Hukum Perburuhan

16
PERUBAHAN HUKUM PRIVAT KE HUKUM PUBLIK (STUDI HUKUM PERBURUHAN) Abad ke 19 merupakan tonggak penting bagi ciptaan-ciptaan besar dalam bidang hokum. Pada masa ini terdapat perbedaan antara hokum privat dan hokum public.di bidang hokum perdata ada kodifikasi prancis yang berupa kitab undang-undang yaitu code civil yang biasa disebut dengan "code napoleon" yang kemudia diberlakukan di belanda dan sampai di Indonesia. Hokum digunakan untuk mengatur masyarakat supaya dapat hidup lebih teratur. Dan adapun menurut Satjipto Raharjo. Hokum memiliki berbagai fungsi yaitu: 1. Pembuatan norma-norma baik yang menentukan atau memberikan hak kepada seseorang maupun yang menentukan hubungan antara orang dan orang. 2. Penyelesaian perselisihan 3. Menjamin kelangsungan hidup masyarakat yaitu dalam hal terjadi perubahan-perubahan. Dan adapun hokum perburuhan memiliki fungsi sebagai berikut: 1. pembuatan aturan-aturan yang menentukan hak dan kewajiban buruh serta pengusaha dan menentukan hubungan antara buruh dengan pengusaha. 2. menyelesaikan perselisiahan yang timbul akibat akibat adanya hubungan kerja antara buruh dengan pengusaha. 3. menjamin kelangsungan hidup masyarakat umum karena lapangan perburuhan merupakan bagian dari kehidupan masyarakat secara keseuruhan. Menurut Purnadi Purbacaraka dan soerjono soekanto dari sudut isi terdapat 3 macam kaedah hokum yaitu:

Transcript of Hukum Perburuhan

Page 1: Hukum Perburuhan

PERUBAHAN HUKUM PRIVAT KE HUKUM PUBLIK (STUDI HUKUM PERBURUHAN)

Abad ke 19 merupakan tonggak penting bagi ciptaan-ciptaan besar dalam bidang

hokum. Pada masa ini terdapat perbedaan antara hokum privat dan hokum public.di bidang

hokum perdata ada kodifikasi prancis yang berupa kitab undang-undang yaitu code civil yang

biasa disebut dengan "code napoleon" yang kemudia diberlakukan di belanda dan sampai di

Indonesia.

Hokum digunakan untuk mengatur masyarakat supaya dapat hidup lebih teratur. Dan

adapun menurut Satjipto Raharjo. Hokum memiliki berbagai fungsi yaitu:

1. Pembuatan norma-norma baik yang menentukan atau memberikan hak kepada

seseorang maupun yang menentukan hubungan antara orang dan orang.

2. Penyelesaian perselisihan

3. Menjamin kelangsungan hidup masyarakat yaitu dalam hal terjadi perubahan-

perubahan.

Dan adapun hokum perburuhan memiliki fungsi sebagai berikut:

1. pembuatan aturan-aturan yang menentukan hak dan kewajiban buruh serta

pengusaha dan menentukan hubungan antara buruh dengan pengusaha.

2. menyelesaikan perselisiahan yang timbul akibat akibat adanya hubungan kerja

antara buruh dengan pengusaha.

3. menjamin kelangsungan hidup masyarakat umum karena lapangan perburuhan

merupakan bagian dari kehidupan masyarakat secara keseuruhan.

Menurut Purnadi Purbacaraka dan soerjono soekanto dari sudut isi terdapat 3 macam

kaedah hokum yaitu:

a) Kaedah yang berisi suruhan

b) Kaedah hokum yang berisi larangan

c) Kaedah hokum yang berisi kebolehan

Sedangkan kaedah hokum perburuhan apabila dilihat dari isi kaedah hokum nya maka

terdiri dari kaedah hokum yang berisi perintah misalnya: kewajiban membayar upah oleh

majikan kepada buruh. Kaedah yang berisi lrangan misalnya: larangan memperkerjakan anak

dalam hubungan kerja. Serta kaedah hokum yang berisi kebolehan seperti menentukan lima

harikerja atau enam hari kerja dalam satu minggu dengan waktu kerja dalam satu minggu

dengan waktu kerja 40 jam dalam satu minggu.

Page 2: Hukum Perburuhan

A. Sejarah Hukum Perburuhan

Pada awal mulanya hokum perburuhan merupakan bagian dari hokum perdata yang

diatur dalam bab VII A Buku III KUHPer tentang perjnjian kerja.namun pada

perkembangannya tepatnya setelah Indonesia merdeka hokum perburuhan Indonesia

mengalami perubahan dan penyempurnaan yang akhirnya terbitlah UU No. I Tahun1951

tentang berlakunya UU No. 12 Tahun 1948 tentang kerja, UU No. 22 Tahun 1957 tentang

penyelesaian perselisihan perburuhan, UU No. 14 Tahun 1969 tentang pokok-pokok

ketenagakerjaan dan lain-lain.

Hokum perburuhan yang asalnya merupakan hokum privat, lambat laun didalamnya

mulai terdapat campur tangan pemerintah untuk memperbaiki kondisi perburuhan di

Indonesia dengan mengelurkan berbagai peraturan perundangan. Hal ini mengakibatkan

lambat laun sifat public semakin kelihatan dalam hokum perburuhan di Indonesia.

Hukum publik menurut Sudikno Mertokusumo adalah hokum yang mengatur

kepentingan umum dan mengatur hubungan pengasa dengan warga negaranya. Hokum public

adalah keseluruhan peraturan yang merupakan dasar Negara dan mengatur pula bagaimana

caranya Negara melaksanakan tugasnya. Hokum ii lansung dilaksanakan oleh penguasa

karena lebih memperhatikan kepentingan umum.

Hokum perdata atau yang biasa disebut dengan hukum privat adalah hokum antara

perorangan yang mengatur hak dan kewajiban perorangan yang satu terhadaap yang lain

didalam hubungan keluaga dan didalam pergaulan masyarakat. Dan pelaksanaannya

diserahkan kepada pihak-pihak yang bersangkutan.

Adapun perbedaan antara hokum privat dan hokum public yaitu:

1. Hokum public salah satu pihaknya adalah penguasa eedangkan dalam hokum

privat kedua belah pihak adalah perorangan tanpa menutup kemungkinan bahwa

dalam hokum perdatapun penguasa dapat menjadi pihak juga.

2. Peraturan hokum public sifatnya memaksa sedangkan hokum privat bersifat

melengkapi meskipun ada juga yang bersifat memaksa.

3. Tujuan hukum public adalah melindungi kepentingan umum sedangkan hkum

privat adalah melindungio kepentingaperorangan atau individu.

4. hokum public mengatur hubungan Negara dan individu dan hokum privat

berhubungan dengan hukumhubungan hokum antar individu.

Pada awaalnya hukum perburuhan lahir pada abad ke 19 akibat adanya revolusi

Inggris. Sebelum adanya revolusi orang bekerja dengan menggunakan tenaga manusia.tetapi

Page 3: Hukum Perburuhan

akibat adanya revolusi industri yang mengedepankan tenaga mesin menjadikan banyaknya

pemutusan hubungan kerja kepada para tenaga kerja.

Akibat adanya revolusi yang terjadi di inggris sedikit banya menjadikan Indonesia

sebagai negeri yang terjajah pada saat itu menjadikan undang-undang perburuhan mereka pun

mengadopsi dari Negara yang menjajah mereka.

Menurt imam soepomo sejarah perburuhan di Indonesia dapat dibagi menjadi 3 fase

yakni:

1. Jaman perbudakan

Pada fase ini buruh dianggap seperti budak karena paa masa ini merupakan masa

penjajahan yang dilakukan pemerintah belanda. Sehingga para udak tersebut tidak

punya hak atas suatu apapun bahkan untuk hidup sekalipun.

2. Pekerjaan Rodi

Kerja rodi yang dikenal dengan kerja paksa juga salah satu kegiatan yang

dilakukan para penjajah pada masa itu.

Adapun rodi digolongkan menjadi 3 bagian yaitu:

a) Rodi untuk kepentingan gubernemen dan para pegawainya yang dilakukan

tanpa bayaran .

b) Rodi untuk kepentingan para pembesar di Indonesia

c) Rodi desa untuk kepentingan desa

3. Poenale Sanksi

Poenale sanksi memiliki tujuan untuk memberikan kekuasaan bagi majikan untuk

berlaku tidak baik terhadap buruh serta menciptakan keadan perburuhan yang

buruk.

B. Pengertian Hokum Perburuhan

Hukum perburuhan memiliki pengertian:

1. Menurut Molenaar

Hokum perburuhan adalah bagian dari hokum yang berlaku yang pada pokonya

mengatur hubungan antara buruh dengan majikan, antara buruh dengan buruh dan

antara penguasa dengan penguasa.

2. Levenbach

Hukum perburuhan adalah sebagai sesuatu yang meliputi hokum yang berkenaan

dengan hubungan kerja.,dimana pekerjaan itu dilakukan dibawah pimpinan

3. Van Esveld

Page 4: Hukum Perburuhan

Hukum perburuhan tidak hanya meliputi hubungan kerja yang dilakukan dibawah

pimpinan tetapi termasuk pula pekerjaan yang dilakukan atas dasar tanggung

jawab sendiri.

4. Imam Soepomo

Hukum perburuhan adalah himpunan peraturan baik tertulis maupun tidak tertulis

yang berkenaan dengan kejadian dimana seseorang bekerja paa orang lain engan

menerima upah.

Jadi hokum perburuhan adalah kumpulan peraturan tertulis mauuntidak tertulis yang

mengatur hubungan searah atau timbale baik antara buruh, majikan dan pemerintah didalam

atau diluar hubungan kerja dimana buruh dalam hubungan kerja dimana buruh dalam

hubungan kerja melaksanakan perintah dari majikan dengan mnerima upah.

Hakikat hokum perburuhan aada dua menurut imam soepomo yaitu:

a) Hakekat secara yuridis.

b) Hakekat secara sosiologis.

Secara yuridis buruh memang bebas dan secara sosiologis buruh tidak bebas,dengan

demikian buruh memiliki kebebasan secara yuridis yang berarti buruh memiliki kebebasan

secara yuridis yang artinya buruh memiliki kedudukan yang sama didepan hokum dengan

majikan.akan tetapi secara sosiologis kedudukan buruh tersubordinasi oleh majikan yang

artinya majikan memiliki kewenangan untuk memerintah buruh dan menetapkan syarat-syarat

kerja dan keadaan perburuhan. Dengan kata lain kedudukan majikan lebih tinggi dari pada

kedudukan buruh dalam hubungan perburuhan.

C. Tujuan Hukum Perburuhan

Tujuan pokok hokum perburuhan adalah Pelaksanaan keadilan social dalam bidang

perburuhan dan pelaksanannya diselenggarakan dengan jalan melindungi buruh terhadap

kekuasaan yang tidak terbatas dari pihak majikan.

Menurut Senjung H. Manulang tujuan hokum perburuhan meliputi:

a) Untuk mencapai atau melaksanakan keadilan social dalam bidang ketenagakerjaan.

b) Untuk melindungi tenaga kerja terhadap kekuasaan yang tak terbatas dari

pengusaha misalnya dengan membuat perjanjian atau menciptakan peraturan-

peraturan yang bersifat memaksa agar pengusahA tidak bertindak sewenag-

wenang terhadap tenaga kerja sebagai pihak yang lemah.

Page 5: Hukum Perburuhan

D. Sumber Hukum Perburuhan

Sumber hokum perburuhan adalah sumber hokum material dan sumber hokum formil.

Adapun sumber hokum materiil daru hokum perburuhan adalah pancasila. Sedangkan sumber

hokum formil dari hokum perburuhan adalah :

1 Undang-Undang

2 peraturan lain yang kedudukannya lebih rendah dari UU seperti PP,KEPPRES.

3 Kebiasaan

Adalah tradisi yang merupakan sumber hokum tertua, sumber dari mana dikenal

atau dapat digali sebagian dari hokum diluar undang-undang, tempat dimana

dapat menemukan atau menggali hukumnya

Kebiasaan bisa menjadi hukm apabila :

a) Syarat materiil: adnya kebiasaan atau tingkah laku yang tetap atau di ulang.

b) Syarat Intelektual: kebiasaan itu harus menimbulkan keyakinan umum bahwa

perbuatan itu merupakan kewajiban hokum.

c) Adanya akibat hokum apabila hokum kebiasaan itu dilanggar.

4. Putusan Panitia Penyelesaian Perselisihan Peburuhan baik daerah maupun pusat

5. Perjanjian perburuhan, perjanjian kerja atau peraturan perusahaan

E. Perubahan Dari Hukum Privat Ke Hukum Publik

Tahap pertama tahun 1945-1949

Hukum perburuhan di Indonesia diatur dalam Bab VII A Buku III KUHPer dengan

judul perjanjian-perjanjian untuk melakukan pekerjaan. Perjanjian untuk melakukan pekerjaan

terdiri dari tiga perjanjian yaitu:

a) Perjanjian kerja

b) Perjanjian pemborongan

c) Perjanjian untuk menunaikan jasa

Dan adapun syarat-syarat perjanjian kerja yaitu :

1. Terdapat pihak yang dibawah pimpinan orang lain

2. Melakukan pekerjaan

3. Waktu tertentu

4. Adanya Upah

Kemudian KUHPer mangatur tentang kewajiban majikan yakni:

a) Membayar Upah

Page 6: Hukum Perburuhan

b) Mengatur dan memelihara ruangan-ruangan, piranti-piranti, atau perkakas-

perkakas dalam perusahaan

c) Memberikan jaminan kecelakaan atau jaminan perawatan karena sakit.

d) Wajib melakukan atau pun tidak berbuat segala apa yang dalam keadaan yang

sama sepatutnya harus dilakukan atau tidak diperbuat oleh seorang majikan

yang baik.

e) Wajib memberikan surat pernyataan pada waktu berakhirnya hubungan kerja

atas permintaan dari si buruh.

Dan sebaliknya buruh juga memiliki kewajiban yakni:

a) Melakukan pekerjaan yang dijanjikan menurut kemampuan yang sebaik-baiknya.

b) Melakukan pekerjaannya sendiri kecuali dengan ijin majikan dapat diganti dengan

pihak ketiga.

c) Mentaati peraturan kerja dan tata tertib perusahaan

d) Buruh yang tinggal dengan majikan wajib mengikuti tatib majikan dalam rumah

e) Buruh wajib melakukan, maupun tidak berbuat segala apa yang dalam keadaan

yang sama, patut dilakukan tau tidak diperbuat oleh seorang buruh yang baik.

Tahap kedua tahun 1950-1965

Pada tahun ini terbit UU No. I Tahun 1951 tentang Undang-Undang Kerja. UU ini

merupakan salah satu perundangan social yang dikeluarkan Negara dengan tujuan :

- Mengatur bidang perburuhan

- Menjamin pekerjaaan dan penghidupan yang layak bagi bagi WNI.

UU ini dianggap sebagai hokum public karena :

1. UU ini secara tegas menyatakan dirinya sebagai hokum public

2. UU memuat adanya sanksi pidana

3. pelaksanaan aturan diawasi oleh Negara

Pada tahun 1951 juga terbit sebuah Undang-undang yakni UU No. 3 Tahun 1951

tentang pernyataan berlakunya Undang-Undang penegasan perburuhan.yang terdiri dari pasal

I dan pasal II.

Tahap kedua tahun 1966-1998

Tercipta UU yang mengatur tentang ketentuan-ketentuan pokok tenaga kerja yang

diatur dalam UU No. 14 Tahun 1969.UU ini memiliki muatan sebagi hokum public yang

lebih besar dari pada hokum privat. Hal ini disebabkan karena:

1. sebagian unsure dalam UU ini mengatur tentang campur tangan pemerintah dalam

lapangan perburuhan.

2. Adanya sanksi pidana atas pelanggaran ketentuan dalam UU ini.

Page 7: Hukum Perburuhan

3. Pandangan pemerintah bahwa lapangan perburuhan bukan semata-mata mengatur

kepentingan buruh dan majikan namun bidang perburuhan merupakan bidang yang

menyangkut kepentingan dan ketertiban umum.

Pada tahun 1970 tercipta juga UU No. 1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja.

Menurut UU ini yang dimaksud dengan tempat kerja adalah tiap ruangan atau lapangan,

tertutup atau terbuka,bergerak atau tetap, dimana tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha

dan dimana terdapat sumber atau sumber-sumber bahaya.

UU keselamatan kerja memiliki muatan public lebih besar daripada privat. Hal ini

dapat dilihat dari aspek administrasi yang tampak dari adanya pengaturan tentang lembaga-

lembaga seperti pegawai pengawas, direktur, ahli keselamatan praja, Pembina serta

keberadaan panitia Pembina keselamatan kerja dan kesehatan kerja.disamping itu adanya

sanksi pidana dalam hokum ini bagi pelanggaran isi ketentuan UU ini.

Dilanjutkan pada tahun 1974 lahir dasar falsafah Hubungan Perburuhan Pancasila

(HPP) yang mendasari semua kebijaksanaan dibidang perburuhan di Indonesia. Dalam

perkembangannya HPP menjadi Hubungan Industrial Pancasila (HIP).

HIP adalah hubungan antarapelaku dalam proses produksi barang dan jasa yang

didasarkan atas nilai-nilai yang merupakan manifestasi dari keseluruhan sila dari pancasila

dan UUD 1945 dan tumbuh serta berkembang diatas kepribadian bangsa dan kebudayaan

nasional Indonesia.

Tujuan HIP aalah terciptanya keharmonisan hubungan antara buruh pengusaha dan

pemerintah.

Bidang pengupahan buruh pemerintah mengeluarkan PERPU No. 8 Tahun 1981

tentang perlindungan upah. Oleh karena sebagian pasal-pasal dari KUHPer yang mengatur

upah sudah tidak berlaku, dengan adanya PP perlingan upah maka hokum perburuhan tidak

dapat dikatakan memilik sifat Privasi.

Dibidang Jaminan Sosial bagi Tenaga Kerja ( JAMSOSTEK ) pemerintah

mengeluarkan UU No. 3 Tahun 1992. Jamsostek adalah suatu perlindungan bagi tenaga kerja

dalam bentuk santunan berupa uang sebagai pengganti sebagian dari penghasilan yang hilang

atau berkurang dan pelayanan sebagai akibat peristiwa atau keadaan yang dialami oleh tenaga

kerja berupa kecelakaan kerja, sakit, hamil, bersalin, hari tua, dan meninggal dunia.

Adapun ruang lingkup Jamsostek dalam UU ini yaitu:

1.Jaminan kecelakaan.

2.Jaminan Kematian

3.Jaminan Hari tua

4.Jaminan Pemeliharaan kesehatan

Page 8: Hukum Perburuhan

Dengan demikian UU tentang Jamsostek memiliki sebagi hokum public yang

menonjol. Hal ini nampak dari pihak-pihak yang diatur dalam UU tersebut, sifat memaksa

dari UU Jamsostek, hubungan antara individu dan Negara, serta penegakan hokum yang

terjadi dalam UU ini.

F. Faktor-faktor Penyebab perubahan sifat hokum perburuhan dari

hokum privat ke hokum publik

Faktor-faktor penyebab berubahnya hokum perburuhan dari hokum privat ke hokum

public:

1.Pembatasan terhadap kebebasan individu.

2.Perubahan pandangan pemerintah bahwa lapangan perburuhan merupakan bagian

dari masyarakat numum secara keseluruhan.

3.Perubahan hokum sebaga akibat perubahan pemikiran manusia

4.Pandangan bahwa suatu hubungan hokum sebagai kesatuan yang relatif

G. Perselisihan Perburuhan dan penyelesaiannya

Perselisihan perburuhan menurut pasal 1 huruf c UU no. 22 tahun 1957 aadalah:

pertentangan antara majikan atau perkumpulan majikan dengan serikat buruh atau gabungan

serikat buruh yang berhubungan dengan tidak adnya persesuaian paham mengenai hubungan

kerja,syarat-syarat kerja dan atau keadaan perburuhan.

Penyelesaian perburuhan diIndonesia diatur dalam UU No.22 tahun 1957 yang terdiri

dari sembilan bagian dan 32 pasal serta penjelasan.

Adapun cara dan tingkat penyelesaian perselisihan perburuhan menurt UU ini adalah:

1) Pada tingkat pertama pihak-pihak yang berselisih harus berusaha

menyelesikan kesulitan dalam lapangan perburuhan dengan jalan

perundingan antara kedua belah pihak.

2)Apabila perundingan tidak menghasilkan kesapakatan, pihak-pihak yang

berselisih dapat menempuh jalan arbitrse yang diatur lebih lengkap

dalam UU ini

3)Apabila arbitrase tidak dikehendaki para pihak dapat meminta perantaraan

dari pegawai kementrian perburuhan yang khusus ditunjuk untuk itu.

4)Apabila meenurut pegawai daya upayanya tidak berhasil perantaraan

selanjutnya diberikan kepada panitia daerah.

Page 9: Hukum Perburuhan

5)Apabila tidak dapat dicapai persetujuan maka panitia daerah berhak

memberikan anjuran

6)Dalam hal-hal tertentu panitia berhak memberikan putusan yang berupa

anjuran

7)Terhadap putusan panitia daerah yang bersifat mengikat selama 14 hari dapat

dimintikan pemeriksaan ulang pada panitia pusat.

8)Putusan panitia pusat bersifat mengikatdan tidak bisa dimintakan banding

9)Jika suatu pihak hendak melakukan tindakan maka maksud ituharus

diberitahukan dengan surat kepada pihak lawan dan panitia daerah.

10)Panitia daerah / pusat disusun berdasarkan atas asas tripartij terdiri dari

wakil pemerintah,buruh dan majikan.

H. PHK (Pemutusan Hubungan Kerja)

Pemutusan hubungan kerja adalah berakhirnya hubungan kerja antara buruh dengan

majikan atas dasar ijin panitia penyelesaian perselisihan perburuhan. Berhubungan dengan

PHK pada tahun 1964 keluar UU No. 12 Tahun 1964.

Menurut UU No. 12 Tahun 1964 PHK dilarang :

a. selama buruh berhalangan menjalankan pekerjaannya karena keadaan sakit

menurut keterangan dokter selama waktu tidak melampui 12 bulan terus menerus.

b. Selama bururh berhalangan menjalankan pekerjaannya karena memenuhi

kewajibannya terhadap Negara yang ditetapkan oleh UU karena menjalan kan

ibadah yang diperintahkan agamanya yang disetujui pemerintah.

Pelaksanaan PHK haruslah dirundingkan dahulu antar pengusaha dan buruh yang

bersangkutan.apabila tidak tercapai mufakat maka pengusaha wajib melapor kepada P4

(Panitia Penyelesaian Perselisihan Perburuhan).

Adanya ijin PHK dari P4 di perusahaan maka wajib dilakukan sedangkan sebaliknya

apabila PHK dilaksanakan tanpa seijin P4 maka PHK yang dilakukan batal karena hokum.

Perubahan hokum privat ke hokum public merupakan sebuah permasalahan yang perlu

mendapatkan perhatian,yakni apakahperubahan tersebut dibenarkan? Secara yuridis ada tiga

hal penting yang perlu mendapat perhatian yaitu:

1. Pasal 23 AB menentukan bahwa tidak ada suatu tindakan atau perjanjian apapun

yang menyangkut kesusilaan dapat meniadakan kekuatan UU. Sedangkan aturan

kesusilaan adalah aturan-aturan hokum public.

2. Menurut Van der ven: peraturan-peraturan yang mengatur pemeliharaan

kepentingan-kepentingan tertentu langsung oleh Negara bersifat sebagai hokum

Page 10: Hukum Perburuhan

public seperti larangan kerja bagi anak, peraturan jaminan social, peraturan

keselamatan kesehatan kerja.

3. Menurut Pitlo: Perlindungan bagi si lemah hanya akan mendapatkan hasil yang

diharapkan jika diberikan dengan aturan-aturan yang bersifat memaksa.

Dengan demikian apa yang dilakukan pemerintah Indonesia dengan mengeluarkan

peraturan perburuhan seperti UU kerja Tahun 1951sebagai politik social serta sebagai hokum

public adalah dapat dibenarkan atas dasar pertimbangan:

1.sebagaimana diamanatkan pasal 27 ay. 2 UUD bahwa setiap warga Negara berhak

atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Artinya Negara

harus berusaha dan mendorong agar hak tersebut dapat diwujudkan dilapangan

perburuhan.

2.pemerintah Indonesia menganggap bahwa lapangan perburuhan merupakan bagian

dari kepentingan masyarakat dan ketertiban umum sehingga peraturan yang

dikeluarkan bagi lapangan perburuhan merupakan hukm public. Dengan

demikian pemerintah menganggap bahwa persoalan perburuhan tidak lagisemata-

matamerupakan urusan parapihak yaitu buruh dan pengusaha tetapi suddah

menjadi urusan masyarakat umum.

3.Buruh di Indonesia jumlahnya cukup besar sedangkan sebagian besar tidak memilik

pendidikan dan ketrampilan yang memadai sehingga agar perlindungan terhadap

pihak buruh yang lemah dalam hubungan perburuhan dapat berjalan dengan baik

diperlukan berbagai peraturan yang memiliki sifat sebagi hokum public.

REFERENSI :

* Hari Supriyanto, SH.,M.Hum,Perubahan Hukum Privat Ke Hukum Publik (Studi Hukum

Perburuhan),Universitas Atmajaya,Yogyakarta,2004.