HUBUNGAN SELF EFFICACY AKADEMIK DENGAN ......Penyesuaian diri menurut Kartini dan Kartono (2002)...
Transcript of HUBUNGAN SELF EFFICACY AKADEMIK DENGAN ......Penyesuaian diri menurut Kartini dan Kartono (2002)...
HUBUNGAN SELF EFFICACY AKADEMIK DENGAN PENYESUAIAN DIRI
DI SEKOLAH PADA SISWI KELAS X DI SMK NEGERI 3 SALATIGA
OLEH
AKWILA OCTA PRATAMA
802014089
TUGAS AKHIR
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan
Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2018
i
ii
HUBUNGAN SELF EFFICACY AKADEMIK DENGAN PENYESUAIAN DIRI
DI SEKOLAH PADA SISWI KELAS X DI SMK NEGERI 3 SALATIGA
Akwila Octa Pratama
Christiana Hari Soetjiningsih
Program Studi Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2018
i
Abstrak
Tujuan Penelitian untuk mengetahui hubungan self-efficacy akademik dengan
penyesuaian diri di sekolah pada siswi kelas X di SMK Negeri 3 Salatiga. Hipotesis
yang diajukan adalah ada korelasi positif signifikan antara self-efficacy akademik
dengan penyesuaian diri di sekolah. Subjek dalam penelitian ini adalah siswi kelas X di
SMK Negeri 3 Salatiga sebanyak 55 siswi. Pengumpulan data di lakukan dengan skala
self-efficacy akademik dan penyesuaian diri di Sekolah. Analisis data menggunakan
metode korelasi product moment. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan
positif signifikan antara self-efficacy akademik dengan penyesuaian diri dengan nilai r =
0,620 dan signifikansi = 0,000 (p < 0,05). Artinya makin tinggi self-efficacy akademik
maka makin tinggi juga penyesuaian diri yang dimiliki pada siswi kelas X di SMK
Negeri 3 Salatiga.
Kata kunci : self-efficacy akademik, penyesuaian diri, siswi.
ii
Abstract
The aim of research to determine the relationship of academic self-efficacy with self-
adjustment of students in class X SMKN 3 Salatiga. The hypothesis is there is a
significance positive correlation between academic sel-efficacy with self-adjustment.
Subject in this study were students in class X SMKN 3 Salatiga as many 55 students.
The data collection is used by the scale of academic self-efficacy and self-adjutment.
Data analysis using product moment correlation. The result showed a significance
positive relationship between academic sel-efficacy on self-adjustment with r = 0,620
and significance = 0,000 (p < 0,05). This means that the higher the academic self-
efficacy, the higher the self-adjustment that is owned by the class X students in SMK
Negeri 3 Salatiga.
Keywords : academic self-efficacy, self-adjustment, students.
1
PENDAHULUAN
Siswi yang duduk di bangku SMK tergolong dalam usia remaja. Remaja adalah
seseorang yang berada pada rentang usia 12-21 tahun dengan pembagian menjadi tiga
masa, yaitu masa remaja awal 12-15 tahun, masa remaja tengah 15-18 tahun, dan masa
remaja akhir 18-21 tahun (Monks, dkk, 2002). Pada masa remaja seseorang individu
mengalami usia peralihan dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Pada masa ini banyak
perubahan yang terjadi, diantaranya perubahan pada fisik, minat dan pandangan hidup.
Masa remaja juga dapat dikatakan sebagai masa storm and stess (badai dan tekanan),
hal ini dapat mempengaruhi tugas perkembangan remaja baik di lingkungan masyarakat
maupun di lingkungan sekolah (Santrock, 2003).
Pendidikan menengah kejuruan adalah pendidikan pada jenjang pendidikan
menengah yang mengutamakan pengembangan kemampuan siswa untuk melaksanakan
jenis pekerjaan tertentu. Pendidikan menengah kejuruan mengutamakan penyiapan
siswa untuk memasuki lapangan kerja serta mengembangkan sikap profesional. Sesuai
dengan bentuknya, sekolah menengah kejuruan menyelenggarakan program-program
pendidikan yang disesuaikan dengan jenis-jenis lapangan kerja. SMK memiliki banyak
program keahlian. Program keahlian yang dilaksanakan di SMK menyesuaikan dengan
kebutuhan dunia kerja yang ada. Program keahlian pada jenjang SMK juga
menyesuaikan pada permintaan masyarakat dan pasar. Pendidikan kejuruan adalah
pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama agar siap bekerja
dalam bidang tertentu (Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1990). Dimana dari hasil
wawancara dengan guru di SMK Negeri 3 Salatiga, di sekolah tersebut didominasi
dengan murid laki-laki sedangkan murid putri merupakan murid minoritas tentunya
mereka juga akan melakukan penyesuaian diri di dalam lingkungan tersebut. Hal
2
tersebut lebih nampak pada siswi kelas X dikarenakan siswi kelas X masih baru dalam
lingkungan sekolah sehingga mereka harus menyesuaikan diri mereka dengan
lingkungan yang baru.
Schneiders (1964) menyatakan bahwa individu yang memiliki penyesuaian diri
yang baik adalah individu yang memiliki salah satu respon seperti kematangan,
berdayaguna, kepuasan dan sehat. Berdayaguna disini diartikan, individu dapat
membawa hasil tanpa terlalu banyak mengeluarkan energi, tidak banyak kehilangan
waktu atau banyak mengalami kegagalan. Sehat disini diartikan bahwa individu dapat
mengeluarkan respon penyesuaian yang cocok dengan situasi atau keadaan. Schneiders
(1964) penyesuaian diri adalah suatu proses yang mencakup respon mental dan tingkah
laku, dimana individu berusaha untuk dapat berhasil mengatasi kebutuhan-kebutuhan
dalam dirinya, ketegangan-ketegangan, konflik, dan frustrasi yang dialaminya, sehingga
terwujud tingkat keselarasan atau harmoni antara tuntutan dari dalam diri dengan apa
yang diharapkan oleh lingkungan dimana ia tinggal. Aspek-aspek penyesuaian diri
menurut Schneiders (1964) antara lain: a.) Absence Of Excessive Emotionality (Tidak
terdapat emosionalitas yang berlebih), b.) Absence Of Psychological Mechanisms
(Tidak terdapat mekanisme psikologis), c.) Absence Of The Sense Of Personal
Frustration (Tidak terdapat perasaan frustrasi personal), d.) Absence Of The Sense Of
Personal Frustration (Tidak terdapat perasaan frustrasi personal), e.) Ability To Learn
(Kemampuan untuk belajar), f.) Realistic Objective Attitude (Sikap realistik dan
objektif). Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan penyesuaian diri adalah
penyesuaian diri di sekolah. Dalam penyesuaian diri pada lingkungan belajar terdapat
makna keberhasilan pendidikan seseorang yang terletak pada sejauh mana seseorang
untuk mencapai keberhasilan yang telah dipelajarinya itu dapat membantu dalam
3
menyesuaikan diri dengan kebutuhan dan tuntutan lingkungan kehidupannya.
Penyesuaian diri menurut Kartini dan Kartono (2002) bahwa penyesuaian diri adalah
usaha manusia untuk mencapai harmoni pada diri sendiri dan pada lingkungannya,
sehingga rasa permusuhan, dengki, iri hati, pransangka, depresi, kemarahan, dan lain-
lain emosi negatif tersebut sebagai respon pribadi yang tidak sesuai dan kurang efisien
bisa hampir habis.
Dari hasil observasi dan wawancara yang telah peneliti lakukan pada tanggal 4
Januari 2018, pada siswi kelas X di SMK Negeri 3 Salatiga, menunjukkan bahwa masih
ada siswi yang merasa khawatir dan takut gagal ketika dihadapkan oleh tuntutan
tugasnya dan masih kurang dalam mengetahui kemampuan dirinya, dan merasa tidak
yakin dengan kemampuannya, serta panik dalam menghadapi tugas yang banyak. Selain
itu, dalam berinteraksi terhadap lingkungan di sekolah juga masih cenderung untuk
menutup diri terhadap lingkungan sekitar sehingga dalam menerima diri dan
menghargai dirinya masih kurang, serta masih kurangnya hubungan dan interaksi
dengan teman-teman di sekolah.
Berdasarkan fenomena yang peneliti temukan bahwa faktor yang memengaruhi
penyusuaian diri adalah kurangnya keyakinan diri siswi akan kemampuan akademiknya
atau self efficacy akademik. Menurut Schneider (1964) salah satu faktor yang
memengaruhi penyesuaian diri adalah penyesuaian pribadi yaitu kemampuan individu
untuk menerima dirinya sendiri sehingga tercapai hubungan yang harmonis antara
dirinya dengan lingkungan sekitarnya. Ia menyadari sepenuhnya siapa dirinya
sebenarnya, apa kelebihan dan kekurangannya. Dan mampu bertindak obyektif sesuai
dengan kondisi dirinya.
4
Kemampuan remaja dalam menyelesaikan tugas-tugasnya baik di sekolah
maupun tidak hanya dipengaruhi oleh potensi kognitif yang dimiliki oleh remaja itu
sendiri tetapi juga dipengaruhi oleh keyakinan remaja tersebut dalam menyelesaikan
tugas-tugas yang diembannya Havighurst (dalam Hurlock, 2002). Keyakinan remaja
tentang kemampuan dirinya dalam menyelesaikan tugas dapat meningkatkan usaha
untuk dapat mencapai tujuannya, namun hal ini dapat pula menjadi penghambat usaha
remaja dalam menggapai impiannya. Menurut Widanarti dan Indati (2002) adanya
perasaan “saya tidak dapat” dan “saya tidak mampu”, merupakan alasan-alasan yang
dapat menghambat seseorang dalam mencapai sasaran. Keyakinan yang berkaitan
dengan kemampuan dan kesanggupan seorang pelajar untuk mencapai dan
menyelesaikan tugas-tugas belajar dengan target hasil dan waktu yang telah ditentukan
disebut juga self efficacy (Bandura, 1986).
Menurut Fatimah (2010) kegagalan dalam menyesuaikan diri secara positif,
dapat mengakibatkan individu melakukan penyesuaian yang salah. Penyesuaian diri
yang salah ditandai oleh sikap dan tingkah laku yang serba salah, tidak terarah,
emosional, sikap yang tidak realistis, membabi buta dan sebagainya. Dalam
penyesuaian diri yang salah, individu cenderung melakukan reaksi-reaksi antara lain,
reaksi bertahan, reaksi menyerang dan reaksi melarikan diri. Reaksi bertahan adalah
reaksi individu yang berusaha mempertahankan dirinya dengan seolah-olah ia tidak
sedang menghadapi kegagalan dan berusaha menunjukkan bahwa dirinya tidak
mengalami kesulitan. Reaksi menyerang (aggressive reaction) adalah individu yang
salah satunya akan menunjukkan sikap dan perilaku yang bersifat menyerang atau
konfrontasi untuk menutupi kekurangan atau kegagalan atau tidak mau menerima
kenyataan. Reaksi melarikan diri (escape rection) adalah reaksi individu yang
5
mengalami akan melarikan diri dari situasi yang menimbulkan konflik atau
kegagalannya.
Kemampuan menyesuaikan diri individu yang sehat terhadap lingkungannya,
merupakan salah satu prasyarat yang penting bagi terciptanya kesehatan mental
individu. Kemampuan siswa dalam menyesuaikan diri dengan pelajaran dan
lingkungannya yang baru terutama siswa baru, cenderung terkait dengan keyakinan dan
kesanggupan diri siswa untuk mengikuti proses pembelajaran yang berorintasi pada
hasil belajar. Keterkaitan antara kemampuan penyesuaian diri dengan keyakinan diri
siswa diperkuat oleh pendapat Klassen (dalam Wijaya dan Pratitis, 2004), penyesuaian
diri dengan lingkungan akademik dipengaruhi oleh seberapa besar kesanggupan dan
keyakinan dirinya untuk mengerjakan tugas dan peran barunya sebagai seorang pelajar
atau disebut sebagai self efficacy akademik.
Konsep self-efficacy pertama kali dimunculkan oleh Bandura (1997). Ia
mendefinisikan bahwa self efficacy pada dasarnya adalah hasil dari proses kognitif
berupa keputusan, keyakinan, atau pengharapan tentang sejauh mana individu
memperkirakan kemampuan dirinya dalam melaksanakan tugas atau tindakan tertentu
yang diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan.
Menurut Bandura (dalam Alwisol, 2009), self efficacy akademik mengacu pada
keyakinan yang berkaitan dengan kemampuan dan kesanggupan seorang pelajar untuk
mencapai dan menyelesaikan tugas-tugas studi dengan target hasil dan waktu yang telah
ditentukan. Self efficacy akademik mengacu pada pertimbangan seberapa besar
keyakinan seseorang tentang kemampuannya melalukan sejumlah aktivitas belajar dan
kemampuannya menyelesaikan tugas-tugas belajar. Self efficacy akademik merupakan
keyakinan seseorang terhadap kemampuan menyelesaikan tugas-tugas akademik yang
6
didasarkan atas kesadaran diri tentang pentingnya pendidikan, nilai dan harapan pada
hasil yang akan dicapai kegiatan belajar. Dimensi self efficacy menurut Bandura (1997)
antara lain: a.) magnitude (tingkat kesulitan tugas), b.) strength (kekuatan keyakinan),
c.) generality (generalitas).
Self efficacy berkaitan dengaan penyesuaian diri, dalam hasil penelitian
menunjukkan bahwa ada hubungan positif signifikan antara self efficacy dengan
penyesuaian diri siswa dalam belajar. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Rahma
(2011), menunjukan bahwa self efficacy memberikan sumbangan efektif sebesar 30,2 %
terhadap penyesuaian diri, Dan penelitian yang dilakukan oleh Susanti (2008)
menunjukkan adanya korelasi positif anatara Kepercayaan diri terhadap penyesuaian
diri. Hasil penelitian Chemers, Hu dan Garcia (2001) juga menguatkan bahwa self
efficacy yang tinggi mengakibatkan lebih sedikit tekanan, sehingga mengakibatkan
lebih sedikit permasalahan kesehatan dan penyesuaian menjadi lebih baik. Hasil
penelitian Poyrazli (2002), juga sejalan dengan Bandura yang menyatakan bahwa
efikasi diri yang kuat tentang kemampuan dan kompetensi akan membantu seorang
individu untuk beradaptasi secara emosional. Penelitian mengenai self efficacy
akademik dan penyesuaian diri di sekolah tingkat SMA masih jarang dilakukan dan
penelitian sebelumnya banyak dilakukan di perguruan tinggi atau universitas.
Berdasarkan hal-hal tersebut, maka peneliti akan meneliti tentang hubungan self efficacy
akademik dengan penyesuaian diri di Sekolah pada siswi kelas X di SMK Negeri 3
Salatiga.
7
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan desain
korelasional.
Variabel penelitian
Penelitian ini mempunyai 2 variabel yaitu:
Variabel Bebas (X) : Self efficacy Akademik
Variabel Terikat (Y): Penyesuaian diri di Sekolah
Partisipan Penelitian
Partisipan dalam penelitian ini adalah Siswi kelas X di SMK Negeri 3 Salatiga
yang berjumlah 55 siswi. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan
teknik sampling jenuh, yaitu teknik pengambilan sampel dengan mengambil semua
populasi untuk menjadi sampel ( Sugiyono, 2007).
Metode Pengumpulan Data
Alat ukur dalam penelitian ini menggunakan dua skala, yaitu skala penyesuaian
diri dan skala self efficacy akademik. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur Self
efficacy akademik adalah skala menurut menurut Bandura yang dikembangkan oleh
Jinks & Morgan (2014) yaitu Morgan-Jinks Student Efficacy Scale (MJSES) kemudian
diadaptasi oleh peneliti ke dalam bahasa Indonesia dan disesuaikan dengan kepentingan
penelitian. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur Penyesuaian diri adalah skala
yang di buat oleh peneliti berdasarkan aspek-aspek yang dikemukakan Scheneiders
(1964) yang dikaitkan dengan penyesuaian diri di sekolah. Pengambilan data
8
menggunakan uji coba terpakai yang berarti data dari subjek yang digunakan untuk try
out juga digunakan untuk penelitian.
Instrument Pengumpulan Data
Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala Penyesuaian diri
dan Self efficacy akademik berikut penjelasannya:
1. Skala Penyesuaian diri
Untuk mengukur variabel penyesuaian diri, alat ukur yang digunakan adalah
skala yang di buat oleh peneliti berdasarkan aspek-aspek yang dikemukakan
Scheneiders (1964). Skala ini memiliki 32 item pernyataan, dengan empat pilihan
jawaban yaitu Sangat Tidak Sesuai (STS), Tidak Sesuai (TS), Sesuai (S), dan Sangat
Sesuai (SS). Sistem penilaian pada skala ini, aitem favorable diberi nilai 1 untuk Sangat
Tidak Sesuai (STS), nilai 2 untuk Tidak Sesuai (TS), nilai 3 untuk Sesuai (S), nilai 4
untuk Sangat Sesuai (SS). Dan untuk aitem unfavorable adalah kebalikannya, yaitu nilai
4 untuk Sangat Tidak Sesuai (STS), nilai 3 untuk Tidak Sesuai (TS), nilai 2 untuk untuk
Sesuai (S), dan nilai 1 untuk Sangat Sesuai (SS). Setelah dilakukan diskriminasi item
melalui corrected item-total correlation diperoleh 12 item yang memiliki koefisien
korelasi ≤ 0,25 dan dinyatakan gugur. Adapun item yang gugur tersebut adalah nomer:
1,3,4,11,12,16,17,18,19,23,31,31.
Tabel 1.1 Reliabilitas Skala
Penyesuaian Diri
Cronbach's Alpha N of Items
.829 20
9
Berdasarkan hasil uji reliabilitas tabel diatas, diketahui bahwa variabel dengan
koefisien Cronbach’s alpha sebesar 0,829 sehingga skala psikologi dalam variabel
Penyesuaian diri dinyatakan reliabel.
2. Skala Self efficacy akademik
Untuk mengukur variabel Self efficacy akademik, digunakan skala yang
mengacu pada Jinks & Morgan (2014) yaitu Morgan-Jinks Student Efficacy Scale
(MJSES) dengan menerapkan teori efikasi diri dari Bandura (1997). Skala ini memiliki
30 item pernyataan dengan empat pilihan jawaban yaitu Sangat Tidak Sesuai (STS),
Tidak Sesuai (TS), Sesuai (S), dan Sangat Sesuai (SS). Sistem penilaian pada skala ini,
aitem favorable diberi nilai 1 untuk Sangat Tidak Sesuai (STS), nilai 2 untuk Tidak
Sesuai (TS), nilai 3 untuk Sesuai (S), dan nilai 4 untuk Sangat Sesuai (SS). Setelah
dilakukan diskriminasi item melalui corrected item-total correlation diperoleh 9 item
yang memiliki koefisien korelasi ≤ 0,25 dan dinyatakan gugur. Adapun item yang gugur
tersebut adalah nomer: 3,5,15,18,20,22,23,24,26
Tabel 1.2 Reliabilitas
Skala Self efficacy akademik
Cronbach's Alpha N of Items
.828 21
Berdasarkan hasil uji reliabilitas tabel diatas, diketahui bahwa variabel dengan
koefisien Cronbach’s alpha sebesar 0,828 sehingga skala psikologi dalam variabel self
efficacy akademik dinyatakan reliabel.
10
HASIL PENELITIAN
Hasil Deskriptif
A. Penyesuaian Diri
Variabel penyesuaian diri memiliki item dengan daya diskriminasi baik
berjumlah 20 item, dengan jenjang skor antara 1 sampai dengan 4.
Tabel 1.3 Kategorisasi Hasil Pengukuran Skala Penyesuaian diri
Penyesuaian diri F % Mean
65 ≤ X ≤ 80 Sangat Tinggi 8 14,55
50 ≤ X < 65 Tinggi 45 81,82 59,87
35 ≤ X < 50 Rendah 2 3,64
20 ≤ X < 35 Sangat Rendah 0 0
Total 55 100,00
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar responden memiliki
penyesuaian diri dengan kategori sangat tinggi (8 orang atau 14,55%), kategori tinggi
(45 orang atau 81,82%), kategori rendah (2 orang atau 3,364%),dan tidak ada yang
tergolong kategori sangat rendah.
B. Self efficacy akademik
Variabel self efficacy akademik memiliki item dengan daya diskriminasi baik
berjumlah 21 item, dengan jenjang skor antara 1 sampai dengan 4.
11
Tabel 1.4 Kategorisasi Hasil Pengukuran Skala Self efficacy akademik
Self efficacy akademik F % Mean
68,75 ≤ X ≤ 84 Sangat Tinggi 14 25,45
52,5 ≤ X < 68,75 Tinggi 41 74,55 64,65
36,75 ≤ X < 52,5 Rendah 0 0
21 ≤ X < 36,75 Sangat Rendah 0 0
Total 55 100,00
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar responden memiliki self
efficacy akademik dengan kategori sangat tinggi (14 orang atau 25,45%), kategori tinggi
(41 orang atau 74,55%), dan tidak ada yang tergolong kategori rendah dan sangat
rendah.
Uji Asumsi
1. Uji Normalitas
Penelitian ini menggunakan uji normalitas yang bertujuan untuk mengetahui
normal atau tidaknya distribusi data penelitian pada masing-masing variabel.
12
Tabel 1.5 Uji Normalitas
Penyesuaian Efficacy
N 55 55
Normal Parametersa,,b
Mean 92.24 85.24
Std. Deviation 6.960 7.252
Most Extreme
Differences
Absolute .077 .095
Positive .077 .095
Negative -.066 -.055
Kolmogorov-Smirnov Z .568 .704
Asymp. Sig. (2-tailed) .904 .704
Dari hasil uji normalitas bahwa sampel berdistribusi normal, pada variabel
Penyesuaian diri diperoleh KS-Z = 0,568, n.signifikasi. 0.904 (p>0,05), pada variabel
self efficacy akademik ditemukan KS-Z = 0,704, n.signifikasi. 0.704 (p>0,05).
Ditunjukkan pada tabel 1.5.
2. Uji Linearitas
Tabel 1.6 Uji Linear Self efficacy akademik Dengan Penyesuaian diri
Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig.
Efficacy
*
Penyesu
aian
Between
Groups
(Combined) 1799.96
1
23 78.259 2.333 .014
Linearity 1090.42
6
1 1090.426 32.504 .000
Deviation from
Linearity
709.535 22 32.252 .961 .530
Within Groups 1039.96
7
31 33.547
Total 2839.92
7
54
13
Hasil uji linearitas menunjukkan adanya hubungan yang linear antara self
efficacy akademik dengan Penyesuaian diri dengan deviation from linearity sebesar F =
0.961, P = 0.530 (p>0,05).
3. Uji Korelasi
Dari hasil uji asumsi yang menunjukkan bahwa data yang diperoleh
berdistribusi normal dan variabel-variabel penelitian linear, maka dalam
penelitian ini menggunakan uji korelasi statistik parametik. Uji korelasi
yang digunakan dalam penelitian ini adalah korelasi pearson.
Tabel 1.7
Uji Korelasi Penyesuaian diri Dengan Self
efficacy akademik
Penyesuaian Efficacy
Penyesuaian Pearson
Correlation
1 .620**
Sig. (1-tailed) .000
N 55 55
Efficacy Pearson
Correlation
.620**
1
Sig. (1-tailed) .000
N 55 55
Dari hasil uji korelasi pada tabel 1.7 menunjukkan bahwa ada hubungan positif
signifikan antara self efficacy akademik dengan penyesuaian diri dengan r = 0.620 dan
signifikan 0.000 (p < 0,05). Bisa diartikan hipotesis dalam penelitian ini diterima.
Makin tinggi self eficacy akademik maka makin tinggi juga penyesuaian diri yang
14
dimiliki pada siswi kelas X SMKN 3 Salatiga. Demikian sebaliknya, makin rendah self
eficacy akademik maka makin rendah juga penyesuaian diri yang dimiliki.
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian mengenai self efficacy akademik dengan
penyesuaian diri di sekolah pada siswi kelas X di SMKN 3 Salatiga, terdapat adanya
hubungan positif signifikan. Berdasarkan hasil uji perhitungan korelasi dengan r = 0.620
serta signifikan sebesar 0.000 (p < 0,05) yang berarti kedua variabel self efficacy
akademik dengan penyesuaian diri memiliki hubungan positif yang signifikan. Artinya
bahwa makin tinggi self efficacy akademik maka makin tinggi penyesuaian diri pada
siswi kelas X di SMKN 3 Salatiga.
Menurut Bandura (dalam Alwilsol, 2009) mengatakan bahwa seseorang yang
mempunyai self-efficacy akademik yang tinggi akan mempunyai motivasi dan tujuan
yang jelas untuk mencapai sebuah kesuksesan. Oleh karena itu penyesuaian diri sangat
dibutuhkan oleh siswi agar dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungan sekolah yang
sebagian besar adalah siswa laki-laki, sehingga kemampuan dalam menyesuaikan diri
yang baik dapat menjadi kekuatan untuk siswi tersebut dalam persaingan proses belajar.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Rahma (2011), menunjukan bahwa self
efficacy memberikan sumbangan efektif sebesar 30,2 % terhadap penyesuaian diri, hal
ini di dukung oleh pendapat Klasen (2004), penyesuaian diri dengan lingkungan
akademik dipengaruhi oleh seberapa besar kesanggupan dan keyakinan dirinya untuk
mengerjakan tugas dan peran barunya sebagai seorang pelajar di sekolah atau disebut
sebagai self efficacy akademik. Dan berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan
oleh Poyrazli (2002), tentang hubungan self efficacy dengan penyesuaian diri,
15
menunjukkan hasil bahwa terdapat hubungan positif antara self efficacy dengan
penyesuaian diri.
Sebagai seorang pelajar yang mempunyai kewajiban untuk menuntut ilmu di
sekolah, apabila mempunyai self-efficacy akademik yang tinggi, siswi akan mampu
mengarahkan dan mengatur perilakunya sehingga dapat menyesuaikan perilaku mereka
dalam kehidupan sehari-hari sehingga akan menunjang kegiatan belajar mereka di
lingkungan sekolah. Hasil penelitian ini didukung oleh teori yang dikemukakan oleh
Bandura (dalam Muhid, 2009) yang menyatakan bahwa self-efficacy akademik sebagai
pertimbangan seseorang terhadap kemampuannya mengorganisasikan dan
melaksanakan tindakan-tindakan yang diperlukan untuk mencapai performansi tertentu.
Orang cenderung menghindari situasi-situasi yang diyakini melampaui keyakinan
kemampuannya, tetapi dengan penuh keyakinan mengambil dan melakukan kegiatan
yang diperkirakan dapat diatasi. Self-efficacy akademik menyebabkan keterlibatan aktif
dalam kegiatan dan mendorong perkembangan kompetensi. Sebaliknya, self-efficacy
akademik yang rendah mengarahkan individu untuk menghindari kegiatan yang ada di
lingkungan sekolah dan memperlambat perkembangan potensi akademiknya.
Hasil penelitian ini menunjukan skor bahwa pada sebagian besar siswi dalam
penyesuaian diri di sekolah berada pada kategori tinggi sebesar (81,82%). Pada
sebagian besar siswi dalam self efficacy akademik mereka berada pada kategori tinggi
sebesar (74,55%). Berdasarkan hal tersebut berarti penyesuaian diri dan self efficacy
akademik pada siswi kelas X di SMKN 3 Salatiga berada pada kategori tinggi. Dari
hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa siswi yang memiliki self-efficacy akademik
yang tinggi, ia akan selalu mencoba melakukan berbagai tugas-tugas dan tindakan serta
siap menghadapi kesulitan-kesulitan yang ada ketika berada pada kondisi dimana
16
sebagian murid adalah siswa laki-laki, hal ini diasumsikan bagi siswi yang dalam setiap
pembelajaran yang ada di sekolah mereka mampu bersaing dalam proses belajar
ataupun dalam tugas-tugas yang dibebankan oleh guru kepada mereka. Maka self
efficacy akademik pada siswi sangat menentukan seberapa besar usaha yang dikeluarkan
dan seberapa ia mampu bertahan dalam lingkungan yang sebagian besar siswa laki-laki.
Semakin kuat persepsi self-efficacy akademik siswi maka semakin giat dan tekun dalam
usaha-usahanya. Ketika menghadapi kesulitan, siswi mempunyai keraguan yang besar
tentang kemampuannya akan mengurangi usaha-usahanya atau menyerah sama sekali.
Sedangkan mereka yang mempunyai self-efficacy akademik yang kuat menggunakan
usaha yang lebih besar untuk mengatasi tantangan.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Ada hubungan positif signifikan antara Self efficacy akademik dengan
Penyesuaian diri pada siswi di SMKN 3 Salatiga. Makin tinggi Self eficacy
akademik maka makin tinggi juga penyesuaian diri di sekolah yang dimiliki
pada siswi kelas X SMKN 3 Salatiga. Demikian sebaliknya, makin rendah Self
eficacy akademik maka makin rendah juga penyesuaian diri di sekolah yang
dimiliki.
2. Sumbangan yang diberikan self efficacy akademik terhadap penyesuaian diri
sebesar 38,44% dan 61,56% dipengaruhi oleh faktor lain.
3. Sebagaian besar responden 81,82% memiliki penyesuaian diri pada kategori
tinggi, dan sebagian besar responden 74,55% memiliki self efficacy akademik
pada kategori tinggi.
17
Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka saran-saran yang dapat
diberikan adalah sebagai berikut:
1. Bagi para siswi disarankan agar dapat meningkatkan self-efficacy akademiknya
dengan ikut dalam kegiatan-kegiatan diluar jam sekolah seperti ekstrakurikuler.
Sehingga penyesuaian diri di sekolah menjadi lebih baik, sehingga siswi dapat
dengan cepat untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sekolah.
2. Bagi sekolah disarankan untuk lebih memberikan motivasi bagi para siswi agar
berusaha untuk terus meningkatkan self efficacy akademik sehingga siswi dapat
dengan cepat menyesuaikan diri dengan lingkungan sekolah.
3. Bagi peneliti selanjutnya yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut tentang
self efficacy akademik pada siswa, diharapkan dapat mempertimbangkan faktor-
faktor lain yang mungkin berpengaruh, seperti self control, dukungan sosial,
pengaruh teman sebaya dan dapat melakukan penelitian dengan memperluas
orientasi penelitian pada tingkat pendidikan lain dengan karakteristik subjek
yang beragam.
18
Daftar pustaka
Adicondro, N., & Purnamasari, A. (2012). Efikasi diri, dukungan sosial keluarga dan
self regulated learning pada siswa kelas VIII. HUMANITAS (Jurnal Psikologi
Indonesia), 8, 17-27.
Alwisol. (2005). Psikologi kepribadian. Malang : UMM Press.
Bandura, A. (1986). Social foundation of thought and action: A social cognitive theory.
New York: Prentice Hall.
_________. (1997). Self efficacy: The Exercise of control. New York: Freemanand
Company.
Chemers, M. M., Hu, L., & Garcia, F. B. (2001). Academic self efficacy and first-years
college student performance and adjustment. Journal of Educational
Psychology. 93, 55-64.
Ellias, S. M., & Loomis. R. J. (2000). Using an academic self-efficacy scale to address
university major persistence. Journal of college student development, 2, 1-35.
Hurlock, E. B. (2002). Perkembangan anak. Jakarta: Erlangga.
Jinks & Morgan. (2014). Children’s perceived academic self-efficacy: An inventory
scale, 72, 224-230.
Poyrazli, S. (2002). Relation between assertiveness, academic self-efficacy, and
psychosocial adjustment among international graduate students. Journal of
college Student Development, 43, 10-100.
Santrock, J., W. (2007). Psikologi Pendidikan. Jakarta : Prenada Media Group.
Scheineder, A. A. (1964). Personal adjustment mental healt. New York: Holf reachart
Andwiston.
Sugiyono. (2007). Metode penelitian pendidikan pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan
R&D. Bandung: ALFABETA
________. (2012). Memahami penelitian kualitatif. Bandung: ALFABETA
Mahmudi, M. H., & Suroso, S. (2014). Efikasi diri, dukungan sosial dan penyesuaian
diri dalam belajar. PERSONA: Jurnal Psikologi Indonesia, 3, 1-90.
Monks, F. J. & Siti R. H. (2006). Psikologi perkembangan: Pengantar dalam berbagai
bagianya. Yogyakarta: UGM Press.
Rozali, Y. A. (2015). Hubungan efikasi diri akademik dan dukungan sosial orang tua
dengan penyesuaian diri akademik pada mahasiswa UEU Jakarta. Jurnal
Psikologi, 13,1-20.
Wijaya, I. P. (2012). Efikasi diri akademik, dukungan sosial orangtua dan penyesuaian
diri mahasiswa dalam perkuliahan. PERSONA: Jurnal Psikologi
Indonesia, 1,1-9.