huiuff
description
Transcript of huiuff
HAMBATAN KOMUNIKASI ANTARA
DOKTER DAN PASIEN
NAMA : FABIAN ARASSI SUDIANTONO
NIM : H1A013021
Jumlah Kata : 1.010 Kata
PENDAHULUAN
Banyaknya kasus malpraktik seringkali di kaitkan dengan komunikasi dokter dan pasien
yang kurang efektif. Kesalahan bisa datang dari Pasien maupun Dokter. Pasien tidak jujur pada
Dokter atas apa yang dideritanya karena malu untuk mengutarakan keluhan yang sebenarnya.
Ataupun bisa dari Dokter yang kurang berkompetensi dan tidak memiliki surat izin praktek dan
juga bisa dari dokter yang tak memperhatikan dengan seksama apa keluhan dari pasien sehingga
terjadi kasus malpraktek.
Pada dasarnya, setiap orang memerlukan komunikasi sebagai salah satu alat bantu
dalam kelancaran bekerja sama dengan orang lain dalam bidang apapun. Komunikasi berbicara
tentang cara menyampaikan dan menerima pikiran, informasi, perasaan, dan bahkan emosi
seseorang, sampai pada titik tercapainya pengertian yang sama antara penyampai pesan dan
penerima pesan. Luiser(1993) mendefinisikan komunikasi sebagai proses pengiriman pesan dari
pengirim ke penerima dengan pengertian bersama dan seimbang. Secara umum, definisi
komunikasi adalah sebuah proses penyampaian pikiran-pikiran atau informasi dari seseorang
kepada orang lain melalui suatu cara tertentu sehingga orang lain tersebut mengerti betul apa
yang dimaksud oleh penyampai pikiran-pikiran atau informasi. (Komaruddin, 1994;
Schermerhorn, Hunt & Osborn, 1994; Koontz & Weihrich, 1988)
Dalam praktiknya, seorang Dokter harus memiliki kemampuan komunikasi yang baik
dengan pasien. Di samping ilmu pengetahuannya, Dokter juga harus bisa mengaplikasikan
kemampuan komunikasinya. Aplikasi komunikasi dalam interaksi antara dokter dan pasien di
tempat praktik diartikan tercapainya pengertian dan kesepakatan yang dibangun dokter bersama
pasien pada setiap langkah penyelesaian masalah pasien. Untuk sampai pada tahap tersebut,
diperlukan berbagai pemahaman seperti pemanfaatan jenis komunikasi, menjadi pendengar yang
baik dan mengenal mengekspresikan perasaan dan emosi.
ISI
Sebuah study mengidentifikasi masalah hubungan antara dokter dan pasien 71% menjadi
faktor penting (Beckman et al,1994). Pada setiap Individu baik Dokter atau pasien terdapat
banyak hambatan saat mereka berkomunikasi. Salah satunya Kompetensi komunikasi medis
yang rendah. Analisis yang dilakukan dari kurikulum pendidikan menunjukkan masalah tentang
komunikasi medis profesional. Hasil menunjukkan keadaan umum kompetensi komunikasi di
semua aspek relatif rendah. Itu jelas menunjukkan sebuah model pendidikan yang tidak
memadai, dan kurangnya pelatihan pasca sarjana di bidang komunikasi medis profesional
(dokter). Perasaan malu dan takut dari pasien mengutarakan keluhan yang diraskan oleh pasien
pada dokter. Hal lainnya yaitu terdapat kecacatan pada anggota bagian tubuh sehingga
menghalangi proses komunikasi dokter-pasien.
Dalam sebuah studi lain (David and Rhee,1998) hambatan komunikasi juga bisa
disebabkan oleh bahasa. Hambatan bahasa dilaporkan berdampak negatif terhadap kepuasan
pasien. Terkait dengan studi tersebut pasien yang mengalami hambatan bahasa merasa bahwa
dokter tidak mengerti apa yang pasien rasakan. ditemukan bahwa frekuensi tuntutan hukum
dalam kasus kegagalan komunikasi dalam kasus yang berbeda: kegagalan untuk berkomunikasi
dengan baik dengan operator lain menyumbang 0,71 setelan per 1000 orang per tahun dan
komunikasi tidak memadai dengan pasien atau keluarga pasien terdiri 0,40 setelan per 1000
orang per tahun.
Keluhan yang paling umum adalah pengiriman disfungsional informasi. Informasi yang
di dapat tidak dapat dipahami. Dalam sebuah penelitian, dari total 8.931 keluhan yang terdaftar
antara 2001 dan 2008. 635 atau 19% yang terlibat dokter. 51% dari yang terakhir, yang terkait
dengan hubungan dokter dan pasien. Dari jumlah tersebut, 146 kasus atau 45% lebih
diklasifikasikan sebagai pengiriman disfungsional Informasi, 74 kasus atau 23% dengan tidak
memahami perspektif pasien, 54 kasus atau 17% dengan mendiskreditkan pasien atau pandangan
keluarga dan 49 kasus atau 15% sebagai kurangnya komunikasi. Persentase keluhan terkait
komunikasi dengan dokter yang tinggi, meskipun lebih rendah daripada yang disebutkan dalam
penelitian lain. (Macchiavello, 2011)
Banyaknya factor penghambat komunikasi dapat menyebabkan kasus Malpraktik yang
dilakukan oleh seorang dokter. Makpraktik yang berarti praktik kedokteran yang salah atau tidak
sesuai dengan standar profesi atau standar prosedur operasional. Dalam sebuah penelitian
(Massachusetts Medical Society, 2006) diambil sample acak. Klaim malpraktik dari 5 asuransi
yang berkewajiban untuk menentukan apakah cedera medis telah terjadi dan, jika demikian,
apakah itu karena kesalahan medis. Hasil dari menganalisis prevalensi, karakteristik, hasil
litigasi. Sebagian besar yang melibatkan cedera karena kesalahan dilakukan (653 dari 889 atau
73%).
Malpraktik disebabkan oleh Kesalahan Dokter saat mendiagnosa. Sangat sedikit strategi
untuk untuk menekan hal ini. Sebuah tinjauan sistematis terbaru mengevaluasi efek strategi
keselamatan pasien yang berfokus pada kesalahan diagnosa dan menemukan bahwa hanya
sedikit strategi memiliki efek dalam hal pengurangan kesalahan diagnostik atau pengurangan
membahayakan pasien (McDonald and Matesic, 2013). Beberapa contoh kasus malpraktik yang
terjadi karna Keluarga tidak mengetahui hal tersebut karna dokter mengambil keputusan secara
sepihak tanpa meminta persetujuan pasien atau keluarga pasien (Alfian, 2013).
Malpraktik juga bisa datang dari Dokter yang tidak berkompetensi dalam berkomunikasi
dan tidak memiliki Surat izin praktek. Untuk mendapatkannya Dokter harus Lulus Ujian
Kompetensi Dasar Indonesia (UKDI) yang diadakan setiap 4 tahun sekali untuk mendapatkan
surat sertifikat telah lulus UKDI atau kompetensi. Setelah itu Dokter baru bisa mendapatkan
Surat Registrasi yang diperbaharui setiap 5 tahun sekali yang di berikan oleh Pemerintah sebagai
salah satu syarat untuk bekerja di rumah sakit setelah itu Dokter baru bisa mendapatkan Surat
Izin praktek.. setelah itulah dokter baru bisa menjalankan prakteknya. Dokter diharapkan mampu
mengaplikasikan ilmunya maupun keterampilan dari profesinya termasuk berkomunikasi secara
efektif. Dengan begitu dokter akan mendapat Ilmu dan Keterampilan termasuk berkomunikasi.
Dengan banyaknya faktor faktor yang dapat menyebabkan kasus malpraktik Dokter harus
bisa memahami keluhan yang disampaikan oleh pasien. Salah satu alternatifnya yaitu dengan
komunikasi efektif. Komunikasi efektif harus dikuasai oleh semua dokter. Komunikasi efektif
tak memerlukan waktu lama (Kurtz, 1998). Tujuan dari komunikasi efektif antara dokter dan
pasiennya adalah untuk mengarahkan anamnesis lebih akurat untuk dokter, lebih memberikan
dukungan pada pasien, dengan demikian lebih efektif dan efisien bagi keduanya (Kurtz, 1998).
Anamnesis yang berarti Proses penggalian riwayat penyakit pasien oleh dokter. Anamnesis
merupakan bagian dari komunikasi dokter-pasien (KKI, 2006). Keberhasilan komunikasi antara
dokter-pasien akan melahirkan kenyamanan dan kepuasan bagi kedua belah pihak, menciptakan
empati yang dapat dikembangkan apabila dokter memiliki ketrampilan mendengar dan berbicara
yang keduanya dapat dipelajari dan dilatih.
KESIMPULAN
Dalam praktiknya, seorang Dokter harus memiliki kemampuan komunikasi yang baik
dengan pasien. Dalam melakukan praktiknya dokter harus mempunyai surat izin praktik. Pada
proses anamnesis atau proses penggalian riwayat penyakit, dokter harus bisa menggunakan
berbagai macam cara agar mendapatkan riwayat penyakit pasien dengan lebih akurat dan lebih
dalam. Salah satu alternatifnya dengan Komunikasi Efektif. Dengan begitu maka Pasien dan
Dokter mendapat kepuasan tersendiri. Selain itu pasien juga harus berperan aktif dalam
komunikasi dokter-pasien karna hal ini dapat merugikan pasien jika tidak dilakukan. Dokter bisa
salah mendiagnosa yang nantinya akan terjadinya kasus Malpraktik. Malpraktik berasal dari
dokter yang tidak kompeten dan tidak memiliki surat izin praktik atau sengaja tidak
mendengarkan keluhan pasien dengan seksama. Malpraktik juga dapat berasal dari pasien yang
dapat berperan aktif dalam komunikasi dokter-pasien.
REFERENSI
Boediardja, S.A., 2009. Komunikasi dengan Empati , Informasi dan Edukasi : Citra Profesionalisme Kedokteran *. , (April).
David, R. a & Rhee, M., 1998. The impact of language as a barrier to effective health care in an underserved urban Hispanic community. The Mount Sinai journal of medicine, New York, 65(5-6), pp.393–7. Available at: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/9844369.
Kedokteran ., 2006. KOMUNIKASI EFEKTIF DOKTER-PASIEN.
McDonald K, Matesic B, Contopoulos-Ioannidis D, et al. Patient safety strategies targeted at diagnostic errors- a systematic review. Ann Intern Med 2013;158:381–90
Moore, P., Vargas, A., & Macchiavello, S. (2011). Un estudio de reclamos hospitalarios: el rol de la relación médico-paciente, 880–885.
Satisfaction, I., 2006. Communication skills and doctor patient relationship. Medical Bulletin, 11(3), pp.11–13. Available at: http://www.fmshk.org/database/articles/607.pdf [Accessed October 2, 2013].
Soebandi., 2013. TANGGUNG GUGAT DOKTER ATAS KESALAHAN DIAGNOSIS PADA PELAYANAN MEDIS DI RUMAH SAKIT
Studdert, D.M. et al., 2006. Claims, errors, and compensation payments in medical malpractice litigation. The New England journal of medicine, 354(19), pp.2024–33. Available at: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/16687715.
Włoszczak-Szubzda, A., & Jarosz, M. J. (2013). Selected aspects of a professional doctor-patient communication--education and practice. Annals of agricultural and environmental medicine : AAEM, 20(2), 373–9. Retrieved from http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/23772594
Zwaan, L., Schiff, G.D. & Singh, H., 2013. Advancing the research agenda for diagnostic error reduction. BMJ Quality & Safety, 22(Suppl 2), pp.ii52–ii57. Available at: http://qualitysafety.bmj.com/lookup/doi/10.1136/bmjqs-2012-001624 [Accessed September 22, 2013].