Hukum Perkembangan
-
Upload
mukhlisuddin-marzuki -
Category
Documents
-
view
7 -
download
0
description
Transcript of Hukum Perkembangan
PSIKOLOGI HUKUM
“HUKUM PERKEMBANGAN”1
A. Pendahuluan
Psikologi perkembangan adalah cabang dari disiplin psikologi yang
memfokuskan studi pada perubahan-perubahan dan perkembangan stuktur
jasmani, perilaku dan kondisi mental manusia dalam berbagai tahap
kehidupannya. Mempelajari psikologi perkembangan tidak hanya bagi orang
tua dan guru dalam memberikan pelayanan dan pendidikan kepada anak
sesuai tahap perkembangannya, melainkan juga berguna dalam memahami
diri sendiri.
Psikologi perkembangan akan memberikan wawasan dan pemahaman
tentang sejarah perjalanan hidup. Lebih dari itu psikologi perkembangan juga
berguna bagi pengambil kebijaksanaan dalam merumuskan program-program
bantuan bagi anak –anak dan remaja. Berdasarkan pada materi psikologi
perkembangan, setiap manusia pasti mengalami pertumbuhan dan
perkembangan di dalam hidupnya. Perkembangan merupakan perubahan yang
terus menerus dialami, tetapi ia tetap menjadi satu kesatuan. Perkembangan
berlangsung dengan perlahan - lahan melaui masa demi masa. Kadang-kadang
seseorang mengalami masa kritis pada masa anak-anak dan masa pubertas.
Di dalam perkembangan terdapat suatu hukum-hukum perkembangan,
yang mana hukum-hukum tersebut telah menunjukkan adanya hubungan yang
continue serta dapat diramalkan sebelumnya antara variabel-variabel yang
empirik. Dengan demikian Hukum Perkembangan sangatlah penting untuk
dipahami dan dipelajari.
B. Pembahasan
1. Hakikat Perkembangan
Untuk dapat memahami konsep perkembangan, terlebih dahulu perlu
memahami pertumbuhan, kematangan dan perubahan. Perkembangan tidak
1Materi Pertemuan ke III & IV Mata Kuliah Psikologi Hukum di Fakultas Syariah Dan Ekonomi Islam Institut Agama Islam (IAI) Al-Aziziyah Dosen Pengasuh Tgk. Mukhlisuddin, MA
terbatas pada pengertian pertumbuhan yang semakin membesar, melainkan di
dalamnya terkandung serangkaian perubahan yang berlangsung secara terus
menerus dan bersifat tetap dari fungsi jasmaniah dan rohaniah yang dimiliki
individu menuju ke tahap kematangan melalui pertumbuhan, pematangan dan
belajar. Perkembangan menghasilkan bentuk-bentuk dan ciri-ciri kemampuan
baru yang berlangsung dari tahap aktivitas yang sederhana ke tahap yang
lebih tinggi. Perkembangan itu bergerak secara berangsur-angsur tapi pasti,
yang kian hari kian bertambah maju, mulai dari masa pembuahan dan berakhir
dengan kematian.
Pertumbuhan merujuk pada perubahan-perubahan kuantitatif, yaitu
peningkatan dalam ukuran dan struktur yang lebih cenderung menunjuk pada
kemajuan fisik atau pertumbuhan tubuh yang melaju pada titik optimum dan
kemudian menurun menuju keruntuhannya. Kematangan merupakan suatu
potensi yang dibawa individu sejak lahir , timbul dan bersatu dengan
pembawaannya serta turut mengatur pula perkembangan tingkah laku
individu. Kematangan mula-mula merupakan hasil dari adanya perubahan-
perubahan tertentu dan penyesuaian struktur pada diri individu, seperti adanya
kematangan jaringan-jaringan tubuh, saraf dan kelenjar-kelenjar yang disebut
dengan kematangan biologis.Kematangan pada aspek psikis, meliputi keadaan
berpikir, rasa, kemauan. Perubahan yang terjadi dalam perkembangan dapat
dibagi kepada empat bentuk , yaitu perubahan dalam ukuran besarnya, dalam
proporsinya, hilangnya bentuk atau ciri-ciri lama, timbul atau lahirnya bentuk
atau ciri-ciri baru.
Jadi antara pertumbuhan dan kematangan selalu berjalan beriringan.
Yang mana pertumbuhan itu bersifat perubahan kuantitatif yang lebih condong
kedalam perubahan fisik, sedangkan perkembangan yaitu lebih mengarah
kepada berkembangnya potensi-potensi bawaan yang dimiliki oleh manusia.
2. Definisi Hukum Perkembangan
Proses perkembangan secara umum dapat diartikan sebagai rentetan
perubahan yang terjadi dalam perkembangan sesuatu. Proses perkembangan
merupakan suatu evolusi yang secara tidak sama pada setiap anak. Namun
demikian, perbedaan-perbedaan individual dimungkinkan terjadi karena faktor-
faktor pembawaan, pengalaman-pengalaman dalam lingkungan, dan faktor-
faktor lainnya, seperti iklim, sosiologis, ekonomis, dan sebagainya.
Selama hayatnya, manusia sebagai individu mengalami perkembangan
yang berlangsung secara berangsur-angsur, perlahan tapi pasti, menjalani
berbagai fase, dan ada kalanya diselingi oleh krisis yang datangnya pada
waktu-waktu tertentu. Proses perkembangan yang berkesinambungan,
beraturan, bergelombang naik dan turun, yang berjalan dengan kelajuan cepat
maupun lambat, semuanya itu menunjukkan betapa perkembangan mengikuti
patokan-patokan atau tunduk pada hukum-hukum tertentu, yang disebut
dengan “hukum perkembangan”.2
Setiap perkembangan manusia selalu beraturan, berkesinambungan,
dan ada kalanya cepat ataupun lambat. Dalam proses perkembangan ini,
disetiap tahapannya memiliki kaidahnya masing-masing yang telah ditentukan
oleh para ahli psikologi melalui eksperimen terdahulu. Sehingga bisa dijadikan
patokan dalam melihat perkembangan manusia. Apabila diamati perbedaan
pertumbuhan dan perkembangan setiap manusia, baik pada faktor jasmaniah
maupun faktor rohaniyah dalam waktu yang sama , maka akan melahirkan
prinsip-prinsip perkembangan, kemudian prinsip ini mengikuti hukum-hukum
perkembangan. Hukum perkembangan merupakan suatu konsepsi yang
biasanya bersifat deduktif, dan menunjukkan adanya hubungan yang tetap
(continue) serta dapat diramalkan sebagai hukum perkembangan.
Hukum perkembangan yaitu kaidah mendasar yang menunjuk wujud
nyata kehidupan anak, yang menjadi kesatuan dimana berdasarkan penilaian
dengan penelitian yang cermat. Hukum-hukum perkembangan tersebut akan
di uraikan sebagai berikut :
a. Hukum Kodrat Illahi
Tak dapat diingkari, bahwa perkembangan itu berpangkal pada
kehidupan. Sementara kehidupan itu penuh dengan ketentuan atau kodrat dari
Allah, Dzat yang maha pencipta dan pengatur .
2Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2009), h. 15.
Hukum kodrat illahi yang Pertama mengenai hidup itu sendiri. Manusia,
dalam kaitan ini, terikat oleh kodrat Allah “ untuk hidup”. Maka, hiduplah ia.
Tetapi, ia juga terikat oleh banyak ketentuan yang lain. Ia terikat oleh
ketentuan tentang: orang tua yang melahirkan, hari kelahiran, tempat di
lahirkan, wujud dirinya ketika lahir, dsb. Yang dimaksud dengan hukum kodrat
illahi adalah hukum yang sudah di gariskan dan selalu menyertai anak manusia
berupa potensi yang dibawa sejak lahir. Hal ini dapat di contohkan, ketika anak
dilahirkan telah bersama dengan kodratnya, maka bakat, pembawaan dan
potensi yang akan berkembang. Dengan demikian, arah perkembangan
manusia telah di tentukan oleh illahi melalui kodratnya, namun lingkungan juga
memiliki peran dalam perkembangan yang maksimal.
Kedua, terlihat pula adanya ketentuan ini, berkaitan dengan waktu-
waktu tertentu dimana seorang anak ” matang” untuk melakukan sesuatu.
Misalnya: umur 7 bulan, seorang anak bisa duduk dan merangkak.
Ketiga, sebagaimana sering terjadi, seorang anak sejak lahir telah
memiliki bakat atau keistimewaan tertentu, lebih dari kebanyakan anak yang
lain. Tetapi juga tidak mustahil, sementara ada pula yang ditakdirkan lahir
dalam keadaan cacat, lemah ingatan, kurang normal,dsb. Baik yang istimewa
maupun yang menyandang kekurangan, jelas sama-sama berpengaruh bagi
jalan perkembangannya.3
Hukum Kodrat menurut Thomas Aquinas, Gagasan dasarnya berbunyi:
Hiduplah sesuai dengan kodratmu! . Manusia hidup dengan baik apabila ia
hidup sesuai dengan kodratnya, buruk apabila tidak sesuai. Karena manusia
hanya dapat mengembangkan diri, hanya dapat mencapai tujuannya apabila ia
hidup seusai dengan kodratnya. Orang yang hidup berlawanan dengan
kodratnya tidak akan mencapai tujuannya, tidak akan mengembangkan dan
mengaktualisasikan seluruh potensinya. Karena itu, moralitas terdiri dalam
tindakan yang mengembangkan dan menyempurnakan kodratnya.
Maka jelaslah, hidup ini penuh dengan ketentuan illahi. Terutama
tampak nyata, pada awal kelahiran seseorang. Sebagian beruntung, karena
memiliki kecerdasan yang istimewa. Sementara yang lain, hidup dalam
3Imam Bawani, Pengantar Ilmu Jiwa Perkembangan,(Surabaya: Bina Ilmu, 1985), h..103-104.
keadaan serba kurang. Keduanya sama saja, punya akibat bagi jalan
perkembangannya. Tetapi apa hendak dikata, semua itu telah menjadi kodrat
illahi. Walhasil, perkembangan itu pada asalnya berpangkal pada kodrat illahi
atas setiap manusia. Karenanya, diatas kodrat itulah sesungguhnya
perkembangan berlangsung.4
Jadi, manusia dilahirkan sesuai dengan kodratnya masing-masing. Baik
dalam kesempurnaan fisik maupun dalam keadaan cacat. Dapat dikatakan
bahwa hukum kodrat illahi adalah hukum yang sudah di gariskan dan selalu
menyertai anak manusia berupa potensi yang dibawa sejak lahir. Maka dengan
kodrat dari Allah SWT ini, manusia berkembang sesuai dengan kodrat nya.
Karena manusia yang hidup bertolak belakang dengan kodratnya tidak akan
bisa mencapai tujuan dan tidak bisa mengembangkan seluruh potensi yang
dimiliki.
b. Hukum mempertahankan diri
Dalam diri anak terdapat hasrat dasar untuk mempertahankan diri.
Setiap makhluk memiliki dorongan dan Hasrat mempertahankan diri dari hal-
hal yang negatif seperti rasa sakit, rasa tidak aman, kematian dan juga
kepunahan untuk itulah mereka memerlukan sandang, pangan, papan dan
pendidikan. Terlihat dalam bentuk-bentuk nafsu makan dan minum, menjaga
keselamatan diri. Sedangkan hasrat mengembangkan diri akan terlihat dalam
bentuk hasrat makan, minum, mempertahankan diri, rasa ingin tahu, mengenal
lingkungan, ingin bergerak, kegiatan bermain-main, dan sebagainya.
Hasrat-hasrat dasar ini dapat mengembangkan pembawaan jasmani
(urat-urat, saraf, kaki, tangan, kepala, dan lain-lain) serta pembawaan rohani
(fantasi, kehendak, pikiran, perasaan, dan lain-lain).5
Dapat disimpulkan bahwa di dalam diri manusia masing-masing memiliki
hasrat untuk mempertahankan diri. Hal ini terwujud pada usaha makan ketika
lapar, menyelamatkan diri apabila ada bahaya. Pada anak kecil usaha ini
4Imam Bawani, Pengantar Ilmu Jiwa Perkembangan… h. 104.5Imam Bawani, Pengantar Ilmu Jiwa Perkembangan… h. 19
diwujudkan dengan menangis, apabila lapar, haus, rasa tidak enak badan, dan
sebagainya, kemudian si ibu akan tanggap dengan tanda-tanda tersebut.
c. Hukum Memperkembangkan Diri
Dalam kehidupan timbul dorongan dan hasrat untuk mempertahankan
diri. Dorongan yang pertama adalah dorongan mempertahankan diri, kemudian
disusul dengan dorongan mengembangkan diri. Dengan mempertahankan diri
terwujud, misalnya pada dorongan makan dan menjaga keselamatan diri
sendiri. Anak menyatakan perasaan lapar, haus, dan sakit dalam bentuk
menangis. Ia mempertahankan dirinya dengan cara menangis. Jika ibu-ibu
mendengar anaknya menangis, tangisnya itu di anggap sebagai dorongan
mempertahankan diri.
Dalam perkembangan jasmani terlihat hasrat dasar untuk
mengembangkan pembawaan. Untuk anak-anak dorongan mengembangkan
diri berbentuk hasrat mengenal lingkungan, usaha belajar berjalan, kegiatan
bermain, dan sebagainya. Di kalangan remaja timbul rasa persaingan dan
perasaan belum puas terhadap apa yang telah tercapai. Hal ini dapat di
anggap sebagai dorongan mengembangkan diri.
Tidak seorang pun manusia normal yang menghendaki kemunduran
perkembangan dirinya, ia menghendaki bodoh, dan lain sebagainya. Tetapi
sebaliknya setiap anak pasti menghendaki perkembangan diri kearah suatu
kemajuan, dalam suatu tingkat yang lebih tinggi dan tingkat sebelumnya.
Misalnya seorang atlet lari yang ingin juara dalam pertandingan lari, maka ia
akan berusaha untuk mempertahankan posisi lari agar posisinya tidak di
dahului oleh pelari lain. Atau anak yang ingin jadi juara, ingin pandai, ingin
sukses, dan sebagainya.6
Dengan demikian, setiap manusia disamping memiliki hasrat untuk
mempertahankan diri tetapi juga memiliki hasrat untuk mengembangkan diri.
Sehingga bisa lebih mengarah dalam tingkat yang lebih tinggi sesuai kehendak
nya dan potensi pembawaan yang mereka miliki sejak lahir. Manusia akan
selalu ingin mencoba hal-hal baru yang ada disekitarnya. Dari situ mereka
6` Abu Ahmadi,Psikologi Perkembangan.., h. 26-27
akan mengenal apa yang belum mereka ketahui, dan akhirnya mereka
mengalami suatu perkembangan diri baik secara fisik atau psikis.
d. Hukum Masa Peka
Masa peka adalah suatu masa ketika fungsi-fungsi jiwa menonjolkan diri
keluar, dan peka akan pengaruh rangsangan yang datang. Istilah masa peka
pertama kali ditampilkan oleh seorang ahli Biologi (biolog) dari Belanda,
bernama Prof. Dr. Hugo de Vries (1848-1935).7 Kemudian hukum masa peka ini
diperkenalkan oleh Maria Montessori (1870-1952), seorang pendidik
berkebangsaan Itali yang terkenal mengembangkan sistem pendidikannya,
didalam sekolah montesori, guru melayani murid-muridnya sesuai dengan
minat murid-murid itu dan minat ini sesuai dengan meningkatnya kepekaan
sesuatu fungsi.8 Menurutnya, masa peka merupakan masa pertumbuhan ketika
suatu fungsi jiwa mudah sekali dipengaruhi dan dikembangkan. Masa peka ini
hanya datang sekali selama hidupnya apabila masa peka ini tidak digunakan
dengan sebaik-baiknya atau tidak mendapatkan kesempatan untuk
berkembang, maka fungsi-fungsi tersebut akan mengalami kelainan atau
abnormal, dan hal ini akan mengganggu perkembangan selanjutnya.
Masa peka merupakan masa pertumbuhan ketika suatu fungsi jiwa
mudah sekali di pengaruhi dan dikmbangkan. Usia 3-5 tahun merupakan masa
peka, pada masa ini adalah masa yang baik sekali untuk mempelajari bahasa
ibu dan bahasa di daerahnya. Contohnya, anak yang peka terhadap bahasa,
sebut saja Alya yang berumur 4 tahun. Alya dibesarkan di Bogor sehingga ia
dapat dapat berbahasa sunda dengan baik. Karena ayahnya dimutasikan ke
Solo, dan seluruh keluarganya ikut kesana. Baru satu tahun di sana Alya sudah
bisa berbahasa Jawa, sedangkan ayah dan ibunya belum bisa berbahasa Jawa.
Contoh lain : masa peka untuk berjalan bagi seorang anak itu pada awal
tahun kedua. Dan untuk berbicara, sekitar akhir tahun pertama. Karena adanya
suatu masa yang disebut masa peka, maka perkembangan tidak lain adalah
7 Abu Ahmadi, Psikologi Perkembangan,..,h. 268 Soemadi Soerjabrata, Psychologi Perkembangan II . (Yogyakarta : Rake
Press. 1975), h. 125.
terpenuhinya masa peka anak-anak. Makin tepat pelayanan terhadap masa
peka, berarti anak makin baik perkembangannya.9
Oleh karena itu, dapat dipahami bahwa sebaiknya orang tua
mengarahkan potensi yang di miliki anak, agar dapat berkembang dengan baik
terlebih pada masa peka anak, yang mana masa peka ini merupakan suatu
masa dimana anak dapat dengan mudah untuk menangkap rangsangan atau
stimulus yang datang. Jika pada masa peka ini tidak dapat di kembangkan
dengan baik, dikhawatirkan akan mengalami kelainan yang akan mengganggu
perkembangan anak karena ia peka tidak mendapatkan pendidikan dan
pelayanan yang maksimal.
e. Hukum Tempo Perkembangan
Bahwa perkembangan jiwa tiap-tiap anak itu berlainan, menurut
temponya masing-masing perkembangan anak yang ada. Ada yang cepat
(tempo singkat) ada pula yang lambat. Suatu saat ditemukan seorang anak
yang cepat sekali menguasai keterampilan berjalan, berbiara, tetapi pada saat
yang lain ditemui seorang anak yang berjalannya atau bicaranya lambat
dikuasai. Mereka memiliki tempo sendiri-sendiri.10
Menurut hukum ini, setiap anak mempunyai tempo kecepatan
perkembangan sendiri-sendiri. Artinya, ada anak yang mengalami
perkembangan cepat, sedang, dan ada pula yang lambat. Adanya hukum
tempo perkembangan ini, seharusnya orangtua tidak perlu merasa kecewa
apabila anaknya mengalami perkembangan yang lambat dibandingkan dengan
anak tetangga.
Tempo perkembangan seorang anak sebenarnya dapat diubah
(dipercepat) sedikit, tetapi tidak dapat dipaksakan. Misalnya, ada orangtua
yang ,enganggap dirinya bijaksana dengan berusaha mengajari anaknya yang
belum bersekolah membaca, menulis, dan berhitung. Kemudian, ketika
anaknya sudah masuk sekolah tidak diberi kesempatan untuk bermain-main
karena harus senantiasa belajar. Tindakan demikian dapat mempercepat
9Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik …h. 17.10 Abu Ahmadi, Psikologi Perkembangan,.., h. 24.
perkembangan akal anak itu. Akan tetapi, tindakan orangtua tersebut
sebenarnya tidak tepat meskipun dari tindakan tersebut tidak menyebabkan
anak menderita apapun, tetapi keadaan itu berarti bahwa anak itu telah
mencapai puncak perkembangan lebih dahulu daripada teman-teman
sebayanya. Ia telah melaju maju terlalu cepat dan biasanya perkembangan
rohani yang luar biasa itu akan memberi kesehatan badan. Lagipula tidak ada
orang di dunia ini yang dapat melebihi puncak perkembangan yang sudah
ditetapkan dalam pembawannya.11
Maka ketika orang tua mempercepat tempo perkembangan seorang
anak, maka secara fisik ia akan lebih unggul dari teman-temannya. Tetapi,
dalam hal ini psikis / jiwa anak belum tentu ikut berkembang sesuai fisiknya.
Misalnya saja seorang anak yang masuk dalam kelas akselerasi, secara
kemampuan ia memiliki keahliann yang lebih daripada teman-temannya yang
duduk di kelas Reguler. Tapi, apa yang terjadi pada diri anak yang masuk
dalam kelas akselerasi tersebut jika mendapat nilai jelek atau kalah dalam
perlombaan, misalnya. Dan ia menangis, ia tidak dapat menerima apa yang
terjadi. Ia masih mementingkan sifat ego-nya bahwa ia mampu, dan ia-lah
yang seharusnya menang.
Maka dapat dipahami bahwa kondisi Psikis anak tersebut belum
berkembang, atau perkembangannya tidak beriringan dengan perkembangan
Fisiknya. Jadi dalam suatu perkembangan itu sudah ada tahapn-tahapan
masing-masing Individu. Dan sebaiknya orang tua tidak perlu memaksakan
perkembangan seorang anak, karena Puncak Perkembangan seorang anak
tidak akan melebihi potensi dasar atau potensi pembawaan yang dimilikinya
sejak lahir.
f. Hukum Irama Perkembangan
Hukum ini mengungkapkan bukan lagi cepat atau lambatnya
perkembangan anak, akan tetapi tentang irama atau ritme perkembangan. Jadi
perkembangan anak itu mengalami gelombang “pasang surut”, mulai lahir
11 Abu Ahmadi, Psikologi Perkembangan,..,h. 17
hingga dewasa, kadang kala anak tersebut mengalami juga kemunduran dalam
suatu bidang tertentu.12
Kelajuan atau keterlambatan dalam perkembangan itu tidak sama
besarnya pada setiap anak. Demikian pula proses percepatan maupun
perlambatan dalam peralihan perkembangan tidak sama cara berlangsungnya
pada setiap anak. Sehubungan dengan perkembangan cepat atau lambat ini,
anak dapat dibedakan atas 3 golongan yaitu:
1. Perkembangan anak manusia yang mengalami kenaikan cepat pada fase
permulaan, selanjutnya akan mengalami penurunan pada fase
berikutnya.
2. Perkembangan anak manusia yang mengalami kenaikan secara step by
step, sesuai dengan fase yang dilaluinya.
3. Anak yang lambat laju perkembangannya, pada waktu kecil, tetapi
semakin besar (lama) semakin bertambah cepat kemajuannya.13
Jadi, dapat dipahami bahwa hukum Irama perkembangan ini berlaku
terhadap perkembangan setiap orang baik menyangkut perkembangan
jasmani maupun rohani. Hal ini berlangsung silih berganti, terkadang teratur,
terkadang juga tidak. Adakalanya tenang, adakalanya goncang, tergantung
dari irama perkembangan masing-masing individu tersebut.
Misalnya, pada umur tiga sampai lima tahun seorang anak biasanya
mengalami irama goncangan sehingga sukar diatur, suka membangkang,
tetapi setelah itu anak bisa tenang kembali.
g. Hukum sifat perkembangan
Menurut stone, perkembangan pribadi manusia itu jika diamati dengan
sungguh-sungguh akan tampak adanya sifat-sifat sebagai berikut:
1. Stabil, artinya: manusia dalam perkembangan memerlukan bahan-bahan
untuk hidup yang bersifat tetap dan terus-menerus, seperti oksigen,
darah, makanan, dan minuman.
12Abu Ahmadi, Psikologi Perkembangan,.., h. 24.13 Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik…h. 17
2. Sensitif, artinya: dalam proses perkembangannya, anggota tubuh
manusia seperti kulit, mata, urat syaraf, dan indera lainnya, amat peka
terhadap setiap perangsang, baik dari dalam maupun luar dirinya.
3. Aktif, artinya: dalam proses perkembangan, seluruh bagian tubuh
manusia seperti pernapasan, peredaran darah, denyut jantung, otot
persendian, dan sebagainya, selalu dalam keadaan aktif bekerja sesuai
dengan fungsinya masing-masing.
4. Teratur, artinya: perkembangan seseorang itu, satu segi didukung oleh
keteraturan struktur tubuhnya, serta adanya saling keterkaitan antara
bagian satu dengan bagian yang lain.
5. Kontinyu, artinya: pribadi manusia beserta seginya berkembang secara
terus-menerus, dari keadaan yang amat sederhana ketika baru lahir,
menuju keadaan yang kompleks setelah dewasa.
Perlu disertakan keterangan, bahwa apa yang dikemukakan oleh Stone
itu biasanya tidak disebut “hukum”, melahirkan “ sifat perkembangan” saja.
Akan tetapi, melihat butir-butir sebagaimana tersebut diatas, rasanya ada segi-
segi penting yang boleh dipandang relevan dengan kenyataan sesungguhnya.
Sedangkan dalam hukum perkembangan yang lain pernyataan penting
semacam ini belum seluruhnya tercantum secara ekplisit. 14
Dapat dipahami bahwa perkembangan manusia meliputi sifat-sifat yang
menjadi suatu dasar. Sebagaimana yang telah dikemukakan oleh Stone,
sehingga dengan sifat-sifat tersebut perkembangan manusia dapat diamati.
C. Kesimpulan
1. Perkembangan tidak terbatas pada pengertian pertumbuhan yang
semakin membesar, melainkan di dalamnya terkandung serangkaian
perubahan yang berlangsung secara terus menerus dan bersifat tetap
dari fungsi jasmaniah dan rohaniah yang dimiliki individu menuju ke
tahap kematangan melalui pertumbuhan, pematangan dan belajar
2. Hukum perkembangan yaitu kaidah mendasar yang menunjuk wujud
nyata kehidupan anak, yang menjadi kesatuan dimana berdasarkan
penilaian dengan penelitian yang cermat.
14Imam Bawani, Pengantar Ilmu Jiwa Perkembangan…., h. 108-109
3. Hukum-hukum perkembangan tersebut sebagai berikut :
a. Hukum Kodrat Illahi
Hukum kodrat illahi adalah hukum yang sudah di gariskan dan selalu
menyertai anak manusia berupa potensi yang dibawa sejak lahir. Hal
ini dapat di contohkan, ketika anak dilahirkan telah bersama dengan
kodratnya, maka bakat, pembawaan dan potensi yang akan
berkembang.
b. Hukum mempertahankan diri
Di dalam diri manusia masing-masing memiliki hasrat untuk
mempertahankan diri. Hal ini terwujud pada usaha makan ketika
lapar, menyelamatkan diri apabila ada bahaya.
c. Hukum Menggembangkan Diri
Dalam perkembangan jasmani terlihat hasrat dasar untuk
mengembangkan pembawaan. Untuk anak-anak dorongan
mengembangkan diri berbentuk hasrat mengenal lingkungan, usaha
belajar berjalan, kegiatan bermain, dan sebagainya. Di kalangan
remaja timbul rasa persaingan dan perasaan belum puas terhadap
apa yang telah tercapai. Hal ini dapat di anggap sebagai dorongan
mengembangkan diri.
d. Hukum Masa Peka
Masa peka adalah suatu masa ketika fungsi-fungsi jiwa menonjolkan
diri keluar, dan peka akan pengaruh rangsangan yang datang. Istilah
masa peka pertama kali ditampilkan oleh seorang ahli Biologi (biolog)
dari Belanda, bernama Prof. Dr. Hugo de Vries (1848-1935).
Kemudian hukum masa peka ini diperkenalkan oleh Maria Montessori
(1870-1952), seorang pendidik berkebangsaan Itali.
e. Hukum tempo perkembangan
Setiap anak mempunyai tempo kecepatan perkembangan sendiri-
sendiri. Artinya, ada anak yang mengalami perkembangan cepat,
sedang, dan ada pula yang lambat.
f. Hukum Irama Perkembangan
Hukum ini mengungkapkan tentang irama atau ritme perkembangan.
Jadi perkembangan anak itu mengalami gelombang “pasang surut”,
mulai lahir hingga dewasa, kadang kala anak tersebut mengalami
juga kemunduran dalam suatu bidang tertentu
g. Hukum Sifat Pekembangan
Perkembangan manusia meliputi sifat-sifat yang menjadi suatu dasar.
Sebagaimana yang telah dikemukakan oleh Stone, sehingga dengan
sifat-sifat tersebut perkembangan manusia dapat diamati.