HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PETUGAS...

76
1 HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PETUGAS KESEHATAN TENTANG TUBERKULOSIS DENGAN PERANAN PETUGAS KESEHATAN DALAM PENEMUAN SUSPEK TUBERKULOSIS DI PUSKESMAS KARTASURA Skripsi Disusun oleh : MARYANI NIM : ST13049 PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2015

Transcript of HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PETUGAS...

Page 1: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PETUGAS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/24/01-gdl-maryaninim... · dalam daftar pustaka 4. ... TBC dan hanya 2 petugas kesehatan puskesmas

1

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PETUGAS KESEHATAN TENTANG

TUBERKULOSIS DENGAN PERANAN PETUGAS KESEHATAN

DALAM PENEMUAN SUSPEK TUBERKULOSIS

DI PUSKESMAS KARTASURA

Skripsi

Disusun oleh :

MARYANI

NIM : ST13049

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN

STIKES KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

2015

Page 2: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PETUGAS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/24/01-gdl-maryaninim... · dalam daftar pustaka 4. ... TBC dan hanya 2 petugas kesehatan puskesmas

2

LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertandatangan di bawah ini menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul :

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PETUGAS KESEHATAN TENTANG

TUBERKULOSIS DENGAN PERANAN PETUGAS KESEHATAN

DALAM PENEMUAN SUSPEK TUBERKULOSIS

DI PUSKESMAS KARTASURA

Oleh :

MARYANI

NIM. ST13049

Telah dipertahankan di depan penguji pada tanggal 8 Agustus 2015 dan

dinyatakan telah memenuhi syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Keperawatan

Pembimbing Utama, Pembimbing Pendamping,

Anita Istiningtyas, S.Kep.,Ns.,M.Kep. Sunardi, SKM, M.Kes

NIK. 201087055 NIK. 201073060

Penguji,

Wahyu Rima Agustin, S.Kep. Ns., M.Kep

NIK. 201279102

Surakarta, 8 Agustus 2015

Ketua Program Studi S-1 Keperawatan

Wahyu Rima Agustin, S.Kep.,Ns.,M.Kep

NIK. 201279102

Page 3: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PETUGAS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/24/01-gdl-maryaninim... · dalam daftar pustaka 4. ... TBC dan hanya 2 petugas kesehatan puskesmas

3

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini saya:

Nama : Maryani

NIM : ST13049

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar

akademik (Sarjana), baik di Stikes Kusuma Husada Surakarta maupun

perguruan tinggi lain.

2. Skripsi ini murni gagasan, rumusan, dan penelitian saya sendiri, tanpa

bantuan pihak lain, kecuali Tim Pembimbing dan masukan Tim Penguji.

3. Dalam skripsi ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau

dipublikasikan orang lain , kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan

sebagai acuan dalam naskah dengan nama pengarang dan dicantumkan

dalam daftar pustaka

4. Pernyataan ini saya buat sesungguhnya dan apabila kemudian hari terdapat

penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia

menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh

karena karya ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang berlaku di

perguruan tinggi ini.

Surakarta, 24 Januari 2015

Yang membuat pernyataan,

(Maryani)

NIM. ST13049

iii

Page 4: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PETUGAS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/24/01-gdl-maryaninim... · dalam daftar pustaka 4. ... TBC dan hanya 2 petugas kesehatan puskesmas

4

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan

hidayahnya, sehingga penulis dapat mengerjakan skripsi dengan judul “Hubungan

Tingkat Pengetahuan Petugas Kesehatan dengan Peranan Petugas dalam

Penemuan Suspek TBC Puskesmas Kartasura”. Penulis menyadari sepenuhnya

bahwa penelitian ini jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis sangat

mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi kesempurnaan penelitian ini.

Selama penyusunan penelitian ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan

dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih

kepada

1. Dra. Agnes Sri Hartanti, M.Si, selaku Ketua Stikes Kusuma Husada Surakarta

2. Anita Istiningtyas S.KepNs. M.Kep, selaku Pembimbing Utama yang telah

memberikan masukan dan dorongan dalam penyusunan penelitian ini.

3. Sunardi SKM. M.Kes, selaku Pembimbing Pendamping yang telah

memberikan masukan dan dorongan dalam penyusunan penelitian ini.

4. drg. Anik Arifah selaku Plt. Kepala Puskesmas Kartasura yang telah

memberikan ijin waktu dan tempat kepeda peneliti untuk melakukan penelitian

5. Civitas Akademik Progdi S1 Keperawatan yang telah membantu dalam proses

penelitian ini.

6. Responden penelitian yang bersedia meluangkan waktu sehingga skripsi ini

dapat terselesaikan.

7. Suami dan anakku yang telah memberikan dukungan dan motivasi , serta kasih

sayang yang tiada terkira dalam setiap langkah kaki penulis.

iv

Page 5: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PETUGAS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/24/01-gdl-maryaninim... · dalam daftar pustaka 4. ... TBC dan hanya 2 petugas kesehatan puskesmas

5

Akhirnya penulis berharap, semoga skripsi ini dapat bermanfaat. Penulis

senatiasa mengharapkan atas saran dan masukan yang bersifat membangun demi

kesempurnaan proposal skripsi ini.

Surakarta, Juli 2015

Penulis

v

Page 6: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PETUGAS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/24/01-gdl-maryaninim... · dalam daftar pustaka 4. ... TBC dan hanya 2 petugas kesehatan puskesmas

6

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ ii

SURAT PERNYATAAN............................................................................... iii

KATA PENGANTAR ................................................................................... iv

DAFTAR ISI .................................................................................................. vi

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... ix

DAFTAR TABEL .......................................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xi

ABSTRAK .................................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1

1.2 Perumusan Masalah ........................................................................... 4

1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................ 5

1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................ 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Landasan Teori ................................................................................... 8

1.1.1 Pengetahuan .............................................................................. 7

1.1.2 PenyakitTuberkulosis (TBC) .................................................... 12

1.1.3 Penemuan Suspek ..................................................................... 25

1.2 Keaslian Penelitian ............................................................................ 28

1.3 Kerangka Teori ................................................................................... 29

vi

Page 7: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PETUGAS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/24/01-gdl-maryaninim... · dalam daftar pustaka 4. ... TBC dan hanya 2 petugas kesehatan puskesmas

7

1.4 Kerangka Konsep .............................................................................. 29

1.5 Hipotesis ............................................................................................. 29

BAB III METODE PENELITIAN

1.1. Jenis Penelitian................................................................................. 31

1.2. Subyek Penelitian............................................................................ 32

1.3. Waktu dan Tempat Penelitian .......................................................... 32

1.4. Variabel Penelitian, Definisi Operasional dan Skala Pengukuran ... 33

1.5. Alat Penelitian dan Cara Pengumpulan Data ................................... 35

1.6. Uji Validitas dan Reliabilitas ........................................................... 36

1.7. Teknik Pengolahan dan Analisa Data .............................................. 39

1.8. Langkah-Langkah Penelitian ........................................................... 42

1.9. Etika penelitian ................................................................................ 43

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian .................................................... 33

4.2 Karakteristik Responden ....................................................................... 43

4.3 Tingkat Pengetahuan Petugas K esehatan ............................................ 43

4.4 Peranan Petugas Kesehatan .................................................................. 55

4.5 Hubungan Pengetahuan Petugas dengan Peranan ................................ 55

BAB V PEMBAHASAN

5.1 Karakteristik Responden ....................................................................... 51

5.2 Tingkat Pengetahuan Petugas K esehatan ............................................ 54

5.3 Peranan Petugas Kesehatan .................................................................. 55

5.4 Hubungan Pengetahuan Petugas dengan Peranan ................................ 55

vii

Page 8: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PETUGAS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/24/01-gdl-maryaninim... · dalam daftar pustaka 4. ... TBC dan hanya 2 petugas kesehatan puskesmas

8

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan .......................................................................................... 58

6.2 Saran .................................................................................................... 59

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

viii

Page 9: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PETUGAS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/24/01-gdl-maryaninim... · dalam daftar pustaka 4. ... TBC dan hanya 2 petugas kesehatan puskesmas

9

DAFTAR GAMBAR

Nomor

Gambar Judul Gambar Halaman

2.1 Kerangka Teori...................................................................................... 26

2.2 Kerangka Konsep ................................................................................... 26

ix

Page 10: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PETUGAS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/24/01-gdl-maryaninim... · dalam daftar pustaka 4. ... TBC dan hanya 2 petugas kesehatan puskesmas

10

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Judul Tabel Halaman

2.1 Keaslian penelitian ................................................................................. 28

2.2 Definisi Operasional .............................................................................. 34

3.1 Karakteristik Responden berdasar Umur ............................................... 44

3.2 Karakteristik Responden berdasar Jenis Kelamin .................................. 44

3.3 Karakteristik Responden berdasarMenurut pendidikan .......................... 45

3.4 Pengetahuan petugas kesehatan tentang penyakit tuberkulosis .............. 46

3.5 Peranan petugas kesehatan dalam penemuan suspek TBC ..................... 46

3.6 Analisa hubungan tingkat pengetahuan dan peranan .............................. 47

x

Page 11: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PETUGAS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/24/01-gdl-maryaninim... · dalam daftar pustaka 4. ... TBC dan hanya 2 petugas kesehatan puskesmas

11

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Permohonan Studi Pendahuluan Penelitian

Lampiran 2 Surat Ijin Studi Pendahuluan Penelitian

Lampiran 3 Surat Permohonan Uji Validitas dan Reliabilitas

Lampiran 4 Surat Ijin Uji Validitas dan Reliabilitas

Lampiran 5 Surat Permohonan Ijin Penelitian

Lampiran 6 Surat Ijin Penelitian

Lampiran 7 Surat Permohonan Ijin Menjadi Responden Penelitian

Lampiran 8 Surat Pernyataan Kesediaan Menjadi Responden

Lampiran 9 Kuesioner Penelitian

Lampiran 10 Penjelasan Penelitian

Lampiran 11 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas

Lampiran 12 Rekapan Data Penelitian

Lampiran 13 Hasil Uji Spearman

Lampiran 14 Lembar Konsultasi Bimbingan

Lampiran 15 Jadwal Penelitian

xi

Page 12: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PETUGAS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/24/01-gdl-maryaninim... · dalam daftar pustaka 4. ... TBC dan hanya 2 petugas kesehatan puskesmas

12

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN

STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA

2015

Maryani

Hubungan Tingkat Pengetahuan Petugas Kesehatan tentang Tuberkulosis

dengan Peranan Petugas Kesehatan dalam Penemuan Suspek Tuberkulosis

di Puskesmas Kartasura

Abstrak

Peneliti melakukan survei pendahuluan di Puskesmas Kartasura terhadap

10 petugas kesehatan puskesmas Kartasura dan didapatkan hasil bahwa 8 tenaga

kesehatan dapat menjelaskan pengertian TBC dengan tepat dan 2 petugas

kesehatan tidak dapat menjelaskan pengertian TBC dengan tepat, 6 petugas

kesehatan dapat menyebutkan tanda-tanda penyakit TBC dengan tepat dan 4

petugas kesehatan tidak dapat menyebutkan tanda-tanda penyakit TBC dengan

tepat, 8 petugas kesehatan mengatakan tidak mengetahui program pengendalian

TBC dan hanya 2 petugas kesehatan puskesmas Kartasura yang mengetahui

program pengendalian TBC.

Mengetahui hubungan tingkat pengetahuan petugas kesehatan tentang

penyakit tuberkulosis (TBC) dengan peranan dalam penemuan suspek TBC di

wilayah kerja puskesmas Kartasura.

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian analitik. Pengambilan sampel

penelitian ini menggunakan teknik total sampling. Jumlah sampel 50 orang.

Tingkat pengetahuan petugas kesehatan tentang penyakit tuberkulosis

(TBC) di wilayah kerja puskesmas Kartasura sebagian besar responden berada

pada tingkat pengetahuan baik yaitu sebanyak 35 responden (70%). Peranan

petugas kesehatan dalam penemuan suspek TBC di wilayah kerja puskesmas

Kartasura sebagian besar responden mempunyai peranan kurang yaitu sebanyak

23 responden (46%).

Ada hubungan tingkat pengetahuanpetugaskesehatantentang penyakit

tuberkulosis (TBC) dengan peranan dalam penemuan suspek TBC di wilayah

kerja puskesmas Kartasura.

Kata Kunci : Hubungan,tingkat pengetahuan, peranan

DaftarPustaka: 60 (2000-2013)

xii

Page 13: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PETUGAS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/24/01-gdl-maryaninim... · dalam daftar pustaka 4. ... TBC dan hanya 2 petugas kesehatan puskesmas

13

BACHELOR PROGRAM IN NURSING SCIENCE

KUSUMA HUSADA HEALTH SCIENCE COLLEGE OF SURAKARTA

2015

Maryani

Correlation between Health workers’ Knowledge Level of Tuberculosis and

Their Role in the Invention of Tuberculosis Suspect at Community Health

Center of Kartasura

ABSTRACT

The researcher conducted a preliminary survey on 10 Health workers of

Community Health Center of Kartasura, and the result of the survey shows that:

(1) 8 health workers could explain the definition of TB correctly and 2 health

workers could not explain the definition of TB correctly; (2) 6 health workers

could mention the symptoms of TB correctly and 4 health workers could not

mention the symptoms of TB correctly; and (3) 8 health workers did not know the

TB control program and only 2 health workers of Community Health Center of

Kartasura knew the TB control program.

The objective of this research is to investigate the correlation between the

health workers’ knowledge level of Tuberculosis (TB) and their role in the

invention of TB suspect at the working region of Community Health Center of

Kartasura.

This research used the analytical method. Its samples consisted of 50

persons and were taken by using the total sampling technique.

The result of research shows that 35 respondents (70%) had good

knowledge of tuberculosis decease, and 23 respondents (46%) lacked of role in

the invention of TB suspect. Thus, there was a correlation between health

workers’ knowledge level of tuberculosis decease and their role in the invention

of TB suspect at the working region of Community Health Center of Kartasura

Keywords: Correlation, knowledge level, roles

Reference: 60 (2000-2013)

xiii

Page 14: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PETUGAS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/24/01-gdl-maryaninim... · dalam daftar pustaka 4. ... TBC dan hanya 2 petugas kesehatan puskesmas

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Penyakit tuberkulosis atau yang dikenal dengan singkatan TBC

adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri mycobacterium

tuberculosis, biasanya menyerang pada paru-paru (disebutkan sebagai TB

Paru). Beberapa kasus tuberkulosis menyerang pada organ lain (Zulkani,

2011). Sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi mycobacterium

tuberculosis. Tahun 2007, di seluruh dunia diperkirakan ada 9,2 juta pasien

TBC baru dan 1,7 juta kematian akibat TBC. Negara-negara berkembang

kematian TBC merupakan 25% dari seluruh kematian yang sebenarnya

dapat dicegah. Diperkirakan 95% kasus TBC dan 98% kematian akibat

TBC di dunia terjadi pada negara-negara berkembang. Kematian wanita

karena TBC lebih banyak daripada kematian wanita karena kehamilan,

persalinan dan nifas (Kemenkes, 2012).

Penyakit tuberkulosis merupakan masalah utama kesehatan

masyarakat karena jumlah penderita terus bertambah seiring munculnya

epidemi Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Accuired Immune

Deficiency Sydrome (AIDS) di dunia. Laporan penyakit tuberkulosis dunia

menyebutkan bahwa Indonesia masih ditempatkan sebagai penyumbang

terbesar tuberkulosis nomor 3 di dunia setelah India dan China yaitu

294.731 kasus pada tahun 2009. Data keberhasilan pengobatan tuberkulosis

1

Page 15: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PETUGAS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/24/01-gdl-maryaninim... · dalam daftar pustaka 4. ... TBC dan hanya 2 petugas kesehatan puskesmas

2

setiap tahun mengalami peningkatan mulai pada tahun 2003 sampai pada

tahun 2008. Tahun 2003 keberhasilan pengobatan mencapai 87% sampai

pada tahun 2008 keberhasilan sudah mencapai 91% (WHO (2010) dalam

Firdaus (2012).

Menurut Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT), menempatkan

tuberkulosis sebagai penyebab kematian ketiga setelah penyakit

kardiovaskuler dan penyakit saluran pernafasan pada semua kelompok usia

dan nomor satu dari golongan penyakit infeksi. Hasil survey prevalensi TBC

di Indonesia tahun 2004 menunjukkan bahwa angka insiden TB BTA positif

secara nasional 110 per 100.000 penduduk. Wilayah Jawa angka insiden

TBC adalah 110 per 100.000 penduduk. Hasil survey yang sama

(Kemenkes, 2012). Penyakit tuberkulosis dapat disembuhkan dengan

pengobatan secara rutin dan teratur. Keberhasilan pengobatan tuberkulosis

dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain yaitu faktor status gizi, faktor

imunitas, faktor lingkungan, faktor sarana dan prasarana (Ahmadi (2005)

dalam Firdaus (2012).

Mulai tahun anggaran 1994/1995 pemerintah melaksanakan Program

Pemberantasan Tuberkulosis (P2TB) dengan strategi DOTS (Directly

Observed Treathment Shortcourse). Strategi ini terdapat tiga hal penting

yang perlu diperhatikan, yaitu mendeteksi pasien, melakukan pengobatan,

dan melakukan pengawasan langsung. Seorang petugas di fasilitas

pelayanan kesehatan dalam melaksanakan tugasnya seharusnya mempunyai

pengetahuan tentang tuberkulosis, program pengendalian TBC, serta hal-

Page 16: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PETUGAS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/24/01-gdl-maryaninim... · dalam daftar pustaka 4. ... TBC dan hanya 2 petugas kesehatan puskesmas

3

hal lain yang mendukung terselenggaranya pelayanan pengendalian TBC

supaya tujuan dari program pemberantasan tuberkulosis (P2TB) dapat

tercapai, dengan ditemukan dan disembuhkan pasien TB BTA positif

(menular), secara bermakna akan dapat menurunkan penularan, angka

kesakitan dan angka kematian akibat TB di masyarakat. Kesempatan

penemuan pasien TB akan hilang kalau petugas kesehatan tidak mempunyai

pengetahuan yang baik sehingga tidak melakukan anamnese dengan baik

dan benar serta tidak melakukan pemeriksaan dahak (Kemenkes, 2012).

Hasil penelitian Maryun (2006) tentang beberapa faktor yang berhubungan

dengan kinerja petugas program TB Paru terhadap cakupan penemuan kasus

baru BTA (+) di Kota Tasikmalaya tahun 2006, didapatkan hasil bahwa ada

hubungan yang kuat antara pengetahuan dengan kinerja petugas/peranan

pengelola program TB puskesmas terhadap cakupan penemuan kasus baru

BTA (+). Responden yang mempunyai pengetahuan kurang dan kinerja

kurang yaitu sebesar 66,7%, responden yang mempunyai pengetahuan

sedang dan kinerja kurang yaitu sebesar 0,00%, dan responden yang

mempunyai pengetahuan baik dan kinerja kurang yaitu sebesar 4,8%. Hasil

penelitian ini sesuai dengan pendapat Ilyas yang menyatakan pengetahuan

merupakan faktor dominan yang sangat penting untuk terbentuknya

tindakan seseorang.

Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah menyebutkan bahwa, angka

penemuan kasus (Case Detection Rate) Provinsi Jawa Tengah adalah

sebesar 58,45% belum mencapai target yaitu 100%. Angka kesembuhan

Page 17: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PETUGAS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/24/01-gdl-maryaninim... · dalam daftar pustaka 4. ... TBC dan hanya 2 petugas kesehatan puskesmas

4

(Cure Rate) dengan target 90% Provinsi Jawa Tengah baru mencapai

82,90% (Suwandi, 2014).Cakupan penemuan kasus TB Paru di Kabupaten

Sukoharjo tahun 2012 baru mencapai 28,9%. Capaian ini masih sangat

rendah bila dibandingkan targetprogram pengendalian TB Paru. Hal ini juga

terlihat dari target suspek yang harusdi temukan sebesar 8773, ternyata

hanya ditemukan 2539 suspek (Dinkes Kab. Sukoharjo, 2012).

Hasil penelitian tentang pengaruh karakteristik, pengetahuan dan

sikap petugas pemegang program TB paru puskesmas terhadap penemuan

suspek TB di kabupaten Blora terhadap 56 responden didapatkan hasil

bahwa tingkat pengetahuan petugas kesehatan di kabupaten Blora, tingkat

pengetahuan baik sebanyak 30 orang (58%), tingkat pengetahuan sedang 19

orang (36%) dan tingkat pengetahuan kurang 3 orang (6%). Ada hubungan

yang bermakna antara pengetahuan responden dengan praktik penemuan

suspek TB Paru. Tingkat pengetahuan petugas kesehatan tentang TB Paru

mempengaruhi peranan dalam penemuan suspek TB. Petugas dengan

tingkat pengetahuan baik akan lebih berperan dalam penemuan suspek TB.

Kesempatan penemuan pasien TB akan hilang kalau petugas kesehatan tidak

mempuanyai pengetahuan yang baik sehingga tidak melakukan anamnese

dengan baik dan benar serta tidak melakukan pemeriksaan dahak

(Widjanarko dkk, 2006)

Pada tanggal 25 November 2014 peneliti melakukan survei

pendahuluan di Puskesmas Kartasura terhadap 10 petugas kesehatan

puskesmas Kartasura dan didapatkan hasil bahwa 8 tenaga kesehatan dapat

Page 18: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PETUGAS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/24/01-gdl-maryaninim... · dalam daftar pustaka 4. ... TBC dan hanya 2 petugas kesehatan puskesmas

5

menjelaskan pengertian TBC dengan tepat dan 2 petugas kesehatan tidak

dapat menjelaskan pengertian TBC dengan tepat, 6 petugas kesehatan dapat

menyebutkan tanda-tanda penyakit TBC dengan tepat dan 4 petugas

kesehatan tidak dapat menyebutkan tanda-tanda penyakit TBC dengan

tepat, 8 petugas kesehatan mengatakan tidak mengetahui program

pengendalian TBC dan hanya 2 petugas kesehatan puskesmas Kartasura

yang mengetahui program pengendalian TBC.

Berdasarkan survei yang dilakukan di wilayah kerja puskesmas

Kartasura pada bulan November tahun 2014 didapatkan hasil bahwa dari

pencapaian target penemuan suspek TBC berada di bawah target. Target

penemuan suspek TB di puskesmas Kartasura sebanyak 730 pertahun tetapi

suspek yang ditemukan sebanyak 318 (43%). Kecamatan Kartasura terdapat

12 desa dan hanya 2 desa yang mencapai target penemuan suspek TBC yaitu

desa Ngemplak dan Kertonatan, 10 desa lainnya belum memenuhi target

penemuan suspek TBC yaitu desa Pucangan target pencapaian penemuan

suspek TBC sebanyak 100 adapun suspek yang ditemukan 24 suspek, target

pencapaian penemuan suspek TBC desa Kartasura sebanyak 130 adapun

suspek yang ditemukan sebanyak 58 suspek, desa Ngabean target

pencapaian penemuan suspek TBC sebanyak 40 adapun suspek yang

ditemukan sebanyak 25 suspek, desa Wirogunan target pencapaian

penemuan suspek TBC sebanyak 40 ditemukan 12 suspek, Makamhaji

target pencapaian penemuan suspek TBC sebanyak 130 suspek adapun

suspek yang ditemukan 20 suspek, desa Gumpang target pencapaian

Page 19: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PETUGAS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/24/01-gdl-maryaninim... · dalam daftar pustaka 4. ... TBC dan hanya 2 petugas kesehatan puskesmas

6

penemuan suspek TBC sebanyak 80 suspek adapun suspek yang ditemukan

sebanyak 11 suspek, desa Ngadirejo target pencapaian penemuan suspek

TBC sebanyak 80 adapun suspek yang ditemukan sebanyak 14 suspek, desa

Pabelan target pencapaian penemuan suspek TBC sebanyak 50 ditemukan

suspek sebanyak 43, desa Gonilan target pencapaian penemuan suspek TBC

sebanyak 50 didapatkan suspek sebanyak 9, desa Singapuran target

pencapaian penemuan suspek TBC sebanyak 50 adapun suspek yang

ditemukan sebanyak 16.

1.2 Rumusan Masalah

Tingkat pengetahuan petugas kesehatan tentang TB Paru

mempengaruhi peranan dalam penemuan suspek TB. Petugas dengan tingkat

pengetahuan baik akan lebih berperan dalam penemuan suspek TB.

Kesempatan penemuan pasien TB akan hilang kalau petugas kesehatan tidak

mempuanyai pengetahuan yang baik sehingga tidak melakukan anamnese

dengan baik dan benar serta tidak melakukan pemeriksaan dahak maka

rumusan masalah pada penelitian ini adalah “Adakah Hubungan Tingkat

Pengetahuan Petugas Kesehatan tentang Penyakit Tuberkulosis (TBC)

dengan Peranan dalam Penemuan Suspek TBC di wilayah Kerja Puskesmas

Kartasura.”

Page 20: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PETUGAS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/24/01-gdl-maryaninim... · dalam daftar pustaka 4. ... TBC dan hanya 2 petugas kesehatan puskesmas

7

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah:

Mengetahui hubungan tingkat pengetahuan petugas kesehatan tentang

penyakit tuberkulosis (TBC) dengan peranan dalam penemuan suspek

TBC di wilayah kerja puskesmas Kartasura.

1.3.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah:

1. Mengetahui karakteristik umur, jenis kelamin dan tingkat

pendidikan petugas kesehatan di wilayah kerja puskesmas

Kartasura.

2. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan petugas kesehatan tentang

penyakit tuberkulosis (TBC) di wilayah kerja puskesmas Kartasura.

3. Mengidentifikasi peranan petugas kesehatan dalam penemuan

suspek TBC di wilayah kerja puskesmas Kartasura.

4. Menganalisis hubungan tingkat pengetahuan petugas kesehatan

tentang penyakit tuberkulosis (TBC) dengan peranan dalam

penemuan suspek TBC di wilayah kerja puskesmas Kartasura.

Page 21: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PETUGAS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/24/01-gdl-maryaninim... · dalam daftar pustaka 4. ... TBC dan hanya 2 petugas kesehatan puskesmas

8

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah :

1.4.1 Bagi Puskesmas Kartasura

Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan informasi bagi puskesmas

Kartasura untuk meningkatkan kualitas program pelayanan kesehatan

khususnya program dalam pelayanan penyakit tuberkulosis.

1.4.2 Bagi Petugas kesehatan

Untuk meningkatkan peranan petugas kesehatan khususnya dalam

menangani penemuan suspek tuberkulosis.

1.4.3 Bagi Institusi Pendidikan

Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan informasi yang berguna

dalam menambah wawasan dan pengetahuan hubungan tingkat

pengetahuan petugas kesehatan tentang penyakit tuberkulosis (TBC)

dengan peranan dalam penemuan suspek TBC di wilayah kerja

puskesmas Kartasura.

1.4.4 Bagi Peneliti

Meningkatkan pengetahuan peneliti berkaitan dengan proses dalam

melakukan penelitian dan menambah pengetahuan peneliti tentang

hubungan tingkat pengetahuan petugas kesehatan tentang penyakit

tuberkulosis (TBC) dengan peranan dalam penemuan suspek TBC di

wilayah kerja puskesmas Kartasura.

1.4.5 Bagi Penelitian Selanjutnya

Sebagai bahan acuan/referensi untuk penelitian selanjutnya.

Page 22: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PETUGAS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/24/01-gdl-maryaninim... · dalam daftar pustaka 4. ... TBC dan hanya 2 petugas kesehatan puskesmas

9

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Pengetahuan

2.1.1.1 Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil pengindraan manusia, atau hasil

tahu seseorang terhadap obyek melalui indra yang dimilikinya (mata,

telinga dansebagainya). Pengindraan menghasilkan pengetahuan sangat

dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap obyek.

Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indra

pendengaran dan, indera penglihatan Notoatmodjo (2010). Kamus

Besar Bahasa Indonesia (2001) pengetahuan diartikan sebagai segala

sesuatu yang dicakup dalam domain kognitif. Melihat kedua pendapat

tersebut maka peneliti menyimpulkan bahwa pengetahuan merupakan

hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap obyek

melalui indra yang dimilikinya yang dicakup dalam domain kognitif.

2.1.1.2 Tingkat Pengetahuan

Tingkat pengetahuan dikategorikan menjadi tiga kategori.

Adapun tiga kategori tersebut tersebut adalah:

1) Pengetahuan baik jika skor 76 %-100%

2) Pengetahuan cukup jika skor 56%-75%

9

Page 23: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PETUGAS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/24/01-gdl-maryaninim... · dalam daftar pustaka 4. ... TBC dan hanya 2 petugas kesehatan puskesmas

10

3) Pengetahuan kurang jika skor < 56% (Arikunto (2006) dalam

Wawan dan Dewi (2011)).

Ketiga kategori tingkat pengetahuan menurut Arikunto dalam

Wawan dan Dewi tersebut digunakan untuk menganalisis hasil tingkat

pengetahuan responden. Acuan dalam penyusunan kuisioner tentang

pengetahuan, peneliti menggunakan 6 tingkat pengetahuan

Notoatmodjo (2010). Adapun 6 tingkat pengetahuan tersebut adalah :

1) Tahu ( Know )

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Tahu merupakan tingkatan pengetahuan yang paling

rendah karena tingkatan ini hanya mengingat kembali (recall)

terhadap suatu spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau

rangsangan yang telah diterima.

2) Memahami ( Comprehension )

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan

secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat

menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

3) Aplikasi (Aplication )

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi

yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).

Page 24: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PETUGAS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/24/01-gdl-maryaninim... · dalam daftar pustaka 4. ... TBC dan hanya 2 petugas kesehatan puskesmas

11

4) Analisis ( Analysis )

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau

suatu obyek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam

suatu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5) Sintesis ( Synthesis )

Sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru

dari formulasi-formulasi yang ada.

6) Evaluasi ( Evaluation )

Evaluasi berkaitan dengan kamampuan untuk malakukan justifikasi

atau penilaian terhadap suatu meteri atau objek, penilaian itu

berdasarkan suatu kriteriayang ditentukan sendiri atau

menggunakan kriteria-kriteria yang sudah ada.

2.2.1.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan

seseorang terdapat 5 faktor. Adapun faktor-faktor tersebut adalah

sebagai berikut adalah:

a) Pendidikan

Merupakan upaya untuk memberikan pengetahuan sehingga terjadi

perubahan.

b) Pengalaman

Sesuatu yang pernah dialami seseorang akan menambah

pengetahuan tentang sesuatu yang bersifat nonformal.

Page 25: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PETUGAS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/24/01-gdl-maryaninim... · dalam daftar pustaka 4. ... TBC dan hanya 2 petugas kesehatan puskesmas

12

c) Informasi

Orang yang memiliki sumber informasi yang lebih banyak akan

memiliki pengetahuan yang lebih luas pula. Salah satu sumber

informasi yang berperan penting bagi pengetahuan adalah media

masa.

d) Lingkungan budaya

Dalam hal ini faktor keturunan dan bagaimana orang tua mendidik

sejak kecil mendasari pengetahuan yang dimiliki oleh remaja dalam

berfikir selama jenjang hidupnya.

e) Sosial ekonomi

Tingkat sosial ekonomi yang rendah menyebabkan keterbatasan

biaya untuk menempuh pendidikan, sehingga pengetahuannya pun

rendah (Notoatmodjo (2007) dalam Bakti (2010)).

2.1.2 Penyakit Tuberkulosis (TBC)

2.1.2.2 Definisi Tuberkulosis

Tuberkulosis adalah suatu penyakit infeksi menular yang

disebabkanolehbasil Mycobacterium tuberculosis dengan gejala yang

sangat bervariasi (Mansjoer, 2010). Penyakit tuberkulosis sudah ada

sejak ribuan tahun sebelum masehi. Penyakit tuberkulosis sudah ada

sejak zaman Mesir Kuno yang dibuktikan dengan penemuan pada mumi

dan penyakit ini sudah ada kitab pengobatan Cina “ pen tsao” sekitar

5000 tahun yang lalu. Pada tahun 1882 Ilmuwan Robert Koch berhasil

Page 26: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PETUGAS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/24/01-gdl-maryaninim... · dalam daftar pustaka 4. ... TBC dan hanya 2 petugas kesehatan puskesmas

13

menemukan kuman tuberkulosis yang merupakan penyebab penyakit

tuberkulosis. Kuman ini berbentuk batang (basil) yang dikenal dengan

nama mycobacterium tuberculosis (Widoyono, 2008).

Sebagian besar kuman TB menyerang paru(TB paru), tetapi

dapat menyerang berbagai organ atau jaringan tubuh. Tuberkulosis

paru merupakan bentuk yang paling banyak dan paling penting.

Meningkatnya kasus HIV/AIDS dari tahun ke tahun diperkirakan kasus

TBC menjadi bertambah (remeerging disease) (Widoyono, 2008).

Mycobacterium tuberculosis menyebabkan penyakit TBC dan

merupakan patogen manusia yang sangat penting (Jawets et al., 2008).

Kuman ini non motil, non spora, dan tidak berkapsul (Palomina et al.,

2007). Berbentuk batang, bersifat aerob, mudah mati pada air mendidih

(5 menit pada suhu 80oC, dan 20 menit pada suhu 60

o C), dan mudah

mati apabila terkena sinar ultraviolet (Alsagaf dan Mukti, 2008).

Sebagian besar dinding kuman terdiri atas lipid, kemudian

peptidoglikan dan arabinomannan. Lipid inilah yang membuat kuman

lebih tahan terhadap asam (asam alkohol) sehingga disebut bakteri

tahan asam (BTA) dan juga lebih tahan terhadap gangguan

kimia dan fisis (Sudoyo, 2006). Dapat tahan hidup diudara kering

maupun dalam keadaan dingin, atau dapat hidup bertahun-tahun dalam

lemari es. Ini dapat terjadi apabila kuman berada dalam sifat dormant

(tidur). Sifat dormant ini kuman tuberkulosis suatu saat dimana keadaan

Page 27: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PETUGAS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/24/01-gdl-maryaninim... · dalam daftar pustaka 4. ... TBC dan hanya 2 petugas kesehatan puskesmas

14

memungkinkan untuk berkembang, kuman ini dapat bangkit kembali

(Hiswani, 2004).

2.2.2.2 Etiologi

Penyebab penyakit tuberkulosis adalah mycobacterium

tuberculosisdan mycobacterium bovis. Kuman tersebut mempunyai

ukuran 0.5-4 mikron x 0.3-0.6 mikron dengan bentuk batang tipis, lurus

atau agak bengkok, bergranuler atau tidak mempunyai selubung, tetapi

mempunyai lapisan luar tebal yang terdiri dari lipoid (terutama asam

mikolat). Bakteri TBC mempunyai sifat istimewa yaitu dapat bertahan

terhadap pencucian warna dengan asam dan alkohol, sehingga disebut

basil tahan asam (BTA), serta tahan terhadap zat kimia dan fisik.

Kuman tuberkulosis juga tahan dalam keadaan kering dan dingin,

bersifat dorman dan anaerob. Bakteri TBC mati pada pemanasan 1000C

selama 5-10 menit atau pemanasan 600C selama 30 menit, dan dengan

alkohol 70-95% selama 15-24 detik. Bakteri ini tahan selama 1-2 jam di

udara terutama ditempat yang gelap dan lembab (dapat berbulan-bulan),

tetapi tidak tahan tahan terhadap sinar dan aliran udara (Widoyono,

2008).

2.3.2.2 Cara Penularan

TBC ditularkan melalui udara (melalui percikan dahak penderita

TBC). Penderita TB batuk,bersin,berbicaraataumeludah, mereka

memercikkan kumanTBC atau bacilli ke udara. Droplet yang infeksius

dapat bertahan dalam beberapa jam sampai beberapa hari sampai

Page 28: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PETUGAS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/24/01-gdl-maryaninim... · dalam daftar pustaka 4. ... TBC dan hanya 2 petugas kesehatan puskesmas

15

akhirnya ditiup angin. Infeksi terjadi bila jika seseorang menghirup

droplet yang mengandung kuman TBC dan akhirnya sampai di alveoli.

Respon imun terbentuk 2-10 minggu setelah terinfeksi. Sejumlah

kuman akan tetap dorman bertahun-tahun yang disebut infeksi laten

(Kemenkes, 2012). Ketika penderita batuk,bersin, atau berbicara saat

berhadapan dengan orang lain , basil tuberkulosis tersembur dan dan

terhisap dan terhisap pada paru orang sehat masa inkubasinya selama 3-

6 bulan (Widoyono, 2008). Kuman TBC masuk ke dalam tubuh

manusia melalui pernafasan, kuman TBC tersebut dapat menyebar dari

paru ke bagian tubuh lainnya, melalui sistem peredaran darah sistem

saluran limfe, saluran nafas, atau penyebaran langsung kebagian-bagian

tubuh lainnya (Kemenkes, 2012).

Resiko terinfeksi berhubungan dengan lama dan kualitas

paparan dengan sumber infeksi dan tidak berhubungan dengan faktor

genetik dan faktor penjamu lainnya. Resiko tertinggi berkembangnya

penyakit pada yaitu pada anak berusia di bawah 3 tahun, resiko rendah

pada masa kanak-kanak dan meningkat lagi pada masa ramaja,dewasa

muda dan usia lanjut. Bakteri masuk ke dalam tubuh manusia melalui

saluran pernafasan dan bisa menyebar ke bagian tubuh lain melalui

peredaran darah, pembuluh limfe atau langsung menyebar ke organ

terdekatnya. Setiap satu BTA (Basil Tahan Asam) positifdapat

menularkansekurang-kurangnyakepada 10-15 orang lain, sehingga

kemungkinan setiap kontak untuk menularkan TBC adalah 17%. Hasil

Page 29: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PETUGAS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/24/01-gdl-maryaninim... · dalam daftar pustaka 4. ... TBC dan hanya 2 petugas kesehatan puskesmas

16

studi lainnya melaporkan bahwa kontak terdekat (misal keluarga

serumah) akan dua kali lebih beresiko dibanding kontak biasa (tidak

serumah) (Widoyono, 2008).

Seorang penderita dengan BTA positif yang derajat positinya

tinggi berpotensi menularkan penyakit ini. Penderita dengan BTA

negatif dianggap tidak menularkan. Angka resiko penularan infeksiTBC

di Amerika Serikatadalah 10/10.000 populasi. Angka ini sebesar 1-3%

yang berarti diantara 100 penduduk terdapat 1-3 warga Indonesia yang

akan terinfeksi TBC. Setengah dari mereka BTA-nya akan positif

(0,5%) (Widoyono, 2008).

2.4.2.2 Gejala dan tanda tuberculosis

Penderita tuberkulosis dapat dikenali melalui tanda dan gejala.

Seseorang ditetapkan sebagai tersangka penderita tuberkulosis paru

apabila ditemukan gejala klinis utama (cardinal simptom) pada diri si

penderita. Adapun gejala utama pada tersangka TBC adalah batuk

berdahak selama 2- 3 minggu atau lebih, batuk dapat diikuti dengan

gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah, batuk darah, sesak

nafas,nyeri dada, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan

menurun, malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik,

demam meriang lebih dari satu bulan (Widoyono, 2008). Strategi

yang baru directlyobserved treatment shortcourse (DOTS) gejala

utamanya adalah batuk berdahak dan atau terus menerus selama tiga

minggu atau lebih. Berdasar keluhan tersebut, seseorang dapat

Page 30: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PETUGAS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/24/01-gdl-maryaninim... · dalam daftar pustaka 4. ... TBC dan hanya 2 petugas kesehatan puskesmas

17

ditetapkan sebagai tersangka. Gejala lainnya adalah gejala tambahan.

Dahak penderita harusdiperiksa dengan pemeriksaan mikroskopis

(Widoyono, 2008).

2.5.2.2 Diagnosis Tuberculosis (TBC)

Menegakkan diagnosa penyakit tuberkulosis dilakukan

pemeriksaan laboratorium untuk menemukan BTA positif. Pemeriksaan

lainnya dilakukan dengan pemeriksaan kultur bakteri, tetapi hasilnya

lama dan biya mahal. Metode pemeriksaan dahak sewaktu-pagi-

sewaktu (SPS) dengan pemeriksaan mikroskopis mebutuhkan kurang

lebih 5 ml dahak dan biasanya menggunakan pewarnaan panas dengan

metode Ziehl Neelsen (ZN) atau pewarnaan dingin Kinyoun-Gabbet

menurut Tan Thiam Hok. Hasil dari dua pemeriksaan didapatkan BTA

positif, maka pasien dinyatakan positif mengidap tuberkulosis paru

(Widoyono, 2008).

Program TB nasional, penemuan BTA melalui pemeriksaan

dahak mikroskopis merupakan diagnosis utama. Pemeriksaan lain

seperti foto toraks, biakan dan uji kepekaan dapat digunakan

sebagai penunjang diagnosis sepanjang sesuai dengan indikasinya

(DepKes, 2006). Dalam mendiagnosis TBC tidak diperbelehkan hanya

berdasarkan pemeriksaan foto toraks saja. Foto toraks tidak selalu

memberikan gambaran yang khas pada TB paru, sehingga sering

terjadi overdiagnosis. Gambaran kelainan radiologik paru tidak selalu

menunjukkan aktifitas penyakit (DepKes, 2007).

Page 31: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PETUGAS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/24/01-gdl-maryaninim... · dalam daftar pustaka 4. ... TBC dan hanya 2 petugas kesehatan puskesmas

18

2.6.2.2 Pengobatan tuberculosis

Setelah diagnosa ditegakkan, petugas pengelola TB segera

menyiapkan 1 paket OAT (Obat Anti Tuberkulosis) untuk 1 pasien

sesuai dengan kategori pengobatan. Pengobatan pada penderita

tuberkulosis dewasa dibagi menjadi beberapa kategori:

1. Kategori-1 (2HRZE/4H3R3)

Tahap intensif terdiri dari Isoniazid (H), Rifampisin (R),

Pirazinamid (Z) dan Ethambutol (E). Obat-obat tersebut diberikan

setiap hari selama 2 bulan (2HRZE). Kemudian diteruskan dengan

tahap lanjutan yang terdiri dari Isoniazid (H) dan Rifampisin (R),

diberikan tiga kali dalam seminggu selama 4 bulan (4H3R3). Obat

ini diberikan untuk :

a. Penderita baru TB Paru BTA positif

b. Penderita TB Paru BTA negatif Rontgen Positif yang

“sakit berat”.

c. Penderita TB Ekstra Paru Berat

2. Kategori-2 (2HRZES/HRZE/5H3R3E3)

Tahap intensif diberikan selama 3 bulan. Dua bulan pertama dengan

Isoniazid (H), Rifampisin (R), Pirazinamid (Z), Ethambutol (E)

dan suntikan streptomisin setiap hari di unit pelayanan kesehatan

dilanjutkan 1 bulan dengan Isoniazid (H), Rifampisin (R),

Pirazinamid (Z) dan Ethambutol (E) setiap hari, setelah itu

diteruskan dengan tahap lanjutan selama 5 bulan dengan HRE yang

Page 32: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PETUGAS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/24/01-gdl-maryaninim... · dalam daftar pustaka 4. ... TBC dan hanya 2 petugas kesehatan puskesmas

19

diberikantigakalidalamseminggu.Perludiperhatikanbahwa

suntikanstreptomisin diberikan setelah penderita selesaiminum obat.

Obat ini diberikan untuk :

a. Penderita kambuh (relaps)

b. Penderita gagal (failure )

c. Penderita dengan pengobatan setelah lalai (after default)

3. OAT Sisipan

Akhir tahap intensif pengobatan penderita baru BTA positif dengan

kategori 1 atau penderita BTA positif pengobatan ulang dengan

kategori 2, hasil pemeriksaan dahak masih BTA positif, diberikan

obat sisipan (HRZE) setiap hari selama 28 hari.

4. Kategori-Anak (2HRZ/4(HR)

Panduan OAT ini diberikan untuk pasien TB anak . Pengobatan TB

anak dalam waktu 6 bulan yang diberikan setiap hari, baik pada

tahap awal maupun lanjutan, dosis obat harus disesuaikan dengan

berat badan anak (Kemenkes, 2012).

2.7.2.2 Evaluasi Pengobatan

Evaluasi pengobatan ada 5 macam evaluasi yaitu

1. Evaluasi Klinis

a. Pasien dievaluasi setiap 2 minggu pada 1 bulan

pertama, pengobatan selanjutnya setiap 1 bulan.

b. Evaluasi: respon pengobatan dan ada tidaknya efek

samping obat serta ada tidaknya komplikasi penyakit.

Page 33: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PETUGAS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/24/01-gdl-maryaninim... · dalam daftar pustaka 4. ... TBC dan hanya 2 petugas kesehatan puskesmas

20

c. Evaluasi klinis meliputi keluhan, berat badan,

pemeriksaan fisik.

2. Evaluasi Bakteriologis (0-2-6/9 bulan pengobatan)

a. Tujuan untuk mendeteksi ada tidaknya konversi dahak.

b. Pemeriksaan dan evaluasi pemeriksaan mikroskopis yaitu

Sebelum pengobatan dimulai, setelah 2 bulan pengobatan

(setelah fase intensif) dan pada akhir pengobatan.

c. Bila ada fasilitas biakan, dilakukan pemeriksaan biakan dan uji

resistensi.

3. Evaluasi radiologi (0-2-6/9 bulan pengobatan)

Pemeriksaan dan evaluasi foto toraks dilakukan pada :

a. Sebelum pengobatan

b. Setelah 2 bulan pengobatan (kecuali pada kasus yang juga

dipikirkan kemungkinan keganasan dapat dilakukan 1 bulan

pengobatan) .

c. Pada akhir pengobatan.

4. Evaluasi efek samping secara klinis

Evaluasi klinis dicurigai terdapat efek samping, maka

dilakukanpemeriksaan laboratorium untuk memastikannya dan

penanganan efek samping obat sesuai pedoman.

5. Evaluasi keteraturan berobat

Yang tidak kalah pentingnya adalah evaluasi keteraturan

berobat dan diminum/tidaknya obat tersebut.Ketidakteraturan

Page 34: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PETUGAS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/24/01-gdl-maryaninim... · dalam daftar pustaka 4. ... TBC dan hanya 2 petugas kesehatan puskesmas

21

berobat akan menyebabkan timbulnya masalah resistensi. (PDPI

(2006) dalam Puri 2012).

2.8.2.2 Program DOTS di Indonesia

Penyebab penyakit tuberkulosis adalah mycobacterium

tuberculosis dan mycobacterium bovis. Kuman tersebut mempunyai

ukuran 0.5-4 mikron x 0.3-0.6 mikron dengan bentuk batang tipis, lurus

atau agak bengkok, bergranuler atau tidak mempunyai selubung, tetapi

mempunyai lapisan luar tebal yang terdiri dari lipoid (terutama asam

mikolat). Bakteri TBC mempunyai sifat istimewa yaitu dapat bertahan

terhadap pencucian warna dengan asam dan alkohol, sehingga disebut

basil tahan asam (BTA), serta tahan terhadap zat kimia dan fisik.

Kuman tuberkulosis juga tahan dalam keadaan kering dan dingin,

bersifat dorman dan anaerob (Widoyono, 2008).

DOTS(Directly Observed Treatment Shortcourse) adalah

untuk strategi yang dilaksanakan pada pelayanan kesehatan dasar di

dunia untuk mendeteksi dan menyembuhkan pasien TB.Strategi ini

terdiri dari lima komponen, yaitu :

1. Komitmen politis

Komitmen politis adalah suatu komitmen mulai dari pengambil

keputusan termasuk dalam hal keberlangsungan pendanaan, para

pelaksana di fasilitas pelayanan kesehatan dalam pengendalian

program TB serta komitmen pasien dalam menyelesaikan

pengobatan TB sampai sembuh.

Page 35: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PETUGAS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/24/01-gdl-maryaninim... · dalam daftar pustaka 4. ... TBC dan hanya 2 petugas kesehatan puskesmas

22

2. Pemeriksaan dahak mikroskopis yang terjamin mutunya,

dilaksanakan dengan mikroskopis langsung. Diagnosis TB Paru pada

orang dewasa ditegakkan dengan ditemukannya dengan ditemukan

kuman TB (BTA/Basil Tahan Asam).

3. Pemberian OAT dengan Pengawas Menelan Obat (PMO)

Pengobatan OAT jangan pendek yang tersandar bagi semua kasus

TB dengan tatalaksana kasus yang tepat, dengan pengawasan

langsung menelan obat.

4. Jaminan ketersediaan OAT yang bermutu.

Obat Anti Tuberkulosis (OAT) yang disediakan pemerintah untuk

pengendalian TB diberikan secara cuma-cuma dan dikelola dengan

manajemen logistik yang efektif demi menjamin ketersediaannya.

5. Sistem pencatatan dan pelaporan yang mampu memberikan penilaian

terhadap hasil pengobatan pasien dan kinerja program secara

keseluruhan (Kemenkes, 2012).

Mulai tahun 1995 program pengendalian TB mengadopsi

strategi DOTS (Directly Observed Treatment Shortcourse) yang

direkomendasikan oleh WHO. Strategi DOTS telah dibuktikan dengan

berbagai uji coba lapangan dapat memberikan angka kesembuhan yang

tinggi. Bank dunia menyattakan strategi DOTS merupakan strategi

kesehatan yang paling cost effektive. Satu studi cost benefit yang

dilakukan WHO di Indonesia menggambarkan bahwa setiap satu dolar

Page 36: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PETUGAS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/24/01-gdl-maryaninim... · dalam daftar pustaka 4. ... TBC dan hanya 2 petugas kesehatan puskesmas

23

yang digunakan untuk membiayai program nasional pengendalian TB,

akan menghemat sebesar 55 dollar selama 20 tahun (Kemenkes, 2012).

Sejak DOTS diterapkan secara intensif terjadi penurunan

angka kesakitan TB menular yaitu padatahun 2001 sebesar 122

per 100.000 penduduk dan pada tahun 2005 menjadi 107 per 100.000

penduduk. Hasil yang dicapai Indonesia dalam menanggulangi TB

hingga saat ini telah meningkat. Angka penemuan kasus TB

menular ditemukan pada tahun 2004 sebesar 128.981 orang (54%)

meningkat menjadi 156.508 orang (67%) pada tahun2005.

Keberhasilan pengobatan TB dari 86,7% pada kelompok penderita

yang ditemukan pada tahun 2003 meningkat menjadi 88,8% pada tahun

2004 (DepKes, 2004). Penguatan strategi DOTS dan pengembangannya

ditujukan terhadap peningkatan mutu pelayanan, kemudahan akses

untuk penemuan dan pengobatan sehingga mampu memutuskan

rantai penularan dan mencegah terjadinya MDR-TB (DepKes, 2007).

2.9.2.2 Pengawas Menelan Obat (PMO)

Pengawas menelan obat (PMO) adalah seseorang yang membantu

pemantauan pasien selama masa pengobatan hingga sembuh. Pasien

memerlukan pemantauan secara ketat dan rutin untuk melihat reaksi

terhadap obat yang diberikan dan untuk mengetahui efek samping

pengobatan. Kepatuhan yang tinggi dalam pengobatan diperlukan

seorang PMO untuk memantau pengobatan dan mengingatkan

pemeriksaan yang dilakukan (Kemenkes, 2012). Pengawas menelan

Page 37: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PETUGAS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/24/01-gdl-maryaninim... · dalam daftar pustaka 4. ... TBC dan hanya 2 petugas kesehatan puskesmas

24

obat (PMO) adalah seseorang yang ditunjuk dan dipercaya untuk

mengawasi dan memantau penderita dalam meminum obat secara

teratur dan tutas, PMO bisa berasal dari keluarga, tetangga, kader, tokoh

masyarakat atau petugas kesehatan (Krisnawati (2010) dalam Novita

(2012)). Melihat kedua pendapat tersebut maka peneliti menyimpulkan

bahwa pengawas menelan obat (PMO) adalah seseorang yang

membantu pemantauan pasien selama masa pengobatan hingga sembuh,

PMO bisa berasal dari keluarga, tetangga, kader, tokoh masyarakat atau

petugas kesehatan. Adapun peran PMO adalah sebagai berikut:

a. Memastikan pasien menelan obat sesuai aturan sejak awal hingga

sembuh

b. Mendampingi pasien pada saat kunjungan ke puskesmas dan

memberikan dukungan moral kepada pasien agar dapat menjalani

pengobatan secara lengkap dan teratur.

c. Mengingatkan pasien datang ke puskesmas untuk mendapatkan

pengobatan.

d. Menemukan dan mengenali gejala-gejala efek samping obat dan

menghubungi unit pelayanan kesehatan,

e. Memberikan penyuluhan kepada pasien atau orang yang tinggal

serumah tentang penyakit kusta (Kemenkes, 2012).

Page 38: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PETUGAS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/24/01-gdl-maryaninim... · dalam daftar pustaka 4. ... TBC dan hanya 2 petugas kesehatan puskesmas

25

1.1.3 Penemuan Suspek

2.1.2.2 Definisi Penemuan pasien/suspek

Penemuan pasien/suspek adalah kegiatan yang terdiri dari

penjaringan suspek, diagnosa TB dan penentuan tipe pasien. Penemuan

pasien/suspek merupakan kegiatan utama dalam program pengendalian

tuberkulosis (P2TB) dengan prioritas menemukan pasien TB yang BTA

positif. Pasien TB BTA positif (menular) yang ditemukan dan

disembuhkan secara bermakna akan dapat menurunkan penularan, angka

kesakitan dan angka kematian akibat TB di masyarakat. Kesempatan

penemuan pasien TB akan hilang kalau petugas kesehatan tidak

melakukan anamnese dengan baik dan benar serta tidak melakukan

pemeriksaan dahak. Strategi penemuan pasien TB adalah secara pasien

dan promosi aktif (Kemenkes, 2012).

Angka penjaringan suspek TB adalah jumlah suspek yang

diperiksa dahaknya diantara 100.000 penduduk pada suatu wilayah

tertentu dalam 1 tahun. Angka ini digunakan untuk mengetahui upaya

penemuan pasien dalam suatu wilayah tertentu, dengan memperhatikan

kecenderungan dari waktu ke waktu (triwulan/tahun). Jumlah suspek

yang diperiksa didapatkan dari daftar suspekdan laporan penemuan dan

pengobatan pasien TB (Kemenkes, 2012).

Suspek/tersangka penderita TB adalah seorang yang

kemungkinan menderita TB, yang mengalami gejala batuk berdahak

selama 2-3 minggu atau lebih dan dapat diikuti gejala tambahan seperti

Page 39: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PETUGAS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/24/01-gdl-maryaninim... · dalam daftar pustaka 4. ... TBC dan hanya 2 petugas kesehatan puskesmas

26

batuk bercampur darah, batuk darah, sesak nafas,nafsu makan menurun,

penurunan berat badan, malaise, berkeringat di malam hari walaupun

tanpa melakukan kegiatan fisik,demam meriang lebih dari satu bulan.

Gejala gejala tersebut sesak nafas diatas dapat dijumpai pula pada

penyakit paru selain TB, seperti bronkiektasis, bronchitis kronis, asma,

kanker paru dan lain-lain.Mengingat, seperti bronkiektasis, bronchitis

kronis, asma, kankerparu dan lain-lain. Mengingat prevalensi TB di

Indonesia saat ini masih tinggi, maka setiap orang yang datang ke UPK

dengan gejala tersebut diatas, dianggap sebagai seorang tersangka

(suspek) pasien TB dan perlu dilakukan pemeriksaan dahak secara

mikroskopis langsung (Kemenkes 2012).

2.2.2.2 Peranan Petugas Kesehatan

Peran adalah suatu perilaku yang merefleksikan tujuan dan nilai

pada situasi tertentu yang bersifat homogen dan diharapkan dapat

secara normatif dari seorang coupon dalam situasi tertentu. Coupon

peran adalah seseorang yang memegang peran suatu posisi dalam

struktur sosial (Firdaus, 2012).

Peranan petugas kesehatan dalam program pemberantasan

tuberkulosis adalah mendeteksi pasien, melakukan pengobatan,

melakukan pengawasan langsung dan mencegah orang lain terinfeksi

(Kemenkes, 2012). Petugas kesehatan merupakan ujung tombak dalam

penemuan, pengobatan dan evaluasi penderita maupun pelaksana

administrasi program di puskesmas. Tanpa penemuan suspek maka

Page 40: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PETUGAS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/24/01-gdl-maryaninim... · dalam daftar pustaka 4. ... TBC dan hanya 2 petugas kesehatan puskesmas

27

program pemberantasan TB paru dari penemuan sampai pengobatan

tidak akan berhasil, sehingga penemuan suspek baru oleh petugas

kesehatan sangat menentukan keberhasilan program (Widayat, 2005).

2.3.2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi peranan petugas kesehatan.

Peran adalah suatu perilaku yang merefleksikan tujuan dan nilai

pada situasi tertentu yang bersifat homogen dan diharapkan dapat

secara normatif dari seorang coupon dalam situasi tertentu (Firdaus,

2012). Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi peranan petugas

kesehatan dalam penemuan suspek adalah pengetahuan, sikap, tingkat

pendidikan, pelatihan, masa kerja/pengalaman, kebudayaan dan adanya

supervisi wasor (Widayat, 2005).

Page 41: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PETUGAS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/24/01-gdl-maryaninim... · dalam daftar pustaka 4. ... TBC dan hanya 2 petugas kesehatan puskesmas

28

2.2 Keaslian Penelitian

Tabel 2.1 Keaslian penelitian

No Nama

Peneliti

(th)

Judul

Penelitian

Metode Penelitian Sampel Hasil

1 Wahyudi,

Eko

(2010)

Hubungan

Pengetahuan,

Sikap dan

Motivasi

Kader

dengan

Penemuan

Suspek

Tuberkulosis

Paru di

Puskesmas

Sanankulon

Metode penelitian

ini menggunakan

korelasional dengan

menggunakan

pendekatan cross

sectional

Teknik

proportional

random

sampling.

Hasil penelitian

terdapat hubungan

yang positif dan

signifikan antara

pengetahuan, sikap

dan motivasi kader

dengan penemuan

suspek Tuberkulosis

Paru di Puskesmas

Sanankulon, baik

secara simultan

maupun parsial.

2 Puri,

Nomi

Anindita

(2010)

Hubungan

Kinerja

Pengawas

Minum Obat

(PMO)

dengan

Kesembuhan

Pasien TB

Paru Kasus

Baru Strategi

DOTS

Deskriptif analitik

dengan pendekatan

Cross Sectional

Teknik

purposive

sampling

Data yang terkumpul

dianalisa dengan

rumus chi square. Dari

penelitan didapatkan

OR = 4.2, χ2 hitung

4.6, dan p = 0.029.

Taraf signifikansi 0,05

dan derajat kebebasan

1. Secara statistik

dapat disimpulkan

bahwa terdapat

hubungan yang kuat

dan bermakna antara

kinerja PMO dengan

kesembuhan TB paru

kasus baru strategi

DOTS.

Page 42: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PETUGAS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/24/01-gdl-maryaninim... · dalam daftar pustaka 4. ... TBC dan hanya 2 petugas kesehatan puskesmas

29

2.3 Kerangka Teori

Faktor-faktor yang mempengaruhi peran petugas kesehatan

Gambar 2.1 Kerangka Teori menurut Kemenkes (2012)

dimodifikasi oleh Maryani

2.4 Kerangka Konsep Penelitian

Variabel bebas Variabel terikat

Gambar 2.2 Kerangka konsep

2.5 Hipotesis Penelitian

1. Ho: tidak ada hubungan tingkat pengetahuan petugas kesehatan tentang

penyakit TBC dengan peranan dalam penemuan suspek TBC di wilayah

kerja Puskesmas Kartasura.

Tingkat

pengetahuan

petugas

kesehatan

tentang penyakit

TBC

Peranan petugas

kesehatan dalam

penemuan suspek

TBC di wilayah

kerja puskesmas

Kartasura

Penemuan suspek TB

Peranan petugas kesehatan :

Mendeteksi pasien

Melakukan pengobatan,

Melakukan pengawasan langsung

Mencegah orang lain terinfeksi

Pengetahuan

Umur

Jenis kelamin

Tingkat pendidikan

Masa kerja

Pelatihan

Sikap

Adanya supervisi wasor

Page 43: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PETUGAS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/24/01-gdl-maryaninim... · dalam daftar pustaka 4. ... TBC dan hanya 2 petugas kesehatan puskesmas

30

2. Ha: ada hubungan tingkat pengetahuan petugas kesehatan tentang penyakit

TBC dengan peranan dalam penemuan suspek TBC di wilayah kerja

puskesmas Kartasura.

Page 44: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PETUGAS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/24/01-gdl-maryaninim... · dalam daftar pustaka 4. ... TBC dan hanya 2 petugas kesehatan puskesmas

31

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Desain Penelitian.

Penelitianini menggunakan jenis penelitian analitik. Penelitian analitik

adalah penelitian yang tidak hanya mendiskripsikan saja tetapisudah

menganalisis hubungan antar variabel. Pada penelitian ini menganalisis

hubungan antar variabel yaitu tingkat pengetahuan petugas kesehatan tentang

penyakit tuberkulosis (TBC) dengan peranan dalam penemuan suspek TBC di

wilayah kerja puskesmas Kartasura (Saryono, 2010).

Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional. Penelitiancross

sectionaladalah suatu penelitian yang mempelajari hubungan antara faktor

resiko (independent) dengan faktor efek (dependent) dimana melakukan

observasi/pengukuran variabel sekali dan sekaliguspada waktu yang sama.

Arti dari “sekali dan sekaligus” tidak berarti semua responden diukur dan

diamati pada saat yang bersamaan, tetapi artinya dalam penelitian cross

sectionalsetiap responden hanya diobservasi satu kali saja dan pengukuran

variabel responden dilakukan pada saat pengamatan/pengukuran tersebut,

kemudian peneliti tidak melakukan tindak lanjut (Riyanto, 2010). Pada

penelitian ini, dalam sekali waktu peneliti menyebarkan kuesioner pada

petugas kesehatan puskesmas Kartasura.

31

Page 45: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PETUGAS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/24/01-gdl-maryaninim... · dalam daftar pustaka 4. ... TBC dan hanya 2 petugas kesehatan puskesmas

32

3.2 Populasi dan Sampel

Populasi adalah suatu wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau

subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan

oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono,

2010).Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh petugas kesehatandi

wilayah kerja puskesmas Kartasurayaitu sejumlah 50 orang.

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto,

2010). Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian petugas kesehatan yang

ada di wilayah kerja puskesmas Kartasura. Pengambilan sampel penelitian ini

menggunakan teknik total sampling. Total sampling adalah teknik penentuan

sampel jika semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Adapun

sampel yang pada penelitian ini berjumlah 50 responden (Saryono dan

Setiawan (2010)), adapun rinciannya dokter 7 orang, perawat 18 orang, dan

bidan 25 orang.

3.3 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di wilayah kerja puskesmas Kartasura

pada bulan Februari - Juli 2015.

3.4 Variabel Penelitian, Definisi Operasional dan Skala Pengukuran

Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja

yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi

Page 46: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PETUGAS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/24/01-gdl-maryaninim... · dalam daftar pustaka 4. ... TBC dan hanya 2 petugas kesehatan puskesmas

33

tentang hal tersebut kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2010).

Adapun variabel dalam penelitian ini adalah:

1. Variabel Independen (variabel bebas)

Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi atau menjadi

sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen (Sugiyono, 2010).

Variabel independen yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tingkat

pengetahuan petugas kesehatan tentang penyakit TBC.

2. Variabel Dependen (variabel terikat)

Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat

karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2010). Variabel dependen di sini

adalah peranan petugas kesehatan dalam penemuan suspek TBC di

wilayah kerja puskesmas Kartasura.

Page 47: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PETUGAS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/24/01-gdl-maryaninim... · dalam daftar pustaka 4. ... TBC dan hanya 2 petugas kesehatan puskesmas

34

No Variabel Definisi

Operasional

Skala Parameter

1.

Tingkat

pengetahuan

petugas

kesehatan

tentang

penyakit TBC

Hasiltahu

seseorang

petugas

kesehatan

terhadap

penyakit TBC

dicakup dalam

domain kognitif.

Ordinal

Pengetahuan baik jika skor 15-20

Pengetahuan cukup jika skor 11-15

Pengetahuan kurang jika skor <

11

(Arikunto (2006) dalam Wawan

dan Dewi (2011))

2. Peranan

petugas

kesehatan

dalam

penemuan

suspek TBC di

wilayah kerja

puskesmas

Kartasura

Perilaku yang

merefleksikan

tujuan dan

nilai pada

situasi tertentu

yang bersifat

homogen dan

diharapkan

dapat secara

normatif dari

seorang

petugas

kesehatan.

Ordinal

Peranan kurang= skor <7

Peranan cukup = skor 7-11

Peranan baik = skor >11

3.5 Alat Penelitian dan Cara Pengumpulan Data

3.7.1 Alat Penelitian

Instrumentpenelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh

peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan

hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan, sistematis sehingga

lebih mudah diolah(Arikunto, 2010). Alat pengumpulan data yang digunakan

pada saat penelitian adalah sebagai berikut:

1. Instrumen yang digunakan untuk mengukur tentang tingkat pengetahuan

petugas kesehatan tentang penyakit TBC adalah kuisioner. Peneliti

membuat kuisioner penelitian sendiri, adapun kisi-kisinya adalah sebagai

berikut:

Page 48: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PETUGAS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/24/01-gdl-maryaninim... · dalam daftar pustaka 4. ... TBC dan hanya 2 petugas kesehatan puskesmas

35

No Sub variabel No Item Jumlah item

Favorauble Unfavorable

1. Definisi TBC 1 2 2

2. Program Pengendalian

TBC

3,4,5,6, 7,8 6

3. Etiologi TBC 9,10 2

4. Cara penularan TBC 11,12,13 3

5. Gejala dan diagnosis

TBC

14,16,17,18 15 5

6 Pengobatan TBC 19 20 2

Jumlah 15 5 20

2. Instrumen yang digunakan untuk mengukur peranan petugas kesehatan

dalam penemuan suspek TBC di wilayah kerja puskesmas Kartasura

adalah kuesioner.Penelitimembuat kuisioner penelitian sendiri, adapun

kisi-kisinya adalah sebagai berikut:

No Sub variabel No Item Jumlah

item Favorauble Unfavorable

1. Mendeteksi pasien 1,2 3 3

2. Melakukan pengobatan 4,5,8,9 6,7 6

3. Melakukan pengawasan

langsung

10,11,12 3

4. Mencegah orang lain

terinfeksi

13,14,15 16 4

Jumlah 12 4 16

3.7.2 Cara Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik

membagikan kuesioner dalam bentuk angket tertutup yang sifatnya

terstruktur dan terpimpin, sehingga pertanyaan yang diajukan pada

Page 49: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PETUGAS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/24/01-gdl-maryaninim... · dalam daftar pustaka 4. ... TBC dan hanya 2 petugas kesehatan puskesmas

36

responden sama dan terarah dan tidak terjadi bias pada responden.

Kuesioner dibagikan kepada petugas kesehatan kemudian menjelaskan

maksud pertanyaan dan memberi kesempatan pada petugas kesehatan

untuk bertanya tentang hal-hal yang tidak dimengerti.

Pembagian kuisioner dilakukan dalam waktu satu minggu dan

didampingi peneliti, adapun responden bidan dilakukan ketika pertemuan

bidan di puskesmas, responden perawat dilakukan ketika pertemuan

perawat dan responden dokter dillakukan pengambilan data dengan cara

mendatangi dokter satu persatu.

3.6 Uji Validitas dan Reliabilitas

3.7.1 Uji Validitas

Validitasadalah derajad ketepatan antara data yang terjadi pada

penelitian dengan daya yang dapat dilaporkan oleh peneliti (Sugiyono,

2010), disebutkan bahwa. Penentuan valid atau tidaknya suatu item

yang digunakan, peneliti menggunakan uji validitas item yaitu Pearson

Product Moment.

Adapun rumus Pearson Product Moment adalah sebagai berikut :

r( )( )

( ){ } ( ){ }2222 yynxxn

yxxynix

S-SS-S

SS-S=

Keterangan:

r = koefisien korelasi

x = skor obyek pada item

y = skor total

xy = skor pertanyaan

Page 50: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PETUGAS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/24/01-gdl-maryaninim... · dalam daftar pustaka 4. ... TBC dan hanya 2 petugas kesehatan puskesmas

37

n = banyaknya subyek

Item pernyataan dikatakan valid apabila:

a. Jika r hitung lebih besar sama dengan r tabel (uji 2 sisi dengan sig.

0,05) maka butir pertanyaan dinyatakan valid.

b. Jika r hitung kurang dari r tabel (uji 2 sisi dengan sig. 0,05) maka

butir pertanyaan dinyatakan tidak valid.

r tabel dalam penelitian ini adalah 0, 444. Uji validitas pada

item pertanyaan kuisioner dilakukan pada responden yang memiliki

karakteristik yang sama dengan sampel penelitian. Uji validitas pada

item pertanyaan kuesioner tingkat pengetahuan petugas kesehatan

tentang peyakit tuberkulosis dan kuesioner peranan petugas

kesehatan dalam penemuan suspek akan dilakukan pada responden

yang memiliki karakteristik yang sama dengan sampel penelitian. Uji

validitas pada item pertanyaan akan dilakukan pada bulan Febuari

2015, pada 20 petugas kesehatan puskesmas Baki. Supaya diperoleh

distribusi nilai hasil yang mendekati normal, maka sebaiknya jumlah

responden untuk uji coba paling sedikit 20 orang (Notoatmodjo,

2010).

Hasil uji validitas pada kuisioner pengetahuan petugas

kesehatan tentang penyakit TBC didapatkan bahwa item soal no

10,13,22,24 dan 25 dinyatakan tidak valid karena nilai r hitung lebih

kecil dari nilai r tabel dengan taraf signifikasi 5% (0,396).

Selanjutnya item pertanyaan yang tidak valid tidak diikutsertakan

Page 51: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PETUGAS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/24/01-gdl-maryaninim... · dalam daftar pustaka 4. ... TBC dan hanya 2 petugas kesehatan puskesmas

38

dalam item pertanyaan dalam kuesioner karena indikator sudah

terwakili pada item pertanyaan yang telah valid, sehingga dalam

penyusunan kuisioner penelitian menggunakan kisi-kisi untuk

mengukur pengetahuan petugas kesehatan tentang penyakit TBC

dengan jumlah pertanyaan sebanyak 20 item pertanyaan. Sedangkan

uji validitas pada peranan petugas kesehatan dalam penemuan

suspek TBC di wilayah kerja puskesmas Kartasura didapatkan hasil

bahwa semua item soal valid.

3.7.2 Uji reliabilitas

Uji reliabilitas adalah uji yang digunakan untuk derajad konsistensi

dan stabilitas data. Penguji reliabilitas ini menggunakan Alfa Cronbach

(Sugiyono, 2012).

Rumus Alfa Cronbach adalah sebagai berikut:

( ) ïþ

ïýü

ïî

ïíì

-= å

2

2

i -1 1

rt

i

S

S

k

k

Keterangan :

k = Means kudrat subjek

å 2

iS = Means kuadrat kesalahan

2

tS = Varians total

Harga hitungr , selanjutnya digunakan untuk memutuskan instrumen

reliabel atau tidak, harga tersebut dikonsultasikan dengan harga

tabelr (Sugiyono, 2010). r tabel dalam penelitian ini adalah 0,6. Semakin

tinggi koefisien korelasi berarti konsistensi antara dua tes tersebut

Page 52: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PETUGAS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/24/01-gdl-maryaninim... · dalam daftar pustaka 4. ... TBC dan hanya 2 petugas kesehatan puskesmas

39

dikatakan semakin reliabel. Apabila dua tes dianggap paralel

menghasilkan skor yang satu sama lain berkorelasi rendah, maka

dikatakan hasil tes tersebut tidak tinggi.

Hasil uji validitas dan reliabilitas kuisioner tentang tingkat

pengetahuan petugas kesehatan tentang penyakit tuberkulosis (TBC)

terhadap 25 item pertanyaan didapatkan hasil bahwa item soal no

10,13,22,24 dan 25 dinyatakan tidak reliabel karena nilai r hitung lebih

kecil dari nilai r tabel dengan taraf signifikasi 5% (0,6).Dari hasil uji

reliabilitas yang telah dilakukan, maka kuesionerpengetahuan petugas

kesehatan tentang penyakit TBC dinyatakan reliabel. Hasil uji validitas

dan reliabilitas dapat dilihat pada lampiran, sedangkan hasil uji validitas

dan reliabilitas kuisioner tentang peranan dalam penemuan suspek TBC

di wilayah kerja puskesmas Kartasura didapatkan hasil bahwa kuisioner

dinyatakan reliabel.

3.7 Tehnik Pengolahan dan Analisis Data

3.7.1 Pengolahan data

Sebelum melakukan analisis data, data diolah untuk memudahkan

dalam analisis data sehingga data tersebut menjadi sumber informasi.

Data-data hasil jawaban dalam penelitian ini diolah dengan langkah-

langkah sebagai berikut :

Page 53: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PETUGAS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/24/01-gdl-maryaninim... · dalam daftar pustaka 4. ... TBC dan hanya 2 petugas kesehatan puskesmas

40

a. Editing

Memastikan kembali bahwa tiap-tiap kuesioner apakah sudah dijawab

lengkap.

b. Coding

Memberikan kode-kode angka pada alat penelitian untuk memudahkan

dalam analisa data. Adapun variabel yang akan diberi kode adalah:

1) Tingkat pengetahuan petugas kesehatan tentang penyakit

tuberkulosis. Adapun kode yang diberikan pada variabel tingkat

pengetahuan petugas kesehatan tentang penyakit tuberkulosis

adalah:

a) Pengetahuan kurang (1)

b) Pengetahuan cukup(2)

c) Pengetahuan baik(3)

2) Peranan petugas kesehatan dalam penemuan suspek. Adapun kode

yang diberikan pada variabel peranan petugas kesehatan dalam

penemuan suspek.

a) Peranan kurang (1)

b) Peranan cukup (2)

c) Peranan baik (3)

c. Tabulating

Setelah semua data selesai di edit dan dilakukan pengkodean,

selanjutnya dilakukan tabulasi data (memasukkan data) agar

Page 54: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PETUGAS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/24/01-gdl-maryaninim... · dalam daftar pustaka 4. ... TBC dan hanya 2 petugas kesehatan puskesmas

41

dapat dianalisis. Tabulasi data dilakukan dengan memasukkan

data ke dalam program komputer.

3.7.2 Analisis Data

Adapun analisis yang digunakan adalah:

a. Analisis Univariat

Analisis univariat adalah analisis yang dilakukan untuk

melihat distribusi frekuensi baik dari varibel independen maupun

variabel dependen. Analisa univariat dilakukan terhadap tiap variabel

dalam penelitian.Analisa ini hanya menyederhanakan atau meringkas

kumpulan data hasil pengukuran sedemikian rupa sehingga kumpulan

data menjadi informasi yang berguna (Notoatmojo,2010). Adapun

analisis univariatyang digunakan dalam penelitian ini adalah

distribusi frekuensi.Dari hasil observasi dilakukan analisis dengan

menggunakan tabel distribusi frekuensi yang akan disajikan dalam

bentuk diagram dan grafik. Adapun rumus distribusi frekuensi

menurut Machfoedz (2009) adalah sebagai berikut:

P = n

x × 100 %

Keterangan :

P = prosentase

x = jumlah seluruh jawaban yang benar dari seluruh responden

n = jumlah item pertanyaan × jumlah responden

Page 55: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PETUGAS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/24/01-gdl-maryaninim... · dalam daftar pustaka 4. ... TBC dan hanya 2 petugas kesehatan puskesmas

42

2 Analisisbivariat adalah analisis yang digunakan untuk melihat

hubungan antara variable bebas dan variable terikat.

Analisis bivariat adalah analisis yang digunakan untuk mengetahui

hubungan antara dua variable yaitu tingkat pengetahuan petugas

kesehatan tentang penyakit TBC dengan peranan petugas kesehatan

dalam penemuan suspek TBC di wilayah kerja puskesmas Kartasura.

Uji yang digunakan untuk menentukan Ho diterima atau ditolak

adalah, uji korelasi spearman (rs). Adapun rumus uji korelasi

spearman menurut Siregar (2012) adalah sebagai berikut:

Keterangan:

p = nilai korelasi spearman

d =selisih antara X dan Y

n = jumlah pasangan data

Interpretasi hasil uji :

Jika p value ≤ 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti

ada hubungan antara tingkat pengetahuan petugas kesehatan tentang

penyakit TBC dengan peranan petugas kesehatan dalam penemuan

suspek TBC di wilayah kerja puskesmas Kartasura.

Jika p value > 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak yang berarti

tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan petugas kesehatan

tentang penyakit TBC dengan peranan petugas kesehatan dalam

penemuan suspek TBC di wilayah kerja puskesmas Kartasura

(Saryono dan Setiawan (2010)).

Page 56: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PETUGAS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/24/01-gdl-maryaninim... · dalam daftar pustaka 4. ... TBC dan hanya 2 petugas kesehatan puskesmas

43

3.8 Langkah-langkah Penelitian

Jalannya penelitian ini dibedakan menjadi 3 tahap yaitu:

1. Tahap Persiapan

a. Melakukan pengajuan judul penelitian dan konsultasi bimbingan

b. Melakukan survei pendahuluan, studi pustaka, menyusun proposal

penelitian, melakukan uji validitas dan reliabilitas instrumen.

2. Tahap Pelaksanaan

a. Menetapkan waktu untuk pengambilan data.

b. Menetapkan tempat untuk pengambilan data.

c. Membagikan kuisioner untuk diisi oleh responden dalam waktu

satu minggu dan didampingi peneliti.

d. Setelah angket diisi oleh responden, angket dikumpulkan bersama-

sama oleh peneliti.

3. Tahap Akhir

a. Melakukan pengolahan

b. Melakukan analisa data

c. Melakukan penyajian hasil penelitian

d. Menyusun laporan hasil penelitian

3.9 Etika Penelitian

Etika penelitian adalah etika yang mencakup norma untuk berperilaku,

memisahkan apa yang seharusnya dilakukan dan apa yang seharusnya tidak

boleh dilakukan. Oleh karena itu yang perlu diperhatikan dalam penelitian ini

berkaitan dengan etika keperawatan

Page 57: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PETUGAS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/24/01-gdl-maryaninim... · dalam daftar pustaka 4. ... TBC dan hanya 2 petugas kesehatan puskesmas

44

1. Informed consent

Merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden

penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Informed consent

diberikan sebelum penelitian penelitian dilakukan dengan memberikan

lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan informed consent

agar subjek mengerti maksud, tujuan dan mengetahui dampaknya.

2. Anonimity (tanpa nama)

Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan

jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak

mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya

menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil yang akan

disajikan.

3. Confidentiality (kerahasiaan)

Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan

kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah

lainnya. Semuainformasiyang telahdikumpulkandijamin kerahasiaannya

oleh peneliti.Hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada

hasil penelitian.

Page 58: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PETUGAS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/24/01-gdl-maryaninim... · dalam daftar pustaka 4. ... TBC dan hanya 2 petugas kesehatan puskesmas

45

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Penelitian dengan judul “Hubungan Tingkat Pengetahuan Petugas

Kesehatan tentang Penyakit Tuberkulosis (TBC) dengan Peranan dalam

Penemuan Suspek TBC di Wilayah Kerja Puskesmas Kartasura”

dilaksanakan di wilayah kerja puskesmas Kartasura pada Desember 2014 -

Mei 2015. Puskesmas Kartasura beralamat di jalan Jendral Sudirman,

Pucangan, Kartasura, Sukoharjo. Wilayah kerja puskesmas Kartasura

membawahi 12 desa. Pengambilan sampel dalam penelitian ini

menggunakan teknik total sampling. Adapun jumlah sampel dalam

penelitian ini berjumlah 50 responden.

4.2 Karakteristik responden

Karakteristik responden dalam penelitian ini meliputi umur, jenis

kelamin dan tingkat pendidikan petugas kesehatan di wilayah kerja

puskesmas Kartasura. Adapun karakteristik responden yang meliputi

umur,jenis kelamin dan tingkat pendidikan adalah sebagai berikut.

a. Karakteristik responden berdasar umur

Karakteristik responden berdasarkan umur dari 50 responden dapat

dilihat pada tabel 3 di bawah ini.

45

Page 59: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PETUGAS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/24/01-gdl-maryaninim... · dalam daftar pustaka 4. ... TBC dan hanya 2 petugas kesehatan puskesmas

46

Tabel 3.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden berdasar Umur

di wilayah kerja puskesmas Kartasura.

No Umur Frekuensi Prosentase (%)

1 25-30 tahun 7 14

2 30-35 tahun 16 32

3 35-40 tahun 15 30

4 41-45 tahun 5 10

5 45-50 tahun 5 10

6 >50tahun 2 4

Jumlah 50 100

Sumber data primer Mei 2014

Berdasarkan tabel 3.1 di atas, sesuai karakteristik responden

berdasarkan umur dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden

berada pada umur 30-35 tahun sebanyak 16 responden (32%).

b. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin

Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dari 50 responden

dapat dilihat pada tabel 4 di bawah ini.

Tabel 3.2. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Menurut Jenis

Kelamin di wilayah kerja puskesmas Kartasura.

No Pengetahuan Jumlah responden Presentase

(%)

1 Laki-laki 9 18

2 Perempuan 41 82

Total 50 100

Sumber data primer bulan April 2015

Berdasarkan tabel 3.2 di atas, sesuai karakteristik responden

berdasarkan jenis kelamin dapat disimpulkan bahwa sebagian besar

responden berjenis kelamin perempuan sebanyak 41 responden (82%).

Page 60: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PETUGAS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/24/01-gdl-maryaninim... · dalam daftar pustaka 4. ... TBC dan hanya 2 petugas kesehatan puskesmas

47

c. Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan petugas

kesehatan di wilayah kerja puskesmas Kartasura.

Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan petugas

kesehatan dari 50 responden dapat dilihat pada tabel 3.3 di bawah ini.

Tabel 3.3. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Menurut

tingkat pendidikan di wilayah kerja puskesmas Kartasura.

No Pengetahuan Jumlah responden Presentase

(%)

1 SMA/SPK 5 10

2 Diploma 33 66

3 Sarjana 12 24

Total 50 100

data primer bulan April 2015

Berdasarkan tabel 3.3 di atas, sesuai karakteristik responden

berdasarkan tingkat pendidikan dapat disimpulkan bahwa sebagian

besar responden mempunyai jenjang pendidikan diploma sebanyak 33

responden (66%).

d. Karakteristik responden berdasarkan jenis petugas kesehatan di wilayah

kerja puskesmas Kartasura.

Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan petugas

kesehatan dari 50 responden dapat dilihat pada tabel 3.4 di bawah ini.

Page 61: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PETUGAS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/24/01-gdl-maryaninim... · dalam daftar pustaka 4. ... TBC dan hanya 2 petugas kesehatan puskesmas

48

Tabel 3.4. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden menurut jenis

petugas kesehatan di wilayah kerja puskesmas Kartasura.

No Pengetahuan Jumlah responden Presentase

(%)

1 Dokter 8 16

2 Perawat 17 34

3 Bidan 25 50

Total 50 100

data primer bulan April 2015

Berdasarkan tabel 3.4 di atas, sesuai karakteristik responden

berdasarkan jenis petugas kesehatan dapat disimpulkan bahwa sebagian

besar responden adalah bidan sebanyak 25 responden (50%).

4.3 Tingkat pengetahuan petugas kesehatan tentang penyakit tuberkulosis

(TBC) di wilayah kerja puskesmas Kartasura.

Tingkat pengetahuan petugas kesehatan tentang penyakit

tuberkulosis (TBC) di wilayah kerja puskesmas Kartasura dari 50 responden

dapat lihat pada tabel 3.5 di bawah ini.

Tabel 3.5. Pengetahuan petugas kesehatan tentang penyakit

tuberkulosis (TBC) di wilayah kerja puskesmas

Kartasura.

No Pengetahuan Jumlah responden Presentase

(%)

1 Kurang 12 24

2 Cukup 3 6

3 Baik 35 70

Total 50 100

Sumber data primer bulan April 2015

Page 62: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PETUGAS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/24/01-gdl-maryaninim... · dalam daftar pustaka 4. ... TBC dan hanya 2 petugas kesehatan puskesmas

49

Tabel 3.5 menunjukkan tingkat pengetahuan petugas kesehatan

tentang penyakit tuberkulosis (TBC) di wilayah kerja puskesmas Kartasura.

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan petugas

kesehatan tentang penyakit tuberkulosis (TBC) di wilayah kerja puskesmas

Kartasura sebagian besar responden berada pada tingkat pengetahuan baik

yaitu sebanyak 35 responden (70%).

4.4 Peranan petugas kesehatan dalam penemuan suspek TBC di wilayah kerja

puskesmas Kartasura.

Peranan petugas kesehatan dalam penemuan suspek TBC di

wilayah kerja puskesmas Kartasura dari 50 responden dapat lihat pada tabel

3.6 di bawah ini.

Tabel 3.5. Peranan petugas kesehatan dalam penemuan suspek

TBC di wilayah kerja puskesmas Kartasura.

No Peranan petugas

kesehatan

Jumlah responden Presentase (%)

1 Kurang 23 46

2 Cukup 12 24

3 Baik 15 30

Total 50 100

Sumber data primer bulan April 2015

Tabel 3.5 menunjukkan peranan petugas kesehatan dalam penemuan

suspek TBC di wilayah kerja puskesmas Kartasura. Dari hasil penelitian

dapat disimpulkan bahwa peranan petugas kesehatan dalam penemuan

suspek TBC di wilayah kerja puskesmas Kartasura sebagian besar

responden mempunyai peranan kurang yaitu sebanyak 23 responden (46%).

Page 63: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PETUGAS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/24/01-gdl-maryaninim... · dalam daftar pustaka 4. ... TBC dan hanya 2 petugas kesehatan puskesmas

50

4.5 Hubungan tingkat pengetahuan petugas kesehatan tentang penyakit

tuberkulosis (TBC) dengan peranan dalam penemuan suspek TBC di

wilayah kerja puskesmas Kartasura.

Analisa yang dilakukan untuk mengetahui jawaban dari hipotesa

penelitian yang diajukan adalah analisis spearman yaitu hubungan tingkat

pengetahuan petugas kesehatan tentang penyakit tuberkulosis (TBC) dengan

peranan dalam penemuan suspek TBC di wilayah kerja puskesmas

Kartasura. Hasil analisis data adalah sebagai berikut.

Tabel 3.7. Analisa hubungan tingkat pengetahuan petugas

kesehatan tentang penyakit tuberkulosis (TBC)

dengan peranan dalam penemuan suspek TBC di

wilayah kerja puskesmas Kartasura.

Variabel Peran p-value rs

Kurang

n %

Cukup

n %

Baik

n %

Tingkat

pengeta-

huan

Kurang 12 52 0 0 0 0 0,00 0,635

Cukup 3 13 0 0 0 0

Baik 8 35 12 100 15 100

Total 23 100 12 100 15 100

Sumber data primer bulan April 2015

Hasil uji spearman diperoleh angka significancy 0.00 (nilai p<0.05) maka

berdasar nilai statistik tersebut dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha

diterima, sehingga ada hubungan tingkat pengetahuan petugas kesehatan

tentang penyakit tuberkulosis (TBC) dengan peranan dalam penemuan

suspek TBC di wilayah kerja puskesmas Kartasura.

Page 64: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PETUGAS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/24/01-gdl-maryaninim... · dalam daftar pustaka 4. ... TBC dan hanya 2 petugas kesehatan puskesmas

51

BAB V

PEMBAHASAN

Berdasarkan penelitian dengan judul “Hubungan Tingkat Pengetahuan

Petugas Kesehatan tentang Penyakit Tuberkulosis (TBC) dengan Peranan

dalam Penemuan Suspek TBC di wilayah Kerja Puskesmas Kartasura”

dilaksanakan di wilayah Kerja Puskesmas Kartasura pada Desember 2014 -

Mei 2015 didapatkan hasil:

5.1 Karakteristik Responden.

Karakteristik responden dalam penelitian ini meliputi umur, jenis

kelamin dan tingkat pendidikan petugas kesehatan di wilayah kerja

puskesmas Kartasura. Adapun ketiga karakteristik responden dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

5.1.1 Karakteristik responden berdasarkan umur responden

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Puskesmas Kartasura

didapatkan hasil bahwa sebagian besar responden berada pada umur 30-

35 tahun sebanyak 16 responden (32%). Menurut Wawan dan Dewi

(2010) disebutkan bahwa, semakin cukup umur, tingkat kematangan dan

kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Hal

senada juga disebutkan oleh Widayat (2006) bahwa perubahan

perilaku/peran dapat disebabkan oleh proses pendewasaan melalui

pengalaman umur, individu yang bersangkutan telah melakukan adaptasi

terhadap lingkungan. Berbeda dengan hasil penelitian Supardi dalam

Page 65: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PETUGAS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/24/01-gdl-maryaninim... · dalam daftar pustaka 4. ... TBC dan hanya 2 petugas kesehatan puskesmas

52

Widayat (2006) bahwa petugas kesehatan yang berumur dewasa tidak

menunjukkan peran penemuan suspek TBC yang lebih baik dibanding

dengaan umur yang lebih muda. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya

sebagian petugas kesehatan yang berumur dewasa (≥ 30 tahun)

melaksanakan praktik baik dan sebagian lagi melaksanakan praktik

sedang. Begitu juga petugas kesehatan yang berumur < 30 tahun sebagian

melaksanakan praktik baik dan sebagian melaksanakan praktik sedang.

Keadaan ini disebabkan karena petugas kesehatan puskesmas di

Kabupaten Blora rata- rata sudah berumur lebih dari 40 tahun sehingga

secara fisiologis terjadi penurunan kemampuan fisik dan mental. Faktor

lain adalah bertambahnya kegiatan dan tanggung jawab keluarga seiring

dengan bertambah umur, akan bertambah pula kebutuhan ekonomi untuk

biaya anaknya yang semakin besar dan kebutuhan rumah tangga lainnya.

5.1.2 Karakteristik reponden berdasarkan jenis kelamin

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di wilayah kerja

puskesmas Kartasura dengan 50 responden didapatkan hasil bahwa

sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan sebanyak 41

responden (82%). Hasil penelitian Widayat (2006) menunjukkah

bahwa tidak ada hubungan antara jenis kelamin responden dengan

peran petugas kesehatan. Hasil penelitian Widayat tidak sesuai dengan

teori Green (1991), dimana jenis kelamin termasuk faktor predisposing

terjadinya perubahan perilaku seseorang. Hal ini menggambarkan

bahwa meskipun jumlah petugas kesehatan laki-laki lebih banyak dari

Page 66: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PETUGAS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/24/01-gdl-maryaninim... · dalam daftar pustaka 4. ... TBC dan hanya 2 petugas kesehatan puskesmas

53

pada perempuan, akan tetapi dalam hal praktik/peran dalam penemuan

suspek TBC tidak jauh berbeda. Petugas kesehatan di puskesmas

sebagian melaksanakan praktik dengan baik sebagian melaksanakan

praktik kurang baik. Begitu juga dengan petugas kesehatan yang

perempuan sebagian melaksanakan praktik baik sebagian melaksanakan

praktik kurang baik. Keadaan tersebut menunjukkan adanya persamaan

kedudukan antara laki-laki dan perempuan. Perempuan mendapatkan

kesempatan untuk memperoleh kedudukan yang sama dengan laki-laki

termasuk dalam peran penemuan suspek penderita TBC. Dengan

demikian baik tidaknya penemuan penemuan suspek TBC tidak ada

kaitannya dengan jenis kelamin.

5.1.3 Karakterisktik responden berdasarkan tingkat pendidikan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di wilayah kerja

puskesmas Kartasura dengan 50 responden didapatkan hasil bahwa

sebagian besar responden mempunyai jenjang pendidikan diploma

sebanyak 33 responden (66%). Menurut Notoatmojo (2010), disebutkan

bahwa tingkat pendidikan mempengaruhi pengetahuan seseorang.

Pendidikan merupakan upaya untuk memberikan pengetahuan sehingga

terjadi perubahan. Semakin tinggi tingkat pendidikannya semakin tinggi

pula tingkat pengetahuannya. Pernyataan ini sesuai dengan Widayat

(2006) dalam penelitiannya yang berjudul “ Pengaruh Karakteristik,

Pengetahuan dan Sikap Petugas Pemegang Program Tuberkulosis Paru

Puskesmas terhadap Penemuan Suspek TB Paru di Kabupaten Blora”

Page 67: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PETUGAS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/24/01-gdl-maryaninim... · dalam daftar pustaka 4. ... TBC dan hanya 2 petugas kesehatan puskesmas

54

bahwa ada hubungan antar pengetahuan dengan praktik/peran petugas

dalam penemuan suspek TBC.

5.2 Tingkat pengetahuan petugas kesehatan tentang penyakit tuberkulosis

(TBC) di wilayah kerja puskesmas Kartasura.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Puskesmas Kartasura

didapatkan hasil bahwa tingkat pengetahuan petugas kesehatan tentang

penyakit tuberkulosis (TBC) di wilayah kerja puskesmas Kartasura paling

banyak adalah tingkat pengetahuan baik yaitu sebanyak 35 responden

(70%). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Widayat (2006) dalam

penelitiannya yang berjudul “ Pengaruh Karakteristik, Pengetahuan dan

Sikap Petugas Pemegang Program Tuberkulosis Paru Puskesmas terhadap

Penemuan Suspek TB Paru di Kabupaten Blora” bahwa tingkat

pengetahuan petugas kesehatan paling banyak adalah kategori baik yaitu

86,7%. Notoatmodjo (2007) menyebutkan bahwa tingkat pengetahuan

seseorang dipengaruhi oleh pendidikan, pengalaman, sumber informasi,

lingkungan budaya dan, sosial ekonomi. Menurut penelitian Widayat

(2006), didapatkan hasil bahwa tingkat pengetahuan petugas kesehatan

dipengaruhi oleh pendidikan responden, masa kerja respoden, tingkat

pelatihan petugas kesehatan.

Page 68: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PETUGAS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/24/01-gdl-maryaninim... · dalam daftar pustaka 4. ... TBC dan hanya 2 petugas kesehatan puskesmas

55

5.3 Peranan petugas kesehatan dalam penemuan suspek TBC di wilayah kerja

puskesmas Kartasura.

Dari hasil penelitian didapatkan hasil bahwa peranan petugas

kesehatan dalam penemuan suspek TBC di wilayah kerja puskesmas

Kartasura paling banyak adalah kategori kurang yaitu sebanyak 23

responden (46%). Widayat (2006) menyebutkan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi peranan petugas kesehatan dalam penemuan suspek adalah

pengetahuan, sikap, tingkat pendidikan, pelatihan, masa kerja/pengalaman,

kebudayaan dan adanya supervisi pemegang program tuberkulosis.

Adapun Ja’far (2006) juga menyebutkan bahwa cakupan penemuan suspek

TBC oleh petugas kesehatan di puskesmas dipengaruhi oleh pengetahuan,

pelatihan TBC yang diikuti oleh petugas kesehatan, beban kerja, jarak

pelayanan dan supervisi pemegang program tuberkulosis. Peranan petugas

kesehatan dalam penemuan suspek TBC di wilayah kerja puskesmas

Kartasura paling banyak adalah peranan kurang disebabkan karena

pengalaman petugas kesehatan masih kurang, supervisi masih kurang,

beban kerja yang berat dan wilayah kerja puskesmas kartasura luas.

5.4 Hubungan tingkat pengetahuan petugas kesehatan tentang penyakit

tuberkulosis (TBC) dengan peranan dalam penemuan suspek TBC di

wilayah kerja puskesmas Kartasura.

Hasil analisis didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan antara

tingkat pengetahuan petugas kesehatan tentang penyakit tuberkulosis

(TBC) dengan peranan dalam penemuan suspek TBC di wilayah kerja

Page 69: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PETUGAS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/24/01-gdl-maryaninim... · dalam daftar pustaka 4. ... TBC dan hanya 2 petugas kesehatan puskesmas

56

puskesmas Kartasura. Hasil analisis tersebut sesuai dengan penelitian

Widayat (2006) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh

Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Petugas Pemegang Program

Tuberkulosis Paru Puskesmas terhadap Penemuan Suspek TB Paru di

Kabupaten Blora” bahwa ada hubungan yang signifikan antara

pengetahuan petugas kesehatan dengan praktik/peranan penemuan suspek

TBC. Menurut Notoatmojo pengaruh pengetahuan terhadap praktik/peran

dapat bersifat langsung maupun melalui perantara sikap. Suatu sikap

belum terwujud dalam bentuk praktik. Agar terwujudnya sikap agar

menjadi suatu perbuatan yang nyata (praktik/peran) diperlukan faktor

pendukung atau kondisi yang memungkinkan. Menurut Ja’far (2006) juga

menyebutkan bahwa cakupan penemuan suspek TBC oleh petugas

kesehatan di puskesmas dipengaruhi oleh pengetahuan, pelatihan TBC

yang diikuti oleh petugas kesehatan, beban kerja, jarak pelayanan dan

supervisi pemegang program tuberkulosis.

Tingkat pengetahuan petugas kesehatan tentang penyakit

tuberkulosis (TBC) di wilayah kerja puskesmas Kartasura sebagian besar

responden berada pada tingkat pengetahuan baik yaitu sebanyak 35

responden (70%) sedangkan peranan petugas kesehatan dalam penemuan

suspek TBC di wilayah kerja puskesmas Kartasura sebagian besar

responden mempunyai peranan kurang yaitu sebanyak 23 responden

(46%) disebabkan oleh supervisi pemegang progam tuberkulosis yang

Page 70: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PETUGAS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/24/01-gdl-maryaninim... · dalam daftar pustaka 4. ... TBC dan hanya 2 petugas kesehatan puskesmas

57

masih kurang, beban kerja yang berat dan wilayah kerja puskesmas

kartasura yang luas.

Page 71: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PETUGAS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/24/01-gdl-maryaninim... · dalam daftar pustaka 4. ... TBC dan hanya 2 petugas kesehatan puskesmas

58

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang dilaksanakan di wilayah kerja puskesmas

Kartasura yang dilaksanakan pada bulan Desember 2014 - Mei 2015 tentang

hubungan tingkat pengetahuan petugas kesehatan tentang penyakit

tuberkulosis (TBC) dengan peranan dalam penemuan suspek TBC dapat

ditarik kesimpulan bahwa :

6.1.1 Karakteristik responden berdasarkan umur dapat disimpulkan bahwa

sebagian besar responden berada pada umur 30-35 tahun sebanyak 16

responden (32%), sebagian besar responden berjenis kelamin

perempuan sebanyak 41 responden (82%), sebagian besar responden

mempunyai jenjang pendidikan diploma sebanyak 33 responden

(66%).

6.1.2 Tingkat pengetahuan petugas kesehatan tentang penyakit tuberkulosis

(TBC) di wilayah kerja puskesmas Kartasura sebagian besar

responden berada pada tingkat pengetahuan baik yaitu sebanyak 35

responden (70%).

6.1.3 Peranan petugas kesehatan dalam penemuan suspek TBC di wilayah

kerja puskesmas Kartasura sebagian besar responden mempunyai

peranan kurang yaitu sebanyak 23 responden (46%).

58

Page 72: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PETUGAS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/24/01-gdl-maryaninim... · dalam daftar pustaka 4. ... TBC dan hanya 2 petugas kesehatan puskesmas

59

6.1.4 Ada hubungan tingkat pengetahuan petugas kesehatan tentang

penyakit tuberkulosis (TBC) dengan peranan dalam penemuan suspek

TBC di wilayah kerja puskesmas Kartasura.

6.2 Saran

Dalam penelitian mengenai hubungan tingkat pengetahuan petugas

kesehatan tentang penyakit tuberkulosis (TBC) dengan peranan dalam

penemuan suspek TBC, dapat disimpulkan sebagai berikut :

6.2.1 Bagi petugas kesehatan

Petugas kesehatan yang mempunyai pengetahuan kurang hendaknya

mengikuti pelatihan tentang penyakit TBC dan bagi petugas kesehatan

yang masih berpendidikan SMA/SPK dapat melanjutkan

pendidikannya ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

6.2.2 Bagi puskesmas kartasura

Pihak puskesmas Kartasura hendaknya memberikan reward kepada

petugas kesehatan yang mempunyai peranan baik.

6.2.3 Bagi dinas kesehatan

Pihak dinas kesehatan hendaknya mengadakan pelatihan tentang

penyakit TBC secara periodik supaya semua tenaga kesehatan yang

belum mengikuti pelatihan mendapat kesempatan mengikuti pelatihan

dan dengan metode pelatihan yang variatif supaya peserta yang

mengikuti pelatihan mempunyai peserta lebih tertarik dan petugas

kesehatan dapat menambah pengetahuannya secara maksimal.

Page 73: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PETUGAS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/24/01-gdl-maryaninim... · dalam daftar pustaka 4. ... TBC dan hanya 2 petugas kesehatan puskesmas

60

6.2.4 Penelitian selanjutnya

Penelitian selanjutnya hendaknya mengadakan penelitian dengan

responden yang lebih banyak dan cakupan wilayah kerja yang lebih luas

dari penelitian ini serta dapat mengembanngkan penelitian tentang

faktor lain yang mempengaruhi peranan petugas dalam penemuan

suspek TBC yaitu sikap, tingkat pendidikan, pelatihan, masa kerja,

kebudayaan dan adanya supervivi wasor.

Page 74: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PETUGAS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/24/01-gdl-maryaninim... · dalam daftar pustaka 4. ... TBC dan hanya 2 petugas kesehatan puskesmas

61

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Rineka.

Jakarta.

Darwis dan Sudarwan, D., 2003. Metodelogi Penelitian Kebidanan. EGC. Jakarta.

Dewi dan Wawan. 2010 . Teori & Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku

Manusia. Nuha Medika. Yogyakarta.

Firdaus, K. 2012. “Pengaruh Peranan Pengawas Menelan Obat (PMO) terhadap

Keberhasilan pengobatan TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Baki

Sukoharjo ”. Skripsi. Tidak diterbitkan. Universitas Muhammadiyah

Surakarta.

Hidayat, A. 2007. Metode Penelitian Kebidanan dan Tekhnik Analisis Data.

Salemba Medika. Jakarta.

Indonesia. Kemenkes Kesehatan R.I. 2012, Pencegahan dan Pengendalian Infeksi

Tuberkulosis. Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan

Lingkungan, Jakarta.

Indonesia. Kemenkes Kesehatan R.I. 2012, Jejaring Program Pengendalian

Tuberkulosis. Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan

Lingkungan, Jakarta.

Indonesia. Kemenkes Kesehatan R.I. 2012, Komunikasi, Informasi dan Edukasi

Tuberkulosis. Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan

Lingkungan, Jakarta.

Indonesia. Kemenkes Kesehatan R.I. 2012, Monitoring dan Evaluasi Program

Pengendalian Tuberkulosis. Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan

Penyehatan Lingkungan, Jakarta.

Indonesia. Kemenkes Kesehatan R.I. 2012, Program Pengendalian Tuberkulosis.

Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan,

Jakarta.

Ja’far. 2007. “Beberapa Faktor yang Berkaitan dengan Cakupan Penemuan

Suspek Tuberkulosis Paru Oleh Petugas Puskesmas di Kabupaten Tanjung

Jabur Timur Provinsi Jambi ”. Skripsi. Tidak diterbitkan.

Machfoed, I. 2009. Metodelogi Penelitian. Fitramaya. Yogyakarta.

Page 75: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PETUGAS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/24/01-gdl-maryaninim... · dalam daftar pustaka 4. ... TBC dan hanya 2 petugas kesehatan puskesmas

62

Mifbakhudin, dkk. 2013. “Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kesembuhan

Penyakit Tuberkulosis (TBC) Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Mangkang

Semarang Barat”. Artikel Ilmiah,

http://download.portalgaruda.org/article.php?article=98549&val=5089

diakses tanggal 7 Januari 2014

Puri, N. 2010. “Hubungan Kinerja Pengawas Minum Obat (PMO) dengan

Kesembuhan Pasien TB Paru Kasus Baru Strategi DOTS”. Skripsi. Tidak

diterbitkan. Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.

Notoatmodjo, S. 2007. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. 2007. Metodologi Penelitian Kesehatan (edisi revisi). Jakarta :

Rineka Cipta.

Priyanto, D. 2009. Mandiri Belajar SPSS. Mediakom. Yogyakarta.

Rahmawati, E. & Atikah, P., 2011. Perlaku Hidup Bersih dan Sehat. Nuha

Medika. Yogyakarta.

Salamah dan Suyanto. 2008. Riset Kebidanan Metodelogi dan Aplikasi. Mitra

Cendikia press. Yogyakarta.

Saryono dan Setiawan, A. 2010. Metodelogi Penelitian Kebidanan D III, D IV, S1

dan S2. Muhamedika. Yogyakarta.

Suwandi, dkk. 2014. “Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Angka

Kesembuhan dan Angka Penemuan Kasus Tuberkulosis di Kota

Semarang Tahun 2014”. Artikel Ilmiah. Fakultas Kedokteran

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

http://eprints.dinus.ac.id/6659/1/jurnal_13746.pdf. Diakses tanggal 7

Januari 2014.

Sugiono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R & D. Alfabeta.

Bandung.

Wahyudi, E. 2010. “Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Motivasi Kader dengan

Penemuan Suspek Tuberkulosis Paru di Puskesmas Sanankulon”. Tesis.

Tidak diterbitkan. Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

Page 76: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PETUGAS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/24/01-gdl-maryaninim... · dalam daftar pustaka 4. ... TBC dan hanya 2 petugas kesehatan puskesmas

63

Widayat, E. 2006. “Pengaruh Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Petugas

Pemegang PrograTuberkulosis paru Puskesmas terhadap Penemuan

Suspek TB Paru di Kabupaten Blora”. Tesis. Tidak diterbitkan. Program

Pascasarjana Universitas Diponegoro.

Widoyono. 2008. Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan, Pencegahan &

Pemberantasan. Erlangga. Semarang