3.materi hukum perburuhan

124
HUKUM PERTAMBANGAN STTNas Yogyakarta SUDIRMAN Ir., MT

Transcript of 3.materi hukum perburuhan

Page 1: 3.materi hukum perburuhan

HUKUM PERTAMBANGAN

STTNas Yogyakarta

SUDIRMAN Ir., MT

Page 2: 3.materi hukum perburuhan

2

REGULASI DI BIDANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

1. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara

2. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2010 tentang Wilayah Pertambangan

3. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara

4. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2010 ttg pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pengelolaan usaha pertambangan mineral dan batubara

5. Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2010 tentang Reklamasi dan pasca tambang

6. Permen ESDM Nomor 28 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Usaha jasa pertambangan

7. Permen ESDM Nomor 34 Tahun 2009 tentang Pengutamaan Pemasokan Kebutuhan Mineral dan Batubara Untuk Kepentingan Dalam Negeri

8. Permen ESDM No. 17 Tahun 2010 ttg Tata Cara Penetapan Harga Penjualan Mineral dan Batubara

2

Page 3: 3.materi hukum perburuhan

3

PERTAMBANGAN DALAM SISTEM PEMERINTAHAN NKRI BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN 2009

(UUD 1945 & UU 32/2004)

BANGSA INDONESIABANGSA INDONESIA

NEGARANEGARA

PROVINSITanggungjawab pengelolaan lintas

Kabupaten dan/atau berdampak regionalPerda

PROVINSITanggungjawab pengelolaan lintas

Kabupaten dan/atau berdampak regionalPerda

KABUPATEN / KOTATanggungjawab pengelolaan di

Wilayah Kabupaten/KotaPerda

KABUPATEN / KOTATanggungjawab pengelolaan di

Wilayah Kabupaten/KotaPerda

PELAKU USAHA Badan Usaha (BUMN / BUMD, Badan

Usaha Swasta) dan perseorangan)

PELAKU USAHA Badan Usaha (BUMN / BUMD, Badan

Usaha Swasta) dan perseorangan)

PEMERINTAH • Penetapan Kebijakan dan Pengaturan• Penetapan Standar dan Pedoman• Penetapan Kriteria pembagian Urusan Pusat dan Daerah• Tanggungjawab pengelolaan minerba berdampak nasional dan lintas provinsi

PEMERINTAH • Penetapan Kebijakan dan Pengaturan• Penetapan Standar dan Pedoman• Penetapan Kriteria pembagian Urusan Pusat dan Daerah• Tanggungjawab pengelolaan minerba berdampak nasional dan lintas provinsi

Hak Pengusahaan(Economic Right)

PenyelenggaraanPenguasaan Pertambangan(Mining Right)

Kepemilikan(Mineral Right)

Penguasaan

+ D

esen

tral

isas

i

+ D

eko

nse

ntr

asi

Un

dan

g-U

nd

ang

Page 4: 3.materi hukum perburuhan
Page 5: 3.materi hukum perburuhan
Page 6: 3.materi hukum perburuhan

PENGUASAAN MINERAL DAN BATUBARA (Pasal 4 dan 5 UU No. 4 Th 2009)Mineral dan batubara sebagai sumber daya alam yang tak terbarukan merupakan kekayaan nasional yang dikuasai oleh negara untuk sebesar-besar kesejahteraan rakyat.

Penguasaan mineral dan batubara oleh negara diselenggarakan oleh Pemerintah dan / atau pemerintah daerah.

Untuk kepentingan nasional, Pemerintah setelah berkonsultasi dengan Dewan Perwakilan Republik Indonesia dapat menetapkan kebijakan pengutamaan mineral dan / atau batubara untuk kepentingan dalam negari.

Kepentingan nasional dimaksud dapat dilakukan dengan pengendalian produksi dan ekspor.

Dalam melaksanakan pengendalian, Pemerintah mempunyai kewenangan untuk menetapkan jumlah produksi tiap-tiap komoditas per tahun setiap provinsi.

Pemerintah daerah wajib mematuhi ketentuan jumlah yang ditetapkan oleh Pemerintah.

6

Page 7: 3.materi hukum perburuhan

HARUS DAPAT DIMANFAATKANHARUS DAPAT DIMANFAATKANSERACA OPTIMALSERACA OPTIMAL

EKSPLOITASI EKSPLOITASI ((M & BB)M & BB)::

• DAPAT MENIMBULKAN DAMPAKDAPAT MENIMBULKAN DAMPAK NEGATIF TERHADAP LINGKUNGANNEGATIF TERHADAP LINGKUNGAN• KONFLIK PENGGUNAAN LAHANKONFLIK PENGGUNAAN LAHAN

MINERAL DAN BATUBARAMINERAL DAN BATUBARA

PERLU DIBUATPERLU DIBUATWILAYAH PERTAMBANGANWILAYAH PERTAMBANGAN((MINERAL DAN BATUBARAMINERAL DAN BATUBARA))

YANG MEMPERTIMBANGKANYANG MEMPERTIMBANGKANKESEIMBANGAN DANKESEIMBANGAN DAN

DAYA DUKUNG LINGKUNGANDAYA DUKUNG LINGKUNGAN

DIUSULKAN UNTUK DIJADIKANDIUSULKAN UNTUK DIJADIKANWILAYAH PERTAMBANGANWILAYAH PERTAMBANGAN

DALAM RTRWDALAM RTRW

DEPOSITDEPOSITSUMBER DAYA MINERALSUMBER DAYA MINERAL

DAN BATUBARADAN BATUBARA

•RTRW K (KABUPATEN) RTRW K (KABUPATEN) •RTRW P (PROVINSI)RTRW P (PROVINSI)•RTRW N (NASIONAL)RTRW N (NASIONAL)

• WP HARUS DISAMPAIKAN KE PEMERINTAH WP HARUS DISAMPAIKAN KE PEMERINTAH • JIKA TERJADI DISPUTE WP DENGAN JIKA TERJADI DISPUTE WP DENGAN “PERUNTUKAN “PERUNTUKAN LAIN”LAIN” DISAMPAIKAN KE BKTRN JIKA WP TERSEBUT DISAMPAIKAN KE BKTRN JIKA WP TERSEBUT OLEH BKTRN MENJADI OLEH BKTRN MENJADI “PERUNTUKAN LAIN”“PERUNTUKAN LAIN” MAKA MAKA LANGSUNG JADI WPN LANGSUNG JADI WPN

WILAYAH PERTAMBANGAN (WP)POLA PIKIR

7

Page 8: 3.materi hukum perburuhan

88WP

Kawasan Lindung Kawasan Budidaya

Kawsn Peruntukkan Pertambangan

Peruntukkan lain

WUP WPR WPNWPN

WILAYAH PERTAMBANGAN

RTRWN

WUP (dalam hutan lindung dengan

pola penambangan tertutupsesuai UU 41/1999

dan PP 15 Tahun 2010)

Page 9: 3.materi hukum perburuhan

I. WILAYAH PERTAMBANGANPenyiapan wilayah pertambangan (WP) :a. Perencanaan WPb. Penetapan WP

A. PERENCANAAN WILAYAH PERTAMBANGANPerencanaan WP melalui tahapan :a. Inventarisasi potensi pertambanganb. Penyusunan rencana WP

1. INVENTARISASI POTENSI PERTAMBANGANInventarisasi potensi pertambangan dilakukan melalui kegiatan penyelidikan dan penelitian pertambangan untuk memperoleh data dan informasi :a). Formasi batuan pembawa mineral logam dan / atau batubarab). Data geologi hasil evaluasi dari kegiatan pertambangan yang sedang berlangsung, telah berakhir, dan / atau telah dikembalikan kepada Menteri, gubernur, atau bupati /walikota sesuai dengan kewenangannyac). Data perizinan hasil inventarisasi terhadap perizinan yang masih berlaku, yang sudah berakhir, dan / atau yaang sudah dikembalikan kepada Menteri, gubernur, atau bupati / walikotasesuai dengan kewenangannyad). Interpretasi penginderaan jarak jauh berupa pola struktur maupun sebaran litologi.

9

Page 10: 3.materi hukum perburuhan

Penyelidikan dan penelitian pertambangan dilakukan oleh :a). Menteri, untuk penyelidikan dan penelitian pada wilayah : 1). lintas wilayah provinsi 2). laut dengan jarak lebih dari 12 (dua belas) mil dari garis pantai 3). berbatasan langsung dengan negara lain.b). Gubernur, untuk penyelidikan dan penelitian pada wilayah : 1). lintas wilayah kabupaten / kota 2). laut dengan jarak 4 (empat) mil sampai dengan 12 (dua belas) mil dari garis pantaic). Bupati / Walikota, untuk penyelidikan dan penelitian pada wilayah : 1). kabupaten / kota 2). laut sampai dengan 4 (empat) mil dari garis pantai. Dalam hal wilayah laut berada di antara 2 (dua) provinsi yang berbatasan dengan jarak kurang dari 24 (dua puluh empat)mil, wilayah penyelidikan dan penelitian masing-masing provinsi dibagi sama jaraknya sesuai prinsip garis tengah. Kewenangan bupati / walikota pada wilayah laut ini sejauh 1/3 (sepertiga) dari garis pantai masing-masing wiayah kewenangan gubernur.

10

Page 11: 3.materi hukum perburuhan

Untuk menunjang penyiapan WP Menteri atau gubernur dapat memberikan penugasan kepada lembaga riset negara dan / atau lembaga riset daerah, dimana lembaga riset negara dapat melakukan kerja sama teknik dengan lembaga riset asing setelah mendapat persetujuan dari Menteri.Disamping untuk penyiapan WP penugasan juga untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pertambangan.Baik lembaga riset negara dan / atau lembaga riset daerah maupun lembaga riset asing wajib menyimpan, mengamankan, dan merahasiakan data dan informasi hasil penyelidikan dan penelitian pertambangan.

Lembaga riset negara dan / atau lembaga riset daerah wajib menyerahkan seluruh data dan informasi potensi pertambangan yang diperolehnya kepada Menteri atau gubernur yang memberi penugasan.

Lembaga riset asing wajib menyerahkan seluruh data dan informasi pertambangan yang diperolehnya kepada lembaga riset negara yang bekerja sama dengannya paling lambat pada tanggal berakhirnya kerja sama.

Menteri atau gubernur sesuai dengan kewenangannya menetapkan wilayah penugasan penyelidikan dan penelitian pertambangan yang akan dilaksanakan oleh lembaga riset negara dan / atau lembaga riset daerah dan dituangkan dalam peta.

11

Page 12: 3.materi hukum perburuhan

Data dan informasi hasil penyelidikan dan penelitian pertambangan yang dilakukan oleh Menteri, gubernur, dan bupati / walikota dan lembaga riset berdasarkan penugasan dari Menteri atau gubernur diolah menjadi peta potensi mineral dan / atau batubara menggunakan standar nasional pengolahan data geologi.Menteri melakukan evaluasi berdasarkan peta potensi mineral dan / atau batubara. Hasil evaluasi digunakan sebagai bahan penyusunan rencana WP.

2. PENYUSUNAN RENCANA WILAYAH PERTAMBANGANRencana WP dituangkan dalam lembar peta dalam bentuk digital dan merupakan zona yang didelineasi dalam garis putus-putus.

B. PENETAPAN WILAYAH PERTAMBANGANRencana WP ditetapkan oleh Menteri menjadi WP setelah berkoordinasi dengan gubernur, bupati / walikota dan berkonsultasi dengan DPR.WP dapat ditinjau kembali 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun.Gubernur atau bupati / walikota dapat mengusulkan perubahan WP kepada Menteri berdasarkan hasil penyelidikan dan penelitian.WP terdiri dari :a. WUPb. WPRc. WPN

12

Page 13: 3.materi hukum perburuhan

1. WILAYAH USAHA PERTAMBANGANPenyiapan WUP dilakukan melalui kegiatan :a. Perencanaan WUPb. Penetapan WUP

a. Perencanaan WUP disusun melalui tahapan :1). Eksplorasi2). Penyusunan rencana WUP

13

Page 14: 3.materi hukum perburuhan

14

– WUP yaitu Bagian dari WP yang telah memiliki ketersediaan data, potensi dan/atau informasi geologi yang berprospek untuk diusahakan

– Memiliki satu atau lebih jenis mineral dan atau batubara dapat terdiri dari WUP mineral logam, WUP mineral batubara, WUP mineral bukan logam, WUP batuan, WUP radioaktif

– Ditetapkan oleh Pemerintah setelah berkoordinasi dengan pemerintah daerah

– Untuk WUP mineral radioaktif, penetapannya dilakukan oleh Menteri berdasarkan usulan dari instansi yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang ketenaganukliran

– Penetapan WUP disampaikan secara tertulis kepada DPR– Pemerintah dapat melimpahkan kepada Gubernur dalam

penetapan WUP Mineral Bukan Logam dan WUP Batuan (dekonsentrasi)

– WUP merupakan kawasan peruntukan pertambangan sesuai dengan rencana tata ruang

Page 15: 3.materi hukum perburuhan

WUP dan WPN ditetapkan oleh Menteri.WPR ditetapkan oleh bupati / walikota.Untuk menetapkan WUP, WPR, dan WPN Menteri, gubernur, atau bupati / walikota sesuai dengan kewenangannya dapat melakukan eksplorasi untuk memperoleh data dan informasi berupa : a). Peta yang terdiri dari : (1). peta geologi dan peta formasi pembawa mineral dan/ atau batuan (2). peta geokimia dan peta geofisikab). Perkiraan sumber daya dan cadangan.

Data dan informasi hasil eksplorasi yang dilakukan oleh gubernur dan bupati / walikota diolah menjadi peta potensi / cadangan mineral dan / atau batubara dalam bentuk lembar peta dan digital.

Gubernur dan bupati / walikota wajib menyampaikan potensi / cadangan mineral dan / atau batubara beserta laporan hasil eksplorasi kepada Menteri.

a. Penyusunan rencana wilayah usaha pertambanganMenteri atau gubernur sesuai dengan kewenangannya menyusun rencana penetapan suatu wilayah di dalam WP menjadi WUP berdasarkan :1). Peta potensi mineral dan / atau batubara2). Peta potensi / cadangan mineral dan / atau batubara. 15

Page 16: 3.materi hukum perburuhan

Kriteria WUP :a). Memiliki formasi batuan pembawa batubara, formasi batuan pembawa mineral logam, dan / atau formasi batuan pembawa mineral radioaktif, termasuk wilayah lepas pantai berdasarkan peta geologi;b). Memiliki singkapan geologi untuk mineral radioaktif, mineral logam, batubara, mineral bukan logam, dan / atau batuan;c). Memiliki potensi sumber daya mineral atau batubara;d). Memiliki 1 (satu) atau lebih jenis mineral termasuk mineral ikutannya dan / atau batubara;e). Tidak tumpang tindih dengan WPR dan /atau WPN;f). Merupakan wilayah yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan pertambangan secara berkelanjutan; dang). Merupakan kawasan peruntukan pertambangan sesuai dengan rencana tata ruang.

b. Penetapan wilayah usaha pertambanganRencana WUP atau Wilayah di dalam WP yang memenuhi kriteria ditetapkan menjadi WUP oleh Menteri setelah berkoordinasi dengan gubernur dan bupati / walikota setempat. Berkoordinasi dimaksudkan untuk menetapkan batas dan luas WIUP mineral logam dan /atau batubara. 16

Page 17: 3.materi hukum perburuhan

17

WILAYAH IZIN USAHA WILAYAH IZIN USAHA PERTAMBANGAN (WIUP) DALAM WUPPERTAMBANGAN (WIUP) DALAM WUP

WIUP adalah wilayah dalam WUP yang diberikan kepada pemegang IUP

Terdiri dari WIUP batubara, WIUP mineral radioaktif, WIUP mineral logam, WIUP mineral bukan logam dan WIUP batuan

WIUP mineral logam dan batubara ditetapkan oleh Menteri (setelah berkoordinasi dengan Pemda), diperoleh dengan cara lelang oleh Menteri, Gubernur dan Bupati/Walikota sesuai kewenangannya

WIUP mineral bukan logam dan batuan ditetapkan oleh Pemerintah/Pemda (sesuai kewenangannya) dengan cara permohonan wilayah dalam suatu WUP yang telah ditetapkan Pemerintah

Kriteria penetapan WIUP; letak gepgrafis, kaidah konservasi, daya dukung lingkungan, optimalisasi sunberdaya minerba dan tingkat kepadatan penduduk.

Page 18: 3.materi hukum perburuhan

c. Penetapan wilayah izin usaha pertambanganKriteria penetapan WIUP : a). letak geografis;b). kaidah konservasi;c). daya dukung lingkungan;d). optimalisasi sumberdaya minerba; dane). tingkat kepadatan pendduduk.

2. WILAYAH PERTAMBANGAN RAKYAT(1). Bupati / walikota menyusun rencana penetapan suatu wilayah di dalam WP menjadi WPR berdasarkan : a). Peta potensi mineral dan / atau batubara b). Peta potensi / cadangan mineral dan / atau batubara.

(2). WPR harus memenuhi kriteria : a). Mempunyai cadangan mineral sekunder yang terdapat di sungai dan / atau diantara tepi dan tepi sungai (daerah akumulasi pengayaan mineral sekunder/paystreak dalam suatu meander sungai); b). Mempunyai cadangan primer logam atau batubara dengan kedalaman maksimal 25 (dua puluh lima) meter; c). Merupakan endapan teras, dataran banjir, dan endapan sungai purba;

18

Page 19: 3.materi hukum perburuhan

d). Luas maksimal WPR sebesar 25 (dua puluh lima) hektar; e). Menyebutkan jenis komoditas yang akan ditambang; f). Merupakan wilayah atau tempat kegiatan tambang rakyat yang sudah dikerjakan sekurang-kurangnya 15 (lima belas) tahun; g). Tidak tumpang tindih dengan WUP dan WPN;dan h). Merupakan kawasan peruntukan pertambangan sesuai dengan rencana tata ruang.(3). Dalam menetapkan WPR bupati / walikota berkewajiban melakukan pengumuman mengenai rencana WPR kepada masyarakat secara terbuka.(4). Pengumuman rencana WPR dilakukan di kantor desa/kelurahan dn kantor instansi terkait, dilengkapi dengan peta situasi yang menggambarkan lokasi, luas, dan batas serta daftar koordinat, dan dilengkapi daftar pemegang hak atas tanah yang berada dalam WPR.(5). Wilayah atau tempat kegiatan tambang rakyat yang sudah dikerjakan tetapi belum ditetapkan sebagai WPR diprioritaskan untuk ditetapkan sebagai WPR.(6). Wilayah di dalam WP yang memenuhi kriteria ditetapkan menjadi WPR oleh bupati / walikota setempat setelah berkoordinasi dengan pemerintah provinsi dan berkonsultasi dengan Dewan Perwakilan Rakyat kabupaten / kota.

19

Page 20: 3.materi hukum perburuhan

(

(6). Penetapan WPR disampaikan secara tertulis oleh bupati / walikota kepada Menteri dan gubernur.

(7). Koordinasi dilakukan untuk mendapatkan pertimbangan berkaitan dengan data dan informasi yang dimiliki pemerintah provinsi yang bersangkutan.

(8). Konsultasi dengan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten / kota untuk menetapan WPR yang didasarkan pada perencanaan dengan melakukan sinkronisasi data dan informasi melalui sistem informasi WP.

20

Page 21: 3.materi hukum perburuhan

3. WILAYAH PENCADANGAN NEGARA

a. Penyusunan rencana penetapan wilayah pencadangan negaraMenteri menyusun rencana penetapan suatu wilayah di dalam WP menjadi WPN berdasarkan :1). Peta potensi mineral dan / atau batubara2). Peta potensi / cadangan mineral dan / atau batubara.

WPN harus memenuhi kriteria :a). Memiliki formasi batuan pembawa mineral radioaktif, mineral logam,dan / atau batubara berdasarkan peta / data geologib). Memiliki singkapan geologi untuk mineral radioaktif, logam, dan / atau batubara berdasarklan peta / data geologic). Memiliki potensi / cadangan mineral dan / atau batubarad). Untuk keperluan konservasi komoditas tambange). Berada pada wilayah dan / atau pulau yang berbatasan dengan negara lainf). Merupakan wilayah yang dilindungig). Berada pada pulau kecil dengan luas maksimal 2.000 (dua ribu) kilometer persegi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

21

Page 22: 3.materi hukum perburuhan

b. Penetapan wilayah pencadangan negara dan wilayah usaha pertambangan khususWilayah di dalam WP yang memenuhi kriteria ditetapkan menjadi WPN oleh Menteri setelah memperhatikan aspirasi daerah dan mendapat persetujuan dari Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia

WPN dapat terdiri atas 1 (satu) atau beberapa WUPK.

WPN yang ditetapkan untuk komoditas tertentu dapat diusahakan sebagian luas wilayahnya setelah berubah statusnya menjadi WUPK dengan persetujuan dari Dewan Perwakilan Rakyat Indonesia.

Perubahan status WPN menjadi WUPK diusulkan oleh Menteri dengan mempertimbangkan :a). Pemenuhan bahan baku industri dan energi dalam negerib). Sumber devisa negarac). Kondisi wilayah didasarkan pada keterbatasan sarana dan prasaranad). Berpotensi untuk dikembangkan sebagai pusat pertumbuhan ekonomie). Daya dukung lingkungan f). Penggunaan teknologi tinggidan modal ibvestasi yang besar. 22

Page 23: 3.materi hukum perburuhan

c. Penetapan wilayah izin usaha pertambangan khususUntuk menetapkan WIUPK dalam suatu WUPK harus memenuhi kriteria :a). Letak geografisb). Kaidah konservasic). Daya dukung lingkungand). Optimalisasi sumber daya mineral dan / atau batubarae). Tingkat kepadatan penduduk.

(1). Untuk kepentingan strategis nasional, yaitu untuk : - mendorong pertumbuhan ekonomi nasional - ketahanan energi dan industri strategis nasional - meningkatkan daya saing nasional dalam menghadapi tantangan global Pemerintah dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia dan dengan memperhatikan aspirasi daerah menetapkan WPN sebagai daerah yang dicadangkan untuk komoditas tertentu antara lain : - tembaga - timah - emas - besi - nikel - bauksit - batubara

23

Page 24: 3.materi hukum perburuhan

dan daerah konservasi dimaksud mencakup upaya pengelolaan mineral dan / atau batubara yang keberadaannya terbatas dalam rangka menjaga keseimbangan ekosistem dan lingkungan.

(2). WPN yang ditetapkan untuk komoditas tertentu dapat diusahakan sebagian luas wilayahnya dimaksud untuk menentukan persentase besaran luas wilayah yang akan diusahakan dengan persetujuan Dewan Perwakilan Raktyat Republik Indonesia.

(3). WPN yang ditetapkan untuk konservasi ditentukan batasan waktu dimaksud adalah WPN yang ditetapkan untuk konservasi dapat diusahakan setelah melewati jangka waktu tertentu.

(4). Wilayah yang akan diusahakan berubah statusnya menjadi WUPK.

(5). WUPK yang akan diusahakan ditetapkan oleh Pemerintah setelah berkoordinasi dengan pemerintah daerah.

(6). Pelaksanaan kegiatan usaha pertambangan di WUPK dilakukan dalam bentuk IUPK.

24

Page 25: 3.materi hukum perburuhan

(7). Satu WUPK terdiri atas 1(satu) atau beberapa WIUPK yang berada pada lintas wilayah provinsi, lintas wilayah kabupaten / kota, dan / atau dalam 1 (satu) wilayah kabupaten / kota.

(8). Luas dan batas WIUPK mineral logam dan batubara ditetapkan oleh Pemerintah berkoordinasi dengan pemerintah daerah berdasarkan kriteria dan informasi yang dimiliki oleh pemerintah.

25

Page 26: 3.materi hukum perburuhan

WIUP mineral bukan logam dan / atau batuan berada pada :a. Lintas wilayah provinsi dan / atau wilayah laut lebih dari 12 (dua belas) mil dari garis pantai, ditetapkan oleh Menteri pada WUP;b. Lintas kabupaten / kota dan / atau wilayah laut 4 (empat) mil dari garis pantai sampai dengan 12 (dua belas) mil ditetapkan oleh gubernur pada WUP; dan / atauc. Kabupaten / kota dan / atau wilayah laut sampai dengan 4 (empat) mil dari garis pantai ditetapkan oleh bupati / walokota pada WUP.

Pada wilayah laut yang berada di antara 2 (dua) provinsi yang berbatasan dengan jarak kurang dari 24 (dua puluh empat) mil, wilayah kewenangan masing-masing provinsi dibagi sama jaraknya sesuai prinsip garis tengah.Dalam hal ini kewenangan bupati / walikota pada wilayah laut sejauh 1/3 (sepertiga) dari garis pantai masing-masing wilayah kewenangan gubernur.Disamping itu penetapan WUP mineral bukan logam dan / atau batuan yang berada pada lintas kabupaten / kota dan / atau wilayah laut 4 (empat) mil dari garis pantai sampai dengan 12 (dua belas) mil dan / atau berada pada kabupaten / kota dan / atau wilayah laut sampai dengan 4 (empat) mil dari garis pantai dapat dilimpahkan oleh Menteri kepada gubernur. 26

Page 27: 3.materi hukum perburuhan

- WIUP mineral bukan logam dan / atau batuan ditetapkan oleh Menteri, gubernur, atau bupati / walikota sesuai dengan kewenangannya berdasarkan permohonan dari badan usaha, koperasi, atau perseorangan.

- Dalam hal di WIUP mineral logam dan / atau batubara terdapat komoditas tambang lainnya yang berbeda, untuk mengusahakan komoditas tambang lainnya wajib ditetapkan WIUP terlebih dahulu.

USAHA PERTAMBANGAN

Usaha pertambangan dikelompokkan atas :a. pertambangan mineralb. pertambangan batubara

Pertambangan mineral digolongkan atas :a. pertambangan mineral radioaktifb. pertambangan mineral logamc. pertambangan mineral bukan logamd. pertambangan batuan.

27

Page 28: 3.materi hukum perburuhan

1. Usaha pertambangan dilakukan berdasarkan IUP, IPR, atau IUPK.2. IUP, IPR, atau IUPK diberikan dalam WIUP untuk IUP, WPR untuk IPR, atau WIUPK untuk IUPK.3. WIUP berada dalam WUP yang ditetapkan oleh Menteri4. WPR ditetapkan oleh bupati / walikota5. WIUPK berada dalam WUPK yang ditetapkan oleh Menteri6. WUP, WPR, atau WUPK berada dalam WPUntuk memperoleh IUP, IPR, dan IUPK pemohon harus memenuhi persyaratan :1. administratif2. teknis3. lingkungan4. finansial

II. IZIN USAHA PERTAMBANGAN

IUP diberikan oleh Menteri, gubernur, atau bupati / walikota sesuai dengan kewenangannya berdasarkan permohonan yang diajukan oleh :a. Badan usahab. Koperasic. perseorangan 28

Page 29: 3.materi hukum perburuhan

Badan usaha dapat berupa badan usaha swasta, BUMN, atau BUMDPerseorangan dapat berupa orang perseorangan, perusahaan firma, atau perusahaan komanditer

IUP diberikan setelah mendapatkan WIUPDalam 1 (satu) WIUP dapat diberikan 1 (satu) atau beberapa IUP

IUP diberikan melalui tahapan :a. Pemberian WIUP; danb. Pemberian IUP.

A. PEMBERIAN WILAYAH IZIN USAHA PERTAMBANGAN (WIUP)

WIUP mineral logam dan batubara diperoleh dengan cara lelang

WIUP mineral bukan logam dan batuan diperoleh dengan cara mengajukan permohonan wilayah.

Dalam 1 (satu) WUP dapat terdiri atas 1 (satu) atau beberapa WIUP

Setiap pemohon hanya dapat diberikan 1 (satu) WIUP. 29

Page 30: 3.materi hukum perburuhan

Dalam hal pemohon merupakan badan usaha yang telah terbuka (go public) dapat diberikan lebih dari 1 (satu) WIUP.

1. TATA CARA PEMBERIAN WIUP MINERAL LOGAM DAN BATUBARA

1). Sebelum dilakukan pelelangan WIUP mineral logam atau batubara Menteri, gubernur, atau bupati / walikota sesuai dengan kewenangannya mengumumkan secara terbuka WIUP yang akan dilelang kepada badan usaha, koperasi, atau perseorangan dalam jangka waktu paling lambat 3 (tiga) bulan sebelum pelaksanaan lelang.

2). Sebelum dilakukan pelelangan WIUP mineral logam atau batubara : a). Menteri harus mendapat rekomendasi dari gubernur dan bupati / walikota b). gubernur harus mendapat rekomendasi dari bupati / walikota.

3). Gubernur atau bupati / walikota memberikan rekomendasi dalam jangka waktu paling lama 5 (lima) hari kerja sejak diterimanya permintaan rekomendasi

30

Page 31: 3.materi hukum perburuhan

4). Dalam pelaksanaan pelelangan WIUP mineral logam dan / atau batubara dibentuk panitia lelang oleh : a). Menteri, untuk panitia pelelangan WIUP yang berada di lintas provinsi dan / atau wilayah laut lebih dari 12 (dua belas) mil dari garis pantai; b). gubernur, untuk panitia pelelangan WIUP yang berada di lintas kabupaten / kota dalam 1 (satu) provinsi dan / atau wilayah laut 4 (empat) mil sampai dengan 12 (dua belas) mil dari garis pantai; dan c). bupati / walikota, untuk panitia pelelangan WIUP yang berada dalam 1 (satu) wilayah kabupaten / kota dan / atau wilayah laut sampai dengan 4 (empat) mil dari garis pantai.

5). Panitia lelang WIUP mineral logam dan / atau batubara beranggotakan gasal dan memiliki kompetensi di bidang pertambangan mineral dan/ atau batubara yang ditetapkan oleh : a). Menteri, paling sedikit 7 (tujuh) orang; b). gubernur, paling sedikit 5 (lima) orang; dan c). bupati / walikota, paling sedikit 5 (lima) orang.

31

Page 32: 3.materi hukum perburuhan

6). Tugas dan wewenang panitia lelang WIUP mineral logam dan / atau batubara: a). menyiapkan lelang WIUP b). menyiapkan dokumen lelang WIUP c). menyusun jadwal lelang WIUP d). mengumumkan waktu pelaksanaan lelang WIUP e). melaksanakan pengumuman ulang paling banyak 2 (dua) kali, apabila peserta lelang WIUP hanya 1 (satu) f). menilai kualifikasi peserta lelang WIUP g). melakukan evaluasi terhadap penwaran yang masuk h). melaksanakan lelang WIUP i). membuat berita acara hasil pelaksanaan lelang dan mengusulkan pemenang lelang.

7). Peserta lelang harus memenuhi persyaratan : a). administratif b). teknis c). finansial.

32

Page 33: 3.materi hukum perburuhan

8). Persyaratan administratif : a). badan usaha, perusahaan firma, dan perusahaan komanditer : (1). mengisi formulir yang sudah disiapkan panitia lelang (2). profil badan usaha/perusahaan (3). akte pendirian badan usaha/perusahaan yang bergerak di bidang usaha pertambangan yang telah disahkan oleh pejabat yang berwenang (4). nomor pokok wajib pajak (NPWP). b). koperasi : (1). mengisi formulir yang sudah disiapkan panitia lelang (2). profil koperasi (3). akte pendirian koperasi yang bergerak di bidang usaha pertambangan yang telah disahkan oleh pejabat yang berwenang (4). nomor pokok wajib pajak (NPWP). c). orang perseorangan : (1). mengisi formulir yang sudah disiapkan panitia lelang (2). kartu tanda penduduk (KTP) (3). nomor pokok wajib pajak (NPWP).

33

Page 34: 3.materi hukum perburuhan

9). Persyaratan teknis : a). pengalaman badan usaha, koperasi, atau perseorangan di bidang pertambangan mineral atau batubara paling sedikit 3 (tiga) tahun, atau bagi perusahaan baru harus mendapat dukungan dari perusahaan induk, mitra kerja, atau afiliasinya yang bergerak di bidang pertambangan; b). mempunyai paling sedikit 1 (satu) orang tenaga ahli dalam bidang pertambangan dan / atau geologi yang berpengalaman paling sedikit 3 (tiga) tahun; dan c). rencana kerja dan anggaran biaya untuk kegiatan 4 (empat) tahun eksplorasi.

10). Persyaratan finansial : a). laporan keuangan tahun terakhir yang sudah diaudit akuntan publik; b). menempatkan jaminan kesungguhan lelang dalam bentuk uang tunai di bank pemerintah sebesar 10% (sepuluh persen) dari nilai kompensasi data informasi atau dari total biaya pengganti investasi untuk lelang WIUP yang telah berakhir; dan c). pernyataan bersedia membayar nilai lelang WIUP dalam jangka waktu paling lambat 5 (lima) hari kerja, setelah pengumuman pemenang lelang.

34

Page 35: 3.materi hukum perburuhan

11). Prosedur lelang meliputi : a). pengumuman prakualifikasi b). pengambilan dokumen prakualifikasi c). pemasukan dokumen prakualifikasi d). evaluasi prakualifikasi e). klarifikasi dan konfirmasi terhadap dokumen prakualifikasi f). penetapan hasil prakualifikasi g). pengumuman hasil prakualifikasi h). undangan kepada peserta yang lulus prakualifikasi i). pengambilan dokumen lelang j). penjelasan lelang k). pemasukan penawaran harga l). pembukaan sampul m). penetapan peringkat n). penetapan /pengumuman pemenang lelang yang dilakukan berdasarkan penawaran harga dan pertimbangan teknis o). memberi kesempatan adanya sanggahan atas keputusan lelang.

35

Page 36: 3.materi hukum perburuhan

12). Penjelasan lelang dilakukan oleh panitia lelang WIUP kepada peserta lelang yang lulus prakualifikasi untuk menjelaskan data teknis berupa : a). lokasi b). koordinat c). jenis mineral, termasuk mineral ikutannya, dan batubara d). ringkasan hasil penelitian dan penyelidikan e). ringkasan hasil eksplorasi pendahuluan apabila ada f). status hukum.

13). Panitia lelang dapat memberikan kesempatan kepada peserta lelang WIUP yang lulus prakualifikasi untuk melakukan kunjungan lapangan dalam jangka waktu yang disesuaikan dengan jarak lokasi yang akan dilelang setelah mendapatkan penjelasan lelang.

14). Dalam hal peserta pelelangan WIUP yang akan melakukan kunjungan lapangan mengikutsertakan warga negara asing wajib memenuhi persyaratan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

36

Page 37: 3.materi hukum perburuhan

15). Biaya yang diperlukan untuk melakukan kunungan lapangan dibebankan kepada peserta pelelangan WIUP.

16). Jangka waktu prosedur pelelangan ditetapkan paling lama 35 (tiga puluh lima) hari kerja sejak pemasukan penawaran harga.

17). Hasil pelaksanaan lelang WIUP dilaporkan oleh panitia lelang kepada Menteri, gubernur, atau bupati / walikota sesuai dengan kewenangannya untuk ditetapkan pemenang lelang WIUP.

18). Menteri, gubernur, atau bupati / walikota sesuai dengan kewenangannya : a). berdasarkan usulan panitia lelang menetapkan pemenang lelang WIUP mineral logam dan / atau batubara. B). memberitahukan secara tertulis penetapan pemenang lelang WIUP mineral logam dan / atau batubara kepada pemenang lelang.

37

Page 38: 3.materi hukum perburuhan

19). Apabila peserta lelang yang memasukkan penawaran harga hanya terdapat 1 (satu) peserta lelang, dilakukan pelelangan ulang.

20). Dalam hal peserta lelang ulang tetap hanya 1 (satu) peserta, ditetapkan sebagai pemenang dengan ketentuan harga penawaran harus sama atau lebih tinggi dari harga dasar lelang yang telah ditetapkan.

2. TATACARA PEMBERIAN WIUP MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN

1). Untuk mendapatkan WIUP mineral bukan logam atau batuan, badan usaha, koperasi, atau perseorangan mengajukan permohonan wilayah kepada : a). Menteri, untuk permohonan WIUP yang berada lintas wilayah provinsi dan / atau wilayah laut lebih dari 12 (dua belas) mil dari garis pantai; b). Gubernur, untuk permohonan WIUP yang berada lintas wilayah kabupaten / kota dalam 1 (satu) provinsi dan / atau wilayah laut 4 (empat) mil sampai dengan 12 (dua belas) mil; dan c). Bupati / walikota, untuk permohonan WIUP yang berada dalam 1 (satu) wilayah kabupaten / kota dan / atau wilayah laut sampai dengan 4 (empat) mil.

38

Page 39: 3.materi hukum perburuhan

2). Sebelum memberikan WIUP mineral bukan logam atau batuan : a). Menteri harus mendapat rekomendasi terlebih dahulu dari gubernur dan bupati /walikota b). Gubernur harus mendapat rekomendasi terlebih dahulu dari bupati / walikota.

3). Gubernur atau bupati / walikota memberikan rekomendasi dalam jangka waktu paling lama 5 (lima) hari kerja sejak diterimya permintaan rekomendasi.

4). Pemberian WIUP mineral bukan logam dan / atau batuan yang terlebih dahulu telah memenuhi persyaratan koordinat geografis lintang dan bujur sesuai dengan ketentuan sistem informasi geografi yang berlaku secara nasional dan membayar biaya pencadangan wilayah dan pencetakan peta, memperoleh prioritas pertama untuk memdapatkan WIUP.

5). Menteri, gubernur, atau bupati / walikota sesuai dengan kewenangannya dalam jangka waktu paling lama 10 (sepuluh) hari kerja setelah diterima permohonan wajib memberikan keputusan menerima atau menolak atas permohonan WIUP. 39

Page 40: 3.materi hukum perburuhan

6). Keputusan menerima disampaikan kepada pemohon WIUP disertai dengan penyerahan peta WIUP berikut batas dan koordinat WIUP.

7). Keputusan menolak harus disampaikan secara tertulis kepada pemohon WIUP disertai dengan alasan penolakan.

B. PEMBERIAN IUP

IUP terdiri atas : a. IUP Eksplorasi b. IUP Operasi Produksi IUP Eksplorasi terdiri atas : a. mineral logam b. batubara c. mineral bukan logam d. batuan IUP Operasi Produksi terdiri atas : a. mineral logam b. batubara c. mineral bukan logam d. batuan

40

Page 41: 3.materi hukum perburuhan

41

PERIZINAN IUPPERIZINAN IUP

KegiatanKegiatanUsahaUsaha

*) Penambangan atau Pengolahan dapat dilakukan terpisah

IUP Eksplorasi IUP Operasi Produksi (OP) *)

PU Ekplorasi PenambanganPengolahan/Pemurnian

Pengangkutandan Penjualan

Apabila Pengolahan terpisah harusmemiliki kerjasama dengan

Pemegang IUP OP Penambangan

FS

Page 42: 3.materi hukum perburuhan

Persyaratan IUP Eksplorasi dan IUP Operasi Produksi : a. administrasi b. teknis c. lingkungan d. finansial. Persyaratan administrasi untuk : a. badan usaha, perusahaan firma, dan perusahaan komanditer : 1). IUP Eksplorasi dan IUP Operasi Produksi mineral logam dan batubara : a). Surat permohonan b). Susunan direksi/pengurus dan daftar pemegang saham c). Surat keterangan domisili. 2). IUP Eksplorasi dan IUP Operasi Produkai mineral bukan logam dan batuan : a). Surat permohonan b). Profil badan usaha c). Akte pendirian badan usaha/perusahaan yang bergerak di bidang usaha pertambangan yang telah disahkan oleh pejabat yang berwenang d). Nomor Pokok Wajib Pajak e). Susunan direksi/pengurus dan daftar pemegang saham f). Surat keterangan domisili.

42

Page 43: 3.materi hukum perburuhan

b. koperasi : 1). IUP Eksplorasi dan IUP Operasi Produksi mineral logam dan batubara : a). Surat permohonan b). Susunan pengurus c). Surat keterangan domisili. 2). IUP Eksplorasi dan IUP Operasi Produksi mineral bukan logam dan batuan a). Surat permohonan b). Profil koperasi c). Akte pendirian koperasi yang bergerak di bidang usaha pertambangan yang telah disahkan oleh pejabat yang berwenang d). Nomor pokok wajib pajak e). Susunan pengurus f). Surat keterangan domisili c. orang perseorangan : 1). IUP Eksplorasi dan IUP Operasi Produksi mineral logam dan batubara : a). Surat permohonan b). Surat keterangan domisili. 43

Page 44: 3.materi hukum perburuhan

2). IUP Eksplorasi dan IUP Operasi Produksi mineral bukan logam dan batuan : a). Surat permohonan b). Kartu tanda penduduk c). Nomor pokok wajib pajak d). Surat keterangan domisili.

Persyaratan teknis : a. IUP Eksplorasi : 1). Daftar riwayat hidup dan surat pernyataan tenaga ahli pertambangan dan / atau geologi yang berpengalaman paling sedikit 3 (tiga) tahun 2). Peta WIUP yang dilengkapi dengan batas koordinat geografis lintang dan bujur sesuai dengan ketentuan sistem informasi geografi yang berlaku secara nasional.

b. IUP Operasi Produksi : 1). Peta wilayah dilengkapi dengan batas koordinat geografis lintang dan bujur sesuai dengan ketentuan sistem informasi geografi yang berlaku secara nasional 44

Page 45: 3.materi hukum perburuhan

2). Laporan lengkap eksplorasi 3). Laporan studi kelayakan 4). Rencana reklamasi dan pasca tambang 5). Rencana kerja dan anggaran biaya 6). Rencna pembangunan sarana dan prasarana penunjang kegiatan operasi produksi 7). Tersedianya tenaga ahli pertambangan dan / atau geologi yang berpengalaman paling sedikit 3 (tiga) tahun.

Persyaratan lingkungan : a. IUP Eksplorasi meliputi pernyataan untuk mematuhi ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. b. IUP Operasi Produksi : 1). Pernyataan kesanggupan untuk mematuhi ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perlindungan dan pengelolan lingkungan hidup 2). Persetujuan dokumen lingkungan hidup sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 45

Page 46: 3.materi hukum perburuhan

Persyaratan finansial : a. IUP Eksplorasi : 1). Bukti penempatan jaminan kesungguhan pelaksanaan kegiatan eksplorasi 2). Bukti pembayaran harga nilai kompensasi data informasi hasil lelang WIUP mineral logam atau batubara sesuai dengan nilai penawaran lelang atau bukti pembayaran biaya pencadangan wilayah dan pembayaran pencetakan peta WIUP mineral bukan logam atau batuan atas permohonan wilayah. b. IUP Operasi Produksi : 1). Laporan keuangan tahun terakhir yang telah diauditoleh akuntan publik 2). Bukti pembayaran iuran tetap 3 (tiga) tahun terakhir 3). Bukti pembayaran pengganti investasi sesuai dengan nilai penawaran lelang bagi pemenang lelang WIUP yang telah berakhir.

46

Page 47: 3.materi hukum perburuhan

1. IUP EKSPLORASI

1). IUP Eksplorasi diberikan berdasarkan permohonan dari badan usaha, koperasi, dan perseorangan yang telah mendapatkan WIUP dan memenuhi persyaratan.

2). IUP Eksplorasi meliputi kegiatan penyelidikan umum, eksplorasi, dan studi kelayakan.

3). Pemenang lelang WIUP mineral logam atau batubara harus menyampaikan permohonan IUP Eksplorasi kepada Menteri, gubernur, atau bupati / walikota sesuai dengan kewenangannya dalam jangka waktu paling lambat 5 (lima) hari kerja setelah penetapan pengumuman pemenang lelang WIUP.

4). Apabila pemenang lelang WIUP dalam jangka waktu 5 (lima) hari kerja tidak menyampaikan permohonan IUP, dianggap mengundurkan diri dan uang jaminan kesungguhan lelang menjadi milik pemerintah atau milik pemerintah daerah.

47

Page 48: 3.materi hukum perburuhan

5). Pemenang lelang WIUP yang telah dianggap mengundurkan diri, WIUP ditawarkan kepada peserta lelang urutan berikutnya secara berjenjang dengan syarat nilai harga kompensasi data informasi sama dengan harga yang ditawarkan oleh pemenang pertama.

6). Menteri, gubernur, atau bupati / walikota sesuai dengan kewenangannya melakukan lelang ulang WIUP apabila peserta lelang tidak ada yang berminat.

7). Menteri menyampaikan penerbitan peta WIUP mineral bukan logam dan / atau batuan yang diajukan oleh badan usaha, koperasi, atau perseorangan kepada gubernur dan bupati / walikota untuk mendapatkan rekomendasi dalam rangka penerbitan IUP Eksplorasi mineral bukan logam dan / atau batuan.

8). Gubernur menyampaikan penerbitan peta WIUP mineral bukan logam dan / atau batuan yang diajukan oleh badan usaha, koperasi, atau perseorangan kepada bupati / walikota untuk mendapatkan rekomendasi dalam rangka penerbitan IUP Eksplorasi mineral bukan logam dan / atau batuan. 48

Page 49: 3.materi hukum perburuhan

9). Gubernuratau bupati / walikota memberikan rekomendasi dalam jangka waktu paling lama 5 (lima) hari kerja sejak diterimanya tanda bukti penyampaian peta WIUP mineral bukan logam dan / atau batuan.

10). Badan usaha, koperasi, atau perseorangan yang telah mendapatkan peta WIUP beserta batas dan koordinat dalam jangka waktu paling lambat 5 (lima) hari kerja setelah penerbitan peta WIUP mineral bukan logam dan / atau batuan harus menyampaikan permohonan IUP Eksplorasi kepada Menteri, gubernur, atau bupati / walikota sesuai dengan kewenangannya.

11). Apabila badan usaha, koperasi, atau perseorangan dalam jangka waktu 5 (lima) hari kerja tidak menyampaikan permohonan IUP, dianggap mengundurkan diri dan uang pencadangan wilayah menjadi milik pemerintah atau milik pemerintah daerah.

12). Badan usaha, koperasi, atau perseorangan yang telah dianggap mengundurkan maka WIUP menjadi wilayah terbuka.

13). Pemegang IUP Eksplorasi dapat mengajukan permohonan wilayah di luar WIUP kepada Menteri, gubernur, atau bupati / walikota sesuai dengan kewenangannya untuk menunjang kegiatan pertambangannya.

49

Page 50: 3.materi hukum perburuhan

14). IUP Eksplorasi sekurng-kurangnya memuat : a). Nama perusahaan b). Lokasi dan luas wilayah c). Rencana umum tata ruang d). Jaminan kesungguhan e). Modal investasi f). Perpanjangan waktu tahap kegiatan g). Hak dan kewajiban pemegang IUP h). Jangka waktu berlakunya tahap kegiatan i). Jenis usaha yang diberikan j). Rencana pengembangan dan pemberdayaan mayarakat di sekitar wilayah pertambangan k). Perpajakan l). Penyelesaian perselisihan m). Iuran tetap dan iuran eksplorasi n). Amdal.

50

Page 51: 3.materi hukum perburuhan

15). Dalam hal kegiatan eksplorasi dan kegiatan studi kelayakan, pemegang IUP Eksplorasi yang mendapatkan mineral atau batubara yang tergali wajib melaporkan kepada pemberi IUP.

16). Pemegang IUP Eksplorasi yang ingin menjual mineral atau batubara wajib mengajukan izin sementara untuk melakukan pengangkutan dan penjualan.

17). Izin sementara diberikan oleh Menteri, gubernur, atau bupati / walikota sesuai dengan kewenangannya.

18). Mineral atau batubara yang tergali dikenai iuran produksi.

19). Pada wilayah yang telah diberikan IUP Eksplorasi mineral logam dan / atau batubara, mineral bukan logam dan / atau batuan dapat diberikan IUP kepada pihak lain untuk mengusahakan mineral lain yang keterdapatannya berbeda.20). Pemberian IUP dilakukan setelah mempertimbangkan pendapat dari pemegang IUP pertama.

51

Page 52: 3.materi hukum perburuhan

IUP Eksplorasi diberikan oleh :a. Bupati/walikota apabila WIUP berada didalam satu wilayah

kabupaten/kota;

b. Gubernur apabila WIUP berada pada lintas wilayah kabupaten/kota dalam 1 (satu) provinsi setelah mendapatkan rekomendasi dari bupati/walikota setempat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan

c. Menteri apabila WIUP berada pada lintas wilayah provinsi setelah mendapatkan rekomendasi dari gubernur dan bupati/walikota setempat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

52

Page 53: 3.materi hukum perburuhan

2. IUP OPERASI PRODUKSI

1). IUP Operasi Produksi diberikan kepada badan usaha, koperasi, dan perseorangan sebagai peningkatan dari kegiatan eksplorasi.

2). Pemegang IUP Eksplorasi dijamin untuk memperoleh IUP Operasi Produksi sebagai peningkatan dengan mengajukan permohonan dan memenuhi persyaratan peningkatan operasi produksi.

3). IUP Operasi Produksi meliputi kegiatan konstruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian, serta pengangkutan dan penjualan.

4). Dalam hal lokasi penambangan, lokasi pengolahan dan pemurnian serta pelabuhan berada di dalam wilayah yang berbeda serta kepemilikannya juga berbeda maka IUP Operasi Produksi masing-masing diberikan oleh Menteri, gubernur, atau bupati / walikota sesuai dengan kewenangannya.

53

Page 54: 3.materi hukum perburuhan

5). Pemegang IUP Operasi Produksi tidak melakukan kegiatan pengangkutan dan penjualan dan / atau pengolahan dan pemurnian, kegiatan pengangkutan dan penjualan dan / atau pengolahan dan pemurnian dapat dilakuklan oleh pihak lain yang memiliki : a). IUP Operasi Produksi b). IUP Operasi Produksi khusus untuk pengangkutan dan pengolahan dan diberikan : (1). Menteri apabila kegiatan pengangkutan dan penjualan dilakukan lintas provinsi dan negara (2). Gubernur apabila kegiatan pengangkutan dan penjualan dilakukan lintas kabupaten / kota (3). Bupati / walikota apabila kegiatan pengangkutan dan penjualan dalam 1 (satu) kabupaten / kota. c). IUP Operasi Produksi khusus untuk pengolahan dan pemurnian dan diberikan : (1). Menteri, apabila komoditas tambang yang akan diolah berasal dari impor/provinsi lain dan / atau lokasi kegiatan pengolahan dan pemurnian berada pada lintas provinsi (2). Gubernur, apabila komoditas tambang yang akan diolah berasal dari beberapa kabupaten / kotadalam 1 (satu) provinsi dan /atau lokasi kegiatan pengolahan dan pemurnian berada pada lintas kabupaten / kota

54

Page 55: 3.materi hukum perburuhan

(3). Bupati / walikota, apabila komoditas tambang yang akan diolah berasal dari 1 (satu) kabupaten / kota dan / atau lokasi kegiatan pengolahan dan pemurnian berada pada 1 (satu) kabupaten / kota.

6). Dalam hal berdasarkan dokumen lingkungan hidup yang telah disahkan oleh instansi yang berwenang berdampak lingkungan pada : a). 1 (satu) kabupaten / kota, IUP Operasi Produksi diberikan oleh bupati / walikota berdasarkan rekomendasi dari Menteri dan gubernur b). Lintas kabupaten / kota, IUP Operasi Produksi diberikan oleh gubernur berdasarkan rekomendasi dari bupati / walikota c). Lintas provinsi, IUP Operasi Produksi diberikan oleh Menteri berdasarkan rekomendasi dari bupati / walikota dan gubernur.

7). Badan usaha yang melakukan kegiatan jual beli mineral logam atau batubara di Indonesia, harus memiliki IUP Operasi Produksi khusus untuk pengangkutan dan penjualan dari Menteri, gubernur, atau bupati / walikota sesuai dengan kewenangannya.

8). Pemegang IUP Operasi Produksi dapat mengajukan permohonan wilayah di luar WIUP kepada Menteri, gubernur, atau bupati / walikota sesuai dengan kewenangannya untuk menunjang kegiatan pertambangannya.

55

Page 56: 3.materi hukum perburuhan

9). IUP Operasi Produksi sekurang-kurangnya memuat : a). Nama perusahaan b). Luas wilayah c). Lokasi penambangan d). Lokasi pengolahan dan pemurnian e). Pengangkutan dan penjualan f). Modal investasi g). Jangka waktu berlakunya IUP h). Jangka waktu tahap kegiatan i). Penyelesaian masalah pertanahan j). Lingkungan hidup termasuk reklamasi dan pascatambang k). Dana jaminan reklamasi dan pascatambang l). Perpanjangan IUP m). Hak dan kewajiban pemegang IUP n). Rencana pengembangan dan pemberdayaan masyarakat di sekitar wilayah pertambangan o). Perpajakan p). Penerimaan negara bukan pajak yang terdiri atas iuran tetap dan iuran produksi q). Penyelesaian perselisihan r). Keselamatan dan kesehatan kerja

56

Page 57: 3.materi hukum perburuhan

s). Konservasi mineral atau batubara t). Pemanfaatan barang, jasa, dan teknologi dalam negeri u). Penerapan kaidah keekonomian dan keteknikan pertambangan yang baik v). Pengembangan tenaga kerja Indonesia w). Pengelolaan data mineral atau batubara x). Penguasaan, pengembangan, dan penerapan teknologi pertambangan mineral atau batubara.

57

Page 58: 3.materi hukum perburuhan

IUP Operasi Produksi diberikan oleh :a. bupati/walikota apabila lokasi penambangan, lokasi

pengolahan dan pemurnian, serta pelabuhan berada di dalam satu wilayah kabupaten/kota ;

b. gubernur apabila lokasi penambangan, lokasi pengolahan dan pemurnian, serta pelabuhan berada di dalam wilayah kabupaten/kota yang berbeda setelah mendapatkan rekomendasi dari bupati/walikota setempat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan

c. Menteri apabila lokasi penambangan, lokasi pengolahan dan pemurnian, serta pelabuhan berada di dalam wilayah provinsi yang berbeda setelah mendapatkan rekomendasi dari gubernur dan bupati/walikota setempat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

58

Page 59: 3.materi hukum perburuhan

1. IUP OP meliputi: kegiatan konstruksi, penambangan, pengolahan & pemurnian, serta pengangkutan dan penjualan

2. IUP OP KHUSUS UNTUK PENGANGKUTAN DAN PENJUALAN

3. IUP OP KHUSUS UNTUK PENGOLAHAN DAN PEMURNIAN

4. IUP OP UNTUK PENJUALAN (khusus untuk badan usaha yang tidak bergerak pada usaha pertambangan) Pasal 105 UU Minerba

5. Izin Sementara untuk melakukan pengangkutan dan penjualan kepada pemegang IUP Eksplorasi

59

Page 60: 3.materi hukum perburuhan

C. PEMASANGAN TANDA BATAS

1. Dalam jangka waktu 6 (enam) bulan sejak diperolehnya IUP Operasi Produksi, pemegang IUP Operasi Produksi wajib memberikan tanda batas wilayah dengan memasang patok pada WIUP.

2. Pembuatan tanda batas harus selesai sebelum dimulai kegiatan operasi produksi.

3. Dalam hal terjadi perubahan batas wilayah pada WIUP Opersi produksi, harus dilakukan perubahan tanda batas wilayah dengan pemasangan patok baru pada WIUP.

D. KOMODITAS TAMBANG LAIN DALAM WIUP

1. Dalam hal pada lokasi WIUP ditemukan komoditas tambang lainnya yang bukan asosiasi mineral yang diberikan dalam IUP, pemegang IUP Eksplorasi dan IUP Operasi Produksi memperoleh keutamaan dalam mengusahakan komoditas tambang lainnya yang ditemukan.

2. Dalam mengusahakan komoditas tambang lainnya harus membentuk badan usaha baru.

60

Page 61: 3.materi hukum perburuhan

3. Apabila pemegang IUP Eksplorasi dan IUP Operasi Produksi tidak berminat atas komoditas tambang lainnya, kesempatan pengusahaannya dapat diberikan kepada pihak lain dan diselenggarakan dengan cara lelang atau permohonan wilayah.

4. Pihak lain yang mendapatkan IUP berdasarkan lelang atau permohonan wilayah harus berkoordinasi dengan pemegang IUP Eksplorasi dan IUP Operasi Produksi pertama.

E. PERPANJANGAN IUP OPERASI PRODUKSI

1. Permohonan perpanjangan IUP Operasi Produksi diajukan kepada Menteri, gubernur, atau bupati / walikota sesuai dengan kewenangannya paling cepat dalam jangka waktu 2 (dua) tahun dan paling lambat dalam jangka waktu 6 (enam) bulan sebelum berakhirnya jangka waktu IUP.

61

Page 62: 3.materi hukum perburuhan

2. Permohonan perpanjangan IUP Operasi Produksi paling sedikit harus dilengkapi : a. peta dan batas koordinat wilayah b. bukti pelunasan iuran tetap dan iuran produksi 3 (tiga) tahun terakhir c. laporan akhir kegiatan operasi produksi d. laporan pelaksanaan pengelolaan lingkungan e. rencana kerja dan anggaran biaya f. Neraca sumber daya dan cadangan.

3. Menteri, gubernur, atau bupati / walikota sesuai dengan kewenangannya dapat menolak permohonan perpanjangan IUP Operasi Produksi apabila pemegang IUP Operasi Produksi berdasarkan hasil evaluasi, pemegang IUP Operasi Produksi tidak menunjukkan kinerja operasi produksi yang baik.

4. Penolakan harus disampaikan kepada pemegang IUP Opersi Produksi paling lambat sebelum berakhirnya IUP Opersi Produksi.

5. Pemegang IUP Opersi Produksi hanya dapat diberikan perpanjangan sebanyak 2 (dua) kali, dan setelah itu harus mengembalikan WIUP Operasi Produksi kepada Menteri, gubernur, atau bupati / walikota sesuai dengan kewenangannya berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.

62

Page 63: 3.materi hukum perburuhan

6. Pemegang IUP Operasi Produksi yang telah memperoleh perpanjangan IUP Opersi Produksi sebanyak 2 (dua) kali dalam jangka waktu 3 (tiga) tahun sebelum jangka waktu masa berlakunya IUP berakhir, harus menyampaikan kepada Menteri, gubernur, atau bupati / walikota sesuai dengan kewenangannya mengenai keberadaan potensi dan cadangan mineral atau batubara pada WIUP-nya.

7. WIUP yang IUP-nya akan berakhir sepanjang masih berpotensi untuk diusahaka, WIUPnya dapat ditawarkan kembali melalui mekanisme lelang atau permohonan wilayah sesuai dengan ketentuan dalam peraturan perundang-undangan.

8. Dalam pelaksanaan lelang WIUP pemegang IUP sebelumnya mendapat hak yang sama.

63

Page 64: 3.materi hukum perburuhan

I

III. IZIN PERTAMBANGAN RAKYAT1. Kegiatan pertambangan rakyat dikelompokkan sebagai berikut : a. pertambangan mneral logam b. pertambangan mineral bukan logam c. pertambangan batuan d. pertambangan batubara.

2. Bupati / walikota memberikan IPR terutama kepada penduduk setempat, baik perorngan maupun kelompok masyarakat dan / atau koperasi.

3. Bupati / walikota dapat melimpahkan kewenangan pelaksanaan pemberian IPR kepada camat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan.

4. IPR diberikan setelah ditetapkan WPR oleh Bupati / walikota.

5. Dalam 1 (satu) WPR dapat diberikan 1 (satu) atau beberapa IPR. 6. Untuk memperoleh IPR pemohon wajib menyampaikan surat permohonan kepada bupati / walikota.

64

Page 65: 3.materi hukum perburuhan

7. Luas wilayah untuk 1 (satu) IPR yang dapat diberikan kepada : a. perorangan paling banyak 1 (satu) hektar b. kelompok masyarakat paling banyak 5 (lima) hektar c. koperasi paling banyak 10 (sepuluh) hektar.

8. IPR diberikan untuk jangka waktu paling lama 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang.

9. Pemegang IPR berhak : a. mendapat pembinaan dan pengawasan di bidang keselamatan dan kesehatan kerja, lingkungan, teknis pertambangan, dan manajemen dari Pemerintah dan / atau pemerintah daerah b. mendapat bantuan modal sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

10. Pemegang IPR wajib : a. melakukan kegiatan penambangan paling lambat 3 (tiga) bulan setelah IPR diterbitkan b. mematuhi peraturan perundang-undangan di bidang keselamatn dan kesehatan kerja pertambangan, pengelolaan lingkungan, dan memenuhi standar yang berlaku

65

Page 66: 3.materi hukum perburuhan

c. mengelola lingkungan hidup bersama pemerintah daerah d. membayar iuran tetap dan iuran produksi e. menyampaikan laporan pelaksanaan kegiatan usaha pertambangan rakyat secara berkala kepada pemberi IPR.

11. Selain kewajiban pemegang IPR dalam melakukan kegiatan pertambangan rakyat wajib menaati ketentan persyaratan teknis pertambangan.

12. Pemerintah kabupaten / kota melaksnakan pembinaan di bidang pengusahaan, teknologi pertambangan, erta permodalan dan pemasaran dalam usaha meningkatkan kemampuan usaha pertambangan rakyat.

13. Pemerintah kabupaten kota bertanggung jawab terhadap pengamanan teknis pada usaha pertambangan rakyat yang meliputi : a. keselamatan dan kesehatan kerja b. pengelolaan lingkungan hidup c. pasca tambang.

14. Untuk melaksanakan pengamanan teknis pemerintah kabupaten / kota wajib mengangkat pejabat fungsional inspektur tambang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

66

Page 67: 3.materi hukum perburuhan

15. Pemerintah kabupaten / kota wajib mencatat hasil produksi dari seluruh kegiatan usaha pertambangan rakyat yang berada dalam wilayahnya dan melaporkannya secara berkala kepada Menteri dan gubernur setempat.

16. Setiap usaha pertambangan rakyat pada WPR dapat dilaksanakan apabila telah mendapatkan IPR.

17. Untuk mendapatkan IPR, pemohon harus memenuhi : a. persyaratan administratif b. persyaratan teknis c. persyaratan finansial.

18. Persyaratan administratif : a. orang perseorangan: 1). Surat permohonan 2). Kartu tanda penduduk 3). Komoditas tambang yang dimohon 4). Surat keterangan dari kelurahan / desa setempat. b. kelompok masyarakat : 1). Surat permohonan 2). Komoditas tambang yang dimohon 3). Surat keterangan dari kelurahan / desa setempat.

67

Page 68: 3.materi hukum perburuhan

c. koperasi setempat : 1). Surat permohonan 2). Nomor pokok wajib pajak 3). Akte pendirian koperasiyang telah disahkan oleh pejabat yang berwenang 4). Komoditas tambang yang dimohon 5). Surat keterangan dari kelurahan / desa setempat.

19. Persyaratan teknis : a. sumuran pada IPR paling dalam 25 (dua puluh lima) meter b. menggunakan pompa mekanik, penggelundungan atau permesinan dengan jumlah tenaga maksimal 25 (dua puluh lima) horse power (HP) untuk 1(satu) IPR c. tidak menggunakan alat berat dan bahan peledak.

20. Persyaratan finansial berupa laporan keuangan 1 (satu) tahun terakhir dan hanya dipersyaratkan bagi koperasi setempat.

68

Page 69: 3.materi hukum perburuhan

69

1. Kegiatan pertambangan rakyat dilaksanakan dalam suatu WPR2. Bupati/walikota menyusun rencana penetapan wilayah didalam WP

menjadi WPR berdasarkan potensi mineral dan/atau batubara serta peta potensi/cadangan mineral dan/atau batubara.

3. Penetapan WPR dengan kriteria tertentu.4. WPR ditetapkan oleh bupati/walikota setempat setelah berkoordinasi

dengan Pemerintah Provinsi dan berkonsultasi dengan DPRD kab/kota.5. Penetapan WPR disampaikan secara tertulis oleh bupati/walikota

kepada Menteri dan gubernur.6. Penetapan WPR didahului dengan pengumuman rencana WPR kepada

masyarakat secara terbuka, dan penyusunan dokumen lingkungan oleh bupati/walikota

7. WPR tidak boleh tumpang tindih dengan WUP & WPN serta merupakan Kawasan peruntukan pertambangan sesuai dengan rencana tata ruang

Page 70: 3.materi hukum perburuhan

70

a. mempunyai cadangan mineral sekunder yang terdapat di sungai dan atau tepi dengan tepi sungai;

b. mempunyai cadangan primer dengan kedalaman maksimal 25 m;

c. endapan teras, dataran banjir dan endapan sungai purba;

d. luas maksimal pertambangan rakyat adalah 25 Ha;

e. menyebutkan jenis komoditi yang akan ditambang; dan/atau

f. merupakan wilayah atau tempat kegiatan tambang rakyat yang sudah dikerjakan sekurang-kurangnya 15 th.

Page 71: 3.materi hukum perburuhan

71

KEWENANGAN PEMERINTAH KAB/KOTA

a. Pembuatan peraturan perundang-undangan daerah

b. Pemberian IUP dan IPT, pembinaan, penyelesaian konflik masyarakat, dan pengawasan usaha pertambangan yang berada pada wilayah kabupaten/kota dan/atau wilayah laut sampai dengan 4 mil ;

c. Pemberian IUP dan IPR, pembinaan, penyelesaian konflik masyarakat, dan pengawasan usaha pertambangan operasi produksi yang kegiatannya berada pada wilayah Kab/kota dan/atau wilayah laut sampai dengan 4 mil ;

d. Penginventarisasian, penyelidikan dan penelitian serta eksplorasi dalam rangka memperoleh data dan informasi minerba sesuai kewenangannya;

e. Pengelolaan informasi geologi, informasi potensi sumber daya mineral dan batubara, serta informasi pertambangan pada wilayah kabupaten/kota;

f. Penyusunan neraca sumber daya mineral dan batubara pada daerah/wilayah kabupaten/kota;

g. Pengembangan dan pemberdayaan masyarakat dalam usaha pertambangan dengan memperhatikan kelestarian lingkungan

h. Pengembangan & peningkatan nilai tambah kegiatan uasha pertambangan secara optimal

Page 72: 3.materi hukum perburuhan

72

KEWENANGAN PEMERINTAH KAB/KOTA

i. Penyampaian informasi hasil inventarisasi, penyelidikan umum, dan penelitian serta eksplorasi kepada Menteri dan Gubernur;

j. Penyampaian informasi hasil produksi, penjualan dalam negeri, serta eksplor kepada Menteri dan Gubernur;

k. Pembinaan dan pengawasan teradap reklamasi dan pasca tambang; dan

l. Peningkatan kemampuan aparatur pemerintah kabupaten/kota dalam penyelenggaraan pengelolaan usaha pertambangan

Page 73: 3.materi hukum perburuhan

IV. IZIN USAHA PERTAMBANGAN KHUSUSIUPK diberikan oleh Menteri dengan memperhatikan kepentingan daerah dimaksud dalam rangka pemberdayaan daerah.

IUPK diberikan untuk 1 (satu) jenis mineral logam atau batubara dalam 1 (satu) WIUPK.

IUPK diberikan setelah diperoleh WIUPK yang telah ditetapkan oleh Menteri.

Dalam 1 (satu) WIUPK dapat terdiri atas 1 (satua) atau beberapa IUPK.

IUPK dapat diberikan kepada badan usaha yang berbadan hukum indonesia, baik berupa badan usaha milik negara, badan usaha milik daerah maupun badan usaha swaata.

IUPK diberikan oleh Menteri berdasarkan permohonan yang diajukan oleh BUMN, BUMD, atau badan usaha swaata.

Pemohon hanya dapat diberikan 1 (satu) WIUPK, kecuali pemohon merupakan badan usaha yang telah terbuka dapat diberikan lebih dari 1 (satu) WIUPK.

73

Page 74: 3.materi hukum perburuhan

IUPK diberikan melalui tahapan :a. pemberian WIUPKb. pemberian IUPK

A. PEMBERIAN WIUPK

Pemberian WIUPK terdiri atas WIUPK mineral logam dan / atau batubara.

WIUPK diberikan kepada BUMN, BUMD, atau badan usaha swasta olehMenteri.

Menteri dalam memberikan WIUPK harus terlebih dahulu menawarkankepada BUMN atau BUMD dengan cara prioritas.

Dalam hal peminat hanya ada 1 (satu) BUMN atau BUMD, WIUPK diberikankepada BUMN atau BUMD dengan membayar biaya kompensasi datainformasi.

Dalam hal peminat lebih dari 1 (satu) BUMN atau BUMD, WIUPK diberikandengan cara lelang. 74

Page 75: 3.materi hukum perburuhan

Pemenang lelang dikenai kewajiban membayar biaya kompensasi datainformasi sesuai dengan nilai lelang.

Dalam hal tidak ada BUMN atau BUMD yang berminat, WIUPK ditawarkankepada bdan usaha swasta yang bergerak dalam bidang pertambanganmineral atau batubara dengan cara lelang.

1. TATA CARA PEMBERIAN PRIORITAS WIUPK MINERAL LOGAM DAN BATUBARA

1). BUMN dan BUMD yang telah mendapatkan WIUPK wajib mengajukan permohonan IUPK mineral logam atau batubara kepada Menteri.

2). Dalam jangka waktu paling lama 10 (sepuluh) hari kerja sejak diterimanya permohonan, Menteri memberikan IUPK kepada BUMN atau BUMD setelah memenuhi persyaratan.

75

Page 76: 3.materi hukum perburuhan

2. TATA CARA LELANG WIUPK MINERAL LOGAM DAN BATUBARA1). Sebelum dilakukan pelangan WIUPK mineral logam atau batubara, Menteri mengumumkan secara terbuka WIUPK yang akan dilelang dalam jangka waktu paling lambat 3 (tiga) bulan sebelum pelaksanaan lelang.2). Dalam pelaksanaan pelelangan WIUPK, Menteri membentuk panitia lelang WIUPK mineral logam atau batubara.3). Anggota panitia lelang WIUPK berjumlah gasal yang memiliki kompetensi di bidang pertambangan mineral atau batubara.4). Tugas dan wewenang panitia lelang WIUPK mineral logam dan batubara: a). penyiapan lelang WIUPK b). penyiapan dokumen lelang WIUPK c). penyusunan jadwal lelang WIUPK d). pengumuman waktu pelaksanaan lelang WIUPK e). melaksanakan pengumuman ulang paling banyak 2 (dua) kali, apabila peserta lelang WIUPK hanya 1 (satu) f). penilaian kualifikasi peserta lelang WIUPK g). melakukan evaluasi terhadap penwaran yang masuk h). pelaksanaan lelang WIUPK i). pembuatan berita acara hasil pelaksanaan lelang dan mengusulkan pemenang lelang WIUPK.

76

Page 77: 3.materi hukum perburuhan

5). Untuk mengikuti lelang, peserta lelang WIUPK harus memenuhi persyaratan : a). Administrasi b). Teknis c). Finansial.6). Persyaratan administrasi meliputi : a). Mengisi formulir yang sudah disiapkan panitia lelang b). Profil badan usaha c). Akte pendirian badan usaha yang bergerak di bidang usaha pertambangan yang telah disahkan oleh pejabat yang berwenang d). Nomor pokok wajib pajak.7). Persyaratan teknis meliputi : a). Pengalaman badan usaha di bidang pertambangan mineral atau batubara paling sedikit 3 (tiga) tahun, atau bagi perusahaan baru harus mendapat dukungan dari perusahaan induk, mitra kerja, atau afiliasinya yang bergerak di bidang pertambangan b). Mempunyai paling sedikit 1 (satu) tenaga ahli dalam bidang pertambangan dan / atau geologi yang berpengalaman paling sedikit 3 (tiga) tahun c). Rencana kerja dan anggaran biaya untuk kegiatan 1 (satu) tahun.

77

Page 78: 3.materi hukum perburuhan

8). Persyaratan finansial meliputi : a). Laporan keuangan tahun terakhir yang sudah diaudit akuntan publik b). Menempatkan jaminan kesungguhan lelang dalam bentuk uang tunai di bank pemerintah sebesar 10 % (sepuluh persen) dari nilai kompensasi data informasi atau total biaya pengganti investasi untuk lelang WIUPK yang telah berakhir c). Pernyataan bersedia membayar nilai sesuai surat penawaran lelang dalam jangka waktu paling lambat 5 (lima) hari kerja setelah pengumuman lelang.

B. PEMBERIAN IUPK

IUPK diberikan oleh Menteri kepada BUMN, BUMD, atau badan usaha swasta setelah mendapatkan WIUPK.

IUPK terdiri atas :a. IUPK Eksplorasi terdiri atas mineral logam atau batubarab. IUPK Operasi Produksi terdirir atas mineral logam atau batubara.

78

Page 79: 3.materi hukum perburuhan

Persyaratan IUPK Eksplorasi dan IUPK Operasi Produksi harus memenuhi :a. sdministratifb. teknisc. lingkungand. finansial.

a. Persyaratan administratif (1). Untuk IUPK Eksplorasi dan IUPK Operasi Produksi mineral logam dan batubara yang diajukan BUMN atau BUMD yang diberikan berdasarkan prioritas : (a). Surat permohonan (b). Profil badan usaha (c). Akte pendirian badan usaha yang bergerak di bidang usaha pertambangan yang telah disahkan oleh pejabat berwenang (d). Nomor pokok wajib pajak (e). Susunan direksi dan daftar pemegang saham (f). Surat keterangan domosili.

79

Page 80: 3.materi hukum perburuhan

(2). Untuk IUPK Eksplorasi dan IUPK Operasi Produksi mineral logam dan batubara yang diajukan oleh pemenang lelang WIUPK : (a). Surat permohonan (b). Susunan direksi dan daftar pemegang saham (c). Surat keterangan domisili.b. Persyaratan teknis meliputi : (1). Pengalaman BUMN, BUMD, atau badan usaha swasta di bidang pertambangan mineral atau batubara paling sedikit 3 (tiga) tahun (2). Mempunyai paling sedikit 1(satu) orang tenaga ahli dalam bidang pertambangan dan / atau geologi yang berpengalaman paling sedikit 3 (tiga) tahun (3). Rencana kerja dan anggaran biaya untuk kegiatan 1 (satu) tahun.c. Persyaratan lingkingan meliputi : (1). Untuk IUPK Eksplorasi meliputi pernyataan untuk memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. (2). Untuk IUPK Opedrasi Produksi meliputi : (a). Pernyataan kesanggupan untuk memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup (b). Persetujuan dokumen lingkungan hidup sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

80

Page 81: 3.materi hukum perburuhan

d. Persyaratan finansial meliputi : (1). IUPK Eksplorasi meliputi : (a). Bukti penempatan jaminan kesungguhan pelaksanaan kegiatan eksplorasi (b). Bukti pembayaran harga nilai kompensasi data informasi atau sesuai dengan surat penawaran. (2). IUPK Operasi Produksi meliputi : (a). Laporan keuangan tahun terakhir yang telah diaudit oleh akuntan publik (b). Bukti pembayaran iuran tetap 3 (tiga) tahun terakhir.

1. TATA CARA PENERBITAN IUPK EKSPLORASI MINERAL LOGAM DAN BATUBARA

1). BUMN atau BUMD yang diberikan WIUPK berdasarkan prioritas atau pemenang lelang WIUPK mineral logam atau batubara, harus menyampaikan permohonan IUPK Eksplorasi kepada Menteri dalam jangka waktu 5 (lima) hari kerja setelah penetapan pengumuman pemenang lelang WIUPK.

81

Page 82: 3.materi hukum perburuhan

2). Apabila BUMN atau BUMD yang diberikan WIUPK berdasarkan prioritas atau pemenang lelang WIUPK dalam jangka waktu 5 (lima) hari kerja tidak menyampaikan ermohonan IUPK, dianggap mengundurkan diri

3). Dalam hal pemenang lelang WIUPK telah dianggap mengundurkan diri, WIUPK ditawarkan kepada peserta lelang urutan berikutnya secara berjenjang dengan syarat nilai harga kompensasi data informasi sama dengan harga yang ditawarkan oleh pemenang pertama.

4). Menteri melakukan lelang ulang WIUPK apabila peserta lelang tidak ada yang berminat.

5). Pemegang IUPK Ekspl,orasi atau pemegang IUPK Operasi Produksi, dapat mengajukan permohonan wilayah di luar WIUPK kepada Menteri untuk menunjang usaha kegiatan pertambangannya.

82

Page 83: 3.materi hukum perburuhan

6). IUPK Eksplorasi sekurng-kurangnya memuat : a). Nama perusahaan b). Lokasi dan luas wilayah c). Rencana umum tata ruang d). Jaminan kesungguhan e). Modal investasi f). Perpanjangan waktu tahap kegiatan g). Hak dan kewajiban pemegang IUPK h). Jangka waktu berlakunya tahap kegiatan i). Jenis usaha yang diberikan j). Rencana pengembangan dan pemberdayaan mayarakat di sekitar wilayah pertambangan k). Perpajakan l). Penyelesaian perselisihan masalah pertanahan m). Iuran tetap dan iuran eksplorasi n). Amdal.

83

Page 84: 3.materi hukum perburuhan

2. TATA CARA PENERBITAN IUPK OPERASI PRODUKSI MINERAL LOGAM DAN BATUBARA

1). IUPK Operasi Produksi diberikan kepada BUMN, BUMD, atau badan usaha swasta sebagai peningkatan dari kegiatan eksplorasi.

2). Pemegang IUPK Eksplorasi dijamin untuk memperoleh IUPK Operasi Produksi sebagai peningkatan dengan mengajukan permohonan dan memenuhi persyaratan peningkatan operasi produksi.

3). IUPK Operasi Produksi diberikan oleh Menteri.

4). IUPK Operasi Produksi meliputi kegiatan konstruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian, serta pengangkutan dan penjualan.

5). WIUPK yang telah mempunyai data lengkap meliputi data eksplorasi, studi kelayakan dan dokumen lingkungan hidup yang telah disetujui oleh instansi yang berwenang dapat diberikan IUPK Opertasi Produksi kepada BUMN atau BUMD dengan cara prioritas atau pemenang lelang.

84

Page 85: 3.materi hukum perburuhan

6). IUPK Operasi Produksi sekurang-kurangnya memuat : a). Nama perusahaan b). Luas wilayah c). Lokasi penambangan d). Lokasi pengolahan dan pemurnian e). Pengangkutan dan penjualan f). Modal investasi g). Jangka waktu berlakunya IUPK h). Jangka waktu tahap kegiatan i). Penyelesaian masalah pertanahan j). Lingkungan hidup termasuk reklamasi dan pascatambang k). Dana jaminan reklamasi dan jaminan pascatambang l). Perpanjangan IUPK m). Hak dan kewajiban pemegang IUPK n). Rencana pengembangan dan pemberdayaan masyarakat di sekitar wilayah pertambangan o). Perpajakan p). Iuran tetap dan iuran produksi serta bagian pendapatan negara/ daerah, yang terdiri atas bagi hasil dari keuntungan bersih sejak berproduksi

85

Page 86: 3.materi hukum perburuhan

q). Penyelesaian perselisihan r). Keselamatan dan kesehatan kerja s). Konservasi mineral atau batubara t). Pemanfaatan barang, jasa, dan teknologi serta kemampuan rekayasa dan rancang bangun dalam negeri u). Penerapan kaidah keekonomian dan keteknikan pertambangan yang baik v). Pengembangan tenaga kerja Indonesia w). Pengelolaan data mineral atau batubara x). Penguasaan, pengembangan, dan penerapan teknologi pertambangan mineral atau batubara. y). Divestasi saham.

7). IUPK tidak dapat digunakan selain yang dimaksud dalam pemberian IUPK. 8). Dalam hal kegiatan eksplorasi dan kegiatan studi kelayakan, pemegang IUPK Eksplorasi yang mendapatkan mineral logam atau batubara yang tergali wajib melaporkan kepada Menteri. 9). Pemegang IUPK Eksplorasi yang ingin menjual mineral logam atau batubara wajib mengajukan izin sementara untuk melakukan pengangkutan dan penjualan.10). Izin sementara diberikan oleh Menteri.11). Mineral atau batubara yang tergali dikenai iuran produksi.

86

Page 87: 3.materi hukum perburuhan

C. PEMASANGAN TANDA BATAS

1. Dalam jangka waktu 6(enam) bulan sejak diperolehnya IUPK Operasi Produksi, pemegang IUPK Operasi Produksi wajib memberikan tanda batas wilayah dengan memasang patok pada WIUPK

2. Pembuatan tanda batas harus selesai sebelum dimulai kegiatan operasi produksi.

3. Dalam hal terjadi perubahan batas wilayah pada WIUPK Operasi Produksi, harus dilakukan perubahan tanda batas wilayah dengan pemasangan patok baru pada WIUPK.

D. KOMODITAS TAMBANG LAIN DALAM WIUPK

1. Dalam hal pada lokasi WIUPK ditemukan komoditas lainnya yang bukan asosiasi mineral yang diberikan dalam IUPK, pemegang IUPK Eksplorasi dan IUPK Operasi Produksi memperoleh keutamaan dalam mengusahakan komoditas tambang lainnya yang ditemukan.

87

Page 88: 3.materi hukum perburuhan

2. Dalam mengusahakan komoditas tambang lainnya harus membentuk badan usaha baru.3. Apabila pemegang IUPK Eksplorasi dan IUPK Operasi Produksi tidak berminat atas komoditas tambang lainnya, pengusahaannya dapat diberikan kepada pihak lain dan diselenggarakan dengan cara prioritas atau lelang. 4. Pihak lain yang mendapatkan IUPK berdasarkan prioritas atau lelang harus berkordinasi dengan pemegang IUPK Eksplorasi dan IUPK Operasi Produksi pertama.

E. PERPANJANGAN IUPK OPERASI PRODUKSI

1. Permohonan perpanjangan IUPK Operasi Produksi diajukan kepada Menteri paling cepat dalam jangka waktu 2 (dua) tahun dan paling lambat dalam jangka waktu 6 (enam) bulan sebelum berakhirnya jangka waktu IUPK.

2. Permohonan perpanjangan IUPK Operasi Produksi paling sedikit harus dilengkapi : a. peta dan batas koordinat wilayah b. bukti pelunasan iuran tetap dan iuran produksi 3 (tiga) tahun terakhir c. laporan akhir kegiatan operasi produksi

88

Page 89: 3.materi hukum perburuhan

d. laporan pelaksanaan pengelolaan lingkungan e. rencana kerja dan anggaran biaya f. Neraca sumber daya dan cadangan.

3. Menteri dapat menolak permohonan perpanjangan IUPK Operasi Produksi apabila pemegang IUPK Operasi Produksi berdasarkan hasil evaluasi, pemegang IUPK Operasi Produksi tidak menunjukkan kinerja operasi produksi yang baik.

4. Penolakan harus disampaikan kepada pemegang IUPK Opersi Produksi paling lambat sebelum berakhirnya IUPK Operasi Produksi.

5. Pemegang IUP Opersi Produksi hanya dapat diberikan perpanjangan sebanyak 2 (dua) kali.

6. Pemegang IUPK Operasi Produksi yang telah memperoleh perpanjangan IUPK Operasi Produksi sebanyak 2 (dua) kali, wajib mengembalikan WIUPK Operasi Produksi kepada Menteri berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.

89

Page 90: 3.materi hukum perburuhan

7. Pemegang IUPK Operasi Produksi yang telah memperoleh perpanjangan IUPK Opersi Produksi sebanyak 2 (dua) kali dalam jangka waktu 3 (tiga) tahun sebelum jangka waktu masa berlakunya IUPK berakhir, wajib menyampaikan kepada Menteri mengenai keberadaan potensi dan cadangan mineral atau batubara pada WIUPK-nya.

8. WIUPK yang IUPK-nya akan berakhir sepanjang masih berpotensi untuk diusahakan, Menteri dapat menetapkan kembali WIUPK-nya untuk ditawarkan kembali dengan cara prioritas atau lelang.

9. Dalam pelaksanaan lelang WIUPK pemegang IUPK sebelumnya mendapat hak yang sama.

90

Page 91: 3.materi hukum perburuhan

91

V. V. HAK HAK DAN KEWAJIBANDAN KEWAJIBAN

A. HAK PEMEGANG IUP DAN IUPKMelakukan sebagian atau seluruh tahapan usaha pertambanganHak untuk melakukan usaha pertambanganPemanfaatan prasarana dan sarana umum dan air untuk keperluan pertambanganPengalihan kepemilikan sahamHak memiliki mineral setelah membayar iuran produksi.

Page 92: 3.materi hukum perburuhan

B. KEWAJIBAN PEMEGANG IUP DAN IUPK

1. Pemegang IUP dan IUPK wajib : a. menerapkan kaidah teknik pertambangan yang baik b. mengelola keuangan sesuai dengan sistem akuntansi Indonesia c. meningkatkan nilai tambah sumber daya mineral dan / atau batubara d. melaksanakan pengembangan dan pemberdayaan masyarakat setempat e. mematuhi batas toleransi daya dukung lingkungan.

2. Dalam penerapan kaidah teknik pertambangan yang baik, pemegang IUP dan IUPK wajib melaksanakan : a. ketentuan keselamatan dan kesehatan kerja pertambangan b. keselamatan operasi pertambangan c. pengelolaan dan pemantauan lingkungan pertambangan, termasuk kegiatan reklamasi dan pascatambang d. upaya konservasi sumber daya mineral dan batubara e. pengelolaan sisa tambang dari suatu kegiatan usaha pertambangan dalam bentuk padat, cair, atau gas sampai memenuhi standar baku mutu lingkungan sebelum dilepas ke media lingkungan.

92

Page 93: 3.materi hukum perburuhan

3. Pemegang IUP dan IUPK wajib menjamin penerapan standar dan baku mutu lingkungan sesuai dengan karakteristik suatu daerah.

4. Pemegang IUP dan IUPK wajib menjaga kelestarian fungsi dan daya dukung sumber daya air yang bersangkutan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

5. Setiap pemegang IUP dan IUPK wajib menyerahkan rencana reklamasi dan rencana pascatambang pada saat mengajukan permohonan IUP Operasi Produksi atau IUPK Operasi Produksi.

6. Pelaksanaan reklamasi dan kegiatan pascatambang dilakukan sesuai dengan peruntukan lahan pascatambang.

7. Peruntukan lahan pascatambang dicantumkan dalam perjanjian penggunaan tanah antara pemegang IUP atau IUPK dan pemegang hak atas tanah.

8. Pemegang IUP dan IUPK wajib menyediakan dana jaminan reklamasi dan dana jaminan pascatambang. 93

Page 94: 3.materi hukum perburuhan

9. Menteri, gubernur, atau bupati / walikota sesuai dengan kewenangannya dapat menetapkan pihak ketiga untuk melakukan reklamasi dan pscatambang dengan dana jaminan, apabila pemegang IUP atau IUPK tidak melaksanakan reklamasi dan pascatambbang sesuai dengan rencana yang telah disetujui.

10. Pemegang IUP dan IUPK wajib meningkatkan nilai tambah sumber daya mineral dan / atau batubara dalam pelaksanaan penambangan, pengolahan dan pemurnian, serta pemanfaatan mineral dan batubara.

11. Nilai tambah dimaksudkan untuk meningkatkan produk akhir dari usaha pertambangan atau pemanfaatan terhadap mineral ikutan.

12. Pemegang IUP dan IUPK Operasi Produksi wajib melakukan pengolahan dan pemurnian hasil penambangan di dalam negeri.

13. Kewajiban untuk melakukan pengolahan dan pemurnian di dalam negeri dimaksudkan, antara lain, untuk meningkatkan dan mengoptimalkan nilai tambang dari produk, tersedianya bahan baku industri, penyerapan tenaga kerja, dan peningkatan penerimaan negara.

94

Page 95: 3.materi hukum perburuhan

14. Pemegang IUP dan IUPK dapat mengolah dan memurnikan hasil penambangan dari pemegang IUP dan IUPK lainnya.15. Untuk pengolahan dan pemurnian, pemegang IUP Operasi Produksi dan IUPK Operasi Produksi dapat melakukan kerja sama dengan badan usaha, koperasi, atau perseorangan yang telah mendapatkan IUP atau IUPK.16. IUP yang didapat badan usaha adalah IUP Operasi Produksi Khusus untuk pengolahan dan pemurnian yang dikeluarkan oleh Menteri, gubernur, bupati / walikota sesuai dengan kewenangannya.17. Pemegang IUP dan IUPK dilarang melakukan pengolahan dan pemurnian dari hasil penambangan yang tidak memiliki IUP, IPR, atau IUPK.18. Badan usaha yang tidak bergerak pada usaha pertambangan yang bermaksud menjual mineral dan / atau batubara yang tergali wajib terlebih dahulu memiliki IUP Operasi Produksi untuk penjualan dimaksud pengurusan izin pengangkutan dan penjualan atas mineral dan / atau batubara yang tergali.19. IUP hanya dapat diberikan untuk 1 (satu) kali penjualan oleh Menteri, gubernur, atau bupati / walikota sesuai dengan kewenangannya. Izin diberikan setelah terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan dan evaluasi atas mineral dan / atau batubara yang tergali oleh instansi teknis terkait. 95

Page 96: 3.materi hukum perburuhan

20. Mineral atau batubara yang tergali dan akan dijual dikenai iuran produksi.21. Badan usaha wajib menyampaikan laporan hasil penjualan mneral dan / atau batubara yang tergali kepada Menteri, gubernur, atau bupati / walikota sesuai dengan kewenangannya.22. Pemegang IUP dan IUPK harus mengutamakan pemenfaatan tenaga kerja setempat, barang, dan jasa dalam negeri dan dalam melakukan kegiatan operasi produksi, wajib mengikutsertakan pengusaha lokal yang ada di daerah tersebut sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.23. Pemegang IUP dan IUPK wajib menyusun program pengembangan dan pemberdayaan masyarakat.24. Penyusunan program dan rencana dikonsultasikan kepada Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat.25. Pemegang IUP dan IUPK wajib menyerahkan seluruh data yang diperoleh dari hasil eksplorasi dan operasi produksi kepada Menteri, gubernur, atau bupati / walikota sesuai dengan kewenangannya.26. Setelah 5 (lima) tahun berproduksi, badan usaha pemegang IUP dan IUPK yang sahamnya dimiliki oleh asing wajib melakukan divestasi saham pada Pemerintah, pemerintah daerah, badan usaha milik negara, badan usaha milik daerah, atau badan usaha swasta nasional.

Page 97: 3.materi hukum perburuhan

97

KEWAJIBAN KEWAJIBAN PEMEGANG IUP DAN PEMEGANG IUP DAN IUPKIUPK

Pengelolaan lingkungan/ Kepatuhan pada standard dan buku mutu lingkungan Penyelesaian ganti rugi lahan Reklamasi dan penutupan tambang (Pasca Tambang) Dana jaminan reklamasi dan dana jaminan Pasca Tambang Tenaga kerja lokal Barang dan jasa dalam negeri Pengembangan masyarakat Peningkatan nilai tambah : Pengolahan dan pemurnian dalam negeri Keuangan (penerimaan negara) Divestasi saham Good Mining Practice

Page 98: 3.materi hukum perburuhan

VI. DIVESTASI SAHAM PEMEGANG IZIN USAHA PERTAMBANGAN DAN IZIN USAHA PERTAMBANGAN KHUSUS YANG SAHAMNYA DIMILIKI 0LEH ASING

1. Pencantuman divestasi saham untuk IUPK Operasi Produksi hanya berlaku apabila sahamnya dimiliki oleh asing sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

2. Modal asing pemegang IUP dan IUPK setelah 5 (lima) tahun sejak berproduksi wajib melakukan divestasi sahamnya, sehingga sahamnya paling sedikit 20 % (dua puluh persen) dimiliki peserta Indonesia.

3. Modal asing adalah modal yang dimiliki oleh negara asing, perseorangan warga negara asing, badan usaha asing, badan hukum asing, dan / atau badan hukum Indonesia yang seluruh modalnya dimiliki oleh pihak asing.

4. Divestasi saham dilakukan secara langsung kepada peserta Indonesia yang terdiri atas Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, atau pemerintah daerah kabupaten / kota, BUMN, BUMD, atau badan usaha swasta nasional.

5. Dalam hal Pemerintah tidak bersedia membeli saham ditawarkan kepada pemerintah daerah provinsi atau pemerintah daerah kabupaten / kota.

98

Page 99: 3.materi hukum perburuhan

6. Apabila pemerintah daerah provinsi atau pemerintah daerah kabupaten / kota tidak bersedia membeli saham, ditawarkan kepada BUMN dan BUMD dilaksanakan dengan cara lelang.

7. Apabila BUMN dan BUMD tidak bersedia membeli saham, ditawarkan kepada badan usaha swasta nasional dilaksanakan dengan cara lelang.

8. Penawaran saham dilakukan dalam jangka waktu paling lambat 90 (sembilan puluh) hari kalender sejak 5 (lima) tahun dikeluarkannya izin Operasi Produksi tahap penambangan.

9. Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, pemerintah daerah kabupaten / kota, BUMN, dan BUMD harus menyatakan minatnya dalam jangka waktu paling lambat 60 (enam puluh) hari kalender setelah tanggal penawaran.

10. Dalam hal Pemerintah dan pemerintah daerah provinsi atau pemerintah daerah kabupaten / kota, BUMN, dan BUMD tidak berminat untuk membeli divestasi saham, saham ditawarkan kepada badan usaha swasta nasional dalam jangka waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari kalender.

11. Badan usaha swasta nasional harus menyatakan minatnya dalam jangka waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari kalender setelah tanggal penawaran.

99

Page 100: 3.materi hukum perburuhan

12. Pembayaran dan penyerahan saham yang dibeli oleh peserta Indonesia dilaksanakan dalam jangka waktu paling lambat 90 (sembilan puluh) hari kalender setelah tanggal pernyataan minat atau penetapan pemenang lelang.13. Apabila divestasi tidak tercapai, penawaran saham akan dilakukan pada tahun berikutnya.14. Dalam hal terjadi peningkatan jumlah modal perseroan, peserta Indonesia sahamnya tidak boleh terdilusi menjadi lebih kecil dari 20 % (dua puluh persen).

100

Page 101: 3.materi hukum perburuhan

IUP EKSPLORASI IUP OPERASI PRODUKSI

MINERAL PU EXPL FS LUAS KONST PROD LUAS

LOGAM 1 3 + (2X1) 1+(1) (Max. 100.000)Min. 5.000

(2) 20 + (2x10) Max. 25.000

BATUBARA 1 2 + (2X1) 2 (Max. 50.000)Min. 5.000

(2) 20 + (2x10) Max. 15.000

BUKAN LOGAM

1

1

3 + (1X1)

1

1 + (1)

1

Max. 25.000Min. 500

(2) 20 +(2x10) (gamping utk

Semen, intan dan

batu mulia)10 + (2x5)

Max. 5.000

BATUAN 1 1 1 Max. 5.000Min. 5

5 + (2x5) Max. 1.000

RADIO AKTIF1 3+(1x1) 1 Tergantung

PenugasanTergantung Penugasan

Tergantung Penugasan

JANGKA WAKTU & LUAS WIUP/WIUPK

Page 102: 3.materi hukum perburuhan

VII. PENCIUTAN WILAYAH IZIN USAHA PERTAMBANGAN DAN WILAYAH IZIN USAHA PERTAMBANGAN KHUSUS

1. Pemegang IUP sewaktu-waktu dapat mengajukan permohonan kepada Menteri, gubernur, atau bupati / walikota sesuai dengan kewenangannya untuk menciutkan sebagian atau mengembalikan seluruh WIUP.

2. Pemegang IUPK sewaktu-waktu dapat mengajukan permohonan kepada Menteri untuk menciutkan sebagian atau mengembalikan seluruh WIUPK.

3. Pemegang IUP atau IUPK dalam melaksanakan penciutan atau pengembalian WIUP atau WIUPK harus menyerahkan : a. laporan, data dan informasi penciutan atau pengembalian yang berisikan semua penemuan teknis dan geologis yang diperoleh pada wilayah yang akan diciutkan dan alasan penciutan atau pengembalian serta data lapangan hasil kegiatan. b. peta wilayah penciutan atau pengembalian beserta koordinatnya. c. bukti pembayaran kewajiban keuangan. d. laporan kegiatan sesuai status tahapan terakhir. e. laporan pelaksanaan reklamasi pada wilayah yang diciutkan atau dilepaskan.

102

Page 103: 3.materi hukum perburuhan

4. Pemegang IUP Eksplorasi atau IUPK Eksplorasi mempunyai kewajiban untuk melepaskan WIUP atau WIUPK dengan ketentuan : a. untuk IUP mineral logam atau IUPK mineral logam : 1). Pada tahun keempat wilayah eksplorasi yang dapat dipertahankan paling banyak 50.000 (lima puluih ribu) hektare 2). Pada tahun kedelapan atau pada akhir IUP Ekspolrasi atau IUPK Eksplorasi saat peningkatan menjadi IUP Operasi Produksi atau IUPK Operasi Produksi wilayah yang dipertahankan paling banyak 25.000 (dua puluh lima ribu) hektare. b. untuk IUP batubara atau IUPK batubra : 1). Pada tahun keempat wilayah eksplorasi yang dapat dipertahankan paling banyak 25.000 (dua puluh lima ribu) hektare 2). Pada tahun ketujuh atau pada akhir IUP Eksplorasi atau IUPK Eksplorasi saat peningkatan menjadi IUP Operasi Produksi atau IUPK Operasi Produksi wilayah yang dipertahankan paling banyak 15.000 (lima belas ribu) hektare. c. untuk IUP mineral bukan logam : 1). Pada tahun kedua wilayah eksplorasi yang dapat dipertahankan paling banyak 12.500 (dua belas ribu lima ratus) hektare

103

Page 104: 3.materi hukum perburuhan

2). Pada tahun ketiga atau pada akhir IUP Eksplorasi saat peningkatan menjadi IUP Operasi Produksi wilayah yang dipertahankan paling banyak 5.000 (lima ribu) hektare. d. untuk IUP mineral bukan logam jenis tertentu : 1). Pada tahun ketiga wilayah eksplorasi yang dapat dipertahankan paling banyak 12.500 (dua belas ribu lima ratus) hektare 2). Pada tahun ketujuh atau pada akhir IUP Eksplorasi saat peningkatan menjadfi IUP Operasi Produksi wilayah yang dipertahankan paling banyak 5.000 (lima ribu) hektare. e. untuk IUP batuan : 1). Pada tahun kedua wilayah eksplorasi yang dapat dipertahankan paling banyak 2.500 (dua ribu lima ratus) hektare 2). Pada tahun ketiga atau pada akhir tahap eksplorasi saat peningkatan menjadi IUP Operasi Produksi wilayah yang dipertahankan paling banyak 1.000 (seribu) hektare.5. Apabila luas wilayah maksimum yang dipertahankan sudah dicapai, pemegang IUP Eksplorasi atau IUPK Eksplorasi tidak diwajibkan lagi menciutkan wilayah.

104

Page 105: 3.materi hukum perburuhan

VIII. PENGHENTIAN SEMENTARA KEGIATAN USAHA PERTAMBANGAN1. Penghentian sementara kegiatan usaha pertambangan dapat dilakukan apabila terjadi : a. Keadaan kahar (force majeur) antara lain : perang, kerusuhan sipil, pemberontakan, epidemi, gempa bumi, banjir, kebakaran, dan bencana alam di luar kemampuan manusia b. Keadaan yang menghalangi antara lain : blokade, pemogokan, perselisihan perburuhan di luar kesalahan pemegang IUP atau IUPK dan peraturan perundang-undangan yang diterbitkan oleh pemerintah yang menghambat kegiatan usaha pertambangan yang sedang berjalan c. Apabila kondisi daya dukung lingkungan wilayah tersebut tidak dapat menanggung beban kegiatan operasi produksi sumber daya mineral dan / atau batubara yang dilakukan di wilayahnya.2. Penghentian sementara kegiatan usaha pertambangan tidak mengurangi masa berlaku IUP atau IUPK.3. Penghentian sementara kegiatan usaha pertambangan apabila terjadi keadaan kahar dan keadaan yang menghalangi dilakukan oleh Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya berdasarkan permohonan dari pemegang IUP atau IUPK.4. Penghentian sementara apabila terjadi kondisi daya dukung lingkungan dapat dilakukan oleh inspektur tambang atau dilakukan berdasarkan permohonan masyarkat kepada Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya.

105

Page 106: 3.materi hukum perburuhan

5. Menteri, gubernur, atau bupati / walikota sesuai dengan kewenangannya wajib mengeluarkan keputusan tertulis diterima atau ditolak disertai alasannya atas permohonan paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak menerima permohonan tersebut.

6. Penghentian sementara karena keadaan kahar harus diajukan oleh pemegang IUP atau IUPK dalam jangka waktu paling lambat 14 (empat belas) hari kalender sejak terjadinya keadaan kahar kepada Menteri, gubernur, atau bupati / walikota sesuai kewenangannya untuk memperoleh persetujuan.

7. Penghentian sementara diberikan untuk jangka waktu paling lama 1 (satu) tahun dan dapat diperpanjang 1 (satu) kali dengan jangka waktu 1 (satu) tahun.

8. Penghentian sementara karena keadaan yang menghalangi diberikan 1 (satu) kali dengan jangka waktu 1 (satu) tahun dan dapat diperpanjang 1 (satu) kali dengan jangka waktu 1 (satu) tahun pada setiap tahapan kegiatan dengan persetujuan Menteri, gubernur, atau bupati / walikota sesuai dengan kewenangannya. 106

Page 107: 3.materi hukum perburuhan

9. Apabila jangka waktu penghentian sementara telah berakhir, dapat diberikan perpanjangan jangka waktu penghentian sementara dalam hal terkait perizinan dari instansi lain.

10. Permohonan perpanjangan penghentian sementara diajukan secara tertulis dalam jangka waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari kalender sebelum berakhirnya izin penghentian sementara.

11. Apabila dalam kurun waktu sebelum habis masa penghentian sementara berakhir pemegang IUP dan IUPK sudah siap melakukan kegiatan operasinya, kegiatan dimaksud wajib dilaporkan kepada Menteri, gubernur, atau bupati / walikota sesuai dengan kewenangannya.

12. Menteri, gubernur, atau bupati / walikota sesuai dengan kewenangannya mencabut keputusan penghentian sementara setelah menerima laporan dari pemegang IUP atau IUPK.

13. Pemegang IUP dan IUPK yang telah diberikan persetujuan penghentian sementara dikarenakan keadaan kahar tidak mempunyai kewajiban untuk memenuhi kewajiban keuangan sesuai dengan peraturan perundang -undangan.

107

Page 108: 3.materi hukum perburuhan

14. Pemegang IUP dan IUPK yang telah diberikan persetujuan penghentian sementara dikarenakan keadaan yang menghalangi dan / atau kondisi daya dukung lingkungan wajib : a. Menyampaikan laporan kepada Menteri, gubernur, atau bupati / walikota sesuai dengan kewenangannya b. Memenuhi kewajiban keuangan c. Tetap melaksanakan pengelolaan lingkungan, keselamatan dan kesehatan kerja, serta pemantauan lingkungan.15. Persetujuan penghentian sementar berakhir karena : a. habis masa berlakunya b. Permohonan pencabutan dari pemegang IUP atau IUPK.16. Dalam hal jangka waktu yang telah ditentukan dalam pemberian persetujuan penghentian sementara telah habis dan tidak diajukan permohonan perpanjangan atau permohonan perpanjangan tidak disetujui, penghentian sementara tersebut berakhir.17. Apabila kurun waktu penghentian sementara belum berakhir dan pemegang IUP atau IUPK sudah siap untuk melakukan kegiatan operasinya kembali, dapat mengajukan permohonan pencabutan penghentian sementra kepada Menteri, gubernur, atau bupati / walikota sesuai dengan kewenangannya.18. Berdasarkan permohonan Menteri, gubernur, atau bupati / walikota sesuai dengan kewenangannya menyatakan pengakhiran penghentian sementara.

108

Page 109: 3.materi hukum perburuhan

IX. BERAKHIRNYA IZIN USAHA PERTAMBANGAN DAN IZIN USAHA PERTAMBANGAN KHUSUS

1. IUP dan IUPK berakhir karena : a. Dikembalikan b. Dicabut c. Habis masa berlakunya.

2. Pemegang IUP atau IUPK dapat menyerahkan kembali IUP atau IUPK-nya dengan pernyataan tertulis kepada Menteri, gubernur, atau bupati / walikota sesuai dengan kewenangannya dan disertai dengan alasan yang jelas dimaksud antara lain tidak ditemukannya prospek secara teknis, ekonomis, atau lingkungan.

3. Pengembalian IUP atau IUPK dinyatakan sah setelah disetujui oleh Menteri, gubernur, atau bupati / walikota sesuai dengan kewenangannya dan setelah memenuhi kewajibannya.

109

Page 110: 3.materi hukum perburuhan

4. Pemegang IUP atau IUPK dapat dicabut izinnya oleh Menteri, gubernur, atau bupati / walikota sesuai dengan kewenangannya apabila : a. Tidak memenuhi kewajiban yang ditetapkan dalam IUP atau IUPK serta peraturan perundang-undangan b. Melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam undang-undang ini c. Dinyatakan pailit.

5. Dalam hal jangka waktu yang ditentukan dalam IUP dan IUPK telah habis dan tidak diajukan permohonan peningkatan atau perpanjangan tahap kegiatan atau pengajuan permohonan tetapi tidak memenuhi persyaratan, IUP dan IUPK tersebut berakhir.

6. Pemegang IUP atau IUPK yang IUP-nya atau IUPK-nya berakhir karena alasan dikembalikan, dicabut, atau habis masa berlakunya wajib memenuhi dan menyelesaikan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

7. Kewajiban pemegang IUP atau IUPK dianggap telah dipenuhi setelah mendapat persetujuan dari Menteri, gubernur, atau bupati / walikota sesuai dengan kewenangannya.

110

Page 111: 3.materi hukum perburuhan

8. Apabila IUP atau IUPK berakhir, pemegang IUP atau IUPK wajib menyerahkan seluruh data yang diperoleh dari hasil eksplorasi dan operasi produksi kepada Menteri, gubernur, atau bupati/ walikota sesuai dengan kewenangannya.

X. PENDAPATAN NEGARA DAN DAERAH

1. Pemegang IUP atau IUPK wajib membayar pendapatan negara dan pendapatan daerah.2. Pendapatan negara terdiri atas penerimaan pajak dan penerimaan negara bukan pajak.3. Penerimaan pajak terdiri atas : a. Pajak-pajak yang menjadi kewenangan Pemerintah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan b. Bea masuk dan cukai.4. Penerimaan negara bukan pajak terdiri atas : a. Iuran tetap b. Iuran eksplorasi c. Iuran produksi d. Kompensasi data informasi.

111

Page 112: 3.materi hukum perburuhan

5. Pendapatan daerah terdiri atas : a. Pajak daerah b. Retribusi daerah c. Pendapatan lain yang sah berdasarkan ketentuan peraturan perudang -undangan.

6. Pemegang IUPK Operasi Produksi untuk pertambangan mineral logam dan batubara wajib membayar sebesar 4 % (empat persen) kepada Pemerintah dan 6 % (enem persen) kepada pemerintah daerah dari keuntungan bersih sejak berproduksi.

7. Bagian pemerintah daerah diatur sebagai berikut : a. Pemerintah provinsi mendapat bagian sebesar 1 % (satu persen) b. Pemerintah kabupaten / kota penghasil mendapat bagian sebesar 2,5 % (dua koma lima persen) c. Pemerintah kabupaten / kota lainnya dalam provinsi yang sama mendapat bagian sebesar 2,5 % (dua koma lima persen).

8. Pemegang IUP atau IUPK tidak dikenai iuran produksi dan pajak daerah dan reribusi daerah atas tanah / batuan yang ikut tergali pada saat penambangan. 112

Page 113: 3.materi hukum perburuhan

9. Pemegang IUP atau IUPK dikenai iuran produksi atas pemanfaatan tanah / batuan yang ikut tergali pada saat penambangan.

10. Besaran tarif iuran produksi ditetapkan berdasarkan tingkat pengusahaan, produksi, dan harga komoditas tambang.

11. Penerimaan negara bukan pajak yang merupakan bagian daerah dibayar langsung ke kas daerah setiap 3 (tiga) bulan setelah disetor ke kas negara.

113

Page 114: 3.materi hukum perburuhan

114

PP 23 /2010 : Golongan Komoditas Tambang

Mineral Radioaktif: Radium,Thorium, Uranium dan bahan-bahan galian radioaktif lainnya.

Mineral Logam: Litium, Berilium, Magnesium/Monasit, Kalium, Kalsium, Emas, Tembaga, Perak, Timbal, Seng, Timah, Nikel, Mangan, Platina, Bismuth, Molibdenum, Bauksit, Air Raksa, Wolfram, Titanium, Barit, Vanadium, Kromit, Antimoni, Kobalt, Tantalum, Cadmium, Galium, Indium, Yitrium, Magnetit, Besi.

Mineral Bukan Logam: Intan, Korundum, Grafit, Arsen, PasirKuarsa, Fluorspar, Kriolit, Yodium, Brom, Klor, Belerang, Fosfat, Halit, Asbes, Talk, Mika, Magnesit, Yarosit, Oker, Fluorit, Ball Clay, Fire Clay, Zeolit, Kaolin, Feldspar, Bentonit, Gipsum, Dolomit, Kalsit, Oniks, Rijang, Pirofilit, Kuarsit, Zirkon, Wolastonit, Tawas, batukuarsa, perlit,garambatu,Clay dan batugamping untuk semen.

Batuan: Pumice, Tras, Toseki, Obsidian, Perlit, Tanah diatomae, Tanah serap (fullers earth), Slate, Granit dan granodiorit, Andesit, Gabro dan peridotit, Basalt,Trakhit, Leusit, Tanah liat, Opal, Kalsedon, Batukapur, Pasir sepanjang tidak mengandung unsur-unsur mineral logam, bukan logam dalam jumlah yang berarti ditinjau dari segi ekonomi pertambangan.

Batubara: Gambut, bitumen padat, aspal, antrasit, batubara, batubara muda.

Page 115: 3.materi hukum perburuhan

115

Hak atas WIUP, WPR, WIUPK tidak meliputi hak atas tanah permukaan bumi hak atas IUP/IUPK/IPR bukan merupakan pemilikan hak atas tanah

Kegiatan usaha pertambangan tidak dapat dilaksanakan pada tempat yang dilarang untuk melakukan kegiatan usaha pertambangan

Pemegang IUP/IUPK Eksplorasi hanya dapat melaksanakan kegiatannya setelah mendapat persetujuan dari pemegang hak atas tanah (Persetujuan dimaksudkan untuk menyelesaikan lahan-lahan yang terganggu oleh kegiatan eksplorasi a.n pengeboran, parit uji)

Pemegang IUP/IUPK sebelum melakukan kegiatan operasi produksi wajib menyelesaikan hak atas tanah dengan pemegang hak sesuai ketentuan peraturan perudang-udnangan

Pemegang IUP/IUPK OP wajib memberikan kompensasi berdasarkan kesepakatan bersama dengan pemegang hak atas tanah kompensasi dapat berupa sewa menyewa, jual beli, atau pinjam pakai

Page 116: 3.materi hukum perburuhan

116

Pemegang IUP/IUPK wajib menyusun program pengembangan dan pemberdayaan masyarakat (PPM) di sekitar WIUP/WIUPK

PPM harus dikonsultasikan dengan Pemerintah, Pemprov, Pemerintah Kabupaten/Kota, dan Masyarakat setempat

Masyarakat dapat mengajukan usulan PPM kepada bupati/walikota setempat untuk diteruskan kepada pemegang IUP/IUPK

PPM diprioritaskan untuk masyarakat di sekitar WIUP/WIUPK yang terkena dampak langsung akibat aktivitas pertambangan dengan tidak melihat batas administrasi wilayah kecamatan/kabupaten

PPM dibiayai dari alokasi biaya PPM pada anggaran dan biaya pemegang IUP/IUPK setiap tahun

Pemegang IUP/IUPK setiap tahun wajib menyampaikan rencana dan biaya pelaksanaan PPM sebagai bagian dari RKAB tahunan kepada Menteri, Gubernur, atau Bupati/Walikota sesuai kewenangannya untuk mendapat persetujuan

Setiap pemegang IUP Operasi Produksi wajib menyampaikan laporan realisasi PPM setiap 6 bulan kepada Menteri, Gubernur, atau Bupati/Walikota sesuai kewenangannya

Page 117: 3.materi hukum perburuhan

117

USAHA JASA PERTAMBANGAN

(1) Usaha Jasa Pertambangan terdiri atas:1. Usaha Jasa Pertambangan; 2. Usaha Jasa Pertambangan Non Inti.

(2)Jenis Usaha Jasa Pertambangan meliputi: a. konsultasi, perencanaan, pelaksanaan, dan

pengujian peralatan di bidang1. penyelidikan umum;2. eksplorasi;3. studi kelayakan;4. konstruksi pertambangan;5. pengangkutan;6. lingkungan pertambangan;7. pascatambang dan reklamasi; dan/atau8. keselamatan dan kesehatan kerja

b. konsultasi, perencanaan, dan pengujian peralatan di bidang penambangan; atau pengolahan pemurnian

Page 118: 3.materi hukum perburuhan

118

Pelanggaraan oleh Pelaku Usaha, a.l:

Pelanggaran terhadap ketentuan perundangan yang berlaku oleh Pemegang IUP/IUPK Dapat dikenakan sanksi berupa peringatan tertulis, penghentian sementara sebagian atau seluruh kegiatan eksplorasi atau operasi produksi, atau pencabutan IUP, IPR, dan IUPK.

Untuk pelaku usaha tanpa izin IUP, IPR, atau IUPK (dikatagorikan sbg PETI) dapat dikenakan sangsi pidana

Pelanggaran karena Penyalahgunaan Wewenang, dapat dikenakan sanksi berupa :

Dalam hal terjadi pelanggaran prosedur atau regulasi dalam perizinan IUP yang dikeluarkan oleh pemda, Pemerintah dapat menghentikan dan mencabut izin IUP yang dikeluarkan oleh Pemda tersebut.

Dikenakan hukuman maks 2 tahun kurungan atau denda maks Rp. 200.000.000 terhadap petugas Pemerintah yang mengeluarkan izin tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Setiap sengketa yang muncul dalam pelaksanaan IUP, IPR atau IUPK diselesaikan melalui pengadilan dan arbitrase dalam negeri sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

MEKANISME SANKSI

Page 119: 3.materi hukum perburuhan

119

Tidak mempunyai izin Penjara 10 th denda paling banyak Rp 10 Miliar

Menyampaikan laporan tidak benar atau menyampaikan laporan palsu Penjara 10 th denda paling banyak Rp 10 Miliar

Tidak memiliki IUP melakukan eksplorasi kurungan 1 th denda paling banyak Rp. 200 juta

Tidak mempunyai IUP atau mempunyai IUP eksplorasi tetapi melakukan kegiatan operasi produksi

penjara 5 th denda paling banyak Rp. 10 Miliar

Membeli/menampung & memanfaatkan batubara dari hasil kegiatan yang tidak memiliki IUP, IPR, atau IUPK

penjara 10 th denda paling banyak Rp.100 Milyar

Setiap orang yang mengeluarkan izin yang bertentangan dengan UU ini dan menyalahgunakan kewenangannya

kurungan 2 th denda paling banyak Rp. 200 juta

Mengganggu atau merintangi kegiatan operasi produksi pemegang IUP yang telah memenuhi persyaratan

kurungan 1 th denda paling banyak Rp. 100 juta.

Kejahatan/Pelanggaran Pidana Denda

KETENTUAN PIDANA

Page 120: 3.materi hukum perburuhan

120

Pasal 169

Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku:

a. Kontrak karya dan perjanjian karya pengusahaan pertambangan batubara yang telah ada sebelum berlakunya Undang-Undang ini tetap diberlakukan sampai jangka waktu berakhirnya kontrak/perjanjian.

b. Ketentuan yang tercantum dalam pasal kontrak karya dan perjanjian karya pengusahaan pertambangan batubara sebagaimana dimaksud pada huruf a disesuaikan selambat-lambatnya 1 (satu) tahun sejak Undang-Undang ini diundangkan kecuali mengenai penerimaan negara.

c. Pengecualian terhadap penerimaan negara sebagaimana dimaksud pada huruf b adalah upaya peningkatan penerimaan negara.

Pasal 170

Pemegang kontrak karya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 169 yang sudah berproduksi wajib melakukan pemurnian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 103 ayat (1) selambat-lambatnya 5 (lima) tahun sejak Undang-Undang ini diundangkan.

KETENTUAN PERALIHAN UU 4/2009 (1)

Page 121: 3.materi hukum perburuhan

121

Pasal 171 1) Pemegang kontrak karya dan perjanjian karya pengusahaan pertambangan

batubara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 169 yang telah melakukan tahapan kegiatan eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, atau operasi produksi paling lambat 1 (satu) tahun sejak berlakunya Undang-Undang ini harus menyampaikan rencana kegiatan pada seluruh wilayah kontrak/perjanjian sampai dengan jangka waktu berakhirnya kontrak/perjanjian untuk mendapatkan persetujuan pemerintah.

2) Dalam hal ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak terpenuhi, luas wilayah pertambangan yang telah diberikan kepada pemegang kontrak karya dan perjanjian karya pengusahaan pertambangan batubara disesuaikan dengan Undang-Undang ini.

Pasal 172

Permohonan kontrak karya dan perjanjian karya pengusahaan pertambangan batubara yang telah diajukan kepada Menteri paling lambat 1 (satu) tahun sebelum berlakunya Undang-Undang ini dan sudah mendapatkan surat persetujuan prinsip atau surat izin penyelidikan pendahuluan tetap dihormati dan dapat diproses perizinannya tanpa melalui lelang berdasarkan Undang-Undang ini.

KETENTUAN PERALIHAN UU 4/2009 (2)

Page 122: 3.materi hukum perburuhan

122

Pada saat PP 23/2010 diberlakukan :

1. KK dan PKP2B yang ditandatangani yang ditandatangani sebelum diundangkannya PP ini dinyatakan tetap berlaku sampai jangka waktu berakhirnya, dan yang belum memperoleh perpanjangan kesatu dan/atau kedua dapat diperpanjang dalam bentuk IUP Perpanjangan tanpa melalui lelang sesuai dengan ketentuan PP ini.

2. KP, SIPD dan SIPR yang diberikan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan sebelum ditetapkannya peraturan pemerintah ini tetap diberlakukan sampai jangka waktu berakhirnya , dan wajib :

a) disesuaikan menjadi IUP atau IPR dengan mengikuti ketentuan peraturan pemerintah ini paling lambat 3 bulan sejak berlakunya PP ini (1 Mei 2010);

b) Menyampaikan rencana kegiatan pada seluruh wilayah KP sampai jangka waktu berakhirnya KP kepada Menteri, Gubernur, Bupati/Walikota sesuai kewenangannya

c) wajib melakukan pengolahan dan pemurnian paling lambat 5 tahun sejak berlakunya UU No 4 Tahun 2009

2. Permohonan KP yang telah diterima Menteri/Gub/Bup/Wal sebelum terbitnya UU Minerba dan telah mendapatkan pencadangan wilayah dapat diproses perizinannya dalam bentuk IUP tanpa melalui lelang paling lambat 3 bulan setelah berlakunya PP ini (1 Mei 2010)

Page 123: 3.materi hukum perburuhan

123

PENUTUP

Disetujuinya UU Minerba menjadi sesuatu hal yang sangat ditunggu-tunggu oleh seluruh stakeholder pertambangan di dalam maupun di luar negeri.

Maka Pemerintah berharap dapat bekerjasama dengan semua pihak agar UU Minerba beserta seluruh aturan pendukungnya dapat menjadi acuan dasar pengganti UU 11/1967 dalam rangka mendorong optimalisasi manfaat usaha pertambangan (pendapatan negara, investasi, tenaga kerja, CD, dll)

Page 124: 3.materi hukum perburuhan

TERIMA KASIH

124