HUBUNGAN UMUR IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN BAYI …

57
HUBUNGAN UMUR IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR) DI RSUD MAJALAYA KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2017 LAPORAN TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna menyelesaikan Pendidikan Program Studi D III Kebidanan STIKes Bhakti Kencana Bandung Oleh : IRA GUMBIRA NIM : CK.1.15.014 SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BHAKTI KENCANA PROGRAM STUDI D.III KEBIDANAN B A N D U N G 2 0 1 8

Transcript of HUBUNGAN UMUR IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN BAYI …

Page 1: HUBUNGAN UMUR IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN BAYI …

HUBUNGAN UMUR IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN BAYI BERAT

LAHIR RENDAH (BBLR) DI RSUD MAJALAYA

KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2017

LAPORAN TUGAS AKHIR

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna menyelesaikan

Pendidikan Program Studi D III Kebidanan

STIKes Bhakti Kencana Bandung

Oleh :

IRA GUMBIRA

NIM : CK.1.15.014

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BHAKTI KENCANA

PROGRAM STUDI D.III KEBIDANAN

B A N D U N G 2 0 1 8

Page 2: HUBUNGAN UMUR IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN BAYI …
Page 3: HUBUNGAN UMUR IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN BAYI …
Page 4: HUBUNGAN UMUR IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN BAYI …
Page 5: HUBUNGAN UMUR IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN BAYI …

iii

ABSTRAK

Usia kehamilan di bawah 20 tahun dari sisi kesehatan membahayakan bagi

ibu dan bayinya. Risiko tinggi dari hamil < 20 tahun salah satunya adalah terjadi

BBLR. Begitupun dengan umur hamil > 35 tahun berisiko bayi dengan BBLR.

Studi pendahuluan didapatkan bahwa terjadi peningkatan kejadian BBLR di

RSUD Majalaya dari tahun 2015 sebanyak 10,3% dan tahun 2017 menjadi

14,88%.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan umur ibu hamil

dengan kejadian BBLR di RSUD Majalaya Kabupaten Bandung tahun 2017.

Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional. Populasi sebanyak

1026 responden dan sampel didapatkan sebanyak 342 BBLR dan 684 tidak BBLR

sehingga sampel sebanyak 234 responden. Pengambilan data secara sekunder

yaitu melihat rekam medik RSUD Majalaya Kabupaten Bandung tahun 2017

dengan analisa data mengunakan analisis univariat dan bivariat.

Hasil penelitian didapatkan bahwa umur ibu lebih dari setengahnya

berisiko rendah sebanyak 699 orang (68,1%) dan kurang dari setengahnya

berisiko tinggi sebanyak 327 orang (31,9%), kejadian BBLR lebih dari

setengahnya tidak terjadi BBLR sebanyak 684 orang (66,7%) dan kurang dari

setengahnya terjadi BBLR sebanyak 342 orang (33,3%), didapatkan nilai p-value

(0,000) lebih kecil dari nilai α (0,05) sehingga dapat dikatakan terdapat hubungan

yang signifikan antara umur dengan kejadian BBLR.

Simpulan didapatkan bahwa umur berhubungan dengan kejadian BBLR.

Saran kepada pihak rumah sakit karena masih banyaknya kejadian BBLR karena

berbagai faktor maka pihak rumah sakit bisa terus meningkatkan sarana prasarana

seperti menambah inkubator dan meningkatkan pelayanan mengenai asuhan

kebidanan pada bayi BBLR.

Kata kunci : BBLR, Umur, Ibu Hamil

Daftar Pustaka : 23 Sumber (Tahun 2009-2014).

Page 6: HUBUNGAN UMUR IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN BAYI …

iv

KATA PENGANTAR

Segala Puji serta Syukur senantiasa kita panjatkan pada Illahi Rabbi yang

senantiasa memberikan rahmat, karunia, serta lindungan kepada kita semua

sehingga kita masih bisa melaksanakan segala perintah-Nya dan menjalankan

segala aktivitas sebagaimana mestinya. Tak lupa Shalawat serta salam tercurah

limpahkan pada Nabi Muhammad SAW sebagai suri tauladan umat dan Sang

pengemban Agama Allah SWT yang telah membimbing kita dari masa

kejahiliyahan sampai masa sekarang yang terang benderang ini.

Alhamdulillah berkat rahmat Allah, pada kesempatan ini penulis dapat

menyelesaikan laporan tugas akhir yang berjudul “HUBUNGAN UMUR IBU

HAMIL DENGAN KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR)

DI RSUD MAJALAYA KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2017”. Dimana

laporan tugas akhir ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan

pendidikan program DIII Kebidanan STIKes Bhakti Kencana Bandung.

Penyusunan laporan tugas akhir ini penulis sendiri mendapatkan banyak

bimbingan, pengarahan, masukan serta dorongan moriil maupun materiil, maka

dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang tak

terhingga terutama kepada:

1. H. Mulyana, SH., MPd., MH.Kes selaku Ketua Yayasan Adhi Guna

Kencana.

2. R. Siti Jundiah, M.Kep, selaku Ketua STIKes Bhakti Kencana Bandung;

3. Dewi Nurlaela Sari, M.Keb. selaku ketua program studi D III kebidanan

STIKes Bhakti Kencana Bandung.

Page 7: HUBUNGAN UMUR IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN BAYI …

v

4. Supriyatni KZ., SKM., M.MKes. selaku pembimbing yang telah

memberikan arahan dan meluangkan waktu serta tenaganya.

5. Seluruh Staff dan Dosen yang telah memberikan ilmunya kepada penulis

6. Kepada kedua orang tua yang selalu mendo’akan dan mendukung secara

moril dan materil dengan penuh sabar dan penuh kasih sayang.

7. Seluruh pihak yang penulis tidak bisa sebutkan satu persatu

Penulis menyadari akan kekurangan maupun kesalahan dalam penyusunan

laporan tugas akhir ini, baik dalam penyajian materi maupun penyusunan tata

bahasanya. Hal ini karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang penulis

miliki sehingga penulis mengharapkan saran dan kritik sebagai bahan masukan

dari semua pihak demi kesempurnaan isi yang terkandung dalam laporan tugas

akhir ini.

Akhir kata, semoga semua amal yang telah mereka berikan kepada penulis

mendapat balasan yang lebih baik dari Allah SWT. Penulis juga berharap semoga

laporan tugas akhir ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca pada

umumnya.

Bandung, September 2018

Penulis

Page 8: HUBUNGAN UMUR IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN BAYI …

vi

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERSETUJUAN

ABSTRAK .................................................................................................. iii

KATA PENGANTAR ............................................................................... iv

DAFTAR ISI ............................................................................................. vi

DAFTAR TABEL ..................................................................................... ix

DAFTAR BAGAN ...................................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ xi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah .................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................. 3

1.3 Tujuan Penelitian ............................................................... 3

1.4 Manfaat Penelitian ............................................................. 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Kehamilan .............................................................. 6

2.1.1 Pengertian Kehamilan ............................................ 6

2.1.2 Perubahan Fisiologi dalam Kehamilan .................. 6

2.1.3 Umur Ibu Beresiko untuk Hamil ............................ 10

2.2 Konsep Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) ......................... 11

2.2.1 Definisi BBLR ........................................................ 11

2.2.2 Klasifikasi BBLR .................................................... 12

Page 9: HUBUNGAN UMUR IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN BAYI …

vii

2.2.3 Penyebab BBLR ...................................................... 25

2.2.4 Karakteristik BBLR ................................................ 26

2.2.5 Dampak BBLR ........................................................ 27

2.2.6 Diagnosis BBLR ..................................................... 29

2.2.7 Penatalaksanaan BBLR ........................................... 31

2.2.8 Pencegahan BBLR .................................................. 41

2.3 Hubungan Umur Ibu Hamil dengan BBLR ........................ 42

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian ................................................................ 45

3.2 Variabel Penelitian ............................................................. 45

3.3 Populasi Penelitian ............................................................. 46

3.4 Sampel dan Cara Pengambilan Sampel ............................... 46

3.5 Kerangka Pemikiran dan Kerangka Konsep ...................... 46

3.6 Definisi Operasional ............................................................ 49

3.7 Hipotesis .............................................................................. 49

3.8 Teknik Pengumpulan Data .................................................. 49

3.9 Pengolahan dan Analisa Data .............................................. 50

3.10 Waktu dan Lokasi Penelitian .............................................. 54

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian .................................................................. 55

4.2 Pembahasan ........................................................................ 58

Page 10: HUBUNGAN UMUR IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN BAYI …

viii

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan ............................................................................ 62

5.2 Saran ................................................................................... 62

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 11: HUBUNGAN UMUR IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN BAYI …

ix

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Definisi Operasional ........................................................................ 49

4.1 Distribusi Frekuensi Umur Ibu Hamil di RSUD Majalaya

Kabupaten Bandung Tahun 2017 ................................................... 56

4.2 Distribusi Frekuensi Angka Kejadian BBLR di RSUD Majalaya

Kabupaten Bandung Tahun 2017 .................................................... 57

4.3 Hubungan Umur Ibu Bersalin dengan Kejadian BBLR di RSUD

Majalaya Kabupaten Bandung Tahun 2017 .................................... 58

Page 12: HUBUNGAN UMUR IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN BAYI …

x

DAFTAR BAGAN

Bagan Halaman

3.1 Kerangka Konsep ........................................................................... 48

Page 13: HUBUNGAN UMUR IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN BAYI …

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Kisi-kisi Penelitian

Lampiran 2 : Lembar Observasi Hasil Rekam Medik

Lampiran 3 : Data Hasil Penelitian

Lampiran 4 : Perhitungan Hasil Penelitian

Lampiran 5 : Lembar Bimbingan

Page 14: HUBUNGAN UMUR IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN BAYI …

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Upaya untuk meningkatkan kualitas manusia seyogyanya harus

dimulai sedini mungkin sejak janin dalam kandungan dan sangat tergantung

terhadap kesejahteraan ibu termasuk kesejahteraan dan keselamatan

reproduksinya. Oleh karena itu upaya meningkatkan status kesejahteraan ibu

dan anak di Indonesia merupakan salah satu program prioritas (Kemenkes RI,

2013).

Kekurangan gizi pada saat ibu hamil dilihat dari pertumbuhan janin

akan mengakibatkan beberapa keadaan seperti kekurangan protein (KEP),

anemia gizi, defisiensi dan BBLR. Walaupun berat badan ibu kecil pada

trimester I kehamilan tetapi sangat membutuhkan gizi yang tinggi karena pada

trimester pertama ini plasenta terbentuk. Kegagalan kenaikan berat badan pada

trimester I dan trimester II akan meningkatkan kemungkinan lahirnya bayi

dengan berat badan lahir rendah (BBLR). Hal ini terjadi karena plasenta

mengecil sehingga mengakibatkan berkurangnya zat-zat makanan ke janin.

Bayi dengan BBLR mempunyai risiko kematian lebih tinggi dibandingkan

dengan bayi yang lahir dengan berat badan normal (Saimin, 2013).

Page 15: HUBUNGAN UMUR IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN BAYI …

2

Prevalensi BBLR diperkirakan 15% dari seluruh kelahiran di dunia

dengan batasan 3,3%-38% dan lebih sering terjadi di negara-negara

berkembang atau sosio-ekonomi rendah. Secara statistik menunjukkan 90%

kejadian BBLR didapatkan di negara berkembang dan angka kematiannya 35

kali lebih tinggi dibanding pada bayi dengan berat lahir lebih dari 2500 gram

(Pantiawati, 2010).

Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir 2500

gram atau kurang yang mempunyai usia kehamilan yang pendek (premature)

atau beratnya tidak sesuai dengan masa gestasinya (kecil untuk masa

kehamilan) atau keduanya (Bobak, 2013).

Kejadian BBLR dipengaruhi oleh beberapa karakteristik diantaranya

faktor ibu: penyakit (tosemia gravidarum, perdarahan antepartum, trauma fisik

dan psikologis, nefritis akut), umur <20 tahun, umur > 35 tahun, paritas:

grandemultipara, keadaan sosial: ekonomi rendah, faktor janin: hidramnion,

kehamilan ganda, kelainan kromosom, dan faktor lingkungan: tempat tinggal

dataran tinggi, radiasi dan zat-zat racun (Pantiawati, 2010). Dari beberapa

faktor yang menyebabkan BBLR, peneliti mengambil faktor umur ibu pada

saat hamil.

Survey Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan angka kehamilan

remaja pada tahun 2016 pada kelompok usia 15-19 tahun mencapai 48 dari

1000 kehamilan. Dari kejadian tersebut memperlihatkan bahwa pernikahan

Page 16: HUBUNGAN UMUR IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN BAYI …

3

dini dan seks pranikah di kalangan remaja banyak terjadi. Usia kehamilan di

bawah 20 tahun dari sisi kesehatan membahayakan bagi ibu dan bayinya.

Risiko tinggi dari hamil < 20 tahun salah satunya adalah terjadi BBLR.

Begitupun dengan umur hamil > 35 tahun berisiko bayi dengan BBLR

(Pantiawati, 2010).

Studi pendahuluan yang dilakukan di RSUD Majalaya Kabupaten

Bandung yang merupakan rumah sakit rujukan yang ada di Kabupaten

Bandung didapatkan bahwa angka kejadian BBLR tahun 2015 sebanyak 267

kejadian dari 2592 persalinan (10,3%), tahun 2016 sebanyak 283 kejadian dari

2465 persalinan (11,48%) dan tahun 2017 menjadi sebanyak 342 kejadian dari

2299 persalinan (14,88%) (Rekam Medik RSUD Majalaya, 2017).

Berdasarkan data di atas, didapatkan bahwa kejadian BBLR semakin

meningkat dari tahun ketahun. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk

mengambil judul penelitian “Hubungan umur ibu hamil dengan kejadian

BBLR di RSUD Majalaya Kabupaten Bandung tahun 2017”.

1.2 Rumusan Masalah

Dalam penelitian ini rumusan masalahnya yaitu apakah terdapat

hubungan umur ibu hamil dengan kejadian BBLR di RSUD Majalaya

Kabupaten Bandung tahun 2017?

Page 17: HUBUNGAN UMUR IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN BAYI …

4

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan umur ibu hamil dengan kejadian

BBLR di RSUD Majalaya Kabupaten Bandung tahun 2017.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Diketahuinya umur ibu hamil di RSUD Majalaya Kabupaten Bandung

tahun 2017.

2. Diketahuinya angka kejadian BBLR di RSUD Majalaya Kabupaten

Bandung tahun 2017.

3. Diketahuinya hubungan umur ibu hamil dengan kejadian BBLR di

RSUD Majalaya Kabupaten Bandung tahun 2017.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperlihatkan adanya

hubungan antara umur ibu bersalin dengan kejadian BBLR sehingga

salah satu upaya dalam mencegah terjadinya bayi lahir BBLR yaitu

dengan menghindari hamil pada usia remaja maupun usia yang lebih

dari 35 tahun.

Page 18: HUBUNGAN UMUR IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN BAYI …

5

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Bagi Peneliti

Penelitian ini dapat menjadi dasar penelitian lanjutan untuk

mengembangkan keilmuan, khususnya dalam bidang ilmu

kebidanan mengenai hubungan antara umur ibu hamil dengan

kejadian BBLR.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian bisa menjadi bahan bacaan di perpustakaan

mengenai hubungan umur ibu hamil dengan kejadian BBLR.

Page 19: HUBUNGAN UMUR IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN BAYI …

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Kehamilan

2.1.1 Pengertian Kehamilan

Kehamilan adalah kondisi dimana seorang wanita memiliki janin

yang sedang tumbuh di dalam tubuhnya. Kehamilan biasanya berkisar 40

minggu atau 9 bulan, dihitung dari awal periode menstruasi sampai

melahirkan (Sarwono, 2011). Kehamilan yaitu suatu proses reproduksi

yang perlu perawatan khusus, agar dapat berlangsung dengan baik

kehamilan mengandung kehidupan ibu maupun janin (Fatmawati, 2010).

2.1.2 Perubahan Fisiologi dalam Kehamilan

1. Uterus

Rahim yang semula besarnya sejempol atau 30 gram akan

mengalami hipertropi dan hiperplasia, sehingga menjadi seberat 1000

gram saat akhir kehamilan. ( Manuaba, 2013) Gambaran tinggi fundus

uteri :

a. 16 minggu : Tinggi fundus uteri setengah dari jarak sympisis dan

pusat.

b. 20 minggu : Tinggi fundus uteri terletak 2 jari di bawah pusat

c. 24 minggu : Tinggi fundus uteri tepat ditepi atas pusat\

d. 28 minggu : Tinggi fundus uteri sekitar 3 jari atas pusat

Page 20: HUBUNGAN UMUR IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN BAYI …

7

e. 32 minggu : Tinggi fundus uteri setengah jarak prosesus xifoideus

dan pusat

f. 36 minggu : Tinggi fundus uteri sekitar 1 jari dibawah prosesus

xifoideus

g. 40 minggu : Tinggi fundus uteri turun setinggi 3 jari dibawah

prosesus xifoideus, karena saat ini kepala janin sudah masuk PAP.

2. Vagina

Vagina dan vulva mengalami peningkatan pembuluh darah karena

pengaruh estrogensehingga tampak makin merah dan kebiru-biruan

(tanda chadwicks)

3. Serviks

Serviks terdiri atas jaringan fibrosa. Adanya hormon estrogen dan

hormon plasenta menyebabkan serviks menjadi lunak.

4. Payudara

Payudara mengalami pertumbuhan dan perkembangan sebagai

persiapan memberikan ASI pada saat laktasi.

5. Serviks Uteri

Serviks uteri pada saat kehamilan, mengalami perubahan hormon

estrogen. Jika korpus uteri mengandung lebih banyak jaringan otot,

maka serviks lebih banyak mengandung jaringan ikat.Jaringan ikat

pada serviks mengandung kolagen. Akibat kadar estrogen meningkat,

dengan adanya hipervaskularisasi maka konsistensi serviks menjadi

lunak.

Page 21: HUBUNGAN UMUR IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN BAYI …

8

6. Ovarium

Pada permulaan kehamilan terdapat korpus luteum gravidarum

sampai terbentuknya plasenta pada umur 16 minggu, yang kemudian

akan mengecil setelah plasenta terbentuk.

7. Traktus urinarius

Karena pengaruh desakan hamil muda dan turunnya kepala bayi

pada hamil tua terjadi gangguan miksi dalam bentuk sering kencing.

8. Traktus digetivus

Pada Trimester III ini, traktus digestivus akan mengalami suatu

perubahan seorang wanita yang sebelumnya mungkin tidak punya

masalah konstipasi, mungkin selama trimester II atau III ini akan

mengalami masalah tersebut. Konstipasi disebabkan oleh menurunya

gerakan peristaltik yang diakibatkan relaksasi otot halus diusus besar.

Relaksasi ototini terjadi karena peningkatan jumlah progesterone.

9. Sirkulasi darah

Sirkulasi darah dalam kehamilan dipengaruhi oleh adanya

sirkulasi ke plasenta, volume darah dalam kehamilan bertambah

secara fisiologik, volume darah akan bertambah banyak kira-kira 25 %

pada usia kehamilan 32 minggu, diikuti dengan cardiac output yang

meninggi sebanyak 30%.

10. Sistem respirasi

Pada kehamilan 32 minggu ke atas, ibu hamil tidak jarang

mengeluh sesak dan pendek nafas, hal ini disebabkan karena usus-

Page 22: HUBUNGAN UMUR IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN BAYI …

9

usus tertekan oleh uterus yang membesar ke arah diafragma, sehingga

diafragma kurang leluasa bergerak. Untuk memenuhi kebutuhan

oksigen yang meningkat 20%.

11. Kulit

Pada kulit terjadi perubahan deposit pigmen dan hiperpigmentasi

karena pengaruh MSH (Melanophore Stimulating Hormone).

Hiperpigmentasi ini terjadi pada striae gravidarum, areola mamae,

pipi/ chloasma gravidarum.

12. Metabolisme

Pada wanita hamil basal metabolic rate (BMR) meninggi, sistem

endokrin juga meninggi dan tampak lebih jelas kelenjar gondoknya

(grandula tireoida). BMR meningkat hingga 15 – 20% yang umumnya

ditemukan pada trimester terakhir

Berat badan wanita hamil naik kira-kira 6,5 – 16,5 kg, rata-rata

12,5 kg. Berat badan ini terjadi terutama dalam kehamilan 20 minggu

terakhir.Kenaikan beratbadan dalam kehamilan disebabkan oleh hasil

konsepsi fetus (plasenta, dan air ketuban), juga dari ibu (uterus,

mamae yang membesar, volume darah yang meningkat, lemak dan

protein yang banyak.

13. Perubahan pisikologis

a. Sering disebut periodemenunggu dan waspada sebab ibu merasa

tidak sabar menunggu bayinya.

Page 23: HUBUNGAN UMUR IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN BAYI …

10

b. Gerakan bayi dan membesarnya perut merupakan dua hal yang

mengingatkan ibu akan bayinya.

c. Kadang ibumerasa khawatir bayinya akan lahir sewaktu-waktu.

d. Ibu merasa khawatir kalau bayi yang dilahirkannya tidak normal.

e. Ibu bersikap melindungi bayinya.

f. Ibu mulai merasa takut akan rasa sakit dan bahaya fisik yang

timbul pada waktu melahirkan.

g. Rasa tidak nyaman timbul kembali.

h. Ibu merasa dirinya jelek dan aneh.

i. Ibu mulai merasa sedih karena akan berpisah dengan bayinya dan

kehilangan perhatian khusus yang diterima selama hamil.

j. Ibu memerlukan penjelasan dan dukungan dari suami, keluarga

dan bidan dalam memberikan support pada ibu menghadapi

persalinan.

k. Saat ini merupakan saat persiapan akhir untuk kelahiran bayi dan

menjadi orang tua.

l. Keluarga menduga-duga jenis kelamin bayi, mirip siapa.

m. Sudah memilih nama untuk bayinya.(Hanafi, 2010).

2.1.3 Umur Ibu Berisiko untuk Hamil

Faktor risiko yang sering dijumpai pada ibu hamil salah satu

diantaranya yaitu umur ≤ 20 tahun dan ≥ 35 tahun. Untuk kehamilan diusia

≤20 tahun dianggap masih berbahaya. Hal ini karena secara fisik dan

Page 24: HUBUNGAN UMUR IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN BAYI …

11

secara mental dan psikologis masih belum cukup matang dan dewasa

untuk menghadapi kehamilan dan persalinan. Kehamilan diusia ≤20 tahun

(Wiknjosastro, 2014)

Wanita dewasa berumur lebih dari 35 tahun ke atas, kondisi organ-

organ reproduksinya berbanding terbalik dengan yang di bawah 20 tahun.

Pada umur itu wanita mulai mengalami proses penuaan dengan kondisi

seperti itu maka terjadi regresi atau kemunduran dimana alat reproduksi

tidak sebagus layaknya normal, sehingga sangat berpengaruh pada

penerimaan kehamilan dan proses melahirkan (Wiknjosastro, 2014).

2.2 Konsep Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)

2.2.1 Definisi BBLR

Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir

2500 gram atau kurang yang mempunyai usia kehamilan yang pendek

(premature) atau beratnya tidak sesuai dengan masa gestasinya (kecil

untuk masa kehamilan) atau keduanya (Bobak, 2013).

Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat badan

lahir kurang dari 2500 gram (Arief, 2012). Bayi berat badan lahir rendah

adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang atau sama dengan 2500

gram (Pantiawati, 2010).

Neonatus dengan berat badan lahir <2500 gram atau sama dengan

2500 gram disebut prematur. Semua bayi yang disebut low birth weight

Page 25: HUBUNGAN UMUR IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN BAYI …

12

infants atau disebut dengan BBLR (Jumiarni, 2013). Usia gestasional

kurang dari 37 minggu atau berat badan lahirnya kurang dari 10 persentil

masa kehamilannya akibat janin gagal mempertahankan laju

pertumbuhan normal. Tidak semua bayi mempunyai berat kurang dari

2500 gram lahir prematur dan tidak semua bayi yang mempunyai berat

<2500 gram lahir aterm, jadi semua bayi dengan berat lahir <2500 gram

dengan mengabaikan penyebab dan tanpa memperhatikan usia kehamilan

disebut BBLR (Winkjosastro, 2013).

Jika ditinjau dari penanganan dan harapan hidupnya, bayi berat

lahir rendah dibedakan dalam:

1. Bayi Berat Lahir Lendah (BBLR), berat lahir 1500-2000 gram.

2. Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR), berat lahir < 1500 gram.

3. Bayi Berat Lahir Ekstrim Rendah (BBLER), berat lahir < 1000 gram

(Saifuddin, 2013).

2.2.2 Klasifikasi BBLR

Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dikelompokkan menjadi

prematuritas murni dan dismaturitas (Pantiawati, 2010).

1. Prematuritas Murni

Prematuritas murni adalah bayi dengan masa kehamilan kurang

dari 37 minggu dan berat badan sesuai dengan berat badan untuk usia

kehamilan atau disebut neonatus kurang bulan sesuai masa kehamilan

(Arief, 2012).

Menurut WHO, bayi prematur adalah bayi lahir hidup sebelum

usia kehamilan minggu ke 37 (dihitung dari hari pertama haid

Page 26: HUBUNGAN UMUR IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN BAYI …

13

terakhir). Bayi prematur atau bayi preterm adalah bayi yang berusia

kehamilan 37 minggu tanpa memperhatikan berat badan. Sebagian

besar bayi lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram adalah bayi

prematur (Pantiawati, 2010).

a. Penyebab Kelahiran Prematur

1) Faktor ibu

a) Toksemia gravidarum, yaitu preeklampsia dan eklampsia

b) Kelainan bentuk uterus (misalnya uterus bikornis,

inkompeten serviks)

c) Tumor (misalnya mioma uteri, sistoma)

d) Ibu yang menderita penyakit antara lain:

e) Akut dengan gejala panas tinggi (misalnya tifus

abdominalis, malaria)

f) Kronis (misalnya TBC, penyakit jantung, glomerulonefritis

kronis)

g) Trauma pada masa kehamilan, antara lain:

(1) Fisik, misalnya jatuh

(2) Psikologis misalnya stress

h) Usia ibu pada waktu hamil kurang dari 20 tahun atau lebih

dari 35 tahun.

i) Plasenta antara lain plasenta previa, solusio plasenta.

Page 27: HUBUNGAN UMUR IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN BAYI …

14

2) Faktor Janin

a) Kehamilan ganda

b) Hidramnion

c) Ketuban pecah dini

d) Cacat bawaan

e) Infeksi (misalnya rubella, sifilis, toksoplasmosis)

(Pantiawati, 2010).

2. Tanda Bayi Prematur

Tanda klinis atau penampilan yang tampak sagnat bervariasi,

tergantung pada usia kehamilan saat bayi dilahirkan. Makin prematur

atau makin kecil usia kehamilan saat dilahirkan makin besar pula

perbedaannya dengan bayi yang lahir cukup bulan. Tanda dan gejala

bayi prematur diantaranya:

a. Usia kehamilan kurang dari 37 minggu

b. Berat badan kurang dari 2500 gram

c. Panjang badan kurang dari 46 cm

d. Kuku panjangnya belum melewati ujung jari

e. Batas dahi dan rambut kepala tidak jelas

f. Lingkar kepala sama dengan atau kurang dari 33 cm.

g. Lingkar dada sama dengan atau kurang dari 30 cm

h. Rabut lanugo masih banyak

i. Jaringan lemak subkutan tipis atau kurang

Page 28: HUBUNGAN UMUR IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN BAYI …

15

j. Tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya,

sehingga seolah-olah tidak teraba tulang rawan daun telinga

k. Tumit mengkilap, telapk kaki halus

l. Alamat kelamin pada bayi laki-laki pigmentasi dan rugae pada

skrotum kurang. Testis belum turun ke dalam skrotum. Untuk bayi

perempuan klitoris menonjol, labia minora belum tertutup oleh

labia mayora.

m. Tonus otot lemah, sehingga bayi kurang aktif dan pergerakannya

lemah

n. Fungsi saraf yang belum atau kurang matang, mengakibatkan

refleks hisap, menelan dan batuk masih lemah

o. Jaringan kelenjar mamae masih kurang akibat pertumbuhan otot

dan jaringan lemak masih kurang

p. Verniks kaseosa tidak ada atau sedikit (Rukiyah, 2010).

3. Penilaian Usia Kehamilan pada waktu Bayi Dilahirkan

Penentuan usia kehamilan sangat penting karena angka

kematian dan kesakitan menurun dengan meningkatnya usia

kehamilan. Selain itu, ada hubungan antara usia kehamilan dan tingkat

maturitas fisiologis neonatus (Pantiawati, 2010).

4. Masalah-Masalah yang Dapat Terjadi

Tingkat kematangan fungsi sistem organ neonatus merupakan

syarat untuk dapat beradaptasi dengan kehidupan di luar rahim.

Penyakit yang terjadi pada bayi prematur berhubungan dengan belum

Page 29: HUBUNGAN UMUR IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN BAYI …

16

matangnya fungsi organ-organ tubuhnya. Hal ini berhubungan dengan

usia kehamilan saat bayi dilahirkan. Makin muda umur kehamilan,

makin tidak sempurna organ-organnya. Konsekuensi dari anatomi dan

fisiologi yang belum matang, bayi prematur cenderung mengalami

masalah yang bervariasi. Hal ini harus diantisipasi dan dikelola pada

masa neonatal. Adapun masalah-masalah yang terjadi adalah sebagai

berikut:

a. Hipotermia

Dalam kandungan, bayi berada dalam suhu lingkungan

yang normal dan stabil yaitu 360-37

0C. Segera setelah lahir bayi

dihadapkan pada suhu lingkungan yang umumnya lebih rendah.

Perbedaan suhu ini memberi pengaruh pada kehilangan panas

tubuh bayi. Selain itu, hipotermia dapa terjadi karena kemampuan

untuk mempertahankan panas dan kesanggupan menambah

produksi panas sangat terbatas karena pertumbuhan otot-otot yang

belum cukup memadai, lemak subkutan yang sedikit, belum

matangnya sistem saraf pengatur suhu tubuh, luas permukaan

tubuh relatif lebih besar dibanding dengan berat badan sehingga

mudah kehilangan panas. Tanda klinis hipotermia:

1) Suhu tubuh di bawah normal

2) Kulit dingin

3) Akral dingin

4) Sianosis

Page 30: HUBUNGAN UMUR IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN BAYI …

17

b. Sindrom Gawat Nafas

Kesukaran pernapasan pada bayi prematur dapat

disebabkan belum sempurnanya pembentukan membran halin

surfaktan paru yang merupakan suatu zat yang dapat menurunkan

tegangan dinding alveoli paru. Pertumbuhan surfaktan paru

mencapai maksimum pada minggu ke-35 kehamilan.

Defisiensi surfaktan menyebabkan gangguan kemampuan

paru untuk mempertahankan stabilitasnya, alveolus akan kembali

kolaps setiap akhir ekspirasi sehingga untuk pernapasan berikutnya

dibutuhkan tekanan negatif intratoraks yang lebih besar yang

disertai usaha inspirasi yang kuat. Tanda klinis sindrom gawat

napas:

1) Pernapasan cepat

2) Sianosis perioral

3) Merintih waktu, ekspirasi

4) Retraksi subternal dan interkostal

c. Hipoglikemia

Pengukuran kadar gula darah pada 12 jam pertama

menunjukkan bahwa hipoglikemia dapat terjadi sebanyak 50%

pada bayi matur. Glukosa merupakan sumber utama energi selama

masa janin. Kecepatan glukosa yang diambil janin tergantugn dari

kadar gula darah ibu karena terputusnya hubungan plasenta dan

janin menyebabkan terhentinya pemberian glukosa. Bayi aterm

Page 31: HUBUNGAN UMUR IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN BAYI …

18

dapat mempertahankan kadar gula darah 50-60 mg/dL selama 72

jam pertama, sedangkan bayi berat badan lahir rendah dalam kadar

40 mg/dL. Hal ini disebabkan cadangan glikogen yang belum

mencukupi. Hipoglikemia bila kadar gula darah sama dengan atau

kurang dari 20 mg/dL. Tanda klinis hipoglikemia:

1) Gemetar atau tremor

2) Sianosis

3) Apatis

4) Kejang

5) Apnea intermiten

6) Tangisan lemah atau melengking

7) Kelumpuhan atau letargi

8) Kesulitan minum

9) Terdapat gerakan putar mata

10) Keringat dingin

11) Hipotermia

12) Gagal jantung dan henti jantung (sering berbagai gejala muncul

bersama-sama) (Pantiawati, 2010).

d. Perdarahan Intrakranial

Pada bayi prematur pembuluh darah masih sangat rapuh

hingga mudah pecah. Perdarahan intrakranial dapat terjadi karena

trauma lahir, disseminated intravascular coagulopathy atau

trombositopenia idiopatik. Matriks germinal epidimal yang kaya

Page 32: HUBUNGAN UMUR IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN BAYI …

19

pembuluh darah merupakan wilayah yang sangat rentan terhadap

perdarahan selama minggu pertama kehidupan. Tanda klinis

perdarahan intrakranial:

1) Kegagalan umum untuk bergerak normal

2) Refleks moro menurun atau tidak ada

3) Tonus otot menurun

4) Letargi

5) Pucat dan sianosis

6) Apnea

7) Kegagalan menetek dengan baik

8) Muntah yang kuat

9) Tangisan bernada tinggi dan tajam

10) Kejang

11) Kelumpuhan

12) Fontanela mayor mungkin tegang dan cembung

13) Pada sebagian kecil penderita mungkin tidak ditemukan

manifestasi klinik satu pun (Muslihatun, 2010).

e. Rentan Terhadap Infeksi

Pemindahan substansi kekebalan dari ibu ke janin terjadi

pada minggu terakhir masa kehamilan. Bayi prematur mudah

menderita infeksi karena imunitas humoral dan seluler masih

kurang hingga bayi mudah menderita infeksi. Selain itu, karena

kulit dan selaput lendir membran tidak memiliki perlindungan

seperti bayi cukup bulan (Pantiawati, 2010).

Page 33: HUBUNGAN UMUR IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN BAYI …

20

f. Hiperbilirubinemia

Hal ini dapat terjadi karena belum maturnya fungsi hepar.

Kurangnya enzim glukorinil transferase sehingga konjugasi

bilirubin indirek menjadi bilirubin direk belum sempurna, dan

kadar albumin darah yang berperan dalam transportasi bilirubin

dari jaringan ke hepar kurang. Kadar bilirubin normal pada bayi

prematur 10 mg/dL. Hiperbilirubinemia pada prematur bila tidak

segera diatasi dapat menjadi kern ikterus yang akan menimbulkan

gejala sisa yang permanen. Tanda klinis Hiperbilirubinemia:

1) Sklera, puncak hidung, sekitar mulut, dada, perut dan

ekstremitas berwarna kuning.

2) Letargi

3) Kemampuan mengisap menurun

4) Kejang (Varney, 2014).

g. Kerusakan Integritas Kulit

Lemak subkutan kurang atau sedikit. Struktur kulit yang

belum matang dan rapuh. Sensitivitas yang kurang akan

memudahkan terjadinya kerusakan integritas kulit, terutama pada

daerah yang sering tertekan dalam waktu lama. Pemakaian plester

dapat mengakibatkan kulit bayi lecet atau bahkan lapisan atau ikut

terangkat (Pantiawati, 2010).

Page 34: HUBUNGAN UMUR IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN BAYI …

21

5. Dismaturitas

Dismaturitas adalah bayi dengan berat badan kurang dari berat

badan yang seharusnya untuk usia kehamilannya, yaitu berat badan di

bawah persentil 10 pada kurva pertumbuhan intra uterin, biasa disebut

dengan bayi kecil untuk masa kehamilan (KMK/SGA). Hal ini

menunjukkan bayi mengalami retardasi pertumbuhan intrauterine,

keadaan ini berhubungan dengan gangguan sirkulasi dan efisiensi

plasenta (Pantiawati, 2010).

a. Faktor-faktor yang menyebabkan gangguan pertumbuhan intra

uterin

1) Faktor janin

Kelainan kromosom, infeksi janin kronik, disotonomia

familial, retardasi, kehamilan ganda, aplasia pankreas.

2) Faktor plasenta

Berat plasenta kurang, plasenta berongga atau keduanya,

luas permukaan berkurang, plasentitis vilus, infark tumor

(korio angiona), plasenta yang lepas, sindrom tranfusi bayi

kembar.

3) Faktor ibu

Toksemia, hipertensi, penyakit ginjal, hipoksemia (penyakit

jantung sionatik, penyakit paru), malnutrisi, anemia sel sabit,

ketergantungan (obat narkotik, alkohol, rokok).

Page 35: HUBUNGAN UMUR IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN BAYI …

22

b. Gejala klinis

Gejala klinis yang tampak sangat bervariasi karena dismatur

dapat terjadi preterm, term dan sterm. Bayi dismatur preterm akan

terlihat gejala fisik bayi prematur ditambah dengan gejala retardasi

pertumbuhan dan pelisutan. Pada bayi cukup bulan dan posterm

dengan dismaturitas, gejala yang menonjol ialah pelisutan. Gejala

insufiensi plasenta bergantung pada berat dan lamanya bayi

menderita defisit, retardasi pertumbuhan akan terjadi bila defisit

berlangsung lama (kronis).

Defisit in uteri mengakibatkan gawat janin, dalam arti luas

gawat janin dibagi menjadi 3 golongan, yaitu:

1) Gawat janin akut. Defisit mengakibatkan gawat perinatal tetapi

tidak mengakibatkan retardasi pertumbuhan dan pelisutan.

2) Gawat janin subkutan, bila defisit tersebut menunjukkan tanda

pelisutan tetapi tidak mengakibatkan retardasi pertumbuhan.

3) Gawat janin janin kronik. Bila bayi jelas menunjukkan

retardasi pertumbuhan.

c. Stadium bayi dismatur

1) Stadium pertama. Bayi tampak kurus dan relatif lebih panjang,

kulitnya longgar, kering seperti perkamen, tetapi belum

terdapat noda mekonium.

2) Stadium kedua. Terdapat tanda stadium pertama di tambah

warna kehijauan pada kulit plasenta dan umbilicus. Hal ini

Page 36: HUBUNGAN UMUR IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN BAYI …

23

disebabkan oleh mekonium yang tercampur dalam amnion

yang kemudian mengedap ke dalam kulit, umbilicus dan

plasenta sebagai akibat anoksia intrauteri.

3) Stadium ketiga. Terdapat tanda stadium kedua ditambah

dengan kulit yang berwarna kuning, begitu pula dengan kuku

dan tali pusat, ditemukan juga tanda anoksia intra uterin yang

lama.

d. Masalah bayi dismatur

1) Sindrom aspirasi mekonium

Hipoksia intrauterin akan mengakibatkan janin

mengalami gasping dalam uterus. Selain itu mekonium akan

dilepaskan dan bercampur dengan cairan amnion. Cairan

amnion yang mengandung mekonium akan masuk ke dalam

paru janin karena inhalasi. Ketika bayi lahir akan menderita

gangguan pernapasan karena melekatnya mekonium dalam

saluran pernapasan.

2) Hipoglikemia simtomatik

Keadaan ini terutama terdapat pada bayi laki-laki,

penyebabnya belum jelas, mungkin karena cadangan glikogen

yang kurang pada bayi dismatur. Diagnosis dibuat setelah

pemeriksaan kadar gula darah, ditanyakan hipoglikemia bila

kadar gula darah kurang dari 20 mg/dl pada bayi berat lahir

rendah.

Page 37: HUBUNGAN UMUR IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN BAYI …

24

3) Penyakit membran hialin

Penyakit ini diderita bayi dismatur yang preterm

terutama bila masa gestasi kurang dari 35 minggu, hal ini

disebabkan karena pertumbuhan surfaktan paru yang belum

cukup.

4) Herbilirubinemia

Bayi dismatur lebih sering menderita herbilirubinemia

dibandingkan bayi yang beratnya sesuai dengan masa

kehamilan. Berat hati bayi dismatur kurang dibandingkan bayi

biasa, mungkin disebabkan gangguan pertumbuhan hati.

5) Asfiksia neonatorum

Bayi dismatur lebih sering menderita asfiksia

neonatorum dibandingkan bayi biasa. Membedakan bayi

prematur murni atau dismatur penting karena:

a) Morbiditas yang berlainan

b) Prematuritas murni mudah menderita komplikasi membran

hialin, perdarahan intraventrikuler, pneumonia aspirasi.

c) Bayi dismatur mudah menderita sindrom aspirasi

mekonium, hipoglikemia, simtomatik dan hiperbili-

rubinemia.

d) Bayi dismatur yang preterm. Dapat menderita komplikasi

bayi dismatur dan bayi prematur.

e) Bayi dismatur harus mendapat makanan dini yang lebih

dini dari bayi prematur (Pantiawati, 2010).

Page 38: HUBUNGAN UMUR IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN BAYI …

25

2.2.3 Penyebab BBLR

Faktor predisposisi pada Bayi Berat Lahir Rendah diantaranya yaitu :

1. Faktor Ibu : riwayat kelahiran prematur sebelumnya, perdarahan

antepartum, malnutrisi, kelainan uterus, hidramnion, penyakit jantung

atau penyakit kronik lainnya, usia Ibu kurang dari 20 tahun atau lebih

dari 35 tahun, jarak dua kehamilan yang terlalu dekat, infeksi, trauma

dan lain-lain.

2. Faktor janin: cacat bawaan, kehamilan ganda, hidramnion, ketuban

pecah dini.

3. Keadaan sosial ekonomi yang rendah.

4. Kebiasaan: pekerjaan yang melelahkan, merokok.

5. Tidak diketahui (Winkjosastro, 2013).

Sedangkan) kejadian BBLR dapat disebabkan oleh beberapa faktor

yaitu (Pantiawati, 2010):

1. Faktor ibu

a. Penyakit: Toksemia gravidarum, perdarahan antepartum, trauma

fisik dan psikologis, nefritis akut.

b. Umur ibu : usia < 20 tahun dan ≥ 35 tahun, multigravida yang

jarak kelahirannya terlalu dekat

c. Keadaan sosial: golongan sosial ekonomi daerah dan perkawinan

yang tidak sah.

2. Faktor Janin: Hidramnion, kehamilan ganda dan kelainan kromosom.

Page 39: HUBUNGAN UMUR IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN BAYI …

26

3. Faktor lingkungan: Tempat tinggal dataran tinggi, radiasi dan zat-zat

racun.

2.2.4 Karakteristik BBLR

1. Prematuritas Murni

a. Berat badan kurang dari 2500 gram, panjang badan kurang dari 45

cm, lingkar kepala kurang dari 33 cm, dan lingkar dada kurang dari

30 cm.

b. Masa gestasi kurang dari 37 minggu

c. Kulit tipis dan transparan, tampak mengkilat dan licin.

d. Kepala lebih besar dari badan.

e. Lanugo banyak terutama pada dahi, pelipis, telinga dan lengan.

f. Lemak subkutan kurang.

g. Ubun-ubun dan sutura lebar

h. Rambut tipis, halus.

i. Tulung rawan dan daun telinga immatur.

j. Puting susu belum terbentuk dengan baik.

k. Pembuluh darah kulit banyak terlihat

l. Peristaltik usus dapat terlihat

m. Genetalia belum sempurna, labia minora belum tertutup oleh labia

mayora

n. Bayi masih posisi fetal

o. Pergerakan kurang dan lemah

p. Otot masih hipotonik

Page 40: HUBUNGAN UMUR IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN BAYI …

27

q. Banyak tidur, tangis lemah pernafasan belum teratur dan sering

mengalami serangan apnoe.

r. Reflek tonic neck lemah.

s. Reflek menghisap dan menelan belum sempurna.

2. Dismatur

Preterm sama dengan bayi prematur murni, sedangkan

karakteristik pada saat post term diantaranya:

a. Kulit pucat, bernoda, mekonium kering keriput, tipis.

b. Vernix caseosa tipis atau tidak ada.

c. Jaringan lemak di bawah kulit tipis.

d. Bayi tampak kesit, aktif dan kuat.

e. Tali pusat berwarna kuning kehijauan.

2.2.5 Dampak BBLR

Dampak dari kejadian BBLR diantaranya dapat dijelaskan sebagai

berikut (Pantiawati, 2010):

1. Hipotermia

Dalam kandungan, bayi berada dalam suhu lingkungan yang

normal dan stabil yaitu 360 sampai dengan 37

0C. Segera setelah lahir

bayi dihadapkan pada suhu lingkungan yang umumnya lebih rendah.

Perbedaan suhu ini memberi pengaruh pada kehilangan panas tubuh

bayi. Selain itu, hipotermi dapat terjadi karena kemampuan untuk

mempertahankan anas dan kesanggupan menambah produksi panas

Page 41: HUBUNGAN UMUR IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN BAYI …

28

sangat terbatas karena pertumbuhan otot-otot yang belum cukup

memadai, lemak subkutan yang sedikit, belum matangnya sistem saraf

pengatur suhu tubuh, luas permukaan tubuh relatif lebih besar

dibanding dengan berat badan sehingga mudah kehilangan panas.

Tanda klinis hipotermia: suhu tubuh di bawah normal, kulit dingin,

akral dingin dan sianosis.

2. Hipoglikemia

Penyelidikan kadar gula darah pada 12 jam pertama menunjukkan

bahwa hipoglikemia dapat terjadi sebanyak 50% pada bayi matur.

Glukosa merupakan sumber utama energi selama masa janin.

Kecepatan glukosa yang diambil janin tergantung dari kadar gula

daerah ibu karena terputusnya hubungan plasenta dan janin

menyebabkan terhentinya pemberian glukosa. Bayi aterm dapat

mempertahankan kadar gula darah 50-60 mg/dL selama 72 jam

pertama, sedangkan bayi berat badan lahir rendahdalam kadar 40

mg/dL. Hal ini disebabkan cadangan glikogen yang belum mencukupi.

Hipoglikemia bila kadar gula darah sama dengan atau kurang dari 20

mg/dL. Tanda klinis hipoglikemia diantaranya: gemetar atau tremor,

sianosis, apatis, kejang, apnea intermiten, tangisan lemah atau

melengking, kelumpuhan atau letargi, kesulitan minum, terdapat

gerakan putar mata, keringat dingin, hipotermia, gagal jantung dan

henti jantung (sering berbagai gejala muncul bersama-sama).

Page 42: HUBUNGAN UMUR IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN BAYI …

29

3. Perdarahan Intrakranial

Perdarahan intrakranial dapat terjadi karena trauma lahir,

disseminated intravascular coagulopathy atau trombositopenia

idiopatik. Matriks germinal epidimal yang kaya pembuluh darah

merupakan wilayah yang sangat rentan terhadap perdarahan selama

minggu pertama kehidupan. Tanda klinis perdarahan intrakranial:

kegagalan umum untuk bergerak normal, refleks moro menurun atau

tidak ada, tonus otot menurun, letargi, pucat dan sianosis, apnea,

kegagalan menetek dengan baik, muntah yang kuat, tangisan bernada

tinggi dan tajam, kejang, kelumpuhan, fontanela mayor mungkin

tegang dan cembung dan pada sebagian kecil penderita mungkin tidak

ditemukan manifestasi klinik satupun (Manuaba, 2013).

2.2.6 Diagnosis BBLR

Menegakkan diagnosa BBLR adalah dengan mengukur berat lahir

bayi dalam jangka waktu 1 jam setelah lahir, dapat diketahui dengan

dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang

(Mochtar, 2014).

1. Anamnesis

Riwayat yang perlu ditanyakan pada ibu dalam anamnesis untuk

menegakkan mencari etiologi dan faktor-faktor yang berpengaruh

terhadap terjadinya BBLR.

a. Usia ibu

b. Riwayat hari pertama hari terakhir

Page 43: HUBUNGAN UMUR IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN BAYI …

30

c. Riwayat persalinan sebelumnya

d. Paritas, jarak kelahiran sebelumnya

e. Kenaikan berat badan selama hamil

f. Aktivitas

g. Penyakit yang diderita selama hamil

h. Obat-obatan yang diminum selama hamil

2. Pemeriksaan Fisik

Dapat dijumpai saat pemeriksaan fisik pada bayi BBLR antara lain:

a. Berat badan

b. Tanda-tanda prematuritas (pada bayi kurang bulan)

c. Tanda bayi cukup bulan atau lebih bulan (bila bayi kecil untuk

masa kehamilan)

3. Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan skor ballard

b. Tes kocok (shake test), dianjurkan untuk bayi kurang bulan

c. Darah rutin, glukosa darah, kalau perlu dan tersedia fasilitas

diperiksa kadar elektrolit dan analisa gas darah

d. Foto dada ataupun babygram diperlukan pada bayi baru lahir

dengan usia kehamilan kurang bulan dimulai pada usia 8 jam atau

didapat atau diperkirakan akan terjadi sindrom gawat nafas.

e. USG Kepala terutama pada bayi dengan usia kehamilan (Mochtar,

2014).

Page 44: HUBUNGAN UMUR IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN BAYI …

31

2.2.7 Penatalaksanaan BBLR

Secara umum, penatalaksanaan untuk bayi dengan BBLR

setidaknya harus dilakukan beberapa hal di bawah ini yaitu:

1. Mempertahankan suhu dengan ketat

BBLR mudah mengalami hipotermia, oleh sebab itu suhu tubuhnya

harus dipertahankan dengan ketat.

2. Mencegah infeksi dengan ketat

BBLR sangat rentan terhadap infeksi, perhatikan prinsip-prinsip

pencegahan infeksi termasuk mencuci tangan sebelum memegang

bayi.

3. Pengawasan nutrisi / ASI

Refleks menelan BBLR belum sempurna, oleh sebab itu pemberian

ASI harus diberikan sesering mungkin dan dilakukan dengan cermat.

4. Penimbangan ketat

Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi / nutrisi bayi erat

kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu penimbangan berat

badan harus dilakukan dengan ketat (Rukiyah, 2010).

Cara menjaga kesehatan dan kehangatan bayi berat lahir rendah

adalah sebagai berikut (Varney, 2014):

1. Bayi tidak boleh diletakan di tempat yang banyak angin dan diruangan

yang banyak orang.

2. Tubuhnya dibungkus dengan kainbersih yang lembut dan kepalanya

ditutup dengan topi atau tutup kepala yang bersih.

Page 45: HUBUNGAN UMUR IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN BAYI …

32

3. Ganti pakaian dan kain pembungkus bayi bila basah. Bayi berat lahir

rendah tidak seperti bayi normal. Ia lebih banyak tidur dan sering tidak

menangis walaupun popoknya basah. Karena itu, pakaian bayi harus

sering diperiksa secara teratur dan teliti. Sering kain pembungkus

luarnya tidak basah, tetapi bagian dalamnya basah.

4. Bayi harus sering dipeluk di dada ibu untuk mendapatkan kehangatan.

Namun bila bayi terlalu kecil, diupayakan agar bayi tidak terlalu sering

diangkat.

5. Menjaga kehangatan ruangan / lingkungan sekitar bayi, misalnya

memasang lampu, membatasi masuknya udara dingin, menempatkan

botol berisi air panas di dekat bayi.

Sedangkan secara lebih lengkap, penatalaksanaan untuk kasus

BBLR dilakukan hal-hal sebagai berikut (Pantiawati, 2010):

1. Medikamentosa

Pemberian vitamin K1 :

a. Injeksi 1 mg IM sekali pemberian, atau

b. Per oral 2 mg sekali pemberian atau 1 mg 3 kali pemberian (saat

lahir, usia 3-10 hari, dan usia 4-6 minggu).

2. Diatetik

Pemberian nutrisi yang adekuat, diantaranya:

a. Apabila daya isap belum baik, bayi dicoba untuk menetek sedikit

demi sedikit

Page 46: HUBUNGAN UMUR IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN BAYI …

33

b. Apabila bayi belum bisa meneteki pemberian ASI diberikan

melalui sendok atau pipet.

c. Apabila bayi belum ada reflek menghisap dan menelan harus

dipasang sonde fooding.

Bayi dengan BBLR mempunyai masalah menyusui karena refleks

menghisapnya masih lemah. Untuk bayi demikian sebaiknya ASI

dikeluarkan dengan pompa atau diperas dan diberikan pada bayi dengan

pipa lambung atau pipet. Dengan memegang kepala dan menahan bawah

dagu, bayi dapat dilatih untuk menghisap sementara ASI yang telah

dikeluarkan yang diberikan dengan pipet atau selang kecil yang menempel

pada puting. ASI merupakan pilihan utama:

1. Apabila bayi mendapat ASI, pastikan menerima jumlah yang cukup

dengan cara apapun, perhatikan cara pemberian ASI dan nilai

kemampuan bayi menghisap paling kurang sehari sekali.

2. Apabila bayi sudah tidak mendapatkan cairan IV dan beratnya naik

20 g/hari selama 3 hari berturut-turut, timbang bayi 2 kali seminggu.

Pemberian minum pada bayi dengan BBLR menurut berat badan

lahir dan keadaan bayi adalah sebagai berikut:

1. Berat lahir 1750-2500 gram

a. Bayi Sehat

1) Biarkan bayi menyusu pada ibu semau bayi. Bayi kecil lebih

mudah merasa letih dan malas minum, anjurkan bayi menyusu

lebih sering (contohnya setiap 2 jam) bila perlu.

Page 47: HUBUNGAN UMUR IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN BAYI …

34

2) Pantau pemberian minum dan kenaikan berat badan untuk

menilai efektifitas menyusui. Apabila bayi kurang dapat

menghisap, tambahkan ASI peras dengan menggunakan salah

satu alternatif cara pemberian minum.

b. Bayi Sakit

1) Apabila bayi dapat minum per oral dan tidak memperlukan

cairan IV, berikan minum seperti pada bayi sehat.

2) Apabila bayi memerlukan cairan intravena:

a) Berikan cairan intravena hanya selama 24 jam pertama.

b) Mulai berikan minum per oral pada hari ke-2 atau segera

setelah bayi stabil. Anjurkan pemberian ASI apabila ibu

ada dan bayi menunjukkan tanda-tanda siap untuk

menyusu.

3) Apabila masalah sakitnya menghalangi proses penyusui

(contoh: gangguan nafas, kejang), berikan ASI peras melalui

pipa lambung:

a) Berikan cairan IV dan ASI menurut usia

b) Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (contoh: 3 jam sekali).

Apabila bayi telah mendapat minum 160 ml/kgBB per hari

tetapi masih tampak lapar berikan tambahan ASI setiap kali

minum. Biarkan bayi menyusu apabila keadaan bayi sudah

stabil dan bayi menunjukkan keinginan untuk menyusu dan

dapat menyusu tanpa terbatuk atau tersedak.

Page 48: HUBUNGAN UMUR IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN BAYI …

35

2. Berat lahir 1500-1749 gram

a. Bayi Sehat

1) Berikan ASI peras dengan cangkir atau sendok. Bila jumlah

yang dibutuhkan tidak dapat diberikan menggunakan cangkir

atau sendok atau ada resiko terjadi aspirasi ke dalam paru

(batuk atau tersedak), berikan minum dengan pipa lambung.

Lanjutkan dengan pemberian menggunakan cangkir atau

sendok apabila bayi dapat menelan tanpa batuk atau tersedak

(ini dapat berlangsung setelah 1-2 hari namun ada kalanya

memakan waktu lebih dari 1 minggu).

2) Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (misal setiap 3 jam).

Apabila bayi telah mendapatkan minum 160/kgBB per hari

tetapi masih tampak lapar, beri tambahan ASI setiap kali

minum.

3) Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan

cangkir atau sendok, coba untuk menyusui langsung.

b. Bayi Sakit

1) Berikan cairan intravena hanya selama 24 jam pertama.

2) Beri ASI peras dengan pipa lambung mulai hari ke-2 dan

kurangi jumlah cairan IV secara perlahan.

3) Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (contoh: tiap 3 jam).

Apabila bayi telah mendapatkan minum 160/kgBB perhari

tetapi masih tampak lapar, beri tambahan ASI setiap kali

minum.

Page 49: HUBUNGAN UMUR IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN BAYI …

36

4) Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir atau

sendok apabila kondisi bayi sudah stabil dan bayi dapat

menelan tanpa batuk atau tersedak.

5) Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan

cangkir atau sendok, coba untuk menyusui langsung.

3. Berat lahir 1250-1499 gram

a. Bayi Sehat

1) Beri ASI peras melalui pipa lambung

2) Beri minum 8 kali dalam 24 jam (contoh: setiap 3 jam).

Apabila bayi telah mendapatkan minum 160 ml/kg BB per hari

tetapi masih tampak lapar, beri tambahan ASI setiap kali

minum.

3) Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir atau

sendok.

4) Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan

cangkir atau sendok, coba untuk menyusui langsung.

b. Bayi Sakit

1) Beri cairan intravena hanya selama 24 jam pertama

2) Beri ASI peras melalui pipa lambung mulai hari ke-2 dan

kurangi jumlah cairan intravena secara perlahan.

3) Beri minum 8 kali dalam 24 jam (setiap 3 jam). Apabila bayi

telah mendapatkan minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih

tampak lapar, beri tambahan ASI setiap kali minum.

Page 50: HUBUNGAN UMUR IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN BAYI …

37

4) Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir atau

sendok.

5) Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan

cangkir atau sendok, coba untuk menyusui langsung.

4. Berat lahir (tidak tergantung kondisi)

a. Berikan cairan intravena hanya selama 48 jam pertama.

b. Berikan ASI melalui pipa lambung mulai pada hari ke-3 dan

kurangi pemberian cairan intravena secara perlahan.

c. Berikan minum 12 kali dalam 24 jam (setiap 2 jam). Apabila bayi

telah mendapatkan minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih

tampak lapar, beri tambahan ASI setiap kali minum.

d. Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir atau sendok.

e. Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir

atau sendok, coba untuk menyusui langsung.

5. Suportif

Hal utama yang perlu dilakukan adalah mempertahankan suhu

tubuh normal dengan cara:

a. Membersihkan jalan napas (caranya seperti para perawatan bayi

normal)

b. Memotong tali pusat dan perawatan tali pusat (seperti perawatan

bayi normal).

c. Membersihkan badan bayi dengan kapas baby oil atau minyak.

d. Memberikan obat mata.

Page 51: HUBUNGAN UMUR IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN BAYI …

38

e. Membungkus bayi dengan kain hangat

f. Pengkajian keadaan kesehatan pada byai dengan berat badna lahir

rendah

g. Mempertahankan suhu tubuh bayi dengan cara:

1) Membungkus bayi dengan menggunakan selimut bayi yang

dihangatkan terlebih dahulu.

2) Menidurkan bayi di dalam inkubator buatan yaitu dapat dibuat

dari keranjang yang pinggirnya diberi penghangat dari buli-buli

panas atau botol yang diisi air panas. Buli-buli panas atau

botol-botol ini disimpan dalam keadaan berdiri tutupnya ada di

sebelah atas agar tidak tumpah dan tidak mengakibatkan luka

bakar pada bayi. Buli-buli panas atau botol inipun harus dalam

keadaan terbungkus, dapat menggunakan handuk atau kain

yang tebal. Bila air panasnya sudah dingin, ganti airnya dengan

air panas kembali.

h. Suhu lingkungan bayi harus dijaga dengan cara:

1) Kamar dapat masuk sinar matahari

2) Jendela dan pintu dalam keadaan tertutup untuk mengurangi

hilangnya panas dari tubuh bayi melalui proses radiasi dan

konveksi

i. Badan bayi harus dalam keadan kering

j. Gunakan salah satu cara menghangatkan dan mempertahankan

suhu tubuh bayi, seperti kontak kulit dengan kulit, kangaroo

Page 52: HUBUNGAN UMUR IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN BAYI …

39

mother care, pemancar panas, inkubator atau ruangan hangat yang

tersedia di tempat fasilitas kesehatan setempat sesuai petunjuk.

k. Jangan memandikan atau menyentuh bayi dengan tangan dingin.

l. Ukur suhu tubuh dengan berkala.

m. Harus diperhatikan untuk penatalaksanaan suportif ini adalah:

1) Jaga dan pantau patensi jalan nafas

2) Pantau kecukupan nutrisi, cairan dan elektrolit

n. Bila terjadi penyulit, harus dikoreksi dengan segera (contoh:

hipotermia, kejang, gangguan nafas, hiperbilirubinemia).

o. Berikan dukungan emosional pada ibu dan anggota keluarga

lainnya.

p. Anjurkan ibu untuk tetap bersama bayi. Bila tidak memungkinkan,

biarkan ibu berkunjung setiap saat dan siapkan kamar untuk

menyusui.

6. Pemantauan (Monitoring)

a. Pemantauan saat di rawat

1) Terapi

a) Bila diperlukan terapi untuk penyulit tetap diberikan

b) Preparat besi sebagai suplemen mulai diberikan pada usia 2

minggu

2) Tumbuh Kembang

a) Pantau berat badan bayi secara periodik

Page 53: HUBUNGAN UMUR IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN BAYI …

40

b) Bayi akan kehilangan berat badan selama 7-10 hari pertama

(sampai 10% untuk bayi dengan berat lahir ≥ 1500 gram

dan 15% untuk bayi dengan berat lahir kurang atau lebih

dari 1500 gram.

c) Bila bayi sudah mendapatkan ASI secara penuh (pada

semua kategori berat lahir) dan telah berusia lebih dari 7

hari maka:

(1) Tingkatkan jumlah ASI dengan 20 ml/kg/hari sampai

tercapai jumlah 180 ml/kg/hari

(2) Tingkatkan jumlah ASI sesuai dengan peningkatan

berat badan bayi agar jumlah pemberian ASI tetap 180

ml/kg/hari.

(3) Apabila kenaikan berat badan tidak adekuat, tingkatkan

jumlah pemberian ASI hingga 200 ml/kg/hari.

(4) Ukur berat badan setiap hari, panjang badan dan lingkar

kepala setiap minggu.

b. Pemantauan setelah pulang

Diperlukan pemantauan setelah pulang untuk mengetahui

perkembangan bayi dan mencegah atau mengurangi kemungkinan

untuk terjadinya komplikasi setelah pulang sebagai berikut:

1) Sesudah pulang hari ke-2, ke-10, ke-20, ke-30, dilanjutkan

setiap bulan.

2) Hitung usia

Page 54: HUBUNGAN UMUR IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN BAYI …

41

3) Pertumbuhan: berat badan, panjang badan dan lingkar kepala.

4) Tes perkembangan, Denver Development Screening Test

(DDST).

5) Awasi adanya kelainan bawaan

6) Mengajarkan ibu atau orang tua cara:

a) Membersihkan jalan napas

b) Mempertahankan suhu tubuh

c) Mencegah terjadinya infeksi

d) Perawatan bayi sehari-hari: memandikan, perawatan tali

pusat, pemberian ASI dan lain-lain

7) Menjelaskan pada ibu (orang tua) tentang: pemberian ASI,

makanan bergizi bagi ibu, mengikuti program KB segera

mungkin

8) Observasi keadaan umum bayi selama 3 hari, apabila tidak ada

perubahan atau keadaan umum semakin menurun bayi harus

dirujuk ke rumah sakit. Berikan penjelasan kepada keluarga

bahwa harus dirujuk ke rumah sakit (Pantiawati, 2010).

2.2.8 Pencegahan BBLR

Pencegahan preventif pada kasus BBLR adalah langkah yang

sangat penting. Hal-hal yang dapat dilakukan diantaranya:

1. Meningkatkan pemeriksaan kehamilan secara berkala minimal 4 kali

selama kurun kehamilan dan dimulai sejak usia kehamilan muda. Ibu

hamil yang diduga beresiko, terutama faktor resiko yang mengarah

Page 55: HUBUNGAN UMUR IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN BAYI …

42

melahirkan bayi BBLR harus cepat dilaporkan, dipantau dan dirujuk

pada institusi pelayanan kesehatan yang lebih mampu.

2. Penyuluhan kesehatan tentang pertumbuhan dan perkembangan janin

dalam rahim, tanda-tanda bahaya selama kehamilan dan perawatan diri

selama kehamilan agar mereka dapat menjaga kesehatannya dan janin

yang dikandung dengan baik.

3. Hendaknya ibu dapat merencanakan persalinannya pada kurun usia

reproduksi sehat (20-35 tahun).

4. Perlu dukungan sektor lain yang terkait untuk turut berperan dalam

meningkatkan pendidikan ibu dan status ekonomi keluarga agar

mereka dapat meningkatkan akses terhadap pemanfaatan pelayanan

antenatal dan status gizi ibu selama hamil (Pantiawati, 2010).

2.3 Hubungan Umur Ibu Hamil dengan BBLR

Umur ibu mempunyai pengaruh terhadap angka kejadian BBLR,

dimana pada umur ibu yang masih muda perkembangan organ-organ

reproduksi dan fungsi fisiologisnya belum optimal serta belum tercapainya

emosi dan kejiwaan yang cukup matang yang pada akhimya akan

mempengaruhi perkembangan janin yang dikandungnya, begitupun halnya

dengan umur ibu yang tua akan merugikan perkembangan janin selama

periode dalam kandungan karena adanya kemunduran fungsi fisiologis dan

reproduksi secara umum. (Setyowati, 2014).

Page 56: HUBUNGAN UMUR IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN BAYI …

43

Menurut Hadyanto (2012), umur risiko terjadinya Bayi Berat Lahir

Rendah pada ibu yang berumur < 20 tahun atau > 35 tahun dan didukung oleh

pernyataan Surasmi (2013) bahwa salah satu faktor penyebab terjadinya

BBLR yaitu umur Ibu pada waktu hamil < 20 tahun atau > 35 tahun.

Banyak faktor yang mempengaruhi terhadap kejadian BBLR, namun

faktor yang paling sering dijumpai yakni faktor umur resiko tinggi yaitu umur

ibu saat hamil kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun (Pantiawati,

2010). Salah satu faktor yang penting dalam kehamilan adalah umur ibu

waktu hamil baik untuk kepentingan ibu maupun janinnya. umur ibu

mempengaruhi bagaimana ibu hamil mengambil keputusan dalam

pemeliharaan kesehatannya. (Indiarti, 2015).

Penelitian yang dilakukan oleh Seni Selvia mengenai gambaran umur

ibu hamil dengan kejadian BBLR di RSUD Kota Bandung didapatkan hasil

bahwa umur ibu yang berisiko terhadap kejadian BBLR, adalah umur ≤20

tahun dan umur ≥35 tahun.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat dikatakan bahwa

umur bisa mempengaruhi terhadap kejadian BBLR. Umur yang

mempengaruhi kejadian BBLR yaitu pada umur resiko tinggi yakni umur

kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun. Umur kurang dari 20 tahun

perkembangan organ-organ reproduksi dan fungsi fisiologisnya belum

optimal serta belum tercapainya emosi dan kejiwaan yang cukup matang yang

pada akhirnya akan mempengaruhi perkembangan janin yang dikandungnya,

Page 57: HUBUNGAN UMUR IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN BAYI …

44

begitupun halnya dengan umur ibu yang tua akan merugikan perkembangan

janin selama periode dalam kandungan karena adanya kemunduran fungsi

fisiologis dan reproduksi secara umum.