hukum ketenagakerjaan

19
BAB II PEMBAHASAN 2.1 Perjanjian Kerja Waktu Tertentu Menurut Shamad ”Perjanjian kerja ialah suatu perjanjian di mana seseorang mengikatkan diri untuk bekerja pada orang lain dengan menerima imbalan berupa upah sesuai dengan syarat-syarat yang dijanjikan atau disetujui bersama“ Sedangkan, Perjanjian kerja menurut Pasal 1 angka 14 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan adalah “perjanjian antara pekerja/buruh dengan pengusaha atau pemberi kerja yang memuat syarat-syarat kerja, hak dan kewajiban para pihak”. Dari definisi tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa perjanjian kerja harus dipatuhi dan dilaksanakan oleh para pihak yang membuatnya. Dan menurut pasal 52 ayat 1 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 bahwa suatu perjanjian kerja dibuat atas dasar : o Kesepakatan kedua belah pihak o Kemampuan atau kecakapan melakukan perbuatan hukum o Adanya pekerjaan yang dijanjikan 3

description

tugas mk hukum ketenagakerjaan

Transcript of hukum ketenagakerjaan

BAB IIPEMBAHASAN

2.1 Perjanjian Kerja Waktu TertentuMenurut Shamad Perjanjian kerja ialah suatu perjanjian di mana seseorang mengikatkan diri untuk bekerja pada orang lain dengan menerima imbalan berupa upah sesuai dengan syarat-syarat yang dijanjikan atau disetujui bersamaSedangkan, Perjanjian kerja menurut Pasal 1 angka 14 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan adalah perjanjian antara pekerja/buruh dengan pengusaha atau pemberi kerja yang memuat syarat-syarat kerja, hak dan kewajiban para pihak. Dari definisi tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa perjanjian kerja harus dipatuhi dan dilaksanakan oleh para pihak yang membuatnya. Dan menurut pasal 52 ayat 1 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 bahwa suatu perjanjian kerja dibuat atas dasar : Kesepakatan kedua belah pihak Kemampuan atau kecakapan melakukan perbuatan hukum Adanya pekerjaan yang dijanjikan Pekerjaan yang dijanjikan tidak boleh bertentangan dengan ketertiban umum, kesusilaan, dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.Namun, dalam pasal 61 yat 1 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003,perjanjian kerja pun dapat diakhiri bilamana: Pekerja meninggal dunia Berakhirnya jangka waktu perjanjian kerja Adanya putusan pengadilan dan/atau putusan atau penetapan lembaga penyelesaian perselisihan hubungan industrial yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap Adanya keadaan atau kejadian tertentu yang dicantumkan dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja bersama yang dapat menyebabkan berakhirnya hubungan kerja.Ketentuan Umum PKWT Menurut Kepmenaker No. 100 Tahun 2004 Tentang Ketentuan Pelaksanaan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu Perjanjian Kerja Waktu Tertentu yang selanjutnya disebut PKWT adalah perjanjian kerja antara pekerja/buruh dengan pengusaha untuk mengadakan hubungan kerja dalam waktu tertentu atau untuk pekerja tertentu. Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu yang selanjutnya disebut PKWTT adalah perjanjian kerja antara pekerja/buruh dengan pengusaha untuk mengadakan hubungan kerja yang bersifat tetap Pengusaha adalah :1. Orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang menjalankan suatu perusahaan milik sendiri;.2. Orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang secara berdiri sendiri menjalankan perusahaan bukan miliknya;3. Orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang berada di Indonesia mewakili perusahaan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan b yang berkedudukan di luar wilayah Indonesia. Perusahaan adalah :1. setiap bentuk usaha yang berbadan hukum atau tidak, milik orang perseorangan, milik persekutuan, atau milik badan hukum, baik milik swasta maupun milik negara yang mempekerjakan pekerja/buruh dengan membayar upah atau imbalan dalam entuk lain;2. usaha-usaha sosial dan usaha-usaha lain yang mempunyai pengurus dan mempekerjakan orang lain dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain. Pekerja/buruh adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain.Syarat kerja yang diperjanjikan dalam PKWT, tidak boleh lebih rendah daripada ketentuan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku. Menteri dapat menetapkan ketentuan PKWT khusus untuk sektor usaha dan atau pekerjaan tertentu.PKWT Untuk Pekerjaan Yang Sekali Selesai Atau Sementara Sifatnya Yang Penyelesaiannya Paling Lama 3 (tiga) Tahun PKWT untuk pekerjaan yang sekali selesai atau sementara sifatnya adalah PKWT yang didasarkan atas selesainya pekerjaan tertentu. Dibuat untuk paling lama 3 (tiga) tahun. Dalam hal pekerjaan tertentu yang diperjanjikan dalam PKWT sebagaimana dimaksud dapat diselesaikan lebih cepat dari yang diperjanjikan maka PKWT tersebut putus demi hukum pada saaat selesainya pekerjaan. Dalam PKWT yang didasarkan atas selesainya pekerjaan tertentu harus dicantumkan batasan suatu pekerjaan dinyatakan selesai. Dalam hal PKWT dibuat berdasarkan selesainya pekerjaan tertentu namun karena kondisi tertentu pekerjaan tersebut belum dapat diselesaikan, dapat dilakukan pembaharuan PKWT. Pembaharuan sebagaimana dimaksud dilakukan setelah melebihi masa tenggang waktu 30 (tiga puluh) hari setelah berakhirnya perjanjian kerja. Selama tenggang waktu 30 (tiga puluh) hari sebagaimana dimaksud tidak ada hubungan kerja antara pekerja/buruh dan pengusaha. Para pihak dapat mengatur lain dari ketentuan dalam ayat (5) dan ayat (6) yang dituangkan dalam perjanjian.PKWT Untuk Pekerjaan Yang Bersifat Musiman Pekerjaan yang bersifat musiman adalah pekerjaan yang pelaksanaannya tergantung pada musim atau cuaca. Hanya dapat dilakukan untuk satu jenis pekerjaan pada musim tertentu. Pekerjaan-pekerjaan yang harus dilakukan untuk memenuhi pesanan atau target tertentu dapat dilakukan dengan PKWT sebagai pekerjaan musiman. Hanya diberlakukan untuk pekerja/buruh yang melakukan pekerjaan tambahan. Pengusaha yang mempekerjaan pekerja/buruh berdasarkan PKWT sebagaimana dimaksud harus membuat daftar nama pekerja/buruh yang melakukan pekerjaan tambahan. PKWT sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 dan Pasal 5 tidak dapat dilakukan pembaharuan.PKWT Untuk Pekerjaan Yang Berhubungan Dengan Produk Baru PKWT dapat dilakukan dengan pekerja/buruh untuk melakukan pekerjaan yang berhubungan dengan produk baru, kegiatan baru, atau produk tambahan yang masih dalam percobaan atau penjajakan. Hanya dapat dilakukan untuk jangka waktu paling lama 2 (dua) tahun dan dapat diperpanjang untuk satu kali paling lama 1 (satu) tahun. Tidak dapat dilakukan pembaharuan. PKWT sebagaimana dimaksud hanya boleh diberlakukan bagi pekerja/buruh yang melakukan pekerjaan di luar kegiatan atau di luar pekerjaan yang biasa dilakukan perusahaan.Perjanjian Kerja Harian Atau Lepas Untuk pekerjaan-pekerjaan tertentu yang berubah-ubah dalam hal waktu dan volume pekerjaan serta upah didasarkan pada kehadiran, dapat dilakukan dengan perjanjian kerja harian atau lepas. Perjanjian kerja harian lepas sebagaimana dimaksud dilakukan dengan ketentuan pekerja/buruh bekerja kurang dari 21 (dua puluh satu ) hari dalam 1 (satu)bulan. Dalam hal pekerja/buruh bekerja 21 (dua puluh satu) hari atau lebih selama 3 (tiga) bulan berturut-turut atau lebih maka perjanjian kerja harian lepas berubah menjadi PKWTT. Perjanjian kerja harian lepas yang memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dikecualikan dari ketentuan jangka waktu PKWT pada umumnya. Pengusaha yang mempekerjakan pekerja/buruh pada pekerjaan sebagaimana dimaksud wajib membuat perjanjian kerja harian lepas secara tertulis dengan para pekerja/buruh. Perjanjian kerja harian lepas sebagaimana dimaksud dapat dibuat berupa daftar pekerja/buruh yang melakukan pekerjaan sebagaimana dimaksud sekurang-kurangnya memuat :1. nama/alamat perusahaan atau pemberi kerja.2. nama/alamat pekerja/buruh.3. jenis pekerjaan yang dilakukan.4. besarnya upah dan/atau imbalan lainnya. Daftar pekerja/buruh sebagaimana dimaksud disampaikan kepada instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan setempat selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kerja sejak mempekerjakan pekerja/buruh.Pencatatan PKWT PKWT wajib dicatatkan oleh pengusaha kepada instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan kabupaten/kota setempat selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kerja sejak penandatanganan. Untuk perjanjian kerja harian lepas maka yang dicatatkan adalah daftar pekerja/buruh . Pembatasan waktu maksimal bagi masa kerja bagi Pekerja Kontrak berdasarkan UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, Pasal 59 ayat (4) yang menyatakan : Perjanjian kerja waktu tertentu yang didasarkan atas jangka waktu tertentu dapat diadakan untuk paling lama 2 (dua) tahun dan hanya boleh diperpanjang 1 (satu) kali untuk jangka waktu paling lama 1 (satu) tahun. Dan Pasal 59 ayat (6) yang menyatakan :Pembaruan perjanjian kerja waktu tertentu hanya dapat diadakan setelah melebihi masa tenggang waktu 30 (tiga puluh) hari berakhirnya perjanjian kerja waktu tertentu yang lama, pembaruan perjanjian kerja waktu tertentu ini hanya boleh dilakukan 1 (satu) kali dan paling lama 2 (dua) tahun. Jadi, Pekerja Kontrak dapat dikontrak maksimal selama 2 (dua) tahun dan dapat diperpanjang 1 (satu) kali untuk selama maksimal 1 (satu) tahun. Namun apabila Pengusaha merasa cocok dengan kinerja Pekerja Kontrak, dapat dilakukan pembaruan PKWT dengan ketentuan hanya boleh dilakukan sekali untuk waktu maksimal 2 (dua) tahun. Akibat hukum bagi Pengusaha yang mempekerjakan Pekerja Kontrak namun tidak seperti aturan diatas Berdasarkan UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, Pasal 59 ayat (7) yang menyatakan : Perjanjian kerja untuk waktu tertentu yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), ayat (4), ayat (5), dan ayat (6) maka demi hukum menjadi perjanjian kerja waktu tidak tertentu. Berdasar aturan hukum tersebut misalnya jika ada Pekerja yang dikontrak 5 (lima) tahun maka Pekerja tersebut secara hukum, setelah 3 (tiga) tahun waktu ia bekerja menjadi Pekerja tetap. Masa Percobaan tidak dapat di terapkan pada Pekerja Kontrak/PKWT. Hal ini berdasar UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, Pasal 58 ayat (1) dan (2) yang menyatakan : (1) Perjanjian kerja untuk waktu tertentu tidak dapat mensyaratkan adanya masa percobaan kerja. (2) Dalam hal disyaratkan masa percobaan kerja dalam perjanjian kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), masa percobaan kerja yang disyaratkan batal demi hukum. Jadi, Pekerja Kontrak yang diminta oleh Perusahaan untuk menjalani Masa Percobaan secara hukum tidak benar.

2.2 Perjanjian Kerja Waktu Tidak TertentuPKWTT adalah perjanjian kerja antara pekerja dengan pemgusaha untuk mengadakan hubungan kerja yang bersifat tetap dan disebut karyawan tetap. PKWTT bisa dibuat secara lisan maupun tulisan, dan jika dibuat secara lisan maka perusahaan wajib membuat surat pengankatan kerja bagi pekerja yang bersangkutan dan PKWTT dapat mensyaratkan adanya masa percobaan selama tiga bulan, dalam tiga bulan tersebut perusahan wajib membayar upah sesuai dengan upah minimum yang berlaku. Jika PKWTT dibuat secara lisan, maka klausul-klausul yang berlaku diantara mereka (Perusahaan dan Karyawan) adalah klausul-klausul sebagaimana yang diatur dalam UU Ketenagakerjaan Perusahaan dan Karyawan dianggap menyetujui UU Ketenagakerjaan sebagai sumber perikatan mereka.Jika PKWTT dibuat secara lisan maka perusahaan wajib membuat surat pengangkatan kerja bagi karyawan yang bersangkutan. Surat pengangkatan itu sekurang kurangnya memuat keterangan : Nama dan alamat karyawan Tanggal mulai bekerja Jenis pekerjaan Besarnya upahPKWTT dapat mensyaratkan adanya masa percobaan unutk paling lana 3 (tiga) bulan. Selama masa percobaan perusahaan wajib membayar upah pekerja dan upah tersebut tidak boleh lebih rendah dari upah minimum yang berlaku. Suatu PKWTT termasuk juga PKWT dapat berakhir karena seperti : Pekerja meninggal dunia Adanya putusan pengadilan atau putusan/penetapan lembaga penyelesaian perselisihan hubungan industrial yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap. Munculnya keadaan tertentu yang dicantumkan dalam perjanjian kerja yang dapat menyebabkan berakhirnya hubungan kerja.PKWTT diatur dalam pasal 60, 61 dan 63, yaitu :Pasal 60(1) Perjanjian kerja untuk waktu tidak tertentu dapat mensyaratkan masa percobaan kerja paling lama 3 (tiga) bulan.(2) Dalam masa percobaan kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), pengusaha dilarang membayar upah di bawah upah minimum yang berlaku.Pasal 61(1) Perjanjian kerja berakhir apabila :a. pekerja meninggal dunia;b. berakhirnya jangka waktu perjanjian kerja;c. adanya putusan pengadilan dan/atau putusan atau penetapan lembaga penyelesaian perselisihan hubungan industrial yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap; ataud. adanya keadaan atau kejadian tertentu yang dicantumkan dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja bersama yang dapat menyebabkan berakhirnya hubungan kerja.(2) Perjanjian kerja tidak berakhir karena meninggalnya pengusaha atau beralihnya hak atas perusahaan yang disebabkan penjualan, pewarisan, atau hibah.(3) Dalam hal terjadi pengalihan perusahaan maka hak-hak pekerja/buruh menjadi tanggung jawab pengusaha baru, kecuali ditentukan lain dalam perjanjian pengalihan yang tidak mengurangi hak-hak pekerja/buruh.(4) Dalam hal pengusaha, orang perseorangan, meninggal dunia, ahli waris pengusaha dapat mengakhiri per-janjian kerja setelah merundingkan dengan pekerja/buruh.(5) Dalam hal pekerja/buruh meninggal dunia, ahli waris pekerja/ buruh berhak mendapatkan hak haknya se-suai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku atau hak hak yang telah diatur dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja bersama.Pasal 63(1) Dalam hal perjanjian kerja waktu tidak tertentu dibuat secara lisan, maka pengusaha wajib membuat surat pengangkatan bagi pekerja/buruh yang bersangkutan.(2) Surat pengangkatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), sekurang kurangnya memuat keterangan :a. nama dan alamat pekerja/buruh;b. tanggal mulai bekerja;c. jenis pekerjaan; dand. besarnya upah.

2.3 Unsur-unsur Dalam Perjanjian Kerjaa. PekerjaanDalam hal ini yang dimaksud adanya unsur pekerjaan dalam suatu perjanjian kerja yaitu adanya objek pekerjaan yang dijanjikan dan pekerjaan tersebut harus dilakukan oleh pekerja itu sendiri tapi dapat juga menyuruh orang lain/pihak ketiga dengan izin atasanya.b. PerintahDalam unsur ini terjadi hubungan kerja dimana pekerja yang bersangkutan harus tunduk terhadap atasannya dan melakukan pekerjaan sesuai dengan apa yang telah diperjanjikan dalam perjanjian kerja.c. UpahUpah merupakan unsur yang sangat penting dalam suatu perjanjian kerja, karena seorang pekerja bekerja pada seorang penguasha adalah untuk mendapatkan upah, dan dengan tidak adanya upah maka suatu hubungan tersebut tiak bisa di sebut hubungan kerja.d. Waktu yang tertentuWaktu yang tertentu harus ada dalam perjanjian kerja, karena dalam suatu hubungan kerja tidak selamnya akan terus menerus tapi dibatasi dengan adanya ketetapan waktu yang telah ditentukan.Setelah melihat unsur-unsur suatu perjanjian kerja diatas, kemudian dibandingkan dengan surat perjanjian kerja PT. BFI Finance Indonesia, Tbk, menurut saya perjanjian tersebut telah memenuhi unsur-unsur yang harus ada dalam suatu perjanjian kerja, diantaranya :a. Mengenai adanya pekerjaan, bisa kita lihat dalam pasal 1 tentang Pemberian Tugas, dimana dalam pemberian tugas itu pekerja diberi jabatan sebagai Networking Executive Motor.b. Mengenai adanya perintah, dimana dalam hal ini adanya perintah yang dimaksud adalah seorang pekerja yang diperintahkan sebagai Networking Exececutive Motor dan menjalankan tugasnya sebagaimana jabatan tersebut.c. Mengenai adanya upah, dalam perjanjian kerja PT. BFI Finance Indonesia, Tbk, bisa kita lihat pada pasal 3 mengenai Gaji dan Fasilitas, yang di dalamnya memuat Gaji pokok dan Tunjangan/subsidi.d. Mengenai waktu yang tertentu dalam perjanjian kerja ini ada dalam pasal 6 mengenai Masa Berlaku Perjanjian Kerja, dan apabila kedua belah pihak tidak akan memperpanjang suatu perjanjian kerja bisa dilihat pada pasal 7 tentang Pembatalan Perjanjian Kerja.

2.4 Syarat-syarat Dalam Perjanjian KerjaDalam pasal 54 Undang-undang No. 13 Tahun 2003, tertulis bahwa dalam suatu Perjanjia Kerja yang dibuat secara tertulis harus memuat :1. Nama, alamat perusahaan, jenis perusahaan2. Nama, jenis kelamin, umur dan alamat pekerja buruh3. Jabatan atau jenis pekerjaan4. Tempat pekerjaan5. Besarnya upah dan cara Pembayarannya6. Syarat-syarat kerja yang memuat hak dan kewajiban pengusaha dan pekerja/buruh7. Tempat dan tanggal perjanjian dibuat, dan tanda tangan para pihak dalam perjanjian kerjaDengan melihat syarat-syarat suatu perjanjian kerja diatas, perjanjian kerja PT. BFI Finance Indonesia, Tbk. dapat dikatakan telah memenuhi syarat suatu perjanjian kerja menurut UU No. 13 Tahun 2003, karena dalam perjanjian kerja tersebut syarat dari poin pertama sampai akhir ada dan terpenuhi.

2.5 Jenis Perjanjian KerjaDalam suatu perjanjian kerja terdapat jenis-jenis perjanjia kerja, ada dua jenis perjanjian kerja diantaranya :1. Menurut BentuknyaDalam perjanjian kerja menurut bentuknya ini ada dua macam yakni perjanjian kerja secara tertulis dan tidak tertulis, perjanjia kerja tertulis adalah perjanjian yang dibuat dalam bentuk tulisan dan dapat dijadikan sebagai bukti bilamana terjadi perselisihan.Perjanjian kerja tidak tertulis yaitu perjanjian kerja yang dibuat secara lisan dan tetap bisa mengikat pekerja dalam perjanjian kerja tersebut, tapi perjanjian kerja ini mempunyai kelemahan yakni adanya isi dalam perjanjian kerja yang tidak dilaksanakan oleh pengusaha karena tidak tertulis dan hal ini sangat merugikan pekerja.2. Menurut Waktu BerakhirnyaDalam berakhirnya suatu perjanjian kerja terdapat dua macam bentuk berakhirnya suatu perjanjian kerja, diantaranya :a. Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT)PKWT adalah perjanjian kerja antara pekerja dengan pengusaha untuk mengadakan hubungan kerja dala waktu tertentu atau pekerja tertentu, dalam hal ini disebut karyawan kontrak, dengan syarat : Paling lama tiga tahun atau selesainya suatu pekerjaan tersebut. Dibuat secara tertulis 3 rangkap untuk buruh, pengusaha dan Disnaker Dibuat dalam Bahasa Indonesia, apabila terdapat bahasa asing, tetap bahasa Indonesia yang diutamakan. Tidak ada masa percobaan kerja.PKWT juga harus memenuhi ketentuan dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata) buku III tentang perikatan Pasal 1320 tentang sahnya suatu perjanjian karena pada dasarnya PKWT adalah perjanjian. PKWT hanya dapat dibuat untuk pekerjaan tertentu yang menurut jenis, sifat dan kegiatan yang akan selesai dalam jangka waktu tertentu, jadi bukan pekerjaan yang bersifat tetap. Macam pekerjaan yang dapat dilakukan atas dasar PKWT adalah : Pekerjaan yang selesai sekali/sementara Pekerjaan musiman Pekerjaan yang terkait dengan produk baru Pekerjaan lepasb. Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu (PKWTT)PKWTT adalah perjanjian kerja antara pekerja dengan pemgusaha untuk mengadakan hubungan kerja yang bersifat tetap dan disebut karyawan tetap. Suatu PKWTT termasuk juga PKWT dapat berakhir karena seperti : Pekerja meninggal dunia Adanya putusan pengadilan atau putusan/penetapan lembaga penyelesaian perselisihan hubungan industrial yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap. Munculnya keadaan tertentu yang dicantumkan dalam perjanjian kerja yang dapat menyebabkan berakhirnya hubungan kerja.

14