Hubungan+Antara+Kecerdasan+Emosional+dengan+Kinerja+Guru
description
Transcript of Hubungan+Antara+Kecerdasan+Emosional+dengan+Kinerja+Guru
HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN KINERJA GURU SDIT NUR FATAHILLAH
PONDOK BENDA BUARAN SERPONG
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Syarat-syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Islam Pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Oleh
NANANG KOSIM 102018224100
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1428 H / 2007 M
id19059734 pdfMachine by Broadgun Software - a great PDF writer! - a great PDF creator! - http://www.pdfmachine.com http://www.broadgun.com
HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN KINERJA GURU SDIT NUR FATAHILLAH
PONDOK BENDA BUARAN SERPONG
SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Syarat-syarat Mencapai Gelar
Sarjana Pendidikan Islam Pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Oleh
Nanang Kosim NIM. 102018224100
Di bawah bimbingan:
Pembimbing
Dra. Fadhilah Suralaga, M.Si 150 215 283
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1428 H / 2007 H
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi yang berjudul �Hubungan Antara Kecerdasan Emosional dengan Kinerja
Guru SDIT Nur Fatahillah Pondok Benda Buaran Serpong� telah diujikan dalam
sidang Munaqasyah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta Pada Tanggal 14 Maret 2007. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam Program Strata Satu (S-1)
pada Jurusan Kependidikan Islam Program Studi Manajemen Pendidikan Islam.
Jakarta, 14 Maret 2007
Sidang Munaqasyah
Dekan/ Pudek I/ Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota Prof. Dr. Dede Rosyada, MA Prof. Dr. H. Aziz Fahrurrozi, MA NIP: 150 231 356 NIP: 150 202 343
Anggota Penguji I Penguji II Drs. H. Mu�arif Syam, M.Pd Abdul Rahman Shaleh, M.Si NIP: 150 268 585 NIP: 150 293 224
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan anugerah dan
kasih sayangnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan
salam dicurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat serta seluruh
penerus perjuangannya.
Alhamdulillah, dengan selesainya penelitian dan penulisan skripsi ini, penulis
mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan beserta staf.
2. Bapak Syauqi Nawawi M.Pd, Ketua Jurusan Kependidikan Islam Program
Studi Manajemen Pendidikan Islam. Bapak Mu�arif Syam M.Pd, Sekretaris
Jurusan Kependidikan Islam Program Studi Manajemen Pendidikan Islam.
3. Ibu Fadhilah Suralaga, M.Si., yang telah membimbing dan meluangkan
waktu, tenaga dan pikiran disela-sela kesibukannya untuk memberikan
bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Kepala Sekolah, Dewan Guru beserta staf SDIT Nur Fatahillah yang telah
menyediakan waktu dan tempatnya untuk penelitian ini.
5. Yayah Zakiah, S.Pd., yang telah banyak membantu dalam penyelesaian
skripsi ini dengan penuh keikhlasan.
6. Ibunda dan Ayahanda � Umi Umamah dan Maleh Bari� dan segenap keluarga
tercinta yang dengan penuh keikhlasan memberikan do�a dan bantuan baik
moril maupun materiil.
7. Sahabat-sahabatku Alumni FISIP UMJ (Erick, Yasser, Grestina, Dessy,
Hadid, dan Ryan), Alumni IPA Fakultas Tarbiyah angkatan 2001 (Vie, Zah,
Neng, Qiqi,Tuty dan Fah). Semoga kebersamaan kita tetap abadi.
8. Komunitas Manajemen Pendidikan Islam angkatan 2002, terutama Ibnu, Kris,
Asrul dan Ade yang telah banyak memberikan inspirasi dan lebih mewarnai
hidup.
Hanya harapan dan do�a yang dapat disampaikan kepada semua pihak yang
telah bekerjasama dalam membantu penulis guna menyelesaikan skripsi ini agar
mendapatkan balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT. Amin
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih
banyak kekurangan baik dari segi isi, bahasa, maupun penulisannya, maka dari itu
dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan saran dan kritik.
Jakarta, Maret 2007
Penulis
i
KATA PENGANTAR
ϢϴΣήϟ�ϦϤΣήϟ�Ϳ�ϢδΑ
A˶lhamdulillah, puji syukur kehadirat Ilahi Rabbi yang telah melimpahkan
anugerah dan kasih sayang- Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW,
keluarga, sahabat serta seluruh penerus perjuangannya, yang telah membawa umatnya
menuju jalan kebenaran.
Dalam penyusunan skripsi yang berjudul �Hubungan Antara Kecerdasan
Emosional dengan Kinerja Guru SDIT Nur Fatahillah Pondok Benda Buaran
Serpong� tentu tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak. Oleh
karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan beserta staf.
2. Ibu Dra. Yefnelty Z. M. Pd., Ketua Jurusan Kependidikan Islam. Bapak
Mu�arif Syam M.Pd, Sekretaris Jurusan Kependidikan Islam.
3. Bapak Syauqi, M.Pd. Ketua Program Studi Manajemen Pendidikan Islam.
Bapak Drs. Mahsusi, M.M., sebagai dosen penasehat akademik.
id19093265 pdfMachine by Broadgun Software - a great PDF writer! - a great PDF creator! - http://www.pdfmachine.com http://www.broadgun.com
ii
4. Ibu Fadhilah Suralaga, M.Si., yang telah membimbing dan meluangkan
waktu, tenaga dan pikiran disela-sela kesibukannya untuk memberikan
bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Kepala Sekolah, Dewan Guru beserta staf SDIT Nur Fatahillah yang telah
menyediakan waktu dan tempatnya untuk penelitian ini.
6. Ibunda dan Ayahanda � Umi Umamah dan Maleh Bari� dan segenap keluarga
tercinta yang dengan penuh keikhlasan memberikan do�a dan bantuan baik
moril maupun materil.
7. Yayah Zakiah, S.Pd., yang telah banyak membantu dalam penyelesaian
skripsi ini dengan penuh keikhlasan.
8. Sahabat-sahabatku Alumni FISIP UMJ (Erick, Yasser, Grestina, Dessy,
Hadid, dan Ryan), Alumni IPA Fakultas Tarbiyah angkatan 2001 (Vie, Zah,
Neng, Qiqi, Tuty, Didah dan Fah). Semoga kebersamaan kita tetap abadi.
9. Komunitas Manajemen Pendidikan Islam angkatan 2002, terutama Ibnu, Kris,
Asrul dan Ade yang telah banyak memberikan inspirasi dan lebih mewarnai
hidup.
Hanya harapan dan do�a yang dapat disampaikan kepada semua pihak yang
telah bekerjasama dalam membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, semoga
Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda atas segala amal kebaikan.
Amin.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih
banyak kekurangan baik dari segi isi, bahasa, maupun penulisannya, maka dari itu
iii
dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan saran dan kritik. Harapan
penulis semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang membaca.
Jakarta, 23 Februari 2007
Penulis
iv
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL .......................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR...................................................................................... viii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah..................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ........................................................... 6
C. Pembatasan Masalah .......................................................... 7
D. Perumusan Masalah ........................................................... 8
E. Manfaat Penelitian ............................................................. 8
BAB II : DESKRIPSI TEORETIS, KERANGKA PIKIR, DAN
HIPOTESIS
A. Deskripsi Teoretis ........................................................... 9
1. Hakikat Kecerdasan Emosional ................................ 9
a. Pengertian Emosi............................................... 9
b. Pengertian Kecerdasan ...................................... 11
c. Hakikat Kecerdasan Emosional......................... 15
2. Kinerja....................................................................... 23
a. Pengertian Kinerja............................................... 23
b. Pengertian Guru .................................................. 25
c. Pengertian Kinerja Guru ..................................... 26
d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Kinerja Guru........................................................ 28
id19108515 pdfMachine by Broadgun Software - a great PDF writer! - a great PDF creator! - http://www.pdfmachine.com http://www.broadgun.com
v
e. Faktor-faktor yang Dapat Meningkatkan
Kinerja ................................................................ 34
f. Kinerja Guru dalam Proses Belajar Mengajar .... 37
B. Kerangka Pikir ................................................................ 38
C. Perumusan Hipotesis....................................................... 40
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian ............................................................... 41
B. Waktu dan Tempat Penelitian ............................................ 41
C. Metode Penelitian............................................................... 41
D. Populasi dan Sampel .......................................................... 42
E. Teknik Pengumpulan Data................................................. 42
F. Instrumen Penelitian........................................................... 43
G. Teknik Analisis Data.......................................................... 45
BAB IV : HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum............................................................... 50
1. Letak SDIT Nur Fatahillah Serpong........................... 50
2. Visi dan Misi............................................................... 50
3. Tujuan ......................................................................... 50
4. Keadaan Guru dan Karyawan..................................... 51
B. Deskripsi Data.................................................................... 53
1. Deskripsi Data Kecerdasan Emosional (X).................. 53
2. Deskripsi Data Kinerja Guru (Y) ................................. 56
C. Analisis Data ...................................................................... 58
1. Pengujian Prasyarat Analisis Data ............................... 58
a. Uji Normalitas ...................................................... 58
b. Uji Homogenitas................................................... 62
2. Pengujian Hipotesis...................................................... 63
vi
a. Uji Korelasi ............................................................ 63
b.Uji Signifikansi ...................................................... 65
c. Koefesien Determinasi ........................................... 65
D. Interprestasi Data ............................................................... 66
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................ 68
B. Saran-saran......................................................................... 68
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 69
LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................ 74
vii
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Hubungan Antara Kecerdasan Emosi dengan Kinerja Guru..................... 40
2. Kisi-kisi Kecerdasan Emosional .............................................................. 43
3. Kisi- kisi Kinerja Guru............................................................................ 44
4. Nama Guru dan Karyawan SDIT Nur Fatahillah Serpong ..................... 52
5. Deskripsi Data Kecerdasan Emosional (X)............................................. 53
6. Distribusi Frekuensi Skor Kecerdasan Emosional (X) ........................... 54
7. Deskripsi Data Kinerja Guru.................................................................. 56
8. Distribusi Frekuensi Skor Kinerja Guru (Y).......................................... 57
9. Hasil Uji Normalitas Variabel Kecerdasan Emosional (X) .................... 60
10. Hasil Uji Normalitas Variabel Kinerja Guru (Y).................................... 61
11. Hasil Koefesien Korelasi......................................................................... 64
12. Hasil Signifikan....................................................................................... 65
13. Kisi-Kisi Kecerdasan Emosional ............................................................ 74
14. Kisi-kisi Kinerja Guru............................................................................. 75
15. Tabel r Satu Sisi ...................................................................................... 97
16. Varian Data Kecerdasan Emosional........................................................ 101
17. Varian Data Kinerja Guru ....................................................................... 102
viii
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Histogram Deskripsi Data Kecerdasan Emosional (X)........................ 55
2. Histogram Skor Kinerja Guru (Y)........................................................ 58
3. Diagram Pencar Uji Normalitas Kecerdasan Emosional (X)............... 60
4. Diagram Pencar Uji Normalitas Kinerja Guru (Y) .............................. 62
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Menggagas persoalan pendidikan pada dasarnya adalah menggagas
persoalan kebudayaan dan peradaban. Secara spesifik gagasan pendidikan akan
merambah ke wilayah pembentukan peradaban masa depan, suatu upaya
merekonstruksi pengalaman-pengalaman peradaban umat manusia secara
berkelanjutan guna memenuhi tugas kehidupannya, generasi demi generasi.
Sebagai lembaga pendidikan formal, sekolah merupakan tempat
pengembangan ilmu pengetahuan, kecakapan, keterampilan, nilai dan sikap yang
diberikan secara lengkap kepada generasi muda. Hal ini dilakukan untuk
membantu perkembangan potensi dan kemampuan agar bermanfaat bagi
kepentingan hidupnya.
Dalam keseluruhan proses pendidikan khususnya pendidikan di sekolah,
guru memegang peranan yang paling utama. Perilaku guru dalam proses
pendidikan akan memberikan pengaruh dan warna yang kuat bagi pembinaan
perilaku dan kepribadian siswa. Dalam Undang-Undang No. 20/2003 tentang
sistem pendidikan nasional dijelaskan bahwa: �Pendidikan nasional adalah
pendidikan yang berdasarkan pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia 1945, yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan
id19136734 pdfMachine by Broadgun Software - a great PDF writer! - a great PDF creator! - http://www.pdfmachine.com http://www.broadgun.com
2
nasional Indonesia, dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman.�1
Berdasarkan tujuan pendidikan nasional ini sangat jelas peranan guru sangat
esensial dan vital.
Sebagai salah satu komponen dalam proses belajar mengajar (PBM), guru
memiliki posisi yang sangat menentukan keberhasilan pembelajaran dalam
merancang, mengelola, melaksanakan dan mengevaluasi pembelajaran.2 Ia juga
memiliki kedudukan sebagai figur sentral dalam meningkatkan proses belajar
mengajar.3 Di tangan para gurulah terletak kemungkinan berhasil atau tidaknya
pencapaian tujuan belajar mengajar di sekolah, serta di tangan mereka pulalah
bergantungnya masa depan karir peserta didik yang menjadi tumpuan para orang
tua. Maka diharapkan melalui proses ini peserta didik mempunyai sejumlah
kepandaian dan kecakapan tentang sesuatu yang dapat membentuk kematangan
pribadinya.
Namun, apabila kita melihat realitas yang terjadi ternyata kualitas guru
pada saat ini masih banyak dibicarakan orang, atau masih saja dipertanyakan, baik
di kalangan para pakar pendidikan maupun di luar pakar pendidikan. Selama
dasawarsa terakhir ini hampir setiap hari, media massa cetak baik harian maupun
mingguan memuat berita tentang guru. Ironisnya, berita-berita tersebut banyak
yang cenderung melecehkan posisi guru, baik yang sifatnya menyangkut
1 UUSPN, Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003, (Bandung: Citra Umbara, 2003), h. 3
2 Syafruddin Nurdin dan M. Basyiruddin Usman, Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), h. 7
3Tabrani Rusyan, dkk, Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Rosdakarya, 1994), cet. 3, h. 3
3
kepentingan umum sampai kepada hal-hal yang sifatnya sangat pribadi,
sedangkan dari pihak guru sendiri nyaris tidak mampu membela diri.
Masyarakat kadang-kadang mencemoohkan dan menuding guru tidak
berkompeten, tidak berkualitas dan sebagainya, manakala putra-putrinya tidak
bisa menyelesaikan persoalan yang ia hadapi sendiri atau memiliki kemampuan
tidak sesuai dengan harapannya.4
Kalangan bisnis (industri) pun memprotes para guru karena kualitas
lulusan dianggap kurang memuaskan bagi kepentingan perusahaan mereka. Tentu
saja tuduhan dan protes dari berbagai kalangan tersebut dapat menurunkan citra
guru.5
Sikap dan perilaku masyarakat tersebut memang bukan tanpa alasan,
karena memang ada sebagian oknum guru yang menyimpang dari kode etiknya.
Anehnya lagi kesalahan sekecil apa pun yang diperbuat guru mengundang reaksi
yang begitu hebat di masyarakat. Hal ini dapat dimaklumi karena dengan adanya
sikap demikian menunjukkan bahwa memang guru seyogianya menjadi anutan
bagi masyarakat di sekitarnya.
Tenaga guru adalah salah satu tenaga kependidikan yang mempunyai
peran sebagai faktor penentu keberhasilan tujuan suatu organisasi selain tenaga
kependidikan lainnya, karena guru yang langsung bersinggungan dengan peserta
4 Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya), 2006, h. 3. 5 Ibid
4
didik untuk memberikan bimbingan yang muaranya akan menghasilkan tamatan
yang diharapkan. Untuk itu kinerja guru harus selalu ditingkatkan.
Dalam dunia pendidikan kinerja guru atau prestasi kerja (performance)
merupakan hasil yang dicapai guru dalam melaksanakan tugas-tugas yang
didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta penggunaan
waktu di dalam proses belajar mengajar di sekolah. Kinerja guru akan baik jika
guru telah melaksanakan unsur-unsur yang terdiri dari kesetiaan dan komitmen
yang tinggi pada tugas mengajar, menguasai dan mengembangkan bahan
pelajaran, kedisiplinan dalam mengajar dan tugas lainnya, kreativitas dalam
melaksanakan pengajaran, kerjasama dengan semua warga sekolah,
kepemimpinan yang menjadi panutan siswa, kepribadian yang baik, jujur dan
obyektif dalam membimbing siswa, serta tanggung jawab terhadap tugasnya.
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kinerja guru, salah satu
faktornya adalah kecerdasan emosional. Goleman6 mengemukakan bahwa
kecerdasan emosional menentukan posisi seseorang mempelajari keterampilan-
keterampilan praktis yang didasarkan pada lima unsurnya yaitu: kesadaran diri,
motivasi diri, pengendalian diri, empati, dan keterampilan dalam membina
hubungan.
Istilah Emotional Intelligence diciptakan dan secara resmi didefinisikan
oleh John Mayer dan Peter Salovey pada tahun 1990. sementara Reuven Bar-On
6 Daniel Goleman, Emotional Intelligence, Penerjemah T. Hermaya, (Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama, 2000), cet. Ke-10, h. 16
5
menyumbangkan ungkapan Emotional Intelligence.7 Kecerdasan emosi
merupakan wacana baru di wilayah psikologi dan pedagogik setelah bertahun-
tahun masyarakat sangat meyakini bahwa faktor penentu keberhasilan hidup
seseorang adalah IQ. Temuan penelitian di bidang psikologi yang dilakukan oleh
Gardner tentang multiple intellegence yang menyatakan bahwa manusia memiliki
banyak kecerdasan, yang bukan hanya kecerdasan intelektual saja telah membuka
cakrawala baru tentang potensi manusia yang belum dieksplorasi untuk
mendorong keberhasilan hidup.
Penelitian-penelitian sekarang menemukan bahwa keterampilan sosial dan
emosional ini mungkin bahkan lebih penting bagi keberhasilan hidup ketimbang
kemampuan intelektual. Dengan kata lain, memiliki EQ tinggi mungkin lebih
penting dalam pencapaian keberhasilan ketimbang IQ tinggi yang diukur
berdasarkan uji standar terhadap kecerdasan kognitif verbal dan nonverbal.8
Sangat tertariknya banyak orang kepada konsep kecerdasan emosional
memang dimulai dari perannya dalam membesarkan dan mendidik anak-anak,
tetapi selanjutnya orang menyadari pentingnya konsep ini baik di lapangan kerja
maupun dihampir semua tempat lain yang mengharuskan manusia saling
berhubungan.9
7 Steven J. Stein dan Howard E. Book, M.D., Ledakan EQ, penerjemah Trinando Rainy
Januarsari dan Yudhi Murtanto, (Bandung: Kaifa, 2002), h. 32 8 Lawrence E. Shapiro, Mengajarkan Emotional Intellegence pada Anak, (Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, 1998), h. 4 9 ibid, h. 6
6
Guru yang berperan signifikan dalam pendidikan seharusnya memiliki
komitmen yang dapat menumbuhkan kinerja, keyakinan dan seperangkat nilai-
nilai yang dapat menarik siswa-siswa untuk memiliki dedikasi yang tinggi guna
pencapaian tujuan sekolah. Dengan demikian mereka secara bersama-sama
memiliki dan memegang teguh prinsip-prinsip yang telah ditetapkan dan berjuang
untuk mewujudkannya dalam tindakan nyata. Mereka juga memiliki komitmen
bersama guna mencapai tujuan-tujuan sekolah yang telah ditentukan sebelumnya.
Berdasarkan data dan latar belakang masalah di atas, maka penulis tertarik
untuk meneliti masalah ini mengenai �Hubungan Antara Kecerdasan
Emosional dengan Kinerja Guru SDIT Nur Fatahillah Pondok Benda
Buaran Serpong�.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan sebelumnya,
dapat diidentifikasikan beberapa masalah yaitu:
1. Bagaimana kecerdasan emosional dan kinerja guru?
2. Apakah terdapat hubungan antara kecerdasan emosional dengan kinerja guru?
3. Seberapa besar sumbangan kecerdasan emosional terhadap kinerja guru?
4. Apakah faktor-faktor yang mendukung kinerja guru?
7
C. Pembatasan Masalah
Untuk menghindari perbedaan persepsi, penulis membatasi penelitian
pada hubungan antara kecerdasan emosional dengan kinerja guru. Kecerdasan
emosional yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan yang dimiliki
oleh individu untuk dapat menggunakan perasaannya secara optimal guna
mengenali dirinya sendiri dan lingkungan sekitarnya, sesuai teori yang digagas
oleh Goleman, yang meliputi aspek Kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi,
empati, dan keterampilan sosial.
Sedangkan kinerja guru yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
keberhasilan guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar yang bermutu,
meliputi aspek: kesetiaan dan komitmen yang tinggi pada tugas mengajar,
menguasai dan mengembangkan metode, menguasai bahan pelajaran dan
menggunakan sumber belajar, bertanggung jawab memantau hasil belajar
mengajar, kedisiplinan dalam mengajar dan tugas lainnya, kreativitas dalam
melaksanakan pengajaran, melakukan interaksi dengan murid untuk menimbulkan
motivasi, kepribadian yang baik, jujur dan obyektif dalam membimbing siswa,
mampu berfikir sistematis tentang apa yang dilakukannya, dan pemahaman dalam
administrasi pengajaran.
8
D. Perumusan Masalah
Dalam kaitannya dengan berbagai hal di atas, maka permasalahan ini
dapat dirumuskan sebagai berikut: �Apakah terdapat hubungan antara kecerdasan
emosional dengan kinerja guru SDIT Nur Fatahillah Pondok Benda Buaran,
Serpong?�.
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat:
1. Sebagai bahan pertimbangan bagi guru terhadap urgensi kecerdasan
emosional dalam meningkatkan kinerjanya.
2. Dapat menjadi bahan pertimbangan bagi lembaga pendidikan baik formal
maupun non formal terhadap pentingnya kecerdasan emosional dalam
meningkatkan kinerjanya.
3. Bagi Perguruan Tinggi, khususnya Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta diharapkan dapat memberikan sumbangan untuk
pengembangan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan peningkatan
kinerja para guru.
9
BAB II
DESKRIPSI TEORITIK, KERANGKA PIKIR, DAN PENGAJUAN
HIPOTESIS
A. Deskripsi Teoritik
1. Hakikat Kecerdasan Emosional
a. Pengertian Emosi
Emosi sejak lama dianggap memiliki kedalaman dan kekuatan sehingga
dalam bahasa latin, misalnya, emosi dijelaskan sebagai motus anima yang arti
harfiahnya berarti jiwa yang menggerakkan kita.1 Akar kata emosi adalah movere,
kata kerja Bahasa Latin yang berarti �menggerakkan, bergerak�.2
Emosi mempunyai peran dalam peningkatan proses konstruksi pikiran
dalam berbagai bentuk pengalaman kehidupan manusia. Salovey dan Mayers
mendefinisikan emosi sebagai respon terorganisasi, termasuk sistem fisiologis,
yang melewati berbagai batas sub-sistem psikologis, misalnya kognisi, motivasi,
dan pengalaman.3 Pengertian ini menunjukkan bahwa emosi merupakan respon
atas stimulus yang diperoleh dari lingkungan sekitar yang terorganisasi dengan
baik yang melewati sub-sistem psikologis.
1 Robert K. Cooper dan Ayman Sawaf, Executive EQ, penerjemah Alex Tri Kantjono Widodo
(Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2002), h. xiv 2 Daniel Goleman, Emotional Intelligence, Penerjemah T. Hermaya (Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama, 2000), h. 7 3 Tekad Wahyono, Memahami Kecerdasan Emosi Melalui Kerja Sistem Limbik, (Surabaya:
Universitas Wangsa Manggala, Anima, Indonesian Psychological Journal, 2001, Vol. 17, No.1), h. 37
id19156796 pdfMachine by Broadgun Software - a great PDF writer! - a great PDF creator! - http://www.pdfmachine.com http://www.broadgun.com
10
Crow dan Crow dalam Hartati menyebutkan bahwa emosi merupakan
suatu keadaan yang bergejolak pada diri individu yang berfungsi sebagai inner
adjustment terhadap lingkungan untuk mencapai kesejahteraan dan keselamatan
individu.4 Emosi pada definisi ini berperan dalam pengambilan keputusan yang
menentukan kesejahteraan dan keselamatan individu.
Ibda menyebutkan bahwa emosi merupakan suatu perasaan dan pikiran-
pikiran khasnya �suatu keadaan biologis dan psikologis- dan serangkaian
kecenderungan untuk bertindak.5 Sedangkan Sarlito Wirawan Sartono dalam
Syamsu berpendapat bahwa emosi merupakan setiap keadaan pada diri seseorang
yang disertai warna afektif baik pada tingkat lemah maupun pada tingkat yang
luas (mendalam).6
Dari beberapa pendapat di atas, maka emosi merupakan suatu respon atas
rangsangan yang diberikan �baik dari lingkungan maupun dari dalam diri
individu sendiri- sehingga individu dapat menentukan pilihan dalam hidup yang
menentukan kehidupannya.
Emosi sebagai suatu peristiwa psikologis mengandung ciri-ciri sebagai
berikut; pertama, lebih bersifat subyektif daripada peristiwa psikologis lainnya,
4 Netty Hartati, et.al., Islam dan Psikologi (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004), h. 90 5 Fatimah Ibda, Emotional Intellegence dalam Dunia Pendidikan (Banda Aceh: Fakultas
Tarbiyah, IAIN Ar-Raniry, Jurnal Didaktika, Vol. 2 No. 2, 2000), h. 132 6 Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, (Bandung: Rosda Karya, 2004),
h. 115
11
seperti pengamatan dan berpikir. kedua, bersifat fluktuatif (tidak tetap), dan
ketiga, banyak bersangkut paut dengan peristiwa pengenalan panca indera.7
Terdapat dua macam pendapat tentang terjadinya emosi yaitu pendapat
navistik dan pendapat empiristik. Pendapat navistik beranggapan bahwa emosi
pada dasarnya merupakan bawaan sejak lahir, sementara pendapat empiristik
beranggapan bahwa emosi dibentuk oleh pengalaman dan proses belajar.8
Sebagian orang menganggap bahwa perasaan dan emosi adalah sama.
Namun Sabri dalam bukunya mengungkapkan bahwa antara perasaan dan emosi
adalah berbeda. Pada perasaan terdapat kesediaan kontak dengan situasi luar (baik
positif maupun negatif), sedangkan pada emosi kontak itu seolah-olah menjadi
retak atau terputus (misalnya terkejut, ketakutan, mengantuk, dan lain
sebagainya).9
b. Pengertian Kecerdasan
Kecerdasan merupakan suatu kemampuan tertinggi dari jiwa makhluk
hidup yang hanya dimiliki oleh manusia.kecerdasan ini diperoleh manusia sejak
lahir, dan sejak itulah potensi kecerdasan ini mulai berfungsi mempengaruhi
tempo dan kualitas perkembangan individu, dan manakala sudah berkembang,
7 Ibid, h. 116 8 Abdul Rahman Shaleh dan Muhbib Abdul Wahab, Psikologi Suatu Pengantar dalam
Perspektif Islam, (Jakarta: Kencana, 2004), h. 168 9 M. Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan, (Jakarta: Pedoman Ilmu
Jaya, 2001), h. 74
12
maka fungsinya akan semakin berarti lagi bagi manusia yaitu akan mempengaruhi
kualitas penyesuaian dirinya dengan lingkungannya.
Kemampuan kecerdasan dalam fungsinya yang disebutkan terakhir bukanlah
kemampuan genetis yang dibawa sejak lahir, melainkan merupakan kemampuan
hasil pembentukan atau perkembangan yang dicapai oleh individu.
Kecerdasan merupakan kata benda yang menerangkan kata kerja atau
keterangan. Seseorang menunjukkan kecerdasannya ketika ia bertindak atau
berbuat dalam suatu situasi secara cerdas atau bodoh; kecerdasan seseorang dapat
dilihat dalam caranya orang tersebut berbuat atau bertindak.10 Kecerdasan juga
merupakan istilah umum untuk menggambarkan �kepintaran� atau �kepandaian�
orang.11 Beberapa ahli mencoba merumuskan definisi kecerdasan diantaranya
adalah:
Suharsono menyebutkan bahwa kecerdasan adalah kemampuan untuk
memecahkan masalah secara benar, yang secara relatif lebih cepat dibandingkan
dengan usia biologisnya.12
Gardner dalam Rose mengemukakan bahwa kecerdasan adalah
kemampuan untuk memecahkan masalah atau menciptakan suatu produk yang
bernilai dalam satu latar belakang budaya atau lebih.13
10 Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), h. 115 11 Munandir, Ensiklopedia Pendidikan, (Malang: Um Press, 2001), h. 122 12 Suharsosno, Mencerdaskan Anak, (Depok: Inisiasi Press, 2003), h. 43 13 Colin Rose dan Malcom J. Nicholl, Cara Belajar Cepat Abad XXI, penerjemah Dedy
Ahimsa (Bandung: Nuansa, 2002), h. 58
13
Definisi dari Suharsono dan Gardner menyebutkan bahwa kecerdasan
merupakan suatu kemampuan individu untuk memecahkan masalahnya. Jika
Suharsono menilai kecerdasan dari sudut pandang waktu, sementara Gardner
menilainya dari sudut pandang tempat.
Amstrong berpendapat bahwa kecerdasan merupakan kemampuan untuk
menangkap situasi baru serta kemampuan untuk belajar dari pengalaman masa
lalu seseorang. Kecerdasan bergantung pada konteks, tugas serta tuntutan yang
diajukan oleh kehidupan kita dan bukan tergantung pada nilai IQ, gelar dari
perguruan tinggi atau reputasi bergengsi.
Sedangkan Super dan Cites dalam Dalyono mengemukakan defenisi
kecerdasan sebagai kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan atau
belajar dari pengalaman. Hal ini didasarkan bahwa manusia hidup dan
berinteraksi di dalam lingkungannya yang komplek. Untuk itu ia memerlukan
kemampuan untuk menguasai diri dengan lingkungannya demi kelestarian
hidupnya. hidupnya bukan hanya untuk kelestarian pertumbuhan, tetapi juga
untuk perkembangan pribadinya. Karena itu manusia harus belajar dari
pengalamannya.14
Definisi di atas, oleh Garret dipandang terlalu luas, umum dan kurang
operasional. Dengan mempelajari defenisi itu orang mungkin masih dapat
mengalami kesulitan dalam mengaplikasikan konsep itu. Oleh karena itu, Garret
memberi definisi bahwa kecerdasan setidak-tidaknya mencakup kemampuan
14 M. Dalyono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), h. 182
14
yang diperlukan untuk pemecahan masalah-masalah yang memerlukan pengertian
serta menggunakan simbol-simbol.15
Dari beberapa pengertian kecerdasan yang telah dikemukakan maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa kecerdasan adalah kemampuan seseorang untuk
memberikan solusi terbaik dalam penyelesaian masalah yang dihadapinya sesuai
dengan kondisi ideal suatu kebenaran.
Gardner membagi kecerdasan menjadi tujuh macam yaitu, kecerdasan
linguistik, kecerdasan logis matematis, kecerdasan visual-spasial, kecerdasan
musical, kecerdasan kinestetik-tubuh, kecerdasan interpersonal dan kecerdasan
intrapersonal.16
Kecerdasan-kecerdasan tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:
kecerdasan linguistik yaitu kemampuan membaca, menulis dan berkomunikasi
dengan kata-kata atau bahasa. Kecerdasan logis-matematis yaitu kemampuan
berfikir (menalar) dan menghitung, berfikir logis dan sistematis. Kecerdasan
visual-spasial yaitu kemampuan berfikir menggunakan gambar,
memvisualisasikan hasil masa depan. Kecerdasan musical yaitu kemampuan
menggubah atau mencipta musik, dapat bernyanyi dengan baik atau memahami
dan mengapresiasi musik serta menjaga ritme. Kecerdasan kinestetik-tubuh yaitu
kemampuan menggunakan tubuh secara terampil untuk memecahkan masalah,
menciptakan barang serta dapat mengemukakan gagasan dan emosi. Kecerdasan
15 Ibid, h.183 16 Collin Rose dan Malcom J. Nicholl, ibid, h. 59-60
15
interpersonal yaitu kemampuan bekerja secara efektif dengan orang lain dan
berempati. Kecerdasan intrapersonal yaitu kemampuan menganalisis diri sendiri,
membuat rencana dan menyusun tujuan yang akan dicapai.
Kecerdasan yang dikemukakan oleh Gardner ini dikenal juga sebagai
multiple intelligence. Pembagian kecerdasan oleh Gardner ini telah membuka
paradigma baru dari sebuah kata kecerdasan. Karena berdasarkan pembagian-
pembagian kecerdasan menurutnya, ternyata cerdas bukan semata dapat memiliki
skor tinggi sewaktu ujian namun cerdas itu beranekaragam.
Kecerdasan orang banyak ditentukan oleh struktur otak. Otak besar dibagi
dalam dua belahan otak yang disambung oleh segumpal serabut yang disebut
corpus callosum. belahan otak kanan menguasai belahan kiri badan dan
sebaliknya belahan otak kiri menguasai belahan kanan badan. Belahan otak kiri
bertugas untuk merespon hal-hal yang sifatnya linier, logis dan teratur sementara
otak belahan kanan bertugas untuk imaginasi dan kreativitas.17
c. Hakikat Kecerdasan Emosional
Setiap individu memiliki emosi. Emosi mempunyai ranah tersendiri dalam
bagian hidup individu. Seseorang yang dapat mengelola emosinya dengan baik
artinya emosinya cerdas hal ini lebih dikenal dengan suatu istilah �Kecerdasan
Emosional�. Beberapa ahli mencoba merumuskan definisi dari kecerdasan
17 Conny R. Semiawan, Belajar dan Pembelajaran dalam Taraf Pendidikan Usia Dini,
(Jakarta: Prenhallindo, 2002), h. 11-12
16
emosional. Diantaranya Arief Rahman yang menyebutkan bahwa kecerdasan
emosional adalah metability yang menentukan seberapa baik manusia mampu
menggunakan keterampilan-keterampilan lain yang dimilikinya, termasuk
intelektual yang belum terasah.18
Bar-On seperti dikutip oleh Stein dan Book mengemukakan bahwa
kecerdasan emosional adalah serangkaian kemampuan, kompetensi dan
kecakapan non-kognitif, yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk
berhasil mengatasi tuntutan dan tekanan lingkungan.19
Dua definisi tentang kecerdasan emosional yang dikemukakan oleh
Rahman dan Bar-On lebih menekankan pada hasil yang didapat oleh individu jika
menggunakan kemampuan emosionalnya secara optimal.
Salovey dan Mayer dikutip oleh Stein dan Book mengemukakan bahwa
kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk mengenali perasaan, meraih dan
membangkitkan perasaan untuk membantu fikiran, memahami perasaan dan
maknanya serta mengendalikan perasaan secara mendalam sehingga membantu
perkembangan emosi dan intelektual.20
Goleman dalam Nggermanto mengatakan bahwa kecerdasan emosional
adalah kemampuan untuk mengenali perasaan kita sendiri dan perasaan orang
18 Pusat Pengembangan Tasawuf Positif, Menyinari Relung-relung Ruhani, (Jakarta: Hikmah,
2002), h. 157-158 19 Steven J. Stein & Howard E. Book, Ledakan EQ, penerjemah Trinanda Rainy Januarsari,
(Bandung: Kaifa, 2002), h. 157-158 20 Ibid, h. 159
17
lain, kemampuan memotivasi diri sendiri dan kemampuan mengelola emosi
dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungan dengan orang lain.21
Dari beberapa defenisi para ahli di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
kecerdasan emosional adalah suatu kemampuan yang dimiliki oleh individu utuk
dapat menggunakan perasaannya secara optimal guna mengenali dirinya sendiri
dan lingkungan sekitarnya.
Kecerdasan emosional yang dimaksudkan oleh peneliti adalah
kemampuan individu untuk mengenali perasaannya sehingga dapat mengatur
dirinya sendiri dan menimbulkan motivasi dalam dirinya untuk meningkatkan
kualitas hidupnya. Sementara di lingkungan sosial ia mampu berempati dan
membina hubungan baik terhadap orang lain.
Emosi manusia dikoordinasi oleh otak. bagian otak yang mengatur emosi
adalah sistem limbiks. struktur-struktur dalam sistem limbik mengelola beberapa
aspek emosi, yaitu pengenalan emosi melalui ekspresi wajah, tendensi
berperilaku dan penyimpanan memori emosi. Folkerts (1999) menjelaskan bahwa
sistem limbik terdiri atas empat struktur, yaitu: thalamus dan hipothalamus,
amigdala, hipokampus dan lobus frontalis.22
Thalamus menerima informasi dari lingkungan sekitar yang ditangkap
oleh indera, sedang hipothalamus mengambil informasi dari bagian tubuh yang
lain. Amigdala menginterpretasikan dan sekaligus menyimpannya sebagai arti
21 Agus Nggermanto, Quantum Quotient, (Bandung: Nuansa, 2002), h. 98 22 Tekad Wahyono, op.cit, h. 38-39
18
emosi. hipokampus mendukung kerja amigdala dalam menyimpan memori emosi,
mengkonsolidasi memori non-emosi secara detail dan menyampaikan memori
tersebut ke jaringan memori yang berbeda di otak. Lobus frontalis
bertanggungjawab dalam pengaturan emosi sehingga memunculkan respon emosi
yang tepat.23
Kinerja otak sebagai pusat koordinasi dapat dijabarkan sebagai berikut;
informasi-informasi yang diterima alat indera akan dibawa oleh thalamus
melewati sinapsis tunggal menuju amigdala, sedang sebagian besar lainnya
dikirim ke neokorteks. percabangan tersebut memungkinkan amigdala dapat
memberikan respon emosi tanpa pengolahan informasi dan analisis dari
neokorteks. Kasus tersebut disebut Goleman sebagai �pembajakan emosi�.24
Terdapat beberapa hal yang dapat dicatat pada pembahasan tentang
anatomi pembajakan emosi, yaitu:25
1) Amigdala berperan sebagai sumber emosi.
Hipocampus dan amigdala merupakan bagian penting dalam
ingatan dan pembelajaran otak. Amigdala sendiri merupakan spesialis
masalah-masalah emosional yang jika dipisahkan dari otak maka
seseorang tidak dapat menangkap makna emosional atau mengalami
kebutaan afektif. Le Doux adalah orang pertama yang menemukan peran
amigdala dalam otak emosional, yang menjelaskan bahwa amigdala
23 Ibid, h, 39 24 Ibid, h. 40 25 Daniel Goleman, Emotional Intellegence, op.cit, h. 17-39
19
mampu mengambil alih kendali apa yang kita kerjakan bahkan sewaktu
otak sedang berpikir. Hal ini menumbangkan gagasan lama tentang sistem
limbik dengan menempatkan amigdala pada pusat tindakan dan struktur
limbik lainnya pada peran yang amat berbeda.
2) Inti kecerdasan emosi.
Amigdala bereaksi berdasarkan kognitif bawah sadar, yaitu
menangkap stimulus dari lingkungan sehingga mengetahui identitas apa
yang diterima serta memutuskan menyukai atau tidak baru kemudian
memberi pendapat tentangnya. hal ini dapat menjelaskan mengapa emosi
begitu penting bagi nalar yang efektif di dalam pengambilan keputusan.
Adanya pengaruh dari fungsi amigdala terhadap neokorteks inilah yang
merupakan inti kecerdasan emosional.
3) Mekanisme kerja kecerdasan emosi.
Lobus prefrontal bagian kanan yang terletak pada ujung lain dari
sirkuit prefrontal merupakan tempat perasaan-perasaan negatif (takut,
marah, dan sebagainya). Lobus prefrontal bagian kiri merupakan bagian
yang berfungsi untuk mematikan atau mengatur emosi-emosi yang tidak
menyenangkan. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa lobus prefrontal
merupakan saklar peredam ledakan amigdala atau menjadi manajer emosi
dengan tugas menghambat sinyal-sinyal yang telah dikirim oleh amigdala
dan pusat-pusat limbik lainnya.
20
4) Dinamika IQ dikalahkan EI
Korteks prefrontal merupakan wilayah yang bertanggungjawab
terhadap �ingatan kerja�, yaitu kemampuan atensi untuk menyimpan
fakta-fakta penting dalam pikiran yang berguna untuk penyelesain
maslah. Lobus Prefrontal ini terkait dengan sirkuit otak limbik. Kaitan
antara sirkuit prefrontal amigdala inilah yang merupakan titik temu antara
nalar dan emosi. Dengan demikian kemurungan emosional yang terus
menerus dapat mengganggu kemampuan kerja intelektual seseorang
sehingga dalam pengambilan keputusan dapat menimbulkan bencana.
Kecerdasan rasional saja tidak menyediakan kemampuan untuk
menghadapi gejolak yang ditimbulkan oleh kesulitan hidup.
Kecerdasan emosilah yang memotivasi kita untuk mencari manfaat dan
potensi unik kita dan mengaktifkan aspirasi dan nilai-nilai yang paling dalam,
mengubahnya dari apa yang kita fikirkan menjadi apa yang kita jalani.26
Kecerdasan emosional Reuven Bar On dibagi menjadi lima, yaitu:27
1) Ranah intrapribadi memiliki lima skala yaitu; kesadaran diri, sikap
asertif, kemandirian, penghargaan diri dan aktualisasi diri.
2) Ranah antarpribadi memiliki tiga skala yaitu; empati tanggungjawab
sosial dan hubungan antarpribadi.
26 Robert K. Cooper dan Ayman Sawaf, Executive EQ, Loc.cit. 27 A.V. Aryaguna Setiadi, Hubungan Antara Kecerdasan Emosional dengan Keberhasilan
Bermain Game, (Surabaya: Universitas Surabaya, Anima, Indonesia Psychological Journal, 2001, Vol. 17, No. 1), h. 44-45
21
3) Ranah penyesuaian diri/orientasi kognitif memiliki tiga skala yaitu; uji
realitas, sikap fleksibel dan pemecahan masalah.
4) Ranah pengendalian stress memiliki dua skala yaitu; ketahanan
menanggung stress dan pengendalian impuls.
5) Ranah suasana hati/afeksi memiliki dua skala yaitu; optimisme dan
kebahagiaan.
Hal ini serupa dengan pendapat Segal bahwa wilayah EQ adalah
hubungan pribadi dan antarpribadi; EQ bertanggungjawab atas harga diri,
kesadaran diri, kepekaan sosial dan kemampuan adaptasi sosial.28
Salovey memperluas kecerdasan emosional menjadi lima wilayah utama,
yaitu:
1) Empati
Merasakan yang dirasakan oleh orang lain dan memahami
perspektifnya, menumbuhkan hubungan saling percaya serta
menyelaraskan diri dengan bermacam-macam orang.
2) Kesadaran diri
Mengetahui apa yang kita rasakan dan menggunakannya untuk
memandu pengambilan keputusan diri sendiri serta memiliki tolok ukur
yang realistis atas kemampuan dan kepercayaan diri yang kuat.
3) Pengaturan diri
28 Jeanne Segal, Melejitkan Kepekaan Emosional, penerjemah Ary Nilandari, (Bandung:
Kaifa, 2000), h. 26-27
22
Menangani emosi kita sehingga berdampak positif terhadap
pelaksanaan tugas; peka terhadap kata hati dan sanggup menunda
kenikmatan sebelum tercapainya suatu sasaran, mampu pulih kembali dari
tekanan emosi.
4) Motivasi
Menggunakan hasrat untuk menggerakan dan menuntun menuju
sasaran, membantu mengambil inisiatif dan bertindak sangat efektif serta
bertahan menghadapi kegagalan dan frustasi.
5) Keterampilan sosial
Menangani emosi dengan baik ketika berhubungan dengan orang
lain dan dengan cermat membaca situasi dan jaringan sosial dan
berinteraksi dengan lancar serta menggunakan keterampilan ini untuk
mempengaruhi orang lain.
Senada dengan pendapat di atas, Shapiro juga menyebutkan kualitas-
kualitas kecerdasan emosional, diantaranya: empati, mengungkapkan dan
memahami perasaan, mengendalikan amarah, kemandirian, kemampuan
menyesuaikan diri, disukai, kemampuan memecahkan masalah antarpribadi,
ketekunan, kesetiakawanan, keramahan, dan sikap hormat.29
Ketika berbicara mengenai urgensitas kecerdasan emosional yang dimiliki
seseorang dalam kehidupan, Suharsono mengungkapkan beberapa keuntungan
29 Lawrence E. Shapiro, Mengajarkan Emotional Intellegence pada Anak, penerjemah; Alex
Tri Kantjono, (Jakarta: Gramedia, 2001), h. 5
23
kecerdasan emosional sebagai berikut; pertama, kecerdasan emosional jelas
mampu menjadi alat untuk pengendalian diri, sehingga seseorang tidak
terjerumus ke dalam tindakan-tindakan bodoh yang merugikan dirinya sendiri
maupun orang lain. Kedua, kecerdasan emosional bisa diimplementasikan sebagai
cara yang sangat baik untuk memasarkan atau membesarkan ide, konsep atau
bahkan sebuah produk. Ketiga, kecerdasan emosional adalah modal penting bagi
seseorang untuk mengembangkan bakat kepemimpinan dalam bidang apa pun.
Karena setiap model kepemimpinan sesungguhnya membutuhkan visi, misi,
konsep, program dan yang tak kalah pentingnya adalah dukungan dan partisipasi
dari para anggota.30
2. Kinerja
a. Pengertian Kinerja
Banyak batasan yang diberikan para ahli mengenai istilah kinerja.
Walaupun berbeda dalam tekanan rumusannya, namun secara prinsip tampaknya
sejalan mengenai proses pencapaian hasil.
Istilah kinerja berasal dari kata job performance atau actual performance
(prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang). Sehingga
dapat didefinisikan bahwa kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas
30 Suharsono, Akselerasi Intelegensi; Optimalkan IQ, EQ dan SQ, (Depok: Inisiasi Press,
2004), h. 97
24
yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan
tanggung jawab yang diberikan kepadanya.31
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, kinerja diartikan sebagai sesuatu
yang ingin dicapai, prestasi yang diperlihatkan dan kemampuan seseorang.32
Sedangkan Hadari Nawawi mengartikan kinerja sebagai prestasi seseorang dalam
suatu bidang atau keahlian tertentu, dalam melaksanakan tugasnya atau
pekerjaannya yang didelegasikan dari atasan dengan efektif dan efesien.33 Lebih
lanjut beliau mengungkapkan bahwa kinerja adalah kemampuan yang dimiliki
oleh individu dalam melakukan sesuatu pekerjaan, sehingga terlihat prestasi
pekerjaannya dalam mencapai tujuan.
Sedangkan menurut Gibson, Ivan Cevich dan Donelly bahwa kinerja
sebagai prestasi kerja dari perilaku.34 Prestasi kerja itu ditentukan oleh
kemampuan bekerja, baik terhadap cakupan kerja maupun kualitas kerja secara
menyeluruh.
31 A.A. Anwar Prabu Mangkunegara, Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan,
(Bandung: Rosdakarya, 2004), h. 67 32 WJS. Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan, 1988), h. 56 33 Hadari Nawawi, Administrasi Pendidikan, (Jakarta: PT. Gunung Agung, 1996), h. 34 34 Gibson J.L., dan Ivan Cevich, Organisasi dan Manajemen, Terjemahan: Sulistyo, (Jakarta:
Erlangga, 1993), h. 28
25
b. Pengertian Guru
Guru yang dimaksud adalah orang yang pekerjaannya sebagai pengajar di
sekolah. Tugas guru dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis yaitu:35 pertama,
tugas dalam bidang profesi. Guru merupakan suatu profesi yang memerlukan
keahlian khusus, jenis pekerjaan ini tidak dapat dilakukan oleh orang yang tidak
memiliki kapabelitas di bidang pendidikan. Tugas guru sebagai profesi meliputi
aspek mendidik yaitu meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup,
mengajar berarti meneruskan dan mengambangkan keterampilan kepada siswa,
dan melatih.
Kedua, tugas kemanusiaan. Tugas guru dalam bidang kemanusiaan
adalah menjadikan dirinya sebagai orang tua kedua dari siswa. Ia harus mampu
menarik simpati sehingga dapat menjadi panutan para siswanya. Pelajaran apapun
yang diberikannya hendaknya dapat dijadikan motivasi bagi siswa dalam belajar.
Bila seorang guru dalam penampilannya sudah tidak menarik, maka kegagalan
pertama adalah ia tidak dapat menanamkan benih pengajarannya itu kepada para
siswa.
Ketiga, tugas dalam bidang kemasyarakatan. Masyarakat menempatkan
guru pada tempat yang lebih terhormat di lingkungannya, karena dari seorang
guru diharapkan masyarakat dapat memperoleh ilmu pengetahuan. Ini berarti
35 Moh. Uzer Usman , Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006),
h. 16
26
bahwa guru berkewajiban mencerdaskan bangsa menuju kepada pembentukan
manusia seutuhnya.
Tugas guru sebagai pendidik dan pengajar dimaksudkan untuk membantu
orang tua dalam memenuhi kebutuhan untuk memberi bekal pada anak-anak agar
memperoleh kehidupan yang layak setelah mencapai kedewasaannya kelak.36
Kemudian guru seharusnya dapat menjalankan fungsinya, diantaranya mengajar
(teaching) yaitu memindahkan ilmu pengetahuan, pelatihan (training) yaitu
membimbing keterampilan tertentu dan coaching yaitu memberdayakan potensi
individu dari masing-masing siswa yang menjadi anak didiknya.
c. Pengertian Kinerja Guru
Dari uraian guru di atas dapat dilanjutkan dengan pembahasan tentang
kinerja guru. Karena guru bergerak di bidang pendidikan dan pengajaran, maka
tujuan yang ingin dicapai adalah tujuan dari pendidikan dan pengajaran tersebut.
Dengan demikian kinerja guru dapat dilihat dari perbuatan atau kegiatan belajar
mengajar di dalam kelas, seperti yang dikemukakan oleh Aldag dan Stearns,
kinerja adalah seperti pengambilan keputusan pada waktu mengajar di kelas.37
Menurut Suryo Subroto yang dimaksud dengan kinerja guru dalam proses
belajar mengajar adalah kesanggupan atau kecakapan para guru dalam
36 Hadari Nawawi, Organisasi Sekolah dan Pengelolaan Kelas, (Jakarta: PT. Gunung Agung,
1985), h. 9 37 Roman J. Aldag and Timothy Stearns, Management, (Chicago: South Western Publishing
Co., 1987), h.77
27
menciptakan suasana komunikasi yang edukatif antara guru dan peserta didik
yang mencakup suasana kognitif, afektif dan psikomotorik sebagai upaya
mempelajari sesuatu berdasarkan perencanaan sampai dengan tahap evaluasi dan
tindak lanjut agar mencapai tujuan pengajaran.38
Kinerja guru juga dapat diartikan sebagai prestasi kerja guru untuk meraih
prestasi antara lain ditentukan oleh kemampuan dan usaha. Prestasi kerja guru
dapat dilihat dari seberapa jauh guru tersebut telah menyelesaikan tugasnya
dalam mengajar dibandingkan dengan standar-standar pekerjaan. Kemudian
kinerja guru dapat diartikan pula sebagai suatu pencapaian tujuan dari guru itu
sendiri maupun tujuan pendidikan dan pengajaran dari sekolah di tempat guru
tersebut mengajar.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kinerja adalah
kemampuan kerja seseorang yang diwujudkan dalam tingkah laku yang
ditampilkan. Apresiasi pemahaman serta kemampuan bertingkah laku sesuai
harapan dapat diidentifikasikan sebagai faktor kerja, kemampuan kerja yang
tinggi atau rendah dapat terlihat dari apa yang telah dicapai dan prestasi yang
diperoleh dalam suatu pekerjaan.
Dengan demikian yang dimaksud dengan kinerja guru dalam skripsi ini
adalah sebagai keberhasilan guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar
yang bermutu, meliputi aspek: kesetiaan dan komitmen yang tinggi pada tugas
mengajar, menguasai dan mengembangkan metode, menguasai bahan pelajaran
38 Suryo Subroto, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), h. 3
28
dan menggunakan sumber belajar, bertanggung jawab memantau hasil belajar
mengajar, kedisiplinan dalam mengajar dan tugas lainnya, kreativitas dalam
melaksanakan pengajaran, melakukan interaksi dengan murid untuk menimbulkan
motivasi, kepribadian yang baik, jujur dan obyektif dalam membimbing siswa,
mampu berfikir sistematis tentang apa yang dilakukannya, dan pemahaman dalam
administrasi pengajaran.
d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Guru
Payaman J. Simanjuntak dalam bukunya �Manajemen dan Evaluasi
Kinerja� menyebutkan bahwa kinerja setiap orang dipengaruhi oleh banyak
faktor, diantaranya sebagai berikut:39
1) Kompetensi Individu
Kompetensi individu adalah kemampuan dan keterampilan
melakukan kerja. Kompetensi setiap orang dipengaruhi oleh beberapa
faktor yang dapat dikelompokkan dalam dua golongan, yaitu; pertama,
kemampuan dan keterampilan kerja. Kedua, motivasi dan etos kerja.
Secara psikologis, kemampuan (ability) pegawai terdiri dari
kemampuan potensi (IQ) dan kemampuan reality (Knowledge + skill).
Artinya pegawai yang memiliki IQ di atas rata-rata (IQ 110-120) dengan
pendidikan yang memadai untuk jabatannnya dan terampil dalam
39 Payaman J. Simanjuntak, Manajemen dan Evaluasi Kinerja, (Jakarta: LPFE UI, 2005), h.
10-13
29
mengerjakan pekerjaan sehari-hari maka ia akan lebih mudah mencapai
kinerja yang diharapkan.40
Pendidikan dan pelatihan merupakan bagian dari investasi
sumberdaya manusia (human investment). Semakin lama waktu yang
digunakan seseorang untuk pendidikan dan pelatihan, semakin tinggi
kemampuan atau kompetensinya melakukan pekerjaan, dan dengan
demikian semakin tinggi kinerjanya.
Sedangkan motivasi terbentuk dari sikap (attitude) seorang
pegawai dalam menghadapi situasi kerja. Motivasi merupakan kondisi
yang menggerakkan diri pegawai yang terarah untuk mencapai tujuan
organisasi (tujuan kerja).41
Motivasi dan etos kerja sangat penting mendorong semangat
kerja. Motivasi dan etos kerja dipengaruhi oleh latarbelakang keluarga,
lingkungan masyarakat, budaya dan nilai-nilai agama yang dianutnya.
Seseorang yang melihat pekerjaan sebagai beban dan keterpaksaan untuk
memperoleh uang, akan mempunyai kinerja yang rendah. sebaliknya,
seseorang yang memandang pekerjaan sebagai kebutuhan, pengabdian,
tantangan dan prestasi, akan menghasilkan kinerja yang tinggi.
David C. McClelland dalam Mangkunegara berpendapat bahwa
ada hubungan yang positif antara motivasi berprestasi dengan pencapaian
40 A.A. Anwar Prabu Mangkunegara, locit., h. 67 41 Ibid, h. 68
30
kinerja. Menurutnya ada 6 (enam) karakteristik dari pegawai yang
memiliki motivasi berprestasi tinggi; pertama, memiliki tanggungjawab
pribadi yang tinggi. Kedua, berani mengambil resiko. Ketiga, memiliki
tujuan yang realistis. Keempat, memiliki rencana kerja yang menyeluruh
dan berjuang untuk merealisasikan tujuannya. Kelima, memanfaatkan
umpan balik (feed back) yang konkret dalam seluruh kegiatan kerja yang
dilakukannya. Keenam, mencari kesempatan untuk merealisasikan
rencana yang telah diprogramkan.42
2) Dukungan organisasi
Kinerja setiap orang juga tergantung pada dukungan organisasi
dalam bentuk pengorganisasian, penyediaan sarana dan prasaran kerja,
pemilihan teknologi, kenyamanan lingkungan kerja, serta kondisi dan
syarat kerja.
3) Dukungan manajemen
Kinerja setiap orang sangat tergantung pada kemampuan
manajerial para manajemen atau pimpinan, baik dengan membangun
sistem kerja dan hubungan industrial yang aman dan harmonis, maupun
dengan mengembangkan kompetensi pekerja, demikian juga dengan
menumbuhkan motivasi dan memobilisasi pegawai untuk bekerja secara
optimal.
42 Ibid, h. 68
31
Sedangkan menurut PP RI No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan menyebutkan bahwa kemampuan (ability) guru sebagai salah satu
faktor yang mempengaruhi kinerja dalam mencapai keberhasilan proses belajar
mengajar mencakup empat macam, meliputi:43
1) Kemampuan Pribadi
Kemampuan pribadi adalah kemampuan guru dalam
melaksanakan proses belajar mengajar. Cece Wijaya dan Tabrani Rusyan
merinci kemampuan pribadi guru meliputi:
a) Kemantapan dan integrasi pribadi b) Peka terhadap perubahan dan pembaharuan c) Berfikir alternatif d) Adil, jujur, dan objektif e) Disiplin dalam melaksanakan tugas f) berusaha memperoleh hasil kerja yang sebaik-baiknya g) Simpatik, menarik, luwes, dan bijaksana h) berwibawa44
Sedangkan Moh. Uzer Usman menerangkan bahwa kemampuan
pribadi guru meliputi hal-hal berikut:
a) Mengembangkan kepribadian b) Berinteraksi dan berkomunikasi c) Melaksanakan bimbingan dan penyuluhan d) Melaksanakan administrasi pendidikan e) Melaksanakan penelitian sederhana untuk keperluan
pengajaran45
43 Lembaga Kajian Pendidikan Keislaman dan Sosial (LeKDiS), Standar Nasional Pendidikan, (Ciputat: Han�s Print, 2005), h. 26-27 44 Cece Wijaya dan A. Tabrani Rusyana, Kemampuan Dasar Guru dalam Proses Belajar
Mengajar, (Bandung: Remaja Rosda Karya), h. 21 45 Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2000), Cet.
ke-12, h. 16-17
32
Kemampuan pribadi menjadikan guru dapat mengelola dan
berinteraksi secara baik serta mengelola proses belajar mengajar. Guru
juga harus mempunyai kepribadian yang utuh karena bagaimanapun guru
merupakan suri tauladan bagi anak didiknya.
2) Kemampuan professional
Kemampuan profesional adalah kemampuan dalam penguasaan
akademik yang diajarkan dan terpadu dengan kemampuan mengajarnya
sekaligus, sehingga guru memiliki wibawa akademis.
Menurut Cece Wijaya, kemampuan profesional guru meliputi:
a) Menguasai bahan b) Mengelola program belajar mengajar c) Mengelola kelas d) Menggunakan sumber media pengajaran e) Menguasai landasan pendidikan f) Mengelola interaksi belajar mengajar g) Menilai prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran h) Mengenal fungsi dan program pelayanan bimbingan dan
penyuluhan i) Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah j) Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil-hasil
penelitian pendidikan untuk keperluan pengajaran.46
Kemampuan profesional guru penting dalam hubungannya dengan
kegiatan belajar mengajar dan hasil belajar siswa karena proses belajar
mengajar dan hasil belajar yang diperoleh oleh siswa tidak hanya
ditentukan oleh sekolah. pola dan struktur serta isi kurikulumnya juga
46 Cece Wijaya, Opcit, h. 16-17
33
akan dapat ditentukan oleh kemampuan guru yang mengajar dalam
membimbing siswanya.
3) Kemampuan Sosial
Kemampuan sosial adalah kemampuan yang berhubungan dengan
bentuk partisipasi sosial seorang guru dalam kehidupan sehari-hari di
masyarakat tempat ia bekerja, baik secara formal maupun informal,
meliputi:
a) Terampil berkomunikasi dengan peserta didik b) Bersikap simpatik c) Dapat bekerjasama dengan guru bimbingan konseling d) Pandai bergaul dengan kawan sejawat dan mitra pendidikan.47
4) Kemampuan Pedagogik
Kemampuan pedagogik adalah kemampuan mengelola
pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman peserta didik,
perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan
pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi
yang dimilikinya.
Dengan demikian, guru sebagai makhluk yang dibekali potensi
kemampuan tertentu, dan untuk mengaplikasikan serta mengembangkan
kemampuan tersebut diperlukan suatu latihan dan pendidikan. Guru harus
memiliki kompetensi dan profesional dalam bidangnya, maka ia memiliki
kriteria-kriteria seperti yang dijelaskan di atas.
47 Ibid, h.19
34
e. Faktor-faktor yang Dapat Meningkatkan Kinerja
Setiap perusahaan selalu berusaha meningkatkan kinerja pegawai
semaksimal mungkin dalam batas-batas kemampuannya. Timbul pertanyaan di
sini, bagaimana cara meningkatkan kinerja pegawai semaksimal mungkin. Hal ini
dinilai sangat penting, sebab dengan dana dan kemampuan yang terbatas kita
harus memilih suatu cara yang paling tepat untuk dapat meningkatkan kinerja
semaksimal mungkin.Pola seperti ini pun berlaku dalam organisasi pendidikan.
Menurut Payaman J. ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan
kinerja seseorang. Faktor-faktor tersebut meliputi sebagai berikut:48
1) Pendidikan dan latihan
Pendidikan di sini meliputi pendidikan formal dan non formal.
Pendidikan baik formal maupun non formal merupakan prasyarat untuk
mempertahankan martabat manusia. Melalui pendidikan pegawai diberi
kesempatan untuk mengembangkan dan meningkatkan kemampuannya.
Dengan pendidikan berarti keahlian dan keterampilan pegawai meningkat
maka diharapkan pegawai tersebut bisa mencapai prestasi yang maksimal
dalam bidang tugasnya.
Seseorang yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi
memungkinkan dia untuk bekerja lebih produktif daripada orang lain
yang tingkat pendidikannya rendah, hal ini dikarenakan orang tersebut
48 John Suprihanto, Manajemen Sumber Daya Manusia II, (Jakarta: Karunika UT, 1997), h. 22-
28
35
mempunyai cakrawala atau pandangan yang lebih luas sehingga mampu
untuk bekerja atau menciptakan lapangan kerja.
2) Gizi dan Kesehatan
Makanan merupakan kebutuhan pokok yang harus dipenuhi dalam
rangka kelangsungan hidupnya. Untuk menjaga kesehatan diperlukan
makanan yang memenuhi persyaratan kesehatan, yaitu makanan yang
mengandung gizi yang cukup. Seseorang yang dalam keadaan sehat atau
kuat jasmani dan rohaninya akan dapat berkonsentrasi dalam
pekerjaannya dengan baik, sehingga produktivitas yang dicapai pegawai
tersebut menjadi tinggi.
3) Motivasi internal
Motivasi merupakan proses untuk mencoba mempengaruhi
seseorang agar melakukan sesuatu. Sehingga dapat diartikan bahwa
kinerja seseorang tergantung pada motivasi orang tersebut terhadap
pekerjaan yang dilakukan.
4) Kesempatan kerja
Kesempatan kerja dapat mempengaruhi kinerja. Kesempatan kerja
dalam hal ini berarti (dalam artian mikro) meliputi; pertama, adanya
kesempatan untuk bekerja. Kedua, pekerjaan yang sesuai dengan
pendidikan dan keterampilan pekerja (The right man on the right place).
Ketiga, adanya kesempatan untuk mengembangkan diri, hal ini akan
dapat menjadikan pegawai menjadi lebih kreatif.
36
5) Kemampuan manajerial pimpinan
Perusahaan adalah suatu tempat dimana orang-orang memperoleh
pengalaman kerja dan kesempatan meningkatkan keterampilannya.
Tanggungjawab peningkatan keterampilan seperti itu sebagian besar
tergantung pada pimpinan.
Dengan demikian faktor manajemen sangat berperan dalam
meningkatkan kinerja, baik secara langsung melalui perbaikan
pengorganisasian dan tata prosedur yang memperkecil pemborosan,
maupun secara tidak langsung melalui penciptaan jaminan kesempatan bagi
seseorang untuk berkembang, penyediaan fasilitas latihan, perbaikan
penghasilan dan jaminan sosial.
6) Kebijaksanaan pemerintah
Usaha peningkatan kinerja sangat sensitif terhadap kebijaksanaan
pemerintah di bidang produksi, investasi, perizinan, usaha, teknologi,
moneter, fiskal, distribusi dan lain-lain. Pola ini juga ada dalam kinerja
guru. Menyangkut faktor-faktor yang dapat meningkatkan kinerja ini,
Nitisemoto berpendapat bahwa ada beberapa hal yang dapat dilakukan,
meliputi:49
1) Gaji yang cukup 2) Memperhatikan kebutuhan rohani 3) Sesekali perlu menciptakan suasana santai 4) Harga diri perlu mendapatkan perhatian 5) Tempatkan pegawai pada posisi yang tepat
49 Alex S. Nitisemoto, Manajemen Personalia, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1996), h. 101-102
37
6) Berikan kesempatan kepada mereka untuk maju 7) Perasaan aman menghadapi masa depan perlu diperhatikan 8) Usahakan karyawan mempunyai loyalitas 9) Pemberian insentif yang terarah 10) fasilitas yang menyenangkan
f. Kinerja Guru dalam Proses Belajar Mengajar
Seorang guru selalu dituntut memiliki kinerja yang baik, karena ia
merupakan pelaku utama dalam kegiatan belajar mengajar. Untuk meningkatkan
kinerja guru diperlukan beberapa kemampuan yang perlu dimiliki dalam
mengelola pengajaran. Kinerja guru ini dapat dicerminkan dari kemampuannya
melakukan perencanaan pengajaran, keterampilan mengajar, dan kemampuannya
mengelola hubungan antarpribadi.50
Proses dalam pengertian di sini merupakan intruksi semua komponen atau
unsur yang terdapat dalam belajar mengajar yang satu sama lainnya saling
berhubungan dalam ikatan untuk mencapai tujuan.51
Perubahan dan kemampuan untuk berubah merupakan batasan dan makna
yang terkandung dalam belajar, yaitu perubahan seseorang dari tidak tahu
menjadi tahu, dari bodoh menjadi pintar, dari tidak bisa menjadi bisa, dan dari
kurang terpelajar menjadi terpelajar. Dengan kata lain kriteria keberhasilan dalam
belajar diantaranya ditandai dengan terjadinya perubahan pengetahuan, sikap,
keterampilan, dan tingkah laku pada individu yang belajar.
50 R. Soeganda Poerbakawatja, Ensiklopedia Pendidikan, (Jakarta: Gunung Agung, 1990), h.
183 51 Moh. Uzer Usman, Opcit, h. 5
38
Belajar mengajar merupakan suatu proses dan bukan merupakan suatu
hasil. Oleh karena itu belajar berlangsung secara aktif dan interaktif dengan
menggunakan berbagai bentuk perbuatan untuk mencapai tujuan. Mengajar
menurut Uzer Usman pada prinsipnya adalah membimbing siswa dalam
kebaikan.52
Menurut definisi modern, mengajar dapat diartikan dengan�Teaching as
the guidance of learning�, yang berarti suatu bimbingan pada anak-anak dalam
proses belajar dan posisi guru hanya sebagai pembimbing, penunjuk jalan dengan
memperhatikan kepribadian anak dan keaktifan yang lebih ditekankan pada anak.
Dapat disimpulkan bahwa mengajar adalah tingkat dan fase yang dilalui
anak dalam mempelajari sesuatu melalui bimbingan yang diberikan oleh pendidik
untuk menghasilkan perubahan tingkah laku pada diri anak, baik pada aspek
kognitif, afektif, dan psikomotorik. Jadi kinerja guru dalam proses belajar
mengajar adalah berkaitan dengan pelaksanaan tugasnya sebagai seorang
pendidik yang profesional baik secara kualitatif maupun kuantitatif, memiliki
kompetensi, dan keterampilan dalam mengajar untuk mencapai tujuan pengajaran
secara efektif dan efesien.
B. Kerangka Pikir
Kinerja guru atau prestasi kerja adalah hasil yang dicapai oleh guru dalam
melaksanakan tugas-tugas yang diembankan kepadanya berdasarkan atas kecakapan,
52 Ibid, h.3
39
pengalaman dan kesungguhan serta waktu dengan output yang dihasilkan tercermin
baik kuantitas maupun kualitasnya.
Dalam melaksanakan tugasnya membentuk lulusan berkompetensi hendaknya
guru memiliki kecerdasan emosional (EQ) yaitu merupakan suatu kemampuan yang
dimiliki oleh individu untuk dapat menggunakan perasaannya secara optimal guna
mengenali dirinya sendiri dan lingkungan sekitarnya. Dengan kecerdasan emosional
(EQ) ini guru akan mampu melakukan praktek-praktek kerja secara berkeunggulan.
Kecerdasan emosional dapat diukur melalui: motivasi, empati, keterampilan sosial
dan kesadaran diri, pengaturan diri.
Tingkat kecerdasan emosional seorang guru tinggi apabila ia mampu
mengelola emosinya dan mampu memotivasi dirinya sendiri. Jika kecerdasan emosi
dikaitkan dengan kinerja maka guru dengan kecerdasan emosi tinggi akan lebih
mampu mengatasi kesulitan-kesulitan dalam melaksanakan tugas-tugasnya sehingga
kinerjanya akan meningkat.
Jadi seorang guru yang memiliki kecerdasan emosional yang tinggi maka ia
mempunyai kinerja yang tinggi pula. Sedangkan seorang guru yang mempunyai
kecerdasan emosional yang rendah maka dalam kinerjanya akan rendah pula. Dengan
demikian diduga terdapat hubungan positif antara kecerdasan emosional dengan
kinerja guru SDIT Nur Fatahillah Pondok Benda Buaran Serpong.
Apabila dibuat skema, maka hubungan antara kecerdasan emosional dengan
kinerja guru dapat digambarkan sebagai berikut:
40
Tabel 1
Hubungan Antara Kecerdasan Emosi dengan Kinerja Guru
Guru
C. Perumusan Hipotesis
Berdasarkan kerangka berpikir di atas dapat ditarik kesimpulan dan sekaligus
diputuskan untuk dijadikan hipotesis penelitian yang dirumuskan sebagai berikut:
Terdapat hubungan positif yang signifikan antara kecerdasan emosional dengan
kinerja guru SDIT Nur Fatahillah Pondok Benda Buaran, Serpong. Artinya bahwa
semakin tinggi kecerdasan emosional akan semakin tinggi pula kinerjanya.
Jika dituliskan dalam bentuk hipotesis statistik adalah:
Ho : rxy = 0
Ha : rxy > 0
Keterangan:
rxy : Koefesien korelasi antara kecerdasan emosional (X) dengan kinerja guru
(Y).
Ho : Hipotesis nol, tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kecerdasan
emosional dengan kinerja guru.
Ha : Hipotesis alternatif, terdapat hubungan yang signifikan antara kecerdasan
emosional dengan kinerja guru.
EQ KINERJA
41
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara
kecerdasan emosional dengan kinerja guru SDIT Nur Fatahillah Pondok Benda
Buaran Serpong.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Lokasi yang dijadikan tempat penelitian ini adalah di SDIT Nur
Fatahillah Pondok Benda Buaran Serpong.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan antara bulan Desember 2006 sampai
Februari 2007.
C. Metode Penelitian
Pada penelitian ini penulis menggunakan metode survai dengan analisis
korelasional penelitiannya terdiri dari variabel bebas yaitu kecerdasan emosional
(Variabel X) dan variabel terikatnya yaitu kinerja guru (variabel Y).
id19174125 pdfMachine by Broadgun Software - a great PDF writer! - a great PDF creator! - http://www.pdfmachine.com http://www.broadgun.com
42
D. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru SDIT Nur Fatahillah
Pondok Benda Buaran Serpong. Jumlah sampel terjangkau adalah 30 orang guru atau
66,67 %. Tehnik pengambilan sampel di tetapkan secara Random Sampling artinya
setiap guru SDIT Nur Fatahillah Pondok Benda Buaran Serpong dalam populasi
mempunyai kesempatan yang sama untuk diambil sebagai sampel.
E. Teknik Pengumpulan Data
Dalam hal ini penulis mengadakan penelitian langsung ke objek yang diteliti
dengan menggunakan beberapa teknik, yaitu:
1. Kuesioner dalam bentuk skala likert, yaitu skala kecerdasan emosional dan
kinerja guru. Instrumen kecerdasan emosional dan kinerja guru disusun
berdasarkan indikator-indikator yang berkaitan. Setiap item diberikan 4
(empat) alternatif jawaban yaitu: selalu, sering, kadang-kadang, tidak pernah,
dengan rentangan skor 1-4. Pemberian skor diberikan untuk pernyataan
positif setiap jawaban (SL) diberi skor 4, (S) diberi skor 3, (KD) diberi skor 2,
(TP) diberi skor 1, untuk pernyataan negatif sebaliknya yaitu, jika jawaban
(SL) diberi skor 1, (S) diberi skor 2, (KD) diberi skor 3, (TP) diberi skor 4.
2. Observasi atau pengamatan, penulis mengadakan pengamatan langsung ke
sekolah untuk mendapatkan gambaran konkrit tentang kinerja guru. Teknik
ini dilakukan hanya untuk memperkaya data yang telah didapat.
43
F. Instrumen Penelitian
1. Kecerdasan Emosional Guru
a. Definisi konseptual
Kecerdasan emosional adalah suatu kemampuan yang dimiliki oleh
individu untuk dapat menggunakan perasaannya secara optimal guna
mengenali dirinya sendiri dan lingkungan sekitarnya.
b. Definisi operasional
Kecerdasan emosional dapat diukur melalui indikator: a) Kesadaran
diri, b) Pengaturan diri, c) Motivasi, d) Empati dan e) Keterampilan sosial.
c. Kisi-kisi Instrumen Kecerdasan Emosional
Tabel 2
Kisi-Kisi Kecerdasan Emosional
No. Item Variabel
Penelitian Indikator
(+) (-) Jumlah
Kesadaran diri 1,2,16,25 6,15,24,31 8
Pengaturan diri 5,23,37 3,4,20,21,22,36,38 10
Motivasi 7,8,9,17,34,35 32 7
Empati 10,11,18,19,26,27 6
Keterampilan sosial 12,30,40 13,14,28,29,33,39 9
Kecerdasan emosional
Jumlah 40
44
2. Kinerja Guru
a. Definisi Konseptual
Kinerja guru adalah keberhasilan guru dalam melaksanakan
kegiatan belajar mengajar yang bermutu.
b. Definisi Operasional
Kinerja guru adalah total skor yang diperoleh dari hasil penilaian
dengan indikator-indikator : kesetiaan dan komitmen yang tinggi pada
tugas mengajar, menguasai dan mengembangkan metode, menguasai bahan
pelajaran dan menggunakan sumber belajar, bertanggung jawab memantau
hasil belajar mengajar, kedisiplinan dalam mengajar dan tugas lainnya,
kreativitas dalam melaksanakan pengajaran, melakukan interaksi dengan
murid untuk menimbulkan motivasi, kepribadian yang baik, jujur dan
obyektif dalam membimbing siswa, mampu berfikir sistematis tentang apa
yang dilakukannya, dan pemahaman dalam administrasi pengajaran.
c. Kisi-kisi Instrumen Kinerja Guru
Tabel 3
Kisi-Kisi Kinerja Guru
No. Item Jumlah Variabel
Penelitian Indikator (+) (-)
Kesetiaan dan komitmen yang tinggi pada tugas mengajar
1,2,18 2 Kinerja
Menguasai dan mengembangkan metode
3,4,17,20 4
45
Menguasai bahan pelajaran dan menggunakan sumber belajar
5,19,24,27 4
Bertanggung jawab memantau hasil belajar mengajar
6,7,14,15,23,26
31 7
Kedisiplinan dalam mengajar dan tugas lainnya
8,16,32 3
Kreativitas dalam melaksanakan pengajaran
9,10,33,34,35
5
Melakukan interaksi dengan murid untuk menimbulkan motivasi
11,25,28, 29,37
36,38 7
Kepribadian yang baik, jujur dan obyektif dalam membimbing siswa
21,22,40 3
Pemahaman dalam administrasi pengajaran
12,13,30, 39
4
Jumlah 40
G. Teknik Analisa Data
Setelah data terkumpul maka dilakukan tahap analisis data, yaitu peneliti
berusaha untuk memberikan uraian mengenai hasil penelitiannya. Dalam analisis data
dilakukan beberapa tahapan yang meliputi:
1. Analisis Uji Instrumen
a. Uji Validitas
Suatu instrumen baru dapat dipergunakan dalam penelitian bilamana
telah dinyatakan valid. Validitas adalah kemampuan suatu alat ukur untuk
mengukur sasaran ukurnya.1 Suatu instrumen dikatakan valid jika memiliki
1 Jafar Ahiri, Validitas dan Reabilitas Tes: Deskripsi Konsep dan Aplikasinya dalam Evaluasi
Pendidikan, (Jakarta: Depdiknas Pusat Teknologi Komunikasi dan Informasi Pendidikan, Jurnal No.13/VII/TEKNODIK/Desember/2003), 2003, h. 117
46
validitas yang tinggi, yaitu bila instrumen tersebut telah dapat mengukur apa
yang diukur.2
Untuk pengujian validitas instrumen kecerdasan emosional dan
kinerja guru digunakan uji validitas butir, dengan menggunakan bantuan
SPSS 11.5 for Windows. Setelah dilakukan perhitungan validitas pada angket
tes kecerdasan emosional3 didapat 15 butir soal yang tidak valid dan 25 butir
soal yang valid. Sedangkan pada angket tes kinerja guru4 didapat 8 butir soal
yang tidak valid dan 32 butir soal lainnya valid. Kemudian dari butir-butir
soal yang valid itulah yang diujikan.
b. Uji Reliabilitas
Persyaratan lain yang perlu dipenuhi oleh suatu instrumen adalah
reliabilitas. Suatu instrumen dikatakan reliabel apabila instrumen tersebut
konsisten dalam memberikan penilaian atas apa yang diukur. Jika hasil
penilaian yang diberikan oleh instrumen tersebut konsisten memberikan
jaminan bahwa intrumen tersebut dapat dipercaya.5 Untuk menentukan
reliabilitas instrumen kecerdasan emosional dan kinerja guru dengan
menggunakan bantuan SPSS 11.5 for Windows.
2 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta : Bumi Aksara, September
2003), cet. ke-4, h. 46 3 Lampiran 4, h. 82 4 Lampiran 6, h. 90 5Ronny Kountur, Metode Penelitian untuk Penulisan Skripsi dan Tesis, (Jakarta: Penerbit
PPM, 2003), h.152
47
Setelah dilakukan perhitungan reabilitas pada angket tes kecerdasan
emosional6 didapat r Alpha adalah positif dan lebih besar dari r tabel (0,8521
> 0,2407) maka ke 25 butir soal kecerdasan emosional adalah reliabel. Dan
pada angket tes kinerja guru7 didapat r Alpha adalah positif dan lebih besar
dari r tabel8 (0,8906 > 0,2407) maka butir-butir soal di atas adalah reliabel.
2. Analisis Data Real
a. Uji Prasyarat Analisis Data
Analisis data yang digunakan mencakup uji normalitas, uji homogenitas,
dan uji linearitas. Secara rinci dijabarkan sebagai berikut:
1) Uji Normalitas dengan Menggunakan Uji Liliefors
2) Uji Homogenitas dengan Menggunakan Uji Fisher
b. Pengujian Hipotesis
Uji hipotesis mencakup uji korelasi, uji signifikansi dan koefesien
determinasi. Secara rinci dijabarkan sebagai berikut:
1) Uji Korelasi
6 Lampiran 5, h. 86 7 Lampiran 7, h. 94 8 Lampiran 8, h. 97
48
Untuk menganalisa hubungan kedua variabel digunakan teknik
analisis korelasional Bivariat dengan rumus Product Moment dari Karl
Pearson, rumus tersebut sebagai berikut: 9
2222
YYNXXN
YXXYNrxy
Keterangan:
r = angka Indeks korelasi �r� Product Moment
N = number of Cases
∑XY = jumlah hasil perkalian antara skor X dan Y
∑X = jumlah seluruh skor X
∑Y = jumlah seluruh skor Y
2) Uji Signifikansi dengan Menggunakan Uji t
Untuk mengetahui keberartian hubungan dapat diketahui dengan
menggunakan uji t yang dilakukan pada taraf signifikansi 0,05. Dengan
rumus sebagai berikut:
9 Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, Juni
2004), cet ke-14, h. 206
49
t = 21
2
r
nr
Dengan kriteria pengujian :
Jika thitung > ttabel maka Ho ditolak
Jika thitung < ttabel maka Ho diterima.
3) Koefesien Determinasi
Untuk mengetahui seberapa besar konstribusi variabel X
terhadap variabel Y digunakan rumus sebagai berikut: 10
Rumus Koefesien determinan
KD = r² x 100%
Keterangan:
KD = konstribusi variabel X terhadap variabel Y
r ² = koefesien korelasi antara variabel X terhadap variabel Y
10 Sudjana, Metoda Statistik, (Bandung: Tarsito, 1996), cet ke-6, h.371
50
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum
1. Letak SDIT Nur Fatahillah Serpong
SDIT Nur Fatahillah Serpong terletak di Desa Buaran, Jalan H. Jamat
No.28 A Buaran, Pondok Benda Serpong, No. Telp. 021 75871214.
2. Visi dan Misi
a. Visi
Terwujudnya pendidikan dasar islami yang berkualitas dalam bingkai
Iman dan Takwa (IMTAK) berlandaskan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
(IPTEK).
b. Misi
Mewujudkan SDIT yang islami dan unggul serta mampu melahirkan
peserta didik yang memiliki kepribadian yang sholeh, sehat, cerdas, terampil,
mandiri, dan kompetitif.
3. Tujuan
Tujuan pendidikan di SDIT Nur Fatahillah sesuai dengan tujuan
Pendidikan Nasional yang tercantum dalam UU No. 2 Tahun 1992 tentang
Sistem Pendidikan Nasional yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dan
id19189031 pdfMachine by Broadgun Software - a great PDF writer! - a great PDF creator! - http://www.pdfmachine.com http://www.broadgun.com
51
mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya yaitu manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Allah SWT dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan
dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan
mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
SDIT Nur Fatahillah juga memiliki tujuan-tujuan khusus meliputi:
a. Membentuk manusia yang berakidah benar.
b. Membentuk manusia yang berakhlak mulia.
c. Membentuk manusia yang berpikir cerdas.
d. Membentuk manusia yang bertubuh sehat dan kuat.
e. Membentuk manusia yang kreatif, inisiatif dan responsif.
4. Keadaan Guru dan Karyawan
Dalam dunia pendidikan, guru mempunyai peranan yang sangat penting,
karena guru adalah pelaksana langsung dari proses belajar mengajar dan
bertanggung jawab terhadap tercapainya tujuan pendidikan. Di dalam proses
belajar mengajar guru berkewajiban memberikan segala pengetahuan yang
dimiliki terhadap anak didik sesuai dengan perkembangan dan juga
mengadakan perubahan tingkah laku anak didik ke arah yang lebih baik.
Adapun jumlah guru di SDIT Nur Fatahillah Tahun Pelajaran 2006-2007
berjumlah 45 orang dan karyawan berjumlah 8 orang.
Nama guru dan karyawan dapat dilihat pada tabel berikut:
52
Tabel 4
Nama Guru dan Karyawan SDIT Nur Fatahillah Serpong
No Nama Jabatan Pendidikan Terakhir 1 Rinaldi Syafiq, S.Ag Kepala Sekolah S1 IAIN/Pend. Bahasa Arab 2 Erni Hariyani, S.Sos Wakil Kurikulum S1 UI/Kesejahtraan Sosial 3 Suwito Kurniawan, S.Sos Wakil Sekretaris S1 IISIP/Jurnalistik 4 Sri Rahayu, S.Ag Wakil Kesiswaan S1 IAIN/Bahasa Indonesia 5 Elvarina, S.H Guru S1 UMJ/Hukum 6 Dina Wijayanti, B.Sc Guru D3 AUP dan Syariah/PAI 7 Siti Ramdah, AMa Guru D2 PGSD 8 Muthmainnah Guru D3 Tafsir Qur`an 9 Fiva Driani A., S.E Guru S1 UI/Ekonomi 10 Heppy Kurnia, S.Pd Guru S1 UPI/Matematika 11 Kusmundriati, S.Pd Guru S1 UNJ/Pend. Ekonomi 12 Endah Yulianti, S.Pdi Guru S1 UIN/KIMP 13 Yunita Pandiangan, S.Pt Guru S1 IPB/Agribisnis 14 Firly Adriani, S.E Guru S1 Univ. Jambi/Ekonomi 15 Uun Hunalika, S.Pd Guru S1 UHAMKA/Pend. MTK 16 Isdiana, S.Pd Guru S1 IKIP Jakarta/Pend.
Bahasa Inggris 17 Nurjanah, S.Sos Guru S1 UI/Kesejahteraan Sosial 18 Nur Inayah, S.Pdi Guru S1 UIN/PAI 19 Hamdi Supriadi, S.Hi Guru S1 UMJ/ Hukum Islam 20 Sulistiwan, S.Ag Guru S1 UIN/Perband. Agama 21 Taufiq Hidayat Guru D2 LTQ Al Hikmah 22 Ina Nafilah, S.p Guru S1 UIN/Agrobisnis 23 Mujiadi, S.Pd Guru S1 IKIP/Pend.Bahasa Arab 24 Abdullah, S.Pdi Guru S1 UIN/KISP 25 Ari Suryati, S.Pdi Guru S1 IIQ/Tafsir 26 Dewi Sartika, S.Pd Guru S1 UNJ/Pend. MTK 27 Laila Kodariah, S.Sos.I Guru S1 UIN/Dakwah 28 Nuhyatul M, S.Pdi Guru S1 UIN/PAI 29 Siti Aminah, S.H.I Guru S1 UIN/Syariah 30 Suci Arofah, S.E Guru S1 UMJ/Ekonomi 31 Rihanah, S.H.I Guru S1 UIK/Hukum Islam 32 Maharani Febri, S.Pd Guru S1 UNJ/PPKN 33 Dewi Rahmayanti, S.H.I Guru S1 UIN/Hukum Islam 34 Ir. Munasri H, M.Sc Guru S2 Belanda 35 Arfawati, S.Pd Guru S1 UHAMKA/Pend. Bahasa
53
Inggris 36 Sasmi P, S.Pd Guru S1 UNJ/ Pend.Biologi 37 Sri Utari, S.Pd Guru S1 UNJ/Pend. Biologi 38 Imas Masruroh, S.Ag Guru S1 UIN/ Pend. Bahasa Arab 39 Cut Nurmasita, S.Pd Guru S1 IKIP/Pend. Bahasa Arab 40 Rini Nuraini, S.Pdi Guru S1 UIN/PAI 41 Nanang Kosim, S.I.P,
S.Pd.I Guru S1 UMJ/Ilmu Politik/KIMP
42 Galih Purnama, S.S.I Guru S1 UIN/Dirasat Islamiyah 43 Ida Saida Guru S1 UIN/ KIMP 44 Aswin Guru S1 STIE AD/Akutansi 45 Dahlia Nilakanti Guru S1 IPB/Agrobisnis
Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa kualifikasi pendidikan
yang dimiliki oleh guru SDIT Nur Fatahillah Serpong mayoritas Strata 1,
disamping itu semua pendidik yang mengajar pada sekolah ini memiliki Akta
IV sehingga dapat dikatakan sekolah ini mencapai standarisasi pendidikan.
B. Deskripsi Data
1. Deskripsi Data Kecerdasan Emosional (X)
Dari hasil penelitian, diperoleh skor data kecerdasan emosional di SDIT
Nur Fatahillah pondok benda buaran serpong sebagai berikut:
Tabel 5 Deskripsi Data Kecerdasan Emosional (X) dengan Bantuan SPSS 11.5 for Windows
Data Nilai
Mean 81.6
Median 84
54
Std. Deviation 8.41
Range 32
Minimum 66
Maximum 98
Sum 2449
Data tersebut diperoleh dari hasil tes yang diberikan kepada 30
responden (Para dewan guru di SDIT Nur Fatahillah Pondok Benda Buaran
Serpong ). Tes kecerdasan emosional meliputi : kesadaran diri, pengaturan
diri, motivasi, empati dan keterampilan sosial. Lebih jelasnya deskripsi data
skor kecerdasan emosional (X) dapat dilihat dalam tabel frekuensi dan
gambar histogram berikut ini.
Tabel 6
Distribusi frekuensi Skor Kecerdasan Emosional (X)
No Interval Kelas Fabs Fkb Fka X Fr 1 66 � 71 5 30 5 68.5 16.7%
2 72 � 76 5 25 10 74 16.7%
3 77 � 81 4 20 14 79 13.3%
4 82 � 86 8 16 22 84 26.7%
5 87 � 91 4 8 26 89 13.3%
6 92 � 96 3 4 29 94 10%
7 97 � 101 1 1 30 99 3.3%
30 100%
Bila diinterpretasikan maka skor yang berada pada interval 82-86
merupakan skor yang paling banyak diperoleh oleh guru di SDIT Nur
55
Fatahillah dengan perolehan median skor kecerdasan emosional sebesar 84,
atau sekitar 26,7 % berarti nilai rata-rata ini masih di bawah standar nilai baik
dengan skor minimum yang diperoleh yaitu 66 dan skor maksimum
maksimum yaitu 98, dengan standar deviasi sebesar 8,41 dan nilai mean
sebesar 81,6.
Gambar 1
Histogram Deskripsi Data Kecerdasan Emosional (X)
X
100.095.090.085.080.075.070.065.0
X
Fre
quen
cy
10
8
6
4
2
0
Std. Dev = 8.41
Mean = 81.6
N = 30.00
56
2. Deskripsi Data Kinerja Guru (Y)
Pada pengumpulan data kinerja, penulis menggunakan angket sehingga
diperoleh skor data kinerja (kinerja guru di SDIT Nur Fatahillah Pondok
Benda Buaran Serpong) sebagai berikut:
Tabel 7
Deskripsi Data Kinerja Guru (Y) dengan Bantuan SPSS 11.5 for Windows
Data Nilai
Mean 104.8667
Median 109
Std. Deviation 10.80464
Range 40
Minimum 84
Maximum 124
Sum 3146
Data tesebut diperoleh dari hasil angket yang diberikan kepada 30
responden (Para dewan guru di sekolah SDIT Nur Fatahillah Pondok Benda
Buaran Serpong). Angket tersebut meliputi kesetiaan dan komitmen yang
tinggi pada tugas mengajar, menguasai dan mengembangkan metode,
menguasai bahan pelajaran dan menggunakan sumber belajar, bertanggung
jawab memantau hasil belajar mengajar, kedisiplinan dalam mengajar dan
tugas lainnya, kreativitas dalam melaksanakan pengajaran, melakukan
interaksi dengan murid untuk menimbulkan motivasi, kepribadian yang baik,
57
jujur dan obyektif dalam membimbing siswa, dan pemahaman dalam
administrasi pengajaran. Lebih jelasnya deskripsi data skor kinerja guru (Y)
dapat dilihat dalam tabel frekuensi dan gambar histogram di bawah ini.
Tabel 8 Distribusi frekuensi Skor Kinerja Guru (Y)
No Interval Kelas Fabs Fkb Fka X Fr 1 84 � 91 5 30 5 87.5 16.7%
2 92 � 98 5 25 10 95 16.7%
3 99 � 105 3 20 13 102 10%
4 106 � 112 11 17 24 109 36.6%
5 113 � 119 4 6 28 116 13.3%
6 120 � 126 2 2 30 123 6.7%
30 100%
Bila diinterpretasikan maka skor yang berada pada interval 106 � 112
merupakan skor yang paling banyak diperoleh guru di SDIT Nur Fatahillah
Pondok Benda Buaran Serpong dengan perolehan median skor kinerja guru
sebesar 109 atau sekitar 36,6% berarti rata-rata ini masih di bawah standar
nilai baik dengan skor minimum yang diperoleh yaitu 84 dan skor maksimum
yaitu 124, dengan standar deviasi sebesar 1080 dan nilai mean sebesar 1049.
58
Gambar 2
Histogram Skor Kinerja Guru (Y)
Y
125.0
120.0
115.0
110.0
105.0
100.0
95.0
90.0
85.0
Y
Fre
quen
cy
12
10
8
6
4
2
0
Std. Dev = 10.80
Mean = 104.9
N = 30.00
C. Analisis Data
1. Pengujian Prasyarat Analisis Data
Sebelum melakukan pengujian hipotesis maka terlebih dahulu dilakukan
prasyarat analisis data penelitian yang akan di uji, seperti uji normalitas, dan
uji homogenitas. Adapun prasyaratnya dijabarkan sebagai berikut:
a. Uji Normalitas
1) Uji Normalitas Variabel Kecerdasan Emosional Guru (X)
59
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang
diteliti berdistribusi normal atau tidak. Pengujian normalitas ini
menggunakan uji Liliefors dengan rumus sebagai berikut:
)()( ZiSZiFLo
Keterangan :
Lo/Lobservasi : harga mutlak terbesar
F (Zi) : peluang angka baku
S (Zi) : proporsi angka baku
Uji ini dilakukan pada taraf signifikansi 5%. Dengan kriteria sebagai
berikut:
Lhit < Ltab : data berdistribusi normal
Lhit > Ltab : data berdistribusi tidak normal
Berdasarkan hasil perhitungan yang terdapat pada lampiran,1
diperoleh harga Lhit 0,0436 > Ltab 0, 161 dengan demikian dapat
ditafsirkan bahwa data variabel kecerdasan emosional (X)
berdistribusi normal. Dengan perincian dalam tabel sebagai berikut:
1 Lampiran 9, h. 98
60
Tabel 9 Hasil Uji Normalitas Variabel Kecerdasan Emosional (X)
Variabel Banyak sampel
Lhit Ltab Kesimpulan data
Kecerdasan Emosional
30 0,0436 0, 161 Data berdistribusi normal
Lebih jelasnya kenormalan variabel kecerdasa emosional (X)
tersebut dapat dilihat dalam bentuk diagram pencar di bawah ini:
Gambar 3 Diagram Pencar Uji Normalitas Kecerdasan Emosional (X)
Normal Q-Q Plot of X
Observed Value
10090807060
Exp
ecte
d N
orm
al V
alue
100
90
80
70
60
Catatan: Terlihat sebaran data dari variabel kecerdasan emosional (X) bergerombol di sekitar garis uji yang mengarah ke kanan atas, dan tidak ada data yang tersebar jauh dari sebaran data. Dengan demikian, data tersebut dikatakan normal
61
2) Uji Normalitas Variabel Kinerja Guru (Y)
Berdasarkan hasil perhitungan yang terdapat pada lampiran,2
diperoleh harga Lhit 0,1141 < Ltab 0,161 dengan demikian dapat
ditafsirkan bahwa data variabel Kinerja Guru (Y) berdistribusi
normal. Dengan perincian dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 10 Hasil Uji Normalitas
Variabel Kinerja Guru (Y)
Variabel Banyak sampel
Lhit Ltab Kesimpulan data
Kinerja Guru 30 0,1141 0, 161 Data berdistribusi normal
Lebih jelasnya kenormalan variabel kinerja guru (Y) tersebut
dapat dilihat dalam bentuk diagram pencar di bawah ini:
Gambar 4 Diagram Pencar Uji Normalitas Kinerja Guru (Y)
2 Lampiran 9, h. 100
62
Normal Q-Q Plot of Y
Observed Value
1301201101009080
Exp
ecte
d N
orm
al V
alue
130
120
110
100
90
80
Catatan: Terlihat sebaran data dari variabel kinerja guru SDIT Nur Fatahillah (Y) bergerombol di sekitar garis uji yang mengarah ke kanan atas, dan tidak ada data yang tersebar jauh dari sebaran data. Dengan demikian, data tersebut dikatakan normal
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas pada prinsipnya ingin menguji apakah data
kategori yang diteliti mempunyai varians yang sama atau tidak di antara
data kategori tersebut. Pengujian homogenitas dilakukan dengan
Pengujian homogenitas dalam penelitian ini dilakukan berdasarkan uji
kesamaan varian kedua kelompok yang dilakukan dengan uji Fisher pada
taraf signifikan 95%, dengan kriteria pengujian:
Bila Fhit < Ftab, maka Ho diterima, berarti kedua data homogen.
Bila Fhit > Ftab, maka Ho ditolak, berarti kedua data tidak homogen.
63
Uji homogenitas kedua varian terlampir, dengan hasil sebagai berikut:
Berdasarkan hasil perhitungan didapat Fhit = 1,65 3 dengan Ftab pada
taraf signifikan 0,05 didapat nilai sebesar = 1,85 sehingga Fhit < Ftab berarti
terima Ho maka dapat disimpulkan bahwa kedua varians bersifat
homogen.
2. Uji Hipotesis
Selanjutnya analisis diarahkan pada upaya mengukur ada tidaknya
kaitan antara hubungan kecerdasan emosional dengan kinerja guru SDIT Nur
Fatahillah Pondok Benda Buaran Serpong. Dengan demikian, penelitian ini
dilakukan untuk membuktikan berapa besar hubungan antara variabel X dan
variabel Y. Adapun langkah yang akan ditempuh dijabarkan sebagai berikut:
a. Uji Korelasi
Untuk mengetahui dengan jelas nilai koefisien korelasi antara
hubungan antara kecerdasan emosional dengan kinerja guru SDIT Nur
Fatahillah Pondok Benda Buaran Serpong, penulis menggunakan
rumus korelasi Product Moment dari Pearson.
2222
YYNXXN
YXXYNrxy
3 Lampiran 10, h. 101
64
Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan, diperoleh harga
indeks korelasi (rxy) sebesar 0,675 4 > (r tabel Product Moment) 0,361
pada taraf signifikansi 5%. Secara kasar atau sederhana dari hasil
analisis tersebut, ternyata harga indeks korelasi antara kecerdasan
emosional atau variabel X dan kinerja guru atau variabel Y tidak
bertanda negatif; berarti di antara kedua variabel tersebut terdapat
korelasi positif (korelasi yang berjalan searah). Jadi hubungan antara
kecerdasan emosional dengan kinerja guru SDIT Nur Fatahillah
Pondok Benda Buaran Serpong, adalah positif, sehingga hipotesa
teruji (terdapat hubungan positif antara kecerdasan emosional dengan
kinerja guru SDIT Nur Fatahillah Pondok Benda Buaran Serpong).
Tabel 11 Hasil Koefesien Korelasi
rtab DK rhit 5% 1%
Kesimpulan Data
0.675 0,361 0,461 Ho ditolak
Untuk mengetahui keberartian hubungan dapat diketahui dengan
menggunakan uji t yang dilakukan pada taraf signifikansi 0,05.
Rumusnya dapat dilihat di bawah ini:²
4 Lampiran 11, h. 103
65
t = 21
2
r
nr
Dengan kriteria pengujian :
Jika thit > ttab : Ho ditolak
Jika thit < ttab : Ho diterima
Berdasarkan perhitungan pengujian signifikansi yang terdapat
pada lampiran,5 maka dapat diketahui harga thit (6,55) ternyata lebih
besar jika dibandingkan dengan harga ttab (2,04). Artinya terdapat
hubungan yang signifikan antara kecerdasan emosional dengan
kinerja guru. Lebih jelas dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 12
Hasil Signifikan
rtab DK thit 5%
Kesimpulan Data
30 6,55 2,04 Ho ditolak
b. Koefesien Determinasi
Perhitungan ini dilakukan guna mengetahui konstribusi
kecerdasan emosional (variabel X) terhadap kinerja guru (variabel Y).
5 Lampiran 12 , h. 105
66
Berdasarkan perhitungan yang terdapat pada lampiran,6 maka dapat
diketahui konstribusi variabel X terhadap variabel Y sebesar rxy =
0,675 maka KD = 45,5 %. Sehingga konstribusi kecerdasan emosional
terhadap kinerja guru besarnya 45, 5 % dan sebesar 54,5 %
dipengaruhi oleh variabel lain.
D. Interpretasi Data
Kecerdasan emosional merupakan salah satu kecerdasan yang dimiliki
manusia dari sekian banyaknya kecerdasan yang ada pada setiap individu.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan akhir-akhir ini ditemukan bahwa
kecerdasan emosional memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap
keberhasilan hidup seseorang dibandingkan kecerdasan intelektual. Dengan kata
lain, memiliki EQ tinggi lebih penting dalam pencapaian keberhasilan ketimbang
IQ tinggi yang diukur berdasarkan uji standar terhadap kecerdasan kognitif verbal
dan nonverbal.
Komaruddin Hidayat Direktur Program Pasca Sarjana UIN Jakarta
/Pembina Sekolah Madania, mengatakan tidak semua orang yang memiliki
jabatan dan titel kesarjanaan yang tinggi memiliki kecerdasan emosional yang
6 Lampiran 13 , h. 106
67
tinggi, padahal salah satu kunci keberhasilan hidup seseorang banyak ditentukan
oleh kecerdasan emosional.7
Begitu juga dengan kinerja guru yang harus selalu ditingkatkan agar
proses belajar mengajar yang dilakukan dapat menciptakan generasi-generasi
yang cerdas dan siap menghadapi pergaulan masyarakat dunia.. Peningkatan
kinerja ini dipengaruhi oleh tingginya kecerdasan emosional yang dimiliki oleh
guru.
Hal di atas dapat dibuktikan dengan hasil yang diperoleh pada penelitian ini
yaitu kecerdasan emosional guru mempunyai pengaruh yang cukup besar (sebesar
45,5%) pada kinerja guru, walaupun selain faktor kecerdasan emosional masih
ada faktor lain yang turut mempengaruhi kinerja guru seperti pendidikan,
pelatihan, pengalaman, maupun yang lainnya.
Karena arah koefisien korelasi positif, maka dapat diinterpretasikan bahwa
semakin tinggi kecerdasan emosional guru maka semakin tinggi pula kinerjanya
dalam menjalankan proses belajar mengajar, dengan kata lain guru akan mampu
melakukan praktek-praktek kerja secara berkeunggulan, sedangkan semakin
rendah kecerdasan emosional guru maka semakin rendah pula kinerjanya.
7 Gsianturi, Jabatan Tinggi ,EQ Rendah?, http://www.kompas.co.id/, Rabu, 23 Februari,
2005.
68
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis data dan hasil penelitian serta pengujian hipotesis yang
telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan:
1. Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara kecerdasan emosional
dengan kinerja guru SDIT Nur Fatahillah yang ditunjukkan oleh hasil
perhitungan dari koefisien korelasi yaitu rxy = 0,675 > 0,361.
2. Kontribusi kecerdasan emosional terhadap kinerja guru ditunjukkan oleh hasil
dari perhitungan koefisien determinan, dengan perolehan nilai sebesar 45,5 %
dengan demikian 50,5 % kinerja guru dipengaruhi oleh variabel lainnya.
B. Saran
Dengan adanya hubungan yang signifikan antara kecerdasan emosional dan
kinerja guru, maka penulis mengemukakan saran sebagai berikut:
1. Berdasarkan hal di atas, maka sebaiknya para pendidik harus terus
meningkatkan kecerdasan emosional yang dimilikinya dengan
meningkatkan pada lima unsur yaitu: kesadaran diri, motivasi diri,
pengendalian diri, empati, dan keterampilan dalam membina hubungan,
sehingga diharapkan kinerjanya pun akan lebih meningkat.
id19204906 pdfMachine by Broadgun Software - a great PDF writer! - a great PDF creator! - http://www.pdfmachine.com http://www.broadgun.com
69
2. Kepala Sekolah harus menyadari bahwa kecerdasan emosional memiliki
kontribusi yang cukup besar dalam mempengaruhi kinerja seorang guru.
Melihat urgensi ini hendaknya Kepala Sekolah mengupayakan langkah-
langkah yang diperlukan dalam meningkatkan kecerdasan emosional guru,
sehingga hal itu akan berpengaruh terhadap kinerja guru dalam proses
belajar mengajar.
3. Hendaknya Kepala Sekolah dapat mengupayakan peningkatan kinerja
guru baik dengan meningkakan EQ juga dengan upaya lain, seperti
pelatihan strategi pembelajaran, materi pembelajaran, media pembelajaran
dan lain sebagainya agar segala apa yang menjadi tujuan pendidikan dapat
tercapai.
70
DAFTAR PUSTAKA
Ahiri, Jafar., Validitas dan Reabilitas Tes: Deskripsi Konsep dan Aplikasinya dalam Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Depdiknas Pusat Teknologi Komunikasi dan Informasi Pendidikan, Jurnal No.13/VII/TEKNODIK/Desember/2003, 2003.
Aldag, Roman J., and Stearns, Timothy., Management, Chicago: South Western
Publishing Co., 1987. Arikunto, Suharsimi., Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta : Bumi Aksara,
September 2003, cet. ke-4. Dalyono, M., Psikologi Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 1997. E. Shapiro, Lawrence, Mengajarkan Emotional Intellegence pada Anak, Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, 1998. Goleman, Daniel., Emotional Intelligence, Penerjemah T. Hermaya Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, 2000. Goleman, Daniel., Emotional Intelligence, Penerjemah T. Hermaya, Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, 2000, cet. Ke-10. Gsianturi, Jabatan Tinggi ,EQ Rendah?, http://www.kompas.co.id/, Rabu, 23
Februari, 2005. Hartati, Netty., et.al., Islam dan Psikologi, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004. Ibda, Fatimah,. Emotional Intellegence dalam Dunia Pendidikan. Banda Aceh:
Fakultas Tarbiyah, IAIN Ar-Raniry, Jurnal Didaktika, Vol. 2 No. 2, 2000. J.L., Gibson., dan Cevich, Ivan., Organisasi dan Manajemen, Terjemahan: Sulistyo,
Jakarta: Erlangga, 1993. K. Cooper, Robert., dan Sawaf, Ayman., Executive EQ, Penerjemah Alex Tri
Kantjono Widodo, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2002. Kountur, Ronny., Metode Penelitian untuk Penulisan Skripsi dan Tesis, Jakarta:
Penerbit PPM, 2003.
id19235000 pdfMachine by Broadgun Software - a great PDF writer! - a great PDF creator! - http://www.pdfmachine.com http://www.broadgun.com
71
Lembaga Kajian Pendidikan Keislaman dan Sosial (LeKDiS), Standar Nasional Pendidikan, Ciputat: Han�s Print, 2005.
Mangkunegara, A.A. Anwar Prabu., Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan,
Bandung: Rosdakarya, 2004 Munandir, Ensiklopedia Pendidikan, Malang: Um Press, 2001. Nawawi, Hadari., Administrasi Pendidikan, Jakarta: PT. Gunung Agung, 1996. --------------------, Organisasi Sekolah dan Pengelolaan Kelas, Jakarta: PT. Gunung
Agung, 1985. Nggermanto, Agus., Quantum Quotient, Bandung: Nuansa, 2002. Nitisemoto, Alex S., Manajemen Personalia, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1996. Nurdin, Syafruddin., dan Usman, M. Basyiruddin., Guru Profesional dan
Implementasi Kurikulum, Jakarta: Ciputat Press, 2002. Poerbakawatja, R. Soeganda., Ensiklopedia Pendidikan, Jakarta: Gunung Agung,
1990. Poerwadarminta, WJS., Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, 1988. Pusat Pengembangan Tasawuf Positif, Menyinari Relung-relung Ruhani, Jakarta:
Hikmah, 2002. Rose, Colin., dan J. Nicholl, Malcom., Cara Belajar Cepat Abad XXI, penerjemah
Dedy Ahimsa, Bandung: Nuansa, 2002. Rusyan, Tabrani., dkk, Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung:
Rosdakarya, 1994. Sabri, M. Alisuf., Psikologi Pendidikan, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996. --------------------, Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan, Jakarta: Pedoman
Ilmu Jaya, 2001. Segal, Jeanne., Melejitkan Kepekaan Emosional, penerjemah Ary Nilandari,
Bandung: Kaifa, 2000.
72
Semiawan, Conny R., Belajar dan Pembelajaran dalam Taraf Pendidikan Usia Dini, Jakarta: Prenhallindo, 2002.
Setiadi, A.V. Aryaguna. Hubungan Antara Kecerdasan Emosional dengan
Keberhasilan Bermain Game, Surabaya: Universitas Surabaya, Anima, Indonesia Psychological Journal, 2001, Vol. 17, No. 1.
Shaleh, Abdul Rahman., dan Wahab, Muhbib Abdul., Psikologi Suatu Pengantar
dalam Perspektif Islam, Jakarta: Kencana, 2004. Shapiro, Lawrence E., Mengajarkan Emotional Intellegence pada Anak, penerjemah;
Alex Tri Kantjono, Jakarta: Gramedia, 2001. Simanjuntak, Payaman J., Manajemen dan Evaluasi Kinerja, Jakarta: LPFE UI, 2005. Stein, Steven J. & Book, Howard E., Ledakan EQ, penerjemah Trinanda Rainy
Januarsari, Bandung: Kaifa, 2002. Subroto, Suryo., Proses Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta, 1997. Sudijono, Anas., Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
Juni 2004, cet ke-14. Sudjana, Metoda Statistik, Bandung: Tarsito, 1996. Suharsono, Akselerasi Intelegensi; Optimalkan IQ, EQ dan SQ, Depok: Inisiasi Press,
2004. -----------, Mencerdaskan Anak, Depok: Inisiasi Press, 2003. Suprihanto, John., Manajemen Sumber Daya Manusia II, Jakarta: Karunika UT,
1997. Usman, Moh. Uzer., Menjadi Guru Profesional, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya,
2006. UUSPN, Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003, Bandung: Citra
Umbara, 2003. Wahyono, Tekad., Memahami Kecerdasan Emosi Melalui Kerja Sistem Limbik,
Surabaya: Universitas Wangsa Manggala, Anima, Indonesian Psychological Journal, 2001, Vol. 17, No.1.
73
Wijaya, Cece., dan Rusyana, A. Tabrani., Kemampuan Dasar Guru dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2000.
Yusuf, Syamsu., Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Bandung: Rosda Karya,
2004.