Hutan Indonesia lestarikan

17
Hutan Harta Karun Indonesia Abdillah Hakim P PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 17.504 pulau, tersebar dari Sabang hingga ke Merauke. Sejumlah besar (lebih dari 10.000 buah) dari pulau-pulau tersebut adalah merupakan pulau-pulau berukuran kecil. memiliki keanekaragaman tumbuhan, hewan jasad renik yang tinggi. Hal ini terjadi karena keadaan alam yang berbeda dari satu pulau ke pulau lainnya, bahkan dari satu tempat ke tempat lainnya dalam pulau yang sama. Sistem perpaduan antara sumber daya hayati dan tempat hidupnya yang khas itu, menumbuhkan berbagai ekosistem, yang masing-masing menampilkan kekhususan pula dalam kehidupan jenis-jenis yang terdapat didalamnya. Sumber daya alam (SDA) yang ada di Indonesia mempunyai keanekaragaman hayati yang sangat tinggi merupakan suatu koleksi yang unik dan mempunyai potensi genetik yang besar pula. Pengelolaan SDA adalah perkara yang sangat serius dan berkesinambungan serta merupakan salah satu persoalan yang harus diperhatikan. Realitas kehidupan manusia tidak bisa

description

Hutan paru-paru dunia

Transcript of Hutan Indonesia lestarikan

Hutan Harta Karun IndonesiaAbdillah Hakim P

PENDAHULUAN1.1 Latar BelakangIndonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 17.504 pulau, tersebar dari Sabang hingga ke Merauke. Sejumlah besar (lebih dari 10.000 buah) dari pulau-pulau tersebut adalah merupakan pulau-pulau berukuran kecil. memiliki keanekaragaman tumbuhan, hewan jasad renik yang tinggi. Hal ini terjadi karena keadaan alam yang berbeda dari satu pulau ke pulau lainnya, bahkan dari satu tempat ke tempat lainnya dalam pulau yang sama. Sistem perpaduan antara sumber daya hayati dan tempat hidupnya yang khas itu, menumbuhkan berbagai ekosistem, yang masing-masing menampilkan kekhususan pula dalam kehidupan jenis-jenis yang terdapat didalamnya.

Sumber daya alam (SDA) yang ada di Indonesia mempunyai keanekaragaman hayati yang sangat tinggi merupakan suatu koleksi yang unik dan mempunyai potensi genetik yang besar pula.

Pengelolaan SDA adalah perkara yang sangat serius dan berkesinambungan serta merupakan salah satu persoalan yang harus diperhatikan. Realitas kehidupan manusia tidak bisa dilepaskaan dari alam dan lingkungan karena hal itu merupakan suatu hubungan mutualisme dalam tatanan keseimbangan alam (balancing ecocsystem) dan kehidupannya. Dengan demikian prinsip-prinsip kelestarian sumber daya (sustainable resources principles) sekarang harus menjadi orientasi dalam pengelolaan SDA yang ada. Lingkungan sebagai sumberdaya, baik hayati maupun non hayati merupakan suatu karunia Tuhan yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan manusia. Akan tetapi semua usaha pemanfaatan dan pendayagunaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup harus didasarkan pada daya dukung dan daya tampung lingkungan dengan tidak mengurangi kemampuan dan kelestarian SDA lainnya yang berkaitan dengan ekosistem. Apabila pengelolaannya dilakukan dengan tidak memperhatikan hal-hal tersebut maka akan sangat merugikan umat manusia itu sendiri.Salah satu Sumber Daya Alam yang paling berpengaruh bagi kondisi bumi dan kehidupan makhluk hidup adalah hutan. Hutan merupakan paru-paru dunia. Hal ini sangatlah beralasan, karena hutan sangat tekait dengan kehidupan manusia dan fenomena-fenomena yang terjadi di planet bumi ini. Hutan adalah sebuah kawasan yang ditumbuhi dengan lebat oleh pepohonan dan tumbuhan lainnya. Selain di tumbuhi dengan pepohonan dan tumbuhan lainnya, hutan juga identik sebagai tempat tinggal berbagai macam hewan seperti gajah, harimau, monyet, singa, jerapah dan masih banyak hewan lainnya. Setiap hutan yang ada pada daerah berbeda, memiliki perbedaan jenis tumbuhan dan hewan yang tidak dapat ditemukan di hutan lainnya atau dalam kata lain, setiap hutan yang ada di beberapa daerah memiliki karakteristik masing-masing. Hal ini sangat dipengaruhi oleh perbedaan iklim, tanah, dan bentuk bentang lahan di setiap daerah.

Pembangunan sumber daya alam (SDA) hutan merupakan upaya untuk mendayagunakan sumberdaya hutan dan lingkungan hidup demi meningkatkan taraf hidup manusia. Namun hutan yang merupakan sumberdaya alam ini telah mengalami banyak perubahan dan sangat rentan terhadap kerusakan. Pesatnya perkembangan peradaban umat manusia, seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, mengantarkan pada taraf budaya dimana manusia menganggap bahwa dirinya mampu memanipulasi alam dan lingkungan hidup. Akibatnya lupa bahwa pesatnya pembangunan yang terjadi ternyata tidak semua berdampak positif terhadap perbaikan lingkungan hidup. Berbagai perusakan dan masalah lingkungan terjadi sebagai akibat dari pengambilan keputusan untuk melakukan pembangunan hanya didasarkan pada kepentingan pemenuhan kebutuhan hidup dan kemajuan ekonomi semata. Keputusan itu mengabaikan fungsi lingkungan hidup sebagai ruang tempat kehidupan dan penghidupan manusia. Padahal di sadari atau tidak, hutan adalah salah satu sumber devisa negara, akan tetapi sangat disayangkan di era modern ini hutan telah dieksploitasi secara besar-besaran untuk diambil kayunya. Ekploitasi ini menyebabkan berkurangnya luasan hutan dengan sangat cepat. Keadaan semakin diperburuk dengan adanya konversi lahan hutan secara besar-besaran untuk lahan pemukiman, perindustrian, pertanian, perkebunan, peternakan serta kebakaran hutan yang selalu terjadi di sepanjang tahun. Dampak dari eksploitasi ini adalah terjadinya banjir pada musim penghujan dan kekeringan pada musim kemarau. Dengan demikian jelas terlihat bahwa fungsi hutan sebagai pengatur tata air telah terganggu dan telah mengakibatkan berkurangnya keanekaragaman hayati yang ada didalamnya.

Akhir-akhir ini banyak sekali terjadi bencana alam pada beberapa lokasi di Indonesia seperti terjadinya banjir, erosi, kekeringan, pencemaran, kerusakan alam, pemborosan sumberdaya alam dan sebagainya menunjukkan akibat pengelolaan lingkungan yang tidak bijaksana. Terjadinya banjir dan tanah longsor di beberapa tempat baik di Jawa maupun Luar Jawa, tidak bisa dipisahkan dengan adanya kerusakan sumber daya hutan (SDH). Akibat pengelolaan kawasan hutan baik oleh pengusaha maupun oleh aktifitas masayarakaat sekitar hutan yang lebih mementingkan eksploitatif dari pada upaya kelestarian ditengarai menjadi salah faktor yang menyebabkan kejadian-kejadian tersebut. Hutan sebagai ekosistem harus dapat dipertahankan kualitas dan kuantitasnya dengan cara pendekatan konservasi dalam pengelolaan ekosistem. Pemanfaatan ekosistem hutan akan tetap dilaksanakan dengan mempertimbangkan kehadiran keseluruhan fungsinya. Pengelolaan hutan yang hanya mempertimbangkan salah satu fungsi saja akan menyebabkan kerusakan hutan. 1.2 Pengertian Hutan

Hutan adalah suatu wilayah yang memiliki banyak tumbuh-tumbuhan lebat yang berisi antara lain pohon, semak, paku-pakuan, rumput, jamur dan lain sebagainya serta menempati daerah yang cukup luas. Negara Kita Indonesia memiliki kawasan hutan yang sangat luas dan beraneka ragam jenisnya dengan tingkat kerusakan yang cukup tinggi akibat pembakaran hutan, penebangan liar, dan lain sebagainya. (Agung Nugraha, 2000)1.3 Macam-macam HutanMenurut Djaenudin, D. 1994 kawasan hutan perlu dipertahankan berdasarkan pertimbangan fisik, iklim dan pengaturan tata air serta kebutuhan sosial ekonomi masyarakat dan Negara. Hutan yang dipertahankan terdiri dari hutan lindung, hutan suaka alam, hutan wisata, hutan konservasi, hutan produksi terbatas dan hutan produksi. Berikut ini pengertian dari berbagai jenis hutan tersebut, antara lain:

1. Hutan lindung adalah hutan yang perlu dibina dan dipertahankan sebagai hutan dengan penutupan vegetasi secara tetap untuk kepentingan hidroorologi, yaitu mengatur tata air, mencegah banjir dan erosi, memelihara keawetan dan kesuburan tanah baik dalam kawasan hutan bersangkutan maupun kawasan yang dipengaruhi di sekitarnya

2. Hutan suaka alam adalah hutan yang perlu dipertahankan dan dibina keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, tipe ekosistem, gejala dan keunikan alam bagi kepentingan plasma nutfah dan pengetahuan, wisata dan lingkungan

3. Hutan wisata adalah hutan yang dipertahankan dengan maksud untuk mengembangkan pendidikan, rekreasi dan olahraga;4. Hutan konservasi adalah hutan yang dipertahankan untuk keberadaan keanekaragaman jenis plasma nutfah dan tempat hidup dan kehidupan satwa tertentu

5. Hutan produksi terbatas adalah kawasan hutan untuk menghasilkan kayu hutan yang hanya dapat dieksploitasi secara terbatas dengan cara tebang pilih serta

6. Hutan produksi adalah kawasan hutan yang diperuntukkan sebagai kebutuhan perluasan, pengembangan wilayah misalnya transmigrasi pertanian dan perkebunan, industry dan pemukiman dan lain-lain.

Di dalam hutan-hutan tersebut di atas tidak boleh dilakukan kegiatan yang mengakibatkan terganggunya fungsi hutan tersebut. Hutan mempunyai fungsi pelindung terhadap tanah dari tetesan hujan yang jatuh dari awan yang mempunyai energi tertentu, karena gerak jatuhnya itu dengan energi tertentu tetesan hujan akan memukul permukaan tanah dan melepaskan butiran tanah sehingga akan terjadi erosi percikan.1.4 Kerusakan Hutan

Laju kerusakan hutan di Indonesia diperkirakan mencapai 1,6 - 2 juta ha per tahun, sedangkan kemampuan Pemerintah dengan Program Gerakan Rehabilitasi Hutan dan Lahan hanya mampu merehabilitasi sekitar 3 juta ha dalam jangka waktu 5 tahun (2003-2007). Apabila kegiatan Gerhan ini berhasil seluruhnya berarti masih tersisa sekitar 5 7 juta ha yang perlu direhabilitasi untuk mengimbangi kerusakan hutan yang mencapai 8 - 10 juta ha dalam jangka waktu 5 tahun. Kerusakan hutan yang terjadi mulai dari hutan mangrove di daerah pesisir sampai dengan hutan-hutan yang berada di dataran tinggi, adalah salah satu hal yang memicu terjadinya bencana banjir dan tanah longsor pada saat terjadinya hujan. Tentu saja dengan melihat bencana alam yang terjadi akan mengingatkan pentingnya usaha menjaga kesimbangan alam dalam setiap program aktifitas atau pembangunan yang dilakukan. Secara umum beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya kerusakan hutan alam adalah sebagai berikut :

1. Penebangan pohon melampaui batas kemampuan hutan untuk memulihkan diri dengan melakukan regenerasi dan suksesi.

2. Pembalakan liar (illegal logging)

3. Konversi kawasan hutan untuk pembangunan sektor non kehutanan.

4. Penjarahan dan perambahan yang dilakukan oleh masyarakat disekitar hutan

5. Beberapa akibat yang disebabkan oleh aktifitas yang dilakukan oleh masayarakat sekitar hutan dalam pembukaan lahan untuk perladangan.

6. Bencana alam seperti kebakaran hutan, banjir/tsunami, tanah longsor.

7. Pertumbuhan industri yang membutuhkan kayu melebihi pasokan lestari

8. Dampak otonomi daerah untuk mengejar peningkatan pendapatan asli daerah (PAD)

Hasanu (1993) menjelaskan bahwa faktor yang menjadi akar masalah terjadinya kerusakan hutan adalah disebabkan karena epistomologi kayu dalam pengelolaan hutan. Epistomologi kayu dalam arti luas bahwa tidak disebut hutan apabila suatu hamparan tidak ditumbuhi pohon-pohon. Akibatnya hutan rusak menjadi sah karena yang menjadi ukuran hanya nilai ekonomi kayu. Kedepan harus dikembangkan epistomologi kehutanan masyarakat sebagai alternatif untuk pengelolaan sumber daya hutan di Indonesia. Selanjutnya dijelaskan bahwa permasalahan yang dihadapi oleh bidang kehutanan Indonesia saat ini antara lain:

1. Arah dan sistem pengelolaan hutan yang tidak jelas,

2. akibat dari arah pengelolaan hutan yang tidak jelas maka upaya untuk melakukan perlindungan hutan juga menjadi tidak jelas

3. Departemen Kehutanan belum secara serius menyelesaikan berbagai konflik sumber daya hutan yang terjadi antara masyarakat dengan pemegang HPH

4. Politik otonomi daerah dalam pengelolaan sumber daya hutan (PSDH) disikapi oleh Departemen Kehutanan dan Pemerintah secara berlainan.

5. Tekanan luar negeri terhadap kelestarian sumber daya hutan,

6. Kpentingan masyarakat dalam pengelolaan SDH belum mendapat dukungan penuh dari pemerintah. Dan dipandang perlu untuk mencari jalan keluar untuk mengatasi kebekuan kegiatan bidang kehutanan.

Krisis kehutanan pada dasarnya terjadi karena kesalahan budaya yang tercermin dari cara pandang, norma yang dianut, dan perilaku para pengelola hutan dalam menerapkan kebijakan pembangunan kehutanan. Paradigma pembangunan kehutanan sebagai payung yang melandasi setiap kebijakan pengelolaan hutan selama ini banyak diwarnai wacana paternalistik yang menghasilkan pola sentralistik, tidak demokratis dan terbuka yang membentuk pola pendekatan atas bawah dan seragam. Oleh sebab itu landasan dan orientasi paradigma kehutanan haruslah dirubah. Perubahan paradigma kehutanan akan meungkinkan perubahan kebijakan dan implementasi operasional pengelolaan hutan, dalam kerangka yang lebih sejajar, demokratis dan dapat dipertanggung jawabkan.

Terdapat dua hal mendasar sebagai cara pandang yang harus diyakini sebagai sebuah neo ideologi oleh setiap stakeholder pengelola hutan alam, yakni

Bahwa hutan dan masyarakat setempat tidak dapat dipisahkan. Karena itu pengelolaan hutan harus berbasis pada masyarakat (Community Based Forest Management), dimana masyarakat menjadi pelaku utama. Selama ini yang terjadi adalah state based forest management.

Bahwa hutan merupakan sebuah ekosistem yang bersifat integral. Karena itu, pengelolaan hutan konvensional yang hanya berorientasi pada kayu (timber extraction) harus diubah menuju pengelolaan hutan yang berorientasi pada sumber Dampak negatif yang ditimbulkan oleh kerusakan hutan cukup besar mencakup kerusakan ekologis, menurunnya keanekaragaman hayati, merosotnya nilai ekonomi hutan dan produktivitas tanah, perubahan iklim mikro maupun global, dan asap dari kebakaran hutan mengganggu kesehatan masyarakat serta mengganggu transportasi baik darat, sungai, danau, laut dan udara. Dan juga gangguan asap karena kebakaran hutan Indonesia akhir-akhir ini telah melintasi batas negara. Kerugian karena terganggunya kesehatan masyarakat, penundaan atau pembatalan penerbangan, dan kecelakaan transportasi di darat, dan di air memang tidak bisa diperhitungkan secara tepat, tetapi dapat dipastikan cukup besar membebani masyarakat dan pelaku bisnis. Dampak kebakaran hutan Indonesia berupa asap tersebut telah melintasi batas negara terutama Singapura, Brunai Darussalam, Malaysia dan Thailand.

Dampak lainnya adalah kerusakan hutan setelah terjadi kebakaran dan hilangnya margasatwa. Hutan yang terbakar berat akan sulit dipulihkan, karena struktur tanahnya mengalami kerusakan. Hilangnya tumbuh-tumbuhan menyebabkan lahan terbuka, sehingga mudah tererosi, dan tidak dapat lagi menahan banjir. Karena itu setelah hutan terbakar, sering muncul bencana banjir pada musim hujan di berbagai daerah yang hutannya terbakar. Kerugian akibat banjir tersebut juga sulit diperhitungkan.Pohon-pohon besar dan kecil ditebang dan tidak ada regenerasi. Hujan banjir, kemarau kekeringan. Kerusakan hutan memperparah pemanasan global. Gas rumah kaca, khususnya CO2 dan chloro fluorocarbon yang karbon dihasilkan dari penggunaan batubara, minyak bumi, gas, penggundulan hutan, serta pembakaran hutan. Hutan merupakan paru-paru bumi yang mempunyai fungsi mengabsorsi gas CO2 agar ozon tidak rusak. Dalam mengelola hutan, kepentingan ekonomi lebih dominan daripada kepentingan ekologi. Penegakan hukum lemah dan merugikan keuangan negara. Departemen Kehutanan mengumumkan, setiap hari Indonesia kehilangan satu spesies (punah) termasuk Harimau Sumatera. Faktor lainnya birokrasi liar, tidak ada koordinasi, komitmen, dan akuntabilitas. Kerancuan kewenangan antara pusat dan daerah, tumpang-tindih perizinan. Masyarakat belum terlibat sehingga belum merasa memiliki.

Kelangkaan minyak tanah yang kerap mendera penduduk di berbagai daerah di Banyumas, Jawa Tengah, akhir-akhir ini dikhawatirkan memacu penduduk kembali menggunakan kayu bakar dan menebang pohon tanaman keras.

1.5 Pelestarian Hutan

Pelestarian dalam pengertian yang luas merupakan salah satu penerapan yang penting dari ekologi. Tujuan dari pelestarian yang sebenarnya adalah memastikan pengawetan kualitas lingkungan yang mengindahkan estitika dan kebutuhan maupun hasilnya serta memastikan kelanjutan hasil tanaman, hewan, bahan-bahan yang berguna dengan menciptakan siklus seimbang antara panenan dan pembaharuan.Sumber masalah kerusakan lingkungan terjadi sebagai akibat dilampauinya daya dukung lingkungan, yaitu tekanan penduduk terhadap lahan yang berlebihan. Kerusakan klingkungan hanyalah akibat atau gejala saja , karena itu penanggulangan kerusakan lingkungan itu sendiri hanyalah merupakan penanggulangan yang sistematis, yaitu penanggulangannya harus dilakukan lebih mendasar yang berarti menanggulangi penyebab dari kerusakan lingkungan. Karena itu sebab keruskan lingkungan yang berupa tekanan penduduk terhadap sumber daya alam yang berlebih harus ditangani. Melestarikan hutan berarti kita melestarikan lingkungan hidup. Jika kita mengetahui mengenai sesuatu mengenai potensi alam dan faktor-faktor yang membatasi kita dapat menentukan penggunaan terbaik. Ekosistem-ekosistem baru yang berkembang yang diciptakan manusia , seperti pertanian padang rumput, gurun pasir yang diairi, penyimpanan-penyimpanan air, pertanian tropika akan bertahan untuk jangka waktu lama hanya jika keseimbangan-keseimbangan material dan energi tercapai antara komponen-komponen biotik dan fisik. Karena itu penting sekali untuk melestarikan hutan.Melakukan pelestarian hutan sama dengan menyelamatkan ekosistem dari hutan itu sendiri, ekosistem terbentuk oleh komponen hidup dan tak hidup di suatu tempat yang berinteraksi membentMuk suatu kesatuan yang teratur. Keteraturan itu terjadi oleh adanya arus materi dan energi yang terkendalikan oleh arus informasi antara komponen dalam ekosistem itu. Masing-masing komponen mempunyai fungsi atau relung , selama masing-masing komponen itu melakukan fungsinya dan bekerja sama dengan baik , keteraturan ekosistem itupun terjaga. Keteraturan ekosistem menunjukkan ekosistem tersebut ada dalam suatu keseimbangan tertentu . Keseimbangan itu tidak bersifat statis malainkan dinamis , ia selalu berubah-ubah , kadang-kadang perubahan itu besar dan kadang-kadang kecil. Perubahan itu dapat terjadi secara alamiah maupun sebagai perbuatan manusia. (Oszaer, 2002). Usaha, cara, dan metode pelestarian hutan dapat dilakukan dengan mencegah perladangan berpindah yang tidak menggunakan kaidah pelestarian hutan , waspada dan hati- hati terhadap api dan reboisasi lahan gundul serta tebang pilih tanam kembali. Melestarikan hutan berarti kita melestarikan lingkungan hidup, karena dengan menyelamatkan hutan kita juga menyelamatkan semua komponen kehidupan. Jika kita mengetahui mengenai sesuatu mengenai potensi alam dan faktor-faktor yang membatasi kita dapat menentukan penggunaan terbaik. Ekosistem-ekosistem baru yang berkembang yang diciptakan manusia , seperti pertanian padang rumput, gurun pasir yang diairi, penyimpanan-penyimpanan air, pertanian tropika akan bertahan untuk jangka waktu lama hanya jika keseimbangan-keseimbangan material dan energi tercapai antara komponen-komponen biotik dan fisik. Karena itu penting sekali untuk melestarikan hutan.

PENUTUPPengelolaan hutan Indonesia yang dilakukan dengan benar dan berkesinambungan dengan menjaga kelestarian alam adalah bukan hanya dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat tetapi lebih dari itu merupakan penyelamatan hutan Indonesia yang merupakan tugas mulia bagi masyarakat Indonesia. Penulis menyadari bahwa Tuhan Yang Maha Esa telah menciptakan langit, bumi dan seisinya untuk dikelola oleh manusia dengan sebaik-baiknya agar tidak terjadi kerusakan. Allah SWT telah berfirman dalam kitab suci Al Quran,telah tampak kerusakan di darat dan di lautan dikarenakan perbuatan tangan manusia, Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, supaya mereka kembali (ke jalan yang benar). Hal tersebut menunjukkan bahwa kerusakan sumber daya hutan Indonesia adalah disebabkan oleh orang-orang yang yang tidak bertanggung jawab. Namun akibat dari kerusakan yang terjadi tersebut, seperti banjir bukan hanya dirasakan oleh pelaku kerusakan itu sendiri juga oleh orang-orang yang tidak pernah berinteraksi atau jauh dengan hutan.

Melihat kondisi hutan yang sedemikian rusaknya, maka semua elemen terutama yang memiliki hubungan dengan hutan, harus terlibat dalam pengelolaanya secara lestari. Patut kita renungkan bersama isi sebuah nasihat, apabila dalam sebuah kapal dimana penumpang kapal bagian atas dan bagian bawah masing-masing mementingkan diri dan kelompoknya. Ketika penumpang kapal yang dibawah tidak memiliki air minum dan kemudian memilih untuk melubangi kapal. Apabila penumpang yang diatas tidak melarangnya, maka sudah pasti kecelakaan bagi semua penumpang kapal tersebut. Demikian pula pengelolaan sumber daya hutan dengan baik dalam rangka penyelamataan hutan Indonesia adalah menjadi tugas mulia bagi siapa saja, walaupun tidak memiliki hubungan langsung dengan hutan, karena akan merasakan akibatnya dari kesalahan pengelolaan yaang terjadi. Sedangkan pihak-pihak yang berhubungan dengan hutan dari semua elemen di negara ini, maka mengelola hutan dengan menjaga kelestariannya adalah menyelamatkan kehidupannya dan manusia pada umumnya.

DAFTAR PUSTAKA

Agung Nugraha, 2000; Quo Vadis, Kehutanan Indonesia, Bunga Rampai Perenungan Seorang Rimbawan. Penerbir BIGRAF. Jogyakarta.

Charles Victor Barber, N.C. Johnson, E Hafild, 1999; Menyelamatkan Sisa Hutan Di Indonesia dan Amerika Serikat, Yayasan Obor Indonesia. Jakarta.

Hasanu Simon, 1993. Hutan Jati dan Kemakmuran; Problematika dan Strategi Pemecahannya. Penerbit Aditya Media, Jogyakarta.

Ida Aju Pradnja Resosudarmo dan C.J. Pierce Colfer, 2003. Kemana Harus Melangkah; Masyarakat, Hutan Dan perumusan Kebijakan di Indonesia.

Judith Gradwohl dan Russel Greenberg, 1991. Menyelamatkan Hutan Tropika. Yayasan Obor, Jakarta.

Oszaer Robert. 2002. Pengelolaan Pulau Sebagai Dasar Perencanaan Pengembangan Daerah Kepulauan Berbasis Kemandirian Lokal, Ambon.

Arif, A. 2003. Hutan Mangrove Fungsi dan Manfaatnya. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Barr, C. 2007. Intensively Managed Forest Plantation in Indonesia. Overview of recent trend and current plans. Meeting of the Forest Dialogue. Pekanbaru March 7-8, 2007. Center for International Forestry Research (CIFOR)