HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TANDA BAHAYA …

71
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TANDA BAHAYA KEHAMILAN DENGAN KEPATUHAN ANTENATAL CARE IBU HAMILTRIMESTER III DI UPT PUSKESMAS CIPAMOKOLAN KOTA BANDUNG 2019 SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan STELLA DEA FIRSTY NPM.AK.1.15.099 PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA 2019

Transcript of HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TANDA BAHAYA …

Page 1: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TANDA BAHAYA …

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TANDA BAHAYA

KEHAMILAN DENGAN KEPATUHAN ANTENATAL

CARE IBU HAMILTRIMESTER III DI UPT

PUSKESMAS CIPAMOKOLAN

KOTA BANDUNG

2019

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar

Sarjana Keperawatan

STELLA DEA FIRSTY

NPM.AK.1.15.099

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA

2019

Page 2: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TANDA BAHAYA …
Page 3: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TANDA BAHAYA …
Page 4: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TANDA BAHAYA …
Page 5: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TANDA BAHAYA …

ABSTRAK

Data WHO menyatakan secara global sekitar 830 wanita meninggal setiap hari

karena komplikasi selama kehamilan dan persalinan, dengan AKI sebanyak 216 per

100.000 kelahiran hidup. Jumlah Kematian Bayi di kota Bandung tahun 2018 sebanyak

35 kasus dan jumlah kematian Ibu di Kota Bandung 2018 sebanyak 29 kasus.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan

tanda bahaya kehamilan dengan kepatuhan antenatal care ibu hamil trimester III di UPT

Puskesmas Cipamokolan

Metode penelitian ini menggunakan deskriptif korelatif dengan populasi ibu hamil

trimester III di UPT Puskeasmas Cipamokolan dengan tekhnik pengambilan sampel

purposive sampling dengan besar sampel 43. Pengumpulan data menggunakan

kuesioner sebanyak 30 pertanyaan dan lembar observasi buku KIA ibu hamil.

Hasil analisis univariat menunjukkan hampir setengahnya memiliki tingkat

pengetahuan kurang (46,5%) dan sebagian besar tidak patuh dalam melakukan

antenatal care (51,2). Uji rank spearmen didapatkan hasil p-value 0,000 sehingga

disimpulkan terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan tentang tanda bahaya

kehamilan dengan kepatuhan antenatal care ibu hamil trimester III. Pengetahuan

mempunyai peran dalam kepatuhan. Oleh karena itu, peneliti menyarankan pihak

puskesmas untuk mengaskan kembali kepada ibu hamil untuk lebih sering membaca

buku KIA tentang tanda bahaya kehamilan dan menambahkan media lain dalam hal

penyampaian informasi seperti penyediaan poster atau pamflet sehingga para ibu yang

sedang mengantri dapat membacanya isi materi tentang tanda bahaya kehamilan yang

akan meningkatkan tingkat pengetahuan ibu.

Kata Kunci : Kehamilan, Tanda Bahaya Kehamilan, Kepatuhan dan

Pengetahuan

Daftar Pustaka : 23 Buku (2002 - 2018)

7 Jurnal (2008 – 2018)

5 Website (2001 – 2018)

Page 6: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TANDA BAHAYA …

ABSTRACT

WHO data states that globally around 830 women die every day due to

complications during pregnancy and childbirth, with a total MMR of 216 per 100,000

live births. The number of infant deaths in the city of Bandung in 2018 was 35 cases

and the number of maternal deaths in the city of Bandung in 2018 was 29 cases.

This study aims to determine the relationship between the level of knowledge of

danger signs of pregnancy with antenatal care compliance for trimester III pregnant

women at UPT Puskesmas Cipamokolan

This research method uses descriptive correlative with the population of third

trimester pregnant women at UPT Puskesmas Cipamokolan with purposive sampling

technique with a sample size of 43. Data collection using a questionnaire of 30

questions and observation sheets of the MCH book of pregnant women.

The results of univariate analysis showed that almost half had insufficient level

of knowledge (46.5%) and most were not compliant in conducting antenatal care

(51.2). Spearmen rank test results obtained p-value 0,000 so that it was concluded there

was a relationship between the level of knowledge about the danger signs of pregnancy

with antenatal care compliance for trimester III pregnant women. Knowledge has a

role in compliance. Therefore, the researcher recommends that the puskesmas to

advise pregnant women to read the MCH handbook more frequently about pregnancy

danger signs and add other media in terms of delivering information such as providing

posters or pamphlets so that mothers who are queuing can read the contents of the

material about the danger signs pregnancy which will increase the level of knowledge

of the mother

Keywords : Pregnancy, Pregnancy Signs, Compliance and

Knowledge

Bibliography : 23 Books (2002 - 2018)

7 Journals (2008 - 2018)

5 Websites (2001 - 2018)

Page 7: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TANDA BAHAYA …

i

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kahadirat Allah SWT karena berkat karunia Nya,

sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini tepat pada waktunya dengan judul

“Hubungan Tingkat Pengetahuan Tanda Bahaya Kehamilan Dengan Kepatuhan

Antenatal Care Ibu Hamil Trimester III Di Wilayah Kerja Puskesmas Cipamokolan

Kota Bandung tahun 2019” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana

keperawatan di Universitas Bhakti Kencana Bandung Fakultas Keperawatan. Dalam

penyusunan skripsi ini, banyak kendala yang di hadapi namun berkat dukungan dan

bimbingan dari berbagai pihak sehingga skripsi ini dapat terselesaikan tepat pada

waktunya. Penulis menyadari bahwa tanpa bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak

dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini, sangatlah sulit bagi penulis

untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan termakasih

kepada :

1. H. Mulyana, SH., M.Pd., M. Kes selaku ketua Yayasan Adhi Guna Kencana

2. Dr.Entris Sutrisno, MH.Kes.,Apt selaku Ketua Rektor Universitas Bhakti Kencana

Bandung.

Page 8: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TANDA BAHAYA …

3. R. Siti Jundiah, S.Kp.,M.Kep selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas

Bhakti Kencana Bandung.

4. Lia Nurlianawati, S.Kep.,Ners, M.Kep selaku Ketua Program Studi Sarjana

Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Bhakti Kencana Bandung,

5. Novita Tsam, S.Kep.,Ners.,M.Kep selaku pembimbing I yang dengan sabar dan

tekun memberikan bimbingan melalui berbagai pengarahan dan saran.

6. Inggrid Dirgahayu S.KP.,M.K.M selaku pembimbing II yang dengan sabar dan

tekun memberikan bimbingan melalui berbagai pengarahan dan saran.

7. Untuk seluruh dosen STIKes Bhakti Kencana Bandung umumnya dan seluruh

dosen Keperawatan khususnya.

8. Untuk Keluarga tercinta khususnya orang tua saya yang saya cintai yang telah

memberikan banyak doa, dukungan dan fasilitas kepada penulis hingga saat ini

9. Kepala Puskesmas Cipamokolan yang telah bersedia membantu dalam proses

pengambilan data.

10. Kepada Bu Fina selaku bidan di Puskesmas Cipamokolan yang telah membantu

dalam proses pengumpulan data

11. Member of HMTS yaitu Diyawati, Elsa, Rinrin, Loisiana yang sudah banyak

memberi kebahagian, kelucuan, keharuan, masukan dan bantuan atas kelancaran

dalam proses penelitian ini.

Page 9: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TANDA BAHAYA …

12. Saya ucapkan terima kasih dengan sepenuh hati especially for Rinrin Nuraeni yang

telah sabar dan ikhlas membantu peneliti mengerjakan skripsi penelitian

13. Teman-teman STIKes Bhakti Kencana Bandung Program Studi Sarjana

Keperawatan angkatan 2015 yang telah bersama-sama dalam menyelesaikan

Program Studi Sarjana Keperawatan ini.

Bandung, Juni 2019

Penulis

Stella Dea Firsty

Page 10: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TANDA BAHAYA …

ii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i

DAFTAR ISI ............................................................................................................ ii

DAFTAR TABEL ................................................................................................... iii

DAFTAR BAGAN ................................................................................................... iv

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... v

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................. 6

1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................................... 6

1.4 Manfaat Penelitian .............................................................................................. 7

BAB II TINJAUAN TEORI .................................................................................... 8

2.1 Kehamilan ............................................................................................................ 8

2.1.1 Definisi ..................................................................................................... 8

2.1.2 Diagnosa Kehamilan ................................................................................. 9

2.1.3 Tanda-Tanda Hamil ................................................................................... 9

2.1.4 Ketidaknyamanan Kehamilan .................................................................. 12

2.2 Tanda Bahaya Kehamilan .................................................................................... 13

2.2.1 Definisi ...................................................................................................... 13

Page 11: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TANDA BAHAYA …

2.2.2 Deteksi Dini Tanda Bahaya Kehamilan .................................................... 14

2.2.3 Macam – Macam Tanda Bahaya Kehamilan ............................................. 15

2.3 Antenatal Care .................................................................................................... 23

2.3.1 Definisi ..................................................................................................... 23

2.3.2 Tujuan Pemeriksaan Kehamilan ............................................................... 25

2.3.3 Manfaat Pemeriksaan Kehamilan .............................................................. 26

2.3.4 Alasan Melakukan ANC ........................................................................... 27

2.3.5 Kunjungan Pemeriksaan Kehamilan ......................................................... 27

2.3.6 Tujuan Kunjungan K1,K2,K3 dan K4 ....................................................... 28

2.4 Kepatuhan ............................................................................................................ 32

2.4.1 Definisi ..................................................................................................... 32

2.4.2 Faktor Faktor yang Mempengaruhi ........................................................... 33

2.4.3 Pendekatan Praktis Untuk Meningkatkan ................................................. 35

2.4.4 Pengukuran Kepatuhan .............................................................................. 36

2.5 Pengetahuan ......................................................................................................... 36

2.5.1 Definisi ..................................................................................................... 36

2.5.2 Tingkat Pengetahuan ................................................................................. 37

2.5.3 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi ........................................................ 39

2.5.4 Pengukuran Pengetahuan ........................................................................... 41

2.5.5 Sumber Pengetahuan ................................................................................. 42

2.5.6 Cara Memperoleh Pengetahuan ................................................................. 44

Page 12: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TANDA BAHAYA …

2.6 Hubungan Tingkat Pengetahuan Tanda Bahaya Kehamilan Dengan Kepatuhan

Antenatal Care Ibu Hamil Trimester III di UPT Puskesmas Cipamokolan ......... 46

2.7 Kerangka Konsep ................................................................................................. 53

BAB III METODE PENELITIAN ......................................................................... 54

3.1 Rancangan Penelitian ......................................................................................... 54

3.2 Paradigma Penelitian ......................................................................................... 54

3.3 Hipotesis Penelitian ........................................................................................... 57

3.4 Variabel Penelitian .............................................................................................. 57

3.4.1 Variabel Independen ................................................................................. 57

3.4.2 Variabel Dependen ................................................................................... 58

3.5 Definisi Konseptual dan Definisi Operasional ................................................... 58

3.5.1 Definisi Konseptual .................................................................................. 58

3.5.2 Definisi Operasional ................................................................................. 58

3.6 Populasi dan Sampel Penelitian ......................................................................... 59

3.6.1 Populasi ..................................................................................................... 59

3.6.2 Sampel ....................................................................................................... 60

3.7 Pengumpulan Data ............................................................................................. 62

3.7.1 Instrumen Penelitian .................................................................................. 62

3.7.2 Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen ................................................... 63

3.7.3 Teknik Penumpulan Data .......................................................................... 66

3.8 Langkah-Langkah Penelitian ............................................................................. 67

Page 13: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TANDA BAHAYA …

3.8.1 Tahap Persiapan ......................................................................................... 67

3.8.2 Tahap Pelaksanaan Penelitian ................................................................... 68

3.8.3 Tahap Akhir ............................................................................................... 69

3.9 Pengolahan Data dan Analisa Data .................................................................... 69

3.9.1 Pengolahan Data ........................................................................................ 69

3.9.2 Analisa Data .............................................................................................. 71

3.10 Etika Penelitian .................................................................................................. 75

3.11 Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................................. 78

3.11.1 Lokasi ....................................................................................................... 78

3.11.2 Waktu ....................................................................................................... 78

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........................................ 79

4.1 Hasil Penelitian ................................................................................................... 79

4.1.1 Analisis Univariat ...................................................................................... 79

4.1.2 Analisis Bivariat ........................................................................................ 80

4.2 Pembahasan ......................................................................................................... 82

4.2.1 Gambaran Tingkat Pengetahuan ................................................................ 82

4.2.2 Gambaran Kepatuhan Antenatal Care ....................................................... 84

4.2.3 Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Kepatuhan ................................ 87

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ......................................................................... 91

5.1 Simpulan ............................................................................................................. 91

5.2 Saran ................................................................................................................... 91

Page 14: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TANDA BAHAYA …

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 15: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TANDA BAHAYA …

iv

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Kerangka Konsep ................................................................................. 49

Bagan 3.1 Kerangka Teori .................................................................................... 52

Page 16: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TANDA BAHAYA …

iii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi Operasional ............................................................................... 55

Table 3.2 Keeratan Hubungan Variabel ................................................................. 69

Page 17: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TANDA BAHAYA …

v

DAFTAR SINGKATAN

ANC : Antenatal Care

AKI : Angka Kematian Ibu

AKB : Angka Kematian Bayi

KIA : Kesehatan Ibu dan Anak

DJJ : Denyut Jantung Janin

USG : Ultrasonografi

KPD : Ketuban Pecah Dini

ASI : Air Susu Ibu

KB : Keluarga Berencana

IQ : Intelligence Quotient

HPHT : Hari Pertama Haid Terakhir

WHO : World Health Organization

BPS : Badan Pusat Statistik

SDKI : Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia

SUPAS : Survei Penduduk Antar Sensus

Page 18: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TANDA BAHAYA …

vi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Pengantar Penelitian

Lampiran 2 Surat Balasan Penelitian

Lampiran 3 Surat Pengantar Uji Konten

Lampiran 4 Surat Uji Etik

Lampiran 5 Lembar Informed Consent

Lampiran 6 Lembar Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran 7 Instrumen Tingkat Pengetahuan

Lampiran 8 Instrumen Kepatuhan (Buku KIA)

Lampiran 9 Lembar Uji Konten

Lampiran 10 Lembar Bimbingan

Lampiran 11 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden

Lampiran 12 Distribusi Tingkat Pengetahuan dan Kepatuhan

Lampiran 13 Input Kuesioner Tingkat Pengetahuan

Lampiran 14 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas

Lampiran 15 Hasil Uji Normalitas

Lampiran 16 Hasil Analisa Univariat

Lampiran 17 Hasil Analisa Bivariat

Lampiran 18 Persyaratan Sidang

Lampiran 19 Riwayat Hidup

Page 19: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TANDA BAHAYA …

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kehamilan merupakan proses alamiah yang terjadi pada seorang wanita

dimana didalam masa kehamilan akan terjadi perubahan pada fisik, psikologis

dan sosial. Kehamilan merupakan suatu proses fisiologis yang hampir selalu

terjadi pada setiap wanita. Kehamilan merupakan kejadian bertemu nya ovum

dengan sprema, tumbuh dan berkembang di dalam uterus selama 259 hari atau 37

minggu atau sampai 42 minggu (Nugroho & Utama, 2014).

Asrinah, dkk (2010) menjelaskan bahwa periode antepartum adalah periode

kehamilan yang dihitung sejak hari pertama haid terakhir (HPHT) sampai

dimulainya persalinan. Periode antepartum dibagi menjadi tiga trimester,

Pembagian waktu ini diambil dari ketentuan yang mempertimbangkan bahwa

lama kehamilan diperkirakan kurang dari 40 minggu. Pembuahan berlangsung

ketika terjadi ovulasi, kurang lebih 14 hari setelah haid terakhir (dengan perkiraan

siklus 28 hari). Pada praktiknya trimester I secara umum dipertimbangkan

berlangsung pada minggu pertama hingga ke-12 (12 minggu), trimester II minggu

ke-13 sampai dengan minggu ke-27, trimester III minggu ke-27 hingga minggu

ke-40 (13 minggu).

Page 20: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TANDA BAHAYA …

2

Pada umumnya sekitar 80-90% kehamilan akan berlangsung normal dan

hanya 10-12% kehamilan disertai penyulit atau menjadi kehamilan patologis.

Data World Health Organization (WHO) mengenai status kesehatan nasional

pada capaian target Sustainable Development Goals (SDGs) menyatakan secara

global sekitar 830 wanita meninggal setiap hari karena komplikasi selama

kehamilan dan persalinan, dengan tingkat AKI sebanyak 216 per 100.000

kelahiran hdup (WHO, 2017).

Menurut data hasil dari BPS, SDKI (2012) dan SUPAS (2015) AKI di

Indonesa memang mengalami peningkatan dan penurunan yang signifikan,

terlihat pada tahun 2007 AKI di Indonesia itu berjumlah 228 per 100.000 kelahira

hidup, lalu mengalami peningkatan pada tahun 2012 yang berjumlah 359 per

100.000 kelahiran hidup. Namun pada tahun 2015 AKI di Indonesia sedikit

mengalam penurunan yaitu berjumlah 305 per 100.000 kelahiran hidup

(KemenkesRI, 2017).

Begitu tingginya tingkat AKI disebabkan oleh faktor yang sangat bervarian,

seperti rendahnya tingkat pengetahuan ibu dan frekuensi pemeriksaan ANC yang

tidak teratur, tingkat sosial ekonomi yang rendah kurangnya tingkat kesadaran

dan ketaatan ibu hamil dalam memeriksakan kandungannya, pengaruh status gizi

ibu, kesibukan dalam aktivitas, dukungan dari pihak keluarga dan suami yang

kurang, pelayanan maternal yang belum optimal (Prawiohardjo, 2009). Indikator

Angka Kematian Ibu (AKI) atau Maternal Mortality Rate (MMR) menjelaskan

bahwa besarnya risiko kematian ibu terjadi pada fase kehamilan, persalinan dan

Page 21: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TANDA BAHAYA …

3

masa nifas. Berikutnya perkembangan AKI berdasarkan beberapa hasil studi dan

survey yang dilakukan oleh Institusi Pendidikan dan BPS, pada umumnya

kematian ibu terjadi pada saat melahirkan (60,87%), waktu nifas (30,43%) dan

waktu hamil (8,70%).

Angka Kematian Ibu (AKI) di kota Bandung diketahui penyebab dari jumlah

kematian disebabkan karena kehamilan, persalinan dan ibu nifas perjumlah

kelahiran hidup di wilayah tertentu. Jumlah kematian ibu di Kota Bandung tahun

2016 terlaporkan sebanyak 27 kasus kematian. Jumlah kematian ibu di kota

Bandung dari tahun ke tahun memperlihatkan kecenderungan tetap dan bahkan

mengalami penurunan di tahun 2017 sebanyak 15 kasus kematian namun pada

tahun 2018 angka kematian ibu di kota bandung mengalami peningkatan yaitu

sebanyak 29 kasus kematian (Dinkes Kota Bandung, 2017-2018).

Angka Kematian Bayi (AKB) tahun 2018 di Indonesia yang meningkat atau

masih tinggi dipicu karena berbagai faktor yang salah satunya adalah kualitas

pelayanan kesehatan, gangguan pada saat kelahiran dan termasuk perawatan pada

saat kehamilan. Angka Kematian Bayi di kota Bandung pada tahun 2017

terlaporkan sebanyak 32 kasus kematian dan meningkat di tahun 2018 yaitu

sebanyak 35 kasus kematian.

Berdasarkan data tersebut hal inipun didukung dengan jurnal penelitian

didukung tentang jurnal yang diteliti oleh Vivi B,dkk (2018) yang berjudul

”Hubungan Karakteristik Ibu dan Dukungan Suami dengan Tingkat Pengetahuan

Ibu Hamil Tentang Tanda Bahaya Kehamilan”. Adapun tujuan dari penelitian

Page 22: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TANDA BAHAYA …

4

yang dilakukan ini adalah untuk mengetahui hubungan pada karakteristik ibu dan

dukungan suami dengan tingkat pengetahuan ibu hamil tentang tanda bahaya

kehamilan di BPM Sumidyah Ipung.

Pada penelitian ini menggunakan desain penelitian berupa observasional

analitik dengan pendekatan cross-sectional. Sampel yang dipilih menggunakan

teknik quota sampling dengan jumlah sampel sebanyak 32 responden. Nilai p

value dari analisis statistik Chi Square test menunjukkan hasil p value= 0,000

(usia dengan tingkat pengetahuan), p value= 0,037 (pendidikan dengan tingkat

pengetahuan), p value= 0,028 (pekerjaan dengan tingkat pengetahuan), p value=

0,049 (paritas dengan tingkat pengetahuan), p value= 0,007 (riwayat kunjungan

ANC dengan tingkat pengetahuan) dan p value= 0,007 (dukungan suami dengan

tingkat pengetahuan). Berdasarkan analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa ada

hubungan antara usia dengan tingkat pengetahuan tentang tanda bahaya

kehamilan, ada hubungan antara pendidikan dengan tingkat pengetahuan tentang

tanda bahaya kehamilan, pekerjaan dengan tingkat pengetahuan tentang tanda

bahaya kehamilan, ada hubungan antara paritas dengan tingkat pengetahuan

tentang tanda bahaya kehamilan, ada hubungan antara riwayat kunjungan ANC

dengan tingkat pengetahuan tentang tanda bahaya kehamilan, dan ada hubungan

antara dukungan suami dengan tingkat pengetahuan tentang tanda bahaya

kehamilan.

Kepatuhan melakukan ANC adalah kunjungan yang dilakukan ibu hamil ke

tempat pelayanan kesehatan sejak tanda – tanda kehamilan sampai pada trimester

Page 23: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TANDA BAHAYA …

5

III. Adapun pengukuran kepatuhan pemeriksaan kehamilan (ANC) nya yaitu,

satu kali kunjungan selama trimester pertama (sebelum 14 minggu), satu kali

kunjungan selama trimester kedua (antara minggu 14-28), dua kali kunjungan

selama trimester ketiga (antara minggu 28 – 36 dan sesudah minggu ke 36)

(Saifudin, 2010). World Health Organization juga menegaskan bahwa kunjungan

antenatal care minimal dilakukan 4 kali selama kehamilan (WHO, 2016)

Studi pendahuluan yang dilakukan di Puskesmas Cipamokolan pada tanggal

14 Maret 2019 diketahui jumlah data seluruh ibu hamil tahun 2018 adalah 696,

untuk data ibu hamil bulan januari sampai februari tahun 2019 berjumlah 154,

untuk jumlah ibu hamil trimester III pada bulan april sebanyak 83 dan bulan mei

yang diperkirakan lahir juni-juli terdapat sebanyak 76 orang.

Hasil wawancara terhadap 10 orang ibu hamil trimester III mengenai tingkat

pengetahuan tanda bahaya didapatkan 6 dari 10 orang tidak mengetahui banyak

tentang tanda bahaya kehamilan, tidak mengetahui macam macam tanda bahaya

kehamilan dan dampak apa yang akan terjadi pada kehamilan jika tanda bahaya

itu akan terjadi. Setelah dilakukan wawancara dengan salah satu bidan

mengatakan bahwa pernah dilakukan penkes tanda bahaya kehamilan tetapi

hanya diberikan kepada ibu hamil yang memang beresiko. Ada beberapa ibu

hamil yang tidak peduli dan tidak tau mengenai tanda bahaya kehamilan, adapula

ibu hamil dengan usia yang beresiko mengalami tanda bahaya kehamilan dan ada

beberapa ibu hamil yang pernah mengalami tanda bahaya kehamilan seperti

ketuban pecah dini namun tidak langsung memeriksa kehamilannya ke pelayanan

Page 24: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TANDA BAHAYA …

6

kesehatan dengan alasan tidak mengetahui bahwa itu adalah tanda bahaya

kehamilan. Hal ini mengakibatkan dampak buruk terhadap persalinan yaitu partus

lama dan bayi menjadi lahir prematur.

Maka dari itu peneliti tertarik untuk mengambil judul tentang “Hubungan

Tingkat Pengetahuan Tanda Bahaya Kehamilan dengan Kepatuhan Antenatal

Care Ibu Hamil Trimester III”.

1.2 Rumusan Masalah

Apakah ada hubungan tingkat pengetahuan tanda bahaya kehamilan dengan

kepatuhan antenatal care (ANC) ibu hamil trimester III?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan tanda bahaya

kehamilan dengan kepatuhan antenatal care pada ibu hamil trimester III.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengidentifikasi tingkat pengetahuan ibu hamil trimester III

tentang tanda bahaya kehamilan

2. Untuk mengidentifikasi kepatuhan antenatal care pada ibu hamil

trimester III

3. Untuk menganalisis hubungan tingkat pengetahuan tanda bahaya

kehamilan dengan kepatuhan antenatal care ibu hamil trimester III.

Page 25: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TANDA BAHAYA …

7

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

1. Ilmu Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan ilmu

pengetahuan terkait tanda bahaya kehamilan dengan kepatuhan

antenatal care

2. Institusi Stikes Bhakti Kencana Bandung.

Sebagai bahan masukan dalam pengembangan ilmu keperawatan

terutama yang berkaitan dengan tanda bahaya kehamilan dengan

kepatuhan antenatal care.

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Bagi Peneliti

Ilmu yang didapat dari proses penelitian dapat bermanfaat dan

menambah penglaman baru bagi peneliti dan dapat diaplikasikan oleh

peneliti di dalam kehidupan.

2. Bagi Masyarakat

Hasil penelitian dapat memberikan informasi kepada masyarakat

khusus nya pada ibu hamil tentang tanda bahaya kehamilan dan penting

nya melakukan antental care.

Page 26: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TANDA BAHAYA …

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kehamilan

2.1.1 Pengertian Kehamilan

Kehamilan adalah proses dimulai konsepsi sampai lahirnya janin,

normalnya lama kehamilan adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7

hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir. Kehamilan dibagi menjadi

beberapa periode antenatal yaitu 3 trimester, yang dimana trimester I

dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan, trimester II dari bulan ke 4 sampai

6 bulan, dan trimester III dari bulan ke 7 sampai ke 9 bulan

(Prawirohardjo, 2010).

Kehamilan dibagi menjadi beberapa macam, yaitu primigravida dan

multigravida. Primigravida merupakan keadaan dimana seorang wanita

mengalami masa kehamilan untuk pertama kalinya, yang kedua

multigravida yang dimana seorang wanita telah hamil lebih dari 1

sampai 5 kali. Kehamilan melibatkan adanya perubahan fisik, emosional

maupun perubahan psikososial di dalam keluarga. Pada umumnya

kehamilan akan berkembang dengan normal dan menghasilkan

kelahiran yang normal. Namun tidak bisa dihindari berbagai resiko akan

terjadi pada masa kehamilan. Oleh karena itu pemeriksaan kehamilan

atau pelayanan antenatal merupakan suatu cara yang harus dilakukan

Page 27: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TANDA BAHAYA …

9

guna mencegah berbagai resiko yang terjadi yang dapat membahayakan

kondisi ibu dan kehamilannya.

2.1.2 Diagnosa Kehamilan

Secara umum diagnosa kehamilan dapat dilakukan dengan berbagai

cara, yaitu :

1. Dapat diraba kemudian diketahui bagian bagian janin

2. Dapat dicatat dan didengar bunyi jantung janin dengan beberapa

cara

3. Dapat dirasakan gerakan janin dan balotemen

4. Tampak adanya kerangka janin jika melakukan pemeriksaan dengan

sinar rontgen

5. Dapat diketahui panjang janin, kantung janin, perubahan janin dan

diameter diparietakis sehingga dapat diperkirakan tuanya kehamilan

jika melakukan ultrasonografi (USG)

2.1.3 Tanda-Tanda Kehamilan

Beberapa tanda-tanda kehamilan, diantaranya :

1. Tanda Pasti Kehamilan

a. Denyut Jantung Janin (DJJ)

Denyut jantung janin dapat diperiksa atau didengar degan

alat fetal electro cardiograf. Pemeriksaan denyut jantung janin

hanya dapat dicatat pada usia kehamilan 12-14 minggu. Dengan

Page 28: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TANDA BAHAYA …

10

menggunakan system doppler dan stetoskop laennec denyut

jantung janin juga dapat didengar dan dicatat, namun pada

stetoskp laennec denyut jantung janin baru dapat didengar pada

usia kehamilan 18-20 minggu.

b. Gerakan Janin dalam Rahim

Gerakan janin pada primigravida dapat dirasakan oleh ibu

pada usia kehamilan 18 minggu, berbeda dengan multigravida

gerakan janin dapat dirasakan pada usia 16 minggu. Gerakan

janin terkadang dapat diraba secara objektif oleh pemeriksa pada

usia kehamilan 20 minggu, ballotemen dalam uterus dapa diraba

pada kehamilan lebih tua dan pada teimester III gerakan janin

lebih cepat atau lebih sering bergerak. Kepala dan bokonng

merupakan bagian besar janin, sedangkan kaki dan tangan

merupakan bagian-bagian kecil janin yang dapat diraba dengan

jelas.

c. Tampak Adanya Pertumbuhan Janin (Pemeriksaan USG)

Untuk melihat pertumbuhan janin dan menentukan usia

kehamilan dapat dilakukan ultrasonografi (scanning). Dapat

pula dilakukan bila ada kecurigaan pada kondisi kehamilan

seperti kehamilan ganda, hamil anggur (mola hidatidosia),

plasenta previa, hidramnion dan kematian janin.

Page 29: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TANDA BAHAYA …

11

2. Tanda Mungkin Kehamilan

a. Perubahan Pada Serviks

Pada umumnya jika tidak hamil keadaan serviks teraba

keras seperti kita meraba ujung hidung, namun pada saat

kehamilan serviks menjadi lunak pada perbaa selunak bibir atau

ujung bawah daun telinga.

b. Pembesaran perut

Setelah bulan ke 3 rahim dapat diraba dari luar dan mulai

membesarkan perut.

c. Tanda Chadwik

Adanya tanda chadwik ialah warna selaput lender vulva dan

vagina menjadi ungu

d. Hiperpigmentasi

Terjadinya hiperpigmentasi pada kulit muka yang disebut

chloasma gravidarum, hiperpigmentasi linea alba dan

hiperpigmentasi pada aerola dan papilla mammae.

e. Amenorrhoe

Pada umumnya wanita yang sehat dengan haid yang teratur

amenorrhoe merupakan tanda kehamilan. Namun terkadang

amenorrhoe bisa juga disebabkan karena penyakit berat seperti

Tuberculosis, Typhus, Anemia dan Pengaruh Psikis salah

satunya karena perubahan lingkungan

Page 30: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TANDA BAHAYA …

12

f. Frekunsi BAK yang sering

Sering nya BAK merupakan tanda kehamilan karena rahim

yang membesar menekan kandung kemih.

2.1.4 Ketidaknyamanan Kehamilan

Berikut beberapa ketidaknyamanan kehamilan :

1. Nocturia (Sering Kencing)

Seringnya kencing merupakan hal yang membuat tidak nyaman

bagi seorang ibu hamil, dikarenakan membutuhkan tenaga lebih

untuk harus ke kamar mandi terus menerus. Namun BAK yang

sering ini merupakan tanda kehamilan yang memang biasanya

terjadi karena rahim yang semakin membesar akan menekan

kandung kemih terutama pada usia tua kehamilan yang

menyebabkan kandung kemih terasa penuh akibat turunnya kepala

bayi yang menekan kandung kemih.

2. Nyeri Punggung

Nyeri punggung yang terjadi biasanya pada bagian lumbosacral

di punggung. Nyeri punggung yang dialami pada ibu hamil

dikarenakan beban berat tubuh yang dialami, intensitas nnyeri nya

pun meningkat apabila adanya perubahan postur dan gravitasi.

3. Edema

Edema pada ekstremitas bawah dikaibatkan oleh adanya

gangguan sirkulasi vena dan peningkatan tekanan vena pada

Page 31: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TANDA BAHAYA …

13

ekstremitas bagian bawah. Gangguan sirkulasi ini disebabkan

karena tekanan uterus yang membesar pada vena-vena panggul.

Pakaian ketat pada ibu hamil dapat menghambat aliran balk vena

dari ekstremitas bawah yang dapat memperburuk masalah. Edema

pada kaki yang sering menggantung dapat terlihat di area

pergelangan kaki dan hal ini berbeda dengan edema karena

preeklampsi/eklampsia

4. Nyeri Kepala

Nyeri kepala pada ibu hamil biasanya terjadi pada usia periode

kehamilan trimester II dan III. Hal ini diakibatkan karena adanya

kontraksi otot atau spasme otot seperti leher, bahu dan penegangan

pada kepala.

2.2 Tanda Bahaya Kehamilan Trimester I, Trimester II, Trimester III

2.2.1 Pengertian

Tanda bahaya kehamilan merupakan tanda gejala yang

menggambarkan adanya bahaya yang terjadi pada saat kehamilan

atau pada saat periode kehamilan. Dapat berakibat fatal jika tidak

terdeteksi dini karena akan membahayakan kondisi kehamilan

maupun kematian sang ibu. Tanda-tanda bahaya pada kehamilan

yang terjadi pada seorang ibu hamil merupakan suatu pertanda telah

terjadinya suatu masalah yang serius pada ibu atau janin yang

dikandungnya. Tanda-tanda bahaya ini dapat terjadi pada awal

Page 32: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TANDA BAHAYA …

14

kehamilan (hamil muda) atau pada pertengahan atau pada akhir

kehamilan (hamil tua) (Depkes RI, 2009).

Hal ini pun dikembangkan di jurnal yang diteliti oleh Theresa,

dkk dengan judul gambaran pemanfaatan buku KIA dan

pengetahuan ibu hamil mengenai tanda bahaya kehamilan, yang

dimana seseorang bisa mengetahui informasi tanda bahaya

kehamilan melalui buku KIA untuk meningkatkan pengetahuannya

tentang tanda bahaya kehamilan.Kehamilan adalah hal yang

fisiologis, namun kehamilan yang normal dapat berubah menjadi

patologi. Salah satu asuhan yang dilakukan oleh tenaga ksehatan

untuk mencegah adanya resiko ini yaitu melakukan pendeteksian

dini guna mengecek dan menceegah adanya komplikasi/penyakit

yang mungkin terjadi selama kehamilan (Kusmiyati dkk, 2008).

2.2.2 Deteksi Dini Tanda Bahaya Kehamilan

Pada umumnya 80-90 % kehamilan akan berlangsung normal

dan hanya 10-12 % kehamilan yang disertai dengan penyulit atau

berkembang menjadi kehamilan patologis. Kehamilan patologis tidak

terjadi secara mendadak karena kehamilan dan efeknya terhadap

organ tubuh berlangsung secara bertahap dan berangsurangsur.

Deteksi dini gejala dan tanda bahaya selama kehamilan merupakan

upaya terbaik untuk mencegah terjadinya gangguan yang serius

terhadap kehamilan ataupun keselamatan ibu hamil. Faktor

Page 33: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TANDA BAHAYA …

15

predisposisi dan adanya penyulit penyerta sebaiknya diketahui sejak

awal sehingga dapat dilakukan berbagai upaya maksimal untuk 14

mencegah gangguan yang berat baik terhadap kehamilan dan

keselamatan ibu maupun bayi yang dikandungnya.

2.2.3 Macam-macam Tanda Bahaya Kehamilan Trimester I, Trimester

II, Trimester III

A Tanda Bahaya Kehamilan Trimester I (0 – 12 minggu)

1. Perdarahan Antepartum

Perdarahan pada kehamilan merupakan hal yang sangat

berbahaya bagi kondisi kehamilan. Perdarahan kehamilan usia

muda disebut dengan keguguran atau abortus, sedangkan pada

kehamilan usia tua disebut dengan perdarahan antepartum.

Perdarahan antepartum biasanya dibatasi pada perdarahan jalan

lahir setelah kehamilan 22 minggu, walaupun patologi yang

sama dapat pula terjadi pada kehamilan sebelum 22 minggu.

Perdarahan setelah kehamilan 22 minggu ini memerlukan

penangan yang berbeda dari usia kehamilan sebelum 22 minggu.

Karena perdarahan setelah 22 minggu ini lebih berbahaya.

Pada umumnya perdarahan antepartum dialami pada usia

kehamilan trimester III atau setelah kehamilan 28 minggu.

Perdarahan antepartum biasanya bersumber dari kelainan

plasenta, seperti solusio plasenta dan plasenta previa. Berikut

Page 34: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TANDA BAHAYA …

16

macam-macam kelainan plasenta menurut Rukiyah & Lia (2011)

yaitu:

a. Solusio Antepartum

Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta dari tempat

implantasinya yang normal pada uterus, sebelum janin

dilahirkan (Prawirohardjo, 2009). Solusio plasenta

merupakan terlepasnya plasenta yang letaknya normal pada

korpus uteri yang terlepas dari pelekatannya sebelum janin

lahir. Kejadian ini sering terjadi pada kehamilan trimester III

atau kehamilan lebih dari 22 minggu dengan berat janin lebih

dari 500 gram disertai dengan pembekuan darah.

Adapula penyebab terjadinya solusio plasenta

disebabkan oleh usia pada ibu (> 35 tahun) karena kekuatan

ibu berkurang pada ibu yang pernah mengalami persalinan

atau kelahiran lebih dari satu kali (multiparitas), trauma pada

abdomen dan tali pusat yang pendek juga dapat

menyebabkan solusio plasenta karena pergerakan janin yang

beas menyebabkan terlepasnya plasenta akibat tarikan tali

pusat tersebut.

b. Plasenta Previa

Plasenta previa merupakan kondisi plasenta yang berada

di depan jalan lahir sehingga menutupi seluruh atau sebagian

jalan lahir. Plasenta previa suatu keadaan pada kehamilan

Page 35: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TANDA BAHAYA …

17

dimana plasenta yang terletak menutupi atau sangat dekat

dengan ostium internum, insidennya 1 : 200 kehamilan

(William R, 2010).

Perdarahan tanpa alasan dan tanpa rasa nyeri merupakan

gejala utama dari plasenta previa. Apabila plasenta tumbuh

pada segmen bawah uterus, pelebaran segmen bawah uterus

dan pembukaan serviks tidak dapat diikuti oleh plasenta

yang melekat disitu tanpa terlepasnya sebagian plasenta dari

dinding uterus, pada saat itulah mulailah terjadinya

perdarahan. Perdarahan ini terjadi karena sinus uerus yang

robek karena terlepasnya plasenta dari dinding uterus.

2. Hiperemesis Gravidarum

Hyperemesis gravidarum adalah muntah yang terjadi sampai

kehamilan 20 minggu, muntah begitu hebat dimana segala

sesuatu yang dimakan dan diminum dimuntahkan sehingga

mempengaruhi keadaan umum dan aktivitas sehari-hari, berat

badan menurun, dehidrasi dan terdapat aseton bukan karena

penyakit seperti apendiksitis, piellitits dan sebagainya

(Joseph.2011).

Perasaan mual berasal dari akibat meningkatnya kadar

estrogen, oleh karena keluhan ini terjadi di trimester pertama.

Peningkatan hormone ini menyebabkan otot polos pada

gastrointestinal relaksasi sehingga motilitas lambung menurun

Page 36: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TANDA BAHAYA …

18

dan pengosongan lambung melambat dan peningkatan sekresi

asam hidroklorid juga berkontribusi terhadap terjadi nya mual

dan muntah. Hal ini diperkuat dengan adanya factor psikologis,

spiritual dan lingkungan (Runiari.2010)

B Tanda Bahaya Kehamilan Trimester II (13 – 28 minggu)

1. Demam Tinggi

Ibu menderita demam dengan suhu tubuh >38ºC dalam

kehamilan merupakan suatu masalah. Demam tinggi dapat

merupakan gejala adanya infeksi dalam kehamilan. Menurut

SDKI tahun 2007 penyebab kematian ibu karena infeksi (11%).

Demam dapat disebabkan oleh infeksi dalam kehamilan yaitu

masuknya mikroorganisme pathogen ke dalam tubuh wanita

hamil yang kemudian menyebabkan timbulnya tanda atau

gejala–gejala penyakit. Pada infeksi berat dapat terjadi demam

dan gangguan fungsi organ vital. Infeksi dapat terjadi selama

kehamilan, persalinan dan masa nifas (Pusdiknakes, 2003).

2. Bayi kurang bergerak seperti biasa

Gerakan janin tidak ada atau kurang (minimal 3 kali dalam 1

jam). Ibu mulai merasakan gerakan bayi selama bulan ke-5 atau

ke-6. Jika bayi tidak bergerak seperti biasa dinamakan IUFD

(Intra Uterine Fetal Death). IUFD adalah tidak adanya tanda-

tanda kehidupan janin didalam kandungan. Beberapa ibu dapat

Page 37: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TANDA BAHAYA …

19

merasakan gerakan bayinya lebih awal. Jika bayi tidur

gerakannya akan melemah. Bayi harus bergerak paling sedikit 3

kali dalam 1 jam jika ibu berbaring atau beristirahat dan jika ibu

makan dan minum dengan baik (Pusdiknakes, 2003).

C Tanda Bahaya Kehamilan Trimester III (29 – 42 minggu)

1. Perdarahan Antepartum

Perdarahan pada kehamilan merupakan hal yang sangat

berbahaya bagi kondisi kehamilan. Perdarahan kehamilan usia

muda disebut dengan keguguran atau abortus, sedangkan pada

kehamilan usia tua disebut dengan perdarahan antepartum.

Perdarahan antepartum biasanya dibatasi pada perdarahan jalan

lahir setelah kehamilan 22 minggu, walaupun patologi yang

sama dapat pula terjadi pada kehamilan sebelum 22 minggu.

Perdarahan setelah kehamilan 22 minggu ini memerlukan

penangan yang berbeda dari usia kehamilan sebelum 22 minggu.

Karena perdarahan setelah 22 minggu ini lebih berbahaya.

2. Sakit Kepala Yang Hebat

Sakit kepala selama kehamilan adalah umum, seringkali

merupakan ketidaknyamanan yang normal dalam kehamilan.

Sakit kepala yang menunjukkan masalah yang serius adalah

sakit kepala hebat yang menetap dan tidak hilang dengan

beristirahat. Kadang-kadang dengan sakit kepala yang hebat

Page 38: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TANDA BAHAYA …

20

tersebut, ibu mungkin mengalami penglihatan yang kabur. Sakit

kepala yang hebat dalam kehamilan adalah gejala dari pre-

eklampsia (Pusdiknakes, 2003)

3. Bengkak di muka atau tangan

Hampir separuh dari ibu-ibu akan mengalami bengkak yang

normal pada kaki yang biasanya muncul pada sore hari dan

biasanya hilang setelah beristirahat atau meletakkannya lebih

tinggi. Bengkak dapat menunjukkan adanya masalah serius jika

muncul pada permukaan muka dan tangan, tidak hilang setelah

beristirahat, dan diikuti dengan keluhan fisik yang lain. Hal ini

bisa merupakan pertanda pre-eklampsia.

4. Pecah Ketuban dini

Ketuban pecah dini merupakan pecahnya ketuban sebelum

waktunya melahirkan. Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan

atau pada trimester III maupun jauh sebelum waktunya

melahirkan. KPD pre-term adalah KPD sebelum usia kehamilan

37 minggu. KPD yang memanjang adalah KPD yang terjadi

lebih dari 12 jam sebelum waktunya melahirkan (Rukiyah dan

Lia, 2011).

Pecah ketuban dini merupakan keadaan ibu menglami pecah

ketuban terlalu cepat atau sebelum melahirkan. KPD (ketuban pecah

dini) adalah pecahnya ketuban sebelum waktu melahirkan yang

terjadi pada saat akhir kehamilan maupun jauh sebelumnya

Page 39: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TANDA BAHAYA …

21

(Nugroho, 2010). Menurut Manuaba (2009) Ketuban pecah dini

adalah pecahnya ketuban sebelum adanya tanda-tanda persalinan

dimulai dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartu. Sebagian

ketuban pecah dini terjadi pada kehamilan aterm lebih dari 37

minggu sedangkan kurang dari 36 minggu tidak terlalu banyak.

Menjelang usia kehamilan cukup bulan menyebabkan

kelemahan pada selaput janin diatas serviks internal terjadi yang

memicu robekan di lokasi ini (Rukiyah dan Lia, 2011). Adapun

penyebab terjadinya ketuban pecah dini menurut Manuaba, 2009

dan Morgan, 2009 yaitu :

a. Serviks inkompeten

b. Faktor keturunan

c. Pengaruh dari luar yang melemahkan ketuban (infeksi genetalia

d. Overdistensi uterus

e. Malposisi atau malpresentase janin

f. Faktor yang menyebabkan kerusakan serviks

g. Riwayat KPD sebelumnya dua kali atau lebih

h. Faktor yang berhubungan dengan berat badan sebelum dan

selama hamil

i. Usia ibu yang lebih tua mungkin menyebabkan ketuban kurang

kuat dari pada usia muda

Tanda dan gejala pada kehamilan yang mengalami KPD adalah

keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina. Aroma air

Page 40: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TANDA BAHAYA …

22

ketuban berbau amis dan tidak seperti bau amoniak, mungkin cairan

tersebut masih merembes atau menetes, dengan ciri pucat dan

bergaris warna darah. Cairan ini tidak akan berhenti atau kering

karena terus diproduksi sampai kelahiran. Tetapi bila anda duduk

atau berdiri, kepala janin yang sudah terletak di bawah biasanya

mengganjal atau menyumbat kebocoran untuk sementara. Demam,

bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin

bertambah cepat merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi

(Manuaba, 2009).

5. Tidak Adanya/Kurangnya Gerakan Janin

Pada bulan ke 6 biasanya ibu sudah mampu merasakan

gerakan bayinya. Jika bayi tidur maka gerakan nya pun akan

melemah, bayi harus bergerak paling sedikit 3 kali dalam

periode 3 jam. Saat ibu sedang berisitirahat, berbaring, makan

dan minum biasanya gerakan bayi akan lebih mudah terasa

(Asrinah dkk, 2010).

Pada usia kehamilan trimester III ruang gerak janin makin

sempit, cairan amnion ketuban pun mulai berkurang sehingga

tidak banyak membantu pergerakan janin. Akibat dari kondisi

ini adalah janin seperti pendiam dan pergerakan bayi akan

semakin berkurang karena alasan tadi. Pada minggu minggu

akhir kehamilan, saat kepala janin mulai masuk rongga pinggul.

Page 41: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TANDA BAHAYA …

23

Berkurangnya gerak janin ini sangat alami, kebanyakan janin

memiliki masa aktif di tengah malam.

Pemantauan aktifitas gerak janin dapat diketahui secara

subjektif (menanyakan kepada ibu) dan objektif (palpasi atau

dengan USG). Janin normal tidak terjadi hipoksia dan akan

bergerak aktif. Namun gerakan janin akan dirasakan oleh ibu

sebanyak lebih dari 10 kali per hari (pada usia diatas 32 minggu).

Namun gerakan janin yang pendiam harus terus di pantau

ditakutkan terjadi kejadian yang membahayakan janin.

2.3 Antenatal Care (Pemeriksaan Kehamilan)

2.3.1 Pengertian Pemeriksaan Kehamilan

Pemeriksaan kehamilan merupakan pengawasan sebelum persalinan

yang bertujuan untuk memeriksa keadaan pertumbuhan dan

perkebangan janin. Setiap wanita hamil beresiko mengalami komplikasi

yang bisa mengancam jiwanya. Oleh karena itu setiap wanita hamil

memerlukan sedikitnya empat kali kunjungan selama periode antenatal

(Prawirohardjo, 2009). Pemeriksaan kehamilan atau yang lebih sering

disebut antenatal care adalah kegiatan yang diberikan untuk ibu dalam

masa kehamilan dan sebelum persalinan atau melahirkan.

Pemeriksaan kehamilan merupakan suatu cara yang dilakukan guna

kesehatan ibu serta kandungannya dan memeriksa kemungkinan terjadi

nya masalah yang terjadi pada kandungan yang kadang kadang sulit

Page 42: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TANDA BAHAYA …

24

untuk diketahui masalahnya meskipun tidak terlihat tanda tanda yang

memang tidak membahayakan pada kehamilan (Saifudin, 2010)

Antenatal merupakan cara untuk deteksi dini di setiap masalah

kehamilan yang bertujuan untuk mencegah masalah yang terjadi sedini

mungkin. Sasaran utama antenatal care adalah pemberian perawatan

untuk memastikan bahwa ibu hamil dan bayi memiliki kesehatan yang

baik sampai akhir kematian dan meminimalisir efek bahaya yang akan

terjadi pada ibu dan bayi.

Berikut diterangkan mengenai apa saja yang dilakukan dalam

pemeriksaan kehamilan, sabagai pengetahuan bagi ibu hamil agar

mendapatkan kehamilan yang sehat dan keluarga yang bekualitas :

1. Pemeriksaan Berat Badan

Pemeriksaan berat badan dilakukan setiap kali ibu hamil

memeriksakan kandungannya, ini dilakukan untuk mengetahui

pertambahan berat badan merupakan hal normal ataukah tidak.

2. Pemeriksaan Tinggi Badan

Pemeriksaan tinggi badan ibu juga dilakukan saat pertama kali

ibu melakukan pemeriksaan kehamilan. Mengetahui tinggi badan

sangat penting untuk mengetahui ukuran panggul si ibu untuk

menentukan persalinan yang dilakukan akan normal atau tidak.

Karena jika tinggi badan ibu dianggap terlalu pendek dikhawatirkan

memiliki panggul yang sempit dan proses persalinan dikhawatirkan

tidak dapat dilakukan secara normal.

Page 43: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TANDA BAHAYA …

25

3. Pemeriksan Urin

Pemeriksaan urin selain dilakukan untuk memastikan kehamilan

dapat juga untuk mengetahui fungsi ginjal apakah ada tidaknya

protein dalam urin karena mengarah pada preeklamsi dan

mengeahui kadar gula dalam darah untuk mengetahui ibu

mengakami diabetes atau tidak.

4. Pemeriksaan Dalam

Pemeriksaan dalam dilakukan untuk mengetahui kondisi

kehamilan apakah ada penyakit kehamilan, mengetahui kondisi

abnormal didalam rongga panggul dan memeriksa apakah terdapat

tumor atau tidak dan untuk mengetahui ukuran rongga panggul

sebagai jalan lahir. Biasanya pemeriksaan ini dilakukan di awal

kehamilan.

2.3.2 Tujuan Pemeriksaan Kehamilan

Tujuan umum nya adalah menyiapkan seoptimal mungkin fisik dan

mental bagi ibu dan anak selama dalam kehamilan, persalinan dan nifas

sehingga didapatkan ibu dan anak yang sehat. Tujuan khususnya yaitu :

1. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehtan ibu dan

tumbuh kembang bayinya.

2. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan

sosial ibu dan bayi.

Page 44: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TANDA BAHAYA …

26

3. Mengenali secara dini adanya komplikasi yang mungkin terjadi

selama hamil

4. Mempersiapkan persalinan cukup bulan dan melahirkan dengan

selamat ibu maupun bayinya denga trauma seminimal mungkin

5. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjala nomal dan pemberian

ASI eksklusif selama 6 bulan

6. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran

bayi agar dapat tumbuh kembang dengan normal (Prawirohardjo,

2010).

2.3.3 Manfaat Pemeriksaan Kehamilan

Pemeriksaan kehamilan memberikan manfaat dengan ditemukannya

berbagai kelaianan yang menyertai kehamilan dini, sehingga dapat

diperhitungkan dan dipersiapkan langkah-langkah untuk pertolongan

persalinan yang akan di berikan. Manfaat pemeriksaan kehamilan

sangatlah besar dikarenakan dapat mengetahui berbagai resiko dan

komplikasi kehamilan yang dialami ibu hamil sehingga dapat diarahkan

untuk melakukan rujukan.

Menurut (Manuaba,2010) Manfaat pemeriksaan kehamilan lainnya

untuk ibu adalah mengurangi dan menegakkan secara dini komplikasi

kehamilan, mempertahankan dan meningkatkan kesehatan ibu setelah

persalinan dan dapat memberikan ASI. Konseling dalam pemakaian alat

kontrasepsi KB, memberikan nasehat dan petunjuk untuk berbagai

Page 45: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TANDA BAHAYA …

27

masalah yang berkaitan dengan kehamilannya serta berusaha

menetapkan penggolongan kehamilan dengan faktor resiko tinggi untuk

menentukan pertolongan persalinan yang aman bagi ibu dan bayi.

Manfaat lainnya untuk menjamin pertumbuhan bayi yang sehat dalam

kandungan hingga lahir.

2.3.4 Alasan Melakukan ANC

Pemeriksaan kehamilan merupakan upaya preventif program

pelayanan kesehatan obstetric untuk mengoptimalkan kesehetan

maternal dan neonatal melalui serangkaian kegiatan permantauan rutin

selama kehamilan (Hidayat, 2007). Ada 6 alasan penting untuk

mendapatkan asuhan antenatal, yaitu :

1. Membangun rasa saling percaya antara klien dan petugas kesehatan

2. Mengupayakan trwujudnya kondisi terbak bagi ibu dan bayi yang

dikandungnya

3. Memperoleh informasi dasar tentang kesehatan untuk ibu dan

kehamilan

4. Mengidentifikasi dan menatalaksana kehamilan resiko tinggi

5. Memberikan pendidikan kesehatan yang diperlukan dalam menjaga

kualitas kehamilan dan merawat bayi

6. Menghindari gangguan kesehatan selama kehamilan yang dapat

membahayakan keselamatan ibu hamil dan kandungannya (Hidayat,

2007)

Page 46: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TANDA BAHAYA …

28

2.3.5 Kunjungan Pemeriksaan Kehamilan

Kunjungan pemeriksaan kehamilan merupakan cara kontak anatara

ibu hamil dan petugas kesehatan yang memberi pelayanan antenatal

standar untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan (Depkes, 2008)

Dalam standar pelayanan kebidanan, setiap wanita hamil memerlukan

minimal empat kali kunjungan selama periode antenatal (WHO, 2016),

yaitu :

1. Satu kali kunjungan selama trimester pertama (sebelum 14 minggu)

2. Satu kali kunjungan selama trimester kedua (antara minggu 14-28)

3. Dua kali kunjungan selama trimester ketiga (antara minggu 28 – 36

dan sesudah minggu ke 36) (Saifudin, 2010).

Selama melakukan kunjungan untuk pemeriksaan kehamilan, ibu

hamil akan mendapatkan serangkaian pelayanan yang terkait dengat

upaya memastikan ada tidaknya kehamilan dan penelusuran berbagai

kemungkinan adanya penyulit atau gangguan kesehatan selama

kehamilan yang mungkin akan menggangu kualitas kehamilan.

Identifikasi kehamilan diperoleh melalui adanya perubahan anatomic

dan fisiologik kehamilan dan dilakukannya uji hormonal dengan

berbagai metode jika diperlukan (Prawirohardjo, 2009).

Page 47: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TANDA BAHAYA …

29

2.3.6 Tujuan Kunjungan K1, K2, K3 dan K4

1. Tujuan Kunjungan K

K1 Kehamilan adalah kontak ibu hamil yang pertama kali

dengan petugas kesehatan untuk mendapatkan pemeriksaan

kesehatan seorang ibu hamil sesuai standar pada Trimester pertama

kehamilan, dimana usia kehamilan 1 sampai 12 minggu dengan

jumlah kunjungan minimal satu kali meliputi :

a. Identitas/biodata

b. Riwayat kehamilan

c. Riwayat kebidanan

d. Riwayat kesehatan

e. Pemeriksaan kehamilan

f. Pelayanan kesehatan

g. Penyuluhan dan konsultasi

Dalam melaksanakan pelayanan Antenatal Care, ada sepuluh

standar pelayanan yang harus dilakukan oleh bidan atau tenaga

kesehatan yang dikenal dengan 10 T. Pelayanan atau asuhan standar

minimal 10 T adalah sebagai berikut (Depkes RI, 2009) :

1. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan

2. Pemeriksaan tekanan darah

3. Nilai status gizi (ukur lingkar lengan atas)

4. Pemeriksaan puncak rahim (tinggi fundus uteri)

5. Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ)

Page 48: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TANDA BAHAYA …

30

6. Skrining status imunisasi Tetanus dan berikan imunisasi Tetanus

Toksoid (TT) bila diperlukan.

7. Pemberian Tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan

8. Test laboratorium (rutin dan khusus)

9. Tatalaksana kasus

10. Temu wicara (konseling), termasuk Perencanaan Persalinan dan

Pencegahan Komplikasi (P4K) serta KB paska persalinan

Tujuan k1 :

1. Menjalin hubungan saling percaya antara petugas kesehatan dan

klien

2. mendeteksi komplikasi-komplikasi/masalah yang dapat diobati

sebelum mengancam jiwa ibu

3. Melakukan tindakan pencegahan seperti tetanus neonatorum,

anemia karena (-) Fe atau penggunaan praktek tradisional yang

merugikan

4. Memulai mempersiapkan kelahiran dan memberikan

pendidikan. Asuhan itu penting untuk menjamin bahwa proses

alamiah dari kalahiran berjalan normal dan tetap demikian

seterusnya.

5. mendorong perilaku yang sehat (gizi, latihan dan kebersihan,

istirahat dan sebagainya) bertujuan untuk mendeteksi dan

mewaspadai.

Page 49: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TANDA BAHAYA …

31

6. Memfasilitasi hasil yang sehat dan positif bagi ibu maupun

bayinya dengan jalan menegakkan hubungan kepercayaan

dengan ibu

7. Mengidentifikasi faktor risiko dengan

mendapatkan riwayat detail kebidanan masa lalu dan sekarang,

riwayat obstetrik, medis, dan pribadi serta keluarga.

8. Memberi kesempatan pada ibu dan keluarganya

mengekspresikan dan mendiskusikan adanya kekhawatiran

tentang kehamilan saat ini dan kehilangan kehamilan yang lalu,

persalinan, kelahiran atau puerperium.

K1 ini mempunyai peranan penting dalam program kesehatan

ibu dan anak yaitu sebagai indikator pemantauan yang dipergunakan

untuk mengetahui jangkauan pelayanan antenatal serta kemampuan

program dalam menggerakkan masyarakat (Depkes RI, 2001).

2. Tujuan Kunjungan k2

K2 adalah kunjungan ibu hamil yang memeriksakan

kehamilannya pada trimester II (usia kehamilan 12 – 28 minggu) dan

mendapatkan pelayanan 7T atau 10T setelah melewati K1.

Tujuan k2 :

1. Menjalin hubungan saling percaya antara petugas kesehatan dan

klien

2. Mendeteksi komplikasi-komplikasi yang dapat mengancam jiwa

Page 50: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TANDA BAHAYA …

32

3. Melakukan tindakan pencegahan seperti tetanus neonatorum,

anemia karena (-) Fe atau penggunaan praktek tradisional yang

merugikan

4. Memulai mempersiapkan kelahiran dan memberikan

pendidikan. Asuhan itu penting untuk menjamin bahwa proses

alamiah dari kalahiran berjalan normal dan tetap demikian

seterusnya

5. Mendorong perilaku yang sehat (gizi, latihan dan kebersihan,

istirahat dan sebagainya) bertujuan untuk mendeteksi dan

mewaspadai.

6. Kewaspadaan khusus mengenai PIH (Hipertensi dalam

kehamilan), tanyakan gejala, pantau TD (tekanan darah), kaji

adanya edema dan protein uria.

7. Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatannya.

8. Penapisan pre-eklamsia, gameli, infeksi, alat rerproduksi dan

saluran perkemihan.

9. Mengulang perencanaan persalinan.

3. Tujuan K3 dan K4

Tujuan K3 dan K4 adalah kunjungan ibu hamil yang

memeriksakan kehamilannya pada trimester III (28-36 minggu dan

sesudah minggu ke-36) dua kali kunjungan akhir) dan mendapatkan

pelayanan 7T setelah melewati K1 dan K2.

Page 51: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TANDA BAHAYA …

33

Tujuan K4 :

1. Sama dengan kunjungan I dan II

2. Palpasi abdomen

3. Mengenali adanya kelainan letak dan persentase yang

memerlukan kehahiran RS.

4. Memantapkan persalinan Mengenali tanda-tanda persalinan.

2.4 Kepatuhan

2.4.1 Definisi

Menurut Kozier (2010) kepatuhan adalah perilaku individu

(misalnya: minum obat, mematuhi diet, atau melakukan perubahan gaya

hidup) sesuai anjuran terapi dan kesehatan. Tingkat kepatuhan dapat

dimulai dari tindak mengindahkan setiap aspek anjuran hingga

mematuhi rencana. Sedangkan Sarafino (dalam Yetti, dkk 2011)

mendefinisikan kepatuhan sebagai tingkat pasien melaksanakan cara

pengobatan dan perilaku yang disarankan oleh dokternya.

Menurut Yandianto Kamus Umum Bahasa Indonesia (2009), patuh

ialah taat kepada perintah, sedangkan kepatuhan ialah perilaku yang

sesuai dengan perintah atau anjuran.

Page 52: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TANDA BAHAYA …

34

2.4.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan

Menurut Kozier (2010) faktor yang mempengaruhi kepatuhan

adalah sebagai berikut:

a. Motivasi klien untuk sembuh

b. Tingkat perubahan gaya hidup yang dibutuhkan

c. Persepsi keparahan masalah kesehatan

d. Nilai upaya mengurangi ancaman penyakit

e. Kesulitan memahami dan melakukan perilaku khusus

f. Tingkat gangguan penyakit atau rangkaian terapi

g. Keyakinan bahwa terapi yang diprogramkan akan membantu atau

tidak membantu

h. Kerumitan, efek samping yang diajukan

i. Warisan budaya tertentu yang membuat kepatuhan menjadi sulit

dilakukan

j. Tingkat kepuasan dan kualitas serta jenis hubungan dengan

penyediaan layanan kesehatan.

Teori Niven (2002) mengatakan ada beberapa faktor yang dapat

mendukung sikap patuh pasien, diantaranya:

1. Pendidikan. Domain pendidikan tersebut ialah :

a. Pengetahuan (knowledge).

b. Sikap (attitude).

c. Tindakan (action).

Page 53: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TANDA BAHAYA …

35

2. Dukungan dari keluarga dan teman-teman.

3. Pembuatan jadwal

4. Interaksi antara professional kesehatan dengan pasien

Sedangkan menurut Brunner and Suddarth (2002) faktor-faktor yang

mempengaruhi kepatuhan adalah:

1. Faktor demografi seperti usia, jenis kelamin, status sosio ekonomi

dan pendidikan.

2. Faktor penyakit seperti keparahan penyakit.

3. Faktor program seperti kompleksitas program dan efek samping

yang tidak menyenangkan.

4. Faktor psikososial seperti pengetahuan, sikap terhadap tenaga

kesehatan, penerimaan atau penyangkalan terhadap penyakit,

keyakinan agama atau budaya, dan biaya financial.

2.4.3 Pendekatan Praktis Untuk Meningkatkan Kepatuhan Klien

Menurut Dinicola dan DiMatteo (dalam Niven, 2002) pendekatan

yang dapat dilakukan dalam meningkatkan kepatuhan pasien ialah

dengan membuat intruksi tertulis yang mudah dipahami, yang

diutamakan untuk memberikan informasi mengenai pengobatan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan (Niven, 2002) :

Page 54: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TANDA BAHAYA …

36

1. Pemahaman tentang instruksi.

Banyaknya kegagalan pemahaman ialah karena pemberian

intruksi secara kurang lengkap, intruksi yang terlalu banyak

sehingga sulit diingat dan penggunaan istilah medis.

2. Kualitas interaksi.

Kualitas interaksi antara petugas kesehatan dan pasien

merupakan bagian yang penting dalam menentukan derajat

kepatuhan.

3. Isolasi sosial dan keluarga.

Keluarga dapat menjadi faktor yang sangat mempengaruhi

dalam menentukan keyakinan dan nilai kesehatan individu serta

dapat menetukan tentang program pengobatan yang dapat mereka

terima.

4. Keyakinan, sikap dan kepribadian.

Keyakinan seseorang tentang kesehatan berguna untuk

memperkirakan adanya ketidakpatuhan. Orang-orang yang tidak

patuh adalah orang yang mengalami depresi, ansietas, memiliki ego

yang lebih lemah dan yang kehidupan sosialnya lebih memusatkan

perhatian pada diri sendiri.

2.4.4 Pengukuran Kepatuhan

Kepatuhan melakukan ANC adalah kunjungan yang dilakukan ibu

hamil ke tempat pelayanan kesehatan sejak tanda – tanda kehamilan

Page 55: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TANDA BAHAYA …

37

sampai pada trimester III. Pengukuran kepatuhan kunjungan ibu hamil

ke wilayah kerja UPT Puskesmas dengan menggunakan data skunder

dengan skala pengukuran ordinal dengan. Satu kali kunjungan selama

trimester pertama (sebelum 14 minggu), satu kali kunjungan selama

trimester kedua (antara minggu 14-28), dua kali kunjungan selama

trimester ketiga (antara minggu 28 – 36 dan sesudah minggu ke 36)

(Saifudin, 2010).

2.5 Pengetahuan

2.5.1 Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil dari tahu yang terjadi setelah melakukan

penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Proses penginderaan terjadi

melalui pancaindra manusia, yaitu indra penglihatan, pendengaran,

penciuman, perasa dan peraba melalui kulit. Pengetahuan atau kognitif

merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan

seseorang (Notoatmodjo, 2010).

Pengetahuan merupakan faktor yang sangat penting untuk

terbentuknya perilaku seseorang, karena pengetahuan merupakan salah

satu unsur yang diperlukan agar manusia dapat berbuat sesuatu

berdasarkan keyakinan, saran dan motivasi (Sugiyono, 2011).

Page 56: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TANDA BAHAYA …

38

2.5.2 Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting

untuk terbentuknya tindakan seseorang (over behavior). Pengetahuan

yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu :

1. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkatan

ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari

seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling

rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa

yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan,

mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.

2. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat

menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Seseorang telah

paham terhadap objek atau materi harus dapat menjalaskan,

menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya

terhadap objek yang dipelajari.

3. Aplikasi (Application)

Aplikasi merupakan sebagai kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya.

Page 57: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TANDA BAHAYA …

39

Aplikasi disini diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum –

hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau

situasi yang lain.

4. Analisis (Analysis)

Anlalisis merupakan suatu kemampuan untuk menjabarkan

materi atau suatu objek kedalam komponen – komponen tetapi

masih dalam struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama

lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata

kerja, seperti menggambarkan (membuat bagan), membedakan,

memisahkan mengelompokan dan sebagainya.

5. Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan

atau menghubungkan bagian bagian didalam suatu bentuk

keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu

kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi –

formulasi yang ada.

6. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi pada penelitian terhadap suatu objek (Notoatmodjo, 2007)

Page 58: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TANDA BAHAYA …

40

2.5.3 Faktor faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Faktor – faktor yang mempengaruhi pengetahuan antara lain :

1. Pendidikan

Pendidikan dapat mempngaruhi proses belajar, semakin tinggi

pendidikan maka akan sesorang makin mudah orang tersebut untuk

menerima informasi. Namun perlu ditekankan bahwa seseorang

yang berpendidikan rendah juga tidak berarti mutlak

berpengatahuan rendah.

2. Informasi

Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun

non formal dapat memberikan pengaru jangka pendek sehingga

menghasilkan perubahan atau peningkatan pegetahuan. Hal ini pun

didukung oleh jurnal yang diteliti oleh Ripca, dkk tentang

bagaimana promosi kesehatan mempengaruhi peningkatan

pengetahuan seseorang. Berdasarkan jurnal tersebut informasi

merupakan hal yang memang mempengaruhi peningkatan

pengetahuan seseorang tentang suatu hal.

3. Sosial Budaya dan Ekonomi

Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan masyarakat melalui

penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Status ekonomi

seseorang juga merupakan hal penting yang akan menentukan

tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu.

Page 59: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TANDA BAHAYA …

41

4. Lingkungan

Lingkungan merupakan segala sesuatu yang ada di sekitar

individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial yang

berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan kedalam

individu.

5. Pengalaman

Pengalaman sebagai sumber pengetahuan merupakan salah satu

cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara

mengulang kembali lagi pengetahuan yang telah diperoleh dalam

memecahkan masalah yang dihadapi dimasa lalu.

6. Usia

Usia merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi

daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia

maka akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola

pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin

membaik. Pada usia tengah (41-60 tahun) seseorang tinggal

mempertahankan prestasi yang telah dicapai pada usia dewasa.

Sedangkan pada usia tua (> 60 tahun) adalah usia tidak produktif

lagi dan hanya menikmati hasil dari prestasinya. Semakin tua

semakin bijaksana, semakin banyak informasi yang dijumpai dan

sehingga menambah pengetahuan (Cuwin, 2009). Dua sikap

tradisional Mengenai jalannya perkembangan hidup :

Page 60: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TANDA BAHAYA …

42

a. Semakin tua semakin bijaksana, karena semakin banyak

informasi yang di dapat maka akan semakin banyak hal yang

dikerjakan sehingga kan bertambahnya pengetahuannya.

b. Tidak dapat mengajarkan kepandaian baru kepada orang yang

sudah tua karena mengalami kemunduran baik fisik maupun

mental. Dapat diperkirakan bahwa IQ akan menurun sejalan

dengan bertambahnya usia, khusunya pada beberapa

kemampuan yang lain seperti kosa kata dan pengetahuan umum.

Beberapa teori berpendapat ternyata IQ seseorang akan menurun

cukup cepat sejalan dengan bertambahnya usia.

2.5.4 Pengkuruan Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan cara wawancara

atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari

subyek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin

kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-

tingkatan sebagai berikut (Nursalam, 2008) :

1. Tingkat pengetahuan baik bila skor > 75% - 100%.

2. Tingkat pengetahuan cukup bila skor 56% - 75%

3. Tingkat pengetahuan kurang bila skor < 56%

Page 61: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TANDA BAHAYA …

43

2.5.5 Sumber Pengetahuan

Sumber – sumber pengetahuan sebagai berikut :

1. Kepercayaan berdasarkan tradisi,adat dan agama

Berbentuk norma dan kaidah baku yang berlaku di dalam

kehidupan sehari – hari. Didalam norma dan kaidah itu terkandung

pengetahuan yang kebenerannya tidak dapat dibuktikan secara

rasional dan empiris, tetapi sulit dikritik untuk diubah begitu saja.

Maka dari itu harus diikuti dengan tanpa keraguan dan percaya

secara utuh. Pengetahuan yang bersumber dari kepercayaan

cenderung bersifat tetap tapi subjektif.

2. Pengetahuan yang berdasarkan pada otoritas kesaksian orang lain

Pihak pemegang otoritas kebenaran pengetahuan yang dapat

dipercaya yaitu orangtua, guru, ulama, orang yang dituakan, dan

sebagainya. Apapun yang mereka katakan benar, indah tau jelek,

pada umumnya diikuti dan dijalankan dengan patuh tanpa kritik.

Karena kebanyakan orang telah mempercayai mereka sebagai orang

– orang yang cukup berpengalaman dan berpengetahuan luas.

Sumber pengetahuan ini mengandung kebenaran, tetapi

persoalannya terletak pada sejauh mana orang – orang itu bisa

dipercaya dan sejauh mana kesaksian pengetahuannya itu

merupakan hasil pemikiran dan pengalaman yang telah teruji

kebenarannya. Jika kesaksiannya adalah kebohongan, hal ini akan

membahayakan kehidupan manusia dan masyarakat itu sendiri.

Page 62: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TANDA BAHAYA …

44

3. Pengalaman

Bagi manusia, pengalaman merupakan vital penyelenggaraan

kebutuhan hidup sehari hari. Dengan mata, telinga, hidung, lidah dan

kulit, orang bisa menyaksikan secara langsung dan bisa pula

melakukan kegiatan hidup.

4. Akal Pikran

Berbeda dengan panca indera, akal pikiran memiliki sifat lebih

rohani. Akal pikiran mampu menangkap hal – hal yang metafisis,

spiritual, abstrak, universal, yang seragam dan yang bersifat tetap.

Akal pikiran cenderung memberikan pengetahuan yang lebih umum,

objektif dan pasti.

5. Intuisi

Berupa gerak hati yang paling dalam, yang berarti sangat bersifat

spiritual, melampau ambang batas ketinggian akal pikiran dan

kedalaman pengalaman. Pengetahuan yang bersumber dari intuisi

merupakan pengalaman batin yang bersifat langsung. Artinya, tanpa

melalui sentuhan indera maupu olahan pikiran. Ketika dengan serta

merta seseorang memutuskan untuk berbuat atau tidak berbuat

dengan tanpa alasan yang jelas, maka ia berada dalam pengetahuan

yang intuitif. Dengan demikian, pengetahuan intuitif ini

kebenarannya tidak dapat diuji dan bersifat personal (Notoatmodjo,

2010)

Page 63: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TANDA BAHAYA …

45

2.5.6 Cara Memperoleh Pengetahuan

1. Cara Tradisional

Cara kuno atau cara tradisional ini dipakai untuk memperoleh

kebenaran pengetahuan, sebelum dikemukakan metode ilmiah atau

metode penemuan secara sistematik dan logis. Cara - cara penemuan

pengetahuan pada periode ini antara lain :

a. Cara coba – salah (Trial and Error)

Cara coba – coba ini dilakukan dengan menggunakan

kemungkinan dalam memecahkan masalah, dan apabila

kemungkinan tersebut tidak berhasil maka dicoba kemungkinan

yang lain. Apabila kemungkinan kedua ini juga gagal, maka

akan dicoba kembali dengan kemungkinan ketiga, dan apabila

kemungkinan ketiga inipun gagal makan akan dicoba

kemungkinan ke empat dan seterusnta, sampai masalah tersebut

dapat dipecahkan.

b. Cara kekuasaan atau otoritas

Para pemegang otoritas, baik pemimpin pemerintahan, tokoh

agama maupun ahli ilmu pengetahuan pada prinsipnya

mempunyai mekanisme yang sama di dalam penemuan

pengetahuan. Prinsip ini adalah orang lain yang menerima

pendapat yang dikemukakan oleh orang yang mempunyai

otoritas, tanpa terlebih dahulu menguji atau membuktikan

kebenarannya, baik berdasarkan fakta empiris, ataupun

Page 64: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TANDA BAHAYA …

46

berdasarkan penalaran sendiri. Hal ini disebabkan karena orang

yang menerima pendapat tersebut menganggap bahwa apa yang

dikemukanya aalah sudah benar.

c. Berdasarkan pengalaman pribadi

Pengalaman merupakan sumber pengetahuan, atau

pengalaman itu merupakan suatu cara untuk memperoleh

kebenaran pengetahuan . oleh, sebab itu pengalaman pribdi pun

dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan.

2. Cara Modern

Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada

dewasa ini lebih sistematis, logis, dan ilmiah (Notoatmodjo, 2010).

2.6 Hubungan Tingkat Pengetahuan Tanda Bahaya Kehamilan Dengan

Kepatuhan Antenatal Care Ibu Hamil Trimester III

Berdasarkan penelitian yang akan dilakukan peneliti hal ini pun didukung

oleh berbagai jurnal – jurnal yang telah ada. Tanda-tanda bahaya pada

kehamilan merupakan suatu pertanda telah terjadinya masalah yang serius

pada ibu hamil atau janin yang dikandungnya. Berdasarkan pembahasan tanda

bahaya yang trerjadi pada ibu hamil seringsekali terjadi akibat kurangnya

pengetahuan dari ibu hamilnya itu tersendiri, hal itupun didukung oleh

penelitian yang dilakukan oleh Ripca, dkk (2014) dengan judul “Pengaruh

Promosi Kesehatan Tentang Tanda Bahaya Kehamilan Terhadap

Pengetahuan Ibu Hamil Di Puskesmas Amurang Kabupaten Minahasa

Page 65: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TANDA BAHAYA …

47

Selatan”. Adapula tujuan dari penelitian di jurnal ini untuk mengetahui

pengaruh promosi kesehatan tentang tanda bahaya kehamilan terhadap

pengetahuan ibu hamil di Puskesmas Amurang Kabupaten Minahasa Selatan.

Metode yang dipakai pada penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan

desain One-Group Pretest-Postest.

Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari-Juni 2014. di Puskesmas

Amurang Kabupaten Minahasa Selatan. Variabel bebas (Independent

Variable) dalam penelitian ini adalah promosi kesehatan tentang tanda

bahaya kehamilan. Variabel terikat (Dependent Variable) adalah

pengetahuan ibu hamil. Setelah dilakukan penelitian oleh Hasil Penelitian :

Hasil analisis dengan paired sample t-Test diperoleh nilai rata-rata

pengetahuan ibu hamil sebesar 15,37 dan sesudah diberikan promosi

kesehatan tentang Tanda Bahaya Kehamilan sebesar 21,06 dengan thitung

adalah 16,371 dan signifikansi lebih kecil dari 5% (p= 0,000< 0,05). Jadi

kesimpulan dari hasil penelitia ini penulis mendapatkan hasil adanya

perbedaan pengetahuan responden sebelum dan sesudah diberikan

perlakuan.

Kesadaran masyarakat tentang kesehatan ibu hamil yang masih rendah

menjadi faktor penentu AKI dan AKB. Meskipun masih banyak faktor yang

harus diperhatikan untuk menangani masalah tersebut, namun salah satu

faktor penyebab kematian adalah ketidaktahuan ibu hamil maupun keluarga

dalam mengenali tanda bahaya kehamilan, untuk menyelesaikannya

Page 66: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TANDA BAHAYA …

48

pemerintah berupaya meningkatkan kesadaran dan pengetahuan ibu hamil

serta keluarga dengan buku kesehatan ibu dan anak (KIA).

Dilihat dari kurangnya penegtahuan maka peneliti menganalisis jurnal

lainnya untuk mendukung penelitian yang dilakukan oleh Theresa dkk

(2018) yang berjudul “Gambaran Pemanfaatan Buku KIA dan Pengetahuan

Ibu Hamil Mengenai Tanda Bahaya Kehamilan”. Adanya tujuan dari

penelitian ini untuk mengetahui gambaran pemanfaatan buku KIA dan

pengetahuan ibu hamil mengenai tanda bahaya kehamilan di wilayah

Puskesmas Jatinangor tahun 2017. Metode yang diambil oleh peneliti yaitu

metode penelitian deskriptif dengan pendekatan potong lintang, dilakukan

pada tanggal 10 juni s.d 10 juli tahun 2017. Sampel penelitian adalah semua

ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Jatinangor.

Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik total sampling dengan

responden dalam kriteria inklusi berjumlah 183 responden. Pengambilan

data menggunakan data primer dan sekunder. Analisa data univariat

menggunakan distribusi frekuensi. Berdasarkan penelitian, peneliti

mendapatkan hasil penelitian menunjukan, pemanfaatan buku KIA

berdasarkan karakteristik umur lebih banyak digunakan dengan usia <20

tahun sebesar 7 orang (70%), ibu berpendidikan rendah sebanyak 57 orang

(65,5%), primigravida sebanyak 46 orang (75,4%) dan ibu yang bekerja

sebanyak 29 orang (70%).

Sedangkan hasil pengetahuan baik berdasarkan karakteristik usia berada

pada usia 20-35 sebanyak 82 orang (54,3), ibu berpendidikan tinggi 8 orang

Page 67: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TANDA BAHAYA …

49

(72,7%), primigravida sebanyak 36 orang (59,1%) dan ibu yang bekerja

sebanyak 26 orang (61,96%). Maka dari hasil penelitian yang didapatkan

dapat disimpulkan di wilayah kerja Puskesma Jatinangor 2017 responden

memanfaatkan buku KIA dan memilki pengetahuan baik.

Salah satu indikator utama yang dapat menggambarkan kondisi

masyarakat yang sejahtera dan sehat di suatu negara adalah dengan melihat

gambaran jumlah Angka Kematian Ibu (AKI). Angka kematian ibu yang

tinggi sampai saat ini bisa disebabkan oleh adanya komplikasi kehamilan

yang sebelumnya ditandai dengan adanya tanda bahaya pada masa

kehamilan.

Tanda bahaya yang muncul pada kehamilan tersebut merupakan

pertanda awal adanya masalah yang serius pada masa kehamilan. Dilihat

dari angka kematian ibu yang masih tinggi diakibatkan dari berbagai

penyebab seperti kurangnya pengetahuan ibu hamil tanda bahaya atau

adanya komplikasi yang muncul maka peneliti menganalisis jurnal karena

hal ini didukung tentang jurnal yang diteliti oleh Vivi B,dkk (2018) yang

berjudul ”Hubungan Karakteristik Ibu dan Dukungan Suami dengan

Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Tanda Bahaya Kehamilan”.

Adapun tujuan dari penelitian yang dilakukan ini adalah untuk mengetahui

hubungan pada karakteristik ibu dan dukungan suami dengan tingkat

pengetahuan ibu hamil tentang tanda bahaya kehamilan di BPM Sumidyah

Ipung.

Page 68: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TANDA BAHAYA …

50

Pada penelitian ini menggunakan desain penelitian berupa observasional

analitik dengan pendekatan cross-sectional. Sampel yang dipilih

menggunakan teknik quota sampling dengan jumlah sampel sebanyak 32

responden. Nilai p value dari analisis statistik Chi Square test menunjukkan

hasil p value= 0,000 (usia dengan tingkat pengetahuan), p value= 0,037

(pendidikan dengan tingkat pengetahuan), p value= 0,028 (pekerjaan

dengan tingkat pengetahuan), p value= 0,049 (paritas dengan tingkat

pengetahuan), p value= 0,007 (riwayat kunjungan ANC dengan tingkat

pengetahuan) dan p value= 0,007 (dukungan suami dengan tingkat

pengetahuan). Berdasarkan analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa ada

hubungan antara usia dengan tingkat pengetahuan tentang tanda bahaya

kehamilan, ada hubungan antara pendidikan dengan tingkat pengetahuan

tentang tanda bahaya kehamilan, pekerjaan dengan tingkat pengetahuan

tentang tanda bahaya kehamilan, ada hubungan antara paritas dengan

tingkat pengetahuan tentang tanda bahaya kehamilan, ada hubungan antara

riwayat kunjungan ANC dengan tingkat pengetahuan tentang tanda bahaya

kehamilan, dan ada hubungan antara dukungan suami dengan tingkat

pengetahuan tentang tanda bahaya kehamilan.

Faktor penyebab risiko kematian dan kesakitan ibu salah satunya adalah

karena tidak terdeteksinya tanda bahaya selama kehamilan karena

kunjungan antenatal care yang tidak teratur. Pengetahuan tentang tanda

bahaya kehamilan sangat membantu untuk menurunka angka kematian ibu

(AKI). Hal-hal terseut pun didukung oleh jurnal yang dilakukan oleh Siti

Page 69: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TANDA BAHAYA …

51

Khuzaiyah, dkk dengan adanya tujuan penelitian ini adalah untuk

mengetahui perbedaan pengetahuan tanda bahaya kehamilan ibu hamil

trimester III berdasarkan keteraturan antental care di Wilayah Puskesmas

Paninggaran Kabupaten Pekalongan Tahun 2014. Desain penelitian

menggunakan deskriptif komparatif dengan pendekatan cross sectional.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil trimester III yang

terdapat diwilayah puskesmas Paninggaran. Teknik pengambilan sampel

menggunakan cluster random sampling sebanyak 33 ibu hamil. Analisa

hasil penelitian menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Didapatkan nilai ρ

= 0,029(ρ<0,05) berarti ada perbedaan pengetahuan tanda bahaya

kehamilan ibu hamil trimester III berdasarkan keteraturan antenatal care.

Saran bagi tenaga kesehatan hendaknya lebih meningkatkan informasi

tentang tanda bahaya kehamilan ibu sejak awal kehamilan. Perawatan

Antenatal sangat diperlukan sebagai upaya untuk mendeteksi terjadinya

kehamilan dan persalinan berisiko tinggi, hal ini juga dapat mengurangi

jumlah kematian antara ibu dan bayi. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui hubungan pengetahuan tentang tanda-tanda berbahaya

kehamilan dan dukungan keluarga dengan kepatuhan kunjungan ANC ibu

hamil trimester ketiga di Puskesmas Ciruas.

Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelasi dengan

pendekatan cross sectional yang dilakukan pada bulan Juni 2016 di Wilayah

Kerja Puskesmas Ciruas. Jumlah sampel tudy ini sebanyak 54 ibu hamil.

Pengumpulan data menggunakan kuesioner, analisis data menggunakan uji

Page 70: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TANDA BAHAYA …

52

chi square. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan

signifikan antara ibu hamil antara Hubungan Pengetahuan Tentang Tanda

Bahaya Kehamilan dan Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Kunjungan

Antenatal Care (Anc) Pada Ibu Hamil Trimester III di Puskesmas Ciruas

Kabupaten Serang Forum Ilmiah Volume 15 Nomor 2, Mei 2018 350

pengetahuan tentang tanda-tanda kehamilan yang berbahaya dengan

kepatuhan kunjungan ANC (ρ = 0,028) dan ada hubungan yang signifikan

antara dukungan keluarga dengan kepatuhan kunjungan ANC (ρ = 0,010).

Kesimpulan dari penelitian ini bahwa ada hubungan yang signifikan

antara pengetahuan tentang tanda bahaya kehamilan dan dukungan keluarga

dengan kepatuhan kunjungan ANC ibu hamil trimester ketiga di Puskesmas

Ciruas. Disarankan untuk menambah kesadaran mengenai tanda-tanda

kehamilan yang berbahaya dan pentingnya perawatan prenatal bagi

masyarakat oleh bidan dan promosi kesehatan, juga memberikan dukungan

kepada ibu hamil dengan mengingatkan mereka untuk terus melakukan

pemeriksaan lengkap.

Page 71: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TANDA BAHAYA …

53

2.7 Kerangka Konsep

Bagan 2.1

(Sumber : Niven (2002), Prawirohardjo (2010), Saifudin (2010), WHO (2016))

Antenatal

Care

Factor yang mempengaruhi kepatuhan

ANC :

1. Pendidikan. Domain pendidikan

tersebut ialah :

a. Pengetahuan (knowledge).

b. Sikap (attitude).

c. Tindakan (action).

2. Dukungan dari keluarga dan

teman-teman.

3. Pembuatan jadwal program

pengobatan.

4. Interaksi antara professional

kesehatan dengan pasien

Pengkuruan Kepatuhan ANC

Minimal dilakukan 4 kali pemeriksaan kehamilan,

yaitu:

1. Satu kali kunjungan selama trimester pertama

(sebelum 14 minggu)

2. Satu kali kunjungan selama trimester kedua

(antara minggu 14-28)

3. Dua kali kunjungan selama trimester ketiga

(antara minggu 28 – 36 dan sesudah minggu

ke 36)

Pada masa antenatal

dapat timbulnya

beberapa tanda bahaya

kehamilan, diantaranya :

1. Perdarahan

Antepartum

2. Hyperemesis

Gravidarum

3. Pecah Ketuban

Dini

4. Edema

5. Kurang Gerak

Janin