HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN...

download HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN …uia.ac.id/index/wp-content/uploads/2016/10/8-Kuni-Purwani1.pdf · ginjal, seperti nefropati obstruktif dapat menyebabakan kelainan ginjal intrinsik

If you can't read please download the document

Transcript of HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN...

  • HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN

    KEPATUHAN DIET PADA PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIK YANG

    MENGALAMI HEMODIALISIS DI RS DR. ESNAWAN ANTARIKSA

    TAHUN 2016

    Kuni Purwani1, Yunita Iryani

    2

    1. Program Studi Sarjana Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Islam As-syafiiyah Jakarta, Indonesia

    2. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Islam As-syafiiyah Jakarta, Indonesia *email : [email protected]

    ABSTRAK Pendahuluan Kepatuhan diet dalam menjalankan hemodialisis pada pasien ginjal kronik sangat

    diharuskan agar tidak menimbulkan komplikasi akut atau kronis yang dapat memperburuk keadaan

    pasien, serta tingkat pengetahuan dan dukungan keluarga merupakan faktor pendukung untuk

    memotivasi pasien tetap menjalankan terapi hemodialisis secara teratur oleh karena itu peneliti ingin

    melakukan penelitian hubungan tingkat pengetahuan dan dukungan keluarga dengan keptuhan diet

    pada pasien penyakit ginjal kronik yang mengalami hemodiaisis. Metode Penelitian deskriptif

    kolerasi. Teknik pengambilan data dilakukan melalui pendekatan cross sectional. pengambilan

    sampling dengan cara random sampling sebanyak 67 responden. Analisa yang digunakan univariat dan

    bivariat menggunakan chi-square dengan =10%. Hasil penelitian hubungan tingkat pengetahuan

    dengan kepatuhan diet nilai p (Asymp Sig (2-sided)) = 0,000 nilai ini lebih kecil dari = 5% (0,05)

    maka hipotesis nol (H0) ditolak, sedangkan hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan diet nilai p

    (Asymp Sig (2-sided)) = 0,002 nilai ini lebih kecil dari = 5% (0,05) maka hipotesis nol (H0) ditolak.

    Kesimpulan terdapat hubungan tingkat pengetahuan dan dukungan keluarga dengan kepatuhan diet

    pada pasien penyakit ginjal kronik yang mengalami hemodiaisis. Saran peningkatan pengetahuan

    pasien tentang ginjal kronik dan dukungan keluarga yang baik merupakan dua hal yang diperlukan agar

    pasien dapat tetap patuh menjalankan diet dan hemodialisis secara rutin.

    Kata kunci : tingkat pengetahuan, dukungan keluarga, kepatuhan diet.

    mailto:[email protected]

  • PENDAHULUAN

    1. Latar Belakang Berdasarkan laporan World

    Health Organization (WHO) tahun 2008

    bahwa diseluruh dunia, angka pengguna

    alat pengganti ginjal diperkirakan 1,4

    juta, dengan pertambahan sekitar 8%

    pertahun. Populasi penderita gagal ginjal

    di Indonesia dari tahun ke tahun

    semakin meningkat. Berdasarkan data

    pasien gagal ginjal kronik yang

    dikeluarkan oleh PT. Askes, pada tahun

    2009 jumlah pasien gagal ginjal kronik

    sebanyak 70 ribu orang lalu pada tahun

    2010 jumlah pasien gagal ginjal kronik

    adalah 17.507 orang dan meningkat lagi

    pada tahun 2011 sekitar 5000. Pada

    tahun 2011 ke 2012 terjadi peningkatan

    yakni 24.141 pasien (Nawawi,

    2013).Menurut Menteri Kesehatan Nila

    F Moeloekkurang lebih 1,9 juta jiwa

    yang melakukan cuci darah menyerap

    biaya Rp 2 triliun," yang

    diselenggarakan oleh pihak BPJS

    kesehatan. (Kompas 2015).

    Pada pasien gagal ginjal kronik

    terdapat tiga pilihan terapi pengganti

    ginjal yaitu Continius Ambulatory

    Peritoneal Dialysis (CAPD),

    hemodialisis, transplantasi ginjal, tetapi

    pengganti yang menjadi pilihan saat ini

    yaitu hemodialisis, hemodialisis

    merupakan suatu proses yang digunakan

    pada pasien dalam keadaan sakit akut

    maupun kronik,namun demikian

    hemodialisis tidak menyembuhkan atau

    memulihkan penyakit ginjal kronik

    dengan stadium akhir dan tidak mampu

    mengimbangi hilangnya aktifitas

    metabolik atau endokrin yang

    dilaksanakan ginjal dan dampak dari

    gagal ginjal serta terapinya terhadap

    kualitas hidup pasien.

    Sangat sulit bagi seeorang untuk

    menerima kenyataan bahwa ia harus

    menjalani tindakan hemodialisis seumur

    hidup,pasien membutuhkan waktu 10-15

    jam setiap minggunya yang dibagi

    dalam dua atau tiga sesi dimana setiap

    sesi berlangsung antara 4- 5 jam,dan

    kegiatan ini dilakukan secara terus

    menerus selama hidupnya. Dengan

    lamanya waktu diatas akan memberikan

    dampak masalah ekonomi,

    mempertahankan pekerjaan,

    keterbatasan dalam melakukan aktivitas

    sosial, kaeadaan ini mengakibatkan

    perubahan dalam kehidupan yang

    merupakan pemicu stress, baik secara

    fisik maupun psikologis yang dapat

    menyebabkan pasien tidak bisa teratur

    dan patuh dalam menjalankan tindakan

    hemodialisis. Dalam kondisi yang

    seperti ini perlu adanya dukungan orang-

    orang terdekat seperti keluarga.

    (Situmorang, 2013).

    Kepatuhan diet pada pasien

    Cronic Kidney Desease dalam menjalani

    hemodialisis merupakan hal yang

    penting untuk di perhatikan. Karena jika

    pasien tidak patuh akan berdampak pada

    penurunan kondisi tubuhnya, serta

    berpengaruh terhadap terjadinya

    komplikasi baik akut maupun kronis.

    Seperti penumpukan zat-zat berbahaya

    dari sisa metabolisme tubuh. Pasien

    akan merasakan sesak nafas, oedema

    pada sebagian atau seluruh tubuh, dan

    jika hal tersebut tidak segera ditangani

    akan menyebabkan kematian.(Bayhakki,

    2013).

    Sebelumnya penulis terlebih

    dahulu melakukan studi pendahuluan

    langsung ke klinik hemodialisis Imago.

    Penulis menemukan dari 24 pasien 10

    diantaranya memiliki rendahnya tingkat

    pengetahuan, rendahnya dukungan

    keluarga serta ketidak patuhan dalam

    melaksanakan diet selama menjalani

    terapi hemodialisis. Sedangkan pada

    penilitian yang dilakukan oleh Ismail,

    Hasanuddin dan Burhanuddin Bahar

    (2012) Dengan judul Hubungan

    Pendidikan, Pengetahuan Dan Motivasi

  • Dengan Kepatuhan Diet Pada Pasien

    Gagal Ginjal Kronik Di Rumah Sakit

    Umum Pusat Dr. Wahidin Sudirohusodo

    Makasar. Hasil Penelitian menunjukan

    bahwa dari 29 responden yang diteliti

    terdapat 21 orang (72,4%) yang patuh

    dan 8 orang (27,6%) yang masih tidak

    patuh terhadapat kepatuhan diet.

    sehingga perlu penelitian lebih lanjut

    tentang Hubungan Tingkat

    Pengetahuan dan dukungan keluarga

    dengan kepatuhan diet pada pasien

    penyakit ginjal kronik yang mengalami

    hemodialisis

    1. Manfaat Penelitian a. Manfaat teoritis

    Penelitian ini diharapkan dapat

    memberikan kontribusi untuk

    mengembangkan pengetahuan

    mengenai Hubungan Tingkat

    Pengetahuan dan dukungan keluarga

    dangan kepatuhan diet pada pasien

    penyakit ginjal kronikyang

    mengalami hemodialisis

    b. Manfaat praktis 1) Bagi pasien hemodialisis

    Dengan memiliki pengetahuan

    tentang penyakit ginjal kronik

    ini serta terapi hemodialisis

    yang dijalankan diharapkan

    dapat memberikan pencerahan,

    dukungan keluarga serta

    motivasi kepada pasien sehingga

    bisa patuh dalam menjalankan

    terapi hemodialisis.

    2) Bagi perawat Diharapkan hasil penelitian ini

    dapat digunakan sebagai

    informasi dan masukan untuk

    meningkatkan pelayanan

    keperawatan dan merencanakan

    asuhan keperawatan pada pasien

    hemodialisis agar tidak hanya

    berpusat pada fisik saja namun

    masalah psikis juga perlu

    diperhatikan.

    3) Bagi rumah sakit Hasil penelitian ini dapat

    digunakan sebagai acuan untuk

    meningkatkan pelayanan pada

    pasien hemodialisis sehingga

    dapat menumbuhkan semangat

    serta kualitas hidup pasien.

    4) Bagi institusi pendidikan Hasil penelitian ini dapat

    menambah bahan bacaan juga

    referensi tentang Hubungan

    Tingkat Pengetahuan dan

    dukungan keluarga dangan

    kepatuhan diet pada pasien

    penyakit ginjal kronik yang

    mengalami hemodialisis. serta

    menambah literature

    perpustakaan di Universitas

    Islam Assyafiiyah Jakarta

    terutama pada Fakultas Ilmu

    Kesehatan dan semoga dapat

    dipergunakan sebagai bahan

    acuan bagi penelitian

    selanjutnya.

    TINJAUAN PUSTAKA

    1. Defenisi Penyakit Ginjal Kronik Penyakit Ginjal Kronik (PGK)

    merupakan suatu proses patofisiologi

    dengan etiologi yang beragam,

    mengakibatkan penurunan fungsi ginjal

    yang progresif, dan pada umumnya

    berakhir dengan keadaan klinis yang

    ditandai dengan penurunan fungsi ginjal

    yang irreversible, pada suatu derajat

    yang memerlukan terapi pengganti

    ginjal yang tetap, berupa dialisis atau

    transplantasi ginjal (Suwitra,

    2006).Kriteria Penyakit Ginjal Kronik

    a. Kelainan ginjal berupa kelainan

    struktural atau fungsional, dengan

    manifestasi klinis dan kerusakan

    ginjal secara laboratorik atau kelainan

    pada pemeriksaan radiologi, dengan

    atau tanpa penurunan fungsi ginjal

  • (penurunan LFG) yang berlangsung >

    3 bulan.

    b. Penurunan LFG < 60 ml/menit per

    1,73 m2 luas permukaan tubuh

    selama > 3 bulan dengan atau tanpa

    kerusakan ginjal (National Kidney

    Foundation, 2002).

    2. Etiologi Umumnya penyakit ginjal

    kronik disebabkan oleh penyakit ginjal

    intrinsik difus dan menahun. Hampir

    semua nefropati bilateral dan progresif

    akan berakhir dengan penyakit ginjal

    kronik. Umumnya penyakit di luar

    ginjal, seperti nefropati obstruktif dapat

    menyebabakan kelainan ginjal intrinsik

    dan berakhir dengan penyakit ginjal

    kronik (Sukandar, 2006).

    Menurut data yang sampai saat

    ini dikumpulkan oleh Indonesian Renal

    Registry (IRR) pada tahun 2007-2008

    didapatkan urutan etiologi terbanyak

    sebagai berikut: glomerulonefritis

    (25%), diabetes melitus (23%),

    hipertensi (20%) dan ginjal polikistik

    (10%) (Roesli, 2008).

    3. Pengaturan Makan dan Minum (Diet) Penyandang hemodialisis

    diharuskan melaksanakan pengaturan

    makan/minum. Berikut beberapa

    makanan dan porsi yang dianjurkan

    untuk pasien gagal ginjal kronis yang

    menjalani hemodialisis (Suwitra 2010).

    a. Nasi Walaupun secara teori ada

    jumlah kalori tertentu yang harus

    dimakan oleh para penyandang

    hemodialisis, tetapi dalam

    kehidupan sehari-hari penyandang

    diperbolehkan makan nasi secara

    bebas, kecuali yang menderita

    diabetes (kencing manis). Hal ini

    dikarenakan, penyandang

    hemodialisis memerlukan kalori

    yang cukup tinggi untuk

    mengimbangi penyakit ginjalnya.

    Bagi yang sering mengalami

    gangguan pada pencernaan

    disarankan untuk makan dalam

    porsi kecil beberapa kali (4-5 kali)

    dalam sehari. Tidak dianjurkan

    makan terlalu kenyang atau

    menunda sampai terlalu lapar

    b. Protein/daging Protein untuk penyandang

    hemodialisis diperbolehkan 1,2

    gr/kg berat badan /hari. Jumlah ini

    tidak terlalu jauh beda dengan

    konsumsi protein untuk penduduk

    Indonesia pada umumnya , yaitu:

    1,2-1,5 gr/kg berat badan/hari. Di

    samping daging, sumber protein

    lain yang boleh dikonsumsi adalah

    ikan, telur, dan susu. Jenis daging

    yang tidak dianjurkan adalah jeroan

    (hati, usus, otak. dan lainnya). Hal

    tersebut dapat meningkatkan asam

    urat dimana sebagian besar

    penyandang hemodialisis

    mengalami kenaikan kadar asam

    urat dalam darahnya.

    c. Garam Garam dapat meningkatkan

    tekanan darah dan mengakibatkan

    sembab/bengkak.Sehingga pada

    penyandang hemodialisis garam

    hanya diperbolehkan paling banyak

    setengah sendok teh dalam

    sehari.demikian pula makanan asin

    lainnya seperti kecap asin, bumbu

    penyedap dan lain sebagainya.

    d. Buah Buah-buahan dibatasi untuk

    penyandang hemodialisis karena

    banyak mengandung kalium.

    Kalium ini banyak terdapat dalam

    buah sehingga dapat mengakibatkan

    kelainan jantung. Artinya,

    penyandang hemodialisis boleh

    makan buah dalam jumlah yang

    terbatas. Buah yang tidak boleh

    dimakan adalah pisang , durian,

  • blimbing, air kelapa. Buah yang

    boleh dimakan adalah pepaya,

    tomat, apel, mangga, melon. Untuk

    mengurangi kadar kalium dalam

    buah, dapat diupayakan dengan

    merebus buah tersebut atau

    dipotong-potong kemudian dicuci

    dan direndam dengan air hangat

    sehingga kalium yang terkandung

    didalamnya terlarut dalam air.

    e. Sayur Sayur juga mengandung

    banyak kalium, oleh karenanya

    harus dibatasi untuk penyandang

    hemodialisis.Beberapa jenis sayur

    yang dibatasi adalah bayam, buncis,

    kembang kol. Hal tersebut

    dikarenakan dapat meningkatkan

    asam urat. Kalium dalam sayur

    dapat dikurangi dengan cara

    memotong-motong terlebih dahulu

    kemudian dicuci dan dimasak.

    f. Tahu/tempe Penyandang hemodialisis

    diperbolehkan makan tahu/tempe

    karena tetap diperlukan oleh tubuh

    namun dengan jumlah yang

    terbatas. Jumlahnya paling banyak

    adalah 50 gram perhari.

    g. Air/minum Air, baik berupa air minum

    ataupun sajian lain (kuah, sop, juice,

    kopi, susu, dan lain sebagainya)

    sangat dibatasi untuk penyandang

    hemodialisis karena dapat

    mengakibatkan bengkak,

    meningkatkan tekanan darah dan

    sesak nafas akibat sembab paru.

    Bagi penyandang hemodialisis yang

    masih keluar kencing, boleh minum

    lebih banyak dibandingkan dengan

    yang tidak keluar kencing sama

    sekali. Dasarnya adalah, membuat

    keseimbangan antara air yang

    dibutuhkan = jumlah urin 24

    jam+(500 sampai 750)ml/hari.

    METODE PENELITIAN

    1. DesainPenelitian Penelitian ini merupakan

    penelitian non eksperimental dengan

    menggunakan desain penelitian

    deskripsi korelasi, yaitu penelitian

    untuk mengetahui hubungan antar

    variabel, untuk mengetahui hubungan

    antara variabel tingkat pengetahuan

    keluarga dengan kepatuhan diet pada

    pasien penyakit ginjal kronis yang

    menjalani terapi hemodialisis di RS

    TNI AU dr. Esnawan Antariksa Jakarta

    Timur.

    Metode penelitian yang digunakan

    adalah kuantitatif dengan pendekatan

    Cross Sectional yaitu penelitian

    berdasarkan data yang menunjukan titik

    waktu tertentu atau pengumpulannya

    dilakukan dalam waktu yang

    bersamaan yang bertujuan untuk

    menemukan ada tidaknya hubungan

    (Arikunto, 2006).

    2. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan pada Bulan

    Agustus 2016 sampai dengan bulan

    September 2016 pengambilan data

    dilaksanakan di Rumah Sakit Pusat TNI

    AU dr. Esnawan Antariksa Jakarta

    Timur.

    3. Populasi dan Sampel a. Populasi

    Pasien dengan Cronic Kidney

    Desease yang menjalani

    hemodialisis di Rumah Sakit Pusat

    TNI AU dr. Esnawan Antariksa

    Jakarta Timur yang memiliki

    keluarga (pasangan hidup, orang tua,

    anak, saudara) populasi berjumlah

    200 pasien.

    b. Sampel Sampel penelitian ini adalah

    pasien penyakit ginjal kronis yang

    menjalani terapi hemodialisis di

  • Rumah Sakit Pusat TNI AU dr.

    Esnawan Antariksa Jakarta Timur.

    Jumlah sampel penelitian diambil

    menggunakan rumus Slovin.

    Rumus Slovin.

    Keterangan : n = Besar Sampel

    N= Besar Populasi

    d= Tingkat Ketelitian

    10% (0.1)

    = = 66,667 = 67 responden

    Dengan kriteria Inklusi :

    1) Keluarga dari pasien hemodialisis yang masih rutin

    menjalani hemodialisis di

    RS.TNI AU Dr . Esnawan

    antariksa.

    2) Berumur lebih dari 21 tahun. 3) Bersedia menjadi responden. 4) Tinggal 1 rumah bersama

    responden.

    Dengan kriteria Ekslusi:

    1) Tidak mampu baca tulis. 2) Berumur kurang dari 21 tahun. 3) Tidak bersedia menjadi

    responden.

    4) Bukan keluarga dari pasien hemodialisis.

    HASIL PENELITIAN

    1. Gambaran Karakteristik Responden a. Usia Tabel 1 Distribusi Frekuensi Usia

    Usia Frekuensi Presentase

    21-30 Tahun 4 5,9

    31-40 Tahun 8 11,8

    41-50 Tahun 22 32,4

    51-60 Tahun 19 27,9

    61-70 Tahun 14 20,6

    Total 67 100

    karakteristik usia responden,

    dari 67 sampel pada penelitian, usia

    antara 21-30 tahun sebanyak 4

    responden (5,9%), usia antara 31-40

    tahun sebanyak 8 responden

    (11,8%), usia antara 41-50 tahun

    sebanyak 22 responden (32,4%),

    usia antara 51-60 tahun sebanyak 19

    responden (27,9%), usia antara 61-

    70 tahun sebanyak 14 responden

    (20,6%).

    b. Jenis Kelamin Tabel 2 Distribusi Frekuensi Jenis

    Kelamin

    Jenis Kelamin Frekuensi Presentase

    Laki-laki 39 58,2

    Perempuan 28 41

    Total 67 100

    Berdasarkan tabel distribusi

    frekuensi diatas, dapat dilihat

    karakteristik jenis kelamin

    responden, dari 67 sampel pada

    penelitian. Responden laki-laki

    merupakan jumlah yang paling

    banyak dengan 39 responden

    (58,2%) dan perempuan dengan

    jumlah 28 responden (41%).

    c. Pendidikan Tabel 3 Distribusi Frekuensi Pendidikan

    Pendidikan Frekuensi Presentase

    SD 2 3

    SMP 10 14,9

    SMA 37 55,2

    Perguruan Tinggi 18 26,9

    Total 67 100

    Berdasarkan tabel distribusi

    frekuensi diatas, dapat dilihat

    karakteristik pendidikan responden,

    dari 67 sampel pada penelitian.yang

    berpendidkan SD sebanyak 2

    responden (2%) SMP sebanyak 10

    responden (14,9%) SMA sebanyak

    37 responden (55,2%) Perguruan

  • Tinggi sebanyak 18 responden

    (26,9%).

    d. Pekerjaan Tabel 4 Distribusi Frekuensi Pekerjaan

    Pekerjaan Frekuensi Presentase

    PNS 8 11,9

    Wiraswasta 32 47,8

    Karyawan 22 32,8

    Tidak Bekerja 5 7,5

    Total 67 100

    Berdasarkan tabel distribusi

    frekuensi diatas, dapat dilihat

    karakteristik pendidikan responden,

    dari 67 sampel pada penelitian.

    yang bekerja sebagai PNS sebanyak

    8 responden (11,9%), Wiraswasta

    sebanyak 32 responden (47,8%),

    karyawan sebanyak 22 responden

    (32,8%), Tidak Bekerja sebanyak 5

    responden (7,5%).

    e. Status Perkawinan Tabel 5 Distribusi Frekuensi Status

    Perkawinan

    Status Perkawinan Frekuensi Presentase

    Menikah 59 88,1

    Belum Menikah 2 3

    Duda 3 4,5

    Janda 3 4,5

    Total 67 100

    Berdasarkan tabel distribusi

    frekuensi diatas, dapat dilihat

    karakteristik status perkawinan

    responden, dari 67 sampel pada

    penelitian. yang menikah sebanyak

    59 responden (88,1%), belum

    menikah sebanyak 2 responden

    (3%), duda sebanyak 3 responden

    (4,5%), janda sebanyak 3 responden

    (4,5%).

    f. Lama Menjalani Hemodialisis Tabel 6 Distribusi Frekuensi Lama

    Menjalani Hemodialisis

    Lama Menjalani

    Hemodialisis

    Frekuensi Presentase

    1 -12 bulan 48 71,6

    2 tahun 14 20,9

    3 tahun 5 7,5

    Total 67 100

    Berdasarkan tabel diatas, dapat

    dilihat karakteristik lama menjalani

    hemodialisis responden, dari 67

    sampel pada penelitian. yang

    menjalani hemodialisis selama 1-12

    bulan sebanyak 48 responden

    (71,6%), menjalani hemodialisis

    selama 2 tahun sebanyak 14

    responden (20,9%), yang menjalani

    hemodialisis selama 3 tahun

    sebanyak 5 responden (7,5%).

    2. Analisis Univariat a. Pengetahuan

    Tabel 7 Distribusi Frekuensi

    Pengetahuan

    Pengetahuan Frekuensi Presentase

    Rendah 29 43,3

    Tinggi 38 56,7

    Total 67 100

    Berdasarkan tabel pengetahuan

    pasien tentang diet dari 67 responden

    didapatkan hasil pengetahuan rendah

    sebanyak 29 responden (43,3%),

    pengetahuan tinggi sebanyak 38

    responden (56,7%).

    b. Dukungan keluarga Tabel 8 Distribusi Frekuensi Dukungan

    Keluarga

    Dukungan Keluarga Frekuensi Presentase

    Baik 42 62,7

    Kurang Baik 25 37,3

    Total 67 100

  • Berdasarkan tabel distribusi

    frekuensi dukungan keluarga pasien

    dari 67 sampel responden didapatkan

    hasil dukungan keluarga baik

    sebanyak 42 responden (62,7%),

    dukungan keluarga kurang baik

    sebanyak 25 responden (37,3%).

    c. Kepatuhan Diet Tabel 9 Distribusi Frekuensi Kepatuhan

    Diet

    Kepatuhan Diet Frekuensi Presentase

    Patuh 38 56,7

    Tidak Patuh 29 43,3

    Total 67 100

    Berdasarkan tabel distribusi

    frekuensi kepatuhan diet pasien

    gagal ginjal kronik dari 67 sampel

    penelitian responden didapatkan

    hasil patuh sebanyak 38 responden

    (56,7%) dan tidak patuh sebanyak 29

    responden (43,3%).

    3. Analisa Bivariat a. Hubungan Tingkat Pengetahuan

    Dengan Kepatuhan Diet Pada

    Pasien Penyakit Ginjal Kronik

    Yang Mengalami Hemodialisis

    Tabel 10 Hubungan Tingkat

    Pengetahuan Dengan Kepatuhan Diet

    Pada Pasien Penyakit Ginjal Kronik

    Yang Mengalami Hemodialisis

    Tingkat

    Pengetahuan

    Kepatuhan Diet Total

    Tidak Patuh Patuh

    Rendah 21

    (31,3%)

    8

    (11,9%)

    29

    (43,3%)

    Tinggi 8

    (11,9%)

    30

    (44,8%)

    38

    (56,7%)

    Total 29

    (43,3%)

    38

    (56,7%)

    67

    (100%)

    Berdasarkan tabel tabulasi

    silang diatas antara tingkat

    pengetahuan dengan kepatuhan diet

    mendapatkan hasil sebagai berikut:

    dari 67 menjadi responden pada

    penelitian, pasien yang

    pengetahuannya rendah dan tidak

    patuh menjalankan diet sebanyak 21

    responden (31,3%), pasien yang

    pengetahuannya rendah dan patuh

    menjalankan diet sebanyak 8

    responden (11,9%), pasien yang

    pengetahuannya tinggi dan tidak

    patuh menjalankan diet sebanyak 8

    responden (11,9%), pasien yang

    pengetahuannya tinggi dan patuh

    menjalankan diet sebanyak 30

    responden (44,8%).

    Tabel 11 Uji Chi Square

    HubunganTingkat Pengetahuan Dengan

    Kepatuhan Diet Pada Pasien Ginjal

    Kronik Yang Mengalami Hemodialisis

    Value Df Asymp. Sig.

    (2-sided)

    Pearson Chi-Square 17.674a 1 0.00

    Fisher's Exact Test

    N of Valid Casesb 67

    Berdasarkan tabel diatas,

    terlihat bahwa nilai chi-square (2) =

    17,674 nilai ini lebih besar dari 2

    tabel (2

    dengan = 5% dan derajat

    bebas 1 atau 2 0,05 (1) = 3,841).

    Maka hipotesis nol (H0) ditolak.

    Cara lain menggunakan nilai p

    (Asymp Sig (2-sided)) = 0,000 nilai

    ini lebih kecil dari = 5% (0,05)

    maka hipotesis nol (H0) ditolak.

    Kesimpulannya terdapat

    hubungan tingkat pengetahuan

    dengan kepatuhan diet pada pasien

    ginjal kronik yang mengalami

    hemodialisis. Artinya pengetahuan

    yang tinggi mempengaruhi pasien

    untuk patuh menjalankan diet.

  • Tabel 12 Contingency Coefficient

    Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan

    Kepatuhan Diet Pada Pasien Ginjal

    Kronik Yang Mengalami Hemodialisis

    Symmetric Measures

    Value Approx. Sig.

    Nominal by

    Nominal

    Contingency

    Coefficient .457 .000

    N of Valid Cases 67

    Dari tabel diatas diperoleh

    nilai Contingency Coefficient(C) =

    0.457 kemudian dibandingkan

    dengan nilai Cmaks. Cmaks ditentukan

    sebagai berikut :

    Cmaks = = = = 0.707

    Keterangan :

    m = nilai minimum dari baris dan

    kolom Perbandingan C dengan Cmaks

    = = = 0.646

    Hasil perbandingan nilai

    Contingency Coefficient (C) dengan

    Cmaks diperoleh nilai 0.646.

    Nilai ini menunjukkan bahwa

    derajat keeratan hubungan tingkat

    pengetahuan dengan kepatuhan diet

    pada pasien ginjal kronik yang

    mengalami hemodialisis.

    Berdasarkan tabel klasifikasi batasan

    nilai C, derajat keeratan sebesar

    0,646. Dengan demikian hasil

    penelitian dapat diklasifikasikan

    pada kategori kuat. Hal ini

    menunjukkan bahwa tingkat

    pengetahuan dengan kepatuhan diet

    memiliki daya keeratan sebesar

    0,646 x 100% atau sama dengan

    64,6%. Dengan demikian dapat

    disimpulkan bahwa hubungantingkat

    pengetahuan dengan kepatuhan diet

    pada pasien ginjal kronik yang

    mengalami hemodialisis sebesar

    64,6%, sedangkan sisanya 35,4%

    dipengaruhi oleh faktor lain (faktor

    ekonomi, psikologis dan

    lingkungan).

    b. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Diet Pada

    Pasien Penyakit Ginjal Kronik

    Yang Mengalami Hemodialisis

    Tabel 13 Hubungan Dukungan Keluarga

    Dengan Kepatuhan Diet Pada Pasien

    Penyakit Ginjal Kronik Yang Mengalami

    Hemodialisis

    Dukungan

    Keluarga

    Kepatuhan Diet Total

    Tidak Patuh Patuh

    Kurang baik 17

    (25,4%)

    8

    (11,9%)

    25

    (37,3%)

    Baik 12

    (17,9%)

    30

    (44,8%)

    42

    (62,7%)

    Total 29

    (43,3%)

    38

    (56,7%)

    67

    (100%)

    Berdasarkan tabel tabulasi

    silang diatas antara dukungan

    keluarga dengan kepatuhan diet

    mendapatkan hasil sebagai beikut:

    dari 67 menjadi responden pada

    penelitian, pasien yang dukungan

    keluarga kurang baik dan tidak patuh

    menjalankan diet sebanyak 17

    responden (25,4%), pasien yang

    dukungan keluarga kurang baik dan

    patuh menjalankan diet sebanyak 8

    responden (11,9%), pasien yang

    dukungan keluarga baik dan tidak

    patuh menjalankan diet sebanyak 12

    responden (17,9%), pasien yang

    dukungan keluarga baik dan patuh

    menjalankan diet sebanyak 30

    responden (44,8%).

  • Tabel 14 Uji Chi Square Hubungan

    Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan

    Diet Pada Pasien Ginjal Kronik Yang

    Mengalami Hemodialisis

    Value Df Asymp.

    Sig. (2-

    sided)

    Exact

    Sig.

    (2-

    sided)

    Exact

    Sig.

    (1-

    sided)

    Pearson

    Chi-Square 9.924a 1 0.002

    Fisher's

    Exact Test 0.002 0.002

    N of Valid

    Casesb 67

    Berdasarkan tabel diatas,

    terlihat bahwa nilai chi-square (2) =

    9,924 nilai ini lebih besar dari 2

    tabel (2

    dengan = 5% dan derajat

    bebas 1 atau2 0,05 (1) = 3,841).

    Maka hipotesis nol (H0) ditolak.

    Cara lain menggunakan nilai p

    (Asymp Sig (2-sided)) = 0,002 nilai

    ini lebih kecil dari = 5% (0,05)

    maka hipotesis nol (H0) ditolak.

    Kesimpulannya adalah

    terdapat hubungan dukungan

    keluarga dengan kepatuhan diet pada

    pasien ginjal kronik yang mengalami

    hemodialisis. Artinya dukungan

    keluarga yang baik mempengaruhi

    pasien untuk patuh menjalankan diet.

    Selanjutnya untuk menilai

    besarnya hubungan dukungan

    keluarga dengan kepatuhan diet pada

    pasien ginjal kronik yang mengalami

    hemodialisis digunakan nilai

    Contingency Coefficient (C) yang

    dibandingkan dengan koefisien

    maksimal (Cmaks). Nilai Contingency

    Coefficient disajikan pada tabel

    berikut ini :

    Tabel 15 Contingency Coefficient

    Hubungan Dukungan Keluarga Dengan

    Kepatuhan Diet Pada Pasien Ginjal

    Kronik Yang Mengalami Hemodialisis

    Symmetric Measures

    Value Approx. Sig.

    Nominal by

    Nominal

    Contingency

    Coefficient .359 .002

    N of Valid Cases 67

    Dari tabel diatas diperoleh

    nilai Contingency Coefficient(C) =

    0.359 kemudian dibandingkan

    dengan nilai Cmaks. Cmaks ditetuan

    sebagai berikut :

    Cmaks = = = = 0.707

    Keterangan :

    m = nilai minimum dari baris dan

    kolom

    Perbandingan C dengan Cmaks =

    = = 0.507

    Hasil perbandingan nilai

    Contingency Coefficient(C) dengan

    Cmaks diperoleh nilai 0.507.

    Nilai ini menunjukkan bahwa

    derajat keeratan hubungandukungan

    keluarga dengan kepatuhan diet pada

    pasien ginjal kronik yang mengalami

    hemodialisis. Berdasarkan tabel

    klasifikasi batasan nilai C, derajat

    keeratan sebesar 0,507. Dengan

    demikian hasil penelitian dapat

    diklasifikasikan pada kategori

    cukup kuat. Hal ini menunjukkan

    bahwa dukungan keluarga dengan

    kepatuhan diet memiliki daya

    keeratan sebesar 0,507 x 100% atau

    sama dengan 50,7%.

    Dengan demikian dapat

    disimpulkan bahwa hubungan

    dukungan keluarga dengan

  • kepatuhan diet pada pasien ginjal

    kronik yang mengalami hemodialisis

    sebesar 50,7%, sedangkan sisanya

    49,3% dipengaruhi oleh faktor lain

    (faktor ekonomi, psikologis dan

    lingkungan).

    KESIMPULAN DAN SARAN

    1. Kesimpulan a. Gambaran tingkat pengetahuan

    pasien, pasien yang pengetahuan

    rendah sebanyak 29 responden

    (43,3%), pasien dengan pengetahuan

    tinggi sebanyak 38 responden

    (56,7%).

    b. Gambaran dukungan keluarga pasien, pasien yang dukungan

    keluarga baik sebanyak 42

    responden (62,7%), pasien yang

    dukungan keluarga kurang baik

    sebanyak 25 responden (37,3%).

    c. Gambaran kepatuhan diet, pasien yang patuh diet sebanyak 38

    responden (56,7%) dan tidak patuh

    diet sebanyak 29 responden (43,3%).

    d. Terdapat hubungan tingkat pengetahuan dengan kepatuhan diet

    pasien ginjal kronik. Hal ini sesuai

    dengan hasil uji statistik nilai p =

    0,000. Sehingga dapat disimpulkan

    ada pengaruh yang signifikan antara

    tingkat pengetahuan dengan

    kepatuhan diet pasien ginjal kronik

    Dengan derajat keeratan sebesar

    0,646. Dengan demikian hasil

    penelitian dapat diklasifikasikan

    pada kategori kuat.

    e. Terdapat hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan diet

    pasien ginjal kronik. Hal ini sesuai

    dengan hasil uji statistik nilai p =

    0,002. Sehingga dapat disimpulkan

    ada pengaruh yang signifikan antara

    dukungan keluarga dengan

    kepatuhan diet pasien ginjal kronik

    Dengan derajat keeratan sebesar

    0,507. Dengan demikian hasil

    penelitian dapat diklasifikasikan

    pada kategori cukup kuat.

    2. Saran a. Bagi Pasien dan Keluarga Pasien

    Hemodialisis

    1) Meningkatkan pengetahuan tentang penyakit gagal ginjal

    kronik dan diet yang harus

    dipatuhi agar tidak memperburuk

    keadaan tubuh yang dapat

    menyebabkan terjadinya

    komplikasi, serta dukungan

    keluarga adalah hal terpenting

    agar pasien tetap teratur

    menjalankan terapi yang

    dianjurkan seperti hemodialisis

    dan diet teratur.

    2) Kepada seluruh pasien gagal ginjal kronik yang menjalani

    terapi diet agar kiranya tetap

    patuh dan mengikuti program

    diet tersebut demi meningkatkan

    kualitas hidupnya.

    1. Bagi Perawat a. Penelitian ini dapat digunakan

    untuk meningkatkan pelayanan

    keperawatan dan merencanakan

    asuhan keperawatan pada pasien

    yang menjalani hemodialisis agar

    perawat lebih meningkatkan

    pengetahuan pasien dan

    memotivasi keluarga agar dapat

    lebih aktif untuk berpartisipasi

    memberikan motivasi kepada

    pasien untuk tetap menjalankan

    hemodialisis secara teratur.

    b. Bagi perawat agar selalu memberikan pemahaman,

    pencerahan serta pelayanan

    terutama pada kepatuhan diet

    yang dijalani pasien. Serta selalu

    memberikan dukungan kepada

    pihak keluarga pasien, agar

    selalu memperhatikan setiap

    tindakan yang dilakukan oleh

  • pasien tersebut. Terutama pada

    pola makan dan minum.

    2. Bagi Rumah Sakit a. Penelitian ini dapat dijadikan

    acuan untuk meningkatkan

    pelayanan pada pasien

    hemodialisis sehingga dapat

    menumbuhkan semangat pasien

    untuk hidup lebih berkualitas.

    b. Dalam memberikan pelayanan kesehatan pihak RS agar lebih

    memperhatikan kondisi-kondisi

    pasien yang barumasuk dengan

    kondisi sakit parah atau dalam

    kondisi baik, sehingga

    penanganan Akan lebih terarah.

    3. Bagi Institusi Pendidikan a. Hasil penelitian ini dapat

    dijadikan sebagai data dasar

    sekaligus motivasi untuk

    melakukan penelitian lebih lanjut

    baik kuantitatif maupun kualitatif

    di lingkup fakultas ilmu

    keperawatan.

    b. Mengembangkan hasil penelitian keperawatan untuk

    meningkatkan kepatuhan diet

    pada pasien penyakit ginjal

    kronik.

    DAFTAR PUSTAKA

    Alimul Aziz 2011. Riset Keperawatan dan

    Teknik Penulisan Ilmiah, Jakarta,

    Salemba Medika

    Almatsier, S. 2006. Prinsip Dasar Ilmu

    Gizi, edisi ke-6. Jakarta: Gramedia

    Pustaka utama.

    Arikunto, S., 2006. Prosedur Penelitian

    Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta

    : Penerbit Rineka Cipta.

    Baradero, Dayrit, & Siswadi, 2009. Seri

    Asuhan Keperawatan Klien

    Gangguan Ginjal. Jakarta: EGC

    Bayhakki. 2013. Seri Asuhan Keperawatan

    Klien Gagal Ginjal Kronik Booklet

    Edukasi Sehat Dengan Penyakit

    Ginjal Kronik, Pernefri (2011).

    Notoatmodjo. 2012. Metode Penelitian

    Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta

    Situmorang. 2013. DirektoratPembinaan

    Dan Pengembangan Sumber Daya

    Manusia RS PGI Cikini Jakarta

    Tim redaksi VITA HEALTH, 2008.Gagal

    Ginjal (Informasi Lengkap Untuk

    Penderita dan Keluarganya), PT

    Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

    Welch, 2006. Gawat Darurat Di Bidang

    Penyakit Dalam. Jakarta: EGC

    WHO., 2008. Integrated Chronic Disease

    Prevention and Control.

    www.who.int

    www . Health Kidney .com

    www . Kompas.com

    http://www.who.int/