HUBUNGAN SIKAP DENGAN KEPATUHAN PERAWAT DALAM …repository.unjaya.ac.id/2236/2/ESTI...

41
i HUBUNGAN SIKAP DENGAN KEPATUHAN PERAWAT DALAM HAND HYGIENE FIVE MOMENT DI RUANG RAWAT INAP KELAS III RSUD SLEMAN SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta Disusun oleh: 2213097/PSIK PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN (S-1) SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN JENDERAL ACHMAD YANI YOGYAKARTA 2017

Transcript of HUBUNGAN SIKAP DENGAN KEPATUHAN PERAWAT DALAM …repository.unjaya.ac.id/2236/2/ESTI...

Page 1: HUBUNGAN SIKAP DENGAN KEPATUHAN PERAWAT DALAM …repository.unjaya.ac.id/2236/2/ESTI SUHARTINI_2213097_pisah.pdf · Transmisi Kuman dan Cara Penularan Mikroorganisme 12 5. Faktor-

i

HUBUNGAN SIKAP DENGAN KEPATUHAN PERAWAT DALAM HAND HYGIENE FIVE MOMENT

DI RUANG RAWAT INAP KELAS III RSUD SLEMAN

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan

Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta

Disusun oleh:

𝐄𝐒𝐓𝐈 𝐒𝐔𝐇𝐀𝐑𝐓𝐈𝐍𝐈

2213097/PSIK

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN (S-1) SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

JENDERAL ACHMAD YANI YOGYAKARTA

2017

Page 2: HUBUNGAN SIKAP DENGAN KEPATUHAN PERAWAT DALAM …repository.unjaya.ac.id/2236/2/ESTI SUHARTINI_2213097_pisah.pdf · Transmisi Kuman dan Cara Penularan Mikroorganisme 12 5. Faktor-

ii

Page 3: HUBUNGAN SIKAP DENGAN KEPATUHAN PERAWAT DALAM …repository.unjaya.ac.id/2236/2/ESTI SUHARTINI_2213097_pisah.pdf · Transmisi Kuman dan Cara Penularan Mikroorganisme 12 5. Faktor-

iii

Page 4: HUBUNGAN SIKAP DENGAN KEPATUHAN PERAWAT DALAM …repository.unjaya.ac.id/2236/2/ESTI SUHARTINI_2213097_pisah.pdf · Transmisi Kuman dan Cara Penularan Mikroorganisme 12 5. Faktor-

iv

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin.

Segala puji dan syukur bagi Allah SWT, shalawat dan salam semoga

senantiasa tercurah kepada junjungan dan tauladan kita Nabi Muhammad Rasulullah

SAW, keluarga dan para sahabatnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

dengan judul “Hubungan sikap dengan kepatuhan perawat dalam hand hygiene five

moment di ruang kelas III RSUD Sleman”. Skripsi ini disusun untuk memberikan

gambaran kepada rekan-rekan kesehatan khususnya ilmu keperawatan tentang

pentingnya mematuhi suatu tindakan agar pasien dapat menerima pelayanan yang

diberikan secara optimal. Seseorang yang mematuhi suatu tindakan pada dasarnya

memiliki pengetahuan yang tinggi. Setiap hal yang dilakukan oleh perawat harus

didasari dengan pengetahuan tinggi yang diterapkan dalam praktik keperawatan.

Disamping mematuhi suatu tindakan dan pengetahuan yang tinggi, lama kerja atau

pengalaman kerja seseorang dapat mempengaruhi suatu tindakan keperawatan.

Selesainya penyusunan skripsi ini merupakan pengalaman yang berharga dan sangat

membahagiakan bagi penulis, karena satu lagi langkah dalam perjalanan hidup

kemasa depan telah berhasil penulis lalui, yang semuanya adalah atas berkah dan

rahmat dari Allah SWT. Pada saat berbahagia ini, penulis mengucapkan terima kasih

dan penghargaan yang tinggi penulis sampaikan kepada:

1. dr. Kuswanto Hardjo, M.Kes, selaku Ketua Stikes A. Yani Yogyakarta yang telah

memberikan ijin kepada peneliti untuk melakukan penelitian ini.

2. Tetra Saktika Adinugraha, M.Kep.,Sp.Kep.,MB, selaku Ketua Program Studi

Ilmu Keperawatan Stikes A. Yani Yogyakarta yang telah memberikan arahan, ijin

dan kemudahan selama penyusunan penelitian ini.

3. Agus Warseno, S.Kep, Ners, M.Kep, selaku penguji yang telah meluangkan

waktu untuk menguji, mengoreksi, dan memberikan saran serta masukan

terhadap penyusunan skripsi ini.

Page 5: HUBUNGAN SIKAP DENGAN KEPATUHAN PERAWAT DALAM …repository.unjaya.ac.id/2236/2/ESTI SUHARTINI_2213097_pisah.pdf · Transmisi Kuman dan Cara Penularan Mikroorganisme 12 5. Faktor-

v

4. Rahayu Iskandar, S. Kep, Ners, M.Kep, selaku dosen pembimbing, yang telah

bersedia meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, arahan serta motivasi

dalam proses bimbingan dan penyelesaian penelitian ini.

5. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman beserta jajarannya yang telah ikut

serta memberikan data-data yang dibutuhkan dalam proses penyelesaian

penelitian ini.

6. Kepala RSUD Sleman beserta jajarannya yang senantiasa mengijinkan peneliti

untuk melakukan studi pendahuluan dan penelitian di RSUD Sleman sehingga

peneliti dapat menyelesaikan penelitian ini.

7. Kepada semua perawat ruang kelas III RSUD Sleman yang senantiasa bersedia

menjadi responden penelitian sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian

ini.

8. Kedua orang tua dan kekasih tercinta yang telah memberikan dukungan,

semangat, motivasi serta do’a dalam menyelesaikan penelitian ini.

9. Semua teman-teman mahasiswa keperawatan 2013 yang memberikan semangat

dan dorongan.

Semoga bantuan do’a dan dukungan yang telah diberikan dalam bentuk apapun

menjadi sebuah kebaikan dan amal sholeh serta mendapat balasan yang paling baik

dari Allah SWT. Insya Allah AamiinYaa Rabbal Aalaamiin.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para

pembaca khususnya rekan-rekan mahasiswa di Stikes A. Yani Yogyakarta dan dapat

menambah ilmu pengetahuan.

Yogyakarta, 22 Sepetember2017

Esti Suhartini

Page 6: HUBUNGAN SIKAP DENGAN KEPATUHAN PERAWAT DALAM …repository.unjaya.ac.id/2236/2/ESTI SUHARTINI_2213097_pisah.pdf · Transmisi Kuman dan Cara Penularan Mikroorganisme 12 5. Faktor-

vi

DAFTAR ISI

Hal HALAMAN JUDUL i LEMBAR PENGESAHAN ii PERNYATAAN iii KATA PENGANTAR iv DAFTAR ISI vi DAFTAR TABEL viii DAFTAR GAMBAR ix DAFTAR LAMPIRAN x INTISARI xi ABSTRACT xii BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 1 B. Rumusan Masalah 4 C. Tujuan Penelitian 4 D. Manfaat Penelitian 4 E. Keaslian Penelitian 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Perawat 1. Pengertian Perawat 7

B. Infeksi Nosokomial 1. Pengertian Infeksi Nosokomial 7 2. Mekanisme Pengendalian Infeksi Nosokomial 8 3. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Nosokomial 9 4. Transmisi Kuman dan Cara Penularan Mikroorganisme 12 5. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Proses Infeksi 13 6. Sumber- Sumber Infeksi Nosokomial 14

C. Cuci Tangan 1. Pengertian Cuci Tangan 15 2. Alat dan Bahan 17 3. Prosedur Standar Mencuci Tangan 18 4. Mencuci Tangan dengan Sabun dan Air (handwash) 19 5. Cara Mencuci Tangan dengan Antiseptik Berbasis Alkohol

(handrub) 20 D. Perilaku

1. Pengertian Perilaku 21 2. Domain Perilaku 23

E. Kepatuhan 1. Pengertian Kepatuhan 32

Page 7: HUBUNGAN SIKAP DENGAN KEPATUHAN PERAWAT DALAM …repository.unjaya.ac.id/2236/2/ESTI SUHARTINI_2213097_pisah.pdf · Transmisi Kuman dan Cara Penularan Mikroorganisme 12 5. Faktor-

vii

2. Teori Kepatuhan 32 3. Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan 34 4. Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Cuci Tangan 35

F. Kerangka Teori 37 G. Kerangka Konsep 38 H. Hipotesis 38

BAB III METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian 39 B. Lokasi dan Waktu Penelitian 39 C. Populasi dan Sampel Penelitian 39 D. Variabel Penelitian 41 E. Definisi Operasional 42 F. Alat dan Metode Pengumpulan Data 44 G. Validitas dan Reliabilitas 45 H. Metode Pengolahan dan Analisa Data 47 I. Etika Penelitian 49 J. Pelaksanaan Penelitian 50

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian 52 B. Pembahasan 57

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan 62 B. Saran 62

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

Page 8: HUBUNGAN SIKAP DENGAN KEPATUHAN PERAWAT DALAM …repository.unjaya.ac.id/2236/2/ESTI SUHARTINI_2213097_pisah.pdf · Transmisi Kuman dan Cara Penularan Mikroorganisme 12 5. Faktor-

viii

DAFTAR TABEL

Hal Tabel 3.1 Jumlah Sampel Peruangan 40 Tabel 3.2 Definisi Operasional 42 Tabel 3.3 Koefisien Korelasi 48 Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Perawat Berdasarkan Umur, Jenis Kelamin,

Pendidikan dan Masa Kerja di Ruang Rawat Inap Kelas III Alamanda 1, 2, 3, Kenanga, dan Cendana RSUD Sleman 54

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Sikap Perawat dalam Hand Hygiene Five Moment di Ruang Rawat Inap Kelas III Alamanda 1, 2, 3, Kenanga, dan Cendana RSUD Sleman 55

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Kepatuhan Perawat dalam Hand Hygiene Five Moment di Ruang Rawat Inap Kelas III Alamanda 1, 2, 3, Kenanga, dan Cendana RSUD Sleman 55 Tabel 4.4 Hubungan Sikap Perawat dengan Kepatuhan Perawat dalam

Hand Hygiene Five Moment di Ruang Rawat Inap Kelas III RSUD Sleman 56

Page 9: HUBUNGAN SIKAP DENGAN KEPATUHAN PERAWAT DALAM …repository.unjaya.ac.id/2236/2/ESTI SUHARTINI_2213097_pisah.pdf · Transmisi Kuman dan Cara Penularan Mikroorganisme 12 5. Faktor-

ix

DAFTAR GAMBAR

Hal

Gambar 2.1 KerangkaTeori 37 Gambar 2.2 Kerangka Konsep 38

Page 10: HUBUNGAN SIKAP DENGAN KEPATUHAN PERAWAT DALAM …repository.unjaya.ac.id/2236/2/ESTI SUHARTINI_2213097_pisah.pdf · Transmisi Kuman dan Cara Penularan Mikroorganisme 12 5. Faktor-

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Jadwal kegiatan penyusunan proposal

Lampiran 2. Lembar bimbingan skripsi

Lampiran 3. Surat permohonan menjadi responden

Lampiran 4. Informed consent

Lampiran 5. Lembar karakteristik responden

Lampiran 6. Kuisioner penelitian sikap perawat hand hygiene five moment

Lampiran 7. Lembar Kisi-kisi kuisioner sikap hand hygiene five moment

Lampiran 8. Lembar observasi kepatuhan perawat hand hygiene five moment

Lampiran 9. Surat izin studi pendahuluan

Lampiran 10. Surat izin uji validitas

Lampiran 11. Surat izin penelitian

Lampiran 12. Data hasil penelitian

Lampiran 13. Data hasil uji statistik

Lampiran 14. Data uji kappa

Lampiran 15. Hasil uji validitas dan reabilitas

Lampiran 16. Data observasi kepatuhan

Lampiran 17. Data kuisioner sikap

Lampiran 18. Etika penelitian

Page 11: HUBUNGAN SIKAP DENGAN KEPATUHAN PERAWAT DALAM …repository.unjaya.ac.id/2236/2/ESTI SUHARTINI_2213097_pisah.pdf · Transmisi Kuman dan Cara Penularan Mikroorganisme 12 5. Faktor-

xi

HUBUNGAN SIKAP DENGAN KEPATUHAN PERAWAT DALAM HAND HYGIENE FIVE MOMENT

DI RUANG RAWAT INAP KELAS III RSUD SLEMAN

INTISARI

Esti Suhartini1, Rahayu Iskandar2

Latar Belakang: Mencuci tangan adalah salah satu langkah efektif untuk memutus rantai infeksi silang, mencuci tangan lima momen yaitu: sebelum bersentuhan dengan pasien, sebelum melakukan prosedur bersih atau steril, setelah bersentuhan dengan cairan tubuh pasien, setelah bersentuhan dengan pasien, setelah bersentuhan dengan lingkungan pasien. Tujuan Penelitian: Diketahui hubungan sikap dengan kepatuhan perawat dalam hand hygiene five moment di ruang rawat inap kelas III RSUD Sleman. Metode Penelitian: Rancangan penelitian ini adalah non eksperimental dengan rancangan penelitian descriptive correlational studies. Besar sampel yang digunakan adalah 60 perawat dari ruang rawat inap kelas III RSUD Sleman. Analisa data yang digunakan adalah uji korelasi gamma. Hasil: Hasil penelitian sikap perawat dalam hand hygiene five moment di ruang rawat inap kelas III RSUD Sleman menunjukkan sikap positif sebesar 42 perawat (70,0%) dan kepatuhan perawat menunjukkan 38 perawat (63,3%). Hasil uji bivariat didapatkan ada hubungan bermakna antara sikap dengan kepatuhan perawat dalam hand hygiene five moment di ruang rawat inap kelas III RSUD Sleman (p-value = 0,000) dengan uji korelasi didapatkan nilai r 0,959 yang menunjukkan ada keeratan hubungan sangat kuat dan pola hubungan positif. Kesimpulan: Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa ada hubungan antara sikap dengan kepatuhan perawat dalam hand hygiene five moment di ruang rawat inap kelas III RSUD Sleman dengan keeratan hubungan sangat kuat dan pola hubungan positif. Kata Kunci: Sikap, kepatuhan, hand hygiene five moment, perawat 1Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta 2Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta

Page 12: HUBUNGAN SIKAP DENGAN KEPATUHAN PERAWAT DALAM …repository.unjaya.ac.id/2236/2/ESTI SUHARTINI_2213097_pisah.pdf · Transmisi Kuman dan Cara Penularan Mikroorganisme 12 5. Faktor-

xii

The Correlation between Behavior and Nurse's Compliance in Hand Hygiene Five Movement in Inpatient Ward of Third Grade in Sleman General Hospital

ABSTRACT

Esti Suhartini1, Rahayu Iskandar2

Background: Washing hand is an effective way to break cross-infection chain. Hand hygiene five moment are such as : prior to contact with patient, prior to sanitation or sterilization procedure, post contact with patient's body fluid, post contact with patient, post contact with patient's surroundings. Objective: To identify The Correlation between Behavior and Nurse's Compliance in Hand Hygiene Five Movement in Inpatient Ward of Third Grade in Sleman General Hospital Method: The type of this study was non experimental with descriptive and correlational study design. The number of samples was 60 nurses in inpatient ward of third grade in Sleman general hospital. Data analysis method was gamma correlational test. Result: The study result identified that nurses' behaviors in hand hygiene five moment in inpatient ward of third grade in Sleman general hospital were positive behaviors as many as 42 nurses (70,0%) and compliant behaviors as many as 38 nurses (63,3%). The result of bivariate test found out significant correlations between behaviors and nurses' compliance in hand hygiene five moment in inpatient ward of third grade in Sleman general hospital (p value of 0,000) and correlation test figured out r value of 0,959 which indicated strong and positive correlations. Conclusion: There were significant correlations between behaviors and nurses' compliance in hand hygiene five moment in inpatient ward of third grade in Sleman general hospital with strong and positive correlations. Keywords: Behavior, Compliance, Hand Hygiene Five Moment, Nurse. 1 A Student of S1 Nursing Study Program in Jenderal Achmad Yani School of Health Sciene of Yogyakarta 2 A Counseling Lecturer of S1 Nursing Study Program in Jenderal Achmad Yani School of Health Sciene of Yogyakarta

Page 13: HUBUNGAN SIKAP DENGAN KEPATUHAN PERAWAT DALAM …repository.unjaya.ac.id/2236/2/ESTI SUHARTINI_2213097_pisah.pdf · Transmisi Kuman dan Cara Penularan Mikroorganisme 12 5. Faktor-

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

World Health Organization (WHO) menyatakan, rumah sakit adalah

institusi perawatan kesehatan yang memiliki staf medis profesional yang terorganisir,

memiliki fasilitas rawat inap, dan memberikan layanan 24 jam. Menyediakan

pelayanan komprehensif, penyembuhan penyakit (kuratif) dan pencegahan penyakit

(preventif) kepada masyarakat (WHO, 2017). Undang-Undang No. 44 Tahun 2009,

mendefinisikan rumah sakit sebagai institusi pelayanan kesehatan yang memberikan

pelayanan kesehatan perorangan secara menyeluruh dengan menyediakan pelayanan

rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Rumah sakit sebagai salah satu bagian

sistem pelayanan kesehatan yang memberikan pelayanan kepada masyarakat

mencakup pelayanan medik, pelayanan penunjang medik, rehabilitasi medik dan

pelayanan perawatan (Septiari, 2012).

Perawat adalah tenaga profesional yang berperan penting dalam pelayanan

rumah sakit serta memiliki kontak dengan pasien lebih lama, bahkan hingga 24 jam

penuh. Sehingga perawat memiliki peranan cukup besar dalam kejadian infeksi

nosokomial (Nursalam, 2011). Salah satu indikator pelayanan kesehatan yang baik di

rumah sakit adalah terkendalinya infeksi nosokomial (Setiyawati, 2008). Angka

kejadian infeksi nosokomial telah dijadikan tolak ukur mutu pelayanan rumah sakit

dan izin operasional sebuah rumah sakit dapat dicabut karena tingginya angka

kejadian infeksi nosokomial (Septiari, 2012).

Infeksi nosokomial dapat terjadi pada penderita, tenaga kesehatan dan setiap

orang yang datang ke rumah sakit. Studi yang dilakukan WHO di 55 rumah sakit di

14 negara (termasuk Eropa, Timur Tengah, Asia Tenggara dan Pasifik) menunjukkan

bahwa 8,7% pasien rumah sakit menderita infeksi selama menjalani perawatan di

rumah sakit. Sementara di negara berkembang, diperkirakan lebih dari 40% pasien di

rumah sakit terserang infeksi nosokomial. Di Indonesia penelitian yang dilakukan

Page 14: HUBUNGAN SIKAP DENGAN KEPATUHAN PERAWAT DALAM …repository.unjaya.ac.id/2236/2/ESTI SUHARTINI_2213097_pisah.pdf · Transmisi Kuman dan Cara Penularan Mikroorganisme 12 5. Faktor-

2

disebelas rumah sakit di DKI Jakarta tahun 2004 menunjukkan bahwa 9,8 pasien

rawat inap mendapat infeksi baru selama dirawat (Nursalam, 2011). Terkadang

penyakit yang semula disebabkan oleh satu penyakit, ketika dirawat di rumah sakit

pasien mendapatkan penyakit lain yang disebabkan karena infeksi yang didapatkan

atau ditularkan melalui petugas kesehatan yang kurang patuh mencuci tangan

(Septiari, 2012).

Mencuci tangan menjadi salah satu langkah yang efektif untuk memutuskan

rantai infeksi silang, sehingga kejadian infeksi nosokomial dapat berkurang.

Pencegahan melalui pengendalian infeksi nosokomial di rumah sakit ini mutlak harus

dilaksanakan oleh seluruh jajaran manajemen rumah sakit meliputi para dokter,

bidan, perawat dan lain-lain (Septiari, 2012).

Mencuci tangan lima momen untuk petugas kesehatan yang benar

berdasarkan standart World Health Organization (WHO) yaitu: sebelum bersentuhan

dengan pasien, sebelum melakukan prosedur bersih atau steril, setelah bersentuhan

dengan cairan tubuh pasien, setelah bersentuhan dengan pasien, setelah bersentuhan

dengan lingkungan sekitar pasien (WHO, 2017). Tingkat kepatuhan pekerja

kesehatan dalam menjaga dirinya melalui upaya membersihkan tangan masih sangat

rendah. Hal ini bisa diketahui dari data riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2013

yang menunjukkan baru 47,0% petugas kesehatan yang berperilaku benar dalam

mencuci tangan. Di dukung oleh hasil penelitian Sukron dan Kariasa (2013) di Ruang

Irna C RSUP Fatmawati, bahwa hanya 12 orang (12,4%) perawat yang patuh

terhadap SOP mencuci tangan lima momen. Sedangkan sisanya sebanyak 67 orang

(69,1%) memiliki kepatuhan yang kurang dan 18 orang (18,6%) dengan kepatuhan

sedang.

Menurut penelitian yang dilakukan Mogi, Sengkey & Karuru (2016) di

Ruang Rawat Inap A, E, dan F RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado, hanya 5,2%

tenaga kesehatan yang patuh mencuci tangan. Sisanya, 94,8% tenaga kesehatan tidak

patuh mencuci tangan. Dari hasil penelitian diketahui Marjadi (2010), menyatakan

tenaga kesehatan dua kali lebih banyak melakukan hand hygiene setelah keluar

Page 15: HUBUNGAN SIKAP DENGAN KEPATUHAN PERAWAT DALAM …repository.unjaya.ac.id/2236/2/ESTI SUHARTINI_2213097_pisah.pdf · Transmisi Kuman dan Cara Penularan Mikroorganisme 12 5. Faktor-

3

ruangan dibandingkan sebelum masuk ruangan. Hal ini memberikan kesan bahwa

perawat lebih mementingkan kebersihan sendiri dibandingkan risiko yang bisa

diperoleh pasien.

Berdasarkan data sekunder dari laporan stase manajemen keperawatan Fatih,

dkk (2017) di Ruang Bedah RSUD Sleman diperoleh data hanya 10% kepatuhan

perawat dalam melakukan cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan.

Perawat yang belum melakukan cuci tangan sesuai SOP sebesar 40,96%, sedangkan,

sisanya (59,04%) hanya melakukan cuci tangan biasa.

Teori Green dalam Arfianti (2010) menyatakan bahwa perilaku manusia

dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor perilaku (behavior causes) dan faktor di luar

perilaku (non behaviour causes). Perilaku itu sendiri terbentuk dari 3 faktor yaitu: 1)

Faktor predisposisi (predisposing factors), yang mencakup pengetahuan, sikap,

kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya, 2) Faktor pendukung (enabling

factor), yang mencakup lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-

fasilitas atau sarana kesehatan , misalnya fasilitas untuk mencuci tangan. 3) Faktor

penguat atau pendorong (reinforcing factor), dapat berupa sikap dan perilaku petugas

kesehatan.

Penelitian Sulistyowati (2016) di Ruang HCU Bedah dan Mawar 2, RSUD

Dr. Moewardi Surakarta, menggunakan lembar observasi, diketahui perilaku perawat

dalam pencegahan infeksi nosokomial dikategorikan baik sebesar 60%. Hasil

penelitian didapatkan tingkat pengetahuan perawat tentang infeksi nosokomial

dikategorikan tinggi (53,3%). Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian tentang hubungan sikap dengan kepatuhan perawat dalam hand

hygiene five moment di Ruang Bedah RSUD Sleman.

Page 16: HUBUNGAN SIKAP DENGAN KEPATUHAN PERAWAT DALAM …repository.unjaya.ac.id/2236/2/ESTI SUHARTINI_2213097_pisah.pdf · Transmisi Kuman dan Cara Penularan Mikroorganisme 12 5. Faktor-

4

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah dari

penelitian ini adalah “apakah ada hubungan sikap dengan kepatuhan perawat dalam

hand hygiene five moment di ruang rawat inap kelas III RSUD Sleman?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Mengetahui hubungan sikap dengan kepatuhan perawat dalam hand hygiene five

moment di ruang rawat inap kelas III RSUD Sleman.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk diketahui karakteristik perawat di ruang rawat inap kelas III RSUD

Sleman.

b. Untuk diketahui sikap perawat dalam hand hygiene five moment di ruang rawat

inap kelas III RSUD Sleman.

c. Untuk diketahui tingkat kepatuhan perawat dalam melaksanakan hand hygiene

five momen di ruang rawat inap kelas III RSUD Sleman.

d. Untuk diketahui keeratan hubungan sikap perawat dengan kepatuhan perawat

dalam melaksanakan hand hygiene five moment di ruang rawat inap kelas III

RSUD Sleman.

D. Manfaat Penelitian

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi rumah sakit

khususnya mengenai hubungan sikap dengan kepatuhan perawat dalam hand

hygiene five moment dalam upaya mencegah infeksi nosokomial.

2. Memberikan manfaat bagi perawat untuk meningkatkan kepatuhan mencuci

tangan lima momen untuk mencegah infeksi nosokomial dan memutus rantai

infeksi silang.

Page 17: HUBUNGAN SIKAP DENGAN KEPATUHAN PERAWAT DALAM …repository.unjaya.ac.id/2236/2/ESTI SUHARTINI_2213097_pisah.pdf · Transmisi Kuman dan Cara Penularan Mikroorganisme 12 5. Faktor-

5

3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang dapat digunakan

sebagai masukan untuk peneliti selanjutnya pada ilmu pengetahuan dan

dikembangkan dalam ilmu praktik keperawatan khususnya mengenai hubungan

sikap dengan kepatuhan perawat dalam hand hygiene five moment dalam upaya

mencegah infeksi nosokomial.

Page 18: HUBUNGAN SIKAP DENGAN KEPATUHAN PERAWAT DALAM …repository.unjaya.ac.id/2236/2/ESTI SUHARTINI_2213097_pisah.pdf · Transmisi Kuman dan Cara Penularan Mikroorganisme 12 5. Faktor-

6

E. Keaslian Penelitian

1. Kariasa, I.M. and Sukron. (2013) meneliti tentang “ Tingkat Kepatuhan

Perawat dalam Pelaksanakan Five Moment Hand Hygiene ”. Peneliti ini

menggunakan teknikdeskriptif observasional. Jumlah responden sebanyak 97 perawat. Persamaan dalam penelitian ini adalah sama-sama meneliti tentang five moment hand hygiene. Perbedaan dari penelitian ini adalah terletak pada variabel, lokasi, sampel, dan waktu penelitian. Hasil penelitian ini menunjukkan usia, jenis kelamin dan pendidikan mempengaruhi tingkat kepatuhan perawat dengan kategori kurang = 67 (69%), sedang = 18 (18,6%), baik =12 (12,4).

2. Sulistyowati, D. (2016) meneliti tentang “ Hubungan Tingkat Pengetahuan

dan Sikap Perawat Tentang Infeksi Nosokomial (Inos) dengan Perilaku Pencegahan Inos Di Ruang Bedah RSUD Dr. Moewardi Surakarta”. Peneliti

ini menggunakan teknikdeskriptif korelasional. Jumlah responden sebanyak 30 perawat. Persamaan dalam penelitian ini adalah sama-sama meneliti tentang perilaku perawat tentang infeksi nosokomial, dan variabel . Perbedaan dari penelitian ini adalah terletak pada lokasi, sampel, dan waktu penelitian. Hasil penelitian ini menunjukkan ada hubungan antara pengetahuan perawat tentang inos dengan perilaku infeksi nosokomial dengan nilai p=0,029.

3. Mogi, T. I., Sengkey, L., and Karuru, C. P. (2016) meneliti tentang “

Gambaran Kepatuhan Tenaga Kesehatan Dalam Menerapkan Hand Hygiene di Rawat Inap RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado”. Peneliti ini

menggunakan teknik observasional. Jumlah responden sebanyak 134 petugas. Persamaan dalam penelitian ini adalah sama-sama meneliti tentang kepatuhan dalam hand hygiene di ruang rawat inap. Perbedaan dari penelitian ini adalah terletak pada variabel, lokasi, sampel, dan waktu penelitian. Hasil penelitian ini menunjukkan tingkat kepatuhan tenaga kesehatan (5,2%), sisanya (94,8 %) tenaga kesehatan yang tidak patuh dalam mencuci tangan di ruang rawat inap.

Page 19: HUBUNGAN SIKAP DENGAN KEPATUHAN PERAWAT DALAM …repository.unjaya.ac.id/2236/2/ESTI SUHARTINI_2213097_pisah.pdf · Transmisi Kuman dan Cara Penularan Mikroorganisme 12 5. Faktor-

52

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Lokasi Penelitian

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sleman merupakan Satuan Kerja

Organisasi Perangkat Daerah (SKPD) di lingkungan Pemerintah Kabupaten

Sleman yang berlokasi di jalur strategis Jalan raya Jogjakarta - Magelang atau

jalan Bhayangkara 48, Murangan, Triharjo, Sleman. Sebagai RSUD pertama yang

dimiliki Pemerintah Kabupaten Sleman. Pada tanggal 27 Desember 2010, RSUD

Sleman secara resmi ditetapkan sebagai BLUD dengan status Penuh, berdasarkan

Keputusan Bupati Sleman Nomor: 384/Kep.KDH/A/2010, tentang Penerapan Pola

Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah pada Rumah Sakit Umum

Daerah Sleman. Penetapan sebagai BLUD Penuh ini sangat diharapkan akan

berdampak besar pada peningkatan kinerja pelayanan, keuangan dan manfaat bagi

masyarakat secara signifikan.

RSUD Sleman merupakan salah satu RSU tipe B yang diresmikan dengan

nomor: 163/Menkes/XII/2003. Pelayanan yang diberikan di RSUD Sleman yaitu

pelayanan Administrasi dan Manajemen, Pelayanan Medis, Pelayanan Gawat

Darurat, Pelayanan Keperawatan, Rekam Medis, Pelayanan Farmasi, K3,

Pelayanan Radiologi, Pelayanan Laboratorium, Pelayanan Kamar Operasi,

Pelayanan pengendalian Infeksi di RS, Pelayanan Perinatal Resiko Tinggi,

Pelayanan Rehabilitasi Medik, Pelayanan Gizi, Pelayanan Intensif, dan Pelayanan

Darah. Pelayanan rawat inap RSUD Sleman berupa ruang rawat inap obsgyn dan

ibu melahirkan, ruang rawat inap perina atau bayi baru lahir, ruang rawat bedah,

ruang rawat inap syaraf dan penyakit non bedah dan non infeksius, ruang rawat

bedah, ruangICU. Pelayanan rawat jalan di RSUD Sleman berupa poliklinik anak,

Page 20: HUBUNGAN SIKAP DENGAN KEPATUHAN PERAWAT DALAM …repository.unjaya.ac.id/2236/2/ESTI SUHARTINI_2213097_pisah.pdf · Transmisi Kuman dan Cara Penularan Mikroorganisme 12 5. Faktor-

53

poliklinik bedah, poliklinik dalam, poliklinik gigi dan mulut, poliklinik jiwa,

poliklinik kebidanan atau obsgin, poliklinik kulit dan kelamin, poliklinik mata,

poliklinik syaraf, poliklinik THT. RSUD Sleman telah menggunakan prosedur

hand hygiene five moment sebagai acuan dalam penerapan standar keselamatan

pasien berdasarkan World Health Organization (WHO).

Ruang Alamanda 1, 2 dan 3 merupakan ruang rawat inap bedah, syaraf dan

non bedah non infeksius dengan jumlah perawat 45 orang. Ruang Alamanda 1, 2

dan 3 memiliki beberapa ruangan antara lain: ruang perawat, ruang dokter, ruang

ganti perawat, kamar mandi atau toilet, ruang koas, 63 tempat tidur di ruang kelas

3 dan gudang. Ruang alamanda 1, 2 dan 3 memiliki wastafel beserta

kelengkapannya dan alkohol gel yang di letakkan di tempat strategis untuk

digunakan.

Ruang Kenanga merupakan ruang rawat inap umum dengan jumlah perawat

11 orang. Ruang kenanga memiliki beberapa ruang antara lain: ruang perawat,

ruang dokter, ruang ganti perawat, kamar mandi dan toilet, ruang koas, 18 tempat

tidur di ruang kelas 3 dan gudang. Ruang kenanga memiliki wastafel beserta

kelengkapannya dan alkohol gel yang diletakkan ditempat strategis untuk

digunakan.

Ruang Cendana merupakan ruang rawat inap anak dengan jumlah perawat 14

orang. Ruang cendana memiliki beberapa ruang antara lain: ruang perawat, ruang

dokter, ruang ganti perawat, kamar mandi dan toilet, ruang koas, 12 tempat tidur di

ruang kelas 3 dan gudang. Ruang cendana memiliki wastafel dan kelengkapannya,

dan alkohol gel yang diletakkan ditepat strategis untuk digunakan.

2. Karakteristik Responden

Hasil penelitian terhadap karakteristik perawat yang meliputi umur, masa

kerja, dan tingkat pendidikan di rawat inap kelas III RSUD Sleman disajikan pada

tabel berikut:

Page 21: HUBUNGAN SIKAP DENGAN KEPATUHAN PERAWAT DALAM …repository.unjaya.ac.id/2236/2/ESTI SUHARTINI_2213097_pisah.pdf · Transmisi Kuman dan Cara Penularan Mikroorganisme 12 5. Faktor-

54

Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Perawat Berdasarkan Umur, Jenis Kelamin, Pendidikan dan Masa Kerja di Ruang Rawat Inap Kelas III Alamanda 1, 2, 3, Kenanga, dan Cendana RSUD Sleman dengan

jumlah sampel (n= 60). Karakteristik Frekuensi Prosentase (% )

Umur 16 -25 tahun 14 23,3

26-35 tahun 28 46,7

36-45 tahun 10 16,7

46-55 tahun 8 13,3

Jumlah 60 100% Jenis Kelamin Laki-Laki 13 21,7 Perempuan 47 78,3 Jumlah 60 100% Pendidikan D III 54 90,0 D IV 1 1,7 S1 5 8,3 Jumlah 60 100% Masa kerja < 1 tahun 7 11,7 1-10 tahun 34 56,7 11-20 tahun 11 18,3 21-30 tahun 6 10,0 31-40 tahun 2 3,3 Jumlah 60 100%

Sumber : Data Primer, 2017

Berdasarkan tabel 4.1 menunjukkan bahwa perawat mayoritas berumur

26 sampai 35 tahun berjumlah 28 perawat (46,7%), berjenis kelamin perempuan

berjumlah 47 perawat (78,3%), berpendidikan DIII ada 54 perawat (90,0%),

dengan masa kerja 1-10 tahun.

3. Analisa univariat

a. Sikap Perawat dalam Hand Hygiene Five Moment

Hasil penelitian sikap perawat dalam hand hygiene five moment di

ruang rawat inap kelas III RSUD Sleman disajikan pada tabel berikut:

Page 22: HUBUNGAN SIKAP DENGAN KEPATUHAN PERAWAT DALAM …repository.unjaya.ac.id/2236/2/ESTI SUHARTINI_2213097_pisah.pdf · Transmisi Kuman dan Cara Penularan Mikroorganisme 12 5. Faktor-

55

Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Sikap perawat dalam hand hygiene five moment di Ruang Rawat Inap Kelas III Alamanda 1, 2, 3,

Kenanga, dan Cendana RSUD Sleman. Sikap perawat Frekuensi Prosentase (% )

Sikap negatif 18 30,0% Sikap positif 42 70,0% Jumlah 60 100%

Sumber : Data Primer, 2017.

Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan sikap perawat dalam cuci tangan lima

momen di ruang rawat inap kelas III RSUD Sleman yaitu 60 perawat, memiliki sikap

positif sebanyak 42 perawat (70,0%).

b. Tingkat Kepatuhan Perawat dalam Hand Hygiene Five Moment

Hasil penelitian sikap perawat dalam hand hygiene five moment di

ruang rawat inap kelas III RSUD Sleman disajikan pada tabel berikut:

Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Kepatuhan perawat dalam hand hygiene five moment di Ruang Rawat Inap Kelas III Alamanda 1, 2, 3, Kenanga, dan Cendana RSUD Sleman.

Kepatuhan perawat Frekuensi Prosentase (% ) Tidak patuh 22 36,7 % Patuh 38 63,3% Jumlah 60 100%

Sumber : Data Primer, 2017.

Berdasarkan tabel 4.3 diketahui perawat di ruang rawat menunjukkan

kepatuhan perawat dalam cuci tangan lima momen di ruang rawat inap kelas III

RSUD Sleman yaitu 60 perawat, yang patuh dalam hand hygiene five moment

sebanyak 38 perawat (63,3%).

4. Analisa bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antar dua variabel,

yaitu variabel bebas adalah sikap perawat dan variabel terikat adalah kepatuhan

perawat. Hasil tabulasi hubungan sikap perawat dengan kepatuhan perawat dalam

hand hygiene five moment di ruang rawat inap kelas III RSUD Sleman

4.4.disajikan pada tabel berikut:

Page 23: HUBUNGAN SIKAP DENGAN KEPATUHAN PERAWAT DALAM …repository.unjaya.ac.id/2236/2/ESTI SUHARTINI_2213097_pisah.pdf · Transmisi Kuman dan Cara Penularan Mikroorganisme 12 5. Faktor-

56

Tabel 4.4. Hubungan Sikap Perawat Dengan Kepatuhan Perawat dalam

Hand Hygiene Five Moment di Ruang Rawat Inap Kelas III RSUD Sleman

Kepatuhan perawat

Tidak patuh

Patuh

Total

P-value

r

N % N % N % Sikap negatif

16 26,7% 2 3,3% 18 30,0% 0,000 0,959

Sikap positif

6 10,0% 36 60,0% 42 70,0%

Jumlah 22 36,7% 38 63,3% 60 100%

Sumber: Data primer, 2017.

Berdasarkan tabel 4.4 dari 60 perawat di ruang kelas III RSUD Sleman

diketahui perawat yang memiliki sikap positif dan menunjukkan kepatuhan

terhadap hand hygiene five moment sebanyak 36 perawat (60,0%). Sedangkan

perawat yang memiliki sikap negatif menunjukkan ketidakpatuhan terhadap hand

hygiene five moment sebanyak 16 perawat (26,7%). Berdasarkan hasil analisis

menggunakan uji korelasi gamma dengan hasil (p-value=0,000) diketahui ada

hubungan antara sikap perawat dengan kepatuhan perawat dalam hand hygiene

five moment di ruang rawat inap kelas III RSUD Sleman. Hubungan sikap dengan

kepatuhan perawat dalam hand hygiene five moment di ruang rawat kelas III

RSUD Sleman memiliki hubungan sangat kuat (r = 0,959) dan berpola positif

artinya semakin positif sikap yang dimiliki perawat maka akan membuat perawat

semakin patuh terhadap hand hygiene five moment.

B. Pembahasan

1. Karakteristik Perawat dalam Melaksanakan Cuci Tangan

Umur responden dalam penelitian ini sebagian besar adalah berumur

kurang dari 26 sampai 35 tahun (51,7%) . Umur menentukan banyak sedikitnya

pengalaman pribadi seseorang. Pengalaman pribadi dan juga pengaruh faktor

emosional merupakan pembentukan sikap (Azwar, 2009). Umur berpengaruh

Page 24: HUBUNGAN SIKAP DENGAN KEPATUHAN PERAWAT DALAM …repository.unjaya.ac.id/2236/2/ESTI SUHARTINI_2213097_pisah.pdf · Transmisi Kuman dan Cara Penularan Mikroorganisme 12 5. Faktor-

57

terhadap pola pikir seseorang dan pola pikir berpengaruh terhadap perilaku

seseorang, semakin cukup usia seseorang akan semakin matang dalam berpikir

atau bertindak (Hartono, 2015). Perubahan umur mempengaruhi perilaku

seseorang, karena melalui perjalanan umurnya yang disebabkan karena proses

pendewasaan maka seseorang akan lebih mudah melakukan adaptasi perilaku

hidup dengan lingkungannya (Notoatmodjo, 2007).

Jenis kelamin responden sebagian besar adalah perempuan sebanyak 47

perawat (78,3%). Hal ini sesuai dengan rumah sakit umum lainnya yang

didominasi oleh perawat perempuan. Pada dasarnya karakteristik perempuan dan

laki-laki memang berbeda, bukan hanya dari segi fisik saja, tetapi juga dalam hal

bertindak dan berpikir. Perempuan juga cenderung lebih mampu menjadi

pendengar yang baik, langsung menangkap fokus diskusi dan tidak selalu berfokus

terhadap diri sendiri, sementara laki-laki tidak demikian (Hartono, 2015).

Pendidikan responden sebagian besar adalah D III sebanyak 54 perawat

(90,0%) pendidikan merupakan faktor yang mempengaruhi pengetahuan.

Pendidikan formal maupun non formal yang diinginkan adalah adanya perubahan

kemampuan, penampilan atau perilakunya (Hartono, 2015). Menurut teori

Notoatmodjo (2007) bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang maka akan

mudah menerima hal baru dan akan mudah menyesuaikan dengan hal baru

tersebut. Tingkat pendidikan rendah akan menghambat perkembangan sikap

seseorang terhadap penerimaan, informasi, dan lain-lain yang baru diperkenalkan.

Menurut Hartono (2015) kemampuan kognitif dan kemampuan perilaku sangat

dipengaruhi oleh tahap perkembangan usia seseorang.

Sebagian besar responden telah bekerja selama 1-10 tahun (34,0%).

Menurut Azwar (2009) apa yang telah dialami seseorang akan ikut membentuk

dan mempengaruhi penghayatan terhadap stimulasi sosial yang akan menjadi salah

satu dasar terbentuknya sikap. Peningkatan pengalaman akan meningkatkan

ketrampilan perawat dan diharapkan kepercayaan diri perawat dapat meningkat

sehingga memotivasi dan performa kerja yang ditampilkan akan semakin baik.

Page 25: HUBUNGAN SIKAP DENGAN KEPATUHAN PERAWAT DALAM …repository.unjaya.ac.id/2236/2/ESTI SUHARTINI_2213097_pisah.pdf · Transmisi Kuman dan Cara Penularan Mikroorganisme 12 5. Faktor-

58

2. Sikap Perawat dalam Hand Hygiene Five Moment

Sikap perawat dalam melaksanakan cuci tangan lima momen di ruang

rawat inap kelas III RSUD Sleman bahwa 42 perawat dalam melaksanakan cuci

tangan lima momen mempunyai sikap positif dengan prosentase sebanyak (70,0%)

dan 18 perawat dengan prosentase sebanyak (30%) dengan sikap negatif. Perawat

yang menjawab 21 pernyataan sikap terendah dalam mencuci tangan lima momen

pada nomor 12 dan 18. Hasil penelitian ini bisa disimpulkan bahwa sebagian besar

perawat di ruang rawat inap kelas III RSUD Sleman mempunyai sikap positif

dalam melaksanakan cuci tangan lima momen. Menurut penelitian Sobur (2015)

menyatakan sikap perawat dalam cuci tangan menunjukkan dimana 81 perawat

(75,7%) memiliki sifat positif dan 26 perawat (24,3%) memiliki sikap negatif.

Menurut penelitian Meisa (2012) menyatakan sikap perawat dalam mencuci

tangan menunjukkan 100 perawat (81,3%) memiliki sikap positif dan 23 perawat

(18,7%) memiliki sikap negatif. Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih

tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau faktor tersebut akan

mempengaruhi seseorang untuk melakukan sesuatu perbuatan. Sikap dapat bersifat

positif dan negatif. Apabila sikap bersifat positif akan cenderung untuk

menyenangi dan mendukung objek tertentu (Notoatmojo. 2010). Sikap

dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti pengalaman kerja, pengaruh orang lain,

kebudayaan, media massa, dan pengaruh lembaga pendidikan (Azwar, 2009).

Menurut Rahmawati & Susanti (2014) bahwa sikap juga dipengaruhi

dengan kebudayaan, tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis pengaruh

sikap kita terhadap berbagai masalah. Demikian juga sikap kita pada pelaksanaan

cuci tangan, jika cuci tangan sudah dilakukan sebagai suatu budaya kerja atau pola

maka pelaksanaan cuci tangan akan berjalan dengan baik. Menurut Romana

(2010) mengatakan bahwa sesama perawat boleh mengingatkan bila ada perawat

lain yang lalai mencuci tangan. Bukan untuk mencari kesalahan namun sebagai

upaya mengurangi resiko infeksi nosokomial yakni infeksi silang dari pasien ke

Page 26: HUBUNGAN SIKAP DENGAN KEPATUHAN PERAWAT DALAM …repository.unjaya.ac.id/2236/2/ESTI SUHARTINI_2213097_pisah.pdf · Transmisi Kuman dan Cara Penularan Mikroorganisme 12 5. Faktor-

59

pasien dan akibat dari tercemar alat medis yang digunakan. Selain itu juga

merupakan salah satu perlindungan diri bagi perawat itu sendiri. Menurut Robbins

(2006) sikap menunjukkan nilai-nilai yang mendasar, minat diri, atau cara individu

mengidentifikasi sesuatu yang dihargai atau diminatinya. Jadi individu yang

mengganggap penting sesuatu hal akan menunjukkan sikap yang kuat terhadap

perilaku tersebut.

3. Tingkat Kepatuhan Perawat Dalam Hand Hygiene Five Moment

Kepatuhan perawat dalam melaksanakan cuci tangan lima momen di

ruang rawat inap kelas III RSUD Sleman bahwa sebanyak 38 perawat yang patuh

dalam melaksanakan cuci tangan lima momen dengan prosentase sebanyak

(63,3%) dan 22 perawat dengan prosentase sebanyak (36,7%) tidak patuh dalam

cuci tangan lima momen. Perawat yang kurang patuh dalam lima momen mencuci

tangan yaitu pada saat sebelum menyentuh pasien dan setelah menyentuh

lingkungan sekitar pasien. Hasil penelitian ini bisa disimpulkan bahwa sebagian

besar perawat di ruang rawat inap kelas III RSUD Sleman patuh dalam

melaksanakan cuci tangan lima momen. Menurut penelitian Sobur (2015)

menyatakan kepatuhan baik sebesar 68 perawat (63,6%) dan kepatuhan kurang

sebanyak 39 perawat (36,6%). Menurut penelitian Meisa (2012) menyatakan

perilaku perawat yang memiliki kategori baik sebanyak 85 perawat (69,1%) dan

38 perawat (30,9%) memiliki kategori kurang baik. Menurut WHO (2009) five

moment hand hygiene idealnya 100% perawat melakukan cuci tangan pada 5

waktu tersebut.

Menurut penelitian Sinaga (2015) menyatakan Faktor pendukung

(enabling factor) seperti ketersediaan sarana mencuci tangan yang memadahi

dapat mempengaruhi kepatuhan perawat dalam melakukan hand hygiene. Menurut

Sobur (2015) kampanye poster dan petunjuk cuci tangan 5 waktu harus

ditingkatkan disemua ruang perawatan dalam upaya peningkatan kepatuhan cuci

tangan. Kepatuhan cuci tangan akan mendukung upaya keselamatan perawat

Page 27: HUBUNGAN SIKAP DENGAN KEPATUHAN PERAWAT DALAM …repository.unjaya.ac.id/2236/2/ESTI SUHARTINI_2213097_pisah.pdf · Transmisi Kuman dan Cara Penularan Mikroorganisme 12 5. Faktor-

60

selama bekerja di rumah sakit. Pengamatan kepatuhan mencuci tangan sebaiknya

dilakukan secara regular untuk memantau efektifitas usaha-usaha peningkatan

kepatuhan cuci tangan. Sesuai dengan hasil penelitian Sinaga (2015) bahwa

ketidakpatuhan perawat dikarenakan perawat belum mendapatkan konsep teori dan

cara melakukan pencegahan infeksi nosokomial atau hand hygiene secara benar

akibatnya perawat belum melakukan pencegahan infeksi nosokomial atau hand

hygiene secara maksimal ketika sudah mulai bekerja. Menurut Burke (2003)

menyatakan bahwa faktor yang menghambat petugas kesehatan untuk melakukan

hand hygiene adalah ketidak mengertian dalam melakukan hand hygiene.

4. Hubungan Sikap dengan Kepatuhan Perawat dalam Hand Hygiene Five Moment

di Ruang Rawat Inap Kelas III RSUD Sleman

Sikap perawat dan kepatuhan perawat dari 60 perawat yang memiliki

sikap positif dan menunjukkan kepatuhan terhadap hand hygiene five moment

sebanyak 36 perawat (60,0%), perawat yang memiliki sikap negatif dan tidak

patuh sebanyak 16 perawat (26,7%), sedangkan perawat yang memiliki sikap

negatif namun patuh dalam mencuci tangan lima momen sebanyak 2 perawat

(3,3%) disebabkan oleh pengetahuan cuci tangan lima momen perawat kurang,

tetapi dalam prakteknya perawat tersebut sudah terbiasa atau sudah menjadi

budaya kerja sehingga kepatuhan cuci tangan lima momen berjalan dengan baik,

sedangkan perawat yang memiliki sikap positif namun tidak patuh sebanyak 6

perawat (10,0%) dikarenakan oleh pengetahuan cuci tangan yang baik tetapi dalam

prakteknya perawat tersebut kurang memahami petunjuk cuci tangan 5 waktu

sehingga poster dan petunjuk cuci tangan lima momen harus ditingkatkan di

semua ruang perawatan untuk mencegah infeksi silang. Berdasarkan penelitian

yang dilakukan dengan uji hipotesis menggunakan korelasi gamma menunjukkan

nilai signifikan sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05 (0,000<0,05) sehingga dapat

disimpulkan bahwa hipotesis diterima yang berarti ada hubungan sikap dengan

kepatuhan perawat dalam hand hygiene five moment di ruang rawat inap kelas III

Page 28: HUBUNGAN SIKAP DENGAN KEPATUHAN PERAWAT DALAM …repository.unjaya.ac.id/2236/2/ESTI SUHARTINI_2213097_pisah.pdf · Transmisi Kuman dan Cara Penularan Mikroorganisme 12 5. Faktor-

61

RSUD Sleman. Nilai uji korelasi gamma sebesar 0,959 menunjukkan bahwa hasil

penelitian menyimpulkan terdapat hubungan sikap dengan kepatuhan perawat

dalam hand hygiene five moment di ruang rawat inap kelas III RSUD Sleman

dengan tingkat keeratan yang sangat kuat.

Hal ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Arfianti (2010)

yang menyatakan bahwa faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat

kepatuhan mencuci tangan. Faktor-faktor tersebut adalah faktor kerakteristik

individu (jenis kelamin, umur, jenis pekerjaan, masa kerja, tingkat pendidikan),

faktor psikologis (sikap terhadap penyakit, ketegangan kerja, rasa takut dan

persepsi terhadap resiko), faktor organisasi manajemen, faktor pengetahuan, faktor

fasilitas, faktor motivasi, dan kesadaran, faktor tempat tugas, dan faktor bahan cuci

tangan terhadap kulit. Hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian Meisa

(2012) yang menyatakan ada hubungan yang sifnifikan antara sikap dengan

perilaku mencuci tangan dengan nilai p-value = 0,004. Menurut Sobur (2015) yang

menyatakan ada hubungan bermakna antara sikap dengan kepatuhan mencuci

tangan dengan nilai probabilitas 0,005 sejalan dengan teori perubahan perilaku

bahwa kepatuhan dipengaruhi oleh sikap positif, adanya peraturan dan persepsi

yang sama terhadap pentingnya cuci tangan sebagai upaya pencegahan penyakit

infeksi.

C. Keterbatasan Penelitian

Peneliti dalam melaksanakan observasi kepada perawat tentang

kepatuhan perawat dalam lima momen mencuci tangan hanya dilaksanakan dalam

1x observasi dengan durasi waktu 1x observasi 5 momen mencuci tangan,.

Sehingga belum dapat dilihat perilaku perawat secara menyeluruh terkait

kepatuhan perawat dalam hand hygiene five moment.

Page 29: HUBUNGAN SIKAP DENGAN KEPATUHAN PERAWAT DALAM …repository.unjaya.ac.id/2236/2/ESTI SUHARTINI_2213097_pisah.pdf · Transmisi Kuman dan Cara Penularan Mikroorganisme 12 5. Faktor-

62

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diperoleh dari penelitian ini yaitu:

1. Sikap perawat dalam hand hygiene five moment di ruang rawat inap kelas III

RSUD Sleman sebagian besar memiliki sikap positif.

2. Tingkat kepatuhan perawat dalam hand hygiene five moment di ruang rawat inap

kelas III RSUD Sleman sebagian besar patuh dalam mencuci tangan lima momen.

3. Ada hubungan yang signifikan antara sikap dengan kepatuhan perawat dalam hand

hygiene five moment di ruang rawat inap kelas III RSUD Sleman.

4. Keeratan hubungan antara sikap dengan kepatuhan perawat dalam hand hygiene

five moment di ruang rawat inap kelas III RSUD Sleman adalah sangat kuat.

B. SARAN

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka peneliti memberikan saran -

saran sebagai berikut:

a. Rumah Sakit

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi rumah sakit untuk lebih

memonitor perawat yang kurang patuh mencuci tangan lima momen yaitu sebelum

menyentuh pasien dan setelah menyentuh lingkungan sekitar pasien.

b. Perawat

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan motivasi dengan meningkatkan

kepatuhan mencuci tangan dalam hand hygiene five moment di ruang rawat inap

kelas III RSUD Sleman.

Page 30: HUBUNGAN SIKAP DENGAN KEPATUHAN PERAWAT DALAM …repository.unjaya.ac.id/2236/2/ESTI SUHARTINI_2213097_pisah.pdf · Transmisi Kuman dan Cara Penularan Mikroorganisme 12 5. Faktor-

63

c. Peneliti Lain

Peneliti selanjutnya perlu melakukan observasi kepada perawat dalam 10x

kesempatan dengan durasi 2 minggu sehingga dapat dilihat sebagai suatu bentuk

perilaku.

Page 31: HUBUNGAN SIKAP DENGAN KEPATUHAN PERAWAT DALAM …repository.unjaya.ac.id/2236/2/ESTI SUHARTINI_2213097_pisah.pdf · Transmisi Kuman dan Cara Penularan Mikroorganisme 12 5. Faktor-

64

DAFTAR PUSTAKA

Arfianti, D. (2010). Faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan Cuci Tangan Perawat di RSI Sultan Agung Semarang, Jurnal Universitas Muhammadiyah Semarang.

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Rineka Cipta, Jakarta, Indonesia.

Arikunto, S. (2013). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Rineka Cipta, Jakarta, Indonesia.

Azwar, S. (2009). Sikap Manusia Teori Dan Pengukurannya, Pustaka Pelajar Offset, Yogyakarta, Indonesia.

Burke, J. (2003). Infection Control a Problem for Patient Safety, The New England Journal of Medicine, 348, 651 -656.

Dermawan & Jamil. (2013). Ketrampilan Dasar Perawat, Edisi 1, Gosyen

publishing, Yogyakarta, Indonesia.

Dharma, KK. (2011). Metode Penelitian Keperawatan, Trans Info Media, Jakarta, Indonesia.

Effendi, F., & Makhfudli. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas, Salemba medika, Jakarta, Indonesia.

Fatih, dkk. (2017). Laporan Stase Managamen Keperawatan Program Stase Ners, Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta.

Hartono, A. (2015). Gambaran Perilaku Perawat Dalam Melaksanakan Cuci Tangan di Ruang Anggrek Dan Wijaya Kusuma RSUD Wates, Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta.

Kariasa, IM. andSukron. (2013). Tingkat Kepatuhan Perawat Dalam Pelaksanaan Five Moment Hand Hygiene di Irna C RSUP Fatmawati tahun 2013, Jurnal Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.

Kemenkes RI. (2014). Kementerian Kesehatan Tahun 2014, Pusat Data dan Informasi, Jakarta tahun 2014, diakses 28 mei 2017.

Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara PAN Nomor 94/KEP/M.PAN/11/2001 BAB II Pasal (4) Tentang Jabatan Fungsional Perawat, Jakarta Tahun 2001, diakses 26 juli 2017.

Page 32: HUBUNGAN SIKAP DENGAN KEPATUHAN PERAWAT DALAM …repository.unjaya.ac.id/2236/2/ESTI SUHARTINI_2213097_pisah.pdf · Transmisi Kuman dan Cara Penularan Mikroorganisme 12 5. Faktor-

65

Karomah, H. (2015). 6 bulan, Program D3 Kebidanan, Stikes Abdi Nusantara Jakarta.

Mogi, T. I., Sengkey, L., and Karuru, C. P (2016). Gambaran Kepatuhan Tenaga Kesehatan Dalam Menerapkan Hand Hygiene di Rawat Inap RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado tahun 2016, Jurnal Fakultas Kedokteran Sam Ratulangi Manado, 4, 1.

Marjadi B, McLaws ML. (2010). Hand Hygiene in Rural Indonesian Healthcare Workers: Barriers Beyond Sinks, Hand Rubs and In-Service Training. Journal of Hospital Infection.

Meisa, A. (2012). Gambaran Perilaku Mencuci Tangan Pada Perawat Di Rumah Sakit Awal Bros Bekasi tahun 2012, Jurnal Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.

Nursalam. (2011). Manajemen Keperawatan Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan Professional, Edisi 3, Balai Penerbit Salemba, Jakarta, Indonesia.

Nursalam. (2013). Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan, Edisi 3, Salemba Medika, Jakarta, Indonesia.

Notoatmodjo, S. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Rineka Cipta, Jakarta, Indonesia.

Notoatmodjo, S. (2010). Ilmu perilaku kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta, Indonesia. Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta,

Indonesia.

Peraturan Menteri KesehatanNomor 269/ Menkes/ Per/III/2008 Tentang Pencegahan Pengendalian Infeksi di RSUD Yogyakarta, Jakarta Tahun 2011, diakses 9 Juni 2017.

Peraturan Menteri KesehatanNomor 1691/ Menkes/ Per/Viii/2011 Tentang Sasaran Keselamatan Pasien, Jakarta Tahun 2011, diakses 9 Juni 2017.

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor HK..02.02/MENKES/148/I/2010 Pasal (1) Tentang Perawat, Jakarta Tahun 2013, Jakarta diakses 26 Juli 2017.

Rahmawati, R & Susanti, M. (2014). Pengetahuan dan Sikap Perawat Pencegahan Infeksi Nosokomial dalam Pelaksanaan Cuci Tangan Tahun 2014, Jurnal Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Gresik, 5, 2.

RISKESDAS RI. (2013). Riset Kesehatan DasarTahun 2013, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI, Jakarta Tahun 2013, diakses 19 april 2017.

Page 33: HUBUNGAN SIKAP DENGAN KEPATUHAN PERAWAT DALAM …repository.unjaya.ac.id/2236/2/ESTI SUHARTINI_2213097_pisah.pdf · Transmisi Kuman dan Cara Penularan Mikroorganisme 12 5. Faktor-

66

Riyadi, S. (2016). Ilmu Kesehatan Masyarakat, Penerbit Andi, Yogyakarta, Indonesia.

Romana. (2010). Petunjuk 10 Langkah Mencuci Tangan. http://kesehatan.kompasiana.com/medis/2010/06/11Bagaimana-cara mencucitangan-yang-benar/2010 akses tanggal 12 agustus jam 19.00.

Robbins, P. S. (2006). Perilaku Organisasi, Edisi Bahasa Indonesia, Edisi 10,

Penerbit PT.Indeks, Jakarta. http://rsudsleman.slemankab.go.id/index.php/web/data/1.1 Saragih & Rumapea.(2010). Hubungan Karakteristik Perawat Dengan Tingkat

Kepatuhan Perawat Melakukan Cuci Tangan di Rumah Sakit Columbia Asia Medan. Diambil tanggal 13 agustus 2017 dari http://uda.ac.id/jurnal/files/7.pdf.

Septiari, B. B. (2012). Infeksi Nosokomial, Nuhamedikka, Yogyakarta, Indonesia.

Setiyawati. (2008). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Kepatuhan Perawat Dalam Pencegahan Infeksi Luka Operasi Di Ruang Rawat Inap Rdud Moewardi Surakarta Tahun 2008, Berita Ilmu Keperawatan, 1, 2.

Sobur, S. (2015). Hubungan Sikap Dan Kepatuhan Cuci Tangan Pada Perawat Rawat Inap Rsud Kota Semarang tahun 2015, Jurnal Fakultas Ilmu Keperawatan Dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang.

Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Bandung

Alfabeta, Bandung, Indonesia.

Sulistyowati, D. (2016). Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Perawat Tentang Infeksi Nosokomial (Inos) Dengan Perilaku Pencegahan Inos Di Ruang Bedah Rsud Dr. Moewardi Surakarta Tahun 2016, Jurnal Kementerian Kesehatan Politeknik Kesehatan Surakarta Jurusan Keperawatan, 1, 1.

Sinaga, S. E. N. (2015). Kepatuhan Hand Hygiene Di Rumah Sakit Misi Rangkasbitung tahun 2015, Jurnal Sekolah Tinggi Kesehatan Santo Borromeus.

UU RI No. 44 Tahun2009 Tentang Rumah Sakit.

Uliyah&Hidayat. (2009). Ketrampilan Dasar Praktik Klinik Untuk Kebidanan,Edisi 2, Salemba Medika, Jakarta, Indonesia

widhiarso, W. (2005). Mengestimasi Reliabilitas, Fakultas Psikologi UGM, Yogyakarta, Indonesia

Page 34: HUBUNGAN SIKAP DENGAN KEPATUHAN PERAWAT DALAM …repository.unjaya.ac.id/2236/2/ESTI SUHARTINI_2213097_pisah.pdf · Transmisi Kuman dan Cara Penularan Mikroorganisme 12 5. Faktor-

67

World Health Organization (WHO). (2017). Forgetting to Wash Your Hands Can Cost Lives,www.who.int, diakses pada tanggal 9 mei 2017 <http://www.who.int/features/2017/washing-hands- lives/en/>

World Health Organization (WHO). (2017). Hospitals,www.who.int, diakses pada tanggal 19 mei 2017 <http://www.who.int/hospitals/en/>

World Health Organization (WHO). (2009). My 5 Moments For Hand Hygiene,www.who.int, diakses pada tanggal 9 mei 2017 <http://www.who.int/infection-prevention/campaigns/clean hands/5moments/en/>

World Health Organization (WHO). (2010). National Patient Safety Goal, www.who.int, diakses pada tanggal 9 mei 2017 <http://www.who.int/infection-prevention/campaigns/clean-hands/evidence.pdf?ua=1&ua=1>

World Health Organization (WHO). (2011). WHO Save Lives: Clean Your Hands Global Annual Campaign, www.who.int, diakses pada tanggal 9 mei 2017 <http://www.who.int/infection-prevention/campaigns/clean-hands/evidence.pdf?ua=1&ua=1>

World Health Organization (WHO). (2011). SAVE HIDUP: Bersihkan Tangan Anda WHO Save Lives: Clean Your Hands Global Annual Campaign, www.who.int, diakses 9 mei 2017. <http://www.who.int/mediacentre/events/meetings/2011/clean_hands_campaign/en/>

Page 35: HUBUNGAN SIKAP DENGAN KEPATUHAN PERAWAT DALAM …repository.unjaya.ac.id/2236/2/ESTI SUHARTINI_2213097_pisah.pdf · Transmisi Kuman dan Cara Penularan Mikroorganisme 12 5. Faktor-

69

Lampiran 2. Lembar Bimbingan Skripsi

Page 36: HUBUNGAN SIKAP DENGAN KEPATUHAN PERAWAT DALAM …repository.unjaya.ac.id/2236/2/ESTI SUHARTINI_2213097_pisah.pdf · Transmisi Kuman dan Cara Penularan Mikroorganisme 12 5. Faktor-

70

Lampiran 2. Lembar Bimbingan Skripsi

Page 37: HUBUNGAN SIKAP DENGAN KEPATUHAN PERAWAT DALAM …repository.unjaya.ac.id/2236/2/ESTI SUHARTINI_2213097_pisah.pdf · Transmisi Kuman dan Cara Penularan Mikroorganisme 12 5. Faktor-

71

Lampiran 2. Lembar Bimbingan Skripsi

Page 38: HUBUNGAN SIKAP DENGAN KEPATUHAN PERAWAT DALAM …repository.unjaya.ac.id/2236/2/ESTI SUHARTINI_2213097_pisah.pdf · Transmisi Kuman dan Cara Penularan Mikroorganisme 12 5. Faktor-

75

Lampiran 6. Kuisioner Penelitian sikap perawat hand hygiene five moment

KUISIONER SIKAP TENTANG MENCUCI TANGAN 5 MOMEN

Petunjuk Pengisian

Berilah Tanda Checklist ( √ ). Pada kolom pernyataan di bawah ini.

Jawablah pernyataan ini dengan jujur dan jawaban akan terjaga

kerahasiaannya.

STS : Sangat Tidak Setuju.

TS : Tidak Setuju.

S : Setuju.

SS : Sangat Setuju.

No. Pernyataan ST

S

TS S SS

1. Saya perlu mengetahui prosedur tetap

(protap) RSUD Sleman mengenai

mencuci tangan.

2. Saya merasa perlu memahami dan

melaksanakan protap cuci tangan.

3. Protap cuci tangan membantu saya

dalam melaksanakan cuci tangan yang

benar.

4.

Agar pekerjaan cepat selesai saya tidak

perlu melaksanakan cuci tangan sesuai

protap.

5. Saya selalu menggunakan antiseptik

Page 39: HUBUNGAN SIKAP DENGAN KEPATUHAN PERAWAT DALAM …repository.unjaya.ac.id/2236/2/ESTI SUHARTINI_2213097_pisah.pdf · Transmisi Kuman dan Cara Penularan Mikroorganisme 12 5. Faktor-

76

untuk mencuci tangan.

6. Saya perlu memahami arti penting

mencuci tangan.

7. Sebelum bersentuhan dengan pasien saya

mencuci tangan.

8. Sebelum melakukan prosedur bersih atau

steril saya mencuci tangan.

9. Sesudah bersentuhan dengan cairan

tubuh pasien saya mencuci tangan.

10. Saya tidak perlu mencuci tangan karena

hanya menyita waktu.

11. Apabila saya menggunakan sarung

tangan saya tidak perlu lagi mencuci

tangan.

12. Saya mencuci tangan hanya sampai

pergelangan tangan saja.

13. Pada saat menggosok tangan saya

menggunakan gerakan melingkar.

14. Saya tidak perlu melepas perhiasan pada

saat akan mencuci tangan.

15. Tangan yang menyentuh wastafel pada

saat mencuci tangan adalah hal biasa.

16. Sesudah bersentuhan dengan pasien

saya mencuci tangan.

Page 40: HUBUNGAN SIKAP DENGAN KEPATUHAN PERAWAT DALAM …repository.unjaya.ac.id/2236/2/ESTI SUHARTINI_2213097_pisah.pdf · Transmisi Kuman dan Cara Penularan Mikroorganisme 12 5. Faktor-

77

17. Sesudah bersentuhan dengan lingkungan

sekitar pasien saya mencuci tangan.

18. Saya mengeringkan tangan dengan tisu

atau handuk.

19. Saya melakukan cuci tangan karena takut

pada atasan saya.

20. Saya merasa cuci tangan sangat penting

untuk kesehatan pasien.

21. Saya merasa cuci tangan tidak penting

bagi kesehatan saya.

Page 41: HUBUNGAN SIKAP DENGAN KEPATUHAN PERAWAT DALAM …repository.unjaya.ac.id/2236/2/ESTI SUHARTINI_2213097_pisah.pdf · Transmisi Kuman dan Cara Penularan Mikroorganisme 12 5. Faktor-

78

Lampiran 7. Lembar Kisi-kisi kuisioner sikap hand hygiene five moment

Kisi-Kisi Kuisioner Sikap:

Favourabel: 1, 2, 3, 5, 6, 7, 8, 9, 12, 13, 16, 17, 18, 20

Unfavourabel : 4, 10, 11, 14, 15, 19, 21