HUTAN JATI - forda-mof.org · bagian penting dari hasil kajian ini. Dengan mengadopsi aspek...

119

Transcript of HUTAN JATI - forda-mof.org · bagian penting dari hasil kajian ini. Dengan mengadopsi aspek...

Page 1: HUTAN JATI - forda-mof.org · bagian penting dari hasil kajian ini. Dengan mengadopsi aspek lingkungan serta perspektif DAS dalam membedah ... yang semakin berat akibat melemahnya
Page 2: HUTAN JATI - forda-mof.org · bagian penting dari hasil kajian ini. Dengan mengadopsi aspek lingkungan serta perspektif DAS dalam membedah ... yang semakin berat akibat melemahnya

HUTAN JATI

TEMPAT TUMBUH, HASIL AIR, DAN SEDIMEN

Page 3: HUTAN JATI - forda-mof.org · bagian penting dari hasil kajian ini. Dengan mengadopsi aspek lingkungan serta perspektif DAS dalam membedah ... yang semakin berat akibat melemahnya

Sanksi Pelanggaran Pasal 113

Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014

Perubahan atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1987

Perubahan atas Undang-undang Nomor 6 Tahun 1982

Perubahan atas Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002

Tentang Hak Cipta

(1) Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran

hak ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1)

huruf i untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan

pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana

denda paling banyak Rp100.000.000 (seratus juta rupiah).

(2) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin

Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran

hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9

ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/atau huruf h untuk

Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana

penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda

paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

(3) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin

Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran

hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9

ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e, dan/atau huruf g untuk

Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana

penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda

paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

(4) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud

pada ayat (3) yang dilakukan dalam bentuk pembajakan,

dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh)

tahun dan/atau pidana denda paling banyak

Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).

Page 4: HUTAN JATI - forda-mof.org · bagian penting dari hasil kajian ini. Dengan mengadopsi aspek lingkungan serta perspektif DAS dalam membedah ... yang semakin berat akibat melemahnya

TYAS MUTIARA BASUKI

IRFAN BUDI PRAMONO

HUTAN JATI

TEMPAT TUMBUH, HASIL AIR, DAN SEDIMEN

UNS PRESS

Page 5: HUTAN JATI - forda-mof.org · bagian penting dari hasil kajian ini. Dengan mengadopsi aspek lingkungan serta perspektif DAS dalam membedah ... yang semakin berat akibat melemahnya

Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT)

HUTAN JATI TEMPAT TUMBUH, HASIL AIR, DAN SEDIMEN

Hak Cipta @ Tyas Mutiara Basuki dan Irfan Budi Pramono, 2017

Penulis: Tyas Mutiara Basuki Irfan Budi Pramono

Editor: Prof. Dr.Ir. Putu Sudira, MSc Prof. Dr. Ir. Purwanto Hadi, MS Foto Sampul:

Tyas Mutiara Basuki Desain:

Lathif Brahmantyo Penerbit & Pencetak

Penerbitan & Pencetakan UNS (Anggota IKAPI) Jl. Ir. Sutami 36 A Surakarta, Jawa Tengah, Indonesia 57126 Telp. (0271) 646994 Psw. 341 Fax. 0271 7890628 Website: www.unspress.uns.ac.id Email: [email protected]

Cetakan 1, Edisi I, Oktober 2017 Hak Cipta Dilindungi Undang-undang All Rights Reserved

Dicetak: Anggaran Balai Penelitian dan Pengembangan

Teknologi Pengelolaan DAS

ISBN: 978 – 602 – 397 – 147 – 3

Page 6: HUTAN JATI - forda-mof.org · bagian penting dari hasil kajian ini. Dengan mengadopsi aspek lingkungan serta perspektif DAS dalam membedah ... yang semakin berat akibat melemahnya

v

PRAKATA

Banjir dimusim penghujan dan kekeringan dimusim

kemarau setiap tahun hampir selalu menjadi masalah bagi

masyarakat di Indonesia, khususnya di Jawa. Banjir dan

kekeringan selalu dikaitkan dengan keberadaan hutan,

sementara areal hutan semakin menyusut. Faktor

penentu terjadinya banjir bukanlah faktor tunggal yakni

penutupan lahan yang dalam hal ini selalu dikaitkan

dengan keberadaan hutan, namun faktor penutupan lahan

inilah yang merupakan faktor yang dapat dikontrol oleh

pengelola. Hutan di Jawa hanya menempati 18% dari luas

pulau, dan didominasi oleh hutan tanaman jati. Oleh

karena itu keberadaan hutan jati penting untuk

dipertahankan. Kelestarian hutan tanaman jati harus

mendapat perhatian yang serius baik dari segi

kelangsungan aspek produksi, ekonomi dan sosial,

maupun dari aspek lingkungan terutama dalam tata air

DAS yang meliputi hasil air dan sedimen.

Dalam kaitan hutan dan banjir, selama ini

masyarakat selalu beranggapan bahwa masalah banjir

selalu dapat diatasi dengan penanaman tanaman kayu-

kayuan atau tahunan melalui reboisasi maupun perluasan

areal penghijauan. Namun kenyatannya pada kejadian

hujan yang ekstrim hutan sudah tidak mampu untuk

mengendalikan banjir yang terjadi. Hal demikian

disebabkan terjadinya banjir, frekwensi, maupun besar

tidaknya banjir yang terjadi merupakan akibat interaksi

faktor alami yang sulit dikendalikan dan faktor

managemen yaitu pengelolaan penutupan lahan. Faktor

alami penyebab banjir ataupun hasil air DAS secara umum

Page 7: HUTAN JATI - forda-mof.org · bagian penting dari hasil kajian ini. Dengan mengadopsi aspek lingkungan serta perspektif DAS dalam membedah ... yang semakin berat akibat melemahnya

vi

meliputi karakteristik hujan, tingkat infiltrasi tanah,

penutupan lahan, morfometri DAS, maupun tingkat

kelembaban tanah.

Tata air DAS tidak saja menyangkut hasil air, debit

banjir, maupun aliran rendah, namun juga terkait

sedimen terlarut dalam air sungai. Untuk dapat mencegah

ataupun menanggulangi masalah sedimen di areal DAS

berhutan jati, maka perlu dicari sumber-sumber sedimen

serta kondisi tanah tempat tumbuh jati serta sifat tegakan

jati itu sendiri.

Penulisan buku “HUTAN JATI: Tempat tumbuh,

Hasil Air, dan Sedimen” didasarkan kepada masih

kurangnya karya tulis yang tertuang dalam bentuk artikel

yang diterbitkan dalam jurnal-jurnal ilmiah, buku ilmiah,

maupun artikel-artikel lain dalam bentuk semi ilmiah

maupun populer yang menyajikan dan membahas tentang

tata air DAS yang ditanami hutan tanaman jati agar

pembaca atau masyarakat mengetahui sampai sejauh

mana hutan jati berperanan dalam menanggulangi

puncak-puncak debit atau banjir, dan tata air lainnya.

Penulisan buku ini ditujukan untuk para akademisi,

peneliti, mahasiswa, dan pengambil kebijakan yang

terkait dengan pengelolaan DAS.

Dalam buku ini disampaikan informasi kondisi

biofisik tempat tumbuh dan sifat pohon jati yang unik

dalam kaitannya dengan tata air DAS berhutan jati.

Selanjutnya disampaikan hasil air dari DAS/sub DAS yang

berkaitan dengan debit bulanan, tahunan, aliran rendah,

respon hidrologi sub DAS berhutan jati terhadap hujan

yang termasuk ekstrim maupun fluktuasi air tanah. Selain

itu, disajikan dan dibahas sumber-sumber sedimen yang

berasal dari erosi pada lahan di daratan dan juga pada

tebing-tebing sungai, serta tindakan-tindakan konservasi

tanah dan air untuk mencegah dan menanggulangi erosi

sebagai sumber sedimen.

Page 8: HUTAN JATI - forda-mof.org · bagian penting dari hasil kajian ini. Dengan mengadopsi aspek lingkungan serta perspektif DAS dalam membedah ... yang semakin berat akibat melemahnya

vii

Penulis menyadari masih banyak kekurangan

dalam penyusunan buku ini. Oleh karena itu kritik dan

saran yang membangun untuk penyempurnaan buku ini

sangat diharapkan.

Surakarta, Oktober 2017

Penulis

Page 9: HUTAN JATI - forda-mof.org · bagian penting dari hasil kajian ini. Dengan mengadopsi aspek lingkungan serta perspektif DAS dalam membedah ... yang semakin berat akibat melemahnya

viii

SAMBUTAN

KEPALA BALAI PENELITIAN DAN

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI

PENGELOLAAN DAS

Kegagalan menangkap pemahaman peran jati secara utuh, akan berimplikasi serius terhadap kegagalan mengelola hutan jati secara holistik. Berabad-abad lamanya, jati dipandang hanya sebagai komoditas kayu yang istimewa, yang bermakna produksi dan komersial. Akibatnya hutan jati terjebak menjadi obyek penambangan kayu (timber extraction) atau paling tinggi berada pada level pengelolaan kayunya (timber management). Buku ini menemukan titik pentingnya karena mencoba melihat peran jati dari aspek lingkungannya, terutama hasil air dan tingkat sedimentasinya. Luas penutupan jati adalah salah satu aspek yang berpengaruh terhadap air, baik kuantitas, kualitas maupun kontinuitasnya.

Perspektif Daerah Aliran Sungai (DAS), juga adalah bagian penting dari hasil kajian ini. Dengan mengadopsi aspek lingkungan serta perspektif DAS dalam membedah hutan jati, maka diharapkan manajemen yang lebih holistik akan bisa ditemukan, dan paradagima Teak Ecosystem Management bisa diterapkan. Dengan paradigma ini, maka pengelolaan hutan jati meniscayakan penekanan pada tanggung jawab penjagaan lingkungan. Tentu saja tidak haram dan baik, bila juga masih menargetkan tingkat produktivitas dan keuntungan finansial, tapi aspek lingkungan tetap menjadi basis penting. Apalagi melihat trend beban tekanan lingkungan yang semakin berat akibat melemahnya daya dukung dan daya tampung DAS.

Page 10: HUTAN JATI - forda-mof.org · bagian penting dari hasil kajian ini. Dengan mengadopsi aspek lingkungan serta perspektif DAS dalam membedah ... yang semakin berat akibat melemahnya

ix

Buku “Hutan Jati: Tempat Tumbuh, Hasil Air, dan Sedimen” merupakan salah satu bentuk sumbangsih dari peneliti kepada para pengguna di bidang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Saat ini, masih sedikit penelitian dan publikasi tentang peran hutan jati dalam mengatur tata air DAS, sementara sudah banyak penelitian yang telah dilakukan dalam bidang silvikultur, sosial-ekonomi hutan jati yang telah dilakukan dan dipublikasikan. Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BPPTPDAS) yang mempunyai Tugas Pokok dan Fungsi untuk melakukan kegiatan penelitian dibidang pengelolaan DAS bermaksud memberikan kontribusi dalam aspek tata air DAS dalam pengelolaan hutan jati.

Isi buku ini sangat informatif dan memadai karena mencakup kondisi biofisik persyaratan tumbuh jati dan tempat tumbuh tegakan jati yang umum dijumpai di Jawa, hasil air DAS, puncak-puncak debit/banjir, aliran pada musim kemarau atau aliran rendah, serta sedimen terlarut beserta sumber-sumbernya. Penulis juga menyajikan beberapa alternatif penerapan teknik konservasi tanah dan air.

Ucapan terimakasih ditujukan kepada editor buku yaitu Prof. Dr.Ir. Putu Sudira, MSc dan Prof. Dr. Ir. Purwanto Hadi, MS sebagai editor yang telah memberikan saran-saran yang bersifat substantif maupun teknis. Ucapan terimakasih juga ditujukan kepada berbagai pihak yang membantu dalam terlaksananya penelitian dan penyusunan buku ini. Penghargaan disampaikan kepada peneliti yang telah berhasil menyusun buku ini guna penyebarluasan informasi dan teknologi yang telah dihasilkan oleh BPPTPDAS.

Surakarta, Oktober 2017

Kepala Balai,

Dr. Nur Sumedi, SPi., MP.

Page 11: HUTAN JATI - forda-mof.org · bagian penting dari hasil kajian ini. Dengan mengadopsi aspek lingkungan serta perspektif DAS dalam membedah ... yang semakin berat akibat melemahnya

x

UCAPAN TERIMAKASIH

Alhamdulillah segala puji dan syukur, kami

panjatkan ke hadirat Allah Subhanalahuwata’ala atas

tersusunnya buku “Hutan Jati: Tempat Tumbuh, Hasil Air,

dan Sedimen”. Terlaksananya penyusunan buku ini

berkat perkenan Allah Subhanalahuwata’ala, bantuan dan

dukungan dari pihak struktural dan fungsional, baik yang

ada di kantor maupun di lapangan. Untuk itu pada

kesempatan ini disampaikan ucapan terimakasih kepada:

- Dr. Nur Sumedi, SPi, MP selaku Kepala BPPTPDAS

Surakarta, yang telah memberikan kesempatan kepada

penulis untuk melakukan penelitian dan penulisan

buku ini.

- Semua jajaran di Kesatuan Pemangkuan Hutan Cepu

atas bantuan yang diberikan.

- Prof. Dr. Ir. Putu Sudira, MSc dan Prof. Dr. Purwanto

Hadi, MS sebagai editor yang telah memberikan saran

yang konstruktif untuk perbaikan buku ini.

- Ir. Salamah Retnowati, MSi selaku Kepala Seksi Data,

Informasi, dan Kerjasama beserta Sdr. Agung B.

Kwadto, Upik Pramuningdiyani, S.Kom., Tri Hastuti

Swandayani, S.Kom., MSi yang membantu administrasi

untuk penerbitan buku.

- Kepada rekan-rekan peneliti yang telah memberikan

saran-saran substansi dan teknis dalam diskusi

bersama. Terimakasih kepada Dr.Ir. Endang Savitri,

MSc, Dr. Agung Budi Supangat, S.Hut, MT., Ir. Purwanto,

MSi; Agung W. Nugraha, S.Hut, MSi; Ir. Syahrul Donie,

MSi, Dr. Ir. Dewi Retno Indrawati, MSi, Dr. Ir. Nining

Wahyuningrum, MSc., Pamungkas Buana Putra, S.Hut,

MSc; Drs. Rahardyan Nugraha Adi, MSi.

- Lathif Brahmantya yang membantu dalam desain

sampul, pengambilan foto, ilustrasi gambar dan aspek

teknis lain, Edi Sulasmiko dalam pengarsipan data,

Page 12: HUTAN JATI - forda-mof.org · bagian penting dari hasil kajian ini. Dengan mengadopsi aspek lingkungan serta perspektif DAS dalam membedah ... yang semakin berat akibat melemahnya

xi

para pengamat di stasiun pengamat arus sungai dan

stasiun hujan.

- Rekan-rekan peneliti dan teknisi di Kelompok Peneliti

Hidrologi yang telah memberikan bantuan secara

langsung maupun tidak langsung.

- Rekan-rekan di bagian Perencanaan & Evaluasi,

Peralatan & Laboratorium, Keuangan, Tata Usaha, dan

seluruh karyawan dan karyawati yang ada di

BPPTPDAS.

Page 13: HUTAN JATI - forda-mof.org · bagian penting dari hasil kajian ini. Dengan mengadopsi aspek lingkungan serta perspektif DAS dalam membedah ... yang semakin berat akibat melemahnya

xii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR v

SAMBUTAN viii

UCAPAN TERIMAKASIH x

DAFTAR ISI xii

DAFTAR TABEL xiv

DAFTAR GAMBAR xv

I. PENDAHULUAN 1

II. MORFOLOGI DAN BIOFISIK TEMPAT TUMBUH JATI 5

2.1. Morfologi Pohon Jati 5

2.2. Tempat Tumbuh Jati 9

2.3. Tumbuhan di Bawah Tegakan Jati 19

III. SIKLUS DAN HASIL AIR 27

3.1 Siklus Air 27

3.2 Hasil Air Daerah Aliran Sungai dan

Faktor-faktor yang Mempengaruhinya 28

IV. PENGUKURAN INPUT DAN HASIL AIR, SERTA

SEDIMEN 37

4.1. Curah Hujan 37

4.2. Pengukuran Hasil Air DAS/sub DAS 40

4.3. Pengukuran Sedimen Terlarut 45

V. HASIL AIR SUB DAS BERHUTAN JATI 49

5.1. Debit Bulanan dan Tahunan 49

5.2. Aliran Rendah dan Fluktuasi Air Tanah 53

5.3. Puncak Banjir dan Koefisien Aliran 54

5.4. Koefisien aliran 59

Page 14: HUTAN JATI - forda-mof.org · bagian penting dari hasil kajian ini. Dengan mengadopsi aspek lingkungan serta perspektif DAS dalam membedah ... yang semakin berat akibat melemahnya

xiii

VI. SEDIMEN TERLARUT SUB DAS BERHUTAN JATI 63

6.1 Sumber-sumber Sedimen 63

6.2. Sedimen Terlarut pada Sub DAS Berhuta Jati 69

6.3. Hubungan Sedimen dengan Curah Hujan 76

6.4. Pencegahan dan Penanggulangan Sedimen 77

VII. PENUTUP 81

DAFTAR PUSTAKA 84

INDEKS 95

Page 15: HUTAN JATI - forda-mof.org · bagian penting dari hasil kajian ini. Dengan mengadopsi aspek lingkungan serta perspektif DAS dalam membedah ... yang semakin berat akibat melemahnya

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Hasil analisis tanah di bawah hutan tanaman

jati di KPH Pati 16

Tabel 2. Kriteria kesesuaian lahan untuk tanaman jati

(Tectona grandis) 17

Tabel 3. Jenis tumbuhan bawah hutan jati pada

beberapa sub DAS di KPH Cepu 23

Tabel 4. Laju infiltrasi pada berbagai kelas umur

tegakan jati di BKPH Subah, KPH Kendal 31

Tabel 5. Morfometri Sub-DAS Modang dan Cemoro 34

Tabel 6. Persamaan regresi debit (Discharge rating

curve) untuk mengkonversi TMA menjadi

debit 44

Tabel 7. Persamaan regresi sedimen (Sediment rating

curve) untuk menghitung sedimen terlarut 47

Page 16: HUTAN JATI - forda-mof.org · bagian penting dari hasil kajian ini. Dengan mengadopsi aspek lingkungan serta perspektif DAS dalam membedah ... yang semakin berat akibat melemahnya

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Batang jati muda (a) dan jati tua dengan ....... 5

Gambar 2. Akar pohon jati ......................................................... 6

Gambar 3. Anakan jati dengan tangkai daun pendek dan

daun duduk berselingberhadapan (a), daun

muda berwarna coklat kemerahan (b) ........... 7

Gambar 4. Daun jati dari arah depan (a), punggung (b),

dan bulu-bulu halus pada daun ......................... 8

Gambar 5. Pohon jati yang berbunga .................................... 8

Gambar 6. Buah jati yang masih segar di Kab. Blora

(a), dan yang sudah kering dari pulau

Moyo, Kab. Sumbawa (b) ...................................... 9

Gambar 7. Profil tanah berbahan induk kapur pada

hutan .......................................................................... 11

Gambar 8. Tanah-tanah yang terbentuk dari batuan

kapur yang porus untuk tumpangsari

jati dengan jagung di Kab. Bojonegoro ......... 12

Gambar 9. Tanah Vertisol dengan rekahan dimusim

kemarau sedalam 60 cm di Kab. Ngawi ....... 13

Gambar 10. Tanah Vertisol yang bersifat labil

dijumpai di Kab. Blora ......................................... 13

Gambar 11. Tegakan jati yang tumbuh pada tanah

Inceptisol di Kab. Blora ....................................... 14

Gambar 12. Tegakan jati yang tumbuh pada tanah

Vertisol (a) dan Inceptisol (b),lokasi

hanya terpisah oleh jalan raya,

di Kab. Bojonegoro ............................................... 15

Gambar 13. Tingkat kemasaman (pH) tanah di bawah

tegakan jati yang diperlihatkan dalam

Gambar 13, tanah Vertisol (kiri) dengan

pH sekitar 6-7 dan Inceptisol (kanan)

dengan pH sekitar 5 ............................................. 15

Page 17: HUTAN JATI - forda-mof.org · bagian penting dari hasil kajian ini. Dengan mengadopsi aspek lingkungan serta perspektif DAS dalam membedah ... yang semakin berat akibat melemahnya

xvi

Gambar 14. Tegakan jati yang ditanam pada tanah

sangat dangkal yang berasal dari batuan

kapur porus di Kabupaten Bojonegoro . 19

Gambar 15. Tegakan jati yang tumbuh di atas tanah

berbatu di Kab. Wonogiri ............................... 19

Gambar 16. Kondisi lantai hutan jati pada waktu

musim penghujan tertutup tumbuhan

bawah di Kab. Ngawi ........................................ 21

Gambar 17. Kondisi lantai hutan jati pada waktu

musim kemarau tidak terdapat

tumbuhan bawah, di Kab. Wonogiri

(a) dan Kab. Blora (b) ....................................... 22

Gambar 18. Tegakan jati muda yang ditumpangsarikan

dengan jagung di Kab. Boyolali .................... 24

Gambar 19. Tanaman temulawak yang ditanam di

bawah tegakan jati di Kab. Boyolali ........... 24

Gambar 20. Tebu yang ditanam diantara tegakan jati

di Kab. Sragen ...................................................... 25

Gambar 21. Siklus air ................................................................ 28

Gambar 22. Data curah hujan yang tercatat pada

kertas pias pada penakar hujan

otomatis ................................................................. 38

Gambar 23. Penakar curah hujan otomatis dengan

menggunakan pias untuk mencatat

curah hujan yang jatuh .................................... 38

Gambar 24. Penakar hujan otomatis menggunakan

logger dari luar (a) dan peralatan di

dalamnya (b) ........................................................ 39

Gambar 25. Contoh data curah hujan yang diunduh

dari logger pada penakar hujanotomatis . 39

Gambar 26. Penakar hujan manual (ombrometer) ...... 40

Page 18: HUTAN JATI - forda-mof.org · bagian penting dari hasil kajian ini. Dengan mengadopsi aspek lingkungan serta perspektif DAS dalam membedah ... yang semakin berat akibat melemahnya

xvii

Gambar 27. Alat pencatat tinggi muka air otomatis

(AWLR) menggunakan kertas pias, diberi

kabel untuk pengikat pelampung yang

diletakkan di atas permukaan air sungai . 42

Gambar 28. Pemasangan peilskal dan logger yang

dimasukkan dalam paralon pada outlet

sub DAS .................................................................. 43

Gambar 29. Grafik pencatatan tekanan air yang

diunduh dari logger .......................................... 43

Gambar 30. Contoh data yang diunduh dari logger dan

dikonversi menjadi debit ................................ 45

Gambar 31. Botol-botol yang dipasang untuk

pengambilan contoh sedimen terlarut

pada berbagai TMA. .......................................... 46

Gambar 32. Distribusi curah hujan dan debit spesifik

bulanan pada masing masing sub DAS

berhutan jati berdasarkan rata-rata tahun

2008-2015 ............................................................ 50

Gambar 33. Sactter plot antara curah hujan harian

dengan debit puncak ........................................ 57

Gambar 34. Beberapa bentuk hidrograf aliran pada

sub DAS Kejalen dan Gagakan ...................... 58

Gambar 35. Koefisien aliran langsung dari Januari

2015 sampai dengan Mei 2016 .................... 60

Gambar 36. Erosi di bawah hutan jati muda di Kab.

Bojonegoro ........................................................... 66

Gambar 37. Erosi tanah pada tumpangsari jati ............. 66

Gambar 38. Tampingan teras pada sistem tumpangsari

jati dengan tanaman semusim yang tidak

diperkuat menyebabkan erosi ...................... 67

Gambar 39. Tampingan teras tidak ada penguat dan

tumbuhan bawah terbakar pemicu erosi

tanah jika turun hujan ...................................... 67

Page 19: HUTAN JATI - forda-mof.org · bagian penting dari hasil kajian ini. Dengan mengadopsi aspek lingkungan serta perspektif DAS dalam membedah ... yang semakin berat akibat melemahnya

xviii

Gambar 40. Hutan tanaman jati dengan tajuk rimbun

namun lantai hutan tidak tertutup

tumbuhan bawah (a) dan (b)

di Kab. Ponorogo ................................................ 68

Gambar 41. Tanah longsor pada tebing di areal

hutan jati ................................................................ 69

Gambar 42. Erosi tebing sungai yang merupakan

sumber dari sedimen terlarut ....................... 69

Gambar 43. Rata-rata sedimen terlarut pada kelima

sub DAS yang diteliti berdasarkan data

tahun 2008 -2015 .............................................. 71

Gambar 44. Sedimen terlarut tahunan .............................. 72

Gambar 45. Kondisi air pada outlet sub DAS Modang

pada tanggal 9 Nopember 2016, sebelum

terjadi hujan (a) setelah hujan air sungai

keruh (b dan c) .................................................... 74

Gambar 46. Kondisi air pada outlet sub DAS Cemoro

pada tanggal 9 Nopember 2016, sebelum

terjadi hujan (a) setelah hujan air sungai

keruh (b) ................................................................ 75

Gambar 47. Hubungan curah hujan rata-rata bulanan

dengan sedimen rata-rata bulanan ......... 77

Gambar 48. Contoh tampingan teras yang diperkuat

dengan batu yang banyak dijumpai di

sekitar tegakan jati untuk mencegah erosi

................................................................................... 79

Page 20: HUTAN JATI - forda-mof.org · bagian penting dari hasil kajian ini. Dengan mengadopsi aspek lingkungan serta perspektif DAS dalam membedah ... yang semakin berat akibat melemahnya

Tyas Mutiara Basuki Irfan Budi Pramono

1

I. PENDAHULUAN

Jati (Tectona grandis L.f) tidak saja mendominasi

hutan di pulau Jawa maupun di tingkat Asia, tetapi juga

belahan bumi yang lain seperti di benua Afrika di Benin

(Akossou, Godui, & Fonton, 2012) dan Nigeria (Simon,

2006), di Trinidad dan Nicaragua (Simon, 2006), dan

negara di Amerika Tengah lain (Fernández-moya,

Alvarado, Forsythe, & Ramírez, 2014). Sebaran secara

alami semula di India, Myanmar, Laos, Kamboja, Thailand,

dan Burma (Baskorowati & Fauzi, 2013). Menurut (Bhat

& Gnanaharan, 2007) lebih dari 36 negara tropis telah

mengembangkan hutan jati.

Tegakan jati diperkirakan pertama kali

diperkenalkan di Indonesia, yakni di Jawa pada abad ke 2

Masehi yang dibawa oleh orang-orang penyebar agama

Hindu (Altona dalam Smiet, 1990). Hutan jati di Indonesia,

terluas dijumpai di pulau Jawa. Luas areal hutan jati

sebanyak 1.000.534 ha atau 67% dari hutan produksi

yang ada di Jawa (Perhutani, 2014). Selain di pulau Jawa

dan pulau-pulau kecil di sekitarnya yang beriklim muson,

jati di Indonesia juga dijumpai di pulau Muna, Sulawei

Tenggara (Simon, 2006). Jati yang menghasilkan kayu

berkualitas tinggi terus dikembangkan di tempat lain,

mulai ujung pulau Sumatera seperti Aceh, Sumatera

Utara, Lampung, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Nusa

Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Maluku, hingga di

Papua (Baskorowati & Fauzi, 2013).

Keharusan mempertahankan kelestarian dalam

pengelolaan hutan secara umum tidaklah hanya

menyangkut kelestarian fungsi produksi, ekonomi,

maupun pemanfaatan untuk masyarakat, akan tetapi juga

kelestarian aspek lingkungan yang salah satunya adalah

aspek tata air yang meliputi hasil air dan sedimen

terlarut. Bencana banjir dan kekeringan yang banyak

Page 21: HUTAN JATI - forda-mof.org · bagian penting dari hasil kajian ini. Dengan mengadopsi aspek lingkungan serta perspektif DAS dalam membedah ... yang semakin berat akibat melemahnya

Hutan Jati Tempat Tumbuh, Hasil Air dan Sedimen

2

terjadi pada sungai-sungai di Pulau Jawa seperti di

Bengawan Solo, Cisadane, Cimanuk, dan Ciliwung sering

dikaitkan dengan keberadaan hutan. Luas hutan di Jawa

hanya tinggal 18% dari luas pulau dan sebagian besar

hutan di Jawa adalah hutan jati sehingga hutan jati

dianggap berperanan penting dalam kejadian banjir dan

kekeringan. Masyarakat sering beranggapan bahwa hutan

secara umum merupakan segala-galanya dalam

mencegah dan menanggulangi banjir, erosi, maupun

sedimentasi. Padahal pada batas-batas curah hujan dan

kondisi kelembaban tanah tertentu hutan tidak mampu

menanggulangi bahaya banjir. Berkaitan dengan

permasalahan tersebut, maka informasi tentang peran

hutan jati dalam mempengaruhi tata air Daerah Aliran

Sungai (DAS) sangat diperlukan.

Peran hutan tanaman jati sudah banyak dibahas dan

ditulis dari segi silvikultur, ekonomi, dan sosial. Oleh

karena itu dalam buku ini penulis bertujuan memberikan

gambaran tentang peran hutan, khususnya hutan jati

dalam mempengaruhi tata air DAS atau sub DAS yang

meliputi debit bulanan dan tahunan, aliran rendah,

puncak banjir dan juga kandungan sedimen terlarut

dalam aliran sungai. Selain kedua aspek tersebut buku ini

juga membahas tentang kondisi biofisik tempat tumbuh

jati yang berpengaruh terhadap hasil air dan sedimen

terlarut. Garis besar pokok bahasan yang disajikan dalam

buku adalah sebagai berikut:

Bab II : MORFOLOGI DAN BIOFISIK TEMPAT

TUMBUH JATI

Dalam Bab II diberikan informasi tentang

morfologi, kondisi tempat tumbuh dan

tumbuhan bawah tegakan, serta kelas

kesesuaian tempat tumbuh tegakan jati.

Page 22: HUTAN JATI - forda-mof.org · bagian penting dari hasil kajian ini. Dengan mengadopsi aspek lingkungan serta perspektif DAS dalam membedah ... yang semakin berat akibat melemahnya

Tyas Mutiara Basuki Irfan Budi Pramono

3

Bab III : SIKLUS DAN HASIL AIR

Secara singkat pengertian siklus dan hasil air

serta faktor yang berpengaruh terhadap

hasil air suatu DAS disajikan dalam Bab III.

Bab IV : PENGUKURAN INPUT, HASIL AIR, DAN

SEDIMEN

Peralatan dan cara pengukuran input dan

hasil air, serta sedimen terlarut dalam DAS

diterangkan dalam Bab IV.

Bab V : HASIL AIR SUB DAS BERHUTAN JATI.

Temuan-temuan hasil air dari penelitian

yang telah dilakukan di beberapa sub DAS

berhutan jati berupa debit, aliran rendah,

puncak banjir, dan koefisien aliran

dikemukakan dalam bab ini.

Bab VI : SEDIMEN TERLARUT SUB DAS BERHUTAN

JATI

Sumber-sumber sedimen dan sedimen

terlarut dalam sub DAS berhutan jati,

hubungan sedimen dengan curah hujan, dan

upaya pencegahan dan penaggulangan

sedimen diuraikan dalam Bab VI.

Bab VII : PENUTUP

Dalam Bab VII disampaikan penutup dari

uraian yang ada dalam buku secara

keseluruhan.

Page 23: HUTAN JATI - forda-mof.org · bagian penting dari hasil kajian ini. Dengan mengadopsi aspek lingkungan serta perspektif DAS dalam membedah ... yang semakin berat akibat melemahnya

Hutan Jati Tempat Tumbuh, Hasil Air dan Sedimen

4

Page 24: HUTAN JATI - forda-mof.org · bagian penting dari hasil kajian ini. Dengan mengadopsi aspek lingkungan serta perspektif DAS dalam membedah ... yang semakin berat akibat melemahnya

Tyas Mutiara Basuki Irfan Budi Pramono

5

II. MORFOLOGI DAN BIOFISIK

TEMPAT TUMBUH JATI 2.1. Morfologi Pohon Jati

Jati merupakan tanaman tahunan atau tanaman

berkayu. Baskorowati & Fauzi (2013) menerangkan

bahwa jika jati tumbuh pada tanah yang subur dan

bersolum dalam maka total tinggi pohonnya dapat

mencapai 30 hingga 35 m, tinggi bebas cabang antara 10

hingga 20 m. Lebih lanjut diterangkan bahwa bentuk

batang silindris dan beralur dengan ketebalan kulit

batang sekitar 0,5 sampai 0,7 cm pada tanaman tua.

Diameter batang setinggi dada dapat mencapai 220 cm

(Sumarna, 2001). Gambar 1 menunjukkan batang tegakan

jati muda (a) dan tua (b). Pada pangkal dijumpai akar

papan yang pendek dengan empat cabang (Sumarna,

2001), seperti terlihat dalam Gambar 2.

Gambar 1. Batang jati muda (a) dan jati tua dengan kulit batang

retak-retak (b) Sumber : Dokumentasi pribadi penulis tahun 2014 (a) dan

2016 (b)

Page 25: HUTAN JATI - forda-mof.org · bagian penting dari hasil kajian ini. Dengan mengadopsi aspek lingkungan serta perspektif DAS dalam membedah ... yang semakin berat akibat melemahnya

Hutan Jati Tempat Tumbuh, Hasil Air dan Sedimen

6

Gambar 2. Akar pohon jati Sumber : Dokumentasi pribadi penulis di Kab. Wonogiri

tahun 2011 (a) dan di Kab. Blora 2015 (b)

Bentuk tajuk membulat dengan pohon tunggal dan

tangkai daun pendek dan duduk daun berseling

berhadapan (Gambar 3a). Daun yang muda berwarna

coklat kemerahan (Gambar 3b). Daun jati berbulu halus

mempunyai panjang daun berkisar antara 23 sampai 40

cm dengan lebar antara 11 hingga 21 cm (Baskorowati &

Fauzi, 2013) (Gambar 4).

Page 26: HUTAN JATI - forda-mof.org · bagian penting dari hasil kajian ini. Dengan mengadopsi aspek lingkungan serta perspektif DAS dalam membedah ... yang semakin berat akibat melemahnya

Tyas Mutiara Basuki Irfan Budi Pramono

7

Pohon jati berbunga kecil dengan ukuran panjang

antara 6 sampai 8 mm dan lebar antara 4 sampai 5 mm,

berwarna keputih-putihan bersifat majemuk yang

terbentuk dalam malai bunga dan tumbuh di ujung batang

(Sumarna, 2001). Bunga tersebut mempunyai enam

tangkai sari yang menempel pada kelopak bunga dan

benang sari dengan putik (Baskorowati & Fauzi, 2013).

Gambar 5 menunjukkan pohon jati yang sedang berbunga.

Buah pohon jati terdiri dari kulit terluar yang tipis, dan di

bagian tengah tebal seperti gabus, serta bagian terdalam

terdapat empat ruang (Baskorowati & Fauzi, 2013).

Gambar 6 memperlihatkan buah jati yang masih ada di

pohon dan yang sudah berwarna cokelat.

Gambar 3. Anakan jati dengan tangkai daun pendek dan daun

duduk berseling berhadapan (a), daun muda berwarna coklat kemerahan (b)

Sumber : Dokumentasi pribadi penulis tahun 2017 (a, b)

Page 27: HUTAN JATI - forda-mof.org · bagian penting dari hasil kajian ini. Dengan mengadopsi aspek lingkungan serta perspektif DAS dalam membedah ... yang semakin berat akibat melemahnya

Hutan Jati Tempat Tumbuh, Hasil Air dan Sedimen

8

Gambar 4. Daun jati dari arah depan (a), punggung (b), dan

bulu-bulu halus pada daun Sumber : Dokumentasi pribadi penulis tahun 2017 (a, b)

Gambar 5. Pohon jati yang berbunga di Kab. Blora Sumber : Dokumentasi pribadi penulis tahun 2017

Bunga

Page 28: HUTAN JATI - forda-mof.org · bagian penting dari hasil kajian ini. Dengan mengadopsi aspek lingkungan serta perspektif DAS dalam membedah ... yang semakin berat akibat melemahnya

Tyas Mutiara Basuki Irfan Budi Pramono

9

Gambar 6. Buah jati yang masih segar di Kab.Blora (a), dan

yang sudah kering dari pulau Moyo, Kab. Sumbawa (b)

Sumber : Dokumentasi pribadi Lathif Brahmantyo tahun 2017(a), dokumentasi pribadi penulis tahun 2017(b)

2.2. Tempat Tumbuh Jati

Tanaman pada umumnya, dan juga jati untuk dapat

tumbuh dan berkembang dengan baik membutuhkan

kondisi lingkungan tertentu sesuai dengan persyaratan

tumbuh yang diperlukan. Pudjiono (2014) menyatakan

jati dapat tumbuh pada daerah dengan rentang curah

hujan yang agak lebar yaitu dari 1200 hingga 3000

Page 29: HUTAN JATI - forda-mof.org · bagian penting dari hasil kajian ini. Dengan mengadopsi aspek lingkungan serta perspektif DAS dalam membedah ... yang semakin berat akibat melemahnya

Hutan Jati Tempat Tumbuh, Hasil Air dan Sedimen

10

mm/tahun, sedangkan (Baskorowati & Fauzi, 2013)

berpendapat bahwa jati membutuhkan jumlah curah

hujan antara 1250 sampai 2500 mm/tahun dengan

musim kering antara 3 hingga 6 bulan. Lebih lanjut

Pudjiono (2014) menyatakan bahwa jati dapat tumbuh

baik pada daerah dengan temperatur udara rata-rata

berkisar 22 sampai dengan 310C dengan intensitas cahaya

75 hingga 100%. Selain itu disebutkan juga bahwa

ketinggian tempat yang sesuai untuk pertumbuhan jati

adalah 0 hingga 700 m di atas permukaan laut Pudjiono

(2014).

Untuk mendapatkan pertumbuhan yang maksimal,

setiap tanaman mempunyai persyaratan tempat tumbuh.

Menurut Pudjiono (2014) jati untuk tumbuh dan

berkembang dengan baik membutuhkan jumlah Calsium

(Ca) tersedia dalam tanah cukup besar. Oleh karena itu

tanah untuk tempat tumbuh jati yang baik adalah tanah

sarang dengan kandungan Ca dan fosfor (P) yang cukup,

serta tingkat keasaman tanah rendah dengan pH sekitar 6

sampai dengan 8, solum tanah cukup dalam (Pudjiono,

2014). Gambar 7 memperlihatkan profil tanah berbahan

induk kapur yang di atasnya tumbuh tegakan jati di

Kabupaten Bojonegoro. Tanah yang dihasilkan berupa

tanah Vertisol yang berwarna hitam.

Page 30: HUTAN JATI - forda-mof.org · bagian penting dari hasil kajian ini. Dengan mengadopsi aspek lingkungan serta perspektif DAS dalam membedah ... yang semakin berat akibat melemahnya

Tyas Mutiara Basuki Irfan Budi Pramono

11

Gambar 7. Profil tanah berbahan induk kapur pada hutan jati

di Bojonegoro Sumber : Dokumentasi pribadi penulis tahun 2014

Tanah Vertisol tersebut mempunyai sifat

mengembang (swelling) dan mengkerut (shrinking) yang

disebabkan kandungan liat tipe 2:1 (Kovda, Morgun, &

Boutton, 2010). Jenis liat (clay) yang membentuk tanah

Vertisol tergolong dalam grup liat Smektit yang pada

umumnya banyak mengandung jenis liat montmorilonit

(Djordjevic, Golubovic, Tomic, & Aleksic, 2012). Bahan

induk tanah Vertisol berasal dari hasil sedimen yang

banyak adalah liat karbonat (carbonate clay) dan juga

batuan kapur yang bersifat porus (calcareous marl)

(Djordjevic et al., 2012). Contoh batuan kapur yang porus

dijumpai di Kabupaten Bojonegoro ditampilkan dalam

Gambar 8. Ciri tanah Vertisol jika terkena air dapat

mengembang dan sulit diolah, sedangkan jika tanah

kering akan mengkerut, keras, dan membentuk rekahan-

rekahan (cracking) hingga kedalaman 60 cm seperti yang

ditunjukkan dalam Gambar 9. Araya et al. (2011) bahkan

menjumpai rekahan yang lebih dalam yakni 100 cm dalam

dan lebar antara 1 sampai 2 cm di Trigay, bagian Utara

dari Ethiopia.

Page 31: HUTAN JATI - forda-mof.org · bagian penting dari hasil kajian ini. Dengan mengadopsi aspek lingkungan serta perspektif DAS dalam membedah ... yang semakin berat akibat melemahnya

Hutan Jati Tempat Tumbuh, Hasil Air dan Sedimen

12

Gambar 10 menunjukkan tanah Vertisol yang labil

akibat kandungan liat yang bersifat mengembang dan

mengkerut.

Gambar 8. Tanah-tanah yang terbentuk dari batuan kapur

yang porus untuk tumpangsari jati dengan jagung di Kab. Bojonegoro

Sumber : Dokumentasi pribadi penulis tahun 2014

Page 32: HUTAN JATI - forda-mof.org · bagian penting dari hasil kajian ini. Dengan mengadopsi aspek lingkungan serta perspektif DAS dalam membedah ... yang semakin berat akibat melemahnya

Tyas Mutiara Basuki Irfan Budi Pramono

13

Gambar 9. Tanah Vertisol dengan rekahan dimusim kemarau

sedalam 60 cm di Kab. Ngawi Sumber : Dokumentasi pribadi penulis tahun 2014

Gambar 10. Tanah Vertisol yang bersifat labil

dijumpai di Kab. Blora Sumber : Dokumentasi pribadi penulis tahun 2015

Namun demikian juga dijumpai tegakan jati yang

tumbuh pada tanah Inceptisol seperti yang diperlihatkan

Page 33: HUTAN JATI - forda-mof.org · bagian penting dari hasil kajian ini. Dengan mengadopsi aspek lingkungan serta perspektif DAS dalam membedah ... yang semakin berat akibat melemahnya

Hutan Jati Tempat Tumbuh, Hasil Air dan Sedimen

14

dalam Gambar 11 yang diambil dari areal hutan jati di

KPH Cepu, Kabupaten Blora. Berdasarkan pengamatan di

lapangan juga dijumpai Vertisol dan Inceptisol yang

ditanami jati yang hanya dipisahkan oleh jalan raya

seperti yang dijumpai di Kabupaten Bojonegoro (Gambar

12). Hasil pengukuran pH tanah dengan kertas lakmus,

diketahui tanah Inceptisol mempunyai pH 5 dan Vertisol

mempunyai pH antara 6 hingga 7. Perbedaan tersebut

seperti yang terlihat pada kertas lakmus Gambar 13.

Gambar 11. Tegakan jati yang tumbuh pada tanah Inceptisol

di Kab. Blora Sumber : Dokumentasi pribadi penulis tahun 2015

Page 34: HUTAN JATI - forda-mof.org · bagian penting dari hasil kajian ini. Dengan mengadopsi aspek lingkungan serta perspektif DAS dalam membedah ... yang semakin berat akibat melemahnya

Tyas Mutiara Basuki Irfan Budi Pramono

15

Gambar 12. Tegakan jati yang tumbuh pada tanah Vertisol

(a) dan Inceptisol (b), lokasi hanya terpisah oleh jalan raya, di Kab. Bojonegoro

Sumber : Dokumentasi pribadi penulis tahun 2014

Gambar 13. Tingkat keasaman (pH) tanah di bawah tegakan

jati yang diperlihatkan dalam Gambar 12, tanah Vertisol (kiri) dengan pH sekitar 6-7 dan Inceptisol (kanan) dengan pH sekitar 5

Sumber : Dokumentasi pribadi penulis tahun 2014

Wahyuningrum & Basuki (2004) melakukan

analisis kandungan unsur hara tanah di bawah hutan

tanaman jati di Bagian Hutan Banjaran, KPH Pati, di Jawa

Tengah. Contoh-contoh tanah pada tegakan jati yang

termasuk kelas Bonita 3,5 diambil, dianalisis, dan hasilnya

disajikan dalam Tabel 1. Hasil yang diperoleh

menunjukkan tidak terlihat ada kecenderungan bahwa

semakin tua umur tegakan jati semakin rendah

kandungan unsur hara di dalam tanah, walaupun pada

Page 35: HUTAN JATI - forda-mof.org · bagian penting dari hasil kajian ini. Dengan mengadopsi aspek lingkungan serta perspektif DAS dalam membedah ... yang semakin berat akibat melemahnya

Hutan Jati Tempat Tumbuh, Hasil Air dan Sedimen

16

bagian-bagian tegakan mempunyai kandungan hara yang

berbeda nyata Wahyuningrum & Basuki (2004). Jika

bagian-bagian tegakan dipanen dan dibawa ke luar dari

ekosistem hutan maka akan menyebabkan pengurangan

hara dari tanah (Wahyuningrum & Basuki, 2004).

Tabel 1. Hasil analisis tanah di bawah hutan tanaman jati di KPH Pati

Kelas

umur

(KU)

pH Nitrogen

(N) total

(%)

Fosfor

(P)

tersedia

(ppm)

Kalium (K)

terseida

(me/100g)

Karbon

organik

(C)

(%)

I 5,61 0,18 6,54 0,45 3,18

II 5,66 0,21 7,42 0,40 3,35

III 5,77 0,25 6,77 0,22 3,52

IV 5,41 0,18 9,57 0,50 2,91

V 5,54 0,32 4,90 0,31 3,64

MR 5,78 0,25 4,23 0,21 3,96

TJPK 5,24 0,41 10,00 0,27 4,16

Sumber : Wahyuningrum & Basuki (2004)

Untuk menilai kesesuaian antara kondisi biofisik

lingkungan dengan persyaratan tumbuh yang diperlukan

tanaman perlu dilakukan evaluasi tingkat kesesuaian

lahan. Kesesuaian lahan yang dimaksud adalah upaya

penilaian antara kondisi biofisik yang ada dengan

persyaratan tumbuh tanaman (Mustafa et al., 2011).

Untuk menilai tingkat kesesuaian tanaman jati pada

kondisi lingkungan tertentu (Wahyuningrum et al. 2003)

telah membuat kriteria yang terbagi menjadi tiga kelas

yaitu kelas sesuai, sesuai marginal, dan tidak sesuai.

Pembagian kelas kesesuaian tersebut didasarkan kepada

14 parameter yang meliputi kondisi drainase, tanah,

faktor yang berpengaruh terhadap perkembangan

perakaran tanaman, dan iklim seperti yang disampaikan

dalam Tabel 2.

Page 36: HUTAN JATI - forda-mof.org · bagian penting dari hasil kajian ini. Dengan mengadopsi aspek lingkungan serta perspektif DAS dalam membedah ... yang semakin berat akibat melemahnya

Tyas Mutiara Basuki Irfan Budi Pramono

17

Walaupun lahan diklasifikasikan tidak sesuai

berdasarkan persyaratan tempat tumbuh yang

diperlukan karena terdapat satu atau beberapa

penghambat, namun kenyataan di lapangan tanaman jati

tersebut masih dapat tumbuh dan berkembang namun

memang tidak optimal sesuai yang diharapkan.

Berdasarkan pengamatan di lapangan pada beberapa

daerah seperti di Kabupaten Bojonegoro, Wonogiri, Blora

dan mungkin di daerah lain terlihat banyak tegakan jati

yang dapat tumbuh pada tanah sangat dangkal dan

berbatu tetapi pertumbuhan tidak bagus seperti yang

terlihat pada Gambar 14 dan 15.

Tabel 2. Kriteria kesesuaian lahan untuk tanaman jati

Parameter

lahan

Sesuai Sesuai

marjinal

Tidak sesuai

Drainase (w)

-Drainase tanah Agak

cepat,

sedang

Cepat, agak

terhambat

Sangat cepat,

sangat

terhambat

-Bahaya banjir F0, F1 F2 F3, F4

Retensi hara (a)

-pH tanah 5,0 -7,0 4,5 -5,0 dan

7,0 – 8,0

>8,0 dan

<4,5

-Kedalaman

sulfidik (cm)

125 - 175 100 – 125 <100

Kegaraman (t)

-Salinitas

(mmhos/cm)

4 – 8 Td >8

Media

perakaran (s)

-Tekstur L, SCL,

SiL, Si, CL,

SiCL, SL,

SC

LS, liat masif Kerikil, pasir

-Lereng (%) 8 – 15 15 – 30 >30

Page 37: HUTAN JATI - forda-mof.org · bagian penting dari hasil kajian ini. Dengan mengadopsi aspek lingkungan serta perspektif DAS dalam membedah ... yang semakin berat akibat melemahnya

Hutan Jati Tempat Tumbuh, Hasil Air dan Sedimen

18

Tabel 2. (lanjutan)

Parameter lahan Sesuai Sesuai

marjinal

Tidak sesuai

-Batuan

permukaan (%)

10 – 15 15 – 25 >25

-Batuan

singkapan (%)

10 - 15 15 – 25 >25

Kedalaman

tanah (sd)

-Kedalaman

efektif (cm)

100 -150 75 – 100 <75

Ketersediaan air

(c)

-Bulan kering

(<75mm)

<5 Tidak ada >5 dan < 1

-Curah

hujan/tahun

(mm)

1250 –

2250

1000 – 1250

dan

2250 - 2500

<1000

-Rata-rata suhu

tahunan (0C)

19 -34 Tidak ada >34 dan <19

Erosi (e)

Tingkat bahaya

erosi

SR, R S B, SB

Sumber : Wahyuningrum et al. (2003)

Keterangan : L= Loam (Lempung), SCL= Sandy Clay (Liat

Berpasir), SiL = Silty Clay (Liat Berdebu), Si = Silt

(Debu), CL = Clay Loam (Lempung Berliat), SiCL=

Silty Clay Loam (Lempung Liat Berdebu), SL =

Sandy Loam (Lempung Berpasir), SC= Sandy Clay

(Liat Berpasir), LS = Sandy Loam (Pasir

Berlempung), SR = Sangat Rendah, R = Rendah, S =

Sedang, B = Besar, SB = Sangat Besar

Page 38: HUTAN JATI - forda-mof.org · bagian penting dari hasil kajian ini. Dengan mengadopsi aspek lingkungan serta perspektif DAS dalam membedah ... yang semakin berat akibat melemahnya

Tyas Mutiara Basuki Irfan Budi Pramono

19

Gambar 14. Tegakan jati yang ditanam pada tanah sangat

dangkal yang berasal dari batuan kapur porus di Kabupaten Bojonegoro

Sumber : Dokumentasi pribadi penulis tahun 2014

Gambar 15. Tegakan jati yang tumbuh di atas tanah berbatu di Kab. Wonogiri

Sumber : Dokumentasi pribadi penulis tahun 2014

2.3. Tumbuhan di Bawah Tegakan Jati

Tumbuhan bawah berperanan penting dalam

merespon air hujan, yakni dapat meningkatkan infiltrasi

Page 39: HUTAN JATI - forda-mof.org · bagian penting dari hasil kajian ini. Dengan mengadopsi aspek lingkungan serta perspektif DAS dalam membedah ... yang semakin berat akibat melemahnya

Hutan Jati Tempat Tumbuh, Hasil Air dan Sedimen

20

air hujan yang jatuh dan untuk mengurangi jumlah

maupun dampak air hujan yang menjadi aliran langsung

atau limpasan permukaan. Tanaman bawah tersebut

dapat melindungi permukaan tanah dari energi air hujan

yang jatuh langsung maupun yang melewati tajuk pohon

dan dapat merupakan sumber bahan organik tanah.

Perakaran tumbuhan bawah, perakaran pepohonan serta

bahan organik dapat mencengkeram tanah dan

menstimulasi agregasi tanah yang dapat menurunkan

atau mencegah terjadinya dispersi dan erosi oleh

limpasan permukaan. Oleh karena itu tanaman bawah

dapat digunakan untuk konservasi tanah dan air serta

konservasi unsur hara yang dikandungnya (Miyata,

Kosugi, Gomi, & Mizuyama, 2009). Pada areal hutan daun

lebar (beech) dengan persentase penutupan tumbuhan

bawah 1 dan 45% terdapat hubungan yang nyata antara

erosi percikan (splash erosion) dengan curah hujan,

namun pada areal yang tertutup 95% tumbuhan bawah

korelasi tersebut tidak terjadi (Ghahramani et al., 2011).

Pada areal hutan jati peran tumbuhan bawah ini

amat penting sebagai pelindung permukaan tanah

terutama pada awal musim penghujan. Oleh karena pada

musim kemarau hutan jati menggugurkan daunnya, dan

pada awal musim penghujan belum keseluruhan daun

tumbuh sempurna maka energi kinetik dari air hujan yang

jatuh langsung mengenai permukaan tanah yang

menyebabkan terjadinya dispersi. Tanah yang terdispersi

tersebut selanjutnya akan terangkut oleh limpasan

permukaan menuju ke tempat-tempat yang lebih rendah

dan akhirnya masuk ke dalam badan sungai dan menjadi

sedimen. Gambar 17 dan 18 menunjukkan kondisi lantai

hutan jati pada waktu musim penghujan yang tertutup

tumbuhan bawah dan pada musim kemarau tidak

terdapat tumbuhan bawah.

Page 40: HUTAN JATI - forda-mof.org · bagian penting dari hasil kajian ini. Dengan mengadopsi aspek lingkungan serta perspektif DAS dalam membedah ... yang semakin berat akibat melemahnya

Tyas Mutiara Basuki Irfan Budi Pramono

21

Gambar 16. Kondisi lantai hutan jati pada waktu musim

penghujan tertutup tumbuhan bawah, di Kab. Ngawi

Sumber : Dokumentasi pribadi penulis tahun 2014

Page 41: HUTAN JATI - forda-mof.org · bagian penting dari hasil kajian ini. Dengan mengadopsi aspek lingkungan serta perspektif DAS dalam membedah ... yang semakin berat akibat melemahnya

Hutan Jati Tempat Tumbuh, Hasil Air dan Sedimen

22

Gambar 17. Kondisi lantai hutan jati pada waktu musim

kemarau tidak terdapat tumbuhan bawah, di Kab. Wonogiri (a) dan Kab. Blora (b)

Sumber : Dokumentasi pribadi penulis tahun 2012 (a) dan 2015 (b)

Jenis-jenis tumbuhan bawah tegakan jati pada tujuh

sub DAS di Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Cepu

disajikan dalam Tabel 3 yang diambil dari (Pramono &

Wahyuningrum 2010). Identifikasi tumbuhan bawah

tersebut pada petak ukur 1x1 m dan pengukuran

kerapatan tegakan pada petak ukur 20x20 m.

Page 42: HUTAN JATI - forda-mof.org · bagian penting dari hasil kajian ini. Dengan mengadopsi aspek lingkungan serta perspektif DAS dalam membedah ... yang semakin berat akibat melemahnya

Tyas Mutiara Basuki Irfan Budi Pramono

23

Tabel 3. Jenis tumbuhan bawah hutan jati pada beberapa sub DAS di KPH Cepu

Sub DAS Luas

sub DAS

(km2)

Kerapatan

pohon

(pohon/ha)

Tumbuhan bawah

yang dominan

Modang 3,38 403 Putri malu

(Mimosa pudica)

Cemoro 13,47 552 Garaman (Ficus

hirta)

Kejalen 20,14 133 Garaman

(F. hirta)

Kendilan 48,86 925 Iles-iles (Tacca

palmata)

Gagakan 64,80 210 Putri malu (M.

pudica)

Ngroto 69,80 1866 Wlungu (Cuscuta

australis)

Sumber : Pramono dan Wahyuningrum (2010)

Disamping tumbuhan bawah yang tumbuh secara

alami, penduduk juga menggunakan lahan di bawah

hutan jati untuk budidaya tanaman semusim dari jenis

tanaman pangan seperti jagung, padi gogo, dan singkong.

Empon-empon yang dapat digunakan sebagai tumbuhan

obat juga diusahakan oleh penduduk. Gambar 18

menunjukkan tumpangsari tegakan jati dengan jagung

dan Gambar 19 tumpangsari antara tegakan jati dengan

temulawak. Tegakan jati juga ditanam bersamaan dengan

tebu seperti yang terlihat dalam Gambar 20.

Page 43: HUTAN JATI - forda-mof.org · bagian penting dari hasil kajian ini. Dengan mengadopsi aspek lingkungan serta perspektif DAS dalam membedah ... yang semakin berat akibat melemahnya

Hutan Jati Tempat Tumbuh, Hasil Air dan Sedimen

24

Gambar 18. Tegakan jati muda yang ditumpangsarikan

dengan jagung di Kab. Boyolali Sumber : Dokumentasi pribadi Dewi Retno Indrawati

tahun 2003

Gambar 19. Tanaman temulawak yang ditanam di bawah

tegakan jati di Kab. Boyolali Sumber : Dumentasi pribadi Dewi Retna Indrawati

tahun 2003

Page 44: HUTAN JATI - forda-mof.org · bagian penting dari hasil kajian ini. Dengan mengadopsi aspek lingkungan serta perspektif DAS dalam membedah ... yang semakin berat akibat melemahnya

Tyas Mutiara Basuki Irfan Budi Pramono

25

Gambar 20. Tebu yang ditanam diantara tegakan jati

di Kab. Sragen Sumber : Dokumentasi pribadi penulis tahun 2013

Page 45: HUTAN JATI - forda-mof.org · bagian penting dari hasil kajian ini. Dengan mengadopsi aspek lingkungan serta perspektif DAS dalam membedah ... yang semakin berat akibat melemahnya

Hutan Jati Tempat Tumbuh, Hasil Air dan Sedimen

26

Page 46: HUTAN JATI - forda-mof.org · bagian penting dari hasil kajian ini. Dengan mengadopsi aspek lingkungan serta perspektif DAS dalam membedah ... yang semakin berat akibat melemahnya

Tyas Mutiara Basuki Irfan Budi Pramono

27

III. SIKLUS DAN HASIL AIR 3.1 Siklus Air

Siklus air secara sederhana disajikan dalam Gambar

21. Hujan yang jatuh di atas bentang lahan dalam suatu

DAS/sub DAS sebagian akan menjadi aliran langsung atau

limpasan permukaan (surface runoff), sebagian masuk ke

dalam tanah dan akan menjadi aliran bawah permukaan

(sub-surface flow), sebagian lagi masuk ke lapisan tanah

yang lebih dalam yang akan disimpan di dalam tanah dan

akan dialirkan pada waktu musim kemarau sebagai aliran

dasar (Dunne and Leopold, 1978). Air hujan yang jatuh

sebagian akan kembali ke atmosfer melalui proses

evaporasi dan melalui vegetasi dengan proses

evapotranspirasi maupun intersepsi. Secara sederhana

neraca air DAS mencakup masukan yang berupa hujan

yang jatuh dan diproses dalam DAS dan ke luar dari outlet

DAS berupa aliran sungai.

Dalam neraca air DAS, lahan berfungsi sebagai

prosesor (Paimin, Irfan Budi Pramono, Purwanto, 2012)

yang memproses input hujan dan selanjutnya

mengeluarkan melalui outlet DAS. Hasil kinerja DAS,

dalam hal ini hasil air di bagian hilir suatu sistem DAS

merupakan akibat dari tindakan yang dilakukan di bagian

hulu dimana hubungan sebab-akibatnya dipengaruhi oleh

proses hidrologi (Rao, Murthy, Adiga, & Amminneedu

2003).

Page 47: HUTAN JATI - forda-mof.org · bagian penting dari hasil kajian ini. Dengan mengadopsi aspek lingkungan serta perspektif DAS dalam membedah ... yang semakin berat akibat melemahnya

Hutan Jati Tempat Tumbuh, Hasil Air dan Sedimen

28

Gambar 21. Siklus air Sumber : Modifikasi dari http://www.ebiologi.com /2016/

03/siklus-hidrologi-pengertian-proses.html

3.2. Hasil Air Daerah Aliran Sungai dan Faktor-

faktor yang Mempengaruhinya

Air yang dihasilkan dalam suatu sistem DAS baik

yang berupa aliran langsung atau limpasan permukaan,

aliran bawah permukaan, dan aliran dasar

keseluruhannya disebut hasil air suatu DAS (Asdak,

1995). Hasil air suatu DAS dipengaruhi faktor alami

seperti curah hujan, geomorfologi, topografi, jenis dan

karakteristik tanah (Geris, Tetzlaff, Mcdonnell, & Soulsby,

2014). Faktor–faktor yang bersifat alami lainnya adalah

formasi geologi dan batuan/bahan induk serta tanah yang

dihasilkan (Munoz-Villers & McDonnell, 2013),

morfometri DAS dan faktor managemen yang merupakan

campur tangan manusia dapat berupa pengolahan lahan

dan jenis vegetasi yang ditanam. Pada sub bab berikut

Page 48: HUTAN JATI - forda-mof.org · bagian penting dari hasil kajian ini. Dengan mengadopsi aspek lingkungan serta perspektif DAS dalam membedah ... yang semakin berat akibat melemahnya

Tyas Mutiara Basuki Irfan Budi Pramono

29

diuraikan secara singkat beberapa faktor yang

berpengaruh terhadap hasil air secara umum dan

beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan pada sub

DAS berhutan jati.

3.2.1. Curah hujan dan infiltrasi

Curah hujan sebagai input suatu DAS sangat

berpengaruh terhadap hasil air. Kharakteristik hujan yang

meliputi jumlah, waktu berlangsungnya hujan dan

intensitas hujan akan berpengaruh terhadap hasil air

suatu DAS/sub DAS. Distribusi spasial dan temporal curah

hujan berpengaruh terhadap respon hidrologi suatu DAS

yang meliputi limpasan permukaan, debit volume, dan

puncak debit (Peleg, Shamir, Georgakakos, & Morin,

2015). Peran curah hujan dalam menentukan hasil air

DAS tidak dapat berdiri sendiri tetapi berinteraksi dengan

kondisi biofisik lahan seperti infiltrasi yakni kemampuan

tanah dalam mengalirkan air hujan yang jatuh secara

vertikal ke dalam lapisan tanah.

Batas maksimum tanah dapat menyerap air disebut

kapasitas infiltrasi (Dune & Leopold, 1978). Jika intensitas

curah hujan lebih rendah dari kapasitas infiltrasi tanah

maka laju infiltrasi sebanding dengan intensitas hujan,

namun jika intensitas hujan melebihi kapasitas tanah

menyerap air, maka infiltrasi akan berlangsung sesuai

dengan kapasitasnya (Dunne & Leopold, 1978). Laju

infiltrasi dan intensitas hujan dinyatakan dalam satuan

ketebalan per satuan waktu misal cm/jam. Jika intensitas

hujan lebih tinggi dari kapasitas infiltrasi tanah, maka

akan terjadi limpasan permukaan yang akan mengalir ke

tempat yang lebih rendah.

Laju dan kapasitas infiltrasi dipengaruhi oleh

beberapa faktor baik sifat tanah maupun keadaan

penutupan lahannya. Secara umum, sifat tanah yang

berpengaruh terhadap infiltrasi adalah tekstur, struktur,

ukuran pori, bobot volume (bulk denisty) tanah, stabilitas

Page 49: HUTAN JATI - forda-mof.org · bagian penting dari hasil kajian ini. Dengan mengadopsi aspek lingkungan serta perspektif DAS dalam membedah ... yang semakin berat akibat melemahnya

Hutan Jati Tempat Tumbuh, Hasil Air dan Sedimen

30

agregat, dan kadar air (kelembaban) tanah (Andayani,

2009). Tingkat infiltrasi tanah berpengaruh terhadap

hasil air suatu DAS karena air yang terinfiltrasi masuk ke

lapisan tanah yang lebih dalam akan tertahan oleh gaya

kapiler dan melembabkan tanah, selanjutnya akan

dialirkan secara perlahan menuju sungai atau danau atau

tempat yang lebih rendah lain sebagai aliran dasar atau

baseflow (Asdak, 1995). Oleh karena itu kapasitas

infiltrasi tanah yang tinggi akan mendukung ketersediaan

hasil air yang berupa aliran dasar pada musim kemarau.

Hasil penelitian (Andayani, 2009) yang dilakukan di

bawah tegakan jati menunjukkan bahwa semakin tinggi

bobot volume tanah maka kapasitas infiltrasi semakin

rendah, dan sebaliknya semakin tinggi kandungan air

tanah menyebabkan infiltrasi menurun. Tabel 4

menunjukkan nilai infiltrasi di bawah tegakan jati pada

empat kelas umur yang dilakukan oleh (Andayani, 2009)

di areal hutan jati di Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan

(BKPH) Subah, Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH)

Kendal.

Page 50: HUTAN JATI - forda-mof.org · bagian penting dari hasil kajian ini. Dengan mengadopsi aspek lingkungan serta perspektif DAS dalam membedah ... yang semakin berat akibat melemahnya

Tyas Mutiara Basuki Irfan Budi Pramono

31

Tabel 4. Laju infiltrasi pada berbagai kelas umur tegakan jati di BKPH Subah, KPH Kendal

Kelas umur

Kondisi lahan di bawah tegakan

Lereng (%)

Jenis tanah Laju infiltrasi

(cm/jam)

I (6 th)

Tidak ada pengolahan tanah, rata-rata 19,3 cm tinggi tan. \penutup tanah

8 Asosiasi Aluvial Kelabu dan Aluvial Coklat Kelabu dengan bahan induk endapan liat dan pasir

4,8

II (14 th)

Tanah diolah dan ditanami jagung dengan tinggi rata-rata 39,2 cm

10 Asosiasi Aluvial Kelabu dan Aluvial Coklat Kelabu dengan bahan induk endapan liat dan pasir

3,6

III (22 th)

Tanah tidak diolah, ter-kadang digu- nakan peng- gembalaan. Rata-rata tinggi tan. di bawah tegak- an 18,8 cm

Datar Asosiasi Aluvial Kelabu dan Aluvial Coklat Kelabu dengan bahan induk endapan liat dan pasir

6,4

IV (40 th)

Tanah tidak diolah. Rata-rata tinggi tanaman di bawah tegak- an 23,4 cm

Datar Asosiasi Aluvial Kelabu dan Aluvial Coklat Kelabu dengan bahan induk endapan liat dan pasir

6,0

Sumber:Andayani, 2009

Infiltrasi tanah di bawah tegakan jati yang diteliti

oleh Ribolzi et al. (2017) di Laos dari tahun 2002 hingga

2014 menunjukkan rata-rata sebesar 0,4 sampai 2,5

cm/jam. Namun terdapat penurunan kapasitas infiltrasi

Page 51: HUTAN JATI - forda-mof.org · bagian penting dari hasil kajian ini. Dengan mengadopsi aspek lingkungan serta perspektif DAS dalam membedah ... yang semakin berat akibat melemahnya

Hutan Jati Tempat Tumbuh, Hasil Air dan Sedimen

32

pada kurun waktu yang berbeda disebabkan terjadinya

pemadatan permukaan tanah akibat tidak ada tumbuhan

bawah pada areal tegakan jati. Infiltrasi pada tahun 2002-

2007 sebesar 0,9 – 2 cm/jam menjadi 1,8-0,4 cm/jam

pada tahun 2008-2014 (Ribolzi et al. 2017). Nilai infiltrasi

tersebut merupakan nilai pada tingkat DAS yang diukur

pada setiap kejadian banjir.

Faktor sifat tanah lain yang berpengaruh terhadap

tata air DAS yakni pengisian air tanah (ground water

recharge) yang nantinya berpengaruh terhadap hasil air

pada musim kemarau yaitu konduktivitas hidraulik tanah

(Hassler et al., 2011). Konduktivitas hidraulik tanah

antara lain dipengaruhi oleh penutupan lahan

(Fernández-moya et al., 2014). Zimmermann et al. (2006)

mengukur konduktivitas hidraulik tanah pada beberapa

penutupan lahan di Randônia dan mendapatkan bahwa

konduktivitas hidraulik tanah tertinggi terdapat pada

tanah di bawah hutan alam, yakni 20,6 cm/jam dan pada

hutan jati sebesar 6,9 cm/jam. Pada tanah Alfisol di Costa

Rica, nilai konduktivitas hidraulik di bawah hutan alam

sekunder juga lebih tinggi (3,8 cm/jam) daripada di

bawah hutan jati tua (0,7 cm/jam) (Fernández-moya et al.

2014).

3.2.2. Morfometri Daerah Aliran Sungai

Morfometri secara umum menggambarkan bentuk

bentang alam yang terlihat pada permukaan bumi beserta

dimensinya (Pareta et al., 2011). Analisis morfometri

suatu DAS memberikan informasi kuantitatif tentang

sistem drainase yang merupakan aspek penting dalam

karakterisasi suatu DAS. Dalam karakterisasi suatu DAS

beberapa variabel penting yang perlu diperhatikan

seperti luas dan bentuk DAS, maupun kerapatan drainase

(Al-rowaily et al., 2012).

Page 52: HUTAN JATI - forda-mof.org · bagian penting dari hasil kajian ini. Dengan mengadopsi aspek lingkungan serta perspektif DAS dalam membedah ... yang semakin berat akibat melemahnya

Tyas Mutiara Basuki Irfan Budi Pramono

33

Morfometri DAS penting dalam membantu

identifikasi daerah banjir atau karakter DAS pada waktu

terjadi hujan deras (Mageshet.al., 2010) ataupun

mengidentifikasi material aliran (debris flow) dan

material-material yang terbawa banjir (debris flood)

(Wilfordet.al., 2004). Selain hal tersebut, morfometri DAS

juga dapat digunakan untuk memprediksi kejadian-

kejadian yang berkaitan dengan proses geomorfik seperti

prediksi puncak banjir, hasil sedimen, dan laju erosi

(Youssef et al., 2011). Morfometri DAS yang berkaitan

dengan jaringan alur sungai yang terbentuk dari karakter

DAS akan mempengaruhi pola spasial vegetasi yang

tumbuh di dalam areal DAS tersebut (Al-rowaily et al.,

2012).

Luas DAS yang merupakan salah satu komponen

morfometri juga berpengaruh terhadap hasil air DAS,

namun demikian masih terjadi perbedaan tentang hal ini.

Berkaitan dengan peran luas DAS dalam hasil air ada

pendapat yang mengatakan bahwa luas DAS baik kecil

(0,1 ha) maupun besar (>10.000 km2) lebih berpengaruh

terhadap hasil air daripada pengaruh penutupan lahan

dan curah hujan (Gallo et al. 2015). Pendapat lain

mengatakan bahwa hasil air lebih dipengaruhi penutupan

lahan pada DAS yang kecil, dan

pengaruh curah hujan lebih dominan pada DAS yang

arealnya luas (Blöschl et al., 2007).

Basuki, Adi, & Sulasmiko (2017) dalam penelitian

yang menggunakan dua sub DAS yang berbeda ukuran

tetapi mempunyai kondisi geobiofisik yang serupa, yakni

persentase luas hutan jati tua 82%, formasi geologi, dan

morfometri sub DAS yang mirip mendapatkan bahwa sub

DAS dengan ukuran yang lebih besar cenderung

menghasilkan air yang lebih banyak. Penelitian Basuki et

al, (2017) tersebut dilakukan di Sub DAS Modang dengan

luas 3,4 km2 dan Cemoro dengan luas 13,5 km2, yang areal

Page 53: HUTAN JATI - forda-mof.org · bagian penting dari hasil kajian ini. Dengan mengadopsi aspek lingkungan serta perspektif DAS dalam membedah ... yang semakin berat akibat melemahnya

Hutan Jati Tempat Tumbuh, Hasil Air dan Sedimen

34

hutannya dibawah pengelolaan KPH Cepu. Data yang

digunakan dalam penelitian tersebut dengan durasi

cukup panjang yaitu mulai tahun 2001 hingga 2015.

Kondisi morfometri Sub DAS Modang dan Cemoro yang

digunakan dalam penelitian Basuki et al. (2017)

didasarkan kepada hasil analisis (Pramono &

Wahyuningrum, 2010) yang disajikan dalam Tabel 5.

Tabel 5. Morfometri Sub DAS Modang dan Cemoro

Sub

DAS

Luas

(km2)

Bentuk

DAS

(Rasio

kebulatan)

Kerapatan

drainase

(km/km2)

Lereng

rata-rata

(%)

Geologi

Cemoro 13,47 Membulat

(0,64)

2,07

18 Batu

kapur

Modang 3,38 Membulat

(0,61)

1,62 20 Batu

kapur

Sumber : (Pramono & Wahyuningrum, 2010)

3.2.3. Penutupan lahan dan evapotranspirasi

Penutupan lahan merupakan salah satu faktor

penting yang menentukan hasil air. Jenis dan persentase

penutupan lahan dalam suatu DAS akan berpengaruh

terhadap debit air sungai, frekwensi dan tingkat bahaya

banjir, dan aliran dasar maupun aliran rendah (Li, Liu,

Zhang, & Zheng, 2009). Pengaruh penutupan lahan,

terutama hutan, terhadap hasil air DAS sebenarnya lebih

ditentukan seberapa banyak curah hujan yang jatuh

digunakan untuk pertumbuhan tanaman (Juhrbandt,

Leuschner, Juhrbandt, Leuschner, & Ho, 2004) dan juga

kehilangan air melalui evapotranspirasi (Awotwi, Yeboah,

& Kumi, 2014).

Page 54: HUTAN JATI - forda-mof.org · bagian penting dari hasil kajian ini. Dengan mengadopsi aspek lingkungan serta perspektif DAS dalam membedah ... yang semakin berat akibat melemahnya

Tyas Mutiara Basuki Irfan Budi Pramono

35

Evapotranspirasi hutan tanaman yang tua berkisar

antara 1100 sampai 1200 mm/tahun yang dibatasi oleh

curah hujan setempat (Dye & Versfeld, 2007). Hasil

penelitian Dye & Versfeld (2007) tersebut mirip dengan

hasil penelitian Nosetto et al. (2012) yang mendapatkan

nilai evapotranspirasi pada hutan alam sama dengan

hutan tanaman eukaliptus sebesar 1100 mm/tahun.

Untuk evapotranspirasi rumput diperoleh nilai 780

mm/tahun, dan tanaman kacang kedele terendah 670

mm/tahun (Nosetto, Jobbágy, Brizuela, & Jackson, 2011).

Evapotranspirasi aktual hutan tanaman jati diteliti di

Propinsi Lampang, di Thailand oleh Attarod et al., 2005.

Dalam penelitiannya Pattarod, Komori, Hayashi, Aoki,

Ishida, Fukumura, Boonyawat, Polsan, Tongdeenok,

Somboon (2005) membandingkan evapotranspirasi

antara padi, singkong, dan jati dan mendapatkan bahwa

pada siang hari dimusim penghujan untuk tanaman padi

dan singkong bervariasi dari 1 hingga 7 mm/hari,

sedangkan untuk jati sebesar 2 sampai 6 mm/hari. Pada

siang hari dimusim kemarau evapotranspirasi jati, padi,

dan singkong secara berurutan sebesar 3,2; 3,0; dan 2,7

mm/hari (Attarod et al., 2005).

Menurut Yoshifuji, Tanaka, & Tanaka (2006) pada

skala lokal, variasi curah hujan dan variabel iklim lain

dapat merubah jumlah evapotranspirasi, seperti fenologi

daun. Siklus daun bersemi dan gugur merupakan faktor

penting dalam menentukan variasi evapotranspirasi

musiman dan variasi antar tahun (Yoshifuji et al., 2006).

Penurunan transpirasi tegakan jati secara langsung

dikontrol oleh kelembaban tanah pada permulaan musim

kering (Yoshifuji et al., 2006).

Page 55: HUTAN JATI - forda-mof.org · bagian penting dari hasil kajian ini. Dengan mengadopsi aspek lingkungan serta perspektif DAS dalam membedah ... yang semakin berat akibat melemahnya

Hutan Jati Tempat Tumbuh, Hasil Air dan Sedimen

36

Page 56: HUTAN JATI - forda-mof.org · bagian penting dari hasil kajian ini. Dengan mengadopsi aspek lingkungan serta perspektif DAS dalam membedah ... yang semakin berat akibat melemahnya

Tyas Mutiara Basuki Irfan Budi Pramono

37

IV. PENGUKURAN INPUT DAN HASIL AIR, SERTA SEDIMEN

Dalam mengkuantifikasi hasil air suatu DAS/sub

DAS perlu diketahui input air yang berupa curah hujan.

Hal ini perlu dilakukan mengingat terdapat kaitan yang

erat antara input hujan dan air yang ke luar dari outlet

suatu DAS.

4.1. Curah Hujan

Curah hujan dapat diukur dengan menggunakan

penakar hujan otomatis yang mencatat sendiri dan

manual. Penakar hujan otomatis dapat dibedakan

berdasarkan cara kerjanya dengan weighing bucket dan

tipping bucket. Penakar hujan weighing bucket seperti tipe

Hellman mengukur curah hujan setiap saat melalui grafik

yang tercatat pada kertas pias harian atau mingguan. Jika

kertas pias harian yang digunakan maka kertas pias

diganti pada setiap pagi hari jam 07.00, namun jika kertas

pias mingguan yang digunakan maka penggantian kertas

pias dilakukan seminggu sekali. Kertas pias harian

mencatat lebih detil curah hujan yang jatuh. Gambar 22

merupakan contoh kertas pias harian yang digunakan

untuk mencatat curah hujan yang turun. Gambar 23

merupakan penakar hujan tipe Hellman yang

menggunakan kertas pias untuk pencatatn curah hujan.

Penakar hujan otomatis jenis lain mempunyai prinsip

kerja tipping bucket dengan data tercatat dalam logger

yang dipasang sehingga tidak perlu menggunakan kertas

pias. Data yang tercatat dalam logger diunduh dengan

menghubungkan logger dengan laptop melalui program

yang sudah tersedia. Penakar hujan otomatis yang

menggunakan logger dapat dilihat dalam Gambar 24 dan

contoh grafik yang diunduh dalam Gambar 25.

Page 57: HUTAN JATI - forda-mof.org · bagian penting dari hasil kajian ini. Dengan mengadopsi aspek lingkungan serta perspektif DAS dalam membedah ... yang semakin berat akibat melemahnya

Hutan Jati Tempat Tumbuh, Hasil Air dan Sedimen

38

Gambar 22. Data curah hujan yang tercatat pada kertas pias

pada penakar hujan otomatis Sumber : Dokumentasi pribadi penulis tahun 2017

` Gambar 23. Penakar curah hujan otomatis dengan

menggunakan pias untuk mencatat curah hujan yang jatuh

Sumber : Dokumentasi pribadi Nining Wayuningrum tahun 2010

Page 58: HUTAN JATI - forda-mof.org · bagian penting dari hasil kajian ini. Dengan mengadopsi aspek lingkungan serta perspektif DAS dalam membedah ... yang semakin berat akibat melemahnya

Tyas Mutiara Basuki Irfan Budi Pramono

39

Gambar 24. Penakar hujan otomatis menggunakan logger dari luar (a) dan peralatan di dalamnya (b)

Sumber : Dokumentasi pribadi Lathif Brahmantyo tahun 2017

Gambar 25. Contoh data curah hujan yang diunduh dari logger pada penakar hujan otomatis

Sumber : Dokumentasi pribadi penulis tahun 2017

Page 59: HUTAN JATI - forda-mof.org · bagian penting dari hasil kajian ini. Dengan mengadopsi aspek lingkungan serta perspektif DAS dalam membedah ... yang semakin berat akibat melemahnya

Hutan Jati Tempat Tumbuh, Hasil Air dan Sedimen

40

Selain dengan penakar hujan otomatis, curah hujan

juga dapat dikumpulkan dengan penakar hujan manual

atau ombrometer. Jika turun hujan, pengukuran curah

hujan dengan ombrometer dilakukan pada setiap hari

hujan jam 07.00 pagi. Air hujan tertampung dalam

penakar diukur dengan gelas ukur dengan

memperhitungkan luas corong jika menggunakan satuan

mm. Penakar hujan konvensional yang dipasang di sekitar

areal hutan jati disajikan dalam Gambar 26.

Gambar 26. Penakar hujan manual (ombrometer) Sumber : Dokumentasi pribadi penulis tahun 2016

4.2. Pengukuran Hasil Air DAS/sub DAS

Untuk mengukur debit air yang mengalir dari suatu

DAS/sub DAS, maka pada masing-masing outlet sub DAS

tersebut dipasang alat pemantau Tinggi Muka Air (TMA)

sungai secara manual dengan Peilskal (Tide Gauge).

Pembacaan peilskal dilakukan tiga kali yaitu pada jam 07

Page 60: HUTAN JATI - forda-mof.org · bagian penting dari hasil kajian ini. Dengan mengadopsi aspek lingkungan serta perspektif DAS dalam membedah ... yang semakin berat akibat melemahnya

Tyas Mutiara Basuki Irfan Budi Pramono

41

pagi, jam 12 siang dan jam 17 sore hari yang dilakukan

setiap hari. Selain secara manual, pengamatan TMA juga

dilakukan secara otomatis dengan menggunakan

Automatic Water Level Recorder (AWLR) yang

menggunakan kertas pias untuk mencatat tinggi muka air

(Gambar 27). Jenis alat ini biasanya dibuatkan bangunan

untuk menyimpan dan dihubungan dengan kabel dengan

pelampung yang menyentuh permukaan air (Gambar 27).

Prinsip kerja AWLR adalah jika terjadi perubahan tinggi

muka air sungai maka pelampung akan naik atau turun

dan pena yang terpasang akan mencatat data pada kertas

pias. Jenis kertas pias yang digunakan adalah mingguan.

Jika kertas pias mingguan yang dipasang maka kertas pias

harus diganti setiap minggu.

Alat pencatat tinggi muka air jenis lain adalah

dengan menggunakan logger yang dimasukkan dalam

suatu paralon. Sebelum alat dipasang pada outlet DAS,

harus diatur waktu frekuensi pencatatannya, misalkan

setiap 5 atau 10 menit. Prinsip kerja alat ini adalah jika

terjadi perubahan TMA maka tekanan dalam air akan

berubah, perubahan tekanan ini akan dicatat oleh logger.

Tekanan udara yang tercatat secara otomatis pada logger

diunduh secara berkala. Dengan pengaturan pencatatan

tekanan setiap lima menit, maka pengunduhan data dari

logger paling lambat dilakukan 2,5 bulan sekali agar

penyimpanan data dalam logger tidak penuh. Jika

melebihi waktu maksimal yang telah ditetapkan 2,5 bulan

maka logger tidak merekam data lagi. Untuk

mendapatkan data tekanan air maka logger harus

disambungkan dengan laptop. Gambar 28

memperlihatkan logger yang dimasukkan ke dalam

paralon dan dipasang pada outlet sub DAS berhutan jati.

Gambar 29 memperlihatkan grafik tekanan dalam air dan

suhu air yang diunduh dari logger. Selanjutnya data

tersebut dikonversi menjadi TMA.

Page 61: HUTAN JATI - forda-mof.org · bagian penting dari hasil kajian ini. Dengan mengadopsi aspek lingkungan serta perspektif DAS dalam membedah ... yang semakin berat akibat melemahnya

Hutan Jati Tempat Tumbuh, Hasil Air dan Sedimen

42

Gambar 27. Alat pencatat tinggi muka air otomatis (AWLR)

menggunakan kertas pias, diberi kabel untuk pengikat pelampung yang diletakkan di atas permukaan air sungai

Sumber : Dokumentasi pribadi penulis tahun 2009

Page 62: HUTAN JATI - forda-mof.org · bagian penting dari hasil kajian ini. Dengan mengadopsi aspek lingkungan serta perspektif DAS dalam membedah ... yang semakin berat akibat melemahnya

Tyas Mutiara Basuki Irfan Budi Pramono

43

Gambar 28. Pemasangan peilskal dan logger yang dimasukkan dalam paralon pada outlet sub DAS

Sumber : Dokumentasi pribadi penulis tahun 2016

Gambar 29. Grafik pencatatan tekanan air yang diunduh dari logger

Sumber : Dokumentasi pribadi penulis tahun 2017

Page 63: HUTAN JATI - forda-mof.org · bagian penting dari hasil kajian ini. Dengan mengadopsi aspek lingkungan serta perspektif DAS dalam membedah ... yang semakin berat akibat melemahnya

Hutan Jati Tempat Tumbuh, Hasil Air dan Sedimen

44

Debit harian diperoleh dari konversi data TMA

dengan menggunakan persamaan regresi yang lebih

dikenal dengan stage-discharge rating curve. Persamaan

regresi tersebut dibuat berdasarkan pengukuran debit

sesaat yang dilakukan beberapa kali pada berbagai

ketinggian muka air sungai. Persamaan stage-discharge

rating curve pada beberapa sub DAS berhutan jati

disajikan dalam Tabel 6 dan Gambar 30 menunjukkan

data yang tercatat dalam logger dan selanjutnya

dikonversi menjadi data debit.

Tabel 6. Persamaan regresi debit (Discharge rating curve) untuk

mengkonversi TMA menjadi debit No Sub DAS Discharge Rating curve

1 Modang Q = 0,52H^1,22, H<0,3 m

Q = 6,89H^3,07, H=0,3 – 0,9 m

Q = 7,79H^2,78, H>0,9 m

2 Cemoro Q = 2,94H^1,63, H<0,3 m

Q = 22,16H^3,80, H=0,3 – 0,6 m

Q = 12,15H^1,89,H>0,6 m

3 Kejalen Q = 1,41H2,62, H<1,2 m

Q = 1,10H^2,19, H>1,2 m

4 Sambong Q = 3,40H^2,68, H>1,95 m

Q = 5,56H^1,54, H<1,95 m

5 Gagakan Q = 9,28H2,00

Keterangan : Q = debit (m3/detik), H = tinggi muka air (m) Sumber : Hasil analisis Tim Balai Penelitian Teknologi

Pengelolaan DAS, tidak dipublikasikan

Page 64: HUTAN JATI - forda-mof.org · bagian penting dari hasil kajian ini. Dengan mengadopsi aspek lingkungan serta perspektif DAS dalam membedah ... yang semakin berat akibat melemahnya

Tyas Mutiara Basuki Irfan Budi Pramono

45

Gambar 30. Contoh data yang diunduh dari logger dan

dikonversi menjadi debit Sumber : Analisis data 2016

4.3. Pengukuran Sedimen Terlarut

Sedimen terlarut adalah sedimen yang terkandung

dan melayang di dalam air sungai. Konsentrasi sedimen

terlarutdiperoleh dari pengambilan contoh-contoh air

sungai. Contoh-contoh air dianalisis di laboratorium

untuk mengetahui berat sedimen terlarut.Sediment-

discharge rating curve yang digunakan untuk

mendapatkan data debit sedimen terlarut dibuat

berdasarkan persamaan regresi antara debit sesaat

dengan kandungan sedimen yang ada di dalam contoh-

contoh air yang diambil pada TMA yang berbeda. Gambar

31 memperlihatkan botol-botol yang digunakan untuk

pengambilan contoh air untuk analisis sedimen terlarut

pada berbagai ketinggian TMA. Sediment discharge rating

Page 65: HUTAN JATI - forda-mof.org · bagian penting dari hasil kajian ini. Dengan mengadopsi aspek lingkungan serta perspektif DAS dalam membedah ... yang semakin berat akibat melemahnya

Hutan Jati Tempat Tumbuh, Hasil Air dan Sedimen

46

curve yang digunakan untuk mengkonversi nilai debit

menjadi sedimen terlarut pada sub DAS berhutan jati

dapat dilihat dalam Tabel 7.

Gambar 31. Botol-botol yang dipasang untuk pengambilan

contoh sedimen terlarut pada berbagai TMA. Sumber : Dokumentasi pribadi penulis tahun 2010

Page 66: HUTAN JATI - forda-mof.org · bagian penting dari hasil kajian ini. Dengan mengadopsi aspek lingkungan serta perspektif DAS dalam membedah ... yang semakin berat akibat melemahnya

Tyas Mutiara Basuki Irfan Budi Pramono

47

Tabel 7. Persamaan regresi sedimen (Sediment discharge

rating curve) untuk menghitung sedimen terlarut

No Sub DAS Rating curve

1 Modang Qs = 4,66Q^0,99

2 Cemoro Qs = 1,18Q1,33

3 Kejalen Qs = 0,93Q^1,37

4 Sambong Qs = 4,92Q^0,84

5 Gagakan Qs = 0,86^0,97

Keterangan : Qs = debit sedimen terlarut (kg/detik), Q = debit (m3/detik)

Sumber : Hasil analisis Tim Balai Penelitian Teknologi Pengelolaan DAS, tidak dipublikasikan

Page 67: HUTAN JATI - forda-mof.org · bagian penting dari hasil kajian ini. Dengan mengadopsi aspek lingkungan serta perspektif DAS dalam membedah ... yang semakin berat akibat melemahnya

Hutan Jati Tempat Tumbuh, Hasil Air dan Sedimen

48

Page 68: HUTAN JATI - forda-mof.org · bagian penting dari hasil kajian ini. Dengan mengadopsi aspek lingkungan serta perspektif DAS dalam membedah ... yang semakin berat akibat melemahnya

Tyas Mutiara Basuki Irfan Budi Pramono

49

V. HASIL AIR SUB DAS BERHUTAN JATI

Pengamatan dan pengukuran hasil air suatu

DAS/sub DAS seharusnya dilakukan dalam jangka waktu

panjang guna mengetahui kecenderungan-

kecenderungan yang terjadi ataupun untuk mempelajari

kejadian-kejadian yang ekstrim yang mungkin terjadi

akibat kondisi iklim yang tidak menentu. Namun

demikian berdasarkan kenyataan ada beberapa

penelitian tentang hasil air yang dilakukan secara singkat

karena mungkin terkendala beberapa hal.Berdasarkan

hasil telaah pustaka diketahui bahwa masih sangat jarang

penelitian tentang hasil air dari DAS berhutan jati,

sementara penelitian hasil air dari DAS yang tertutup

hutan alam maupun hutan tanaman lain sudah banyak

dipublikasikan.

5.1. Debit Bulanan dan Tahunan

Seperti yang telah dijelaskan dalam bab III bahwa

curah hujan merupakan input air dalam neraca air DAS,

oleh karena itu parameter ini merupakan salah satu

faktor penting dalam menentukan hasil air DAS. Pada

kondisi yang normal curah hujan yang tinggi di musim

penghujan akan menghasilkan debit yang tinggi juga.

Gambar 32 menunjukkan hasil air yang berupa debit

spesifik bulanan dari lima sub DAS dengan berbagai

luasan hutan jati di KPH Cepu, Kabupaten Blora. Debit

spesifik yang dimaksud adalah debit yang ke luar dari

outlet DAS/sub DAS setelah dibagi luas areal DAS/sub

DAS. Debit spesifik bulanan digunakan untuk

membandingkan hasil air antar sub DAS dan untuk

membandingkan input hujan dengan debit yang

dihasilkan dalam satuan yang sama yaitu mm. Data yang

disajikan merupakan hasil rata-rata pengukuran selama

Page 69: HUTAN JATI - forda-mof.org · bagian penting dari hasil kajian ini. Dengan mengadopsi aspek lingkungan serta perspektif DAS dalam membedah ... yang semakin berat akibat melemahnya

Hutan Jati Tempat Tumbuh, Hasil Air dan Sedimen

50

tahun 2008 sampai dengan 2015. Berdasarkan Gambar 32

tersebut terlihat bahwa curah hujan yang tinggi dijumpai

pada bulan Januari hingga April, dan bulan Desember

menyebabkan kenaikan hasil air rata-rata bulanan pada

bulan yang bersangkutan. Pada bulan Mei curah hujan

yang mulai berkurang hingga bulan September juga

mengakibatkan penurunan hasil air.

Gambar 32. Distribusi curah hujan dan debit spesifik bulanan

pada masing masing sub DAS berhutan jati berdasarkan rata-rata tahun 2008-2015

Sumber : Hasil pengolahan data sendiri

Debit spesifik bulanan terendah terjadi di Sub DAS

Modang (Gambar 32), disisi lain Sub DAS Cemoro

mempunyai debit spesifik terendah kedua setelah Sub

DAS Modang. Kondisi debit spesifik terendah pada kedua

sub DAS tersebut terjadi baik pada musim penghujan

maupun pada musim kemarau. Sebaliknya Sub DAS

Kejalen yang persentase hutannya tertinggi kedua (74 %

jati tua) setelah Sub DAS Modang (82 % jati tua) dan

Cemoro (82 % jati tua) menghasilkan debit spesifik

bulanan yang lebih tinggi daripada sub DAS lain yang

mempunyai persentase luas hutan kurang, yakni Sub DAS

Sambong dan Gagakan. Secara teoritis sub DAS yang

0

100

200

300

400

5000

50

100

150

200

250

300

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Cu

rah

hu

jan

bu

lan

an

(m

m)

De

bit

bu

lan

an

sp

esi

fik

(m

m)

Bulan ke

Curah hujan

Modang, 82 % jati tua

Cemoro, 82% jati tua

Kejalen, 74% jati tua

Sambong, 70% jati tua

Gagakan, 53% jati tua

Page 70: HUTAN JATI - forda-mof.org · bagian penting dari hasil kajian ini. Dengan mengadopsi aspek lingkungan serta perspektif DAS dalam membedah ... yang semakin berat akibat melemahnya

Tyas Mutiara Basuki Irfan Budi Pramono

51

mempunyai areal hutan yang tinggi akan menghasilkan

debit yang kurang dibandingkan dengan Sub DAS dengan

tutupan hutan rendah. Hasil air tahunan rata-rata

tertinggi terjadi di Sub DAS Kejalen sebesar 904

mm/tahun dan terendah Sub DAS Modang hanya 292

mm/tahun.

Sebagai perbandingan terhadap hasil air dari sub

DAS berhutan jati yang diuraikan di atas, Huang, Zhang, &

Gallichand (2003) melakukan evaluasi hasil air di Loess

Plateau di China menggunakan sub DAS berpasangan

dengan menganalisis data dari tahun 1956 sampai dengan

1980. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa penghijauan

80% dari luas sub DAS menurunkan 32% hasil air

dibandingkan dengan sub DAS yang tidak diberi

perlakuan dan dibiarkan ditanami rumput. Hasil analisis

juga menunjukkan adanya pengurangan hasil air tahunan

dengan bertambahnya umur tanaman, disamping

pengurangan puncak banjir secara nyata. Sementara itu

Bi, Liu, Yun, Chen, & Cui (2009) pada tempat yang sama,

yaitu di Loess Plateau, China mendapatkan bahwa

perubahan penutupan lahan dari tahun 1954 hingga 2008

yang meliputi peningkatan luas hutan tanaman dari 0 %

menjadi 40% dan pengurangan lahan terbuka dari 50 %

menjadi 5 % menyebabkan pengurangan aliran sungai

49,6% tiap tahun.

Hasil air yang kurang pada sub DAS dengan

persentase tutupan hutan jati tinggi (Modang dan

Cemoro) dibandingkan dengan sub DAS yang luasan

hutan jati lebih rendah disebabkan antara lain oleh

penggunaan air untuk evapotranspirasi. Pada sub DAS

dengan persentase penutupan hutan lebih tinggi atau

pada areal reboisasi maka kehilangan air melalui

evapotranspirasi juga meningkat (Price, 2011). Lebih jauh

Bruijnzeel (2004) menyatakan bahwa evapotranspirasi

pada hutan dengan tegakan yang tua (mature forest) lebih

Page 71: HUTAN JATI - forda-mof.org · bagian penting dari hasil kajian ini. Dengan mengadopsi aspek lingkungan serta perspektif DAS dalam membedah ... yang semakin berat akibat melemahnya

Hutan Jati Tempat Tumbuh, Hasil Air dan Sedimen

52

tinggi dibandingkan dengan evapotranspirasi dari hutan

yang terdiri dari tegakan muda. Kondisi demikian juga

dijumpai pada Sub DAS Modang dan Cemoro dengan

persentase hutan jati tua sekitar 82% dan jati muda 18%

dari luas sub DAS. Pada sub DAS selain Modang dan

Cemoro, luas hutan jati muda berkisar antara 22 hingga

29% dari luas sub DAS.

Sebagai informasi evapotranspirasi hutan tanaman

jati di Thailand sebesar 977±108 mm/tahun atau

sebanyak 73% dari curah hujan sebesar 1335±256

mm/tahun (Igarashi et al., 2015). Tegakan jati yang diteliti

tersebut ditanam pada tahun 1968, dan penelitian

dilakukan pada tahun 2005 hingga 2012, dengan rata-rata

diameter setinggi dada 22,4 cm pada tahun 2005 dan

kerapatan tegakan 440 pohon/ha (2005) menjadi 433

pohon/ha (Igarashi et al., 2015). Lebih jauh ditemukan

bahwa jika curah hujan <1400 mm/tahun maka

evapotranspirasi naik sejalan dengan kenaikan jumlah

curah hujan, namun jika curah hujan>1400 mm/tahun

maka evapotranspirasi tidak menunjukkan

ketergantungan yang jelas terhadap jumlah curah hujan.

Jika jumlah curah hujan terbatas, maka evapotranspirasi

dikontrol oleh defisit tekanan uap air (vapor pressure

deficit) , indeks luas daun (Leaf Area Index), dan

kondutans stomata (Awotwi et al., 2014; Igarashi et al.,

2015).

Hasil air yang rendah pada DAS dengan tutupan

hutan yang luas juga disebabkan oleh tingginya

kehilangan air melalui intersepsi (Muñoz-Villers &

McDonnell 2013). Intersepsi air hujan oleh tegakan akan

menyebabkan pengurangan jumlah air hujan mencapai

lantai hutan dan akibatnya hasil air dari DAS juga

berkurang (Cheng, Lin, & Lu, 2002). Disamping kebutuhan

untuk evapotranspirasi, intersepsi, kondisi hasil air yang

rendah pada DAS dengan penutupan hutan yang luas

Page 72: HUTAN JATI - forda-mof.org · bagian penting dari hasil kajian ini. Dengan mengadopsi aspek lingkungan serta perspektif DAS dalam membedah ... yang semakin berat akibat melemahnya

Tyas Mutiara Basuki Irfan Budi Pramono

53

disebabkan oleh konsumsi air untuk akumulasi biomasa

tegakan terutama pada vegetasi yang dalam fase

pertumbuhan (Beck et al., 2013; Ellison, Futter, & Bishop,

2012).

5.2. Aliran Rendah dan Fluktuasi Air Tanah

Informasi lain yang dapat diperoleh dari Gambar 33

adalah pola aliran rendah (low flow). Aliran rendah adalah

aliran sungai pada musim kemarau (Smakhtnin, 2001).

Sumber air dari aliran rendah yang utama adalah dari

debit aliran air tanah (ground water discharge)

(Blumstock, Tetzlaff, Malcolm, Nuetzmann, & Soulsby,

2015; Smakhtnin, 2001). Aliran rendah ini sangat penting

dalam ekosistem sungai terutama untuk memelihara

kontinuitas ketersediaan air pada musim kemarau

(Mackay & Marsh, 2012). Jika diperhatikan Gambar 32,

terlihat bahwa aliran rendah yang biasa terjadi pada

bulan Juni sampai dengan September yang tertinggi

dijumpai pada sub DAS Kejalen dengan luas hutan 74%,

diikuti oleh sub DAS Sambong.

Berdasarkan hasil dari telaah pustaka dijumpai

hasil-hasil penelitian yang berbeda tentang hubungan

antara luas hutan dengan aliran rendah. Fahey & Jackson

(1997) di Australia telah melakukan penelitian dengan

membandingan dua sub DAS yang ditanami rumput

tussock dan sub DAS kedua 67% dari tanaman rumput

dikonversi menjadi tanaman pinus. Setelah dilakukan

pengamatan dari tahun 1982 hingga 1989 mereka

mendapatkan bahwa aliran rendah yang kurang pada sub

DAS yang dikonversi menjadi tanaman pinus. Hal tersebut

disebabkan oleh jumlah intersepsi yang tinggi.

Berbeda dengan Fahey & Jackson (1997), hasil

penelitian Price (2011) yang menggunakan 35 sub DAS

dengan ukuran antar 3 sampai dengan 146 km2 dilakukan

di North Caroline, Amerika menunjukkan bahwa luas

Page 73: HUTAN JATI - forda-mof.org · bagian penting dari hasil kajian ini. Dengan mengadopsi aspek lingkungan serta perspektif DAS dalam membedah ... yang semakin berat akibat melemahnya

Hutan Jati Tempat Tumbuh, Hasil Air dan Sedimen

54

hutan berkorelasi positif dengan aliran rendah yang

terjadi pada tahun 2007 maupun 2008 walaupun pada

tahun 2008 terjadi kekeringan. Price (2011) menyatakan

bahwa pada lokasi yang diteliti aliran rendah lebih

dipengaruhi oleh kondisi geomorfologi, terutama

kerapatan drainase, topografi, endapan koluvium, dan

persentase jaringan alur sungai order pertama.

Penelitian pengaruh keberadaan hutan jati

terhadap fluktuasi air tanah telah dilakukan oleh

Pramono & Wahyuningrum (2011) di sub DAS Ngroto, di

Cepu. Penelitian dilakukan pada musim kemarau hingga

awal musim penghujan pada tahun 2009 menggunakan

79 sumur yang ada di sub DAS Ngroto. Hasil yang

diperoleh menunjukkan bahwa fluktuasi air tanah yang

diamati melalui sumur yang ada sangat dipengaruhi oleh

musim dan jarak sumur terhadap hutan jati. Fluktuasi air

tanah terendah terjadi jika jarak antara sumur dengan

hutan jati sekitar 100m, sedangkan fluktuasi tertinggi

dijumpai pada sumur yang berjarak 1000 m dari areal

hutan jati. Koefisien determinasi antara jarak sumur

terhadap hutan jati dengan tingkat fluktuasi air tanah

sebesar 0,74.

5.3. Puncak Banjir dan Koefisien Aliran

Peranan hutan secara umum dalam pengendalian

puncak-puncak debit/banjir telah menjadi perdebatan

yang seru dikalangan ilmuwan. Selama ini masyarakat

umum menganggap bahwa banjir disebabkan terjadinya

pengurangan luas hutan akibat penebangan ataupun

konversi alih penggunaan lahan. Namun kenyataannya,

pada beberapa kejadian menunjukkan meskipun kondisi

hutan masih bagus, banjir tetap saja terjadi. Kondisi

demikian disebabkan faktor yang berpengaruh terhadap

terjadinya banjir bukanlah faktor tunggal yang selama ini

Page 74: HUTAN JATI - forda-mof.org · bagian penting dari hasil kajian ini. Dengan mengadopsi aspek lingkungan serta perspektif DAS dalam membedah ... yang semakin berat akibat melemahnya

Tyas Mutiara Basuki Irfan Budi Pramono

55

dianggap paling berpengaruh, yakni persentase luas

hutan, namun banjir disebabkan oleh beberapa faktor

yang saling berpengaruh satu dengan yang lain. Menurut

Birkinshaw, Bathurst, Iroumé, & Palacios (2011)dan

Dung, Hiraoka, Gomi, Onda, & Kato, (2015), penyebab

terjadinya banjir sangat kompleks. Menurut mereka,

banjir tidak saja dipengaruhi oleh persentase penutupan

hutan dan cara pengelolaanya dalam DAS, tetapi juga

dipengaruhi oleh faktor biofisik lain yaitu pola hujan,

karakteristik tanah, topografi, maupun geologi. Dalam

buku ini puncak-puncak banjir yang dimaksud mengikuti

definisi yang dikemukakan oleh Robinson et al., (2003)

yakni puncak banjir yang tidak selalu menyebabkan

terjadinya luapan aliran sungai.

Debit puncak banjir pada sub DAS berhutan jati

seluas 4,2 km2 yang berumur kurang dari 40 tahun cukup

tinggi yakni 32,5 m3/detik atau 27,8 mm (Hendrayanto,

Arifjaya, Rusdiana, Wasis, 2001). Hasil penelitian tersebut

diperoleh Hendrayanto et al. (2001) di hulu sub DAS

Cijurey, DAS Cibodas yang terletak di KPH Purwakarta.

Alat yang digunakan untuk memantau tinggi muka air

pada penelitian tersebut adalah AWLR dan mencatat data

selama Januari 1999 sampai dengan Desember 2000.

Kondisi tersebut diduga disebabkan oleh kapasitas

infiltrasi yang rendah, intensitas hujan yang tinggi, dan

juga tutupan kanopi hutan yang kurang bagus.

Penambahan areal hutan jati dalam suatu DAS/sub

DAS diharapkan dapat mengurangi terjadinya puncak

banjir, namun demikian seperti yang terjadi pada jenis

hutan yang lain ternyata pada saat curah hujan ekstrim,

peran hutan jati dalam pengendalian puncak-puncak

banjir menjadi berkurang. Hal demikian juga terjadi pada

hutan pinus. Pramono, Gunawan & Budiastuti (2016)

mendapatkan pada hujan tingkat sedang (<70mm/

kejadian hujan), maka hutan pinus dapat mengurangi

Page 75: HUTAN JATI - forda-mof.org · bagian penting dari hasil kajian ini. Dengan mengadopsi aspek lingkungan serta perspektif DAS dalam membedah ... yang semakin berat akibat melemahnya

Hutan Jati Tempat Tumbuh, Hasil Air dan Sedimen

56

puncak banjir, namun pada hujan dengan intensitas tinggi

(>70 mm/kejadian hujan) sub DAS yang arealnya tertutup

95% hutan pinus tidak dapat mengurangi puncak banjir.

Pada sub DAS berhutan jati walaupun luas tutupan hutan

jati yang tergolong tua dengan Kelas Umur (KU) III ke atas

sebanyak 74% dari luas sub DAS ternyata tidak mampu

mengurangi puncak banjir yang disebabkan oleh

ketebalan hujan sebanyak 163 mm/hari (Basuki, Wijaya,

& Adi, 2017).

Puncak banjir spesifik Sub DAS Kejalen berkisar

antara 0,21 sampai dengan 6,90 m3/detik/km2. Untuk Sub

DAS Gagakan puncak banjir spesifik mempunyai kisaran

dari 0,60 sampai dengan 4,75 m3/detik/km2. Pada

umumnya puncak-puncak banjir yang terjadi di sub DAS

Kejalen kurang dibandingkan dengan puncak-puncak

banjir yang terjadi di Sub DAS Gagakan, kecuali pada

hujan-hujan yang ekstrim seperti pada hujan harian

sebanyak 163 mm. Pada hujan harian sebesar 163 mm,

puncak banjir spesifik di sub DAS Kejalen adalah 6,9

m3/detik/km2, sedangkan di Sub DAS Gagakan sebesar 4,7

m3/detik/km2 (Basuki et al., 2017). Menurut Lopez-

Moreno, Begueria, & García-Ruiz (2006) kondisi suatu

DAS yang mayoritas tertutup hutan tetapi mempunyai

debit puncak tinggi kemungkinan disebabkan oleh

kondisi intersepsi tajuk yang sudah jenuh sehingga semua

air hujan jatuh ke lantai hutan. (Bathurst et al., 2011)

menyatakan pada hujan yang sangat deras, hutan

berkurang fungsinya dalam menurunkan puncak debit

atau puncak banjir. Hal demikian terjadi karena pada

curah hujan yang sangat tinggi atau ekstrim, tanah di

bagian hulus DAS menjadi jenuh dan menekan air aliran

ke samping (seepage) untuk semuanya menuju sungai

sehingga terjadi kenaikan debit puncak ataupun terjadi

banjir (Williams, Dowd, & Meyles, 2002).

Page 76: HUTAN JATI - forda-mof.org · bagian penting dari hasil kajian ini. Dengan mengadopsi aspek lingkungan serta perspektif DAS dalam membedah ... yang semakin berat akibat melemahnya

Tyas Mutiara Basuki Irfan Budi Pramono

57

Perbandingan scatter plot antara hujan harian

dengan puncak banjir pada Sub DAS Kejalen dan Gagakan

disajikan dalam Gambar 33. Puncak banjir Sub DAS

Gagakan umumnya lebih tinggi daripada Sub DAS Kejalen.

Gambar 33. Sactter plot antara curah hujan harian dengan

debit puncak Sumber : Basuki et al. (2017)

Gambar 34 menunjukkan beberapa bentuk

hidrograf dari kedua sub DAS tersebut. Berdasarkan

gambar-gambar tersebut terlihat bahwa untuk mencapai

kondisi seperti sebelum terjadi puncak banjir di sub DAS

Gagakan membutuhkan waktu hingga keesokan harinya.

Kondisi demikian disebabkan Sub DAS Gagakan lebih

panjang daripada Sub DAS Kejalen. Pada tanggal 8

Februari 2016, kenaikan puncak banjir yang dimulai pada

jam 14.26 sudah normal kembali pada jam 19.41 di Sub

DAS Kejalen. Di sub DAS Gagakan kenaikan debit pada

tanggal yang sama yang dimulai sejak jam 15.44 baru

kembali normal pada tanggal 9 Februari 2015 pada jam

05.49.

0

2

4

6

8

0 50 100 150 200

De

bit

pu

nca

k (m

3/d

eti

k/k

m2 )

Curah hujan harian (mm)

Kejalen, 74% jati tua

Gagakan, 53% jati tua

Page 77: HUTAN JATI - forda-mof.org · bagian penting dari hasil kajian ini. Dengan mengadopsi aspek lingkungan serta perspektif DAS dalam membedah ... yang semakin berat akibat melemahnya

Hutan Jati Tempat Tumbuh, Hasil Air dan Sedimen

58

Gambar 34. Beberapa bentuk hidrograf aliran pada sub DAS Kejalen dan Gagakan

Sumber : Modifikai dari Basuki et al. (2017)

0

2

4

6

8

14

:26

:01

14

:41

:01

14

:56

:01

15

:11

:01

15

:26

:01

15

:41

:01

15

:56

:01

16

:11

:01

16

:26

:01

16

:41

:01

16

:56

:01

17

:11

:01

17

:26

:01

17

:41

:01

17

:56

:01

18

:11

:01

18

:26

:01

18

:41

:01

18

:56

:01

19

:11

:01

19

:26

:01

19

:41

:01

Pu

nca

k b

anjir

sp

esi

fik

(m3/d

eti

k/km

2)

Waktu

Kejalen, 74% jati tua

8 Pebruari 2015Hujan 80 mm/hari

0

2

4

6

8

15

:44

:18

16

:24

:18

17

:04

:18

17

:44

:18

18

:24

:18

19

:04

:18

19

:44

:18

20

:24

:18

21

:04

:18

21

:44

:18

22

:24

:18

23

:04

:18

23

:44

:18

0:2

4:1

8

1:0

4:1

8

1:4

4:1

8

2:2

4:1

8

3:0

4:1

8

3:4

4:1

8

4:2

4:1

8

5:0

4:1

8

5:4

4:1

8

Pu

nca

k b

anjir

sp

esi

fik

(m3/d

eti

k/km

2)

Waktu

Gagakan, 53% jati tua8-9 Pebruari 2015Hujan 80 mm/hari

0

2

4

6

8

15

:34

:53

16

:09

:53

16

:44

:53

17

:19

:53

17

:54

:53

18

:29

:53

19

:04

:53

19

:39

:53

20

:14

:53

20

:49

:53

21

:24

:53

21

:59

:53

22

:34

:53

23

:09

:53

23

:44

:53

0:1

9:5

3

0:5

4:5

3

1:2

9:5

3

2:0

4:5

3

2:3

9:5

3

3:1

4:5

3

Pu

nca

k b

anjir

sp

esi

fik

(m3 /

de

tik/

km2 )

Waktu

Kejalen, 74% jati tua14-15 Desember 2015

Hujan 163 mm/hari

0

2

4

6

8

15

:49

:53

16

:34

:53

17

:19

:53

18

:04

:53

18

:49

:53

19

:34

:53

20

:19

:53

21

:04

:53

21

:49

:53

22

:34

:53

23

:19

:53

0:0

4:5

3

0:4

9:5

3

1:3

4:5

3

2:1

9:5

3

3:0

4:5

3

3:4

9:5

3

4:3

4:5

3

5:1

9:5

3

6:0

4:5

3

6:4

9:5

3

Pu

nca

k b

anjir

sp

esi

fik

(m3 /

de

tik/

km2 )

Waktu

Gagakan, 53% jati tua14-15 Desember 2015

Hujan 163 mm/hari

Page 78: HUTAN JATI - forda-mof.org · bagian penting dari hasil kajian ini. Dengan mengadopsi aspek lingkungan serta perspektif DAS dalam membedah ... yang semakin berat akibat melemahnya

Tyas Mutiara Basuki Irfan Budi Pramono

59

5.4. Koefisien aliran

Koefisien aliran atau runoff coefficient (C)

merupakan perbandingan antara air hujan yang jatuh dan

langsung menjadi limpasan permukaan dan jumlah hujan

yang turun per kejadian hujan (Fang et al., 2012; Merz,

2006). Koefisien aliran pada satu kejadian hujan (event

runoff coefficient) merupakan variabel penting dalam

konsep hidrologi (Merz, 2006). Data koefisien aliran

selama Maret 2015 sampai dengan April 2016

diilustrasikan dalam Gambar 35.

Pada setiap kejadian peningkatan debit aliran

sungai terlihat nilai C dari Sub DAS Gagakan lebih tinggi

daripada nilai C pada Sub DAS Kejalen. Hanya pada

beberapa kejadian hujan tertentu C pada Sub DAS

Gagakan kurang dibandingkan dengan Sub DAS Kejalen,

seperti yang terjadi pada tanggal 14-15 Desember 2015.

Nilai C yang lebih tinggi pada kondisi hujan yang ekstrim

disebabkan tanah di bawah tegakan dan lantai hutan

sudah sangat jenuh air sehingga tidak dapat menampung

air hujan yang jatuh. Dilain pihak, di Sub DAS Gagakan

terdapat penggunaan lahan sawah yang bentuknya

merupakan cekungan dapat menampung air hujan

sebelum dialirkan ke tempat yang lebih rendah lagi atau

ke anak-anak sungai yang selanjutnya masuk ke sungai

utama. Nilai C Sub DAS Kejalen bervariasi dari 3 hingga 60

% dengan rata-rata 20%. Untuk sub DAS Gagakan nilai C

terendah 6 hingga 77%, dengan rata-rata 37,5%.

Page 79: HUTAN JATI - forda-mof.org · bagian penting dari hasil kajian ini. Dengan mengadopsi aspek lingkungan serta perspektif DAS dalam membedah ... yang semakin berat akibat melemahnya

Hutan Jati Tempat Tumbuh, Hasil Air dan Sedimen

60

Gambar 35. Koefisien aliran langsung dari Januari 2015 sampai dengan Mei 2016

Sumber : Pengolahan data primer

Pada hujan yang terjadi pada tanggal 14-15

Desember 2015 tersebut, aliran langsung pada sub DAS

Kejalen sebesar 50 mm, sedangkan pada sub DAS Gagakan

hanya sebesar 36.6 mm. Sebagai perbandingan adalah

hasil penelitian yang dilakukan oleh Sriwongsitanon &

Taesombat (2011) yang menganalisis data dari tahun

1988 hingga 2005 dari 11 sub DAS di Thailand.

Sriwongsitanon & Taesombat (2011) mendapatkan

bahwa 2 dari 11 sub DAS yang diteliti menunjukkan

kenaikan koefisien aliran langsung dengan peningkatan

luas penutupan hutan dan sebaliknyapenurunan

koefisien aliran langsung dengan kenaikan persentase

luas areal pertanian dan hutan yang rusak. Hal yang tidak

lazim ini mungkin disebabkan oleh perbedaan

karakteristik DAS yang diteliti selain faktor penutupan

lahan.

Selain berpengaruh terhadap koefisien aliran

sesaat, persentase penutupan hutan jati juga berpengaruh

terhadap Koefisien Aliran Tahunan (KAT). Supangat,

Sukresno, & Priyono (2002) mendapatkan bahwa pada

Sub DAS Modang yang hampir semua arealnya tertutup

0

0,2

0,4

0,6

0,8

1K

oe

fisi

en

alir

an

Kejalen, 74% jati tua Gagakan, 53% jati tua

Page 80: HUTAN JATI - forda-mof.org · bagian penting dari hasil kajian ini. Dengan mengadopsi aspek lingkungan serta perspektif DAS dalam membedah ... yang semakin berat akibat melemahnya

Tyas Mutiara Basuki Irfan Budi Pramono

61

hutan jati mempunyai nilai KAT 0,26 dan Sub DAS

Grojogan yang 18% arealnya tertutup hutan rakyat jati

nilai KAT sebesar 0,34.

Page 81: HUTAN JATI - forda-mof.org · bagian penting dari hasil kajian ini. Dengan mengadopsi aspek lingkungan serta perspektif DAS dalam membedah ... yang semakin berat akibat melemahnya

Hutan Jati Tempat Tumbuh, Hasil Air dan Sedimen

62

Page 82: HUTAN JATI - forda-mof.org · bagian penting dari hasil kajian ini. Dengan mengadopsi aspek lingkungan serta perspektif DAS dalam membedah ... yang semakin berat akibat melemahnya

Tyas Mutiara Basuki Irfan Budi Pramono

63

VI. SEDIMEN TERLARUT SUB DAS

BERHUTAN JATI

6.1 Sumber-sumber Sedimen

Erosi dan sedimentasi merupakan dua proses yang

saling terkait satu dengan yang lainnya (Feng et al., 2010;

Defersha & Melesse, 2012). Erosi tanah baik berupa erosi

permukaan, erosi parit, erosi jurang maupun erosi tebing

sungai yang materialnya terbawa oleh limpasan

permukaan menuju ke sungai merupakan sumber muatan

sedimen (Diodato et al., 2014). Erosi merupakan

peristiwa pengikisan lapisan tanah oleh tenaga atau

energi yang dihasilkan oleh butiran air hujan yang jatuh

dan mengenai permukaan tanah yang terbuka. Jika

permukaan tanah banyak terdapat seresah ataupun

tumbuhan bawah maka energi perusak yang dihasilkan

oleh butiran air hujan yang jatuh akan berkurang dan

dapat mengurangi jumlah tanah yang tererosi. Erosi tanah

merupakan kerusakan yang bersifat setempat (on-site) di

bagian atas suatu sub DAS/DAS (Nu-Fang, Zhi-Hua, Lu, &

Cheng, 2011), selain itu juga terjadi kerusakan bagian

bawah atau hilir akibat erosi, yaitu berupa terjadinya

sedimentasi di bagian hilir atau off-site (Shi et al., 2013).

Pada areal hutan yang mempunyai strata tajuk, energi

perusak butiran air hujan juga dapat dikurangi. Akan

tetapi jika hutan tidak mempunyai strata tajuk dan juga

hanya dijumpai sedikit seresah maka air hujan yang jatuh

dari tegakan-tegakan hutan yang tinggi secara langsung

mengenai permukaan tanah dan masih mempunyai

energi perusak agregat tanah yang mengakibatkan erosi.

Beberapa peneliti sudah melakukan pengukuran

erosi di bawah hutan jati, dan disinyalir erosi yang terjadi

di hutan jati cukup tinggi. Hal demikian disebabkan hutan

Page 83: HUTAN JATI - forda-mof.org · bagian penting dari hasil kajian ini. Dengan mengadopsi aspek lingkungan serta perspektif DAS dalam membedah ... yang semakin berat akibat melemahnya

Hutan Jati Tempat Tumbuh, Hasil Air dan Sedimen

64

jati pada musim kemarau menggugurkan daunnya dan

pada waktu awal musim hujan tajuk tegakan belum

rimbun menyebabkan butiran hujan langsung jatuh ke

atas permukaan tanah dan merusak agregat tanah. Dalam

kaitan dengan erosi di bawah tegakan jati, terjadi variasi

terhadap hasil pengukuran tanah yang hilang. Fernández-

moya et al. (2014) menyatakan bahwa erosi di bawah

tegakan jati selama 14 bulan hanya 6,7 ton/ha pada hutan

jati tua dan 7,2 ton/ha di bawah tegakan jati muda.

Penelitian tersebut dilakukan pada lahan berhutan jati

dengan kemiringan lereng 30 sampai 60% di Guanacaste,

Costa Rica. Dua puluh tahun sebelum Fernández-moya et

al. (2014) melakukan kegiatan penelitian tersebut, pada

lokasi yang sama Acre and Avarado dalam Fernández-

moya et al. (2014) juga mengukur erosi dan mendapatkan

jumlah tanah tererosi yang jauh lebih banyak daripada

hasil pengukuran Fernández-moya et al.(2014), yakni

sebesar 162 sampai 190 ton/ha/tahun di bawah tegakan

jati yang sedang umurnya. Menurut Fernández-moya et

al.(2014), kondisi tersebut disebabkan perbedaan

managemen yang diterapkan yakni yang berkaitan

dengan tumbuhan bawah. Pada saat penelitian Acre dan

Avarado, kondisi lantai hutan bersih tanpa penutup tanah,

sedangkan pada saat penelitian yang dilakukan oleh

Fernández-moya et al.(2014) lantai hutan tertutup

tumbuhan bawah.

Kondisi tersebut juga dijumpai oleh Ribolzi et al.

(2017) dalam penelitiannya di Laos yang mengukur

peningkatan sedimen pada DAS yang penggunaan

lahannya berubah dari sistim perladangan dengan

tanaman semusim yang dapat menutup permukaan tanah

menjadi tegakan jati yang lantai hutannya terbuka akibat

pembakaran. Berdasarkan data dari tahun 2002 hingga

2014 diperoleh peningkatan limpasan permukaan 16

menjadi 31% dan mengakibatkan peningkatan

Page 84: HUTAN JATI - forda-mof.org · bagian penting dari hasil kajian ini. Dengan mengadopsi aspek lingkungan serta perspektif DAS dalam membedah ... yang semakin berat akibat melemahnya

Tyas Mutiara Basuki Irfan Budi Pramono

65

kandungan sedimen dari 68 menjadi 609 ton/km2 yang

disebabkan energi kinetik air yang jatuh dari tajuk, tidak

adanya tumbuhan bawah, dan terbentuknya pengerasan

tanah sehingga terjadi penurunan infiltrasi (Ribolzi et al.,

2017).

Kondisi hutan jati dimusim kemarau yang

menggugurkan daunnya dan dengan sifat tanah yang jika

basah mengembang menyebabkan agregat tanah rusak

jika terjadi hujan. Jika hujan jatuh pada lahan berlereng

dan kurang vegetasi penutup tanah maka terjadi benturan

air hujan pada agregat tanah dan pecahan agregat tanah

menjadi lumpur. Tanah yang sudah terdispersi akibat

hujan tersebut akan terbawa limpasan permukaan dan

menuju ke sungai sebagai sedimen terlarut. Hal demikian

juga dijumpai oleh Coster (1938) dalam Supangat et. al.

(2014) ketika penelitian di Kabupaten Rembang. Dalam

penelitianya, Coster (1938) dalam Supangat et.al., (2014)

menjumpai adanya peningkatan limpasan permukaan

pada lantai hutan jati pada awal musim penghujan akibat

tegakan jati yang masih gundul dan permukaan lantai

hutan tidak tertutup seresah. Supangat et.al. (2014) dari

hasil penelitiannya di KPH Cepu, Kabupaten Blora, Jawa

Tengah menyatakan bahwa erosi di bawah tegakan jati

menurun dengan semakin meningkatnya umur tegakan.

Di bawah tegakan jati kelas umur (KU) I erosi sebesar 5,55

ton/ha/tahun, dan pada KU V-VIII erosi yang terjadi

hanya sebesar 1,76 ton/ha/tahun. Jika KU V dijarangi

erosi meningkat erosi tanah menjadi 9,6 ton/ha/tahun.

Sumber erosi tanah penyebab peningkatan sedimen

terlarut dalam suatu DAS dapat juga berasal dari hutan

jati yang masih muda yang tajuknya belum saling

menutup antara tegakan yang satu dengan yang lainnya

seperti pada Gambar 36. Tegakan jati yang

ditumpangsarikan dengan tanaman semusim seperti yang

diperlihatkan dalam Gambar 37 juga merupakan sumber

Page 85: HUTAN JATI - forda-mof.org · bagian penting dari hasil kajian ini. Dengan mengadopsi aspek lingkungan serta perspektif DAS dalam membedah ... yang semakin berat akibat melemahnya

Hutan Jati Tempat Tumbuh, Hasil Air dan Sedimen

66

erosi. Sumber sedimen juga dapat berasal dari erosi tanah

pada tampingan teras pada sistem tumpangsari jati

dengan tanaman semusim. Gambar 38 memperlihatkan

tampingan teras yang tidak diperkuat dengan rumput

ataupun batu yang dapat runtuh akibat hujan deras. Selain

itu juga pada hutan jati yang terbakar sehingga

permukaan tanah tidak tertutup tumbuhan bawah seperti

Gambar 39.

Gambar 36. Erosi di bawah hutan jati muda

di Kab. Bojonegoro Sumber : Dokumentasi pribadi penulis tahun 2014

Gambar 37. Erosi tanah pada tumpangsari jati dengan

tanaman semusim pada lahan miring Sumber : Dokumentasi pribadi tahun 2014

Page 86: HUTAN JATI - forda-mof.org · bagian penting dari hasil kajian ini. Dengan mengadopsi aspek lingkungan serta perspektif DAS dalam membedah ... yang semakin berat akibat melemahnya

Tyas Mutiara Basuki Irfan Budi Pramono

67

Gambar 38. Tampingan teras pada sistem tumpangsari jati

dengan tanaman semusim yang tidak diperkuat menyebabkan erosi

Sumber : Dokumentasi pribadi penulis tahun 2014

Gambar 39. Tampingan teras tidak ada penguat dan tumbuhan

bawah terbakar pemicu erosi tanah jika turun hujan

Sumber : Dokumentasi pribadi penulis tahun 2011

Walaupun terlihat hutan jati yang rimbun terutama

jika dilihat dari atas atau dengan citra satelit, namun jika

diamati di bagian bawah terlihat tanah tidak tertutup

Page 87: HUTAN JATI - forda-mof.org · bagian penting dari hasil kajian ini. Dengan mengadopsi aspek lingkungan serta perspektif DAS dalam membedah ... yang semakin berat akibat melemahnya

Hutan Jati Tempat Tumbuh, Hasil Air dan Sedimen

68

tumbuhan bawah (Gambar 40). Kondisi demikian akan

menyebabkan terjadi erosi bila turun hujan. Pada Gambar

41 terlihat longsoran tanah yang dapat menjadi sumber

sedimen jika tanah terbawa limpasan permukaan hingga

ke badan sungai. Erosi tebing sungai juga dijumpai pada

areal hutan jati di KPH Cepu seperti yang terlihat dalam

Gambar 42.

Gambar 40. Hutan tanaman jati dengan tajuk rimbun namun

lantai hutan tidak tertutup tumbuhan bawah (a) dan (b) di Kab. Ponorogo

Sumber : Dokumentasi pribadi penulis tahun 2014

Page 88: HUTAN JATI - forda-mof.org · bagian penting dari hasil kajian ini. Dengan mengadopsi aspek lingkungan serta perspektif DAS dalam membedah ... yang semakin berat akibat melemahnya

Tyas Mutiara Basuki Irfan Budi Pramono

69

Gambar 41. Tanah longsor pada tebing di areal hutan jati

Sumber : Dokumentasi pribadi penulis tahun 2014

Gambar 42. Erosi tebing sungai yang merupakan sumber dari

sedimen terlarut Sumber : Dokumentasi pribadi penulis tahun 2017

6.2. Sedimen Terlarut pada Sub DAS Berhutan

Jati

Sedimen terlarut dalam air sungai berpengaruh

terhadap kualitas lingkungan perairan. Peningkatan

konsentrasi sedimen menyebabkan terganggunya

kehidupan biota air, menghalangi penetrasi cahaya, dan

merupakan agen transportasi dari polutan organik, logam

berat, maupun hara (Russell, Walling, & Hodgkinson,

2001) serta penurunan produktivitas perikanan di sekitar

Page 89: HUTAN JATI - forda-mof.org · bagian penting dari hasil kajian ini. Dengan mengadopsi aspek lingkungan serta perspektif DAS dalam membedah ... yang semakin berat akibat melemahnya

Hutan Jati Tempat Tumbuh, Hasil Air dan Sedimen

70

pesisir (Paryono, Damar, A., Susilo, Dahuri, & Suseno,

2017). Sedimentasi juga akan meningkatkan potensi

banjir, pengurangan kapasitas penyimpanan air dalam

waduk yang berarti juga pengurangan umur harapan

waduk (Nu-Fang et al., 2011) dan yang akan

menyebabkan kerugian secara ekonomi (Brosinsky,

Brosinsky, Foerster, & Segl, 2015).

Basuki (2017) telah melakukan penelitian pada

lima sub DAS yang ditanami berbagai persentase jati tua

yang dilakukan di Kabupaten Blora. Kelima sub DAS

beserta persentase penutupan hutan jati tua (KU III

sampai V) adalah Sub DAS Modang, Cemoro, Kejalen,

Sambong, dan Gagakan dengan persentase hutan jati tua

masing-masing secara berurutan adalah 82, 82, 74, 70,

dan 53 %. Walaupun aliran sungai di Sub DAS Modang dan

Cemoro juga mengandung sedimen, akan tetapi hasil rata-

rata sedimen terlarut bulanan antar 5 Sub DAS yang

diteliti menunjukkan nilai terendah terjadi pada Sub DAS

Modang dan disusul Sub DAS Cemoro seperti yang terlihat

dalam Gambar 44. Pada bulan November dan Desember

kandungan sedimen meningkat tajam dibandingkan

dengan bulan September - Oktober karena pada bulan

November ataupun Desember merupakan awal musim

penghujan. Sebelum turun hujan tanah yang bersifat

mengembang dan mengkerut banyak mempunyai

rekahan, pada waktu turun hujan tanah tersebut

terdispersi dan hanyut terbawa limpasan permukaan

menuju ke badan-badan sungai sebagai sedimen terlarut.

Disamping itu, masyarakat petani juga mulai mengolah

tanah untuk ditanami sehingga menambah pasokan tanah

yang hanyut ke badan sungai. Pada bulan-bulan Januari

hingga April sedimen terlarut juga tinggi karena curah

hujan pada bulan-bulan tersebut juga tinggi dan kondisi

tanah juga sudah mulai jenuh air sehingga air hujan yang

Page 90: HUTAN JATI - forda-mof.org · bagian penting dari hasil kajian ini. Dengan mengadopsi aspek lingkungan serta perspektif DAS dalam membedah ... yang semakin berat akibat melemahnya

Tyas Mutiara Basuki Irfan Budi Pramono

71

jatuh banyak yang menjadi aliran langsung yang

membawa tanah hasil erosi.

Jika diperhatikan Gambar 43 dan 44 maka terlihat

bahwa Sub DAS Sambong dengan persentase luas hutan

jati tua 70% mempunyai tingkat sedimen tertinggi

dibandingkan Sub DAS Gagakan yang mempunyai

persentase luas hutan jati yang lebih rendah yaitu 53%.

Hal ini disebabkan kandungan sedimen terlarut dalam

aliran sungai tidak hanya dipengaruhi oleh persentase

luasan hutan saja namun juga dipengaruhi parameter lain

yang saling berinteraksi. Yeshaneh, Eder, & Blöschl

(2014) menyatakan bahwa transportasi hasil erosi ke

badan sungai dipengaruhi beberapa faktor yaitu variasi

iklim, penggunaan lahan, topografi, jenis tanah, dan

kondisi drainase, serta panjang DAS.

Gambar 43. Rata-rata sedimen terlarut pada kelima sub DAS

yang diteliti berdasarkan data tahun 2008 -2015 Sumber : Modifikasi dari Basuki, 2017

0

200

400

6000

3

6

9

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Juli Ags Sep Okt Nov Des

Rata

-rata

cu

rah

hu

jan

(m

m)

Rata

-rata

sed

imen

ter

laru

t (t

on

/ha/b

ula

n)

Curah hujan Modang, jati tua 82% Cemoro, jati tua 82%

Kejalen, jati tua 74% Sambong, jati tua 70% Gagakan, jati tua 53%

Page 91: HUTAN JATI - forda-mof.org · bagian penting dari hasil kajian ini. Dengan mengadopsi aspek lingkungan serta perspektif DAS dalam membedah ... yang semakin berat akibat melemahnya

Hutan Jati Tempat Tumbuh, Hasil Air dan Sedimen

72

Gambar 44. Sedimen terlarut tahunan

Sumber : Modifikasi dari Basuki (2017)

Hal lain yang perlu mendapat perhatian dari hasil

pengamatan di lapangan adalah bahwa Sub DAS Modang

dan Cemoro yang hampir semua arealnya tertutup oleh

hutan jati aliran sungainya masih mengandung sedimen

terlarut. Jika terjadi hujan, air yang mengalir melalui

outlet kedua sub DAS tersebut terlihat keruh seperti hujan

yang terjadi pada tanggal 9 Nopember 2016. Kondisi Sub

DAS Modang sebelum hujan, air sungai masih jernih

(Gambar 45a) dan setelah hujan air sungai keruh (45b dan

c). Hal demikian juga terjadi pada Sub DAS Cemoro seperti

yang diperlihatkan dalam Gambar 46a dan b.

Kekeruhan aliran sungai tersebut disebabkan

terjadinya erosi pada lahan-lahan di atasnya. Pada hutan

jati kanopi tegakan tidak saling menutup rapat satu

dengan yang lain dan lantai hutan juga tidak tertutup

rapat oleh seresah ataupun tumbuhan bawah sehingga

jika terjadi hujan deras maka erosi tetap terjadi walaupun

pada sub DAS yang persentase luas hutannya tinggi.

Kondisi tersebut juga dijumpai oleh Ribolzi et al. (2017)

dalam penelitiannya di Laos yang mengukur peningkatan

0

1000

2000

3000

40000

50

100

150

2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015

Cu

rah

hu

jan

(m

m)

Sed

imen

ter

laru

t (t

on

/ha

/ta

hu

n)

Tahun

Curah hujan Modang, jati tua 82% Cemoro, jati tua 82%

Kejalen, jati tua 74% Sambong, jati tua 70% Gagakan, jati tua 53%

Page 92: HUTAN JATI - forda-mof.org · bagian penting dari hasil kajian ini. Dengan mengadopsi aspek lingkungan serta perspektif DAS dalam membedah ... yang semakin berat akibat melemahnya

Tyas Mutiara Basuki Irfan Budi Pramono

73

sedimen pada DAS yang penggunaan lahannya berubah

dari sistim perladangan dengan tanaman semusim yang

dapat menutup permukaan tanah menjadi tegakan jati

yang lantai hutannya terbuka akibat pembakaran.

Berdasarkan data dari tahun 2002 hingga 2014 diperoleh

peningkatan limpasan permukaan 16 menjadi 31% dan

mengakibatkan peningkatan kandungan sedimen dari 68

menjadi 609 ton/km2 yang disebabkan energi kinetik air

yang jatuh dari tajuk, tidak adanya tumbuhan bawah, dan

terbentuknya pengerasan tanah sehingga terjadi

penurunan infiltrasi Ribolzi et al. (2017).

Page 93: HUTAN JATI - forda-mof.org · bagian penting dari hasil kajian ini. Dengan mengadopsi aspek lingkungan serta perspektif DAS dalam membedah ... yang semakin berat akibat melemahnya

Hutan Jati Tempat Tumbuh, Hasil Air dan Sedimen

74

Gambar 45. Kondisi air pada outlet sub DAS Modang pada

tanggal 9 Nopember 2016, sebelum terjadi hujan

(a) setelah hujan air sungai keruh (b dan c)

Sumber : Dokumentasi pribadi penulis tahun 2016

Page 94: HUTAN JATI - forda-mof.org · bagian penting dari hasil kajian ini. Dengan mengadopsi aspek lingkungan serta perspektif DAS dalam membedah ... yang semakin berat akibat melemahnya

Tyas Mutiara Basuki Irfan Budi Pramono

75

Gambar 46. Kondisi air pada outlet sub DAS Cemoro pada

tanggal 9 Nopember 2016, sebelum terjadi hujan

(a) setelah hujan air sungai keruh (b)

Sumber : Dokumentasi pribadi penulis tahun 2016

Page 95: HUTAN JATI - forda-mof.org · bagian penting dari hasil kajian ini. Dengan mengadopsi aspek lingkungan serta perspektif DAS dalam membedah ... yang semakin berat akibat melemahnya

Hutan Jati Tempat Tumbuh, Hasil Air dan Sedimen

76

6.3. Hubungan Sedimen dengan Curah Hujan

Curah hujan yang jatuh di atas permukaan tanah

dan menjadi limpasan permukaan merupakan media

transportasi yang membawa material hasil erosi berupa

tanah ke tempat-tempat yang lebih rendah dan terus

menuju ke sungai. Oleh karena itu curah hujan merupakan

salah satu penentu kandungan sedimen dalam air sungai.

Hubungan antara curah hujan dan sedimen telah lama

diteliti oleh Langbein dan Schumm (1958) dalam Diodato

et al. (2014). Dalam penelitian tersebut mereka

mendapatkan bahwa energi yang tersedia untuk erosi dan

transportasi tanah hasil erosi ke sungai berkorelasi positif

untuk curah hujan efektif tahunan hingga 300 mm.

Walaupun curah hujan merupakan salah satu penentu

kandungan sedimen dalam aliran sungai, namun

pengaruhnya sangat bervariasi tergantung karakteristik

hujan yang turun, baik intensitas dan jumlah hujan,

distribusi spasial dan temporal (Fang et al., 2012).

Data curah hujan dan sedimen terlarut yang

diperoleh dari hasil penelitian Basuki (2017) dibuat

regresi dan hasilnya disajikan dalam Gambar 47.

Hubungan antara curah hujan dengan sedimen pada sub

DAS- Sub DAS yang diteliti yang dicerminkan dari nilai

koefisien determinasi. Koefisien determinasi antara curah

hujan dengan sedimen 0, 35 dijumpai di berkisar antara

Sub DAS Cemoro sampai dengan 0,62 yang terjadi di Sub

DAS Sambong. Data yang digunakan merupakan rata-rata

dari tahun 2008 hingga 2015 yang terdapat pada masing-

masing sub DAS yang diteliti.

Page 96: HUTAN JATI - forda-mof.org · bagian penting dari hasil kajian ini. Dengan mengadopsi aspek lingkungan serta perspektif DAS dalam membedah ... yang semakin berat akibat melemahnya

Tyas Mutiara Basuki Irfan Budi Pramono

77

Gambar 47. Hubungan curah hujan rata-rata bulanan dengan

sedimen rata-rata bulanan

Sumber : Hasil analisis data primer

6.4. Pencegahan dan Penanggulangan Sedimen

Pencegahan ataupun penanggulan sedimen

terlarut penting dilakukan mengingat kerugian langsung

atau tidak langsung dari keberadaan sedimen dalam air.

Oleh karena itu upaya untuk mencegah terjadinya

sedimentasi ataupun untuk menangulangi peningkatan

sedimen terlarut dalam badan sungai menurut Russell et

al., (2001) perlu dilakukan beberapa langkah yaitu

mencari sumber atau lokasi erosi, mempelajari sifat erosi

dan dilanjutkan dengan penerapan metode konservasi

tanah dan air yang sesuai dengan kondisi biofisik

setempat. Alemayehu et al. (2009) menyarankan

pengurangan erosi-sedimentasi dengan penerapan

pengelolaan DAS secara terintegrasi melalui penerapan

y = 0,405e0,004x

R² = 0,426

0

2

4

6

8

0 50 100 150 200 250 300

Sed

ime

n (t

on

/ha)

Curah hujan bulanan (mm)

Modang, 82% hutan jati tua

y = 0,257e0,007x

R² = 0,501

0

2

4

6

8

0 50 100 150 200 250 300

Sed

ime

n (t

on

/ha)

Curah hujan bulanan (mm)

Cemoro, 82% hutan jati tua

y = 0,597e0,005x

R² = 0,355

0

2

4

6

8

0 50 100 150 200 250 300

Sed

ime

n (t

on

/ha)

Curah hujan bulanan (mm)

Kejalen, 74% hutan jati tuay = 0,614e0,007x

R² = 0,524

0

2

4

6

8

0 50 100 150 200 250 300

Sed

ime

n (t

on

/ha)

Curah hujan bulanan (mm)

Gagakan, 82% hutan jati tua

y = 1,691e0,006x

R² = 0,620

0

2

4

6

8

0 50 100 150 200 250 300

Sed

ime

n (t

on

/ha)

Curah hujan bulanan (mm)

Sambong, 70% hutan jati tua

Page 97: HUTAN JATI - forda-mof.org · bagian penting dari hasil kajian ini. Dengan mengadopsi aspek lingkungan serta perspektif DAS dalam membedah ... yang semakin berat akibat melemahnya

Hutan Jati Tempat Tumbuh, Hasil Air dan Sedimen

78

stabilisasi erosi jurang, erosi tebing sungai dan

rehabilitasi lahan terdegradasi.

Prinsip memasukkan air hujan yang jatuh ke dalam

tanah sebanyak-banyaknya perlu diterapkan tidak hanya

untuk mencegah agar air hujan terbuang sia-sia atau

mengalir langsung ke laut ataupun mencegah banjir,

namun juga agar air hujan tersimpan dalam tanah yang

dapat dialirkan pada waktu musim kemarau.

Memasukkan air hujan ke dalam tanah berarti juga

mengurangi erosi dan juga mengurangi sedimen.

Dalam kaitan dengan konservasi tanah dan air untuk

mengurangi atau menangulangi sedimen dan kebakaran

pada musim kemarau terutama pada lantai hutan

beberapa langkah pencegahan atau penanggulangan

antara lain sebagai berikut:

1. Penanaman tanaman penutup tanah jenis legum yang

tahan naungan. Fungsi legum tersebut selain

menutup tanah dari pukulan energi kinetik air hujan

juga untuk melembabkan tanah. Legum juga dapat

berfungsi penyumbang bahan organik tanah untuk

menstimulasi agregasi tanah agar lebih stabil.

Triwilaida dan Sukresno (1997) telah melakukan

penelitian tentang peranan rumput vertiver yang

dikombinasikan dengan legum penutp tanah

Centrosema pubescens di areal hutan tanaman jati di

KPH Cepu. Hasil penelitian tersebut menunjukkan

adanya pengurangan limpasan permukaan dan erosi

di bawah tegakan jati.

2. Penguatan tampingan teras dengan batu yang ada di

sekitar lokasi atau rumput pada lahan-lahan tumpang

sari jati dengan tanaman semusim diperlukan agar

teras tidak runtuh saat terjadi hujan dengan

intensitas tinggi. Contoh penguat teras pada areal

tumpangsari jati dengan tanaman semusim disajikan

dalam Gambar 48.

Page 98: HUTAN JATI - forda-mof.org · bagian penting dari hasil kajian ini. Dengan mengadopsi aspek lingkungan serta perspektif DAS dalam membedah ... yang semakin berat akibat melemahnya

Tyas Mutiara Basuki Irfan Budi Pramono

79

Gambar 48. Contoh tampingan teras yang diperkuat dengan

batu yang banyak dijumpai di sekitar tegakan jati

untuk mencegah erosi

Sumber : Dokumentasi pribadi penulis tahun 2011

3. Penerapan sekat bakar baik yang vegetatif maupun

yang struktural seperti pembuatan selokan-selokan

sangat dianjurkan untuk mencegah penyebaran

kebakaran yang sering terjadi pada waktu musim

kemarau. Kebakaran akan menghilangkan bahan

organik yang diperlukan untuk stabilisasi agregat

tanah agar tidak mudah tererosi (Basuki, 2017).

4. Stabilisasi tebing-tebing sungai yang potensial

terjadi erosi dengan metode vegetatif maupun sipil

teknis (Basuki, 2017). Sukresno, Supangat, & Putra

(2005) dalam penelitiannya di BKPH Pasar Sore,

KPH Cepu telah menunjukkan pentingnya perapan

pengendali jurang kecil dan dam kecil untuk

mencegah hasil erosi masuk ke badan sungai

sebagai sedimen.

Page 99: HUTAN JATI - forda-mof.org · bagian penting dari hasil kajian ini. Dengan mengadopsi aspek lingkungan serta perspektif DAS dalam membedah ... yang semakin berat akibat melemahnya

Hutan Jati Tempat Tumbuh, Hasil Air dan Sedimen

80

5. Stabilisasi lereng untuk mencegah erosi tebing dan

longsor, baik dengan metode vegetatif maupun sipil

teknis (Basuki, 2017).

6. Pengamanan daerah sempadan sungai. Kawasan

Perlindungan Setempat (KPS) dalam hal ini daerah

sempadan sungai diperlukan guna mengurangi

dampak terjadinya erosi sebagai sumber sedimen

terlarut. Penanaman tegakan yang kayunya tidak

dipanen dan penanaman jenis-jenis MPTS (Multi

Purpose Tree Species) diharapkan dapat

mengurangi kerusakan di wilayah sempadan sungai

(Riyanto, Harjadi, & Nugroho, 2013).

Page 100: HUTAN JATI - forda-mof.org · bagian penting dari hasil kajian ini. Dengan mengadopsi aspek lingkungan serta perspektif DAS dalam membedah ... yang semakin berat akibat melemahnya

Tyas Mutiara Basuki Irfan Budi Pramono

81

7. PENUTUP

Hutan jati akan tumbuh baik jika persyaratan

tempat tumbuh yang meliputi kondisi iklim dan lahan

sesuai dengan yang dibutuhkan. Ketidak sesuaian lahan

untuk pengembangan hutan tanaman jati bukan berarti

tegakan jati yang ditanam tidak dapat hidup, tetapi

tegakan jati tetap dapat tumbuh namun dengan kondisi

pertumbuhan yang tidak baik. Untuk hutan jati yang

tumbuh pada areal yang kurang sesuai dengan

persyaratan tempat tumbuh yang dibutuhkan maka

diperlukan beberapa perlakuan untuk memenuhi

kebutuhannya.

Kontroversi pengaruh hutan terhadap hasil air, baik

total volume, maupun puncak debit akan terus terjadi

selama kegiatan penelitian masih terus berlangsung

karena di alam banyak sekali variasi kondisi geo-biofisik

DAS maupun karakter hujan yang jatuh. Namun demikian

perlu digaris bawahi bahwa hasil air suatu DAS/sub DAS

tidak dipengaruhi faktor tunggal, misalkan hanya

persentase penutupan hutan atau penggunaan lahan

tertentu ataupun curah hujan saja. Dari segi penutupan

lahan, persentase luas dan jenis vegetasi penutup akan

berpengaruh juga terhadap hasil air DAS. Hujan sendiri

juga memberikan kontribusi terhadap hasil air melalui

intensitas hujan (mm/jam), ketebalan hujan per kejadian

hujan (mm) ataupun hujan harian (mm), dan juga

kelembaban tanah sebelumnya.

Selain faktor-faktor tersebut di atas, geomorfologi,

geologi, topografi yang dicerminkan dari bentuk dan

kemiringan lahan juga ikut berperan dalam menentukan

hasil air DAS. Jenis tanah termasuk ketebalan solum,

tekstur, kandungan bahan organik yang berpengaruh

terhadap agregasi struktur tanah akan berpengaruh

terhadap jumlah air hujan yang dapat ditahan dan

Page 101: HUTAN JATI - forda-mof.org · bagian penting dari hasil kajian ini. Dengan mengadopsi aspek lingkungan serta perspektif DAS dalam membedah ... yang semakin berat akibat melemahnya

Hutan Jati Tempat Tumbuh, Hasil Air dan Sedimen

82

disimpan dalam ekosistem DAS. Oleh karena itu dalam

melihat hasil air suatu DAS tidak dapat hanya dilihat

faktor-faktor yang mempengaruhi secara parsial namun

harus komprehensip.

Hasil sedimen dari DAS berhutan jati menunjukkan

bahwa semakin luas hutan jati maka sedimen terlarut

semakin kecil. Perubahan kandungan sedimen pada

berbagai luas hutan terlihat secara nyata pada curah

hujan yang tinggi. Pada curah hujan yang tinggi, daya

percik dan daya angkut sedimen meningkat lebih cepat

pada luas hutan yang lebih kecil dibandingkan dengan sub

DAS dengan penutupan lahan hutan yang lebih besar.

Untuk mengurangi konsentrasi sedimen terlarut pada

DAS berhutan jati, maka perlu dilakukan inventarisasi

sumber-sumber sedimen yang dilanjutkan dengan

penerapan konservasi tanah dan air. Teknik konservasi

tanah dan air yang diterapkan secara vegetatif maupun

sipil teknis harus memperhatikan kondisi biofisik

setempat, sebagai contoh sifat tanah yang umumnya

vertik yang mengembang jika basah dan mengkerut dan

merekah serta keras jika kering maka perlu penanganan

khusus, sifat tegakan jati yang menggugurkan daun pada

musim kemarau memerlukan konservasi tanah dan air

khususnya pada awal musim penghujan. Penerapan

teknik konservasi tidak hanya pada tanah tempat tumbuh

tanaman, namun juga pada tebing-tebing sungai.

Penanaman tanaman penutup tanah jenis legum yang

tahan naungan merupakan salah satu alternatif untuk

menjaga kelembaban lantai hutan dan juga merupakan

sumber bahan organik untuk menstimulasi agregasi agar

tanah tidak mudah terdispersi. Pada lahan-lahan yang

miring tampingan an teras perlu diperkuat. Penerapan

pengendali jurang kecil dan dam kecil juga dapat

digunakan untuk mendepositkan tanah hasil erosi.

Penanaman jenis-jenis yang tidak dipanen kayunya dan

Page 102: HUTAN JATI - forda-mof.org · bagian penting dari hasil kajian ini. Dengan mengadopsi aspek lingkungan serta perspektif DAS dalam membedah ... yang semakin berat akibat melemahnya

Tyas Mutiara Basuki Irfan Budi Pramono

83

jenis MPTS merupakan alternatif untuk menjaga

sempadan sungai agar tidak mengalami kerusakan.

Disamping penerapan teknik konservasi tanah dan

air, perlu juga diterapkan sekat bakar untuk mencegah

kebakaran yang dapat menghabiskan tumbuhan bawah

dan bahan organik pada lantai hutan yang berperanan

penting dalam pencegahan erosi. Jenis sekat bakar yang

diterapkan dapat bersifat alami seperti parit-parit yang

secara alami terbentuk dan dipelihara ataupun dibuat

saluran-saluran atau kanal pemisah. Sekat bakar berupa

tanaman yang bersifat sukulen (banyak mengandung air)

dan tahan kebakaran.

Page 103: HUTAN JATI - forda-mof.org · bagian penting dari hasil kajian ini. Dengan mengadopsi aspek lingkungan serta perspektif DAS dalam membedah ... yang semakin berat akibat melemahnya

Hutan Jati Tempat Tumbuh, Hasil Air dan Sedimen

84

DAFTAR PUSTAKA

Akossou, A.Y.J., Godui, A., & Fontan, N.H. (2012). Effect of Climatic Factors on the Radial Growth of Teak. Journal of Agricultural Science and Technology, 2, 721–730.

Al-rowaily, S. L., El-bana, M. I., & Al-dujain, F. A. R. (2012). Changes in vegetation composition and diversity in relation to morphometry, soil and grazing on a hyper-arid watershed in the central Saudi Arabia. Catena, 97, 1–49. http://doi.org/ 10.1016/j.catena. 2012.05.004.

Alemayehu, F., Taha, N., Nyssen, J., Girma, A., Zenebe, A., Behailu, M., … Poesen, J. (2009). The impacts of watershed management on land use and land cover dynamics in Eastern Tigray (Ethiopia). Resources, Conservation and Recycling, 53(4), 192–198. http://doi.org/10.1016/j.resconrec.2008. 11.007

Andayani, W. S. (2009). Laju infiltrasi tanah pada tegakan jati (Tectona grandis Linn F) di BKPH Subah KPH Kendal Unit I Jawa Tengah. Skripsi, Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Araya,T., Cornelis, W.M., Nyssen, J., Govaerts, B., Bauer, H., Gebreegziabher, T.,......Deckers, J. (2011). Effects of conservation agriculture on runoff , soil loss and crop yield under rainfed conditions in Tigray , Northern Ethiopia. Soil Use and Manaement, 27, 404–414. http://doi.org/10. 1111/j.1475-2743. 2011.00347.x.

Asdak, C. (1995). Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (1st ed.). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Attarod, P., Komori, D., Hayashi, K., Aoki, M., Ishida, T., Fukumura, K.,.......Punkngum, S. (2005). Comparison of the evapotranspirations among a paddy filed, cassava plantation, and teak plantation in Thailand. Journal of Agricultural Meteorology, 60(5), 789–792.

Page 104: HUTAN JATI - forda-mof.org · bagian penting dari hasil kajian ini. Dengan mengadopsi aspek lingkungan serta perspektif DAS dalam membedah ... yang semakin berat akibat melemahnya

Tyas Mutiara Basuki Irfan Budi Pramono

85

Awotwi, A., Yeboah, F., & Kumi, M. (2014). Assessing the impact of land cover changes on water balance components of White Volta Basin in West Africa. Water and Environment Journal, 1–9. http://doi.org/10.1111/wej.12100.

Baskorowati, L. & Fauzi, M.A.(2013). Biologi Jati. Dalam Rimbawanto, A., Pudjiono, S., Nirsatmanto, A., Widyatmoko, A.Y.P.B.C., Adinugraha, H.A., Baskorowati, L.,....Setyaji, T. 2013. Benih Unggul untuk Pengembangan Hutan Jati Rakyat. Bogor: Forda Press.

Basuki, T.M., Adi, R.N., Sulasmiko, E. (2017). Hasil air hutan jati pada dua sub Daerah Aliran Sungai dengan luas berbeda. Jurnal Penelitian Pengelolaan Daerah Aliran Sungai, 1(1), 1–14.

Basuki, T.M. (2017). Sediment yield and alternatives soil conservation practices of teak catchments. Journal of Degraded and Mining Lands Management, 5(1), 965–973. http://doi.org/10. 15243/jdmlm.2017. 051.965.

Basuki, T. M., Wijaya, W. W., & Adi, R. N. (2017). Specific peak discharge of two catchments covered by teak forest with different area percentages, 31(July), 118–127. http://doi.org/10. 23917/forgeo.v31i1. 3236.

Bathurst, J. C., Iroumé, A., Cisneros, F., Fallas, J., Iturraspe, R., Gaviño, M., … Ramírez, M. (2011). Forest impact on floods due to extreme rainfall and snowmelt in four Latin American environments 1 : Field data analysis. Journal of Hydrology, 400 (3-4) 281-291. http://doi.org/10. 1016/j.jhydrol.2010.11.044.

Beck, H. E., Bruijnzeel, L. A., M. Van Dijk, A. I. J., McVicar, T. R., Scatena, F. N., & Schellekens, J. (2013). The impact of forest regeneration on streamflow in 12 mesoscale humid tropical catchments. Hydrology and Earth System Sciences, 17(7), 2613–2635. http://doi.org/10. 5194/hess-17-2613-2013.

Bhat, K.M. & Gnanaharan, R. (2007). A Report. In The Regional Workshop Processing and Marketing of Teak Wood Products of Planted Forests, 11-25.

Page 105: HUTAN JATI - forda-mof.org · bagian penting dari hasil kajian ini. Dengan mengadopsi aspek lingkungan serta perspektif DAS dalam membedah ... yang semakin berat akibat melemahnya

Hutan Jati Tempat Tumbuh, Hasil Air dan Sedimen

86

Bi, H.X., Liu, B., Yun, I., Chen, Z.H., & Cui, Z. W. 2009. (2009). Effects onprecipitation and landuse on runoff during the past 50 years in a typical watershed in Loess Plateau, China. International Journal of Sediment Resources, 24(3), 32–364.

Birkinshaw, S. J., & Bathurst, J. C. (2011). The effect of forest cover on peak flow and sediment discharge - an integrated field and modelling study in central - southern Chile. Hydrol. Process.,25, 1284-1297.http://doi.org/10.1002/ hyp.7900.

Blöschl, G., Ardoin-Bardin, S., Bonell, M., Dorninger, M., Goodrich, D., Gutknecht, D., … Szolgay, J. (2007). At what scales do climate variability and land cover change impact on flooding and low flows? Hydrol.Proces., 21(9), 1241–1247. http:// doi.org/ 10.1002/hyp.6669.

Blumstock, M., Tetzlaff, D., Malcolm, I. A., Nuetzmann, G., & Soulsby, C. (2015). Baseflow dynamics: Multi-tracer surveys to assess variable groundwater contributions to montane streams under low flows. Journal of Hydrology, 527, 1021–1033. http:// doi.org/10.1016/j.jhydrol.2015. 05.019.

Brosinsky, A., Brosinsky, A., Foerster, S., & Segl, K. (2015). Spectral fingerprinting : Characterizing suspended sediment sources by the use of VNIR-SWIR spectral information Spectral fingerprinting  : characterizing suspended sediment sources by the use of VNIR-SWIR spectral information. J. Soils Sediments,14, 1965-1981. http://doi.org/10.1007 /s 11368-014-0927-z.

Bruijnzeel, L. A. (2004). Hydrological functions of tropical forests : not seeing the soil for the trees ?. Agriculture, Ecosystem and Environment 104, 185-228.http://doi.org/10.1016/j.agee.2004.01. 015.

Cheng, J. D., Lin, L. L., & Lu, H. S. (2002). Influences of forests on water flows from headwater watersheds in Taiwan. Forest Ecology and Management, 165(1–3), 11–28. http://doi.org/10. 1016/S0378-1127(01)00626-0.

Page 106: HUTAN JATI - forda-mof.org · bagian penting dari hasil kajian ini. Dengan mengadopsi aspek lingkungan serta perspektif DAS dalam membedah ... yang semakin berat akibat melemahnya

Tyas Mutiara Basuki Irfan Budi Pramono

87

Defersha, M. B., & Melesse, A. M. (2012). Field-scale investigation of the effect of land use on sediment yield and runoff using runoff plot data and models in the Mara River basin, Kenya. Catena, 89(1), 54–64. http://doi.org/10.1016/j.catena. 2011.07.010.

Diodato, N., de Vente, J., Bellocchi, G., Guerriero, L., Soriano, M., Fiorillo, F., … Guadagno, F. M. (2014). Estimating long-term sediment export using a seasonal rainfall-dependent hydrological model in the Glonn River basin, Germany. Geomorphology, 228, 628–636. http://doi.org/10. 1016/j.geomorph .2014.10.011.

Djordjevic, A., Golubovic, S., Tomic, Z., & Aleksic, V. (2012). The origin of montmorillonite in vertisols from the Southern Serbian Pcinja District.African Journal of Agricultural research 7(20), 3034–3044. http://doi.org/10.5897/AJAR11.777.

Dung, B. X., Hiraoka, M., Gomi, T., Onda, Y., & Kato, H. (2015). Peak flow responses to strip thinning in a nested, forested headwater catchment. Hydrol. Process., 29(24), 5098–5108. http://doi.org/10. 1002/hyp.10720.

Dunne, T. & Leopold, L. B. (1978). Water in Environmental Planning. W.H. Freeman and Company, New York.

Dye, P., & Versfeld, D. (2007). Managing the hydrological impacts of South African plantation forests: An overview. Forest Ecology and Management, 251(1–2), 121–128. http://doi.org/ 10.1016/j.foreco. 2007.06.013.

Ellison, D., Futter, M. N., & Bishop, K. (2012). On the forest cover-water yield debate: From demand- to supply-side thinking. Global Change Biology, 18(3), 806–820. http://doi.org/10.1111/j.1365-2486. 2011.02589.x.

Fahey, B., & Jackson, R. (1997). Hydrological impacts of converting native forests and grasslands to pine plantations, South Island, New Zealand. Agricultural and Forest Meteorology, 84(1–2), 69–82.http://doi.org/10.1016/S01681923(96)0237 6-3.

Page 107: HUTAN JATI - forda-mof.org · bagian penting dari hasil kajian ini. Dengan mengadopsi aspek lingkungan serta perspektif DAS dalam membedah ... yang semakin berat akibat melemahnya

Hutan Jati Tempat Tumbuh, Hasil Air dan Sedimen

88

Fang, N., Shi, Z., Li, L., Guo, Z., Liu, Q., & Ai, L. (2012). The effects of rainfall regimes and land use changes on runoff and soil loss in a small mountainous watershed. Catena, 99, 1–8. http:// doi.org/ 10.1016/j.catena.2012.07.004.

Feng, X., Wang, Y., Chen, L., Fu, B., & Bai, G. (2010). Modeling soil erosion and its response to land-use change in hilly catchments of the Chinese Loess Plateau. Geomorphology, 118(3–4), 239–248. http: //doi.org/10.1016/j.geomorph.2010.01.004.

Fernández-moya, J., Alvarado, A., Forsythe, W., & Ramírez, L. (2014). Catena Soil erosion under teak (Tectona grandis L.f.) plantations : General patterns , assumptions and controversies. Catena, 123, 236–242. http://doi.org/10.1016/j.catena .2014.08. 010.

Gallo, EL. Meixner, T. Aoubid, H. Lohse, K.A. Brooks, P. D. (2015). Combined impact of catchment size, land cover, and precipitation on streamflow and total dissolved nitrogen: A global comparative analysis. Global Biogeochemical Cycles, 29, 1109–1121. http://doi.org/10.1002/2015GB00 5154.

Geris, J., Tetzlaff, D., Mcdonnell, J., & Soulsby, C. (2014). The relative role of soil type and tree cover on water storage and transmission in northern headwater catchments. Hydrol. Process. http://doi. org/10.1002/hyp.10289.

Hassler, S. K., Zimmermann, B., van Breugel, M., Hall, J. S., & Elsenbeer, H. (2011). Recovery of saturated hydraulic conductivity under secondary succession on former pasture in the humid tropics. Forest Ecology and Management, 261(10), 1634–1642. http://doi.org/10.1016/ j.foreco.2010.06.031.

Hendrayanto, Arifjaya, N.M., Rusdiana, O., Wasis, B., & P. (2001). Respon hidrologi Daerah Aliran Sungai berhutan jati (Tectona grandis) (Studi Kasus di DAS Cijurey , KPH Purwakarta , PT . Perhutani Unit III Jawa Barat). Jurnal Managemen Hutan Tropika, VII(2), 7–18.

Page 108: HUTAN JATI - forda-mof.org · bagian penting dari hasil kajian ini. Dengan mengadopsi aspek lingkungan serta perspektif DAS dalam membedah ... yang semakin berat akibat melemahnya

Tyas Mutiara Basuki Irfan Budi Pramono

89

Huang, M., Zhang, L., & Gallichand, J. (2003). Runoff responses to afforestation in a watershed of the Loess Plateau, China. Hydrological Processes,

17(13), 2599–2609. http://doi.org/10.1002/hyp. 1281. Igarashi, Y., Katul, G. G., Kumagai, T., Yoshifuji, N., Sato, T.,

Tanaka, N., … Tantasirin, C. (2015). Separating physical and biological controls on long-term evapotranspiration fluctuations in a tropical deciduous forest subjected to monsoonal rainfall. Journal of Geophysical research: Biogeosciences, 120, 1262–1278. http://doi.org/ 10.1002/2014J G002767.

Juhrbandt, J., Leuschner, C., Juhrbandt, J., Leuschner, C., & Ho, D. (2004). The relationship between maximal stomatal conductance and leaf traits in eight Southeast Asian early successional tree species. Forest ecology and Management, 202(1), 245-256. http://doi.org/10.1016/j.foreco.2004.07. 021.

Kovda, I., Morgun, E., & Boutton, T. W. (2010). Vertic Processes and Specificity of Organic Matter Properties and Distribution in Vertisols. Eurasian Soil Science, 43(13), 1467–1476. http://doi.org/ 10.1134/S1064229310130065.

Li, Z., Liu, W., Zhang, X., & Zheng, F. (2009). Impacts of land use change and climate variability on hydrology in an agricultural catchment on the Loess Plateau of China. Journal of Hydrology, 377(1–2), 35–42. http://doi.org/10.1016/j.jhydrol. 2009.08.007.

Lopez-Moreno, J.I., S.Begueria, and J. M. G.-R. (2006). Trends in high flows in the central Spanish Pyrenees : response to climatic factors or to land- use change ? Trends in high flows in the central Spanish Pyrenees : response to climatic factors or to land-use change ? Hydrological Sciences Journal, 51(6), 1039–1050.

Mackay, S., & Marsh, N. (2012). Low-flow hydrological classification of Australia. The National Water Commision. Retrieved from http://nwc.gov.au /__data/assets/pdf_file/0018/21807/Hydrological-classification.pdf.

Page 109: HUTAN JATI - forda-mof.org · bagian penting dari hasil kajian ini. Dengan mengadopsi aspek lingkungan serta perspektif DAS dalam membedah ... yang semakin berat akibat melemahnya

Hutan Jati Tempat Tumbuh, Hasil Air dan Sedimen

90

Magesh, N.S., Chandrasekar, N., & J. P. S. (2010). Morphometric evaluation of Papanasam and Manimuthar watersheds parts of Western Ghats, Tirunelveli District, Tamil Nadu, India: a GIS approach. Environmental Earth Sciences, 64:373–381. http://doi.org /10.1007/s12665-010-0860-4.

Merz, R. (2006). Spatio-Temporal variability of event runoff coefficients spatio-temporal variability of event runoff coefficients. Journal of Hydrology 331(3):591-604.http://doi.org/10.1016/j.jhydrol. 2006.06.008.

Miyata, S., Kosugi, K., Gomi, T., & Mizuyama, T. (2009). Effects of forest floor coverage on overland flow and soil erosion on hillslopes in Japanese cypress plantation forests, 45(6), 1–17. http://doi.org/10. 1029/2008WR007270.

Munöz-Villers, L. E., & McDonnell, J. J. (2013). Land use change effects on runoff generation in a humid tropical montane cloud forest region. Hydrology and Earth System Sciences, 17(9), 3543–3560. http://doi.org/10.5194/hess-17-3543-2013

Mustafa, A. A., Singh, M., Sahoo, R. N., Ahmed, N., Khanna, M., & Sarangi, A. (2011). Land Suitability Analysis for Different Crops : A Multi Criteria Decision Making Approach using Remote Sensing and GIS, 3(12), 61–84.

Nosetto, M. D., Jobbágy, E. G., Brizuela, A. B., & Jackson, R. B. (2012). The hydrologic consequences of land cover change in central Argentina. Agriculture, Ecosystems and Environment, 154, 2–11. http://doi.org/10.1016/ j.agee.2011.01.008.

Nu-Fang, F., Zhi-Hua, S., Lu, L., & Cheng, J. (2011). Rainfall, runoff, and suspended sediment delivery relationships in a small agricultural watershed of the of the Three Gorges area, China. Geomorphology, 135, 158–166. http://doi.org/10. 1016/j.geomorph.2011.08.013

Page 110: HUTAN JATI - forda-mof.org · bagian penting dari hasil kajian ini. Dengan mengadopsi aspek lingkungan serta perspektif DAS dalam membedah ... yang semakin berat akibat melemahnya

Tyas Mutiara Basuki Irfan Budi Pramono

91

Paimin, Pramono, I.B., Purwanto, and Indrawati, D.R. (2012). Sistem Perencanaan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Bogor: Pusat Litbang Konservasi dan Rehabilitasi.

Pareta, K., Pareta, U., & Decisions, S. (2011). Quantitative morphometric analysis of a watershed of Yamuna Basin , India using ASTER (DEM) data and GIS, 2(1), 248–269.

Paryono, Damar, A., Susilo, S.B., Dahuri, R., & Suseno, H. (2017). Sedimentasi delta sungai citarum, kecamatan muara gembong, Kabupaten Bekasi. Jurnal Penelitian Pengelolaan Daerah Airan Sungai, 1(1), 15–26.

Peleg, N., Shamir, E., Georgakakos, K. P., & Morin, E. (2015). A framework for assessing hydrological regime sensitivity to climate change in a convective rainfall environment: A case study of two medium-sized eastern Mediterranean catchments, Israel. Hydrology and Earth System Sciences, 19(1), 567–581. http://doi.org/10.5194/ hess-19-567-2015.

Perhutani, P. (2014). Statistik Perum Perhutani 2009-2013. Jakarta.

Pramono, I.B., Gunawan, T., Budiastuti, M. T., & Wiryanto. (2016). The ability of pine forests in reducing peak flow at Kedungbulus sub watershed , Central Java , Indonesia. International Journal of Applied Environmental Sciences, 11(6), 1549–1568.

Pramono, I.B. & Wahyuningrum, N. (2010). Luas optimal hutan jati sebagai pengatur tata air di Daerah Aliran Sungai (DAS) berbahan induk kapur. Jurnal Penelitian Hutan Dan Konservasi Alam, VII(5), 459–467.

Pramono, I.B. & Wahyuningrum, N. 2012. The influence of teak forest on ground water fluctuation at Cepu, Central Java. In Proceeding Inafor (International Conference of Indonesia Forestry Researchers,pp. 527–536.

Page 111: HUTAN JATI - forda-mof.org · bagian penting dari hasil kajian ini. Dengan mengadopsi aspek lingkungan serta perspektif DAS dalam membedah ... yang semakin berat akibat melemahnya

Hutan Jati Tempat Tumbuh, Hasil Air dan Sedimen

92

Price, K. (2011). Effects of watershed topography, soils, land use, and climate on base flow hydrology in humid regions: A review. Progress in Physical Geography, 35(4), 465–492. http:// doi.org/10. 1177/0309133311402714.

Pudjiono, S. (2014). Jati Unggul. Bogor: IPB Press. Rao, S.S., Murthy, Y.V.N.K., Adiga, S., & Amminneedu, E.

(2003). Performance index for watershed development. J.Ind.Geophys.Union, 7(4), 239–246.

Ribolzi, O., Evrard, O., Huon, S., de Rouw, A., Silvera, N., Latsachack, O., ….Valentin, C. (2017). From shifting cultivation to teak plantation : effect on overland flow and sediment yield in a montane tropical catchment. Scientific Reports,7(3987), 1–12. http://doi.org/10.1038/s41598-017-04385-2.

Riyanto, H.D., Harjadi, B., & Nugroho, N.P. (2013). Teknologi kawasan perlindungan setempat (KPS) sempadan sungai dalam upaya mereduksi degradasi lahan pada kawasan hutan. Laporan Hasil Penelitian. BPTKPDAS. Tidak dipublikasi- kan.

Robinson, M., Cognard-plancq, A., Cosandey, C., David, J., Durand, P., Martin, C., ….Zollner, A. (2003). Studies of the impact of forests on peak flows and baseflows : a European perspective, 186, 85–97. http://doi.org/10.1016/S0378-1127(03)00238-X.

Russell, M. A., Walling, D. E., & Hodgkinson, R. A. (2001). Suspended sediment sources in two small lowland agricultural catchments in the UK, 252.

Shi, Z. H., Ai, L., Li, X., Huang, X. D., Wu, G. L., & Liao, W. (2013). Partial least-squares regression for linking land-cover patterns to soil erosion and sediment yield in watersheds. Journal of Hydrology, 498, 165–176. http://doi.org/10.1016 /j.jhydrol.2013. 06.031.

Simon, H. (2006). Hutan Jati dan Kemakmuran (I). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Smakhtnin, V. U. (2001). Low flow hydrology: A revewi. Journal of Hydrology, 240, 147–186.

Smiet, A. C. (1990). Forest Ecology on Java: Conversion and usage in a historical perspective, 2(4), 286–302.

Page 112: HUTAN JATI - forda-mof.org · bagian penting dari hasil kajian ini. Dengan mengadopsi aspek lingkungan serta perspektif DAS dalam membedah ... yang semakin berat akibat melemahnya

Tyas Mutiara Basuki Irfan Budi Pramono

93

Sriwongsitanon, N., & Taesombat, W. (2011). Effects of land cover on runoff coefficient. Journal of Hydrology, 410(3–4), 226–238. http://doi.org/10. 1016/j.jhydrol.2011.09.021.

Sukresno, Supangat, A.B., & Putra, P.B. (2005). The effectiveness of soil and water conservation measures in teak forest plantation: Case study at Cepu Forest District (KPH), Central Java. Paper presented in International Seminar on Plantation Forest Research and Development, Yogyakarta, 21-23 November 2005.

Sumarna, Y. (2001). Budidaya Jati. Penebar Swadana. Supangat, A.B., Riyanto, H.D., & Purwanto. (2014). Sintesa

status penelitian hutan tanaman jati. Surakarta: Balai Penelitian Teknologi Kehutanan Pengelolaan DAS dan Puslitbang Perum Perhutani.

Supangat, A. B., Sukresno, & Priyono, C. N. S. (2002). Kajian karakteristik aliran pada sub DAS kawasan

hutan jati. Buletin Pengelolaan DAS, VIII(2), 1-20. Triwilaida & Sukresno. (1997). Pengaruh konservasi

tanah pada hutan jati terhadap erosi, sedimentasi dan aliran permukaan di Cepu. Laporan Hasil Penelitian. BTPDAS. Surakarta. Tidak dipublikasikan.

Wahyuningrum, N. & Basuki, T. M. (2004). Status kesuburan tanah di hutan tanaman jati (Tectona grandis) STudi kasus di bagian hutan Banjaran KPH Pati Jawa Tengah. Jurnal Penelitian Hutan Dan Konservasi, 1(3), 424–433.

Wahyuningrum, N., Priyono, C.N.S., Wardojo, B. Harjadi, Savitri, E., Sudimin, & Sudirman. (2003). Klasifikasi kemampuan dan kesesuaian lahan. Bogor: Pusat litbang Hutan dan Konservasi Alam.

Wilford, D.J., Sakals, M.E., Innes, J.L., Sidle, R.C., & Bergerud, W. A. (2004). Recognition of debris flow, debris flood and flood hazard through watershed morphometrics. Landslides, 1, 61–66. http://doi. org/10. 1007/ s10346-003-0002-0.

Page 113: HUTAN JATI - forda-mof.org · bagian penting dari hasil kajian ini. Dengan mengadopsi aspek lingkungan serta perspektif DAS dalam membedah ... yang semakin berat akibat melemahnya

Hutan Jati Tempat Tumbuh, Hasil Air dan Sedimen

94

Williams, A. G., Dowd, J. F., & Meyles, E. W. (2002). A new interpretation of kinematic stormflow generation. Hydrol. Process 16(14), 2791–2803. http://doi.org /10. 1002/hyp.1071.

Yeshaneh, E., Eder, A., & Blöschl, G. (2014). Temporal variation of suspended sediment transport in the Koga catchment , North Western Ethiopia and environmental implications. Hydrol Process, 5984, 5972–5984. http://doi.org/ 10.1002 /hyp.10090.

Yoshifuji, N., Tanaka, K., & Tanaka, N. (2006). Inter-annual variation in growing season length of a tropical seasonal forest in northern Thailand. Forest Ecology and Management, 229, 333–339. http://doi.org/10.1016/j.foreco.2006.04.013.

Youssef, A.M., Pradhan, B., & Hassan, A. M. (2011). Flash flood risk estimation along the St . Katherine road, southern Sinai, Egypt using GIS based morphometry and sattelite imagery. Environmental Earth Sciences, 62, 611–623. http://doi.org/ 10.1007/ s12665-010-0551-1.

Zimmermann, B., Elsenbeer, H., & Moraes, J. M. De. (2006). The influence of land-use changes on soil hydraulic properties : Implications for runoff generation. Forest Ecology and Management, 222, 29–38. http://doi.org/10.1016/j.foreco. 2005. 10.070.

Page 114: HUTAN JATI - forda-mof.org · bagian penting dari hasil kajian ini. Dengan mengadopsi aspek lingkungan serta perspektif DAS dalam membedah ... yang semakin berat akibat melemahnya

Tyas Mutiara Basuki Irfan Budi Pramono

95

INDEKS

Kata/Istilah Halaman

a

agregat tanah 58,59,60,77

air tanah 28,30,49,50

aliran rendah 2,3,32,49,50

Automatic Water

Level Recorder

(AWLR)

38,39,51

B

bahan organik 19,73,74,76,77,78

banjir 2,3,16,30,31,32,47,50,51,52,53,

65,73

batuan kapur 10,11,18

C

cracking 10

D

Daerah Aliran

Sungai (DAS)

2,3,22,25,26,27,28,30,31,32,34,

37,38,40,41,43,44,45,46,47,48,

49,50,51,52,53,54,55,56,57,58,

59,60,65,66,67,68,69,70,71,72,

76,77

daya percik 77

debit 2,3,27,32,37,41,42,43,44,45,46,

47,49,50,51,52,53,55,76

debit spesifik 45,46

discharge rating

curve

41,42

dispersi 19,60,65,77

e

energi kinetik 14,60,68,73

erosi 2,17,19,31,59,60,61,62,63,64,66,

67,71,72,73,74,75,78

Page 115: HUTAN JATI - forda-mof.org · bagian penting dari hasil kajian ini. Dengan mengadopsi aspek lingkungan serta perspektif DAS dalam membedah ... yang semakin berat akibat melemahnya

Hutan Jati Tempat Tumbuh, Hasil Air dan Sedimen

96

Indeks (lanjutan)

Kata/Istilah Halaman

erosi tebing sungai 63,64,73,75

evapotranspirasi 25,32,33,48

g

geologi 26,31,32,51,76

gugur daun 19,59,60,77

h

hujan 2,3,8,9,17,17,18,19,25,26,27,31,

32,33,34,35,36,37,45,46,48,50,

51,52,53,54,55,56,58,59,60,63,6

5,66,67,69,70,71,72,73,76

hutan 1,2,3,10,13,14,15,17,19,20,21,22

,27,28,31,32,33,37,38,41,43,45,

46,47,48,49,50,51,52,55,56,57,

58,59,60,61,62,63,64,65,66,67,6

8,73,76,77,78

hasil air 1,2,3,25,26,27,28,30,31,32,34,37

,45,46,47,48,76,77

i

infiltrasi 18,27,28,29,30,51,60,68

intersepsi 25,48,49,52

j

jati 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,14,

15,16,17,18,19,20,21,22,23,24,

25,27,28,29,30,31,33,37,38,41,

43,45,46,47,48,50,51,52,53,54,5

6,57,58,59,60,61,62,63,64,65,66,

67,73,74,76,77

k

kebakaran 62,73,74,78

kekeringan 2,50

Page 116: HUTAN JATI - forda-mof.org · bagian penting dari hasil kajian ini. Dengan mengadopsi aspek lingkungan serta perspektif DAS dalam membedah ... yang semakin berat akibat melemahnya

Tyas Mutiara Basuki Irfan Budi Pramono

97

Indeks (lanjutan)

Kata kunci/Istilah Halaman

kertas pias 34,35,38,39

kesesuaian lahan 15,16

koefisien aliran 50,55,56

konduktivitas

hidraulik tanah

30

konservasi tanah

dan air

19,72,73,77

l

lantai hutan 19,20,21,48,52,55,59,60,63,67,

68,73,77,78

legum 77

limpasan

permukaan

19,25,26,27,55,58,59,60,63,65,

68,71,73

logger 34,36,38,40,41,42

m

metode vegetatif 74,75

morfologi 3,4

morfometri 26,30,31,32

musim penghujan 19,20,33,45,46,50,60,65,77

Multi Purpose Tree

Species

75

musim kemarau 19,25,28,30,33,46,49,50,60,73,

74,77

o

off-site 58

on-site 58

p

peilskal 37,39,40,69,70

penutupan lahan 27,30,31,32,47,56,76,77

persyaratan

tumbuh

8,15

Page 117: HUTAN JATI - forda-mof.org · bagian penting dari hasil kajian ini. Dengan mengadopsi aspek lingkungan serta perspektif DAS dalam membedah ... yang semakin berat akibat melemahnya

Hutan Jati Tempat Tumbuh, Hasil Air dan Sedimen

98

Indeks (lanjutan)

Kata/Istilah Halaman

puncak banjir 2,3,31,47,50,51

s

sedimen 1,2,3,10,19,31,34,42,43,44,58,59,

60,61,63,64,65,66,67,68,71,72,73,

74,75,77

sediment

discharge rating

curve

74,78

sekat bakar 74,78

sempadan sungai 75,78

siklus air 25,26

sipil teknis 74,75,77

shringking 10

stabilitas agregat 28

stabilisasi lereng 75

stabilisasi tebing 74

swelling 10

t

tajuk 5,19,52,58,59,60,63,68

tampingan teras 61,62,73,74

tanah 2,4,9,10,11,12,13,14,15,16,17,1

8,19,25,26,27,28,29,33,49,50,51

,52,55,58,59,60,61,62,63,64,65,

66,68,71,72,73,74,76,77

tata air 1,2,30

tebing sungai 58,63,64,73,74,77

tempat tumbuh 2,3,4,8,9,16,76,77

Tinggi Muka Air

(TMA)

37,38,41,42,43

topografi 26,50,51,60,66,76

Page 118: HUTAN JATI - forda-mof.org · bagian penting dari hasil kajian ini. Dengan mengadopsi aspek lingkungan serta perspektif DAS dalam membedah ... yang semakin berat akibat melemahnya

Tyas Mutiara Basuki Irfan Budi Pramono

99

Indeks (lanjutan)

Kata/Istilah Halaman

tumbuhan bawah 18,19,20,21,22,30,58,59,60,61,6

2,63,67,68,78

v

vertisol 9,10,11,12,13,14

Page 119: HUTAN JATI - forda-mof.org · bagian penting dari hasil kajian ini. Dengan mengadopsi aspek lingkungan serta perspektif DAS dalam membedah ... yang semakin berat akibat melemahnya