I Astigmatisme

7
LAPORAN PRAKTIKUM PSIKOLOGI FAAL Nama Mahasiswa : Melida Erlyanie NIM : 10013123 Jenis Kelamin : Perempuan Umur : 19 Tahun Pendidikan : Mahasiswa Nama Percobaan : Astigmatisme Nomor Percobaan : I Nama Orang Percobaan : Maria Nurhasanah Nama Pelaku Percobaan : Melida Erlyanie Tanggal Percobaan : Sabtu, 22 Oktober 2011 Waktu Percobaan : 13.00 – 15.00 WIB Tempat Percobaan : LABORATORIUM PSIKOLOGI FAAL FAKULTAS PSIKOLOGI UAD I.TUJUAN PERCOBAAN Untuk mengetahui apakah ada kelainan refraksi berupa Astigmatisme pada mata seseorang. II. DASAR TEORI Lensa memegang peranan penting dalam pembiasan (refraksi) cahaya. Refraksi adalah pembiasan cahaya apabila cahaya memasuki media yang berbeda kerapatannya (desintasnya) dengan arah miring. Pada saat berkas cahaya datang dari udara melewati bangunan yang bening pada mata

Transcript of I Astigmatisme

Page 1: I Astigmatisme

LAPORAN PRAKTIKUM

PSIKOLOGI FAAL

Nama Mahasiswa : Melida Erlyanie

NIM : 10013123

Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 19 Tahun

Pendidikan : Mahasiswa

Nama Percobaan : Astigmatisme

Nomor Percobaan : I

Nama Orang Percobaan : Maria Nurhasanah

Nama Pelaku Percobaan : Melida Erlyanie

Tanggal Percobaan : Sabtu, 22 Oktober 2011

Waktu Percobaan : 13.00 – 15.00 WIB

Tempat Percobaan : LABORATORIUM PSIKOLOGI FAAL

FAKULTAS PSIKOLOGI UAD

I. TUJUAN PERCOBAAN

Untuk mengetahui apakah ada kelainan refraksi berupa Astigmatisme pada mata

seseorang.

II. DASAR TEORI

Lensa memegang peranan penting dalam pembiasan (refraksi) cahaya. Refraksi

adalah pembiasan cahaya apabila cahaya memasuki media yang berbeda kerapatannya

(desintasnya) dengan arah miring. Pada saat berkas cahaya datang dari udara melewati

bangunan yang bening pada mata yang disebut media refrakta, maka cahaya tadi akan

dibengkokkan. Media refrakta berupa kornea, lensa, dan badan kaca.

Lensa adalah bagian yang penting dalam proses ini karena lensa membelokkan

cahaya agar cahaya tadi dapat difokuskan (dipusatkan) di retina. Dari retina cahaya

diubah kedalam impuls cahaya yang dihantarkan melewati Nervus Optikus ke pusat

pengelihatan di Lobus Oksipitalis otak. Apabila lensa berada dengan jarak fokus yang

sama, maka bayangan akan kabur apabila objek didekatkan ke mata. Untuk dapat

Page 2: I Astigmatisme

melihat objek yang didekatkan mata dengan jelas harus terjadi perubahan kecembungan

lensa untuk dapat mengubah jarak fokus (jarak titik api). Proses ini disebut akomodasi.

Akomodasi dimungkinkan karena adanya cahaya zanula atau Ligamentum

suspensorium Lentis yang mengelilingi lensa, yang dikendalikan oleh muskulus siliaris.

Apabila muskulus siliaris berkontraksi, Ligamentum Suspensorium mengalami

relaksasi (mengendor) dan menambah kelengkungan lensa. Kejadian ini diiringi

konvergensi mata kontraksi pupil untuk memungkinkan cahaya melewati bagian sentral

lensa. Pada mata normal dimungkinkan untuk melihat objek sedekat 25cm.

Kelainan refraksa adalah hasil pembiasan sinar pada mata ditentukan oleh

media penglihatan yang terdiri dari kornea, cairan mata, lensa, benda kaca, dan

panjangnya bola mata. Pada orang normal susunan pembiasan oleh media penglihatan

dan panjangnya bola mata demikian seimbang sehingga bayangan benda selelu melalui

media penglihatan dibiaskan tepat didaerah makula lutea. Mata yang normal disebut

juga sebagai Mata Emetropia dan akan menempatkan bayangan benda tepat di

retinanya pada keadaan mata yang tidak melakukan akomodasi. Dikenal beberapa titik

di dalam bidang refraksi, seperti pungtum proksimun merupakan titik terdekat dimana

seseorang masih dapat melihat dengan jelas. Pungtum remotum adalah titik terjauh

dimana seseorang masih dapat melihat dengan jelas, titik ini adalah titik dalam ruang

yang berhubungan dengan retina / foveola bila mata istirahat. Pada Emetropia, pungtum

remotum terletak di depan mata, secara klinis kelainan refraksi adalah akibat kerusakan

pada akomodasi visuil, dan ini adalah sebagian akibat perubahan biji mata, maupun

kelainan pada lensa. Kelainan refraksi yang dihadapi adalah miopi, Hipermetropi,

Presbiopi, dan Asigmatisme.

Pada Miopi panjang bola mata antero posterior dapat terlalu besar/ kekuatan

pembiasan media refraksi seperti kornea, lensa, dan bagian kaca terlalu kuat, pasien

miopi akan menyatakan melihat jelas bila ia dekat sedangkat melihat jauh kabur atau

disebut pasien adalah rabun jauh. Hipermetropi atau rabun dekat merupakan keadaan

gangguan kekuatan pembiasan mata dimana sinar sejajar jauh tidak cukup untuk

dibiaskan sehingga titik fokusnya terletak dibelakang retina. Presbiopi adalah gangguan

akomodasi pada usia lanjut yang dapat terjadi akibat kelemahan otot akomodasi dan

lensa mata tidak kenyal/ berkurang elastisitasnya akibat skelerosis lensa, ini terdapat

pada usia 40 tahun, mata akan berair, mudah lelah dan sering terasa pedas. Kelainan

refraksi karena kelengkungan kornea yang tidak teratur disebut Astigmatisme. Sistem

optik yang astigmatismatik menimbulkan pembesaran atas atau satu objek dalam

Page 3: I Astigmatisme

berbagai arah yang berbeda. Satu titik cahaya yang ada difokuskan, akan terlihat

sebagai satu garis kabur yang panjang. Mata yang astigmatisme memiliki kornea yang

bulat telur, bukannya seperti mata kornea biasa yang bulat sferik. Kornea yang bulat

telur memiliki lengkung (meridian) yang tidak sama akan memfokuskan satu titik

cahaya/ satu objek pada dua (2) tempat, jauh dan dekat. Lensa yang digunakan untuk

mengatasi Astigmatisme adalah lensa silinder. Astigmatisme dapat dibedakan menjadi

2 macam, yaitu:

1. Astigmatisme regular (teratur)

Yaitu adanya ketidaksamaan refraksi pada bidang yang satu dengan yang lain.

a. Regular vertikal

b. Regular miring

c. Regular horizontal

2. Astigmatisme Irregular (tidak teratur)

Yaitu reaksi cahaya pada satu bidang meridian tidak sama disebabkan dataran

kornea lekuk-lekuk.

III. ALAT YANG DIGUNAKAN

1. Keratoskop dari placido

2. Lukisan kipas

IV. JALANNYA PERCOBAAN

1. Lengkung kornea

Orang percobaan disuruh berdiri dengan punggung ke arah cahaya yang terang.

Keratoskop ditempatkan kira-kira 20 cm di muka orang percobaan. Orang yang

memeriksa melihat melalui lubang ditengah-tengah keratoskop yang ada pada

dataran mata kornea orang percobaan (op).

2. Astigmatisme total dari mata

Orang percobaan melihat dengan satu mata ke lukisan dari garis-garis yang

tersusun sebagai kipas, kemudian dilihat apakah ada satu garis hitam dan jelas

dimana garis yang tegak lurus padanya akan kelihatan lebih memanjang dan tidak

jelas (abu-abu). Arah dari garis yang kelihatan hitam dan jelas ialah sesuai dengan

meridian didalam pembiasannya yang terkuat atau terlemah.

Page 4: I Astigmatisme

V. HASIL PERCOBAAN

1. Lengkung kornea

Pada orang percobaan lengkung kornea di dalam semua meridian sama, bayang-

bayang yang terlihat merupakan lingkaran-lingkaran konsentris yang bulat.

2. Astigmatisme total dari mata

Pelaku percobaan dapat melihat satu garis hitam dan jelas, dan garis yang tegak

lurus padanya.

VI. KESIMPULAN

Pada mata orang percobaan tidak mengalami astigmatisme karena mata orang

percobaan tidak mempunyai kelainan pada proses penglihatan. Hal ini dibuktikan pada

hasil percobaan dengan menggunakan alat keratoskop dari placido dan lukisan kipas.

Hal ini menandakan bahwa adanya cahaya ada objek tepat terfokus pada retina, dari

retina cahaya diubah kedalam impuls cahaya yang dihantarkan melewati Nervus

optikus ke pusat penglihatan di Lobus oksipitalis otak. Pada retina pada saat mata tidak

berakomodasi adalah tergantung dari kekuatan refraksi mata dan panjang aksis bola

mata.

VII. APLIKASI

Pada percobaan ini dalam kehidupan nyata dapat digunakan pada saat

menyeleksi seseorang yang berprofesi arsitektur, desainer grafis dan pada penerimaan

karyawan baru pada bidang teknisi. Profesi tersebut sangat membutuhkan ketajaman

penglihatan dalam menggambar maupun merancang sebuah model gambar, sehingga

bisa mendapatkan hasil kerja yang maksimal.

Yogyakarta, 22 Oktober 2011

Praktikan

MELIDA ERLYANIE

Asisten : Tiara A. Ayundari

Nilai :

Page 5: I Astigmatisme

DAFTAR PUSTAKA

Bagian Laboratorium Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan. 1997.

Pedoman Praktikum Psikologi, Faal II , Yogyakarta : Fakultas Psikologi

Universitas Ahmad Dahlan.

Penel, john. P. J. 2009 . Biopsikologi . Yogyakarta : Pustaka pelajar

Wede, carole dan Travis, carole . 2007 . Psikologi Edisi Kesembilan . Jakarta : Erlangga