hukum waralaba

download hukum waralaba

If you can't read please download the document

description

hukum waralaba

Transcript of hukum waralaba

3

BAB IPENDAHULUAN

Latar BelakangDalam dunia usaha yang selalu bergerak dinamis, pelaku usaha selalu mencari terobosan baru dalam mengembangkan usahanya. Salah satu terobosan yang dilakukan oleh pelaku bisnis adalah pengembangan usaha melalui sistem franchisee yang di Indonesia diistilahkan dengan waralaba. Sistem ini bagi sebagian usahawan yang ingin mengembangkan usahanya dipandang efektif dan tepat guna dalam pengembangan suatu perusahaan karena tidak membutuhkan investasi langsung melainkan melibatkan kerja sama pihak lain.

Franchise sebagai bentuk usaha banyak mendapat perhatian para pelaku bisnis, dikarenakan dapat menjadi salah satu cara untuk meningkatkan kegiatan perekonomian dan memberikan kesempatan kepada golongan ekonomi lemah untuk berusaha. Ini berarti bahwa franchise dapat memberikan kesempatan kerja, pemerataan dan juga menciptakan lapangan kerja masyarakat.

Rumusan MasalahApa definisi waralaba ?Apa saja elemen-elemen pokok dalam bisnis waralaba ?Apa saja hak dan kewajiban franchisor dan franchisee ?Apa saja keuntungan dan kerugian sistem franchise ?Apa saja tipe-tipe waralaba ?Bagaimana aspek hukum perjanjian franchise ?Bagaimana contoh kasus waralaba di Indonesia ?

TujuanUntuk mengetahui definisi waralaba. Untuk mengetahui elemen-elemen pokok dalam bisnis waralaba. Untuk mengetahui hak dan kewajiban franchisor dan franchisee.Untuk mengetahui keuntungan dan kerugian sistem franchise.Untuk mengetahui tipe-tipe waralaba. Untuk mengetahui aspek hukum perjanjian franchise.Untuk mengetahui contoh kasus waralaba di Indonesia.

BAB IIPEMBAHASAN

Definisi WaralabaKata franchise berasal dari bahasa Perancis affranchir yang berarti bebas atau lengkapnya bebas dari hambatan hambatan (free form sevited). Dalam bidang bisnis, franchise berarti kebebasan yang diperoleh oleh seorang pengusaha untuk menjalankan usahanya sendiri di wilayah tertentu dan dalam bentuk tertentu. Yustian Ismail, Pengembangan Franchise dan larangan Ritel besar masuk Kabupaten (Business News, 1997) 3. Sedangkan pewaralabaan (franchising) adalah suatu aktivitas dengan sistem waralaba (franchise), yaitu suatu sistem keterkaitan usaha saling menguntungkan antara pemberi waralaba dan penerima waralaba.

Menurut Gareth R. Jones dan Jennifer M. George mengatakan bahwa franchising adalah menjual kepada pihak mancanegara suatu merek sekaligus cara pengoperasiannya untuk mendapatkan sejumlah pembayaran plus bagian dari keuntungan. Menurut Dr. Martin Mendelsonh, pakar waralaba asal Amerika Serikat, format bisnis Franchoise adalah izin dari satu orang (franchisor) kepada orang lain (franchisee), yang memberi hak (dan biasanya mempersyaratkan) franchisor untuk mengadakan bisnis di bawah nama dagang franchisor, meliputi seluruh elemen yang dibutuhkan untuk membuat orang yang sebelumnya belum terlatih dalam berbisnis untuk mampu menjalankan bisnis yang dikembangkan/dibangun oleh franchisor di bawah brand miliknya, dan setelah di training untuk menjalankannya berdasarkan pada basis yang ditentukan sebelumnya dengan pendampingan yang berkelanjutan.Di Indonesia konsep Franchise diterjemahkan dengan istilah waralaba. kata waralaba pertama kali diperkenalkan oleh Lembaga Pendidikan dan Pembinaan Manajemen (LPPM). Waralaba berasal dari kata wara yang berarti lebih atau istimewa dan laba berarti untung. Jadi, waralaba berarti usaha yang memberikan keuntungan yang lebih atau istimewa yang berbeda dengan bisnis konvensional yang sudah ada.Menurut V. Winarto, Waralaba adalah hubungan kemitraan antara usahawan yang usahanya kuat dan sukses dengan usahawan yang relatif baru atau lemah dalam usaha tersebut dengan tujuan saling menguntungkan khususnya dalam bidang usaha penyediaan bidang usaha penyediaan produk dan jasa langsung kepada konsumen. Sedangkan Imam Sjaputra Tunggal memaknai waralaba sebagai salah satu bentuk kesepakatan, yaitu pemilik dari suatu produk atau jasa mengizinkan orang lain untuk membeli hak distribusi produk atau jasa tersebut dan mengoperasikannya dengan bantuan pemilik. Lukman Hakim, Info Lengkap Waralaba (Yogyakarta:MedPress, 2008), 14-18.Franchise menurut Ensiklopedia Nasional Indonesia (ENI) adalah sebagai berikut : Suatu bentuk kerjasama manufaktur atau penjualan antara pemilik franchise dan pembeli franchise atas dasar kontrak dan pembayaran royalty. Kerjasama ini meliputi pemberian lisensi atau hak pakai oleh pemegang franchise yang memiliki nama atau merek, gagasan, proses, formula, atau alat khusus ciptaannya kepada pihak pembeli franchise disertai dukungan teknis dalam bentuk manajemen, pelatihan, promosi dan sebagainya. Untuk itu, pembeli franchise membayar hak pakai tersebut disertai royalty, yang pada umumnya merupakan persentase dari jumlah penjualan. Syahmin AK, Hukum Kontrak Internasional (Jakarta : PT RajaGrafindo Persada2006), 207-208).

Elemen-Elemen Pokok Dalam Bisnis WaralabaSemua definisi yang telah dipaparkan di atas, baik dari mancanegara maupun domestik, menunjukkan bahwa Franchise pada dasarnya mengandung elemen-elemen pokok sebagai berikut:

Franchisor yaitu pihak pemilik/produsen dari barang atau jasa yang telah memiliki merek tertentu serta memberikan hak eksklusif tertentu untuk pemasaran dari barang atau jasa itu.Franchisee yaitu pihak yang menerima hak eksklusif itu dari franchisor. Adanya penyerahan hak-hak secara eksklusif (dalam praktik meliputi berbagai macam hak milik intelektual/hak milik perindustrian) dari franchisor kepada franchisee.Adanya penetapan wilayah tertentu, franchise area di mana franchise diberikan hak untuk beroperasi di wilayah tertentu. Contoh: hanya diperbolehkan untuk beroperasi di Pulau jawa.Adanya imbal prestasi dari franchisee kepada franchisor yang berupa Initial Fee dan Royalities serta biaya-biaya lain yang disepakati oleh kedua belah pihak.Adanya standar mutu yang ditetapkan oleh franchisor bagi franchisee, supaya supervisi secara berkala dalam merpertahankan mutu.Adanya pelatihan awal, pelatihan yang bersifat berkesinambungan, yang diselenggarakan oleh franchisor guna peningkatan keterampilan. Hakim, Info Lengkap Waralaba, 18-19.

Hak dan Kewajiban Franchisor dan Franchisee

Hak dan kewajiban franchisor dan franchisee menurut Kepmen Perindustrian dan Perdagangan No.259/MPP/Kep/1997 tanggal 30 Juli 1997:Hak dan Kewajiban Franchisor

Hak Franchisor

Melakukan pengawasan jalannya waralaba.Memperoleh laporan berkala atas jalannya usaha waralaba franchisee tersebut.Melaksanakan inspeksi pada usaha franchisee untuk memastikan semua berjalan sebagaimana mestinya.Sampai batas tertentu, mewajibkan franchisee dalam hal-hal tertentu membeli barang-barang tertentu dari franchisor.Mewajibkan franchisee merahasiakan, HAKI, penemuan, atau ciri khas usaha waralaba tersebut.Mewajibkan franchisee untuk tidak melakukan kegiatan yang sejenis, serupa, atau apa saja yang bisa menimbulkan persaingan usaha baik langsung ataupun tidak langsung dengan usaha waralaba tersebut.Menerima pembayaran royalty fee.Meminta dilakukannya pendaftaran atas waralaba yang diberikan kepada franchisee.Jika waralaba berakhir, franchisor berhak meminta kepada franchisee untuk mengembalikan semua data, informasi, maupun keterangan yang diperoleh franchisee selama masa pelaksanaan waralaba.Jika waralaba berakhir, franchisor berhak melarang kepada franchisee untuk memanfaatkan lebih lanjut semua data, informasi, maupun keterangan yang diperoleh franchisee selama masa pelaksanaan waralaba.Jika waralaba berakhir, franchisor berhak untuk tetap mewajibkan franchisee untuk tidak melakukan kegiatan yang sejenis, serupa, atau apa saja yang bisa menimbulkan persaingan usaha baik langsung ataupun tidak langsung dengan usaha waralaba tersebut.Pemberian waralaba, kecuali yang bersifat eksklusif, tidak menghapuskan hak franchisor untuk tetap memanfaatkan, menggunakan, atau melaksanakan sendiri HAKI, penemuan, atau ciri khas waralaba tersebut.

Kewajiban Franchisor

Memberikan segala macam informasi yang berhubungan dengan HAKI, penemuan, atau ciri khas waralaba, misalnya sistem manajemen usaha, cara penjualan atau cara penetapan atau cara distribusi yang merupakan karakteristik waralaba, dalam rangka pelaksanaan waralaba yang diberikan tersebut.Memberikan bantuan pada franchisee berupa pembinaan, bimbingan, dan pelatihan kepada franchisee.

Hak dan Kewajiban FranchisorHak Franchisee

Memperoleh segala macam informasi yang berhubungan dengan HAKI, penemuan, atau ciri khas waralaba misalnya sistem manajemen usaha, cara penjualan atau cara penataan atau cara distribusi yang merupakan karakteristik waralaba, dalam rangka pelaksanaan waralaba yang diberikan.Memperoleh bantuan dari franchisor atas segala macam cara pemanfaatan dan penggunaan HAKI, penemuan, atau ciri khas waralaba misalnya sistem manajemen usaha, cara penjualan atau cara penataan atau cara distribusi yang merupakan karakteristik waralaba, dalam rangka pelaksanaan waralaba yang diberikan tersebut.

Kewajiban Franchisee

Melaksanakan seluruh instruksi yang diberikan oleh franchisor kepadanya guna melaksanakan HAKI, penemuan, atau ciri khas usaha waralaba tersebut.Memberikan keluasaan kepada franchisor untuk melakukan pengawasan dan ispeksi berkala maupun secara tiba-tiba guna memastikan bahwa franchisee telah melaksanakan waralaba yang digunakan dengan baik.Memberikan laporan berkala ataupun laporan khusus atas permintaan franchisor.Sampai batas tertentu, membeli barang modal atau barang-barang tertentu dari franchisor.Menjaga kerahasiaan HAKI, penemuan, atau ciri khas usaha waralaba tersebut, baik selama ataupun setelah berakhirnya masa pemberian waralaba.Melaporkan segala pelanggaran HAKI, penemuan, atau ciri khas usaha waralaba tersebut yang terjadi dalam praktek.Tidak memanfaatkan HAKI, penemuan, atau ciri khas usaha waralaba tersebut selain dengan tujuan melaksanakan waralaba yang diberikan.Melakukan pendaftaran waralaba.Tidak melakukan kegiatan yang sejenis, serupa, atau apa saja yang bisa menimbulkan persaingan usaha baik langsung ataupun tidak langsung dengan usaha waralaba tersebut.Melakukan pembayaran royalty fee yang telah disepakati bersama.Jika waralaba berakhir, mengembalikan semua data, informasi, maupun keterangan yang diperoleh franchisee selama masa pelaksanaan waralaba.Jika waralaba berakhir, tidak lagi memanfaatkan lebih lanjut semua data, informasi, maupun keterangan yang diperoleh franchisee selama masa pelaksanaan waralaba. Pietra Sarosa, Kiat Praktis Membuka Usaha: Mewaralabakan Usaha Anda (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2004), 120-122.

Keuntungan dan Kerugian Sistem Franchise Keuntungan Franchise bagi Pihak Franchisee.

Kurangnya pengetahuan dan ketrampilan dari pihak franchisee dapat ditanggulangi dengan program-program pelatihan yang disediakan oleh pihak franchisor. Karena pihak franchisee pada prinsipnya memiliki bisnisnya sendiri sebagai franchisee (yang hanya terikat kontrak dengan pihak franchisor) maka dia mempunyai insentif yang besar untuk berusaha sekuat tenaga untuk dapat memajukan bisnisnya itu, disamping mendapat bantuan dan bimbingan yang terus menerus dari pihak franchisor. Terdapat keuntungan bagi franchisee yang langsung dapat berbisnis dibawah nama besar dan terkenal dari pihak franchisor. Dibandingkan apabila franchisee berbisnis secara biasa maka dengan berbisnis secara franchise pihak franchisee dapat menghemat cost dan bermodalan yang diperlukan, hal ini dikarenakan operasi percobaan yang dilakukan oleh pihak franchisor, sehingga menemukan sistem yang efektif tetapi paling irit biaya. Seringkali pihak franchisee menerima juga bantuan-bantuan berikut ini,

yaitu : Penyeleksian tempatPersiapan rencana perbaikan model gedung sehingga sesuai dengan rencana tata kota atau ketentuan hukum lainnya yang berlakuPerolehan dana untuk sebagian biaya akuisisi dari bisnis yang di franchisekanPelatihan staffPembelian peralatan Seleksi dan pembelian suku cadang Bantuan pembukaan bisnis dan menjalankannya dengan lancar

Keuntungan atas adanya iklan bersama secara meluas dari aktifitas iklan dan promosi franchisor. Keuntungan bagi franchisee dari adanya daya beli yang besar dan negosiasi yang dilakukan pihak franchisor atas nama seluruh jaringan franchisee. Adanya akses bagi pihak franchisee untuk mendapatkan pengetahuan dan skill khusus dari pihak franchisor. Resiko dalam bisnis franchise umumnya kecil dibandingkan dengan bisnis bisnis model lainnya. Franchisee memperoleh jasa-jasa dari staf lapangan pihak franchisor. Franchisee mendapatkan hak untuk menggunakan merek dagang, paten, hak cipta, rahasia dagang, serta proses formula dan resep rahasia milik franchisor. Franchisee mengambil manfaat dari hasil program riset yang dilakukan secara terus menerus oleh franchisor, sehingga dapat memperkuat daya saing. Informasi dan penglaman dari seluruh jaringan franchise yang ada lewat franchisor dapat disebarkan ke seluruh jaringan yang ada. Lebih mudah bagai franchisee untuk memperoleh dana dari penyandang dana karena nama besar dan keberhasilan dari pihak franchisor. Kerugian Franchise bagi Pihak Franchisee.

Kontrol yang besar oleh pihak franchisor terhadap pihak franchisee menyebabkan pihak franchisee hilang kemandiriannya. Pihak franchisee harus membayar berbagai macam fee kepada pihak franchisor. Biasanya kontrak franchise berisikan juga pembatasan-pembatasan terhadap bisnis franchise dan ruang gerak dari pihak franchisee. Franchisee menjadi terlalu bergantung pada pihak franchisor. Kebijakan-kebijakan pihak franchisor tidak selamanya berkenan dihati pihak franchisee. Franchisor bisa jadi juga membuat kesalahan dalam kebijaksanaannya. Turunnya reputasi dan citra dari merek bisnis franchisor karena alasan yang tidak terduga-duga sebelumnya.

Keuntungan Franchise bagi Pihak Franchisor

Usahanya dapat cepat berkembang tetapi dengan menggunakan modal dan motivasi dari pihak franchisee. Mudahnya dikembangkan suatu pasar baru atau perluasan wilayah baru karena nama franchisor yang sudah terkenal itu. Franchisee akan memiliki motivasi yang kuat untuk mengembangkan bisnis franchise, karena dia memiliki bisnisnya sendiri. Kecilnya modal untuk memperluas usaha karena sebagian besar modal ditanggung oleh pihak franchisee. Jumlah karyawan dari pihak franchisor relatif lebih sedikit. Setiap dibuka unit franchise yang baru biasanya daya beli kelompok usaha relatif meningkat. Banyak dana dapat dihemat karena adanya promosi dan pelayanan bersama. Return on Investment cukup tinggi, terutama setelah tahun kedua atau ketiga.

Kerugian Franchise bagi Franchisor

Franchisor tidak gampang mendikte franchisee, sehingga tidak gampang baginya untuk mengadakan perubahan atau inovasi bisnis yang baru. Timbul kesulitan bagi franchisor dikarenakan biasanya terdapat harapan yang terlalu tinggi bagi pihak franchisee yakni untuk mendapat keuntungan yang sebesar-besarnya dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Jika ada kenaikan dari segi biaya biasanya pihak franchisor tidak mudah untuk meyakinkan pihak franchisee. Dapat menghancurkan reputasi dari pihak franchisor jika pihak franchisee ternyata dipilih secara tidak tepat. Mengingat ikatan franchise biasanya untuk jangka waktu yang lama maka apabila pihak franchisor ingin mengakhiri perjanjian franchise secara sepihak, misalnya karena ada kejadian yang tidak terantisipasi, tidak gampang diakhiri kontrak franchise tersebut tanpa alasan-alasan yang sah.

Tipe-Tipe Waralaba

Secara umum, sistem pewaralabaan dibedakan menjadi dua kategori besar, yaitu waralaba produk dan merek dagang serta waralaba format bisnis. Leon C. Megginson dan kawan-kawan membagi dua tipe sistem kewaralabaan sebagai berikut:Product and Trademark Franchising (Waralaba Produk dan Merek Dagang)

Dalam format ini, franchisor memberikan kepada franchisee hak untuk menjual secara luas suatu produk atau brand tertentu. Dalam Product and trade-name franchise (atau sering disingkat product franchise), pemberi waralaba menghasilkan produk dan penerima waralaba menyediakan outlet untuk produk yang dihasilkan pemberi waralaba. Hakim, Info Lengkap Waralaba, 22.Dalam waralaba produk dan merek dagang, pemberi waralaba memberikan hak kepada penerima waralaba untuk menjual produk yang dikembangkan oleh pemberi waralaba yang disertai dengan pemberian izin untuk menggunakan merek dagang milik pemberi waralaba. Atas pemberian izin penggunaan merek dagang tersebut biasanya pemberi waralaba mendapatkan suatu bentuk pembayaran royalty dimuka, dan selanjutnya pemberi waralaba memperoleh keuntungan melalui penjualan produk yang diwaralabakan kepada penerima waralaba.Contohnya waralaba pompa bensin. Suhamoko, Hukum Perjanjian-Teori dan Analisa Kasus (Jakarta: Kencana, 2004), 189-190. Bussiness Format Franchising (Waralaba Format Bisnis)

Franchisor memberikan kepada franchisee hak untuk memasarkan suatu produk atau merek dagang tertentu serta menggunakan sistem operasi lengkap dari franchisor, yang meliputi: pemasaran, iklan, perencanaan strategik, pelatihan produksi, pedoman pengendalian mutu, dan lain-lain. Dalam Bussiness Format Franchises (atau disebut operating system franchises), penerima waralaba diberi lisensi untuk melakukan usaha dengan menggunakan paket bisnis dan merek dagang yang telah dikembangkan oleh pemberi waralaba. Di atas itu biasanya franchisee membayar royalti atau membayar dari sebagian hasil penjualan. contohnya adalah McDonalds. Hakim, Info Lengkap Waralaba, 22.

Aspek Hukum Perjanjian Franchise Dalam perjanjian franchise mengandung aspek-aspek hukum diantaranya adalah :

Perjanjian Franchise

Perjanjian franchise merupakan transaksi bisnis, dalam hal ini juga dapat dimasukkan dalam hukum perdata internasional (HPI) karena adanya unsur-unsur asing antara franchisor dan franchisee, bila masing-masing negara mempunyai pengertian yang berlainan maka diketahui hukum mana yang akan digunakan dalam perjanjian franchise tersebut. Ada beberapa kemungkinan mengenai hukum yang harus dipergunakan dalam perjanjian franchise. Hal ini disebabkan karena hak-hak dan kewajiban dari masing-masing pihak yang harus dilaksanakan menurut perjanjian franchise dapat terjadi atau berlangsung di negara yang bersangkutan atau dari negara ke tiga. Di dalam perjanjian franchise ini hukum yang berlaku dapat ditentukan oleh para pihak sendiri atau berdasarkan asas- asas umum berlaku pada kontrak internasional. Dasar Hukum Mengenai Perjanjian Franchise Di Indonesia

Peraturan Pemerintah Nomor 16 tahun 1997 tentang Waralaba (Franchise).

Pengaturan tentang masalah franchise di Indonesia saat ini secara khusus telah diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 16 tahun 1997 tentang Waralaba (Franchise) yang telah diundangkan pada tanggal 18 juni 1997, karena Pemerintah beranggapan bahwa sistem franchise ini merupakan salah satu cara yang efektif untuk meningkatkan kegiatan perekonomian negera kita yang sedang lesu dan memberikan kesempatan kepada masyarakat khususnya kepada golongan ekonomi lemah untuk berusaha melaksanakan bisnisnya. Oleh karena itulah Pemerintah mengeluarkan peraturan perundang-undangan tersebut.

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

Segala peraturan yang mengatur tentang franchise tetaplah harus tunduk pada peraturan dan ketentuan dalam KUHPerdata. Ketentuan mengenai perjanijan dalam KUHPerdata itu diatur dalam buku III yang mempunyai sifat terbuka, dimana dengan sifatnya yang terbuka itu akan memberikan kebebasan berkontrak kepada para pihaknya, dengan adanya asas kebebasan berkontrak memungkinkan untuk setiap orang dapat membuat segala macam perjanjian. Perjanjian Lisensi harus tunduk pada ketentuan umum Hukum perdata pasal 1319 KUHPerdata yang berisi Semua Perjanjian, baik yang mempunyai suatu nama khusus, maupun yang tidak terkenal dengan suatu nama tertentu, tunduk pada peraturan-peraturan umum, yang termuat didalam bab ini dan bab yang lalu. Selain asas kebebasan berkontrak suatu perjanjian juga harus menganut asas konsensualitas, dimana asas tersebut merupakan dasar dari adanya sebuah perjanjian yang akan dibuat oleh para pihak dimana adanya kata sepakat antara para pihak dalam perjanian. Didalam perjanjian diperlukan kata sepakat, sebagai langkah awal sahnya suatu perjanjian yang diikuti dengan syarat-syarat lainnya maka setelah perjanjian tersebut maka perjanjian itu akan berlaku sebagai undang- undang bagi para pihaknya hal itu diatur dalam pasal 1338 ayat 1 KUHPerdata yang berbunyi : Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Disamping kedua asas diatas ada satu faktor utama yang harus dimiliki oleh para pihak yaitu adanya suatu itikad baik dari masing-masing pihak untuk melaksanakan perjanjian. Asas tentang itikad baik itu diatur didalam pasal 1338 ayat 3 KUHPerdata yang berbunyi : Suatu Perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik. Didalam membuat suatu perjanjian para pihak harus memenuhi ketentuan pasal 1320 KUHPerdata tentang syarat sahnya suatu perjanjian : Adanya kata sepakat diantara para pihak. Kecakapan para pihak dalam hukum. Suatu hal tertentu. Kausa yang halal.

Undang-undang Nomor 15 tahun 2001 tentang Merek.

Ketentuan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang merek merupakan salah satu peraturan yang menjadi dasar hukum dari terbentuknya suatu perjanjian franchise merek dagang dan juga merupakan faktor utama serta memegang peranan yang sangat penting di dalam adanya suatu franchise. Franchise merupakan pengkhususan dari merek. Undang-undang Nomor 2 tahun 1992 tengang Usaha Asuransi

Setiap bentuk usaha apapun dan dalam bentuk apapun pastilah akan mempunyai resiko didalam perjalanannya. Bentuk resiko yang akan dihadapi oleh para pihak dalam bisnis franchise adalah resiko kerugian. Namun hal tersebut oleh para pihak dapat diatasi dengan cara memasukan usaha franchisenya ke dalam asuransi, dengan asuransi maka para pihak tidak perlu memikirkan resiko kerugian yang akan diderita, dengan asuransi resiko kerugian bisa ditutup atau paling tidak resiko tersebut bisa diperkecil. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia Nomor 295/MPP/1997 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Pendaftaran Usaha Waralaba.

Setiap usaha waralaba (Franchise) yang akan berdiri dan memulai usahanya harus mendaftarkan diri agar usahanya tersebut sah atau legal menurut hukum yang berlaku. Kewajiban bagi setiap penerima waralaba (franchise) untuk mendaftarkan usahanya diatur dalam pasal 11 ayat 1 dimana jelaskan : Bahwa setiap penerima waralaba (Franchisee) atau penerima waralaba (Franchisee) lanjutan, wajib mendaftarkan perjanjian waralabanya beserta keterangan tertulis sebagaimana yang dimaksud didalam pasal 5 keputusan ini pada departemen perindustrian dan perdagangan Cq Pejabat yang berwenang menerbitkan STPUW. Juajir Sumardi, Aspek-Aspek Hukum Franchise dan Perusahaan Transnasional, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1995.

Contoh Kasus WaralabaBREAKING NEWS: Indomaret Deliserdang Akui Buka Outlet Tanpa IzinRabu, 22 Januari 2014 14:03 WIBLaporan Wartawan Tribun Medan, Indra Gunawan Sipahutar

TRIBUNNEWS.COM, LUBUK PAKAM- PihakIndomarettidak menampik tuduhan yang dilontarkan oleh Komisi C DPRD Deliserdang terkait adanya 17 outlet di Deliserdang yang tidak berizin.SupervisorIndomaretRoy mengatakan pihaknya sudah pernah beritikat baik untuk melakukan pengurusan izin."Ceritanya itu gini, kami dapat lapak dan sedang renovasi. Disaat itu kami ajukan permohonan izin. Tapi pas mau diurus izinnya rupanya ada peraturan baru katanya di Pemkab. Kalau memang ada peraturan baru peraturan lama diberlakukan lah aturannya," ujar Roy yang dihubungi melalui telepon selulernya, Rabu (22/1/2014).Meski belum dikeluarkan izin ia mengakui kalau pihaknya tetap saja membuka outlet. Dalam hal ini dia menginginkan ada kebijaksanaan yang baik dari Pemkab Deliserdang karena ada itikad baik untuk melakukan pengurusan izin sudah ada.Sebelumnya pihakIndomaretdipanggil oleh Komisi C DPRD Deliserdang. Namun pihakIndomarettidak memenuhi panggilan DPRD itu.(dra/tribun-medan.com) http://www.tribunnews.com/regional/2014/01/22/breaking-news-indomaret-deliserdang-akui-buka-outlet-tanpa-izin

BAB IIIPENUTUP

KesimpulanDari pembahasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa

DAFTAR PUSTAKA

Hakim, Lukman. 2008. Info Lengkap Waralaba. Yogyakarta: MedPress.Ismail, Yustian. 1997. Pengembangan Franchise dan larangan Ritel besar masuk Kabupaten. Business News. Sarosa Pietra. 2004. Kiat Praktis Membuka Usaha: Mewaralabakan Usaha Anda. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.Suhamoko. 2004. Hukum Perjanjian-Teori dan Analisa Kasus. Jakarta: Kencana. Sumardi, Juajir. 1995. Aspek-Aspek Hukum Franchise dan Perusahaan Transnasional. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti. Syahmin AK. 2006. Hukum Kontrak Internasional. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada.Tribun News. Indomaret Deliserdang Akui Buka Outlet Tanpa Izin , dalam http://www.tribunnews.com/regional/2014/01/22/breaking-news-indomaret-deliserdang-akui-buka-outlet-tanpa-izin (diakses pada 05-10-2014)