Hukum Benda.doc

17
BAB I PENDAHULUAN 1. Latarbelakang Hukum perdata Indonesia Hukum adalah sekumpulan peraturan yang berisi perintah dan larangan yang dibuat oleh pihak yang berwenang sehingga dapat dipaksakan pemberlakuaanya berfungsi untuk mengatur masyarakat demi terciptanya ketertiban disertai dengan sanksi bagi pelanggarnya. Salah satu bidang hukum yang mengatur hak dan kewajiban yang dimiliki pada subyek hukum dan hubungan antara subyek hukum. Hukum perdata disebut pula hukum privat atau hukum sipil sebagai lawan dari hukum publik. Jika hukum publik mengatur hal-hal yang berkaitan dengan negara serta kepentingan umum (misalnya politik dan pemilu (hukum tata negara), kegiatan pemerintahan sehari-hari (hukum administrasi atau tata usaha negara), kejahatan (hukum pidana), maka hukum perdata mengatur hubungan antara penduduk atau warga negara sehari-hari, seperti misalnya kedewasaan seseorang, perkawinan, perceraian, kematian, pewarisan, harta benda, kegiatan usaha dan tindakan-tindakan yang bersifat perdata lainnya. Ada beberapa sistem hukum yang berlaku di dunia dan perbedaan sistem hukum tersebut juga mempengaruhi bidang hukum perdata, antara lain sistem hukum Anglo-Saxon (yaitu sistem hukum yang berlaku di Kerajaan Inggris Raya dan negara-negara persemakmuran atau negara-negara yang terpengaruh oleh Inggris, misalnya

Transcript of Hukum Benda.doc

Page 1: Hukum Benda.doc

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latarbelakang

Hukum perdata Indonesia Hukum adalah sekumpulan peraturan yang berisi perintah dan

larangan yang dibuat oleh pihak yang berwenang sehingga dapat dipaksakan pemberlakuaanya

berfungsi untuk mengatur masyarakat demi terciptanya ketertiban disertai dengan sanksi bagi

pelanggarnya. Salah satu bidang hukum yang mengatur hak dan kewajiban yang dimiliki pada

subyek hukum dan hubungan antara subyek hukum. Hukum perdata disebut pula hukum privat

atau hukum sipil sebagai lawan dari hukum publik. Jika hukum publik mengatur hal-hal yang

berkaitan dengan negara serta kepentingan umum (misalnya politik dan pemilu (hukum tata

negara), kegiatan pemerintahan sehari-hari (hukum administrasi atau tata usaha negara),

kejahatan (hukum pidana), maka hukum perdata mengatur hubungan antara penduduk atau

warga negara sehari-hari, seperti misalnya kedewasaan seseorang, perkawinan, perceraian,

kematian, pewarisan, harta benda, kegiatan usaha dan tindakan-tindakan yang bersifat perdata

lainnya.

Ada beberapa sistem hukum yang berlaku di dunia dan perbedaan sistem hukum tersebut juga

mempengaruhi bidang hukum perdata, antara lain sistem hukum Anglo-Saxon (yaitu sistem

hukum yang berlaku di Kerajaan Inggris Raya dan negara-negara persemakmuran atau negara-

negara yang terpengaruh oleh Inggris, misalnya Amerika Serikat), sistem hukum Eropa

kontinental, sistem hukum komunis, sistem hukum Islam dan sistem-sistem hukum lainnya.

Hukum perdata di Indonesia didasarkan pada hukum perdata di Belanda, khususnya hukum

perdata Belanda pada masa penjajahan.

Bahkan Kitab Undang-undang Hukum Perdata (dikenal KUHPer.) yang berlaku di Indonesia

tidak lain adalah terjemahan yang kurang tepat dari Burgerlijk Wetboek (atau dikenal dengan

BW)yang berlaku di kerajaan Belanda dan diberlakukan di Indonesia (dan wilayah jajahan

Belanda) berdasarkan azas konkordansi. Untuk Indonesia yang saat itu masih bernama Hindia

Belanda, BW diberlakukan mulai 1859. Hukum perdata Belanda sendiri disadur dari hukum

Page 2: Hukum Benda.doc

perdata yang berlaku di Perancis dengan beberapa penyesuaian. Kitab undang-undang hukum

perdata (disingkat KUHPer) terdiri dari empat bagian, yaitu:

Buku I tentang Orang; mengatur tentang hukum perseorangan dan hukum keluarga, yaitu

hukum yang mengatur status serta hak dan kewajiban yang dimiliki oleh subyek hukum. Antara

lain ketentuan mengenai timbulnya hak keperdataan seseorang, kelahiran, kedewasaan,

perkawinan, keluarga, perceraian dan hilangnya hak keperdataan. Khusus untuk bagian

perkawinan, sebagian ketentuan-ketentuannya telah dinyatakan tidak berlaku dengan di

undangkannya UU nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan.

Buku II tentang Kebendaan; mengatur tentang hukum benda, yaitu hukum yang mengatur hak

dan kewajiban yang dimiliki subyek hukum yang berkaitan dengan benda, antara lain hak-hak

kebendaan, waris dan penjaminan. Yang dimaksud dengan benda meliputi (i) benda berwujud

yang tidak bergerak (misalnya tanah, bangunan dan kapal dengan berat tertentu); (ii) benda

berwujud yang bergerak, yaitu benda berwujud lainnya selain yang dianggap sebagai benda

berwujud tidak bergerak; dan (iii) benda tidak berwujud (misalnya hak tagih atau piutang).

Khusus untuk bagian tanah, sebagian ketentuan-ketentuannya telah dinyatakan tidak berlaku

dengan di undangkannya UU nomor 5 tahun 1960 tentang agraria. Begitu pula bagian mengenai

penjaminan dengan hipotik, telah dinyatakan tidak berlaku dengan di undangkannya UU tentang

hak tanggungan.

Buku III tentang Perikatan; mengatur tentang hukum perikatan (atau kadang disebut juga

perjanjian (walaupun istilah ini sesunguhnya mempunyai makna yang berbeda), yaitu hukum

yang mengatur tentang hak dan kewajiban antara subyek hukum di bidang perikatan, antara lain

tentang jenis-jenis perikatan (yang terdiri dari perikatan yang timbul dari (ditetapkan) undang-

undang dan perikatan yang timbul dari adanya perjanjian), syarat-syarat dan tata cara pembuatan

suatu perjanjian. Khusus untuk bidang perdagangan, Kitab undang-undang hukum dagang

(KUHD) juga dipakai sebagai acuan. Isi KUHD berkaitan erat dengan KUHPer, khususnya Buku

III. Bisa dikatakan KUHD adalah bagian khusus dari KUHPer.

Page 3: Hukum Benda.doc

Buku IV tentang Daluarsa dan Pembuktian; mengatur hak dan kewajiban subyek hukum

(khususnya batas atau tenggat waktu) dalam mempergunakan hak-haknya dalam hukum perdata

dan hal-hal yang berkaitan dengan pembuktian.

2. Rumusan Masalah

Dari pembahasan diatas, penulis ingin menyampaikan beberapa inti permasalahan, antara lain :

a). Apakah pengertian Hukum Benda ?

b). Apa yang Menjadi Dasar Hukum Benda ?

c). Mengapa Hukum Benda Perlu Dijelaskan pada KUHPerdata ?

BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Hukum Benda

Yang dimaksud dengan Benda dalam konteks hukum perdata adalah segala sesuatu yang dapat

diberikan / diletakkan suatu Hak diatasnya, utamanya yang berupa hak milik. Dengan demikian,

yang dapat memiliki sesuatu hak tersebut adalah Subyek Hukum, sedangkan sesuatu yang

dibebani hak itu adalah Obyek Hukum. Benda yang dalam hukum perdata diatur dalam Buku II

BWI, tidak sama dengan bidang disiplin ilmu fisika, di mana dikatakan bahwa bulan itu adalah

benda (angkasa), sedangkan dalam pengertian hukum perdata bulan itu bukan (belum) dapat

dikatakan sebagai benda, karena tidak / belum ada yang (dapat) memilikinya . Pengaturan

tentang hukum benda dalam Buku II BWI ini mempergunakan system tertutup, artinya orang

tidak diperbolehkan mengadakan hak hak kebendaan selain dari yang telah diatur dalam undang

undang ini. Selain itu, hukum benda bersifat memaksa (dwingend recht), artinya harus dipatuhi,

tidak boleh disimpangi, termasuk membuat peraturan baru yang menyimpang dari yang telah

ditetapkan.

Lebih lanjut dalam hukum perdata, yang namanya benda itu bukanlah segala sesuatu yang

berwujud atau dapat diraba oleh pancaindera saja, melainkan termasuk juga pengertian benda

yang tidak berwujud, seperti misalnya kekayaan seseorang. Istilah benda yang dipakai untuk

Page 4: Hukum Benda.doc

pengertian kekayaan, termasuk didalamnya tagihan/piutang, atau hak hak lainnya, misalnya

bunga atas deposito . Meskipun pengertian zaak dalam BWI tidak hanya meliputi benda

berwujud saja, namun sebagian besar dari materi Buku II tentang Benda mengatur tentang benda

yang berwujud. Pengertian benda sebagai yang tak berwujud itu tidak dikenal dalam Hukum

Adat kita, karena cara berfikir orang Indonesia cenderung pada kenyataan belaka, berbeda

dengan cara berfikir orang Barat yang cenderung mengkedepankan apa yang ada di alam

pikirannya. Selain itu, istilah zaak didalam BWI tidak selalu berarti benda, tetapi bisa berarti

yang lain, seperti : “perbuatan hukum “ (Ps.1792 BW), atau “kepentingan” (Ps.1354 BW), dan

juga berarti “kenyataan hukum” (Ps.1263 BW).

2. Dasar Hukum

Pada masa kini, selain diatur di Buku II BWI, hukum benda juga diatur dalam:

a) Undang Undang Pokok Agraria No.5 Tahun 1960, dimana diatur hak hak kebendaan yang

berkaitan dengan bumi, air dan kekayaan yang terkandung didalamnya.

b) Undang Undang Merek No.21 Tahun 1961, yang mengatur tentang hak atas penggunaan

merek perusahaan dan merek perniagaan.

c) Undang Undang Hak Cipta No.6 Tahun 1982, yang mengatur tentang hak cipta sebagai benda

tak berwujud, yang dapat dijadikan obyek hak milik.

d) Undang Undang tentang Hak Tanggungan tahun 1996, yang mengatur tentang hakatas tanah

dan bangunan diatasnya sebagai pengganti hipotik dan crediet verband .

3. Asas-Asas Hukum Benda

a. Hukum Memaksa

Aturan yang berlaku menurut undang – undang wajib dipatuhi atau tidak boleh

disimpangi oleh para pihak.

b. Dapat dipindahkan

Semua hak kebendaan dapat dipindahkan. Menurut perdata barat, tidak semua dapat

dipindahkan (seperti hak pakai dan hak mendiami) tetapi setelah berlakunya UUHT,

semua hak kebendaan dapat dipindahtangankan.

Page 5: Hukum Benda.doc

c. Individualitas

Hak kebendaan selalu benda yang dapat ditentukan secara individu, artinya berwujud dan

merupakan satu kesatuan bukan benda yang ditentukan menurut jenis jumlahnya,

misalnya memiliki rumah, hewan,dll.

d. Totalitas

Dalam asas totalitas ini mencakup suatu asas perlekatan. Seseorang memiliki sebuah

rumah, maka otomatis dia adalah pemilik jendela, pintu, kunci, gerbang, dan benda –

benda lainnya yang menjadi pelengkap dari benda pokoknya (tanah).

e. Tak Dapat Dipisahkan

Seorang pemilik tidak dapat memindahtangankan sebagian dari wewenang yang ada

padanya atas suatu hak kebendaan seperti memindahkan sebagian penguasaan atas

sebuah rumah kepada orang lain. Penguasaan atas rumah harus utuh, karena itu

pemindahannya juga harus utuh. Tetapi, Eigendom dapat dibebani dengan hak lain

seperti hak tanggungan atau hak memungut hasil. Jika hak – hak tersebut dilepaskan, hal

ini tidak berarti pemilik melepaskan sebagian wewenangnya, karena hak miliknya masih

utuh.

f. Prioritas

Asas ini timbul sebagai akibat dari asas nemoplus yaitu asa yang menyatakan bahwa

seseorang hanya dapat memberikan hak yang tidak melebihi apa yang dimilikinya atau

seseorang tidak dapat memindahkan haknya kepada orang lain lebih besar pada hak yang

ada pada dirinya.

g. Asas Percampuran

Percampuran terjadi bila dua atau lebih hak melebur menjadi satu.

h. Pengaturan dan Perlakuan yang Berbeda Terhadap Benda Bergerak dan Tidak Bergerak.

Pengaturan dan perlakuan dapat disimpulkan dari cara membedakan antara benda

bergerak dengan benda tidak bergerak serta manfaat atau pentingnya pembedaan antara

kedua jenis benda tersebut.

i. Asas Publisitas

Asas ini berkaitan dengan pengumuman status kepemilikan suatu benda tidak bergerak

kepada masyarakat. Sedangkan untuk benda tidak bergerak tidak perlu didaftarkan,

artinya cukup melalui penguasaan dan penyerahan nyata.

Page 6: Hukum Benda.doc

j. Perjanjian Kebendaan

Perjanjian kebendaan, perjanjian yang mengakibatkan berpindahnya hak kebendaan.

Perjanjian disini bersifat obligatoir, artinya dengan selesainya perjanjian, tujuan

pokoknya belum selesai karena baru menimbulkan hak dan kewajiban antara para pihak

artinya hak belum beralih sebab masih harus dilakukan penyerahan bendanya terlebih

dahulu.

4. Macam-macam Benda

Doktrin membedakan berbagai macam benda menjadi

a. Benda berwujud dan benda tidak berwujud

arti penting pembedaan ini adalah pada saat pemindah tanganan benda dimaksud, yaitu :

Kalau benda berwujud itu benda bergerak, pemindah tanganannya harus becara nyata dari

tangan ke tangan.

Kalau benda berwujud itu benda tidak bergerak, pemindah tanganannyaharus dilakukan

dengan balik nama.

Contohnya, jual beli rokok dan jual beli rumah.

Penyerahan benda tidak berwujud dalam bentuk berbagai piutang dilakukan dengan :

• Piutang atas nama (op naam) dengan cara Cessie.

• Piutang atas tunjuk (an toonder) dengan cara penyerahan surat dokumen yang

bersangkutan dari tangan ke tangan.

• Piutang atas pengganti (aan order) dengan cara endosemen serta penyerahandokumen

yang bersangkutan dari tangan ke tangan ( Ps. 163 BWI).

b. Benda Bergerak dan Benda Tidak Bergerak

Benda bergerak adalah benda yang menurut sifatnya dapat dipindahkan (Ps.509 BWI).

Benda bergerak karena ketentuan undang undang adalah hak hak yang melekat pada

benda bergerak (Ps.511 BWI), misalnya hak memungut hasil atas benda bergerak, hak

memakai atas benda bergerak, saham saham perusahaan.

Benda tidak bergerak adalah benda yang menurut sifatnya tidak dapat

dipindahpindahkan, seperti tanah dan segala bangunan yang berdiri melekat diatasnya.

Benda tidak bergerak karena tujuannya adalah benda yang dilekatkan pada benda tidak

Page 7: Hukum Benda.doc

bergerak sebagai benda pokoknya, untuk tujuan tertentu, seperti mesin mesin yang

dipasang pada pabrik.Tujuannya adalah untuk dipakai secara tetap dan tidak untuk

dipindah-pindah (Ps.507 BWI).

Benda tidak bergerak karena undang undang adalah hak hak yang melekat pada benda

tidak bergerak tersebut, seperti hipotik, crediet verband, hak pakai atas benda tidak

bergaerak, hak memungut hasil atas benda tidak bergerak (Ps.508 BWI).

Arti penting pembedaan benda sebagai bergerak dan tidak bergerak terletak pada :

penguasaannya (bezit), dimana terhadap benda bergerak maka orang yang menguasai

benda tersebut dianggap sebagai pemiliknya (Ps.1977 BWI); azas ini tidak berlaku bagi

benda tidak bergerak.

penyerahannya (levering), yaitu terhadap benda bergerak harus dilakukan secara nyata,

sedangkan pada benda tidak bergerak dilakukan dengan balik nama ;

kadaluwarsa (verjaaring), yaitu pada benda bergerak tidak dikenal daluwarsa,

sedangkan pada benda tidak bergerak terdapat kadaluwarsa :

dalam hal ada alas hak, daluwarsanya 20 tahun;

dalam hal tidak ada alas hak, daluwarsanya 30 tahun

pembebanannya (bezwaring), dimana untuk benda bergerak dengan gadai, sedangkan

untuk benda tidak bergerak dengan hipotik.

dalam hal pensitaan (beslag), dimana revindicatoir beslah (penyitaan untuk menuntut

kembali barangnya),hanya dapat dilakukan terhadap barang barang bergerak . Penyitaan

untuk melaksanakan putusan pengadilan (executoir beslah) harus dilakukan terlebih

dahulu terhadapbarang barang bergerak, dan apabila masih belum mencukupi untuk

pelunasan hutang tergugat, baru dilakukan executoir terhadap barang tidak bergerak.

c. Benda dipakai habis dan benda tidak dipakai habis

Pembedaan ini penting artinya dalam hal pembatalan perjanjian. Pada perjanjian yang

obyeknya adalah benda yang dipakai habis, pembatalannya sulit untuk mengembalikan

seperti keadaan benda itu semula, oleh karena itu

harus diganti dengan benda lain yang sama / sejenis serta senilai, misalnya beras, kayu

bakar, minyak tanah dlsb. Pada perjanjian yang obyeknya adalah benda yang tidak

Page 8: Hukum Benda.doc

dipakai habis tidaklah terlalu sulit bila perjanjian dibatalkan, karena bendanya masih

tetap ada,dan dapat diserahkan kembali, seperti pembatalan jual beli televisi, kendaraan

bermotor, perhiasan dlsb .

d. Benda sudah ada dan benda akan ada

Arti penting pembedaan ini terletak pada pembebanan sebagai jaminan hutang, atau pada

pelaksanaan perjanjian. Benda sudah ada dapat dijadikan jaminan hutang dan

pelaksanaan perjanjiannya dengan cara menyerahkan benda tersebut. Benda akan ada

tidak dapat dijadikan jaminan hutang, bahkan perjanjian yang obyeknya benda akan ada

bisa terancam batal bila pemenuhannya itu tidak mungkin dapat dilaksanakan (Ps.1320

btr 3 BWI) .

e. Benda dalam perdagangan dan benda luar perdagangan

Arti penting dari pembedaan ini terletak pada pemindah tanganan benda tersebut karena

jual beli atau karena warisan. Benda dalam perdagangan dapat diperjual belikan dengan

bebas, atau diwariskan kepada ahli waris,sedangkan benda luar perdagangan tidak dapat

diperjual belikan atau diwariskan, umpamanya tanah wakaf, narkotika, benda benda yang

melanggar ketertiban dan kesusilaan.

f. Benda dapat dibagi dan benda tidak dapat dibagi

Letak pembedaannya menjadi penting dalam hal pemenuhan prestasi suatu perjanjian, di

mana terhadap benda yang dapat dibagi, prestasi pemenuhan perjanjian dapat dilakukan

tidak sekaligus, dapat bertahap, misalnya perjanjian memberikan satu ton gandum dapat

dilakukan dalambeberapa kali pengiriman, yang penting jumlah keseluruhannya harus

satu ton. Lain halnya dengan benda yang tidak dapat dibagi, maka pemenuhan prestasi

tidak dapat dilakukan sebagian demi sebagian, melainkan harus secara seutuhnya,

misalnya perjanjian sewa menyewa mobil, tidak bisa sekarang diserahkan rodanya, besok

baru joknya dlsb.

g. Benda terdaftar dan benda tidak terdaftar

Arti penting pembeaannya terletak pada pembuktian kepemilikannya. Benda terdaftar

dibuktikan dengan bukti pendaftarannya, umumnya berupa sertifikat/dokumen atas nama

si pemilik, seperti tanah, kendaraan bermotor, perusahaan, hak cipta, telpon, televisi dlsb.

Pemerintah lebih mudah melakukan kontrol atas benda terdaftar, baik dari segi tertib

administrasi kepemilikan maupun dari pembayaran pajaknya. Benda tidak terdaftar sulit

Page 9: Hukum Benda.doc

untuk mengetahui dengan pasti siapa pemilik yang sah atas benda itu, karena berlaku azas

‘siapa yang menguasai benda itu dianggap sebagai pemiliknya’. Contohnya, perhiasan,

alat alat rumah tangga, hewan piaraan, pakaian dlsb.

5. Hak Kebendaan

5.1. Sifat / Karakter Hak kebendaan.

Perbedaan antara hak kebendaan yang diatur dalam Buku II BWI dengan hak

perorangan yang diatur dalam Buku III BWI adalah sebagai berikut :

a) Hak kebendaan bersifat mutlak (absolut), karena berlaku terhadap siapa saja, dan orang

lain harus menghormati hak tersebut, sedangkan hak perorangan berlaku secara nisbi

(relatief), karena hanya melibatkan orang / pihak tertentu saja, yakni yang ada dalam

suatu perjanjian saja.

b) Hak kebendaan berlangsung lama, bisa jadi selama seseorang masih hidup, atau

bahkan bisa berlanjut setelah diwariskan kepada ahli warisnya, sedangkan hokum

perorangan berlangsung relatif lebih singkat, yakni sebatas pelaksanaan perjanjian telah

selesai dilakukan.

c) Hak kebendaan terbatas pada apa yang telah ditetapkan dalam peraturan perundangan

yang berlaku, tidak boleh mengarang / menciptakan sendiri hak yang lainnya, sedangkan

dalam hak perorangan, lingkungannya amat luas, apa saja dapat dijadikan obyek

perjanjian, sepanjang tidak bertentangan dengan undang-undang, kesusilaan dan

ketertiban umum. Oleh karena itu sering dikatakan hokum kebendaan itu bersifat

tertutup, sedangkan hukum perorangan bersifat terbuka.

Ciri ciri Hak Kebendaan adalah :

mutlak / absolute

mengikuti benda dimana hak itu melekat, misalnya hak sewa tetap mengikuti benda itu

berada, siapapun yang memiliki hak diatasnya.

hak yang ada terlebih dahulu (yang lebih tua), kedudukannya lebih tinggi; misalnya

sebuah rumah dibebani hipotik 1 dan hipotik 2, maka penyelesaian hutang atas hipotik 1

harus didahulukan dari hutang atas hipotik 2.

memiliki sifat diutamakan, misalnya suatu rumah harus dijual untuk melunasi hutang,

Page 10: Hukum Benda.doc

maka hasil penjualannya lebih diutamakan untuk melunasi hipotik atas rumah itu.dapat

dilakukan gugatan terhadap siapapun yang mengganggu hak yang bersangkutan.

pemindahan hak kebendaan dapat dilakukan kepada siapapun.

5.2. Penggolongan Hak Kebendaan

Hak atas Kebendaan dibagi dalam 2 (dua) macam, yaitu :

• Hak Kebendaaan yang memberi kenikmatan.

• Hak Kebendaan Yang bersifat Memberi Jaminan

5.3. Perolehan Hak Kebendaan

Ada beberapa cara untuk memperoleh hak kebendaan, seperti :

a. Melaui Pengakuan

b. Melalui Penemuan

c. Melalui Penyerahan

d. Dengan Daluwarsa

e. Melalui Pewarisan

f. Dengan Penciptaan

g. Dengan cara ikutan / turunan

5.4. Hapusnya Hak Kebendaan

Hak kebendaan dapat hapus / lenyap karena hal hal :

a. Bendanya Lenyap / musnah

b. Karena dipindah-tangankan

c. Karena Pelepasan Hak

d. Karena Kadaluwarsa

e. Karena Pencabutan Hak

BAB III

KESIMPULAN

1. Kesimpulan

Page 11: Hukum Benda.doc

Pengertian benda dalam hukum berbeda dengan pengertian umum secara fisika, karena

dalam pengertian hukum, benda adalah sesuatu yang dapat diberikan hak diatasnya.

Terdapat beberapa batasan tentang benda dipandang dari sifat/karakternya, seperti

benda berwujud /tidak berwujud, benda habis / tidak habis dibagi, benda bergerak / tidak

bergerak, benda habis/tidak habis terpakai, benda yang sudah /akan ada dlsb.

Hak Kebendaan bersifat mutlak, berlangsung lama, bersifat tertutup,yang lebih tua

kedudukannya lebih tinggi / didahulukan, mengikuti benda dimana hak itu melekat

Hak atas Kebendaan dibagi dalam 2 (dua) macam, yaitu hak kebendaaan yang member

kenikmatan (misalnya Bezit ; Hak Milik /eigendom; Hak Memungut Hasil; Hak Pakai)

dan hak kebendaan yang bersifat memberi jaminan (misalnya Gadai, Hipotik,) .

DAFTAR PUSTAKA

Abdulkadir Muhammad, SH, Prof. 2000, “Hukum Perdata Indonesia” , Bandung,

PT.Citra Aditya Bakti.

F.X. Suhardana ,SH , 2001, “Hukum Perdata I, Buku Panduan Mahasiswa”, Jakarta,

P.T.Prenhallindo.

R. Subekti, SH, Prof. , 2001, “Pokok-Pokok Hukum Perdata” , Jakarta, P.T. Internusa

R. Subekti, SH, Prof. , 2000, “Perbandingan Hukum Perdata” , Jakarta, Pradnya

Paramita.

Ridwan Syahrani, SH, 2000, “Seluk Beluk Hukum dan Azas-Azas Hukum

Perdata” , Bandung, Penerbit Alumni .