“I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu...

208
“I Don‟t Believe In Fate” Bagian 1 By : Merumi Aku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca ff itu. Iya ff ini miris emang. dan satu lagi , bahasanya , kata kata kiasan , greget nya dapet dan semuanya deh aku suka , gaya tulisannya itu keren beda dari tulisan lain. (Rizki Mahmudah Nur Alifia ) “I Don‟t Believe In Fate”

Transcript of “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu...

Page 1: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

“I Don‟t Believe In Fate”

Bagian 1

By : Merumi

Aku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan

jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca ff

itu. Iya ff ini miris emang. dan satu lagi , bahasanya , kata kata kiasan ,

greget nya dapet dan semuanya deh aku suka , gaya tulisannya itu keren

beda dari tulisan lain. (Rizki Mahmudah Nur Alifia)

“I Don‟t Believe In Fate”

Page 2: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

2

Penulis : Mentari Puteri Utami

Twitter : @MissKyungSoo

Facebook : Mentari Lee

Email : [email protected]

Copyright © 2013 by Merumi

All rights reserved

Design Sampul : Amirra Lee ( @amirralee )

Layout & Editting : Amirra Lee ( @amirralee)

Penerbit :

AFL Club

www.facebook.com/AFreelance

Hak cipta dilindungi oleh Undang Undang

Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini

tanpa seizin penerbit

Diterbitkan melalui:

Page 3: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

3

Ayah, Ibu dan kedua saudara saya,

Asril Rizky Amalia dengan Aulia Rochmanis

Sidqi.

Terimakasih kepada Rizka Ifanda

Akbar untuk bantuan dalam perbaikan

penulisan naskah.

Terimakasih kepada penerbit yang

bersedia menerbitkan karya saya.

Terimakasih kepada teman-teman yang

selalu senantiasa mendukung setiap karya-

karya saya, exotic.

Love

* Merumi

Page 4: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

4

Page 5: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

5

CHAPTER 1

“Differ”

Page 6: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

6

“Oppa1…. aku tau, aku bukanlah seorang yeoja2

yang baik. Tapi aku berusaha menjadi yang terbaik. Aku

sangat menyukaimu. Aku benar-benar menyukaimu.” Eun

Soo tertunduk. Ia menyembunyikan wajah memalukannya

dari Joon Myeon sunbae3-nya.

“Kau benar-benar menyukaiku?” Joon Myeon

terlihat heran, kemudian ia menutup buku yang ia pegang

dan meletakkannya diatas meja. Kini ia berfokus pada Eun

Soo yang masih berdiri mematung didekatnya.

“Nde4, oppa. Aku sangat menyukaimu.” kata Eun

Soo malu-malu dan bergelayut rasa takut.

Perlahan Eun Soo merasakan tangannya mendapat

sentuhan yang begitu lembut dan membuat jantungnya

berdetak semakin kencang. Ia mendongakkan kepalanya

dan menatap kedua mata Joon Myeon dengan seksama.

Kedua manik hitam itu bertatapan lekat.

“Aku juga sangat menyukaimu.”

Kedua mata Eun Soo semakin melebar. Jantung

Eun Soo berdetak kencang dan tak normal. Kini keduanya

saling menundukkan kepala dan tersenyum malu. Kejutan

yang tak pernah Eun Soo duga sebelumnya kalau Joon

Myeon memiliki perasaan yang sama dengannya.

1 Oppa = Panggilan untuk kakak laki-laki yang dilafalkan oleh wanita

2 Yeoja = Wanita

3 Sunbae = senior

4 Nde = ya

Page 7: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

7

“Kau tidak berbohong?” tanya Eun Soo

meyakinkan.

“Nde, aku serius mengatakan ini padamu.”

“Jeongmal chuayo, oppa.”

“Eun Soo-ah?”

“Umm?”

“Eun Soo-ah….,” panggilan itu semakin terdengar

jelas ditelinga Eun Soo. Perlahan ia membuka kedua

matanya. Terlihat samar-samar seorang namja5 berdiri

disamping ranjangnya.

“Kyung Soo?” Eun Soo mengerjapkan kedua

matanya.

“Ya6, kenapa kau susah sekali dibangunkan? Apa

kau mau bolos sekolah lagi?” ujar Kyung Soo ketus.

Kyung Soo menyambar handuk yang tergantung

didekatnya dan melemparkan tepat diwajah Eun Soo yang

masih mengenakan piama bercorak bintang dan belum

juga beranjak dari tempat tidur.

“Aahh, kau menyebalkan. Aku baru saja

bermimipi indah, bodoh.” kata Eun Soo kesal kemudian

dengan malas bangkit dari tempat tidurnya.

“Eomma7 sudah menyiapkan sarapan untuk kita.

Jadi cepatlah mandi dan turun.”

“Aku tau. Kalau saja kau bukan kakakku. Sudah

kulempar kau keluar jendela.”

5 Namja = laki-laki

6 Ya = Hey

7 Eomma = panggilan ibu oleh orang Korea

Page 8: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

8

Kyung Soo hanya tersenyum smirk kemudian

keluar dari kamar Eun Soo. Ia menyusuri setiap tangga

dengan sangat hati-hati, itu karena ia takut jatuh dan

phobia dengan ketinggihan, padahal itu tangga rumahnya

sendiri. Di dapur ia melihat ibunya tengah sibuk

menyiapkan sarapan untuk mereka berdua.

Wanita paruh baya itu sibuk berkutat dengan alat

dapur yang ada dihadapannya dengan terpasang earphone

dikedua telinganya. Kyung Soo menghentikan

langkahnya, kini ia memperhatikan tingkah ibunya yang

terlihat asyik mendengar musik sampai kepalanya

terangguk-angguk tanpa sadar. Tersungging senyuman

tipis dibibir Kyung Soo menahan geli melihat kelakuan

ibunya.

“Eomma hentikan.” Sang ibu tidak

mendengarnya.

“Eomma!!!” Sekali lagi Kyung Soo berteriak

sembari menuruni tangga. Kini eomma sedikit

mendengarnya yang kemudian melepas earphone yang

ada ditelinga kanannya.

“Kau mengatakan sesuatu?” Kyung Soo hanya

tersenyum ringan sembari duduk dikursinya.

“Kyung Soo, kau jangan terlalu keras dengan

adikmu,” ucap eomma yang kemudian meletakkan satu

persatu masakannya diatas meja makan.

“Kalau tidak begitu, Eun Soo tidak akan bangun,”

ujar Kyung Soo sembari menikmati sarapan paginya.

Duk… Dukk… Dukkk….

Terdengar suara langkah kaki Eun Soo menyusuri

tangga dengan terburu. Ia terlihat berantakan dengan dasi

Page 9: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

9

yang hanya bergantung dilehernya, baju yang belum

dimasukkan serta rambut yang tidak tertata rapi, ia belum

menyisir rambutnya, bahkan itu jarang sekali ia lakukan.

Melihat keadaan itu, Kyung Soo dan eomma hanya

berdecak ringan. Itu sudah menjadi kebiasaannya setiap

pagi sebelum berangkat kesekolah. Gadis berusia 17 tahun

ini tidak pernah memperdulikan soal penampilannya.

Secantik apapun ia menata diri, tidak ada seorang namja

yang akan tertarik padanya.

“Ck, lihat dirimu!” Ujar Kyung Soo ketus sambil

terus memandangi Eun Soo yang turut serta menikmati

sarapan.

“Memangnya kenapa? Aku akan merapikannya

dijalan nanti. Cepat makan, kita sudah terlambat

kesekolah. Semalam aku lupa mengerjakan tugas,” ujar

Eun Soo sambil terburu melahap sarapan paginya.

“Memangnya kau pernah mengerjakan tugasmu?”

“Aish, kau benar-benar cerewet.” Eun Soo

berdesis sembari mengernyitkan keningnya.

“Imionusae8, saat makan, kalian tidak boleh

berisik.” Eomma melerai sembari duduk dikursi tunggal

diantara kedua anaknya. Biasanya appa9 yang akan duduk

disana, tapi appa sedang tidak ada dirumah karena tugas

pekerjaannya diluar kota.

“Nde, eomma,” ujar Kyung Soo dan Eun Soo

bebarengan yang kemudian mereka bertatapan tajam dan

melanjutkan aktifitas pagi mereka.

8 Imionusae = sudah

9 Appa = panggilan ayah di Korea

Page 10: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

10

Merekapun berangkat sekolah bersama dengan

menggunakan sepeda. Tidak seperti teman-temannya

disekolah yang sudah menyetir mobil sendiri atau diantar

dengan kendaraan beroda empat kesekolah. Kyung Soo

dan Eun Soo lebih menikmatinya dengan bersepeda.

Eun Soo selalu berusaha untuk mengayuh lebih

dulu dibandingkan Kyung Soo. Tapi Kyung Soo selalu

menjadi yang pertama masuk kedalam sekolah.

“Kyung Soo-ya, aku pinjam buku tugasmu ya?”

rayu Eun Soo.

“Ani10, enak saja kau meminjamnya,” ujar Kyung

Soo tanpa mengalihkan pandangannya dari jalan.

“Hanya untuk jam pertama, ayolah bantu aku.”

Pinta Eun Soo dengan memohon. Kyung Soo

menggelengkan kepalanya dan

mempercepat laju sepedanya.

Eun Soo melongo.

“Ya!” Teriak Eun Soo sembari terus memandangi

punggung Kyung Soo yang semakin menjauh.

“Kau pelit sekali,” kata Eun Soo kesal kemudian

segera menyusul Kyung Soo yang sudah jauh didepannya.

Kyung Soo sudah memarkirkan sepedanya dan

berjalan menuju kelas, dengan terburu-buru Eun Soo

segera menyusul. Kebetulan Kyung Soo dan Eun Soo

berbeda kelas walaupun dalam tingkatan yang sama. Kelas

Kyung Soo dan Eun Soo hanya berjarak dua kelas, Kyung

10 Ani = tidak

Page 11: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

11

Soo berada dikelas „B‟ sementara Eun Soo berada di „E‟.

Pembagian kelas itu berdasarkan tingkat prestasi mereka.

Dan betapa buruknya Eun Soo berada dikelas „E‟.

“Anyonghasimnikka11 Eun Soo-ah..” Sapa seorang

yeoja pada Eun Soo yang merupakan sunbae-nya.

“Anyeong…” Balas Eun Soo sambil

membungkukkan badan. Kemudian ia kembali tergesa

menyusul Kyung Soo yang hampir masuk kedalam kelas.

“Kyung Soo-ya! Tunggu!” Teriak Eun Soo sekuat

tenaganya yang membuat disekitarnya memperhatikan

mereka.

“Apa lagi?” Kyung Soo menoleh kesal. Wajah

datarnya membuat Eun Soo ingin sekali menarik sudut

bibir Kyung Soo agar tersenyum. Kyung Soo sulit sekali

untuk tersenyum manis padanya.

“Ayolah, Kyung Soo. Bantu aku, jebal12. Aku

akan menurut padamu,” kata Eun Soo meyakinkan.

“Gojinmal!13

“Tidak, aku berjanji. Em?” kata Eun Soo sembari

mengacungkan jari kelingkingnya. Tanpa memperdulikan

hal itu, Kyung Soo langsung mengeluarkan buku tugas

yang Eun Soo maksud. Kemudian masuk kedalam kelas

tanpa berkomentar apapun.

Eun Soo menatap buku yang ada dikedua

tangannya dengan wajah yang begitu sumringah.

11 Anyonghasimnikka = Selamat pagi

12 Jebal = kumohon

13 Gojinmal = Bohong, dusta

Page 12: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

12

Perasaannya begitu lega ketika Kyung Soo membanting

buku bersampul coklat itu pada kedua tangannya walapun

dengan tatapan yang menyebalkan.

“Hah…” Desah Eun Soo lega. “Ck, hey! Dia

kakakku? Mengerikan,” lanjutnya.

“Eun Soo-ah?” sapa seorang yeoja yang membuat

senyum Eun Soo semakin mengembang.

“Anyeong…” Eun Soo melambaikan tangan dan

menyambut kedatangan Yumi dengan gembira.

Yumi, teman sekaligus sahabat terbaik Eun Soo.

Sejak awal masuk sekolah hingga sekarang persahabatan

mereka terjalin dengan baik. Yumi bukanlah gadis Korea

asli, kedua orang tuanya adalah orang Jepang tapi ia

dibesarkan di Korea oleh neneknya. Gadis berwajah

ulzzang14 ini hanya bisa bertemu dengan orang tuanya

setiap akhir tahun saja.

Yumi melongok melihat kedalam kelas Kyung

Soo sembari

menerka-nerka keberadaan Kyung Soo. Gadis ini sangat

tergila-gila dengan saudara kembar Eun Soo sejak awal

mereka bertemu. Hanya saja Kyung Soo selalu bersikap

dingin padanya. Lebih tepatnya Kyung Soo tidak pernah

memberi respon yang baik.

“Kau mencari siapa?” tanya Eun Soo yang yang

ikut melongokkan kepalanya kedalam kelas dengan kedua

alis yang saling terpaut.

“Kakakmu.” Mendengar itu, Eun Soo langsung

menarik tangan Yumi dan menyeretnya masuk kedalam

14 Ulzzang = penampilan terbaik (cantik, tampan)

Page 13: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

13

kelasnya sendiri yang berjarak dua kelas dari kelas Kyung

Soo.

“Hey, kau tidak lupa menyampaikan suratku pada

Kyung Soo, kan?”

Mendengar soal surat, Eun Soo benar-benar

melupakannya. Surat beramplop pink dengan pita kecil

dan bertuliskan „secret‟ titipan dari Yumi masih tersimpan

rapi didalam tasnya disela-sela komik yang kemarin ia

baca.

“Eemm.” Eun Soo mengatupkan bibirnya dan

tersenyum bersalah.

“Itta15? Sudah kuduga. Baiklah, jangan sampai

kau melupakannya. Hari ini kau kuampuni,” ujar Yumi

sembari meletakkan tangannya diatas kepala Eun Soo.

Eun Soo memicing. “Hey, siapa kau? Pastur?”

Eun Soo menepis tangan Yumi kemudian berjalan

beriringan menuju kelas.

Eun Soo meletakkan buku milik Kyung Soo diatas

mejanya. “Apa ini? Ini bukan punya-mu, kan?” tanya

Yumi sembari membolak-

balikkan buku milik Kyung Soo.

“Hey, letakkan. Itu punya Kyung Soo. Aku

meminjamnya.”

“Aahh, jinja16? Aku mau lihat.” Yumi dengan

sangat antusias membuka perlembar buku yang ia pegang.

15 Itta = Lupa

16 Jinja = Benarkah

Page 14: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

14

Kemudian nampak ekspresi kagum dari wajahnya melihat

deretan tulisan Kyung Soo disana. Ia menebarkan

senyuman terpesona melihat buku itu.

Tanpa permisi Eun Soo menyambar buku itu dari

tangan Yumi yang tengah sibuk mengamati tiap deret

tulisan Kyung Soo. Yumi mendengus kesal. Kedua

matanya menatap Eun Soo tajam.

“Hey, ingat, ini bukan waktunya kau meminjam

buku ini dariku. Aku sedang membutuhkannya,” kata Eun

Soo ketus.

“Ahh, Eun Soo-ya, kau pelit sekali.”

Kedua mata Eun Soo terpaku. Tanpa sengaja ia

melihat seorang namja berkulit putih pucat melintas

didepan kelasnya. Dalam pelukan namja itu terdapat

setumpuk buku-buku tebal. Eun Soo tersenyum dan terus

memperhatikan namja tampan itu melintas didepan

kelasnya. “Ohh, Tuhan.”

Yumi ikut mencari sesuatu yang membuat Eun

Soo terpaku. “Hey, hentikan! Guru Kim sudah datang.”

Eun Soo masih terus mengikuti langkah namja itu sampai

berakhir terhalang oleh dinding kelasnya.

**

Kyung Soo duduk diperpustakaan tempat

biasanya ia membaca buku disana. Biasanya Baekhyun

akan menemaninya, tapi karena perut Baekhyun tidak bisa

diajak kompromi, Baekhyun memutuskan pergi kekantin

terlebih dahulu sebelum menemani Kyung Soo ke

perpustakaan.

Baekhyun adalah teman sebangku Kyung Soo dan

merupakan sahabat Kyung Kyung Soo sejak mereka

Page 15: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

15

bertemu dikelas 2. Baekhyun adalah namja yang sangat

periang. Meskipun dalam urusan belajar Baekhyun tidak

terlalu pintar, tapi Baekhyun sangat pandai menghafal

rumus. Sebab itulah Kyung Soo tidak bisa belajar tanpa

Baekhyun.

“Kyung Soo-ssi, boleh aku minta tolong ambilkan

buku itu?” seorang yeoja terlihat kesulitan menggapai

buku yang ada di rak paling atas padahal ia sudah berjinjit.

Mendengar hal itu Kyung Soo langsung berdiri

dan mendatangi yeoja yang meminta bantuannya. Kyung

Soo tertegun setelah menyadari siapa yang meminta

bantuan kepadanya dan sedikit membuatnya kesal karena

menganggu aktifitas membacanya.

Yeoja itu mengernyit heran. Melihat wajah aneh

Kyung Soo membuatnya merasa aneh pula. Ia menjadi

kebingungan. “Kyung Soo-ssi?” tersadar, Kyung Soo

langsung meraih buku yang dimaksud kemudian

memberikan buku itu padanya dan berlalu pergi.

Melihat kelakuan aneh Kyung Soo, yeoja itu

menjadi sungkan. Ia menatap tubuh Kyung Soo yang

semakin menjauh darinya. “Aku belum mengucapkan

terimakasih padamu, Kyung Soo,” ujar Narri dalam

hatinya.

Kyung Soo berjalan lebih cepat melewati koridor.

Sesampainya disudut loker sekolah, ia menyandarkan

tubuhnya kedinding sambil menghela nafas panjang.

Ditangan kanannya sedang memegang sebuah buku yang

lupa ia kembalikan diperpustakaan tadi.

“Kyung Soo? Kau kah itu?” Kyung Soo menoleh

kearah sumber suara yang memanggilnya. Tampak

Page 16: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

16

seorang yeoja yang sudah tak asing lagi baginya sedang

berjalan mendekatinya.

“Sedang apa kau disini?” tanya Eun Soo

keheranan.

“Aku mencari sesuatu. Kau sendiri sedang apa

keluyuran disini?”

“Aku sedang mencari tempat tidur. Wajar jika aku

keluyuran, berbeda denganmu. Mencari sesuatu? itu lebih

aneh lagi, apa kau pikir ada sesuatu ditempat seperti ini?”

ujar Eun Soo sembari menatap wajah Kyung Soo lebih

dekat, kedua alisnya terangkat.

“Ya, apa yang kau katakan!” Kyung Soo beranjak

pergi tapi tangan Eun Soo menghalanginya. Seketika itu

Kyung Soo membalikkan tubuhnya.

“Tunggu dulu. Ini!” Eun Soo menyerahkan

sebuah „amplop pink‟ pada Kyung Soo. Dengan perasaan

sedikit bingung Kyung Soo –terpaksa- menerimanya.

“Dari siapa?”

“Bacalah dulu, dengan begitu kau tau siapa

pengirim surat itu. Baiklah, pergi sana.” Eun Soo

mendorong Kyung Soo untuk cepat-cepat pergi. Dengan

perasaan yang sedikit aneh, Kyung Soo membolak-

balikkan „amplop pink‟ yang sedang ia pegang. „Secret‟

tulisan itu tidak asing baginya, ia sering melihat tulisan itu

sebelumnya, tapi Kyung Soo lupa milik siapa tulisan itu.

Eun Soo mencoba membaringkan tubuhnya

diantara deretan loker yang berjajar rapi dan memulai

mimpinya yang indah siang itu, ketika Yumi datang dan

membuatnya bangun lagi.

Page 17: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

17

“Kya, aku melihatnya!” Yumi berteriak keras,

membuat Eun Soo ingin menjambak rambutnya karena

kesal.

“Mwoya17!!!! Kau mengagetkanku,” teriak Eun

Soo kesal yang berusaha membaringkan tubuhnya lagi.

“Kajja18 kau tak ingin melewatkan kesempatan

inikan?” tanpa memperdulikan Eun Soo, Yumi langsung

menarik tangan Eun Soo dan menyeretnya ketempat yang

ia maksud.

Sebuah perpustakaan sekolah. Tempat terasing

bagi Eun Soo, sekalipun ia tak pernah berkunjung

ketempat ini. Dengan perasaan kesal ia menatap Yumi

datar. Untuk apa Yumi mengajaknya ketempat seperti

ini?, batin Eun Soo. Apa untuk memakan buku-buku yang

ada didalamnya?

“Ya, jangan melihatku begitu. Kau belum tahu

siapa yang ada didalam sana,” ujar Yumi sembari menebar

senyum termanisnya.

“Nuguya19?” kata Eun Soo kesal.

“Lihatlah sendiri dan hampiri dia, atau kau akan

menyesal nanti.”

Eun Soo semakin bingung tapi ia mencoba untuk

masuk. Dan kedua mata bulatnya melihat saudara

kembarnya duduk disana dan sibuk membaca surat

pemberiannya tadi.

17 Mwoya = apa

18 Kajja = ayo

19 Nuguya = siapa?

Page 18: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

18

“Kyung Soo? Apa ini yang disebut menyesal?”

gerutu Eun Soo. “Apa maksudmu itu Kyung Soo? Kau

gila, tapi lihat dia sedang membaca surat darimu.”

Seketika Yumi memanas malu.

“Ah, aku jadi gugup. Tapi masuklah sedikit lagi!

Kau pasti akan senang sekali.” Yumi mendorong tubuh

Eun Soo sekuat tenaganya dan terlihatlah seorang namja

yang berada didekat Kyung Soo tengah sibuk membaca

buku.

“Aaaaaa~.”

Namja itupun menoleh begitu juga dengan

Kyung Soo karena

teriakan yang tanpa sadar keluar dari bibir tebalnya.

Kyung Soo terkejut melihat keberadaan adiknya ditempat

yang tidak biasanya dikunjungi.

“Kau? Apa kau sedang sakit?” ujar Kyung Soo

dengan penuh keheranan.

“Kalau aku sakit jelas aku akan ke UKS, babo20

.”

Tanpa basa basi Eun Soo mendekat ketempat namja itu

duduk, Kyung Soo terus mengamatinya dan mulai

menutup suratnya.

“Anyeonghaseyo, oppa,” sapa Eun Soo dengan

penuh hormat sembari membungkukkan badannya.

Namja berkulit putih pucat itu menutup bukunya dan

menatap Eun Soo datar. Eun Soo langsung menundukkan

kepalanya, melihat kejadian itu Kyung Soo merasa geli.

Rasa percaya diri yang Eun Soo miliki kini langsung

runtuh melihat tatapan datar yang tertuju pada dirinya.

20 Babo = bodoh

Page 19: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

19

“Apa?” kata Joon Myeon kaku.

“Aah, aku hanya ingin menyapamu saja,” jawab

Eun Soo terbata

“Kalau begitu carilah tempat lain, aku sedang

sibuk sekarang.” Kedua alis Eun Soo saling terpaut. Kini

tergambar jelas diwajahnya rasa kesal atas tanggapan Joon

Myeon padanya.

Eun Soo melangkahkan kakinya pergi. Dan duduk

tepat disamping Kyung Soo. “Kekekeke…” Kyung Soo

terkekeh geli.

“Apa menurutmu ini lucu? Ha!!”

“Hahaha, itu memalukan,” kata Kyung Soo ketus.

“Kau keterlaluan Kyung Soo,” ujar Eun Soo

dengan nada tinggi, membuat pengunjung perpustakaan

yang lain menatap sinis padanya.

“Eun Soo-ah, kecilkan volume suaramu!” Desis

Kyung Soo sambil tersenyum bersalah pada orang di

sekitar mereka.

“Aku sedang marah,” ujarnya kesal sambil

memukul meja pelan kemudian menatap Joon Myeon

yang juga melihat kearahnya. Keduanya saling melempar

tatapan yang tidak biasa, Joon Myeon dengan tatapan

cukup merendahkan dan Eun Soo tatapan cinta namun

berubah menjadi suatu kebencian yang dalam.

**

Page 20: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

20

“Chajan21…..” Kyung Soo dan Eun Soo terkejut.

Mereka melihat eomma dan appa menggendong seekor

anjing masing-masing dalam pelukannya.

“Saengil chukka hamida22….” Teriak eomma dan

appa bebarengan. Benar-benar surprise yang tak terduga

oleh keduanya.

“Aaahhh, apa dia untukku?” Eun Soo berlari kecil

menuju appa yang menggendong seekor anjing berpita

merah ditelinganya.

“Nde, dan ini hadiah untukmu.” Jawab appa

kemudian Kyung Soo pun menerima hadiah yang sama

seperti Eun Soo.

“Um, yeonggu… bagaimana kalau namamu

yeonggu,” kata Eun Soo diiringi gelak tawa bahagia.

“Kalau begitu anjingku bernama meonggu saja,”

sahut Kyung Soo kemudian berjalan menuju kamarnya

yang diikuti dengan meonggu, peliharan barunya.

“Ck, kenapa dia tidak kreatif. Baiklah, eomma,

appa. Aku keatas dulu,” pamitnya sembari menggendong

yeonggu dalam pelukannya.

“Sepertinya kita tidak salah membeli hadiah,”

eomma menaruh tangannya dipundak kanan appa.

Saat perjalanan menuju kamar, ia melihat Kyung

Soo merebahkan tubuhnya diatas ranjang dan diikuti

dengan meonggu. Eun Soo berhenti, tepat didepan pintu

kamar Kyung Soo dan terus memperhatikan Kyung Soo.

21 Chajan = Kejutan

22 Saengil chukka hamida = selamat ulang tahun

Page 21: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

21

“Meonggu-ah… Aku tadi bertemu dengan yeoja

yang sangat kusukai. Ia datang keperpustakaan hari ini.”

Eun Soo terkekeh pelan. “Setiap aku bertemu dengannya,

rasanya hatiku menjadi tak karuan,” lanjut Kyung Soo.

“Apa menurutmu aku tidak usah bertemu

dengannya saja.” Kyung Soo melanjutkan kalimatnya.

Eun Soo semakin terkekeh melihat kelakuan Kyung Soo

yang ada didalam kamar.

“Hah, hanya orang gila yang berbicara dengan

seekor anjing,” celetuk Eun Soo ketus.

Kyung Soo menoleh kemudian bangun dari

tidurnya dan berjalan menuju pintu. “Kau!” Ucap Kyung

Soo kesal. Eun Soo bergegas pergi sebelum mendapat

jitakan dari Kyung Soo.

Eun Soo duduk bersantai dengan yeonggu

dihalaman belakang rumahnya. Eun Soo teringat kejadian

memalukan di perpustakaan tadi. Ia berharap bisa segera

melupakan hal itu. “Aku tidak akan datang ke

perpustakaan lagi. Tidak akan, tidak akan!!!!”

“Memang seharusnya begitu” Kyung Soo tiba-tiba

duduk disamping Eun Soo. “Kau terlalu agresif,” lanjut

Kyung Soo. Eun Soo menundukkan kepalanya karena

malu dengan hal konyol yang tadi dilakukannya.

“Aku tidak pernah melalukan hal itu sebelumnya.

Payah.”

“Dan, ini.” Kyung Soo menyodorkan sebuah

„amplop pink‟ pada Eun Soo. Eun Soo heran karena

amplop itu pemberian darinya saat disekolah tadi.

Page 22: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

22

“Wae23? kau sudah membacanya ?”

“Nde, dan katakan padanya bahwa aku sudah

mempunyai orang yang spesial.”

Eun Soo tercengang. “Kau serius?”

Mereka berdua saling bertatapan. Terlihat jelas

kejujuran di mata Kyung Soo dan membuat Eun Soo

yakin dia tidak berbohong. Ia tau benar bagaimana Kyung

Soo.

Eun Soo menghela nafas panjang, lalu kembali

melihat yeonggu dan meonggu bermain dihalaman. Kyung

Soo menolak Yumi, batinnya.

“Lebih baik kau mundur, kau bukan

tandingannya,” ujar Kyung Soo datar dan terus menatap

Eun Soo.

“Kau terlalu merendahkanku, Kyung Soo.” Eun

Soo kemudian pergi dari tempatnya duduk. Hatinya terasa

tercabik-cabik mendengar penuturan Kyung Soo. Terlihat

kedua manik matanya berkaca-kaca.

“Eun Soo-ah… Eun Soo-ah… Bukan itu

maksudku.”

Berkali-kali Kyung Kyung Soo memanggil tapi

Eun Kyung Soo tak menghiraukannya dan terus berjalan

menuju kamarnya.

Eun Soo pun menangis. Hatinya begitu sakit. Ia

mengunci pintu kamarnya agar tak seorangpun masuk.

Kebiasaan ini sering ia lakukan saat bertengkar dengan

Kyung Soo.

23 Wae = kenapa

Page 23: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

23

“Memangnya sehebat apa dirimu mengatakanku

seperti itu,”

ujar Eun Soo sembari terisak tangis. Ia berusaha meraih

tissue yang ada diatas meja kecilnya.

“Eun Soo-ah… mianhae24?” terdengar suara

Kyung Soo dari balik pintu. Eun Soo hanya diam dan tak

memperdulikan suara namja yang berada dibalik pintu

kamarnya.

“Aku menyesal,” sambung Kyung Soo lagi.

Kali ini Kyung Soo terdiam didepan pintu kamar

adiknya, menunggunya keluar. Kyung Soo memang tak

pernah bersikap manis pada Eun Soo karena orang tua

mereka lebih memperhatikan Eun Soo dibandingkan

dirinya. Walaupun Kyung Soo lebih unggul dalam urusan

sekolah, tapi Eun Soo akan mendapat pujian lebih dulu.

“Waeyo, Kyung Soo-ah?” Kyung Soo sontak

menoleh kearah sumber suara.

“Eomma.. um, aku hanya…”

“Apa yang kau lakukan pada Eun Soo?”

“Ka-kami bertengkar,” jawab Kyung Soo

ketakutan.

“Ada apa lagi? Kau menjambak rambutnya?”

tanya eomma pelan sembari mendekat pada Kyung Soo.

Melihat putranya terlihat gugup, eomma berusaha tenang

agar tidak membuatnya takut.

“Ani eomma, kali ini aku tidak menjambak

rambutnya.”

24 Mianhae = maaf

Page 24: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

24

“Tapi dia menghinaku!” Teriak Eun Soo dari

dalam kamar dengan suara bergetar.

“Aah, Kyung Soo. Apa yang kau katakan?”

eomma terlihat kecewa. “Eun Soo-ah~ kajja keluar dari

kamar. Kyung Soo ingin minta maaf padamu.”

“Aku tidak mau,” teriak Eun Soo dari dalam.

“Hah, baiklah. Kalau begitu biarkan Kyung Soo

masuk,” rayu

eomma dengan suara lembut.

“Tidak boleh.”

“Kenapa kau manja sekali!” Celetuk Kyung Soo

kesal melihat sikap Eun Soo. Dan tangisan Eun Soo

terdengar semakin keras. Eomma melototinya dan sontak

membuatnya menundukkan kepala.

**

Eun Soo menyeka air matanya, kemudian berjabat

tangan dengan Kyung Soo. Mereka berdua duduk

berdampingan di ruang tengah dan akan menikmati makan

malam bersama keluarganya.

“Ha, kalau seperti ini kalian terlihat lebih baik.”

Appa tersenyum. Keduanya saling membisu dan tak

memandang satu sama lain.

“Sudahlah, jangan bertengkar lagi. Jujur saja

kepala eomma terasa sakit jika melihat kalian bertengkar.”

Kyung Soo dan Eun Soo mengangguk.

“Sebenarnya bukan itu yang ingin aku katakan

padamu. Aku hanya bercanda,” jelas Kyung Soo dengan

wajah tertunduk.

Page 25: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

25

Eun Soo terdiam, ia meletakkan kembali sendok

yang ia pegang. Eomma dan appa ikut memperhatikan.

“Hanya saja, setahuku dia itu…” Suara Kyung

Soo tercekat.

Eun Soo menoleh, ia mulai memperhatikan wajah

kakaknya yang tampak bimbang. “Katakan saja.

Gwenchana.”

“Dia namja yang angkuh.” Kyung Soo kembali

memakan makanannya sesuap demi sesuap.

Eun Soo menghela nafas berat. Sebelum Kyung

Soo mengatakan hal itu Eun Soo sudah mengerti saat

kesan pertama bertemu dengan Joon Myeon.

“Jadi, Eun Soo sedang jatuh cinta?” tanya appa

dengan mulut yang penuh dengan makanan.

“Begitulah.” Jawab Kyung Soo datar sementara

Eun Soo masih terdiam.

“Hahaha, ternyata putriku sudah dewasa,” lanjut

appa.

“Ayo lanjutkan makan kalian, jangan diam begitu.

Kalian terlihat tidak semangat makan.” Eomma kembali

menaruh nasi ke mangkok mereka masing-masing.

Tokkkk-tokkkkk-tokkkk!!

Eun Soo keluar kamarnya dan mengetuk pintu

kamar Kyung Soo. Ketukan itu sangat keras dan membuat

penghuni kamar sangat terganggu.

“Biarkan aku masuk. Sebentar saja.” Pinta Eun

Soo pelan.

Klak~

Page 26: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

26

Terlihat wajah Kyung Soo dari dalam kamar yang

hanya membuka pintu selebar wajahnya. Kyung Soo

sudah mengenakan piama tidurnya. Tanpa permisi, Eun

Soo menerobos masuk tanpa menunggu izin dari Kyung

Soo kemudian duduk diatas ranjang Kyung Soo bersama

dengan meonggu.

“Ada apa lagi?” Kyung Soo berjalan mendekat.

“Hah…” Eun Soo menghela nafas berat. “Aku

butuh bantuan,” lanjutnya.

“Apa?” tanya Kyung Soo datar.

“Bantu aku mencari tahu lebih jauh tentang Joon

Myeon. Aku ingin tau semua tentang dia.”

“Mwo? Kau gila? Sudah kubilang dia namja yang

angkuh. Kalau

tidak mengenalnya kenapa kau menyukainya.” Protes

Kyung Soo sambil duduk disebelah meonggu.

Eun Soo mengerutkan keningnya. “Apa kau lupa

dengan pepatah kalau cinta itu buta? Tapi aku tidak buta,

aku melihat dengan jelas bahwa Joon Myeon itu tampan.”

Eun Soo beranjak dari tempat tidur Kyung Soo dan

menyeret kakinya keluar kamar.

“Gadis aneh.” Gumam Kyung Soo.

**

Eun Soo kembali sibuk dengan aktivitasnya saat

semua siswa sibuk mengerjakan tugas. Ia tertawa

terpingkal-pingkal sambil menepuk meja karena komik

yang ia baca. Yumi hanya memperhatikan dengan

perasaan yang maklum akan sikap sahabatnya itu.

Page 27: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

27

“Eun Soo-ah, tugasmu!!” Teriak Yumi sembari

menepuk pundak Eun Soo pelan.

Eun Soo menyeka air matanya karena tertawa

sampai menangis. Kemudian ia menutup komik yang

menjadi bacaan wajibnya saat pelajaran.

“Hah.. tertawa membuatku dehidrasi. Kau punya

air minum?”

“Kantin.” Yumi kembali menatap buku yang ia

pegang.

“Ya! Kau ini kenapa?” Eun Soo tidak mengerti

dengan ucapan Yumi.

“Ya, sampai kapan aku harus mengerjakan

tugasmu.”

Eun Soo tercengang. “Oh, jadi itu. Araseo25. Aku

sangat

berterimakasih padamu.” Eun Soo memeluk Yumi yang

masih fokus pada

bukunya. Kemudian tergambar senyum tipis dibibir Yumi.

“Bagaimana dengan Kyung Soo?” tanya Yumi.

Eun Soo terbangun. Ia tak ingin menyampaikan

pesan Kyung Soo yang akan membuat hati Yumi sedih.

“Emm, aku belum mendapat jawaban darinya.

Akan kutanyakan lagi sepulang sekolah nanti.”

“Hah, aku sangat gelisah. Kira-kira apa yang akan

dia katakan padaku.” Yumi menatap Eun Soo muram, Eun

Soo hanya membalas dengan tersenyum bimbang.

25 Araseo = mengerti

Page 28: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

28

“Oh ya, aku sangat menyesal menyuruhmu datang

ke perpustakaan. Joon Myeon, dia tak sebaik yang aku

kira.”

“Gwaenchana26. Aku sudah melupakannya.”

“Emm, bagaimana kalau kau kukenalkan dengan

temanku. Dia namja yang sangat tampan. Badannya tinggi

dan sangat manis.” Yumi terlihat begitu antusias tapi Eun

Soo hanya terdiam.

“Kau akan menyukainya. Aku yakin sekali,

dibandingkan dengan Joon Myeon? Dia jauh lebih baik.”

lanjut Yumi.

“Seperti apa dia?”

“Seorang gitaris disebuah band. Sebentar lagi ia

akan mengadakan sebuah rekaman. Jadi, apa kau tidak

tertarik mempunyai namjachingu27 seorang artis?? Dia

baru saja masuk Universitas tahun ini. Musik, baginya

musik adalah segalanya.” Terang Yumi dengan penuh

semangat.

“Lalu, kenapa tidak kau saja yang bersamanya?”

“Ya, ingat! Aku terlanjur menaruh hati pada

kakakmu karena

dia namja yang dingin. Aku suka itu.”

“Hah, dingin bagaimana?”

“Sudahlah, sepulang sekolah kita bertemu

dengannya,” kata Yumi santai tapi Eun Soo terlihat kaget

dengan penuturan Yumi.

26 Gwenchana = tidak masalah

27 Namjachingu = kekasih untuk perempuan

Page 29: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

29

“Ya! Aku belum minta izin pada eomma.”

“Tenang saja, aku akan meminta izin pada Kyung

Soo. Serahkan padaku,” kata Yumi genit sambil

tersenyum senang.

“Cck, bilang saja kau ingin bertemu dengannya.”

“Tepat sekali.”

Yumi merapikan dirinya karena sebentar lagi ia

akan menemui Kyung Soo di tempat parkir.

Yumi menghela nafas berat setelah melihat

keberadaan Kyung Soo yang sibuk mengeluarkan sepeda

dari Parkiran. Degupan jantungnya menjadi tidak stabil.

“Kyung Soo-ya?” Yumi melambaikan tangan

sembari menunjukkan jajaran giginya yang rapi. Kyung

Soo mengerutkan keningnya. “Anyeong, Kyung Soo.”

sapa Yumi.

“Annyeong.” Mata Kyung Soo mencari-cari

keberadaan Eun Soo yang sudah ia tunggu-tunggu sejak

10 menit yang lalu.

“Kau mencari Eun Soo? Aku dan dia mendapat

tugas kelompok, jadi kami akan mengerjakan bersama

dirumahku. Tolong sampaikan pada orang tuamu Eun Soo

akan pulang terlambat hari ini.”

“Baiklah,” jawab Kyung Soo datar kemudian

pergi begitu saja.

Tenggorokan Yumi serasa tercekat melihat

kepergian Kyung Soo tanpa pamit. Dengan hati yang

sangat gelisah, ia kembali mendatangi Eun Soo yang

sedang menunggunya didalam kelas.

Page 30: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

30

“Kenapa dengan wajahnmu?” Eun Soo

memperhatikan wajah muram Yumi.

“Kakakmu, ada apa dengan kakakmu?” balas

Yumi. Eun Soo sudah menduga akan seperti ini. Kyung

Soo sudah menolak Yumi dan hal itu tidak bisa ditawar

lagi. Dengan hati-hati Eun Soo mengalihkan topik

pembicaraan mereka dan mengajak Yumi berangkat

bertemu dengan namja yang akan Yumi kenalkan

padanya.

Disebuah café, Yumi dan Eun Soo duduk

menunggu. Yumi menceritakan banyak hal tentang

temannya itu tapi Eun Soo terlihat biasa saja

menanggapinya.

“Aku bertemu dengannya saat acara pentas seni

tahun lalu. Tentu bukan sekolah kita, kapan sekolah kita

mengadakan pentas seni.”

“Kau yakin? Apa dia namja yang baik.”

“Hey, nona Do.. aku sangat yakin. Kau akan

menyukainya.” Tutur Yumi sembari menyeruput

minumannya.

Beberapa menit setelah itu, namja yang dimaksud

datang. Dengan baju yang sedikit kurang rapi, topi dan

rambut keriting berwarna emas, ia duduk tepat disamping

Yumi.

Eun Soo tercengang kaget. Kemudian

memperhatikan namja itu dengan seksama, kedua

matanya naik turun kemudian ia menelan ludahnya

dengan susah payah.

“Ini dia yeoja yang aku ceritakan padamu.”

Page 31: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

31

“Anyeonghaseo, aku Park Chanyeol,”

katanya sembari

memamerkan jajaran gigi yang putih dan rapi. Tatapannya

begitu ramah, senyumnya juga sangat bergairah. Setiap

orang yang melihatnya akan tertarik untuk memperhatikan

jajaran gigi yang begitu rapi dengan senyuman yang

begitu menyegarkan.

“Anyeonghaseo, Do Eun Soo imnida28,” jawab

Eun Soo kemudian menatap tajam pada Yumi. Yumi

terkekeh.

“Aku tinggal kalian sebentar. Kalian ngobrol saja

dulu, aku akan segera kembali.” Yumi bersiap

meninggalkan Eun Soo dengan Chanyeol.

Eun Soo mendelik dan terus mengikuti Yumi

yang beranjak pergi.

Hening…

Keduanya saling membisu. Chanyeol sesekali

keceplosan bernyanyi kemudian terdiam saat menyadari

tatapan aneh dari Eun Soo sedang menyerangnya.

“Hahaha, beginilah aku.” Chanyeol mencoba

mengakrabkan diri. “Aku suka sekali dengan musik.

Kau?”

Eun Soo mengangkat kepalanya kaget. “Um, aku

suka sekali membaca….”

“Ah, tentu saja. Sudah terlihat jelas kau anak yang

kutu buku.” Eun Soo menyeringai. Ia kembali terdiam.

28 Imnida = namaku

Page 32: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

32

“Aku dan bandku, sangat terkenal dikalangan

remaja.”

“Ah, jinja29? Tapi kenapa aku tak pernah

mendengar nama band kalian.”

Chanyeol tertawa keras dan membuat Eun Soo

kaget untuk kesekian kalinya.

“Hahaha, mungkin kau saja yang tak pernah tau

tentang kami. Oh ya, apa kau pintar bernyanyi?” Eun Soo

menggelengkan

kepalanya.

“Ah, sayang sekali. Kami sedang membutuhkan

vokalis. Kami bertiga ingin memadukan „rap‟ dan „pop‟,

jadi kami membutuhkan vokalis yang bisa bernyanyi lagu

„pop‟ dengan baik,” jelasnya.

Eun Soo teringat seseorang. “Sepertinya aku ada

teman.”

“Benarkah? Kami sangat membutuhkannya, ini?”

Chanyeol menyerahkan selembar kertas pada Eun Soo.

“Ini nomor ponselku, kau bisa menghubungiku jika

memang kau ada teman untuk bergabung dengan kami.

Tentunya kau bisa menghubungiku kapan saja.” Ia terlihat

begitu bersemangat.

“Ah, baiklah. Aku mengerti. Akan kusimpan

nomor ponselmu, oke.”

“Aahh, Eun Soo-ah? Hahaha, terdengar sedikit

canggung memanggilmu seperti itu.”

29 Jinja = benarkah

Page 33: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

33

“Gwenchana, oppa. Aku senang dengan

panggilan itu.”

“Mwo? Kau panggil aku oppa? Bwhahahaa, aku

sangat senang mendengarnya.” Eun Soo mengerjapkan

kedua matanya heran, melihat namja yang tidak bisa

meninggalkan tawanya saat bicara.

Yumi datang membawa 3 botol minuman soda

dan menyerahkannya pada Chanyeol dan Eun Soo. “Wah,

kalian akrab sekali.”

Eun Soo kembali melirik Yumi tajam sambil

meneguk minuman sodanya.

Yumi mengakhiri pertemuan mereka kemudian

berpamitan

untuk pulang. Eun Soo tak mengeluarkan komentar

apapun, ia berjalan terus menatap kosong yang ada

didepannya.

“Hey, bagaimana menurutmu?” sebagai

jawabannya Eun Soo

hanya berdehem. “Apa kau tidak suka? Percayalah padaku

kau akan

nyaman bersamanya,” lanjut Yumi kemudian Eun Soo

berdehem.

“Aish! Yaaaa! Bicaralah sedikit. Jangan seperti

orang bisu.”

“Ehem!”

Yumi melongo, ia menatap Eun Soo dan kmudian

membalasnya dengan deheman yang lebih keras.

Page 34: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

34

Eun Soo melihat Kyung Soo sedang duduk

membaca buku didepan rumahnya. Eun Soo turun dari

sepeda dan berjalan menuntun sepeda itu masuk

kehalaman. “Kau sudah pulang?”

“Mmm..” Eun Soo memarkirkan sepedanya di

garasi.

Kyung Soo melirik jam tangan yang ia kenakan.

“Ini sudah sore. Bagaimana tugasmu? apa sudah selesai?.”

Eun Soo tampak bingung. “Tugas?” mereka

berdua bertatapan. “Ahh, tentu,” lanjutnya.

“Cepatlah kemari setelah kau mandi. Ada yang

ingin kusampaikan.” Eun Soo menghentikan langkahnya,

ia kembali kedepan menghadap Kyung Soo.

“Setelah kau mandi, bukan sekarang.” kata Kyung

Soo datar tanpa melihat Eun Soo.

Tak lama Eun Soo kembali setelah selesai mandi.

Kyung Soo menutup bukunya, lalu mengeluarkan

selembar kertas dari saku bajunya. Eun Soo terlihat begitu

penasaran, ia tak sabar apa yang akan Kyung Soo

sampaikan.

“Biar aku bacakan, kau cukup mendengarkan.”

Kyung Soo melirik kearah Eun Soo sembari

mengeluarkan sesuatu dari saku celananya.

Eun Soo menurut, ia mengangguk pasrah.

“Kim Joon Myeon, dia putra tunggal keluarga

Kim dan memiliki IQ Superior. Berbeda denganmu.. IQ-

mu berapa?”

Eun Soo mengembungkan pipinya.

Page 35: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

35

“Dia sering sekali memenangkan lomba

Olympiade, terutama matematika. Ia pandai sekali

berhitung. Peringkatnya tidak pernah merosot setiap

tahunnya. Itu sebabnya Joon Myeon terpilih menjadi

presiden sekolah. Ayahnya juga seorang dosen disebuah

Universitas ternama di Korea Selatan dan aku belum

mendapatkan nama Universitas itu. Dia tinggal di

Gangnam-Gu. Dia anak orang kaya.” Kyung Soo melirik

kearah Eun Soo saat mengatakan kalimat terakhirnya.

Eun Soo menghela nafas. Memang benar, Joon

Myeon bukan tandingannya. Bukan karena dia putra

tunggal konglomerat, tapi karena kualitas otak pria itu

tidak sebanding dengan dirinya.

“Tipe yeoja yang sangat di-idamkan Joon Myeon

adalah berambut hitam panjang.” Eun Soo segera menata

rambutnya. “Dan suka sekali membaca buku. Dia suka

dengan gadis yang pintar.” Kyung Soo terkekeh geli. Itu

berbeda jauh dengan adiknya.

“Aahhh, kenapa harus begitu!!!!” Gerutu Eun

Soo.

“Dia tipe orang yang penyayang sebenarnya, tapi

kepada orang yang benar-benar dia kenal.”

“Sudah cukup, aku tidak mau mendengarnya!!”

Eun Soo berdiri dan akan beranjak pergi.

“Hey, kau mau kemana?” Kyung Soo

menghentikan langkah Eun Soo.

“Aku mau makan.” Jawabnya singkat.

“Sekarang giliranmu membantuku.”

“Apa?? Aku harus bagaimana?”

“Cari tau tentang Narri.”

Page 36: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

36

“Cho Narri??? Kau yakin.” Kyung Soo

mengangguk yakin.

“Emm, baiklah. Oh ya, Kyung Soo. Bukankah kau

pandai menyanyi, suaramu sangat bagus.”

“Kau bicara apa?”

“Aku pernah mendengar konser tunggalmu

dikamar mandi. Ada tawaran menarik untukmu.”

“Aku tidak mau.”

“Hey, kalau begitu jangan harap aku akan mencari

informasi tentang Narri untukmu.”

“Apa? Jadi kau mengancamku?”

“Aniyo, jika kau menerima tawaranku.” Keduanya

saling menatap tajam. kemudian Kyung Soo kembali

membuka bukunya, dan Eun Soo memutuskan pergi ke

dapur.

**

“Eun Soo-ah,”

“Mmm...” kata Eun Soo dengan mulut penuhnya.

“Baiklah, aku setuju. Jadi aku harus bagaimana?”

“Ohok!” Eun Soo menepuk-nepuk punggung-nya

karena tersedak, kemudian Kyung Soo terburu mengambil

minum untuk Eun Soo.

Setelah Eun Soo merasa baikan. Ia menarik

nafas cukup

panjang untuk mengisi rongga dada yang terasa kosong.

“Baiklah, kita sepakat.” Eun Soo mengulurkan

tangannya. Ia mengajak Kyung Soo untuk berjabat tangan

sebagai perjanjian.

Page 37: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

37

“Nde.” Kyung Soo dengan segera meraih tangan

Eun Soo.

“Kau cukup bernyanyi, mereka band yang cukup

terkenal hanya saja membutuhkan vocalis untuk pop.

Sebenarnya aku tidak tau seterkenal apa mereka, bahkan

kita tidak pernah melihatnya muncul ditelevisi.” Mereka

berdua saling menatap tanpa ekspresi.

“Aku juga bisa melakukan beatbox. Aku bisa

menyanyi rapp dengan baik.”

“Ahh, jangan pamer padaku. Jelaskan saja saat

kau bertemu dengan mereka.” Tukas Eun Soo kemudian ia

meraih sebuah kertas pemberian Chanyeol tadi, dan segera

menghubunginya.

“Yoboseyo30?”

“Yoboseyo?”

“Oppa, ini aku, Eun Soo.”

“Ah, kau? Ada apa?”

“Aku ada kabar gembira untukmu.”

“Jinja?” Terdengar suara gelak tawa bahagia dari

seberang sana.

“Kyung Soo, dia kakakku. dan bersedia

bergabung dengan kalian.”

“Uwaa. Aku senang sekali mendengarnya.

Gomawo31 Eun Soo-ah. Besok sepulang sekolah kalian ku

jemput.”

30 Yoboseyo = halo

31 Gomawo = terimakasih

Page 38: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

38

“Mmm, aku membawa sepeda. Tapi kenapa

terburu sekali?”

“Kalau begitu besok kalian tidak usah membawa

sepeda, kalian satu sekolah kan? Kami tidak punya banyak

waktu lagi.”

“Nde, arasimida32.”

“Ah, apa dia ada disana?”

“Nde.” Eun Soo menyerahkan ponselnya pada

Kyung Soo. Dengan malas Kyung Soo menerima ponsel

itu.

“Yoboseyo?”

“Ah, hai. Kau serius kan mau bergabung dengan

kami?”

“Nde.”

“Kalau begitu kau bersiap untuk tes besok.”

“Apa perlu hal seperti itu? Bukankah band kalian

hanya band indie?”

“Ckckck, tapi kami tidak sembarang memilih

personel.”

“Ah, kau meragukanku?”

“Bukan begitu. Baiklah, sampai jumpa besok.

Aku harap kau pilihan yang tepat. annyeong.”

Tut…. tut... tut…

“Pilihan yang tepat bagaimana maksudnya?”

32 Arasimida = aku mengerti.

Page 39: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

39

Eun Soo menggelengkan kepala. kemudian

meraih kembali ponselnya yang ada di genggaman Kyung

Soo.

**

Eun Soo dan Kyung Soo terpaksa harus berjalan

kaki menuju sekolah. Mereka berangkat lebih awal agar

tidak terlambat sesampainya disekolah.

“Kalau kakiku pegal, kau harus tanggung jawab,”

gerutu Kyung Soo yang terlihat ngos-ngosan. Eun Soo

pun demikian, ia berkali-kali berhenti dan duduk di

sembarang tempat.

“Ah, kakiku juga pegal, bagaimana kalau kau

gendong aku, nanti aku akan menggendongmu?”

Kyung Soo langsung berdecak tidak setuju.

“Ccciiih, kau sudah gila!!!! Jatuh martabatku jika aku

berada diatas punggungmu.”

Sesampainya disekolah, Kyung Soo dan Eun Soo

langsung duduk didekat gerbang dengan hati yang lega

karena mereka tidak terlambat datang ke sekolah.

Yumi datang dan menghampiri mereka. Dengan

wajah kebingungan dia mencoba memberanikan diri untuk

mendekat.

“Kalian kenapa?”

Eun Soo mengelus-elus kakinya, sedangkan

Kyung Soo bersandar pada tembok dengan kaki yang ia

luruskan.

“Aahhh, kami berjalan kaki. Aduh, rasanya

kakiku mau patah,” gerutu Eun Soo. Yumi tersenyum.

Page 40: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

40

“Ini semua karena ide konyolmu,” sahut Kyung

Soo.

“Hey, ini juga karena kau! Jangan menyalahkanku

lagi.”

“Sudahlah, lebih baik kita masuk kelas sekarang.”

Yumi meraih tangan Eun Soo, akhirnya mereka berdua

masuk kelas lebih dulu.

Kyung Soo masih terdiam. Ia ingin

menghilangkan keringat paginya terlebih dahulu sebelum

masuk kedalam kelas. Ia tidak ingin terlihat berantakan

didepan-teman-temannya. Kemudian Kyung Soo bangkit

dan berpindah duduk dipetak tanaman yang ada

didekatnya.

“Ya, apa yang kau lakukan?” sapa Baekhyun.

“Ah, aku habis berolahraga,” ucapnya sembari

mengibaskan

tangannya pada wajah.

“Kau? Hah, aku kaget mendengarnya.”

Kedua mata Kyung Soo melotot. Ia melihat Narri

berjalan sendirian masuk kesekolah. Segera ia menutupi

wajahnya dengan tas yang ia bawa. Jantungnya berubah

menjadi tak karuan saat melihat Narri melintas

didekatnya, sedangkan Baekhyun, yang semakin heran

dengan tingkah aneh Kyung Soo.

“Hei, kau kenapa? Hah?” Baekhyun berusaha

menarik tas Kyung Soo tapi Kyung Soo dengan keras

memeganginya. Mereka seperti berebut tas sampai

akhirnya Kyung Soo melepaskan tas itu dan Baekhyun

terjatuh.

Page 41: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

41

End Of

Chapter 1

CHAPTER 2

“Cry-cry”

Page 42: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

42

“Ya!!! Kenapa kau menjatuhkanku?”

Dengan wajah kagetnya, Kyung Soo membantu

Baekhyun berdiri. “Kenapa kau bisa jatuh?” tanya Kyung

Soo bingung. Baekhyun hanya memandang wajah tanpa

dosa Kyung Soo dengan menghela nafas panjang.

“Sudahlah, kita masuk saja. Pantatku baik-baik

saja,” katanya datar kemudian berjalan memasuki sekolah

dan Kyung Soo berjalan mengekori Baekhyun.

Kyung Soo menghentikan langkahnya, tiba-tiba

dadanya terasa sesak. bukan karena melihat Narri, tapi ia

sedikit kesulitan bernafas. Kyung Soo menggenggam erat

dasi yang melingkari lehernya dan mencoba membuatnya

sedikit longgar. Sedangkan Baekhyun, ia berjalan dan

berbicara panjang lebar mengenai kesulitannya

mengerjakan soal fisika semalaman suntuk. Karena tidak

Page 43: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

43

mendapatkan jawaban dari Kyung Soo. Lebih tepatnya

tidak mendapat respon, ia berhenti.

“Kyung Soo, kau mendengarku tidak?” kemudian

ia menoleh kebelakang punggungnya. Baekhyun kaget

saat melihat Kyung Soo berada beberapa meter dari

tempatnya berdiri.

“Ya!!! Jadi kau membiarkanku berbicara sendirian

dari tadi!!!!” Baekhyun kembali dan menarik tangan

Kyung Soo. Sedangkan Kyung Soo, wajahnya tiba-tiba

saja terlihat pucat. “Kyung Soo, kau sakit? kau kenapa?”

tanya Baekhyun panik.

“Gwenchana, aku terlalu ketat memakai dasi.

Rasanya leherku tercekik,” elak Kyung Soo, kemudian

mulai berjalan dan menarik tangan Baekhyun agar tidak

menaruh curiga padanya.

“Seharusnya kau meniru gaya Eun Soo, kulihat

dia tidak pernah mengenakan dasi.” Baekhyun terkekeh.

“Aku bukan Eun Soo.” Kedua manik hitam itu

menatap Baekhyun tajam.

Baekhyun hanya menelan ludah yang kemudian

tersenyum masam menanggapinya. “Baiklah, aku

mengerti. Kalian itu kembar, tapi tidak mau disama-

samakan, begitu, „kan? Yah, seharusnya aku tau itu.”

**

Kyung Soo menatap kosong pada buku yang ia

pegang. Ia sedang berdiri didepan kelasnya sembari

membaca buku dan sesekali memandangi teman-temannya

yang sedang asyik bermain di halaman sekolah.

Page 44: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

44

Kedua mata lebarnya menatap Narri yang sedang

berjalan dan duduk bergabung dengan teman-temannya

ditaman, tepat di bawah tempat Kyung Soo berdiri.

“Aku tidak tau kenapa aku tidak bisa mengerjakan

soal-soal ini dengan baik, padahal aku sudah belajar

dengan keras.” Baekhyun menatap hasil lembaran

ulangannya kemarin. Terlalu banyak coretan merah yang

ia dapatkan.

“Apa otakku sebodoh itu? Seharusnya aku satu

kelas dengan adikmu, Kyung Soo.” Baekhyun menaikkan

bola matanya. Sekali lagi ia berharap mendapat jawaban

dari Kyung Soo tapi Kyung Soo sama sekali tak

memperdulikannya. Baekhyun menoleh, memperhatikan

wajah Kyung Soo yang terpaku dengan seseorang

dibawah mereka.

“Ahh… jadi kau memperhatikan dia? Begitu ya

orang sedang jatuh cinta, sekalipun tak memperdulikan

temannya bicara,” celetuk Baekhyun.

Kyung Soo menoleh. “Aku dengar apa yang kau

katakan,” balas Kyung Soo. Baekhyun menyeringai.

“Yah, Cho Narri. Kelas „c‟ dan dia merupakan

pelanggan tetap perpustakaan. Dia tinggal bersama dengan

keluarga lengkapnya, ayah, ibu dan adiknya. Tingginya

hanya 150 cm-an, dan usianya sama dengan kita. Dia

mengikuti berbagai macam kursus termasuk ballet, piano

dan biola. Dia pandai sekali berbahasa Inggris, nilainya

sangat dikagumi guru Kim. Cita-citanya menjadi seorang

dokter, karena adiknya tengah sakit sekarang. dan…”

Kyung Soo ternganga, kaget. “Dari mana kau tau

soal itu?”

Page 45: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

45

“Hey, dia tetanggaku, jelas saja aku tau. Ibunya

sangat akrab dengan nenekku. Mereka berdua sering

menggosipkan sesuatu saat bersama. Aku tau karena aku

sering menguping pembicaraan mereka.”

Kyung Soo kembali menatap sesosok yeoja yang

dikaguminya sedang mengumbar tawa bersama dengan

teman-temannya.

“Ah, jadi begitu,” gumam Kyung Soo.

“Hanya itu? Aku minta bayaran, traktir aku

makan.” Mereka berdua bertatapan, Baekhyun

menunjukkan wajah termanisnya pada Kyung Soo. Tapi

Kyung Soo hanya membalas dengan tatapan datar dan

berjalan menuju tempat yang Baekhyun harapkan.

**

Eun Soo mengembungkan pipinya. Kini ia sedang

menatap sebuah lembaran kertas putih yang dipenuhi

dengan coretan merah. Berkali-kali ia menghela nafas

panjang. Entah bagaimana ia harus menyampaikan

lembaran itu kepada eomma dan appa nanti. Apalagi jika

dibandingkan dengan nilai yang Kyung Soo dapatkan.

Yumi menatapnya prihatin. Yah, memang

seharusnya begitu. Eun Soo harus berubah agar mendapat

nilai bagus dan bisa naik kelas tahun ini. Bayangan tinggal

kelas semakin menghantuinya.

“Bagaimana menurutmu?”

Eun Soo menggembungkan pipinya sambil

menggelengkan kepala. Kemudian disusul dengan

mengangkat kedua tangannya.

“Tapi setidaknya nilaiku bertambah 10 point dari

40 menjadi 50. Yah, tidak cukup buruk.” Eun Soo

Page 46: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

46

menyeringai, dengan gemas Yumi memukul dahi

temannya itu.

“Kau bercanda. Bagaimana dengan Kyung Soo?

Dia selalu mendapat nilai jauh lebih bagus darimu. Kau

tidak merasa malu dengannya?” Eun Soo dengan enteng

menggelengkan kepalanya. Kemudian kembali meraih

komik yang ada dilaci mejanya.

“Hentikan Eun Soo, bukan saatnya kau membaca

komik disaat seperti ini.”

“Kenapa?”

“Aku mengkhawatirkanmu. Araseo?” Eun Soo

tertegun. Ia menatap wajah gelisah Yumi. “Kalau kita

masuk kelas ini sama-sama, kita juga harus keluar sama-

sama,” kata Yumi lirih, hampir tak terdengar.

Seketika itu dada Eun Soo menjadi sesak.

Genangan air mata Yumi yang tertahan siap meluncur

kapan saja. Eun Soo kembali menutup bukunya, tepatnya

sebuah komik yang ia pegang.

“Aku akan berubah. Aku akan belajar,” balas Eun

Soo. Ia menepuk pundak Yumi pelan, mencoba

menghiburnya.

“Gojima, kau dulu juga bilang begitu.”

Eun Soo membisu. Sekalipun ia tak pernah

belajar. “Aku akan berusaha. Aku masih tidak bisa janji

padamu, tapi aku akan mencobanya.”

Yumi menyeka air matanya. Kemudian kembali

duduk dibangkunya, tepat disamping kanan Eun Soo

duduk.

Page 47: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

47

“Um, Yumi-ah? Apa kau mengenal Narri?” tanya

Eun Soo yang tiba-tiba mengalihkan pembicaraan setelah

teringat janjinya dengan Kyung Soo.

“Cho Narri maksudmu?” Eun Soo mengangguk

yakin. “Tidak banyak yang kuketahui tentangnya, untuk

apa kau menanyakan dia?” Yumi mulai menaruh curiga.

“Ahh, kau tau. Aku sangat kesal dengannya, dia

sombong sekali.”

Yumi terheran. Ia kembali menatap ragu pada

mata Eun Soo. Tergambar jelas sedikit kebohongan

disana, kemudian Yumi tersenyum. Bertemu dengan Narri

saja tidak pernah, Eun Soo dengan seenak lidahnya

mengatakan Narri sombong.

“Begitu ya, kalau begitu kita labrak dia sama-

sama,” ajak Yumi penuh semangat.

“Ah, untuk apa? Itu hanya akan membuang-buang

waktu.” Eun Soo kembali duduk tenang, ia mencoba

meraih buku pelajaran yang ia bawa. Tapi, tasnya kosong.

**

“Kyung Soo-ssi?” kata Yumi serak. Ia kini

tengah berdiri mematung dihadapan Kyung Soo. Kyung

Soo hanya menatap datar tanpa menggerakkan bibirnya

sekalipun pada Yumi.

Yumi menjadi semakin gugup. Ia sudah berusaha

memberianikan diri untuk bertemu langsung dengan

Kyung Soo. Tak ada tujuan lain, Yumi hanya ingin

menyampaikan soal Eun Soo padanya. Kali ini ia tidak

berniat untuk mencari kesempatan bertemu dengan Kyung

Soo.

Page 48: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

48

“Maaf aku menganggumu.” Yumi

membungkukkan tubuhnya sebagai tanda permintaan

maafnya pada Kyung Soo. Kyung Soo mulai menutup

bukunya. Yumi tau benar ia sangat menganggu aktifitas

membaca yang Kyung Soo lakukan.

Baekhyun, yang berada dilantai atas sekolah

mereka, Memperhatikan gerak gerik mereka berdua.

“Hah, coba lihat apa yang sedang terjadi?” kata

Baekhyun pada dirinya sendiri.

“Ada apa?” kata Kyung Soo ketus. Ia paling tidak

suka saat sedang asyik membaca ada yang mengganggu.

“Aku hanya ingin menyampaikan soal Eun Soo

padamu.” Yumi masih menundukkan kepalanya, ia tidak

berani menatap Kyung Soo.

“Kenapa dengan dia?”

“Nilainya, kau tau nilai Eun Soo tidak pernah

mengalami peningkatan? Aku hanya ingin kau

membantunya,” kata Yumi hati-hati.

“Lalu aku harus bagaimana? Memberinya les

sepulang sekolah? Menjadi tutor pribadinya, begitu?

Percuma saja.” Kyung Soo mulai menatap wajah Yumi.

Yumi mengerutkan keningnya mendengar jawaban dari

Kyung Soo dan masih menundukkan kepalanya.

“Bukan, biarkan dia belajar sendiri.” Suara Yumi

semakin serak.

“Dengan cara bagaimana? Memegang buku

pelajaran saja dia tidak pernah.”

“Berbohong, coba kau bohongi dia?” Yumi

mencoba mengangkat kepalanya.

Page 49: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

49

“Kenapa kau begitu mengkhawatirkannya, dia

sendiri tidak peduli dengan nilainya,” gertak Kyung Soo.

Ia mendekatkan wajahnya pada gadis itu. Membuat gadis

yang ada dihadapannya semakin gugup.

“Aku tau.” Yumi menarik nafas panjang. “Tapi

kau tak tau kalau aku sangat peduli dengan adikmu, dia

temanku, sahabatku. Aku sangat menyayanginya. Aku

khawatir dengan ujian semester yang akan datang. Kau

jelas tau maksudku.” Yumi terdiam. Kyung Soo pun

kehilangan kata-kata.

“Baiklah, aku harus bagaimana?” Yumi menatap

Kyung Soo kaget. Kemudian mulai tersenyum dan

menjelaskan misi yang sudah ia pikirkan kepada Kyung

Soo dengan detail. Kyung Soo mencoba memahami dan

akan segera melakukannya pada Eun Soo.

“Hah, apa yang mereka bicarakan ? Kenapa

menjadi serius begitu,” gerutu Baekhyun kesal. Ia

mencoba memperhatikan lebih seksama lagi kejadian yang

ada dibawah karena memang suara mereka tidak sampai

terdengar ke atas.

“Hei, mana Kyung Soo?” Eun Soo menepuk

pundak Baekhyun dan membuatnya terjingkat kaget.

“Kenapa kau mengagetkanku.” Teriak Baekhyun

kesal tepat didepan wajah Eun Soo.

“Kau lebih mengagetkanku jika seperti itu.” Eun

Soo mengelus dadanya.

“Kau mencari Kyung Soo?” Eun Soo

mengangguk.

Baekhyun memegangi kepala Eun Soo dan

menundukkannya kebawah. “Apa yang kau…” Kedua

Page 50: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

50

mata lebar Eun Soo merasakan surprise saat melihat

kejadian langkah di taman sekolah. “Hey, apa itu sebuah

kebetulan?”

Baekhyun melepaskan tangannya. “Tidak,

kejadian itu disengaja,” jawab Baekhyun dan membuat

Eun Soo mengerutkan keningnya.

“Aku melihat sendiri, temanmu itu mendatangi

Kyung Soo. Seperti disebuah drama, wanita itu memang

agresif. Tapi kurasa temanmu sudah mulai menunjukkan

perkembangan.” Baekhyun terkekeh. Eun Soo tersenyum.

“Ya, jika Narri bukanlah gadis yang Kyung Soo

inginkan.”

Baekhyun menatap Eun Soo yang masih

memperhatikan kakaknya. Kedua matanya terbelalak.

“Jadi Kyung Soo benar-benar menyukai Narri?” suara

Baekhyun terdengar kaget.

“Kau ini bodoh atau apa? Ha?” Eun Soo

mengangkat alisnya dan menatap Baekhyun heran.

Kemudian mereka berdua kembali memperhatikan

kebawah dan Kyung Soo dan Yumi sudah menghilang.

“Kemana mereka berdua pergi.” Baekhyun dan

Eun Soo mencari-cari. Kedua mata mereka berpencar

mencari keberadaan Kyung Soo dan Yumi.

“Apa yang kalian lakukan?” Eun Soo dan

Baekhyun menoleh. Namja berwajah dingin itu tengah

berdiri dibalik punggung mereka. Seketika Eun Soo dan

Baekhyun terkesiap. Dengan spontan mereka tersenyum

janggal melihat tatapan mematikan dari mata Kyung Soo.

“Aku mencarimu,” jawab Eun Soo sekenanya.

**

Page 51: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

51

Eun Soo berjalan lebih dulu dibanding Kyung Soo

dan Baekhyun. Yumi akan menyusul setelah Chanyeol

datang menjemput. Eun Soo menghentikan langkahnya. Ia

melihat Joon Myeon berjalan menuju mobil jemputannya

keluar sekolah sendirian. Hatinya kembali menjadi

muram.

Kyung Soo dan Baekhyun ikut memperhatikan.

Terdengar helaan nafas Eun Soo dan membuat Kyung Soo

menoleh. Kemudian ia berjalan dan sengaja menabrak

lengan Eun Soo agar bangun dari lamunannya.

“Ya, dia memang tampan,” ujar Kyung Soo. Eun

Soo melongo.

“Kalian berdua ini saudara yang aneh,” gumam

Baekhyun kemudian menyusul Kyung Soo.

Sebuah mobil bercat hitam merk Porsche 911

berhenti didepan sekolah. Kemudian seorang namja tinggi

dengan senyuman yang menawan itu turun. Kini

rambutnya tidak keriting lagi. Rambut emas kecoklatan

lurus dan yang pasti membuat wajahnya semakin tampan

menjadi pusat perhatian setiap yeoja yang baru saja

keluar dari

sekolah untuk bergegas pulang.

Eun Soo terbelalak melihat pemilik mobil „antic‟

itu melambaikan tangan pada dirinya. Kyung Soo dan

Baekhyun terlihat kebingungan.

“Hey, apa itu namjachingu Eun Soo?” tanya

Baekhyun heran.

Kyung Soo menggelengkan kepalanya dengan

bibir sedikit terbuka.

Page 52: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

52

“Ya!! kita tidak punya banyak waktu lagi.” Yumi

datang dengan berlari dan segera meraih tangan Eun Soo.

Kyung Soo dan Baekhyun masih berjalan tenang.

“Mana kakakmu?” tanya Chanyeol. Kedua

matanya mencoba mencari-cari keberadaan Kyung Soo

yang belum pernah ia ketahui sebelumnya. Sedangkan

Kyung Soo hanya berada satu meter dari tempatnya

berdiri.

“Kyung Soo? Apa maksudnya Kyung Soo?”

Yumi terkaget. Eun Soo menganggukkan kepalanya dan

mulai menatap Kyung Soo agar berjalan lebih cepat.

“Ah, kau ternyata orangnya. Kau lebih mungil

dari yang kubayangkan.” Baekhyun terkekeh. Kemudian

terdiam saat Kyung Soo menatapnya.

Mereka berempat masuk mobil, termasuk

Baekhyun sebagai tamu yang tak diundang memaksakan

dirinya untuk bisa ikut.

“Siapa namamu?” Baekhyun memecah

keheningan didalam mobil.

“Park Chanyeol imnida, yah aku Park Chanyeol

tapi cukup kau panggil aku Chanyeol.”

“Kau lebih tua dariku, sepertinya. Aku

memanggilmu hyeong

saja.”

“Ah, kau terlalu sungkan. Kita ini teman.”

“Hahaha, ya tentu. Hey, aku sangat menyukai

mobil anehmu ini. Hahahaha.” Celetuk Baekhyun tanpa

sungkan.

Page 53: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

53

Kyung Soo dan Eun Soo menatap Baekhyun

bebarangan. Baekhyun mengerjapkan kedua matanya

melihat hal itu.

“Ahahhaaa, ini bukan mobil aneh. Ini mobil antic

dari Jerman tahun 90-an. Aku membelinya dari hasil

lelang saat awal masuk Universitas,” jelas Chanyeol.

“Hahaha, ya seharusnya aku tau soal itu,” jawab

Baekhyun terdengar sungkan.

“Emm, siapa namamu?”

“Baekhyun imnida. Byun Baekhyun.”

“Ah, mannasobangawo33.”

“Chonmaneyo34.”

Hening.

Mereka semua tediam didalam mobil. Terhanyut

oleh pikiran masing-masing.

“Hey, kenapa bukan kau saja yang duduk

dibelakang?” bisik Chanyeol pada Yumi. Dan Kyung Soo

memperhatikan.

Kemudian Yumi menoleh, melihat keadaan

dikursi kedua mobil Chanyeol. Kyung Soo terlihat jelas

menatap dirinya dengan kedua mata bulatnya yang terlihat

datar. Yumi menunduk, mengalihkan pandangannya

kebawah dan semakin dalam. Kemudian kembali

menghadap kedepan.

“Tidak mungkin aku duduk dibelakang,” balasnya

lirih dan Chanyeol tidak mendengarnya. 33 Mannasobangawo = senang berkenalan denganmu

34 Chonmaneyo = sama-sama

Page 54: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

54

“Kenapa Yumi bisa ikut?” Kyung Soo berbisik

pada pada Eun Soo yang ada disamping kirinya.

“Chanyeol dan Yumi adalah teman. Aku

mengenalnya dari Yumi.”

“Kapan kalian bertemu?”

“Baru saja kemarin. Kami bertemu dicafe,” jawab

Eun Soo polos.

“Jadi kau berbohong. Bukannya kemarin kau

berpamitan untuk pergi mengerjakan tugas kelompok?”

Eun Soo menoleh. “Kalian bilang kalian sedang ada tugas

kelompok dan mengerjakannya dirumah Yumi,” sambung

Kyung Soo, Eun Soo tercengang. Ia kehilangan kata-kata.

Ia tidak tau soal itu sebelumnya.

“Ya, setelah kami belajar kelompok tentunya.”

Sahut Yumi. Dan Kyung Soo menatap tajam pada Eun

Soo. Eun Soo hanya melempar pandangannya keluar

jendela mobil.

“Apa yang kalian bicarakan?” tanya Baekhyun

penasaran.

“Tidak ada,” jawab Kyung Soo dan Eun Soo

bebarengan.

“Kalian kompak sekali ya.” Chanyeol

menyeringai.

Sampailah mereka disebuah gedung studio band.

Tempatnya terlihat tidak terlalu besar tapi cukup bagus.

Chanyeol menjelaskan bahwa gedung itu milik bandnya

pribadi, itu adalah hasil kerja kerasnya bersama dengan

dua namja yang sedang menunggu didalam.

Chanyeol membuka pintu usai memarkirkan

mobilnya di pekarangan kecil studio. Disana dua orang

Page 55: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

55

namja sedang menunggu dan berlatih dengan alat

musiknya masing-masing. Baekhyun terbelalak takjub

melihat isi gedung yang terlihat kecil dari luar tetapi

begitu luas

dalamnya. Ia melihat sebuah drum, studio rekaman pribadi

dan gitar.

Perlahan ia melangkahkan kakinya masuk begitu

juga dengan yang lain. Kyung Soo tampak tenang-tenang

saja, Eun Soo memperhatikan isi keseluruhan ruang itu

dengan mata yang berbinar.

“Daebak35. Apa ini juga termasuk kalian sendiri

yang merancangnya?” ujar Eun Soo sembari mengamati.

“Nde, kami sendiri yang merancangnya.

Bagaimana menurutmu teman?” Chanyeol menatap

Kyung Soo.

“Not bad.” Jawabnya singkat.

“Ah… begitu ya.” Chanyeol mangut-mangut.

“Perkenalkan, mereka berdua adalah bagian dari band

ini.” Dua orang namja berdiri. Yang satu meletakkan gitar

bass-nya dan yang satunya lagi bangun dari kursi drum-

nya.

Kyung Soo membungkukkan badannya. Begitu

juga kedua namja yang ada dihadapannya.

“Anyeonghaseyo, Sehun imnida.”

“Anyeonghaseyo, Kyung Soo imnida.” balas

Kyung Soo, kemudian disusul dengan Eun Soo dan

Baekhyun memperkenalkan diri. Yumi sudah cukup akrab

dengan mereka. 35 Daebak = hebat

Page 56: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

56

“Anyeonghaseyo, Kai imnida.” Kai menyeringai.

Kini ia sedang menatap jahil kearah Eun Soo yang berdiri

tepat disamping Kyung Soo. Menyadari hal itu, Eun Soo

langsung menyembunyikan dirinya dibalik punggung

Kyung Soo.

“Ini dia, orang yang akan bergabung dengan kita.

Sebelumnya, kami ingin mendengar seperti apa suaramu?”

ucap Chanyeol seraya menyerahkan microfon pada Kyung

Soo.

“Baiklah, aku mengerti.”

“Kau bisa menyanyikan lagu apa?” celetuk Kai

sembari memutar-mutar stik drumnya.

“Aku bisa menyanyikan segala jenis lagu.”

Sehun terkekeh menyepelekan, begitu juga

dengan Kai. Kemudian Chanyeol berdehem dan memulai

latihan pertama mereka bersama Kyung Soo.

Kyung Soo masih berdiri mematung sekalipun

musik sudah terdengar kencang. Eun Soo tiba-tiba merasa

khawatir.

Suara Kyung Soo menggema. Suara yang lembut

dan halus bak sutra. Eun Soo berjingkrak-jingkrak

kegirangan saat melihat ketiga namja itu menelan ludah

mereka masing-masing. Yumi bertepuk tangan dan

Baekhyun mengacungkan kedua jempolnya. Chanyeol

dengan posisi mulut ternganga kagum dan Sehun yang

berhenti memetik gitarnya. Kai, ia tercengang sembari

membelalakkan kedua matanya.

Chanyeol, Kai dan Sehun mengerjapkan mata

mereka bebarengan kemudian sekali lagi menelan ludah.

Kyung Soo membungkukkan badannya, mengakhiri lagu

Page 57: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

57

yang ia nyanyikan dengan penghormatan. Eun Soo,

Baekhyun dan Yumi berdiri sembari memberikan tepuk

tangan.

“Uwahhh, aku benar-benar suka dengan suaramu.

Sungguh.”. Chanyeol mendekat dan menepuk pundak

Kyung Soo.

“Oddoke36? Apa kakakku masuk nominasi?” Eun

Soo tampak

begitu bersemangat.

“Ah, tentu saja,” balas Chanyeol tanpa ragu.

“Suaramu bagus, aku menyukainya.” Sehun

tersenyum dengan polosnya.

“Apa temanku juga boleh bergabung. Baekhyun

memiliki suara yang khas.” Baekhyun melotot. Ketiga

namja itu kini beralih menatap Baekhyun.

“Hey, apa yang kau katakan? Aku tidak bisa

bernyanyi.” Kyung Soo berjalan mendekati Baekhyun dan

menyerahkan microfon-nya ketangan Baekhyun.

Dengan malu-malu ia berdiri dan mencoba untuk

bernyanyi.

Serasa tenggorokan mereka tercekat. Suara tinggi

Baekhyun membuat mereka kehilangan kata-kata. Begitu

tipis dan nyaring. Chanyeol semakin tersenyum

sumringah, kini ia tidak usah susah payah lagi mencari

personel karena ada dua personel datang dengan

sendirinya.

36 Oddoke = bagaimana

Page 58: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

58

“Hwa…..” Chanyeol bertepuk tangan. “Kita akan

bekerja dengan baik. tidak perlu banyak latihan lagi, aku

rasa kalian mampu memenuhinya. Minggu depan, kita

berangkat kedapur rekaman yang sebenarnya.” Baekhyun

dan Kyung Soo tersenyum lebar. Untuk pertama kalinya

Yumi melihat senyum manis Kyung Soo.

**

“Kau berhasil. Kau berhasil.” Eun Soo melompat

kegiraan sembari memeluk Kyung Soo.

“Cepat lepaskan,” kata Kyung Soo datar.

“Ahh, baiklah. Aku akan menceritakan soal Narri

padamu.”

“Tidak usah, aku sudah mengetahui semuanya.”

“Apa?” Eun Soo terbelalak.

“Kau terlambat. Sebagai hukumannya dengarkan

aku.”

“Tidak mau.” Eun Soo menggelengkan kepalanya.

Kyung Soo langsung memegang tangan Eun Soo erat.

“Aku tadi bertemu dengan Joon Myeon.” Eun Soo

langsung berhenti memberontak.

“Jinja, dimana?”

“Tentu saja di perpustakaan. Dia juga

menyukaimu sebenarnya.” Wajah Kyung Soo terlihat

misterius.

“Benarkah?” kemudian Eun Soo menaruh curiga

pada Kyung Soo. “Kau berbohong.”

“Aniyo, aku tidak berbohong. Hanya saja kau

gadis yang kurang pintar, sebab itulah Joon Myeon tidak

mau mengungkapkan perasaannya padamu. Ia menunggu

Page 59: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

59

kau berubah terlebih dahulu. Seandainya kau gadis yang

pintar, mungkin dia sudah mengajakmu berkencan.”

Eun Soo tertegun. Ia sangat ragu dengan ucapan

Kyung Soo.

“Akan kubantu kau belajar. Kau tidak mungkin

menyia-nyiakan kesempatan ini, „kan?” Kyung Soo

menatap Eun Soo meyakinkan. Eun Soo terlihat bingung.

“Kau yakin kau tidak sedang berbohong?”

Kyung Soo mengangguk yakin.

“Baiklah, aku akan berusaha. Untuk Joon Myeon,

untuk menjadi yeojachingu37 Joon Myeon… kyaaaaaaa…”

Eun Soo berlari masuk kedalam rumah dengan

kegirangan. Kyung Soo hanya tersenyum smirk.

“Babo, kau memang terlalu bodoh.”

**

Eun Soo memperhatikan sepedanya. Kemudian ia

berteriak memanggil appa dan Kyung Soo untuk keluar.

“Ada apa?” tanya appa sembari berlari kecil.

Kyung Soo membawa tasnya dan siap berangkat ke

sekolah.

“Sepadaku,” gerutu Eun Soo sembari

menunjukkan sepedanya.

“Waeyo?” Kyung Soo datang mendekat.

“Tach‟ida38,” jawab Eun Soo singkat.

37 Yeojachingu = pacar untuk laki-laki

38 Tach‟ida = rusak

Page 60: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

60

“Hhahaa, ini hanya ban bocor. Kita bisa

menambalnya dan bisa kau pakai lagi,” sahut appa.

“Tapi ini rusak appa.”

“Hanya ban bocor,” celetuk Kyung Soo.

“Tapi tidak bisa dipakai kan? Berarti rusak.”

Appa tertawa dan Kyung Soo hanya menatap Eun

Soo kesal.

“Biar aku berangkat bersama dengan sepeda

Kyung Soo saja, appa.”

“Yah, sepulang sekolah nanti sepedamu sudah

bisa dipakai lagi,” jawab appa sembari mengamati sepeda

Eun Soo.

“Siapa juga yang mau memboncengmu.

Berjalanlah sendiri,” sahut Kyung Soo ketus.

“Apa kau tega membiarkanku berjalan sendirian

pergi ke sekolah. Tentu saja tidak, „kan?” belum sempat

Kyung Soo menjawab tapi Eun Soo sudah menjawab

pertanyaannya sendiri.

“Naiklah!”

Eun Soo berdiri dibelakang punggung Kyung Soo

dan berpegangan pada kedua pundak Kyung Soo.

“Sepulang sekolah nanti, kau ada latihan dengan

bandmu?”

“Nde, aku sudah minta izin pada eomma.”

“Dengan Baekhyun?”

“Memangnya dengan siapa lagi?”

“Kalau begitu sepedamu ini biar aku pakai.”

Page 61: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

61

“Memangnya kau akan meninggalkannya di

sekolah.”

“Ikkkksss, kau.” Eun Soo menjambak rambut

Kyung Soo.

“Sekali lagi kau melakukannya, kau akan

kuturunkan sekarang juga.” Ancam Kyung Soo dan

membuat Eun Soo terkekeh.

“Mianhae, oppa,” balas Eun Soo.

Kyung Soo terkaget, mendengar panggilan yang

terasa asing ditelinganya dan tak pernah Eun Soo katakan

padanya membuatnya tersenyum bahagia.

Sesampainya mereka di sekolah. Semua mata

tertuju pada mereka, tak biasanya mereka seakrab ini.

Yumi dan Baekhyun memperhatikan. Kebetulan mereka

sampai disekolah pada waktu yang sama.

Eun Soo melambaikan tangannya pada Baekhyun

dan Yumi, kemudian berlari kecil menghampiri mereka.

“Ini aneh?” Baekhyun mengangkat sebelah

alisnya. Eun Soo

tersenyum kemudian menggelengkan kepala dan

mengajak Yumi masuk kelas.

“Kyung Soo-ya, aku disini!” Baekhyun

melambaikan tangannya. Kyung Soo sudah tau Baekhyun

berdiri menunggunya disitu.

“Nanti kita latihan kan?” Baekhyun meletakkan

tangannya

dipundak Kyung Soo.

“Em.”

Page 62: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

62

“Bagaimana menurutmu? Mereka cukup

menyenangkan bukan? Menurutku begitu,” ucap

Baekhyun.

“Aniyo, hanya Chanyeol yang ramah. Kai, aku

kurang menyukainya,” sahut Kyung Soo.

“Hahaha, dia memang sedikit angkuh menurutku.

Mungkin karena kita belum terlalu mengenalnya.”

Baekhyun tersenyum.

“Aku harap juga begitu. Dia terlalu meremehkan

kita,” lanjut Kyung Soo.

“Hahahaha, kau benar sekali.”

**

Eun Soo mengeluarkan seluruh buku pelajaran

yang ia bawa dan menaruhnya di laci bangkunya. Yumi

tercengang kaget. Kedua matanya terbelalak

memperhatikan sahabatnya yang sedikit aneh hari ini. Eun

Soo tampak begitu bersemangat.

Yumi datang menghampiri bangku Eun Soo. Ia

menempelkan tangannya ke dahi Eun Soo. “Apa yang kau

lakukan?” Eun Soo melongo.

“Kau tidak sedang sakit kan?”

“Ah, aku kan sudah bilang padamu aku akan

belajar.” Yumi mangut-mangut.

“Ini karena seseorang.” Eun Soo menyeringai.

Dan Yumi

tersenyum, ternyata permintaannya dipenuhi oleh Kyung

Soo.

“Aku sangat mendukungmu.”

Page 63: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

63

“Tentu, kau harus mendukungku.” Eun Soo

terlihat begitu bersemangat. Hari ini wajahnya sangat

sumringah.

Pelajaran berlalu begitu cepat sampai akhirnya

saat jam

pulang sekolah tiba. Eun Soo datang ke Parkiran sekolah

bersama Yumi untuk mengambil sepeda milik Kyung Soo

dan membawanya pulang.

“Aku yang bonceng,” tawar Eun Soo.

“Rumahku dekat. Aku bisa berjalan kaki.”

“Hey, kau ini. Dari pada kau sendirian kan lebih

baik aku bonceng pulang.”

“Ah, baiklah. Jangan melototiku seperti itu.”

Mereka berjalan menuntun sepeda sampai keluar

gerbang. Soo dan Baekhyun sudah dijemput oleh

Chanyeol sebelum bel sekolah berdering. Eun Soo

tertegun. Ia berhenti tanpa aba-aba sampai membuat Yumi

yang berada dibelakangnya menabrak tubuhnya. Mereka

berdua terpaku. Kini wajah muram Eun Soo tergambar

jelas.

“Kyung Soo berbohong. dia berbohong padaku.”

Yumi menatap Eun Soo prihatin. Ia juga merasa menyesal.

**

Eun Soo merobohkan sepeda Kyung Soo

dihalaman rumahnya. Ia duduk dikursi tempat bersantai

depan rumahnya, kemudian menggeletakkan tasnya diatas

meja. Dalam pikirannya terlintas kejadian sepulang

sekolah tadi. Ia melihat Joon Myeon sedang menggandeng

seorang yeoja, dan yeoja itu memeluk lengan Joon Myeon

Page 64: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

64

dengan manja. Lebih menyakitkan lagi saat Yumi

mengatakan gadis itu adalah Narri.

Eun Soo menghela nafas berat. Kemudian ia

berjalan masuk kedalam rumah. Eomma melihat

kedatangannya, wajah putrinya tampak lusuh. Tanpa

menghiraukan keberadaan eomma yang sedang

memperhatikan dirinya, Eun Soo terus berjalan menaiki

tangga.

“Kau kenapa?” Eun Soo mengangkat kepalanya

yang tadinya menunduk muram, kemudian

menggelengkan kepalanya dan berjalan lesu menuju

kamar.

“Eun Soo-ah, eomma mianhae.” Eun Soo

menghentikan langkahnya. Kini ia berdiri di pertengahan

tangga. “Seharusnya eomma tidak membiarkan mereka

bermain dijalan,” lanjut eomma yang membuat Eun Soo

semakin tak mengerti.

Eomma berjalan mendekat, tatapannya mendung.

Eun Soo masih belum bisa menebak apa yang sudah

terjadi. Siapa lagi yang dimaksud kalau bukan anjing

peliharaannya.

“Waeyo, eomma?” Eun Soo perlahan menuruni

tangga.

“Yeonggu, seseorang menabraknya dan

melarikan diri.” Eun Soo terkejut. Kedua matanya

seketika melebar.

“Dimana yeonggu sekarang?” tanpa perlu

mendengar jawaban eomma, Eun Soo langsung berlari

menuruni tangga dan mencari sumber suara meonggu.

Page 65: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

65

Eun Soo tercengang kaget. Yeonggu terbaring

disamping meonggu dengan keadaan yang

memprihatinkan. Kakinya terluka dan banyak sekali

darah. Sedikitpun yeonggu tak bergerak, tubuhnya begitu

lemas. Eomma sudah berusaha mengobatinya, terlihat

sebuah balutan perban dikaki kanan yeonggu.

Eun Soo menyeka air matanya. Kemudian meraih

tubuh yeonggu dengan lembut. Dengan hati-hati tangan

Eun Soo mengangkat tubuh yeonggu dan menaruhnya

dalam pelukannya. Ia merasa ada sesuatu yang berbeda.

“Eomma!!!” Teriak Eun Soo dengan terisak

tangis. Yeonggu sudah mengakhiri hidupnya, terlihat dari

kedua bola mata anjing ras terrier airedale itu menatap

kosong pada Eun Soo.

**

Kyung Soo melihat tubuh adiknya membungkuk

diteras halaman belakang rumahnya bersama dengan

anjing miliknya. Kyung Soo menghela nafas, ia

mendengar cerita dari eomma sesampainya dirumah tadi.

Mungkin Kyung Soo belum tau satu kejutan lagi yang

sudah Eun Soo lihat bersama dengan Yumi sepulang

sekolah.

Kyung Soo memegang pundak Eun Soo pelan.

Kemudian ia duduk dengan tenang disamping Eun Soo

dan meonggu datang duduk diantara mereka.

“Meonggu sekarang milik kita bersama.” Eun Soo

menoleh. wajahnya terlihat begitu mengerikan. “Sudah,

jangan menangis lagi.” Kyung Soo meraih dagu Eun Soo

dan menghapus air mata yang membanjiri pipi adiknya

dengan jemari tangannya.

Page 66: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

66

“Kau terlihat jelek.” lanjut Kyung Soo. Eun Soo

menyembunyikan wajahnya, ia menunduk lebih dalam.

“Aku tidak akan memaafkan orang yang sudah

membunuh yeonggu.” Kyung Soo meraih tubuh Eun Soo

dan menjatuhkannya pada pelukannya.

“Aku juga,” sahut Eun Soo getir.

**

Angin malam membelai lembut helaian rambut

Eun Soo. Ia termenung bersama meonggu di halaman

belakang rumah dan hanya mengenakan piama hitam

bergambar bintang itu tanpa jaket atau pun selimut.

Padahal udara malam ini cukup dingin.

Kedua matanya menatap kosong pada

dedaunan yang

melambai-lambai tertiup angin. Suara gemerincing dari

hiasan kerang yang mengantung itu menjadi musiknya

malam ini.

“Kau belum tidur? Walaupun besok kau libur, tapi

ini jam tidurmu. „kan?” eomma mendekat, kemudian

memeluk tubuh Eun Soo dengan selembar selimut tebal.

“Aku belum mengantuk, eomma. Aku akan pergi

tidur jika memang mengantuk.”

“Em, baiklah. Jangan lupa untuk mengunci pintu.”

“Ye..”

Eun Soo kembali melamun. Dan mulai menikmati

suasana malam itu.

Perlahan ia memejamkan kedua matanya. Disana

tergambar saat-saat indah bersama yeonggu, hadiah ulang

tahun dari kedua orang tuanya yang paling ia sukai

Page 67: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

67

beberapa hari yang lalu. Semahal apapun penggantinya

akan tetap terasa berbeda. Anjing kesayangannya kini

telah pergi.

“Kau baik-baik saja?” suara namja itu membuat

kedua mata Eun Soo terbuka.

“Emm.”

Kyung Soo beralih duduk disamping Eun Soo. Ia

memperhatikan wajah adiknya yang terlihat begitu sedih.

Kemudian beralih memandang halaman yang kosong

dihadapannya.

Kyung Soo tidak akan keluar dari kamarnya

setelah mengenakan piama. Tapi niatannya untuk keluar

kamar tidak bisa ia artikan sendiri. Kyung Soo pun

menjadi tidak tenang.

“Setidaknya kau harus beristirahat,” tukas Kyung

Soo sembari memandang lesu wajah Eun Soo yang

muram.

“Aku belum mengantuk.” Dan hanya jawaban

itulah yang Eun Soo keluarkan. Kyung Soo menghela

nafas berat.

“Aku tidak akan membangunkanmu besok pagi,”

ancam Kyung Soo. Eun Soo menundukkan kepalanya.

Kemudian melingkarkan kedua tangannya pada lututnya.

“Kenapa kau membohongiku?”

Kyung Soo tertegun. Sepertinya ia tak mengerti

dengan apa yang Eun Soo katakan. Kyung Soo

menatap Eun Soo penuh tanya,

sekalipun Eun Soo tak menoleh padanya.

Page 68: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

68

“Joon Myeon sama sekali tidak mengenalku.

Narri, adalah yeojachingu-nya.” Kyung Soo tersentak

kaget. Kedua mata bulatnya semakin melebar. “Aku

melihat mereka berdua pulang bersama hari ini.” Eun Soo

meremas selimut yang ia kenakan.

“Kenapa saat bersamaan aku merasakan dua

kesedihan sekaligus. Kehilangan yeonggu, dan ….” Eun

Soo menundukkan kepalanya. ia menangis.

“Kita lupakan mereka sama-sama,” tukas Kyung

Soo kemudian. Eun Soo menoleh, menatap kedua mata

kakaknya yang terlihat baik-baik saja. Kemudian kembali

melemparkan pandangannya ke halaman yang berada

dihadapannya. Eun Soo mengernyit bingung.

“Melupakan seseorang tidak semudah saat kau

memasukkan jarimu kelubang hidung, Kyung Soo,” balas

Eun Soo.

“Ah, sudahlah jangan membahas mereka,” tukas

Kyung Soo.

Kyung Soo menatap langit yang bertaburan

banyak sekali bintang, nampaknya malam ini Goyang

sangat cerah. Tersungging senyuman tipis dibibirnya.

Kedua mata bulat Kyung Soo memperhatikan

beberapa titik bintang yang terlihat begitu terang, dan ada

satu bintang yang paling terang diantara yang lain. Ia

tersenyum, kemudian meletakkan tangan kirinya pada

pundak Eun Soo yang sedang terisak tangis.

“Kau lihat itu?” Kyung Soo mengangkat jari

telunjuknya. Eun Soo mendongakkan kepalanya. Kini

mereka melihat bintang yang sama.

Page 69: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

69

“Mungkin saja itu yeonggu,” kata Kyung Soo

sembari tersungging senyuman dibibirnya. “Mana

bintangmu?” lanjutnya.

Eun Soo menyeka air matanya. Kemudian

menerawang angkasa. Ia mencoba memilih satu bintang

yang menarik baginya.

“Yang itu.” Ia menunjuk bintang yang sama-sama

bersinar dengan bintang yang Kyung Soo bilang adalah

yeonggu.

Tepat dua bintang berdekatan yang Eun Soo pilih.

Yah, suasana hati mereka sedikit tenang. Kyung Soo

mengehela nafas lega. Mendengar Narri sudah

mempunyai namjachingu bukanlah kiamat baginya.

“Kalau begitu yang satunya adalah bintangku.”

Kyung Soo menatap Eun Soo penuh arti.

“Lalu, bintang meonggu yang mana?” tanya Eun

Soo dan berharap Kyung Soo menunjuk satu bintang

untuk meonggu.

“Yang itu, dan disana milik appa, disampingnya

lagi eomma,” akhirnya segaris senyuman tipis tersungging

dibibir tebal Eun Soo.

Mereka beranjak pergi tidur dan siap menikmati

akhir pelan mereka besok.

**

Kyung Soo dan Eun Soo -terpaksa- berdiri

menatapi eomma dan appa yang akan menjemur mereka

dibawah terik matahari. Hari ini cuaca cukup panas. Baru

juga jam 10 pagi sudah seperti jam 1 siang.

“Ayolah… kita berkebun sekarang. semangat!!!”

Appa tersenyum lebar.

Page 70: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

70

Kedua tangan Eun Soo dan Kyung Soo kini

terbungkus dengan sarung tangan berwarna hijau yang

nampak kebesaran. Tak lupa juga eomma menyuruh

mereka mengenakan topi besar ala ibu-ibu, termasuk

Kyung Soo juga harus mengenakannya sebelum wajahnya

merah terkena sinar matahari. Ia sedikit alergi panas.

Setelah mengenakan kostum lengkap mereka,

Kyung Soo dan Eun Soo berjalan menuju halaman

belakang rumah mereka yang gersang. Appa sudah

menggemburkan tanah yang siap menjadi kebun mereka

dan menaburkan pupuk disana. Eomma membawa

beberapa karung kecil bibit yang diserahkan pada Eun Soo

dan Kyung Soo. Mereka berdua masing-masing

memegang satu karung kecil.

Eun Soo menatap karung yang ada ditangannya,

begitupun juga Kyung Soo, ia melakukan hal yang sama.

Untuk pertama kalinya mereka berkebun bersama.

Biasanya setiap minggu Eun Soo akan menghabiskan

waktunya didalam kamar dan membaca komik sampai ia

tertidur dan bangun saat makan malam tiba. sedangkan

Kyung Soo akan mengerjakan segala sesuatu yang bisa ia

kerjakan. Membersihkan kamar-merapikan buku-bukunya

dan belajar.

“Ayolah, fighting39!!! Jangan murung begitu.

Appa tau kalian sedang sedih, yeonggu… appa yakin dia

sedang bahagia karena sempat bertemu dengan kalian,”

ujar appa sembari mengangkat skrop kecil ditangan

kanannya dan membuat eomma yang berada

disampingnya kelilipan.

39 Fighting = semangat

Page 71: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

71

Kyung Soo dan Eun Soo terkekeh. Menyadari hal

itu appa langsung meminta maaf pada eomma. Dengan

sedikit semangat Eun Soo memulai aktifitas berkebunnya

dipagi yang cerah itu.

Kedua tangannya menggali tanah basah yang

sudah appa sirami sebelum mereka berniat untuk

berkebun. Kyung Soo turut memperhatikan, sejauh ini

Eun Soo tak terdengar suaranya sama sekali. Kyung Soo

pun turut menggali. dan dengan sengaja ia membuat tanah

galiannya mengenai Eun Soo.

“Iks,” desah Eun Soo sembari menatap Kyung

Soo kesal. Tapi hati Kyung Soo merasa tidak puas karena

Eun Soo kembali melanjutkan aktifitasnya tanpa

membalas perbuatannya.

Sekali lagi Kyung Soo melakukan hal yang sama.

Kini ia benar-benar dengan sengaja melempar tanah

dengan skrop yang ada

ditangannya dan mengotori lengan Eun Soo.

Eun Soo terdiam. Ia memandangi tangan

kanannya tanpa ekpresi. Tanpa banyak bicara ia

mengambil tanah dengan skrop yang ia pegang dan

memasukkannya pada sarung tangan Kyung Soo.

“Rasakan!!!” Umpat Eun Soo. Kyung Soo

melongo, ia segera melepas sarung tangannya dengan

tersungging senyuman tipis dibibirnya.

“Ini untukmu.” Eun Soo melompat sembari

berteriak ngeri. Appa dan eomma seketika berdiri.

“Ada apa?” Kyung Soo tertawa puas. Seekor

cacing tanah yang ia dapatkan berhasil membuat Eun Soo

mengeluarkan suaranya.

Page 72: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

72

“Kau! hiiii….” Eun Soo bergidik ngeri. Kemudian

berlari menjauh dari tempatnya semula. Appa dan eomma

hanya menggeleng-gelengkan kepala mereka.

Kyung Soo masih tertawa tidak bisa menahan

betapa gelinya saat melihat Eun Soo hampir saja terjatuh

karena melihat seekor cacing. Eun Soo benci dengan

hewan melata.

“Sudah tau aku benci dengan binatang-binatang

seperti itu. ih, menyebalkan!” gerutu Eun Soo. Kali ini

meonggu turut membantu. Ia datang dan berhasil

menggalikan tanah untuk Eun Soo.

“Anjing pintar.” Eun Soo mengacak-acak bulu

meonggu.

“Meonggu-ya, kenapa kau tidak membantuku?

Apa kau menyukai majikan barumu? Huh?” teriak Kyung

Soo yang membuat eomma dan appa tertawa sembari

menggelengkan kepala mereka.

“Meonggu sudah bosan denganmu, jadi kau

bekerjalah sendiri,” celetuk Eun Soo dengan ketusnya.

“Ah, baiklah meonggu. Kau tidak akan mendapat

snack dariku lagi.”

“Tenang meonggu, aku juga bisa membelikannya

untukmu.” Eun Soo menjulurkan lidahnya sedangkan

Kyung Soo melotot.

Mereka melanjutkan aktifitas mereka. Setelah

menggali lubang-lubang kecil pada tanah, Kyung Soo

mengisi lubang-lubang itu dengan bibit yang eomma beri

padanya begitu juga dengan Eun Soo melakukan hal yang

sama. Mereka kembali seperti semula, melupakan sedikit

kejadian yang membuat hati mereka terluka.

Page 73: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

73

“Kyung Soo-ah, ada tamu untukmu.” Eomma

melonggokkkan kepalanya dari balik pintu. Kyung Soo

berdiri kemudian meletakkan skrop yang ada ditangannya

secara sembarangan.

“Tamu? Memangnya siapa yang

mengunjungimu,” gerutu Eun Soo. Jelas saja ia

mengatakan seperti itu karena sebelumnya mereka berdua

sama-sama tidak pernah mendapatkan tamu.

“Bukan urusanmu.” Kyung Soo melepas sandal

yang ia kenakan dan naik keatas lantai. Baru saja Kyung

Soo melangkahkan kakinya, seorang namja berwajah imut

itu tengah berdiri dihadapannya.

“Kau?”

“Hai, ah! Apa yang kalian lakukan?” Baekhyun

datang mendekati Eun Soo yang tengah berjongkok dan

sibuk menanam bibit-bibit bunga yang eomma berikan.

“Kalian seperti sedang membuat istana pasir.”

Kyung Soo datang mendekat dan kembali

mengenakan sarung tangannya dan mulai berkebun lagi.

“Untuk apa kau kemari?” tanya Eun Soo tanpa

melihat Baekhyun yang berada disampingnya.

“Aku ingin berkunjung. Em, sebenarnya karena

matematika aku terpaksa datang kemari,” jelasnya dengan

antusias.

“Oh.” Eun Soo berpindah tempat dan

membuat Baekhyun

mengernyitkan dahinya dan kemudian tersenyum.

**

Page 74: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

74

“Kyungie-ah, ada yang ingin kusampaikan

padamu. Ini soal Narri.”

Kyung Soo tidak merespon, ia sibuk dengan

tangannya yang sedang dipenuhi sabun. Sekali lagi

Baekhyun berbicara dan mendekati Kyung Soo. “Kau mau

mendengarkanku atau tidak?”

“Ani. Aku sudah tau soal itu, jadi jangan dibahas

lagi.”

“Ha?” kedua alis Baekhyun saling tertaut. Ia

bingung karena belum mengatakan apa-apa pada

temannya.

“Apa maksudmu, Do Kyung Soo?” Baekhyun

terus mengikuti langkah Kyung Soo yang berjalan

mondar-mandir kesana kemari.

Kyung Soo menghentikan langkahnya. Kemudian

membalikkan tubuhnya dan menatap Baekhyun yang

berada didepannya.

“Narri adalah yeojachingu Joon Myeon. Aku

sudah tau.”

Baekhyun tercengang kaget, kedua matanya

terbuka begitu lebar seperti bibirnya yang kini membentuk

huruf „o‟. Ia menatapi Kyung Soo yang tampak tenang-

tenang saja. Dihatinya berfikir kalau Kyung Soo tidak

benar-benar mencintai Narri.

“Dari mana kau tau itu?”

“Dariku.” Eun Soo menatap Baekhyun dalam.

Kini hatinya mulai terasa seperti terhimpit bebatuan besar.

Sakit.

Suasana menjadi hening. Ketiga anak manusia itu

terdiam membisu. Dan saling menatap satu sama lain.

Page 75: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

75

Baekhyun merasa bersalah. Seharusnya ia tidak usah

menyampaikan hal itu pada Kyung Soo.

“Ah, baiklah. Sebenarnya bukan matematika dan

Narri yang

membuatku datang kemari.” Kyung Soo dan Eun Soo

mengernyitkan kening mereka bingung.

“Lalu apa?” tanya Kyung Soo. Eun Soo dan

Kyung Soo menatap Baekhyun penuh tanya.

“Izinkan aku menginap disini? Jebal.” sebulir air

bening menetes dari pelupuk matanya. Bibirnya bergetar.

Kyung Soo dan Eun Soo melongo kaget. Mereka

berdua tersentak kaget melihat Baekhyun menangis deras

tanpa sebab. Kemudian Kyung Soo membawa Baekhyun

ke ruang tengah dan Eun Soo memberinya segelas air

putih. Nampaknya Baekhyun sedang ada masalah sampai

membuatnya menangis.

Setelah tangis Baekhyun reda. Eun Soo dan

Kyung Soo siap menjadi pendengar yang baik. Mereka

berdua mendengarkan dengan seksama penjelasan dari

Baekhyun.

“Aku tidak tau harus pergi kemana. Yang ada

diingatanku hanya kau, Kyung Soo. Aku bertengkar

dengan nenekku. Siapa yang menginginkan menjadi

seorang yatim piatu,” jelas Baekhyun panjang lebar

sembari berkali-kali menyeka air matanya.

Eun Soo dan Kyung Soo terkesiap, hati mereka

merasa iba.

Yah, Baekhyun adalah seorang yatim piatu sejak

dia masih berusia 3 tahun. Orang tuanya meninggal karena

kecelakaan pesawat saat mereka menuju Australia untuk

Page 76: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

76

sebuah tugas perusahaan. Hanya Baekhyun kecil yang

terselamatkan saat itu. Dan dengan terpaksa menerima

kenyataan hidupnya, Baekhyun dirawat dengan keadaan

yang tidak cukup baik oleh neneknya.

Baekhyun kecil tidak pernah menikmati masa

kanak-kanaknya seperti pada umumnya. Ia tidak

mendapatkan kasih sayang utuh dari neneknya. Bagi

neneknya, semenjak kelahiran Baekhyun, orang tuanya

banyak sekali mengalami kesialan. Maka dari itu

Baekhyun disebut sebagai anak pembawa sial. Bibinya

juga menganggap demikian, ia tidak pernah melihat atau

menyentuh Baekhyun sekalipun karena takut hidup

keluarga mereka terancam. Baekhyun kecil tidak pernah

mengerti akan hal itu.

Saat Baekhyun ingin pergi bermain bersama

teman-temannya. Baekhyun harus mengerjakan sesuatu

terlebih dahulu sebelum keluar rumah. Saat disekolah,

Baekhyun kecil hanya bisa menatapi teman-temannya

menikmati jajanan sekolah. Dua permen lollipop yang

hanya bisa ia nikmati sehari-hari selama ditaman kanak-

kanak dan sekolah dasar.

Bukan hanya anak pembawa sial yang neneknya

ungkapkan, tetapi karena pernikahan orang tuanya tidak

mendapat restu. Dan hal kecil karena nilai sekolah

Baekhyun yang tidak mengalami kenaikan. Selama di

sekolah dasar Baekhyun tidak mempunyai waktu untuk

belajar karena diburu dengan pekerjaan rumah dan harus

memasang mata boneka sepulang sekolah. Ia merasa

sangat beruntung bisa masuk ke sekolah yang menjadi

tempatnya belajar sekarang ini tanpa mengeluarkan biaya

dengan pengajuan beasiswa tidak mampu.

Page 77: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

77

Baekhyun memutuskan pergi dari rumah

neneknya untuk membuat suasana hatinya sedikit tenang.

Terlalu lama dirumah neneknya akan membuatnya

semakin frustasi.

“Kau! Selalu saja nilaimu jelek! Kau tidak mau

belajar! Apa ini hasil dari biaya yang kukeluarkan untuk

sekolahmu, huh?” Baekhyun tertunduk dalam dengan

bercucuran air mata membanjiri pipinya.

“Aku muak melihatmu bocah bodoh! Lebih baik

kau pergi saja mencari keluarga ibumu dan hidup bersama

mereka.”

Baekhyun terkesiap, hatinya seperti tersabit benda

tajam dan membuatnya terluka parah. Perlahan Baekhyun

menyeka air matanya. Ia mencoba menenangkan hatinya.

Yang kemudian membalas tatapan tajam neneknya.

“Aku akan pergi.”

Eun Soo hampir saja menangis. Kyung Soo

menyentuh pundak Baekhyun pelan. Kini ia juga

merasakan hal yang Baekhyun rasakan. Sedangkan

Baekhyun sudah terisak tangis sedari tadi.

“Kau boleh tinggal disini. selama yang kau mau.”

Mereka bertiga menoleh. Wajah appa terlihat

menaruh belas kasih pada Baekhyun. Kemudian appa

mendekat dan duduk disamping Baekhyun yang

menundukkan kepalanya sembari menangis.

“Sudahlah, jangan sedih lagi. Anggap saja kami

keluargamu.” Baekhyun semakin terisak tangis. Kemudian

appa memeluk tubuhnya.

Page 78: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

78

Eun Soo dan Kyung Soo juga eomma tersenyum

bahagia menyambut kedatangan keluarga baru mereka.

Serasa keluarga mereka mendapatkan suasana baru.

Kyung Soo dan Eun Soo tidak pernah mengira

sebelumnya kehidupan Baekhyun sahabat mereka, seperih

ini. Karena Baekhyun sendiri selalu terlihat bahagia dan

tidak pernah murung sekalipun. Tapi, untuk kali ini

Baekhyun rupanya tidak bisa menyembunyikan lukanya

lagi. Sikap neneknya yang selalu kasar dan perlakuan

saudara-saudaranya yang tidak menyenangkan. Kini

Baekhyun berharap mimpi buruknya segera berakhir.

“Kau sudah mengemasi barang-barangmu?”

Appa memperhatikan Baekhyun hanya membawa

satu buah tas ransel yang berada dipunggungnya.

“Ye, ahjussi40. Aku sudah membawa semua

barang-barangku.” Baekhyun berjalan keluar dan masuk

membawa barang-barang di tangan kanan dan kirinya.

“Ah, aku kira kau belum berkemas. Kyung Soo,

sementara kau berbagi kamar dengannya. Hem?” Kyung

Soo tersenyum sembari menganggukkan kepalanya

dengan senang hati.

“Jeongmal mianhae, aku merepotkan kalian.”

Baekhyun membungkukkan badannya.

“Kau terlalu sungkan. Sudahlah cepat masuk

kamar dan rapikan barang-barangmu disana. Jangan lupa

ganti baju dan turun untuk makan siang.”

40 Ahjussi = paman

Page 79: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

79

“Ayo kuantar.” Kyung Soo mengangkat tas yang

ada ditangan kanan Baekhyun dan membawanya menuju

kamar.

Sementara Baekhyun dan Kyung Soo kekamar.

Eun Soo masih berada ditempat duduknya dan

memperhatikan tubuh Baekhyun dan Kyung Soo pergi.

“Kau baik-baik saja?” tanya appa.

“Ye, appa.” Eun Soo tersenyum.

“Kau merasa sedih?”

“Ah, aku sangat terkejut mendengar apa yang ia

ceritakan tadi.”

“Apa tidak sebaiknya kita mengangkatnya

menjadi putra kita? Aku melihat sesuatu yang berbeda dari

anak itu.” Eomma membuat appa dan Eun Soo terkejut.

**

Kyung Soo membantu Baekhyun merapikan

pakaiannya. Kali ini Kyung Soo harus rela berbagi almari,

tempat tidur, dan segala fasilitas kamarnya dengan

Baekhyun.

“Kenapa kau tidak pernah bilang padaku?”

Baekhyun terdiam. Kini tangannya berhenti

melipat pakaian.

Baekhyun tidak berani menatap Kyung Soo yang juga

sedang sibuk dengan pakaian-pakaiannya.

“Aku-kan temanmu. Seharusnya kau bilang

padaku.” Kyung Soo menatap Baekhyun dalam.

“Kyungie-ah?” melihat tatapan itu, dada

Baekhyun terasa sesak. “Aku tidak ingin membuatmu

khawatir. Aku hanya ingin kita bersenang-senang.”

Page 80: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

80

Baekhyun mencoba untuk tersenyum. Tapi Kyung Soo tau

pasti dengan senyuman yang terpaksa ia tunjukkan.

Tanpa memberi jawaban, Kyung Soo kembali

merapikan pakaian Baekhyun.

“brraakkk.” pintu terbuka begitu saja dan

membuat Kyung Soo dan Baekhyun terkaget.

Eun Soo kini berdiri diambang pintu dengan mata

yang terbelalak. Kyung Soo melotot, dan Baekhyun hanya

tersenyum. Baekhyun terbiasa diperlakukan seperti itu

dirumahnya.

“Wah, sopan sekali.” Kyung Soo berdiri, menatap

Eun Soo kesal dan Baekhyun kembali merapikan barang-

barangnya.

“Huh.” Eun Soo menghela nafas, kemudian

menyeka keringat didahinya dengan punggung tangan.

Padahal tidak ada keringat disana. “Kuharap kalian senang

mendengar ini.” Eun Soo berjalan masuk dan duduk

ditepian ranjang Kyung Soo.

“Ada apa?” Kyung Soo terlihat begitu serius.

“Eomma dan appa memutuskan untuk

mengangkat Baekhyun menjadi saudara kita.” ujar Eun

Soo dengan berteriak. Ia sengaja melakukan hal itu agar

terdengar surprise oleh kedua lelaki yang ada

dihadapannya.

“Mwo?” Baekhyun dan Kyung Soo terkaget.

Kemudian Eun Soo bersorak bahagia sembari meraih

tubuh Baekhyun dan memeluknya

tanpa sadar.

Baekhyun terkejut, serasa mendapatkan hadiah

terbesar dalam hidupnya, kehadiran kedua orang tuanya

Page 81: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

81

kembali. Sampai-sampai buliran air mata itu menetes tiba-

tiba. Kyung Soo menghembuskan nafas lega dan

merasakan kebahagiaan yang sama. Ia mengelus pundak

Baekhyun dengan lembut sembari tersenyum.

“Ah, mianhae.” Eun Soo menunduk malu setelah

melepaskan tangannya yang tadinya melingkari tubuh

Baekhyun.

“Karena kau sudah ada teman untuk tidur. Biarkan

aku bersama meonggu kali ini. Kajja meonggu,” lanjut

Eun Soo kemudian berlari kecil keluar kamar. Ia juga tak

lupa untuk menutup pintu kamar Kyung Soo.

“Mian, terkadang Eun Soo menjadi aneh.”

Baekhyun langsung memeluk Kyung Soo dan hampir

membuat mereka terjatuh.

**

Mereka bertiga mengayuh sepeda mereka

bersama-sama. Eun Soo mengalah dan memberikan

sepedanya pada Baekhyun, sedangkan ia rela berdiri

dibalik pungung Kyung Soo.

“Aku baru tau kalau ahjumma41 juga menyiapkan

kalian bekal.”

Eun Soo dan Kyung Soo tersenyum, sebenarnya

bekal itu hanya untuk Eun Soo. Dan Kyung Soo lebih

memilih membeli jajanan dikantin karena teman-teman

sekelasnya tidak ada yang membawa bekal kesekolah.

“Bagaimana kalau kita taruhan?” Eun Soo dan

Kyung Soo menoleh bebarengan.

“Mwo????” tanya Kyung Soo tidak mengerti. 41 Ahjumma = bibi

Page 82: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

82

“Yang menang sampai disekolah duluan berhak

menghabiskan bekalnya. Oke?” Baekhyun seraya

mengayuh sepedanya dengan cepat tanpa memberi aba-

aba terlebih dahulu.

“Eun Soo-ah, pegangan yang erat,” teriak Kyung

Soo.

Kyung Soo mengayuh sepedanya dengan cepat

sampai Eun Soo hampir terjatuh.

“Oppa, biarkan saja bekalku ia habiskan. Tapi

jangan seperti ini.” Eun Soo berteriak sembari menutup

kedua matanya karena takut.

“Kau cukup pegangan padaku.” Kyung Soo jadi

lepas kendali.

Brak..

Sepeda mereka roboh.

“Saengi42!” Baekhyun memutar balik sepedanya.

Ia terlihat panik saat melihat sepeda yang dinaiki Kyung

Soo dan Eun Soo roboh.

Eun Soo mencoba berdiri. Lututnya kini mengalir

segaris darah segar. Kyung Soo jatuh dengan posisi duduk

dan Eun Soo berlutut.

Baekhyun segera menolong. Ia membantu Eun

Soo berdiri. Tampak jelas Eun Soo sedang menahan rasa

kesakitan. Kyung Soo mendirikan sepedanya, telapak

tangannya sedikit terluka. Dan orang-orang yang ada

disekeliling mereka turut memperhatikan.

“Aku minta maaf, gara-gara aku…”

42 Saengi = adik

Page 83: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

83

“Hiks, hiks. Lututku sakit. Aku tidak bisa

berjalan.” Eun Soo merintih kesakitan.

“Tanganku.” Kyung Soo menatap telapak

tangannya yang lecet.

“Celanamu, Kyung Soo.” Baekhyun menunjuk

celana Kyung Soo yang robek dibagian lutut.

“Sial, aku tidak bisa pergi kesekolah dalam

keadaan seperti ini.”

“Kyung Soo-ah, biar aku yang menggendong Eun

Soo. Kau masih kuat berjalankan? Kita titipkan saja

sepeda kita ditempat penitipan.” Baekhyun meraih tangan

Eun Soo.

“Lalu?” Kyung Soo terlihat bingung.

“Kita kembali pulang.”

Kyung Soo dan Eun Soo melongo. Baekhyun

berjongkok didepan Eun Soo dan menaruh ranselnya

didepan dadanya. Eun Soo terdiam, melihat keadaan tubuh

Baekhyun yang kurus seperti itu membuatnya ragu untuk

menerima tumpangan dari Baekhyun.

“Apa yang kau tunggu. Cepat naiklah.” Perlahan

Eun Soo menaiki tubuh Baekhyun dan melingkarkan

tangannya pada leher Baekhyun.

Selama perjalan pulang. Mereka memikirkan

bagaimana menjelaskan pada eomma sesampainya

dirumah nanti. Membolos sekolah, bukanlah alasan yang

tepat. menjelaskan taruhan mereka juga merupakan hal

yang konyol.

Page 84: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

84

“Aku minta maaf, ahjumma.” Baekhyun

menundukkan kepalanya dengan ketakutan. Kyung Soo

dan Eun Soo sudah berbaring diatas sofa dan

membersihkan luka mereka masing-masing.

“Sebenarnya apa yang kalian lakukan? Kyung

Soo? Kenapa bisa kau terjatuh sampai seperti ini?” tanya

eomma sembari membantu Eun Soo membersihkan

lututnya.

“Na43…” Kyung Soo mencoba mencari alasan.

“Ini bukan salah Kyung Soo. Tapi ini salahku,

ahjumma. Aku… um, aku….” sahut Baekhyun.

“Ada apa dengan kalian? Kenapa kalian susah

sekali menjelaskan hal ini?” eomma terlihat bingung.

“Mereka taruhan, eomma,” sahut Eun Soo. Kedua

tangannya terlipat rapi dan bibir yang sengaja ia

kerucutkan.

“Taruhan?” eomma semakin tidak mengerti.

Kyung Soo dan Baekhyun melotot pada Eun Soo.

“Demi bekal. Kyung Soo dan Baekhyun taruhan,”

ujar Eun Soo dengan ketus.

“Apa? Ya Tuhan Kyung Soo!” Eomma

memegang kepalanya frustasi.

Kyung Soo menundukkan kepalanya, begitu juga

dengan Baekhyun. Mereka terlihat takut.

“Baekhyun-ah?” Baekhyun mengangkat

kepalanya. “Tolong jangan panggil aku dengan sebutan

ahjumma. Apa kau terlalu susah memanggilku eomma?

43 Na = aku

Page 85: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

85

Dan maafkan eomma tidak membuatkan bekal untuk

kalian. Karena Kyung Soo tidak terbiasa membawa bekal,

jadi eomma kira kaupun demikian.”

Baekhyun tersenyum, sungkan.

“Ah, baiklah. Sekarang cepat lepas celanamu.

Eomma akan menjahitnya. Dan Eun Soo, gantilah bajumu.

Eomma akan menghubungi sekolah untuk memberi

kabar.”

“Eomma, apa harus aku melepas celanaku

disini?” tanya

Kyung Soo dengan polosnya. Eomma sudah menepuk

jidatnya sendiri.

“Ckck.” Eun Soo dan Baekhyun terkekeh.

**

Yumi hampir saja gila, ia sudah menunggu sampai

jam sekolah dimulai tapi Eun Soo tidak terlihat batang

hidungnya. Jelas saja, Eun Soo sekarang tengah

menikmati istirahatnya dirumah. Lututnya yang sedikit

berdarah itu membuatnya susah berjalan dan kesulitan

melakukan aktivitas apapun. Sedangkan Kyung Soo,

tangannya menjadi korban dan seragamnya robek karena

tersangkut saat terjatuh. Kini tiga plaster itu menempel

ditelapak tangan Kyung Soo.

“Omo44! Dia benar-benar tidak masuk sekolah.”

Yumi memasuki kelas dengan malas. Tidak ada teman

lain yang bisa ia ajak bicara selain Eun Soo.

Yumi datang kekelas Kyung Soo. Disana juga ia

melihat bangku Kyung Soo dan Baekhyun kosong. 44 Omo = wah

Page 86: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

86

Rupanya mereka sedang berkomplot untuk membolos

sekolah, batin Yumi. Kemudian ia beralih menuju taman

sekolah yang saat itu sepi. Sayangnya Yumi tidak

diperbolehkan membawa ponsel saat sekolah oleh

neneknya. Sehingga ia tidak bisa menghubungi Eun Soo

dan menanyakan sebab gadis itu tidak datang ke sekolah.

“Ah, ini tidak menyenangkan.” Yumi berbaring

diatas bangku kayu yang panjangnya hampir seukuran

tubuhnya. Perlahan ia memejamkan mata dan menikmati

istirahatnya dengan tidur. Wajahnya tertutupi oleh

bayang-bayang pohon sehingga menghalangi sinar

matahari mengenai wajahnya.

“Oppa, bagaimana Kyung Soo menurutmu?”

“Entahlah, aku tidak mengenalnya. Jangan

berusaha

mendekatinya. Kau itu punyaku.”

“Aniyo, kau tau dia pintar. Aku bisa

memanfaatkan namja itu. Kemarin aku bertemu

dengannya diperpustakaan.” Terdengar tawa kecil.

“Hah, namja seperti dia? Apa yang kau lihat

darinya?”

Yumi mengernyit kesal. “Nde, aku tidak melihat

tampangnya. Tapi otaknya, aku tidak akan merepotkanmu

lagi kalau aku berhasil merebut hatinya. Tapi kurasa dia

cukup manis. Sudah lama aku memperhatikannya.”

“Huh. bagaimana kalau kita taruhan saja? Kau

dapatkan Kyung Soo dan aku adik kembarnya yang „babo‟

itu? Oddoke?” Joon Myeon menutup buku yang ada

ditangannya.

Page 87: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

87

“Mwo? Kau menantangku? Lalu, jika aku berhasil

mendapatkan Kyung Soo, apa yang kau berikan padaku?”

Narri tersenyum miring.

“Kau mau apa?” sebelah alis Joon Myeon

terangkat.

“Tas mewah di toko yang waktu itu, saat aku

berkencan denganmu. Hem?”

“Ah, baiklah. Dan jika aku mendapatkan adik

Kyung Soo?”

“Aku terima cintamu? Kita resmi pacaran, bukan

bohongan lagi. Tapi bagaimana jika aku benar-benar jatuh

cinta padanya?” tukas Narri meyakinkan.

Yumi tersentak kaget. Samar-samar ia mendengar

pembicaraan yang cukup pelan didekat tempatnya

merebahkan diri. Yumi tetap berpura-pura tidur seolah

tidak mendengar apapun. Ternyata Cho Narri dan Kim

Joon Myeon belum sepenuhnya pacaran walaupun

kelakuan mereka sudah seperti sepasang kekasih. Hal

yang lebih tak terduga lagi, Joon Myeon si president

sekolah yang terkenal dengan keramahannya,

kedisplinannya, kepintarannya dan berwajah tampan juga

bekulit seputih susu itu mempunyai hati rendahan.

Menjadikan hati dan cinta seseorang sebagai taruhan.

Kyung Soo, Yumi tidak akan membiarkan yeoja –

sialan- itu menyakiti hati Kyung Soo. Dengan cara apapun

Yumi akan berusaha menghalangi niatan buruk Kim Joon

Myeon dan Cho Narri untuk menghancurkan perasaan

kedua sahabatnya.

Narri dan Joon Myeon melintas didepan tempat

Yumi merebahkan diri. Sekilas mereka memperhatikan

Page 88: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

88

Yumi dengan tatapan sinis. Yumi masih memejamkan

matanya, berpura-pura tidur sampai mereka pergi berlalu.

Setelah mendengar pijakan kaki itu semakin

samar, Yumi mulai membuka kedua matanya. Ia

memperbaiki posisi duduknya dan menoleh kearah Yumi

dan Joon Myeon yang berlalu pergi.

“Apa kalian pikir kalian itu hebat? Eun Soo dan

Kyung Soo tidak akan memperdulikan kalian,” desis

Yumi kesal dan menatap Joon Myeon dan Narri tajam dari

kejauhan.

“Aku tidak akan tinggal diam.”

End Of Chapter 2

Page 89: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

89

CHAPTER 3

“Bad Plan”

Page 90: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

90

“Ini hanya soal matematika dasar, kenapa kau

tidak bisa mengerjakannya? Apa kau sebodoh itu.” Kedua

alis Kyung Soo terpaut. Ia mengetuk-ngetukkan bolpoin

hitam yang ada ditangan kanannya pada lembaran buku

yang ada dihadapan Eun Soo sembari sedikit berteriak-

teriak kesal menjelaskan soal matematika dasar pada adik

perempuannya itu.

Sudah hampir 6 kali Kyung Soo menjelaskan tapi

Eun Soo hanya menguap, menggelengkan kepala tak

Page 91: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

91

mengerti dan bingung dengan sendirinya. Kyung Soo

mendengus kesal. Kini ia meletakkan bolpoin hitam itu

dengan sedikit membantingnya kemudian melipat kedua

tangannya. Baekhyun hanya tertawa ringan. Kegiatan

belajar dua anak kembar ini lebih menyenangkan

dibandingkan bermain game sampai tengah malam.

“Jangan terlalu cepat, aku tidak bisa memahami

yang kau katakan dengan baik. Kau tau otakku tidak bisa

berkerja dengan kecepatan penuh,” gerutu Eun Soo sambil

memandang melas pada Kyung Soo yang tampak jelas ia

sedang kesal.

“Lalu aku harus bagaimana? Soal matematika

dasar saja kau tidak bisa. Bagaimana dengan ulangan

semester depan? Apa kau mau tinggal kelas?”

Eun Soo menundukkan kepalanya. Ia meraih

bolpoin yang tadi sempat Kyung Soo gunakan dan mulai

mengerjakan soal yang Kyung Soo berikan.

“Mungkin aku bisa membantu. Aku memang

tidak terlalu pintar, tapi aku bisa mengajarimu kalau soal

seperti ini.” Baekhyun mengambil alih.

Eun Soo memperhatikan penjelasan Baekhyun

dengan seksama. Nampaknya ia lebih antusias jika

Baekhyun yang menjadi tutornya malam ini.

“Jadi kau tinggal menambahkan saja. Hanya

angka yang diatas dan disampingnya ini.” Begitulah

Baekhyun mengakhiri penjelasannya. Eun Soo

mengangguk mengerti, kemudian mencoba mengerjakan

soal yang Kyung Soo berikan.

Kyung Soo mengernyitkan keningnya keheranan.

Eun Soo sudah berhasil melewati tes pertamanya dengan

Page 92: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

92

jawaban yang benar. Ternyata Baekhyun lebih mahir

dibandingkan dirinya untuk menemani Eun Soo belajar.

“Yah, ini baru benar.” Mendengar itu seketika

senyum Eun Soo mengembang. Begitu juga dengan

Baekhyun yang merasa bangga dengan dirinya.

“Apa kubilang. Gunakan bahasa yang mudah

dipahami, Kyung Soo. Bahasamu terlalu tinggi dan sulit

dimengerti, juga terlalu cepat,” protes Baekhyun yang

membuat kedua mata bulat Kyung Soo menatapnya sinis.

“Ah, baiklah. Berarti jadwal belajar pertamaku

sudah selesai. Apa aku boleh pergi kekamar dan membaca

komik disana?”

Kyung Soo melotot dan membuat Eun Soo

mengurungkan niatnya. Ia kembali duduk dan

menyandarkan kepalanya diatas meja dengan kesal.

“Kebanyakan belajar akan membuat kepalaku

botak,” gerutu Eun Soo. Baekhyun tertawa renyah.

“Aku membutuhkan waktu yang lama untuk pergi

kekamar, melewati tangga sangat susah dengan kaki

seperti ini,” lanjutnya.

“Biar aku yang menggendongmu.” Tawaran

Baekhyun membuat kedua pipi Eun Soo seketika

memerah panas.

“Ah, aku…”

“Bagaimana kalau aku saja yang menyeretmu?

Menggunakan

tali besar yang appa pakai untuk mengikat barang-

barangnya di gudang, bagaimana?” sahut Kyung Soo

dengan tatapan horornya.

Page 93: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

93

Baekhyun tertawa keras. Kali ini ia tidak bisa

menahannya lagi. Melihat tingkah saudara angkatnya ini

merupakan hiburan baru baginya. Terutama dengan

ekspresi Eun Soo yang menggemaskan, ia gadis yang

sangat manja dan susah diatur bagi Kyung Soo. Biasanya

Baekhyun hanya melihat mereka berkelahi disekolah dan

akur saat jam pulang sekolah tiba, tapi kali ini

pertengakaran Kyung Soo dan Eun Soo akan menjadi

tontonannya setiap hari.

“Sudahlah, kalian belajarlah dengan tenang.”

Eomma datang dan membawa sepiring camilan yang ia

letakkan diatas meja bulat tempat ketiga anaknya belajar.

“Baekhyun-ah, kuharap kau bisa terbiasa melihat

mereka seperti ini,” ujar eomma sembari menyentuh

pundak Baekhyun pelan.

“Nde, eomma. aku sudah sangat terbiasa.”

“Apa mereka saat disekolah juga sering

bertengkar?”

Baekhyun tertawa ringan. Kemudian menatap

Kyung Soo dan Eun Soo yang memberi isyarat padanya

untuk tidak mengatakannya pada eomma.

“A- aniyo. Mereka jarang sekali bertemu.”

“Jadi begitu. Baiklah lanjutkan belajar kalian,

eomma siapkan makan malam dulu. Sebentar lagi appa

pulang.”

“Nde. Eomma,” ucap mereka bertiga bebarengan.

**

“Hey, apa kau sudah merapatkan selimutmu, cepat

balas pesanku.”

Page 94: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

94

Pesan ketiga yang Yumi kirim pada Eun Soo tak

kunjung

mendapatkan balasan. Yumi sangat gelisah dan cemas. Ia

sedang mencari cara untuk menyampaikan apa yang ia

dengar ditaman sekolah tadi. Mungkin Eun Soo akan

langsung mempercayainya, tapi berbeda dengan Kyung

Soo? Namja itu cukup kaku dalam hal seperti ini. Ia akan

tertawa sinis sembari mengacuhkan penjelasan Yumi dan

menganggap Yumi sedang mengigau, atau sedang

mencari-cari alasan untuk membuat hati Kyung Soo jatuh

padanya.

Walaupun Yumi sangat mencintai Kyung Soo, ia

tidak pernah berharap mendapatkan balasan yang sama

dari Kyung Soo. Melihat Kyung Soo tersenyum padanya

dan menganggapnya teman adalah hal yang cukup

menyenangkan walaupun cintanya tak terbalaskan. Surat

yang ia titipkan pada Eun Soo beberapa waktu yang lalu

mungkin sudah menjadi jawaban yang jelas bahwa Kyung

Soo menolak dirinya karena tidak mendapatkan balasan.

Hanya sikap Kyung Soo yang selalu menunjukkan

ketidaksukaannya pada Yumi adalah satu-satunya jawaban

yang pasti.

“Eun Soo, kau kemana?” kata Yumi khawatir.

Kini ia mencoba menenangkan diri. Meninggalkan buku

pelajarannya hanya untuk menghubungi Eun Soo dan

memberi kabar tak sedap itu.

Yumi merebahkan tubuhnya pada ranjang

berwarna pink itu dengan wajah yang begitu muram. Ia

menatap langit-langit dengan tatapan kosong. Mencoba

mengingat-ingat semua percakapan antara Joon Myeon

dan Narri.

Page 95: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

95

Cho Narri adalah gadis setingkat dengan Eun Soo,

Kyung Soo, Baekhyun dan Yumi. Yang juga merupakan

mantan tetangga Baekhyun. Dia gadis yang cantik dan

berpenampilan menarik. Rambutnya sering gonta-ganti

warna dan terkadang bergradasi yang membuat hati

teman-teman sekolahnya terpukau melihatnya. Selain itu,

dia juga merupakan anak orang kaya dan terkenal dengan

kepintarannya. Bentuk tubuh yang sempurna, kaki jenjang

dan lekuk yang indah. Bibir yang selalu terlihat sensual

juga mata yang lebar. Semua itu menjadi daya tarik

tersendiri baginya. Walaupun sebenarnya nilai-nilai

terbaik yang Cho Narri miliki bukanlah hasil kerja

kerasnya sendiri, melainkan dari para siswa yang pintar di

sekolah termasuk Joon Myeon yang sudah menjadi

korbannya. Itulah sebabnya kenapa Cho Narri sering

datang ke perpustakaan untuk sekedar mencari alasan

belajar dan mencari perhatian dari siswa yang pintar agar

mau membantunya mengerjakan tugas-tugas sekolahnya.

“Yoboseyo?”

“Ah, kau kemana saja, bodoh.”

“Aku sedang belajar.”

“Mwo? Apa aku tidak salah dengar?” Yumi

terdengar kaget. Kini mereka berbicara melalui telpon.

“Aniyo, ini untuk semester kenaikan kelas,” elak

Eun Soo.

“Ah, syukurlah. ini bukan karena seseorang,

‟kan?”

“Tidak!! Aku tidak belajar untuknya.”

“Bagus. Aku senang mendengarnya. Aku ingin

menyampaikan sesuatu padamu. Tapi jika kau masuk

Page 96: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

96

sekolah saja. Oh ya, kenapa hari ini kau tidak masuk. huh?

Aku menunggumnu sampai bel selesai didepan gerbang

pagi tadi.”

“Mianhae, aku terjatuh dari sepeda. Kyung Soo

bodoh itu tidak bisa membonceng dengan baik.”

“Apa yang kau katakan!” sahut Kyung Soo yang

saat itu berada disamping Eun Soo. Mendengar suara

Kyung Soo hati Yumi menjadi bergetar.

“Apa kau sedang bersama Kyung Soo?”

“Nde, kau mau bicara dengannya?”

“Ah, ani ani!”

“Yoboseyo?” Yumi terkaget, kedua matanya

terbuka lebar. Ia

sontak kehilangan kata-kata dan membisu. Jika

mendengar suara Kyung Soo rasanya bibir mungilnya

menjadi keluh.

tut.. tut…

Yumi mengakhiri teleponnya begitu saja. Ia

menghela nafas panjang dan menatap layar ponselnya.

Sebenarnya ia juga ingin berbicara dengan Kyung Soo.

Tapi Yumi tidak tau apa yang akan ia bicarakan dengan

Kyung Soo.

“Aneh sekali, kenapa dia mematikan ponselnya.”

Kyung Soo mengerutkan keningnya. Baekhyun dan Eun

Soo hanya tertawa ringan.

“Yah, begitulah cinta,” sindir Eun Soo.

“Jadi Yumi benar-benar jatuh hati pada Kyung

Soo?” Baekhyun menyeringai.

“Seperti yang kau lihat,” sahut Eun Soo.

Page 97: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

97

“Tutup mulut kalian!!!” Kyung Soo melempar

ponsel Eun Soo dan membuat gadis itu berteriak histeris.

**

“Kenapa tidak kau coba hubungi mereka. Kaukan

dekat dengan adik Kyung Soo.” Kai meletakkan stik

drumnya. Kemudian beralih duduk disofa bersama Sehun

yang sibuk membenarkan senar gitarnya.

“Em, kurasa lebih baik begitu. Aku yakin mereka

punya alasan tidak datang latihan hari ini,” timpal Sehun

sedangkan Chanyeol masih sibuk mondar mandir sembari

memegang poselnya erat dan tidak terfikir untuk

menghubungi Eun Soo.

“Ya, apa yang sedang kau tunggu, huh? Kenapa

kau tidak segera menghubungi mereka. Ingat, tinggal

menunggu beberapa hari lagi kita mulai rekaman.” protes

Kai sembari bangkit dari duduknya yang kemudian

merebut ponsel Chanyeol. Chanyeol hanya melongo,

kemudian mengacak-acak rambutnya frustasi.

Sebagai leader sekaligus manager band, Chanyeol

terlalu pusing mengatur jadwal sekaligus mengatur

personel mereka yang nampaknya kurang kompak. Yah,

Kai dan Kyung Soo nampaknya kurang kompak saat

mereka latihan. Kai selalu protes ketika Kyung Soo

melantunkan lagu mereka dan tidak sesuai dengan musik

drum yang ia mainkan. Walaupun sebenarnya tidak ada

masalah dengan suara Kyung Soo dan musik yang Kai

mainkan. Sejak awal Kai memang kurang menyukai

Kyung Soo karena Kyung Soo bersikap dingin saat Kai

mencoba mengakrabkan diri dengannya. Tapi hal itu

berbeda saat Kai memperhatikan adik Kyung Soo.

Page 98: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

98

“Ah, aku sangat bingung. Kalian tau? Pemilik

studio rekaman sudah menelponku tadi. Dan besok, kita

sudah harus menyetorkan arasement musik-nya pada

mereka.”

“Mwo?” Sehun dan Kai terbelalak kaget.

“Maka dari itu rasanya kepalaku mau pecah.

Bagaimana kita bisa menyelesaikannya? Apalagi dua

bocah itu kelihatannya tidak bisa bolos sekolah.”

Chanyeol semakin frustasi.

“Huh, sebenarnya aku kurang setuju saat kau

memasukkan Kyung Soo dan Baekhyun dalam band ini.

Tapi kualitas suara mereka sangat bombastis,” protes Kai

sembari menekuk wajahnya. Menunjukkan ketidak

sukaannya pada Kyung Soo dan Baekhyun.

“Kalau begitu biar aku saja yang menjadi

vokalis.”

Chanyeol dan Kai langsung menatap Sehun

horror. Tidak mungkin Sehun menjadi vokalis dalam band

mereka. Ia bisa membuat lagu yang ia nyanyikan menjadi

kacau bahkan tidak bisa didengar. Itu semua karena Sehun

tidak bisa bernyanyi dengan baik.

**

Yumi menyentuh pelan tangan Eun Soo yang kini

sedang memegang sebuah komik Doraemon terbarunya.

Ia menatap wajah

sahabatnya itu penuh arti dan tidak bisa Eun Soo pahami.

“Waeyo?” Eun Soo mulai kebingungan. Hari ini

ia sudah masuk sekolah walaupun langkah kakinya

terkadang kurang seimbang.

“Apa hanya kau yang terjatuh?”

Page 99: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

99

“Ani, kami jatuh bersama-sama.”

“Benarkah begitu? Apa rasanya sakit?”

“Nde, kau kenapa? Apa kau sangat

merindukanku?” Yumi mengangguk.

“Hahahaa, aku baru saja tidak masuk sekolah satu

hari, chingu45. Bagaimana kalau aku tidak masuk sekolah

selama satu minggu?”

Yumi hanya tersenyum, tapi dalam senyuman itu

penuh dengan kesedihan. Ia kembali menatap Eun Soo

yang mulai berfokus pada komik yang ada ditangannya.

Yumi bingung harus memulainya dari mana.

“Eun Soo-ah, aku ingin menyampaikan sesuatu

padamu?” Yumi semakin mendekatkan wajahnya pada

Eun Soo.

“Soal apa?” balas Eun Soo tanpa menoleh.

“Ini soal Joon Myeon dan Narri.” bisik Yumi

hampir tak terdengar. Eun Soo hanya berdehem.

“Aku tidak ingin mendengarnya.” Tolak Eun Soo.

“Tapi kau harus mendengarnya, karena ini juga

berhubungan dengan Kyung Soo.” paksa Yumi. Kini Eun

Soo menoleh dan menatapnya penuh tanya dan penasaran.

Yumi segera menceritakan semua yang ia dengar

saat jam

istirahat kemarin. Memang tidak biasanya Yumi

menghabiskan waktu istirahat di taman. Tapi karena tidak

ada Eun Soo, dengan sengaja ia pergi ketaman untuk tidur

45 Chingu = teman

Page 100: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

100

dan tidak sengaja mendengar percakapan Narri dan Joon

Myeon.

Rencana Narri dan Joon Myeon untuk menjadikan

Eun Soo dan Kyung Soo sebagai taruhan itu Yumi

ceritakan dengan detail tanpa ada yang terlewatkan

satupun. Ia tidak ingin sahabatnya tersakiti lagi. Entah apa

yang membuat mereka berfikir seperti itu. Kecerdasan

Kyung Soo yang hampir sama dengan Joon Myeon tidak

boleh dimanfaatkan oleh Narri, walaupun Kyung Soo

sangat mencintai Narri, tapi hal itu tidak boleh terjadi.

“Katakan ini pada Kyung Soo, mungkin ia akan

mempercayaimu dibandingkan denganku yang

mendengarnya dengan kedua telingaku sendiri. Aku tidak

berbohong atau sekedar mengada-ngada soal ini. Kau

percaya padaku, „kan?”

Eun Soo terdiam membisu. Ia masih berusaha

memahami semua penjelasan Yumi. Memang tidak masuk

akal, tapi untuk apa Yumi mengarang cerita sekonyol ini.

Eun Soo menarik tangan Yumi dan membawanya

ke perpustakaan tempat Kyung Soo menghabiskan waktu

istirahatnya. Tidak salah lagi, mereka berdua melihat

Kyung Soo dan Baekhyun sibuk membaca buku disana.

Tapi tatapan mereka berubah muram ketika melihat

seorang yeoja berambut almond duduk dihadapan Kyung

Soo.

“Kita terlambat,” ujar Eun Soo kemudian menatap

Yumi.

“Apa yang kalian lakukan disini?” Tiba-tiba saja

Baekhyun ada dihadapan Eun Soo dan Yumi tanpa mereka

sadari.

Page 101: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

101

Dengan tatapan yang masih terkejut. Eun Soo dan

Yumi menyeret tangan Baekhyun dan membawanya ke

tempat loker. Disana Eun Soo dan Yumi menyandarkan

tubuh Baekhyun kedinding. Membuat namja itu heran

dengan tingkah laku dua yeoja yang ada dihadapannya.

Baekhyun mengerjapkan kedua matanya. Menatap

dua yeoja itu secara bergantian. Eun Soo mendengus

kesal. Kini tangan kirinya bersangga pada dinding tepat

diatas bahu Baekhyun. Yumi hanya melipat kedua

tangannya dan kaki kanannya maju menginjak kaki kiri

Baekhyun.

“Kalian ini sebenarnya kenapa? Apa kalian akan

memperkosaku?” ujar Baekhyun dengan polosnya dan

menunjukkan raut muka memelas.

Yumi tertawa kecil dan berhenti ketika Eun Soo

menatapnya tajam. Ia kembali ke posisi semula. Berusaha

untuk serius.

“Seharusnya kau tidak membiarkan mereka..”

Protes Eun Soo sembari mencubit pipi Baekhyun yang

membuatnya kesakitan.

“Seharusnya kau mengajak Kyung Soo keluar.”

Timpal Yumi sembari menginjak kaki Baekhyun dengan

sengaja.

“Ya! kalian ini kenapa? Kenapa kalian

menganiayaku?” gerutu Baekhyun kesal.

Baekhyun mencoba memberontak dan akhirnya ia

berhasil terlepas dari himpitan Yumi dan Eun Soo. Tapi

Yumi dan Eun Soo tidak membiarkan Baekhyun dengan

mudah melarikan diri. Mereka berdua memegangi tangan

Baekhyun dan memaksa Baekhyun untuk mendengarkan

penjelasan mereka.

Page 102: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

102

Perlahan mereka berdua melepas tangan

Baekhyun dan sama-sama duduk dintara loker yang

terjajar rapi.

“Apa benar Narri seperti itu?” tanya Baekhyun

terlihat tak percaya. Ia tidak pernah menyangka mantan

tetangganya akan berbuat seperti itu.

“Bukankah kau tetangganya, seharusnya kau tau

soal dia lebih banyak?” tanya Yumi.

“Baekhyun bukan tetangga Narri lagi,” sahut Eun

Soo yang membuat Yumi semakin tidak mengerti.

“Aku sekarang tinggal di rumah Eun Soo.”

Timpal Baekhyun yang membuat Yumi terkejut.

“Baekhyun sekarang jadi kakak angkatku. Itulah

kenapa aku sekarang harus naik sepeda bersama Kyung

Soo, dan hanya karena sekotak bekal kami jadi taruhan

dan akhirnya aku dan Kyung Soo terjatuh,” jelas Eun Soo

dengan menatap sinis pada Baekhyun.

“Iya, aku minta maaf. Tapi sekarang eomma juga

menyiapkan bekal untukku juga,” jawab Baekhyun

dengan tersenyum manis.

“Ah, sudahlah. Lalu bagaimana dengan Kyung

Soo?” tukas Yumi. Ia sangat mengkhawatirkan Kyung

Soo.

“Dia sedang mengobrol dengan Narri di

perpustakaan. Tenang saja, Kyung Soo tidak akan peduli

dengan Narri. Ia sudah tau bagaimana hubungan Narri

dengan Joon Myeon. Kalian jangan khawatir.” Baekhyun

mengangkat tubuhnya dan pergi dari hadapan Yumi dan

Eun Soo dengan tenang-tenang saja.

Page 103: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

103

“Hey, bagaimana bisa?” Yumi menggoncang-

goncangkan tubuh Eun Soo.

“Ah, apanya?” Eun Soo berusaha menepis tangan

Yumi.

“Baekhyun?” tanya Yumi penasaran.

“Ceritanya cukup panjang. aku..” Eun Soo

terhenti ketika melihat kedatangan Baekhyun dengan

tergesa dan wajahnya nampak begitu panik.

“Kyung Soo pingsan.”

Eun Soo dan Yumi tersentak kaget. Mereka

bertiga segera datang ke UKS sekolah untuk melihat

keadaan Kyung Soo. Untuk pertama kalinya Kyung Soo

pingsan dan bukan hal wajar bagi Eun Soo. Kyung Soo

tidak pernah pingsan sekalipun ia terlalu lelah.

Eun Soo membelai lembut pipi Kyung Soo.

Namja itu terlihat begitu pucat. Badannya juga tidak

panas, apa yang membuatnya pingsan? Eun Soo meraih

tangan Kyung Soo, tangannya begitu dingin. Baekhyun

dan Yumi yang berada disamping Eun Soo hanya

memperhatikan Kyung Soo penuh kekhawatiran.

“Kyung Soo, ironna46?” bisik Eun Soo disamping

telinga kanan Kyung Soo. Tapi Kyung Soo tidak

menunjukkan reaksi apapun.

“Apa yang terjadi? Kenapa dia sampai pingsan?”

Eun Soo memandang Baekhyun lekat. Kedua manik hitam

itu terlihat kebingungan untuk menjelaskannya. Baekhyun

46 Ironna = bangunlah

Page 104: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

104

hanya menggelengkan kepalanya. Jawaban yang tidak

pernah Eun Soo harapkan.

“Apa tidak sebaiknya kau hubungi orang tuamu?

Bukankah lebih baik Kyung Soo dibawah kerumah sakit?”

Yumi mencoba menenangkan Eun Soo yang terlihat

begitu khawatir.

“Bagaimana caranya? Aku tidak membawa

ponsel.” Eun Soo tersadar setelah ia merogoh saku kemeja

putih yang ia kenakan untuk mencari ponselnya.

Ketiga anak manusia itu nampak kebingungan.

Kemudian seorang gadis berambut almond memasuki

kamar UKS tanpa permisi dan membuat Baekhyun, Eun

Soo dan Yumi melempar tatapan sinis padanya.

“Kyung Soo, aku sangat khawatir padamu.”

Gadis itu dengan

seenaknya meraih tangan Kyung Soo dan meletakkan

didadanya. Ia sedang berusaha menangis.

“Lepaskan tangan kakakku sekarang juga.” Eun

Soo menatap tajam pada Narri yang kini duduk disamping

ranjang Kyung Soo.

“Kau apakan dia sampai dia pingsan?” ujar Eun

Soo sekali lagi dengan penuh emosi. Kini kedua bola mata

Eun Soo seketika memerah karena marah. Kedua

tangannya juga mengepal seolah siap melemparkannya

pada wajah Narri.

“Eun Soo, Choyonghada47.” Baekhyun

menyentuh pundak Eun Soo pelan. Mencoba meredam

47 Choyonghada = tenanglah

Page 105: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

105

amarah yang sedang melonjak-lonjak dalam hati saudara

angkatnya itu.

“Beraninya kau!”

Bruk.. Eun Soo berhasil membuat tangan yeoja itu

terlepas dari jemari saudara kembarnya. Kini Cho Narri

jatuh tersungkur diatas lantai.

“Apa salahku?” Perlahan Narri berdiri. Baekhyun

dan Yumi hanya bisa terkejut melihat kejadian itu tanpa

berusaha melerainya.

“Dengarkan aku! Aku tidak suka jika kau

mendekati kakakku?” Eun Soo menudingkan jari

telunjuknya. Nafasnya mulai terengah-engah menahan

emosi. Narri hanya menatapnya datar tanpa bersalah.

Cho Narri berusaha tetap tenang. Ia

membenahkan dirinya dengan santai dan membersihkan

kemeja putih yang kotor karena jatuh tadi dengan ekspresi

yang benar-benar tenang. Hal itu membuat Eun Soo dan

Yumi semakin emosi.

“Aish, kau!” Tangan kanan Eun Soo terangkat

dan membuat

Narri sedikit ketakutan. Yumi dan Baekhyun hanya

melongo.

“Eun Soo, hentikan!”

Mereka sontak menoleh kearah Kyung Soo yang

terlihat setengah sadar. Wajahnya merah marah walaupun

dalam keadaan sakit. Kyung Soo berusaha menguatkan

dirinya untuk bangun dari tempat tidur. Eun Soo datang

mendekat dan langsung memeluk tubuh Kyung Soo yang

masih lemah.

Page 106: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

106

“Syukurlah kau sudah sadar. Aku sangat

mengkhawatirkanmu.” bisik Eun Soo seolah tak terjadi

apa-apa.

“Minta maaflah pada Narri.”

Eun Soo mengangkat tubuhnya. Ia menatap

Kyung Soo tajam. Menunjukkan ketidak inginannya

meminta maaf kepada gadis yang berusaha mendekatinya

karena suatu hal. Narri hanya tersenyum miring sembari

memandangi Eun Soo dan Yumi dengan kemenangannya.

“Tapi, Kyung Soo…” Baekhyun mulai angkat

bicara.

“Wae?” Kyung Soo menoleh.

“Sudahlah, Kyung Soo. Gwenchana. Aku senang

kau sudah sadar. Kalau begitu aku kembali kekelas dulu,

jam pelajaran sudah dimulai.” Narri memberi salam

sebelum keluar dari ruang uks.

“Aish!” gerutu Eun Soo kesal.

Kyung Soo menarik tangan Eun Soo dengan keras

yang membuatnya merasa kesakitan. Eun Soo tercengang

kaget. Ia berusaha melepaskan tangan Kyung Soo tapi

genggaman namja itu semakin erat. Kyung Soo

mendekatkan wajahnya pada wajah Eun Soo. Tatapan

mengerikan itu membuat tubuh Eun Soo menegang.

“Kyung Soo, apa yang kau lakukan?” Baekhyun

mencoba melerai. Tapi Kyung Soo menahan tubuh

Baekhyun dengan tangan kirinya. Yumi hanya bisa

terdiam dan tak berani berbuat apa-apa.

Gadis ini serba salah.

“Apa yang sudah kau lakukan benar-benar

keterlaluan. Sekali lagi aku melihatmu melakukan hal itu,

Page 107: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

107

aku tidak akan segan-segan memukulmu.” bisik Kyung

Soo yang membuat ketiga anak manusia itu tercengang

kaget.

“Lepaskan tanganku.” Eun Soo memberontak dan

berhasil melepaskan lengannya dari genggaman Kyung

Soo.

“Apa kau tidak ingat dia sudah mempunyai

namjachingu?” bentak Eun Soo.

“Bukan berarti kau bisa menyakitinya karena

namjachingu-nya adalah orang yang kau sukai juga!”

“Bukan itu maksudku! Aku tidak peduli dengan

hal itu. Bukankah kau sendiri yang mengatakan padaku

kau akan melupakannya. Apa kau lupa, huh? Kau sendiri

yang mengajakku untuk melupakan mereka! Ingat itu,

Kyung Soo? Saat kau menunjukkan bintang yeonggu

padaku.”

Kyung Soo hanya tersenyum meremehkan.

Kemudian ia turun dari tempat tidurnya dan kembali

mengenakan sepatunya. Kedua kakinya melangkah keluar

dari kamar UKS dan tangannya sudah menggandeng

tangan Baekhyun.

“Itu kemarin, Eun Soo. Berbeda dengan

sekarang.” Kyung Soo menghentikan langkahnya dan

megatakan hal itu tanpa menoleh ketempat Eun Soo

berdiri.

“Dan jangan sekali-kali kau melaporkan aku

pingsan pada eomma dan appa. Nan Gwenchana.” Lanjut

Kyung Soo kemudian berlalu pergi.

Eun Soo dan Yumi hanya menatap tubuh Kyung

Soo yang semakin menjauh dari mereka. Kini

Page 108: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

108

kekhawatiran mulai merayapi hati Eun Soo dan Yumi.

Apa yang dikatakan Baekhyun ternyata salah. Rupanya

Kyung Soo sudah terjebak oleh perangkap Narri.

**

“Hey, bung. Kemana saja kalian. huh? Apa kalian

tidak tau aku sangat kebingungan saat kalian tidak

memberi kabar padaku untuk tidak latihan kemarin?”

namja jangkung itu mengomel tanpa keluar dari mobil

antiknya.

“Cepat kalian masuk atau aku akan menyeret

kalian untuk masuk kedalam mobilku? Hanya tinggal 3

hari lagi kita mengadakan rekaman, apa kalian tidak

khawatir dengan hal itu?” timpal namja itu lagi.

Baekhyun dan Kyung Soo bertatapan sejenak.

Kemudian Baekhyun mendekat dan membungkukkan

badannya agar kepalanya bisa masuk kedalam jendela

mobil.

“Bos, kami membawa sepeda. Dan Eun Soo

kakinya juga masih sakit,” ujar Baekhyun dengan imutnya

sehingga membuat kedua mata Chanyeol terbelalak hebat.

“Eun Soo? Kenapa dengannya?” tanya Chanyeol

panik. Ia terkejut bukan karena wajah imut Baekhyun, tapi

karena mendengar Eun Soo sakit.

Kemudian datang Eun Soo yang berjalan dengan

langkah yang tidak seimbang dan dibantu dengan Yumi

yang memegangi tangannya.

“Inilah alasan kenapa kami tidak datang latihan

kemarin,” jelas Baekhyun sembari membantu Eun Soo

berjalan saat tau Yumi kesulitan menyangga tubuh

sahabatnya itu.

Page 109: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

109

“Ah, kalau begitu titipkan saja sepeda kalian.

Besok kalian akan kuantar pergi kesekolah, kita tidak

punya banyak waktu. kajja.” Chanyeol keluar dari

mobilnya dan berjalan mendatangi Eun Soo dan

mengangkat tubuh Eun Soo tanpa permisi yang membuat

Kyung Soo terkejut.

Eun Soo hanya melongo.

“Apa yang kau lakukan?” teriak Kyung Soo

dengan wajah kagetnya.

“Membantu adikmu masuk kedalam mobil?

Memangnya apa lagi? Kau tidak bisa mengangkat tubuh

Eun Soo, „kan? Karena tubuh kalian itu hampir sama

besarnya.”

Baekhyun dan Yumi cekikikan. Kyung Soo

mengerucutkan bibirnya sebal. Kini mereka semua masuk

kedalam mobil setelah Kyung Soo dan Baekhyun menaruh

sepeda mereka ketempat penitipan sepeda.

Sesampainya mereka ditempat latihan. Baekhyun

dengan baik hati menggendong Eun Soo dipunggungnya

dan membawanya masuk ketempat latihan. Melihat hal

itu, Sehun dan Kai heran. Kini mereka sama-sama

mengira bahwa ada sesuatu antara Baekhyun dan Eun

Soo.

“Uwah, ada apa ini?” ujar Sehun setelah

meletakkan gitarnya.

“Eun Soo sedang sakit. Lututnya terluka, jadi ia

kesulitan berjalan,” jelas Baekhyun dengan santainya. Kai

hanya tersenyum smirk memperhatikan mereka.

Page 110: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

110

Kyung Soo dan Yumi masuk. Suasana menjadi

kikuk. Kai dengan sengaja memukulkan stik drumnya

yang membuat semua orang dalam ruangan itu terkejut.

“Apa yang kalian lakukan, ayo cepat latihan.”

Teriak Kai.

Chanyeol dan Sehun segera mengambil posisi

mereka masing-masing. Begitu juga dengan Baekhyun

dan Kyung Soo yang sudah memegang microfon mereka.

Latihan mereka hari ini berjalan lancar. Lebih

menyenangkan lagi, Chanyeol mendengar Kyung Soo dan

Baekhyun siap masuk kedalam dapur rekaman. Chanyeol

mengantar keempat temannya itu pulang, begitu juga

dengan Kai dan Sehun yang ikut serta untuk mengantar.

Kali ini Chanyeol menggunakan mobil pribadi milik Kai.

Karena mobil Kai lebih besar dan bisa memuat 8 orang

sekaligus dibandingkan dengan mobilnya sendiri yang

hanya bisa memuat 5 orang saja.

“Kau kenapa, bung? Wajahmu terlihat pucat, apa

kau kurang sehat?” Kai menyodorkan sebotol air minum

pada Kyung Soo yang mulai berkeringat walaupun „ac‟

mobil sudah dinyalakan.

“Aku baik-baik saja.” Kyung Soo melempar

senyum dan dengan senang hati menerima minuman dari

Kai. Membuat kebencian namja itu sedikit menghilang.

“Kau sudah berusaha hari ini. Aku semakin

kagum dengan olah vocalmu yang luar biasa.” Puji Kai

sembari meletakkan lengannya pada pundak Kyung Soo

yang saat itu mereka sedang duduk bersampingan disofa

tengah. Sedangkan disamping kanan Kyung Soo, ada

Baekhyun yang tengah menikmati musik dari gadget yang

berhasil ia pinjam dari Sehun.

Page 111: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

111

“Oh ya, Kyung Soo. Apa Eun Soo sudah

mempunyai namjachingu?” bisik Kai pada telinga kiri

Kyung Soo yang benar-benar terdengar lirih. Karena Eun

Soo berada dibelakang sofa mereka dan asyik ngobrol

dengan Yumi.

Kyung Soo menatap Kai ragu. Namun Kai dengan

gayanya yang selalu terlihat cool mencoba meyakinkan

Kyung Soo agar mengizinkannya mengencani adiknya.

Kai semakin mengakrabkan diri, kini ia melingkarkan

lengannya pada pundak Kyung Soo tanpa sungkan.

Membuat suasana dimobil semakin aneh.

Sehun memperhatikan mereka dari kaca spion

depan. Disana nampak jelas bahwa Kyung Soo

memaksakan dirinya untuk menanggapi keanehan Kai dan

membuat Sehun menahan tawanya.

“Hyeong48, rupanya Kai sedang menjalankan

aksinya.” Begitu isi pesan Sehun yang ia kirimkan pada

Chanyeol. Membuat konsentrasi namja itu sedikit

terganggu.

“Oh, ya. Kenapa bukan kau saja yang menyetir

mobil. Bukankah ini mobilmu?” Eun Soo tiba-tiba

memecah keheningan dalam mobil itu. Membuat Kai

sontak memutar kepalanya kebelakang untuk menjawab

pertanyaan Eun Soo.

“Ah, aku memang punya mobil. Tapi aku tidak

bisa menyetir dengan baik,” jawab Kai sembari

mengumbar gelak tawa yang sebenarnya sama sekali tidak

diperlukan.

“Ah benarkah?” balas Eun Soo tidak yakin.

48 Hyeong = panggilan kakak yang dikatakan untuk sesame laki-laki

Page 112: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

112

“Ya, aku hampir saja mengalami sebuah

kecelakaan beberapa hari yang lalu,” jelas Kai lagi.

“Ya, untung saja umurku masih panjang. Aku

tidak mau lagi naik mobil bersama Kai hyeong.” Timpal

Sehun yang kemudian kembali berfokus menghadap

kedepan.

“Aish, kau ini.”

Chanyeol tertawa gemas melihat tingkah Sehun.

Sehun memang selalu terlihat kekanakan meskipun ia

sudah duduk dibangku kuliah.

“Oh ya, Kyung Soo-ssi. Setelah kuamati, kau dan

Eun Soo terlihat tidak jauh berbeda, sebenarnya usia

kalian terlampau berapa tahun?” tanya Sehun dengan

polosnya. Membuat namja itu semakin terlihat seperti

anak kecil.

“Eun Soo adalah adik kembarku,” jawab Kyung

Soo seadanya.

Chanyeol sontak mengerem mobilnya

mendadak. Membuat

seisi mobil itu terbangun dari tempat duduk mereka

masing-masing.

“Auw. Kau mau mengajak kami mati bersama-

sama?” gerutu Sehun sembari mengelus-elus keningnya

yang membentur kaca depan mobil.

“Jadi kalian kembar? Hwa.. i don‟t believe it.”

Chanyeol melonggokkan kepalanya kebelakang. Tepat

didepan wajah Kyung Soo.

“It‟s just fate.” Jawab Kyung Soo lagi.

Page 113: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

113

“Aish, apa Yumi tidak memberi tahumu

sebelumnya?” Baekhyun nampak kesakitan karena

kepalanya membentur sofa tempat Chanyeol duduk.

“Apa lagi yang kau tunggu, cepat antar kami

pulang. Ini sudah terlalu larut.” Protes Yumi sembari

memandangi jam yang melingkari pergelangan tangannya.

Sesampainya dirumah Kyung Soo. Nampak dua

orang paruh baya duduk dikursi teras dan memperhatikan

mobil yang memasuki halaman rumah mereka. Eomma

berdiri, mencoba memastikan bahwa mobil itu membawa

ketiga buah hatinya yang pergi tanpa pamit.

Baekhyun keluar terlebih dahulu. Ia terlihat

sedang memegangi lengan seseorang, yang tak lain adalah

Eun Soo. Kemudian Kyung Soo ikut turun membantu Eun

Soo berjalan.

“Huh.” Eomma mendengus kesal. Appa

meletakkan koran yang tadinya ia baca dan tidak

memperhatikan ada sebuah mobil

memasuki halaman rumahnya.

Baekhyun dan dua saudara angkatnya berjalan

mendekat. Kemudian dibelakang punggung mereka

terlihat tiga orang namja yang berbadan tinggi. Membuat

eomma berfikir yang tidak-tidak.

Eomma mengernyitkan keningnya dan menaruh

kedua tangannya di pinggang. Kyung Soo, Baekhyun dan

Eun Soo menundukkan

kepala mereka dalam-dalam.

“Kalian tau sudah jam berapa ini?” Gertak eomma

yang membuat ketiga anaknya terdiam tidak memberi

jawaban.

Page 114: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

114

“Kenapa kalian tidak pulang terlebih dahulu baru

meminta izin untuk pergi? Apa kalian berdua sudah

merasa baikan?”

Kyung Soo dan Eun Soo tertunduk dalam.

Kemudian Chanyeol memberanikan diri untuk meminta

maaf karena membuat tiga temannya pulang tidak tepat

waktu.

“Anyeonghaseyo, ahjumma.” Chanyeol

membungkukkan tubuhnya memberi salam.

“Kau siapa?” tanya appa sembari berkacak

pinggang, membuat Chanyeol sedikit takut dengan posisi

seperti itu.

“Chanyeol imnida. Maaf aku membuat mereka

pulang terlambat. Hari ini kami latihan penuh, jadi itulah

sebabnya mereka pulang terlambat. Sekali lagi maaf.”

“Latihan?” Eomma dan appa menatap Kyung Soo

dan Baekhyun bingung.

“Nanti kami akan jelaskan,” jawab Kyung Soo

seadanya. Hal itu ia lakukan agar teman-temannya yang

lain bisa segera pergi.

“Baiklah, kami pamit pulang dulu.” Chanyeol,

Kai dan Sehun memberi salam. Kemudian Kai tersenyum

jahil sembari mengedipkan sebelah matanya pada Eun

Soo. Melihat hal itu membuat Eun Soo mengernyitkan

keningnya heran.

Setelah mereka bertiga mandi dan mengganti baju

mereka. Eomma dan appa sudah menunggu mereka diluar

tengah. Bukankah jam 7 malam tidak terlalu larut untuk

mereka sampai dirumah, mungkin karena pergi tanpa izin

Page 115: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

115

dan keadaan Eun Soo yang kurang baik membuat eomma

dan appa marah.

Kyung Soo dan Eun Soo berseta Baekhyun duduk

dengan tenang dihadapan kedua orang tua mereka.

“Latihan apa? Kalian punya kegiatan lain?

Ekstrakulikuler atau apa? Kenapa sebelumnya kami tidak

pernah tau hal itu?” tanya eomma berturut-turut.

“Aniyo, eomma. Kami mempunyai sebuah band,”

jelas Baekhyun dengan wajah yang tertunduk.

“Jadi mereka tadi musisi? Pantas saja

dandanannya aneh begitu. Lihat celana mereka, robek-

robek. Apa mereka tidak bisa membeli celana yang baru?

Belum lagi kalian terlihat masih sangat kecil dibandingkan

tubuh mereka besar-besar seperti itu.” Celoteh appa

panjang lebar, eomma hanya menggeleng-gelengkan

kepalanya.

“Lalu, apa Eun Soo juga ikut bergabung dengan

mereka?”

Eun Soo tersentak kaget. Sontak ia menatap wajah

eomma dan appa panik dengan perlahan menggelengkan

kepalanya. Baekhyun dan Kyung Soo beralih menatapnya

tajam. Bagaimanapun juga karena Eun Soo-lah mereka

menjadi anggota band yang Chanyeol bentuk.

“Aish.” desis Eun Soo pelan. “Nde, eomma. Aku

juga anggota mereka. Tapi aku hanya sebagai supporter.”

“Lalu?” tanya eomma lagi.

“Ya, setelah Kyung Soo dan Baekhyun terkenal,

aku berencana untuk menjadi manager mereka.”

Baekhyun tertawa geli. eomma

menatap Eun Soo heran.

Page 116: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

116

“Memangnya kalian mau jadi artis?”

“Tentu saja, eomma. Mereka adalah calon bintang

top. Suara Kyung Soo dan Baekhyun tak kalah dengan boy

band yang sekarang sedang terkenal diseluruh dunia

seperti Super Junior. Aku yakin setelah mereka

mengadakan rekaman pasti banyak sekali management

musik yang menawarkan kontrak rekaman pada mereka.

Dan sebagai manager, aku akan mengatur jadwal mereka

dengan baik. Menata kostum dan berbagai hal yang

mereka butuhkan.”

Eun Soo semakin terlihat bersemangat. Eomma

dan appa hanya menanggapi sikap putri mereka dengan

senyuman ringan. Sedangkan Baekhyun sudah mengulas

tawa berkali-kali, dan nampaknya Kyung Soo mulai bosan

dengan pidato panjang yang Eun Soo katakan.

“Jadi kalian berencana untuk mengadakan

rekaman?” sambung appa.

“Nde, beberapa hari lagi.”

“Kalau begitu semoga sukses. Sekarang kita

makan malam dulu.”

Senyuman Eun Soo seketika mengembang. Itu

tandanya mereka sudah mendapatkan ijin dari orang tua

mereka untuk meneruskan impian mereka menjadi

seorang penyanyi.

**

Eun Soo merapikan seragam yang ia kenakan.

Kali ini ia memakai dasi yang tergantung rapi dilehernya.

Menatap dirinya didepan cermin, memastikan bahwa

penampilannya sudah sempurna dan tak ada satupun

atribut sekolah yang terlupakan.

Page 117: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

117

“Baiklah, kau sudah sedikit cantik sekarang,”

ucapnya pada diri sendiri. setelah mengantongi cermin

genggam berbentuk Doraemon, ia berjalan keluar kamar

dan siap menyantap sarapan bersama dengan dua saudara

laki-lakinya.

“Selamat pagi…” Sapa Eun Soo dengan

senyuman yang mengembang pada Kyung Soo dan

Baekhyun yang duduk di meja makan dan tengah

menikmati sarapan mereka.

“Pagi..” balas Baekhyun dengan senyuman khas

dari bibir tipisnya.

Sedangkan Kyung Soo terbelalak kaget. Ia tak

pernah melihat Eun Soo berpenampilan serapi ini

sebelumnya. Dasi yang rapi, kemeja putih yang tertata rapi

dan almamater sekolah yang ia kenakan. memang tampak

sedikit aneh baginya. Yang lebih membuat Kyung Soo

terkejut, ada sehelai pita merah yang mengikat rambut

hitam pekat milik adiknya itu. Kyung Soo masih menatapi

Eun Soo yang duduk dihadapannya dengan kedua mata

yang terbuka lebar dan bibir sedikit terbuka.

“Kau terlihat…”

“Kyeopta49?” balas Eun Soo penuh semangat, ia

menatap Kyung Soo tanpa ragu saat mengucapkan kalimat

itu.

“Aneh,” sahut Kyung Soo tegas. Baekhyun

terkekeh pelan. Eun Soo mendengus dan menatap Kyung

Soo sebal.

49 Kyeopta = manis

Page 118: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

118

“Apa yang membuatmu berdandan berlebihan

seperti itu?” tanya Kyung Soo sembari perlahan

memasukkan makanan kedalam mulutnya, kedua matanya

masih memperhatikan dandanan adiknya yang aneh hari

ini.

Tidak ada jawaban. Eun Soo sibuk mengolesi roti

tawarnya dengan mentega. Ia tampak lebih santai dari

hari-hari biasanya.

“Apa karena Chanyeol menjemput kita hari ini?”

celetuk Kyung Soo yang membuat Eun Soo sontak

menatapnya.

“Aish, apa kau pikir aku sedang mencari

perhatian? Aku tidak segenit itu. Aku tidak segenit Narri,

menggoda seseorang untuk mencari keuntungan,” ujar

Eun Soo dengan tersenyum miring, membuat Baekhyun

tertawa kecil dan terdiam saat menerima tatapan tajam

dari Kyung Soo.

“Apa maksudmu. Kau masih saja suka

menghinanya.”

“Menurutmu?” kedua mata itu bertatapan tajam.

“Dengarkan aku, Kyung Soo. Terserah apa yang kau

lakukan, jika kau masih saja bertemu Narri. Jangan harap

aku dan Baekhyun mau memperdulikanmu. Narri

bukanlah gadis yang baik, dia itu seperti serigala berbulu

domba. Setelah Joon Myeon, sekarang giliranmu. Bahkan

Joon Myeon juga sama buruknya seperti Narri. Gadis itu

hanya memanfaatkanmu, dia menyuruhmu mengerjakan

ini itu sesuka hatinya, setelah melihat namja lain, Hah!

aku yakin dia akan meninggalkanmu.”

“Apa yang kau katakan? Aku sudah berkali-kali

katakan padamu, jangan menghinanya seperti itu. Tau apa

Page 119: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

119

kau soal Narri? Seberapa jauh dan seberapa lama kau

mengenalnya? Apa kau mempunyai bukti mengatakan hal

sekonyol itu.” Kyung Soo tersenyum miring.

“Dia hanya memanfaatkanmu, itu yang ku tau.

Terserah kau percaya atau tidak!” Eun Soo menjawab

dengan tegas, dalam hati ia masih sangat dongkol karena

Kyung Soo belum juga mempercayai ucapannya tentang

Narri.

“Dari mana kau dapatkan siasat buruk itu.

Katakan padaku!” Kyung Soo sontak berdiri dari tempat

duduknya. Ia terlihat sangat kesal.

Hal itu membuat Eun Soo dan Baekhyun terkejut.

Bahkan eomma yang sibuk berkutat didapur juga ikut

terkejut sampai sendok yang ia pegang saat akan

mencicipi sup terjatuh.

“Ah, kau memang keras kepala! Seperti kepala

udang, kepala batu dan kepala hulk! Tidak bisakah kau

mempercayai adikmu sendiri dengan sekali mendengar

apa yang kukatakan?” Eun Soo ikut berdiri. Kali ini wajah

mereka berhadapan dekat. Ia melupakan soal lututnya

yang belum sepenuhnya sembuh.

“Sudah hentikan. Chanyeol sudah menjemput

kita.”

Baekhyun melerai. Ia meraih tangan Eun Soo dan

membawanya ke depan setelah berpamitan dengan eomma

untuk berangkat sekolah. Tapi Eun Soo belum sempat

menyantap sarapan paginya. Roti itu ia biarkan begitu saja

diatas meja, Eun Soo berjalan mengikuti Baekhyun,

langkahnya sudah cukup seimbang. Kemudian masuk

kedalam mobil antik milik Chanyeol. Mereka berdua juga

Page 120: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

120

melupakan sesuatu, bekal. Beberapa detik kemudian

datang Kyung Soo menyusul.

Pagi ini Chanyeol terlihat begitu ceria. Namja

jangkung itu bernyanyi sepanjang perjalanan menuju

sekolah dan diiringi dengan suara merdu Baekhyun. Tidak

ada kesempatan lain untuk latihan selain perjalan menuju

kesuatu tempat.

“Oh ya, Eun Soo. Malam minggu besok sungai

Han sangat ramai, apa kau mau pergi bersamaku? Emm,

disana ada pesta kembang api, kau suka kembang api-

kan?” Chanyeol menatap Eun Soo melalui spion depan

mobilnya. Gadis itu membalas tatapannya.

Eun Soo tampak kebingungan menjawabnya.

Kyung Soo masih menatap keluar jendela tanpa

mempedulikan apa yang sedang mereka bicarakan.

Hatinya masih kesal dengan apa yang Eun Soo ucapkan di

meja makan tadi.

“Apa aku boleh ikut?” Keheningan seketika pecah

saat Baekhyun tanpa sungkan menawakan dirinya untuk

ikut pergi. Walaupun itu hanya akan merusak kencan

mereka.

“Ah, jika Baekhyun pergi, maka aku juga akan

pergi,” jawab Eun Soo tanpa basa-basi. Baekhyun dan Eun

Soo bertatapan sembari tersenyum.

Chanyeol menghela nafas berat. Sebenarnya dia

hanya ingin pergi berkencan bersama Eun Soo. Dengan –

terpaksa- Chanyeol meng-iyakan permintaan Eun Soo, tak

ada pilihan lain selain mengajak Baekhyun ikut bersama

mereka atau Eun Soo menolak untuk pergi.

Page 121: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

121

“Ngomong-ngomong, aku baru tau kalau

Baekhyun juga saudaramu, dodo? Bukankah kemarin dia

juga pulang bersama kalian?”

“Apa maksudmu dengan dodo?” kini Eun Soo

memelototkan kedua matanya melalui spion depan mobil

Chanyeol. Chanyeol mengerjapkan kedua matanya dan

melemparnya ketempat lain.

“Nde, dia juga saudara kami.” Jawab Kyung Soo

sekenanya.

“Ah, apa kalian juga kembar tiga? Begitu?” kini

Chanyeol kembali fokus dengan setir mobilnya.

“Aniyo!” sahut Kyung Soo dan Eun Soo

bebarengan.

Sesampainya di sekolah, mereka bertiga

membungkukkan badan untuk mengucapkan terimakasih

pada Chanyeol karena sudah mengantar mereka kesekolah

hari ini. Namja itu tersenyum, kemudian masuk kedalam

mobil antiknya dan berlalu pergi.

“Sepertinya dia sedang jatuh cinta padamu,” bisik

Baekhyun yang membuyarkan lamunan Eun Soo sejenak.

“Apa benar begitu?” ujar Eun Soo ragu.

Kemudian di menoleh kearah Baekhyun yang berada

disamping kirinya dan namja itu sudah tidak ada

disampingnya. Ia sudah berlalu pergi bersama Kyung Soo.

Didalam kelas. Ia melihat Yumi sedang sibuk

mengerjakan sesuatu sampai-sampai kedatangannyapun

Yumi tidak menyadarinya. Eun Soo mengeluarkan buku

tugasnya, dan menatapi Yumi yang masih berfokus pada

buku yang ada didepannya. gadis itu terlihat sangat sibuk.

“Kau mengerjakan apa?”

Page 122: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

122

Yumi tidak menjawab. Ia masih sibuk

mengerjakan sesuatu yang ada didepannya tanpa

memperdulikan Eun Soo sedikitpun.

“Sebentar lagi Kyung Soo dan Baekhyun

rekaman. Semoga saja ada produser yang tertarik dengan

single mereka. Aku sangat senang ada studio rekaman

yang mau membantu mereka.”

Yumi tidak memberi jawaban apapun.

Eun Soo menoleh. Yumi sudah meletakkan

pensilnya, tapi kedua mata gadis itu terpaku pada dua anak

manusia yang terlihat akrab didepan kelas mereka. Kyung

Soo dan Narri tengah ngobrol didepan kelas. Perbincangan

mereka terlihat seru saat Kyung Soo sesekali tertawa

menanggapi apa yang Narri katakan. Itu membuat hati

Yumi terluka.

“Apa kau akan membiarkan mereka?” Yumi

menatap Eun Soo sendu.

“Biarkan Kyung Soo menyadari sendiri. Aku dan

Baekhyun sudah angkat tangan,” jawab Eun Soo pasrah.

Ia tidak mempunyai jawaban lain, Kyung Soo tidak mau

mendengarnya.

“Tapi, kau..”

“Jangan mengkhawatirkannya. Dia akan baik-baik

saja. Hem?”

Eun Soo meredam perasaan Yumi yang tengah

sangat khawatir dan kecewa melihat orang yang dia cintai

bersama dengan gadis lain. Dan hal yang sangat

menyakitkan, ia melihatnya kesana kemari dengan gadis

itu, gadis yang sangat tidak disukainya.

**

Page 123: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

123

Jam istirahat tiba. Joon Myeon menyeret Narri

dengan menggenggam lengannya erat. Gadis itu

memberontak kesakitan. Dengan kasar Joon Myeon

mendudukkan Narri dan membuatnya

merasakan sakit. Bangku kayu di taman bukanlah sebuah

sofa.

Kedua mata Joon Myeon menatap Narri tajam.

Ada amarah yang sedang meledak disana. Joon Myeon

sangat marah sampai wajahnya merah padam. Nafasnya

terengah-engah. Tidak biasanya Joon Myeon marah

sampai seperti itu. Narri membalas tatapan Joon Myeon.

Tidak ada rasa takut sama sekali dalam hatinya, meskipun

namjachingu bohongan-nya benar-benar sedang marah

padanya.

Suasana taman serasa hening. Joon Myeon berada

di pertengahan taman yang memang jarang didatangi oleh

siswa lain. Ia masih berdiri mematung dihadapan Narri

yang terlihat tenang-tenang saja dengan posisi duduknya.

Gadis itu membuat amarahnya semakin naik.

“Kau sudah berlebihan!”

“Wae? Kau cemburu?” ujar Narri dengan

entengnya yang membuat Joon Myeon semakin naik

darah.

“Kau harus ingat! Ini semua hanya taruhan. Kau

tidak boleh mendekati Kyung Soo terlalu jauh. Ambil

yang kau inginkan darinya tapi jangan bersikap murahan

seperti itu padanya. Kau mengerti tidak!”

“Siapa kau! Kau sudah tidak berarti apa-apa

bagiku.”

Page 124: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

124

Joon Myeon tersentak kaget. Kedua matanya

seketika terbuka lebar, ia hampir tidak percaya dengan apa

yang didengar. Narri baru saja mengungkapkan sesuatu

yang membuat hatinya merasa sakit.

“Aku bersikap seperti itu pada Kyung Soo karena

aku mencintainya. Aku sudah tidak mencintaimu, oppa.

Kau sendiri yang mengatakan padaku, tidak ada cinta

abadi didunia ini. Termasuk cintaku padamu.”

Narri menatap Joon Myeon tajam. Kini tatapan

cinta yang biasa ia berikan berubah menjadi kebencian.

Joon Myeon membalasnya dengan tatapan sendunya.

Hatinya serasa teriris dan sangat sakit. Gadis yang ia cintai

dengan mudahnya berpaling kepada namja lain karena

taruhan konyol yang mereka buat.

“Secepat itukah kau menggantikanku?”

“Aku sudah bosan denganmu, aturanmu yang

menyebalkan! Sikapmu yang membosankan dan semua

yang kau berikan padaku tidak pernah membuatku

bahagia.”

Joon Myeon kehilangan kata-kata. Selama ini

tidak banyak yang Joon Myeon berikan pada Narri selain

mengerjakan tugas sekolahnya dan mengantarnya pulang

sampai kerumah. Apa yang bisa Joon Myeon berikan

kepada gadis yang sudah memiliki segalanya seperti Narri.

Berjuta won-pun tidak dibutuhkan oleh gadis itu.

“Baiklah, arasimida.” Ada sesuatu yang

membuatnya sesak.

“Gomawo. Aku tidak akan melupakan semua

kebaikanmu padaku.” Narri tersenyum miring. Kemudian

pergi dari hadapan Joon Myeon begitu saja.

Page 125: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

125

Joon Myeon mendudukkan dirinya. Pikirannya

berubah menjadi kosong. Sebenarnya niatannya membawa

Narri ketempat itu untuk membatalkan taruhan konyol

yang mereka buat sendiri. Karena Narri sudah melanggar

jauh taruhan mereka, tetapi ternyata Narri bersikap seperti

itu karena memang ingin mendapatkan hati Kyung Soo.

**

Kyung Soo mendatangi Eun Soo kekelasnya. Kali

ini sendirian tanpa Baekhyun yang biasanya menemaninya

kemanapun ia pergi. Eun Soo tengah tertidur diatas

bangkunya. Gadis itu menahan perutnya yang telah melilit

kelaparan. Tidur adalah salah satu alternative terbaik

baginya. Ia tidak bisa membelanjakan uang sakunya

dikantin karena edisi terbaru Doraemon segera keluar.

“Eun Soo-ah?” panggil Kyung Soo sembari

memandangi tubuh adiknya yang terlihat memaksakan

untuk tidur.

“Eun Soo-ah?” Sekali lagi Kyung Soo memanggil

namanya. Gadis itu hanya menggeliatkan tubuhnya dan

tak kunjung membuka kedua matanya.

Yumi berusaha menjaga jarak. Ia tahu benar

Kyung Soo tidak suka jika melihatnya. Yumi hanya bisa

memandangi Kyung Soo dari kejauhan, tepat disudut

paling belakang kelas itu.

“Kau benar-benar tidur?”

Eun Soo mendengarnya. Tapi ia sengaja tidak

membuka kedua matanya dan tetap berpura-pura tidur.

Yumi tahu kalau Eun Soo hanya berpura-pura. Gadis itu

terus memperhatikan mereka berdua.

Page 126: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

126

“Baiklah, ini bekalmu. Aku tau kau sangat

membutuhkannya, hari ini sikap Baekhyun sedikit aneh.

Dia keluar kelas lebih dulu setelah bel berbunyi, jadi aku

tidak sempat menitipkan bekal ini padanya. Kukira dia

sedang bersamamu, ternyata tidak. Aku tidak tau dia

sedang dimana. Dan… aku harap kau tidak mengatakan

kalimat yang kau ucapkan tadi pagi kepadaku.

Bagaimanapun, aku tetap percaya padamu.”

Eun Soo sontak mendongakkan kepalanya. Ia

berkali-kali mengerjapkan kedua matanya dan terus

menatap Kyung Soo tidak percaya.

“Tapi, jangan menghalangiku untuk dekat dengan

Narri,” lanjut Kyung Soo. Membuat gadis itu kembali

pada posisi tidurnya.

“Aku harus mengatakan berapa kali padamu, Do

Kyung Soo. Kau memang menyebalkan,” gerutu Eun Soo

pelan. Dan Kyung Soo tidak bisa mendengarnya.

“Baiklah, jangan lupa habiskan bekalmu. Aku

pergi dulu.” Kyung Soo mendorong dua kotak bekal yang

ada disamping Eun Soo sampai menyentuh lengan

adiknya. Kemudian ia menatap Eun Soo sejenak, tatapan

itu tidak bisa diartikan. Entah ada penyesalan atau ia

kecewa dengan dirinya sendiri. Kemudian Kyung Soo

beranjak pergi dari kelas Eun Soo.

**

Di tepian taman yang rindang dengan

pepohonannya, Baekhyun, Eun Soo dan Yumi menikmati

bekal mereka. Eun Soo membagi bekalnya dengan Yumi

sedangkan Baekhyun menikmati bekalnya sendirian.

Namja itu tiba-tiba datang ke kelas Eun Soo dan

menanyakan soal bekal. Mungkin ditengah perjalanannya

Page 127: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

127

ia bertemu dengan Kyung Soo dan menyampaikan soal

bekal itu pada saudara angkatnya yang terlihat begitu

kelaparan.

“Apa menurut kalian Chanyeol menyukaiku?”

Baekhyun tersedak. Ia menepuk-nepuk dadanya

dan segera mencari air untuk minum. Yumi

menggelengkan kepalanya sembari terus melahap

makanannya. Eun Soo berfikir keras, tentang sikap

Chanyeol yang baik padanya juga tawarannya untuk pergi

bersama ke sungai han.

“Ah, mungkin aku berlebihan,” tukas Eun Soo

kemudian kembali melahap makan siangnya.

“Kalau Chanyeol menyukaimu, itu adalah hal

yang bagus.” Baekhyun berkata dengan mulut penuhnya.

Ia kembali melahap bekalnya setelah merasa lebih baik.

“Wae?” tanya Eun Soo tak mengerti.

“Dia kaya, mobilnya bagus, tampan dan berbadan

tinggi. Itu bisa disebut sempurna. Aku juga sangat siap

menjadi kakak iparnya.”

“Ah. Kau benar. Kalian sangat cocok. Ya kan?

Apa kubilang,

kau pasti akan nyaman bersamanya. Dia sangat baik,

periang dan ramah,” timpal Yumi semangat.

“Ah, begitu ya. Aku juga merasa begitu, tapi

bagaimana Kai menurut kalian?”

Yumi dan Baekhyun melongo. Keduanya saling

menatap sebentar. Yumi tidak terlalu menyukai Kai.

“Kai?” tanya Yumi meyakinkan.

Page 128: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

128

“Kai? Namja berkulit gelap itu. Ish! Dia tidak

cocok denganmu. Dia angkuh, dan sok tampan. Aku tidak

menyukainya. Aku jauh lebih tanpan darinya, hanya saja

badannya lebih tinggi dariku,” ujar Baekhyun sinis.

Kemudian ia menutup kotak bekalnya karena sudah habis.

“Em, sudahlah. Aku tidak terlalu tertarik jika

membahasnya. Oh ya, Eun Soo. Kau nanti tidak ikut

latihan-kan? Bisa kau temani aku pergi ke toko buku? Ada

sesuatu yang ingin kubeli, mungkin kau ingin mencari

komik Doraemon baru?”

“Nde, aku ada waktu nanti.”

“Oh ya, soal buku. Aku tadi melihat si kutu buku

sedang menyeret gadisnya masuk kedalam taman,

kelihatannya mereka sedang ada masalah,” sahut

Baekhyun. Ia setengah berbisik sembari sedikit

menundukkan kepalanya, membuat Yumi dan Eun Soo

ikut menundukkan kepala mereka.

“Si kutu buku siapa maksudmu?” balas Yumi

sambil berbisik.

“Aish, siapa lagi kalau bukan Joon Myeon!”

“Dimana kau melihatnya?” tanya Eun Soo tak

yakin.

“Tadi saat memasuki taman. Kulihat wajahnya

merah, sepertinya dia sedang marah. Aku yakin Joon

Myeon sedang mempunyai masalah. Kuharap hubungan

mereka segera berakhir. Aku tidak

menyukai mereka.”

“Mungkin soal Kyung Soo. Hubungan Narri dan

Kyung Soo semakin akrab saja,” ujar Yumi sinis.

Page 129: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

129

Menunjukkan ketidaksukaannya dengan kedekatan Kyung

Soo dan Narri.

“Dan aku juga berharap Joon Myeon segera

diturunkan dari posisinya, menjabat sebagai president

sekolah tapi bersikap kotor seperti itu sangat tidak pantas.

bukankah itu memalukan?”

“Apa menurutmu begitu?”

Yumi dan Eun Soo tersentak kaget.

“Tentu saja,” jawab Baekhyun dengan entengnya.

Tubuh Baekhyun seketika mengejang saat

menyadari orang yang ia bicarakan berdiri dibalik

punggungnya. Joon Myeon menatap punggung Baekhyun

dan seperti ingin mencekik leher namja itu. Sedikitpun

mereka tak berkutik. Eun Soo dan Yumi hanya

menundukkan kepala mereka.

“Dari pada kalian membicarakan orang lain, apa

tidak sebaiknya kalian gunakan waktu istirahat dengan

baik dan mengerjakan hal yang positif. Selesai makan

siang kau bisa membaca buku diperpustakaan dari pada

membuang waktumu dengan sia-sia. Itu saranku.”

Mereka bertiga mengangguk kaku. Kemudian

Joon Myeon pergi tanpa pamit. Baekhyun menarik nafas,

lega.

“Sejak kapan dia berada disitu, hah? Aku kaget

sekali,” ujar Baekhyun sembari memperhatikan langkah

Joon Myeon yang semakin menjauh.

“Tutup mulutmu,” tukas Eun Soo.

**

Page 130: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

130

Kyung Soo kembali memfokuskan dirinya pada

tugas yang sibuk ia kerjakan. Dijauhi oleh Baekhyun dan

Eun Soo membuatnya sedikit kurang fokus saat

mengerjakan sesuatu.

„Terserah apa yang kau lakukan, Kyung Soo. Tapi

jika itu untuk membantu Narri, jangan harap kami mau

membantumu.‟

Apa yang dikatakan Eun Soo kembali terlintas

dalam ingatannya. Eun Soo dan Baekhyun sudah berusaha

untuk mengingatkan Kyung Soo, terlebih lagi soal rencana

Narri dan Joon Myeon untuk memperalatnya. Namun

Kyung Soo masih bersikeras mempertahankan

komitmennya untuk menjadi teman dan selalu ada disaat

Narri membutuhkan.

“Kyung Soo, maaf aku merepotkanmu,” ujar Narri

yang membuat lamunan Kyung Soo pecah seketika.

Namja itu hanya melempar senyum tipis kemudian

kembali memfokuskan dirinya dengan tugas Narri yang

sedang ia kerjakan. Disamping mereka berdiri dua orang

memakai tuxedo hitam dan mengawasi sekitarnya. Mereka

adalah orang suruhan orang tua Cho Narri untuk menjaga

putrinya.

Dari kejauhan, Joon Myeon memperhatikan

mereka. Nampak Narri sudah berhasil merayu Kyung Soo

untuk mengerjakan tugasnya tanpa hambatan. Sedangkan

dirinya, sekalipun tak pernah bertemu dengan Eun Soo.

Tapi Joon Myeon berusaha melupakan hal itu, ia sudah

putus dengan Narri dan itu terjadi beberapa jam yang lalu.

Disisi lain, disebuah meja yang tak jauh dari meja

Kyung Soo. Duduk tiga orang bocah yang menutupi wajah

mereka dengan buku tetapi mata mereka mengintip kearah

Kyung Soo dan memperhatikan apa yang terjadi disana.

Page 131: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

131

“Aish, apa yang mereka bicarakan?” gerutu Eun

Soo karena daun telinganya tak dapat mendengar

pembicaraan Kyung Soo dan Narri dengan jelas.

“Ah, mereka berbicara terlalu pelan,” timpal

Baekhyun.

“Aku juga tidak bisa mendengar dengan baik,”

tambah Yumi yang mencoba terus menengadahkan

telinganya untuk mendengar pembiaraan mereka.

“Lebih baik kita keluar saja, aku mulai bosan,”

protes Eun Soo kemudian meletakkan buku yang tadinya

menutupi wajahnya.

Kyung Soo tau jika ketiga temannya sedang

mengawasi mereka. Setelah selesai mengerjakan tugas

milik Narri, Kyung Soo datang menghampiri mereka.

“Apa yang kalian lakukan disini?”

Mereka bertiga seketika terperanjat dan berpura-

pura fokus pada buku yang mereka pegang masing-

masing. “Tentu saja membaca buku.” jawab Eun Soo

ketus. Ia melirik Kyung Soo sebentar.

“Oh, ya? Lalu bagaimana bisa kau membaca

dengan posisi terbalik begitu?”

Eun Soo menatap cover bukunya, ternyata posisi

buku yang ia pegang memang terbalik. Dengan malu-malu

ia membenarkan posisi buku yang ia pegang. Kyung Soo

menyeringai dan duduk bergabung dengan mereka. Ia

membiarkan Narri duduk sendirian dan sedang

memperhatikan Kyung Soo dari kejauhan.

“Untuk apa kau duduk disini. Apa tidak sebaiknya

kau kembali

ke tempat pacarmu?” ujar Eun Soo dengan sinisnya.

Page 132: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

132

“Aku dan Narri hanya teman. Apa kau ikut latihan

hari ini?.”

“Aniyo.”

“Waeyo?”

“Aku ada urusan lain.” Lagi-lagi nada suara Eun

Soo terdengar sinis.

“Oh ya, Yumi.” Yumi melongo kaget. Ia sedikit

terperanjat ketika Kyung Soo memanggil namanya.

“Terimakasih karena kau sudah mengenalkanku

dengan Chanyeol dan teman-temannya.”

Yumi tersenyum bingung. Ia sulit menganalisir

getaran hebat yang memenuhi hatinya. Baru saja Kyung

Soo mengucapkan terimakasih padanya dan hal itu adalah

hal langka dalam hidupnya.

**

Eun Soo menghentikan langkahnya. Ia

membiarkan Yumi memasuki toko lebih dulu.

Langkahnya terhenti ketika ia melihat seorang gadis kecil

sedang duduk ditepian jalan sendirian, tepatnya di trotoar

sembari memperhatikan ramainya jalanan siang itu. Siang

yang sangat panas dan tempat seramai ini ada seorang

anak kecil sendirian duduk ditepi jalan. Apa dia sedang

kehilangan jejak orang tuanya?

Eun Soo datang mendekat. Ia duduk disamping

gadis kecil itu. Gadis kecil itu tersenyum pada Eun Soo,

membiarkannya duduk disampingnya walaupun ia tidak

mengenalnya. Tidak tampak sedikitpun rasa ketakutan

dari wajah gadis kecil itu.

Page 133: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

133

“Kau sedang menunggu seseorang?” Eun Soo

berkata pelan pada gadis kecil itu. Gadis kecil itu

menganggukan kepalanya ringan.

“Nugu?” tanya Eun Soo lagi dengan nada

kekanak-kanakannya.

“Adik kembarku, eonni50.” ujar gadis itu sembari

melempar tatapan sendu.

“Kau kembar?” Sekali lagi gadis itu mengangguk

dengan polosnya. Eun Soo tersenyum, ia mempunyai

saingan, batinnya. “Lalu, mana ibumu?”

“Di toko seberang jalan sana.” gadis kecil itu

menunjuk sebuah

toko kecil yang ada diseberang jalan. Eun Soo

memperhatikan, tidak ada seseorang yang sedang

kebingungan mencari putrinya disana.

“Lalu, adik kembarmu dimana?”

“Eomma bilang dia sedang di surga.” Eun Soo

tertegun. Gadis kecil itu kembali menatapi jalanan.

Sebuah „zebracros‟ yang ada disebelah kanannya. Eun Soo

berubah menatapnya prihatin.

“Eonni, kenapa orang yang pergi ke surga tidak

mau kembali lagi?” gadis kecil itu bertanya dengan

polosnya. Eun Soo menatap gadis itu sendu. Mendengar

pertanyaannya membuatnya ingin menangis.

“Karena surga, lebih indah dibandingkan disini.

Itulah sebabnya orang yang sudah masuk surga tidak ingin

kembali.” Eun Soo tersenyum sembari membelai pipi

gembul gadis kecil itu. 50 Eonni = panggilan kakak yang diucapkan oleh wanita kepada wanita

Page 134: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

134

“Jeongmalyo, eonni? Apa di surga dia

mempunyai teman?”

“Keurom51. Dia akan punya banyak teman

disana.” Gadis kecil itu beralih menatap dua boneka yang

ada dalam pelukannya.

“Kalau begitu Jung Soo tidak membutuhkan

boneka ini lagi..” Eun Soo kembali tertegun. Gadis kecil

itu menatap boneka yang berada ditangan kirinya dengan

sendu. Sepertinya boneka itu milik adik kembarnya yang

telah pergi.

“Jung Jin-ah, Jung Jin-ah?” seorang wanita paruh

baya datang dan sontak mengangkat tubuh gadis kecil itu

kedalam pelukannya.

Eun Soo berdiri. Memperhatikan mereka. Wanita

itu terlihat lega setelah menemukan gadis kecilnya yang

menghilang sesaat.

“Ah, eomma mengkhawatirkanmu.” desah wanita

itu sembari mencubit pelan pipi gembul putrinya.

“Anyeonghaseyo..” Eun Soo membungkukkan

tubuhnya. Begitu juga dengan wanita paruh baya itu.

“Ghamsahamida sudah menemukan putriku. Dia

suka sekali pergi tanpa pamit.”

“Ah, gwenchanayo. Dia hanya duduk menunggu

disini.”

“Ah, tempat ini.” Wanita itu memperhatikan

sekitarnya. Wajahnya berubah sendu. “Tidak seharusnya

eomma membawamu kemari. Maafkan, eomma,” lanjut

51 Keurom = tentu

Page 135: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

135

wanita itu, diwajahnya tergambar sebuah penyesalan dan

kesedihan.

“Em, mianhae ahjumma. Tapi boleh aku

menanyakan sesuatu?”

“Nde?” wanita itu mengernyitkan keningnya

dengan ragu.

“Maaf aku menanyakan ini, tapi apa yang terjadi

pada putri kembarmu?” Eun Soo menatap wajah wanita

itu dengan tatapan sendu.

“Putriku? Kau tau mereka kembar.”

“Ah, mianhae. Tidak seharusnya aku menanyakan

hal ini.” Eun Soo membungkukkan tubuh dengan perasaan

yang bersalah.

“Baru saja beberapa bulan yang lalu putriku

kecelakaan ditempat itu saat menyebrang. Bodohnya aku

membiarkan mereka melakukan hal itu. Tapi hanya Jung

Jin yang selamat dalam kecelakaan itu. Aku harap kau

berhati-hati, jalanan semakin hari semakin ramai,” ucap

wanita paruh baya itu dengan wajah penuh dengan

penyesalan.

“Ne, ahjumma. aku juga akan menjaga diri

dengan baik.”

Tersungging segaris senyuman dibibir wanita itu.

Walaupun sebenarnya tergambar jelas kesedihan yang

begitu dalam di hatinya.

“Eonni, apa kau mau pergi ke surga bersamaku?”

celetuk gadis kecil itu. Membuat Eun Soo dan ibunya

kaget.

“Nde?” Eun Soo membuka matanya lebar-lebar.

Page 136: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

136

“Apa yang kau bicarakan? Ah, baiklah kami pergi

dulu. Anyeonghaseyo.”

“Anyeonghaseyo..” Balas Eun Soo sembari

membungkukkan tubuhnya.

“Eonni, sampai bertemu di surga.” Gadis kecil itu

melambaikan tangannya. Eun Soo ikut melambaikan

tangannya dan melempar senyum pada gadis kecil itu.

“Surga?”

Yumi berteriak memanggil Eun Soo. Ia sudah

menemukan buku yang ia cari. Yumi berjalan mendekati

Eun Soo dan ikut memperhatikan apa yang Eun Soo lihat.

“Siapa?”

“Seorang gadis lucu.”

“Oh..”

“Kau sudah selesai?”

“Nde, ayo kita pulang. Oh ya, kau lapar tidak?”

“Emm,”

“Aku yang traktir.”

“Baiklah.”

“Dan lihat apa ini?” Yumi mengeluarkan sebuah

buku kecil dari kantong plastic yang ia bawa dan

menunjukkannya pada Eun Soo. Sebuah buku kecil

berwarna biru dengan gambar tokoh kartun favorit Eun

Soo.

“Ah, sudah terbit!!! Benarkah sudah terbit!!!!”

Eun Soo meraih buku itu dengan girang. Ia hampir saja

melompat sembari memeluk komik Jepang keluaran

terbaru itu.

Page 137: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

137

“Baiklah, aku yang traktir!” Eun Soo beralih

menarik tangan Yumi. Ia sudah tidak perlu menabung lagi

karena komik Doraemon keluaran terbaru yang ia tunggu

sudah Yumi belikan.

**

Eun Soo terperanjat. Seketika ia hanya bisa

membuka matanya lebar-lebar dan membiarkan dua namja

itu mengobrak-abrik meja belajarnya yang sebelumnya

sudah ia tata rapi. Eun Soo mendengus kesal. Kedua

saudaranya itu tidak ada bedanya dengan guru BP yang

senang merampas mainan siswa-siswanya.

“Jangan yang itu! Itu ada part dimana Sizuka

beradegan romantis dengan Nobita.”

“Hey, aku belum membaca komik itu sampai

selesai.”

“Aku mohon, Kyung Soo. Itu komik favoritku,

bertemu dengan raja matahari adalah bagian favoritku.”

“Jangan yang ini, Baekhyun. Ini part paling lucu.

Disini ada bagian yang paling kusuka.”

“Ah, tidak-tidak. Kau tidak boleh mengambil

yang itu juga!! Itu kubeli dengan aku menabung uang saku

sekolahku sampai satu minggu.”

“Hey, itu edisi paling baru dan baru saja kubeli

tadi siang bersama Yumi.”

Eun Soo hanya bisa mendengus kesal. Kini Kyung

Soo dan Baekhyun sudah berhasil mengemas semua

komik koleksi miliknya dan menggantinya dengan

berbagai macam buku pelajaran yang menurut Eun Soo

sangat membosankan.

Page 138: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

138

“Sekarang apa mau kalian? Kapan kalian akan

menggembalikan semua komikku?” tanya Eun Soo

dengan wajah memelasnya.

“Tidak akan, aku akan menjualnya,” balas Kyung

Soo dengan

senyuman miringnya, membuat kedua mata Eun Soo

seketika terbuka lebar.

“Kau gila!”

“Sekarang yang perlu kau fokuskan hanya belajar,

Eun Soo.” Baekhyun menepuk pundak Eun Soo pelan.

“Aku akan belajar dengan rajin, sungguh. Aku

sudah berjanji pada diriku sendiri.”

Kyung Soo dan Baekhyun saling bertatapan.

Mereka tidak yakin dengan apa yang baru saja mereka

dengar.

“Aku mohon. Aku akan belajar.” Eun Soo berlutut

dihadapan mereka. Hal itu membuat Baekhyun tidak tega

melihatnya. Tapi Kyung Soo sudah menahan Baekhyun

untuk membantu Eun Soo berdiri.

“Nilai seratus, yah setidaknya kau mendapat nilai

seratus baru kami akan kembalikan dua kantung plastic

komik ini padamu.”

Ada genangan air dikedua mata Eun Soo. Gadis

itu benar-benar tidak bisa merelakan semua komiknya

dirampas walaupun

kakaknya sendiri yang melakukannya.

Baekhyun tidak bisa memastikan Eun Soo

mendapat nilai seratus kerena baru beberapa hari yang lalu

ia belajar soal matematika dasar dengannya.

Page 139: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

139

“Aku akan menjadi tutormu, jangan khawatir.”

Baekhyun berjongkok, ia menyamakan tingginya dengan

Eun Soo. Air mata Eun Soo sudah mengalir deras. Gadis

itu sudah tidak bisa menahannya lagi.

Kyung Soo hanya memutar kedua bola matanya

kemudian beranjak pergi dari kamar Eun Soo dengan

menenteng dua kantung plastik hitam ditangan kiri dan

kanannya. Dia benar-benar ingin merubah Eun Soo.

“Kau tau kenapa kau bodoh? Itu karena kau

mengidolakan

orang yang bodoh juga,” ujar Kyung Soo sesampainya

diambang pintu.

“Apa pintarnya dari Nobita? Doraemon juga sama

saja. Tanpa bantuan kantong ajaibnya, dia juga tidak bisa

apa-apa,” lanjut Kyung Soo. Bahkan Kyung Soo juga tau

bagaimana karakter dalam kartun itu walaupun dia tidak

menyukainya.

Eun Soo berdiri. Ia menyeka air matanya yang

menetes. Dengan mengikis lengan bajunya yang tampak

kepanjangan. Eun Soo berkacak pinggang dan menatap

Kyung Soo tajam.

“Aku tidak menyukai Sinosuke. Yah, karena

semua orang pintar didunia ini bersikap sombong!” Eun

Soo menghentakkan kakinya, membuat ucapannya

terdengar serius.

Kyung Soo membelalakkan kedua matanya.

Baekhyun tiba-tiba tertawa kecil dan memalingkan

mukannya dari kedua anak kembar itu. Setelah melempar

tatapan sinisnya pada Eun Soo, Kyung Soo lantas berlalu

pergi.

Page 140: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

140

**

Eun Soo dan Baekhyun sudah siap untuk

berangkat. Chanyeol akan menjeput mereka beberapa

menit lagi. Dengan tatanannya yang tidak seperti

biasanya, Eun Soo menatap dirinya didepan cermin. Ia

merasa penampilannya terlalu sederhana, tapi memang

beginilah dia sebenarnya. Berpenampilan apa adanya akan

membuatnya lebih percaya diri dibandingkan harus

berpenampilan meniru gaya orang lain.

Eun Soo melonggokkan kepalanya. Ia menatap

kearah gerbang dan memastikan bahwa ada sebuah mobil

antik berwarna hitam milik Chanyeol disana. Sampai

beberapa menit berlalu Chanyeol tak kunjung datang. Eun

Soo kembali menatap layar ponsel yang sengaja ia nyala-

matikan untuk memastikan tidak ada pesan yang belum ia

baca.

Ini adalah kencan pertamanya, wajar saja ia

merasa gugup

dan bersikap tidak sewajarnya. Ia tidak lagi mengenakan

pita merah yang Yumi sarankan, itu hanya akan membuat

Kyung Soo terus memandanginya dan membuatnya tidak

nyaman. Pita merah itu sebenarnya yang biasa ia pakaikan

pada yeonggu.

Mobil hitam itu kini terparkir didepan gerbang

rumah Eun Soo. Gadis itu merasa lega, ia segera berlari

dan membuka pintu gerbang. Ada senyuman yang terus

mengembang dibibirnya. Chanyeol keluar dari mobil,

penampilannya malam ini benar-benar membuat Eun Soo

terpesona. Kedua matanya terpaku menatap Chanyeol

yang terlihat semakin tampan dengan t-shirt merah yang

dilapisi dengan jaket jins biru lengan panjang itu.

Penampilannya begitu maskulin.

Page 141: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

141

“Apa kau menungguku terlalu lama. Maaf, jalanan

sedikit macet.” Eun Soo hanya tersenyum sembari

menggelengkan kepalanya.

“Ini untukmu.” Chanyeol menyodorkan sebuket

bunga mawar putih yang tampak menawan ditempat yang

redup itu.

“Apa itu Chanyeol? Aku sudah bosan menunggu.”

teriak Baekhyun yang berdiri didepan pintu sembari

menyipitkan kedua matanya. Ia tidak bisa melihat dengan

jelas keadaan yang ada didekat gerbang.

Setelah Eun Soo menerima bunga itu dan

Baekhyun sudah siap untuk masuk kedalam mobil, tiba-

tiba namja bernama Do Kyung Soo muncul dan tanpa

permisi masuk kedalam mobil Chanyeol.

“Kyung Soo? Kau..” Baekhyun mengernyitkan

keningnya heran. Kini ia sudah duduk didalam mobil dan

berada disamping Kyung Soo.

Namja itu hanya duduk dengan tenang dan

menatap Baekhyun dengan senyuman miring yang khas

dari bibirnya.

Chanyeol mendengus tak percaya. Acaranya

malam ini benar-benar dirusak oleh saudara Eun Soo. Tapi

mereka tetap berangkat ke sungai Han. Chanyeol ingin

sekali pergi ke tempat itu bersama dengan orang yang dia

cintai. Dan menikmati gemericik aliran sungai Han

bersama.

“Kau tau bagaimana asal usul sungai Han?”

Eun Soo menggelengkan kepalanya. Mereka

berdua masih menatap aliran sungai yang panjangnya

Page 142: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

142

mencapai 514 km itu dengan perasaan yang aneh satu

sama lain. Mereka berdua tidak bisa mengartikan sebuah

perasaan yang mereka rasakan sendiri.

“Sungai Han terbentuk akibat pertemuan dari

sungai Namhan dan sungai Bukhan. Meskipun sungai ini

tidak terlalu panjang, tapi ujung sungai Han lebar

alirannya sangat luas. Sungai ini dikenal memiliki debit

air yang deras sebelum dibangun sejumlah dam,” jelas

Chanyeol sembari mengulas senyum.

Eun Soo menatap Chanyeol penuh makna. Namja

berkaki panjang itu tersenyum sembari terus memandangi

sungai yang ada dihadapannya. Sementara Baekhyun dan

Kyung Soo ditempat lain, yang tak jauh dari tempat

mereka duduk, sedang sibuk mencari suatu kegiatan yang

tidak membuat mereka bosan.

“Hey, Kyung Soo. Seharusnya kau mengajak

Narri juga kesini,” ujar Baekhyun sembari menyeringai

menatapi Kyung Soo. Kyung Soo hanya melotot

membalas tatapan itu.

“Lalu jika aku mengajak Narri, kau dengan siapa?

Hah?”

“Aku dengan Yumi, gadis itu semakin hari

semakin cantik saja.” Baekhyun mengumbar tawanya.

“Apa?” Kyung Soo memukul kepala Baekhyun

dengan gemas. “Ya, jika Yumi menerima tawaranmu.”

“Hahaha, tentu saja dia tidak bisa menolakku.”

“Apa?” kini tubuh Kyung Soo menimpa tubuh

Baekhyun. Mereka

berdua berkelahi seperti anak kecil saat merebutkan

permen.

Page 143: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

143

**

“Kau tau tidak sorotan-sorotan lampu warna-

warni yang ada disana?” Chanyeol menunjuk kesuatu

tempat yang ia maksud. Eun Soo mencoba mencari arah

yang Chanyeol tunjukkan.

Terlihat sebuah sorotan lampu warna warni yang

membuat suasana malam itu semakin romantis.

Pemandangan malam yang sangat indah.

“Itu adalah sebuah air terjun buatan, sengaja

dibuat dengan gerak yang berbeda-beda.” Eun Soo

membulatkan bibirnya. “Dan itulah yang menjadi daya

tarik sungai ini,” lanjut Chanyeol. Kedua matanya

menatap Eun Soo yang masih mencoba menganalisir

kalimat yang Chanyeol ucapkan padanya.

Ekspresi menggemaskan yang Eun Soo tunjukkan

membuat Chanyeol ingin sekali mencubit pipi gembul

yang Eun Soo miliki. Gadis itu terlihat begitu manis ketika

memikirkan sesuatu.

Dan lampu warna-warni yang menghiasi langit itu

mengejutkan semua pengunjung di sungai itu. Pesta

kembang api dimulai. Eun Soo menangkupkan kedua

tangannya didepan dada. Gadis itu terlihat takjub menatap

langit yang dipenuhi dengan warna warni kembang api.

“Chanyeol-ssi, aku merasa sangat bahagia malam

ini.”

“Nado52.” Chanyeol meraih tangan kanan Eun

Soo. Eun Soo menatap Chanyeol dalam, ia sulit

mengartikan sebuah getaran yang menjalar diseluruh

52 Nado = aku juga

Page 144: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

144

tubuhnya. Sementara Chanyeol menatap langit, Eun Soo

masih tertegun menatap namja yang ada disampingnya.

“Aku tidak tau perasaan apa ini? Kau atau aku

yang sedang jatuh cinta,” ujar Eun Soo dalam batinnya.

**

Kyung Soo meletakkan microfon yang ia pegang.

Ia hanya duduk memperhatikan Baekhyun yang sibuk

latihan untuk single mereka. Sebenarnya mereka berdua

berduet, tapi nampaknya Kyung Soo kurang bersemangat

latihan hari ini. Dadanya kembali terasa sakit, itulah yang

ia rasakan. Akhir-akhir ini ia sering merasa sesak nafas

yang luar biasa. Dadanya terasa terjepit sesuatu yang keras

dan sulit ia hentikan.

Kyung Soo menyandarkan kepalanya. Ia mencoba

bernafas dari mulutnya, karena bernafas dari hidung

membuatnya kurang lega. Rasa tidak nyaman itu muncul

lagi, rasa sakit itu muncul ditengah-tengah dadanya.

Tangan kanan Kyung Soo memegangi dadanya.

Padangannya menjadi samar. Segera ia mengangkat

kepalanya, memandangi teman-temannya yang sibuk

latihan. Perlahan ia mencoba berdiri, tapi kakinya serasa

kaku.

“Ah, akhirnya latihan hari ini selesai juga.”

Baekhyun duduk disofa, lebih tepatnya berada disamping

Kyung Soo yang berusaha berdiri. Baekhyun meraih botol

air mineral yang ada diatas meja.

“Kau kenapa, Kyung Soo? Kenapa kau tiba-tiba

berhenti?” Baekhyun mengedikkan botol itu kekaki

Kyung Soo. Kini Kyung Soo sudah berhasil berdiri.

“Kyung Soo-ya, kau baik-baik saja, „kan?”

Baekhyun berdiri. Ia memegangi tangan Kyung Soo dan

Page 145: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

145

beberapa detik kemudian Kyung Soo sudah tidak sadarkan

diri.

“Kyung Soo-ya!!!!!!” Baekhyun berteriak panik.

Baekhyun merangkul tubuh Kyung Soo yang

hampir terjatuh mengenai meja. Ketiga namja itu sontak

berlari dan membantu Baekhyun membawa tubuh Kyung

Soo keatas sofa. Wajahnya terlihat semakin pucat, bibir

tebal yang semerah semangka itu berubah menjadi ungu

keputihan. Pelupuk mata Kyung Soo berubah sedikit

kebiruan. Melihat keadaan itu, semua yang ada distudio

seketika panik.

“Aku akan telpon, Eun Soo. Tolong kalian jaga

dia sebentar.”

Baekhyun merogoh sakunya. Saking paniknya

Baekhyun menjadi kesulitan menemukan ponselnya

sendiri.

“Ah, dimana kau saat kubutuhkan.” Decak

Baekhyun kesal. Kemudian ia beralih menuju tas

ranselnya yang tergeletak dibawah dekat meja.

Ternyata dugaannya benar. Ponsel itu tersimpan

di tasnya sendiri. Segera Baekhyun menyambar dan

menghubungi Eun Soo.

“Yoboseyo? Eun Soo-ah?”

“Ini aku Baekhyun, Kyung Soo pingsan lagi. Kau

bisa datang ke studio tidak? Minta appa untuk

menjemput.”

“Nde, baiklah. Aku akan menunggu. Cepatlah

sedikit.”

Baekhyun merasa sedikit lega. Setidaknya appa

akan menjemput dan keadaan menjadi baik. Kemudian ia

Page 146: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

146

kembali melihat keadaan Kyung Soo. Kyung Soo tidak

menunjukkan reaksi untuk sadar. Chanyeol dan Sehun

menatap Kyung Soo prihatin. Kedua namja itu

menunjukkan wajah sendunya, berbeda dengan Kai. Ia

hanya terdiam tanpa ekspresi memandangi wajah pucat

Kyung Soo.

“Apa kau melihatnya?” Kai menatap wajah

Kyung Soo tajam.

“Apa?” jawab Chanyeol dan Sehun bebarengan.

Kedua pria itu menunduk, mencoba ikut memperhatikan

wajah Kyung Soo yang masih terlelap.

“Kalau seperti ini, dia mirip sekali dengan Eun

Soo. bukankah begitu?” Kai menoleh kearah Chanyeol

dan Sehun yang membungkuk disampingnya.

“Kau!” desis Chanyeol kesal.

“Sempat-sempatnya kau mengatakan seperti itu,

hyeong. Apa Kyung Soo sakit?” Sehun beralih menatap

Baekhyun. Baekhyun menangkupkan bibirnya, kedua

pundaknya terangkat lalu menggelengkan kepala.

Baekhyun tidak tau Kyung Soo sakit atau tidak. Ia

hanya tau sudah dua kali ini Kyung Soo pingsan dan

menyuruhnya untuk tutup mulut dari eomma dan appa.

Eun Soo juga tidak bisa mengatakan hal itu pada eomma

dan appa karena sudah mendapat ancaman dari Kyung

Soo. Kyung Soo tidak akan mengembalikan semua

komiknya sekalipun Eun Soo sudah mendapat nilai

seratus.

Baekhyun meraih tangan Kyung Soo kemudian

menggenggamnya erat. Ia merasa sangat khawatir. Ia takut

terjadi sesuatu yang buruk pada Kyung Soo.

Page 147: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

147

“Apa kau sakit, Kyung Soo? Katakan padaku?”

ujar Baekhyun dalam batinnya. Ia menatap wajah pucat

Kyung Soo dengan perasaan yang begitu khawatir.

“Apa dia sering pingsan?” Chanyeol berdiri

disamping Baekhyun.

“Ini baru kedua kalinya.” Jawab Baekhyun

seadanya. Ia lupa dengan janjinya untuk tutup mulut.

“Wajahnya mengerikan.” Kai berdiri dari

duduknya. Kini ia menyeret kakinya keluar dari studio.

“Apa dia sudah pergi ke dokter?” tanya Chanyeol

lagi. Baekhyun menggelengkan kepalanya.

“Mana, Kyung Soo?” Eun Soo berdiri diambang

pintu. Wajah khawatirnya tidak bisa ia sembunyikan.

Kedua matanya tertuju pada Kyung Soo yang berbaring

lemah diatas sofa. Kemudian ia berjalan tergesa

mendatangi Kyung Soo.

Eun Soo menangkupkan kedua tangannya dipipi

Kyung Soo. Perlahan air bening itu membasahi pipinya.

“Kita harus membawanya kerumah sakit.” suara

Eun Soo bergetar.

Beberapa saat kemudian appa datang. Ia baru saja

selesai memakirkan mobilnya, pekarangan kecil studio

membuatnya kesulitan mengemudikan mobilnya.

“Ya Tuhan, Kyung Soo. Kenapa kau bisa sampai

seperti ini?” Appa terkejut melihat putranya berbaring

tidak berdaya diatas sofa. Terlebih lagi dengan raut wajah

yang begitu pucat.

Kyung Soo mulai bereaksi. Kedua matanya

perlahan terbuka. Samar-samar ia memandangi seseorang

yang berada disekelilingnya. Gadis yang ada

Page 148: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

148

dihadapannya sudah menangis deras. Kyung Soo

tersenyum tipis melihat gadis yang ada dihadapannya

sedang menangis. Ia sama sekali tidak menunjukkan

wajah kesakitannya.

“Kau kenapa?” tanya Kyung Soo seolah tak

terjadi apa-apa.

Semua yang ada diruangan itu bingung. Kyung

Soo seolah baru saja bangun tidur. Ia berdiri dan kembali

merapikan kemejanya. Ia tidak memperhatikan seisi

ruangan studio itu yang panik karena keadaannya. Eun

Soo hampir tidak percaya. Ia segera mengangkat tubuhnya

dan meraih tangan Kyung Soo. Dia sangat khawatir.

“Kau harus kerumah sakit!” Eun Soo menatap

Kyung Soo khawatir. Mendengar itu hati Kyung Soo

serasa tercabik, ia tidak pernah menerima tatapan penuh

arti dari mata adiknya.

“Waeyo? Nan gwenchana. Hem? Ayo kita

pulang, bukankah latihan sudah selesai?” Elak Kyung

Soo. Ia menunjukkan bahwa dirinya baik-baik saja tak

seperti yang mereka kira.

Kyung Soo berjalan dengan cepat keluar dari

studio. Ia terburu-buru karena takut menerima berbagai

pertanyaan dari teman-temannya, terutama dari appa.

Kyung Soo sendiri tidak tau apa yang sedang terjadi pada

dirinya. Saat ia sampai diambang pintu, tubuhnya sempat

bertabrakan dengan Kai yang akan masuk kedalam studio.

“Aw!” Teriak Kai sembari memegangi dagunya

karena terbentur oleh kepala Kyung Soo. “Kau sudah

sadar?”

Page 149: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

149

Kyung Soo terus berjalan tanpa menggubris

pertanyaan Kai. Ia berjalan seolah tidak ada seorang pun

yang menghalanginya.

**

“Kalian sedang belajar?” eomma menyembulkan

kepalanya dari balik pintu.

Perlahan ia berjalan masuk, ditangannya sudah

membawa 3 buah gelas berisi susu dan dua piring camilan

diatas nampan. Eun Soo, Baekhyun dan Kyung Soo diam

membisu sembari memperhatikan ibunya berjalan dengan

wajah sedikit sembab. Terlihat jelas dia usai menangis.

“Eomma?” panggil Eun Soo getar. Tiba-tiba ia

merasakan hal yang sama, sedih.

“Nde?” eomma tersenyum. Ia meletakkan barang

bawaannya diatas meja kemudian memandangi ketiga

anaknya sambil menghela nafas berat.

“Kalian lanjutkan belajarnya, nde? Jika kalian

memerlukan sesuatu, panggil saja eomma. Eomma dan

appa ada dibawah dan menonton tv bersama.”

Wanita paruh baya itu berjalan keluar. Sekali lagi

tiga anaknya melihat punggung ibunya sedang menggigil,

ia menangis. Eun Soo beralih menantap Kyung Soo, kedua

kelopak mata Kyung Soo masih terlihat sedikit hitam.

Baekhyun berusaha kembali memfokuskan dirinya pada

tugas yang tengah ia kerjakan. Sedangkan Kyung Soo

masih focus menatap pintu.

“Kyung Soo-ah..” teriak Eun Soo kemudian tiba-

tiba memeluk Kyung Soo dan membuat kursi yang Kyung

Soo duduki hampir roboh.

Page 150: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

150

“Apa yang kau lakukan?” ujar Kyung Soo dan

membiarkan Eun Soo tetap memeluk dirinya.

“Biarkan seperti ini. Biarkan aku memelukmu.”

Suara Eun Soo bergetar. Ia menangis.

Baekhyun menekan pensil yang ia pegang,

tatapannya berubah sendu. Hatinya kini menangis,

mungkin itu yang sama-sama ia rasakan dengan Eun Soo.

**

Peralatan medis itu membuat Kyung Soo

ketakutan. Dia sangat tidak menyukai semua hal yang

berhubungan dengan rumah sakit. Apalagi ketika jarum

suntik menyentuh kulit lengannya. Ia sedikit terkejut saat

jarum suntik itu berhasil menembus kulitnya dan

membawa beberapa milli darahnya yang dibawa masuk ke

dalam laboratorium rumah sakit.

Kyung Soo terbaring diatas ranjang rumah sakit

yang dingin itu. Ruangan ber-ac itu membuatnya kurang

nyaman. Keringat dinginnya mulai bercucuran dan nyaris

membuat t-shirt yang ia kenakan basah. Ia memperhatikan

sekelilingnya. Ruangan ini terlalu asing baginya. Tidak

ada buku, tidak ada meja belajar, tidak ada pensil dan

tidak ada benda-benda lain yang akrab ia temui disekolah

dan rumah.

Hari ini Kyung Soo berhasil dibawah kerumah

sakit, tepatnya setelah kejadian pingsan di studio itu.

Eomma dan appa bersikeras memaksa putranya yang

alergi dengan peralatan medis itu untuk memeriksakan

keadaannya. Rasa khawatir yang terus menghantui mereka

membuat mereka dengan paksa membawa Kyung Soo

kerumah sakit.

Page 151: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

151

Kyung Soo masih berbaring dengan ketakutan

yang tak

kunjung pergi. Eomma dan appa hanya bisa menunggunya

diluar dan tak bisa menemaninya didalam, Dokter

melarangnya. Dan Kyung Soo dengan terpaksa

melangkahkan kakinya memasuki ruangan serba putih itu

dan dipenuhi dengan alat medis.

“Appa, eomma..” Desah Kyung Soo pelan. Ia

masih belum selesai menjalani pemeriksaan.

Sebenarnya Kyung Soo sudah benar-benar tidak

tahan. Ia ingin sekali berlari keluar dan pergi dari tempat

mengerikan ini. Tapi keadaannya tidak cukup baik,

kakinya serasa tidak cukup kuat menopang tubuhnya,

matanya selalu berkunang-kunang jika ia terlalu lama

berdiri, dan dadanya serasa sesak dan sulit untuk bernafas.

Beberapa saat kemudian seorang perawat datang

memasuki ruangan itu. Ia membawa sebuah lembaran

kertas dan meletakkannya diatas meja, Kyung Soo hanya

memperhatikan tanpa mengeluarkan sepatah katapun.

Perawat itu memeriksa denyut nadi Kyung Soo. Kyung

Soo sedikit terperanjat, ia tidak nyaman dengan sentuhan-

sentuhan itu.

“Kau harus sering berolahraga, atau kurangi

makanan yang berlemak,” ujar perawat itu dan membuat

Kyung Soo mengernyit bingung.

“Apa aku sedang mengalami obesitas?” desah

Kyung Soo dalam hatinya. Dalam minggu-minggu ini

berat badannya tidak naik, malah sebaliknya.

Kini Kyung Soo hanya bisa menunggu di lobby

dan tidak bisa masuk mendengarkan penjelasan dari

Page 152: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

152

dokter tentang penyakitnya. Eomma dan appa masih

didalam dan mendengarkan wejangan dari dokter.

Kini dalam pikiran Kyung Soo terbesit berbagai

pertanyaan. Khawatir dan takut berbaur menjadi satu dan

memenuhi otaknya.

“Aku baik-baik saja. Kau baik-baik saja, Kyung

Soo. Tenanglah.” Kyung Soo meremas lututnya.

Tangannya berubah menjadi

dingin padahal tidak ada AC diruangan itu.

Kyung Soo mengigit bibir bawahnya. ia benar-

benar tidak bisa tenang. Sesekali ia mencoba melihat

eomma dan appa yang berada didalam ruangan kedap

suara itu.

“Kenapa lama sekali.” Kyung Soo kini berdiri

didepan pintu ruangan dokter itu.

Kedua orang tuanya terlihat begitu serius. Mereka

memperhatikan dengan seksama apa yang dokter

sampaikan, membuat Kyung Soo berfikir yang tidak-tidak.

Setelah semuanya selesai. Kyung Soo dan kedua

orang tuanya kembali pulang. Mereka tidak mengatakan

sesuatu tentang penyakit Kyung Soo. Eomma hanya

mengatakan bahwa semuanya akan baik-baik saja. Tapi

sesampainya dirumah mereka mengatakan tentang

penyakit Kyung Soo.

**

Serasa kedua kakinya tak sanggup lagi berdiri.

Kyung Soo kini tengah berlutut dan menahan tusukan

menyakitkan dihatinya. Ia berusaha tetap tenang tetapi

rasa itu tidak bisa ia tunjukkan. Buliran air bening

perlahan menetes dan membanjiri pipinya. Kyung Soo

Page 153: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

153

memejamkan matanya, berharap setelah membuka mata

nanti kehidupannya telah berubah.

Isakan tangis Eun Soo dan eomma memenuhi

ruangan itu. Baekhyun hanya bisa termenung diam dan

menahan kesedihan yang sama-sama mereka rasakan.

Appa mencoba tenang, ia berusaha membuat suasana

malam itu tidak seburuk pada kenyataannya.

“Apapun yang terjadi, kita hadapi semuanya

sama-sama. Kau masih bisa menjalani semuanya dengan

baik, eomma yakin kau bisa melewati masa-masa buruk

ini dengan sangat baik.” Eomma memeluk tubuh Kyung

Soo yang masih berlutut tidak percaya.

Dokter mengatakan Kyung Soo terkena penyakit

jantung angina. Yang merupakan gejala dari penyakit

arteri koroner dan berujung pada serangan jantung

nantinya. Penyebab penyakit ini karena kurangnya

pasokan darah beroksigen yang masuk pada otot-otot

jantung, sehingga terjadilah penyumbatan pada pembuluh

darah yang membawa darah ke jantung.

“Kau pasti sembuh, tidak ada penyakit didunia ini

yang tak bisa disembuhkan,” lanjut eomma sembari

mengelus pelan punggung Kyung Soo, membuat hati

Kyung Soo sedikit sedikit tenang.

End Of Chapter 3

Page 154: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

154

CHAPTER 4

“Hate and Love”

Page 155: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

155

Buk…

Narri menghentikan langkahnya. Ia menatap

tumpukan buku yang tadi ia bawa sudah berserakan diatas

lantai. Ia menoleh kebelakang, gadis yang sudah

menyenggol pundaknya itu masih berjalan lurus seolah tak

melakukan kesalahan. Entah itu sengaja atau tidak, tapi

gadis itu masih dengan santai berjalan menjauhinya.

“Ya!” Teriak Narri kesal. Suaranya menggema di

koridor siang itu. Tapi tidak ada yang perduli dengan

teriakannya.

Sontak Narri berjalan cepat menghampiri

seseorang yang sudah membuat buku-bukunya jatuh.

Narri memegang pundak gadis itu, secara bersamaan gadis

itu menghentikan langkahnya tanpa langsung menoleh. Ia

tetap memandang yang ada didepannya.

“Kau sudah menabrakku, apa kau tidak minta

maaf padaku? Huh.”

Page 156: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

156

Perlahan gadis itu membalikkan tubuhnya,

berusaha melihat seseorang yang sudah dengan keras

menepuk pundaknya.

“Waeyo?” Ujar Eun Soo tanpa bersalah. Ia

menatap datar wajah Narri yang sudah marah.

“Huh, kau.” Decak Narri meremehkan.

“Lepaskan tanganmu dari pundakku?”

“Kau mau menata kembali bukuku atau tidak?”

“Aniyo.”

“Huh.” Narri menyipitkan matanya. Ia berusaha

untuk sabar, Eun Soo tidak bisa bersikap manis seperti

yang Kyung Soo lakukan padanya. “Kalau begitu cepat

kau minta maaf padaku?”

“Untuk apa?”

“Apa? Kau ini manusia atau bukan, huh?”

“Menurutmu? Aku manusia atau bukan, huh?”

Eun Soo mendekatkan wajahnya. Tatapan datar itu

berubah menjadi tatapan tajam penuh dengan kebencian.

Perlahan tangannya meraih tangan Narri yang masih

menyentuh pundaknya untuk lepas dari tubuhnya.

Beberapa saat kemudian Eun Soo meremas tangan Narri

dan membuat gadis itu merasa kesakitan.

“Ah, apa yang kau lakukan?” Narri berusaha

melepaskan tangannya.

“Cho Narri, harus berapa kali aku katakan

padamu. Jauhi kakakku!” Eun Soo mengernyit sembari

terus menatap tajam pada Narri. Gadis itu berusaha

menjauhkan wajahnya dan melepaskan genggaman Eun

Soo.

Page 157: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

157

“Ah, lepaskan!”

Perlahan Eun Soo mengangkat kepalanya,

tangannya sengaja ia lepas dan ia kembali pada posisinya

semula. Kedua tangannya ia masukkan kembali pada saku

almamater yang ia kenakan. Ia tersenyum tipis dan

menatap Narri dengan ramah, itu ia buat sedemikian rupa

agar tidak terlihat telah terjadi sesuatu dengan mereka.

“Sepertinya aku tidak perlu membantumu

membereskan buku, karena sudah ada seseorang yang

membereskannya.” Setelah melempar senyum sinis, Eun

Soo beranjak pergi dari hadapan Narri.

Narri sedikit bingung. Sontak ia menoleh

kebelakang punggungnya. Mencoba melihat keadaan

buku-bukunya yang tergeletak diatas lantai. Kedua

matanya melebar. Seseorang tengah berdiri mematung

sembari membawa tumpukan buku itu dalam kedua

tangannya.

“Oppa?”

Joon Myeon hanya tersenyum tipis dan berjalan

mendekat. Ia

menyodorkan tumpukan buku itu pada gadis yang masih

menatapnya bingung.

**

Yumi menebarkan pandangannya kearah lapangan

sekolah yang dipenuhi dengan anak-anak yang sibuk

bermain bola. Kini ia sedang mencari udara segar, bukan

di taman yang biasanya ia gunakan sebagai tempat makan

siang dengan Baekhyun dan Eun Soo. Bukan juga ikut

tidur bersama Eun Soo diantara jajaran loker sepatu, tapi

kini ia sedang duduk sendirian diatas loteng sekolah.

Page 158: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

158

Eun Soo sibuk memikirkan sesuatu. Yumi sengaja

membiarkan temannya itu untuk berfikir dan mondar-

mandir tidak jelas. Mungkin saja Eun Soo sedang

memikirkan nasib komik-komiknya yang terancam tidak

bisa kembali, atau tentang ujian akhir semester yang

hanya tinggal beberapa minggu lagi. Kemudian disusul

dengan liburan musim panas atau ada hal lain yang sedang

Eun Soo pikirkan, Kyung Soo.

Dengan setengah mengantuk Yumi masih

berfokus melihat permainan teman-temannya. Ia berusaha

agar tidak merasa bosan. Yah, setidaknya ia bisa melihat

Baekhyun bergaya ala cheerleaders mendukung teman-

temannya bertanding.

Yumi meraih botol air mineral yang ada

disampingnya. Perlahan ia membuka cup botol itu dan

mulai memasukkan air kedalam tenggorokannya.

“Kau mau berbagi air denganku?” Yumi berhenti.

Baru saja ia akan menuangkan air kedalam mulutnya.

Seorang namja sudah duduk disampingnya tanpa

ia sadari. Namja itu berbicara tidak melihatnya.

“Kau bicara denganku?”

“Menurutmu dengan siapa? Hantu? siapa lagi

kalau bukan kau. Hanya kita berdua yang ada disini.”

Yumi menjadi gugup. Ia mengurungkan niatnya

untuk minun dan menurunkan botol air mineral itu. Tanpa

izin Kyung Soo menyambar botol itu dari tangan Yumi

dan segera meneguk air yang ada dalam botol. Yumi

terkejut sembari terus memandangi Kyung Soo yang ada

disamping kirinya.

Page 159: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

159

Kyung Soo menghela nafas lega. Baru saja ia

merasa sangat kehausan. Entah apa yang membawanya

datang ketempat itu. Sebenarnya ia ingin menenangkan

diri, dan melupakan segala kenyataan buruk tentangnya.

Tapi ia melihat Yumi sedang duduk bersilah ditempat

yang ia datangi, loteng sekolah.

“Kau tidak bersama Eun Soo?”

“Um, ah.. dia sedang ingin sendiri.”

“Kau atau Eun Soo yang ingin sendiri?”

“Um. Kami berdua.” Yumi berusaha

menyembunyikan wajah gugupnya. Ia terus menundukkan

kepalanya.

“Yumi-ah?”

Yumi mengejang. Ia masih belum bisa menatap

wajah Kyung Soo sedekat itu. Sedangkan Kyung Soo

dengan santainya duduk disamping Yumi dengan kaki

yang ia luruskan dan tangan yang menyangga tubuhnya

dibelakang punggung.

“Nde?” jawab Yumi pelan.

“Terimakasih kau sudah banyak membantu Eun

Soo. Dia sering sekali merepotkanmu.”

Yumi mulai menatap Kyung Soo perlahan. Namja

itu masih menatap yang ada di lapangan sekolah yang

terlihat jelas dari atas.

“Ah, dia tidak pernah merepotkanku. Aku sangat

senang membantunya.”

Page 160: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

160

“Benarkah? Memangnya sudah berapa tugas

yang kau kerjakan untuknya?” Kyung Soo tersenyum

tipis.

“Aku hanya tinggal menyalinnya dari buku

tugasku, itu sungguh tidak repot.”

Kyung Soo tiba-tiba tertawa tanpa sebab,

membuat Yumi sedikit bingung. Terdengar suara tegukan

air yang memasuki tenggorokan Kyung Soo. Ia meminum

lagi air mineral milik Yumi, tanpa seizin gadis itu.

“Aku tidak tau kenapa Eun Soo sebodoh itu.

Eomma dan appa dulu seorang juara kelas, aku sampai

bingung sebenarnya dia itu anak siapa?”

Kini mereka berdua mulai bertatapan. Yumi

tersenyum, ia menahan tawanya yang serasa menggelitiki

perutnya. Kyung Soo tertegun. Kedua matanya terpaku

menatap Yumi yang tengah tersenyum mendengar kalimat

yang ia ucapkan.

Senyuman itu. Senyuman gadis itu tidak asing

baginya. Gadis Jepang itu tersenyum seperti wanita

idamannya, Amanda Seyfried. Ia hafal betul dengan

segaris senyuman tipis yang manis itu. Senyuman yang

berbeda dengan yang lainnya. Yah, artis sekaligus model

dari Amerika itu sangat Kyung Soo idolakan. Ia ingin

mendapat gadis yang memiliki senyuman seperti Amanda

Seyfried. Dan kini ia melihat segaris senyuman itu

didepannya.

“Amanda-ssi?” desis Kyung Soo pelan. Yumi

sedikit menunduk, mencoba memastikan apa yang Kyung

Soo ucapkan.

“Mwo?”

Page 161: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

161

“Aniyo. Kau tau Amanda Seyfried, tidak? Artis

dan model dari Amerika.” Yumi hanya menggelengkan

kepala.

“Dia masih berumur 15 tahun. Ia besar dan tinggal

di Allentown, Pennsylvania. Sejak usia 11 tahun ia

menjadi seorang model. Hebat, bukan?” Kyung Soo

melempar senyum pada Yumi. Karena Yumi tidak protes

atau mengganti topik pembicaraan mereka, berbeda

dengan Narri. Gadis itu akan mengatakan bahwa ia tidak

tertarik sama sekali dengan artis Amerika.

“Nde, dia luar biasa.”

“Aku sangat menyukainya, aku sangat menyukai

senyumnya.”

Yumi kembali terdiam. Ia hanya menundukkan

kepalanya. Sedangkan Kyung Soo berharap ia mau

memberikan senyum itu lagi. Senyuman yang ia cari

selama ini.

“Bagaimana dengan rekaman? Kau dan bandmu?”

Kyung Soo melempar pandangannya ke lapangan

yang ada dibawahnya. Ia terdiam sejenak. Soal rekaman

masih ia pikirkan dengan baik. Kondisinya semakin buruk

dan ia takut tidak bisa melakukan rekaman bersama

dengan teman-temannya. Dan takut mengecewakan

Chanyeol yang sudah dengan sepenuhnya percaya pada

dirinya.

“Besok, kami akan datang kestudio rekaman.”

“Jeongmal? Aku ingin sekali ada diantara kalian,

seperti Eun Soo. Aku ingin ikut berada diluar studio dan

menunggu kalian sampai selesai rekaman.”

Page 162: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

162

Kyung Soo menatap gadis itu dalam. Yumi masih

menundukkan kepalanya dan mengatakan kalimat itu

dengan suara yang getar.

“Bukankah kau sangat mengenal Chanyeol? Kau

bisa datang kapan saja yang kau mau.”

Yumi mengatupkan bibirnya rapat. Serasa hatinya

sedang menangis. Hari ini ia sangat bahagia karena

dengan tiba-tiba Kyung Soo bersikap berbeda pada

dirinya. Tatapan datar dan menyebalkan itu hilang. Rasa

cemas dan kecewa kini telah pergi dengan sendirinya.

**

Eun Soo menguap. Ia mencoba untuk merebahkan

tubuhnya ditempat yang sempit itu. Ia sudah berkeliling

disetiap tempat yang biasa ia datangi bersama Yumi, tapi

ia tidak berhasil bertemu dengan Yumi. Dengan alas

selembar kardus yang ia dapatkan dari kantin, Eun Soo

mencoba menyamankan dirinya dan memulai untuk tidur

siang. Jam istirahat terasa panjang kali ini.

Ia sama sekali belum menyentuh kotak bekal yang

ada didalam ranselnya. Baekhyun memohon padanya agar

mengundur acara makan siang yang biasa mereka lakukan

bersama. Sepertinya ia mempunyai kegiatan baru,

bergabung untuk menirukan gaya cheerleaders di

lapangan sepak bola. Pertandingan sepak bola tidak

membutuhkan cheerleaders. Tapi ia bersikeras untuk

menjadi supporter. Dia juga tidak melihat Kyung Soo di

perpustakaan.

Setelah menghela nafas panjang, Eun Soo

perlahan menutup kedua matanya. Sebenarnya ia sangat

merindukan komik-komik yang sekarang sedang ditawan

Page 163: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

163

oleh Kyung Soo. Ia berusaha tidur dan terus memaksakan

kedua matanya untuk terpejam.

klak..

Dari sudut tempat itu terdengar seseorang sedang

membuka pintu loker. Eun Soo masih tetap tenang dalam

posisi tidurnya. Sedikitpun ia tak merasa terganggu. Tak

lama kemudian suasana kembali hening, suasana yang

sangat disukai oleh Eun Soo. Sebab itulah loker adalah

tempat favoritnya untuk tidur.

Beberapa saat kemudian kedua mata Eun Soo

terbuka lebar. Ia mendengar ada seseorang yang sedang

menangis. Dadanya seketika berdegup kencang. Ia

berusaha untuk tetap tenang dan mencari sumber suara

tangis itu berasal.

“Hantu disiang bolong tidak mungkin muncul.

Bukankah hantu alergi dengan sinar matahari.” ujar Eun

Soo dalam hatinya berusaha

menenangkan diri.

Ia beranjak dari duduknya. Perlahan kakinya

menyusuri deretan loker yang tertata rapi. Suara itu

semakin terdengar keras dan jelas saat Eun Soo mendekati

deretan loker paling ujung.

Eun Soo menelan ludah bulat-bulat. Ia mencoba

untuk tetap tenang dan memastikan itu bukanlah hantu

seperti yang dalam pikirannya.

Perlahan Eun Soo menyembulkan kepalanya dari

balik loker. Eun Soo tertegun. Kini ia memandangi tubuh

namja itu. Ia sedang membungkuk dan terisak tangis

dengan cukup keras. Eun Soo datang mendekat. Ia berdiri

Page 164: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

164

tepat dibelakang punggung namja itu tanpa mengeluarkan

suara apapun.

Perasaan itu muncul lagi. Eun Soo mengigit bibir

bawahnya, ia tidak ingin mengingat masa menyakitkan

itu. “Kau baik-baik saja?”

Sontak namja itu menoleh dan terburu menghapus

air matanya seraya ia berdiri. Dia terlihat kaget dengan

kedatangan Eun Soo, yah Eun Soo-lah sebenarnya hantu

bagi namja itu. Bibirnya masih getar, ia terus memandangi

Eun Soo dan terlihat kebingungan.

“Ini untukmu?” Eun Soo menyodorkan tissue.

Sebenarnya itu tissue milik Baekhyun yang biasa ia

gunakan untuk membersihkan bibirnya setelah makan.

“Gomawo.” Ia menerima tissue itu dan perlahan

mengelap pipinya yang telah basah karena air matanya

sendiri.

Eun Soo beralih duduk dihadapan namja itu,

sedangkan Joon Myeon masih berdiri dan menatap Eun

Soo dengan kebingungan. Eun Soo menarik lengan Joon

Myeon, membuatnya ikut duduk bersamanya.

“Terkadang cinta itu menyakitkan, hem?” Eun

Soo menatap Joon Myeon penuh arti. Joon Myeon

melemparkan pandangannya ketempat lain.

“Kau sangat mencintai Narri-kan? Yah, aku tau

itu. Dan kau pasti tau gadis bodoh ini sangat menyayangi

kakaknya.”

Sontak Joon Myeon menatap Eun Soo penuh

tanya. Eun Soo terlihat begitu serius dengan ucapannya.

Eun Soo bersikap tidak seperti biasanya, sikap manis yang

biasa ia tunjukkan pada Joon Myeon kini sudah tidak

Page 165: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

165

pernah muncul lagi setelah kejadian diperpustakaan waktu

itu.

“Yeoja babo?” Joon Myeon mengernyit.

“Sudahlah, oppa. Aku tau kau menyebutku

dengan sebutan seperti itu. Sekarang apa yang bisa kau

lakukan saat seseorang yang kau cintai mengacuhkanmu,

hem?”

“Um, aku…”

“Yah, kau hanya bisa menangis seperti ini. Dan

aku harap kau bisa kembali padanya dan menjauhkan

kakakku darinya. Kyung Soo tidak pantas dengannya.”

Eun Soo menatap Joon Myeon tajam. Membuat namja

yang ada dihadapannya sedikit terkesiap menanggapinya.

“Aku tidak bisa membantumu. Mianhae.”

“Waeyo? kau bisa kapan saja meminta Cho Narri

untuk kembali padamu. Apa kau tidak tau betapa sulitnya

aku meyakinkan kakakku. Rencana konyolmu dengannya

membuat kakakku berharap mendapatkan Narri!” Eun Soo

berhenti sejenak. Kini nafasnya terengah-tengah penuh

emosi.

“Kyung Soo bukan mesin milik Cho Narri. Kyung

Soo bukan seorang budak!” Eun Soo tertunduk kesal, ia

tidak bisa menatap mata Joon Myeon.

“Eun Soo-ah, apa kau akan menangis jika melihat

seseorang yang kau cintai bersama dengan orang lain?‟

Eun Soo menatap tatapan kosong itu. Joon Myeon

terlihat linglung kehilangan akalnya.

“Yah, aku menangis. Aku menangis saat

melihatmu bersama Cho Narri. Sekarang perasaan yang

dulu pernah kurasakan bisa kau rasakan juga, oppa.

Page 166: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

166

Seperti inilah perasaanku waktu itu, seperti saat kau

melihat Kyung Soo dan Narri. Tapi tidak hanya kau yang

terluka, bahkan Yumi lebih terluka dibandingkan dirimu.”

Eun Soo menatap Joon Myeon dalam. Mereka terhanyut

oleh perasaan mereka masing-masing.

Joon Myeon terdiam. Ia mengatupkan kedua

bibirnya dan ikut menundukkan kepalanya. Seketika

suasana menjadi kikuk dan hening. Perlahan Eun Soo

berdiri, ia kembali merapikan seragamnya dan pergi tanpa

pamit dari hadapan Joon Myeon.

“Eun Soo-ah..” Joon Myeon berteriak memanggil

Eun Soo. Langkah kaki gadis itu terhenti tanpa

menolehkan kepalanya. “Jeongmal mianhae. Aku

menyesal.” Suara itu terdengar getar.

“Terlambat, oppa. Aku sudah tidak bisa

memaafkanmu.” Desis Eun Soo pelan kemudian kembali

melangkahkan kakinya pergi.

**

“Eun Soo-ah, anyeong?”

Eun Soo menghentikan langkahnya. Yumi yang

berada dibelakang punggungnya langsung menabrak tas

yang ada dipunggung Eun Soo. Mereka berdua berhenti

dan menatap kearah seorang yang sudah memanggil nama

Eun Soo.

“Kai-ssi?” desis Eun Soo bingung. Untuk apa Kai

datang ke sekolahnya.

Kai tersenyum lebar sembari melambaikan

tangannya. Tubuhnya separuh keluar dari mobil. Ia

membawa mobilnya sendirian kali ini.

Page 167: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

167

“Untuk apa kau datang kemari?” tanya Eun Soo

setelah berada didepan Kai.

“Menjemputmu untuk pulang? Hem?‟

“Ah, bukankah kau ada latihan hari ini? Besok

kau sudah mengadakan rekaman.”

“Hey, jangan terlalu terburu begitu. Seorang

drummer hanya bisa mendengar para vokalisnya

bernyanyi, jadi aku masih bisa bersenang-senang.”

Eun Soo terdiam. Yumi menahan tangan kanan

Eun Soo. Ia tidak suka bila Kai dekat dengan Eun Soo.

“Eun Soo kumohon.” bisik Yumi pada telinga

kanan Eun Soo.

“Kajja, apa yang kau tunggu?” Kai menatap Eun

Soo bingung. Sedangkan Eun Soo bingung dengan

sendirinya. Ia tidak bisa meninggalkan Yumi begitu saja.

“Um, Kai-ssi. Aku hari ini sedang ingin berolah

raga, aku belum mengambil sepedaku diparkiran. Tidak

mungkin aku meninggalkannya, dan aku juga belum

meminta izin kepada Kyung Soo dan Baekhyun.”

“Hahaha.” Sontak namja berkulit tan itu tertawa

lebar. “Apa perlu kau meminta izin jika ada seseorang

yang mengantarmu pulang? Kau ini lucu sekali.”

Sekeliling mereka turut memperhatikan. bukan

karena tawa Kai yang keras, melainkan mereka tertarik

dengan namja berpenampilan maskulin itu. Berperawakan

tinggi dan memiliki warna kulit yang eksotik, juga

membawa mobil Nissan Serena Silver model terbaru yang

membuatnya semakin terlihat keren. Walaupun sebenarnya

itu mobil untuk keluarga.

“Dia tampan.”

Page 168: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

168

“Dan sangat keren.”

“Apa ada manusia seperti itu?”

“Wajahnya sangat manis, aku menyukainya.”

“Hey, apa dia seorang artis?”

Kai mendengar semua kalimat itu. Ia tersenyum

smirk, kemudian menarik tangan Eun Soo dan

memaksanya masuk kedalam mobilnya.

“Kya!!!! Apa dia pacar Eun Soo? Lalu bagaimana

dengan namja berambut emas itu?”

Yumi mengernyit sembari menatap gadis-gadis

yang dengan usil membicarakan temannya. Mereka

perlahan bubar. Ia terus memandangi mobil Kai yang

semakin menjauh.

“Mana Eun Soo? Apa dia sudah pulang lebih

awal?” Baekhyun berdiri disamping Yumi yang masih

memandangi mobil Kai, padahal sudah tidak terlihat.

“Dia pulang bersama Kai.”

“Ha? Kai? Ini berita buruk.”

**

Perjalan itu terasa menegangkan. Eun Soo sudah

memasang sabuk pengamannya dengan benar tetapi tetap

saja ia merasa tidak aman. Sedangkan namja

disampingnya berfokus menatap jalananan yang cukup

ramai. Dada Eun Soo berdegup lebih kencang dari

sebelumnya, gadis ini merasa sangat ketakutan dengan

cara mengemudi Kai.

Kai sudah berhasil menerobos lampu merah,

menabrak tong sampah dipinggir jalan, melaju dengan

Page 169: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

169

menghimpit trotoar, membuat pejalan kaki kalang kabut

dan yang terakhir, Kai selalu lupa menekan pedal remnya.

“Ya Tuhan, aku masih ingin hidup. Masih

banyak yang ingin

kulakukan. Panjangkan umurku.” ujar Eun Soo sembari

memejamkan kedua matanya. Kai masih bisa tersenyum

mendengar kalimat yang Eun Soo ucapkan dalam keadaan

darurat seperti ini.

cciiiiitttt….

Kai mencoba menekan pedal itu memastikan

bahwa itu memang pedal rem. Alhasil Eun Soo

membentur kaca depan mobil.

“Auw!” Eun Soo mengusap keningnya. Kai

menghela nafas.

Mobil Kai berhenti ditepian jalan. Ia sengaja

memakirkan mobilnya untuk membuat Eun Soo sedikit

tenang.

“Seharusnya aku tidak memaksakan diri.” Kai

menyandarkan wajahnya didepan setir.

“Huh, apa tidak sebaiknya kau telpon seseorang

untuk menggantikanmu menyetir? Atau kau ingin kita

bunuh diri sama-sama?”

Kai menoleh, wajah gadis itu terlihat semakin

panik. Tanpa alasan ia ingin sekali menjemput Eun Soo

dan rela membolos jam kuliah terakhirnya. Kai bersandar

pada sofa yang ia duduki. Sebenarnya Kai juga sangat

panik. Ia masih belum mendapatkan surat izin mengemudi

seperti Chanyeol.

“Kau mau mendengarkan ceritaku?”

Page 170: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

170

Eun Soo menoleh. Ia tampak kesal. Tapi Kai tidak

peduli dengan tatapan itu.

“Ini pengalaman mengemudi keduaku. Yah, aku

bersama Sehun. Selama perjalan dia cerewet sekali.

Mulutnya itu tidak bisa berhenti mengomel terus. Ia

berteriak tekan rem, belok kanan!!! Cepat balas, awas itu

pagar!!!” Kai meniru gaya bicara Sehun. Membuatnya

ceritanya semakin terdengar nyata.

Eun Soo tersenyum tipis. Kai mulai tertawa kecil

dan terus menatap wajah yeoja yang ada disampingnya.

“Lalu, bagaimana kalian?” tanya Eun Soo

penasaran.

“Aku berusaha mencari pedal remku. Beberapa

saat aku bisa mengingat yang mana pedal rem, tapi sesaat

kemudian aku lupa lagi.”

“Hahah, konyol sekali.”

“Haha, iya. Memalukan. Seharusnya aku tidak

usah memaksa kedua orang tuaku untuk membelikanku

mobil ini. Karena putra mereka tidak bisa mengemudi

dengan baik.”

“Yah, seharusnya begitu.”

kruk.. krukk..

Eun Soo mengernyit sembari menunduk malu.

Perutnya tiba-tiba berbunyi dan membuat Kai melongo.

Kini Eun Soo merasa kehilangan harga dirinya didepan

namja berwajah karismatik itu.

“Kau lapar?” Kai mencoba melihat wajah Eun

Soo yang menunduk dalam.

Page 171: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

171

Dengan sungkan ia menganggukan kepalanya.

Yah, ini karena tadi siang Eun Soo tidak menyantap

bekalnya. Ia tidak menduga jika harus pergi bersama Kai.

“Hahaha, baiklah. Ayo cepat turun.”

**

Mereka berdua berdiri didepan kedai yang

menjual berbagai macam jajanan. Eun Soo mengamati

seisi meja yang dipenuhi makanan itu. Sedangkan Kai

sudah berkali-kali mencicipi jajanan itu dan belum

menentukan yang mana akan ia beli.

“Aku mau yang ini.”

Kai menoleh. Ia melihat kearah makanan yang

sedang Eun Soo tunjuk. Dengan segera ia mengatakan

untuk memesan makanan yang sama dengan Eun Soo.

“Bayar juga. bukankah kau juga tadi sudah

banyak memakan yang lain?” ujar ahjumma itu sembari

menadahkan tangannya.

“Ah, bukankah mencicipi itu gratis?” elak Kai.

“Yah, gratis jika kau mengambilnya hanya sedikit.

Tapi sudah berapa yang kau ambil? lihat sampah bekasmu

makan juga masih ada.” ahjumma itu menuding sampah

yang tak jauh dari kaki kai.

“Cerewet. Ini aku bayar semua.”

“Memang seharusnya begitu, apa kau pikir ini

dapur ibumu yang bisa seenaknya makan gratis.”

“Iks! Iya aku tau.”

“Lagi pula apa kau tidak malu dengan

yeojachingu-mu, huh?”

Page 172: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

172

Eun Soo mengangkat kepalanya. Kai dan Eun Soo

terbelalak dan memandang satu sama lain.

“Kami hanya berteman!” ucap mereka berdua

bebarengan. Membuat bibi penjual dikedai itu tertawa

keras.

Kai meraih tangan Eun Soo dan membawanya

pergi dari kedai itu. Kai lupa bahwa kaki Eun Soo tidak

sepanjang kakinya yang bisa melangkah dengan jarak

yang jauh dan cepat. Eun Soo kesulitan mengikuti langkah

kai.

Sesampainya didekat mobil Kai, Eun Soo

menunduk memegangi lututnya. Ia tampak sangat

kelelahan. Kai duduk di trotoar jalan dan membersihkan

tempat yang ada disampingnya dengan telapak tangannya.

“Ayo, duduklah. Aku tau kau pasti lelah.” Kai

menatap Eun Soo sembari melempar senyum.

Perlahan Eun Soo duduk. Ia mencoba

menyamankan diri dengan tempat yang ia duduki cukup

panas karena terik matahari siang ini. Mereka berdua

mulai menyantap makan siang mereka. Eun Soo membuka

bungkusan bulgogi yang baru saja ia beli. Ia sangat

menyukai jajanan satu ini, tapi karena eomma

melarangnya untuk membeli makanan dipinggir jalan, Eun

Soo jarang sekali makan bulgogi.

Jajanan yang berisi daging sapi, cumi-cumi dan

paprika merah yang dicampur dengan bumbu pasta juga

bawang merah dan bawang putih itu ia lahap dengan

cepat. Kai dan Eun Soo seperti sedang melakukan sebuah

kompetisi makan. Mereka berdua melahap makanan itu

tanpa sisa.

Page 173: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

173

“Hahaha, kita seperti orang kelaparan.” Kai

tertawa kecil. Eun Soo membersihkan mulutnya yang

masih tertempel sisa makanan dengan kedua tangannya.

“Ah, besok kami sudah melakukan rekaman.

Entah kenapa aku jadi malas latihan.”

“Jangan begitu, bukankah menuju dapur rekaman

adalah impian kalian.”

“Benar. Itu impianku sejak masih duduk di

sekolah dasar. Menjadi seorang bintang adalah impianku.”

Tersungging segaris senyuman dibibir Kai.

“Semoga impianmu segera terwujud,” balas Eun

Soo. “Oh ya, apa kau hanya berteman dengan Chanyeol

dan Sehun?” lanjut Eun Soo. Ia memang tidak pernah

melihat Kai bersama dengan orang lain, hanya Chanyeol

dan Sehun.

“Em. Aku hanya mempunyai dua orang teman

saja. Dulu, aku juga punya sahabat. Tapi dia pergi.”

Eun Soo terdiam. Ia tidak tau apa maksud Kai.

Entah temannya itu pergi tak kembali atau bagaimana.

Tapi gadis itu tetap mendengarkan apa yang Kai katakan.

Kai menceritakan sedikit tentang kisah masa lalunya.

Saat kehidupannya masih normal dan

menyenangkan. Berbeda dengan sekarang.

“Saat itu adalah hari terakhirku bertemu

dengannya. Dia pergi dengan keluarganya ke China. Dan

sejak saat itu, aku selalu merasa kesepian.”

Seoul, 2006 April 20.

Page 174: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

174

Kai berlari kecil menuju ayunan taman bermain

sore itu. Dibelakangnya sudah ada seseorang yang

mengejarnya. Badannya lebih tinggi dari Kai, usia mereka

terlampau 2 tahun. Bocah berumur 7 tahun itu duduk

diatas ayunan dan berusaha mengayun sendiri. Ia terlihat

begitu senang. Senyuman bocah berkulit tan itu sangat

khas, selalu terlihat miring dalam keadaan apapun.

Yixing berjalan mendekat. Ia berdiri tak jauh dari

tempat Kai, hanya 1,5 meter saja. Yixing berkacak

pinggang dan menatap teman kecilnya yang sibuk sendiri.

“Sampai kapan kau akan berayun seperti itu?

katanya kau mau kuajari main kelereng?” Yixing merogoh

saku celana selututnya dan mengelurkan beberapa

kelereng dari sana.

“Tapi aku tidak punya uang untuk membeli

kelereng, hyeong. Pinjami aku kelerengmu dulu.”

“Kau selalu begitu. Baiklah, cepat kemari.”

Kai melompat dari gantungan ayunan itu sembari

tertawa kecil. Ia berlari kecil menuju tempat Yixing

berdiri. Yixing telah menganggaris-gariskan jarinya diatas

tanah membentuk sebuah pola.

“Untuk apa kau mengambar semua itu?” Kai

terlihat bingung. Ia berjongkok dan terus memperhatikan

Yixing.

Satu persatu Yixing meletakkan kelerengnya

disetiap sudut pola yang ia buat. Kemudian memberi

sebuah kelereng untuk Kai. Ia

menatap kelerengnya bingung, bocah itu masih tidak

mengerti.

Page 175: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

175

“Hyeong, aku bingung.” Kai menatap Yixing

dengan tatapan tidak mengertinya. Yixing tertawa kecil.

“Baiklah, coba perhatikan aku.”

Yixing mulai mencontohkan pada Kai bagaimana

bermain kelereng. Dengan sedikit bingung, Kai mencoba

memperhatikan dan mulai mengerti.

“Aku tau! Aku tau!”

“Baiklah, yang kalah harus mengendong?

Bagaimana?” tantang Yixing.

“Tapi, hyeong. Badanmu lebih besar dariku?

Bagaimana kalau aku kalah, apa aku juga harus

mengendongmu?”

“Tentu saja. Kau tidak boleh curang.”

“Ah, baiklah.”

Mereka berduapun mulai bermain. Dan yang

memenangkan permainan itu adalah Yixing, tentu saja

karena Kai tidak bisa bermain kelereng. Dan dengan

terpaksa Kai menggendong Yixing diatas punggungnya.

Dengan kekuatan penuh Kai berusaha menopang

tubuh Yixing. Lama kelamaan tubuhnya semakin

merunduk dan akhirnya mereka terjatuh bersama diatas

kotak pasir itu.

“Hahaha, kau baru 3 langkah mengangkatku.”

Yixing duduk dengan kaki yang ia luruskan diatas pasir.

“Kau berat, hyeong.” Gerutu bocah itu.

“Ah, untung saja kau jatuhkan aku disini.” Yixing

bangkit dari duduknya. Ia segera membersihkan celananya

yang kotor terkena pasir.

Page 176: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

176

“Memangnya kalau aku jatuhkan kau ketanah,

kenapa?”

“Aku akan terluka dan harus kerumah sakit?”

Kai mengernyit bingung. Apa sampai separah itu

sampai harus datang kerumah sakit, batin Kai. Kini

mereka duduk di tepian kotak pasir itu dan melupakan

kelereng mereka.

“Kalau kau besar nanti, kau mau jadi apa?” tanya

Yixing tanpa memandang kai.

“Jadi apa ya?” Kai meletakkan jari telunjuknya

didepan bibir, ia berfikir sejenak. “Aku ingin jadi artis!”

lanjut Kai.

Yixing menoleh dan tertawa ringan. Ia melihat

tatapan Kai berbinar, tidak seperti biasanya. Bocah itu hari

ini terlihat begitu senang, berbeda dengan dirinya. Yixing

menundukkan kepalanya, jarinya menggaris-garis tanah.

Tidak jelas ia mengambar apa.

“Kalau kau, hyeong ingin menjadi apa?”

“Aku tidak tau. Mungkin jadi abu.” Kalimat itu

membuat Kai terkejut.

“Abu? Apa bisa menjadi abu? Kalau menjadi abu

harus dibakar dulu.” Kai terhenti. Ia menatap Yixing lekat.

“Hyeong? Kau mau mati?”

Sekali lagi Yixing tertawa ringan. Ia memukul

gemas dahi kai. Wajah polos dongsaeng53-nya itu

membuatnya sedikit terhibur.

53 Dongsaeng = Adik

Page 177: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

177

“Tentu saja tidak! Siapa orang didunia ini yang

ingin mati.”

“Oh, aku kira. Kalau hyeong mati, aku tidak

akan punya

teman lagi. Jadi hyeong tidak boleh mati.” Yixing serasa

sesak. Sedangkan Kai yang berada disampingnya

mengucapkan kalimat terakhirnya dengan gembira.

“Kau tau Leukemia, tidak?”

“Makanan apa itu?” tanya Kai dengan polosnya.

“Hahaha, sudahlah lupakan.” Yixing kembali

mengaris-garis tanah.

“Aku ingin tau, hyeong!” Kai mengoncang-

goncangkan lengan Yixing.

“Em, Leukimia itu menyebalkan. Aku ingin

mengusirnya…” Yixing terlihat sendu. Ia ingin menangis.

“Apa dia pacarmu?” sontak Yixing tertawa lagi

melihat wajah polos Kai.

“Carilah teman lain, jangan hanya berteman

denganku. Apa kau tidak bosan?” Yixing mengalihkan

pembicaraan. Kai melotot.

“Hyeong bosan berteman denganku? Bukankah

aku tidak nakal? Apa karena aku tidak punya kelereng

makanya hyeong menyuruhku mencari teman lain.”

“Yah aku bosan denganmu. Makanya aku mau

mencari teman lain. Kau selalu meminjam mainanku.”

“Ah, aku mengerti sekarang.” Kai berdiri, ia

melipat kedua tangannya didepan dada dan

mengerucutkan bibirnya.

“Apa?”

Page 178: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

178

“Leukemia itu teman barumu, „kan? Jadi kau lebih

suka berteman dengan leukemia dibandingkan aku. Aku

marah, hyeong.”

Yixing mengumbar gelak tawanya. Ia memukul-

mukul tanah karena geli mendengar penuturan kai.

“Aku yakin dia seorang gadis, makanya kau suka

berteman dengannya, apa dia juga cantik? Kau memang

genit hyeong. Kalau begitu aku juga akan mencari pacar

yang lebih cantik dari leukemia.”

Kai mendengus.

Ada genangan air mata dipelupuk mata Yixing.

Bukan itu Kai, leukemia tidak cantik, dia tidak seperti

yang kau bayangkan, bahkan lebih menyeramkan dari

yang kau kira. Yixing mencoba menahan genangan air

mata itu agar tidak terjatuh. Kai masih tetap pada

posisinya.

“Ayo kita pulang, ini sudah hampir gelap.”

Yixing menggandeng tangan mungil Kai.

Langit senja menghiasi Seoul. Mereka berdua

berjalan tanpa mengeluarkan kata-kata apapun. Kai

menatap wajah hyeong-nya bingung, tapi beberapa saat

kemudian ia tersenyum. Ia tidak akan kehilangan sahabat

sebaik Yixing. Sejak kecil mereka sudah bersama dan tak

mungkin terpisahkan.

**

Kai mengerjapkan kedua matanya. Baru saja

nuna-nya membangunkan tidurnya dengan paksa. Ia

menarik selimut yang membukus tubuh Kai dan membuat

tubuh bocah itu jatuh bersamaan dengan selimut yang

terlepas dari tubuhnya.

Page 179: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

179

“Nuna!!!” desak Kai sebal. Kedua matanya masih

sembab.

“Ironnayo!” Kim Jae In menarik tangan Kai.

“Aku masih mengantuk.” Kai menguap. Ia

terpaksa berdiri sesuai perintah kakaknya.

“Cepat cuci mukamu. Wajahmu saat bangun tidur

jelek sekali.”

“Memangnya ada apa?”

“Yixing hari ini pulang ke China, apa kau tidak

ingin bertemu dengannya sebelum ia berangkat ke

bandara?”

“Apa? Pulang ke China. Kenapa?”

“Sudah jangan banyak tanya. sebentar lagi ia dan

keluarganya akan berangkat.”

Ada sesuatu yang aneh menusuk hatinya. Ia

segera berlari keluar kamar dan masih mengenakan

setelan piama berwarna biru itu. Kai tidak ingin Yixing

pergi.

“Hyeong, hyeong?” Kai menuruni anak tangga

menuju pintu utama rumah Yixing tanpa mengenakan alas

kaki, yah mereka bertetangga.

Kai menjinjitkan kakinya agar kepalanya bisa

melihat keadaan didalam rumah Yixing melalui jendela. Ia

melihat sudah banyak tumpukan koper diruang tamu. Kai

menepuk-nepuk kaca jendela dan berharap seseorang

membukakan pintu untuknya.

Beberapa saat kemudian, Yixing membukakan

pintu untuk Kai. Ia sudah terlihat rapi mengenakan kemeja

bermotif kotak dan sweeter yang melapisi tubuhnya.

Page 180: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

180

“Kau tidak boleh pergi, hyeong. Tidak boleh!” Kai

meraih lengan Yixing dan memegangnya erat.

Yixing terdiam membisu. “Kalau hyeong pergi,

aku tidak punya teman! Kajima54, hyeong. Jebal.” Kai

menatap Yixing dengan kedua mata yang berkaca-kaca.

Yixing mengatupkan kedua bibirnya. Ia menahan

sesak yang teramat dalam. Terlalu sulit menjelaskan pada

Kai tentang apa yang terjadi padanya.

“Aku harus pergi, jika kau tidak ingin melihatku

menjadi abu.” Kai menatap Yixing tidak mengerti.

“Hyeong, jangan pergi. Jebal.” Kai mulai

menangis. Buliran air

mata itu jatuh dengan sendirinya tanpa perintahnya.

“Kau bisa datang menjengukku ke China.”

Kai mengangkat kepalanya, sejenak tangisnya

terhenti. Ia menatap Yixing lekat. “Benarkah?”

“Yah, kau bisa datang menjengukku.”

“Tapi aku tidak tau dimana China. Apa China itu

dekat?”

“Yah, kurasa cukup dekat.” Ucap Yixing

meyakinkan.

“Apa aku bisa datang membawa sepeda saat

menjengukmu?”

Yixing mulai bingung. Ia memaksakan tersenyum

menanggapinya. Kini bocah yang ada di hadapannya

perlahan melepaskan genggamannya dan menghapus

54 Kajima = jangan pergi

Page 181: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

181

bekas air mata yang tadi membanjiri pipinya. “Aku akan

merindukanmu.” Yixing menepuk pundak Kai pelan.

“China-kan dekat, hyeong tidak usah

merindukanku,” ujar Kai dengan entengnya.

“Ingat, saat aku bertemu denganmu, kau harus

sudah menjadi artis.”

“Tentu, tapi hyeong jangan menjadi abu. Cita-cita

Hyeong jelek sekali.”

Yixing tertawa ringan. Ia berhasil membohongi

Kai bocah polos itu. Ia harus kembali ke China karena

akan menjalani pengobatan untuk penyakit leukemia yang

menyerang tubuhnya. Entah ia bisa kembali ke Korea dan

terbebas dari penyakit itu atau sesuai perkiraannya,

menjadi abu yang dibuang di laut dan tidak meninggalkan

jejak sedikitpun.

“Kau tidak ingin membantuku memasukkan koper

kebagasi mobil?”

“Nde, aku mau bantu.” Bocah polos itu segera

masuk kedalam rumah dan meraih koper-koper kecil tanpa

disuruh. Ia tampak begitu bersemangat. Sedangkan Yixing

merasakan hal yang berbeda.

“Bagaimana dengan leukemia? Apa hyeong sudah

berpamitan padanya?”

Yixing terdiam. Ia berfikir sembari merapikan box

yang ada didepannya. Kai terus menanyakan soal

leukemia yang kemarin mereka bicarakan.

“Kau tau tidak, aku pergi bersama leukemia juga.

Nanti kami akan bertemu dibandara.”

“Apa?” Kedua mata Kai melebar. “Jadi kau

mengajaknya dan meninggalkanku?”

Page 182: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

182

Yixing tersenyum jahil, bocah itu mudah sekali

dibohongi. Ia kembali masuk kedalam rumah dan

mengambil koper lainnya dan meninggalkan Kai di dekat

mobil yang masih membelalakkan matanya.

“Saat kau besar nanti, kau akan tau seperti apa

leukemia,” ujar Yixing setelah kembali dari mengambil

koper terakhir. Ia dan keluarganya siap berangkat

sekarang.

Kai tersenyum, ia memaksakan untuk tersenyum.

Kejadian beberapa tahun yang lalu menghampiri dirinya

kembali. Ia tidak habis pikir betapa bodohnya dirinya

dimasa lalu. Kini ia sadar bahwa ia tidak bisa pergi ke

China hanya dengan menggunakan sepeda. ia juga paham

dengan leukemia, penyakit kelainan sel darah itu ia cari

tau melalui internet saat duduk dibangku SMP, saat ia tiba-

tiba merindukan Yixing. Berharap sosok sahabat

terbaiknya itu kembali.

“Sejak saat itu aku tidak pernah mempunyai

teman. Aku selalu sendiri.”

Eun Soo menatap Kai sendu. Ada hal yang

berbeda dibalik wajah kaku namja berkulit coklat itu. Ia

sangat jauh berbeda dengan yang Eun Soo lihat

sebelumnya.

“Tapi aku bertemu dengan Sehun saat kelas 2

SMA, kami mulai berteman baik karena menyukai hal

yang sama, musik.”

“Tapi, Sehun tidak seperti Yixing hyeong. Aku tau

setiap orang selalu berbeda, tapi Yixing hyeong selalu

mengalah padaku. Dia berbeda dengan Sehun, Sehun tidak

pernah mau mengalah padaku.” Buliran air bening itu

Page 183: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

183

mengaliri pipinya. “Aku sangat merindukannya, Jeongmal

bogosippoyo.” Kai menundukkan kepalanya.

Dengan ragu Eun Soo mengangkat tangannya,

mencoba memegang punggung namja itu untuk

menenangkannya.

“Aku yakin, dia sekarang baik-baik saja.” Eun

Soo mengelus punggung Kai dengan lembut, mencoba

menenangkan hati Kai yang kacau.

**

“Kemana saja kau jam segini baru pulang?”

Baekhyun berkacak pinggang sedangkan Kyung Soo

berdiri disampingnya dan berusaha untuk menjajarinya.

Tapi tubuhnya terhalang oleh lengan Baekhyun.

“Aku bersenang-senang.”

“Apa? Kau bersenang-senang sedangkan kami

dirumah mengkhawatirkanmu.”

“Maafkan aku, Byun Baekhyun. Besok adalah

hari libur, jadi apa salahnya aku pulang terlambat

sekarang.”

“Ya, dan besok kami akan kestudio rekaman. Apa

kau mau ikut?”

“Kureom. Aku tidak mau melewatkan hal

itu.” Eun Soo

tersenyum girang.

Baekhyun berjalan mendekat. Ia meraih tangan

Eun Soo dan membawa gadis itu duduk dikursi teras.

Kemudian Kyung Soo mengikuti mereka. Ia duduk

disamping Eun Soo. Baekhyun menundukkan kepalanya

dan mendekatkan wajahnya pada Eun Soo.

Page 184: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

184

“Ya? kau kemana saja hari ini bersama Kai?”

Baekhyun tersenyum jahil. Kyung Soo mendekatkan

wajahnya, ia tidak mendengar jelas apa yang Baekhyun

katakan.

“Kami tidak pergi kemana-mana,” jawab Eun Soo

datar.

“Ah, tidak mungkin.” Elak Baekhyun.

“Memangnya kau pergi bersama Kai?” Kyung

Soo menatap Eun Soo. Gadis itu menoleh.

“Um, tiba-tiba dia menjemputku.”

“Sekaligus kau mengencani dua namja? Apa

karena kau frustasi dengan Joon Myeon?” Kyung Soo

tersenyum miring, sedangkan adiknya sudah melotot

kesal.

“Apa yang kau bicarakan, Do Kyung Soo? Aku

dan Kai tidak berkencan.” Eun Soo beranjak berdiri, ia

meraih tas ranselnya.

“Lalu kenapa kau pulang sendirian?” tanya Kyung

Soo lagi.

Eun Soo menghentikan langkahnya. Ia menoleh

kearah Kyung Soo dan memfokuskan memandang

kakaknya.

“Aku masih ingin hidup, itulah sebabnya aku

memilih naik bus untuk pulang dan berjalan berkilo-kilo

meter untuk sampai kerumah,” jelas Eun Soo kemudian ia

berjalan masuk kedalam rumah.

Dua pria itu terlihat bingung. Mereka berdua

tidak mengerti dengan apa yang Eun Soo katakan. Eun

Soo lebih memilih naik bus karena tidak mau menguji

andrenalinya untuk menemani Kai menyetir mobil. Ia

Page 185: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

185

tidak mau mati muda. Dan Kyung Soo juga

Baekhyun

melupakan soal Kai tidak bisa menyetir mobil dengan

baik.

“Eun Soo punya banyak perkembangan.”

Baekhyun mengangkat kakinya dan menaruhnya diatas

meja yang ada dihadapannya. Kyung Soo melirik.

“Turunkan kakimu, itu tidak sopan.” Kyung Soo

memukul kaki Baekhyun, dengan terburu Baekhyun

segera menurunkan kakinya. “Perkembangan apa

maksudmu?”

“Hey, kaukan kakaknya? Dia sekarang dekat

dengan banyak namja. Kai, Chanyeol, lalu siapa lagi?”

Baekhyun menghitung jarinya sendiri.

“Apa kau bukan kakaknya juga? Hal itu tidak

penting, yang terpenting adalah dia mau belajar dan bisa

naik kelas.”

“Sudahlah, kau terlalu mengkhawatirkannya, Do

Kyung Soo.”

“Tentu saja aku mengkhawatirkannya. Tugas-

tugasnya saja ia tidak mengerjakan sendiri. Semua yang

ada di bukunya adalah tulisan Yumi.”

“Benarkah? Bagaimana bisa kau tau bahwa itu

tulisan Yumi?”

“Ah, aku.. aku.” Kyung Soo kehilangan kata-kata.

Baekhyun melirik sembari tersenyum miring dan

melempar tatapan jail pada Kyung Soo. “Aku hanya

mengira-ngira, bukankah Kim Yumi dekat dengan Do Eun

Soo.”

“Ah, begitu ya?”

Page 186: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

186

“Sudahlah, percuma saja bicara denganmu.”

Kyung Soo berdiri. Ia berjalan masuk kedalam

rumah dan membiarkan Baekhyun tertawa sendirian

diluar. Kyung Soo membukakan pintu kamarnya,

kemudian ia menguncinya dari dalam. Semenjak ia

berbagi kamar dengan Baekhyun, tidak ada hal privasi

diantara mereka. Kyung Soo duduk dikursi meja

belajarnya. Ia menyalakan lampu duduk yang ada

didekatnya. Tangan kanannya meraih sesuatu yang terselip

diantara tumpukan buku miliknya.

Amplop pink itu ia pandangi cukup lama. Ia

mengambilnya diam-diam dari Eun Soo. Untungnya Eun

Soo tidak mencarinya. Amplop pink itu adalah surat

pertamanya yang ia dapat dari seorang yeoja.

Kim Yumi, ia mengirim surat cinta pada Kyung

Soo. Dan sebab itulah Kyung Soo tau tulisan tangan yang

ada dibuku tugas Eun Soo adalah buatan Yumi. Kyung

Soo menghela nafas berat, ia membuka kembali lembaran

surat itu.

“Jeongmal mianhae, Kim Yumi. Aku

memutuskan untuk tidak jatuh cinta, ah bukan itu

maksudku, mungkin aku memang tidak ingin jatuh cinta,

tapi aku tidak tau perasaan apa ini. Terlalu sulit bagiku

menjelaskannya. Tapi Dokter mengatakan aku tidak boleh

terlalu senang dan terlalu sedih. Dan jatuh cinta akan

membuatku menjadi terlalu senang dan terlalu sedih. Aku

tidak tau apa yang terjadi padaku, terlalu lemah. Mungkin

jika aku mencintaimu akan menjadi sia-sia, tapi nado

sharanghae, Yumi-ah.”

Hati Kyung Soo terasa sakit. Tetapi ia mencoba

untuk tenang, Kyung Soo tidak boleh sedih atau dia akan

jatuh pingsan. Kyung Soo melipat kedua tangannya diatas

Page 187: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

187

meja, ia masih mengenggam surat itu. Perlahan kepalanya

tertunduk. Ia menangis. Buliran air bening itu mengalir

dengan derasnya.

tok..tok..

Suara pintu terketuk itu mengagetkannya. Kyung

Soo mengangkat kepalanya dan segera menghapus air

mata yang membanjiri pipinya. Kemudian ia segera

menyembunyikan kembali lembaran surat dari Yumi.

“Kyung Soo-ya? Ini aku.” teriak Eun Soo dari

balik pintu dan terus mengetuk pintu kamar Kyung Soo

tanpa henti.

“Berisik!” Decak Kyung Soo kemudian segera

membuka pintu kamarnya.

Kyung Soo menunjukkan separuh wajahnya dari

dalam kamar. Ia selalu melakukan hal itu jika Eun Soo

yang datang kekamarnya.

Eun Soo menatap mata Kyung Soo. Eun Soo tau

Kyung Soo usai menangis. Kedua matanya sembab.

“Boleh aku masuk?”

Kyung Soo membuka pintu kamarnya tanpa

komentar. Ia membiarkan adik perempuannya itu masuk.

Eun Soo melihat lampu meja itu menyala, pertanda bahwa

Kyung Soo sedang belajar atau membaca buku. Eun Soo

mengawasi sekitarnya, seluruh sudut kamar Kyung Soo ia

perhatikan dengan seksama.

“Kau tidak akan menemukannya,” tukas Kyung

Soo yang kemudian ia kembali duduk dikursi belajarnya.

“Iks, kau tau kalau aku sedang mencari komikku.”

“Kau tidak mungkin datang kekamarku jika tidak

ada yang kau inginkan,” ujar Kyung Soo tanpa menoleh,

Page 188: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

188

ia meraih sebuah buku pelajaran yang ada dihadapannya,

bahasa Inggris.

Eun Soo berjalan mendekat. Ia memperhatikan

kakaknya yang mulai sibuk mengerjakan sesuatu. Ia

melihat sebuah frame kecil yang duduk dimeja belajar itu,

disana terpasang foto masa kecilnya bersama Kyung Soo

saat berlibur di rumah neneknya yang dekat dengan pulau

Nami.

Eun Soo berdiri disamping Kyung Soo, kemudian

bersangga pada meja dan meraih frame itu.

“Lihatlah, aku lebih manis dibandingkan

denganmu.” ledek Eun Soo dan menunjukkan foto dirinya

tepat didepan wajah Kyung Soo.

“Aku memang tidak manis, tapi aku terlihat

sangat tampan dan lucu darimu.”

Eun Soo berdecak. Ia memukul pelan pundak

Kyung Soo dengan frame yang ia pegang.

“Apanya? Kau sangat jelek! Lihat wajahmu bulat

begitu.” Eun Soo menahan tawanya. Kyung Soo

mengangkat tangannya, kemudian mencoret tangan Eun

Soo dengan bolpoin yang ia pegang.

Eun Soo melotot.

“Kalau kau hanya ingin menggangguku, lebih

baik cepat keluar dan belajarlah di kamarmu sendiri. Atau

kau benar-benar ingin semua komikmu itu kujual?”

“Aku bosan, Do Kyung Soo.”

“Kalau begitu ambillah bukumu, dan belajarlah

bersamaku disini.”

Page 189: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

189

“Tapi kau janji tidak akan memarahiku jika aku

tidak mengerti?”

Kyung Soo menghela nafas. “Iya, aku berjanji.”

Dan Eun Soo berlari menuju kamarnya untuk

membawa semua buku yang akan dipelajarinya.

Sementara Kyung Soo dan Eun Soo belajar, Baekhyun

malah enak-enakkan menemani ayah angkatnya menonton

tv diruang tengah bersama eomma.

“Kemana adik kembarmu? Appa tidak melihat

mereka?” Ujar appa sembari memakan satu persatu

camilannya.

“Mereka sedang dikamar, katanya ada sesuatu

yang penting.”

“Um, benarkah? Besok adalah hari libur, apa

rencana kalian?”

“Kami akan pergi ke seoul untuk melakukan

rekaman.” Jelas Baekhyun seraya mengulas senyum.

“Wah, akhirnya keinginan kalian terwujud.” Appa

menepuk-nepuk bahu Baekhyun. Membuat tubuhnya

sedikit tidak seimbang.

“Oh ya, minggu depan ada pertandingan sepak

bola disekolah. Dan aku ikut.”

“Benarkah? Kau mendapat posisi apa? keeper atau

straiker?” tanya appa dengan sangat antusias. Appa adalah

penggemar sepak bola.

“Um, bukan.”

“Lalu? Sebagai gelandang?” tanya appa penuh

semangat.

Page 190: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

190

“Bukan itu juga, appa. Aku sebagai pemandu

sorak disana.”

Appa dan eomma melongo. Mereka berdua sangat

terkejut dengan jawaban putra angkatnya itu. Jawaban

yang tidak pernah mereka duga sebelumnya.

“Itu bagus, kau pasti bisa menjadi pimpinan

pemandu sorak yang baik,” tukas eomma. membuat

suasana kikuk tadi berubah seperti semula.

“Yah, aku pikir juga begitu, eomma. Tapi mereka

seperti meragukanku.”

“Tunjukkan pada mereka kalau kau bisa. hem?”

“Geurae. Aku akan berusaha.”

**

Kyung Soo dan Eun Soo sibuk. Mereka berdua

sama-sama fokus pada sebuah buku yang ada dihadapan

mereka. Sebenarnya Eun Soo mulai bosan, ia sedikit

mengantuk karena apa yang ia lihat hanya deretan tulisan

yang kurang ia pahami.

Kyung Soo baru saja memberikan beberapa

penjelasan padanya. Dan Eun Soo berusaha untuk

memperhatikan dan memahami maksud Kyung Soo. Kali

ini model pembelajaran yang Kyung Soo berikan sedikit

berbeda. Ia tidak terburu-buru dan tidak secepat kilat saat

menjelaskan pada Eun Soo. Sesuai dengan saran

Baekhyun, agar dia menggunakan bahasa yang mudah

dipahami.

Kyung Soo melirik kearah Eun Soo. Ia melihat

adiknya itu berusaha membuka matanya lebar-lebar dan

menahan uapan yang akan keluar dari bibirnya.

Page 191: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

191

“Percuma saja kau melotot begitu tapi kau tidak

bisa fokus dengan baik.”

“Tiba-tiba mataku melihat gambar ranjang, ini

membuatku mengantuk.” Eun Soo menyandarkan

kepalanya diatas meja.

“Ah, sudahlah. Tutup saja bukumu.”

“Tapi aku masih ingin belajar. Aku ingin komik-

komikku kembali.”

Kyung Soo tertegun. Ia menatap Eun Soo dengan

sendu. Ia tidak bermaksud menghukum Eun Soo dengan

cara seperti ini. Tapi Kyung Soo hanya ingin membuat

Eun Soo jera dan mau belajar seperti dulu sebelum

mengenal kartun favoritnya dari Jepang itu.

“Maafkan aku,” ujar Kyung Soo lirih. Eun Soo

menoleh dengan tatapan bingung. “Tidak harus seratus,

setidaknya diatas 70 puluh sudah cukup. Yang penting kau

tidak mengulang,” lanjut Kyung Soo tanpa menatap Eun

Soo.

Eun Soo berdiri. Ia beranjak dari duduknya dan

membuat Kyung Soo semakin bersalah. Kyung Soo

berfikir Eun Soo marah padanya. Kini Eun Soo berdiri

dibelakang punggung Kyung Soo dan melingkarkan kedua

tangannya dileher Kyung Soo.

“Arachi55, aku akan berusaha. Walaupun komikku

tidak kembali nantinya.” Bisik Eun Soo ditelinga kanan

Kyung Soo.

“Kenapa akhir-akhir ini kau suka sekali

memelukku?”

55 Arachi = aku mengerti

Page 192: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

192

“Molla, tapi aku suka melakukannya. Rasanya

hatiku tenang. Seperti saat memeluk appa dan eomma.”

“Nado,” batin Kyung Soo.

Kyung Soo meletakkan pulpennya. Ia memegangi

tangan Eun Soo yang ada didepan dadanya. Kemudian

menepuk-nepuknya pelan. Melihat itu, Eun Soo semakin

mengeratkan pelukannya.

“Aku menyayangimu, Kyung Soo,” ujar Eun Soo

sembari menyandarkan kepalanya dibahu kiri Kyung Soo.

Kyung Soo tersenyum, ia berusaha untuk tidak

terlalu bahagia.

“Aku juga sangat menyayangimu.”

“Apa kau tidak akan memukulku karena aku benci

dengan Narri?” bisik Eun Soo. Sekali lagi Kyung Soo

mengulas senyum kemudian mengacak-acak rambut

adiknya yang sedang bersandar pada pundaknya dengan

tangan kanannya.

“Lupakan hal itu.”

**

Hari yang mereka nantikan tiba. Kyung Soo dan

Baekhyun berusaha tenang. Mereka berdua menjadi

sangat gugup dan tidak bisa diam. Terutama Baekhyun, ia

berjalan mondar-mandir tidak jelas sembari sesekali

mengibas-ibaskan tangannya. Yah, tiba-tiba tangannya

berkeringat. Kyung Soo masih duduk tenang di kursinya,

ia hanya bisa berdo‟a agar semuanya berjalan lancar

sembari menunggu jemputan mobil dari Chanyeol datang.

Sedangkan Eun Soo sibuk dengan kukunya.

“Apa kau tidak bisa diam?” seru Kyung Soo dan

menghentikan langkah pria berwajah imut itu.

Page 193: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

193

Eun Soo turut memperhatikan Baekhyun. Sejenak

Baekhyun terdiam, ia berusaha duduk disamping Eun Soo,

tapi beberapa saat kemudian ia berdiri lagi dari kursinya

dan berjalan mondar-mandir didepan Kyung Soo dan Eun

Soo.

Kyung Soo dan Eun Soo berdecak bebarengan.

Kemudian Eun Soo berdiri seraya meraih tangan

Baekhyun dan menariknya untuk duduk.

“Duduklah, itu hanya akan membuang tenagamu,”

pinta Eun Soo, namja itu hanya memiringkan tubuhnya

kearah kursi.

“Aku akan lebih tenang jika berjalan kesana

kemari,” jawab Baekhyun dan menarik tangannya dari

genggaman Eun Soo.

Kini Kyung Soo ikut berdiri. Dan secara

bersamaan bocah kembar itu menarik tangan saudara

angkat mereka dan mendudukkannya secara paksa.

“Ya!” teriak Baekhyun histeris. Dia selalu

bersikap berlebihan.

Tidak lama kemudian sebuah mobil Nissan Serena

berwarna silver itu terparkir di depan gerbang rumah

mereka. Itu bukan mobil yang biasa Chanyeol kendarai.

Tiga anak manusia itu memperhatikan, mereka bertiga

berdiri dan terus memperhatikan kearah gerbang.

Kemudian seorang pria menggunakan jaket hoody abu-

abu tanpa lengan itu keluar dari mobil.

“Siapa dia?” Baekhyun menyipitkan kedua

matanya.

Kai melambaikan tangan sembari mengoncangkan

gerbang rumah Kyung Soo dengan sengaja.

Page 194: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

194

“Hey! Hentikan, kau bisa merusaknya.” teriak

Baekhyun sembari berlari dan berniat membuka pintu

gerbang itu. Jarak rumah dan gerbang cukup jauh.

Halaman depan rumah mereka luas dan hanya dipenuhi

pohon maple merah yang akan terlihat indah saat musim

gugur tiba.

Kai memegangi gerbang dengan kedua

tangannya, ia melihat

Baekhyun tergopoh kemudian tersenyum miring.

Baekhyun berhenti melangkah, wajahnya berubah menjadi

datar.

“Kenapa kau yang menjemput kami?”

“Chanyeol sangat sibuk, dia harus tiba disana

lebih awal untuk mengurus segala hal. Jadi ia memintaku

untuk menjemput kalian,” jelas Kai sembari mengotak atik

gembok gerbang yang mengantung didepannya.

Sehun membuka kaca mobil. Ia melongok keluar

dan menyapa Baekhyun sembari melambaikan tangan.

“Ah, ini musibah namanya,” desis Baekhyun

pelan, hanya dirinya sendiri yang mendengarnya.

“Ya? Kyung Soo-ya? Ppalli, kita berangkat.”

teriak Baekhyun sembari menengok kebelakang.

Kyung Soo dan Eun Soo berjalan menuruni

tangga kecil yang menghubungkan teras dengan jalan

menuju gerbang. Eun Soo merapikan sweeter yang ia

kenakan dan membetulkan letak topi rajut yang miring

dikepalanya. Kyung Soo dan Eun Soo mengenakan topi

yang sama dengan corak warna yang berbeda.

Page 195: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

195

“Eun Soo-ya?” Kai melambaikan tangan dan

senyumnya seketika mengembang ketika melihat Eun Soo

berjalan dibelakang Kyung Soo.

Eun Soo tersenyum. Ia tidak membalas lambaian

tangan dari Kai. Baekhyun membuka kunci gerbang dan

keluar, kemudian giliran Kyung Soo untuk menguncinya

kembali dan mengantongi kunci itu dalam sakunya, hari

ini eomma dan appa sedang tidak ada dirumah. Mereka

pergi berkunjung kerumah Ji Won ahjumma, adik

perempuan appa.

“Cepat turun.” Kai membuka pintu depan

mobilnya. Kemudian namja berkaki panjang dengan

rambut pelanginya itu keluar. Ia terlihat sedikit kurang

senang karena Kai menyuruhnya untuk duduk dibelakang.

“Dibelakang itu sempit, aku tidak suka.” Gerutu

Sehun tapi dia tetap saja keluar dari mobil dan duduk

dibelakang bersama Kyung Soo dan Baekhyun.

Kemudian Baekhyun dan Kyung Soo masuk.

Mereka tidak banyak mengeluarkan komentar karena hati

mereka semakin tidak tenang. Eun Soo berdiri mematung

didekat pintu mobil, padahal semua yang ada dalam mobil

sudah menunggunya. Kai sengaja menekan klakson

mobilnya, dan membuat Eun Soo berjingkat kaget.

“Do Eun Soo, apa yang kau tunggu?” Kai berjalan

keluar mobil. Ia mendatangi adik kembar Kyung Soo dan

mendorong pelan gadis itu untuk masuk kedalam

mobilnya.

“Bukankah itu aneh? Pasti ada sesuatu diantara

mereka.” Baekhyun berbisik ketelinga kanan Kyung Soo

sembari memperhatikan Kai dan Eun Soo. Kyung Soo

beralih memperhatikan mereka. Seperti yang Baekhyun

Page 196: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

196

katakan, memang terlihat aneh jika Kai bersikap manis

pada adiknya. Tapi Kyung Soo sudah tau bahwa Kai

memang sedang mengincar adik kembarnya.

“Aku senang hari ini kau bisa ikut.” Kai menutup

pintu mobilnya.

“Tunggu sebentar.” tangan kanan Eun Soo

menahan pintu yang sedang didorong oleh Kai.

“Ada apa?” Kai bingung dan ketiga namja yang

berdesakan dibelakang juga terlihat bingung.

Eun Soo menoleh kebelakang. Ia menadahkan

tangannya didepan Kyung Soo. Kyung Soo menatap Eun

Soo bingung. Mereka berdua bertatapan cukup lama.

“Berikan kuncinya padaku?” Eun Soo

mengangkat dagunya.

“Ada apa? Kau tidak mau ikut?” jawab Kyung

Soo sembari merogoh saku jaketnya.

“Aniyo, ada yang tertinggal.”

Eun Soo langsung menyambar kunci yang ada

ditangan Kyung Soo. Ia berlari keluar mobil dengan

sangat terburu, seperti ada sesuatu yang sangat penting

yang tertinggal didalam rumah.

Beberapa menit kemudian setelah Kyung Soo dan

teman-temannya bosan menunggu. Eun Soo baru keluar

rumah dan berjalan dengan seekor anjing disampingnya.

“Anjing?” Sehun terbelalak menatapi anjing yang

berada disamping Eun Soo. Ia sangat menyukai anjing.

“Ya Tuhan, Eun Soo. Kau membuat kami gila.

Cepat, kita sudah sangat terlambat. Apa kau pikir

rumahmu menuju Seoul itu dekat? Tak ada bedanya

Page 197: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

197

dengan China ke Korea.” Gerutu Kai sembari berjalan

masuk kedalam mobil.

Eun Soo masuk kedalam mobil. Ia menyerahkan

kembali kunci pagar rumahnya kepada Kyung Soo.

“Kemarilah anjing manis, aku ingin

menggendongmu.” Sehun berusaha meraih tubuh

meonggu yang berada dipangkuan Eun Soo. Kemudian

Eun Soo membantu mengangkat tubuh meonggu dan

menyerahkannya pada Sehun. Tapi meonggu sedikit

menolaknya, anjing itu berusaha tetap pada posisinya

dipangkuan Eun Soo.

“Biarkan meonggu didepan, apa kau mau tempat

ini semakin sempit,” sahut Baekhyun dan segera

mengalihkan pandangannya keluar

jendela.

“Dia tidak akan memakan tempat dudukmu. Jadi

apa salahnya dia duduk bersamaku disini.” balas Sehun

dengan melotot.

“Berisik!” Kyung Soo yang berada diantara

mereka berusaha

melerai. Ia melotot pada Baekhyun dan Sehun bergantian.

Mereka berdua sejenak terdiam. Dan sama-sama

memandang keluar jendela.

End Of Chapter 4

Page 198: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

198

Page 199: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

199

CHAPTER 5

“Trully”

Page 200: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

200

Joon Myeon menatap lembaran buku yang ada

didepannya. Ia memandangi deretan tulisan itu dan

mencoba memfokuskan dirinya. Pikirannya terasa kacau.

Lagi-lagi konsentrasinya terganggu. Ia menghela nafas

berat, ada sesuatu yang mengganjal dalam hatinya.

Kemudian pandangannya beralih pada rak buku yang

berdiri disamping mejanya, jaraknya hanya selangkah saja

dari tempatnya duduk.

Siluet saat pertama kali ia bertemu dengan Cho

Narri tiba-tiba muncul, saat itu Cho Narri meminta tolong

padanya untuk mengambil sebuah buku paling atas di rak

itu. Sama halnya seperti yang dilakukan pada Kyung Soo.

Page 201: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

201

Dan sejak saat itu mereka sering bertemu diperpustakaan

dan belajar bersama. Hal itu terjadi secara tiba-tiba.

Hari-harinya terasa begitu istimewa semenjak

kehadiran Cho Narri dalam hidupnya. Gadis cantik dan

kaya itu cukup berarti baginya, tapi semua hanyalah

kenangan bagi Joon Myeon. Semua itu hanya sepenggal

cerita masa lalu yang harus ia kubur dalam-dalam.

“Ternyata kau jauh lebih buruk dibandingkan Do

Eun Soo. Bahkan dia lebih baik dari yang kukira.” Desis

Joon Myeon dalam hati. Terasa sedikit sesak.

Kini ia memandangi sebuah buku catatannya

sendiri. Buku itu ia buat dengan bersusah payah menulis

semalaman semua pelajaran yang selama ini ia pelajari.

Dan entah apa tujuannya membuat rangkuman

pelajarannya seperti itu. Joon Myeon sengaja memberinya

sampul merah dan ia buat dengan sangat rapi. Benar-benar

lebih dari rapi.

**

Cho Narri merogoh sakunya, ia memegang

selembar tissue ditangan kanannya. Kemudian ia menatapi

Kyung Soo yang sibuk membaca sebuah novel yang baru

saja ia berikan. Gadis itu mulai tergila-gila pada Do

Kyung Soo. Hari-harinya serasa hampa tanpa kehadiran

Kyung Soo disisinya. Cho Narri berhasil dengan sukses

melupakan Joon Myeon yang selama ini lebih dari setahun

menemani dirinya, walaupun belum ada hubungan yang

special diantara keduanya.

Narri mengulurkan tangannya. Perlahan ia

mengelap dahi Kyung Soo yang berkeringat dengan tissue

yang ia pegang. Kyung Soo merasa terganggu, ia menatap

gadis itu dengan tatapan yang tidak biasanya. Kemudian

Page 202: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

202

Kyung Soo menepis tangan Narri, dengan cukup kasar,

sampai membuat gadis itu terkejut. Cho Narri lebih

merasa kaget lagi ketika melihat Kyung Soo yang

mengernyit dan menatapnya kesal.

“Tolong jangan lakukan itu lagi, aku tidak

menyukainya.” Kyung Soo menunjukkan raut wajah tanpa

ekspresi pada gadis itu.

Seketika tubuh Narri mengejang. Ia membalas

tatapan Kyung Soo dengan sedikit bingung, gadis itu

benar-benar terkejut. Kemudian ia tersenyum tipis dan

menurunkan tangannya. Ia mencoba untuk tenang. Hanya

itu yang bisa ia lakukan.

“Do Kyung Soo, ada apa?” tanya Narri bingung.

“Aku bisa mengelap keringatku sendiri,” jawab

Kyung Soo tanpa menoleh. Kemudian Kyung Soo kembali

memfokuskan dirinya pada buku yang ada didepannya.

Dan beberapa saat kemudian Do Kyung Soo tiba-tiba

menjaga jarak duduknya dengan Narri, membuat gadis itu

semakin merasa aneh dengan sikap Kyung Soo yang tidak

biasanya. Ia merasa menjadi orang asing.

“Kau berubah.” Desis Narri sembari mengepalkan

tangan kanannya yang ia pukulkan pada meja yang

kemudian pergi dari samping Kyung Soo.

Kyung Soo hanya melirik tanpa menoleh dan

melanjutkan aktifitas membacanya. Ia tidak

memperdulikan gadis itu. Tanpa sebab perasaannya pada

Narri tiba-tiba memudar. Tidak seperti saat pertama

bertemu dengannya.

Kyung Soo merasa muak dengan sikap Cho Narri

yang semakin berlebihan padanya, gadis itu menyusahkan

dirinya. Jauh berbeda dengan perkiraannya, Kyung Soo

Page 203: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

203

sering membayangkan akan berkompetisi belajar dengan

gadis impiannya. Berebut mendapatkan peringkat tertinggi

dan terus bersaing dalam urusan belajar. Tapi Cho Narri

malah membebankan semua tugasnya pada Kyung Soo.

Dan Kyung Soo tidak pernah melihatnya belajar sekalipun

saat bersamanya. Hanya Kyung Soo sendiri yang sibuk

mengerjakan tugas-tugas Cho Narri.

**

Berbeda dengan Kyung Soo yang selalu

berkompetisi dalam belajar, adik kembarnya yang

bernama Do Eun Soo lebih memilih untuk berkompetisi

makan bersama dengan kakak angkatnya. Dua anak

manusia itu sibuk berkutat dengan kotak bekal yang ada

didepan mereka. Terkecuali Yumi, ia hanya menjadi

supporter dan menyaksikan Baekhyun dan Eun Soo

berlomba menghabiskan bekal mereka. Mereka berdua

seperti tidak pernah makan berabad-abad lamanya.

“Aku menang!” Eun Soo mengangkat sumpitnya.

Dan teriakannya itu membuat sekeliling mereka ikut

memperhatikan.

Yumi memberikan tepuk tangan untuk

kemenangan temannya yang dengan semangat melahap

habis semua bekalnya. Sedangkan Baekhyun, kini ia

memelankan kunyahannya karena sudah jelas kalah dari

Eun Soo. Ia menatap Eun Soo, sinis.

“Aku memang sengaja mengalah.” Baekhyun

menahan makanan yang masih ada didalam mulutnya

kemudian menelan bulat-bulat makanan itu masuk dalam

tenggorokannya.

“Tetap saja aku yang menang,” balas Eun Soo

yang kemudian meneguk air dalam botol milik Yumi.

Page 204: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

204

“Eh?” Sontak tangan kanan Yumi terangkat. Dan

Eun Soo sudah meneguk air itu sampai habis setengah

botol.

“Ah, kenyang!” Eun Soo mengelus perutnya

senang.

“Seharusnya kau tidak meminum airku.” Gerutu

Yumi dengan kecewa. Ia menyambar botol air itu dari

tangan Eun Soo.

“Hey, kenapa? Aku bisa membelikanmu dikantin,

Kim Yumi.”

“Bukan begitu, bukan airnya. Tapi botolnya.”

Sekali lagi gadis itu menatapi botol yang ada ditangannya.

Eun Soo dan Baekhyun saling menatap bingung.

Keduanya tidak mengerti apa yang dipermasalahkan

Yumi. Yumi sama sekali tidak mencuci botol air itu,

bahkan ia hanya menambahkan sedikit air dari sisa

kemarin. Ia tidak ingin menghilangkan bekas bibir Kyung

Soo yang sempat tertempel disana, tapi Eun Soo dengan

seenaknya menempelkan bibirnya pada botol itu ditempat

yang sama.

Beberapa saat kemudian Kyung Soo datang

menghampiri mereka. Ia langsung mengambil posisi

duduk disamping Yumi. Bangku yang Yumi duduki cukup

panjang dan kebetulan sedang kosong. Gadis itu terkejut

dengan kedatangan Kyung Soo secara tiba-tiba, tidak

hanya Yumi, bahkan Baekhyun dan Eun Soo juga sangat

terkejut melihat Kyung Soo datang. Kyung Soo jarang

sekali menghabiskan waktu istirahat bersama mereka, ia

lebih memilih duduk didalam perpustakaan dan dengan

tenang membaca buku disana.

Page 205: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

205

“Aku haus.” Kyung Soo meraih botol yang ada

ditangan Yumi. Dan berniat untuk meminumnya.

“Eh, eh! Jangan diminum!” Baekhyun dan Eun

Soo berteriak histeris. Sontak Kyung Soo kembali

menurunkan botol yang ada ditangannya.

Yumi langsung merubah ekspresi wajahnya, baru

saja ia akan tersenyum. Tapi Baekhyun dan Eun Soo

membuatnya menekuk wajahnya kembali.

“Waeyo?” tanya Kyung Soo bingung.

“Yumi bilang air itu tidak boleh diminum.” Sahut

Baekhyun sembari meletakkan sumpit yang ia pegang dan

mencoba meyakinkan Kyung Soo.

“Yah, Aku rasa itu air kramat. Bukan airnya, tapi

botolnya.” Eun Soo menyipitkan matanya. Memberi kesan

misterius pada Kyung Soo. Tapi Kyung Soo malah

menatap aneh padanya. Jelas saja, adiknya itu sulit sekali

ia percayai.

“Apa yang kau bicarakan!” Bentak Yumi gemas.

Ia tidak tahan dengan sikap Baekhyun dan Eun Soo.

Perlahan tangan Kyung Soo semakin menurun dan

kembali meletakkan botol itu diatas meja. Ketiga manusia

yang ada dimeja itu menatap gerak gerik Kyung Soo

dengan seksama. Dalam hati Yumi ingin sekali memarahi

Baekhyun dan Eun Soo kemudian menjambak habis

rambut mereka dengan brutal. Sedangkan mereka berdua

menghela nafas lega melihat reaksi Kyung Soo.

Dengan cepat Kyung Soo meneguk air dalam

botol itu dan membuat Baekhyun dan Eun Soo berteriak

histeris lagi seolah terjadi sesuatu yang buruk pada Kyung

Page 206: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

206

Soo. Kim Yumi sontak kaget, kemudian ia tersenyum.

Sepertinya hutang Kyung Soo sudah terbayarkan.

“Ah, aniya!!! Kenapa kau tetap meminumnya!”

Eun Soo menutup kedua telinganya.

“Kau bisa sakit Kyung Soo.” sahut Baekhyun

berusaha merebut botol minuman yang ada ditangan

Kyung Soo.

Tanpa mereka sadari, Cho Narri sudah

memperhatikan mereka dari kejauhan. Gadis itu berdiri

dan berpegangan pada dinding. Ia merasa sangat kesal saat

melihat Do Kyung Soo lebih memilih bergabung dengan

saudara kembarnya dibandingkan dengannya di

perpustakaan dan mengerjakan sesuatu bersama. Padahal

gadis itu baru saja bersikap marah pada Kyung Soo. Dan

nampaknya Do Kyung Soo sama sekali tidak khawatir

dengannya.

“Jadi kau mau bermain-main denganku, Do

Kyung Soo?” Narri mengernyit dan terus menatap Kyung

Soo dari tempatnya berdiri. Kini Kyung Soo terlihat

begitu senang dan sibuk ngobrol bersama teman-

temannya.

“Sekali kau menyalakan api, jangan harap aku

mau memadamkannya untukmu. Kau sudah

mempermainkanku,” desisnya lagi. Kini tangannya

mengepal menahan emosi.

Dalam hatinya sudah tertanam amarah yang

begitu besar. Tanpa sebab yang ia ketahui Do Kyung Soo

bersikap aneh padanya. Tidak seperti biasanya yang selalu

bersikap manis dan mengkhawatirkan dirinya.

Page 207: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

207

To Be Continued..

TENTANG

PENULIS

Mentari Puteri Utami . Bernama pena Merumi. Lahir di Sidoarjo tanggal 10 Agustus 1993

Page 208: “I Don‟t Believe In Fate” fileAku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca

208

Saat ini tercatat sebagai mahasiswi Tehnik di Institute Saint Teknologi Palapa Malang.

Ditengah kesibukan belajar, ia selalu

menyempatkan diri menuangkan imaginasi dalam bentuk cerpen dan novel.

Email : [email protected]

Facebook : Puput Mentari

Twitter : @MissKyungsoo.