengambil

“jalan tengah”, tidak memihak kepada ekstrem kanan

maupun ekstrem kiri.

Hasil survei nasional PPIM UIN Jakarta tahun

2017 menunjukkan bahwa internet berpengaruh besar

terhadap meningkatnya intoleransi pada generasi milenial

atau generasi Z. Siswa dan mahasiswa yang tidak

memiliki akses internet lebih bersikap moderat dibanding

mereka yang memiliki akses internet. Bila dipersenkan,

jumlah orang yang mengakses internet sebesar 84,94%,

dan sisanya 15,06% yang tidak memiliki akses internet.

Berdasarkan survei ini juga menyebutkan bahwa generasi

milenial yang mengandalkan dunia maya sebagai sumber

belajar agama cukup banyak, sebesar 54,37%.

Page 60: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51760/1/DWIKE... · i . LEMBAR PERNYATAAN . Yang bertandatangan di bawah ini: Nama : Dwike Nuraini . NIM

47

Saat ini, media cetak juga banyak yang

bertransformasi ke digital. Seperti surat kabar/koran yang

mulanya hanya media cetak, kini dapat diakses melalui

internet atau biasa disebut e-paper. Perkembangan

teknologi komunikasi dan informasi, serta sifat media

yang membangun jejaring, tidak memihak, dan interaktif,

bahkan sering kali dapat dimanipulasi dapat memengaruhi

perilaku sosial, termasuk perilaku beragama. Hal ini

disebabkan kurang terkendalinya penyaringan untuk

menyeleksi antara berita benar dan berita salah, karena

ketertarikan mayoritas masyarakat saat ini cukup melalui

judul yang menarik, bahkan provokatif dan heboh.36

Selain merebaknya kasus hoaks, wajah ganda

internet juga memberi ruang penyebaran konten

kebencian dengan mengatasnamakan agama. Banyak

masyarakat yang menjadikan berbagai informasi dan opini

yang bersebaran di internet sebagai jalan pintas atas bahan

referensi dan pengetahuan soal-soal agama tanpa

melakukan verifikasi.

Menghadapi kondisi seperti saat ini, perspektif

moderasi beragama menjadi sangat penting untuk

dijadikan framing, apalagi masyarakat Indonesia yang

plural dan multikultural.

36

Kementerian Agama RI, Moderasi Beragama, h. 91

Page 61: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51760/1/DWIKE... · i . LEMBAR PERNYATAAN . Yang bertandatangan di bawah ini: Nama : Dwike Nuraini . NIM

48

4. Berita

a. Pengertian Berita

Berita berasal dari bahasa Sangsekerta, yakni Vrit

atau Vritta yang berarti “kejadian” atau “ yang telah

terjadi”. Vritta dalam bahasa Indonesia sendiri menjadi

Berita atau Warta. Menurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia (KBBI) terbitan Balai Pustaka, „Berita‟

merupakan “Laporan mengenai kejadian atau peristiwa

yang hangat”37

.

Terdapat beberapa ahli yang mendefinisikan

„Berita‟ yakni antara lain: Dr. Willard C. Bleyer

mendefinisikan berita sebagai kenyataan baru yang dipilih

wartawan untuk dimuat dalam surat kabar. Lain halnya

dengan J.B Wahyudi yang mendefinisikan berita sebagai

laporan tentang peristiwa atau pendapat yang memiliki

nilai penting dan menarik bagi sebagian khalayak, masih

baru dan dipublikasikan secara luas melalui media massa.

Peristiwa tidak dapat disebut berita, apabila tidak

dipublikasikan secara periodik pada media massa38

.

Dja‟far H Assegaf menjelaskan bahwa berita

adalah laporan tentang fakta atau ide yang termasa (baru),

yang dipilih oleh staf redaksi suatu harian untuk disiarkan,

yang dapat menarik perhatian pembaca. Entah karena luar

37

R. Masri Sareb Putra, Teknik Menulis Berita dan Feature,

(PT.INDEKS Kelompok GRAMEDIA), h. 33 38

Totok Juroto, Manajemen Penerbitan Pers, (PT Remaja

Rosdakarya: Bandung, 2004), h. 46-47

Page 62: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51760/1/DWIKE... · i . LEMBAR PERNYATAAN . Yang bertandatangan di bawah ini: Nama : Dwike Nuraini . NIM

49

biasa, entah karena pentingnya, atau akibatnya, entah pula

karena ia mencakup segi-segi human interest seperti

humor, emosi dan ketegangan.39

Dengan beberapa pendapat ahli tersebut, dapat

disimpulkan bahwa berita merupakan laporan informasi

mengenai sebuah peristiwa, mengandung fakta dan ide

yang dapat menarik perhatian masyarakat, bersifat baru

atau aktual, memiliki nilai penting (news value), dan

dipublikasikan oleh media untuk disiarkan kepada

khalayak atau pembaca.

b. Jenis-jenis Berita

Dalam jurnalistik sendiri, berita terbagi dalam

beberapa jenis berita. Pembagian tersebut dilakukan

berdasarkan isi berita yang dibuat, termasuk dilihat dari

proses peliputannya, penyusunan, serta penyajiannya.40

Straight News

Jenis berita ini merupakan berita langsung, isi

beritanya ditulis secara singkat, lugas dan apa adanya.

Berita yang berjenis Straight News dapat ditemui

pada halaman pertama surat kabar. Jenis berita

Straight News terbagi menjadi 2 yaitu Hard News dan

39

Lihat, “26 Pengertian Berita Menurut Para Ahli Serta Unsur Berita

5w + 1h“ dalam https://soalterbaru.com/%E2%88%9A-26-pengertian-berita-

menurut-para-ahli-serta-unsur-berita-5w-1h-2/, diakses pada 27 Februari 2020,

pukul 14.37 WIB 40

Romli, Asep Syamsul, Jurnalistik Praktis untuk Pemula: edisi

revisi, (PT Remaja Rosdakarya: Bandung), 2006 (cetakan ke-tujuh), h. 32-34

Page 63: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51760/1/DWIKE... · i . LEMBAR PERNYATAAN . Yang bertandatangan di bawah ini: Nama : Dwike Nuraini . NIM

50

Soft News. Hard News adalah berita yang isinya

memiliki nilai lebih, beritanya berkualitas dan terbaru.

Isi beritanya sangat penting, sehingga harus

segera disampaikan kepada masyarakat. Biasanya isi

berita yang berjenis Hard News memiliki sifat khusus

atau berita yang berisi tentang suatu kejadian yang

terjadi secara tiba-tiba. Sedangkan Soft News adalah

berita pendukung dan mempunyai nilai berita dibawah

Hard News.

Depth News

Berita jenis ini mempunyai isi yang bersifat

mendalam. Depth News biasanya terdapat ulasan-

ulasan yang mendalam terhadap suatu peristiwa. Jenis

berita ini memiliki isi yang lebih menonjolkan tentang

“mengapa peristiwa itu terjadi” dan juga “bagaimana

peristiwa itu terjadi. Tujuan dari berita jenis ini adalah

untuk mengangkat suatu kejadian secara lebih

mendalam.

Investigation News

Investigasi News adalah berita yang cara

pembuatannya berdasarkan penyelidikan atau

penelitian yang dilakukan dari berbagai sumber.

Dalam menulis Investigation News biasanya jurnalis

mempunyai tujuan tertentu seperti untuk membongkar

tindak kriminal yang sangat merugikan masyarakat,

Page 64: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51760/1/DWIKE... · i . LEMBAR PERNYATAAN . Yang bertandatangan di bawah ini: Nama : Dwike Nuraini . NIM

51

membongkar sebuah jaringan penjualan illegal dan

masih banyak lagi.

Investigation News bertujuan untuk

mengungkap hal-hal yang tersembunyi dari sebuah

kejadian. Hal tersebut membuat seorang jurnalis yang

menulis berita jenis ini harus melakukan penelusuran

informasi dan melakukan penyelidikan. Biasanya

jurnalis yang menulis berita ini harus bertindak

layaknya seorang intel.

Interpretative News

Berita jenis Interpretative News adalah berita

pengembangan dari Straight News . Interpretative

News adalah berita langsung dimana didalamnya

ditambahkan beberapa informasi seperti pendapat

seseorang atau sebuah penelitian yang dilakukan oleh

penulis.

Informasi tambahan dalam berita tersebut

dapat berupa latar belakang peristiwa, data-data yang

terkait dan hasil wawancara dengan para pengamat

atau para ahli. Pengembangan berita jenis ini lebih

menekankan pada fakta daripada opini.

Opinion News

Pengertian dari Opinion News adalah berita

yang berisi opini tentang suatu kejadian yang sedang

terjadi. Biasanya isi dari jenis berita ini adalah

Page 65: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51760/1/DWIKE... · i . LEMBAR PERNYATAAN . Yang bertandatangan di bawah ini: Nama : Dwike Nuraini . NIM

52

pendapat dari para pengamat atau para ahli dari

masalah, isu atau dari kejadian yang sedang terjadi.

Selain itu pendapat juga dapat diperoleh dari

masyarakat, pelajar ataupun mahasiswa.

5. Surat Kabar

Surat kabar adalah kumpulan berita, artikel, cerita,

iklan dan sebagainya yang dicetak dalam lembaran kertas

ukuran plano. Surat kabar terbit secara teratur, bisa setiap hari

atau seminggu satu kali.41

a. Karakteristik Surat Kabar

Surat kabar memiliki beberapa karakter khusus,

antara lain publisitas, peridoditas, universalitas, aktualitas,

dan terdokumentasi.

- Publisitas

Publisitas yang berarti penyebarannya untuk

public atau khalayak. Surat kabar juga memiliki jangka

waktu tertentu dalam penerbitan atau biasa disebut

perioditas.

- Perioditas

Perioditas menunjuk pada keteraturan terbitnya

surat kabar, bisa harian, mingguan, atau dwi mingguan.

41

Totok Djuroto, Menulis Artikel dan Karya Ilmiah, (Bandung:

Remaja Rosdakarya, 2002), h. 11

Page 66: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51760/1/DWIKE... · i . LEMBAR PERNYATAAN . Yang bertandatangan di bawah ini: Nama : Dwike Nuraini . NIM

53

- Universalitas

Selain itu, surat kabar juga memiliki karakter

universalitas. Hal ini terkait bagian isi surat kabar yang

menyeluruh dan meliputi berbagai aspek kehidupan,

sosial, ekonomi, budaya, agama, dan lain-lain.

Lingkupnya bersifat lokal, regional, nasional, bahkan

internasional.

- Aktualitas

Berbicara isi pada surat kabar, maka karakter yang

tepat adalah aktualitas. Hal ini sangat diperlukan karena

berkaitan dengan isi surat kabar yaitu berita, fakta-fakta,

atau opini. Aktualitas sejalan dengan makna dari berita

yang berarti kini atau keadaan yang sebenarnya. Berita

juga diartikan sebagai laporan tercepat yang penting atau

menarik minat, atau keduanya untuk khalayak. Laporan

cepat menunjuk pada “kekinian” atau makna dari aktual

itu sendiri.

- Terdokumentasi

Karakter terakhir yaitu terdokumentasi. Lembaran-

lembaran kertas yang berisikan berita, artikel, dan opini

dapat dipastikan oleh beberapa pihak tertentu dianggap

penting untuk diarsipkan.

b. Fungsi Surat Kabar

Surat kabar memiliki fungsi yang sama dengan

media massa lainnya. Dari empat fungsi media massa,

Page 67: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51760/1/DWIKE... · i . LEMBAR PERNYATAAN . Yang bertandatangan di bawah ini: Nama : Dwike Nuraini . NIM

54

yaitu sebagai pemberi informasi, edukasi, hiburan, dan

persuasif, surat kabar lebih menonjolkan pada pemberian

informasi. Hal ini sesuai dengan tujuan para pembaca,

yaitu keingintahuan akan setiap peristiwa yang terjadi.

Berdasarkan hal tersebut, rubrik surat kabar terdiri dari

berbagai jenis berita, tanpa mengabaikan fungsinya

sebagai hiburan karena tersedianya rubrik artikel ringan,

feature (laporan perjalanan, biografi seseorang yang

menarik), rubrik cerita bergambar atau komik, serta cerita

bersambung.42

c. Rubrik

Rubrik biasanya menjadi sebuah kriteria dari suatu

hal, seperti surat kabar. Rubrik juga disebut kolom. Dalam

Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai kepala

karangan (ruangan tetap) dalam surat kabar, majalah, dan

lain-lain. Biasanya, rubrik terletak di bagian kepala

karangan atau bagian atas dari sebuah koran atau majalah.

Menurut Onong Uchjana Effendy, rubrik merupakan

ruangan khusus pada surat kabar serta media cetak

lainnya, mengenai aspek serta kegiatan dalam kehidupan

masyarakat.43

Misalnya rubrik wanita, rubrik pendapat,

rubrik olah raga, rubrik pembaca, rubrik lifestyle dan lain

sebagainya.

42

Erdinaya dan Ardianto, Komunikasi Suatu Pengantar, (Bandung:

Simbiosa Rekatama Media, 2004), h. 104 43

Onong Uchjana Effendy, KAMUS KOMUNIKASI, (Bandung: PT.

Mandar Maju, 1989), h. 86

Page 68: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51760/1/DWIKE... · i . LEMBAR PERNYATAAN . Yang bertandatangan di bawah ini: Nama : Dwike Nuraini . NIM

55

Rubrik merupakan alokasi halaman untuk

menampilkan tulisan-tulisan tertentu dalam satu tema.

Biasanya dalam sebuah surat kabar terdapat beberapa

rubrik yang memiliki fokus tema-tema tertentu.44

44

Asep Syamsul M. Romli, Jurnalistik Terapan: Suatu Pengantar,

(Bandung: Batik Press, 2005), h. 113

Page 69: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51760/1/DWIKE... · i . LEMBAR PERNYATAAN . Yang bertandatangan di bawah ini: Nama : Dwike Nuraini . NIM

56

B. Kerangka Berpikir

Intoleran

Ada yang

rukun

Indonesia negara

multikultural

Fanatik

Eksklusif

Revolusioner

Bagaimana Dialog Jumat

Republika mengonstruksi

berita moderasi beragama?

Dialog Jumat

Republika hadir

sebagai rubrik

dengan bingkai

moderasi

beragama

Moderasi beragama

menjadi salah satu

upaya mencegah

radikalisme

Melahirkan

radikalisme

Kasus intoleransi

meningkat

Ada yang

berpolemik

Page 70: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51760/1/DWIKE... · i . LEMBAR PERNYATAAN . Yang bertandatangan di bawah ini: Nama : Dwike Nuraini . NIM

57

BAB III

GAMBAR PENELITIAN

A. Profil Republika

1. Sejarah Republika

Republika merupakan surat kabar nasional yang

didirikan oleh kalangan komunitas muslim Indonesia pada

1992. Hal ini dilatarbelakangi pasang surutnya politik

Indonesia pada masa dekade 1980-an, yakni memburuknya

hubungan antara Pemerintah Indonesia dan Masyarakat Islam.

Saat itu ceramah-ceramah Islami dan penerbitan buku-buku

bernuansa Islam mendapat tekanan dari negara. Di bawah PT

Abdi Bangsa, Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI)

yang saat itu diketuai BJ Habibie akhirnya mendapatkan izin

penerbitan dan terbit perdana pada 4 Januari 1993.

Pendiri Yayasan Abdi Bangsa berjumlah 48 orang

yang terdiri dari beberapa menteri, pejabat tinggi negara,

cendikiawan, tokoh masyarakat, serta pengusaha. Beberapa

orang diantaranya, Ir. Drs. Ginanjar Kartasasmita, H.

Harmoko, Ibnu Sutowo, Muhammad Hasan, Ibu Tien

Soeharto, dan Presiden Soeharto yang berperan sebagai

pelindung Yayasan serta B. J Habibie sebagai ketua ICMI

yang dipercaya juga sebagai Ketua Badan Pembina Yayasan

Abdi Negara.

Setelah berhasil melahirkan Republika, kiprah ICMI

semakin surut sehingga kepemilikan saham diambil alih oleh

Page 71: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51760/1/DWIKE... · i . LEMBAR PERNYATAAN . Yang bertandatangan di bawah ini: Nama : Dwike Nuraini . NIM

58

Mahaka Media yang mayoritas sahamnya dikuasai oleh

keluarga Erick Tohir. Selanjutnya, Republika berada dalam

PT Republika Mandari, anak perusahaan PT Abdi Bangsa.

Meskipun berpindah pemegang saham, visi dan misi

Republika tidak berubah. Visi Republika adalah modern,

moderat, muslim, kebangsaan, dan kerakyatan. Sedangkan

misi Republika adalah sebagai koran masyarakat baru yang

maju, cerdas, dan beradab.

Ideologi Republika adalah ideologi pemiliknya, PT

Abdi Bangsa, yaitu: kebangsaan, kerakyatan dan keIslaman;

dengan tujuan mempercepat terbentuknya “civil society”.

Orientasi inilah yang sehari-hari dituangkan Republika dalam

bentuk informasi dan sajian lainnya. Republika menampilkan

Islam dengan wajah moderat.45

Sejak pertama kali terbit pada

4 Januari 1993, penjualan oplah terus meningkat. Hanya

dalam waktu sepuluh hari sejak edisi perdana, oplah koran ini

sudah mencapai 100.000 ekslempar. Pada Desember 1993

oplah Republika sudah mencapai 130.000 per hari. Pada

tahun 2010 oplah Republika 115.000 ekslempar. Harian

Republika tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Di Jakarta

sebanyak 50,31%, Jawa Barat 17,30%, Jawa Tengah 6,90%,

Jawa Timur 4,36%, sisanya tersebar di daerah lain.

Sebagai upaya pemenuhan tuntutan khalayak,

Republika telah melakukan berbagai penyempurnaan. Hal

45

Ibnu hamad, Realitas Politik di Media Massa: Sebuah Studi

Critical Discourse Analysis. (Jakarta: Granit, 2004), h. 122

Page 72: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51760/1/DWIKE... · i . LEMBAR PERNYATAAN . Yang bertandatangan di bawah ini: Nama : Dwike Nuraini . NIM

59

tersebut di wujudkan dengan menyempurnakan desain

penampilan koran, dan meningkatkan porsi berita maupun

artikel yang berkaitan dengan bisnis lebih banyak dan

menempatkannya hampir di setiap halaman. Republika pun

menampilkan corak jurnalisme yang khas. Republika

menyajikan berita cenderung atraktif, jelas, dan tuntas.

Republika mengembangkan corak jurnalisme yang “enak

dibaca”. Bahasa dan gaya penuturannya diupayakan popular,

renyah, tidak kaku tanpa mengabaikan kaidah bahasa.

Visualisasi dan desain menarik disajikan dengan menonjolkan

bentuk grafis yang informatif (berupa gambar , foto, tabel)

serta eksploitasi cetakan warna.

Topik yang memperoleh perhatian lebih adalah topik-

topik yang dekat dan berdampak langsung terhadap pembaca.

Topik-topik tersebut disegmentasikan sebagai berikut:

Resonansi, Hikmah, Solikui, Wacana, Tajuk, Tekad, Rekor,

Manajer, Trend Teknologi, Diolag Jum‟at, Koran Kecil, dan

Selasar. Sebagai wujud tanggungjawab sosial, khususnya

kepada kaum dhuafa, pada Juli 1993, Harian Umum

Republika mendirikan program “Dompet Dhuafa” yang

menghimpun, mengelola, dan menyalurkan zakat

pembacanya. Program ini juga diwujudkan sebagai bentuk

partisipasi dalam menyukseskan program pengentasan

kemiskinan di Indonesia.

Page 73: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51760/1/DWIKE... · i . LEMBAR PERNYATAAN . Yang bertandatangan di bawah ini: Nama : Dwike Nuraini . NIM

60

2. Visi dan Misi Republika

Republika adalah sebuah surat kabar yang lahir di

tengah ketidakstabilan Indonesia. Dalam perubahan yang

melanda hampir semua aspek kehidupan, seperti politik,

ekonomi, iptek, sosial, budaya, dan “keterbukaan” menjadi

kata kunci. Republika memilih posisi untuk turut

mempersiapkan masyarakat Indonesia memasuki masa

dinamis, tanpa perlu kehilangan segenap kualitas yang telah

dimiliki. Republika memiliki beberapa visi, yaitu : 1)

Menegakkan Amar Ma‟ruf Nahi Munkar 2) Membela,

melindungi, dan melayani kepentingan umat 3) Mengkritisi

tanpa menyakiti 4) Mencerdaskan, mendidik dan

mencerahkan 5) Berwawasan kebangsaan

Motto Republika “Mencerdaskan Kehidupan Bangsa”

menunjukkan semangat mempersiapkan masyarakat

memasuki era baru. Keterbukaan dan perubahan telah dimulai

dan tidak ada langkah kembali, karena telah bersepakat

mencapai kemajuan, meski demikian, berupaya juga untuk

melakukan perubahan atau pembaharuan, tidak mesti terus

mengganggu stabilitas yang telah susah payah dibangun.

Keberlimpahan Republika terarah kepada besarnya penduduk

Negeri yang mempersiapkan diri bagi sebuah dunia yang

lebih baik dan adil.

Media massa seperti Republika hanya menjadi

penopang agar langkah tersebut bermanfaat bagi

Page 74: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51760/1/DWIKE... · i . LEMBAR PERNYATAAN . Yang bertandatangan di bawah ini: Nama : Dwike Nuraini . NIM

61

kesejahteraan bersama. Dengan latar belakang tersebut, misi

republika dibagi kedalam beberapa bidang, antara lain :

a) Dalam bidang Politik

Republika mendorong atau mengembangkan

demokrasi dan optimalisasi peran lembaga-lembaga

Negara, Mendorong partisipasi politik semua lapisan

masyarakat dan Mengutamakan kejujuran dan moralitas

dalam politik, Penghargaan terhadap hak-hak sipil,

Mendorong terbentuknya pemerintah yang bersih.

b) Dalam bidang Ekonomi

Mendukung terbukanya demokrasi ekonomi,

Mempromosikan profesionalisme, Pemerataan sumber-

sumber ekonomi, Mempromosikan moral dan etika dalam

berbisnis.

c) Dalam bidang Budaya

Republika mendukung sikap yang terbuka, kritis dan

apresiatif terhadap bentuk-bentuk ekspresi kreatif budaya

yang berkembang di masyarakat, mengembangkan

bentuk-bentuk kesenian dan hiburan yang sehat,

mencerdaskan, menghaluskan perasaan dan mempertajam

kepekaan nurani. Menolak pornografi dan pornoaksi.

d) Dalam bidang Agama

Republika menyiarkan agama Islam, mempromosikan

semangat toleransi, mewujudkan Islam rahmatan lil

Page 75: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51760/1/DWIKE... · i . LEMBAR PERNYATAAN . Yang bertandatangan di bawah ini: Nama : Dwike Nuraini . NIM

62

alamin‟ dalam segala ilmu, serta membela, melindungi,

dan melayani kepentingan umat.

e) Dalam bidang Hukum

Republika Mendorong terwujudnya masyarakat secara

hukum, Menjunjung tinggi supremasi hukum,

Mengembangkan mekanisme checks and balances

pemerintah masyarakat, serta mennjunjung tinggi HAM

dan mendorong pemberantasan KKN secara tuntas.

B. Dialog Jumat

Dialog Jumat merupakan suplemen surat kabar

Republika yang berisi berbagai rubrik, antara lain laporan

utama, tuntunan, fatwa, muhibah, komunitas, tasawuf, zakat,

mujahidah, silaturahmi, dan uswah. Isi pada masing-masing

rubrik disesuaikan dengan tema dan isu yang sedang

happening atau aktual.

Dialog Jumat memiliki struktur organisasi

tersendiri, dimana struktur ini menentukan alur pemberitaan.

Redaktur (Syalaby), editor (biro bahasa), wakil redaktur

pelaksana (Heri Ruslan), tim desain atau layout, dan reporter

(Imas Damayanti dan Andri Saputra).46

Alur pemberitaan

Dialog Jumat Republika diawali dengan penyerahan hasil

liputan reporter kepada editor, setelah itu didesain dan layout.

Selanjutnya, berita diperiksa oleh Redaktur yang kemudian

46

Wawancara dengan Syalaby Ichsan, redaktur Dialog Jumat

Republika, 1 Februari 2020 di Gedung Republika

Page 76: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51760/1/DWIKE... · i . LEMBAR PERNYATAAN . Yang bertandatangan di bawah ini: Nama : Dwike Nuraini . NIM

63

diserahkan kepada Wakil Redaktur Pelaksana. Berita yang

telah diperiksa, dicetak kasar atau biasa disebut pracetak.

Sebelum dicetak sebagai finishing, berita kembali diserahkan

kepada Redaktur untuk diperiksa kembali. Tahap terakhir

yaitu cetak dan publikasi.

Visi dan misi Dialog Jumat sama dengan surat kabar

Republika, hanya saja pembahasannya lebih khusus dan

mayoritas tema keagamaan. Salah satu hal yang menjadi

tujuan penting hadirnya Dialog Jumat yaitu sebagai surat

kabar dengan pembahasan yang mewakili umat. Dialog Jumat

juga berusaha untuk menarasikan sebuah usaha dalam

memperjuangkan toleransi antarumat beragama, sehingga

menjadikan masyarakat yang moderat.

Melalui tulisan yang bertemakan toleransi merupakan

upaya untuk melawan ektremisme. Dimana ektremesme itu

sendiri kan artinya berlebihan, di situ ada intoleransi, fanatik

dan eksklusif. Kaum ekstremes akan merasa dirinya yang

paling benar, apa yang dia pelajari, apa yang dia yakini itu

yang paling benar. Apalagi kaum seperti ini paling jago untuk

menyalahkan pihak lain, terutama yang berbeda

keyakinannya.

Maka dari itu, Dialog Jumat mengemas tulisan

sedemikian rupa mencoba untuk memberikan bahan bacaan

dengan harapan, ada pertimbangan-pertimbangan setelah

membacanya. Pertimbangan yang seperti apa? Misal, seusai

Page 77: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51760/1/DWIKE... · i . LEMBAR PERNYATAAN . Yang bertandatangan di bawah ini: Nama : Dwike Nuraini . NIM

64

membaca berita “Belajar dari Perang”, pembaca lebih bersifat

moderat karena dalam tulisannya itu tidak mengandung unsur

menghakimi, justru malah saling menghargai. Toleransi

menjadi kunci penting bagi Dialog Jumat, sesuai dengan visi

dan misi Republika dalam bidang agama, yaitu ingin

menyiarkan agama Islam dengan mempromosikan semangat

toleransi, mewujudkan Islam rahmatan lil alamin dalam

segala ilmu, serta membela, melindungi, dan melayani

kepentingan umat.

Dialog Jumat melihat kasus intoleransi yang

meningkat disebabkan karena tidak ada yang mau berusaha

untuk mengalah. Mengalah dalam artian bukan menggadaikan

akidah dan keimanan, tapi lebih kepada sisi humanismenya.

Saat ini justru sulit menemukan manusia yang mampu

memanusiakan manusia itu sendiri. Berbeda sedikit,

tersinggung, dan lain sebagainya. Banyaknya muslim yang

belum dewasa dalam hal pemikiran salah satunya. Masyarakat

sepertinya masih melihat melalui kacamata kuda orientasinya

juga karena merasa menjadi mayoritas. Seperti ajaran

demokrasi, ketika menjadi mayoritas maka kita merasa

berkuasa.

Page 78: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51760/1/DWIKE... · i . LEMBAR PERNYATAAN . Yang bertandatangan di bawah ini: Nama : Dwike Nuraini . NIM

65

BAB IV

DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

1. Analisis Framing Berita “Shalat di Dalam Gereja.

Bolehkah?”

Penulis: Syalaby Ichsan

Edisi: 6 September 2019, halaman 5

Tabel 5.1

Analisis Framing Berita “Shalat di Dalam Gereja.

Bolehkah?”

Problem Identification

(Identifikasi Masalah)

Adanya perdebatan tentang beribadah

di tempat peribadatan agama lain.

Diagnose Causes

(Memperkirakan

penyebab masalah)

Tersebarnya isu Islamophobia,

khususnya di negara-negara Eropa

dan Amerika.

Make Moral Judgment

(Membuat keputusan

moral)

Islam tidak melarang bermuamalah

dan berinteraksi dengan Nonmuslim,

asalkan sesuai syar‟i.

Treatment

Recommendation

(Menekankan

Penyelesaian)

Boleh atau tidaknya salat di dalam

Gereja sesuai dengan beberapa

ketentuan dan urgensinya masing-

masing.

Problem Identification. Dalam berita “Shalat di

Dalam Gereja, Bolehkah?”, Dialog Jumat membuat taiching

Page 79: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51760/1/DWIKE... · i . LEMBAR PERNYATAAN . Yang bertandatangan di bawah ini: Nama : Dwike Nuraini . NIM

66

berita, yaitu “Umar pernah menolak shalat di gereja saat

menyambangi Baitul Maqdis”, kemudian dilanjutkan dengan

isi teks berita. Di awal kalimat pada paragraf pertama

dituliskan bahwa “Islam tidak pernah melarang

bermuamalah dengan Nonmuslim”.

Dalam taiching terdapat kata “menolak”, hal ini

menjadi menarik karena seolah judul sudah menjawab bahwa

tidak diperbolehkah salat di dalam Gereja, buktinya, Umar

pun menolak. Tetapi ketika berlanjut ke kalimat berikutnya,

pembaca akan menemukan pernyataan yang berbeda yaitu

terdapat kata “tidak pernah melarang”. Dua kata kunci yang

berbeda, seolah Dialog Jumat terlihat tidak konsisten dalam

memahami bagaimana sikap yang harus dilakukan ketika

berinteraksi antara Muslim dengan Nonmuslim dan beribadah

di tempat beribadatan agama lain. Perdebatan inilah yang

menjadi permasalahan dalam berita “Sholat di Dalam Gereja.

Bolehkah?”.

Kedua, diagnose causes (memperkirakan penyebab

masalah). Islamopobia menjadi salah satu faktor diangkatnya

berita “Sholat di Dalam Gereja. Bolehkah?”.

Demi toleransi dan rasa aman, Muslim

bersosialisasi di tempat ibadah umat beragama

lain. Tidak jarang, saat berinteraksi itu bertepatan

dengan waktu shalat, sehingga Muslim harus

Page 80: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51760/1/DWIKE... · i . LEMBAR PERNYATAAN . Yang bertandatangan di bawah ini: Nama : Dwike Nuraini . NIM

67

menjalankan ibadah di gereja atau tempat

beribadah lainnya. 47

Berdasarkan kutipan berita di atas, Dialog Jumat

memberikan gambaran bagaimana Islamophobia di Eropa dan

Amerika mengaharuskan Muslim membaur dengan

Nonmuslim. Interaksi tersebut merupakan upaya untuk

mengurangi stigma negatif tentang Islam di Eropa dan

Amerika. Kehidupan antarumat beragama di Eropa dan

Amerika juga digambarkan oleh Dialog Jumat sebagai proses

penerimaan peribadatan antarumat beragama yang bersifat

amaliah. Hal ini selaras dengan indikator moderasi beragama,

yaitu toleransi dan akomodatif terhadap budaya lokal.

Elemen selanjutnya adalah make moral judgment

(membuat pilihan moral). Pada elemen Dialog Jumat

menyampaikan bawah tidak ada larangan untuk bermuamalah

dan berinteraksi antarumat beragama. Hal ini disampaikan

Dialog Jumat dengan mengutip firman Allah,

“… Allah SWT memuliakan tempat dan

rumah peribadatan. Di dalam Alquran Surah al-

Hajj ayat 40, Allah SWT berfirman, “…Dan

sekiranya Allah tiada menolak (keganasan)

sebagian manusia dengan sebagian yang lain,

tentulah telah dirobohkan biara-biara Nasrani,

47

Dialog Jumat Republika, “Sholat di Dalam Gereja. Bolehkah?”, 6

September 2019, h. 5

Page 81: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51760/1/DWIKE... · i . LEMBAR PERNYATAAN . Yang bertandatangan di bawah ini: Nama : Dwike Nuraini . NIM

68

gereja-gereja, rumah-rumah iba dat orang Yahudi,

dan masjid-masjid yang di dalamnya banyak

disebut nama Allah. Sesungguhnya Allah pasti

menolong orang yang menolong (agama)-Nya.

Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi

Maha Perkasa.”48

Kutipan teks di atas menunjukkan adanya anjuran

untuk saling menjaga meskipun memiliki kepercayaan yang

berbeda. Hal ini sesuai dengan semboyan Bhineka Tunggal

Ika, yaitu berbeda-beda tetapi tetap satu. Nilai-nilai yang

seperti ini ditunjukkan Dialog Jumat untuk menggiring

pembaca kepada ingatan kemajemukan yang ada di

Indonesia, dan melaksanakan komitmen kebangsaan. Karena

menunaikan kewajiban sebagai warga negara adalah wujud

pengamalan ajaran agama.

Dialog Jumat memaparkan tafsir dari Prof. Quraish

Shihab tentang anjuran memelihara tempat peribadatan.

Dalam tafsir al-Mishbah dijelaskan bahwa memelihara dan

menjaga tempat peribadatan, bukan hanya masjid-masjid,

melainkan gereja-gereja, dan tempat peribadatan agama lain

adalah kewajiban umat Islam. Dalam tafsir tersebut terdapat

kata “kewajiban”, yang berarti sesuatu yang harus

dilaksanakan.

48

Dialog Jumat Republika, “Sholat di Dalam Gereja. Bolehkah?”, 6

September 2019, h. 5

Page 82: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51760/1/DWIKE... · i . LEMBAR PERNYATAAN . Yang bertandatangan di bawah ini: Nama : Dwike Nuraini . NIM

69

Berita “Sholat di Dalam Gereja. Bolehkah?” terdapat

di dalam kolom fatwa yang isi beritanya memaparkan

penjelasan dari para ulama dan fatwa dunia. Selain tafsir al-

Misbah, Dialog Jumat menuliskan fatwa Mesir, antara lain,

Lembaga fatwa Mesir Dar al Ifta

menyebutkan, prinsip hubungan antara Muslim dan

Nonmuslim adalah hidup berdampingan dalam damai.

Diperbolehkan bagi Muslim untuk bergaul dengan

Nonmuslim dengan cara yang tidak bertentangan

dengan perintah Allah dan Rasulullah SAW.”49

Kemudian Dialog Jumat juga memberi penekanan,

dengan memaparkan kutipan ayat suci Al-Quran,

Allah pun tidak melarang kita dari

menjaga hubungan baik dengan Nonmuslim,

bertukar hadiah atau tindakan perlakuan baik

lainnya. Allah SWT berfirman, “Allah tidak

melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku

adil terhadap orang-orang yang tidak

memerangimu karena agama dan tidak pula

mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya

Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil....”

[QS al-Mumtahanah : 8].50

49

Dialog Jumat Republika, “Sholat di Dalam Gereja. Bolehkah?”, 6

September 2019, h. 5 50

Dialog Jumat Republika, “Sholat di Dalam Gereja. Bolehkah?”, 6

September 2019, h. 5

Page 83: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51760/1/DWIKE... · i . LEMBAR PERNYATAAN . Yang bertandatangan di bawah ini: Nama : Dwike Nuraini . NIM

70

Ayat tersebut menunjukkan bahwa tidak ada larangan

untuk berbuat baik terhadap antarumat beragama. Bukan lagi

pendapat ulama, melainkan dari Allah SWT langsung yang

menyampaikan, atau disebut dengan firman Allah. Dialog

Jumat.

Berdasarkan beberapa kutipan teks di atas,

menunjukkan Dialog Jumat membawa pembaca pada sikap

saling menghargai dan penuh perdamaian. Sesuai dengan

indikator moderasi beragama, yakni antikekerasan. Tidak ada

anjuran untuk memaksa ataupun berlaku kasar dalam

kehidupan antarumat beragama.

Elemen yang terakhir adalah Treatment

recommendation (menekankan penyelesaian). Dari beberapa

kutipan berita, Dialog Jumat mengatakan bahwa salat di

dalam Gereja hukumnya boleh atau mubah. Namun, Dialog

Jumat memberikan asumsi “rawan fitnah” dengan

memaparkan kisah Umar bin Khattab.

Umar bin Khattab pernah menolak shalat

di gereja saat menyambangi Baitul Maqdis. Umar

yang datang ke Yerussalem setelah Amr bin Ash

menaklukkan negeri para nabi itu ditawari shalat

di Gereja Makam Suci oleh Uskup Sophronius.

Page 84: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51760/1/DWIKE... · i . LEMBAR PERNYATAAN . Yang bertandatangan di bawah ini: Nama : Dwike Nuraini . NIM

71

Umar menolak. Dia memilih shalat di luar

gereja.51

Penolakan Umar bin Khattab di sampaikan dalam satu

paragraf, kemudian diikuti paragraf berikutnya berisi alasan

mengapa Umar menolak salat di dalam Gereja,

Alasan dia tidak mau shalat di gereja karena

khawatir jika umat Islam akan merubah gereja ini

menjadi masjid dengan dalih Umar pernah shalat

di situ.52

Kisah Umar bin Khattab menjadi pertimbangan

pembaca tentang hukum salat di dalam Gereja. Umar

merupakan orang terpandang, alasan penolakannya juga

masuk akal. Dialog Jumat kemudian memberikan penjelasan

tentang hukum salat di dalam Gereja dengan memaparkan

fatwa Syeikh Yusuf Qaradawi,

Pilihan shalat di gereja bisa diambil

seandainya memang tidak ada tempat lain atau

masjid lain untuk shalat. Namun demikian, Syeikh

Qaradawi merekomendasikan untuk menghindari

51

Dialog Jumat Republika, “Sholat di Dalam Gereja. Bolehkah?”, 6

September 2019, h. 5 52

Dialog Jumat Republika, “Sholat di Dalam Gereja. Bolehkah?”, 6

September 2019, h. 5

Page 85: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51760/1/DWIKE... · i . LEMBAR PERNYATAAN . Yang bertandatangan di bawah ini: Nama : Dwike Nuraini . NIM

72

shalat di rumah peribadatan agama lain karena

rawan fitnah.53

Dialog Jumat tetap menganjurkan untuk

mengusahakan terlebih dahulu, untuk mencari masjid atau

tempat yang memungkinkan untuk bisa melaksanaka salat.

Peneliti melihat Dialog Jumat berusaha untuk menyajikan

berita dengan jawaban yang sederhana dan mudah dipahami

oleh pembaca. Dialog Jumat juga terlihat memposisikan

dirinya sebagai media yang berada di tengah-tengah, tidak

berpihak pada salah satu jawaban yaitu boleh atau tidak.

Pada elemen terakhir ini, Dialog Jumat menutup berita

dengan memberikan tiga kesimpulan dari penelitian el-

Bukhari Institute tentang hukum salat di dalam Gereja.

Peneliti dari el-Bukhari Institute, Moh

Juriyanto menukil kitab al-Adabu al-Syar‟iyah wa

al-Minah al-Mar‟iyah karya Muhammad bin

Muflih al-Maqdisi. Kitab itu menyebutkan

beberapa pendapat ulama terkait hukum

melaksanakan salat di tempat ibadah Nonmuslim.

Pertama, menurut Ibnu „Aqil, melaksana

kan salat di tempat ibadah Nonmuslim dinilai sah

namun makruh, baik di dalamnya ada patung atau

tidak. Kedua, menurut Ibnu Tamim, jika di dalam

tempat ibadah Nonmuslim tidak ada patungnya,

53

Dialog Jumat Republika, “Sholat di Dalam Gereja. Bolehkah?”, 6

September 2019, h. 5

Page 86: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51760/1/DWIKE... · i . LEMBAR PERNYATAAN . Yang bertandatangan di bawah ini: Nama : Dwike Nuraini . NIM

73

maka boleh memasuki tempat ibadah tersebut dan

juga boleh melaksanakan shalat di dalamnya. Pen

dapat ini sesuai dengan pendapat Ibnu „Abbas dan

Malik. Mereka berdua tidak memakruhkan salat di

dalam gereja karena ada patungnya.

Ketiga, boleh melaksanakan salat di

tempat ibadah Nonmuslim asalkan bersih dan suci.

Ini adalah pendapat sahabat Ibn „Umar dan Abu

Musa Al-Asy‟ari. Walla hualam. 54

Dialog Jumat mengambil berbagai sumber informasi

sebagai referensi berita. Contohnya dalam berita “Salat di

Dalam Gereja. Bolehkan?” masuk ke dalam sub rubrik fatwa,

dimana pendapat para ulama dijadikan sebagai referensi.

Kutipan berita di atas merupakan kesimpulan dari

keseluruhan isi berita. Dialog Jumat memberikan argumentasi

tentang hukum salat di dalam Gereja yakni mubah atau

dibolehkan asalkan ada urgensi dan ketentuan berdasaran

syariat.

54

Dialog Jumat Republika, “Sholat di Dalam Gereja. Bolehkah?”, 6

September 2019, h. 5

Page 87: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51760/1/DWIKE... · i . LEMBAR PERNYATAAN . Yang bertandatangan di bawah ini: Nama : Dwike Nuraini . NIM

74

2. Analisis Framing Berita “Belajar dari Perang”

Penulis: Syalaby Ichsan

Edisi: 20 September 2019, halaman 4

Tabel 5.2

Analisis Framing Berita “Belajar dari Perang”

Problem

Identification

(Identifikasi

Masalah)

Pemahaman masyarakat terhadap

perang adalah sebuah peristiwa

dimana adanya perlawanan,

pembunuhan, dan perebutan

kekuasaan.

Diagnose Causes

(Memperkirakan

penyebab masalah)

Masyarakat dikepung stigma negatif

tentang peperangan karena kurang

referensi atau informasi yang valid.

Make Moral

Judgment

(Membuat

keputusan moral)

Perang juga berbicara tentang adab

dan sikap menghadapi lawan.

Treatment

Recommendation

(Menekankan

Penyelesaian)

Nabi Muhammad SAW telah memberi

legasi bagi kemanusiaan dalam

peperangan. Kisah-kisah terdahulu

dapat dijadikan sebagai referensi

bacaan dan renungan, bahwa dalam

Islam ada adab ketika berperang.

Page 88: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51760/1/DWIKE... · i . LEMBAR PERNYATAAN . Yang bertandatangan di bawah ini: Nama : Dwike Nuraini . NIM

75

Elemen pertama adalah Problem Identification.

Dalam berita Belajar dari Perang, Dialog Jumat mengulas

tentang kondisi perang zaman dahulu. Tempat peribadatan

menjadi sasaran sehingga melahirkan banyak korban.

Wartawan juga menuliskan contoh kisah Nabi Adam AS

ketika putranya, Habil, dibunuh saudara kandungnya, Qabil,

bermaksud untuk memberikan gambaran kepada pembaca

bahwa pembunuhan sudah terjadi sejak zaman Nabi Adam.

Hal ini ditunjukkan Dialog Jumat melalui tulisannya dalam

berita Belajar dari Perang.

Gereja-gereja mereka tidak boleh

ditempati dan dirobohkan. Perang menjadi salah

satu bagian dari sejarah panjang manusia.

Manusia sudah saling membunuh, bahkan sejak

zaman Nabi Adam AS ketika putranya, Habil,

dibunuh saudara kandungnya, Qabil. Dengan

skala yang lebih masif, perang dengan berbagai

motif terjadi hingga zaman modern ini.55

Gambaran tentang perang ditekankan diparagraf

kedua, dimana perang dapat meregang banyak nyawa.

Berbagai motif orang berperang dilakukan dengan cara

kekerasan, paksaan, bahkan pembunuhan. Namun diakhir

paragraf, wartawan berusaha menunjukkan bahwa sekejam

55

Dialog Jumat Republika, Belajar dari Perang, 20 September 2019, h. 4

Page 89: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51760/1/DWIKE... · i . LEMBAR PERNYATAAN . Yang bertandatangan di bawah ini: Nama : Dwike Nuraini . NIM

76

apapun peperangan, tetap menjadi sejarah perjuangan dunia.

Hal ini ditunjukkan dalam teks berita, yaitu:

Jutaan manusia menjadi korban

peperangan. Mereka berperang demi agama,

kekuasaan, harta, bahkan perempuan. Meski

menyisakan cerita kejam, perang kerap menjadi

sebuah fragmen sejarah perjalanan manusia.

Dialog Jumat tidak sekadar menyampaikan dampak

negatif dari perang, tetapi mencoba untuk melihat sisi lain

perang. Hal itu terbukti dari kutipannya dalam berita, “Meski

menyisakan cerita kejam, perang kerap menjadi sebuah

fragmen sejarah perjalanan manusia.”. Seolah Dialog Jumat

memberikan klarifikasi bahwa seburuk apapun sebuah

perang, tetap menjadi hal penting dalam sejarah kehidupan.

Diagnose causes (memperkirakan penyebab masalah).

Dalam berita “Belajar dari Perang”, tidak terlihat dalam teks

berita, namun peneliti mencoba menganalisis melalui teks

yang terlampir pada elemen problem identification. Dialog

Jumat mencoba membawa pembaca pada perspektif peristiwa

peperangan zaman Nabi dan peperangan yang terjadi saat ini.

Terlihat Dialog Jumat berasumsi bahwa kebanyakan

masyarakat memaknai peperangan sebagai sebuah peristiwa

yang mengandalkan kekerasan dan kekuasaan. Hal ini karena

referensi atau informasi yang dikonsumsi oleh masyarakat,

Page 90: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51760/1/DWIKE... · i . LEMBAR PERNYATAAN . Yang bertandatangan di bawah ini: Nama : Dwike Nuraini . NIM

77

baik melalui tulisan/buku, ataupun dari media sebagai sumber

informasi.

Elemen selanjutnya adalah make moral judgment

(membuat pilihan moral). Dialog Jumat menyampaikan

bahwa Perang bukan sekadar tentang perlawanan,

pembunuhan, dan perebutan kekuasaan, tetapi perang juga

berbicara tentang apa yang dilakukan saat perang, bagaimana

adab berperang, dan apa tujuan berperang.

“Kita bisa mengenang bagaimana

pasukan Muslimin merebut Baitul Maqdis pada

abad ke-7 Masehi. Kisah pengepungan panjang di

Aelia dalam ekspedisi pasukan Amr bin Ash

berakhir dengan perjanjian damai yang

diprakarsai Umar bin Khattab sang amirul

mukminin.”56

Kutipan teks di atas terlihat Dialog Jumat mencoba

merubah stigma negatif masyarakat tentang perang kepada

hal-hal lain yang dapat dipelajari dari perang. Hal itu

dibuktikan dengan adanya perjanjian damai yang diajukan

oleh Umar bin Khattab, yang berisi jaminan keselamatan jiwa

dan harta lawan perangnya. Selain itu, Umar juga

menegaskan bahwa tempat peribadatan umat Kristiani tidak

boleh ditempati dan dirobohkan.

56

Dialog Jumat Republika, Belajar dari Perang, 20 September 2019, h. 4

Page 91: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51760/1/DWIKE... · i . LEMBAR PERNYATAAN . Yang bertandatangan di bawah ini: Nama : Dwike Nuraini . NIM

78

”Gereja-gereja mereka tidak boleh

ditempati dan dirobohkan. Tak boleh ada yang

dikurangi apa pun dari dalamnya atau yang

berada dalam lingkungannya, baik salib atau

harta benda apa pun milik mereka. Mereka tak

boleh dipaksa dalam hal agama mereka atau

mengganggu siapa pun dari mereka ....”57

Meskipun berbeda keyakinan, Umar tetap menjaga

toleransi antarumat beragama dengan menjamin harta dan

tempat peribadatan umat lain. Berarti, dalam berperangpun

tidak boleh menganggu dan memaksa umat agama lain untuk

melakukan sesuatu berdasarkan kehendak pribadi.

Selain tentang Umar bin Khattab, Dialog Jumat juga

menuliskan kisah Shalahuddin al-Ayyubi yang sangat

memanusiakan lawan perangnya. Dalam berita “Belajar dari

Perang”, Dialog Jumat mengutip kata-kata Shalahuddin yang

disampaikan kepada musuhnya saat berperang,

“Aku akan mengantarkan tiap-tiap jiwa

(orang) kalian (umat Kristen) dengan aman ke

wilayah-wilayah Kristen, setiap jiwa dari kalian,

wanita, anak-anak, orang tua, seluruh pasukan

dan tentara, dan juga ratu kalian. Dan, akan aku

kembalikan raja kalian dan pada apa yang Tuhan

57

Dialog Jumat Republika, Belajar dari Perang, 20 September 2019, h. 4

Page 92: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51760/1/DWIKE... · i . LEMBAR PERNYATAAN . Yang bertandatangan di bawah ini: Nama : Dwike Nuraini . NIM

79

kehendaki atasnya. Tidak ada satu pun dari kalian

akan disakiti. Aku bersumpah.”58

Kutipan Shalahuddin di atas menunjukkan, betapa

hebatnya seorang panglima perang yang menjunjung tinggi

adab dalam memanusiakan musuhnya. Jika dilihat dari

kutipan Shalahuddin, Beliau merupakan pemimpin yang tegas

dan bijaksana, bahkan musuhnya pun sangat menghormati

beliau. Tidak hanya bersumpah, Shalahuddin juga menjadi

panutan umat Islam. Beliau pernah mengirim tabib untuk

mengobati musuhnya, Raja Inggris, Richard yang dikenal

dengan sebutan si Hati Singa. Tidak hanya itu, Shalahuddin

al-Ayyubi juga memberikan dua ekor kuda untuk musuhnya,

karena melihat kuda musuhnya sudah tua.

Secara logika, dan mayoritas pemikiran masyarakat

tentang perang, pasti sangat minim yang memerhatikan adab

dalam berperang, terlebih bersikap seperti Umar dan

Shalahuddin. Ternyata toleransi antarumat beragama sudah

diterapkan sejak zaman Nabi, bahkan ketika berperang.

Elemen yang terakhir adalah Treatment

recommendation (menekankan penyelesaian). Dengan

memaparkan kisah-kisah panglima perang yang sangat

mengutamakan adab, Dialog Jumat terlihat berusaha untuk

memberikan informasi bahwa perang tidak hanya tentang

perlawanan, dan saling bunuh. Kisah-kisah seperti ini menjadi

58

Dialog Jumat Republika, Belajar dari Perang, 20 September 2019, h. 4

Page 93: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51760/1/DWIKE... · i . LEMBAR PERNYATAAN . Yang bertandatangan di bawah ini: Nama : Dwike Nuraini . NIM

80

ikhtiar Dialog Jumat dalam menuntun masyarakat untuk

meningkatkan sikap toleransi antarumat beragama.

Dialog Jumat menutup berita dengan dua paragraf

yang berisi kesimpulan dari isi berita, antara lain,

Selain petarung sejati, Umar dan

Shalahuddin merupakan Muslim yang taat. Mereka

memegang teguh ajaran Islam, bahkan dalam

perang. Rasulullah SAW memberi legasi yang

berharga bagi kemanusiaan dari peperangan.

Nabi SAW melarang umatnya untuk membunuh

perempuan dan anak-anak dalam peperangan (HR

Bukhari 3015 dan Muslim 1744). Rasulullah SAW

juga melarang mencincang mayat tentara musuh

(HR Muslim 1731).

Untuk tawanan, Nabi SAW juga telah

mengeluarkan instruksi yang jelas untuk

memberikan perawatan. Sejarah mencatat

bagaimana umat Islam saat itu menangani

tawanan pertama selepas Perang Badar pada 624

Masehi. Sebanyak 70 orang tawanan Makkah yang

ditangkap dalam perang itu dibebaskan dengan

atau tanpa tebusan. Bukan hanya jiwa, Nabi SAW

bahkan melarang pasukan Muslimin untuk

mencabut atau menebang pepohonan dan

merubuhkan bangunan.59

59

Dialog Jumat Republika, Belajar dari Perang, 20 September 2019, h. 4

Page 94: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51760/1/DWIKE... · i . LEMBAR PERNYATAAN . Yang bertandatangan di bawah ini: Nama : Dwike Nuraini . NIM

81

Dua paragraf tersebut menuliskan bahwa Nabi

Muhammad SAW. memerintahkan untuk menjaga adab-adab

ketika berperang. Melalui berita “Belajar dari Perang”, Dialog

Jumat tidak sekadar memberikan informasi tentang perang,

tetapi juga memberikan edukasi yakni mengambil hikmah

dari perang. Dalam beritanya Dialog Jumat berusaha

mengungkapkan bahwa sebenarnya perang dapat memberikan

sebuah pembelajaran, terutama bagi kehidupan antarumat

beragama.

Page 95: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51760/1/DWIKE... · i . LEMBAR PERNYATAAN . Yang bertandatangan di bawah ini: Nama : Dwike Nuraini . NIM

82

BAB V

PEMBAHASAN

Dalam teori media dan konstruksi realitas, disebutkan

bahwa isi berita dapat dipengaruhi karena otoritas pimpinan

media, ideologi media, ataupun subjektivitas penulis berita atau

wartawan. Dialog Jumat memiliki struktur manajemen dimana

seorang redaktur merangkap sebagai penulis berita. Hal ini sangat

mempengaruhi bagaimana berita dikemas, karena berperan mulai

dari pemilihan tema, proses penulisan, hingga naik cetak.

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, peneliti

melihat dua berita yang menjadi sampel penelitian memiliki

kesamaan konstruksi yang berusaha dibentuk oleh Dialog Jumat.

Hal ini sesuai dengan isu yang ditonjolkan dalam berita, yakni

toleransi antarumat beragama. Terlihat dalam kedua berita

tersebut menyerukan perdamaian dengan cara saling menghargai

dan menghormati, terutama dalam kehidupan antarumat

beragama.

Adapun latar belakang isu yang diangkat, yaitu redaktur

melihat kasus intoleransi yang selalu meningkat karena masih

banyak bibit-bibit ekstremisme, dimana masyarakat bersikap

menutup diri dari sebuah perbedaan (eksklusif), dan merasa

dirinya yang paling benar (fanatik). Hal ini sesuai dengan hasil

wawancara bersama redaktur Dialog Jumat,

Page 96: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51760/1/DWIKE... · i . LEMBAR PERNYATAAN . Yang bertandatangan di bawah ini: Nama : Dwike Nuraini . NIM

83

“Melalui berita moderasi beragama seperti ini

juga termasuk upaya untuk melawan ektremisme.

Dimana ektremesme itu sendiri kan artinya

berlebihan, di situ ada fanatik dan eksklusif yang juga

keduanya merupakan indikator paham radikal. Kaum

ekstremes itu kan merasa dirinya yang paling benar,

apa yang dia pelajari, apa yang dia yakini itu yang

paling benar. Apalagi kaum seperti ini paling jago

untuk menyalahkan pihak lain, terutama yang berbeda

keyakinannya.”

Dalam kutipan wawancara di atas, Redaktur

menyampaikan bahwa upaya untuk melawan ektremisme adalah

dengan menampilkan berita-berita yang berkaitan dengan

moderasi beragama dan menciptakan masyarakat yang moderat.

Selain itu, penonjolan aspek toleransi ini juga sesuai dengan visi

Republika dalam bidang agama, yaitu mempromosikan semangat

toleransi antarumat beragama.

Selain menyeleksi tema, Dialog Jumat juga memilih judul

yang menarik minat pembaca. Sesuai yang dikatakan redaktur

sekaligus penulis berita, ketika diwawancara, “Ini judulnya

emang agak nyeleneh, ya. Salah satu hal penting untuk menarik

pembaca ya seperti ini”.60

Berdasarkan kutipan wawancara

tersebut, terlihat Dialog Jumat berasumsi bahwa judul menjadi

60

Wawancara bersama Redaktur Dialog Jumat Republika, Syalaby.

Pada 1 Februari 2020

Page 97: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51760/1/DWIKE... · i . LEMBAR PERNYATAAN . Yang bertandatangan di bawah ini: Nama : Dwike Nuraini . NIM

84

aspek penting untuk menarik minat baca masyarakat terhadap

suatu berita.

Berangkat dari tujuan dibuatnya berita dalam Dialog

Jumat, peneliti juga sempat menyinggung bagaimana Dialog

Jumat memaknai kasus ekstremisme.

“Radikalisme ini bagian dari ekstremisme

(berlebih-lebihan). Tapi kita tidak menafikan memang

ada benih-benih ekstremisme di masyarakat.

Banyaknya muslim yang belum dewasa dalam hal

pemikiran salah satunya. Masyarakat sepertinya masih

melihat melalui kacamata kuda orientasinya juga

karena merasa menjadi mayoritas. Seperti ajaran

demokrasi, ketika menjadi mayoritas maka kita merasa

berkuasa.”

Dalam berita “Sholat di Dalam Gereja. Bolehkah?” redaktur

sekaligus penulis berita, tidak membahas tentang kehidupan berbangsa

dan bernegara secara langsung, tetapi dalam isi beritanya menyisipkan

nilai-nilai Pancasila, seperti adanya kebebasan beragama, saling

menghargai antarumat beragama, menjalin hubungan yang baik

meskipun memiliki perbedaan, dan lain sebagainya. Menjadi warga

negara yang baik merupakan salah satu pengamalan ajaran agama,

begitu pula sebaliknya, menjalankan ajaran agama sama dengan

menjalankan kewajiban sebagai warga negara.

Dua berita yang dijadikan sampel penelitian terdapat dalam

tema rubrik yang berbeda, yakni fatwa dan tuntunan. “Sholat di Dalam

Gereja. Bolehkan?” merupakan rubrik fatwa yang referensinya berasal

Page 98: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51760/1/DWIKE... · i . LEMBAR PERNYATAAN . Yang bertandatangan di bawah ini: Nama : Dwike Nuraini . NIM

85

dari berbagai fatwa. Dengan menampilkan beberapa sumber fatwa,

Dialog Jumat menunjukkan sikap moderatnya. Hal ini sesuai dengan

pernyataan redaktur Dialog Jumat,

“Kita bisa saja merujuk salah satu fatwa yang

membolehkan atau yang tidak membolehkan tapi kita

tidak seperti itu, bahwa kita punya satu sikap toleransi,

punya prinsip dan punya dasar. Kita diajarkan lakum

dinukum waliyadin, kita boleh hormat terhadap agama

dan umat agama lain selama tidak mencampuri Aqidah

masing-masing. Dalam konteks ini kita juga punya

sikap seperti itu, walaupun dalam kondisi darurat, itu

menjadi fleksibel.”

Berdasarkan kutipan di atas, peneliti melihat Dialog Jumat

berusaha untuk mengambil sikap berimbang. Hal ini

menunjukkan sikap tidak condong ke kanan ataupun ke kiri,

melainkan menarik dua garis pada posisi tengah. Sumber yang

dijadikan sebagai referensi juga memiliki fatwa yang hampir

selaras, sehingga tidak menimbulkan konflik. Fatwa yang

disampaikan dalam berita terlihat berusaha untuk menjawab

permasalahan dengan mengambil jalan tengah, yakni

memberikan hukum mubah, asalkan sesuai dengan urgensi dan

syariat Islam. Redaktur juga memberikan contoh berita lain yang

mengambil berbagai sumber, yaitu tentang rokok dan vape.

Dialog Jumat mengambil fatwa Muhammadiyah dan NU yang

dikenal memiliki pandangan yang berbeda.

Page 99: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51760/1/DWIKE... · i . LEMBAR PERNYATAAN . Yang bertandatangan di bawah ini: Nama : Dwike Nuraini . NIM

86

Dalam rubrik fatwa, berita “Sholat di Dalam Gereja.

Bolehkah?” Dialog Jumat tidak sekadar menunjukkan fatwa

tentang hukum salat di dalam Gereja. Tetapi mengulas bagaimana

sikap seorang Muslim terhadap tempat beribadatan lain. Redaktur

menyampaikan bahwa setiap bangunan yang ada adalah bumi

Allah, maka wajib hukumnya untuk menjaga dan memelihara

semua tempat peribadatan.

Beberapa kali Dialog Jumat menyampaikan dalam

beritanya tentang adab atau bagaimana sikap yang seharusnya

dilakukan, salah satunya, komunikasi. Hal ini sesuai dengan hasil

wawancara bersama redaktur Dialog Jumat.

“Hal seperti ini bisa terjadi kadang adanya

misunderstanding dan agama dijadikan sebagai trigger

untuk seseorang dalam berbuat sesuatu. Contohnya,

terkadang satu gereja di komplek atau komunitas

muslim ketika dia tidak melakukan komunikasi dengan

baik, maka itu akan menjadi kesalahpahaman. Berbeda

jika dia ada silaturahmi ada komunikasinya terlebih

dahulu dan menjadi rules.”

Pertanyaan yang diajukan yaitu mengenai tanggapan

redaktur tentang maraknya penyerangan rumah ibadah. Jawaban

redaktur ketika wawancara terlihat konsisten karena redaktur

sekaligus penulis berita “Sholat di Dalam Gereja. Bolehkah?”

menyampaikan bahwa komunikasi merupakan aspek penting

dalam menjalani kehidupan bermasyarakat, terlebih dalam

Page 100: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51760/1/DWIKE... · i . LEMBAR PERNYATAAN . Yang bertandatangan di bawah ini: Nama : Dwike Nuraini . NIM

87

lingkungan multiagama. Dialog Jumat menggiring pembaca

untuk tetap menjalin hubungan yang baik antarumat beragama.

Dalam berita “Sholat di Dalam Gereja. Bolehkah?”, juga

disampaikan bahwa muslim dan nonmuslim dapat hidup

berdampingan dan berhubungan dengan damai. Hal ini

disampaikan melalui lampiran beberapa ayat suci Alquran dan

hadist Nabi SAW dalam berita. Peneliti melihat ayat suci Alquran

dan hadist yang disampaikan dalam berita merupakan aspek yang

cukup penting untuk meyakinkan pembaca.

Selain subjektivitas wartawan dan otoritas pimpinan

media, ideologi media juga mempengaruhi bagaimana berita

dikemas. Sebagai media dengan berideologikan Islam, tentu yang

menjadi kunci referensi setiap tulisan/berita yaitu Alquran dan

hadist. Ayat dan hadist yang disampaikan juga relevan dengan

apa yang dibahas dalam berita. Misal, berbicara tentang

hubungan antarumat beragama, maka ayat yang dipilih yaitu

tentang bagaimana sikap yang dianjurkan ketika menjalani

hubungan antarumat beragama. Meskipun di beberapa tema

rubrik tidak melansir dari ayat suci Alquran dan hadist, tetapi

kemasan berita tetap bernafaskan keislaman.

Selanjutnya, dalam tema tuntunan, Dialog Jumat

mengambil referensi dari kisah-kisah Nabi Muhammad SAW.

dan juga para sahabatnya, sebagaimana seorang muslim memang

disunnahkan untuk mengikuti apa yang Nabi SAW. lakukan.

Mengapa harus Nabi Muhammad SAW. Jelas karena Beliau

Page 101: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51760/1/DWIKE... · i . LEMBAR PERNYATAAN . Yang bertandatangan di bawah ini: Nama : Dwike Nuraini . NIM

88

merupakan “Role Model” umat Islam. Maka Dialog Jumat

berusaha mengambil kisah-kisah Nabi dan para sahabatnya

sebagai referensi dalam berita, guna memberikan contoh dan

diharapkan menjadi contoh bagi siapapun yang membaca,

Dalam berita “Belajar dari Perang” redaktur mengatakan

bahwa yang melatarbelakangi berita tersebut adalah karena masih

banyak masyarakat yang dikepung dengan stigma negatif tentang

hal-hal yang berkaitan dengan perang dalam Islam. Terlebih isu

radikalisme dan terorisme yang sedang marak diperbincangkan.

Salah satu kelompok yang disebut sebagai pelaku doktrin negatif

tentang Islam yaitu ISIS. Redaktur menganggap bahwa ISIS

merupakan salah satu kelompok yang menafikan nilai-nilai

keislaman.

“Artikel ini ingin membantah pernyataan-

pernyataan yang keliru Melalui tulisan ini, Dialog

Jumat ingin menarasikan bahwa Islam itu agama

rahmatan lil alamin, bahkan ketika perang. Jangan

sampai apa yang terjadi saat ini, stigma Islam seolah

menjadi pelaku teroris dan sebagainya terus

digaungkan. Adanya ISIS yang menjadikan gerakannya

sebagai ideologi Islam padahal sangat jauh dari

praktik dalam teori Keislaman inilah yang harus

diperbaiki.

Kutipan wawancara diatas menunjukkan bahwa Dialog

Jumat ikut serta dalam meminimalisasi paham-paham yang tidak

Page 102: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51760/1/DWIKE... · i . LEMBAR PERNYATAAN . Yang bertandatangan di bawah ini: Nama : Dwike Nuraini . NIM

89

sesuai dengan nilai-nilai keislaman. Ikhtiar itu dilakukan oleh

Dialog Jumat dengan menarasikan bahwa Islam merupakan

agama rahmatan lil‟alamin melalui berita-berita yang

dipublikasikan.

Adanya kelompok-kelompok yang menyimpang juga

mengakibatkan munculnya Islamophobia. Redaktur memaknai

Islamophobia sebagai ketakutan terhadap Islam baik secara

personal ataupun ajarannya. Berdasarkan hasil wawancara

dengan redaktur Dialog Jumat, menyebutkan bahwa kasus

Islamophobia juga bisa terjadi dengan adanya larangan

penggunaan atribut yang menunjukkan identitas sebuah agama.

Contohnya larangan penggunaan turban di India, termasuk ada

juga larangan mengenakan jilbab. Berangkat dari permasalahan

ini, redaktur sekaligus penulis berita Dialog Jumat mengajak

masyarakat untuk melawan Islamophobia dengan perdamaian.

Dalam teori komunikasi massa disebutkan bahwa media

mampu memberikan pengaru atu efek kepada para pembacanya

melalui teks berita. Salah satunya efek kognitif, yaitu

mengakibatkan konsumen berubah dalam hal pengetahuan,

pandangan, dan pendapat terhadap sesuatu yang diperolehnya.

Efek ini berkaitan dengan transmisi pengetahuan, keterampilan,

kepercayaan, atau informasi. Hal ini ditunjukkan oleh Dialog

Jumat dengan berusaha untuk merubah pandangan dan

menambah pengetahuan masyarakat yang dikepung dengan

stigma negatif terhadap hal-hal yang berkaitan tentang agama.

Page 103: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51760/1/DWIKE... · i . LEMBAR PERNYATAAN . Yang bertandatangan di bawah ini: Nama : Dwike Nuraini . NIM

90

Contohnya dalam rubrik Dialog Jumat disebutkan bahwa

berbeda bukan berarti tidak bisa berdampingan. Masyarakat

terpaku pada teks-teks keagamaan yang ditafsirkan secara keliru.

Misal “Lakum diinukum wa liyadiin”, memang artinya untukmu

agamamu, dan untukku agamaku. Jika diartikan hanya dalam

bentuk teks, maka pemahaman masyarakat hanya berhenti pada

kehidupan “masing-masing”. Sementara nyatanya, dalam

kehidupan antarumat beragama, diperlukan ada yang namanya

berinteraksi, dan disampaikan oleh Dialog Jumat dengan melansir

firman Allah dan juga hadist, bahwa setiap manusia bisa hidup

berdampingan, bahkan dengan perdamaian. Dari situlah terlihat

bahwa Dialog Jumat sebagai media, memberikan efek atau

pengaruh yang baik, melalui teks-teks berita dengan pembahasan

atau tema yang ada.

Berdasarkan analisis framing yang telah dilakukan,

peneliti melihat yang paling ditonjolkan oleh Dialog Jumat

terletka pada elemen make moral judgment atau membuat

keputusan moral yakni argumentasi wartawan sebagai pendukung

gagasan yang ditampilkan dalam berita. Selain mengajak untuk

saling menjaga dan mengahargai sebuah perbedaan, redaktur

Dialog Jumat mengatakan bahwa dalam menghadapi sebuah

perbedaan harus melibatkan sisi humanismenya. Jangan sampai

hanya karena berbeda pilihan, berbeda pendapat, sampai

bermusuhan dan melupakan sisi kemanusiaannya. Hal ini

disampaikan redaktur ketika wawancara.

Page 104: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51760/1/DWIKE... · i . LEMBAR PERNYATAAN . Yang bertandatangan di bawah ini: Nama : Dwike Nuraini . NIM

91

“Jadi, sebenarnya tidak separah itu sebuah

perbedaan itu. Kita harus saling menjaga. Memang

benar lakum dinukum waliyadin, tapi harus tetap ada

humanismenya begitu. Apalagi Indonesia itu agamanya

beragama, tidak hanya Islam dan Kristen.”

Redaktur Dialog Jumat terlihat berusaha untuk

menekankan bahwa segala perbedaan yang ada, bukan berarti

tidak bisa berdampingan. Terlebih dalam berita-beritanya selalu

mengajak untuk meningkatkan kesadaran humanismenya. Hal ini

sesuai dengan teori komunikasi massa, bahwa media memiliki

fungsi to persuade atau meyakinkan pembaca dengan

mengukuhkan atau memperkuat sikap, kepercayaan atau nilai

seseorang. Mengubah sikap, kepercayaan, atau nilai seseorang.

Menggerakan seseorang untuk melakukan sesuatu.

Dalam berita “Belajar dari Perang”, Dialog Jumat

memberikan contoh kisah peperangan yang dipimpin oleh Umar

bin Khattab dan Shalahuddin al Ayubi. Ketika berperang, bukan

sekadar pertumpahan darah, tetapi tetap ada sisi humanismenya.

Dalam berita tersebut disampaikan bagaimana sikap kedua

panglima perang tersebut, sangat mengedepankan sisi

humanismenya. Mereka tetap menjaga jiwa dan harta lawan

perangnya, bahkan menjaga dan memelihara tempat peribadatan

musuhnya.

Hal ini juga ditegasnya dalm teks berita dengan

menyampaikan hadist Rasulullah SAW. sebagai bentuk

Page 105: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51760/1/DWIKE... · i . LEMBAR PERNYATAAN . Yang bertandatangan di bawah ini: Nama : Dwike Nuraini . NIM

92

penegasan bahwa dalam perangpun ada adab atau aturannya.

Peneliti melihat Dialog Jumat selalu berusaha untuk memberikan

penegasan dari setiap argument atau teks berita yang

disampaikan. Jadi, pembaca tidak berhenti pada satu asumsi,

melainkan ada pertimbangan lainnya dengan dihadirkan asumsi-

asumsi berupa penegasan atau pengukuhan setiap tulisan dalam

berita.

Redaktur Dialog Jumat menyampaikan bahwa masih

banyak masyarakat yang bersikap intoleransi, fanatik, dan

ekslusif, serta menjadikan agama sebagai tameng atau pembelaan

yang melenceng. Sehingga segala sesuatu yang pelaku rasa benar,

ia selalu mengatasnamakan agama. Padahal jelas-jelas tidak

sesuai dengan ajaran agama itu sendiri. Adapun beberapa hal

yang menjadi penyebab kesalahpahaman dalam mempelajari

ajaran agama, seperti yang dikatakan redaktur Dialog Jumat

sebagai berikut,

“Ada banyak hal yang menyebabkan ekstremisme,

ada yang karena belajar dari guru yang salah, kita

belajar dari kitab salah, dan belajar tanpa guru. Dari

sisi humanisnya seperti itu, dan kadang-kadang kita

juga tidak tahu apakah sikap kita salah atau tidak.”

Melalui Rubrik inilah, Dialog Jumat berusaha untuk

menjalankan perannya sebagai media tidak hanya sekadar

memberikan informasi, tetapi juga memberikan edukasi para

Page 106: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51760/1/DWIKE... · i . LEMBAR PERNYATAAN . Yang bertandatangan di bawah ini: Nama : Dwike Nuraini . NIM

93

pembaca, sehingga pesan yang disampaikan dapat dimaknai dan

dijadikan sebagai referensi.

Indonesia dikenal dengan negara multiagama, sudah

sepatutnya masyarakat menanam sifat saling menghargai dan

menerima. Namun, dengan adanya perbedaan tersebut tidak

menutup kemungkinan untuk terjadinya pergesakan. Redaktur

Dialog Jumat menyampaikan bahwa masyarakat terlihat belum

dewasa dalam menghadapi perbedaan yang ada. Hal ini ia

sampaikan ketika menanggapi bagaimana sikap individu terhadap

kasus intoleransi.

“Di Indonesia terlihat belum dewasa, misalkan ada

gereja di lokasi mayoritasnya muslim begitu juga

sebaliknya, ketika ada mushola atau masjid di

mayoritas Kristen, pasti akan ada pergesekkan.

Mungkin jika adanya dialog, adanya silaturahmi,

adanya interaksi itu bisa menjadi solusi dan tidak akan

menjadi masalah ke depan selama tidak mencampuri

urusannya masing-masing. Itu akan menjadi PR berat.”

Menumbuhkan sikap toleransi itu menjadi kunci.

Misalnya, ketika kita berada di tempat yang mayoritas Muslim,

maka kita harus menerima tradisi atau budaya yang ada. Begitu

pun sebaliknya, jika kita berada di tempat yang mayoritas Kristen

atau pun agama lain, maka kita harus menerima tradisi atau

budaya yang ada. Menerima dalam artian menghargai dan

menghormati perbedaan yang sudah ada dan apa yang diyakini

Page 107: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51760/1/DWIKE... · i . LEMBAR PERNYATAAN . Yang bertandatangan di bawah ini: Nama : Dwike Nuraini . NIM

94

orang lain. Posisi ini mencerminkan proses memposisikan diri

pada budaya yang berbeda, dan proses menerima seseorang atau

suatu hal dari budaya yang berbeda. Proses ini disebut sebagai

akomodatif budaya lokal.

Peneliti melihat Dialog Jumat berusaha untuk menggiring

pembaca untuk membiasakan diri menerima perbedaan dengan

menghargai dan menjalankan kehidupan antarumat beragama

dengan mengedepankan unsur perdamaian.

Page 108: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51760/1/DWIKE... · i . LEMBAR PERNYATAAN . Yang bertandatangan di bawah ini: Nama : Dwike Nuraini . NIM

95

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang konstruksi berita

moderasi beragama sebagai upaya mencegah radikalisme dalam

rubrik Dialog Jumat Republika, dapat disimpulkan bahwa Dialog

Jumat Republika menggunakan bingkai moderasi beragama. Hal

tersebut juga sesuai dengan visi dan misi Republika yang

mengandung unsur modern, keislaman, kebangsaan, kerakyatan,

dan yang paling utama adalah sikap moderat.

Salah satu indikator yang paling terlihat dalam berita

Dialog Jumat adalah mempromosikan semangat toleransi. Dua

sample penelitian menonjolkan isu toleransi antarumat beragama,

yang merupakan indikator moderasi beragama. Dialog Jumat juga

memberikan solusi bahwa sikap menerima dan menghargai

antarumat beragama menjadi kunci untuk tetap menjaga

kerukunan dan perdamaian di tengah perbedaan.

Berdasarkan hasil analisis framing model Robert N. Dan

interpretasi hasil penelitian, peneliti melihat Dialog Jumat telah

memenuhi indikator-indikator moderasi beragama. Meskipun

toleransi menjadi indikator yang paling ditonjolkan oleh Dialog

Jumat, tetapi indikator lainnya juga telah terpenuhi, seperti,

komitmen kebangsaan, toleransi, antikekerasan, dan akomodatif

terhadap kebudayaan lokal.

Page 109: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51760/1/DWIKE... · i . LEMBAR PERNYATAAN . Yang bertandatangan di bawah ini: Nama : Dwike Nuraini . NIM

96

Meskipun sesuai dengan ideologi dan misi Republika,

serta telah terpenuhinya indikator moderasi beragama, dalam

penelitian ini tidak menyimpulkan bahwa media Republika

merupakan media yang moderat, melainkan rubrik yang

menyajikan berita dengan bingkai moderasi beragama. Sehingga

berdasarkan indikator-indikator yang telah dijabarkan, dapat

disimpulkan bahwa Dialog Jumat mengonstruksi berita moderasi

beragama sebagai upaya mencegah radikalisme.

B. Implikasi

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, implikasi

yang dihasilkan adalah bahwa media memiliki peran penting

dalam meminimalisasi radikalisme. Salah satunya dengan

menyajikan berita-berita dengan bingkai moderasi beragama. Hal

tersebut juga sesuai dengan fungsi media dalam memberikan

edukasi, yang dalam penelitian ini agar masyarakat saling

menghargai sesama umat manusia, dan menerima sebuah

perbedaan. Selain itu, dengan membaca skripsi yang mengangkat

isu moderasi beragama juga penting sebagai bahan bacaan atau

referensi untuk kemudian dikembangkan dan dilengkapi hasil

temuan penelitian.

C. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, peneliti

merasa perlu mengemukakan beberapa saran, antara lain:

Page 110: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51760/1/DWIKE... · i . LEMBAR PERNYATAAN . Yang bertandatangan di bawah ini: Nama : Dwike Nuraini . NIM

97

1. Media Republika. Peneliti berharap Republika menjadi

contoh bagi media massa lainnya guna memberikan

edukasi kepada masyarakat untuk saling menghargai,

menghormati, dan menerima perbedaan.

2. Rubrik Dialog Jumat. Peneliti menyarankan agar

pengasuh Dialog Jumat dapat memastikan apakah

tujuannya dalam mempromosikan semangat toleransi

tersampaikan kepada pembaca atau tidak. Hal ini

diperlukan adanya penelitian lebih lanjut, ataupun dari

Dialog Jumatnya sendiri menyediakan alat untuk survei

apakah pembaca telah terpengaruh oleh framing moderasi

beragama atau tidak.

3. Masyarakat umum. Peneliti menyarankan agar

masyarakat selektif memilih referensi bacaan atau

tontonan. Selain itu dapat menjadikan kisah-kisah

terdahulu sebagai salah satu referensi, seperti kisah-kisah

zaman Rasulullah SAW.

4. Pemerintah. Peneliti menyarankan agar pemerintah lebih

massif mengampanyekan moderasi beragama sebagai

upaya mencegah radikalisme. Salah satunya melalui

berita-berita media massa.

5. Akademisi. Peneliti menyarankan agar penelitian ini

dapat dilengkapi dan diperkaya dengan berbagai sumber

dan data yang sesuai dengan perkembangan isu yang ada.

Page 111: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51760/1/DWIKE... · i . LEMBAR PERNYATAAN . Yang bertandatangan di bawah ini: Nama : Dwike Nuraini . NIM

98

DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Ahmad Syarif, 2017. Ngaji Toleransi, Jakarta: PT Elex Media

Komputindo.

Alex Sobur, 2001. Etika Pers: Profesionalisme dengan

Nurani, Bandung: Humaniora Utama Press.

Alo liliweri, 2011. Komunikasi Serba Ada Serba

Makna.Jakarta : Prenada Media Group.

Asep Syamsul M. Romli, 2005. Jurnalistik Terapan: Suatu

Pengantar, Bandung: Batik Press.

Burhan Bungin, 2006. Sosiologi Komunikasi, Pranada Media

Group.

Burhan Bungin, 2008. Konstruksi Sosial Media Massa,

Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Effendy, Onong Uchjana, 2003. Ilmu, Teori, dan Filsafat

Komunikasi. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.

Erdinaya dan Ardianto, 2004. Komunikasi Suatu Pengantar,

Bandung: Simbiosa Rekatama Media.

Eriyanto, 2011. Analisis Framing. Konstruksi, Ideologi, dan

Politik Media, Yogyakarta: LkiS Yogyakarta.

Haris Herdiansyah, 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif

Untuk Ilmu Sosial, Jakarta: Salemba Humanika.

Page 112: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51760/1/DWIKE... · i . LEMBAR PERNYATAAN . Yang bertandatangan di bawah ini: Nama : Dwike Nuraini . NIM

99

Herbert J. Gans, 1992. Multiperspectival News, dalam Elliot

D. Cohen (ed.), Philosphical Issues in Journalism, New York:

Oxford University Press.

Imam Gunawan, 2013. Metode Penelitian Kualitatif: Teori

dan Praktik, (Jakarta: PT Bumi Aksara.

Jumroni dan Suhaemi, 2006. Metode-metode Penelitian

Komunikasi, Jakarta: UIN Jakarta Press.

Kementerian Agama RI, 2019. Moderasi Beragama, Jakarta:

Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI.

Margaret M. Poloma, 1984. Sosiologi Kontemporer, Jakarta:

CV Rajawali.

Syahrin Harahap, 2017. Upaya Kolektif Mencegah

Radikalism & Terorisme, Depok: SIRAJA.

Hery Sucipto, 2007. “Tarmizi Taher dan Islam Madzhab

Tengah”, pengantar editor dalam Hery Sucipto (ed.), Islam

Madzhab Tengah: Persembahan 70 Tahun Tarmizi Taher

(Cet. I; Jakarta: Grafindo Khazanah Ilmu).

Cairo: Dār al-Syurūq. 2008. al-Qaraḍāwi, Yūsuf. Fiqih

Maqashid Syariah: Moderasi Islam antara Aliran Tekstual dan

Aliran Liberal, terj. oleh A Sulaiman.

Page 113: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51760/1/DWIKE... · i . LEMBAR PERNYATAAN . Yang bertandatangan di bawah ini: Nama : Dwike Nuraini . NIM

100

Jurnal:

Muchlis M. Hanafi, 2009. Konsep Al-Wasathiyyah Dalam

Islam, Harmoni: Jurnal Multikultural dan Multireligius Vol

VIII, No 32.

Lihat Horace M. Kallen, 1972. Radicalism dalam Edwin R.

A. Seligman, Encyclopedia of the Social Science Vol. XIII-

XIV (New York, Mcmilan Company.

Horace M. Kallen, 1972. Radicalism dalam Edwin R. A.

Seligman, Encyclopedia of the Social Science Vol. XIII-XIV,

New York, Mcmilan Company.

Robert N. Entman and Andrew Rojecki, 1993. “Freezing Out

the Public: Elite and Media Framing of the US Anti Nuclear

Movement”, dalam Political Communication, Vol. 10, No. 1.

Internet:

Kasus Intoleransi Meningkat, http://komnasham.go.id/pada-

2016-intoleransimeningkat.html

Moderasi Keagamaan antara Haedar Nashir dan Yusuf al-

Qaradhawi , https://ibtimes.id/moderasi-keagamaan-antara-

haedar-nashir-dan-yusuf-al-qaradhawi/

Strategi Menghadapi Paham Radikalisme Terorisme – Isis

https://belmawa.ristekdikti.go.id/wp-

content/uploads/2016/12/ Strategi-Menghadapi-Paham-

Radikalisme-Terorisme.pdf

Pentingnya Penguatan Moderasi Beragama untuk Hindari

Radikalisme,https://muslim.okezone.com/read/2019/11/04/61

Page 114: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51760/1/DWIKE... · i . LEMBAR PERNYATAAN . Yang bertandatangan di bawah ini: Nama : Dwike Nuraini . NIM

101

4/2125412/pentingnya-penguatan-moderasi-beragama-untuk-

hindari-radikalisme

Kasus Tolikara dan Aceh Singkil, Catatan Hitam Kasus Intoleransi

Beragama, https://www.merdeka.com/peristiwa/kasus-tolikara-

dan-aceh-singkil-catatan-hitam-toleransi-beragama-kaleidoskop-

merdeka-2015.html,

Kemenag Akan Kerahkan 45 Ribu Penyuluh Cegah

Penyebaran Paham Radikal , https://news.detik.com/berita/d-

4760222/kemenag-akan-kerahkan-45-ribu-penyuluh-cegah-

penyebaran-paham-radikal

Kominfo: Banyak Tayangan Media yang Menyimpang,

https://www.kominfo.go.id/content/detail/1612/kominfo-

banyak-tayangan-media-menyimpang/0/sorotan_media

Page 115: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51760/1/DWIKE... · i . LEMBAR PERNYATAAN . Yang bertandatangan di bawah ini: Nama : Dwike Nuraini . NIM

102

Page 116: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51760/1/DWIKE... · i . LEMBAR PERNYATAAN . Yang bertandatangan di bawah ini: Nama : Dwike Nuraini . NIM

103

SAMPEL BERITA MODERASI BERAGAMA DALAM

RUBRIK DIALOG JUMAT REPUBLIKA

Dalam penelitian ini, peneliti menganalisis berita

moderasi beragama dalam rubrik Dialog Jumat edisi September

2019. Terdapat dua sampel berita yang dijadikan sebagai bahan

analisis, antara lain:

1. Judul : Shalat di Dalam Gereja, Bolehkah?

Penulis : Syalaby Ichsan

Gambar 4.1

Rubrik Dialog Jumat Republika

(Edisi: 6 September 2019, halaman 5)

Page 117: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51760/1/DWIKE... · i . LEMBAR PERNYATAAN . Yang bertandatangan di bawah ini: Nama : Dwike Nuraini . NIM

104

Teks berita “Shalat di Dalam Gereja, Bolehkah?”

Umar pernah menolak shalat di gereja saat

menyambangi Baitul Maqdis. Islam tidak pernah

melarang bermuamalah dengan non-Muslim. Tidak

sedikit umat Islam yang tinggal di negara-negara non-

Muslim bergaul dalam kegiatan mereka. Terlebih,

embusan isu Islamofobia, khususnya di negara-negara

Eropa dan Amerika membuat Muslim justru harus

membaur.

Demi toleransi dan rasa aman, Muslim

bersosialisasi di tempat ibadah umat beragama lain.

Tidak jarang, saat berinteraksi itu bertepatan dengan

waktu shalat, sehingga Muslim harus menjalan kan

ibadah di gereja atau tempat beribadah lainnya.

Lantas, bagaimana sebenarnya pendapat ulama

tentang masalah ini? Allah SWT memuliakan tempat dan

rumah peribadatan. Di dalam Alquran Surah al-Hajj

ayat 40, Allah SWT berfirman, “…Dan sekiranya Allah

tiada menolak (keganasan) sebagian manusia dengan

sebagian yang lain, tentulah telah dirobohkan biara-

biara Nasrani, gereja-gereja, rumah-rumah iba dat

orang Yahudi, dan masjid-masjid yang di dalamnya

banyak disebut nama Allah. Sesungguhnya Allah pasti

menolong orang yang menolong (agama)-Nya.

Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha

Perkasa.”

Page 118: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51760/1/DWIKE... · i . LEMBAR PERNYATAAN . Yang bertandatangan di bawah ini: Nama : Dwike Nuraini . NIM

105

Dalam ayat tersebut dijelaskan mengenai

beberapa istilah, yakni Sawami‟, Biya‟un, dan Salawat.

Imam Ibnu Katsir mengutip Ibnu Abbas, Mujahid, Abul

Aliyah, Ikrimah Ad-Dahhak menjelaskan, Sawami„

adalah tempat-tempat ibadat yang kecil yang dipakai

oleh para rahib. Ada juga yang berpendapat jika

Sawarni adalah rumah peribadatan kaum Majusi.

Muqatil ibnu Hayyan mengatakan bahwa

sawami‟ adalah rumah-rumah yang terletak di pinggir-

pinggir jalan.

Biya‟un diistilahkan sebagai tempat peribadatan

yang jauh lebih besar daripada yang pertama. Tempat

ini memuat lebih banyak orang di dalamnya; milik

orang-orang Nasrani pula. As-Saddi telah meriwayatkan

dari orang-orang yang menerimanya dari Ibnu Abbas,

bahwa biya‟un adalah tempat-tempat peribadatan

orang-orang Yahudi.

Sedangkan, Mujahid mengatakan bahwa biya‟un

itu tiada lain adalah gereja-gereja. Salawat dipahami

sebagai gereja-gereja. Hal yang sama telah dikatakan

oleh Ikrimah, Ad-Dahhak, dan Qatadah bahwa salawat

adalah gerejanya orang Yahudi alias sinagoge.

Memaknai ayat tersebut, Prof Dr. Quraish

Shihab dalam tafsir Al Mishbah mengungkapkan, Allah

SWT tidak menghendaki kehancuran rumah-rumah

ibadah. Karena itu, ulama menetapkan bahwa menjadi

kewajiban umat Islam untuk memeliharanya. Bukan saja

Page 119: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51760/1/DWIKE... · i . LEMBAR PERNYATAAN . Yang bertandatangan di bawah ini: Nama : Dwike Nuraini . NIM

106

memelihara masjid-masjid, melainkan juga rumah

ibadah umat lain, seperti gereja dan sinagoge.

Lembaga fatwa Mesir Dar al Ifta menyebutkan,

prinsip hubungan antara Muslim dan non-Muslim

adalah hidup berdampingan dalam damai.

Diperbolehkan bagi Muslim untuk bergaul dengan non-

Muslim dengan cara yang tidak bertentangan dengan

perintah Allah dan Rasulullah SAW.

Allah pun tidak melarang kita dari menjaga

hubungan baik dengan nonmuslim, bertukar hadiah atau

tindakan perlakuan baik lainnya. Allah SWT berfirman,

“Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan

berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak

memerangimu karena agama dan tidak pula mengusir

kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai

orang-orang yang berlaku adil....” [QS al-Mumtahanah

: 8].

Menurut Dar al Ifta, tidak ada larangan hukum

untuk mengunjungi gereja dengan tujuan mengadvokasi

dan memperkenalkan Islam atau memberikan pujian

pada kesempatan tertentu dalam batas-batas syariah.

Dar al-Ifta juga berpendapat, diperbolehkan untuk

shalat di dalam gereja jika sudah tiba waktunya kita

berada di sana. Sebelum shalat, hendaknya Muslim itu

meminta persetujuan dari penanggung jawab gereja

setempat.

Adapun membaca, mempelajari dan membahas

Alkitab, itu harus dilakukan oleh para sarjana khusus

Page 120: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51760/1/DWIKE... · i . LEMBAR PERNYATAAN . Yang bertandatangan di bawah ini: Nama : Dwike Nuraini . NIM

107

yang fasih dalam poin keraguan dan memiliki alat untuk

mengecilkan dialog antaragama. Salah seorang ulama

Saudi, Abdullah bin Sulaiman Al-Manea,

mengungkapkan, jika Muslim bisa melakukan shalat di

gereja atau sinagoge. Menurut dia, semua lahan milik

Allah SWT. Salah satu hadis Nabi SAW yang berasal

dari Abu Sa‟id Al Khu dri, “Bumi ini semuanya

merupakan masjid. Kecuali kuburan dan kamar mandi.”

Anggota Dewan Ulama Senior itu mencontohkan, dalam

berhubungan dengan non-Muslim, Rasulullah SAW

menerima utusan kaum Nasrani Najran di masjidnya. Di

masjid tersebut, kaum Nasrani pun berdoa menghadap

ke Yerussalem dan Rasulullah membiarkannya.

Rawan fitnah

Umar bin Khattab pernah menolak shalat di

gereja saat menyambangi Baitul Maqdis. Umar yang

datang ke Yerussalem setelah Amr bin Ash menaklukkan

negeri para nabi itu ditawari shalat di Gereja Makam

Suci oleh Uskup Sophronius. Umar menolak. Dia

memilih shalat di luar gereja.

Setelah menunaikan shalat, Umar

mengungkapkan, alasan dia tidak mau shalat di gereja

karena khawatir jika umat Islam akan merubah gereja

ini menjadi masjid dengan dalih Umar pernah shalat di

situ.

Dalam fatwanya, Syeikh Yusuf Qaradawi pun

mengungkapkan, pilihan shalat di gereja bisa diambil

Page 121: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51760/1/DWIKE... · i . LEMBAR PERNYATAAN . Yang bertandatangan di bawah ini: Nama : Dwike Nuraini . NIM

108

seandainya memang tidak ada tempat lain atau masjid

lain untuk shalat. Namun demikian, Syeikh Qaradawi

merekomendasikan untuk menghindari shalat di rumah

peribadatan agama lain karena rawan fitnah.

Peneliti dari el-Bukhari Institute, Moh Juriyanto

menukil kitab al-Adabu al-Syar‟iyah wa al-Minah al-

Mar‟iyah karya Muhammad bin Muflih al-Maqdisi.

Kitab itu menyebutkan beberapa pendapat ulama terkait

hukum melaksanakan salat di tempat ibadah non-

Muslim.

Pertama, menurut Ibnu „Aqil, melaksana kan

salat di tempat ibadah nonmuslim dinilai sah namun

makruh, baik di dalamnya ada patung atau tidak. Kedua,

menurut Ibnu Tamim, jika di dalam tempat ibadah

nonmuslim tidak ada patungnya, maka boleh memasuki

tempat ibadah tersebut dan juga boleh melaksanakan

shalat di dalamnya. Pen dapat ini sesuai dengan

pendapat Ibnu „Abbas dan Malik. Mereka berdua tidak

memakruhkan salat di dalam gereja karena ada

patungnya.

Ketiga, boleh melaksanakan salat di tempat

ibadah nonmuslim asalkan bersih dan suci. Ini adalah

pendapat sahabat Ibn „Umar dan Abu Musa Al-Asy‟ari.

Walla hualam.

ed: a Syalaby Ichsan

Page 122: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51760/1/DWIKE... · i . LEMBAR PERNYATAAN . Yang bertandatangan di bawah ini: Nama : Dwike Nuraini . NIM

109

2. Judul : Belajar dari Perang

Penulis : Syalaby Ichsan

Gambar 4.2

Rubrik Dialog Jumat Republika

(Edisi: 20 September 2019, halaman 4)

Page 123: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51760/1/DWIKE... · i . LEMBAR PERNYATAAN . Yang bertandatangan di bawah ini: Nama : Dwike Nuraini . NIM

110

Teks berita “Belajar dari Perang”

Gereja-gereja mereka tidak boleh ditempati dan

dirobohkan. Perang menjadi salah satu bagian dari

sejarah panjang manusia. Manusia sudah saling

membunuh, bahkan sejak zaman Nabi Adam AS ketika

putranya, Habil, dibunuh saudara kandungnya, Qabil.

Dengan skala yang lebih masif, perang dengan

berbagai motif terjadi hingga zaman modern ini.

Jutaan manusia menjadi korban peperangan.

Mereka berperang demi agama, kekuasaan, harta,

bahkan perempuan. Meski menyisakan cerita kejam,

perang kerap menjadi sebuah fragmen sejarah

perjalanan manusia.

Kita bisa mengenang bagaimana pasukan

Muslimin merebut Baitul Maqdis pada abad ke-7

Masehi. Kisah pengepungan panjang di Aelia dalam

ekspedisi pasukan Amr bin Ash berakhir dengan

perjanjian damai yang diprakarsai Umar bin Khattab

sang amirul mukminin. Haekal dalam bukunya, Umar

bin Khattab, mengungkapkan, pada 637 M, Umar

membuat perjanjian dengan utusan Uskup Agung di

Yerussalem Severinus. Perjanjian damai yang dicatat

sejarah tentang kebesaran jiwa kaum Muslimin. Di

antara perjanjian tersebut, berikut kutipannya.

”Inilah jaminan yang telah diberikan oleh

hamba Allah Umar Amirul Mukminin kepada pihak

Aelia. Jaminan keselamatan untuk jiwa dan harta

mereka. Untuk gereja-gereja dan salib-salib mereka.

Page 124: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51760/1/DWIKE... · i . LEMBAR PERNYATAAN . Yang bertandatangan di bawah ini: Nama : Dwike Nuraini . NIM

111

Bagi yang sakit dan yang sehat dan bagi kelompok

agama yang lain.

”Gereja-gereja mereka tidak boleh ditempati

dan dirobohkan. Tak boleh ada yang dikurangi apa

pun dari dalamnya atau yang berada dalam

lingkungannya, baik salib atau harta benda apa pun

milik mereka. Mereka tak boleh dipaksa dalam hal

agama mereka atau mengganggu siapa pun dari

mereka ....”

Utusan Severinus itu segera kembali dengan

hasil perjanjian itu. Uskup Agung Severinus amat

gembira. Perjanjian itu bahkan membolehkan siapa

pun dari penduduk untuk meninggalkan kota dan pergi

bersama orang-orang Romawi.

Sikap Umar berbeda jauh dengan Heraklius.

Kaisar itu hendak memaksa penduduk kota untuk

meninggalkan keyakinan ajaran mereka untuk

mengikuti ajaran negara yang resmi. Heraklius

bahkan mengancam mereka yang menolak akan

dipotong hidung dan telinganya. Rumahnya bahkan

harus dirobohkan.

Yerusalem memang menjadi tempat yang kerap

diperebutkan hingga sekarang. Perang Salib pun

melekat dengan nama kota tua itu. Shalahuddin al-

Ayyubi menjadi nama lain yang identik dengan al-

Quds. Dia dihormati kedua kubu, baik dari masyarakat

Muslim maupun Kristen. Namanya sungguh harum

karena kewibawaannya dalam menjaga adab dan

Page 125: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51760/1/DWIKE... · i . LEMBAR PERNYATAAN . Yang bertandatangan di bawah ini: Nama : Dwike Nuraini . NIM

112

memanusiakan lawan, bahkan dalam medan

pertempuran.

Syahdan, pasukan Shalahuddin yang mampu

mengalahkan pasukan Raja Jerussalem di tengah

tandusnya padang pasir merangsek ke benteng lawan.

Benteng itu dijaga di bawah pimpinan seorang

kesatria bernama Balian de Ibelin. Dengan

kekuatannya, Shalahuddin bisa dengan mudah

membunuh semua penghuni Yerusalem seperti yang

mereka lakukan kepada umat Islam.

Namun, Shalahuddin tidak melakukannya. Dia

mengampuni, bahkan melindungi warga Yerusalem

yang memilih untuk mempertahankan agamanya. ”Aku

akan mengantarkan tiap-tiap jiwa (orang) kalian

(umat Kristen) dengan aman ke wilayah-wilayah

Kristen, setiap jiwa dari kalian, wanita, anak-anak,

orang tua, seluruh pasukan dan tentara, dan juga ratu

kalian. Dan, aku akan mengembalikan raja kalian dan

pada apa yang Tuhan kehendaki atasnya. Tidak satu

pun dari

kalian akan disakiti. Aku bersumpah,”

Shalahuddin menyampaikan tawarannya yang

diterima Balian. Sejarah juga mencatat, Shalahuddin

pernah mengirim tabib untuk mengobati lawannya,

Raja Inggris Richard si Hati Singa yang sedang sakit.

Dia bahkan memberikan Richard dua kuda bagus

karena kuda musuhnya sudah tua. Kebijaksanaan dan

kemampuan diplomasi Shalahuddin tercatat sejarah.

Page 126: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51760/1/DWIKE... · i . LEMBAR PERNYATAAN . Yang bertandatangan di bawah ini: Nama : Dwike Nuraini . NIM

113

Lewat diplomasi itu, dia bisa mempertahankan

Yerusalem meski dalam kondisi terdesak.

Selain petarung sejati, Umar dan Shalahuddin

merupakan Muslim yang taat. Mereka memegang

teguh ajaran Islam, bahkan dalam perang. Rasulullah

SAW memberi legasi yang berharga bagi kemanusiaan

dari peperangan. Nabi SAW melarang umatnya untuk

membunuh perempuan dan anak-anak dalam

peperangan (HR Bukhari 3015 dan Muslim 1744).

Rasulullah SAW juga melarang mencincang mayat

tentara musuh (HR Muslim 1731).

Untuk tawanan, Nabi SAW juga telah

mengeluarkan instruksi yang jelas untuk memberikan

perawatan. Sejarah mencatat bagaimana umat Islam

saat itu menangani tawanan pertama selepas Perang

Badar

pada 624 Masehi. Sebanyak 70 orang tawanan

Makkah yang ditangkap dalam perang itu dibebaskan

dengan atau tanpa tebusan. Bukan hanya jiwa, Nabi

SAW bahkan melarang pasukan Muslimin untuk

mencabut atau menebang pepohonan dan merubuhkan

bangunan.

Semua warisan ini hendaknya menjadi

pelajaran berharga bagi generasi ini. Bukan untuk

berperang tapi mengambil hikmah dari perang.

Wallahualam.

ed: a Syalaby Ichsan

Page 127: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51760/1/DWIKE... · i . LEMBAR PERNYATAAN . Yang bertandatangan di bawah ini: Nama : Dwike Nuraini . NIM

114

TRANSKIP HASIL WAWANCARA

Dalam penelitian ini, peneliti mewawancarai satu

narasumber yaitu redaktur Dialog Jumat Republika, Syalaby

Ichsan. Wawancara dilakukan sebanyak dua kali pertemuan,

yakni pada 7 Januari 2020 dan 1 Februari 2020 di gedung

Republika Jl. Warung Buncit (Warung Jati Barat) No. 37, Pasar

Minggu, Jakarta Selatan. Tugas-tugas seorang redaktur yaitu

memimpin rapat redaksi, menentukan tema dan membuat TOR

liputan, dan memeriksa hasil laporan liputan reporter sebelum

disebarluaskan. Redaktur Dialog Jumat juga merangkap sebagai

penulis berita. Dalam penelitian ini sampel berita yang dipilih,

ditulis langsung oleh redaktur. Untuk lebih lengkapnya, saya

akan memaparkan hasil wawancara,

Page 128: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51760/1/DWIKE... · i . LEMBAR PERNYATAAN . Yang bertandatangan di bawah ini: Nama : Dwike Nuraini . NIM

115

Jumat, 7 Januari 2020

Gambar 4.3

Wawancara bersama redaktur Dialog Jumat Republik

(7 Januari 2020)

1. Kalau di Dialog Jumat, untuk struktur organisasinya

gabung dengan surat kabar Republika atau punya

struktur tersendiri?

Kalau di Dialog Jumat, dari anggotanya sendiri itu

merupakan gabungan dari berbagai pihak. Ada dari

internal Republika, khusus Dialog Jumat, bahkan ada

yang dari eksternal juga, katakanlah orang luar, dan itu

bisa berubah-ubah orangnya meskipun dengan tugas yang

sama. Kalau dari saya sendiri, sebagai redaktur, dimana

saya yang punya tanggung jawab penuh di Dialog Jumat

Republika ini. Tidak hanya menerima laporan hasil

liputan, tapi juga sebagai koordinator. Sebelum saya acc,

laporan hasil liputan diserahkan kepada wakil redaktur

pelaksana di surat kabar Republika, Heri Ruslan.

Page 129: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51760/1/DWIKE... · i . LEMBAR PERNYATAAN . Yang bertandatangan di bawah ini: Nama : Dwike Nuraini . NIM

116

Beliaulah yang dimaksudkan anggota internal. Kemudian,

untuk pihak luar atau eksternalnya yaitu bertugas sebagai

editor. Mungkin biasanya surat kabar memiliki editor

khusus, tetapi Dialog Jumat memiliki editor yang berasal

dari biro bahasa. Orang-orang yang terlibat di dalamnya

tidak hanya satu orang yang diutus khusus Dialog Jumat,

melainkan orang-orang yang berbeda. Jadi, mereka hanya

menerima arahan dari saya untuk mengedit hasil laporan

liputan reporter. Nah, kalau untuk reporter kita punya dua

yaitu Imas Damayanti dan Andri Saputra. Mereka inilah

yang khusus melakukan liputan untuk Dialog Jumat. Tapi

saya sebagai redaktur juga ikut andil di dalamnya, seperti

artikel yang kamu jadikan sebagai sampel penelitian itu

saya yang menulis.

2. Bagaimana cara redaktur dalam memilih tema?

Kalau untuk alur rapat redaksinya itu yang memutuskan

temanya redaktur. Rapat redaksi biasanya dilaksanakan

pada Jumat, Sabtu, dan Minggu. Biasanya rapat terjadwal

itu untuk liputan laporan utama, tapi bisa juga sekalian

penentuan tema-tema lain. Dialog Jumat kan banyak tuh

sub-rubriknya, seperti laporan utama, tuntunan, fatwa,

muhibah, komunitas, tasawuf, zakat, Mujahidah,

silaturahmi, dan uswah. Mereka kan pembahasannya

beda-beda, referensinya juga pasti beda-beda.

Page 130: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51760/1/DWIKE... · i . LEMBAR PERNYATAAN . Yang bertandatangan di bawah ini: Nama : Dwike Nuraini . NIM

117

Kalau temanya udah keluar, kemudian reporter liputan,

setelah itu lapor ke redaktur. Untuk pemilihan tema

keseluruhan tulisan di Dialog Jumat Republika, biasanya

sedang happening atau aktualitas. Kalau laput bisa dilihat

dari pack-nya sendiri. Kemarin itu, kan ada isu

penyeragaman khotbah, nah kita bikin itu. Terkadang

dibuat by date juga, seperti peringatan-peringatan hari

besar Islam maupun nasional. Misalkan tanggal 22

Desember peringatan hari Ibu, kalau orang-orang bahas

tentang ibu, di Dialog Jumat membahas tentang peran Ibu

di Gaza, servive-nya seperti apa? Dan lain sebagainya.

Alternatif lain kalau memang lagi sepi pembahasan, kita

akan buat pembahasan yang umum, misalnya cara

beradab, bergaul, berpakaian, Shalat, dan lain-lain.

3. Sampel saya ini kan di bagian Fatwa dan Tuntunan.

Kalau Fatwa itu referensinya bagaimana?

Fatwa itu liat dari pack – nya juga. Nanti saya research

nih, mana yang lagi happening, mana yang lagi

diperbincangkan atau sebagai hot issue. Contohnya

sampel kamu ini. Contoh artikel lainnya seperti

pembahasan tentang rokok, dan yang terbaru, vape. Kita

tulis di dalamnya tentang hukum rokok berdasarkan fatwa

dari Muhammadiyah dan NU. Kalau dari NU itu tentang

Page 131: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51760/1/DWIKE... · i . LEMBAR PERNYATAAN . Yang bertandatangan di bawah ini: Nama : Dwike Nuraini . NIM

118

vape masih dikaji, sementara kalau rokok konvensional

hukumnya bisa makruh, mubah, atau haram, tergantung

situasinya. Pokoknya, kebanyakan si membahas yang

aktual.

4. Kalau yang tuntunan, referensinya seperti apa?

Kalau yang tuntunan, seperti yang kita bahas kemarin

tentang wabah. Ketika Rasulullah SAW. menghadapi

wabah itu seperti apa? Ternyata metodenya menarik.

Rasul itu mengkarantina orang-orang yang terkena wabah.

Dulu itu, wabah pes, yakni wabah yang berasal dari

kotoran hewan. Nah, itu ada hadis yang bilang kalau “Jika

ada orang yang terkena wabah, berdiamlah di tempat

kamu. Maka itu akan menjadi pahala bagi kamu, ketika

kamu bersabar.”

Begitu pun orang yang ingin berkunjung ke lokasi yang

terkena wabah. Ia harus menunda perjalanannya. Ada pula

kisah ketika Umar bin Khattab melakukan perjalanan ke

negeri Syam, beliau ingin ke sana dan mendengar kabar

bahwa di Syam sedang ada wabah. Beliau berbincang

dengan Abu Ubaidah, lalu Abu Ubaidah berkata, “Itu kan

penyakit dari Allah, janganlah kita menghindari takdir

Allah”. Kata Umar, “Kita ini sedang ikhtiar untuk

menghindari wabah”. Hal tersebut kemudian dibenarkan

oleh Rasulullah. Dari situlah artikelnya menjadi hal yang

Page 132: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51760/1/DWIKE... · i . LEMBAR PERNYATAAN . Yang bertandatangan di bawah ini: Nama : Dwike Nuraini . NIM

119

menarik. Pembahasannya kita gunakan perspektif kisah

Rasulullah.

Sabtu, 1 Februari 2020

Gambar 4.4

Wawancara bersama redaktur Dialog Jumat

Republika

1. Pertanyaan selanjutnya, ini lebih kepada isi

artikelnya, bang. Saya kan ambil dua judul artikel,

“Belajar dari Perang” dan “Sholat di Dalam Gereja.

Bolehkah?”. Untuk yang pertama, apa latar belakang

redaktur memilih judul “Belajar dari Perang”?

Masyarakat sudah dikepung dengan stigma hal-hal yang

berkaitan dengan perang dalam Islam itu selalu kontak

fisik dan menyerang. Padahal yang dicontohkan tidak

Page 133: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51760/1/DWIKE... · i . LEMBAR PERNYATAAN . Yang bertandatangan di bawah ini: Nama : Dwike Nuraini . NIM

120

seperti itu. Jadi, ketika dulu Rasulullah menaklukkan

Mekkah, sangat minim pertumpahan darah. Ini juga

berlaku ketika Umar menaklukkan Baitul Maqdis, Beliau

berbincang dengan Uskup, bahkan punya perjanjian untuk

menjaga Marwah orang-orang Kristen yang ada di

Yerusalem. Umar juga menjamin setiap jiwa dan setiap

umat Kristiani merdeka untuk melakukan ibadah di sana.

Waktu itu juga Umar berkata bahwa gereja tidak bisa

dijadikan sebagai masjid. Saat itu, Uskup Sorphronius

sendiri yang mempersilakan Umar untuk sholat di dalam

Gereja, namun Umar lebih memilih untuk mencari

Masjid. Beliau bukan melarang, tetapi dikhawatirkan

dengan sholatnya Ia di gereja, akan ada anggapan bahwa

gereja dapat dijadikan sebagai masjid.

Ada ayat di dalam Alquran kalau Allah itu berfirman

bahwa setiap rumah ibadah itu dilindungi oleh Allah.

Kisah-kisah semacam itu bisa menjadi teladan atau patron

bahkan rol model bagi Politisi, Panglima Militer dan

seluruh masyarakat muslim untuk melihat bahwa ketika

berperang pun harus ada pendekatan humanis. Dalam

perang juga yang dikedepankan adalah adabnya dan

sesuai dengan nilai-nilai Islam. Bahkan balik lagi kalau

orang Islam itu dalam perang, banyak aturannya seperti,

tidak boleh mencabut pohon, tidak boleh menghancurkan

tembok atau bangunan, tidak boleh membunuh

Page 134: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51760/1/DWIKE... · i . LEMBAR PERNYATAAN . Yang bertandatangan di bawah ini: Nama : Dwike Nuraini . NIM

121

perempuan dan anak-anak. Semua Aturan itu kok

sekarang berubah menjadi yang dikhawatirkan.

Contohnya, seperti ISIS yang malah menafikan nilai-nilai

keislaman. Artikel ini ingin membantah pernyataan-

pernyataan yang keliru Melalui tulisan ini, Dialog Jumat

ingin menarasikan bahwa Islam itu agama rahmatan lil

alamin, bahkan ketika perang. Jangan sampai apa yang

terjadi saat ini, stigma Islam seolah menjadi pelaku teroris

dan sebagainya terus digaungkan. Adanya ISIS yang

menjadikan gerakannya sebagai ideologi Islam padahal

sangat jauh dari praktik dalam teori Keislaman inilah yang

harus diperbaiki.

2. Menurut Abang sendiri, kenapa banyak kasus

penyerangan rumah ibadah?

Menurut saya, hal seperti ini bisa terjadi kadang adanya

misunderstanding dan agama dijadikan sebagai trigger

untuk seseorang dalam berbuat sesuatu. Contohnya,

terkadang satu gereja di komplek atau komunitas muslim

ketika dia tidak melakukan komunikasi dengan baik,

maka itu akan menjadi kesalahpahaman. Berbeda jika dia

ada silaturahmi ada komunikasinya terlebih dahulu dan

menjadi rules. Contoh konkretnya ketika seseorang ingin

mendirikan rumah ibadah sama halnya dengan umat Islam

jika ingin membangun mushola harus mendapat izin oleh

Page 135: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51760/1/DWIKE... · i . LEMBAR PERNYATAAN . Yang bertandatangan di bawah ini: Nama : Dwike Nuraini . NIM

122

lingkungan sekitar. Saya pernah berkunjung ke masjid di

Victoria dan mereka terlebih dahulu harus mengumpulkan

tanda tangan masyarakat setempat untuk mendirikan

masjid tersebut.

3. Kalau dari individunya sendiri itu juga berpengaruh

atau tidak terhadap maraknya kasus intoleransi?

Di Indonesia terlihat belum dewasa, misalkan ada gereja

di lokasi mayoritasnya muslim begitu juga sebaliknya,

ketika ada mushola atau masjid di mayoritas Kristen, pasti

akan ada pergesekkan. Mungkin jika adanya dialog,

adanya silaturahmi, adanya interaksi itu bisa menjadi

solusi dan tidak akan menjadi masalah ke depan selama

tidak mencampuri urusannya masing-masing. Itu akan

menjadi PR berat.

Kita ingin masyarakat bisa melihat dan belajar dari Al-

Sabiqun Al-awwalun dari kisah-kisah sahabat. Contoh,

Rasulullah pernah menegur Usamah bin Zaid ketika

membunuh seseorang yang baru saja mengucapkan

kalimat syahadat, lalu Usamah membantah dengan

berkata, “Terkadang antara ucapan dengan hati itu

berbeda”. Kemudian Rasul bertanya kembali, “Apakah

kamu mengetahui apa yang ada di isi hatinya?”. Jadi,

pembelajaran dari sini, jangan mudah menghakimi

seseorang, terlebih orang yang berbeda keyakinannya.

Page 136: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51760/1/DWIKE... · i . LEMBAR PERNYATAAN . Yang bertandatangan di bawah ini: Nama : Dwike Nuraini . NIM

123

Ada beberapa ayat Alquran yang dijadikan sebagai

pedang contohnya dalam surat Al-Baqarah ayat 191, “Dan

bunuhlah mereka di mana saja kamu jumpai mereka......”.

Banyak masyarakat yang membacanya tidak secara satu

kesatuan, tapi hanya sepatuh. Hal seperti ini jelas keliru.

Harusnya dilihat dari konteksnya. Ketika dilihat saat

perang itu seperti apa? Ketika orang Islam berperang tidak

membahasakan perang untuk menaklukkan suatu, tetapi

pembebasan. Contohnya ketika Salahuddin dapat merebut

Al Quds itu Salahuddin bahasanya membebaskan yaitu

membebaskan praktik-praktik kezaliman agar menjadi

lebih merdeka.

Apakah ada penguasa Islam yang memaksa orang-orang

Kristen untuk masuk ke dalam agama Islam? Apakah ada

perusakan terhadap simbol-simbol keagamaan? Orang

Islam itu sangat toleran dan sangat menghormati antar

agama, kita harus menjaga kerukunan, harus menjaga

toleransi, harus menjaga kesucian tempat-tempat ibadah

tanpa harus kita gadaikan kepercayaan keagamaan kita

(tawasul). Itu yang kita inginkan dan yang kita rasakan

karena kita tahu grassroot kita itu masih banyak yang

mengedepankan fanatisme.

Page 137: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51760/1/DWIKE... · i . LEMBAR PERNYATAAN . Yang bertandatangan di bawah ini: Nama : Dwike Nuraini . NIM

124

4. Berdasarkan beberapa jawaban Abang, dapat saya

simpulkan salah satu hal yang melatarbelakangi

adanya “Belajar dari Perang” ini adalah ISIS.

Memang seberapa besar pengaruh kehadiran ISIS

itu?

Seberapa besar? ya kita itu tidak bisa menafikan di tahun

2019 ini sudah lay down. Waktu awal ISIS muncul itu

banyak banget orang Indonesia yang pergi ke sana,

bahkan teman saya sendiri ingin menjadi bagian dari ISIS

dan menganggap bahwa ISIS itu benar. Beberapa orang

terpancing itu karena ISIS selalu memberi kutipan-kutipan

Abu Bakar Al-Baghdadi yang memang secara narasi

menyamakan dengan Abu Bakar As Siddiq dan memang

dia mengutip hadis-hadis dari Ali Bin Abi Thalib, “Ketika

akhir zaman akan datang pasukan berpakaian hitam

dengan membawa bendera lailahaillallah”.

Atribut ISIS yang menyerupai isi yang ada dalam hadis

tersebut, membut beberapa masyarakat terpengaruh.

Banyak yang terpengaruh ke sana karena propaganda ISIS

padahal isi itu ketika kita melihat tentang ISIS itu,

contohnya seperti adanya pembunuhan massal, secara

logika apakah itu ajaran Islam? Kemudian merusak rumah

ibadah, apakah itu ajaran Islam juga? Yang dikhawatirkan

Page 138: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51760/1/DWIKE... · i . LEMBAR PERNYATAAN . Yang bertandatangan di bawah ini: Nama : Dwike Nuraini . NIM

125

itu ideologi ISIS. Walaupun ISIS sudah dikatakan bubar,

tetapi ideologinya itu masih akan tetap ada .

5. Sebenarnya apa si yang ingin disampaikan oleh Dialog

Jumat, melalui “Belajar dari Perang” ini?

Ini kan sampelnya Umar dan Salahuddin ya, termasuk

Salahuddin juga sangat beradab, bahkan mengirim tabib

untuk musuhnya sendiri. Sebenarnya bukan hanya tempat

ibadah yang ditekankan, tapi juga adab menghadapi

musuh. Sampelnya ini selain Umar, juga ada Salahuddin

Al Ayyubi. Kita ambil cerita ketika peringatan hari Natal,

setiap 25 Desember, pasti akan ada penjagaan gereja.

Rumah ibadah itu dijaga oleh polisi-polisi yang kadang

berlebihan menjaganya.

Beberapa kasus penyerangan sudah banyak, termasuk

masjid Istiqlal juga pernah diserang dengan bom molotov.

Contoh lain di Tolikara, masjid juga dibakar dan belum

lama kemarin itu di Minahasa salah satu musala di serang

oleh sekelompok ormas kepemudaan setempat. Kemudian

sebelumnya juga ada penyerangan masjid di Medan,

komplek Mandala. Nah di sini kita ingin berbicara kalau

semua tempat, semua rumah ibadah itu harus dilindungi.

Kenapa sampelnya gereja dan masjid? Karena tidak dapat

dipungkiri, Indonesia memang mayoritas agamanya dua

itu.

Page 139: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51760/1/DWIKE... · i . LEMBAR PERNYATAAN . Yang bertandatangan di bawah ini: Nama : Dwike Nuraini . NIM

126

Melalui artikel ini, kami ingin memperlihatkan Islam

yang dewasa, Islam yang mengayomi. Kita akan memberi

pencerahan kepada pembaca kita bahwa pendahulu kita

itu sangat menghormati rumah ibadah. Umar itu sangat

menghormati rumah ibadah, Rasulullah itu sangat

menghormati rumah ibadah, Salahudin juga, termasuk

Muhammad Alfatih waktu menaklukkan Konstantinopel,

Beliau tidak pernah mencolek ornamen-ornamen Kristen

yang ada di dalamnya bahkan sampai sekarang bisa kita

lihat lukisan Bunda Maria masih ada. Harusnya itu bisa

menjadi warisan yang kita ambil, bukan yang diambil itu

yang buruknya seperti adanya ISIS yang malah

menyerang.

6. Selanjutnya artikel “Sholat di Dalam Gereja,

Bolehkan?”. Apa yang melatarbelakangi tulisan

tersebut?

Selain meningkatnya kasus intoleransi, maraknya isu

Islamophobia di Eropa dan Amerika juga membuat

Muslim harus membaur demi menghindari hal itu.

Muslim harus bersosialisasi dengan baik demi menjaga

toleransi dan perdamaian, bahkan untuk menghilangkan

stigma bahwa Islam harus ditakuti. Dari sini akan ada

perbandingannya dengan kondisi Indonesia sendiri.

Page 140: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51760/1/DWIKE... · i . LEMBAR PERNYATAAN . Yang bertandatangan di bawah ini: Nama : Dwike Nuraini . NIM

127

Di luar sana Islamophobia dilawan dengan toleransi, tapi

mengapa di Indonesia justru malah terlihat masyarakat

banyak yang fanatik. Permasalahan intoleransi ini

meningkat karena ya itu, tidak ada yang mau berusaha

untuk mengalah. Mengalah dalam artian bukan

menggadaikan akidah dan keimanan, tapi lebih kepada

sisi humanismenya. Saat ini justru sulit menemukan

manusia yang mampu memanusiakan manusia itu sendiri.

Berbeda sedikit, tersinggung, dan lain sebagainya.

7. Menurut Abang, Islamophobia itu apa?

Ketakutan terhadap Islam kepada personil atau

muslimnya, maupun kepada ajarannya dan itu memang

didesain dari para orientalis, jadi memang akarnya sudah

dalam. Ketika orang-orang banyak di Eropa itu yang

mengatasnamakan sekularisme, atas nama kemanusiaan

mereka melarang simbol-simbol keagamaan. Contohnya

orang India itu kan punya turban, namun turban itu

dilarang dipakai, orang Yahudi juga termasuk.

Di antara orang Islam di beberapa negara yang sudah

melarang penggunaan jilbab di ruang publik juga ada.

Kita harus melawan itu bukan cuma di sana, tapi di sini

kita juga melihat masih banyak semangat Islamophobia

yang sangat berasa walaupun kita Indonesia ini Negara

Islam terbesar di dunia, tapi elit negara justru memiliki

Page 141: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51760/1/DWIKE... · i . LEMBAR PERNYATAAN . Yang bertandatangan di bawah ini: Nama : Dwike Nuraini . NIM

128

ketakutan yang masih cukup besar terhadap Islam.

Contohnya waktu kita melihat peristiwa 212, Pilpres dan

lain-lain, bahkan di media sosial pun masih ada semangat

cebong dan kampret.

Gejala-gejala yang ada seperti ini harus kita lawan. Dialog

Jumat ingin mengikhtiarkan itu, walaupun banyak yang

berbeda pilihan politik atau pilihan mazhab. Kita harus

tetap satu dan saling menghargai pilihan masing-masing.

Apakah itu kecenderungan politik atau agama itu bukan

jadi alasan kita untuk bertengkar.

8. Lalu apa kaitannya Islamophobia dengan rumah

peribadatan?

Kalau tidak salah waktu itu, ada yang diserang oleh satu

kelompok, orang muslim itu bersembunyi di dalam gereja

dalam situasi menghindar dari tekanan orang-orang

sekitar yang sudah punya semangat Islamophobia.

Kemudian, sudah masuk waktu sholat, sementara ia

sedang berada di dalam gereja. Dari situlah muncul

pertanyaan, boleh atau tidaknya sholat di dalam gereja

ketika kondisinya darurat seperti itu. Keadaannya sedang

mencekam dan keadaan yang tidak memungkinkan untuk

dia keluar dari gereja. Ini kan fatwanya dari al-Ifta Mesir,

dikutip lagi dari Al Bukhari Institute ada kondisinya

terkait hukum sholat di tempat peribadatan non muslim.

Page 142: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51760/1/DWIKE... · i . LEMBAR PERNYATAAN . Yang bertandatangan di bawah ini: Nama : Dwike Nuraini . NIM

129

Hukumnya makruh, jika tidak ada patung maka boleh

masuk ke dalam rumah peribadatan tersebut.

Ada juga fatwa Syekh Yusuf Qardhawi, fatwa itu tidak

memvonis sesuatu tetapi memberikan objek-objek hukum

yang ada dan menjadi pendapat para ulama. Syekh

Qardhawi juga bilang pilihan ini bisa diambil tapi dengan

catatan memang tidak ada masjid di luar. Itu berarti kalau

kondisinya darurat dibolehkan sholat di rumah

peribadatan lain. Seperti halnya kita makan babi dalam

kondisi darurat karena tidak ada makanan lain, sementara

kita lagi ada di hutan adanya hanya babi. Jadi, dibolehkan

untuk makan babi. Tapi beda hal jika di hutan itu memang

ada hewan lain seperti Kijang, maka kita haram untuk

makan babi, dan kita makannya daging Kijang. Jadi

fleksibel, diberi judul ini supaya orang membacanya

tertarik.

Sebenarnya jika ditanya apa kaitannya Islamophobia

dengan tempat peribadatan ini hanya contoh kasus saja.

Posisinya sedang marak Islamophobia, dan katakannya

korban yang terjebak di tempat peribadatan agama lain

dan kemudian harus melaksanakan ibadah. Lebih kepada

bagaimana kita mengambil sikap dalam kondisi darurat si

sebenarnya. Jangan sampai kita berlebihan menafsirkan

sesuatu, apalagi hanya dari satu refensi. Contohnya dalam

Page 143: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51760/1/DWIKE... · i . LEMBAR PERNYATAAN . Yang bertandatangan di bawah ini: Nama : Dwike Nuraini . NIM

130

artikel ini saja, selain keputusannya diperbolehkan sholat

dalam gereja, tetapi kita lihat di sisi lain bahwa Umar Bin

Khattab pernah mengalami hal yang sama. Namun beliau

menolak untuk shalat dalam gereja karena khawatir gereja

itu malah dijadikan sebagai masjid, karena masyarakat

melihat kemudian menirukan sikap Umar.

Jadi, sebenarnya tidak separah itu sebuah perbedaan itu.

Kita harus saling menjaga. Memang benar lakum

dinukum waliyadin, tapi harus tetap ada humanismenya

begitu. Apalagi Indonesia itu agamanya beragama, tidak

hanya Islam dan Kristen.

9. Kalau dari Abang sendiri memaknai toleransi itu

seperti apa sih?

Dari tulisan ini kita tidak mengatakan boleh atau tidak

boleh. Kita bisa saja merujuk salah satu fatwa yang

membolehkan atau yang tidak membolehkan tapi kita

tidak seperti itu, bahwa kita punya satu sikap toleransi,

punya prinsip dan punya dasar. Kita diajarkan lakum

dinukum waliyadin, kita boleh hormat terhadap agama

dan umat agama lain selama tidak mencampuri Aqidah

masing-masing. Dalam konteks ini kita juga punya sikap

seperti itu, walaupun dalam kondisi darurat, itu menjadi

fleksibel. Contohnya seperti daging babi tadi, masa makan

daging babi aja bisa halal masa sholat di dalam gereja

Page 144: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51760/1/DWIKE... · i . LEMBAR PERNYATAAN . Yang bertandatangan di bawah ini: Nama : Dwike Nuraini . NIM

131

tidak boleh? Tapi dengan catatan memang kondisinya

darurat dan tidak ada pilihan lain.

Toleransi itu jadi kunci. Ketika kita menjelaskan bahwa

boleh orang sholat di gereja, nah itu berlaku toleransi dari

umat Islamnya dan umat Kristennya juga harus toleran,

toleran dalam arti dia mempersilahkan muslim itu

melakukan ibadah di rumah peribadatannya, asal tidak

mencampuri aqidah

10. Salah satu pemberangkatan masalah penelitian saya

ini karena meningkatnya kasus intoleransi, ditambah

lagi perintah Presiden terhadap Kemenag untuk

mencegah radikalisme. Tanggapan Abang terhadap

radikalisme ini seperti apa?

Radikalisme ini bagian dari ekstremesme (berlebih-

lebihan). Tapi kita tidak menafikan memang ada benih-

benih ekstremisme di masyarakat. Banyaknya muslim

yang belum dewasa dalam hal pemikiran salah satunya.

Masyarakat sepertinya masih melihat melalui kacamata

kuda orientasinya juga karena merasa menjadi mayoritas.

Seperti ajaran demokrasi, ketika menjadi mayoritas maka

kita merasa berkuasa.

Ada banyak hal yang menyebabkan ekstremisme,

ada yang karena belajar dari guru yang salah, kita belajar

Page 145: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51760/1/DWIKE... · i . LEMBAR PERNYATAAN . Yang bertandatangan di bawah ini: Nama : Dwike Nuraini . NIM

132

dari kitab salah, dan belajar tanpa guru. Dari sisi

humanisnya seperti itu, dan kadang-kadang kita juga tidak

tahu apakah sikap kita salah atau tidak.

Kalau memaknai ekstremisme itu kan berlebih-

lebihan kan, berlebihan dalam beragama, berlebihan

dalam memahami sebuah paham, memahami teks

keagamaan tertentu, ya kayak tadi itu. Kan kalau dia baca

semua muslim yang kamu temui itu darahnya halal, lah

kita keluar dari sini ngeliat orang, kita bunuh dong? Itulah

yang dimaksud dengan fanatic, memaknai sesuatu secara

berlebihan dan tidak didasari ilmu. Biasanya orang fanatic

cenderung merasa dirinya yang paling benar.

11. Dari Dialog Jumat sendiri, upaya apa yang dilakukan

untuk mengeliminasi tersebarnya radikalisme di

kalangan masyarakat?

Ya melalui artikel-artikel ini. Tapi kita juga harus

berimbang, jangan sampai kita terjebak pada isu tertentu..

Nah, kita sebagai media juga harus punya kritik, semua

kelakuan pemerintah yang seperti itu. Contoh lain ketika

khutbah mau diseragamkan, Majelis Taklim mau diatur,

posisi kita tuh harus seperti apa?

Melalui berita moderasi beragama seperti ini juga

termasuk upaya untuk melawan ektremisme. Dimana

ektremesme itu sendiri kan artinya berlebihan, di situ ada

Page 146: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51760/1/DWIKE... · i . LEMBAR PERNYATAAN . Yang bertandatangan di bawah ini: Nama : Dwike Nuraini . NIM

133

fanatik dan eksklusif yang juga keduanya merupakan

indikator paham radikal. Kaum ekstremes itu kan merasa

dirinya yang paling benar, apa yang dia pelajari, apa yang

dia yakini itu yang paling benar. Apalagi kaum seperti ini

paling jago untuk menyalahkan pihak lain, terutama yang

berbeda keyakinannya.

Maka dari itu, kita kemas tulisan sedemikian rupa

mencoba untuk memberikan bahan bacaan dengan

harapan, ada pertimbangan-pertimbangan setelah

membacanya. Pertimbangan yang seperti apa? Misal

seusai membaca “Belajar dari Perang”, pembaca lebih

bersifat moderat karena dalam tulisannya itu tidak

mengandung unsur menghakimi, justru malah saling

menghargai. Itu tadi, toleransi menjadi kunci penting bagi

kami. Dialog Jumat sendiri juga memegang teguh visi dan

misi Republika dalam bidang agama, yaitu ingin

menyiarkan agama Islam dengan mempromosikan

semangat toleransi, mewujudkan Islam rahmatan lil

alamin dalam segala ilmu, serta membela, melindungi,

dan melayani kepentingan umat.

Page 147: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51760/1/DWIKE... · i . LEMBAR PERNYATAAN . Yang bertandatangan di bawah ini: Nama : Dwike Nuraini . NIM

134

12. Dari upaya yang udah dilakukan oleh Dialog Jumat

ini, apa dampak yang dirasakan oleh masyarakat atau

pembaca?

Nah itu belum ada dari kita, harus ada riset lanjutan. Kita

paling readershipnya berapa, itu ada. Cuman untuk

sampai terinfluencenya itu kita belum. Tapi secara kasat

mata, ketika kita menurunkan sesuatu, insya Allah Dialog

Jumat ini dibaca sama pemerintah dan kita mendapatkan

impact dari pemerintah. Tapi ya memang kita tidak ada

alat ukurnya untuk mencari tahu akan berdampak seperti

apa artikel ini terhadap pembaca?

13. Tapi menurut Abang, penting atau tidak mengetahui

seberapa besar pengaruh bacaan kepada si pembaca?

Penting. Untuk mencari tahu, sebenarnya tulisan ini tuh

ada dampaknya atau tidak bagi para pembaca, memang

harus ada pihak ketiga yang mengukur ini. Bisa jadi ada

penelitian lanjutan dari skripsi kamu. Contoh pertanyaan

permasalahannya, “Apakah anda merasa moderat setelah

membaca artikel Dialog Jumat ?”. Terus terang kalau kita

itu sih belum ada. Tapi ya untuk kuantitasnya itu dari

Reader online.

Kalau secara kasat mata, kita lihat impact dari

pemerintahnya juga, contohnya itu yang jilbab Polwan.

Saat itu gencar banget dari online dan di semua Lini kita

Page 148: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51760/1/DWIKE... · i . LEMBAR PERNYATAAN . Yang bertandatangan di bawah ini: Nama : Dwike Nuraini . NIM

135

beritakan dan Alhamdulillah ada hasilnya. Setelah

menunggu puluhan tahun para Polwan belum boleh

berjilbab sampai akhirnya Polwan saat ini boleh berjilbab.

Mungkin itu salah satu capaian yang terlihat.