HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN...
Transcript of HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN...
-
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN
KEPATUHAN DIET PADA PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIK YANG
MENGALAMI HEMODIALISIS DI RS DR. ESNAWAN ANTARIKSA
TAHUN 2016
Kuni Purwani1, Yunita Iryani
2
1. Program Studi Sarjana Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Islam As-syafiiyah Jakarta, Indonesia
2. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Islam As-syafiiyah Jakarta, Indonesia *email : [email protected]
ABSTRAK Pendahuluan Kepatuhan diet dalam menjalankan hemodialisis pada pasien ginjal kronik sangat
diharuskan agar tidak menimbulkan komplikasi akut atau kronis yang dapat memperburuk keadaan
pasien, serta tingkat pengetahuan dan dukungan keluarga merupakan faktor pendukung untuk
memotivasi pasien tetap menjalankan terapi hemodialisis secara teratur oleh karena itu peneliti ingin
melakukan penelitian hubungan tingkat pengetahuan dan dukungan keluarga dengan keptuhan diet
pada pasien penyakit ginjal kronik yang mengalami hemodiaisis. Metode Penelitian deskriptif
kolerasi. Teknik pengambilan data dilakukan melalui pendekatan cross sectional. pengambilan
sampling dengan cara random sampling sebanyak 67 responden. Analisa yang digunakan univariat dan
bivariat menggunakan chi-square dengan =10%. Hasil penelitian hubungan tingkat pengetahuan
dengan kepatuhan diet nilai p (Asymp Sig (2-sided)) = 0,000 nilai ini lebih kecil dari = 5% (0,05)
maka hipotesis nol (H0) ditolak, sedangkan hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan diet nilai p
(Asymp Sig (2-sided)) = 0,002 nilai ini lebih kecil dari = 5% (0,05) maka hipotesis nol (H0) ditolak.
Kesimpulan terdapat hubungan tingkat pengetahuan dan dukungan keluarga dengan kepatuhan diet
pada pasien penyakit ginjal kronik yang mengalami hemodiaisis. Saran peningkatan pengetahuan
pasien tentang ginjal kronik dan dukungan keluarga yang baik merupakan dua hal yang diperlukan agar
pasien dapat tetap patuh menjalankan diet dan hemodialisis secara rutin.
Kata kunci : tingkat pengetahuan, dukungan keluarga, kepatuhan diet.
mailto:[email protected]
-
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Berdasarkan laporan World
Health Organization (WHO) tahun 2008
bahwa diseluruh dunia, angka pengguna
alat pengganti ginjal diperkirakan 1,4
juta, dengan pertambahan sekitar 8%
pertahun. Populasi penderita gagal ginjal
di Indonesia dari tahun ke tahun
semakin meningkat. Berdasarkan data
pasien gagal ginjal kronik yang
dikeluarkan oleh PT. Askes, pada tahun
2009 jumlah pasien gagal ginjal kronik
sebanyak 70 ribu orang lalu pada tahun
2010 jumlah pasien gagal ginjal kronik
adalah 17.507 orang dan meningkat lagi
pada tahun 2011 sekitar 5000. Pada
tahun 2011 ke 2012 terjadi peningkatan
yakni 24.141 pasien (Nawawi,
2013).Menurut Menteri Kesehatan Nila
F Moeloekkurang lebih 1,9 juta jiwa
yang melakukan cuci darah menyerap
biaya Rp 2 triliun," yang
diselenggarakan oleh pihak BPJS
kesehatan. (Kompas 2015).
Pada pasien gagal ginjal kronik
terdapat tiga pilihan terapi pengganti
ginjal yaitu Continius Ambulatory
Peritoneal Dialysis (CAPD),
hemodialisis, transplantasi ginjal, tetapi
pengganti yang menjadi pilihan saat ini
yaitu hemodialisis, hemodialisis
merupakan suatu proses yang digunakan
pada pasien dalam keadaan sakit akut
maupun kronik,namun demikian
hemodialisis tidak menyembuhkan atau
memulihkan penyakit ginjal kronik
dengan stadium akhir dan tidak mampu
mengimbangi hilangnya aktifitas
metabolik atau endokrin yang
dilaksanakan ginjal dan dampak dari
gagal ginjal serta terapinya terhadap
kualitas hidup pasien.
Sangat sulit bagi seeorang untuk
menerima kenyataan bahwa ia harus
menjalani tindakan hemodialisis seumur
hidup,pasien membutuhkan waktu 10-15
jam setiap minggunya yang dibagi
dalam dua atau tiga sesi dimana setiap
sesi berlangsung antara 4- 5 jam,dan
kegiatan ini dilakukan secara terus
menerus selama hidupnya. Dengan
lamanya waktu diatas akan memberikan
dampak masalah ekonomi,
mempertahankan pekerjaan,
keterbatasan dalam melakukan aktivitas
sosial, kaeadaan ini mengakibatkan
perubahan dalam kehidupan yang
merupakan pemicu stress, baik secara
fisik maupun psikologis yang dapat
menyebabkan pasien tidak bisa teratur
dan patuh dalam menjalankan tindakan
hemodialisis. Dalam kondisi yang
seperti ini perlu adanya dukungan orang-
orang terdekat seperti keluarga.
(Situmorang, 2013).
Kepatuhan diet pada pasien
Cronic Kidney Desease dalam menjalani
hemodialisis merupakan hal yang
penting untuk di perhatikan. Karena jika
pasien tidak patuh akan berdampak pada
penurunan kondisi tubuhnya, serta
berpengaruh terhadap terjadinya
komplikasi baik akut maupun kronis.
Seperti penumpukan zat-zat berbahaya
dari sisa metabolisme tubuh. Pasien
akan merasakan sesak nafas, oedema
pada sebagian atau seluruh tubuh, dan
jika hal tersebut tidak segera ditangani
akan menyebabkan kematian.(Bayhakki,
2013).
Sebelumnya penulis terlebih
dahulu melakukan studi pendahuluan
langsung ke klinik hemodialisis Imago.
Penulis menemukan dari 24 pasien 10
diantaranya memiliki rendahnya tingkat
pengetahuan, rendahnya dukungan
keluarga serta ketidak patuhan dalam
melaksanakan diet selama menjalani
terapi hemodialisis. Sedangkan pada
penilitian yang dilakukan oleh Ismail,
Hasanuddin dan Burhanuddin Bahar
(2012) Dengan judul Hubungan
Pendidikan, Pengetahuan Dan Motivasi
-
Dengan Kepatuhan Diet Pada Pasien
Gagal Ginjal Kronik Di Rumah Sakit
Umum Pusat Dr. Wahidin Sudirohusodo
Makasar. Hasil Penelitian menunjukan
bahwa dari 29 responden yang diteliti
terdapat 21 orang (72,4%) yang patuh
dan 8 orang (27,6%) yang masih tidak
patuh terhadapat kepatuhan diet.
sehingga perlu penelitian lebih lanjut
tentang Hubungan Tingkat
Pengetahuan dan dukungan keluarga
dengan kepatuhan diet pada pasien
penyakit ginjal kronik yang mengalami
hemodialisis
1. Manfaat Penelitian a. Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat
memberikan kontribusi untuk
mengembangkan pengetahuan
mengenai Hubungan Tingkat
Pengetahuan dan dukungan keluarga
dangan kepatuhan diet pada pasien
penyakit ginjal kronikyang
mengalami hemodialisis
b. Manfaat praktis 1) Bagi pasien hemodialisis
Dengan memiliki pengetahuan
tentang penyakit ginjal kronik
ini serta terapi hemodialisis
yang dijalankan diharapkan
dapat memberikan pencerahan,
dukungan keluarga serta
motivasi kepada pasien sehingga
bisa patuh dalam menjalankan
terapi hemodialisis.
2) Bagi perawat Diharapkan hasil penelitian ini
dapat digunakan sebagai
informasi dan masukan untuk
meningkatkan pelayanan
keperawatan dan merencanakan
asuhan keperawatan pada pasien
hemodialisis agar tidak hanya
berpusat pada fisik saja namun
masalah psikis juga perlu
diperhatikan.
3) Bagi rumah sakit Hasil penelitian ini dapat
digunakan sebagai acuan untuk
meningkatkan pelayanan pada
pasien hemodialisis sehingga
dapat menumbuhkan semangat
serta kualitas hidup pasien.
4) Bagi institusi pendidikan Hasil penelitian ini dapat
menambah bahan bacaan juga
referensi tentang Hubungan
Tingkat Pengetahuan dan
dukungan keluarga dangan
kepatuhan diet pada pasien
penyakit ginjal kronik yang
mengalami hemodialisis. serta
menambah literature
perpustakaan di Universitas
Islam Assyafiiyah Jakarta
terutama pada Fakultas Ilmu
Kesehatan dan semoga dapat
dipergunakan sebagai bahan
acuan bagi penelitian
selanjutnya.
TINJAUAN PUSTAKA
1. Defenisi Penyakit Ginjal Kronik Penyakit Ginjal Kronik (PGK)
merupakan suatu proses patofisiologi
dengan etiologi yang beragam,
mengakibatkan penurunan fungsi ginjal
yang progresif, dan pada umumnya
berakhir dengan keadaan klinis yang
ditandai dengan penurunan fungsi ginjal
yang irreversible, pada suatu derajat
yang memerlukan terapi pengganti
ginjal yang tetap, berupa dialisis atau
transplantasi ginjal (Suwitra,
2006).Kriteria Penyakit Ginjal Kronik
a. Kelainan ginjal berupa kelainan
struktural atau fungsional, dengan
manifestasi klinis dan kerusakan
ginjal secara laboratorik atau kelainan
pada pemeriksaan radiologi, dengan
atau tanpa penurunan fungsi ginjal
-
(penurunan LFG) yang berlangsung >
3 bulan.
b. Penurunan LFG < 60 ml/menit per
1,73 m2 luas permukaan tubuh
selama > 3 bulan dengan atau tanpa
kerusakan ginjal (National Kidney
Foundation, 2002).
2. Etiologi Umumnya penyakit ginjal
kronik disebabkan oleh penyakit ginjal
intrinsik difus dan menahun. Hampir
semua nefropati bilateral dan progresif
akan berakhir dengan penyakit ginjal
kronik. Umumnya penyakit di luar
ginjal, seperti nefropati obstruktif dapat
menyebabakan kelainan ginjal intrinsik
dan berakhir dengan penyakit ginjal
kronik (Sukandar, 2006).
Menurut data yang sampai saat
ini dikumpulkan oleh Indonesian Renal
Registry (IRR) pada tahun 2007-2008
didapatkan urutan etiologi terbanyak
sebagai berikut: glomerulonefritis
(25%), diabetes melitus (23%),
hipertensi (20%) dan ginjal polikistik
(10%) (Roesli, 2008).
3. Pengaturan Makan dan Minum (Diet) Penyandang hemodialisis
diharuskan melaksanakan pengaturan
makan/minum. Berikut beberapa
makanan dan porsi yang dianjurkan
untuk pasien gagal ginjal kronis yang
menjalani hemodialisis (Suwitra 2010).
a. Nasi Walaupun secara teori ada
jumlah kalori tertentu yang harus
dimakan oleh para penyandang
hemodialisis, tetapi dalam
kehidupan sehari-hari penyandang
diperbolehkan makan nasi secara
bebas, kecuali yang menderita
diabetes (kencing manis). Hal ini
dikarenakan, penyandang
hemodialisis memerlukan kalori
yang cukup tinggi untuk
mengimbangi penyakit ginjalnya.
Bagi yang sering mengalami
gangguan pada pencernaan
disarankan untuk makan dalam
porsi kecil beberapa kali (4-5 kali)
dalam sehari. Tidak dianjurkan
makan terlalu kenyang atau
menunda sampai terlalu lapar
b. Protein/daging Protein untuk penyandang
hemodialisis diperbolehkan 1,2
gr/kg berat badan /hari. Jumlah ini
tidak terlalu jauh beda dengan
konsumsi protein untuk penduduk
Indonesia pada umumnya , yaitu:
1,2-1,5 gr/kg berat badan/hari. Di
samping daging, sumber protein
lain yang boleh dikonsumsi adalah
ikan, telur, dan susu. Jenis daging
yang tidak dianjurkan adalah jeroan
(hati, usus, otak. dan lainnya). Hal
tersebut dapat meningkatkan asam
urat dimana sebagian besar
penyandang hemodialisis
mengalami kenaikan kadar asam
urat dalam darahnya.
c. Garam Garam dapat meningkatkan
tekanan darah dan mengakibatkan
sembab/bengkak.Sehingga pada
penyandang hemodialisis garam
hanya diperbolehkan paling banyak
setengah sendok teh dalam
sehari.demikian pula makanan asin
lainnya seperti kecap asin, bumbu
penyedap dan lain sebagainya.
d. Buah Buah-buahan dibatasi untuk
penyandang hemodialisis karena
banyak mengandung kalium.
Kalium ini banyak terdapat dalam
buah sehingga dapat mengakibatkan
kelainan jantung. Artinya,
penyandang hemodialisis boleh
makan buah dalam jumlah yang
terbatas. Buah yang tidak boleh
dimakan adalah pisang , durian,
-
blimbing, air kelapa. Buah yang
boleh dimakan adalah pepaya,
tomat, apel, mangga, melon. Untuk
mengurangi kadar kalium dalam
buah, dapat diupayakan dengan
merebus buah tersebut atau
dipotong-potong kemudian dicuci
dan direndam dengan air hangat
sehingga kalium yang terkandung
didalamnya terlarut dalam air.
e. Sayur Sayur juga mengandung
banyak kalium, oleh karenanya
harus dibatasi untuk penyandang
hemodialisis.Beberapa jenis sayur
yang dibatasi adalah bayam, buncis,
kembang kol. Hal tersebut
dikarenakan dapat meningkatkan
asam urat. Kalium dalam sayur
dapat dikurangi dengan cara
memotong-motong terlebih dahulu
kemudian dicuci dan dimasak.
f. Tahu/tempe Penyandang hemodialisis
diperbolehkan makan tahu/tempe
karena tetap diperlukan oleh tubuh
namun dengan jumlah yang
terbatas. Jumlahnya paling banyak
adalah 50 gram perhari.
g. Air/minum Air, baik berupa air minum
ataupun sajian lain (kuah, sop, juice,
kopi, susu, dan lain sebagainya)
sangat dibatasi untuk penyandang
hemodialisis karena dapat
mengakibatkan bengkak,
meningkatkan tekanan darah dan
sesak nafas akibat sembab paru.
Bagi penyandang hemodialisis yang
masih keluar kencing, boleh minum
lebih banyak dibandingkan dengan
yang tidak keluar kencing sama
sekali. Dasarnya adalah, membuat
keseimbangan antara air yang
dibutuhkan = jumlah urin 24
jam+(500 sampai 750)ml/hari.
METODE PENELITIAN
1. DesainPenelitian Penelitian ini merupakan
penelitian non eksperimental dengan
menggunakan desain penelitian
deskripsi korelasi, yaitu penelitian
untuk mengetahui hubungan antar
variabel, untuk mengetahui hubungan
antara variabel tingkat pengetahuan
keluarga dengan kepatuhan diet pada
pasien penyakit ginjal kronis yang
menjalani terapi hemodialisis di RS
TNI AU dr. Esnawan Antariksa Jakarta
Timur.
Metode penelitian yang digunakan
adalah kuantitatif dengan pendekatan
Cross Sectional yaitu penelitian
berdasarkan data yang menunjukan titik
waktu tertentu atau pengumpulannya
dilakukan dalam waktu yang
bersamaan yang bertujuan untuk
menemukan ada tidaknya hubungan
(Arikunto, 2006).
2. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan pada Bulan
Agustus 2016 sampai dengan bulan
September 2016 pengambilan data
dilaksanakan di Rumah Sakit Pusat TNI
AU dr. Esnawan Antariksa Jakarta
Timur.
3. Populasi dan Sampel a. Populasi
Pasien dengan Cronic Kidney
Desease yang menjalani
hemodialisis di Rumah Sakit Pusat
TNI AU dr. Esnawan Antariksa
Jakarta Timur yang memiliki
keluarga (pasangan hidup, orang tua,
anak, saudara) populasi berjumlah
200 pasien.
b. Sampel Sampel penelitian ini adalah
pasien penyakit ginjal kronis yang
menjalani terapi hemodialisis di
-
Rumah Sakit Pusat TNI AU dr.
Esnawan Antariksa Jakarta Timur.
Jumlah sampel penelitian diambil
menggunakan rumus Slovin.
Rumus Slovin.
Keterangan : n = Besar Sampel
N= Besar Populasi
d= Tingkat Ketelitian
10% (0.1)
= = 66,667 = 67 responden
Dengan kriteria Inklusi :
1) Keluarga dari pasien hemodialisis yang masih rutin
menjalani hemodialisis di
RS.TNI AU Dr . Esnawan
antariksa.
2) Berumur lebih dari 21 tahun. 3) Bersedia menjadi responden. 4) Tinggal 1 rumah bersama
responden.
Dengan kriteria Ekslusi:
1) Tidak mampu baca tulis. 2) Berumur kurang dari 21 tahun. 3) Tidak bersedia menjadi
responden.
4) Bukan keluarga dari pasien hemodialisis.
HASIL PENELITIAN
1. Gambaran Karakteristik Responden a. Usia Tabel 1 Distribusi Frekuensi Usia
Usia Frekuensi Presentase
21-30 Tahun 4 5,9
31-40 Tahun 8 11,8
41-50 Tahun 22 32,4
51-60 Tahun 19 27,9
61-70 Tahun 14 20,6
Total 67 100
karakteristik usia responden,
dari 67 sampel pada penelitian, usia
antara 21-30 tahun sebanyak 4
responden (5,9%), usia antara 31-40
tahun sebanyak 8 responden
(11,8%), usia antara 41-50 tahun
sebanyak 22 responden (32,4%),
usia antara 51-60 tahun sebanyak 19
responden (27,9%), usia antara 61-
70 tahun sebanyak 14 responden
(20,6%).
b. Jenis Kelamin Tabel 2 Distribusi Frekuensi Jenis
Kelamin
Jenis Kelamin Frekuensi Presentase
Laki-laki 39 58,2
Perempuan 28 41
Total 67 100
Berdasarkan tabel distribusi
frekuensi diatas, dapat dilihat
karakteristik jenis kelamin
responden, dari 67 sampel pada
penelitian. Responden laki-laki
merupakan jumlah yang paling
banyak dengan 39 responden
(58,2%) dan perempuan dengan
jumlah 28 responden (41%).
c. Pendidikan Tabel 3 Distribusi Frekuensi Pendidikan
Pendidikan Frekuensi Presentase
SD 2 3
SMP 10 14,9
SMA 37 55,2
Perguruan Tinggi 18 26,9
Total 67 100
Berdasarkan tabel distribusi
frekuensi diatas, dapat dilihat
karakteristik pendidikan responden,
dari 67 sampel pada penelitian.yang
berpendidkan SD sebanyak 2
responden (2%) SMP sebanyak 10
responden (14,9%) SMA sebanyak
37 responden (55,2%) Perguruan
-
Tinggi sebanyak 18 responden
(26,9%).
d. Pekerjaan Tabel 4 Distribusi Frekuensi Pekerjaan
Pekerjaan Frekuensi Presentase
PNS 8 11,9
Wiraswasta 32 47,8
Karyawan 22 32,8
Tidak Bekerja 5 7,5
Total 67 100
Berdasarkan tabel distribusi
frekuensi diatas, dapat dilihat
karakteristik pendidikan responden,
dari 67 sampel pada penelitian.
yang bekerja sebagai PNS sebanyak
8 responden (11,9%), Wiraswasta
sebanyak 32 responden (47,8%),
karyawan sebanyak 22 responden
(32,8%), Tidak Bekerja sebanyak 5
responden (7,5%).
e. Status Perkawinan Tabel 5 Distribusi Frekuensi Status
Perkawinan
Status Perkawinan Frekuensi Presentase
Menikah 59 88,1
Belum Menikah 2 3
Duda 3 4,5
Janda 3 4,5
Total 67 100
Berdasarkan tabel distribusi
frekuensi diatas, dapat dilihat
karakteristik status perkawinan
responden, dari 67 sampel pada
penelitian. yang menikah sebanyak
59 responden (88,1%), belum
menikah sebanyak 2 responden
(3%), duda sebanyak 3 responden
(4,5%), janda sebanyak 3 responden
(4,5%).
f. Lama Menjalani Hemodialisis Tabel 6 Distribusi Frekuensi Lama
Menjalani Hemodialisis
Lama Menjalani
Hemodialisis
Frekuensi Presentase
1 -12 bulan 48 71,6
2 tahun 14 20,9
3 tahun 5 7,5
Total 67 100
Berdasarkan tabel diatas, dapat
dilihat karakteristik lama menjalani
hemodialisis responden, dari 67
sampel pada penelitian. yang
menjalani hemodialisis selama 1-12
bulan sebanyak 48 responden
(71,6%), menjalani hemodialisis
selama 2 tahun sebanyak 14
responden (20,9%), yang menjalani
hemodialisis selama 3 tahun
sebanyak 5 responden (7,5%).
2. Analisis Univariat a. Pengetahuan
Tabel 7 Distribusi Frekuensi
Pengetahuan
Pengetahuan Frekuensi Presentase
Rendah 29 43,3
Tinggi 38 56,7
Total 67 100
Berdasarkan tabel pengetahuan
pasien tentang diet dari 67 responden
didapatkan hasil pengetahuan rendah
sebanyak 29 responden (43,3%),
pengetahuan tinggi sebanyak 38
responden (56,7%).
b. Dukungan keluarga Tabel 8 Distribusi Frekuensi Dukungan
Keluarga
Dukungan Keluarga Frekuensi Presentase
Baik 42 62,7
Kurang Baik 25 37,3
Total 67 100
-
Berdasarkan tabel distribusi
frekuensi dukungan keluarga pasien
dari 67 sampel responden didapatkan
hasil dukungan keluarga baik
sebanyak 42 responden (62,7%),
dukungan keluarga kurang baik
sebanyak 25 responden (37,3%).
c. Kepatuhan Diet Tabel 9 Distribusi Frekuensi Kepatuhan
Diet
Kepatuhan Diet Frekuensi Presentase
Patuh 38 56,7
Tidak Patuh 29 43,3
Total 67 100
Berdasarkan tabel distribusi
frekuensi kepatuhan diet pasien
gagal ginjal kronik dari 67 sampel
penelitian responden didapatkan
hasil patuh sebanyak 38 responden
(56,7%) dan tidak patuh sebanyak 29
responden (43,3%).
3. Analisa Bivariat a. Hubungan Tingkat Pengetahuan
Dengan Kepatuhan Diet Pada
Pasien Penyakit Ginjal Kronik
Yang Mengalami Hemodialisis
Tabel 10 Hubungan Tingkat
Pengetahuan Dengan Kepatuhan Diet
Pada Pasien Penyakit Ginjal Kronik
Yang Mengalami Hemodialisis
Tingkat
Pengetahuan
Kepatuhan Diet Total
Tidak Patuh Patuh
Rendah 21
(31,3%)
8
(11,9%)
29
(43,3%)
Tinggi 8
(11,9%)
30
(44,8%)
38
(56,7%)
Total 29
(43,3%)
38
(56,7%)
67
(100%)
Berdasarkan tabel tabulasi
silang diatas antara tingkat
pengetahuan dengan kepatuhan diet
mendapatkan hasil sebagai berikut:
dari 67 menjadi responden pada
penelitian, pasien yang
pengetahuannya rendah dan tidak
patuh menjalankan diet sebanyak 21
responden (31,3%), pasien yang
pengetahuannya rendah dan patuh
menjalankan diet sebanyak 8
responden (11,9%), pasien yang
pengetahuannya tinggi dan tidak
patuh menjalankan diet sebanyak 8
responden (11,9%), pasien yang
pengetahuannya tinggi dan patuh
menjalankan diet sebanyak 30
responden (44,8%).
Tabel 11 Uji Chi Square
HubunganTingkat Pengetahuan Dengan
Kepatuhan Diet Pada Pasien Ginjal
Kronik Yang Mengalami Hemodialisis
Value Df Asymp. Sig.
(2-sided)
Pearson Chi-Square 17.674a 1 0.00
Fisher's Exact Test
N of Valid Casesb 67
Berdasarkan tabel diatas,
terlihat bahwa nilai chi-square (2) =
17,674 nilai ini lebih besar dari 2
tabel (2
dengan = 5% dan derajat
bebas 1 atau 2 0,05 (1) = 3,841).
Maka hipotesis nol (H0) ditolak.
Cara lain menggunakan nilai p
(Asymp Sig (2-sided)) = 0,000 nilai
ini lebih kecil dari = 5% (0,05)
maka hipotesis nol (H0) ditolak.
Kesimpulannya terdapat
hubungan tingkat pengetahuan
dengan kepatuhan diet pada pasien
ginjal kronik yang mengalami
hemodialisis. Artinya pengetahuan
yang tinggi mempengaruhi pasien
untuk patuh menjalankan diet.
-
Tabel 12 Contingency Coefficient
Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan
Kepatuhan Diet Pada Pasien Ginjal
Kronik Yang Mengalami Hemodialisis
Symmetric Measures
Value Approx. Sig.
Nominal by
Nominal
Contingency
Coefficient .457 .000
N of Valid Cases 67
Dari tabel diatas diperoleh
nilai Contingency Coefficient(C) =
0.457 kemudian dibandingkan
dengan nilai Cmaks. Cmaks ditentukan
sebagai berikut :
Cmaks = = = = 0.707
Keterangan :
m = nilai minimum dari baris dan
kolom Perbandingan C dengan Cmaks
= = = 0.646
Hasil perbandingan nilai
Contingency Coefficient (C) dengan
Cmaks diperoleh nilai 0.646.
Nilai ini menunjukkan bahwa
derajat keeratan hubungan tingkat
pengetahuan dengan kepatuhan diet
pada pasien ginjal kronik yang
mengalami hemodialisis.
Berdasarkan tabel klasifikasi batasan
nilai C, derajat keeratan sebesar
0,646. Dengan demikian hasil
penelitian dapat diklasifikasikan
pada kategori kuat. Hal ini
menunjukkan bahwa tingkat
pengetahuan dengan kepatuhan diet
memiliki daya keeratan sebesar
0,646 x 100% atau sama dengan
64,6%. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa hubungantingkat
pengetahuan dengan kepatuhan diet
pada pasien ginjal kronik yang
mengalami hemodialisis sebesar
64,6%, sedangkan sisanya 35,4%
dipengaruhi oleh faktor lain (faktor
ekonomi, psikologis dan
lingkungan).
b. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Diet Pada
Pasien Penyakit Ginjal Kronik
Yang Mengalami Hemodialisis
Tabel 13 Hubungan Dukungan Keluarga
Dengan Kepatuhan Diet Pada Pasien
Penyakit Ginjal Kronik Yang Mengalami
Hemodialisis
Dukungan
Keluarga
Kepatuhan Diet Total
Tidak Patuh Patuh
Kurang baik 17
(25,4%)
8
(11,9%)
25
(37,3%)
Baik 12
(17,9%)
30
(44,8%)
42
(62,7%)
Total 29
(43,3%)
38
(56,7%)
67
(100%)
Berdasarkan tabel tabulasi
silang diatas antara dukungan
keluarga dengan kepatuhan diet
mendapatkan hasil sebagai beikut:
dari 67 menjadi responden pada
penelitian, pasien yang dukungan
keluarga kurang baik dan tidak patuh
menjalankan diet sebanyak 17
responden (25,4%), pasien yang
dukungan keluarga kurang baik dan
patuh menjalankan diet sebanyak 8
responden (11,9%), pasien yang
dukungan keluarga baik dan tidak
patuh menjalankan diet sebanyak 12
responden (17,9%), pasien yang
dukungan keluarga baik dan patuh
menjalankan diet sebanyak 30
responden (44,8%).
-
Tabel 14 Uji Chi Square Hubungan
Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan
Diet Pada Pasien Ginjal Kronik Yang
Mengalami Hemodialisis
Value Df Asymp.
Sig. (2-
sided)
Exact
Sig.
(2-
sided)
Exact
Sig.
(1-
sided)
Pearson
Chi-Square 9.924a 1 0.002
Fisher's
Exact Test 0.002 0.002
N of Valid
Casesb 67
Berdasarkan tabel diatas,
terlihat bahwa nilai chi-square (2) =
9,924 nilai ini lebih besar dari 2
tabel (2
dengan = 5% dan derajat
bebas 1 atau2 0,05 (1) = 3,841).
Maka hipotesis nol (H0) ditolak.
Cara lain menggunakan nilai p
(Asymp Sig (2-sided)) = 0,002 nilai
ini lebih kecil dari = 5% (0,05)
maka hipotesis nol (H0) ditolak.
Kesimpulannya adalah
terdapat hubungan dukungan
keluarga dengan kepatuhan diet pada
pasien ginjal kronik yang mengalami
hemodialisis. Artinya dukungan
keluarga yang baik mempengaruhi
pasien untuk patuh menjalankan diet.
Selanjutnya untuk menilai
besarnya hubungan dukungan
keluarga dengan kepatuhan diet pada
pasien ginjal kronik yang mengalami
hemodialisis digunakan nilai
Contingency Coefficient (C) yang
dibandingkan dengan koefisien
maksimal (Cmaks). Nilai Contingency
Coefficient disajikan pada tabel
berikut ini :
Tabel 15 Contingency Coefficient
Hubungan Dukungan Keluarga Dengan
Kepatuhan Diet Pada Pasien Ginjal
Kronik Yang Mengalami Hemodialisis
Symmetric Measures
Value Approx. Sig.
Nominal by
Nominal
Contingency
Coefficient .359 .002
N of Valid Cases 67
Dari tabel diatas diperoleh
nilai Contingency Coefficient(C) =
0.359 kemudian dibandingkan
dengan nilai Cmaks. Cmaks ditetuan
sebagai berikut :
Cmaks = = = = 0.707
Keterangan :
m = nilai minimum dari baris dan
kolom
Perbandingan C dengan Cmaks =
= = 0.507
Hasil perbandingan nilai
Contingency Coefficient(C) dengan
Cmaks diperoleh nilai 0.507.
Nilai ini menunjukkan bahwa
derajat keeratan hubungandukungan
keluarga dengan kepatuhan diet pada
pasien ginjal kronik yang mengalami
hemodialisis. Berdasarkan tabel
klasifikasi batasan nilai C, derajat
keeratan sebesar 0,507. Dengan
demikian hasil penelitian dapat
diklasifikasikan pada kategori
cukup kuat. Hal ini menunjukkan
bahwa dukungan keluarga dengan
kepatuhan diet memiliki daya
keeratan sebesar 0,507 x 100% atau
sama dengan 50,7%.
Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa hubungan
dukungan keluarga dengan
-
kepatuhan diet pada pasien ginjal
kronik yang mengalami hemodialisis
sebesar 50,7%, sedangkan sisanya
49,3% dipengaruhi oleh faktor lain
(faktor ekonomi, psikologis dan
lingkungan).
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan a. Gambaran tingkat pengetahuan
pasien, pasien yang pengetahuan
rendah sebanyak 29 responden
(43,3%), pasien dengan pengetahuan
tinggi sebanyak 38 responden
(56,7%).
b. Gambaran dukungan keluarga pasien, pasien yang dukungan
keluarga baik sebanyak 42
responden (62,7%), pasien yang
dukungan keluarga kurang baik
sebanyak 25 responden (37,3%).
c. Gambaran kepatuhan diet, pasien yang patuh diet sebanyak 38
responden (56,7%) dan tidak patuh
diet sebanyak 29 responden (43,3%).
d. Terdapat hubungan tingkat pengetahuan dengan kepatuhan diet
pasien ginjal kronik. Hal ini sesuai
dengan hasil uji statistik nilai p =
0,000. Sehingga dapat disimpulkan
ada pengaruh yang signifikan antara
tingkat pengetahuan dengan
kepatuhan diet pasien ginjal kronik
Dengan derajat keeratan sebesar
0,646. Dengan demikian hasil
penelitian dapat diklasifikasikan
pada kategori kuat.
e. Terdapat hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan diet
pasien ginjal kronik. Hal ini sesuai
dengan hasil uji statistik nilai p =
0,002. Sehingga dapat disimpulkan
ada pengaruh yang signifikan antara
dukungan keluarga dengan
kepatuhan diet pasien ginjal kronik
Dengan derajat keeratan sebesar
0,507. Dengan demikian hasil
penelitian dapat diklasifikasikan
pada kategori cukup kuat.
2. Saran a. Bagi Pasien dan Keluarga Pasien
Hemodialisis
1) Meningkatkan pengetahuan tentang penyakit gagal ginjal
kronik dan diet yang harus
dipatuhi agar tidak memperburuk
keadaan tubuh yang dapat
menyebabkan terjadinya
komplikasi, serta dukungan
keluarga adalah hal terpenting
agar pasien tetap teratur
menjalankan terapi yang
dianjurkan seperti hemodialisis
dan diet teratur.
2) Kepada seluruh pasien gagal ginjal kronik yang menjalani
terapi diet agar kiranya tetap
patuh dan mengikuti program
diet tersebut demi meningkatkan
kualitas hidupnya.
1. Bagi Perawat a. Penelitian ini dapat digunakan
untuk meningkatkan pelayanan
keperawatan dan merencanakan
asuhan keperawatan pada pasien
yang menjalani hemodialisis agar
perawat lebih meningkatkan
pengetahuan pasien dan
memotivasi keluarga agar dapat
lebih aktif untuk berpartisipasi
memberikan motivasi kepada
pasien untuk tetap menjalankan
hemodialisis secara teratur.
b. Bagi perawat agar selalu memberikan pemahaman,
pencerahan serta pelayanan
terutama pada kepatuhan diet
yang dijalani pasien. Serta selalu
memberikan dukungan kepada
pihak keluarga pasien, agar
selalu memperhatikan setiap
tindakan yang dilakukan oleh
-
pasien tersebut. Terutama pada
pola makan dan minum.
2. Bagi Rumah Sakit a. Penelitian ini dapat dijadikan
acuan untuk meningkatkan
pelayanan pada pasien
hemodialisis sehingga dapat
menumbuhkan semangat pasien
untuk hidup lebih berkualitas.
b. Dalam memberikan pelayanan kesehatan pihak RS agar lebih
memperhatikan kondisi-kondisi
pasien yang barumasuk dengan
kondisi sakit parah atau dalam
kondisi baik, sehingga
penanganan Akan lebih terarah.
3. Bagi Institusi Pendidikan a. Hasil penelitian ini dapat
dijadikan sebagai data dasar
sekaligus motivasi untuk
melakukan penelitian lebih lanjut
baik kuantitatif maupun kualitatif
di lingkup fakultas ilmu
keperawatan.
b. Mengembangkan hasil penelitian keperawatan untuk
meningkatkan kepatuhan diet
pada pasien penyakit ginjal
kronik.
DAFTAR PUSTAKA
Alimul Aziz 2011. Riset Keperawatan dan
Teknik Penulisan Ilmiah, Jakarta,
Salemba Medika
Almatsier, S. 2006. Prinsip Dasar Ilmu
Gizi, edisi ke-6. Jakarta: Gramedia
Pustaka utama.
Arikunto, S., 2006. Prosedur Penelitian
Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta
: Penerbit Rineka Cipta.
Baradero, Dayrit, & Siswadi, 2009. Seri
Asuhan Keperawatan Klien
Gangguan Ginjal. Jakarta: EGC
Bayhakki. 2013. Seri Asuhan Keperawatan
Klien Gagal Ginjal Kronik Booklet
Edukasi Sehat Dengan Penyakit
Ginjal Kronik, Pernefri (2011).
Notoatmodjo. 2012. Metode Penelitian
Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta
Situmorang. 2013. DirektoratPembinaan
Dan Pengembangan Sumber Daya
Manusia RS PGI Cikini Jakarta
Tim redaksi VITA HEALTH, 2008.Gagal
Ginjal (Informasi Lengkap Untuk
Penderita dan Keluarganya), PT
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Welch, 2006. Gawat Darurat Di Bidang
Penyakit Dalam. Jakarta: EGC
WHO., 2008. Integrated Chronic Disease
Prevention and Control.
www.who.int
www . Health Kidney .com
www . Kompas.com
http://www.who.int/