BAB III SEJARAH PERKEMBANGAN HUKUM ISLAM DALAM ...

27
55 BAB III SEJARAH PERKEMBANGAN HUKUM ISLAM DALAM PEMBERLAKUAN UU NO 1 TAHUN 1974 A. Sejarah Perkembangan Islam Di Indonesia Sejarah Masuknya Islam ke indonesia Sejarah perkembangan hukum Islam di indonesia tidak dapat dipiisahkan dari sejarah Islam itu sendiri. Membicarakan hukum Islam samalah artinya dengan membicarakan Islam sebagai sebua agama. Benarlah apa yang dikatakan Oleh Joseph Sacht, tidak mungkin mempelajari Islam tanpa mempelajari hukum Islam. Ini menunjukan bahwa hukum sebagai sebuuah institusi agama memiliki kedudukan yang sangat signifikan. Islam masuk ke Indonesia pada abad I H atau abad VII M yang dibawa oleh pefagang-pedagang Arab.Tidaklah berlebihan jika era di mana hukum Islam untuk pertama kalinya masuk ke wilayah Indonesia.Namun penting untuk di catatan Bruinesessen, penekanan pada aspek fikih sebenarnya adalah fenomena yang berkembang belakangan.Pada masa-masa yang paling awal berkembang Islam di Indonesia penekanannya tampak pada tasawuf. Kendati demikian hemat penulis pernyataan ini tidaklah berarti fikih tidak penting mengingat tasawuf yang berkembang di Indonesia adalah tasawuf Sunni yang menempatkan fikih pada posisi yang signifikan dalam struktur bangunan tasawuf sunni tersebut. 1 1 Amiur Nuruddin dan Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia ( Studi Kritis perkembangan hukum Islam dari Fikih, UU No 1 tahun 1974 Sampai KHI ), Jakarta: PT Kharisma Putra Utama, 2001 ) h. 3

Transcript of BAB III SEJARAH PERKEMBANGAN HUKUM ISLAM DALAM ...

Page 1: BAB III SEJARAH PERKEMBANGAN HUKUM ISLAM DALAM ...

1

55

BAB III

SEJARAH PERKEMBANGAN HUKUM ISLAM DALAM

PEMBERLAKUAN UU NO 1 TAHUN 1974

A. Sejarah Perkembangan Islam Di Indonesia

Sejarah Masuknya Islam ke indonesia

Sejarah perkembangan hukum Islam di indonesia tidak dapat dipiisahkan

dari sejarah Islam itu sendiri. Membicarakan hukum Islam samalah artinya dengan

membicarakan Islam sebagai sebua agama. Benarlah apa yang dikatakan Oleh

Joseph Sacht, tidak mungkin mempelajari Islam tanpa mempelajari hukum Islam.

Ini menunjukan bahwa hukum sebagai sebuuah institusi agama memiliki

kedudukan yang sangat signifikan.

Islam masuk ke Indonesia pada abad I H atau abad VII M yang dibawa

oleh pefagang-pedagang Arab.Tidaklah berlebihan jika era di mana hukum Islam

untuk pertama kalinya masuk ke wilayah Indonesia.Namun penting untuk di

catatan Bruinesessen, penekanan pada aspek fikih sebenarnya adalah fenomena

yang berkembang belakangan.Pada masa-masa yang paling awal berkembang

Islam di Indonesia penekanannya tampak pada tasawuf. Kendati demikian hemat

penulis pernyataan ini tidaklah berarti fikih tidak penting mengingat tasawuf yang

berkembang di Indonesia adalah tasawuf Sunni yang menempatkan fikih pada

posisi yang signifikan dalam struktur bangunan tasawuf sunni tersebut.1

1 Amiur Nuruddin dan Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia ( Studi

Kritis perkembangan hukum Islam dari Fikih, UU No 1 tahun 1974 Sampai KHI ), Jakarta: PT

Kharisma Putra Utama, 2001 ) h. 3

Page 2: BAB III SEJARAH PERKEMBANGAN HUKUM ISLAM DALAM ...

56

Beberapa ahli menyebut bahwa hukum Islam yang berkembang di

Indonesia bercorak Syafi‘iyyah. Ini ditunjukan dengna bukti-bukti sejarah di

antaranya, Sultan Malikul Zahir darii samudra Pasai adalah seorang ahli agama

dan hukum Islam terkenal padda pertengahan abad ke XIV M. Menurut Ibnu

Batutah seorang kelana asal Maroko yang berkunjung ke Aceh pada tahun 1345

M menyaksikan kemahiran Malikul Zahir dalam berdiskusi berkenaan dengan

hukum Islam malah menurutnya Malikul Zahir dapat disebut sebagai seorang

Fukaha Syafi‘iyyah. 2

Melalui kerajaan ini, hukum Islam maazhab Syafi‘I disebarkan ke

kerajaan-kerajaan Islam lainya di kepulauan Nusantara.Bahkan para ahli hukum

dari kerajaan Malaka ( 1400-1500 M ) sering datang ke samudra Pasai untuk

mencari kata putus tentang permasalahan-permasalahan hukum yang muncul di

malaka.

Selanjutnya Nuruddin ar Raniri ( w. 1068 H/1658 M ) yang menulis buku

hukum Islam berjudul Shirat al-Mustaqim pada tahun 1628 dapat disebut sebagai

tokoh Islam abad XVII. Kitab Sirat Al Mustaqim, karya-karya fikih ar raniri

lainya dapat dilihat pada Jawahir al- „Ulum fi Kasf al-Ma‟lum, Kaifiyyat as-sallat

dan Tanbih al-awm fi Tahqiq al-kalaam fi‟an Nawafil.

Tokoh yang termasuk angkatan abad XVII selain al Raniri adalah Abd al-

Rauf as-Sinkili ( 1042-1105 H). Ia termasuk mujtahid Nusantara yang menukis

karya fikih yang cukup baik berjudul, Mir‟at al-Tullab fi Tasyi al-ma‟rifah al-

Ahkam al- Syar‟iyyah li al- Malik al-Wahhab. Karya ini ditulis as- Sinkili atas

2 Amiur Nuruddin dan Azhari Akmal Tarigan Hukum Perdata Islam di Indonesia,… hal 69

Page 3: BAB III SEJARAH PERKEMBANGAN HUKUM ISLAM DALAM ...

57

pemerintahan Sultan Aceh, sayyidat al-Din dan diselesaikan pada tahun

1074/1633 M. Seperti yang diutarakan Azyumardi Azra, buku ini tampaknya

ditulis dalam suasana psikologis yang mendua. Penerimaan As-Sinkili terhadap

kepemimpinan wanita di Aceh di pandang bahwa ia telah mengompromikan

integritas intelektualnya, bukan saja untuk menerima perintah seorang perempuan,

tapi juga dengan tidak memecahkan masalah itu secara layak. Namun demikian,

ungkap Azra, kasus ini juga merupakan indikasi toleransi pribadinya.

Pada abad XVIII M, tokoh Islam dalam bidang hukum Islam adalah Syekh

Arsyad al-Banjari ( 1710-1812 M ). Ia menulis kitab dikih yang berjudul Sabilal

Muhtadinn Li tafaqquh fi Amr al-Din yang juga bercorak Syafi‘iyyah, dijadikan

pedoman untuk menyelesaikan sengketa di kesultanan Banjar. Kitab ini

sebenarnya merupakan Syarah terhadap Kita bar-Raniri yang berjudul Shirat al-

Mustaqim.

Berbeda dengan kitab-kitab fikih sebelumnya yang sangat kental corak

tasawufnya di samping berangkat dari realitas dan permasalahan yang langsung

dihadapi oleh masyarakat, Al Banjiri telah memperkanalkan corak baru penulisan

fikih yang dikenal dengan fikih iftiradi( Fikih andaian ). Wajarlah jika steenberink

menilai kitab fikihnya al- Banjari tidak berangkat dari kondisi rill

masyarakat.Seperti yang telah dijelaskan di awal pembahasan ini, Corak

Syafi‘iyah juga sangat kentara dalam kitab Sabil al-Muhtadin.Al Banjir juga

menggunakan referensi kitab-kitab Syafi‘iyyah seperti Syarh Minhaj Karya

Zakariya al- Anshari, TuhfahKarya Ibn Hajar al-Haitami dan Nihayah Jamal

karya ar-Ramli.

Page 4: BAB III SEJARAH PERKEMBANGAN HUKUM ISLAM DALAM ...

58

Disamping al-Banjar abad XVIII juga diwarnai dengan keberadaan Syaikh

Abd al- Malik Bin Abdullah Trengganu yang hidup di Aceh pada masa Zainal

Abidin bidang fikih adalah, Risalat an-naql yang membicarakan jumlah orang

yang sah mendiirikan shalat Jum‘at. Risalat Kaifiyat an-Niyah yang berbicara

tentang Niat.

Memasuki abad XIX M tokoh yang layak diperhitungkan adalah Syaikh

Nawawi al-Bantani yang lahir di Banten ( Serang) ( 1813-1879 M ). Karya

fikihnya yang sangat terenal adalah Uqud al- Lujain ( mengenai kewajiban istri )

yang merupakan kitab wajib bagi santri-santri di pesantren-pesantren. Disamping

itu An- Nawawi mewarisi tradisi-tradisi ulama-ulama mazhab masa lalu dalam

bentuk penulisan kitab-kitab syarah.Martin van Brunessen menginformasikan

bahwa al-Bantani pernah menulis kitab komentar-komentar tentang karya penting

dari tempat ― Keluarga ‘‘ kitab fikih. Tausiyah Ibn Qasim-nya merupakan sebuah

komentar atas Fath al- Qarib.Sedangkan kitab Nihayah al-Zain-nya didasarkan

atas kitab Qurrah al- Ain Zainudin Al Malibari. Dia juga menulis dua kitab jenis

perukunan; sullam al-Munajat adalah sebuah komentar atas kitab safinah al- Salah

oleh Abdullah bin Umar al-Hadrami, dan kasyifah al- Saja atas safinah al-Najah

Salim bin Abdullah bin Samir.

Tokoh abad XIX lainya adalah Abdul Hamid Hakim seorang ulama

minangkabau yang kitab-kitabnya tidak saja dipelajari di pesantren-pesantren

khususnya di Minangkabau tetapi juga dipelajari di malysia dan Thailand

Selatan.Karyanya dalam bidang fikih adlaah al- Muin al- Mubin yang dicetak

Page 5: BAB III SEJARAH PERKEMBANGAN HUKUM ISLAM DALAM ...

59

dalam empat jilid, sedang dalam bidang ushul al-fikihnhya adalah Mabadi‟

awwaliyah, as-Sulam dan al- Bayan.

Dari gambaran singkat di atas, tampak bahwa hampir setiap masa selalu

saja diisi oleh ulama –ulama fikih yang bercorak Syafi‘iyyah dan tasawuuf sunni.

Buku-buku yang paling banyak digunakan di Indonesia seperti di pesantren dan

madrasah-madrasah adalah buku-buku yang berada dalam rumpun mazhab

syafi‘i.Kitab Muharrar karya Rafi‘i seorang ulama Syafi‘iiyah ( w.623/1226 ),

Manhaj al- Tullab karya Anshari ( w. 926 ), Iqna‟ karya Syarbini ( w. 977 ),

Hasyiyah Fathu al- Qarib karya al-Bajuri ( w. 1277 ), Muhajjab karya al- Syiraji

adalah di antara kitab-kitab fikih mazhab Syafi‘I yang banyak digunakan bahkan

dijadikan kitab rujukan di pesantren di indonesia sampai saat ini. Corak syafi‘i

tidak saja terlihat dari kitab-kitab yang ditulis dan di gunakan, tetapi tampak pada

praktik keagamaan umat Islam sehari-hari masa itu.

Menarik untuk dicermati, perkembangan hukum Islam di Indonesia pada

masa-masa menjelang abad XVII, XVIII, dan XIX, baik pada tataran intelektual

dalam bentuk pemikiran dan kitab-kitab jug dalam praktik-praktik keagamaan

dapat dikatakan cukup baik. Dikatakan cukup baik karena hukum Islam

dipraktikan oleh masyarakat dalam bentuk yang hampir bisa dikatakan sempurna,

mencakup masalah muamalah, ahwal al- Syakhsiyyah ( Perkawinan, perceraian

dan warisan ), peradilan dan tentu saja dalam masalah ibadah. Tidak itu saja,

hukum Islam menjadi system hukum mandiri yang digunakan di kerajaan-

kerajaan Islam nusantara. Tidaklah salah jika dikatakan pada masa itu jauh

Page 6: BAB III SEJARAH PERKEMBANGAN HUKUM ISLAM DALAM ...

60

sebelum Belanda menancapkan kakiny di Indonesia, hukum Islam menjadi hukum

yang ― positif ‗‘ di Nuasantara.

Hukum Islam pada masa penjajahan belanda

Perkembangan hukum Islam di Indonesia pada masa penjajahan Belanda

dapat dilihat ke dalam dua bentuk. Pertama, adanya toleransi pihak belanda

melalui VOC yang memberikan ruang yang agak luas bagi perkembangan hukum

Islam. Kedua, adanya upaya Belanda terhadap hukum Islam dengan

menghadapkanya pada hukum adat. Berangkat dari kekuasaan yang dimilikinya

VOC bermaksud menerapkan hukum Belanda di Indonesia, namun tetep saja tidak

berhasil karena umat Islam tetap setia pada karena umat Islam tetap setia

menjalankan syariatnya. Dapatlah dikatakan pada saat VOC berkuasa di Indonesia

( 1602—1800 M ) hukum Islam dapat berkembang dan dipraktekan dapat

berkembang dan dipraktikkan oleh umatnya tanpa ada hambatan apa pundari

VOC. Bahkan bisa dikatakan VOC ikut membantu untuk menyusun suatu

compedium yang menguatkan hukum perkawinan dan hukum kewarisan Islam dan

berlaku di kalangan umat Islam.

Setelah kekuasaan VOC berakhir dan digantikan oleh Belanda, maka

seperti yang terlihat nanti sikap Belanda berubah terhadap hukum Islam, kendati

perubahan itu terjadi perlahan-lahan. Setidaknya perubahan sikap Belanda itu

dapat dilihat dari tiga sisi: Pertama, menguasai Indonesia sebagai wilayah yang

memiliki sumber daya alam yang cukup kaya. Kedua, menghilangkan pengaruh

Islam dari sebagian besar orang Indonesia dengan proyek Kristenisasi. Ketiga,

keinginan Belanda untuk menerapkan apa yang disebut dengan politik hukum

Page 7: BAB III SEJARAH PERKEMBANGAN HUKUM ISLAM DALAM ...

61

yang sadar terhadap Indonesia. Maksudnya, Belanda ingin menata dan mengubah

kehidupan hukum di Indonesia dengan hukum Belanda. Khusus yang disebut

terakhir, dibawah ini akan diuraikan kebijakan Belanda terhadap hukum Islam.

1. Recceptie in Complexu

Teori ini digagas oleh Salomon Keyzer yang belakangan dikuatkan oleh

Chiristian Van den Berg ( 1845-1927 ). Maksud teori ini, hukum mengikut

agama yang dianut seseorang. Jika orang itu memeluk agama, hukum Islamlah

yang berlaku baginya. Dengan kata lain, teori ini menyebut bagi rakyat pribumi

yang berlaku bagi mereka adalah hukum agamanya. Namun penting untuk

dicatat, hukum Islam yang berlaku tetap saja dalam masalah hukum keluarga,

perkawinan dan warisan.

Kendatipun terbatas pada pelaksanaan hukum keluarga, hukum Islam telah

teraplikasikan dalam kehidupan masyarakat Islam walaupun masih dalam

lingkup yang sangat terbatas yaitu hukum keluarga saja. Menarik untuk

dicermati, ternyata pemerintah Belanda memberikan perhatian yang serius

terhadap perjalanan hukum Islam. Ini terlihat dari Intruksi-intruksi yang

diterbitkanya kepada bupati dan sultan-sultan berkenaan dengan pelaksanaan

hukum Islam tersebut. Sebagai contoh tersebut. Sebagai contoh bebrapa hal

dapat disebut di bawah ini;

a. Melalui Stbl. No 22 pasal 13 diperintahkan kepada Bupat untuk

memperhatikan soal-soal agama Islam dan untuk menjaga supaya pemuka

agama dapat melakukan tugas mereka sesuai dengan adat kebiasaan orang

Jawa seperti dalam soal perkawinan, pembagian pusaka dan yang sejenis.

Page 8: BAB III SEJARAH PERKEMBANGAN HUKUM ISLAM DALAM ...

62

Dari penjelasan di atas tampaklah pada dasarnya pemerintah Hindia belanda

memberikan perhatian yang serius terhadap pelaksaan hukum Islam. Hal ini

menunjukan bahwa perhatian pemerintah Hindia Belanda tersebut harus

dimaknakan sebagai pengawasan terhadap perjalanan hukum Islam sendiri.

Terkesan masih ada kecurigaan-kecurigaan terhadap pelaksanaan hukum Islam.

Ini semakin tampak melalui Intruksi-intruksi yang dikeluarkan kepada Bupati,

penghulu dan sultan itu harus dipahami sebagai kontrol pemerintah Hindia

Belanda dengan menggunakan kekuatan dari Rakyat sendiri terhadap

perjalanan hukum Islam.

B. Teori Receptie

Teori ini dikembangkan oleh sarjana terkemuka Belanda yang disebut sebagai

Islamolog Chiristian Snouck Hurgronjr ( 1857-1936 ) yang selanjutnya

dikembangkan dan disistemasikan secara ilmiah oleh C. Van Volenhoven dan

Ter Harr Bzn.

Ada dua alasan yang menyebabkan teori ini muncul. Menurut Daud Ali, teori

ini muncul adalah karena hasil penelitian yang dilakukan oleh Hurgronje di

Aceh. Menurutnya yang berlaku dan berpengaruh bagi orang Aceh yang nota

bene umat Islam bukanlah hukum Islam dan hukum Islam baru memiliki

kekuaran hukum kalau telah benar benar di terima oleh hukum Adar.

Sedangkan menurut Ichtiyanto, teori ini muncul karena Hurgronje Khawatir

terhadap pengaruh Pan Islamisme yang dipelopori oleh Sayid Jamaludin al-

Afghani di Indonesia. Baginya Jika uamt Islam mengamalkan ajaran agamanya

Page 9: BAB III SEJARAH PERKEMBANGAN HUKUM ISLAM DALAM ...

63

terutama system hukumnya secara menyuluruh, maka umat Islamakan menjadi

kuat dan sulit dipengaruhi tepatnya dijajah oleh Belanda.

Secara umum Islam yang disarankan oleh Hurgronje di dasarkan masalah

ritual keagamaan, atau aspek ibadah Islam, rakyat Indonesia harus dibiarkan bebas

menjalankanya.Logika dibalik kebijakan ini adalah membiarkan munculnya

keyakinan dalam pikiran banyak orang bahwa pemerintah kolonal belanda tidak

ikut campur tangan dalam masalah keimanan mereka. Ini merupakan wilayah

yang peka bagi kaum muslim karena hal itu menyentuh nilai-nilai keagamaan

mereka yang paling dalam. Dengan berbuat demikian pemerinath akan berhasil

merebut hati kaum muslim, menjinakan mereka dan sejala dengan itu aka

mengurangi jika tidak menghilangkan sama sekali pengaruh perlawanan ― kaum

muslim fanatik ‘‘ terhadap pemerintah kolonial.

Kedua, Bahwa sehubungan dengan lembaga-lembaga sosial Islam, atau

aspek muamalat dalam Islam, seperti perkawwinan, warisan, wakaf dan hubungan

sosial lain, pemerintah harus berupaya mempertahankan dan ,menghormati

keberadaanya.Meskipun demikian, pemerintah harus berusaha menarik sebanyak

mungkin perhatian orang-orang Indonesia terhadap berbagai keuntungan yang

dapat diraih dari kebudayaan Barat. Hal itu dilakukan dengan harapan agar

mereka bersedia menggantikan lembaga-lembaga sosial Islam diatas dengan

lembaga-lembaga di Barat.

Ketiga, dan paling penting adalah bahwa dalam masalah-masalah politik,

pemerintah dinasihatkan untuk tidak menoleransi kegiatan apa pun yang

dilakukan oleh kaum muslim yang dapat menyebarkan seruan-seruan pan-

Page 10: BAB III SEJARAH PERKEMBANGAN HUKUM ISLAM DALAM ...

64

Islammisme atau menyebabkan perlawanan politik menentang pemerintah colonial

Belanda. Pemerintah harus melakukan control ketat terhadap penyebaran gagasan-

gagasan apa pun yg dapat untuk menentang pemerintah colonial Belanda.

Pemangkasan gagasan seperti ini akan memencilkan pengaruh aspek-aspek Islam

yang bersifat politis, yang menjadi ancaman terhadap pemerintah colonial

Belanda. Lagi-lagi dalam hqal ini Hurgronje menekankan penting kebijakan

asosiasi kaum muslim dengan peradaban Barat. Dan agar asosiasi ini berjalan

dengan baik dan tujuanya tercapai, pendidikan model Barat harus dianut terbuka

bagi rakyat pribumi.sebenarnya Hurgronje terpengaruh dengan kebangkitan Islam

di Timr tengah yang dipelopori oleh Jamaudin al- Afghani dan Abduh.Pengaruh

gagasan dan pemikiran kedua tokoh inilah sebenarnya yang ditakutkanya karena

dapat memengaruhi kesadaran umat Islam Indonesia.

Meenarik untuk dianalisa lebih jauh adalah Implikasi yang di timbulkan

oleh teori tersebut yang mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan hukum

sangat lambat di banding dengan institusi lainya. Jika pembaharuan pemikiran

Islam di Indonesia di mulai sejak tahun 1970 malah jauh sebelum itu, maka

pembahuruan hukum Islam baru mulai tahun 1974 bahkan tepatnya tahun 1980-

an.

Hukum Islam pada Masa Penjajahan Jepang

Setelah berkuasa lebih kurang hampir tiga setengah abad lamanya,

akhirnya Pemerintahan Belanda dapat dikalahkan oleh Jepang hanya dalam tempo

dua bulan yang menandai berakhirnya penjajahan Barat di bumi Indonesia.Namun

Page 11: BAB III SEJARAH PERKEMBANGAN HUKUM ISLAM DALAM ...

65

bagi Indonesia sendiri peralihan penjajah ini tetap saja membawa kesusahan dan

kesengsaraan bagi rakyat.

Dalam konteks administrasi penyelnggaraan Negara dan kebijakan-

kebijakan terhadap pelaksanaan hukum Islam di Indonesia terkesan bahwa Jepang

memilih untuk tidak terlalu mengubah beberapa hukum dan peraturan yang ada.

Sebagaimana Belanda pada masa-masa awal penjajahanya, Rezim jepang

mempertahankanbahwa ― adat istiadat ‘‘ local, praktik-praktik kebiasaan dan

agama tidak boleh dicampurtangani untuk sementara waktu, dan dalam hal-hal

yang berhubungan dengan urusan penduduk sipil, adat dan hukum sosial mereka

harus dihormati, dan pengaturan yang khusus diperlukan adanya dalam rangka

untuk mencegah munculnya segala bentuk perlawanan dan oposisi yang tidak

diinginkan.

Daniel S. lev melukiskan kebijakan Jepang sebagai berikut :

…. Sejumlah kecil perubahan dipikirkan selain hapusnya sama sekali

penguasaan belanda dan penggantinya dengan pengguasaan Jepang. Demi

kemudahan administrasi sebagian besar hukum dan peraturan yang ada

tetap diberlakukan.― Para kepala dan pejabat pribumi yang memerhatikan

keinginan yang tulus untuk bekerja sama dengan Jepang akan tetap

dioekerjakan sebanyak mungkin dan seperti halnya Belanda sebelum

Jepang, ― adat kebiasaan setempat, hal-hal yang lazim dilakukan, dan

agama tidak dicampuri untuk sementara waktu. Selanjutnya berkait dengan

urusan keperdataan pribadi, adat kebiasaan dan adat istiadat mereka harus

dihormati dengan cermat, dan perlakukan khusus diperlakukan sehingga

tidak memanciing permusuhan dan ketidakpahaman yang tidak berguna.

Kendati demikian tetap saja Jepang mengambil kebiakan-kebijakan yang

menjadikan karakter pemerintahanya berbeda dengan belanda.Jepang ingin

menghapus segala symbol pemerintahan Belanda di Indonesia.Di samping itu

Jepang juga menekan segala gerakan-gerakan anti penjajahan.Perubahan tersebut

Page 12: BAB III SEJARAH PERKEMBANGAN HUKUM ISLAM DALAM ...

66

terlihat bagaimana Jepang membagi wilayah Indonesia ke dalam tiga.Zona

administrasi; satu di Jakarta untuk mengatur Jawa dan Madura, satu di singapura

yang mengatur Sumatera dan omando angkatan laut di Makassar yang mengatur

keseluruhan Nusantara di luar pulau tersebut.

Perubahan yang sangat terasa penngaruhnya adalah berkenan dengan

peradilan. Jepang membuat kebijakan untuk melahirkan peradilan-peradilan

sekuler seperti Districtsgerecht ( Gun Hooin ), Regentschapsgerecht ( kein Hooin

), Landgrecht ( Keixi Hooin ) dan Hooggerechtshop ( saikoo Hooin )

diunifikasikan menjadi satu lembaga Peradilan Peradilan yang melayani semua

golongan masyarakat, sementara Residentigerecht yang khusus untuk orang-orang

Eropa dihapuskan.

Damapak dari unifikasi peradilan ini menjadikan peran tetua adat di

Sumetara Utara dan kelompok ulebalang mengalami pergesera.Otoritas mereka

pada peradilan adat dihilangkan walaupun otoritas administrasi tetap

dipertahankan.

Agaknya disebabkan Jepang tidak lama menjajah Indonesia, pengaruh

kebijakan pemerintahan Jepang terhadap perkembangan hukum Islam di

Indonesia tidak begitu tampak.Namun setidaknya perubahan itu terlihat pada

structural kelembagaan peradilan agama Islam.

Hukum Islam pada pada masa kemerdekaan

Salah satu makna kemerdekaan bagi bangsa Indonesia adalah terbebasnya

dari pengaruh hukum Belanda. Menurut Hazairin, setelah Indonesia merdeka,

walaupun aturan peralihan menyatakan bahwa hukum yang lama masih berlaku

Page 13: BAB III SEJARAH PERKEMBANGAN HUKUM ISLAM DALAM ...

67

selama jiwanya tidak bertentangan dengan UUD 1945, seluruh peraturan

pemerintahan Belanda yang berdasarkan teori receptive tidak berlaku lagi karena

Jiwanya bertentangan dengan UUD 1945. Teori receptie harus exit karena

bertentangan dengan Al Qur‘an dan sunnah Rasul. Hazairin menyebut teori

receptie sebagai teori iblis.

Berdasarkan pendapatnya ini, Hazairin mengembangkan teori yang

disebutnya sebagai teori receptive exit.Pokok-pokok pikiran Hazairin tersebut

adalah :

1. Teori receptie telah patah, tidak berlaku dan exit dari data tata Negara

Indonesia sejak tahun 1945 dengan merdekanya bangsa Indonesia dan

mulai berlakunya UUD 1945.

2. Sesuai dengan UUD 1945 jo pasal 29 ayat 1 maka Negara Republik

Indonesia berkewajiban, membentuk hukum nasional Indonesia yang

bahanya hukum Agama. Negara meempunyai kewajiban kenegaraan untuk

itu.

3. Hukum agama yang masuk dan menjadi hukum nasional Indonesia bukan

hukum Islam saja, melainkan juga hukum agama Islamsaja melainkan juga

hukum agama lain untuk pemeluk agama lain. Hukum agama di bidang

hukum perdata di serap dan hukum pidana diserap menjadi hukum

nasional Indonesia. Itulah hukum baru Indonesia dengan dasar pancasila.

Disamping Hazairin, seorang tokoh yang juga menentang teori receptive

adalah Sayuti Thalib yang menulis buku reception a Contrario:hubungan

hukum adat dengan hukum Islam. Teori ini megnandung sebuah pemikiran

Page 14: BAB III SEJARAH PERKEMBANGAN HUKUM ISLAM DALAM ...

68

bahwa , hukum adat baru berlaku kalau tidak bertentangan dengan hukum

Islam. Melalui teori ini jiwa pembukaan dan UUD 194 telah mengalahkan

pasal 134 ayat 2 indische staatsregling itu.

Menurut Islmail Sunny setelah Indonesia merdeka dan UUD 1945 berlaku

sebagai dasar Negara kendati tanpa memuat ketujuh kata dari piagam Jakarta

maka teori receptie dinyatakan tidak berlaku lagi dan kehilangan dasar hukumnya.

Selanjutnya hukum Islam berlaku bagi bangsa Indonesia yang beragama Islam

sesuai dengan pasal 29 UUD 1945. Era ini disebut sunny sebagai Periode

Penerimaan Hukum Islam sebagai sumber psersuasif ( persuasive source )

Selanjutnya dengan ditempatkannya Piagam Jakarta dalam dekrit Presiden

RI tangal 5 Juli 1959, maka era ini dapat dikatakan era penerimaan hukum Islam

sebagai sumber otoritatif (autoritatif source ). Sehingga sering kali disebut

termasuk Soekarno bahwa Piagam Jakarta menjiwai Undang-undang Dasar 1945

dan merupakan suaturangkaian kesatuan dalam konstitusi tersebut.Kata menjiwai

bisa bermakna negative dalam arti tidak boleh dibuat perundang-undangan dalam

Negara RI yang bertentangan dengan syari‘at Islam bagi pemeluk-

pemeluknya.Secara positif maknanya adalah pemeluk-pemeluk yang beragama

Islam diwajibkan menjalankan Syari‘at Islam. Untuk itu diperlukan undang-

undang yang akan memberlakukan hukum Islam dalam hukum Nasional. Kendati

demikian sebenarnya dapat dikatakan bahwa pada masa orde lama posisi hukum

Islam tidaklah lebih baik dari masa penjajahan.Pandangan Soekarno terhadap

Islam sepertinya sangat sekularistik. Kendati pada awal terbentuk negate

Indonesia, dalam sidang-sidang BPUPKI Soekarno dapat menerima dan setuju

Page 15: BAB III SEJARAH PERKEMBANGAN HUKUM ISLAM DALAM ...

69

dengan keberadaanya Piagam Jakarta ( ketuhanan dengan kewajiban Menjalankan

Syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya ). Namun setelah Soekarno berkuasa

keberpihakan kepada Islam semakin berkurang untuk tidak mengatakan hilang

sama sekali.

Sebenarnya dengan gagalnya Piagam Jakarta menjadi bagian dari UUD

Negara maka posisi hukum Islam sebenarnya berada dalam posisi yang kurang

menguntungkan. Tidak terlalu berlebihan jika di andaikan Piagam Jakarta menjadi

bagian dari Undang-undang Dasar maka proses transformasi hukum Islam

menjadii hukum nasional akan berlangsung sangat cepat dan akan mencapai

kemajuan lebih dari apa yang dapat kita rasakan saat ini. Bagaimanapun juga

piagam Jakarta bukanlah satu keinginan untuk menjadikan Indonesia sebagai

Negara Islam dan gagasan ini telah disadari tidak mungkin. Yang mereka

inginkan sebenarnya adalah bagaimana hukum Islam sebagai hukum yang hidup

dan telah mengalami kristalisasi dalam masyarakat muslim diakui keberadaanya

dalam makna yang sebenarnya.

B. Pengertian Kompilasi Hukum Islam

Istilah kompilsi hukum Islam berasal dari bahasa latin yatu compilare yang

msuk ke dalam bahasa Belanda dengan sebutan compilatie, yang dalam bahasa

inggrisnya disebut compilation. Secara harfiah berarti kumpulan dari berbagai

karangan kata karangan yang tersusun dari kutipan-kutipan buku lain.

Bustanul Arifn menyebut Kompilasi Hukum Islam sebagai ― Fiqh dalam

bahasa rumpun Melayu disebut peng-Qanun-an hukum syara‖. Wahyu Widhiana

menyatakan bahwa

Page 16: BAB III SEJARAH PERKEMBANGAN HUKUM ISLAM DALAM ...

70

― Kompilasi hukum Islam adalah sekumpulan materi Hukum Islam yang ditulis

pasal demi pasal, berjumlah 229 pasal, terdiri dari 3 kelompok materi hukum,

yaitu hukum perkawinan ( 170 pasal ) hukum kewarisan termasuk wasiat dan

Hibah yang terdiridari 44 pasal, dan hukum Perwakafan yang terdiri dari 14

pasal, ditambah satu pasal ketentuan penutup yang berlaku untuk ketiga

kelompok hukum tersebut ‗‘.

Secara materi, komilasi hukum Islam itu adalah ketentuan hukum yang

ditulis dan disusun secara sistematis menyerupai peraturan perundang-undangan

untuk sedapat mungkin diterapkan seluruh instansi Departemen Agama dalam

menyelesakan masalah-masalah di bidang yang telah diatur Kompilasi hukum

Islam.Oleh para hakim peradilan agama Kompilasi Hukum Islam digunakan

sebagai pedoman dalam memeriksa, mengadili dan memutus perkara yang

diaukan kepada- Nya.

C. Tujuan Kompilasi Hukum Islam

Tujuan penyusunan Kompilasi Hukum Islam.

Upaya mempositifkan hukum isla meaului Hukum isla ini mempunyaii

bebrapa ssaran pokok yang hendak dicapai :

1) Melengkapi pilar peradilan Agama

2) Menyamakan persesi penerapan hukum.

3) Mempercepat proses Taqribi baiinna al-Madzahib.

D. Sejarah terbentuknya Kompilasi hukum Islam

Setelah indonesia merdeka, ditetapkan 13 kitab Fikih sebagai refereni

hukum materil di pengadilan agama melalui surat edaran kepala biro pegadilan

Page 17: BAB III SEJARAH PERKEMBANGAN HUKUM ISLAM DALAM ...

71

Agama Ri. No. B/1/735 tanggal 18 february 1985. Hal iini dilakukan karena

hukum Islam yang berlaku d tengah-tengah masyarakat ternyata tidak tertulis dan

berserakan di berbagai kitab fikih yang berbeda-beda.

Akan tetapi penetapan kitab-kitab fikih tersebut juga tidak berhasil

menjamin kepastian dan kesatuab hukum d pengadilan agama. Muncul persoalan

krusial yag berkenaan dengan tidak adanya keseragaan para hakim dalam

menetapkan keputusan hukum terhadap persoalan-persoalan yang mereka hadapi.

Berbagai hal dan situasi hukum Islam itulah yang mendorong dilakukanya

kompilasi terhadap hukum Islam d indonesia untuk menjamin kepastian dan

kesatuan penerapan hukum isla d indonesia.

Hal ini disebabkan tidak tersedianya kitab materi hukum isla yang sama.

Secara materi hukum Islam yang sama. Secara material memang telah dtetapkan

13 kitab yang djadikan rujukan dalan memutuskan perkara yang kesemuanya

bermazhab syafi‘i.akan tetapi tetap saja yang menimbulkan persoalan yaitu tidak

adanya keseragaman keputusan hakim.

Bustanul Arifin adalah seorang tokoh yang tampil dengan gagasan

perlunya membuat kompiasi hukum indonesia. Gagasan-gagasan ini didasar pada

pertimbangan berikut:

1. Untuk berlakunya hukum Islam di indonesia, harus ada anara lain

hukum yang jelas dan dapat dilaksanakan oleh aparat penegak hukum

maupun oleh masyarakat.

2. Persepsi yang tidak seragam tentang syariah menyebabkan hal-hal;

Page 18: BAB III SEJARAH PERKEMBANGAN HUKUM ISLAM DALAM ...

72

1. Ketidak seragaman dalam menentukan apa-apa yang disebut dalam hukum

Islam( maa anjallahu ).

2. Tidak mendaat kejelasan bagaiamana menjalankan syariat atau dsebut

dalam hukum Islam ( Tanfiziyah ) dan

3. Akibat kepanjangan adalah tidak mamu menggunakan jalan-jalan dan alat-

alat yang tersedia dalam Undang-Undang Dasar 1945 dan perundang-

undangan lainya

4. Di dalam sejarah Islam, pernah ada tiga Negara dimana hukum Islam

diberlakuan.

a. Sebaga perundang-undangan yang terkenal dalam fatwa Alamfri,

b. Di kerajaan Turki ustmani yang terkenaal dengan nama Majallah al-

Ahkam Al- Adliyah dan

c. Hukum Islam pada tahun 1983 dikodifikasi di subang.

Gagasan Bustanul Arifin disepakati dan dibentuklah Tim pelasana Proyek

dengan Surat Keputusan Bersama ( SKB ) ketua Mahkamah Agung RI dan

Menteri Agama RI No. 07/KMA/1985. Dalam Tim tersebut Bustanul dipercaya

menjadi pemimpin Umum dengan anggota Tim yang meliuti para pejabat

Mahkamah Agung dan departemen Agama. Dengan kerja keras anggota Tim dan

Ulama-ulama, cendikiawan yang terlibat di dalamnya maka terumuslah KHI yang

dtindak;anjuti dengan keluarnya instruksi presiden No.1 tahun 1991 kepada

menteri Agama untuk menyebarluaskan Kompilasi hukum islaam yang terdiri

dari:

Buku I : Tentang perkawinanBuku II : Tentang kewarisan, Buku III :

tentang Perwakafan

Page 19: BAB III SEJARAH PERKEMBANGAN HUKUM ISLAM DALAM ...

73

Inpres tersebut ditindak lanjuti dengan SK Menteri Agama No.154 tahun

1991 tangga 22 juli 1991.

Memang Kompilasi hukum Islam tidak diundangkan lewat undang-undang

sebagaimana yang terjadi pada UU No.1 Tahun 1974 Tentang Hukum perkawinan

di Indonesia.Hal ini menurut Nur Ahamad Fadil Lubis merupakan persoalan yang

sangat sensitive untuk dilakukan di Negara yang sangat plural dar sisi agama dan

idiologi.

Dengan keluarnya Inpres dan SK tersebut menurut Abdul Gani Abdullah

sekurang-kurangnya ada tiga hal perlu dicatat :

1. Perintah menyebarluaskan KHI tidak lain adalah kewajiban masyarakat Islam

untuk memfungsikan eksplanasi ajaran Islam sepanjang mengenai normatif

sebagai hukum yang harus hidup dalam masyarakat.

2. Rumusan hukum Islam dalam KHI berupaya mengakhiri persepsi ganda dari

keberlakuan hukum Islam yang ditunjuk oleh pasal 2 ayat 1 UU No.1 Tahun 1974

tentan gperkawinan dan UU No.7 Tahun 1989 tentang segi-segi hukum

formalnya.

3. Menunjuk secara tegas wilayah keberlakuan KHI dengan sebutan Instansi

Pemerintah dan masyarakat yang memerlukanya, dalam kedudukan sebagai

pedoman penyelesaian masalah di tiga bidang hukum dalam KHI.

Kendati demikian telah diputuskan untuk digunakan dalam lingkup Peradilan

Agama, tetap saja menimbulkan polemik. Apakah KHI itu termasuk hukum

tertulis seperti kitab hukum lanya atau hukum yang tidak tertulis. Adalah

Attamimi yang mencoba mengkritik sebagian orang yang berpandangan bahwa

KHI itu sebagai hukum tertulis. Bagi Attamimi Kompilasi adalah suatu produk

berbentuk tulisan hasil karya orang lain yagn disusun secara teratur. Dengan

demikian KHI adalah himpunan ketentuan hukum Islam yang dituliskan dan

disusun secara teratur. KHI bukanlah peraturan perundang-undangan, bukan

Page 20: BAB III SEJARAH PERKEMBANGAN HUKUM ISLAM DALAM ...

74

hukum tertulis meskipun ia dituliskan, bukan undang-undang, bukan peraturan

pemerintah, bukan keputusan Presiden dan seterusnya. KHI menunjukan hukum

tidak tertulis yang hidup secara nyata dalam kehidupan sehari-hari sebagian besar

rakyat Indonesia yang beragama Islam untuk menelusuri norma-norma hukum

bersangkutan apabila diperlukanya, baik di dalam maupun pengadilan.

Dalam kesipulanya ia menyatakan,

― KHI meskipun ditulis belum merupakan hukum tertulis. Karena sistem hukum

Nasional Indonesia mengakui hukum tertulis dan hukum tidak tertulis, maka KHI

dapat mengisi hukum umum, khususnya mengisi kekosongan hukum bagi warga

negara Indonesia yang beragama Islam.‖

Berkaitan dengan Intruksi presiden, Attamimi mengatakan:

― Adalah sesuatu yang menguntungkan bahwa penyebarluasan KHI dilakukan

dengan Instruksi Presiden, bukan dengan Keputusan Presiden, dan lebih-lebih

bukan dengan Undang-undang. Dengan demikian salah paham beberapa pihak

yang menyangka bahwa KHI seolah-oleh usaha kembali ke piagam Jakarta dapat

disanggah‖.

Pendapat Attamimi ini ditolak oleh Abdul Gani Abdullah dengan menyatakan.

― pertama, sebagai hukum tidak tertulis seperti yang ditunjukan oleh penggunaan

instrumen hukum berupa Inpres yang tidak termasuk dalam rangkaian tata urutan

peraturan perundangan yang menjadi sumber hukum tertulis. Kelemahan

pandangan ini terletak pada pengabdian terhadap beberapa sumber pengambilan

bagi penyusunan buku I, dan Buku III yang terdiri dari UU No. 22 Tahun 1946 Jo

UU No.32 Tahun 1954, UU No.1 Tahun 1974 Jo PP No. 9 Tahun 1975, PP No. 28

Tahun 1977. Sumber-sumber tersebutlah yang mengakrabkan KHI menjadi

sumber hukum tertulis. Kedua, KHI dapat dikategorikan sebagai hukum tertulis.

Sumber yang ditunjukan di atas menunjukan KHI berisi law dan rul yang pada

giliranya terangkat menjadi law dengan potensi political power. Inpres No.1

Tahun 1991 dipandang sebagai salah satu produk political power yang

mengalirkan KHI dalam jajaran law.

Terlepas dari polemik yang sebenarnya sangat teoritis, kemunculan KHI di

indonesia dapat dicatat sebagai sebuah prestasi besar yang dicatai umat Islam.

Setidaknya dengan adanya KHI itu, maka saat ini indonesia tidak akan ditemukan

lag pluralisme keputusan peradilan agama, karena kitab yang dijadikan rujukan

Page 21: BAB III SEJARAH PERKEMBANGAN HUKUM ISLAM DALAM ...

75

hakim Peradilkan Agama adalah sama. Selain itu fikih yang selama ini tidak

ppositif, telah ditranformasikan menjadi hukum positif yang berlaku dan mengikat

seluruh umat Islamindonesia. Lebih penting dari itu, KHI diharapkan akan lebih

mudah diterima oleh masyarakat Islam indonesia. Jadi tidak akan muncul

hambatan Psikologis di kalangan umat Islam yang melaksanakan Hukum Islam.

E. Sejarah pemberlakuan UU No. 1 tahun 1974

Dalam kaitanya dengan perkembangan hukum Islam pada masa antagonistik ini

penting untuk dicatat tentang keberadaan UU perkawinan. Pada tanggal 16

agustus 1973 pemerintah mengajukan RUU Perkawinan. Sebulan sebelum

diajukanya RUU tersebut timbul reaksi keras dari kalangan umat Islam. RUU

tersebut sangat bertentangan dengan ajaran-ajaran Islam dan ada anggapan yang

lebih keras lagi, RUU tersebut ingin mengkristenkan Indonesia. Di lembaga

legislatif, FPP adalah fraksi yang paling keras menentang RUU tersebut karena

bertentangan dengan fikih Islam. Kamal Hasan menggambarkan bahwa semua

ulama baik dari kalangan tradisional maupun modernis, dari aceh sampai Jawa

Timur, menola RUU tersebut.

Menurut Kamal Hasan, setidaknya ada 11 pasal yang dipandang bertentangan

dengan ajaran Islam ( fiqh mnakahat ), yaitu pasal 2 ayat 1, pasal 3 ayat 2, pasal 7

ayat 1, pasal 8 ayat c, pasal 10 ayat 2, pasal 11 ayat 2, pasal 12, pasal 13 ayat 1

dan 2, pasal 37, pasal 46 ayat c dan d, pasal 62 ayat 2 dan ayat 9.

Melalui lobbying- lobbying antara tokoh-tokoh Islam dengan pemerintah

akhirnya RUU tersebut diterima oleh kalangan Islam dengan mencoret pasal-pasal

yang bertentangan dengan ajaran Islam. Sampai di sini tidak berlebihan apabila

Page 22: BAB III SEJARAH PERKEMBANGAN HUKUM ISLAM DALAM ...

76

menyebut bagaimana upaya PPP untuk mempertahankan eksistensi hukum Islam.

Agar pembahasanya berjalan lancer maka dicapai suatu kesepaktan antara fraksi

PPP dan fraksi ABRI yang isinya:

1. Hukum agama Islam dalam perkawinan tidak akan dikurangi atau diubah.

2. Sebagai konsekuensi daripada point 1, maka alat-alat pelaksanaanya tdak

akan dikurangi atau di rubah, tegasnya UU No. 22 tahun 1946 dan undang-

undang No. 14 tahun 1970 dijamin kelangsunganya.

3. Hal-hal yang bertentangan dengan agama Islam dan tidak mungkin

disesuaikan dengan undang-undang ini, dihilangkan ( didrop ).

4. Pasal 2 ayat ( 1 ) dari rancangan undang-undang ini disetujui untuk

dirumuskan sebagai berikut:

a. Ayat ( 1 ): Perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum

masing-masing agamanya dan kepercayaan itu;

b. Ayat ( 2 ): Tiap-tiap perkawinan wajib dicatat menurut peraturan

perundang-undangan yang berlaku

5. Mengenai perceraian dan poligami diusahaan perlu ketentuan-ketentuan

guna mencegah terjadiinya kesewenang-wenangan. Jelaslah di dalam

kesepakatan tersebut menunjukan betapa kuatnya posisi FPP sebagai wakil

umat Islam dalam Syariat Islam. Adapun pasal-pasal yang dicoret tersebut

adalah pasal 11 mengenai system parental dan perkawinan antar agama,

pasal 13 mengenai pertunangan, pasal 14 mengenai tata cara gugatan

perkawinan dan pasal 62 mengenai pengangkatan anak.

Page 23: BAB III SEJARAH PERKEMBANGAN HUKUM ISLAM DALAM ...

77

Akhirnya pasal-pasal yang menimbulkan keberatan di kalangan Islam itu

dihapuskan. Setelah melakukan rapat yang berulang-ulang, akhirnya pada

tanggal 22 desember 1973 melalui fraksi-fraksi DPR, RUU tersebut

disetujui untuk disahkan. Pada tanggal 2 januari 1974 RUU tentang

perkawinan disahkan DPR menjadi UU No. 1 tahun 1974 tentang Undang-

Undang Perkawinan yang selanjutnya berlaku efektif sejak tanggal 1

Oktober 1975.

Dasar Hukum Harta Gono Gini

UU NO.1 TAHUN 1974

Harta Benda dalam Perkawinan Pasal 35

1. Harta benda diperoleh selama perkawinan menjadi harta bersama. 2. Harta bawaan dari masing-masing suami dan istri dan harta benda yang

diperoleh masing-masing sebagai hadiah atau warisan, adalah dibawah

penguasaan masing-masing sepanjang para pihak tidak menentukan lain. Penjelasannya; Apabila perkawinan putus, maka harta bersama tersebut diatur

menurut hukumnya masing-masing Dari peraturan ini kita akan memperoleh pengertian bahwa dalam perkawinan

dikenal dua macam kategori harta yaitu harta bawaan (Pasal 35 ayat 2) misalnya ;

pemberian, warisan. Dan harta bersama (pasal 35 ayat 1) yaitu harta yang

diperoleh selama perkawinan berlangsung. Terhadap harta bawaan, Undang-undang Perkawinan No. 1 tahun 1974

mengatakan bahwa masing-masing pihak mempunyai hak dan untuk mengaturnya

sendiri-sendiri. Karena itu harta bawaan tidak dimasukan kedalam harta bersama

dalam perkawinan. Sedangkan tentang siapakah yang berhak untuk mengatur harta bersama,

undang-undang Perkawinan No. 1 tahun 1974, mengatur lebih jelas dalam

ketentuan Pasal 36

1. Mengenai harta bersama suami dan istri dapat bertindak atas persetujuan kedua

belah pihak. 2. Mengenai harta bawaan masing-masing, suami dan istri mempunyai hak

sepenuhnya untuk melakukan perbuatan hukum mengenai harta bendanya. Dari bunyi aturan tersebut dapat diketahui, bahwa yang berhak mengatur harta

bersama dalam perkawinan adalah suami dan istri. Dengan demikian salah satu

pihak tidak dapat meninggalkan lainnya untuk melakukan perbuatan hukum atas

Page 24: BAB III SEJARAH PERKEMBANGAN HUKUM ISLAM DALAM ...

78

harta bersama dalam perkawinan, karena kedudukan mereka seimbang yaitu

sebagai pemilik bersama atas harta bersama itu. Pasal 37

Bila perkawinan putus karena perceraian, harta bersama diatur menurut

hukumnya masing-masing.

Penjelasannya; yang dimaksud dengan “hukumnya” masing-masing ialah

hukum agama, hukum adat dan hukum lainnya.

Dalam kenyataannya jika terjadi pembagian harta bersama karena perceraian,

masing-masing pihak akan mendapatkan separoh dari harta bersama. Tetapi

ketentuan tersebut bukanlah sesuatu yang baku dan keharusan, sebab masing-

masing pihak dapat pula dengan kesepakatan membagi harta bersama tersebut

menurut kehendaknya sendiri. Dengan kesepakatan itulah mereka terikat dan

boleh mengesampingkan peraturan yang ada. Kemudian bagaimanakah dengan persoalan tentang hutang yang timbul selama

perkawinan berlangsung? Karena prinsip harta perkawinan adalah harta bersama

yang dimiliki oleh suami dan istri, maka hutang pun adalah merupakan kewajiban

mereka bersama untuk melunasinya.

KHI mengaturnya dalam Bab tersendiri dan menguraikannya dalam Pasal 45

sampai dengan Pasal 52. KHI

( KOMPILASI HUKUM ISLAM )

BAB VII

PERJANJIAN PERKAWINAN

Pasal 45

Kedua calon mempelai dapat mengadakan perjanjian perkawinan dalam bentuk :

1. Taklik talak dan

2. Perjanjian lain yang tidak bertentangan dengan hukum Islam.

Pasal 46

(1) Isi taklik talak tidak boleh bertentangan dengan hukum Islam.

(2) Apabila keadaan yang disyaratkan dalam taklik talak betul-betul terjadi

kemudian, tidak dengan sendirinya talak jatuh.

Supaya talak sungguh-sungguh jatuh, isteri harus mengajukan

persoalannya ke Pengadilan Agama.

(3) Perjanjian taklik talak bukan suatu perjanjian yang wajib diadakan pada

setiap perkawinan, akan tetap sekali taklik talak sudah diperjanjikan tidak

dapat dicabut kembali.

Pasal 47

(1) Pada waktu atau sebelum perkawinan dilangsungkan kedua calon

mempelai dapat membuat perjanjian tertulis yang disahkan oleh Pegawai

Pencatat Nikah mengenai kedudukan harta dalam perkawinan. (2) Perjanjian tersebut pada ayat (1) dapat meliputi percamuran harta pribadi

dan pemisahan harta pencaharian masing-masing sepanjang hal itu tidak

bertentangan dengan hukum Islam.

Page 25: BAB III SEJARAH PERKEMBANGAN HUKUM ISLAM DALAM ...

79

(3) Disamping ketentuan dalam ayat (1) dan (2) diatas, boleh juga isi

perjanjian itu menetapkan kewenangan masing-masing untuk mengadakan

ikatan hipotik atas harta pribadi dan harta bersama atau harta syarikat.

Pasal 48

(1) Apabila dibuat perjanjian perwakilan mengenai pemisahan harta bersama

atau harta syarikat, maka perjanjian tersebut tidak boleh menghilangkan

kewajiban suami untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga.

(2) Apabila dibuat perjanjian perkawinan tidak memenuhi ketentuan tersebut

pada ayat (1) dianggap tetap terjadi pemisahan harta bersama atau harta

syarikat dengan kewajiban suami menanggung biaya kebutuhan rumah

tangga.

Pasal 49

(1) Perjanjian pencampuran harta pribadi dapat meliputi semua harta, baik

yang dibawa masing-masing ke dalam perkawinan maupun yang diperoleh

masing-masing selama perkawinan.

(2) Dengan tidak mengurangi ketentuan tersebut pada ayat (1) dapat juga

diperjanjikan bahwa percampuran harta pribadi hanya terbatas pada harta

pribadi yang dibawa pada saat perkawinan dilangsungkan, sehingga

percampuran ini tidak meliputi harta pribadi yang diperoleh selama

perkawinan atau sebaliknya.

Pasal 50

(1) Perjanjian perkawinan mengenai harta, mengikat kepada para pihak dan

pihak ketiga terhitung mulai tanggal dilangsungkan perkawinan dihapan

Pegawai Penctat Nikah.

(2) Perjanjian perkawinan mengenai harta, dapat dicabut atas persetujuan

bersama suami isteri dan wajib mendaftarkannya dikantor Pegawai

Pencatat Nikah tempat perkawinan dilangsungkan.

(3) Sejak pendaftaran tersebut, pencabutan telah mengikat kepada suami isteri

tetapi terhadap pihak ketiga pencabutan baru mengikat sejak tanggal

pendaftaran itu diumumkan oleh suami-isteri dalam suatu surat kabar

setempat.

(4) Apabila dalam tempo 6 (enam) bulan pengumuman tidak dilakukan yang

bersangkutan, pendaftaran pencabutan dengan sendirinya gugur dan tidak

mengikat kepada pihak ketiga.

(5) Pencabutan perjanjian pekawinan mengenai harta tidak boleh merugikan

perjanjian yang telah diperbuat sebelumnya dengan pihak ketiga.

Pasal 51

(1) Pelanggaran atas perjanjian perkawinan memberi hak kepada isteri untuk

meminta pembatalan nikah atau mengajukanya sebagai alas an gugatan

perceraian ke Pengadilan Agama.

Pasal 52

(1) Pada saaat dilangsungkannya perkawinan dengan isteri kedua, ketiga atau

keempat, boleh diperjanjikan mengenai tempat kediaman, waktu giliran

dan biaya rumah tangga bagi isteri yang akan dinikahinya itu.

BAB XIII

Page 26: BAB III SEJARAH PERKEMBANGAN HUKUM ISLAM DALAM ...

80

HARTA KEKAYAAN DALAM PERKAWINAN

Pasal 85

Adanya harta bersama dalam perkawinan itu tidak menutup kemungkinan adanya

harta milik masing-masing suami atau isteri.

Pasal 86

(1) Pada dasarnya tidak ada percampuran antara harta suami dan harta isteri

karena perkawinan.

(2) Harta isteri tetap menjadi hak isteri dan dikuasi penuh olehnya, demkian

juga harta suami tetap menjadi hak suami dan dikuasai penuh olehnya.

Pasal 87

(1) Harta bawaan dari masing-masing suami dan isteri dan harta yang

diperoleh masing-masing sebagai hadiah atau warisan adalah dibawah

penguasaan masing-masing, sepanjang para pihak tidak menentukan lain

dalam perjanjian perkawinan.

(2) Suami dan isteri mempunyai hak sepenuhnya untuk melakukan perbuatan

hukum atas harta masing-masing berupa hibah, hadiah, sedekah atau

lainnya.

Pasal 88

Apabila terjadi perselisihan antara suami isteri tentang harta bersama, maka

penyelesaian perselisihan itu diajukan kepada Pengadilan Agama.

Pasal 89

Suami bertanggung jawab menjaga harta bersama, harta isteri maupun hartanya

sedniri.

Pasal 90

Isteri turut bertanggung jawab menjaga harta bersama maupun harta suaminya

yang ada padanya.

Pasal 91

(1) Harta bersama sebagaimana tersebut dalam Pasal 85 di atas dapat berupa

benda berwujud atau tidak berwujud.

(2) Harta bersama yang berwujud dapat meliputi benda tidak bergerak, benda

bergerak dan surat-surat berharta.

(3) Harta bersama yang tidak berwujud dapat berupa hak maupun kewajiban.

(4) Harta bersama dapat dijadikan sebagai barang jaminan oleh salah satu

pihak atas persetujuan pihak lainnya.

Pasal 92

Suami atau isteri tanpa persetujuan pihak lain tidak diperbolehkan menjual atau

memindahkan harta bersama.

Pasal 93

(1) Pertanggung jawaban terhadap uang suami atau isteri dibebankan pada

hartanya masing-masing.

Page 27: BAB III SEJARAH PERKEMBANGAN HUKUM ISLAM DALAM ...

81

(2) Pertanggungjawaban terhadap utang yang dilakukan untuk kepentingan

keluarga, dibebankan kepada harta bersama.

(3) Bila harta bersama tidak mencukupi, dibebankan kepada harta suami.

(4) Bila harta suami tidak ada atau tidak mencukupi dibebankan kepada harta

isteri.

Pasal 94

(1) Harta bersama dari perkawinan seorang suami yang mempunyai isteri

lebih dari seorang masing-masing terpisah dan berdiri sendiri.

(2) Pemilik harta bersama dari perkawinan seorang suami yang mempunyai

isteri lebih dari seorang sebagaimana tersebut ayat (1), dihitung pada saat

berlangsungnya akad pernikahan yang kedua, ketiga atau keempat.

Pasal 95

(1) Dengan tidak mengurangi ketentuan Pasal 24 ayat (2) huruf c Peraturan

Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 dan Pasal 139 ayat (2), suami atau isteri

dapat meminta Pengadilan Agama untuk meletakkan sita jaminan atas

harta bersama tanpa adanya permohonan gugatan cerai, apabila salah satu

melakukan perbuatan yang merugikan dan membahayakan harta bersama

seperti judi, mabuk, boros dan sebagainya.

(2) Selama sita dapat dilakukan perjualan atas harta bersama untuk

kepentingan keluarga dengan izin Pengadilan Agama.

Pasal 96

(1) Apabila terjadi cerai mati, maka separoh harta bersama menjadi hak

pasanganan yang hidup lebih lama.

(2) Pembagian harta bersama bagi seorang suami atau isteri yang isteri atau

suaminya hilang harus ditanggungkan sampai adanya kepastian matinya

yang hakiki atau matinya secara hukum atas dasar putusan Pengadilan

Agama.

Pasal 97

(1) Janda atau duda cerai hidup, masing-masing berhak seperdua dari harta

harta bersama sepanjang tidak ditentukan lain dalam perjanjian

perkawinan.

nya dengan tegas.