Hujan Asam Kota Medan

26
I. PENDAHULUAN Hujan merupakan proses alamiah yang bermanfaat untuk membersihkan polutan di atmosfer. Termasuk diantara polutan itu adalah senyawa nitrit oksida dan sulfur oksida itu. Ketika hujan turun, butiran hujan akan menyapu beberapa partikel besar dalam lintasannya dengan sebuah proses yang secara ilmiah dinamakan coalescene. Emisi NO x adalah pelepasan gas NO x ke udara. Di udara, setengah dari konsentrasi NO x berasal dari kegiatan manusia (misalnya pembakaran bahan bakar fosil untuk pembangkit listrik dan transportasi), dan sisanya berasal dari proses alami (misalnya kegiatan mikroorganisme yang mengurai zat organik). Di udara, sebagian NO x tersebut berubah menjadi asam nitrat (HNO 3 ) yang dapat menyebabkan terjadinya hujan asam. Hujan pada dasarnya memiliki tingkat keasaman berkisar pH 5, apabila hujan terkontaminasi dengan karbon dioksida dan gas klorine yang bereaksi serta bercampur di atmosphere sehingga tingkat keasaman lebih rendah dari pH 5, disebut dengan hujam asam. Emisi SO 2 adalah pelepasan gas SO 2 ke udara yang berasal dari pembakaran bahan bakar fosil dan peleburan logam. Seperti kadar NO x di udara, setengah dari konsentrasi SO 2 juga berasal dari kegiatan manusia. Gas SO 2 yang teremisi ke udara dapat membentuk asam sulfat (H 2 SO 4 ) yang menyebabkan terjadinya hujan asam. i

description

ini buat yang sedang mencari makalah tentang hujan asam di kota medan

Transcript of Hujan Asam Kota Medan

Page 1: Hujan Asam Kota Medan

I. PENDAHULUAN

Hujan merupakan proses alamiah yang bermanfaat untuk

membersihkan polutan di atmosfer. Termasuk diantara polutan itu adalah

senyawa nitrit oksida dan sulfur oksida itu. Ketika hujan turun, butiran

hujan akan menyapu beberapa partikel besar dalam lintasannya dengan

sebuah proses yang secara ilmiah dinamakan coalescene.

Emisi NOx adalah pelepasan gas NOx ke udara. Di udara, setengah

dari konsentrasi NOx berasal dari kegiatan manusia (misalnya pembakaran

bahan bakar fosil untuk pembangkit listrik dan transportasi), dan sisanya

berasal dari proses alami (misalnya kegiatan mikroorganisme yang

mengurai zat organik). Di udara, sebagian NOx tersebut berubah menjadi

asam nitrat (HNO3) yang dapat menyebabkan terjadinya hujan asam.

Hujan pada dasarnya memiliki tingkat keasaman berkisar pH 5, apabila

hujan terkontaminasi dengan karbon dioksida dan gas klorine yang

bereaksi serta bercampur di atmosphere sehingga tingkat keasaman lebih

rendah dari pH 5, disebut dengan hujam asam.

Emisi SO2 adalah pelepasan gas SO2 ke udara yang berasal dari

pembakaran bahan bakar fosil dan peleburan logam. Seperti kadar NOx di

udara, setengah dari konsentrasi SO2 juga berasal dari kegiatan manusia.

Gas SO2 yang teremisi ke udara dapat membentuk asam sulfat (H2SO4)

yang menyebabkan terjadinya hujan asam.

Secara alami hujan asam dapat terjadi akibat semburan dari gunung

berapi dan dari proses biologis di tanah, rawa, dan laut. Akan tetapi,

mayoritas hujan asam disebabkan oleh aktivitas manusia seperti industri,

pembangkit tenaga listrik, kendaraan bermotor dan pabrik pengolahan

pertanian (terutama amonia). Gas-gas yang dihasilkan oleh proses ini

dapat terbawa angin hingga ratusan kilometer di atmosfer sebelum

berubah menjadi asam dan terdeposit ke tanah.

Hujan asam karena proses industri telah menjadi masalah yang

penting di Republik Rakyat Tiongkok, Eropa Barat, Rusia dan daerah-

daerah di arahan anginnya. Hujan asam dari pembangkit tenaga listrik di

Amerika Serikat bagian Barat telah merusak hutan-hutan di New York dan

i

Page 2: Hujan Asam Kota Medan

New England. Pembangkit tenaga listrik ini umumnya menggunakan batu

bara sebagai bahan bakarnya.

Gambar 1.Sumber Pencemaran udara

II. PERUMUSAN MASALAH

Permasalahan penelitian ini adalah bagaimana atau upaya apa yang

perlu dilakukan agar pengetahuan mengenai hujan asam ini, dapat

menjadi informasi yang mudah dipahami masyarakat dengan

menunjukkan data-data yang akurat serta mudah dipahami oleh bahasa

umum.

Walaupun hujan asam ditemukan di tahun 1852, baru pada tahun

1970-an para ilmuwan mulai mengadakan banyak melakukan penelitian

mengenai fenomena ini. Kesadaran masyarakat akan hujan asam di

Amerika Serikat meningkat di tahun 1990-an setelah di New York Times

memuat laporan dari Hubbard Brook Experimental Forest di New

Hampshire tentang banyaknya kerusakan lingkungan yang diakibatkan

oleh hujan asam.

Data yang didapatkan sebenarnya telah menunjukkan hasil yang

signifikan terhadap hujan asam. Namun bentuk data-data yang rumit

dengan menggunakan bahasa yang ilmiah, masih menjadi kendala yang

cukup besar untuk dipahami oleh masyarakat umum.

i

Page 3: Hujan Asam Kota Medan

III. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk menunjukkan data-data

yang akurat mengenai hujan asam dalam jangka waktu tertentu yang

dapat digunakan sebagai dasar untuk melakukan penelitian lebih lanjut

yang dapat dikaitkan dengan penyelesaian permasalahan lingkungan,

pertanian, arsitektur dan lain sebagainya.

IV. TEORI

Hujan asam didefinisikan sebagai segala macam hujan dengan pH

dibawah 5,6. Hujan secara alami bersifat asam (pH sedikit dibawah 6)

karena karbon dioksida (CO2) di udara yang larut dengan air hujan

memiliki bentuk sebagai asam lemah. Jenis asam dalam hujan ini sangat

bermanfaat karena membantu melarutkan mineral dalam tanah yang

dibutuhkan oleh tumbuhan dan binatang

Hujan asam adalah salah satu indikator untuk melihat kondisi

pencemaran udara. Ia adalah presipitasi basah dari polutan di udara yang

larut dalam awan. Dengan polutan SO2, SO3, NO2, dan HNO3, butir-butir

air hujan akan membentuk asam sulfat dan asam nitrat yang menjadikan

pH air hujan kurang dari 5,60. Lebih dari 90% emisi sulfur dan nitrogen

berasal dari aktivitas manusia.

Jika kita bicara mengenai hujan asam, misalnya, di atmosfir,

komposisi yang bersifat asam adalah sulfur oksida dan nitrogen. Asam-

asam format dan asetat merupakan komponen organik asam utama yang

mengubah tingkat keasaman air hujan. Sementara komponen alkali di

atmosfir dapat berupa mineral yang terurai menjadi Ca2+, K+ dan gas

amoniak yang reaktif.

Keasaman presipitasi ini sering digunakan sebagai besaran untuk

menentukan hujan asam (pH<5,6) atau tidak. Namun sebenarnya besaran

ini tidak sepenuhnya mewakili keseluruhan tingkat keasaman yang terjadi,

karena deposisi gas-gas dan aerosol yang bersifat asam tidak tercermin

dalam nilai ph tersebut(4thCAAPWorkshopProceedings,1998). Pada era

tahun 1940-60an kerusakan lingkungan yang signifikan akibat hujan asam

i

Page 4: Hujan Asam Kota Medan

terjadi di Amerika utara dan Eropa. Fenomena ini sepenuhnya akibat

terbentuknya asam dari sulfat dan nitrat yang bersumber pada aktifitas

manusia. Saat ini emisi sulfat antropogenik mulai menurun di kawasan

tersebut, demikian halnya dengan nitrat. Namun, di belahan dunia lainnya,

semisal Cina, Afrika Selatan, Amerika tengah dan selatan, emisi gas-gas

SO2, NOx and NH3 terus meningkat (sumber: Galloway, J., Water. Air,

and Soil Pollution, Vol. 85, Issues 1-4, 1995).

A. PROSES TERJADINYA HUJAN ASAM

.

Gambar 2. Proses terbentuknya hujan asam

Proses terjadinya hujan asam sebenarnya mudah dipahami

karena memang tidak tergolong yang rumit. Dengan adanya unsur

polutan atau emisi polutan di atmosfer sebagai prasyarat, selanjutnya

hanya diperlukan proses tranformasi kimiawi sebelum turun sebagai

presipitasi asam. Secara sedehana, reaksi pembentukan hujan asam

sebagai berikut:

i

Page 5: Hujan Asam Kota Medan

Transformasi SOx dan NOx terjadi melalui dua tahapan, yakni

tahap reaksi gas homogen dan reaksi gas heterogen. Kedua reaksi

tersebut tergantung pada derajad uap air jenuh dalam udara. Reaksi

fase homogen meliputi reaksi oksidasi SOx dan NOx oleh ion radikal

bebas. Dalam fase cair, reaksi SO2 dengan OH radikal (dari unsur air,

H2O) akan membentuk aerosol H2SO4. H2SO3- yang dibentuk secara

langsung sebagai produk perantara yang kemudian melalui reaksi

selanjutnya dengan OH radikal akan menghasilkan H2SO4. Sementara

untuk polutan nitrik, dalam fase cair, pembentukan asam nitrat dari NO2

dapat terjadi secara langsung membentuk asam nitrat. Pembentukan

asam nitrit pada fase gas (HNO2) akan disusul dengan pembentukan

asam nitrat pada fase cair (HNO3).

B. DAMPAK HUJAN ASAM TERHADAP :

1. Tanaman dan hutan

Hujan asam akan memberikan dampak negatif terhadap tanaman.

Ia akan merusak akar tanaman melalui pelepasan ion alumunium,

timah, raksa, dan kalsium dari tanah. Tercucinya unsur-unsur Mg2+,

Ca2+, Na2+, dan K+ dalam tanah juga akan menyengsarakan tanaman,

dan ini akan sangat merugikan jika terjadi pada suatu arel pertanian.

Hujan asam juga dapat menghalangi perkecambahan dan reproduksi

tanaman dan secara langsung akan meracuni tunas yang halus berikut

akarnya.

Tanaman dipengaruhi oleh hujan asam dalam berbagai macam

cara. Lapisan lilin pada daun rusak sehingga nutrisi menghilang

sehingga tanaman tidak tahan terhadap keadaan dingin, jamur dan

serangga. Pertumbuhan akar menjadi lambat sehingga lebih sedikit

i

Page 6: Hujan Asam Kota Medan

nutrisi yang bisa diambil, dan mineral-mineral penting menjadi hilang.

Endapan asam mempengaruhi tanah, air, berbagai makhluk hidup, dan

juga tanam-tanaman. Misalnya, batu bara dengan kadar belerang

tinggi dari Black Triangle, dekat perbatasan Jerman, Ceko dan

Polandia, merupakan sumber besar untuk pembangkit-pembangkit

tenaga listrik dan pabrik-pabrik. Proses-proses industri mengakibatkan

emisi Sulfur Dioksida yang besar, dan menyebabkan matinya banyak

hutan. Gejala serupa telah diamati di Chongqing, Cina. Di masa

lampau hutan-hutan mati di Ashio, Jepang, karena konsentrasi Sulfur

Dioksida yang tinggi dipancarkan dari pengolahan tembaga. Bahkan

sekarang, kita mengalami kerusakan serupa di berbagai tempat di

dunia.

2. Ikan dan Sistem akuatik

Pada sistem akuatik, efeknya dalam menetralisir basa dari aliran

sungai atau danau juga akan merugikan segi produksi dan

pertumbuhan populasi ikan berikut makanan alamiahnya. Asam juga

akan menghancurkan insang dan mengganggu kontraksi otot ikan.

Setelah air sungai-sugai dan danau-danau menjadi ber-asam di

negara-negara Skandinavia, berbagai jenis ikan termasuk ikan Salmon

Atlantik dan ikan trout coklat (brown trout), lenyap. Pada musim-musim

dingin yang sangat dingin, yang biasa terjadi di negara-negara

Skandinavia dan Amerika Utara, salju dengan berkadar asam, jatuh di

musim dingin, dan dengan cepat mencair pada musim semi,

mengakibatkan air pada sungai-sungai dan danau-danau menjadi ber-

asam. Karena ikan Salmon mempunyai toleransi yang lemah terhadap

keasaman, ikan Salmon tidak dapat bertahan hidup pada musim-

musim mencairnya salju.

Terdapat hubungan yang erat antara rendahnya pH dengan

berkurangnya populasi ikan di danau-danau. pH di bawah 4,5 tidak

memungkinkan bagi ikan untuk hidup, sementara pH 6 atau lebih tinggi

i

Page 7: Hujan Asam Kota Medan

akan membantu pertumbuhan populasi ikan. Asam di dalam air akan

menghambat produksi enzim dari larva ikan trout untuk keluar dari

telurnya. Asam juga mengikat logam beracun seperi alumunium di

danau. Alumunium akan menyebabkan beberapa ikan mengeluarkan

lendir berlebihan di sekitar insangnya sehingga ikan sulit bernafas.

Pertumbuhan Phytoplankton yang menjadi sumber makanan ikan juga

dihambat oleh tingginya kadar pH.

3. Gedung dan Bangunan

Hujan asam juga akan merusak bangunan. Kandungan sulfatnya

bersifat korosif terhadap logam, sehingga akan sangat berbahaya bagi

struktur benda yang tak terlindungi. Asam juga akan merusak baja

pada beton bertulang sehingga akan melemahkan gedung, jalan, dan

jembatan. Cat dan karet juga akan memburuk karena oksidasi yang

ditimbulkannya. Apakah anda pernah melihat apa yang tampak seperti

lapisan es berbentuk kerucut pada dinding-dinding dan talang-talang

dari gedung-gedung tua dan jalan-jalan raya ?

Tetesan-tetesan air hujan kotor masuk ke dalam dinding-dinding

melalui retakan-retakan, melarutkan kalsium dalam bahan-bahan

beton, lalu meleleh keluar dari dinding-dinding. Zat-zat tersebut

bersenyawa dengan Karbon Dioksida di udara dan membentuk

Kalsium Karbonat, yang tumbuh seperti lapisan kerucut es. Bila kita

mengamati "lapisan kerucut es" ini, kita dapat menemukan tetesan-

tetesan kotor di puncak "lapisan kerucut es" tersebut.

Air hujan yang mengandung asam melarutkan bukan hanya

bahan-bahan beton tetapi juga lantai-lantai dan ukiran-ukiran pualam,

bahkan atap-atap dan ukiran-ukiran tembaga. Bila endapan asam terus

berlangsung, kita akan mengalami kerusakan yang lebih besar.

4. Manusia

Sementara bagi manusia, sedikit logam (timah atau tembaga)

pada air minum dapat menyebabkan diare. Hujan asam juga dapat

menimbulkan penyakit gatal-gatal serta menyebabkan atau

i

Page 8: Hujan Asam Kota Medan

memperburuk penyakit pernafasan (seperti kanker paru-paru,

bronkhitis, dan emphisema) dan berperan dalam kematian dini. Hujan

asam memang dapat menyuburkan lahan yang kekurangan belerang

dan nitrogen, namun dampak buruknya tetap saja lebih dominan.

Hujan asam bisa membawa pengaruh langsung atau tidak

langsung terhadap kehidupan manusia. Akibat langsung dari hujan

asam bisa berpengaruh kepada kesehatan orang-orang yang

meminum air sumur atau sungai di kawasan hujan asam. Juga matinya

biota penghuni sungai dan layunya daun tanaman. Yang pada akhirnya

juga akan berpengaruh pada kehidupan umat manusia. Akibat tak

langsung dari hujan asam akan lebih berbahaya lagi. Hujan asam

dengan pH (derajat keasaman) yang rendah akan masuk ke dalam

tanah. Air dengan pH kurang dari 6,5 sampai 7 akan menaikkan kadar

aluminium. Sekaligus meningkatkan kelarutan sejumlah logam. Seperti

kadmium, seng, timah dan merkuri. Air yang kaya logam ini mengalir

sebagai air tanah dan muncul kembali di tempat yang lebih rendah.

Aluminium yang larut di dalamnya akan meningkatkan fosfat di dalam

air, sehingga mengakibatkan perairan tersebut miskin zat hara. Biota

yang menghuninya merana, miskin akibat mata rantai makanan

terputus. Tidak terkecuali biota yang lebih "tinggi" akan turut menderita.

Dan pada akhirnya manusia juga yang menanggung akibatnya.

Hingga saat ini hujan asam belum merupakan wabah, tetapi

gejalanya telah tampak. Di beberapa Kota besar seperti di Jakarta

yang padat lalu lintasnya, terukur pH air hujan kurang dari 5,5, dan

juga Medan.

C. PEMANTAUAN HUJAN ASAM DI KOTA MEDAN

Pencemaran udara khususnya di kota-kota besar meningkat tajam

seiring dengan laju industrialisasi. Ber ton-ton bahan bakar fosil

(minyak dan batubara) dibakar setiap hari untuk dijadikan energi bagi

kegiatan transportasi, industri, dll. Hasil pembakaran tersebut antara

i

Page 9: Hujan Asam Kota Medan

lain gas sulfur dioxida (SO2) dan nitrogen oksida (NOx) yang dilepas ke

udara dan merupakan bahan pencemar (pollutan) yang sangat

berbahaya. Sulfur dioksida dan Nitrogen Dioksida akan larut dalam

uap air di udara dan terbentuklah asam sulfat dan asam nitrat yang

akan jatuh kembali ke permukaan tanah, yang lebih dikenal dengan

endapan asam. Endapan asam dapat terbentuk melalui dua proses

yaitu endapan basah melalui air hujan yang lebih dikenal dengan hujan

asam dan endapan kering bila senyawa asam jatuh ke tanah bersama

partikel-partikel debu. Endapan asam merupakan salah satu isu

lingkungan yang bersifat global karena tidak mengenal batas

wilayah/negara.

Menurut Sumiratno dan Budi Arianto ( 2001 ), kalau kita hitung

lebih lanjut maka endapan sulphat, nitrat dan khlorida melalui air hujan

di Medan dapat dilihat pada tabel 2.

Table 1. Total Endapan sulfat dan nitrat (ton/km2)

Total Endapan sulfat dan nitrat

(ton/km2)

Tahun SO4 NO3 Cl

1996 2.95 1.73 2.15

1997 4.87 4.57 1.55

1998 1.1 1.32 0.76

1999 4.75 1.5 4.23

2000 4.33 2.47 1.64

Selama tahun 1996 s/d 2000 setiap kilometer persegi lahan di

Medan menerima 3.65 ton sulphat dari air hujan setiap tahun. Ada

kecenderungan total endapan sulphat meningkat, dan pada tahun 2000

setiap kilometer persegi lahan rata-rata menerima 4.04 ton sulphat.

Untuk ion nitrat dan chlorida dari tahun 1996 s/d 2000 setiap kilometer

persegi lahan menerima rata-rata 2.32 dan 2.07 ton pertahun.

i

Page 10: Hujan Asam Kota Medan

V. METODOLOGI PENELITIAN

Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) telah mengadakan

pemantauan polusi udara termasuk kualitas air hujan sejak awal tahun

delapan puluhan, berlokasi di Stasiun Klimatologi Sampali-Medan.

Penelitian ini dilakukan dari tahun 1996 – 2003, dengan menggunakan alat

Automatic Rain Water Sampler (AR-WS). Alat tersebut mempunyai 2

penampung yaitu penampung wed dan dry container. Sampling dilakukan

mingguan dan dari sample yang diperoleh dianalisa di laboratorium BMG

hingga diperoleh dua belas parameter masing-masing: pH, daya hantar

listrik, konsentrasi kalsium, kalium, amonium, magnesium, natrium, khlorida,

nitrat, sulfat dan keasaman. Dari 12 parameter tersebut nilai pH adalah

parameter yang paling mudah untuk mengentahui apakah air hujan bersifat

asam atau tidak. Dalam kondisi normal artinya hujan belum tercemar nilai

pH berkisar 5.6 sehingga organisasi meteorologi dunia (WMO) menetapkan

bahwa air hujan dikatakan bersifat asam bila nilai pH lebih kecil dari 5.6.

Makin kecil nilai pH berarti makin bersifat asam atau dengan kata lain makin

tercemar.

VI. PEMBAHASAN

Menurut Sumiratno dan Budi Arianto ( 2001 ), nilai pH adalah

parameter yang paling mudah untuk mengentahui apakah air hujan bersifat

asam atau tidak. Dari hasil pengamatan nilai pH di Sampali, diketahui

bahwa nilai pH mengalami fluktuasi. Terdapat kecenderungan penurunan

nilai pH selama kurun waktu 1996 hingga tahun 2000 dengan nilai pH

sebesar 4,1. Hal ini diperkirakan disebabkan kerena ada beberapa titik api

yang terdapat di daerah sekitar Sumatera Utara. Hal ini diperkuat dengan

adanya kebakaran hutan yang terjadi di sekitar Danau Toba, tepatnya di

Parapat (Kompas, 31 Juli 2000). Ancaman kebakaran hutan di daerah ini

memang sangat mungkin terjadi lagi. Sebab, suhu udara di Sumut sejak Mei

hingga Juli masih tetap berkisar antara 35-36 derajat celcius. Sementara itu

turunnya hujan tidak normal karena arah angin dari Pulau Jawa ke

Sumatera berbelah ke arah barat daya. Oleh karena itu, asap dari

i

Page 11: Hujan Asam Kota Medan

kebakaran hutan itu bisa sampai ke Medan dan negara  tetangga seperti

Malaysia. Setelah tahun 2001, nilai pH mengalami kenaikan hingga 5,4

pada tahun 2003 (lihat grafik.1)

3.0

3.5

4.0

4.5

5.0

5.5

pH

th. 1996 th. 1997 th. 1998 th. 1999 th. 2000 th. 2001 th. 2002 th. 2003

TAHUN

pH CURAH HUJAN SAMPALI (1996-2003)

Grafik 1. pH Curah Hujan di Sampali tahun 1996 – 2003

Tabel 1. Nilai pH per triwulan

Pengamatan secara triwulan selama tahun 1996 – 2003

menunjukkan adanya kecenderungan nilai pH yang semakin menurun. Hal

ini membuktikan bahwa hujan asam semakin sering terjadi selama kurun

waktu tersebut. (lihat grafik.2)

 TRIWULAN 1 2 3 4th. 1996 4.6 5.4 5.5 5.4th. 1997 5.7 5.3 4.9 4.6th. 1998 NN 6.2 4.3 4.4th. 1999 5.0 4.9 4.6 4.4th. 2000 3.9 4.2 4.6 3.4th. 2001 4.4 5.0 4.9 4.8th. 2002 4.0 4.9 5.4 5.6th. 2003 5.8 5.0 5.3 NN

i

Page 12: Hujan Asam Kota Medan

pH per tri wulan

3.0

3.5

4.0

4.5

5.0

5.5

6.0

6.5

1 2 3 4triwulan

pH

th. 1996 th. 1997 th. 1998 th. 1999 th. 2000 th. 2001

th. 2002 th. 2003

Grafik 2. Nilai pH per triwulan

Hasil analisis lima tahun terakhir mulai tahun 1996 menunjukkan

bahwa nilai pH air hujan di Medan cenderung menurun (gambar 3).

Gambar 3. Nilai ph air hujan di Medan

Pada tahun 1996 nilai pH masih cukup bagus yaitu rata-rata diatas 5,

tetapi pada tahun berikutnya nilai rata-rata dibawah 5 (lihat tabel 1) .

Bahkan tahun 2000 nilai rata-rata pH hanya sedikit diatas 4.0. Kalau kita

lihat lebih jauh lagi nilai pH untuk masing-masing sample banyak

i

Page 13: Hujan Asam Kota Medan

diantaranya dibawah 3.0, suatu kondisi yang sangat mengkawatirkan.

Kekecualian terjadi pada bulan-bulan awal tahun 1998 dimana nilai pH

diatas 6, hal ini disebabkan pada awal tahun tersebut kondisi cuaca masih

sangat kering sebagai akibat musim kemarau panjang tahun 1997,

sehingga di atmosfer tertumpuk partikel-partikel debu yang banyak

mengandung unsur-unsur logam kalsium , kalium dan magnesium. Pada

saat terjadi hujan unsur-unsur tadi terlarut sehingga air hujan lebih bersifat

basa sebagai akibatnya nilai pH tinggi.

Table 2. Rata-rata nilai pH, konsentrasi ion sulfat

Nitrat dan Chlorida dalam air hujan Di Medan

Tahun Total

Hujan

PH SO4

(mg/l)

NO3

(mg/l)

Cl

(mg/l)

1996 1858 5.4 1.2 1.6 1.2

1997 1367 4.9 2.78 3.8 1.0

1998 1887 5.0 0.6 0.7 0.4

1999 2195 4.7 2.7 1.00 2.8

2000 1702 4.0 2.6 1.6 1.1

2001 1674 4.8 1.0 1.0 0,5

2002 2612 5.0 1,6 1,3 1,6

2003 1434 5.4 1,7 1,0 0,5

Kalau kita tinjau lebih jauh tentang unsur-unsur pencemar berbahaya

yang terkandung dalam air hujan yaitu konsentrasi ion sulfat (SO4), ion

nitrat (NO3) dan ion Khlorida (Cl), konsentrasinya juga cenderung meningkat

(lihat tabel 1). Peningkatan yang tajam terjadi pada unsur sulfat , yaitu dari

rata-rata 1.17 mg/l pada tahun 1996 menjadi lebih dari 2 kali lipat pada

tahun 1999 dan 2000. Sulfat adalah salah satu unsur yang dihasilkan oleh

pembakaran bahan bakar fosil. Sementara itu peningkatan unsur nitrat dan

khlorida sangat fluktuatif. Kekecualian juga terjadi pada tahun 1997

dimana konsentarasi sulfat dan nitrat sangat tinggi. Hal ini disebabkan

karena terjadinya kebakaran hutan yang hebat diberbagai wilayah

Indonesia khususnya Kalimantan dan Sumatera. Akibat terbakarnya hutan

tersebut, unsur-unsur sulphur dan nitrogen terlepas ke udara bersama

i

Page 14: Hujan Asam Kota Medan

asap, pada saat terjadi hujan unsur-unsur tersebut terlarut dan jatuh kembali

ke dalam bumi.

VII. METODE PENCEGAHAN

Ada beberapa metode pencegahan untuk mengurangi terjadinya

hujan asam. Di Amerika Serikat , banyak pembangkit tenaga listrik tenaga

batu bara menggunakan Flue gas desulfurization (FGD) untuk

menghilangkan gas yang mengandung belerang dari cerobong mereka.

Sebagai contoh FGD adalah wet scrubber yang umum digunakan di

Amerika Serikat dan negara-negara lainnya. Wet scrubber pada dasarnya

adalah tower yang dilengkapi dengan kipas yang mengambil gas asap dari

cerobong ke tower tersebut. Kapur atau batu kapur dalam bentuk bubur

juga diinjeksikan ke ke dalam tower sehingga bercampur dengan gas

cerobong serta bereaksi dengan sulfur dioksida yang ada, Kalsium

karbonat dalam batu kapur menghasilkan kalsium sulfat ber pH netral

yang secara fisik dapat dikeluarkan dari scrubber.

Oleh karena itu, scrubber mengubah polusi menjadi sulfat industri. Di

beberapa area, sulfat tersebut dijual ke pabrik kimia sebagai gipsum bila

kadar kalsium sulfatnya tinggi. Di tempat lain, sulfat tersebut ditempatkan

di land-fill. Menurut Smith (1985), pohon dapat membantu dalam

mengatasi dampak negatif hujan asam melalui proses fisiologis tanaman

yang disebut proses gutasi. Proses gutasi akan memberikan beberapa

unsur diantaranya ialah : Ca, Na, Mg, K dan bahan organik seperti

glumatin dan gula (Smith, 1981).

(Smith, 1981). Menurut Henderson et al., (1977) bahan an-organik

yang diturunkan ke lantai hutan dari tajuk melalui proses troughfall dengan

urutan K,Ca, Mg, Na baik untuk tajuk dari tegakan daun lebar maupun dari

daun jarum.Hujan yang mengandung H2SO4 atau HNO3 apabila tiba di

permukaan daun akan mengalami reaksi. Pada saat permukaan daun

mulai dibasahi, maka asam seperti H2SO4 akan bereaksi dengan Ca yang

terdapat pada daun membentuk garam CaSO4 yang bersifat netral.

i

Page 15: Hujan Asam Kota Medan

Dengan demikian pH air dari pada pH air hujan asam itu sendiri.

Dengan demikian adanya proses intersepsi dan gutasi oleh permukaan

daun akan sangat membantu dalam menaikkan pH, sehingga air hujan

menjadi tidak begitu berbahaya lagi bagi lingkungan. Hasil penelitian dari

Hoffman et al. (1980) menunjukkan bahwa pH air hujan yang telah

melewati tajuk pohon lebih tinggi, jika dibandingkan dengan pH air hujan

yang tidak melewati tajuk pohon.

VIII. KESIMPULAN DAN SARAN

Dari hasil pengamatan tersebut dapat disimpulkan bahwa :

1. Penurunan nilai pH dibawah 5,6 dapat menyebabkan terjadinya

hujan asam

2. Niilai rata-rata pH (bersifat asam) terendah selama tahun 1996 –

2003 di Sampali terjadi pada tahun 2000 yaitu sebesar 4,1.

3. Pengamatan selama kurun waktu tahun 1996 – 2003 menunjukkan

adanya kecenderungan pH yang semakin menurun, sehingga potensi

untuk terjadinya hujan asam semakin besar.

Dari penelitian tersebut, maka disarankan :

1. Untuk melakukan pemasangan alat Automatic Rain Water Sampler

(AR-WS) di tempat lain yang dapat dijadikan perbandingan terutama

di tengah kota Medan, di pegunungan serta di daerah pesisir pantai.

Hal ini ditujukan untuk menambah keakuratan data.

2. Selain itu perlu dilakukan berbagai upaya pencegahan untuk

mengurangi terjadinya hujan asam. Baik secara konsep maupun

secara aplikasi.

i

Page 16: Hujan Asam Kota Medan

DAFTAR PUSTAKA

ASDAK C ( 2002 ) Salah urus dan bangkrutnya Lingkungan .HU Pikiran

Rakyat.Bandung

Dasriel Rasmala, penulis lepas masalah perkotaan

Media Indonesia, Rubrik "OPINI"

Rabu, 22 Juni 2005

source / author : http://www.media-indonesia.com/cetak/berita

Galloway, J., Water. Air, and Soil Pollution, Vol. 85, Issues 1-4, 1995).

Majalah Angkasa (2002) N0.2 .Awas Hujan Asam. November 2002 Tahun XIII

Jakarta.

Newman P. 1990, Cities Transport and Greenhouse, dalam Proceeding

Transport and The Environmental Moving People and Product in The 21st

Century. Australian Academy of Technological Sciences and Engineering.

Soedomo M., 2001, Kumpulan Karya Ilmiah Mengenai Pencemaran Udara,

Penerbit ITB, Bandung.

Sumiratno dan Budi Arianto ( 2001 ) .KEASAMAN AIR HUJAN DI MEDAN

SUDAH MENGKHAWATIRKAN. BMG, Klimatologi Sampali-Medan.

http://www.kompas.com/kompas-cetak/0007/31/daerah/keba25.htm

i

Page 17: Hujan Asam Kota Medan

DAFTAR ISI

Daftar Isi ............................................................................................i

I. Pendahuluan ................................................................................1

II. Perumusan masalah .....................................................................2

iIII. Tujuan Penelitian ........................................................................ 3IV.

Teori .........................................................................................3A. Proses terjadinya hujan asam ..................................................4B. Dampak terjadinya hujan asam

terhadap ................................... 51. Tanaman dan hutan ...........................................................

52. Ikan dan Sistem aquatik ......................................................

63. Gedung dan bangunan .......................................................

74. Manusia ............................................................................ 7

C. Pemantauan hujan asam di kota Medan ...................................8

V. Metodologi Penelitian .................................................................10

VI. Pembahasan .............................................................................10

VII. Metode pencegahan ..................................................................14

VIII. Kesimpulan dan Saran ............................................................... 15

i

Page 18: Hujan Asam Kota Medan

MAKALAH :

MEWASPADAI HUJAN ASAM DI KOTA MEDAN*)

Oleh :Wahyudin, AhMg **)

Indah Retno Wulan, SP **)

*) Makalah ini disampaikan pada Lomba Karya Tulis IlmiahDalam Rangka Hari Meteorologi Dunia yang ke-58, Tanggal 23 Maret 2008 di BBMG Wilayah 1 Medan.

**) Penulis adalah staf data dan informasi Stasiun Klimatologi Kelas I Sampali Medan

i

Page 19: Hujan Asam Kota Medan

BADAN METEOROLOGI DAN GEOFISIKASTASIUN KLIMATOLOGI KELAS I

SAMPALI MEDAN- 2008 -

i